SELASA, 29 MARET 2016 | Nomor 848 Tahun III
A
Hari ini 32 halaman | Rp 3.000,-
E-COMMERCE BUTUH SENSUS KHUSUS
JURNALISTIK MENUJU LAYAR LEBAR
»A7
»C25
» B17
DINAMIS DAN MENCERAHKAN
MERAH PUTIH BERKIBAR DI GAMBIA
ANTARA | NICO ADAM
Sejumlah warga mengibarkan bendera Indonesia di Kompleks Agricultural Rural Farmers Training Center (ARFTC) di Jenoi, Gambia, Senin (28/3). Pelatihan capacity building yang dilakukan pemerintah Indonesia sebagai upaya revitalisasi ARFTC yang menjadi pusat pelatihan pertanian untuk negaranegara Afrika dalam kerangka kerja sama Selatan-Selatan.
Distribusi Tahanan Perlu Dikelola Polisi, jaksa, dan hakim disarankan tak mengedepankan sanksi penjara. keJAKARTA (HN) Insiden rusuhan yang mengakibatkan lima tahanan tewas di Rumah Tahanan Malabero, Bengkulu, memantik dua penilaian. Insiden tersebut menandakan aktivitas narkotika di dalam lembaga pemasyarakatan (lapas) masih terjadi. Selain itu, kasus Malabero terjadi imbas kelebihan kapasitas tahanan. Kondisi tersebut berimbas upaya pengawasan tak berlangsung maksimal. Apalagi, jumlah pengawas belum sebanding dengan warga binaan. Memberikan solusi, Ketua DPR Ade Komarudin mengusulkan adanya tata kelola warga binaan. Caranya dengan mendistribusikan narapidana ke lapas lain Jakarta
23-34°C
Bandung
yang masih bisa menampung. “Kementerian Hukum dan HAM perlu mengelola ini (distribusi narapidana). Kalau sudah crowded, harus diupayakan,” katanya di Jakarta, Senin (28/3). Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah mengatakan, kondisi lapas saat ini tak lagi layak digunakan imbas kelebihan kapasitas. Menurut dia, Kemenkumham seolah membiarkan persoalan. Apalagi, kondisi lapas dengan muatan berlebih bukanlah perkara baru. Ia mengusulkan ada pemisahan warga binaan. Pelaku teror, misalnya, di tempatkan berbeda dengan pelaku pidana lainnya. “Tidak ada penjara di Indonesia yang penghuninya di bawah kapasitas, selalu di atas,” ujarnya. Jika pembenahan tak segera dilakukan, ia khawatir insiden di Malebero terulang. “(Lapas kelebihan muatan) Jadi bom waktu. Bisa saja meledak setiap saat. Kenyataannya (kondisi lapas)
20-32°C
Semarang
24-37°C
Yogyakarta
(Lapas kelebihan muatan) Jadi bom waktu. Bisa saja meledak setiap saat. Kenyataannya (kondisi lapas) menjadi bom yang dipelihara.
FAHRI HAMZAH WAKIL KETUA DPR
» Berita Terkait di A2 menjadi bom yang dipelihara,” ungkapnya. Pakar hukum pidana dari Universitas Islam Indonesia Mu23-34°C
Surabaya
25-36°C
Denpasar
zakir mengatakan, pemberian sanksi yang bermuara pada penjara membuat lapas kelebihan kapasitas. Perangkat hukum seperti polisi, jaksa, juga hakim, menurut dia, harus menyadari ketidakmampuan lapas. Karena itu, kepolisian disarankan tak memproses pidana ringan dengan sanksi penjara. Sementara jaksa, ia mengingatkan, tak bisa selalu menganggap tuntutan penjara sebagai parameter keadilan. Sedangkan hakim tak melulu dapat berlindung dari keinginan jaksa. “Yang wajib menengok penjara itu hakim dan jaksa,” imbaunya. Penjara, menurut Muzakir, merupakan tempat untuk orang sakit. Tak ayal, pelaku pidana yang berusaha menjadi baik, ketika di tempatkan dalam lingkungan buruk, justru tak akan membawa perubahan. Selain itu, ia turut mengkritisi keberadaan Peraturan Pemerintah 25-34°C
Hujan Lebat
Hujan Sedang
tentang Pemberian Remisi, Asimilasi, dan Pembebasan Bersyarat. Aturan tersebut dinilai berimbas pengetatan remisi. Dampaknya, kata dia, membuat penghuni lapas tak bisa dikontrol. Karena itu, ia menyarankan PP Nomor 99 Tahun 2012 segera diganti. Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri Brigjen (Pol) Agus Rianto mengatakan, kepolisian sekadar mengikuti aturan terkait penerapan sanksi penjara. “Polri hanya melaksanakan perintah undangundang. Jika ada perubahan, harus disesuaikan dengan aturan yang ada,” katanya. Ihwal saran penggunaan sanksi lain di luar penjara, semisal denda atau sosial, Polri, tutur Agus, sekadar patuh terhadap aturan. Karena itu jika sanksi denda dan sosial ingin dikedepankan, sambungnya, “Harus ubah undangundangnya.” O TARI OKTAVIANI | ANDRIAN PRATAMA | ARIF KUSUMA Hujan Ringan
Berawan
Cerah Berawan
Cerah sumber: BMKG