SABTU-MINGGU, 27-28 APRIL 2019 | Nomor 1732 Tahun VI
Hari ini 24 halaman | Rp 3.000,-
MAN UNITED vs CHELSEA
TRAVEL & LIFESTYLE
PELUANG BURU EMPAT BESAR
NUSA BUNGA NAN EKSOTIS
» B9
» C17
A
DINAMIS DAN MENCERAHKAN BERITA UTAMA JAKARTA MASIH SIAGA BANJIR
»
A3
DPR PERLU SIKAPI TUNGGAKAN RUU AWASI KETAT PANTI PENGOBATAN TRADISIONAL »
A4
EKONOMI TERMINAL 2F BANDARA SOETTA KHUSUS LCC
E BERKENAIKAN BAHAN PANGAN DIANTISIPASI »
A5
JIMLY ASSHIDDIQIE KETUA UMUM IKATAN CENDEKIAWAN MUSLIM INDONESIA
» A6 A7 Jakarta
24 - 31°C
Bandung
ntakan martil ke lembaran baja menghasilkan suara nyaring bersautan dari rumah-rumah warga di Kampung Dukuh RT 01 RW 01, Desa Pasir Mukti, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Suara bersautan itu layaknya alunan musik yang terbiasa menemani aktivitas warga yang sebagian besar berprofesi sebagai perajin kaleng. Sejak 1960-an, Kampung Dukuh memang dikenal sebagai pusat perajin kaleng. Bertahun-tahun warga menggantungkan nasib dari kompor minyak berbahan baku kaleng. Namun, julukan tersebut sempat “diakusisi” oleh para pedagang kompor minyak hasil karya warga Kampung Dukuh itu di kawasan Cawang, Jakarta Timur. Petaka datang pada tahun 2000-an, saat pemerintah mengonversi penggunaan minyak tanah ke gas. Penghasilan warga Kampung Dukuh menurun drastis karena permintaan kompor minyak merosot tajam. Tak patah
20 - 29°C
Semarang
24 - 33°C
Yogyakarta
Para perajin di Kampung Dukuh meyakini, hasil karya mereka bisa menggantikan produk sejenis berbahan plastik. arang, mereka berinovasi. Mereka tak lagi memproduksi kompor minyak, melainkan cetakan kue dan perabotan lain berbahan serupa. Pesaing jauh lebih banyak. Utamanya produk-produk pabrikan dan produk dari luar negeri lebih dulu mendominasi. Mereka pun kesulitan mencari
pasar. Kebutuhan hidup yang mendesak membuat mereka rela banting harga. Persaingan tak sehat antarperajin di Kampung Dukuh tak terelakkan. Perang harga berujung cekcok hingga adu fisik terjadi demi isi perut. Tengkulaklah yang paling diuntungkan dari situasi ini.
SINERGI MEMBANGKITAN PEREKONOMIAN | TOTALITAS PERAJIN KALENG » A2 23-32°C
Surabaya
26-35°C
Denpasar
26-35°C
Hujan Lebat
Hujan Sedang
Jengah melihat kondisi itu, Dedi Ahmadi mencari jalan keluar dengan mendirikan Koperasi Rancage. Dibantu PT Indocement melalui program CSR, Dedi mengencangkan kembali tali silaturahmi antarwarga yang sempat renggang. Meski tak mudah, dia berhasil membantu perajin dengan memperlebar pasar serta menciptakan para pengrajin kaleng baru. Cover story kali ini mengulas perjuangan para perajin berbahan kaleng di Kampung Dukuh itu. Tiga tahun berjuang, hasil kerja keras dan kekompakan mereka mulai terlihat. Gelar Kampung Kaleng tersemat. Kini 70 persen warga setempat berprofesi sebagai perajin kaleng. Mereka terus berinovasi di tengah gempuran perabot berbahan plastik. Meski manual, berbagai jenis perabot berhasil mereka produksi. Aneka jenis kerajinan tangan berbahan kaleng ini menjadi pilihan cerdas kala produk berbahan plastik sedang diupayakan untuk dihindari. O Hujan Ringan
Berawan
Cerah Berawan
Cerah sumber: BMKG
SEORANG PEKERJA SEDANG MEMBUAT AKSESORIS MOBIL DI RUMAH PRODUKSI MILIK MAMAK DI KAMPUNG DUKUH, CITEUREUP, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT, RABU (24/4) – HARIAN NASIONAL | ESTI TRI PUSPARINI
PEMIMPIN TEROR SRI LANKA TEWAS