PENGEMBANGAN ITB ditbang.itb.ac.id
ITB Resmikan Halte ITB sebagai suatu institusi pendidikan yang juga berbasiskan dalam pengabdian masyarakat baru saja meresmikan 2 buah halte yang berada di jalan Taman Sari dan jalan Ganesha. Pembangunan halte ini tentu tidak terlepas dari peran serta masyarakat terutama Bank BNI untuk Halte Taman Sari 1 dan Bank BJB untuk Halte Ganesha 2. Diharapkan pembangunan halte ini dapat lebih menertibkan keadaan lalu lintas yang berada di dua buah ruas jalan ini.
Pembangunan Penataan di Kampus ITB Ganesha
Rancangan Institut Teknologi di Sumatera
Halte Jalan Ganesha
aktivitas mahasiswa. Beberapa fasilitas yang telah dibangun untuk di wilayah kampus ITB Ganesha sendiri antara lain:
ITB sebagai salah satu institusi pendidikan tinggi teknologi di Indonesia mendapat kepercayaan dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) Kementerian Pendidikan Nasional untuk menjadi perencana untuk pendirian Institut Teknologi yang baru yang berlokasi di Provinsi Lampung.
Selasar Perpustakaan
Direktorat Pengembangan ITB telah melaksanakan beberapa proyek implementasi di kampus ITB Ganesha. Dengan adanya pengembangan kampus ITB sebagai Multi Kampus serta visi ITB menjadi World Class University, maka diperlukan peningkatan sarana dan prasarana sebagai fasilitas pendukung
Selasar SIPIL
2
Selasar TPB
DESEMBER
Pembangunan Institut Teknologi Sumatera ini didasari oleh lambatnya perkembangan teknologi di Indonesia, sehingga diperlukan pengembangan lembaga pendidikan tinggi teknologi yang ada di Indonesia. Dalam pengembangan tersebut, Indonesia baru memiliki dua kampus Institut Teknologi yakni Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) yang keduanya secara geografis berada di Pulau Jawa. Menimbang luasnya wilayah Indonesia, tingginya pertumbuhan penduduk, dan persebarannya, serta tingginya tuntutan bagi pemenuhan persebaran ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia maka upaya menumbuhkan Kampus Institut Teknologi di wilayah luar Jawa di Indonesia menjadi hal yang penting. Oleh karena itu, diperlukan suat acuan untuk menelaah daya dukung Pulau Sumatera pada umumnya dan Sumatera pada khususnya merupakan bagian dari upaya untuk mengidentifikasi kebutuhan dan penumbuhan Institut Teknologi. â–
TROTOAR LABTEK I
DESEMBER
3
EDITORIAL Majalah ini diterbitkan oleh Direktorat Humas dan Alumni Wakil Rektor Komunikasi Kemitraan dan Alumni Institut Teknologi Bandung
Kepentingan Publik dan Pro Rakyat Dalam berbagai kesempatan, para pejabat, baik di legislatiaf maupun eksekutif, sering menggunakan frasa “kepentingan publik” untuk mengungkapkan kebijakan yang mengakomodasi keinginan masyarakat. Serta, untuk menyatakan dukungannya kepada masyarakat kecil, istilah “pro rakyat” umum digunakan. Namun, apa makna sebenarnya dari publik? Dan apakah tepat menggunakan istilah “pro rakyat”? Kata “kepentingan publik” sendiri sebenarnya cukup kompleks dan problematis. Pertama, ia memiliki masalah persepsi. Pertanyaan yang layak diajukan dalam isu ini seperti: Hal-hal seperti apa yang masuk ke dalam kepentingan publik? Serta, apa saja yang tidak terhitung dalam kepentingan publik? Kedua, ia terbungkus dalam sebuah ekspektasi atau harapan tertentu. Siapa yang harus bertanggung jawab? Apa batasannya? Siapa saja yang berperan? Dengan cara seperti apa mewujudkannya? Karena itu, ketika mendefinisikan “kepentingan publik” ke dalam kebijakan, mau tidak mau akan ada keberpihakan muncul di sana. Situasinya menjadi tidak lagi sederhana jika mengingat bahwa masyarakat kita memiliki keberagaman yang begitu berwarna. Berikutnya, masih senada dengan “kepentingan publik,” istilah “pro rakyat” juga sering digunakan untuk mengungkapkan keberpihakan pada masyarakat luas. Ia biasanya dirangkai dengan kata kebijakan atau program, sehingga kalimat yang umumnya muncul adalah “kebijakan yang pro rakyat” atau “program pro rakyat.” Pertanyaannya adalah, apakah ada kebijakan atau program pemerintah yang tidak pro rakyat? Jika tidak pro rakyat, maka kebijakan atau program tersebut “pro” kepada siapa?
DAFTAR ISI
Penanggung Jawab : Hasanuddin Z. Abidin Direktur : Marlia Singgih Wibowo Direktur Pelaksana : Dhany Dewantara Direktur Kreatif : Iman Sudjudi Administrasi : Anis Sussieyani, Binarti Dyah Pertiwi Pemasaran & Distribusi : Budi Mulyadi, Abid Alhayyu
§ Pengembangan ITB – 2 § Editorial – 4 § Daftar – 5
REDAKSI Editor Pelaksana : Niken Prasasti Editor : Ismail Al Anshori, Anton William, Dewi Pramesti Kontributor : Dyshelly Nurkartika Pascapurnama, Shofia, Christian Wibisono, Pijar Artistik : Azizah Assattari, Anastasia, Deni, Guyun, Toto Fotografer : Melisa Ika Puspita, Yayat Ruchiyat Alamat Redaksi : Kantor Direktorat Humas dan Alumni. Gd. CCAR Lt. 1 Jl. Tamansari No. 64 Bandung. Tel. 022 - 2500935
6
§ Cover Story – 6 § Cinta Tak Harus Buta – 8
Cover Story
§ Penyakit Tukak Peptis Pada Saluran Pencernaan – 10 § Game, Bukan Cuman Permainan – 14 § Kenapa Repot Membeli Benda Tak Nyata – 18 § Layangan Ideologis di Bali – 20
Artikel atau informasi kegiatan dapat dikirimkan ke: Email: redaksi@itbmagz.com
Hubungi Kami
Email: redaksi@itbmagz.com Facebook: facebook.com/itbmagz Twitter: twitter.com/itbmagz
§ Riset Tak Jemu Hasilkan Buah Lokal – 24
34
§ Seminar dan Pameran “Mewujudkan Komunitas Pintar” – 28
Bersiasat Membangun Watak
§ Mengenal Pemindaian Antar Ruang – 30 § Wajah Baru Perguruan Tinggi – 32 § Bersiasat Membangun Watak – 34 § Membentuk Karakter Insan ITB (Pak Wir Berkiat) – 36
Dalam konteks pendidikan tinggi, isu ini mengemuka tatkala diskusi tentang Undang-Undang yang baru. UU yang lama dinilai tidak bisa mengakomodasi kepentingan publik dengan baik dan tidak pro rakyat. Atas dasar itu lah, klaim pemerintah, UU baru tersebut dibuat.■
Ismail Al Anshori
36 4
DESEMBER
Membentuk Karakter Insan ITB
DESEMBER
5
COVER STORY
K
arakter, dari jaman ke jaman, menjadi faktor penentu dalam pembangunan. Karakter yang kuat akan memberikan hasil yang optimal. Tanpa karakter, pembangunan mungkin tak akan pernah ada dan jalan di tempat. Baik pemimpin maupun yang dipimpin harus punya karakter. Karakter bukan sebongkah batu yang keras. Logam mungkin menjadi metafor yang tepat untuk menggambarkan karakter. Sebongkah logam akan berkarat tak berguna jika tidak cocok dengan yang dibutuhkan oleh lingkungannya. Cara yang dapat digunakan adalah melelehkan logam itu dengan temperatur tinggi dan ditempa berkali-kali hingga sesuai dengan yang dibutuhkan masyarakat. ITB harus melahirkan lulusan-lulusan dengan karakter prima, menjadi logam yang tepat yang menopang pembangunan Indonesia ke arah yang lebih baik. Dhany Dewantara Foto: Melisa Ika Puspita
6
DESEMBER
DESEMBER
7
LIPUTAN
Cinta
Tak Harus Buta
U
dang windu harus dibutakan agar bertelur. Teknik baru dilakukan dengan suntikan saja. Udang, siapa tak pernah mencicipinya? Makanan lezat dan bergizi satu ini pasti menjadi salah satu makanan favorit bagi pecinta kuliner, terutama para pecinta seafood. Binatang perairan ini dikonsumsi berbagai kalangan karena rasa dagingnya yang gurih. Wajar jika beraneka produk hasil olahan udang mudah ditemui di berbagai restoran dan pasar swalayan. Udang telah menjadi kecintaan orang Indonesia.
Pasar luar negeri juga menyukai udang. Hal ini terlihat dari peningkatan 4,15 persen ekspor udang Indonesia selama periode 2003-2007, dari 137.636 ton menjadi 160.797 ton. Menurut Kepala Pusat Data, Statistik, dan Informasi Departemen Kelautan dan Perikanan, volume ekspor udang mendorong peningkatan nilai produksi udang, yaitu dari 850.222 juta dolar AS pada 2003 menjadi 1.048 miliar dolar AS pada 2007. Hal ini menunjukkan nilai ekspor udang mencapai hampir dari 50 persen total nilai ekspor perikanan. Sebagian besar produksi udang diekspor ke Jepang, Amerika Serikat, Hongkong, dan negara-negara Eropa. Salah satu komoditas udang unggulan Indonesia adalah udang windu (Penaeus monodon). Permintaan udang windu yang meningkat setiap tahun di dunia. Dengan nilai ekonomi yang tinggi di pasar
8
DESEMBER
internasional, komoditas ini banyak dilirik oleh para pengusaha karena sangat menjanjikan. Sebagai spesies asli Indonesia, udang windu dapat diperoleh langsung dari alam. Petani pun banyak yang merambah bisnis ini. Akibatnya, eksploitasi udang windu di alam tak terhindarkan. Dalam jangka waktu panjang penjaringan besar-besaran ini berdampak buruk terhadap keberadaan udang windu di habitat aslinya. Budidaya udang windu merupakan solusi bagi petani atau pengusaha untuk tetap menjaga keberadaan udang windu di alam tanpa mengurangi usaha produksi udang. Udang windu sudah dibudidayakan di Indonesia sejak awal 1980-an.
Pembudidayaan udang menggunakan teknik yang tepat dan efisien berujung pada peningkatan volume panen udang hingga berkali lipat dibandingkan pengambilan langsung dari alam. Pemeliharaan udang windu cocok dilakukan di lahan tambak sepanjang pinggir pantai. Beberapa persyaratan tambak yang dibutuhkan untuk budidaya udang ini antara lain: lahan dengan tekstur tanah liat atau tanah liat berpasir agar dapat menahan air, suhu air harus berkisar antara 26-30 derajat Celsius dengan salinitas 15-30 bagian per sejuta, dan air tambak harus bebas dari zat-zat kimia pencemar. Sebagai tambahan, tambak harus memiliki saluran air masuk (inlet) dan saluran air keluar (outlet) yang terpisah serta listrik yang memadai. Terdapat tiga tipe budidaya udang windu. Pertama, tambak ekstensif atau tambak tradisional, merupakan tambak yang umumnya dibuat di lahan pasang-surut atau di area lahan bakau. Tambak ini mempunyai ukuran dan petak tambak tidak teratur dan pemeliharaannya tidak menggunakan pupuk dan obatobatan Kedua, tambak semi intensif, merupakan jenis tambak yang dilakukan di lokasi dengan area terbuka. Bentuk petakan tambak teratur namun masih berupa petak dalam ukuran yang luas, yaitu sebesar 1-3 hektar per petak. Selain itu jumlah udang windu yang ditebar masih rendah dan penggunaan pakan buatan masih belum banyak digunakan. Ketiga, tambak intensif, merupakan jenis tambak dengan pengelolaan yang sangat baik dan memiliki skala produksi yang
Dalam biologi molekuler, teknik ini disebut RNA interference (RNAi). Formula yang mereka pakai adalah double-stranded RNA Gonad-Inhibiting Hormone (dsRNA-GIH). Formula awalnya masih berupa emulsi kering. Agar bisa disuntikkan, formula perlu diencerkan. Dosis penyuntikan disesuaikan dengan berat badan induk udang.
dkpdonggala.blogspot.com
jauh lebih besar. Pada tambak ini, lokasi berada di daerah khusus tambak di atas lahan yang luas. Ukuran petak tambak dibuat lebih kecil agar pengelolaan air dan pengawasan udang berjalan lebih efisien. Jumlah udang windu dalam kolam tambak juga jauh lebih tinggi dan sudah memiliki program pakan yang lebih baik. Pada saat ini, teknik budidaya udang windu yang umum dikerjakan petani adalah dengan mengablasi (memotong) batang mata induk udang windu. Pemotongan dilakukan agar induk udang terangsang untuk bertelur sehingga dapat diperoleh anakan (benur) udang windu. Ya, dengan kata lain udang harus dibutakan terlebih dahulu agar mudah bertelur. Teknik budidaya ini sebenarnya tidak efektif karena induk udang yang diablasi batang matanya tidak akan bertahan hidup lama, yaitu hanya setelah dua hingga tiga kali bertelur atau sekitar tiga minggu
dari proses ablasi. Padahal, induk udang windu semakin sulit diperoleh dari alam. Lagipula, untuk mendapatkan udang windu yang siap bertelur harus berumur 1,5 tahun. Dua dosen Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) ITB mencoba mengatasi keterbatasan teknik budidaya konvensional ini. Dr. Adi Pancoro dan Dr. Sony Suhandono memanfaatkan penelitian di bidang genetika dan molekuler. Penelusuran mereka menemukan pemotongan batang mata udang disebabkan batang mata udang windu merupakan tempat untuk memproduksi hormon penghambat pembentukan sel gamet (sel telur atau sperma) yang disebut dengan Gonad-Inhibiting Hormone (GIH). Ablasi batang mata udang akan melenyapkan hormon penghambat pembentukan sel telur. Hambatan ini merangsang udang windu dapat terangsang untuk menghasilkan sel telur.
Penelitian ini telah diujicobakan di Pusat Penelitian Bioteknologi ITB yang bekerjasama dengan Balai Besar Pengembangan Budi Daya Air Payau (BBP-AP) di Jepara, Jawa Tengah. Produksi dsRNA-GIH masih dalam skala terbatas dan tersedia dalam bentuk larutan konsentrasi 600Âľg/500ÂľL yang siap diinjeksikan. Penelitian kedua dosen ITB ini diharapkan bisa berlanjut pada produksi formula dalam skala besar. Jika produksi massal sudah dilakukan, teknik ini bisa menjadi alternatif efektif dan ekonomis bagi petani udang windu. Tentunya penambahan produksi ini berdampak pada menggelembungnya kocek negara. Bagi penggemar seafood, penelitian ini berarti lebih banyak daging udang gurih yang bisa dimakan. â– Sumber: http://lpik.itb.ac.id/index.php?option=com_content&task=view &id=67&Itemid=45 http://ims.itb.ac.id/application/print/ PrintDetailProdukPenelitian.php?id=1 http://www.pelita.or.id/baca.php?id=53156 http://www.fourseasonnews.com/2012/09/prospek-komoditiudang-dari-sisi.html http://www.naturalnusantara.co.id/index.php?mod=produklifl et&act=view&id=101
Kedua dosen SITH ITB ini, menemukan teknik baru pengganti teknik ablasi batang mata udang windu. Caranya, mereka menyuntikkan sebuah formula penghambat produksi GIH pada batang mata udang windu. Penghambatan pada tingkat molekuler ini membuat teknik ablasi batang mata tak harus dilakukan lagi.
DESEMBER
9
FRAGMEN
I Ketut Adnyana, Ph.D., Apt. Kelompok Keahlian Farmakologi – Farmasi Klinik Sekolah Farmasi ITB
Penyakit Tukak Peptik pada Saluran Pencernaan Oleh: I Ketut Adnyana Kelompok Keahlian Farmakologi – Farmasi Klinik Sekolah Farmasi ITB
B
eberapa kali kita mendengar dan menonton tayangan di berbagai media seorang pejabat tersangka korupsi urung dijebloskan ke penjara setelah ditangkap paksa. Aparat hukum terpaksa melarikan tersangka ke unit gawat darurat rumah sakit karena menderita penyakit saluran pencernaan. Tak jarang pula mahasiswa dengan pola makan dan gaya hidup tidak teratur harus beristirahat selama beberapa hari di rumah sakit. Perawatan ini disebabkan penyakit saluran pencernaan yang dipicu kurangnya kandungan gizi makanan yang dikonsumsi ditambah tingkat stres akademik yang amat tinggi. Kambuhnya penyakit saluran pencernaan pada pejabat dan mahasiswa di atas jamak terjadi pada pejabat dan mahasiswa. Dua profesi dengan tingkat stres tinggi ini rentan terserang penyakit saluran pencernaan tukak peptik. Tukak peptik (peptic ulcer) adalah berasal dari luka pada lapisan mukosa, submukosa, dan muskularis dari organ pencernaan. Organ luka ini adalah lambung, usus dua belas jari dan pada esofagus--walaupun tukak jarang terjadi pada esofagus. Tukak pada lambung disebut gastric ulcer (tukak lambung) dan tukak pada usus dua belas jari disebut duodenal ulcer (tukak duodenum).
10
DESEMBER
Gejala yang umum dialami pada penderita tukak peptik
Tukak peptik terjadi akibat ketidakseimbangan antara faktor agresif dan faktor defensif. Faktor agresif antara lain asam lambung, pepsin dan gerakan peristaltik gastroduodenum, obat ulserogenik seperti kortikosteroid dan NSAIDs (non steroid anti-inflammatory drugs), alkohol, nikotin, iskhemia mukosa lambung, bakteri Helicobacter pylori. Faktor defensif di antaranya mukus, bikarbonat dan prostaglandin, aliran darah, fungsi pilorik normal, perbaikan sel epitel lambung yang cepat. J. Robin Warren dan Barry J. Marshall ilmuwan berkewarganegaraan Australia meraih hadiah Nobel Kedokteran 2005 berkat temuannya yang luar biasa yaitu keberadaan Helicobacter pylori, bakteri gram negatif berbentuk spiral sebagai penyebab tukak peptik. Infeksi H. pylori menjadi penyebab dominan, sekitar 7090 persen pasien tukak peptik, di negara berkembang dengan tingkat kesehatan lingkungan yang masih memprihatinkan dan tingkat sosioekonomi yang masih
rendah seperti Indonesia. Gejala tukak bisa terlihat dari munculnya rasa terbakar dan nyeri di antara perut dan tulang rusuk (epigastrik). Rasa sakit biasanya timbul ketika sedang makan dan pagi hari. Keluhan di perut ini timbul selama beberapa menit sampai beberapa jam dan hilang dengan makan atau dengan pemberian antasida. Gejala lain yaitu mual, muntah, kehilangan selera makan dan turunnya bobot badan. Perdarahan dapat terjadi dan menyebabkan perasaan lemah dan lesu. Perdarahan hebat dapat menyebabkan muntah darah kental dan berwarna hitam. Puncak kejadian tukak duodenum adalah usia 30-60 tahun, walaupun gangguan itu sendiri dapat terjadi pada berbagai usia. Sedangkan kejadian tukak lambung puncaknya terjadi pada usia 55-65 tahun. Tukak lambung lebih banyak diderita olah orang dewasa daripada anak-anak. Diperkirakan 5-10 persen populasi mengalami tukak peptik sepanjang hidup mereka. Angka kejadian tukak peptik
menurun di negara-negara maju namun meningkat di negara-negara berkembang. Pola makan penduduk, kesehatan lingkungan, dan tingkat sosioekonomi masyarakat menentukan jumlah penderita tukak. Penyebab dan Faktor Resiko Kebanyakan tukak peptik terjadi akibat adanya asam lambung dan pepsin, dimana bakteri gram negatif Helycobacter pylori, atau penggunaan obat-obat NSAIDs seperti aspirin, diklofenak, piroksikam, ibuprofen, asam mefenamat, dan lain-lain, atau faktor stres yang menggangu pertahanan mukosa normal dan menghambat mekanisme penyebuhan luka. Helycobacter pylori merupakan bakteri gram negatif berbentuk spiral, bersifat tidak stabil dalam asam, berada diantara lapisan mukosa dan permukaan sel epitelial. H. pylori masuk ke dalam lambung terbunuh oleh asam lambung karena sebelum H. pylori memasuki tempatnya diantara lapisan mukosa lambung dan sel epitelial. H. pylori akan memproduksi banyak enzim urease yang akan memecah urea dalam lambung menjadi amonia dan karbon dioksida yang akan menetralkan lingkungan sekelilingnya, sehingga H. pylory pun aman terhadap sifat letal asam lambung. Bentuk dan motilitas H. pylori memungkinkannya untuk dapat membus lapisan mukosa ke tempat yang pH-nya kurang asam. Mekanisme tukak peptik yang disebabkan infeksi H. pylori belum bisa dijelaskan dengan baik. Beberapa teori mencoba menyusun mekanisme ini. Teori “leaking roof” menyatakan bahwa H. pylori merusak pertahanan mukosa dengan mengeluarkan toksin VacA dan dengan adanya lipopolisakarida, sitotoksin, urease, dan amonia juga mengaktifasi neutrofil dan makrofag yang menyebabkan inflamasi. Teori “gastrinlink” menyatakan bahwa H. pylori meningkatkan pelepasan antral gastrin, yang akan meningkatkan keasaman dan kerusakan gastroduodenum.
Obat NSAIDs sebagai salah satu penyebab tukak dapat langsung menyebabkan tukak karena sifatnya yang asam dapat mengiritasi lambung. Sedang secara sistemik, obat-obat NSAIDs akan menghambat jalur siklooksigenase sehingga menurunkan pembentukan prostaglandin dan pengeluaran bikarbonat yang berperan dalam mekanisme pertahanan mukosa lambung. Penghambatan jalur siklooksigenase menyebabkan asam arakidonat yang tersedia akan lebih banyak ke jalur lipooksigenase. Produk dari jalur lipooksigenase ini adalah leukotrien yang merupakan salah satu faktor inflamasi yang akan menyebabkan luka pada mukosa
akan membebaskan kalsium. Proses ini selanjutnya memicu kerja enzim protein kinase dan mempengaruhi pompa proton untuk mengeluarkan asam lambung. Beberapa faktor genetik telah diteliti bahwa orang yang bergolongan darah O cenderung menderita tukak duodenum. Sedangkan orang yang bergolongan darah A cenderung menderita tukak lambung. Faktor lain, jika terdapat anggota keluarga memiliki sejarah medis tukak peptik, maka anggota keluarga yang lainnya berkemungkinan menderita penyakit yang sama. Hal ini diduga disebabkan adanya pola makan dan tingkat ketahanan yang sama dalam satu keluarga. Stres secara psikologis dapat merangsang
Mukosa lambung normal (kiri) dan kerusakan mukosa lambung yang disebabkan oleh aspirin (NSAID) setelah dipaparkan selama 16 menit (kanan)
lambung. Disamping H. pylori, NSAIDs dan faktor stres yang ”tertuduh” sebagai penyebab tukak peptik, beberapa faktor resiko di bawah ini juga turut berkontribusi terhadap ketidakseimbangan antara faktor agresif dan faktor defensif di dalam gastroduodenum, seperti; merokok, genetik, stres, kafein dan alkohol. Merokok dapat meningkatkan resiko kemungkinan menderita penyakit tukak peptik. Nikotin, zat yang terkandung di dalam rokok diduga kuat menyebabkan percepatan pengosongan cairan lambung, menghambat sekresi bikarbonat, meningkatkan refluks duodenogastrik dan mereduksi produksi prostagladin mukosa. Di samping itu, nikotin akan berikatan dengan reseptor nikotinik yang merangsang produksi asetilkolin dan
produksi asam lambung dan dapat menimbulkan rasa sakit pada penderita tukak peptik. Secara tidak langsung, stres juga akan memicu seseorang melakukan tindakan-tindakan beresiko pemicu tukak seperti merokok, menggunakan obat-obat NSAIDs, minum alkohol, dan juga gaya hidup dan pola makan yang tidak teratur. Stres fisik seperti trauma atau benturan juga bisa merangsang produksi asam lambung Faktor makanan, konsumsi kopi yang mengandung kafein akan menstimulasi produksi asam lambung, turut menjadi pemicu. Alkohol konsentrasi tinggi akan mengiritasi dan merusak mukosa lambung, tetapi belum ada bukti pasti untuk memastikan bahwa alkohol dapat menyebabkan tukak.
DESEMBER
11
FRAGMEN Pemeriksaan Tukak Peptik Beberapa metode pemeriksaan dapat dilakukan untuk menentukan seseorang mengalami tukak peptik di antaranya; Analisis cairan lambung, tujuan analisis cairan lambung adalah untuk mengetahui sekresi asam; mengamati unsur-unsur abnormal dalam lambung (misalnya darah, bakteri, pus dan fungi). Analisis cairan lambung dapat dilakukan dengan: Analisis basal, dilakukan untuk mengukur pengeluaran asam basal tanpa perangsangan atau basal acid output (BAO).
Tukak duodenum biasanya dikaitkan dengan BAO yang tinggi sedangkan pada tukak lambung BAO normal sampai rendah. Analisis stimulasi, dilakukan untuk mengukur pengeluaran asam maksimal atau maximum acid output (MAO) setelah pemberian obat yang merangsang sekresi asam seperti histamin, histalog atau gastrin sintetik. Tidak adanya sekresi asam setelah dosis maksimal obat perangsang sekresi asam disebut aklorhidria. Penderita yang mengalami aklorhidria dan tukak lambung dapat dimungkinkan tukak yang terjadi merupakan kanker sehingga tidak terkait dengan sekresi asam; Pemeriksaan Rontgenologik, sebaiknya dilakukan dengan teknik double kontras untuk melihat kelainan pada mukosa lambung
Komplikasi Tukak
abdomen (ruang steril). Perbaikan yang tertunda ini menyebabkan terjadinya perforasi. Gejala-gejala yang terjadi pada perforasi yaitu rasa nyeri mendadak pada perut bagian atas beberapa saat kemudian terjadi nyeri yang sangat hebat dan rasa tegang pada abdomen akibat masuknya cairan lambung dan makanan dalam ruang peritonium yang menyebabkan peritonitis.
T
ukak peptik yang tidak ditangani dengan tepat dan tuntas dapat menimbulkan tukak yang membandel dan berbagai bentuk komplikasi, seperti pendarahan, intraktibilitas, perforasi dan lain-lain. Perdarahan merupakan komplikasi yang paling sering terjadi— setidaknya ditemukan pada 15-25 persen kasus selama perjalanan penyakit ini. Walaupun tukak di setiap tempat dapat mengalami perdarahan, namun tempat perdarahan yang tersering adalah di dinding posterior duodenum. Perdarahan yang terjadi pada kasus semacam ini tidak dapat berhenti dengan sendirinya karena pembuluh darah tersebut sering melekat pada jaringan fibrosa. Gejala-gejala yang dihubungkan dengan perdarahan tukak tergantung pada kecepatan kehilangan darah yang terjadi. Perdarahan ringan namun kronik dapat menyebabkan terjadinya anemia akibat defisiensi besi dan melena (feses berwarna hitam akibat darah mengalami hidrolisis oleh asam). Perdarahan yang masif pada tukak peptik juga seringkali menyebabkan hematemesis (muntah yang mengandung darah segar) yang dapat menimbulkan syok. Pada saat terjadi perdarahan, sering terjadi hilangnya rasa nyeri sebagai akibat efek dapar darah.
12
DESEMBER
secara jelas dan untuk mendapatkan gambaran tentang bentuk anatomi lambung yang sebenarnya. Pada teknik ini dilakukan pengamatan pada berbagai posisi, misalnya telentang, kiri, kanan dan tengkurap; Pemeriksaan hematokrit dan hemoglobin untuk mendeteksi adanya perdarahan dan anemia; Pemeriksaan bakteri H. pylori dengan metode noninvasif, dilakukan untuk mengetahui adanya antibodi terhadap H. pylori atau peningkatan prostaglandin dalam serum yang dapat menunjukkan adanya infeksi H. pylori secara tidak langsung dan metode invasif yaitu dilakukan dengan biopsi mukosa untuk histologi, kultur atau deteksi aktivitas urease (enzim yang dihasilkan oleh bakteri H. pylori).
Terapi Tukak Peptik Terapi tukak peptik dapat dilakukan dengan terapi non-farmakologi dan terapi obat (farmakologi). Tujuan dari terapi ini adalah untuk mengurangi/ menghilangkan rasa sakit, menyembuhkan tukak, mencegah kekambuhan, mencegah terjadinya komplikasi dan mengurangi efek samping terapi obat. Strategi terapi ini adalah untuk mengembalikan keseimbangan antara faktor agresif (sekresi asam lambung, pepsin, infeksi H. pylori, NSAIDs) dan faktor defensif/ sitoprotektif (sekresi bikarbonat, sekresi mukus, produksi prostaglandin). Terapi non-farmakologi dapat dilakukan dengan cara; pengaturan pola makan, langkah awal adalah dengan
mengkonsumsi sedikit makanan tetapi berulang (sering). Makanan yang dianjurkan adalah makanan lembek (bubur, roti, buah) dan makanan tidak merangsang (tidak pedas, tidak masam, non-alkohol dan mengurangi kopi). Tukak dapat dicegah dengan mengkonsumsi makanan secara teratur, istirahat yang cukup dan tidak stress serta berhenti merokok dan tidak mengkonsumsi alkohol atau kopi. Terapi farmakologi yang dapat diberikan untuk penanganan tukak peptik di antaranya golongan obat antasida yang umumnya mengandung aluminium atau magnesium; antagonis reseptor H2 seperti simetidin, ranitidin, famotidin atau nizatidin; inhibisi pompa proton
seperti pantoprazol, esomeprazol, lansoprazol, omeprazol atau rabeprazol; analog prostaglandin seperti misoprostol, sukralfat dan antibiotika. Apabila tukak peptik tersebut disebabkan oleh infeksi bakeri H. pylori, maka terapi dapat diberikan secara kombinasi untuk mendapatkan hasil yang optimal, seperti triple therapy dan quadrapule therapy, yaitu menggunakan dua atau tiga jenis antibiotika dan satu obat anti-tukak. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuannya mengeradikasi bakteri dan mencegah terjadinya resistensi antibiotika. Dengan pengobatan yang tepat dan memadai yang disertai dengan gaya hidup dan pola makan yang sehat sangat mungkin didapatkan kesembuhan dan terbebas dari penyakit tukak peptik. â–
Pada saat itu penderita merasa mual, muntah, rasa dingin pada kulit meski suhu tubuh normal, frekuensi pernapasan cepat, tekanan darah sistol kurang dari 100 mm Hg, auskultasi pada abdomen menjadi senyap. Setelah 2-6 jam rasa nyeri semakin hebat, kulit terasa panas, dinding abdomen keras dan masih disertai pernapasan yang cepat. Perforasi merupakan komplikasi yang paling bertanggungjawab terhadap kematian akibat tukak peptik. Sekitar 2-3 persen dari semua tukak mengalami perforasi, serta menyebabkan sekitar 65 persen kematian. Perforasi diduga karena berlebihnya sekresi asam lambung dan seringkali karena mengkonsumsi obatobat golongan NSAIDs, yang mengurangi jumlah jumlah sel ATP, menyebabkan rentan terhadap stres oksidatif. Luka dapat menembus dinding saluran pencernaan sehingga komponen saluran pencernaan (ruang non-steril) masuk ke ruang
Sedangkan komplikasi berupa intraktabilitas menunjukkan bahwa terapi medis telah gagal mengatasi gejala tukak secara memadai, sehingga penyakit ini sering timbul. Sehingga berkembang menjadi tukak yang membandel dan sering kambuh.
DESEMBER
13
mediawatch-uk.blogspot.com
Fenomena saat ini memang menunjukkan betapa besarnya kebutuhan masyarakat terhadap media berbasis game. Bahkan mungkin kucing Anda termasuk salah satu ‘pengguna’ teknologi, mengingat sekarang gadget seperti iPad menyediakan aplikasi untuk kucing peliharaan Anda. Sebuah pertanyaan penting, “Bagaimana fenomena seperti ini bisa terjadi?”
Game,
Bukan Cuma Permainan Azizah Assattari
“Fenomena saat ini menunjukkan betapa besarnya kebutuhan masyarakat terhadap media berbasis game itu sendiri.”
Anda bisa lihat betapa banyaknya media interaktif yang terinspirasi dari game. Mulai dari smartphone yang interaktifitasnya sangat “bermain,” hingga tablet PC yang agak serius. Bahkan saat ini, mungkin orang sudah lupa betapapun seriusnya tampilan DOS yang kemudian digantikan dengan mudahnya oleh tampilan Windows yang serba praktis dan user friendly. Tampilan Windows ini pun sebenarnya masih dianggap serius; masih ada interface iOS yang lebih “main-main” daripada itu. Permainan (game) merupakan bentuk kebudayaan tertua yang dimiliki manusia sebelum munculnya kata dan tulisan. Rasa ke-bermain-an (ludic) pada manusia muncul secara alami sebagai suatu bentuk
14
DESEMBER
sifat dasar pada setiap manusia, bahkan hewan. Jadi, sebenarnya Anda berhak bertanya, sebenarnya kucing Anda yang bermain iPad, atau Anda yang enjoy melihat kucing Anda bermain? Namun di sini yang membedakan rasa kepermainan manusia dari hewan adalah adanya pemikiran atas permainan itu sendiri. Mulai dari bentuk permainan sederhana hingga permainan dengan kompleksitas tinggi dan tujuan besar. Karena sifat dasarnya itulah, dalam sebuah publikasi yang ditulis oleh Johan Huizinga pada 1955, manusia disebut sebagai homo luden (manusia bermain) Sebuah permainan berawal dari gagasan, visi, ataupun tujuan (rules) yang berasal dari buah pikiran seseorang, yang kemudian memengaruhi orang lain di sekitarnya. Karena itulah permainan bermetamorfosis dari gagasan menjadi kebudayaan. Walaupun seiring kemajuan teknologi permainan mengalami perubahan, baik dari sisi material, gaya hidup, maupun konten, namun leksitas permainan dalam pikiran manusia itu sendiri bersifat tetap. Sehingga dapat kita sebut bahwa budaya ‘bermain’ merupakan kebudayaan yang bersifat tradisi. Apapun media permainan tersebut, baik berupa objek material (bola, panah, dan sebagainya), maupun objek tekstual (permainan kata, berbalas pantun, bermain peran, dan lain-lain), pengertian permainan tetap tidak berubah, dan tetap memiliki suatu gagasan yang harus dicapai dan menghasilkan suatu rasa senang, hiburan, kebanggaan, dan sebagainya pada diri pemainnya (player). Sampai saat ini, teknologi telah memungkinkan terobosan besar tentang media imajinasi yang saling terkait dengan interaksi. Game merupakan salah satu artefak abad 21 yang telah menghasilkan pemahaman besar tentang nilai semangat juang dalam sebuah daya interaktif buatan. Abad teknologi telah menciptakan peradaban terpenting dalam hidup manusia, di mana manusia menciptakan ketidakpastian interaksi ke dalam suatu dunia buatan.
Grand Theft Auto
Game saat ini telah berkembang menjadi industri dengan struktur dagang dan infrastruktur perputaran produk yang modern. Ia dibayangi oleh upaya memenuhi hasrat persaingan dalam diri manusia (terwujud dalam game peperangan seperti Doom, Painkiller, dan Wolvenstein), kekuatan (God of War, Halo2), teka teki dan petualangan (Prince of Persia: Warrior Within), kuasaan (Blietzkrieg, Rome Total Empire), hasrat maskulinitas dan kekerasan (Max Payne), libido (Leisure Suit Larry), hasrat memperindah secara fisik, horror dan kekerasan (Cold Fear, Silent Hill, Manhunt), keinginan untuk menjadi yang tercepat (Need for Speed Underground: Most Wanted), tangan-tangan Sang Pencipta (the Sim), sampai keinginan terdalam untuk merusak tatanan ideal dalam masyarakat (depraved desire) yang dapat dilihat pada game seperti Grand Theft Auto.
Doom 3
agaspada.blogspot.com
I
stilah game mengingatkan kita akan konsol permainan anakanak sebangsa PSP, Sega, Wii, dan sebagainya. Apakah game terbatas pada permainan anak-anak saja? Sebenarnya tidak juga. Orang-orang dewasa pun menjadi konsumen game yang tidak kalah besar. Bahkan game seakan telah menjadi bagian hidup manusia masa kini. Game bukan sekedar permainan, ia juga mengandung nilai-nilai yang relevan di dalam berbagai aspek kehidupan.
The Sims
DESEMBER
15
VIDEO GAME
comics.gamesfirst.com
FRAGMEN
“Gamer Evolution” karya Noah Kroese.
Dunia kita hari ini tercipta karena adanya dunia baru yang ditemukan melalui media digital. Akibat dari fenomena inilah, kita mengenal beberapa paradigma baru dari dunia ini. Sebuah aplikasi ditata menjadi sebuah permainan atau game yang menarik. Di sini, peran GUI (graphic user interface atau grafik antarmuka pengguna) dan HCI (human-computer interaction atau interaksi manusia-computer) tidak dapat dilepaskan dalam bekerjasama menggerakkan gagasan pada game tersebut. Game sendiri merupakan salah satu bentuk fenomena interaksi antara manusia dan komputer dalam melaksanakan dan menyelesaikan tugas (task) demi mencapai suatu target (goal) tertentu. Dalam hal ini tentu saja dalam rangka menghindari punishment dan mendapatkan reward yang merupaka inti dari sebuah permainan.
16
DESEMBER
Walaupun berupa permainan, ada banyak sekali faktor penting yang menentukan sistem interaksi dalam sebuah game. Beberapa diantaranya adalah : § Psikologi dan ilmu kognitif: persepsi pengguna (user), kognitif, dan kemampuan memecahkan masalah § Ergonomi: kemampuan fisik pengguna. § Sosiologi: kemampuan memahami konsep interaksi . § Ilmu komputer dan teknik: membuat teknologi. § Bisnis: pemasaran. § Desain grafis: presentasi antar muka (interface). Faktor-faktor ini pun sebenarnya berlaku pula pada media aplikasi interaktif lain pada umumnya. Dari sini lah kita dapat menentukan seberapa besar nilai (value) dari konten sebuah media, dan seberapa banyak usaha (effort) yang diberikan oleh media tersebut kepada pengguna.
INTERAKSI MANUSIA DAN MESIN
+
Konsep user interface mencakup aspek interaktif sistem operasi komputer, perkakas tangan, operator kontrol mesin berat, dan proses kontrol. Pertimbangan desain yang berlaku saat membuat user
interface berkaitan dengan ergonomik dan psikologi. Namun pada intinya, UI adalah segala sesuatu tentang melalui media apa Anda berkomunikasi dengan komputer anda, atau bagamana komputer berkomunikasi pada Anda . Manusia adalah makhluk visual. Bahasa visual memberi akses lebih cepat dibandingkan bahasa. Karena itulah “gamifikasi” dari segala bentuk interaksi digital dengan manusia menjadi acuan utama desain modern saat ini. ■
INFORMASI DAN TEKNOLOGI
= INTERAKSI MANUSIA DAN KOMPUTER
“Gamer Evolution” karya Noah Kroese.
Lalu, bagaimana cara kita berkomunikasi dengan komputer? Disini lah peran antar muka pengguna (user interface; UI) dibutuhkan. User interface tak ubahnya sebuah “jendela” yang menghubungkan kita sebagai user dengan dunia hiperrealitas yang ada di dalam komputer.
comics.gamesfirst.com
Fenomena Interaksi
comics.gamesfirst.com
Dengan kata lain, imajinasi tentang kuasa diri manusia dalam apapun merupakan fantasi terdasar dalam perkembangan game. Skenario untuk menjadi ‘robot’ dalam dunia yang tidak nyata. Dan memang banyak sekali produser yang menghasilkan dan menjajakan mimpi tersebut. Semua itu tidak lepas dari bagaimana produser ataupun pengembang game menata dunia tersebut melalui antar muka (interface) yang menyenangkan.
“Gamer Evolution” karya Noah Kroese.
DESEMBER
17
Kenapa Repot Membeli Benda Tak Nyata? Oleh: Azizah Assattari
Seperti halnya ayam dengan telur, teknologi, media, dan pengguna saling memengaruhi satu sama lain. Fenomena-fenomena baru terjadi akibat dari interaksi tersebut. Pengaruh budaya video game terhadap perkembangan teknologi dan komunikasi sangat besar. Salah satunya diakibatkan oleh pertemuan konsep bermain bersama antara jutaan pemain (player) yang dihubungkan melalui media online game yang disebut juga permainan berbasis jaringan (network).
O
nline game adalah permainan elektronik melalui media internet dimana pemain dapat berinteraksi langsung dengan orang-orang yang berada di luar kota, bahkan di luar negeri sekalipun. Sebenarnya permainan yang terwujud dalam aplikasi pada media sosial seperti Facebook pun sudah dapat kita kategorikan sebagai online game. Jenis massively multiplayer online role-playing game (MMORPG) juga termasuk dalam salah satu kategori online gaming. Bermain peran dalam game online tak ubahnya seperti hidup dalam sebuah dunia buatan. Sementara waktu di dunia nyata terus berjalan, dan kejadian-kejadian muncul bergantian. Karena itu Anda harus memilih salah satu, kehidupan yang mana yang akan anda pilih saat ini? Meski demikian, seiring perkembangan teknologi tidak tertutup kemungkinan batas antara kedua dunia ini akan semakin menipis. Namun boleh dibilang di dunia maya ini, meminjam istilah yang dimunculkan oleh Jenkins pada
18
DESEMBER
bukunya Second Life Theories 2004, Anda seperti memiliki kesempatan hidup kedua. Saat Anda merasa gagal dengan kehidupan dunia nyata, Anda dapat memilih kepribadian sama sekali berbeda dengan yang kenyataan. Atau, Anda dapat membangun sosok yang Anda inginkan tanpa orang lain perlu tahu siapa Anda yang sebenarnya.
Adiksi Selain untuk sekedar hobi maupun pengisi waktu luang, ada berbagai alasan personal yang menyebabkan seseorang memilih online game. Kebutuhan akan komunikasi dan eksistensi diri mungkin salah satunya. Disaat seseorang sulit mengekspresikan diri di dunia nyata, akan berbeda halnya ketika di dunia maya. Saat itulah timbul kesempatan untuk menjadi pribadi yang berbeda; yang menonjol dibandingkan orang lain. Bagi sebagian yang lain, terutama remaja, bermain online game tertentu yang sedang menjadi tren dapat memberi kebanggaan tersendiri. Di mana kalau “ngga’ maen, loe ngga’ gaul.”
Sehingga hal tersebut dapat mendongkrak rasa percaya diri mereka di usia puber. Alasan-alasan tersebut membuat mereka menjadi seseorang yang paling rapuh untuk menjadi ketagihan dan menghabiskan banyak uang untuk online game. Menurut Castronova, beberapa tipe pemain yang paling sering membayar untuk bermain adalah sebagai berikut: § Bermain untuk eksistensi diri dalam komunitas. § Bermain untuk pengembangan diri karakter (self expanding) dan (mengaku) tidak begitu peduli terhadap komunitas (complementer). § Bermain untuk tujuan profesional, yaitu untuk menghasilkan uang.
majalahgame.com
FRAGMEN
wujud yang unik dari ekspresi kultural. Kalau boleh disebut ‘desain menghasilkan budaya,’ di mana online game juga merupakan sebuah produk desain, maka saat ini bermain online game sudah mulai merupakan salah satu wujud budaya hidup manusia modern. Sehingga, demi memenuhi kebutuhan gaya hidup modern ini, sudah sewajarnya ada biaya yang dikeluarkan oleh pemain. Di sisi lain, online game membutuhkan bandwidth (daya akses) internet yang
cukup besar. Karena itu, penyedia layanan (provider) internet berlombalomba meningkatkan pelayanannya demi memenuhi permintaan pasar.
populer istilah mobile gaming. Begitu besarnya kebutuhan akses data internet dalam mobile gaming cukup memengaruhi dunia bisnis telekomunikasi seluler. ■
Apalagi, saat ini akses data melalui media komunikasi portable seperti telepon seluler, komputer tablet, dan smartphone sudah bukan hal baru. Perangkat-perangkat tersebut bukan hanya untuk media komunikasi, namun juga digunakan sebagai media hiburan seperti game. Hingga akhirnya
Berdasarkan survey yang dilakukan oleh Industrial Designers Society of America (IDSA), beberapa fakta mengenai game adalah sebagai berikut: § Pemain video game ataupun game computer pada saat ini lebih dari 50 persen populasi di atas 6 tahun. § Usia rata-rata pemain game ideal adalah 29 tahun. § 43 persen pemain adalah wanita. § 97 persen game dibeli oleh orang dewasa dengan usia di atas 18 tahun. § 60 persen orangtua bermain game bersama anak-anak mereka paling tidak sebulan sekali. Jika merujuk pada fakta tersebut, maka teori Ludology benar adanya. Teori tersebut menyatakan bahwa game adalah
DESEMBER
19
FRAGMEN Batara Siwa (Perlambangan dari langit/Nirwana)
Layangan
Ideologis di Bali Oleh: Azizah Assattari
Manusia dalam pandangan Johan Huizinga (Homo Luden,Huizinga, 1938) merupakan homo luden (manusia bermain) yang memiliki sifat kebermainan yang unik dan menciptakan berbagai bentuk permainan dalam konteks budaya. Salah satu bentuk permainan universal adalah permainan layangan. Istilah layang-layang, layangan, atau wau, merupakan lembaran bahan tipis berkerangka yang diterbangkan ke udara dan terhubungkan dengan tali atau benang ke daratan atau pengendali. Layanglayang memanfaatkan kekuatan hembusan angin sebagai alat pengangkatnya.
D
i Indonesia, permainan layangan juga merupakan salah satu warisan budaya yang cukup populer di tengah masyarakat. Layangan telah dikenal di Indonesia semenjak jaman prasejarah dan terus berkembang mengikuti peradaban manusia. Layangan digunakan dalam berbagai fungsi dan tujuan, baik untuk ritual keagamaan, mata pencaharian (penangkap ikan), bahkan perang. Layangan pun bermacam jenisnya, mulai layangan hias (koang) hingga yang aduan (laga). Layangan Bali sebagai permainan tradisional Indonesia merupakan bagian dari ritual keagamaan dan ideologi
20
DESEMBER
hidup masyarakat Bali. Kekayaan budaya khas nusantara terlihat dari keindahan rancangan, makna, dan mitos legenda yang terkandung di dalamnya. Dalam masyarakat Bali, layang-layang seakan sudah menjadi bagian dalam tradisi budaya Bali yang merupakan masyarakat agraris. Hal ini tercermin dari cerita rakyat tentang Betara Rare Angon, yang kerap digunakan sebagai acuan mengenai sejarah kedekatan layang-layang dengan kehidupan masyarakat Bali. Berdasar cerita tersebut, layang-layang menjadi bentuk ungkapan rasa syukur dan kebahagiaan petani atas keberhasilan panen di sawah mereka. Ucapan terima kasih para petani ditujukan kepada
layangan = surat (Sebagai media pembawa pesan)
dewi sri (Perlambangan dari bumi/pertiwi) Gambar 1 : Konsep layangan dalam mitologi Bali
Dewa Siwa, satu dari tiga manifestasi Tuhan dalam kepercayaan Hindu. Betara (Dewa) Rare Angon ini dipercaya sebagai penjelmaan Dewa Siwa, yang tedun (turun dari langit) seusai panen. Rare Angon ini diwujudkan anak kecil yang duduk di punggung kerbau sambil memainkan serulingnya. Layangan dalam mitologi tersebut memiliki semacam makna tersirat sebagai pesan cinta bumi kepada langit yang akan menyebarkan kebaikan bagi alam semesta. Terdapat beberapa konsep yang muncul di tengah masyarakat Bali mengenai layangan, di antaranya sebagai berikut:
Layangan Untuk Menghibur Dewi Sri Menurut mitologi orang Bali, layangan yang telah mengudara dengan bunyi guangan-nya, seperti sunari atau suling suci Bhatara Wisnu atau Sri Kresna, amat menarik hati para bidadari di kahyangan. Mereka datang dan naik ke atas layangan untuk turun ke Bumi meladeni Dewi Sri (Dewi Kemakmuran). Perwujudannya berupa hasil padi yang menguning dan dijemur di sawah. Dewi Sri dihibur dengan suara guangan, sunari, dan pindekan yang jernih mengalun dan menawan. Menurut ketua Persatuan Pelayang Bali, I Gst. Putu Rai Andayana, pada saat itu para kaum lelaki dikatakan menjadi dedarinan (kaum laki yang getol dengan kegembiraan, yang dimitoskan sebagai lelaki yang mencari bidadari yang sering
menjadi lupa akan segalanya). Saat itu sang dewa layangan (Rare Angon) turun mengilhami para pelayang (undagi) dalam bermain layangan. Hingga kemudian muncul istilah “rare angon girang melayangan” yang maknanya adalah seseorang yang kegirangan dalam suatu kesenangan akan bisa melupakan segalanya. Kegembiraan tersebut disimbolkan sebagai Dewi Sri dengan dan para bidadarinya.
Konsep Maya-Malawa-Gaula Raga
buluh perindu dan pindekan itu akan merupakan komposisi nada musik yang memikat. Dewi Sri yang “sedang kawin” (penyerbukan) akan menjadi sangat bahagia sehingga hasil padi diharapkan melimpah. Menurut Peter Tompkins dan Christoper Bird, dalam bukunya “The Secret Life of Plants”, berdasarkan hasil riset Dr. T.C. Singh, kepala Departemen Tanaman di Universitas Annamalai di Madras, tumbuhan memang dapat dipengaruhi oleh musik ataupun bunyi-bunyian, dan menjadi tumbuh lebih subur.
Pada waktu upacara mebiu kukung, dipasang sunari (buluh perindu) dan pindekan yang berbunyi ngericit (ngicik/ngesed) dan ada yang mengalun (mecengud), sehingga perpaduan suara
Jenis Permainan Layangan Sejak pertengahan sasih kasa, permainan layang-layang di sawah yang dimulai oleh anak-anak, terus berlangsung sampai sasih karo dan sasih katiga (antara bulan Agustus hingga September) oleh semua usia. Di Bali, lomba layang-layang secara tradisi telah dikenal sejak dahulu, hanya istilahnya saja yang berbeda-beda. Ada dua teknik utama yang digunakan pada konsep aduan layang-layang menurut tradisi Bali, yakni dari segi kekuatan dan keindahan.
tertentu untuk menghindari lawan atau menyerang.
Teknik mengambun
Berdasarkan Kekuatan Teknik Makorot (line cutting)
Teknik Mengambun
Dalam layangan makorot ditentukan oleh kuat layangan bertahan dari korotan (goresan) tali lawan, di mana layangan atau tali yang putus dianggap kalah. Teknik Mebadung (sky gliding) Kemampuan layangan meluncur (glide) di udara yang menjadi suatu teknik
Kemampuan layangan untuk bertahan tidak putus di langit hingga tersembunyi di balik awan. Teknik ini menjadi tolok ukur kekuatan benang dan kemampuan pelayang mengendalikan layangannya tetap stabil. Gambar 2 : Teknik Makorot, mengadu dengan memutus benang
DESEMBER
21
FRAGMEN Berdasarkan Keindahan Teknik Elog (attract) Teknik Elog (disebut juga ngelog) merupakan sebuah teknik atraktif yang membuat layangan menari dengan gerakan berkelok-kelok untuk pamer kemampuan pelayang dan juga untuk menantang lawan. Dalam pertandingan, teknik ini memberi nilai plus yang tinggi. Teknik Mampetukan (whistling/provoke) Untuk membuat layangan dapat bersiul, dibutuhkan sebuah teknik khusus dan
Jenis Layangan Tradisional Bali Layangan tradisional mengandung makna kultural serta keagamaan pada masyarakat di Bali. Dalam proses pembuatannya, dilakukan upacara yang bertujuan memasukkan roh gaib untuk menghidupkan layangan tersebut (berkaitan dengan kepercayaan bahwa layangan tersebut merupakan representasi dari makhluk gaib ciptaan para dewa). Biasanya upacara yang diadakan serta layangan yang dibuat mengikuti aliran kepercayaan banjar. Pasalnya, pada dasarnya masyarakat Bali memilih satu diantara para dewa untuk dipuja.
mulut (guang) layangan yang membuatnya dapat bersiul, baik itu untuk pamer keindahan, atau mengejek dan menantang lawan (provokatif). Kebahagiaan serta kebanggaan bagi seorang pelayang timbul kala layangan ngambun (mengudara) sampai gaya atraksi (elog) yang membawa suara guangan sayup-sayup, jernih dan merdu. Masyarakat Bali mengatakan bunyi guangan itu mengalun seperti bunyi sunari, atau suling suci milik Bhatara Wisnu dan Sri Kresna.
Layangan Pecukan
Teknik Ngelog
merupakan layangan wajib pertama yang harus ada di setiap banjar. Jenis ini termasuk layangan yang paling mudah dikendalikan di antara jenis-jenis layangan tradisional lainnya. Ada beberapa tipe bebean dengan kekuatan yang berbeda, tergantung dari jenisnya, seperti lebih seimbang atau lebih lincah.
Layangan jenis ini umumnya berangka bambu. Di beberapa daerah, bila jenis ini dibuat lebih besar (ukuran lebih dari 3 meter), biasanya rangka bambu dibantu dengan kayu atau batang pohon pinang sebagai rangka pokok penahan beban angin. Rangka bambu diatur sedemikian rupa agar busur dan porosnya seimbang. Layangan jenis ini berasosiasi pada pola daun yang ditekuk (dalam bahasa Bali disebut pecuk) dengan dua sudut yang seimbang dan bervariasi dalam proporsi dari ukuran untuk mendapatkan bentuk, posisi, dan aksinya mengudara.
1 2 3 4 5
6 7 8 9 10
1.
titik kendali atas
6.
Tali Penghubung sudut (tali ajugan)
2.
Guangan atas
7.
Tali pengunci sudut (tali pemucu)
3.
Bahu (pala)
8.
Rangka badan (bantang kukuh)
4.
Rangka tengah (bantang batis)
9.
Guangan bawah
5.
Sudut angin (Bucu Biung)
10. Titik kendali bawah
Struktur Pecukan
Beberapa layangan tradisional yang umum di kenal diantaranya adalah sebagai berikut:
Babean Ikan Duri
Babean Ikan Kecil
Bentuk Bebean seperti ini mulai langka untuk dijumpai di masyarakat. Yang menjadi sangat khas dari bentuknya adalah bagian sirip (kepes) yang terbuat dari rangka bambu, sehingga tidak berkibar seperti jenis Bebean lainya. Jenis ini berasosiasi pada ikan dengan sirip berduri dan kekar. Bagian sudut badan (pemucu) lebih runcing (sudut kecil ) dan umumnya memiliki aksi (elog) yang lebih cepat dari jenis lainya. Hal ini mungkin dikarenakan oleh sirip dan badan yang lebih runcing, dimana sirip biasanya mempengaruhi elog (berlenggok) untuk lebih teratur (pelan).
Bentuk ini memiliki cirri khas berupa bagian ekor (ikuhsapi) lebih kecil dari jenis Bebean lainnya, sehingga dari proporsinya terlihat mengecil kebagian bawah (ekor). Jenis ini berasosiasi pada ikan yang bersirip pendek, berekor kecil dan lincah. Jenis ini umumnya dijumpai pada daerah persawahan di luar Bali selatan (Bali tengah, barat&timur).
Babean Ikan Jago
Guangan atas
Layangan Bebean
Rangka kepala
Jenis ini berasosiasi pada bentuk dasar dari seekor ikan besar ( be- dalam bahasa Bali yang artinya ikan). Jenis bebean ini memiliki kepala, badan, sirip (berupa kibaran kain pada pinggang) dan ekor. Jenis ini sedemikian rupa dirancang agar dapat mengudara berlengak-lenggok (ngelog) sehingga dapat diasosiasikan seperti ikan berenang. Selain itu, aksi mengudara yang berlenggok (ngelog) dapat meningkatkan variasi efek suara guangan yang dipasang pada bagian kepala dan pinggang.
Rangka tengah (bantang batis)
Rangka tepi leher kepala (isen-isen duur)
Bebean ini merupakan representasi dari elemen berunsur air (Dewa Wisnu). Ia
22
DESEMBER
Titik tali kendali atas Rangka badan (bantang kukuh) Sudut badan (pemucu) Rangka tepi badan (isen-isen pengawak) Tali penarik/pembentuk badan (pementang) Rangka pinggang (bantang bangkiang) Titik kendali bawah Guangan bawah Sirip (kepes) Rangka ekor (ikuh sapi) Rangka rangkap ekor (penabeh ikuh sapi
Struktur Bebean
Bentuk yang khas berupa kepala kotak, Sudut badan (pemucu) bulat keluar, bagian ekor (ikuh sapi) seperi sabit. Warna yang umum dipakai adalah perpaduan dua warna hitam - putih, hitam –kuning atau hitam merah, yang merupakan warna dasar (Tri datu) masyarakat Bali. Salah satu dari jenis ini pernah dikramatkan oleh pelayang di Semawang, Desa Sanur dengan pola warna hitam putih (catur) pada bagian tengah yang dikenal dengan nama �Layangan Jago� yang memiliki mitos religious.
DESEMBER
23
FRAGMEN
B
entuk layang pecukan dapat dibandingkan dengan bagian ulu candra (pusat mata dewa; titik nadir) yang merupakan bagian dari Wijaksara (simbol Kebijaksanaan Dewa). Jadi, bentuk layang-layang pecukan merupakan simbol Sadasiwa (Betara Siwa dalam mitologi Hindu Bali ) yang disebut juga Mata Kaala Sadasiva. Kemunculan simbol ini berawal di India, dan turunan kebudayaan Hindu lainnya (termasuk juga di Indonesia) identik dengan kemunculan kekuatan kegelapan, kematian, alam gaib, atau penyihir dan disebut sebagai “tanda penyihir� (witch’s mark).
Mata Kaala Sadasiva
Pecukan merupakan salah satu jenis layangan yang paling lincah namun paling sulit dikendalikan, karena itulah
Layangan Janggan Layangan janggan merupakan representasi makhluk berwujud ular naga yang lahir dari beberapa cerita rakyat di Bali. Layangan ini mempunyai bentuk badan yang mirip dengan bentuk pecukan. Bedanya hanya tubuh yang memiliki elemen tubuh yang lengkap dari kepala, leher, badan, pinggang, dan ekor. Yang paling menonjol adalah bentuk ekor dari rangka badan yang diteruskan dengan lembaran ekor yang panjang. Ekor yang panjang ini diasosiasikan dengan simbol Ananthaboga (naga besar) di Bali. Ananthaboga merupakan simbol Dewa kemakmuran yang berkedudukan di dasar Bumi. Dengan demikian, ia memiliki mitos riligius yang amat mendalam.
pecukan dibuat dengan dua kendali. Ia umumnya simetris antara kedua bagian samping serta bagian atas dan bawah,
1.
Kepala
2.
Leher
3.
Guangan atas
4.
Titik kendali atas
5.
bahu (pala)
6.
Rangka badan (bantang kukuh
7.
Sudut badan (pemucu
8.
Tali penghubung sudut (Tali Ajugan)
9.
Tali pengunci sudut (Tali pemucu)
10. Rangka tengah (bantang batis) 11. Guangan bawah 12. Titik kendali bawah 13. Rangka lengkung pinggang (bangkiang)
DESEMBER
Gambar 10 : Witch Mark dalam Mitologi India
seekor garuda raksasa milik Batara Wisnu yang bernama jatayu. Jenis ini terbang dengan diam, stabil namun cepat, sehingga tampak megah. Dari bentuknya berasosiasi dengan rangka janggan, namun bedanya tidak berekor panjang. â–
Berbagai Tipe Dempi Dengan tali yang kokoh merupakan jenis layang-layang bertahan yang kuat. Karena daya tahannya, seringkali juga layangan ini digunakan para nelayan yang bermalam di laut untuk memancing ikan.
Struktur Dasar Burungan Jenis layang burung sesapi khas dengan ekor belah dua dan badan mirip badan jenis Pecukan dengan perlengkapan guangan. jenis ini bila mengudara sangat lincah dan atraksi (elog) jenis ini menyerupai burung walet yang terbang melayang.
15. Rangka rangkap ekor 16. Rangka kunci/penahan ekor 17. Lembaran panjang
Layangan Dempi
24
bahu (pala) pada rangka badannya yang dibuat dengan penebalan rangka untuk ukuran besar, yang biasanya ditumpuk dengan rangka jenis kayu atau batang pohon pinang. Pada keadaan tekanan angin kencang pecukan dibuat dengan pengaturan lubang udara pada lipatan kain pembungkusnya.
14. Rangka ekor (bantang ikuh)
Struktur Layangan Janggan
Layangan Janggan
sehingga menimbulkan posisi mengudara cukup tegak, serta memerlukan kekuatan angin yang cukup dan stabil untuk mengudara. Bila dalam keadaan tidak stabil, ia bisa jatuh berlikuk (looping) seperti daun jatuh. Pada posisi tertekan angin kencang, ia paling kuat ataumemilki tarikan kuat yang disebabkan bentuk yang simetris dan sudut yang membalut sebagai penampung angin. Untuk menstabilkan dari tekanan angin, jenis pecukan ini memiliki
Disebut juga dengan istilah night bird (burung malam) karena terbang dengan tenang dan sangat stabil, bisa terbang hingga bermalam-malam. Layangan jenis ini umumnya bisa mengudara dengan baik, dan dalam rancangan tertentu ia bisa membawa tali lebih kuat dan tegak. Sehingga, tak jarang ia sering dipakai untuk permainan layang-layang ambunan (mengudara sampai tertutup awan). Dilengkapi dengan tali yang kokoh, ia merupakan jenis layang-layang bertahan
yang kuat. Karena daya tahannya, seringkali juga layangan ini digunakan para nelayan yang bermalam di laut untuk memancing ikan.
Layangan Burungan (Kaga) Layangan burungan termasuk jenis yang langka. Ada kemungkinan karena jenis layangan burungan tradisional sulit dan rumit dibuat, serta untuk memainkannya membutuhkan teknik dan kesabaran yang tinggi. Dua diantaranya adalah jenis sesapi (walet) dan jatayu (garuda). Jenis layang burung sesapi khas dengan ekor belah dua dan badan mirip badan jenis pecukan dengan perlengkapan guangan. Bila mengudara, ia sangat lincah dan atraksinya (elog) menyerupai burung walet yang terbang melayang. Jenis layangan burungan garuda merupakan representasi dari kendaraan
Layangan Burungan Jenis layangan burungan garuda merupakan representasi dari kendaraan seekor garuda raksasa milik Batara Wisnu yang bernama Jatayu. Jenis ini terbang dengan pendiam, stabil, namun cepat, sehingga tampak megah. Dari bentuknya berasosiasi dengan rangka janggan, namun bedanya tidak berekor panjang.
DESEMBER
25
LIPUTAN
Riset Tak Jemu Hasilkan Buah Lokal Mayoritas petani buah lokal belum punya baku mutu. Peneliti dari Institut Teknologi Bandung menyediakan solusi.
Ia mencontohkan, buah-buahan yang dipanen kerap tidak dipilah berdasarkan grade-nya. Tingkat kualitas buah pasca panen dipengaruhi faktor-faktor seperti kondisi penyimpanan, pemrosesan, dan pengemasan. Padahal, pasar luar negeri memiliki standar kualitas buah yang harus dipenuhi. Permasalahan muncul ketika permintaan buah-buahan lokal oleh negara lain tinggi sementara pasokan buah bermutu tak memadai. “Indonesia terpaksa tetap mengekspor lebih sedikit dari permintaan,” kata dia. Kendali mutu juga seharusnya dilakukan pada masa sebelum panen. Tahap ini menentukan kualitas buah yang akan dipetik nantinya. Karena itu, penelitian dan pengembangan teknologi harus ambil bagian.
B
uah-buahan merupakan gudang nutrisi. Di dalamnya terkandung berbagai saripati yang dibutuhkan tubuh manusia. Sebut saja vitamin, mineral, hingga antioksidan bisa didapatkan dengan memakan buah.
buah-buahan tropika dihasilkan. Pisang, nanas, mangga, dan pepaya sudah akrab di telinga dan mulut kita. Catatan Direktorat Jenderal Hortikultura, Kementerian Pertanian, menunjukkan 19 juta buahbuahan lokal dihasilkan dari perkebunan lokal sepanjang 2011.
Indonesia beruntung menjadi salah satu lumbung penghasil buah. Di negeri yang membentang di khatulistiwa ini, beraneka
Produksi buah nasional menunjukkan peningkatan 5 persen setiap tahun. Namun peningkatan terjadi di tengah kendala yang
26
juga menahun. Kepala Balai Penelitian Buah Tropika di Solok, Sumatera Barat, Dr. Catur Hermanto menyebutkan, Indonesia petani belum konsisten dalam penerapan standar produk buah-buahan. “Buah yang tidak memenuhi standar sulit menembus pasar luar negeri,” ujar Catur melalui diskusi bertajuk “Kontribusi Sains dan Teknologi dalam Mengangkat Citra Buah Lokal” di Auditorium Campus Center Timur ITB, 31 Oktober 2012.
DESEMBER
memperlambat pematangan buah. Merek dagang dan promosi juga menjadi faktor penting untuk kesuksesan. Penjagaan kualitas dari kebun hingga pasar tersebut harus ditunjang oleh manajemen yang profesional. Buah hasil seleksi ketat juga diperlukan oleh perusahaan pengolahan penganan. Pemilik PT Mayasari Bakery Cake and Pastry, Senjaya Hidayat Sadikin, misalnya, hanya membeli buah bermutu untuk diolah menjadi kue yang lezat. Dapur perusahaannya mengolah 20 ton buah per bulan.
Buah yang baik berawal dari bibit yang prima. Karena itu dibutuhkan penelitian untuk menghasilkan varietas unggul. Varietas incaran bisa bersifat tanpa biji, bernutrisi tinggi, atau mengandung zat ekstra yang diperlukan manusia sehingga menjadi makanan fungsional. Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) menjadi ujung tombak ITB dalam menjawab kebutuhan buah bermutu ini. Banana Group misalnya, meneliti teknik pengendalian kematangan buah dan penyakit buah pisang. Buah kaya kalori ini dipelajari dari sisi biologi molekuler, mikrobiologi, fisiologi, dan fisika.
“Setiap jenis pisang memiliki pola pematangan yang berbeda dalam prosesnya. Faktor lingkungan ikut mempengaruhi,”
Bahkan, penelitian mengenai pisang dan kaitannya dengan kondisi atmosfer juga melibatkan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional. “Setiap jenis pisang memiliki pola pematangan yang berbeda dalam prosesnya. Faktor lingkungan ikut mempengaruhi,” ujar Fenny M. Dwivany, Ph.D dari Banana Group SITH ITB. Fenny mengatakan, penelitian pisang yang melibatkan pelbagai disiplin ilmu ini bertujuan mencari teknologi budi daya alternatif yang murah dan sesuai dengan kondisi di Indonesia. Teknologi ini nantinya dapat diaplikasikan untuk membantu petani dan penjual buah lokal memperoleh buah berkualitas. Umpan balik hasil penelitian juga dikumpulkan dari petani, konsumen, dan pemerintah. Diskusi “Kontribusi Sains dan Teknologi dalam Mengangkat Citra Buah Lokal” merupakan bagian dari Seminar Inovasi dan Kontribusi Peneliti ITB Bagi Industri dan Masyarakat yang diselenggarakan yang diadakan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat ITB. ■ Dyshelly Nurkatika
Acting CEO PT Sewu Segar Nusantara, Martin M. Widjaya membenarkan pentingnya penerapan baku mutu buah-buahan. Penjagaan kualitas yang konsisten menjadi kunci sukses perusahaan penghasil buah berlabel “Sunpride” ini dalam menarik hati pelanggan. Buah berkualitas, kata dia, harus dijual dalam kondisi segar sehingga dibutuhkan infrasturktur pendingin untuk
DESEMBER
27
LIPUTAN Bandung Innovation Statement (BIS)
Seminar dan Pameran
1. Membentuk suatu forum yang tepat untuk memfasilitasi dialog dan menindaklanjuti kerjasama baru Indonesia-Jepang 2. Mendukung aktivitas masyarakat berbasis inovasi yang dapat meningkatkan pembangunan ekonomi dan sosial kedua negara. 3. Mendukung ide-ide pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi inovasi dalam memfasilitasi kemitraan ilmu pengetahuan dan teknologi antara kedua negara 4. Mendukung gagasan dalam membangun smart community di antara kedua negara yaitu komunitas yang mengelola sumber daya alam dan sumber daya manusia secara berkelanjutan. 5. Membentuk kemitraan strategis antara kedua negara dalam bidang inovasi yang saling menguntungkan. 6. Menentukan platform kerjasama bagi kedua negara yang disetujui oleh semua pemangku kepentingan seperti inovasi terbuka. 7. Mendorong sinergi antara sektor pemerintah, akademisi, dan bisnis dalam mempromosikan pemanfaatan dan pengembangan inovasi di kedua negara.
“Mewujudkan Komunitas Pintar
K
erjasama Indonesia dan Jepang telah berlangsung sejak lebih dari lima dekade yang lalu. Berbagai pencapaian, terutama dalam bidang ekonomi, telah didapatkan kedua belah pihak. Jepang mengandalkan superioritasnya dalam bidang teknologi dan pengetahuan. Sedangkan Indonesia masih menyandarkan pada penjualan kekayaan alam. Karena itu, agar lebih optimal, kerjasama ini harus ditingkatkan lebih lanjut. Caranya, Indonesia harus meningkatkan kapasitas teknologi dan pengetahuan yang dimilikinya. Untuk mencapai tujuan ini, kemitraan antara Indonesia dan Jepang perlu diarahkan kepada aktifitas adopsi dan pengembangan teknologi secara lebih intens.
Dengan alasan itulah pada 30 November hingga 2 Desember dilaksanakan Indonesia-Japan Innovation Convention (IJIC) 2012. Acara yang bertempat di Sasana Budaya Ganesa Bandung ini diselenggarakan oleh Institut Teknologi Bandung (ITB) bekerjasama dengan Kedutaan Besar Jepang. Ia merupakan salah satu acara yang mengawali perayaan 55 tahun hubungan IndonesiaJepang dalam upaya mengembangkan
teknologi dan berinovasi bersama-sama. Tujuannya, untuk menghasilkan dan mempromosikan produk-produk yang inovatif, dan mendorong aktifitas inovasi dan kewirausahaan di kalangan perguruan tinggi, lembaga penelitian, dan industri. Terdapat delapan topik yang menjadi fokus pembahasan dalam acara ini, yaitu teknologi informasi dan komunikasi, keberlangsungan energi, bioteknologi dan kesehatan, industri kreatif, transportasi, material, kewirausahaan, dan kebijakan. Ketua Umum Indonesia IJIC 2012 Suhono Harso Supangkat dalam siaran persnya menjelaskan bahwa kedelapan topik yang dibahas diharapkan dapat menjadi pendukung utama dalam membentuk komunitas pintar (smart community). Smart community merupakan komunitas yang mencakup masyarakat, pemerintah, serta pebisnis dan layanan umum, yang dapat memanfaatkan potensi baik itu sumber daya alam dan manusia. Hasilnya, masyarakat bisa hidup lebih nyaman, sehat dan sejahtera. Lebih lanjut Suhono memaparkan pengelolaan sumber daya alam meliputi, energi, biodiversitas, dan material. Sementara pelayanan umum meliputi kesehatan, pendidikan, dan transportasi. Kedua hal tersebut dapat ditingkatkan dengan didukung oleh teknologi informasi
28
DESEMBER
sebagai keynote speaker. Boediono menyatakan bahwa pemerintah mendukung sepenuhnya kolaborasi Indonesia dengan Jepang dalam inovasi dan teknologi serta pengembangan kewirausahaan. Kedua hal tersebut, harap Boediono, akan meningkatkan jumlah wirausahawan di Indonesia yang hingga saat ini masih sedikit, dan pada akhirnya dapat memajukan bangsa. dan komunikasi. “Tidak hanya itu saja tetapi pola pikir masyarakat harus juga dikembangkan,� tandasnya. Karena itu, tambah Suhono, kerja sama antara akademisi, pelaku usaha, dan pemerintah di kedua negara dibutuhkan untuk mewujudkan smart community di kedua negara dan kawasan sekitarnya. Turut hadir pula pada kesempatan ini Wakil Presiden Indonesia, Boediono,
Acara ini diikuti lebih dari 40 pembicara dan 700 peserta. Selain seminar klaster dan pameran poster, ada pula cosplay (costume play), kompetisi manga, demo origami dan ikebana, stand-stand perusahaan, lembaga penelitian yang melibatkan kolaborasi Indonesia dan Jepang, serta sesi test drive mobil listrik MiEV dari Mitsubishi. Selain itu, turut berpartisipasi pula fakultas-fakultas di ITB, Badan Perencanaan dan Penerapan Teknologi (BPPT), Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), PT Pindad, Lembaga Pengembangan Inovasi Dan Kewirausahaan (LPIK) ITB, Kriya Nusantara, dan berbagai perusahaan. â– Dyshelly Nurkatika
Dalam acara ini dihasilkan Bandung Innovation Statement (BIS) yang merupakan kesepakatan kerjasama dalam delapan kelompok strategis. Ia dibacakan oleh Presiden Japan Indonesia Association (JAPINDA) Fukuda Yasuo, Presiden Perhimpunan Persahabatan Indonesia Jepang (PPIJ) Rachmat Gobel, dan Ketua Umum PERSADA.
DESEMBER
29
LIPUTAN
Mengenal
Pemindaian Antar Ruang
T
eknologi penginderaan jauh (remote sensing) dan GIS (geographic information system) berkembang kian canggih. Keduanya bisa dikembangkan untuk berbagai keperluan, diantaranya adalah pada bidang arkeologi dan studi siklus diurnal (siklus harian) curah hujan. Hal ini terungkap dalam seminar dan workshop The 5th International Remote Sensing and Geographic Information System (GIS) Workshop Series on Demography, Land Use Cover, and Disaster (IReSGISWS-DLUCD).
30
DESEMBER
Acara yang diselenggarakan oleh Kelompok Keahlian INSIG (Inderaja dan Sains Informasi Geografis) beserta Teknik Geodesi dan Geomatika FITB ITB ini dilaksanakan pada 29 hingga 30 November 2012. Ia merupakan acara yang rutin digelar setiap tahun sejak 2008. Dalam gelarannya yang ke-lima ini, panitia mengundang Michael Price dari Departement of Anthropology Stanford University dan Takahiro Osawa dari Center for Remote Sensing and Ocean Science Universitas Udayana sebagai keynote speaker.
Michael Price membawakan bahasan mengenai aplikasi fotogrametri dalam penggalian arkeologi di situs PPN (prepottery neolithic). Dalam beberapa tahun terakhir, kata Price, arkeolog semakin banyak menerapkan fotogrametri untuk menciptakan rekonstruksi tiga dimensi (3D) dari suatu objek, mulai dari artefak berukuran kecil hingga wujud lanskap keseluruhan. Hambatan terbesar dari penerapan fotogrametri, jelasnya, adalah metodologi dan praktiknya. Pasalnya, penggalian situs untuk kepentingan arkeologi berjalan perlahan karena dalam prosesnya harus dijalankan secara telaten. Ini dilakukan agar sampel temuan arkeologi terekam dengan baik dan detail sehingga data yang dikumpulkan bisa bermanfaat bagi generasi mendatang.
merupakan negara tropis dengan curah hujan tinggi, sehingga rentan banjir. Siklus diurnal merupakan interaksi antara tanah, laut, dan atmosfer di suatu daerah yang menentukan pembentukan awan dan hujan di daerah tersebut. Data curah hujan menjadi informasi yang bermanfaat untuk studi klimatologi, prediksi banjir, rencana irigasi, dan masalah sumber daya air. Untuk keperluan ini, dilakukan analisa citra satelit TRMM (Tropical Rainfall Measuring Mission) guna mencari tahu di mana dan berapa besar curah hujan di suatu daerah. Adapun data-data hujan yang dihasilkan seperti tipe hujan, jumlah hujan, rata-rata jumlah hujan pada ketinggian tertentu, dan lain-lain.
Permasalahan yang ada saat ini, kata Price, adalah pengambilan gambar digital untuk fotogrametri memperlambat penggalian. Selain itu, pengolahan gambar digital untuk menghasilkan model 3D yang benar memerlukan laboratorium tambahan. Sementara itu, Takahiro Osawa memaparkan tentang studi siklus diurnal curah hujan di Indonesia, dengan studi kasus Pulau Jawa dan sekitarnya, menggunakan data satelit untuk aplikasi penanggulangan bencana banjir. Latar belakang studi ini adalah karena Indonesia
Di Pulau Jawa dan sekitarnya, hasil analisis menunjukkan perbedaan pola dan karakteristik curah hujan harian antara wilayah daratan dan lautan. Selain itu, angin lokal (darat dan angin laut) dan angin musiman memiliki pengaruh yang signifikan terhadap curah hujan. Jika dihubungkan dengan kebencanaan, analisis data satelit mengenai lokasi dan curah hujan dapat meningkatkan perkiraan terjadinya banjir di kawasan tertentu. Hasilnya, jika akan terjadi banjir, ia dapat ditanggulangi dan ditindaklanjuti secara lebih cepat.
Sementara itu, pada sesi workshop dibahas tentang UAV (Unmanned Aerial Vehicle). UAV merupakan pesawat udara tanpa awak yang dikendalikan dari jarak jauh. Ia sering digunakan untuk penginderaan jarak jauh (indraja), pemetaan topografi, dan penggambaran kondisi geografis daerah yang dilewati. Untuk melakukan fungsi tersebut, UAV biasanya dilengkapi dengan sensor elektromagnetik yang mencakup spektrum visual dan inframerah. Bisa pula dibekali dengan kamera inframerah dan sistem radar. Dengan mengikuti workshop ini, peserta dapat memahami dan melihat secara langsung penerapan pengetahuan (inderaja) dan GIS untuk berbagai kebutuhan.
Selain dapat menambah wawasan dan informasi terbaru mengenai inderaja dan GIS, acara ini juga bermanfaat untuk menjalin kerjasama yang baik di antara komunitas inderaja, maupun antar disiplin ilmu. Jika melihat tingginya animo peserta dari luar keilmuan geodesi dan geomatika, bukan tidak mungkin penelitian tentang topik ini akan kian berkembang, menghasilkan karya-karya baru dan melibatkan berbagai disiplin ilmu. â– Dyshelly Nurkatika
DESEMBER
31
LIPUTAN
Wajah Baru Perguruan Tinggi pendidikan vokasi, keutuhan jenjang pendidikan, otonomi perguruan tinggi, dan sistem penjaminan mutu pendidikan tinggi. UU ini pun mempertegas tanggung jawab negara guna menghindari liberalisasi dan komersialisasi Pendidikan Tinggi.
S
elama beberapa tahun ke belakang, gejala liberalisasi dan komersialisasi Pendidikan Tinggi di Indonesia tampak kian menguat. Ini dapat dilihat dari mayoritas penyelenggara pendidikan mencari keuntungan, munculnya berbagai model sisitem pemungutan biaya pendidikan yang tidak teratur, minimnya perlindungan akses masyarakat terhadap pendidikan, serta kurang kuatnya pengaturan sistem pendidikan oleh pemerintah. Selain itu, terdapat pula kendala dalam kegiatan operasional Pendidikan Tinggi dan penyelenggaranya. Diantaranya adalah belum ada bentuk kelembagaan yang memadai, belum ada tata kelola yang baik, pendidikan akademik yang belum setara, belum ada standar Pendidikan Tinggi, serta kurangnya komitmen pendanaan dan penghargaan. Melalui Undang-Undang Perguruan Tinggi yang baru, yaitu UU
32
DESEMBER
No. 12 Tahun 2012, pemerintah mencoba menanggapi berbagai isu tersebut. Hal ini terungkap dalam sosialisasi yang diadakan pada 4 Oktober 2012 di Aula Barat ITB. Acara pemaparan UUdan diskusi ini dihadiri oleh seluruh civitas akademika ITB. Ia pun mengundang perwakilan dari Komisi X DPR RI dan rektor-rektor universitas di wilayah Bandung, seperti Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI), Universitas Ahmad Jani (Unjani), Institut Teknologi dan Sains Bandung (ITSB), dan ketua Kopertis (Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta). Dalam paparannya, Dirjen Pendidikan Tinggi (Dikti) Djoko Santoso mengutarakan bahwa semangat yang dibawa dalam UU ini antara lain perluasan dan jaminan akses, pengembangan Tridharma Perguruan Tinggi secara utuh, kesetaraan pendidikan, penguatan
Dengan disahkannya UU ini, kata Djoko, akan ada jaminan terhadap publik bahwa pemerintah akan benar-benar mengembangkan Pendidikan Tinggi yang terjangkau dan tersedia akses yang luas bagi seluruh lapisan masyarakat. Selain itu, ada keberpihakan (afirmasi) bagi masyarakat yang secara ekonomi kurang mampu. Mutu Pendidikan Tinggi pun akan lebih terjamin, serta tata kelola dalam pelaksanaannya akan berlangsung lebih transparan dan bertanggung jawab. Pada dasarnya, jelas Joko, UU ini memberikan otonomi pada masing-masing perguruan tinggi sesuai dengan misi dan mandat masing-masing. Lebih jauh, ia mengamanahkan kepada pemerintah untuk memfasilitasi otonomi perguruan tinggi agar bermanfaat bagi masyarakat, negara, dan ilmu pengetahuan — bukan otonomi perguruan tinggi untuk kepentingan dirinya sendiri. Dalam UU ini dengan jelas ditegaskan bahwa pemerintah memberikan kepercayaan sepenuhnya bagi kampus dalam mengembangkan otonomi akademik, pengembangan budaya akademik oleh civitas akademika, dan mengembangkan penelitian sesuai dengan otonomi keilmuwan dan budaya akademik, sesuai dengan jalur kompetensi dan kompetisi. Namun demikian, meski perguruan tinggi memiliki otonomi, pelaksanaannya harus didasarkan pada
prinsip akuntabilitas, transparansi, nirlaba, penjaminan mutu, serta efektivitas dan efisiensi. Secara umum dapat disimpulkan bahwa, ujar Joko, UU yang disahkan pada Agustus 2012 ini justru mengamanahkan dan menjamin otonomi perguruan tinggi, kebebasan akademik, kebebasan mimbar akademik, dan otonomi keilmuan. Kebebasan akademik merupakan prinsip penting dalam pendidikan tinggi, agar ilmu pengetahuan dan teknologi bisa berkembang dengan baik. Namun, lanjutnya, otonomi harus disertai dengan akuntabilitas atau otonomi yang bertanggung jawab dan transparan kepada publik. Pasalnya, otonomi yang tidak bertanggung jawab (tanpa akuntabilitas) justru dapat disalahgunakan dan bahkan dapat tidak sejalan dengan kepentingan bangsa. Dalam hal ini, ungkap Joko, UU PT ini menegaskan aspek otonomi akademik dan non-akademik serta akuntabilitasnya. Kedua jenis otonomi tersebut harus dijalankan dengan arif dan bijaksana, transparan, bertanggung-jawab, dan memberikan manfaat seluas-luasnya bagi masyarakat.
institut, dan universitas sama-sama memperoleh hak menyelenggarakan program akademik S1, S2, S3, program vokasi D3, D4, MT (Magister Terapan), DRT (Doktor Terapan), serta program profesi (spesialisasi). Sementara itu, politeknik berhak menyelenggarakan program vokasi D1, D2, D3, D4, MT, DR, serta program profesi (spesialisasi). UU ini juga menekankan kembali bahwa lingkup pendidikan tinggi bukan hanya pendidikan, tapi mencakup pula penelitian dan pengabdian masyarakat. Untuk menjamin mutu pendidikan tinggi, semua standar mengacu pada Standar Nasional Pendidikan (SNP) dari Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) yang ditetapkan oleh menteri dan didasarkan pada Pangkalan Data Pendidikan Tinggi yang dikelola kementerian. Selain penjaminan secara internal oleh penyelenggara pendidikan tinggi, dilakukan pula penjaminan mutu secara eksternal oleh Badan Akreditasi Nasional (BAN) dan Lembaga Akreditasi Mandiri (LAM). Selain itu, hal baru lain yang kabarnya disuarakan oleh UU ini antara lain beberapa penyelenggara pendidikan tinggi dibolehkan hanya menyelenggarakan program pasca, lulusan sarjana (S1) bisa langsung melanjutkan ke jenjang doktor (S3), penugasan dosen untuk pemerataan mutu pendidikan tinggi seluruh Indonesia,
ditanggungnya biaya saringan masuk (SNMPTN) oleh pemerintah, serta kewajiban PTN untuk mencari dan menjaring mahasiswa berpotensi akademik dari keluarga kurang mampu. Akan diberikan pula hak mahasiswa — berupa beasiswa, bantuan pendidikan, pinjaman dana tanpa bunga, dan alokasi dana penelitian — yang jumlahnya minimum 30 persen dari Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN). Kebijakan baru ini diharapkan dapat memberikan banyak manfaat untuk berbagai kalangan. Bagi masyarakat, akan terdapat banyak pilihan jenis pendidikan yang setara, mendapat jaminan kuliah sesuai kemampuan akademik, biaya kuliah yang lebih terkendali dan lebih terjangkau, serta terjaminnya mutu layanan pendidikan. Bagi perguruan tinggi, otonomi akademiknya akan lebih terjamin, memiliki fleksibilitas dalam pengelolaan sumber daya, serta memperoleh dukungan pendanaan dari pemerintah. Bagi dosen, akan memberikan jaminan dana penelitian dan kesetaraan jenjang karir akademik. Sementara bagi dunia usaha, dapat memudahkan pemanfaatan fasilitas penelitian bagi keperluan pengembangan usahanya. Dengan demikian, harap Joko, UU baru ini dapat menjadi landasan hukum dan pondasi pembangunan yang kuat untuk menghadapi peluang dan tantangan bangsa di masa kini dan masa depan. â–
Dyshelly Nurkatika
Kebijakan yang baru ini berlaku bagi seluruh penyelenggara pendidikan tinggi, yakni akademi komunitas, akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut, dan universitas. Ia memuat kebijakan baru mengenai hak penyelenggaraan program jenjang pendidikan tinggi bagi setiap penyelenggara. Dalam peraturan baru, akademi komunitas berhak menyelenggarakan program vokasi D1 dan D2, serta akademi bisa menyelenggarakan D1, D2, dan D3. Untuk sekolah tinggi,
DESEMBER
33
LIPUTAN
mahasiswanya. Dia menandaskan, seorang pendidik tidak akan menghasilkan anak didik yang memiliki karakter berkualitas tinggi apabila pendidik tersebut tidak memiliki kualitas karakter yang lebih tinggi pula.
Bersiasat Membangun Watak
Foto: Melisa Ika Puspita
S
ebagai salah satu institusi pendidikan terbaik di Indonesia, Institut Teknologi Bandung (ITB) memiliki beban berat untuk menghasilkan bibit-bibit unggul guna memperbaiki, memajukan, dan mengabdi kepada bangsa dan negara. Demi mencapai cita-cita tersebut, ITB harus memberikan pendidikan yang sebaik-baiknya kepada para anak didiknya. Pendidikan disini tak berarti hanya yang bersifat akademis, tetapi juga dalam hal membangun karakter manusia yang memiliki sifatsifat unggul dan cerdas. Sayangnya, saat ini ITB mendapat nilai kurang di mata masyarakat. Beberapa kalangan memberi cap kepada lulusan ITB sebagai kalangan yang memiliki karakter arogan, individualis, serta karakter-karakter lain yang justru tidak sesuai dengan yang dicita-citakan oleh ITB. Apakah memang benar begitu adanya? Permasalahan ini mungkin terlihat kecil, namun begitu mengganggu, sehingga harus diubah. ITB, bagaimanapun caranya, harus mengubah pandangan masyarakat luar terhadap karakter lulusannya. Caranya, ITB mesti mulai membenahi diri sendiri
34
DESEMBER
dan mencari solusi untuk menghasilkan karakter lulusan yang benar-benar sesuai dengan nilai-nilai ITB. Di antaranya adalah jujur, tanggung jawab, peduli, saling menghargai, tangguh, dan karakterkarakter unggul lainnya yang dibutuhkan untuk membangun bangsa Indonesia. Demikian dipaparkan oleh Ketua Majelis Guru Besar (MGB) ITB, Harijono A. Tjokronegoro, saat membuka diskusi terbuka yang bertema “Membangun Karakter Insan ITB” pada 17 Oktober 2012. Kemudian, dalam paparan mengenai Kebijakan Pendidikan Karakter, Tresna Dermawan mencoba menjelaskan arti pendidikan karakter beserta tujuan, fungsi, dan medianya. Pendidikan karakter, menurut Dermawan, dapat dibentuk dari pembelajaran dari lingkungan sekitar. Karena itu, dalam hal ini pendidikan karakter di kampus dapat dilakukan melalui kurikulum, kegiatan kemahasiswaan, serta peraturan dan etika kampus. Pembentukan karakter mahasiswa dapat disisipkan dalam aktivitas perkuliahan, misalnya datang tepat waktu, memberikan waktu untuk diskusi materi kuliah dalam kelas, dan lain
sebagainya. Dosen memiliki peran penting dalam membentuk karakter insan ITB ini, sehingga dosen pun harus memiliki metode kreatif yang bisa diterapkan di dalam kelas untuk membangun karakter mahasiswanya. Dikatakan Dermawan, terdapat beberapa prinsip yang harus dipegang untuk mengembangkan karakter. Prinsip-prinsip tersebut adalah keteladanan, dilakukan secara terus menerus, dan memerlukan latihan. Dalam membentuk karakter, pembelajaran secara instruksional tidak dapat diterapkan. Dosen harus memberikan pembelajaran moral (moral knowing) kepada anak didiknya, sehingga mahasiswa akan mendapatkan pembelajaran tersebut dalam bentuk moral feeling yang dapat membangun karakter sang mahasiswa.
Lebih jauh, Zainal Abidin mengemukakan bahwa kegiatan kemahasiswaan memiliki peran yang penting dalam pembangunan karakter insan ITB. Ini karena mahasiswa memiliki waktu “bermain” yang sangat panjang dalam kegiatan kemahasiswaan dibandingkan dengan perkuliahan dan tatap muka dengan dosen. Beranjak dari hal tersebut, antara unit dan himpunan mahasiswa dengan ITB (fakultas/sekolah dan Lembaga Kemahasiswaan) harus terjalin komunikasi yang erat dan memiliki hubungan yang baik. Kondisi saat ini, ujar Abidin, komunikasi antara ITB (pusat) dengan fakultas (sekolah) dan Lembaga Kemahasiswaan (LK) dirasa cukup baik. Namun komunikasi antara beberapa fakultas (sekolah) dan himpunan (melalui program studi), serta komunikasi antara LK dan Keluarga Mahasiswa (KM) maupun LK dengan unit kegiatan atau himpunan, masih dirasa belum cukup baik.
Foto: Melisa Ika Puspita
Kurang baiknya komunikasi ini dapat disebabkan oleh beberapa hal. Abidin memberi contoh, saat ini hubungan antara himpunan dengan fakultas (sekolah) masih bersifat seperti ‘atasan-bawahan’, bukan seperti ‘bapak-anak.’ Sedangkan hubungan antara LK dengan unit kegiatan bersifat administratif saja dan hanya berkomunikasi jika memerlukan izin atau dana. Serupa seperti LK dan unit kegiatan, dosen pembina pada beberapa unit juga tidak memiliki komunikasi yang baik dan hanya bersifat administratif, misalnya berkomunikasi jika memerlukan tanda tangan saja. Dari fakta-fakta tersebut, Abidin menyarankan agar LK, fakultas (sekolah), KM, dan unit kegiatan mahasiswa berkomunikasi lebih intens dan menjalin hubungan dengan lebih baik lagi. Fakultas (sekolah) dan LK dapat memperlakukan himpunan dan unit kegiatan sebagai mitra atau adik untuk menjalankan kegiatan ko-kurikuler, ekstrakurikuler, maupun
pendidikan karakter. Fakultas (sekolah) dan LK juga harus bersikap lebih terbuka terhadap usulan-usulan kegiatan dari himpunan dan unit kegiatan, tentunya selama usulan tersebut sejalan dengan tujuan ITB. Dari hal tersebut, harapnya, di setiap kegiatannya fakultas (sekolah) dan LK dapat ‘menitipkan’ misi kegiatan pembangunan karakter mahasiswanya. Selanjutnya, sesi diskusi dibuka. Para peserta diberikan kesempatan untuk memberikan aspirasinya mengenai pembangunan karakter insan ITB. Berbagai permasalahan yang dirasakan di dalam kampus ITB disampaikan baik oleh para dosen maupun mahasiswa. Diskusi juga berlanjut membahas solusisolusi untuk mengatasi permasalahan tersebut. Dari diskusi ini diharapkan ITB di masa depan bisa membangun karakter lulusan yang layak menjadi pemimpin pembangunan bangsa dan negara. ■ Shofia
Berikutnya, Tutuka Ariadji menegaskan bahwa untuk keperluan ini dosen sebagai pendidik memiliki peran yang sentral. Dosen harus memiliki karakterkarakter yang baik karena pengaruh dosen terhadap mahasiswa sangat besar. Singkatnya, dosen merupakan teladan bagi
Foto: Melisa Ika Puspita
DESEMBER
35
BINCANG
Membentuk Insan
Karakter Pak Wir B erbagi Kiat
ITB
“Cerdas tapi ilmu tidak cukup. Mahasiswa harus menemukan dirinya. Self Discovery.”
W
aktu Wiranto Arismunandar memimpin ITB, sering dikatakan bahwa saat itu adalah masa paling bergejolak dengan banyaknya aktifitas mahasiswa yang agresif. Kalau bertemu dengan mahasiswanya dulu, dia akan bersalaman dan senyum saja. “Saya senang bertemu dengan mereka, mendoakan mereka selalu berhasil. Tapi jangan tidak mengambil pengalaman supaya maju.” Menurutnya, salah satu modal untuk keberhasilan adalah, “Sopan santun dan bergaul.” Wiranto adalah mantan rektor yang menjabat sejak akhir 1988 hingga 1997. Pria yang akrab dipanggil Pak Wir ini menceritakan bahwa setiap proses, keputusan, dan pembangunan tidak sekonyong-konyong datang begitu saja tanpa pemikiran dan tujuan hal tersebut dilakukan. Visi di setiap hal itu selalu ada. Pak Wir mencontohkan tugu Plaza Widya Nusantara yang dia resmikan saat
36
menjabat jadi rektor. Salah satu penggalan kalimat yang diukir adalah, “Supaya kampus ini menjadi tempat bertanya, dan harus ada jawabannya.” Ia memberikan tanda bahwa ITB dicita-citakan oleh Wiranto sebagai kampus yang berinteraksi dengan masyarakat dan menjadi pemberi solusi bagi permasalahan yang ada. Pak Wir akan sangat menyayangkan jika ada pembangunan yang dilakukan tanpa visi yang jelas. Lulusan yang diidamkan ITB, menurut Pak Wir, adalah lulusan yang memiliki karakter terpercaya, baik budi bahasanya, memiliki potensi berkembang, berpikir positif atau manusia pembangun, memiliki jiwa pejuang dan patriotik yang mencintai dan siap sedia membela tanah air. Tak lupa, lulusan ITB harus ulet, tangguh, mengabdi, dan mandiri. Cara untuk mencapai lulusan dengan karakter yang diidamkan itu telah dilakukan ITB selama bertahun-tahun.
DESEMBER
Perlu ditekankan bahwa ilmu pengetahuan akan terus berkembang dan manusia memiliki keterbatasan akan apa yang dapat diterimanya. Menyiapkan lulusan agar dapat memiliki karakter-karakter yang diidamkan tersebut adalah fokus utama ITB. Dengan potensi berkembang, lulusan ITB dapat menjadi pembelajar yang baik. Sebagai manusia yang berpikir positif, lulusan ITB dapat berkontribusi dalam pembangunan. Kurikulum ITB tahap sarjana yang diketok palu oleh Pak Wir dengan batas 144 SKS adalah salah satu kebijakan mengapa tahap sarjana menurutnya tidak perlu memiliki beban studi lebih dari itu. Memang banyak yang menentang, mengatakan bahwa 144 SKS tidak akan cukup untuk membangun kompetensi lulusannya. Tetapi dengan gaya “pokoknya” yang hingga kini terkenal dari sosok Pak Wir, keputusan batas 144 SKS itu dilaksanakan dengan baik. Pak Wir menjelaskan bahwa jika memang masih kurang, lulusan sarjana dapat melanjutkan ke tahap magister.
Ketika mahasiswa pertama kali datang ke kampus Ganesa, ada tes psikologi. Dari tes psikologi ini harapannya adalah mahasiswa mengerti kemampuannya, ITB mengerti kebutuhan karakternya.“Cerdas tapi ilmu tidak cukup. Mahasiswa harus menemukan dirinya. Self discovery,” lanjutnya. Berangkat dari penemuan dirinya inilah kemudian mahasiswa dapat memperbaiki diri.
Berbicara tentang kerjasama, Pak Wir berpendapat bahwa kerjasama hanya dapat dibangun dalam suasana santai. Agar dapat bekerjasama dengan baik, mahasiswa dapat berlatih dalam kegiatan ekstrakurikuler yang santai dan populer. Ekstrakurikuler olahraga dan kesenian sejak 1970-an, saat itu Pak Wir masih menjabat sebagai Pembantu Rektor (sekarang Wakil Rektor) Bidang Kemahasiswaan, sudah diwajibkan
Foto: Melisa Ika Puspita
untuk diambil agar mahasiswa sering berinteraksi dan membangun jaringan. Unit kesenian dan olahraga, lanjut Pak Wir, memiliki karakter yang berbeda dengan himpunan jurusan. Kegiatan di himpunan jurusan adalah kegiatan dalam lingkungan yang homogen, dalam lingkungan satu profesi dan minat. Unit kesenian dan olahraga membangun pergaulan dalam lingkup seluruh ITB dengan mengesampingkan asal fakultas, sekolah, atau bahkan asal daerah. Interaksi keseluruhan seperti ini, misalnya pada unit kesenian, tidak memandang asal daerah, budaya, kebiasaan, dan pemikiran, sehingga dapat memicu pikiran-pikiran yang baru dan berbeda. Contohnya, untuk menjadi anggota Maha Gotra Ganesha (MGG) tidak harus orang Bali, pengikut Perkumpulan Seni Tari dan Karawitan Jawa (PSTK) tidak harus orang Jawa, atau Lingkung Seni Sunda (LSS) tidak mensyaratkan anggota harus orang Sunda. Mengenai pentingnya olahraga, sosok yang pernah memperkuat kesebelasan Persema dan Persib ini mengatakan bahwa olahraga memberikannya pemahaman akan kerjasama, kegembiraan bersama, dan pentingnya persahabatan. Ada berbagai hal yang mendasari Pak Wir mengembangkan kurikulum olahraga di Tahap Persiapan Bersama (TPB). Di antaranya adalah, dengan olahraga tubuh menjadi sehat sehingga memberikan pengabdian yang lebih panjang. Olahraga dapat meningkatkan persahabatan, sportivitas dan kerjasama. Olahraga, menurutnya, adalah sebuah simulasi kehidupan. Orang bisa melatih kesabaran, membiasakan diri untuk tepat waktu, dan yang penting adalah sportif, yaitu harus mampu
mengendalikan diri. Kemuliaan manusia menurutnya adalah tergantung dari pengendalian dirinya. Kekalahan harus memotivasi diri untuk menang di masa mendatang. Mengenai konsep keberhasilan, Pak Wir berpesan bahwa untuk mencapai keberhasilan adalah harus mencintai, bangga, dan bermanfaat. Keberhasilan yang menciptakan tanggung jawab berasal dari rasa mencintai, yaitu menyukai sesuatu yang dikerjakannya dengan tulus. Bangga dan juga membanggakan, tidak hanya bangga memiliki suatu pekerjaan atau berada dalam sebuah perusahaan, tapi juga membanggakan bagi perusahaan dan komunitas profesinya. Keberhasilan juga harus bermanfaat. Manfaat dapat berwujud sebagai terpandang, menambah ilmu, dan menambah kenalan. Namun demikian, kegiatan di dalam kampus saja masih kurang untuk mewujudkan karakter yang diidamkan. Bahkan untuk memahami apa yang sedang terjadi di masyarakat, mahasiswa harus dapat berinteraksi dengan masyarakat. Karena itu, program seperti Kuliah Kerja Nyata (KKN) ke desa-desa, kunjungan ke industri, dan kuliah lapangan dapat mengisi kekurangan ini. Penekanannya adalah lagi-lagi mahasiswa dituntut agar dapat bergaul dengan masyarakat. “Kalau hanya di kampus tidak akan bisa,” tandasnya. Hal-hal tersebut, jelas Wiranto, memang harus berulang kali disampaikan ke mahasiswa. “Mahasiswa adalah the flowing stream,” ungkap Pak Wir untuk menggambarkan bahwa hal yang sama harus dibicarakan berulang-ulang. Pasalnya, mahasiswa selalu berganti, tidak pernah sama. ■ Dhany Dewantara
DESEMBER
37
RESENSI BUKU
BERITA ITB
MENGUKUR RASIONALITAS
Predictably Irrational: The Hidden Forces That Shape Our Decision. Penulis: Dan Ariely Penerbit: HarperCollins Publishers Terbit: 2008 Tebal: 348 halaman
“A
man has free choice to the extent that he is rational.” Thomas Aquino
S
ebagian besar dari kita percaya bahwa manusia adalah makhluk hidup yang rasional. Alasannya, manusia selalu menimbang setiap opsi yang dimiliki, mengukur untung rugi yang akan diterima dari setiap keputusan yang akan diambil, baru kemudian keputusan tersebut diambil. Pendeknya, saat dihadapkan pada dua pilihan, manusia tentu akan mengambil pilihan yang paling menguntungkan buatnya. Namun, benarkah manusia sedemikian rasional?
Apa itu rasional? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), rasional berarti menurut pikiran dan pertimbangan yang logis; menurut pikiran yang sehat; cocok dengan akal. Kita sering berpikir bahwa manusia mendasarkan tiap keputusannya dengan pertimbangan yang matang dan pemikiran yang rasional, terutama saat dihadapkan pada pilihan besar dalam hidup. Namun Dan Ariely, melalui bukunya yang berjudul Predictably Irrational: The Hidden Forces That Shape Our Decision yang menjadi New York Times Best Seller, mencoba membuktikan bahwa manusia tidak serasional yang kita kira. Ariely adalah seorang professor di bidang psikologi dan behavior economics di Duke University. Mulai dari memilih tujuan liburan, membeli rumah, atau bahkan memilih pasangan hidup, manusia secara konsisten membayar lebih mahal atau lebih murah dari yang seharusnya, meremehkan nilai yang sebenarnya terkandung, dan menunda keputusan yang seharusnya tidak ditunda. Contoh lain, saat kita sakit kepala, kita biasanya punya obat sakit kepala dengan merek tertentu yang menurut kita “manjur.” Kita merasa bahwa dengan merek A kita bisa sembuh, namun dengan merek B tidak dapat sembuh. Tapi sadarkah bahwa sebenarnya kandungan sebagian besar obat sakit kepala adalah sama? Pernahkah membantu tetangga atau teman yang pindah rumah atau kosan? Lalu setelahnya, teman atau tetangga tersebut membayar kita dalam bentuk uang atas rasa terima kasihnya. Anehnya, bukannya senang, kita seringkali malah menjadi tersinggung karenanya. Ini adalah sebuah contoh bagaimana norma sosial mengalahkan rasionalitas ekonomi kita.
38
DESEMBER
Pernahkah suatu saat ingin menjual motor tua yang telah lama kita pakai? Misalnya harga pasaran untuk motor yang hendak kita jual ini adalah lima juta rupiah. Suatu saat, ada pembeli yang menawar motor tersebut seharga tujuh juta rupiah. Secara akal sehat, tentu saja kita akan langsung menyetujui tawaran ini karena sang pembeli menawar di atas harga pasar. Namun, seringkali yang terjadi adalah tibatiba kita teringat akan semua kenangan atau pengalaman personal yang telah kita alami bersama motor tersebut. Bagaimana Anda menggunakannya untuk belajar mengendarai sepeda motor, bagaimana ia menjadi saksi saat pertama pergi dengan pasangan Anda, serta bagaimana kenangan-kenangan lucu yang Anda alami bersama kawan saat berpergian dengannya. Tiba-tiba saja, harga tujuh juta rupiah seakan menjadi terlalu murah dan Anda batal menjual motor tersebut. Sebuah ilustrasi terakhir. Misalnya saya menawarkan pada Anda dua pilihan. Yang pertama adalah saya akan memberikan kepada Anda voucher belanja senilai satu juta rupiah secara cuma-cuma. Pilihan kedua, saya perlihatkan voucher belanja senilai dua juta rupiah, namun Anda harus membayar di muka sebanyak lima ratus ribu rupiah. Pilihlah dengan cepat. Jika Anda seperti kebanyakan orang, Anda akan memilih voucher gratis senilai satu juta rupiah. Kata “gratis” dengan mudah mengalahkan rasionalitas pengambilan keputusan kita. Sadarkah bahwa meskipun Anda membayar lima ratus ribu rupiah, voucher dua juta tersebut masih bernilai lima ratus ribu lebih banyak dibandingkan voucher gratis yang bernilai satu juta? Jadi, Anda mungkin ingin berpikir lagi, seberapa rasionalkah kita sesungguhnya? Atau, menurut definisi Thomas Aquino, seberapa bebaskah kita? ■ Christian Wibisono
PILIHAN REDAKSI memilikinya telah memenuhi standar kualitas pendidikan yang ditetapkan dunia kerja, yang dalam hal ini diwakili oleh asosiasi profesi internasional yang relevan. Dua program studi ini, bersama dengan program studi Teknik Elektro dan Teknik Kelautan, merupakan empat program studi pertama di Indonesia yang mendapatkan akreditasi dari ABET. semakin mengukuhkan langkah ITB untuk menjadi World-Class University.
A
gustus: ITB memamerkan mobil listrik ciptaannya dalam RITech Expo dalam memperingati Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Harteknas) ke-17. Mobil listrik yang dijuluki Jalak dan mampu menyedot perhatian banyak massa ini diciptakan oleh sekelompok tim ahli yang berasal dari Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara (FTMD), Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI), serta Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD). Dalam pengerjaannya, tim ahli ITB juga bekerja sama dengan PT Pindad yang menyediakan lokasi workshop. Bersama dengan PT Pindad, berhasil dirancang mobil listrik yang unik dengan satu platform yang dapat dikembangkan menjadi 12 varian mobil. Varian mobil itu mulai untuk kendaraan pick up, mobil box, mobil golf, double cabin, sampai untuk sedan dan minibus kecil.
S
eptember: Dua program studi dalam naungan Fakultas Teknologi Industri (FTI) ITB, yakni Teknik Fisika dan Teknik Kimia, berhasil memperoleh akreditasi internasional dari Accreditation Board for Engineering & Technology (ABET) yang berbasis di Amerika Serikat pada pertengahan Agustus 2012. ABET merupakan lembaga akreditasi independen terkemuka dari Amerika Serikat untuk program-program pendidikan tinggi teknik. Akreditasi ABET adalah jaminan bahwa program studi yang
O
ktober: Marching Band Waditra Ganesha (MBWG) ITB kembali membawa nama baik ITB di ajang kompetisi Bandung Marching Band Championship (BMBC) 2012. MBWG ITB menjadi juara umum Divisi Open pada kompetisi yang diselenggarakan Jumat-Minggu (12-14/10/2012) di GOR Padjajaran, Bandung. Divisi Open mempertandingkan kelompok Marching Band baik dari perguruan tinggi, instansi pemerintah/BUMN, perusahaan swasta, maupun organisasi umum. Dari kemenangan ini, MBWG ITB berhasil
merebut piala bergilir walikota Bandung mengalahkan peserta lain yang berasal dari berbagai daerah di Jawa Barat.
N
ovember: Bencana banjir di Soreang, Kabupaten Bandung telah mengundang berbagai pihak untuk memberikan bantuan, tak terkecuali segenap mahasiswa ITB. Dengan dikoordinir oleh Kementerian Pengabdian Masyarakat Keluarga Mahasiswa (PMKM) ITB, para mahasiswa pun ikut serta menggalang bantuan untuk korban bencana alam. Tak hanya menghimpun dana dan bantuan fisik, kegiatan yang merupakan bagian dari program ITB Siaga Bencana ini juga mengajak berbagai Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) dan Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) untuk memberikan bantuan sesuai dengan bidang keilmuan dan kecakapan masingmasing.
D
esember: Mahasiswa ITB angkatan 2012 melakukan rangkaian bakti sosial 1st Movement ITB 2012 yang kali ini bertema lingkungan. Mereka menanam 3400 pohon di bukit gundul yang terletak di daerah Jatinangor tersebut. Membawa tema “Integrasi panca kehidupan untuk Indonesia” pada bidang lingkungan, mereka lakukan atas prakarsa Keluarga Mahasiswa ITB bekerjasama dengan Perum Perhutani. LAtar belakang diadakan kegiatan ini makrena masih banyak area gundul yang perlu ditanami dan ini menjadi salah satu bentuk aksi kepedulian dan ajakan mahasiswa ITB untuk mencintai lingkungan. Bersama perwakilan Perum Perhutani, Kepala Lembaga Kemahasiswaan ITB, dan para pejabat daerah setempat, mereka menanami daerah yang akan diberi nama Hutan ITB 2012 itu.
www.itb.ac.id
DESEMBER
39
FOTO KEGIATAN ITB NOVEMBER - DESEMBER 2012