Buletin Kawal Edisi 03-2014

Page 1

KawaL buletin

Pembibitan Mangrove: Rupiah di Tepi Hutan Bakau

Perempuan di Tepi Hutan Bakau

KAMI BERUBAH Sekolah Peduli di Tambak Bajai

Jamban Sehat TEKASALO

Edisi : 03/I/2014


Bakau Sekarang Menjadi Sumber Pendapatan di Tekasalo Bontang Kaltim


Sajian

Rehabilitasi Hutan Mangrove di Tekasalo Bontang Kaltim

Telusur Kawal Perempuan di Tepi Hutan Bakau Berkat Program PNPM Peduli Kami Berubah

Cerita Peduli Jamban Sehat : Impian di Teluk Kadere Pembibitan Mangrove : Rupiah di Tepi Hutan Bakau

Berita Peduli Tantangan Pusling di TEKASALO & Tambak Bajai Beasiswa Laskar Pesisir Kedai Produk Komunitas (KPK) Program untuk Masyarakat Desa Tambak Bajai Melatih di Desa Tetangga

Buletin Kawal diterbitkan oleh : Kawal Borneo Community Foundation Jl. Anggrek Merpati 1 No. 60 RT. 22 Komp. Batu Alam Permai (BAP) Samarinda Kalimantan Timur 75124 Telp/Fax : (0541) 7773762 email : kawal.borneo@gmail.com Website : www.kawalborneo.org

Penanggung Jawab : Direktur KBCF Pimpinan Redaksi : Saparuddin Tim Redakasi : Nursalim, Rudiyanto, Amiruddin, Heri S., Kontributor Peduli Tata Letak : Hendra P. Distribusi : Achmad Albar


Salam Peduli

Pembibitan mangrove kelompok perempuan di Tekasalo Bontang Kaltim

Pembaca Peduli, Buletin Peduli hadir lagi untuk sampaikan berita peduli pada edisi 03 yang bertema “Kami Berubah�. Edisi ini menyajikan cerita dan berita peduli yang berhasil dihimpun kontributor Buletin Kawal dari lapangan yang bertutur tentang perubahanperubahan yang terjadi di Tepi Hutan Kalimantan. Lihat saja di Desa Tambak Bajai saat ini sudah ada penerangan dari pemerintah setempat berupa PLTS. Masyarakat Adat Dayak Ngaju di sana sudah bisa menghemat pengeluaran ratusan ribu rupiah karena tidak perlu membeli bensin. Belum lagi pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan yang diperoleh dari PNPM Pedesaan dan APBD setempat karena adanya perencanaan yang partisipatif serta dukungan desa dan camat setempat. Sementara itu di tepi Hutan Bakau di Bontang Kalimantan Timur, tiga kelompok perempuan sudah berubah. Saat ini mereka sudah bisa mengelola kelompok usaha pembibitan bakau. Tidak hanya mengalahkan laki-laki dalam membangun jaringan dengan pihak luar tapi saat ini puluhan perempuan tersebut bisa berbangga karena memiliki penghasilan sendiri. Sekarang lakilaki di kampung mereka bahkan iri melihat perubahan isteri mereka. Ya, Kami Berubah. Itulah kira-kira dua kata yang menggambarkan bagaimana program PNPM Peduli dilakukan di Tekasalo Bontang Kaltim dan Tambak Bajai Kapuas Kalteng.

Buletin Kawal | III-2014


Telusur Kawal

Ibu-ibu anggota kelompok ketika pelatihan Pembibitan Bakau

3

PEREMPUAN di Tepi Hutan Bakau

U

HAMZAH Kontributor Peduli

paya Penyelamatan hutan dan ekonomi keluarga tidak hanya muncul dari inisiatif laki–laki, namun kerap muncul oleh inisiatif perempuan. Hal tersebut tergambar pada kelompok perempuan Karya Bersama di Kampung Lok Tunggul. Berdomisili di pesisir selatan kota Bontang tepatnya Kampung Lok Tunggul Kelurahan Bontang Lestari, kelompok perempuan ini senantiasa memberikan motivasi dan pencerahan kepada sesama perempuan yang ada di kampung untuk bersama menjaga hutan bakau serta memanfaatkan potensi yang ada di sekitar tempat tinggalnya. Kampung Lok Tunggul yang berada di pesisir laut Kota Bontang ini dikelilingi oleh hutan bakau juga dipenuhi potensi pohon kelapa yang cukup banyak. Untuk dapat sampai di kampung ini ada dua cara yang bisa Buletin Kawal | III-2014


4

Telusur Kawal

ditempuh; pertama, lewat jalur laut kita menggunakan perahu ketinting di tempuh selama 45 menit dari pelabuhan Bontang. Cara yang kedua, menggunakan jalur darat sejauh 45 Km dari pusat kota dengan akses jalan berlumpur jika hujan turun. Kondisi akses jalan inilah yang membuat pembangunan infrastruktur di Lok Tunggul terkesan lambat dan terisolasi dari gemerlapnya Kota Bontang yang terkenal dengan kawasan industri pupuk, minyak dan gas. Kampung yang dihuni 36 kepala keluarga ini memiliki potensi hutan bakau dan pohon kelapa yang cukup melimpah, namun belum dimanfaatkan secara maksimal, keseharian kegiatan masyarakat khususnya laki–laki adalah nelayan pancing dan juga budidaya rumput laut. Sedangkan kegiatan perempuan di kampung ini hanya membantu suami menjemur rumput laut disaat panen dan sebagian kecil juga ikut melaut untuk mencari kerang membantu perekonomian keluarga dan hal ini terus berlangsung semenjak mereka bermukim di Lok Tunggul. Perencanaan pembangunan di Lok Tunggul didominasi oleh kaum laki–laki, tidak banyak perempuan turut serta berdiskusi untuk merencanakan kegiatan pembangunan, kelompok–kelompok yang terbentuk pun hanya kelompok laki–laki tidak ada kelompok perempuan, kelompok perempuan hanya sebatas kelompok pengajian dan arisan. Buletin Kawal | III-2014

Ibu Hapsiah meneliti jenis Bakau

Kami membentuk Kelompok Perempuan Karya Bersama ini sejak Tahun 2010,” Tutur Hapsiah.


Telusur Kawal

Banyak hal yang kami dapatkan dari berkelompok, kami merasa hidup kami telah berubah

Serah terima inventaris pembibitan bakau

5

Kehadiran Kawal Borneo Community Foundation (KBCF) di Lok Tunggul memberi warna baru dalam kegiatan keseharian kaum perempuan di kampung ini, kini muncul kelompok perempuan di Lok Tunggul. “Kami membentuk Kelompok Perempuan Karya Bersama ini sejak Tahun 2010,” tutur Hapsiah (32 Tahun) yang juga Ketua Kelompok Perempuan Karya Bersama. “Kelompok kami ini terbentuk sejak KBCF masuk mendampingi kami di sini, tujuannya supaya kami bisa memanfaatkan kelapa-kelapa yang ada di sini dan kami perempuan juga bisa sama seperti kelompok laki–laki dapat mengelola usaha untuk menambah pendapatan,” tambah Hapsiah. KBCF yang merupakan Mitra dari Program PNPM Peduli melakukan pendampingan di kampung ini membantu masyarakat khususnya kelompok perempuan untuk menemukenali potensi sumber daya yang ada di Lok Tunggul. Pelibatan kelompok perempuan bukan tanpa alasan dalam pendampingan ini, “Selain waktu yang dimiliki perempuan lebih banyak, para ibu-ibu dapat dilatih untuk mengolah hasil bumi agar dapat memiliki nilai ekonomi yang lebih baik,” ujar Hamzah, kontributor peduli KBCF. Te r b e n t u k n y a k e l o m p o k perempuan di Lok Tunggul telah merubah keseharian aktifitas perempuan di kampung ini, “Dulu punya banyak waktu luang hanya untuk santai–santai saja, tetapi sekarang dengan adanya kelompok, waktu luang Buletin Kawal | III-2014


Telusur Kawal

itu kami gunakan untuk produksi minyak, membibit bakau, ikut–ikut pelatihan dan rapat-rapat kelompok,” ujar Sarmina sekretaris kelompok Perempuan Karya Bersama. “Banyak hal yang kami dapatkan dari berkelompok, kami merasa hidup kami telah berubah yang dulu kami hanya diam saja ketika bapak–bapak ada pertemuan, kini kami juga aktif memberikan masukan–masukan dalam pengambilan keputusan terkait dengan pembangunan kampung kami,” ujar Sarmina. Selain itu tambah Sarmina, “Kami dapat mengelola sendiri kelapa–kelapa yang tumbuh di kampung kami menjadi berbagai macam produk kelapa seperti minyak kelapa, VCO, kue kelapa sehingga menghasilkan pendapatan yang dapat membantu ekonomi keluarga”. “Disamping kelapa, kami juga melakukan pembibitan bakau, bakau–bakau yang dibibit ini sebagian kami tanam di sekitar kampung secara bertahap dan sebagaian juga kami jual sehingga bakau ini juga memberikan tambahan pendapatan lain selain dari kelapa,” tambahnya. “Perempuan di Lok Tunggul kini telah berubah,” ujar Zaenal yang menjadi ketua RT di Kampung Lok Tunggul. “Sejak KBCF ada di Kampung ini serta mendampingi kelompok perempuan, kini perempuan di Lok Tunggul tidak bisa diam tanda kutip tidak bisa diamnya,” tambah Zaenal. “Kenapa kampung saya,” Zaenal menjelaskan, “Dulu ibu–ibu kalau disuruh ikut rapat pertemuan RT tidak ada yang mau datang, kalaupun ada yang mau datang saja tapi tidak mau ngomong, tetapi sekarang setiap p e r t e m u a n R T m e re k a s e l a l u b e r b i c a r a ba i k membicarakan masalah kelompoknya maupun masalahBuletin Kawal | III-2014

6

Perempuan di Lok Tunggul kini telah berubah,” ujar Zaenal (Ketua RT Lok Tunggul)


Telusur Kawal

Ibu-ibu anggota kelompok foto bersama setelah pelatihan pembibitan bakau

7

masalah yang terjadi di kampung.” Lebih lanjut Zaenal menambahkan, “Sekarang ibuibu di Lok Tunggul selain membantu suaminya menjemur rumput laut kalau lagi panen, mereka juga ada kegiatan usaha yang membantu pendapatan keluarga produksi minyak kelapa dan membibit bakau sendiri.” “Kini mereka juga sama dengan kami laki-laki kalau ada kegiatan di kampung, baik pertemuan RT atau pada saat kerja bakti aktif memberikan masukan–masukan bahkan banyak inisiatif yang tak terduga keluar dari ide mereka. Bahkan kami ini sampai iri melihat mereka begitu aktif mengikuti kegiatan–kegiatan yang tidak hanya di kampung tapi sampai keluar kota bahkan keluar pulau sana,” tambah Zaenal. Keberhasilan KBCF mendampingi kelompok perempuan Karya Bersama di Kampung Lok Tunggul setidaknya telah membuktikan bahwa upaya pengelolaan sumber daya alam, tidak hanya muncul dan didominasi oleh kaum laki-laki, tetapi juga banyak ide–ide dan inisiatif yang cemerlang tersebut berasal dari kaum perempuan, setidaknya kelompok perempuan Karya Bersama membuktikan bahwa dulu perempuan tidak memiliki akses untuk menyampaikan aspirasinya kini mereka bisa bersuara dan bergerak bersama mengelola sumber daya alam di kampungnya.

Buletin Kawal | III-2014


8

Berita Peduli

Tantangan Pusling di Tekasalo & Tambak Bajai Melalui Program PNPM Peduli di Tekasalo Kelurahan Bontang Lestari Kecamatan Bontang Selatan, KBCF dengan dukungan Kemitraan mengembangkan program penjangkauan pelayanan kesehatan dasar. Pada 2013 melalui kerjasama puskesmas setempat telah dilatih 12 orang kader kesehatan. Mereka disiapkan agar bisa membantu petugas puskesmas melakukan eduksi dan pemantauan kondisi kesehatan masyarakat setempat. Kesibukan dan keterbatasan akses membuat mereka tidak semuanya dapat menindaklanjuti Buletin Kawal | III-2014

Saparuddin Kontributor Peduli


Berita Peduli

KBCF melalui dukungan Kemitraan mengembangkan program penjangkauan pelayanan kesehatan dasar.

9

hasil pelatihan, yaitu Melakukan pendataan kondisi masyarakat, sosialisasi tidak Buang Air Besar (BAB) sembarangan dan cuci tangan sebelum makan. Dalam sosialisasi tersebut, kader juga harus mendorong agar masyarakat rutin memeriksakan kesehatanya ke puskesmas keliling (pusling). Sayangnya, jadwal pusling dua kali sebulan tidak berjalan sesuai perencanaan. Cuaca dan jalan rusak menjadi penyebab yang sempat saya dengar dari laporan kader mengapa pusling di Tekasalo sering tidak sesuai jadwal. Hal ini pula yang menyebabkan kader kesulitan mengajak masyarakat untuk m e m e r i k s a k a n ke s e h a t a n n y a ke p u s l i n g . Sementara mau ke puskesmas mereka tidak banyak yang memiliki kendaraan pribadi dan reguler yang bisa mengangkut mereka. Lain lubuk lain ikannya, lain tempat beda masalahnya. Pelayanan Kesehatan dasar di Desa Tambak Bajai Kecamatan Dadahup Kabupaten Kapuas Kalimantan Tengah beda lagi. Ada puskesmas pembantu tetapi petugasnya tidak ada, pindah ikut suami. Karena petugas tidak ada, maka praktis kegiatan kader kesehatan di sana menjadi tidak optimal. Terkiat dengan hal itu fasilitator PNPM Peduli melakukan komunikasi aktif dengan puskesmas yang ada di kecamatan. Memang untuk tempat yang sangat terpencil dengan fasilitas yang tidak memadai seperti Desa Tambak Bajai sulit menemukan petugas yang mau. Meskipun saya yakin ada namun belum ketemu. Untuk mengatasi

Buletin Kawal | III-2014


10

Berita Peduli

kekosongan tersebut KBCF memfasilitasi petugas puskesmas agar dapat memeriksa kesehatan masyarakat terutama pasca banjir yang sempat merendam pemukiman warga berminggu-minggu.

Untuk mengatasi kekosongan tersebut KBCF memfasilitasi petugas puskesmas agar dapat memeriksa kesehatan masyarakat.

Masalah pelayanan kesehatan dasar di kedua lokasi meskipun teknisnya berbeda namun masalah pokoknya sama yang mungkin saja terjadi di banyak tempat. Kehadiran kader kesehatan yang digagas PNPM Peduli nyatanya belum memberikan perubahan yang signifkan karena pelayanan pengobatan dan pemeriksaan kesehatan tetap menjadi tugas petugas medis. Ini baru terkait jadwal pelayanan oleh petugas kesehatan di puskesmas keliling dan puskesmas pembantu. Belum sampai pada jenis penyakit yang berhasil diidentiďŹ kasi oleh kader kesehatan PNPM Peduli.

“

Kendati demikian, apa yang ada saat ini sudah menghasilkan perubahan, Setidaknya bila tidak ada petugas yang datang sudah ada kader kesehatan yang akan menghampiri mereka walau sekadar bertanya tentang keluhan sakit yang mereka alami.

Gambar ilustrasi Buletin Kawal | III-2014


Berita Peduli

11

Beasiswa LASKAR PESISIR

B

adak NGL adalah perusahaan yang bergerak pada bidang pengolahan sumberdaya alam yang telah memiliki komitmen implementasi CSR secara berkelanjutan. Perusahaan tersebut terletak di pesisir Kota Bontang dan telah hidup menyatu dengan lingkungan termasuk masyarakat setempat. Bekerjasama dengan pemerintah dan LSM seperti Yayasan BIKAL Karya Lestari, Kawal Borneo Community Foundation (KBCF), Badak NGL telah mengembangkan program CSR berbasis sumberdaya alam dan lingkungan, termasuk pesisir.

Saparuddin Kontributor Peduli

Pesisir dalam tulisan ini dimaksudkan untuk menujukkan satu daerah yang didiami oleh masyarakat nelayan, dimana secara geograďŹ s merupakan pertemuan darat dan laut, dengan batas darat dapat meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air yang masih mendapat pengaruh sifat-sifat laut, seperti angin laut, pasang surut, dan intrusi air laut. Menurut Dahuri 2004, hingga saat ini masih belum ada deďŹ nisi wilayah pesisir yang baku. Namun demikian, terdapat kesepakatan umum di dunia bahwa wilayah pesisir adalah suatu wilayah peralihan antara daratan dan lautan. Apabila ditinjau dari garis pantai (coast line), maka wilayah pesisir mempunyai dua macam batas (boundaries) yaitu batas yang sejajar garis pantai (long shore) dan batas yang tegak lurus garis pantai (cross shore).

Buletin Kawal | III-2014


12

Berita Peduli

Masyarakat yang bermukim di daerah pesisir Kota Bontang yang juga merupakan site plant PT. Badak NGL, hidup dari usaha perikanan baik tangkap maupun budidaya. Semuanya masih dilakukan secara tradisional. Pada awalnya, mereka (nelayan) bermukim di darat, namun pertimbangan ekonomis bila setiap hari harus bolak-balik membutuhkan biaya untuk membeli bahan bakar serta pertimbangan eďŹ siensi karena tidak memerlukan waktu yang lama untuk sampai pada lokasi budidaya dan kegiatan perikanan lain seperti memancing dan memungut hasil laut. Dari sisi skala usaha perikanan, kelompok masyarakat pesisir di Kota Bontang cenderung digolongkan pada kelompok miskin yang terdiri dari rumah tangga perikanan menangkap ikan tanpa menggunakan perahu, menggunakan perahu tanpa motor dan perahu bermotor tempel. Kemiskinan yang merupakan indikator ketertinggalan masyarakat pesisir ini disebabkan paling tidak oleh tiga hal utama: 1) kemiskinan struktural, 2) kemiskinan superstruktural, dan 3) kemiskinan kultural. Hingga saat ini tersebar pemukiman nelayan di pesisir Kota Bontang yang juga menimbulkan masalah lain seperti akses pendidikan. Masalah ini sudah direspon pemerintah dengan mendirikan sekolah dasar namun masih saja ditemui anak-anak yang putus sekolah ketika lulus SD dan tidak memiliki biaya untuk melanjutkan sekolah ke jenjang berikutnya karena sekolah tidak ada di kampung. Seiring perkembangan waktu, rupanya dalam isu pendidikan dasar tidak hanya ditemui masalah akses tapi juga bagaimana kualitas pendidikan yang mereka terima. Hal ini juga menjadi perhatian pemerintah Kota Bontang dan telah direspon melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan. Respon tersebut salah satunya diwujudkan dalam bentuk keluarnya kebijakan terkait keharusan semua peserta didik kelas 6 SD di pesisir untuk melanjutkan pendidikan di kota. Setidaknya ditemukan tiga anak yang saat ini telah mengikuti program tersebut dan satu diantaranya berhenti. Dari diskusi dengan orang tua murid diperoleh informasi bahwa ada dua hal yang menjadi tantangan dalam program ini, yaitu:

Bersambung hal. 16

Buletin Kawal | III-2014

“�

Mereka tidak disekolahkan di kampung, tapi di Kota dengan sistem mencari orang tua asuh sebagai tempat tinggal mereka selama sekolah.


Berita Peduli

K P K K KP

13

@ Samarinda, Kaltim

Kedai Produk Komunitas (KPK)

Kawal Borneo Community Foundation (KBCF) uk Komp. BAP Jl. Anggrek Merpati 1 No.60 d ro Email : kawal.borneo@gmail.com P Telp : 0541 7773762 (jam kerja) i

Ke

@Kapuas, Kalteng

P

KPK K

da

Ko

mu

ni

ta

s

Heri Susanto, 0853 4900 3467 email : heriteras_y@yahoo.com

@ Bontang, Kaltim

K

Yayasan BIKAL Karya Lestari Jl. Cumi Cumi 3 No. 50 RT.001 email : bikalbontang@gmail.com hamzahbontang@gmail.com telp : 0812 555 6764 (Hamzah)

K P K Kedai Produk Komunitas

Achmad Albar Kontributor Peduli

KPK

elompok dampingan PNPM Peduli di Tekasalo dan Tambak Bajai saat ini dihadapkan pada masalah pemasaran produk. Cara pemasaran yang konvensional sudah tidak mampu bersaing dengan produk serupa. Setidaknya ini menjadi sebab mengapa KBCF dengan dukungan Kemitraan mulai memberikan dukungan pembuatan Kedai Produk Komunitas (KPK).

Gagasan ini diimplementasikan secara bertahap yang dimulai dengan pembuatan katalog, dan tahun 2014 akan dibuat leeat serta standing banner yang akan dipajang di kelompk masingmasing. Sementara itu, KBCF menyediakan tempat di Samarinda sebagai pusat KPK di atas. Berbagai jenis produk dapat dilihat, dibeli dan dipesan melalui KPK. Buletin Kawal | III-2014


KERAJINAN TANGAN Sapu sabut kelapa

Piring lgidi/ Bakun

Rp. 20.000,- /pcs

Rp. 5.000,- /buah (k) Rp. 7.000,- /buah (b)

t Keset sabu kelapa

Tali sabut kelapa

Sejadah Rp. 250.000,Ukuran : 180 x 60 cm

Topi Rp. 75.000 - 100.000/pcs

Rp. 40.000,- /buah

Buletin Kawal | III-2014

Rp. 1.000,- /meter

(tergantung ukuran kepala)

n

Tas Rota

Rp. 75.000 - 100.000/pcs (tergantung ukuran kepala)

Pembersih Debu Rp. 50.000,- /pcs


aneka PANGANAN

Olahan Kelapa

Sirup rove Mang

Olahanut laut Rump

Rp. 5.000,- /bks

Rp. 15.000,- /buah Rp. 20.000,- /buah

Rp. 5.000,- /bks

Rempeye tude

Sirup a mangg

Amplauntglaut Rump

Rp. 5.000,- /bks

Rp. 15.000,- /buah Rp. 20.000,- /buah

Rp. 25.000,- /bks

Buletin Kawal | III-2014


16

Berita Peduli

Beasiswa Laskar Pesisir Sambungan hal. 12 1. Masih ada perasaan rendah diri sebagai anak “kampong�. 2. Keterbatasan perhatian orang tua murid karena tidak punya biaya. KBCF dan Badak NGL melalui Program PNPM Peduli menemukan bahwa pendidikan dasar sebagai tanggung jawab pemerintah belum dilaksanakan secara memadai, sehingga memerlukan dukungan dari para pihak. Perusahaan dan NGO/LSM yang memiliki tanggung jawab sosial menganggap perlu untuk merumuskan solusi atas tantangan tersebut di atas. Salah satu solusi yang akan ditawarkan adalah bantuan pendidikan kepada anak-anak pesisir yang diharapkan akan memperbaiki kualitas hidup mereka dimasa mendatang. Kendati demikian bantuan ini memiliki keterbatasan waktu dan jumlah sehingga harus diberikan penegasan kepada masyarakat pesisir sebagai penerima manfaat. Program ini akan berhenti ketika pemerintah sudah dapat memberikan layanan pendidikan dasar kepada masyarakat pesisir secara memadai dengan melakukan pembangunan infrastruktur, sarana dan prasarana pendukung lainnya. Dalam konteks tersebut, maka dalam konsep ini dirumuskan untuk melakukan impelementasi program dengan durasi 10 tahun. Waktu tersebut merupakan durasi yang dipandang cukup bagi pemerintah melakukan semua tanggung jawabnya dalam penyediaan layanan pendidikan dasar di pesisir Kota Bontang. Program beasiswa ini dimaksudkan untuk memberikan kesempatan yang sama bagi siswa (tidak harus berprestasi) dari keluarga tidak mampu yang tinggal di pesisir dengan tujuan: 1) Menciptakan dan menjaga hubungan harmonis perusahaan dan masyarakat pesisir (Tujuan Jangka Panjang) 2) Meningkatkan kualitas hidup masyarakat pesisir (Tujuan Jangka Menengah) 3) Meningkatkan penanganan anak putus sekolah di pesisir Kota Bontang (Tujuan Jangka Pendek).

Buletin Kawal | III-2014

Sekolah SD di perkampungan atas laut


Cerita Peduli

17

Jamban Sehat : Impian di Teluk Kadere

Photo ilustrasi

Amiruddin Kontributor Peduli

Jamban merupakan sanitasi dasar yang harus dimiliki oleh setiap masyarakat. Pada dasarnya masyarakat sadar dan mengerti arti penting memiliki jamban sendiri di rumah. Alasan klasik yang sering diungkapkan oleh masyarakat mengapa sampai saat ini belum memiliki jamban sendiri adalah belum memiliki uang. Melihat kenyataan tesebut, tidak adanya jamban di rumah tangga bukan semata terkendala faktor ekonomi, tetapi lebih kepada lahirnya kesadaran masyarakat untuk menerapkan Pola Hidup Sehat dan Bersih (PHBS). Faktor lain adalah karena ketergantungan pada bantuan pemerintah dan perusahaan. Terciptanya lingkungan yang sehat khususnya pada Buang Air Besar (BAB) merupakan salah satu dari berbagai masalah kesehatan yang perlu mendapat perhatian serius, penyediaan sarana jamban sehat pun tidak mudah karena menyangkut peran serta masyarkat yang erat hubungannya dengan perilaku, tingkat ekonomi, kebudayaan dan pendidikan. Masyarakat Teluk Kadere RT. 13 yang ada di Tekasalo Kelurahan Bontang Lestari Kecamatan Bontang Selatan Kota Bontang Buletin Kawal | III-2014


18

Cerita Peduli

yang berpenduduk 85 jiwa sesuai data hasil inventarisasi kepemilikan jamban sehat yang dilakukan oleh fasilitator bulan Juni 2014 lalu, tersebar di 17 rumah terdiri dari 21 kepala keluarga (KK). Kesadaran masyarakat akan pentingnya PHBS masih sangat rendah, hal ini terlihat dari kondisi rumah serta masih banyaknya rumah yang tidak memiliki jamban sehat, sehingga BAB masih dilakukan sembarang tempat. Hal ini tentu saja membuat lingkungan tidak sehat, saat harus BAB di kebun hajat di hinggapi lalat kemudian hinggap ke makanan, BAB di laut hajatnya dimakan ikan lalu ikan dikonsumsi oleh warga, secara tidak langsung warga kembali memakan hajat mereka. Berdasarkan laporan kader kesehatan, hasil pendataan jenis keluhan penyakit yang sering terjadi di masyarakat, terdapat 12 jenis penyakit yang sering dikeluhkan masyarakat adalah diare, gatal-gatal dan cacingan yang dialami orang dewasa maupun anak-anak. Dari data tersebut disadari bahwa kualitas sanitasi dan air bersih menjadi prioritas penting, pasalnya hal tersebut erat kaitannya dengan kesehatan masyarakat dan lingkungan. Salah satu upaya yang dilakukan dalam penanganan hal tersebut adalah adanya pola hidup sehat dan bersih dari masyarakat itu sendiri, untuk mendorong agar upaya ini dapat terlaksana sebelumnya dilakukan kegiatan pemicuan Sanitasi

Buletin Kawal | III-2014


Cerita Peduli

Saya BAB numpang di tetangga pak, rumah anak, tapi malu juga rasanya masa malam-malam kalau kebelet harus ngetokngetok pintu,” ujar Ibu Bala

19

Berbasis Masyarakat. Dari hasil pemicuan tersebut masyarakat tidak akan BAB Sembarangan karena ada rasa malu, jijik dan takut sakit. Kenyataannya ketika dilakukan pendataan dan wawancara kepemilikan jamban sehat, tidak ada perubahan perilaku BAB di masyarakat, salah satu warga mengungkapkan, “ya... mau gimana lagi Pak, namanya kondisi di kampung ya begini, kita mau bikin jamban tidak punya uang, rumah yang saya tinggali pun pinjam Pak”, ujar ibu Sri Kitemiyah. Lain halnya dengan ibu Bala, seorang janda umur sekitar 65 tahun, ”Saya BAB numpang di tetangga Pak, rumah anak. Tapi malu juga rasanya masa malam-malam kalau kebelet harus ngetokngetok pintu”. Persoalan STMB di Teluk Kadere menjadi perhatian khusus, dari 17 rumah yang didiami oleh warga hanya 8 rumah yang memiliki jamban sendiri, 9 diantaranya tidak memiliki jamban. Dari 9 rumah tersebut terdapat 47 jiwa, 14 jiwa numpang BAB, sisanya 33 jiwa BAB di sembarang tempat, kebanyakan untuk orang dewasa BAB di hutan bakau. Sarana air bersih masyarakat memperoleh dari air tanah, terdapat 2 sumur yang digunakan warga untuk konsumsi dan 6 sumur untuk MCK , 2 sumur diantaranya bantuan dari LKM (dulu BKM) Program PNPM-Reguler Kelurahan Bontang Lestari. Untuk sumur yang bisa dikonsumsi jaraknya cukup jauh sehingga menyulitkan masyarakat memenuhi kebutuhannya secara memadai sehingga terkadang mereka harus menggunakan sumur yang terdekat dari rumah mereka jika kepepet.

Buletin Kawal | III-2014


20 Cerita Peduli

Pembibitan Mangrove:

Rupiah di Tepi Hutan Bakau “Bu, ada undangan dari perusahaan untuk mengirimkan dua orang perwakilan kelompok mengikuti pelatihan.” “Sebentar Pak. Kami harus rapat dulu malam ini.” “Tapi sekarang kan sudah lumayan malam, Bu” “Sudah menjadi kesepakatan kelompok kami bahwa setiap keputusan yang diambil harus melalui rapat.” “Meski malam-malam begini? Apa anggota tidak merasa keberatan?” “Nggak, anggota kelompok siap hadir tiap pertemuan, meski malam hari.”

Buletin Kawal | III-2014

Nursalim Kontributor Peduli


Cerita Peduli

21

Ku tatap jam dinding, pukul 21.00. Maklum, nggak pernah memakai jam tangan. Beberapa saat kemudian kembali ponselku berdering. “Apakah boleh saya mengirim semua anggota?” Tanya Ibu Hapsiah di ujung sana, menunjukkan spirit yang tinggi untuk mengikuti kegiatan. “Tapi undangannya hanya untuk 2 orang. Jawabku singkat.

Di tengah segala keterbatasan, tidak menyurutkan semangat berkelompok mereka.

Bu.”

Itulah kutipan pembicaraanku via ponsel dengan Ibu Hapsiah, Ketua Kelompok Karya Bersama Lok Tunggul. Kelompok dampingan KBCF di Kota Bontang yang selalu memperlihatkan semangat yang tinggi. Di tengah segala keterbatasan, tidak menyurutkan semangat berkelompok mereka. Aturan main telah dibuat, setiap anggota kelompok mempunyai kewajiban untuk menjalankan kesepakatan itu. Lok Tunggul, sebuah wilayah yang terletak di Selatan Kota Bontang. Untuk menjangkaunya butuh sedikit perjuangan. Melewati jalan tanah yang berlumpur dan licin saat hujan. Butuh perjuangan ekstra menggunakan sepeda motor. Jika hujan turun dengan deras, perjalanan menuju kesana menjadi “mengasyikkan”, ibarat pembalap off road. Jembatan ulin panjang menghubungkan kampung ini dengan wilayah Teluk Kadere sehingga memungkinkan untuk dijangkau dengan perjalanan darat. Sebelum tahun 2013, satuBuletin Kawal | III-2014


22 Cerita Peduli satunya akses menuju ke kampung Lok Tunggul menggunakan alat transportasi laut. Alternatif lain untuk menjangkau daerah ini melalui laut. Dengan menggunakan perahu ketinting, daerah ini lebih bisa dicapai kurang 45 menit dari pelabuhan Tanjung Laut Indah Bontang. Laut tidak selalu bersahabat. Kadang tenang, kadang gelombang datang menghempas ketinting. Sulitnya akses tidak menurunkan semangat anggota kelompok yang semuanya adalah kaum perempuan. Jika ada undangan, pagi-pagi sekali mereka telah berangkat menggunakan ketinting. Saat gelombang datang, mereka pun harus berjuang melawan rasa khawatir. Tanpa jaket pelindung, tanpa alat penolong keselamatan. Semua serba natural. Mungkin karena telah terbiasa, membuat segala jenis perlengkapan tersebut menjadi “tidak berarti�. Semangat seperti itu terus tumbuh seiring kegiatan pendampingan yang dilakukan KBCF. Seolah-olah menemukan dunia baru dengan keasyikannya tersendiri, setelah sekian lama hanya berkutat pada kegiatan rutin di urusan domestik rumah tangga. Spirit ini menunjukkan bahwa kaum ibu-ibu juga bisa melakukan kegiatan bermanfaat. Mampu membangun jaringan dengan pihak luar, mampu Buletin Kawal | III-2014

Sulitnya akses tidak menurunkan semangat anggota kelompok yang semuanya adalah kaum perempuan.


Cerita Peduli

23

beradaptasi dengan lingkungan luar, serta mempunyai kesempatan yang sama untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mereka. Mereka kemudian juga bisa belajar membagi waktu antara urusan keluarga dengan urusan kelompok. Kegiatan pendampingan telah memberikan manfaat signiďŹ kan bagi kelompok ibu-ibu. Bahwa, kemampuan menjalin kerjasama dan kemitraan dengan dunia luar bukan hanya milik laki-laki. Bahwa kaum perempuan juga bisa melakukan hal-hal yang selama ini hanya dilakukan oleh laki-laki di kampungnya. Bahwa kaum perempuan pun mempunyai kesempatan didengarkan suaranya, ikut terlibat dalam urusan pembangunan di kampungnya, yang selama ini meraka hanya menjadi penonton saja.

Bibit bakau jenis Rhizopora Mucronata : Tabungan Kelompok Perempuan Tekasalo, Bontang Kaltim

Lebih dari itu, kaum perempuan adalah guru per tama dan utama bagi anak-anaknya. Meningkatnya kemampuan mereka, akan menular kepada anak-anaknya. Kaum ibu lah yang lebih sering bersama dan mengajarkan nilai-nilai serta pengetahuan kepada anakanaknya. Tidak heran, saat mereka melakukan pembibitan bakau anak-anak mereka sering diajak, mulai dari mengisi polybag dengan tanah. “Pengetahuan kami menjadi meningkat dengan mengikuti kegiatan-kegiatan pendampingan. Buletin Kawal | III-2014


24 Cerita Peduli Kepercayaan diri kami pun ikut meningkat. Suara kami menjadi lebih didengarkan. Jika ada pertemuan di kampung, kaum perempuan khususnya yang terlibat dalam kelompok, seringkali mendapat undangan untuk ikut memberikan pendapat. Peristiwa yang hampir tak pernah terjadi di waktu-waktu yang lalu.� terang Hapsiah berapi-api. Kegiatan pendampingan, sejatinya adalah meningkatkan kemampuan dan pemahaman kelompok-kelompok yang suaranya hampir tidak didengarkan di dalam komunitasnya. Menularkan “virus� optimisme dan kepercayaan diri, bukan untuk lebih tinggi dibandingkan lakilaki, tapi agar terjadi keseimbangan peran dalam sebuah komunitas. Laki-laki dan perempuan mempunyai kesempatan dan kemampuan yang sama. Pendampingan yang dilakukan telah memperlihatkan hal itu.

Buletin Kawal | III-2014

Kerjasama Kunci Mengatasi Semua Masalah Kelompok


Berita Peduli

25

Program untuk Masyarakat Desa Tambak Bajai

T

Heri Susanto Kontributor Peduli

ambak Bajai, salah satu desa yang terkena dampak “tsunami” Proyek Lahan Gambut (PLG) satu juta hektar. PLG telah meluluh lantahkan hampir seluruh tatanan ekonomi, budaya sosial dan lingkungan mayarakat Adat Ngaju di sana. Butuh waktu puluhan tahun atau mungkin ratusan tahun untuk mengembalikan ke kondisi asal, itupun bila masih mungkin. Pasca PLG, aktivitas mereka seperti menanam karet, rotan, buah-buahan menjadi pilihan satu-satuya. Dengan keberdayaan, kemampuan ataupun ke-swadayaan masyarakat mulai menata kembali ruang kelola dengan beberapa perencanaan jangka panjang, dan melakukan perehabilitasian lahan yang rusak secara tradisional. Kondisi ini dilihat dari segi pengelolaan lingkungan. Sedangkan kondisi kehidupan sosial dan budaya masyarakat belum bisa dipulihkan, “Butuh waktu panjang untuk melakukan perbaikan,” terang Guset Kepala Desa Tambak Bajai. Salah satu aspek sosial yang hilang adalah rapat desa (handep hapakat), padahal kebiasaan ini merupakan kebiasaan yang sangat penting dalam melakukan musyawarah pembangunan desa. Aspek ini ternyata berdampak pada aspek lainnya, misalnya tidak Buletin Kawal | III-2014


26 Berita Peduli ada upaya untuk mengatasi masalah penerangan, tidak ada pembangunan jalan dan infrastruktur desa lain. Belum lagi tidak ada daya saing untuk memperoleh dukungan program pembangunan dari PNPM Pedesaan. Kondisi tersebut yang menjadi sebab sehingga tahun 2010, Yayasan Tahanjungan Tarung sebuah lembaga lokal mulai melakukan pengembangan program PNPM Peduli bersama Kawal Borneo Community Foundation (KBCF). Pendampingan yang dilakukan oleh kedua lembaga ini menjadikan sebagian masyarakat mulai memahami kondisi desa yang sudah ketinggalan jauh dari desa lainnya dalam kabupaten Kapuas. Berselang satu tahun kemudian, perlahan tapi pasti mereka sudah berubah. Saat ini mereka sudah bisa menghemat pengeluaran membeli BBM sebesar 15 ribu per hari. Fasilitas Jalan dalam lingkungan desa pun mendapat bantuan dari program Bupati. Tahun demi tahun berganti, pembangunan satu demi satu diperoleh sehingga sekolah, jembatan, dermaga menjadi hadiah diakhir tahun 2012 yang bersumber dari ADD dan PNPM Mandiri. Bukan itu saja, memasuki tahun 2013 Desa Tambak Bajai ditetapkan sebagai sasaran Program Mamangun Tuntang Mahaga Lewu (PM2L). Tahun 2014 pun menjadi tahun dimana mereka kebanjiran program pembangunan. Sebagai contoh banjir program tersebut adalah bantuan 1 buah Laptop dari Kepmoninfo, 1 buah mesin pemotong rumput dari BLH Kab. Kapuas, 5 buah ces (perahu), 4 buah mesin jahit dan 1 buah mesin obras dari Disnakersos, 200 ekor bantuan ternak itik yang semuanya dari Program PM2L. Bulan Juli inipun dilakukan pelebaran jalan sehingga mobil pick-up sudah bisa sampai ke seberang kampung. Semua itu bersumber dari rencana aksi komunitas yang disusun dan diadopsi menjadi rencana pembangunan desa. “Terus terang, awalnya saya sempat menolak program PNPM Peduli. Tapi saya hampir menyesal karena berkat program itu kami berubah,� papar Guset.

Buletin Kawal | III-2014

Terus terang, awalnya saya sempat menolak program PNPM Peduli. Tapi saya hampir menyesal karena berkat program itu kami berubah,� papar Guset.


Berita Peduli

27

Melatih di Desa Tetangga

N

ardi dan tiga orang anggota kelompok lainnya pagi ini bergegas. Maklum, harus sampai tujuan sebelum acara pembukaan. Ini kali kedua mereka diundang untuk melatih menerapkan hasil pelatihan yang pernah mereka peroleh. Undangan pertama berasal dari Desa Santan Tengah dan kali ini pelatihan diadakan di Desa Kresik Kecamatan Marangkayu Kabupaten Kutai Kartanegara selama tiga hari pada Maret 2014. Pesertanya berasal dari penduduk setempat yang berjumlah sepuluh orang.

Rudiyanto Kontributor Peduli

Hari pertama pelatihan dimulai pada pukul 09.00 Wita dengan pengisian Materi telah disampaikan Buletin Kawal | III-2014


28 Berita Peduli oleh narasumber yang kemudian memandu pelaksanaan teknis pelatihan sabut kelapa. Ada dua jenis produk sabut kelapa yakni pembuatan keset kaki dan sapu lantai. Peserta pelatihan dibagi menjadi dua kelompok, masing-masing kelompok akan membuat kedua jenis produk tersebut. Dihari kedua masing-masing kelompok yang terdiri dari 5 orang dibagi tugas, 3 orang menghaluskan sabut kelapa sedangkan 2 orang lagi memulai pemintalan, masing-masing kelompok diberi tugas praktek membuat tali sepanjang 80 meter - 100 meter. Semenetara itu dihari ketiga masing-masing kelompok mulai menganyam. Mereka diberi waktu sampai istirahat siang tetapi kenyataanya masing-masing kelompok menyelesaikan lebih cepat dari waktu yang diberikan oleh narasumber. Waktu yang tersisa digunakan peserta untuk pembuatan sapu lantai yang dapat dibuat hanya dalam waktu singkat, tidak lebih dari 15 menit masing-masing kelompok dapat menyelesaikannya. Setelah istirahat siang, semua peserta kumpul dan merasa senang dan bangga mendapat tambahan ilmu tentang pemanfaatan sabut kelapa, diteruskan dengan foto bersama dan penyerahan piagam sekaligus penutupan.

Buletin Kawal | III-2014

Proses memilin sabut kelapa untuk membuat keset kaki


Jembatan Penghubung Salantuko ke Teluk Kadere Bontang Kaltim


Sunset Teluk Kadere

PSF

PNPM SUPPORT FACILITY


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.