
9 minute read
lENsA DAERAH
MenyaMBUngkan
SUMATERA DAN PULAU BANgKA
Advertisement
PLn unit Induk Wilayah (uIW) Bangka Belitung (Babel) terus berkomitmen mendukung keandalan kelistrikan di Pulau Sumatera. PLn uIW Babel sukses merealisasikan target 100 persen rasio Elektrifikasi dan rasio Desa berlistrik. Langkah selanjutnya, mengantisipasi pertumbuhan listrik untuk beberapa tahun ke depan dengan pengembangan green energy di kelistrikan.
TurIMan Sofyan
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) terus menggeliat dalam upaya membangun untuk kesejahter aan masyarakatnya. Provinsi Kepulauan Babel sebelumnya merupakan bagian dari Provinsi Sumatera Selatan.
Kemudian, Pemerintah Republik Indonesia berdasarkan Undang-Undang No. 27 Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, me netapkan sebagai provinsi ke-31, dengan Pangkalpinang sebagai Ibu Kota Provinsi. Wilayahnya terdiri dari dua pulau besar, yaitu Pulau Bangka dan Pulau Belitung serta pulau-pulau kecil.
Infrastruktur penunjang kegiatan perekonomian di Provinsi Kepulauan Babel terus dihadirkan, diantaranya di sektor kelistrikan. Kondisi kelistrikan di Babel saat ini cukup baik. Terlihat dari peningkatan beberapa kinerja Pembangkitan, Transmisi dan Distribusi serta dari hasil survei kepuasan pelang gan yang dilaksanakan oleh pihak independen (PT Surveyor Indonesia).
Abdul Mukhlis, General Manager PT PLN Unit Induk Wilayah (UIW) Bangka Belitung (Babel) mengatakan, rasio elek trifikasi dan rasio desa berlistrik di Babel sudah mencapai 100%. “Namun itu belum cukup bagi kami. Masih ada beberapa hal yang perlu kami tingkatkan terus dalam mengantisipasi pertumbuhan listrik beberapa tahun ke depan,” ujar Mukhlis, kepada Listrik Indonesia, beberapa waktu lalu.
Provinsi Kepulauan Babel, dengan dua pulau besar Bangka dan Belitung, serta sekitar 50 pulau-pulau kecil, seperti pulau Lepar, Pongok, Celagen, Nangka, Tinggi, Seliu, Bukulimau, dan banyak lagi, yang sedang giat-giatnya mengembang kan industri tambang timah, wisata, dan tambak udang. “Tren pertumbuhan ini membutuhkan kecukupan energi listrik yang andal bagi pelanggan,” tegasnya.
sistem Kelistrikan Babel
Terdapat dua sistem kelistrikan besar di Babel, yaitu Sistem Bangka dan Sistem Belitung serta sistem isolated di pulau - pulau. Pada saat Beban Puncak, pemaka ian listrik keseluruhan pelanggan di Sistem Bangka rata-rata sebesar 148 MW dengan cadangan daya sekitar 20 MW dan di Sistem Belitung pemakaian pel anggan rata-rata sebesar 40MW dengan cadangan daya sebesar 37 MW.
Menurut Mukhlis, pasokan listrik untuk Kepulauan Babel berasal dari PLTU, PLTG dual fuel, PLTD, PLTBm, PLTBg, PLTS dan terakhir PLTSa. Untuk menyalurkan listrik dari pembangkit sampai ke pelang gan, menggunakan sistem transmisi 150 kV di Pulau Bangka dan sistem transmisi 70 kV di pulau Belitung, yang selanjutnya ditranformasikan ke tegangan 20 kV
dan 380/220 Volt. “Saat ini kami sedang pembangunan transmisi dan kabel laut yang menghubungkan pulau Sumatra dan pulau Bangka dengan target COD di tahun 2021, sehingga ke depannya ketersediaan energi listrik di Bangka bisa lebih dari cukup,” ucap dia.
Selain menjaga kecukupan energi listrik, PLN Babel juga fokus menjaga ke andalan penyaluran energi listrik di Babel agar masyarakat semakin nyaman dalam menggunakan listrik dengan melakukan pemeliharaan terencana terhadap jaringan dan mesin-mesin pembangkit yang dimiliki oleh PLN. “Kami mendapat kelelu asaan untuk mengatur pola operasi sistem menjadi lebih andal dan efisien di tengah wabah pandemi Covid-19 ini,” ujarnya.
Di sisi lain, dia menambahkan, kondisi ini juga mendorong karyawan PLN menjadi lebih inovatif untuk menyapa dan mengoptimalkan pemakaian tenaga listrik pelanggan di tengah keterbatasan dengan menggunakan jalur media sosial yang ada. “Kami bersyukur, Alhamdulillah di tengah pandemi, penjualan tenaga listrik di Bangka Belitung masih tumbuh 5,66% sampai dengan Juni 2020,” ungkapnya.
Secara prinsip PLN UIW Babel bukan pelaksana proyek 35 MW secara lang sung. Akan tetapi terkait hal ini, PLN UIW Babel berkoordinasi dengan PLN Unit Induk Proyek (UIP) Pembangkit Sumatera dan UIP Jaringan Sumatera Bagian Selatan dalam penyelesaian kendala-kendala proyek di lapangan, misalnya koordinasi dengan pemerintah setempat untuk pemasalahan pembebasan lahan atau konsultasi teknis terkait pelaksanaan proyek itu sendiri.
“Hal yang paling utama yang harus kami lakukan adalah menyiapkan pelang gan dan jalur evakuasi energi listriknya, sehingga ketika proyek itu selesai dibangun dapat segera dimanfaatkan untuk kepentingan umum, khususnya masyarakat di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung,” ujar Mukhlis.
Bersama UIP Jaringan, lanjut Mukhlis, kami baru saja melakukan ujicoba operasi Transmisi dan Gardu Induk Manggar di Pulau Belitung, Alhamdulilah lancar dan beroperasi dengan baik. “Tahun 2021 diharapkan interkoneksi Pulau Sumatera dengan Pulau Bangka menggunakan Kabel Laut 150 kV dengan kapasitas 400 MW bisa COD. Interkoneksi ini akan memperkuat sistem kelistrikan di Pulau Bangka sekaligus menurunkan Biaya Produksi listrik,” kata dia.

dorong Renewable Energy
Provinsi Kepulauan Babel menjadi pioneer renewable energy dalam memanfaatkan Sawit di Indonesia, dan sampai sekarang tetap berkomitmen dengan hal ini. “Pembangkit Listrik Biogas (PLTBg) di desa Jangkang (Belitung Timur) merupakan PLTBg pertama yang melakukan jual-beli tenaga listrik dengan PLN. Selanjutnya, Pembangkit Listrik Bio Nabati (PLTBn) dengan bahan bakar CPO (Crude Palm Oil) merupakan proyek strategis Kementerian ESDM yang pertama beroperasi di Indonesia, terletak di Desa Pegantungan, Suge (Belitung),” jelasnya.
Untuk Pulau Bangka sendiri ada 4 IPP berbasis EBT yang beroperasi, yaitu dua Pembangkit Listrik Biomass (PLTBm) di Tempilang (Bangka Barat), PLTBg di Sungai Terlung dan Gunung Pelawan (Bangka). Di samping itu, PLN UIW Babel juga memiliki beberapa Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di pulau-pulau terluar. “Pada 2019 juga kami sudah berhasil memodifikasi 1 Unit PLTD Allen tipe 4016 dengan daya mampu 3 MW, sehingga bisa beroperasi dengan menggunakan CPO (dual fuel CPO dan B30),” ucap dia.
Selain itu, saat ini PLN Babel sedang melakukan uji coba cofiring PLTU Batubara yang ada di Pulau Bangka (PLTU AA 2 x 30 MW) dan Pulau Belitung (PLTU Suge 2 x 16 MW) menggunakan cangkang kelapa sawit serta uji coba operasi Pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa) 1 x 20 kW di Pulau Tinggi, Toboali, Bangka. “Di tahun 2020 ini PLN UIW Babel juga melakukan lelang beberapa pembangkit berbasis renewable energy (EBT) yang akan dibangun dengan skema jual beli tenaga listrik IPP (Independent Power Producer),” tutur Mukhlis.
PLN UIW Babel di 2019 berhasil meraih Penghargaan dalam upaya pengembangan energi listrik dari sampah sebagai bahan bakar PLTBg gasifier sampah. “Alhamdulillah, kami tidak sendiri dalam pengem bangan ini. PLN Babel bekerjasama dengan Pemda, Institut Teknologi PLN, Universitas Bangka Belitung dan lembaga/organisasi lingkungan hidup di Babel,” imbuh dia.
Menurut Mukhlis, saat ini masih proses uji coba operasi mesin dan suplai chain bahan bakar sesuai kebutuhan mesin dan ketersedian bahan baku. “Dan ini yang menarik adalah bagaimana langkah yang kita lakukan juga dirasakan manfaatnya oleh masyarakat sekitar,” ucap dia.
Mukhlis menambahkan, ke depan akan terus menjalin kerjasama dengan pemda untuk memanfaatkan sampah selain untuk melistriki pulau-pulau terluar di Provinsi Bangka Belitung, sampah juga akan diupayakan untuk menjadi sumber energi dalam operasi co-firing PLTU.
Upaya-upaya ini diharapkan menjadi solusi permasalahan pengolahan sampah di Masyarakat sekaligus menjadi alternatif penyediaan listrik untuk masyarakat. “Kami berusaha terus untuk meningkatkan keandalan jaringan dalam rangka menjaga kepuasan pelanggan listrik di Bangka Be - litung. Selanjutnya bagaimana mewujudkan energi listrik di Babel menjadi lebih green dan lebih murah dari biaya produksi listrik saat ini,” pungkas Mukhlis. n
MenguBaH SISa deSaLInaSI MenJaDI energI lIStrIK

Desalinasi biasa digunakan pada pembangkit listrik tenaga gas dan uap untuk mengolah air laut menjadi air tawar. Seiring perkembangan teknologi, ternyata air sisa desalinasi dapat dimanfaatkan menjadi sumber energi lain salah satunya mikro hidro/pembangkit tenaga air. canDra WISESa
Di dalam siklus PLTU dan PLTGU membutuhkan air desalinasi terbuang sia-sia ke laut. Beberapa pem demineralisasi, hal ini agar alat-alat di pembangbangkit mencoba memanfaatkan debit air desalinasi kit terhindar korosi. Sebelum memperoleh air ke metode lain, salah satunya yang diterapkan demineralisasi, maka membutuhkan air tawar atau PT Indonesia Power pada PLTGU-nya yang terletak air baku produksi, dalam prosesnya yang disebut de di kawasan Pantai Utara, Jakarta. Air Desalinasi salinasi. Biasanya sisah air desalinasi dibuang begitu dimanfaatkannya menjadi pembangkit listrik tenaga saja ke laut. Tapi ternyata sisah air desalinasi ini bisa mikro hidro (PLTMH). dimanfaatkan menjadi sumber energi lain. Di area pembangkit tersebut, air destilat yang
Sistem desalinasi terdiri atas dua bagian utama dipisahkan dari air laut digunakan untuk keperluan yaitu flashing stage dan brine heater. Flashing stage operasi unit, fire-fighting system, domestic water, merupakan sebuah chamber tempat terjadinya proses dan lainnya. Air sisa proses desalinasi ini kemudian evaporasi dan kondensasi, proses ini sangat bergan dialirkan kembali ke laut. Kemudian, potensi air tung pada temperatur air laut yang berasal dari brine sisa desalinasi yang memiliki debit cukup tinggi ini heater (top brine temperature). Untuk mendapatkan dimanfaatkan kembali sebagai sumber energi PLTMH, kualitas air yang diinginkan maka top brine tempera yang listriknya digunakan untuk penerangan gedung ture perlu untuk dijaga agar tetap stabil. Di sinilah kantor dan membantu memenuhi kebutuhan listrik peran desalinasi untuk mendapatkan bahan baku bagi kebun hidroponik warga di daerah Sunter, Jakarta produksi listrik. Utara.
Seiring perkembangan dan massifnya teknologi “Bila sebelumnya air sisa desalinasi ini dibuang desalinasi seakan menjawab permasalahan air bersih, begitu saja ke laut melalui outfall dengan debit cukup terlebih pada pembangkit listrik. Terkadang, debit air tinggi, kini energi potensial sisa desalinasi tersebut
diubah menjadi energi listrik melalui PLTMH,” jelas M. Syaifuddin, Pelaksana Senior Lingkungan PRO POMU.
langkah Pemasangan
Siapkan lahan di sekitar pembuangan air desalinasi untuk dipasangkan mesin generator. Generator mikro hidro terdiri dari: 1. Shut-off Valve yang berfungsi sebagai gerbang untuk membuka dan menutup aliran air menuju turbin. 2. Turbin salah satu komponen utama yang fungsin ya mengubah daya dorong air menjadi energy mekanik/putaran. 3. Bearing Turbine merupakan bantalan yang berada pada poros turbin untuk menyangga agar turbin bisa berputar dengan lancar. 4. Throttle Valve, katup yang berfungsi untuk mengatur laju aliran atau putaran sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan. 5. Belt, berfungsi meneruskan putaran turbin menuju generator. 6. Generator, mengubah energi putar menjadi energi listrik. 7. Indicator Panel, panel untuk memantau informasi tegangan dan arus yang dihasilkan generator.
Setelah semuanya sudah PLTMH siap dioperasi kan dan menghasilkan listrik. Dengan beroperasinya PLTMH ini potensial saving energi yang dihasilkan mencapai 6 kW-8 kW dan disimpan dalam baterai (aki) 12V 100Ah. Selain untuk kebutuhan listrik gedung, listrik yang disimpan dalam aki ini dis alurkan ke warga yang memiliki rumah produksi. Sehingga mampu menekan biaya produksi. Terebih di tengah pandemi Covid-19 saat kegiatan masyarakat cukup terhambat, program lingkungan PLTMH ini tetap mampu menghidupkan aktivitas dan menam bah penghasilan masyarakat sekitar.
Keunggulan PLTMH tidak menghasilkan emisi
Bila sebelumnya, air sisa desalinasi ini dibuang begitu saja ke laut melalui outfall dengan debit cukup tinggi, kini energi potensial sisa desalinasi tersebut diubah menjadi energi listrik melalui PLTMH.
gas rumah kaca yang merupakan penyebab utama keprihatinan internasional tentang masalah lingkungan. PLTMH tidak melibatkan proses pembakaran, sehingga tidak menyebabkan emisi polusi seperti karbon dioksida seperti pembakaran bahan bakar fosil. PLTMH hanya membutuhkan sejumlah kecil aliran air. Bahkan dengan debit air beberapa liter/ menit dan perbedaan ketinggian 1 meter, PLTMH sudah bisa dibangun. Selain itu, PLTMH menjadi sumber listrik yang andal karena kelangsungannya sebagai penyedia energi listrik dibandingkan dengan teknologi terbarukan skala kecil lainnya. Dan energi sangata cocok digunakan di negara berkembangan seperti Indonesia.
Tak hanya itu, jika dilihat dari sisi bisnis pema sangan PLTMH di lahan pembangkit dengan sisa air deslinasi bisa dijadikan model bisnis baru, apalagi kalau bisa memproduksi listrik yang cukup besar. Inisiasi PLTMH yang dilakukan Indonesia Power di wilayah PLTGU-nya dapat dijadikan contoh dan replikasi atau diimplementasikan di pembangkitpembangkit listrik yang ada di Indonesia karena dapat menuai keuntungan tidak hanya untuk internal juga masyarakat sekitar. n
PrOSeS DeSalInaSI water

SUMBER: SIEMENS