VERSI - I [rest area puncak Bogor]
Enggon Ngaso Paniisan Imah Nini Jeung Aki
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEMENTERIAN PEKERRJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
TIM PENYUSUN Pengarah : Dr. Danis H. Sumadilaga Penanggung Jawab : Prof. Arief Sabaruddin Koordinator Perencana : 1. Kuswara, ST. M.Sc 2. Yuri Hermawan, ST. MT. 3. Syarif hidayatullah Santius , ST. MT. 4. Iwan Hermawan
Pengantar Dalam rangka pelaksanaan kegiatan advis teknis terkait dengan penataan Kawasan Puncak Kabupaten Bogor, Pusat Penelitian dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman, Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, telah diminta menyusun konsep basic design penataan rest area yang akan dibangun di Kawasan Puncak yang berfungsi sebagai tempat penataan pedagang kaki lima (PKL) kawasan, serta menata kawasan yang dapat digunakan sebagi tempat wisata saat beristirahat, solat, dan menghilangkan kepenatan. Kawasan wisata Puncak Bogor telah menjadi magnet yang kuat untuk dua kota metropolitan Bandung dan Jakarta sehingga memberi implikasi bangkitnya kegiatan-kegiatan ekonomi baru termasuk didalamnya kegiatan perdagangan. Kegiatan perdagangan di Kawasan Puncak Bogor tidak selalu menempati lokasi manifies namun banyak juga tumbuh pada kawasan laten di sepanjang jalan menuju puncak, kondisi tersebut menjadi banyak juga tumbuh pada kawasan laten sepanjang jalan menuju Puncak, kondisi tersebut menjadi permasalahan yang memicu terjadinya degradasi beberapa fungsi kawasan lainnya. Salah satu keunggulan Puncak adalah bentang alam dengan kondisi ekologis lingkungan yang masih asri sehingga menjadi daya Tarik masyarakat perkotaan. Potensi tersebut menjadi dasar pertimbangan dalam kegiatan penataan lingkungan binaan untuk selalu berpegang pada paradigm ekosentris.
Prinsip-prinsip rancangan ekologis berbasis nilai-nilai budaya local menjadi pegangan dalam merancang kawasan Puncak menjadi kawasan khusus rest area yang juga berfungsi sebagai rekreatif sekaligus menggerakan ekonomi mikro masyarakat. Bandung, 20 februari 2018 Kepala,
Arief Sabaruddin
Daftar Isi Pengantar Daftar Isi Pendahuluan Konsep/Basic Design Bentang Lansekap Eksisting (Foto Udara) Block Plan Tata Masa Potongan Site Bangunan Masdjid Tipologi Kios dan Fasilitas Lainnya Kolam Retensi Rekomendasi
Pendahuluan KONSEP DESAIN 1.Konsep desain mengacu pada pemikiran ekosentris dengan mengadopsi bentuk-bentuk permukiman tradisional priangan dengan upaya seoptimal mungkin mempertahankan bentang alam dan mengolah menjadi potensi untuk menggerakkan ekonomi kerakyatan melalui aktifitas rekreatif dan ekonomi perdangan mikro, 2.Menciptakan fasilitas lalu lintas jalur Puncak Bogor yang myaman, aktraktif, dan produktif, 3.Menciptakan aglomerasi aktifitas PKL yang dapat menjadi branding baru di kawasn Puncak, 4.Membangun tanpa merusak bentang alam, dengan mempertahankan fungsi ekologis seperti jalur-jalur air, kontur lahan untuk elemen natural lansekap.
MAKSUD DAN TUJUAN Menyusun basic design penataan tempat singgah (rest area) di Kawasan Puncak Bogor yang rekreatif dan produktif dengan memberdayakan ekonomi masyarakat melalui bangkitan kegiatan usaha kecil, serta desain yang dapat mengangkat kembali nilai-nilai arsitektur Jawa Barat.
PENDEKATAN 1.Mengurangi tingkat kemacetan di jalur kawasan Puncak dengan memberikan kantong tempat istirahat atau transit, 2.Terciptanya bangkitan aktifitas ekonomi untuk madyarakat sekitar kawasan Puncak.
Pintu Gerbang PTPTN VIII Gunung Mas
Rencana Lokasi Rest Area
Catatan: Batas kawasan masih bersifat perkiraan
Fasilitas 1.Area Anjungan Cerdas 5 ha dengan bengtang alam hijau, 2.Area parker 5000 m2, 3.Kios PKL 216 unit, ukuran 2.00 m x 3.00 m, 4.Amphiteater, kapasitas 250 orang, 5.Masdjid 3 lantai dengan alantai wudu 700 m2, 6.Menara masdjid, sekaligus menjadi tetengger/landmark kawasan, 7.Toilet umum, 8.Bangunan pengelola, termasuk klinik, 9.Area rekreasi outdoor.
BLOCK PLAN
Tata Masa
Masdjid Menara Masdjid Parkir Kios
Kios
Amphiteater
Kolam 1.Area terbangun lansekap 15% luas lahan, 2.Tata masa organic mengikuti kontur, 3.Tidak memotong urat air.
Parkir
POTONGAN SITE A - A
POTONGAN SITE B - B
POTONGAN SITE C - C
POTONGAN SITE D - D
KONSEP Bangunan Masdjid Konsep bangunan masdjid mengacu pada bangunan masdjid decade awal islam berkembang di Jawa Barat, yakni menggunakan atap yang disebut sebagai Bale Nyungcung, yakni atap limasan berundak tiga.
Kawasan Rest Area yang berada di kawasan wisata puncak harus memiliki jati diri, serta melakukan penguatan akar budaya Jawa Barat, yang berada di lingkungan asri suasana pegunungan.
G 21.00
A
SOLAT PRIA
21.00
1
Penataan masa bangunan masdjid yang cenderuang memerlukan lantai dengan hamparan yang luas, pada area tanah berkontur maka dibuat dengan konsep terasering, dimana lantau dasar digunakan untuk tempat wudu, dengan kebutuhan setengan dari luas lantai ruang solat, lantai dua dengan atap sejajar dengan muka tanah bagian belakang.
7
DENAH LANTAI SATU
TAMPAK MUKA
TAMPAK SAMPING
D
D TEMPAT WUDU
10.50
10.50
VOID
A
A
MEZANIN SOLAT WANITA
21.00 21.00
1
7 1
DENAH LANTAI DASAR
7
DENAH LANTAI DUA
DENAH ATAP
KONSEP Bangunan Kios dan Fasilitas Lainnya Konsep bangunan masdkios dan bangunan lainnya mengacu pada arsitektur rumah adat priangan, yakni atap julang ngapak. Menggunakan bahan bangunan bernuanasa alam seperti anyaman bamboo, atau kesan bambo, Unit kios dapat dikembangkan untuk bidang penutupannya, disesuaikan dengan kondisi, dibangun secara bertahap.
TAMPAK SAMPING
TAMPAK MUKA
PERSPEKTIF
Kolam berfungsi sebagai reservoir penampungan, yang dapat dimenfaatkan oleh masyarakat sekitar (seperti embung-embung), juga merupakan elem lansekap.
Menara landmark kawasan, sekligus sebagai menara pandang menuju arah kawasan perkebunan dan kota Bogor.
Tampak dari arah kios PKL, Kualitas lingkungan dari arah kios diharapkan terbentuk suasan kampong tradisional
REKOMENDASI Pentingnya membangun di kawasan puncak dengan memperhatikan bentang alam, karena kawasan ini memiliki keindahan alam karena bentang alamnya dan juga bila bentang alam ini digangung oleh pembangunan, dapat berakibat pada gangguan yang dapat membahayakan bagi masyarakat setempat, juga masakarat di luar kawasan, seperti bencana banjir di Kabupaten dan Kota Bogor termasuk di DKI Jakarta. Penting memperhatikan desain yang berbasis pada nilai-nilai lokal, yakni mengacu pada arsitektur trandisional Jawa Barat, dikarenakan arsitektur tradisional sudah terbukti, keberadaannya hidup harmoni dengan alam. Banyak pilihan yang dapat digunakan dalam arsitektur trandisonal, mulai dari pendekatan bentuk, pendekatan material, maupun pendekatan tata masa. Tata masa permukiman tradisional cenderung mengikuti p;ola kontur, tidak banyak melakukan pekerjaan cut and fill, begitu juga bahan yang digunakan lebih banyak menggunakan bahan alam.
Studio Perumahan : Puskim 2018
BALITBANG KEMENTERIAN PUPR