
5 minute read
mANCANEgARA
aMBISI auStralIa MengeKSPOr tenaga SUrya Ke SingapUra
australia kini memiliki proyek ambisius dalam pengembangan listrik ramah lingkungan PLTS. Sebagian besar daya yang dihasilkan akan diekspor langsung sejauh 3.800 kilometer ke Singapura, melalui kabel bawah laut bertegangan tinggi. TurIMan Sofyan
Advertisement
Indonesia sebaiknya tidak abai dalam keputusan untuk mandiri dalam sektor mengembangkan energi baru terbaenergi. Sebab, tanpa mulai menuju ke rukan (EBT). Sebab, negara tetangga, mandirian maka masa depan kebutuhan Australia, saat ini sedang mengembangenergi nasional akan kian tergantung kan proyek baru energi surya yang bisa asing dan memperlebar defisit neraca mengubah kebergantungannya pada perdagangan. energi fosil. Bahkan, Australia sudah mer encanakannya untuk mengekspor tenaga Proyek sun Cable surya ke Singapura. Seperti dilaporkan inverse.com,
Proyek pengembangan tenaga surya Australia kini sedang mengembangkan yang dibuat Australia mesti menjadi proyek “Sun Cable”, yaitu pengembangperhatian bagi Indonesia. Sebelumnya, an ladang tenaga surya berkapasitas 10 Australia merupakan negara pengekspor GW (gigawatt) pada lahan seluas 15.000 bahan bakar fosil terbesar ketiga di dunia. hektare di Tennant Creek, Australia bagian Tetapi, Australia sekarang ini sudah me utara. Nantinya, tenaga yang dihasil mikirkan untuk mengembangkan energi kan akan memasok kebutuhan listrik di surya. Darwin dan diekspor ke Singapura mela
Tidak ada salahnya, jika Indonesia lui kabel dasar laut sepanjang 3.800 km. menjadikan “Negara Kanguru” sebagai Sun Cable, dan proyek-proyek serupa contoh dalam pengembangan EBT. Jangan yang menggunakan pipa akan meman sampai kita malah mengekspor tenaga faatkan sumber daya EBT yang luas di surya dari Australia. negara itu. Dengan cara itu, Australia
Pemerintah harus berani mengambil berjanji akan memberikan bisnis alter natif dari ekspor batu bara, biji besi, dan gas. Langkah itu dapat merintis industri ekspor EBT, menciptakan industri manufaktur baru, dan sektor konstruksi di Australia.
Proyek Sun Cable diumumkan oleh sekelompok pengembang Australia pada tahun lalu. Para pendukung proyek men gatakan akan menyediakan seperlima dari pasokan listrik Singapura pada tahun 2030, dan menggantikan sebagian besar listrik yang dihasilkan bahan bakar fosil yang digunakan oleh Darwin.
Untuk mengekspor EBT ke luar negeri, kabel arus searah bertegangan tinggi akan menghubungkan wilayah utara Australia ke Singapura. Di seluruh dunia, beberapa kabel HVDC sudah menyalur kan daya melintasi jarak yang jauh, seperti Satu kabel yang menghubungkan Tiongkok bagian tengah ke kota-kota pesisir timur, seperti Shanghai. Fakta transmisi kabel HVDC jarak jauh terbukti efektif adalah gambaran yang mengun tungkan bagi Sun Cable.
Biaya menghasilkan tenaga surya juga turun secara dramatis. Biaya produksi satu unit menghasilkan dan mengangkut EBT jadi menguntungkan. Proyek ladang sel surya itu, diperkirakan menelan biaya AUS$ 20 miliar atau seki tar US$ 13,7 miliar.
Proyek itu memiliki susunan panel surya 10 GW yang tersebar pada lahan seluas 15.000 hektare, dengan dukun gan fasilitas penyimpanan daya sebesar 22 Giga Watt hour (GWh). Sun Cable, perusahaan Singapura di belakang proyek tersebut, berharap dapat memproduksi hingga 20 persen dari kebutuhan energi negara itu. “Kami akan mengangkat salah satu cadangan radiasi surya terbesar di dunia dan menyalurkannya melalui kabel bawah laut sepanjang 3.800 kilometer,” ujar CEO Sun Cable, David Griffin.
Selama ini, sekitar 95 persen listrik Singapura dihasilkan dari gas alam, dengan sebagian besar berasal dari gas alam cair impor (LNG). Para pemimpin Singapura mengatakan negara itu akan meningkatkan penggunaan energi ma tahari. Rincian yang lebih jelas tentang pihak mana yang akan membeli daya di Singapura belum dikonfirmasi, tetapi iS witch, salah satu pengecer listrik teratas Singapura dan pengecer energi bersih terbesar di negara itu, telah menunjukkan minat yang besar.
Chief Commercial Officer iSwitch, Andrew Koscharsky, mengatakan selera Singapura terhadap energi bersih ini semakin meningkat dan bahwa rencana tersebut merupakan jalan keluar bagi semua orang. Jika Anda mengatakan kepada saya setahun yang lalu bahwa Singapura akan memasang 350 MW tenaga surya pada tahun 2020, saya akan berpikir tidak mungkin di dunia, tetapi di sinilah kita sekarang. Sudah tercapai.
“Target berikutnya adalah 2.000 megawatt pada tahun 2030. Ini sangat ambisius, tetapi proyek-proyek seperti Sun Cable akan membantu kami sampai di sana. Berbagai perusahaan akan tertarik untuk membeli listrik netral karbon dengan sertifikat sewa dan energi terbarukan,” tambah Koscharsky.
Proyek EBT Bermunculan
Proyek tersebut bukan yang pertama di Northern Territory (NT), Australia. Sebelumnya, Andrew Dickson meluncur kan proyek Asian Renewable Energy Hub. Dickson memanfaatkan angin dan panas di wilayah Pilbara untuk menghasilkan energi terbarukan hingga 15 GW. Produksi tersebut rencananya digunakan untuk menghidupi industri lokal. “Setahu kami, proyek ini bakal menjadi pembangkit listrik hybrid (angin dan surya) terbesar di dunia,” ungkapnya.
Sampai saat ini, proyek di Pilbara
Australia sedang mengembangkan proyek “Sun Cable”, yaitu pengembangan ladang tenaga surya berkapasitas 10 GW pada lahan seluas 15.000 hektare di Tennant Creek. Nantinya, akan memasok kebutuhan listrik di Darwin dan diekspor ke Singapura melalui kabel dasar laut sepanjang 3.800 km.

masih tahap awal. Mereka memprediksi baru bisa mulai beroperasi satu dekade ke depan. Namun, hal itu pun sudah membuat para pemerhati lingkungan dan akademisi girang. Ross Garnaut, profesor bidang ekonomi di University of Melbourne, mengatakan bahwa transformasi energi di Australia sudah searah dengan kesepakatan Paris tentang emisi gas buang.
Di Australia, kini bermunculan rencana ekspor EBT. Proyek Hidrogen Terbarukan Murchison di Australia Barat akan menggunakan energi yang dihasil kan oleh ladang tenaga surya dan angin untuk membuat hidrogen terbarukan, yang akan dikirim dalam bentuk hidrogen cair ke Asia Timur.
Demikian pula Hub Energi Terbarukan Asia yang direncanakan dapat memiliki hidrogen terbarukan yang dihasilkan dari wilayah Pilbara Australia Barat dengan kecepatan 15 GW. Proyek ini juga akan diekspor dan dipasok ke industri lokal.
Proyek-proyek tersebut sejalan dengan Strategi Hidrogen Terbarukan ambisius milik pemerintah Australia Barat. Mereka ingin membuat hidrogen bersih menjadi pendorong bagi masa depan ekspor negara.
Australia menjadi negara yang mengadaptasi tenaga surya dan angin terkuat di dunia. Operator pasar mengharapkan kapasitas untuk tumbuh sebesar 60 persen pada 2025. Masalahnya adalah, bagaimana menggabungkan generasi yang tergantung pada kondisi cuaca ber fluktuasi menjadi suatu sistem yang lebih mantap yang disediakan oleh pembangkit listrik tenaga batu bara.
“Australia sudah memiliki kemampuan teknis untuk mengoperasikan sistem daya dengan aman, di mana tiga perempat energi kita kadang-kadang berasal dari pembangkit energi angin dan matahari," ujar Operator Pasar Energi Australia (AEMO) dalam sebuah laporan pada Kamis (30/4), seperti dikutip Aljazirah.
Pemerintah Australia menang gapi laporan AEMO dengan mengatakan bahwa laporan itu menggarisbawahi perlunya tenaga surya dan angin untuk didukung oleh sumber-sumber listrik. Ini juga menyoroti perlunya inersia yang cukup dari pabrik konvensional, yang membantu operator jaringan memperlan car perubahan frekuensi dan merupakan alat utama dalam membantu menyeimbangkan penawaran dan permintaan.
Penyimpanan energi juga akan memainkan peran kunci dalam transisi. Pemerintah Australia mendukung proyek Snowy pumped hydro yang bernilai mili aran dolar dan diharapkan akan dimulai pada akhir tahun ini. Proyek juga mendukung rencana yang disebut "Battery of the Nation” untuk memanfaatkan lebih baik kelimpahan air dan energi terbaru kan, di negara bagian Tasmania. n