SABTU-MINGGU, 14-15 SEPTEMBER 2019 | Nomor 1841 Tahun VII
Hari ini 24 halaman | Rp 3.000,-
SPORTS
TRAVEL & LIFESTYLE
SIHIR “ANAK BARU”
PESONA KREMLIN
» B9
» C17
A
DINAMIS DAN MENCERAHKAN BERITA UTAMA
»
A3
I
dealnya, kawasan pantai menyajikan air laut kebiruan, hamparan pasir yang bersih, ditingkahi embusan angin penyejuk jiwa. Di dalamnya, biota laut tumbuh dan berkembang seiring ekosistem yang sehat. Namun, berbeda dengan Teluk Jakarta. Warna air laut cenderung menghitam dengan aroma limbah menyengat di hidung. Biota laut, misalnya ikan dan ubur-ubur, tergantikan sampah organik maupun sampah anorganik, termasuk plastik, terombang ambing terbawa ombak. Berdasarkan catatan LIPI pada 2018, setiap hari sebanyak 21 ton sampah mengalir dari 13 sungai yang bermuara ke Teluk Jakarta. Sebagian besar disumbang dari limbah domestik yang didominasi sampah plastik. Biota laut kesulitan membedakan antara sampah plas-
KARHUTLA SEMAKIN MELUAS
»
A4
EKONOMI LION AIR PERTAMA LAYANI YOGYA-TARAKAN
»
Kualitas air laut di utara Jakarta berusaha dikembalikan lewat restorasi kerang hijau. tik dengan makanan mereka yaitu hewan renik seperti plankton. Akibatnya, sebagian besar dari biota itu tak mampu bertahan hidup. Para nelayan pun mengeluh, penghasilan menurun karena hasil tangkapan berkurang terlebih di area dekat pesisir. Limbah itu mencemari air laut yang mengandung logam berat berbahaya.
Penelitian pakar kelautan dari Institut Pertanian Bogor (IPB) beberapa tahun lalu menunjukkan, air laut di Teluk Jakarta mengandung silikat sebesar 52.156 ton, fosfat 6.741 ton, dan nitrogen 21.260 ton. Parahnya, kandungan tersebut menyerap pada biota laut yang kerap dikonsumsi manusia seperti ikan dan kerang. Di kerang hijau yang hidup Teluk Jakarta ditemukan logam berat seperti merkuri (Hg), cadmium (Cd), timbal (Pb), krom (Cr), dan timah (Sn). Tentu, kandungan tersebut tidak baik bagi kesehatan manusia yang mengonsumsinya karena bisa menimbulkan beberapa penyakit, memicu sel kanker dan penyakit degeneratif nonkanker. Di sisi lain, sebenarnya kerang hijau memiliki peran penting dalam ekosistem laut. Hewan dengan nama
lain green mussels itu memiliki kemampuan mengikat kandungan logam berat di air laut yang tercemar. Dalam jangka waktu tertentu, kerang ini bisa menjernihkan air yang keruh. Cover story kali ini mengulas upaya PT Pembangunan Jaya Ancol mengembalikan kebersihan perairan Teluk Jakarta dengan memanfaatkan kerang hijau. Proses restorasi kerang hijau mulai dilakukan sejak pertengahan tahun lalu. Penyebaran cangkang kerang hijau ke laut di kawasan Taman Impian Jaya Ancol itu dilakukan pada awal tahun lalu. Cangkang kerang itu digunakan sebagai media tumbuh green mussels. Perubahan pun mulai terlihat. Dasar laut yang terasa padat karena tumpukan lumpur, mulai memudar dan biota laut seperti kerang hijau, ikan, dan ubur-ubur mulai tampak di tepian laut. O
A5
MGR IGNATIUS SUHARYO HARDJOATMODJO PR USKUP AGUNG JAKARTA
» A6 A7 ASA MENJAGA PESISIR UTARA | BUKAN BAHAN MAKANAN TAPI REMIDIATOR » A2 Jakarta
24 - 31°C
Bandung
20 - 29°C
Semarang
24 - 33°C
Yogyakarta
23-32°C
Surabaya
26-35°C
Denpasar
26-35°C
Hujan Lebat
Hujan Sedang
Hujan Ringan
Berawan
Cerah Berawan
Cerah sumber: BMKG
INILAH LOKASI RESTORASI KERANG HIJAU DI KAWASAN WISATA TAMAN IMPIAN JAYA ANCOL, JAKARTA, RABU (11/9) – HARIAN NASIONAL | ESTI TRI PUSPARINI
DRAMA POLITIK BERJALAN MULUS