Mengapa Rasisme Masih Terjadi di Amerika Serikat? Lebih dari 150 tahun setelah Amandemen ke13 menghapuskan perbudakan di Amerika Serikat, namun hingga saat ini sebagian besar orang dewasa Amerika Serikat mengatakan bahwa warisan perbudakan terus berdampak pada posisi orang Afrika-Amerika dalam masyarakat Amerika sendiri. Lebih kurang, empat dari sepuluh mengatakan negara Amerika Sendiri belum membuat cukup kemajuan menuju kesetaraan rasial yang ada. Menurut survei baru Pew Research Center sendiri, bahkan diketahui ada beberapa skeptisisme, khususnya di kalangan orang Afrika-Amerika, bahwa orang Afrika-Amerika mungkin tidak akan pernah memiliki hak yang sama dengan orang kulit putih yang bertempat disana.
P
erlu diketahui bahwa banyak pendapat mengenai kondisi hubungan ras saat ini serta penanganan dari masalah yang dilakukan oleh presiden Amerika Serikat, Donald Trump, dianggap buruk. Sekitar enam dari sepuluh orang Amerika (58%) mengatakan hubungan ras di AS buruk, dan di antara mereka, hanya sedikit yang melihatnya membaik. Sekitar 56% berpikir presiden telah memperburuk hubungan ras. Hanya 15% yang mengatakan ia telah meningkatkan hubungan ras dan 13% lainnya mengatakan ia telah mencoba tetapi gagal
membuat kemajuan dalam masalah ini. Lebih dari itu, sekitar dua pertiga bahkan mengatakan bahwa di era sekarang, menjadi suatu hal yang lebih umum bagi orang untuk mengekspresikan pandangan rasisme sejak Trump menjadi presiden.
L
alu hal ini menggelitik suatu pertanyaan, mengapa rasisme masih sering terjadi di Amerika Serikat setelah sudah banyak artikel, rekaman, film, dan pembicaraan yang membahas mengenai permasalahan dari rasisme ini? Lagipula, tidak ada perbedaan biologis di antara manusia yang menduduki muka bumi ini. Tidak ada ras yang lebih unggul atau lebih rendah dari yang lain. Kita semua sama saja. Tentu hal tersebut dapat terlihat dari beberapa sudut pandang, seperti banyaknya orang yang masih terlalu cepat untuk menghakimi orang lain. Beberapa orang masih sering memberi “label� pada orang lainnya. Seperti pada contohnya jika seseorang berpakaian seperti ini, maka dia akan menyukai musik ini. Jika dia pergi ke sekolah itu, tentu dia memiliki uang yang berlimpah. Begitu juga dengan ras, masih banyak orang di Amerika Serikat sana yang memandang ras sebagai suatu hal yang stereotip. Seperti contohnya jika dia berasal dari ras ini, maka tentunya
dia akan menyukai olahraga yang seperti ini. Tiap individu tentunya juga bisa menciptakan stereotip dari latar belakang ras yang berbeda sebagai seseorang yang malas, cerdas, dan beberapa pandangan lainnya. Hal seperti ini pada akhirnya akan menciptakan suatu logical fallacy yang ada dan menimbulkan banyak sekali kesalahan berpikir dan cara pandang seseorang dalam melakukan suatu hal. Tentu hal seperti ini sudah semestinya untuk dihentikan dan diubah dengan cara memulai hal yang baru dengan tidak menghakimi orang begitu cepat, namun melalui alur berpikir kritis.
H
al lain yang masih terjadi di Amerika Serikat sendiri adalah masih banyaknya orang yang berkumpul dengan orang yang “sama� seperti mereka. Melalui sensus pemerintah Amerika Serikat pada bulan Juli tahun 1999, perbandingan antara ras kulit putih dan kulit hitam sangatlah jauh. Dari total 272 juta penduduk yang ada, ras kulit putih di Amerika Serikat sendiri menjajaki peringkat pertama dengan total sekitar 224 juta penduduk (82,3%). Sedangkan
ras Afrika-Amerika sendiri, memiliki populasi sekitar 34 juta penduduk (12,9%). Tentu angka tersebut sangatlah jauh jika diperbandingkan. Tentunya hal tersebut menjadi suatu hal yang wajar di Amerika Serikat jika banyak orang ingin menghabiskan waktu bersama orang-orang yang memiliki minat, latar belakang, budaya, dan bahasa yang sama. Tentu, ini menciptakan rasa memiliki yang sangat penting. Namun, hal buruk yang terjadi adalah bahwa tiap orang juga dapat mengatur perbedaan antara kelompok lain dan, seiring waktu, ini mungkin mengarah bagi mereka untuk berpikir bahwa kelompok yang mereka miliki lebih baik daripada yang lain atau dapat menguasai kelompok yang lainnya.
S
erta tentunya, tiap individu masih mengambil suatu pandangan sesuai dengan orang yang ada disekitar mereka. Banyak sikap kita terbentuk ketika kita masih muda. Seperti pada halnya suatu anggota keluarga atau teman mengekspresikan suatu pendapat yang bersifat rasis, sudah umum bahwasannya orang akan mengambil pandangan itu tanpa memikirkan hal yang lain. Mereka tentunya akan menangkap hal tersebut tanpa memikirkan pandangan yang lainnya dikarenakan tiap anggota keluarga atau teman dekatnya berpikiran yang sama. Alan Lambert, salah satu professor ilmu psikologi dan otak di Washington University, yang merupakan seorang ahli dalam proses mental yang membentuk dan melanggengkan pandangan bias rasial juga menjelaskan beberapa hal. “Mengapa rasisme begitu berbahaya? Karena banyak tidak menyadari betapa banyak prasangka dan stereotip terjadi di bawah tingkat kesadaran. Hal itu dilakukan secara tidak sadar, bias yang implisit. Ketika orang berbicara tentang peningkatan kesadaran untuk menyadari prasangka tidak sadar, itu adalah oksimoron, karena jika itu benarbenar tidak disadari, kita tidak menyadarinya. Kita tidak menyadari hubungan yang dibuat oleh pikiran kita. Tapi kita bisa waspada dengan perilaku kita.�, ungkapnya ketika di wawancara oleh Jeannette Cooperman tahun 2017 yang lalu. Dirinya juga mengungkapkan peran status sosial berpengaruh besar dalam tindakan rasisme ini. Dirinya mengatakan bahwa teori dominasi sosial
semua budaya memiliki hierarki, dan ketika orang berkuasa ada alasan psikologis mengapa mereka ingin mempertahankan kekuatan itu. Menurutnya hal tersebut merupakan suatu hal yang biologis, yang bahkan spesies lain begitu mereka berkelompok menjadi satu kesatuan atau klan tentunya akan berusaha untuk memiliki kekuatan di suatu wilayah dan pastinya ingin mempertahankannya sehingga tidak ada kelompok lain yang menjatuhkan mereka.
D
i Amerika Serikat sendiri, orang AfrikaAmerika lebih memungkinkan untuk mendapatkan dampak negatif pada kemampuan mereka untuk maju dibandingkan kelompok lain seperti kulit putih. Sekitar setengah dari orang dewasa Afrika-Amerika (52%) mengatakan menjadi orang kulih hitam telah menghancurkan kemampuan mereka untuk maju setidaknya sedikit, dengan 18% mengatakan itu sangat menyakitkan. Sekitar seperempat warga Hispanik dan Asia (masing-masing 24%) dan hanya 5% orang kulit putih mengatakan ras atau etnis mereka telah menerima dampak negatif. Dapat diketahui, orang kulit putih sendiri lebih mungkin daripada kelompok lain untuk mengatakan latar belakang ras mereka telah membantu mereka menuju hal yang lebih baik. Di antara orang Afrika-Amerika, mereka yang memiliki setidaknya beberapa pengalaman kuliah lebih mungkin daripada mereka yang kurang berpendidikan dalam menuju suatu kemajuan. Pendidikan juga dikaitkan dengan persepsi orang kulit putih tentang dampak ras mereka terhadap kemampuan mereka untuk maju. Hanya sebagian kecil kelompok kulit putih di seluruh tingkat Pendidikan yang mengatakan latar belakang ras mereka telah melukai kemampuan mereka untuk berhasil, namun mereka yang memiliki gelar sarjana lebih mungkin daripada mereka yang kurang berpendidikan untuk mengatakan kelompok kulit putih membantu mereka dalam kehiduan yang positif.
Bentuk-Bentuk Rasisme di Amerika Serikat
R
asisme sendiri dimana-mana terjadi antara individu, pada level interpersonal, dan tertanam dalam organisasi serta institusi melalui kebijakan, prosedur dan praktik mereka. Secara umum, mungkin terlihat lebih mudah untuk mengenali tindakan rasisme individual atau interpersonal seperti suatu penghinaan, seseorang yang diabaikan dalam lingkungan sosial atau pekerjaan, tindakan kekerasan. Namun, rasisme individu tidak diciptakan dalam ruang hampa tetapi justru muncul dari kepercayaan dasar masyarakat dan cara melihat atau melakukan sesuatu, lalu dimanifestasikan dalam organisasi, lembaga, dan sistem (termasuk pendidikan). Bentuk-bentuk rasisme sendiri diketahui terbagi menjadi dua bentuk, yaitu individual racism yang mengacu pada asumsi, keyakinan atau perilaku rasis individu dan merupakan "suatu bentuk diskriminasi rasial yang berasal dari prasangka pribadi yang disadari dan tidak disadari" (Henry & Tator, 2006, hlm. 329) dan systemic racism. Rasisme individu sendiri mengarah kepada pembelajaran dari sejarah dan proses sosioekonomi yang lebih luas serta didukung dan diperkuat oleh rasisme sistemik. Karena kita
hidup dalam budaya individualisme (dan dengan hak kebebasan berbicara), beberapa orang berpendapat bahwa pernyataan atau ide mereka tidak rasis karena mereka hanya suatu "pendapat pribadi" di sini. Tentunya penting untuk menunjukkan bagaimana individualisme berfungsi untuk menghapus hierarki kekuasaan, melainkan untuk menghubungkan ideologi pribadi yang tidak dikenal dengan ras yang lebih besar atau sistemik. (yaitu, individualisme dapat digunakan sebagai reaksi defensif) Berbeda dengan rasisme individual, terdapat suatu bentuk rasisme yang cukup dikenal, yaitu rasisme sistemik. Diketahui bentuk rasisme ini mencakup kebijakan dan praktik yang mengakar di lembaga-lembaga mapan, yang berakibat pada pengucilan atau promosi kelompok-kelompok yang ditunjuk. Ini berbeda dari diskriminasi yang jelas dalam hal tidak ada niat individu yang diperlukan. (Komite Walikota Toronto tentang Hubungan Masyarakat dan Ras. Race Relations:Â Myths and Facts) Diketahui, rasisme sistemik sendiri dibagi lagi menjadi dua hal, yaitu rasisme institusional yang merupakan diskriminasi rasial yang berasal dari individu yang
melaksanakan perintah orang lain yang berprasangka atau masyarakat yang berprasangka serta rasisme struktural yang merupakan ketidaksetaraan yang berakar pada operasi seluruh sistem masyarakat yang mengecualikan sejumlah besar anggota kelompok tertentu dari partisipasi signifikan dalam lembaga sosial utama. (Henry & Tator, 2006, hlm. 352) Diketahui beberapa bentuk rasisme sistemik mungkin lebih eksplisit atau lebih mudah (untuk beberapa) diidentifikasi daripada yang lain. Kita dapat mengambil suatu contoh melalui orang Afrika-Amerika yang menghadapi diskriminasi dalam dunia perawatan dan kesehatan. Sebuah studi pada tahun 2012 menemukan bahwa mayoritas dokter memiliki "bias rasial yang tidak disadari" ketika mengarah kepada pasien kulit hitam. Satu studi menemukan bahwa 67% dokter memiliki bias terhadap pasien Afrika-Amerika.
O
rang kulit hitam Amerika jauh lebih mungkin daripada orang kulit putih untuk tidak memiliki akses ke perawatan medis darurat. Rumah sakit yang mereka kunjungi cenderung kurang didanai dengan baik, dan dikelola oleh para praktisi yang kurang berpengalaman. Bahkan diketahui dokter kulit hitam menghadapi diskriminasi yang lebih. Mereka lebih kecil kemungkinannya daripada rekan-rekan kulit putih mereka dalam memiliki kredensial yang sama untuk menerima hibah pemerintah dalam suatu proyek penelitian. Bahkan tampaknya menghadapi rasisme seumur hidup membuat orang Afrika-Amerika rentan terhadap masalah kesehatan yang berkaitan dengan stres yang dapat menyebabkan masalah kronis di kemudian hari.
Solusi Mengatasi Rasisme M
asyarakat Amerika perlu menyadari adanya rasisme sistemik dan berusaha untuk melawannya karena walaupun Rasisme sistemik secara langsung merugikan orang kulit hitam, sebenarnya orang kulit putih juga dirugikan. Dengan mengabadikan rasisme sistemik secara berkelanjutan, tingkat kemiskinan dan kejahatan akan semakin meningkat, jurang sosial yang menumbuhkan rasa iri dan mendorong kekerasan semakin melebar. Tidak hanya itu, konfrontasi antara orang kulit hitam dan kulit putih juga akan terus berlanjut, wilayah-wilayah yang dipenuhi kejahatan dan kemiskinan yang didominasi orang kulit hitam mungkin akan bertambah, dan kemudian, kebencian dan prasangka yang didasari oleh rasial akan selalu menyelimuti hati setiap orang amerika. Hal ini tentu merugikan setiap masyarakat Amerika apapun ras dan golongannya. Maka dari itu, menghapuskan rasisme adalah suatu keharusan dan menyejahterakan masyarakat kulit hitam berarti menyejahterakan semua masyarakat Amerika.
Dalam upaya melawan rasisme, masyarakat Amerika harus mampu mengenali bias dan prasangka terhadap orang kulit hitam yang meliputinya. Bagaimana bias dan prasangka terhadap orang kulit berwarna tersebut berkembang disekitar lingkungannya seperti dalam keluarga, sekolah, tempat tinggal dan lainnya. Bias dan prasangka tersebut telah dilekatkan kepada masyarakat kulit putih sedari mereka kecil dan berkembang hingga mereka dewasa. Kemudian tanpa mereka sadari, bias dan prasangka yang mereka lekatkan kepada masyarakat kulit hitam telah mendorong masyarakat kulit hitam untuk sesuai dengan yang mereka harapkan.
K
etika kita menaruh bias dan prasangka, kita memiliki kecenderungan mencari-cari bukti yang sesuai dengan pendapat pribadi kita dan mengabaikan fakta lainnya. Ketika orang kulit putih menaruh bias dan prasangka pada orang kulit hitam dan mencoba mengonfirmasi kebenaran pikirannya, mereka memperlakukan orang kulit hitam dengan buruk dan seringkali akhirnya
mendapat pembenaran atas pemikirannya karena hanya melihat sebagian fakta yang mendukungnya. Namun, jika mereka mau melihat fakta keseluruhannya, bias dan prasangka yang mereka lekatkan kepada orang kulit hitam jelas akan terpatahkan. Tetapi, entah mengapa melihat fakta secara keseluruhan terlampau sulit bagi kebanyakan orang.
M
eskipun begitu, masyarakat kulit putih terus-menerus memercayai bias dan prasangkanya. Mereka menyudutkan orang kulit hitam untuk menjadi kriminal, miskin, dan bodoh seperti yang mereka lekatkan alih-alih berusaha menolongnya. Masyarakat kulit hitam mendapat perilaku diskriminatis di lingkungannya, sekolah, kantor-kantor, dan bahkan di pengadilan. Dan karenanya, ketidakadilan yang dirasakan orang kulit hitam tidak pernah hilang meski secara de jure tidak ada lagi hukum yang mendiskriminasi mereka. Hal inilah yang harus disadari dan dilawan oleh masyarakat kulit putih Amerika. Mungkin bukan hal yang mudah untuk melepas bias dan prasangka yang sudah mengakar dalam hati sedari kecil, tetapi itu tetap harus dilakukan. Disaat orang kulit hitam mendapat hak dan perlakukan yang sama seperti orang kulit putih, saya yakin mereka bisa melakukan hal-hal baik lebih dari apa yang kita duga. Mereka harus diberi kesempatan untuk memperbaiki hidupnya sendiri dan menjadi masyarakat yang lebih baik. Orang kulit hitam berhak mendapat bantuan maupun layanan yang sama baiknya seperti orang-orang kulit putih. Mereka berhak sekolah ditempat yang sama baiknya dengan orang kulit putih. Mereka berhak mendapatkan kesejahtraan dan kesetaraan serta menentukan nasibnya sendiri tanpa terhalang hal-hal diluar dirinya. Selain itu, penting juga bagi pemerintah untuk memberi kesempatan kepada para pelaku kriminal kulit hitam untuk memperbaiki diri. Penjara dan hukum seharusnya dapat membenahi dan memberi
mereka kesempatan untuk hidup dengan lebih baik bersama masyarakat lainnya. Bukan malah merusak hidupnya, mencabut hak pilihnya, dan kemudian merasakan kesengsaraan sepanjang hidupnya yang akan mendorong mereka melakukan tindakan kriminal berulang kali. Pada akhirnya, masyarakat kulit putih harus mau belajar untuk hidup berdampingan dengan masyarakat kulit hitam. Mereka harus belajar untuk memercayai satu sama lain demi kepentingan yang lebih tinggi, yaitu keadilan dan kesejahteraan bersama. Masyarakat kulit putih harus bisa menyingkirkan supremasinya dan membangun negaranya bersama-sama dengan orang kulit hitam. Namun, hal tersebut hanya dapat dilakukan dengan kesadaran dan penerimaan terhadap perbedaan yang ada, bukannya dengan menjadi seseoarang yang buta warna serta mengabaikan perbedaan yang jelas-jelas tampak. Mereka harus menghargai segala perbedaan yang ada dan kemudian belajar untuk hidup harmonis dengannya.
Referensi
Sociological Comparisons between African-Americans and Whites. (n.d.). Retrieved from https://www.radford.edu/~junnever/bw.htm
Kurnia, T. (2020, June 1). Detik-Detik Gedung Putih Matikan Lampu Saat Digeruduk Demonstran Kasus George Floyd. Liputan 6. Retrieved from https://www.liputan6.com/
Stuctural Racism in America. (n.d.). Retrieved from https://www.urban.org/features/ structural-racism-america Solly, M. (2020, June 4). 158 Resources to Understand Racism in America. Smithsonian Magazine. Retrieved from https://www.smithsonianmag.com/
George Floyd: What happened in the final moments of his life. (2020, July 9). BBC. Retrieved from https://www.bbc.com/ Iskandar. (2020, June 2). Viral di Instagram, Apa Itu Blackout Tuesday?. . Liputan 6. Retrieved from https://www.liputan6.com/ Sarkisian, J. (2020, June 1). Billie Eilish blasted the 'All Lives Matter' movement: 'If all lives matter why are black people killed for just being black'. Insider. Retrieved from https:// www.insider.com/ Haysom, S. (2020, June 3). Seth Rogen has a blunt method of tackling 'All Lives Matter' commenters on Instagram. Mashable SE Asia. Retrieved from https://sea.mashable.com/
Form of Racism. (n.d.). Retrieved from http:// www.aclrc.com/ 7 Ways We Know Systemic Racism is Real. (n.d.). Retrieved from https://www.benjerry. com/ History.com Editors. (2009, October 14). Black History Milestones: Timeline. HISTORY. Retrieved from https://www.history.com/ Rind, K. (2020, June 11). History of racism in America. Modern diplomacy. Retrieved from https://moderndiplomacy.eu/
Taylor Swift's response to Donald Trump over Minnesota protests becomes singer's most liked tweet. (2020, June 1). Firstpost. Retrieved from https://www.firstpost.com/
Malik, A. (2020, June 9). Bagaimana Rasisme Bisa Terbentuk dan Bertahan di Masyarakat? National geographic. Retrieved from https:// nationalgeographic.grid.id/
Cooperman, J. (2017, February 16). Why racism still exists, according to one psychology professor. St. Louis. Retrieved from https:// www.stlmag.com/
Mitos rasisme: Benarkah gen orang kulit hitam dan putih berbeda? Benarkah orang kulit hitam berlari lebih cepat? (2020, June 14). BBC. Retrieved from https://www.bbc. com/
Why Are People Racist. (2020, July 4). Retrieved from https://humanrights.gov.au/ Horowitz, J. M., Brown, A., & Cox, K. (2019, April 9). Race in America 2019. Retrieved from https://www.pewsocialtrends. org/
Iqbal, M. (2018, November 30). Mengenali Bias dalam Cara Berpikir Kita. Pijar psikologi. Retrieved from https://pijarpsikologi.org/ Hasbi, D. (2019, August 20). Siklus Rasisme terhadap Mahasiswa Papua. Tirto.id. Retrieved from https://tirto.id/