Culture of Transformation

Page 1

Hegel Pustaka @HegelPustaka

Culture of Transformation

Frans Pantan | Yulius Aris Widiantoro

Frans Pantan dan Yulius Aris Widiantoro

CULTURE OF TRANFORMATION

Semuanya mengalir dan tidak ada satupun yang tinggal menetap (Yun. panta rhei kai uden menei) adalah sabda Herakleitos tentang perubahan. Selagi manusia hidup di dunia yang terikat dengan ruang dan waktu di situlah kita harus siap berubah. Menolak perubahan hanya akan membuat kita tergulung mengenaskan dalam sejarah. Alih-alih memberikan legacy justru yang terjadi adalah ingkaran–kita dilupakan. Kita pernah alami sejarah kelam di abad pertengahan (abad 5 sampai abad 15) yang kemudian disebut sebagai abad kegelapan. Pada masa ini perkembangan ilmu pengetahun ‘macet’ efek kuatnya otoritas keagamaan. Semua ilmu pengetahuan harus tunduk pada dalil agama. Intinya pengetahuan menjadi ancilla theologiae (pelayan atau budak teologi). Renaissance adalah Gerakan kebudayaan yang menghentikan kesewang-wenangan otoritas keagamaan yang kaku dan konon katanya anti kritik. Renaissance membuka gerbang besar lahirnya modernitas. Modernitas melenggang kian liar, hingga pertengahan abad 18 secara prematur melahirkan revolusi industri 1.0. Kelas borjuis (penikmat kapiltalis) secara hegemonik menikmati profit besar. Eforia revolusi industri 1.0 menandakan runtuhnya ekonomi agraris dan berubah menjadi ekonomi yang berbasis pada industri manufaktur. Sudah dipastikan pertentangan kelas tidak dapat dibendung, mengalir deras dan memunculkan kesenjangan. Kini kita menjejak langkah di revolusi industri 4.0 di mana kita dikepung dengan teknologi informasi yang kuat. Bijak (wise) dan sadar (aware) adalah kunci utama menyongsong ‘rezim’ teknologi informasi. Teologi yang hanya mengandalkan pendekatan tradisional dan menolak postulat kekinian hanya akan berujung sebagai ilmu yang impoten karena tidak mampu menawarkan konsep yang relevan dengan tuntutan zaman. Sebagian besar umat Kristen dan tidak sedikit para elite (ed. teolog) minus konsep sehingga tidak mampu beradaptasi dengan perubahan bahkan cenderung terbuai dalam eskapisme ritual–senang dalam ruang doa yang tertutup tanpa membuka mata dan bergerak berbuat sesuatu. Jangan sampai eforia keimanan kita berujung pada aporia!

Frans Pantan | Yulius Aris Widiantoro


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.