SABTU-MINGGU, 5-6 SEPTEMBER 2015 | Nomor 683 Tahun III
A
Hari ini 40 halaman | Rp 3.000,-
ITALIA BISA! Menang tipis lawan Malta, Azzurri langsung ditantang Bulgaria yang terluka.
BUAH MANIS TURIS CHINA
»B17
»C29
MAUDY KUSNARIA KOESNAEDI
AKU DRAMA QUEEN » A8 A9
B
MERINDUKAN OLAHRAGA KEMBALI GAGAH & MEGAH
ersaing dengan negara-negara tetangga di Asia Tenggara saja, belakangan olahraga Indonesia ngos-ngosan. Belum lagi dalam lingkup kontinental maupun global. Alhasil, prestise olahraga sebagai sarana mewujudkan sekaligus menunjukkan kebanggaan nasional pun dinilai semakin luntur. Gelora masyarakat luas di Tanah Air berolahraga, termasuk pada beberapa cabang olahraga (cabor) yang pernah memahat kejayaan Indonesia, melemah. Padahal, olahraga merupakan salah satu cara mengenalkan jati diri sekaligus mengharumkan nama bangsa di percaturan global.
Prestasi olahraga nasional semakin memprihatinkan. Pada peringatan Hari Olahraga Nasional (Haornas) 9 September tahun ini, seyogianya seluruh komponen serta stakeholder mencanangkan tekad serius berbenah demi kebangkitan prestasi olahraga Tanah Air, menempatkannya sebagai sarana mewujudkan national pride (kebanggaan nasional). Wajah olahraga harus kembali gagah dan megah, terlebih saat Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games 2018. ‘’Dulu itu kalau sudah bawa raket kelihatan keren. Orangorang ramai bermain bulu tangkis, bahkan sampai ngantre. Voli juga seperti itu. Bisa dipastikan setiap sore selalu ada anak-anak muda mengajak main,’’ tutur Musdalifah (41) menerawang pengalaman masa kecil di kampung halamannya di Brebes, Jawa Tengah. Bulu tangkis merupakan cabor yang terbilang ajeg menyematkan prestasi bagi Indonesia dari berbagai ajang tur-
namen maupun kejuaraan meski tidak sedahsyat pada masa-sama sebelumnya. Namun, posisi Indonesia sebagai raja tepok bulu dunia telah jauh hari diambil China. Bahkan pemeringkatan Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF) per Juli 2015 menempatkan Indonesia di posisi keempat setelah China, Jepang, dan Korea Selatan. Meski belum memberikan gelar level kontinental maupun global, prestasi sepak bola sebagai ‘’olahraga rakyat’’ juga membikin publik mengelus dada. Pada lingkup
regional ASEAN pun kali terakhir medali emas dipersembahkan Timnas Indonesia 24 tahun silam, tepatnya di SEA Games 1991. Beberapa kali gagal meraih gelar juara meski sudah menjejak final Piala AFF (Piala Tiger), selebihnya sepak bola Indonesia justru riuh oleh keributan antarsuporter, dualisme kepengurusan PSSI, kompetisi ganda, dan kini penghentian kompetisi serta pembekuan PSSI oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) yang berujung sanksi
dari Federasi Asosiasi Sepak Bola Internasional (FIFA). Dalam kacamata pandang Maulwi Saelan (89), legenda hidup sepak bola nasional serta mantan Ketua Umum PSSI, penurunan prestasi olahraga Tanah Air akibat minimnya nasionalisme yang membuat kinerja atlet kurang maksimal. Dampaknya, gairah publik dan generasi usia dini untuk berolahraga juga berkurang. Minimnya nasionalisme, ujar Maulwi menambahkan, juga tecermin dari berkurangnya gairah serta perayaan Haornas setiap 9 September. ‘’Padahal dulu perayaan berlangsung meriah. Setiap wilayah berlomba-lomba menggelar serangkaian acara, termasuk menggelar pertandingan olahraga,’’ ujarnya. O BRIGITHA SESILYA | ALVIN TAMBA | ARIF RAHMAN
OLAHRAGA DALAM BINGKAI CERMIN NASIONALISME »A2 | MAULWI SAELAN TENTANG NASIONALISME SEPAK BOLA NASIONAL »B26-B27 KRISIS PENGUNGSI DI EROPA
THAI LION AIR PEROLEH SERTIFIKASI IOSA
“TERSANDERA” DI HUNGARIA » A15
» A11
Jakarta
26-33°C
Bandung
18-30°C
Semarang
25-34°C
Yogyakarta
22-32°C
Surabaya
23-34°C
Denpasar
22-32°C
Hujan Lebat
Hujan Sedang
Hujan Ringan
Berawan
Cerah Berawan
Cerah sumber: BMKG
KAWASAN GELORA BUNG KARNO (GBK), YANG DULU DI KENAL DENGAN GELORA SENAYAN, SEBAGAI PUSAT KEGIATAN OLAHRAGA INDONESIA DIAMBIL DARI GEDUNG TVRI, JAKARTA, KAMIS (3/9) – HARIAN NASIONAL | AULIA RACHMAN
DINAMIS DAN MENCERAHKAN