Gladimadya GM.XXXII - Pengabdian Masyarakat & Hutan Linggomanik

Page 1


MAPAGAMA

Universitas Gadjah Mada

LINGGOMANIK


Pengantar Hutan dan ritual kebudayaan, bagi saya pribadi, adalah salah satu kombinasi paling mistis. Bahwa kombinasi ini rupanya terdapat di halaman belakang rumah kami jelas memancing rasa penasaran kami untuk dapat menjelajahinya. Maka, berangkatlah kami sebagai Tim GLADIMADYA SAJAN16 ke bagian barat daya Gunung Kidul dalam sebuah misi sederhana: Menguak misteri Hutan Linggomanik. Merupakan suatu pengalaman yang luar biasa menarik untuk dapat mengetahui sisi-sisi romantis nan mistis dalam hubungan sebuah hutan dengan masyarakat di sekitarnya. Mengangkat Hutan Linggomanik sebagai objek wisata jelas akan menawarkan pengalaman baru dalam wisata hutan yang tidak hanya berfokus pada aspek estetikanya saja, namun juga aspek sosial-budayanya. Namun, kami yakin, bahwa hal tersebut tidak dapat dilakukan dengan sembrono. Kajian yang mendalam dan menyeluruh jelas diperlukan dan, kami harap, tulisan-tulisan kami ini dapat menjadi salah satu batu loncatannya. Puji beriring syukur tentu selalu kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kemudahan yang telah diberikan hingga karya ini dapat terbit. Terima kasih kami ucapkan kepada segenap pihak yang telah banyak membantu: Mas Tijok, Pengurus Harian MAPAGAMA, teman-teman dari Fakultas Kehutanan, dan segenap pihak yang tak dapat kami sebutkan satu per satu. Terutama, kepada Anda, pembaca sekalian. Adalah sebuah kehormatan untuk dapat bekerja bersama tim yang luar biasa. Adalah sebuah kebanggan untuk dapat mempersembahkan karya ini kepada Anda. Selamat menikmati buah tangan dari Tim GLADIMADYA SAJAN16, selamat menjelajahi Hutan Linggomanik. Editor in Chief

Naufal Ahmad Dwijadiputra

3


DAFTAR ISI Pengantar ................................................................................................................... 3 Daftar isi .................................................................................................................... 4 Hutan ......................................................................................................................... 6 Jenis-jenis tumbuhan di Hutan Linggomanik ................................................... 8 Alstonia vilosa ............................................................................................... 8 Adenanthera pavonina ............................................................................... 14 Piper ribesioides ......................................................................................... 18 Macaranga tanarius .................................................................................... 24 Euginea polyantha ...................................................................................... 30 Acacia auriculiformis .................................................................................. 35 Sapindaceae ................................................................................................. 40 Dimocarpus ................................................................................................. 43 Litchi chinensis ............................................................................................ 45 Nephelium lappaceum ................................................................................ 45 Litsea cubeba ............................................................................................... 50 Manilkara kauki .......................................................................................... 52 Linggomanik dan cerita dibaliknya .................................................................... 61 Hutan yang sakral ....................................................................................... 62 Hutan bukan milik warga .......................................................................... 64 Aktivitas warga di hutan ............................................................................ 67 Next project: Pariwisata ............................................................................. 68 Catatan Akhir .......................................................................................................... 69

EDITOR IN CHIEF : Naufal Ahmad | EDITOR, LAYOUT & DESIGN: Parabayu Alamsyah; Dimas Irham | PHOTOGRAPHERS : Denysya Farid; Dimas Irham | CONTRIBUTORS : Abdul Rahman Sidiq; Ahmad Mubarok; Dimas Satria Wicaksono; Dita Marfu’ah Sufiatun; Dita Novita Sari; Fahmi Arsyad; Hajar Lutviah; Irfan Jati Wiguna; Mohammad Anwar; Muhammad Ilham Rachmad; Ria Verentiuli Sianipar; Woro Kusumaningrum

4


Hutan linggomanik yang berada dibukit kapur yang begitu lebat terlihat dari seberang ladang penduduk foto : Denysa farid y

5


Hutan Pengertian hutan sebagaimana di jelaskan dalam Undang-undang No.41 tahun 1999 tentang kehutanan adalah: “Suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan.�

6


Atap hutan linggomanik terlihat rimbun dan rapat dengan pepohonan yang berada didalamnya. foto : Denysa farid y

7


Jenis- Jenis Tumbuhan di Hutan Linggomanik Alstonia villosa (Legaran)

Bunga dan daun Legaran

Herbarium daun Legaran

Persebaran Alstonia merupakan salah satu genus tumbuhan dari famili Apocynaceae yang terdiri dari 40-60 spesies, berasal dari Afrika tropis dan subtropis, Amerika Tengah, Asia Tenggara, Polinesia dan Australia, dengan sebagian besar spesies di wilayah Malaysia..Tumbuhan ini mengandung alkaloid dengan kerangka monoterpen indol dan memperlihatkan aktivitas sebagai antikanker, antibakteri, antiinflamatori, dan antimalaria (Chai, XH, 2007 dan Salim, 2004). Alstonia merupakan salah satu obat tradisional Indonesia (Heyne, 1987). Jumlah Genus Alstonia ada dua jenis asli di daerah tropis Afrika, empat jenis di Australia, sekitar lima belas jenis di daerah Pasifik, dua belas jenis di daerah Malesiana dan sisanya di benua Asia. (Rudjiman, 1994).

8


Kulit jenis ini mengandung latex yang penting dan sering digunakan sebagai obat tradisional, di daerah Fiji digunakan untuk mata yang bermasalah, kulitnya digunakan untuk melawan malaria dan bahan obat penenang di Pilipina dan jenis ini begitu populer di India dan Jawa untuk penyakit diarrhoea dan disentri. Heyne (1987) mencatat bahwa di Indonesia terdapat 11 jenis Alstonia, yaitu A.acuminata Miq, A.angustifolia Wall, A.angustiloba Miq, A.(Dyera)eximia Miq, A.(Dyera) grandifolia Miq, A. pneumatophora Backer, A.(Dyera) polyphylla Miq, A. scholaris R. BR., A. spathulata BL., dan A. villosa (Blaberopus villosus Miq). Alstonia yang ada di Hutan Linggomanik ini termasuk jenis Alstonia Villosa atau biasa disebut Legaran. Deskripsi botanis Alstonia villosa (Legaran) cukup banyak diwilayah ini dengan tinggi bervariasi dari yang paling rendah 11 meter hingga 18 meter. Diameter terkecil 14,3 cm atau 0,14 meter, sedangkan diameter terbesar yaitu 57,3 cm atau 0,57 meter. Sehingga dapat diperkirakan umur pohon ini 57 tahun dengan asumsi setiap tahun riap pertumbuhannya bertambah 1 cm. Memiliki batang berlekuk dangkal, kulit luar abu-abu atau putih, sedikit mengelupas, kulit yang hidup jika dilukai mengeluarkan getah putih yang sangat peka atau lengket dan kayu teras yang berwarna muda. Memiliki daun tunggal, duduk terpusar atau lingkaran 3-4 karangan, berbentuk lanset memanjang atau bulat telur sungsang me manjang. Buah berbentung polong Budidaya Cara budidaya Legaran dibedakan menjadi dua yaitu secara generatif dan vegetatif. Secara generatif dengan memanen buah dan biji kemudi-

an di esktraksi benih. Ekstraksi benih diawali dengan memasukkna buah (polong) kedalam kantong dengan tujuan agar sewaktu polong pecah benih tidak terbang kemana-mana. Kemudian pembibitan diawali dengan perkecambahan, penyapihan, pembesaran bibit siap tanam. Sedangkan secara vegetatif melalui teknik stek pucuk untuk produksi bibit dengan jumlah banyak dan stek cabang untuk mendapatkan klon dari pohon induk di populasi alam. Untuk memanfaatkan kulit batang sebagai obat malaria dengan cara kulit batang yang sudah digiling menjadi bubuk, diambil sebanyak 2 sendok makan. Rebus dengan 2 gelas air bersih sampai tersisa 1 gelas. Setelah dingin disaring, minum sekaligus. Lakukan setiap hari sampai sembuh. Selama minum obat ini, hindari makanan yang asam dan pedas. Bila penyakitnya berat, gunakan kulit pulai hitam. Manfaat Penggunaan kayu Legaran dapat dipergunakan untuk papan, alat-alat rumah tangga, kerajinan topeng dan kulit batangnya dapat digunakan sebagai obat malaria. Malaria merupakan salah penyakit endemik tropis yang disebabkan gigitan nyamuk Plasmodium. Akhir-akhir ini, penyakit yang disebabkan gigitan nyamuk ini mengalami mutasi dan resisten terhadap klorokuinin. Di samping itu juga, produksi alkaloid sinkona dalam negeri banyak mengalami penurunan. Salah satu alternatif yang dikembangkan adalah eksplorasi senyawa bioaktif baru salah satu diantaranya sebagai antimalaria. Alstonia merupakan salah satu tanaman Indonesia, baru-baru ini dikembangkan sebagai obat antiplasmodial. Salah satu senyawa aktif tumbuhan ini adalah senyawa alkaloid. Keaktifan senyawa alkaloid tersebut memperlihatkan keaktifan yang kuat sebagai antimalaria. 9


Wawancara sebagai salah satu teknik pengambilan data.

10


Woro sedang melakukan diskusi dengan petani tentang keberadaan hutan linggomanik dan mitos mitos yang ada di hutan tersebut. foto : Denysa farid y

11


Belajar dan memahami arti sebuah kerja keras dari masyarakat. - Municha

12


Tim peneliti dari MAPAGAMA sedang berdiskusi dengan petani tentang Hutan Linggomanik foto : Denysa farid y

13


Adenanthera pavonina (Saga) Persebaran Saga merupakan tanaman yang termasuk dalam family Leguminosae, tanaman ini terdapat di Pulau Jawa mulai daerah pantai hingga ketinggian 600 m dpl. Habitat dan penyebaran alaminya di Srilangka, Myanmar Selatan, Indo-China, China Selatan, Thailand, Malaysia, Kepulauan Solomon dan Utara Australia (Sosef et al., 1998). Tanaman ini mampu tumbuh baik di daerah tropika dan tidak memerlukan pemeliharaan khusus. Selain itu, tanaman ini mampu tumbuh pada daerah berbatu dan berbagai keadaan topografi mulai dari topografi datar sampai dengan kelerengan yang curam. Tanaman ini juga mampu tumbuh pada kondisi tanah yang kurang subur hingga subur serta tergenang air laut/asin (Soemartono dan Syarifuddin (1980) dalam Lukman (1982); Yuniarti (2002)). Deskripsi Botanis Tanaman ini mampu tumbuh hingga 10 sampai 15 meter. Buahnya mirip seperti petai (tipe polong) dengan biji berukuran kecil berwarna me-

bunga saga 14

daun saga rah, setiap polong berisi 10-12 butir biji. Daun mejemuk menyirip genap, tumbuh berseling, jumlah anak daun bertangkai 2-6 pasang, helaian daun 6-12 pasang, panjang tangkanya mencapai 25 cm, daun berwarna hijau muda (Pacific Island Ecosistems at Risk, 2004 dalam Anonim, 2012). Budidaya Budidaya saga dibilang cukup mudah dengan dua cara yaitu dengan biji dan stek. Langkah pertama untuk menanam pohon saga dari biji adalah siapkan biji pohon saga, kemudian rendam dengan air agar biji saga lunak selama 10-15 menit. Cara ini akan membuat biji saga berkecambah lebih baik. Biji saga dapat ditanam secara langsung di tanah atau disemaikan terlebih dahulu di polibek, bisa juga di taruh di kapas basah agar mempermudah untuk melihat daya kecambahnya. tunggu sampai kecambah keluar daun kemudian bisa dipindahkan ke tanah, Untuk penanaman awal, tempakan pohon saga di bawah pepohonan yang rindang. Karena tanaman saga yang masih baru akan tumbuh dengan subur jika tidak terkena sinar matahari secara langsung


Selain itu, kulit saga berkhasiat untuk mencuci luka yang lama. Menurut Burkill (1935) dalam Lukman (1982), daun saga dapat digunakan sebagai bahan obat. Di India daun saga digunakan sebagai obat rematik dan gout (sejenis penyakit tulang). Selain itu, daun saga dapat dijadikan pakan ternak dan dimanfaatkan sebagai pupuk hijau.

biji saga masak Menanam dengan cara stek juga tidak terlalu sulit, langkah pertama yang harus disiapkan yaitu menyiapkan batang kayu pohon saga kemudian potong dengan ukuran 20 - 30cm kemudian cukup ditancapkan kedalam media tanam yang sudah disiapkan sebelumnya, disarankan batang kayu pohon saga tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda juga. Manfaat Tanaman saga mempunyai banyak manfaat dari berbagai bagian tanamannya. Biji tanaman ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan, seperti campuran kopi, pembuatan kecap dan tempe saga. Biji saga mengandung protein dan asam amino yang cukup tinggi. Sehingga tanaman ini mempunyai potensi sebagai alternatif pengganti kedelai. Selain itu, biji saga yang dikelola menjadi susu mempunyai nilai ekonomis yang tinggi (Anonim, 2009). Menurut Heyne (1987), kulit batang yang masih segar atau kering mengandung saponin yang dapat digunakan untuk membersihkan rambut dan mencuci pakaian.

biji saga belum masak

herbarium daun saga 15


16


Lebatnya hutan linggomanik dapat ditembus menggunakan jalan setapak yang membelah perbukitan sampai puncaknya.

Jalan setapak ini menerobos jalur dari perbatasan ladang penduduk menuju puncak tirtinggi di kawasan hutan linggomanik. foto : Denysa farid y

17


Piper ribesioides, Piper cubeba (Kemukus) Persebaran Piper ribesioides atau sinonim dari Piper cubeba merupakan famili dari Piperaceae, genus Piper (kelompok sirih-sirihan). Piper ribesioides adalah spesies kayu yang kurang terkenal ditemukan pertama kali di Myanmar, Kepulauan Andaman-Nicobar, dan Malaysia. Taxon ini ditemukan di Kepulauan Andaman pada tahun 1834 oleh Dr Helfer. Dia adalah seorang ahli geologi yang membuat koleksi botani ekstensif dari Tenasserim (Myanmar) dan Kepulauan Andaman. Deskripsi Botani Tanaman ini tumbuh menjalar, maka perlu panjatan untuk tumbuh dengan baik misalnya pohon turi. Memiliki batang berwarna coklat kehijauan,berbentuk bulat, beruas dan merupakan tempat keluarnya akar. Daunnya yang tunggal berbentuk jantung, berujung runcing, tumbuh berselang-seling, bertangkai, dan mengeluarkan bau yang sedap bila diremas. Panjangnya sekitar 5 – 8 cm dan lebar 2 – 5 cm. Bunganya majemuk berbentuk bulir dan terdapat daun pelindung ¹ 1 mm berbentuk bulat panjang. Buahnya buah buni berbentuk bulat berwarna hijau keabu-abuan. Akarnya tunggang, bulat dan berwarna coklat kekuningan. Budidaya Budidaya tanaman ini umumnya dapat bertahan 15 tahun lebih jika menggunakan budidaya sistem stek. Jika menggunakan sistem stek maka tanah yang digunakan harus tanah yang benar-benar gembur dan sedikit pasir. Selain itu dapat juga dengan menanam sulur. Spesies yang tergolong genus piper ini dibudidayakan buah dan minyak esensial. Buahnya umumnya dipanen sebelum masak kemudian dikeringkan. Buah yang kering digunakan sebagai bumbu rempah dalam masakan, sering dijual dalam bentuk buah kering yang masih memiliki tangkai. Manfaat Piper ribesioides ini dapat digunakan sebagai obat-obatan dan penyedap makanan. Dapat juga dibudidayakan buahnya yang mengandung minyak sebagai rempah-rempah. Batangnya dapat digunakan sebagai penyedap rasa dengan rasa yang pedas. Biasanya batangnya digunakan untuk penyedap makanan di Laos Utara dan Thailand Utara yang memiliki efek sedikit numbing pada lidah. Spesies ini memiliki kegunaan yang sama dengan Piper cubeba. Cubeb adalah ramuan stimulan pahit, antiseptik, dengan aroma peda dan terpentin-all spice. Buahnya mengandung sejumlah senyawa aktif yang secara medis termasuk minyal esensial yang pahit (cubebin), alkaloid (piperidin), resin dan minyak tetap. Kegunaan lainnya dalam pengobatan tradisional china digunakan untuk properti pemanasa dugaan, dapat juga mengobati sesak nafas dan asma, mengobati flu dan pilek pada bayi, mengatasi keputihan dari serbuk bijinya. Selain itu digunakan untuk penguat rasa pada rokok dan gin 18


Daun Piper ribesioides

Biji Piper ribesioides

Daun yang merambat

Daun yang sudah diolah

19


20


Beberapa anggota MAPAGAMA yang sedang melakukan ppenelitian di hutan linggomanik sedang melakukan istirahat di ladang penduduk yang berperbatasan langsung dengan hutan. foto : Irfan jati wt

21


Jalan menuju hutan linggomanik harus memotong ladang penduduk yang berperbatasan langsung dengan hutan foto : Denysa farid y

22


Sidik salah satu anggota MAPAGAMA yang sedang melakukan pengukuran diameter pohon untuk data inventarisasi. foto : Denysa farid y

23


Macaranga tanarius (Maca) Persebaran Tanaman Macaranga tanarius banyak ditemukan tumbuh di daerah tropis terutama di daerah hutan hujan tropis. Tanaman ini banyak ditemukan di banyak negara, antara lain : Australia, Brunei, Kamboja, China, Indonesia, Vietnam, Jepang, Laos, Malaysia, Myanmar, Papua Nugini, Filiphina, Taiwan, dan Thailand (World Agroforestry Centre, 2002). Pshygonomi Macaranga tanarius merupakan tanaman pohon yang tingginya dapat mencapai 20 meter. Cabang pohon agak tebal dan berwarna hijau keabu-abuan. Daun berwarna hijau dengan bentuk jantung dan pangkalnya berbentuk bulat, ukuran daun berkisar 8-32 x 5-28 cm. Biji berbentuk bulat dengan ukuran 5mm, dan berkerut (World Agroforestry Centre, 2002). Budidaya Mara (Macaranga tanarius) diperbanyak dengan jalan menanam biji. Tanaman ini pernah diperbanyk untuk digunakan sebagai tanaman reboisasi, karena tanaman ini memiliki ketahanan dalam menghadapi musim kemarau. Manfaat Tanaman Macaranga tanarius di Thailand digunakan telah banyak dimanfaatkan untuk kesehatan. Bagian daun segar digunakan sebagai antiinflamasi, dekok dari akarnya digunakan sebagai antipireutik dan atitusif, bagian akar segar digunakan sebagai antiemetik (Phommart dkk, 2005). Dan juga daunnya dapat digunakan sebagai kandidat antidiabetes. 24

Herbarium Macaranga tanarius

Bibit Macaranga tanarius


Trubusan Macaranga tanarius

Batang Macaranga tanarius

Pohon Macaranga tanarius

Daun Macaranga tanarius

25


26


Terdapat sarang burung elang yang berada di pohon tertinggi di hutan linggomanik foto : Denysa farid y

27


Ada beberapa sarang pohon yang biasanya dipakai oleh satwa terbang foto : Denysa farid y

28


Sarang burung yang terdapat di hutan linggomanik. foto : Denysa farid y

29


Euginea polyantha (Salam) Persebaran Salam dalam bahasa inggris dikenal dengan nama bay leaf, sedangkan nama ilmiahnya adalah Syzygium polyanthum (Wight.) Walp atau Eugenia polyantha Wight (Hariana, 2008). Tumbuhan ini juga dikenal dengan nama lain seperti ubar serai (Melayu), manting (Jawa), dan gowok (Sunda). Eugenia polyantha masuk dalam ordo Myrtales, famili Myrtaceae dengan genus Syzygium. Tanaman Eugenia polyantha tumbuh liar di wilayah Barat Asia Tenggara mulau dari Pulau Jawa, Pulau Sumatera, hingga Malaysia. Tetapi dapat dijumpai hampir diseluruh pulau di Indonesia dan dapat ditemui dari dataran rendah sampai pegunungan dengan ketinggian 1800 mdpl. Selain itu, tanaman ini ditanam di kebun – kebun pekarangan dan lahan pertanian. Deskripsi Botanis Salam merupakan tanaman yang mampu tumbuh hingga 25 meter dengan tajuk yang rimbun, batang bulat dengan permukaan licin, dan berakar tunggang. Daun salam mempunyai tipe tunggal, pertulangan menyirip, letaknya berhadapan, berbentuk lonjong sampai elips dan berwarna hijau. Bunga salam temasuk tipe majemuk yang berwarna putih dan menghasilkan aroma yang harum. Buahnya merupakan buah buni berbentuk bulat dengan diametet 8-9 mm, rasanya sepat, dan berwarna hijau ketika muda dan ketika masak berwarna merah gelap. Bijinya berwarna coklat dan berbentuk bulat dengan penampang sekitar 1 cm (Dalimartha, 2000). Budidaya Tanaman ini biasanya di budidayakan untuk bahan tambahan masakan, penawar alkohol, dan obat – obatan. Diperbanyak dengan ditanam di pekarangan rumah karena daun salam yang tumbuh liar menghasilkan rasa yang agak pahit dibanding yang dibudidayakan. Euginea polyantha wight (Myrtaceae) dikenal dengan nama salam (Jawa) banyak tumbuh di hutan dan dapat ditanam di pekarangan (Nuratmi, Winarno, & Sundari, 1998/1999). Salam dapat tumbuh merambat dengan pesat yang dapat dikembangbiakkan melalui benih dan stek. Bersifat intoleran atau memerlukan cahaya penuh dalam proses pertumbuhannya dan dapat hidup di tanah yang kering. Manfaat Pohon salam berkhasiat sebagai tanaman obat terutama pada bagian obatnya. Pada bagian kulit batang, akar dan buah terdapat senyawa kimia seperti atsiri yang terdiri sitral dan eugenol, tanin dan flavonoida (Wijayakusumah et al. 1996). Menurut Heyne (1987), kuliat batangnya daoat dijadikan sebagai pewarna barang anyaman, sedangkan kayunya dapa digunakan sebagai bahan bangunan. Masyarakat sering menggunakannya sebagai bumbu dapur, tetapi secara empiris rebusan daun salam segar digunakan sebagai obat mencret, kencing manis, gatal-gatal, gangguan pencernaan, lemah lambung dan mempunyai sifat adstringen gangguan pencernaan, lemah lambung dan mempunyai sifat adstringen 30


(Nuratmi, Winarno, & Sundari, 1998/1999). Astringent yaitu dapat menciutkan selaput lendir usus sehingga dapat menekan terjadinya diare dan meringankan keadaan diare yang non spesifik pada tubuh (Tan dan Raharja, 2002).

Herbarium Euginea polyantha

Bunga Euginea polyantha

Daun salam segar

31


Ladang pertanian yang berbatasan hutan linggomanik. foto : Dimas irham

32


“Lahan pertanian yang baru diolah tepat bersebelahan dengan hutan linggomanik lahan ini biasanya dipersiapkan untuk menanam palawija dan sejenisnya oleh petani setempat“

33


Semai Acacia auriculiformis

Daun muda Acacia auriculiformis

34

Daun dan bunga Acacia auriculiformis

Biji Akasia yang masak


Acacia auriculiformis (Akasia Persebaran Distribusi alaminya dapat dijumpai di Papua, Sabana Papua Nugini, Australia utara dan pulau-pulau di selat Toress, di antara 90 LU-160 LS dan 130-1450 BT (Hai, 2009). Akasia cocok tumbuh di ketinggian 0 sampai 400 meter di atas permukaan laut, pada suhu hangat dengan curah hujan sangat rendah hingga 200 mm/tahun sampai tinggi, dan bisa tumbuh pada kondisi tanah dengan kisaran pH 4-9. (Pinyopusarerk, 1990). Deskripsi Botanis Acacia auriculiformis merupakan salah satu tanaman berkayu yang telah diintroduksi ke berbagai tempat, termasuk Pulau Jawa. Sebagai tanaman yang tergolong ke dalam jenis cepat tumbuh (fast growing species) (Hai, 2009), jenis ini cocok ditanam di hutan yang gundul untuk restorasi hutan atau ditanam di hutan tanaman industri karena dapat menghasilkan biomassa yang besar dalam waktu singkat. Bunga akasia berbentuk bulir bertangkai pendek, panjang bulir 0,2 cm0,5 cm. satu bulir dapat terdiri dari 50-100 bunga yang kecil berwarna kuning. Panjang bulir 10-15 cm. Buah bertipe polong. Dalam satu polong mengandung 2-5 biji. Biji berwarna hitam kecoklatan dan mengkilat (Suryowinoto, 1997). Budidaya Hasil analisis dan pengujian menunjukkan bahwa rotasi bagi Acacia auriculiformis untuk tujuan kayu energi sudah dapat dicapai pada umur 3,5 tahun. Sehingga 3,5 merupakan rotasi yang tepat untuk kayu energi (Hendrati, Nirsatmanto, Baskorowati, & Fauzi, 2010). Untuk jenis Acacia auriculiformis sebenarnya tidak membutuhkan pemeliharaan yang menyulitkan untuk dibudidayakan karena jenis ini merupakan jenis yang memiliki toleransi tinggi terhadap lingkungan tumbuhnya, namun dengan penerapan teknik silvikultur yang maksimal dapat meningkatkan kualitas pertumbuhannya. Manfaat Acacia auriculiformis seringkali digunakan untuk kayu sumber bahan bakar karena memiliki keunggulan pertumbuhannya yang cepat dibanding Acacia mangium yang jarang ditemui pada daerah marginal kering. Dalam hubungannya dengan kayu energi, Acacia auriculiformis dapat digunakan untuk kayu energi secara langsung, bahan industri arang maupun jadi bahan baku pelet. Menurut (Hendrati, Nirsatmanto, Baskorowati, & Fauzi, 2010), dalam industri arang yang ada di Pacitan menggunakan akasia jenis ini sebagai jenis tunggal dan suplai yang diperoleh baru berdasarkan setoran dari masyarakat dari lokasi-lokasi sekitar termasuk dari daerah Gunung Kidul , DIY dan belum ada pertanaman khusus untuk bahan baku industri tersebut.

35


36


Perjalanan menuju hutan linggomanik dari desa terakhir bisa ditempuh menggunakan motor dan dilanjut jalan kaki sejauh kurang lebih 1 km.

Dirham dan sidik sedang melakukan perjalanan menuju hutan linggomanik. foto : Denysa farid y

37


“Hutan

linggomanik tumbuh di atas perbukitan kapur dengan tanah berwarna kemerahan dan tandus serta bebatuan kapur tua yang menyusun permukaan tanahnya dan minim air.�

38


Hutan linggomanik dari sisi utara. Foto : Dimas Irham

39


Famili Sapindaceae Angiospermae merupakan kelompok tumbuhan yang muncul pada akhir evolusi tumbuhan (Campbell et al, 1997), dan kelompok ini mempunyai keanekaragaman paling tinggi dibandingkan dengan kelompok lain (Wallace at al, 1996). Dalam suatu populasi atau jenis sangat mungkin dijumpai variasi, munculnya variasi ini dapat disebabkan oleh mutasi dan rekombinasi genetik (Alters dan Alters, 2006). Selain itu munculnya variasi dalam suatu populasi dapat terjadi karena spesiasi dan barier geografis (Raven at al, 2005). Beberapa ahli bersilang pendapat mengenai jumlah anggota dari Famili Sapindaceae, Jud et al. 2002 mengatakan terdapat 147 marga dan 2.215 jenis, menurut Simpson (2006) 133 marga dan 1.560 jenis, sedangkan menurut Buerki et al. (2009) 140 marga dan 1.990 jenis. Jumlah jenis dari suku ini juga dari tahun ke tahun juga bervariasi. Pada tahun 2002 sampai 2006 terdapat penurunnan jumlah, hal ini kemungkinan disebabkan oleh revisi nama nama ilmiah yang berakibat beberapa nama menjadi sinonim. Pada tahun 2006 sampai 2009 terjadi kenaikan jumlah jenis, hal ini diduga disebabkan oleh penemuan jenis jenis baru yang belum diketahui. Genus Dimocarpus merupakan salah satu anggota dari famili Sapindaceae (Leenhouts, 1971). Beberapa jenis yang penting secara ekonomis adalah Dimocarpus longan var. longan (lengkeng) dan Lichi chinensis (leci) (Wu et al, 2007). Namun demikian, Dimocarpus memiliki kerabat-kerabat liar yang memiliki potensi sebagai sumber plasma nutfah untuk rekayasa genetik tanaman Dimocarpus. Buah dari tanaman ini biasanya di makan segar dan dibuat minuman serta batang mempunyai kualitas yang bagus untuk kayu bangunan (Wu et al. 2007). Kerabat liar anggota Dimocarpus saat ini semakin berkurang, hal ini sebagai dampak kegiatan manusia, berupa pemanfaatan berlebih, degradasi/fragmentasi/ kerusakan/hilangnya habitat, introduksi dari species pendatang, pencemaran, pemanasan global, perubahan iklim global, dan sinergi dari faktor-faktor tersebut (Indrawan 2007, Smith 2011, Maron 2011, Northfield 2013). Suatu komunitas biologi berpotensi untuk mendapat ancaman. Konservasi merupakan upaya untuk menjaga biodiversitas, menjaga ekosistem tetap sehat sebagai modal untuk memberikan manfaat bagi manusia (Indrawan et al, 2007). Indonesia mempunyai kekayaan sumber daya hayati yang sangat besar (mega biodiversity) disebabkan oleh letak geografisnya yang berada antara dua benua dan dua lautan, yaitu benua Asia dan Australia dan lautan Pasifik dan Atlantik. Dari segi iklim.Indonesia termasuk beriklim tropis basah dengan beragam agroekosistem (Noor, 2015). Hal ini menjadikan indonesia sebagai satu dari delapan pusat keanekaragaman genetika tanaman di dunia khususnya untuk buah-buahan tropis seperti durian, rambutan dan bacang (mangga) (Uji, 2007). Kekayaan keanekaragaman jenis buah-buahan asli Indonesia cukup tinggi dan masih banyak yang belum dimanfaatkan secara baik. Buah-buahan memiliki kontribusi yang penting dalam pemenuhan gizi masyarakat, dimana buah menyediakan sumber tambahan untuk karbohidrat, maupun vitamin dan mineral. Buah-buahan juga mampu memberikan kontribusi ekonomi yang signifikan dan memberikan sumber pendapatan bagi petani kecil jika dilakukan pengelolaan yang baik (Susi, 2014). 40


Sapindaceae. Vouarana anomala. A, B Male flowers . C Petals, ventral view. D Pistillode with subtaining annular disk. E Pistillode. (Acevedo-RodrĂ­guez 1997; reproduced with permission of the artist Bobbi Angell)

41


Buah Dimocarpus

42


Dimocarpus

Persebaran Dimocarpus mempunyai penyebaran yang luas, mulai dari Asia Selatan sampai di Asia tenggara dari Ceylon dan Maleysia timur (Leenhouts, 1971). Selain itu Dimocarpus juga ditemukan di Astralia (Leenhouts, 1973). Deskripsi Botanis Dimocarpus adalah tumbuhan dengan habitus pohon yag dapat tumbuh mencapai ketinggian 20 m, tumbuh tegak atau menyebar tergantung pada kultivarnya. Diameter batang Dimocarpus dapat mencapai 60 cm, warna batang coklat, permukaan batang kasar, percabangan yang banyak dan menyebar membentuk tajuk pohon yang membulat dan daun yang rimbun. Susunan daun paripinnate dengan 6-9 helai daun, warna daun hijau tua, sisi daun bagian atas mengkilat dan sisi bawah hijau pucat. Tepi daun rata, ujung daun runcing, pangkal daun membulat. Bunga muncul pada ujung tangkai atau terminal, ukuran bunga kecil, warna coklat kekuningan, calix 2-3 mm, petal 5, globrous, unisexsual, seringkali monoceus. Stamen 6-8, ada yang panjang ada yang pendek tergantung kultivar. Putik mempunyai ukuran yang kecil. Bentuk buah bulat sampai elips, warna buah coklat, aril bual berwarna putih, rasa manis, halus, ketebalan aril tergantung pada masing-masing kultivar. Biji bulat, warna hitam kecoklatan mengkilat (Leenhouts, 1971). Manfaat Tanaman dimocarpus mempunyai banyak manfaat dari berbagai bagian tanamannya. Buah tanaman ini dapat dimanfaatkan sebagai makanan dan dijadikan sebagai komersial. Salah satu variaetas Dimocarpus yang telah menjadi buah komersial adalah Dimocarpus longan var. longan atau sering disebut lengkeng.

43


Buah Leci

44


Litchi chinensis Persebaran Litchi berbeda genus dengan dimocarpus tetapi dalam keluarga yang sama yaitu Sapindaceae dan memiliki hubungan kekerabatan yang dekat dengan Dimocarpus. Berasal dari daerah antara selatan Cina, Viet Nam Utara dan Semenanjung Melayu. Litchi memiliki subspesies lain yang belum dikomersialkan. Yaitu bagian jenis yang ditemukan philippinensis ditemukan di Filipina (Luzon, Sibuyan, Samar dan Mindanao) dan Papua Nugini pada elevasi tinggi, sedangkan sub-spesies javensis ditemukan Semenanjung Melayu dan Indonesia. Sub-spesies javensis adalah spesimen langka ditemukan di kebun Cina di Jawa Barat dan Indo-Cina (Wong, 2000). Deskripsi Botanis Tanaman leci memiliki bunga yang kecil, bunga berwarna hijau kekuningan. Memiliki ranting tebal, dengan 7-11 benang sari dalam kelompok tetap, buah halus dengan tonjolan sampai dengan 1mm. Merupakan bunga majemuk dengan bentuk malai. Menurut (Tjitroe soepomo, 2007). Manfaat Sama seperti tanaman dimocarpus, Litchi Chinensis mempunyai banyak manfaat dari berbagai bagian tanamannya. Buah tanaman ini dapat dimanfaatkan sebagai makanan dan dijadikan sebagai komersial.

45


Buah Rambutan

46


Nephelium lappaceum (Rambutan)

Persebaran Rambutan adalah tanaman tropis yang tergolong ke dalam suku lerak-lerakan atau Sapindaceae, berasal dari daerah kepulauan di Asia Tenggara. Kata “rambutan� berasal dari bentuk buahnya yang mempunyai kulit menyerupai rambut. Rambutan banyak terdapat di daerah tropis seperti Afrika, Kamboja, Karibia , Amerika Tengah, India, Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand dan Sri Lanka. Botani Pohon hijau abadi, menyukai suhu tropika hangat (suhu rata-rata 25 derajat Celsius), tinggi dapat mencapai 8m namun biasanya tajuknya melebar hingga jari-jari 4m. Daun majemuk menyirip dengan anak daun 5 hingga 9, berbentuk bulat telur, dengan variasi tergantung umur, posisi pada pohon, dan ras lokal.Pertumbuhan rambutan dipengaruhi oleh ketersediaan air. Setelah masa berbuah selesai, pohon rambutan akan merona (flushing) menghasilkan cabang dan daun baru. Tahap ini sangat jelas teramati dengan warna pohon yang hijau muda karena didominasi oleh daun muda. Pertumbuhan ini akan berhenti ketika ketersediaan air terbatas dan tumbuhan beristirahat tumbuh. Manfaat Nephelium lappaceum mempunyai banyak manfaat dari berbagai bagian tanamannya. Buah tanaman ini dapat dimanfaatkan sebagai makanan dan dijadikan sebagai komersial.

47


48


Di sebelah tenggara Hutan Linggomanik terdapat sinkhole yang berukuran cukup besar Foto oleh: Dirham

49


Litsea cubeba Persoon L. Persebaran Tumbuhan ini merupakan perdu atau pohon dengan tinggi antara 5-15 meter dan diameter batang sekitar 6 - 20 cm. Di Sumatera Utara tinggi pohon dapat mencapai Âą 30 m dengan diameter Âą 30 cm (Heryati et al, 2006). Tumbuh berkelompok di daerah pegunungan pada ketinggian 700 s/d 2300 m diatas permukaan laut. Deskripsi Lemo (Litsea cubeba Persoon L.) termasuk ke dalam marga Lauraceae dengan nama daerah Kilemo (Jawa Barat), Krangean (Jawa Tengah) dan Antarasa (Sumatera Utara). Lemo dikenal sebagai penghasil minyak atsiri potensial, karena semua bagian pohon yaitu buah, daun, kulit kayu dan akar dapat dimanfaatkan sebagai sumber bahan baku minyak atsiri beraroma harum seperti aroma jeruk. Minyak atsiri dari jenis ini banyak dibutuhkan untuk keperluan industri, seperti bahan kosmetik (aromaterapi), sabun, minyak wangi, pembersih kulit, obat jerawat serta diyakini memiliki potensi sebagai sumber karsinostatic (zat anti kanker) tetapi masih perlu penelitian lebih lanjut. Manfaat Lemo dikenal sebagai penghasil minyak atsiri potensial, karena semua bagian pohon yaitu buah, daun, kulit kayu dan akar dapat dimanfaatkan sebagai sumber bahan baku minyak atsiri beraroma harum seperti aroma jeruk. Minyak atsiri dari jenis ini banyak dibutuhkan untuk keperluan industri, seperti bahan kosmetik (aromaterapi), sabun, minyak wangi, pembersih kulit, obat jerawat serta diyakini memiliki potensi sebagai sumber karsinostatic (zat anti kanker) tetapi masih perlu penelitian lebih lanjut. Budidaya Tumbuhan ini bermanfaat sebagai bahan baku industri dan sebagai bahan dasar obat tradisional yang dapat dikembangkan dalam skala kecil di masyarakat. Sebagai tumbuhan yang tumbuh secara alami, merupakan tumbuhan langka, serta banyak manfaatnya, tumbuhan lemo berpotensi untuk dikembangkan di kawasan hutan di Indonesia melalui usaha budidaya. Pohon lemo sampai saat ini belum dibudidayakan karena keberadaannya hanya ditemukan di hutan alam terutama hutan lindung dan hutan konservasi di daerah pegunungan, sehingga keberadaannya sudah mulai terancam punah karena mulai diburu masyarakat dengan menebang pohon dan mengulitinya.

50


Herbarium daun Litsea sp

Herbarium daun Litsea sp

51


Manilkara kauki (Sawo Kecik) Persebaran Sawo kecik tersebar mulai dari Thailand, Indochina, Myanmar sampai Autralia bagian utara. Di Indonesia tanaman ini dapat ditemukan di Sumatera bagian utara, Jawa, Madura, Bali, Sulawesi, Maluku, dan Sumbawa (Sidiyasa, 1998). Tanaman sawo kecik tumbuh baik pada daerah-daerah yang memiliki tipe iklim D dan tipe iklim E yang umumnya terdapat di hutan Purwo dan Banyuwangi (Jawa Timur) serta daerah Bali Barat dan pada daerah dengan tipe iklim C di Blambangan dan Buton (Hamzah, 1977). Curah hujan yang dikehendaki bervariasi antara 1286-1866 mm/th, dengan rata-rata jumlah hari hujan adalah 86,6 hari. Sawo kecik dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, namun umumnya pohon ini tumbuh baik pada tanah yang memiliki aerasi dan drainase yang baik serta tidak tergenang air dengan PH tanah sekitar 6 (Alrasyid, 1971). Sawokecik umumnya dijumpai pada daerah-daerah di dekat pantai yang kondisi tanahnya berpasir serta daerah-daerah karang dan hutan musim (Sidiyasa, 1998). Deskripsi Botanis Sawo kecik merupakan tumbuhan yang dapat tumbuh hingga 30 m dan diameter batang lebih dari 100 cm, batangnya berbanir tebal dengan tinggi banir sampai 1,5 m, serta kulit batang retak-retak dan beralur. Daun sawo kecil termasuk tipe daun tunggal yang berkelompok diujung ranting, berbentuk bulat telur terbalik melebar hingga menjorok lebar, berukuran 5-15 cm x 3-8 cm. Permukaan atas daun licin, berwarna hijau tua mengkilap, permukaan bawah berbulu halus menyerupai beludru berwarna kelabu kecoklatan, pangkal melancip, ujungnya membundar hingga bertakik. Tulang daun utama menonjol kebawah, tulang daun sekunder berjumlah 9-30 pasang, dengan panjang tangkai daun 1,3 – 3,7 cm. Buah berbentuk bulat telur atau elips denan panjangnya 2-3 cm (Sidiyasa, 1998).

Herbarium Manilkara kauki

52

Daun Manilkara kauki


Buah Manilkara kauki

Biji Manilkara kauki

Budidaya Tanaman sawo kecik (Manilkara kauki L. Dubard) sangat potensial untuk dikembangkan karena memiliki nilai komersial yang tinggi. Tanaman ini sudah dinyatakan sebagai tanaman yang jarang ditemukan (endangered species) dan untuk mencegah dari kepunahan diperlukan suatu upaya pelestarian yaitu dengan menggalakkan program penanaman jenis ini (Yuniarti, 2012). Budidaya sawokecik dapat dilakukan dengan mengecambahkan bijinya. Benih sawokecik memiliki dormansi kulit benih, sehingga memerlukan waktu yang cukup lama untuk berkecambah (Yuniarti, 2012). Dalam kondisi tersebut perlu diberi perlakuan untuk mematahkan masa dormannya. Penelitian (Kurniaty, N, A, E, E, & H, 2003) menunjukkan bahwa perlakuan pendahuluan yang tepat untuk benih sawokecik sebelum dikecambahkan adalah benih direndam dalam air dingin selama 4x 24 jam (96 jam). Perlakuan ini menghasilkan daya berkecambah paling besar bila dibandingkan dengan perlakuan pendahuluan yang lain. Tujuan dari perendaman dengan air yaitu supaya kulit bijinya lunak. Teknik perkecambahan benih sawo kecik yang paling tepat adalah dengan menyemaikan benih di bawah naungan dengan posisi benih horizontal, dan hilum berada pada posisi di bawah. Teknik ini membutuhkan waktu 20 hari untuk memulai berkecambah sedangkan media perkecambahan yang digunakan adalah media campuran tanah dan pasir dengan perbandingan 1:1 (Daryono, 1983). Manfaat Kayu sawo kecik sangat awet, adat, berat dan kuat sehingga tergolong kayu dengan kelas awet I dan kelas kuat I. Sehingga sangat baik dijadikan sebagai kayu kontruksi (Prosea, 1994). Selain itu, jenis ini dapat dimanfaatkan sebagai tanaman reboisasi disaerah yang kondisi tanahnya jelek, berbatu-batu, mengandung pasir, terutama didaerah panai dan daerah yang relatif kering (Setiawan, 2000) 53


54


Para surveyor sedang mengidentifikasi salah satu pohon yang terbesar di hutan linggomanik yang diyakinin sebagai pohon keramat oleh warga lokal.

55


“Pohon keramat ini terletak di puncak perbukitan linggomanik, pohon ini sering digunakan untuk pemberian sesajen.“

56


“Sama seperti warga yang lain Bu kasun masih mengutamakan masak menggunakan kayu bakar.�

57


58


tentang

SOSIAL BUDAYA

&

sekitar hutan linggomanik

Girimulyo merupakan salah satu desa di Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunung Kidul. Desa Girimulyo sendiri memiliki beberapa padukuhan, dan salah satunya adalah Padukuhan Tungu. Di Padukuhan Tungu, masyarakat memenuhi kebutuhan hidupnya dengan bertani. Lahan-lahan yang ada dimanfaatkan dalam berbagai bentuk, antara lain berupa tegalan dan tumpang sari. Pengelolaan lahan masih dilakukan secara sederhana, serta terdapat kendala dari kondisi tanah di daerah Gunung Kidul, yang memiliki kedalaman tanah yang rendah dan dikenal dengan istilah batuan bertanah. Keterbatasan ruang tanam merupakan tantangan yang harus dihadapi masyarakat Gunung Kidul dalam bercocok tanam, sehingga masyarakat harus beradaptasi dengan keadaan lingkungan sekitarnya. Untuk dapat beradaptasi dibutuhkan interaksi antara masyarakat dengan kondisi lingkungannya dalam waktu yang cukup lama. Dampak dari adaptasi tersebut mempengaruhi nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat yang secara berkelanjutan membentuk pola kearifan lokal yang melekat dalam masyarakat. Hingga akhirnya mempengaruhi kepercayaan dan kebudayaan yang ada. Di Padukuhan Tungu terdapat hutan yang dianggap keramat oleh masyarakat bernama hutan Linggomanik. Hutan tersebut dianggap keramat oleh masyarakat karena dipercaya terdapat sesosok mahluk gaib yang melindungi masyarakat dari malapetaka dan musibah. Karena dianggap keramat, maka masyarakat tidak ada yang berani masuk ke dalam hutan tanpa seizin juru kunci yang telah dipilih secara turun temurun. Namun masyarakat masih tetap dapat memanfaatkan Hutan Linggomanik untuk mencari kebutuhan pakan ternak.

59


Hutan yang sakral Nama Hutan Linggomanik diperoleh dari kata lingga yang berarti panah, dan manik yang berarti mata. Konon, dahulu ada seorang prajurit Kraton Mataram yang terluka akibat panah di bagian mata kemudian melarikan diri ke suatu hutan, dan menetap di dalamnya hingga ia wafat. Hutan tersebut tidak lain adalah hutan yang kini dikenal oleh warga sekitar dengan sebutan “Linggomanik�. Prajurit yang dijuluki sebagai Ki Ajeng Pamanahan ini juga memiliki kebiasaan untuk bertapa dan memberikan pengajaran ilmu kepada para pemuda yang tinggal di lingkungan sekitar hutan. Hal ini terbukti dengan adanya tempat pesarehan yang digunakan untuk menaruh sesajen dan bertapa di area hutan bagian timur. Serta paseban yaitu tempat sang pertapa mejang (mengajari ilmu) kepada muridnya. Entah karena alasan inikah Hutan Linggomanik dianggap sakral, atau karena alasan lain yang tidak diketahui warga.

60


Hutan Linggomanik memiliki juru kunci atau orang pintar yang dipilih untuk menjaga hutan tersebut. Setiap orang yang ingin mengunjungi hutan, harus meminta izin terlebih dahulu kepada sang juru kunci. Selain juru kunci, hutan linggomanik memiliki penjaga berupa makhluk non manusia bernama Mbah Rogo Kusumo. Mbah Rogo, sang penjaga dapat dipanggil dengan cara merasuki salah seorang warga dan biasanya memberikan peringatan kepada masyarakat desa apabila akan terjadi

bencana atau kejadian tidak baik, contohnya gempa bumi tahun 2006 silam. Para pendahulu hanya berpesan secara turun-temurun pada anak cucunya agar menjaga dan melestarikan hutan. Siapapun itu, terutama penduduk setempat, dilarang keras untuk menebang pohon atau merusak tanaman untuk pakan ternak. Mereka yang tidak percaya akan merasakan sendiri akibatnya.

“Dulu pernah ada yang mencoba menebang pohon di hutan ini, namun tidak lama kemudian ia jatuh sakit. Orang ini kemudian dibawa ke juru kunci hutan untuk meminta maaf kepada “pemilik hutan� supaya disembuhkan.� - Sarno , Ketua RW 61


Hutan bukan milik warga Hutan Linggomanik merupakan milik sultan atau yang biasa disebut Sultan Ground. Menurut KHP Notojudo, Sultan ground merupakan penguasaan tanah oleh Sultan Yogyakarta didapat sebagai pelaksanaan kesepakatan dari perjanjian Giyanti pada tahun 1755. Masyarakat tidak memiliki hak untuk menjual namun hanya memanfaatkan hutan untuk kebutuhan sehari hari. Selain itu masyarakat sekitar juga memiliki kesadaran untuk melestarikan dan menjaga agar hutan tidak rusak

“Status tanah adalah Sultan Ground. Ada hubungan dengan kesultanan. Untuk semua lahan disini apabila berstatus Sultan Ground, maka masyarakat tidak memiliki hak untuk menjual, namun bila memanfaatkan tidak apa apa.� - Supriyanto, Kepala Dusun

62


63


64


Aktivitas warga di hutan Aktivitas yang biasa dilakukan masyarakat di hutan Linggamanik dibagi menjadi 2 yaitu aktivitas sehari hari dan aktivitas adat. Masyarakat biasanya mengunjungi hutan Linggomanik sekedar untuk mencari kayu maupun mencari makan ternak untuk digunakan sendiri. Kayu yang diambilpun hanya sekedar ranting atau rotan tanpa menebang pohon. Mereka yang merusak hutan dikabarkan akan mendapatkan sakit karna perbuatannya. Selain itu masyarakat rutin melakukan beberapa tradisi Adat di Hutan Linggomanik. Yang pertama, sedekah lalapan yang merupakan tradisi tahunan, yang dilakukan pada minggu ketiga atau keempat masa tumbuh padi

sebagai bentuk rasa syukur dan permintaan pada Dewa padi, Dewi Sri agar tanaman tumbuh subur. Disebutkan bahwa tradisi ini sudah dilakukan sejak zaman nenek moyang. Sedangkan labuan merupakan tradisi menjelang musim tanam tiba. Tradisi labuan dilakukan dengan mengadakan kenduri bersama di hutan Linggomanik dengan mengucapkan syukur atas rezeki yang diberikan pada tahun kemarin dan meminta limpahan rezeki untuk tahun kedepannya. Yang ketiga yaitu tradisi sembah kayu. Tradisi ini dilakukan dengan memberikan sesajen dibawah pohon besar ditengah hutan untuk meminta sesuatu. Permintaannya pun beragam seperti meminta kesembuhan, dipermudah mencari pekerjaan, atau diberikan kemakmuran

65


66


67


Next project: Pariwisata Usulan mengenai rencana pengembangan wisata sendiri berasal dari masyarakat sekitar yang didukung oleh pemerintah desa. Dimulai dengan pembukaan jalur menuju hutan pada akhir tahun 2017 yang kemudian akan dilanjutkan dengan pembangunan objek wisata ditahun berikutnya. Dana sebesar 560 juta yang berasal dari PIWK pun disebutkan sudah di anggarkan untuk memaksimalkan pembangunan potensi wisata tersebut. Jenis wisata yang akan dibangun rencananya berupa wisata alam yang dibarengi oleh wisata adat. Selain hutan, disekitar Linggomanik juga terdapat ladang ladang masyarakat dan potensi wisata lain seperti Gua Ngerong yang menambah potensi wisata hutan Linggomanik. Perhelatan adat yang biasanya dilakukan masyarakat seperti sedekah lalapan diharapkan dapat menarik minat wisatawan untuk berkunjung ke Hutan Linggomanik. 68


Catatan Akhir Dita Marfu’ah Sufiatun

Hijaunya hutan tentu menjadi titik acuan dari cerminan terciptanya keselarasan antara kehidupan makhluk bernama manusia dengan alam. Sudah menjadi barang tentu bahwa keduanya dicita-citakan menjadi optimal pada posisi yang telah diukur dengan ketentuan masing-masing Semakin menua manusia, semakin berubah alur dan arah dalam memenuhi kebutuhan akan hutan, di suatu negeri yang dikata “Gemah Ripah Lohjinawi�. Dengan beraneka reka, dibumbuinya hutan dengan kreativitas supaya memiliki daya jual tinggi, bagi para penikmatnya. Bak mata air di tanah tandus, hutan beralih menjadi pundi-pundi rupiah. Menyejahterahkan ekonomi masyarakat sekitarnya Tanah tandus dengan mata air itu perlahan surut, hingga retak kerontangnya terdengar di seluruh penjuru negeri. Hijau yang dulu menjadi pundi, tak ayal bagai pelita yang kehabisan minyak. Menyisakan luka bagi alam Merebaknya mata air adalah koin bermata dua, satu sisi memancarkan petunjuk bagi manusia dalam menyeimbangkan kebutuhannya. Sisi lainnya menjauh dari titik acuan terciptanya keselarasan, antara kehidupan makhluk bernama manusia dengan alam

69


Tidak ada perpisahan yang berarti


Tanpa surya terbenam di ujung barat



Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.