INDONESIA CONTROLLER EDISI 4 - DESEMBER 2018

Page 1

Indonesia

CONTROLLER IATCA Official Magazine

Edisi 4 / Tahun 1 / DESEMBER 2018

APNEA

freediving club makassar air traffic service center 7 MINUTES OF GOD’S WILL Capt. Ricoseta Mafella menyampaikan cerita khusus kepada Indonesia Controller

ISSN 2622-8858

FENOMENA LIKUIFAKSI

apa itu likuifaksi, bagaimana tanda-tandanya dan cara menanggulanginya

BLESSING IN DISGUISE

notice from Aminarno BP, dibalik musibah selalu ada hikmah yang dapat kita ambil sebaga pelajaran

29.09

catatan ringan anggota IATCA Cabang Balikapan yang menginjakan kaki pertama kali di Palu pasca-gempa bumi


Menjadi Penyedia Jasa Pelayanan Navigasi Penerbangan

2

‌‌‌‌‌Edisi 4 | Desember 2018 | Indonesia Controller


TERIMA KASIH UNTUK DONASI YANG DIBERIKAN IDR 330,587,638 - USD 1,430 - MYR 150 - HKD 11 DEWAN PENGURUS PUSAT INDONESIA AIR TRAFFIC CONTROLLERS ASSOCIATION Mengucapkan terima kasih dan memberikan apresiasi setinggi-tingginya kepada DPC IATCA, Asosiasi ATC Dunia dan Perorangan yang telah memberikan donasi melalui DPP IATCA untuk korban Gempa bumi & Tsunami di Palu, Donggala dan Sigi

DPC Ambon • DPC Bali • DPC BALIKPAPAN • DPC Bandung • DPC Banjarmasin • DPC Batam DPC Bengkulu • DPC Berau • DPC Biak • DPC Curug • DPC Gorontalo • DPC Halim pk DPC Jogjakarta -Solo • DPC KENDARI • DPC Kupang • DPC Lampung • DPC MAKASSAR DPC Manado • DPC Mataram • DPC Medan • DPC Merauke • DPC Nabire DPC Palangkaraya • DPC PangkalPinang • DPC Palembang DPC Pekanbaru • DPC Semarang • DPC Surabaya • DPC Sorong DPC Tanjung Pinang • DPC tarakan • DPC Ternate dpp iatca • DPP SkyNav • Australia • Bangladesh • India • Korea Selatan Macao • Maladewa • Malaysia • NATCA (usa) • nepal • New Zealand Philipina • Singapura • Taiwan

WE ARE FAMILY Indonesia Controller | Desember 2018 | Edisi 4‌‌

3


| Sambutan

Note from Desk Control Duka di akhir tahun 2018 dirasakan oleh AirNav Indonesia, setelah gempa bumi Lombok yang terjadi akhir bulan Juli 2018 dan awal Agustus 2018 berturut-turut terjadi bencana gempa bumi dan tsunami di Palu, Donggala dan Sigi pada tanggal 28 September 2018, berselang satu bulan kemudian musibah terjadi lagi menimpa pesawat Lion Air JT610 dengan rute Jakarta-Pangkal Pinang yang jatuh di perairan Karawang pada tanggal 29 Oktober 2018. Duka mendalam dirasakan oleh AirNav Indonesia dan Keluarga besar IATCA. Anthonius Gunawan Agung, karyawan AirNav Indonesia yang juga anggota IATCA masih berusia 21 tahun gugur dalam tugas saat terjadi bencana gempa bumi di Palu, Christy Prabowo juga karyawan AirNav Indonesia yang menjabat sebagai Junior Manager Keuangan Kantor Cabang Pangkal Pinang gugur pada musibah Lion Air JT610. Semoga kita yang ditinggalkan diberikan ketabahan dan keikhlasan. Bersamaan dengan gempa bumi Palu, Indonesia dipercaya sebagai tuan rumah pertemuan IMF-World Bank di Bali, dua kejadian yang menguras tenaga ini dapat dilalui dengan baik. Kesiapan Air Traffic Controller untuk tetap menjaga keselamatan lalu lintas penerbangan dan memberikan pelayanan terbaik bisa dilaksanakan. Rekan-rekan IATCA khususnya yang berada di Bali, Surabaya, Ujungpandang dan Balikpapan dengan dukungan penuh dari AirNav Indonesia sukses menjalankan Ground Delay Program untuk mengatur kelancaran lalu lintas penerbangan di Bali dan Palu. IATCA juga menghadiri pertemuan IFATCA APRM ke-35 di Malaysia pada tanggal 16-18 Oktober 2018, misi khusus yang dibawa adalah melaporkan kondisi di Palu pasca-gempa bumi. Apresiasi yang setinggi-tingginya diberikan oleh ICAO, IFATCA dan Pemerintah melalui Kementrian Perhubungan yang menganugerahkan gelar Pahlawan untuk Anthonius Gunawan Agung. Kreatifitas anggota IATCA khususnya DPC IATCA Surabaya patut diberikan apresiasi, pada Musyawarah Cabang yang dilakukan di awal tahun, anggotanya membuat Pantun Safety terkait pekerjaan ATC, pada edisi ke-4 dan edisi selanjutnya akan ditamplkan pantun-pantun tersebut. Akhir kata, selamat membaca, kritik dan saran selalu kami terima dengan hati terbuka. Bravo IATCA, Lets Do It Team Redaktur

4

PENANGGUNG JAWAB

Ketua Umum IATCA

PEMIMPIN REDAKSI

Kabid Humas dan Publikasi DPP IATCA

REDAKTUR

Sekretariat DPP IATCA Setio Anggoro, Ulul Azmi, Ahmad Izazi Dheny Purwo

PHOTOGRAPHER

Andy Inderaksuma, Andi Irdiansyah, APNEA Team Hardani Putra, Made Ayu Kesuma Merdi T. Uriko, Mohamad Romy

EDITOR

Sekretariat DPP IATCA Humas dan Publikasi DPP IATCA

LAYOUT / DESIGN

Ahmad Izazi

KRITIK DAN SARAN redaksi@iatca.or.id redaksi.iatca@gmail.com

KONTRIBUTOR

Ali Husein B, Ario Ajie, Cepy Triandrijaya, Danta Widana, Frans Sihombing, Moch. Bambang Gilang, Ratri Purnomo, Rizwan Noor, Riza D Januar, Zainal Arifin Harahap, Zulfikar Bachrie,

ALAMAT REDAKSI, SIRKULASI & PEMESANAN

Sekretariat DPP IATCA MER Building Lt. 2 Kantor Pusat AirNav Indonesia Jl. Ir. H. Juanda No. 1 Tangerang Telp. 0813-1888-2907

Redaksi menerima tulisan atau naskah dalam bentuk MS Word atau PDF yang dikirimkan melalui email di atas Redaksi mempunyai hak untuk mengedit tulisan yang diterima tanpa merubah substansi tulisan

‌‌‌‌‌Edisi 4 | Desember 2018 | Indonesia Controller


Sambutan

Puji syukur kepada Allah SWT atas segala nikmat yang telah diberikan kepada kita semua, sehingga kembali IATCA dapat mempersembahkan Majalah Indonesia Controller Edisi ke-4 ini kepada para Pembaca sekalian. Dalam beberapa bulan terakhir ini, ujian demi ujian dihadirkan kepada kita. Pada akhir September lalu, bencana alam menimpa Sulawesi Tengah yang berdampak pada begitu banyaknya korban jiwa dan kerusakan bangunan di daerah Palu, Sigi, Donggala dan sekitarnya. Tentunya itu membuat duka yang mendalam bagi kita Bangsa Indonesia, khususnya para korban bencana. Untuk itu pada kesempatan ini, atas nama IATCA, kami menyampaikan rasa bela sungkawa yang sedalam-dalamnya. Pada kejadian bencana alam di Palu tersebut, juga menjadi duka tersendiri bagi IATCA karena salah satu anggota IATCA yang bertugas pada saat kejadian, menjadi salah satu korban jiwa. Aksi heroik rekan kami Anthonius Gunawan Agung yang memastikan pesawat Batik Air ID6231 take off dengan selamat, pada akhirnya harus mengakibatkan kehilangan nyawa setelah cedera yang di alaminya. Sebuah dedikasi tinggi seorang ATC kepada profesinya, telah menjadikannya pahlawan bagi banyak manusia. Pelajaran atas dedikasi dan semangat professional seperti ini sudah selayaknya diteladani oleh seluruh insan penerbangan. Terimakasih kami ucapkan kepada Pemerintah, IFATCA, ICAO dan seluruh pihak yang telah memberikan apresiasi kepada Almarhum Anthonius Gunawan Agung. Pada pertengahan Oktober lalu, IATCA melalui delegasinya juga menghadiri kegiatan IFATCA Asia Pacific Regional Meeting yang diadakan di Kuala Lumpur Malaysia dari tanggal 16 sampai 18 Oktober 2018. Pada kesempatan tersebut kami juga menerima ucapan bela sungkawa dari seluruh delegasi yang hadir. Kami juga menerima bantuan dari Asosiasi ATC di beberapa Negara untuk disalurkan kepada rekan – rekan kita yang menjadi korban bencana di Palu.

|

menjadi Co Pilot adalah Sahabat kami Harvino, yang beberapa tahun lalu sebelum menjadi Pilot di Lion Air adalah seorang ATC yang berdinas di Semarang. Kita doakan semoga seluruh Crew dan Penumpang yang menjadi korban jiwa mendapatkan tempat yang terbaik di sisi Tuhan YME. Dan semoga KNKT bisa segera mengungkap penyebab terjadinya kecelakaan tersebut, sehingga kejadian yang sama tidak terulang kembali. Peristiwa demi peristiwa yang kita alami akhir akhir ini, selayaknya menjadikan kita semakin dewasa dalam memaknai dan memahami safety awareness. Setiap hazard dan potensi risiko selayaknya bisa kita identifikasi dengan baik. Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi nanti, tapi kita bisa mengetahui prediksi atau probability dari kondisi yang ada. Sekali lagi mari kita tingkatkan terus safety culture kita, dengan harapan, safety level penerbangan di Indonesia semakin baik dan terjaga. Sebentar lagi kita akan menghadapi masa peak season Natal 2018 dan Tahun Baru 2019. Mari masingmasing kita mempersiapkan diri sebaik-baiknya dan sematang-matangnya. Dengan upaya persiapan yang baik di segala bidang, Insya Allah kita akan bisa memberikan pelayanan yang prima kepada masyarakat pengguna transportasi udara, yang selamat, aman dan nyaman. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan perlindungan bagi kita semua. Amin. Bravo IATCA, Let’s do it. Suwandi, SH Ketua Umum IATCA

Pada tanggal 29 Oktober yang lalu, kita juga dikejutkan dengan musibah jatuhnya pesawat LNI JT610 di perairan Pantai Karawang Jawa Barat. Dimana yang

Indonesia Controller | Desember 2018 | Edisi 4‌‌

5


Edisi 4 Indonesia Controller

DAFTAR ISI SAMBUTAN 04 05

Note From Desk Control Sambutan Ketua Umum IATCA

NOTAM (NOTICE FROM AMINARNO) 08

Blessing in Disguise

30 53

ORGANISASI 10 15 18

Mengenal lebih dekat pendiri HATCI-IATCA 35th IFATCA APRM Kuala Lumpur Rapat Pimpinan Nasional ke-3 IATCA

TEKNOLOGI 20 74

Implementasi ATFM & Ground Delay Program Mengenal Boeing 737 Max Family

JOY FLIGHT 23

APNEA - MATSC Freediving Club

76 23

VICINITY AERODROME 26 66

6

Indonesia Bangga Masjid Burj Al-Istidlal

‌‌‌‌‌Edisi 4 | Desember 2018 | Indonesia Controller


Palu-DONGGALA 29 30 32 35 38 40 44 48 53 56 61 62 64

IATCA bersama Palu-Donggala Revolusi Tower Mutiara SIS Al-Jufri Gempa Bumi dan Tsunami Fenomena Likufaksi Penanganan Penerbangan Bantuan ke Palu Pahlawan Di Mata Kawan 29.09 The Last ATC Standing in Palu IATCA Stand Up Together 7 Minutes of God’s Will One Falls Thousands Stands Sinergi IATCA-IPI We Will Build Back Better

TRAFFIC INFORMATION 68

Perubahan Capaian Pembelajaran MLLU-MPLLU

HUMAN FACTOR 70

Pentingnya Menjaga Kualitas Tidur

VISUAL APPROACH 76 78

Meragukan Bandara Kertajati ? ATC Yang Sombong

80 81 82 83

Return to Base Flash News Pantun Slamet & Septi

Indonesia Controller | Desember 2018 | Edisi 4‌‌

7


| NOTAM - Notice from Aminarno

BLESSING IN DISGUISE Pepatah asing pada judul ini sengaja penulis angkat, karena menurut hemat penulis judul di atas sangat relevan dengan apa yang dialami oleh dunia penerbangan Indonesia pada umumnya dan dunia (profesi) ATC pada khususnya. Judul di atas yang kalau diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia adalah rahmat yang tidak terduga. Mengapa demikian ? Hal tersebut penulis kaitkan dengan apa yang kita alami, kita saksikan, kita rasakan bersama sejak terjadinya gempa bumi yang diiringi oleh gelombang tsunami yang terjadi di Palu dan Donggala pada tanggal 28 September 2018, pukul 18.02 WITA yang lalu. Rasa terkejut, sedih, sendu, iba, trenyuh dan sejenisnya berkecamuk menjadi satu melihat tidak sedikit saudara-saudara kita yang kehilangan nyawa, sanak saudara, harta benda dan sebagainya apalagi salah satu korban yang meninggal adalah anggota organisasi profesi kita– IATCA yaitu Anthonius Gunawan Agung (24101996 – 29092018). Dalam pepatah lain juga sering kita dengarkan bahwa dibalik musibah terdapat hikmah yang seringkali dikonotasikan dengan hal-hal yang bernilai positif seperti misalnya solidaritas, kerjasama dan kepedulian yang sangat tinggi, ketulusan/ keikhlasan untuk berbagi dan memberi, ide-ide kreatif, proaktif dan semangat gotong-royong dan sebagainya–dan sebagainya. Selama ini eksistensi (profesi) ATC masih sangat kurang dikenal masyarakat luas (termasuk insan-

8

insan penerbangan sendiri), bahkan tidak sedikit yang belum pernah mendengar apa itu ATC. Bahkan di kalangan anggota ATC pun banyak yang merasakan bahwa keberadaan mereka kurang dikenal dan diapresiasi oleh pihak lain (termasuk pemangku kepentingan penerbangan sipil). Namun sungguh secara tidak terduga bahwa musibah Palu dan Donggala tersebut telah berhasil melejitkan nama sekaligus mempopulerkan profesi ATC tidak hanya di dalam negeri saja namun sampai ke luar negeri. Tidak sedikit orang tersentak kagum dan bangga apalagi ditambah dengan testimoni Capt. Ricoseta Mafella, pilot Batik Air yang merasa terselamatkan dari musibah setelah memperoleh izin dan instruksi untuk lepas landas dari Bandar Udara Mutiara Sayyid Idrus bin Salim Al-Jufrie (SIS Al-Jufrie), Palu dari petugas ATC yang “telah mengorbankan dirinya demi keselamatan ratusan penumpang” yang pada akhirnya gugur membawa nama harum ATC Airnav Indonesia di seantero dunia dan yang di kemudian hari memperoleh predikat “Pahlawan Adikarya Dirgantara Pralabda” dari Pemerintah melalui Menteri Perhubungan dan pujian serta penghargaan dari induk organisasi profesi ATC internasional yaitu IFATCA dan bahkan pada akhir bulan Oktober 2018 mendapatkan penghargaan dari induk organisasi penerbangan internasional ICAO pada saat kegiatan Konferensi Direktur Jenderal Penerbangan Sipil Wilayah Asia-Pasifik Tahun 2018 di Fiji. Sungguh tak terduga dan membanggakan.

‌‌‌‌‌Edisi 4 | Desember 2018 | Indonesia Controller


NOTAM - Notice from Aminarno

|

Dalam Al Quran surat Ali-Imran ayat 26 disebutkan :

Sekarang kembali kepada kita anggota IATCA, apakah kita sudah merasa puas dengan dikenalnya nama (profesi) ATC “ Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki Airnav oleh masyarakat luas dengan dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. setumpuk pujian dan penghargaan Di tangan Engkaulah segala kebajikan. tersebut ? Menurut hemat saya, secara pribadi belum puas sebab melejitnya Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala profesi ATC di atas masih sebatas sesuatu “. mengangkat nama baik (eksistensi) ATC Airnav atas sikap kepahlawanan saudara Sudah sejak 20 tahun yang lalu ketika HATCI (Himpunan kita Agung. Masih banyak PR yang harus kita kerjakan yaitu ATC Indonesia) didirikan, salah satu keinginannya adalah bagaimana ATC Indonesia bisa memberikan pelayanan yang memperkenalkan dan memasyarakatkan dunia ATC kepada prima dan memuaskan pelanggan (dalam arti yang sebenarnya kalangan masyarakat luas namun setelah sekian lama dan bukan hanya lips-service saja). Apa yang dimaksud dengan memperkenalkan ATC kepada masyarakat apakah sudah berhasil pelayanan prima dan memuaskan ? Menurut hemat penulis ? Jujur, tidak sedikit diantara kita yang masih merasakan bahwa yang dimaksud dengan prima dan memuaskan adalah hapusnya profesi ATC belum dikenal secara luas. Ternyata atas kehendak keluhan para pelanggan yaitu seluruh pilot yang beroperasi di ALLAH, dengan cara-NYA sendiri, profesi ATC mendadak dalam ruang udara Indonesia sekaligus memenuhi tuntutan sontak menjadi terkenal di seantero nusantara bahkan dunia mereka untuk pelayanan yang lebih baik. Apakah itu saja ? dalam waktu sekejap. Hampir setiap hari seluruh saluran media Jawabannya tidak ! Masih ada PR yang tidak kalah pentingnya masa (termasuk televisi) mengangkat dan/atau mengunggah yaitu bagaimana menghapus stigma bahwa kualitas pelayanan topik tentang gempa dan tsunami Palu – Donggala di mana ATC Indonesia masih kalah dengan atau masih berada di bawah selalu menyebut sikap kepahlawanan saudara kita Agung yang kualitas pelayanan ATC Singapura atau negara lainnya melalui profesinya adalah Air Traffic Controller. Bahkan hingga lebih hasil karya inovatif. Dengan meningkatnya kualitas pelayanan dari seminggu setelah peristiwa gempa dan tsunami, media ATC Indonesia tidak hanya memuaskan para pelanggan namun asingpun masih mengangkat wafatnya seorang ATC Indonesia sekaligus melicinkan jalan atau upaya pemerintah dalam rangka yang telah mengorbankan dirinya demi keselamatan pesawat mengambil alih ruang udara sektor A, B dan C. udara beserta penumpangnya. Sekali lagi sungguh tak terduga Sehubungan dengan hal tersebut di atas, marilah kita bersamadan membanggakan. sama dengan peran serta masing-masing untuk senantiasa Melejitnya nama atau profesi ATC bukan karena prestasi dan “mempertahankan nama baik profesi ATC yang sudah melejit” hasil karya para cendekia dari bandar udara atau kota yang ini melalui renovasi dan inovasi secara terus menerus. Bagi yang ternama akan tetapi justru oleh seorang anak muda yang berada di kantor pusat (utamanya di bidang pengembangan, berusia menjelang 22 tahun yang belum lama bergabung sistem dan prosedur serta standardisasi) diharapkan dapat dengan Airnav Indonesia yang bertugas di bandar udara menelorkan sistem dan prosedur kerja yang lebih ciamik nun jauh di sana - Bandar Udara Mutiara Sayyid Idrus bin khususnya dalam bidang kolaborasi (dengan SELURUH Salim Al-Jufrie (SIS Al-Jufrie), Palu, Sulawesi Tengah. Inilah pemangku kepentingan) yang dapat memuluskan kegiatan operasional sekaligus meningkatkan keselamatan penerbangan. yang penulis maksud dengan “Blessing in Disguise”. Yang berada di lapangan diharapkan TETAP bekerja secara Musibah gempa bumi dan tsunami Palu dan Donggala telah profesional sambil memberikan sumbangsih berupa idemenimbulkan rasa keprihatinan yang mendalam dan sekaligus ide inovatif dan positif kepada kantor pusat sehingga dapat membangkitkan rasa solidaritas / kepedulian / kebersamaan mengurangi kendala-kendala yang ada di lapangan. Yang dan sikap-sikap heroik lainnya yang diharapkan dapat berada di lembaga pendidikan diharapkan senantiasa dapat meringankan beban penderitaan saudara-saudara kita yang menyiapkan tenaga-tenaga yang lebih terampil dan unggul mengalami musibah. Apa yang terjadi pasca-musibah tersebut sehingga dapat memperkuat “kapasitas pasukan penjaga adalah gelombang euphoria yang berupa pujian, sanjungan langit”. Marilah kita senantiasa memelihara dan meningkatkan dan penghargaan demi penghargaan kepada saudara kita hikmah seperti yang penulis sebutkan di atas. Anthonius Gunawan Agung pada khususnya dan kepada ATC Airnav Indonesia pada umumnya. Jelas ini menggembirakan Semoga Allah senantiasa memberikan nikmat sehat dan dan membahagiakan kepada segenap anggota IATCA/Airnav kekuatan kepada kita semua sehingga mampu mewujudkan cita-cita kita bersama. Aamiin, ya rabbal alamiina. Indonesia. Sekali lagi inilah “Blessing in disguise”. Bravo IATCA – Let’s do it Curug, 26 Oktober 2018.

Indonesia Controller | Desember 2018 | Edisi 4‌‌

9


| Organisasi

MENGENAL LEBIH DEKAT PARA PELAKU SEJARAH IATCA - BAGIAN 2 Apakah anda berprofesi sebagai seorang ATC? Apakah ATC memiliki organisasi keprofesian? Apakah anda tahu tujuan organisasi profesi ATC didirikan?

Remigius Moeljadi

Ida Pangelingsir Agung Putera Sukahet

Pada bagian pertama di Edisi ke-3 Majalah Indonesia Controller kita telah mengetahui bagaimana awal dari pendirian HATCI, apa yang menyebabkan HATCI berdiri sampai dengan vacum-nya HATCI dari hasil wawancara dengan Bp. Remigius Moeljadi dan Ida Pangelingsir Agung Putera Sukahet. Pada bagian kedua atau akhir dari tulisan saya ini kita akan mengetahui berdirinya IATCA dari hasil wawancara dengan Bp. Ahmad Munir dan Bp. AZ Ibnu Susanto. Pencarian sejarah IATCA masih akan terus dilanjutkan oleh DPP IATCA mengingat banyak nama yang disebutkan oleh para tokok/figur saat wawancara di Bali dan harus dilakukan konfirmasi dengan namanama tersebut.

10

Ahmad Munir

AZ Ibnu Susanto

P

ada tanggal 10 Desember 1997 Direktorat Keselamatan Penerbangan menyelenggarakan Seminar ATC Nasional yang dilaksanakan di Hotel Sheraton Nusa Dua-Bali. Seminar tersebut bekerja sama dengan IFATCA Regional Asia Pacific dan Indonesia diwakili oleh Direktorat Kespen – Ditjen Hubud bertindak sebagai tuan rumah, Pak Yaddy Supriyadi adalah penanggung jawab pelaksanaan seminar tersebut. Salah satu hasil rekomendasi seminar adalah perlunya dibentuk Asosiasi ATC di Indonesia. Entah ada hubungannya atau tidak tetapi setelah seminar selesai, Pak Yaddy bersama beberapa stafnya yaitu Arief Widyantoro, Emiel Taufiq dan I Made Artana pindah ke sebuah hotel kelas melati, dan meminta staff-nya untuk mengetik ulang AD-ART yang diberikan olehnya, kemudian dalam kesempatan lain beliau juga pernah meminta salah satu dosen bahasa inggris di PLP Curug ibu Rimma Juliana Sidauruk (saat ini bertugas di Pusbang SDM Aparatur Perhubungan-Bogor) untuk menterjemahkannya kedalam bahasa inggris karena akan didaftarkan ke IFATCA.

W

aktu terus berjalan dan zaman pun berubah, perjuangan ATC berganti pelaku namun semangat untuk tetap mendirikan sebuah organisasi profesi tetap tumbuh di dalam hati para ATC Indonesia. Di tempat yang berbeda, kobaran semangat yang sama untuk mendirikan organisasi ATC kembali muncul. Sosok yang tidak bisa lepas dari cerita berikutnya adalah Pak Ahmad Munir. Saya diberi kesempatan berinteraksi langsung dengan Pak Ahmad Munir, beliau adalah Sekretaris Jenderal pada periode awal IATCA berdiri, beliau mengetahui dengan detail bagaimana sulitnya waktu itu mendirikan sebuah organisasi profesi ATC.

‌‌‌‌‌Edisi 4 | Desember 2018 | Indonesia Controller


Organisasi

|

D

iantara para senior yang sudah mengetahui bagaimana proses pendirian organisasi ATC di masa lalu itu tidak mudah, banyak hambatan dan rintangan yang harus dilalui. Lalu ada salah seorang diantara mereka yang mengatakan, “Apakah kamu ingin nanti nasibmu seperti senior-senior sebelumnya?”. Sementara pak Moeljadi justru menyemangati yang lain, “kalau saja Munir yang masih junior bersemangat kenapa kita yang sudah mau pensiun tidak berani?”.

Rimma Juliana Sidauruk

A

hmad Munir adalah salah satu ATC yang berperan dalam menyusun AD-ART IATCA periode awal, sama seperti Ida Pangelingsir Agung Putra Sukahet, beliau juga memiliki latar belakang pendidikan hukum. Beliau banyak berkoordinasi dengan Pak Yaddy Supriyadi (Alm) dalam menyusun AD-ART, Kode etik Profesi ATC, dan Logo IATCA pada masa awal. Beliau bersama Pak Moeljadi secara intensif melakukan pertemuan dengan Direktur Kespen (Pak Ichsan Tatang) dan Direktur Jenderal Perhubungan Udara (Pak Soenaryo) untuk meminta restu mendirikan organisasi profesi ATC. Ahmad Munir adalah ATC lulusan JATC 26 tahun 1987, ditugaskan pertama kali di Bandara Achmad Yani Semarang. Kemudian jenjang pendidikannya dilanjutkan dengan SATC 28 lulus tahun 1993 dan pada tahun 1995 beliau pindah ke Kantor Pusat PT. Angkasa Pura I (Persero) hingga sekarang. Berikut ini adalah petikan dialog saya dengan Pak Ahmad Munir.

Pak Munir, bagaimana proses awal IATCA didirikan? Saya teringat ketika tahun 1997 ada sebuah acara di Bali, kalau tidak salah seminar ATC, yang mewakili dari Kantor Pusat PT. Angkasa Pura I adalah Pak Kunto Prastowo (Kasubdit Lalu Lintas Udara) dan Pak Sumarsono, namun saya tidak pernah melihat hasil rekomendasi dari seminar tersebut. Lalu pada bulan Februari 1999 Ditjen Hubud mengundang PT. Angkasa Pura I (Persero) dan PT. Angkasa Pura II (Persero) membahas tentang Level Of Service, yang hadir dalam rapat tersebut adalah Direktur Kespen Pak Ichsan Tatang, Pak Wahyu Indragono (Alm), Pak Charles Dima, Pak Pujo Sutopo, Pak Engking Baihaqi, Pak Kunto Prastowo, Pak Moeljadi, Pak Yaddy Supriyadi (Alm), dan beberapa kasubdit lainnya. Setelah selesai rapat tersebut saya berujar di depan mereka seharusnya ada organisasi ATC karena ada keterkaitannya dengan Level Of Service yang kita bahas dalam rapat ini.

Indonesia Controller | Desember 2018 | Edisi 4‌‌

Ucapan mereka terngiang-ngiang terus di telinga saya hingga 2-3 hari, sekembalinya ke kantor, saya mendapat dukungan dari Pak Moeljadi, bersama Pak Marsono dan Pak Sono Abdullah. Kemudian saya mulai menyusun AD-ART, Kode Etik Profesi ATC, waktu itu ada 7 Kode Etik ATC, draft logo IATCA. Saya mempelajari dan meng-copy bagaimana menyusun sebuah AD-ART yang saya ambil dari berbagai sumber.

T

idak lama berselang, ada rapat Direksi PT. Angkasa Pura I dengan Dewan Komisaris, selain sebagai Direktur Jenderal Perhubungan Udara, Pak Soenaryo waktu itu juga menjabat sebagai Komisaris PT. Angkasa Pura I hadir dalam rapat tersebut. Saya masih ingat rapatnya di lantai 2 ruang rapat paling favorit saat itu. Saya menunggu kesempatan untuk bisa berbicara dengan Pak Soenaryo, saya yakin pasti ada satu waktu beliau pergi ke toilet, dan benar pada saat beliau keluar menuju toilet saya hampiri beliau di toilet sambil berdiri bersebelahan di (maaf) urinoir, saya sampaikan bahwa saya meminta ijin untuk mendirikan organisasi profesi ATC. Jawaban dia singkat, “kamu mau mogok ya?” lalu saya sampaikan bahwa ini bukan untuk mogok tapi untuk kepentingan profesi ATC. Kemudian saya diminta untuk menghubungi sekretarisnya. Setelah saya hubungi sekretarisnya ternyata beliau sedang tugas ke Miami, Amerika Serikat. Saya diminta untuk menghadap setelah beliau kembali dari Miami. Sekembalinya beliau dari Miami, saya sudah mendapat jadwal bertemu di kantornya, namun sebelumnya saya menghadap Pak Tatang terlebih dahulu. Akhirnya kesempatan itu pun tiba, saya dan Pak Moeljadi bisa menyampaikan langsung rencana pendirian organisasi profesi ATC ini, tujuannya adalah organisasi profesi ATC ini nantinya sebagai mitra pemerintah dalam mendukung pelayanan transportasi udara yang aman, lancar, tertib dan teratur. Yang kedua adalah sebagai wadah silaturahmi untuk menyampaikan ide-ide untuk mengembangkan profesi ATC. Setelah mendengarkan penjelasan kami, pada intinya beliau menyetujui dengan mengajukan beberapa syarat.

11


| Organisasi

Apa saja syaratnya? Ada 8 poin yang menjadi syarat IATCA boleh didirikan, yaitu : 1. ATC sebagai mitra pemerintah dalam hal menciptakan keselamatan penerbangan. 2. Memberi input yang konstruktif untuk kegunaan pelayanan keselamatan penerbangan. 3. Harus ada jaminan bahwa ATC tidak akan menuntut kesejahteraan secara sewenang-wenang yang tidak mungkin bisa diberikan karena sudah ada mekanisme yang diatur oleh pemerintah. 4. Organisasi profesi bertujuan untuk meningkatkan profesionalisme, bukan untuk mencari kesejahteraan dan kepentingan pribadi atau golongan.

Kalau saja Munir yang masih junior bersemangat kenapa kita yang sudah mau pensiun tidak berani? ~Remigius Moeljadi, Februari 1999~

5. Tidak dimasukkan unsur-unsur politik. 6. Mendorong anggotanya dalam meningkatkan performance ATC menjadi lebih profesional. 7. Tidak melakukan mogok kerja 8. Segala sesuatu permasalahan harus dikomunikasikan dan dilaporkan kepada pemerintah, c.q. Direktorat Jenderal Perhubungan Udara.

Lalu, apa yang dilakukan setelah mendapat persetujuan itu? Tidak lama berselang setelah itu, Pak Yaddy Supriyadi berkoordinasi dengan PT. Angkasa Pura untuk menyelenggarakan beberapa program Diklat (Human Factor, PANS-OPS, ATC Refresher Course, dll). Pak Moeljadi mengurusi konsumsinya termasuk mengkoordinir para peserta ATC yang akan mengikuti Diklat di Curug, saya dan beliau terus mensosialisasikan IATCA kepada para ATC di Soekarno-Hatta dan juga kepada para Taruna ATC di Curug dibantu oleh saudara Riza Fahmi yang saat itu sedang mengikuti pendidikan di STPI Curug. Saya bersama dengan Pak Tavip Wibowo, Pak Yaddy Supriyadi dan stafnya menyusun program kerja, rencana kerja, dan salah satu program kerjanya adalah masuk ke seminar IFATCA. Kemudian kami membuat acara di Hotel Patra Jasa untuk melakukan deklarasi dan pengukuhan pengurus dengan mengundang peserta para ATC yang sedang mengikuti kegiatan diklat di atas.

A

gar organisasi IATCA menjadi lebih legitimate, ada program kerja dan memiliki pengurus yang bekerja untuk menjalankan program kerjanya. Maka di Hotel Patra Jasa inilah pemilihan ketua IATCA dilakukan untuk pertama kalinya. Dalam putaran pertama ada 5 calon nama yang diusulkan menjadi ketua yaitu, saya, Pak Tavip Wibowo,

12

Pak Achmad Zaini Ibnu Susanto, Pak Yaddy Supriyadi dan Pak Wahyu Indragono. Di putaran pertama saya unggul dengan 17 suara lebih banyak, namun di putaran kedua posisi saya 1 suara lebih rendah dari Pak Ibnu Susanto, kemudian beliaulah yang terpilih menjadi Ketua IATCA, sementara Pak Tavip Wibowo ditunjuk sebagai Ketua II, saya sebagai Sekretaris Jenderal dan Pak Pujo Sutopo dari PT. Angkasa Pura II sebagai Wakil Sekretaris Jenderal. Setelah itu kami berkoordinasi dengan staf Bagian Hukum untuk menetapkan status hukum organisasi profesi ATC ini, Surat Keputusannya ditetapkan oleh Menteri Perhubungan yang saat itu menterinya adalah Pak Agum Gumelar. Surat Keputusan Penetapan IATCA tersebut didraft dan diproses oleh Pak Rudi Ricardo (staf Bagian Hukum Direktorat Jenderal Perhubungan Udara).

Setelah deklarasi dan pembentukan pengurus IATCA, apa yang dilakukan setelahnya? Pada saat itu IATCA tidak memiliki dana sama sekali, bahkan seluruh kegiatan pun terkadang menggunakan uang pribadi. Karena alasan tersebut selama hampir 2-3 bulan kegiatan IATCA sempat vakum. Selama vakum tersebut dibuatlah tata tertib munas, kemudian muncul ide Pak Yaddy Supriyadi untuk mengikuti Annual Conference IFATCA di Hongkong. Pak Yaddy Supriyadi turut hadir dalam acara tersebut atas rekomendasi Pak Surachman sebagai Kasubdit Lalu Lintas Udara PT. Angkasa Pura I yang mengusulkan agar beban Surat Perintah Perjalanan Dinasnya ditanggung oleh PT. Angkasa Pura I. Saya dan Pak Yaddy Supriyadi berangkat menghadiri acara tersebut, dan pada saat istirahat seminar kami mendatangi meja registrasi untuk mendaftarkan IATCA sebagai anggota IFATCA,

‌‌‌‌‌Edisi 4 | Desember 2018 | Indonesia Controller


Organisasi

|

pendaftaran kami bersamaan dengan beberapa organisasi profesi ATC dari negara-negara lainnya seperti, Bahrain, Sierra Leone, Botswana, Rumania, dan Jordania. Disitu Pak Yaddy Supriyadi menjelaskan tentang IATCA kepada petugas registrasi IFATCA. Setelah selesai registrasi, disampaikan bahwa pendaftaran diterima dan akan dipanggil nanti pada saat Annual Conference berikutnya di Zurich-Swiss. Saat pendaftaran tersebut saya mendaftarkan uang sebesar 1300 US Dollar untuk pendaftaran sebanyak 100 peserta, 900 US Dollar dari uang saya pribadi dan 400 US Dollar dari uang Pak Yaddy Supriyadi.

T

ahun berikutnya, yaitu pada tahun 2000, saya dan Ketua IATCA, Pak Ibnu Susanto menghadiri IFATCA Annual Conference di Zurich–Swiss, di dalam acara tersebut 5 Negara dipanggil untuk maju namun hanya 3 Negara yang mendapat sertifikat keanggotaan diantaranya adalah Indonesia, Botswana, dan Sierra Leone. Sekembalinya dari Swiss kami langsung menuju Batam untuk meresmikan DPC Batam sebagai DPC pertama IATCA, kami disambut langsung oleh Pak Elvi Amir dan Pak Ichsan Tatang sebagai Direktur Keselamatan Penerbangan. Karena pesawat kami terlambat dari Singapura maka Pak Ichsan Tatang-lah yang meresmikan DPC Batam waktu itu. Setelah itu saya bersama dengan Pak Yaddy Supriyadi, Pak Tavip Wibowo, dan Pak Moeljadi menyelenggarakan Diklat Human Factor di Hotel Nam Center Kemayoran – Jakarta, dengan pembicara salah satu Human Factor Expert berkewarganegaraan Belanda Mr. Berg Ruttenberg. Kemudian kegiatan-kegiatan IATCA berikutnya diisi dengan pelaksanaan ATC Goodwill Games, grading jabatan ATC, Reorganisasi, dan IATCA selalu berperan dan berkontribusi dalam setiap proses pengambilan kebijakan saat itu. IATCA sekarang sudah berumur 19 tahun sejak didirikan pada tanggal 29 Juli 1999, apakah IATCA sekarang sudah seperti yang dicita-citakan saat itu? Semangat yang dibangun saat itu adalah keinginan untuk membentuk sebuah organisasi profesi ATC untuk meningkatkan kesejahteraan dan menyalurkan aspirasi ATC.

D

emikian penuturan Pak Ahmad Munir mengenai perjalanan awal IATCA berdiri sampai dengan lepas masa jabatannya di tahun 2002. Selanjutnya di waktu yang hampir bersamaan saya juga berkesempatan bertatap muka dengan Ketua pertama IATCA yaitu Pak Achmad Zaini Ibnu Susanto. Pak Achmad Zaini Ibnu Susanto biasa disapa Pak Ibnu adalah ATC angkatan 11 lulus tahun 1976, beliau pertama kali bertugas di Banjarmasin.

Indonesia Controller | Desember 2018 | Edisi 4‌‌

Pada tahun 1985 beliau pindah tugas ke Jakarta dan pernah ditempatkan di Base Camp Perhubungan Udara, beliau juga aktif dalam ATC Forum yang menampung dan membina profesi ATC di Soekarno-Hatta. Semasa menjalani karirnya di PT. Angkasa Pura II pernah menjadi tim counterpart Lembaga Afiliasi Peneliti dan Industri Institut Teknologi Bandung yang dikenal dengan sebutan PT. LAPI ITB yaitu sebuah badan usaha milik Institut Teknologi Bandung (ITB) yang bergerak dibidang konsultansi, pelatihan dan pengembangan teknologi yang saat itu bertujuan untuk merumuskan employment management mengelompokkan 3 kelompok yaitu Managerial, Operasional, dan Teknis dengan 2 Ladder Career System di PT. Angkasa Pura II. Beliau dikenal aktif sekaligus menjadi ketua dalam ATC Forum di Soekarno-Hatta, saat itu sekretarisnya adalah Saudara Eko Prihadi. Berikut adalah dialog saya dengan Pak Ibnu Susanto dalam proses berdirinya IATCA.

Pak Ibnu, apakah bapak bisa menceritakan bagaimana proses awal IATCA berdiri? IATCA dideklarasikan di Hotel Patra Jasa Cempaka Putih – Jakarta pada tanggal 29 Juli 1999 atas kontribusi dari banyak orang, salah satunya adalah Saudara Ahmad Munir yang menyiapkan AD-ART dan Logo IATCA. Saya terpilih menjadi ketua IATCA melalui proses demokrasi yang dilakukan saat itu, beberapa nama lain yang saya ingat dicalonkan adalah Pak Yaddy Supriyadi, Pak Pujo Sutopo, Pak Wahyu Indragono, dan Pak Ahmad Munir. Setelah proses pemilihan ketua selesai, susunan kepengurusan IATCA dikirimkan kepada Direktur Jenderal Perhubungan Udara, PT. Angkasa Pura I,

13


| Organisasi

Sekembalinya dari Swiss kami langsung menuju Batam untuk meresmikan DPC Batam sebagai DPC pertama IATCA dan PT. Angkasa Pura II. Kemudian di tahun yang sama, Pak Yaddy Supriyadi dan Pak Ahmad Munir menghadiri IFATCA Annual Conference di Hongkong, disana mereka mendaftarkan IATCA menjadi anggota IFATCA dengan membayar tagihan uang pendaftaran keanggotaan. Demikianlah petikan perbincangan saya dengan beberapa sosok yang berperan langsung dalam proses berdirinya organisasi profesi ATC di Indonesia baik HATCI maupun IATCA. Tanpa perjuangan mereka, mungkin IATCA tidak akan pernah lahir dan memiliki cerita yang berbeda dengan sekarang. Semangat mereka untuk memperjuangkan ATC tak pernah padam, hal ini patut menjadi contoh bagi kita semua untuk memberikan yang terbaik untuk kepentingan yang lebih besar dan mulia.

H

asil perbincangan dengan mereka nantinya akan menjadi dasar penyusunan buku sejarah IATCA yang lebih holistik karena masih banyak nama yang harus kami temui dan kami lakukan konfirmasi, masih banyak peristiwa yang harus kami dengar dari semua sisi. Tulisan ini dibuat untuk mengingatkan kita semua tentang tujuan organisasi profesi ATC sejak didirikan agar diketahui oleh generasi penerus IATCA di masa depan dan tetap sejalan dengan arah yang diharapkan oleh para pendiri terdahulu. Semoga memberikan manfaat bagi kita semua. Bravo IATCA, Lets do it

Dari 4 (empat) orang tokoh tersebut memberikan jawaban yang berbeda ketika saya menanyakan pertanyaan yang sama tentang apa pesan, harapan dan pandangan mereka terhadap IATCA saat ini,

Yang ada di dalam benak saya saat itu, terbentuknya IATCA adalah tercapainya cita-cita yang sudah diidamkan sejak tahun 1960-an. Dan cita-cita IATCA saat itu adalah mendirikan sebuah lembaga penyelenggara navigasi penerbangan dengan nama Aero Nusantara. Setelah tahun 2002 saya pensiun dari PT. Angkasa Pura I (Persero) dan melihat sekarang sudah ada AirNav Indonesia sebagai Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan di Indonesia. Saya berharap ATC di Indonesia tetap bersatu dan kompak serta saling mengangkat satu sama lain, jangan ada persaingan sesama ATC. Peranan ATC harus dapat dipandang positif dari luar. Remigius Moeljadi Harapan saya, ATC harus rukun bersatu, bersatu antara junior dan senior. Kalau sudah bersatu baru bisa fokus membangun sistem lalu lintas udara yang baik. Untuk IATCA, harus bisa mengabdikan diri lebih luas lagi untuk masyarakat dan negara. ATC tidak boleh seperti katak dalam tempurung, jangan merasa besar dalam lingkungan yang sempit. Buktikan bahwa sebagai seorang ATC harus mampu memberikan yang terbaik untuk bangsa ini. Ida Pangelingsir Agung Putera Sukahet Buat saya, IATCA sekarang sudah luar biasa, bisa mengumpulkan para sepuh yang belum pernah dilakukan pada saat dulu. Ahmad Munir Komponen dasar dalam berorganisasi adalah memiliki tujuan yang sama, komunikasi antar elemen di dalam organisasi, dan kerjasama untuk mencapai tujuan bersama tersebut. IATCA adalah organisasi internasional, oleh karena itu kita harus meningkatkan kontribusi organisasi bagi kepentingan yang lebih besar dan jangan terpolarisasi dengan kepentingan tertentu. Saya merasa bangga atas keberhasilan IATCA di IFATCA Annual Conference bisa memiliki kedudukan yang setara dengan organisasi profesi ATC dari negara-negara lain. IATCA harus berperan dalam pengembangan SDM dan profesionalisme ATC, jangan sampai ATC melakukan mogok karena hal itu akan menjadi bencana nasional. AZ Ibnu Susanto

Zainal Arifin Harahap

14

‌‌‌‌‌Edisi44|| Desember Desember2018 2018|| Indonesia IndonesiaController Controller ‌‌‌‌‌Edisi


| Initial Contact

Organisasi

|

A s ia pacific regional meeting

35th ifatca APRM kuala lumpur, 16 - 18 oct 2018

Text - Ali Husein & Merdi Uriko, Foto - Merdi Uriko Kehadiran perwakilan IATCA dalam kegiatan IFATCA Asia Pacific Regional Meeting yang dilakukan setiap tahun merupakan konsekuensi dari keanggotaan IATCA dalam IFATCA. Dalam pertemuan IFATCA Asia Pacific Regional Meeting ke-35 yang diadakan di Kuala Lumpur, Malaysia dari tanggal 16-18 Oktober 2018 mengusung tema “Safety & Efficiency”. Sesuai dengan tema yang diusung, dalam pertemuan ini dibahas terkait usaha yang telah dilakukan untuk menjaga dan meningkatkan keselamatan penerbangan sekaligus berusaha untuk meningkatkan efisiensi dari pelayanan yang diberikan oleh para Air Traffic Controller yang tergabung dalam asosiasi profesi di negara masing-masing. IATCA dalam pertemuan IFATCA Asia Pacific Regional Meeting kali ini juga membawa misi khusus, yaitu menyampaikan informasi terkait tragedi yang terjadi di Palu dan Donggala sera langkah-langkah yang telah dilakukan oleh IATCA serta menyampaikan ucapan terima kasih kepada IFATCA dan seluruh anggota asosiasi atas simpati dan dukungan yang telah diberikan terkait dengan bencana alam yang terjadi di Palu dan Donggala yang mengakibatkan gugurnya satu orang anggota IATCA, Anthonius Gunawan Agung. IATCA diwakili oleh Suwandi (Ketua Umum), Wahyu Tirtaji (Sekretaris jendral), Ali Husein Bahweres (Kabid Professional), Mohamad Mundir (Bidang Sosial), Merdi Tiara Uriko (bidang Humas) dan Suryanto (Ketua DPC Balikpapan sekaligus sebagai Ketua Tim Control Allowance).

Indonesia Controller | Desember 2018 | Edisi 4‌‌

15


Anthonius Gunawan Agung dianugrahi gelar ADIKARYA DIRGANTARA PRALABA oleh pemerintah Indonesia dan Penghargaan dari ICAO. Dalam sesi awal kegiatan ini, Philippines Air Traffic Controller Associations (PATCA) yang baru ditetapkan sebagai anggota baru oleh IFATCA. berkeinginan untuk menjadi tuan rumah kegiatan IFATCA Asia Pacific Regional Meeting pada tahun 2020.

IFATCA Asia Pacific Regional Meeting ke-35 diselenggarakan pada tanggal 16-18 Oktober 2018 di Hotel Royal Chulan, Kuala Lumpur – Malaysia, dimana Malaysia Air Traffic Controllers Association (MATCA) bertindak sebagai tuan rumah penyelenggara yang ditetapkan dalam IFATCA Asia Pacific Regional Meeting ke-34 pada tahun 2017 di Wellington – Selandia Baru. Sekaligus memperingati 30 tahun MATCA bergabung menjadi anggota IFATCA. IFATCA APRM ke-35 tahun 2018 dihadiri oleh perwakilan dari 16 asosiasi ATC di kawasan Asia Pacific yang telah menjadi anggota IFATCA yaitu Malaysia, Singapura, Selandia Baru, Jepang, Taiwan, Australia, Hong Kong, India, Sri Langka, Macau, Nepal, Indonesia, Pakistan, Korea Selatan, Filipina, Maladewa. Selain anggota asosiasi yang telah berafialiasi dengan IFATCA, kegiatan ini juga dihadiri oleh 2 (dua) negara yang belum menjadi anggota IFATCA karena belum memiliki asosiasi profesi ATC, yaitu Kepulauan Solomon dan Vietnam, International Federation of Air Line Pilot Associations (IPALFA) serta perwakilan asosisi pilot lokal Malaysia (MALPA) dan undangan dari beberapa pihak yang berkepentingan, seperti Air Asia, Ground Handling Agent, dan lain-lain juga ikut hadir pada kegiatan ini. Mike O’Neill selaku EVP IFATCA Asia Pasific dalam sambutanya setelah semua delegasi melakukan minute of silence menyampaikan ucapan belasungkawa kepada IATCA atas apa yang menimpa almarhum Anthonius Gunawan Agung dan menyampaikan bahwa kejadian tersebut telah membuka mata dunia dan solidaritas antara komunitas penerbangan, sehingga halaman FB IFATCA mendapat hits sebanyak 60.000 kali dalam kurun waktu 24 jam setelah berita mengenai gugurnya almarhum Anthonius Gunawan Agung setelah menjalankan tugas mulia dimuat di halaman FB IFATCA. Pada sesi khusus yang diberikan kepada IATCA untuk menyampaikan perkembangan terkait bencana yang terjadi di Palu, DPP IATCA diwakili oleh Sdr. Ali Husein Bahweres dan Sdr. Suryanto menyampaikan hal-hal mulai dari kronologis kejadian bencana, hingga yang menimpa almarhum Anthonius Gunawan Agung, yang terpenting adalah IATCA menyampaikan bahwa solidaritas seluruh anggota IATCA yang tersebar dari Aceh sampai Merauke sangat tinggi, dan sanggat tanggap atas himbauan DPP IATCA untuk melakukan penggalangan dana kemanusiaan untuk membantu anggota IATCA di Palu yang terkena musibah. Sdr. Suwandi Ketua Umum IATCA juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh anggota IFATCA atas simpati dan empati yang diberikan baik secara langsung maupun melalui IFATCA. Dalam kesempatan ini DPP IATCA juga menyampaikan bahwa pelayanan lalu lintas penerbangan yang diberikan oleh anggota IATCA sudah dapat berlangsung 2 (dua) hari sejak terjadinya bencana, yaitu tanggal 30 Oktober 2018 dengan segala keterbatasan yang ada, mulai dari pelayanan di Vibratory Roller, tower darurat hingga datangnya mobile tower. DPP IATCA juga menyampaikan usaha-usaha yang dilakukan sampai akhirnya almarhum

16

Sesuai dengan tema IFATCA Asia Pacific Regional Meeting ke-35 kali ini yaitu, Safety & Efficiency, maka materi pertemuan yang disampaikan oleh para pembicara diantaranya refreshment PBN SID/STAR Phraseology oleh delegasi Singapura, Fatigue Management oleh Ben Kings dari Australia, pengoperasian 3 runway di Kuala Lumpur International Airport, informasi terkait keterlibatan aktif IFATCA di ICAO dalam pembuatan aturanaturan pengoperasian Drone dalam kaitannya dengan proses pemanduan lalu lintas udara oleh ATC, informasi tentang rencana-rencana pelatihan yang akan diadakan oleh IFATCA yang dibawakan langsung oleh Mike O’Neill dari IFATCA. Hong Kong Air Traffic Controller Association, menyampaikan tentang penerapan separasi baru yang didasarkan pada Wake Turbulance Category (WTC) yang mengadopsi prosedur yang telah diterapkan oleh Uni Eropa (EUROCONTROL) yang dikenal dengan sebutan RECAT-EU (tulisan tentang hal ini ada pada edisi 3 majalah Indonesia Controller-red), informasi terkait penanganan kondisi bencana dalam proses pemanduan lalu lintas udara yang dibawakan oleh delegasi dari Taiwan, informasi mengenai pengoperasian pesawat dalam prosedur RNP AR dari rekan profesi Pilot yang diwakili oleh Capt. Rajesh Gill dari AirAsia EVP IFATCA untuk kawasan Afrika dan Timur Tengah yang hadir pada kegiatan ini menyampaikan informasi terkait dengan kejadian yang menimpa ATC Ethiopia yang melakukan mogok kerja dan langkah-langkah yang telah dilakukan IFATCA untuk meredakan ketegangan dan menjembatani mediasi antara asosiasi ATC Ethiopia dengan pemerintah

‌‌‌‌‌Edisi 4 | Desember 2018 | Indonesia Controller


Organisasi

Ethiopia. IFATCA dalam kesempatan ini menekankan kembali bahwa IFATCA bukanlah asosiasi buruh (labor union), sehingga IFATCA tidak akan pernah mendukung usaha-usaha untuk melakukan mogok kerja. IFATCA mengharapkan segala masalah yang dihadapi oleh asosiasi ATC agar diselesaikan secara elegan dengan mengedepankan musyawarah dan melaporkan segala sesuatu yang terjadi kepada IFATCA pada kesempatan pertama. Selain hal-hal yang terkait dengan Safety & Effisciency, hal yang menarik yang disampaikan dalam IFATCA Asia Pacific Regional Meeting ke-35 ini adalah informasi yang disampaikan oleh perwakilan IPALFA yang menyampaikan perlunya kerja sama yang erat dan harmonis antara pilot dengan ATC. Diharapkan agar asosiasi masing-masing negara dapat menjalin komunikasi yang erat dan kolaborasi dengan asosiasi pilot yang ada di negara masing-masing. Apresiasi istimewa pantas kita berikan kepada MATCA yang dalam kesempatan jamuan makan malam di kegiatan tersebut berinisiatif untuk mengumpulkan donasi untuk Palu. Hasil dari donasi tersebut langsung diserahkan Presidan MATCA kepada Ketua Umum IATCA di acara tersebut. Disamping donasi langsung tersebut, ternyata beberapa perwakilan delegasi juga telah berinisiatif sebelumnya untuk memberikan simpati berupa donasi yang dikumpulkan sebelum mereka berangkat menghadiri APRM. Donasi-donasi dari beberapa delegasi seperti IFATCA, Hongkong, Macau, Taiwan, Australia, NATCA (USA) dan New Zealand juga langsung diterima oleh Ketua Umum IATCA pada acara tersebut. Beberapa anggota asosiasi yang hadir secara spontan juga memberikan sumbangan dana kepada IATCA untuk membantu anggota IATCA yang tertimpa musibah gempa bumi di Palu.

|

koordinasi yang baik dengan IFATCA sebagaimana yang telah disarankan, jika terjadi hal-hal yang memerlukan bantuan dari IFATCA maupun dengan sesama organisasi profesi yang ada di kawasan regional, karena hal ini merupakan pengejawantahan dari VISI dan MISI IATCA yang tertuang dalam Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) IATCA, guna mendukung program-program pemerintah di kancah Internasional. IATCA juga akan mendorong pihak-pihak yang berkepentingan untuk dapat segera memperbaiki prosedur yang ada demi tercapainya tingkat keselamatan dan keamanan yang tinggi sekaligus untuk meningatkan efisiensi. Kegiatan pertemuan semacam IFATCA Asia Pacific Regional Meeting sangat baik untuk selalu dihadiri oleh IATCA dan dalam kegiatan ini agar IATCA selalu dapat memberikan informasi terkini terkait program-program yang telah dilakukan oleh IATCA. Dengan selalu hadirnya IATCA dalam pertemuan baik yang bersifat bilateral, regional maupun internasional akan dapat menjalin networking secara formal maupun informal guna mendukung program-program organisasi maupun untuk menyuarakan kepentingan nasional. IATCA juga akan lebih mengedepankan profesionalisme di kancah internasional dengan aktif terlibat dalam kegiatankegiatan yang diselenggarakan oleh IFATCA. Di akhir kegiatan pertemuan ini Nepal ditetapkan sebagai tuan rumah Asia Pacific Regional Meeting ke-36 pada tahun 2019. Semoga IATCA dapat hadir pada kegiatan tersebut.

IATCA akan selalu berusaha untuk menjalin komunikasi dan

Indonesia Controller | Desember 2018 | Edisi 4‌‌

17


| Organisasi

RAPAT PIMPINAN NASIONAL KE 3 INDONESIA AIR TRAFFIC CONTROLLERS ASSOCIATION

BERTEMPAT DI AULA GEDUNG SUPPORT AIRNAV INDONESIA, LANTAI 4 RUANG HASANUDDIN, KETUA UMUM IATCA, SUWANDI MEMBUKA RAPIMNAS KE-3 IATCA YANG DIADAKAN PADA TANGGAL 17-18 NOVEMBER 2018.

RAPIMNAS ke-3 IATCA dihadiri oleh 36 Dewan Pengurus Cabang IATCA di seluruh Indonesia dari 40 DPC yang ada. Agenda kegiatan yang seharusnya dilaksanakan pada awal bulan Oktober 2018 harus diundur pada pertengahan bulan November karena di akhir bulan September 2018 seluruh jajaran pengurus DPP IATCA dan Anggota DPC IATCA masih berduka dan melakukan konsolidasi terkait bencana gempa bumi dan tsunami di Palu, Donggala dan Sigi. Tepat pukul 10.00 WIB, Suwandi, Ketua Umum IATCA membuka Rapat Pimpinan Nasional ke-3 yang diikuti oleh 103 orang perwakilan dari DPC IATCA dan DPP IATCA untuk membahas beberapa hal terkait konsolidasi organisasi, donasi bantuan bencana Palu dan Donggala, permasalahan yang dihadapi setiap Dewan Pengurus Cabang, penjelasan mengenai Musyawarah Nasional ke-7

18

IATCA serta penjelasan mengenai Control Allowance. RAPIMNAS ke-3 IATCA ini sebagian besar didominasi oleh wajah-wajah baru yang masih berusia muda, energik, penuh semangat dan siap membesarkan organisasi dengan segala kemampuan yang dimiliki. Hampir sebagian besar Ketua DPC yang hadir adalah generasi berikutnya dari ATC Indonesia. Pada kata sambutannya, Ketua Umum IATCA mengharapkan generasi muda ATC Indonesia ini dapat meneruskan perjuangan organisasi yang telah dirintis oleh senior-senior pendahulu dan pendiri IATCA serta tetap menjaga soliditas di antara anggota dan memberikan yang terbaik untuk perusahaan. Sesie pertama pada Rapimnas ini dibuka oleh penjelasan dari Ketua Bidang

Sosial yang melaporkan jumlah donasi yang telah diberikan melalui DPP IATCA untuk Anggota DPC IATCA Palu. Donasi yang disalurkan melalui DPP IATCA berasal dari 32 DPC IATCA di seluruh Indonesia, DPP SkyNav, NATCA (Asosiasi ATC Amerika Serikat), serta Asosiasi ATC di sekitar negara Asia Pacific seperti Australia, Bangladesh, Hongkong, India, Jepang, Korea Selatan, Macao, Maladewa, Malaysia, Mongolia, Nepal, New Zealand, Filipina, Pakistan, Singapura, Sri Lanka dan Taiwan. Rizki Baehaqi Adam, Ketua Bidang Sosial DPP IATCA melaporkan jumlah donasi yang diterima sebesar IDR 330.586.736, USD 1,430, MYR 150 dan HKD 11 yang nantinya akan diserahkan langsung oleh Ketua Umum IATCA di Palu. DPP IATCA dan negara-negara anggota IFATCA di Asia Pacific berharap bantuan yang diberikan ini dapat meringankan beban bagi Anggota DPC IATCA Palu.

‌‌‌‌‌Edisi 4 | Desember 2018 | Indonesia Controller


Organisasi

Beberapa keputusan yang dibuat dalam Rapimnas ke-3 ini di antaranya adalah tentang penyelenggaraan Musyawarah Nasional ke-7 IATCA yang akan diadakan pada tahun 2019 di Semarang antara tanggal 21 April-4 Mei 2018. Keaktifan pembayaran iuran anggota yang merupakan salah satu kewajiban keanggotaan IATCA dijadikan pertimbangan untuk penentuan jumlah kuota tiap DPC dalam Munas ke-7 mendatang.

Untuk Dresscode Batik diputuskan oleh DPP IATCA bahwa setiap anggota wajib memiliki dan dipakai setiap hari Jum’at. Pengadaan Batik, baik mekanisme pembelian dan distribusi pengiriman akan ditentukan kemudian. Pada Rapimnas ke-3 ini juga disepakati oleh Peserta Rapimnas terkait usulan DPP IATCA untuk melakukan peremajaan dengan mengganti mobil kendaraan operasional organisasi mengingat usia kendaraan yang sudah tua.

Dalam hal-hal yang menyangkut penyesuaian grading DPP IATCA akan menindaklanjuti dengan bersurat kepada Direktorat SDM dan Umum. Untuk hal-hal yang terkait permasalahan operasional di lapangan, DPP IATCA menghimbau agar DPC IATCA terlebih dahulu melakukan koordinasi dan kerjasama dengan manajemen setempat untuk mencari solusi terbaik, jika tidak didapatkan titik temu maka dapat disampaikan kepada DPP IATCA dengan memberikan penjelasan permasalahan dan data dukung agar DPP IATCA dapat menindaklanjuti hal tersebut.

Pada sesie terakhir Rapimnas ke-3, Team Control Allowance diberikan kesempatan untuk menjelaskan hasil kajian yang telah dibuat. Team Control Allowance yang dibentuk sejak bulan Juni 2018 dan beranggotakan perwakilan dari 7 DPC IATCA yaitu Bali, Balikpapan, Jayapura, Makassar, Medan, Semarang dan Surabaya, telah bekerja secara marathon dengan melakukan beberapa kali pertemuan dan telah menyelesaikan tugasnya di bulan September 2018 dalam membuat kajian tentang hal ini.

Untuk penggunaan Dresscode IATCA, baik pada tingkat Cabang maupun Nasional, dapat dipergunakan sepanjang menyangkut kegiatan organisasi resmi dengan melaporkan terlebih dahulu agenda tersebut kepada Manajemen Cabang atau Manajemen Pusat. Setelah Rapimnas ini DPP IATCA akan bersurat kepada Manajemen Perusahaan untuk menjelaskan hal ini.

|

Pada akhirnya Peserta Rapimnas menyetujui hasil kajian Team Control Allowance untuk selanjutnya akan disampaikan oleh DPP IATCA kepada Manajemen Perum LPPNPI (AirNav Indonesia) sebagai rekomendasi usulan pemberian tunjangan Control Allowance kepada petugas Air Traffic Controller. Pada kesempatan ini pula Organisasi IATCA memberikan Plakat Penghargaan kepada Ibu Yulia Alit Suteja mewakili Almarhum Bapak Alit Suteja, salah seorang pengurus dan pendiri Himpunan ATC Indonesia. Plakat ini seharusnya diberikan pada saat Ulang Tahun ke-19 IATCA di Puri Denbencingah Klungkung namun karena satu dan lain hal baru dapat disampaikan oleh DPP IATCA pada kegiatan ini.

Semua parameter yang dijadikan acuan untuk melakukan perhitungan terhadap control allowance yang nantinya akan didapatkan oleh para controller dijelaskan secara gamblang disertai penjelasan dan justifikasinya. Peserta Rapimnas yang mewakili anggota dari setiap DPC begitu antusias dalam mengikuti sesie ini, terlihat dari beberapa pertanyaan yang diajukan, mulai dari hal yang ringan sampai dengan hal-hal yang selama ini ditemui di lapangan.

Indonesia Controller | Desember 2018 | Edisi 4‌‌

19


| Teknologi

IMPLEMENTASI AIR TRAFFIC FLOW MANAGEMENT & GROUND DELAY PROGRAM (ATFM-GDP) DALAM PENGATURAN ALIRAN TRAFFIC TANGGAP BENCANA BANDARA SIS AL-JUFRI PALU DAN PERTEMUAN IMF/WORLD BANK DI BANDARA NGURAH RAI BALI

Bulan September - Oktober 2018 lalu, Indonesia mengalami dua kejadian yang cukup menyita perhatian, yang satu adalah force majeure yang tidak diduga yaitu gempa dan tsunami yang menimpa Sulawesi Tengah, sementara yang kedua adalah pertemuan Internasional IMF/World Bank yang jauh-jauh hari telah direncanakan. Dalam kedua kejadian tersebut, pengelolaan lalu lintas penerbangan berfungsi untuk memastikan kelancaran bantuan di Sulteng dan kedatangan delegasi serta VVIP di Bali, sangat krusial.

- Setio Anggoro Air Traffic Controllers sebagai garda terdepan berusaha untuk tetap membuka pelayanan ATC service di Palu maupun mengelola lonjakan traffic yang datang dan pergi di Bali yang sangat signifikan. Sementara itu dibelakang layar (atau meminjam istilah rekan di Bali, dibelakang layarnya belakang layar) tim ATFM menyusun strategi untuk menjaga lonjakan traffic (demand) tidak melampaui kapasitas daya tampung ATC, atau dalam istilah penerbangan disebut Air Traffic Flow Management (ATFM).

pengaturan yang tepat dapat dihindari airborne holding yang berlebihan.

Air Traffic Flow Management (ATFM) bertujuan untuk memastikan aliran lalu lintas penerbangan yang optimal dari dan ke suatu ruang udara atau airport ketika permintaan (demand) melampaui atau diperkirakan akan melampaui kapasitas yang dapat ditampung, baik oleh infrastruktur maupun ATC. Dengan

Prinsip Ground Delay Program (GDP) GDP adalah prosedur pengelolaan traffic dimana pesawat ditahan (delayed) pada bandara keberangkatan (bandara asal) untuk mengatur aliran kedatangan dan kapasitas di bandara tujuan. GDP dilakukan untuk mengurangi holding (airbone delay) pada bandara tujuan

Dalam kasus Palu, batasan kapasitas pertama adalah kesediaan tempat parkir di apron untuk mengakomodir lonjakan permintaan pesawat bantuan yang datang (demand). Sementara di Bali, yang menjadi batasan kapasitas adalah airport closure karena pergerakan pesawat Kepala Negara (VVIP) yang akan menghentikan pergerakan pesawat reguler yang datang maupun berangkat.

Gambar 1

20

dengan cara memberikan pengaturan waktu berangkat tertentu (calculated take-off time/CTOT) pada bandara keberangkatan. Sebagai contoh apabila GDP diterapkan di Bandara Ngurah Rai, Denpasar, maka CTOT akan diberikan ke bandara-bandara keberangkatan pesawat yang menuju ke Bali (lihat gambar 1) Untuk memastikan efisiensi aliran, maka perlu ditentukan jumlah pesawat yang efisien (minim/tidak ada holding) yang dapat diakomodir oleh bandara tersebut dalam suatu periode waktu. Batasan kapasitas tersebut disebut dengan Airport Arrival Rate (ARR), yakni aliran pesawat yang dapat diterima oleh runway selama suatu periode waktu tertentu (biasanya per 1 jam). AAR ditentukan melalui berbagai model perhitungan, baik DORATASK yang digunakan oleh Eropa atau model FAA, yang keduanya didasarkan pada: 1. Runway occupancy time (kecepatan pesawat keluar dari runway) 2. Approach speed (kecepatan pesawat dari Outer Marker ke Threshold) 3. Spacing/separation antar dua arrival Sebelum lanjut, hal yang adalah melakukan penyamaan mengenai waktu-waktu yang pada tiap segmen penerbangan 2).

penting persepsi berlaku (gambar

‌‌‌‌‌Edisi 4 | Desember 2018 | Indonesia Controller


Teknologi

Enroute

C

De

b lim

sc

en t

ff eo

App roac h

k Ta ATT (2) EOBT (1)

EET (4) ETD (3)

ETA (5)

Gambar 2 waktu yang tertera di Flight Plan Yang menunjukan rencana pesawat push-back Waktu rata-rata taxi dari apron ke runway (tanpa mempertimbangkan posisi parkir)

ELTD (7)

EIBT (8)

Estimate Time of Arrival

Waktu perkiraan kedatangan (pada initial approach fix/IAF)

Approach Time

Waktu tempuh rata-rata dari IAF ke runway

Estimate Off-Block time

ATT

Average Taxi-out Time

ETD

Estimate Time of Departure

Waktu perkiraan pesawat takeoff, ETD = EOBT + ATT

ELDT

Estimate Landing Time

EET

Estimate Elapse Time

Perkiraan waktu tempuh ke bandara tujuan

EIBT

Estimate In-Block time

Penyamaan persepsi waktu ini penting karena aplikasi GDP perlu konsistensi dalam menentukan titik pengaturan (biasanya ETA atau ELDT) untuk menyusun daftar kedatangan (arrival). Kemudian hal yang membedakan antar aplikasi GDP adalah bagaimana kalkulasi EET untuk perhitungan, ada yang menggunakan EET flight plan atau perhitungan sendiri berbasis type pesawat, segmen rute dan lain sebagainya. Misalnya pesawat GIA031 rute CGK-DPS: • EOBT CGK adalah 03.30Z (Z menunjukkan waktu universal (UTC)), • Dengan waktu rata-rata taxi 15 menit • Maka memiliki ETD 03.45Z • CKG – BLI memiliki elapse time (EET) 01:45 (satu jam, empat puluh lima menit) • Sehingga memiliki ETA Bali 05.30Z • Dengan waktu rata-rata approach time 8 menit maka • Memiliki ELDT 05.38Z

Landing

App r Tim oach e (6 )

EOBT

ETA

Waktu perkiraan landing (touch down) ELDT = ETA + average approach time Waktu perkiraan parkir EIBT = ELDT + taxi time

Sebagai contoh runway ditutup pukul 05.00Z-06.00Z (periode regulasi) karena pergerakan VVIP, sehingga pesawat yang berencana datang pada segmen jam tersebut akan terholding. Untuk meminimalisir holding, aplikasi GDP akan mengalokasikan pesawat-pesawat yang memiliki waktu kedatangan pada segmen tersebut ke segmen berikutnya (setelah jam 06.00Z) sehingga didapatkan ELDT “baru” atau yang disebut dengan CLDT (calculated landing time). Sebagai contoh GIA031 dengan ELDT 05.38Z mendapatkan alokasi CLDT 06.30Z. Maka menggunakan acuan urutan waktu yang sama, dengan mengurangi CLDT dengan approach time (8’) dan EET (01:45’), GIA031 mendapatkan waktu CTOT (calculated take-off time) untuk berangkat (take-off) dari CGK pukul 04.37Z.

ELDT Enroute

C

De

sc

b lim

EOBT (1)

06:00Z App roac h

COBT

k Ta

ETD (3)

05:00Z

X

en t

ff e-o

ATT (2)

|

EET (4)

CTOT

ETA (5)

App r Tim oach e (6 )

Landing ELTD (7)

EIBT (8)

CLDT

CTOT merupakan acuan terpenting dalam implementasi ATFM, sehingga sering disebut dengan “ATFM slot”. Selanjutnya dari CTOT ke COBT (calculated off-block time) dapat mengunakan perhitungan yang lebih akurat apabila lokasi parkir pesawat dan runwayin-use diketahui dan dimasukkan kedalam perhitungan. COBT ini nantinya dijadikan acuan bagi ATC Tower dalam memberikan start-up clearance (disebut target of start-up time/TSAT) dan acuan maskapai untuk push-back (disebut target off-block time/ TOBT). Prosedur GDP GDP berkaitan erat dengan ketersediaan data flight plan. Lazimnya, untuk region yang memiliki aturan penerimaan flight plan paling lambat 3 jam sebelum EOBT, maka GDP juga diberlakukan 3 jam sebelum periode regulasi. Dengan contoh di atas, bila periode regulasi pukul 05.00Z - 06.00Z, maka secara teoritis distribusi CTOT dapat diberikan 3 jam sebelum periode itu atau pukul 02.00Z. Atau apabila memberikan waktu 30 menit untuk penyesuaian dan negosiasi, CTOT dipublikasi pukul 02.30Z (atau 2.5 jam sebelum periode regulasi).

Indonesia Controller | Desember 2018 | Edisi 4‌‌

21


| Teknologi

Saat aplikasi GDP memproses flight plan pada periode regulasi akan menghasilkan 2 daftar pesawat yang terdampak: 1. Pesawat yang sudah terbang (in-flight) -> akan holding 2. Pesawat yang belum berangkat -> diberikan CTOT

Compliance terhadap CTOT menjadi tugas ATC (TWR) dan airlines. Sederhananya apabila COBT telah dikalkulasi dengan akurat (memasukkan faktor posisi parkir dan runway-in-use) maka pihak yang tidak dapat mencapai TSAT/TOBT menjadi pihak yang harus menegosiasikan CTOT yang baru.

Sesuai dengan konsep Multi Nodal ATFM yang berlaku di Asia Pacific, (dan juga Eropa), jendela CTOT adalah 15 menit yang terdiri 5 menit sebelum dan 10 menit sesudah.

Gambar 3. Ilustrasi aplikasi GDP Penutup Seringkali dalam menjelaskan GDP, hal pertama yang menjadi keberatan dari airlines adalah dampak delay pada bandara keberangkatan. Namun sesungguhnya pada saat adanya terjadi keterbatasan kapasitas dan dibiarkan, yang terjadi adalah airborne delay. Baik dari perspektif airlines maupun ATC, ground delay lebih menguntungkan daripada airborne delay, dari sisi kompleksitas pengaturan, fuel consumption, prediktabilitas dan menguntungkan lingkungan hidup. TENTANG AIR TRAFFIC FLOW MANAGEMENT (ATFM) ATFM merupakan salah satu pilar Air Traffic Management yang paling sulit dipahami, apalagi bila digabungkan dengan skema CDM (Collaborative Decision Making). Misalnya tahukah anda bahwa CDM, ATFM (atau collaborative ATFM) berbeda dengan A-CDM (Airport CDM)? Sehingga kadang terjadi miskonsepsi dalam implementasi ATFM. Bila berdasarkan pada ICAO Document 9426 ATS Planning Manual (1984) Air Traffic Management (ATM) terdiri dari tiga pilar, yakni Air Traffic Services (ATS), Air Traffic Flow Management (ATFM) dan Airspace Management, atau: ATM = ATS + ATFM + ASM Dimana: ATS terdiri dari Air Traffic Control Service dan Flight Information Service (ATCS + FIS) dan ASM terdiri dari airspace design dan flexible use of airspace. Berbeda dengan ATS yang cenderung berproses hanya pada situasi “saat ini” (tactical), ATFM berproses pada 3 fase periode waktu: Strategic, Pre-Tactical dan Tactical, sesuai dengan konsep operasi ATM pada GATMOC (ICAO DOC 9854). Dalam ICAO DOC 4444, Procedure for Air Navigation Service – Air Traffic Management (PANS-ATM), atau sering disebut kitabnya ATC,

22

disebutkan bahwa ATFM “WAJIB” diimplementasikan apabila traffic demand melampaui kapasitas ATC 3.2.1.1 An air traffic flow management (ATFM) service SHALL be implemented for airspace where traffic demand at times exceeds the defined ATC capacity. Selain itu ATFM juga diimplementasikan berbasis regional agreement, seperti halnya Asia Pacific Distribution Multi Nodal ATFM, dimana Indonesia saat ini berada pada Level 2 atau harus patuh dengan pemberian CTOT dari Singapura, Thailand dan Hongkong. Acuan yang detil mengenai ATFM sendiri berada pada ICAO DOC 9971 Manual on Collaborative
Air Traffic Flow Management (ATFM) yang edisi ke-3 baru terbit pertengahan tahun 2018 lalu. Dalam dokumen ini penjelasan (dan perbedaan) implementasi antara Collaborative Decision Making (CDM), ATFM dan A-CDM cukup detail. Bagi ICAO, ATFM seperti halnya PBN merupakan elemen terpenting sebagai pondasi pengembangan ATM ke depan, sehingga kedua hal tersebut termasuk 3 (tiga) prioritas utama dalam Global Air Navigation Plan (DOC 9750). Tanpa pondasi implementasi ATFM dan PBN, banyak modul dalam ASBU yang tidak mungkin beranjak dari Blok 0. Tulisan detil mengenai ATFM dan rencana implementasinya di Indonesia akan dikupas pada edisi mendatang.

‌‌‌‌‌Edisi 4 | Desember 2018 | Indonesia Controller


Palu-Donggala Joy Flight

|

APNEA

MAKASSAR AIR TRAFFIC SERVICE CENTRE

Indonesia Controller | Desember 2018 | Edisi 4‌‌

23 23


| Joy Flight

Kata Apnea berasal dari ungkapan Yunani yaitu; “a-pnoia” yang berarti ‘tanpa bernapas’. Secara harafiah, kata apnea tidak berhubungan dengan kegiatan air, namun dalam terminologi saat ini kata apnea digunakan untuk merujuk pada olahraga freediving (free-diving atau freedive).

MANFAAT FREEDIVING

Terlepas dari apa yang membuatnya menarik dalam praktek Apnea (Freediving), Apnea itu merupakan bentuk dari meditasi yang mendalam yang mengarah pada perubahan yang positif dalam kesadaran seseorang tentang diri sendiri dan lingkungan di sekitarnya dan merupakan salah satu kemampuan untuk berkonsentrasi. Freediving mengarah pada kondisi yang lebih baik pada fisik dan mental bagi mereka yang mempraktekannya dengan benar. Terlebih lagi dengan profesi kami yang mayoritas Air Traffic Controller membuat pengaruh yang positif buat fisik dan meningkatkan kemampuan konsentasi kami dalam bekerja. Menikmati indahnya suasana di bawah laut, memiliki sensasi tersendiri bagi para penyelam. Tak hanya pemandangannya yang luar biasa, kegiatan ini juga dapat membuat seseorang merasa tenang dan rileks. Nah, agar bisa melihat dunia bawah laut, kita bisa mempelajari beberapa cara penyelaman. Mulai dari snorkeling dengan menggunakan masker selam dan sepatu katak, scubadiving yang menggunakan tabung udara hingga freediving yang saat ini tengah populer di kalangan para penyelam.

• Frans Sihombing - APNEA Team

24

‌‌‌‌‌Edisi 4 | Desember 2018 | Indonesia Controller


Joy Flight

|

APNEA MATSC

Apnea MATSC di bentuk pertengahan tahun 2016 oleh Frans Sihombing, seorang Air Traffic Controller yang juga freediver AIDA 3 stars licensed. Komunitas ini awalnya beranggotakan 5 orang dan hingga kini telah bergabung 20 orang yang aktif berlatih. Pada awal terbentuknya komunitas ini semua kegiatan masih terfokus di kolam renang. Dimana dasar-dasar teori dan praktek menahan napas dilatih dan dikembangkan.

KEGIATAN APNEA MATSC

Latihan di kolam renang biasa dilakukan di kolam renang Tirta Lontara dan kolam renang hotel Max One. Jadwal latihan di laut dilakukan 2 kali dalam sebulan untuk mengimplementasikan hasil latihan di kolam. Pulau Samalona dan Kodingarengkeke merupakan tempat favorit Apnea MATSC berlatih. Selain pemandangan bawah lautnya yang indah, jarak pandang bawah laut di sekitar pulau ini juga cukup baik. Untuk tingkat kedalaman bisa bervariasi namun untuk pemula tidak lebih dari 10 meter. Beberapa rekan sudah ada yang mampu turun lebih dalam dari 10 meter. Untuk Frans sendiri mampu menahan napas 4 menit 50 detik dan turun hingga kedalaman 37 meter.

Tahun 2016 Apnea MATSC juga sempat memeriahkan ulang tahun ke-17 IATCA dengan membentangkan spanduk ulang tahun ke-17 IATCA di bawah laut pada kedalaman 17 meter.

Indonesia Controller | Desember 2018 | Edisi 4‌‌

25


| Vicinity Aerodrome

#INDONESIA BANGGA SIDANG TAHUNAN IMF-WBG (AM 2018) - BALI, 12-14 OKTOBER 2018 BALI

Sidang Tahunan IMF-WBG (Annual Meeting 2018) merupakan forum pertemuan terbesar bidang ekonomi, keuangan, dan pembangunan di tingkat global, yang mempertemukan pihak pemerintah (Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral) dari 189 negara, dan pihak non pemerintah yang menguasai sektor keuangan dan ekonomi dunia. Indonesia pada kegiatan ini menjadi tuan rumah untuk penyelenggaraan Sidang Tahunan IMF-WBG (Annual Meeting 2018) yang diadakan di Pulau Bali pada tanggal 12-14 Oktober 2018

navigasi penerbangan di Bali yaitu;

Acara ini merupakan event internasional terbesar yang pernah ditangani Indonesia. Sebelumnya Bali pernah menjadi tuan rumah berbagai pertemuan internasional berskala besar seperti pertemuan APEC di tahun 2013 dengan jumlah delegasi sekitar 5.000 orang dari 21 negara. Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, hajatan internasional ini berjalan dengan baik tanpa kendala yang berarti. Lancar dan suksesnya Acara ini sungguh membanggakan bagi kita semua.

Untuk pengaturan pesawat delegasi terkait pelayanan navigasi penerbangan dilaksanakan sesuai SOP yang ada, baik untuk kedatangan dan keberangkatannya. Temporary holding fix telah disiapkan untuk mengantisipasi jumlah kedatangan penerbangan yang berpotensi terdampak oleh pergerakan VVIP. Untuk slot penerbangan tambahan baik kedatangan dan keberangkatan delegasi dialokasikan dengan optimal sehingga tidak ada hambatan yang berarti untuk kelancaran arus penerbangan.

Bangsa Indonesia telah berhasil menjadi penyelenggara dan tuan rumah yang baik. Khususnya penyelenggaraan pelayanan navigasi penerbangan sebagai bagian penting dalam mendukung kelancaran, keteraturan dan keselamatan penerbangan. Dimana moda transportasi udara menjadi alat transportasi utama para delegasi telah dilaksanakan dengan baik. Tidak kurang 17.000 orang delegasi menghadiri acara ini. Namun dari beberapa catatan yang ada bahkan melampaui dari jumlah tersebut. Menjadi hal yang membanggakan ATC Bali telah memberikan pelayanan yang baik dan optimal. Ada halhal yang telah dipersiapkan untuk penyelenggaraan pelayanan

26

•Dukungan Personil (SDM) ATC yang kompeten dan profesional. •Dukungan Fasilitas Komunikasi dan Navigasi guna pengadaan pelayanan lalu lintas penerbangan yang optimal •Penangan VVIP movement. •Pengaturan kapasitas bandara yang tersedia. •Koordinasi ketersediaan bandara alternatif. •Penyiapan Contingency Plan jika terjadi force majoure.

Pengaturan dan pelayanan kedatangan Kepala Negara / Kepala Pemerintahan dilakukan sesuai dengan SKEP/188/VII/2006 yang mengatur tentang penerbangan VVIP ( Presiden RI, Wakil Presiden RI, Kepala Pemerintahan dan Kepala Negara Asing ) yang sudah dituangkan ke dalam SOP maupun Temporary SOP ( T-SOP) yang berlaku khusus dalam acara ini. Tercatat penerbangan VVIP sebanyak 26 pergerakan, penerbangan VIP sebanyak 60 pergerakan, dan penerbangan charter sejumlah 54 pergerakan. Sementara delegasi lainnya (VIP & Non VIP) menggunakan penerbangan reguler. Jauh sebelum event akbar ini diselenggarakan, telah diadakan sosialisasi serta koordinasi antara seluruh pemangku kepentingan, termasuk

‌‌‌‌‌Edisi 4 | Desember 2018 | Indonesia Controller


Vicinity Aerodrome

|

Teks & Photo - Benedictus Dicky Bimo Yunanto, DPC IATCA Bali

Airlines, Ground Handler yang beroperasi di Bandara penerbangan pesawat tanpa awak/Unmanned Aerial Vehicle (UAV) Internasional I Gusti Ngurah Rai Bali. untuk penginderaan-pengawasan selama 5 jam sehari dan pengawasan udara pada ketinggian tertentu oleh Komando Pertahanan Udara Permasalahan umum yang dihadapi ATC adalah Nasional (Kohanudnas). Pergerakan dari pesawat militer ini menjadi dinamisnya pergerakan VVIP. Total hingga berakhirnya tantangan tersendiri bagi rekan-rekan ATC dalam mengendalikan acara tercatat ada 16 kali revisi NOTAM VIP Movement, lalu lintas penerbangan. ATC Kontigensi telah disiapkan meliputi ATS sehingga ada hal-hal yang harus disesuaikan saat itu SURVEILLANCE SYSTEM FAILURE, BLOCKED FREQUENCY, GROUND dalam hal pengaturan slot time penerbangan dan RADIO FAILURE. Sedangkan situasi keadaan gawat-darurat yang menjadi pengaturan lalu lintas penerbangan baik pada fase perhatian dalam penyelenggaraan pelayanan navigasi penerbangan strategic, pre-tactical dan tactical terhadap perubahan meliputi ; NOTAM VIP Movement yang ada. Pada acara ini untuk pertama kali dilaksanakan mekanisme Ground Delay Program (GDP) dengan aplikasi yang telah dikembangkan oleh rekan-rekan ATC sendiri. Dimana penerbangan yang berpotensi terdampak oleh pergerakan VVIP diberikan perhitungan kalkulasi waktu saat take off / calculation take off time ( CTOT ) untuk keberangkatan domestik menuju Bali. Telah diterbitkan NOTAM untuk program GDP ini.

Side dan Main Event Annual Meeting IMF-WB di Bali dilaksanakan mulai tanggal 8 - 14 Oktober 2018, tercatat mulai tanggal 5-16 Oktober 2018 terdapat penambahan jumlah pergerakan pesawat dibandingkan periode tanggal atau pada DOS yang sama bulan sebelumnya. Penambahan sekitar 5,7 % (sekitar 309 movements). Salah satu yang spesial pada acara ini adalah terkait pengamanan untuk para delegasi. Kurang lebih 22 helicopter dari unsur TNI & POLRI telah disiagakan dan beroperasi di area lokasi acara pada radius tertentu.Dibuatnya Blocked Airspace, operasi

Indonesia Controller | Desember 2018 | Edisi 4‌‌

Assist

ACAS/TCAS RA

Bird Strike

Bomb Warning at ATC Unit

Bomb Warning

Brake Problem

Emergency

EMG Descent

Comm. Failure

Engine Failure

Engine on Fire

Fuel Dumping

Fuel Problem

Crew Incapacitation

Hydraulic

Pressurize

Landing Gear

Fire on Cockpit

Electrical Problem

Volcanic Ash

Transponder Fail

Gyro Turn

Force Landing

Unlawful Interference

VFR Emergency

Ada perbedaan kondisi kepadatan lalu lintas penerbangan saat APEC tahun 2013 dan acara IMF-WBG (AM 2018) ini. Ketika APEC 2013 diselenggarakan, ada beberapa kendala yaitu belum tersedianya Sistem Pengaturan Penjadwalan Pesawat yang beroperasi, baik menuju maupun dari Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali. Sehingga dilakukan secara taktis di lapangan dan koordinasi yang extra dengan bandara-bandara di sekitar Bali . Saat itu ketersediaan parkir pesawat masih terbatas.

27


| Vicinity Aerodrome Kondisi saat ini pergerakan jumlah traffic jauh lebih tinggi dibandingkan saat penyelenggaraan APEC tahun 2013 silam, dengan pergerakan (take off & landing) perhari mencapai 460 hingga 500 pergerakan. Ada kenaikan 10 % dibandingkan tahun 2017. Namun saat ini kita sudah memiliki Sistem Penjadwalan Pesawat, termasuk yang beroperasi baik menuju maupun dari Bandara Ngurah Rai sehingga bisa mengakomodir kelancaran dan keteraturan penerbangan antara VVIP dan juga pesawat komersial lainnya. Di sisi lain sudah ada peningkatan jumlah parkir pesawat yang secara optimal bisa mengakomodir jauh lebih banyak untuk kebutuhan Sidang Tahunan IMF-WBG (AM 2018) ini. Koordinasi dan kolaborasi diantara stakesholders di Bandara I Gusti Ngurah Rai telah berjalan dengan baik dan lancar. Hal ini bisa dijadikan contoh yang baik bagi komunitas bandara lainnya. Koordinasi dengan Kantor Otoritas Bandara Wilayah IV, pihak penyelenggara Bandara I Gusti Ngurah Rai (AP 1) dilaksanakan secara intens dalam Posko IMF yang telah dibentuk. Di Posko tersebut ATC, PIA, AMC, TNI AU, GH dan perwakilan Airlines saling berkomunikasi terkait hal-hal yang harus disiapkan,

d. BANDARA INTERNASIONAL ADI SUMARMO - SOLO e. BANDARA INTERNASIONAL SULTAN AJI MUHAMMMAD SULAIMAN - BALIKPAPAN f. BANDARA INTERNASIONAL HALIM PK - JAKARTA g. BANDARA INTERNASIONAL EL TARI - KUPANG h. BANDARA INTERNASIONAL KOMODO - LABUAN BAJO i. BANDARA BLIMBINGSARI - BANYUWANGI Sebagai catatan Bandara Hasanuddin Makassar dan Bandara SAMS Balikpapan saat itu telah menjadi pusat penyaluran bantuan kemanusiaan di Palu, sehingga untuk kebutuhan menopang kedatangan delegasi tidak alokasikan di kedua Bandara tersebut. Yang menggembirakan Gedung Tower baru sudah difungsikan pada awal September 2018. Sehingga pada saat pelaksanaan kegiatan IMF-WBG (AM 2018) ATC telah dapat memberikan pelayanan navigasi penerbangan dengan fasilitas Tower baru tersebut. Di samping Tower baru, fasiltas Communication, Navigation, Surveillance telah disiapkan dalam kondisi yang prima.

Sutan ( KOBU 4), Melisa ( DAU ), Bimo (AirNav Bali), Rakhmat ( DAU), Akbar (KOBU 4) diantisipasi, dan yang harus dicarikan jalan keluar jika ada perubahan rencana, termasuk hal-hal yang menyangkut pergerakan VVIP. Kekhawatiran mengingat sebelumnya telah terjadi erupsi Gunung Agung, bencana di Palu dan Donggala, serta Situbondo, telah dilakukan antisipasi jauh-jauh hari dengan simulasi penanganan bencana alam oleh pihak-pihak terkait termasuk di internal AirNav Indonesia sendiri. Flow action dan SOP sudah disiapkan dan disimulasikan dengan melibatkan beberapa cabang AirNav Indonesia.

Akhir kata apresiasi untuk kita semua, untuk panitia nasional, para pihak yang secara langsung maupun tidak langsung turut terlibat membuat gelaran Annual Meeting IMF-WB di Bali berjalan sukses, baik dari unsur pemerintah, swasta, TNI-Polri, baik dalam lingkup nasional dan lingkup provinsi. Tentunya secara khusus dalam lingkup penerbangan. Apresiasi untuk para pimpinan masing-masing instansi, rekan regulator, Kementerian Perhubungan, Penyelenggara Bandar Udara (AP 1), Penyelenggara Navigasi Penerbangan (Airnav Indonesia), BMKG, Airliners, Groundhandlers, insan-insan penerbangan profesional Ada beberapa Bandara di sekitar Bali yang telah disiapkan untuk yang telah bekerja keras membuat segalanya berjalan dengan memenuhi permintaan apabila ada kebutuhan operasional baik. Secara khusus untuk rekan-rekan IATCA Bali atas integritas, penerbangan yang menyangkut kebutuhan parkir pesawat, dedikasi dan profesionalisme, sehingga pengaturan navigasi divert atau force majeure, diantaranya : penerbangan dapat terselenggara dengan aman, berjalan baik, a. BANDARA INTERNASIONAL JUANDA - SURABAYA dan lancar. b. BANDARA INTERNASIONAL LOMBOK - PRAYA c. BANDARA INTERNASIONAL HASANUDDIN - MAKASSAR

28

‌‌‌‌‌Edisi 4 | Desember 2018 | Indonesia Controller


| Initial Contact

Palu-Donggala

29 Juli 2018, tepat 19 Tahun usia IATCA, terjadi gempa bumi di Lombok. Guncangan gempa terasa sampai pulau Bali namun gempa susulan yang lebih besar terjadi pada tanggal 5 Agustus 2018. Seluruh Anggota IATCA sesuai dengan perintah dari DPP segera melakukan koordinasi untuk mengumpulkan bantuan yang diperlukan dan disalurkan melalui DPC IATCA Mataram. 28 September 2018, dua bulan setelah gempa bumi Lombok terjadi gempa bumi dan tsunami di Palu dengan kekuatan 7.4 Skala Richter yang mengguncang kota Palu, Donggala, Sigi dan sekitarnya yang menelan korban begitu besar . Anthonius Gunawan Agung anggota DPC IATCA Palu setelah memastikan pesawat Batik Air ID6231 yang membawa 7 crew dan 148 penumpang benar-benar aman ketika lepas landas menuju Makassar segera melompat dari atas Tower ke

atap Main Building Kantor Cabang Pembantu Palu dengan ketiggian sekitar 15-20 meter. Agung akhirnya gugur pada tanggal 29 September 2018 sekitar jam 10.00 WITA. Sekali lagi, setelah gempa Lombok...rasa soliditas, rasa solidaritas dan rasa sosial anggota IATCA diuji, dalam waktu tidak kurang dari 2 x 24 jam kabar tentang kondisi di Palu telah diterima oleh semua DPC IATCA di Indonesia, koordinasi dengan DPC IATCA di wilayah Sulawesi dilakukan dengan intens terutama dengan DPC IATCA Makassar dan DPC IATCA Balikpapan yang dijadikan hub untuk mengirimkan bantuan ke Palu. Duka mendalam atas kepergian rekan Anthonius Gunawan Agung tidak hanya dirasakan oleh IATCA dan AirNav Indonesia tapi juga oleh Indonesia dan seluruh dunia terutama dari IFATCA dan ICAO yang menyampaikan ucapan belasungkawa khusus untuk almarhum.

IATCA bersama

Palu & DONGGALA Indonesia Controller | Desember 2018 | Edisi 4‌‌

|

29


| Palu-Donggala

1

REVOLUSI

Mutiara SIS Al-Jufri Tower 28 September - 07 Oktober 2018

28 September 2018, setelah berita gempa bumi yang mengguncang Palu diterima, dan Tower yang lama tidak dapat digunakan lagi praktis tidak ada sarana komunikasi yang dapat dilakukan antara petugas Air Traffic Controller dan pesawat yang akan menuju Bandara Mutiara SIS Al-Jufri sampai pada tanggal 29 September 2018 satu helicopter yang khusus di terbangkan dari Balikpapan untuk menjemput Anthonius Agung Gunawan dan pesawat Hercules dari Makassar yang membawa pasukan TNI-AU untuk segera membantu di lokasi bencana dan segera membuat Tower Super darurat.

30

Sabtu Pagi tanggal 29 September 2018, satu helicopter yang disewa oleh AirNav Indonesia khusus untuk menjemput Agung melakukan penerbangan dari Balikpapan. Disaat yang bersamaan satu Hercules TNI AU, CN235 dan Super Puma melakukan take-off dari Makassar dengan membawa pasukan, perbekalan dan bantuan logistik yang diperlukan untuk segera membantu korban bencana di Palu menyusul satu pesawat Wings Air yang terbang dari Balikpapan. IATCA yang terus melakukan koordinasi dengan AirNav Indonesia khususnya General Manager Makassar Air Traffic Service Centre (MATSC) Bpk. Novi Pantaryanto segera mengirimkan personel ATC ke Palu untuk memberikan

support kepada personel ATC yang ada di Palu gagal diberangkatkan pada hari itu karena sudah tidak ada tempat lagi di pesawat Hercules. Personil TNI-AU dari Pangkalan Udara Hasanuddin Makassar yang mendarat pada Sabtu pagi segera berkoordinasi dengan rekan-rekan di Palu untuk mendirikan Tower agar bisa melayani pesawat berikutnya yang akan masuk ke Palu. Tower ini dapat dikatakan sebagai Tower Super Darurat, karena didirikan di atas sebuah kendaraan Vibratory Roller dengan bermodalkan radio komunikasi portable Dittel. Rencana menerbangkan Air Traffic Controller dari Makassar beserta

‌‌‌‌‌Edisi 4 | Desember 2018 | Indonesia Controller


personel dari unit lainnya baru dapat terlaksana pada tanggal 30 September 2018 pagi hari, tercatat ada enam Air Traffic Controller yang diterbangkan ke Palu menggunakan pesawat Hercules yaitu Andi Iqbalsyah, Andy Agung Indrakusuma, Rio Bagus Firmanto, Adwan Lamudjidi, Abubakar Ar-Rasidi dan M. Inwanuddin (Manajer APP/TMA Kantor Pusat AirNav Indonesia) yang segera bergabung dengan Air Traffic Controller Palu yang masih ada di Bandara Mutiara yaitu IP Nugroho, Cepy Triandri Jaya dan Zulfikar, menyusul onboard pada pesawat Hercules berikutnya Agung Dwi Hanggoro dan GM MATSC Novy Pantaryanto.

2

Atas usul teman-teman ATC Palu agar saat melakukan pemanduan lalu lintas penerbangan lebih bisa melihat runway maka dicarilah kayu scaffolding, kaso, triplek, papan, spanduk, tangga dan barangbarang lainnya yang sekiranya bisa digunakan untuk membuat Tower Darurat. Kehadiran Direktur Utama Airnav Indonesia, Bpk. Novie Riyanto dan GM MATSC ditengah-tengah mereka memberikan suntikan semangat yang tidak sedikit, supply kebutuhan dari Balikpapan dan Makassar sebagai hub untuk memberikan bantuan sangat dirasakan. Sementara itu DPC IATCA Balikapan, DPC IATCA Kendari dan DPC IATCA Manado aktif memberikan bantuan dengan mengirimkan makanan jadi yang dititipkan melalui pesawat yang menuju Palu. 12-18 jam setelah melakukan pemanduan melalui Stoom Walls, akhirnya pada tanggal 1 Oktober 2018 berdirilah Mutiara SIS Al-Jufri Tower pada Frequensi 118.7 Mhz, ditengah keterbatasan yang ada tidak mengurangi semangat rekan-rekan untuk tetap memberikan pelayanan dengan tidak mengurangi standar pelayanan dan keselamatan, AirNav Indonesia juga segera memerintahkan untuk memindahkan Mobile Tower dari Mataram (dipakai saat gempa Lombok terjadi) untuk dikirimkan ke Palu

3

4

6 Oktober 2018 Mobile Tower telah berada di Palu setelah dikirimkan melalui jalur laut, tidak menunggu waktu yang lama segera dilakukan instalasi peralatan dan dilakukan shadow operation untuk memastikan semua yang diperlukan berjalan dengan baik. Sementara Rekan-rekan IATCA yang dikirimkan oleh Kantor Pusat AirNav Indonesia sebagai relawan mulai berdatangan dari beberapa DPC IATCA untuk menggantikan rekan-rekan yang datang lebih dulu. 7 Oktober 2018, disaksikan oleh Suwandi, Ketua Umum IATCA yang hadir di Palu, Mutiara SIS Al-Jufri Tower resmi menggunakan Mobile Tower. (af)

1. Mobile Tower, Tower Darurat (tenda biru), Tower lama, Tower Super Darurat (kiri-kanan). 2. Tower Super Darurat di atas Stoom Walls. 3. Tower Darurat. 4. Mobile Tower.

Indonesia Controller | Desember 2018 | Edisi 4‌‌

31


| Palu-Donggala MENGENAL GEMPA BUMI LEBIH DEKAT

Gempa bumi • Apa itu GEMPA BUMI ? • Apa itu SKALA RICHTER ? • Adakah hubungan kekuatan Gempa bumi dengan intensitas Gempa bumi ? • Apakah ciri-ciri Gempa bumi yang menimbulkan Tsunami ?

APA ITU Gempa bumi ? Gempa bumi adalah peristiwa bergetarnya permukaan bumi akibat adanya pelepasan energi secara tiba-tiba dari dalam bumi. Energi yang dilepaskan berupa gelombang gempa bumi yang memancar ke segala arah yang dampaknya dapat dirasakan hingga permukaan bumi.

APA ITU SKALA RICHTER ? • Skala Richter (SR) adalah skala kekuatan gempa bumi dalam bentuk apresiasi terhadap Richter yang menemukan tipe magnitudo lokal (Ml) yang saat itu digunakan untuk mengukur kekuatan gempa-gempa yang terjadi di California dengan instrumen tertentu yaitu Wood Anderson Seismograph . • Satuan SR untuk kekuatan gempa bumi ini sangat melekat pada masyarakat. Padahal, perlu diketahui bahwa saat ini sistem prosesing gempa bumi sudah menyediakan berbagai tipe magnitudo selain magnitudo lokal (Ml) seperti mb, mB, Mw, dan Ms. Sehingga untuk magnitudo selain Ml sudah tidak tepat lagi menggunakan satuan SR. Oleh karena itu, saat ini BMKG sudah tidak menggunakan SR untuk satuan kekuatan gempa bumi melainkan menggunakan M sebagai lambang magnitudo.

Richter, Charles Francis (lahir 26 April 1900 – meninggal 30 September 1985 pada umur 85 tahun) Adalah ahli seismologi dari Amerika Serikat. Lahir di Hamilton, Ohio, menyelesaikan S3 nya di Institute Teknologi Kalifornia pada tahun 1928. Dia mula-mula bekerja pada Institut Carnegie (1927-1936) sebelum akhirnya diterima di Institut Teknologi Kalifornia tempat dia belajar dulu. Ia diangkat menjadi professor pada bidang seismologi pada tahun 1952. Richter mengembangkan skala untuk mengukur kekuatan gempa bumi pada tahun 1935 yang dikenal sebagai Skala Richter. Skala untuk mengukur kekuatan gempa telah diperkenalkan terlebih dahulu oleh pendahulunya de Rossi pada tahun 1880-an dan Giuseppe Mercalli pada tahun 1902, namun keduanya masih menggunakan skala kualitatif berdasarkan tingkat kerusakan bangunan setelah terjadi gempa bumi. Tentu saja ini hanya bisa diterapkan di tempat yang ada bangunannya dan sangat tergantung dari jenis material pembuat bangunannya. Pada tahun 1954 Richter dan Gutenberg mengarang satu buku acuan dalam bidang seismologi berjudul, Seismicity of the Earth (wikipedia)

32

‌‌‌‌‌Edisi 4 | Desember 2018 | Indonesia Controller


Palu-Donggala

|

Adakah hubungan kekuatan Gempa bumi dengan intensitas Gempa bumi ? • Kekuatan gempa bumi yang disimbolkan dengan M (Magnitudo) merepresentasikan kekuatan gempa bumi di sumbernya akibat pergeseran (displacement) yang terjadi pada suatu luasan area. Semakin luas dan semakin besar pergeserannya maka semakin besar magnitudonya. • Intensitas gempa bumi merepresentasikan dampak gempa bumi yang berupa derajat dirasakan oleh manusia atau derajat kerusakan yang diakibatkan oleh peristiwa gempa bumi. • Skala intensitas gempa bumi yang sudah melekat di masyarakat yaitu MMI (modified mercalli intensity) yang terdiri dari 12 tingkatan berdasarkan informasi dari orang-orang yang selamat dari gempa tersebut dan juga dengan melihat serta membandingkan tingkat kerusakan akibat gempa bumi tersebut. • Perlu diketahui, untuk wilayah Indonesia, BMKG memiliki SIG (Skala Intensitas Gempa bumi) untuk menyatakan dampak yang ditimbulkan akibat terjadinya gempa bumi. Skala Intensitas Gempa bumi (SIG-BMKG) digagas dan disusun dengan mengakomodir keterangan dampak gempa bumi berdasarkan tipikal budaya atau bangunan di Indonesia. Skala ini disusun lebih sederhana dengan hanya memiliki lima tingkatan yaitu I-V. • SIG-BMKG diharapkan bermanfaat untuk digunakan dalam penyampaian informasi terkait mitigasi gempa bumi dan atau respon cepat pada kejadian gempa bumi merusak. Skala ini dapat memberikan kemudahan kepada masyarakat untuk dapat memahami tingkatan dampak yang terjadi akibat gempa bumi dengan lebih baik dan akurat. Skala SIG BMKG

Warna

Deskripsi Sederhana

Deskripsi Rinci

Skala MMI

PGA (gal)

I

Putih

TIDAK DIRASAKAN (Not Felt)

Tidak dirasakan atau dirasakan hanya oleh beberapa orang tetapi terekam oleh alat.

I - II

< 2.9

II

Hijau

DIRASAKAN (Felt)

Dirasakan oleh orang banyak tetapi tidak menimbulkan kerusakan. Benda-benda ringan yang digantung bergoyang dan jendela kaca bergetar

III - V

2.9 - 88

III

Kuning

KERUSAKAN RINGAN (Slight Damage)

Bagian non struktur bangunan mengalami kerusakan ringan, seperti retak rambut pada dinding, atap bergeser ke bawah dan sebagian berjatuhan

VI

89 -167

IV

Jingga

KERUSAKAN SEDANG (Moderate Damage)

Banyak retakan terjadi pada dinding bangunan sederhana, sebagian roboh, kaca pecah, sebagian plester dinding lepas. Hampir sebagian besar atap bergeser ke bawah atau jatuh. Struktur bangunan mengalami kerusakan ringan sampai sedang

VII - VIII

168 - 564

V

Merah

KERUSAKAN BERAT (Heavy Damage)

Sebagian besar dinding bangunan permanen roboh. Struktur bangunan mengalami kerusakan berat. Rel kereta api melengkung

IX - XII

> 564

Note : MMI = Modified Mercalli Intensity PGA = Peak Ground Acceleration

Indonesia Controller | Desember 2018 | Edisi 4‌‌

33


| Palu-Donggala

TSUNAMI

APA ITU tsunami ? Tsunami (dari Bahasa Jepang) yaitu “Tsu” yang berarti pelabuhan dan “nami” yang berarti gelombang. Secara harfiah, Tsunami berarti ombak besar di pelabuhan. Tsunami merupakan pepindahan badan air yang disebabkan oleh perubahan permukaan laut secara vertikal dengan tiba-tiba. Perubahan permukaan laut tersebut bisa disebabkan oleh letusan gunung berapi bawah laut, gempa bumi yang berpusat di bawah laut (atau di darat yang patahannya memanjang sampai ke laut), longsor bawah laut atau hantaman meteor di laut. Gelombang tsunami ini dapat merambat ke segala arah. Di laut yang dalam, gelombang tsunami berjalan dengan kecepatan sampai dengan 1.000 km per jam dengan ketinggian gelombang hanya sekitar 1 meter. Dengan demikian, laju gelombang tidak terasa oleh kapal yang sedang berada di tengah laut. Tapi ketika mendekati pantai, kecepatan gelombang tsunami menurun namun ketinggiannya sudah meningkat hingga mencapai puluhan meter.

gempa bumi yang menyebabkan tsunami Tidak semua gempa bumi mengakibatkan terjadinya tsunami. Di Indonesia, tsunami yang terjadi hampir 90% disebabkan oleh gempa bumi tektonik yang berpusat di dasar laut. Gempa bumi di bawah laut terjadi karena tubrukan lempeng-lempeng tektonik. Tubrukan itu mengakibatkan pergerakan dasar laut dan mengganggu keseimbangan air yang berada di atasnya.

MENGENAL TSUNAMI EARTHQUAKE Tidak semua gempa bumi yang menyebabkan tsunami disebut dengan “tsunami earthquake”. Gempa bumi yang termasuk dalam tsunami earthquake yaitu “gempa yang tidak biasa dimana menimbulkan tsunami yang lebih besar dibandingkan dengan yang diperhitungkan dari gelombang seismiknya”.

Meski demikian bukan tak mungkin gempa yang terjadi di darat memicu terjadinya tsunami. Sebab, jika patahan gempa bumi yang terjadi di darat memanjang hingga masuk ke lempengan yang berada di laut maka hal ini juga akan memicu tsunami.

Apakah di Indonesia terjadi tsunami earthquake ? Gempa bumi Pangandaran 2006 dan gempa bumi Mentawai 2010 populer disebut sebagai Tsunami Earthquake oleh para ilmuwan. Hal ini karena pada kedua gempa bumi tersebut hampir tidak terasa getarannya tapi menimbulkan tsunami yang besar.

Tapi ada syarat lain yang harus dipenuhi untuk terjadinya tsunami. Sebab, tidak semua gempa bumi bawah laut berpotensi menimbulkan tsunami. Misalnya, gempa bumi bawah laut yang pusat gempanya lebih dari 30 kilometer di bawah permukaan air biasanya tidak berpotensi tsunami.

Mengapa terjadi tsunami earthquake? Mekanisme tsunami earthquake adalah disebabkan lokasi gempa tersebut berada di ujung “trench” dengan bidang patahan yang tidak perlu panjang tapi sudah dapat menyebabkan tsunami dengan amplitudo yang tinggi.

Sebaliknya, apabila pusat gempa berada dekat dengan permukaan air laut, berada pada jarak 0 hingga 30 kilometer di bawah permukaan laut, maka tsunami mungkin terjadi. Selain itu, gempa yang memicu tsunami biasanya berkekuatan di atas M 7.0 dan memiliki pola pergerakan (sesar) naik atau turun

Bagaimana dengan warning tsunami untuk gempagempa tsunami earthquake? Warning tsunami untuk gempa-gempa yang termasuk tsunami earthquake boleh dikatakan masih cukup kesulitan dikarenakan pemodelan simulasi tsunami akan menghasilkan ketinggian tsunami yang jauh lebih kecil dari tinggi tsunami yang terjadi. Ini merupakan masalah bagi warning center di seluruh dunia, karena tidak akan bisa memberikan warning dengan perkiraan ketinggian tsunami secara tepat.

• Lintang Kesumastuti - BMKG Tangerang

34

‌‌‌‌‌Edisi 4 | Desember 2018 | Indonesia Controller


Palu-Donggala

|

FENOMENA LIKUIFAKSI • ANDI RACHMADAN - Stasiun BMKG Bandung

Hancurnya rumah dan bangunan yang diakibatkan oleh Bencana Gempa bumi dan Tsunami di Palu pada tanggal 28 September 2018 tidak hanya terjadi oleh sekali gempa bumi pada hari itu namun sebelumnya telah terjadi beberapa kali gempa bumi dan yang membuat kerusakan terhadap rumah dan bangunan tersebut adalah karena dibarengi dengan terjadinya Likuifaksi

apa itu likuifaksi ?

Likuifaksi adalah fenomena berubahnya sifat sedimen dari keadaan padat menjadi keadaan cair yang disebabkan oleh tegangan geser bolak-balik pada waktu terjadinya gempa bumi. Karakter gempa bumi seperti besarnya (magnitudo) dan durasinya sangat menentukan pergerakan butiran-butiran endapan tanah sehingga menyebabkan lemahnya ikatan antar butiran tanah tersebut. Ketika lemahnya ikatan antar butiran tesebut air akan menyusup mengisi ikatan yang lemah tersebut. Pada akhirnya kekuatan sedimen akan hilang seluruhnya dan digantikan oleh tekanan air. Atau sederhananya lapisan sedimen (pasir) berubah menjadi seperti cairan sehingga hilangnya kekuatan untuk menopang beban berupa bangunan yang berada di atasnya.

Indonesia Controller | Desember 2018 | Edisi 4‌‌

35


| Palu-Donggala Fenomena ini paling sering diamati pada tanah berpasir yang jenuh dan longgar (kepadatan rendah atau tidak padat). Ini karena pasir yang longgar memiliki kecenderungan untuk memampat ketika diberikan beban, sebaliknya pasir padat cenderung meluas dalam volume atau melebar. Jika tanah jenuh dengan air, suatu kondisi yang sering terjadi ketika tanah berada di bawah permukaan air tanah atau permukaan laut, maka air mengisi kesenjangan di antara butir-butir tanah ("ruang pori"). Sebagai respon terhadap tanah yang memampat, air ini meningkatkan tekanan dan mencoba untuk mengalir keluar dari tanah ke zona bertekanan rendah (biasanya ke atas menuju permukaan tanah). Tapi, jika pembebanan berlangsung cepat dan cukup besar, atau diulangi berkali-kali

(contoh getaran gempa bumi dan gelombang badai), air tidak mengalir keluar sesuai waktunya sebelum siklus pembebanan berikutnya terjadi, tekanan air dapat bertambah melebihi tekanan kontak antara butir-butir tanah yang menjaga mereka tetap saling bersentuhan satu sama lain. Kontak antara butirbutir ini merupakan media pemindahan berat bangunan dan lapisan tanah di atas dari permukaan tanah ke lapisan tanah atau batuan pada lapisan yang lebih dalam. Hilangnya struktur tanah menyebabkan tanah kehilangan semua kekuatannya (kemampuan untuk memindahkan tegangan geser) dan fenomena ini terlihat seperti mengalir menyerupai cairan (maka disebut 'pencairan').

TANDA KEMUNCULAN LIKUIFAKSI Secara visual fenomena likuifaksi ditandai dengan munculnya hal-hal berikut ini : 1. Munculnya Sand Boil (butiran pasir) di permukaan tanah 2. Rembesan air pada rekahan tanah 3. Tenggelamnya bangunan atau struktur di atas permukaan

WILAYAH YANG BERPOTENSI TERJADINYA LIKUIFAKSI Wilayah yang berpotensi likuifaksi umumnya berada di atas sedimen berumur kuarter yang terdiri dari pasir/kerikil dan berada di zona gempa. Adapun syarat terjadinya likuifaksi pada suatu wilayah adalah : 1. Lapisan sedimennya berupa pasir. 2. Tanahnya tidak padat (gembur) 3. Berada di bawah muka air tanah 4. Serta terjadi gempa bumi yang kuat dengan durasi yang cukup lama

36

‌‌‌‌‌Edisi 4 | Desember 2018 | Indonesia Controller


Palu-Donggala

|

LANGKAH UNTUK MENGURANGI POTENSI LIKUIFAKSI Pemadatan Tanah Apabila tanah semakin padat maka rongga atau pori pada tanah semakin berkurang. sehingga semakin berkurang pula jumlah air yang dapat menyebabkan likuifaksi tersebut Mengurangi Beban Bangunan Dapat dilakukan dengan cara mengganti bahan bangunan yang berat menjadi bahan yang ringan. Saat ini sudah banyak diproduksi bahan bangunan ringan. Bata ringan, baja ringan sampai dengan genteng ringan sangat baik digunakan untuk pencegahan likuifaksi

Drainase Pada lahan yang tidak memiliki saluran drainase yang memadai air akan terus tergenang atau minimal sekali terus berada dalam pori-pori tanah. Air yang berada dalam poripori tanah ini sangat berbahaya dalam meningkatkan potensi likuifaksi pada tanah ketika terjadinya gempa. Oleh karena itu pada lahan yag akan dibangun sangat penting diberikan saluran drainase yang memadai untuk mengalirkan air agar tidak tergenang atau terus berada dalam pori tanah

We Can’t Stop Natural Disaster But We Can Arm Our Selves With Knowledge So Many Lives Wouldn’t Have To Be Lost If There Was Enough Disaster Preparedness • Kerusakan bangunan dan pergeseran tanah di wilayah Petobo PETRA NEMCOVA

yang terjadi akibat likuifaksi saat gempa bumi melanda Palu dan Donggala

Photo Model asal Republik Cek yang selamat pada bencana Tsunami tahun 2004 saat berlibur di Thailand namun tunangannya menjadi korban pada bencana tersebut.

Indonesia Controller | Desember 2018 | Edisi 4‌‌

37


| Palu-Donggala

PENANGANAN PENERBANGAN BANTUAN KE PALU Kisah dari balik Crisis Center MATSC

Teks - M. Rommy, Foto - Made Ayu Kesuma & M. Rommy

THE BEGINNING… Sehari setelah terjadinya gempa Palu tanggal 28 September 2018, Crisis Center di MATSC yang sebelumnya digunakan untuk penanganan Gunung Agung Bali, kembali diaktifkan. Awalnya hanya sebagai tempat berkoordinasi untuk mengumpulkan bantuan dan sumbangan dari berbagai tempat, namun akhirnya mulai kami gunakan juga untuk penanganan penerbangan yang akan ke Palu dengan memegang akun Chronos Palu mengingat pasti akan banyak penerbangan untuk mengirimkan bantuan, sementara kondisi SDM dan peralatan di Palu sendiri tidak memungkinkan. GROUND DELAY PROGRAM… Crisis Center di MATSC ini mulai beroperasi penuh pada Minggu pagi tanggal 30 September 2018, dimana pada hari sebelumnya rekan-rekan relawan termasuk diantaranya ATC MATSC mulai bertugas di “Tower Sangat Darurat” Palu. adalah Andy Agung “Demang” Indrakesuma yang mulai bertugas sebagai Assistance Controller merangkap ATFM, mulai melakukan koordinasi melalui telephone selular yang masih sering terputus dan kadang menggunakan Whatsapp chat dan call. Dari Beliau kami yang di Crisis Center mendapatkan informasi bahwa parking stand yang available saat itu hanya tersisa 3 dari yang harusnya 9. Dikarenakan sebelum gempa sedang ada perbaikan dan ketika gempa terjadi beberapa parking stand mengalami kerusakan. Disinilah keseruan terjadi. Untuk menghindari holding karena sarana komunikasi baik ground to air ataupun ground to ground yang masih sangat terbatas, termasuk VOR yang padam, maka Demang harus mulai menghitung setiap pesawat fix wing yang saat itu ada di parking stand dengan ground time, serta memperhitungkan flying time pesawat-pesawat yang akan berangkat dari Makassar, Halim dan Balikpapan. Setelah kalkulasi di dapat maka Demang akan berkoordinasi ke Crisis Center untuk memberikan release time (Manual CTOT=Calculated Take Off Time) kepada pesawat-pesawat dari ke tiga tempat tersebut. Sebenarnya di MATSC sendiri 2 bulan sebelum kejadian tersebut, tim ATFM Bersama ATS Specialist, Sdr. Herdianto, telah membuat aplikasi Ground Delay Program untuk keperluan IMF Bali tanggal 8-12 Oktober 2018. Ketika Crisis Center dibuka, Herdianto juga membuat aplikasi untuk Ground Delay Program tersebut dengan fitur yang lebih minim dari yang akan di pasang di Bali. Walaupun dengan fitur yang minim karena keterbatasan waktu, aplikasi ini cukup membantu bagi kami di Crisis Center menyesuaikan dan mempersiapkan penerbangan dari dan ke Palu. Hingga walaupun hanya dengan 3 parking stand yang tersedia, pesawat-

38

‌‌‌‌‌Edisi 4 | Desember 2018 | Indonesia Controller


Palu-Donggala

|

pesawat yang membawa bantuan ke Palu hampir tidak mengalami holding sama sekali. Akhirnya pada hari kedua dan seterusnya koordinasi mulai berjalan dengan baik dimana Direct Speech antara ACC-Palu dan Crisis Center–Palu mulai dapat digunakan, jumlah parking stand yang available pun mulai bertambah.

INTERNATIONAL CALLS… Selain menangani koordinasi Slot dan CTOT dengan Palu, di Crisis Center kami juga menghadapi serbuan telephone, email dan Whatsapp chat dari berbagai negara termasuk ICAO. Salah satunya adalah Mr. Arun Mishra (Regional Director ICAO Asia and Pacific Office Bangkok, Thailand) dan rekan-rekannya, Palang merah dari Australia, Malaysia, Turki dan masih banyak lagi yang saya sendiri sudah tidak ingat dari negara mana saja mereka. Kebanyakan dari mereka menanyakan tentang kondisi runway, ground handling dan refuelling guna persiapan mengirimkan pesawat bantuannya. TIME FLIES… Selain koordinasi internal, Crisis Center juga berkoordinasi dengan Airlines terkait delay yang mereka dapatkan karena penerapan Ground Delay Program. Airlines tetap menyampaiakan permintaan Slot time melalui Chronos namun EOBT akan digantikan dengan COBT setelah mendapatkan CTOT dari Palu. Selain itu koordinasi yang kami lakukan adalah juga terkait permohonan kepada airlines/ground handling, terkait pesawat apapun yang akan ke Palu guna kita titipkan bahan bantuan yang menumpuk di MATSC.

Crisis Center sendiri setiap harinya selama penanganan gawat darurat Palu kami buka mulai jam 5.30 WITA–22.30 WITA. Namun dengan kesibukan yang terjadi, waktu dan hari-hari di Crisis Center berlalu dengan cepat. Selama proses tersebut berlangsung Tim ATFM, DPC IATCA Makassar dan Skynav Makassar, bekerja bahu membahu di Crisis Center guna dapat memperlancar arus penerbangan dan mendistribusikan bantuan ke Palu. Bagi rekan-rekan di Palu, kami berharap kondisinya menjadi semakin lebih baik dan bisa kembali beraktifitas seperti biasanya. Mewakili rekan-rekan di Crisis Center MATSC, kami mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak, yang tidak bisa disebutkan satu persatu, atas bantuan dan kerjasamanya dalam penanggulangan gawat darurat di PaluDonggala, semoga Tuhan YME yang akan membalasnya suatu saat nanti.

Indonesia Controller | Desember 2018 | Edisi 4‌‌

39


| Palu-Donggala

PAHLAWAN DI MATA KAWAN "Aku gak nyangka bang" Suaranya bercampur kesedihan. Suara dari Miegel Berkley Laloan, kawan almarhum Anthonius Gunawan Agung yang gugur ketika bertugas. Miegel adalah kawan Agung selama tiga tahun menempuh pendidikan di ATKP Makasar. Meskipun tidak tinggal satu barak, setiap hari mereka bertemu. Selain karena satu kelas, Miegel yang asli Manado rutin menginap di rumah Agung ketika weekend tiba. "Yang saya ingat tentang Agung hanyalah kebaikan. Saya yang datang ke Makasar sebagai pendatang, lalu diajak untuk menginap di rumahnya setiap weekend." ungkapnya, mengingat puing-puing kenangan yang sudah dilewati bersama Agung. AKSI HEROIK Pada Jumat (28/09) sore, Anthonius Gunawan Agung, 21, berada di menara pengawas bandara Palu saat pesawat Batik Air hendak lepas landas. Disaat orang-orang di sekitar Agung pergi menyelamatkan diri, dia masih bertahan, mengutamakan keselamatan pesawat

40

yang ada dibawah tanggung jawabnya ketimbang keselamatannya sendiri. Saat pesawat berhasil lepas landas, menara pengawas bergoncang semakin keras. Atap tempat Agung berpijak mulai runtuh, menyadari pintu keluar sudah tidak memungkinkan untuk dilewati Agung memilih untuk loncat dari lantai empat. Agung mengalami patah tulang dan beberapa organ dalamnya rusak. Dia sempat dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan. Dari hasil rontgen, Agung dirujuk ke rumah sakit yang lebih besar karena terindikasi mengalami luka dalam. Pihak Airnav berupaya secepat mungkin unuk mendatangkan helikopter dari Balikpapan guna membawa Agung. Namun dengan kondisi Bandara yang masih timpang, helikopter baru dapat diterbangkan dari Balikpapan Sabtu pagi. Takdir Tuhan berkata lain, sebelum helikopter tiba Agung telah pergi terlebih dahulu meninggalkan kita semua. Jenazahnya diterbangkan menuju Makassar untuk selanjutnya dimakamkan di Makassar sesuai dengan permintaan pihak keluarga.

‌‌‌‌‌Edisi 4 | Desember 2018 | Indonesia Controller


Palu-Donggala

|

Keluarga Miegel Berkley Laloan dan Keluarga Anthonius Gunawan Agung

AIR MATA YANG AKHIRNYA PECAH “Pertama kali dengar info Agung loncat. Aku langsung telpon orang tua. Cerita kalau teman dekat aku –Agung- selama di Makassar dalam kondisi kritis. Minta saran gimana baiknya.” Ucap Miegel. Orang tua Miegel lantas memberi saran agar dia menunggu info lebih lanjut terlebih dahulu. Apalagi keadaan di Palu sedang rawan gempa. Tak lama berselang, Miegel mendapat info bahwa Agung meninggal dunia. Segera dia ambil flight malam menuju Makassar. Dalam perjalanan dia masih tidak percaya kawan terbaiknya begitu cepat meninggalkannya, tidak percaya kawan terbaiknya pergi selamanya, tidak percaya kawan terbaiknya pergi tanpa mengucapakan sepatah kata. Sesampainya di Makassar, Miegel dijemput oleh temannya. Tidak butuh waktu lama dia sampai di rumah duka. Di sana, Miegel disambut oleh pelukan orangtua almarhum Agung. Mereka tidak banyak berkata-kata, hanya memeluk Miegel dengan erat. Perlahan bahu Miegel basah, dibanjiri air mata orangtua almarhum yang pecah. “Ini teman satu tidurmu sudah datang,

karena Agung baik, dia datang jauh-jauh dari Jakarta" Ucap ibu Agung dengan tersedu sembari menatap almarhum dalam-dalam. Tanpa disadari, air mata Miegel turun dengan sendirinya, sedih melihat kawannya tak lagi bernyawa. TIDAK PERCAYA Awalnya, Miegel tidak percaya kawannya bisa berbuat sampai sejauh itu. “Dari dulu, saya tahu kalau Agung itu orang yang bertanggung jawab. Ketika diberi tugas, maka akan dia kerjakan dengan sungguh-sungguh. Namun bila sampai mengorbankan nyawanya, jujur aku masih belum percaya bang” Miegel bernostalgia bahwa dulu ketika taruna, Agung ini termasuk orang yang pendiam, jarang ngehek, dan jarang ambil pusing. Misalnya ketika dia dihukum karena kesalahan orang lain, Agung tidak dendam dan menanggapinya dengan santai. Kalaupun sedang kesal, biasanya Agung melampiaskannya ke game. Meskipun awalnya tidak percaya, Miegel sangat bangga kepada kawannya yang mampu menyelamatkan ratusan nyawa penumpang Batik Air.

Indonesia Controller | Desember 2018 | Edisi 4‌‌

Semoga aksi heroik Agung lebih dari sekedar legenda yang tidak ada bekasnya, hanya momentum semata. Kedepannya mungkin Airnav bisa meninjau lebih jauh mengenai ketahanan gedung menara pengawas di seluruh Indonesia apabila ada bencana termasuk gempa. Sehingga petugas yang berjaga akan merasa aman dalam melaksanakan tugasnya. Karena jika kita bandingkan dengan gempa di Padang, bangunan menara pengawas masih berdiri kokoh meskipun diguncang gempa 7,6 SR. Terima kasih Anthonius Gunawan Agung, nama yang diberikan padamu sesuai dengan pribadimu, darimu kami belajar bahwa untuk menjadi superhero kita tidak harus mempunyai superpower. Tenanglah di sana kawan. • Riza D Januar - Kertajati 31.10.2018

41


| Traffic Information On September 28th 2018 Earthquake struck Donggala and Palu at 18.02 LT 7.4 on Richter Scale There were 3 ATC work on duty.

First tremor struck, 2 of the ATC were instructed to leave the control Tower by Anthonius Gunawan Agung

There were an aircraft Callsign : ID6231 Route : Palu – Makassar PIC : Ricosetta Marfella Crew : 7 PAX : 148

HE INSIST TO SERVE AN AIRCRAFT BY HIMSELF @ Special design for IATCA 42

‌‌‌‌‌Edisi 4 | Desember 2018 | Indonesia Controller


A. an . w na 5 A

u 3 s G 2400 u i n 10 tho 1896 n . A ID

ANTHONIUS GUNAWAN AGUNG 24 OCT 1996 - 29 SEPT 2018 PEMUDA BERUSIA 21 TAHUN INI ADALAH LULUSAN AKADEMI TEKNIK KESELAMATAN PENERBANGAN (ATKP) MAKASSAR JURUSAN ALLU 4-ALPHA YANG LULUS PADA TAHUN 2017 DAN BARU MENJADI KARYAWAN AIRNAV INDONESIA PADA TAHUN 2018. SEBAGAI AIR TRAFFIC CONTROLLER NAMANYA TERCATAT PADA ORGANISASI PROFESI INDONESIA AIR TRAFFIC CONTROLLES ASSOCIATION (IATCA). KEMENTERIAN PERHUBUNGAN MENGANUGERAHKAN GELAR PAHLAWAN ADIKARYA DIRGANTARA PRALABDA.

@ Special design for IATCA - otoy cihuy Indonesia Controller | Desember 2018 | Edisi 4‌‌

43


| Palu-Donggala

catatan ringan SURYANTO PONG anggota IATCA Cabang Balikapan yang menginjakan kaki pertama kali di Palu pasca-gempa bumi & tsunami

2 9.0 9 PALU 29.09.2018 Pagi itu jam 5 lepas subuh saya sudah buru-buru ke kantor. Berita gempa di Palu kemarin sore telah menyita perhatian semua orang, termasuk kami yang di Balikpapan. Beberapa teman berbaju IATCA sudah berkumpul di lobby membungkus bantuan untuk dikirim ke Palu pagi itu. Rencananya akan ada heli yang berangkat ke Palu mengevakuasi teman di Palu yang terluka karena lompat dari Tower yang atapnya rubuh kemarin. Di opsroom tidak kalah sibuknya, koordinasi dengan Makassar dan kantor pusat terkait operasional bandara Palu, rencana penerbangan yang akan ke Palu dalam rangka pemberian bantuan kemanusiaan, serta persiapan kita sebagai Air Traffic Controller dalam mengantisipasi lonjakan traffic karena Balikpapan adalah bandara terdekat dengan Palu yang memiliki sarana dan prasarana yang memungkinkan dalam menjadi posko pengiriman bantuan yang terdekat ke Palu. Beberapa pejabat operasional, manajerial dan ATC yang sedang berdinas berkumpul di opsroom membahas rencana penanggulangan bencana Gempa bumi di Palu. Setelah petugas medis dan beberapa koli bantuan siap termsuk 50 nasi bungkus, pagi itu crew heli segera menerbangkan helicopter ke Palu dengan misi menjemput ATC Palu yang terluka di Palu ke Balikpapan untuk mendapatkan perawatan yang lebih baik, karena RS di Palu saat itu tidak ada yang layak untuk menangani pasien yang kritis dan butuh pertolongan cepat. Kami di opsroom saat itu sudah lega saat helicopter sudah mengudara, sebentar lagi jika sesuai rencana, 1 jam lagi heli akan tiba di Palu, menjemput Agung dan kembali ke Balikpapan. Akan tetapi takdir berbicara lain, 30 menit sebelum heli tiba kami dapat kabar dari teman di Palu, bahwa Agung sudah terlebih dahulu dipanggil Tuhan. Almarhum gugur dalam menjalankan tugasnya. Pukulan yang berat bagi kami saat itu, pagi yang penuh semangat tersebut berubah seketika menjadi pagi yang muram, kesedihan merasuki seluruh jiwa yang ada di opsroom. Semua terdiam, satu dua Controller menangis tak kuat menahan kesedihan, satu dua berpelukan saling menguatkan. Iya, kami

44

‌‌‌‌‌Edisi 4 | Desember 2018 | Indonesia Controller


Palu-Donggala

bersedih saat itu tapi tak boleh berlama-lama, kami harus kuat dan segera bangkit, karena banyak yang harus dilakukan, banyak yang harus ditolong. Agung tetap akan menjadi Pahlawan kami, dengan gugurnya Agung, kami harus lebih giat bekerja membantu korban lain di Palu. Siang itu, bandara Palu mulai dibuka untuk fixed wing, dengan misi terbatas. Bantuan secara cepat mengalir ke Kantor Airnav Cabang Balikpapan. DPC IATCA Balikpapan saat itu bekerjasama dengan manajemen Airnav Balikpapan berperan aktif dalam mengumpulkan sumbangan, membungkus dan menitipkan ke beberapa pesawat yang akan ke Palu dalam misi kemanusiaan. Tanpa diminta hampir seluruh controller yang tidak berdinas saat itu hadir di kantor ikut membantu packing, membungkus bantuan dan mengirimkannya ke Apron untuk dititipkan ke pesawat yang akan berangkat ke Palu bahkan kegiatan ini masih akan terus berlanjut sampai 1 bulan ke depan. Sinyal telephone siang itu mulai normal sekitar 1 jam tapi kemudian hilang lagi. Kami mendengar kabar bahwa suasana di Palu sangat mengkhawatirkan, beberapa teman ATC Palu yang selamat harus mengungsi di Kantor sejak tadi malam tanpa tempat berteduh, tanpa alas, tanpa listrik dan tanpa makanan. Belum lagi perasaan trauma yang mendalam karena kehilangan teman yang gugur tadi pagi. Tidak ada yang tahu persis apa yang sebenarnya terjadi saat itu di Palu. Dengan sisa sisa keberanian ternyata masih ada beberapa ATC yang dengan sigap berusaha menghidupkan kembali Tower yang rubuh. Dengan bekal radio portable Controller Palu tetap melakukan tugasnya melaksanakan pemanduan dari atas sebuah Traktor yang

Indonesia Controller | Desember 2018 | Edisi 4‌‌

|

disulap menjadi Tower darurat saat itu. Sungguh sebuah dedikasi tinggi dan perlu diapresiasi. Disaat orang lain memikirkan keselamatan dirinya dan keluarganya masih ada ATC yang bertahan memberikan pelayanan kepada pesawat yang datang ke Palu. Keadaan itu tidak boleh dibiarkan, mereka tidak boleh dibiarkan menghadapi itu sendiri. Kita harus hadir dan membantu mereka dalam melewati bencana ini. Trauma dan shock yang mendalam dialami oleh semua korban Palu termasuk diantaranya para Controller yang ada di Palu. Oleh karena itu, salah satu hal yang harus dilakukan adalah mengevakuasi mereka keluar dari Palu sementara sampai keadaan membaik dan menggantinya dengan menugaskan ATC yang siap menjadi relawan untuk memberikan pelayanan ATS di Palu. Dan akhirnya sore itu kami mendengar rencana salah satu airline yang akan berangkat ke Palu dalam misi mengevakuasi beberapa crew airline yang terjebak dari gempa dan tsunami di Palu. Tanpa berpikir panjang, kami saat itu berkoordinasi dengan pihak airline untuk bisa menitipkan genset untuk keperluan menghidupkan radio portable di Palu. Karena pentingnya peralatan ini maka saya memutuskan untuk ikut ke Palu dalam rangka mengawal genset dan memastikan diterima oleh teknisi Palu karena ada kabar penjarahan oleh masyarakat terhadap barang bantuan yang turun dari pesawat. Sore itu saya dan Mustofa onboard dalam pesawat ATR ke Palu. Takut, khawatir, tidak terpikir saat itu hanya empati yang ada di dalam hati kami yang menggerakkan badan ini untuk berangkat ke Palu. Kami tidak tahu bagaimana kondisi sebenarnya di Palu apakah bandara aman didarati ? apakah bandara aman untuk dilakukan

45


| Palu-Donggala

loading unloading ? dan apakah gempa sudah tidak ada lagi di Palu. Sore itu tidak ada perasaan was-was sedikitpun, kami satu pesawat bersama kru ATR saat itu sepakat untuk siap menanggung resiko apapun karena dalam misi kemanusiaan. Kami membuat rencana, begitu pesawat landing kemudian ground time 30 menit, menurunkan barang bantuan termasuk genset, menyerahkan ke teknisi di Palu, mencari kru yang terjebak di Palu, menaikkan kru ke pesawat, kemudian langsung kembali ke Balikpapan sebelum sunset. Bandara tidak mungkin dipakai di malam hari karena listrik saat itu mati total, tak ada apron light, tak ada runway light. Setelah 45 menit mengudara, pesawat kami landing mulus di Palu. 10 menit proses menurunkan barang selesai, saya berdua Mustofa berbagi tugas, Mustofa saya tugaskan untuk memastikan genset diturunkan dan sampai diterima oleh teknisi Palu. Sementara beberapa kru langsung mencari kru yang terjebak di Palu diantara kerumunan orang orang. Saya pun ikut membantu beberapa kru yang terluka untuk naik pesawat. Tak terasa sudah 10 menit waktu berjalan. Masih ada 20 menit. Iya.. 20 menit yang berharga. saya mulai menghitung waktu, saya harus menemui ATC Palu. Pasti mereka ada diantara kerumunan orang-orang ini. Saya berlari di kerumunan orang-orang yang berkumpul di luar apron, ribuan orang berkerumun menunggu pesawat mengevakuasi mereka. Tidak ada yang saya kenal, kembali saya periksa satu-satu, hampir saya menyerah. Terlalu banyak orang yang berkerumun di bandara. Akhirnya pandangan saya jatuh ke kerumunan didekat tower yang sudah rubuh. Saya lihat Zul dan beberapa ATC yang sedang berkumpul lengkap dengan tas di bahu. Saya panggil Zul dan mereka semua menoleh ke arahku, mereka serempak memanggilku. “Mas Pong…kesini, Kami semua ngumpul disini “ di rerumputan dengan alas karpet sekadarnya. Segera kusibak kerumunan ribuan orang yang ada di depan pintu besi yang dijaga aparat dengan senjata lengkap. Kudatangi mereka, kusalami mereka, kupeluk satu persatu. Satu dua dari mereka menangis, saya tak tahu apa yang mereka rasakan, tapi saat itu suasana sangat mengharukan.

46

Terlihat raut muka yang sendu dengan trauma yang mendalam, shock, kurang istirahat dan mungkin lemas karena sudah tidak makan sejak kemarin malam. Saya hanya sampaikan kepada mereka bahwa kita harus sabar menghadapai ujian ini. Kami yang di luar Palu sedang mencari cara apa saja untuk bisa membantu teman teman di Palu. Saya sampaikan juga bahwa misi saya ke Palu sore ini hanya untuk mengantarkan genset untuk keperluan power supply radio portable Tower (bukan untuk mengevakuasi mereka). Seketika raut kesedihan saya rasakan saat itu. Tak kuasa hati ini berlama-lama disitu. Akhirnya tanpa berpikir panjang saya balik kanan ke pesawat yang saya tumpang tadi dan bilang ke mereka “ tunggu disini, saya akan kembali”. Kusibak lagi kerumunan orang di belakang pagar. Dengan modal rompi orange dan PAS IATCA saya merangsek ke depan membuka pintu pagar dan berlari secepatnya ke apron tempat pesawat ATR parkir. Lumayan jauh saya berlari, kulihat jam di tanganku waktu tinggal 10 menit lagi. Saya harus bergegas. Kutemui Captain Pilot meminta tolong agar bisa mengevakuasi ATC Palu untuk bisa keluar dari Palu. Diluar rencana memang tapi demi alasan kemanusiaan, setelah berdiskusi beberapa saat Captain Pilot mengijinkan untuk mengevakuasi 5 orang karena keterbatasan seat. Kembali saya balik kanan, berlari ke kerumunan orang orang di ujung apron. Saya harus ambil keputusan, hanya 5 orang yang dijinkan? sementara ada sekitar 15 orang yang tadi saya temui. Maka saya putuskan mengevakuasi yang perempuan dulu saja. Akhirnya dengan menumpang mobil AMC yang sudah pecah kaca depannya kami evakuasi 3 ATC perempuan, 1 teknisi dan 1 ibu seorang ATC. Kusampaikan ke ATC yang lain bahwa saya hanya bisa mengevakuasi 5 orang saja. Sisanya saya minta untuk menunggu besok hari menungu evakuasi selanjutnya. Saya peluk Zul dengan erat dan berbisik “Zul kamu harus kuat kami akan segera datang ke Palu membantu kalian”. Singkat cerita semua sudah naik ke pesawat. Persiapan berangkat ke Balikpapan. Saya sempatkan memotret keadaan sekitar Palu, memotret keadaan tower, landasan, apron, kapasitasnya, terminal dan peralatan yang ada di Palu. Laporan ini akan menjadi hal yang penting untuk dilaporkan ke pihak terkait di luar Palu karena saat itu komunikasi ke Palu masih terputus. Tidak ada yang tahu kondisi sebenarnya di Palu. Tepat 1 menit sebelum sunset, pesawat ATR yang kami tumpangi lepas landas dari bandara Palu. Terlihat beberapa kru yang terluka, ada yang dengan selang infus dan luka-luka di sekujur tubuh. Semua diam membisu, dengan tatapan kosong dan muka tertunduk. Saya yakin semua yang ada di pesawat itu bersyukur kepada sang

‌‌‌‌‌Edisi 4 | Desember 2018 | Indonesia Controller


Palu-Donggala

|

Khalik, mereka telah selamat dari bencana gempa bumi dan Tsunami yang belakangan tercatat telah merenggut nyawa ribuan orang di Palu. Sesampainya kami di Balikpapan, yang terluka segera dibawa kerumah sakit, yang lain di cek di klinik kesehatan dan kemudian di berikan fasilitas penginapan untuk bisa beristirahat. Kami bersyukur karena telah menjalankan misi ini dengan lancar . Beberapa hari kemudian, saya diberi kesempatan lagi untuk ke Palu menjadi relawan dan membuktikan janji saya ke Zul bahwa saya akan datang lagi ke Palu untuk membantunya. Membantu melayani pesawat yang memberi bantuan ke Palu dengan sarana seadanya. Tapi semua itu ikhlas kami lakukan demi kemanusiaan dan demi kebanggaan kami terhadap profesi kami sebagai Air Traffic controller.

“OUR BROTHER WAS THE LAST MAN FALLING HERE AND WE ARE THE FIRST MEN STANDING HERE “

Indonesia Controller | Desember 2018 | Edisi 4‌‌

47


| Palu-Donggala

THE LAST ATC ST Gempa bumi, Tsunami, Palu dan Donggala, Likuifaksi, Anthonius Gunawan Agung, Heroisme, Ricoseta Mafella adalah beberapa kata yang populer diberitakan saat terjadinya gempa bumi di Palu dengan kekuatan 7.7 SR. Tanggal 28 September 2018 sekitar jam 18.00 WITA adalah salah satu gempa bumi yang menghancurkan kota Palu dan sekitarnya. Ternyata gempa bumi di Palu tidak hanya terjadi pada tanggal tersebut dan tidak hanya terjadi sekali di tanggal 28 September itu. Namun gempa bumi sudah sering terjadi di Palu dan sudah menjadi bagian kehidupan masyarakat Palu dan sekitarnya tapi pada skala kecil dalam hitungan Richter. Dan pada tanggal 28 September tersebut gempa yang terjadi pada jam 18.02 WITA adalah salah satu yang terbesar dibarengi dengan Tsunami dan Likuifaksi. Tulisan ini tentang kiprah dua orang karyawan AirNav Indonesia Kantor Cabang Pembantu Palu yang juga anggota DPC IATCA Palu yang terakhir meninggalkan Palu. Merekalah ATC Palu terakhir yang dievakuasi ke Makassar, mereka berdua punya alasan untuk tetap bertahan di Palu sampai pada akhirnya harus luluh bersedia dievakuasi. Cepy Triandrijaya dan Muh. Zul Fikar Bakri saat kejadian gempa bumi dan pasca-gempa bumi seperti kata kiasan “belatung nangka” dalam bahasa betawi yang tidak pernah diam untuk terus melakukan sesuatu yang dirasa bisa membantu siapapun.

MUH. ZUL FIKAR BAKRI

MUH. ZUL FIKAR BAKRI, pemuda berusia 23 tahun asal PalopoSulawesi Selatan, lulusan Diploma 3 jurusan LLU angkatan 7 dari ATKP Makassar yang diwisuda pada bulan September 2016. Menjadi karyawan Airnav Indonesia pada bulan Desember tahun 2016. Ditempatkan pertama kali di Palu sebagai Air Traffic Controller. Saat gempa bumi melanda Palu, Zul nama yang biasa dipanggil oleh temantemannya sedang bersiap untuk melaksanakan sholat Maghrib di masjid dekat Bandara Mutiara SIS Al-Jufrie karena memang dia tinggal di rumah kost yang tidak jauh dari bandara. Pada hari itu tanggal 28 September, Zul melaksanakan dinas pagi dari pukul 05.30-12.00 WITA bersama dengan Widi Antara Sudarman dan Indah Cahya Sari. Pagi itu mereka sempat mengontrol pesawat yang dinaiki oleh Margi Mahanani yang mengambil cuti, untuk kemudian digantikan oleh pedinas siang Cepy Triandrijaya dan Retno Puri Ningtiastuti yang mulai bekerja dari jam 11.30-18.00 WITA. Gempa memang sudah biasa terjadi di Palu bahkan pada hari itu telah terjadi beberapa kali gempa sejak siang hari namun sore hari itu getaran terasa sangat kencang. Saat mencoba untuk keluar rumah dengan berlari Zul sempat terjatuh. Ketika sampai

Cepy, melakukan pengontrolan di Tower super darurat

48

‌‌‌‌‌Edisi 4 | Desember 2018 | Indonesia Controller


Palu-Donggala

|

ANDING IN PALU di luar baru disadarinya bahwa gempa bumi ini bukan seperti hari-hari sebelumnya karena pagar dan rumah-rumah disekitar tempat tinggalnya terlihat ada yang roboh. Zul pernah merasakan gempa saat melakukan pengontrolan di tower, pikir Zul segera tertuju kepada dua seniornya yang tadi siang menggantikannya, Mas Cepy dan Mbak No’ serta TOWER !! bagaimana kondisinya ? Kondisi di sekitar rumah kostnya terlihat chaos, Zul segera menuju bandara dengan satu tujuan yaitu memastikan kondisi senior-seniornya terutama Mbak ‘No yang sudah dianggap kakak sendiri. Alhamdulillah Zul bertemu dengan Mbak ‘No atau Retno Puri dan Cepy, terlihat juga saat itu Yoshua yang baru ikut bergabung di bandara. Mereka semua menangis, rasa senang karena bertemu dengan senior-seniornya, rasa sedih, haru, bingung bercampur jadi satu, apalagi setelah tahu dari Mas Cepy bahwa Agung melompat dari Tower untuk menyelamatkan diri. Agung dan Maya (panggilan Irmayani Ibrahim) memang akan melaksanakan dinas malam menggantikan Cepy dan Retno. Sesaat kemudian bergabung Randy, Danang, Rama, Rahmi, Indah, Jasmine dan Andi rekan teknik. Dibantu oleh karyawan AirNav Indonesia Palu segera mereka membawa Agung ke rumah sakit. Malam itu juga Cepy, Yoshua dan Zul menuju rumah Mila untuk mencari Ibu Mila, namun mereka tidak menemukannya. Akhirnya mereka kembali ke bandara untuk berkumpul dengan rekan-rekan yang lain dan mendapat kabar lewat pesan singkat bahwa Ibu Mila berada di suatu tempat aman bersama pengungsi yang lain. Malam itu mereka lalui di tempat titik kumpul bersama masyarakat lainnya yang mengungsi ke bandara. Cepy dan Mila langsung melakukan koordinasi dengan GM MATSC, Kantor Pusat AirNav sedangkan rekan-rekan di Balikpapan memikirkan cara untuk mengevakuasi Agung.

CEPY TRIANDRIJAYA

Sabtu pagi tanggal 29 September satu helicopter TNI AU dan satu pesawat Hercules dari Lanud Hasanuddin berhasil mendarat di bandara Mutiara SIS AlJufrie. Personel TNI-AU yang datang selain membawa barangbarang yang dibutuhkan juga membawa alat komunikasi portable Dittel dan langsung on Air pada frequensi 118.7 Mhz di atas kendaraan Vibratory Roller. Menyusul dari Balikpapan datang satu helicopter pada pagi hari untuk menjemput jenazah Agung dan satu pesawat Fokker 50 dari Kepolisian. Zul dan rekan-rekan AirNav Indonesia KCP Palu masih sempat menyambut jenazah Agung dari kota untuk langsung dinaikkan ke helicopter yang telah menunggu.

Indonesia Controller | Desember 2018 | Edisi 4‌‌

49


Zul, mengantar Mila saat akan di evakuasi

Zul masih menyaksikan rekan-rekannya, baik dari ATC maupun teknik yang dievakuasi pada hari Sabtu tanggal 29 dan hari-hari selanjutnya. Ada yang menuju Balikpapan dan ada yang menuju Makassar namun dia sendiri tidak ingin dievakuasi. Zul masih ingin berada di Palu, masih ingin membantu dan memberikan pertolongan. Ada rasa iba dengan Palu jika dia meninggalkannya saat itu. Keinginannya semakin kuat untuk tetap berada di Palu ketika melihat kedatangan senior-seniornya para ATC dari Makassar dan Kantor Pusat AirNav Indonesia di hari Minggu tanggal 30 September. Ada Andy Agung Inderakesuma, Rio Bagus Firmanto, Andi Iqbalsyah, Inwanudin dari Kantor Pusat AirNav Indonesia, Hisyam dan beberapa senior yang belum dia kenal dan ketahui namanya. Yang Zul tahu senior-senior ini datang untuk membantu apalagi setelah datangnya rekan-rekan IATCA dari DPC di seluruh Indonesia dalam tugas detasir. Begitu terharunya Zul melihat semangat dari mereka untuk membantu Palu. Tugas dan pekerjaan apa saja dia lakukan, disamping masih ikut membantu pelayanan lalu lintas penerbangan, Zul juga mengambil bantuan logistik dari pesawat untuk dibawa pada tempat penampungan dan menyalurkan bantuan ke tempat pengungsian korban bencana. Permintaan Suwandi Ketua Umum IATCA, GM MATSC Novi Pantaryanto, bahkan Cepy Triandrijaya seniornya yang masih tersisa di Palu agar Zul mau dievakuasi tidak digubris sama sekali. Zulfikar tetap bergeming. Zulfikar mau dievakuasi kalau Cepy Triandrijaya juga dievakuasi, namun ada satu yang tidak bisa dia tolak ketika harus meninggalkan Palu. Zul menuruti permintaan ibunda tercinta agar mau dievakuasi ke Makassar. Zulfikar luluh mendengar permintaan ibunda dalam tangis dan membayangkan wajah ibu yang begitu ingin bertemu anaknya. Dengan berat hati Zul harus meninggalkan Palu, harus meninggalkan Cepy Triandrijaya satu-satunya ATC Palu yang masih ada di sana pada tanggal 11 Oktober 2018. CEPY TRIANDRIJAYA, lulusan Curug Course PLLU angkatan 45 yang diwisuda pada tahun 2000. Berasal dari Subang-Jawa Barat. Ayah satu anak ini adalah Anggota DPC IATCA Palu yang terakhir meninggalkan Palu. Tanggal 28 September 2018, Cepy dan Retno menjalani dinas kedua atau shift siang dari pukul 11.30-18.00 WITA setelah menggantikan shift pagi yang dijalani oleh Zul, Widi dan Indah Cahya Sari. Semua kegiatan awalnya berjalan normal sampai kemudian sekitar pukul 15.00 WITA terjadi gempa kali pertama dengan kekuatan 5.9 SR. Pada saat itu terdapat satu traffic yang sedang diberikan pemanduan yaitu GA608 dari Makassar ke Palu yang sedang menuju point DONGA. Kemudian Cepy menginformasikan kepada Pilot GA68 bahwa personel on duty akan meninggalkan Cabin Tower untuk beberapa saat menuju lantai bawah dan memberikan instruksi kepada GIA608 untuk melakukan approach karena pada saat itu tidak ada traffic lainnya. Setelah sekitar lima menit berada di lantai dasar, mereka kembali ke Cabin Tower guna melanjutkan kegiatan pemanduan lalu lintas penerbangan.

turun menuju lantai dasar namun ketika sampai di lantai 3 mereka memutuskan untuk kembali ke lantai 4 cabin tower dengan pertimbangan masih memberikan pemanduan kepada 3 pesawat yaitu LNI855 dan GIA609 dengan tujuan ke Makassar serta WON1146 dengan tujuan ke Luwuk. Sekitar pukul 16.30 WITA, terjadi lagi gempa kali ketiga dengan kekuatan 5,3 SR. Pada saat itu, terdapat 3 pesawat yaitu WON1157 dari Luwuk ke Palu, WON1193 dari Palu ke Gorontalo, dan BTK6230 dari Makassar ke Palu. Dengan pertimbangan psikis akibat diguncang gempa tiga kali dalam waktu yang berdekatan dan diperoleh informasi dari teknisi bahwa peralatan VHF-AG Portable di ruangan APP telah siap digunakan. Sekitar pukul 17.30 WITA Controller on duty memutuskan untuk meninggalkan Cabin Tower setelah WON1193 (eks WON1157) berangkat menuju Gorontalo dan BTK6230 telah berada di apron. Sembari menunggu personel pengganti datang, kegiatan pelayanan ATS dilanjutkan di ruangan APP dengan sepengetahuan Kepala Cabang Pembantu Palu.

Sekitar pukul 17.50 WITA, Cepy memutusan kembali naik ke Lantai 4 Cabin Tower dan melarang Retno untuk ikut bersamanya dengan pertimbangan naluri akibat gempa yang telah terjadi beberapa kali. Personel on duty dinas malam belum hadir. Sekitar pukul 15.30 WITA terjadi lagi gempa kali kedua dengan Setelah beberapa saat kekuatan 5,0 SR. Dengan spontan, Cepy dan Retno bergegas berada di Cabin Tower, Cepy (ujung kanan) sarapan bersama adik-adik junior, 29 September 2018

50

‌‌‌‌‌Edisi 4 | Desember 2018 | Indonesia Controller


tidak berselang lama, Anthonius Gunawan Agung personel on duty yang berdinas malam datang. Setibanya Agung di Cabin Tower, Cepy melakukan transfer of duty dan mengajak Agung untuk melakukan kegiatan pemanduan di lantai dasar dengan pertimbangan telah terjadi gempa sebanyak tiga kali. Dan traffic yang tersisa pun hanya satu yaitu pesawat BTK6231. Namun Agung hanya berkata “tidak apa-apa mas duluan saja, saya turun setelah batik”. Setelah melakukan pencatatan pembelian minuman dan makanan di kantin Cabin Tower, Cepy kembali mengajak Agung untuk turun, namun Agung tetap dalam pendiriannya berada di Cabin Tower. Dengan pertimbangan psikis dan naluri yang kuat untuk segera turun, sekitar pukul 18.00 WITA Cepy memutuskan untuk lekas turun ke lantai dasar. Ketika berada di bawah dengan jarak kurang lebih 5-10 meter dari Gedung Tower, gempa bumi kali ke empat dengan kekuatan 7.7 SR terjadi. Pada saat itu, Cepy masih sempat melihat Agung melompat dari lantai 4. Setelah gempa berhenti Cepy segera berlari menuju Pos 16 (Aviation Security) untuk meminta bantuan. Namun sebelum sampai ke pos tersebut semua orang yang berada di Pos 16 telah berlari menuju gedung Tower untuk membantu evakuasi. Cepy tidak tahu dengan pasti di atap gedung mana Agung terjatuh. Setelah memastikan adanya pertolongan kepada Agung dengan membawanya ke kota Palu, Cepy melanjutkan perjalanan menuju rumah karena teringat kondisi anak dan istri. Dalam perjalanan menuju ke rumah, Cepy melaporkan kejadian Gempa serta kondisi Gedung Tower dan Agung kepada GM MATSC. Rumah Cepy yang biasanya ditempuh dalam waktu 5-10 menit, malam itu harus ditempuh dalam waktu kurang lebih 2 jam karena kondisi jalan yang mengalami kerusakan serta banyaknya pohon dan bangunan yang rubuh. Mobil yang dibawa pun harus ditinggalkan di tepi jalan. Perjalanan ke rumah dilanjutkan dengan berjalan kaki. Setelah bersusah payah mencari keberadaan anak dan istri hingga ke pusat kota Palu, akhirnya Cepy menemukan mereka dan kemudian mengantarnya ke tempat pengungsian yang lebih aman dan berpesan “ikut apa kata abang (kakak kandung dari istri Cepy Triandrijaya adalah Wakil Walikota Palu), dan malam ini ayah harus kembali ke bandara mohon pengertiannya”. Sekitar pukul 22.00 WITA saat tiba di bandara telah berkumpul adik-adik junior diantaranya adalah Mila, Indah Cahya Sari, Retno, Danang, Yoshua, Alfian, Andi, Randi, Zul, Rahmi, Dewi Sartika dan Jasmine beserta anaknya. Mendengar kabar dari Mila bahwa ibu Mila belum ditemukan, Cepy, Zul dan Yoshua, langsung menuju rumah Mila untuk melakukan

Indonesia Controller | Desember 2018 | Edisi 4‌‌

pencarian. Setibanya disana, rumah Mila sudah hancur. Dalam kegelapan dengan hanya mengandalkan cahaya dari lampu senter dan handphone, mereka memanggil dan mencari ibunda Mila namun tidak membuahkan hasil. Sebelum memutuskan untuk kembali ke bandara, Cepy membayangkan kondisi dari adik-adik juniornya khususnya anak dari Jasmine. Saat itu Cepy memutuskan untuk menuju rumahnya dengan mengajak Zul dan Yoshua mengambil tikar, selimut, bantal, makanan dan minuman. Sepanjang malam itu, Cepy dihadapkan pada kondisi mental dari adik-adik junior yang down akibat gempa. Mereka juga panik saat mengetahui kondisi kesehatan Agung yang semakin memburuk. Cepy terus melaporkan dan berkoordinasi kepada GM MATSC perihal kondisi kesehatan dan upaya evakuasi Agung hingga pukul 03.00 WITA. Keesokan paginya, Cepy mencoba membantu kegiatan operasional penerbangan diantaranya melakukan kegiatan pemanduan udara di atas vibratory roller, pendampingan pengukuran displaced threshold runway 33, pendampingan pengecatan marking displaced, hingga pembuatan berita acara bersama Bapak Faisal dari Kantor Otband Wilayah V Makassar dan Bapak Benjamin Noah selaku Kepala Kantor UPBU Kelas 1 Mutiara SIS Al Jufri Palu untuk mendukung percepatan penerbitan NOTAM. Sekitar pukul 10.00 WITA, Rama Bagus Putra yang saat itu mendampingi Agung di ruma sakit memberi kabar duka bahwa Agung telah berpulang. Ketika jenazah Agung tiba di bandara, Cepy mempersilakan satu per satu rekan-rekannya untuk melihat jenazah Agung di dalam mobil ambulan. Sekitar pukul 11.30 WITA, helicopter yang akan melakukan evakuasi Agung tiba di Bandar Mutiara Sis Al Jufri Palu. Setelah melakukan koordinasi, akhirnya diputuskan bahwa

51


| Palu-Donggala

Cepy (ke-1 dari kiri) ngobrol bareng dengan Direktur Utama AirNav Indonesia (ke-5 dari kiri) tanggal 3 Oktober 2018 pagi.

jenazah Agung dibawa menuju Makassar dengan didampingi Rama Bagus Putra dan Dewi Sartika dengan pertimbangan mereka adalah teman satu course saat melaksanakan pendidikan di ATKP Makassar. Setelah niat untuk mengutus Rama dan Dewi Sartika menemani jenazah Agung ke Makassar dengan helicopter, Cepy berpamitan kepada adik-adik junior mencari makanan dan minuman untuk mereka. Sekembalinya dari mencari makanan dan minuman, Cepy mendapatkan informasi bahwa sebagian dari rekan-rekan telah dievakusi diantaranya adalah Irmayani dan Jasmine beserta keluarga menuju Makassar, Mila berserta ibunda, Retno, Indah Cahya Sari dan Rahmi menuju Balikpapan dengan bantuan Suryanto Pong (ATC Balikpapan). Keesokan harinya, keinginan Cepy untuk melanjutkan evakuasi bagi adik-adik junior menuai hasil dengan dibawanya Danang, Yoshua, Alfian, Andi dan Randi beserta adiknya menuju Makassar dengan menggunakan Hercules. Pada malam hari setelah Cepy melakukan pengantaran logistik ke posko pengungsian, Widi menyampaikan keinginan untuk mengevakuasi keluarganya. Widi dihadapkan pada situasi dilematis karena istrinya tidak mau dievakuasi jika Widi tetap di Palu. Cepy dan Zul meyakinkan bahwa mereka akan baik-baik saja dan meminta Widi untuk ikut serta mendampingi istri beserta ketiga anaknya dan ibu mertuanya. Pada hari Senin tanggal 1 Oktober 2018, walaupun dengan berat hati akhirnya Widi bersedia dievakuasi demi keselamatan keluarganya. Beberapa hari kemudian, IP Nugroho menyusul untuk dievakuasi menuju Makassar. Pada akhirnya, tinggalah Cepy dan Zul selaku ATC Palu yang masih bertahan. Dengan segala keterbatasan kondisi fisik dan mental mereka berusaha turut membantu kegiatan operasional dan non operasional. Diantaranya melakukan kegiatan pemanduan bersama rekan-rekan personel ATC perbantuan, membuat tower darurat dari scaffolding, mobilisasi logistik

52

bantuan dari AirNav Indonesia dan Organisasi Profesi (IATCA, dan IPI). Pada hari Kamis tanggal 11 Oktober 2018, Muh. Zul Fikar Bakri dievakuasi ke Makassar. Pada awalnya Zul masih bersikeras tetap ingin mendampingi dan bersama Cepy di Palu. Dengan sedikit dibohongi oleh Cepy bahwa pesawat fullbook dan Cepy akan berangkat esok harinya serta permintaan dari Ibunda tercinta akhirnya dengan sukarela Zul bersedia berangkat menuju Makassar. Walaupun pada akhirnya Cepy tidak berangkat ke Makassar sampai adanya panggilan konseling di hari Senin tanggal 15 Oktober 2018. Dengan adanya kejadian gempa tersebut, tidak bisa dipungkiri telah memberikan kesan sekaligus penyesalan bagi Cepy. Rasa penyesalannya karena tidak berhasil mengajak Anthonius Gunawan Agung untuk ikut turun dari lantai 4 Cabin Tower, namun dibalik penyesalan itu ada rasa syukur karena telah berhasil melarang Retno Puri Ningtiastuti untuk tidak ikut naik kembali ke lantai 4. Ada kesan yang mendalam di hati Cepy dengan apa yang dialami selama menghadapi kondisi awal pasca-gempa di Palu diantaranya adalah Contingency Plan terkait SDM perbantuan, prosedur operasi dan teknik dari AirNav Indonesia yang berjalan dengan baik. Dedikasi dan keihklasan dari personel ATC perbantuan selama masa tanggap darurat. Soliditas dan rasa empati dari rekan-rekan IATCA yang telah memberikan dukungan moril dan non moril. Satu hal yang membuat seorang Cepy Triandrijaya tetap bertahan di Palu adalah keinginannya untuk mewakili personel Airnav Indonesia Palu dengan harapan dapat membantu kelancaran operasional selama masa tanggap darurat berlangsung walaupun disadari upaya yang diberikan belum optimal.(af)

‌‌‌‌‌Edisi 4 | Desember 2018 | Indonesia Controller


Palu-Donggala

|

IATCA STAND UP TOGETHER 1 Oktober 2018 menjadi hari yang bersejarah untuk Indonesia Air Traffic Controllers Association. Dewan Pengurus Pusat IATCA memutuskan mengeluarkan surat instruksi himbauan kepada seluruh Anggota IATCA untuk menggunakan Dresscode Hitam IATCA tepat dihari pemakamannya sebagai penghormatan kepada Anthonius Gunawan Agung yang gugur saat melaksanakan tugas pada saat terjadinya gempa bumi di Palu. Pengorbanan yang ditunjukan oleh rekan Anthonius Gunawan Agung atas dasar profesionalisme dan dedikasi terhadap pekerjaannya dengan mengambil resiko yang harus dihadapi mengundang simpati yang begitu mendalam dan luas. Tidak hanya pada praktisi penerbangan namun juga masyarakat luas. Tidak hanya di dalam negeri, namun juga di luar negeri. IFATCA dan ICAO pun harus menundukkan kepala melakukan “minute of silence” sebelum melakukan kegiatannya. Bahkan Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Perhubungan memberikan anugerah penghargaan ADIKARYA DIRGANTARA PRALABDA dan menobatkan almarhum sebagai Pahlawan Dirgantara hingga pantas untuk dimakamkan di Taman Makam Pahlawan. IATCA yang merasa begitu kehilangan dan merasakan kesedihan atas gugurnya beliau memberikan penghormatan dengan menggunakan Black Dresscode secara serentak di seluruh Indonesia pada tanggal 1 Oktober 2018 sekaligus memperingati hari Kesaktian Pancasila. Tidak hanya IATCA namun para senior yang telah memasuki usia purna bakti dan masih bertugas pun memasang pita hitam di lengannya pada hari yang sama atas berpulangnya Anthonius Gunawan Agung WHO HAS GONE WITH PRIDE AND COURAGE

Indonesia Controller | Desember 2018 | Edisi 4‌‌

53


| Palu-Donggala

“Air Traffic controllers are like angels protecting everyone in the sky”

54

makna dari quote di samping telah tergambarkan secara jelas dan nyata oleh rekan kita Anthonius Gunawan Agung pada saat terjadinya peristiwa gempa bumi yang dahsyat di kota Palu. Keputusan extraordinary yang di ambil oleh rekan muda kita saat itu, dengan tidak meninggalkan kewajibannya saat terjadi peristiwa gempa bumi yang dahsyat menyiratkan satu pernyataan tegas mengenai tanggung jawab yang diemban oleh seorang personil ATC dalam melaksanakan tugasnya. Sebuah keputusan tulus dalam hitungan detik yang telah menempatkan kepentingan dan keselamatan orang lain diatas kepentingan pribadinya. Pernyataan yang tidak hanya membuka mata publik mengenai profesi ATC, namun juga telah mengusik rasa solidaritas dari rekan–rekan ATC lainnya di seluruh Indonesia. Hal inilah yang mendasari inisiatif DPP IATCA mengeluarkan instruksi bagi seluruh anggotanya untuk secara bersama–sama mengenakan dresscode IATCA pada tanggal 1 Oktober 2018 yang lalu. Tentu hal ini bukan merupakan tindakan yang bersifat simbolis saja, namun lebih kepada puncak solidaritas dari rekan–rekan ATC seluruh Indonesia terhadap apa yang terjadi kepada masyarakat Palu, rekan – rekan ATC Palu dan khususnya terhadap peristiwa yang dialami oleh Agung.

‌‌‌‌‌Edisi 4 | Desember 2018 | Indonesia Controller


Palu-Donggala

Waktu tetap akan menorehkan fakta yang tidak terbantahkan bahwa saat peristiwa gempa masih terjadi, secara langsung dan sukarela rekan–rekan ATC telah terlibat aktif dalam proses penanganan kondisi di Palu. Pasca penanganan pun tidak membutuhkan waktu panjang. Hanya dalam hitungan menit telah terkumpul donasi dan bantuan serta daftar panjang volunter anggota IATCA dari Sabang sampai Merauke yang bersedia membantu proses selanjutnya yaitu pemulihan kondisi di Palu walaupun belum terdapat jaminan peristiwa gempa telah selesai dan kondisi di Palu telah aman. ATC Palu adalah keluarga dan bagian yang tidak terpisahkan dari IATCA. Tidak ada yang lebih bisa meresapi dan memahami apa yang mereka rasakan lebih baik dari keluarganya sendiri, yaitu seluruh anggota IATCA. Mungkin ini bukan alasan terbaik mengapa peristiwa Palu terjadi, namun terima kasih Agung, rekan ATC Palu dan seluruh anggota IATCA yang telah tulus berkontribusi secara aktif di Palu, yang telah mengingatkan kita semua bahwa there is more to being an Air Traffic Controller than just applying the ATC Tasks.

|

”there is more to being an Air Traffic Controller than just applying the ATC Tasks”.

ONE COMMAND ONE ACTION Indonesia Controller | Desember 2018 | Edisi 4‌‌

55


| Palu-Donggala

7 MINUTES OF GOD’S WILL WAWANCARA EXCLUSIVE GILANG RAMADAN DENGAN CAPT. RICOSETA MAFELLA

Masih segar di ingatan kita semua, kisah heroik yang menguras air mata tentang seorang pemuda yang berani. Seorang Air Traffic Controller bernama Anthonius Gunawan Agung. Pengatur lalu lintas udara yang mendedikasikan jiwanya untuk profesionalisme tanpa batas hingga akhirnya meregang nyawa. Pula masih terngiang di telinga kita. Kisah menakjubkan dari seorang penerbang yang terselamatkan berkat keberanian sang ‘Guardian Angel’nya. Ricoseta Mafella. Pilot yang menerbangkan pesawat terakhir tepat ketika gempa tektonik berkekuatan 7.7 Skala Richter bersamaan dengan gelombang tsunami memporak porandakan kota Palu dan sekitarnya. Pilot yang dituntun oleh ‘Suara Tuhan (Roh Kudus)’ untuk dapat melaksanakan tanggung jawabnya pada catatan waktu yang tepat. Sesuai perintah dari Ketua Bidang Humas dan Publikasi DPP IATCA, bertempat di Harper Hotel Makassar pada tanggal 6 Oktober 2018, tepat 8 hari setelah bencana alam yang meluluhlantakkan bumi Sulawesi Tengah, Pilot senior yang akrab dipanggil Capt. Ricoseta atau Capt. Icoze yang saat itu datang ke Makassar khusus untuk menghadiri acara pembacaan doa hari ke-7 Alm. Anthonius meluangkan waktunya untuk sebuah wawancara eksklusif dengan kontributor IATCA. Pilot Lion Group yang menerbangkan pesawat Batik Air ID6231 rute Palu-Makassar pada tanggal 28 September lalu dengan bersemangat mengisahkan ulang kejadian yang ia alami, yang juga merupakan bentuk penghormatan kepada Almarhum, our beloved Aviation Hero. IATCA (I) : Halo.. Apa kabar Capt? CAPT. RICOSETA (R) : Halo. Kabar baik. Puji Tuhan saya bisa tidur cukup hari ini. 7 hari sejak kejadian saya nggak bisa tidur nyenyak. Sehari Cuma 1–2 jam. Tanggal 3 kemaren bisa tidur sampai 4 jam tapi bangun sesekali. Kemaren tidur 3 jam. Hari ini bisa tidur 7 jam. Dan rasanya luar biasa. I : Itu pasti karena banyak banget permintaan wawancara dan segala macemnya ya Capt? By the way, sudah berapa banyakkah yang melakukan wawancara sama Captain Ricoseta? R : Iyaaa.. Wah, nggak kehitung sudah. Dari dalam negeri, luar negeri. Ada dari BBC, CNBC, CNN. CNN malah ada 4 sendiri dari beberapa negara.

56

‌‌‌‌‌Edisi 4 | Desember 2018 | Indonesia Controller


Palu-Donggala Bahkan seorang ahli tsunami dari Waseda University di Jepang bernama Prof. Miguel Esteban menghubungi saya dan bilang bahwa beliau kepingin bertemu dan mempelajari kisah saya. Beliau pingin datang ke Indonesia, mengajak saya berkunjung ke Palu, dan mencermati kondisi geografis di sana. Dan yang saya tawari pertama untuk menjemput dan mendampingi beliau adalah temanteman ATC, supaya mereka juga bisa terlibat. Tapi yang lebih banyak lagi adalah pesan yang masuk ke email saya. Ribuan surat membanjiri email saya dari berbagai macam kalangan. Ada dari Atheis, pelacur, orang yang mau cerai, orang yang sudah ninggalin Tuhan, orang yang ninggalin keluarganya, dan sebagainya. Sebagian dari mereka bilang, “Wah, ini amazing banget, engkau dipilih sama Tuhan”. Kebanyakan dari mereka mengungkapkan terima kasihnya karena kisah saya mengingatkan mereka kembali kepada Tuhan. Karena mereka ingin kembali kepada Tuhan. Dan sebenarnya mereka memang membutuhkan kita. Untuk menunjukkan jalan kembali kepada Tuhan. Dan Tuhan butuh orang spesifik untuk bisa mendengar ‘Suara’-Nya. Saya suka ngobrol sama Tuhan. Tapi untuk melakukan hal-hal semacam itu, kita harus punya iman yang kuat. Karena seringnya, Tuhan bermain di saat-saat terakhir ketika hamba-Nya berada di ambang keputusasaan. Karena dengan itu Tuhan ingin menguji kadar keimanan hamba-Nya. Melalui momen ini, saya ingin memberi tahu kepada seluruh manusia di dunia bahwa Tuhan itu benarbenar ada. Bahaya itu setiap hari ada di sekitar kita. Ada bagian yang harus kita lakukan terhadapnya. Dan semua orang mendapat bagian yang sama. Orang yang nggak dekat dengan Tuhan-pun bisa escape dari kematian. Tapi itu lebih ke arah keberuntungan. Berbeda dengan orang yang memang ditetapkan dan dijaga oleh Tuhan. Kalau kamu kenal Tuhan dengan baik, kamu mau apa aja bakal dikasih sama Tuhan.

Di dunia aviasi, dibutuhkan orang-orang yang takut sama Tuhan. Yang disiplin. 24 jam dalam sehari. Setiap hari. Kita dipercaya sama orang. Sama ratusan bahkan jutaan jiwa. Seperti rekan kita Anthonius. Dia nggak ada yang nyuruh, tapi melakukan tugasnya sebagai Pengatur Udara sampai titik darah penghabisan. Maka dari itu, percayalah, apapun usaha yang kita lakukan, kita harus selalu mengandalkan Tuhan. I : Semalam dari tempat Agung ya Capt? Gimana suasananya Capt? R : Iya. Semalem dari tempat Almarhum. Suasananya haru sekali. Itu kali kedua saya bertemu dengan orang tuanya setelah kemarin sempat ketemu di acara penyerahan penghargaan untuk Anthon. Saya bertemu Bapaknya. Saya peluk beliau dan beliau nangis. Begitu juga Ibunya. Saya pun ikut nangis. Saya selalu terbawa suasana kalau mengingat cerita tentang Anthon. Bahkan ketika saya diwawancara melalui telepon oleh Dedi Corbuzier untuk acara Hitam Putihnya tempo hari (saya sedang di Kuala Lumpur), saya sempat menangis sampai berusaha menahan mic biar nggak ketahuan. Meskipun akhirnya ketahuan juga kalau saya menangis. Hahaha.. I : Oke Capt. Saya tahu bahwa seminggu terakhir ini Captain menghadapi pertanyaan yang sama berulang-ulang. Dan pertanyaan yang akan saya tanyakan bisa jadi pertanyaan yang serupa. Namun dari banyaknya versi pemberitaan yang ada, saya jadi pingin tahu secara langsung dari Captain, bagaimana kisah di balik Flight 6231 yang sedang viral bahkan tidak hanya di Indonesia, tetapi di seluruh dunia ini? R : Oke. Pertama-tama yang ingin saya sampaikan adalah, percakapan terakhir saya dengan Almarhum Anthon adalah ketika dia memberikan Take-Off Clearance ke saya. Jadi komik-komik versi netizen yang menggambarkan percakapan terakhir saya dengan Almarhum itu sebetulnya sudah ditambah-tambahin. Nggak ada itu statement ‘Safe Flight’ dan lain-lainnya dari dia. Dan untuk menghormati Almarhum, saya nggak mau menambah-nambahkan cerita yang nggak ada.

Indonesia Controller | Desember 2018 | Edisi 4‌‌

|

Sebetulnya saya malah pingin ketemu ATC Palu yang namanya Retno. Dia yang ngontrol saya masuk ke Palu. Dan katanya 1.5 menit sebelum tsunami, dia sudah turun. Hari itu tanggal 28 September. Saya terbang rute Makassar–Palu–MakassarJakarta. Flight ke Palu waktu kami approach, angin dari belakang antara 15–19 knots untuk runway aktif saat itu. Sebetulnya kami bisa handle tailwind bahkan sampai 20 knots karena memang breaking system pesawat kami bagus sekali. Tapi karena memang 19 knots itu cukup kencang, ATC nanya saya mau pake runway mana buat landing. Saya bilang saya akan melakukan approach ke landasan yang aktif saat itu. Tapi saya bilang saya akan cek lagi kondisi angin di ketinggian 4000 ft, 3000 ft, dan 2000 ft. Baru nanti saya putuskan akan pakai runway mana. Saya bilang ke First Officer saya, “Kita coba aja ya bro..”. Waktu itu memang yang terbang CoPilot saya karena dia nggak pernah terbang ke Palu sebelumnya. Saya ada di posisi monitoring. Selain mau kasih dia kesempatan, saya juga bisa lebih aware kalau tiba-tiba ada kondisi abnormal tertentu yang terjadi. Pesawat makin rendah, saya makin fokus memperhatikan kondisi setiap turun 100 ft. Lalu tepat di ketinggian antara 2700 ft –2500 ft, saya mendengar ‘Suara Tuhan (Roh Kudus)’ berbicara pada saya, “Belok dan berputarlah”. Dan seketika saya seperti mendapat serangan darah rendah mendadak. Berusaha untuk tetap fokus, saya set ketinggian 2300 ft dan menginstruksikan Co-Pilot saya untuk berbelok. Saya bilang, “Nanti saya jelaskan”. Pesawat landing normal. Kami delay 9 menit karena sempat berputar. Dan akhirnya saya menceritakan kejadian ‘Suara Tuhan (Roh Kudus)’ ke CoPilot saya. Lalu semuanya berjalan sebagaimana mestinya. Proses disembark berlangsung lancar. Saya duduk di kokpit. Lihat indah pemandangan. Dan tiba-tiba saya punya niat untuk mengajak Co-

57


| Palu-Donggala power untuk Take-Off. Tuhan-lah yang menggerakkan tangan saya tanpa suara. Kalau saya ditanya, “Rasanya gimana Capt?”, “Kerasa nggak kalau tangannya digerakin Tuhan?”, saya jawab, “Ya nggak lah”. Maksud saya di sini adalah untuk menyampaikan bahwa Tuhan bisa nge-pas-in saya ndorong tuas power di dalam waktu-Nya.

Pilot saya foto di luar, “Bro, lu mau foto nggak? Kan lu belum pernah ke sini”. Ia mengiyakan ajakan tersebut ketika tibatiba ‘Suara Tuhan (Roh Kudus)’ menggema lagi, “Bergegaslah. Cepat berangkat dan cepat keluar dari situ”. Kemudian CoPilot saya bilang, “Ayo Capt, turun”. Karena mendengar ‘Suara’ itu, akhirnya saya bilang, “Bro, next time aja ya”. Bahkan saya sempat berdalih, “Rambut gue ini kalau kena angin susah ngeberesinnya. Anginnya lagi kenceng.”. Saya duduk memikirkan ‘Suara Tuhan (Roh Kudus)’ itu, lalu saya panggil semua kru saya. Saya bilang, “Guys, I need you to be prepared immediately”. Intinya saya sampaikan ke mereka untuk cepat-cepat ready keluar dari sini, prepare dan sebisa mungkin jangan delay. Kalau bisa malah before schedule. Saya minta Co-Pilot saya untuk terbang lagi dan saya minta dia mulai melakukan briefing. Dan saya Cuma bisa bengong waktu dia nge-briefing saya. Benak saya terus memikirkan ‘Suara’ itu. Saya lihat ke luar lewat jendela kokpit. Antara sadar dan nggak saya mandangin penumpang yang boarding dan saya memperhatikan mereka menatap saya dengan tatapan kosong. Akhirnya saya tutup pintu jam 17.52 WITA. Tanpa disadari hal itu terjadi before schedule yang harusnya jam 17.55 WITA. Setelah pintu ditutup, saya mulai melakukan prosedur keberangkatan. Saya minta ijin Pengatur Udara untuk pushback, taxi dan sebagainya. Semuanya berjalan normal sampai ketika pesawat sampai di intersection runway-taxiway. Setelah mendapat ijin buat backtrack, pesawat melambat. Dan ini pertama kalinya pesawat melambat waktu taxi di intersection runway-taxiway. Palu. Akhirnya saya buka power dan pesawat kembali taxi dengan normal. Ketika pesawat sedang melakukan proses turning, saya langsung bilang kepada Pengatur Udara bahwa kami ready for departure. Suara dari MUTIARA TOWER pun memberikan Take-Off Clearance pada kami. Dan saya rasa itulah kata-kata terakhir yang saya dengar dari Almarhum. Saya nggak set break. Saya mainkan rem kaki. Saat itu saya sudah ada rasa seperti tergesa-gesa, “Ayo, cepet yuk”, dan saya mulai beri advise untuk persiapan Take-Off ke Flight Attendant saya di cabin belakang. Satu hal yang dengan tiba-tiba saya lakukan dengan spontan begitu pesawat sudah lined-up, tangan saya langsung buka

58

Pesawat rolling. Take-off. Dan memang ada goncangan yang kerasa saat mau lepas landas, tapi saya pikir itu karena kondisi landasannya aja. Saya belum mikir apa-apa tapi memang sudah mulai ada kecurigaan karena goncangannya memang agak aneh. Setelah lewat ketinggian 1500 ft saya lihat ke arah kiri. Saya lihat ada pemandangan yang aneh. Seperti ada pasir yang bergerak di tepian pantai. Saya sempat ambil rekaman video tapi nggak terlalu fokus dan lama. Kalau saat itu saya tahu bahwa yang saya lihat itu tsunami, pasti saya akan rekam lebih lama. Makin tinggi pesawat kami terbang, saya coba kontak Pengatur Udara. Beberapa kali saya panggil tetapi tidak ada jawaban. Saya sempat berpikir bahwa si ATC-nya sedang Sholat. Meskipun setelah saya pikir-pikir lagi, nggak mungkin mereka meninggalkan tanggung jawab begitu saja tanpa ada back-up. Tapi saat itu pun belum ada pikiran yang macam-macam di benak saya. Penerbangan berjalan normal sampai kami mendarat di Makassar. Dan sesampainya di sana, kami diberitahu bahwa ada gempa di Palu. Saya tanya sama co-Pilot saya, “Seriusan ada gempa?”. Dia jawab, “Iya Capt katanya, mungkin pas take-off kali ya..”. Saya jawab, “Nggak tau. Jam berapa sih gempanya?”. Dia jawab, “Jam 18-an Capt. Jam 18”. Makin penasaran, saya Tanya, “Jam 18 berapa?”. Dia jawab, “18.02 Capt.”. Dan belum sepenuhnya sadar apa yang terjadi, saya Cuma jawab, “Oh..”. Begitu lihat berita di TV bahwa telah terjadi gempa di Palu pukul 18.02 WITA, baru saya mulai flashback alur penerbangan saya dan mengingat-ingat kembali seluruh rangkaiannya. Saya tanya lagi ke co-Pilot saya, “Jam berapa sih kita take-off?. Dia jawab, “18.02 Capt.”. Shock, saya Tanya lagi, “Ah, yang bener lu. Tutup pintu jam berapa?”. Sama-sama shock, dia jawab, “Jam 17.52 Capt.”. Saya Tanya lagi, “Schedule?” Dia jawab, “17.55 Capt.”. Rambatan itu datang sesuai dengan perhitungan Tuhan. Kebetulan dari mana yang bisa buat saya musti Take-Off jam 18.02 WITA karena tepat di menit itu ada gempa di bawah saya. Bahkan makanan dari Palu yang sudah dibayar pun ketinggalan tanpa sadar. Memang saat akan meninggalkan Palu waktu itu perut saya dibuat nggak enak. Bayangkan andai kata kala itu perut saya dibuat nyaman dan membuat saya nggak fokus dengan ‘Suara’ yang berbicara

‌‌‌‌‌Edisi 4 | Desember 2018 | Indonesia Controller


Palu-Donggala

|

pada saya. Ceritanya akan berbeda. Masih disibukkan dengan flashback kejadian demi kejadian di Palu, saya mulai mensimulasikan apa yang seharusnya saya lakukan tapi tidak saya lakukan ketika itu. Seandainya saya ikuti prosedur lengkap dan mengabaikan ‘Suara Tuhan (Roh Kudus)’, saya backtrack, muter, set parking break. Melakukan Before-Take-Off Checklist below the line. Cek kesiapan. Set who’s in control. Parking brake release, open power dan sebagainya. Kira-kira berapa lama saya akan terlambat dari kejadian? 10 detik? 20 detik? Apa saya akan ada di sini sekarang kalau saya melakukan itu semua? Saya rasa tidak. Bahkan sepertinya kalau memang itu terjadi, pesawat saya sudah akan terlempar berantakan keluar dari landasan pacu. Saya itu orang yang taat banget sama aturan. Saya dididik oleh orang-orang yang galak yang menjadikan mental saya mental disiplin. Saya itu biasanya baca semua checklist sampe komplit baru oper control. Tapi kemarin nggak. Tangan saya bergerak secara naluriah. Mengikuti ‘Suara’ indah yang menuntun hati saya, ke otak saya, ke tangan saya. I : Wow! What a story Capt.. Terus, seperti yang Captain sudah dengar bahwa rekan kami Almarhum Anthonius yang memandu Captain sampai dengan lepas landas lompat dari cabin Tower setelah dia memberikan Take-Off Clearance. Dia lompat, jatuh, mengalami cidera berat, patah tulang dan pendarahan di banyak bagian tubuhnya. Mendapat Penanganan dengan kondisi yang serba terbatas saat itu, dan akhirnya meninggal dunia tanggal 29 pagi besoknya. Captain mendengar kisah tentang Anthonius itu kapan? R : Begitu saya denger berita gempa di Palu setelah landing di Ujung Pandang, langsung saya monitor sampe besok paginya, sampai beliau meninggal. Kamu bisa baca WA-WA saya di Group. Saya bilang, “Tolong sampaikan ucapan terima kasih sama dia.”, “Dia gimana posisinya?”, “Tolong kasih tahu saya”, “Apa yang terjadi?”. Saya ingat sekali ketika pesawat terbang melewati ketinggian 1500 ft meninggalkan Bandara Palu, saya terus melakukan kontak ke Pengatur Udara. Saya memanggil-manggil setiap 1000 ft. “MUTIARA TOWER | BTK6231”. “MUTIARA TOWER | BTK6231”. “MUTIARA TOWER | BTK6231”. Tetapi tidak ada respon sama sekali. Saya sempat bilang ke Co-Pilot saya, “Lagi Sholat kali..”. Dalam keadaan santai saya masih terus memanggil-manggil Pengatur Udara sambil mengabadikan pemandangan di bawah menggunakan kamera handphone. Pada saat itu saya tidak sadar bahwa saya sedang diberi kesempatan melihat tsunami secara langsung lewat jendela kokpit saya. Dan saya pun nggak sadar bahwa orang yang saya panggil-panggil lewat radio komunikasi tersebut sedang berjuang menyelamatkan diri dari jemputan maut di bawah sana.

Indonesia Controller | Desember 2018 | Edisi 4‌‌

Kemarin pada acara penyerahan penghargaan kepada Almarhum, di depan 2 orang Menteri, Wakil Kepala Staf Angkatan Udara, Gubernur LEMHANAS, Direktur Operasi Batik Air, dan Direktur AirNav Indonesia, saya mengungkapkan, “Kami orangorang penerbangan ini, kami memang diminta kontraknya adalah kontrak mati. Memang kita harus rela berkorban untuk sesama. Kita memberikan nyawa kita untuk orang lain.” Pidato saya tutup dengan kalimat, “Demi keselamatan orang lain, kita rela mati”. Tetapi kalau dasi sisi ATC saya mengangkat, saya ditanya waktu itu dari teman-teman ATC, “Yuk, kita usulkan si Anthon jadi pahlawan”. Terus dari pejabat AirNav Indonesia. Beliau diminta pak Menteri untuk menanyakan ke saya, “Mas, gimana kira-kira. Anthon layak nggak diangkat jadi Pahlawan Nasional?”. Saya bilang, “Oh, layak sekali. Tolong bilang, tolong dipersiapkan. Ditulis dengan baik ceritanya. Kalau butuh saya, saya akan cerita dengan senang hati karena ini mau dinaikkan ke Presiden RI.”. Jadi intinya, saya mau ngangkat sisinya dari ini juga. Semua bersatu dan setuju termasuk dari teman-teman ATC bahwa Anthon layak menyandang gelar Pahlawan Nasional. Bagaimana rasa pengorbanan Anthonius Agung. Artinya dia melakukan tugasnya sampai selesai. Dia memiliki dedikasi yang baik dan professional. Dia bertanggung jawab. Itu yang perlu diangkat. Siapapun kalau ada gempa pasti langsung lari. Ini nggak. Dia memilih menuntaskan tanggung jawabnya dulu baru berusaha menyelamatkan nyawanya sendiri. Wajar dia lompat. I : Saya benar-benar senang sekali bisa mendengar langsung kesaksian dari Captain tentang hal-hal yang barusan Captain ceritakan. InsyaaAllah akan saya kemas dengan baik biar cerita ini bisa dibaca oleh seluruh ATC di Indonesia lewat majalah kami. Artikel ini rencana akan dimuat untuk edisi ke-4 majalah kami Capt. InsyaaAllah akan terbit Desember mendatang. Sebelumnya sudah pernah dengar soal IATCA kah Capt? R : Please mas. Please share my story. Dengan senang hati. Kalau IATCA mah saya sudah kenal mas. Kemaren pas ulang tahun juga ada teman-teman dari IATCA yang main ke kokpit saya. Kan saya juga ngasih ucapan selamat. Tapi kayaknya malah nggak dimuat. Hahahaha.

59


| Palu-Donggala

Pertemuan dengan salah satu lulusan terbaik Penerbang STPI Curug Angkatan Tahun 1992 yang pernah menjadi Pilot di maskapai Garuda Indonesia Airways, Swiss Air dan Qatar Airways ini diakhiri dengan kunjungan ke kantor AirNav Indonesia Cabang MATSC. Pilot ramah murah senyum yang pernah menolak tawaran terbang di China dengan penghasilan yang ditawarkan sebesar USD 29,400 per bulan ini sangat excited menyapa dan bertukar cerita dengan para ATC di sana. Bahkan ia sempat ber-selfie bersama teman-teman ATC di cabin Tower dan mengunggah hasilnya di akun Instagram-nya yang telah memiliki lebih dari 35 ribu follower tersebut. Pesan terakhir olehnya, “Ini bukan firasat. Sekali lagi mas, ini bukan firasat. Ini ‘Suara Tuhan (Roh Kudus)’ yang tidak bisa ditepis lagi. ‘Suara Tuhan (Roh Kudus)’ yang telah membuktikan bahwa 148 jiwa selamat. Kami take-off jam 18.02.40 WITA – 18.02.43 WITA. Gempa berawal di Donggala jam 17.55 WITA, kemudian mencapai kota Palu serta bandara jam 18.02.44 WITA dengan kekuatan 7.7 Skala Richter. Lalu sedetik kemudian jam 18.02.45 WITA tercatat di angka 7.4 Skala Richter. Rentang waktu yang membawa gempa awal di Donggala hingga mencapai kota Palu dan bandara merupakan 7 menit ketetapan Tuhan. 7 menit yang menentukan tersebut pula lah waktu yang ditetapkan Tuhan bagi saya melalui ‘Suara’-Nya untuk dapat membawa serta 147 jiwa terbang dengan selamat. Kami tutup pintu 17.52 WITA. Before schedule kami yang seharusnya pukul 17.55 WITA. Palu itu biasanya delay. Sekalinya saya terbang dari Palu ontime itu penumpang saya sedikit. Ini penumpang 141 orang. Dengan tambahan kru jadi total 148 orang. Bisa dibayangkan,

141 orang digerakkan oleh Tuhan untuk memadati pesawat saya dan on-time”. “Saya menolak tawaran terbang China juga karena Tuhan. Tuhan meminta saya berdiam dan menunda tawaran itu. Ini bukan soal uang. Karena jujur saja nilai yang mereka tawarkan nilainya sangat besar. Mas bisa bayangkan kalau saya silap harta dan menerima tawaran tersebut, saya pasti sudah ada di China. Terus apa yang akan terjadi di Palu? Apa yang akan terjadi pada Flight 6231 kalau Pilotnya tidak mendengar ‘Suara Tuhan (Roh Kudus)’? Pasti sudah terjadi sebuah kehancuran besar. Itulah makanya sekarang saya sadar, bahwa rencana Tuhan lebih indah daripada yang bisa kita bayangkan. Dan sekarang saya jadi tahu, kenapa Tuhan menyuruh saya menolak tawaran itu.”. “Saya kalau kerja di bawah pesawat saya lihat sampah saya pungut sendiri. Saya mbersihin toilet. Saya melakukan ini seperti saya melakukan untuk Tuhan, bukan untuk pujian dari orang. Kita harus punya mental itu. It’s not being a pilot. Its not about being your profession. And it’s not about money. Tetapi kita harus punya integritas. Kita harus punya sesuatu perlakuan yang mencerminkan perlakuan Tuhan kita. Kalau kita beragama tapi tidak mencerminkan perlakuan Tuhan kita, maka sama saja kita tidak mengenal Tuhan. Semua akan percuma.”, lanjutnya. “Ini bukan soal kesaksian bahwa saya selamat. Bukan juga tentang Anthonius. Tapi tentang bagaimana Tuhan berbicara. Itu yang terpenting”. “Segala hormat kemuliaan dan pujian hanya bagi Yesus Tuhan. Dan tolong sampaikan ucapan duka yang mendalam dari saya untuk keluarga korban gempa, juga untuk keluarga Almarhum Anthon”, pungkasnya. Moch. Gilang Bambang Ramadan Kabid Humas & Publikasi DPC IATCA Makassar

“TIDAK ADA YANG KEBETULAN. SEMUA BERJALAN DALAM TIME FRAME TUHAN. TINGGAL KITA MAU IKUT PEKA BERJALAN DALAM TIME FRAME TUHAN ATAU TIDAK.”

- ricoseta mafella -

60

‌‌‌‌‌Edisi 4 | Desember 2018 | Indonesia Controller


| Initial Contact

Palu-Donggala

|

One Falls Thousands Stands TAMAN MAKAM PAHLAWAN PANAIKANG MAKASSAR akhirnya mendapatkan kehormatan sebagai tempat dikebumikannya ANTHONIUS GUNAWAN AGUNG sebagai tempat peristirahatan terakhir seorang anak muda yang belum genap berusia 22 tahun, yang mengorbankan nyawanya sebagai seorang Air Traffic Controller untuk menyelamatkan 148 penumpang dan crew Batik Air ID6231 dengan memberikan perintah untuk lepas landas pesawat tersebut saat gempa bumi dan tsunami melanda Palu-Donggala pada tanggal 28 September 2018. Hari Pahlawan yang diperingati setiap tanggal 10 November menjadi moment yang tak terlupakan bagi seluruh Bangsa Indonesia dan Organisasi Profesi Indonesia Air Traffic Contollers Assocation (IATCA) karena pada tanggal 11 November 2018 tepat jam 10 WITA Menteri Perhubungan RI, Budi Karya Sumadi menjadi Inspektur upacara pada kegiatan pemindahan dan pemakaman ulang di tempat yang pantas didapatkan oleh Almarhum yang telah diberikan anugerah Pahlawan Penerbangan Indonesia ADIKARYA DIRGANTARA PRALABDA. Segenap unsur Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, TNI-Polri, Tokoh Masyarakat, Tokoh Keagamaan, Kantor Pusat AirNav Indonesia dan Kantor Cabang Utama Makassar, DPP IATCA dan Anggot DPC IATCA Makassar serta Masyarakat Sulawesi Selatan berdiri bersama dan menundukkan kepala dengan khidmat untuk melepas kepergian sang Pahlawan. BERISTIRAHATLAH DENGAN TENANG KARENA PENGORBANANMU AKAN KAMI TERUSKAN UNTUK TETAP MENJAGA DAN MEMASTIKAN KESELAMATAN RIBUAN NYAWA LAGI SELAMAT JALAN SAHABAT, SELAMAT JALAN ADINDA, SELAMAT JALAN PAHLAWAN KAMI

Indonesia Controller | Desember 2018 | Edisi 4‌‌

61


| Palu-Donggala

1

IATCA - IPI

SINERGI UNTUK PALU & DONGGALA

S

inergi dua organisasi Profesi antara Indonesia Air Traffic Controllers Association (IATCA) dan Ikatan Pilot Indonesia (IPI) mulai terbentuk sejak hari pertama kejadian gempa bumi di Palu atau tepatnya pada tanggal 28 September 2018 malam melalui whatsapp group, media sosial yang menjadi andalan untuk melakukan koordinasi. Sejak malam pertama berita gempa bumi diterima oleh pengurus IATCA dan mulai bermunculan video clip serta foto-foto yang menggambarkan kondisi di Palu, saat itu juga semua anggota IATCA yang mempunyai nomor telepon anggota DPC IATCA Palu mencoba melakukan kordinasi, mencari tahu dan jika mungkin menanyakan kabar serta situasi dan kondisi keadaan di Palu. Namun sayangnya tidak ada satupun nomor yang bisa dihubungi sampai akhirnya hampir mendekati tengah malam hanya satu orang ATC Palu, Sdri. Mila yang bisa dihubungi oleh M. Romy anggota Bidang Humas IATCA. Komunikasi yang dilakukan pun tidak melalui jaringan internet melalui media sosial yang ada namun melalui short messages service (SMS) dan hanya nomor provider tertentu dan itu juga tidak lancar.

2

62

IATCA langsung melakukan koordinasi dengan DPC yang berada di Sulawesi sekaligus menanyakan situasi dan kondisi apakah terkena dampak atas gempa bumi yang terjadi di Palu. Bidang Sosial DPP IATCA segera mengambil langkah untuk memberikan bantuan yang diperlukan berdasarkan informasi yang diterima dari Sdri. Mila dan ide untuk melakukan sinergi dengan Ikatan Pilot Indonesia segera

‌‌‌‌‌Edisi 4 | Desember 2018 | Indonesia Controller


Palu-Donggala

3

|

4

dilakukan dengan membentuk Whatsapp Group Pray for Palu. Pengurus IPI, DPP IATCA, DPC IATCA Makassar, Kendari, Manado, Gorontalo dan Balikpapan segera berkoordinasi untuk memikirkan cara mengirimkan bantuan yang diperlukan. Sementara itu Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal IATCA berkoordinasi dengan AirNav Pusat dan AirNav KCU Makassar. Koordinasi pada whatsapp grup Pray for Palu di lakukan sampai dengan mendekati pagi hari, dan akhirnya kabar Anggota IATCA Palu satu persatu mulai diketahui serta kondisi Anthonius Gunawan Agung pun telah diterima pada malam itu. Tanggal 29 September 2018 pagi hari, semua DPC yang terlibat dalam grup telah mengumpulkan dan siap mengirimkan bantuan yang diperlukan, berkoordinasi dengan para Pilot yang ada di IPI untuk dapat memberikan ruang cargo bagi bantuan dari IATCA serta berkoordinasi dengan TNI-AU Lanud Hasanuddin Makassar. Relawan IATCA yang telah berada di Palu sejak tanggal 30 September menjadi kepanjangan tangan organisasi untuk menerima dan menyalurkan bantuan yang dikirimkan ke Palu dari anggota IATCA dan IPI. Sampai akhirnya pada tanggal 15-17 Oktober 2018 IPI mengirimkan enam ton bantuan yang dikirimkan dalam beberapa sorti penerbangan dan pada tanggal 18 Oktober 2018 kedua organisasi ini bekerjasama dengan BNPB Palu langsung turun ke lapangan untuk menyalurkan bantuan. Semoga sinergi diantara kedua organisasi Profesi ini terus berjalan dengan baik tidak hanya dalam kondisi darurat dan bencana namun juga dalam keadaan normal untuk memberikan pelayanan yang lebih baik kepada pengguna jasa penerbangan. (af)

5

1 & 4 - Relawan IATCA dan IPI 2 & 3 - Penyerahan bantuan 5

- Koordinasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)

6

- Capt. Iin (memakai rompi orange) berdialog dengan warga

6 Indonesia Controller | Desember 2018 | Edisi 4‌‌

63


| Traffic Information Palu-Donggala

WE WILL BUILD BACK

BETTER 64

H

ampir 21 hari setelah gempa bumi dan tsunami mengguncang Palu & Donggala, Anggota DPC IATCA Palu yang dievakuasi dan diberikan izin kembali ke daerahnya masing-masing untuk menghilangkan trauma terhadap kondisi yang terjadi satu persatu mulai kembali ke Palu setelah sebelumnya mendapatkan konseling di Makassar dari Tim Psikolog AirNav Indonesia.

S

emangat yang hampir pudar karena karena kehilangan rumah, harta benda, tower yang hancur bahkan kehilangan rekan kerja kembali bangkit setelah melihat dan menyaksikan betapa besar dukungan dan perhatian yang diberikan oleh seluruh lapisan masyarakat dan pemerintah. Bahkan dunia internasional terlebih dukungan dari rekan sejawat anggota IATCA di seluruh Indonesia yang dengan sigap dan cepat memberikan bantuan baik moril maupun materil.

‌‌‌‌‌Edisi 4 | Desember 2018 | Indonesia Controller


Palu-Donggala

|

Belakang : Alfian Primana-Yoga Mustofa-Abdillah Mudhofar-Hesron DP-Muh Septiawan-Margi Mahanani-Dewi Sartika-Indah Cahya Sari-Jasmine Chaerany-Sulfiana Mei-Sugianti Sam-Irmayani-Djamilah-Amnan Adi W-Bagus Rama Putra Depan : (Alm) Anthonius Gunawan Agung-Zulfikar Bachrie-Danang SW Foto kenangan sebelum gempa bumi dan Tsunami di Palu

B

antuan logistik tidak henti mengalir untuk para korban bencana. Bahkan sukarelawan ATC yang dikirimkan oleh AirNav Indonesia silih berganti berdatangan untuk menjaga pelayanan lalu lintas penerbangan dan memulihkan kondisi yang hancur. Bukan ingin melupakan pengorbanan yang telah diberikan namun terlalu lama larut dalam kesedihan pun tidak akan merubah keadaan, justru karena ingin menghargai pengorbanan yang ada, rekan-rekan DPC IATCA Palu tidak ingin berpangku tangan lebih lama dan segera bergabung dengan rekanrekan sukarelawan ATC. Bahu membahu dengan rekan sejawat yang datang untuk ikut memberikan pelayanan lalu lintas penerbangan di Bandara Mutiara SIS Al-Jufri, bekerjasama dengan BNPB Palu terjun langsung menyalurkan bantuan dengan satu semangat dan tekad yang yakin bisa di wujudkan WE WILL BUILD BACK BETTER. (af)

Dewi, Jamila menjelang dinas malam di Mobile Tower

Hanif (Tarakan), Randi, Yosua, Dewi here we are on 118.7

Danang Septian - Andi Rizky Randy - Zulfikar - Yosua Victory - Irmayani - Dewi Sartika - Retno Puri - Widi AS - Margi Mahanani - Bagus Rama Putra We will Build Back Better, Lets Do It.

Indonesia Controller | Desember 2018 | Edisi 4‌‌

65


| Vicinity Aerodrome

Dr. Bilal Philips pernah berkata “Being A Muslim is more than just going to the Masjid. Allah wants your attention, not just your attendance”.

Teks & Foto : Andi Irdiansyah Achmad

BURJ AL-ISTIDLAL MASJID SANG PENGARAH

66

‌‌‌‌‌Edisi 4 | Desember 2018 | Indonesia Controller


Vicinity Aerodrome

B

erlokasi di Bandara Sultan Hasanuddin tepatnya di Kantor Perum LPPNPI Cabang MATSC, telah berdiri kokoh Masjid bernama ‘Burj Al Istidlal’. Masjid yang diresmikan oleh Direktur Utama AirNav Indonesia, Novi Rianto pada Juli 2018 lalu, memiliki arti dari segi bahasa “Burj = Menara, dan Al Istidlal = Sang Pengarah”. Masjid ini merupakan salah satu masjid yang dari segi nama berkaitan erat dengan keselamatan penerbangan tempat peribadatan orang-orang yang professional di bidang navigasi penerbangan, mereka yang beribadah kepada sang Khalik pemilik langit dan bumi memohon keridhaan dan pertolongan Allah SWT dalam mengarahkan, mem-vector pesawat dengan benar dan terciptanya keselamatan dan kelancaran lalu lintas penerbangan.

|

Dengan berdirinya Masjid Burj Al Istidlal ini diharapkan dapat menginspirasi rekan rekan ATC Indonesia yang memiliki niat mempunyai dan membangun Masjid di setiap kantor cabang. Bahwa bukan sesuatu hal yang sulit jika ada niat dan usaha karena Allah akan selalu hadir membantu kita hingga selesainya masjid terbangun, tidak dipungkiri ketika proses itu berjalan pasti ada hambatan dan masalah-masalah yang muncul tapi harus diartikan sebagai cobaan dari Allah SWT dalam menguji niat dan usaha hambanya. Semoga Allah merahmati dan membawa keberkahan kepada keluarga besar ATC Indonesia atas berdirinya masjid ini. Whoever builds a Masjid seeking by it the Pleasure of Allah, Allah will build for him a similar place in Jannah - Hadits

Pembangunan Masjid yang dipelopori oleh para ATC (Air Traffic Controller) MATSC melalui SkyNav sejak tahun 2017 kini telah dapat dirasakan. Selain untuk beribadah, bersimpuh memohon arahan dan ampunan, kini para ATC juga dapat bersilaturahim antar punggawa navigasi penerbangan antara lain dengan para Flight Service Officer, Aeronautical Information Officer, Teknisi Support & Navigasi, serta staff administrasi AirNav Indonesia. Selain itu diharapkan Masjid ini menjadi salah satu tempat melepaskan penat dan stress ketika bekerja.

BURJ AL-ISTIDLAL

menjadi pengarah bagi Anggota IATCA khususnya dan Karyawan AirNav Indonesia Cabang Makassar pada umumnya untuk selalu mengingat dan bersyukur atas semua pemberian-NYA.

MIHRAB MASJID dari AirNav Indonesia.

didominasi warna biru sebagai salah satu ciri warna

Indonesia Controller | Desember 2018 | Edisi 4‌‌

67


| Traffic Information

S

esuai ketentuan Standar Nasional Pendidikan Tinggi (SN DIKTI) tahun 2014, bahwa setiap lembaga pendidikan tinggi yang menyelenggarakan Program Studi (Prodi) wajib dilengkapi dengan target Capaian Pembelajaran (CP) sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggaraan program terhadap para pemangku kepentingan.

1. Jurusan Penerbang

SN-DIKTI mengatur tentang kriteria Standar Nasional Pendidikan yang salah satunya adalah Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yaitu kriteria minimal kualifikasi kemampuan seseorang yang meliputi sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang kemudian kualifikasinya dideskripsikan pada setiap jenjang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) dan dinyatakan sebagai CP. Gambar dibawah adalah jenjang kualifikasi pada KKNI yang memiliki deskripsi CP sesuai dengan kualifikasinya masing-masing.

3. Keselamatan Penerbangan

CP merupakan pernyataan kemampuan yang diperoleh melalui internalisasi pengetahuan, sikap, keterampilan, kompetensi, dan akumulasi pengalaman kerja, juga merupakan pernyataan mutu lulusan. Dengan kata lain CP merupakan pernyataan tentang apa yang diketahui, dipahami dan dapat dikerjakan oleh seseorang setelah menyelesaikan suatu proses belajar. CP adalah alat ukur dari apa yang diperoleh seseorang dalam menyelesaikan proses belajar baik terstruktur maupun tidak. Rumusan CP disusun dalam 4 unsur yaitu sikap dan tata nilai, penguasaan pengetahuan, kemampuan kerja, wewenang dan tanggung jawab. Dimana keempat unsur tersebut harus dimiliki oleh seorang lulusan perguruan tinggi sesuai dengan tingkat dan jenis program pendidikan bidang keahlian/keilmuan tertentu. Pada hari Jumat tanggal 19 oktober 2018 IATCA diundang oleh Kepala Pusat Pengembangan SDM (PPSDM) Perhubungan Udara untuk menghadiri rapat Finalisasi Penyusunan Capaian Pembelajaran Lulusan untuk Program Studi Diploma III dan Diploma IV beberapa jurusan pendidikan penerbangan di lingkungan Pusat Pengembangan SDM Perhubungan Udara, diantaranya adalah :

68

a. Program Studi DIV Penerbang 2. Teknik Penerbangan a. Program Studi DIV Teknik Pesawat Udara b. Program Studi DIV Teknik Navigasi Udara c. Program Studi DIV Teknik Listrik Bandara d. Program Studi DIII Teknik Mekanikal Bandara e. Program Studi DIII Teknik Bangunan LandasanBandara a. Program Studi DIV Lalu Lintas Udara b. Program Studi DIII Penerangan Aeronautika c. Program Studi DIII Pertolongan Kecelakaan Pesawat d. Program Studi DII Penerangan Aeronautika e. Program Studi DII Pertolongan Kecelakaan Pesawat 4. Manajemen Penerbangan a. Program Studi DIII Operasi Bandar Udara b. Program Studi DII Operasi Bandar Udara

PERUBAHAN

CAPAIAN PEMBELAJARAN (CP) PROGRAM STUDI

MLLU DAN MPLLU Ada suatu hal baru yang diputuskan dalam pertemuan tersebut, yaitu pada Prodi Diploma III Manajemen Lalu Lintas Udara (MLLU) dan Prodi Diploma IV Manajemen Pelayanan Lalu Lintas Udara (MPLLU). Di dalam CP Prodi DIII MLLU lulusannya akan dibekali Pengetahuan dan Keterampilan sebagai seorang Air Traffic Controller (ATC), Aeronautical Communication Officer (ACO), dan Aeronautical Information Service (AIS). Sehingga seorang lulusan DIII MLLU nantinya dapat memiliki 3 (tiga) kompetensi dan memenuhi syarat untuk mendapatkan 3 (tiga) license sebagai seorang ATC, ACO, dan AIS Officer. Hal ini sedikit berbeda untuk Prodi DIV MPLLU, dimana lulusannya akan dibekali pengetahuan dan keterampilan sebagai seorang ATC dan ACO sehingga lulusannya nanti akan memiliki 2 (dua) kompetensi dan memenuhi syarat untuk mendapatkan 2 (dua) license sebagai seorang ATC dan ACO.

‌‌‌‌‌Edisi 4 | Desember 2018 | Indonesia Controller


Traffic Information

|

Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) Jalur PendidikanFormal Berbasis keilmuan

JalurPelatihan/ Pengalaman Kerja

Berbasis Keahlian

2013, ada 3 jalur mekanisme RPL yang dapat dilakukan yaitu : 1. FORMAL Transfer Kredit, sertifikat kompetensi, sertifikat kelulusan, ijasah/diploma supplement 2. NON-FORMAL Sertifikat training, karir kepangkatan, Surat rekomendasi, sertifikat penghargaan, karir kepangkatan, dll

Yang menarik dari penggabungan 3 (tiga) disiplin keahlian ATC, ACO, dan AIS kedalam satu Prodi DIII MLLU serta 2 (dua) disiplin keahlian ATC dan ACO kedalam satu Prodi DIV MPLLU adalah pembagian bobot kurikulum dan silabus dengan lamanya waktu studi yang ratarata DIII selesai dalam 3 tahun dan DIV dalam 4 tahun. Akankah lulusannya dapat memiliki kompetensi sesuai kebutuhan pasar? Kita lihat saja nanti, semoga lembaga pendidikan kita baik Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia (STPI) dan Politeknik Penerbangan tidak menurunkan kualitas lulusannya. Dengan disahkannya CP Prodi DIII MLLU dan DIV MPLLU yang baru ini maka seluruh lembaga pendidikan penerbangan diwajibkan untuk melakukan penyesuaian dalam menyusun kurikulum dan silabus untuk memenuhi target CP yang telah disetujui oleh Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemen RISTEK DIKTI). Adapun bagi peserta didik yang telah

lulus dengan kurikulum yang lama maka jika akan melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi akan dilakukan penyesuaian melalui skema Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL) yang diambil dari Bahasa inggris Recognition Prior Learning (RPL) yaitu pengakuan pembelajaran/training dan pengalaman yang telah diambil pada masa sebelumnya dibuktikan dengan sertifikat ataupun karya tulisan. Selama ini ada kesan yang menganggap bahwa setiap lulusan Diploma II yang akan melanjutkan ke jenjang Diploma II atau Diploma III ke Diploma IV cukup menambah waktu belajar 1 tahun, hal ini ditegaskan oleh pihak Kemen RISTEK DIKTI bahwa jenjang pendidikan bukanlah seperti kue lapis yang bertumpuk, melainkan setiap program studi memiliki objektif CP yang berbedabeda, sehingga hal inilah yang kemudian perlu disesuaikan terhadap seseorang yang ingin meningkatkan jenjang pendidikannya melalui skema RPL tadi. Menurut Permendikbud Nomor 73 Tahun

Indonesia Controller | Desember 2018 | Edisi 4‌‌

3. PORTOFOLIO Pengalaman kerja, pengakuan terhadap desain/karya/tulisan, surat rekomendasi, sertifikat penghargaan, pengakuan capaian otodidak Penyetaraan capaian pembelajaran pendidikan nonformal, pendidikan informal, dan pengalaman kerja pada pendidikan diberlakukan mulai dari jenjang kualifikasi 3 (tiga) sebagai jenjang paling rendah sampai dengan jenjang kualifikasi 9 (sembilan) sebagai jenjang paling tinggi. Selanjutnya PPSDM Perhubungan Udara masih memiliki tugas sebagai konsekuensi dari perubahan CP tersebut, yaitu untuk menyusun Kurikulum dan Silabus yang baru. Kita harapkan semoga kompetensi ATC kedepan mendapatkan pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan isu-isu penerbangan terkini yang terjadi di dunia seperti Performance Based Navigation (PBN), Air Traffic Flow Management (ATFM), Airspace Mangement (ASM), Safety Management Systems (SMS), Sistem Wide Information Management (SWIM), konsep pengembangan penerbangan kedepan sesuai Aviation Systems Block Upgrade (ASBU), dan lain-lain.

• Zainal Arifin Harahap

Bidang Procedur DPP IATCA Airnav Trainer

69


| Human Factor

Pentingnya Menjaga Kualitas Tidur Bagi ATC Ada yang pernah mendengar istilah Circadian Rhythms? Bagi yang belum pernah, istilah ini berasal dari Bahasa Latin yaitu “CIRCA” yang berarti “Putaran” dan “DIEM” yang artinya “Hari” atau dapat diartikan bahwa Circadian Rhythms itu adalah proses biologis yang mengatur jam internal di dalam tubuh manusia berputar selama 24 jam secara terus menerus. Ilmu yang mempelajari hal ini adalah chronobiology yaitu cabang ilmu biologi yang mendalami fenomena siklus sebuah organisme baik tumbuhan, hewan maupun manusia dan adaptasinya terhadap putaran matahari dan bulan. Tubuh kita ternyata memiliki ritme biologis yang sudah diciptakan Tuhan untuk mengatur waktu tidur dan terjaga termasuk juga mengatur ritme lainnya seperti fungsi renal (ginjal) dan pengeluaran hormon-hormon tubuh, simak gambar di bawah ini gaes.

Tingkat kewaspadaan tinggi

SIANG Koordinasi terbaik

Sekresi testoteron tertinggi

Waktu reaksi tercepat

Proses normal saluran pencernaan Sekresi melatonin berhenti

Efisiensi kardiovaskular dan kekuatan otot terbaik

Tekanan darah meningkat tajam

Tekanan darah tertinggi Suhu tubuh tertinggi Suhu tubuh terendah

Sekresi melatonin dimulai Fase tidur lelap

MALAM

Proses penekanan saluran pencernaan

Sesuai dengan ritme circadian, suhu tubuh, pacu jantung, denyut nadi, tekanan darah, konsumsi oksigen, termasuk sensorik dan motorik manusia akan mencapai titik puncak pada siang hingga sore hari antara pukul 14.00-19.00, kemudian dengan berkurangnya cahaya yang masuk ke retina mata maka kelenjar di bawah otak yang bernama pineal gland akan mengeluarkan hormon melatonin yang berfungsi mengatur waktu tidur seseorang dan akan berhenti saat pagi hari dimana cahaya mulai datang sekaligus memerintahkan tubuh untuk waktunya bangun. Dan yang mengatur semua itu adalah jam biologis internal didalam tubuh kita sendiri, luar biasa bukan.

70

‌‌‌‌‌Edisi 4 | Desember 2018 | Indonesia Controller


Human Factor

Selain dipengaruhi faktor internal, ada juga faktor eksternal yang mempengaruhi ritme biologis kita, yaitu “Zeitgebers” atau disebut juga “External Synchronizer” seperti pergantian waktu antara matahari (siang) dan bulan (malam), siklus aktif dan istirahat, waktu makan, dan ritme sosial lainnya termasuk kewaspadaan kognitif terhadap waktu. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Rütger Wever pada tahun 1979 di BerlinJerman, ia melakukan ujicoba terhadap sekelompok orang yang diisolasi dalam sebuah bunker tanpa cahaya dan tanpa faktor eksternal lainnya selama 30 hari. Hasilnya menunjukkan bahwa jika tidak ada pengaruh faktor eksternal maka tubuh kita sepenuhnya akan dikontrol oleh jam internal, dimana

|

pola hidup manusia akan berjalan dengan siklus 25 jam dalam sehari dan mengalami pergeseran mundur setiap 10 hari, hal ini disebabkan karena orang cenderung lebih mudah menunda waktu tidur daripada memajukannya. Apa hubungannya dengan tidur kita? Baik, selanjutnya kita akan mengulas lebih spesifik mengenai tidur, begini ulasan gampangnya, normalnya seseorang menjalani waktu yang sinkron antara siklus circadian dan perubahan waktu siang dan malam, dimana tubuh akan tidur di malam hari dan terjaga di siang hari seperti gambar di bawah ini.

Circadian Cycle

Bagaimana jika seorang ATC harus terjaga dan bekerja di malam hari? Hal ini tentu akan menyebabkan desinkronisasi antara proses tidur yang diatur oleh Circadian Rhythms dan putaran waktu siang dan malam. Efek yang paling dirasakan adalah terganggunya waktu tidur yang dapat berakibat seseorang mudah mengalami fatique, berkurangnya tingkat kewaspadaan, bad-mood, dan menurunnya performa fisik maupun psikis.

Circadian Cycle

Indonesia Controller | Desember 2018 | Edisi 4‌‌

71


| Human Factor

“ Pekerjaan ATC itu minim memerlukan kekuatan fisik dan otot, tapi sepenuhnya mengandalkan kemampuan otak dan kewaspadaan kognitif lainnya seperti konsentrasi, penggunaan memori, tingkat kesadaran, perhatian, antisipasi, tingkat responsif, monitoring, fatique, mood, dan TIDUR” Gejala desinkronisasi ini juga biasanya dapat kita rasakan jika terbang jauh melintasi 4-8 zona waktu yang disebut Jet Lag. Efeknya akan membutuhkan waktu 3-4 hari untuk kembali ke siklus tidur normal jika perjalanan dilakukan menuju kearah barat, sedangkan jika kita terbang kearah timur biasanya membutuhkan waktu lebih lama yaitu antara 6-7 hari untuk bisa kembali ke siklus tidur normal kita. Seberapa penting sih tidur buat kita ? Berapa jam yang kita butuhkan untuk tidur sehingga dapat kembali beraktifitas normal? Pernah gak sih mengalami tidur cukup panjang tapi badan tetap gak seger? Mungkin ada yang salah dengan tahapannya. Yuk..kita harus baca ini nih…. Pada zaman dahulu tidur hanya dianggap sekedar mengistirahatkan tubuh dan tidak ada aktifitas di dalam otak, namun sejak era 1960-an banyak penelitian dilakukan kepada orang yang tertidur dan direkam menggunakan EEG (Electro Encephalo Graphic) yaitu alat perekam aktifitas listrik dalam otak. Ternyata ketika manusia dalam keadaan tertidur, otak mengalami aktifitas yang sama aktifnya seperti ketika sedang terjaga. Loh kok bisa? Begini nih penjelasannya, tidur itu merupakan sebuah fenomena aktif yang terdiri dari 5 tahapan, yaitu : Tahap 1 - Sleep Onset (merem melek antara sadar dan mau tidur) Tahap 2 - Light Sleep (permulaan tidur, gerakan mata mulai melambat bahkan tekadang tidak ada gerakan sama sekali Tahap 3 - Slow Wave Sleep Tahap 4 - Slow Wave Sleep

Deep Sleep (regenerasi sel & pemulihan fisik dari faktor fatique)

Tahap 5 - Paradoxical Sleep (Rapid Eye Movement (REM), proses mengalami mimpi, pemulihan memori, pengembalian mood, perasaan, perhatian, pembelajaran, pengaturan konflik dan frustasi serta integrasi kognitif otak)

72

Nah di tahapan ke-5 itulah terjadi aktifitas listrik di otak yang sama aktifnya seperti dalam keadaan terjaga, inilah kualitas tidur yang paling baik. Seseorang yang tidurnya normal akan mengalami siklus tidur mulai dari tahap 1-5 rata-rata 6 kali dalam setiap tidurnya. Bagi kita yang kurang tidur dan waktu tidurnya terganggu, akan sulit untuk mendapatkan siklus tidur seperti tahapan tersebut, dan dampaknya sangat berpengaruh terhadap faktor fatique, hypo-vigilance (kurang kewaspadaan), sulit konsentrasi, dan stress dimana hal ini tentunya sangat berbahaya bagi ATC. Oleh karena itu sangatlah penting bagi kita yang memiliki jadwal dinas shift 24 jam untuk mempertimbangkan rotasi tim, jumlah waktu maksimum, kapan mulai dan berakhirnya shift. Kalau kita kaitkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rütger Wever sebaiknya shift kerja juga dibuat dengan pola mundur, misalnya pagi kemudian siang kemudian malam dan seterusnya agar circadian cycle kita tetap sinkron dengan pergantian waktu siang dan malam. Kita sudah mengulas mengenai ritme tubuh dan siklus tidur tadi, lalu apa hubungannya dengan profesi ATC? Mengapa tidur sangat vital bagi ATC? Bagaimana dengan ATC yang tidak punya pilihan dan harus bertugas shift malam? Simak nih tipstips berikut gaes… Pekerjaan ATC itu minim memerlukan kekuatan fisik dan otot, tapi sepenuhnya mengandalkan kemampuan otak dan kewaspadaan kognitif lainnya seperti konsentrasi, penggunaan memori, tingkat kesadaran, perhatian, antisipasi, tingkat responsif, monitoring, fatique, mood, dan tidur. Faktor-faktor tersebut sangat mempengaruhi performa/kinerja seorang ATC dalam melakukan pengaturan lalu lintas penerbangan. Secara umum pekerja shift mengalami kekurangan tidur rata-rata 1 jam dari total 24 jam perharinya dibandingkan dengan pekerja non-shift, dan jika kekurangan tidur 2 jam akan menurunkan tingkat kewaspadaan dan kinerja di keesokan harinya.

‌‌‌‌‌Edisi 4 | Desember 2018 | Indonesia Controller


Human Factor

|

Berikut ini ada beberapa kiat menjaga pola tidur bagi kita yang melaksanakan tugas shift 24 jam, supaya tidur kita berkualitas dan tidak mengganggu siklus circadian rhythms-nya, yuk kita simak baik-baik tips-nya : Pertama-tama kita cermati dulu siklus tidur yang dapat mempengaruhi tingkat kewaspadaan seseorang, dimana ratarata orang mengalami rasa kantuk umumnya dimalam hari antara pukul 21.00-23.00 (primary gate) dan pada siang hari antara pukul 14.00-15.00 (secondary gate) dan kita juga perlu tahu bahwa ada waktu-waktu dimana kita tidak boleh tidur yaitu antara pukul 17.00–19.00 (forbidden sleep zone) karena akan mengganggu ritme tubuh kita yang berefek pada gangguan kualitas tidur dan insomnia yang dapat mempengaruhi fatique dan stress seseorang, untuk lebih jelasnya simak gambar disamping ini.

siang

Secondary Gate

sore malam

malam

Forbidden Sleep Zone

Primary Gate

• • Kesulitan

• Hindari tidur pada waktu forbidden sleep zone (pukul 17.00 – 19.00) • Jika memungkinkan lakukan tidur

• Kesulitan

Efek & Bahaya kurang tidur : Fisik mengalami fatique berkonsentrasi dan memfokuskan perhatian (blank)

• •

menyambungkan ide-ide, kehilangan kemampuan analisis, logika menurun. Rentan mengalami ilusi sensorik. Perubahan suasana hati dan perilaku seperti perasaan depresi, kurang bersemangat, kurang motivasi dan agresif

Tips menjaga kualitas tidur Untuk menghindari bahaya diatas, berikut tips menjaga kualitas tidur untuk ATC yang berdinas shift 24 jam agar tetap dalam performa puncak pada keesokan harinya dan menjaga sinkronisasi dengan Circadian Rhythms kita :

• Sebelum

memulai shift malam, lakukan tidur pendek di siang hari (Nap) maksimal 2 jam antara pukul 14.00-16.00 hal itu akan cukup membuat kita siap berdinas malam karena dengan tidur 2 jam kita dapat modal tambahan untuk terjaga selama kurang lebih 4 jam ke depan.

• •

singkat malam (Nap) di sela-sela break antara 30 menit-2 jam. Perhatikan kondisi pencahayaan dan kebisingan, usahakan ruang tidur segelap mungkin dan bebas dari suara bising Atur suhu ruangan antara 20-240 C. Selepas dinas malam, tidur sesegera mungkin maksimal 4 jam saat suhu tubuh relatif rendah (suhu tubuh akan meningkat dikisaran pukul 12.00) agar dapat kembali ke siklus tidur normal pada malam harinya.

Tips menjaga pola makan, olahraga dan kehidupan sosial : Makan secukupnya jangan terlalu kenyang, yang penting mengurangi perasaan lapar sebelum tidur dan hindari makan berat. Hindari konsumsi cafein dan nikotin sebelum tidur malam. Hindari makanan berminyak dan makanan manis, perbanyak konsumsi protein, sayuran dan buah-buahan. Lakukan olahraga rutin, minimal 30

• •

• •

menit 3 kali dalam seminggu, sebaiknya dilakukan 3 jam sebelum tidur terutama pada saat suhu tubuh dalam keadaan tinggi antar pukul 17.00-18.00, hal ini akan meningkatkan kualitas tidur meningkatkan proses pencernaan dan mengurangi stress. Semaksimal mungkin usahakan secara rutin siklus tidur dan terjaga anda. Luangkan lebih banyak waktu bersama keluarga.

Nah silahkan mencoba tips-tips diatas dan semoga dapat membantu meningkatkan kualitas tidur kita, selamat bermimpi indah, karena mimpi sangat baik untuk otak kita. Di kesempatan berikutnya kita akan membahas lebih lanjut mengenai dampak kurang tidur terhadap faktor fatique, hypo-vigilance dan stress. Sampai ketemu di edisi mendatang ya gaes…..!

• •

Indonesia Controller | Desember 2018 | Edisi 4‌‌

Zainal Arifin Harahap Bidang Prosedur DPP IATCA AirNav Trainer

73


| Teknologi SEKILAS MENGENAL

BOEING 737 MAX FAMILY

VARIAN BARU DAN ANDALAN BOEING PADA SINGLE AISLE MARKET • Rizwan Noor H • Trend peningkatan oil prices memaksa manajemen airline untuk memiliki strategi kegiatan operasional penerbangan agar dapat beroperasi secara lebih efisien. Salah satu strateginya adalah dengan menggunakan pesawat generasi terbaru yang telah menggunakan teknologi terkini. Hal ini tentu saja selain untuk meningkatkan brand airlines tersebut, juga diharapkan dapat meningkatkan efisiensi kegiatan operasionalnya yang berdampak kepada berkurangnya operating cost. Untuk pasar singe aisle jet, dua manufaktur pesawat terbesar di dunia yaitu Airbus dan Boeing menjawab tantangan tersebut dengan menghadirkan varian tipe Airbus A320 NEO family dan Boeing 737 MAX family. Mengaju kepada CAPA Fleet Database, untuk banyak airlines khususnya yang beroperasi dengan skema LCCs, kedua tipe tersebut saat ini telah banyak digunakan dalam kegiatan operasional penerbangan dan menjadi bagian dari rencana jangka panjang pengembangan Airlines. Kedua tipe tersebut juga merupakan andalan dari masing–masing manufaktur dalam memenangkan market global. Airbus A320neo family & Boeing 737MAX aircraft in service by region 350 290

300 250 200 150 100 50

139

126 47

70

0 Asia Pacific

36 46

45 18 Europe

6

0

8

Latin America North America Middle East A320neo

0

1

Africa

Total

737MAX

Sumber : CAPA Fleet Database (16 Mei 2018)

74

‌‌‌‌‌Edisi 4 | Desember 2018 | Indonesia Controller


Teknologi

|

737 MAX 7

737 MAX 8

737 MAX 9

737 MAX 10

Seats (2-class)

138 - 153

162 - 178

178 - 193

188 - 204

Maximum Seats

172

210

220

230

Range nm (km)

3,850 (7,130)

3,550 (6,570)

3,550 (6,570)*

3,300 (6,110)*

Length

35.56 m (116 ft 8 in)

39.52 m (129 ft 8 in)

32.16 m (138 ft 4 in)

43.8 m (143 ft 8 in)

Wing span

35.9 m (117 ft 10 in)

35.9 m (117 ft 10 in)

35.9 m (117 ft 10 in)

35.9 m (117 ft 10 in)

Engine

LEAP-1B from CFM International

LEAP-1B from CFM International

LEAP-1B from CFM International LEAP-1B from CFM International

210 seats, 737-8-200

*one auxiliary tank

*one auxiliary tank

Sumber : Boeing

Data dari sumber yang sama menyebutkan bahwa untuk pemesanan series 737 memiliki backlog hingga kurang lebih 9 tahun dengan 4615 oustanding dan untuk A320 series memiliki backlog hingga 12 tahun dengan 6126 outstanding. Tidak heran jika kini kedua manufaktur menargetkan peningkatan rate produksi kedua tipe pesawat tersebut. Pada pertengahan tahun 2019, Airbus menargetkan mampu memproduksi 60 A320 Neo series setiap bulannya, dan pada periode yang sama Boeing menargetkan mampu memproduksi 57 737 MAXs series setiap bulannya. Bukan hal yang mudah, mengingat CFM International (General Electric/Safran) dan juga United Technologies’ Pratt & Whitney selaku supplier engine kedua series tersebut pernah menyampaikan secara terbuka terdapat tantangan untuk dapat meningkatkan rate produksi yang di targetkan.

mendapatkan sertifikasi ETOPS 180 Extended Operations, yang berarti airlines atau operator yang menggunakan tipe pesawat ini dapat melakukan penerbangan pada rute yang memiliki alternate dengan jarak tempuh selama 3 jam. Khusus untuk Boeing 737 Max 8, varian ini terus dikembangkan sehingga muncul varian 737 Max 200 dengan adanya peningkatan pada kapasitas penumpang dan efisiensi bahan bakar.

Penjelasan singkat diatas setidaknya dapat menggambarkan tingginya demand dan popularitas kedua series tersebut. Untuk Boeing sendiri, kemunculan series Boeing 737 MAX family diharapkan dapat meningkatkan daya saing Boeing yang dalam kurun sepuluh tahun terakhir (hingga Desember 2016) memiliki net market share global sebanyak 47% (8978 pesawat) berada di bawah dominasi Airbus dengan net market share 53% (9995 pesawat). Boeing 737 MAX family merupakan generasi pesawat tercanggih pada market single aisle jet dari seri 737 dan mencatat rekor pemesanan pesawat dengan jumlah order yang mendekati 4700 pesanan dari lebih 100 costumer di seluruh dunia. Pengguna pertama dari Boeing 737 Max family ini adalah Malindo Air (Lion Air Group) yang telah menerima pesawat pertamanya pada bulan Mei 2017 yang lalu, tepat 50 tahun setelah series 737 pertama kali mengudara.

Sebagaimana kita ketahui, Boeing 737 Max 8 adalah jenis pesawat yang digunakan Lion Air yang mengalami accident di Perairan Tanjung Karawang, Jawa Barat. Tentu saja tidak hanya pihak Boeing, namun juga stakeholder lainnya seperti supplier engine dan juga customer Boeing lainnya yang menggunakan tipe pesawat yang sama akan melihat dengan cukup serius mengingat bahwa accident ini merupakan case pertama yang terjadi pada tipe Boeing 737 Max 8. Hal yang terpenting adalah untuk menemukan penyebab terjadinya accident tersebut guna mencegah kejadian yang sama berulang kembali.

Boeing 737 Max 8 merupakan series terbanyak yang telah dipesan dari keseluruhan order untuk Boeing 737 MAX family. FAA dan EASA memberikan approval pertama untuk varian pertama Boeing 737 Max 8 pada bulan Maret 2017. Dengan penggunaan generasi engine terbaru (LEAP-1B engines), studi yang pernah dilakukan oleh pihak Boeing mengklaim bahwa series ini akan lebih efisien (lower fuel consumption) dan mampu menempuh jarak penerbangan yang lebih jauh jika dibandingkan dengan A320 Neo sehingga dapat membuka peluang munculnya rute-rute baru penerbangan langsung (nonstop routes) yang sebelumnya tidak ada (new flights between new city pairs). Boeing 737 Max 8 juga telah

Indonesia Controller | Desember 2018 | Edisi 4‌‌

Di Indonesia sendiri tercatat beberapa Airlines telah menggunakan Boeing 737 Max 8 seperti Lion air dan Garuda Indonesia. Garuda Indonesia tercatat melakukan pemesanan 50 Boeing 737 MAX family pada tahun 2012 lalu dan Lion Air melakukan pemesanan 201 Boeing 737 MAX family pada tahun 2012. Data menunjukkan saat ini terdapat 11 Boeing 737 Max 8 yang digunakan, 10 oleh Lion Air dan 1 oleh Garuda Indonesia.

Sumber : Boeing

75


| Visual Approach

MERAGUKAN BANDARA INTERNASIONAL KERTAJATI ? Riza D Januar

76

‌‌‌‌‌Edisi 4 | Desember 2018 | Indonesia Controller


Visual Approach

|

megah tapi sepi penerbangan? Bagaimana dengan target yang diawal menyebutkan bahwa dengan dibukanya bandara ini mampu mendongkrak ekonomi masyarakat lokal dan bisa mengurangi jumpah traffic di Bandara Soekarno-Hatta? Mengutip merdeka.com terlontar pernyataan salah satu anggota komisi V DPR, Nur Hasan Zaid yang menyayangkan peresmian Bandara Kertajati seolah terburu-buru. "Peresmian (Kertajati) terkesan secara tergesagesa, kapan operasionalnya? Katanya Surabaya tapi jalurnya belum jelas. Perlu penjelasan," ungkap Nur Hasan saat rapat kerja bersama dengan Kementerian Perhubungan, di ruang Komisi V DPR RI, Jakarta, Senin (3/9). Menurut saya, melihat kondisi Bandara Kertajati yang masih sepi penerbangan, wajar ada pendapat yang meragukan Bandara ini. Namun, bukan berarti saya tidak percaya bahwa suatu hari nanti Bandara ini mampu menjadi salah satu Bandara terbaik dan teramai di Indonesia. Saya coba analogikan keadaan bandara kertajati ini seperti Alex Ferguson ketika pertama kali melatih Manchester United. Dua musim pertama melatih, Alex Ferguson belum bisa memberikan gelar. Permainan MU pun belum disebut stabil, masih angin-anginan. Namun, hal yang diberikan manajemen dan suporter kepada Alex Ferguson adalah kepercayaan dan keleluasaan untuk terus berjuang membangun skuad terbaik. Hasilnya, saat ini kita semua mengenal Alex Ferguson dengan segudang prestasi yang sulit untuk ditandingi pelatih manapun.

@joehari_703

S

udah lebih dari enam Bulan Bandara Internasional Kertajati beroperasi. Pemandangan warga lokal yang di awal beroperasi begitu ramai sudah mulai berkurang. Keramaian bandara hanya ketika Citilink dari surabaya akan mendarat dan berangkat saja, itupun ramai oleh pengantar. Sampai tulisan ini dibuat, penerbangan berjadwal di Bandara yang digadang-gadang mampu mengurangi beban Bandara Internasional Soekarno-Hatta ini belum beranjak dari angka satu, hanya Citilink dengan rute Surabaya-Kertajati dan sebaliknya. Target pemerintah untuk menjadikan Bandara Kertajati sebagai pemberangkatan haji tahun ini urung dilaksanakan dengan berbagai pertimbangan. Selain itu, isu tentang maskapai Lion Air yang berencana membuka rute ke Surabaya dan Denpasar lewat begitu saja seperti angin lalu. Diam-diam, ada beberapa pihak yang mulai ragu dengan Bandara Internasional Kertajati. Apakah bandara ini hanya fasilitas dan bangunannya yang

Indonesia Controller | Desember 2018 | Edisi 4‌‌

Sama halnya dengan Bandara Kertajati. Yang harus kita lakukan adalah memberinya waktu untuk terus berkembang. Sejauh ini, hal yang dianggap menjadi penunjang bandara terus dibenahi. Jalan menuju ke Bandara yang diperlebar dan akses tol Cisumdawu yang diproyeksikan selesai tahun 2019 adalah salah duanya. Selain itu, dari sisi udara terkait perpanjangan runway dari 2500 meter menjadi 3000 meter sedang berjalan. Dalam sebuah rapat koordinasi pada tanggal 29 Oktober 2018, PT Adhi Karya selaku pihak yang mengeksekusi proyek tersebut memperkirakan perpanjangan runway akan selesai paling lambat bulan Januari 2019. Angin segar lainnya yang patut ditunggu adalah pernyataan dari Gubernur Jawa Barat. Ridwan Kamil yang menyatakan bahwa sebagian penerbangan dari Hussein Sastranegara akan dipindah ke Kertajati. Sebagaimana disadur dari tempo.co “Sedang dibahas pembagiannya seperti apa,” kata dia di Bandung, Selasa, 2 Oktober 2018. Pria yang akrab dipanggil Kang Emil ini tidak merinci pembagian layanan penerbangan antara dua bandara tersebut. “Bandara besar ya kuenya besar, bandara kecil kuenya kecil logikanya. Asas keadilan,” kata dia. Bila saya coba artikan, Bandara besar ini mengarah ke Bandara Internasional Kertajati dan Bandara kecil ini Hussein Sastranegara (lebih kecil dari Bandara Interasional Kertajati). Sedangkan permisalan kue mengarah ke jumlah penerbangan. Jika memang benar, maka ini ibarat kejatuhan durian runtuh. Kebijakan ini akan secara otomatis mendongkrak traffic di Bandara Internasional Kertajati. Mari kita lihat dalam beberapa tahun atau bahkan bulan ke depan. Segala keraguan yang ada akan terkikis oleh waktu.

77


| Visual Approach

Air Traffic Controller (ATC) atau Pengatur Lalu Lintas Udara adalah salah satu pihak penentu keselamatan dalam penerbangan. Pekerjaan sebagai Pengatur Lalu Lintas Udara sama sekali bukan hal yang mudah.

S

eperti yang kita ketahui, Air Traffic Controller (ATC) atau Pengatur Lalu Lintas Udara adalah salah satu pihak penentu keselamatan dalam penerbangan. Pekerjaan sebagai Pengatur Lalu Lintas Udara sama sekali bukan hal yang mudah. Selain faktor kepadatan traffic, kerjasama internal anggota tubuh antara berpikir, melihat, mendengar dan menulis diikuti oleh koordinasi sesama ATC, menuntut ATC untuk mengambil keputusan yang cepat dan tepat. Semua alat indera harus merespon dan bekerja intensif saat bertugas.

AIR TRAFFIC CONTROLLER ITU SOMBONG..?

Jika di pengadilan ada Hakim selaku Yang Mulia yang menduduki posisi tertinggi, maka di dunia penerbangan ATC-lah Yang Mulia yang memegang kuasa udara. Bagaimana tidak? Tak seorang pun pilot yang seharusnya berani mengabaikan perintah ATC sejak melakukan pergerakan hingga berhenti melakukan pergerakan lagi. Bisa bayangkan, ATC melakukan semua perintah sesuai SOP yang ada, demi menjaga keselamatan puluhan bahkan ratusan pesawat yang sedang beroperasi di udara. Sekecil apapun perintah yang diberikan, ATC selalu berpikir tentang keamanan jalur penerbangan. ATC selalu menempatkan dirinya di posisi yang benar. Benar dalam mengatur, benar dalam mengambil keputusan, benar dalam menjalankan semua peraturan yang ada. (Pokoknya, Maha Benar ATC dengan Segala Perintahnya....) Namun sayangnya, kesalahan persepsi retorika satu sisi membuat ATC terkadang dianggap sombong oleh beberapa unit sekitar. Baik dari pilot, ground handling, serta unit eksternal maupun internal yang berkaitan dengan ATC. Jadi, benarkah ATC sombong? Kalau benar, kok sempet-sempetnya ya ATC bersikap sombong atau angkuh di tengah tanggung jawab mereka yang taruhannya ribuan nyawa manusia? Sebaliknya, kalau tidak benar, apa yang membuat mereka mendapat label sombong, selain karena kesalahan persepsi tadi? Padahal misal kalau mau iseng dilihat dari segi remunerasi (sistem penggajian), uang saku ATC juga nggak sebesar pilot, caleg, apalagi ketua DPR. Nah, simak yuk beberapa alasan yang akan mengubah presepsi kita tentang ’kesombongan’ ATC.

78

‌‌‌‌‌Edisi 4 | Desember 2018 | Indonesia Controller


Visual Approach

Pertama, kita harus tau dulu nih apa saja tugas dan tanggung jawab seorang ATC. Sesuai UU Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan, tugas ATC kurang lebih adalah : mencegah terjadinya tabrakan antar-pesawat di daerah pergerakan, baik di udara maupun di darat dan hambatan di daerah tersebut misalnya gunung gedung, gerobak ketoprak dll, menjaga kelancaran arus lalu lintas di udara, memberikan informasi yang berguna agar penerbangan aman dan efisien (misalnya info tentang cuaca atau hal-hal yang harus relevan dengan penerbangan.. artinya, info tentang Syahrini, aplikasi Tik-tok, lagu Syantik Siti Badriah yang lagi ngetrend, #2019GantiPresiden, atau jadwal piala dunia dianggap tidak relevan sama sekali), terakhir yaitu memberikan notifikasi kepada organisasi-organisasi terkait yang memberikan bantuan penyelamatan dalam keadaan darurat.

Jika sebelumnya ATC dituntut untuk sempurna, di sisi lain ATC juga manusia yang sesekali pernah salah perhitungan dalam menjaga efisiensi dan efektifitas penerbangan Lalu kedua, kita juga harus memahami bagaimana ATC memainkan peran perfeksionis-nya saat bertugas. Selama menjalankan tugas, ATC itu benar-benar harus lepas intervensi dari pihak lain. Salah satu caranya dengan bersikap dominan. Tentu saja dominan dalam arti positif, yaitu kuasa penuh ada di tangan ATC untuk memberikan arahan dan perintah kepada pilot. Bukan sebaliknya, ATC yang diatur oleh pilot. Karena hal ini juga sudah tercatat resmi dalam peraturan perundang-undangan penerbangan sipil ataupun peraturan International Civil Aviation Organization (ICAO) bahwa pilot harus menuruti perintah ATC. Berhubung semua keputusan ATC berkaitan dengan nyawa, maka konsentrasi ATC mutlak dijaga. Segala sesuatunya pun tak lepas dari perhitungan. Misalnya, saat koordinasi kerjasama ada yang nggak sesuai dengan SOP, maka ATC juga nggak akan sungkan untuk menolak memberikan pelayanan, sekalipun sifatnya membantu. Alasannya? Jelas karena porsi tugas ATC sudah

Indonesia Controller | Desember 2018 | Edisi 4‌‌

|

but safety is top priority diatur dan kalau beban tugasnya lebih berat dari porsinya, bisa membahayakan penerbangan. Jadi, bukannya ATC sok sempurna demi mendongkrak popularitas ala artis-artis tik-tok, tapi memang w-a-j-i-b sempurna selama bertugas. Nah, poin penting yang sering disalah artikan adalah fakta bahwa nggak cuma cewek yang selalu benar, ATC juga selalu benar. Bedanya, maha-benar ATC ini diperkuat dengan peraturan perundang-undangan bahwa ATC memang nggak boleh salah. “ATC nya cewek dan lo berani protes, kelar hidup lo..!!”. ATC selalu ingin memberikan pelayanan yang terbaik (aman dan cepat) dengan mencari segala cara. Namun dalam beberapa kasus yang tak bisa dihindari seperti bentrok antara safety dan efisiensi, ATC terpaksa harus memilih antara aku atau dia, keselamatan atau kelancaran dalam penerbangan. Secara pribadi sih, beberapa ATC mungkin akan memilih yang eficiency, but safety is top priority. Terakhir, pada umumnya ATC itu Insya Allah Soleh dan Solehah dan beriman. Dengan segala fasilitas, peraturan, kewenangan dan ke maha benaran nya, ATC selalu sadar dan paham bahwa segala usaha yang ATC lakukan itu tetap hanya sebatas usaha terbaik yang wajib dilakukan namun tetaplah keselamatan itu hanya dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Jadi segala profesionalitas dan kesempurnaan bekerja ATC itu bukan didasari dari kesombongan tapi dari kerendahan diri dari kuasa Yang Maha Kuasa. Pada intinya tanggung jawab dan pekerjaan ATC memang besar. Tapi nggak berarti ATC bisa membesarbesarkan pekerjaannya, apalagi angkuh dengan tanggung jawabnya. So, alih-alih menuduh ATC sombong, kita malah harus mendoakan dan mendorong profesionalitas ATC agar bisa lebih menjamin keselamatan penerbangan di Indonesia dengan lebih mengapresiasi profesi di belakang layar ATC.

PENULIS : ARIO AJIE

79


| Return to Base

Euro Control Institute of Luxembourge 1988.

Gimono (alm), Danta Widana, DR Baldwin (Direktur Institute), Surachman, Bpk Sugeng S.

ATC Management Course 1983

Danta Widana

JATC VI PN Angkasa Pura 1974

Herliansyah Rahadian, Aris Samsidi, Untung Widodo (alm), Syahbandar (alm), Ratri Purnomo.

Back to

Engking Baihaqi, NN, Ratri Purnomo, Manipan (alm), Susetyo, Ahdi Agustian, NN, Djaka Suyana, NN, Hardjito (alm), Abner Siahaan 80 80

Barrack ‌‌‌‌‌Edisi44| |Desember Desember2018 2018| |Indonesia IndonesiaController Controller ‌‌‌‌‌Edisi


News Flas DPC IATCA

|

17 November 2018, bertempat di Cafe KopoKilo Makassar milik rekan Abdillah, Kabid Sosial DPC IATCA Makassar, Ares Mardiana menerima donasi dari Andrew John Tuckwood (ATC Brisbane) dan istriya Nicole Tuckwood (Home baker) untuk diserahkan kepada keluarga Anthonius Gunawan Agung. Andrew dan Nicole melakukan penggalangan dana di Brisbane-Australia dengan cara menjual cupcake yang dibuat oleh Nicole setelah mendengar berita tentang kejadian di Palu dan Donggala. Keluarga Besar IATCA mengucapkan terima kasih atas simpati yang diberikan. 8 November 2018, DPC IATCA Padang mengadakan Musyawarah Cabang ke-6 untuk memilih Ketua Baru DPC IATCA Padang. Sederhana namun mengikuti semua aturan yang telah ditetapkan oleh organisasi. Marga Nasjaya terpilih sebagai Ketua DPC IATCA Padang periode 2018-2021 meneruskan kepemimpinan Alief Gatut Raharjo. Mewakili Ketua Umum IATCA yang tidak dapat hadir pada kegiatan tersebut adalah Iqbal Kamaludin dan Christ Yonathan Walenta, dua anggota muda pengurus DPP IATCA Bidang Profesional. Selamat menjalankan tugas untuk Ketua terpilih.

14 Oktober 2018, DPC IATCA Ambon melaksanakan Musyawarah Cabang Luar Biasa (MusCablub), kegiatan ini dilaksanakan karena Ketua DPC IATCA Ambon yang lama Michael GS Butar-butar melakukan tour of duty, pindah tugas ke Bandara RHF Tanjung Pinang. Caretaker sementara dijabat oleh Sutrisno Fitra Amin sampai dilaksanakannya Muscablub yang akhirnya memilih Haswan Udin menjadi Ketua tetap DPC IATCA Ambon. Kegiatan ini dibarengi dengan Bazaar dan Pameran Foto penggalangan dana bencana Palu, Donggala dan Sigi. Selamat menjalankan tugas bagi ketua yang baru semoga amanah dalam memimpin organisasi.

10 November 2018, bertepatan dengan Hari Pahlawan, DPC IATCA Semarang melakukan pengukuhan Pengurus baru periode 2018-2021. Dihadiri dan di saksikan oleh Dheny Purwo Hariyanto Executive Secretary DPP IATCA yang juga GM Airnav Solo. Ganesh Dono Prabowo menyerahkan suksesi kepemimpinan DPC IATCA Semarang kepada Septian Arri. Tugas berat telah menanti Ketua Baru dan jajaran pengurus baru karena Semarang akan menjadi tuan rumah Musyawarah Nasional ke-7 IATCA antara bulan AprilMei tahun 2019. Semoga tugas ini dapat dilaksanakan dengan baik oleh pengurus yang baru. Selamat dan sukses.

flash

NEWS Indonesia Controller | Desember 2018 | Edisi 4‌‌

81


| Pantun

TUKU BANDENG NANG SIDOARJO DIPANGAN NGANGGO SAMBEL KOREK

& YEN AWAKMU LAGI KERJO SIMPENEN HP MU DHISEK REK lili robianti-dpc surabaya

Lungo malang tuku kripik Ojo lali mampir sedudo Masiyo gak ono trepik Tetep eling lan waspodo bayu-dpc surabaya

“ gawe

Tuku pecel

Wayahe sarapan kerjo ojo hapean

- joksur, dpc surabaya -

82

‌‌‌‌‌Edisi 4 | Desember 2018 | Indonesia Controller


#02

Indonesia Controller | Desember 2018 | Edisi 4‌‌

Mas Slamet & Mba Septi

|

83


We Will Build Back Better

DPC IATCA Palu 84

‌‌‌‌‌Edisi 4 | Desember 2018 | Indonesia Controller


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.