Rencana Tata Guna Lahan Kota Sukoharjo 2039

Page 1

SUKOHARJO LAPORAN PERENCANAAN TATA GUNA LAHAN


PERENCANA KOTA SUKOHARJO

AlďŹ ani Hakiki 46626

Fabian M. Al-Hakim 44854

Annadella Ghafnesia 46628

Ikhsan Mauludin 47079

Baiq Mila S. 46631

Roland Yoga Dharmawan 47093

Denisha Kurniawati 47626

Tasya Ananda T. 46644


Buku ini adalah sedikit gagasan yang ingin kami persembahkan untuk Kota Sukoharjo dalam mewujudkan proyeksi tata guna lahan yang optimal Perncana Kota Sukoharjo


Kata Pengantar Puji Syukur kehadirat Allah Swt berkat rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan analisis ini yang disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Perencanaan Tata Guna Lahan. Analisis ini mendapatkan informasi dari survey langsung, berbagai sumber dan jurnal yang diakses melalui internet. Tulisan ini tidak akan terselesaikan tanpa ada bantuan dan masukan dari beberapa pihak, tentunya saya mengucapkan banyak terimakasih kepada Asisten Dosen Mata Kuliah Perencanaan Tata Guna Lahan, Kak Nahda Saniyya dan Kak Daniel Harjuna S, dan Dosen Pengampu Mata Kuliah Perencanaan Tata Guna Lahan, Retno Widodo Dwi Pramono, S.T., M.Sc., Ph.D., Irsyad Adhi Waskita Hutama, S.T., M.Sc., Rendy Bayu Aditya, S.T., MUP. Was Tugas ini merupakan tugas gabungan yang berisikan analisis kesesuaian lahan dan kriteria-kriteria kesesuaian lahan untuk masing-masing jenis guna lahan. Secara runtutan, tugas dikerjakan dengan menjelaskan kriteria-kriteria spasial untuk masing-masing land use yang telah ditentukan, kemudian melakukan analsis GIS kesesuaian lahan pada kasus kota analisis kami yakni Kota Sukoharjo. Penulisan ini jauh memiliki banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna, maka dari itu kami meminta maaf apabila terdapat kesalahan penulisan pada analisis ini dan kami berharap adanya kritik dan saran yang bersifat membangun pada analisis ini. Namun dalam penulisan ini diharapkan mendapatkan banyak manfaat bagi kami dan orang lain yang membacanya.

i


Daftar Isi Kata Pengantar Daftar Isi BAB 1 - Pendahuluan Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Perencanaan Ruang Lingkup Gambaran Umum Kota Sukoharjo BAB 2 - Konsep Perencanaan Business as Usual Transit Oriented Development Garden City BAB 3 - Metodologi Perencanaan Alur Kebutuhan Methodological Framework BAB 4 - Analisis Proyeksi Guna Lahan Land Demand Basic Limiting Factor Land Use Criteria Suitability Analysis

i ii 3 4 5 5 5

BAB 5 - Potensi Tata Guna Lahan Jangka Panjang Potensi Lahan Permukiman 75 Potensi Lahan Perdagangan dan Jasa 77 Potensi Layanan Kesehatan dan Pendidikan 79 Potensi Lahan Industri 81

BAB 6 - Peta Tata Guna Lahan Baru Proyeksi Infrastruktur Air Bersih Proyeksi Infrastruktur Energi Listrik Peta Tata Guna Lahan Baru 10 11 13 BAB 7 - Penutup Evaluasi Pembelajaran Kesimpulan 17 19

Daftar Referensi

85 87 89 93 93 94 95

23 41 41 45

ii


BAB 1

PENDAHULUAN Latar Belakang Perencanaan Rumusan Masalah Tujuan Perencanaan Ruang Lingkup Perencanaan Gambaran Umum Kota Sukoharjo


Kemeriahan Karaval Hari Kemerdekaan Republik Indonesia Tahun 2019 di Kota Sukoharjo (Sumber Foto: Penyusun, 2019)


Latar Belakang Lahan adalah keseluruhan lingkungan yang menyediakan kesempatan bagi manusia menjalani kehidupannya (Rahayu, 2007). Lahan adalah tanah yang sudah ada peruntukkannnya dan umumnya ada pemiliknya, baik perorangan atau lembaga (Budiono, 2008). Berdasarkan pada dua pengertian tersebut, maka dapat diartikan bahwa lahan merupakan bagian dari ruang merupakan unsur penting dalam kehidupan manusia meru sebagai ruang maupun sumber daya, karena sebagian besar kehidupan manusia tergantung pada lahan yang dapat dipakai sebagai sumber penghidupan, yaitu dengan mencari nafkah melalui usaha tertentu selain sebagai pemukiman.

Gambar 1.1 Lahan Pertanian yang ada di Kota Sukoharjo

Bentuk penggunaan lahan suatu wilayah terkait dengan pertumbuhan penduduk dan aktivitasnya, semakin meningkatnya jumlah penduduk di suatu tempat akan berdampak pada makin meningkatnya perubahan penggunaan lahan. Selain itu, dengan adanya pertumbuhan dan aktivitas penduduk yang tinggi akan mengalami perubahan penggunaan lahan yang cepat pula, sehingga diperlukan perencanaan tataguna lahan sehi yang sesuai dengan peruntukan wilayah tersebut.

Gambar 1.2 Anak-anak sedang bermain di Alun-alun Kota Sukoharjo

3


Saat ini pertumbuhan penduduk semakin meningkat. Meningkatnya pertumbuhan penduduk tersebut tentunya mempengaruhi penggunaan ruang tempat berkegiatan penduduk. Menurut Doxiadis (1968), antara manusia (man), kegiatan (activity), dan ruang (space) memiliki keterkaitan. Manusia (man) tentunya selalu bertambah serta berkembang setiap waktunya. Kegiatan (activity) juga selalu bertambah ragam serta ( intensitasnya seiring dengan pertambahan jumlah manusia. Sedangkan ruang (space) kapasitasnya tetap (tidak berkembang) seiring waktu karena sifat ďŹ siknya. Oleh karena itu untuk dapat menempati suatu area secara berkelanjutan seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk, maka perlunya perencanaan guna lahan pada area tersebut. Perencanaan guna lahan ini dapat menjadi solusi alternatif untuk dapat mewujudkan kota yang berkelanjutan.

Man

Studi kasus untuk perencanaan guna lahan ini adalah Kota Sukoharjo. Kota Sukoharjo terletak di dua kecamatan administratif yakni Sukoharjo dan Bendosari, Kabupaten Sukoharjo, Provinsi Jawa Tengah. Kota Sukoharjo merupakan kota fungsional yang memiliki pertumbuhan penduduk yang pesat. Kota ini merupakan ibukota Kabupaten Sukoharjo karena menjadi pusat pemerintahan dan didominasi ka oleh aktivitas perdagangan yang juga merupakan potensi utama dari kota ini. Disparitas layanan fasilitas publik antara area barat dan timur kota, permasalahan jaringan jalan, dan kurang optimalnya transportasi publik menjadi pokok masalah yang ada di Kota Sukoharjo. Ditinjau dari potensi dan masalah yang ada di Kota Sukoharjo, maka perencanaan guna lahan sangat diperlukan agar potensi yang ada menjadi optimal dalam pengembanganya dan masalah yang ada menjadi lebih terselsaikan dengan efektif dan eďŹ sien.

Rumusan Masalah Konsep perencanaan apa yang akan digunakan terkait proyeksi serta perencanaan guna lahan Kota Sukoharjo selama 20 tahun mendatang?

Space

Activity

Bagaimana proyeksi serta perencanaan guna lahan Kota Sukoharjo selama 20 tahun mendatang?

Gambar 1.3 Keterkaitan antara Man, Space, and Activity dalam Perencanaan

4


Tujuan Perencanaan Mengetahui konsep perencanaan yang akan digunakan terkait proyeksi serta perencanaan guna lahan Kota Sukoharjo selama 20 tahun mendatang Mengetahui proyeksi serta perencanaan guna lahan Kota Sukoharjo selama 20 tahun

Ruang Lingkup Ruang Lingkup Areal Kota Fungsional Sukoharjo terletak di Kecamatan Sukoharjo dan Bendosari, Kabupaten Sukoharjo, Provinsi Jawa Tengah. Ruang Lingkup Temporal Perencanaan tata guna lahan pada Kota Sukoharjo ini dilakukan 20 tahun mendatang yaitu dari tahun 2019 sampai tahun 2039. Ruang Lingkup Substansial Lingkup substansial yang akan dilakukan adalah perencanaan guna lahan Kota Sukoharjo yang mencakup : 1. Konsep perencanaan yang diterapkan 2. Proyeksi serta perencanaan guna lahan selama 20 tahun mendatang (tahun 2019 – 2039)

5

Gambaran Umum Sukoharjo merupakan kota yang mengalami proses urbanisasi. Merupakan kota fungsional yang berdiri di Kabupaten Sukoharjo, kota ini memiliki jumlah penduduk sebanyak 66.413 jiwa dengan Luas Wilayah 22,13 km2 (BPS Kabupaten Sukoharjo, 2019). Dengan dominasi permukiman penduduk sedang, Kota Sukoharjo memiliki potensi perekonomian yang beragam. Berlokasi di selatan Kota Surakarta (termasuk dalam Metropolitan Surakarta berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Tengah 2015), Kota Sukoharjo memiliki luas wilayah 20,612 km2, dengan dominasi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah dari sektor Industri Pengolahan, dan berdasarkan analisis ketenagakerjaan Kota ini di dominasi oleh penduduk yang bekerja di sektor Perdagangan. be Land Suitability Analysis and Land Use Criteria ini akan menjelaskan tentang Perkembangan Ekonomi Kota, Struktur Ekonomi Kota, dan Sektor/ Komoditas Unggulan dari Kota Sukoharjo.


6


BAB 2

KONSEP PERENCANAAN Business as Usual Transit Oriented Development Garden City



Busineass as Usual

Transit Oriented Development

KONSEP PERENCANAAN

Konsep Perencanaan yang diterapkan untuk proyeksi guna lahan di Kota Sukoharjo mengacu pada proďŹ l, peran, fungsi, potensi, dan masalah kota yang didapatkan melalui metode dan teknik analisis kota yang telah dilakukan. Acuan tersebut menunjukkan bahwa konsep yang bisa diterapkan untuk perencanaan guna lahan di Kota Sukoharjo selain Business as Usual, adalah Transit Oriented Development, dan Garden City.

9

9

Garden City


Business as Usual Proyeksi guna lahan Kota Sukoharjo dilakukan dengan menggunakan konsep “Business as Usual � yaitu konsep yang memang biasa digunakan oleh orang-orang dalam memproyeksikan guna lahan. Konsep ini kemudian diturunkan dalam variabel penarik dan penghambat dalam masing-masing proyeksi guna lahan per kebutuhan. Dalam studi kasus ini, acuan untuk menentukan variabel proyeksi guna lahan adalah aturan-aturan pemerintah, dan kajian literatur seperti SK Mentan No 837/KPTS/UM/11/1980; Permen PU no 41 Tahun 2007; SNI 03-1733-2004; Urban Design Reclaimed; dan sebagainya. se Business as Usual dapat memberikan kesesuaian lahan untuk peruntukan lahan berikut: Permukiman

Berikut adalah variabel penarik dan penghambat untuk tiap-tiap peruntukan (pembobotan dan sumber variabel akan dijelaskan di bagian analisis): Analisis Peruntukan Lahan Permukiman Variabel Penarik o Jarak ke Jalan Kolektor o Jarak ke Sarana Pendidikan o Jarak ke CBD o Jarak ke Instansi Pemerintah o Jarak ke Tempat Rekreasi o Jarak ke Saorga Ja o Jarak ke RTH

Variabel Penghambat o Kawasan Rawan Bencana o Kawasan Industri o Kedalaman Air Tanah o Kawasan Lindung

Analisis Peruntukan Lahan Jasa dan Perdagangan Variabel Penarik o Jarak ke Jalan Kolektor o Jarak ke Permukiman o Jarak ke Instansi Pemerintah o Jarak ke Tempat Rekreasi o Jarak ke Saorga o Jarak ke RTH Ja o Jarak ke Sarana Transportasi

Variabel Penghambat o Rawan Bencana o Jarak ke Daerah Aliran Sungai o Curah Hujan o Kawasan Lindung

Jasa dan Perdagangan Analisis Peruntukan Lahan Pendidikan dan Kesehatan

Pendidikan Kesehatan Business as Usual juga dapat memberikan kesesuaian lahan petuntukan Industri, namun dalam studi kasus kami, peruntukan lahan Industri tidak digunakan sebagai arah perencanaan yang diprioritaskan.

Variabel Penarik o Jarak ke Jalan Kolektor o Jarak ke Sumber Daya ALam o Jarak ke Permukiman o Jarak ke Instansi Pemerintah o Jarak ke Tempat Rekreasi o Jarak ke Saorga Ja o Jarak ke RTH

Variabel Penghambat o Rawan Bencana o Kelerengan o Sempadan Sungai o Kawasan Lindung

10


Transit Oriented Development Proyeksi guna lahan Kota Sukoharjo dilakukan dengan menggunakan konsep “Transit Oriented Development“ (TOD) yakni salah satu pendekatan pengembangan kota yang mengadopsi tata ruang campuran dan maksimalisasi penggunaan angkutan massal seperti Busway/BRT, Kereta api kota (MRT), Kereta api ringan (LRT), serta dilengkapi jaringan pejalan kaki/ sepeda. Jenis TOD yang bisa diterapkan di Kota Sukoharjo adalah TOD Lingkungan. Konsep ini digunakan sebagai arah perencanaan Kota Sukoharjo karena akan menjadi solusi dari permasalahan kota (disparitas distibusi layanan, jaringan jalan yang buruk, dan kurangnya transportasi umum) dan sebagai faktor yang mendukung berkembangnya potensi kota (Kota Perdagangan hasil produksi di seluruh Kabupaten Sukoharjo, Pelayanan Regional yakni pusat pemerintahan Kabupaten Sukoharjo dan layanan sarana pe berskala Kabupate, dan Ekowisata Waduk Mulur). .

Strukrur TOD

11

Pola Jaringan TOD

Kota Sukoharjo


Pada kondisi exisiting, Kota Sukoharjo sudah memiliki 1 Terminal Bus Kelas C, 1 Stasiun Kereta Api, dan 5 Halte Bus.

Jaringan Bus di Kota Sukoharjo

Jaringan KA di Kota Sukoharjo

Untuk mendukung terwujudnya arahan rencana dengan konsep Transit Oriented Development, maka pada kondisi projected akan dibangun 11 halte bus baru di Kota Sukoharjo. akan ada ha 7 halte bus baru di Bagian Wilayah Kota Barat, dan 4 halte bus baru di Bagian Wilayah Kota Timur

LEGENDA Stasiun KA Sukoharjo Terminal Bus Sukoharjo Halte Bus Existing Halte Bus Projected

Pendekatan arah perencanaan Transit Oriented Development juga di dukung dengan keberadaan jaringan transportasi umum yang berada di Kota Sukoharjo. Kota ini Mengacu pada Peraturan Menteri ATR/BPN No. 16 Tahun 2017 tentang Pedoman Pengembangan Kawasan Berorientasi Transit, terdapat pula kriteria lain yang perlundi proyeksikan agar arah rencana dengan Konsep Transit Oriented Development di Kota Sukoharjo dapat terlaksana

Dimensi Blok 70-270 meter

KLB 2.0-3.0

Parkir Permukiman 2 parkir/ unit

Parkir Retail 3 parkir/ 100 m2

Berikut adalah variabel penarik dan penghambat untuk mewujudkan arah perencanaan dengan konsep Transit Oriented Development (pembobotan dan sumber variabel akan dijelaskan di bagian analisis):

Analisis Peruntukan Konsep Transit Oriented Development Variabel Penarik o Jarak ke Sarana Transportasi o Jarak ke Pusat Kegiatan o Jarak ke Pusat Perdagangan o Jarak ke Pendidikan o Jarak ke Tempat Rekreasi o Jarak ke Saorga Ja o Jarak ke RTH

Variabel Penghambat o Rawan Bencana o Kelerengan o Sempadan Sungai o Kawasan Lindung

12


Garden City Proyeksi guna lahan Kota Sukoharjo dilakukan dengan menggunakan konsep “Garden City ” Konsep ini merencanakan dan merancang sebuah kota yang di kelilingi oleh sabuk hijau atau area alami hijau lahan pertanian dimana proporsi bangunan kotanya seimbang antara area hunian, area industri, dan area pertanian. Konsep ini digunakan sebagai arah perencanaan Kota Sukoharjo karena akan menjadi solusi dari permasalahan spesifik kota yakni pencemaran udara, dan air di sekitar area Industri, kurangnya koridor hijau di area perkotaan, dan peruntukan RTH Kota Sukoharjo yang masih di bawah standar pemerintah yakni 30% dari Luas Kota, dan sebagai faktor yang mendukung potensi kota yang spesifik yakni keberadaan Ekowisata Waduk Mulur. ya Perencanaan Guna Lahan yang akan diproyeksikan tidak akan mengacu pada keseluruhan kriteria terwujudnya konsep Garden City. Konsep Garden City menjadi pelengkap arah perencanan untuk menjadi pe solusi permasalahan kota dan faktor yang mendukung potensi kota yang spesifik yang tidak dicantumkan dalam kriteria terwujudnya Konsep TOD

Struktur Garden City

13

Industri Kota Sukoharjo


Waduk Mulur Keberadaan Waduk Mulur menjadi impuls arah perencanaan yang berwawasan lingkungan dimana dengan konsep Garden City, keberadaan Waduk Mulur akan dipertahankan sebagai Ruang Terbuka Hijau dan dimanfaatkan juga se sebagai tempat rekreasi. Garden City akan memberikan intervrensi tata guna lahan dimana perlu water sensitive urban design yang baik setelah peruntukan yang disusun telah ditetapkan.

Keberadaan konsep Garden City diproyeksikan agar terbentuk greenbelt di antara kawsan peruntukan Industri existing dan kawasan permukiman nantinya. Konsep Garden City juga diharapkan menjadi pelengkap kriteria TOD yang bertujuan untuk mengoptimalkan penggunaan ruang dengan meminimalisir penggunaan moda transportasi pribadi dan mengarahkan agar aktivitas yang dilakukan lebih walkable dan liveable. Garden City akan menawarkan keberadaan koridor-koridor hijau yang menunja menunjang aktivitas yang walkable di area perkotaan

Preseden water sensitive urban design yang bisa diterapkan di Kawasan Waduk Mulur

Berikut adalah variabel penarik dan penghambat untuk mewujudkan arah perencanaan dengan konsep Garden City (pembobotan dan sumber variabel akan dijelaskan di bagian analisis):

Analisis Peruntukan Konsep Garden City Variabel Penarik o Jarak ke Jalan Kolektor o Jarak ke Sumber Daya ALam o Jarak ke Permukiman o Jarak ke Instansi Pemerintah o Jarak ke Tempat Rekreasi o Jarak ke Saorga Ja o Jarak ke Perdagangan Kawasan Industri Kota Sukoharjo

Variabel Penghambat o Rawan Bencana o Kelerengan o Sempadan Sungai o Kawasan Lindung

Preseden koridor hijau di area perkotaan

14


BAB 3

METODOLOGI PERENCANAAN Alur Kebutuhan Methodological Framework Flowchart Peta Guna Lahan



ALUR KEBUTUHAN Sebelum masuk pada metode dan kerangka pikir, perlu diketahui alur kebutuhan peta apa saja yang perlu dibuat. Alur Kebutuhan akan sangat berguna untuk menganalisis peruntukan lahan existing dari suatu wilayah perencanan.

Business as Usual Alur Kebutuhan untuk mendapatkan Kesesuaian Lahan yang dilakukan menggunakan aturan dan instrumen hukum yang berlaku di Indonesia. Acuan analisis dilakukan melalui Peruntukan Lahan Existing dari Kota Sukoharjo

Business as Usual

17


Transit Oriented Development Proyeksi guna lahan Kota Sukoharjo dilakukan dengan menggunakan konsep “Transit Oriented Development“ (TOD) yakni salah satu pendekatan pengembangan kota yang mengadopsi tata ruang campuran dan maksimalisasi penggunaan angkutan massal seperti Busway/BRT, Kereta api kota (MRT), Kereta api ringan (LRT), serta dilengkapi jaringan pejalan kaki/ sepeda. Jenis TOD yang bisa diterapkan di Kota Sukoharjo adalah TOD Lingkungan. Konsep ini digunakan sebagai arah perencanaan Kota Sukoharjo karena akan menjadi solusi dari permasalahan kota (disparitas distibusi layanan, jaringan jalan yang buruk, dan kurangnya transportasi umum) dan sebagai faktor yang mendukung berkembangnya potensi kota (Kota Perdagangan hasil produksi di seluruh Kabupaten Sukoharjo, Pelayanan Regional yakni pusat pemerintahan Kabupaten Sukoharjo dan layanan sarana pe berskala Kabupate, dan Ekowisata Waduk Mulur).

Garden City Proyeksi guna lahan Kota Sukoharjo dilakukan dengan menggunakan konsep “Garden City ” Konsep ini merencanakan dan merancang sebuah kota yang di kelilingi oleh sabuk hijau atau area alami hijau lahan pertanian dimana proporsi bangunan kotanya seimbang antara area hunian, area industri, dan area pertanian. Konsep ini digunakan sebagai arah perencanaan Kota Sukoharjo karena akan menjadi solusi dari permasalahan spesifik kota yakni pencemaran udara, dan air di sekitar area Industri, kurangnya koridor hijau di area perkotaan, dan peruntukan RTH Kota Sukoharjo yang masih di bawah standar pemerintah yakni 30% dari Luas Kota, dan sebagai faktor yang mendukung potensi kota yang spesifik yakni keberadaan Ekowisata Waduk Mulur. ya

.

18


METHODOLOGICAL FRAMEWORK Metode yang digunakan dalam proyeksi guna lahan yaitu menggunakan pendekatan framework CommunityViz yang merupakan ďŹ ture dalam program pemetaan ArcGIS. Aplikasi ini memungkinkan pengguna untuk membuat scenario guna lahan sesuai dengan konsep perencanaan dengan mempertimbangkan berbagai aspek. Aspek tersebut tertuang dalam be variabel penarik dan penghambat yang kemudian menjadi dasar bagi proses input SHP peta yang digunakan dalam menyusun scenario guna lahan.

19

Business as Usual

Framework CommunityViz ini tidak kami jadikan acuan utama dalam menentukan delineasi peruntukan lahan. Dilakukan juga pendekatan framework menggunakan delineasi hexagonal. Setelah dilakukan ternyata delineasi secara hexagonal kurang cocok dengan delineasi yang kami inginkan untuk rencana tata guna lahan Kota Sukoharjo (Delineasi tidak memperhatikan kenampakan alam seperti sungai dan danau secara rinci).

Dalam mengambil keputusan, kami lebih menitik beratkan kepada diskusi kelompok. Diskusi ini meninjau juga beberapa framework hasil analisis dari penggunaan aplikasi yang telah disebutkan. Diskusi kelompok dirasa lebih efektif dan eďŹ sien karena tidak hanya aspek teknis spasial saja yang menjadi penentu te delineasi proyeksi tata guna lahan , tetapi juga memperhatikan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan sensing places setiap anggota kelompok terhadap Kota Sukoharjo yang sedang direncanakan.


Diskusi Kelompok

Peta Proyeksi Guna Lahan Kota Sukoharjo

Diskusi Kelompok

20


BAB 4

ANALISIS PROYEKSI GUNA LAHAN Land Demand Basic Limiting Factor Land Use Criteria Suitability Analysis



LAND DEMAND 1

Proyeksi Penduduk

1 Peta Jumlah Penduduk tiap Kelurahan

Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk

Peta Presentase Laju Pertumbuhan Penduduk tiap Kelurahan

Business as Usual

Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk

Kota Sukoharjo memiliki jumlah penduduk 66.413 jiwa dengan Laju Pertumbuhan Penduduk Eksponensial sebesar 4,94%. Berikut ini merupakan Peta Jumlah Penduduk dan Peta Laju Pertumbuhan Penduduk di Kota Sukoharjo.

23


Peta Kepadatan Penduduk Brutto tiap Kelurahan

Proyeksi Penduduk

Peta Kepadatan Penduduk Netto tiap Kelurahan

Peta Kepadatan Penduduk Fisiologis tiap Kelurahan

Dengan Model Agregat, diproyeksikan pertumbuhan penduduk Kota Sukoharjo akan sebanyak 132.029 jiwa melalui perhitungan metode aritmatik, 181.331 jiwa melalui perhitungan metode geometri, dan 178.375 jiwa dengan metode eksponensial. Perhitungan proyeksi jumlah penduduk ini menjadi acuan dalam merencanakan Tata Guna Lahan yang akan direncanakan melalui perhitungan standar pelayanan di minimum, dan kriteria-kriteria spasial kesesuaian lahan.

Peta Kepadatan Penduduk Agraris tiap Kelurahan

24


Struktur Penduduk

2

Kebutuhan Layanan

Kebutuhan Layanan Pendidikan

Perhitungan Kebutuhan Layanan Pendidikan di Kota Sukoharjo

Berdasarkan analisis Struktur Penduduk, Kota Sukoharjo memiliki Struktur Penduduk Primadia Stationary yang bermakna: 1. Penduduk pada tiap kelompok umur hampir sama 2. Tingkat kelahiran rendah 3. Tingkat kematian rendah 4. Pertumbuhan penduduk mendekati nol atau lambat. Hal ini cukup bertentangan dengan pernyataan pada data laju pertumbuhan penduduk.

1 25

Layanan


Mengacu pada Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan yang dikeluarkan oleh Badan Standardisasi Nasional (BSN), proyeksi kebutuhan luas lahan Kota Sukoharjo untuk Layanan Pendidikan di tahun 2039 adalah seluas 849.908 m2 Peta Persebaran Layanan Pendidikan

Gambar Layanan Pendidikan yang ada di Kota Sukoharjo

Peta Jangkauan PAUD dan TK

Peta Jangkauan Sekolah Dasar

Peta Jangkauan Sekolah Menengah Pertama

Peta Jangkauan Sekolah Menengah Atas

Peta Jangkauan Universitas

26


Kebutuhan Layanan Kesehatan

1

Mengacu pada Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan yang dikeluarkan oleh Badan Standardisasi Nasional (BSN), proyeksi kebutuhan luas lahan Kota Sukoharjo untuk Layanan Kesehatan di tahun 2039 adalah seluas 12.772m2

Perhitungan Kebutuhan Layanan Kesehatan di Kota Sukoharjo Peta Jangkauan Klinik

Peta Jangkauan Puskesmas

27

Peta Jangkauan Praktek Dokter

Peta Jangkauan Rumah Sakit


Layanan yang perlu ditambahkan di Kota Sukoharjo adalah Posyandu sebanyak 140 layanan dan Praktek Dokter sebanyak 24 layanan. Layanan yang ada di Kota Sukoharjo beraglomerasi di Barat Kota Sukoharjo dan apabila kita meninjau dari peta jangkauan layanan kesehatan dari masing-masing jenis layanan, terlihat area timur Kota Sukoharjo ini belum terjangkau layanan kesehatan, khususnya layanan praktek dokter dan puskesmas. pus

Gambar Layanan Kesehatan di Kota Sukoharjo

28


Kebutuhan Layanan Permukiman

1

Melihat dari data Ketenagakerjaan, Kota Sukoharjo didominasi oleh penduduk yang bekerja sebagai Karyawan Swasta, Pedagang, dan Buruh Harian Lepas. Kita bisa mengasumsikan bahwa setiap penduduk akan memiliki kebutuhan yang berbeda-beda dikarenakan ia mendapatkan penghasilan yang berbeda-beda dari pekerjaan yang ia lakukan. Asumsi tersebut terlebih dahulu dilakukan dengan mengidentiďŹ kasi penghasilan masyarakat berdasarkan pekerjaannya kedalam beberapa klasiďŹ kasi.

29


KlasiďŹ kasi Pendapatan Penduduk Kota Sukoharjo

Didapatkan presentase penduduk berdasarkan penghasilannya. Kota Sukoharjo didominasi dengan Low Paid Worker. Perhitungan ini akan memberikan implikasi terhadap kebutuhan lahan permukiman di Kota Sukoharjo. 30


Kebutuhan Layanan Permukiman

1

Ruang ideal yang dibutuhkan untuk seorang individu untuk beraktivitas di dalam rumah adalah seluas 9 m² berdasarkan SNI 03-1733-2004

Melihat lahan permukiman existing dari Kota Sukoharjo pada tahun 2019 seluas 597.717 m2 maka kebutuhan luas lahan permukiman sesungguhnya adalah sebesar 1.034.262 m²

Kebutuhan Layanan Permukiman

Dari perhitungan proyeksi kebutuhan lahan permukiman, didapatkan luas 1.631.979 m2 sebagai proyeksi lahan terluas yang dibutuhkan.

31

Dari perhitungan di atas sesuai kebutuhan sesunggungguhnya 1.034.262 m² dengan luas existing sebesar 22.130.000 m² dan luas limitasi sebesar 14.561.411 m² yang berarti menyisakan luas lahan sebesar 6.534.327 m²


KlasiďŹ kasi Kebutuhan Luas Lahan berdasarkan Kepadatan Penduduk

Dari analisis perhitungan di atas, dapat disimpulkan bahwa pendapatan penduduk menentukan seberapa luas lahan yang digunakan untuk perumahan. Semakin besar pendapatan maka akan semakin besar pula lahan yang dibutuhkan begitu pula sehaliknya, semakin kecil pendapatan maka lahan hunian penduduk tersebut semakin kecil daripada dengan yang berpenghasilan banyak. Sehingga luas lahan yang dibutuhkan untuk permukiman adalah 3.788.647 m2


Kebutuhan Layanan 1 Perdagangan dan Jasa Jumlah Layanan Perdagangan dan Jasa per Kelurahan

Mengacu pada Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan yang dikeluarkan oleh Badan Standardisasi Nasional (BSN), jenis sarana menurut skala pelayanan, penggolongan jenis sarana perdagangan dan niaga dikelompokan analisis berikut

Melihat pada kondisi existing Kota Sukoharjo, maka dapat ditentukan bahwa ketersediaan Sarana Perdagangan dan Perniagaan di Kota Sukoharjo sudah sangat baik terhadap standardisasi yang telah ditentukan. Pernyataan tersebut didapatkan melalui perhitungan berikut: Jumlah Penduduk = 66.413 jiwa Pendukung (JPP) Luas Lahan (LL) = 22.130.000 m²

33


Perhitungan Kebutuhan Layanan Perdangan dan Jasa di Kota Sukoharjo

Dari data analisis di atas dapat disimpulkan bahwa kebutuhan lahan peruntukan pasar seluas 507.993 m², kemudian lahan peruntukan minimarket seluas 69.932 m², dan selanjutnya adalah lahan untuk kios atau warung seluas 60.832 m² dengan total luas peruntukan lahan perdagangan sebesar 758.843 m². Hal ini mengindikasikan bahwa perdagangan khususunya di sektor pasar memiliki kebutuhan yang cukup besar dan mengindikasikan bahwa salah satu dominasi kebutuhan lahan maupun dari sektor ekonomi, perdagangan memiliki peran yang besar dalam peran kota, sumber pendapatan daerah, maupun sumber pendapatan masyarakatnya sendiri. ma 34


35


36


Kebutuhan Air Bersih Air merupakan kebutuhan pokok kota sehingga 1 ketersediaan air di kota menentukan banyaknya penduduk yang dapat ditampung. Berikut merupakan perhitungan kebutuhan layanan infrastruktur Air Bersih di Kota Sukoharjo:

Dibutuhkan satu layanan infrastruktur air bersih di Kota Sukoharjo yang bisa diimplementasikan dengan keberadaan water treatment plan dari PDAM. Luas lahan yang dibutuhkan untuk pengadaan infrastruktur tersebut adalah seluas 60.000 m2

37


Kebutuhan Listrik Listrik merupakan kebutuhan yang saat ini harus1 dipenuhi dalam kehidupan. Listrik menjadi kebutuhan yang juga bisa dikatakan primer dalam kehidupan perkotaan sehingga ketersediaan listrik menentukan daya dukung kota. Berikut merupakan perhitungan kebutuhan layanan infrastruktur listrik Kota Sukoharjo:

Dibutuhkan tiga layanan infrastruktur energi listrik di Kota Sukoharjo yang bisa diimplementasikan dengan keberadaan energy management building dari PLN. Luas lahan yang dibutuhkan untuk pengadaan infrastruktur tersebut adalah seluas 15.000 m2

38


LAND DEMAND 3

Jumlah Kebutuhan Lahan

1

Dari analisis kebutuhan lahan yang telah dilakukan, Kota Sukoharjo ternyata kekurangan lahan sebesar 2.655.170 m² untuk memenuhi kebutuhannya di tahun 2039. Hal ini akan terjadi apabila kita hanya melakukan perencanaan tata guna lahan dengan konsep Business as Usual saja. Penerapan konsep Transit Oriented Development (TOD) akan memberikan ruang optimal bagi Kota Sukoharjo untuk memenuhi kebutuhan lahan permukiman dan lahan perdagangan dimana penerapan Mixed Use pada titik-titik transit akan dilakukan dimasa mendatang (sebagai salah satu syarat utama penerapan konsep TOD). Garden City akan memberikan keoptimalan untuk peruntukan Ruang Terbuka Hijau melalui keberadaan koridor-koridor hijau di lingkungan perkotaan di masa yang akan datang

Horizontal Mixed-Use

Vertical Mixed-Use

Residential Live-Work

Preseden Penerapan Mixed Use dan Koridor Hijau yang akan ada di Kota Sukoharjo

39


PETA EXISTING PERUNTUKAN LAHAN KOTA SUKOHARJO

40


BASIC LIMITING FACTOR Kawasan Lindung dan Budidaya Kriteria PendeďŹ nisi

41


Penjelasan Pemilihan Kriteria a. Analisis kelerangan Kawasan lindung dapat ditentukan salah satunya dengan melihat kemiringan lereng lahan. Lahan yang memiliki kemiringan lereng lahan >40% pasti menjadi Kawasan lindung. Namun tidak menutup kemungkinan bahwa lahan yang memiliki kelerangan <40% dapat menjadi Kawasan lindung apabila memenuhi kriteria yang lain. Kawasan yang tidak memenuhi kriteria akan menjadi Kawasan budidaya. menj b. Analisis Jenih Tanah Untuk jenis tanah sendiri, kawasan yang sangat peka terhadap erosi dapat dikelompokan sebagai Kawasan lindung. Contoh jenis tanah yang peka terhadap erosi adalah tanah regosol, latosol, organosol dan renzina dengan lereng lapangan lebih dari 15%. Kawasan yang tidak memenuhi kriteria akan menjadi Kawasan Budidaya. c. TopograďŹ Untuk topograďŹ , daerah yang semakin tinggi akan semakin sesuai untuk dijadikan Kawasan lindung. Dapat disimpulkan bahwa kriteria sesuai yaitu ketinggian tanah mulai dari 2000m hingga lebih. Untuk tanah yang memiliki ketinggian kurang dari 2000m dapat dikatakan belum memenuhi kriteria untuk dijadikan Kawasan lindung. Hal ini sesuai dengan SK Mentan No 837/KPTS/UM/11/1980. Kawasan yang tidak 8 memenuhi kriteria akan menjadi Kawasan Budidaya.

d. Berada di Kawasan Rawan Bencana Untuk Kawasan Rawan Bencana, Kawasan yang tergolong Kawasan rawan bencana 3 akan memenuhi kriteria Kawasan lindung. Sementara Kawasan rawan bencana 1,2 tidak memenuhi dengan kriteria yang ada. Hal ini sesuai dengan SK Mentan No.837/KPTS/UM/11/1980. Kawasan yang tidak memenuhi kriteria akan menjadi Kawasan Budidaya. e. Sempadan Sungai Untuk sempadan sungai, Kawasan yang berada di area sempadan sungai dengan jarak minimal 15m akan memenuhi kriteria Kawasan Lindung. Hal ini sesuai dengan Permen PU No.63/PRT/1993. Kawasan yang tidak memenuhi kriteria akan menjadi Kawasan Budidaya. f. Jalur Pengamanan aliran sungai/air Untuk jalur pengamanan aliran sungai/air, Kawasan yang pe memiliki jarak minimal 100 m dikanan-kiri aliran sungai/air akan memuni kriteria Kawasan lindung. Hal ini sesuai dengan SK Mentan No.837/KPTS/UM/11/1980. Kawasan yang tidak memenuhi kriteria akan menjadi Kawasan Budidaya. Pelindung Mata Air. g. Untuk pelindung mata air Kawasan yang memiliki jari-jari minimal 200m di sekeliling mata air akan memenuhi kriteria Kawasan lindung. Hal ini sesuai dengan SK Mentan No.837/KPTS/UM/11/1980. Kawasan yang tidak memenuhi kriteria akan menjadi Kawasan Budidaya.

42


Teknis Penentuan Kesesuaian Lahan

Peta Kelerengan Kota Sukoharjo

Peta Jenis Tanah Kota Sukoharjo

Peta TopograďŹ Kota Sukoharjo

Weighted Overlay Kawasan Lindung

Peta Rawan Bencana Kota Sukoharjo

Peta Kawasan Lindung dan Budidaya Kota Sukoharjo

Peta Sempadan Sungai dan Danau, Daerah Aliran Sungai (DAS) Kota Sukoharjo

43

Dilakukan weighted overlay untuk membentuk Peta Kawasan Lindung dan Budidaya. Terdapat lima peta yang digunakan sebagai variabel pendeďŹ nisi keberadaan kawasan lindung dan budidaya. Hasil weighted overlay ini akan menjadi acuan utama pada faktor limitasi peruntukan lahan berikutnya


Peta Kawasan Lindung dan Budidaya Kota Sukoharjo

44


SUITABILITY ANALYSIS 1

Peruntukan Lahan Permukiman

Dalam menganalisis kesesuaian peruntukan lahan permukiman maka kita perlu memiliki satnadar acuan salah satunya berupa kriteria yang berperan dalam menunjang analisis kesesuaian peruntukan lahan permukiman. Disini kita mengambil 8 kriteria, yakni: kesesuaan lahan budidaya; kemiringan lereng lahan; jarak menuju jalan utama; jarak menuju sarana transportasi, jarak menuju sarana pendidikan; jarak menuju CBD/pasar; jarak menuju pusat kegiatan; dan jarak menuju saran transportasi. Dalam kriteria trersebut, masing-masing kriteria memiliki parameter sendiri yang menunjukan kesesuaian peruntukan lahan permukiman.

Kriteria PendeďŹ nisi

45


Dari berbagai kriteria tersebut maka kita dapat menentukan kesesuaian lahan permukiman yang menghasilkan masing-masing peta. Dari masing-masing peta yang dibuat per kriteria dan per parameter, kemudian kita dapat melakukan weighted overlay yang merupakan gabungan dari berbagai kriteria tersebut menjadi satu peta.

46


47


Penjelasan Pemilihan Kriteria a. Kesesuaian Lahan Budidaya merupakan kriteria terpenting, karena persyaratan paling utama dari lahan permukiman adalah tidak berada pada Kawasan lindung

e. Jarak Menuju Sarana Pendidikan kemudahan mengakses sarana Pendidikan dengan radius berjalan kaki, serta mengurangi berbagai risiko yang mungkin terjadi (biaya, waktu, bahaya lalu lintas, dsb)

b. Kemiringan Lereng Lahan lahan permukiman memiliki kriteria khusus pe dalam hal kelerengan, biasanya dibangun paling tidak pada lahan datar hingga titik kelandaian tertentu. Selain itu juga, kriteria lahan permukiman tergantung pada kondisi topograďŹ dari wilayah amatan.

f. Jarak Menuju CBD/Pasar kemudahan terhadap pemenuhan kebutuhan barang dan jasa, dapat dicapai dengan berjalan kaki

c. Jarak Menuju Jalan Utama kemudahan pergerakan (mobilitas) dan keterhubungan antar jaringan (konektivitas) d. Jarak Menuju Sarana Transportasi kemudahan mengakses sarana transportasi (umum) dengan jarak berjalan kaki (500 m) dalam waktu 10-15 menit

g. Jarak Menuju Pusat Kegiatan kemudahan mengakses pusat kegiatan seperti alun-alun atau pusat kota h. Jarak Menuju Sarana Transportasi kemudahan mengakses sarana transportasi untuk melakukan mobilisasi di kawasan perkotaan

48


2

Penjelasan Pemilihan Kriteria

Penjelasan Pemilihan Kriteria a. Tidak Berada pada Kawasan Rawan Bencana menghindari kemungkinan terdampak bencana serta pencegahan terhadap resiko kebencanaan b. Jarak dengan Kawasan Industri menghindari kemungkinan terdampak polusi/limbah/kebisingan dari kegiatan perindustrian c. Jarak dengan TPA menghindari kemungkinan terdampak polusi/limbah/lingkungan yang tidak bersih dan nyaman d. Kedalaman Air Tanah Menghindari kemungkinan tidak dapat diaksesnya air tanah.

49


Peta Kriteria PendeďŹ nisi

Peta Kawasan LindungKota Sukoharjo

Peta Kelerengan Kota Sukoharjo

Peta Jarak ke Jalan Utama Kota Sukoharjo

Peta Jarak ke Sar. Pendidikan Kota Sukoharjo

Peta Kriteria Limitasi

Peta Rawan Bencana Kota Sukoharjo

Peta Kawasan Industri Kota Sukoharjo

Peta ke Instansi Pemerintah Kota Sukoharjo

Peta ke Sarana Transportasi Kota Sukoharjo

Peta Kedalaman Air Tanah Kota Sukoharjo

Peta Jarak ke CBD Kota Sukoharjo

Peta ke Tempat Rekreasi, Saorga, RT Kota Sukoharjo

50


51


52


2

Peruntukan Lahan Perdagangan dan Jasa

Dalam menganalisis kesesuaian peruntukan lahan untuk perdagangan maka kita perlu memiliki standar acuan salah satunya berupa kriteria yang berperan dalam menunjang analisis kesesuaian peruntukan layanan kesehatan dan pendidikan. Disini kita mengambil 4 kriteria pendeďŹ nisi dan 4 kriteria limitasi yakni: Jarak ke Jalan Utama; Jarak ke Permukiman; Jarak ke Pusat Kegiatan; dan Jarak ke Sarana Transportasi. Dalam kriteria trersebut, masing-masing kriteria memiliki parameter sendiri yang menunjukan kesesuaian peruntukan layanan perdagangan dan jasa

Kriteria PendeďŹ nisi

53


Penjelasan Pemilihan Kriteria

Peta Kriteria PendeďŹ nisi

a. Jarak ke Permukiman Kemudahan penduduk mengakses fasilitas perdagangan dan jasa agar kebbutuhan penduduk terpenuhi. b. Jarak ke Jalan Kolektor/ Sekunder (Jalan Utama) Keterjangkauan antara perdagangan dan jasa dengan jalan agar memudahkan akomodasi

Peta Jarak ke Permukiman Kota Sukoharjo

Peta Jarak ke Jalan Utama Kota Sukoharjo

Peta Jarak ke Pusat Kegiatan Kota Sukoharjo

Peta Sarana Transportasi Kota Sukoharjo

c. Jarak ke Pusat Kegiatan (Community Center) Agar kebutuhan pokok pusat-pusat kegiatan terpenuhi dengan baik d. Jarak menuju ke Sarana Transportasi Agar memudahkan para pedagan maupun konsumen untuk membawa barangnya dan memudahkan jangkauan sarana transportasi untuk mendukung kegiatan tersebut

54


Kriteria Limitasi

Penjelasan Pemilihan Kriteria a. Tidak berada pada kawasan rawan bencana Menghindari kemungkinan terjadinya terdampak bencana alam dan pencegahan terhadap resiko kebencanaan

55

b. Jauh dari Sungai dan Sumber Air Agar sampah hasil kegiatan tiddak mencemari sungai, apabila peruntukan jasa ingin diadakan di pinggir sungai/ dekat dengan sumber air, perlu diterapkan konsep water sensitive urban design dalam pelaksanaannya


c. Berada pada kelerengan yang tidak curam Perdagangan dan jasa memiliki kriteria khusus dalam pemilihan kelerengan, biasanya dibangun pada lahan datar hingga kelandaian tertentu d. Berada di area yang memiliki curah hujan tidak terlalu tinggi Peletakan perdagangan dan jasa di area yang memiliki curah hujan tidak terlalu tinggi dikarenakan kegiatan yang mendukung tingginya aktivitas perdagangan dan jasa seperti transportasi logistik dan pengunjung yang lebih eďŹ sien ketika tidak terjadi hujan.

Peta Kriteria Limitasi

Harkat Kriteria PendeďŹ nisi Kriteria 1. Jarak ke Permukiman 2. Jarak ke Jalan Kolektor 3. Jarak ke Instansi Pemerintah 4. Jarak ke Tempat Rekreasi 5. Jarak ke Sarana Olahraga 6. Jarak ke Sarana Transportasi

Harkat 10% 15% 5% 5% 5% 10%

Harkat Kriteria Limitasi Kriteria 1. Rawan Bencana 2. Kelerengan 3. Sempadan Sungai 4. Curah Hujan

Harkat

Peta Rawan Bencana Kota Sukoharjo

Peta Sempadan Sungai Kota Sukoharjo

Peta Kelerengan Kota Sukoharjo

Peta Curah Hujan Kota Sukoharjo

15% 5% 10% 20%

56


Teknis Penentuan Kesesuaian Lahan Dilakukan weighted overlay untuk membentuk Peta Perdagangan dan Jasa. Dari empat peta pendeďŹ nisi dan empat peta limitasi yang digunakan sebagai variabel peruntukan layanan, akan terbentuk. hasil weighted overlay.

Weighted Overlay Kawasan Lindung

57


Peta Peruntukan Perdagangan dan Jasa Kota Sukoharjo

58


4

Peruntukan Lahan Kesehatan dan Pendidikan

Dalam menganalisis kesesuaian peruntukan lahan untuk layanan kesehatan dan pendidikan maka kita perlu memiliki standar acuan salah satunya berupa kriteria yang berperan dalam menunjang analisis kesesuaian peruntukan layanan kesehatan dan pendidikan. Disini kita mengambil 4 kriteria pendeďŹ nisi dan 3 kriteria limitasi yakni: Jarak ke Jalan Utama; Jarak ke Sumber Daya Alam; Jarak ke Sarana Transportasi dan jarak menuju ke tempat rekreasi, ruang terbuka hijau, dan sarana olahraga. Dalam kriteria trersebut, masing-masing kriteria memiliki parameter sendiri yang menunjukan kesesuaian peruntukan layanan kesehatan dan pendidikan.

Kriteria PendeďŹ nisi

59


Penjelasan Pemilihan Kriteria

Peta Kriteria PendeďŹ nisi

a. Jarak ke Jalan Utama Semakin dekat jalan utama semakin baik, alasannya karena saran menjadi lebih mudah di akses dan sarana mudah dijangkau. b. Jarak ke Sumber Daya Alam Jarak dengan sumber daya alam ke fasilitas menjadi Ja pertimbangan dalam kelompok terutama dalam fasilitas ke sarana pendidikan karena dapat menunjang dalam pendidikan misalnya pembelajaran diluar ruangan. Untuk sarana kesehatan, obat-obat herbal yang berasal dari alam sangat memperhatikan jarak fasilitas terhadap sarana. c. Jarak ke Sumber Daya Manusia (Permukiman) Sumber daya manusia menjadi unsur yang terpenting dalam sarana pendidikan dan kesehatan misalnya saja guru, dokter, dan perawat. Jika sumber daya manusia lebih dekat tentu akan lebih baik karena tidak memerlukan waktu lama jika ada keadaan darurat terutama pada sarana kesehatan.

Peta Jarak ke Jalan Utama Kota Sukoharjo

Peta Jarak ke Permukiman Kota Sukoharjo

Peta Jarak ke SDA Kota Sukoharjo

Peta Rawan Bencana Kota Sukoharjo

d. Berada di Kawasan Rawan Bencana Jika fasilitas berada dekat degan ruang terbuka hijau, rekreasi, maupun sarana olahraga akan lebih baik karena tempat-tempat tersebut dapat menjadi tempat refreshing dan melepas penat bagi pengguna fasilitas.

60


Kriteria Limitasi

Peta Kriteria Limitasi

Peta Rawan Bencana Kota Sukoharjo

61

Peta Kelerengan Kota Sukoharjo

Peta Daerah Aliran Sungai Kota Sukoharjo


Penjelasan Pemilihan Kriteria a. Berada pada Kawasan yang aman Fasilitas harus berada pada kawasan yang aman dan jauh dari lokasi rawan bencana hal ini untuk menghindari kemungkinan dampak bencana serta pencegahan terhadap resiko bencana. b. Berada di lahan dengan kelerengan yang aman Hal yang harus diperhatikan dalam memilih lahan lokasi failitas sarana kesehatan dan pendidikan yaitu kemiringan lahan. Akan lebih baik dibangun pada lahan yang datar. c. Jauh dari sungai dan badan/ sumber air Keberadaan layanan kesehatan dan pendidikan yang dekat dengan badan air akan memiliki potensi buruk untuk aktivitas pada layanan-layanan tersebut.

Harkat Kriteria PendeďŹ nisi Kriteria 1. Jarak ke Jalan Kolektor 2. Jarak ke Sumber Daya Alam 3. Jarak ke Permukiman 4. Jarak ke Instansi Pemerintah 5. Jarak ke Tempat Rekreasi 6. Jarak ke Sarana Olahraga 7. Jarak ke Ruang Terbuka Hijau

Harkat 15% 10% 10% 15% 2% 9% 9%

Harkat Kriteria Limitasi Kriteria 1. Rawan Bencana 2. Kelerengan 3. Sempadan Sungai

Harkat 10% 10% 10%

62


Teknis Penentuan Kesesuaian Lahan Dilakukan weighted overlay untuk membentuk Peta Peruntukan Layanan Kesehatan dan Pendidikan. Dari tujuh peta pendeďŹ nisi dan tiga peta limitasi yang digunakan sebagai variabel peruntukan layanan, akan terbentuk. hasil weighted overlay.

Weighted Overlay Kawasan Lindung

Peta Peruntukan Layanan Kesehata dan Pendidikan Kota Sukoharjo

63


Peta Peruntukan Layanan Kesehatan dan Pendidikan Kota Sukoharjo

64


4

Peruntukan Lahan Industri

Dalam menganalisis kesesuaian peruntukan lahan untuk lahan industri maka kita perlu memiliki standar acuan salah satunya berupa kriteria yang berperan dalam menunjang analisis kesesuaian peruntukan layanan lahan Industri. Disini kita mengambil 6 kriteria pendeďŹ nisi dan 4 kriteria limitasi yakni: Jarak ke Jalan Utama; Jarak ke Pusat Kegiatan; Jarak ke Permukiman, Jarak ke Jaringan Listrik, Jarak ke Rel Kereta Api dan jarak ke fasilitas kesehatan, kawasan rawan bencana, sumber air, kemiringan lereng, dan keberadaan RTH. Dalam kriteria trersebut, masing-masing kriteria memiliki parameter sendiri yang menunjukan kesesuaian peruntukan lahan indsutri

Kriteria PendeďŹ nisi

65


66


Penjelasan Pemilihan Kriteria a. Jauh dari Permukiman Meru Merupakan kriteria dengan persyaratan tidak di lahan yang memiliki penduduk yang padat karena dapat mempengaruhi dan mengganggu area di sekitar pemukiman karena industri memiliki eksternalitas negative.

d. Jarak Menuju Jaringan Listrik Ja Jaringan listrik menjadi salah satu kebutuhan penting untuk bangunan industri. Untuk keberlangsungan jalannya sebuah pabrik industri diperlukan pasokan listrik yang besar dan stabil agar jalannya proses produksi pabrik tersebut tidak terhambat

b. Jauh dari Pusat Kegiatan Semakin jauh semakin baik karena industri Sema memiliki eksternalitas negative karena akan dinilai atau berdampak buruk ketika dekat pada community center dengan berjarak lebih dari 15 km dari pusat kota

e. Jarak ke Rel Kereta Api Kemudahan dalam meakses transportasi, Kemudahan akses dalam mencapai lokasi industri mempermudah bagi seseorang yang akan bekerja di industri tersebut maupun sebagai konsumen dari barang industritersebut.

c. Jarak Menuju Jalan Utama Kemudahan dalam mengakses jalan dan hierarki jalan sehingga mempermudah dalam distribusi produk industri.

f. Jarak terhadap fasilitas kesehatan Kemudahan dalam menjangkau fasilitas kesehatan sehingga mempermudah bagi seseorang yang akan bekerja di industri tersebut jika terjadi kecelakaan ketika bekerja atau lainnya

67


Peta Kriteria PendeďŹ nisi

Peta Jarak ke Permukiman Kota Sukoharjo

Peta Jarak ke Jaringan Listrik Kota Sukoharjo

Peta Jarak ke Pusat Kegiatan Kota Sukoharjo

Peta Jarak ke Jalan Utama Kota Sukoharjo

Peta Jarak ke Rel Kereta Api Kota Sukoharjo

Peta Jarak ke Fasilitas Kesehatan Kota Sukoharjo

68


Kriteria Limitasi

Dalam menganalisis kesesuaian peruntukan lahan untuk lahan industri maka kita perlu memiliki standar acuan salah satunya berupa kriteria yang berperan dalam menunjang analisis kesesuaian peruntukan layanan lahan Industri. Disini kita mengambil 6 kriteria pendeďŹ nisi dan 4 kriteria limitasi yakni: Jarak ke Jalan Utama; Jarak ke Pusat Kegiatan; Jarak ke Permukiman, Jarak ke Jaringan Listrik, Jarak ke Rel Kereta Api dan jarak ke fasilitas kesehatan, kawasan rawan bencana, sumber air, kemiringan lereng, dan keberadaan RTH. Dalam kriteria trersebut, masing-masing kriteria memiliki parameter sendiri yang menunjukan kesesuaian peruntukan lahan indsutri. Untuk faktor limitasi sendiri tidak menggunakan RTH pada penerapannya. fak

69


Penjelasan Pemilihan Kriteria

Peta Kriteria Limitasi

a. Berada pada Kawasan yang aman Fasilitas harus berada pada kawasan yang aman dan jauh dari lokasi rawan bencana hal ini untuk menghindari kemungkinan dampak bencana serta pencegahan terhadap resiko bencana. b. Berada di lahan dengan kelerengan yang aman Hal yang harus diperhatikan dalam memilih lahan lokasi failitas sarana kesehatan dan pendidikan yaitu kemiringan lahan. Akan lebih baik dibangun pada lahan yang datar.

Peta Rawan Bencana Kota Sukoharjo

c. Jauh dari sungai dan badan/ sumber air Keberadaan layanan kesehatan dan pendidikan yang dekat dengan badan air akan memiliki potensi buruk untuk aktivitas pada layanan-layanan tersebut.

Peta Kelerengan Kota Sukoharjo

Peta Daerah Aliran Sungai Kota Sukoharjo

70


Teknis Penentuan Kesesuaian Lahan Dilakukan weighted overlay untuk membentuk Peta Peruntukan Lahan Industri. Dari tujuh peta pendeďŹ nisi dan tiga peta limitasi yang digunakan sebagai variabel peruntukan layanan, akan terbentuk. hasil weighted overlay.

Weighted Overlay Kawasan Lindung

Harkat Kriteria PendeďŹ nisi Kriteria 1. Jarak ke Jalan Kolektor, Rel KA 3. Jarak ke Permukiman 4. Jarak ke Pusat Kegiatan 5. Jarak ke Tempat Rekreasi 6. Jarak ke Sarana Olahraga 7. Jarak ke Ruang Terbuka Hijau

Harkat 20% 10% 20% 2% 9% 9%

Harkat Kriteria Limitasi Kriteria 1. Rawan Bencana 2. Kelerengan 3. Sempadan Sungai Peta Weighted Overlay Peruntukan Industri Kota Sukoharjo

71

Harkat 10% 10% 10%


Peta Peruntukan Lahan Industri Kota Sukoharjo

72


BAB 5

POTENSI TATA GUNA LAHAN JANGKA PANJANG Potensi Lahan Permukiman Potensi Lahan Perdagangan dan Jasa Potensi Layanan Kesehatan dan Pendidikan Potensi Lahan Industri



POTENSI LAHAN 1 PERMUKIMAN

1

LEGENDA Stasiun Kereta Api Terminal Bus Halte Bus High-Paid Worker Housing Medium-Paid Worker Housing Low-Paid Worker Housing Mixed-Use

75


Melihat dari hasil analisis kesesuaian lahan yang telah dikombinasikan dengan konsep Transit Oriented Development dan Garden City, didapatkan area yang paling sesuai untuk dijadikan lahan permukiman adalah area-area di sekitar Sarana Transportasi, Ruang Terbuka Hijau, Sarana Olahraga, dan Tempat Rekreasi. Hasil analisis ini tidak langsung menjustiďŹ kasikan delineasi peruntukan lahan permukiman. Dengan Framework yang telah kami putuskan, hasil analisis ini menjadi salah satu pertimbangan dalam mendelineasikan/ menentukan blok permukiman dimasa yang akan datang. Penentuan delineasi dilakukan dengan menghitung satu persatu delinasi blok pada peruntukan lahan yang ada di ArcGIS dengan luas lahan yang dibutuhkan (ditinjau pada Ar data statistik Atribute Table shapeďŹ le permukiman)

Delineasi Permukiman untuk High Paid Worker di Sekitar Waduk Mulur Permukiman untuk High Paid Worker berada di area yang memiliki fasilitas layanan baik di sekitarnya dan nilai lingkungan yang lebih tinggi dibanding area lainnya

Lahan permukiman yang kami tetapkan dibagi menjadi tiga klasiďŹ kasi. Hal ini mengikuti dengan land demand permukiman yang ada di Kota Sukoharjo dimana land demand tersebut menunjukan bahwa permintaan lahan permukiman di Kota Sukoharjo berbeda-beda tiap pendapatan yang diterima oleh masyarakat kelompok umur pekerja

Delineasi Permukiman untuk Medium Paid Worker di Sekitar Terminal Sukoharjo Permukiman untuk Medium Paid Worker berada di area yang memiliki fasilitas layanan baik di sekitarnya dan keberadaannya di sekitar sarana transportasi juga menjadi faktor utama delineasi ini terbentuk

Delineasi Permukiman untuk Low Paid Worker di Bundaran Adipura (Pusat Kota) Permukiman untuk Low Paid Worker berada di area yang memiliki fasilitas layanan lengkap di sekitarnya dan faktor utama yang menentukan delineasi permukiman untuk low paid worker ini adalah titik simpul transportasi dan pusat kegiatan yang aktivitasnya sangat tingi.

76


POTENSI LAHAN 1 PERDAGANGAN DAN JASA

1

LEGENDA Stasiun Kereta Api Terminal Bus Halte Bus Perdagangan dan Jasa Perkantoran Mixed-Use

77


Melihat dari hasil analisis kesesuaian lahan yang telah dikombinasikan dengan konsep Transit Oriented Development dan Garden City, didapatkan area yang paling sesuai untuk dijadikan lahan perdagangan dan jasa adalah area-area di sekitar Jalan Utama, dan area di sekitar Sarana Transportasi Hasil analisis ini tidak langsung menjustiďŹ kasikan delineasi peruntukan lahan perdagangan dan jasa. Dengan Framework yang telah kami putuskan, hasil analisis ini menjadi salah satu pertimbangan dalam mendelineasikan/ menentukan blok perdagangan dan jasa dimasa yang akan datang. Penentuan delineasi dilakukan dengan menghitung satu persatu delinasi blok pada peruntukan lahan yang ada di ArcGIS dengan luas pa lahan yang dibutuhkan (ditinjau pada data statistik Atribute Table shapeďŹ le perdagangan dan jasa)

Delineasi Proyeksi Lahan Perdagangan didominasi berada di sekitar Jalan Utama

Menyesuaikan dengan analisis kesesuaian lahan

Delineasi Perkantoran dan Perdangan-Jasa di Sekitar Terminal Sukoharjo Melihat dari kondisi existing area selatan Kota Sukoharjo yang merupakan area perkantoran, Delineasi perkantoran ini perlu dipertahankan dan didukung dengan keberadaan Sarana Transportasi Publik

78


POTENSI LAYANAN KESEHATAN DAN PENDIDIKAN

1

LEGENDA Stasiun Kereta Api Terminal Bus Halte Bus Layanan Kesehatan Layanan Pendidikan Mixed-Use

79


Melihat dari hasil analisis kesesuaian lahan yang telah dikombinasikan dengan konsep Transit Oriented Development dan Garden City, didapatkan area yang paling sesuai untuk dijadikan lahan untuk layanan kesehatan dan pendidikan adalah area-area di sekitar permukiman, dan area di sekitar Sarana Transportasi Hasil analisis ini tidak langsung menjustiďŹ kasikan delineasi peruntukan lahan untuk layanan kesehatan dan pendidikan. Dengan Framework yang telah kami putuskan, hasil analisis ini menjadi salah satu pertimbangan dalam mendelineasikan/ menentukan blok layanan kesehatan dan pendidikan dimasa yang akan datang. Penentuan delineasi dilakukan dengan menghitung satu persatu delinasi blok pada peruntukan me lahan yang ada di ArcGIS dengan luas lahan yang dibutuhkan (ditinjau pada data statistik Atribute Table shapeďŹ le kesehatan dan pendidikan)

Delineasi Proyeksi Lahan untuk Layanan Kesehatan dan Pendidikan di Pusat Kota Menyesuaikan dengan analisis kesesuaian lahan dan konsep Transit Oriented Development, keberadaan layanan kesehatan dan pendidikan di sarana transportasi dan juga berada di sekitar peruntukan lahan untuk permukiman yang diasumsikan membutuhkan fungsi dari layanan.

Delineasi Proyeksi Lahan untuk Layanan Kesehatan dan Pendidikan di Sekitar Waduk Mulur Meskipun pada analisis kesesuaian lahan area di sekitar Waduk Mulur dijustiďŹ kasikan sebagai area yang cukup sesuai untuk layanan kesehetan dan pendidikan, apabila kita mengacu pada proyeksi peruntukan lahan permukiman, delineasi di sekitar Waduk Mulur ini sangat penting untung diproyeksikan.

80


POTENSI LAHAN UNTUK INDUSTRI

LEGENDA Stasiun Kereta Api Terminal Bus Halte Bus Industri

81


Melihat dari hasil analisis kesesuaian lahan yang telah dikombinasikan dengan konsep Transit Oriented Development dan Garden City, didapatkan area yang paling sesuai untuk dijadikan lahan untuk lKawasan Industri adalah area-area yang dekat dengan jalan utama dan jaringan kereta api. Hasil analisis ini tidak langsung menjustiďŹ kasikan delineasi peruntukan lahan untuk kawasan. Dengan Framework yang telah kami putuskan, hasil analisis ini menjadi salah satu pertimbangan dalam mendelineasikan/ menentukan blok kawasan dimasa yang akan datang. Penentuan delineasi dilakukan dengan menghitung satu persatu delinasi blok pada peruntukan lahan yang ada di ArcGIS dengan luas lahan yang dibutuhkan (ditinjau pada Ar data statistik Atribute Table shapeďŹ le kindustri)

Terputusnya Jaringan Jalan di Sekitar Kawasan Industri Existing Sukoharjo akibat Banjir luapan Sungai

Delineasi Proyeksi Lahan untuk Kawasan Industri di Area Barat Daya Kota Sukoharjo Meskipun pada analisis kesesuaian lahan area di sekitar jalan utama menjadi area yang paling sesuai untuk dijadikan kawasan Industri, namun tidak ada land demand yang membuat proyeksi lahan untuk kawasan Industri ini ditingkatkan luasnya.

Keberadaan Kawasan Industri Existing di Kota Sukoharjo menimbulkan permasalahan yakni terputusnya jaringan jalan yang diakibatkan oleh Banjir. Banjir yang terjadi diakibatkan oleh tertutupnya saluran aliran air menuju sungai. Proyeksi yang kami lakukan terkait peruntukan lahan untuk mengatasi permasalahan ini adalah dengan menjadikan area di sekitar pabrik menjadi de area Ruang Terbuka Hijau. Ruang Terbuka Hijau ini akan memberikan manfaat lingkungan yang sangat banyak seperti penyerapan air dan peningkatan kualitas udara.

82


BAB 6

PETA TATA GUNA LAHAN BARU Proyeksi Infrastruktur Air Bersih Proyeksi Infrastruktur Energi Listrik Peta Tata Guna Lahan Baru


Kemeriahan Karaval Hari Kemerdekaan Republik Indonesia Tahun 2019 di Kota Sukoharjo (Sumber Foto: Penyusun, 2019)


PROYEKSI INFRASTRUKTUR 1 AIR BERSIH Air merupakan kebutuhan pokok kota sehingga ketersediaan air di kota menentukan banyaknya penduduk yang dapat ditampung. Berikut merupakan perhitungan kebutuhan layanan infrastruktur Air Bersih di Kota Sukoharjo:

1

Pada Peta Guna Lahan Baru, Infrastruktur Air Bersih akan diletakkan di utara Waduk Mulur. Waduk Mulur akan berfungsi sebagai resevoir infrastruktur Air Bersih, selain itu peletakkan Infrastruktur Air Bersih di utara Waduk Mulur juga memperhatikan kelerengan dan arah aliran air di waduk tersebut.

Luas lahan Infrastruktur Air Bersih yang diimplementasikan sebagai PDAM ini pada proyeksinya memiliki luas 63.608 m2. Luas lahan ini melebihi dari kebutuhan luas lahan pada analisis land demand yang telah dilakukan.

Preseden Infrastruktur Air Bersih yang akan di bangun di Kota Sukoharjo

Dibutuhkan satu layanan infrastruktur air bersih di Kota Sukoharjo yang bisa diimplementasikan dengan keberadaan water treatment plan dari PDAM. Luas lahan yang dibutuhkan untuk pengadaan infrastruktur tersebut adalah seluas 60.000 m2

85


86


PROYEKSI INFRASTRUKTUR 1 ENERGI LISTRIK Listrik merupakan kebutuhan yang saat ini harus dipenuhi dalam kehidupan. Listrik menjadi kebutuhan yang juga bisa dikatakan primer dalam kehidupan perkotaan sehingga ketersediaan listrik menentukan daya dukung kota. Berikut merupakan perhitungan kebutuhan layanan infrastruktur listrik Kota Sukoharjo:

1

Pada Peta Guna Lahan Baru, Infrastruktur Energi Listrik akan diletakkan di pusat Kota Sukoharjo mengingat Infrastruktur Energi Listrik Existing Kota Sukoharjo berada di dekat Waduk Mulur. Keberadaan Infrastruktur Energi Listrik di tengah kota ini akan sangat bermanfaat untuk pelayanan Energi Listrik di area barat Kota Sukoharjo Luas lahan Infrastruktur Energi Listrik yang diimplementasikan sebagai PLN ini pada proyeksinya memiliki luas 13..326 m2. Luas lahan ini kurang dari kebutuhan luas lahan pada analisis land demand yang telah dilakukan. Kekurangan luas lahan ini akan dilimpahkan pada Infrastruktur Energi Listrik existing.

Dibutuhkan tiga layanan infrastruktur energi listrik di Kota Sukoharjo yang bisa diimplementasikan dengan keberadaan energy management building dari PLN. Luas lahan yang dibutuhkan untuk pengadaan infrastruktur tersebut adalah seluas 15.000 m2

87

Infrastruktur Energi Listrik yang ada di Kota Sukoharjo terletak dekat dengan Waduk Mulur


88


PETA TATA GUNA LAHAN BARU

1

1

Peta Rencana Pemanfaatan Ruang tahun 2039 tersebut merupakan overlay dari Hasil Rencana Pemanfaatan Ruang Permukiman, Perdaganagn dan Jasa, Sarana Kesehatan dan Pendidikan, dan Peruntukan Lahan Industri. Peta tersebut menunjukkan adanya perubahan tata guna lahan di Kota Sukoharjo. Su Banyak bagian dari Potensi dan Permasalahan Kota Sukoharjo yang telah dikembangakan potensinya dan diselesaikan permasalahannya, seperti pengembangan Ekowisata Waduk Mulur, pengembangan Perdagangan Kota Sukoharjo melalui penambahan sarana dan jaringan transportasi di kota ini, permasalahan disparitas pesebaran pe layanan yang kini sudah merata, dan kebutuhan Ruang Terbuka Hijau yang sudah terpenuhi

89

Presentase Luas Guna Lahan Baru Kota Sukoharjo


90


BAB 7

PENUTUP

Evaluasi Pembelajaran Kesimpulan


Masyarakat Kota Sukoharjo bersepada melalui jalan di area persawahan di sore hari (Sumber Foto: Penyusun, 2019)


EVALUASI

1

Sukoharjo sabagai suatu kota, secara daya tampung masih bisa memberi ruang hidup yang baik bagi penghuninya. Hal ini dikarenakan lahan di Kota Sukoharjo masih luas. Setelah diproyeksikan sampai tahun 2039 Kota Sukoharjo masih bisa menampung jumlah penduduk sesuai dengan yang diproyeks ikan. Setelah dilakukan analisis, daya dukung Kota Sukoharjo juga masih bisa melayani kebutuhan hidup penduduknya.

PEMBELAJARAN

Dengan adanya analisis ini, dapat disimpulkan bahwa perkembangan suatu kota harus memperhatikan berbagai aspeknya. Tidak hanya secara ďŹ sik saja tetapi juga dari penduduknya karena penduduknya sebagai penghuni di dalam kota tersebut.

93

Business as Usual

Namun, hasil dari analisis kebutuhan sarana menunjukkan bahwa di Kota Sukoharjo masih terdapat kekurangan beberapa sarana, seperti sarana pendidikan dan kesehatan. Jumlah sarana untuk memenuhi kebutuhan penduduk Sukoharjo masih minim, selain itu lokasi sarana ini juga masih kurang merata. Apabila hal ini tidak segera ditangani, kekurangan yang ada di Kota Sukoharjo dapat ke


KESIMPULAN Kota Sukoharjo merupakan kota kecil dengan jumlah penduduk yang sedikit. Dilihat dari kondisi eksistingnya, Kota Sukoharjo masih bisa memberikan ruang hidup. Namun masih ada beberapa kekurangan yaitu keterbatasan sarana. Mengacu pada Potensi dan Masalah dari Kota Sukoharjo, konsep Transit Oriented Development dan Garden City akan memberikan dukungan terhadap potensi dan solusi dari permasalahan yang ada. Untuk itu, Kota Sukoharjo diproyeksikan menjadi kota yang dapat melayani penduduknya dengan baik. Dengan ProďŹ l sebagai Kota Perdagangan yang menerapkan konsep Transit Oriented Development dan Garden City sebagai bentuk perencanaan yang diharapkan dapat mengarahkan perkembangan Kota Sukoharjo ditahun-tahun selanjutnya.

94


Daftar Referensi Badan Standardisasi Nasional. 2003. Tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan. Bandung. Badan Standardisasi Nasional Calthorpe, Peter and Sim Van der Ryn (1986). Sustainable Communities: A New Design Synthesis for Cities, Suburbs and Towns. San Francisco: Sierra Club Books. ISBN 0-87156-629-X Calthorpe, Peter: The Pedestrian pocket, in Doug, Kelbaugh (ed.) Pedestrian Pocket Book, 1989 Calthorpe, Peter: The Next American Metropolis: Ecology, Community, and the American Dream, Princeton Architectural Press, 1993 Calthorpe, Peter and Fulton, William: The Regional City, Island Press, 2001 Calthorpe, Peter: Urbanism in the Age of Climate Change, Island Press, 2010 Prawiro, Ruslan H. 1983. Kependudukan , Teori, Fakta dan Masalah. Bandung: Alumni. Saladi, Riningsih. 1990. Pengantar Kependudukan. Yogyakarta: UGM Press Talen, Emily, (2009), Urban Design Reclaimerd, Tools, Techinuqes and Strategies for Planners, American Planning Association Planner Press, USA. Peraturan: SK Mentan No 837/KPTS/UM/11/1980 8 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 17/PRT/M/2009 Permen PU No 63/PRT/1993

95


“We abuse land because we regard it as commodity belonging to us. When we see land as a community to which belong, we may begin to use it with love and respect� Aldo Leopold


PERENCANAAN TATA GUNA LAHAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA DEPARTEMEN TEKNIK ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA 2019


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.