Indonesia
CONTROLLER IATCA OfďŹ cial Magazine
Edisi 5 / Tahun 2 / APRIL 2019
Di sana gunung di sini gunung Di tengah-tengahnya pohon kelapa Agar kerja tidak mudah bingung Gunakan SOP yang sudah ada - joksur, dpc surabaya -
“ ESUK–ESUK SARAPAN SEGO PECEL PALING ECHO KARO REMPELo SENAJAN KERJO ATC KESEL NANGING ATI TETEP TRESNO “ - diene, dpc surabaya -
merah putih Bendera Indonesia
BERKIBAR DI ANGKASA RAYA • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • Radar mati membuat gelisah
Tetapi Safety Tetap Terjaga - joksan, dpc surabaya -
2
Edisi 5 | April 2019 | Indonesia Controller
Sambutan
|
SAMBUTAN KETUA UMUM
Assalamualaikum Wr. Wb… Syukur kepada Allah SWT dengan ucapan Alhamdulillah, atas limpahan nikmat yang diberikan kepada kita sampai hari ini. Dirgantara Indonesia dengan cakupan area yang sangat luas, menuntut kita semua sebagai anak bangsa, khususnya para ATC Indonesia, harus senantiasa menjaga kesiapan diri kita masing–masing dalam mewujudkan keselamatan, keamanan dan kenyamanan pemanduan lalu lintas penerbangan di Angkasa Bumi Nusantara tercinta. Saat ini, semua elemen bangsa tengah mempersiapkan segala daya dan upaya dalam menghadapi perkembangan zaman. Era Industri 4.0 yang saat ini populer dibicarakan menjadi sebuah keniscayaan yang harus dihadapi. Jika kita tidak mempersiapkan diri dengan baik maka akan tertinggal jauh di belakang. Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan begitu pesat termasuk teknologi dan ilmu pengetahuan di bidang penerbangan. Istilah – istilah baru dalam industri pelayanan navigasi penerbangan sudah banyak bermunculan. Sekali lagi, jika kita tidak mampu dan mau untuk mengikutinya maka akan tertinggallah kita. Untuk itu, pada Edisi ke-5 ini, yang merupakan edisi spesial bagi kami karena genap 1 tahun majalah profesi ATC ini telah berhasil kami wujudkan. Pada edisi kali ini kembali IATCA menampilkan informasi diantaranya mengenai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkaitan dengan pelayanan navigasi penerbangan, khususnya dalam pengaturan lalu lintas penerbangan. Semoga kontribusi kecil ini, bias memberikan dampak besar bagi peningkatan kualitas penerbangan kita.
IndonesiaController Controller| |April April2019 2019| |Edisi Edisi 55 Indonesia
Pembaca sekalian yang budiman, Seperti yang telah kita ketahui bersama, bulan April tahun ini, tepatnya tanggal 17 April 2019 kita melaksanakan pesta demokrasi, yang merupakan perwujudan komitmen kita sebagai generasi penerus bangsa. Tentunya kita semua berharap apa yang dihasilkan dari pesta demokrasi tersebut, akan membawa kemaslahatan bagi bangsa kita. Demikian juga dengan IATCA, di bulan April 2019 ini, IATCA akan menggelar hajat besar tiga tahunan, yaitu Musyawarah Nasional ke-7 yang akan dilaksanakan di Semarang. Event besar ini merupakan momentum penting dalam perjalanan IATCA, karena di sana para perwakilan ATC dari seluruh penjuru Tanah Air berkumpul, memikirkan masa depan IATCA, yang tentu juga merupakan bagian dari masa depan Bangsa. Tentunya para Anggota IATCA di seluruh Indonesia akan memanfaatkan dengan baik event tersebut, masukan–masukan terbaik yang disampaikan melalui perwakilan yang hadir nantinya, tentu akan membuat IATCA semakin jaya dan membanggakan Indonesia. Terima kasih atas perhatiannya, wassalamualaikum wr wb. Bravo IATCA, Let’s do it. Suwandi, SH Ketua Umum IATCA
3
| Sambutan
Note from Desk Control W
aktu berjalan tanpa terasa, disadari atau tidak saat majalah ini berada di tangan pembaca, kwartal kedua di tahun 2019 telah menyongsong kita.
A
pril 2019 adalah bulan istimewa bagi bangsa Indonesia dan Anggota IATCA, di bulan ini kita akan merayakan pesta demokrasi Pemilihan Anggota Legislatif dan Pemilihan Presiden ke-8 Indonesia. Begitu juga dengan anggota IATCA yang akan melakukan perhelatan Musyawarah Nasional ke-7 sebagai forum musyawarah tertinggi organisasi yang dilakukan setiap tiga tahun sekali untuk menentukan program kerja organisasi serta memilih Ketua Umum IATCA.
A
pril 2019 juga begitu istimewa bagi IATCA karena pada bulan ini Majalah Indonesia Controller telah memasuki tahun kedua di edisi ke-5 ini. Satu tahun sudah Majalah Indonesia Controller mengiringi langkah IATCA. Majalah ini adalah mimpi yang menjadi nyata setelah sekian lama keinginan yang tersimpan dapat diwujudkan, semua ini karena partisipasi anggota dalam membesarkan IATCA.
B
eberapa artikel yang disajikan pada edisi ke-5 ini akan menambah khasanah pengetahuan kita, mulai dari teknologi penerbangan, kisah dibalik terciptanya logo AirNav Indonesia, mengenal pencipta Mars dan Hymne IATCA, memberikan motivasi, cerita tentang aggota yang pertama kali bertugas, informasi seputar DPC, sampai dengan tips menghadapi IELP test yang rutin dilakukan oleh Air Traffic Controller Indonesia.
K
egembiraan mendalam dirasakan oleh Team Redaktur, dari artikel yang disajikan pada edisi ke-5 ini beberapa diantaranya ditulis oleh anggota IATCA dari berbagai DPC IATCA di Indonesia. semoga pada edisi berikutnya semakin banyak anggota yang mengirimkan tulisan-tulisannya.
A
khir kata, selamat membaca, kritik dan saran selalu kami terima dengan hati terbuka.
Bravo IATCA, Lets Do It Team Redaktur
â– cover by Bambang Gilang Ramadhan
PENANGGUNG JAWAB
Ketua Umum IATCA
PEMIMPIN REDAKSI
Kabid Humas dan Publikasi DPP IATCA
REDAKTUR
Sekretariat DPP IATCA Setio Anggoro, Ulul Azmi, Ahmad Izazi Dheny Purwo
PHOTOGRAPHER
@Adam Septian27, Andi Irdiansyah, Ahmad Affandi, Dimas A. Wicaksono, Elvan Rizky Ramadhan, Lalu Agung Samudera, Merdi T. Uriko, Mohamad Romy
EDITOR
Sekretariat DPP IATCA Humas dan Publikasi DPP IATCA
LAYOUT / DESIGN
Ahmad Izazi, Putu Dipa Sanjaya
KRITIK DAN SARAN redaksi@iatca.or.id redaksi.iatca@gmail.com
KONTRIBUTOR
Abdul Muthalib, Andi Irdiansyah, Deny Purwo, Dwi Lestari Herroejanto Setijoso, Heru Legowo, Jimmy William Lili Robianti, Linda Chandler, Muhammad Sulton Moh. Bambang Gilang Ramadhan, Moh. Romy Resa Arga Santosa, Riza D Januar, Rizky Auditama Rizwan Noor Hasfrian, Suryanto Pong, Ichyu Mamiyana
ALAMAT REDAKSI, SIRKULASI & PEMESANAN
Sekretariat DPP IATCA MER Building Lt. 2 Kantor Pusat AirNav Indonesia Jl. Ir. H. Juanda No. 1 Tangerang Telp. 0813-1888-2907
Redaksi menerima tulisan atau naskah dalam bentuk MS Word atau PDF yang dikirimkan melalui email di atas Redaksi mempunyai hak untuk mengedit tulisan yang diterima tanpa merubah substansi tulisan
4
Edisi 5 | April 2019 | Indonesia Controller
Daftar Isi
APRIL 2019 - EDISI 5
COVER STORY 38
Munas 7 IATCA
SAMBUTAN 3 4
Sambutan Ketua Umum Note from Desk Control
NOTAM 6
9
Sikap waspada dan arief bijaksana
INITIAL CONTACT 9 52
ILAGA-Penjaga Langit di Timur Indonesia Merauke Jauh ?
TEKNOLOGI 12 15 36
ATS Interfacility Data Communication Ground Base Augmentation Satellite Electronic Strip
REFRESHING 29 46 54 56
IELP - Is It Nightmare ? What is Just Culture ? Melahirkan Expert Baru di Bidang Pan Ops Point Merge System
75
TRUE HISTORY 18
Mus Mursito Mengenal Pencipta Mars & Hymne IATCA 21 Rekam Ulang Mars & Hymne IATCA 24 Mengungkap Misteri Logo AirNav Indonesia
JOY FLIGHT 32
ICRB - Indonesia’s Controller Rock Band
HOLDING POINT 42 64 73 76
One Year This Year Batik IATCA Keliling Indonesia IATCA & UNHAS gelar Seminar IATCA Peduli Sentani
VICINITY AERODROME 60 62 72
ATC Bali Mengenal Bandara di Utara Kalimantan Koperasi ATC Makassar
64 32
ORGANISASI 66 68 69 70 71
Bukan Sekedar Muscab Yusak A. Kowari Bagus Untuk Palu Semangat Baru IATCA Bandung Akhmad Nasukha Nahkoda Baru
INITIAL FIX POINT 74
Education is a Golden Ticket
6
BACK TO BARRACK 75 78
Siti Chotidjah Reuni PLLU 51
Indonesia Controller | April 2019 | Edisi 5
5
| NOTAM - Notice from Aminarno
Sikap Waspada dan Arief Bijaksana
Untuk majalah Controller edisi ini, sengaja penulis mengambil judul di atas sebab masa-masa awal tahun 2019 ini yang juga sering disebut sebagai tahun politik terkait dengan Pemilihan Presiden, anggota legislatif dan anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) pada bulan April 2019 yang akan datang, muncul situasi dan/atau kondisi kemasyarakatan di negara kita yang riuh rendah penuh dengan ketidak pastian, kesimpang siuran, pertentangan, permusuhan dan informasi palsu (hoax) yang diciptakan oleh orang-orang yang mencari pengaruh atau pengikut sehingga bisa menjadi benih-benih persengketaan diantara warga masyarakat. Tata kehidupan di dunia ini ditandai oleh banyak proses yang tidak pernah berakhir, tiga diantaranya adalah selalu ada proses (1) Pergantian; (2) Perubahan dan (3) Siklus yang terus menerus bergulir. Proses-proses tersebut senantiasa menghasilkan sesuatu yang bersifat dikotomis yaitu menghasilkan dua kutub atau paham yang saling berlawanan dan sulit untuk disatukan atau dipadukan (diintegrasikan).
PERGANTIAN Pergantian merupakan kodratullah dalam arti di dunia ini apa saja atau siapa saja (dalam konteks makhluk hidup) selalu mengalami pergantian. Tugas, tanggung jawab, jabatan, tempat tinggal ataupun amanah yang diberikan oleh Allah kepada makhlukNYA akan selalu silih berganti. Penulis mulai dari awal tahun 1900-an misalnya : tugas, tanggung jawab, jabatan, tempat tinggal ataupun amanah yang saat ini kita pegang atau emban, dipegang atau diemban oleh generasi kakek/nenek kita. Setelah kakek-nenek meninggal dunia digantikan oleh generasi orang tua kita dan setelah orang tua kita meninggal sekarang giliran generasi kita memegang atau mengemban tugas, tanggung jawab, jabatan, tempat tinggal ataupun amanah yang diwariskan oleh pendahulu kita dan ........suatu saat nanti kita mau tidak mau atau suka tidak suka harus menyerahkan tugas, tanggung jawab, jabatan, tempat tinggal ataupun amanah tersebut kepada generasi selanjutnya. Proses tersebut terus bergulir sampai tiba saatnya hari kiamat nanti. Jadi proses pergantian adalah hal yang mutlak mesti ada dan harus kita terima sebagai suatu yang wajar, oleh karenanya janganlah kita sebagai manusia yang berakal alergi dan merasa keberatan adanya proses pergantian. Seperti yang penulis sampaikan di atas, hasil dari pergantian bisa bersifat dikotomis yaitu ada yang menerima, setuju, senang atau bahagia dan ada juga yang sebaliknya menolak, tidak setuju, tidak senang atau tidak bahagia. Jika kebetulan kita berada pada kutub yang menolak, tidak setuju, tidak senang atau tidak bahagia janganlah kemudian kita menyalahkan pihak lain dan membenarkan diri sendiri sebab kebenaran mutlak dan sempurna hanyalah dari Allah Tuhan yang Maha Esa dan Maha Kuasa. Di sinilah diperlukan sikap yang arief dan bijaksana dengan cara tetap mensyukuri nikmat Allah dan waspada terhadap hal-hal negatif yang timbul sebagai akibat adanya pergantian tersebut. Namun yang pasti adalah harapan kita, apapun bentuk dan proses pergantian yang terjadi, proses pergantian tersebut berjalan mulus dan hasilnya memberikan manfaat sebesarbesarnya bagi kita semua.
6
Edisi 5 | April 2019 | Indonesia Controller
NOTAM - Notice from Aminarno
|
SIKLUS Sama seperti kedua hal tersebut di atas, siklus yaitu putaran waktu yang di dalamnya terdapat rangkaian kejadian yang berulang-ulang secara tetap dan teratur juga merupakan kodratulah. Seluruh gejala alamiah di dunia ini juga mengalami siklus sesuai dengan jenis, sifat dan karakter masing-masing benda di dunia. Siklus bisa terjadi pada kondisi fisik seseorang dan bisa pula terjadi pada lingkungannya (termasuk bermasyarakat dan bernegara). Oleh karena siklus tidak bisa dihindari, maka diperlukan kearifan dan kewaspadaan di dalam mengelola siklus yang terjadi sehingga tidak merugikan baik terhadap diri sendiri, kepada orang lain maupun terhadap lingkungan. Sekali lagi kita harus menggunakan akal sehat di dalam menghadapi siklus yang terjadi sehingga hal-hal yang tidak diinginkan bisa kita hindari.
PERUBAHAN
Sama dengan pergantian, perubahan juga merupakan kodratullah. Perubahan adalah proses dari tidak ada menjadi ada, kemudian berubah (berkembang atau bertransformasi atau metamorfosa) menjadi bentuk lain dan pada akhirnya menjadi tidak ada. Seluruh aspek kehidupan di dunia senantiasa mengalami perubahan. Baik buruknya arah perubahan di samping atas seizin Allah, juga atas upaya manusia yang merupakan makhluk ciptaan Allah yang paling mulia (mempunyai akal). Situasi dan kondisi kelompok terkecil (keluarga) sampai kelompok besar (negara) bahkan kelompok terbesar (dunia) senantiasa berubah dari satu masa ke masa berikutnya. Kita tidak bisa menolak perubahan namun juga tidak boleh serta merta larut mengikuti perubahan tanpa disaring manfaat dan mudharatnya. Oleh karena itu sebagai makhluk yang berakal diharapkan perubahan yang ada dapat direkayasa sedemikian rupa sehingga dapat memberikan manfaat sebesarnya untuk diri dan lingkungannya dalam arti yang luas.
Indonesia Controller | April 2019 | Edisi 5‌
Semester pertama tahun 2019 ini kita sedang dan akan mengalami ketiga fenomena di atas yaitu (1) pergantian pemerintahan (kalau memang dikehendaki rakyat dan diridlai oleh Allah), pergantian anggota legislatif mulai dari tingkat pusat sampai ke daerah dan pergantian anggota DPD (Dewan Perwakilan Daerah; (2) perubahan personil dan jumlah personil dapat dipastikan terjadi perubahan bermasyarakat dan bernegara sesuai dengan situasi, kondisi, selera dan aspirasi yang berkembang nanti dan (3) siklus 5-tahunan yang sesuai dengan undang-undang harus dilakukan yaitu pergantian dan perubahan tersebut.
7
| NOTAM - Notice from Aminarno
PENGABDIAN Setelah menguraikan tentang pergantian, perubahan dan siklus, lebih lanjut penulis ingin menyampaikan mengenai pengabdian. Manusia adalah makhluk sosial. Sejak mulai proses kelahiran kemudian menjadi bayi kemudian menjadi anak-anak selanjutnya menjadi remaja-dewasa dan sampai ajal menjemput, seorang manusia tidak bisa mengerjakan atau memenuhi kebutuhannya sendiri. Senantiasa diperlukan tangan-tangan orang lain untuk memenuhi kebutuhan hidup seseorang. Manusia diciptakan oleh Allah semata-mata adalah untuk beribadah kepada-NYA (QS. Adz-Dzaariyaat : 56). Dalam bahasa Jawa (yang sudah dijadikan bahasa Indonesia) dikenal istilah abdi yang berarti orang bawahan, hamba atau pelayan. Oleh karena itulah sebagai makhluk sosial dan sekaligus sebagai makhluk ciptaan Allah memiliki kewajiban yaitu beribadah kepada Allah (habluminallah) dan mengabdi kepada keluarga, masyarakat, bangsa dan negara (habluminanas).
IATCA BERSIFAT NON GOLONGAN/ POLITIK IATCA DIHARAPKAN TIDAK AKAN TERBAWA OLEH ARUS YANG MEMBAWA ORGANISASI UNTUK DUKUNGMENDUKUNG SALAH SATU ORGANISASI POLITIK. Perbedaan adalah rahmat dan bersatu tidak berarti harus sama atau seragam. Kalau semua yang di dunia ini sama atau seragam, dunia akan menjadi hambar dan membosankan. Sebaliknya perbedaan menjadikan romantika kehidupan menjadi lebih variatif, lebih dinamis dan lebih indah. Perbedaan menjadikan setiap gerak langkah akan berjalan dengan selaras, serasi dan seimbang. Sebagai contoh, sepatu kiri bentuknya berbeda dengan sepatu kanan. Setelah dipakai maka melangkahpun harus secara bergantian antara kaki kiri dan kaki kanan kalau tidak mau jatuh atau terseok-seok. Demikian pula ayunan tangan kalau sedang berjalan maka ayunan tangan kanan ke depan bersamaan dengan ayunan kaki kiri ke depan (bukan kaki kanan). Dengan ilustrasi ini penulis ingin menyampaikan pesan bahwa perbedaan adalah suatu yang biasa justru memberikan kenyamanan, keselarasan dan keseimbangan. Janganlah perbedaan menyebabkan terjadinya perpecahan/perselisihan antar anggota keluarga, antar teman dan antar golongan.
Pengabdian (menurut KBBI) adalah proses, cara, perbuatan mengabdi atau mengabdikan diri. Pengabdian yang baik dan benar adalah pengabdian yang dilakukan secara tulus, ikhlas dan tanpa pamrih (maksud yang tersembunyi dalam memenuhi keinginan untuk memperoleh keuntungan pribadi) serta mempunyai nilai ibadah. Dengan pengabdian baik dan benar tersebut maka Insya Allah akan senantiasa memperoleh berkah Pada kesempatan ini, izinkan saya mengutip kembali postingan dari Allah swt. saya pada facebook sebagai himbauan kepada kita semua : IATCA - sesuai dengan Pasal 5 Anggaran Dasar IATCA, Allah Maha Penentu. adalah satu-satunya organisasi profesi Pemandu Lalu Lintas Siapa pun pemenangnya adalah atas kehendak Allah semata. Penerbangan di Indonesia yang bersifat non golongan/politik Siapa pun pemenangnya kita tetap sebagai rakyat biasa. di mana salah satu tujuannya adalah menunjang terciptanya Oleh karena itu marilah kita : keselamatan, kelancaran, keteraturan dan efisiensi penerbangan. - senantiasa berprasangka baik; Dengan pernyataan yang tegas ini, maka IATCA diharapkan tidak - berpikir positif untuk kebaikan; akan terbawa oleh arus yang membawa organisasi untuk dukung- - berucap hal-hal yang baik, positif dan penuh optimis; mendukung salah satu organisasi politik. IATCA mengabdi - berharap dan berdoa kepada Allah semoga semuanya berjalan baik untuk kebaikan kita semua; untuk kepentingan masyarakat dan kepada negara, oleh karena Kalau tidak bisa melakukan hal di atas, lebih baik merenung itu penulis sebagai Ketua Dewan Kehormatan Profesi IATCA (Silence is golden). berpesan dengan sungguh-sungguh kepada seluruh anggota IATCA untuk senantiasa menjaga kesatuan dan persatuan antar Wassalam
anggota IATCA dan antara anggota IATCA dengan organisasi profesi penerbangan lainnya. Masing-masing anggota bebas Marilah kita rayakan pesta demokrasi nanti dengan suka cita menentukan pilihannya tanpa harus membawa-bawa organisasi dan damai sejahtera. Semoga Allah senantiasa memberikan bimbingan dan petunjuk kepada kita semua. Amiin. profesi IATCA. Bravo IATCA. Let’s do it.
8
Edisi 5 | April 2019 | Indonesia Controller
| Initial Contact
ILAGA
PENJAGA LANGIT DI TIMUR INDONESIA
Bahkan mata ini tak menyaksikan bangunan tinggi bernama TOWER kebanggaan para Air TraďŹƒc Controller, yang selama ini saya idamidamkan.
IndonesiaController Controller| |April April2019 2019| |Edisi Edisi 55 Indonesia
9
|
Initial Contact
“
Tanah papua tanah yang kaya, surga kecil jatuh ke bumi, seluas tanah sebanyak madu, adalah harta harapan menyusuri jalan setapak, menuju tempat kerja stasiun pengisian bahan bakar umum Pertamina
Kutipan lirik lagu yang dipopulerkan oleh Edo Kondologit itu sudah akrab di telinga kita semua. Menceritakan tentang keindahan alam Papua yang tiada duanya. Lagu tersebut seketika terngiang ketika saya mendapatkan lokasi tugas di Ilaga Papua, membawa secercah harapan bahwa tanah Papua tidak sesuram yang saya bayangkan. Pada tanggal 1 Desember 2015, pertama kali dalam hidup, saya bersama lima rekan calon karyawan AirNav Indonesia lainnya menginjakkan kaki di pulau paling timur Negara Indonesia tercinta, tepatnya di Kota Nabire. Sebulan lamanya kami tertahan di Nabire, dikarenakan alasan keamanan di Ilaga yang kurang kondusif. Sebuah kondisi yang menguji ketangguhan mental kami . Satu bulan kemudian, kami tiba di tempat antah berantah bernama Ilaga. Seketika itu kami miris menyaksikan keadaan di sana, tidak ada fasilitas-fasilitas yang umumnya dimiliki oleh sebuah bandara. Hanya ada pesawat yang kami tumpangi, landasan aspal pendek yang tak bermarka, dan tanah lapang yang hanya muat untuk satu pesawat caravan. Bahkan mata ini tak menyaksikan bangunan tinggi bernama tower kebanggaan para Air Traffic Controller, yang selama ini saya idam-idamkan. Tempat ini tidak lebih baik dari pada terminal angkutan pedesaan yang tidak terawat. Di tengah keraguan, muncul sosok PIC Bandara Ilaga, yang telah bertahun-tahun bertugas sebagai Aeronautical Communication Officer di Ilaga, mengangkat moral kami dan membantu kami beradaptasi di tempat yang menurut orang-orang tak terdapat di peta. Awalnya tidak mudah bagi kami berenam, hidup jauh dari hingar bingar perkotaan. Hidup di tempat yang berada di ketinggian 7500 feet DPL, memiliki suhu rata-rata 13°C, dan hanya mengandalkan hujan sebagai sumber air sungguh menguji ketahanan mental. Sudah cukup terbayang bagaimana kami hidup? Belum berhenti di sana, Ilaga merupakan Kabupaten dengan biaya hidup tertinggi. Bensin per liter normalnya bisa didapatkan dengan harga Rp 8.000 di Ilaga kami harus membayarnya dengan harga Rp 50.000. Jika harga BBM saja hampir tujuh kali lipat, bisa dibayangkan berapa harga bahan makanan di sana? Tantangan berikutnya, yang paling besar adalah terkait kondisi keamanan Ilaga yang tidak kondusif pada periode waktu tertentu. Hanya di Ilaga, sepulang berdinas kami disuguhi pemandangan baku tembak antara OPM dan anggota TNI sehingga tidak jarang kami harus dikawal oleh aparat TNI dan Polri selama menjalankan tugas.
10
Edisi 5 | April 2019 | Indonesia Controller
Initial Contact
|
“
KebahagiaAn tergantung pada apa yang dapat anda berikan, bukan apa yang anda peroleh - MOHANDAS GANDHI -
■ Bayu Febri (Ka. Unit Ilaga), M. Sulton (ATC), Eman Swagita (Telnav), Pibi Mantara (ACO), Riefaldi Algastian (TLB), Gilbert Imanuel ACO)
■ M. Sulton, Inspeksi runway sebelum bertugas
Sudah cukup sepertinya mengeluhkan keadaan di sana. Saya kemudian mengubah kecemasan menjadi tantangan untuk ditaklukkan. Mohandas Ghandi mengatakan, ”Kebahagian tergantung pada apa yang dapat anda berikan, bukan apa yang anda peroleh”. Semangat itulah yang membangkitkan kami, sedikit demi sedikit menorehkan karya untuk kemajuan penerbangan di Ilaga. Pekerjaan dari mulai mengecat runway, menertibkan
■ Honai- rumah asli Papua
flight plan, memberikan informasi cuaca kepada pilot dan maskapai, hingga melaporkan dokumen penerbangan kami lakukan dengan keterbatasan yang ada. Tanpa ada fasilitas pendukung seperti BMKG dan juga jaringan signal yang memadai. Sekarang ketika saya sudah tidak lagi di sana ada rasa bangga dalam dada. Bangga pernah menjadi penjaga langit timur Indonesia , bangga menjadi bagian dari Airnav Indonesia, dan bangga dengan mimpi besar yang selalu akan saya ukir bersama ribuan penjaga keselamatan udara. Jayalah selalu Airnav Indonesia!
Muhammad Sulton - 159404201315M
Laskar Ilaga-Penjaga langit timur Indonesia Di ujung Runway 25 Surga kecil yang jatuh ke bumi, tanah yang akan selalu di rindu
Indonesia Controller | April 2019 | Edisi 5
11
| Teknologi
ATS Interfacility Data Communication
(aidc) ABSTRACT Air Traffic Controller sebagai ujung tombak pelayanan ATS di Indonesia saat ini dihadapkan dengan peningkatan workload seiring dengan meningkatnya jumlah traffic di hampir semua bandara di Indonesia. Workload ATC yang meningkat pada akhirnya akan meningkatkan potensi hazard bagi dunia penerbangan. Beban kerja yang tinggi di profesi Air Traffic Controller secara umum terdiri dari ; coordination task, flight data management task, planning task, communication task, dan scanning task. Berbagai penemuan teknologi, system dan prosedur baru sudah diterapkan di beberapa negara dalam rangka untuk mengurangi beban kerja ATC. AIDC salah satu dari beberapa prosedur yang saat ini di rekomendasikan oleh ICAO untuk diimplementasikan di seluruh negara dalam rangka menurunkan workload ATC khususnya yang berhubungan dengan workload koordinasi. by Pong-Balikpapan Email pongatc@gmail.com
Yuuk kita coba mengenali apa itu AIDC Coordination Task adalah salah satu dari beban kerja seorang Air traffic controller, salah satu coordination task diantaranya adalah beban ATC dalam hal: a. Request level b. Transfer estimate c. Receive estimate d. Transfer last position information e. Receive last position information f. Inform other information relating traffic, weather, etc
12
Saat ini koordinasi yang dilakukan oleh ATS unit satu dengan adjacent unit lainnya rata rata dilakukan dengan voice /menggunakan sambungan telpon atau DS (Direct Speech) Sehingga sering memakan waktu lama dan sering menimbulkan kesalahan hearback terhadap penerimaan informasi data, hal tersebut kadang menyebabkan terjadinya BOC (break down of Coordination) yang disebabkan oleh kesalahpahaman terhadap proses pengiriman data dan penerimaan data. Pertukaran data terkait data penerbangan saat ini sudah bisa dilakukan dengan pertukaran data dengan menggunakan system yang dinamakan AIDC (ATS Interfacility Data Communication). Umumnya AIDC diimplementasikan antara ACC ke ACC yang bersebelahan atau dari FIR satu ke FIR lainnya. AIDC biasa digunakan di Asia Pacific dan di Eropa pertukaran data penerbangan dikenal dengan istilah OLDI. Walaupun memiliki nama berbeda, akan tetapi metode ini dipertukarkan dengan konsep
yang sama yaitu dengan pertukaran data melalui ATS message yang diolah di ATM system sehingga bisa tampil di HMI controller sesuai dengan phase penerbangan nya. Dengan adanya implementasi AIDC, diharapkan terjadi penurunan workload ATC karena beban kerja koordinasi dengan media telpon atau Direct Speech bisa dihilangkan dengan menggantinya melalui koordinasi dengan data yang langsung muncul di HMI masing masing Controller. Koordinasi dengan data ini bisa mengurangi kesalahpahaman mengenai kesalahan readback/hearback antara 2 unit. Data yang dipertukarkan lebih akurat dan memudahkan controller dalam memprediksi traffic, memiliki waktu lebih untuk resolving traffic, memberikan pelayanan terhadap pilot request, waktu scanning yang lebih banyak dan lebih memberikan waktu kepada controller untuk melakukan pekerjaan lainnya dalam memberikan pelayanan ATS yang lebih baik.
Edisi 5 | April 2019 | Indonesia Controller
Teknologi
|
Sekarang kita coba diskusi sedikit ya... Penerapan AIDC, persyaratan, kemapuan dan panduan isi berita AIDC diatur lengkap dalam dokumen ICAO ICD for AIDC version 3, September 2007. Program AIDC masuk di dalam mandatory program ICAO dan termaktub didalam dokumen ASBU ICAO yaitu dalam peningkatan koordinasi antar ATS unit yang berbasis komunikasi Data. Di dalam dokumen ICAO tersebut diatur berita apa saja yang dipertukarkan, prosedur yang harus di laksanakan, persyaratan apa di ATM system yang harus dilengkapi, training terhadap SDM yang berhubungan dengan pertukaran data, serta contingency plan jika terjadi kegagalan AIDC. • AIDC phase of Flight : Phase penerbangan yang dipertukarkan datanya oleh AIDC yaitu meliputi ; a. Notification Phase Phase ini adalah phase dimana kedua system yang akan melakukan pertukaran data dalam rangka konfirmasi apakah receiving unit telah menerima data FPL dan siap untuk melanjutkan ke tahapan koordinasi selanjutnya. Dalam phase ini , data yang dipertukarkan adalah berita ABI (advance boundary Information). b. Coordination Phase Phase ini adalah phase dimana kedua system akan melakukan pengiriman estimate terhadap flight yang akan masuk dari transferring unit ke receiving unit. Berita yang dipertukarkan adalah berita estimate di boundary point beserta levelnya. Dalam phase ini , data yang dipertukarkan adalah berita EST (estimate message) dan PAC (Pre activation message) c. Transfer of Control Phase Phase ini adalah phase dimana kedua system akan melakukan pertukaran berita berupa handoff procedure . dimana transferring unit siap melakukan transfer of control terhadap traffic yang akan masuk ke receiving unit . Saat transferring unit melakukan pengiriman berita TOC (transfer of control message) , maka receiving unit akan mengirim berita berupa AOC (Acceptance of Control message). Proses pengiriman berita ini akan tampil di HMI controller dengan blinking traffic yang mengindikasikan hand off procedure dari transferring unit ke receiving unit.
AIDC Networking diagram Berita AIDC message tidak hanya itu saja, secara lengkap berita berita AIDC message terdiri dari : ABI, EST, PAC, ACP, REJ, CDN, MAC, TOC, AOC, LAM, LRM etc. • APPLICATION RESPONSE MESSAGE Setiap berita AIDC yang dikirim oleh transferring unit wajib mendapat respon atau jawaban dari receiving unit . artinya , setiap berita AIDC yang dikirim oleh ATM system A, ditujukan oleh ATM system B, jadi setiap berita yang dikirimkan wajib mendapatkan notifikasi apakah sudah diterima atau tidak. Di dalam pertukaran berita AIDC , setiap berita yang dikirim oleh transferring unit wajib dijawab dengan LAM atau LRM oleh receiving unit. LAM (Logical Acknoledgement message) adalah berita yang dikirimkan oleh Receiving Unit jika berita tersebut benar dan diterima oleh penerima. LRM (Logical Acknowledgement message) adalah berita yang dikirimkan oleh receiving unit jika berita tersebut tidak benar atau terdapat kesalahan format di FPL atau di berita selanjutnya. Semua AIDC message wajib di respon dengan LAM atau LRM , kecuali LAM atau LRM itu sendiri.
F
AIDC Flight State Diagram AIDC Message contain
Indonesia Controller | April 2019 | Edisi 5
13
| Teknologi • MESSAGE HANDLING DAN ADAPTATION Berita berita AIDC perlu ditangani dengan benar oleh user. Pemahaman Controller harus sama terhadap berita AIDC yang dipertukarkan oleh ATM system. Termasuk konsekuensi terhadap perubahan perubahan yang terjadi terhadap Fligh Data, karena setiap berita AIDC akan otomatis mengupdate Flight Data di ATM system. Selain itu beberapa AIDC message bisa dikirim otomatis oleh ATM System dan juga bisa di atur di parameter ATM system untuk dikirim manual oleh user. Oleh karena itu pemahaman dan penanganan berita AIDC message harus disiapkan sesuai dengan kemampuan ATM system dan juga kebutuhan ATC. Respon terhadap berita AIDC yang diterima oleh ATM system harus muncul dan tersaji di HMI controller dengan jelas. Indikasi ini menunjukkan berita AIDC yang sukses diterima ataupun yang gagal. Untuk berita AIDC yang gagal diterima maka prosedur koordinasi manual dengan telpon / Direct Speech harus segera diterapkan. • AKURASI FPL Pertukaran berita AIDC sangat tergantung dengan ketersedian FPL di kedua ATS Unit yang melakukan koordinasi dengan AIDC . Jika FPL di kedua unit tidak tersedia , atau tersedia tetapi terdapat kesalahan maka AIDC tidak akan bisa dilangsungkan .Dari pengamatan implementasi AIDC di beberapa bandara, beberapa kasus yang menyebabkan munculnya berita LRM ( berita yang tidak bisa diproses oleh ATM system ) diantaranya adalah : a. Duplicate FPL b. Kesalahan isi FPL c. Ketidak tersediaan FPL d. Kesalahan format FPL
Parameter Setting (LOCA) Terus..... Bagaimana dengan AIDC di Indonesia ? Perkembangan Implementasi di Indonesia saat ini sudah jauh meningkat dibanding beberapa tahun yang lalu. Beberapa Bandara sudah menerapkan AIDC ini, sementara bandara yang lain masih dalam tahap perencanaan, testing dan persiapan menuju ke AIDC Coordination. Program AIDC saat ini sudah di laksanakan dengan baik dan Indonesia pernah menjadi host Task Force AIDC untuk ICAO regional Asia Pacific yang waktu itu meeting dilaksanakan di MATSC.
• TRAINING Sebelum AIDC diimplementasikan disuatu ATS unit , sangat Program AIDC yang sudah terimplementasi saat ini diantaranya a. UPG ACC dengan Brisbane ACC penting dilaksanakan beberapa hal diantaranya : b. UPG ACC dengan Balikpapan TMA a. Training ke ATC tentang basic prosedur AIDC, error message, c. UPG ACC dengan Bali TMA parameter yang dipakai dalam pertukaran AIDC, dan SOP dalam d. UPG ACC dengan Surabaya TMA e. Bali TMA dengan Surabaya TMA menghandle message AIDC yang mucul di HMI ATM system b. Training ke personil FDO tentang AIDC message error serta Jadi, Kesimpulannya adalah.. management FPL serta database management Training. c. Trainng kepada ATC system Specialist dan Automation system Technician tentang kemampuan ATM system serta setting Workload ATC yang tinggi saat ini bisa dikurangi dengan implementasi AIDC. Koordinasi yang biasanya dilakukan parameter AIDC yang akan diimplementasikan dengan voice bisa digantikan dengan koordinasi dengan data. Program peningkatan pelayanan ATS harus dikaji ulang dengan • LETTER OF AGREEMENT Sebelum dilaksanakan implementasi AIDC , seharusnya kedua mempertimbangkan workload ATC. ATS unit melakukan amandement dokumen AIDC terkait dengan hal hal yang penting dalam penerapan AIDC , karena dengan adanya implementasi AIDC , maka akan menggantikan koordinasi dari voice ke data. Beberapa hal yang berhubungan dengan perubahan item di LOCA diantaranya adalah : a. Rute dan Coordination point ( COP ) b. Accountability dan re use timer c. Berita AIDC yang akan dipertukarkan d. Hal hal terkait kegagalan AIDC dan prosedur recoverynya e. Variable setting parameter untuk pertukaran berita.
14
Implementasi AIDC harus segera menjadi priortitas di Indonesia karena sangat berguna bagi peningkatan pelayanan ATS. Peremajaan ATM system yang berkemampuan AIDC sangat dibutuhkan untuk menunjang program ini. Selain itu training kepada ATC serta program job visit ke ATS unit yang sudah menerapkan AIDC perlu dilaksanakan untuk memberikan gambaran yang lebih nyata bagi ATC yang belum menerapkan AIDC di ATS unit nya. Sampai bertemu di Artikel selanjutnya...
Edisi 5 | April 2019 | Indonesia Controller
Teknologi
|
Ground Base Augmentation Satellite
GBAS
PENGETAHUAN DASAR GBAS APPROACH. Era Navigasi Udara dengan Satelit. Keberhasilan navigasi udara dari tempat pemberangkatan hingga tujuan penerbangan dengan tanpa melanggar peraturan penerbangan, serta tanpa mengabaikan keselamatan penerbangan tentunya tidak lepas antara lain instrumen terbang dan peralatan darat. Kini bernavigasi udara tidak hanya mengandalkan kepada alat bantu navigasi darat ( NDB, VOR, ILS ), bahkan pesawat udara dapat bernavigasi sendiri tanpa alat bantu dari luar pesawat udara (self contined navigation / Inertial Navigation) dan navigasi udarapun saat ini dengan satelit. Pesawat udara komersial generasi sekarang sebagai alat bantu navigasi dengan satelite, sementara metoda lain sebagai cadangan. Tehnologi Navigasi Udara Satelit. Sejumlah satelit berada di dirgantara mengelilingi bumi pada berada disekitar 20 000 KM dari permukaan Bumi. Satelit2 tersebut sebagai sistem untuk menentukan letak dipermukaan bumi dengan bantuan penyelarasan sinyal satelit. Untuk dapat bernavigasi udara satelit diperlukan alat khusus penerima sinyal satelit ( Satelite Receiver ), yang menghitung posisi dengan akurat dari sinyal yang dikirim satelit diatas Bumi. Setiap satelit secara kontinyu mengirimkan pesan yang berisi: • Waktu dari Navigation Message (pesan) dikirimkan dan • Posisi satelit ketika Navigation Message (pesan) dikirimkan.
Herroejanto Setijoso lulus sebagai Air Traffic Controller Angkatan 5 (JATC V) dari PLP Curug pada tahun 1973. ditugaskan pertama kali di Makassar pada tahun 1973-1976, Instruktur Diklat Curug 1976-1990, berkarier di Garuda Indonesia Airways 1990-2007 dan saat ini masih mengajar pada beberapa lembaga pendidikan penerbangan di Indonesia
Indonesia Controller | April 2019 | Edisi 5
15
| Teknologi
Ground Based Augmentation Satellite (GBAS). GBAS adalah suatu system untuk menerima sinyal Navigasi Udara Global (Global Navigation Satellite System) di darat. GBAS terdiri dari beberapa fasilitas:
•Stasiun Penerima
Yang berfungsi untuk menerima sinyal dari satelit dan sebagai pedoman posisi. •Prosesor Sistem Prosesor yang bertugas menjalankan program2 yang telah ditentukan •Pemancar Pemancar yang memancar hasil kerja Prosesor Sistem ke pesawat udara. •VHF Data Link Yang menghubungkan antara Pemancar dengan GBAS Landing System (GLS). •GBAS Landing System (GLS) Flight instrument di pesawat udara. Sistem Operasi. GBAS adalah satu penggunaan Global Navigation System Satellites (GNSS) yang dipergunakan terutama untuk precision approach seperti yang sekarang ini ditemui dengan ILS. Posisi terhadap Bumi akan dilihat (dalam pancaran gelombang radio) oleh 3 atau 4 satelit (bisa lebih) terus menerus (integrity) yang memberikan posisi yang presisi (tepat). Tujuan utama GBAS memberikan jaminan penerimaan sinyal satelit secara terus menerus (untegrity) dan ketepatan (accurate). Satu GBAS fasilitas darat dapat dipakai untuk untuk beberapa (lebih dari satu) runway. Bahkan pada ILS approach normalnya hanya dari front course, maka pada GBAS back course pun dapat dipakai untuk approach to land bilamana dipandang perlu. Sisi positip penggunaan GBAS. OPERATOR
KEMAMPUAN GBAS (PENGHEMATAN BIAYA OPERASI)
X
X
Lebih stabil dalam bermanuver (peningkatan keselamatan)
X
✓
Dapat menyingkat jalur (jalur dapat berbentuk curva)
X
X
Dapat dipergunakan untuk mencegah kebisingan lingkungan.
X
X
Meningkatkan dalam menentukan sudut pendaratan.
X
X
Dapat dibuat multi touchdown point
✓ ✓
X
Satu GBAS dapat untuk melayani multi-runway
X
Kalibrasi udara tidak sesering dengan penggunaan ILS
Dari Tabel diatas perolehan penghematan biaya Airnav dan Operator akan berbeda. Dari sisi Airnav penghematan biaya yang nyata dari pengadaan dan pengoperasian fasilitas darat dan bagi Operator dapat meningkatan flexsibilitas dalam beroperasi.
16
Keterangan :
AIRNAV
✓ : Memberikan dampak langsung terhadap penghematan biaya. X : Tidak memberikan dampak langsung terhadap penghematan biaya, namun mempunyai dampak positip lain (keselamatan, kenyamanan lingkungan dsb).
Fasilitas darat GBAS Cat. I saat ini sudah implementasikan di beberapa negara seperti Amerika, Australia, China, Jerman, Spanyol dan beberapa negara lain. Bahkan dalam rangka peningkatan pelayanan dan keselamatan penerbangan untuk dapat ditingkatkan menjadi GBAS Cat. II dan Cat. III.
Edisi 5 | April 2019 | Indonesia Controller
Teknologi
|
APLIKASI GBAS.
Menaikan sudut pendaratan 30 - 40
1. Menaikkan sudut pendaratan (glide slope). Menaikkan sudut pendaratan (glide slope), hingga pesawat udara dapat terbang lebih tinggi di approach segment diatas perkotaan, pemukiman dan untuk mengurangi kebisingan lingkungan.
2. Sudut pendaratan (slope) ganda. Tanpa merubah sudut pendaratan, dapat dilakukan dengan sudut pendaratan yang lebih tinggi (tajam) untuk mencegah kebisingan lingkungan.
3. Runway aiming point ganda. Dengan rancangan perbedaan pada saat mendarat (touchdown point), dapat mengurangi dampak turbulensi (wake turbulence) dari pesawat udara yang lebih berat terhadap pesawat udara yang lebih ringan.
4. Transisi dari segmen RNP ke GBAS Approach. Terbang dengan RNP route termasuk untuk radius untuk menuju suatu posisi ( FAF), sangat memungkinkan untuk mengatasi kebisingan lingkungan atau karena adanya halangan (obstacle) untuk menuju segmen approach akhir (final approach segment).
Disadur dari majalah Flight Safety 32 Autum 2015 JAPAN AIRLINES. Penutup. Beberapa negara sudah memulai dengan GBAS Approach bahkan pesawat generasi sekarang sudah dilengkapi dengan instrumen terbang (GLS). GBAS selanjutnya dapat menjadi pilihan dalam rangka peningkatan keselamatan dan efisiensi penerbangan.
Indonesia Controller | April 2019 | Edisi 5
17
| True History
MUS MURSITO
MENGENAL PENCIPTA MARS & HYMNE IATCA
R
apat Kerja Nasional ke 1 IATCA yang dilaksanakan pada bulan April 2007 di Hotel FM7 Tangerang telah menghasilkan dua keputusan fenomenal yang mengiringi langkah organisasi sampai saat ini.
D
elapan tahun setelah IATCA berdiri, organisasi ini akhirnya memiliki Mars dan Hymne IATCA serta yel-yel pembangkit semangat anggota yang selalu kita teriakan dengan kata BRAVO IATCA, LETS DO IT.
18
Edisi 5 | April 2019 | Indonesia Controller
True History
|
MUS MURSITO Pria kelahiran Bandung 01 Desember 1951 ini bukanlah seorang Air Traffic Controller, namun karier pekerjaan yang dijalani sejak awal sampai memasuki masa purna bakti tidak jauh dari dunia penerbangan. Pria yang akrab dipanggil dengan nama Mus Mursito ini memang memulai karier sejak institusi Pusat Pendidikan dan Latihan Perhubungan Udara baru dibentuk yang lokasinya berada di Curug dimana sebelumnya bernama Lembaga Pendidikan Perhubungan Udara (LPPU).
awal pertemuan dengan Handi Budiyoso terjadi tanpa sengaja.
Latar belakang seni secara formal tidak dimilikinya namun talenta yang diberikan oleh Tuhan yang maha kuasa dalam berkesenian membuat dirinya akhirnya terlibat dalam penciptaan Mars dan Hymne Organisasi Profesi Indonesia Air Traffic Controllers Association (IATCA).
Euforia saat itu dimana Bandara Udara Sultan Mahmud Badarudin II adalah bandara modern yang pertama di lingkungan Angkasa Pura II membuat beliau ingin membuat lagu namun tidak tahu harus kemana mencari pencipta lagu.
Dalam penuturan yang disampaikan kepada Team Redaktur saat melakukan pembicaraan lewat telephone beliau mengisahkan bahwa proses pembuatan Mars dan Hymne IATCA terjadi mengalir tanpa suatu halangan yang berarti dan
Tahun 2007 Kantor Cabang PT Angkasa Pura 2 Palembang di daulat oleh Kantor Pusat PT Angkasa Pura 2 untuk menjadi tuan rumah Rapat Kordinasi Teknis. Alexius Kismoyo, Air Traffic Controller lulusan Curug angkatan ke-8 (JATC 8) yang saat itu menjadi Kepala Cabang PT AP 2 Palembang ingin memberikan sambutan yang luar biasa untuk para peserta Rakornis.
Endang Retno Pujiati karyawati AP 2 Palembang (saat ini menjabat sebagai Manajer Perencanaan dan Evaluasi Operasi AirNav Kantor Cabang Palembang) mempertemukan Mus Mursito yang saat itu menjadi karyawan Badan Diklat Penerbangan Palembang
Mus Mursito, bukanlah nama asli beliau, nama yang diberikan sejak lahir adalah Muhamad Mursito. Pada jamannya banyak penyanyi terkenal memakai nama depan MUS seperti Mus Mualim suami dari penyanyi senior Titiek Puspa, Mus Mulyadi yang pernah tergabung dalam Favourite Group, Mus Kawirya seorang seniman musik dari Bali yang salah satu lagunya pernah dibawakan oleh Ernie Johan hingga Mus Mudjiono seorang penyanyi pada tahun 90-an yang juga adik dari Mus Mulyadi sekaligus teman dari beliau. Kagum
Indonesia Controller | April 2019 | Edisi 5
dengan Alexius Kismoyo. Gayungpun bersambut, niat disampaikan dan lagupun tercipta dengan judul “Pesona Bandara”. Lagu yang direkam disalah satu studio lokal di Palembang dikemas dalam satu Compact Disc beserta 11 lagu ciptaan Mus Mursito yang bercerita tentang wisata Palembang untuk dibagikan kepada peserta Rakornis. Mus Mursito yang biasa membantu kegiatan AP 2 Palembang pada setiap kegiatan Hari Ulang Tahun AP 2 untuk menjadi juri utama dalam perlombaan karaoke bertemu dengan Handi Budiyoso untuk pertama kalinya. Keinginan untuk membuat dan menciptakan Mars dan Hymne IATCA disampaikan pada saat itu oleh Handi Budiyoso dan disanggupi oleh Mus Mursito namun karena beliau bukan seorang Air Traffic Controller maka diperlukan literatur tentang organisasi, apakah itu Anggaran Dasar dan Rumah Tangga ataupun peraturan organisasi untuk mencari syair apa yang harus ditampilkan pada Mars dan Hymne yang akan dibuat nanti.
dengan mereka semua dan agar lebih enak didengar maka namanya berganti menjadi Mus Mursito dalam pergaulan di dunia musik karena kalau tetap memakai Muhamad Mursito nanti dikiranya seorang ustadz begitu tuturnya. Kariernya dalam bermusik mendapatkan apresiasi yang sangat besar dari satu yayasan di Jayapura karena salah satu karyanya yang berjudul “Doa Hamba yang Bersyukur” menjadi lagu wajib pendamping lagu “Bagimu Negeri” disetiap kegiatan Universitas Yapis Papua (UNIYAP).
19
| True History Aturan organisasi yang sudah ada tadi kemudian digabungkan dengan literatur tentang tugas-tugas Air Traffic Controler yang didapat dari perpustakaan yang ada di Balai Diklat Penerbangan Palembang. Kata yang diinginkan dan syair yang dibutuhkan telah diciptakan namun nada lagu belum ditemukan. Syair dan kata yang telah tercipta akhirnya disesuaikan dengan chord, nada dan irama sesuai dengan yang diinginkan setelah Handi dan Mus Mursito bertemu secara intens. Kurang lebih 10 hari lamanya, setiap malam Handi dan gitarnya selalu mengunjungi Mus Mursito untuk terus mematangkan Mars dan Hymne hingga akhirnya lagu itu tercipta. Agar lagu ini lebih baik dari segi harmonisasi mereka menemui Riduan Nata (dikenal juga sebagai R. Nata) seorang arranger lokal yang telah dikenal di Palembang. Ketika semuanya dirasa cukup, tanpa menunggu waktu lama lagu direkam di studio lokal dengan alat musik yang sudah dipandang modern pada masa itu. Mus Mursito, Handi Budiyoso, Handaru Wingarto dan Rosyidi (sahabat Handi), menyanyikan Mars dan Hymne IATCA tersebut. Lagu ini akhirnya menjadi Master Mars dan Hymne IATCA yang kemudian dibawa oleh Handi Budiyoso pada Rapat Kerja Nasional ke -1 IATCA. Komisi B yang saat itu dipimpin oleh IGK Susila (tahun 2009-2013 menjadi Ketua Umum IATCA periode ke3) akhirnya sepakat memutuskan lagu usulan dari DPC Palembang menjadi Mars dan Hymne IATCA serta usulan dari DPC Pontianak salam pemberi semangat Bravo IATCA Lets Do It. Mars dan Hymne IATCA ini pertama kali diperdengarkan secara nasional di White Rose Hotel pada tahun 2009 di kegiatan Musyawarah Nasional ke-4 IATCA sampai akhirnya Mars dan Hymne dengan aransemen baru yang kita kenal saat ini diperdengarkan pada Rapat Kerja Nasional ke-8 IATCA pada bulan Februari tahun 2017. DPP IATCA memberikan penghargaan kepada Handi Budiyoso dan mengangkat Mus Mursito menjadi Anggota Kehormatan IATCA.(af)
Pria dengan dua putri ini mengawali karier pekerjaannya sebagai Karyawan pada Pusat Pendidikan dan Pelatihan Perhubungan Udara yang berkedudukan di Curug pada tahun 1975. Di selasela kesibukannya sebagai karyawan Mus Mursito mengisi waktu luangnya dengan menjadi Guru Kesenian di SMP Dirgantara di dalam komplek pendidikan Curug. Tahun 1994 dimutasi ke Balai Diklat Penerbangan Jayapura
20
dan mengambil S1 di Universitas YAPIS. Sempat mempersembahkan lagu “Doa Hamba Yang Bersyukur” untuk almamaternya. Tahun 2001 di mutasi kembali ke Balai Diklat Penerbangan Palembang sampai kemudian memasuki usia purnabakti pada 1 Januari 2010 dan sampai saat ini menetap di Talang Jambe Palembang tidak jauh dari Bandar Udara Sutan Mahmud Badarudin II.
HANDI BUDIYOSO Lulusan dari PLP Curug tahun 1985 (JATC 23) langsung ditempatkan di Palembang sebagai lokasi kerja pertamanya sampai dengan tahun 1998. Sempat bertugas di Jakarta dari tahun 1998-2000 dan kembali bertugas di Palembang sampai saat ini. menjabat sebagi Ketua DPC IATCA Palembang selama 2 periode dari tahun 2004-2010. Beliaulah inisiator terciptanya Mars dan Hymne IATCA. Sejak berdirinya IATCA, dalam Anggaran Rumah Tangganya jelas tercantum bahwa IATCA mempunyai Mars dan Hymne namun sampai dengan Tahun 2007 organisasi ini belum memilikinya. Dengan latar belakang sebagai gitaris yang pernah mengenyam pendidikan musik di Sekolah Musik Yamaha, Handi mencetuskan ide untuk membuat Mars dan Hymne yang selalu didiskusikan dengan teman-teman dari DPC lain namun tidak membuahkan hasil yang memuaskan sampai akhirnya bertemu dengan Mus Mursito. Bagaikan kata pepatah pucuk dicinta ulampun tiba, dua orang yang mempunyai kemampuan bermusik bertemu pertama kalinya tanpa direncanakan, dilanjutkan dengan pertemuan selanjutnya yang intens hingga akhirnya terciptalah Mars dan Hymne IATCA dalam master lagu yang sederhana. Tidak hanya sebagai inisiator tapi Handi juga berperan aktif ikut memberikan masukan dalam menentukan chord, menentukan aransemen dan beberapa koreksi lainnya. Rakernas ke-1 IATCA pada tahun 2007 akhirnya menjadi momentum penting karena pada kegiatan tersebut Mars dan Hymne IATCA yang diusulkan oleh Handi Budiyoso dari DPC Palembang dan Yel-yel “Bravo IATCA Lets Do It” yang diusulkan oleh Ahmad Izazi dari DPC Pontianak diterima oleh peserta Rakernas mengiringi langkah organisasi sampai saat ini. (af)
Edisi 5 | April 2019 | Indonesia Controller
True History
|
Teks - Mohamad Romy Foto - Mohamad Romi, Andi Irdiansyah Achmad, Moh. B. Gilang Ramadhan
Membakar Semangat, Membesarkan jiwa Merekam ulang Mars dan Hymne IATCA Kami keluarga besar ATC Indonesia Sepakat berhimpun dalam IATCA‌ Rahmat Tuhan Sumber kekuatan Dalam menjalani kewajiban‌ Mungkin kita sudah sering mendengar lagu tersebut sejak awal 2017, tapi apakah teman-teman tahu proses aransemen dan rekam ulang Mars dan Hymne IATCA tersebut? Yuuk kita kilas balik sejenak mulai dari ide awal sampai proses aransemen dan direkam ulangnya lagu karya Bapak Mus Mursito ini.
FLASHBACK, REALIZE, CHANGE Merupakan tema Munas 6 IATCA di Surabaya pada tanggal 6-8 April 2016, yang menjadi semangat dan ide untuk kepengurusan awal DPP IATCA dibawah kepemimpinan Mas Suwandi. Kita kembali melihat hal-hal yang perlu dibenahi
Indonesia Controller | April 2019 | Edisi 5
(Flashback), menyadari dan berusaha menemukan hal-hal tersebut (Realize), dan mengubahnya (Change). Nah salah satu hal yang kita temukan dan menjadi ide dari Mas Izazi (Sebagai Kabid Humas DPP IATCA) adalah lagu Mars dan Hymne IATCA. Dan kebetulan, itu juga yang terlintas dipikiran saya saat di ajak beliau menjadi anggota Humas DPP IATCA. Akhirnya saat pembuatan RKO 2016 kami usulkan anggaran untuk mengaransemen dan merekam ulang kedua lagu tersebut. Jujur, saya sendiri yang sudah pernah masuk dapur rekaman walau hanya kelas Indie Label agak kesulitan menentukan berapa anggaran untuk keperluan tersebut. Mengingat keterbatasan dana IATCA pada waktu itu maka saya usulkan anggaran yang sekiranya cukup.
21
| True History
Resah dan gelisah... Memasuki bulan Juli saya yang diminta Mas Izazi sebagai PIC aransemen dan rekam ulang kedua lagu tersebut mulai mencari studio yang kira-kira bisa memberikan harga seperti yang kita ajukan. Dibantu juga oleh Mas Merdi yang berusaha mencari studio di Bali, namun info dari beliau harga yang diminta sangat jauh dari yang kita ajukan. Rasanya ingin sekali mengaransemen ulang sendiri dan merekam ulang di studio mini saya, namun lagu Mars dan Hymne adalah jenis lagu yang saya tidak kuasai detil instrument dan aransemen vokalnya, hal ini benar-benar membuat saya resah, terutama saya sendiri memberi target bahwa lagu ini sudah harus selesai di bulan November 2016. Hal lain yang membuat gelisah adalah siapa yang akan menyanyikan ulang lagu tersebut? Karena saya mencari range vocal yang bisa dinyanyikan pria dan wanita serta terbiasa membawakan jenis lagu Mars dan Hymne, karena cara membawakan jenis lagu tersebut sangat berbeda dengan jenis pop atau rock.
Seberkas cahaya terang… Di awal Agustus saya coba mencari-cari lagi studio rekaman di Makassar, dengan harapan bisa lebih murah dan sekaligus dengan arranger nya. Akhirnya setelah bertemu dengan drummer band Indie saya dulu, dia menyarankan ke Studio Jad n Sugy yang mana pemiliknya adalah seorang arranger juga dan pernah membantu band kami saat rekaman Indie label. Beliau adalah Mas Surya (akrab dipanggil Uya), pemilik sekaligus arranger dan Manager grup Vokal Jad n Sugy yang pernah tampil di Gala Show pada acara X Factor yang dimentori oleh diva Indonesia, Rossa. Mas Uya juga berpengalaman membuat Mars dan Hymne, ini dibuktikan dengan banyaknya Instansi mulai dari Pemerintah sampai BUMN, Parpol dan Universitas yang ada di Sulawesi Selatan dan Tenggara yang membuat kedua jenis lagu tersebut kepada beliau. Saat berkunjung ke studio yang sekaligus rumahnya yang menempuh jarak sekitar 50 menit dangan kendaraan bermotor dari rumah saya, kami ngobrol mengenang masa-masa label indie yang cukup booming di Makassar tahun 2000 – 2005, sekaligus saya menyampaikan beberapa kendala tentang usaha mengaransemen dan rekam ulang kedua lagu tersebut. Atas dasar pertemanan, beliau setuju mengerjakan Mars dan Hymne IATCA dengan harga yang saya tawarkan dan beliau mengusulkan untuk menambahkan 2 orang vokalis dari Jad n Sugy (yang salah satunya istri beliau) untuk membantu mengisi vokal di lagu-lagu tersebut, mengingat skill untuk menyanyikan Mars dan Hymne sangat berbeda dengan genre lagu lainnya. Mas Uya meminta materi lagu Asli dan berjanji akan mencoba membuat aransemen dasar setelah proyek Mars dari salah satu Instansi Pemerintah Kota Makassar selesai.
22
September Ceria… Memasuki bulan September, setelah pertemuan dengan Mas Uya, saya berusaha mencari rekan-rekan ATC yang punya bakat menyanyi. Beberapa yang sudah saya tahu adalah yang telah lama bergabung di Cut-Over band yaitu Ares Mardiana dan Made Ayu Kesumadewi. Saya masih mencari rekan-rekan ATC yang lain dengan harapan bahwa lagu kebanggan kita ini bisa dinyanyikan juga oleh ATC sendiri sebagai bagian dari rasa bangga terhadap lagu organisasi kita tercinta ini. Setelah ngoceh kesana-kemari akhirnya saya mendapat tambahan Pingkan Walukow, M.B. Gilang Ramadhan dan Elfrida Kartina Siantury. Andi Irdiansyah sendiri yang merupakan sesama rekan Humas DPP IATCA yang dulu sempat bergabung di CutOver Band termasuk yang saya minta mengisi suara sambil membuat Vlog kegiatan ini. Mas Uya pun mulai mengirimkan hasil aransemen ulang Mars melalui Whatsapp. Lagu Mars tidak terlalu memerlukan aransemen yang ribet karena “pakemnya” sudah seperti itu dan Mas Uya memang sudah paham akan dibuat seperti apa lagu tersebut. Tantangan selanjutnya adalah aransemen ulang Hymne. Saat saya coba “kulik” dengan gitar akustik, Hymne yang dibuat oleh Bapak Mus Mursito ini memang sudah indah “dari sononya”, oleh karena itu saya meminta kepada Mas Uya untuk lebih mempermanis dan memberikan kesan megah kepada Hymne ini. Dan setelah beberapa hari kemudian sekitar pukul 3 subuh beliau mengirim hasil aransemennya. Jujur saya sampai meneteskan airmata haru. Contoh ini pun langsung saya forward ke Mas Izazi dan langsung mendapat release untuk melanjutkan seluruh proses rekaman. Siang itu juga saya langsung ke Studionya untuk mendengar langsung dari speaker flat di studionya sekaligus memilih instrument tambahannya.
Edisi 5 | April 2019 | Indonesia Controller
True History
|
November. Yang terberat selanjutnya adalah menjaga pesan dari Mas Izazi untuk tidak dibagikan kepada siapapun sampai Rakernas 8, namun saya diizinkan untuk memperdengarkan kepada teman-teman ATC di Makassar. Lagu Mars dan Hymne IATCA ini pun dibuatkan Minus one-nya (tanpa Vokal) oleh Mas Uya dengan tambahan sedikit instrument Biola dan Cello. Saat Rapat RKO 2017 bulan Desember 2016 di Dormitory AirNav, lagu ini saya putarkan di depan teman-teman Pengurus DPP IATCA, dan mendapat sambutan positif dari semua Pengurus DPP. Ketua Umum Mas Suwandi memerintahkan agar kedua lagu ini Wajib diputar pada setiap kegiatan IATCA.
Semoga Jayalah IATCA…
Every breath you take… Setelah beberapa kali kita revisi bersama maka tiba waktunya mengajak teman-teman untuk “take vocal”. Keseruan pun terjadi, karena ternyata memang sangat sulit untuk menyanyikan Mars dan Hymne dengan benar, saya pun tertantang untuk ikut mengisi suara di lagu-lagu tersebut. Kesulitan yang saya rasakan adalah kita tidak boleh berimprovisasi sendiri, semunya harus mengikuti nada dan irama yang sudah tertulis. Pengaturan nafas juga sangat memerlukan tehnik yang berbeda dengan menyanyikan lagu Pop/Rock, terutama saat menyanyikan lagu Mars. Proses “take vocal” ini selesai lebih cepat dari yang saya bayangkan sebelumnya, termasuk vocal dari 2 vokalis Jad n Sugy (Aty dan Nancy), sehingga dalam seminggu proses ini selesai, hanya tinggal mixing dan mendengarkan keseluruhan hasil mixing pada speaker dan headphone yang berbeda merk guna mendapat range audio yang optimal. Alhamdulillah proses ini juga tidak memakan waktu yang lama hanya jadi sering bolak balik rumah-kantor-studio hampir setiap hari selama seminggu guna mencari sound yang sempurna termasuk meminta masukan dari rekan sesama musisi Makassar.
Final countdown… Seluruh proses aransemen dan rekam ulang Mars dan Hymne IATCA selesai dipertengahan bulan Oktober 2016 yang tentu saja membuat saya senang dan bangga karena bisa menyelesaikannya sebelum tenggat waktu di bulan
Dengan berbekal lagu Mars dan Hymne dengan aransemen baru, satu PR lagi yang harus saya selesaikan, yaitu membuat video disertai teksnya. Banyak masukan mengenai Video Mars, namun mengingat cepatnya ketukan pada Lagu Mars IATCA, maka saya memutuskan untuk menaruh Logo IATCA saja disertai dengan teks lagu tersebut. Karena pada saat menyanyikan lagu Mars yang bertempo cepat ini, kita akan lebih berfokus kepada teks lagu. Kemudian tantangan lebih besar ada pada pembuatan video Hymne IATCA. Video tersebut harus dapat mencerminkan jiwa lagu tersebut, melambangkan citra diri ATC seluruh Indonesia sekaligus rasa bangga. Maka saya memutuskan menggunakan foto-foto tower dari seluruh Indonesia yang kebetulan terkumpul pada lomba Photography dalam rangka HUT ke 17 IATCA. Dan akhirnya pada Rakernas ke 8 IATCA tanggal 9-10 Februari 2017 di Kantor Pusat AirNav Indonesia, Mars dan Hymne IATCA dengan aransemen baru resmi diputar dan dibagikan kepada seluruh DPC IATCA. Banggalah ATC Indonesia, kita mempunyai Mars yang penuh semangat, dan Hymne yang luar biasa indah.
“Tuhan s’nantiasa, kan membimbingnya, dalam tugas mulia, k’luarga besar IATCA”
Indonesia Controller | April 2019 | Edisi 5
23
| True History
Mengungkap Misteri Logo AIRNAV INDONESIA DHENY PURWO HARIYANTO Executive Secretary DPP IATCA 2016-2019
kiri-kanan Direksi AirNav Indonesia Tahun 2013 dan Logo Airnav Indonesia Fadli Soesilo (Dir. Teknik), Sonatha Halim Jusuf (Dir. Keuangan) Wisnu Darjono TU (Dir. Safety & Standard), Amran (Dir. MLLP), Newin Hartaty Manulang (Dir. Service Development & IT), Ichwanul Idrus (Dir. Utama), Saryono (Dir. Personalia & Umum)
24
A
irNav Indonesia atau Perum LPPNPI sudah berusia 6 Tahun sejak diterbitkannya PP Nomor 77 Tahun 2012. Namun masih saja terkenang di benak saya beberapa peristiwa yang terjadi di awal– awal operasional perusahaan ini. Memang serasa tidak pernah selesai menceritakan suasana pada saat itu. Karena memang begitu Direksi Perum LPPNPI dilantik untuk yang pertama kalinya di tanggal 16 Januari 2013, yang dilakukan kemudian adalah menyiapkan semua hal yang diperlukan untuk memulai operasional perusahaan atau sering diistilahkan dengan babat alas. Memang sulit membayangkan tujuh orang anggota Direksi, yang tanpa ada struktur organisasi dibawahnya, harus memulai jalannya operasional perusahaan.
Edisi 5 | April 2019 | Indonesia Controller
True History
|
LOGO TERINSPIRASI DARI ASA
Namun disitulah saya meyakini bahwa kehadiran AirNav Indonesia kelak akan membawa kemaslahatan bagi pembangunan kedirgantaraan di Indonesia. Karena pada waktu itu ada beberapa orang tanpa status yang jelas terhadap AirNav Indonesia, bersedia membantu ketujuh orang Direksi tersebut untuk membangun pondasi perusahaan. Mulai dari pengurusan NPWP, penyusunan MOU dengan PT Angkasa Pura I dan PT Angkasa Pura II, pengalihan asset, pengalihan SDM, dan lain sebagainya. Mereka itu dulu disebut sebagai fasilitator. Menariknya adalah sebagian besar diantara orang–orang yang menjadi fasilitator itu adalah anggota IATCA. Terdengar tidak masuk akal memang, bagaimana mungkin ATC mengurus NPWP, menyusun SOP Keuangan dan SDM, mendata aset navigasi, dan lain sebagainya. Namun itulah kenyataan yang terjadi saat itu.
terinspirasi dari Logo ASA (Australia), logo yang dibuat pertama kali ini memakai Keris yang terinspirasi dari senjata Bumerang pada logo ASA
Di atas adalah gambaran singkat bagaimana AirNav Indonesia mulai beroperasi waktu itu. Lalu apa hubungannya dengan misteri logo? Nah itu yang akan saya ceritakan berikut ini. Di halaman akun facebook saya, khususnya menjelang peringatan HUT AirNav Indonesia, atau pada momen–momen tertentu, masih saja ada yang memposting logo AirNav Indonesia dengan berbagai caption pertanyaan, ada juga yang membandingkan dengan logo NASA dan lain sebagainya. Saya melihat sepertinya masih banyak yang penasaran bagaimana ceritanya logo yang sekarang sudah menyebar ke seluruh penjuru negeri itu dibuat, siapa yang membuat desainnya, apa maknanya, dan macam–macam pertanyaan penasaran lainnya. Gara – gara kompor di facebook group IATCA Pada tanggal 16 Januari 2013, waktu itu kalau tidak salah saya sedang mengikuti rapat IATCA di Surabaya sebagai perwakilan DPC IATCA Jakarta. Hari itu, begitu mendapat informasi bahwa Direksi Perum LPPNPI telah dilantik, saya melihat euforia kebahagiaan terpancar hampir di seluruh ATC Indonesia. Hal ini salah satunya terlihat dari begitu ramainya status dan komentar di facebook group IATCA berkaitan dengan dilantiknya Direksi Perum LPPNPI. Diantara status dan komentar itu, ada komentarnya mas Setio “Acil” Anggoro yang ngomporin untuk mengusulkan logo perusahaan dari IATCA, yang dibuat oleh ATC Indonesia. Gara–gara kompor tersebut, saya yang kebetulan waktu itu sedang gandrung–gandrungnya belajar desain grafis, langsung membuat desain logo untuk Perum LPPNPI, dengan mengambil inspirasi dari ASA (Airservices Australia). Kalau ASA logonya menggunakan bumerang sebagai icon, saya menggunakan icon keris yang saya tempatkan di atas tulisan airnav Indonesia. Tulisan AirNav Indonesia sendiri saya gunakan, karena waktu itu saya yang merupakan salah satu fasilitator, mendengar bahwa Direksi pernah diminta oleh pak Dahlan Iskan yang merupakan Menteri BUMN, untuk mencari Branding Name agar memudahkan penyebutan nama perusahaan. Dan oleh Direksi kemudian disepakati menggunakan nama AirNav Indonesia. Logo yang saya buat tersebut kemudian saya posting di facebook group IATCA tanggal 17 Januari 2013. Sebenarnya niat saya membuat logo tersebut hanya mau membesarkan kompor-nya mas Acil, dengan harapan banyak teman–teman ATC yang terpancing untuk memunculkan ide–ide desain logo yang lebih bagus. Dan benar saja, dalam beberapa hari, ada beberapa ATC yang membuat desain logo Perum LPPNPI, ada yang di share di grup BBM, facebook dan sebagainya. Kemudian logo–logo yang dibuat para ATC tadi saya download, kemudian saya kumpulkan dan saya cetak. Namun sayangnya, tidak semua file kumpulan logo–logo tersebut dapat saya temukan, dan saya lupa desain siapa saja waktu itu. Tapi seingat saya setidaknya lebih dari 10 desain logo yang saya kumpulkan pada waktu itu.
Indonesia Controller | April 2019 | Edisi 5
USULAN LOGO dengan semangat untuk membantu perusahaan mempunyai Logo beberapa anggota IATCA mengirimkan logo-logo karyanya. Sebagian logo dapat dapat diselematkan dokumentasinya, sebagian lagi tercecer karena kondisi saat itu yang masih darurat dalam menjalankan roda perusahaan
ALTERNATIF LOGO coretan Direktur Utama dibuat desain logo dengan beberapa alternatif, ada yang berbentuk kotak dan ada yang berbentuk lingkaran.
25
| True History
jajaran Direksi AirNav Saat itu, dengan seksama mendengarkan penjelasan tentang arti dari Logo AirNav Indonesia
Coretan Sketsa Pak Dirut Pagi tanggal 6 Februari 2013, tepatnya hari Rabu, seperti biasa saya menjadi juru kunci ruangan–ruangan yang waktu itu digunakan sebagai Kantor Pusat sementara di JATSC. Kumpulan logo yang saya cetak tadi, saya letakkan di meja para Direktur termasuk Direktur Utama. Waktu itu sama sekali tidak terpikirkan oleh saya bagaimana birokrasi dan tata cara pengusulan logo ke Direksi. Yang terpikir waktu itu hanyalah agar Perum LPPNPI segera memiliki logo sebagai identitas perusahaan, sehingga bisa segera di pasang di Kop Surat dan dibuatkan stempel perusahaan. Perlu diketahui, waktu itu kop surat perusahaan mirip seperti kop surat RT/ RW dan tanpa stempel. Masih di hari yang sama, beberapa jam sebelum makan siang, saya dipanggil oleh Pak Wisnu Darjono, Direktur Safety & Standard ke ruang Direktur Utama. Di sana sudah ada pak Amran Direktur MLLP dan Pak Ichwanul Idrus Direktur Utama. Saya ditanya oleh pak Wisnu, “ini logo kamu yang buat, Den?” Lalu saya menunjuk gambar desain saya, “yang ini, pak. Kalau yang lainnya desain
26
dari teman–teman ATC.” “Logo yang kamu buat ini artinya apa?” Tanya pak Amran. “Itu gambar keris pak, senjata khas Indonesia,” jawab saya. Tiba–tiba pak Ichwanul berkata, “jangan keris lah.” Memangnya kita ini sedang berperang? ” Ucap pak Ichwanul kembali sambil sedikit tertawa. “Coba kamu buat ada huruf A dan N, terus dibuat ada pesawat yang terbang ke atas, kata orang–orang kalau ke atas itu biar bisa semakin baik nantinya. Biar bisa semakin besar dan semakin jaya.” Ujar pak Ichwanul. Lalu pak Ichwanul berdiri, mengambil spidol dan membuat coretan di kertas flipchart. “Nah, kira – kira seperti ini lah, atau kamu buat lagi lah… Tapi jangan keris.” Kata pak Dirut. Saya mendengarkan sambil manggut– manggut. Dalam hati sebenarnya saya bingung, karena terjebak dalam pembuatan logo, padahal tadinya hanya untuk sumber inspirasi.
Edisi 5 | April 2019 | Indonesia Controller
True History
“Sudah Den, sekarang kamu buat dulu desain seperti itu, bikin saja beberapa contoh ya.” Kata pak Amran. Belum sempat saya menjawab, tiba–tiba pak Fadli Soesilo Direktur Teknik Navigasi Penerbangan dan pak Saryono Direktur Personalia dan Umum, masuk ke ruangan Direktur Utama. Beliau berdua ikut nimbrung dan melihat sketsa pak Dirut. Kemudian pak Fadli menambahkan, “tambahkan tulisan airnav Den, huruf A dan N pakai huruf besar, terus taruh tengah–tengah. Tau nggak kamu kenapa di tengah? Itu maknanya harmoni.” Pak Wisnu bertanya, “kamu bisa kan? “Siap pak, InsyaAllah bisa.” Saya menjawab dengan gaya meyakinkan. Daripada nanti lama lagi, ya sudah saya kerjakan saja sebisa saya. “OK, butuh berapa lama kamu Den?” Tanya pak Amran. “InsyaAllah lima belas menit pak.” Jawab saya. “Heeee kok lima belas menit, kan kamu butuh perenungan juga toh?” Kata pak Amran. “Baik pak, insyaAllah satu jam sudah selesai.” Jawab saya. “sudah kamu bawa saja kertas itu, dan kamu buat desainnya, ambil waktu secukupnya. Kita istirahat dulu.” Kata pak Amran tertawa, sementara kelima direksi lain di ruangan itu tersenyum. Lalu saya undur diri sambil membawa sketsa logo pak Ichwanul Idrus. Saya memutuskan menuju ruangan sekretariat DPC IATCA Jakarta, karena yang saya tahu, komputer yang biasa saya pakai di sana cukup canggih di jamannya. Setidaknya
di komputer tersebut sudah saya pasang program coreldraw serial terbaru. Oh iya, waktu itu saya adalah sekretaris DPC IATCA Jakarta. Ruangan Sekretariat DPC Jakarta menjadi saksi bisu
Selanjutnya di dalam ruangan sekretariat DPC IATCA Jakarta, saya tenggelam dalam kekhusyukan memainkan vector di layar computer. Gambar sketsa pak Dirut tadi saya foto, saya insert ke coreldraw kemudian saya buat garis–garis mengikuti sketsa tersebut. Setelah gambar sesuai sketsa tersebut jadi, saya memulai mengharmonisasi lekukan–lekukan garis sehingga lebih terlihat manis. Saya buat lagi lebih detail termasuk gambar pesawat kertasnya. Perbandingan ukurannya saya buat sedetail mungkin, sambil terbayang makna dari gambar demi gambar yang terlukis di layar computer. Akhirnya desain logo huruf A dan N dalam bentuk pita dan pesawat kertas serta tulisan AirNav sudah jadi, dengan bentuk background kotak sesuai sketsa pak Dirut. Saya pandangi kembali gambar yang sudah jadi tadi, saya merasa sepertinya masih ada yang kurang. Masih terlihat kaku. Kemudian saya terinspirasi dengan logo IATCA, saya copy paste gambar yang sama, hanya saya ganti bentuknya yang semula kotak menjadi lingkaran. Dan hasilnya menurut saya lebih terlihat manis, luwes dan elegan. Saya sangat bersemangat sekali mengerjakannya. Biasanya saya merasa
Coretan Direktur Utama AirNav Setelah melihat Logo-logo yang ada di meja kerjanya dan Logo yang diusulkan oleh Deny Purwo. Ichwanul Idrus sebagai Direktur Utama memberikan coretan tentang Logo AirNav, terlihat coretan beliau akhirnya menjadi bagian dari Logo AirNav yang kita kenal saat ini
Indonesia Controller | April 2019 | Edisi 5
IATCA
|
lelah jika terlalu lama sibuk di depan komputer, waktu itu sama sekali tidak terasa. Bahkan seolah jari–jari tangan saya ini ada yang menuntun. Namun demikian, meski lelah tidak terasa, tetap saja lapar tidak bisa dilawan. Dan pas waktu Dhuhur saya istirahat untuk Sholat dan makan siang. Setelah sholat dan makan siang, beberapa pilihan desain sudah saya siapkan. Ada yang model kotak dengan beraneka warna dan variasinya, juga ada yang bulat dengan beraneka pilihan warna dan variasinya. Semua pilihan desain tersebut saya cetak, saya laporkan ke pak Direktur Personalia & Umum, selanjutnya saya diantar ke ruangan Direktur Utama. Tidak lama kemudian para Direktur yang lain datang berkumpul di ruang Direktur Utama, kali ini lengkap, ketujuh Anggota Direksi hadir, termasuk bu Newin Hartaty Manulang, Direktur Service Development & IT dan Bapak Sonatha Halim Jusuf, Direktur Keuangan. Setelah semua berkumpul, saya yang waktu itu menggunakan kemeja hitam yang belakangnya bertuliskan www.iatca. or.id, diminta untuk memaparkan pilihan desain logo yang saya buat. Waktu itu juga ada mas Tory Tri Ruknomo di dalam ruangan tersebut. Saya menampilkan presentasi menggunakan infocus kepada Direksi dengan menyertakan penjelasan filosofi makna masing– masing pilihan logo tersebut. Lalu Direksi berdiskusi, saling memberikan pendapat dan pandangan–pandangan, serta memberikan tambahan masukan untuk makna dan filosofi logo, yang pada akhirnya bersepakat memilih logo dengan desain yang seperti sekarang ini. Setelah Direksi menyepakati desain logo tersebut, saya segera mencetak desain logo yang telah disepakati tersebut, dan kali ini saya mencetak di Ruang Sekretariat DPP IATCA, karena printer yang paling bagus waktu itu adalah printer milik DPP IATCA. Selanjutnya saya meminta paraf dari para Direktur, dan akhirnya sore itu, masih di tanggal 6 Februari 2013, meskipun belum resmi, logo AirNav Indonesia telah disepakati oleh Direksi.
27
| True History Suasana saat itu begitu membahagiakan. Senyum kegembiraan menebar di ruangan. Kita berfoto bersama, namun lagi-lagi sayang foto dokumentasi tersebut tidak bisa saya temukan semuanya. Mas Tory saat itu turut mengabadikan moment istimewa tersebut, bahkan saking tidak sabarnya, mas Tory mem-posting logo yang belum resmi tersebut di facebook group IATCA. Saat itu saya sangat bahagia dengan disepakatinya logo tersebut. Meskipun hanya logo, saya merasa seolah–olah telah terjadi lompatan besar di AirNav Indonesia. Tanpa bantuan konsultan, tanpa biaya miliaran. Hanya beberapa lembar kertas HVS dan tetesan tinta printer saja. Saat itu saya benar–benar bersyukur telah menjadi bagian dari sejarah Air-Nav Indonesia. Selanjutnya saya diminta oleh Direksi menyempurnakan logo tersebut beserta maknanya untuk diajukan kepada Menteri BUMN agar mendapat persetujuan. Alhamdulillah beberapa hari kemudian penyempurnaan logo termasuk komposisi warnanya beserta maknanya selesai. Kemudian kami ajukan secara berjenjang kepada Dewan Pengawas hingga ke Menteri BUMN. Saya berbagi tugas dengan mas Hidayaturrahman yang juga menjadi salah satu fasilitator, untuk mencari informasi berkaitan dengan tata cara mendaftarkan logo AirNav Indonesia agar mendapatkan Hak Atas Kekayaan Intelektual.
Alhamdulillah, pada akhirnya Menteri BUMN menyetujui penggunaan logo dan branding name AirNav Indonesia, yang kemudian dituangkan kedalam keputusan Direksi Nomor: KEP.003/LPPNPI/III/2013 tentang Identitas Perusahaan. Dan setelah itu mas Hidayaturrahman melanjutkan pengurusan pendaftaran HAKI logo dan branding name AirNav Indonesia tersebut. Seperti yang saya sampaikan sebelumnya, saya sangat bersyukur menjadi bagian dari sejarah dimulainya operasional Perum LPPNPI atau AirNav Indonesia. Terlebih berkaitan dengan logo, betapa bangganya saya saat ini bisa melihatnya di seluruh penjuru tanah air. Hari ini seolah saya melihat betapa bayangan yang dulu menemani dalam memfasilitasi pembuatan logo AirNav Indonesia, tahap demi tahap menjadi kenyataan. Melalui tulisan ini saya menyampaikan bahwa meskipun desain logo tersebut dibuat dalam waktu yang cukup singkat, namun sarat makna, dipikirkan bersama oleh ketujuh Direksi dan saya sebagai fasilitatornya. Bahkan saya meyakini bahwa coretan sketsa yang dibuat pak Ichwanul Idrus, terinspirasi dari desain logo karya–karya ATC yang saya sampaikan kepada beliau waktu itu, yang dapat kita artikan bahwa semangat IATCA juga terpancar didalam
HIDAYATURRAHMAN & TORY TR BAGIAN DARI FASILITATOR
HAKI LOGO AIRNAV DARI KEMENKUMHAM
logo tersebut. InsyaAllah IATCA dan AirNav Indonesia akan selalu bersama dalam memajukan dirgantara Indonesia, dan menjadi kebanggaan Bangsa. Bravo IATCA… Let’s do it…!!!
Berikut filosofi dan makna logo AirNav Indonesia, yang telah dituangkan di dalam Keputusan Direksi Nomor: KEP.003/LPPNPI/ III/2013 tentang Identitas Perusahaan. Filosofi Logo: Dengan keluasan cara berpikir dan bertindak dalam memberikan pelayanan navigasi penerbangan, AirNav Indonesia siap bekerja sama dengan semua stakeholder yang terkait, demi kemajuan, kejayaan dan martabat bangsa. Makna Logo: Latar belakang berbentuk lingkaran solid ibarat bola dunia yang bermakna bahwa perusahaan ini berkelas dunia dan warna biru melambangkan keluasan cara berpikir dan bertindak. Garis lengkung berwarna putih yang melintang ibarat garis lintang yang mengelilingi bumi, melambangkan bahwa perusahaan ini siap bekerjasama dengan semua stakeholder yang terkait. Tulisan “AirNav” adalah kependekan dari Air Navigation atau Navigasi Penerbangan, menunjukkan identitas perusahaan yang menyelenggarakan pelayanan navigasi penerbangan. Terletak di tengah-tengah yang melambangkan harmoni. Pita berwarna merah putih membentuk huruf “A” dan “N” melambangkan bahwa perusahaan ini didirikan atas dasar persatuan dan kesatuan serta didedikasikan untuk Negara kesatuan Republik Indonesia. Bentuk pesawat kertas berwarna merah putih yang mengudara melambangkan bahwa perusahaan ini siap membawa Indonesia menuju bangsa yang maju dan disegani oleh dunia internasional.
28
Edisi 5 | April 2019 | Indonesia Controller
Refreshing
ICAO ENGLISH LANGUAGE PROFIciENCY TEST
|
IS IT A NIGHTMARE ?
Hallo teman-teman ATC di seluruh tanah air. Apakah anda sudah menyelesaikan kegiatan IELP test anda atau sedang mempersiapkannya? Bicara tentang IELP test pasti sebagian teman-teman langsung mengernyitkan dahi, apalagi bila masa jatuh tempo IELP sertiďŹ kat makin dekat. IELP test sebagian besar menjadi momok atau mimpi buruk bagi hampir seluruh ATC, Pilot dan Aeronautical Communication Officer khususnya di negara-negara yang bahasa Inggris bukan bahasa pertamanya (ďŹ rst language) termasuk juga ATC Indonesia.
Hal ini juga dialami oleh ATC Juanda yang baru saja mengikuti kegiatan IELP Test pada tanggal 18 sd 22 Maret 2019 lalu. Padahal apabila kita mempersiapkan diri untuk menghadapi IELP test dengan baik maka kita akan bisa melewati test tersebut dengan rilex tanpa rasa cemas yang berlebihan dan kita dapat memperoleh hasil yang kita harapkan. Namun sayangnya banyak teman-teman ATC yang belum tahu tentang seluk beluk IELP test sehingga mengalami kesulitan untuk mempersiapkannya. Untuk itu melalui tulisan ini akan saya kupas tentang IELP test diantaranya tentang Latar belakang pelaksanaan IELP Test. Apa itu IELP test? bagaimana dilaksanakan? Aspek-aspek skill apa saja yang dinilai dalam IELP Test? Bagaimana standard dari IELP test?.
LATAR BELAKANG IELP TEST
Kekurangcakapan dan kekurangpahaman dalam berkomunikasi bahasa Inggris adalah salah satu faktor penyebab terjadinya incident maupun accident penerbangan. Walaupun ICAO telah merekomendasikan penggunaan bahasa Inggris dalam pelayanan ATC service sejak awal berdirinya organisasi ini, akan tetapi belum ada ketentuan yang jelas tentang seperti apa standardnya, apa minimum standardnya dan bagaimana pengukuran standarnya dll. Hal tersebutlah yang melatarbelakangi negara India mengajukan proposal untuk penguatan komunikasi penerbangan pada tahun 1998 dalam kegiatan ICAO Assembly yang ke 32. Proposal ini diajukan sebagai upaya untuk mencegah terjadinya kesalahan yang sama, dimana pada tahun 1996 terjadi tabrakan udara di Airspace India yang melibatkan B747 Saudia Arabia Airlines dan ilyusin Kazakhstan Airlines menewaskan 349 orang. Hasil Investigasi menyebutkan kecelakaan tersebut terjadi karena faktor kemampuan berbahasa Inggris.
Indonesia Controller | April 2019 | Edisi 5
Sebagai tindak lanjut atas proposal yang dibuat oleh negara India tersebut, maka pada tahun 2000 ICAO membentuk PRICESG (Proficiency Requirement in Common English Study Group) yang beranggotakan pilot, ATC, ahli bahasa/ linguist, FAA, EUROCONTROL dan perwakilan beberapa negara. PRICE Study Group menghasilkan Standard dan Recommended Practice (SARP) on English Language Proficiency requirement for pilot and controller. Pada tahun 2003 SARP tersebut di adopt oleh ICAO dan pada tahun 2004 diterbitkan DOC. ICAO 9835 tentang Manual on the implementation of ICAO Language Proficiency Requirements. Dimana seluruh 188 negara ICAO wajib memenuhi persyaratan sesuai SARP tersebut paling lambat Maret 2008.
ICAO ENGLISH LANGUAGE PROFICIENCY
ICAO Language Proficiency adalah pengetahuan dan kemampuan berbahasa Inggris yang memberikan pengaruh kepada kapasitas seseorang (Pilot, ATC, Communication Officer) untuk dapat berkomunikasi secara spontan, akurat, jelas, bermakna/berarti dan tepat sesuai standard ICAO.
ASPEK-ASPEK SKILL APA SAJA YANG DINILAI DALAM IELP TEST? Adapun aspek-aspek skill yang dinilai dalam IELP sesuai dengan ICAO. DOC 9835 adalah :
1. Pronunciation kemampuan dalam mengucapkan atau melafalkan sebuah kata dengan baik dan benar, termasuk didalamnya aksen/dialek, penekanan, ritme dan intonasi kalimat. Pronunciation memegang peranan yang sangat penting atas kejelasan sebuah pesan yang ingin disampaikan dalam berkomunikasi. Kesalahan pengucapan/pelafalan dapat memberikan arti yang berbeda;
29
| Refreshing
Initial Contact
|
Opening ceremony of IELP TEST Surabaya, March 18-22,2019
2. Stucture Kemampuan untuk menyusun pola kalimat yang benar dan tepat serta pemilihan kata-kata yang tepat dalam penyusunan sebuah kalimat dengan menggunakan basic maupun complex structure, sehingga menghasilkan arti yang tepat, dapat dipahami dan tidak menimbulkan kesalahan interprestasi;
PROSES PELAKSANAAN IELP TEST 1. Semi Direct Testing
Percakapan atau pertanyaan menggunakan data rekaman sehingga pertanyaannya terstandard. Keuntungan dari proses test semi direct adalah peserta ujian (test taker) mendapat pertanyaan dengan tingkat kesulitan yang sama sehingga lebih 3. Vocabulary fair dan proses test dapat dilakukan dengan system audio atau Penguasaan kosa kata untuk mempermudah pemahaman komputer sehingga test dapat dilakukan secara bersamaan kalimat, penyusunan kalimat dan memperlancar proses dalam satu waktu/lebih efisien. komunikasi. Penguasaan vocabulary ditandai dengan keakuratan, range (keluasan) dan kecepatan untuk mendapatkan 2. Direct Testing kosa kata yang tepat yang dibutuhkan untuk menyusun kalimat Dalam test dengan metode langsung ini test taker (peserta test) yang benar; berkomunikasi dengan Rater (interlocutor/interviewer/penguji) secara langsung melalui metode interview atau wawancara. 4. Fluency Penilaian dapat dilaksanakan secara langsung atau dapat Kemampuan menyampaikan informasi/berkomunikasi dengan dilakukan berikutnya berdasarkan data rekaman suara (sesuai natural, lancar/mengalir, cepat dan nyaman, tidak terdapat ketentuan yang ada apabila interlocutor/interviewer merangkap keragu-raguan dan fillers (emm‌..ee‌.aa..) yang tidak sebagai Rater maka penilaian dilakukan melalui rekaman, diperlukan/berlebihan; akan tetapi apabila dilakukan oleh dua orang penguji yaitu interlocutor dan Rater, maka penilaian dapat langsung diberikan 5. Comprehension saat proses wawancara). Keuntungan dari system test direct ini Comprehension atau pemahaman adalah kemampuan untuk adalah lebih komunikatif, penguji dapat menggali kemampuan memahami kalimat yang berdasarkan pada kemampuan untuk test taker lebih dalam lagi. Untuk saat ini sebagian besar ATO mendengarkan dan mengerti maksud dari sebuah kalimat yang (Authorized Training Organization) menggunakan system Direct disampaikan oleh lawan bicara. Biasanya Rater (interlocutor/ Testing atau Interview untuk penyelenggaraan IELP test. interviewer/penguji) akan menggali lebih dalam untuk mengetahui tingkat pemahaman tentang hal-hal non rutin Adapapun Proses Wawancara/interview dilaksanakan kurang seperti abnormal situation atau emergency situation; lebih 15 sd 20 menit dan proses ini akan direkam sebagai evidence kegiatan IELP test dan akan disimpan oleh IELP 6. Interaction administrator dalam system penyimpanan dokumen (document Kemampuan berinteraksi dengan lawan bicara secara spontan, keeping) yang telah ditentukan standardnya (misal untuk test cepat, tepat, informatif dan akurat. Termasuk didalamnya taker yang memperoleh hasil level 4 maka dokumen ybs akan kemampuan untuk mengidentifikasi dan mengklarifikasi agar disimpan selama 3 tahun dan yang memperoleh level 5 akan tidak terjadi kesalahpahaman dalam komunikasi . disimpan 6 tahun).
30
Edisi 5 | April 2019 | Indonesia Controller
Refreshing
|
4 Wind-down Phase Bagian akhir/penutup dari proses wawancara, antara 1 sampai 2 menit dimana Rater memberikan pertanyaan yang sangat simple dan mengucapkan terima kasih atas waktu yang diberikan oleh peserta untuk proses interview.
STANDARD PENILAIAN IELP TEST
Untuk standard penilain IELP test maka seorang Rater akan menggunakan ICAO Rating Scale yang terdapat pada Attecment A annex 1 (Personel Licencing). ICAO rating scale menunjukkan 6 tingkat kemampuan bahasa inggris mulai dari pre-elementary (level 1), elementary (level 2), pre-operational (level 3), operational (level 4), extended level (level 5) dan expert level (level 6) dan meliputi 6 aspek skill yaitu pronunciation, structure, vocabulary, fluency, comprehension dan Interaction. Standar minima bagi Pilot, ATC dan Aeronautical Communication Officer untuk dapat dinyatakan lulus dalam IELP test adalah level 4 atau operational level. Apabila tidak dapat mencapai target operational level maka peserta test/test taker harus mengikuti ujian ulang dan apabila saat ujian ulang masih gagal untuk mencapai operasional level maka wajib mengikuti corrective course.
PROSES PENILAIAN AKHIR IELP TEST
IELP test process, MR. Sutama was in charge as IELP Rater TAHAPAN DALAM PROSES INTERVIEW/WAWANCARA
1. Warm Up phase Proses awal/pemanasan, berkisar 3 menit dimana Rater menanyakan hal-hal sederhana terkait data pribadi, latar belakang dan pendidikan test taker;
2. Level Check Phase Test kemampuan dasar, antara 5 sd 7 menit dimana Rater menanyakan tentang hal/kegiatan operasional rutin/harian yang dilakukan oleh test taker;
3. Probe Phase Proses penggalian lebih dalam, antara 5 sd 7 menit dimana rater akan bertanya tentang hal-hal yang bersifat non rutin, memberikan pertanyaan terkait abnormal situation/emergency condition untuk menggali lebih jauh pemahaman (comprehension) dan kemampuan test taker dalam berkomunikasi dan merespon hal-hal yang tidak terduga/unexpected. Biasanya Rater akan menggunakan gambar, video, study case atau bisa juga role play scenario komunikasi antara pilot dan ATC dalam kondisi abnormal situation;
Indonesia Controller | April 2019 | Edisi 5
Berapa Level akhir yang akan anda dapatkan? Untuk Final level yang akan menjadi hasil akhir IELP test anda adalah diambil nilai terendah dari setiap skill yang diuji bukan nilai rata-rata. Prinsip penilaian akhir adalah dengan menggunakan nilai terendah sebagai nilai akhir IELP Test. Misalkan anda mendapatkan nilai 4 pada skill pronunciation, vocabulary, fluency, comprehension dan Interaction, tetapi mendapatkan nilai 3 pada structure maka hasil akhir IELP test anda adalah level 3. Begitu pula jika anda mentargetkan untuk memperoleh level 5, maka ke-enam skill tersebut harus mencapai nilai 5.
ICAO. Doc 9835 : 4.5.5. d. the final rating is not the average or aggregate of the ratings in each of the six ICAO language proficiency skills but the lowest of these six ratings. Demikian informasi dan sharing pengetahuan yang bisa saya sampaikan kali ini. Semoga melalui informasi ini teman-teman tidak lagi menganggap IELP test sebagai sebuah momok atau mimpi buruk. Selain informasi di atas masih banyak hal-hal yang menarik lainnya terkait IELP Test yang pastinya bikin penasaran.
So see you again in the next IATCA Magazine edition. Good luck for you!! LILI ROBIANTI DPC IATCA Surabaya.
31
| Joy Flight
ICRB
Indonesia’s Controllers Rock Band - by Moh. Romy Introlude…
Acara puncak HUT ke 19 IATCA di Puri Den Bencingah, Semarapura, Klungkung-Bali, minggu 29 Juli 2018 dilakasanakan dengan sangat meriah, tidak hanya dihibur oleh tarian khas Bali dari tuan rumah Ida Pangelingsir, namun oleh Panitia juga ditampilkan sebuah Band Café yang sudah mempunyai nama di Bali. Sebagai seorang musisi ada sedikit ketidakpuasan terkait band yang mengisi acara tersebut……bukan masalah di Band-nya, tapi lebih kepada pertanyaan: “Kenapa bukan kita saja yang maen band, toh rata-rata anggota IATCA yang hadir saat itu juga banyak yang sering manggung/ Bait 1… musisi?”. Mungkin inilah yang terlintas di pikiran Bara (DPC Bali) dengan Ide ini membuat saya kepikiran terus, tapi karena ide, saat Munas ke 7 nanti di malam ramah tamah, kita cukup menyewa kesibukan kantor dan juga adanya acara HUT sound dan alat musik serta ampli, pemainnya cukup dari kita. Hal ini ke 6 AirNav Indonesia dimana saya Bersama bagaikan gayung bersambut, karena ini juga yang pernah saya impikan teman-teman di band MATSC (Cut-Over Band) sejak lama. Sebenarnya “Band ATC” ini pernah manggung dadakan di juga mengisi acara tersebut maka ide ini sempat acara malam ramah tamah Munas 6 Surabaya, 6–8 April 2016, benar-benar tertunda. Diawal Januari 2019 mulai terpikirkan dadakan dan tanpa persiapan lagu apa yang dibawakan dan dinyanyikan lagi ide ini, akhirnya saya membuat WA grup oleh siapa. dengan nama ICRB yang mana anggotanya hanya saya (DPC Bait 2… Makassar), Bara (DPC Bali), dan Sungguh sulit untuk merekrut anggota band yang lain Andhi Widyarta (DPC Surabaya). karena sebenarnya saya yakin anggota IATCA dari Sabang Saya dan Andi adalah gitaris, sampai Merauke pasti banyak yang punya bakat bermusik, sedangkan Bara vokalis, dan saya termasuk di MATSC sendiri yang memiliki Cut-Over Band sampaikan bahwa kita masih perlu yang masih aktif manggung sampai sekarang. Akhirnya kami Bassist, Keyboardist, Drummer, memutuskan dengan merekrut teman-teman di DPC masingtambahan Vokalis cowok lagi serta masing yang aktif di band dan sekiranya dapat dikirim oleh vokalis cewek sehingga kita bisa DPC-nya masing-masing untuk mengikuti kegiatan Munas 7 membawakan banyak genre music. di Semarang. Sehingga kami mendapatkan Indra (DPC Bali) Encore... sekilas sebagai Bassist, Bismo (DPC Surabaya) sebagai Vocalist, Inilah info tentang dan Ares (DPC Makassar) sebagai Vocalist. Bismo dan Ares CHORUS… I n d o n e s i a ’s Konsep latihan band ini adalah merupakan pasangan MC yang sangat “click” sejak Rakernas Controller ke 8 dan berbagai event IATCA, sehingga mereka tidak hanya kita mengumpulkan lagu-lagu Rock Band, yang sekiranya akan kita bawakan sebagai vocalist namun bisa sebagai MC yang handal jika yang jika tidak saat Munas ke 7 nanti, diposting diperlukan suatu waktu. Kemudian atas usulan dari rekanada halangan rekan tersebut kami rekrut juga Qozin (DPC Jogja) sebagai di Whatsapp Grup, mencari akan tampil nada dasar buat vocalists dan Drummer, Deoga (DPC Tanjung Pinang) sebagai Keyboardist perdana diacara latihan masing-masing dirumah. dan yang terakhir bergabung adalah Sheall (DPC Jakarta) malam ramah Rencananya saat di Semarang nanti sebagai vocalist. Maka lengkaplah formasi ICRB. tamah Munas kami akan mencari waktu untuk ke 7 IATCA latihan minimal 1x disela-sela mempersiapkan acara Munas ke Semarang. Semoga kita bisa tampil dan 7. Dan seperti biasanya, tantangan sebelum manggung adalah menghibur rekan-rekan ATC Indonesia yang menentukan lagu-lagu apa saja yang sekiranya akan dibawakan akan hadir dalam Munas tersebut dan dapat di acara tersebut, sehingga sampai tulisan ini dibuat kami masih tampil di event-event IATCA yang lainnya. berdebat tentang list lagu tersebut. Bravo IATCA…Let’s do iiiiiiit.
32
Edisi 55 || April April 2019 2019 || Indonesia Indonesia Controller Controller Edisi
Joy Flight
Pathricia Sheall Rosari VOCALIST Lahir di Jakarta, 17 oktober 1992, lulusan PLLU 57A STPI Curug, ATC JATSC sejak tahun 2014. Selama menjadi taruni aktif mengiringi acara perpisahan diklat short course di STPI Curug, juga pengiring acara pengukuhan pengurus IATCA cabang Jakarta 2018 serta menyabet gelar juara 2 AirNav Got Talent 2018.
|
ProďŹ l Anggota ICRB
Ares Mardiana Vocalist Kelahiran Tasikmalaya, 1 Maret 1992 dari DPC IATCA Makassar. Mulai menekuni dunia musik saat duduk di bangku SMA, mulai main band dan juga nasyid. Awalnya hanya iseng namun akhirnya bermusik menjadi candu. Sempat mengikuti lomba nasyid dan tembus peringkat 5 nasional mewakili Banten. Saat menjadi Taruna, saya sempat vakum didunia musik. Bergabung dalam Cut Over Band di MATSC karena ajakan Romi.
Bara Jiwangganata Vocalist, penggagas band ICRB Kelahiran Denpasar 3 juni 1989. Mulai hobi bernyanyi dari SMP. Sewaktu SMA banyak mendengar lagu-lagu rock seperti Mr. Big dan Coldplay. Pernah mengikuti pensi se-Bali. Saat kuliah ATC di ATKP Makassar barulah bermain band bersama kawan-kawan seperjuangan. Saat ini bekerja sebagai ATC di Bali dan sampai hari ini pun tetap bermusik. Stay rock n roll. Prestasi dalam bermusik: 1. Juara III & juara favorit Pensi Telkomsel Denpasar tahun 2006 (kategori band) 2. Juara II festival Honda launching Vario se-Bali tahun2007 3. Juara II Acoustic band XL se-Bali tahun 2006
the stage crew Indonesia Controller | April 2019 | Edisi 5
33
| Joy Flight
Andhi Widyartha Guitarist
I Wayan Indra Pratama Putra Bassist
Mulai menyukai musik sejak kecil dan belajar alat musik apa aja sejak SD dan ketika SMP mulai menyukai alat musik gitar. Manggung hanya di acara-acara sekolah saja dan vakum ketika masuk PLP Curug sampai lulus. Kemudian memulai lagi ketika sudah bekerja di Jogjakarta dan berlanjut saat pindah ke Surabaya.
Kelahiran 18 Juni 1992, mulai bermain musik pada saat duduk di kelas 1 SMP. Pada awalnya adalah seorang guitarist, tapi pada saat itu karena di dalam band ada 3 orang yang menginginkan sebagai guitarist (termasuk dirinya) dan gak ada yang mau main bass, akhirnya dia mengalah dan bermain bass sampai saat ini. Pengalaman manggung dimulai saat kelas 2 SMP dimana pada saat itu diadakan acara perpisahan di sekolah. Tidak sampai disitu saja, pemuda ini juga gemar mencari event-event festival music dan mengisi acara-acara bazzar. Sempat vakum bermain musik selama mengikuti pendidikan di STPI Curug dan kembali bermain musik setelah kurang lebih 3 tahun bekerja di Airnav Indonesia cabang Bali. Pengalaman manggung yang baru saja dimulai lagi setelah lama vakum adalah saat HUT ke 5 AirNav Indonesia.
Qozin Asrori Drummer Syahdu dan mendayu suara alunan suling diiringi mandolin telah melekat sejak kecil di telinganya. Setiap ketukan ketipung dangdut hafal diluar kepala. Soneta dan aransemen uniknya menjadi acuan dalam memainkan variasi kulit kendang. Munculnya dangdut modern telah menggiringnya menyukai jenis musik baru yaitu ROCKDHUT, ya..Rock Dangdhut, yang sebenarnya Rock adalah dasar bermusik mereka. Itulah yang menjadikan Rhoma Irama tak bisa lepas dari Led Zeppelin dan Deep Purple, Achmad Albar pun masih perlu Zakia. Dan..ketukan ketipung pun kini menjadi liukan pukulan drum dan cymbals. Dalam lingkungan Organisasi, Qozin adalah juara ke-1 lomba Batik IATCA. So...see you on stage with Rockdhut Drummer from NewYorkarto beibe.
34
Edisi 5 | April 2019 | Indonesia Controller
Joy Flight
|
Deoga Fitrahati Utomo Keyboardist Kelahiran 04 Januari 1996 di Palangkaraya. Semenjak pindah ke Pontianak pada tahun 2003, langsung mengikuti les Keyboard dari Tahun 2004 hingga 2008. Setelah itu, sering di panggil oleh pihak gereja untuk melayani di gereja. Di gereja pun mulai di bina untuk Piano Classic dari 2008-2013. Sejak 2013, barulah mulai berani ikut festival dan ternyata cukup berhasil dengan dikenal sebagai “Keyboardist Favorite” di Japan Festival Band 2013 di Pontianak, serta mendapat Juara 2 dan juga sebagai Band Favorite. Dilanjutkan pada tahun 2013 menjadi Juara 1 di Festival Rock Cover di Pontianak. Vakum karena karena mengikuti pendidikan di STPI. Setelah lulus dari STPI, kembali menekuni dunia musik lagi, tapi lebih banyak tampil sebagai Home Band Wedding.
R. Diyan Subismo Vocalist Kelahiran 8 November 1976 lulusan PLP Curug tahun 1997 yg terkenal dengan sebutan Angkatan 97, mengawali karir sebagai ATC di Bandar udara Ngurah Rai Bali dan sekarang di Bandara Juanda Surabaya sebagai Manager Operasi. Hobby bermusik diawali sebagai guitarist dan vocalist dan juga profesi MC wedding dan event yang masih ditekuni sampai saat ini. Aktif mengisi band reguler bergenre rock di beberapa cafe di Surabaya bersama D’crow dan Flip Band Surabaya. Aktif di organisasi profesi IATCA sejak muda di DPC dimana dia bertugas. Kini di DPP IATCA mengawal Bidang Profesional di periode kepengurusan 2016-2019.
Mohamad Romy Guitarist Sudah bermain gitar sejak duduk di bangku kelas 4 SD, dan mulai nge-band sejak SMA, dilanjutkan di STPI (tahun 1995 masih bernama PLP Curug) dengan membentuk Band Taruna. Saat penempatan sebagai ATC di Makassar tahun 1997, mulai membentuk band di Angkasa Pura I dengan nama Strip band dan beberapa kali tampil di HUT Angkasa Pura I dan event-event lain seperti Paguyuban ATC (sebelum ada IATCA). Di tahun 2001 membentuk Band Indie Makassar dengan nama Peri tv. dan sempat merekam 1 Album Indie berisi 10 lagu. Di tahun 2003 bersama Peri tv. menjadi band pembuka untuk Peter Pan dan Utopia di acara Up-grade your brain dan tampil di acara-acara band Indie yang pada saat itu sedang booming. Di tahun 2009, membentuk The Cut Over Band (lihat ulasannya di Majalah Indonesian Controller edisi 1) yang terdiri dari karyawan MATSC dari unit-unit yang berbeda. Sering tampil mengisi event-event Angkasa Pura I dan IATCA dan sampai saat ini masih aktif sebagai Band Kantoran untuk acara seperti HUT AirNav, Skynav dan IATCA.
Indonesia Controller | April 2019 | Edisi 5
35
| Teknologi
INOVASI DAN TEKNOLOGI E-STRIP DI DUNIA PENERBANGAN INDONESIA Rizky Auditama
Apabila e-Strip mengalami kerusakan, baik minor maupun major, ATC bisa kembali menggunakan Flight Progress Strip manual hingga kerusakan pada e-Strip teratasi. Selain memiliki dampak positif dari sisi lingkungan, ada hal menarik lain terkait e-Strip. Pada bandar udara yang sering menangani unscheduled flight, keberadaan e-Strip akan sangat membantu.
36
Air Traffic Controller (ATC) di seluruh dunia membutuhkan banyak peralatan untuk membantu kinerjanya memandu penerbangan di wilayah yang menjadi tanggung jawabnya. Salah satu peralatan yang wajib digunakan untuk mengisi data penerbangan adalah Flight Progress Strip (FPS) atau Strip Marking. Flight Progress Strip adalah sebuah kertas yang terdiri dari sejumlah kolom untuk mengisi identitas dan pergerakan satu pesawat. Apabila ada sepuluh pesawat yang sedang beroperasi di saat yang sama dalam wilayah tanggung jawabnya, maka ATC yang yang bersangkutan membutuhkan sepuluh kertas Flight Progress Strip. Kemajuan inovasi dan teknologi dewasa ini menghadirkan Flight Progress Strip baru yang disebut e-Strip. e-Strip merupakan kependekan dari Electronic Strip. Apa yang membedakan dengan Flight Progress Strip terdahulu? Apa kelebihan dan kekurangannya? Yuk, kita mulai “unboxing�. E-Strip merupakan Flight Progress Strip yang pengoperasiannya dilakukan dalam bentuk unit PC (Personal Computer). Pada umumnya terdapat layar monitor, keyboard dan mouse. Tidak menutup kemungkinan ke depannya akan dikembangkan menjadi touchscreen atau hologram seperti di film Sci-Fi. Keberadaan e-Strip yang divisualisasikan di layar monitor otomatis mendukung gerakan mengurangi limbah kertas. Meskipun e-Strip ke depannya akan digunakan secara penuh, Flight Progress Strip manual yang berupa kertas tetap harus stand by sebagai contingency plan.
Edisi 5 | April 2019 | Indonesia Controller
Teknologi
Penggunaan e-Strip juga meringankan beban kinerja ATC itu sendiri. Pada saat Pilot melakukan first contact, ATC akan mencari e-Strip dengan Aircraft Identification yang sesuai. Sekali klik, e-Strip akan muncul dengan ukuran yang proporsional, sebagian besar data sudah “tercetak” rapi di layar. Data yang dimaksud di antaranya adalah Aircraft Identification atau Callsign, type of aircraft, wake turbulence, Flight Rules (Instrument atau Visual), aircraft registration marking, ETD (Estimate Time Departure) hingga kolom ATC Clearance. Beberapa kolom yang masih kosong
manual, di antaranya adalah kolom Person on Board, kolom departure clearance, kolom pemberian time setelah dilakukan pembacaan ATC Clearance, kolom pemberian time setelah pesawat melakukan block-on, feature khusus yang bisa membuat e-Strip “bergeser” sehingga ATC on duty bisa meningkatkan kewaspadaan, dan lain-lain. Selain modifikasi e-Strip, ATC Batam masih membutuhkan e-Strip khusus yang bisa digunakan untuk ground movement, contohnya pesawat yang melakukan reposisi dari Apron ke Hanggar atau sebaliknya.
cukup dilakukan sekali klik untuk pengisiannya, misalnya untuk pengisian time (start-engine, pushback, taxi, airborne, landing, RTA, RTB, go around, divert dan lain-lain), pengisian parking stand, pengisian additional clearance dan pengisian person on board.
Walaupun sempat mengalami kendala pasca tersambar petir dan beberapa peralatan harus dijalankan secara manual namun secara keseluruhan penggunaan e-Strip di Batam dapat dikatakan berjalan lancar.
Sejauh ini, e-Strip sudah diperkenalkan di tiga lokasi berbeda di Indonesia. Pertama adalah Kupang, kedua adalah Lombok dan terakhir adalah Batam. Sebagai “anak bungsu” dari tiga bersaudara, Batam adalah lokasi yang “paling manja”. Ada beberapa hal yang harus dimodifikasi atau disesuaikan pada saat implementasi dilakukan di Batam, mengingat terdapat perbedaan yang signifikan dibandingkan kedua lokasi sebelumnya. Beberapa kolom e-Strip harus dimodifikasi agar mampu menggantikan posisi Flight Progress Strip
Indonesia Controller | April 2019 | Edisi 5
|
Terlepas dari semua modifikasi yang dilakukan karena berbedanya dengan Kupang dan Lombok, ATC di Batam saat ini sedang melakukan trial implementasi e-Strip sepenuhnya dengan empat orang ATC dalam satu shift kerja. Dua orang menangani Flight Progress Strip manual dan dua orang menangani e-Strip. Semoga inovasi dan teknologi di dunia penerbangan semakin berkembang dengan baik ke depannya dan bisa diterapkan di seluruh Indonesia. Aamiin.
37
| Cover Story
“
REINVENTING PROFESSIONALISM
adalah bagian dari perjalanan menuju 20 tahun IATCA dalam menata kembali pondasi organisasi menjadi organisasi profesi yang modern dalam menghadapi era industri 4.0. Reinventing Professionalism juga merefleksikan perubahan paradigma bersikap dan berpikir bagi para anggota IATCA untuk lebih profesional dalam menjalankan tugas sebagai seorang Air Traffic Controller Indonesia.
Terpilihnya Semarang sebagai Host event terbesar IATCA yang diselenggarakan setiap 3 tahun sekali tersebut merupakan hasil polling yang diadakan pada pungkasan kegiatan Rapat Kerja Nasional (RAKERNAS) Ke-9 IATCA pada bulan Maret 2018 di Jogjakarta. Pemilihan tersebut sesuai dengan AD/ART IATCA Hasil MUNAS ke-6 IATCA Surabaya yang menyatakan bahwa lokasi penyelenggaraan MUNAS ditetapkan dalam RAKERNAS. Semarang mengalahkan satu-satunya kota yang mengajukan diri sebagai Tuan Rumah pelaksanaan MUNAS 7, yaitu Host RAKERNAS ke-9 IATCA, Jogjakarta, yang belum puas terhadap kesuksesan penyelenggaraan kegiatan RAKERNAS. Namun setelah para kandidat memaparkan keunggulan-keunggulan daerahnya masing-masing, kota dengan ikon bangunan tua Lawang Sewu tersebut dipilih oleh peserta Rakernas ke-9 sebagai tuan rumah Munas ke-7 IATCA. Sebagai salah satu kota di Indonesia yang memiliki ke-khas-an dalam hal kebudayaan, pariwisata, dan kuliner, Semarang merupakan pilihan yang tepat dimana hampir semua kota besar di Indonesia memiliki jalur penerbangan langsung dari dan ke kota yang terkenal dengan wisata kota tua-nya tersebut, sehingga memudahkan seluruh Peserta dan Undangan dalam hal akses transportasi. Ini adalah kali kedua Semarang menyelenggarakan event IATCA berskala nasional setelah sebelumnya menjadi Host Rakernas ke-4 IATCA tahun 2011. Kick-Off
Meeting Dewan Pimpinan Pusat (DPP) IATCA terkait pelaksanaan MUNAS 7 diawali dengan kegiatan survey lokasi yang juga melibatkan DPC IATCA Semarang dan beberapa perwakilan dari DPC Makassar pada tanggal 12–13 Januari 2019. Dalam kegiatan yang berpusat di Kantor Cabang AirNav Indonesia Semarang, rekan- rekan DPC Semarang yang sebelumnya telah melakukan survey awal memaparkan beberapa alternatif venue yang dianggap representatif untuk pelaksanaan kegiatan.
38
Kegiatan dilanjutkan dengan survey venue tahap
2 yang melibatkan Pengurus DPP yang hadir pada saat itu. Banyaknya venue yang menjadi alternatif membuat kegiatan survey tahap 2 ini memakan waktu hingga 2 hari. Pada hari yang ke-2, turut bergabung Ketua Umum IATCA bersama Ketua Bidang Hubungan Masyarakat dan Publikasi DPP IATCA.
Antusiasme sangat terlihat di kalangan Anggota DPC IATCA Semarang dengan adanya persiapan yang matang untuk pelaksanaan Kick-Off Meeting. Semua unsur ATC di lingkungan AirNav Indonesia Cabang Semarang dikerahkan dari mulai para pejabat hingga Taruna On The Job Training yang sedang berdinas di sana. Kegiatan Kick-Off Meeting diakhiri dengan arahan dari Ketua Umum DPP IATCA untuk tahap persiapan berikutnya. Di sini, belum ditetapkan kepanitiaan dan venue pelaksanaan MUNAS 7.
Edisi 5 | April 2019 | Indonesia Controller
Cover Story
|
SUGENG RAWUH INGKANG SEMARANG ATC INDONESIA Semarang sedang hangat dibicarakan di kalangan ATC Indonesia. Pasalnya, Ibukota Provinsi Jawa Tengah tersebut telah terpilih sebagai Host penyelenggaraan Musyawarah Nasional Ke-7 asosiasi profesi ATC Indonesia, Indonesia Air Traffic Controllers Association (IATCA) yang akan diadakan pada tanggal 30 April hingga 3 Mei 2019 mendatang. Teks - Moh. Bambang Gilang Ramadhan - DPC IATCA Makasssar
Persiapan pelaksanaan
MUNAS ke-7 IATCA dengan tema “REINVENTING PROFESSIONALISM” ini berlanjut kepada tahap Rapat Pembentukan Panitia Pelaksana yang diadakan pada tanggal 16–17 Februari 2019 di Kantor Pusat AirNav Indonesia. Mayoritas peserta rapat yang juga adalah calon panitia yang disaring melalui penawaran kesediaan di grup
percakapan IATCA Young Professional merupakan ATC di kalangan usia milenial yang memiliki semangat luar biasa untuk bergabung dan mensukseskan kegiatan ini. Rapat yang diadakan selama 2 hari berturut-turut tersebut menghasilkan beberapa keputusan di antaranya susunan panitia, logo MUNAS ke-7 IATCA, dan venue penyelenggaraan kegiatan.
Indonesia Controller | April 2019 | Edisi 5
Aston Hotel and Convention Centre terpilih sebagai venue penyelenggaraan kegiatan setelah melalui berbagai macam pertimbangan. Kapasitas ballroom, kesediaan ruang rapat, dan jumlah kamar tidur menjadi fokus utama dalam proses seleksi. Dan Aston mampu menyediakan semua kebutuhan yang diminta. Lokasinya yang terletak di pusat Kota
Semarang pun menjadi alasan terpilihnya hotel bintang 4 ini untuk memudahkan para peserta dan undangan kegiatan dalam hal mobilisasi dan akomodasi.
Akhirnya, Sugeng Rawuh ingkang Semarang, ATC Indonesia! IATCA ARMY siap mensukseskan Kegiatan MUNAS ke-7 IATCA Semarang. Bravo IATCA! Let’s Do It!
39
Mahmud Tower-Palembang foto by @adamseptian27 Edisi 5 | April 2019 | Indonesia Controller
Thousand calculations, Thousand decisions for one unbeatable word....
SAFETY !
Indonesia Controller | April 2019 | Edisi 5
| Holding Point
1
year old
this year
the dream come true KESENANGAN DALAM SEBUAH PEKERJAAN MEMBUAT KESEMPURNAAN PADA HASIL YANG DICAPAI – Aristoteles Kegagalan dalam hidup itu adalah hal yang biasa. Yang luar biasa adalah bagaimana kita belajar dari kegagalan itu untuk berhasil. Berbahagialah ketika kita gagal karena disana Tuhan memberikan pelajaran ketulusan. Sebuah pelajaran bahwa bekerja bukan hanya untuk nikmat dan pujian, tapi untuk kebahagiaan, rendah hati dan ketulusan. Tersenyumlah dalam mengerjakan bagian kita. Hilangkan perkataaan negatif orang tentang kita. Fokus dan bersenang-senanglah dalam pekerjaan kita. Dengan kebahagiaan dalam bekerja, kita akan dapatkan hasil yang diinginkan.
42
Edisi 5 | April 2019 | Indonesia Controller
Holding Point
K
einginan untuk mempunyai media cetak internal pada organisasi IATCA sebenarnya sudah ada sejak lama. Tepatnya sejak tahun 2009 ketika IATCA akan mengadakan Musyawarah Nasional ke 4 di Bali. IATCA menyadari bahwa media cetak yang dimiliki sendiri dapat dijadikan etalase bagi para anggotanya untuk lebih memperlihatkan potensi yang ada. Semua hal dapat disampaikan oleh anggota melalui media cetak ini, terlebih pada masa-masa itu adalah saat dimana IATCA berjuang agar Single ATS Provider (SAP) menjadi nyata. Keterbatasan yang ada membuat apa yang diinginkan tidak pernah terwujud. Namun keinginan untuk mempunyai media cetak sendiri tidak pernah padam. Anggap saja api yang membara tidak mati namun masih menyisakan bara dan latu yang menunggu angin bertiup agar api menyala kembali. Keinginan tersebut IATCA simpan sebagai mimpi bukan sebagai dongeng. Karena IATCA percaya bahwa mimpi bisa menjadi nyata, namun dongeng hanyalah cerita pengantar tidur.
Indonesia Controller | April 2019 | Edisi 5
|
Keinginan tersebut IATCA simpan sebagai mimpi bukan sebagai dongeng. Karena IATCA percaya bahwa mimpi bisa menjadi nyata dan dongeng hanyalah cerita pengantar tidur. Perjalanan waktu pada akhirnya mengantarkan IATCA pada kondisi yang lebih baik dari masa sebelumnya. Kepercayaan diri mulai timbul saat di tahun 2013 IATCA dipercaya menjadi tuan rumah pertemuan IFATCA Annual World Conference ke 52. Sebagai tuan rumah ada kewajiban yang diberikan oleh IFATCA bahwa tuan rumah harus membuat majalah tentang kondisi dunia penerbangannya. Alhamdulillah amanah yang diberikan dapat dilaksanakan dengan baik. IATCA mampu membuat majalah yang diharuskan namun dana yang diperlukan saat itu bukan dari iuran anggota tapi dana dari panitia. Rapat Rencana Kerja Organisasi dan Rencana Kerja Anggaran (RKO/RKA) yang dilakukan pada bulan September tahun 2017 di Jogjakarta menjadi titik balik bagi IATCA untuk mewujudkan mimpi yang dulu ada.
Tahun 2018 ditetapkan sebagai Year of Member Association. Proyeksi keuangan dari iuran anggota telah terlihat dan Rencana Kerja Organisasi juga telah disusun. Kadang pembicaraan di luar meja rapat lebih seru dibandingkan di meja rapat. Ide untuk membuat majalah terucap ketika beberapa pengurus sedang beristirahat. Melihat proyeksi keuangan dari iuran anggota yang semakin baik dan ingin mengkonkritkan Year of Member Association maka ide untuk membuat majalah di mulai dengan diadakannya pelatihan jurnalistik oleh IATCA di awal tahun 2018 dan selanjutnya mimpi yang dulu tersimpan akhirnya bisa menjadi nyata. Berikut ini adalah beberapa anggota IATCA yang berada di balik terbitnya Majalah Indonesia Controller. Orangorang yang membuat salah satu mimpi IATCA menjadi nyata.
43
| Holding Point
people behind the scene Seperti halnya dalam pembuatan dan produksi suatu majalah, sesederhana apapun harus ada orang yang bertanggungjawab terhadap publikasi yang diterbitkan. Dalam menerbitkan majalah ini DPP IATCA menunjuk beberapa orang yang menempati beberapa jabatan untuk kelancaran penerbitan majalah ini. Ada yang melakukan tugas sebagai Pemimpin Redaksi, Redaktur, Editor, Reporter, Photographer, Kontributor dan beberapa jabatan lainnya.
Persyaratan minimal dalam proses pembuatan dan penerbitan majalah ini sebisa mungkin dipenuhi. Rapat redaksi, pemilihan tema, proses seleksi penulisan, mengedit tulisan, pembuatan layout majalah sampai dengan pemilihan nama rubrik yang menggunakan nama-nama di sekitar lingkup pekerjaan Air Traffic Controller khususnya dan dunia penerbangan pada umumnya agar menjadi ciri khas dari majalah ini.
PENANGGUNG JAWAB
PEMIMPIN REDAKSI
Sebagai Ketua Umum IATCA, jabatannya menjadi Ex-Officio penanggung jawab penerbitan majalah Indonseia Controller. Sebelum majalah diterbitkan Pemimpin Redaksi akan memberikan draft majalah untuk dibaca terlebih dahulu dan mendapatkan persetujuan.
Sebagai Ketua Bidang Humas dan Publikasi, jabatannya menjadi ExOfficio. Disamping menentukan tema utama dari majalah yang akan terbit, juga menjadi layouter/designer dari halaman majalah. Kadang ikut menulis untuk mendukung tulisan dari para reporter/redaktur.
SUWANDI
AHMAD IZAZI
REDAKTUR
REDAKTUR
Passion menulis tidak pernah padam, masih mengelola acil’s column di web membuat figur yang juga menjabat sebagai Bendahara Umum IATCA ini dijadikan Redaktur. Tulisan tentang Navigasi di masa depan adalah spesialisasinya pada beberapa edisi.
Sebagai Executive Secretary di DPP IATCA sudah sepantasnya posisi Redaktur di pegang oleh beliau. Disela-sela kesibukannya sebagai GM AirNav Solo, masih ada waktu yang diluangkan untuk memeriksa semua tulisan yang masuk dan jika diperlukan melakukan koreksi untuk diberikan kepada Editor.
SETIO ANGGORO REDAKTUR
ZAINAL ARIFIN HARAHAP
Sikap kritis dan selalu ingin berbagi ilmu membuat anggota bidang procedural DPP IATCA ini didapuk sebagai Redaktur. Kejeliannya dalam melihat konten maupun redaksional yang dikirimkan oleh penulis sangat membantu Tim dalam menyempurnakan majalah yang akan terbit.
redaktur
rizwan noor hasfrian
REDAKTUR pelaksana
editor
Anggota Bidang Humas DPP IATCA yang mulai aktif di kepengurusan sejak awal 2018 ini mempunyai kemampuan mengolah photoshop dan photography. Sebagai Redaktur Pelaksana tugasnya membantu semua Redaktur dan membantu membuat layout halaman majalah.
Jabatan Editor diisi oleh figur yang satu ini. Mulai dari Typography tulisan, susunan kata, materi tulisan, tata letak foto / layout halaman adalah menjadi tugasnya memeriksa semua tulisan yang diberikan dari Redaktur untuk selanjutnya diberikan kepada Pemred untuk dijadikan draft final majalah.
44
Putu Dipa sanjaya
PURWO DHENYDHENY PURWO HARIYANTO Sebagai Bendahara 2 di DPP IATCA tidak membuat figur yang satu ini hanya mengurusi keuangan. Beberapa tulisannya ikut meramaikan Majalah Indonesia Controller. Teknologi penerbangan adalah bidang yang dipegangnya untuk menyeleksi tulisan-tulisan yang masuk dari para kontributor atau penulis.
DHENY ulul PURWO azmi
Edisi 5 | April 2019 | Indonesia Controller
Holding Point
kontributor tetap
AMINARNO BP
Sebagai Ketua DKP IATCA, tokoh yang satu ini mempunyai Rubrik Khusus yaitu NOTAM (NOTice from AMinarno). Tulisan-tulisannya harus selalu ada di setiap edisi. Konten tulisannya beragam mulai dari nasehat, opini dan motivasi yang memberikan inspirasi untuk semua pembacanya.
mohamad romy
KONTRIBUTOR
KONTRIBUTOR
Kemampuan menulisnya yang otodidak semakin terasah sejak mengikuti Pelatihan Jurnalistik di awal tahun 2018. Tulisannya yang lugas, mengalir, ringan namun enak dibaca menjadikan ATC yang saat ini bertugas di Kertajati setelah pindah dari Kendari menjadi kontributor majalah.
Sebagai Kabid Humas DPC IATCA Makassar tidak menghalangi tugasnya di DPC untuk membantu DPP IATCA memberikan sumbangan ide dan juga tulisan yang apik. Mulai aktif menjad Kontibutor sejak edisi ke-3. Kemampuannya berbahasa Inggris sangat membantu Editor dalam memeriksa ulang tulisan.
riza d januar PHOTOGRAPHER
merdi tiara uriko
Kemampuannya memegang kamera tidak diragukan lagi, setingkat profesional mungkin bukan kata untuk menyombongkan diri. Terlibat cukup lama dalam dunia photography di lingkungan IATCA membuat perpustakaan fotonya tentang kegiatan IATCA menjadikan majalah ini berwarna.
Disamping personel di atas, masih ada beberapa figur yang turut membantu kesinambungan terbitnya majalah Indonesia Controller ini. Terutama untuk pengiriman majalah ke setiap DPC IATCA dan juga penyebaran majalah untuk Stakeholder yang berada di Jakarta. Beberapa Anggota IATCA dari beberapa Cabang juga telah mulai berani untuk mengirimkan karyanya. Hal ini sungguh menggembirakan karena niat awal pembuatan majalah ini agar setiap anggota mendengar dan mengetahui kabar dari anggota yang lain sudah mulai terasa. Sharing ilmu pengetahuan yang memang harus diketahui juga sudah mulai dilakukan agar
Indonesia Controller | April 2019 | Edisi 5
|
Kontributor Kontibutor yang satu ini selalu menyesuaikan dengan moment yang ada saat membuat tulisan. Walaupun dengan bahasa yang santai, konten yang terstruktur menjadi ciri khas di setiap tulisannya . Semangatnya untuk terus menulis dan tidak sabar menunggu edisi berikutnya membuat punggawa yang lainnya menjadi bersemangat.
BAMBANG GILANG PHOTOGRAPHER
andi irdiansyah achmad
Figur yang satu ini tidak bisa dibilang baru dalam kegiatan IATCA. Beberapa karyanya sudah sering kita lihat, kemampuannya hampir menyamai seniornya. Koleksi foto yang dimiliki juga tidak kalah banyak. Saling mengisi diantara Photographer membuat majalah ini tidak khawatir kekurangan ilustrasi photo.
semua Anggota IATCA mengikuti perkembangan teknologi penerbangan, khususnya Air Traffic Controller. Kami juga merasa senang karena Majalah Indonesia Controller sejak edisi ke-3 telah mempunyai Nomor ISSN (International Standar Serial Number) sebuah nomor unik yang digunakan untuk identifikasi publikasi berkala media cetak ataupun elektronik. Semoga langkah awal yang telah dilakukan ini dapat diteruskan oleh generasi-generasi IATCA mendatang untuk tetap memberikan sumbangsihnya pada dunia penerbangan Indonesia.(af)
45
| Refreshing
WHAT IS “JUST CULTURE ?”
inside this issue A. KONSEP JUST CULTURE B. MERANCANG BUDAYA ADIL
Suatu kunci suksesnya implementasi manajemen keselamatan dalam sebuah organisasi penerbangan adalah terciptanya “Just Culture”, yaitu suatu budaya dimana para pelaku utama dalam dunia penerbangan secara sadar dan terbuka untuk melaporkan setiap tindakan, kesalahan, kealpaan, ataupun keputusan yang berkaitan dengan pengalaman dan kompetensi profesinya dan menyadari sepenuhnya bahwa organisasi tidak menerapkan sanksi atas perbuatannya tersebut. Namun demikian tidak mentolelir adanya suatu tindakan yang nyata-nyata merupakan sebuah kelalaian fatal, pelanggaran dengan unsur kesengajaan, dan tindakan pengrusakan lainnya. Termasuk kedalam hal-hal yang tidak dapat ditolelir itu misalnya adalah tindakan kriminal, penyalahgunaan zat-zat terlarang, ketidakpatuhan yang gegabah, sabotase, dan lain-lain. Tindakan-tindakan yang demikian tersebut tidak termasuk kedalam kriteria yang bebas dari sanksi, oleh karena itu diperlukan adanya batasan yang jelas antara perilaku yang dapat diterima dan tidak dapat diterima yang disepakati oleh semua pihak dalam sebuah organisasi.
Dalam setiap kejadian yang berkaitan dengan keselamatan penerbangan, baik itu suatu kecelakaan maupun insiden, akan dilakukan proses investigasi untuk mencari sumber penyebabnya dan kemudian mengambil tindakan / langkahlangkah korektif yang sesuai agar kejadian serupa tidak berulang di kemudian hari. Merupakan suatu kebutuhan bagi setiap orang untuk dapat belajar dari proses tersebut sebagai upaya pencegahan dalam menjaga keselamatan penerbangan dan proses pembelajaran itu sangat bergantung pada hasil investigasi yang telah dilakukan. Proses investigasi dan analisa keselamatan merupakan cara yang paling efektif untuk mempelajari peristiwa yang telah terjadi, hal ini biasanya diperoleh dari hasil pelaporan yang efektif dan memadai, oleh karena itu sangat penting menciptakan sebuah lingkungan yang terbuka terhadap pelaporan atas kejadiankejadian yang ada, selanjutnya pelaporan ini sangat berguna dalam mengambil tindakan-tindakan pencegahan di kemudian hari melalui proses-proses perbaikan misalnya pelatihan ulang, peningkatan pengawasan, perubahan prosedur, dan lain-lain. Ini semua akan didapat apabila “Just Culture” telah berjalan dengan baik dalam sebuah organisasi.
Dalam Safety Management System (SMS) kita dapat melihat bagaimana sebuah “pengakuan jujur kesalahan” akan menghasilkan dampak positif untuk pengembangan langkahlangkah pencegahan kedepan yang sesuai melalui pelaksanaan pelatihan ulang, peningkatan pengawasan, perbaikan prosedur, dan lain-lain. Kecuali hal-hal yang bersifat kelalaian fatal, pelanggaran yang disengaja dan tindakan destruktif lainnya, hal-hal yang termasuk tindakan kriminal yang tidak didalam ruang lingkup SMS dapat diilustrasikan dengan gambar dibawah ini.
Actions / Omissions
Facts quality as violation
inadequate attitude ?
Membahas mengenai “Just Culture”, maka dalam konteksnya tidak akan terlepas dari Safety Culture yaitu istilah yang sering digunakan untuk menjelaskan bagaimana mengelola safety yang mencerminkan perilaku, kepercayaan, persepsi dan nilainilai dimana setiap individu memiliki andil dalam menciptakan kondisi safety di lingkungan kerjanya.
A. KONSEP JUST CULTURE “Just Culture” merupakan kondisi dimana setiap individu secara sukarela melaporkan segala tindakan, kelalaian atau keputusan yang diambil berdasarkan kewenangannya dan menyadari bahwa organisasi tidak akan menerapkan sanksi atau hukuman atas tindakannya tersebut. Namun demikian organisasi tidak memberikan toleransi atas tindakan yang merupakan kelalaian besar, pelanggaran yang disengaja dan tindakan merusak.
Factual qualification ?
Untuk membangun “Just Culture”, diperlukan atmosfir kepercayaan dari seluruh elemen dalam organisasi dimana orang-orang diberi dorongan dan semangat, bahkan terkadang diperlukan pemberian apresiasi atas upaya-upaya yang telah dilakukan dalam menciptakan keselamatan.
No Negligance Gross Negligance
Honest mistakes criminal acts
Management to monitor these and take disciplinary actions as required Issue for the competence of justice Safety occurence Action/omission traceable to ATCO YES Factual Qualification
Violation of a regulatory provision YES
Inadequate attitude ?
Gross negligance YES Criminal Offense
46
SMS to address these for the single purpose of improving safety
NO NO
SMS to address these Occurances without breach for the single purpose of improving safety of rules Honest mistake
SMS to address these for the single purpose of improving safety Issue for the competence of justice
Edisi 5 | April 2019 | Indonesia Controller
Refreshing
Salah satu prasyarat untuk menciptakan “Just Culture” adalah adanya de-lineasi atau garis tanggung jawab yang jelas untuk memilah mana tindakan yang layak mendapat hukuman dan non-hukuman, hal ini harus didefinisikan dan diterima oleh semua pihak yang terlibat. Di tahap awal biasanya muncul perbedaan-perbedaan persepsi yang disebabkan oleh adanya faktor budaya baik nasional, organisasional dan/atau profesional tetapi pada dasarnya pemahaman dalam organisasi harus sama sehingga sistem pelaporan yang baik dapat menciptakan hasilhasil positif yang dapat diimplementasikan dan dijaga dari waktu ke waktu. B. MERANCANG “JUST CULTURE” Dalam merancang sebuah budaya pelaporan yang baik, berikut ini hal-hal yang perlu dijadikan pertimbangan, yaitu : 1. Batasan-batasan Didalam dunia Air Traffic Management (ATM), membujuk orang-orang untuk menyampaikan laporan tentang kejadian keselamatan bukanlah tugas yang mudah, terutama jika kejadian tersebut melibatkan diri mereka sendiri, hal itu disebabkan karena beberapa faktor, antara lain : • Reaksi dasar manusia ketika melakukan sebuah kesalahan cenderung untuk tidak mengakuinya dengan jujur; • Pelapor beranggapan tidak akan mendapat nilai tambah dari pembuatan laporan, ditambah dengan sikap skeptis tentang kemungkinan tindakan manajemen atas informasi tersebut; • Adanya masalah kepercayaan yang akan membuat dirinya dan/atau rekan-rekannya berada dalam masalah dan ketakutan akan adanya pembalasan; • Tidak adanya insentif yang diberikan atas pelaporan sukarela yang tepat waktu agar kesalahan tersebut dapat segera ditindaklanjuti; • Tidak menyukai adanya pekerjaan tambahan; • Keinginan alamiah seseorang untuk segera melupakan kejadian itu pernah terjadi. Budaya pelaporan yang jujur telah dicoba di industri lain seperti kedokteran, nuklir, kimia, dan lain-lain. Dari beberapa skema pengkajian yang ada menunjukkan bahwa sedikitnya terdapat 5 (lima) faktor yang menentukan kuantitas dan kualitas suatu laporan insiden. Hal ini sangat penting untuk menciptakan iklim kepercayaan dalam organisasi dan berguna untuk memotivasi orang-orang agar bersedia mengajukan laporan. Kelima faktor tersebut adalah :
Indonesia Controller | April 2019 | Edisi 5
|
a. Ganti rugi terhadap proses disipliner sejauh hal itu dapat dilakukan dan diterima secara hukum; b. Kerahasiaan atau disidentifikasi pelapor; c. Pemisahan badan atau departemen yang mengumpulkan dan menganalisis laporan dengan badan yang berwenang untuk menilai proses disipliner dan pemberian sanksi; d. Sistem pelaporan yang cepat, berguna, mudah diakses dan mudah digunakan; e. Kemudahan dalam membuat laporan. Salah satu contoh yang dapat kita lihat adalah Eurocontrol yang telah mengembangkan aplikasi sistem pelaporan yang efektif dengan nama TOKAI (Tool Kit for ATM Occurrence Investigation) yang memenuhi faktor-faktor tersebut diatas, antara lain : • Memiliki fasilitas untuk identifikasi laporan dan perlindungan kerahasiaan data pelapor; • Desain yang modular untuk memastikan pemisahan antara modul pemberitahuan dan modul analisis, investigasi, dan laporan; • Tampilan antarmuka (interface) yang mudah digunakan untuk membuat laporan dengan cepat; • Fasilitas untuk memungkinkan mengurangi pekerjaan ekstra saat mengajukan laporan. 2. Aspek Kerahasiaan Sistem pelaporan yang baik harus memberikan umpan balik yang valid terkait dengan faktor-faktor penyebab kecelakaan ataupun insiden, baik yang bersifat lokal maupun organisasional. Hal ini jauh lebih penting daripada menyalahkan individu-individu yang terlibat. Oleh karena itu diperlukan adanya jaminan agar melindungi para pelapor dan kolega mereka dari tindakan disipliner yang diambil atas dasar laporan mereka, sejauh hal itu dapat dipraktekkan dan diterima secara hukum. 3. Prasyarat “Just Culture” Pada tahun 2000, Eurocontrol menetapkan prasyarat yang diperlukan untuk mencapai “Just Culture” sebagaimana dituangkan dalam dokumen ESARR-2 (EUROCONTROL Safety Regulatory Requirement) tentang Reporting and Assessment of Safety Occurrences in ATM, kemudian inisiatif ini dilanjutkan dalam EATMP (European Air Traffic Management Programme) yang selanjutnya dituangkan dalam dokumen nomor SAF.ET1. ST01.1000-GUI-01-00 EATMP Safety Policy Implementation Guidance Material “Sistem Pelaporan untuk organisasi-
47
| Refreshing organisasi penyedia layanan ATM - Bagian 1 - Pelaporan Manusia”. Dimana jenis sistem pelaporan yang bersifat wajib maupun sukarela tujuannya adalah untuk menunjukkan gambaran yang jelas tentang kriteria hukuman/non-hukuman. Kriteria ini didefinisikan dengan jelas dan diterima oleh semua pihak yang terlibat. Ada 6 prasyarat yang telah diidentifikasi untuk dapat menciptakan sistem pelaporan yang berhasil, yaitu : a. MOTIVASI dan PROMOSI, staf harus termotivasi untuk melaporkan dan tren itu harus dijaga. b. KEMUDAHAN PELAPORAN, pelaporan kejadian harus dibuat semudah mungkin dan hindari anggapan bahwa pelaporan sebagai tugas tambahan. c. PENGAKUAN, para pelapor ingin mengetahui apakah laporan mereka diterima atau tidak, apa yang akan terjadi selanjutnya, apa yang diharapkan, dan kapan akan mendapatkan umpan balik. d. INDEPENDENSI, kewenangan independensi harus diberikan kepada para manajer sistem pelaporan. e. UMPAN BALIK, umpan balik kepada para pelapor dan pemangku kepentingan lainnya sangat penting, jika tidak, sistem tidak akan berjalan. f. KEPERCAYAAN, semua ini hanya dapat terjadi jika ada kepercayaan antara para pelapor dan manajer sistem pelaporan. Selain kontributor di atas, konsultasi dan keterlibatan asosiasi penerbangan serta ulasan rekan sejawat dalam operasional, pemeliharaan sistem pelaporan, dan keamanan data juga penting untuk dilakukan, karena mungkin saja masih ada praktikpraktik lain yang belum teridentifikasi untuk menciptakan “Just Culture” yang lebih efektif. Selain itu perlu dipertimbangkan bahwa penerapan hukuman terhadap semua jenis kesalahan dan tindakan yang tidak aman tanpa mempertimbangkan asal muasal kejadian juga tidak dapat diterima. Termasuk juga pemberian kekebalan sanksi kepada semua personil yang berkontribusi terhadap kejadian keselamatan juga tidak akan menciptakan budaya keselamatan yang baik. 4. Mendefinisikan Batasan dari “Perilaku yang Tidak Dapat Diterima” Membedakan antara ‘perilaku buruk’ dan ‘tindakan tidak aman’ adalah tugas yang sulit, untuk itu perlu disepakati prinsipprinsip dalam menetapkan garis pemisah ini. Sebaliknya, pelanggaran kriminal dapat didefinisikan dengan mudah, karena sifat mereka adalah tindakan yang disengaja. Sedangkan kelalaian, khilaf, penyimpangan, kesalahan dan pelanggaran termasuk dalam kategori kesalahan yang harus diakui dengan jujur agar dapat dilakukan penyelidikan yang obyektif atas setiap peristiwa tersebut untuk menentukan ke dalam kategori mana ia akan ditempatkan nantinya.
48
Menurut James Reason, untuk melihat sebuah peristiwa secara lebih rinci, tindakan manusia dapat didefinisikan dengan melibatkan tiga elemen inti, yaitu : • INTENSI atau NIAT yang menentukan tujuan langsung dan/ atau perilaku yang diperlukan untuk mencapainya; • TINDAKAN yang dipicu oleh niat ini (yang mungkin sesuai atau mungkin tidak sesuai dengan rencana aksi); • KONSEKUENSI dari tindakan-tindakan ini mungkin dapat mencapai atau tidaknya tujuan yang diinginkan, dengan kata lain tindakan-tindakan tersebut bisa jadi berhasil atau tidak berhasil. Action Context Feed INTENTIONS
ACTIONS
CONSEQUENCE
Feed
5. Kekhawatiran Tentang Penyalahgunaan Informasi Salah satu masalah utama pada pengumpulan data dan analisis informasi secara sistematis dalam jumlah besar adalah tingkat kritikal informasi, dimana informasi itu akan menjadi alat yang sangat kuat jika digunakan dengan benar serta akan memberikan manfaat yang besar. Namun sebaliknya, jika digunakan dengan tidak semestinya dapat menyebabkan kerusakan. a. Hukuman/Penegakan Aturan Pertama, para pelapor yang potensial mungkin khawatir jika manajemen perusahaan atau pihak berwenang akan menggunakan informasi yang dilaporkan untuk tujuan menghukum atau penegakan hukum. Sebagai contoh, misalnya seorang mekanik enggan melaporkan manual pemeliharaan yang membingungkan yang berpotensi menyebabkan instalasi tidak tepat, karena alasan takut jika manajemen tidak setuju dengan laporannya, kemudian menghukumnya. Penerapan hukuman tersebut menyebabkan 2 masalah, yang pertama manual pemeliharan yang membingungkan tersebut akan tetap digunakan dalam sistem dan terus berpotensi membingungkan mekanik-mekanik lainnya. Kedua, dan bahkan lebih buruk lagi, bahwa hukuman tersebut dampaknya akan menjadi “penembak pelapor”. Dengan ‘menembak’ si pelapor maka manajemen dipastikan tidak akan pernah mendengar lagi laporan dari orang- orang lain. Pada akhirnya masalah tersebut akan tetap menjadi “kejadian yang tidak dilaporkan” dan menjadi bahaya laten sampai suatu saat terjadi kecelakaan atau insiden besar akan didengar testimoni “Ah, kami semua tahu kok tentang masalah tersebut.” Contoh lainnya, regulator penerbangan di Inggris, CAA (Civil Aviation Authority) beberapa tahun lalu mengumumkan bahwa
Edisi 5 | April 2019 | Indonesia Controller
Refreshing
perhatian mendasar mereka adalah menjamin pelaporan yang bebas dan tanpa hambatan. Pelanggaran hukum yang tidak direncanakan atau tidak disengaja tidak akan menjadi kebijakan mereka untuk diproses secara kelembagaan karena telah diatur dalam Skema Pelaporan Wajib Inggris, kecuali untuk kasus-kasus yang besar dan fatal akibat dari kelalaian. CAA juga mendorong perusahaan penerbangan Inggris dan pelaku industri penerbangan lain untuk melakukan pendekatan yang sama. Itulah yang menjadi alasan utama mengapa Inggris memiliki program informasi keselamatan penerbangan terkemuka di dunia, baik pemerintah maupun swasta. Inggris menciptakan bentuk fasilitasi yang sangat penting dalam pengembangan program pelaporan dan pertukaran informasi keselamatan penerbangan yang efektif. Hal sama juga terjadi di British Airways, mereka memberikan jaminan tidak akan “menembak pelapor” untuk mendapatkan informasi keselamatan dari pilot, mekanik, dan lain-lain dengan sistemnya yang bernama BASIS (British Airways Safety Information System). Banyak maskapai lain di seluruh dunia yang menyatakan mereka juga harus melakukan hal yang sama seperti British Airways untuk mendapatkan informasi yang mereka butuhkan dengan bersikap proaktif tentang keselamatan penerbangan. Pada Oktober 2001, kemajuan yang cukup signifikan dilakukan oleh Amerika Serikat, FAA (Federal Aviation Administration) mengumumkan sebuah peraturan yang mengambil model dari Inggris, bahwa informasi trajektori penerbangan yang direkam oleh maskapai dikenal dengan FOQA (Flight Operation Quality Assurance) yang dikirimkan ke FAA tidak akan digunakan untuk tujuan penegakan hukum terhadap maskapai penerbangan atau pilot, sebagaimana dituangkan dalam FAA 14 Code of Federal Regulations (CFR) 13.401 - Flight Operational Quality Assurance Program : Prohibition against use of data for enforcement purposes. b. Akses Publik Masalah yang terjadi di beberapa negara adalah akses publik, termasuk akses media, atas informasi yang dipegang oleh lembaga pemerintah. Permasalahan ini tidak mempengaruhi kemampuan komunitas penerbangan untuk membuat program Global Aviation Information Network (GAIN) tetapi mempengaruhi sejauh mana lembaga pemerintah akan mendapat akses informasi dari GAIN. Oleh karena itu, pada tahun 1996 FAA menetapkan Undang-undang Hukum Publik 104-264, 49 U.S.C Bagian 40123, yang mengharuskannya untuk melindungi informasi keselamatan penerbangan dari publik. Jaringan ini tidak akan menghilangkan informasi apa pun yang dapat diakses oleh publik, justru disisi lain ada manfaat yang signifikan bagi FAA karena dapat menggunakannya untuk membantu mencegah kecelakaan dan insiden di kemudian hari.
Indonesia Controller | April 2019 | Edisi 5
|
c. Sanksi Pidana Kendala utama pengumpulan dan pertukaran informasi keselamatan penerbangan di beberapa negara adalah kekhawatiran tentang adanya tuntutan pidana karena pelanggaran peraturan. Sangat sedikit negara yang melarang tuntutan pidana untuk pelanggaran peraturan keselamatan penerbangan. “Kriminalisasi” kecelakaan belum menjadi masalah besar, tetapi kecenderungan dari beberapa kecelakaan penerbangan yang terjadi baru-baru ini menunjukkan perlunya komunitas penerbangan untuk memperhatikan ini dan siap untuk meresponnya. Perhatian utama terpusat pada sistem peradilan umum yang menimbulkan ketakutan adanya penerapan sanksi bagi pelapor, terutama jika dia ikut bertanggung jawab atas insiden yang dilaporkan. Lebih jauh lagi, unsur-unsur media yang secara agresif menganggap hal tersebut sebagai pelanggaran keamanan dan keselamatan penerbangan.
Menghukum ATC (Air Traffic Controller) atau pilot dengan denda atau skorsing menjadi bias oleh publisitas media, faktorfaktor ini akan memberikan efek kumulatif bagi “pelaporan yang jujur” yakni akan mengurangi tingkat pelaporan insiden dan sharing informasi keselamatan yang pada akhirnya akan menjadi bahaya laten dimana hal ini menghambat peningkatan keselamatan penerbangan. International Federation of Air Traffic Controllers’ Associations (IFATCA) menyatakan dalam Siaran Pers pada Oktober 2005, bahwa International Civil Aviation Organization (ICAO) dalam Annex 13 telah menetapkan bahwa “satu- satunya tujuan penyelidikan insiden dan kecelakaan adalah untuk pencegahan kecelakaan itu sendiri”. Bukan untuk saling menyalahkan atau mencari siapa yang harus bertanggungjawab, IFATCA menyatakan bahwa “Tuntutan terhadap seorang ATC tidak akan meningkatkan keselamatan penerbangan”. d. Pengadilan Sipil Salah satu masalah yang signifikan di Amerika Serikat, adanya kekhawatiran bahwa informasi yang dikumpulkan dapat digunakan terhadap sumber data litigasi (proses pengadilan)
49
| Refreshing
pada kecelakaan sipil. Secara signifikan, pemikiran tentang masalah ini telah berubah secara drastis dalam beberapa tahun terakhir, manfaat dari program informasi proaktif sekarang dilihat sebagai suatu hal positif yang berkembang jauh lebih cepat daripada risiko yang terkait dengan program- program lainnya. Baru-baru ini yang menjadi isu adalah pengumpulan informasi dapat meningkatkan jumlah tuntutan. Kisah sukses dimasa awal ketika perusahaan penerbangan mulai mengumpulkan informasi untuk meningkatkan keselamatan telah berubah dimana saat itu bagi mereka yang tidak mengumpulkan informasi justru akan meningkatkan jumlah tuntutan. Evolusi ini terjadi meskipun risiko kerahasiaan informasi tidak selalu mencegah litigasi kecelakaan. Ada dua kasus di Amerika Serikat yang menjaga kerahasiaan informasi kecelakaan penerbangan justru mendapatkan hasil yang berbeda. Pada satu kasus, hakim mengakui bahwa program informasi rahasia akan rusak jika pihak yang mengajukan tuntutan hukum diberi akses terhadap informasi rahasia tersebut. Dengan demikian, ia memutuskan, bahwa lebih baik perusahaan penerbangan memiliki program informasi rahasia sendiri daripada memberikan kepada pihak yang justru akan mengajukan tuntutan hukum. Sedangkan pada kasus lain, hakim mendapatkan hasil yang berlawanan dengan mengizinkan pihak yang mengajukan gugatan mengakses informasi rahasia tersebut. Dengan harapan bahwa dalam kasus-kasus yang akan terjadi di masa mendatang, pengadilan akan memilih mengecualikan informasi rahasia tersebut dari ruang lingkup litigasi. Namun demikian, kasus hukum saat ini tidak konsisten dan di masa yang akan datang mungkin tidak cukup dengan melindungi kerahasiaan program-program tersebut. Oleh karena itu, mengingat kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi dalam litigasi kecelakaan penerbangan, anggota komunitas penerbangan harus mempertimbangkan kemungkinan manfaat program risiko litigasi tersebut. 6. Manfaat “Just Culture” Manfaat yang dapat diperoleh dari “Just Culture” dalam organisasi merupakan efek yang terukur, seperti meningkatnya jumlah laporan kejadian dan tindakan korektif yang diambil, serta manfaat organisasi dan manajerial yang tidak dapat dilihat dengan kasat mata (intangible), seperti : a. Meningkatnya Jumlah Laporan “Just Culture” tidak hanya dapat menyebabkan peningkatan jumlah laporan, terutama dari kejadian yang sebelumnya tidak dilaporkan, tetapi juga untuk identifikasi tren terbaru, suatu kecenderungan yang akan memberikan peluang untuk mengatasi masalah keamanan laten atau jangka panjang. Kurangnya kejadian yang dilaporkan tidak selalu menunjukkan bahwa operasi atau kegiatan itu aman-aman
50
saja, sama halnya juga dengan peningkatan kejadian yang dilaporkan tidak menunjukkan adanya penurunan keamanan. Pelaporan peristiwa menjelaskan adanya potensi masalah keamanan, setiap peningkatan pelaporan semacam itu harus dilihat sebagai indikator keselamatan yang sehat. Salah satu contoh, Navi Air, penyedia layanan lalu lintas udara Denmark melaporkan bahwa setelah adanya perubahan pada UndangUndang Denmark pada Juni 2001, menyatakan bahwa tidak ada hukuman bagi laporan kejadian di dunia penerbangan profesional, jumlah laporan dalam kontrol lalu lintas udara Denmark meningkat dari sekitar 15 per tahun menjadi lebih dari 900 laporan di tahun pertama saja. b. Membangun Kepercayaan Proses yang secara jelas membedakan perilaku yang dapat diterima dan tidak dapat diterima, jika dilakukan dengan benar pada sebuah lingkungan yang kolaboratif, dapat menyatukan anggota- anggota yang berbeda dari suatu organisasi yang seringkali jarang berhubungan dalam proses pengambilan kebijakan. Kontak atau hubungan ini merupakan hasil pemahaman bersama tentang dimana seharusnya garis pembeda itu diciptakan, meningkatkan kepercayaan yang merupakan inti dari pengembangan “Just Culture”. Pada tahun 2001, Profesor Hudson mencatat bahwa “sebagian besar pelanggaran ATC disebabkan oleh keinginan untuk menyenangkan pilot daripada kesengajaan.” Fakta ini dikenal lazim di lingkungan maskapai penerbangan atau penyedia layanan lalu lintas udara, tetapi kemudian sering dikaburkan oleh struktur manajemen, terutama selama proses investigasi pelanggaran atau kecelakaan. Selain itu, para pekerja di garis depan mungkin kurang memiliki pemahaman yang jelas tentang prosedur mana yang merupakan larangan “lampu merah” ( jangan pernah dilanggar) dan yang merupakan aturan “lampu kuning” (boleh dilanggar, tetapi akan dihukum jika terjadi kecelakaan). Membentuk “Just Culture” yang dipantau dengan baik akan membantu seluruh anggota organisasi untuk menentukan tanggung jawab mereka sendiri dan memahami peran, pengaruh, dan motivasi orang lain dalam organisasi. Dapat diharapkan bahwa “Just Culture” akan meningkatkan kepercayaan para karyawan di garis depan dalam memprioritaskan manajemen keselamatan di atas keinginannya untuk menyalahkan orang lain. Situasi ini akan memperkuat visi dan nilai organisasi mengenai perlunya mengutamakan keselamatan di semua aspek operasinya. c. Sistem yang Lebih Aman “Just Culture” diharapkan dapat meningkatkan efektifitas organisasi dengan mendefinisikan ekspektasi kinerja pekerjaan yang jelas, menetapkan pedoman yang jelas atas konsekuensi dari penyimpangan prosedur dengan mempromosikan review kebijakan dan prosedur secara terus-menerus. Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan keselamatan.
Edisi 5 | April 2019 | Indonesia Controller
Refreshing
7. Perubahan yang diharapkan pada Organisasi dengan “Just Culture” Pergeseran dari “Blaming Culture” yang tradisional ke “Just Culture” yang lebih konstruktif diharapkan dapat memiliki manfaat nyata yang akan berkontribusi positif terhadap budaya keselamatan secara komprehensif di sebuah organisasi dengan tetap menekankan dua konsep penting yang tidak saling eksklusif, yaitu : • Kesalahan manusia adalah sesuatu yang tidak dapat dihindari dan sistem perlu dipantau dan ditingkatkan secara terus-menerus untuk mencegah, menyelidiki, dan jika perlu mengurangi konsekuensi dari kesalahan tersebut; • Setiap individu bertanggung jawab atas tindakan mereka jika dengan sengaja melanggar prosedur atau kebijakan keselamatan.
“Just Culture” diperlukan oleh suatu organisasi agar dapat memantau sistem keselamatan secara efektif, baik dengan memahami efek kesalahan manusia maupun dengan menunjukkan tekadnya menegakkan tanggung jawab individu. Tanggung jawab ini melingkupi kepatuhan terhadap peraturan keselamatan serta melaporkan kesalahan yang tidak disengaja yang dapat memberikan peringatan pada organisasi terhadap potensi bahaya keselamatan laten. Beroperasi dengan “Just Culture” akan menciptakan kondisi yang kondusif untuk pelaporan dan pengambilan keputusan kolaboratif mengenai perubahan kebijakan dan prosedur. Berdasarkan pengalaman organisasi-organisasi yang telah menerapkan “Just Culture”, nilai-nilai berikut diharapkan menjadi hal yang lazim di seluruh organisasi : • Mengelola bahaya atau potensi bahaya; • Orang-orang di semua tingkatan memahami bahaya dan
|
risiko yang melekat pada operasi mereka dan dengan siapa mereka berinteraksi; • Para personil senantiasa bekerja mengidentifikasi, mengendalikan atau mengelola bahaya atau potensi bahaya; • Kesalahan dapat dipahami, upaya terus dilakukan untuk menghilangkan potensi kesalahan pada sistem dan pelanggaran yang disengaja tidak akan ditolerir; • Karyawan dan manajemen memahami dan menyetujui apa yang dapat diterima dan tidak dapat diterima; • Karyawan didorong untuk melaporkan bahaya keselamatan; • Ketika bahaya dilaporkan, bahaya-bahaya tersebut dianalisis menggunakan metodologi yang tepat, kemudian melakukan tindakan perbaikan yang sesuai; • Bahaya dan tindakan yang diambil untuk mengendalikannya, dilacak dan dilaporkan di semua tingkatan organisasi; • Karyawan senantiasa didorong untuk mengembangkan dan menerapkan keterampilan dan pengetahuan mereka sendiri untuk meningkatkan keselamatan organisasi; • Staf dan manajemen menjalin komunikasi secara terbuka dan sering memperhatikan bahaya keamanan; • Laporan keselamatan disajikan kepada seluruh staf sehingga setiap orang dapat belajar dari kejadian tersebut • Umpan balik diberikan kepada para pengguna dan komunitas penerbangan, melalui: - Pengakuan Pelapor ingin mengetahui apakah laporan mereka telah diterima dengan baik dan apa yang akan terjadi, apa yang diharapkan dan kapan. - Umpan Balik Merupakan hal yang penting di mana para pelapor melihat manfaat dari pelaporan mereka dalam berbagai sudut pandang pengetahuan. jika tidak, sistem akan mati.
DWI LESTARY, S.ST, MA. MS.ASM ATC Instructor STPI - Curug
Budaya Adil (Just Culture) akan meningkatkan kepercayaan para karyawan garis depan dalam memprioritaskan manajemen keselamatannya di atas keinginannya untuk menyalahkan orang lain.
Indonesia Controller | April 2019 | Edisi 5
51
| Initial Contact
Merauke Jauh ?
teks & foto Resa Arga Santosa - Dimas Azis Wicaksono
Mas penempatan di mana sekarang ? Mas dinas dimana sekarang ?, Alhamdulillah sekarang saya penempatan/dinas di Merauke pak/bu. Wah jauh sekali ? Di Papua itu yah ? Wah mahal–mahal ya makannya di sana ? Wah sinyal susah gak disana ? Sudah ada sinyal kah disana ?. Yap kurang lebih begitulah kira–kira pertanyaan serta respon yang dilontarkan dari teman2 ataupun keluarga setelah mengetahui saya berdinas di AirNav Indonesia Cabang Merauke. Yaa Merauke kota kabupaten yang terletak di selatan Papua. Papua, ketika kita mendengar nama pulau tersebut yang terlintas di pikiran, kalau tidak jauh, mahal, gak ada sinyal, serba mahal, tertinggal dan daerah konflik. Begitu pula dengan saya yang sangat ingat sekali terlintas hal tersebut setelah menyelesaikan orientasi untuk bisa menjadi calon karyawan di AirNav Indonesia yang berada di Kantor Pusat. Pada saat itu semua rekan–rekan di kumpulkan dan dengan jantung berdebar–debar menunggu kemana kami akan ditempatkan. Nama demi nama terpanggil, raut wajah mereka bermacam–macam, beberapa ada yang gembira, sebagian ada yang datar, ada yang sedih, ada pula yang menangis setelah mengetahui lokasi kerja mereka. Tiba saat nya nama saya dipanggil, beserta dua orang rekan seorang Air Traffic Controller dan seorang Aerocom. Dibagikanlah sebuah amplop kepada kami bertiga, entah kenapa dengan cepat saya menutup amplop tersebut ke badan saya, lalu bertanya kepada rekan di sebelah saya ‘dimana ?’ rekan saya langsung menunjukkan bagian depan amplop yang
52
bertuliskan “MERAUKE”. Terdiam beberapa menit dengan tatapan dan pikiran kosong, hingga akhirnya tersadar, bahwa saya akan menjalani tugas di kota paling ujung timur selatan Pulau Papua entah sampai kapan, entah bagaimana menyampaikan berita ini kepada orang tua karena mereka pasti akan kaget. 01 Desember 2015, setelah menempuh 7 jam perjalanan dari Jakarta mendaratlah saya di Merauke setelah transit di Sentani. Kami pun langsung memperkenalkan diri kepada senior–senior yang ada di sana, berusaha untuk langsung menyesuaikan diri. Hari demi hari kami lalui bersama di kota yang khas dengan olahan daging Rusa, dengan segala keterbatasan dan suasana kota yang tidak seperti di Pulau Jawa atau kota–kota besar lainnya. Suasana bandara pun belum semodern bandara-bandara besar lainnya. Pagi hari menjadi jam sibuk bagi kami dalam memberikan pelayanan lalu lintas penerbangan, banyak pesawat yang datang dan berangkat bersamaan pada suatu jam tertentu. Seiring dengan bertambahnya traffic, senior serta rekan-rekan berusaha keras membuat kajian untuk peningkatan pelayanan lalu lintas penerbangan yang mulanya Merauke memberikan service TWR berusaha di tingkatkan menjadi APP/TMA tidak lain guna peningkatan keselamatan penerbangan. Cukup berat bagi kami saat itu agar hal tersebut bisa terealisasi, belum lagi ditambah dengan problematika operasional ataupun
Edisi 5 | April 2019 | Indonesia Controller
Initial Contact
|
pekerjaan administrasi yang tidak sedikit, minimnya personil, belum adanya staff administrasi, belum adanya struktur organisasi, belum adanya ruangan kantor, serta bangunan kantor dan alat navigasi yang cukup lama belum direnovasi, inventaris kantor yang sangat minim dan belum pernah diperbaharui. Bahkan untuk urusan administrasi kami saling membantu mengerjakan di lantai satu Tower yang belum ada pendingin ruangan dan kalau kerjanya di waktu siang hari serasa di ruangan sauna hehehe. Bagi kami everyday like monday karena jika hanya mengandalkan seorang PIC maka pekerjaan pasti berat dan kewalahan. Capek sudah pasti, keluh kesah kami bagi bersama rekan–rekan yang sudah seperti bapak, kakak, saudara bahkan adik kami sendiri, rasa kekeluargaanlah yang membuat kami bisa melewati tantangan dan hambatan ini dengan segala keterbatasan dan kekurangannya. Tidak ada bioskop, café–café yang keren, tidak ada Mall, serta tempat yang hiburan terbatas. Tetapi keterbatasan itu membuat kami semakin akrab satu sama lain, 1 bulan sekali kami adakan acara bakar–bakar (istilah untuk kumpul bersama) tidak hanya ATC saja tapi semua dari unit lain, termasuk dari instansi lain di sekitar bandara, semisal TNI AU, UPBU, Otoritas dan banyak lagi. Kami berbincang sudah seperti kakak ke adik ataupun bapak ke anaknya, jadi rasanya sudah seperti keluarga sendiri, kami bisa mengerti satu sama lain.
Sejenak rasanya kami melupakan kalau saat itu ada di Merauke, di Papua yang dari sisi geografis atau di lihat di peta sangat jauh sekali. Tetapi semua itu di hadapi dengan berusaha menciptakan suasana kerja yang harmonis dan nyaman dengan cara kami sendiri. Perlahan tapi pasti AirNav Indonesia berusaha meningkatkan kualitasnya dari segala aspek yang kami rasakan dampaknya hingga di Merauke, dimulai dari kesejahteraan karyawan, penambahan personil, hingga sekarang Merauke menerapkan Alokasi Waktu Terbang (Slot Time) berbasis online (chronos) yang dampaknya terasa sekali, sebelumnya traffic berkumpul di jam tertentu, sejak adanya chronos, traffic bisa terurai di jam–jam yang lain. Penerapan prosedur Traffic Information Broadcast by Aircraft (TIBA) guna meningkatkan
keselamatan penerbangan di wilayah pedalaman Papua. Hingga akhirnya Merauke memiliki struktur organisasi dengan dipimpin oleh General Manager (GM) serta para Manager. Kerja keras bersama–sama sebagai tim yang dipimpin oleh GM perlahan membuahkan hasil. Alur administrasi semakin tertata baik begitu juga fasilitas perlengkapan operasional maupun administrasi, memiliki gedung perkantoran sendiri, seluruh gedung operasional perlahan direnovasi. Dan akhirnya upaya Merauke untuk peningkatan pelayanan lalu lintas penerbangan membuahkan hasil, dalam waktu dekat Merauke yang semula memberikan layanan Aerodrome Control Tower akan ditingkatkan menjadi Terminal Control Area (TMA). Merauke yang jauh nan dilaga dengan segala keterbatasan dan kekurangannya, dengan kerja keras dan kompak akhirnya dapat memberikan perubahan untuk bisa menjadi yang lebih baik guna memberikan pelayanan navigasi penerbangan hingga ke ujung negeri sekalipun. Tak terasa kurang lebih 2 tahun saya di Merauke hingga pada akhirnya di beri kesempatan untuk meningkatkan karier di Makassar. Awalnya saya berfikir Merauke jauh dan sebagainya tetapi jika saya tidak di Merauke, tidak mungkin saya bisa jadi seperti yang sekarang, bisa jadi pribadi yg lebih baik. Banyak sekali hikmah dan pelajaran yang saya ambil selama di daerah yang mungkin semua itu tidak didapatkan di pelajaran ataupun di pendidikan.
Indonesia Controller | April 2019 | Edisi 5
53
| Refreshing
MELAHIRKAN EXPERT BARU DI BIDANG PANOPS Sharing bersama DPC IATCA Makassar
Kamis, 07 Maret 2019, Pukul 9 Pagi hingga 3 Sore, beberapa anggota IATCA Cabang Makassar yang harusnya menikmati libur malah terlihat belajar bersama di Ruang Rapat Gold MATSC, mereka menamakan kegiatan ini “sharing ilmu PANS OPS”. Dihadiri oleh 12 (Dua Belas) peserta perwakilan masing masing unit antara lain (APP, ACC dan SMS) acara ini juga dibuka langsung oleh ketua DPC Makassar Taufik Alexander, adapun yang bertindak sebagai Pemateri I
54
dari DPP Bidang Prosedur Wawan Hernawan dan Pemateri II dari DPC Makassar, Edwin R. Ompi membuat para peserta antusias mendengarkan paparan materi yang disajikan dengan sangat menarik. Ditemui di tempat terpisah, pria yang akrab disapa Mas Nganjuk sekaligus Ketua Bidang Prosedur DPC Makassar, Rahmat Andi Herpancara mengungkapkan bahwa “Dengan adanya kegiatan ini diharapkan lahir Expert-expert baru bidang Pans
Edisi 5 | April 2019 | Indonesia Controller
Ops dari Makassar, selain itu membangkitkan semangat ATC generasi milenial untuk tidak hanya melihat lingkungan ATC hanya sekedar ngontrol di opsroom atau di tower tapi lebih kepada menggali ilmu penerbangan yang sangat luas�. Dapat dipastikan bahwa kegiatan ini akan menjadi program kerja unggulan IATCA Makassar karena akan terselenggara setiap tahunnya selama masa kepimimpinan Pria yang akrab di sapa Mas TA (Te Aa = Taufik Alexander).
“Dengan adanya kegiatan ini diharapkan lahir Expertexpert baru bidang Pans Ops dari Makassar, Selain itu membangkitkan semangat ATC generasi milenial untuk tidak hanya melihat lingkungan ATC hanya sekedar ngontrol di opsroom atau di tower tapi lebih kepada menggali ilmu penerbangan yang sangat luas� Rahmat Andi Herpancara-Kabid Prosedur DPC IATCA Makassar
Tidak sampai disitu, selain memperdalam kajian prosedur pelayanan navigasi udara, event ini juga melatih kemahiran dalam mengoperasikan ilmu Autocad. ATC Makassar Generasi milenials, Apakah anda ingin ikut ambil bagian pada program ini ? Jika berminat hubungi Mohamad Bambang Gilang Ramadhan atau Andi Muhammad Alvian karena kursi peserta terbatas. Teks : @andiirdiansyah
Indonesia Controller | April 2019 | Edisi 5
55
| Initial TeknologiContact
POINT MERGE SYSTEM Rizwan Noor Hasfrian Point Merge System adalah metode sistematis untuk mengelola arrival traffic flows yang dikembangkan berbasis pada struktur prosedur Standard Instrument Arrival (STAR) RNAV 1. Metode ini merupakan salah satu inovasi untuk meningkatkan efisiensi pemanduan pada terminal area (TMA) khususnya pada lokasi–lokasi yang memiliki kondisi traffic yang padat (high density). Sejak dikembangkan oleh EUROCONTROL Experimental Centre pada tahun 2006, metode PMS ini telah diterapkan di beberapa lokasi seperti Oslo (2011), Dublin (2012), Seoul (2012), Paris ACC (2013), Kuala Lumpur (2014), Lagos (2014), Canary Islands (2014), Hannover (2014), Leipzig (2015), London City dan Biggin Hill (2016). Hasil studi yang ada di lokasi – lokasi yang telah menerapkan prosedur PMS tersebut menunjukkan bahwa selain berhasil mengurangi beban kerja ATC dan pilot secara signifikan, optimalisasi kapasitas, penerapan prosedur ini juga dapat mengoptimalkan manfaat penggunaan FMS di pesawat Inti dari penerapan PMS adalah untuk memudahkan ATC dalam menentukan dan mengatur sequencing arrival traffic flows dengan mengurangi proses radar vectoring yang dilakukan oleh ATC. Saat ini umumnya pendekatan yang dilakukan untuk mengurangi proses radar vector yang dilakukan oleh ATC adalah dengan penerapan instrument flight prosedur. Khusus terkait dengan prosedur STAR/ SID banyak lokasi yang telah menggunakan STAR/SID berbasis RNAV 1, namun tidak dapat dipungkiri bahwa pada kondisi–kondisi traffic yang cukup padat ATC cenderung masih tetap melakukan radar vector khususnya dalam menentukan dan mengatur sequencing arrival traffic flows karena dirasakan lebih flexible dan efisien dalam memaksimalkan kapasitas yang ada. Beberapa dampak permasalahan yang timbul ketika melakukan pemanduan dengan pola radar vectoring dalam menentukan sequencing arrival traffic flows pada kondisi traffic yang padat, antara lain: • Beban ATC & load komunikasi ATC-Pilot yang cukup tinggi (high frequency occupancy) • Terdapat potensi berkurangnya awareness pilot dan ATC (lack of anticipation) • Menimbulkan kesulitan dalam melakukan prediksi (e.g. unpredictable tracks, no standardized routes followed by aircraft). Dengan adanya permasalahan–permasalahan tersebut, maka dikembangkan metode PMS sebagai pengembangan dari penggunaan prosedur STAR RNAV 1. Jika pada prosedur STAR RNAV 1 yang ada saat ini umumnya terdapat beberapa vertical holding point/holding stacks yang telah dipersiapkan untuk menahan beberapa pesawat dalam mengatur sequencing, maka pada design prosedur PMS STAR RNAV 1 terdapat struktur linear holding yang terdiri dari sebuah single point (merge point) dan pre-defined legs (sequencing legs).
56
Edisi 5 | April 2019 | Indonesia Controller
Teknologi
Merge point merupakan satu waypoint yang digunakan untuk mengintegrasikan flow arrival traffic menuju satu arah ke titik yang sama. Sequencing legs merupakan alur linear holding yang harus didesign dengan ketentuan sepanjang leg memiliki jarak yang sama jauh (equidistant) dari merge point sehingga cenderung terlihat seperti garis linear arc dengan merge point sebagai titik pusatnya. Leg ini akan digunakan sebagai acuan alur pergerakan trajectory pesawat untuk menuju merge point. Leg ini juga sekaligus digunakan sebagai acuan untuk melebarkan atau mendekatkan pesawat sesuai dengan jarak yang dibutuhkan namun tetap tidak kurang dari separasi minima yang ditetapkan, umumnya 5 NM pada RNAV 1 (surveillance separation minima). Selain adanya waypoint berupa titik merge point, sepanjang sequencing leg ini juga akan ditambahkan beberapa waypoint. Hal inilah yang mendasari mengapa prosedur PMS umumnya diterapkan pada lokasi–lokasi ruang udara TMA yang telah menerapkan prosedur STAR RNAV 1. Secara singkat perlu dipahami bahwa prosedur Performance Based Navigation (PBN) RNAV 1 adalah konsep Navigation Spesification yang dapat diterapkan pada ruang udara TMA yang menggunakan surveillance (e.g Radar). Pada struktur rute RNAV, memungkinkan pesawat dapat terbang dari satu waypoint ke waypoint lainnya menggunakan referensi latitude dan longitude pesawat terhadap waypoint tersebut dengan mengacu kepada infrastruktur navigasi yang ada apakah GNSS, DME/DME, atau VOR/DME, dan dalam desainnya pesawat dapat melakukan manuver Constant Radius to a Fix (RF) atau juga Direct to a Fix (DF) untuk mengikuti segmen yang lebih fleksible. Menghindari proses holding yang tidak efisien bagi pesawat merupakan salah satu tujuan utama dari dikembangkannya prosedur PMS ini. Oleh karena itu, dalam mendesign prosedur PMS akan dibuat sesederhana mungkin. Baik ATC maupun pilot secara intuitif dapat memahami dengan mudah informasi terkait dengan jarak dan track pesawat. Jarak yang sama sepanjang sequencing leg akan memudahkan ATC memahami jarak dan track pesawat sehingga dengan cepat dapat menentukan dan mengatur sequencing arrival traffic flows secara teratur dan baik. Dengan metode PMS, pemberian separasi antara pesawat dapat dilakukan tanpa perlu melakukan vector yang tidak diperlukan (open loop vectors). Vector hanya dilakukan untuk pesawat yang belum memiliki kapabilitas untuk terbang
Indonesia Controller | April 2019 | Edisi 5
|
NO MORE HEADING
Runway
Merge point 1-Direct-to 2-Descent 3-Speed control
Sequencing legs
vertically separated and at constant distance
Extensive use of FMS lateral guidance Embedded continuous descent approach
dengan menggunakan prosedur RNAV 1 (non-RNAV 1 approved aircraft). Pada beberapa publikasi AIP lokasi – lokasi yang telah menerapkan PMS, non-RNAV 1 approved aircraft akan mendapatkan prioritas yang lebih rendah (expect delays/extended routing) khususnya pada saat peak hours.
membiarkan pesawat terbang mengikuti alur sequencing legs selama diperlukan untuk mengatur jarak antar pesawat, dilanjutkan dengan memberikan instruksi “direct to” kepada pesawat untuk menuju merge point ketika jarak yang dibutuhkan dengan pesawat sebelumnya yang juga menuju ke merge point (preceding aircraft) telah dicapai, tentu saja sesuai dengan standard separasi yang berlaku. - Memberikan speed control setelah pesawat melewati legs untuk mempertahankan sequencing dan juga jarak antar pesawat.
Pada penerapannya, beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengatur sequencing arrival traffic flows dengan menggunakan metode PMS antara lain sebagai berikut: - Jika kondisi memungkinkan, maka pesawat yang telah mengikuti prosedur STAR dapat diberikan instruksi untuk Untuk lebih jelasnya, cara kerja penerapan metode PMS secara singkat langsung menuju merge point. - Pada kondisi tertentu, ATC tidak dapat terlihat pada gambar di bawah ini: perlu melakukan intervensi dan dapat
1. Aircraft arrive at the point merge arcs on a set route; this goes via a hold where they will circle if there are more aircraft than the point merge system can accomodate opposite-direction arcs are separated vertically by at leas 1,000 ft
2. Aircraft fly the arcs until the aircraft in front is sufficiently ahead 3.Aircraft are turned towards the merge point (A); aircraft are initially spread out as the fly from different points on the arc
4.Aircraft converge towards the merge point from where they pick up a fixed route to the runway
57
| Teknologi Pada prinsipnya, design prosedur PMS dirancang untuk mendukung dan memungkinkan penerapan konsep continuous descent operations (CDO) secara optimal oleh pesawat. Perlu dipahami bahwa prosedur PMS sendiri merupakan bagian dari ICAO Aviation System Block Upgrades sebagai salah satu tools untuk mendukung penerapan CDO (ICAO doc 9931). Dari sudut pandang pengoperasian pesawat, pada kondisi dimana pengaturan sequencing arrival traffic flows dilakukan dengan metode radar vectoring, maka seringkali berakibat pada terjadinya holding dengan durasi yang cukup lama serta manuver – manuver yang berlebihan. Kondisi tersebut tentu saja tidak dapat diprediksi lebih awal dan disiapkan di flight management system (FMS), hal ini tentu saja dapat berdampak inefisiensi pengoperasian pesawat. Pesawat umumnya mempersiapkan diri dengan membawa lebih banyak bahan bakar dan bahkan pada beberapa kasus pesawat seringkali menyatakan short of fuel Pada metode PMS, pesawat dapat tetap menggunakan FMS LNAV (lateral navigation) mode karena trajectory pesawat saat akan melakukan approach telah dapat direncanakan sebelumnya atau mudah untuk diprediksi. Setiap pesawat telah mempersiapkan diri untuk setiap saat diberikan instruksi menuju merge point. Saat pesawat berada di sequencing legs dan diberikan instruksi direct to menuju merge point, pesawat dapat mulai melakukan proses descent dan vertical profile tetap dapat dicapai secara optimal (Continuous Descent Approach) karena jarak tempuh selanjutnya telah diketahui oleh FMS (memiliki jarak yang sama dari merge point). Secara umum, contoh dimensi struktur design PMS yang dapat dibuat pada lingkup TMA adalah sebagai berikut: -Lebar area PMS 950 -Merge point pada ketinggian 6000ft atau 7000ft -Maka Sequencing legs dapat ditentukan pada ketinggian FL100-FL120, dengan jarak sekitar 16-20NM dari Merge point -Jarak antara Sequencing Legs dapat diberikan sejauh 2NM dan diberikan separasi secara vertical (umumnya sequencing leg pada sisi dalam lebih tinggi).
58
Edisi 5 | April 2019 | Indonesia Controller
Teknologi
Pengembangan selanjutnya dari metode PMS ini adalah konsep Point Merge in Extended Terminal Area. Dengan konsep ini pengaturan arrival traffic sequencing sudah dilakukan lebih jauh sebelum pesawat memasuki ruang udara TMA. Jika pada penerapan PMS di TMA proses sequencing dilakukan setelah pesawat melewati IAF saat masih dipandu unit APP, maka pada PMS in extended TMA proses sequencing akan dilakukan sebelum pesawat melewati IAF saat masih dipandu oleh unit ACC.Sejak dilakukan studi pada tahun 2010, konsep ini saat ini telah digunakan di Paris, dimana sequencing telah di coba diatur oleh sektor ACC. Aspek yang dipertimbangkan dalam penerapan konsep PMS in Extended TMA ini antara lain:
Point Merge
•
Aircraft fly along the arc until the next slot in the landing sequences is free, at which time air traffic control (ATC) will turn the aircraft off the arc into the landing sequence.
•
Memerlukan dimensi yang lebih besar (batas ketinggian yang lebih tinggi kecepatan pesawat cenderung masih tinggi, jarak yang lebih jauh menuju merge point) Presentasi kondisi traffic yang kurang homogen (arrival traffic pada ketinggian yang beragam)
Dari hasil studi yang ada, beberapa aspek yang perlu dipertimbangkan pada saat penerapan PMS adalah: • • •
•
Tidak optimal dapat digunakan saat kondisi cuaca memburuk. Kepatuhan untuk mengikuti speed restriction yang telah ditetapkan menjadi sangat vital. Saat ATC memberikan instruksi direct to harus diberikan pada timing yang sangat tepat sesuai dengan performance pesawat (tipe pesawat yang heterogen) Membutuhkan porsi ruang udara yang cukup besar dibandingkan SID/STAR tanpa PMS.
|
Point Merge is a system by which the aircraft in a queue to land fly an extended flight path around an arc instead of holding in circles.
How it works
1 Aircraft arrive at the Point Merge arcs on a set route; this goes via a hold if there are more aircraft than a system can accomodate
2 Aircraft fly the arcs, which are between 15 and 40 nm long, from opposite directions. The arcs are separated vertically by 1,000ft
3 When instructed by ATC, aircraft turn towards the Point Merge, this sequencing helps ensure the most efficient use of the runway.
4 The Point Merge is where the routes merge, and aircraft pick up a fixed route to the runway.
Contoh Penggunaan PMS di Malaysia
Indonesia Controller | April 2019 | Edisi 5
59
| Vicinity Aerodrome
AIR TRAFFIC CONTROLLER
BANDARA I GUSTI NGURAH RAI BALI AIRCRAFT MOVEMENTS DPS 2014-2018
Berada di dalam Menara Pengawas Lalu Lintas Udara di Bali, seperti mengembalikan ingatan beberapa puluh tahun lalu ketika saya mengerjakan tugas yang sama di Bandar Udara Sepinggan dahulu. Walaupun yang sekarang ini jauh lebih hebat dalam segalanya, tetapi secara prinsip dan konsep belum berubah banyak. Tiga orang ATC wanita Ni Made Kutari Dewi, Galih Puspita dan Heidy Olivia kelihatan santai, tetapi akurat melakukan tugasnya. Di control desk ada 4 strip kuning dan 3 strip biru yang berada diatasnya. Strip kuning untuk mencatat instruksi dan pergerakan pesawat yang datang dan biru untuk yang berangkat. Sore hari itu mulai memasuki periode peak hours. Di final tampak ada beberapa pesawat memasuki final approach runway 09. Dan di depan sana, di taxiway ada 3-5 pesawat antri untuk bergantian take-off. Sementara itu beberapa kendaraan teknis dan operasional berada di taxiway menunggu ijin dari Tower untuk melakukan runway inspection. Jam sibuk sudah dimulai. Dan para ATC itu mesti lebih akurat dalam memberikan clearance dan menerapkan adjustment separation, dalam mengendalikan pergerakan lalu lintas udara. Saya bergeser ke belakang, karena tidak ingin mengganggu konsentrasi mereka yang sedang bertugas. Di arah belakang di ujung pandangan tampak Patung Garuda Wishnu Kencana yang terkenal itu, tampak menjulang di kejauhan. Di depannya pantai Jimbaran. Jika malam hari pantai itu menjadi tempat restoran yang menyediakan menu ikan bakar. Lokasinya ditepi pantai dengan deburan ombak, lokasi yang sungguh ideal untuk menyaksikan pesawat naik-turun di Bandara I Gusti Ngurah Rai. Di sebelah kiri ada VOR yang berada hampir persis di tepi pantai. Sementara di ujung runway ada pesawat Qatar Airlines yang
60
2014
2015
2016
2017
2018
130.363
126.769
139.287
147.256
162.995
sedang bersiap mendarat dan touch down. Di sebelah kanan hutan bakau masih tampak rimbun dan Pelabuhan Benoa tampak sayup di kejauhan. Kebetulan saya ditemani Bimo Yunanto dan Made Chandra. Mereka anak-anak muda yang menjadi tulang punggung dan bagian dari pelayanan ATC ini. Saya selalu merasa antusias jika berdiskusi dengan anak-anak muda yang energik, full of passion dan penuh semangat. Mereka menjelaskan mengenai lalu lintas udara di Bandara I Gusti Ngurah Rai, dan mengatakan bahwa traffic-nya meningkat cukup signifikan. Pergerakan pesawat di Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali, meningkat dari tahun ke tahun. Dataya seperti tampak pada tabel. Tahun 2015 pergerakan pesawat tercatat menurun 2.73 % dibandingkan dengan tahun 2014. Sebabnya adalah karena erupsi Gunung Raung membuat banyak penerbangan batal terbang ke dan dari Bandara I Gusti Ngurah Rai. Setelah itu pergerakan pesawat cenderung kembai meningkat. Secara rata-rata jumlah peningkatan pergerakan pesawat adalah 5% per tahun. Made Chandra mengatakan berdasarkan data di dunia, bahwa dalam kurun setiap 15 tahun, jumlah pergerakan pesawat meningkat menjadi dua kali lipat. Memperhatikan fenomena tersebut, Bandara I Gusti Ngurah Rai tampaknya juga memiliki potensi seperti yang terjadi di dunia. Dengan asusmsi peningkatan penerbangan rata-rata 5%, berarti pada tahun 2033 nanti jumlah gerakan pesawat di Bandara I Gusti Ngurah Rai akan menjadi dua kalinya, atau sekitar 300 ribu per tahun! Itu berarti akan ada 820 pergerakan pesawat per hari, atau dan 34 pesawat per jam. Luar biasa‌Saat ini
Edisi 5 | April 2019 | Indonesia Controller
Vicinity Aerodrome
|
(ATM) dan Airspace Design. Jika kita tidak ikut mengantisipasi, maka dampaknya akan sangat mempengaruhi kinerja bahkan bisa berujung ke flight safety. Gambar ini barangkali menggambarkan hal tersebut. Jika tidak ada usaha untuk memperbaiki dan meng- upgrade sistem yang ada maka grafiknya menjadi seperti yang berwarna merah. Peningkatan jumlah lalu lintas udara, menuntut pelayanan dan manajemen yang lebih baik dari tahun ke tahun. Dengan melakukan upaya perbaikan dan menyediakan fasilitas dan sistem yang lebih canggih dan sophisticated, maka grafiknya seperti yang berwarna hijau. Made Chandra bercerita banyak tentang bagaimana ATC System itu dibangun. Dan sebagai mantan ATC saya ikut merasa lega dan bangga, karena dia akhirnya bersedia beralih profesi dari seorang ATC murni, menjadi ATC System Spesialist. Tidak banyak seorang ATC System Specialist yang berasal dari disiplin ilmu ATC. Dan sekarang Made Chandra menjadi salah seorang, dari hanya 8 orang ATC System Specialist di seluruh Airnav. Di tangan mereka inilah Airnav mengandalkan proses evaluasi dan penerapan ATC System yang lebih canggih dan sangat dibutuhkan untuk masa mendatang. Apalagi dalam Airnav sedang melakukan tender untuk implementasi dan menerapkan Indonesia Modern Air Navigation System (IMANS).
Bandara I Gusti Ngurah Rai melayani 30 pergerakan pesawat pada waktu peak hours. Sedangkan pada prediksi tahun 2033 nanti, akan ada 34 pesawat per jam, terus menerus sepanjang 24 Jam! Anda bayangkan jika itu terjadi. Semestinya semua pihak mesti bersiap menghadapi kemungkinan ini. Untuk mengantisipasi kenaikan tersebut, mau tidak mau bandara harus meningkatkan kapasitasnya. Salah satu upaya yang sudah dilakukan, adalah memperluas apron dengan cara reklamasi lantai di sebelah barat. Semula itu dilakukan untuk mengantisipasi lonjakan pergerakan pesawat, karena kegiatan Rapat Tahunan IMF di Bali. Tetapi dalam jangka panjang perluasan apron itu sangat dibutuhkan, karena akan mampu menampung lebih banyak pesawat. Perluasan apron ini pada akhirnya akan meningkatkan juga kapasitas runway. Berarti semakin banyak pesawat yang mampu dilayani hanya dengan single runway seperti saat ini. Selain itu sistem operasi di seluruh unit kerja juga harus diupgrade. Dari sisi ATC dunia penerbangan sudah menerapkan Air Traffic Flow Management (ATFM), Air Traffic Management
Indonesia Controller | April 2019 | Edisi 5‌
Sistem ini begitu penting dan menjadi otak dari pelayanan lalu lintas udara. Made mengatakan jika dulu para ATC berpegang pada paradigma First Come, First Served. Sekarang sudah tidak lagi begitu. Sekarang adalah eranya Best Plan, Best Served. Tanpa adanya rencana (penerbangan) yang baik, jangan harap pilot mendapat pelayanan ATC yang baik. Jika seorang pilot memasuki suatu wilayah penerbangan tanpa ada rencana, tanpa ada pemberitahuan sebelum terbang, maka akan sangat mungkin dia tidak mendapat prioritas ketika sampai di wilayah udara di bandara tujuannya. Mengapa? Sebab yang berada di wilayah control ATC, semuanya sudah well-planned. Jika ada flight yang unplanned, maka prioritas pelayanannya berada dibawah setelah semuanya penerbangan yang sudah dirancang dengan perencanaan terbang baik. Jadi itulah mengapa terjadi paradigma baru Best Planned, Best Served. Selamat bekerja anak-anak muda. Tetap sehat, semangat dan kreatif dalam memberikan yang terbaik bagi bangsa dan negara.
Text & Photo : Heru Legowo - DPC IATCA Bali
61
| Initial Contact
MENELUSURI BANDAR UDARA DI SISI UTARA INDONESIA Bandar Udara Juwata adalah bandar udara Internasional yang terletak di Kota Tarakan, Provinsi Kalimantan Utara.
S
ebelum membahas tentang DPC IATCA Tarakan, tidak lengkap rasanya bila belum memperkenalkan diri tentang beberapa Bandar Udara yang ada di sisi utara Indonesia terlebih dahulu. Bandar Udara Juwata adalah bandar udara Internasional yang terletak di Kota Tarakan, provinsi Kalimantan Utara. Posisi Bandara ini terletak hanya sekitar 3 km dari pusat kota Tarakan. Bandar Udara terbesar di wilayah Kalimantan Utara (Kaltara) ini memiliki runway yang panjangnya 2250 meter, dan lebar 45 meter dengan runway designator R24-06. Bandar Udara Juwata telah didarati berbagai macam pesawat dengan tipe sedang seperti Boeing 738 ataupun Airbus 320, pesawat militer jenis F-16, ataupun Hercules C-130, pesawat baling-baling jenis ATR72 dan pesawat kecil, seperti Cessna Caravan, C206, AT80, dll setiap harinya. Sementara itu pihak pengelola Bandara Internasional Juwata adalah dari Kementrian Perhubungan yaitu dalam hal ini UPBU (Unit Penyelenggara Bandar Udara) Kelas 1 Utama Juwata Tarakan. Kemudian pihak penyelenggara pelayanan navigasi penerbangan adalah Perum LPPNPI AirNav Indonesia Kantor Cabang Tarakan yang beralamat di Jl. Mulawarman No.1 Tarakan. Sebagai Bandara terbesar di ujung utara pulau Kalimantan, Bandara Internasional Juwata Tarakan dijadikan sebagai tempat transit untuk para penumpang yang akan menuju ke daerah-daerah kecil yang berada di wilayah Tarakan dengan menggunakan pesawat perintis maupun tipe ATR72, seperti Malinau, Nunukan, dll.
62
Di Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara terdapat Bandar Udara Robert Atty Bessing yang melayani penerbangan dari jam 23.00–09.00 UTC, dengan pelayanan navigasi penerbangannya dikelola oleh Perum LPPNPI AirNav Kantor Cabang Pembantu Malinau yang mana jenis pelayanannya Aerodrome Control (TWR). Untuk maskapai yang rutin beroperasi di Bandara yang memiliki panjang dan lebar 1450 m x 30 m dengan runway designator R04-22, adalah berjumlah tiga maskapai penerbangan yaitu Wings Air, Susi Air, Aviastar dan MAF. Sementara itu di sisi utara dari Kota Tarakan, masih terdapat Bandara Nunukan di kabupaten Nunukan. Penyelenggara pelayanan navigasi di Bandara Nunukan diberikan oleh Perum LPPNPI AirNav Unit Nunukan yang jenis pelayanannya adalah AFIS (Aerodrome Flight Information Service). Bandara Nunukan melayani penerbangan dari jam 23.00–09.30 UTC, dengan maskapai yang beroperasi diantaranya Susi Air, Aviastar, dan Wings Air dengan Runway Designator R13-31 yang memiliki panjang dan lebar runway yaitu 1450 x 30 m. Umumnya masyarakat yang berada di pedalaman akan transit ke Tarakan dahulu untuk kemudian melanjutkan dengan penerbangan langsung domestik dari Tarakan ke kota-kota besar. Bandara Juwata saat ini terdapat penerbangan langsung dengan tujuan Jakarta, Surabaya, Balikpapan, Makassar serta penerbangan Internasional ke Tawau. Dengan semakin meningkatnya jumlah traffic di wilayah Kalimantan Utara
Edisi 5 | April 2019 | Indonesia Controller
Initial Contact
ini, maka pelayanan terbaik merupakan suatu hal yang mutlak diberikan oleh pihak penyelenggara pelayanan lalu lintas penerbangan agar dapat memastikan keamanan serta keselamatan lalu lintas penerbangan di langit utara Indonesia ini. Bersama-sama dengan pihak UPBU Kelas 1 Utama Tarakan, dan unit-unit lain, Perum LPPNPI atau AirNav Indonesia Kantor Cabang Tarakan bersinergi dalam memberikan layanan terbaik kepada maskapai yang beroperasi di Bandar Udara Internasional Juwata, serta kepada para penumpang yang akan menggunakan jasa transportasi udara. Untuk itu, dibutuhkan profesionalisme dan konsistensi dalam menjalankan setiap kegiatan dalam penyelenggaraan pelayanan lalu lintas penerbangan, yang mana dalam hal ini sebagai garis terdepan adalah unit ATC (Air Traffic Controller) Perum LPPNPI Kantor Cabang Tarakan. Profesionalisme kerja dan semangat dalam profesi ATC yang memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai seorang pemandu Lalu Lintas Udara di Perum LPPNPI Kantor Cabang Tarakan dituangkan dalam suatu wadah organisasi profesi yang bernama DPC IATCA Tarakan yang berinduk pada DPP IATCA pusat. DPC IATCA Tarakan sendiri telah melaksanakan 5 kali Musyawarah Cabang (Muscab), dengan yang terakhir kali dilaksanakan pada tanggal 09 April 2017 bertempat di Ruang Rapat Kantor Perum LPPNPI Cabang Tarakan yang juga dihadiri oleh Bapak Suwandi selaku Ketua DPP IATCA. Hasil dari Muscab V ini sebagai pelantikan ketua serta pengurus yang baru dalam organisasi DPC IATCA Tarakan bertempat di Royal Crown Restaurant Tarakan, yang mana sdr. Rafles Wijaya Sihombing mendapatkan kepercayaan untuk memimpin DPC IATCA Tarakan periode 2017-2020. Sdr. Rafles Wijaya Sihombing yang merupakan alumnus ATKP Surabaya pada tahun 2014 ditunjuk menggantikan Ketua DPC IATCA Tarakan sebelumnya yaitu, Bapak Setio Utomo yang kini menjabat sebagai Kepala Cabang Perum LPPNPI Kantor Cabang Pembantu Malinau. Jumlah total personel DPC IATCA Tarakan yang terdaftar sampai dengan tahun 2019 adalah berjumlah 35 orang yang aktif. Tidak lupa, DPC IATCA Tarakan turut aktif dalam melaksanakan kegiatan sosial sebagai wujud kepedulian terhadap sesama. Salah satunya adalah kegiatan buka bersama dan bakti sosial pada bulan Ramadhan bersama anak-anak yatim piatu di panti asuhan Ar Rohimin, Tarakan. DPC IATCA
Indonesia Controller | April 2019 | Edisi 5
|
Tarakan tak hanya mengemban tugas penting sebagai ujung tombak pelayanan navigasi d a l a m hal ini selaku personil Pemandu Lalu Lintas Udara, namun juga senantiasa aktif dalam kegiatan bersama dengan masyarakat setempat agar masyarakat semakin mengenal dunia penerbangan khususnya apa itu profesi ATC. Selain melaksanakan kegiatan sosial bersama dengan masyarakat, DPC IATCA Tarakan juga secara rutin menyelenggarakan acara seperti buka bersama dengan adikadik yang sedang melaksanakan OJT (On the Job Training). Menjaga kerukunan dan saling menghargai antar rekan kerja merupakan hal yang wajib dilakukan agar iklim kerja yang kondusif dapat tercapai. Bersama hal tersebut DPC IATCA Tarakan sebagai salah satu organisasi profesi yang memiliki kontribusi vital dalam bidang penerbangan akan terus memberikan yang terbaik demi terciptanya keselamatan dan kelancaran lalu lintas penerbangan.
kiri Bandar Udara Juwata kanan Bandar Udara Robert Atty Bessing Bawah Bandar Udara Nunukan
63
| Holding Point
BATIK IATCA Keliling Indonesia Batik yang dipilih melalui pemilihan langsung oleh Anggota IATCA peserta Rakernas ke 9 IATCA tahun 2018 ini adalah karya dari Qozin Asrori, anggota DPC IATCA Jogjakarta-Solo. Ada delapan design batik yang masuk dari anggota IATCA, dari delapan design tersebut dipilih tiga terbaik dan selanjutnya dari tiga terbaik tersebut dipilih yang sesuai dengan keinginan anggoa IATCA.
Sentani, Pekanbaru, Curug, Aceh Padang, Makassar, Pontianak Biak, Banjarmasin
64
Walaupun sedikit mundur dari jadwal yang sudah ditetapkan oleh pengurus DPP karena satu dan lain hal namun sejak 05 Maret 2019, Dummy batik IATCA melakukan perjalanan perdananya berkeliling Indonesia. Perjalanan ini bertujuan untuk mengenalkan langsung batik IATCA pada anggota Dewan Pengurus Cabang (DPC). Selanjutnya dilakukan pengukuran masing-masing DPC, yang datanya akan dieksekusi oleh Dewan Pengurus Pusat (DPP) IATCA. Sampai artikel ini ditulis, batik IATCA sudah menyambangi DPC Aceh, Jayapura, Merauke, Pontianak, Medan, Makassar, Jakarta, Manado, Gorontalo, Tanjung Pinang, Luwuk, Palu, Pekanbaru, Padang, Nabire, Banjarmasin, Curug, Bandung, Jambi, Balikpapan, dan Kendari. Perjalanan
Edisi 5 | April 2019 | Indonesia Controller
Holding Point
Dummy batik IATCA masih panjang, daerah yang belum dikunjungi diantaranya adalah Bali, Semarang, Cilacap, dan masih banyak lagi. Berbagai tanggapan dan komentar muncul dari masing-masing anggota DPC mengenai hal tersebut. Ada yang berkomentar batiknya terlalu ramai dan tak sedikit juga yang menganggap designnya sudah pas. Banyak corak menggambarkan berbagai kemungkinan yang bisa diambil ATC untuk menyelesaikan suatu traffic conflict. Bukan hanya dari segi design, ada juga yang berkomentar terkait cutting baju. “ Batiknya sih keren, upgrade sedikit di bahan dan cutting baju pasti lebih keren” Ujar Yoppi Widianto, ATC yang juga menjabat sebagai Humas DPC IATCA Kendari.
Indonesia Controller | April 2019 | Edisi 5
|
“Saya lebih senang dengan batik atau kemeja yang ukurannya slim fit, pas di badan. Jadi kayaknya saya bakal beli bahannya aja dan jahit sendiri.” Lanjut pria asal Malang ini. Lain Yoppi, lain juga Ragil. Menurut ATC Sentani ini dari segi design udah oke. Selain itu, dia bangga karena IATCA sudah punya batik sendiri. Menunjukan bahwa organisasi profesi ini memiliki semangat untuk menjaga kebudayaan sendiri. “Keren, sih. Organisasi atau perusahaan lain kan belum tentu punya batik sendiri kayak organisasi kita ini. Dari segi design gue kasih nilai 9.” Ujar pria yang menjadi anggota IATCA pada tahun 2017 ini. Bravo IATCA ! Lets Do It
65
| Organisasi
BUKAN SEKEDAR MUSCAB Muscab ke 2 DPC IATCA Yogyakarta-Solo di hotel Platinum dan Hotel Grand Dafam
A
cara Muscab ke 2 DPC IATCA Yogyakarta-Solo diadakan di hotel Platinum dan Hotel Grand Dafam pada 9/2/2019 & 16/2/2019 berlangsung hikmat. Muscab (Musyawarah Cabang) merupakan kegiatan rutin yang dilakukan DPC IATCA guna menentukan kepengurusan periode selanjutnya. Muscab DPC IATCA Yogyakarta-Solo merupakan muscab yang ke 2 untuk kepengurusan periode 2019-2022. Muscab DPC IATCA Yogyakarta-Solo menganut system demokrasi dimana setiap anggota berhak memilih dan dipilih sesuai dengan peraturan yang berlaku. Muscab DPC IATCA Yogyakarta-Solo berlangsung di hotel Platinum pada pukul 09.00 WIB yang dihadiri 21 anggota.
Acara diawali dengan pembukaan kemudian pembuatan program kerja, penentuan peraturan muscab hingga proses pemilihan ketua DPC IATCA Yogyakarta-Solo periode 2019-2022. Karena tidak ada yang mengajukan diri sebagai calon ketua, maka diadakan pemilihan langsung oleh anggota dengan menentukan siapa calon ketua DPC IATCA Yogyakarta-Solo periode 2019-2022. Hasil pemilihan, muncul 5 nama sebagai calon ketua, dan langsung dipilih 2 teratas sebagai calon ketua DPC IATCA. Selanjutnya pemilihan diadakan sekali lagi dengan calon 2 nama teratas tersebut. Setelah perebutan suara yang cukup ketat, akhirnya terpilihlah Bpk. D. Suryo. P sebagai ketua IATCA DPC Yogyakarta-Solo periode 2019-2022.
SURYO PRABOWO (kiri) menerima tongkat estafet kepemiminan dari DEDDY INDHARKO (kanan) sebagai Ketua DPC IATCA Jogjakarta- Solo masa bakti 2019-2022
66
Edisi 5 | April 2019 | Indonesia Controller
Organisasi
|
Beda generasi namun tetep menjalin silaturahmi. RE MOELJADI (2 dari kiri) salah seorang saksi sejarah berdirinya IATCA hadir dalam acara tersebut.
menjadi lebih semngat dalam mengemban tugas dan juga mngembangkan organisasi profesi agar menjadi lebih baik. Suasana pada acara pengukuhan ketua DPC IATCA terpilih menjadi sangat harmoni bahkan kami hampir lupa bahwa inti dari acara tersebut adalah acara pengukuhan. Kami semua Ketua DPC IATCA terpilih selanjutnya dikukuhkan di Hotel sangat menikmati seluruh rentetan acara pada malam itu Grand Dafam pada 16 Februari 2019. Ada pemandangan karna hadirnya para purna bakti ATC Yogyakarta-Solo. berbeda pada acara pengukuhan ketua DPC IATCA terpilih. Dimana para purna bakti ATC Yogyakarta-Solo turut Semangatlah pemuda, saatnya para pemuda berkarya, menghadiri acara seremonial tersebut sekaligus sebagai ajang bersatu membangun profesi kita profesi ATC menjadi lebih reuni bagi para sesepuh. baik, menjadi profesi yang disegani oleh seluruh elemen masyarakat. Pemuda harus melanjutkan perjuangan para Acara yang semula bertema seremonial untuk pengukuhan sesepuh dan bisa lebih baik dari segala aspek . Semangatlah ketua DPC IATCA terpilih berubah menjadi acara reuni ATC para pemuda. (nyoman dicky - foto by humad dpc jogja-solo) Yogyakarta-Solo yang aktif dan yang sudah purna tugas. Banyak cerita pengalaman dan saran yang diberikan oleh para Anggota IATCA Jogjakarta-Solo selalu memberikan sesepuh, sehingga membuat kami para ATC yang masih aktif yang terbaik untuk organisasi dan Perusahaan
Indonesia Controller | April 2019 | Edisi 5‌
67
| Organisasi
YUSAK ANTONIUS KOWARI Ketua DPC IATCA Sentani 2019-2022 Hasil Musyawarah Cabang II
Bertempat di Ruang Rapat Kantor AirNav Indonesia Cabang Sentani Jayapura, digelar Musyawarah Cabang IATCA Jayapura yang ke II, Berlangsung 2 (Dua) hari tepatnya tanggal 16 dan 18 Februari 2019 telah menghasilkan beberapa rekomendasi yang akan dibawa ke MUNAS 7 IATCA nanti, Ketua DPP IATCA Suwandi juga mengukuhkan Ketua DPC Terpilih Periode 2019 - 2022 Jusak Anthonius Koyari, menggantikan Ketua Cabang yang pada periode sebelumnya di pimpin oleh Rozikin.
Yusak Anthonius Koyar Ketua DPC IATCA Jayapura periode 2019-2022. berfoto bersama Ketua Umum IATCA yang juga GM AirNav Sentani dan pejabat setempat
Teks & foto Andi Irdiansyah - Elvan Rizky Ramadhan
68
Edisi 5 | April 2019 | Indonesia Controller
Organisasi
|
BAGUS UNTUK PALU MUSCAB KE -4 DPC IATCA PALU
Bagus Rama Putra sebagai ketua DPC IATCA Palu periode 2019-2022
Dengan berakhirnya periode kepengurusan DPC IATCA Palu 2014-2018, maka dilaksanakanlah Musyawarah Cabang IATCA palu ke-4 untuk memilih pemimpin baru DPC IATCA Palu. Musyawarah Cabang IATCA palu ke-4 ini bertemakan “Together we can reach the success” yang dihadiri oleh para anggota DPC IATCA Palu dan menghadirkan beberapa pelaku penerbangan seperti pihak Bandar Udara Mutiara Sis Al Jufri, AirNav KCP Palu, BMKG Palu, dan Airlines. Dimana kegiatan ini juga mampu menjadi ruang silaturahmi bagi semua pelaku penerbangan di Bandar Udara Mutiara Sis Al jufri Palu. Kegiatan ini dilaksanakan pada hari senin tanggal 04 Maret 2019 di Careto Resto & Cafe Palu dan Alhamdulillah dapat berjalan dengan lancar serta terpilihnya sdr. Bagus Rama Putra sebagai ketua DPC IATCA Palu periode 2019-2022 insya Allah.
Teks & Foto Abdul Muthalib-Ahmad Affandi
Indonesia Controller | April 2019 | Edisi 5
Untuk kedepannya kami berharap IATCA dapat menjadi wadah bagi generasi muda ATC untuk menunjukkan semangat inovasi, kreativitas dan meningkatkan antusiasme dalam berorganisasi guna peningkatan mutu bidang profesi kita tercinta ini. Tentu saja untuk IATCA lebih jaya diseluruh penjuru Indonesia. BRAVO IATCA!!! Let’s do it!!!
69
| Organisasi
“Saya ingin membuat sesuatu yang baru bagi IATCA Bandung”
Semangat Baru IATCA Bandung di bawah Komando Triyono Riza D Januar Itulah yang disampaikan Triyono dari seberang telpon saat dihubungi. Triyono adalah ketua baru Dewan Pengurus Cabang (DPC) IATCA Bandung menggantikan I Putu Edi yang mutasi ke Pontianak. Dirinya didapuk untuk melanjutkan kepemimpinan IATCA setelah terpilih pada acara Musyawarah Cabang Bandung, Sabtu, 01 Desember 2018 lalu. Sebelumnya tak pernah terpikirkan oleh ATC Bandung ini bisa menjabat sebagai ketua DPC IATCA Bandung. Dia mengaku tidak mengajukan diri, namun diusulkan oleh rekan-rekan. “Saya gak mengajukan diri. Tapi ada dorongan dari teman-teman di sini agar saya dicalonkan menjadi ketua DPC. Eh, terus kepilih. Ya sudah, saatnya mengemban amanah.” Ujarnya. Dalam tiga tahun kedepan, selain melanjutkan kegiatan rutin yang sifatnya positif, dia memiliki mimpi untuk mengadakan Family Gathering DPC IATCA Bandung. Bukan hanya anggota yang ada di Bandung, melainkan anggota
70
yang ada di Kertajati, Tasikmalaya, dan Cirebon. Tujuannya adalah mempererat tali silaturahmi. Untuk mewujudkan hal tersebut, tentu tidak semudah membeli gorengan di pinggir jalan. Ada beberapa tantangan yang harus ditaklukan. Namun dia yakin dapat mengatasinya. “Masalahnya ada di jarak dan biaya. Solusinya nanti untuk biaya, selain menggunakan uang kas dari iuran anggota, kita coba ajukan proposal ke kantor.” Lanjut pria yang sudah berkeluarga ini. Tak lupa, dia juga membuka kesempatan seluas-luasnya bagi anggota yang ingin berkreasi. Apalagi mindset orangorang mendengar nama “Bandung” yang identik dengan kota kreatif. “Untuk rekan-rekan anggota yang mau berkreasi atau menyalurkan ide kreatif, saya gak akan membatasi. Apalagi melihat potensi yang dimiliki oleh anggota DPC Bandung, saya yakin akan banyak ide brilian yang muncul dari kalian semua.”
Edisi 5 | April 2019 | Indonesia Controller
Organisasi
|
Akhmad Nasukha akhirnya terpilih sebagai Ketua baru DPC IATCA Banjarmasin meneruskan kepemimpinan dari Ramli. Bertempat di Gedung AirNav Indonesia Kantor Cabang Banjarmasin, Jum’at tanggal 22 Maret 2019 menjadi hari bersejarah untuk DPC IATCA Banjarmasin karena telah mendapatkan Ketua baru dan membentuk kepengurusan periode 2019-2022.
akhmad nasukha nahkoda baru dpc iatca banjarmasi periode 2019-2022
Akhmad Nasukha akan memegang kendali dan menjadi nahkoda baru DPC IATCA Banjarmasin dalam melaksanakan program-program kerja dan memutuskan langkah organisasi untuk meningkatkan profesionalisme ATC Banjarmasin sejalan dengan langkah serta arahan dari DPP IATCA. Banjarmasin adalah salah satu dari 40 DPC IATCA di Indonesia yang tidak pernah absen dalam setiap kegiatan yang diadakan oleh DPP IATCA. Dalam Munas ke-7 IATCA yang akan diadakan akhir bulan April 2019, sebagai ketua baru beliau menjanjikan akan mengirimkan kader IATCA terbaik untuk menghadiri kegiatan tersebut dan akan mendukung langkah organisasi untuk menjadi lebih baik.
Indonesia Controller | April 2019 | Edisi 5
71
| Vicinity Aerodrome
KOPERASI ATC MAKASSAR BERINOVASI
Mungkin karunia serta menjadi kebanggan tersendiri karena bisa berada dalam suatu kekeluargaan yang solid/ kompak di keluarga ATC Indonesia. Salah satu contoh pada Hari Ahad 24 Februari 2019 bertempat di Lobby Gedung MATSC rekan rekan ATC Makassar menggelar rapat Akhir Tahun Koperasi ATC yang mana kegiatan ini sudah menjadi agenda di setiap tahunnya. Dalam rapat ini disampaikan pencapaianpencapaian yang diraih oleh Koperasi
72
ATC MATSC setahun belakangan, tak kalah menarik salah satu program yang baru saja dilaunching adalah dibukanya Mini Market ATC untuk masyarakat umum. Adapun namanya adalah *WILCO MART* dengan dibukanya mini market ini kedepan diharapkan dapat bersaing sekelas Indomaret Alfamidi dan Alfamart. Tak sampai disitu selain pemaparan oleh pengurus Koperasi kegiatan ini juga dimeriahkan dengan pembagian doorprize TV 50�, Sepeda, Mesin Cuci, Sofa, Kulkas, dan Alat-alat Elektronik lainnya.
Tahun 2018 telah dilalui dan sekarang berada di 2019 dimana Era Digital dan Revolusi Industri 4.0 didepan mata. Para anggota Koperasipun khususnya ATC Makassar berharap penuh kepada Pengurus Koperasi untuk terus berinovasi menghadapi zaman yang terus berkembang.
Teks : Andi Irdiansyah Foto : Lalu Agung Samudera
Edisi 5 | April 2019 | Indonesia Controller
Holding Point
|
IATCA & UNHAS GELAR SEMINAR RELAKSASI PETUGAS ATC ■ Pembukaan Seminar oleh GM MATSC
■ Relaksasi Kepala Mata
■ Relaksasi Kepala dan leher
■ Relaksasi Tangan
Indonesia Controller | April 2019 | Edisi 5
Stres pasti pernah dirasakan oleh siapa saja, kita semua pasti pernah merasakan mudah marah, gelisah, frustasi, kesepian, sulit menenangkan pikiran, dan kerap berfikir negatif. Stres adalah hal normal yang pernah dialami oleh setiap orang. Bagi Para pemandu lalu lintas penerbangan, stres kadang muncul ketika menghadapi kondisi traffic yang padat, kondisi cuaca buruk, dimana pilot akan meminta pindah jalur atau arah dari yang biasanya dilewati, serta terkadang stres muncul karena alat bantu kerja yang mengalami gangguan. Memahami kondisi stres yang kerap terjadi bagi para ATC (Air Traffic Controller), IATCA Cabang Makassar dalam hal ini organisasi profesi ATC memandang perlu diadakan langkah langkah yang dapat diambil dalam rangka mengurangi dampak yang bisa timbul ketika ATC mengalami stres. Senin, 19 Maret 2019, bertempat di Hotel Dalton Makassar, IATCA dan Universitas Hasanuddin Makassar akhirnya melaksanakan seminar Pelatihan Relaksasi Petugas Air Traffic Controller, dimana kegiatan ini mengusung Tema "Relaksasi sehat dan safety". Seminar dibuka langsung oleh General Manager AirNav Indonesia Cabang MATSC, Novy Pantaryanto, dalam sambutannya beliau berharap ”Agar kegiatan ini dapat terlaksana dengan baik dan jika hasilnya benar-benar dapat menurunkan tingkat stres para petugas ATC, maka AirNav Indonesia Cabang MATSC pun akan mendorong dan mendukung penuh agar hasil seminar dan penelitian ini dibawa kekantor pusat AirNav Indonesia dan dijadikan standar acuan salah satu metode penurunan tingkat stres para ATC di indonesia". Ditemui di akhir acara Ketua DPC IATCA Makassar, Taufik Aleksander mengungkapkan bahwa tujuan dari pelaksanan kegiatan ini antara lain agar para Air Traffic Controller juga membuka wawasan terhadap ilmu pengetahuan diluar pengetahuan dunia penerbangan, dimana hasil yang diharapkan pada kegiatan ini adalah peningkatan kinerja yang lebih baik, profesionalisme, dan turunnya tingkat stres. Selain itu kegiatan ini juga menjadi jembatan awal, hubungan antara Lembaga pendidikan UNHAS (UNIVERSITAS HASANUDDIN) dengan praktisi IATCA (Indonesia Air Traffic Controller Associations) untuk terus berkolaborasi dalam penelitian dan peningkatan SDM dibidang Pelayanan Navigasi penerbangan". ■ teks - foto : andi irdiansyah - lalu agung samudera 73
| Initial Fix Point
education
is a golden gate to the better future ■ Linda Chandler - Balikpapan ATC I strongly believe that education is important for every single person. Nowadays, college is no longer a fresh word to anyone. People enroll college for various reasons. Some of them consider college to increase their knowledges and skills, meet the new people, and get an opportunity of having a good job. Studying at Government College has many benefits, such as aids in developing carrer, high quality education with affordable budget, and get a chance to build a relation with the new people with various backgrounds. I was born in a family who care about education. My mother was a high school teacher. When I was in high school, I helped my mother to initiate a local community learning activities in my village. We collected drop out students around us and begin to teach them so they can follow an equation examination to get high school certificate. Through this program, they can get an opportunity of having a good job with a good salary. Definetly, it has a big impact for their future. When I was in high school, my parents already retired and they can’t support me for the further educations. I never dreamed to be an Air Traffic Controller (ATC) even less knowing about subsidized education at Government College until my bestfriend told me about it. At that time,
74
internet still unfamiliar. But I tried to enroll myself and praise God. And I finally passed the selection! Personally, I believe it’s a great gift from God that I must share to others. But when I was a cadet, I had limited access to do it because we’re required to live in dormitory with a bunch of restrictions. After graduated from a Civil Aviation Academy in Makassar (Indonesia). I have more free times to fulfill my social desires. I started to write a blog about Aviation School in Indonesia. I shared basic aviation knowledges, tips and tricks of how to pass each selection phases, and motivate young people to reach their dreams whatever the barier. Now, the blog has more than 219 thousands page viewers and the common readers are from millennial generations. Some of them are Indonesian migrant workers who have strong will to enroll after they’re back to Indonesia. As far as I’m concerned, I can’t share this knowledge to the children through this blog. So I started being a volunteer in the Job Inspiration Class Program in my city. Now, I’ve been an ATC for about 9 years. It’s my pleasure to serve many aircrafts through my voice. I want to share them (young generations) all about aviation world. I hope this blog can promote, educate, and share this great gift of aviation that we all can enjoy. I believe, life is a chance to be useful for the others. Let’s sow the seed, and bear the sweetness of the fruits one day.
■
Edisi 5 | April 2019 | Indonesia Controller
Back to Barrack
Adakah yang mengenal siapa wanita di foto tersebut ? Untuk angkatan Milenial pasti tidak mengenal tapi untuk angkatan senior pasti langsung bisa menebak.
|
Back ack to
Barrack
Yup....foto disamping adalah yang selama ini kita kenal sebagai Ibu Siti Chotidjah atau biasa dipanggil Ibu Siti, seorang Instruktur di PLP Curug Jurusan Pendidikan Lalu Lintas Penerbangan. Siti Chotidjah lulusan Course JATSC 4 tahun 1972 adalah satu dari dua orang Taruni sipil pertama di Indonesia, seragam PDUB Taruni yang dipakainya saat itu hampir sama dengan Seragam Taruni saat ini, lengkap dengan topi taruni dan logo Cewama Eka Tayai yang melegenda, evolet di pundak dan chevron di lengan kiri dan kanannya, mungkin warna seragamnya sama dengan seragam Taruna Taruni saat ini, sayang foto saat itu masih hitam putih.
Sejak lulus langsung berkarier menjadi Air Traffic Controller Bandara Budiarto sampai dengan tahun 1977. Tahun 1977-2015 berkarier sebagai Instruktur di jurusan Pendidikan Lalu Lintas Penerbangan Curug sampai memasuki masa purnabakti dengan pangkat Lektor Kepala / IVD. Menikah pada tanggal 17 Nopember 1977 di Jakarta dengan Herroejanto Setijoso yang juga seorang Taruna lulusan Curug dengan jurusan pendidikan yang sama dan dikaruniai dua orang putri dan empat orang cucu. Di usianya yang tidak muda lagi, semangat mengajar dan mendidik anak bangsa masih dilakukannya sampai saat ini di Indonesia Aviation School (IAS), sebuah lembaga swasta yang meluluskan praktisi di dunia penerbangan. insert : Herroejanto Setijoso
Indonesia Controller | April 2019 | Edisi 5
75
| Holding Point
■ Sumbangan dari seluruh anggota IATCA di Indonesia langsung diserahkan kepada masyarakat oleh Ketua DPC IATCA Jayapura
Senyum generasi penerus bangsa dengan anggota IATCA Jakarta ■
IATCA GERAK CEPAT Tidak berlama lama setelah mendengar kabar Bencana Banjir Bandang yang terjadi di Papua Sentani, IATCA Jakarta menerjunkan kader kader terbaiknya untuk membantu para korban dan juga IATCA pun berhasil menyalurkan bantuan secara langsung ke daerah yang terdampak, tidak sampai disitu disela-sela pembagian bantuan para pejuang IATCA juga menghibur dan bercengkrama dengan anak-anak yang baru saja mengalami goncangan dahsyat akibat banjir bandang yg terjadi. Terus bergerak, DPP pun mengarahkan seluruh DPC ikut berpartisipasi membantu saudara saudara kita yang terkena musibah banjir ini melalui Program DPC IATCA SENTANI PEDULI
IATCA selalu hadir ditengah masyarakat yang membutuhkan bantuan ■
76
Edisi 5 | April 2019 | Indonesia Controller
Holding Point
|
IATCA PEDULI SENTANI â– Anggota IATCA Jakarta larut bersama anggota IATCA Jayapura langsung memberikan dan menyerahkan bantuan
Banjir adalah peristiwa yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan merendam daratan. Banjir diakibatkan oleh volume air di suatu badan air seperti sungai atau danau yang meluap atau melimpah dari bendungan sehingga air keluar dari sungai itu. Ada beberapa titik lokasi di sentani maupun jayapura yg terkena dampak banjir dari meluapnya air danau. Bahkan beberapa titik lokasi di sentani terkena dampak banjir akibat dari longsoran gunung cyclop. Longsoran ini mengakibatkan terjadinya banjir bandang yg membuat rumah warga terkepung banjir bahkan lumpur. Sore Jum’at 29 Maret 2019 DPC IATCA JAYAPURA bergerak ke perumahan warga yg terkena musibah banjir, salah satunya di Kampung Yoka jayapura. Diakhir kami juga mengucapkan terima kasih atas partisipasi sumbangan yg masuk dari seluruh ATC Indonesia. Sentani Jayapura, Papua 2019. Teks @elvanrr
â– DPC IATCA Jakarta mengirimkan anggotanya untuk bergabung bersama anggota DPC IATCA Jayapura
Indonesia Controller | April 2019 | Edisi 5
77
| Back to Barrack
Capture The Perfection, Compactness & Togetherness Beyond Our Limitation
R
abu dan Kamis, 27–28 Maret 2019 Alumni Diploma III PLLU 51 STPI Curug (SATC 51) menggelar acara reuni dan silaturahmi. Bertempat di Via Renata Cimacan, Cianjur. Genap 10 tahun setelah lulus dari Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia (STPI) akhirnya kami bisa berkumpul bersama melalui momen reuni ini. Acara berlangsung mulai rabu malam pukul 19.00 WIB sampai dengan pukul 20.00 WIB dimulai dengan sambutan ketua panitia reuni Febrian A. Mirza (ATC JATSC) dilanjutkan makan malam, live music dan kuis atau games yang dipandu oleh Pangsa R. Aswia (ATC Instructor/STPI). Esok paginya di hari Kamis mulai pukul 08.00 WIB acara kembali dilanjutkan dengan games seru dan menarik yang diikuti juga oleh para istri dan anak-anak. Acara reuni ini juga menjadi ajang perkenalan antar keluarga karena ada beberapa yang memang belum pernah bertemu sebelumnya. Yang paling seru bagi kami adalah cerita selama di kampus yang sebetulnya sudah sering kami ceritakan tetapi selalu meyenangkan untuk diceritakan kembali. Cerita suka, duka, tawa, canda, keluh, kesah di kampus tercinta semua berkesan dan pastinya indah untuk dikenang tapi tidak untuk diulang.
Kami berharap kegiatan reuni atau silaturahmi ini bisa terus berlanjut, mungkin 10 atau 15 tahun lagi karena menurut para ahli, Reuni memiliki sisi positif untuk kesehatan dan keharmonisan hubungan pertemanan. Sebuah penelitian juga pernah mengungkap, ternyata kegiatan santai ini juga bisa membuat orang berumur panjang. Sebuah penelitian bahkan pernah menemukan bahwa seseorang yang banyak dikelilingi teman dan saudara kemungkinannya meninggal lebih cepat berkurang 50 persen dibandingkan mereka yang tidak memiliki kehidupan sosial. Pada akhirnya Alhamdulillah puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa acara reuni ini berjalan lancar tanpa kurang suatu apapun. Terima kasih kepada seluruh panitia dan pengisi acara serta tidak lupa seluruh keluarga besar SATC 51. Semoga keluarga besar SATC 51 tetap kompak dan rukun sampai akhir hayat. Sukses selalu untuk kita, membangun bersama ATC Indonesia. â– Ichyu Machmiyana
COURSE PLLU 51 - WE ARE ; Adolf Marantika (FOO/API Banyuwangi)- Ahmad Sulaiman (ATC Instructor/ATKP Makassar)- Araz Dewa Rangga (Radar Controller-JATSC)Akbar Wicaksono (Manager Crew & Tracking Control/ Garuda Indonesia)- Bagus Seno (Staff Crew & Tracking Control/ Garuda Indonesia)- Deny Faizal Rukmana (Radar Controller-JATSC)- Devy Nuryanti (Radar Controller-JATSC)- Dhean Avianti Lastri (Radar Controller-JATSC)- Dwi Lestary (ATC Instructor/STPI-Curug)- Fadli Robbi Al-Muttaqin (Manager Crew & Tracking Control/ Garuda Indonesia)- Febrian A. Mirza (Radar Controller-JATSC)- Hendrian Tirta Dharma (ATC Instructor/BPPP-Jayapura)- Ichyu Machmiyana (ATC Instructor/STPI-Curug)- Joni Deno P. (Radar Controller-Denpasar)- M. Baiduri Al-Faidz (Radar Controller-JATSC)- M. Iqbal Azhari (Radar Controller-MATSC)- Marianto Tonapa (Radar Controller-MATSC)- Pangsa Rizkina A. (ATC Instructor/STPI-Curug)- Patria Binta Pratama (ATC Instructor/ATKP-Medan)- Rizki Ardi Tigo (PT. Badak)- Sidik Setiawan (Inspector/Kantor OTBAN Surabaya)- Syah Resha D.P. (Auditor/ITJEN-KEMENHUB)- Wan Benny P. (Flight Crew/Balai Besar Kalibrasi)- Wegi S. Yusna (Tower Controller-Bima)- Zaki Huraira (Radar Controller-JATSC). In-2006 Out-2009
78
Edisi 5 | April 2019 | Indonesia Controller
ASTON SEMARANG
HOTEL & CONVENTION CENTER
ASTON SEMARANG HOTEL & CONVENTION CENTER
Jl. MT. Haryono No. 1, Semarang Central Java 50000, Indonesia t : + 62-24 - 3566869 f : +62-24-3566871 e : semaranginfo@Astonhotelsinternational.com w : Semarang.Astonhotelsinternational.com Aston Semarang Hotel and Convention Center @astonhotelsemarang Astonsmg
Indonesia Controller | April 2019 | Edisi 5
79
| Initial Contact
ILAGA
PENJAGA LANGIT DI TIMUR INDONESIA
Bahkan mata ini tak menyaksikan bangunan tinggi bernama TOWER kebanggaan para Air TraďŹƒc Controller, yang selama ini saya idam-idamkan.
80
Edisi 5 | April 2019 | Indonesia Controller