TBM Magazine December 2020

Page 1


K.34 Rizkananda Salsabila

K.35 Iza Azmar

K.36 Georgius Enrico

K.42 Favian Adyatma

K.43 Pasha Akmal

K.44 Dinda Waasthia

K.45 Eric Hansel

K.46 Kevin Geraldo

K.47 M. Anindya Fausta

K.48 Zedric Immanuel

K.49 Mochammad Fadly

K.50 M. Jabar Alfian

K.52 Gaizka Ghifari

K.53 Adhitya Talentra

SAHABAT KASTRAT

Rahman Muhamad Mughnysar Zuhuda Adhitya Wisnugrah

Kestari

Kebend

Yasmine Karenita Siregar

Humas

K.51 Faustelian Hafizh

Renaldi Haryo Yudho

Athallah Ardifa Siregar

Litbang

Humas

Kastrat is a division in Ikatan Mahasiswa Mesin That Assess Politics, Economy, Social, Culture, Defense, Security, and Technology issue all around the World, especially Indonesia. From these issues, Kastrat wants to encourage stundents of Mechanical Engineering University of Indonesia to be more critical and sensitive about their surrounding.


Think Beyond Mechanical (TBM) Magazine menjadi sarana utama bagi kami, Kastrat IMM FTUI 2020, untuk mewadahi sekaligus menyalurkan aspirasi serta ide-ide dalam bentuk tulisan-tulisan berkualitas yang dibalut secara menarik. Seperti biasanya, TBM Magazine selalu menghadirkan isuisu terbaik, baik dari dalam maupun luar negeri seputar teknologi, politik, ekonomi, sosial-budaya, pertahanan dan keamanan, serta lingkungan. Hal ini juga merupakan salah satu upaya kami dalam memenuhi kewajiban untuk mencerdaskan warga IKM FTUI terkait isu-isu yang ada. Pada edisi TBM Magazine kali ini, kami membawa tema besar #BreakTheStigma. Pemilihan tema besar #BreakTheStigma ini tidak lain dan tidak bukan bertujuan sebagai amplifikasi sekali lagi dari tagline yang selama ini kami gaungkan. Kami percaya, setiap individu pastinya memiliki pandangan masing-masing dalam melihat atau menilai suatu isu. Manifestasi dari pandangan tersebut akan sangat beragam bentuknya. Dalam keragaman tersebut yang mungkin terdapat pandangan baik dan juga buruk, selalu ada ruang untuk terus bertumbuh lewat pemahaman baru dari kacamata berbeda hasil dari sebuah diskusi insan manusia. Sudah seharusnya pandangan berbeda bukan menjadi alasan untuk rasa dengki muncul, tetapi sebagai sarana untuk memperbaiki sekaligus memperkaya diri. Besar harapan kami agar TBM Magazine edisi X ini dapat menyampaikan pesan tersebut lewat tulisan berkualitas dan menarik kepada para pembaca. Kami selaku penyusun TBM Magazine, mengucapkan terima kasih kepada semua elemen yang terlibat dalam hadirnya edisi kali ini dan semoga TBM Magazine edisi-edisi berikutnya tetap memberikan dampak yang bermanfaat bagi para pembaca. Akhir kata, walaupun tahun 2020 memberikan rasa yang berbeda, mungkin juga asing dibanding tahun-tahun lainnya, semoga para pembaca tetap dalam keadaan sehat baik fisik maupun mental.

M. Anindya Fausta

K. 47

THINK BEYOND MECHANICAL

Head of Kastrat

Rizkananda Salsabila Putri M. Iza Azmar

Editor in Chief

M. Anindya Fausta

Editor

Favian Adyatma Kevin Geraldo Zedric Immanuel

Pasha Akmal Faustelian Hafizh Adhitya Talentra

Creative

Georgius Enrico Mochammad Fadly Dinda Waasthia

Gaizka Ghifari Athallah Ardifa Siregar Jabar Alfian Sena

Public Relations

Eric Hansel Yasmine Karenita Renaldi Haryo Yudho

Rahman Muhamad Zuhuda Mughnysar Adhitya Wisnugrah


TBM

Magazine Departemen Teknik Mesin Universitas Indonesia Depok, Jawa Barat 16424 Desember 2020 issuu.com/kastratimm

OUR FUTURE 6-13 #BREAKTHESTIGMA 16-30 SPECIAL 32-39 INTERNATIONAL 40-45 A WORLD ON PAUSE 46-55

6

OUR FUTURE

Otoriter Diselimuti Demokrasi

21

Investasi Tesla, Baguskah Untuk Indonesia?

10

16

#BREAKTHESTIGMA

#BREAKTHESTIGMA

Scent of Woman OUR FUTURE

Amdal dan Omnibus Law: Demi Tarik Investor, Lingkungan Halal jadi Korban Praktik Tangan Tangan Kotor


27

#BREAKTHESTIGMA

32

SPECIAL

Edukasi Pendidikan Seksual: Solusi Yang Tabu

Rencana LAPAN

35

53

SPECIAL

Chicago 7

46 Covid-19, Ujian Terbesar Para Pemimpin Dunia

A WORLD ON PAUSE

Seminar I3

40

INTERNATIONAL

Baguette & Laicite A WORLD ON PAUSE

58 Diego Maradona

60 References

TRIBUTE


OUR FUTURE

06 | THINK BEYOND MECHANICAL


DECEMBER 2020 | 07


OUR FUTURE

08 | THINK BEYOND MECHANICAL


DECEMBER 2020 | 09


OUR FUTURE

Amdal dan Omnibus Law: Demi Tarik Investor, Lingkungan Halal jadi Korban Praktik Tangan Tangan Kotor Faustelian Hafizh K.52 “Kamu tak berubah, selalu mencari celah Lalu semakin parah, tak ada jalan tengah Pantas kalau kami marah, sebab dipercaya susah Jelas kalau kami resah, sebab argumenmu payah”. Mungkin tak banyak yang tahu bahwa empat baris kalimat di atas merupakan penggalan lirik lagu, tapi yang saya yakin upaya saya mendiskreditkan pemerintah sekarang dengan lirik yang penuh kritikan akan menuai dukungan untuk disetujui. Untuk diketahui, penggalan lagu di atas berjudul

10 | THINK BEYOND MECHANICAL

Mosi Tidak Percaya, lagu ketiga dari album ‘Kamar Gelap’ yang dirilis 2008 silam dan ditulis oleh dua personel Efek Rumah Kaca, Akbar Bagus dan Adrian Yunan. Tak terlalu meledak di masanya, tapi jadi lagu dengan efek ketenaran layaknya bola salju. Masih ingat Hukum 3 Newton tentang aksi-reaksi?

Ketika memberi gaya pada suatu benda, kita akan mendapat reaksi dengan jumlah gaya yang sama namun dengan arah yang berbeda. Kurang lebih seperti itu analogi tentang isi lagu ini, tak akan pernah ada deklarasi mosi tidak percaya ketika wakil rakyat yang dipilih tiap lima tahun sekali benar-benar mewakili suara


bekerja dengan hati di Senayan. Inilah harga yang harus dibayar demi menjaga keberlangsungan demokrasi, angkat topi untuk mereka yang turun ke jalan yang memilih jalan perjuangan lewat demonstrasi.

Ciptakan polemik, lalu lepas tangan dan hanya bermain intrik AMDAL atau analisis dampak lingkungan merupakan salah satu isu yang cukup panas dibahas saat UU Cipta Kerja Omnibus Law resmi disahkan beberapa waktu lalu. Bagaimana tidak, ketika Amdal yang notabene merupakan tameng terakhir pertahanan keberlanjutan lingkungan masuk dalam pembahasan, namun belum ada yang bisa memastikan bahwa persyaratan Amdal tak dihapus dari perubahan. Belum lagi Naskah Akademik dan Draf RUU Ciptaker masih malumalu dipublikasi oleh DPR selaku penggodok regulasi, jadi

rakyatnya. Tak akan pernah ada raut kekesalan dan kekecewaan mahasiswa di berbagai daerah yang turun ke jalan, jika wakilnya

ketika kemudian publik bereaksi dan cepat mengeluarkan mosi menurut saya adalah sebuah insting pertahanan diri. Janji

bulan Juli untuk melangsungkan diskusi hanya jadi usaha mengulur waktu sebelum akhirnya praktik ugal-ugalan terus melaju. Di samping isinya yang entah baik atau tidak dan perlu waktu untuk dibahas oleh para ahli, proses penyusunan RUU Ciptaker memang sudah cacat secara prosedur dan substansi, pelibatan stakeholder sangat minim ketika tujuannya hanya ingin menyenangkan hati oligarki.

Silih berganti dapat teguran, tapi proyek kanan kiri tetap jalan layaknya mepet deadline Kasus yang paling baru, pengembangan lahan untuk jadi ‘Jurassic Park’ di NTT menuai kecaman banyak pihak, mulai dari warga sekitar, WALHI, hingga komisi nasional UNESCO turun tangan mengkritik pemerintah tentang langkahnya yang dinilai salah. Usut punya usut ternyata pembangunan Taman Nasional Komodo dikecualikan dari kewajiban AMDAL oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, kementerian yang seharusnya jadi yang paling lantang berteriak tentang lingkungan, yang kini jadi kementerian yang intensinya tak jauh dari meraup cuan. Padahal saat Omnibus Law disahkan pemerintah bersikeras tak menghapus kewajiban AMDAL bagi para pelaku usaha, tapi yang disayangkan pemerintah mempermalukan diri sendiri dengan mengecualikan diri dari regulasi yang mereka buat sendiri. Belum lagi kini masyarakat tidak lagi memiliki hak untuk protes atau keberatan terhadap proyek yang dijalankan, jadi pemerintah hanya akan tutup telinga dan abai akan segala protes dan statement keberatan.

DECEMBER 2020 | 11


OUR FUTURE

Bak tak mengerti kritik, wakil rakyat hanya fokus jadi pemuas hasrat masing-masing mesin politik. Cacat logika mungkin pantas disematkan bagi mereka yang memperjuangkan Omnibus Law dengan dalih pemanfaatan lahan, karena pada praktiknya Omnibus Law nantinya malah memuluskan jalan korporasi seperti tambang, perkebunan sawit, industri pariwisata juga properti. Jika mengutip perkataan Eko Cahyono, peneliti dari Sajogyo Institute, permasalahan agraria di Indonesia adalah ketimpangan penguasaan lahan dan konflik yang terus terjadi, dan kondisi ini sangat tak tepat dijawab dengan UU Cipta Kerja. Menurutnya, pengesahan UU Cipta Kerja menunjukkan

12 | THINK BEYOND MECHANICAL

pemerintah berupaya memangkas berbagai regulasi, menghilangkan sumbatan leher botol atau seluruh hambatan agar memuluskan masuknya investasi. Dengan dipermudahnya izin serta melihat susunan anggota DPR yang dari 500-an anggota, ada 300-lebih pebisnis kelas kakap di sana, besar kemungkinan ada conflict of interest dalam penyusunan UU Cipta Kerja. Cukup disayangkan melihat langkah pemerintah yang rela ‘melegalkan’ eksploitasi hanya demi cukupi target investasi. Alih-alih perketat syarat AMDAL agar tak sembarang izin usaha

terseleksi, pemerintah malah perlonggar sabuk pengaman dengan pemberlakuan AMDAL hanya untuk proyek berisiko tinggi. Namun, sampai kini tak ada dasar untuk menentukan proyek berisiko rendah atau tinggi karena regulasinya saja dikebut agar semalam jadi. Mulai kini hingga seterusnya, sepertinya tak berlebihan menyebut negeri ini “Negara Kesatuan Republik Investor”. Jangan kaget jika nantinya hutan tak lagi asri, alam tak lagi lestari, karena pemerintah kini punya ‘bekingan’ segudang regulasi untuk memperkuat dalilnya ‘menggali potensi’.


O

“ Omnibus

Law

telah diundangkan, kritik diterima tapi tak dipertimbangkan, investor banting tulang cari modal pinjaman, kebenaran dibungkam oleh kepentingan, ucapkan selamat tinggal pada lingkungan karena mata ‘mereka’ telah dibutakan kekuasaan.”

Desember 2020 | 13




#BREAKTHESTIGMA

16 | THINK BEYOND MECHANICAL


D

emokrasi, sistem pemerintahan yang berdasarkan kedaulatan rakyat, nampaknya menjadi bentuk pemerintahan yang paling ideal di abad ke-21 ini. Sistem pemerintahan yang melibatkan partisipasi rakyat dalam berbagai kegiatan berpolitiknya ini dianggap sebagai sistem pemerintahan yang paling mengedepankan hak asasi manusia, kebebasan berpendapat, dan keadilan di depan hukum dibandingkan dengan sistem pemerintahan lainnya seperti komunisme, sosialisme, monarki, dan lainnya. Namun, yang menjadi pertanyaan, apakah demokrasi dapat selalu dijalankan secara sempurna? Apakah pemerintahan demokrasi bisa menjamin keinginan semua pihak masyarakat? Kenyataannya, demokrasi tidak selalu berjalan secara sempurna. Dalam praktiknya, demokrasi tidak bisa berjalan tanpa membungkam salah satu pihak. Pemerintahan tidak dapat dijalankan secara efektif tanpa membungkam atau merepresi pihak lain yang memiliki pandangan atau kepentingan yang tak sejalan dengan konstitusi dan ideologi dari suatu negara. Demokrasi yang idealnya mengedepankan kebebasan berpendapat, menjamin seluruh kebutuhan dan keinginan semua pihak, nyatanya tidak bisa selalu dipenuhi.

Apa itu demokrasi, bentuk, dan penerapannya? Demokrasi merupakan sebuah asas atau bentuk pelaksanaan pemerintahan dalam sebuah negara yang penerapannya berbeda-beda di tiap negara. Menurut ilmu epistemologis, demokrasi berasal dari bahasa Yunani yaitu �demos� yang berarti rakyat atau penduduk suatu tempat dan “cretein� atau “cratos� yang berarti kekuasaan atau kedaulatan. Jadi, secara bahasa arti demokrasi adalah keadaan Negara

dimana sistem pemerintahannya berada di kedaulatan rakyat dan kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat, serta pemerintah berasal dari rakyat dan untuk rakyat. Menurut Nurcholis Madjid atau biasa kita kenal dengan Cak Nun, demokrasi adalah pandangan hidup sebuah negara. Ia menuturkan terdapat 7 norma sebagai penerapan dari demokrasi secara umum, diantaranya : - Pentingnya kesadaran akan kemajemukan (pluralism), - Musyawarah, termasuk menerima kenyataan bahwa tidak harus sepenuhnya keinginan terpenuhi, - Pertimbangan moral, dimana keyakinan bahwa kebaikan tujuan harus sejalan dengan cara yang baik untuk mencapainya dengan mempertimbangkan moral, - Pemufakatan yang jujur dan sehat, - Pemenuhan segi-segi ekonomi melalui perencanaan yang melibatkan sosial-budaya - Pengakuan akan kebebasan Nurani dan saling percaya dalam niat baik orang lain. - Pandangan hidup demokratis harus diimbangi pengetahuan tentang demokrasi. Demokrasi pada penerapannya di berbagai negara dengan pemahaman yang juga berbeda-beda, secara garis besar dapat dibagi menjadi beberapa bentuk,

yaitu berdasarkan ideologi, cara penyaluran kehendak rakyat, dan fokus perhatiannya. Berdasarkan ideologi, demokrasi dibagi menjadi demokrasi konstitusional (liberal) dan demokrasi rakyat (tidak adanya perbedaan kelas sosial). Demokrasi konstitusional menitikberatkan pada kebebasan masing-masing individu, dan ciri utamanya adalah kekuasaan pemerintah yang terbatas dan tidak diperkenankan campur tangan dengan urusan individu warganya. Sedangkan, demokrasi rakyat memiliki cita-cita tidak adanya perbedaan dalam kelas sosial. Sedangkan berdasarkan cara penyaluran kehendak

Desember 2020 | 17


#BREAKTHESTIGMA rakyat, bentuknya dibagi menjadi demokrasi langsung (rakyat dapat langsung mengemukakan pendapatnya), demokrasi representative (suara rakyat diwakilkan segelintir orang), dan demokrasi representatif dengan referendum (rakyat memilih perwakilan secara langsung untuk mewakili suara rakyat). Terakhir, berdasarkan fokus atau titik perhatiannya, demokrasi dibagi menjadi demokrasi formal (persamaan dalam bidang politik), demokrasi material (lebih berfokus pada penghilangan perbedaan dalam bidang ekonomi), dan demokrasi gabungan (menggabungkan fokus perhatian demokrasi formal dan material).

Tantangan, rintangan, dan ancaman negara demokrasi Dalam eksekusinya, demokrasi tidak akan mencapai tingkat keefektifan 100% di setiap negara. Terdapat beberapa masalah dasar yang pasti akan ditemui pelaku demokrasi, diantaranya masalah penyediaan pelayanan sosial dasar yang merata, urbanisasi, dan perdamaian sosial dalam kehidupan majemuk. Peristiwa lonjakan urbanisasi hingga 20 kali lipat selama abad 20 membuat kepadatan di suatu daerah, khususnya perkotaan, meningkat drastis. Hal tersebut menyebabkan meningkatnya pula kemajemukan dan keberagaman di satu tempat. Faktor lainnya adalah arus globalisasi yang memiliki andil dalam perubahan sistematis di beberapa aspek seperti sosial-budaya, politik, dan teknologi. Perubahan-perubahan sistematis inilah yang memiliki efek domino terhadap kebutuhan yang beragam sehingga tercipta pula keberagaman dan kemajemukan masyarakat di suatu negara. Kemajemukan masyarakat dapat digolongkan menjadi tantangan, rintangan, juga ancaman bagi kehidupan demokrasi di Indonesia. Sebagian besar tantangan, rintangan, dan ancaman terhadap demokrasi yang datang dari kemajemukan masyarakat adalah karena adanya konflik yang datang dari pertukaran atau perbedaan ide gagasan, kesenian, budaya, atau keyakinan. Tidak dapat dipungkiri kejadian-kejadian

01 | THINK BEYOND MECHANICAL 18

seperti perbedaan paham ideologi sehingga berpotensi menimbulkan kaum separatis, praktik kebebasan pelaksanaan ibadah yang semakin miris, kebebasan mengekspresikan budaya, pelayanan ketertiban dan keamanan yang cenderung diskriminatif, dan segudang praktik yang berasal dari tidak terbukanya masyarakat akan kemajemukan masih bisa dilihat dan dirasakan di sekitar kita. Pada dasarnya demokrasi menuntut penerimaan secara menyeluruh terhadap kemajemukan. Bahkan, kemajemukan seharusnya dapat digunakan menjadi kekuatan, seperti banyaknya perbedaan pendapat yang bisa dijadikan sebagai masukan dan menyempurnakan keputusan yang diambil. Namun pada prakteknya, penyerapan aspirasi atau ide gagasan dari masyarakat yang majemuk tidak akan pernah bisa 100% diterima, apalagi dipenuhi.

Demokrasi tidak bisa berjalan tanpa membungkam salah satu pihak Faktanya, demokrasi memang tidak bisa berjalan tanpa membungkam salah satu pihak. Pembungkaman dan represi turut mewarnai pemerintahan demokrasi disamping kebebasan berpendapat, hak asasi manusia, dan kedaulatan rakyat yang diperjuangkan mati-matian. Pemerintah kenyataanya tidak dapat menyenangkan dan memenuhi keinginan seluruh pihak masyarakat. Hal ini wajar mengingat terdapat beberapa pihak yang memiliki kepentingan dan aspirasi yang tak sejalan dengan ideologi dan konstitusi bangsanya. Pihak-pihak ini dapat mengancam kehidupan dan keutuhan suatu negara. Di Indonesia sendiri, sepanjang sejarahnya terdapat berbagai pihak-pihak seperti yang disebutkan diatas yang meresahkan bangsa kita. Salah satunya adalah pihak yang menganut paham radikalisme. Seperti paham islam radikal yang memperjuangkan implementasi syariat Islam, baik yang memperjuangkan berdirinya negara islam maupun yang


tidak. Selain itu, paham-paham radikalisme ini juga melahirkan berbagai tindakan terorisme di Indonesia. Contoh dari gerakan terorisme ini adalah bom Bali 2002, bom Bali 2005, pengeboman Hotel Marriott 2003. Selain itu, terdapat juga gerakan-gerakan separatisme yang ingin memisahkan diri dengan NKRI. Contoh dari gerakan ini adalah pemberontakan PKI Madiun, pemberontakan DI/TII, hingga gerakan yang masih terjadi sekarang seperti GAM di Aceh dan OPM di Papua. Lalu terdapat juga upaya kudeta yang dilakukan PKI yang kita kenal dengan G30S PKI. Sepanjang sejarah bangsa Indonesia, seperti yang telah dijelaskan diatas, terdapat berbagai pihak yang memiliki kepentingan dan aspirasi yang tak terpenuhi dan tak sejalan dengan ideologi bangsa Indonesia. Hal tersebut jelas mengancam kehidupan bernegara, yang berarti juga mengancam kehidupan demokrasi. Oleh karena itu, pembungkaman atau represi dari pemerintah terhadap pihak-pihak tersebut justru menjadi perlu untuk melestarikan kehidupan berdemokrasi itu sendiri.

Batas-batas Pembungkaman Memasuki era reformasi, demokrasi semakin sering didengungkan. Terlihat dari jaminan-jaminan akan kebebasan pers dan kritik terhadap kinerja pemerintah. Bahkan, Presiden Jokowi sendiri pernah berkata bahwa dirinya meminta untuk didemo. Namun disisi lain, kebebasan berpendapat yang dijamin dalam bentuk demokrasi ini juga membawa dilema bagi masyarakat dan juga pemerintah, seolah menjadi pisau bermata dua. Salah satunya adalah ketika kebebasan berpendapat disalahgunakan seperti konflik berbasis perbedaan agama atau ide yang berawal dari ujaran kebencian berkedok kritik. Hal ini kemudian membawa kita kepada pertanyaan “sejauh mana pembungkaman itu dibenarkan?� Menurut KBBI, kritik berarti kecaman atau tanggapan, kadang-kadang disertai uraian dan pertimbangan baik-buruk terhadap suatu hasil karya, pendapat, dan sebagainya. Kritik juga bisa diartikan sebagai evaluasi dari sebuah Analisa tentang sesuatu yang tujuannya untuk meningkatkan pemahaman, memperluas apresiasi, atau membantu memperbaiki yang sedang atau sudah dikerjakan, dan menuntut adanya perbaikan. Sedangkan ujaran kebencian menurut UU no. 1 tahun 1946 pasal 14 dan 15 serta Surat Edaran (SE) Kepala Kepolisian Negara Nomor SE/6/X/2015 Tahun 2015 tentang Penanganan Ujaran Kebencian (Hate Speech) yang menegaskan bahwa ujaran kebencian (BUKAN kritik) yang dapat dipidanakan sesuai KUHP dan aturan pidana lainnya di luar KUHP (salah satunya pasal 29 Undang-Undang No 11/2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) dan disempurnakan oleh UU No 19/2016 tentang Perubahan atas UU no 11/2008 tentang ITE) adalah yang berbentuk penghinaan, pencemaran

nama baik, penistaan, perbuatan tidak menyenangkan, memprovokasi, menghasut, atau penyebaran berita bohong dan semua tindakan di atas memiliki tujuan atau bisa berdampak pada tindak diskriminasi, kekerasan, penghilangan nyawa dan atau konflik sosial. Pembungkaman yang dilakukan oleh aparat negara atau instansi terkait seharusnya hanya diperbolehkan apabila sesuatu yang dibungkam sudah melanggar atau tidak sejalan dengan ideologi Pancasila atau berupa ujaran kebencian yang menghasut atau memprovokasi untuk membenci suatu pihak. Namun pada kenyataannya, pembungkaman juga dilakukan kepada para aktivis, rakyat yang mengkritik, ataupun sekedar rakyat yang tahu terlalu “dalam� soal permasalahan yang terjadi dalam pemerintahan. Kita bisa mengambil contoh peretasan dan penangkapan Ravio Patra pada tanggal 22 April 2020 yang lalu karena kritik yang dilancarkannya kepada pemerintah terkait konflik kepentingan staf khusus millennial presiden. Ia ditangkap dengan tuduhan memancing onar. Peristiwa lainnya Internet Shutdown oleh SAFEnet pada tahun 2019 yang biasanya dilakukan untuk pengontrolan arus informasi. Kasus internet shutdown, patroli cyber (dibawah arahan Kepala Kepolisian Negara RI Jenderal Idham Azis), dan online censorship sudah mulai disalahgunakan dan menunjukan praktik otoritarianisme daring di Indonesia. Hal-hal tersebut, didukung oleh peraturan karet seperti UU ITE yang diberlakukan di Indonesia, sudah mulai keluar dari jalur yang semestinya. Praktik yang pada awalnya dan seharusnya dilakukan untuk melakukan pengawasan akan ancaman yang mengganggu kehidupan demokrasi di Indonesia berubah menjadi salah satu alat praktik otoritarianisme yang dilakukan oleh pemerintah.

B a y a n g - b a y a n g otoritarianisme Jelas, segala upaya pemerintah dalam menjaga keamanan dan kesatuan negara selalu dapat mengarah ke otoritarianisme. Upaya yang dilakukan secara berlebihan tersebut dapat mengancam kehidupan demokrasi di Indonesia. Furio Cerutti berpendapat dalam Conceptualizing Politics: An Introduction to Political Philosophy bahwa otoritarianisme sebagai bentuk pemerintahan dengan adanya sentralisasi kekuasaan pada satu orang atau kelompok tertentu, serta dicirikan dengan kebebasan politik yang terbatas. Selama dua periode masa kepemimpinan Presiden Jokowi, kehidupan demokrasi Indonesia bisa dianggap terus terkikis. Hal ini ditunjukkan dengan Indeks demokrasi Indonesia yang terus berkurang di bawah pemerintahan Jokowi. Hasil penelitian The Economist Intelligence Unit (The EIU) mencatat indeks demokrasi Indonesia terus menurun sejak tahun 2015 hingga 2019.

DESEMBER 2020 | 19


#BREAKTHESTIGMA EIU sendiri menilai indeks demokrasi suatu negara dengan lima instrumen penilaian yakni: Proses Pemilu dan Pluralisme; Fungsi Pemerintah; Partisipasi Politik; Budaya Politik; dan Kebebasan Sipil. Dari tahun 2015 hingga 2019, Indonesia mendapat nilai berturutturut sebesar 6.95, 7.03, 6.97, 6.39, 6.39, 6.48. Perolehan nilai ini membuat Indonesia berada di peringkat 64 secara global, dan nomor 11 di regional Asia dan Australia di tahun 2019. Untuk rincian tiap instrumen penilaian di tahun 2019, Indonesia mendapat nilai 7.92 untuk Proses Pemilu dan Pluralisme, 7.14 Fungsi Pemerintah, 6.11 Partisipasi Politik, 5.63 Budaya Politik, dan 5.59 Kebebasan Sipil. Totalnya Indonesia mendapat nilai 6.48 dan digolongkan pada kategori flawed democracies atau demokrasi yang cacat. Tak hanya itu, Wijayanto, Direktur Center for Media and Democracy LP3ES, lembaga yang rutin mengeluarkan kajian sosial sejak Orde Baru, mengatakan Indonesia telah memenuhi keempat indikator sebuah negara atau sistem pemerintahan layak disebut otoriter. Indikator-indikator ini diambil dari buku Steven Levitsky dan Daniel Ziblatt, How Democracies Dies, yang terbit tahun 2018 lalu. Indikator pertama adalah adanya penolakan atau memiliki komitmen yang lemah terhadap aturan main yang demokratis. Menurut Wijayanto, hal tersebut terlihat ketika Jokowi menginstruksikan kepala daerah hingga tentara untuk mengampanyekan kebijakan pemerintah dan meminta mereka menangkal banyak

20 | THINK BEYOND MECHANICAL

kabar palsu terkait dirinya sebelum Pilpres 2019. Indikator kedua adalah pemberangusan oposisi. Dalam hal ini, Wijayanto mengatakan Jokowi melakukan itu dengan memberikan Gerindra, partai oposisi utama dalam Pilpres 2019, dua kursi menteri. Akibatnya oposisi lain seperti Demokrat, PAN, dan PKS tak punya gigi di legislatif. Suara mereka timpang dibanding koalisi partai pendukung pemerintah. Indikator ketiga, relatif lebih berdampak langsung ke sipil: memberi toleransi atau bahkan menganjurkan kekerasan aparat ke warga. Hal ini juga terjadi di era Jokowi, kata Wijayanto, contohnya kasus gerakan Reformasi Dikorupsi pada September 2019. LBH Jakarta menyebut pendekatan polisi saat menangani aksi massa saat itu “adalah pendekatan represif, kekerasan.� Indikator keempat juga berdampak luas ke warga sipil, yaitu kesediaan penguasa untuk membatasi kebebasan sipil, termasuk media. Menurut Wijayanto, beberapa ukuran kebebasan sipil yang dikekang dan dilanggar di era Jokowi adalah: pelarangan dan razia buku, pembubaran dan teror terhadap diskusi kritis, membubarkan paksa dan penangkap peserta demonstrasi isu Papua, hingga peretasan dan penyadapan para aktivis.

Kesimpulan Faktanya, dalam bentuk pemerintahan demokrasi pun pembungkaman dan represi dari pemerintah tetap perlu dilakukan, khususnya di Indonesia. Kemajemukan masyarakat Indonesia yang memiliki berbagai macam pemikiran, gagasan, budaya, keyakinan pada satu sisi memang merupakan anugerah yang patut disyukuri. Namun, disisi lain ia juga menjadi ancaman kesatuan negara, apalagi jika keberagaman tersebut sampai pada keberagaman ideologi pula, yang dapat menggeser ideologi Pancasila yang telah susah payah diperjuangkan bapak bangsa kita. Namun, satu hal yang perlu diwaspadai adalah jejak langkah otoriter sebagai akibat dari represi dan pembungkaman yang berlebihan. Bukanlah hal yang mustahil, pada rezim saat ini, gaya otoriter yang dulu mewarnai pemerintahan orde baru hidup kembali. Maka dari itu adalah tugas kita terutama, sebagai mahasiswa, untuk memastikan represi dan pembungkaman tak melewati batas-batasnya yang telah disebut diatas. Agar kehidupan demokrasi yang agung ini tak karam dalam kemunduran, melainkan berlayar menuju kemajuan abadi.


SCENT OF A WOMAN

Oleh Gaizka Ghifari Nasution K.51

DESEMBER 2020 | 21


#BREAKTHESTIGMA

K

ecantikan. Satu kata yang selalu dipermasalahkan. Suatu hal yang selalu menjadi pusat perhatian. Nomina yang selalu menjadi keramaian seluruh masyarakat untuk membanding-bandingkan. Bahkan terkadang menjadi suatu keributan bagi tiap individu dalam menentukan makna dari kata tersebut. Terkadang dapat menjadi gerbang pembuka jalan, akan tetapi dapat juga menjadi petaka bagi individu yang bersinggungan dengan kata tersebut. Lalu, kenapa hal ini selalu menjadi kasus di mata kehidupan? Kenapa keistimewaan dan juga standar ganda menjadi kata yang lekat dengan

“There are no women who do not like perfume, there are women who have not found their scent” - Marilyn Monroe “What beauty brings is huge. It brings great privilege, great power, and potential to do many things. If you are beautiful, doors open for you; people smile at you; you are accepted in places where others are not. So, the relationship that people have with beauty, in a sense, is almost deforming.” - Charlotte Rampling

“Pretty is most often synonymous with being thin, white, able-bodied, and cis, and the closer you are to those ideals, the more often you will be labeled pretty — and benefit from that prettiness.” - Janet Mock

22 | THINK BEYOND MECHANICAL

Apa itu Kecantikan?

Kecantikan di Mata Dunia

Begitulah penjelasan yang diberikan oleh Charlotte Rampling, salah satu aktris, model, dan penyanyi Inggris yang terkenal karena karyanya dalam film-film rumah seni Eropa dalam bahasa Inggris, Prancis, dan Italia. Beliau sendiri mengutarakan jika apa yang akan dibawakan oleh suatu “kecantikan” adalah suatu hal yang sangatlah besar. Kata ini akan membawakan banyak hal, terutama pada keistimewaan, kekuatan, bahkan potensi dalam melakukan banyak hal. Jika salah satu individu memegang kata tersebut, maka dapat dipastikan pintu akan terbuka untuk dirinya, tiap orang akan selalu tersenyum padanya, dan pastinya individu tersebut akan diterima di setiap tempat yang di mana orang lain akan sulit untuk menggapainya.

Dikutip dari salah satu artikel Janet Mock, seorang penulis dan aktivis trans, yang berjudul “Being Pretty is a Privilege, but We Refuse to Acknowledge It”, dirinya menjelaskan jika Eurosentris dan “fatphobic” tertanam dalam cara kita memandang keindahan dan keinginan orang lain. Meskipun dapat dikatakan jika keragaman dari media pada saat ini meningkat dan berkembang di beberapa sektor untuk mewakili berbagai latar belakang negara, etnis, dan bahan tipe tubuh. Akan tetapi, dapat dikatakan jika baliho, poster film, bahkan kampanye dari kecantikan dan “fashion” sendiri, masih mengirimkan pesan bahwa tiap individu yang memiliki kulit “putih” dan mereka yang paling mendekati “putih”, memiliki nilai kecantikan yang lebih.


Hak Istimewa itu Apa Sih?

K

ata “hak istimewa� pada saat ini sudah sangat lekat di telinga masyarakat. Kata ini sendiri telah menjadi suatu penggambaran dari sebuah gagasan bahwa tempat di mana kita berdiri dapat mempengaruhi apa yang kita lihat, pikirkan, bahkan lakukan. Konsep dari hak istimewa ini sendiri mencoba untuk mendapatkan korelasi yang kompleks antara identitas sosial seseorang yang saling berhubungan, seperti pada contohnya ras, kelas, jenis kelamin, bahkan yang dibahas pada saat ini kecantikan.consectetur adipiscing elit. Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Fusce malesuada nulla non nisl interdum, in placerat risus gravida. Hak istimewa sendiri memi liki arti bahwa seorang individu mendapatkan suatu kelebihan yang tidak dapat diperoleh dalam suatu golongan atau masyarakat melalui beberapa aspek identitas, dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki kuasa pada kata tersebut. Sudah bukan hal yang asing lagi jika tiap individu yang memiliki hak istimewa ini akan lebih dominan. Akan tetapi, memiliki hak istimewa bukan berarti seseorang memiliki kekebalan terhadap tiap kesulitan hidup yang dihadapi. Hak istimewa ini sendiri memiliki arti jika individu tersebut memiliki manfaat atau keuntungan yang tidak diperoleh oleh seseorang dalam lingkungan masyarakat dikarenakan oleh identitasnya. Dalam arti yang membosankan, hak istimewa menunjukkan semacam keuntungan yang ditawarkan kepada orang tertentu. Bagaimanapun, masyarakat mengambil pandangan yang jauh lebih sempit tentang apa yang merupakan hak istimewa ini sendiri, setidaknya dalam arti politik. Namun, disini sendiri hak istimewa tersebut tetap difokuskan pada konsep keuntungan. hal ini memiliki arti bahwa keuntungan ini harus diberikan kepada seseorang secara

tidak sengaja untuk dianggap sebagai suatu hak istimewa. Dengan kata lain, hak istimewa ini sendiri memiliki arti keuntungan yang tidak diperoleh.

Seberapa Nyata Beauty Privilege di Kehidupan? Pertanyaan sering tertuju pada seberapa nyata sebenarnya hak istimewa kecantikan ini dalam kehidupan sehari-hari? Ada banyak bukti nyata bahwa orang yang memiliki kecantikan lebih mudah dalam menjalankan banyak hal. Melalui riset yang yang dirancang oleh Carin Perilloix dari Southwestern University di Texas dan Jaime Cloud dari Western Oregon University. Diketahui jika hasil riset ini menemukan, pria lebih memilih wanita dengan wajah yang menarik daripada bentuk tubuh indah dari wanita tersebut. Riset ini sendiri juga menerapkan sistem budget point dimana akan dialokasikan nilai sebanyak 250 poin kepada peserta pria dan wanita. Setiap peserta sendiri dihadapkan dengan daftar ciri-ciri fisik yang terkait dengan wajah dan tubuh. Setelah itu, peserta diminta untuk memberikan poin kepada

DECEMBER 2020 | 23


#BREAKTHESTIGMA

Women in Elegan masing-masing ciri fisik dengan skala nol hingga 10, tergantung pada ciri fisik mana yang mereka sukai. Dari hasil riset yang didapatkan tersebut, para peneliti percaya perilaku ini mencerminkan bagaimana kita secara tidak sadar menilai potensi reproduksi jangka panjang dari wanita. Terfokus pada hal tersebut, potensi reproduksi jangka panjang wanita dapat dikomunikasikan dengan lebih baik melalui ciri-ciri wajah yang mencakup corak kulit dan faktor penuaan seperti kerutan bila dibandingkan dengan sifat-sifat tubuh lainnya. Hal ini yang menjadi anggapan dari peneliti bahwa pria lebih suka wanita yang memiliki wajah lebih menarik dibandingkan tubuh yang indah. Selain ranah sosial dunia, sosial media sendiri telah menjadi suatu ranah yang nyata dalam terjadinya hak keistimewaan ini. Seperti contohnya pada aplikasi berbagi video YouTube, TikTok, maupun Twitch, postingan akan

24 | THINK BEYOND MECHANICAL

menjadi viral karena para pengguna menyukai “estetika� dari video tersebut, yang sering kali terdiri oleh pakaian, tubuh, atau kecantikan dari pembuat konten tersebut. Dengan demikian, dapat dikatakan jika aplikasi seperti ini tidak jauh beda dengan Instagram, di mana dalam banyak kasus perbedaan besar dalam menyukai suatu hal akan selalu sebanding dengan kecantikan wajah yang dilihat oleh seseorang. Lanjut menuju TikTok, bukan hal yang aneh untuk menemukan serangkaian komentar yang meminta pertemanan sekelompok pacar yang tampak di atas rata-rata. Terlepas dari kenyataan bahwa pengguna hanya melihatnya dalam semburan 15 detik, TikTokers yang memiliki kecantikan lebih tentunya mendapatkan hak istimewa ini, seperti dianggap ramah, menyenangkan, dan bertalenta. Viralitas yang mudah dari video-video ini menunjukkan aspek lain dari hak istimewa yang membuat mereka menjadi cukup

sukses di media sosial.Popularitas media sosial dapat mengarah pada berbagai peluang, seperti kesepakatan merek dan sponsor, lini merchandise yang sukses, atau eksposur untuk memulai bisnis yang menguntungkan dan tidak terkait, seperti lini make-up atau merek pakaian. Karena mereka yang dapat menyesuaikan diri dengan cita-cita kecantikan kulit putih akan diidentifikasi dengan kecantikan lebih cepat dan lebih konsisten, ketenaran internet dalam banyak hal memperkuat ketidaksetaraan yang sudah ada di masyarakat - seperti kulit putih, tubuh sehat sebagai pendahulu untuk sukses.

Ketimpangan

dalam

Beauty Privilege Berpaling dari hal tersebut, kita menuju pada suatu daya tarik. Sebelum memulai pembahasan, sedikit yang perlu dijelaskan jika apa yang dimaksud dengan daya tarik bukanlah resep pla-


issues going on in the world

nt tonis tentang kecantikan yang sebenarnya, tetapi ukuran dari apa yang dianggap menarik di mata masyarakat. Beberapa studi akan didiskusikan menggunakan penilaian panel mengenai daya tarik tersebut. Hal ini dikenal juga sebagai seseorang yang melihat suatu foto orang lain dan kemudian menilai mereka dari bagaimana mereka terlihat. Dapat diketahui bahwa standar kecantikan berubah seiring waktu, sehingga beberapa fitur yang dianggap menarik sekarang belum tentu penjelasan secara universal. Seperti pada contohnya pada bangsa Italia dan Irlandia, yang dimana pada suatu waktu dianggap sebagai kelompok yang terkena dampak dari diskriminasi kecantikan ini. Berbeda dengan waktu tersebut, pada saat ini kedua negara tersebut jatuh pada naungan manusia berkulit putih dan tidaklah jujur ​​untuk mengatakan bahwa mereka terpinggirkan dengan cara yang sama seperti mereka sebelumnya. Dengan hal tersebut telah diperjelas lebih lanjut, maka

pembahasan terfokus pada apakah daya tarik dari kecantikan ini merupakan suatu kelebihan? Seperti yang diketahui, daya tarik sendiri merupakan suatu hal yang diterima tanpa kerja. Akan tetapi apakah hal tersebut memberikan suatu keuntungan? Kita tahu bahwa ada bias rasial dalam hal apa yang dipasarkan sebagai suatu hal yang menarik. Akan tetapi menurut hasil riset sendiri, terbukti jika daya tarik ini memberikan suatu keuntungan yang lebih dalam bagi kehidupan. Berdasarkan riset yang dilakukan, orang yang menarik lebih cenderung dilihat sebagai orang yang kompeten dan dipekerjakan untuk suatu pekerjaan (Busetta, 2013). Mereka dianggap lebih pintar dan lebih memiliki keanggunan sosial (Kanasawa, 2010). Lanjut daripada itu, mereka dianggap memiliki kualitas kepribadian yang lebih baik seperti kepercayaan (Dewolf, 2014). Mereka juga dianggap lebih mungkin mendapat manfaat dari tindakan kebaikan dari orang asing. Serta terakhir mereka memiliki harga diri yang lebih tinggi (Thornton, 1991). Tentu dari hal tersebut, suatu ketimpangan dapat terjadi. Bias terhadap kecantikan ini dapat menyebabkan kerusakan yang nyata. Dalam meta-analisis mengenai peran daya tarik dalam hukuman pidana, ditemukan bahwa orang yang tidak menarik menerima hukuman 120 hingga 305 persen lebih lama daripada orang yang menarik. Sebagai perbandingan, penelitian lain menemukan bahwa orang kulit hitam menerima hukuman 6 hingga 20 persen lebih lama daripada orang kulit putih. Hal ini merupakan bukti yang cukup untuk mengklaim bahwa menjadi menarik tampaknya memberi mereka yang berbakat itu keuntungan dalam hidup mereka. Pikirkan tentang kehidupan pribadi Anda. Siapa yang Anda perlakukan lebih baik? Pernahkah Anda bersikap lebih baik

kepada seseorang karena mereka menarik? Pernahkah Anda memperlakukan seseorang lebih buruk karena menjadi jelek? Pertimbangkan dampak dari semua pilihan kecil itu sepanjang hidup seseorang.

Work as One Kemudian pertanyaan kembali tertuju kepada tindakan seperti apa yang perlu dilaksanakan dalam menghadapi kondisi seperti ini? Dapat dikatakan jika dalam kondisi seperti ini, tiap individu harus dapat lebih peduli mengenai hak istimewa yang dimiliki daripada yang telah dilakukan pada saat ini sendiri. Untuk memberikan suatu gambaran mengenai hal tersebut, diketahui jika para ekonom telah lama mengakui bahwa kecantikan fisik mempengaruhi upah, bahkan dalam pekerjaan yang penampilan tampaknya tidak relevan dengan kinerja pekerjaan. Terlihat dengan jelas jika pria dan wanita yang memiliki wajah lebih menarik akan dibayar lebih dari orang biasa untuk pekerjaan yang sama. Dalam pekerjaan di mana ketertarikan tampak penting seperti pekerjaan di dunia hiburan dan ritel, kecantikan secara alami dihargai lebih. Meskipun demikian, kecantikan juga dihargai di bidang yang bahkan tidak ada yang menduga. Hal ini mengarah pada, pesepakbola Amerika yang ‘kurang menarik’ berpenghasilan lebih rendah daripada rekan-rekan mereka yang lebih menarik, meskipun keterampilan dan pengalaman yang

DECEMBER 2020 | 25


#BREAKTHESTIGMA mereka miliki sama di liga tersebut. Jaringan Riset Ilmu Sosial menerbitkan sebuah makalah pada tahun 2016 berjudul “CEO Pulchronomics and Appearance Discrimination”, yang mempelajari mengenai suatu kecantikan yang dapat mempengaruhi berapa banyak CEO yang dibayar. Dari penelitian ini ditemukan bahwa CEO yang menarik mendapatkan gaji yang lebih tinggi daripada CEO yang tidak menarik. Akan tetapi, disini sendiri tidak ada bukti konkret yang menunjukkan bahwa CEO yang menarik lebih produktif. Dikutip dari Daily Vox, Ekonom Daniel Hamermesh juga menulis dalam bukunya “Beauty Pays” bahwa karyawan yang lebih menarik menikmati lebih banyak tunjangan dan gaji yang lebih tinggi. Hal ini dikarenakan menurut Hamermesh sendiri, ada bukti bahwa pekerja yang menarik mendatangkan lebih banyak bisnis, sehingga menjadi suatu hal yang masuk akal bagi suatu perusahaan untuk mempekerjakan mereka. Di sisi lain, pekerja yang kurang menarik seringkali terabaikan dan seringkali menjadi korban diskriminasi. Seperti pada halnya di beberapa pasar tenaga kerja yang lebih luas, penampilan memiliki dampak yang lebih besar pada pendapatan daripada pendidikan.mana ketertarikan tampak penting seperti pekerjaan di dunia hiburan dan ritel, kecantikan secara alami dihargai lebih. Meskipun demikian, kecantikan juga dihargai di bidang yang bahkan tidak

ada yang menduga. Hal ini mengarah pada, pesepakbola Amerika yang ‘kurang menarik’ berpenghasilan lebih rendah daripada rekan-rekan mereka yang lebih menarik, meskipun keterampilan dan pengalaman yang mereka miliki sama di liga tersebut. Jaringan Riset Ilmu Sosial menerbitkan sebuah makalah pada tahun 2016 berjudul “CEO Pulchronomics and Appearance Discrimination”, yang mempelajari mengenai suatu kecantikan yang dapat mempengaruhi berapa banyak CEO yang dibayar. Dari penelitian ini ditemukan bahwa CEO yang menarik mendapatkan gaji yang lebih tinggi daripada CEO yang tidak menarik. Akan tetapi, disini sendiri tidak ada bukti konkret yang menunjukkan bahwa CEO yang menarik lebih produktif. Dikutip dari Daily Vox, Ekonom Daniel Hamermesh juga menulis dalam bukunya “Beauty Pays” bahwa karyawan yang lebih menarik menikmati lebih banyak tunjangan dan gaji yang lebih tinggi. Hal ini dikarenakan menurut Hamermesh sendiri, ada bukti bahwa pekerja yang menarik mendatangkan lebih banyak bisnis, sehingga menjadi suatu hal yang masuk akal bagi suatu perusahaan untuk mempekerjakan mereka. Di sisi lain, pekerja yang kurang menarik seringkali terabaikan dan seringkali menjadi korban diskriminasi. Seperti pada halnya di beberapa pasar tenaga kerja yang lebih luas, penampilan memiliki dampak yang lebih besar pada pendapatan daripada pendidikan.

Kecantikan Tidak Selalu Menarik

R

asa ketertarikan yang dimiliki oleh tiap individu juga banyak tumpang tindih dengan kategori diskriminasi lain yang sudah sangat dipedulikan. Seperti halnya pada industri kecantikan, sudah sangat sering pada ranah industri ini untuk dikritik karena iklan yang menyarankan “Black, Indigenous, and People of Color” atau yang dikenal juga sebagai BIPOC, akan lebih menarik setelah intervensi dari pencerah kulit. Hanya pada belakangan ini saja beberapa model dengan kondisi yang berbeda dari standar kecantikan menjadi berita halaman depan. Dari hal yang telah dijelaskan tersebut, tentunya diharapkan dapat mengubah jendela besar dari daya tarik dan dapat berkontribusi lebih pada hasil yang lebih baik bagi kelompok yang telah tertindas dari standar kecantikan dunia. Di tingkat yang lebih tinggi, setiap orang harus diperlakukan dengan bermartabat terlepas dari seberapa baik penampilan mereka. Belum dapat terlihat dengan jelas bukti-bukti konkret yang tentunya meyakinkan bahwa orang yang menarik merupakan orang yang lebih baik, pekerja yang lebih baik, atau warga negara yang lebih baik. Sehingga untuk apa kita memperlakukan tiap

26 | THINK BEYOND MECHANICAL

individu dengan berbeda? Di zaman yang semakin modern ini, dengan banyaknya fasilitas dan media yang terpercaya, tentunya diharapkan jika tiap bagian dari masyarakat dapat melihat seluruh manusia dari berbagai sisi, tanpa adanya standar yang ditentukan terlebih dahulu. Sudah semestinya diri kita tidak boleh memperlakukan mereka seolah-olah tidak seperti apa yang seharusnya diperlakukan.


Desember 2020 | 27


#BREAKTHESTIGMA

PENDAHULUAN Oleh: Adhitya Talentra & Zedric Immanuel

K

ekerasan seksual, tindakan yang jauh dari kata moral ini jumlahnya kian meresahkan di Indonesia yang katanya menjunjung tinggi moralitas. Setiap tahun kasus ini terus bertambah. Menurut Komnas Perempuan, dalam kurun waktu 12 tahun kekerasan seksual terhadap perempuan meningkat sebanyak 792% atau hampir 8 kali lipat. Dan dalam kurun waktu tersebut hingga akhir tahun 2019 lalu, tercatat sebanyak 431.471 kasus kekerasan seksual terjadi terhadap perempuan. Bahkan, di tengah pandemi kasus kekereasan seksual justru semakin parah. Tercatat sejak masa pandemi virus Corona (COVID-19), kasus meningkat sebesar 75%. Hal itu diungkapkan oleh Tim Komunikasi Publik Gugus Tugas Nasional Percepatan Penanganan COVID-19, dr. Reisa Broto Asmoro. Angka tersebut merupakan data yang tercatat oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) bersama Komnas Perempuan Bertolak dari hal tersebut, pendidikan seksual dinilai merupakan salah satu solusi yang tepat untuk

menekan angka kekerasan seksual. Namun, di Indonesia sendiri pendidikan seksual atau pembicaraan mengenai seksual masih merupakan hal yang tabu. Pendidikan seksual dianggap berlawanan dengan moral bangsa dan nilai-nilai agama karena dinilai mengajarkan seks bebas. Namun yang menjadi polemik adalah, apakah pendidikan seksual memang mampu menjadi solusi dalam mengatasi kekerasan seksual? Atau hanya akan memperparah angka seks bebas seperti stigma yang melekat dalam masyarakat saat ini?

PENDIDIKAN SEKSUAL

P

endidikan seksual adalah kegiatan yang mempelajari mengenai aspek kognitif, emosional, sosial, interaktif dan fisik dari seksualitas. Sedangkan Menurut International Planned Parenthood Federation (IPPF), pendidikan seksualitas adalah “pendekatan berbasis hak asasi manusia yang bertujuan untuk membekali kaum muda dengan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang diperlukan untuk membuat keputusan yang tepat dan menikmati seksualitas mereka secara fisik, emosional, secara individu, dan dalam hubungan mereka. Ini mendekati seksualitas secara menyeluruh dan dalam bingkai perkembangan emosional dan sosial.�

28 | THINK BEYOND MECHANICAL

Menurut World Health Organization (WHO), pendidikan seksual berfokus untuk mengembangkan dan memperkuat kemampuan anak serta remaja untuk membuat pilihan yang berdasarkan kesadaran penuh, sehat dan penuh hormat tentang hubungan, seksualitas dan kesehatan emosional serta fisik. Disamping itu, pendidikan seksual juga harus memuat berbagai informasi seperti kesehatan seksual dan reproduksi, HIV, gender, hak dan identitas seksual, reproduksi, dan yang terakhir kekerasan seksual.


SEKS BEBAS

G

ambaran mengenai banyaknya seks bebas maupun seks di bawah umur diduga karena mereka kurang memahami perilaku seks yang sehat. Hal ini berkaitan dengan kurang terbukanya informasi mengenai seks yang benar dan sehat di masyarakat, bahkan muncul kecenderungan membiarkan seks dianggap tidak bermoral dan tabu jika dibicarakan secara terbuka (Martin, 1992).

Hasil riset yang dilakukan oleh Zelnik dan Kim (1982) menunjukkan bahwa jika orang tua mau mendiskusikan seks dengan anaknya, maka anak akan memiliki kecendrungan menunda perilaku seksual premarital. Sedangkan riset yang dilakukan oleh Bennet dan Dickinson (1980) menyebutkan bahwa sebagian besar remaja memilih mendapatkan pendidikan seksual dini dari orang tua, namun orang tua sendiri memiliki pemahaman yang kurang atau bahkan tidak menjelaskan secara detail. Maka, remaja memilih untuk mencari informasi dari sumber-sumber lain. Selain itu, seksolog ternama Indonesia dr. H. Boyke Dian Nugraha, SpOG, MARS. juga menyatakan berangkat dari kurangnya pendidikan seks, angka seks bebas pada remaja menjadi tinggi. Ada sekitar 40% - 60% remaja SMP dan SMA Indonesia yang telah melakukan hubungan

seks. Seks bebas yang terjadi dikalangan remaja ini mendorong jumlah aborsi meningkat. Menurutnya pertahun terdapat 2,3 juta prosedur aborsi yang dilakukan di Indonesia. Berdampingan dengan itu, minimnya pendidikan seksual secara komprehensif juga membuat angka penyebaran HIVAIDS di Indonesia cenderung tinggi. Berdasarkan data UNAIDS atau program PBB untuk HIVAIDS, setiap tahun ada 46 ribu kasus infeksi baru di Indonesia. Hal ini dipercaya disebabkan oleh minimnya pengetahuan masyarakat, terutama remaja, mengenai perilaku seks yang sehat.

Solusi Kekerasan Seksual Tingginya angka kekerasan seksual di Indonesia yang semakin mengkhawatirkan dapat ditangani dengan keterbukaan

besar kekerasan seksual dan kekerasan di sekolah dilakukan oleh orang-orang yang mengenal korbannya, mereka berpacaran, teman, atau teman sekelas. Bagaimanapun, mereka memiliki semacam hubungan.” Sebuah survei oleh para peneliti yang diinisiasi oleh Making Caring Common dari Sekolah Pascasarjana Pendidikan Harvard menemukan 65% responden dewasa-muda berharap mereka berbicara tentang hubungan di sekolah. “Sangat

mengenai pembicaraan mengenai seks itu sendiri dan pemberian materi pendidikan seksual yang komprehensif. Hal ini dibenarkan oleh studi yang terbit dalam PLoS One pada 14 November 2018. Studi tersebut mengatakan pendidikan seksual komprehensif pra-perguruan tinggi, termasuk pelatihan berbasis keterampilan menolak seks yang tidak diinginkan, dapat menjadi strategi efektif untuk mencegah kekerasan seksual di kampus. “Pencegahan serangan seksual perlu dimulai lebih awal, perncegahan yang berhasil sebelum kuliah harus melengkapi upaya pencegahan begitu siswa masuk perguruan tinggi,” tulis peneliti dalam kesimpulan studi, dilansir dari NCBI. Sebagai tambahan, dalam laman Harvard Graduate School of Education mengatakan bahwa “pendidikan seksual yang berfokus pada hubungan dan empati sangat penting untuk mengurangi kasus ini. Sebagian

penting bahwa anak-anak mampu mempelajari (cara) untuk menyayangi orang lain,” kata psikolog perkembangan Richard Weissbourd sekaligus penulis The Talk: How Adults Can Promote Young People’s Healthy Relationships and Prevent Misogyny and Sexual Harassment. “Mereka tidak akan bisa melakukannya kecuali jika kita menuntunnya dan bersedia terlibat dalam percakapan yang bijaksana,” sambungnya. DECEMBER 2020 | 29


#BREAKTHESTIGMA

P

endidikan seksual menurut para ahli dan berbagai penelitian terbukti dapat menjadi solusi dari berbagai permasalahan seksual seperti tingginya angka seks bebas, aborsi, HIV, dan juga kekerasan seksual. Berbagai permasalahan diatas kita ketahui justru disebabkan oleh kurangnya pendidikan seksual di Indonesia, berlawanan dengan apa yang selama ini distigmakan oleh masyarakat banyak. Oleh karena itu, pendidikan seksual yang komprehensif layak diterapkan

30 | THINK BEYOND MECHANICAL

di Indonesia terutama untuk mengatasi maraknya kekerasan seksual. Namun, yang menjadi tantangan adalah bagaimana kita mengubah stigma masyarakat mengenai pendidikan seksual yang selama ini tabu dibicarakan dan penuh dengan label negatif. Apabila kita dapat mengubah stigma masyarakat dan kemudian menerapkan pendidikan seksual secara komprehensif di Indonesia, bukan tak mungkin pendidikan seksual juga dapat menjadi salah satu solusi dari terkikisnya moral bangsa saat ini.


DECEMBER 2020 | 31


SPECIAL

RENCANA LAPAN. Kevin Geraldo K. 46

A

khir oktober lalu, masyarakat Indonesia sempat dihebohkan dengan berita bahwa Indonesia memulai pergerakan untuk mencari alien dan tempat layak huni di luar angkasa. Di dunia maya, segelintir netizen memperdebatkan langkah ini. Netizen pun terbagi menjadi dua kubu, kebanyakan dari netizen menyayangkan tindakan yang menurutnya tidak ada gunanya ini. Namun, tidak sedikit warganet yang menganggap langkah ini adalah langkah yang bagus. Jika kita menilik lebih dalam, sebenarnya, bergunakah pencarian alien dan tempat layak huni di luar angkasa bagi Republik Indonesia? Untuk Apa? Sebelumnya, judul-judul berita yang banyak beredar adalah RI mencari alien. Judul berita seperti itu bisa menjadi clickbait jika netizen hanya membaca dari judul saja tanpa membuka isi berita tersebut. Karena sebenarnya yang mencari adalah LAPAN dan yang dicari adalah eksoplanet yang layak bagi kehidupan dan mengobservasi astronomi. Hal ini dijelaskan langsung oleh Kepala Lembaga

32 | THINK BEYOND MECHANICAL

Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Thomas Djamaludin “Pencarian ‘makhluk luar angkasa’ adalah gaya bahasa media. Bahasa teknisnya adalah pencarian planet-planet di luar tata surya (eksoplanet) yang layak bagi kehidupan,” ujar Thomas. Menurutnya pencarian eksoplanet hanyalah salah satu rencana dari LAPAN. Untuk memulai rencana ini, pemerintah melalui LAPAN membangun sebuah sebuah fasilitas observasi di NTT. Observatorium ini tepatnya akan berada di pegunungan Timau, Kecamatan Amfoang Tengah, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT). Kepala Bagian Hubungan Masyarakat (Humas) Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Ir. Jasyanto di Jakarta, Sabtu (7/7/2018) mengatakan observatorium ini akan menjadi babak baru keantariksaan Indonesia. Observatorium ini merupakan kerjasama LAPAN dengan Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang serta Pemerintah Kabupaten Kupang. Jasyanto menambahkan Menteri Riset dan Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Prof. Mohamad Nasir mendengungkan lokasi Timau ini sebagai situs Observatorium Nasional dan Taman


Nasional Langit Gelap sekaligus meresmikan nama Observatorium Timau. Tidak main-main, anggaran yang dibutuhkan untuk pembangunannya adalah 340 miliar rupiah yang bersumber dari APBN. Dana 340 miliar rupiah tersebut juga digunakan untuk membangun pusat sains sebagai pusat observasi astronomi dan pemberdayaan kawasan timur Indonesia, yang berlokasi di Tilong, Kupang, NTT. Jika tepat waktu, pembangunan ini akan selesai pada tahun 2021. Nantinya fasilitas observatorium itu akan dilengkapi dengan teleskop berdiameter 3800 mm yang diperkirakan datang pada akhir 2021, yang merupakan teleskop terbesar di Asia Tenggara.

yang masih beroperasi. Akibat tabrakan itu sampah baru yang jumlahnya mencapai ribuan tercipta kembali dan memperparah polusi di antariksa. Dengan bertambahnya sampah baru, probabilitas terjadinya tabrakan lainnya akan meningkat dan akan membuat satelit lainnya menjadi rusak dan akhirnya menimbulkan sampah baru dan akan kembali terjadi tabrakan dan akhirnya terus berulang. Hal ini akan merugikan manusia karena satelit sudah menjadi kepentingan bagi manusia karena berfungsi sebagai keperluan komunikasi, navigasi, informasi cuaca dan bencana alam, penelitian, keamanan nasional, pendidikan, kesehatan, dan lain-lain.

Sesuai yang telah dijelaskan tadi, tujuan LAPAN adalah untuk mencari eksoplanet dan mengobservasi astronomi. Pencarian eksoplanet ini akan menjadi yang pertama kali yang dilakukan oleh peneliti Indonesia. Peneliti LAPAN, Rhorom Priyatikanto menjelaskan langkah awal yang dilakukan adalah meneliti fenomena transien. “Dalam rencana strategis penelitian kami, tahun depan LAPAN akan memulai studi fenomena transien, yakni fenomena yang terjadi secara insidental. Salah satu tujuannya adalah deteksi dan karakterisasi eksoplanet,� ujarnya. Eksoplanet sendiri merupakan sebuah fenomena transien karena hanya dapat terlihat jika ada cahaya yang timbul karena ia sedang melewati bintang induknya. Pengertian objek transien sendiri adalah benda-benda luar angkasa yang cahayanya tidak tetap, yang muncul dengan tiba-tiba dan akan berangsur-angsur menghilang.

Exoplanet Pencarian eksoplanet dan tanda-tanda kehidupan di planet lain sudah banyak dilakukan oleh beberapa negara. Mulai dari Amerika Serikat, Rusia, Uni Eropa, dan China bahkan India. Ilmuwan asal India pernah menemukan eksoplanet yang diberi nama EPIC 211945201b atau K2-236b. Planet tersebut berjarak 66 tahun cahaya dari bumi dan memiliki besar 27x lipat daripada bumi.

Selain mencari keberadaan eksoplanet, observatorium yang dibangun di NTT ini juga akan berfungsi untuk mengamati objek-objek di tata surya seperti planet, komet, dan asteroid, fisika bintang dan galaksi, struktur besar alam semesta, hingga planet-planet di luar tata surya. LAPAN beralasan pengamatan ini dilakukan demi keselamatan umat manusia yang ada di bumi ini, mengapa demikian? Menurut ilmu sains, serpihan-serpihan akibat tabrakan benda ruang angkasa berpotensi untuk jatuh ke bumi jika tidak terbakar habis di atmosfer. Selain berpotensi jatuh ke buni, sampah bekas tabrakan di antariksa ini juga berpotensi menabrak satelit-satelit yang ada di sana sehingga dapat merusak satelit tersebut. Hal ini pernah terjadi pada 10 Februari 2009. Saat itu satelit bekas milik Rusia bernama Cosmos 2251 menabrak satelit Iridium 33 milik Amerika Serikat

Awal bulan Oktober 2020 lalu, seorang ilmuwan asal Washington State University (WSU), Dirk Schulze-Makuch, yang memimpin penelitian tentang eksoplanet, berhasil menemukan dan mengidentifikasi 24 eksoplanet layak huni dari 4.500 eksoplanet yang masuk radar. Temuan itu publikasikan dengan judul In Search for a Planet Better than Earth yang diterbitkan dalam jurnal Astrobiology. Salah satu planet yang masuk kriteria adalah KOI 5715.01. Jarak bumi dengan KOI 5715.01 adalah 3000 tahun cahaya. Menurut Dirk Schulze-Makuch pun, ada planet yang lebih baik untuk kehidupan daripada bumi. “Kita harus berhati-hati agar tidak terjebak mencari bumi kedua. Karena mungkin ada planet yang mungkin lebih cocok untuk kehidupan daripada kita,� kata Dirk Schulze-Makuch, dikutip dari newshub, Rabu (7/10). Lapan Harapan Indonesia Dengan dibangunnya fasilitas Observatorium Timau, diharapkan Indonesia dapat semakin berpartisipasi dalam pengembangan keilmuan astronomi dan pencarian eksoplanet. Menurut Rhorom Priyatikanto, Indonesia melakukan ini karena sebagai bentuk tanggung jawab terhadap pengembangan ilmu pengetahuan di dunia ini.

DECEMBER 2020 | 33


SPECIAL Tentu saja tindakan yang diambil LAPAN ini adalah sebuah tindakan yang sangat baik. Dengan pengembangan keilmuan Astronomi, bangsa ini dapat semakin percaya diri terhadap satelit-satelit yang sekarang dimiliki dan pengembangan satelit yang akan datang tanpa takut aset mahal tersebut akan rusak karena sudah memiliki strategi pencegahan. Selain itu, pencarian kehidupan makhluk hidup luar angkasa mulai dari organisme, bakteri, hewan bersel tunggal, dan lain-lain yang mungkin akan berguna di kemudian hari. Menurut Rhorom sendiri, dibalik pengamatan dan riset ini diharapkan aka nada pengembangan teknologi baru. “Di balik dari pengamatan dan riset yang dilakukan, ada harapan bahwa akan ada pengembangan teknologi baru. Pengamatan buruh kamera hypersensitive yang bisa juga bermanfaat untuk urusan medis hingga konservasi� ujar Rhorom. Dan lain sebagainya.

34 | THINK BEYOND MECHANICAL

Meski tidak ada manfaat langsung, ada banyak spin-off atau manfaat tak langsung yang bisa diperoleh�. Beberapa tahun yang akan datang diharapkan ilmu pengetahuan yang didapatkan dari penelitian ini dapat benar-benar berguna bagi bangsa ini. Oleh karena itu terobosan ini patut untuk kita apresiasi.


Gambar : Netflix

ABOU T F THE FILM

ilm yang disutradarai oleh Aaron Sorkin ini membawakan tema salah satu sejarah kelam di Amerika Serikat, yaitu demonstrasi yang berujung ricuh di Chicago yang kemudian berlanjut pada suatu kasus konspirasi yang lebih besar dan sekarang kita kenal dengan The Trial of Chicago 7. Film berdurasi 130 menit ini awalnya diproyeksikan akan rilis pada tahun 2008 tepatnya sebelum kontestasi pemilihan presiden berlangsung, dengan Steven Spielberg sebagai sutradara, namun karena beberapa faktor hal tersebut tidak dapat terwujud, faktor utamanya ialah masalah budgeting yang dinilai kurang realistis pada masa itu. 12 tahun kemudian film ini rilis, dan secara kebetulan situasi sosial politik di Amerika Serikat menjadi sangat relevan karena pada saat yang sama terjadi berbagai demonstrasi yang memiliki animo cukup besar, salah satunya adalah aksi Black Lives Matter yang terjadi di berbagai daerah di Amerika Serikat, dan melibatkan beberapa bentrok antara aparat dan para demonstran, situasi yang kurang lebih sama dengan tema besar dari Film ini, yaitu demonstrasi yang terjadi 52 tahun yang lalu di Chicago, bertepatan dengan kongres akbar Partai Demokrat. The Trial of Chicago 7 menyajikan 130 menit yang cenderung flat, seperti film dokumenter pada umumnya jika ditinjau dari sinematografinya, namun jika kita menilik lebih dalam tentang apa yang sebenarnya dibahas lalu memperhatikan semua percakapan yang ada maka sebenarnya film ini sangatlah jauh dari kata

Dinda Waasthia K. 44 Mochammad Fadly K. 49 flat, banyak sekali makna-makna tersirat yang dapat diambil dari film ini, khususnya tentang sosio kultur masyarakat Amerika Serikat pada tahun 1960an. Film ini digarap dengan budget sekitar 35 Juta USD dan film ini cukup sesuai ekspektasi, penggambaran atmosfer demonstrasi cukup dieksekusi dengan baik, melibatkan banyak pemeran yang secara kurang lebih menggambarkan situasi demonstrasi yang berujung ricuh itu pada tahun 1968. Aaron Sorkins menanggulangi sinematografi yang kurang “wah� tadi dengan cara membawa plot yang unik, yaitu menyajikan potongan-potongan sidang yang berjalan selama ratusan hari tersebut menjadi suatu sajian yang menarik karena dalam film ini setiap potongan sidang akan didukung dengan peristiwa-peristiwa penting yang terjadi secara realtime saat demonstrasi tersebut sedang berlangsung. Performa aktor-aktor yang terlibat juga terbilang cukup baik, namun menurut penulis yang terbaik adalah performa dari Sacha Baron Cohen yang berperan sebagai Abbie Hoffman. Performanya menghidupkan suasana film menjadi sangat berwarna, bahkan suasana persidangan yang represif dapat dikemas menjadi sangat menarik karena dialog-dialog dari Sacha Baron Cohen. Selain itu performa dari Yahya Abdul-Mateen juga patut diacungi jempol, pembawaanya sebagai pemimpin dari oposisi pemerintah AS pada masa itu, yaitu Partai Black Panther berhasil memukau banyak penonton, dengan performanya kita sadar bahwa tindak rasisme pada pemerintahan AS saat itu masih sangat kental, ia memiliki karisma yang kuat dan sangat membekas di hati penonton. DESEMBER 2020 | 35


SPECIAL Secara umum film ini sangat layak untuk ditonton, apalagi menilik situasi belakangan maka film ini menjadi cukup relatable di hati para penonton, penulis sendiri memberi nilai 8.8/10 untuk film Garapan Aaron Sorkins ini.

C I R C A 1 9 6 0

Gambar : filmdaily.co/obsessions/chicago-7/

Situasi politik di Amerika Serikat pada masa itu memang tidak bisa dibilang baikbaik saja, terjadi beberapa dinamika yang cukup berdampak, salah satu contohnya adalah pembunuhan JFK. Dari pembunuhan JFK kemudian muncul Kembali bola liar di masyarakat tentang siapa pelakunya dan sebenarnya apa motif dari pembunuhan JFK pada masa itu. Selain itu juga masalah rasisme yang masih sangat erat di Amerika Serikat pada masanya, namun terlepas dari itu semua ada isu yang tentunya sangat mempolarisasi masyarakat Amerika Serikat pada masa itu, isu apakah itu?

Gambar : Washingtonpost.com

36 | THINK BEYOND MECHANICAL

Vietnam War

I

su perang Vietnam adalah isu utama dari semua diskusi yang ada di Amerika Serikat pada saat itu, isu ini membuat polarisasi yang riil pada masyarakat Amerika Serikat pada masa itu. Perang Vietnam telah menelan banyak sekali korban jiwa, dari kedua belah pihak diperkirakan mencapai 3 juta jiwa korban meninggal dalam tempo sekitar 20 tahun. Perang ini terjadi antara Vietnam Utara melawan Vietnam Selatan tetapi melibatkan banyak sekali negara dibelakang mereka yang berlombalomba untuk memberikan pengaruh. Amerika Serikat dalam perang Vietnam memberi dukungan penuh kepada Vietnam Selatan, bukan tanpa sebab melainkan memang kedua negara ini yaitu Vietnam Utara dan Vietnam Selatan merupakan wujud manifestasi dari 2 negara adidaya saat itu, yaitu Uni Soviet dan Amerika Serikat, kedua negara ini berlomba-lomba memberi pengaruh dan menanamkan ideologi mereka, tak hanya itu bantuan finansial dan persenjataan pun ikut diturunkan, hingga pada puncaknya Amerika Serikat menurunkan sekitar 2.7 juta pasukan ke Vietnam dalam tempo 20 tahun, sebuah angka yang cukup fantastis bukan? Sebagian besar masyarakat Amerika Serikat merasa bahwa perang di Vietnam merupakan sesuatu yang sia-sia dan merugikan bagi Amerika Serikat, apalagi banyak prajurit-prajurit yang masih dibawah umur ikut diturunkan pada perang tersebut. Berangkat dari hal-hal tersebut terjadilah berbagai gelombang penolakan terhadap perang Vietnam, dan puncaknya adalah aksi demonstrasi di Chicago pada tahun 1968 ini.

“

When decorum is repression, the only dignity that free men have is the right to speak out.�

Keresahan masyarakat Amerika Serikat terbukti, pada 1975 Amerika Serikat secara resmi menarik pasukannya dari Vietnam dan negara Vietnam secara resmi dikuasai oleh paham Komunisme, Amerika Serikat kalah dalam perang Vietnam.


Political Trial

I

stilah “political trial” tidak mengacu pada jenis persidangan formal yang dilakukan di ruang sidang, melainkan formalitas yang dilakukan otoritas dengan tujuan tertentu, misalnya mencari simpati, melenyapkan, hingga menindas. Persidangan Chicago 7 diindikasikan sebagai salah satu kasus persidangan yang kental dengan istilah “political trial”. Pemerintah mendakwa para pemimpin dari beberapa gerakan protes pada akhir 1960-an dengan tuduhan membuat konspirasi dan menjadi dalang dari kerusuhan besar di Chicago pada saat Konvensi Nasional Demokrat tahun 1968. Walikota Chicago, Richard Daley, meyakinkan hakim federal William Campbell untuk memanggil dewan juri dan mempertimbangkan kemungkinan pelanggaran undang-undang anti huru-hara agar dapat menuntut para pemimpin gerakan tersebut. Pada 20 Maret 1969, dakwaan dilayangkan kepada delapan tokoh demonstran, antara lain Abbie Hoffman dan Jerry Rubin, pendiri Yippies (Youth International Parties); David Dellinger, pemimpin MOBE (National Mobilization Committee to End the War in Vietnam; Tom Hayden dan Rennie Davis dari MOBE dan Students for a Democratic Society

(SDS); Bobby Seale, pemimpin Black Panther; serta John Froines dan Lee Weiner dengan dakwaan pelanggaran hukum terhadap Pasal 2101 ayat 18 Rap Brown Law atau Civil Obedience Act of 1968. Di tengah-tengah rangkaian persidangan, Bobby Seale yang tidak dapat terwakili suaranya akibat ketidakhadiran pengacaranya diberi persidangan terpisah sehingga Chicago 8 berubah menjadi Chicago 7. Pengadilan dipimpin oleh Hakim Julius Hoffman dengan kasus “69 CR 2180: United States of America vs David T. Dellinger, et al” dimana ketujuh terdakwa diwakili oleh pengacara William Kunstler. Persidangan yang berlangsung beberapa bulan ini diwarnai oleh banyaknya drama serta polemik sehingga istilah “Theater in the Courtroom” mungkin istilah yang representatif dalam menggambarkan rangkaian persidangan ini.

Pengadilan Pertama di Bawah UndangUndang Anti Huru-Hara

Setelah disahkannya Undang-Undang Hak Sipil tahun 1968, Undang-Undang Anti Huru-Hara mengatur mengenai pelanggaran terhadap batas negara bagian untuk memicu

DECEMBER 2020 | 37


SPECIAL kerusuhan. Walikota Daley berkeinginan mengadili beberapa demonstran di bawah undang-undang baru tersebut meskipun jaksa agung Ramsey Clark mengatakan bahwa tidak ada bukti yang dapat mengadili para terdakwa. Menurut Clark, lebih banyak bukti yang memberatkan pihak Kepolisian Chicago dalam melanggar hak sipil demonstran dibanding bukti bahwa demonstranlah yang memulai kerusuhan. Di tahun berikutnya pada masa jabatan Richard Nixon, John Mitchell ditunjuk sebagai jaksa agung yang baru dan menerima Daley untuk menuntut Chicago 8 di bawah undangundang baru tersebut.

It was a political trial, that it didn’t matter what they said or what they did, they were going to jail”

38 | THINK BEYOND MECHANICAL

Undang-Undang Anti Huru-Hara (?) Beberapa bulan sebelum persidangan dimulai, beberapa penulis terkemuka menyampaikan argumennya melalui surat terkait ancaman dari undang-undang anti huru-hara ini. Menurut mereka, efek dari UU ini adalah membatasi jaminan pertemuan bebas karena menyamakan protes politik terorganisir dengan kekerasan terorganisir. Melakukan persidangan di bawah UU ini memunculkan masalah dikarenakan anti-riot law ini dinilai menjadi senjata dalam memendam suara demonstran melalui dakwaan yang dilayangkan.

Sidang atau Sandiwara? Selama beberapa bulan persidangan, ruang sidang menjadi saksi sekaligus panggung politik yang menampilkan dagelan hukum dan keadilan di Amerika Serikat. Hakim yang tendensius, isu multikultural, hingga suara merdu demokrasi dari Bobby Seale yang diikat dan dibungkam pada saat persidangan (sebelum akhirnya hakim memutuskan untuk memisahkan persidangan Seale) semakin menunjukkan pekatnya “political trial” dalam sidang ini. Hakim Julius Hoffmaan dinilai tidak netral dan menunjukkan biasnya pada awal persidangan. Saat pengacara Kunstler dan Weinglass memberikan daftar lima puluh empat pertanyaan yang diusulkan untuk calon juri, Hoffman hanya menerima satu pertanyaan yang diperbolehkan untuk diajukan. Kunstler dan Weinglass percaya seluruh pertanyaan tersebut dapat mengungkapkan bias budaya yang ada pada juri. Namun, pertanyaan yang diperbolehkan hanyalah “Are you, or do you have any close friends or relatives who are employed by any law enforcement agencies?”. Tidak berhenti disitu, hakim Hoffman juga mengambil tindakan tidak biasa yaitu mengikat dan menyumpal mulut Seale yang sebelumnya bersikeras memprotes dan mempertanyakan hak suaranya di pengadilan, lalu menjelaskan bahwa hak konstitusional dari Seale tetap dipertahankan di persidangan. Chicago 7 ditutup dengan dibebaskannya tujuh terdakwa dari


tuduhan persekongkolan. Akan tetapi, mereka diharuskan membayar denda $ 5.000. Hayden, Davis, Dellinger, Hoffman, dan Rubin dijatuhi hukuman karena melanggar batas negara bagian dengan tujuan menciptakan kerusuhan. Sedangkan Weiner dan Froines dibebaskan dari semua tuduhan. Hakim Hoffman juga menghukum masingmasing terdakwa beserta dua pengacara mereka atas sekitar 159 spesifikasi penghinaan dengan hukuman penjara mulai dari dua bulan untuk Weiner hingga empat tahun 18 bulan untuk Kunstler. Pengadilan Chicago 7 merupakan gambaran sempurna antara keteraturan dan kekacauan. P i h a k pemerintah

yang “katanya� menuntut terdakwa atas kerusuhan, menganggap perlu untuk mengendalikan situasi dan memulihkan ketertiban. Sedangkan pihak pembela menganggap pemerintah tidak dapat membedakan antara kebebasan dan kekacauan. Political Trial muncul sebagai pemenuh kebutuhan sosial dan politik dalam demokrasi dibanding untuk menentukan kesalahan atau tuduhan benar salahnya suatu individu atau kelompok. Di Indonesia sendiri yang merupakan negara demokrasi, kepastian hukum merupakan hal yang dinantikan oleh masyarakat Indonesia. Masih segar diingatan banyak orang terkait kasus penyiraman air keras kepada penyidik senior KPK, Novel Baswedan. Dua terdakwa kasus penyiraman ini dituntut satu tahun penjara dengan dasar pasal penganiayaan berat. Jaksa menerangkan bahwa dua terdakwa tidak pernah menginginkan melakukan penganiayaan berat. Mereka, menurut Jaksa, hanya ingin memberikan pelajaran kepada Novel Baswedan dengan menyiram air keras ke badan, namun sayangnya mengenai kepala korban. Persidangan ini disinyalir sekadar rekayasa hanya untuk memberikan kepastian hukum.

Political Trial disatu sisi memang mengancam supremasi hukum, menawarkan ketidakadilan, dan mungkin menimbulkan kekacauan. Di sisi lain, panggung sandiwara politik terus berputar mencari media lain untuk menarik perhatian dengan tujuan kekuasaan, kekuatan, penegakkan, hingga pengambilan simpati.

DECEMBER 2020 | 39


INTERNATIONAL

Written by: Mochammad Fadly K.49

40 | THINK BEYOND MECHANICAL


T

he term Laïcité itself might sound a bit strange in our society, so what is the deal behind it? We can generally define laïcite as an ideology that is adopted by France, originated from the 18th-century French revolution, it has become the symbol for the country itself, mainly proposing the secularism between the catholic church and government bureau such as school and many more. It has been used to propose the freedom of speech in France that has been gone for a long time, at the moment French people used to live in poverty meanwhile the aristocrat and the catholic church running the country by themselves. The ancient regime of France was based on a strong alliance between monarchical rule and the Catholic Church. Monarchical authority, to be legitimate, needed the approval of the Catholic Church. “Instead of emerging from below, authority came from above and its legitimacy was therefore intimately bound throne from God.” Church Privilege French catholic church possessed about 6% of the country’s total land at the time which is quite a number. Those resulted in social dynamics along late 1780-90, protest is going all around the country for the imbalanced social condition at the time, the priest used to be so close with the monarch and gained privilege meanwhile the people of France is starving because the country is going nowhere but drowning because of so many factors at the time, such as losing a war and corruption that involved the church and the monarch. The other evidence that proved the church has the upper-hand is the access to education controlled by the church at the time.

Revolt Catholic is indeed part of the majority of France people, but at the same time, the French managed to do a revolt and sealed the deal between their people, originated from the same despair they managed to bring a real move to the table, it is not an easy job for them, it has to be done in such timeline with such sacrifices. The France revolution brings a whole new mindset to the people of France, also bring new hope for them. Concordat 1801 The French Revolution was successful in abolishing the monarchy, but could not establish a stable regime. Napoleon Bonaparte, the leader at the

DECEMBER 2020 | 41


INTERNATIONAL time, signed a concordat called Concordat 1801. It is a regulation that has been perceiving as a drawback for the France revolution. It restored the strong relationship between the state and the church. Concordat 1801 recognized Catholicism as a majority religion of French people, and the authority of the states over the clergy was institutionalized. Bishops were also paid by the states, according to the concordat.

that promoted free, obligatory, and secular education. During the times, catholic was vastly adopted by many Frenchmen, however those numbers just not enough to bring these policies offered by the republicans to a halt. The bill is now widely known as The Jules Ferry Law. And finally, in 1905, France becomes completely Independent from any religious influences with the law of separation, which set things apart.

Loi concernant la Séparation des Eglises et de L’etat France has two identities during the 1801 Concordat, one is progressively republicans that deny the influence of the church in government, and the other is the right-wing conservative that wanted France to have such a stable hierarchy government. Along the way, there is much debate over the thing, one government supports the right-wing, and the other refuse the motion. Until the beginning of the 20th century, France went back and forth between a republic and a monarchy. It witnessed a conflict between two Frances: modern Republican France had emerged from the 1792 Revolution and France of the ancient regime closely tied with Catholicism. Later in 1879, the Republicans took control over the parliament, and they start to regulate to inhibit clerical institutions to gave its influences in France.

Relevance towards to date circumstances As we all know, the earlier dynamics in France has brought many things to the table. It has recreated the “war” that happened before between the church and the state. But now, it is in a different cover and is spreading all over the horizon. It has created much division among the people, especially the people who do not know what France is, what is happening there, and most importantly, most of the peoples cannot accept that France is indeed a secular country, with their Laïcité as its base.

They started from the educational program. Because during the periods, there are two main axes in terms of an educational program in France. The public school promotes democratic, liberal, and such things, and the other one is a catholic school, which gives much influence to the student in accordance to regain the trust for their clerical things. Moreover, they have the concordat in their hands. To overcome this problem, Republicans initiated several secularization reforms

42 | THINK BEYOND MECHANICAL

As an educated person, we should have sensible reasons if we want to say something. Ideally, we must see things from many perspectives, not only from ours, that comply with our demands and favor. We must respect France Laïcité just like we treasure our Pancasila. They defend their country just like us defends our Nusantara, they protect their Tricolor like we protect our Merah Putih, and last but not least, they inhibit separatism in their country just like us inhibit our family from radical movement such as ISIS. As my closing statement, I believe that France has nothing to do with hating some particular religion. France should love Islam just like we love our minority brother and sister. We love each other with our way of loving.


DESEMBER 2020 | 43


INTERNATIONAL

44 | THINK BEYOND MECHANICAL


A

ccording to the study, “Warming in the Antarctic Peninsula has already exceeded 1.5 °C over pre-industrial temperatures, and current Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) projections indicate further global increases.” They found that global heating has led to microscopic algae growing on the surface of snow along the Antarctic Peninsula, turning the snow so green to the extent that it can be spotted from space. As temperatures climb these algae blooms will expand on larger land masses faster than they shrink because of snow melt on smaller land masses. These algae blooms are an important part of the ecosystem in Antarctica; they help spread nutrients. The researchers studied nearly 1700 algae blooms and found a majority are connected to a bird or seal colony (think penguins and gulls). But why does it matter if the snow is green or white? Albedo. Albedo describes how much sunlight the ground reflects back into the air. White snow reflects almost all the light. Think about how bright it is on a sunny day with snow on the ground - nearly blinding! But if those same surfaces are green, not nearly as much light is reflected back into the air. More of it is absorbed into the ground, warming it. That warmer ground feeds the cycle of a warmer climate allowing more algae to spread which reflects less sunlight, absorbing more in the ground and heating the environment.

DECEMBER 2020 | 45


A WORLD ON PAUSE

Oleh : Rudi Chandra Adinugraha DTS ‘20

Covid-19, Ujian Terbesar Para Pemimpin Dunia

46 | THINK BEYOND MECHANICAL


W

abah penyakit Covid-19 telah menciptakan badai pandemi virus dengan skala internasional. Pada 1 Desember 2020, ada total 63.565.499 kasus Covid-19 dikonfirmasi di seluruh dunia dengan 1.473.338 kematian yang dikonfirmasi mempengaruhi 213 negara atau wilayah1. Pandemi Covid-19 telah menyebabkan hilangnya nyawa manusia secara dramatis di seluruh dunia dan menghadirkan tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya bagi kesehatan masyarakat, sistem pangan, dan dunia kerja. Gangguan ekonomi dan sosial yang disebabkan oleh pandemi ini sangat menghancurkan: puluhan juta orang berisiko jatuh ke dalam kemiskinan ekstrem dan jumlah orang kekurangan gizi yang saat ini diperkirakan hampir 690 juta, dapat meningkat hingga 132 juta pada akhirnya di tahun ini2. Jutaan perusahaan menghadapi ancaman eksistensial. Hampir separuh dari 3,3 miliar tenaga kerja global di dunia berisiko kehilangan mata pencaharian mereka. Pekerja ekonomi informal sangat rentan karena mayoritas tidak memiliki perlindungan sosial, akses perawatan kesehatan yang berkualitas, dan kehilangan akses ke aset produktif. Tanpa sarana untuk mendapatkan penghasilan selama lockdown, banyak yang tidak dapat memberi makan diri mereka sendiri dan keluarga. Bagi kebanyakan orang, tidak ada pendapatan berarti tidak ada makanan, atau, paling banter, lebih sedikit makanan atau makanan yang kurang bergizi. Pandemi telah memengaruhi seluruh sistem pangan dan telah menunjukkan kerapuhannya. Penutupan perbatasan, pembatasan perdagangan, dan tindakan pengurungan telah mencegah petani mengakses pasar, termasuk untuk membeli input dan menjual produk mereka, dan pekerja pertanian dari memanen tanaman sehingga mengganggu rantai pasokan makanan domestik dan internasional dan mengurangi akses ke makanan yang sehat, aman dan beragam. Pandemi telah menghancurkan pekerjaan dan membahayakan jutaan mata pencaharian. Ketika pencari nafkah kehilangan pekerjaan, jatuh sakit dan mati, ketahanan pangan dan gizi jutaan perempuan dan laki-laki berada di bawah ancaman, dengan mereka yang berada di negaranegara berpenghasilan rendah, terutama populasi yang paling terpinggirkan, termasuk petani skala kecil dan masyarakat adat, menjadi pukulan paling keras. Jutaan pekerja pertanian secara teratur menghadapi

tingkat kemiskinan kerja yang tinggi, kekurangan gizi dan kesehatan yang buruk, dan menderita karena kurangnya keselamatan dan perlindungan tenaga kerja serta jenis pelecehan lainnya. Dengan pendapatan yang rendah dan tidak tetap serta kurangnya dukungan sosial, banyak dari mereka yang terdorong untuk terus bekerja, seringkali dalam kondisi yang tidak aman sehingga membuat diri dan keluarga mereka menghadapi risiko tambahan. Selanjutnya, ketika mengalami kehilangan pendapatan, mereka mungkin menggunakan strategi penanggulangan yang negatif, seperti penjualan aset yang sulit, pinjaman ke pihak yang tidak kredibel atau pekerja anak. Pekerja pertanian migran sangat rentan karena mereka menghadapi risiko dalam transportasi, kondisi kerja, dan berjuang untuk mengakses dukungan yang diberlakukan oleh pemerintah. Menjamin keselamatan dan kesehatan semua pekerja agri-pangan ---dari produsen utama hingga mereka yang terlibat dalam pemrosesan makanan, transportasi, dan ritel, termasuk penjual makanan jalanan---serta pendapatan dan perlindungan yang lebih baik, akan sangat penting untuk menyelamatkan nyawa dan melindungi kesehatan masyarakat, mata pencaharian masyarakat ,dan ketahanan pangan. Dalam krisis Covid-19, ketahanan pangan, kesehatan masyarakat, dan masalah ketenagakerjaan, khususnya kesehatan dan keselamatan pekerja, bertemu. Mematuhi praktik keselamatan dan kesehatan tempat kerja, memastikan akses ke pekerjaan yang layak, dan perlindungan hak-hak tenaga kerja di semua industri akan menjadi penting dalam menangani dimensi kemanusiaan dari krisis. Tindakan segera dan terarah untuk menyelamatkan nyawa dan mata pencaharian harus mencakup perluasan perlindungan sosial menuju cakupan kesehatan universal dan dukungan pendapatan bagi mereka yang paling terkena dampak. Ini termasuk pekerja di ekonomi informal dan dalam pekerjaan yang tidak dilindungi dengan baik dan bergaji rendah, termasuk pemuda, pekerja yang lebih tua, dan migran. Perhatian khusus harus diberikan pada situasi perempuan, yang terlalu terwakili dalam pekerjaan bergaji rendah dan peran perawatan. Berbagai bentuk dukungan adalah kuncinya, termasuk transfer tunai, tunjangan anak dan makanan sekolah yang sehat, prakarsa penampungan dan bantuan makanan, dukungan untuk retensi dan pemulihan pekerjaan, dan bantuan keuangan untuk bisnis, termasuk usaha mikro, kecil dan menengah. Dalam merancang dan menerapkan langkah-langkah tersebut, penting bahwa pemerintah bekerja sama dengan pengusaha dan pekerja.

1

“Coronavirus Cases:” Worldometer, www.worldometers.info/coronavirus/?utm_campaign=homeAdvegas1%3F. Diakses 29 November 2020. 2 “Impact of COVID-19 on People’s Livelihoods, Their Health and Our Food Systems.” World Health Organization, World Health Organization, www.who.int/news/item/13-10-2020-impact-of-covid-19-on- people’s-livelihoods-their-health-and-our-food-systems. Diakses 30 November 2020. DECEMBER 2020 | 47


A WORLD ON PAUSE Menanggapi pandemi dengan cepat, sambil memastikan bahwa bantuan kemanusiaan dan pemulihan menjangkau mereka yang paling membutuhkan, sangatlah penting. Peran pemimpin-pemimpin dunia dalam menenetukan rencana strategis yang berdampak untuk penanganan Covid-19 merupakan hal krusial dalam mengatasi segala permasalahan yang ada. Dalam esai ini, penulis akan meninjau langkahlangkah strategis apa yang sudah ditempuh oleh pemimpin-pemimpin negara yang berhasil menekan laju penyebaran Covid-19.

Selandia Baru Segera setelah deskripsi awal wabah di Wuhan, Cina dibagikan, laporan pada akhir Januari 2020 mengonfirmasi bahwa Covid-19 hampir dipastikan menjadi pandemi serius. Meskipun Selandia Baru terisolasi secara geografis, pemerintah Selandia Baru tahu bahwa kedatangan SARS-CoV-2 sudah dekat karena banyaknya turis dan pelajar yang tiba di negara itu setiap musim panas, terutama dari Eropa dan daratan Cina. Model penyakit menunjukkan bahwa diperkirakan pandemi akan menyebar luas, membebani sistem perawatan kesehatan, dan secara tidak proporsional membebani masyarakat adat Maori dan Pasifik. Selandia Baru mulai menerapkan rencana menghadapi pandemi dengan sungguh-sungguh pada Februari 2020, termasuk mempersiapkan rumah sakit untuk menerima masuknya pasien. Selain itu, Selandia Baru juga mulai melembagakan kebijakan pengendalian pembatasan sosial untuk menunda kedatangan pandemi. Kasus Covid-19 pertama di Selandia Baru didiagnosis pada 26 Februari 2020. Pada minggu yang sama, laporan Misi Gabungan WHO-China tentang Covid-19 menunjukkan bahwa SARS-CoV-2 berperilaku lebih seperti sindrom pernafasan akut yang parah (SARS) daripada seperti influenza, yang menunjukkan bahwa lockdown itu mungkin dilakukan1. Pada pertengahan Maret 2020, terlihat jelas bahwa 1

penularan komunal terjadi di Selandia Baru dan bahwa negara tersebut tidak memiliki kapasitas pengujian dan pelacakan kontak yang memadai untuk menahan virus. Diinformasikan oleh advokasi berbasis sains yang kuat, para pemimpin nasional dengan tegas beralih dari strategi mitigasi ke strategi eliminasi. Pemerintah menerapkan lockdown yang ketat di seluruh negeri (disebut Tingkat Siaga 4) pada 26 Maret 2020. Selama periode kasus lokal yang meningkat secara eksponensial ini, banyak orang bertanya-tanya apakah kontrol intensif ini akan berhasil. Setelah 5 minggu dan dengan jumlah kasus baru yang menurun dengan cepat, Selandia Baru pindah ke Tingkat Siaga 3 selama 2 minggu lagi, menghasilkan total 7 minggu dari apa yang pada dasarnya adalah perintah tinggal di rumah nasional2. Pada awal Mei 2020, kasus Covid-19 terakhir yang diketahui diidentifikasi di komunitas dan orang tersebut ditempatkan di isolasi, yang menandai akhir dari penyebaran komunitas yang diidentifikasi. Pada 8 Juni 2020, pemerintah mengumumkan perpindahan ke Tingkat Siaga 1, dengan demikian secara efektif mengumumkan pandemi berakhir di Selandia Baru, 103 hari setelah kasus pertama yang teridentifikasi. Selandia Baru kini berada di tahap postelimination, yang datang dengan ketidakpastiannya sendiri. Satusatunya kasus yang teridentifikasi di negara tersebut adalah di antara para pelancong internasional, yang semuanya disimpan di karantina atau isolasi yang dikelola pemerintah selama 14 hari setelah kedatangan sehingga mereka tidak membahayakan status eliminasi negara tersebut. Tentu saja, Selandia Baru tetap rentan terhadap wabah di masa depan yang timbul dari kegagalan kebijakan pengendalian perbatasan dan karantina atau isolasi. Sebagian besar yurisdiksi yang mengejar penahanan (termasuk China daratan, Hong Kong, Singapura, Korea Selatan, dan Australia) telah mengalami kemunduran seperti itu dan telah menanggapinya dengan pengulangan tindakan pengendalian yang cepat. Selandia Baru perlu merencanakan untuk menanggapi kebangkitan dengan berbagai tindakan pengendalian. Jumlah kasus Selandia Baru (2.056) dan kematian (25) tetap rendah, dan kematian terkait Covid-nya (4 per 1 juta) adalah yang terendah di antara 37 negara anggota OECD. Kehidupan publik telah kembali mendekati normal. Banyak bagian dari ekonomi domestik sekarang beroperasi pada level sebelum pandemic

World Health Organization. Report of the WHO-China Joint Mission on Coronavirus Disease 2019 (COVID19). 2020. https://www.who.int/docs/default-source/coronaviruse/who-china-joint-mission-on-covid-19-finalreport.pdf. Diakses 30 November 2020. 2 “New Zealand’s Elimination Strategy for the COVID-19 Pandemic and What Is Required to Make It Work.� Home, www.nzma.org.nz/journal-articles/new-zealands-elimination-strategy-for-the-covid-19-pandemic-andwhat-is-required-to-make-it-work. Diakses 1 Desember 2020. 48 | THINK BEYOND MECHANICAL


Covid-19 menyerang. Perencanaan sedang dilakukan untuk melonggarkan beberapa kebijakan pengawasan perbatasan yang memungkinkan perjalanan bebas karantina dari yurisdiksi yang telah menghilangkan Covid-19 atau yang tidak pernah memiliki kasus (misalnya, beberapa Kepulauan Pasifik). Lockdown dan penangguhan perawatan kesehatan rutin tidak diragukan lagi memiliki efek kesehatan yang negatif, meskipun total kematian mingguan nasional Selandia Baru menurun selama lockdown. Untuk mengurangi dampak ekonomi yang merugikan, pemerintah menerapkan program pengeluaran untuk mendukung bisnis dan menambah pendapatan karyawan yang kehilangan pekerjaan atau yang pekerjaannya terancam3. Ada beberapa pelajaran dari respons pandemi Selandia Baru. Penilaian risiko yang cepat dan berbasis sains yang terkait dengan tindakan pemerintah yang awal dan tegas sangat penting. Pelaksanaan intervensi di berbagai tingkat (tindakan pengendalian perbatasan, tindakan pengendalian penularan komunitas, dan tindakan pengendalian berbasis kasus) adalah efektif. Perdana Menteri Jacinda Ardern memberikan kepemimpinan empatik dan secara efektif mengkomunikasikan

“The Team of 5 Million” pesan-pesan kunci kepada publik yang menghasilkan kepercayaan publik yang tinggi dan kepatuhan terhadap rangkaian pengendalian pandemi yang relatif memberatkan pengukuran. Pelajaran masa depan untuk Selandia Baru mencakup kebutuhan akan badan kesehatan masyarakat yang lebih kuat yang dapat menilai dan mengelola potensi ancaman dengan lebih baik dan untuk dukungan yang lebih besar bagi organisasi kesehatan internasional, terutama WHO.

Korea Selatan

Covid-19 muncul pertama kali di Korea Selatan pada 20 Januari 2020. Pada akhir Februari, total kasus yang dikonfirmasi telah meningkat menjadi 3.150, wabah Covid-19 terbesar di luar China. Sejak wabah MERS pada 2015, Korea Selatan telah meningkatkan tanggapannya terhadap wabah infeksi dan bersiap dengan baik untuk virus baru. Negara itu dengan cepat mengembangkan alat diagnostik Covid-19 dan menerapkan pengujian skala besar yang membantu pejabat kesehatan masyarakat mengidentifikasi dan

mengkarantina kasus yang terinfeksi dan berpotensi terinfeksi secara terpisah. Pada pertengahan Maret 2020, lebih dari 270.000 orang diuji di fasilitas drive-through dan walk-through. Selain itu, pemerintah menyediakan aplikasi ponsel pintar gratis untuk memperingatkan orang-orang dengan teks darurat di daerah mereka. Aplikasi ini juga memungkinkan pasien memasukkan gejala mereka untuk didiagnosis atau terhubung ke dokter untuk screening Covid-19.

3

Nick Wilson, et al. “Public Health Expert.” Weekly Deaths Declined in NZ’s Lockdown – but We Still Don’t Know Exactly Why – Public Health Expert, University of Otago, New Zealand, 10 July 2020, blogs.otago.ac.nz/pubhealthexpert/2020/07/10/weekly-deaths-declined-in-nzs-lockdown-but-we-still-dont- know-exactly-why/. Diakses 1 Desember 2020. DECEMBER 2020 | 49


A WORLD ON PAUSE Bersamaan dengan pengujian awal, Korea Selatan menerapkan program pelacakan kontak yang terdiri dari wawancara resmi, pelacakan GPS, dan pengawasan video untuk melacak riwayat perjalanan kasus Covid-19. Dalam sebulan, tanpa penguncian skala besar atau tindakan ekstrem untuk membatasi pergerakan orang, Korea Selatan telah berhasil mengendalikan wabah Covid-19 dan mencegah virus. Pada 24 April 2020, total 10.708 kasus dengan 240 kematian dilaporkan di Korea Selatan. Sejak pertengahan Maret 2020, Korea Selatan hanya melihat segelintir kasus baru per hari. Hingga 1 Desember 2020, Korea Selatan mendapatkan kasus total mencapai 34.562, dengan 526 kematian dan 27.885 pasien sembuh. Angka tersebut tentunya merupakan sebuah peningkatan dibandingkan bulan-bulan sebelumnya, tetapi masih dapat dikontrol dan tidak meledak hebat hingga kasus positif nya bertumbuh secara eksponensial. Dapat disimpulkan bahwa Korea Selatan telah berhasil mengendalikan wabah Covid-19 dengan metode pintar dan kesigapan yang luar biasa.

Singapura Singapura adalah negara ketiga yang melaporkan kasus Covid-19. Belajar dari epidemi SARS tahun 2003, Singapura merespons virus dengan cepat dan agresif. Selain memberlakukan pembatasan perjalanan pada penumpang yang datang dari China, dalam waktu 2 jam setelah kasus infeksi, pelacak kontak membuat log aktivitas terperinci dari pergerakan dan interaksi pasien dalam 14 hari sebelumnya setelah terinfeksi. Mereka yang telah melakukan kontak dekat dengan yang terinfeksi diidentifikasi, segera diisolasi, dan kontak mereka dilacak lagi. Keakuratan dan efektivitas pelacakan ditingkatkan oleh aplikasi ponsel cerdas yang memungkinkan pihak berwenang untuk mengidentifikasi individu yang telah melakukan kontak dekat atau terpapar pasien yang terinfeksi, dan melacak pergerakan mereka. Pada 27 Maret 2020, ada total 732 kasus dengan 2 kematian di Singapura. Pelacakan kontak yang agresif dan intens untuk menahan Covid-19 menyebar secara efektif. Namun, sejak minggu kedua April, Singapura mulai melihat lonjakan infeksi baru, di mana 75% terkait dengan cluster yang diketahui, kebanyakan asrama pekerja migran. Pada 21 April 2020, peningkatan harian 830 kasus, peningkatan harian terbesar sejak wabah Covid-19 di Singapura, menjadikan totalnya 8.014 kasus dengan 11 kematian. Otoritas Singapura dengan cepat memperketat pembatasan masuk, menutup bisnis yang tidak penting, dan memperkuat perintah ketat

pada jarak dan interaksi sosial. Hingga 1 Desember 2020, Singapura mencatatkan 58.218 kasus positif dengan jumlah kematian 29 jiwa. Hingga saat ini, pertambahan kasus di Singapura terbilang rendah dengan data terakhir yang menunjukan bahwa hanya ada 5 kasus positif baru yang terjadi pada 30 November 2020. Selain pertambahan kasus yang rendah, Singapura juga mencatatkan kasus aktif yang sedikit karena sebanyak 58.134 kasus telah berhasil disembuhkan1.

Lalu, Bagaimana dengan Indonesia? Covid-19 masuk ke Indonesia pada 2 Maret 2020 dengan dua WNI positif setelah melakukan kontak erat dengan pasien positif yang berasal dari Jepang. Penulis sangat menyayangkan sikap dari para pemimpin di Indonesia yang meremehkan wabah Covid-19 ini. Pada awal pandemi, Presiden Joko Widodo mengaku sengaja merahasiakan informasi wabah Covid-19; strategi yang katanya telah digunakan untuk mencegah kepanikan. Pada hari-hari awal epidemi, beberapa menteri berdoa agar penyakit itu menjauh, sementara menteri yang lain mengatakan cuaca yang lebih hangat di Indonesia akan memperlambat penyebaran virus. Sebuah sikap yang amat tidak bijaksana dan sangat disayangkan. Selain itu, Terawan Agus Putranto yang menjabat sebagai Menteri Kesehatan Republik Indonesia sempat melayangkan kritik pedas pada penelitian yang dilakukan oleh Harvard University Public Health Researchers. Terawan mengkritik studi yang mempertanyakan mengapa negara terpadat keempat di dunia itu belum mencatat kasus virus korona, menyebut temuan itu penghinaan dan bersikeras bahwa itu adalah kewaspadaan tinggi. Sebuah studi oleh para peneliti kesehatan masyarakat Universitas Harvard pada Februari 2020 menemukan Indonesia seharusnya melaporkan wabah virus korona dan bisa memiliki kasus yang tidak terdeteksi mengingat hubungan udara yang luas ke China dan kota Wuhan2. Bukan hanya Indonesia yang memiliki pemimpin yang bersikap kurang bijak dalam menghadapi pandemi Covid-19 ini. Bahkan di negara asal virus ini sendiri, China, pihak berwenang dituduh terlibat dalam menutup-nutupi dan menghukum dokter yang membunyikan alarm di hari-hari awal wabah--langkah yang menurut para kritikus memungkinkan virus menyebar keluar dari pusat kota Wuhan ke setiap

“Coronavirus Cases:” Worldometer, www.worldometers.info/coronavirus/?utm_campaign=homeAdvegas1%3F. Diakses 1 Desember 2020. 2 The Jakarta Post. “‘It’s Insulting’: Indonesia Criticizes US Study Concerns over No Coronavirus Cases.” The Jakarta Post, www.thejakartapost.com/news/2020/02/12/its-insulting-indonesia-criticizes-us-study-concerns- over-no-coronavirus-cases.html. Diakses 1 Desember 2020. 1

50 | THINK BEYOND MECHANICAL


sudut dunia. Sungguh sebuah sikap yang tidak bijak. Di Amerika Serikat, Presiden Donald Trump awalnya meremehkan tingkat keparahan ancaman, memprediksi virus akan "menghilang" seperti "keajaiban" suatu hari, dan mengabaikan kekhawatiran yang berkembang atas penyakit tersebut sebagai "tipuan" oleh rival politiknya. Dengan sikap acuh seperti itu, Amerika Serikat sekarang merupakan negara terparah yang terkena dampak Covid-19 dengan

13.615.100 kasus positif, tambahan kasus per- hari yang mencapai 167.756 kasus, dan total kematian mencapai 268.023 korban jiwa3. Di Brasil, Presiden Jair Bolsonaro terus menganggap penyakit itu sebagai "fantasi" dan "flu ringan". Dia menentang nasihat pejabat kesehatannya sendiri tentang menghindari kontak sosial dengan berkeliling di jalanjalan ibu kota, Brasilia, dalam kampanye untuk membuat rekan senegaranya kembali bekerja. Sementara itu, Presiden Meksiko Andres Manuel Lopez Obrador mengadakan demonstrasi politik di akhir Maret 2020, mencium para pendukungnya dan mendesak orangorang Meksiko untuk "menjalani hidup seperti biasa". Itu terjadi bahkan ketika menteri kesehatannya meminta warga untuk tinggal di rumah untuk menahan virus. Hingga 1 Desember 2020, Indonesia mencatatkan 543.975 kasus positif, 17.081 kematian, dan 454.879 kasus yang telah sembuh. Untuk trend kurva penambahan kasus aktif dan jumlah kasus aktif di Indonesia sendiri masih cenderung naik. Penulis

berharap

kepada

pemerintah

setelah

menghadapi pandemi selama kurang lebih 8 bulan agar kembali menengok ke belakang dan menjadikan pengalaman dan data-data yang ada sebagai acuan untuk menentukan keputusan selanjutnya. Penulis sangat setuju dengan pemberlakuan PSBB transisi ataupun PSBMK di daerah-daerah Indonesia karena alasan ekonomi yang harus terus berjalan. Bahkan Korea Selatan tidak perlu menggunakan lockdown untuk menahan laju pertumbuhan Covid-19, tetapi Korea Selatan sangatlah sigap, disiplin, dan cakap dalam menggunakan teknologi sebagai sarana percepatan penanganan Covid-19, sedangkan Indonesia belum. Selagi menunggu perkembangan vaksin Covid-19, penulis menganjurkan pemerintah untuk mengkaji ulang langkah-langkah yang akan diambil ke depannya,

tidak perlu terbur u-bur u. S a l a h satu kebijakan yang dinilai penulis cukup kontroversial adalah pembukaan sekolah dan kampus pada awal tahun 2021. Syarat yang diterapkan tentu sangatlah banyak, seperti protokol kesehatan yang harus dipatuhi hingga jika orang tua siswa tidak mengizinkan boleh dilanjutkan untuk sekolah/ kuliah di rumah saja. Pemerintah perlu lebih tegas dan disiplin dalam menerapkan aturan protokol kesehatan karena baru sekitar 32% dari responden survey yang dilakukan oleh UNICEF di Indonesia yang telah menerapkan tiga perilaku kunci protokol kesehatan, yaitu memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak. Selain itu, 23,2% responden hanya menerapkan salah satu perilaku saja dan 9% responden tidak melakukan

“Coronavirus (COVID-19).� Google News, Google, news.google.com/covid19/map?hl=en-ID. Diakses 1 Desember 2020. 3

DECEMBER 2020 | 51


A WORLD ON PAUSE satupun1. Penulis berharap bahwa protokol kesehatan yang selalu menjadi tagline “sakti” dalam memberikan izin untuk kegiatan berbasis tatap muka di masa pandemi benar-benar diawasi secara ketat di lapangan, bukan hanya omongan manis tanpa aksi nyata. Karena jika tidak diawasi dengan seksama dalam pelaksanaannya, para murid dan mahasiswa lah yang akan menjadi korban dari keputusan ini. Kebijaksanaan pemimpin Indonesia, Bapak Joko Widodo sangatlah diperlukan dalam menekan jumlah kasus positif Covid-19. Berkaca dari Selandia Baru, jika angka penyebaran sudah bisa ditahan, niscaya berbagai aspek dalam negara Indonesia akan membaik dengan sendirinya, pun sebaliknya. Kinerja pemimpin tentunya akan selalu menjadi sorotan di masa pandemi seperti ini. Selain itu, peran pemimpin juga sangatlah kuat dalam menentukan nasib sebuah bangsa untuk menghadapi Covid-19. Pemimpin bisa menciptakan rasa aman, disiplin, dan patuh untuk rakyatnya, pun bisa menciptakan rasa sepele dan acuh terhadap situasi yang sebenarnya. Penulis berharap dengan ditulisnya esai ini, dapat membantu merekomendasikan solusi terbaik yang dapat segera dikaji ulang dan diimplementasikan demi kebaikan seluruh elemen bangsa dan negara. “Indonesia: New Poll Reveals How Children and Young People Are Coping with the COVID-19 Outbreak.” UNICEF, 19 Nov. 2020, www.unicef.org/indonesia/press-releases/indonesia-new-poll-reveals-how-children-and-young-people-are-coping-covid-19. Diakses 1 Desember 2020. 1

52 | THINK BEYOND MECHANICAL


SEMINAR I3

WHAT’S ON KASTRAT DESEMBER 2020 | 53


A WORLD ON PAUSE

oleh : Favian Adyatma K. 42

S

eminar I3 (Imagine, Ideas, Inspire) adalah salah satu program kerja Bidang Kajian dan Aksi Strategis IMM FTUI 2020. Pada tahun 2019, program kerja ini berkolaborasi dengan Bidang Iptek bertemakan “Masa Depan Mobil Listrik di Indonesia” dengan pembicara Fitra Eri (Editor in Chief otodriver.com) dan Indra Chandra (Deputy Director of Toyota). Kemudian, pada tahun ini, Kastrat IMM FTUI 2020 mengadakan acara Seminar I3 berkolaborasi dengan Bidang Sosial 54 | THINK BEYOND MECHANICAL

Masyarakat bertema “Kesehatan Mental” dengan topik “Insecurity”. Acara Seminar I3 2020 sendiri diadakan pada tanggal 14 dan 20 November 2020 dengan masing-masing acara berbentuk seminar dan talkshow. Berbeda dengan sebelumnya, rangkaian program kerja Seminar I3 seluruhnya dilaksanakan secara daring melalui platform Zoom. Narasumber pada tanggal 14 November merupakan peraih predikat Mapres Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Kak Sabila Bahrain. Secara umum, seminar ini membahas mengenai kesehatan mental secara umum bagi mahasiswa. Kemudian dibahas pula mengenai insecurity mulai dari pengertiannya, kasus-


kasus yang kerap terjadi, hingga cara menanggulanginya. Melalui seminar ini, para audiens dapat berinteraksi saat sesi tanya jawab berlangsung. Kita diberikan wawasan bahwa sumber insecurity sangat mungkin berasal dari halhal sederhana yang mungkin seringkali tidak disadari oleh manusia, terlebih oleh mahasiswa. Bersambung dari kegiatan utama sebelumnya, talkshow Seminar I3 jatuh pada tanggal 20 November 2020. Dua pembicara pada talkshow adalah Ibu Fitri Fausiah (dosen Fakultas Psikologi UI) dan Kak Desiree Nasfhia (digital creator). Tidak jauh berbeda dari sebelumnya, moderator dan pembicara membawakan acara sesuai dengan tema yang dibawakan. Secara garis besar, ketiga narasumber Seminar I3 tersebut menjelaskan bahwa untuk dapat mengatasi insecurity kita harus bisa mengenal siapa diri kita yang sebenarnya, sebab penyebab insecurity beragam, maka kita harus memiliki pondasi dalam diri sendiri yang kuat. Asal penyebab tersebut dapat berasal dari kritikan, kekecewaan (patah hati), kegagalan, unggahan orang lain, bahkan prestasi orang lain. Dengan memperkuat keadaan diri sendiri, kita akan lebih kuat terhadap potensi insecure atau rasa tidak aman melihat kesuksesan orang lain.

O

UR

S

Berangkat dari hal tersebut, maka kita harus menentukan apa yang kita inginkan untuk kemudian diperjuangkan secara fokus. Hal itu membantu kita untuk tidak ter-distract dan tidak perlu merasa resah mengenai kesuksesan orang lain. Lebih dari itu, narasumber mengatakan juga bahwa setiap dari kita sudah seyogyanya dapat membagi hal-hal yang dapat dikendalikan dan halhal diluar kendali. Dengan demikian, kita harus fokus untuk berusaha optimal pada aspek-aspek yang dapat dikontrol demi tercapainya tujuan. Selain melalui kemampuan untuk melakukan itu semua, kita sebaiknya berbicara kepada orang lain dalam rangka mendengarkan insights dari orang lain, karena kita tidak dapat menafikan bahwa setiap orang membutuhkan insights dari orang yang berada di luar diri.

Desiree Nasfhia “Cile� Podcaster “Teman Cerita�

PEAKERS Fitri Fausiah Dosen Psikologi UI

Sabila Bahrain Mapres Psikologi UI 2019

DECEMBER 2020 | 55


A WORLD ON PAUSE

56 | THINK BEYOND MECHANICAL


DESEMBER 2020 | 57


TRIBUTE

58 | THINK BEYOND MECHANICAL


DECEMBER 2020 | 59


REFERENCES Investasi Tesla: Baguskah untuk Indonesia?

BB, S. (2019). Dampak Positif Aktivitas Pertambangan Nikel terhadap Kondisi Sosial. Jurnal Publicuho, 58-64. Clinten, B. (2020, Juni 6). Elon Musk Ingin Baterai Mobil Listrik Tesla Diproduksi di Indonesia? Retrieved from Kompas: https://tekno.kompas. com/read/2020/10/06/11330047/elon-musk-ingin-baterai-mobil-listrik-tesladiproduksi-di-indonesia-?page=all Kusuma, H. (2020, November 24). Cerita Luhut Pulang dari AS: Bertemu Trump hingga Oleh-oleh Rp 28 T. Retrieved from detikfinance: https://finance. detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-5268474/cerita-luhut-pulang-dari-asbertemu-trump-hingga-oleh-oleh-rp-28-t Nangoy, F. (2020, Oktober 5). Indonesia says in early talks with Tesla on potential investment. Retrieved from Reuters: https://www.reuters.com/article/ us-tesla-indonesia-idUSKBN26Q16I Sandi, F. (2020, November 13). Demi Gaet Tesla, Jokowi Utus Luhut Terbang ke Amerika Serikat. Retrieved from CNBC Indonesia: https://www.cnbcindonesia. com/tech/20201113184312-37-201760/demi-gaet-tesla-jokowi-utus-luhutterbang-ke-amerika-serikat Sandi, F. (2020, Oktober 22). Sederet Alasan Kenapa Tesla Mau Bangun Pabrik di RI. Retrieved from CNBC Indonesia: https://www.cnbcindonesia.com/ news/20201022085407-4-196206/sederet-alasan-kenapa-tesla-mau-bangunpabrik-di-ri Wahyudi, D. (2020, Oktober 22). Ini Alasan Tesla Mau Bangun Pabrik di Jawa Tengah. Retrieved from detikoto: https://oto.detik.com/berita/d-5223770/inialasan-tesla-mau-bangun-pabrik-di-jawa tengah

Amdal dan Omnibus Law: Demi Tarik Investor, Lingkungan Halal jadi Korban Praktik Tangan Tangan Kotor

Barri, M. F. (2020, November 4). Hilangnya Fungsi Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan dalam Era Omnibus Law. Retrieved from MONGABAY: https://www.mongabay.co.id/2020/11/04/hilangnya-fungsiperlindungan-dan-pengelolaan-lingkungan-dalam-era-omnibus-law/ Bayu, D. J. (2020, Februari 21). Aturan Baru Omnibus Law, Syarat Amdal Hanya untuk Usaha “Berbahaya”. Retrieved from katadata.co.id: https://katadata.co.id/ desysetyowati/berita/5e9a470f893d6/aturan-baru-omnibus-law-syarat-amdalhanya-untuk-usaha-berbahaya Indraini, A. (2020, November 30). Di Depan Pengusaha, Menteri LHK Pastikan Izin AMDAL Tetap Ada. Retrieved from detikFinance: https://finance.detik. com/berita-ekonomi-bisnis/d-5275912/di-depan-pengusaha-menteri-lhkpastikan-izin-amdal-tetap-ada Nugraha, I. (2020, November 6). Mengapa UU Cipta Kerja Berpotensi Timbulkan Masalah Agraria? Retrieved from MONGABAY: https://www. mongabay.co.id/2020/11/06/mengapa-uu-cipta-kerja-berpotensi-timbulkanmasalah-agraria/ Rahma, A. (2020, Oktober 9). Penelitian: 55 Persen Anggota DPR Pengusaha, Potensi Konflik Kepentingan Besar. Retrieved from LIPUTAN6: https:// www.liputan6.com/bisnis/read/4378020/penelitian-55-persen-anggota-dprpengusaha-potensi-konflik-kepentingan-besar Setiawan, V. N. (2020, Oktober 6). Bahaya Pasal-Pasal Omnibus Law UU Ciptaker yang Ancam Lingkungan Hidup. Retrieved from katadata.co.id: https://katadata.co.id/sortatobing/ekonomi-hijau/5f7c3f0e25cc1/bahaya-pasalpasal-omnibus-law-uu-ciptaker-yang-ancam-lingkungan-hidup Sudarwanto, AL Sentot dan Kharisma, Dona Budi. 2020. OMNIBUS LAW DAN IZIN LINGKUNGAN DALAM KONTEKS PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN. Jurnal Rechtsvinding. 9 (1):109-123. Susanti, F. D. (2020, Oktober 6). Empat Potensi Dampak Kebijakan Omnibus Law di Sektor Kehutanan dan Lingkungan. Retrieved from SEBIJAK INSTITUTE FAKULTAS KEHUTANAN UGM: https://sebijak.fkt.ugm. ac.id/2020/10/06/empat-potensi-dampak-kebijakan-omnibus-law-di-sektorkehutanan-dan-lingkungan/

Otoriter Diselimuti Demokrasi

Arigi, F. (2020, Agustus 24). Survei LP3ES: 28 Persen Responden Sebut Demokrasi Suram Karena Rezim Otoriter. Retrieved from nasional.tempo.co: https://nasional.tempo.co/read/1378756/survei-lp3es-28-persen-respondensebut-demokrasi-suram-karena-rezim-otoriter Firsandi Putra, F. (2020, November 13). Pembungkaman Digital di Indonesia, Otoriter? Retrieved from detail.id: https://detail.id/2020/11/pembungkamandigital-di-indonesia-otoriter/ Garnesia, I. (2018, Mei, 22). Terorisme Indonesia: Dari Separatisme hingga Teror atas Nama Agama. Retrieved from tirto.id: https://tirto.id/terorisme-indonesia-dari-separatisme-hingga-teror-atas-namaagama-cKUK Imaduddin, F. (2018, Februari 8). Ujaran Kebencian. Retrieved from Remotivi.

01 | THINK BEYOND MECHANICAL 60

Refere or.id: https://www.remotivi.or.id/kupas/444/ujaran-kebencian Kartika Dewi, R. (2020, Oktober 27). Benarkah Lapan Sedang Mencari Alien? . Retrieved from Kompas.com: https://www.kompas.com/tren/ read/2020/10/27/222854865/benarkah-lapan-sedang-mencari-alien-inipenjelasan-lengkapnya?page=all Lukas. (2020, April 28). Wajah Otoriter Pemerintahan Jokowi. Retrieved from kolom.tempo.co: https://kolom.tempo.co/read/1336303/wajah-otoriterpemerintahan-jokowi/full&view=ok Mashabi, S. (2020, November, 17). LP3ES: Kemunduran Demokrasi, Pemerintah Cenderung ke Arah Otoritarianisme. Retrieved from kompas. com: https://nasional.kompas.com/read/2020/11/17/18064931/ lp3es-kemunduran-demok rasi-p emer int a h-cender ung-ke-ara hotoritarianisme?page=all Prabowo, H. (2020, Juni, 17). Indonesia Memasuki Era Otoriter Gaya Baru? Retrieved from tirto.id: https://tirto.id/indonesia-memasuki-era-otoriter-gaya-baru-fH4F Sisk, T. D. (2002). DEMOKRASI DI TINGKAT LOKAL. Jakarta: AMEEPRO. Sulisworo, D., Wahyuningsih, T., & Baegaqi Arif, D. (2012). Demokrasi. Yogyakarta: Universitas Ahmad Dahlan. Suryo, D. 2003. Separatisme dalam Perspektit Sejarah. Jurnal sejarah 26 (4): 13-21

Scent of a Woman

Gerbovaz, L. (2020, May 4). Pretty Privilege: Can You Cheat Life With Your Looks? The Lexington Line. https://www.thelexingtonline.com/ blog/2020/4/20/pretty-privilege-is-it-time-we-start-acknowledging-it Boston University. (2020, June 8). Is Beauty’s Double Standard for Women in the Public Eye Dead? | BU Today. http://www.bu.edu/articles/2020/is-beautysdouble-standard-for-women-in-the-public-eye-dead/ Fard, S. (2020, July 14). The Greatest Privilege We Never Talk About: Beauty Saeid Fard. Medium. https://medium.com/@sfard/the-greatest-privilege-wehardly-talk-about-beauty-7db3f70c1116 Fard, S. (2020, July 14). The Greatest Privilege We Never Talk About: Beauty Saeid Fard. Medium. https://medium.com/@sfard/the-greatest-privilege-wehardly-talk-about-beauty-7db3f70c1116 W. (2020, September 27). What Do People Mean When They Talk About Pretty Privilege? Study Breaks. https://studybreaks.com/thoughts/pretty-privilege/ Mengenal Apa itu Privilege atau Hak Istimewa Beserta Jenis-jenisnya yang Paling Umum Halaman 2. (2020, October 8). Merdeka.Com. https://www. merdeka.com/sumut/mengenal-apa-itu-privilege-atau-hak-istimewabeserta-jenis-jenisnya-yang-paling-umum-kln.html?page=2 Anna, L. K. (2019, April 30). Wajah Cantik versus Tubuh Indah, Mana yang Dipilih Pria? Halaman all - Kompas.com. KOMPAS.Com. https://lifestyle. kompas.com/read/2019/04/30/075738520/wajah-cantik-versus-tubuh-indahmana-yang-dipilih-pria?page=all Ebrahim, S. (2019, July 11). Beauty Bias, And The Creation Of Pretty Privilege. The Daily Vox. https://www.thedailyvox.co.za/beauty-bias-creation-of-prettyprivilege-shaazia-ebrahim/

Pendidikan Seksual : Solusi yang Tabu

Chozanah, R. (2019, Juni, 19). Edukasi Seks: Kapan dan Apa yang Harus Diajarkan pada Anak? Retrieved from suara.com: https://www.suara.com/health/2019/06/19/202000/edukasi-seks-kapan-danapa-yang-harus-diajarkan-pada-anak?page=2 Muflihah. (2020, Maret, 23). Indonesia Darurat Kekerasan Seksual, Pemerintah Harus Segera Bertindak. Retrieved from suara.com: https://yoursay.suara.com/news/2020/03/23/144637/indonesia-daruratkekerasan-seksual-pemerintah-harus-segera-bertindak?page=1 Safitri, Eva. (2020, Juli, 10). Kasus Kekerasan Perempuan Naik 75% Selama Pandemi Corona. Retrieved from detikNews: https://news.detik.com/berita/d-5088344/kasus-kekerasan-perempuan-naik75-selama-pandemi-corona Artharini, I. (2016, Juli, 14). Mencegah kekerasan seksual lewat pendidikan. Retrieved from BBC News: https://www.bbc.com/indonesia/majalah/2016/07/160713_majalah_ kurikulum_kespro Dzulfikar, L.T. (2019, Agustus, 29). How to teach sex education in Indonesia: academics weigh in. . Retrieved from theconversation:


ences https://theconversation.com/how-to-teach-sex-education-in-indonesiaacademics-weigh-in-122400 Jurnal Teologi Sistematika Dan Praktika Marbun, S.M. 2019. Pendidikan Seks Pada Remaja. Jurnal Teologi Sistematika Dan Praktika. 2 (2):325-343.

Rencana LAPAN

Anonym. (2020, Oktober 16). LAPAN: Sampah Luar Angkasa Bisa Ancam Manusia di Bumi. Retrieved from cnnindonesia.com: https://www. cnnindonesia.com/teknologi/20201016102302-199-559106/lapan-sampahluar-angkasa-bisa-ancam-manusia-di-bumi Anonym. (2020, Oktober 27). RI Mulai Cari Alien dan Tempat Layak Huni di Luar Bumi 2021. Retrieved from cnnindonesia.com: https://www. cnnindonesia.com/teknologi/20201026151554-199-562854/ri-mulai-carialien-dan-tempat-layak-huni-di-luar-bumi-2021 Daniel Damaledo, Y. (2018, Juli 7). LAPAN Mulai Pembangunan Observatorium Timau di Kupang. Retrieved from tirto.id: https://tirto.id/ lapan-mulai-pembangunan-observatorium-timau-di-kupang-cNFc Franedya, R. (2020, Oktober 27). Demi Cari ‘Alien’, Indonesia Rogoh Rp 340 Miliar. Retrieved from cnbcindonesia.com: https://www.cnbcindonesia.com/ tech/20201027125148-37-197407/demi-cari-alien-indonesia-rogoh-rp-340miliar Hastanto, I. (2020, Oktober 27). Mulai 2021, Lembaga Antariksa Indonesia Mencari Alien dan Teliti Planet Mirip Bumi. Retrieved from vice.com: https://www.vice.com/id/article/v7mgq3/observatorium-lapan-di-ntt-selesaidibangun-2021-untuk-mencari-exoplanet-dan-alien Hidayatulloh Permana, R. (2020, Oktober 27). Ini Alasan di Balik Misi RI Mulai Cari ‘Alien’. Retrieved from news.detik.com: https://news.detik.com/ berita/d-5230508/ini-alasan-di-balik-misi-ri-mulai-cari-alien/1 Kartika Dewi, R. (2020, Oktober 27). Benarkah Lapan Sedang Mencari Alien? . Retrieved from Kompas.com: https://www.kompas.com/tren/ read/2020/10/27/222854865/benarkah-lapan-sedang-mencari-alien-inipenjelasan-lengkapnya?page=all Laveda, M. (2020, Oktober 8). Ilmuwan Klaim Temukan Planet yang Lebih Baik dari Bumi. Retrieved from republika.co.id: https://republika.co.id/berita/ qhtt8p368/ilmuwan-klaim-temukan-planet-yang-lebih-baik-dari-bumi Novena, M., & Sains, K. (2018, Juni 20). Ilmuwan India Temukan Planet Baru, Satu Tahun Hanya 19,5 Hari. Retrieved from sains.kompas.com: https://sains. kompas.com/read/2018/06/20/210500623/ilmuwan-india-temukan-planetbaru-satu-tahun-hanya-19-5-hari Rachman, A. (2020, Mei 10). Sampah Antariksa sebagai Isu Internasional. Retrieved from lapan.go.id: https://www.lapan.go.id/post/6328/sampahantariksa-sebagai-isu-internasional Warsudi, A., Budianto, A., & H Mustaqim, A. (2020, Oktober 30). Indonesia Melangkah ke Luar Angkasa. Retrieved from nasional.sindonews.com: https:// nasional.sindonews.com/read/213562/15/indonesia-melangkah-ke-luarangkasa-1603991412?showpage=all

The Trial of Chicago 7

Lahav, P. (2004). Theater in the Courtroom: The Chicago Conspiracy Trial. Law and Literature Jon Weiner, Conspiracy in the Streets: The Extraordinary Trial of the Chicago Eight (New York: New Press, 2006). Farber, D. (2019). The Chicago Eight Conspiracy Trial at Fifty: Blind Justice in Polarized Times. Social Education, 83(3), 142-146. Sorkin, Aaron. The Trial of the Chicago 7: The Screenplay. New York: Simon & Schuster, 2020 Keegan, Rebecca (September 23, 2020). “The Long Journey and Intense Urgency of Aaron Sorkin’s ‘The Trial of the Chicago 7’”. The Hollywood Reporter Rummel, R. J. “Statistics of Vietnamese Democide”, Lines 777–785, Political Trials in Theory and History. (2017). In J. Meierhenrich & D. Pendas (Eds.), Political Trials in Theory and History (pp. I-Ii). Cambridge: Cambridge University Press. Kebobrokan Hukum yang Diperlihatkan dalam Film The Trial of The Chicago 7. (2020, November 19). Retrieved December 09, 2020, from https://mojok. co/terminal/kebobrokan-hukum-yang-diperlihatkan-dalam-film-the-trial-ofthe-chicago-7/ The Chicago Seven go on trial. (2009, November 13). Retrieved December 09,

2020, from https://www.history.com/this-day-in-history/the-chicago-sevengo-on-trial Little, B. (2019, September 24). 7 Reasons Why the Chicago 8 Trial Mattered. Retrieved December 09, 2020, from https://www.history.com/news/chicago8-trial-importance Liebman, L. (2020, October 19). How Bad Was The Trial of the Chicago 7’s Judge Julius Hoffman, Really? Retrieved December 09, 2020, from https:// www.vulture.com/2020/10/who-was-judge-hoffman-the-real-story-of-thechicago-7-judge.html Randy.w. (2020, October 24). Dagelan Hukum The Trial of the Chicago 7. Retrieved December 09, 2020, from https://historia.id/kultur/articles/dagelanhukum-the-trial-of-the-chicago-7-PebkJ/page/1 Https://core.ac.uk/download/pdf/270213593.pdfLahav, P. (2005). Theater in the Courtroom, the Chicago Conspiracy Trial. Retrieved December 09, 2020, from https://core.ac.uk/download/pdf/270213593.pdf The Chicago Seven go on trial. (2009, November 13). Retrieved December 09, 2020, from https://www.history.com/this-day-in-history/the-chicago-sevengo-on-trial Chow, A. (2020, October 16). The True Story Behind Netflix’s The Trial of the Chicago 7. Retrieved December 09, 2020, from https://time.com/5900527/ trial-of-the-chicago-7-true-story/ McDowell, J. (2020, October 15). The True Story of ‘The Trial of the Chicago 7’. Retrieved December 09, 2020, from https://www.smithsonianmag.com/ history/true-story-trial-chicago-7-180976063/ Linder, D. (2000). The Chicago Seven Conspiracy Trial. Retrieved December 09, 2020, from https://web.archive.org/web/20140713062354/http://jurist.law. pitt.edu/trials2.htm Indonesia, C. (2020, June 12). Tuntutan Ringan Penyiram Novel, Panorama Ganjil Sektor Hukum. Retrieved December 09, 2020, from https://www. cnnindonesia.com/nasional/20200612084025-12-512498/tuntutan-ringanpenyiram-novel-panorama-ganjil-sektor-hukum Adyatama, E. (2020, June 12). Haris Azhar Ungkap Dugaan Rekayasa Sidang Kasus Novel Baswedan. Retrieved December 09, 2020, from https://nasional. tempo.co/read/1352686/haris-azhar-ungkap-dugaan-rekayasa-sidang-kasusnovel-baswedan

Bagguete and Laïcité

Francois Furet and Denis Richet, French Revolution (New York: The MacMillian Company, 1970), Saunders, David. “France on the knife-edge of religion: commemorating the centenary of the Law of 9 December 1905 on the seperation of Church and state.” In Secularism, Religion and Multicultural Citizenship, edited by Geoffrey Brahm Levey and Tarıq Modood. New York: Cambridge University Press, 2009. Gulce Tarhan, Roots of the Headscarf Debate: Laicism and Secularism in France and Turkey (2011)

Covid-19, Ujian Terbesar Para Pemimpin Dunia

Baker, Michael G., Nick Wilson, and Andrew Anglemyer. “Successful elimination of Covid19 transmission in New Zealand.” New England Journal of Medicine 383.8 (2020): e56. Tabari, Parinaz, et al. “International Public Health Responses to COVID-19 Outbreak: A Rapid Review.” Iranian Journal of Medical Sciences 45.3 (2020): 157-169. Johns Hopkins University & Medicine. Coronavirus Resource Center. 2020. Available at; https://coronavirus.jhu.edu/map.html. Diakses 1 Desember 2020. World Health Organization. Coronavirus disease (COVID-19) Pandemic, 2019. 2020. Available at; https://covid19.who.int/. Diakses 1 Desember 2020.

DESEMBER 2020 | 61



“

Panginten Panon Heulang, Tetempoana tuntas tur seukeut Hiber dina cakrawala salapangna Sanajan Panceg dina kodratna

-Kastrat IMM FTUI 2020 Sampai Jumpa di 2021

“



Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.