Bangsa Mandiri, Terbang Tinggi FOKUS
Mendayagunakan Logam Eksotis Bukan Mimpi yang Ketinggian Hilirisasi Mineral Lokal Melalui Cara Biologi SOSOK
Buy 1 Get 2: Satu Pengobatan Untuk Dua Penyakit KILAS BALIK
Penggalan Kisah FMIPA ECOCITY
Reykjavik: Sejuk dan Segar Bersama Panas Bumi PERSPEKTIF
Mengurai Sengkarut Realitas
advertorial
IKLAN
Let’s Get Connected Berdiri pada 16 Juni 1959, kini tiap tahun LAPI ITB menangani sekitar 400 kerjasama dengan perusahaan swasta ataupun lembaga pemerintah. Kerjasama ini meliputi: studi, penyelidikan (investigasi), prototype dalam skala laboratorium, survey, engineering design, seni, dan uji laboratorium. Dalam bidang minyak dan gas, LAPI ITB berpengalaman mengerjakan penelitian GGR (Geologi, Geofisika, dan Reservoir), perhitungan cadangan minyak, dan pencarian sumber minyak baru. Beberapa Proyek Monumental: Pengembangan Bandara Juanda Surabaya (Bekerjasama Dengan JICA) Engineering Design untuk Jembatan Barelang di Batam Engineering Design Trase Kereta Api Bandara Soeta-Manggarai Engineering Design Jembatan Cipada Tol Cipularang
Lembaga Afiliasi Penelitian dan Industri (LAPI) Institut Teknologi Bandung Jl. Dayang Sumbi No. 7 Bandung 40132 Indonesia P: 62-22-2502533/2504276/2506290 W: lapi.itb.ac.id
editorial
Pertambangan Yang Lebih Berkeadilan
Majalah ini diterbitkan oleh Direktorat Humas dan Alumni Wakil Rektor Komunikasi Kemitraan dan Alumni Institut Teknologi Bandung PENANGGUNG JAWAB Hasanuddin Z. Abidin
“The mining industry, by virtue of the place it occupies in our economy, is in a position to make a special contribution to the transformation of our society, which should have as its central objective, improving the quality of life of all its citizens.”
Nelson Mandela mengungkapkan hal di atas saat berbicara di Pertemuan Tahunan Bidang Pertambangan Afrika pada 8 November 1994. Untuk mencapai tujuan tersebut, Mandela menyampaikan salah satu strateginya, “…. increased investment is needed to maintain and expand our mining, mineral processing, and manufacturing capacity.” Di Indonesia sendiri, niat serupa telah muncul dan diamanatkan dalam bentuk UU No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara yang salah satunya mengatur agar semua perusahaan pertambangan mineral harus membuat instalasi pemurnian mineral (smelter) dalam kurun waktu 5 tahun. Jatuh tempo peraturan ini adalah 12 Januari 2014. Artinya, awal tahun ini seharusnya semua perusahaan pertambangan telah memiliki instalasi pengolahan mineral. Esensi dari kebijakan ini adalah agar kue pertambangan bisa semakin lebar dan luas serta bermanfaat bagi lebih banyak rakyat Indonesia. Selama ini keuntungan sektor tambang belum sepenuhnya dirasakan oleh masyarakat di sekitar kawasan pertambangan maupun bangsa Indonesia secara umum. Bahkan kerap kali ada masyarakat sekitar kawasan pertambangan yang harus pasrah menerima warisan berupa penyakit dan kerusakan lingkungan sebagai dampak dari kegiatan pertambangan tersebut. Singkat kata, UU ini sejatinya merupakan upaya untuk menegakkan keadilan sosial di dalam sektor pertambangan di Indonesia, dan oleh karena itu perlu mendapat dukungan kita semua. Sebagai bentuk dukungan terhadap pelaksanaan UU ini, Menteri Perindustrian telah menegaskan bahwa pihaknya akan mendorong penyediaan sumber energi listrik bagi keperluan smelter. Juga baru-baru ini Menteri ESDM Jero Wacik mengajak agar perbankan mempermudah pencairan pinjaman untuk membuat smelter. Sebagai akademisi tentunya kita berharap dan yakin bahwa pemerintah dapat merealisasikan komitmennya yang telah dicanangkan tersebut. Kewajiban dan amanat konstitusi ini tentunya perlu didukung oleh seluruh komponen bangsa Indonesia. Semoga.
■ Hasanuddin Z. Abidin
Artikel atau informasi kegiatan dapat dikirimkan ke: redaksi@itbmagz.com
4
desember 2013
DIREKTUR Marlia Singgih Wibowo DIREKTUR PELAKSANA Dhany Dewantara DIREKTUR KREATIF Iman Sudjudi ADMINISTRASI Binarti Dyah Pertiwi, Febriyanti Dwi Utami, Riqi Syachroni PEMASARAN & DISTRIBUSI Budi Mulyadi, Abid Alhayyu WEBMASTER Beni Rio Hermanto KUNJUNGI KAMI http://magazine.itb.ac.id
REDAKSI PEMIMPIN REDAKSI I Ketut Adnyana Editor Pelaksana Niken Prasasti, Dyshelly Nurkartika Pascapurnama Editor Ismail Al Anshori, Dewi Pramesti, Anis Sussieyani KONTRIBUTOR Uruqul Nadhif Dzakiy, Hananta Syaifulloh, Ghufran Musta’an, Irene Shofia, Christian Wibisono, Pijar Artistik Rumanti Wasturini, Reza E. Hermawan FOTOGRAFER Melisa Ika Puspita, Yayat Ruchiat Alamat Redaksi Kantor Direktorat Humas dan Alumni. Gd. CCAR Lt. 1 Jl. Tamansari No. 64 Bandung. Tel. 022 - 2500935 Hubungi Kami E: redaksi@itbmagz.com Facebook: facebook.com/itbmagz Twiter: twitter.com/itbmagz
Daftar Isi | Desember 2013
7
Cover Story
18
Snaphot
20
Snapshot
30
Ecocity
32
Perspektif
Kilas Penelitian
Snapshot
34
Musik untuk Pengembangan Karakter
35
Resensi Buku
23
Sosok
36
Resensi Film
26
37
Resensi Musik
Kilas Balik
22
ISTB: Dari Riset Dasar Menuju Bio-industri Ke Boston Berbekal Sel Peneropong Racun
Buy1Get2: Satu Pengobatan untuk Dua Penyakit!
Reykjavik, Islandia: Sejuk dan Segar bersama Panas Bumi Mengurai Sengkarut Realitas
Cermat Mengelola Kegelisahan
“What is Progress?� Meresapi Alunan Nada Kehidupan
Penggalan Kisah FMIPA
desember 2013
5
cover story
Bangsa Mandiri, Terbang Tinggi
I
ndonesia memiliki sumber daya alam yang berlimpah. Sayangnya, potensi ini belum menjadi kekuatan. Bahkan lebih parah, Indonesia justru seakan berpuas diri berperan sebagai pemasok bagi kemajuan industri negara lain. Proses industrialisasi yang digadang-gadang menjadi penghela gerbong ekonomi justru menjebak negara ini ke dalam perangkap ketergantungan terhadap negara maju. Di sisi lain, bangsa Indonesia sebenarnya memiliki manusia-manusia berkualitas tinggi yang siap mengabdikan diri bagi pembangunan. Karena itu, upaya pembangunan harus dimulai dengan membangun pondasi yang bertumpu kepada kemandirian, yaitu mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mengekplorasi nilai tambah bagi industri berbasis sumber daya alam. â–
8
12
15
Mendayagunakan Logam Eksotis
Bukan Mimpi Yang Ketinggian
Hilirisasi Mineral Lokal Melalui Cara Biologi
desember 2013
7
FOKUS
Mendayagunakan Logam Eksotis Cerium, Prometium, Samarium, Gadolinium, Ytrium, Holmium. Bukan. Itu tadi bukan mantramantra di cerita Harry Potter rekaan JK Rowling. Bukan pula identitas karakter-karakter dalam dunia khayalan Middle Earth pada novel JRR Tolkien. Mereka adalah sebutan bagi material logam “eksotis” yang dinamakan Logam Tanah Jarang (LTJ), atau dalam bahasa Inggris disebut rare-earth material. Logam-logam tersebut yang memungkinkan berbagai gadget di sekitar Anda seperti smartphone dan laptop memiliki kinerja yang begitu tinggi tapi dalam ukuran serba mini seperti saat ini.
D
alam industri semi konduktor, unsur Ytrium (Y) dipakai dalam bentuk Ytrium Alumunium Garnet untuk industri laser. Ytrium juga dikembangkan sebagai material untuk pembuat super konduktor temperatur tinggi dan juga dikembangkan sebagai filter gelombang mikro. Unsur lainnya, Lantanum (La) digunakan untuk pembuatan kaca dengan indeks refraktif tinggi dalam industri optik, lensa kamera, dan campuran untuk fiber optik. Dalam industri militer, material-material ini umumnya digunakan sebagai material tahan temperatur tinggi untuk mesin pesawat jet, roket, laser, dan sistem pertahanan balistik. LTJ juga mampu menghasilkan neomagnet, yaitu magnet yang memiliki medan magnet yang lebih baik daripada magnet biasa, yang memungkinkan munculnya mobil bertenaga listrik yang dapat digunakan untuk perjalanan jauh. Oleh karenanya mobil hybrid mulai marak dikembangkan. Keberadaan material ini juga bermanfaat pada pengembangan superkonduktor. Teknologi inilah yang menjadi penggerak utama moda transportasi maglev (magnetic levitation) yang mampu berjalan mengambang di atas rel, sehingga bisa melaju lebih cepat dan nyaman.
> Berbagai fungsi dan aplikasi LTJ.
Dalam aplikasi metalurgi, penambahan LTJ digunakan dalam pembuatan baja “high strength, low alloy” (HSLA), baja karbon tinggi, superalloy, dan stainless steel. Ini dimungkinkan karena logam tanah jarang memiliki kapabilitas untuk meningkatkan kemampuan material berupa kekuatan, kekerasan, dan peningkatan ketahanan terhadap panas.
8
desember 2013
> Lokasi Penyebaran LTJ Dunia
Mengenal LTJ LTJ di dalam tabel periodik merupakan kelompok lantanida yang memiliki anggota 14 unsur meliputi Cerium (Ce), Praseodimium (Pr), Neodimiuum (Nd), Prometium (Pm), Samarium (Sm), Europium (Eu), Gadolinium (Gd), Terbium (Tb), Disprosium (Dy), Holmium (Ho), Erbium (Er), Tulium (Tm), Iterbium (Yb), dan Lutetium (Lu). Logam grup lain yang sering berasosiasi dalam mineral yang sama bersama kelompok lantanida dan aktinida yakni Scandium (Sc), Ytrium (Y), dan Lantanium (La). Ketiga logam tersebut bisa ditemukan berada dalam grup III-B. Sebenarnya LTJ bukanlah logam yang langka, namun logam ini sulit untuk didapatkan dalam konsentrasi besar. Logam ini ditemukan dalam keadaan berasosiasi (bercampur) dengan unsur logam lain karena sifat transisi yang dimilikinya. LTJ bisa ditemukan di seluruh muka bumi. Beberapa jenis di antaranya memiliki kelimpahan yang sama dengan nikel, tembaga, seng, atau timbal. Bahkan, dua LTJ paling langka, yakni Tulium (Tm) dan Lutetium (Lu), 200 kali lebih mudah ditemukan dibandingkan emas. Hanya saja, unsur-unsur tersebut tidak berada dalam kondisi bebas di alam.
Departemen Energi Amerika Serikat pada 2009, berturut-turut merilis cadangan LTJ dunia (ribuan ton) ; Cina (36.000), Negara pecahan Uni Sovyet, CIS (19.000), Amerika Serikat (13.000), Australia (5.400), India (3.100), Brasil (48), dan Malaysia (30). Sementara itu, sumber-sumber LTJ di Indonesia tidak terkonsentrasi di satu lokasi namun menyebar di berbagai tempat. Ada tiga sumber utama dan sekunder LTJ di Indonesia. Pertama, mineral ikutan dalam mineral berat alluvial (monosit, senotim, dan ilmenit). Kedua, logam sampingan dalam terak peleburan timah atau nikel tembaga. Ketiga, kondensat dari uap air geothermal discharge. Menurut Syoni Soepriyanto, Guru Besar Departemen Metalurgi ITB, LTJ di Indonesia terdapat di banyak tempat eksplorasi logam atau mineral lainnya seperti hasil sampingan pengolahan timah di PT. Timah Bangka Belitung, konsentrat emas PT. Freeport, dan kawah-kawah gunung berapi. Meskipun ada indikasi kuat terdapat LTJ di dalam hasil sampingan PT. Timah, namun potensi tersebut sampai saat ini masih dibiarkan begitu saja. Syoni menyayangkan belum ada upaya apapun dari pemerintah terkait hal ini. “[LTJ] selama ini ditimbun oleh PT. Timah karena selain teknologi untuk pengelolaannya masih dalam
desember 2013
9
skala labolatorium, juga mengandung radioaktif,” tuturnya.
Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM, PP tersebut masih sebatas ultimatum. “Permen 07 Tahun 2012 sudah ada. Isinya melarang ekspor monasit dimana setiap menambang timah, monasit-nya dipisahkan, tidak boleh diekspor dan harus diolah dalam negeri. Sekarang masalahnya ada di pelaksanaannya di lapangan,” ujarnya.
Pasar LTJ Dunia Seperti yang diberitakan kompas (15/3/2012), Cina menguasai 97 persen pasar LTJ dunia. Namun, sejak 2009 negara ini menurunkan kuota ekspornya. Akibatnya harga LTJ melambung di berbagai pasar saham dunia. Harga saham perusahaan Cina Rare Earth Holdings naik hingga 10 persen, sedangkan saham Alconix di Jepang dan Arafura Resources di Australia berturut-turut naik 4,4 persen dan 9,5 persen. Menurut Kementerian Perdagangan Amerika Serikat, USGS, kuota ekspor LTJ Cina dalam kurun waktu enam tahun terakhir mengalami penurunan yang signifikan. Pada 2005 sebesar 65,6 ribu metrik ton, 2006 sejumlah 61,8 ribu metrik ton, 2007 sebanyak 59,7 ribu metrik ton, 2008 sebesar 56,9 ribu metrik ton, 2009 sejumlah 51,1 ribu metrik ton, dan 2010 tinggal 30,3 ribu metrik ton. Hal senada dilontarkan Mike Adams (2010), seorang kolumnis energi dikutip Pikiran Rakyat (24/1/2011), Cina sudah mulai mengurangi produksi logam langkanya sejak sepuluh tahun terakhir sampai 2011. Pada satu dekade terakhir, Cina memproduksi mineral langka ini antara 40.000 ton – 120.000 ton. Pada 2011, produksinya tinggal 30.000 ton dan akan terus diturunkan sampai nol ton pada 2012. Paparan diatas menunjukkan bahwa LTJ saat ini menjadi komoditas yang sangat dicari oleh dunia. Tak ketinggalan, Indonesia pun memandang positif keberadaannya. Tahun lalu Pemerintah Indonesia mengeluarkan kebijakan larangan ekspor dengan penerbitan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Nomor 7 Tahun 2012 (PP 07 Tahun 2012) tentang peningkatan nilai tambah mineral melalui kegiatan pengolahan dan pemurnian mineral. Kebijakan
10
LTJ Dalam Siasat Cina Memajukan Industi Hilir
wikimedia.org
> a) Struktur Neomagnet, b) Percobaan Maglev, c) Kereta Maglev
tersebut bertujuan agar Indonesia tidak lagi mengekspor bahan mentah ke negara lain. Melihat manfaatnya yang begitu besar, Syoni berpendapat, kebijakan pelarangan ekspor sudah tepat, hanya saja perlu diagendakan pemrosesan mineral-mineral tersebut untuk pemurnian LTJ. “Intermediate product atau produk pertengahan adalah solusi untuk menghasilkan nilai tambah,” ungkapnya. Syoni mengilustrasikan, sirkon dari tanah yang harganya hanya 50 dolar per ton konsentrat dapat diubah menjadi sirkon chemical seharga 100 ribu dolar per ton atau senilai 1 miliar rupiah, 20 kali lipat. Ia bisa dipasarkan ke negara-negara produsen elektronik seperti Amerika Serikat, Uni Eropa, dan Jepang. Namun demikian, menurut Sukhyar,
desember 2013
Cina berdalih penurunan ekspor LTJ untuk melindungi cadangan yang terus menipis dan tidak dapat diperbaharui, juga untuk melindungi lingkungan. Namun menurut banyak pengamat seperti yang diberitakan di harian Pikiran Rakyat (24/1/2011), Cina hanya mencari-cari alasan saja ketika mengurangi kuota ekspor LTJ. Alasan sebenarnya Cina sengaja menciptakan kelangkaan pasar untuk mengeruk keuntungan ekonomis dan politik dari situasi itu. Pasalnya, negaranegara produsen elektronik terlanjur bergantung dengan produksi LTJ di Cina. Dalam kata lain, Cina secara cerdik memainkan pasar. Kelangkaan dan kebergantungan itu dimanfaatkan Cina untuk membujuk sejumlah pabrikan elektronik dan energi ramah lingkungan ternama dunia agar membangun perusahaan di Cina. Sebagai imbalannya, Cina memberikan akses tanpa batas LTJ kepada mereka. Sebagai contoh, perusahaan Apple dari Amerika sudah memindahkan produksinya ke Cina. Kedepan, mungkin akan lebih banyak lagi perusahaan memindahkan pabriknya ke negara Tirai Bambu ini. Sementara itu, Kompas (15/3/2012) memberitakan bahwa langkah Cina mengurangi kuota ekspornya secara tidak langsung meminta agar negara lain untuk memproduksi. Cina berdalih bahwa kebijakan ini bukan salah mereka melainkan salah negara-negara pemilik cadangan LTJ seperti ketika Amerika Serikat berhenti berproduksi. Amerika Serikat, Kanada, dan Australia
memiliki cadangan besar LTJ tetapi berhenti berproduksi sejak 1990-an karena tidak mampu bersaing dengan produk Cina yang lebih murah. Cina melalui Juru Bicara Kementerian Luar Negeri, Liu Weiming, mengatakan, negara-negara tersebut harus mulai aktif mengeksplorasi dan mengembangkan produk LTJ masing-masing dan berbagi tanggung jawab dengan Cina dalam memasok kebutuhan dunia. Pembatasan ekspor Cina ternyata berdampak langsung dengan kemajuan industri hilir di Cina. Banyak sekali produk elektronik diproduksi di Cina seperti handphone, smartphone, tablet, LED TV, dan produk elektonik mutakhir lainnya. Strategi industri Cina ini membuatnya tumbuh menjadi salah satu pelaku utama ekonomi dunia.
Apa Langkah Selanjutnya? Sejauh ini, menurut Syoni, Indonesia tidak memiliki blue print pengembangan industri, termasuk didalamnya tidak ada agenda pengembangan mineral. Dia menambahkan, belum ada sinkronisasi antar-kementerian untuk mengelola LTJ ini. Pasalnya, urusan terkait bahan baku tergantung pada Kementerian ESDM, sementara industri hilir bergantung pada Kementerian Perindustrian, dan pemasaran diatur oleh Kementerian Perdagangan. Kendala lainnya adalah LTJ belum ditetapkan sebagai mineral strategis. Namun demikian, bangsa ini bisa sedikit berharap agar pada 2014 nanti Pemerintah konsisten menerapkan Permen 07 Tahun 2012 tentang pelarangan ekspor monasit LTJ. “Pada 2014, [LTJ] cuma tidak boleh diekspor sebagai bahan mentah. Tidak boleh buang tailing seenaknya. [LTJ] diperlakukan sebagai aset negara. [Peraturan ini] menjadikan mineral ikutan diperlakukan sebagai aset negara. Tidak boleh diekspor,” ungkap Sukhyar, Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM. > Berbagai Penggunaan LTJ
Teknisnya, lanjut Sukhyar, kebijakan ini sudah memerintahkan bahwa monasit harus dipisahkan dari bahan tambang, meskipun perusahaan yang terkait tidak mengolahnya lebih lanjut. Pemerintah, melalu prosedur pengawasan tertentu, harus memastikan bahwa perusahaan itu sudah memisahkan monasit tersebut. Dalam waktu bersamaan, pemerintah harus menegaskan bahwa LTJ sebagai logam strategis, seperti yang telah dilakukan pada nikel, alumina, besi, emas, batu bara, dan tembaga. Untuk inventarisasi lebih lanjut, Badan Geologi bisa menjadi pihak yang mengidentifikasi di mana lagi terdapat sumber LTJ. Setelah proses inventarisasi dan menjaga material ini, langkah berikutnya adalah mengolah di dalam negeri. Misalnya untuk kasus PT. Timah, ia bisa membangun pilot project, atau ada industri khusus yang mendaur ulang semua dari sisa-sisa penambangan timah. Jika selama ini bahan baku dikirim ke Korea, Jepang, dan China, maka logikanya harus dibalik. “Mereka harus investasi di Indonesia. Mereka mengelola [LTJ tersebut] di dalam negeri menjadi intermediate [product]. Mereka tidak ambil bahan mentahnya. Kita memanggil mereka untuk investasi [di dalam negeri]. Harus begitu. Jangan sampai kita eksport bahan baku,” tegasnya. Namun demikian, Sukhyar menandaskan bahwa ide Undang-Undang Minerba ini tidak sekedar mengelola hasil tambang dalam di negeri, melainkan untuk mengembangkan industri dari hulu hingga hilir. Ia bisa menjadi kendaraan menuju kemandirian bangsa yang berbasis sumber daya alam sebagai bahan baku. Belajar dari Cina, negara-negara yang memiliki LTJ memiliki kesempatan untuk mengembangkan industri yang terintegrasi. “Ini kesempatan baik. Industri hulu hilir bisa dibangun di Indonesia. Kalau pun LTJ kita habis, kita masih punya intangible asset. Sudah waktunya kita mengelola [LTJ di] dalam negeri. LTJ kan bahan mahal,” ungkapnya. Saat ini, kata Sukhyar, di Malaysia dan Thailand sudah ada industri pengolahan LTJ. “Di negara tetangga sudah ada dua pabrik. Kita harus mulai juga dong!”
■ Uruqul Nadhif Dzakiy
desember 2013
11
FOKUS
> CN-235 yang digunakan oleh SASEMAR, sebuah lembaga yang bergerak dalam bidang Search And Rescue (SAR) di Spanyol.
u
rb
ai
om
y.c
ar
lit
i sm
Bukan Mimpi yang Ketinggian Menelusuri Jejak Pengembangan Industri Pesawat Terbang Nasional
I
ndustri penerbangan adalah sektor yang membutuhkan teknologi tinggi dan padat modal. Dengan segala keterbatasan yang dimiliki Indonesia, wajar jika ada pro dan kontra terkait aktifitas pemerintah untuk mengembangkan industri ini. Bagi mereka yang keberatan, industri penerbangan dianggap pemborosan anggaran dan mimpi yang ketinggian. Dengan alasan yang sama, yaitu teknologi dan modal, para pendukung memimpikan industri dirgantara akan menjadi lokomotif bagi tumbuhkembangnya industri berbasis teknologi. Di antaranya adalah sektor aeronautika, struktur, material, permesinan, sistem kendali, instrumentasi, elektronika, teknologi informasi, desain, dan masih banyak lagi. Namun, apakah mimpi ini ketinggian bagi Indonesia? Untuk menjawab pertanyaan ini, mari telusuri jejak-jejak bangsa Indonesia dalam mengembangkan industri pesawat terbang.
Ti Baheula Upaya pengembangan pesawat terbang di Indonesia telah dimulai sejak 1914, hampir satu abad yang lalu. Pada saat itu, Belanda mendirikan Bagian Uji Terbang di Surabaya yang kurang lebih bertugas untuk melakukan riset mengenai pesawat udara yang cocok digunakan di daerah tropis seperti Indonesia. Upaya ini terus berlanjut, hingga akhirnya pada 1937, delapan tahun sebelum kemerdekaan, berhasil dibuat pesawat terbang untuk pertama kalinya di bumi Nusantara.
12
desember 2013
> N-250 saat uji coba terbang perdana.
Berikutnya, “bengkel� ini berhasil memproduksi pesawat dalam skala kecil, yaitu beberapa pesawat perintis. Mereka lalu digunakan untuk latih terbang calon penerbang di akademi angkatan udara dan pusat penerbangan angkatan darat. Melihat hal ini, Pemerintah Indonesia saat itu mulai menggiatkan diri untuk merintis industri penerbangan. Salah satu upaya Pemerintah saat itu adalah dengan mengadakan program pengiriman pelajar ke luar negeri (Eropa dan Amerika Serikat) yang berlangsung sejak 1951 hingga 1954. Dilanjutkan pada 1954 hingga 1958 pemerintah mengirim sekelompok mahasiswa ke Jerman. Lalu antara 1958 hingga 1962 ke Cekoslowakia dan Rusia. Tujuannya agar anak-anak muda tersebut dapat menimba ilmu tentang teknologi dirgantara dan maritim di negara-negara yang telah maju.
jakartagreater.com
wikimedia.org
> Bentuk rancangan N-2130
Pembuatan pesawat tersebut masih bersifat pribadi, yaitu di salah satu bengkel milik seorang pengusaha di daerah yang sekarang bernama Jalan Pasirkaliki, Kota Bandung, Jawa Barat. Memanfaatkan rancangan LW. Walraven dan MV. Patist, sekelompok anak muda Indonesia yang dikomandoi oleh Tossin berhasil membuat pesawat yang di beri nama PK.KKH. PK adalah singkatan dari PayKolonie, bahasa Belanda,yang kurang lebih memiliki arti “penerbangan negeri jajahan.� Sementara KKH merupakan tanda pengenal pesawat tersebut. Untuk masalah kemampuan terbang, pesawat ini tidak bisa dianggap remeh, bahkan sempat menggegerkan dunia penerbangan kala itu. Ia mampu terbang dari Indonesia ke Belanda dan daratan Cina, pulang-pergi. Dapat dikatakan bahwa tonggak perkembangan pesawat terbang di Indonesia mulai ditancapkan dan terus berkembang di Kota Bandung. Pada Agustus 1954, bertempat di lapangan terbang Andir, yang kemudian dinamakan Husein Sastranegara, sekelompok anak muda yang lain dibawah komando Mayor Udara NurtanioPringgoadisurjo berhasil menerbangkan pesawatnya sendiri. Pesawat tempat duduk tunggal ini bahkan dirancang oleh Nurtanio sendiri.
Para pelajar yang dikirim keluar negeri tersebut kemudian dipanggil pulang oleh Presiden Soekarno. Termasuk didalamnya adalah OetarjoDiran dan Liem Keng Kie. Kedua orang itu lah yang membidani lahirnya pendidikan teknik penerbangan di Indonesia, yaitu jurusan Teknik Penerbangan di Institut Teknologi Bandung, berdasarkan Surat Keputusan Presiden Soekarno pada 1962. Selain pusat pendidikan di Teknik Penerbangan ITB, pemerintah juga mendirikan perusahaan pembuat pesawat terbang yang bernama Industri Pesawat Terbang Nurtanio (IPTN) pada 26 April1976. Ia lalu berubah nama menjadi Industri Pesawat Terbang Nusantara pada 11 Oktober1985. Perusahaan yang berlokasi di sekitar landasan udara Husein Sastranegara Bandung ini kemudian direstrukturisasi, kemudian berubah nama menjadi PT Dirgantara Indonesia (PT DI) pada 24 Agustus 2000. Salah satu produk yang banyak beredar di pasaran adalah pesawat CN-235. Kode CN menunjukkan bahwa pesawat ini dibuat atas kerjasama perusahaan CASA dari Spanyol dan IPTN. Ia merupakan pesawat transportasi regional dan militer. Perannya dalam militer termasuk untuk patroli maritim, pengintaian, dan transportasi udara. Pengguna paling banyak adalah Turki dengan 61 buah pesawat. Negara-negara maju seperti Perancis, Irlandia, Korea Selatan, hingga Amerika Serikat pun memanfaatkan pesawat ini. N-250: Bunga Yang Tak Sempat Mekar Namun perjalanan untuk mandiri dalam teknologi pesawat terbang bukan tanpa hambatan. Sejarah mencatat, pada 1990-an IPTN menelurkan pesawat yang murni hasil rancang bangunnya sendiri.
desember 2013
13
membelah-angkasa.blogspot.com
Pesawat itu diberi nama N-250.Inisial N, dalam N-250, merupakan kepanjangan dari Nusantara; 2 berarti pesawat komersial pertama Indonesia yang akan diproduksi ini menggunakan dua buah mesin, yaitu dualturbopropeller; sedangkan 50 berarti pesawat ini dirancang dengan kapasitas mencapai 50 penumpang. Adalah B.J. Habibie, saat itu menjadi Menteri Riset dan Teknologi, yang memimpin langsung proses rancang bangun pesawat bermesin dualturbopropeller GMA-2500 (mesin turbin yang mendorong baling-baling pesawat menggunakan gigi reduksi).Mesin jenis ini dipercaya lebih efisien sehingga biaya operasional lebih murah dibandingkan jet, walaupun kompensasinya ia melaju lebih lambat. Pesawat ini dirancang menyesuaikan dengan karakter wilayah Indonesia yang berpulau-pulau. Habibie saat itu memimpikan pesawat ini akan menghubungkan pulaupulau ini. Ia sukses menjalani ujicoba pertama kali pada 10 Agustus 1995 tanpa mengalami dutchroll (istilah penerbangan untuk pesawat yang oleng) secara berlebihan. Secara teknis, pesawat ini cukup unggul di kelasnya. Ia sudah menggunakan teknologi fly-by-wire yang memungkinkan pesawat yang dapat dikendalikan secara elektronik. Pada saat itu, ia merupakan pesawat kedua yang mengadopsi teknologi tersebut setelah A-300 keluaran Airbus. Namun untuk pesawat yang ditujukan untuk penerbangan dalam skala regional, N-250 merupakan pesawat fly-by-wire pertama di dunia. N-250 ini sebenarnya tinggal selangkah lagi bisa diproduksi massal, yaitu sedang disiapkan untuk memasuki fase sertifikasi dari FAA (Federal Aviation Administration). Sayangnya, sebelum niat itu terwujud Indonesia dihantam oleh krisis moneter, sehingga suntikan dana dihentikan sementara. Saat situasi ekonomi telah berangsur membaik, ternyata PTDI tetap tidak mendapat dukungan yang memadai dari para pemangku kebijakan ekonomi. Akibatnya, N-250 kini menjadi besi tua yang mangkrak di apron PTDI.
> Pesawat PK.KKH yang berhasil dibuat di Bandung pada 1937
N-2130: Benih Yang Tersapu Ombak Bertepatan dengan penerbangan perdana N-250, PTDI mengumumkan rencananya untuk membuat pesawat yang lebih besar. Pesawat yang diberi nama N-2130 ini digadang-gadang akan bersaing dengan pesawat yang telah mapan buatan Eropa dan Amerika, yaitu Airbus 320 dan Boeing 737. Seperti pendahulunya, N-250, ia pun berakhir tragis. Rencana ini harus berakhir pada tahap preliminary design. Pesawat komersial bermesin jet dengan daya tampung mencapai 130 penumpang ini mengadopsi teknologi yang lebih canggih bila dibandingkan dengan saudara tuanya, N-250. Sistem navigasinya memakai advanced fly bywire. Selain itu, N-2130 juga sudah ditanami dengan winglet. Winglet adalah perangkat yang terletak di ujung sayap pada pesawat bersayap tetap. Tujuan penggunaan winglet adalah untuk meningkatkan efisiensi operasional pesawat terbang, termasuk di dalamnya efisiensi penggunaan bahan bakar. Penerapan winglet ini juga masih tergolong baru pada saat itu, jauh sebelum winglet digunakan di beberapa pesawat generasi masa kini.
R-80: Simbol Determinasi R-80 adalah sebutan pesawat Regio Prop 80. Ia merupakan pengembangan dari pesawat N-250. Ide pembuatan “adik kandung” N-250 ini sendiri telah dimulai sejak 2004. Pembuatannya ditangani langsung oleh B.J. Habibie bersama putra sulungnya, Ilham Habibie. Ia dikembangkan melalui perusahaan baru yang bernama PT Ragio Aviasi Industri (RAI) dengan melibatkan PTDI sebagai tempat produksinya. “Insyaallah R-80, tahun 2016 atau 2017, akan mengudara dan dunia akan surprise (takjub),” kata Habibie, dilansir dari nationalgeographic.co.id. Pesawat yang dirancang untuk penerbangan kurang dari 600 kilometer ini sedang dalam fase produksi awal dan statusnya baru mencapai sekitar 10 persen. Dibandingkan dengan N-250, R-80 dibuat dengan ukuran yang lebih besar dan panjang. Sementara dari dari segi kemampuan, desain, dan teknologinya tidak berbeda jauh dibandingkan saudara tuanya itu. Melalui R-80, Habibie yang kini menginjak usia ke77 ini ingin menunjukkan bahwa semangat itu masih ada. Dia mewakili para engineer pesawat terbang nasional yang masih berhasrat untuk membuktikan bahwa cita-cita industri dirgantara bukan mimpi yang ketinggian untuk dicapai bangsa Indonesia.
■Hananta Syaifulloh
14
desember 2013
Hilirisasi Mineral Lokal Melalui Cara Biologi
K
>Berbagai tahap pengolahan material.
edaulatan, kemandirian, ketahanan, keadilan. Ketiga kata tersebut menjadi begitu digdaya saat ditempelkan pada apa saja. Contoh saja, kedaulatan energi, kemandirian ekonomi, dan ketahanan pangan. Berikutnya, tuntutan keadilan dalam bentuk UU Minerba yang mewajibkan perusahaan pertambangan untuk membangun instalasi pengolahan mineral (smelter). Jika dilihat lagi, pokok pikiran dari kebijakan ini adalah bagaimana mendapatkan nilai tambah yang maksimal dari sumber daya mineral yang dimiliki. Artinya, perlu ada sistem yang memungkinkan nilai tambah ini terwujud. Atau dalam kalimat lain, perlu ada desain rantai nilai bagi mineral yang dihasilkan tersebut. Tanpa ada desain rantai nilai, maka UU ini hanya akan memberi manfaat sejauh nilai tambah yang bisa diberikan oleh smelter. Namun rantai nilai seperti apa yang bisa dikembangkan?
Jalur Nilai Tambah
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, bisa dimulai dengan mencari bentuk aplikasi akhir yang membutuhkan mineralmineral yang dihasilkan di Indonesia. Berikutnya adalah dengan memetakan jalur-jalur pengolahan material untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Menurut Bambang Sunendar, jalur pengolahan material bisa dibagi menjadi empat tahap, yaitu material metalurgi di industri hulu, prekursor kimia di industri menengah, peralatan di industri hilir, dan produk akhir pada industri maju. Hal ini dikemukakan oleh Bambang saat menyampaikan Pidato Ilmiah Guru Besar Institut Teknologi Bandung, 22 Februari 2013. Jalan untuk memulai niat ini, lanjutnya, “adalah dengan cara memfokuskan diri pada pengembangan teknologi proses dan produk proses, yang tidak lain adalah membangun industri prekursor material maju yang mandiri dan dapat bersaing dengan industri luar.” Tentunya, tandas Bambang, penelitian tidak bisa dipisahkan dari upaya-upaya ini. Proses Biomineralisasi
Salah satu proses material yang berpotensi besar untuk dikembangkan adalah menggunakan cara berdasarkan pada gagasan-gagasan biologi. Karena itu ia disebut sebagai biomineralisasi. Konsep ini berpijak pada berbagai proses “pabrikasi” material secara alami seperti kristal, kulit kerang, tulang dan gigi, kolagen, bahkan hingga kayu. Bahan baku biomineralisasi adalah material organik dan anorganik. Prosesnya dikendalikan melalui mekanisme tertentu oleh suatu organisme. Hal ini membuat biomineral memiliki karakteristik — seperti bentuk, ukuran, kristalinitas, dan komposisi elemen — yang tidak sama jika dibandingkan
dengan mineral yang sejenis, namun diperoleh melalui proses anorganik. Salah satu karakteristik utama yang membuat biomineral ini berbeda dapat diamati dari strukturnya. Ia umumnya memiliki ciri morfologi yang unik, yang tidak mungkin diduplikasi oleh manusia (saat ini). Contohnya adalah cangkang kerang yang mempunyai bentuk, tingkat kekerasan, dan berat yang sedemikian rupa sehingga cocok dengan kebutuhan organisme yang menjadi tuannya.“Keunikan ini menjadi inspirasi tersendiri untuk mendapatkan suatu metode pemrosesan material yang lebih optimal,” tutur Kepala Laboratorium Material Maju Prodi Teknik Fisika ini. Secara umum, menurut Bambang, gagasan biologi memang sedikit banyak mempengaruhi perkembangan teknologi di berbagai bidang yang ada saat ini. “Pengintegrasian konsepkonsep biologi dengan teknologi pemrosesan material akan menjadi kunci dalam pengembangan dan riset teknologi masa depan,” tuturnya. Biomineralisasi bukan sekedar sebuah metode proses produksi, tapi juga tentang paradigma. Berbeda dengan cara konvensional yang bersifat top-down, proses biomineralisasi adalah bottom-up. Hasil biomineralisasi, atau disebut sebagai biomineral, dibentuk dengan menyusun atom atau molekul secara tahap-demi-tahap (step-by-step). Dalam kalimat lain, ia adalah proses yang terorganisasi secara mandiri (selforganized). Biomineralisasi juga dikenal termasuk sebagai proses nanoteknologi.
desember 2013
15
Karbon Aktif
Silika
perhatiannya adalah krisis air bersih yang saat ini melanda di beberapa wilayah. Untuk menjawab tantangan tersebut, Bambang melakukan penelitian untuk mengembangkan membran filter air berbasiskan silika dan karbon aktif. Proses filtrasi air menggunakan silika memungkinkan terjadinya dua mekanisme pemurnian air, yaitu adsorpsi dan absorpsi, sedangkan penggunaan karbon aktif cukup efektif
>Membran filter air berbasis silikakarbon aktif. Air Bersih
Air Kotor
Pada dasarnya metode top-down merupakan proses pembuatan suatu material dengan struktur dan karakteristik tertentu dengan menggunakan material sumber awal yang berukuran besar melalui pemrosesan mekanik ataupun kimiawi. Selama struktur yang ingin didapatkan masih dalam ukuran yang dapat dibentuk menggunakan peralatan mekanik ataupun proses litografi, metode ini dapat dinyatakan memiliki fleksibilitas yang baik dalam penggunaannya. Namun, kendala yang dihadapi kemudian ialah mahalnya biaya peralatan serta energi yang digunakan dalam pemrosesannya. Sementara itu, metode bottom-up merupakan suatu bentuk proses yang menggunakan atom ataupun molekul sebagai dalam pembentukan suatu struktur tertentu. Metode ini membangun suatu struktur dari ukuran kecil yang kemudian disusun sehingga diperoleh material akhir dengan struktur yang sesuai dengan aplikasi yang diinginkan. Keunggulan dari metode ini jika dibandingkan dengan metode top-down ialah struktur material yang lebih baik karena dilakukan penyusunan mulai dari tingkat atom serta energi proses yang relatif rendah. Salah satu teknik yang berbasiskan konsep bottom-up adalah self assembly untuk proses sintesa material, nanoteknologi, sains material, dan kerekayasaan.
untuk menghilangkan zat klorin, endapan, volatile organic compounds (VOCs), dan bau pada air. Hasil pengukuran performansi dari sistem filter air ini menunjukkan bahwa air yang telah disaring memenuhi standar untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Selain filter air, terkait dengan masalah kesehatan Bambang dan timnya juga meneliti catalytic converter, yaitu sebuah sistem yang berperan untuk menyaring hasil gas buang dari suatu mesin bakar. Penelitian yang telah dilakukan di bidang ini adalah pengembangan katalis gamma alumina sebagai pengganti katalis yang biasa digunakan yang umumnya berasal dari material langka, seperti palladium, rhodium, dan platinum. Penelitian ini berhasil mensintesa gamma alumina dengan struktur yang menyerupai bunga (flower like). Bidang Transportasi Dan Elektronika Dalam bidang transportasi dan elektronika, Bambang mengembangkan penelitian untuk mendapatkan alternatif pembuatan magnet permanen barium ferrite. Magnet permanen ini digunakan untuk pengeras suara, sistem perekam berbasis magnet, dan motor listrik. Untuk mendapatkan material barium ferrite yang lebih baik,Bambang memanfaatkan peran surfaktan. “Surfaktan memiliki peranan penting untuk mereduksi ukuran partikel dikarenakan kemampuannya dalam menurunkan tegangan
BEBERAPA CONTOH HASIL PENELITIAN Berbekal inspirasi tersebut, Bambang melakukan berbagai penelitian dalam bidang lingkungan dan katalitik, transportasi dan elektronika, kesehatan, dan energi. “Penelitian yang saya lakukan pada dasarnya dilandaskan akan masalahmasalah yang ada di masyarakat serta tanggung jawab untuk memajukan Indonesia, khususnya di bidang pengembangan material maju,� ungkapnya. Dengan demikian, dirinya berharap bisa menyelesaikan berbagai persoalan yang ada sekaligus membuka peluang pengembangan industri baru dan memajukan ilmu pengetahuan. Bidang Lingkungan Dan Katalitik Salah satu masalah dalam bidang lingkungan yang menjadi
16
desember 2013
>Barium ferrite berstruktur nanorod (atas) dan potensi aplikasinya sebagai magnet permanen.
> Sistem catalytic converter (atas) dan gamma alumina dengan struktur flower like.
>Perbandingan antara nanokomposit yang disintesis di laboratorium (kiri) dan komposit nanohybrid komersil (kanan).
>Morfologi Partikel TiO2 yang diproses dengan metode sol-gel.
permukaan antara larutan dan padatan. Disamping itu, surfaktan dapat berperan pula sebagai template untuk membantu pembentukan morfologi dari partikel,” jelasnya.
yang tersedia melimpah di Indonesia. Dia juga meneliti nanomagnetik yang berguna bagi keperluan teknologi drug delivery dan penyembuhan kanker hipertermia.
Pembentukan morfologi ini dapat dilakukan dengan mengatur konsentrasi surfaktan dan kondisi lingkungannya, seperti temperatur, tekanan, dan pH. Dengan memvariasikan kondisikondisi tersebut, morfologi partikel dapat diatur untuk membentuk tetrapod, flower-like, nanobelt, nano-cube, atau nanorod.
Bidang Energi Dalam bidang energi ini, Bambang melakukan penelitian untuk mengembangkan sel surya bertipe dye-synthesized (DSSC), baterai dan fuel-cell. Ketiganya merupakan topiktopik sentral dalam penelitian energi hijau di dunia.
Dalam penelitian ini, Bambang bercerita bahwa pihaknya berhasil mendapatkan barium ferrite dengan struktur nanorod. Dia menggunakan kanji sebagai template untuk mempengaruhi struktur akhir barium ferrite yang disintesa. Bidang Kesehatan Berikutnya, penelitian terkait dunia kesehatan yang dilakukan Bambang adalah dalam bidang kedokteran gigi, yaitu pengembangan nanocomposit sebagai bahan restorasi gigi. Masalah utama dari kesehatan sekitar rongga mulut hingga saat ini masih mengenai karies gigi (gigi berlubang) dan gingivitis. Salah satu metode yang umum digunakan untuk menangani masalah tersebut ialah dengan metode restorasi direct. Sayangnya metode ini membutuhkan biaya yang relatif mahal dan bahan bakunya masih impor. Di sisi lain, Indonesia memiliki banyak sumber bahan baku resin komposit, seperti zirkonia, silika, alumina, apatit, dan kaolin. Berawal dari kegelisahan tersebut, Bambang melakukan penelitian pembuatan nanokomposit sebagai bahan restorasi gigi dengan menggunakan kaolin, zirkonia, dan apatit yang bahan-bahannya berasal dari lokal Indonesia. Berdasarkan analisa pada hasil SEM (scanning electron microscope), nanokomposit dalam penelitian ini memiliki interaksi yang lebih baik dengan permukaan gigi dibandingkan dengan komposit komersial yang digunakan. “Interaksi yang baik ini dapat mengurangi potensi terjadinya kegagalan dalam proses restorasi perbaikan gigi,” jelasnya. Selain itu, Bambang juga mengatakan bahwa pihaknya melakukan penelitian dalam pembuatan scaffold sebagai media penyangga sementara proses perbaikan jaringan tulang, pembuatan bone cement, dan pembuatan pasak gigi serta dental bridge. Semuanya menggunakan bahan baku
DSSC merupakan jenis sel surya generasi ketiga yang memanfaatkan prinsip fotoelektrokimia, yaitu proses penyerapan cahaya matahari melalui pewarna tersensitisasi (dye-synthesized) seperti halnya klorofil pada proses fotosintesis daun. Material DSSC yang diteliti oleh Bambang adalah Titanium Dioxide (TiO ). Ia memiliki sifat optik yang baik, bersifat inert, tidak berbahaya, dan murah. Penelitian yang dilakukan Bambang tentang baterai adalah pengembangan anode berbasiskan pada titanate, yaitu menggunakan titania berfase monoklinik (TiO2(B)). Struktur nano yang dirancang dalam penelitian ini menambah luas permukaan yang akan berinteraksi dengan litium sehingga dapat meningkatkan jumlah atom litium yang terinterkalasi pada titania. “Diharapkan titania monoklinik dapat menjadi pengganti anode berbahan karbon sehingga dapat meningkatkan kapasitas total dari baterai lithium,” ujarnya. Riset berikutnya adalah terkait fuel cell, yaitu dalam produksi hidrogen menggunakana organisme atau disebut juga biohidrogen. Bambang memanfaatkan sisa pengolahan kayu bus (Eucalyptus papuana) menjadi karbon aktif sebagai medium imobilisasi bakteri penghasil hidrogen Escherichia coli (E. Coli) sehingga sel dapat melekat pada karbon aktif dengan membentuk biofilm. “Penelitian ini merupakan langkah awal dalam pengembangan sistem fuel cell berbasis pada pemanfaatan konsep biologi,” ujar Bambang. Dengan paparan di atas, Bambang berharap Indonesia bisa memanfaatkan sumber daya alam maupun manusianya secara efisien dan berkesinambungan melalui penelitian, sehingga pengetahuan dan keahliannya tetap terpelihara. “Oleh karena itu, mengenalkan dan mempromosikan ilmu, teknologi dan karir dalam bidang material kepada generasi mendatang menjadi hal yang penting untuk dilakukan,” pungkasnya. ■ Ismail Al Anshori
desember 2013
17
SNAPSHOT Oleh: Miskatyas Putri Aransih Program Studi Mikrobilogi SITH-ITB
Dari Riset Dasar Ke Bio-Industri
D
alam dua puluh tahun terakhir, jumlah penelitian mengenai pemanfaatan berbagai sumber daya hayati untuk aplikasi industri meningkat tajam. Pemanfaatan sumber daya hayati dapat ditingkatkan melalui penelitian dan pengembangan menggunakan pendekatan bioteknologi konvensional dan modern, serta multi-disiplin. Hal ini diungkapkan oleh Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan ITB, Kadarsah Suryadi, dalam pengantarnya saat membuka International Seminar on Tropical Bio-resources for Sustainable Bio-industry (ISTB) 2013 pada 30 hingga 31 Oktober 2013. Tujuan acara ini, lanjutnya, yaitu untuk berbagi informasi mengenai perkembangan penelitian yang telah atau sedang dilakukan di dunia dan mempererat kerja sama antara peneliti, praktisi, dan dunia industri.
Obat Baru dari Penelitian Sederhana Mengawali acara ini, Ferid Murad, Profesor di George Washington University, memberikan kuliah umum (general lecture) yang menjelaskan penemuannya tentang peran nitrit oksida (nitric oxide, NO) pada sistem kardiovaskular. NO adalah gas radikal bebas yang merupakan hasil perubahan struktur asam amino L-arginin akibat kinerja sekelompok enzim yang disebut nitric oxide synthases. NO dapat meningkatkan sintesis (produksi) senyawa guanosin monofosfat siklik (cyclic guanosine monophosphate, cGMP) dari senyawa guanosin trifosfat (guanosine triphosphate, GTP). cGMP mengaktifkan cGMP-dependent protein kinase (PKG) yang berfungsi di antaranya untuk merilekskan otot polos dan pembuluh darah, mengurangi penumpukan keping darah (platelet aggregation), mengubah memori dan tingkah laku (behavior), dan mengurangi penggumpalan darah. Pengetahuan ini telah diaplikasikan dalam berbagai produk obat-obatan, misalnya obat penurun hipertensi dan viagra. Dalam kuliahnya, Murad mengatakan bahwa metode pada penelitian tersebut sangat sederhana. Namun, karena bersifat fundamental, penemuan tersebut berhasil membuatnya memenangkan hadiah Nobel di bidang obat-obatan pada 1998. “Got a Nobel from a simple experiment,” ujarnya.
Rekayasa Hayati Untuk Pangan
18
desember 2013
Penelitian tentang pangan ini begitu penting karena populasi manusia dunia diperkirakan meningkat hingga sekitar 9 milyar orang pada tahun 2050. Hal tersebut berimbas pada peningkatan kebutuhan pangan hingga 35%. “Dengan demikian, penelitian dasar (basic research) sumber daya hayati untuk mendukung industri pangan menjadi sangat penting, karena kebutuhan pangan begitu besar namun sistem produksi pangan mendapat tantangan dari iklim lingkungan yang terus berubah,” ungkap James Dale Queensland University of Technology, Australia, melalui perwakilannya. Menjawab hal tersebut, Eiichiro Fukusaki dari Osaka University Jepang, menawarkan penelitiannya tentang aplikasi metabolomik untuk analisis fenotip (ciri-ciri yang dapat diamati oleh indera) tumbuhan dan mikroorganisme, misalnya bakteri dan jamur. Metabolomik adalah studi tentang senyawa kimia yang dihasilkan selama metabolisme (metabolit). “Dengan pengetahuan yang mendalam mengenai metabolit, kita dapat menyusun strategi untuk memproduksi biomassa dalam jumlah besar,” ungkapnya. Sementara dari dalam negeri, Catur Hermanto, dari Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian, menjelaskan tentang program koleksi dan konservasi lebih dari 2.000 buah-buahan tropis di Indonesia. “Informasi yang diperoleh dari karakterisasi tersebut berguna untuk mengembangkan varietas durian baru yang berkualitas lebih baik,” jelasnya. Perkembangan lainnya, Widodo Hadisaputro dari Universitas Gadjah Mada mengungkapkan teknik perkawinan (breeding) konvensional yang diterapkan pada kacang kedelai menghasilkan varietas baru berupa kacang kedelai hitam yang dikenal dengan sebutan Malika. Berikutnya, aplikasi bioteknologi pada tebu menghasilkan tebu tahan kemarau (drought-tolerance) yang telah siap untuk ditanam secara luas di lahan kering di seluruh Indonesia.
Menjaga Kualitas Tanah Hal lain yang juga penting untuk diperhatikan adalah bagaimana menjaga kualitas tanah bagi tanaman. Menjawab hal ini, Tualar Simarmata dari Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, mengutarakan bahwa penggunaan biofertilizer (pupuk hayati) terbukti dapat meningkatkan hasil panen secara signifikan dan mengurangi penggunaan pupuk anorganik. Selain itu, “[ia] juga dapat meningkatkan kesuburan tanah dan menyediakan proteksi biologis terhadap kekeringan dan beberapa jenis penyakit tanah,” jelasnya. Bukan hanya pupuk, Satyoso Harjotedjo, Kepala Divisi Riset Agronomi PT Astra Agro, mengungkapkan bahwa mikroba seperti Rhizobium, Acinetobacter, dan Klebsiella pun memiliki peran yang penting. Ia kini berencana untuk mengembangkan
> Penggunaan bambu oleh Andry Widyowijatnoko pada bangunan The Great Hall di Outward Bound Indonesia, OBI Eco Campus, yang berlokasi di Jatiluhur, Jawa Barat
teknologi yang dapat memproduksi mikroba-mikroba tersebut dalam skala besar.
Bahan Bangunan Nabati
Sementara itu, harus diakui bahwa sifat-sifat fisik, mekanik, dan kimia berbagai tanaman untuk bangunan ini belum banyak diteliti di Indonesia. Beberapa jenis kayu keras, seperti kayu jati, memang telah terbukti bisa diandalkan. Namun ia perlu waktu tumbuh yang lama dan harganya pun mahal. Karena itu, Y. S. Hadi dari Institut Pertanian Bogor memaparkan kajiannya tentang karakteristik beberapa kayu yang berasal dari spesies pepohonan tumbuh-cepat (fast growing) di beberapa hutan Indonesia. Dari sisi aplikasi dalam arsitektur, perkembangan yang menarik untuk diikuti adalah penggunaan bambu untuk konstruksi bangunan. Andry Widowijatnoko, peneliti Institut Teknologi Bandung, memperlihatkan bahwa bambu bisa menjadi bahan bangunan yang handal.
Perkembangan Mikroalga Tak ketinggalan, mikroalga yang menjadi salah satu topik yang paling hangat akhir-akhir ini pun tak luput diperbincangkan. Hingga kini, biaya produksi yang mahal masih menghambat pengembangan tersebut. Untuk memproduksi satu galon alga saat ini diperlukan biaya 20 hingga 40 USD (Rp 250.000500.000 dengan kurs Rp 12.500 per USD). Mahalnya biaya ini terutama pada sisi hilirnya, yaitu dalam pengolahan mikroalga menjadi minyak. Untuk menghemat pada sisi hulu, Takeshi Ohama dari Kochi University of Technology, Jepang, menggunakan teknik perkawinan molekuler (molecular breeding) pada alga Botrycoccus braunii. Cara ini diklaim oleh Omaha memiliki efisiensi yang tinggi. Di Indonesia sendiri, salah satu upaya mengembangkan mikroalga ini dilakukan oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Ia melakukan pilot project sistem kultur mikroalga dalam fotobioreaktor berkapasitas 300 liter. Prinsip kerja sistem tersebut adalah karbon dioksida dikonsumsi oleh mikroalga, lalu biomassa mikroalga yang dihasilkan dikonversi menjadi biodiesel. Menurut salah satu penelitinya, Joko
facebook.com/eko.purwono.5
Teknologi rekayasa hayati pun kini merambah hingga ke bahan bangunan. Shuichi Kawai, Kyoto University, Jepang, mengutarakan penelitiannya tentang pengembangan serat kulit pohon kenaf (Hibiscus cannabinus) yang dikombinasikan dengan resin PF sebagai bahan baku medium density fiberboard (MDF). “Nilai tensile strength dan modulus Young serat kulit pohon kenaf diketahui 2–4 kali lebih besar daripada serat kayu lunak (softwood) sehingga memiliki prospek yang baik untuk dikembangkan, misalnya dijadikan furnitur,” jelasnya.
Prayitno, BPPT merencanakan untuk mengembangkan dalam skala yang lebih besar.
Synthetic Biology Dalam perkembangannya, ilmu hayati sering harus bekerjasama secara erat dengan bidang kerekayasaan. Oliver Kayser dari Technical University Dortmund, Jerman, mengungkapkan kombinasi antara bidang sains dan teknik untuk mendapatkan senyawa kimia alami dari tanaman. Strategi ini ditempuh, jelas Kayser, untuk memperoleh senyawa seperti enzim dalam jumlah yang lebih besar. Teknisnya, selama ini untuk mengisolasi senyawa kimia seperti enzim dari tumbuhan, sel tanaman dikultur. Enzim yang didapatkan dari metode ini sangat sedikit. Untuk mengatasi hal ini, pihaknya melakukan strategi baru yang berkonsentrasi pada eksploitasi senyawa spesifik, yaitu dengan metabolic engineering. Perkawinan antara sains dan teknik dalam bidang ini melahirkan cabang ilmu baru yang dikenal sebagai synthetic biology. Kayser mengklaim, “Sejauh ini, synthetic biology sangat menjanjikan untuk meningkatkan produksi senyawa target dan dengan produksi senyawa sampingan (byproduct) toksik (alergik) yang minimal.” Berbagai perkembangan penelitian ini sangat menarik untuk diikuti. Namun demikian, Franciscus Welirang dari PT. Indofood Sukses Makmur menegaskan betapa pentingnya kerjasama antara penelitian dengan berbagai bidang. Misalnya dalam bidang pangan, sektor penelitian, kuliner, dan industri pengolahan harus bekerjasama untuk menjamin kualitas gizi makanan. “Bidang industri berperan dalam standardisasi mutu produk dan kuliner mempelajari perilaku konsumen untuk mengetahui keinginan dan kebutuhan pasar,” tuturnya. Sementara peran penelitian, menurut Welirang, “melakukan inovasi, baik pada bahan baku maupun teknik, yang dapat membuat proses produksi menjadi lebih efisien.” ■
desember 2013
19
SNAPSHOT
Ke Boston Berbekal Sel Peneropong Racun
K
acang-kacangan mengandung racun penyebab kanker hati, dan tim ITB_Indonesia menciptakan sensor untuk menemukan racun tersebut. Penemuan alat sensor yang berupa sel ini mengantarkan tim untuk memperoleh medali perak pada kompetisi International Genetically Engineered Machine (iGEM) 2013. Acara ini merupakan kompetisi tahunan yang sangat bergengsi untuk mengemukakan dan mengembangkan ide-ide terdepan dalam bidang bioteknologi (yaitu synthetic biology). Ia diikuti oleh universitas-universitas ternama dari seluruh dunia. Di sini, mereka ditantang untuk mengembangkan prototype organisme berbasis synthetic biology. Tim ITB_Indonesia beserta 67 tim lainnya dari kawasan Asia dan Australia mengikuti jambore internasional untuk regional Asia yang bertempat di Chinese University of Hong Kong pada 4-6 Oktober 2013. Dalam acara tersebut tim ITB_Indonesia mempresentasikan proyek tim ITB_Indonesia yang berjudul ’Aflatoxin Biosensor: Designing Whole Cell Biosensor for Aflatoxin Detection.’ Dalam kompetisi ini mahasiswa ditantang untuk merancang biological system yang inovatif, kreatif, dan prospektif terkait dengan berbagai permasalahan yang ingin dipecahkan. Selain ditantang untuk dapat merancang genetic circuit dalam sel hidup, kompetisi ini juga menuntut peserta untuk berbagi ilmu dan teknologi dengan kegiatan
20
desember 2013
pencerdasan masyarakat sekitarnya melalui kegiatan yang diberi nama “human practice.” Selain itu, mereka juga harus berbagi dengan tim lain melalui wikipage dan jambore internasional. Jambore internasional merupakan salah satu dari puncak acara iGEM setelah serangkaian acara termasuk registrasi, super labwork dari bulan Juni sampai September, serta human practice yang telah dilakukan. Jambore internasional pada 2013 dilakukan pada regional yang berbeda meliputi regional Asia (mencakup tim-tim di kawasan asia dan australia), regional Eropa (mencakup tim-tim di kawasan Eropa dan Afrika), Amerika Latin, dan Amerika Utara.
Tim Gado-Gado Tim ITB_Indonesia terdiri dari berbagai jurusan. Mereka adalah Ari Dwijayanti (Bioteknologi 2012), Dimas Dwi Adiguna (Teknik Kimia 2010), Nuke Ayu Febryana (Mikrobiologi 2010), Indra Rudiansyah (Bioteknologi 2013), Riandy Rahman Nugraha (Teknik Informatika 2011) dan Lili Melani (Rekayasa Hayati 2010). Dalam kompetisi synthetic biology ini, mereka meraih medali perak. Synthetic biology sendiri merupakan teknologi terkini di bidang bioteknologi yang memungkinkan kita untuk dapat merancang suatu sel dengan fungsi tertentu yang kita kehendaki. Synthetic biology memiliki prospek
pengembangan yang masih cukup luas di berbagai bidang mencakup bidang kesehatan, pangan, energi, lingkungan, industri, dan lain sebagainya. Tidak mengherankan bila banyak negara-negara maju yang sedang berlomba-lomba mengembangkan teknologi ini dalam bidang-bidang tersebut.
perangkat elektronik, perangkat deteksi dari sel ini juga terbuat dari komponen yang dapat dirangkai sehingga dapat menjalankan suatu sistem yang kita kehendaki. Di dalam sel, operating system yang berjalan dikode oleh DNA yang dapat dirangkai sama halnya seperti merangkai rangkaian elektronika.
Indonesia sendiri memiliki potensi yang besar dalam pengembangan teknologi ini. Pasalnya, Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, sehingga memungkinkan untuk mendapatkan komponen-komponen unggul yang diperlukan dalam percepatan perkembangan synthetic biology. Salah satu contohnya adalah gen pengkode enzim termostabil yang banyak digunakan dalam dunia industri. Selain itu, peluang pasar terhadap produk synthetic biology di Indonesia masih cukup besar.
Nantinya prototipe untuk mendeteksi cemaran aflatoksin akan dibuat dengan bentuk yang menyerupai alat suntik (syringe-like device) sehingga memudahkan penggunaan di masyarakat. Karena menggunakan mikroorganisme yang sudah direkayasa (engineered microorganism), alat pendeteksi aflatoksin dirancang agar memperhatikan keamanan terhadap pengguna dan lingkungan, serta dengan sistem yang memungkinkan senyawa aflatoksin yang ingin dideteksi dapat masuk dengan mudah ke dalam alat namun sel tidak dapat keluar dari alat.
Meski demikian, synthetic biology masih tergolong teknologi baru di Indonesia. Hal ini lah yang menjadi motivasi bagi tim ITB_Indonesia untuk turut menginisiasi perkembangan synthetic biology di Indonesia melalui keikutsertaan dalam iGEM 2013. Â
Meneropong Racun Proyek yang dikembangkan oleh tim ITB_Indonesia adalah whole cell biosensor untuk mendeteksi cemaran aflatoksin. Aflatoksin merupakan sejenis racun yang dihasilkan oleh jamur dari golongan Aspergillus. Aspergillus banyak ditemukan pada bahan pangan terutama kacang-kacangan dengan proses pengeringan dan kondisi penyimpanan yang kurang bagus. Nilai cemaran aflatoksin pada kacangkacangan ini ditemukan cukup tinggi di Indonesia dan negara-negara berkembang lainnya. Toksin jenis aflatoksin memiliki dampak yang cukup berbahaya dan signifikan bagi kesehatan manusia, salah satunya adalah meningkatkan resiko terkena kanker hati. Berdasarkan data dari International Agency for Research on Cancer, satu dari empat orang pengidap kanker hati di Indonesia didukung oleh pemaparan aflatoksin. Untuk itu, perlu dilakukan deteksi kandungan cemaran aflatoksin pada bahan pangan kacang-kacangan agar dampak kanker hati karena faktor aflatoksin yang diderita oleh penduduk dapat diturunkan. Deteksi cemaran aflatoksin pada sampel bahan pangan dapat dilakukan dengan beberapa metode termasuk penggunaan whole cell biosensor. Whole cell biosensor yaitu suatu perangkat yang berupa sel yang memiliki fungsi khusus untuk mendeteksi cemaran di lingkungan. Sama halnya dengan
Belajar Berkolaborasi Tahun 2013 merupakan pertama kalinya tim dari ITB untuk mengikuti kompetisi ini. “Ada banyak pelajaran berharga dari keikutsertaan tim ITB_Indonesia dalam iGEM tahun ini. Diantaranya adalah belajar untuk menjalin sinergi dan kolaborasi dengan berbagai pihak. Suatu hal yang mungkin sepele, tetapi sangat penting,â€? ujar Ari Dwijayanti, manajer tim. Dia berharap kegiatan yang telah dilakukan saat ini dapat menginspirasi ilmuwan dan donatur untuk mendukung pengembangan bioteknologi termutakhir di Indonesia. Untuk 2014 nanti, jambore internasional iGEM akan diadakan di Boston dan akan diikuti tim-tim dari seluruh dunia untuk memperingati 10 tahun berlangsungnya kompetisi ini. Sebagai persiapan menghadapi acara ini, ITB_Indonesia mengadakan sosialisasi tentang synthetic biology dan iGEM kepada mahasiswa ITB pada 9 November 2013. Acara sosialisasi ini dilanjutkan dengan berdirinya Synbio Club. Synbio Club merupakan wahana berbagi dan belajar bersama yang akan memberikan kesempatan kepada anggota club untuk menggali lebih jauh tentang synthetic biology dan iGEM. Keanggotaan Synbio Club terbuka bagi seluruh mahasiswa (sarjana ataupun pascasarjana) dari berbagai disiplin ilmu yang berbeda mulai dari seni, sains, teknik, serta bisnis dan manajemen. Informasi lebih lanjut tentang synthetic biology dan iGEM dapat diakses melalui situs synbio.itb.ac.id dan facebook.com/synbio.itb. â–
desember 2013
21
SNAPSHOT
Musik Untuk Pengembangan Karakter
P
Untuk alasan ini pula, kata Addie MS, penguasa Jepang di awal restorasi secara sungguh-sungguh menggarap sektor musik. Pada saat itu, banyak anak muda Jepang disekolahkan ke Eropa dan Amerika Serikat untuk belajar musik klasik. Pertanyaannya, bangsa Jepang telah memiliki musiknya sendiri, tapi mengapa begitu serius menggeluti musik klasik? Dalam kuliah umum bertajuk “Membangun Nasionalisme melalui Lagu-Lagu Perjuangan dan Daerah” pada 30 Oktober 2013 ini, Addie menjelaskan bahwa seperti yang dipahami di Amerika Serikat, penguasa Jepang saat itu sadar bahwa musik merupakan media pembelajaran yang efektif. Sayangnya, musik-musik di Asia umumnya tidak “se-disiplin” seperti yang berkembang di Eropa. Bahasa teknisnya, musik Eropa sangat analitik, sedangka musik-musik di Asia agak bebas. Dia mencontohkan, untuk menguasai salah instumen musik klasik, piano misalnya, seseorang
22
desember 2013
Namun, Addie melanjutkan, ini bukan berarti mengambil begitu saja musik Barat. Karena musik hanya sebagai alat, maka ia harus diisi dengan sesuatu agar menjadi bermakna. Misalnya, pada sekitar abad ke 18 atau 19, banyak orang Rusia belajar musik klasik Eropa. “Tapi saat itu mereka seakan memiliki kesepakatan bahwa komposisi musiknya harus memiliki ciri khas Rusia,” tutur Addie. Salah satu hasilnya adalah komposisi Tchaikovsky yang berjudul “Overture 1812”. Dalam komposisi berdurasi 16 menit tersebut Tchaikovsky bercerita tentang invasi oleh Napoleon ke Rusia pada 1812. Komposisinya khas Rusia. Di dalamnya terdapat segmen lagu kebangsaan Perancis mengisahkan barisan tentara Napoleon sedang berjalan memasuki wilayah Rusia. Lalu musik mengalun cepat dan tidak beraturan, menandakan situasi yang kacau. Bahkan, agar terasa lebih nyata, dalam komposisi ini Tchaikovsky memasukkan pula bunyi meriam. “Lagu ini kemudian menjadi salah satu koleksi untuk membangkitkan semangat kebangsaan di Rusia,” ungkap Addie. bisnis-jabar.com
ara pendidik pada abad ke-19 percaya bahwa musik mampu mempengaruhi situasi batin manusia, dan karena itu ia bisa berperan dalam membentuk karakter dan perilaku manusia. Menurut Phillip M. Hash dari Calvin College Michigan, pelajaran musik pada periode tersebut digunakan sebagai alat untuk membentuk perilaku dan idealisme kaum muda di Amerika Serikat. Mereka diperkenalkan dengan lagu-lagu yang sarat dengan pesan-pesan moral dan patriotik. Berikutnya, mereka didorong untuk tampil di depan umum dengan menyanyi atau memainkan alat musik. Dari situ, mereka bisa belajar tentang nilai-nilai hidup, berdisiplin, menggunakan waktu istirahat dengan cara yang produktif, dan bekerja bersama dalam lingkungan yang demokratis.
harus mempelajari dasar-dasarnya secara kokoh (rigor) dan presisi tinggi. “Musik gamelan itu bukannya ngga bagus. Itu bagus, bagus banget malah, sampai-sampai orang bule pengen belajar. Tapi dalam hal presisi itu tadi agak kurang,” ujarnya.
Dengan latar belakang tersebut, Addie kemudian menyusun sebuah koleksi lagulagu daerah Nusantara dalam balutan musik orkestra dalam sebuah album yang diberi judul “Sound of Indonesia”. Di sini, lagulagu daerah yang bernuansa tradisional diaransemen ulang, disandingkan secara harmonis dengan musik modern. Tak heran jika pendengarnya kemudian memiliki imajinasi yang berbeda terhadap lagu-lagu daerah tersebut. Lagu Ayo Mama misalnya, bergaya ala Las Vegas, sehingga lagu yang berkesan nakal ini akan segera mengingatkan pendengarnya pada akhir film musikal Chicago (2002) yang dibintangi oleh Catherine Zeta-Jones dan Renée Zellweger. Atau jika mendengarkan lagu Bungong Jeumpa (Bunga Cempaka) yang berasal dari daerah Aceh, tiba-tiba serasa sedang berada di salah satu potongan film Indiana Jones. Album ini bukan sekedar melestarikan, tapi juga mengembangkan lagu-lagu daerah lebih jauh lagi. Harapannya, kata Addie, ia bisa menjadi media untuk memperkenalkan nilai-nilai kebangsaan yang terkandung dalam lagu-lagu daerah tersebut kepada masyarakat luas, terutama para generasi muda. ■ Ismail Al Anshori
SOSOK
Buy 1 Get 2 Satu Pengobatan Untuk Dua Penyakit
Nama: Yosi Agustina Hidayat Tempat & Tanggal Lahir: Bandung, 04 Agustus 1981 Okupansi: Staf Pengajar Fakultas Teknologi Industri ITB Prestasi: L’Oreal-UNESCO For Women in Science 2013
P
enyakit diabetes mellitus (DM) dan tuberculosis (TB) merupakan dua penyakit yang sangat mudah ditemukan di Indonesia. Sama halnya dengan analogi antara penyakit AIDS dan DM yang menjadi fokus penelitian di negara-negara maju, penyakit DM dan TB juga memiliki efek yang sama-sama menurunkan sistem kekebalan (imunologi) tubuh. Perbedaannya, Indonesia memiliki jumlah penderita TB yang lebih tinggi dibandingkan AIDS. Namun, belum banyak penelitian yang berfokus pada keterkaitan antara TB dan DM yang pada akhirnya berujung pada proses pengobatan yang optimal untuk 1) pasien yang menderita TB dan DM pada waktu yang bersamaan, 2) pasien yang menderita TB dan berpotensi menderita DM, atau 3) pasien yang menderita DM dan berpotensi menderita TB. Di sisi lain, TB dan DM merupakan penyakit yang penanganannya melibatkan World Health Organization (WHO), sehingga sumber data sekunder yang ada di setiap negara akan dikoordinasikan oleh WHO. Di Indonesia, data sekunder terkait pencegahan dan penanganan pengobatan penyakit TB disentralisasikan di tingkat propinsi, kecamatan, dan kelurahan oleh Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBPKM) dan di beberapa rumah sakit pusat atau daerah. Saat ini, WHO menunjang sebagian besar dari pendanaan atau pencegahan penyakit TB di sebagian negara berkembang,
termasuk Indonesia, karena TB masih merupakan penyakit yang bersifat endemik dan mayoritas penderitanya adalah masyarakat menengah ke bawah. Namun untuk kedepannya, WHO mengharapkan bahwa pemerintah suatu negara akan mampu memberikan subsidi mandiri terhadap pengobatan TB. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan rekomendasi untuk pemerintah di masa depan terkait pengadaan jenis, jumlah, dan kualitas obat yang tepat untuk penyakit TB, khususnya yang terkait dengan DM, tanpa merugikan pasien penderita kedua penyakit tersebut. Sebagai contoh, pada kondisi saat ini, pasien DM sangat sulit untuk memperoleh obat insulin. Padahal untuk pasien yang mengidap DM dan sudah (atau berpotensi) mengidap TB, penggunaan hormon insulin mampu memperlambat proses kerusakan di paru-paru, dan di sisi lain mempercepat proses penyembuhan penyakit TB. Sementara itu, informasi yang beredar di masyarakat adalah hormon insulin hanya diperuntukkan atau terbatas untuk penyakit DM. Oleh sebab itu, di awal, perlu diketahui korelasi antara kedua penyakit TB dan DM, variabel pembentuk keduanya, variabel pembeda antar keduanya, dan sebagainya sehingga dapat diketahui dampak suatu pengobatan penyakit tertentu terhadap penyakit lainnya. Harapannya, upaya penyembuhan untuk kedua penyakit dapat saling mendukung
desember 2013
23
SOSOK
dengan kebijakan pengobatan yang efektif dan efisien. Pendekatan ilmu farmakologi, analisis multivariate, dan operations research dapat diselaraskan untuk mencapai tujuan di atas. Menelusuri Keterkaitan Penyakit Dari penelitian awal dengan kajian literatur yang dilakukan Yosi Agustina serta Joseph I. Sigit dan Armina Sawitri dari Sekolah Farmasi ditemukan bahwa kedua penyakit, TB dan DM, memang memiliki keterkaitan. Namun perlu penelitian lebih lanjut dari data kedua penyakit agar dapat memperjelas variabel pembeda dan pembentuk kedua penyakit tersebut sehingga dapat diketahui pengobatan optimal.
dilakukan untuk memprediksi kemungkinan ini dengan menggunakan data masa lalu. Selain jenis pengobatan, harga obat juga menjadi satu parameter dalam menentukan optimasi pengobatan agar harapan hidup pasien dapat ditingkatkan.Harga menjadi parameter penting karena mayoritas penderita TB di Indonesia adalah masyarakat ekonomi lemah hingga menengah. Terkait hal ini, Yosi berharap penelitian yang dilakukannya ini dapat dilanjutkan hingga berkontribusi pada kebijakan pemerintah pada program Jaminan Kesehatan Nasional (Jamkesmas). Tujuan akhirnya adalah tidak ada pihak yang dirugikan. Di satu sisi, Pemerintah tidak rugi menyubsidi dan di sisi lain masyarakat terobati.
Sebelumnya, Yosi, Armina, dan Joseph Penelitian hipertensi dan DM yang melakukan penelitian korelasi antara dilakukannya setelah dipresentasikan penyakit DM dan hipertensi hingga pada bulan Juli di World Congress dapat melakukan prediksi status of Engineering(WCE) 2013 perkembangan pasien di masa London, Inggris, mendapatkan depan jika mendapatkan apresiasi dan masukan DM adalah penyakit yang paling pengobatan tertentu melalui yang menarik. Salah satu sering muncul di dunia, dengan pendekatan Analisis masukan yang didapat Yosi prediksi 1 dari 2 penduduk dunia Keputusan Markov. adalah untuk melakukan pada tahun 2025 akan menderita DM. Sementara itu, jenis penelitian sejenis Jumlah penderita TBC di Indonesia pengobatan dibatasi yang fokus terhadap adalah ketiga tertinggi di dunia. Pada dengan opsi (angiotensin penyakit yang memang 2012, WHO melaporkan sebanyak 8,6 II receptor blockers) memerlukan perhatian juta orang menderita TBC, dengan ARB dan (angiotensin ekstra di Indonesia. 1,3 juta diantaranya meninggal converting enzyme akibat penyakit tersebut. inhibitors) ACEI. Fokus Pada TB dan DM Hasil tersebut membawa Misalkan penderita DM yang kini Yosi fokus kepada penelitian berumur 50 tahun memiliki potensi selanjutnya, yaitu TB dan DM, hipertensi diberikan suatu pengobatan, dengan menggandeng L’Oreal-UNESCO. dengan menggunakan pengetahuan DM adalah penyakit yang paling sering manajemen sains, diperoleh prediksi kondisi status muncul di dunia, dengan prediksi 1 dari 2 penduduk pasien hingga berumur 70 tahun. Dengan demikian dapat dunia pada tahun 2025 akan menderita DM. Jumlah diketahui apakah pasien DM dengan potensi hipertensi penderita TB di Indonesia adalah ketiga tertinggi di dunia. mendapatkan pengobatan yang sesuai. Pada 2012, WHO melaporkan sebanyak 8,6 juta orang menderita TB, dengan 1,3 juta diantaranya meninggal Pengobatan yang tepat pada penyakit, misalnya pada akibat penyakit tersebut. Dengan asumsi seseorang yang penderita DM, dapat meningkatkan peluang pasien lebih telah didiagnosa TB dari positifnya tes BTA atau tes lama berpindah ke tahapan siklus penyakit yang lebih dahak dapat menularkan sekurang-kurangnya 10 orang, parah.Penderita DM memiliki siklus perkembangan sepertiga dari populasi dunia sudah terpapar oleh kuman penyakit dalam tes albuminuria yaitu dari level Mycobacterium tuberculosis penyebab penyakit TB. DM normoalbuminuria, mikro-albuminuria, makrodan TB tetap menjadi isu besar kesehatan dunia. albuminuria hingga pasien harus cuci darah. Misalkan jika pada tahapan normoalbuminuria pasien tidak Program penanggulangan TB di Indonesia lewat Balai mendapatkan pengobatan yang optimum, maka bisa Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM), yang menyebabkan pasien mencapai tahapan makroalbuminuria didanai oleh USAID, membantu menyediakan sumber dalam 5 tahun. Sementara, jika mendapatkan pengobatan data bagi penelitian Yosi. BBKPM dengan jaringan sarana yang optimum, pasien dapat saja bertahan pada tahapan kesehatan masyarakat yang dikelola pemerintah dari normoalbuminuria hingga 15 tahun. Analisis sensitivitas Rumah Sakit hingga Puskesmas telah mengumpulkan
24
desember 2013
data terkait penyakit TB. Namun anugerah kelimpahan data ini tidak sama untuk data yang dibutuhkan terkait penyakit DM. Yosi dan tim penelitiannya membutuhkan usaha lebih untuk mendapatkan data itu. Dana yang didapatkan dari penghargaan yang diterimanya terlebih dahulu akan digunakan untuk pengumpulan data dan analisa korelasi kedua penyakit. Perkiraan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan penelitian ini adalah 5 tahun. Dimulai pengumpulan data untuk 6 bulan ke depan, analisis korelasi, decision tree, dan pada akhirnya analisa markov. Setelah penelitian korelasi penyakit TB dan DM dilakukan, perjalanan masih panjang agar penelitian ini dapat diterapkan menjadi kebijakan.Kerjasama dengan ahli kebijakan dan ekonomi sangat diharapkan.Penelitian multi bidang memang penelitian yang sangat dibutuhkan dalam upaya mencari solusi permasalahan masyarakat yang tepat guna. Rupanya, mencari strategi pengobatan yang optimal agar kedua penyakit tersebut dapat terobati mampu mengantarkan Yosi mendapatkan penghargaan L’Oreal-UNESCO For Women in Science (FWIS) 2013. Di awal mengajukan diri dalam penghargaan L’OrealUNESCO FWIS, dosen muda di Kelompok
Keahlian Sistem Industri dan TeknoEkonomi ini tidak percaya kalau ia akan mendapatkannya. Pasalnya, Yosi memiliki latar belakang engineer, bukan seorang saintis. Penghargaan Nasional L’Oreal-UNESCO For Women in Science (FWIS) ini telah dilaksanakan di Indonesia selama 1 dekade. Dosen ITB lainnya yang pernah mendapatkan penghargaan sejenis adalah Fenny Martha Dwivany dari Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) yang meneliti proses pematangan pada pisang Ambon dengan rekayasa genetik; Made Tri Ari Penia Kresnowati dari Teknik Kimia yang memiliki keinginan membuat bioreaktor penghasil sel darah merah yang sangat dibutuhkan saat bencana; dan Elvi Restiawaty dengan penelitian pemanfaatan limbah biodiesel untuk produksi gliserol, bahan baku pembuatan obat dan produk kosmetika. Para peraih penghargaan nasional ini, seperti Yosi Agustina, berkesempatan juga untuk mendapatkan penghargaan internasional, seperti yang dialami oleh Fenny Martha Dwivany ketika mendapatkan L’Oreal National Fellowship pada 2006 dan L’OrealUNESCO FWIS International pada 2007.
■Dhany Dewantara
desember 2013
25
KILAS BALIK Oleh: Slamet Ibrahim Surantaatmadja Guru Besar Sekolah Farmasi ITB
> Faculteit van Exacte Wetenschap (Fakultas Ilmu Pasti).
Penggalan Kisah FMIPA
S
ungguh sulit menulis sebuah sejarah.Tulisan sejarah harus berdasarkan pada kumpulan fakta yang melibatkan tokoh, aktivitas, dan tempat yang disertai dengan bukti bahwa peristiwa tersebut benar-benar terjadi. Bukti sejarah seperti dokumen asli, foto-foto, atau tulisan dalam media yang bercerita tentang hidup dan kehidupan FMIPA ITB sangat minim. Kata “riwayat” dirasa lebih tepat dibandingkan dengan kata “sejarah”, karena tuntutan yang harus dipenuhi dalam penulisan sejarah tadi. Riwayat FMIPA ITB ditelusuri dari buku-buku dan dokumen-dokumen yang memuat peristiwa yang berkaitan dengan kiprah FMIPA ITB. Penelusuran dimulai dari “Buku Penyambut” Institut Teknologi Bandung (1959), buku “Dari FIPIA UI Bandung ke FMIPA ITB” (1997), buku “Dari TH ke ITB” (1979) hingga “Aura Biru: Catatan Para Pelaku Sejarah ITB” (2009). Namun sebuah riwayat pun harus teruji kebenarannya baik dari segi isi maupun periwayatnya. Riwayat yang ditemui dalam buku-buku tersebut bersifat kenangan para penulisnya yang cenderung bersifat individual dan terseleksi yang masuk dalam kenangan saja, jadi masih ada peristiwa yang tersisa yang tidak terungkapkan. Oleh karena itu kiranya tepat, tulisan ini berjudul sepenggal kisah saja. Sebuah kisah pendirian FMIPA ITB yang dirajut dari masa lalu, yang direkam di masa silam untuk merancang program di masa depan. Tulisan ini mencoba menjawab pertanyaan: Kapankah pendidikan tinggi Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam dilaksanakan pertama kali di bumi Indonesia? Untuk pendidikan tinggi teknik, telah disepakati tanggal 3 Juli 1920 waktu pendirian Technische Hogeschool (THS) di Bandung sebagai awal pendidikan tinggi teknik di Indonesia.
tinggi Indonesia telah diberikan sebagai dasar pengetahuan bagi pendidikan teknik di Technische Hogeschool di kota Bandung. Sedangkan pendidikan khusus untuk kepakaran ilmu-ilmu dasar tersebut pada pendidikan tersier mulai diberikan pada saat berdirinya Faculteit van Exacte Wetenschap di Universiteit van Indonesie te Bandoeng pada 1947. Walaupun tidak secara resmi diungkapkan, tujuan pembukaan pendidikan ilmu dasar tersebut adalah memberikan kesempatan kepada mereka yang ingin mendapatkan suatu kepakaran dalam bidang Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (fisika, kimia, biologi dan geologi). Selain itu, ia juga ditujukan kepada mereka yang berkehendak menjadi guru bidang Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam di tingkat sekolah menengah atas (SMA) serta yang ingin berprofesi sebagai Apoteker (Ansjar M, 2009 dan Syakri A, 1979). Tonggak sejarah berdirinya lembaga pendidikan tinggi MIPA diawali dari saat pembukaan Faculteit van Exacte Wetenschap, Universiteit van Indonesie di Bandung yang diresmikan pada hari senin 6 Oktober 1947 (Staatsblad van Nederlandshe-Indie 1947, nomor 109). Ia berlokasi di Huygensweg 2 Bandung (sekarang gedung Rektorat ITB, Jl. Tamansari 64 Bandung). Perkuliahan pertama dimulai hari selasa 7 Oktober 1947 yang diikuti 40 dari 54 mahasiswa yang terdaftar. Fakultas tersebut didirikan menyusul Faculteit van Technische Wetenschap yang telah ada sebelumnya dalam Universiteit van Indonesie dan berlokasi di Jalan Ganesa 10 Bandung. Universiteit van Indonesie sendiri yang mencakup semua perguruan tinggi yang ada di Indonesia pada saat itu dibentuk oleh NICA sesuai dengan Hoger Onderwijs Ordonantie 1946 ( Staatsblad 1947, Nomor 47) sebagai kelanjutan dari NoodUniversiteit yang didirikan pada 21 Juni 1946.
Sejak Jaman Belanda Sebelum perang dunia kedua (1942-1945), ilmu-ilmu dasar seperti matematika, fisika, kimia, biologi dan geologi untuk tingkat pendidikan tertier di perguruan
26
desember 2013
Sejak berdirinya hingga 1957, yang menjabat Voorzitter (setara Dekan) Faculteit Exacte Wetenschap adalah Prof. Dr. Th. Leeman seorang pakar pendidikan
> Gedung utama dekanat FIPIA di Jalan Tamansari kemudian ditempati Rektorat ITB sejak pendiriannya pada 1959.
Matematika. Sedangkan untuk periode 1957 – 1959 jabatan Dekan diganti oleh Prof. Dr. R. Moch. Djoehana Wiradikarta, seorang dokter ahli serologi dan vaksin. Sejak 22 September 1948 fakultas ini berganti nama menjadi Faculteit van Wiskunde en Natuurwetenschap (Fac W & N) sesuai dengan Staatsblad Indonesie 1948 No 229. Kemudian pada 1950 Fac. W & N berubah nama menjadi Fakulteit Ilmu Pasti dan Ilmu Alam disingkat FIPIA, yang tetap berada di lingkungan Universiteit van Indonesiate Bandoeng. Pada saat itu Dekanat Fac W & N beserta pimpinan jurusan-jurusannya dan laboratorium Kimia, Biologi dan Farmasi berada di jalan Huygensweg No. 2 Bandung. Sedangkan jurusan dan laboratorium Fisika dan Matematika menempati gedung dan ruangan di kampus Jl. Ganesha, bersama-sama dengan Faculteit van Technische Wetenschap. Ruang-ruang kuliah dan laboratorium Kimia berada di belakang gedung utama fakultas yang menjulur ke arah jalan Sulanjana. Ruang kuliah dan laboratorium Biologi juga berada di belakang gedung utama yang menjulur ke arah jalan Tamansari berhadapan dengan pasar Balubur. Sekitar tahun 1950, laboratorium Kimia di Jalan Tamansari dipindahkan ke jalan Kartini. Laboratorium ini lebih besar dan lebih lengkap. Mahasiswa yang harus berpraktikum di sana adalah yang memilih jurusan Kimia, Farmasi, dan Biologi (Arini Waworoentoe, 1997). Sekitar 1955, Jurusan Biologi pindah dari Jalan Tamansari 64 ke kampus Jalan Ganesa menempati Gedung Prefab (sekarang ditempati Gedodesi dan Teknik Lingkungan). Jurusan Biologi menempati lantai 2 untuk seksi Botani dan lantai 3 untuk seksi Zoologi.Lantai satu ditempati jurusan Geodesi (Sri
Sudarwati, 2009). Sementara jurusan Farmasi masih tetap menempati ruang dan bangunan di belakang gedung utama menggantikan laboratorium Kimia dan Biologi hingga 1972. Jurusan Farmasi mulai pindah ke kampus jalan Ganesha diawali pada 1969 menempati sebagian Gedung Prefab (sekarang ditempati Prodi Kimia) dan pada 1972 jurusan Farmasi pindah seluruhnya ke kampus jalan Ganesa menempati bangunan sebelah utara gedung Kimia (sekarang ditempati Basic Science B dan Teknik Geofisika). Akhirnya gedung utama dekanat FIPIA di Jalan Tamansari ditempati Rektorat ITB sejak pendiriannya pada 1959. Dinamika Peleburan Dan Perpisahan Berdasarkan Undang-undang Darurat No. 7 tahun 1950, terjadi peleburan Balai Perguruan Tinggi RI (yang didirikan pada 19 agustus 1945) dengan Universteit van Indonesie menjadi Balai Pendidikan Tinggi RIS, yang berubah nama lagi menjadi Balai Perguruan Tinggi RI pada 1951. Kemudian berubah nama lagi menjadi Universiteit Indonesia pada 1952 dan berakhir pada nama Universitas Indonesia sejak 1956. Sesuai dengan perkembangan dan perubahan itu, walaupun berada di Bandung, Fakultas Teknik dan FIPIA tetap berada di bawah naungan Universitas Indonesia (Syakri, A 1979). Pada saat berdirinya, fakultas ini melayani perkuliahan dalam bidang wiskunde (matematika), natuurkunde ( fisika ), sheikunde (kimia), biologie (biologi), farmasi, astronomi dan geologi. Sesuai dengan namanya, fakultas melaksanakan pendidikan matematika dan ilmu alam (fisika), ilmu kimia, ilmu hayat (biologi), geologi, ilmu bintang (astronomi), ilmu cuaca (meteorologi) dan ilmu
desember 2013
27
obat-obatan (farmasi). Rencana pelajaran (semacam kurikulum) dibagi dalam dua bagian: 3 tahun pendidikan sarjana muda (kandidat) dan 2,5 tahun pendidikan sarjana (doktoral) dengan kesempatan selanjutnya untuk memperoleh gelar doktor. Dengan demikian lama studi di FIPIA adalah 5,5 tahun untuk sarjana MIPA dan 7 tahun untuk pendidikan Apoteker. Kekhususan terdapat pada pendidikan Farmasi yang memberikan kesempatan untuk menempuh ujian negara apoteker setelah lulus pendidikan sarjana farmasi. Pada saat itu Jurusan Pendidikan belum ada. Pengajaran dikelola langsung oleh FIPIA. Paket pilihan pendidikan dinyatakan dengan huruf abjad a, b, c, d dan seterusnya hinga r. Pada program sarjana muda (kandidaat), mahasiswa harus memilih bidang ilmu pokok (major) dan bidang ilmu tambahan (minor). Misalnya: mahasiswa yang ingin menempuh pendidikan Farmasi harus mengambil paket r dengan mata kuliah pokok ilmu kimia dan biologi, serta mata kuliah tambahan ilmu-ilmu Farmasi. Paket i diambil oleh mahasiswa Geologi yang mengambil mata kuliah pokok geologi dan ilmu kimia serta mata kuliah tambahan ilmu fisika. Paket m (untuk guru matematika), n (untuk guru ilmu alam), o (untuk guru kimia), p (guru biologi), khusus ditujukan untuk para mahasiswa yang memilih menjadi calon guru bidang Ilmu Pasti dan Ilmu Alam di SMA karena mereka dibekali mata kuliah tambahan didaktik (ilmu pendidikan). Pada saat itu Lembaga Pendidikan Tenaga Keguruan (IKIP, FKIP) belum ada. Setelah mahasiswa lulus sarjana muda, maka mahasiswa dapat memilih program doktoral selama 2,5 tahun dengan memilih mata kuliah pokok sesuai bidang ilmu utama (major) dan mata kuliah tambahan di luar bidang utama (minor). Kuliah diberikan selama satu tahun (10 bulan kalender) bukan sistem semester. Ujian atau tentamen hanya diberikan satu kali saja
28
desember 2013
pada akhir tahun. Kalau tidak lulus dalam ujian (bisa ujian lisan maupun tertulis), maka kuliah harus diulang lagi sepanjang tahun berikutnya. Menurut informasi, banyak sekali mahasiswa yang mengulang ujian. Sistem pengajaran yang berlaku pada saat itu adalah benar-benar bebas tanpa ada batas studi. Pendidikan di jurusan Farmasi pada saat itu dianggap terlalu lama, sementara kebutuhan akan tenaga apoteker meningkat untuk mengisi kekosongan tenaga apoteker Belanda yang hengkang meninggalkan Indonesia, maka dibentuklah suatu Panitia Penyelidik dan Perancang Pengajaran bagi Pendidikan Ahli Farmasi oleh Yang Mulia Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan (PP&K) pada tanggal 17 Februari 1953. Anggota Panitia tersebut terdiri dari unsur-unsur Kementerian PP&K, Fakultas Farmasi Universitas Gajah Mada dan FIPIA Universitas Indonesia. Panitia ini mendorong lahirnya surat Keputusan Menteri PP dan K No 60084/Kab, tanggal 4 Desember 1953 tentang Peraturan Pendidikan Apoteker dan Doktorandus Apoteker (Lembaran Negara Tahun 1954) yang berlaku sejak 1 September 1953. Peraturan tersebut menyatakan antara lain pendidikan apoteker bersifat akademis yang memakan waktu 4 tahun terdiri dari 1 tahun tingkat Propadeuse, 1 tahun tingkat Candidaat, dan 2 tahun tingkat Apoteker. Lulusan Apoteker dapat meneruskan ke tingkat Doctorandus Apoteker yang memakan waktu lamanya 2 tahun. Sesuai dengan amanat Surat Keputusan Menteri tersebut, maka sejak 1953 di FIPIA UI dibuka jurusan Apoteker (dikenal sebagai jurusan Ap) di samping jurusan r yang bersamasama dikelola oleh Bagian Farmasi FIPIA UI. Jurusan yang lainpun kemudian memperpendek lama studinya menjadi 4,5 tahun dan mulai dilaksanakan pada tahun kuliah 1957/1958.
> Anggota Perkumpulan Ilmu Alam KNV (Koninklijke Natuurkundige Veneniging) dalam suatu jamuan makan. Kedua dari kiri adalah Prof. M. Th. K. Leeman, Guru Besar dan Dekan FIPIA yang pertama.
Saksi Kelahiran ITB Sesuai dengan perkembangan yang pesat dalam bidang ilmu pengetahuan alam dan ilmu teknik serta kebutuhan akan riset ilmiah untuk menopang dunia industri pada saat itu, FIPIA bersama Fakultas Teknik berkeinginan untuk mendirikan sebuah universitas teknik dan ilmu pengetahuan alam tersendiri. Urgensi ini bukan saja dirasakan oleh kalangan kedua fakultas tetapi juga oleh para lulusan yaitu Sarjana Teknik dan Sarjana MIPA seperti dukungan dari Persatuan Insinyur Indonesia (PII) yang dikoordinasikan oleh Ir. Haji Djuanda. Pihak mahasiswa kedua fakultas pun memberikan dukungan penuh pada ide pembentukan Universitas Teknologi dan Ilmu Pengetahuan Alam tersebut seperti yang dinyatakan dalam pernyataan pada tanggal 6 Januari 1957. Pertemuan di ruang Senat Fakultas Teknik yang dihadiri oleh Yang Mulia Menteri PP & K, Dekan-dekan Fakultas Teknik dan FIPIA, beberapa Guru Besar dan wakil dari Senat Mahasiswa kedua fakultas pada tanggal 9 Februari 1957 telah memutuskan: 1. Fakultas Teknik dan FIPIA akan bergabung menjadi satu Institute of Technology and Science yang berdiri sendiri. 2. Pelaksana Institute of Technology and Science ini diselenggarakan dengan segera dan sementara itu sebelum terlaksana, kedua fakultas berjalan seperti biasa. Usulan nama kepada Menteri PP & K pada tanggal 25 Februari 1957 adalah Institut Teknologi dan Pengetahuan Alam dengan maksud agar Institut tersebut mencakup juga ilmu-ilmu pengetahuan alam (Sciences) disamping ilmu-ilmu Teknik. Namun dengan berbagai pertimbangan yang matang, maka nama perguruan tinggi gabungan Fakultas Teknik dan FIPIA tersebut adalah Institut Teknologi dikota Bandung (sesuai dengan Piagam dan Prasasti pendidirian ITB). Maka dengan Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 1959, tanggal 28 Februari 1959 didirikan Institut Teknologi Bandung yang kemudian diresmikan pada tanggal 2 Maret 1959 oleh Paduka Yang Mulia Presiden Republik Indonesia Hadji Doktor Insinyur Achmad Soekarno. Tahun 1959 merupakan awal periode Institut Teknologi Bandung (ITB), di mana pada awal periode ini embrio FMIPA berbentuk dua departemen yaitu Departemen Ilmu Kimia dan Ilmu Hayat (DIKIH) dengan dekan pertama Prof. Dr. Rd.
> Paduka Yang Mulia Presiden Republik Indonesia Hadji Doktor Insinyur Achmad Soekarno meresmikan pendirian ITB pada 2 Maret 1959.
Moch. Djoehana Wiradikarta (1959 – 1963) dan Departemen Ilmu Pasti dan Alam (DIPA) dengan dekan pertamanya Prof. Ir. Goenarso (1959 – 1965). DIKIH terdiri dari empat bagian yaitu: meliputi bagian Kimia, Kimia Teknik, Biologi dan Farmasi. DIPA terdiri dari lima bagian yaitu: bagian Matematika, Fisika, Fisika Teknik, Astronomi dan Mateorologi/Geofisika. Pada tahun 1961 nama DIKIH diganti menjadi Departemen Kimia Biologi (DKB) meliputi bagian Kimia, Biologi dan Farmasi dan DIPA berganti nama menjadi Departemen Ilmu Pasti dan Ilmu Alam (DIPIA) meliputi bagian Matematika, Fisika, Astronomi, Geofisika dan Meteorologi. Pada tanggal 21 Nopember 1972 diadakan reorganisasi dan penggabungan Departemen Kimia Biologi (dengan Dekan Drs. Kosasih Satiadarma) dengan Departemen Ilmu Pasti dan Ilmu Alam (dengan Dekan Dr. B. Soeprapto) menjadi Fakultas Matematika dan Ilmu Alam (FMIPA) ITB , dengan dekan pertamanya Prof. Dr. Moedomo (1972 -1977). Formasi FMIPA ITB berikutnya meliputi tujuh Departemen yaitu Matematika, Fisika, Astronomi, Geofisika & Meteorologi, Kimia, Biologi dan Farmasi. Kemudian, setelah restrukturisasi pada 2010, FMIPA tinggal 4 anggota: Matematika, Fisika, Astronomi, dan Kimia. Geofisika lebur ke dalam Teknik Geofisika di Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan (FTTM), Meteorologi bergabung ke Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITB), serta Biologi dan Farmasi menjadi fakultas sendiri dengan nama Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) dan Sekolah Farmasi.â–
desember 2013
29
ECOCITY
> Reykjavik yang khas dengan bangunan yang berwarna-warni dikenal sebagai kota paling bersih setelah memanfaatkan energi panas bumi sebagai sumber pembangkit listrik dan pemanas ruangan.
Reykjavik, Islandia
Sejuk dan Segar Bersama Panas Bumi geothermal.marin.org hastalosjuegos.es
1930
-an, industrialisasi yang sedang melanda Islandia membuat Kota Reykjavik dipenuhi kepulan asap hitam. Penggunaan bahan bakar fosil untuk menjalankan pabrik-pabrik dan memanaskan ruangan membuat suasana kota tersebut muram dipenuhi oleh pekatnya asap sisa pembakaran. Namun 80 tahun kemudian, setelah sumber energi dialihkan ke panas bumi, situasi kota berubah menjadi sejuk dan menyegarkan. Salah satu pemanfaatan panas bumi yang cukup signifikan adalah untuk keperluan pemanas ruangan dan mengurangi beban bahan bakar untuk memanaskan air bagi rumah tangga dan komersial. Berkat penggunaan panas bumi yang begitu beragam, kini kota Reykjavik telah berubah menjadi salah satu kota paling bersih di dunia.
Potensi Yang Terbengkalai Indonesia sebenarnya menyimpang pontensi energi panas bumi yang tidak kalah besar dibandingkan Islandia. Sekitar 40 persen pontesi dunia berada di Nusantara. Namun, sayangnya pemanfaatannya masih serba asing. Tak heran jika banyak masyarakat Indonesia yang belum mengenal jenis energi ini. Dengan potensi energi panas bumi yang diperkirakan mampu menghasilkan listrik sebesar 28,99 GWe (giga watt electric), Indonesia sangat berpeluang membangun ketahanan energi melalui energi terbarukan yang satu ini. Namun, saat ini yang sudah termanfaatkan baru sekitar 1.194 MWe (mega watt electric). Hanya 4,1 persen.
30
desember 2013
> Suasana kota Reykjavik, Islandia, yang diambil pada 1932. Saat itu bangunanbangunan di kota tersebut menggunakan pemanas buatan memanfaatkan bahan bakar fosil.
> Diagram skematik pemanfaatan energi panas bumi.
cluffgeothermal.com
Pemanfaatan energi panas bumi yang masih sangat sedikit ini, menurut I G. B. Eddy Sucipta, Dosen Teknik Geologi ITB, sebetulnya tidak disebabkan oleh kesulitan atau mahalnya biaya dalam kegiatan eksplorasi dan eksploitasinya. Namun, lanjutnya, masalah lebih kepada daya minat penggunaan yang masih rendah, minimnya investor yang mau berkecimpung dalam dunia panasbumi, dan harga jualnya yang masih tinggi apabila dimanfaatkan untuk pembangkit listrik. Lebih jauh, biaya eksplorasi dan eksploitasi panas bumi, jelas Eddy, sebenarnya lebih kecil dibanding dengan harga di minyak dan gas (migas). Teknologinya pun tidak serumit di migas. Harga jual listrik dari panas bumi yang tinggi ini, kata Eddy, disebabkan penggunaannya yang masih sedikit. Padahal, bila mengacu pada prinsip ekonomi, tingginya harga jual tersebut bisa ditekan dengan pengembangan dari energi panasbumi yang lebih luas lagi. Jika jumlah energi panas bumi yang dimanfaatkan sudah masif, maka akan semakin rendah pula harga jualnya. Dengan demikian, “bisnis panas bumi sebetulnya merupakan bisnis yang menjanjikan khususnya bagi para investor� ujarnya semangat.
Daya panas magma di bawah bumi ini akan terus ada, setidaknya untuk jangka waktu umur bumi. Proses pemanfaatan sistem energi panas bumi adalah berupa siklus yang berulang-ulang. Air atau uap panas yang dialirkan dari dalam bumi melalui sumur produksi, pada akhirnya akan diinjeksikan kembali ke dalam bumi dalam bentuk air dingin. Air tersebut lalu dipanaskan kembali oleh sumber panas yang ada di dalam bumi. Karena itu, panas bumi merupakan sumber energi yang terbarukan. Karena fluida air berproses dalam siklus, maka sistem energi panas bumi tidak membutuhkan air dalam jumlah besar, tidak seperti pengeboran minyak dan gas bumi yang relatif membutuhkan air injeksi dalam jumlah besar. Dengan demikian, sistem energi panas bumi juga lebih bermanfaat untuk menjaga sumber daya air.
Dari Industri Hingga ke Rumah Di Islandia, air panas atau hangat sebagai hasil sisa dari pembangkit listrik dialirkan untuk keperluan komersial, pertanian, dan rumah tangga. Secara komersial, ia berguna dalam bidang kesehatan dan kecantikan sebagai pemandian air panas, spa, dan beberapa terapi kecantikan yang lain. Sementara di rumah tangga ia bisa digunakan untuk keperluan
firstclass.is
> Uap panas bumi dialirkan ke instalasi rumah kaca untuk menghangatkan lingkungan tanaman.
domusweb.it
Memanaskan Air Menggunakan Batuan Bumi Energi panas bumi merupakan energi yang bersumber dari daya panas alamiah magma di bawah permukaan bumi. Melalui serangkaian proses injeksi fluida ke bawah tanah, daya panas ini bergerak ke permukaan bumi dengan temperatur dan tekanan yang tinggi. Temperatur dan tekanan itulah yang dimanfaatkan untuk memutar turbin pada generator yang selanjutnya membangkitkan listrik.
> Sebuah situs spa panas bumi di Bluew Lagoon, Islandia.
mandi hingga memasak, sehingga menghemat energi untuk menghangatkan air. Panas bumi pun berguna untuk bidang pertanian. Seperti yang telah diujicoba di Amerika Serikat dan Selandia Baru, ia bisa dimanfaatkan untuk menyediakan panas udara yang ideal bagi jenis tanaman tertentu pada jenis budi daya rumah kaca. Dengan potensi energi panas bumi yang sangat besar, Indonesia berpeluang tidak hanya mandiri dalam energi, tapi juga bisa mengembangkan untuk keperluan-keperluan lainnya. Belajar dari penglaman Islandia dan negara lain, pengembangan dan pemanfaatan energi panas bumi yang lebih luas akan membuatnya makin dicintai oleh masyarakatnya.
â– Hananta Syaifulloh
desember 2013
31
PERSPEKTIF
> Ilustrasi sistem pengambilan keputusan pada level tertinggi pemerintahan.
Mengurai Sengkarut Realitas
K
ehidupan seperti pohon, ia terdiri dari percabangan-percabangan berbagai macam pilihan. Ada kalanya cabang-cabang ini sederhana, sehingga mudah menentukan jalan mana yang akan dipilih. Namun tak jarang pula pilihan-pilihan tersebut begitu rumit sehingga sulit dicerna. Bagaimana menghadapi situasi ini? Kuntoro Mankusubroto, Kepala Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4), berbagi kiatnya dalam bingkai Decision Science in Practice. Resep ini dibagikan oleh Kuntoro di acara penganugerahan gelar Doktor Honoris Causa di Bidang Engineering di Universitas Northeastern di Boston, Masachussets, Amerika Serikat, bulan September lalu.
Dalam setiap event pengambilan keputusan, misalnya di lingkungan bisnis, tidak mungkin tanpa ada kompetitor atau oposisi yang bisa saja menghambat pengambilan dan eksekusi keputusan. Di sini, Kuntoro menyarankan agar menciptakan suasana yang kooperatif dan mencoba untuk bernegosiasi yang bertujuan mendapatkan solusi bersama. Dalam situasi ini, dia mengandaikan kita sedang bermain sebuah permainan, di mana kita menyusun strategi, menyiapkan rencana cadangan, mengeksekusi, dan melihat sejauh apa hasil yang didapatkan. Tentu saja dengan menghitung kemungkinan berbagai intervensi dari berbagai pihak yang muncul sebagai tantangan yang harus dihadapi.
Harus Siap Hadapi Kompleksitas Ilmu pengambilan keputusan, atau decision science, merupakan ilmu tentang prosedur untuk membuat keputusan terbaik dari beberapa pilihan yang tersedia. Tentu saja dengan mempertimbangkan setiap konsekuensinya. Decision science sangat dibutuhkan karena dalam kenyataannya setiap pihak pengambil keputusan memiliki kepentingan dan tujuan yang berbeda. Dengan demikian, membangun tujuan dan solusi bersama bersama merupakan keharusan. “Dalam decision science, keputusan yang dinilai sebagai keputusan terbaik adalah keputusan yang efektif, optimal, memiliki risiko minimal, dan tidak memakan banyak biaya namun mampu mengakomodasi kepentingan bersama,� jelas Kuntoro. Keputusan terbaik yang diambil juga merupakan gabungan antara waktu yang tepat, orang-orang dan sumber daya yang tepat, serta metode yang tepat. Dengan begitu, hasil terbaik diharapkan akan muncul.
32
desember 2013
Setelah pengambilan keputusan, langkah berikutnya adalah eksekusi. Di sini, hal yang sering menjadi kendala adalah betapa berbedanya teori dengan fakta di lapangan. Menurut Kuntoro, hal ini lah yang harus diantisipasi sejak awal. Fakta lapangan yang muncul memungkinkan eksekusi menjadi tidak keratur dan chaos yang mengharuskan kesiapan dalam menghadapi konsekuensi akan pilihan yang kita ambil. Kompleksitas pengambilan keputusan, menurut Kuntoro, dipengaruhi oleh orang-orang yang terlibat, dinamika sosial dan lingkungan politik. Informasi akan hilir mudik dan sedikit banyak mempengaruhi keputusan. Analisis dan dukungan menjadi modal dan membutuhkan feedback dari setiap langkah yang di lakukan dengan negosiasi sangat diperlukan untuk tercapai win-win solution. Pada 2005 hingga 2009, Kuntoro memimpin proses rehabilitasi dan rekonstruksi di Aceh-Nias lewat
“Dibutuhkan pemikiran terbuka dan transparansi untuk membangun kepercayaan antara pihak-pihak yang terlibat.” - Kuntoro Mankusubroto
“
Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) Aceh-Nias. Ketika itu musibah yang terjadi di Aceh dan Nias sangat dahsyat. Sekitar 172 ribu orang meninggal atau hilang, dan sekitar 550 ribu orang terpaksa tinggal di tempat penampungan. BRR Aceh-Nias melibatkan banyak pihak diantaranya Gerakan Aceh Merdeka (GAM), TNI, dan Pemerintah RI. Pengambilan keputusan menjadi sangat kompleks, termasuk keterlibatan sekitar 900 lembaga internasional, 40 negara, dan ribuan relawan yang perlu dikelola dengan efektif. Dalam menghadapi tantangan tersebut, Kuntoro melakukan pendekatan pengambilan keputusan dengan melibatkan masyarakat. Dalam pendekatan ini BRR AcehNias mengajak komunitas berpartisipasi dalam membuat perencanaan rehabilitasi desa-desa yang tersebar di seluruh daerah. Dukungan yang masif merupakan tantangan manajemen logistik tersendiri. Selain bantuan dari dalam negeri, ada pula beberapa kapal induk dan kapal perang bantuan internasional. Sumber pendanaan internasional yang masuk mencapai lebih dari 30 persen membutuhkan pengelolaan efektif dan efisien. Pendekatan yang dilakukan oleh Profesor Kuntoro dan tim membuahkan hasil yang memuaskan dalam 4 tahun. Dalam kurun waktu tersebut pihaknya berhasil membangun 140 ribu rumah, 3.585 kilometer jalan, 20 pelabuhan, 12 airport, 70 ribu 69.974 Hektar lahan pertanian, 1.488 sekolah, 1.047 unit fasilitas kesehatan, 3.193 tempat ibadah. Selain itu, 39.438 calon guru mendapatkan pelatihan. Selesai di BRR Aceh-Nias, Kuntoro kini berperan lewat Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan, dan Pengendalian Pembangunan (UKP4), dengan tugas membantu pengambil keputusan dalam menentukan pilihan berdasarkan analisis kondisi dan resiko serta kemungkinan opsi-opsi terbaik. Perang pengambil keputusan ada di tangan Presiden dan Wakil Presiden RI. Konsistensi pilihan yang diambil dan sinkronisasi praktek di lapangan diutamakan UKP4 untuk mendukung visi Presiden demi kepentingan bersama. Kuntoro bercerita, di UKP4 pun, dinamika pengambilan keputusan dan pelaksanaannya cukup ruwet. Pasalnya, segala sesuatunya melibatkan banyak pihak dan banyak kepentingan yang harus diusahakan tercakup dalam satu tujuan dan langkah. Pihak yang terlibat antara lain kepala pemerintahan, anggota wakil rakyat, para menteri, dan pimpinan daerah. Pengelolaan di UKP4 juga meliputi
rencana aksi skala nasional dan daerah, rencana strategis program 100 hari, program sektoral 5 tahun, prioritas target nasional. Dalam analisis setiap pilihan beserta risiko, harus mempertimbangkan pula gaya kepemimpinan dan gaya perilaku setiap pemerintah. “Pemerintah daerah, dewan rakyat, kementerian, dan pemerintah pusat memiliki gaya kepemimpinan berbeda yang biasanya membuat inti pokok pembahasan tidak sama satu dengan lainnya,” tuturnya. Hal ini menjadi tantangan sendiri untuk menyatukan visi bersama dalam pengambilan keputusan. Kuntoro juga menceritakan proses mengurai proyek Floating Storage Receiving Unit (FSRU) di Jakarta sebagai ilustrasi. Proyek FSRU Jakarta adalah tentang penyimpanan gas alam dengan situs di atas laut menggunakan kapal. Ia diadakan untuk mendukung pembangkit listrik Muara Karang. Masalah yang terjadi adalah ketika lokasi telah ditentukan Muara Karang, Jakarta Utara, izin lokasi dari kementrian transportasi terhambat karena rekomendasi dari pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang juga terhambat, belum lagi reklamasi Mega Project di Jakarta Utara yang juga menghambat proyek FSRU. “Koordinasi berjalan sangat kompleks. melibatkan banyak pihak, hingga eskalasi membawa keputusan dari pelaku eksekutif yaitu presiden dan wakil presiden. Akhirnya masalah terselesaikan dalam waktu dua tahun, hasil dari FSRU diantaranya adalah penghematan konsumsi bahan bakar senilai 2.4 juta USD per hari,” ujar Kuntoro. Dari pengalaman Kuntoro di BRR Aceh-Nias dan UKP4, ada beberapa pelajaran penting yang bisa diambil. “Dalam mengambil keputusan berdasarkan pilihan-pilihan yang ada, fleksibilitas sangat penting,” tandasnya. Karena itu, jangan berharap apa yang dilakukan akan selalu mendapatkan hasil yang sempurna. “Dibutuhkan pemikiran terbuka dan transparansi untuk membangun kepercayaan antara pihak-pihak yang terlibat,” ungkapnya. Sebelum pengambilan keputusan, pasti ada pembahasan-pembahasan panjang mengenai pilihan-pilihan yang mungkin diambil beserta risiko yang mungkin didapatkan, “dalam hal ini keterbukaan atas ide dan pendapat yang masuk mampu menghasilkan perencanaan yang tersusun lebih baik.” ■ Dyshelly Nurkatika
desember 2013
33
KILAS PENELITIAN
Pembangunan Kota Berbasis Transit Judul Penelitian: Kajian Implementasi Konsep Pengembangan Kota Berbasis Transit di Indonesia; Studi Kasus: Jabodetabek Peneliti Utama: Ahmad Rida Soemardi
K
ota di Indonesia secara umum tidak memiliki konsep tata ruang yang baik sehingga berdampak pada sistem transportasi yang amburadul. Melihat fenomena demikian, peneliti mengajukan konsep pengembangan kota berbasis transit yang lebih dikenal dengan sebutan Transit-Oriented Development (TOD). Ia merupakan pola pembangunan yang memadukan sarana transit dengan fungsifungsi publik dan privat. Konsep ini memudahkan akses terhadap fungsi dan fasilitas publik bagi masyarakat kota. Harapannya, kualitas hidup dan konektivitas warga akan meningkat.
Pasar Pintar Judul Penelitian: Model Revitalisasi Pasar Tradisional dengan Konsep Pasar Pintar untuk Meningkatkan Peran Pasar Tradisional dalam Perekonomian Kota Peneliti Utama: Agus S. Ekomadyo
P
asar tradisional merupakan salah satu pusat kegiatan ekonomi masyarakat, baik di desa maupun kota. Seiring serbuan pasar modern seperti supermarket, hypermarket, dan minimarket, ternyata pasar tradisional tidak banyak berubah. Ia tetap dicitrakan masyarakat sebagai kawasan kumuh, becek, dan amburadul. Imbasnya, menurut Asosiasi Pedagan Pasar Seluruh Indonesia (APPSI), volume perdagangan di pasar tradisional Kota Bandung mencapai 40 persen dan jumlah pasar tradisional di Jawa Barat telah berkurang hingga 14 persen.
Situs penelitian yang dipilih adalah kawasan Jabodetabek. Wilayah ini memiliki sistem transportasi stasiun yang oleh peneliti dibagi menjadi tiga kategori: stasiun Manggarai sebagai urban center, stasiun Depok Baru sebagai urban neighborhood, dan stasiun Jurang mangu sebagai sub-urban neighborhood. Dalam penelitiannya, peneliti menganalisis secara detail tentang tipologi stasiun, peruntukan lahan, penggunaan lahan dan sebaran kegiatan, dukungan jaringan dan perpakiran, kepadatan dan intensitas bangunan, layanan transportasi umum, serta asal dan pergerakan penumpang.
Melihat kondisi tersebut, revitalisasi pasar tradisional menjadi keharusan. Pasalnya, pasar tradisional telah menyimpan memori kolektif dari komunitas yang menghidupinya, menjadi identitas dari suatu masyarakat, dan merupakan saksi dari sejarah dan perkembangan sebuah kota. Dalam kajian ini peneliti menawarkan konsep “pasar pintar” yang tidak hanya memandang pasar dalam hal bangunan fisik, tapi juga menjadi tempat pembelajaran bagi komunitasnya. Ia meliputi sarana prasarana fisik, serta kecerdasan lokal (local genius) yang terdiri dari aspek ekonomi, sosio-kultural, dan institusional.
Kajian ini lalu menyimpulkan bahwa ketiga stasiun tersebut belum memenuhi konsep TOD yang sesuai dengan standar dunia Barat. Peneliti berpendapat bahwa kebijakan pemerintah secara eksplisit belum menetapkan visi kebijakan pengembangan kawasan berbasis transit.
Peneliti menganalisis Pasar Legi Surakarta dan Pasar Balubur di Bandung. Dia memilih kedua situs ini karena mencerminan pasar pintar walaupun tidak semua cirinya dipenuhi. Penelusuran pembelajaran lokal didapatkan dengan eksplorasi fenomenologis terhadap “place” dengan tiga kata kunci: makna, identitas, dan kesejarahan. Makna-makna place pasar tradisional terbentuk terutama karena ia berperan sebagai tempat pertukaran barang dan jasa yang mampu membangkitkan pertukaran informasi dan pengetahuan. Peneliti lalu menyusun model normatif untuk memetakan tingkat keberhasilan perancangan pasar berdasarkan dua hal: kinerja perancangan (desain) dan penelusuran kecerdasan lokal.
Penelitian ini menghasilkan pedoman umum implementasi konsep TOD agar mampu mengantisipasi efek samping kegiatan transportasi, terutama karena kemacetan. Namun demikian, ia belum mengkaji lebih lanjut konsep TOD yang sesuai dengan kultur Indonesia. Masyarakat kita memiliki pola aktifitas di sekitar stasiun yang unik, misalnya terkait dengan penggunaan lahan, pedagang kaki lima (PKL), dan penyediaan fasilitas parkir. ■ Uruqul Nadhif Dzakiy
34
desember 2013
■ Uruqul Nadhif Dzakiy
RESENSI BUKU
Cermat Mengelola Kegelisahan
Anak-Anak Revolusi (2013)
Penulis: Budiman Sudjatmiko Tebal: 490 halaman Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
D
alam buku yang lebih menyerupai novel setebal hampir 500 halaman ini Budiman Sudjatmiko ingin bercerita tentang pentingnya memiliki kegelisahan. Menurutnya, setiap orang secara natural memiliki kegelisahan masing-masing menghadapi situasi yang sedang berkembang di sekitarnya. Hanya saja tidak semuanya menghiraukan kegelisahan tersebut dengan serius. Namun bagi mereka yang sungguh-sungguh gelisah, Budiman menawarkan kiat-kiat untuk mengelolanya. Di lingkungan akademik, kegelisahan akan mudah ditemukan. Ia, di pendidikan tinggi seperti ITB, umumnya berakar dari rasa percaya bahwa ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (ipteks) bisa menjadi sumber perubahan. Namun yang terjadi adalah ipteks masih menjadi anak tiri dalam narasi kenegaraan kita. Tak sedikit para dosen dan peneliti dari kampus yang mencoba menyuarakan pentingnya ipteks bagi kehidupan. Namun tak jarang pula di antara mereka yang akhirnya frustasi menghadapi pahitnya kenyataan. Ia bisa dilihat dari sikap mencari kambing hitam, lalu saling menyalahkan, dan akhirnya mengusulkan solusi yang sifatnya memaksa pihak lain.
Melalui buku ini, Budiman mengajak pembaca untuk menengok proses mengelola kegelisahan. Pertama, dan ini modal awal, adalah kenali hal-hal yang memicu kegelisahan. Jika kegelisahan seseorang tidak cukup kuat, maka dia tidak akan kokoh dalam menghadapi berbagai tantangan di depan. Untuk membuktikan hal ini, Budiman membeberkan sebuah episode aktivisaktivis reformasi yang mempertahankan prinsip di tengah siksaan fisik dan psikologis penguasa saat itu.
Tahap berikutnya, menemukan cara untuk mengeksekusi gagasan dan pemikiran. Dalam kasus lahan di Cilacap misalnya, Budiman belajar strategi menggerakkan petani untuk menuntut haknya. Dia menandaskan bahwa strategi ini harus tergambar dengan jelas bagaimana langkahlangkahnya, selain tentunya harus ada dedikasi. Ada beberapa tips yang dia kemukakan. Tapi jika diperas ada 4 langkah: problematisasi, penarikan, pelibatan, dan mobilisasi.
Tantangan berikutnya adalah memilih perspektif. Sebuah perspektif, atau cara pandang, terhadap fenomena akan membawa kepada sebuah kesimpulan tertentu. Jika tidak cermat dalam memilih perspektif, seseorang bisa berakhir frustasi. Pasalnya, jika perspektif tersebut tidak mampu memberikan pemahaman yang baik akan situasi, maka informasi yang didapatkan kurang tepat, dan akhirnya rancangan solusi yang didapatkan pun tidak pas. Jika ini terjadi berulangulang, maka wajar jika akhirnya seseorang patah arang.
Problematisasi adalah proses menyadarkan pelaku-pelaku yang terkait dengan fenomena yang dihadapi. Ia dilakukan dengan membingkai fenomena dikaitkan dengan pada apa yang diinginkan, ancaman, atau harapan. Dalam tahap penarikan, bingkai tersebut diterjemahkan menjadi sesuatu yang lebih kongkret, misalnya penyusunan rencana dan inventarisasi sumber daya atau potensi yang bisa digunakan. Pada proses pelibatan, mulai dilakukan pembagian peran dan sistem kerja. Terakhir adalah mobilisasi, yaitu saat pelaku-pelaku tersebut bergerak sesuai dengan rencana yang telah disepakati.
Perspektif yang baik, jika disederhanakan, adalah yang bisa menawarkan pemahaman yang lengkap atas situasi, sehingga penarikan kesimpulannya pun matang. Di sini, Budiman menceritakan perjalanan panjangnya dalam menggali perspektifperspektif yang sesuai demi memahami situasi saat itu. Setelah proses yang sekian lama, akhirnya dia mulai mampu menyingkap apa yang keliru, bukan sekedar siapa yang salah. Mencari siapa yang salah pada rezim Orde Baru adalah persoalan trivial. Yang mudah adalah menelusuri apa yang keliru, lalu bagaimana menawarkan alternatif solusinya.
“Novel� ini akan menarik bagi mereka yang selama ini bergelut dengan kegelisahan-kegelisahan diri dan berbagai imbas ikutannya. Ia juga akan memikat bagi mereka yang selama ini menggenggam kegelisahan, tapi — entah sengaja atau tidak — mengabaikannya. Apapun itu, memiliki kegelisahan terhadap situasi sekitar adalah hal yang baik, namun pembaca bisa belajar dari Budiman bagaimana mengelolanya dengan cermat.
desember 2013
â– Ismail Al Anshori
35
RESENSI FILM
Cloud Atlas (2012)
“What Is Progress?” dengan serangkaian angka-angka yang menunjukkan tingkat kesejahteraan. Di sisi lain, kemajuan juga ditunjukkan dengan deretan pencapaian kerumitan teknologi.
Judul: Cloud Atlas Tahun: 2012 Sutradara: Tom Tykwer, Andy Wachowski, dan Lana Wachowski Penulis: David Mitchell (penulis novel “Cloud Atlas”); Lana Wachowski, Tom Tykwer, Andy Wachowski (skenario). Durasi: 172 menit
D
alam pidato pencalonan dirinya menjadi presiden Amerika Serikat pada 2019, Woodrow Wilson memaparkan prinsip-prinsipnya dalam reformasi negaranya. Melalui pidato sepanjang 4 ribu kata, Gubernur New Jersey ini mengajak agar masyarakat Amerika memikirkan kembali nasib bangsanya. Bukan sekedar mengikuti apa yang telah mapan saat ini, kata Wilson, namun juga harus mampu mengenali tantangan dan mimpi-mimpi di masa depan. Progres, atau kemajuan, menurutnya, adalah saat generasi muda memiliki jati dirinya sendiri dalam menerjemahkan kehidupannya, bukan sekedar meneruskan apa yang telah digariskan oleh pendahulunya. Namun, Wilson mengingatkan, bahwa pembaruan ini harus sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan yang luhur. Di masa kini, visi kemajuan diterjemahkan oleh kaum intelektual ke dalam dua hal: ekonomi dan teknologi. Makna kemajuan ditafsirkan
36
Tak heran kemudian jika ekonom lalu sangat berkuasa dalam menentukan arah kebijakan negara. Teknolog pun diajak serta dengan harapan bisa memodernisasi kehidupan. Segenap pikiran dan tenaga di dalam organisasi pemerintahan lalu dimobilisasi untuk kepentingan ini. Manusia sebagai warga negara lalu dikonversi menjadi barisan angka-angka, wilayah negara dikaplingkapling siap untuk dieksploitasi, dan artefak-artefak modern diperkenalkan. Tujuannya satu: meningkatkan produktifitas. Sementara itu, budaya masyarakat dan lingkungan alam diletakkan di laci paling bawah. Meski demikian, tersisa pertanyaan, ketika memiliki kesejahteraan yang tinggi dan mampu menguasai teknologi yang rumit, apakah masyarakat tersebut lantas mempunyai kehidupan yang lebih baik? Memang kemajuan teknologi telah membawa berbagai perbaikan bagi kehidupan. Sebagai contoh, keunggulan dunia kesehatan bisa dilihat pada angka kematian bayi yang menurun drastis dalam beberapa dekade terakhir. Ini merupakan imbas dari kemajuan di bidang sanitasi, gizi, metode pengobatan, dan kampanye budaya hidup sehat. Akan tetapi, kemajuan teknologi juga membawa efek samping yang tidak menyenangkan. Ini bisa ditelusuri dari kerusakan lingkungan akibat tambang emas di Sumbawa Barat, atau pertalian sosial yang kian renggang karena hubungan sosial lambat laun beralih ke interaksi semu di dunia maya. Singkatnya, apakah sebuah masyarakat yang begitu sejahtera dan memiliki
desember 2013
teknologi tinggi akan lebih bahagia dibandingkan dengan mereka yang lebih “primitif”? Dalam sebuah film durasi hampir 3 jam, Cloud Atlas mencoba memberikan gambaran bagaimana kehidupan masyarakat dari berbagai jaman. Setiap jaman memiliki situasi ekonomi dan teknologi yang berbedabeda, sekaligus juga tatanan sosial dan keadaan lingkungan alam yang berlainan, sehingga dinamika sosialnya pun beragam. Di dalam film ini, digambarkan bahwa pelaku-pelaku dari era yang berbeda tersebut saling berkaitan: sebuah buku harian tentang petualangan menembus lautan Pasifik pada 1849; surat dari seorang komposer kepada kekasihnya; kisah wartawati yang mengabarkan tentang kejahatan di pembangkit listrik tenaga nuklir; sekelompok warga Korea yang memberontak di masa depan; dan cerita tentang suku yang bertahan hidup pasca kehancuran total akibat perang nuklir, jauh di masa depan. Semua kisah tersebut akhirnya membawa persoalan pokok, yaitu bagaimana manusia memaknai kehidupannya. Di sini penontoh diajak memikirkan kembali bahwa kesejahteraan dan pencapaian teknologi tidak akan bermakna jika hubungan antar manusia rusak, atau kondisi lingkungan terabaikan. Kembali kepada pertanyaan Woodrow Wilson, “What is progress?” Progres, jika menarik pelajaran dari Cloud Atlas, adalah ketika relasi sosial dan lingkungan semakin baik. Kemajuan di bidang ekonomi dan teknologi harus diikuti dengan pembaruan tantanan sosial yang berkeadilan, saling peduli, berperikemanusiaan, dan tanggap dengan isu-isu lingkungan.
■ Ismail Al Anshori
RESENSI musik
Meresapi Alunan Nada Kehidupan
S
emakin hari, kondisi bumi kita ini semakin ringkih. Pencemaran lingkungan, berkurangnya luas hutan yang menjadi sumber oksigen bagi kehidupan manusia, rusaknya ekosistem menjadi permasalahan global yang semakin hari semakin rumit. Belum lagi kerusakankerusakan tersebut menimbulkan bencana alam yang pada akhirnya merugikan manusia. Bila dirunut kembali, siapakah yang melakukan kerusakan di bumi? Manusia lah yang memiliki saham terbesar atas berbagai kerusakan ini.
pelestarian lingkungan untuk generasi masa depan.
Hayati - Mini Album (2013)
Oh hijaukan negeri Oh tanam pohon kembali Oh kembalikan fungsi lahan yang tercemari Omari hemat energi Oh kurangi emisi Oh mari kita beraksi jangan cuma teori Solusi hayati
Judul: Hayati Musik & Lirik: SITH ITB Label Rekaman: Hayati Musik (hayatimusik@gmail.com) Tahun: 2013
Kelimuan hayati, yang memiliki arti berhubungan dengan hidup, memiliki peran untuk mencari solusi dari berbagai macam permasalahan lingkungan tersebut. Sayangnya, ilmu hayati sulit dimengerti orang awam karena konsep-konsepnya dianggap terlalu kompleks. Ilmu hayati pun seringkali masih dipandang sebelah mata, padahal ia memiliki banyak manfaat bagi kehidupan. Akibatnya, aplikasi prinsip-prinsip ilmu hayati di masyarakat masih minim.
Album ini berisi lima buah lagu yang isinya meliputi pengenalan manusia akan dirinya sendiri, perspektif manusia terhadap makhluk hidup sekitarnya, keindahan alam, kerusakan lingkungan sekitar, dan dorongan manusia untuk mengatasi masalah yang ada. Misalnya saja dalam lagu yang berjudul “Tubuh Kita”, lirik – liriknya mengajak pendengar untuk mengagumi ciptaan Tuhan, yakni manusia yang segala aktivitas tubuhnya yang memiliki keteraturan dan fungsi anatomi serta fisiologi.
Situasi ini memunculkan keresahan tersendiri bagi mahasiswa yang tergabung dalam Himpunan Mahasiswa SITH (Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati) ITB ‘Nymphaea’. Mereka berpikir, cara pandang masyarakat terhadap ilmu hayati harus diubah. Salah satu ide yang tercetus adalah mengenalkan ilmu hayati melalui musik. Berikutnya mereka menyusun aransemen musik yang terangkum dalam album bertajuk “Hayati”. Seluruh prosesnya, mulai dari pembuatan konsep, rekaman, hingga produksi dan distribusi, mereka lakukan secara mandiri.
Rasakan hidupmu Ada keteraturan menakjubkan Walau kau tak tahu walau kau kira kau tak butuh itu Tubuh manusia rangkaian proses kompleks nan harmonis Tubuh manusia keajaiban nyata
Album ini bisa memberikan warna baru di industri musik, menjadi pelopor hadirnya lagu-lagu dengan konten ilmu pengetahuan. Lirik lagu dan melodi disusun sedemikian rupa agar menjadi lagu yang easy-listening. Dengan demikian, lagu-lagu tersebut tidak hanya sekedar dinikmati telinga, tapi juga diresapi dan dapat diaplikasikan untuk tujuan pendidikan formal maupun informal jangka panjang oleh semua kalangan. Jika pun ada kekurangan, lirik lagulagu di album ini masih terlalu eksplisit. Sementara, artis genre musik pop umumnya memilih lirik-lirik yang implisit. Hal ini bisa ditemukan pada lagu Paradise oleh Coldplay dan Earth Song oleh Michael Jackson. Walau pesan-pesannya kuat dan keras, lirik dibuat tanpa perlu eksplisit, sehingga lebih bernuansa universal. Kedua lagu ini pun digandrungi bukan sekedar karena kalimat-kalimatnya, tapi juga karena ada kekhasan dalam aransemen musiknya. Tidak sekedar easy listening, melodinya bisa membuat pendengar merasa sedang mengalami (experiencing) situasi yang diceritakan. Akhirnya, pesan bisa disampaikan lebih utuh dan menyentuh.
Atau dalam lagu yang berjudul “Solusi Hayati”, para pendengar diajak untuk bergerak berkontribusi dalam
desember 2013
■ Dyshelly Nurkatika
37
Serpihan
Gambari Wa Tarinai…
P
ercobaan gagal setelah delapan kali dilakukan. Persiapan sudah dikerjakan dengan baik, prosedur yang dilakukan sudah tepat, aturan-aturan tidak ada yang dilanggar, waktu yang tersita sudah banyak, tetapi hasil tidak sesuai dengan yang diharapkan. “Gambari wa tarinai...” Perjuanganmu belum cukup, berjuanglah lebih baik lagi. Itu lah pesan Sensei kepada saya ketika melakukan studi di Jepang dulu. Saya kira, etos kerja dan mentalitas seperti ini yang diperlukan di dunia akademik kita. Sebabnya, sudah bukan rahasia lagi bahwa dunia akademik di negara ini masih dianggap sebagai menara gading dan sibuk dengan urusannya sendiri. Bahkan yang lebih menyedihkan, perguruan tinggi justru dipandang membebani keuangan negara. Coba saja renungkan baik-baik apa pasal sampai ada ada label “bantuan” di dalam paket anggaran Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN). Padahal, dunia pendidikan mestinya berperan sebagai jantung—pemompa darah—bagi kemajuan sebuah bangsa. Dari kelahirannya, perguruan tinggi di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari sejarah Politik Etis pihak Belanda di masa lalu. Pada waktu itu, sistem di perguruan tinggi dirancang untuk mengkader manusiamanusia lokal yang siap bekerja untuk kepentingan kolonial. Jadi, tidak heran memang bila sifat eksklusif melekat di perguruan tinggi di Indonesia. Yang menjadi masalah adalah, karakter eksklusif tersebut masih dibawa hingga kini. Berikutnya, eksklusivitas ini lalu menjelma menjadi sosok perguruan tinggi yang sedemikian asing di kalangan masyarakatnya sendiri. Berbagai macam upaya telah dilakukan untuk menjawab persoalan ini; mulai dari menyebarkan nilai-nilai Tridharma Perguruan Tinggi hingga insentif-insentif bagi dosen agar lebih ‘dekat’ dengan lingkungan sekitar. Berbagai kalangan pun aktif inisiatif-inisiatif agar ilmu pengetahuan dan teknologi bisa terlibat secara aktif dalam arus pembangunan. Namun harus diakui bahwa hasilnya belum mengggembirakan. Pertanyaannya adalah, apakah dunia akademik kita telah berusaha secara maksimal? Untuk menjawab hal itu, mari kita lihat ke bangsa Jepang. Meski kredit atas kemajuan Jepang seringkali diberikan kepada perusahaan-perusahaan teknologi tinggi yang mendunia, namun pesatnya perkembangan dunia industri tak bisa dipisahkan dari peranan kalangan akademiknya. Tentu ini tidak berjalan dengan otomatis.
38
desember 2013
Ketika negara hancur akibat Perang Dunia Kedua, pemerintah Jepang saat itu memprioritaskan pengembangan sektor pendidikan. Mereka percaya bahwa pendidikan lah yang akan menjadi modal utama dalam menghadapi berbagai tantangan di masa depan. Bedanya dengan di Indonesia, pendidikan di Jepang tidak menjejalkan pelajaran-pelajaran sains saja. Mereka melihat bahwa membangun karakter bangsa lebih penting. Karakter tersebut bisa dilihat saat bencana tsunami melanda pada Maret 2011 yang lalu. Dikutip dari pemberitaan The New York Times sesaat setelah kejadian tersebut, “Seandainya bencana ini terjadi di negara lain, di Pantai Timur Amerika Serikat misalnya, tidak terbayangkan betapa besar kerusakan dan korban jiwa yang akan diakibatkannya.” Tidak perlu waktu yang terlalu lama bagi masyarakat Jepang untuk membereskan berbagai kekacauan dan memulai kembali kehidupannya. Tanpa drama yang mengharu biru, tiada aksi-aksi mencari sensasi, apalagi saling menyalahkan. Seperti halnya dalam menilai individu, karakter sebuah bangsa bisa diurai saat ia sedang mengalami masalah. Dari kejadian tsunami tersebut kita bisa melihat bahwa kerja keras, disiplin, dan peduli terhadap sesamanya merupakan modal utama bangsa Jepang selama ini. Karakter ini ditumbuhkembangkan di dalam dunia pendidikan lalu menyebar dan beranak pinak ke semua sudut kehidupan masyarakatnya, baik di ranah privat maupun dunia usaha. Bagaimana dengan Indonesia? “No one sees you inferior without your consent,” kata orang Barat. Ketika masyarakat masih melihat dunia akademik sebagai kelompok yang eksklusif dan pemerintah memandang sebagai beban, maka yang harus kita lakukan adalah terus menerus memperbaiki diri, tanpa perlu menunjuk hidung orang lain. Dengan demikian, belajar dari bangsa Jepang, karakter harus menjadi perhatian utama bagi komunitas akademik kita. Saya yakin bahwa karakter ini lah yang akan mendefinisikan peran dunia akademik di masa depan, baik di ranah sosial kemasyarakatan maupun dunia sains dan teknologi. “Gambari wa tarinai...” Perjuangan kita belum cukup, mari berjuang lebih baik lagi. ■ I Ketut Adnyana
AGENDA Januari Workshop: Matching Oceanographic Problems of the Indonesian Seas to the Right Data Sets and Models ITB, Bandung Indonesia [http://www.fitb.itb.ac.id/cospar/]. 18 Industrial Engineering Competition (IECOM), Auditorium Campus Center Timur ITB [iecomitb.com]. 18 Dies Emas HMTM, Galeri 1 dan 2 Campus Center Timur ITB. 20 - 24 Asia Pacific Advanced Network 37th Meeting (APAN37), Savoy Homan Bidakara Hotel, Jalan Asia Afrika No.112 Bandung [http://apan.itb.ac.id]. 12, 25 OKTAN (Olimpiade Kimia Tingkat Nasional), Galeri, Auditorium Campus Center Timur ITB dan 19 kota di 5 pulau [http://oktanitb.weebly.com/]. 25 Temu Alumni Fakultas Teknologi Pertambangan dan Perminyakan (FTTM), Aula Barat ITB. 30 – 31 Festival Kuliner MUSI ITB, Lapangan Campus Center Timur ITB.
13-23
Februari 9th Indonesian Student Mining Competition (ISMC) & 1st South East Asian Student Mining Competition (SEASMC), Aula Barat ITB [ismc9seasmc1.com]. 13 Workshop Penentuan Faktor Emisi Gas Rumah Kaca dari Limbah Cair, Galeri Campus Center Timur ITB. 14-15 MCF - MMC 2014 (Mathematical Challenge Festival - Mathematics Modeling Competition 2014), Lapangan Campus Center Timur ITB [http://www.math.itb.ac.id/mcf-mmc/]. 22 Seminar Aku Masuk ITB, Galeri Campus Center Timur ITB. 23 Ganesha Film Festival, LFM ITB, Aula Timur ITB. 24 LK ITB : Workshop Kemahasiswaan, Aula Barat ITB. 27 – 28 Kongres Rakernas Ikatan Alumni (IA) ITB, Aula Barat ITB. 8 – 9
Maret 2 3 – 6 7–8 9 – 13 24 – 27
Dies Natalis ITB, Aula Barat ITB. 3rd ITB Geothermal Workshop & Exhibition, Campus Center Timur ITB. Musyawarah Nasional II IOM ITB, Aula Timur ITB. Paradigma 2014, FSRD Aula Timur ITB. Workshop : Towards sustainable building and infrastructure in Indonesia, SAPPK ITB, [http://sappk.itb.ac.id/].
April 5 26
Wisuda Gelombang II ITB Tahun Akademik 2013/2014, Sasana Budaya Ganesha. GEOPOINT 2014, Ikatan Mahasiswa Geodesi, Lapangan Campus Center Barat ITB.
desember 2013
39
SNAPSHOT
Observatorium Bosscha
40
desember 2013