12
ISSUE OF THE MONTH
HAK ATAS KOTA
Apa yang Hilang Dari Kehidupan Kita Sebagai Warga Kota? Oleh: Intan Dwi Nuraini Jika kita melihat lagi aktivitas keseharian ini, banyak sekali hal-hal yang seolah di luar kendali kita sebagai warga kota. Kemacetan, banjir, minimnya penghijauan, masalah perumahan layak, kriminalitas, dan masih banyak lagi dinamika permasalahan kota. Segala upaya perbaikan telah diupayakan dan tidak sedikit hasil dari tindakan tersebut tidak sesuai harapan. Hal ini disebabkan oleh kehidupan perkotaan yang pada dasarnya adalah hasil dari relasi sosial, ekonomi, bahkan politik dari warga kota. Jika hal-hal tersebut hanya menemukan jalan buntu, kita sebagai warga kota akan terasingkan atau terjadi sebuah kondisi warga kota yang tanpa jiwa dan tanpa substansi. Hak kita sebagai warga kota hilang ketika kita, warga kota, yang publik dari kota seperti yang terjadi saat ini. Menurut David Harvey (2008), hak atas kota lebih dari sekadar kebebasan untuk mengakses sumber daya kota, melainkan hak untuk mengubah diri sendiri dengan mengubah kota tersebut. David Harvey mengungkapkan bahwa hak ini merupakan hak kolektif karena dalam mengubah kota, keterkaitannya dengan pelaksanaan kekuasaan kolektif dalam proses urbanisasi tidak dapat dihindarkan. Berdasarkan Henri Lefebvre (1968), hak atas kota merupakan hak yang nyata, yakni hak untuk mentransformasikan dan memperbaharui kota. Secara sederhana, hak atas kota dapat kita maknai sebagai hak untuk mengubah kota berdasarkan kebutuhan kita sebagai warga kota. Kesadaran hak atas kota perlu ditanamkan di kalangan masyarakat Indonesia agar pembangunan kota tidak hanya ditujukan untuk keuntungan golongan tertentu saja, tetapi juga untuk kemaslahatan berbagai golongan masyarakat. Masyarakat berhak ambil andil dalam penentuan arah pembangunan kota itu. Tujuannya adalah agar warga kota tidak teralienisasi dari kotanya sendiri. Dengan kata lain adalah agar warga kota nyaman tinggal di kota sebagai tempat tinggal dan menjalankan hidup.
Foto: Fikri Ahsanul Huda/Neighbourhood
11
Kabar Perencana
Bincang-Bincang
Festagama’18 Oleh: Tisar Endah A.
Setelah sempat vakum, Festagama 2018 hadir lagi. Festagama kali ini membawa tema 'Hak Atas Kota'. Berbeda dengan tema tahun-tahun sebelumnya yang sangat konseptual, tahun ini tema berasal dari isu-isu permasalahan kota. Banyak konsep baru yang ada di Festagama kali ini salah satunya Rembug Warga dan untuk hasilnya sangat diluar ekspetasi, antusiasme peserta dan pembicara luar biasa. Aku merasa cukup puas untuk keseluruhan Festagama apalagi sebagai awalan setelah vakum, walaupun ada beberapa hal yang masih harus diperbaiki.
SENO AJI YUDHOYONO Ketua Acara Pameran Tayuban
12
NEIGHBOURHOOD | #6 HMT PWK UGM
RIFQI ARRAHMANSYAH Ketua Umum Festagama
Festagama tahun ini pameran bukan merupakan output KKP, jadi pemilihan tema utama sedikit berbeda dengan memilih poin inklusif yang tertuang di NUA. Konsep pameran sangat jauh berbeda, pamerannya menjadi pameran seni dan panggung terbuka. Penggantian konsep ini didasari oleh tujuan utama pameran yaitu poin explorasi, dimana tahun ini poin yang ingin kami gali adalah respon masyarakat terhadap perkotaan sehingga kami bekerja sama dengan banyak masyarakat, terutama mungkin untuk tahun ini seniman, untuk menggelar pameran seni kolaboratif. Walau pameran belum memenuhi target, tapi ini jadi evaluasi kita aja untuk Festagama tahun berikutnya lebih menyatukan visi.
Ide baru melalui Rembug Warga sebetulnya adalah manifestasi dari gagasan baru di Festagama secara keseluruhan. Rembug Warga datang dari keinginan membuat Festagama, dan PWK secara keseluruhan, lebih bisa kritis dengan isu-isu perkotaan yang ada dan lebih membuka diri dengan berbagai stakeholder yang ada untuk berkolaborasi dalam isu-isi itu. Aku pribadi pengen Rembug Warga jadi ruang baru buat anak-anak PWK mengeksplorasi lebih tentang permasalahan kota, sementara juga jadi jembatan bagi orangorang umum untuk lebih paham dengan isu di sekitarnya. Diskusi-diskusi di Rembug Warga mengangkat isu-isu spesifik yang ada di sekitar kita, dan harapannya kami membentuk ruang baru yang bisa mengakomodasi orang-orang awam untuk jadi lebih peka. Aku pribadi bersyukur dan puas dengan Rembug Warga yang kemarin. semoga bisa konsisten untuk mengembangkan ruang baru ini. Karena sebetulnya, Festagama itu adalah ruang yang menyenangkan untuk mengeksplor lebih jauh keilmuan PWK itu sendiri.
FABIAN M AL-HAKIM Ketua Y-Plan
FILDZAH HUSNA Ketua Rembug Warga
Y-plan merupakan ajang perlombaan karya tulis dan salah satu dari rangkaian acara Festagama, ber-tema-kan perencanaan wilayah dan kota. Tema yang diangkat biasanya dari isu-isu yang lagi hangat tentang perkotaan atau inovasi-inovasi apa yang kira-kira bagus untuk perkotaan. Y-Plan dirasa menjadi pilihan yang tepat untuk kita mudah memantik kepedulian siswa-siswa SMA maupun mahasiswa terhadap perkotaan. Titik positifnya adalah keliatan banget kalau sebenarnya mereka mampu memberikan inovasi-inovasi terhadap perkotaan lewat karya tulis yang di buat. Aku ngerasa udah puas banget sih dengan acara ini. Terutama ini tahun pertamaku sebagai angkatan 2016 jadi panitia Festagama. Terlebih untuk Y-Plan sendiri dapet pujian yang luar biasa dari peserta-peserta yang ikut.
13
Konsep dari panggung terbuka sendiri yaitu media untuk orang-orang mengungkapkan pemikirannya tentang perkotaan, jadi target acara memang diperuntukkan untuk masyarakat. Panggung terbuka juga mengusung tema yang dibagi menjadi 4 yaitu keadaan, kritik, cita-cita dan solusi. Tema ini berpengaruh untuk narasi diawal dan diakhir acara. Aku sudah puas dengan acara kemarin yang berlangsung selama 4 hari. Walaupun masih ada beberapa poin yang masih harus dibenahi. Pesan untuk Festagama tahun berikutnya ditingkatkan lagi.
14
NEIGHBOURHOOD | #6 HMT PWK UGM
EUGENEUS OTTO BISMAR Ketua Acara Panggung Tayuban
HMTPWK PHOTO
18
NEIGHBOURHOOD | #6 HMT PWK UGM
UGM GALLERY
19
NEIGHBOURHOOD | #6 HMT PWK UGM