4 minute read
Gubernur Khofifah Promosikan
from Jatim Pos Edisi 486
by Jatim Pos
Hewan Kurban Jatim
» Sehat, Ketersediaan Surplus
Advertisement
GUBERNUR Jawa
Timur Khofifah Indar Parawansa memastikan kebutuhan kurban masyarakat Jawa Timur menjelang Idul Adha 1444 Hijriah terpenuhi. Gubernur yang akrab disapa Khofifah itu mengatakan, proyeksi kebutuhan sapi kurban di Jawa Timur mencapai 56.851 ekor sementara ketersediaan 1.003.700 ekor. Sedangkan, kebutuhan kambing diperkirakan sebesar 211.951 ekor, sementara ketersediaan 727.600 ekor. Adapun kebutuhan Domba sekitar 35.291 ekor sementara ketersediaan 277.000 ekor dan kerbau diperkirakan kebutuhan 13 ekor sementara ke terseduaan 4.250 ekor.
“Dengan perkiraan kebutuhan itu, Insya Allah ketersediaan hewan kurban di Jatim dalam keadaan yang cukup bahkan surplus. Oleh karena itu saya mengajak bagi provinsi lain yang masih membutuhkan hewan kurban silahkan ke JawaTimur,” ujarnya saat meninjau salah satu peternakan, One Qolbu Farm, di Kab. Sidoarjo, Kamis (8/6).
Khofifah bahkan mempersilahkan provinsi lain untuk menyerap hewan kurban dari Jawa Timur. Mengingat, kebutuhan hewan kurban yang ada saat ini lebih dari cukup untuk masyarakat Jawa Timur.
“Insya Allah, masyarakat
Jawa Timur bisa mendapatkan hewan kurban dengan mudah dan sehat memenuhi syarat. Jadi kalau ada provinsi lain yang membutuhkan, silakan ke Jawa Timur,” ajak Khofifah.
Untuk sekarang ini, mantan Menteri Sosial itu ingin memastikan bahwa semua ternak dalam keadaan aman, sehat, dan memenuhi syarat sebagai hewan kurban. Tak hanya itu, semua pihak juga wajib bersiaga dan menjaga kondisi dari ternak agar dipastikan aman dan sehat.
“Kita ingin memastikan bahwa hewan kurban aman, sehat, baik, dan cukup. Aman itu tidak hanya bebas PMK, tetapi bahwa memenuhi syarat untuk dijadikan hewan kurban karena ada syarat seperti giginya sudah tanggal, cukup umur, dan sebagainya,” ungkapnya.
“Pada saatsaat seperti sekarang, tentu Dinas Peternakan Kabupaten/Kota dan Provinsi harus siaga dan meningkatkan kewaspadaan. Bahwa masingmasing hewan harus dilakukan pengecekan dan monitoring serta diberikan surat jalan yang diambil dari satu titik ke titik lain,” ucapnya.
Tak hanya itu, pencegahan Lumpy Skin Disease (LSD) lewat vaksinasi terus dilakukan. Hingga saat ini, Kementerian Pertanian sedang menyiapkan sekitar 200 ribu vaksin LSD untuk Jawa Timur.
Tak hanya perihal kondisi hewan kurban, Khofifah juga menyoroti pemotongan hewan. Yang mana, hal tersebut menjadi bagian penting dari persyaratan kurban Idul Adha.
“Nanti beberapa hari sebelum Idul Adha kita akan cek RPH halal. Setidaknya mereka sudah mendapatkan sertifikasi maupun pelatihan sebagai Juleha atau Juru Sembelih Halal. Kita sudah bertemu dengan 1.000 lebih Juleha Jatim yang mewakili mushola dan masjid,” tuturnya.
“Kita lakukan ini supaya semua pihak, baik yang membeli hewan kurban maupun yang mengonsumsi merasa aman dan yakin dengan halalnya. Kita doakan untuk para pemilik peternakan agar ternaknya sehat dan aman semua,” tutup Khofifah.
One Qolbu Farm sendiri memiliki luas kandang 1.300 m. Di dalamnya, terdapat populasi sapi dengan rincian jenis Limo 20 ekor, Brangus 9 ekor, PO 3 ekor, Cross 33 ekor, Madura 30 ekor, dan perah jantan 4 ekor. Dari keseluruhan populasi, bobot sapi terberat sekitar 900 kg dengan harga Rp 80.000.000. Selain sapi, Johan juga memiliki sekitar 120 ekor kambing dengan bobot terberat sekitar 100 kg. Sedangkan, dari 125 ekor domba miliknya, bobot terberat ada di sejitar 80100 kg. Sementara itu, Kepala Dinas Pangan dan Pertanian Kabupaten Sidoarjo Eni Rustianingsih mengatakan bahwa kebutuhan Sidoarjo berdasarkan perhitungan tahun lalu diperkirakan mencapai 7 ribu ekor sapi.
“Kami maksimal bisa menyiapkan 2 ribu sapi. Sampai saat ini sudah terkumpul 1.500 sedangkan mengambil dari kabupaten lain sudah ada sekitar 4.500. Kalau domba dan kambing, insya Allah kami sudah siap. Untuk domba ada 39.000 ekor sedangkan kambing 35.000 ekor,” terangnya. (rls)
Dukung Satgas Gerakan Keluarga Maslahat NU
» Gubernur Khofifah ; Penguat Ketahanan Keluarga dan Nasional
GUBERNUR Jawa Timur Khofifah In dar Parawansa mendukung penuh hadirnya Satuan Tugas
Gerakan Keluarga Maslahat
Nahdlatul Ulama (GKMNU).
Menurutnya, satgas ini akan menjadi bagian penting dari upaya membangun ketahanan keluarga yang akhirnya menjadi penguat ketahanan nasional.
“Permasalahan keluarga ini tidak sesederhana yang dibayangkan. Jika ketaha nan keluarga terjaga maka akan menjadi basis ketahanan nasional. Dengan hadir nya Satgas GKMNU yang dibentuk hingga tingkat ranting (desa/kelurahan) akan mampu menjadi bagian yang dapat mengembalikan harkat dan martabat kemanusiaan dari mulai seorang anak dila hirkan sampai dengan saat kematian,” kata Khofifah saat menghadiri Kegiatan ‘Peli batan Masyarakat Program
Ketahanan Keluarga Wilayah
Jatim’ kerjasama Kemenag dan PBNU di Hotel Fairfield Surabaya, Rabu (7/6).
Khofifah mengatakan, saat ini definisi keluarga menurut PBB dan nasional masih terdiri dari lakilaki dan perempuan dalam satu ikatan perkawinan yang sah. Sehingga ini bagian dari membangun peradaban agar seorang anak menjadi jelas keturunannya, nasabnya dan seterusnya.
“Tetapi bahwa hari ini dan yang akan datang persoalan Family resilience atau ketahanan keluarga bukan persoalan sederhana. Baik terkait definisi keluarga dalam undangundang maupun dalam sebuah ikatan perkawinan yang sah,” katanya.
“Desain besar membangun ketahanan keluarga dan membangun keluarga maslahah mungkin kita perlu ambil posisi yang paling mendasar, yak ni definisi keluarga menurut PBNU. Untuk itu, ada baiknya kita cocokkan dengan data BPS supaya secara scientific semua terukur,” lanjutnya.
Khofifah menambahkan, membangun kerjasama dengan pemerintah daerah menjadi sangat penting. Hal ini karena family resilience atau ketahanan keluarga ini kemudian menjadi ikhtiar bersamasama dari seluruh stakeholder.
“Desain besar program ini memang sudah ada arah ke sana sampai dengan nanti ke depannya seperti apa ekonomi, pendidikan, cinta tanah air, nilai kebangsaan, dan seterusnya,” katanya.
Sementara itu, Ketua PBNU Alissa Qotrunnada atau Alysa Wahid mengatakan, bahwa GKMNU ini merupakan upaya menghadirkan NU sampai kepada keluarga. Isu keluarga adalah isu yang strategis dan sentral sehingga GKMNU menjadi ruang pengorganisa sian khidmah untuk jamaah.
“Kita butuh Satuan Tugas (Satgas) dimana kita ingin berlari kencang untuk membangun kegotongroyongan. Satgas ini akan menjadi pelumas atau oli yang akan mempercepat jalannya organisasi,” tegasnya.
Satgas ini memiliki tugas dan fungsi dalam mendampingi dan mengakselerasi setiap isue strategis yang ada, dibawah komando Satgasnas dari PBNU.
Terdapat enam dimensi Program GKMNU diantaranya Relasi
Maslahat, Kelaluarga Sejahtera, Keluarga Sehat, Keluarga Terdidik, Keluarga Moderat dan Keluarga Cinta Alam. Banyak program yang bisa dijalankan
“Relasi Maslahat dicontohkan sebagai akhlak nahdliyin, relasi makruf dan pengasuhan yang baik sama halnya dengan keluarga sehat memberikan langkah agar warga NU Tidak Stunting, PHBS dan tidak kawin anak,” jelasnya.
Alysa menegaskan, bahwa Satgasnas ini akan dimulai di Jatim, Jateng, DIY, di 78 kabu paten/kota dengan 1.231 kecamatan. Khusus di Jawa Timur direncanakan akan dibentuk 45 cabang, 657 mwc dan 8.501 desa dan kelurahan.
“Rencana jangka pendek JuniAgustus 2023 akan melakukan konsolidasi wilayah dan pembentukan satgas, pematangan kemitraan, penyiapan instrumen pelaksanaan program hingga peningkatan kapasitas kader NU untuk kegiatan kegiatan kerjasama,” tutupnya. (rls)
WAKIL Gubernur Jawa Timur
Emil Elestianto Dardak mengajak masyarakat untuk membangun komunitaskomunitas yang mengapresiasi kesenian. Dengan semakin banyaknya komunitas yang mengapresiasi seni, maka masyakarat akan semakin bisa berkarya.
“Kata kuncinya bagaimana membangun komunitas yang mengapresiasi seni, sehingga itu menjadi katalis orang semakin berkarya, jadi karya adalah satu ekosistem dengan apresiasi,” ungkapnya saat mengunjungi pameran tunggal lukisan Goenawan Mohamad di Orasis Art Space Jl. Bukit Golf Citraland No. B225 Sambikerep Surabaya, Sabtu (3/6) sore.
Menurutnya, dalam membangun komunitaskomunitas tersebut haruslah sinergi antara berbagai elemen, baik pemerintah maupun swasta dan masyarakat, sehingga kelestarian kesenian yang hakiki terus terjaga dan berkembang sesuai dengan perkembangan zaman.
“Mengembangkan seni