Harian Nasional

Page 1

SABTU, 31 MEI 2014 | Nomor 262 Tahun Tah Ta T ah a hun I

Hari ini 32 halaman | Rp 3.000,-

ORANJE SEWARNA API

HOTEL & RESORTS

A

Hotel Terbaik untuk Liburan Tengah Tahun

»B17

DINAMIS DAN MENCERAHKAN SIDANG HAMBALANG

Anas Timbun Uang Negara

Jakarta

24-34° C

Bandung

22-32° C

SANGKAAN KPK KEPADA ANAS

HARIAN NASIONAL | JOKO SUTRISNO

Proyek di sejumlah Kementerian dan BUMN melalui Permai Grup dengan fee antara 7-22 persen. Proyek Hambalang Anas mendapatkan fee dari PT Adhi Karya sebesar 18 persen dari total anggaran. Imbalan satu unit mobil Toyota Harrier seharga Rp 670 juta, Toyota Vellfire sehara Rp 375 juta dari PT Adhi Karya. Anas menerima uang Rp 114,5 miliar dan US$ 5.225 ribu dari Muhammad Nazaruddin laba dari Permai Grup. Uang Rp 478 juta berupa survei dari Lingkaran Survei Indonesia (LSI). Melakukan tindak pidana pencucian uang (TPPU) mengatasnamakan Atabik Ali dan Dina Zas. Sumber: Dakwaan KPK

HARIAN NASIONAL | YOSEP ARKIAN

JAKARTA (HN) Tindak tanduk mantan Ketua Umum Partai Demokrat (PD) Anas Urbaningrum dalam praktik korupsi mulai terurai. Dalam sidang perdana di Pengadilan Tipikor Jakarta, Jumat (30/5), deretan kegiatan pelanggaran hukum diungkapkan Jaksa Penuntut Umum (JPU) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Dakwaan pertama mengarah pada niatan mantan Ketua Umum Pengurus Besar (PB) Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) itu maju menjadi calon presiden (capres). Niatan itu, kata Jaksa Yudi Kristiana, sudah dipupuk sejak 2005. Ketika itu, Anas memutuskan berhenti dari Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan mulai mengumpulkan pundipundi dana dari ranah politik. Anas lalu memilih PD sebagai kendaraan politik. Jabatan Ketua DPP PD Bidang Politik dan anggota DPR RI dianggap Yudi menjadikan Anas memiliki andil besar dalam pengumpulan dana. Apalagi di parlemen Anas dipercaya menjadi Ketua Fraksi PD. “Dengan jabatan itu, terdakwa (Anas) memiliki pengaruh besar untuk mengatur proyek-proyek pemerintah yang bersumber dari APBN,” kata Yudi. Anas bersama mantan Bendahara Umum PD Muhammad Nazaruddin membentuk Anugerah Grup yang kemudian mengganti nama menjadi PT Permai Grup. Athiyyah Laila, istri Anas, kata Yudi, juga turut bergabung dan menjabat sebagai komisaris di PT Dutasari Citra Laras, anak perusahaan Permai Grup. Di perusahaan itu, dalam catatan KPK, Anas kerap menangani proyek di sejumlah kementerian, seperti Kementerian Pendidikan serta Kementerian Pemuda dan Olahraga. Perusahaan itu juga menangani proyek pemerintah bidang konstruksi dan BUMN, universitas, gedung pajak, dan Hambalang. Sejumlah proyek tersebut dikelola oleh Munadi Herlambang dan Machfud Suroso. Menurut Yudi, dari deretan proyek yang ditangani, Anas mendapatkan fee antara tujuh sampai 22 persen. “Uanguang itu kemudian disimpan di brankas Permai Grup. Namun setelah menjadi anggota DPR dan Ketua Fraksi Demokrat, Anas keluar dari Permai Grup,” katanya. Dalam proyek Hambalang, Anas tidak sendiri. Menurut Jaksa, Anas turut melibatkan sejumlah nama, seperti Nazarud-

Anas Urbaningrum menjalani sidang dugaan gratifikasi Hambalang dan proyek lainnya di Pengadilan Tipikor Jakarta, Jumat (30/5).

din, Machfud, anggota Komisi II DPR Igantius Mulyono, Kepala Badan Pertanahan Nasional (BPN) Joyo Winoto, mantan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Andi Alifian Mallarangeng, serta Sekretaris Menpora Wafid Muharam. Proyek yang digagas Kemenpora itu, mengerucutkan dua perusahaan besar sebagai peserta lelang: PD Duta Graha Indah (DGI) dan Adhi Karya.

Semarang

25-33° C

Yogyakarta

23-33° C

Surabaya

Lantaran negosiasi fee yang dilakukan Direktur Utama Adhi Karya Mohammad Noor Teuku Bagus, yang kemudian disepakati Anas dengan nilai 18 persen dari total anggaran, Adhi Karya pun dinyatakan sebagai pemenang lelang. Itu membuat Anas “kebanjiran” dana. Menurut Yudi, Anas menerima uang Rp 84 miliar dari Nazaruddin atas proyek yang didapat Permai Grup. Tak berhenti, Naza25-34° C

Denpasar

25-33° C

Hujan Lebat

ruddin kembali memberikan uang Rp 30 miliar dan US$ 5.225 ribu. Uang yang bersumber dari Adhi Karya direncanakan membantu pencalonan Anas untuk mengisi jabatan Ketua Umum PD melalui mekanisme kongres. “Uang itu dipergunakan membayar hotel tempat para pendukung Anas menginap dengan total mencapai Rp 1,2 miliar,” kata Yudi. Anas kembali merogoh kocek sebesar Rp 84,5 miliar dan US$ 36,070 untuk biaya posko tim relawan pendukung. Meski telah mengalirkan banyak anggaran, kata Yudi, dana persiapan Anas masih tersisa. Dalam catatan pihaknya, uang yang masih tersimpan yakni US$ 1.300 serta Rp 700 juta. Uang itu kemudian dikembalikan Anas ke Permai Grup. Tak hanya berkutat pada ranah gratifikasi dan korupsi, dalam dakwaan, komisi antirasuah turut menyangka Anas melakukan tindak pidana pencucian uang (TPPU). Anas, kata Jaksa, membeli sejumlah tanah dari hasil korupsi. Pembelian itu dianggap KPK tak sesuai dengan penghasilan Anas saat menjabat sebagai anggota DPR RI. Pada catatan lain, tiga bidang tanah yang dibeli Anas tak mengatasnamakan pribadi, melainkan atas nama Atabik Ali (mertua) dan Dina Zas (kakak ipar). “Sebagai anggota DPR 2009-2014 hanya menerima gaji Rp 195,6 juta dan tunjangan Rp 339,6 juta. Anas secara formal tidak punya usaha lain di luar gaji. Patut diduga tanah itu dibeli dari hasil korupsi dengan tujuan menyembunyikan asalusul harta kekayaan, menggunakan nama orang lain,” kata Jaksa. O RIDWAN MAULANA » Berita Terkait di Halaman A4 Hujan Sedang

Hujan Ringan

Berawan

Cerah Berawan

Cerah


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.