Rajakadal #20

Page 1

JurnalZine

Rajakadal Harga: Indonesia Rp. 3.000,Luar Indonesia USD 1,-

MENGENAL PUISI WISLAWA SZYMBORSKA

#20 Januari 2014


Salam Redaksi Bois Nastardas! Selamat tahun baru 2015 dan selamat tinggal 2014. Juga kau, kenangan atau masa silam dan yang pergi meninggalkan, selamat tinggal! (asa geuleuh...) Rupanya telah cukup lama JurnalZine inovatif dan ngerock RajaKadal tak muncul di peredaran. Perlu diakui, ada beberapa kendala yang semestinya bukan menjadi suatu pembenaran. Ya, absennya RajaKadal diakui sebagai kelalaian kerja-kerja kolektif dalam redaksi. Semoga dengan hadirnya RajaKadal #20 ini, akan memberikan semangat baru bagi aktitas sastra di kampus, khususnya yang berkaitan dengan kerja kolektif. Pada nomor ini, kami ingin mengajak para pembaca yang budiman untuk mengenal penyair Wislawa Szymborska. Ia adalah peraih penghargaan nobel sastra pada tahun 1996. Puisi-puisinya yang sederhana akan dibahas secara khusus dalam tulisan “Sedikit Sedikit Mengenai Puisi Wislawa Szymborska”. Juga kami sajikan puisi-puisi Wislawa Szymborska yang diterjemahkan oleh Zulkii Songyanan. Kemudian ada sebuah puisi yang ditulis secara kolektif oleh Willy Fahmi Agiska, Maruf Muhammad, dan Dedi Sahara. Selamat membaca dan selamat berkarya! Editor Bandung, Januari 2015

RajaKadal menerima kiriman berupa puisi, esai, dan makanan (berat maupun ringan). kirim ke kantor redaksi kami di Gd. PKM lt. 1 no. 6 Jl. Dr. Setiabudhi No. 229 Bandung 40154

RajaKadal #20: Ketua ASAS: Muhammad Maruf; Editor: Ilham Miftahuddin; Layout: Ilham; Distributor: ASAS UPI, R. Abdul Azis; Kontributor: Zulkii Songyanan, Willy Fahmi Agiska, Dedi Sahara; Gambar: Maruf. Musik: Eddie Vedder, John Lennon, Coldplay.

1 RajaKadal


Sebuah puisi dari Willy Fahmi Agiska, Maruf Muhammad, dan Dedi Sahara

SEBUAH SAJAK AH Sudah lama sekali kami sembunyi di balik kalimat-kalimat ilmiah. Bertahun-tahun jadi kata-kata, dibariskan rapi seperti paskibra, seperti para tentara, dengan perang yang tak pernah ada. Pikiran kami terus saja dikuras, sampai peot dan merasa tua, dan tiba-tiba sekali ingin bertanya pada seorang wanita yang lagi duduk-duduk imut, nyedot-nyedot jus sampai kempot: “Adakah rambut pirang itu kemajuan? Atau kemunduran?� Ah, barangkali, di kampus ini kecantikan tak lagi mudah dikenali sulit sekali untuk dimengerti. Tapi diam-diam kami malu. Malu-malu tapi mau, pengen sekali nabok kamu dengan seribu haiku, oh kamu yang sedang duduk bengong di meja-meja itu! Ah, letih juga rupanya. Berlari-lari dipecut-pecuti skripsi dan revisi sampai kami terjangkit kanker tangan-kaki dan hati dengan stroke gramatika yang begitu akut. Ah, kini kami gugup, tak begitu pintar lagi menjawab tentang pertanyaan-pertanyaan para penguji itu. Tentang sebuah masa depan yang samar-samar seperti malam-malam kami di sebuah kamar. Kemudian kami sangat begitu lelah menjadi mahasiswa. Ingin sekali kabur dari semester yang cepat sekali larinya. Ingin sekali-kali lari dari perpus dan buku-buku berdebu, lalu nongkrong-nongkrong kayak kamu dan pura-pura jadi lugu. RajaKadal 2


Ah, kami jadi ingin segera kawin saja seperti Al-Furqon dan Gd. BPU itu. Ah, tolong larikan saja kami ke Poliklinik! Kami ingin sekali mati. Tapi di sini, tak ada lagi tanah untuk digali bagi kubur kami. Semuanya keburu jadi museum, parkiran, dan jalan-jalan beraspal seperti juga hati dan pikiran kamu yang tebal-bebal. Ah, kami lelah menjadi mahasiswa. Capek, nahan-nahan keinginan untuk jadi kanak lagi. Tapi di dalam kata, kami sulit sekali untuk berhenti bicara. Ah! Kami ingin demonstrasi saja selamanya di dalam kamu punya telinga dan kepala. ...* 2014 - selamanya

*Puisi ini tidak akan Kami (Saya, Dedi, Ma'ruf, dkk) selesaikan. Puisi ini akan kami teruskan sampai "kamu yang sedang duduk bengong di mejameja itu", benar-benar mengerti puisi ini.

3 RajaKadal


SEDIKIT SEDIKIT MENGENAI PUISI

WISLAWA SZYMBORSKA Oleh Zulkifli Songyanan

S

ungguh sulit membaya-

ngkan kehidupan tanpa

humor. Anehnya, saya

pikir lebih sulit lagi membayangkan humor dapat hidup dalam puisi. Kesan bahwa puisi selalu anggun dan serius, sedikitbanyak telah membentuk sebuah perspektif bahwa puisi dan humor adalah dua hal yang bertentangan. Perspektif demikian, setidaknya dalam kepala saya pribadi, hidup cukup lama sampai akhirnya saya bertemu puisipuisi Joko Pinurbo. Tapi, lupakan dulu puisi-puisi Joko Pinurbo. Dalam tulisan ini saya ingin bicara sedikit mengenai puisi-

puisi penyair Polandia, Wislawa Szymborska. Sudah lama saya jatuh cinta pada puisi-puisi Wislawa Szymborska. Puisi-puisinya yang tenang dan sederhana, sering kali memendam ungkapanungkapan filosofis yang memukau. Bahkan sampai saat ini, ungkapan maafkan aku, perang yang jauh, lantaran aku pulang membawa bunga (Di Bawah SeRajaKadal 4


menampakkan keanggunan

penghinaan. Bahasa yang mereka gunakan— sungguh jelas menipu. Dan perayaan kecil mereka, ritual demi ritual, rutinitas yang rumit— merupakan alur bagi kemunduran umat manusia!

berpikir, di sisi lain ia menunjuk-

(Cinta Sejati)

keping Bintang Kecil) masih saya anggap sebagai salah satu ungkapan puisi paling mengesankan yang pernah saya baca. Puisi-puisi Wislawa penuh dengan ironi. Di satu sisi ia

kan kelihaian humo-ristisnya dalam bermain-main. Kekuatan

Bagi saya pribadi, puisi di

puisi Wisla-wa memang terletak

atas jadi mengejutkan lanta-

di situ. Dalam ungkapan-ung-

ran, pertama, ditulis oleh seo-

kapan puisinya yang bersahaja,

rang perempuan; kedua, per-

ia kerap membuat pembaca un-

nyataannya benar. Bagi keba-

tuk merenung sekaligus terta-

nyakan perempuan (pernyata-

wa. Simak baris puisi berikut.

an ini bukan berarti tidak berlaku bagi kebanyakan laki-laki),

Apa yang didapat dunia dari dua manusia yang tinggal di dalam dunia mereka sendiri? ... Lihatlah pasangan yang bahagia. Bisakah mereka untuk setidaknya menyembunyikan kebahagiaan itu, berpura-pura sedikit depresi demi kepentingan temanteman mereka? Dengarkan mereka tertawa— hal itu merupakan

5 RajaKadal

puisi cinta selalu identik dengan kelembutan dan keagungan. Cinta yang mereka dambakan, yang sering kali terkesan tidak berpijak di bumi, umumnya terasa romantis dan sen-timental. Pada Wislawa, ke-cenderungan demikian tidak tampak. Dengan jelas, puisi di atas berusaha mewartakan pada pembaca bahwa sejatinya cinta sejati tidak melulu bersifat teknis dan seremo-


nial. Dalam pandangan Wislawa, cinta sejati tidak hinggap pada jiwa satu-dua individu semata. Ia mestilah universal. Universalitas. Nilai itulah yang kemudian menjadi kekuatan lain puisi-puisi

Szymbors-

ka. Sebagai peraih Nobel, meski banyak bicara mengenai perasaan serta urusan domestik penyairnya, puisi-puisi Wislawa mampu menjelma jadi corong yang menyuarakan kesedihan sekaligus kegembiraan umat manusia. Dan uniknya—hal ini amat wajar dan sering kali dibicarakan dalam esai-esai mengenai puisi—puisi-puisi Wislawa yang bersifat universal itu justru terpancar dari gaya tuturnya yang sangat otentik dan personal. Aku minta maaf kepada kesempatan lantaran menyebutnya keharusan. Aku minta maaf kepada keharusan jika, setelah segalanya berlalu, aku terbukti keliru. Tolong, jangan marah,

kebahagiaan, jika kau kuambil sebagai hakku. Semoga kematianku akan bersabar lantaran kenanganku pun turut memudar. Aku minta maaf kepada waktu atas dunia yang kuabaikan setiap detik. Aku minta maaf pada cintaku di masa lalu lantaran kupikir bahwa cintaku yang baru ialah yang pertama. Maafkan aku, perang yang jauh, lantaran aku pulang membawa bunga. (Di Bawah Sekeping Bintang Kecil) Larik-larik di atas ditulis dengan nada pertentangan yang lembut. Kelembutan memang menjadi salah satu kekhasan dalam puisi-puisi Wislawa. Ia, kelembutan itu, sering kali tampak pada hal-hal detail yang dikemukakan Wislawa dalam puisinya. Membaca puisi dengan detail-detail semacam itu, menimbulkan kesan bahwa Wislawa memendam rasa penasaran yang besar terhadap se-

RajaKadal 6


gala hal. Dengan begitu, puisi-

ialah kehendaknya untuk tidak

puisinya hadir tidak semata se-

melebih-lebihkan suatu perka-

bagai bentuk akrobatik bahasa

ra. Dengan demikian, apa yang

atau, seperti Neruda, perayaan

ia sampaikan pada satu sisi mi-

pengalaman panca indra. Pada

rip sebuah reportase, tapi di sisi

Wislawa, puisi yang hadir lebih

lain reportase semacam itu nya-

bersifat intropeksi dan nyaris

ris tak terlihat siapa pun. Itulah

meditatif. Hanya, meditasi yang

mengapa reportase pada puisi

Wislawa lakukan akhirnya lebih

Wislawa tidak menjadi sesuatu

sering menelurkan suara polos

yang klise. Ia, saya kira, justru

nan riang milik anak-anak ti-

menyentuh.

nimbang suara berat seorang petapa. Simak dua baris The

POTRET 11 SEPTEMBER

Miracles Fair berikut.

Mereka lompat dari lantai yang terbakar— Satu, dua, beberapa orang lagi, terbang tinggi, lalu merendah.

Sebuah keajaiban, apa pun dapat kau sebut begitu: hari ini matahari akan terbit pukul delapan lebih empat belas tapi ditetapkan pukul delapan lebih semenit. Sebuah keajaiban lain, tapi tak begitu mengejutkan: meski tangan memiliki jemari kurang dari enam ia masih berjumlah lebih dari empat. Terkait meditasi ala Wislawa, hal lain yang lagi-lagi memberi ciri pada puisi Wislawa

7 RajaKadal

Potret itu menghentikan mereka dalam hidup, dan sekarang menahan mereka sebelum jatuh ke pangkuan bumi. Masing-masing masih memiliki tubuh yang lengkap, dengan wajah tertentu juga darah yang mengalir dengan baik.


Masih cukup waktu bagi rambut sebelum terhempas, bagi kunci dan koin sebelum dari dompet terlepas. Mereka masih dalam jangkauan udara ini, berada pada batas tempattempat yang baru saja dibuka.

menjadi sesosok manusia cerdas dan berkepribadian. Dalam sajaknya, Wislawa menunjukkan bahwa pikiran-pikiran sederhana sekalipun—ditunjang dengan kepribadian yang kokoh dan cara pandang yang segar— dapat jadi modal untuk merenungi sekaligus menertawakan kehidupan.

Aku hanya bisa melakukan dua hal bagi mereka— menjelaskan penerbangan ini dan tidak menambahkan baris terakhir.

Hidup sudah terlalu suntuk dengan hal-hal biasa yang selalu dibesar-besarkan. Sedang apa yang kita perlukan ialah kemampuan untuk terbiasa

Lewat puisi-puisi Wislawa Szymborska, saya berharap kita dapat belajar untuk tumbuh

menyederhanakan persoalanpersoalan besar. Wislawa Szymborska mengajari kita untuk berlaku seperti itu.[]

Zulkii Songyanan, penyair honorer. Giat di Sanggar Sastra Tasik (SST), Arena Studi Apresiasi Sastra (ASAS), dan Komunitas Malaikat.

RajaKadal 8


Beberapa Puisi Wislawa Szymborska Diterjemahkan secara bebas oleh Zulkii Songyanan dari kumpulan Nothing Twice


DI BAWAH SEKEPING BINTANG KECIL Aku minta maaf kepada kesempatan lantaran menyebutnya keharusan. Aku minta maaf kepada keharusan jika, setelah segalanya berlalu, aku terbukti keliru. Tolong, jangan marah, kebahagiaan, jika kau kuambil sebagai hakku. Semoga kematianku akan bersabar lantaran kenanganku pun turut memudar. Aku minta maaf kepada waktu atas dunia yang kuabaikan setiap detik. Aku minta maaf pada cintaku di masa lalu lantaran kupikir cintaku yang baru ialah yang pertama. Maafkan aku, perang yang jauh, lantaran aku pulang membawa bunga. Maafkan aku, luka yang menganga, lantaran menusuk jemariku. Aku minta maaf lantaran memutarkan piringan hitam bagi mereka yang menangis dari kedalaman. Aku minta maaf kepada mereka yang menunggu di stasiun kereta lantaran tertidur pada jam lima pagi. Maafkan aku, harapan yang memburu, lantaran menertawakanmu setiap waktu. Maafkan aku, gurun, lantaran aku tak bergegas membawakanmu sesendok air. Dan kau, burung elang, tahun demi tahun berubah tapi kau tetap di kandang yang sama, tatapanmu pun selalu terpusat pada titik di ruang yang itu-itu juga, maafkan aku, bahkan jika engkau ternyata telah jadi boneka. Aku minta maaf kepada pohon yang ditebang demi empat kaki meja. Aku minta maaf kepada pertanyaan-pertanyaan besar atas jawaban-jawaban kecil yang kuberikan. Kebenaran, kumohon, jangan beri aku begitu banyak perhatian. Harga diri, bermurah-hatilah. RajaKadal 10


Bertahanlah denganku, O misteri keberadaan, selama aku masih mampu menarik benang dari keretamu. Jiwa, jangan tersinggung jika kau sesekali kumiliki. Aku minta maaf kepada segala hal lantaran aku tak bisa berada di mana pun dalam waktu bersamaan. Aku minta maaf kepada setiap orang lantaran aku tak bisa menjadi separuh wanita dan separuh pria. Aku tahu aku tak akan dibenarkan selama aku hidup, jika aku berdiri dengan caraku sendiri. Ya orasi, jika kupinjam kata-kata berat, jangan bebani aku dengan niat buruk, bebani aku dengan pekerjaan berat agar kata-kata itu pun menjadi tampak ringan.

CINTA PADA PANDANGAN PERTAMA Keduanya percaya luapan emosi yang tiba-tiba telah memenuhi jiwa mereka. Keindahan adalah suatu perkara yang pasti. Tapi ketidakpastian selalu lebih indah. Karena tak saling mengenal sebelumnya, mereka mengira takkan terjadi apa-apa pada diri mereka. Lantas bagaimana dengan jalan-jalan, tangga demi tangga, serta koridor tempat mereka pernah berpapasan di masa silam? Ingin kutanyakan pada mereka apakah mereka ingat — misal, di sebuah pintu-putar mereka pernah saling bertatapan? Mengucapkan 'permisi' di tengah orang banyak atau mengatakan 'salah sambung' saat menerima panggilan. Tapi aku tahu jawabannya: mereka tak akan mengingat hal-hal semacam itu. Sungguh mereka akan merasa heran

11 RajaKadal


bahwa dalam waktu yang cukup lama mereka pernah belajar dan bermain bersama. Saat itu takdir belum sepenuhnya siap untuk masuk dalam hidup mereka, tapi kini ia mulai mendekat, berjalan mundur lalu sambil tertawa gembira melompat menghadang mereka. Ada banyak tanda, juga isyarat: tapi apa artinya jika semua tak terlihat? Mungkin tiga tahun lalu, atau selasa kemarin sebuah selebaran melayang hinggap dari satu bahu ke bahu yang lain? Ada sesuatu yang hilang sekaligus tertangkap. Barangkali bola dari semak-semak masa kanak. Ada banyak pintu, juga lonceng yang lebih dulu dipenuhi sentuhan. Koper mereka berada dalam bagasi yang sama. Bahkan di malam-malam tertentu mungkin tidur mereka pun dilimpahi mimpi yang sama, mimpi yang tiba-tiba hilang, setiap kali pagi datang. Setiap awalan hanyalah sebuah lanjutan dari kitab kejadian yang tak sepenuhnya terbuka.

KONTES BINARAGA Dari ujung rambut hingga ujung kaki, seluruh otot bergerak lambat. Lautan tubuhnya menetaskan minyak. Raja seluruhnya ialah ia yang licin dan mengkilat RajaKadal 12


dengan otot dipelintir menjadi kue kering yang dahsyat. Di panggung, ia bergulat mati-matian dengan beruang besar yang sebetulnya tak ada. Tiga macan kumbang yang tak terlihat berjatuhan, masing-masing dihempas satu pukulan. Ia mendengus memperlihatkan mimik dan geraknya. Punggungnya memiliki dua puluh bentuk yang berbeda. Kepalan tangan raksasa yang ia tunjukkan saat menang adalah penghormatan terhadap kekuatan obat-obatan.

BEBERAPA KOMENTAR TENTANG JIWA Sesekali kita memiliki jiwa. Tapi tak seorang pun sanggup menjaganya setiap saat. Hari demi hari tahun demi tahun mungkin berlalu tanpa kehadirannya. Kadang-kadang ia menetap sebentar dalam ketakutan dan ketakjuban anak-anak. Kadang pula dalam keadaan heran bahwa kita sudah tua. Ia jarang sekali mengulurkan tangan dalam pekerjaan-pekerjaan berat, misalnya memindahkan perabotan, mengangkat bagasi, atau pergi bermil-mil dengan sepatu kekecilan. Biasanya ia keluar saat daging-daging mesti dicincang saat berkas-berkas perlu diisi.

13 RajaKadal


Dalam tiap seribu percakapan ia hanya turut sekali, dan itu pun ia isi dengan diam. Hanya saat tubuh kita merasa sakit dan nyeri, ia tanggalkan pekerjaan-pekerjaannya. Ia suka pilih-pilih: tak suka melihat kita dalam keramaian, terburu-buru mencari keuntungan yang meragukan, dan ia bakal sakit mendengar suara akal-bulus berderit. Kesenangan dan penderitaan bukanlah dua hal berbeda baginya. Ia menyertai kita hanya jika dua hal itu duduk bersama. Kita bisa mengandalkannya saat kita benar-benar ragu serta serba ingin tahu terhadap segala sesuatu. Di antara objek-objek material ia mirip bandul jam dan cermin, mereka terus bekerja bahkan saat tak seorang pun melihatnya. Ia tak kan mengatakan dari mana ia datang atau kapan ia akan pergi meski jelas, ia mengharapkan pertanyaan itu. Kita membutuhkan jiwa tapi tampaknya untuk beberapa alasan tertentu ia membutuhkan kita juga.

RajaKadal 14


PERTEMUAN TAK TERDUGA Kami memperlakukan satu sama lain dengan lebih sopan; Kami katakan, sungguh senang bertemu Anda setelah bertahuntahun lamanya . Harimau-harimau kami minum susu. Elang-elang kami menginjak bumi. Seluruh hiu kami tenggelam. Serigala-serigala kami menguap di luar kandang yang terbuka. Ular-ular kami menumpahkan kilat mereka, kera-kera kami menggunakan penerbangan mewah, burung-burung merak kami menanggalkan bulu mereka. Kelelawar terbang keluar dari rambut kami beberapa lama. Kami terdiam di tengah kalimat, seluruh senyuman, pertolongan masa silam. Kemanusiaan kami tak tahu lagi cara bicara satu sama lain.

UCAPAN TERIMA KASIH Aku berhutang banyak hal pada mereka yang tidak aku cinta. Yang membuat aku lega orang lain ternyata lebih membutuhkan mereka. Kebahagianku ialah bahwa aku bukan serigala bagi domba-domba mereka. Kedamaian yang kurasakan bersama mereka, ialah kebebasan— dan untuk hal itu, cinta sekalipun tak sanggup memberi ataupun merenggutnya.

15 RajaKadal


Aku tak menunggu mereka, dengan hilir mudik antara jendela dan pintu. Sesabar jam-matahari, aku mengerti apa yang tak dapat cinta mengerti, dan aku maafkan walau cinta tak pernah berlaku demikian. Dari pertemuan ke surat hanya berlangsung beberapa hari atau minggu, tak abadi. Perjalanan dengan mereka selalu terasa menyenangkan, mendengar konser, mengunjungi katedral, melihat-lihat pemandangan. Dan ketika tujuh bukit serta sungai terbentang di depan kami, bukit-bukit dan sungai-sungai itu dapat ditemukan di peta mana pun. Mereka layak mendapat penghargaan jika saja aku hidup di ruang tiga dimensi, yang tak lirik dan tak retorik dengan kemurnian, pergerakan cakrawala. Mereka sendiri tak menyadari betapa banyak hal yang tergenggam dalam tangan mereka yang kosong. “Aku tak memberi mereka apa pun,� akan jadi jawaban yang paling kusuka dari pertanyaan terbuka ini.

RajaKadal 16


tinimbang mesti berada di belakang sebuah sandi. Aku lebih suka musim serangga tinimbang musim bintangbintang. Aku lebih suka mengetuk kayu. Aku lebih suka untuk tidak menanyakan berapa lama lagi dan kapan. Aku lebih suka menyimpan segala sesuatu dalam kepala meski berbagai kemungkinan yang ada tampak hendak mengemukakan alasan-alasannya.

KEAJAIBAN-KEAJAIBAN YANG WAJAR Keajaiban yang lumrah: banyak hal biasa bisa menjadi ajaib. Keajaiban yang biasa: di tengah malam kau dengar salak anjing yang tak tampak. Salah satu bentuk keajaiban lain: awan kecil menyejukkan menghalangi bulan bulat yang berat dan besar. Dalam satu perkara terdapat beberapa keajaiban: sebatang pohon alder tercermin di air, di situ ia bergoyang ke kiri dan ke kanan di situ ia tumbuh, puncaknya menurun namun tak pernah mencapai bagian yang rendah, padahal airnya dangkal. Keajaiban sehari-hari: silir angin berhembus sepoi-sepoi kemudian berubah menjadi badai. Di antara keajaiban yang pertama: bahwa sapi adalah sapi.

17 RajaKadal


KEMUNGKINAN-KEMUNGKINAN Aku lebih suka ďŹ lm. Aku lebih suka kucing. Aku lebih suka deretan pohon oak sepanjang sungai Warta. Aku lebih suka Dickens tinimbang Dostoyevski. Aku lebih suka menyukai beberapa orang tinimbang mencintai umat manusia. Aku lebih suka memegang jarum dan benang, saat berjaga. Aku lebih suka warna hijau. Aku lebih tak suka memperbaiki itulah alasan kesalahan segala hal. Aku lebih suka pengecualian. Aku lebih suka pergi lebih awal. Aku lebih suka bicara apa saja dengan dokter. Aku lebih suka ilustrasi tua dengan sapuan yang lembut. Aku lebih suka kejanggalan menulis puisi tinimbang kejanggalan untuk tidak menulis puisi. Aku lebih suka cinta diperhatikan tanpa perayaan khusus hingga bisa dirayakan setiap hari. Aku lebih suka orang baik yang tak menjanjikan apa pun padaku. Aku lebih suka kebaikan yang picik tinimbang kebaikan yang berlebihan. Aku lebih suka bumi dipenuhi warga sipil. Aku lebih suka ditaklukan tinimbang menaklukan negeri-negeri. Aku lebih suka mempunyai beberapa reservasi. Aku lebih suka neraka yang kacau tinimbang neraka yang tertib. Aku lebih suka seri cerita Grimm tinimbang halaman depan surat kabar. Aku lebih suka daun tanpa bunga tinimbang bunga tanpa daun. Aku lebih suka anjing dengan ekor tak dipotong. Aku lebih suka cahaya mata, sejak mataku gelap. Aku lebih suka laci meja. Aku lebih suka pada hal lain yang tak kusebutkan di sini tinimbang hal-hal lain yang luput kuucapkan. Aku lebih suka angka nol di tempat yang bebas RajaKadal 18


Yang kedua: bahwa kebun ini tumbuh dari benih semacam itu. Sebuah keajaiban, apa pun dapat kau sebut begitu: hari ini matahari akan terbit pukul delapan lebih empat belas tapi ditetapkan pukul delapan lebih semenit. Sebuah keajaiban lain, tapi tak begitu mengejutkan: meski tangan memiliki jemari kurang dari enam ia masih berjumlah lebih dari empat. Hanya dengan melihat ke sekitar, keajaiban ialah: dunia ada di mana-mana. Dan keajaiban tambahan, sebagaimana tambahan-tambahan lainnya: bahwa apa yang tak terpikirkan ialah hal-hal yang masuk akal.

CINTA SEJATI Cinta sejati. Apakah hal itu normal serius, dan praktis? Apa yang didapat dunia dari dua manusia yang tinggal di dalam dunia mereka sendiri? Ditempatkan pada tumpuan yang sama tanpa alasan yang baik, ditarik secara acak dari jutaan tetapi hasilnya meyakinkan hal itu masih saja harus terjadi— untuk apa? Tidak untuk apa-apa. Cahaya turun tak dari mana pun. Tapi kenapa hanya menghinggapi dua orang dan tidak yang lainnya? Bukankah ini keadilan yang kejam? Ya, tepat. Bukankah hal itu mengacaukan prinsip-prinsip

19 RajaKadal


yang telah susah payah kita bangun, hingga meruntuhkan moral dari singgasananya? Ya, itu pun benar. Lihatlah pasangan yang bahagia. Bisakah mereka untuk setidaknya menyembunyikan kebahagiaan itu, berpura-pura sedikit depresi demi kepentingan teman-teman mereka? Dengarkan mereka tertawa— hal itu merupakan penghinaan. Bahasa yang mereka gunakan— sungguh jelas menipu. Dan perayaan kecil mereka, ritual demi ritual, rutinitas yang rumit— merupakan alur bagi kemunduran umat manusia! Sungguh sulit bahkan untuk menebak ke arah mana berbagai hal mungkin beranjak jika orang-orang mulai mengikuti kebiasaan mereka. Lalu apa yang bisa diandalkan dari agama dan puisi? Apa yang harus diingat? Apa yang ditinggalkan? Siapa yang rela tinggal dalam batasan-batasan? Cinta sejati. Apakah benar-benar perlu? Kebijaksanaan dan akal sehat mengajari kita untuk melewatinya dalam keheningan, seperti melewati sebuah masalah dalam siklus kehidupan. Sangat baik anak-anak dilahirkan tanpa bantuannya. Ia tak kan mampu mengisi planet dalam sejuta tahun, sebab ia jarang sekali datang. Biarkan orang yang tak pernah menemukan cinta sejati tetap mengatakan bahwa hal itu tidak ada. Kepercayaan demikian akan membuat mereka lebih mudah hidup dan mati.

RajaKadal 20


16 MEI, 1973 Salah satu di antara begitu banyak tanggal yang tak lagi membunyikan lonceng. Di mana aku pada hari itu, apa yang kulakukan — aku tak tahu. Siapa yang aku temui, apa yang kami bicarakan, tak dapat kuingat. Aku tak kan mengajukan pembelaan. Matahari menyala dan mati di luar cakrawalaku. Bumi berputar tak tercatat dalam buku catatanku. Aku lebih suka berpikir aku akan mati sementara lalu melanjutkan hidup lebih lama tanpa dapat mengingat apa-apa. Tapi setelah semua itu, aku tak menjadi hantu. Aku masih bernapas, makan, dan berjalan. Langkahku dapat terdengar, dan jemariku pasti meninggalkan sidik jari di gagang pintu. Cermin pun menangkap bayanganku. Aku mengenakan sesuatu atau hal lain semacam pewarna. Seseorang harus melihatku. Hari itu mungkin aku menemukan sesuatu yang telah menghilang. Mungkin pula aku kehilangan sesuatu yang ditemukan kemudian.

21 RajaKadal


Diriku diliputi berbagai perasaan dan sensasi. Kini, semua itu seperti segaris titik-titik dalam tanda kurung. Di mana aku bersembunyi, di mana aku mengubur diri? Bukan tipuan buruk untuk menghilang di depan mata sendiri. Kugoncang-goncang ingatanku. Berharap sesuatu di sulur-sulurnya yang tertidur bertahun-tahun akan terbangun karena sebuah getaran. Tapi tidak. Aku sudah terlalu banyak meminta. Permintaanku tak kurang dari seluruh kesatuan detik.

“Saya tak bisa membayangkan ada penulis yang tidak berjuang mendapat kedamaian dan ketenangan.� (sumber: http://www.buruan.co/pengakuan-wislawa-szymborska/) RajaKadal 22


Reading Grup “Bumi Manusia”

“Kalian boleh maju dalam pelajaran mungkin mencapai deretan gelar kesarjanaan apa saja, tapi tanpa mencintai sastra kalian tinggal hanya hewan yang pandai.”

Se ap hari Selasa pukul 19.00 WIB di Sekretariat Bersama ASAS

Tempat Bertanya: 0857-2380-1913 (Ilham)

diselenggaran oleh:

Sekber

Institute


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.