Majalah Artefak edisi November 2019

Page 12

Pelestarian Bangunan

Pelestarian Bangunan Rumah Sakit Panti Rapih, Rumah Penyembuhan Bergaya Indis di Yogyakarta Oleh: Elyada Wigati Pramaresti Kebudayaan Indis merupakan sebutan untuk berbagai kebudayaan campuran antara Eropa/Belanda dengan Indonesia. Percampuran budaya tersebut memberi pengaruh besar pada gaya hidup masyarakat Hindia Belanda. Kehidupan masyarakat lokal dipengaruhi oleh budaya Indis umumnya melalui jalur formal, misalnya melalui pendidikan dan pekerjaan. Selain gaya hidup, arsitektur bangunan pun tidak luput dari pengaruh budaya Indis. Hingga masa kini, kita masih bisa menemukan bangunan-bangunan dengan gaya Indis, terutama di Yogyakarta. Salah satu bangunan bergaya Indis di Yogyakarta adalah Rumah Sakit Panti Rapih. Bangunan unik semacam itu tentu harus dilestarikan karena merupakan bukti fisik bercampurnya kebudayaan lokal dengan Belanda sekaligus identitas budaya yang pernah ada di Yogyakarta. Topik yang akan dibahas dalam tulisan ini adalah fokus pelestarian bangunan Rumah Sakit Panti Rapih sebagai cagar budaya yang menyimpan sejarah panjang.

Sejarah RS Panti Rapih

seorang uskup dari Semarang memberi nama Rumah Sakit

Rumah Sakit Panti Rapih didirikan oleh yayasan

Panti Rapih yang artinya "rumah penyembuhan�

bernama "Onder de Bogen Stichting" yang

Pelestarian Rumah Sakit Panti Rapih

didukung oleh pengurus Gereja Yogyakarta.

Pelestarian adalah upaya dinamis untuk

Pencetusan pendirian rumah sakit dilatar

mempertahankan keberadaan cagar budaya dan nilainya

belakangi oleh keinginan misionaris Belanda yang

dengan cara melindungi, mengembangkan, dan

ingin berkarya bagi masyarakat pribumi dalam

memanfaatkan (UU no 11 tahun 2010). Perlu diingat

bidang kesehatan. Pembangunan fisik rumah sakit

bahwa cagar budaya memiliki lima nilai penting yaitu

dimulai dengan peletakkan batu pertama pada

sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan

tanggal 14 September 1928 oleh Ny. C.T.M.

kebudayaan. Dalam melestarikan cagar budaya, kita harus

Schmutzer van Rijckevorsel. Bangunan tersebut

mengusahakan agar kelima nilai penting tersebut tetap

selesai dibangun pada pertengahan Agustus 1929

bertahan dan meminimalisasi kemungkinan terjadinya

dan resmi dibuka oleh Sri Sultan Hamengku

pengurangan nilai penting. Piagam Burra sendiri

Buwono VIII pada bulan September 1929 dengan

menyebutkan bahwa pelestarian dimaksudkan untuk

nama "Onder de Bogen"

mempertahankan makna kultural dari suatu cagar budaya.

Pada masa kolonial Jepang, rumah sakit

Pada pelestarian bangunan Rumah Sakit Panti

Onder de Bogen diambil alih menjadi rumah sakit

Rapih, terdapat tiga aspek arstektur yang harus

pemerintah Jepang. Di masa ini pula Jepang tidak

diperhatikan. Pertama adalah aspek fungsi, yaitu untuk

menghendaki penggunaan segala sesuatu yang

apa bangunan tersebut dimanfaatkan di masa lalu,

berbahasa Belanda di Indonesia. Karena kebijakan

kegiatan apa saja yang pernah dilakukan pada masa lalu,

itu, nama rumah sakit diganti dengan nama

dan kegiatan apa yang dilakukan di masa kini. Bangunan

pribumi. Maka Mgr. Alb. Soegijopranoto, SJ,

lama Rumah Sakit Panti Rapih yang fungsinya masih tetap

9

artefak November 2019


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.