CAK Mei 2012

Page 1

B

eberapa waktu yang lalu, media kembali ramai oleh kontroversi gagasan “Kesetaraan Gender”. Gagasan ini mencuat kembali setelah adanya wacana pembahasan Rancangan Undang-Undang Kesetaraan dan Keadilan Gender (RUU KKG) di DPR RI. Rancangan undang-undang yang mewacanakan tentang kesamaan hak antara laki-laki dan perempuan ini sebenarnya bukan hal yang asing lagi. Sudah sejak lama para aktivis kesetaraan gender atau biasa kita sebut dengan para feminis seringkali menyuarakan akan hal ini. Dan kebanyakan gerakan kesetaraan gender tersebut mereka bawa dari Barat yang pada kenyataannya banyak mengesampingkan batasan-batasan, khususnya batasan agama. Hal inilah yang mungkin sampai saat ini banyak menuai berbagai kecaman dan aksi penolakan, terutama oleh umat muslim. Sebenarnya ada apa dibalik wacana RUU ini? Hal apa dalam RUU kesetaraan gender yang telah membuat banyak umat Islam geram? Dan motif apa saja yang membuat para pengusung (baca: kaum feminis) keukeuh untuk melegalisasikan RUU ini meski hanya sebatas wacana? Lantas aspek apa saja yang akan dipengaruhi dengan diberlakukannya isu kesetaraan gender ini? Berbicara tentang kesetaraan akan sama halnya dengan usaha mendefinisikan sebuah keadilan. Mendefinisikan apa itu keadilan sebenarnya adalah hal yang mudah, tergantung bagaimana kita memposisikan diri kita saat ini. Sewaktu kita kecil mungkin dalam benak kanakkanak kita saat itu, keadilan adalah suatu keharusan untuk mendapatkan sesuatu dengan jumlah dan porsi yang sama. Seorang kanak-kanak tidak akan pernah berfikir apakah bagian yang diterimanya itu proporsional, bagi mereka keadilan hanya terletak pada penerimaan jumlah yang sama. Itulah sebabnya tidak ada alasan bagi Islam untuk menyamakan

FATAMORGANA KEADILAN DALAM RUU KESETARAAN GENDER

hak laki dan wanita secara mutlak. Karenanya dalam Islam meletakkan sesuatu pada tempatnya adalah suatu konsep tentang keadilan. Islam justru meneguhkan hubungan laki dan wanita dengan merujuk pada watak dasar biologis dan implikasi sosialnya. Berlawanan dengan pemikiran kaum feminis. Kita lihat saja salah satu isi dari ayat yang terdapat pada RUU Kesetaraan Gender berikut ini: “Kesetaraan Gender adalah kesamaan kondisi dan posisi bagi perempuan dan laki-laki untuk mendapatkan kesempatan mengakses, berpartisipasi, mengontrol, dan memperoleh manfaat pembangunan di semua bidang kehidupan.” (pasal 1:2). Yang terpikir saat membaca kalimat ini mungkin adalah dengan dilegalkannya RUU kesetaraan gender akan semakin memperbesar peluang kesejahteraan wanita. Mengingat dalam ayat di atas secara jelas mengatakan bahawa “harus” ada kesamaan pada laki-laki dan perempuan pada bidang apapun itu. Banarkah demikian? My body, my choice, my

p l e a s u re . S e p e r t i y a n g s e r i n g disuarakan oleh kaum feminis, pada dasarnya adalah suatu upaya memperjuangkan hak perempuan untuk memiliki dan mengelola tubuhnya sendiri tanpa intervensi dari hal-hal lain termasuk di dalamnya adalah aturan agama. Padahal kalau kita cermati lagi, untuk dampak kedepannya regulasi semacam ini justru akan menimbulkan berbagai macam masalah baik di lingkup kecil keluarga maupun masyarakat secara umum. Hal pertama yang timbul dengan diberikannya kekuatan hukum Bersambung ke hal. 11

Awal abad ke-8, buku dibuat dari kertas perkamen dan lontar. Kaum muslim mendapatkan seni membuat kertas dari orang Cina, kemudian mereka memproduksinya. Bahasa arab untuk kertas adalah rismah, dari kata ini muncullah ream dalam bahasa Inggris.


SALAM REDAKSI

A

da yang spesial di CAK edisi kali ini. Khusus mengupas mengenai pemikiran Islam kontemporer yang mulai menyeruak di Indonesia. Mulai dari isu terhangat mengenai kesetaraan gender dengan lamunannya hingga pengupasan baju asli dari liberalisme, sekulerisme, dan pluralisme, walau hanya berupa mukaddimahnya. Harapannya, tulisan ini bisa menginspirasi khasanah para pembaca, khususnya mahasiswa ITS. Segala puji bagi Alloh, atas rahmat-Nya CAK bisa kembali hadir. Nantikan edisi CAK yang berikutnya.

INFORMASI Kolom Konsultasi Sahabat ingin bertanya dan melakukan konsultasi? Kami menyediakan kolom konsultasi. Pertanyaan apapun berhubungan dengan Islam kami tampung. Baik tentang akidah, fiqih, iptek, media, munakahat (nikah), hubungan laki-laki dan perempuan, sosial, dll. Bukankah Islam itu luas? SO, bagi sahabat yang ingin melakukan konsultasi, kirim aja pertanyaan ke (0857-3258-2500) dengan format Nama_Jurusan_email_Pertanyaan atau hal yang ingin didiskusikan atau email (catatanarekkampusits@gmail.com ) dengan subjek Nama_Jurusan_No Hp Dari Pembaca Sahabat sekalian ingin memberikan komentar, kritik, saran, request tulisan, atau ingin menyumbangkan tulisan di CAK ini? Kirim saja ke email kami (catatanarekkampusits@gmail.com). Dan kunjungi juga blog kami di www.catatanarekkampus.wordpress.com

ISLAM-ISLAM BERLABEL

S

ebelum menulis di CAK 4 ini, ada baiknya untuk menyempatkan diri ke toko buku untuk mencari bahan bacaan. Ketika melewati bagian buku Islam, ada yang menarik di sana. Sederet buku berjudul Islam tapi penuh warna. Ada buku Islam Feminis, Islam Liberalis, Islam Sosialis, Islam Toleran, dan Islam-Islam yang lainnya. Entahlah, berapa banyak sebenarnya label-label yang menempel di belakang agama kita ini. Akhir-akhir ini orang begitu mudah memberi label di belakang agama Islam. Apakah Islam kurang lengkap hingga untuk menjadi sempurna diperlukan label-label tertentu? Adakah Islam mengekang setiap pemikiran hingga untuk sempurna dia harus dilabeli dengan Islam Liberal? Adakah Islam mengekang perempuan hingga untuk sempurna dia harus dilabeli dengan Islam Feminis? Adakah Islam tidak peduli dengan nasib dhu'afa hingga untuk sempurna dia harus dilabeli dengan Islam Sosialis? Adakah Islam tidak menjunjung tinggi toleransi hingga untuk sempurna dia harus dilabeli dengan Islam Toleran? Islam memang tidak mengizinkan ummatnya mengkritisi Al qur'an. Tapi apakah hanya karena itu Islam dianggap mengekang kebebasan berpikir? Jika ada seorang dokter melarang pasiennya memakan gula karena sang pasien terkena diabetes, apakah sang dokter juga dianggap mengekang kebebasan untuk makan? Allah menurunkan Al Qur'an untuk mengatur kehidupan. Jika kepada dokter saja percaya, mengapa kepada Allah masih harus bersikap kritis? Islam memang melarang perempuan brepergian sendirian, Islam memang memberi hak waris yang lebih banyak kepada laki-laki. Tapi apakah hanya karena itu Islam dituduh tidak adil kepada perempuan? Kita juga mesti ingat bahwa laki-laki dibebani dengan kewajiban mencari nafkah sementara perempuan tidak. Kita juga mesti ingat bahwa kewajiban berbakti kepada ibu kadarnya tiga kali dibandingkan kepada ayah. Karena fitrahnya lakilaki dan perempuan memang berbeda, dari segi biologis, dari segi psikologis. Maka pengaturan dari Allah semestinya membuat manusia sadar bahwa perbedaan itu menciptakan relasi yang saling melengkapi, bukan untuk saling mengungguli. Islam memang melarang pengucapan selamat hari raya kepada agama lain. Tapi apakah hanya karena itu Islam dianggap tidak toleran? Cobalah baca kisah Masjid Umar. Masjid yang terletak dipersimpangan sinagog dan gereja di zaman khalifah Umar bin Khattab. Ketiga tempat ibadah itu berdampingan, dan semua beribadah dengan tenang berdasarkan keyakinannya di bawah jaminan keamanan dari khalifah. Islam menjunjung tinggi toleransi dengan bingkai Al Qur'an dan sunnah. Toleransi tak mengorbankan aqidah. Lakum dinukum wa liyadin. Bagimu agamamu dan bagiku agamaku. Islam memang tidak mengenal asas sama rasa sama rata. Karena adil tak selalu berarti sama di segala hal. Kesenjangan sosial bukan tercipta karena perbedaan jumlah harta antara si kaya dan si miskin. Ia ada karena si kaya yang kikir dan serakah hingga si miskin sakit hati karena terkena imbasnya. Karenanya, kesenjangan sosial tak bisa dihapus dengan asas sama rata sama rasa. Ia hanya bisa dihapuskan dengan peduli dan berbagi, dengan sedekah dan berzakat. Seperti kata Rasulullah, bersedekahlah sebab sedekah itu melembutkan hati dan mengurangi derita orang miskin. Islam sudah sempurna tanpa label apapun. Islam menjunjung tinggi kebebasan berfikir, Islam menghormati perempuan, Islam peduli dengan nasib dhuafa, Islam menjunjung tinggi toleransi. Hanya saja, Islam membingkai semuanya dengan Al Qur'an dan As Sunnah. Bukan dalam bingkai HAM. Sebab Allah Maha Mengetahui segala sesuatu dan manusia tidak.

CATATAN AREK KAMPUS JMMI ITS. Penerbit: Media JMMI Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Pelindung: Allah SWT, Rektor ITS, Ketua TPK Islam. Penanggung jawab: Ikhsan Nugraha. Pemimpin Redaksi: Lenzy Andre Famela. Wakil Pemimpin Redaksi: Arinda Nur Lathifah. Editor: Faishal Mufied Al-Anshary, Halimatus Sa'dyah, Nanda Iriawan Ramadhan, Siti Musabikha. Reporter: Hanny Adiati, Churnia Sari, Diana Aqidatun Nisa, Adhika Ilham, Fatah Nurdin Hamsyah. Desain dan Layout: Fathul Ali. Percetakan dan Sirkulasi: Muhammad Salman Al Farisyi. Marketing dan Iklan: Dian Anteri. Kontributor: Ririn Uktarini, Putika Ashfar.


I

ngatan sejarah kita mungkin hanya terbersit nama-nama besar seperti Tjut Nyak Dien, Kartini, Dewi sartika. Padahal, jika mau menggali isi Nusantara lebih dalam lagi. Ihwal tokohtokoh besar yang lahir di pangkuan ibu pertiwi, tentu akan menemukan banyak mutiara-mutiara yang belum terjamah media. Kini, setelah tiga puluh tahun lebih usai kematiannya, kiranya harus ada yang menghidupkannya lagi. Memunulkannya ke permukaan khalayak untuk dikenal, dikenang, hingga menjadi tauladan. Rohana Kudus, Ia tidak nampak dalam alur sejarah nasional. Kiprah besarnya tersembunyi di antara gema ratusan tokoh inspiratif ibu pertiwi. Wanita ini lahirkan pada tanggal 20 Desember 1884. Ia menikah dengan Abdul Kudus, lantas setelah itu ia lebih dikenal dengan nama Rohana Kudus. Ia memiliki hubungan darah dengan H. Agus Salim, sepupunya. Orang besar lain yang punya pertalian dengan Rohana adalah Soetan Sjahrir, seorang perdana menteri pertama Indonesia pada masa itu. Namun pertalian darah tak akan berarti tanpa ada torehan tersendiri yang dicetaknya sebagai Rohana. Jadi, siapa gerangan sosok Rohana Kudus? Selama hidup hampir 88 tahun, Rohana dikenal sebagai pendobrak sistem adat dalam masyarakatnya. Perjuangannya Seperti halnya Kartini, dia berperan besar sebagai perintis pendidikan bagi kaumnya di tanah minang. Sekolah Kerajinan Amai Setia, yang didirikannya pada tanggal 11 Februari 1911. Di sekolah ini ia mengajarkan banyak hal seperti, membaca, menulis, keterampilan mengelola keuangan, budi pekerti, pendidikan agama, bahasa Belanda, sampai keterampilan menjahit, menyulam, membordir, dan merenda. Ia menerbitkan surat kabar perempuan pertama di Indonesia pada tanggal 10 Juli 1912, yang diberi nama ”Sunting Melayu”. Ia berperan sekaligus sebagai pemimpin redaksi, sementara redaktur dan penulisnya, semua adalah perempuan. Surat kabar ini membahas hal-ihwal masalah wanita, politik dan kriminal yang terjadi di ranah Minang.

Dunia politik bagi Rohana bukan sesuatu yang tabu. Selama bersama Sjahrir, ia kerap kali berdiskusi tentang tema-tema politik bersama saudara tirinya itu. Kiprahnya di dunia jurnalistik tidak berhenti sampai disitu. Ia juga sempat merantau ke Lubuk Pakam dan Medan. Di sana ia mengajar dan memimpin surat kabar ”Perempuan Bergerak”. Kembali ke Padang, ia menjadi redaktur surat kabar ”Radio”, yang diterbitkan Tionghoa-Melayu di Padang dan surat kabar ”Cahaya Sumatera”. Jiwa jurnalistik seorang Rohana yang tertuang dalam entitas tulisan, ia gunakan untuk membantu pergerakan politik. Tulisannya dikenal mampu membakar semangat juang pemuda pejuang saat Belanda meningkatkan tekanan dan serangannya terhadap kaum pribumi. Selama konfrontasi dengan Belanda, ia menjadi pelopor berdirinya dapur umum dan badan sosial untuk membantu para gerilyawan. Interaksinya di dunia pendidikan dan jurnalistik membentuk sosok intelektual Rohana secara alami. Ia yang mencetuskan ide bernas dalam penyelundupan senjata dari Koto Gadang ke Bukit Tinggi melalui Ngarai S i a n o k d e n g a n c a r a menyembunyikannya dalam sayuran dan buah-buahan yang kemudian dibawa ke Payakumbuh dengan kereta api.

Dialah wartawan wanita pertama Indonesia. Hampir 13 tahun kemudian, pada Hari Pers Nasional ke-3, Menteri P e n e r a n g a n H a r m o k o menganugerahinya penghargaan sebagai ”Perintis Pers Indonesia”. Satu hal yang menarik dari Rohana, meski ia gencar dengan gerakannya memajukan kaum wanita dengan pendidikan, serta kiprahnya di dunia jurnalistik, ia tetap memegang teguh peran sesungguhnya yang harus dijalankan seorang wanita. Baginya, perempuan dan laki-laki punya peran masing-masing yang sama-sama memiliki nilai kepahlawanan. Dari salah satu sumber buku biografi Rohana, ia mengatakan, “Perputaran zaman tidak akan pernah membuat perempuan menyamai lakilaki. Perempuan tetaplah perempuan dengan segala kemampuan dan kewajibannya. Yang harus berubah adalah perempuan harus mendapat pendidikan dan perlakuan yang lebih baik. Perempuan harus sehat jasmani dan rohani, berakhlak dan berbudi pekerti luhur, taat beribadah, yang kesemuanya hanya akan terpenuhi dengan mempunyai ilmu pengetahuan.” Tidak banyak sumber-sumber literasi yang mengungkap sisi kehidupan seorang Rohana. Ia hanya segenggam mutiara misterius diantara sekarung mutiara lain. namun sekali lagi, pahlawan tidak butuh menjadi terkenal, justru generasi kita yang punya kebutuhan untuk menggali sosok pahlawan lain yang bisa dijadikan diambil ikhtisar hidupnya sebagai salah satu tauladan. Catatan Arinda Nur Lathifah Referensi: Redaksi Jogja Bangkit (2010). 100 Great Women: Suara Perempuan Yang Menginspirasi Dunia. Jogja Bangkit Publisher. Tobing, K.M.L(2009). Sutan Sjahrir : Peran Besar Bung Kecil. Tempo : Jakarta.


BERISLAM, TAPI TIDAK PASRAH

M

ereka adalah penyuara kebebasan yang mempunyai kegemaran mengusik aturan-aturan Islam. Menyuarakan hal-hal yang berbeda dengan Al Qur'an tapi mengatakan hal itu bersumber dari Islam. Mereka mengatakan semua agama benar sementara dalam Al Qur'an disebutkan dengan jelas bahwa agama yang diakui oleh Allah hanya Islam. Mereka menghalalkan gay dan lesbian dengan dasar hak asasi manusia sementara dalam Al Qur'an jelas disebutkan bahwa Allah menghukum umat nabi Luth AS yang berkelakuan serupa. Para penyuara kebebasan ini dengan seenaknya memelintir ayat-ayat Al Qur'an. Membuang sebagian. Memaknai sebagian. Menganggap pihak yang memegang teguh Al Qur'an sebagai fundamentalis otoriter yang tidak mau open-minded. Mereka mengkritik hukum Islam dengan dasar kebebasan berpikir tapi anehnya mereka tidak mau pendapatnya dikritik atas dasar yang sama. Bila memang benar bahwa semua agama itu 'benar', mengapa mereka masih berislam? Dan jika hak asasi manusia 'versi manusia' lebih layak dijadikan landasan, mengapa mereka tidak membuat agama baru yang lebih sesuai dengan selera mereka? Anehnya, tak ada satupun dari para liberalis ini yang berani bersuara, “Saya tidak puas

dengan Islam ingin mencoba agama baru. Toh di mata Tuhan akan sama.” Tak ada satupun yang berani bersuara lantang seperti itu. Jika mau meraba hati, para penyuara kebebasan ini semestinya bisa menyadari kekeliruannya. Para penyuara kebebasan ini bukan orang awam masalah agama. Mereka semestinya tahu nash-nash Al Qur'an. Mereka semestinya tahu hadis. Mereka semestinya faham bagaimana metodologi tafsir yang benar. Mereka tahu itu. Namun, tak bisa dipungkiri bahwa jiwa manusia seringkali memiliki sebentuk 'kenakalan' tersendiri yang membuatnya enggan d i a t u r- a t u r. D e n g a n d e m i k i a n , 'pembangkangan' kadang bisa diidentikkan dengan 'kebebasan' oleh akal yang benar-benar nakal. Manusia yang kendali dirinya sudah dikuasai oleh 'kenakalan' semacam ini akan melibas segala aturan untuk sebabsebab yang bahkan ia sendiri tidak memahaminya. Akan tetapi, selalu ada kompromi bagi mereka yang berusaha mencari pembenaran. Kata yang indah seindah “kompromi” pun akhirnya diramu sesuai selera pribadi, seolaholah pembenaran itu tampak seperti kebenaran. Pada titik seperti ini, yang dianggap kebenaran bukan lagi apa-apa yang berasal dari Allah melainkan apa-

apa yang sesuai dengan hak asasi manusia yang didefinisikan manusia itu sendiri. Pada titik ini pulalah, agama bergeser dari makna awalnya yang berarti “aturan hidup bagi mereka yang tunduk pada perintah Tuhan” menjadi “aturan hidup yang bisa ditundukkan atas perintah selera dan (mudahmudahan saja) Tuhan merestuinya”. Setan tidak tolol sehingga ia tidak pernah berseru bahwa shalat itu tidak wajib, zakat itu sia-sia, atau haji itu tidak penting. Yang dilakukannya adalah menggeser arah hidup manusia sedikit saja, kemudian membiarkan waktu menyelesaikan pekerjaannya. Jika suatu kendaraan yang tadinya bergerak ke arah utara dengan kecepatan 1 km/jam disenggol sedikit saja sehingga menyimpang satu derajat ke arah timur, maka dalam waktu 60 jam, ia akan berada pada jarak 10,4587 km dari tempat seharusnya ia berada. Masih lumayan jika tempatnya berada kini masih pada jalur aman atau masih di jalan tol yang bebas hambatan. Bagaimana kalau ia sudah terlanjur terperosok ke dalam jurang? Sedikit demi sedikit, bermunculanlah pembenaran dari dalam hati, dan akal pun tunduk pada selera pribadi. Maka agama yang tadinya mengatur manusia berubah kedudukan menjadi hamba yang diatur-atur. Tidak apa-apa shalat agak telat, yang penting masih shalat. Tidak mengapa tidur melulu saat shaum, yang penting masih shaum. Tidak masalah kikir bersedekah, yang penting zakat yang wajib tetap ditunaikan. Belum lama ini ada seseorang yang mengaku rajin mengikuti kajiankajian keagamaan Jalaluddin Rakhmat melontarkan sebuah pernyataan yang mengundang tanda tanya bagi siapa pun yang pernah belajar pendidikan agama Islam di SD. Menurutnya, Stephen R. Covey sudah membaca Al-Qur'an hingga khatam, dan karenanya ia bisa dianggap beriman. Menurutnya pula, Michael H. Hart yang dalam bukunya menempatkan Muhammad saw. sebagai manusia paling berpengaruh di dunia itu


juga bisa dikategorikan sudah beriman pada Rasulullah saw. Kedengaran indah dan bernada toleransi, namun sungguh mengenaskan. Kalau cuma membaca Al-Qur'an sampai tamat, hal itu sudah pernah dilakukan oleh Snouck Hugronje yang memecah-belah umat Islam di Indonesia dan Arthur Jeffries yang berhasrat membuat Al-Qur'an edisi kritis'. Apakah mereka beriman? Hanya Allah yang tahu isi hati manusia, namun hasil perbuatannya tidak menunjukkan demikian. Kalau hanya mengakui kehebatan Muhammad saw., Abu Jahal pun sudah pernah memproklamirkannya di hadapan seorang raja dahulu kala. Tidak ada yang sanggup memungkiri keindahan akhlaq beliau, kecuali mereka yang cukup tidak tahu malu untuk berbohong di hadapan sejarah. Siapa pun yang jujur akan mengakui keunggulan beliau. Apakah Abu Jahal ketika memuji Rasulullah saw itu sudah bisa disebut beriman? Pengertian islam dan iman sudah dipahami dengan baik oleh anak SD mana pun yang sempat mengecap pendidikan agama Islam. Islam artinya berserah. Berserah kepada aturan Allah dan mentaati secara keseluruhan. Sebab taqwa artinya mematuhi perintah dan menjauhi larangan. Tak ada opsi untuk memilih menjalani perintah saja dengan mengabaikan larangan atau menjauhi larangan saja dengan mengabaikan perintah. Begitu pula dengan iman. Iman adalah sesuatu yang dibenarkan oleh hati dan lidah, kemudian diwujudkan dalam perbuatan. Iman bukan sekedar percaya atau kagum, apalagi sekedar pernah membaca Kitab Suci. Ini adalah sebuah korupsi besar-besaran dalam memahami agama, dan sebuah langkah nyata dari pembelokan ajaran agama Islam. Sedikit demi sedikit, selangkah demi selangkah, mereka menyimpangkan kita dari jalan yang lurus. Jika kini kita sudah merasa nyaman menyimpang sedikit, maka esok hari kita akan menyimpang lebih jauh lagi, dan demikian seterusnya. Berawal dari ucapan “agama itu jangan terlalu kaku,” hingga akhirnya lidah tidak sadar berucap “agama harus tahu diri dan tidak seenaknya!” Wallahu a'lam wal musta'an Catatan Halimatus Sa'dyah

Bulan Juli Dua Ribu Lima Majelis Ulama Indonesia berfatwa Liberalisme bertentangan dengan agama Haram umat Islam menganutnya Langit Opini heboh “MUI tolol, MUI bodoh!” pekik seorang tokoh. “MUI harus dijerat pasal provokator!” teriak seorang professor. “MUI harus dibubarkan!” saut seorang agitator. MUI menjadi bulan-bulanan Dianggap melawan titah sang tuan Penyebar liberalisme yang menyilaukan Manusia haus pujian dan mata duitan. Umat Islam Indonesia yang dua ratus juta Menjadi target utama mereka Apalagi kyai dan santri-santrinya Digoda ilusi kebebasan dan kemilau harta. Pluralisme agama menggerus keyakinan utama Mengajak manusia menyamakan agama Tanpa beda Allah dan berhala Sama saja shalat dan bertapa. Liberalisme membebaskan manusia Dari kungkungan ajaran agama Menyamakan nikah dan zina Menyokong lesbi mencerca nikah siri. Dulu, penjajah merampok politik dan ekonomi Kini, ditambah lagi pikiran dan hati Dipaksa menjadi kafir sejati Lepas dari ajaran tauhid para nabi. Semoga para kyai dan santri berilmu tinggi Sadar akan bujuk rayu setan, musuh para nabi Kata-kata menawan menipu hamba Ilahi Mengejar popularitas dan kebebasan yang meracuni. (Adian Husaini, 2011, Novel Kemi: Cinta Kebebasan yang Tersesat)

Lima ratus tahun sebelum Galileo, Al-Battani seorang Astronom terbesar Islam telah membahas bahwa rotasi bumi berputar pada porosnya, dan Ia telah mengukur lingkaran bumi. Serta Al-Battani telah mengukur jarak matahari sehingga hanya selisih 24 detik dari angka yang diakui dewasa ini.


R

amadhan mungkin masih kurang beberapa bulan lagi. Namun semangat menyambut datangnya bulan suci ini sudah mulai terasa di lingkup kampus ITS. Dalam rangka menyambut Ramadhan, panitia Ramadhan di kampus (RDK) 1433 H mulai meniup peluit akan datangnya bulan Ramadhan melalui kompetisi Logo RDK untuk seluruh civitas akademik di ITS. Dalam tempo dua minggu dari awal publikasi, kompetisi ini diikuti tak kurang dari 77 peserta dan terkumpul 83 desain logo. Setelah melalui proses penilaian yang cukup ketat, terpilihlah logo RDK 33 yang beberapa waktu yang lalu diumumkan

pada Tabligh Akbar FM (Festival Muslim) ITS pada 31 Maret 2012. Branding RDK 33 yang dimulai dengan ditetapkannya logo RDK 33 diikuti pula dengan Open Recruitment OC RDK 33 yang sudah dibuka sejak 23 April lalu. OC RDK inilah yang nantinya akan menjadi panitia Ramadhan di Kampus sekaligus sebagai penggerak untuk seluruh Civitas Akademik ITS agar mengikuti sekaligus menikmati serangkaian acara pada bulan

Ramadhan nanti. Suatu awal yang bagus untuk memulai kegiatan besar di lingkup kampus ITS. Tidak hanya untuk panitia dan crew dari RDK 33 saja, akan tetapi harapannya semangat menyambut Ramadhan ini juga bisa dirasakan oleh seluruh civitas akademik termasuk juga warga sekitar kampus I T S . Ay o b e r s i a p m e n y a m b u t Ramadhan ! [Hanny]

Astronomi segera muncul sebagai sains yang paling utama dan paling sempurna setelah agama. Agama menghiasi akal dan mengasah kecerdasan serta membuat manusia sadar akan keesaan Tuhan. ( Al-Battani mengemukakan hal ini dalam Al-Zij (Risalah Astronomi)).


Munculnya gagasan islam liberal dalam dunia pemikiran Islam di Indonesia akhir-akhir ini telah cukup banyak menuai kontroversi. Ini karena pemikiran dan gagasan yang diusung islam liberal sangat bertentangan dengan prinsip akidah dan syariat Islam. Ia menyebar dan menjalar ke setiap lini kehidupan masyarakat muslim bahkan di berbagai perguruan tinggi, organisasi keagamaan, dan juga LSMLSM seiring dengan derasnya ekspansi neo-imperialisme Barat yang dibuat atas nama globalisasi dan perang melawan [1] terorisme . Dan semakin ramai sejak pemberitaan mengenai demo Indonesia Tanpa FPI (Front Pembela Islam) hingga kontra aksinya, yakni Indonesia Tanpa JIL (Jaringan Islam Liberal).

(B) : “ L i b e r a l i t u a r t i n y a membebaskan, bukan berarti semaunya sendiri, tapi 'membebaskan' dari kekolotan, kekakuan, kefanatikan, dan kesempitan berpikir.” (A) : “Tapi juga membebaskan dari Islam itu sendiri kan... Orang liberal mengatakan bahwa semua agama itu benar, semuanya jalan yang sah menuju Tuhan. Bagaimana bisa begitu? Jadi, tidak ada bedanya menjadi orang Islam dengan orang majusi. Malah ada yang bilang, yang penting berbuat baik sesama manusia, tidak peduli iman atau tidak. Ini kan pemikiran yang salah dalam akidah Islam.”

manusia. Agama diletakkan sejajar tanpa ada yang dipandang sebagai agama wahyu atau agama budaya. Teori ini mengandalkan agama-agama hanya berbeda pada level eksontrik (aspek luar seperti cara ibadah), tetapi akan bertemu pada level esoterik (aspek batin). Semua agama dianggap sama-sama sah menuju Tuhan, all paths lead to same summit. Kaum transendentalis biasanya memandang kecil semua bentuk perbedaan ibadah tiap agama, hanya soal teknis belaka. Padahal, jika orang yang mempunyai pemikiran seperti itu, maka sejatinya orang itu sudah tidak beragama karena ia menjadi netral agama. Ia melihat agama-agama dari luar agamanya sendiri, ini merupakan teologi abu-abu yang menempatkan dirinya di luar semua agama yang ada alias disebut pluralisme[2]. Logika netral agama juga dipakai para orientalis ketika melakukan studi agama karena mereka tidak mau percaya dan tidak mengimani satu ajaran agama, mereka berdiri pada posisi netral agama. Posisi ini sebenarnya bukanlah netral, tetapi posisi itu pun sebuah pilihan ideologi atau cara pandang tertentu yang keluar dari cara berpikir semua agama.

Contoh perdebatan antara penganut agama Islam (A) dengan Dari percakapan di atas menunjukkan penganut islam liberal (B): bahwa islam liberal di Indonesia sudah mencapai pemahaman pluralisme, (A) : “Istilah islam liberalnya saja sudah salah. Islam itu artinya bahwa menurut islam liberal, semua tunduk patuh kepada Allah. Jika agama itu sama atau paralel, semua ditambah 'liberal', maka menjadi menuju keselamatan, dan tidak boleh lain maknanya. Karena liberal memandang beda antar agama. Hanya artinya bebas tanpa hambatan. cara menyembah dan menyebut Tuhan Jadi, islam liberal itu artinya saja yang berbeda. Cara berpikir seperti Islam sak karepe dhewe ini menggunakan teori Transendent Islam berbeda dengan islam (semaunya sendiri). Mau halal, U n i t y o f R e l i g i o n ( K e s a t u a n liberal, layaknya sama dengan analogi, dibuat halal, mau haram, dibuat Transendensi Agama-Agama). Teori ini kata 'orang' ditambah kata 'hutan'. melihat agama sebagai hasil budaya haram.”


Jadinya 'orang hutan'. Apa 'orang hutan' sama dengan 'orang'? Seorang muslim, penganut agama Islam yang beriman, maka meyakini ajaran Islam adalah a g a m a y a n g b e n a r. I n i a d a l a h konsekuensi logis dari keimanan dan syahadat. Berikut beberapa tokoh islam liberal adalah Nurcholish Madjid, Charles Kurzman, Azyumardi Azra, Goenawan Mohammad, Said Agil Siraj, Rizal Mallarangeng, Ulil Abshar Abdalla, Luthfi Assyaukanie, Harun Nasution, dan Siti Musdah Mulia. Merekalah yang mengkampanyekan

program penyebaran gagasan keagamaan sekulerisme, pluralisme, dan liberalisme. Program itu mereka sebut "Jaringan Islam Liberal" (JIL) [3]. Paham yang dibawa oleh JIL memang sengaja disebarluaskan di tengah umat beragama dengan tujuan untuk mengubah keyakinan umat beragama. Paham ini tidak akan membawa suatu kedamaian. Setiap agama memiliki keyakinan masing-masing, yang perlu dihormati; bukan untuk dileburkan menjadi satu.

Sumber: [1]

Wildan Hasan. 2011, Kejanggalan Pemikiran Ulil Abshar Abdalla tentang Islam, voa-islam.com. [2]

Adian Husaini, 201, Novel Kemi: Cinta Kebebasan yang Tersesat, Gema Insani. [3]

Budi Handrianto, 2007, 50 tokoh jaringan islam liberal indonesia, hujjah press.

Catatan Siti Musabikha

“Nada-Nada yang Indah selalu terurai darimu Tangisan nakal dari bibirku tak kan jadi derita mu Tangan Halus dan suci Telah Mengangkat Tubuh Ini Jiwa raga dan seluruh hidup Rela dia berikan, …….Kata Mereka diriku selalu dimanja, …….Kata mereka diriku selalu ditimang,….” Terbesit satu pertanyaan klasik yang cukup menggelitik “ apakah kita telah memberikan kenyamanan layaknya kenyamanan yang ia berikan ketika kita masih bayi? Tak bisa terelakan Ia adalah satu-satunya orang yang akan terus melindungi, dimana yang lain memusuhi. Ia adalah orang pertama yang paling khawatir ketika sedikit saja kita merasakan ketidaknyamanan. Dengan sepenuh hati ia bekerja tidak memandang apapun yang menerka dan siapapun yang mencela demi nafas-nafas kita agar tetap berhembus sampai waktu yang ditentukan, dengan harapan kita bisa merasakan kedewasaan yang akhirnya membuat kita hidup dalam kenyamanan. Mencoba merenungkan, hari-hari yang penuh kasih sayang, dalam ayunan, dalam dekapan, dalam pangkuan serta dalam belaian kelembutan. Seorang ibu dengan segenap

tenaga yang tersedia senantiasa selalu berusaha memberikan yang terbaik yang bisa dikerjakannya. Perasaan peka, perasaan iba, perasaan lembut yang dimilikinya sengaja diciptakan Allah untuk meneduhkan kondisi dunia. Ia terlalu istimewa untuk tidak dihiraukan dan teramat sayang untuk tidak diperhatikan. Meskipun terkadang kasar dalam bertutur kata, seorang perempuan selalu mempunyai sisi kelembutan dalam dirinya. Meskipun lelah memikul amanah sebagai sebagai seorang pengkader sejati ia tetap bertahan. Meskipun pahit, mekipun asam, bahkan siksaan yang ia dapatkan, sedikitpun ia tak akan mengurangi porsi kasih sayang yang ia berikan. Ketika diperlukan, ia harus bisa bekerja, melayani sekaligus mengabdi. Dan ia adalah wanita yang dengan sempurna menjadi sesosok ibu dalam sebuah keluarga. Tidak bisa dipungkiri bahwa adanya seorang perempuan memberikan cukup banyak arti dalam kehidupan. Namun juga tak bisa begitu saja dikatakan bahwa perempuan adalah segala-galanya. Wanita terlalu lembut untuk dijadikan sebagai acuan namun terlalu indah untuk ditinggalkan. Kelebihan sifat dan hakekat wanita, peran dan juga fungsinya semua telah diatur dengan begitu indah oleh Sang Maha Pengatur Jagad Raya. Yang utama perlu diketahui agar kita tidak tersesat dengan faham-faham


yang sangat sesat sekaligus menyesatkan adalah hakekat sesungguhnya seorang wanita, tercipta dari tulang yang bengkok namun cukup padat, dari sini sudah bisa dimaknai bahwa Allah sengaja menciptakan seorang perempuan dari tulang rusuk yang bengkok sebagai wujud kepatuhan bukan pimpinan. Karena pada fitrahnya seorang perempuan tidak akan pernah bisa menyamai bahkan melampaui apaapa yang ada pada diri laki-laki. Dalam sebuah hadist Rasulullah SAW menjelaskan, “Sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita sholehah,� lembut namun menyimpan segudang keajaiban yang menawan. Ia ada tidak untuk disakiti, ia ada untuk dikasihi dan ia ada memang untuk mengisi dan melengkapi. Ia rela menghabiskan waktunya untuk bekerja layaknya lelaki. Sungguh tidak bisa dibayangkan berat beban yang akan dipikul seorang wanita ketika ia harus bekerja, mengurus keluarga dan mendidik anak-anaknya. Begitu besar pengorbanan itu, sehingga Islam memuliakannya dengan berbagai hal dan melindunginya layaknya mutiara. Catatan Churnia Sari

“Kau menangis seperti wanita karena hal yang tak dapat kau tangani sebagai orang laki-laki.� Adalah ucapan Ibu Boadbil ketika memarahi anaknya, Pangeran Moor dari Granada, setelah menyerah berlutut di hadapan Raja Ferdinand pada 2 Januari 1492 dan menyerahkan kunci-kunci kota Granada. Boadbil telah mengakhiri 800 tahun kejayaan Muslim di Spanyol.


KEMI: Saya Lillahi Ta'ala Jadi Orang Liberal Judul Buku Penulis Penerbit Tahun Tebal

S

udah menjadi asupan setiap pelajar di Indonesia yang mengenyam bangku pendidikan, salah satu topik pembahasan dalam mata pelajaran Pendidikan dan Kewarganegaraan (PKn), “TOLERANSI�. TOLERANSI yang artinya bersifat toleran, dalam kamus bahasa Indonesia TOLERAN bisa berarti bersifat atau bersikap menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan, dsb) yg berbeda atau bertentangan dengan pendirian sendiri. Diharapkan dengan paham dalam berbagai perbedaan maka bisa bersifat toleran. Hal yang membuat salah kaprah dunia pendidikan saat ini, munculnya paham yang meleburkan semua kemajemukan agama menjadi satu, yaitu paham PLURALISME. Semua agama 'benar' dipandang dari setiap pemeluknya di masing-masing agama. Sesuatu kekeliruan yang menjadi bukti gagalnya mata pelajaran PKn terutama pada bab TOLERANSI. Agama sudah dianggap sebagai buatan manusia, kitab suci disamakan dengan sekedar teks. Sebuah pola pikir yang di bolak-balik.

: KEMI Cinta Kebebasan yang Tersesat : Adian Husaini : Gema Insani : 2010 di Jakarta : 316 hal + cover

Salah satu peneliti di Indonesian Society for Middle East Studies (ISMES) Jakarta, Institute for the Study of Islamic Thought & Civilizations (INSIST), dan Staf di Pusat Kajian Timur Tengah dan Islam Universitas Indonesia (PKTTI-UI) Jakarta; Adian Husaini menuliskan kisah apik penuh makna dalam novelnya yang berjudul, 'KEMI Cinta Kebebasan yang Tersesat'. Dalam novel yang berlatar belakang pesantren ini mengisahkan tentang seorang santri yang keblinger dengan pikirannya sendiri berdalih untuk keselamatan umat justru membuat rusak umat. Proses liberalisasi Indonesia dimulai dari berbagai pesantren melalui alumni-alumni pesantren yang sudah terjerat dalam pikirannya. Salah satu faktor yang mempengaruhi mudahnya seseorang menerima paham liberal adalah latar belakang hidupnya bisa dari himpitan ekonomi, frustasi karena putus cinta, hutang budi, keluarga yang keras, dan masih banyak lagi yang lainnya. Hal yang penting dalam setiap mengambil keputusan adalah keteguhan iman. Akidah harus benar. Sedangkan dalam islam liberal, semua itu tidak ada. Agama adalah sama, semua benar hanya penyebutan nama Tuhannya lah yang berbeda. Kalau ini logika yang digunakan justru akan menambah keyakinan baru di Indonesia. Orang islam akan mulai berdoa dengan menyebut tuhannya tidak lagi Allah tapi Yahweh. Begitupun dengan Kristen tidak lagi mengakui Isa sebagai Tuhan tapi sebagai nabi. Serta agama-agama lainnya yang bebas memilih nama tuhan

dari berbagai agama. Sesuatu pemikiran yang sebenarnya hanyalah kesesatan berlogika. Kata-kata indah (zukhrufal qauli) yang bertujuan untuk menipu (ghurura'). Dari segi ini saja sudah tidak jelas paham liberalis apalagi mengarah kepada anak dari liberalism itu, kesetaraan gender. Seorang anak dari kyai terkenal pergi dari rumah dengan alasan membuka wawasan lebih luas justru membawanya masuk ke dalam lubang biawak. Berkoar-koar di jalan menolak adanya RUU Pornografi dan Pornoaksi dengan dalih bahwa itu telah melanggar hak asasi manusia untuk berkreasi padahal sang ayah berdiri di depan untuk memperjuangkan terpenuhinya RUU tersebut. Yaitu Siti, sosok santri berkerudung namun masih membentuk lekuk tubuhnya. Seolah-olah pakaian hanya syarat untuk menutupi kulit bukan aurat yang harus dijaga. Dia begitu dinamis, agresif, dan seperti halnya aktifis liberal lainnya, hyperactive. Salah satu yang menarik dalam novel ini adalah perlawanan logika liberal yang begitu mudah dipatahkan hanya dengan membalikkan logika mereka sendiri. Singkat cerita Kemi mengetahui kebenaran dari temannya sendiri Roman yang ternyata hanya memperbudak Kemi, Siti, dan kawankawan lainnya untuk menyebarkan paham liberal yang merupakan ladang bisnis. Kucuran dana untuk mengadakan pelatihan semua itu didapat dari luar negeri, Roman dan Farsan (orang yang mengajak Kemi ke Jakarta) adalah bagian dari pebisnis yang menggadaikan imannya dengan


segepok uang. Namun setelah tahu kenyataan itu, Roman tentunya tidak membiarkan Kemi dan Siti untuk bisa hidup. Siti diracun oleh Roman yang merusak beberapa organ pentingnya sedangkan Kemi bergulat dengan algojo Roman hingga membuatnya terkapar. Untunglah warga menyelamatkan mereka dan membawa secepatnya ke rumah sakit dan Roman dia terjerat pasal atas kekerasan dan percobaan pembunuhan serta human trafficking (ex: pengeksploitasian kerja fisik). Dari sini semua berakhir. Rahmat bisa meyakinkan kelurga Siti untuk

menerima Siti kembali ke pesantren dan mengajarkan ilmu yang selama ini dia pelajari dari berbagai peristiwa dengan ilmu-ilmu pesantren sebagai menebus dosa yang selama ini dia lakukan, penyebarkan paham kesetaraan gender. Dan Kemi mengalami tekanan mental. Dia dipindahkan ke Rumah Sakit Jiwa. Rahmat pun kembali ke pesantrennya. Sejak dulu santri adalah laskar jihad yang selalu menegakkan syariat islam dalam negeri ini. Dulu, kini, dan akan datang oleh karena itulah banyak pihak luar yang ingin melukis Indonesia dengan keinginan mereka melalui

pesantren. Hal yang perlu dicermati adalah kader pesantren harus dijaga dan jangan sampai mudah terprofokasi hanya dengan embel-embel uang. Dan novel Kemi: Cinta Kebebasan yang Tersesat ditulis sebagai bentuk perhatian dan kepedulian terhadap masa depan pendidikan Islam, khususnya pendidikan pesantren yang secara terang-terangan diserbu oleh gelombang liberalisme.

Fatamorgana ...

dihadapi kaum perempuan di Indonesia saat ini. Misalnya, masalah pemberantasan human trafficking, dan tingginya angka aborsi para remaja, peningkatan taraf kesehatan ibu dan anak serta permasalahan riil lain yang saat ini butuh solusi konkrit. Satu hal lagi, ada baiknya sejak sekarang para perempuan memiliki pola pikir bahwa a k t i f

dalam pembangunan tidak harus berarti terjun ke berbagai sektor pekerjaan publik, akan tetapi seorang perempuan yang dengan ikhlas berbakti dan melaksanakan kewajiban sebagai ibu rumah tangga, mendidik anak-anak dengan baik namun tetap bisa menyeimbangkan perannya bagi masyarakat juga dapat dikatakan berpartisipasi aktif dalam pembangunan. Konsep ini semua sudah lengkap dalam Islam. Dalam beberapa hal perempuan memang memiliki batasan akan tetapi bukan berarti Allah tidak memberi kesempatan kepada perempuan untuk berkiprah dalam berbagai hal positif. Tapi, justru itulah satu bentuk kasih sayang Allah kepada perempuan. Dengan berorientasi pada akhirat, maka berbagai bentuk amal perbuatan akan menjadi indah. Termasuk keridhaan menerima pembagian peran yang diberikan oleh Allah dan Rasul-Nya.

(Sambungan dari hal 1)

pada UU Kesetaraan Gender justru adalah ketidakadilan terhadap umat Muslim atau agama lain yang menjalankan konsep agamanya. Misalnya dengan berlandaskan persamaan pada UU Kesetaraan gender bisa saja dengan mudah banyak wanita yang menuntut ketidakadilan hukum pembagian waris pada Islam, dimana laki-laki mendapat bagian dua kali lebih banyak daripada pembagian untuk wanita. Atau bahkan akan banyak wanita-wanita yang menuntut untuk bisa menikah dengan lebih dari satu pria dan masih dengan alasan yang sama: kesamaan hak dalam berbagai hal dengan laki-laki. Banyak sekali hal-hal di sekitar kita yang butuh penyelesaian. Dalam hal ini pemerintah sangat memegang peranan penting, termasuk dalam mengambil sikap, sebaiknya lebih menfokuskan kepada pembelaan terhadap masalah-masalah riil yang

Ririn Uktarini

Catatan Hanny Adiati



Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.