INDONESIA CONTROLLER EDISI 3 - SEPTEMBER 2018

Page 1

Indonesia

CONTROLLER IATCA Offi Official M Magazine agazine

Edisi E disi 3 / Tahun Tahun 1 / SEPTEMBER 2018

19TH ANNIVERSARY THEN, NOW AND FOREVER, LET’S DO IT!

ASBU Bagian 3 TECHNOLOGY ROADMAPS Joy Flight SKATEBOARD DAY-ATC TRAVELLER Initial Contact NABIRE Notam FLASHBACK 777 Vicinity Aerodrome MUSCAB PANGKAL PINANG-MUSCAB MAKASSAR-EDUCATION FAMILIARIZATION SEMARANG Special Report SPECIAL COMMITTEE FOR SPECIAL PEOPLE-KESAN UNTUK MASA DEPAN-BATIK IATCA Visual Approach MEMBANGUNKAN HARIMAU MEMBESARKAN RAJAWALI AND MANY MORE ARTICLES

ISSN 2622-8858


DEWAN PENGURUS PUSAT Indonesia Air Traffic Controllers Association dan SELURUH ANGGOTA

Mengucapkan Selamat Ulang Tahun

AirNav Indonesia

13 SEPTEMBER 2012 -13 SEPTEMBER 2018

BERSAMA WUJUDKAN VISI

Menjadi Penyedia Jasa Pelayanan Navigasi Penerbangan

BERTARAF INTERNASIONAL Edisi 3 | September 2018 | Indonesia Controller


Sambutan

|

Assalamualaikum Wr Wb Kita bersyukur bahwa IATCA, organisasi yang kita cintai ini, pada tanggal 29 Juli 2018 yang lalu telah berusia 19 Tahun. Selama 19 Tahun IATCA mengabdi untuk kemajuan penerbangan di negeri ini, tentunya banyak yang sudah kita persembahkan. Namun persembahan–persembahan IATCA untuk negeri ini masih belum cukup, masih perlu terus kita torehkan prestasi–prestasi baru, kita bangun profesionalisme kerja kita serta kita tingkatkan semangat kaderisasi kepada para ATC muda yang kelak akan menjadi pemimpin– pemimpin tangguh yang siap menghadapi apapun yang akan terjadi. Kita bersyukur, karena AirNav Indonesia BUMN yang menaungi profesi ATC di Indonesia, yang dilahirkan melalui PP Nomor 77 Tahun 2012 pada tanggal 13 September 2012, saat ini telah berusia 6 Tahun. Selamat Ulang Tahun ke 6 AirNav Indonesia. Ucapan ini saya tujukan kepada Direksi selaku Manajemen, seluruh karyawan Perusahaan, seluruh profesi yang mendukung jalannya pelayanan Perusahaan, dan juga saya sampaikan kepada seluruh ATC di seluruh penjuru negeri, karena Perusahaan ini merupakan salah satu unjuk karya kita untuk Bumi Pertiwi. Kontribusi IATCA dalam pendirian Perusahaan ini sangatlah besar, untuk itu penting bagi kita menjaga, merawat dan mengawal Perusahaan ini menjadi Perusahaan yang mampu membanggakan Bangsa. Kebanggaan Indonesia adalah kebanggaan kita semua. Kita bersyukur, atas Perlindungan Allah SWT dalam pelaksanaan tugas profesi kita, dalam keseharian kerja kita, dalam setiap phraseology yang kita ucapkan, sehingga pelayanan kita dalam menjamin keselamatan penerbangan dapat berjalan dengan baik. Khususnya pada masa–masa peakseason, termasuk juga dalam pelaksanaan penerbangan haji tahun 2018 ini. Semoga Tuhan memberikan keberkahan bagi kita, atas keikhlasan kita mengantarkan para jamaah haji dari negeri manapun yang melintas di dalam ruang udara kita. Dan tentunya kita berdoa, semoga para jamaah haji khususnya dari Indonesia dan lebih khusus lagi kepada ATC–ATC Indonesia yang sedang melaksanakan ibadah haji, semoga menjadi Haji yang Mabrur, diterima ibadahnya, dan kembali ke Tanah Air membawa keberkahan dari Allah SWT. Ungkapan syukur kita panjatkan atas lancarnya penerbangan

Indonesia Controller | September 2018 | Edisi 3

dalam mendukung pelaksanaan Asian Games ke 18 yang dilaksanakan di Jakarta dan Palembang. Terimakasih saya ucapkan kepada para ATC yang bertugas di JATSC, MATSC, Halim, Palembang, Medan, serta yang bertugas di semua sector pemanduan lalu lintas penerbangan di seluruh Indonesia, atas kontribusinya dalam mensukseskan perhelatan Asian Games tersebut. Pada kesempatan ini pula, atas nama IATCA kami menyampaikan keprihatinan yang mendalam, atas duka yang menimpa saudara–saudara kita korban bencana gempa di Lombok dan sekitarnya. IATCA telah menggalang dana dari ATC di seluruh Indonesia guna meringankan beban yang menimpa saudara–saudara kita tersebut. Semoga bantuan yang kita berikan dapat bermanfaat dan semoga keadaan dapat segera pulih kembali. Kami juga turut prihatin dan berduka cita atas musibah kecelakaan pesawat di daerah Oksibil, yang menimpa sahabat –sahabat kita para crew PK HVQ beserta para penumpang. Semoga Tuhan Yang Maha Penyayang memberikan tempat terbaik bagi mereka, dan semoga keluarga yang ditinggalkan diberikan kesabaran, serta semoga penumpang yang selamat dapat disembuhkan seperti sediakala. Sekali lagi, mari kita berdoa semoga Allah SWT senantiasa melindungi kita semua, Amin.

Bravo IATCA, Lets Do It Suwandi, SH Ketua Umum DPP IATCA

3


Note from Desk Control Edisi ke-3 Indonesia Controller sesuai jadwal yang telah ditentukan terbit kembali walau agak lambat diterima oleh para pembaca. Bulan Juli, Agustus dan September adalah bulan istimewa untuk IATCA. Ada kabar sedih dan juga ada kabar gembira yang harus diterima oleh IATCA, dua orang tokoh yang sangat berperan dalam kehidupan ATC Indonesia telah meninggalkan kita untuk selamanya, yang pertama adalah Dr. drs. Yaddy Supriyadi, SH, MM, SSiT, seorang tokoh pendidik di lingkungan ATC Indonesia, birokrat dan juga pejuang sejati IATCA, aktif di saat awal pendirian IATCA dan masih menjadi Dewan Kehormatan Profesi IATCA di akhir hayatnya telah meninggalkan kita pada awal bulan Juni 2018. Yang kedua adalah Ibu Anna Endang Rahayu, seorang instruktur wanita yang tegas dan berwibawa namun lembut dan penuh pengertian yang wafat di awal bulan Agustus 2018, suami beliau Bapak Haryo Wibowo adalah instruktur di PLP/STPI Curug, keduanya berperan dalam menciptakan ATCATC Indonesia. Kabar gembiranya, memasuki usia yang ke-19 tahun IATCA mendapatkan kado pertama yaitu telah dimulainya pencarian sejarah HATCI - IATCA yang ditandai dengan mengumpulkan dan mewawancarai para pelaku sejarah tersebut. Kado yang kedua, mulai edisi ke-3 ini majalah Indonesia Controller telah mempunyai nomor ISSN atau International Standard Serial Number yang terdaftar pada Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah LIPI (PDII-LIPI) sebuah nomor unik yang digunakan untuk identifikasi publikasi berkala media cetak. Kado yang ketiga, Majalah Indonesia Controller mempunyai Maskot Mas Slamet dan Mba Septi, 2 orang tokoh virtual yang akan mengisi majalah Indonesia Controller melalui animasi kartun atau karikatur. Tidak lupa kami juga mengucapkan Selamat Hari Ulang Tahun ke 73 untuk Republik Indonesia dan Selamat Hari Ulang Tahun ke-6 untuk AirNav Indonesia Bravo IATCA, Lets Do It Team Redaktur

PENANGGUNG JAWAB

Ketua Umum DPP IATCA

PEMIMPIN REDAKSI

Kabid Humas dan Publikasi DPP IATCA

REDAKTUR

Sekretariat DPP IATCA Setio Anggoro, Ulul Azmi, Ahmad Izazi Dheny Purwo

PHOTOGRAPHER

Merdi T. Uriko, Andi Irdiansyah Andy Widiyartha, Mohamad Romy, Haswan

EDITOR

Sekretariat DPP IATCA Humas dan Publikasi DPP IATCA

LAYOUT / DESIGN

Ahmad Izazi, Putu Dipa Sanjaya

KRITIK DAN SARAN redaksi@iatca.or.id redaksi.iatca@gmail.com

KONTRIBUTOR

Acenk Rais, Brian Bima Toro, Didik Suryono, Ghaiz Katili, Herroejanto Heru Legowo, Herman Melsan, M. Romy, Ario Ajie, Arif R Setiawan, Moch. Bambang Gilang, Rizwan Noor, Riza Fahmi, Rizky Auditama, Roy Johanis Fuad Sipatuhar, Sisilia NC Pradini, Zainal Arifin Harahap

ALAMAT REDAKSI, SIRKULASI & PEMESANAN

Sekretariat DPP IATCA MER Building Lt. 2 Kantor Pusat AirNav Indonesia Jl. Ir. H. Juanda No. 1 Tangerang Telp. 0813-1888-2907

Redaksi menerima tulisan atau naskah dalam bentuk MS Word atau PDF yang dikirimkan melalui email di atas Redaksi mempunyai hak untuk mengedit tulisan yang diterima tanpa merubah substansi tulisan

4

Edisi 3 | September 2018 | Indonesia Controller


Daftar Isi 72

27 Puri Denbencingah

64

IATCA UNTUK LOMBOK

SAMBUTAN KETUA UMUM IATCA

3

NOTE FROM DESK CONTROL

4

6

NOTAM Flashback 777

68

Skateboard Day

SPECIAL REPORT 19TH ANNIVERSARY

Special Committee for Special People

29 33

Kesan Masa Depan

35

Mencari Sejarah HATCI - IATCA

38

Invaluable Moment, Wonderful Moment

40

Mengenal Lebih Dekat Pelaku Sejarah

42

Batik IATCA

VISUAL APPROACH Driving The Future or Left Behind

NABIRE

8

TEKNOLOGI Air Speed

12

100 Menit di Angkasa

48

Implementasi Re-Cat EU di CDG Airport

61

Membangunkan Harimau, Membesarkan Rajawali

52

Selamat HUT ke-19 IATCA

54

Gowes Bareng IATCA Jogja

56

HUT ke-19 DPC IATCA Batam

58

VICINITY AERODROME EduFam DPC IATCA Semarang

14

Muscab DPC IATCA Pangkal Pinang

70

Muscab DPC IATCA Makassar

74

REFRESHING Let’s Pronounce it Correctly!

17

ASBU BAGIAN 3 Technology Roadmaps

14

TRAFFIC INFORMATION Ini PaskibraKu, Mana PaskibraMu

25

Sing-Lish

66

Indonesia Controller | September 2018 | Edisi 3

BACK TO BARRACK Junior Air Traffic Controller Batch 5

60

JOY FLIGHT ATC Traveller

76

EVENT

78

SLAMET & SEPTI

79

5


| Visual Approach

DRIVING THE FUTURE… OR LEFT BEHIND,

tantangan kasat mata di era kemerdekaan Rizwan Noor H & Roy Johanis Memandang sang Merah Putih yang berkibar di tengah Kota Toulouse merupakan momen yang mengharukan sekaligus menghadirkan rasa bangga di hati kami yang saat ini berada jauh dari tanah air. Walaupun tidak terucap, rasa rindu terhadap kemeriahan perayaan hari kemerdekaan di tanah air merupakan hal yang tak terbendung.

“Kami menggoyangkan langit, menggempakan darat, dan menggelorakan samudera agar tidak jadi bangsa yang hidup hanya dari 2 ½ sen sehari. Bangsa yang kerja keras, bukan bangsa tempe, bukan bangsa kuli. Bangsa yang rela menderita demi pembelian cita-cita”. Kutipan kalimat Bung Karno tersebut seakan tepat untuk memaknai peringatan kemerdekaan ke 73 Republik Indonesia, tepat 19 hari setelah IATCA memperingati HUT ke 19. Masa lampau mengajarkan kita bahwa proses yang terlihat sulit pun akan mudah ketika memiliki cita -cita yang sama. Bukankah dahulu, seluruh ATC Indonesia pernah memiliki cita-cita besar yang menyatukan seluruh energi dan pemikiran kita? Sebuah keinginan yang sama dan selalu ada di dalam benak setiap ATC Indonesia dari ujung Sabang hingga Merauke untuk memiliki rumah kita bersama, The Single Ai Navigation Service Provider (ANSP). Sejarah pernah mencatat bagaimana perjuangan pendahulu dan rekan–rekan kita di IATCA dengan penuh kerja keras, bahumembahu serta mengesampingkan ego dan kepentingan tertentu untuk mencapai cita-cita besar tersebut. Kini cita–cita tersebut telah terwujud, Airnav Indonesia telah berdiri menjadi rumah bagi seluruh ATC Indonesia. Enam tahun sudah rumah itu berdiri dan kita pun kembali menjadi saksi bahwa perjalanan membangun rumah ini bukanlah suatu proses yang mudah. Bagaimanapun juga, Airnav Indonesia merupakan rumah yang harus kita bangun terus. Kita tidak boleh terjebak kepada histeria isu-isu sensasional jangka pendek yang membiaskan gambaran tentang tantangan masa depan sesungguhnya yang harus kita hadapi bersama-sama. Area comfort zone harus segera kita tinggalkan. Kita harus segera membangun kembali mimpi dan cita–cita yang baru untuk menguasai masa depan dan tidak tertinggal oleh perkembangan teknologi yang ada.

Bangga, Bendera Merah Putih berkibar di Toulouse

6

Edisi 3 | September 2018 | Indonesia Controller


menggoyangkan langit, “Kami menggempakan darat, dan menggelorakan samudera agar tidak jadi bangsa yang hidup hanya dari 2 ½ sen sehari. Bangsa yang kerja keras, bukan bangsa tempe, bukan bangsa kuli. Bangsa yang rela menderita demi pembelian cita-cita.

(Ir. Soekarno-Presiden Ke-1 RI)

Modernisasi pelayanan pada ruang udara Indonesia bukanlah lagi suatu pilihan namun merupakan kewajiban dan tantangan yang harus mampu kita jawab. Industri akan selalu menuntut kita untuk tetap berinovasi dalam memberikan pelayanan. Tuntutan industri penerbangan sudah tidak lagi terbatas hanya kepada isu–isu berkaitan dengan keselamatan, efisiensi, lingkungan dan juga peningkatan kapasitas namun juga untuk dapat memaksimalkan manfaat dari penggunaan teknologi pesawat yang semakin canggih dan secara langsung akan memaksa kita untuk menghadirkan konsep–konsep baru dalam memberikan pelayanan navigasi penerbangan. Kita tidak boleh asing lagi dengan istilah teknologi berbasis satelit (e.g ADSB service, GBAS/SBAS, PBN), konsep ASBU, bahkan hingga kepada konsep–konsep teknis terbaru seperti Point Merge System, RECAT & Time Based Separation, Flexible Route, 4D Trajectory Management dan lainnya. Jika kita genit mengintip di tempat lain, maka kita akan terperangah melihat mereka tengah berupaya keras untuk menguasai masa depan. Terlalu jauh jika kita melihat konsep besar seperti The Next Generation Air Transportation System (NextGen) di Amerika atau The Single European Sky ATM Research (SESAR) di Eropa. Kita cukup melihat bagaimana upaya–upaya yang dilakukan negara tetangga kita untuk menghadirkan pelayanan berkelas dunia dan modern. Australia dengan project OneSky, akan memperkenalkan CMATS (The Civil Military Air Traffic Control System) sebuah future-proof system untuk menggantikan system yang lama dan menjamin teknologi yang digunakan diperbaharui dan bahkan beyond perkembangan teknologi yang ada saat ini, artinya telah siap untuk kebutuhan yang diperlukan di masa depan. Singapura sejak tahun 2014 telah menggunakan ATC system dengan teknologi terbaru LORADS III (Top Sky-ATC system) yang saat itu mereka klaim sebagai The World’s Most Advanced Air Traffic Management System. Singapura kini dengan project Centre of Excellence for ATM Programme juga cukup aktif dalam berbagai kegiatan research & development (R&D) bekerjasama dengan

Indonesia Controller | September 2018 | Edisi 3

Visual Approach

|

banyak lembaga internasional ternama untuk mengembangkan dan memvalidasi ide dari berbagai konsep inovasi pada bidang ATM. Lebih dari S$200 million anggaran yang dialokasikan hanya untuk proses R & D ini. Gambaran singkat diatas semoga dapat meyakinkan bahwa kita memang berada pada era di mana teknologi dan tuntutan industri dapat dengan cepat merubah proses bisnis pelayanan navigasi penerbangan yang kita lakukan. Kita harus memahami bahwa keterlambatan untuk menjawab tantangan teknologi masa depan dapat membuat kita terjajah oleh konsep dan pemikiran yang dikembangkan oleh pihak lain yang terlebih dahulu menguasai masa depan. Di sisi yang lain, tantangan teknologi masa depan ini tidak hanya terhenti pada posisi diam namun terus bergerak maju. Apakah kita sebelumnya pernah membayangkan bahwa ATC dapat mengatur traffic di bandara bukan dari ATC tower namun dari lokasi yang jauh dari bandara dan tidak melihat traffic secara kasat mata? Jika kita masih sekedar membayangkan, maka di beberapa negara teknologi ini sudah diterapkan dengan konsep digital “remote” tower, bahkan pada tahun 2019 akan dikembangkan pada beberapa bandara yang memiliki traffic yang cukup padat. Begitu juga dengan potensi perkembangan penggunaan drones & unmanned aircraft yang akan menjadi pendatang baru pada ruang udara yang saat ini dikelola sehingga banyak otoritas penerbangan sipil yang tengah menyiapkan diri (mixed use of airspace). Belum lagi jika kita melihat banyaknya penelitian terkait penggunaan teknologi Artificial Intelligence (AI) tidak hanya pada pesawat namun juga pada proses pemanduan lalu lintas penerbangan. Jika kita masih berpikir ini merupakan hal yang mustahil, maka tidak perlu jauh–jauh untuk mencari informasi karena di Singapura saat ini sedang dikembangkan penggunaan teknologi AI pada Smart Digital Tower Prototype (control tower operations) yang direncanakan untuk digunakan di Bandara Changi. Sebagai penutup kembali kami mengutip kalimat Bung Karno, "Gantungkan cita-cita mu setinggi langit! Bermimpilah setinggi langit. Jika engkau jatuh, engkau akan jatuh di antara bintang-bintang." Kita para ATC Indonesia memiliki modal yang lebih dari cukup untuk melompat maju menguasai masa depan. ATC Indonesia memiliki generasi penerus yang kritis, tidak gagap teknologi, haus akan inovasi dan pengetahuan serta tidak resisten terhadap perubahan. Maka kini pilihan ada ditangan kita para ATC Indonesia untuk membangun rumah kita, Airnav Indonesia. Jadikan semangat untuk menghadirkan pelayanan yang modern dan berkelas dunia di ruang udara Indonesia kembali menjadi cita-cita besar bersama yang harus kita raih.

So...Driving the Future or left behind ?

7


| NOTAM - Notice From Aminarno Masih banyak di antara kita, Air Traffic Controller Indonesia yang belum mengetahui atau bertanya-tanya bagaimana Seahorse International Airport menjadi tempat kita ditempa saat pendidikan, Airport Virtual ini yang selalu update dengan perkembangan di dunia penerbangan metodenya tidak hanya digunakan pada Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia namun juga digunakan pada Akademi Teknik dan Keselamatan Penerbangan (beberapa telah berganti nama menjad Politeknik) dan sekolah swasta Indonesia Aviation School. Redaksi Majalah meminta kepada Bapak Aminarno BP sebagai pelaku sejarah tersebut untuk sedikit menjelaskan tentang SEAHORSE, hal ini dipandang tepat oleh Redaksi paralel dengan pencarian sejarah HATCI-IATCA

FLASHBACK 777 BORN OF SEAHORSE INTERNATIONAL AIRPORT BATFISH, INDONESIA

Judul NOTAM untuk kali ini cukup bombastis dan agak mbeling sebab mencantumkan angka 777 sehingga seolah-olah berkaitan dengan pesawat udara Boeing 777. Mengapa angka 777 ? Angka 777 adalah representasi dari bulan 7 tahun 77, bulan dan tahun di mana penulis secara tidak menduga telah menciptakan sesuatu yang fenomenal (menurut ukuran penulis) yang belakangan menjadi ikon di kalangan ATC Indonesia. Bukan bermaksud riya atau pamer melainkan ingin berbagi (sharing) pengalaman dengan harapan bisa memberikan inspirasi dan dorongan semangat kepada generasi muda untuk lebih baik dan lebih maju. Bulan Juli ini – tepat 42 tahun yang lalu (tepatnya Juli 1976) – penulis memulai karir sebagai Instruktur/Pembina/Pengajar/Pelatih di lembaga pendidikan penerbangan yang pada awalnya bernama Akademi Penerbangan Indonesia (API) kemudian pada tahun 1969 berubah nama dan status menjadi Lembaga Pendidikan Perhubungan Udara (LPPU). Pada tahun 1975 LPPU berubah lagi menjadi Pendidikan dan Latihan Penerbangan (PLP) dan sejak tahun 2000 berubah menjadi Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia (STPI). Nama ini pun tidak lama lagi harus berubah menjadi Politeknik Penerbangan Sipil Indonesia (PPSI) mengikuti peraturan Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi. Bulan Juli adalah bulan yang cukup berkesan bagi penulis sebab pada bulan Juli 1976 (setahun setelah menyelesaikan pendidikan SATC Angkatan ke-5) penulis, atas perintah Direktur Jenderal Perhubungan Udara (yang pada waktu dijabat oleh Bapak Marsekal Muda Kardono – ayahanda rekan kita Capt. Arman Maulana), dipindah tugaskan dari Bandar Udara Hasanuddin Ujung Pandang ke LPPU Curug sebagai Instruktur di Seksi Pendidikan ATC. Bulan Juli adalah juga bulan pernikahan penulis (22 Juli 1978) dengan putri salah seorang karyawan PLP yaitu Karni Rahayu dan pada bulan Juli pula yaitu tahun 1977 penulis berhasil mewujudkan hasil kreasi tulisan dan gambar yang penulis beri nama Seahorse-Batfish Air Traffic Control Procedure. Kreasi tulisan dan gambar tersebut muncul didorong oleh suatu pengalaman mantan siswa LPPU/PLP dan keinginan penulis sebagai seorang pendidik/pengajar. Pengalaman penulis ketika mengikuti pendidikan di mana aktivitas LAB masih mengacu kepada dokumen ICAO (Annex dan Document), sementara dokumen ICAO adalah prosedur standar yang bersifat umum (untuk konsumsi negara anggota ICAO) dan memuat substansi yang masih bersifat multi tafsir. Demikian juga skenario latihan belum ada atau belum tertata rapi dan dalam aktivitas kegiatan pelatihannya disampaikan secara verbal oleh Instruktur. Situasi kondisi diatas menimbulkan inkonsistensi

8

Edisi 3 | September 2018 | Indonesia Controller


NOTAM - Notice From Aminarno

|

oleh Kompi Marching Band Taruna STPI saat ini. Disamping itu, penulis juga aktif sebagai pengasuh himpunan anak-anak remaja putra/putri pegawai Direktorat Jenderal Perhubungan Udara yang bernama IMADARA (Ikatan Remaja Perhubungan Udara) yang Alhamdulillah banyak di antara mereka yang saat ini masih mengabdikan diri di dunia penerbangan termasuk sebagai Dosen STPI. Aktivitas di atas merupakan perwujudan dari motto penulis yaitu bagaimana menjadi pribadi yang bisa memberikan manfaat bagi sesama terutama para generasi muda. Motto ini jugalah yang telah memantapkan diri dan mampu bertahan untuk mengabdi sebagai guru yang bergelut dengan penyiapan SDM bidang transportasi udara (investasi SDM) sampai purnabakti setelah mengabdi selama 42 tahun. Alhamdulillahi rabbil alamiin. Perkembangan dunia penerbangan sipil tentu tidak akan berjalan ditempat tetapi senantiasa berkembang seiring dengan kemajuan teknologi dan pertumbuhan penduduk maka terbersitlah niat (waktu itu) untuk membangun bandar udara multi runways, ada yang sejajar ada pula yang silang dengan harapan kelak suatu saat bandar udara ini bisa digunakan untuk pelatihan berbagai model tata ruang (layout) bandar udara. Alhamdulillah, 8 tahun kemudian di Indonesia parallel runways operation terwujud di Tangerang yaitu di Bandar udara Soekarno Hatta.

dalam mencari solusi manakala timbul perbedaan pendapat yang disebabkan oleh acuan yang bersifat multi tafsir dan ditambah dengan sifat manusia yang tidak bebas dari kesalahan dan lupa dalam arti argumen hari ini bisa berbeda dengan argumen hari-hari sebelumnya untuk kasus yang sama. Atas dasar itulah sebagai seorang instruktur muda dan masih memiliki energi yang menggebu-gebu maka timbullah kebulatan tekad untuk membuat atau membangun bandar udara dan ruang udara fiktif lengkap dengan prosedur untuk dijadikan sebagai acuan tertulis dalam mengimplementasikan seluruh prosedur dan kriteria yang ada di dalam Doc. 4444 yang waktu itu bernama Rules of The Air and Air Traffic Services dan sekarang dikenal dengan nama Air Traffic Management. Untuk menyalurkan energi yang menggebugebu tersebut, maka penulis sebagai mantan Ketua Dewan Kerja Penegak Gerakan Pramuka Kota Madya Malang (periode 1968-1970) juga telah merintis dan mendirikan Gugus Depan Gerakan Pramuka di kompleks perumahan untuk menampung dan menghimpun kegiatan anak-anak usia sekolah dan para murid SD/SMP Komplek API sehingga berhasil mengirim kontingen ke Jamboree Nasional di Sibolangit waktu itu dan memiliki kompi Marching Band Gudep Dirgantara yang sering diundang tampil oleh banyak instansi seperti yang dialami

Indonesia Controller | September 2018 | Edisi 3

Bandar udara fiktif tersebut cukup representatif untuk digunakan sebagai sarana pelatihan sebab struktur dan problematik dapat dimunculkan mengikuti tuntutan yang ada dalam Doc. 4444. Pepatah yang mengatakan lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya dan dimana tanah dipijak disitu langit dijunjung berlaku bagi profesi ATC yaitu dimana seorang Air Traffic Controller (ATCO) bekerja ia harus menerapkan prosedur dan peraturan lokal bandar udara. Atas dasar hal tersebut, maka bandar udara fiktif yang dibangun dibuat sedemikian rupa sehingga dengan pengalaman di Seahorse-Batfish yang cukup besar, padat dan rumit diharapkan lulusan Taruna PLLU dapat menerapkannya di bandar udara mana saja tanpa menemui kesulitan yang berarti. Untuk menjawab tantangan pekembangan penerbangan sipil, Seahorse-Batfish Air Traffic Control Procedure senantiasa diperbaharui (updated) dan sampai saat ini sudah mengalami 6 (enam) kali revisi. Sekarang ini sedang diadakan revisi ke-7 dengan memasukkan item-item yang menjadi prioritas utama ICAO yaitu Performance-based Navigation (PBN) termasuk Continuous Descent Operations (CDO) dan Continuous Climb Operations (CCO) yang Insya Allah mudah-mudahan bisa terselesaikan pada tahun ini juga. Banyak pertanyaan dari para peserta pendidikan baik taruna maupun siswa bahkan para alumni : Apa itu Seahorse ? Mengapa namanya Seahorse ? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, penulis sampaikan melalui semacam puisi yang penulis buat pada tanggal 1 April 2014 dan penulis beri judul Hasil coretan tahun tujuh puluh tujuh berikut ini :

9


| NOTAM - Notice From Aminarno HASIL CORETAN TAHUN T UJUH PULUH T UJUH

Tiga puluh tujuh tahun yang lalu Ketika STPI masih bernama LPPU Terbersitlah niat di dalam kalbuku Untuk membantu kegiatan LAB siswa PLLU Coret ke sana tarik garis ke sini Tulis kalimat yang sudah tertata dihapus lagi, lagi dan lagi Jadilah rancangan bandar udara cukup bergengsi Yaitu Bandar Udara Internasional Seahorse bikinan anak negeri Mengapa namanya SEAHORSE ........ kok bukan Gajah Mada Aku terinspirasi oleh lambang Pertamina Yang kala itu satu-satunya BUMN yang sangat berjaya Lambangnya KUDA LAUT melingkari bintang lima Enam puluh lima persen wilayah Indonesia adalah laut Dinamailah bandar-bandar udara tetangga dengan nama binatang laut Bandar udara Seahorse adalah bandar udara yang hebat Karena telah melahirkan orang-orang profesional yang hebat Bandar udara Seahorse adalah bandar udara besar Bandar udara pertama di Indonesia yang memiliki landasan pacu sejajar PLLU-nya lengkap mulai dari TWR, APP/ACC sampai ATC Radar Yang juga sanggup melayani operasi pesawat udara berukuran besar Kini usia bandar udara Seahorse hampir empat dasawarsa Konsisten dan setia mencetak tenaga Pemandu Lalu Lintas Udara Untuk menjaga keselamatan penerbangan di ruang udara Indonesia Pada masa lalu – masa kini dan Insya Allah sampai akhir dunia Dengan Seahorse, banyak Lembaga terselesaikan misinya Berawal dari Seahorse, banyak orang kini sanggup membahagiakan keluarganya Melalui Seahorse, banyak Taruna yang berhasil mencapai cita-citanya Bersama Seahorse, semoga STPI tetap jaya dan kokoh eksistensinya Dari lubuk hati yang paling dalam, saya bangga menyaksikan Karya tulisan yang awalnya hanya sekedar keinginan Untuk membantu siswa di dalam menyelesaikan pelajaran Kini menjadi “ikon” yang fenomenal dan sekaligus tidak terlupakan Hanya satu permintaan Eyang Aminarno Budi Pradana Semoga eksistensi Seahorse tetap terjaga sepanjang masa Semoga Gusti Allah meridlai, melindungi dan mengabulkan permohonan saya Semoga STPI – IATCA tetap jaya selama-lamanya. Amiin, ya rabbal alamiin. Kompleks STPI Curug 1 April 2014

10

Indonesia | September 2018 | Edisi 3 Edisi Controller 3 | September 2018 | Indonesia Controller


NOTAM - Notice From Aminarno

|

Alhamdulillah, niat yang suci dan dilandasi rasa ikhlas serta ridha dari Allah SWT, hasil kreativitas tersebut telah memberikan sedikit sumbangsih di dalam dunia penerbangan di Indonesia yaitu menyiapkan tenaga Controller yang handal hingga saat ini. Sebagai seorang muslim penulis sangat yakin pada ajaran agama penulis bahwa jika seseorang telah meninggal dunia maka semua amalan akan terputus kecuali (1) Amal jariyah; (2) ilmu yang bermanfaat dan (3) anak shaleh yang mendoakan orang tuanya. Dengan demikian paling tidak penulis sudah menabung salah satunya yaitu meninggalkan ilmu yang Insya Allah memberikan manfaat bagi sesama. Aamiin. Keikhlasan tidak mengharapkan imbalan atau balasan dari sesama manusia, sebab penulis yakin Allah-lah yang akan memberikan balasan dengan caraNYA. Alhamdulillah, Allah telah memberikan anugerah kebahagiaan dan kemuliaan bagi penulis berupa kesehatan yang prima dan kesejahteraan keluarga. Disamping itu, penulis juga mendapat penghargaan yang tiada terduga antara lain : 1. Piagam penghargaan Satyalancana Karya Satya 20 tahun dari Presiden Megawati Soekarnoputri (pada tanggal 20 September 2003). 2. Piagam penghargaan Satyalancana Karya Satya 30 tahun (1) dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (pada tanggal 28 November 2007). 3. Piagam penghargaan Satyalancana Karya Satya 30 tahun (2) dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (pada tanggal 12 Agustus 2012). 4. Piagam penghargaan Satyalancana Kesejahteraan Sosial (donor darah 100 kali) dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (pada tanggal 13 Desember 2012. 5. Untuk pertama kalinya di Indonesia, penulis menerima piagam penghargaan Life Time Achiement Award – dari IATCA yang diserahkan pada kegiatan Konferensi ke-52 IFATCA di Denpasar Bali yang diserahkan oleh Menteri Perhubungan Bp. R.E. Mangindaan (pada tanggal 24 April 2013). 6. Untuk pertama kalinya juga terjadi di API/LPPU/PLP/STPI yaitu pengabadian nama AMINARNO BP. menjadi nama salah satu Ruang Rapat di STPI dengan nama MEETING ROOM AMINARNO BP. yang dianugerahkan oleh Ketua STPI Bp. Novyanto Widadi, S.Ap., MM. (pada tanggal 25 Juli 2017).

Indonesia Controller | September 2018 | Edisi 3

Penghargaan di atas (utamanya Life Time Achievement Award yang diperoleh dari Organisasi Profesi IATCA) sungguh membahagiakan sebab penghargaan tersebut merupakan apresiasi yang amat sangat membanggakan yang mungkin jarang didapat oleh orang lain. Subhanallah walhamdulillah. Semoga tulisan ini memberikan inspirasi, semangat dan dorongan bagi generasi muda pada umumnya dan generasi muda ATCO pada khususnya untuk berkarya lebih baik dari penulis. Semoga Allah senantiasa memberikan bimbingan, petunjuk, kesehatan dan kekuatan yang prima, tambahan ilmu yang bermanfaat serta rejeki yang berkah kepada kita semua sehingga kita bisa mengabdikan diri secara total kepada Allah Tuhan YME, negara, bangsa, keluarga dan profesi kita. Amiin, ya rabbal alamiin. BRAVO IATCA – let’s do it. Curug, 15 Juli 2018

11


| Teknologi

AIR SPEED Herroejanto Setijoso

REDUCE SPEED MAINTAIN (number) KNOTS UNTIL (significant point); INCREASE( or REDUCE) TO (number) KNOTS REDUCE TO MINIMUM APPROACH SPEED. Ref. to ICAO Doc 4444 Air Traffic Management 16TH edition 2016.

Itulah beberapa pemakaian kata Speed dalam standard ATC Phraseology yang sering dijumpai dalam pengendalian lalu lintas udara. Artikel ini akan memberikan gambaran bagaimana pandangan Air Speed dalam kaitan misi kegiatan penerbangan.

Air Speed sangat erat sekali dengan kemampuan pesawat udara di udara khususnya berkategori lebih berat dari pada udara atau gaya angkat (Lift). Basis pengukuran Air Speed berdasarkan tekanan udara, melalui sistim pitot-static, sebagai yang tergambar berikut.

Tatkala pesawat udara sedang berhenti maka tekanan udara yang bekerja di tabung pitot adalah Tekanan Udara Statis (PS). Ketika pesawat udara bergerak maka udara yang masuk kedalam tabung pitot dan menimbulkan tambahan tekanan udara yang disebut Tekanan Udara Total (PT), yaitu merupakan Penjumlahan Tekanan Udara Statis (PS) dan Tekanan Udara Dinamis (PD) . Tekanan Udara Dinamis (PD) dirumus sebagai ½ ρ V2. Keterangan : ρ = kerapatan udara. V = kecepatan. Tekanan Udara Total (PT) oleh sistim Pitot-Static akan diurai menjadi 2 bagian yaitu: 1. Tekanan Udara Dinamis (PD) menuju ke Air Speed Indicator (ASI). 2. Tekanan Statis (PS) menuju ke Static Port.

12

Edisi 3 | September 2018 | Indonesia Controller


Teknologi

|

Kecepatan yang terbaca di ASI selanjutnya disebut Indicated Air Speed (IAS), bila dituliskan dalam rumus IAS = ½ ρ V2. IAS diperlukan untuk kegiatan berkaitan dengan peristiwa Aerodinamika, bahkan rumus Gaya Angkat (lift) / L = ½ ρ V2 CL S. ρ = Kerapatan udara. V = Kecepatan CL = Koefisien Lift S = Luas sayap pesawat udara. Karena IAS berkaitan dengan Aerodinamika, maka dari sudut pandang penerbang pengertian Air Speed adalah IAS.

posisi tabung Pitot pada pesawat terbang bermesin ganda

IAS bila dikoreksi dengan kesalahan (error) posisi dan peralatan menjadi Caliberated Air Speed (CAS). Dengan semakin maju dan baiknya tehnologi dalam rancang bangun industri pesawat udara, maka tingkat perbedaan antara IAS dan CAS semakin rendah; bahkan dapat disamakan ( CAS = IAS). Bilamana CAS ini dikoreksi dengan kerapatan udara maka diperoleh True Air Speed (TAS). TAS adalah kecepatan terbang pesawat udara terhadap terhadap udara di sekelilingnya. TAS bagi penerbang dipergunakan untuk membuat rencana penerbangan (operational flight plan). Salah satu komponen mutlak dalam penyusunan rencana penerbangan adalah peta. Jarak yang tercantum atau harus diukur dengan plotter adalah jarak di permukaan bumi (ground distance). Karena tujuan pembuatan rencana penerbangan untuk mencari waktu, sementara waktu diperoleh dari perhitungan jarak dibagi dengan kecepatan.

posisi tabung Pitot pada pesawat terbang bermesin ganda

Karena ground distance yang diperoleh dari peta, maka kecepatan adalah ground speed. Ground Speed (GS) diperoleh dari TAS dikoreksi dengan angin (wind speed). Bila angin dari depan (head wind) maka GS = TAS – wind speed, sebaliknya. Angin dari belakang (tail wind) maka GS = TAS + wind speed. IAS bila error nya kecil maka IAS = CAS. IAS bila dikoreksi dengan kerapatan udara diperoleh TAS. Jika rumus IAS = ½ ρ V2, maka dapat disimpulkan IAS = ½ ρTAS2. Pesawat udara yang sedang naik (climbing) dengan IAS tetap maka TAS otomatis semakin cepat (karena perubahan kerapatan udara yang rendah). Jika ada beberapa pesawat udara dengan IAS sama namun beda ketinggian terbang, maka semakin tinggi ketinggian terbangnya TAS nya semakin cepat (karena semakin tinggi kerapatan udara rendah). Demikian pula bila ada pesawat udara yang turun (descend) dengan IAS yang tetap maka TAS akan semakin lambat (karena menuju ketempat yang kerapatan udara rapat). Untuk pesawat udara yang sudah dilengkapi Air Data Computer (ADC) mampu menghitung ground speed bahkan perbandingan terhadap kecepatan suara lokal (Mach Number). Informasi yang Penulis peroleh para Air Traffic Controller (ATC) bahwa kecepatan yang tertulis dan terbaca pada label Surveillance Radar (SSR) adalah ground speed. Sementara penerbang untuk mengendalikan pesawat udara mengacu kepada air speed. Semoga tulisan ini dapat menjadi pencerahan dan peningkatan profesionalisme para ATC.

Herroejanto Setijoso

lulus sebagai Air Traffic Controller Angkatan 5 (JATC V) dari PLP Curug pada tahun 1973. ditugaskan pertama kali di Makassar pada tahun 1973-1976, Instruktur Diklat Curug 1976-1990, berkarier di Garuda Indonesia Airways 19902007 dan saat ini masih mengajar pada beberapa lembaga pendidikan penerbangan di Indonesia

“ DON’T TRUST TO LUCK, TRUST TO SAFETY”

Indonesia Controller | September 2018 | Edisi 3

13


| Vicinity Aerodrome

AHMAD YANI SEMARANG

Bandara Udara Internasional Ahmad Yani Semarang telah berbenah, pembangunan Terminal baru dan infrastrukturnya telah dilakukan dan sudah dapat dioperasionalkan sejak bulan Juni 2018. Tidak ketinggalan pembangunan fasilitas navigasi penerbangan yaitu Tower yang dikelola AirNav Indonesia Cabang Semarang juga telah selesai didirikan. Gedung Tower dengan tinggi 43 meter dengan luas 4 (empat) kali lebih besar dari tower lama tersebut tampak megah terlihat dari sekitar lingkungan Bandar Udara Ahmad Yani. Tower AirNav Indonesia Cabang Semarang telah diresmikan oleh Presiden Indonesia Bapak Joko Widodo pada tanggal 7 Juni 2018. Pembangunan Gedung AirNav Cabang Semarang yang baru beserta Tower-nya tersebut ternyata menimbulkan daya tarik tersendiri bagi masyarakat kota Semarang.

14

Edisi 3 | September 2018 | Indonesia Controller


Vicinity Aerodrome

|

EDUCAtION AND Familiarization Ahmad Yani Tower Semarang Text & Foto Herman Melsan - DPC IATCA Semarang

A - Septian Arri Ketua Panitia sedang memberikan Brifeng B,C,D Ganes DP, Ketua DPC IATCA Semarang memberikan penjelasan kepada peserta EduFam E - Foto bersama di bawah Tower yang megah

DPC IATCA Semarang sebagai organisasinya Air traffic Controller di Semarang melihat ketertarikan masyarakat Kota Semarang tersebut sebagai peluang untuk melakukan edukasi kepada masyarakat Semarang. Para pengurus memiliki ide dengan mengundang beberapa komunitas yang ada di Kota Semarang untuk “jalan–jalan” ke Tower baru Semarang. Akhirnya pada hari Sabtu, 07 Juli 2018, DPC IATCA Semarang melaksanakan kegiatan temu komunitas di Tower baru AirNav Indonesia Cabang Semarang yang bertemakan “Education and Familiarization”. Kegiatan ini dikemas dengan serius tapi santai dengan maksud supaya para peserta lebih dekat dan terjalin hubungan baik dengan IATCA dan AirNav Indonesia. Komunitas yang hadir adalah Semarang Aviation Community (SAC), Media

A

Indonesia Controller | September 2018 | Edisi 3

Informasi Kota Semarang (MIK Semar), Asosiasi Pilot Drone Indonesia Jateng (APDI), dan Semarang Drone Community (SDC). Adapun tujuan DPC IATCA Semarang mengadakan acara tersebut antara lain untuk memperkenalkan profesi ATC ke komunitas yang ada di Semarang, memperkenalkan IATCA sebagai organisasinya ATC dan AirNav Indonesia sebagai perusahaan yang bergerak di bidang navigasi penerbangan. Tidak ketinggalan pemberian materi tentang Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan mengingat letak Bandar Udara Iwnternasional Ahmad Yani Semarang yang dekat dengan kawasan perkotaan sehingga sering kali dijumpai kegiatan penerbangan lampion di acara HUT kota Semarang, pelepasan balon oleh instansi tertentu dan penerbangan Drone oleh komunitas di area yang dekat dengan Bandar Udara Internasional Ahmad Yani Semarang.

B

15


| Vicinity Aerodrome

juga merupakan Pangkalan Udara Markas Besar Angkatan Darat. Kelompok–kelompok tersebut selalu didampingi oleh panitia untuk mengunjungi Tower Cabin, Rooftop Tower dan Approach Control Office. Para Peserta sangat antusias dalam melakukan observasi di lingkungan kerja ATC, banyak yang belum mengerti apabila semua pergerakan pesawat diatur oleh ATC, beberapa peserta sempat menanyakan bagaimana ATC bekerja, di mana pendidikan ATC didapatkan, bagaimana prosedur mengatur pesawat dan masih banyak lagi.

C

Kegiatan ditutup dengan sesi foto bersama di taman yang terletak di depan Gedung Tower dan ramah tamah dengan para panitia penyelenggara. DPC IATCA Semarang mengharapkan dengan terselenggaranya acara ini para peserta dari komunitas di kota Semarang tersebut dapat menjadi “agent of change” dalam menyampaikan keselamatan penerbangan dan menunjukkan kegiatan profesi ATC ke masyarakat. Kedepannya DPC IATCA Semarang berniat mengadakan bentuk acara edukasi yang lain kepada masyarakat untuk lebih mensosialisasikan kegiatan penerbangan dan Air Traffic Controller di kota Semarang.

D

Bravo IATCA. Let’s do it.

Kegiatan tersebut diawali dengan sambutan Ketua Panitia yaitu Sdr. Septian Arri dan pemberian materi oleh sdr. Rake Sanjaya dan dilanjutkan dengan safety briefing, penjelasan singkat tentang wilayah udara, pergerakan pesawat dan Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan, hadir juga Ketua DPC IATCA Semarang Bpk. Ganes Dono Prabowo beserta Bpk. Kelik Widjanarko selaku Manager Operasi Kantor AirNav Cabang Semarang untuk menyambut peserta dan mengawasi kegiatan ini. Kegiatan ini juga dibantu sdr Indras Rendy dari Cilacap dan sdr. I Wayan Arsa dari Sorong yang sedang melakukan kegiatan detasir di AirNav Cabang Semarang. Setelah acara sambutan dan pemberian materi, para peserta yang terdiri dari beberapa komunitas diminta untuk memperkenalkan komunitasnya masing–masing melalui perwakilannya. Setelah itu, kegiatan selanjutnya yang paling ditunggu–tunggu para peserta kegiatan adalah observasi mengunjungi ruang kerja ATC. Para peserta dibagi menjadi 3 kelompok supaya tidak terlalu ramai dan mengganggu kegiatan operasional, kelompok kelompok tersebut diberi nama Bölkow, Apache dan Dolphin. Nama–nama tersebut disesuaikan dengan jenis-jenis helikopter yang beroperasi di Semarang. Dikarenakan Bandara Ahmad Yani Semarang

16

E

Edisi 3 | September 2018 | Indonesia Controller


Refreshing

|

Let’s Pronounce It Correctly ! Basic Pronunciation

Tahun 2018 telah ditetapkan sebagai tahun Acceleration bagi AirNav Indonesia dalam mewujudkan visi “Menjadi Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Bertaraf Internasional”. Beberapa program telah diluncurkan sebagai tindakan nyata, salah satunya adalah kegiatan training “Beyond level 4” yang bertujuan untuk meningkatkan penguasaan bahasa Inggris bagi Pemandu Lalu Lintas Penerbangan

B

ahasa Inggris memang menjadi masalah klasik bagi kita terutama karena bahasa Inggris bukan merupakan bahasa ibu. Terlebih lagi pola pengajaran bahasa Inggris di sekolah-sekolah yang telah kita lalui masih belum sempurna. Contohnya pelajaran mengenai pronunciation. Kita bisa mengucapkan tulisan “alright” dengan kata “olrait” hanya karena pengajaran dengan simbolisme, bukan secara aturan. Kondisi ini akan menyulitkan bagi kita untuk mengucapkan kata-kata yang simbolnya (red:tulisannya) baru kita lihat. Seorang ilmuwan sastra bahkan mengatakan seberapapun banyaknya kosakata yang kamu kuasai, tidak akan ada gunanya jika kita mengucapkannya dengan tidak benar karena tujuan komunikasi tidak akan tercapai.

Pronunciation merupakan hal yang paling sulit namun sangat penting bagi non-native speaker. Pronunciation menentukan esensi dari komunikasi. Kesalahan dalam pronunciation dapat mengakibatkan kesan yang kurang bagus (penilaian negative dari lawan bicara), komunikasi yang tidak efektif dan efisien serta miskomunikasi. Nah, untuk memperbaiki pronunciation kita, yuk kita pelajari beberapa aturan dalam “membaca” tulisan kata bahasa Inggris. Seperti telah kita ketahui bahwa konvensi membaca tulisan bahasa Indonesia dan konvensi membaca tulisan bahasa Inggris sangat berbeda. Sehingga dalam membaca tulisan bahasa Inggris kita perlu mengetahui aturan cara baca bahasa Inggris atau yang biasa disebut English Phonic Rules. English phonic rules merupakan konvensi membaca bahasa Inggris secara sistematis. Beberapa kata memang tidak mengikuti English phonic rules atau biasa disebut broken rules karena kata-kata tersebut merupakan kata serapan dari bahasa selain bahasa Inggris.

Sebelum mempelajari English phonic rules, sebaiknya kita samakan beberapa persepsi tentang huruf vokal (vowel) dan cara baca.

A. Cara Baca Untuk memudahkan kita dalam belajar pronunciation ini, perlu kita sepakati bahwa kita akan menggunakan konvensi baca bahasa Indonesia sebagai panduan kita membaca tulisan bahasa Inggris. Panduan tersebut akan ditandai dengan dua garis miring (/…/). Jadi ketika kita menemukan kata yang diapit oleh dua garis miring maka kita akan membacanya secara aturan baca bahasa Indonesia. Contoh kata “alright” akan diwakili /olrait/ dalam membacanya. Selain tanda tersebut, perlu kita sepakati pula dalam penggunaan simbol suara karena kita ketahui bersama bahwa dalam bahasa Indonesia pun terdapat simbol yang mewakili lebih dari satu suara. Contohnya huruf “e” mewakili suara seperti pada kata “bebek”, “bekas” dan “bebas”. Huruf “e” pada ketiga kata tersebut memiliki suara yang berbeda. Untuk memastikan suara mana yang kita maksud maka kita pakai saja simbol-simbol berikut:

Indonesia Controller | September 2018 | Edisi 3

1. Short vowel

ɪ seperti pada kata bit, silly æ seperti pada kata cat, dad ʌ seperti pada kata cut, nut ʊ seperti pada kata put ə seperti pada kata about, clever ɛ seperti pada kata dress ɒ seperti pada kata dog, rotten 2. Long vowel

i: seperti pada kata cream ɜ: seperti pada kata burn, firm a: seperti pada kata hard ɔ: seperti pada kata corn, faun u: seperti pada kata shoot, glue 3. Diphtong

ɪə seperti pada kata “peer” /pɪə/ eə seperti pada kata “pear” /peə/ ʊə seperti pada kata “poor” /pʊə/ eɪ seperti pada kata “bay” /beɪ/ aɪ seperti pada kata “buy” /baɪ/ ɔɪ seperti pada kata “boy” /bɔɪ/ əʊ seperti pada kata “go” /gəʊ/ aʊ seperti pada kata “cow” /kaʊ/

17


| Refreshing

“ siapa yang selama ini mengucapkan kata “accept” dengan /ʌsæp/?, don’t worry, you are not the only one, setelah mengetahui beberapa rules diatas diharapkan kita akan bisa mengucapkan kata tersebut dengan /əksæp/. “ B. Vokal (vowel)

4. Triphtong

eɪə seperti pada kata “player” /pleɪə/ aɪə seperti pada kata “fire” /faɪə/ ɔɪə seperti pada kata “royal” /rɔɪəl/ əʊə seperti pada kata ‘lower” /ləʊə/ aʊə seperti pada kata “power” /paʊə/ 5. Konsonan (Voiced)

b seperti pada kata bat d seperti pada kata dog g seperti pada kata gold v seperti pada kata voice ð seperti pada kata this z seperti pada kata zebra ʒ seperti pada kata leisure l seperti pada kata lips r seperti pada kata run j seperti pada kata yet w seperti pada kata wait dʒ seperti pada kata lodge m seperti pada kata mummy n seperti pada kata pan ŋ seperti pada kata sing vi. Konsonan (Non-voiced)

p seperti pada kata pip t seperti pada kata tell k seperti pada kata cat f seperti pada kata fish θ seperti pada kata thick s seperti pada kata sit ʃ seperti pada kata ship h seperti pada kata hut tʃ seperti pada kata chip Hmmm… banyak banget ya? Ikuti aja, ntar gampang kok. Setuju? Oke, lanjut.

18

Dalam bahasa Inggris dikenal istilah short vowel dan long vowel. Setiap vokal dalam bahasa Inggris selalu memiliki dua suara tersebut yang pengucapannya diatur dalam English phonic rules yang akan kita bahas nanti. Short vowel adalah suara (phone) dari vokal yang berbunyi pendek sedangkan long vowel adalah sebaliknya. Long vowel adalah suara huruf vokal yang suaranya sama dengan nama huruf yang kita kenal selama ini, yaitu : /ei/ untuk huruf A, /ai/ untuk huruf I, /ju/ untuk huruf U, /i:/ untuk huruf E, dan /əu/ untuk huruf O. Sedangkan short vowel dari masing-masing huruf vokal masing-masing: /æ/ untuk huruf A, /I/ untuk huruf I, /ʊ/ atau /ʌ/ untuk huruf U, /e/ untuk huruf E, dan /ɒ/ untuk huruf O. contoh penggunaan short vowel seperti pada daftar simbol diatas. Satu hal lagi yang penting untuk diketahui yaitu huruf “e” di akhir kata dalam bahasa Inggris sering tidak berbunyi, oleh sebab itu sering disebut silent “e” atau schwa. Contoh aplikasi akan kita lihat sambil berjalan.

Nah, karena sudah sepakat dengan simbol dan istilah, mari kita masuk ke English phonic rules. Ada beberapa rules atau sistem yang dapat diikuti dalam membaca tulisan bahasa Inggris yaitu: 1. Ketika dalam satu suku kata huruf vokal diikuti/dimatikan/ diapit oleh huruf konsonan, maka huruf vokal menyuarakan “short vowel”. Contoh : It, cat, put, can dan seterusnya. Berikut adalah beberapa kata yang memiliki kasus sama: blab drab jab slab rehab cab flab lab stab sand crab band fan clamp map ask at flat it lit help bet them best job blob club rub bud hug drum 2. Ketika dua buah vokal berjalan beriringan, maka vokal yang didepan menyuarakan “long vowel” dan vokal kedua “silent”. Inilah alasan mengapa kata “seat” diucapkan /si:t/ seolah-olah huruf “a” tidak mempengaruhi ucapan. Aturan ini pula yang membuat kata “see” dan kata “sea” menjadi homofon (mempunyai suara atau cara ucap yang sama). Seandainya ada kata dalam bahasa Inggris *sei, *seu, atau *seo maka kemungkinan akan diucapkan sama / si:/. Berikut adalah beberapa kata yang memiliki kasus yang sama: Fail mail pail hail jail Lead tea bleach read leak Speech bleed agreed deed proceed Die tie pie lie cried Coach road coal coast boat

Edisi 3 | September 2018 | Indonesia Controller


Refreshing

3. Ketika sebuah kata diakhiri oleh huruf “e” silent (final “e”), maka huruf vokal sebelumnya menyuarakan “long vowel”. Banyak contoh kata yang bisa kita perbandingkan pada aturan ini. Misalnya dari kata “lit” diucapkan /lit/ (huruf i dengan short vowel) sedangkan jika ada tambahan huruf e menjadi “lite” maka pengucapannya menjadi /lait/. Banyak kata yang bisa kita jadikan contoh perubahan pengucapan pada kasus ini, misalnya perbedaan pengucapan kata “kit” dan “kite”, “bat” dan “bate”, “cut” dan “cute”, “bit” dan “bite”, “hop” dan “hope” dan masih banyak lagi. Berikut adalah beberapa contoh kata pada aturan ini: Bake grade space brake wake Nice side like time nine Fuse use cube cute mule Cone poke note bone hole Sekarang cobalah temukan beberapa kata yang memiliki kasus sama. 4. Dalam bahasa Inggris, kita telah mengetahui bahwa huruf “c” memiliki tiga variasi suara, yaitu suara /k/ seperti pada kata “cat” dan “cold”, suara /s/ seperti pada kata “city” dan “center” dan suara /tʃ/ (seperti pengucapan huruf “c” pada tulisan bahasa Indonesia) seperti pada kata “chat” dan “chop”. Suara /k/biasa disebut “hard c” sedangkan suara /s/ biasa disebut “soft c”. Pertanyaannya, kapan suara-suara tersebut dipakai?. Oke, let’s take a look.

|

5. Dualisme phonic terhadap huruf C ternyata juga terjadi pada simbol huruf G. Dalam bahasa Inggris huruf G juga memiliki dua suara yaitu seperti huruf “j” pada tulisan bahasa Indonesia yang biasa disimbolkan dengan /dʒ/ dan disebut sebagai soft G. Soft G juga terjadi ketika huruf G diikuti oleh huruf-huruf i, e, dan y. Contohnya pada kata “Germany”, “gym”, “giant” dan seterusnya. Sedangkan huruf G akan mewaikili suara yang disebut hard G atau seperti huruf g tulisan dalam bahasa Indonesia ketika tidak diikuti huruf-huruf tersebut diatas. Contohnya pada kata “gold”, “gate”, “glide” dan seterusnya. Dari kelima rules diatas semoga menjadi bahan acuan agar pengucapan kita menjadi benar dan “inteligent” sehingga mengurangi miskomunikasi karena bagaimanapun kita mengandalkan voice communication dalam pekerjaan kita. Nah, sekarang hayo ngaku.., siapa yang selama ini mengucapkan kata “accept” dengan /ʌsæp/?, don’t worry, you are not the only one, setelah mengetahui beberapa rules diatas diharapkan kita akan bisa mengucapkan kata tersebut dengan /əksæp/. Oke guys, kali ini cukup sekian dulu ya. Ingatlah selalu kata-kata para ahli “practice make perfect”, so..selalu berlatih merupakan kunci kesuksesan. Oya satu lagi, bahasa adalah ilmu yang harus melibatkan kegiatan verbal mulut kita, jadi jika berlatih berbahasa Inggris, jangan hanya didalam hati. Kita bisa seperti orang Native speaker dalam hati akan tetapi dalam kenyataannya susah. Next time akan saya terangkan rules dalam English phonic yang lebih dalam. Cheers.. BRAVO IATCA, LETS DO IT

Huruf C mengeluarkan suara “soft c” ketika diikuti oleh huruf i, e, dan y, contohnya pada kata-kata: Center city cylinder ice dice Huruf C mengeluarkan suara “hard c” ketika tidak diikuti huruf i, e, dan y (kecuali huruf h), contohnya pada kata-kata: Cat cold clamp crab cage Huruf C akan mengeluarkan bunyi seperti huruf c dalam ejaan bahasa Indonesia hanya ketika diikuti huruf h, contohnya pada kata-kata: Chit chat chop chain challenge

Didik A. Suryono, SS Makassar Air Traffic Service Centre Controller

Dari keterangan diatas dapat kita simpulkan bahwa perubahan pengucapan huruf c pada kata “practice” /præktis/ (perhatikan pengucapan huruf c kedua) menjadi “practicable” /præktikəbəl/.

Indonesia Controller | September 2018 | Edisi 3

19


| Teknologi

Dalam setiap pembahasan masa depan navigasi penerbangan, sering muncul pertanyaan soal arah teknologi atau fasilitas alat bantu navigasi penerbangan. Misalnya, apakah NDB masih digunakan? Bila VOR diganti bagaimana nasib rute konvensional? Jawabannya ada di Technology Roadmaps. Technology Roadmaps memberikan panduan global mengenai arah teknologi dalam navigasi penerbangan. Meski begitu acuan dalam Technology Roadmap, seperti halnya Modul ASBU dan Skema ketergantungan, tidaklah absolut.

Technology Roadmaps akan tergantung pada: 1. Kondisi eksisting dan kebutuhan region atau negaranya 2. Ketersediaan teknologi yang dibutuhkan (beberapa teknologi masih dalam riset).

ASBU DAN MASA DEPAN NAVIGASI PENERBANGAN (BAG 3-habis) TECHNOLOGY ROADMAPS

Setio Anggoro

Pada ASBU Technology Roadmaps terdapat 5 (lima) domain; Communication, Navigation, Surveillance, Information Management dan Avionics (CNSIA), yang terbagi ke dalam 18 komponen, selanjutnya dikelompokkan menjadi 10 roadmaps yang akan dijelaskan satu persatu pada bagian ke 3 tulisan ini.

20

Edisi 3 | September 2018 | Indonesia Controller


Teknologi

|

Sebelum menjelaskan 10 bagian Technology Roadmaps perlu dijelaskan bahwa pada tabel Roadmaps warna kuning adalah Modul ASBU, biru adalah Teknologi yang mendukung modul tersebut, hijau adalah Kapabilitas dan warna abu-abu adalah Komponen. TECHNOLOGY AREA

MODULES TECHNOLOGY SUPPORTING MODULES DATE OF TECHNOLOGY AVAILABILITY (Earliest possible implementation)

DATE WHEN TECHNOLOGY NEEDED FOR BLOCK

Roadmap 1. Air-Ground Datalink Communication Pada teknologi datalink, sebagai media, HF (ACARS) dan satelit (ACARS) serta VDL yang saat ini digunakan baik untuk airlines maupun ATC (untuk pengiriman Pre Departure Clearance misalnya) akan terus digunakan hingga block 3. Teknologi ini akan digantikan oleh L-band Digital Aeronautical Communication System (LDACS) dan broadband satellite. Demi mendukung Full 4D Trajectory, ADS-C/CPDLC masih akan terus digunakan. Pengembangan dari ADS-C/CPDLC seperti EEP masih terus dikembangkan.

Roadmap 2. Ground-Ground Communication dan Air-Ground Voice Communication Untuk komunikasi data Ground-ground, Internet Protocol (IP) tetap akan menjadi backbone dari media pertukaran data, khususnya IP versi 6 dan VOIP (voice over IP). Untuk layanan AMHS dan AIDC akan terus digunakan hingga transisi ke SWIM (Roadmap 7), yang juga hingga kini belum memiliki standar. Pada komunikasi suara Ground-to-Air, VHF akan terus digunakan, beserta penggeseran frekuensi untuk menghindari kejenuhan. Sementara itu untuk HF akan terus digunakan (mungkin) hingga mulai phase-out pada tahun 2025. Teknologi ini nantikan akan digantikan oleh Future Digital Voice System dan Future Satellite System yang belum jelas teknologinya.

Indonesia Controller | September 2018 | Edisi 3

21


| Teknologi Roadmap 3. Dedicated Technology (Navigation) Pada alat navigasi teresterial (konvensional), ILS dan MLS sebagai alat bantu pendaratan presisi akan terus digunakan hingga Blok 3. Demikian pula dengan DME, dimana DME/DME masih bisa digunakan untuk membuat rute PBN. Sementara itu VOR dan NDB akan mulai phase-out setelah Blok 1 (2024). Dari sisi teknologi GNSS, teknologi single frekuensi untuk core satelite yang ada saat ini (GPS dan GLONASS) akan ketambahan Beidou (China) dan Galileo (Eropa), dengan demikian dimungkinkan munculnya sistem augmentasi GNSS multi frekuensi baik intuk GBAS/SBAS maupun ABAS (advance RAIM). Dengan phase-out-nya VOR/NDB artinya jalur penerbangan kedepan hanyalah jalur PBN. PBN dengan waypoint-nya merupakan satu-satunya kapabilitas yang mendukung penerapan Free Route (FRTO). Roadmap 4. Performance-Based Navigation (PBN) Pada implementasi PBN, RNP10, RNP4 dan RNP2 masih digunakan dalam segmen en-route oceanic. Sementara pada segmen enroute kontinental terdapat RNAV5, RNAV2 dan RNAV1, dan akan menuju penerapan Advance RNP (satu spesifikasi untuk semua). Pada segmen terminal, penerapan RNAV1 dan RNP1 masih berlanjut hingga konsep Advance-RNP kelar. Untuk approach hingga 3 blok kedepan belum ada perubahan, RNP APCH dan RNP AR APCH akan tetap digunakan.

Roadmap 5. Ground-Based Surveillance dan Surface Surveillance Pada teknologi Ground-Based Surveillance; PSR, SSR/ Mode-S, ADS-B dan ADS-C akan terus digunakan hingga blok 3. Sementara itu pada teknologi SurfaceSurveillance, untuk Surface Movement Radar (SMR), MLAT akan tetap digunakan hingga Blok 3 selanjutnya teknologi ADS-B in/out dengan kemampuan lebih (advance) diharapkan muncul pada Blok 2. Selain itu advance Kamera juga akan menjadi kunci peningkatan surveillance, khususnya konsep Remote Tower (RATS).

22

Edisi 3 | September 2018 | Indonesia Controller


Teknologi

Roadmap 6. Air-Air Surveillance Teknologi ADS-B In/Out tingkat tinggi (advance), untuk meningkatkan traffic awareness antar pesawat sehingga memungkinkan pergeseran fungsi separation, akan menjadi salah satu teknologi kunci keberhasilan konsep Full 4D-Trajectory.

Roadmap 7. SWIM, Flight & Flow, AIS/AIM, Met, Time (Information Management) Roadmap Information Management, yang merupakan landasan teknologi Performance Improvement Area (PIA) ke-2, adalah roadmap penting yang memungkinkan segala pertukaran data yang kompleks antara: 1. Data Aeronautika (Aeronautical Information Exchange Model /AIXM) 2. Data Penerbangan (Flight Information Exchange Model/FIXM) dan 3. Data Meteorologi (ICAO Meteorological Information Exchange Model/IWXXM). Bila ingat konsep di PIA 2 dimana: semua data aeronatika (AIXM) dan meteorologi (IWXXM) didigitalisasi, dibungkus kedalam flight plan model baru (FF-ICE) yang mampu membawa data trajectory (flight intent) penerbangan digital (FIXM), dan dibagikan dalam suatu jaringan universal (system wide information management/SWIM). SWIM merupakan backbone jaringan penerbangan modern yang mampu mengakomodir penyebaran (sharing) data yang kompleks dengan kecepatan sangat tinggi, untuk memastikan akurasi guna mendukung Full 4D-Trajectory.

Roadmap 8. Communication & Surveillance (Avionics) Pada teknologi komunikasi di kokpit (avionics), teknologi FANS 1/A masih akan digunakan hingga blok 2 (2030). Setelah itu diharapkan teknologi FANS 3/C, yang mampu berintegrasi dengan CNS dan SWIM, telah tersedia. Pada teknologi surveillance di kokpit, penggunaan traffic computer dan ADS-B saat ini akan terus digunakan. Teknologi ADS-B versi baru akan muncul sekiranya pada Blok 2.

Indonesia Controller | September 2018 | Edisi 3

23

|


| Teknologi Roadmap 9. Navigation (Avionics) Untuk teknologi bernavigasi di kokpit, Inerta Navigation System (INS), Multi Sensor Navigation Management akan terus digunakan hingga Blok 3. Yang menarik adalah munculnya teknologi yang mampu menangani multi konstelasi satelit (dengan adanya Galileo dan Beidou). Sementara itu untuk Flight Management System (FMS), kemampuan mensupport PBN, sebagai satu-satunya rute masa depan, akan terus berkembang hingga Blok 3. Selanjutnya FMS akan mampu menangani initial 4D (4D pada segment initial approach fix saja) dan kemudian mendukung Full 4D-Trajectory (4D pada semua segmen/waypoint)

Roadmap 10. Airborne Safey Nets and On-Board System (Avionics) Teknologi Safety Nets pada Avionics tetap mengggunakan Airborne Collision Avoidance System/ACAS II atau Traffic Collision Avoidance System/TCAS versi 7.1 dan Ground Proximity Warning System/ GPWS). Untuk On-Board System, penggunaan radar cuaca, Airport Moving Map, Enhanced Flight Vision System (EVS) dan Cockpit Display of Traffic Information (CDTI) akan terus digunakan hingga Blok 3.

Penutup Demikianlah 3 (tiga) artikel “ASBU dan Masa Depan Navigasi Penerbangan” yang berusaha membahas secara umum sistematis Global Air Navigation Plan (GANP) telah selesai. Setelah 2 (dua) artikel pertama, masih banyak rekan penulis yang merasa sulit memahami konsep GANP/ASBU, khususnya karena selama ini menerima training ASBU (per Modul) yang berbedabeda penyampaiannya. Untuk itu pada Edisi Indonesia-Controller kedepan, akan ada kolom khusus tentang ASBU, yang akan menceritakan lebih dalam Modul-Modul dalam ASBU. Misalnya: dimana porsi ATFM pada ASBU? Atau bagaimana implementasi Free Route dan Flexible Use of Airspace? Hingga apa hubungan Arrival Manager (AMAN) dan Departure Manager (DMAN) dengan ATFM?. Akhir kata, sedikit saran dari penulis, simpanlah 3 artikel “ASBU dan Masa Depan Navigasi Penerbangan”, guna mencocokkan penjelasan pada tiap Modul pada artikel kedepan dengan keberadaannya pada sistematis GANP.

24

Edisi 3 | September 2018 | Indonesia Controller


Traffic Information

Indonesia Controller | September 2018 | Edisi 3

|

25


| Traffic Information

Ini Paskibraku, Mana Paskibramu Text & Foto - Acenk Rais & Andy Widyartha

BUKA FORMASIIIII…. JALAN!!!! Sebuah komando yang tegas dari Komandan Pasukan Pengibar Bendera / PASKIBRA ATC JUANDA melemparkan ingatan kami kepada tim PASKIBRA di Istana Negara yang setiap tahunnya pada tanggal 17 Agustus mempertontonkan kekompakan serta kekhasannya dalam menjalankan tugas yang sangat berat yaitu mengibarkan bendera pusaka Sang Merah Putih Terbesit keraguan dalam hati kecil ini apakah Tim PASKIBRA ATC JUANDA akan mampu menjalankan tugasnya dengan sempurna ?. Wajar bila kami berfikir seperti itu karena sudah belasan tahun sebagian dari anggota PASKIBRA ATC JUANDA terakhir berlatih ketika mereka masih menjadi anggota Paskibra di sekolah penerbangan. Dalam dua minggu di sela kesibukan kedinasannya mereka berlatih di bawah arahan Sumpono Bayu Aji yang merupakan mantan Komandan Resimen PLP Curug tahun 1993 dan di bawah binaan M. Khatim GM AirNav Surabaya seorang Air Traffic Controller lulusan tahun 1989. Yang terjadi selanjutnya adalah sebuah ketakjuban!!! derap langkah yang kompak serta perubahan formasi pasukan yang tertata dengan indah membuat seluruh peserta upacara tercengang. Seluruh karyawan Airnav Indonesia Kantor Cabang Surabaya yang menghadiri upacara hari itu merasa takjub dan bangga. Bangga, ternyata kami memiliki Paskibra yang berkualitas dan tidak kalah dengan Paskibra cabang lainnya atau bahkan Instansi lain. Kami sangat bangga karena seluruh anggota PASKIBRA ini adalah ATC, anggota DPC IATCA Surabaya dan calon ATC (Taruna PLLU). dan ternyata, yang lebih luar biasa membanggakan lagi seluruh Petugas Upacara baik itu Pemimpin Upacara, Pembaca Teks Proklamasi, Pembaca Pembukaan UUD 1945, Pembaca Do’a, Komandan Peleton dan petugas lainnya, mereka adalah ATC JUANDA. SALUT untuk ATC JUANDA, Bangga dengan DPC IATCA Surabaya. MERDEKA…..!!!!! MERDEKA…….!!!!! MERDEKA….!!!!!! Anggota Pasukan Pengibar Bendera kiri-kanan

26

Retno Wulandari Nurulia Mahardani

Moga Alfindo Ginting (Tar.OJT) Riza Aditya M. Anugrah Wijaya (Tar.OJT)

Tomy Budi Abadi Dimas Arief Darmawan (Tar.OJT) Dany Kristanto Dicky Alifrizaldy (Tar.OJT)

Edisi 3 | September 2018 | Indonesia Controller


Special Report - 19th Anniversary IATCA

|

Puri Denbencingah Semarapura-Klungkung Tuan rumah peringatan Hari Ulang Tahun ke-19 IATCA Puncak acara peringatan Hari Ulang Tahun ke-19 IATCA dipusatkan di Puri Denbencingah, Semarapura-Klungkung, Bali pada tanggal 29 Juli 2018, tanggal ini adalah tepat 19 tahun yang lalu Indonesia Air Traffic Controllers Association dideklarasikan di Hotel Patra Jasa Cempaka Putih Jakarta Pusat. Walaupun tahun 2017 lalu peringatan Hari Ulang Tahun ke-18 di adakan di Bali, bukan tanpa alasan kalau tahun 2018 ini perayaan Hari Ulang Tahun ke-19 IATCA diadakan di Bali kembali, alasan utama adalah IATCA sedang mencari sejarah berdirinya HATCI-IATCA dimana Bali menjadi centre attention berdirinya Himpunan ATC Indonesia (HATCI) yang kemudian menjadi stimulan terbentuknya Indonesia Air Traffic Controllers Association (IATCA). ada Emotional Vallue yang didapatkan ketika para tokoh/figur yang terlibat dalam pendirian dua organisasi ATC di Indonesia tersebut dipertemukan di Bali untuk di wawancarai, salah satunya adalah Ida Pangelingsir Agung Putera Sukahet, seorang Air Traffic Controller yang pernah bertugas di Ngurah Rai Airport, Penggagas HATCI dan Tuan Rumah di Puri Denbencingah.

Indonesia Controller | September 2018 | Edisi 3

27


| Special Report - 19

th

Anniversary IATCA

THEN NOW FOREVER IATCA Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, selesai sudah satu tugas yang dibebankan kepada DPP IATCA untuk melaksanakan peringatan Hari Ulang Tahun ke-19 IATCA dengan tema “ Mengawal Penyatuan Wilayah Udara Indonesia�. Tema ini diambil untuk memberi semangat kepada kita semua bahwa ada tugas yang belum terselesaikan yang sedang dilakukan pemerintah Indonesia yaitu menyatukan sector A, B dan C. IATCA selalu mendukung langkah-langkah yang diambil oleh pemerintah Indonesia pada umumnya dan AirNav Indonesia pada khususnya, beberapa anggota IATCA telah mengikuti pendidikan dan pelatihan yang dilakukan oleh AirNav Indonesia sebagai persiapan apabila wilayah udara tersebut akan dikelola oleh Indonesia. Puncak peringatan Hari Ulang Tahun ke-19 IATCA tahun 2018 begitu istimewa, sangat berkesan di dalam hati anggota yang hadir dan meninggalkan memory yang tidak akan terlupakan. IATCA telah berhasil mengumpulkan para senior-senior ATC dari berbagai lintas angkatan pada satu waktu, pada satu tempat, dengan satu semangat, dengan berbagai macam kenangan dan nostalgia yang berbaur antara senior dan junior. Satu hari sebelum puncak acara diadakan, Panitia juga telah mengumpulkan para tokoh/figur pendiri dan pelaku sejarah organisasi HATCI-IATCA, melakukan wawancara untuk menggali lebih jauh kondisi pada saat itu dengan satu tujuan agar organisasi ini mengetahui tokoh, sejarah, latar belakang dan peristiwa-peristiwa yang terjadi sebelum dan sesudahnya agar generasi penerus IATCA menghormati usaha-usaha para tokoh/ figur tersebut yang menginginkan bersatunya ATC Indonesia dan perbaikan terhadap profesi ATC serta meningkatkan pelayanan lalu lintas penerbangan.

28

Para senior-senior kita yang sebagian sudah memasuki usia sepuh dengan suka cita menerima dan menghadiri undangan dari IATCA, tidak mudah mengingat peristiwa lebih dari 20 tahun yang lalu, namun jabat erat, peluk rindu dan tawa bahagia ketika mereka bertemu satu sama lain serta dikelilingi oleh generasi muda IATCA membuat semangat untuk memberikan yang terbaik bagi organisasi seakan mengalahkan usia mereka, dengan sabar para senior ini menunggu saatnya untuk diwawancara. Sungguh pelajaran yang berharga bagi kami generasi muda IATCA untuk tetap menghormati usaha mereka, menghargai perjuangan mereka dan mengingat jasa mereka yang telah mengorbankan waktu serta mempertaruhkan jabatan dengan membangun IATCA, membesarkan IATCA dan menjaga organisasi ini tetap utuh seperti cita-cita mereka dahulu. 34 DPC IATCA dari 40 DPC yang ada mengirimkan perwakilannya, baik secara resmi maupun datang sendiri-sendiri. ATC yang telah menjadi pengusaha, instruktur, calon walikota, yang masih aktif atau pensiunan biasa, mantan pejabat, birokrat, yang masih sehat maupun yang telah memakai tongkat semuanya berbaur menjadi satu tanpa ada sekat. Pada kesempatan itu juga IATCA memperkenalkan secara resmi Batik IATCA yang telah dipilih oleh peserta Rakernas ke-9 di Jogjakarta bulan Maret 2018. setelah Mars dan Hymne IATCA, Dresscode Hitam IATCA dan Salam IATCA yang telah dikenal maka nantinya Batik IATCA ini akan menambah dan menjadi signature IATCA. Dengan usia yang telah memasuki 19 tahun, diharapkan IATCA tidak lagi mencari jati diri, tidak lagi berpikir kekanakan karena usia tersebut sudah terlewati, usia 19 tahun adalah usia produktif, usia untuk menunjukan suatu prestasi, usia untuk memulai memberikan bakti pada negeri dan bumi pertiwi. Dalam Edisi ke 3 ini kami sertakan beberapa tulisan khusus terkait Hari Ulang Tahun ke-19 IATCA.

Bravo IATCA, Lets Do It.

Edisi 3 | September 2018 | Indonesia Controller


Special Report - 19th Anniversary IATCA

|

BATIK IATCA

Icon, Motif & Arti

Indonesia Controller | September 2018 | Edisi 3

29


| Special Report - 19

th

Anniversary IATCA

Dalam usianya yang telah menginjak 19 tahun, organisasi profesi Indonesia Air TraďŹƒc Controllers Association telah mempunyai beberapa ciri khas yang membedakan dengan organisai profesi lainnya di lingkungan AirNav Indonesia. Pada bulan Mei tahun 2007, tepatnya saat dilaksanakan Rapat Kerja Nasional Pertama di Tangerang, telah diputuskan bahwa IATCA mempunyai salam persaudaraan, yel-yel yang memberikan semangat pada anggotanya yaitu BRAVO IATCA, LETS DO IT sebagai usulan dari DPC IATCA Pontianak serta diterimanya MARS & HYMNE IATCA yang dipersembahkan oleh DPC IATCA Palembang. Pada bulan November Tahun 2011, saat Rapat Kerja Nasional ke-4 dilaksanakan di kota Semarang, secara resmi IATCA memperkenalkan Dresscode organisasi dengan warna hitam, dan setelah Rakernas ke-4 semua anggota dengan bangga memakai Dresscode ini. Tujuh tahun berselang sejak Rakernas ke-4, secara resmi dalam Rakernas ke-9 yang diadakan pada bulan Maret 2018 di Jogjakarta, IATCA memutuskan untuk mempunyai Dresscode Batik IATCA yang dipilih oleh anggotanya dari 3 design yang ditawarkan. Design Batik IATCA yang terpilih berasal dari DPC IATCA Jogjakarta. Batik IATCA ternyata tidak hanya sekedar karya seni namun goresan-goresan yang ditorehkan mempunyai arti, dengan harapan agar seluruh anggota IATCA dan ATC Indonesia mempunyai nilai-nilai seperti arti dari motif batik tersebut.

30

Edisi 3 | September 2018 | Indonesia Controller


Special Report - 19th Anniversary IATCA

|

MAHKOTA DI ATAS TOWER Motif ini adalah Motif Batik Kalimantan Timur, dengan ciri khasnya yaitu Garis Lengkung yang diambil dari Motif Batik Batang Garing / Haring yang bermakna keharmonisan antara manusia dengan Tuhannya, manusia dengan alam dan manusia dengan manusia

TOWER pada Icon Tower terdapat Motif Batik Melayu tergambarkan dengan Motif Lebah bergantung atau rumah lebah, lebah adalah hewan yang memakan sesuatu yang baik dan menghasilkan sesuatu yang baik pula, sementara Motik Batik Jakarta / Betawi tergambarkan dengan Motif Batik Encim, Encim dalam bahasa Tionghoa Betawi mempunyai makna perempuan dewasa yang terhormat.

PESAWAT pada Icon Pesawat terlihat jelas Motif Batik Cirebon dimana pada sayap pesawat, stabilizer dan fuselage mengambil goresan dari Motif Batik Mega Mendung yang mempunyai makna keteduhan, sabar dan bijaksana

DIANTARA LOGO IATCA Motif ini diambil dari Motif Batik Jogjakarta / Solo dan dinamakan Motif Batik Satria Manah, biasa dipakai oleh wali pengantin pria pada saat prosesi lamaran/meminang, makna dari motif batik ini adalah agar lamaran/pinangan dapat diterima oleh pihak pengantin wanita dan keluarganya.

DUDUKAN LOGO IFATCA Motif ini dinamakan Motif Pisan Bali / Pisang Bali, Motif ini adalah Motif Batik Bali, motif ini bermakna “kembali lagi�, batik dengan motif ini biasa diberikan kepada seseorang yang dicintai agar ketika pergi jauh akan kembali lagi.

BUNGA KECIL Motif ini dinamakan Motif Kawung yang merupakan Motif Batik Jogjakarta / Solo yang mempunyai makna pengendalian diri yang sempurna, hati yang bersih tanpa adanya keinginan untuk riya.

Indonesia Controller | September 2018 | Edisi 3

31


| Special Report - 19

th

Anniversary IATCA

ICON BATIK IATCA Dengan Icon-icon yang ada pada Batik IATCA, diharapkan hal ini akan menjadi signage bagi organisasi IATCA ketika seseorang pertama kali melihat batik ini, 4 Icon yang menggambarkan Batik ini adalah milik ATC sebagai berikut

LOGO IATCA LOGO IAFTCA ICON PESAWAT TERBANG ICON TOWER

Selain motif batik yang sudah dijelaskan, secara umum ada sentuhan titik-titik pada setiap motif batik yang diambil dari Motif Batik Jonegaran dari Motif Batik Bojonegoro, harapannya adalah bahwa setiap Anggota IATCA setiap ATC Indonesia selalu terhubung menjadi satu. Batik IATCA tidak hanya mempunyai satu motif dari satu daerah, namun layaknya anggota IATCA yang ada diseluruh Indonesia, batik ini mewakili semuanya, mulai motif batik dari Sumatera, Jakarta, Kalimantan, Cirebon, Jogjakarta, Solo, Bali, Bojonegoro dan terakhir sepintas dapat dilihat dari warnanya bahwa motif batik ini adalah seperti motif batik Pekalongan. Begitu banyak filosofi dan makna baik yang terkandung pada motif batik tersebut, dengan harapan setiap yang memakainya akan mempunyai nilai-nilai baik dan positif dan membawa semangat bagi organisasi tercinta ini. Bravo IATCA, Lets Do It

32

Edisi 3 | September 2018 | Indonesia Controller


Special Report - 19th Anniversary IATCA

|

SPECIAL COMMITTEE

berdiri-Putu Dipa, Nyoman Angga, Riyadi, Dewa Oka, Dzikra Yaza, Ahmad Izazi, R.D. Subismo, Zainal Arifin Harahap, M. Rommy, Maria Trivina, Dwija Indraprijatna, Bara Jinggawanata, depan-Andi Irdiansyah, Ares Mardiana, Dimas

FOR SPECIAL PEOPLE Indonesia Controller | September 2018 | Edisi 3

33


| Special Report - 19

th

Anniversary IATCA

Hari ulang tahun ke-19 IATCA yang dirayakan tepat ditanggal 29 Juli 2018 bertempat di Puri Denbencingah, SemarapuraKlungkung, Bali meninggalkan kesan yag begitu mendalam di hati semua orang yang hadir termasuk Panitia Pelaksana. DPP IATCA melalui Bidang Humas dan Publikasi membentuk Panitia Pelaksana hanya 45 hari sebelum pelaksanaan kegiatan dimulai. Masih tetap konsisten dengan tagline The Year of Member Association yang diputuskan pada RKO 2018, DPP IATCA menunjuk Dzikra Yaza Pratama, anggota DPC IATCA Makassar sebagai Ketua Panitia dan Merdi Tiara Uriko anggota Bidang Humas DPP IATCA sebagai Wakil Ketua. Dzikra bukanlah pengurus DPP IATCA tapi anggota biasa yang dinilai oleh DPP IATCA mempunyai potensi agar lebih berani tampil, ada rasa ragu saat di tunjuk untuk menjadi Ketua Panitia namun dengan bimbingan dan pendampingan dari Wakil Ketua semua kegiatan alhamdulillah berjalan dengan sukses dan lancar. Sejak tahun 2016, hari ulang tahun IATCA selalu dibarengi dengan kegiatan khusus, HUT ke-17 IATCA pada tahun 2016 mengusung tema Save Kemayoran, HUT ke-18 IATCA bersamaan dengan Goodwill Games yang mengundang Air Traffic Controller negara tetangga di wilayah Asia Tenggara dan pada HUT ke-19 ini dibarengi dengan pencarian, penelusuran dan penggalian sejarah HATCI-IATCA. Ketua Umum DPP IATCA menunjuk Ketua Bidang Humas dan Publikasi untuk membentuk Panitia khusus dan mengatur kegiatan yang istimewa ini serta bertanggungjawab langsung kepada Ketua Umum DPP IATCA. Untuk kegiatan istimewa ini total 17 orang ditunjuk dan ditetapkan sebagai panitia khusus, 8 orang dari DPP IATCA dan 9 orang dari DPC IATCA Makassar dan DPC IATCA Bali dan rata-rata sebagian besar panitia khusus ini masih berusia muda. Mohamad Romy (DPC IATCA Makassar) didaulat sebagai PIC dan Bara Jinggawanata (DPC IATCA Bali) sebagai Co.PIC dengan tugas mulai dari mencari tokoh/figur yang terkait dengan pendirian HATCI-IATCA, menghubungi satu persatu baik bertemu langsung maupun wawancara singkat melalui telephone, mengatur kedatangan, menyiapkan antar-jemput, menyiapkan akomodasi sampai hal yang sekecil-kecilnya yang tidak terduga hingga waktunya sesie wawancara. Namun sayangnya satu orang panitia Moch. Bambang Gilang Ramadhan tidak dapat hadir dan satu orang lagi Setio Anggoro baru bergabung pada sabtu malam karena harus menyelesaikan pekerjaan kantor terlebih dahulu. Kesulitan pertama yang dihadapi adalah ketika harus mencari siapa saja tokoh/figur yang berperan terhadap pendirian HATCI-IATCA. Langkah awal dan dipandang paling

34

Anggota Panitia Khusus yang mewawancari tokoh/figur pendiri HATCI-IATCA

mudah adalah menghubungi Ketua DPP IATCA Pertama Bapak AZ Ibnu Susanto dan Sekretaris Jenderal Pertama Bapak Ahmad Munir serta Bapak Yaddy Supriyadi untuk sejarah berdirinya IATCA, dan menghubungi Ida Pangelingsir Agung Putera Sukahet yang berdomisili di Bali untuk pendirian HATCI, dari hasil pertemuan singkat dengan Bapak AZ Ibnu Susanto dan Bapak Ahmad Munir serta wawancara singkat melalui telephone dengan Bapak Yaddy Supriyadi dan Ida Pangelingsir Agung Putera Sukahet tersebutlah beberapa nama tokoh/figur hingga akhirnya berkembang menjadi 40 tokoh/figur. Kesulitan berikutnya yang dihadapi adalah bagaimana menghubungi tokoh/figur tersebut, yang paling mudah adalah menghubungi lewat telephone, ada sebagian tokoh/figur yang kami dapatkan nomor telephonenya dengan usaha bertanya kiri dan kanan namun ada tokoh/figur yang gagal kami dapatkan nomor telephonenya, hingga akhirnya kami memutuskan mengundang 20 orang tokoh/figur yang dianggap pantas dimintakan keterangan, penjelasan dan cerita disaat persiapan pendirian HATCI-IATCA. Untuk tokoh/figur pendirian HATCI lebih banyak berasal dari Bali namun untuk pendirian IATCA ada yang berasal dari Jakarta, Pekalongan, Jogjakarta dan Semarang. Sangat disayangkan ada dua tokoh kunci yang telah meninggalkan kita tanpa sempat diwawancarai, yang pertama adalah Almarhum Bapak Alit Suteja (HATCI) dan Almarhum Bapak Yaddy Supriyadi (IATCA) namun demikian kami masih bersyukur dapat mewawancari beberapa tokoh/figur yang mengetahui dan terlibat langsung pendirian HATCI-IATCA, diantaranya adalah Bapak Remigius Moeljadi dan Ida Pangelingsir Agung Putera Sukahet. Wawancara ini bukanlah langkah akhir tapi merupakan langkah awal karena masih banyak beberapa tokoh/figur yang harus kami cari lagi agar IATCA mempunyai sejarah yang lengkap yang harus diketahui oleh Anggotanya. Ahmad Izazi Kabid Humas DPP IATCA

Edisi 3 | September 2018 | Indonesia Controller


Special Report - 19th Anniversary IATCA

|

SEBUAH KESAN UNTUK MASA DEPAN BEHIND THE SCENE Mohamad Romy, S.Sos

T

anggal 28 Juli 2018, tepat sehari sebelum perayaan HUT ke19 IATCA, akhirnya kami bisa mengumpulkan 18 orang pelaku sejarah terbentuknya HATCI-IATCA di Sunset Hotel Kuta, serta 2 orang lainnya yaitu Bpk Matgani dan Bpk I Made Widnjana yang kami temui secara terpisah di kediaman masing-masing karena alasan kesehatan.

A

da sebuah semangat yang sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata ketika kami sebagai tim khusus yang bertugas untuk mewawancarai para pelaku sejarah tersebut memulai semua persiapan di pagi harinya. Kamera, lampu, microphone dan semua kebutuhan sudah siap terpasang sesuai dengan waktu yang telah direncanakan. Ada 2 pilihan tempat

yang sudah direncanakan sebelumnya, yaitu di pinggir kolam renang Hotel Sunset Kuta atau di ruang pertemuan Villa S18 (satu management dengan Hotel Sunset) yang tepat berada di belakang Hotel tersebut. Namun malam sebelumnya kita memutuskan untuk menggunakan lobby di Villa S18 yang mempunyai view yang bagus sebagai latar untuk proses wawancara.

A

1

Indonesia Controller | September 2018 | Edisi 3

nggota panitia khusus ini semuanya adalah ATC yang kebetulan mempunyai hobby dan bakat dibidang photography dan video, peralatan yang dibawa pun merupakan peralatan professional, walaupun sebagian besar merupakan peralatan yang disewa. Tim kami bagi dua, dimana tim yang pertama melakukan wawancara di Villa S18 dan tim yang kedua mendatangi kediaman Bpk. Matgani dan Bpk. I Made Widnjana. Tim pertama terdiri dari Mohamad Romy sebagai PIC, Zainal “Ucok� Arifin Harahap sebagai Pewawancara, Tim Kamerawan

35


| Special Report - 19

th

Anniversary IATCA

Andi Irdiansyah dibantu oleh Nyoman Angga, Dimas Pamungkas, Ares Mardiana dan seorang OJT yaitu Zonar Anjab Rabbani. Sedangkan tim kedua adalah Ahmad Izazi dan Putu Dipa Sanjaya. Masing-masing tim telah mempersiapkan beberapa pertanyaan yang akan diajukan guna mencari dan menggali asal muasal berdirinya HATCI-IATCA.

M

omen yang luar biasa pun dimulai saat para pelaku sejarah tersebut mulai datang bersamaan di lobby Villa S18 dan melakukan sesi foto bersama. Turut mendampingi juga Ketua Umum DPP IATCA Bpk Suwandi. Selanjutnya wawancara dimulai dengan mewawancarai dua orang pelaku sejarah sesuai jadwal yang telah kami susun sebelumya, namun melihat banyaknya bahan cerita maka kami memutuskan untuk wawancara selanjutnya sekaligus 3 orang. Nah disinilah mulai keseruan dimana Pak Moeljadi, Pak Ibnu dan Pak Riza Fahmi mulai bercerita, saling mengenang kejadian dan hal-hal detil yang luar biasa masih diingat sampai

sekarang. Tak terasa hal ini menghabiskan waktu kurang lebih 3 jam. Kami pun mendapat teguran dari managemen Villa S18 dimana ijin yang kami minta untuk menggunakan lobby tersebut hanya sampai pukul 13.00 WITA sementara wawancara tersebut baru berakhir pukul 15.20 WITA. Tak kalah cukup tegang juga dimana kami khawatir para pelaku sejarah yang lain juga mulai merasa lelah karena harus antri menunggu giliran, walaupun telah disiapkan tempat yang nyaman yang disertai oleh makanan dan minuman dari pihak Hotel. Hal yang membuat kami haru adalah mereka tetap mempunyai semangat yang luar biasa untuk menunggu antrian, bahkan sampai ada yang tertidur di kursi lobby tersebut. Tentunya ini menjadikan bahan bakar baru buat kami yang sebelumnya juga telah merasa lelah.

S

elanjutnya wawancara kami lanjutkan dengan memindahkan tempat wawancara ke ruang pertemuan Villa S18 yang telah dipesan sebelumnya. Disinilah kami merubah jadwal lagi sehingga proses wawancara

langsung menghadirkan 5 orang yang saling bergantian. Salut untuk rekan kami Ucok sebagai pewawancara sekaligus mencatat hasil wawancara tersebut secara teliti, walaupun yang ditanyakan merupakan pertanyaan yang hampir sama. Wawancara pun berakhir pada pukul 16.30 WITA.

W

awancara dilanjutkan kembali pada pukul 20.30 WITA bertempat di kamar Hotel Sunset karena Bpk Aminarno, Bpk Tavip Wibowo dan Bpk Arief Widiantoro baru tiba di Hotel pada Pukul 18.00 WITA. Cerita dan kenangan pun mengalir dari ketiga tokoh tersebut membuat kami yang hadir di kamar tersebut juga ikut terhanyut dengan nostalgia mereka.

W

awancara selanjutnya berlangsung pada tanggal 29 Juli 2018 yaitu bertempat di Puri Denbencingah tempat kediaman Ida Pangelingsir Agung Putera Sukahet dimana beliau juga merupakan salah satu tokoh pelaku berdirinya HATCI. Merupakan.

2 36

Edisi 3 | September 2018 | Indonesia Controller


Special Report - 19th Anniversary IATCA

|

suatu kehormatan bagi kami untuk bisa hadir di Puri beliau dan mendengar langsung secara detil bagaimana HATCI terbentuk yang akhirnya menjadi stimulan dan pemberi semangat untuk mendirikan IATCA dikemudian hari. Hari itu ditutup dengan perayaan HUT ke-19 IATCA di Puri Denbencingah dengan amat sangat luar biasa dimana pada HUT ini reuni lintas angkatan menjadi momen special untuk para pelaku sejarah HATCI-IATCA, sesepuh ATC, senior dan junior, yang tidak akan terlupakan sampai akhir hayat.

3

D

an kami sendiri sebagai Panitia Khusus yang bertugas mewawancarai para pelaku sejarah tersebut mendapatkan pelajaran yang luar biasa dari mereka, dimana mereka menunjukan bahwa dimanapun mereka berada, apapun mereka saat ini, halangan apapun yang mereka hadapi, mereka tetap menyempatkan datang untuk menyampaikan pesan kepada kita semua agar dapat meneruskan semangat mereka dalam menghargai dan mengharumkan organisasi yang telah mereka perjuangkan untuk mendirikannya agar tetap jaya selamanya.

4

Sebuah Kesan Untuk Masa Depan. BRAVO IATCA, LET’S DO IT

5 1. Emiel Taufiq, I Ketut Subamia, Ahmad Munir, Harjoso TP 2. Zainal Arifin Harahap, Riza Fahmi, AZ Ibnu Susanto, Remigius Moeljadi 3. Aminarno Budi Pradana, Arief Widiyantoro, Tavip Wibowo 4. Harjoso TP, Surachman 5. Widodo Marmer, I Made Gargita 6. Nyoman Angga-semua untuk IATCA

Indonesia Controller | September 2018 | Edisi 3

6

37


| Special Report - 19

th

Anniversary IATCA

MENCARI SEJARAH HATCI - IATCA

Mengumpulkan yang terserak, Menyatukan yang tercerai, Menuntaskan yang tertunda

• Humas DPP IATCA

Setelah berumur 19 tahun sejak IATCA berdiri, sangat sedikit kepustakaan yang menceritakan tentang sejarah pendirian Himpunan ATC Indonesia (HATCI) maupun Organisasi Profesi Indonesia Air Traffic Controllers Association (IATCA). Memanfaatkan moment hari ulang tahun yang ke-19, DPP IATCA mengundang beberapa tokoh/figur yang dipandang mengetahui dan terlibat langsung dengan peristiwa tersebut, mereka adalah Special People for Special Moment.

Keinginan untuk menggali lebih dalam tentang sejarah berdirinya HATCIIATCA ini telah digagas sejak Periode ke-IV kepengurusan DPP IATCA pada tahun 2009-2013 yang saat itu Ketua Umum DPP IATCA dijabat oleh Sdr. IGK Susila, namun terkendala karena keterbatasan dana, tenaga dan penelusuran pelaku sejarah berdirinya HATCI-IATCA sehingga cita-cita ini tidak berjalan sesuai dengan rencana. Semangat untuk meneruskan rencana penyusunan sejarah HATCI- IATCA ini terus berlanjut hingga kepengurusan Periode ke-V tahun 2013-2016 yang saat itu Ketua Umum DPP IATCA dijabat oleh Sdr. M. Irsan. Agenda pertemuan dengan Bpk. Ahmad Munir sebagai Sekretaris Jenderal pertama IATCA di Banjarmasin termasuk menemui Bpk. Mus Mursito yang menciptakan lagu Mars dan Hymne IATCA di Palembang telah dilakukan pada kurun waktu 2013-2014, namun kegiatan ini pun belum maksimal. Pada kepengurusan IATCA Periode ke-VI saat ini, Bidang Humas dan Publikasi telah mengagendakan pembuatan sejarah HATCI-IATCA sebagai salah satu program kerja yang harus diselesaikan di masa kepengurusan DPP IATCA periode 2016-2019 dibawah Ketua Umum Bpk. Suwandi. Pekerjaan harus diselesaikan sebelum berakhirnya masa kepengurusan DPP IATCA pada tahun 2019. Bagi sebuah organisasi tidak terkecuali IATCA, sangatlah penting untuk mengetahui sejarah berdirinya HATCI dan IATCA, hal ini semata-mata agar generasi muda penerus IATCA mengetahui dengan benar sejarah berdirinya organisasi ini dan menghargai para senior yang telah menggagas cikal bakal berdirinya organisasi profesi ATC (HATCI-IATCA) serta menjadikan IATCA semakin besar. Organisasi yang besar adalah organisasi yang tidak pernah melupakan sejarahnya. Bidang Humas dan Publikasi menyadari sepenuhnya bahwa menyusun tulisan tentang sejarah HATCI-IATCA bukanlah perkara yang mudah, karena sangat memerlukan keterlibatan banyak pihak / orang / tokoh / figur / saksi hidup yang semuanya merasa ikut terlibat dan memiliki peranan masing-masing pada saat itu. Namun demikian, pekerjaan ini harus tetap dilakukan agar pengumpulan data sejarah organisasi HATCI-IATCA dapat tersusun menjadi sebuah Pustaka Sejarah untuk masa yang akan datang. Versi sejarah Organisasi IATCA ini merupakan hasil dari kompilasi bukti, cerita, kesaksian, dan pengalaman yang dialami oleh semua orang yang ikut terlibat di dalamnya sehingga nama-nama orang / tokoh / figur / saksi hidup yang tercatat di dalamnya adalah mereka yang memiliki kontribusi dalam sejarah pendirian HATCI-IATCA di Indonesia, hal ini adalah sebagai bentuk penghargaan atas perjuangan para senior terdahulu yang akan diingat oleh para generasi penerus IATCA dimasa depan.

A

38

Edisi 3 | September 2018 | Indonesia Controller


Special Report - 19th Anniversary IATCA

|

SPECIAL PEOPLE FOR SPECIAL MOMENT

belakang-Harjoso TP, I Ketut Subamia, AZ Ibnu Susanto, Surachman, Widodo Marmer tengah-I Wayan Nuastha, Ahmad Munir, Remigius Moeljadi, Danta Widana depan-I Made Artana, Suwandi (Ketua Umum DPP IATCA), I Made Torniari, Riza Fahmi, Emiel Taufiq Untuk merealisasikan keinginan di atas dan menjalankan Program Kerja IATCA yang telah tertuang dalam Rencana Kerja Organisasi (RKO) 2018, bidang Humas dan Publikasi dalam hal ini mengagendakan kegiatan untuk mencari, menggali dan mengumpulkan sejarah HATCI-IATCA dengan tema �Mengumpulkan yang terserak, Menyatukan yang tercerai, dan Menuntaskan yang tertunda�. Dengan disusunnya Pustaka Sejarah versi resmi organisasi profesi IATCA ini akan menjadi rantai pengikat persatuan dan kesatuan organisasi dimasa yang akan datang sebagai motivasi bagi generasi penerus IATCA sekaligus mengajarkan kepada kita semua untuk tetap menghormati dan mengingat para pendahulu / senior-senior ATC serta senantiasa menghargai upaya-upaya yang telah dilakukan oleh generasi terdahulu agar ATC Indonesia selalu bersatu dalam organisasi profesi Indonesia Air Traffic Controllers Association (IATCA) yang kita cintai.

B

A. Bpk Matgani yang tidak dapat hadir karena stroke B. Bercengkerama setelah terpisah puluhan tahun C. Bapak I Made Widnjana didampingi ibu saat wawancara di kediaman beliau

C Indonesia Controller | September 2018 | Edisi 3

39


| Special Report - 19

th

Anniversary IATCA

Invaluable Moment Wonderful Moment

40

Edisi 3 | September 2018 | Indonesia Controller


Special Report - 19th Anniversary IATCA

|

19th Anniversary IATCA

Indonesia Controller | September 2018 | Edisi 3

41


| Special Report - 19

th

Anniversary IATCA

MENGENAL LEBIH DEKAT PARA PELAKU SEJARAH IATCA - BAGIAN 1 Apakah anda berprofesi sebagai seorang ATC? Apakah ATC memiliki organisasi keprofesian? Apakah anda tahu tujuan organisasi profesi ATC didirikan?

Remigius Moeljadi

Ida Pangelingsir Agung Putera Sukahet

Ahmad Munir

AZ Ibnu Susanto

Pertanyaan terakhir diatas cukup sederhana, namun tidak semua ATC bisa menjawabnya. Suatu kesempatan yang langka bagi saya ketika diminta oleh Ketua Bidang Humas DPP IATCA untuk bertemu, berbicara dan mewawancarai para senior ATC untuk mendengarkan langsung penuturan mereka tentang sepak terjang perjuangan mendirikan sebuah organisasi yang menaungi profesi ATC di Indonesia sejak tahun 1970-an hingga akhir 1990-an. Hal ini sengaja dilakukan agar anggota IATCA mengetahui dengan jelas tentang sejarah Organisasi ATC di Indonesia, bahwa betapa sulitnya mendirikan sebuah organisasi karena saat itu pemerintah orde baru melakukan kontrol yang sangat kuat dalam mengatur kehidupan bermasyarakat termasuk dalam hal berkumpul, berserikat dan menyampaikan pendapat. Setiap gerakan yang mengumpulkan banyak orang akan segera dicurigai sebagai kekuatan maupun upaya untuk menjatuhkan pemerintah. Dari hasil wawancara saya dengan mereka, ada cerita yang belum pernah saya dengar sebelumnya, ternyata jauh sebelum berdirinya IATCA telah ada beberapa organisasi profesi ATC Indonesia yang coba didirikan mulai dari KATCI (Korps ATC Indonesia), IATCI (Ikatan ATC Indonesia), PATCI (Persatuan ATC Indonesia), HATCI (Himpunan ATC Indonesia) hingga lahirnya IATCA (Indonesia Air Traffic Controllers Association), namun karena kondisi saat itu proses pendirian organisasi profesi ATC Indonesia tidak mudah, harus melewati jalan panjang berliku dan penuh rintangan. Dari hasil wawancara, saya melihat ada beberapa sosok sentral dibalik pendirian organisasi-organisasi tersebut diantaranya adalah Pak Remigius Moeljadi, Pak Ida Idewa Gede Ngurah Swastha, Pak Ahmad Munir, Pak Achmad Zaini Ibnu Susanto, Pak Ida Bagus Alit Sutedja dan Pak Yaddy Supriyadi (dua nama terakhir telah meninggal dunia).

S

osok pertama yang ingin saya perkenalkan adalah Pak Remigius Moeljadi biasa disapa Pak Moeljadi, salah seorang ATC angkatan ke-8, lulusan dari kelas ATC Crash Program Akademi Penerbangan Indonesia (API) Curug tahun 1966. Awal karir beliau ditugaskan di Bandara Soekarnapura – Jayapura, Irian Jaya (sekarang Sentani - Papua), kemudian pada tahun 1968 beliau menempuh pelatihan ATC Advance dan setelah lulus ditempatkan di Bandara Denpasar – Bali. Sejak tahun 1970-an beliau sering menyuarakan agar ATC memiliki organisasi profesi sebagai wadah untuk menyalurkan aspirasinya, bahkan saking aktifnya menyuarakan ATC hingga saat itu ia dikenal dengan sebutan “Tukang Protes”, dan namanya sempat disebut-sebut dalam salah satu surat kabar harian di Bali. Tidak jelas siapa yang menginisiasi gerakan ini namun tepat pada tanggal 18 maret 1970, ATC di Bali memiliki organisasi profesi yang diberi nama KATCI namun tidak lama setelah itu nama KATCI tidak pernah terdengar lagi gaungnya.

42

Edisi 3 | September 2018 | Indonesia Controller


Special Report - 19th Anniversary IATCA

|

AZ Ibnu Susanto - Remigius Moeljadi dimanapun berada pembicaraan tidak terlepas dari dunia ATC

D P

ada tahun 1978, Departemen Perhubungan mengeluarkan Surat Keputusan Menteri Perhubungan nomor KM 50/ OT/Phb-78, tentang “Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pelabuhan Udara dan Sentra Operasi Keselamatan Penerbangan (SENOPEN), Fungsi unit kerja SENOPEN ini adalah untuk pemberian pelayanan navigasi penerbangan. Beliau kemudian ditugaskan di Kantor SENOPEN Bali menjabat sebagai Kepala Seksi Aeronautical Information Services (AIS) hingga tahun 1985, beberapa jabatan yang pernah diembannya di SENOPEN adalah sebagai Kepala Urusan Kepegawaian, Sekretaris Korps Pegawai Republik Indonesia (KORPRI) dan Sekretaris Penelitian Khusus (LITSUS) yaitu tim yang dibentuk untuk memeriksa riwayat dan silsilah seseorang apakah memiliki keterlibatan dengan Partai Komunis Indonesia (PKI). Sejak tahun 1989 perjalanan karirnya berlanjut di PT. Angkasa Pura I (Persero) hingga pensiun pada tahun 2002, beberapa jabatan yang pernah diemban selama bekerja di PT. Angkasa Pura adalah sebagai Kepala Seksi AIS, Kepala Seksi ATC Wilayah Timur dan Kepala Seksi ACC.

C

ita-cita beliau untuk mendirikan organisasi profesi ATC tidak pernah padam, hingga suatu saat di tahun 1989 ketika menjabat Kepala Seksi ATC Wilayah Timur di Kantor Pusat PT. Angkasa Pura I (Persero), beliau mendengar ada kobaran semangat di Bali untuk mendirikan sebuah organisasi profesi ATC yang digagas oleh Pak Ida Idewa Gede Ngurah Swastha. Gagasan tersebut sangat didukungnya dan semangat beliau untuk mendirikan organisisasi profesi ATC muncul kembali hingga akhirnya pada tanggal 24 Mei 1989 berdirilah organisasi profesi ATC bernama HATCI. Pak Moeljadi merupakan salah seorang dari sedikit pejabat di PT. Angkasa Pura I (Persero) yang mendukung gerakan ini, atas dukungannya beliau diberikan sebuah plakat penghargaan oleh HATCI, kemudian dipercaya menjadi Seksi Organisasi di HATCI. Organisasi ini dianggap sesuai karena saat itu masing-masing ATC berjuang dengan caranya sendiri, pendirian organisasi profesi ATC bertujuan menyatukan ATC dalam satu wadah untuk dapat mengutarakan keinginan-keinginannya. Dengan bersatunya ATC dalam satu wadah diharapkan suaranya akan diperhatikan dan didengar.

Indonesia Controller | September 2018 | Edisi 3

engan duduknya beliau di seksi organisasi HATCI dan jabatannya di PT Angkasa Pura I (Persero), beliau melihat ada kesempatan untuk lebih memperkenalkan organisasi profesi ATC ini kepada para pejabat di Departemen Perhubungan, pada suatu waktu beliau menghadap Pak Kadarusman (Kasubdit LLU Ditkespen – Ditjen Hubud) untuk menyampaikan maksudnya namun sayang apa yang disampaikan tidak direspon positif, tidak berhenti sampai disitu, usaha lain dilakukan dengan langsung menemui Pak Soenaryo (Dirjen Hubud) bermaksud menyampaikan bahwa HATCI akan melakukan sosialisasi melalui seminar nasional yang akan dihadiri oleh ATC dari PT AP1, PT AP2 dan Budiarto Curug. Acara tersebut berjalan dengan sukses walaupun tetap tidak dihadiri oleh Pak Kadarusman dan Pak Gimono (pejabat Ditkespen lainnya), kabar yang diterima sebagai penyebab ketidakhadirannya karena proposal seminar tersebut tidak diajukan terlebih dahulu ke Direktorat Keselamatan Penerbangan untuk mendapat persetujuan. tidak lama berselang, ATC-ATC yang terlibat didalam terbentuknya organisasi HATCI ini dimutasi tersebar ke Surabaya dan Balikpapan sehingga mengakibatkan kegiatan HATCI lambat laun menjadi vakum. Beberapa tahun kemudian beliau meminta pendapat kepada Pak Ari Liando yang waktu itu menjabat sebagai Direktur Telekomunikasi, Navigasi dan Listrik (TELNAVLIS) di PT. Angkasa Pura I untuk menghidupkan kembali HATCI. Ide tersebut disetujui dengan syarat ketua HATCI (Pak Ida Idewa Gede Ngurah Swastha) harus diganti.

HATCI menjadi vacum namun tidak dengan semangat beliau yang tetap ngotot ingin mendirikan organisasi profesi ATC.

D

engan memanfaatkan jabatannya di PT AP1 dan dibantu beberapa staff, beliau sering mengadakan program kegiatan DIKLAT (pendidikan dan latihan) untuk para ATC, seperti Training SATC (Senior Air Traffic Controller), dan RAKOR ATS (Rapat Koordinasi AirTraffic Services) dan lain-lain. Didalam setiap kegiatan tersebut beliau selalu memasukkan agenda-agenda untuk mengumpulkan para ATC dengan tujuan untuk menghidupkan kembali niatan awalnya membentuk organisasi profesi ATC Indonesia, nama yang diusulkan saat itu adalah IATCI (Ikatan ATC Indonesia). Ada beberapa kandidat Ketua IATCI waktu itu, diantaranya adalah Pak Cholid Sukadjaja (Kasie LLU Ditkespen), Pak Kunto Prastowo (Kasubdit Operasi Lalu Lintas Udara PT. Angkasa Pura I), Pak Wahyu Indragono, Pak Yaddy Supriyadi, Pak Pujo Sutopo dan Pak Hendarto Suhendro (alm), walaupun ada perasaan trauma terhadap kejadian HATCI, akhirnya para senior ini memberanikan diri membentuk IATCI dengan Ketua pak Wahyu Indragono (alm), Sekretaris pak Yaddy Supriyadi dan bendahara pak Moeljadi.

43


| Special Report - 19

th

Anniversary IATCA

Pada bulan Maret 1996 PT AP1 menyelenggarakan ATS Refreshing Course di Curug, dan secara bersamaan atas bantuan dari pemerintah Jerman juga dibuat kegiatan seminar ATS, rencananya kegiatan ini akan dijadikan kesempatan oleh pengurus IATCI untuk mendeklarasikan IATCI sebagai organisasi formal disela-sela acara seminar, namun sayang dari 13 cabang di lingkungan PT AP1 hanya 3 cabang saja yang menghadiri seminar tersebut, acara seminar tetap berjalan namun apa yang sudah direncanakan untuk IATCI tidak berjalan sesuai dengan yang diinginkan. Setelah HATCI, IATCI gagal berdiri sebagai organisasi Profesi ATC Indonesia. Semangat mereka tidak pernah padam, dana seminar yang tersisa diserahkan kepada pak Yaddy Supriyadi untuk mempersiapkan AD-ART organisasi yang selanjutnya terlahir dengan nama IATCA. Bagi Pak Moeljadi, terbentuknya IATCA adalah tercapainya cita-cita yang sudah diidamkan sejak tahun 1960-an. Dan salah satu citacita IATCA saat itu adalah ingin mendirikan sebuah lembaga penyelenggara navigasi penerbangan dengan nama Aero Nusantara. Setelah tahun 2002 Pak Moeljadi pensiun dari PT. Angkasa Pura I (Persero) dan melihat sekarang sudah ada AirNav Indonesia sebagai Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan di Indonesia.

Dari percakapan saya dengan Pak Moeljadi ada hal yang sangat menggugah hati saya, betapa beliau sangat mendedikasikan dirinya terhadap profesi ATC dan organisasi profesi ATC, banyak hal yang telah dilakukan demi terbentuknya organisasi profesi ATC baik HATCI, IATCI maupun IATCA, semoga harapan beliau dapat selalu dijaga dan senantiasa membawa manfaat positif bagi profesi ATC.

W

awancara saya selanjutnya akan mengantarkan ke cerita yang lain yaitu HATCI, sosok yang tidak bisa lepas dari HATCI adalah Pak Ida Idewa Gede Ngurah Swastha, beliau seorang alumnus ATC Lembaga Pendidikan Perhubungan Udara (LPPU) angkatan JATC-11 lulus tahun 1976. Perjalanan karir beliau dimulai dari penempatan di Bali pada tahun 1976 kemudian masuk ke Perum Angkasa Pura pada tahun 1980. Tahun 1982 beliau melanjutkan pendidikan SATC di tempat yang sama namun saat itu LPPU telah berubah nama menjadi Pendidikan dan Latihan Penerbangan (PLP) Curug, beliau adalah lulusan SATC15 tahun 1982. Periode 1984-1985 dengan dibentuknya SENOPEN di Bali, beliau kemudian ditempatkan di SENOPEN Bali. Semenjak berdirinya SENOPEN, mulai muncul beberapa permasalahan antara pegawai operasional (ATC, FSO, AIS, dan Teknisi teknik radio) dengan PT. Angkasa Pura (sekarang PT. Angkasa Pura I), diantaranya adalah masalah penggajian dan tunjangan kesejahteraan yang memicu friksi antara karyawan SENOPEN dengan manajemen PT. Angkasa Pura. Sejak saat itu ATC di Bali mulai mendirikan paguyuban dan melakukan pertemuan rutin setiap bulannya untuk memperjuangkan nasib mereka. Tujuan dibentuknya paguyuban ini adalah untuk menyuarakan ketidakadilan yang dirasakan oleh para ATC, dimana ATC adalah petugas yang berperan sebagai ujung tombak pelayanan navigasi penerbangan yang memberikan kontribusi paling besar atas pendapatan PT. Angkasa Pura dari pelayanan jasa aeronautika, dan dalam melakukan pekerjaannya ATC memiliki risiko pekerjaan yang tinggi namun tingkat pendapatannya lebih rendah dari karyawan PT. Angkasa Pura. Paguyuban ini kemudian diformalkan menjadi sebuah organisasi profesi ATC untuk tujuan yang lebih besar yaitu meningkatkan pengabdian kepada bangsa dan negara serta memberikan manfaat bagi masyarakat Indonesia.

P

emicu awal perlawanan para ATC SENOPEN kepada PT. Angkasa Pura terjadi pada bulan Maret 1985, dimana PT. Angkasa Pura membayarkan tunjangan sepatu kepada para karyawannya namun sebaliknya tidak membayarkannya kepada pegawai SENOPEN. Sementara 80% pendapatan PT. Angkasa Pura didapat dari biaya pelayanan navigasi penerbangan yang dilakukan oleh SENOPEN. Sehingga karyawan PT. Angkasa Pura bahkan mereka yang berada ditingkat staf memiliki kesejahteraan yang lebih baik dibandingkan dengan pegawai SENOPEN yang memiliki keahlian khusus seperti ATC. Sebelum menjadi ATC mereka juga harus melalui tahapan pelatihan yang sulit untuk memperolah kualifikasinya, ditambah lagi dalam melakukan pekerjaannya seorang ATC SENOPEN menanggung risiko dan tanggung jawab yang jauh lebih besar dibandingkan mereka yang bekerja di PT. Angkasa Pura saat itu. Terlebih, dengan dimunculkannya wacana mengenai gaji ATC yang akan diturunkan kembali seperti gaji PNS yang saat itu 5 kali lipat lebih rendah dari gaji PT. Angkasa Pura. Persengketaan ini berlanjut hingga terjadi boikot strip marking oleh ATC SENOPEN sebagai dasar penagihan dari PT. Angkasa Pura kepada Airline yang mencuat ke koran tingkat lokal hingga memancing Direktur Jenderal Perhubungan Udara, Direktur PT. Angkasa Pura, Kepala Biro Hukum PT. Angkasa Pura dan General Manager Bandara Ngurah Rai Bali untuk turun langsung berdialog dengan para ATC. Dialog ini pun berakhir dengan keputusan bahwa PT. Angkasa Pura harus membayarkan tunjangan uang sepatu kepada pegawai SENOPEN. Pasca keputusan inipun masih ada keinginan pihak PT. Angkasa Pura untuk tetap memisahkan pendapatan antara pegawai PT. Angkasa Pura dan SENOPEN.

44

Edisi 3 | September 2018 | Indonesia Controller


Saya, saat mewawancarai Ida Pangelingsir Agung Putera Sukahet di Puri Denbencingah tepat di HUT ke 19 IATCA 29 Juli 2018

B

erlatar belakang pendidikan hukum, pada tanggal 24 Mei 1989, bersama dengan rekan-rekan seperjuangannya, Pak Ida Idewa Gede Ngurah Swastha mendeklarasikan Himpunan ATC Indonesia (HATCI) dan menjadi ketuanya. Organisasi ini didaftarkan secara formal sesuai dengan Undang-undang No. 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Masyarakat (ORMAS). Kemudian prosedur, AD-ART, Pengurus Organisasi, dan Program Kerja dilaporkan dan didaftarkan ke Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, Departemen Perhubungan, dan Departemen Dalam Negeri. Susunan organisasi terdiri dari DPP dan 5 DPC yaitu Ujung Pandang, Surabaya, Curug, Semarang, dan Batam. Setelah HATCI berdiri, ada kekhawatiran dari pihak pemerintah jika ATC menjadi lebih kuat, dan jika berkaca pada aksi mogok yang dilakukan oleh ATC Sydney maka bukan tidak mungkin ATC Indonesia juga akan melakukan hal yang sama. Tak lama setelah berdiri sebagai sebuah organisasi, HATCI berencana untuk menyelenggarakan seminar dengan tema “Aircraft Hijacking�, kegiatan ini mendapat dukungan dari komunitas Airline, Universitas (Universitas Indonesia dan Universitas Udayana), Kepala Bagian Hukum Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, Gubernur Bali dan bahkan Hotel turut menyiapkan tempat secara cuma-Cuma. Beberapa peserta undangan telah memberikan konfirmasi kehadiran, namun tepat dua hari menjelang penyelenggaraan seminar ada permintaan dari Direktur Jenderal Perhubungan Udara untuk menunda pelaksanaan seminar. Disampaikan dalam memonya bahwa Direktorat Jenderal Perhubungan Udara akan menyelenggarakan seminar bersama-sama dengan HATCI. Akhirnya seminar tersebut dibatalkan dan rencana untuk pelaksanaan seminar bersama tidak pernah terwujud, ironisnya tidak lama berselang terbit Surat Keputusan mutasi atas nama Ngurah Suastha (ketua HATCI) ke Balikpapan dan Ida Bagus Alit Sutedja (Sekretaris HATCI) ke Surabaya. Pasca peristiwa tersebut Ida Idewa Gede Ngurah Swastha memutuskan untuk pensiun dini dan meninggalkan dunia ke-ATCan sejak tahun 1990, namun berkat kemampuan dan pengetahuannya dalam bidang hukum dan penerbangan, beliau sempat diperbantukan di Direktorat Jenderal Perhubungan Udara untuk menyiapkan dan menyusun Undang-undang penerbangan hingga tahun 1991, tak lama setelah itu terbit Undang-undang Nomor 15 Tahun 1992 Tentang Penerbangan, undang-undang tersebut kemudian direvisi total menjadi Undang-undang Penerbangan Nomor 1 Tahun 2009 yang berlaku hingga saat ini. Kegiatan pasca pensiun dini beliau diisi dengan menjadi advokat, pengajar, dan pengusaha, namun jiwa ATC masih melekat dalam dirinya. Saat ini Ida Idewa Gede Ngurah Swastha dipercaya menjadi Ketua Umum Asosiasi Forum Kerukunan Umat Beragama Indonesia, dan sebagai tokoh keagamaan Bali sejak 14 Oktober 2014 ia dikukuhkan sebagai Pangelingsir Agung dengan gelar Ida Pangelingsir Agung Putra Sukahet (masyarakat Bali memanggilnya singkat dengan sebutan Ida Pangelingsir atau Ratu Aji). Untuk mengenal lebih dalam sosok Ida Idewa Gede Ngurah Swastha, berikut ini dialog saya dengan beliau mengenai sepak terjangnya mengawal perjalanan HATCI.

Indonesia Controller | September 2018 | Edisi 3

45


| Special Report - 19

th

Anniversary IATCA

Apa yang melatar belakangi Ratu Aji mendirikan HATCI? Saya adalah orang yang komunal, yaitu orang yang hidupnya suka berkelompok/berkawan/berserikat dan saya termasuk orang yang tidak bisa mendiamkan segala sesuatu hal yang tidak benar, termasuk salah satunya adalah ketidakadilan yang terjadi pada kesejahteraan ATC yang saat itu bekerja memberikan pelayanan navigasi penerbangan di SENOPEN, karena menurut saya ini adalah pelanggaran terhadap asas keadilan. Karena saya memiliki latar belakang pendidikan hukum, saya ingin menyuarakan aspirasi ATC untuk mendapat hak yang sesuai melalui sebuah organisasi formal. ATC itu harus memiliki keahlian khusus dan ini didapat melalui pendidikan yang sulit, untuk seleksinya saja sulit, lulusnya juga sulit, setelah kerja memiliki risiko pekerjaan tinggi, tapi kok pendapatannya sama dengan karyawan setingkat staf biasa. Perlawanan saya dimulai ketika itu sedang memperjuangkan tunjangan sepatu dari PT. Angkasa Pura I, lalu negosiasi dilakukan di tingkat lokal (Bali) mengalami jalan buntu dan tidak menghasilkan kesepakatan, lalu saya bersama rekan-rekan ATC lain sepakat untuk menyandera strip marking sehingga PT. Angkasa Pura I tidak bisa nagih ke Airline. Karena negosiasi mentok, akhirnya pak Dirjen Hubud (Direktorat Jenderal Perhubungan Udara waktu itu Pak Mayjen Sutoyo, karena jaman dulu pejabat pemerintah banyak dari ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia saat ini TNI) dan Pak Soenaryo sebagai Sekretaris Direktorat Jenderal Perhubungan Udara datang ke Bali pada bulan April 1985 berdialog dan berdebat dengan saya dari jam 9 pagi sampai jam 4 sore, bahkan saat itu sengaja saya rekam percakapannya untuk saya perdengarkan kepada rekan-rekan ATC lainnya sebagai bukti, dan akhirnya mereka tidak bisa melawan argumentasi saya. Saya memahami dengan benar aspek hukumnya, bahwa PT. Angkasa Pura tidak boleh mengesampingkan SENOPEN. Secara organisasi memang terpisah tetapi pendapatannya harus sama karena ATC-lah yang menghasilkan duit untuk PT. Angkasa Pura I, tapi ini duitnya dinikmati oleh orang lain, ini yang menurut saya pelanggaran terhadap asas keadilan. Akhirnya dari hasil dialog tersebut PT. Angkasa Pura diperintahkan untuk membayar tunjangan kepada pegawai SENOPEN, namun tetap tidak dibayarkan hingga berlarut-larut. Tidak lama berselang terjadi pergantian pejabat Dirjen, saya bersama beberapa rekan (Pak Pasak Sujana dan Pak Widodo Marmer) menemui Dirjen yang baru (Pak Sobirin

46

Ida Idewa Gede Ngurah Swastha yang akrab dipanggil Bli Dude, sejak 14 Oktober 2014 setelah pengukuhan sebagai Pangelingsir Agung kemudian bernama atau bergelar Ida Pangelingsir Agung Putera Sukahet, masyarakat Bali memanggil dengan nama Ida Pangelingsir atau Ratu Aji

Misbach) agar diskriminasi terhadap pegawai SENOPEN ini segera dihentikan, pembicaraan ini juga direkam walapun pak Dirjen agak keberatan, dan tetap tidak menghasilkan keputusan apapun. Keesokan harinya saya dan teman-teman menghadap Sekretaris Jenderal Departemen Perhubungan Pak Hadi Sumarto, beliau juga sebagai Dosen aktif di Universitas Indonesia baru mengetahui bahwa selama ini ada informasi yang salah disampaikan kepada pihaknya. Dari pertemuan itu yang mengagetkan saya ternyata selama ini mereka (pejabat Departemen Perhubungan) tidak mengetahui sedikitpun tentang profesi ATC dan berjanji akan menyampaikan kepada Menteri Perhubungan yang saat itu dijabat oleh Pak Azwar Anas. Selepas itu saya kembali ke Bali, saya putar hasil rekaman pembicaraan tersebut untuk didengar oleh seluruh rekan-rekan ATC.

Apakah HATCI sebuah paguyuban atau organisasi? Pada awalnya paguyuban ATC ini bukanlah organisasi formal, namun semangat untuk mengenalkan dunia ATC kepada kalangan awam menumbuhkan semangat saya untuk membentuk sebuah lembaga yang formal menjadi sebuah organisasi yang memiliki AD-ART yang jelas, ada pengurusnya, punya program kerja, tujuannya untuk mengabdikan diri kepada masyarakat dan bangsa indonesia. Sebuah organisasi harus terdaftar secara resmi, oleh karena itu sesuai dengan UU Ormas No.8/1985 kami mendeklarasikan HATCI pada tanggal 24 Mei 1989 dan mendaftarkan secara legal di Departemen Dalam Negeri. Kenapa Ratu Aji memutuskan untuk keluar dari dunia ATC? Betapa malunya saya sebagai ketua HATCI, ketika seminar yang sudah siap diselenggarakan, undangan sudah disebar bahkan ada peserta yang sudah datang, pembicara pakar-pakar hukum dari UI (Universitas Indonesia) dan UNUD (Universitas Udayana), semua

Edisi 3 | September 2018 | Indonesia Controller


Special Report - 19th Anniversary IATCA

|

materi sudah siap, tempat seminar disediakan secara gratis oleh hotel yang mensponsori seminar tersebut, bahkan rencananya Gubernur Bali waktu itu Pak Ida Bagus Oka telah menyatakan akan hadir, sedangkan Menhub hanya mengirim memo menyampaikan tidak bisa hadir namun akan diwakilkan. Tibatiba 2 hari menjelang seminar ada permintaan Dirjen Hubud untuk menunda seminar dan saya harus membatalkan acara tersebut, bagaimana saya harus menyampaikannya?

Apakah Ratu Aji tidak menyesal memutuskan untuk keluar dari dunia ATC? Mas, hati saya ini hati ATC, jiwa saya jiwa Curug, dari ATC lah yang membentuk saya menjadi seperti sekarang ini, sampai kapanpun dan dimanapun saya akan tetap mencintai ATC, saya akan selalu ingat akan ATC, oleh karena itu kalau ada ATC yang ke Bali, jangan lupa sempatkan mampir ke Puri Denbencingah Klungkung, saya buka 24 jam untuk para ATC Indonesia.

Tidak lama pasca dibatalkannya seminar tentang Aircraft Hijacking tersebut, terbitlah SK mutasi saya ke Balikpapan dan Pak Ida Bagus Alit Sutedja ke Surabaya. Saya menolak SK tersebut dan meminta penjelasan melalui surat, karena saya tidak merasa melakukan kesalahan apapun dan didalam surat tersebut saya jelaskan bahwa saya adalah salah satu ATC terbaik, karena itu saya juga termasuk salah satu ATC yang mengontrol pesawat Presiden Amerika Ronald Reagan waktu datang ke Bali. Kenapa saya dipindahkan ke Balikpapan yang saat itu statusnya masih Tower (TWR), ini adalah demosi bagi saya, dan demosi biasanya diberikan jika seseorang melakukan pelanggaran. Sementara untuk kasus saya pelanggaran apa? Seluruh pejabat saat itu baik Dirjen, Sesditjen, Direktur Operasi PT. Angkasa Pura I tidak ada yang memberikan jawaban sehingga berakhir tanpa keputusan yang jelas. Lalu saya sampaikan ke Pak Ida Bagus Alit Sutedja (Alm) sudahlah Pak Alit, terimalah SK itu kasihan anak istri bapak yang jadi korban kalau sudah begini, kalau saya masih bisa keluar.

Menurut saya mengabdi kepada masyarakat ini banyak jalannya, yang penting kita masih bisa memberikan manfaat kepada masyarakat dengan cara apapun. Oleh karena itu selama ini saya aktif di dunia advokat dan organisasi sosial, sekarang saya ditunjuk menjadi Ketua Umum Asosiasi Forum Komunikasi Umat Beragama Indonesia.

Saya kemudian mengirimkan surat ke tromol pos 5000 (kotak pos pengaduan saat itu) ditujukan kepada Wapres Tri Sutrisno menjelaskan kondisi saya, namun tidak ada tanggapan. Sampai suatu hari datang surat kepada saya yang ditulis tangan langsung oleh Dirjen (Pak Sobirin Misbach), surat tersebut ditulis bukan sebagai Pejabat Negara melainkan sebagi pribadi dari sosok orang tua kepada anaknya, kata-kata dalam suratnya sangat indah, indah sekali....(sempat berhenti sejenak) dan meneduhkan hati saya. Nah, sejak itulah saya diminta untuk membantu merampungkan draft Undang-undang penerbangan bersama Pak Kemis Martono di Bagian Hukum Ditjen Hubud, lalu saya diperbantukan di Bagian Hukum sampai draft Undang-undang tersebut rampung tahun 1991. (setelah itu terbit UU Penerbangan No.15 tahun 1992). Setelah menyelesaikan tugas perbantuan tersebut saya berkonsultasi dengan Kakanwil (Kepala Kantor Wilayah) Perhubungan Bali, seorang Kolonel yang bersimpati kepada nasib para ATC dan pembela ATC, lalu saya juga berkonsultasi dengan Kepala Bagian Kepegawaian Ditjen Hubud untuk mengundurkan diri tapi disarankan untuk jangan keluar, dua bulan kemudian saya bersurat kepada Dirjen Perhubungan Udara, akhirnya diberikan Surat Keputusan diberhentikan dengan hormat.

Indonesia Controller | September 2018 | Edisi 3

Apa yang Ratu Aji lakukan pasca keluar dari ATC? Setelah keluar dari ATC saya menjadi advokat dan mendirikan usaha sendiri, masih ada keterkaitan dengan dunia penerbangan dan kebandarudaraan, yaitu membuka usaha ground handling di Bandara Ngurah Rai Bali. Setelah itu saya benar-benar tidak mengikuti lagi perkembangan ke-ATC-an sampai suatu hari saya mendengar bahwa Departemen Perhubungan mulai paham apa itu profesi ATC dan akhirnya ada Tunjangan Jabatan Fungsional untuk ATC. Saya senang mendengar hal tersebut. Lalu beberapa tahun kemudian saya juga mendengar kabar ada Seminar tentang ATC di salah satu hotel di Nusa Dua Bali, tapi saya tidak ingat itu seminar apa, yang saya ingat waktu saya serahkan AD-ART HATCI kepada Pak I Gusti Ketut Susila untuk diserahkan ke pak Yaddy, tapi saya tidak mengikuti lagi setelah itu.

Saya terlarut dengan penuturan beliau sambil bertanya pada diri sendiri, mampukah saya berbuat seperti yang beliau lakukan waktu itu.....? Mudah-mudahan kita semua di beri kekuatan untuk memberikan yang terbaik untuk ATC dan negeri ini. Itulah sepenggal dialog saya dengan sosok yang mendirikan HATCI organisasi profesi ATC Indonesia saat itu. Pada bagian ke-2 yang akan datang, di Edisi ke-4 Majalah ini kita akan lebih mengetahui seluk beluk berdirinya IATCA melalu penuturan dari Pak Ahmad Munir Sekretaris Jenderal Pertama dan Pak Ahmad Zaini Ibnu Susanto Presiden Pertama IATCA serta kesan, pesan dan harapan mereka terhadap IATCA.

Bravo IATCA, Lets Do It. Zainal Arifin Harahap.

47


| Special Report - 19

th

Anniversary IATCA

100 S Menit di Angkasa

mengenang Dr. Drs. Yaddy Supriyadi, SH, MM, SSiT

elasa, 5 April 2016, seperti biasa terminal 1B Bandara Soekarno-Hatta ramai dengan pengguna jasa penerbangan yang akan bepergian ke tempat tujuannya, begitu juga dengan kami yang akan berangkat ke Surabaya menghadiri Munas ke-6 IATCA, rasanya sudah tidak sabar berada di venue dan bergabung dengan teman-teman dari seluruh Indonesia dan teman-teman dari DPC Surabaya sebagai panitia lokal penyelenggara munas, maklum sebagai bagian dari panitia yang menjadi anggota steering committee rasanya tidak rela kalau semua tugas diselesaikan oleh teman-teman DPC Surabaya yang dikomandani oleh Sdr. Chaerudin atau biasa dipanggil Acenk Rais, dari whatsapp group panitia terbaca hampir 70 persen pekerjaan telah diselesaikan oleh panitia lokal. Seingat saya rombongan yang akan berangkat ke Surabaya pada hari itu cukup banyak, ada saya, Setio Anggoro, Ali Husein Bahweres, Bambang Herimanto, Adri Gunawan, Kristanto, Wahyu Tirtaji, Deny Purwo, Rino Laharto, Vega Lesmana, Husin dan Bapak Yaddy Supriyadi, satu lagi yang kami tunggu sampai saatnya berangkat adalah Bapak Aminarno BP, disaat terakhir beliau mengabarkan bahwa tidak dapat bergabung ke Surabaya karena kondisi kesehatannya tidak memungkinkan. Saat berada di dalam pesawat kebetulan saya duduk berdampingan dengan bapak Yaddy Supriyadi, semua orang telah mengenal beliau, begitu juga dengan saya, namun hanya sebatas mengenal, tidak terlalu akrab karena jarang bertemu ditambah lagi ada jarak, beliau guru dan saya muridnya. Terbayang sudah rasa bosan menempuh perjalanan selama

48

Edisi 3 | September 2018 | Indonesia Controller


Special Report - 19th Anniversary IATCA

lebih kurang 100 menit, tidak akan ada obrolan yang asyik dan kemungkinan akan diisi dengan tidur selama perjalanan. Saat pesawat mulai taxi, mencoba untuk mencairkan suasana sedikit, saya memperkenalkan diri dan mencoba untuk berbasa basi, sok akrab saya bertanya tentang sejarah berdirinya IATCA karena dari cerita yang saya dengar beliau adalah salah satu tokoh pelaku sejarah berdirinya IATCA. Sejak aktif di IATCA tahun 2003 dan meninggalkan kegiatan berorganisasi di Serikat Karyawan Angkasa Pura 2 tahun 2008, hal pertama yang saya dengar adalah cerita tentang HATCI yang dibubarkan oleh pemerintah untuk kemudian berdirinya IATCA, hanya cerita saja yang saya dengar dan selalu berbeda versi karena mendengarnya juga dari beberapa orang, ada rasa penasaran bagaimana kondisi saat itu, namun tidak pernah mendapatkan jawaban yang bisa memuaskan. Ketika saya bertanya kepada pak Yaddy, harapan saya tidak terlalu banyak, karena saya bukanlah orang yang dikenal beliau, mungkin jawabannya juga akan basa-basi, tapi ternyata apa yang beliau katakan diluar ekspektasi saya, dengan rinci dan telaten beliau menjawab pertanyaan-pertanyaan saya, beliau berhenti menjawab ketika pesawat takeoff dan landing saja, selebihnya cerita begitu mengalir dan ada beberapa hal yang belum pernah saya dengar dari siapapun membuat saya terkejut, 100 menit di angkasa yang saya pikir akan menjadi waktu yag lama dan membosankan ternyata membuat rasa penasaran saya akan organisasi ini semakin bertambah dan berniat utuk terus mencari yang akhirnya menjadi obsesi pribadi. Pertanyaan awal saya adalah apa maksud didirikannya IATCA, apakah sekedar untuk mengejar kesejahteraan ATC Indonesia yang saat itu memang sangat memprihatinkan atau untuk memperbaiki dunia penerbangan Indonesia yang kita tahu masih jauh ketinggalan dari negara tetangga, bahkan jika dibandingkan dengan Singapura saja sebagai negara kecil rasanya sudah cukup minder. Saya katakan kepada beliau bahwa IATCA sebagai organisasi profesi tidak seharusnya mengedepankan kesejahteraan dalam berorganisasi tapi kembali kepada khitahnya sebagai organisasi profesi bukan seperti serikat. Beliau tidak sepenuhnya setuju dengan opini saya, pendirian IATCA salah satunya memang didasari oleh hal tersebut karena saat itu profesi ATC belum dihargai dengan baik oleh pemerintah, banyak ATC yang dikirim ke daerah di seluruh Indonesia setelah lulus dari Curug sulit kembali pulang ke daerah asalnya, karena memang harga tiket pesawat dengan gaji yang didapatkan saat itu sangat jauh, namun beliau juga setuju dengan opini saya bahwa IATCA harus kembali ke khitahnya sebagai organisasi profesi, beliau tidak ingin perjuangan untuk mensejahterakan

Indonesia Controller | September 2018 | Edisi 3

|

ATC Indonesia harus seperti serikat tapi perjuangan itu harus dilalui dengan menunjukan kinerja, memperbaiki dari sisi profesi, bergaul dengan masyarakat ATC internasional agar tidak ketinggalan pengetahuan di dunia penerbangan. Apa yang beliau katakan ini persis seperti yang dikatakan oleh Adhy Riadhy Arafah, putra beliau yang juga ahli hukum dan dosen di Universitas Airlangga Surabaya, saat saya mengundang putranya untuk hadir di Bali pada HUT ke 19 IATCA yang lalu untuk mewakili almarhum dan bertanya apakah pak Yaddy pernah cerita tentang IATCA ? putra beliau mengatakan bahwa pak Yaddy tidak banyak bercerita tentang IATCA namun beliau mengatakan bahwa tidak ingin IATCA menjadi seperti serikat tapi beliau ingin IATCA menjadi organisasi profesi yang disegani baik di dalam negeri maupun internasional dengan cara yang elegan yaitu memperbaiki apa yang kurang dan belajar dari negara negara yang telah maju. Tanpa saya tanya yang lain, beliau dengan lancar menceritakan bahwa tidak mudah membangun organisasi profesi sebelum masa reformasi, untuk pegawai negeri yang harus diikuti adalah KORPRI, tidak boleh ada organisasi lain, apalagi setelah HATCI vacum, lalu bagaimana IATCA bisa berdiri ? dengan strategi, tidak perlu dengan demo tapi ditunjukan dengan membuat beberapa seminar dan workshop serta mengundang IFATCA, biar mereka yang menjelaskan kepada pemerintah bahwa IFATCA adalah organisasi tingkat dunia yang menaungi organisasi profesi ATC di beberapa negara apalagi saat itu personil ATS di Indonesia termasuk ke dalam Teknisi Penerbangan dan dibenarkan untuk mendirikan organisasi profesi.

Yaddy Supriyadi saat menjadi Taruna Curug

49


| Special Report - 19

th

Anniversary IATCA

Dari mana dana membuat seminar seperti itu yang mengundang IFATCA ? sekali lagi strategi yang dilakukan adalah dengan memanfaatkan jabatan, karena jabatannya yang mengurusi pelayanan penerbangan di Departemen Perhubungan maka tidak terlalu sulit memasukan program kerja seperti itu yang dananya bisa dianggarkan. Pada kesempatan lain ketika saya berbicara melalui telephone dengan bapak Remigius Moeljadi, yang mempunyai jabatan di Kantor Pusat PT Angkasa Pura 1 mirip dengan pak Yaddy serta pelaku sejarah HATCI-IATCA beliau juga melakukan hal ini di PT Angkasa Pura 1, karena pada masa itu dengan pendapatan yang kecil sulit bagi ATC untuk berkumpul bersama di satu tempat, maka dibuatlah semacam seminar ataupun workshop, tentunya yang datang akan mendapatkan SPPD atau uang dinas, diselasela waktu yang ada itulah mereka semua membicarakan tentang bagaimana mendirikan organisasi profesi ini. Seperti menemukan oase, semakin gencar saya bertanya semakin semangat beliau menceritakan kondisi saat itu, yang membuat saya terkejut adalah ketika beliau menyebutkan nama yang tidak asing ditelinga saya, orang yang pernah bekerja sama dengan saya dan selalu menjadi teman diskusi ketika membicarakan IATCA, nama itu adalah Arief Widiyantoro, calon Pegawai Negeri Sipil yang belum mempunyai Nomor Induk Pegawai, yang diperbantukan sebagai staff beliau di Departemen Perhubungan, saat itu pegawai baru tersebut entah mengerti atau tidak apa maksud perintah dari atasannya ikut mengetik dan menyusun draft yang nantinya menjadi awal dari Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga IATCA. Pada waktu yang berbeda pula keterkejutan saya bertambah saat Bapak Remigius Moeljadi menyebutkan nama ATC muda yang bekerja di PT Angkasa Pura 1, Riza Fahmi, yang dimintakan tolong oleh beliau sebagai caraka untuk mengirimkan informasi kesana kemari tentang organisasi profesi IATCA ini di awal-awal pembentukannya, dapat dibayangkan bagaimana mengirim berita pada masa itu saat alat komunikasi belumlah secanggih seperti saat ini. 100 menit di angkasa rasanya begitu singkat, tiba-tiba saja pramugari pesawat mengumumkan bahwa sesaat lagi pesawat akan mendarat, masih berusaha mengejar rasa penasaran karena ada beberapa nama yang disebut dan banyak peristiwa yang baru kali pertama itu saya dengar maka saya coba tawarkan kepada beliau agar saat menuju hotel bisa satu mobil dengan saya supaya ceritanya berlanjut namun dengan sopan beliau mengatakan bahwa putranya sudah siap menjemput beliau di Bandara Djuanda. Kecewa namun tidak bisa berbuat apa-apa. Sesampainya di Hotel Mercure Surabaya saya langsung larut dalam pekerjaan panitia Munas ke-6, saat mendekati sore hari panitia mendapat kabar bahwa pembicara dari perusahaan Tern yang akan mengisi seminar berhalangan hadir dan tidak dapat memberikan presentasi pada hari pertama pembukaan Munas

50

ke-6, organizing committee sedikit panik, mau diisi dengan apa slot waktu yang sudah tersedia, jika jadwal dan susunan acara dirubah maka akan merubah semua agenda yang telah tersusun dengan rapi. Entah energi apa yang saya miliki atau mungkin masih excited dengan obrolan di pesawat bersama pak Yaddy, saya katakan kepada panitia bahwa pak Yaddy siap mengisi slot yang kosong tersebut, beliau akan bercerita tentang sejarah IATCA, padahal saat itu saya belum konfirmasi kepada beliau, organizing committee setuju, jadwal acara aman, tinggal saya yang harus meyakinan pak Yaddy untuk berbicara, tanpa banyak waktu langsung menuju kamar dan menghubungi beliau untuk mengisi slot yang kosong, dengan harapan beliau bisa menjadi pembicara, apa yang saya harapkan diluar dugaan, selepas pembukaan Munas beliau sudah berjanji dengan putranya untuk ke Malang dan kalaupun menjadi pembicara beliau tidak mempersiapkan presentasi, saya katakan tidak perlu memakai presentasi karena yang harus dilakukan hanyalah bercerita tentang awal sejarah IATCA dan ini penting utuk diketahui oleh peserta Munas yang rata-rata berusia muda dan belum pernah mendengar cerita tersebut, mungkin karena tawaran saya tentang IATCA beliau langsung setuju dan menitipkan sejumlah buku untuk dibagikan kepada setiap DPC, perjalanan ke Malang pun beliau batalkan hanya untuk bercerita tentang sejarah IATCA dan esok harinya janji itu ditepati, hampir 45 menit beliau menceritakan seperti apa yang diceritakan kepada saya saat di pesawat. sepulang dari Munas ke-6 komunikasi saya dan beliau cukup intens, banyak masukan yang diberikan untuk IATCA, dalam usia beliau yang telah lanjut semangat untuk terus memajukan dan memperkenalkan IATCA selalu dan tetap ada, ini dibuktikan saat IATCA diundang untuk memberikan kuliah umum tentang ATC pada umumnya dan IATCA khususnya pada siswa Indonesia Aviation School (sekolah swasta yang salah satu lulusannya adalah ATC) dimana saat itu beliau menjabat sebagai Direktur/ Kepala Sekolahnya, saya hanya tersenyum, lagi-lagi beliau memanfaatkan jabatannya untuk memperkenalkan IATCA pada siswa-siswanya.

Tarikh, Ahmad Izazi, Capt. Hanafie di depan siswa Indonesia Aviation School

Edisi 3 | September 2018 | Indonesia Controller


Special Report - 19th Anniversary IATCA

“ THEN NOW AND FOREVER IATCA “

rasanya sangat pantas diberikan untuk beliau Pertemuan terakhir saya secara fisik dengan beliau terjadi pada tanggal 29 Juli 2017 di hotel Narita Tangerang saat pengurus DPC Jakarta mengadakan pertemuan dengan Dewan Kehormatan Profesi IATCA dan atas undangan Ketua DPC Jakarta, saya, Dheny Purwo dan Baehaqi Adam hadir mewakili DPP IATCA. Pertemuan yang dimulai pukul 20.00 WIB dan berakhir pada pukul 01.30 WIB dinihari tetap diikuti beliau, tanpa kami sadari secara diam-diam beliau meninggalkan ruang rapat dan kembali ke rumah tanpa di antar, esok harinya saya baru tahu saat beliau menghubungi saya dan memohon maaf meninggalkan ruangan lebih dulu karena tidak ingin mengganggu jalannya pertemuan dan sebenarnya pada saat itu beliau dalam keadaan sakit namun memaksakan diri untuk hadir sampai tidak mampu lagi mengikuti pertemuan. Kondisi sakitnya beliau mulai terlihat dengan digantikannya beliau sebagai Direktur IAS oleh Bapak Budi Hendro Setiyono, keinginan DPP IATCA untuk menjenguk malah ditolak dengan alasan tidak ingin merepotkan semua orang, hanya doa yang dimohonkan agar segera pulih, alih-alih menjenguk, IATCA malah diberikan 50 exemplar buku keduanya yang diserahkan kepada perwakilan DPC IATCA saat Rakernas 9 di Jogjakarta bulan Maret 2018, pada buku ke-2 nya ini terselip tulisan tentang sejarah HATCI-IATCA. Obsesi pribadi saya untuk mencari sejarah organisasi ini semakin terpacu, tulisan beliau di buku ke 2 itu menaikan adrenalin yang akhirnya menjadi motivasi untuk mencari dan membuat tulisan tentang sejarah HATCIIATCA. Nama-nama tokoh / figur yang beliau anggap terlibat langsung pada peristiwa itu saya temui dan saya hubungi

Indonesia Controller | September 2018 | Edisi 3

|

melalui telephone satu persatu. hingga akhirnya di tanggal 28 Juli 2018, tokoh-tokoh tersebut bisa kami kumpulkan namun tanpa dihadiri oleh pak Yaddy yang telah meninggalkan kita semua pada tanggal 7 Juni 2018 dengan duka yang mendalam. Di akhir hayatnya Pak Yaddy masih sempat menerbitkan buku ke 3 nya pada bulan Mei 2018 dan titip pesan untuk dibagikan kepada perwakilan DPC IATCA saat ulang tahun ke 19 IATCA. Di akhir hayatnya semangat untuk terus memberikan yang terbaik bagi dunia penerbangan Indonesia, bagi ATC Indonesia, bagi IATCA tidak pernah pudar dan tidak bisa dihalangi bahkan oleh sakit yang dirasakan dan dideritanya. Di akhir hayatnya, ketika beliau wafat masih tercatat sebagai anggota Dewan Kehormatan Profesi IATCA, badan yang anggotanya bukan dipilih oleh DPP IATCA tapi dipilih langsung oleh semua anggota IATCA pada Munas sebagai forum tertinggi organisasi.

THEN, NOW AND FOREVER IATCA yang menjadi tagline HUT ke 19 IATCA rasanya sangat pantas diberikan untuk beliau. 100 menit di angkasa bersama beliau telah menghasilkan sesuatu untuk IATCA, cintanya yang besar pada IATCA, dedikasinya yang tanpa batas, semangatnya untuk terus membesarkan IATCA, obsesinya yang luar biasa agar IATCA berperan di dunia Internasional akan terus kami lanjutkan, akan terus kami jaga. 100 menit di angkasa bersama beliau mendengar cerita tentang sejarah HATCI-IATCA, usahanya, strateginya, resiko jabatannya dan semangatnya yang terus ada hingga diakhir hidupnya membuat saya pribadi menilai bahwa setelah bapak Aminarno Budi Pradana maka Pak Yaddy Supriyadi dan Pak Remigius Moeljadi patut diberikan apresiasi Live Time Achievment Award oleh IATCA. Selamat jalan Guru kami, Ayah kami, Instruktur kami dan Pejuang Sejati IATCA.

Then, Now and Forever - Bravo IATCA, Lets Do It Ahmad Izazi

51


| Special Report - 19

th

Anniversary IATCA

Recalling Memory of 1999 - (episode 1)

“ Membangunkan Harimau, Membesarkan Rajawali “ Hari ini agaknya akan menjadi hari yang sangat bersejarah bagi perjalanan IATCA. Inilah ulang tahun ke-19 IATCA. Tentu bukan ulang tahunnya, tapi ide untuk “Menggali Sejarah HATCI-IATCA” dengan melakukan wawanacara kepada para Senior-senior pelaku dan Pendiri HATCI-IATCA, adalah langkah yang berani, cerdik, bijak dan sangat menghormati jasa para pendahulunya. organisasi ATC skala nasional. Ancaman mutasi dan pemecatan masih menghantui. Karena itu organisasi ATC hanya bersifat sporadis di bandara-bandara dengan nama “Forum ATC” (CGK), “Paguyuban ATC” (UPG), atau bahkan “Forum Arisan ATC”. Karena itulah saya lalu tergerak menulis sebuah buku “Membangunkan Harimau, Membesarkan Rajawali”. Ini saya maksudkan untuk membangunkan senior-senior yang sedang tiarap karena takut ancaman mutasi dan pemecatan. Sekaligus memotivasi para ATC-ATC muda agar menggali potensi terbaiknya untuk dapat menjadi Rajawali !

Menerima Plakat Penghargaan dari Mas Suwandi, Ketua Umum DPP IATCA Periode 2016-2019, bangga dan haru

Saya tidak menyangka mendapat undangan untuk hadir dalam acara ini. Terlebih setelah 12 tahun tidak pernah aktif di organisasi profesi para Controllers ini. Tentu ada keharuan tersendiri saat pengurus DPP IATCA menghubungi saya dan menyampaikan undangan, plus apresiasi para pengurus karena tahu bahwa saya salah satu yang terlibat pendirian IATCA. Haru. Senang. Hormat. Campur aduk.

Rajawali dan Harimau ini jarang berkelompok. Beda dengan burung emprit ataupun kucing yang selalu bergerombol. Ini menurut saya sangat mirip karakter ATC yang bergaya singlefighter. Tapi walaupun sendirian, elang selalu berani terbang tinggi. Rajawali tidak mau makan remah-remah makanan seperti emprit. Rajawali selalu memilih mangsanya secara selektif. Memang agak sulit cari makannya, tapi sekali terkam langsung dapat kambing ! Hehehee... Begitu pula dengan harimau yang walapun sendirian tapi mampu merajai seluruh hutan belantara. Makannya juga gak mau disuapin seperti kucing. Harimau lebih tertantang kalau dapat mencari mangsanya sendiri. Alih-alih diberi ikan asin seperti kucing, harimau lebih memilih berburu kambing ! Heheheee... (Lho, kok bisa sama-sama suka kambing ya ?? Entahlah...senior dan junior ternyata sama saja !)

Pikiran saya langsung menerawang mengingat momen-momen penting pada 1999. Saat saya sekolah SATC di Curug. Saat saya mendapat amanah untuk melakukan gerilya, menghubungi senior-senior Diploma-IV yang sedang sekolah di Curug, untuk meminta dukungannya bagi pendirian organisasi profesi IATCA. Dilanjutkan dengan gerilya di Angkasa Pura II pada hari berikutnya.

Tadi siang saya diwawancarai oleh Tim IATCA tentang sejarah berdirinya IATCA. Ngobrol santai, gayeng tapi seru! Semangatnya seperti masih SATC saja. Saat masih usia 20-an. Padahal sekarang sudah 40-an, harusnya sudah mulai kalem. Life begin at fourty...kata senior-senior.

Kenapa disebut gerilya ? Ya karena pada saat itu hampir tidak ada yang berani secara gamblang menyatakan akan membentuk

Saya dapat giliran kloter ke dua. Saya, mas Ibnu (Ketua Umum Pertama IATCA) dan Pak Moeljadi. Nama yang terakhir inilah

52

Edisi 3 | September 2018 | Indonesia Controller


Special Report - 19th Anniversary IATCA

yang menjadi dedengkot pendirian IATCA. Berdua bersama Mas Munir (sekarang Direktur AP Logistik, anak perusahaan PT. AP1), beliau yang melakukan lobby-lobby ke Pak Dirjen Perhubungan Udara (Pak Soenaryo) yang akhirnya memberikan “green light” bagi pendirian IATCA. Nantinya, Mas Munir menjadi Sekjen pertama IATCA. Sedangkan Pak Moeljadi sebagai Bendahara. Kalau saya bagian di bawah permukaan, bagian gerilya. Membawa pesan-pesan khusus dari beliau berdua untuk disampaikan kepada senior-senior di Bandara, untuk kemudian melakukan konsolidasi. (Waduh, kok kayak mau perang saja mas ? Hehehe.. begitulah jaman itu, dik). Kita baru saja melewati periode yang disebut “Orde Baru” (19661998). Silahkan googling untuk lebih jelasnya... Selesai SATC tahun 2000, saya kembali ke Kupang NTT. Jadi tidak ikut dalam kepengurusan IATCA. Tahun 2002 saya “ditarik” ke Kantor Pusat PT. AP1. Nah, pada kepengurusan periode 2002-2005 inilah saya baru masuk pengurus sebagai Kepala Bidang Teknologi. Konon salah satu pertimbangannya adalah karena saya mendirikan situs : www.bandara. net pada 2001 saat masih di Kupang NTT. Slogannya waktu itu : “The Digital Controller Community”. Disitulah saya menyediakan forum diskusi antar ATC seluruh Indonesia Raya. Jaman itu belum ada WA Group. Teknologi tercanggih adalah Email dan Website. Printer masih model dotmatrix. Google belum populer. Yahoo adalah email sekaligus search engine

andalan. Flash-disk belum ada, media penyimpanan masih pakai floppydisk atau Diskette kapasitas 1.44 MB. Komunikasi pakai SMS. Itupun belum bisa lintas operator. Kalaupun harus SMS lintas-operator, kena tambahan charges yang cukup lumayan mahal untuk ukuran Junior Controller. Laptop juga masih langka. Tempat saya curhat dan mengeluarkan semua uneguneg saya tentang “Dunia ATC” adalah laboratorium komputer di Pendidikan LLU. Hasilnya lalu saya tempel di Mading. (Apa itu mading ? Kids jaman now pasti gak tahu...). Mading adalah majalah dinding. Tempat kita menempelkan

tulisan, ide, foto atau hasil karya kita. Ini semacam “wall” kalau di FB, versi Jaman old. Disitulah saya sering menempelkan konsep-konsep tentang ATC, ATS Single Provider, IATCA, dan segala tetek-bengek “Dunia ATC”. Harapannya, agar dapat dibaca oleh senior-senior maupun teman seangkatan yang habis makan di kantin Pendidikan LLU. Posisi mading ada di depan kantin. Jadi cocok kalau habis kepedesan makan indomie, bisa sshh-hhaah sambil menikmati mading... hehehe Setelah acara wawancara di siang hari, malam ini lanjut dinner. Senior-senior dan para sesepuh ATC mulai berdatangan. Makin malam makin seru. Tahu sendiri kalau ATC sudah ngumpul, apalagi yang senior-senior... pasti ceritanya gak habishabis. Begitupula di meja saya. Ada mas Izazi dan mas Irsan. Saat cerita-cerita tentang awal berdirinya IATCA, beberapa

Indonesia Controller | September 2018 | Edisi 3

|

menyebut tentang buku saya. “Oh iya, saya pernah baca itu. Yang judulnya ada harimau-harimaunya...” heheee. Saya tersenyum. Ini membuat saya berusaha keras mengingat kembali tulisan-tulisan saya pada 1999. Sembilan belas tahun yang lalu ! Nah, tulisan ini adalah awal saya mencoba menggali kembali memory saya yang sudah terlupakan selama hampir 2 dekade itu. Semoga bisa saya re-call beberapa diantaranya. Tulisan ini juga saya buat sesaat setelah kembali ke kamar dari dinner. Mumpung ingat dan mumpung semangat. Insya Allah saya akan tuliskan kembali kumpulan tulisan dari era 19992000. Konsep besarnya waktu itu adalah “The Indonesia ATC Marketing Plan 2000”. Rencanaya saya buat Triolgy. B u k u pertama “Membangunkan Harimau, Membesarkan Rajawali” (1999). Buku kedua “Kacabku Yang Revolusioner” (2000). Sedangkan buku yang ketiga tidak pernah selesai hingga hari ini. Semoga ulang tahun ke-19 IATCA ini akan menjadi momen bagi penulisan kembali ketiga Trilogy tersebut. Diatas itu semua, saya sangat berharap para Harimau dapat segera menyadari kekuatannya dan Rajawali-rajawali muda dapat segera mempersiapkan diri melanjutkan estafet kepemimpinan, baik di tingkat organisai IATCA ataupun di Perum Airnav Indonesia. Apakah anda sudah siap ? Selamat Ulang Tahun ke-19. Bravo IATCA, Lets Do It !

Riza Fahmi | Sunset Hotel. Room 436 | Bali 28 Juli 2018. 23.30 WITA

53


| Special Report - 19

th

Anniversary IATCA

SELAMAT ULANG TAHUN KE - 19 IATCA Heru Legowo JATC VIII & SATV XI

IATCA berulang tahun ke 19 pada 29 Juli 2018 yang lalu. Dan dirayakan bersama dengan para senior dan semua ATC lintas angkatan. Kali ini diselenggarakan di Puri Denbencingah Klungkung Bali. Acara yang sangat meriah dan sangat akrab. Sebagai mantan ATC saya sungguh gembira dan bangga dapat ikut serta pada acara tersebut. Salut kepada Panitia. Para anak-anak muda yang enerjik, smart, multi talent dan yang utama adalah mampu menghargai seniornya dan para orang tua. Juga terimakasih kepada Ida Pangelingsir Agung Putra Sukahet, yang telah mengijinkan dan memberi dukungan untuk menggunakan fasilitas di Puri Denbencingah pada penyelenggaraan acara tersebut. Itu sungguh sebuah acara yang penuh keakraban. Semua mantan dan ATC yang aktif bersama-sama begitu akrab, seakan itu berlangsung di halaman Main Building PLP-Curug. Luar biasa... Selamat kepada IATCA dan semoga sukses untuk masa mendatang. Saya tidak ingin mengulangi semua apresiasi yang sudah disampaikan atas berhasilnya acara ini. Saya ingin sekedar memberi masukan bagi keberlangsungan IATCA di masa mendatang. Begini ...

54

Ida Pangelingsir Agung Putera Sukahet - Suwandi - Heru Legowo

Menjemput masa depan dan mempersiapkan segala sesuatunya adalah hal yang mudah dikatakan, tetapi selalu sulit dalam implementasinya. Saya mencoba menyampaikan itu kepada para generasi muda. Anak-anak muda adalah generasi mendatang. Kalian yang merasa sebagai anak muda dan memiliki tanggung jawab untuk membangun masa depan agar lebih baik daripada yang ada, mesti mempersiapkan diri mulai sekarang. Starts now, otherwise it will be too late. Di luar sana dunia berubah dan bergerak begitu cepat. Jika anda tidak ikut bergerak, anda segera akan ketinggalan dan ditinggalkan. Itu suatu hal yang pasti terjadi. Jadi bersiaplah mulai dari sekarang. Saya mengerti kalian anak-anak muda adalah generasi milleneals. Generasi yang memiliki cara berfikir dan bertindak yang berbeda dari para senior-senior anda semua. Saya merasa perlu ada sinkronisasi dan adjustment dalam hal yang satu ini. Mari sejenak kita mencermati bersama skema di sebelah ini. Saya mencoba menggambarkannya, agar lebih mudah diikuti pola fikirnya. Ada 7 hal yang menurut saya perlu menjadi prioritas untuk menghadapi masa depan.

Edisi 3 | September 2018 | Indonesia Controller


Special Report - 19th Anniversary IATCA

|

Yang ke empat program & renewals. Apa saja program yang sudah ada? Bagaimana realisasinya? Berapa persen dapat dilaksanakan? Pembaharuan program yang sudah ada, perlu terus dilakukan. Ini penting untuk menjadi pedoman dan arah yang lebih akurat dalam mencapai target berikutnya. Pada poin ini dibutuhkan keleluasan berfikir dan kebijakan dalam menerima masukan, kritik dan saran. Sangat disadari memang tidak mudah menerima saran dan masukan. Yang ke lima enrichment knowledge sharpener. Meningkatkan kemampuan di bidang kerja anda. Selalu kepo, curious dan ingin tahu tentang hal-hal baru. Terutama yang berkaitan dengan tugas dan bidang pekerjaan anda. Keep improving. Ini penting untuk menghasilkan hasil kerja yang lebih cepat, lebih berkualitas dan lebih murah. Jangan bekerja asal-asalan. Kerjakan dan lakukan yang terbaik. Karena sebetulnya itu bukan hanya untuk perusahaan. Itu juga adalah merek dan brand anda. Yang terbaik pada saatnya nanti juga akan mendapatkan yang terbaik. Jadi mulailah sejak sekarang, bukan nanti. Yang pertama tentu saja adalah : asah gergajimu! Seperti yang disarankan Steven Covey dalam bukunya 7 Habit of Effective People : sharpening your saw. Saya tidak perlu menjelaskan bagaimana, anda semua mesti sudah tahu caranya. Tulisan ini sekaligus sebagai saran kepada para senior atau siapa saja yang kebetulan mengurusi hal ini, agar terus memberi kesempatan anak-anak muda yang potensial untuk terus mengasah gergajinya. Memberi kesempatan mereka untuk mempertajam Skill, Knowledge dan Attitude-nya. Yang kedua, mesti ada upaya untuk mempersempit disparitas lokasi. Lokasi tugas yang tersebar di seluruh Indonesia, selalu berujung kepada kualitas controlling- skill. Dan ini membuat kemampuan masing-masing controller menjadi berbeda- beda. Perlu ada upaya nyata, agar yang tertinggal tidak semakin ketinggalan. Tour of duty menjadi alternatif untuk memberi kesempatan untuk menjaga kualitas dan kemampuan dan teknik controlling-nya. Selain itu juga menjadi salah satu bentuk penyegaran dalam bekerja. Yang ketiga knowledge sharing. Pada acara ulang tahun seperti kemarin atau ketika gathering, seyogyanya disisipkan waktu untuk suatu knowledge sharing. Topiknya bisa apa saja. Hanya saja sebaiknya yang berkaitan dengan per-ATC-an. Undanglah pakar atau senior yang dianggap mampu men-deliver knowledge-nya kepada junior dan generasi muda. Message yang disampaikan dalam sesi semacam ini tidak perlu terlalu dalam, tetapi mampu menggugah keinginan untuk lebih mendalami masalah lebih lanjut. Baru pada kesempatan berikut dapat didalami dengan durasi waktu yang lebih lama dan lebih intensif. Jadi hanya semacam pemicu untuk menggerakkan sesi selanjutnya.

Indonesia Controller | September 2018 | Edisi 3

Yang ke enam international affairs. Ini sudah sering menjadi isu, bahkan menjadi isu nasional dan internasional. Salah satunya adalah masalah ruang udara diatas Natuna. Konsepnya mesti jelas. Loud and clear! Yang kebetulan harus melakukan negosiasi langsung dengan Singapura dan ICAO, mesti faham benar. Mesti memahami masalah dengan jelas, kemudian memahami beberapa konsekuensi dari hal tersebut. Berikutnya ... English! Improve your english. If not you’ll be left behind. No body will care of you. Bahasa Inggris sekarang bukan bahasa asing lagi. Bahasa Inggris adalah bahasa pengetahuan dan bahasa pergaulan internasional. Jadi berusahalah untuk selalu memperbaiki kemampuan bahasa Inggrismu.

Yang ke tujuh development, future proof. Teruslah berusaha untuk mengembangkan kemampuan, dalam menghadapi masa depan. Tuntutan masa depan begitu tinggi dan terus meningkat, baik dalam kualitas personil, peralatan dan sistem operasi. Ini memang membutuhkan biaya, tetapi yang ingin disampaikan pada tulisan ini adalah lebih kepada mindset. Mesti ada perubahan cara berfikir dalam menghadapi masa depan. Jika semuanya siap, maka anda akan future-proof! Siap untuk memasuki masa depan. Yakinlah jika anda tidak siap, maka masa depan bakal men-delete. Sebelum mengakhiri tulisan ini, saya ingin menyampaikan selalu ada hal yang controllable dan uncontrollable. Kerjakanlah halhal yang masih dalam rentang kendali anda semua. Jangan memasuki hal-hal yang diluar kendali anda. Itu adalah wilayah yang mesti melalui proses yang tidak mudah, melalui negosiasi dan kesepakatan bersama. Last but not least, seperti yang sudah menjadi yel-yel IATCA ... Let’s do it. Let’s do it guys! The future is yours. Let’s prepare from now. Good luck guys ...

55


| Special Report - 19

th

Anniversary IATCA

Dedi Indharko Ketua DPC IATCA Jogjakarta menyerahkan potongan tumpeng kepada Nono Sunariyadi, GM AirNav Jogjakarta, Agus Pandu Purnama GM AP1 Jogjakarta dan Letkol Sus Andes PRF Sebayang ST Ka Intel Laud Adi Sutjipto

Gowes Bareng IATCA Bersama Komunitas Bandara Adi Sudjipto Yogyakarta DPC IATCA Yogyakarta menggelar Gowes Bareng Bersama Komunitas Bandara Adi Sudjipto Yogyakarta pada tanggal 5 Agustus 2018 yang bertempat di Kantor Cabang AirNav Indonesia Yogyakarta. Gowes bersama komunitas bandara merupakan bagian dari peringatan HUT Ke-19 IATCA yang jatuh pada tanggal 29 juli 2018 kemarin. Selain itu DPC IATCA Yogyakarta ingin menggunakan kesempatan ini untuk mengenalkan organisasi profesi ATC Indonesia ini kepada seluruh komunitas Bandara Adi Sudjipto Yogyakarta. Sehingga IATCA lebih dikenal oleh masyarakat luar khususnya warga Bandara Adi Sudjipto Yogyakarta. Peserta Gowes Bareng diikuti oleh Anggota IATCA Jogja-Solo, Karyawan AirNav Indonesia Cabang Jogjakarta dan Solo, karyawan Angkasa Pura 1, anggota Lanud Adi Sudjipto Yogyakarta, komunitas sepeda Adi Sutjipto, Airline, SAR, dan masyarakat umum bersama-sama memeriahkan acara. Antusiasme para peserta membuat acara tampak meriah dan seru.

56

Edisi 3 | September 2018 | Indonesia Controller


Special Report - 19th Anniversary IATCA

|

1 Gowes bersama dimulai pada pukul 07.00 WIB mengambil posisi start di Kantor Cabang AirNav Indonesia Yogyakarta yang ditandai dengan pengibaran bendera start oleh Agus Ekananto sebagai Ketua Panitia. Tujuan pertama adalah Lava Bantal yang merupakan spot untuk beristirahat, foto-foto dan pembagian voucher kupon. Peserta menghabiskan waktu sekita 30 menit di Lava Bantal, lalu melanjutkan perjalanan sesuai dengan rute yang telah ditentukan dan kembali lagi ke Kantor Cabang AirNav Indonesia Yogyakarta

2

3

Setibanya semua peserta, acara dilanjutkan dengan pemotongan tumpeng, makan bersama, serta acara hiburan yang diselingi pembagian doorprize dari kupon yang sudah dibagikan yang tentu saja menjadi salah satu magnet para peserta untuk tidak meninggalkan acara sampai selesai. Banyak hadiah yang diberikan, mulai dari voucher hotel, tiket pesawat, TV LED dan sepeda gunung sebagai hadiah utama. Hadiah sendiri berasal dari sponsor-sponsor Hotel, Airlines, AIRNAV Yogyakarta, dan mitra kerja yang turut membantu mensukseskan acara Gowes bersama Komunitas Bandara Adi Sutjipto Yogyakarta. Bravo IATCA, Lets Do It. Humas DPC IATCA Jogjakarta

1. Lava Bantal 2. Pengibaran Bendera Start 3. Kembali pulang menuju garis finish

Indonesia Controller | September 2018 | Edisi 3

57


| Special Report - 19

th

Anniversary IATCA

hut ke 19 dpc iatca batam

IATCA semakin Jaya dan Eksis dalam memajukan Penerbangan Indonesia dan Dunia.

A - Menyanyikan Indonesia Raya, Mars dan Hymne IATCA B - Pemotongan tumpeng yang diberikan kepada GM AirNav Batam C - Foto bersama Anggota IATCA dan GM AirNav Batam

58

Edisi 3 | September 2018 | Indonesia Controller


Special Report - 19th Anniversary IATCA

|

D

alam rangka memperingati HUT ke19 IATCA , Pada Hari Jum’at tanggal 03 Agustus 2018, DPC IATCA Batam merayakan HUT IATCA di salah satu Resort yang ada di Kota Batam. Acara yang bertajuk atas capaian dan harapan dalam mengawal penyatuan wilayah udara Indonesia sengaja diselenggarakan di salah satu pinggiran pulau Batam yang menghadap langsung ke negeri seberang, demi menumbuhkan semangat penyatuan wilayah udara yang selama ini masih dalam otorisasi negara lain.

A

cara HUT ke-19 DPC IATCA Batam di hadiri oleh General Manager, segenap jajaran Managerial AirNav Kantor Cabang Batam serta seluruh keluarga besar DPC IATCA Batam. Kegiatan tersebut semakin khidmad ketika lagu kebangsaan Indonesia Raya dan Mars IATCA dinyanyikan dengan dibarengi tiupan angin laut di siang menjelang sore. Tak lupa kata sambutan juga disampaikan oleh Bpk. Mi’wan M. Bunay selaku General Manager dan pembina DPC IATCA Batam, kata sambutan juga disampaikan oleh ketua DPC IATCA Batam yang diwakilkan oleh Mas Aditya Catur P selaku sekertaris IATCA Batam.

A

cara dilanjutkan dengan potong tumpeng dan doa bersama sebagai wujud rasa syukur Kepada Allah SWT atas 19 tahun IATCA menjadi salah satu organisasi yang berpengaruh dalam penerbangan Indonesia khususnya dan penerbangan dunia pada umumnya.

a

b

K

egiatan HUT ke-19 IATCA kali ini juga di isi dengan kegiatan game dan bakar-bakar ikan ala-ala anak pantai, dengan tujuan untuk meningkatkan rasa persaudaraan di tengah keluarga besar IATCA Batam.

D

engan acara yang bertemakan Mengawal Penyatuan Wilayah Udara Indonesia, hrapan kami sebagai anggota IATCA di perbatasan wilayah udara Indonesia bahwa cita-cita besar bangsa kita dapat segera terwujud dan organisasi tercinta IATCA semakin Jaya dan Eksis dalam memajukan Penerbangan Indonesia dan Dunia.

Indonesia Controller | September 2018 | Edisi 3

c BRAVO IATCA LET’S DO IT..!! 59


kiri-kanan Berdiri : J. Soetomo (Alm) - Handri Santosa - Gimono - I Nengah Jana - Edi Cokro - Muchtar Lubis - Sutrisno - Asyhari Effendi - Nyoman Kantun Duduk : Teuku Lukman Yus (Alm) - Marben Butar Butar - Johannes Soetomo (Alm) - Suparno (Alm) - Frans Rudiyanto - Aminaro Budi Pradana - Herroejanto Setijoso

Junior Air Traffic Controller Batch V Curug masa itu, 1972-1973. Sekumpulan anak-anak muda Indonesia yang datang dari berbagai daerah, entah...apakah sudah tahu jalan hidupnya ataukah masih menebak arah hanya satu tekad yang ada di hati mereka, belajar dan belajar untuk memberikan yang terbaik bagi dunia penerbangan Indonesia. Menyingkirkan ego melebur bersama dalam canda dan tawa, susah dan senang dijalani bersama “Cewama Eka Tayai” sudah terpatri di hati mereka Junior Air Traffic Controller Angkatan ke 5 begitulah anak-anak muda itu diberikan nama kesederhanaan membuat ikatan yang sulit untuk dilupa. “Jika kelak kau punya waktu luang, kukirim kau sekotak kenangan. Juga beberapa pertanyaan ringan. Apa kabarmu disana kawan ?” 60

Edisi 3 | September 2018 | Indonesia Controller


Teknologi

|

Sumber : RECAT-EU DSNA

Implementasi RECAT-EU

di Bandara Paris CDG dan Le Bourget Rizwan Noor Hasfrian Bandara Paris Charles de Gaulle (CDG) yang berlokasi di kota Paris merupakan salah satu Bandara terpadat di Dunia saat ini. Di kota Paris sendiri terdapat beberapa Bandara lain yang beroperasi disekitar Bandara Paris-CDG, salah satunya adalah Bandara Le Bourget yang menyandang predikat sebagai 1st European Business Airport dan juga memiliki jumlah traffic yang cukup padat. Pada perhelatan The World ATM Congress bulan Maret 2018 yang lalu, konsep RECAT-EU (The European

Wake Vortex Re-categorisation – Europe) sebuah skema baru penerapan wake turbulence separation minima yang telah diimplementasikan di Bandara Paris-CDG dan Le Bourget sejak 22 Maret 2016, telah mendapatkan IHS Jane’s ATC Awards category. Lalu seperti apa konsep RECAT-EU itu sendiri sehingga layak mendapatkan penghargaan tersebut?

Indonesia Controller | September 2018 | Edisi 3

61


| Teknologi Sebelum membahas mengenai konsep RECAT-EU, kita akan mengulas singkat mengenai keterkaitan wake turbulence dalam proses pemanduan lalu lintas penerbangan. Sebagaimana kita ketahui, wake turbulence yang dihasilkan oleh pesawat dapat menimbulkan dampak yang signifikan bagi pesawat lain yang berada di belakangnya. Analogi sederhananya adalah semakin besar pesawat, tentu saja semakin besar wake turbulence yang dihasilkan sehingga dalam pengaturan traffic ATC akan memberikan jarak aman guna memastikan wake turbulence yang dihasilkan tidak berpotensi menimbulkan dampak yang dapat membahayakan keselamatan penerbangan bagi pesawat di belakangnya. Jarak minima inilah yang kemudian lebih dikenal dengan istilah wake turbulence separation minima. Wake turbulence separation minima yang ditetapkan oleh ICAO pada dokumen 4444 PANS-ATM umumnya masih dijadikan referensi dalam memberikan pemanduan. ICAO Wake turbulence separation minima tersebut mengacu kepada 3 kategori tipe pesawat yaitu Heavy (H), Medium (M) dan Light (L) sebelum akhirnya ditambahkan dengan kategori Super Heavy (J) dengan munculnya tipe A380. Kategori tersebut ditetapkan berdasarkan Maximum Take Off Weight (MTOW) atau juga dikenal dengan istilah Maximum Certificated Take Off Mass. Penetapan wake turbulence separation minima tersebut dilakukan secara konservatif dengan mempertimbangkan worst

ICAO current separation (safe but over conservative)

case yang dapat terjadi. Pendekatan konservatif ini pada satu sisi dapat memastikan pemberian jarak minimum yang aman antara kedua pesawat, namun pada sisi lainnya mengakibatkan penggunaan separasi yang berlebihan (over-separations) yang berdampak tidak hanya terhadap faktor keselamatan namun juga tidak optimalnya penggunaan kapasitas yang ada. Mengapa hal ini bisa terjadi? Salah satu penyebabnya adalah pembagian kategori tipe pesawat yang terlalu luas. Sebagai contoh jika kita melihat pada kategori pesawat Medium maka tipe pesawat dari Boeing 757, A320 hingga E145 termasuk dalam kategori tersebut. Jika mengacu kepada ICAO wake turbulence separation minima tersebut maka, pesawat A320 akan mengalami “over separation� jika tepat berada dibelakang pesawat E145, artinya terdapat penggunaan separasi yang aman namun tidak efisien dan presisi. Hal inilah yang membuat banyak pihak memandang diperlukan evaluasi terhadap ketentuan yang berlaku saat ini. Hadirnya tipe pesawat A380 juga merupakan pemicu awal munculnya ide untuk mengevaluasi ICAO wake turbulence separation minima. A380 tentu saja memiliki dampak signifikan terhadap peningkatan separasi yang akan digunakan. Bahkan diawal kemunculannya kita masih mengingat terbitnya ICAO state letter yang mensyaratkan jarak minimum 10NM bagi pesawat kategori light yang berada di belakang A380. Bagi ruang udara/bandara yang memiliki karakteristik traffic mix yang heterogen, hal tersebut tentu saja dapat memberikan dampak yang signifikan.

RECAT-EU separation (safe & more efficient)

AIRBUS A320

AIRBUS A320

5 NM

4 NM

AIRBUS A340-600

AIRBUS A340-600 5 NM

5 NM EMBRAER ERJ-145

EMBRAER ERJ-145 Sumber : NATS - UK

Evaluasi terhadap ICAO wake turbulence separation minima sebenarnya bukan merupakan barang baru. FAA sendiri pernah melakukan kajian serupa sejak lama. Di Eropa, studi implementasi konsep RECAT-EU dilakukan pertama kali di Bandara Paris-CDG dan Le Bourget oleh otoritas penerbangan sipil Perancis bekerja sama dengan Eurocontrol. Perlu dicatat bahwa pada saat studi dilakukan pada ruang udara yang dikelola oleh Paris-CDG TMA, 70% traffic didominasi oleh tipe A320 dan juga tipe B777/A330/ A340. Namun tentu saja studi yang dilakukan saat itu mempertimbangkan hadirnya tipe pesawat baru yang akan beroperasi seperti A320 Neo, B737 Max, B777/B787 dan juga A350/A330. Studi konsep RECAT-EU ini diawali dengan mengumpulkan dan mengkaji ulang Aircraft Wake Turbulence Data, meliputi wake turbulence yang dihasilkan oleh setiap tipe pesawat dan karakteristik resistensi

62

Edisi 3 | September 2018 | Indonesia Controller


Teknologi setiap tipe pesawat terhadap wake turbulence yang dihasilkan oleh pesawat di depannya. Dalam menentukan kategori tersebut, aspek yang dipertimbangkan tidak hanya MTOW namun juga ukuran wingspan pada setiap tipe. Salah satu tools penting yang dikembangkan dan digunakan oleh Eurocontrol untuk mengumpukan data tersebut adalah LIDAR (Light Detection and Ranging) Radar. Sebelum diimplementasikan secara penuh di tahun 2016, EASA (The European Aviation Safety Agency) mengendorsed secara formal hasil studi yang dilakukan, artinya studi telah menunjukkan bahwa konsep RECAT-EU dapat dipergunakan untuk memperbaharui ketetapan mengenai wake turbulence separation minima yang berlaku saat ini.

|

Pada konsep RECAT-EU, ICAO Wake Turbulence Category di bagi menjadi 6 kriteria, yaitu Light, Medium (Lower and Upper), Heavy (Lower, Upper and Super). Rekategorisasi bertujuan untuk memberikan separasi dengan lebih presisi dan efisien. Untuk memudahkan memahami, jika sekarang untuk pesawat dengan tipe A330 yang berada di belakang pesawat dengan tipe B777 memerlukan separasi minimum sejauh 4 NM, maka dengan rekategorisasi terbaru ini separasi dapat dikurangi hingga 3NM. Contoh lainnya, sebuah pesawat tipe A320 dapat berada pada jarak minimum sejauh 4NM di belakang pesawat tipe B777, berkurang dari ketentuan separasi minimum sebelumnya yang ditetapkan pada jarak 5NM.

RECAT-EU categories for main types of aircraft Super Heavy : All aircraft types of 100.000 kg or more, wing span above 72 m Upper Heavy : All aircraft types of 100.000 kg or more, wing span between 60 m – 72 m Lower Heavy : All aircraft types of 100.000 kg or more, wing span below 52 m Upper Medium : All aircraft types less than 100.000 kg but more than 15.000 kg, wing span above 32 m Lower Medium : All aircraft types less than 100.000 kg but more than 15.000 kg, wing span below 32 m Light : All aircraft types of 15.000 kg or less (without wing span criteria) Sumber: AIC France A03/16

Konsep RECAT-EU mengenalkan penerapan wake turbulence separation minima dengan skema: • Menggunakan jarak sebagai referensi (distance-based) antara kedua pesawat dengan berdasarkan kategori baru yang ditetapkan pada RECAT-EU. • Menggunakan waktu sebagai referensi (time-based) dengan menerapkan time interval antara kedua pesawat berdasarkan kategori baru yang ditetapkan pada RECAT-EU

Sumber: AIC France A03/16

Pasca implementasi, terbukti bahwa penerapan konsep RECAT-EU memberikan lebih banyak fleksibilitas bagi ATC pada unit ParisCDG TMA dalam pemberian separasi. Data statisik menunjukkan, ATC dapat mengurangi separasi hingga rata-rata 30% yang tentu saja berdampak terhadap berkurangnya delay, peningkatan kapasitas, dan juga terdapat pengurangan jumlah go around secara signifikan. Pada Bandara Paris-CDG sendiri, terjadi peningkatan utilitas penggunaan runway hingga 2 sampai dengan 4 aircraft movements setiap jamnya pada saat peak hours. Konsep RECAT-EU hingga saat ini terus dikembangkan dan pada tahun 2018 ini akan diimplementasikan juga di Bandara London Heathrow.

Indonesia Controller | September 2018 | Edisi 3

63


| Medivac Ketua Umum DPP IATCA Bpk. Suwandi pada tanggal 25 Agustus 2018 didampingi Kabid Sosial DPP IATCA Baehaqi Adam dan Anggota Bidang Humas Merdi T Uriko menyempatkan waktu untuk hadir bertatap muka dengan anggota DPC IATCA Mataram di Gedung Operasi AirNav Cabang Mataram dengan maksud memberikan support kepada mereka agar tetap mempertahankan profesionalitas ATC dalam menghadapi kondisi darurat yang sedang mereka alami. Tatap muka tersebut menghasilkan beberapa poin penting terkait pelaksanaan kegiatan penanganan operasional dalam kondisi darurat/force majeure untuk waktu yang akan datang yang berkaitan langsung dengan profesi kita.

IATCA UNTUK

LOMBOK

Semoga kita tidak lelah untuk berbagi. Semoga dalam kondisi ini kebanggan kita akan profesi dapat sejalan dengan kontribusi sosial kita terhadap masyarakat dimanapun tanpa memandang suku atau agama tertentu. Dengan semangat berbagi, kita tunjukkan kematangan organisasi kita secara langsung terhadap masyarakat umum. Semoga kebanggan kita akan profesi juga bisa tumbuh kepada masyarakat Lombok Tengah yang sedikit kita sentuh melalui kontribusi kita yang kecil ini. Semoga berkah kebaikan dari Tuhan selalu menyertai kita dan seluruh masyarakat Indonesia, Amiin..........

BRAVO IATCA ! LET’S DO IT !

Teks & Photo : Merdi T Uriko Pada kesempatan tersebut Bp. Suwandi secara simbolis menyerahkan bantuan dari DPC IATCA di Indonesia kepada Ketua DPC IATCA Mataram, Yogazhone Adhitama berupa 3 (tiga) truk bahan-bahan keperluan untuk pengungsi yang didistribusikan ke beberapa lokasi terdampak bencana berkoordinasi dan bekerjasama dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Nusa Tenggara Barat. Setelah kegiatan tatap muka Bp. Suwandi juga menyerahkan langsung bantuan ke Desa Mantang 3 Kecamatan Kliang Lombok Tengah didampingi Kepala Desa Bp. Zainal Abidin dan Babinsa setempat Bpk. Serda Hamdin. Desa Mantang 3 dipilih sebagai titik penyerahan bantuan karena berdasarkan survey DPC IATCA Mataram, daerah ini merupakan salah satu daerah yang cukup parah akibat gempa tetapi masih kurang mendapat perhatian dari pihak terkait karena sampai saat ini bantuan masih terfokus ke daerah Lombok Utara dan Lombok Timur. Desa ini juga dipilih karena terdapat rumah salah satu anggota DPC IATCA Mataram, Lalu Johan Gryf dan Karyawan Airnav Indonesia Cabang Mataram dari dinas PUM, Ghusnul Yakin yang kondisinya rusak parah karena gempa. Dari hasil kunjungan tersebut banyak ditemui dan terlihat langsung bahwa kondisi di lokasi yang terdampak masih sangat membutuhkan bantuan. Masih banyak penduduk yang terpaksa tinggal di tenda-tenda darurat yang dibuat secara swadaya karena rumah mereka sudah tidak layak huni. Masih banyak sekolah-sekolah yang mengkhawatirkan kondisinya jika masih dipergunakan. Suplai air bersih juga terganggu sehingga menghambat proses pengolahan bahan makanan. Serta kondisi-kondisi kekurangan lainnya. semoga bentuk solidaritas ATC se Indonesia melalui DPP IATCA masih bisa berlanjut dan diharapkan pemberian bantuan tersebut dapat terus berkesinambungan demi meringankan beban saudara-saudara kita di Lombok. Ketua Umum DPP IATCA mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada rekan-rekan DPC IATCA Mataram di bawah kepemimpinan Yoghazone Aditama yang telah bersedia meluangkan waktu dan tenaga demi kelancaran proses pemberian bantuan. Terima kasih juga ditujukan kepada seluruh anggota IATCA dimanapun berada atas supportnya sehingga kita mampu melaksanakan tugas mulia ini.

64

Edisi 3 | September 2018 | Indonesia Controller


DPP IATCA & SELURUH ANGGOTA Mengucapkan

Indonesia Controller | September 2018 | Edisi 3

65


| Traffic Information

A PA

I T U

S I N G L I S H

?

Hampir semua penerbangan di seluruh dunia dipandu oleh Air Traffic Controller. Komunikasi antara Pilot dan Air Traffic Controller ini menggunakan phraseology. Phraseology adalah bahasa baku yang digunakan dalam penerbangan, mulai dari pesawat melakukan start-engine hingga tiba di bandar udara tujuan. Selain digunakan untuk penerbangan “normal”, bahasa ini juga digunakan untuk kondisi lain, salah satunya adalah kondisi darurat (emergency). Apabila terjadi situasi di luar kondisi umum dan tidak bisa difasilitasi menggunakan phraseology, maka komunikasi akan dilakukan menggunakan plain language. Plain language dilakukan dengan tujuan kedua pihak yang sedang berkomunikasi mampu mengerti apa yang dibicarakan, bisa menggunakan Bahasa Inggris atau bahasa resmi negara yang bersangkutan. Plain language tidak hanya digunakan antara Pilot dan Air Traffic Controller, melainkan juga digunakan kepada sesama Air Traffic Controller, misalnya pada saat berkoordinasi. Salah satu keunikan bekerja dengan Air Traffic Controller yang memiliki perbedaan bahasa, secara tidak langsung kita akan “dituntut” untuk mempelajari kultur bahasa yang mereka gunakan. Contohnya Air Traffic Controller di Singapura, di mana Singlish menjadi salah satu bahasa populer yang digunakan di sana. Singlish adalah bahasa yang muncul karena adanya berbagai kultur yang membentuk negara tersebut, menjadikannya contoh nyata dimana bahasa dapat berubah dan berkembang. Ada yang berpendapat bahwa Singlish itu sendiri merupakan kependekan dari Singapore-English di mana Tatanan Bahasa Inggrisnya memiliki pengaruh dialek berbagai kultur budaya masyarakat sejak awal tahun 1900-an. Setelah Perang Dunia II, pendidikan gratis untuk semua orang diberikan di Singapura dan di sinilah benih-benih Singlish berkembang semakin masif. Sebagian orang berpendapat Singlish sudah menjadi identitas Singapura, lebih mudah dilafalkan dan lebih efisien dari pada Bahasa Inggris yang kental dengan “grammar”. Sebagian yang lain berpendapat Singlish harus dihilangkan karena dianggap sebagai Bahasa Inggris yang tatanan bahasanya tidak baku dan harus dibenahi agar Singapura “lebih diterima” masyarakat global.

66

Edisi 3 | September 2018 | Indonesia Controller


Traffic Information

|

LAH, adalah kata paling terkenal dalam Singlish. Apabila ada seseorang yang mengajak anda dan anda ingin menolak, maka anda bisa berkata “Don’t want lah” yang berarti “Nggak mau lah”. Contoh lain adalah sebagai berikut : “Cannot imagine sia. In Singapore, you strike, you lose your job. So pek chek.” Apabila diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia kurang lebih menjadi seperti berikut : “Tidak bisa dibayangkan sia. Di Singapura, kamu mogok kerja, kamu akan kehilangan pekerjaanmu (dipecat). Sangat pek chek.” Sia merupakan kosa kata yang digunakan sebagai ungkapan empati dan pek chek merupakan kosa kata yang digunakan sebagai ungkapan jengkel atau kesal. Bagaimana contoh Singlish yang digunakan dalam dunia penerbangan? Dalam berkoordinasi, pada umumnya ATC Batam (Tower) akan menggunakan direct speech yang terhubung dengan ATC Tanjung Pinang (Radar), misalnya untuk berkoordinasi mengenai ATC Clearance. ATC Tanjung Pinang (Radar) akan berkoordinasi dengan ATC Singapura (Radar). Hal inilah yang menyebabkan proses pemberian ATC Clearance di Batam relatif lama jika dibandingkan dengan wilayah lain di Indonesia. Pada kondisi tertentu, ATC Batam (Tower) akan menggunakan direct speech yang terhubung dengan ATC Singapura (Radar). Misalnya pesawat sudah mengambil posisi lineup di Runway kemudian request manuver tertentu setelah airborne untuk menghindari cuaca buruk. Di saat yang sama, pesawat lain sedang proses approach untuk mendarat. Pada saat inilah kemampuan listening ATC Batam (Tower) terhadap Singlish “diuji”. Contoh percakapan sederhana antara ATC Batam (Tower) dan ATC Singapura (Radar) adalah sebagai berikut :

Singapura : Singapore Approach Batam : This is Batam Tower, Ma’am. [Aircraft Identification or Callsign] request heading 180 after departure to avoid bad weather Singapura : Heading 180 ah? Wait a minute. Okay Approved. Can lah. Butuh waktu untuk menyesuaikan diri dengan Singlish terutama bagi mereka yang baru pertama kali mendengarnya. Namun, mengingat bahwa kemampuan ini sedikit-banyak diperlukan dalam berkoordinasi, maka ATC di Indonesia yang sering menghubungi ATC Singapura akan semakin memahami Singlish ke depannya nanti. Singlish sudah lama mendarah daging di Singapura dan memiliki kultur yang unik. Menurut anda, apakah Bahasa ini harus dihilangkan dan diubah menjadi Bahasa Inggris baku atau dipertahankan?

Rizky Auditama contoh percakapan Singlish dalam kehidupan sehari-hari) diambil dari website : www.bbc.com/indonesia/karangan_khas/vert_cul/2016/10/161012_vert_cul_singlish

Indonesia Controller | September 2018 | Edisi 3

67


Nabire memiliki daya tarik Wisata hiu paus (whaleshark). Hiu paus tersebut dapat dijumpai di perairan Kwatisore, Distrik Yaur. Disana pengunjung bisa melihat hiu paus dari jarak dekat bahkan dapat berenang bersama hiu paus di laut lepas. Tidak hanya wisatawan lokal, bahkan sudah banyak wisatawan mancanegara yang datang hanya untuk melihat ikan raksasa tersebut.

NABIRE

K

M. Ghaiz Katili Sisilia NC Pradini DPC IATCA Nabire

abupaten Nabire adalah salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Papua dan terletak di “punggung� Pulau Papua. Asal usul kota Nabire dapat diketahui dari berbagai macam versi. Salah satu versi menyebutkan asal usul kota Nabire berasal dari suku Hegure, versi dari suku ini bahwa Nabire berasal dari kata Inambre yang artinya pesisir pantai yang ditumbuhi oleh tanaman jenis palem-palem seperti pohon sapu ijuk, pohon enau hutan, pohon nibun dan jenis pohon lainnya. Akibat adanya hubungan/komunikasi dengan suku-suku pendatang, lama kelamaan penyebutan Inambre berubah menjadi Nabire. Kota Nabire merupakan salah satu pintu masuk menuju beberapa kabupaten di daerah pedalaman Papua, seperti Intan Jaya, Puncak Jaya, Paniai, Mimika, dan Waropen. Minimnya infrastruktur menuju kawasan tersebut menjadikan transportasi udara sebagai pilihan utama masyarakat setempat. Hal inilah yang menjadikan Bandara Nabire memiliki peran penting dalam kelangsungan hidup masyarakat pedalaman. Lokasinya yang terletak di pinggir pantai membuat Kota Nabire memiliki berbagai wisata bahari yang menarik. Dimulai dari awal kedatangan menuju Bandara Douw Aturure Nabire, para penumpang sudah disuguhi pemandangan indah Pantai Nabire karena lokasi Bandara yang berada di dekat bibir pantai.

68

Edisi 3 | September 2018 | Indonesia Controller


Joy Flight

|

Pantai Nabire adalah lokasi favorit warga Kota Nabire, pantai ini merupakan pantai yang terdekat dari pusat kota sehingga menjadikannya sebagai pantai yang paling sering dikunjungi oleh warga. Dapat dikatakan Pantai Nabire sebagai alun-alunnya kota Nabire, asik untuk menikmati sunset.

Meskipun baru ditemukan tahun 2016, objek wisata ini sudah menyita banyak perhatian wisatawan bahkan dari luar Papua. Menempuh perjalanan darat sekitar 2 jam ke arah timur dari pusat kota Nabire, air terjun yang berlokasi di distrik Makimi ini menampilkan pemandangan yang luar biasa. Walaupun akses yang dilalui cukup sulit karena terdapat beberapa titik yang terbilang berbahaya, tapi semua itu akan terbayarkan saat wisatawan dimanjakan dengan keindahan air terjun yang memiliki tujuh tingkatan ini dan diperkirakan puncak air terjun memiliki ketinggian hingga 500 mdpl. Namun sayangnya objek wisata ini masih belum dikelola dengan baik oleh pemerintah setempat dan kurangnya kesadaran dari para wisatawan untuk menjaga kebersihan di area tersebut. Untuk itu diharapkan kepada wisatawan lokal maupun asing agar dapat meningkatkan kesadaran diri untuk menjaga kebersihan dan tidak merusak lingkungan. Dan diharapkan kepada pemerintah untuk dapat mengelola tempat wisata tersebut agar dapat terlihat lebih indah dan menarik. Dengan begitu tidak menutup kemungkinan Nabire dapat menjadi salah satu tujuan wisata yang terkenal di mata Indonesia dan dunia.

Tidak hanya wisata laut, Nabire juga memiliki wisata yang cukup terkenal, yaitu air terjun Bihewa.

Air terjun Bihewa

Rekan-rekan IATCA Nabire yang beruntung dapat bercengkerama dengan whaleshark saat menikmati hari libur

Indonesia Controller | September 2018 | Edisi 3

69


| Vicinity Aerodrome

MUSCAB VI

DPC IATCA PANGKALPINANG Muscab VI DPC IATCA Pangkalpinang sukses diselenggarakan pada hari Sabtu, 12 Mei 2018 yang bertempat di ruang serbaguna kantor AirNav Cabang Pangkalpinang. Rangkaian sesi acara, dari pembukaan hingga sidang Muscab VI berjalan dengan lancar.

70

Edisi 3 | September 2018 | Indonesia Controller


Vicinity Aerodrome

|

A

cara pembukaan MUSCAB VI dibuka oleh Manager Operasi AirNav Cabang Pangkalpinang, Bapak Wawan Winarto pada pukul 20.00 WIB dengan ketukan palu sebanyak tiga kali, dilanjutkan dengan menyanyikan Mars dan Hymne IATCA. MUSCAB VI DPC IATCA Pangkalpinang ini dihadiri juga oleh jajaran manajemen AirNav Cabang Pangkalpinang, beberapa perwakilan dari organisasi profesi lain serta caloncalon generasi muda ATC Indonesia yakni adik–adik yang melaksanakan On the Job Training di Pangkalpinang turut meramaikan acara tersebut. Acara pembukaan dilanjutkan dengan sambutan dari ketua DPC IATCA Pangkalpinang periode 2015-2018, Bagus Wulan Rahmatulloh kemudian sambutan Ketua Panitia MUSCAB VI dan diakhiri dengan doa bersama sebelum dilaksanakannya sidang.

Acara dilanjutkan dengan sidang MUSCAB VI DPC IATCA Pangkalpinang yang dihadiri 17 anggota dari 32 anggota DPC IATCA Pangkalpinang. Sidang dibuka oleh Ketua Pimpinan Sidang Nurul Fadhilah Basri. Kemudian acara dimulai dengan pembacaan tata tertib sidang, Laporan Pertanggungjawaban Ketua DPC IATCA Pangkalpinang, evaluasi kinerja DPC IATCA Pangkalpinang dan pernyataan demissioner pengurus DPC IATCA Pangkalpinang. Sidang dilanjutkan dengan sesi pemilihan pengurus baru, dimulai dengan pendataan bakal calon ketua, penyampaian visi & misi calon ketua terpilih yaitu T. Raja Faisal dan Muh. Dzulkifli Syafrudin, kemudian diteruskan dengan pemungutan suara. Pemungutan suara tersebut berjalan dengan tertib dan lancar hingga sesi penghitungan suara dan pembacaan hasil pungutan suara. Hasil suara terbanyak jatuh kepada Muh. Dzulkifli Syafrudin. Di sesi akhir dilaksanakan penyusunan pengurus DPC IATCA Pangkalpinang periode 2018-2021 yang dipimpin oleh ketua terpilih, kemudian dibacakan susunan pengurus baru dan kesimpulan hasil MUSCAB VI DPC IATCA Pangkalpinang. Rangkaian sesi sidang ditutup dengan penandatangan berita acara dan pernyataan penutupan sidang oleh Ketua Pimpinan Sidang.

Selamat dan sukses untuk Muh. Dzulkifli Syafrudin sebagai ketua terpilih DPC IATCA Pangkalpinang periode 2018-2021 Indonesia Controller | September 2018 | Edisi 3

Bravo IATCA… LET’S DO IT !!

Foto dan Teks : Arif Rizky Setiawan

71


SKATEBOARDING Kegiatan olahraga yang selalu kami lakukan di Pulau Ambon. Banyak hal positif dan berguna yang didapatkan oleh teman - teman ketika mereka baru mempelajari olahraga skate ini.

KADRIAWAN - PUTU DIPA S - HASWAN B.U - BRIAN BIMA SELAMAT HARI SKATEBOARD SEDUNIA Skateboard adalah kegiatan yang positif. Kita bisa melakukan semacam penyegaran setelah seharian lelah beraktivitas. Di atas skateboard kita bebas mengekspresikan diri kita, tidak terpatok satu aturan kita harus melakukan gerakan yang seperti apa.. Just ride and fun.. Kita juga bisa menambah teman dan memperluas ruang lingkup kita.

72

Edisi 3 | September 2018 | Indonesia Controller


Joy Flight

|

M

ungkin masih sedikit dari masyarakat lokal yang salah persepsi dan bahkan belum mengetahui apa itu Air Traffic Controller. Banyak pendapat dari mereka yang masih sangat jauh dari tugas seorang Air Traffic Controller sebagaimana mestinya, seperti kurangnya edukasi dan sosialisasi tentang Air Traffic Controller itu sendiri, dan juga peran dari media lokal yang sangat minim informasi tentang keberadaan Air Traffic Controller. Sama halnya dengan Skateboard di Indonesia, sangat sedikit masyarakat lokal yang mengerti akan esensi dari sebuah olahraga yang sudah ada sejak tahun 1950 ini. Kehadiran Skateboard saat itu masih terbilang biasa-biasa saja. Bahkan pada pertengahan kemunculannya, Skateboard hanya mengecap popularitas sesaat dan sempat meredup karena dianggap terlalu mudah dan kurang menantang. Sampai pada akhirnya sekitar tahun 1960-an, Skateboard kembali menemukan tempatnya di dalam kehidupan masyarakat pada saat itu.

Skateboard adalah kebebasan bergerak, juga merupakan bentuk apresiasi dan kritik arsitektur secara langsung.

Skateboard itu adalah tentang kebersamaan, kerja keras dan pantang menyerah. Im Skateboarder, I’m an ATC.

Di Indonesia, perkembangan olahraga Skateboard ini masih tergolong sangat baru yakni sekitar tahun 1980-an dengan beberapa peminat saja. Di tengah keberadaan Skateboard di tanah air, tidak sedikit orang yang mencibir dan menganggap “Skateboarding is a crime”, karena peran media pada saat itu yang kebanyakan menampilkan Skateboard hanya pada satu sisi saja yaitu sisi negatif, yang secara tidak langsung berimplikasi terhadap bagaimana para pemain Skateboard ini mengklaim ruang untuk dijadikan tempat bermain Skateboard. Beberapa menyebut mereka perusak, berandalan, dan diimajinasikan dalam bentuk paling urakan. Hasrat eksploratif yang didorong keinginan merasakan kebebasan membuat para pemain Skateboard memanfaatkan apa pun yang tersedia di dalam ruang yang mereka tinggali, dari trotoar hingga skatepark yang disediakan.

Saya berharap bisa menjadikan Skateboard sebagai media untuk mengenalkan profesi Air Traffic Controller kepada khalayak ramai.

Skateboard bagian dari hidup, bukan sekedar gaya-gayaan. SANTUY..!!

Dari lahan parkir hingga turunan paling curam dan berliku. Sehingga konfrontasi atau adu argumentasi selalu ada dalam hal klaim ruang ini, hal tersebut menambah sulit diterimannya Skateboard sebagai bagian olahraga pada umumnya dalam masyarakat. Adanya hubungan antara media dengan identitas sosial sebagai penguat pembentukan imajinasi suatu kebudayaan sebagai budaya superior yang harus dikonsumsi oleh semua orang. Di sisi lain Skateboard adalah olahraga yang tergolong ekstrim yang dapat memacu adrenalin. “Kenapa Skateboard? Karena Skateboard adalah salah satu olahraga yang paling inklusif di dunia. Skateboard tidak memandang perbedaan latar belakang, umur, karakteristik, kemampuan, status, kondisi, etnik, budaya

dan lainnya. “Skateboard dapat mengurangi stres dan membantu membangun kepercayaan diri dan membentuk persahabatan yang berjangka panjang.” ujar Putu Dipa, penggerak Skateboarding di teman-teman ATC. Kalau publik bilang “Skateboarding is a crime”, lalu kita kampanye “Skateboarding is not a crime”, terus kita mau saling tunjuk? Ngga kan? , nah kita create “space” kita agar “compound” supaya ngga ada yang nunjuk-nunjuk kita commit crime. Supaya compound ciptakanlah “skate park”, buatlah untuk mengekpresikan culture-nya, bisa dibuat seperti dekat mall atau perkantoran, jangan buatnya “street park” bedakan konsepnya dan yang mau street ya harus punya effort.”, tambahnya. Sampai saat ini, Skateboard masih membuktikan identitasnya dan tetap eksis di era modernisasi ini. Semoga profesi Air Traffic Controller bisa dikenal dan tidak kehilangan identitas sebagai Air Traffic Controller Indonesia dari berbagai macam fase dan proses yang ada, seperti halnya Skateboard. Karena Skateboard adalah olahraga global yang mencerminkan kebebasan, karena Skateboard bukanlah kegiatan yang merugikan, karena Skateboard bukanlah suatu kejahatan. PENULIS : BRIAN BIMA FOTO : HASWAN

Indonesia Controller | September 2018 | Edisi 3

73


| Vicinity Aerodrome

SAATNYA YANG MUDA MENUNJUKKAN KARYANYA Catatan dari Pelaksanaan MUSCAB VII DPC IATCA Makassar Tahun 2018

4 Agustus 2018 lalu merupakan tanggal yang bersejarah dalam catatan kepengurusan organisasi profesi Indonesia Air Traffic Controllers Association di cabang Makassar. Pasalnya, setelah masa kepemimpinan Yuyun Nugraha yang luar biasa selama 2 periode berturut-turut dinyatakan demisioner oleh Ketua Sidang dalam kegiatan Musyawarah Cabang DPC IATCA Makassar Tahun 2018, muncul wajah baru sebagai simbol regenerasi pada jabatan IATCA 1 dalam Dewan Pengurus Cabang terbesar kedua setelah Jakarta ini. Musyawarah tingkat cabang yang rangkaian kegiatannya berlangsung selama kurang lebih 1 bulan tersebut diselenggarakan secara meriah dengan puncak acara yang digelar di Kantor Airnav Indonesia Cabang Makassar Air Traffic Service Center. Seluruh prosesi penyelenggaraan Musyawarah Cabang ke-7 DPC IATCA Makassar tersebut mengacu pada AD/ART IATCA Hasil Musyawarah Nasional Ke-6 IATCA tahun 2016. Proses penjaringan dan verifikasi panjang sebelumnya menghasilkan tiga nama kandidat yang ketiganya berasal dari kalangan operasional ATC di MATSC. Tiga kandidat dengan perolehan suara tertinggi dalam tahap penjaringan tersebut di antaranya adalah Rozeldy Setiawan yang sehari-harinya bertugas sebagai 1st Air Traffic Controller di unit APP/ TMA, Taufik Aleksander dengan jabatan yang sama namun bertugas di unit ACC, serta Rahmat Andi Herpancara sebagai 2nd Air Traffic Controller di unit ACC. Ketiganya berkampanye dan bertarung dengan sportif dalam kegiatan yang pada acara puncaknya turut mengundang Dewan Pengurus Pusat IATCA dan beberapa Dewan Pengurus Cabang IATCA tetangga sebagai tamu.

1

74

Suasana pemilihan yang dilaksanakan secara langsung, umum, dan rahasia tersebut diwarnai dengan berbagai macam kegiatan yang salah satunya adalah pemaparan hasil kajian tentang Control Allowance personel Air Traffic Controllers di lingkungan Perum LPPNPI oleh tim Control Allowance IATCA yang diwakili oleh Suryanto Pong sebagai Ketua Tim. Dengan antusias yang tinggi, para anggota yang hadir pun tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk menanyakan beberapa hal terkait yang telah lama dinanti-nanti tersebut, meskipun karena keterbatasan waktu, tidak semua antusiasme anggota dapat ditanggapi. Pemaparan dari Suryanto Pong dan selingan-selingan pembagian doorprize oleh MC dengan berbagai macam permainan dan quiz yang seru menambah semarak rangkaian acara yang diagendakan setiap tiga tahun sekali tersebut. Setelah tiba saatnya rekapitulasi hasil perolehan suara dari masing-masing kandidat calon Ketua DPC IATCA Makassar, suasana kembali khidmat karena saat yang ditunggu-tunggu telah tiba. Seluruh kertas suara yang terkumpul dinyatakan sah dan membuktikan keseriusan seluruh anggota DPC IATCA Makassar dalam menentukan pemimpin mereka. Rekapitulasi hasil perolehan suara dilakukan secara langsung dan terbuka, disaksikan seluruh anggota yang hadir dengan penunjukan 3 orang perwakilan sebagai saksi resmi dari anggota DPC. Puncaknya, sebanyak 77

Edisi 3 | September 2018 | Indonesia Controller


Vicinity Aerodrome

2 kertas suara dari total 118 kertas suara yang terkumpul telah menobatkan Taufik Aleksander sebagai Ketua Terpilih periode tahun 2018 – 2021, mengalahkan 2 kandidat lainnya yakni Rozeldy dengan perolehan 30 suara dan Rahmat dengan perolehan 11 suara. Ketok palu Ketua Sidang Musyawarah Cabang pada penetapan hasil pemilihan tersebut disambut dengan riuh tepuk tangan dan kegembiraan mayoritas anggota. Di penghujung acara, setelah pidato kemenangan oleh Ketua Terpilih, dilakukan simbolis penyerahan bendera IATCA oleh Suwandi selaku Ketua Umum DPP IATCA kepada Taufik Aleksander sebagai bentuk penyerahan estafet kepemimpinan cabang Makassar. Acara kemudian dilanjutkan dengan arahan dari Ketua Umum DPP IATCA kepada anggota yang hadir. Pada pidatonya, Suwandi menghimbau kepada seluruh anggota DPC IATCA Makassar untuk terus menjaga dan membangun organisasi profesi yang usianya telah menginjak 19 tahun ini. Pria kelahiran tahun 1973 yang menjabat sebagai General Manager AirNav Indonesia Cabang Sentani tersebut menekankan agar tidak ada oknum yang memanfaatkan IATCA untuk kepentingan pribadi maupun golongan. Thank You, For Those Amazing Two Periods Bravo IATCA, Lets Do It Moch. Bambang Gilang Ramadan Bidang Humas dan Publikasi DPC IATCA Makassar

1. Rahmat Andi Herpancara, Taufik Aleksander, Rozeldi Setiawan

|

3 Lahir di Sidoarjo pada tanggal 31 Januari 1977, Taufik Aleksander memulai karirnya sebagai seorang Air Traffic Controller pada tahun 1997. Memiliki pengalaman 21 tahun menjadi seorang ATC, karirnya dimulai di kota Ambon. 7 tahun mengabdi di salah satu kota terbesar di Indonesia wilayah timur tersebut, Taufik kemudian pindah dan menetap di Makassar serta berkarya di gerbang Indonesia wilayah timur itu mulai tahun 2004 hingga sekarang. Dengan visi ‘Langkah Bersama, Harmonis, & Berkarya’, ayah dari 2 orang anak ini memiliki misi membangun lingkungan internal IATCA yang harmonis, disiplin, dan responsif, menjalin dan membina hubungan komunikasi yang baik dengan para stakeholder IATCA, serta mendukung dan memfasilitasi anggota dalam berkarya. Lulusan Area Control Surveillace Course di Air Services Australia, Brisbane yang sebelumnya juga telah mengikuti pendidikan keATC-an dengan kompetensi Junior ATC, Senior ATC, dan Approach Control Surveillance di STPI Curug ini juga berencana mengajak sebanyak mungkin generasi muda IATCA di Makassar untuk bergabung di kepengurusan DPC IATCA Makassar dalam periode kepemimpinannya untuk dapat menggali potensi-potensi dan ideide yang lebih segar dan up-to-date.

2. Foto bersama Anggota DPC IATCA MATSC 3. Taufik Aleksander Ketua DPC IATCA MATSC 2018-2021

Indonesia Controller | September 2018 | Edisi 3

75


| Joy Flight

text & photo : Fuad Sipahutar-DPC Palembang

travelling reward merupakan

dalam bekerja

Memulai traveling ke negara tetangga Malaysia pada tahun 2014 membuat saya ketagihan untuk menapakkan kaki ke tempat dan negaranegara berikutnya, setiap berpetualang saya ditemani travelmate yang tak lain adalah istri saya yang juga mempunyai kesenangan yang sama.

ini

adalah dokumentasi perjalanan kami pada bulan Juli 2018 dari bandara SMB II Palembang saat mengunjungi negara seribu menara, Turki

bukit terkenal di Turkey, Vassabag Valley, Capocadia

Blue Mosque, bukti kebesaran Turki Ustmani

foto di Bandara SMB II Palembang sesaat sebelum boarding menuju pesawat

dari Istanbul menuju Bursa menyebrangi laut Marmara yang menghubungkan laut Hitam dan Laut Aegea

76

Pada tahun 2014 kami masih bekerja di Bandara wilayah tengah Indonesia (Bandara Kalimarau Berau) jadi akses untuk bepergian masih sedikit sulit tetapi tidak menyurutkan niat kami untuk bepergian, salah satunya dengan cara mengambil kesempatan beberapa hari di waktu cuti mudik ke kampung halaman, disitulah kami meluangkan waktu untuk berpetualang menapaki satu persatu negara tetangga. Alhamdulillah pada tahun 2015 kami pindah tugas ke Bandar Udara Internasional SMB II Palembang yang mempunyai rute internasional, hal ini merupakan salah satu kesempatan yang lebih memudahkan kaki kami untuk melangkah menapaki tempat-tempat yang ingin kami datangi selanjutnya. Bagi kami traveling bukan hanya kesenangan semata tetapi setiap perjalanan yang kami lakukan selalu memberikan pengalaman hidup berharga karena dari perjalanan itulah kami banyak belajar bersyukur, berkomunikasi dengan orang yang terkadang memiliki bahasa yang sama sekali kami tidak mengerti, bertemu dan berdiskusi dengan orang yang berbeda

Edisi 3 | September 2018 | Indonesia Controller


Joy Flight

latar belakang dan budaya sehingga kami bisa lebih menghargai perspektif dan pendapat yang berbeda bahkan secara tidak disadari membuat kami jauh lebih mandiri, disiplin dan bertahan didalam kesulitan, serta kami lebih dapat mengatur waktu, memutuskan dan memilih apa yang baik untuk dilakukan dan tidak serta banyak lagi kejutan-kejutan yang tak terduga baik hal yang menyenangkan maupun tidak.

“uang yang hilang bisa dicari tetapi waktu yang hilang tidak akan kembali�

|

Gaya traveling yang kami lakukan adalah traveling dengan biaya yang cukup hemat. Kami selalu mencari tiket promo yang diambil dari jauh-jauh hari, memilih penginapan yang nyaman walaupun bukan hotel berbintang, menggunakan transportasi umum seperti bus atau kereta bahkan berjalan kaki mengunjungi tempat-tempat wisata yang ingin kami kunjungi. Empat tahun berjalan, alhamdulillah perlahan tapi pasti di setiap cuti tahunan kami bisa melakukan traveling. hingga saat ini kami sudah menapakkan kaki di 10 negara dan 16 kota di luar Indonesia serta sebagian besar objek wisata di dalam negri. Negara-negara yang pernah kami kunjungi adalah Malaysia, Singapura, Thailand, Kamboja, Laos, Vietnam, Sri Lanka, Uni Emirate Arab, Turki, Arab Saudi Menurut yang kami rasakan traveling adalah candu dan kebahagiaan yang tidak bisa dilupakan serta hal yang tidak semata-mata dinilai dengan uang, karena sejatinya uang dapat dicari tetapi waktu dan kesempatan serta pengalaman belum tentu bisa kita dapatkan di hari tua.

Indonesia Controller | September 2018 | Edisi 3

77


| Event

News Flash dari DPC IATCA Asian Games ke 18 yang dimulai pada tanggal 18 Agustus 2018 dengan Opening Ceremony di Jakarta yang sangat luar biasa membuat rekan-rekan AirNav Kantor Cabang Palembang menjadi euforia, maklum Palembang adalah kota yang menjadi tuan rumah juga selain Jakarta. Rekan-rekan DPC IATCA Palembang yang notabene juga karyawan AirNav Kantor Cabang Palembang kompak menggunakan T-Shirt dengan Logo Asian Games. Mereka juga kompak menjaga keselamatan lalu lintas penerbangan untuk seluruh kontingen yang bertanding di Palembang. Dwi Putra Jaya, GM AirNav Tanjung Pinang yang juga aktivis IATCA hadir pada Musyawarah Cabang ke 2 DPC IATCA Tanjung Pinang yang diadakan pada tanggal 13 Agustus 2018 bertempat di Ruang Rapat Gedung Radar AirNav Tanjung Pinang. Terpilih sebagai Ketua DPC IATCA Tanjung Pinang Periode 2018-2021 adalah Fisy Muratnata yang menggantikan Tri Yoga Wichaksono, Wakil Ketua Wendy AlFikri dan Sekretaris Hamsah. Beberapa program kerja telah disusun untuk lebih memperkenalkan IATCA. Lets Do It !!! Tanggal 21 Juli 2018 merupakan tanggal yang bersejarah bagi rekan-rekan IATCA di Berau karena pada tanggal tersebut secara resmi telah terbentuk DPC IATCA yang ke-40 melalui Musayawarah Cabang ke 1, selama ini Berau berada di bawah binaan DPC IATCA Balikpapan. Hadir pada kegiatan tersebut Ketua Umum DPP IATCA Suwandi sekaligus melantik Ketua DPC terpilih Sendi Utomo, Sekretaris Rirhein Natasya R, Bendahara Sayekti Setiati dan Humas Danu Utomo A. Selamat menjalankan tugas, Bravo IATCA Lets Do It.

78

Edisi 3 | September 2018 | Indonesia Controller


ELANG 297 STOP CLIMB TO NINER THOUSAND FEET!!

ELANG 297, CLIMB TO NINER THOUSAND

WHAT???, SAY AGAIN.. READING YOU BROKEN

OKLA APPROACH, READ YOU BROKEN!

OKLA APPROACH, SAY AGAIN PLEASE?!

MAS SLAMET, RADIONYA RUSAK NIH, GIMANA SIH ?!?!?!

BUKAN RADIONYA YANG RUSAK, MIC KAMU TUH YANG GAK BENER

ELANG 297, RADIO CHECK HOW DO YOU READ??!!

animator-Riski Persada DPC IATCA Jambi

Indonesia Controller | September 2018 | Edisi 3

79


Edisi 3 | September 2018 | Indonesia Controller


Indonesia Controller | September 2018 | Edisi 3


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.