2012
LAPORAN
PARTISIPATORY POVERTY ASSESMENT AND MONITORING (PPAM) Bontang Lestari Kalimantan Timur dan Tambak Bajai Kalimantan Tengah
Kemitraan Kawal Borneo Community Foundation
LAPORAN
PARTISIPATORY POVERTY ASSESMENT AND MONITORING (PPAM) Bontang Lestari Kalimantan Timur dan Tambak Bajai, Kalimantan Tengah
Kemitraan & KBCF © 2012
Kata Pengantar
Pelaksanaan PPAM oleh KBCF di dua lokasi di Kalimantan menjadi pintu masuk program pembangunan bagi para pihak. Keberadan PPAM di dua lokasi tersebut juga berhasil mengkomunikasikan masalah pembangunan yang minim akses. Bahkan, apabila pelaksaannya sebelum musyawarah rencana pembangunan (Musrenbang) dan pendampingan yang memadai maka, proses dan hasil PPAM dapat menjadi bahan evaluasi dan baseline data untuk penyusunan program pembangunan oleh pemerintah dan perusahaan. Beberapa kalangan di pemerintah berharap agar ada tindak lanjut dari proses pelaksanaan PPAM. Camat Dadahup, Kabupaten Kapuas, Kalteng mengungkapkan bahwa tools ini menarik untuk dikembangkan di daerah, terpencil seperti Desa Tambak Bajai. Sedangkan Kepala Bappeda Bontang, Kaltim menilai tools ini dapat digunakan untuk mengupdate data kemiskinan setiap tahun selain dari hasil pendataan BPS yang dilakukan tiga tahun sekali. Kendati demikian, pelaksanaan PPAM dengan seluruh proses yang ada masih diperlukan penguatan dan peningkatan kapasitas pelaksana, baik pada pemahaman konsep, penggunaan tool, analisis dan penyajian data. Demikian halnya dukungan infrastruktur harus disiapkan terlebih dahulu. Hasil PPAM yang memadai akan dapat digunakan oleh pemerintah daerah sebagai data dan informasi tambahan untuk mendukung data dari Badan Pusat Statistik (BPS), sehingga perlu dilakukan diskusi untuk menyusun langkah-langkah implementasi agar pemerintah dapat menggunakan tools PPAM dalam mengupdate data kemiskinan. Disadari masih banyak kekurangan dalam penyajian laporan ini, sehingga saran dan masukan secara substansi sangat diperlukan.
Samarinda, Maret 2012
KBCF
ii
Daftar Isi
Judul ............................................................................................................................ i Kata Pengantar ....................................................................................................... ii Daftar Isi ..................................................................................................................... iii Ringkasan Eksecutive ............................................................................................. iv Bagian Satu ............................................................................................................... 1 Bagian Dua .............................................................................................................. 4 Bagian Tiga ............................................................................................................... 10 Bagian Empat ........................................................................................................... 13
iii
Ringkasan Eksekutif
KBCF melakukan PPAM (Partisipatory Poverty Asssesment and Monitoring) di dua lokasi, yaitu tiga (3) kampung di Kelurahan Bontang Lestari, Kota Bontang Kalimantan Timur dan Desa Tambak Bajai, Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah. Kedua lokasi ini memiliki persamaan penyebab kemiskinan, yaitu ketidakberdayaan, keterisolasian dan kerentanan. Kendati demikian memiliki peluang yang berbeda keluar dari kondisi kemiskinan. Kegiatan PPAM dimulai di Kelurahan Bontang Lestari, tepatnya di Teluk Kadere, Selantuko, Loktunggul (Tekasalo) dan Desa Tambak Bajai di Kapuas, Kalteng. Kegiatan ini didahului dengan workshop persiapan untuk menggali indicator kemiskinan local dan membentuk tim PPAM. Peserta workshop dari unsur masyarakatberharap kegiatan ini bukan hannya sekedar ceremony, tapi betul-betul bisa membantu masyarakat keluar dari kondisi kimiskinan. Sedangkan dari kalangan pemerintah, berharap, hasil PPAM ini dapat dipaparkan di pengambil keputusan dan menjadi masukan bagi pemerintah. Tekasalo merupakan pemukiman yang saat ini ditinggalkan penduduknya. Dari Data pengumpulan data tim PPAM jumlah KK di Tekasalo adalah 97 KK, namun pada saat dilakukan survey PPAM hanya ditemui 70 KK (Teluk Kadere 19 KK, Selantuko 20 KK, Loktunggul 20 KK). Banyak rumah tidak lagi berpenghuni, kebun terlantar, kondisi masyarakat pasrah, seakan tidak perduli dengan geliat kehidupan di seberang teluk, dimana mereka menyerahkan nasib pada waktu. Tidak ada dinamika, bahkan dalam satu tahun terakhir tidak ada bantuan atau program dari pemerintah. Hanya bingkisan lebaran dari perusahaan yang mereka terimah dan terakhir kali mereka makan “daging qurban�, juga pembagian dari perusahaan. Ironisnya, tak jauh dari kampong mereka yang tersembunyi dibalik rimbunnya hutan bakau, terdapat perusahaan besar dan geliat pembangunan pusat kota. Memang pemerirntah sudah mulai membangun badan jalan, tapi belum bisa membuka akses ke kampong tersebut. Perusahaan juga membantu membangun gedung sekolah dan sarana ibadah, namun masih ditemui anak sekolah setiap pagi harus membuka baju merah putih mereka, berenang menyeberangi empang untuk ke sekolah, masih banyak rumah yang tidak layak huni, tidak ada sumber air bersih yang mudah diakses., jamban yang berseptik tank menjadi barang langkah, sementara hasil laut sudah mulai menurun. Saat seperti inilah Erwin dan puluhan kepala keluargalainya merasa miskin, �Saya merasa miskin ketika melaut tidak dapat hasil�.
iv
Lain halnya potret kemiskinan di Desa Tambak Bajai, Kalimantan Tengah. Tambak Bajai adalah sebuah pemukian tua di ujung kecamatan Dadahup, Kabupaten Kapuas. Masyarakat di desaini jauh lebih miskin dibandingkan dengan Tekasalo. Bila di Bontang Lestari masih memiliki sumberdaya alam dan kelembagaan yang dapat membantu untuk keluar dari kondisi saat ini, tapi di Tambak Bajai kedua hal tersebut sudah hilang, sehingga akan membutuhkan proses dan waktu yang sangat panjang untuk keluar dari kondisi saat ini. Kondisi kemiskinan di Tambak Bajai memang diakibatkan oleh satu system yang gagal (PLG), sementara di Bontang lebih kepada belum terbukanya akses. Dari data yang diperoleh dari salah satu staf desa, jumlah KK yang terdaftar sebanyak 126. Faktanya ketika dilakukan pendataan untuk survey PPAM, hanya ada 60 KK, sedangkan 20 KK diantaranya berada di luar desa untuk menjadi buruh di perkebunan sawit, selebihnya tidak diketahui. Banjir yang yang awalnya datang hanya tiga tahun sekali. Sejak adanya proyek lahan gambut, menjadi setahun sekali, dan kampong akan terendam selama 3 bulan. Kondisi ini bukan hanya merusak sumber-sumber penghidupan tapi juga sendi-sendiri perikehidupan lannnya di masyarakat setempat. Masyarakat mengakui bahwa sejak adanya PLG, hutan mereka banyak yang hilang. Sedangkan hutan merupakan tempat untuk mencari kayu bakar, rotan, karet, berburu, bahkan mengambi kayu untuk membangun dan memperbaiki rumah. Rosdiana, salah satu peserta workshop PPAM yang mewakili kelompok perempuan mengatakan sekarang hutan mereka banyak yang hilang dan sangat sedikit sekali yang tersisia. “Sejak adanya PLG, kami suit memperbaiki rumah, tidak ada kayu, tempat berburu juga semakin sedikit,� tambah ibu yang dipanggil Ros ini.Ia juga menuturkan bahwa, kaum perempuan di Desa Tambak Bajai merasa miskin ketikasulit dapat lauk, tidak ada kayu bakar, dan kayu untuk memperbaiki rumah.�. Lain halnya dengan Saden, orang tua separuh baya ini sudah lama tidak bekerja, ia sangat sulit mendapat pekerjaan, mau berkebun tidak ada lahan, mau berusaha tidak ada modal. Semua kondisi itu belum seberapa dibadning ketika banjir datang merendam kampong mereka selama tiga bulan. Mereka tidak bisa memanen rotan, tidakpula menorah karet, apalagi untuk kegiatan social lainnya. Bahkan, mereka harus membuat tiang rumah dalam rumah mereka. Menurut warga, dulu banjir yang datag sekali setahun, dinanti karena membawa berkah. Masyarakat setempat menggali sumur-sumur perangkap ikan di kebun mereka, ketika banjir datang, ikan akan terbawa masuk dan terperangkap di sumur tersebut. Sekarang, bila banjir datang mereka kehilangan banyak waktu dan rupiah, karena tidak dapat mengambil rotan dan karet di hutan.
v
Lalu, apa yang telah mereka lakukan untuk keluar dari kondisi tersebut? Ternyata tidak ada, mereka sudah pasrah. Usman, ketua RT 13 Teluk Kadere mengatakan mereka sudah pasrah dengan kondisi ini, kami tidak tahu harus bagaiman mengatasi hama di kebun kami. Sementara itu, Guset, Kepala Desa Tambak Bajai mengaku bahwa masyarakat sudah “alergi’ melakukan pertemuan untuk musrenbangdes, karena setiap tahun diusulkan program yang sama, tapi tidak serupiah yang turun ke masyarakat. Setelah adanya PPAM ini, masyarakat kepala desa dan camat di Tambak Bajai dan Bontang Lestari mengetahui apa penyebab dan bagaimana keluar dari kondisi kemiskinan tersebut. Saat ini, kedua daerah tersebut sudah memiliki rencana aksi komunitas. Camat dan kepala Desa Tambak Bajai langsung menyatakan komitmennya untuk menjadikan program percontohan pengentasan kemiskinan, termasuk bagaimana mengukur keberhasilan program-program kemiskinan di daerah. Sedangkan di Bontang, hamper 75% rencana aksi komunitas mendapat dukungan pembiayaan dari APBD 2012, sedangkan selebihnya akan diusulkan di APBD Perubahan dan usulan APBD 2013, serta CSR. Sedangkan terkait tools PPAM sendiri, Zulkifli, kepala Bappeda Bontang, bahkan menyatakan bahwa tools PPAM dapat dimanfaatkan untuk memperbaharui data kemiskinan setiap tahun dari data BPS yang diperbaharui setiap tiga tahun sekali.
vi
Bagian Satu
Sekilas Partisipatory Poverty Assesment and Monitoring (PPAM) Tools Participatory Poverty Assessment and Monitoring ini merupakan modifikasi dari Nested Spheres of Poverty1 (NESP) dan Suara Si Miskin: Panduan Pelaksanaan PPA (Kajian Kemiskinan Bersama Komunitas) Untuk Formulasi Kebijakan Pembangunan2 yang merupakan pengalaman dalam memformulasikan strategi penanggulangan kemiskinan daerah secara partisipatif di Kabupaten Wonosobo dan Kutai Timur. Keduanya merupakan pendekatan yang relatif sama dalam upaya memotret kemiskinan, merumuskan program penanggulangan kemiskinan serta monitoringnya yaitu pendekatan yang dilakukan secara partisipatif atau secara umum lebih dikenal sebagai Partisipatory Poverty Assessment (PPA). Keduanya juga merupakan tools yang melihat kemiskinan sebagai suatu yang multidimensi dan lebih dari sekedar rendahnya pendapatan3. Sebagai bentuk modifikasi dari NESP dan Suara si Miskin, tools ini juga dilakukan secara partisipatif dengan memandang kemiskinan sebagai suatu kondisi yang multidimensi dari sudut pandang komunitas miskin dalam konteks assessment, monitoring dan perumusan program penanggulangan kemiskinan. Pendekatan yang digunakan untuk kepentingan tersebut adalah kombinasi antara model kuantitatif dan kualitatif. Dalam NESP dikemukakan bahwa kemiskinan adalah suatu situasi dimana seseorang atau rumah tangga mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan dasar, sementara lingkungan pendukungnya kurang memberikan peluang untuk meningkatkan kesejahteraan secara berkesinambungan atau untuk keluar dari kerentanan4. Tak jauh berbeda dengan hal tersebut proses PPA yang dilakukan di Kabupaten Wonosobo menemukan bahwa dari sudut pandang kelompok miskin, kemiskinan didefinisikan sebagai suatu kondisi dimana individu atau keluarga mengalami kesulitan untuk memenuhi hak hidupnya sebagai akibat kerentanan terhadap perubahan serta keterbatasan 1
Gรถnner, C. Et al. Capturing nested spheres of poverty: a model for multidimensional poverty analysis and monitoring/by Christian Gรถnner, Michaela Haug, Ade Cahyat, Eva Wollenberg, Wil de Jong, Godwin Limberg, Peter Cronkleton, Moira Moeliono, Michel Becker. Bogor, Indonesia: Center for International Forestry Research (CIFOR). 2
Hardiyanto, Andik, Et.al.2007. Suara Si Miskin: Panduan Pelaksanaan PPA (Kajian Kemiskinan Bersama Komunitas) Untuk Formulasi Kebijakan Pembangunan. Multistakeholder Forestry Programme. Jakarta. 3
Gรถnner, C. Op cit. p.1
4
Cahyat, A., Gรถnner, C. and Haug, M. 2007 Mengkaji Kemiskinan dan Kesejahteraan Rumah Tangga: Sebuah Panduan dengan Contoh dari Kutai Barat, Indonesia. CIFOR, Bogor, Indonesia.
1|laporan PPAM
akses terhadap lingkungan pendukungnya akibat keterisolasian dan ketidakberdayaan komunitas miskin tersebut sebagai dampak infrastruktur dan pelayanan yang tidak perpihak pada komunitas miskin. Dari definisi tersebut dapat dilihat bahwa dalam memandang kemiskinan terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dan dipantau dalam perumusan program penanggulangan kemiskinan yaitu: pemenuhan hak hidup, lingkungan pendukung (konteks) serta kondisi aktual infrastruktur dan pelayanan. Hubungan antara kemiskinan, lingkungan pendukung serta infrastruktur dan pelayanan dapat dilihat pada Gambar 1.1.
Gambar 1. Konsep NESP HAK HIDUP. Hak hidup merupakan hak dasar yang karena tidak terpenuhi menyebabkan suatu komunitas berada dalam kemiskinan. Kemiskinan disini dilihat dari sudut pandang komunitas itu sendiri. Kemiskinan diukur melalui indikator tingkat kesejahteraan yang dirumuskan dan disepakati oleh komunitas itu sendiri. Indikator inilah yang digunakan untuk melakukan klasifikasi tingkat kesejahteraan komunitas tersebut menjadi 3 kelompok yaitu (miskin, menengah dan sejahtera) dalam rangka menemukan kelompok miskin sekaligus sebagai basis data kemiskinan. Indikator ini juga yang selanjutnya akan digunakan untuk mengukur tingkat kesejahtaraan pasca intervensi program untuk melihat efektifitas program dalam penanggulangan kemiskinan.
2|laporan PPAM
LINGKUNGAN PENDUKUNG (KONTEKS). Adalah lingkungan yang berpengaruh terhadap kesejahteraaan/kemiskinan. Lingkungan pendukung dikelompokkan menjadi Politik, Ekonomi, Sosial-Budaya dan Sumberdaya Alam yang merupakan bentuk adopsi dari NESP5. INFRASTUKTUR DAN PELAYANAN. Mencakup infrastruktur dan pelayanan fisik maupun non fisik. Dua jenis analisis yang akan dilakukan untuk infrastruktur dalam ini adalah (1) dianalisis untuk mengetahui apakah infrastruktur dan pelayanan ini merupakan sumber kemiskinan serta (2) bentuk intervensi yang dapat dilakukan melalui penyediaan infrastruktur dan pelayanan untuk penanggulangan kemiskinan terkait dengan lingkungan pendukung. Secara umum, inti proses dalam analisis kemiskinan secara partisipatif ini akan mencakup 4 tahapan (Gambar 2), meskipun secara keseluruhan akan mengikuti berbagai tahapan yang akan dijelaskan lebih lanjut.
Pengukuran Indikator Kemiskinan
路
Pengambilan Keputusan dan Intervensi
Pengolahan, Analisis dan Penyajian Data 路 Rekomendasi
Pemantauan Dampak Intervensi
Gambar 2. Gambaran Umum Tahapan Proses PPAM Siklus proses dimaksud ditujukan untuk: a. Memperoleh data sesuai dengan indikator klasifikasi kesejahteraan (kemiskinan) yang disepakati dan data pendukung lainnya. b. Memperoleh gambaran kemiskinan pada suatu wilayah tertentu baik level desa, kecamatan, maupun kabupaten c. Mengetahui penyebab kemiskinan, potensi yang dapat dimanfaatkan serta alternatif solusi yang dibutuhkan oleh komunitas miskin untuk keluar dari kemiskinannya. d. Untuk pemantauan dampak program terhadap penanggulangan kemiskinan. 5
Cahyat, A. Op cit. p1
3|laporan PPAM
Bagian Dua
Lokasi Kegiatan PPAM 2.1. Kelurahan Bontang Lestari Kegiatan PPAM di Kelurahan Bontang Lestari dilakukan di 3 kampung yangberada di RT. 13, 14, dan 15. Bontang Lestari adalah satu kelurahan dari 15 kelurahan yang ada di Kota Bontang, Kalimantan Timur. Kelurahan ini berjarak 120 km dari ibukota propinsi, 2 km dari pusat pemerintahan kota Bontang dan 23 km dari pemerintahan kecamatan Bontang Selatan.
Gambar 3. Peta Administrasi Kelurahan Bontang Lestari
2.1.1. Kependudukan Kelurahan ini memiliki luas wilayah sekitar 8.192 hadengan jumlah penduduk 4.170 jiwa dan 1.153 KK yang tersebuar di 15 RT.Sedangkan kampong lokasi PPAM yang tersebar di tiga (3) RT berjumlah 97KK. Mayoritas penduduk di tiga kampong ini berasal dari Sulawesi Barat. Banyak penduduk yang harus menginggalkan kampong dan bermukim di kota karena mencari pekerjaan.
4|laporan PPAM
Jumlah Penduduk
Jumlah Penduduk dalam Jiwa & KK di TEKASALO 200 150 100 50 0
Teluk Kadere Salantuko Loktunggul
Laki 60 58 82
Perempuan 62 64 71
Jumlah 122 122 153
KK 30 30 37
Grafik 1. Jumlah Penduduk dalam Jiwa & KK di TEKASALO
2.1.2. Pendidikan Ketersediaan sarana pendidikan di Tekasalo dapat dilihat pada table di bawah: Tabel 1. Sarana Pendidikan di Tekasalo No
Jenis Pendidikan
1. Kel. Bermain 2. TK/TK. Alquran 3. Sekolah Dasar 4. SLTP JUMLAH
Gedung 1
Negeri Guru
Murid
Gedung
1
1
2
1
-
Swasta Guru
-
Murid
-
Data: PPAM BIKAL_KBCF, 2011
2.1.3. Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup Ketiga kampong ini terletak di kawasan pesisir Kota Bontang yang memiliki hutanmangrove yang sudah mulai mengalami degradasi. Selain itu, mereka masih memiliki lahan yang dapat ditumbuhi kelapa dan beberapa jenis tanaman palawija lain, meskipun jumlahnya sangat terbatas.
2.1.4. Mata Pencaharian Penduduk Kondisi lahan dan hama, meyebabkan penduduk setempat tidak dapat menjadikan pertanian sebagai mata pencaharian utama, sehingga sebagian besar menggantungkan hidup mereka dari kegiatan di pesisir dan laut. meskipun terdapat lahan yang cuku luas, namun dengan kondisi tanah berpasir dan sering tergenag air, menyulitkan masyarakat untuk memanfaatkannya.
5|laporan PPAM
Jumlah Penduduk di TEKASALO Menurut Pekerjaan Tahun 2011 30 25 20 15 10 5 0
Budida Tude & Keramb Lombok Minyak ya Teripan a Kelapa Rumput g Teluk Kadere 1 6 0 10 0 Salantuko 15 9 0 0 20 Loktunggul 28 1 2 0 20
Bibit Bakau
Guru
Nelaya n
Buruh Lepas
16 20 20
6 2 6
10 30 9
15 0 0
Grafik 2. Jumlah Penduduk di TEKASALO Menurut Pekerjaan Tahun 2011
2.1.5. Kelembagaan Kelembagaan yang ada di Bontang Lestari cukup lengkap, demikian halnya di lokasi PPAM. Kendati demikian, belum semuanya memberikan manfaat bagi masyarakat. Tabel 2. Kelembagaan di Lokasi PPAM No Orgainisasi Manfaar 1 RT dan Kelurahan Pembangunan 2 Kelompok tani dan nelayan Fasilitas bantuan pemerintah 3 PKK 4 Karang Taruna 5 BIKAL Pendampingan 2.2. Desa Tambak Bajai Secara administrasi Desa Tambak Bajai masuk dalam wilayah Kecamatan Dadahup hasil pemekaran Tahun 2010 (dahulu Kec. Kapuas Murung), Kabupaten Kapuas Propinsi Kalimantan Tengah dengan titik koordinat kampung 50 M (X) 0248456 dan UTM (Y) 9725039 . Desa Tambak Bajai adalah sebuah desa dipinggiran Sungai Mangkatip yang secara administratif masuk ke dalam wilayah Kecamatan Dadahup, Kabupaten
6|laporan PPAM
Kapuas-Kalteng. Desa dengan perkiraan luas Âą 24.000 km2, berbatasan dengan Desa Dadahup sekarang ibukota Kecamatan Dadahup di sebelah selatan (Ngawa), Desa Sei Jaya disebelah utara (Ngaju), Kecamatan Jenamas sebelah timur (Gantau) dan Kecamatan Mantangai disebelah Barat (Sambil). Jarak tempuh dari desa Tambak Bajai menuju ke ibukota kecamatan (Dadahuph) adalah Âą 1,5 Jam, dari desa ke ibukota kabupaten (Kuala Kapuas) diperkirakan Âą 3,5 Jam, dan dari desa ke ibukota provinsi (Palangka Raya) + 6,5 Jam.
2.2.1. Kependudukan Berdasarkan informasi yang didapat Yayasan Tahanjungan Tarum (YTT)jumlah penduduk Desa Tambak Bajai adalah + 126 Kepala Keluarga ( KK ) yang mayoritas penduduk adalah suku Dayak Ngaju . Desa Tambak Bajai tepatnya berada di sebelah kanan DAS Kali Mangkatip DAS Barito. Jarak tempuh yang dilalui dari desa Tambak Bajai menuju Kecamatan Dadahup menggunakan transportasi air + 2 jam seangkan ke Kabupaten 6 jam menggunakan transportasi air (klotok bermesin mobil), Alternative lainnya menuju kabupaten bvisa menggunakan transportasi darat seperti mobil dan sepeda motor namun harus sampai ke kecamatan dadahup terdahulu. Jumlah penduduk Desa Tambak Bajai adalah 462 jiwa. Terdiri atas 228 perempuan dan 234 laki-laki dengan total 126 Kepala Keluarga (KK) yang tersebar di dua Rukun Tetangga (RT). 95 % masyarakat Tambak Bajai adalah Suku Dayak, sisanya Suku Banjar dan Jawa. 2.2.2. Pendidikan Pendidikan di Desa Tambak Bajai belum bekembang, setidaknya dari jumlah gedung sekolah saja hanya terdapat satu buah, dengan kondisi yang memprihatinkan. Tenaga pengajar ada enam orang, dimana 3 orang berstaus PNS dan 3 orang lainnya guru swasta. Sedangkan tingkat pendidikan adalah sebagai berikut: Pra sekolah 32 orang, SD 178 orang, SMP 62 orang, SLPTA 26 orang dan sarjana 4 orang. Hanya ada SD di kampong tersebut, sehingga anak-anak melanjutkan sekolah harus mondok di ibu kota kecamatan.
2.2.3. Sosial Budaya Budaya yang berkembang di masyarakat desa Tambak Bajai yakni adat lokal suku Dayak Ngaju. Hal ini dikarenakan mayoritas jumlah penduduk berasal dari suku dayak Ngaju, sebagian kecil ada dari suku jawa dan banjar. Dalam berkomunikasi biasanya masyarakat.
7|laporan PPAM
2.2.4. Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup a.
Pohon/kayu : rangas (jingah), galam, parupuk, sumpong, gantalang, mohor, kamasira, uar haduk, maharanda, jajangkit, bangaris, kalapapa, tilap, gandis, mahang, kahui, kambalitan, jinjit, kajamihing, tumih, b. Pakis/narai sayuran je bara hutan/sekitar desa : Kalakai, lampasau, singkah, ujau (rebung). c. Ramuan Tradisional : Obat-obatan : kalapapa, karamunting, tingen d. Bahan membuat pupur/bedak : Pudak, kalanis. e. Bakei (Monyet),bahuang (Beruang),bawui (babi hutan), baliang(enggang), bakaka(kakatua),punei(punai),tupai (Tupai),bajai (buaya), bajawak (biawak),
sangahau (kadal), pusa kambe (kucing hutan).
2.2.5 Mata Pencaharian Mata Pencaharian masyarakat desa Tambak Bajai adalah Menyadap Karet dan mencari ikan. Menyadap Karet dilakukan oleh ¹ 25% masyarakat yang masih memiliki sisa kebun karet setelah kebakaran hutan pasca proyek PPLG 1997, dan sebagian lagi memotong rotan, cari ikan di beje (kolam ikan tradisional) semuanya sisa eks PLG, harga penjualan karet perkilogram ¹ Rp. 6.000,- – 7.000,- yang dijual melalui tengkulak dari luar desa dan dibawa ke Banjarmasin, saat sekarang masih belum kelihatan usaha yang signifikan dalam segi kebutuhan pembangunan perumahan.
2.2.6. Sarana dan Prasaran Desa Tambak Bajai Sarana dan Prasarana yang ada di Desa Tambak Bajai adalah : Tabel 3. Sarana dan Prasarana yang ada di Desa Tambak Bajai No Sarana Prasarana Jumlah 1 Kantor Desa 1 buah 2 Balai Desa 1 buah 3 Sekolah Dasar Negeri (SDN) 1 buah 4 Pustu 1 buah 5 Los Pasar 1 buah 6 Dermaga 1 buah 7 Gereja 1 buah 8 Mesjid 1 buah 9 Pasturi 1 buah 10 Lokasi Kuburan 1 buah 11 Jalan Cor 1 Km 12 Rumah Penduduk 67 buah
8|laporan PPAM
2.2.7. Kelembagaan Desa Desa Tambak Bajai sudah melaksanakan pergantian kepala desa sebanyak Sebelas kali yaitu : Tabel 4 : Kelembagaan Desa Tambak Bajai Kepala Kampung – Kepala Desa 1998 – 2008 : Awung Es. M Bangas : Kepala Desa 2008 - Sekarang : Guset : Kepala Desa Sedangkan untuk kelembagaan-kelembagaan lain yang ada di Desa Tambak Bajai adalah : 1. Pemerintahan Desa ( Pemerintah Desa dan BPD ) 2. PKK 3. SPP/R ( Seksi Pelayanan Pemuda / Remaja ) 4. SPB (Seksi Pelayanan Bapak) dan SPW (Seksi Pelayanan Wanita) 5. Rukun Tetangga ( RT ) 6. Mantir Adat 1978 - 1998
: Es. M. Bangas
:
9|laporan PPAM
Bagian Tiga
Proses Pelaksanaan PPAM Tahapan pelaksanaan PPAM ini dapat dibedakan menjadi 2 tahapan tergantung pada tujuan pelaksanaan PPAM. Kedua tahapan tersebut adalah: PPAM yang ditujukan untuk menemukan kelompok miskin dan dimensi (spheres) penyebab kemiskinan. PPAM dengan tujuan demikian, tahapan yang dilalui adalah; persiapan, pelaksanaan asesmen, pengolahan data dan informasi, serta penyajian dalam bentuk data base. PPAM yang dilaksanakan oleh KBCF di tiga kampong Kelurahan Bontang Lestari, Kalimantan Timur dan Desa Tambak Bajai, Kalimantan Tengah adalah PPAM yang ditujuan untuk menemukan kelompok miskin, dimensi (spheres) penyebab kemiskinan, akar masalah penyebab kemiskinan dan rencana aksi penanggulangan kemiskinan. PPAM dengan tujuan demikian, tahapan yang dilalui adalah: (1) (2) (3) (4) (5)
Persiapan Pelaksanaan Asesmen Pengolahan Data dan Informasi Analisis Kemiskinan Penyusunan Rencana Komunitas Penanggulangan Kemiskinan
3.1. Persiapan Pada tahapan persiapan, dilakukan pembentukan tim yang akan melakukan seluruh tahapan PPAM selanjutnya. Persiapan kegiatan ini dia wali dengan workshop yang menghadirkan camat, lurah/ desa, serta masyarakat lokasi PPAM. Workshop yang dilakukan selama dua hari ini menghasilkan dukungan dari camat, lurah/ desa, dan kelompok masyarakat. Selain itu, workshop ini juga menghasilkan tim yang akan melaksanakan PPAM. Bentuk dukungan yang diperoleh adalah: Tabel 5 : Tabel Bentuk dukungan di Desa Tambak Bajai No Para Pihak Bentuk Dukungan 1 Camat Anggaran untuk Rencana Aksi Komunitas dari Kabupaten/ Kota 2 Desa Anggaran ADD dan PNPM Mandiri untuk Rencana Aksi Komunitas Staf desa untuk melakukan PPAM 3 Masyarakat Pendamping dan waktu untuk wawancara
10 | l a p o r a n P P A M
Tim yang dibentuk berdasarkan lingkup kegiatan desa, sehingga jumlahnya hanya berkisar 3-5 orang yang terdiri dari unsure perwakilan masyarakat, unsure desa/ kelurahan dan lembaga pendamping. Selanjutnya, tim akan menyusun rencana kerja sebagai panduan pelaksanaan tim dalam melakukan PPAM sampai pada tahap akhir, yaitu penyusunan rencana aksi komunitas. Tabel 6 : Tabel Rencana Aksi Komunitas di Desa Tambak Bajai No Aktifitas Output Target Para Pihak 1 Workshop Dukungan 1 kali Camat, Desa, RT, Persiapan PPAM camat, lurah/ pertemuan masyarakat desa, masyarakat 2 Workshop Penyekapatan 2 kali Camat,Desa, RT, indicator lokal pertemuan masyarakat 3 Workshop Tim PPA 1 kali RT, masyarakat Pembentukan Tim pertemuan 4 Rapat Tim Jadual PPAM 1 kali Tim PPAM pertemuan 5 Rapat Tim Kuesioner 3 kali Tim PPAM pertemuan 6 Pembekalan tim: Tim mampu 2 kali Tim PPAM, Pemahaman menggali data pertemuan surveyor indicator dan yg baik kuesioner 7 Survey dan analisis Data PPAM 30 hari Surveyor 8 Pertemuan draft-1 Verifikasi 1 kali Tim PPAM, pertemuan masyarakat 9 Pertemuan draft-2 Penyusuna 1 kali Tim PPAM, camat, Rencana Aksi pertemuan desa, masyarakat 10 Penyajian data Dukungan 1 kali Bappeda, SKPD Rencana Aksi pertemuan terkait, Perusahaan, masyarakat 11 Penulisan laporan Dokumentasi 10 hari Tim Fasilitator dan Kegiatan KBCF 3.2. Pelaksanaan Field Work Pelaksanaa field work didahului dengan pembekalan tim yang akan melakukan sensus kepada semua KK yang ada di lokasi PPAM. Materi pembekalan meliputi teknis dan non teknis pelaksanaan sensus. Selain melakukan wawancara, tim juga melakan pengumpulan data dan informasi yang
11 | l a p o r a n P P A M
dibutuhkan dalam analisis, terutama data potensi SDA dan kelembagaan. Waktu yang dibutuhkan untuk pelaksanaan field work ini sangat tergantung oleh kondisi geografis dan social budaya masyarakat setempat. 3.3. Pengolahan Data dan Informasi Data yang telah terkumpul melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner di entry kedalam software PPAM oleh anggota tim yang telah diberi pembekalan teksni input data. 3.4. Analisis Kemiskinan Data yang telah dientry, kemudian dianalisis berdasarkan tahapan berikut:
Gambar 4. Tahapan PPAM 3.5. Penyusunan Rencana Aksi Komunitas Penyusunan Rencana aksi Komunitas disusun bersama tim PPAM, perwakilan masyarakat dan perwakilan pemerintah desa/ kelurahan. Setelah itu, dilakukan presentasi pada pada saat penyajian data dengan mengundang para pihak yang terkait dengan rencana aksi komunitas tersebut. Selain masukan untuk perbaikan, dukungan dari para pihak jugadiperoleh pada forum ini.
12 | l a p o r a n P P A M
Bagian Empat
Hasil Analisis Kemiskinan
Poverty assessment (penilaian kemiskinan) di Bontang Lestari dan Tambak Bajai telah menghasilkan data siapa si miskin (KK miskin) dan dimana berada.Data dan informasi yang diperoleh pada tahap pertama menjadi dasar dalam analisis kemiskinan sebagai tahap kedua PPAM. Analisis kemiskinan bertujuan (1) mengetahui penyebab kemiskinan, (2) mengidentifikasi potensi atau peluang yang mungkin dikembangkan untuk keluar dari kemiskinan, dan (3) merumuskan rencana aksi atau tindakan yang akan diambil untuk meraih kesejahteraan. 4.1. Penyebab Kemiskinan Berdasarkan analisis penyebab kemiskinan Box 4.1a di dua lokasi PPAM, yaitu di Tekasalo Bontang Lestari dan Tambak Bajai Ketidakberdayaan (powerlessness) diperoleh hasil penyebab kemiskinan yang adalah ketidakmampuan sama, yaitu: Ketidakberdayaan, keluarga/masyarakat/kelompok Keterisolasian dan Kerentanan. Meskipun miskin untuk keluar dari garis penyebabnya sama, namun kompleksitas kemiskinan karena kepemilikan permasalahanya berbeda, sehingga materi, kesehatan dan pengetahuan yang tidak memadai. peluang untuk keluar dari kondisi kemiskinan akan berbeda dalam hal Keterisolasian (isolation) adalah strategi, waktu dan sumberdaya yang ketidakmampuan dibutuhkan. Kemiskinan di Bontang Lestari keluarga/masyarakat/kelompok akan lebih sederhana penangananya, miskin untuk keluar dari garis sedangkan di Tambak Bajai lebih rumit. Hal kemiskinan karena kondisi yang ini karena akar masalah diantara keduanya diciptakan oleh pihak lain di luar berbeda. Kemsikinan di Bontang Lestari dirinya. akarnya masalah terletak pada keterisolasian,sedangkan di Tambak Bajai terletak pada semua dimensi, sehingga penyebab masalahnya terletak pada keterisolasian, ketidakberdayaan dan Kerentanan.
13 | l a p o r a n P P A M
Box 4.1b Kerentananan (vulnerability) adalah ketidakmampuan keluarga/masyarakat/kelompok miskin menghadapi situasi darurat atau mendadak. Kerentanan ini menyebabkan keluarga/masyarakat/kelompok yang berada di sekitar garis kemiskinan ( poverty line) berubah-ubah statusnya. Jenis kemiskinan bagi keluarga/masyarakat/kelompok yang keluar masuk garis kemiskinan ini disebut kemiskinan sementara (transient poor). Kemiskinan yang dialami keluarga/masyarakat/kelompok miskin yang lebih sering miskin dalam waktu yang lama dan mempunyai kecenderungan untuk di bawah garis tersebut disebut kemiskinan kronis. Adapun, kemiskinan keluarga/masyarakat/kelompok miskin yang sama sekali tidak pernah keluar dari kemiskinan dalam jangka waktu yang sangat lama disebut kemiskinan berkepanjangan (persistently poor).
4.1.1. Penyebab Kemiskinan di Tekasalo Bontang Lestari Di Kelurahan Bontang Lestari, PPAM dilakukan di tiga kampung, yaitu (1) Loktunggul (RT.15), Selantuko (RT.14), dan (3) Teluk Kadere (RT.13). Ketiga kampung ini disebut Tekasalok yang merupakan singkatan dari Teluk Kadere, Salantuko, dan Loktunggul.
Box 4.1.1 Dimensi yang bermasalah di Tekasalo ada tiga, yaitu Materi dan ekonomi (Teluk Kadere), Materi (Salantuko), dan Layanan (Lok Tunggul)
Secara umum hasil PPAM di Tekasalo tersebut menunjukkan kondisi yang tidak terlalu buruk, hanya terdapat beberapa dimensi yang bermasalah, yaitu dimensi materi, ekonomi dan layanan. Setiap kampung juga memiliki masalah yang hampir sama, kecuai Teluk Kadere. Dengan demikian, penyebab kemiskinan di Tekasalo Bontang Lestari adalah ketidakberdayaan, keterisolasian dan kerentanan. Meskipun dimensi core (materi, pengetahuan, kesehatan) dan konteks (ekonomi, social, alam, politik, infrastruktur, dan pelayanan) bermasalah namunperlu penanganan segera bertahap.
14 | l a p o r a n P P A M
Penyebab utama kemiskinan di Tekasal adalah akses yang belum terbuka. Untuk membuka akses tersebut, tiga tahun lalu telah dibangun badan jalan, meskipun baru satu kampung yang dipenuhi. Namun pembagunan jalan tersebut tidak berlanjut mengingat keterbatasan anggaran sehinga pemerintah harus membuat prioritas. Tahun 2011, ketika BIKAL masuk bersama program PNPM Peduli KBCF, informasi masalah jalan ini kembali diangkat dan direspon oleh pemerintah. Diakui mereka Jalan yang di buat Masyarakat bahwa memang hal pertama untuk membuka akses darat yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah kemiskinan adalah membangun jalan, yang akan diikuti oleh jaringan air PDAM, setelah itu akan dikuatkan kegiatan ekonomi produktif seperti budidaya rumput laut dan kegiatan lain yang berbasis SDA lokal. Wakil Walikota Bontang, Isro Umargani sebagai Ketua TKPKD, menyakini bahwa ketiak jalan sudah tembus, maka kesejahteraan masyarakat di Tekasalo akan membaik. Dia juga yakin, bahwa ketika masalah keterisolasian ditangani sebagai akar masalah, maka masalah ketidakberdayaan dan kerentanan akan mudah diatasi, bahkan akan membaik dengan sendiri sebagai dampak ikutan dari penyelesaian akar masalah. Terlepas dari hal diatas, ditemukan juga penyebab kemiskinan yang berkaitan yaitu pendidikan dan pengetahuan yang rendah, meskipun hasil PPAM tidak bermasalah. Namun, ketika pendidikan dan keterapilan rendah, mereka tidak dapat memiliki pekerjaan yang tetap, atau tidak bisa berusaha karena tidak ada keterampilan mengelolah usaha, termasuk modal. Modal yang ada digunakan untuk keperluan konsumtif.
15 | l a p o r a n P P A M
Tabel 7. Dimensi dan Indikator Kesejahteraan Tekasalo Dimensi Indikator Hasil Survey Materi Listrik Rumah tidak dialiri litrik 24 jam Pakain Pakain khusus untuk kegiatan tertentu Perumahan Kualitas tempat tinggal Kepemilikan kendaraan Sepeda motor dan ketinting Status lahan Status lahan untuk perumahan Tabungan Tabungan di lembaga keuangan Kesehatan Air bersih Air untuk dikonsumsi/ minum Konsumsi beras Intensitas mengkomsumsi nasi setiap hari Protein hewani Intensitas mengkomsumsi daging Buah-buahan Intensitas mengkomsumsi buah Kematian anak Balita yg meninggal Sakit parah Anggota keluarga yg pernah sakit parah Penyakit kronis Anggota keluarga yang sakit kronis Kematian ibu hamil Anggota keluarga g hamil meninggal saat melahirkan Berat badan balita Balita dlm keluraga dg berat badan dibawah garis merah Pendidikan Pendidikan formal Pendidikan tertinggi anggota keluarga Keterampilan Keterampilan anggota keluarga Buta huruf Anggota keluarga yg bisa baca tulis Pendidikan anak Anggota keluarga usia sekolah Ekonomi Modal Informasi tentang modal Sumber pendapatan Jumlah sumber pendapatan keluarga Kepemilikan alat usaha Alat untuk bekerja Lahan untuk usaha Lahan untuk bertani, berkebun Pekerjaan Pekerjaan tetap anggota keluarga Layanan Akses komunikasi Alat komunikasi Akses ke kota Kesulitan mencapai pusat kota Akses sekolah lanjutan Kesulitan mencapai SMP dengan trasnportasi umum Program bantuan Program pemerintah yg pemerintah menguntungkan masyarakat Komitmen pemerintah Komitmen staf pemerintah kelurahan kelurahan thd masyarakat Fasilitas pendidikan Ketersediaan fasilitas
16 | l a p o r a n P P A M
Dimensi
Indikator dasar Ektensi layanan Layanan pemerintah Fasilitas kesehatan Akses layanan kesehatan Kuaitas layanan kesehatan Informasi LSM & Perusahaan Kondisi jalan Pengajar Trasnportasi
Hasil Survey Pelatihan dalam 12 bln terakhir Kualitas dan kuantitas layanan pemerintah Fasilitas dan tenaga kesehtan terdekat Kesulitan mencapai fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan terdekat Buruknya layanan fasilitas yang sering didatangi masyarakat Infromasi yg ditermah masyarakat Bantuan untuk masyarakat Kualitas jalan menuju keluarahan Kualitas tenaga pengajar Ketersediaan transportasi umum
Loktunggul Dari sensus / survey yang dilakukan terhadap 37 kepala keluarga (KK) di Loktunggul menunjukkan core dan konteks warna kuning, yang berarti kondisi di kampong tersebut sudah lebih baik. Kondisi yang ada masalah terdapat padadimensi layanan (lihat gambar profil kesejahteraan Loktunggul). Sementara pada dimensi lain sudah menunjukkan kondisi yang lebih baik. Apabila kondisi layanan diperbaiki,maka dimensi lain akan berrubah dan menjadi lebih baik. Loktunggul adalah perkampungan paling ujung dari Kelurahan Bontang Lestari.Untuk mencapai kampong ini hanya melalui laut. Saat ini memang ada jalan alternative yang digunakan masyarakat dengan jalan kaki, tapi bila air pasang, jalan alternative ini tidak dapat dilalui. Masyarakat menggunakan
17 | l a p o r a n P P A M
saranatrasnportasi ketinting untuk menuju pusat kota, pasar, kantor kelurahan dan sarana kesehatan dalam waktu 30-45 menit. Kondisi kesejateraan di perkampungan ini cukup baik, karena profesi masyarakatnya banyak yang melakukan budidaya rumput laut yang merupakan salah satu komoditi andalan nelayan di Bontang (lihat gambar Jumlah Penduduk Tekasalo Menurut Pekerjaan pada bagian 2, halaman 8). Demensi yang bermasalah di Lok Tunggul adalah Layanan dengan indicator kualitas dan kuantitas layanan pemerintah dan akses jalan.Mereka berpendapat aparat kelurahan jarang masuk ke kampong mereka.Anas, salah seorang staf kelurahan membantah hal tersebut. Namun dia mengakui ketika masuk kampong dia tidak pernah menggunakan pakain seragam, sehingga masyarakat tidak menganggap dia staf kelurahan, tapi tamu masyarakat setempat. Sementara itu masalah akses jalan darat memang belum tembus, hanya sampai kampong tentangga. Namun, pada APBD 2012 sudah masuk dan dipertegas kembali pada musyawarah pembangunan daerah (Musrenbangda) Kota Bontang tahun 2013.
Salantuko Salantuko merupakan perkampung yang berbatasan dengan Loktunggul, namun memiliki perbedaan kondisi kesejahteraaan.Bila Loktunggul bermasalah pada dimensi layanan karena letaknya yang terujung, maka Salantuko bermasalah pada materi. Bila dilihat dari struktur pekerjaan masyarakat di Salantuko, berbeda dengan Loktunggul yang kondisi materinya cukup baik
18 | l a p o r a n P P A M
(lihat gambar Jumlah Penduduk Tekasalo Menurut Pekerjaan pada bagian 2, halaman 8). Di Salantuko kebanyakan masyarakatnya berprofesi sebagai nelayan tradisional yang penghasilannya jauh lebih kecil dan tidak menentu dibandiingkan budidaya rumput laut. Anggeto, misalnya.Penghasilannya dari memancing hanya berkisar tiga ratus ribu rupiah perbulan. Tidak heran mereka sangat tergantung dengan beras pembagian dari pemerintah. Anggeto dan puluhan KK miskin di kampong ini hampir tidak dapat memenuhi keutuhan sehari-hari, apalagi untuk memikirkan modal untuk berusaha.
Kondisi rumah tanpa lantai dan dinding terpal dan daun nipah
19 | l a p o r a n P P A M
c. Teluk Kadere Meskipun daerah ini lebih dekat dengan kawasan kelurahan, namun justeru kondisi kesejahteraanya bermasalah pada dua dimensi, yaitu materi dan ekonomi.Kedua dimensi ini memang berkaitan dengan struktur pekerjaan masyarakat setempat yang kebanyakan berprofesi sebagai buruh lepas dan hanya satu yang melakukan budidaya rumput laut.Profesi buruh lepas, mempengaruhi dua dimensi yang bermasalah karena upah rendah dan tidak tetap. Teluk Kadere, banyak ditingalkan penduduknya ke luar kampung untuk bekerja, tidak heran bila ditemui banyak rumah-rumah kosong. Mereka bekerja sebagian besar sebagai buruh lepas dan pembantu rumah tangga.Sebagian perempuan di kampong ini juga melakukankegiatan mencari tude dan teripang.Dalam satu bulan mereka melaut sekitar sembilan kali, dengan pendapatan Rp. 150.000.Mereka mengakui tidak banyak, tapi hanya itu yang mereka dapat lakukan saat ini. Mau bercocok tanam, hama babi tidak dapat mereka atasi. Usman, ketua RT setempat mengakui, sudah menyerah karena tidak tahu harus bagaimana menghadapi hama tersebut. Untunglah, tahun lalu ada bantuan budidaya cabe dari kelurahan. Ternyata, jenis ini tidak disukai hama ini. Belasan ibu-ibu akhirnya dapat penghasilan dari memetik cabe.Pada saat tidak melaut, mereka memetik cabe, kendati demkian, kebutuhan mereka juga belum dapat tercukupi, tapi tetap bersyukur masih bisa makan.Di Kampung ini hanya ditemui beberapa buah perahu ketinting, dinamika kehidupan masyarakatnya tidak banyak, kecuali kegiatan pengajan dan social lainya di kelurahan.
20 | l a p o r a n P P A M
Dari segi akses ke kelurahan, mereka cukup beruntung dibanding dengan dua kampong tetangga yang masih terisilir hutan bakau.Asal tidak hujan, mereka masih dapat keluar dengan kendaraan roda dua, atau bahkan berjalan sejau 3 km bila terpaksa. a. Ketidakberdayaan Masyarakat Tekasalo Bontang Lestari Ketidakberdayaan masyarakat di Tekasalo terletak pada materi dengan indikator kepemilikan ketinting (kapal kecil dengan mesin tempel). Ketinting menjadi indikator karena selain sebagai alat trasnportasi yang sangat penting juga digunakan untuk mencari nafkah, baik untuk mencari ikan, tude, teripang untuk dijual dan dikonsumsi sendiri maupun untuk budiidaya rumput laut, serta kegiatan sosial lainnya seperti mengikuti kegiatan di kota, menghadiri undangan di luar kampungan, ke pasar dan menjual hasil laut. Puluhan perempuan di Tekasalo saat ini tidak dapat memungut tude dan teripang karena tidak memiliki perahu ketinting. Selama ini mereka hanya “menumpang� atau ikut dengan orang yang memiliki kapal di kampung mereka. Ketika pemilik kapal tidak melaut, puluhan perempuan tersebut juga tidak akan mendapat penghasilan, walau hanya sepuluh ribu rupiah. Bahkan, saat ini mereka berhenti karena pemilik kapal tidak mau melaut lagi.
Salah satu rumah di Lok Tunggul
21 | l a p o r a n P P A M
Alasan kepemilikan ketinting juga menjadi faktor mengapa mereka tidak melakukan budidaya rumput laut, selain faktor modal. Maklum, modal untuk budidaya rumput laut cukup besar dengan resiko yang cukup tinggi, sangat tergantung dengan kondisi alam. Selain ketinting, masyarakat KK miskin di Tekasalo juga kebanyakan menumpang pada lahan orang lain. Mereka hanya membangun rumah ala adarnya yang dapat disebut pondok sebagai tempat tinggal. Mereka hanya berharap bantuan aladin (atap, lantai dan dinding setiap tahun dari pemerintah). Pada asepk pendidikan dan kesehatan, mereka tidak melihat ada masalah yang sangat serius dibanding dimensi materi. Meskipun secara kasat mata, terlihat bahwa derajat pendidikan/keterampilan kesehatan mereka masih rendah. Masih ada anak-anak yang tidak sekolah karena baru datang dari luar daerah, masih ada anak-anak yang sakit tidak tertangani secara tuntas karena tidak ada biaya. Namun mereka menganggap sudah ada program kesehatan dan pendidikan dari pemerintah yang gratis, sehingga masalah tersebut hanya berisfat sementara.
Ketinting memiliki banyak fungsi dan manfaat
22 | l a p o r a n P P A M
b. Kerentanan Tekasalo Bontang Lestari Kerentanan di Tekasalo terletak pada dimensi ekonomi dan alam. Ketersediaan modal, menyebabkan mereka tidak bisa menunjang usaha. Bahkan bila dilihat struktur pekerjaan, kebanyakan berprofesi sebagai nelayan tradisional dan buruh lepas.
Budidaya Rumput laut sangat tergantung pada kondisi alam termasuk kondisi mangrove
Adapun budidaya rumput laut yang cukup baik namun tergantung dengan kondisi alam dan harga pasar yang tidak pasti. Karena masalah pekerjaan yang mempengaruhi aspek ekonomi tersebut juga berdampak pada dimensi lain, yaitu dimensi materi, terkait kepemilikan rumah. Apabila pemilik tanah akan menggunakan tanah yang mereka gunakan, mereka harus pindah. Namun dari hasil penelusuran sumber modal dengan pembudidaya rumput laut dan pemerintah serta lembaga keunagn yang ada di kota Bontang, sebenarnya masalahnya terletak pada manajemen penggunaan modal yang tidak tepat serta persepsi masyarakat yang salah mengnai modal yang dianggap hibah sehingga tidak perlu dikembalikan. c. Keterisolasian Tekasalo Bontang Lestari Meskipun tahun 2012 jalan akan dibangun, indicator ini yang menyebabkan masyarakat di Tekasalo terisolir.Perkampungan mereka dikelilingi hutan bakau yang merupakan habitat di pesisir laut Bontang.Mereka harus menggunakan ketinting bila ke kota dan segala aktifitas social, ekonomi dan politik. Rencana pemerintah, jalanakan dibangun sekitar 3 km. Hal ini kembali dipertegas Dinas Pekerjaan Umum pada musrenbang pembangunan daerah. Dinyatakan bahwa tahun 2012, jalan tersebut akan dibangun, sehingga masyarakat tidak perlu khawatir lagi. Hal senada disampaikan oleh Adief Mulyadi, Direktur PDAM, bahwa ketika jalan sudah selesai dibangun maka jaringan air PDAM akan
23 | l a p o r a n P P A M
Lokasi jalan yang akan di bangun pemerintah tahun 2012 untuk
segera dibangun untuk memenuhi kebutuhan air masyarakat di tiga kampong tersebut.
membuka keterisolasian
Selama ini, untuk mencapai daerah tersebut masyarakat biasaynya menggunakan perahu ketiting dari pelabuhan tanjung laut sekitar 45 menit. Tapi, tidak semua masyarakat memiliki alat ini, sehingga menjadi sulit bagi mereka ketika ada kebutuhan mendesak tapi tidak ada kentinting. Kondisi ini berdampak pada dimensi lain, terutama akses ke sarana umum, akses pasar dan kegiatan social politik lain.
4.1.2. Penyebab Kemiskinan di Desa Tambak Bajai Berdasarkan hasil sensus terhadap 64 KK di Desa Tambak Bajai, diperoleh dimensi core dan konteks berwarnah merah, yang berarti masyarakat di desa tersebut bermasalah dalam hal materi, kesehatan, pengetahuan, ekonomi, politik dan alam. Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa penyebab kemiskinan di Desa Tambak Bajai ada 3, yaitu: (1) Ketidakberdayaan, (2) Keterisolasian, (3) Kerentanan.
24 | l a p o r a n P P A M
a. Ketidakberdayaan Masyarakat Tambak Bajai Terdapat lima (5) indikator yang digunakan masyarakat Tambak Bajai dalam mengukur aspek materi mereka, yaitu; (1) Listrik, (2) Kualitas tempat tinggal, (3) Kepemilikan ces/ klotok, (4) Kepemilikan Lahan, dan (5) Kepemilikan Kebon. Hampir semua rumah tangga (65%) di Tambak Bajai memiliki jenset untuk penerangan di rumah, walaupu harus mengurangi biaya makan. Menurut pengakuan Rosdiana, dia dan semua warga yang menggunakan jenset harus mengeluarkan biaya sebesar Rp. 250. 000 per bulan. Untuk keperluan listrik, mereka rela mengurangi biaya lain, walau hanya dioperasikan dari pkl. 17.30 -22.00 atau hanya 4,5 jam/ hari. Mereka mengakui bahwa tahun 1999 pernah ada sosialisasi listrik tenaga surya, namun tidak tahu kapan realisasinya. Tidak berbeda jauh dengan kondisi tempat tinggal masyarakat setempat yang sudah dimakan usia dan tidak bisa memperbaiki, apalagi membuat rumah baru. Masyarakat kesultan memperoleh kayu untuk keperluan tersebut sejak adanya proyek PLG. Sebagai pemukiman yang terletak paling ujung dari kecamatan Dadahup, Desa Tegakan pohon diganti dengan hamparan sawit, masyarakat beralih menjadi buruh di kebun sawit, karena hutan tidak lagi tersedia mereka pun harus rela tinggal di gubuk “derita�
25 | l a p o r a n P P A M
Tambak Bajai sangat tergantung dengan sarana transportasi, baik untuk kegiataan sosial, budaya dan ekonomi serta semua aspek kehidupan lainnya, termasuk untuk mengakses sarana pendiidikan, kesehatan, dan pelayanan publik lainnya. Desa Tambak Bajai terletak di pinggir sungai, sehingga saran trasnportasi air yang disebut ces dan klotok sangat penting. Sementara itu, karena kondisi ekonomi yang memburuk sejak proyek PLG, tidak banyak warga yang memilikinya. Kepemilikan sarana ini hanya bagi warga yang memiliki kebon atau sudah menjual dan mendapat pekerjaan di perusahaan sawit. Kepemilikan kebon rotan dan karet menjadi indikator kesejahteraan masyarakat setempat. Warga yang memiliki kebon, cenderung lebih sejahtera dibanding masyarakat yang tidak Salah satu sarana diskusi di desa punya kebon. Di desa ini Tambak Bajai hanya 25% yang memiliki kebun, selebihnya tidak ada. Sementara itu, ingin berkebun, tapi 65% dari mereka tidak memiliki lahan. Tahun 2002 pernah ada proyek karet untuk 25KK seluas 12,5 ha namun kebakaran 2004 mengabiskan sumber penghidupan mereka tersebut. Sedangkan untuk aspek kesehatan, juga digunakan lima (5) indikator, yaitu; (1) Air bersih, (2) Konsumsi protein hewani, (3) konsumsi buah-buahan, (4) Berat badan bayi, (5) Kualitas layanan puskesmas. Masyarakat memanfaatkan air sungai untuk memenuhi kebutuhan air seharihari, termasuk untuk minum. Namun, sejak proyek PLG dan sawit masuk ke wilayah tersebut, mereka mengakui agak khwatir terjadi pencemaran. Dari segii kondisi airnya saja sudah berbeda, dulu meskipun kelihatan mereka tapi tidak ada butiran-butiran lumpur didalamnya. Paling tidak dari informasi kesehatan yang mereka tahu, kegiatan perkebunan sawit yang bekembang mengancam sumber air bersih mereka, karena kemungkinan ikutan zat kiia dari pestsisida larut dalam air dan masuk ke sungai. Belum ada keluhan atau penyakit yang kelurhkan masyarakat, tapi baru sampai pada kekhawatiran yang perlu dibuktikan secara medis. Mereka juga mengakui bahwa sejak proyek PLG, mereka kesulitan berburu karena hutan sudah habis, sementara konsumsi buah-bahan sudah terbatas
26 | l a p o r a n P P A M
ketika musim buah yag juga harus membeli di pasar. Dari segi pelayanan kesehatan, mereka mengakui kurang dalam hal jumlah tenaga kesehatan, kalau datang hanya sekali sebulan dan biaya yang tidak terjangkau pada saat bukan jam pelayanan. Sebenarnya mereka tidak keberatan membayar pada saat diluar jam kerja, tapi biaya pemeriksaaan yang masih relatif mahal bagi masyarakat setempat. Asepk pendidikan/ pengetahuan memiliki empat (4) indikator, yaitu; (1) Pendidikan formal, (2) Pendidikan anak, (3) Keterampilan, (4) Informasi. Bagi masyarakat, pendidikan sudah dianggap sebagai indikator kesejahteraan. Untuk itu, pendidikan anak menjadi fokusmereka, terutama dalam hal jumlah kelas, tenaga dan kualtas tenaga pengajar. Sedangkan dalam hal keterampilan, mereka merasa sangat kurang. Tidak heran, ketika hutan mereka sudah hasbis, mereka tidak dapat melakukan apa-apa, kecuali mengambil rotan dan karet. Mereka juga tidak pernah diberi pelatihan atau pendidikan keterampilan untuk mengelolah usaha. Meskipun informasi sudah dapat mereka peroleh, tapi juga masih sangat terbatas. Informasi mereka peroleh dari TV dan informasi dari staf desa atau masyarakat yang baru datang dari kota. Tabel 8. Dimensi dan Indikator Kesejahteraan Desa Tambak Bajai Dimensi Indikator Hasil Survey Materi Listrik .Untuk memenuhi kebutuhan listrik, warga terpaksa membeli jenset. Namun biaya operasional jenset mencapai Rp. 250. 000/ bulan/ kk. Kualitas Tempat Sejak hutan habis karena PLG, Tinggal masyarkat tdk dapat memperoleh kayu untuk memperbaiki rumah Kepemilikan ces/ Klotok dan ces digunakan sbg sarana klotok angkutan dan kegiatan lainya, terutama kegiatan ekonoi Kepemilikan lahan Terdapat 65% penduduka yg tdk py lahan, ingin berkebun tapi tidak ada lahan yang dapat digarap. Kepemilikan Kebon Kepemilikan kebun. Hanya 35% masyarakat yang memiliki kebun Kesehatan Air bersih Sumber air bersih. Meskipun belum ada data yg menunjukkan tingkat kesakitan karena air, tapi dari survey ini
27 | l a p o r a n P P A M
masyarakat mengaku bahwa sumber air mereka sudah keruh dan mengandung banyak lumpur. protein Sejak hutan habis, tidak ada tempat berburu buah- Hanya setahun sekali
Konsumsi hewani Konsumsi buahan Berat badan balita
Pendidikan
Kualitas pelayanan Pendidikan formal Pendidikan anak Keterampilan Informasi
Tidak banyak kasus yang terjadi, meskipun hal ini mereka pernah alami Kuntitas dan kualitas tenaga kesehatan Pendidikan tertinggi anggota keluarga Anak usia sekolah Keterampilan anggota keluarga Informasi dari kecamatan dan kabupaten
b. Keterisiolasian Tambak Bajai Terdapat 12 indikator yang digunakan masyarakat untuk mengukur keterisolasian mereka berdasarkan dimensi pelayanan dan infrastruktur, yaitu; (1) Akses terhadap komunikasi, (2) Akses ke kabupaten dan kecamatan, (3) Akses terhadap sekolah lanjutan, (4) Program bantuan pemerintah, (5) Dukungan pemerintah desa, (6) Fasilitas pendiidikan dasar, (7) Ekstensi layanan, (8) Fasilitas kesehatan, (9) Akses terhadap layanan kesehatan, (10) Lembaga non pemerintah, (11) Kondisi jalan, (12) Kualitas pengajar. Keluarga yang memiliki HP (hand phone) dan akses ke kota digunakan sebagai salah satu indikator kesejahteraan. Keluarga akan merasa miskin bila sulit mendapatkan hp dan kesulitan mencapai kabupaten dan kecamatan. Hal karena sarana dan prasarana yang tidak memadai dan terjangkau bagi 91% keluarga miskin di Tambak Bajai. Di desa ini signal HP hanya ada pada titik tertentu saja, sedangkan sarana trasnportasi yag ada tidak terjangkau oleh masyarakat yang ditambah dengan buruknya kondisi jalan. Sementara alternatif dengan jalur sungai harus ditempuh dengan waktu 2,5 jam ke ibu kota kecamatan yang juga hanya ada pada waktu tetentu saja.
28 | l a p o r a n P P A M
Kondisi perkampungan tua di desa Tambak Bajai
Sementara itu, tidak ada sekolah lanjutan pertama di desa tersebut. Bila ada anak yang akan melanjutkansekolah harus di titip di keluarga yang ada di ibu kota kecamatan. Bagaimana bila tidak ada keluarga? Dalam 12 bulan terkahir dan bahkan dalam 5 tahun terkahir tidak ada bantuan dan dukungan dari pemerintah, termasuk dalam hal penyediaan fasilitas kesehatan dan sarana pendidikan dasar yang memadai. Tenaga kesehatan hanya berkunjung sebulan sekali, bila diluar jam kerja, harus membayar biaya pengobatan. Semetara itu anak yang sekolah di sekolah dasar tidak dapat belajar dengan baik karena hanya ada 3 ruang kelas dengan 3 orang tenga pengajar, termasuk kepala sekolah yang juga jarang masuk. Kondisi desa ini cenderung tidak diperhatikan karena tidak adanya lembaga swadaya masyarakat yang melakukan pendampingan, baik terhadap masyarakat mapun pemerintah desa. Meskipun saat ini sudah dapat dicapai dengan kendaraan darat bila cuaca baik., tapi tidak semua masyarakat dapat mengaksesnya. Sejak gagalnya proyek PLG, perusahaan sawit telah masuk sampai ke desa ini dan membuka jalan darat selain jalur trasnportasi sungai yang dapat dijangkau melalui kecamatan.
29 | l a p o r a n P P A M
c. Kerentananan Masyarakat Tambak Bajai Berdasarkan hasil PPAM ini menunjukkan masyarakat Desa Tambak Bajai mengalami kerentanan dalam dimensi ekonomi, politik dan alam. Pada dimensi ekonomi, masyarakat mengukur kesejahteraan mereka dengan menggunkan empat (4) indicator, yaitu; (1) Modal, (2) Peluang Kerja, (3) Sumber pendapatan, (4) Pekerjaan.Dimensi alam, masyarakat menggunakan empat (4) indicator untuk mengukur kesejahteraan mereka, yaitu; (1) Kondisi hutan, (2) Kualitas air, (3) Kualitas hutan, dan (4) Banjir. Masyarakat miskin karena tidak memiliki peluang baik untuk bekerja maupun untuk berusaha karena tidak memiliki modal.Sementara itu, mayoritas hanya memiliki satu sumber penghasilan, yaitu dari kebun rotan dan karet.Sekitar 35% peduduk setempat yang memiliki kebun, sisanya hanya sebagai buruh.Sumber pendapatan utama ini juga tidak dapat dilakukan sepanjang tahun, karena pada musin hujan dan banjir semua katifitas tersebut terhenti. Kebakaran hutan tahun 2004, tidak hanya menghanguskan sekitar 12,5 ha kebun masyarakat, tapi juga sumber utama penghidupan masyarakat Tambak Bajai. Kondisi ini menyebabkan masyarakat setempat terpuruk dan terpaksa merelakan lahan mereka untuk sawit dan sebagian bekerja sebagai buruh sawit sampai sekarang. Sementara pada dimensi politik, terdapat dua (2) indicator, yaitu; (1) rapat RT dan Desa, dan (2) Pelibatan anggota keluarga dalam proses pembangunan. Dalam 12 bulan terkahir, tidak pernah dilakukan rapat RT dan desa untuk membahas masalah pembagunan desa.Hal ini juga diakui oleh kepala desa, disamping karena alasan teknis, juga karena masyarakat sudah alergi diajak rapat dan mengusulkan program yang sama setiap tahun tapi tidak pernah ada yang direalisasikan.
Ketika kayu sudah habis, ikan untuk menyambung hidup, masih tersisa di sungai mereka
30 | l a p o r a n P P A M
4.2.Potensi Wilayah Kedua lokasi PPAM memiliki penyebab masalah yang sama namun dengan indicator yang tingkat kompleksitas masalah yang berbeda. Demikian halnya dengan potensi wilayah, dimana Desa Tambak Bajai minim potensi, sedangkan Bontang potensi kelembagaan yang memadai. 4.2.1. Tekasalo Bontang Lestari Di Tekasalo Bontang Lestari Kalimantan Timur memiliki potensi wilayah yang dapat digunakan untuk mengatasi dimensi yang bermasalah, baik potensi kelembagaan maupun potensi SDA. Tabel 9 : Tabel potensi kelembagaan dan potensi SDA No Potensi Wilayah Peluang 1 Hutan Mangrove 150 juta Pembibitan bakau (KBR), sirup dan tepung, batik bakau 2
APBD
In kind
Fisik
3
Dana RT
50 Juta
Fisik & Non fisik
4 5
PNPM Mandiri CSR Perusahaan
In kind in kind
Fisik & non fisik Fisik dan non fisik lain
Para Pihak BPDAS CSR perusahaan, Disprindakop, Disosnaker Dinas PU, PDAM, DInkes Masyarakat & Ketua RT camat PT Badak NGL
4.2.2. Desa Tambak Bajai, Kalteng Desa Tambak Bajai merupakan perkampungan tua yang berada di aliran sungai Magatib dan areal perkebunan sawit PT. GIL. Berdasarkan hasil pertemuan analisis dengan kepala desa dan camat diperoleh potensi kelembagaan agar masyarakat dapat keluar dari kondisi saat ini. Setidaknya, dimensi yang menjadi taggungjawab pemerintah desa dan camat akan dapat diperbaiki pada tahun 2012 dengan menggunakan melalui dana ADD, PNPM Mandiri, dan bantuan pemerintah kabupaten.
31 | l a p o r a n P P A M
Tabel 8 : Tabel potensi kelembagaan dan potensi SDA No Potensi Wilayah Peluang 1 Hutan Lindung 600 ha Hutan Desa dan Kebun Bibit Rakyat 2 Bantuan Kabupaten 100 juta Fisik 3
ADD
30 Juta
Fisik & Non fisik
4
PNPM Mandiri
500 juta
Fisik & non fisik
Para Pihak Desa, YTT, KBCF, BPDAS Masyarakat, Desa, camat Masyarakat, Desa, camat Masyarakat, Desa, camat
4.3. Rencana Aksi 4.3.1. Rencana Aksi Bontang Lestari Target: Meningkatnya persentase jumlah penduduk sejahtera pada tahun 2016 di Tekasalo ďƒ° Indikator Loktunggul : Presentasi penduduk sejahtera meningkat dari 43 % di tahun 2011 menjadi 86 % di tahun 2016.(meningkat 100%) ďƒ° Indikator Selangtuko : Presentasi penduduk sejahtera meningkat dari 15 % di tahun 2011 menjadi 40 % di tahun 2016.(meningkat 125%) ďƒ° Indikator Teluk Kadere: Presentasi penduduk sejahtera meningkat dari 21 % di tahun 2011 menjadi 42 % di tahun 2016.(meningkat 100%) Rencana Aksi 1. Percepatan pembangunan sarana jalan penghubung dari kelurahan ke Tekasalo; 2. Pemenuhan hak dasar atas layanan pendidikan dan kesehatan 3. Perluasan kesempatan kerja dan berusaha 4. Pemenuhan hak dasar atas air bersih, sanitasi dan permukiman yang layak.
32 | l a p o r a n P P A M
1. Percepatan Pembangunan Sarana Jalan dari Kelurahan ke Tekaselo Tujuan: Membuka Akses Ekonomi, Sosial dan Budaya Masyarakat Target Indikator Aksi Langkah Aksi Para Pihak Meningkatnya Panjang jalan Pengusulan Pengerasan Dinas Pekerjaan kualitas jalan yang diaspal, pembangunan jalan Kelurahan- Umum 2012, penghubung panjang dan perbaikan Teluk Kadere; panjang 3 km dari jembatan sarana Pembangunan kelurahan ke penghubung penghubung Jembatan Teluk Takaselo dari Teluk berupa jalan Kadere – Kadere ke dan jembatan Salantuko; Salantuko Pembuatan dan pengerasan jalan dalam kampung Tekasalok 2. Pemenuhan hak dasar atas layanan pendidikan dan kesehatan Tujuan: Memenuhi hak masyarakat miskin atas layanan pendidikan dan kesehatan yang bermutu dan terjangkau serta tanpa diskriminasi. Target Indikator Aksi Langkah Aksi Para Pihak Meningkatnya Jumlah guru Perbaikan Peningkatan kader Dinkes 2012, kualitas yang mengikuti kualitas pos yandu, PT, IM plelayanan pelatihan, Jml pendidikan Ambulan Air, pendidikan kader pos dan Jamban sehat dan yandu terlatih, kesehatan kesehatan pelayanan dasar. dasar. amblan air, jml jamban sehat yg terbangun Meningkatnya Jml kk miskin Pemberian Pelatihan: PTB, IM, keterampilan yg telah dilatih, pelatihanpenetasan bibit Perikanan, KPM, KK miskin jml jenis pelatihan ikan kerapu, Disosnaker, pelatihan yg bagi Budidaya teripang, Disprindakop, telah diikuti masyarakat diversifikasi buah Dinas PK KBCF/ oleh KK miskin untuk bakau, pengolahan PNPM Peduli mengelolah rumput laut, 2012, Badan usaha pembibitan bakau, Pemberdayaan produktif budidaya dan Perempuan, pemberantasan CSR PT Badak hama palawija NGL
33 | l a p o r a n P P A M
3. Pemenuhan Hak atas Pekerjaan dan Berusaha Tujuan: Memenuhi hak masyarakat miskin atas pekerjaan yang layak, dan kesempatan berusaha, serta pengembangan usaha Target Indikator Aksi Langkah Aksi Para Pihak Meningkatny Usaha yang Peningkatan Pelatihan-pelatihan KUBE/ Disosnaker a kesadaran dikelolah pengetahuan penikatan 2012-2013, PNPM, masyarakat masyarakat dan keterampilan; Dana Bergulir meningkat Jumlah keterampilan Penyediaan skim Disprindakop Juli dlm penduduk masyarakat modal usaha; 2012, mendukung miskin yang miskin dalam Pendampingan;Mon program, bekerja di menciptakan ev dan evaluasi termasuk sektor dan pemberian informal mengelolah dana usaha bergulir dan dari lembaga Jenis dan Dukungan Penjemuran Rumput Dinas Perikanan, kuangan jumlah Alat untuk Laut, Ketinting. Tali PNPM, PTB, IM lainnya berusaha pengembang Nilon, pabrik an usaha pengolahan rumput masyarakat laut 4. Pemenuhan Hak Dasar atas Air Bersih, Sanitasi dan Permukiman Sehat Tujuan: Meningkatnya akses masyarakat miskin atas air bersih dan aman, sanitasi dasar yang baik, serta permukiman yang layak huni Target Indikator Aksi Langkah Aksi Para Pihak Meningktanya Jumlah Pengadaan Pembanguna PDAM Titra Taman jumlah KK rumah sumber air sumur bor 2012-2013 miskin yang tangga yang bersih dan memiliki memiliki pembangunan akses akses air jaringan terhadap air bersih dan PDAM bersih dan aman aman Meningkatnya Jumlah Dukungan Pembangunan Dinas Kesehatan 2012, jumlah rumah pembangun jamban sehat CSR PT Badak NGL penduduk tangga yang an jamban (komunal dan yang memiliki memiliki KK miskin) sanitasi dasar jamban sehat
34 | l a p o r a n P P A M
Menurunnya jumlah KK miskin yang menupang pd lahan orang lain
Jmlah KK miskin yang memiliki lahan sendiri utk permukiman yg layak
Usulan program bantuan utk pengadaan permukiman sehat untk KK miskin
Bedah Kantor Pemberdayaan kampung, KPR Masyarakat, PTB, IM, KK Miskin, Bagian Pemerintahan, Bappeda
4.3..2. Rencana Aksi Tambak Bajai Berdasarkan hasil PPAM tersebut, pertemuan tim PPAM dengan Kepala Desa Tambak Bajai dan Camat Dadahup disusun rencana aksi komunitas 2012-2016 dengan target menurunnya persentase penduduk dibawah garis kemiskinan dari 91% menjadi 4% di tahun 2016. Untuk mencapai target tersebut disusun tujuh (7) Rencana Aksi Komunitas Desa Tambak Bajai, yaitu: 1. Perluasan kesempatan kerja dan berusaha 2. Pemenuhan Hak Dasar atas layanan kesehatan 3. Pemenuhan Hak Dasar atas layanan pendidikan 4. Pemenuhan Hak Dasar atas air bersih dan sanitasi 5. Pemenuhan Hak Dasar atas SDA dan LH 6. Pemenuhan Hak untuk berpartisipasi 7. Percepatan pembangunan perdesaan Ketujuh rencana aksi tersebut kemudian dikembangkan dalam Rencana Aksi Prioritas 2012: 1) Air bersih 2) Tenaga kesehatan 3) Listrik 4) Hutan Desa dan Kebun Bibi Rakyat 5) Pendidikan Anak 6) Modal usaha
35 | l a p o r a n P P A M
1. Pemenuhan Hak atas Pekerjaan dan Berusaha Tujuan: Memenuhi hak masyarakat miskin atas pekerjaan yang layak, dan kesempatan berusaha, serta pengembangan usaha Target Berkurangnya angka pengagguran terbuka pada tahun 2016
Indikator Jumlah usaha
Aksi Peningkatan yang dikelolah pengetahuan dan masyarakat; keterampilan masyarakat Jumlah miskin dalam penduduk menciptakan miskin yang dan bekerja di mengelolah sektor usaha informal
Langkah Aksi 1. Pelatihanpelatihan peningkatan keterampilan;
Para Pihak Desa, YTT Desa YTT
2. Penyediaan skim modal usaha;
Desa, Camat, 3. Pendampingan; YTT 4. Monev dan evaluasi
2. Pemenuhan Hak Dasar atas Layanan Kesehatan Tujuan: Memenuhi hak masyarakat miskin atas layanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau Target Meningkatnya pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terampil
Peningkatan layanan Masyarakat miskin oleh tenaga kesehatan terampil
Indikator Jumlah penanganan persalinan
Jumlah masyarakat miskin yang ditangani oleh tenaga kesehatan
Aksi Menigkatkan ketersediaan dan kualitas pelayanan kesehatan yang terjangkau bagi masyarakat miskin
Langkah Aksi Pengusulan penempatan dokter dan bidan atau tenaga kesehatan terampil
Para Pihak Dinkes, Desa dan masyarakat
Pengusulan Penambahan jumlah hari berada di kampung dan jumlah tenaga 2 org
Desa dan Dinkes
36 | l a p o r a n P P A M
3. Pemenuhan Hak Dasar atas Layanan Pendidikan Tujuan: Memenuhi hak masyarakat miskin atas layanan pendidikan dasar yang bermutu, terjangkau dan tanpa diskriminasi gender Target
Indikator
Aksi
Langkah Aksi
Pelaksana
Meningkatkan pelayanan pendidikan dasar yang bermutu
Jumlah ruang kelas dan tenaga pengajar
Meningkatkan mutu pendidikan dasar
Usulan penambahan ruang kelas
Orangtua/ masyarakat, Desa dan Dinas PK
Penambahan tenaga pengajar (honor dan PNS)
4. Pemenuhan Hak Dasar atas Air Bersih dan Sanitasi Tujuan: Meningkatnya akses masyarakat miskin atas air bersih dan aman, serta sanitasi dasar yang baik Target
Indikator
Aksi
Meningktanya jumlah KK miskin yang memiliki akses terhadap air bersih dan aman
Jumlah rumah tangga yang memiliki akses air bersih dan aman
Peningkatan kemampuan desa dalam mengatur pengelolaan dan penyediaan air bersih dan aman
Menurunnya persentase pddk tanpa akses thd sarana sanitasi dasar
Jumlah rumah tangga yang memiliki sarana sanitasi dasar yang aman
Meningkatkan akses masyarakat miskin ke sanitasi dasar
Langkah Aksi
Para Pihak
Usulan pembuatan sumur bor; • Usulan program Instalasi pengelolaan air bersih; • Mengembangkan pola kemitraan dg perusahaan Pengembangan sarana sanitasi berbasis komunitas
PNPM Mandiri PT. GAL dan ADD Desa Tambak Bajai PT. GAL
•
37 | l a p o r a n P P A M
5. Pemenuhan Hak Dasar atas SDA dan LH Tujuan:Meningkatnya akses masyarakat miskin dalam pengelolaan dan pemanfaatan SDA dan LH yang berkelanjutan Target Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam pengelolaan dan pemanfaatan SDA dan LH scr berkelanjutan
Indikator Jumlah KK miskin yangmemiliki ijin berkebun di kawasan HD
Aksi Mengembangkan sistem pengelolaan SDA dan LH berbasis komunitas
Meningkatnya kemampuan masyarakat miskin dalam pengelolaan SDA dan LH scr lestari
Jumlah kelompok yg bergerak bidang LH
Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat miskin dlm pengelolaan SDA dan LH yg ramah lingkungan dan berkelanjutan
Meningkatnya kemampuan masyarakat miskin dalam pengelolaan SDA dan LH scr lestari
Jumlah kelompok yg bergerak bidang LH
Langkah Aksi Pengusulan hutan
Para Pihak Desa dan
lindung menjadi
masyarakat
hutan desa; Pembentukan KBR
Masyarakat, BPDS, Dishut
Pelatihan pencegaha dan penangan kebakarn hutan kpd masyarakat Kampanye gerakan pelestarian SDA dan LH bagi masyarakat dlm pengelolaan SDA dan LH
Pelatihan ttg pengelolaan SDA yg berkelanjutan termasuk kearifan lokal;
Memberdayakan organisasi dan lembaga lokal dalam SDA dan LH
Pengembangan insentif bagi masyarakat miskin yg menjaga kelestarian SDA Penguatan organisasi dan lembaga masyarakat lokal
YTT, KBCF
38 | l a p o r a n P P A M
6. Pemenuhan Hak untuk Berpartisipasi Tujuan: Memperluas partisipasi masyarakat miskin dalam keselurahan proses pembangunan Target Meningkatnya partisipasi masyarakatmiskin dalam proses pembangunan
Indikator Jumlah masyarakat miskin dalam proses perencanaan pembangun tingkat desa
Aksi Meningkatnya kesempatan dan kemampuan masyarakat miskin untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan
Terbukanya ruang partisipasi masyarakat miskin
Langkah Aksi Penguatan kapasitas masyarakat miskin untuk berpartisipasi dlm proses pembangunan
Pelibatan masyarakat miskin dalam proses pembangunan melalui rapatrapat desa dan RT
Para Pihak YTT
Desa dan RT
7. Percepatan Pembangunan Perdesaan Tujuan: Memperluas kesempatan masyarakat miskin pedesaan Target
Indikator
Meningkatnya Jumlah pendapatan sumber masyarakat pendapatan miskin
Aksi Peningkatan keterampilan dan penggalian jenis usaha baru Memperluas kesempatan kerja dan berusaha di luar pertanian
Langkah Aksi Keramba ikan Pelatihan, pendampingan dan Monev
Pelaksana KBCF, YTT, PNPM Mandiri
Pengembangan PNPM Mandiri kemitraan dalam agroindustri
39 | l a p o r a n P P A M
Meningkatnya akses masyarakat terhadap infrastruktur pedesaan
Akses air bersih, listrik, jalan, informasi, dan pasar
Meningkatkan prasarana dan sarana pedesaan
Kantor desa, alternatif energi untuk listrik, fasilitasi pasar
ADD, PNPM Mandiri, Bantuan kabupaten,
40 | l a p o r a n P P A M