MENGENANG SEMANGAT REVOLUSI JIHAD
Edisi IV Tahun 2015
TIDAK DIPERJUALBELIKAN. Versi elektronik dapat diunduh di http://aceh.kemenag.go.id
meredam
BARA SINGKIL ISSN 0216-0790
02
DAFTAR ISI
22
Laporan Utama Pesan Pendek Mengusik Toleransi Singkil
06
38
Syair Kiamat
Aplikasi Al-Faraidh, Terobosan Pembelajaran Mawaris di Madrasah
Budaya
10
Manajemen Melindungi Status dengan ePUPNS
14
Sains
40
Laporan Khusus Hari Santri Nasional
Jurnal
- Keliling ASEAN atas Nama Indonesia - Rohis Ajang Praktek PAI
16 Dayah
MUDI Mesra dari Masa ke Mas Santunan - IV/2015
03
Menilik Kembali Guru Provokator Senang sekali rasanya dapat membaca Majalah Santunan yang semakin bermutu dan apik. Konten yang disajikan juga semakin memberi pencerahan. Saya terkesan sekali ketika membaca opini SDR. Alfaizin, MA, MM di edisi lalu (III/2015) dengan judul Guru Provokator. Tulisan ini menginspirasi dan mampu memberi semangat untuk penulis-penulis muda lainnya tentang pola asuh anak didik. Namun pada separuh bagian akhir opini tersebut terbersit sebuah kekhawatiran terhadap pola asuh anak didik yang ditawarkan oleh penulis. "Metode memperbandingkan seorang anak dengan anak yang lain tidak mengajarkan hal positif. Ini malah menekankan
siapa yang lebih baik dan buruk. Akibatnya anak jadi rendah diri." Setidaknya demikian pendapat pakar, seperti pendapat seorang Pakar Pengasuh Anak, Nurbaeti Rachman seperti dikutip laman liputan6.com. Menurutnya, jika mau memper足 bandingkan, bandingkan saja dengan apa yang pernah dilakukan oleh anak sebelumnya, bukan dengan orang lain. Di sisi yang lain penulis sendiri sebenarnya telah menawarkan konsep motivasi/motivator untuk menggerakan siswa. Namun penggunaan kata provokator tidak layak bagi pola asuh anak. Karena provokator/provokasi mempunyai konotasi negatif. Karena selain makna pancingan, tantangan atau membangkitkan perasaan,
kata ini juga bermakna melakukan perbuatan untuk membangkitkan kemarahan dan tindakan menghasut. Provikasi positif adalah paduan kata yang harus dipelajari kembali, pun telah dipakai di beberapa kritik sosial. Tapi untuk mendidik, seorang guru tentu harus lebih bijak. Tulisan ini hanya bermaksud untuk menjernihkan pemikiran dan menjaga dunia pendidikan dari kelatahan sosial yang semakin mengesampingkan nilai-nilai moral. Saya tetap salut atas inisiasi penulis untuk mengangkat isu-isu penting untuk dunia pendidikan yang lebih baik. Terima kasih, Baihaqi, S.Ag Penyuluh Agama Islam Aceh Timur
Pembina: Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh. Dewan Eksekutif: Kepala Bagian Tata Usaha, Para Kepala Bidang, Pembimas, Kepala Subbag pada Kanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh. Penanggung Jawab/Pemimpin Redaksi: Akhyar. Redaktur Eksekutif: Zulfahmi. Redaktur Kreatif: Ahsan Khairuna. Redaktur Foto: Khairul Umami. Editor/Penyunting: Juniazi, M. Yakub Yahya, Baihaqi, Alfirdaus Putra. Desain: Amwar Citra Hutabarat, Dedi Jufrizal, Hasma Diana. Fotografer: Fuzail, Fuadi, Zarkasyi. Sekretariat: Fajriah Bakri, Lia Nurhilaliah, Syahrul, Fieterson Joeliyus Mangunsong. Kontributor: Aparatur Sipil Negara Kementerian Agama Provinsi Aceh. Penerbit: Subbag Informasi dan Humas Kanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh. Alamat Redaksi: Kanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh, Jln. Abu Lam U No. 9, Banda Aceh. http://aceh.kemenag.go.id email: humasaceh@kemenag.go.id 04
DARI REDAKSI
Antara Singkil dan Peunayong
K
asus Aceh Singkil yang terjadi beberapa waktu tentunya tidak akan terjadi bila ada komunikasi yang baik antar kelompok yang berseteru. Kami yakin, kalimat diatas kita setujui bersama sebagai ‘obat ajaib’ agar hal tersebut tidak terulang. Seharusnya dengan keberagaman yang ada di Indonesia tentunya menjadikan kita sebagi warganya bisa melakukan komunikasi yang baik antar sesama, apalagi terkait masalah agama. Majalah Santunan Edisi IV tahun 2015 ini akan sedikit mengupas kembali kejadian Aceh Singkil. Bukan untuk mengungkit kembali luka yang lama, namun lebih kepada pembelajaran agar semua kita bisa mengambil hikmah dari perseteruan antar umat beragama yang terjadi beberapa waktu yang lalu itu. Kementerian Agama Provinsi Aceh sendiri terus melakukan langkah-langkah terbaik untuk terus membangun komunikasi yang baik untuk memecahkan masalah-masalah yang terjadi terkait kerukunan umat beragama. Dalam Raker FKUB beberapa bulan yang lalu Daud Pakeh selaku Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh menekankan bahwa ada komitmen yang jelas instansi ini untuk terus mendukung Forum Kerukanan Umat Beragama (FKUB) untuk membantu pemerintah dalam memelihara dan mengendalikan kerukunan interen dan antar umat beragama di Aceh. Orang nomor satu di Kementerian
Santunan - IV/2015
Akhyar Pemimpin redaksi
Agama provinsi Aceh berharap FKUB punya hak untuk langsung menyampaikan aspirasi masyarakat kepada pemerintah tanpa melalui jalur birokrasi yang rumit, apalagi terkait masalah kerukunan. Daud Pakeh menegaskan Kementerian Agama telah membangun enam kantor Sekber FKUB. Adapun kabupaten/kota yang telah memiliki kantor tersebut anatara lain Sekber FKUB Banda Aceh, Aceh Besar, Aceh Barat, Aceh Tenggara, Aceh Timur dan Kota Subulussalam. Tidak hanya itu, Daud Pakeh mengklaim tidak kurang dari 5 Milyar Rupiah Kementerian Agama Provinsi Aceh menyediakan anggaran setiap tahun untuk peningkatan kualitas kerukunan umat beragama di Provinsi Aceh. Dalam edisi ini pula kami mencoba menggambarkan bagaimana sebenarnya kasus Aceh Singkil terjadi. Ada pula kasus-kasus sebelumnya yang sebenarnya sudah terjadi disana. Ini menggambarkan bahwa kasus Aceh Singkil tahun 2015 sebenarnya bukan pertikaian yang pertama terjadi. Ada rentetan kejadian-kejadian disana dan akhirnya kasus terbaru yang lalu seperti menjadi pucak dari konflik itu sendiri. Namun, ada hal yang paling menarik dari edisi ini. Peunayong, dengan andalan kuliner malamnya seperti membuat kita tidak sadar bahwa itu adalah sebuah tempat dimana masyarakat yang berbeda agama menjalankan hidup dengan damai. Semoga bermanfaat! *** 05
BUDAYA
Syair Kiamat S Nab Bahany As budayawan, tinggal di Banda Aceh
eorang peminta sedekah hafal betul syair sepuluh tanda kiamat karangan Tgk. Chik Tanoh Abee, yang kononnya hikayat ini dikarang pada awal abad ke-19. Pencari sedekah itu sambil berjalan dari satu pintu ke pintu koto lainnya di kota Banda Aceh melantunkan syair tersebut. Suaranya merdu sekali, sehingga banyak orang yang lalu lalang di kaki lima pertokoan tertegun mendengar syair yang dilantunkan dalam bahasa Aceh oleh tunanetra itu. Syair sepuluh tanda kiamat karangan Tgk. Chik Tanoh Abee ini merupakan cerita tanya jawab antara malaikat dengn Rasulullah SAW tentang bagaimana tanda-tanda dunia bakal kiamat. Syair ini dulunya termasuk syair yang sangat popular dalam masyarakat Aceh. Di mana-mana syair ini dulu selalu dibacakan orang Aceh sebagai pelajaran untuk menyadari manusia terhadap hakekat kehidupan dunia, bahwa suatu ketika nanti dunia ini akan berakhir dalam suatu proses kiamat. Dan ini harus diimani oleh setiap muslim sebagai salah dari dari rukun iman. Dari sepuluh tanda-tanda dunia bakal kiamat dalam tanya jawab antara malaikat dengan Rasulullah SAW dalam hikayat Tgk. Chik Tanoh Abee yang dilantunkan oleh tunanetra itu, yang paling saya ingat adalah tenda pertama dan tanda kedua. Seperti yang ditanyakan Rasulullah pada malaikat, apa dari tanda-tanda dunia akan kiamat? Pertanyaan Rasulullah ini langsung dijawab malaikat, seperti dilantunkan oleh peminta sedekah itu dalam syair berbahasa Aceh hasil karangan Tgk. Chik Tanoh Abee ini berbunyi: Lon tren yang keuphon lon cok beureukat Abeh lon sikat bak manusia Lon tren keudua lon cok geumaseh Abeh lon peugleh bak manusia Syair ini maksudnya, di antara tanda-tanda kiamat, kata malaikat pada Rasulullah, yang pertama adalah dicabutnya keberkahan atau
06
barakah dalam kehidupan manusia. Tanda yang kedua adalah diambilnya kasih saying diantara sesama manusia itu sendiri. Dua tanda kiamat itu sepertinya hampir tak dapat dibantahkan dalam kehidupan manusia sekarang ini. Dalam kehiduapan yang kita jalani hari ini, kadang kita harus bekerja siang-malam mencari rezki yang tak pernah cukup. Putaran waktu selama 24 jam sehari-semalam terasa tidak cukup lagi bagi kita untuk bekerja. Sehingga waktu malam yang seharusnya kita gunakan untuk beristirahat dan beribadah kepala Allah, waktu malam itu juga kita rampas untuk bekerja, demi nafsu dan keserakahan untuk mengumpulkan rezki yang tidak pernah puas atas pemberian Allah pada siang hari. Masih syukur, kalau untuk mendapatkan rizki ini kita masih menempatkan mana yang hak kita dan yang mana yang bukan hak kita. Namun dalam pola hidup kita hari ini antara hak dan yang bukan hak kita nyaris tak lagi menadi pertimbangan. Yang penting kita kumpul dulu rezki itu, perkara hak atau bukan hak kita itu urusan belakangan, halal atau haram tak lagi menjadi persoalan. Begitulah gaya hidup yang sedang kita jalani hari ini. Kita selalu merasa rezki yang telah kita peroleh—meskipun sudah tergolong lebih dari kemewahan—tetap saja merasa belum cukup. Sehingga hak orang lain pun kita rampas dengan segala cara untuk menjadi milik kita. Mungkin inilah yang dimaksud malaikat dalam menjawab pertanyaan Rasulullah, seperti disyairkan Tgk. Chik Tanoh Abee, bahwa salah satu dari tanda kiamat malaikat akan turun ke bumi mencabut nilai keberkahan dari rezki manusia. “Lon tren yang keuphon lon cok beureukat/abeh lon sikat bak manusia�, kata malaikat. Sehingga, biar pun kita bekerja siang dan malam, dan berapa pun jumlah gaji yang kita terima tiap bulan sekarang ini selalu saja merasa tidak pernah cukup, karena nilai keberkahan dalam kehidupan manunsia sudah tak ada lagi.
Demi harta kita rela mengorbankan orang lain, demi tahta kita rela berperang dan membunuh, demi kedudukan, pangkat dan jabatan kita rela menyuap dan menyogok untuk menyisihkan yang lain yang berhak atas kedudukan itu kerena kemampuannya.
Demikian pula dengan kasih sayang. Dalam kehidupan yang sedang kita jalani saat ini, nilai kasih sayang diantara sesama semakin menipis, bahkan nyaris hilang di tengah-tengah kehidupan manusia. Yang ada sekarang adalah unsur kepantingan. Orang menolong seseorang hari ini tidak lagi didasarkan pada kasih sayang yang tulus. Tetapi lebih dikarenakan oleh kepentingan dengan mengharapkan timbal balik dari pertolongan itu. Berobahnya nilai kasih sayang mejadi kepentingan dalam kehidupan manusia hari ini ikut mempengaruhi nilai keikhlasan seseorang. Maka rasa tulus dan ihklas untuk saling membantu sesama pun berobah menadi pamrih. “Lon tren keudua lon cok geumaseh/Abeh lon peugleh bak manusia”, jelas malaikat pada Rasulullah bahwa tanda-tanda kiamat malaikat akan turun ke bumi mencabut semua nilai kasih sayang pada manusia, sehingga kehidupan yang dijalani manusia tak lagi peduli satu sama lain. Yang miskin terus hidup dalam kemiskinannya, yang kaya terus hidup dalam kemewahannya. Maka bersyukurlah bagi orang-orang yang masih diselamatkan Tuhan, dari carut-marutnya kehidupan yang sedang kita jalani saat ini, yaitu mereka-meraka yang masih memiliki hati nurani, yang masih mau bekerja dengan tulus dan ikhlas, yang masih mau memilahkan mana haknya yang harus dimiliki, dan mana yang bukan haknya untuk tidak dimiliki. Orang-orang ini biasanya selalu berdoa kepada Tuhan agar selalu dibukakan pintu rezki yang halal untuk dirinya. Dan selalu memohon kepada Allah agar ditutupnya pintu rizki untuk dirinya rapat-rapat, jika rezki itu tidak berhak ia memperolehkannya. Secara duniawiah orang-orang tulus dan ikhlas ini memang sebuah ketertinggalan dalam standar hidup hari ini, dibandingkan kemewahan yang harus diraih dengan segala cara untuk mendapatkan kemegahan dunia. Iblis telah bersumpah dihadapan Rasulullah: “Demi Tuhan yang telah menciptakanku, dan telah menunda
Santunan - IV/2015
kematianku sampai hari kiamat. Sungguh saya akan terus menggoda seluruh umatmu wahai Muhammad, mulai dari yang bodoh sampai yang alim, dari yang awam maupun yang bisa baca Al-Quran, dari yang nakal maupun yang rajin beribadah. Kecuali hamba-hamba Allah yang mukhlis,” kata Iblis dalam suatu Hadist riwayat Mu’adz bin Jabal r.a. “Lalu siapa menurutmu wahai makhluk terkutuk hamba-hamba Allah yang mukhlis itu?, tanya Rasulullah pada Iblis. “Apakah engkau tidak tahu wahai Muhammad, bahwa orang yang masih suka dirham dan dinar (harta) adalah mereka belum bisa tulus karena Allah. Tapi bila saya melihat seseorang yang tidak suka dirham dan dinar (harta) dan tidak suka dipuji, serta tidak suka bermegah-megahan dan bersenang-senang dalam kemegahan duniawi, maka saya tahu bahwa ia adaah orang yang mukhlis karena Allah, lalu saya meninggalkan orang itu, karena saya tidak sanggup menggodanya,” jawab Iblis pada Rasulullah. Memang, cinta harta, tahta, kedudukan, pangkat dan jabatan, sering menjadi sumber pekata kehidupan. Demi harta kita rela mengorbankan orang lain, demi tahta kita rela berperang dan membunuh, demi kedudukan, pangkat dan jabatan kita rela menyuap dan menyogok untuk menyisihkan yang lain yang berhak atas kedudukan itu kerena kemampuannya. Maka kiamat kecil yang kita alami sebelas tahun lalu, gempa bumi dan tsunami di Aceh, serta bencana yang terus-menerus terjadi dalam kehidupan manusia hari ini harus menjadi pelajaran untuk kita renungkan. Semewah apapun yang kita miliki—apalagi kemewahan yang kita kumpulkan bukan hak kita yang harus kita miliki. Dan semua yang telah kita kumpulkan itu ternyata akan lenyap hanya dalam hitungan dedik. Begitulah cara Tuhan dalam menegur hamba-hambanya, yang mungkin sudah salah dalam memenej cara hidupnya sekarang ini.***
07
SISI LAIN
08
Peserta pawai “Wonderful Muharram” menyambut Tahun Baru Hijriah, 1 Muharram di Banda Aceh, Rabu (14/10). [Ahmad Ariska]
Santunan - IV/2015
09
MANAJEMEN
Melindungi Status dengan ePUPNS oleh Ahsan Khairuna
Cita-cita yang ingin dicapai dari program itu adalah bagaimana memperoleh data yang akurat dan terpercaya. Tujuan tersebut disampaikan kepada seluruh Aparatur Sipil Negara (ASN) di seluruh Indonesia. Alasan lain, rencananya akan dijadikan sebagai dasar kebutuhan dalam mengembangkan sistem informasi kepegawaian ASN yang dapat mendukung pengelolaan manajemen ASN yang rasional sebagai sumber daya aparatur negara. Disisi lain, aplikasi ini juga dirancang agar pegawai bisa membangun kepedulian dan kepemilikan (sense of awareness/ ownership) terhadap data kepegawaiannya sendiri. 10
Latar belakang lain, hal tersebut dilakukan karena adanya dinamika perubahan organisasi dan pemekaran wilayah, serta adanya perubahan dalam manajemen kepegawaian termasuk didalamnya manajemen ASN. Juga kebutuhan spesifik data (data welfare PNS seperti Perumahan, Kesehatan, Asuransi, Pendidikan dan sebagainya) Di situs resminya https://epupns. bkn.go.id dijelaskan bahwa Pendataan ulang Pegawai Negeri Sipil (PNS) nasional merupakan kegiatan pemutakhiran data PNS yang dilakukan secara online dan dilaksanakan sejak bulan Juli dan berakhir pada Desember 2015.
Diharapkan, untuk proses pemutakhiran data ini setiap PNS memulai dengan melakukan pemeriksaan data yang tersedia dalam database kepegawaian BKN dan selanjutnya PNS melakukan perbaikan data yang tidak sesuai serta menambahkan atau melengkapi data yang belum lengkap/ tersedia di database BKN. Dasar hukum PUPNS 2015 itu sendiri adalah Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara; dan Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 19 Tahun 2015 Tanggal 22 Mei 2015, Tentang Pedoman Pelaksanaan Pendataan Ulang Pegawai Negeri Sipil Secara Elektronik Tahun 2015 (e-PUPNS 2015).
Cakupan data dalam ePUPNS itu sendiri antara lain Data Pokok Kepegawaian (Core Data), Data Riwayat (Historical Data) seperti kepangkatan, pendidikan, jabatan, keluarga, dan lain-lain. Data Sosial Ekonomi (kesejahteraan) PNS seperti pendidikan anak dan perumahan serta masalah stakeholder PNS seperti BPJS, Bapertarum dan KPE. ***
Verifikasi dua tahap lagi. Di Biro Kepegawaian dan BKN — Alfin Naharuddin salah satu verifikator Kanwil
Pendataan Ulang Pegawai Negeri Sipil Secara Elektronik itu sontak membuat para ASN menambah pekerjaan tambahan demi menyelamatkan karir mereka selaku sosok yang memiliki Nomor Induk Pegawai (NIP). Saat pertama muncul ePUPNS seolaholah menjadi sebuah instruksi menakutkan. Informasi-informasi yang diperoleh pegawai, jika tidak melaksanakan anjuran tersebut ASN dinyatakan berhenti atau pensiun, tidak tercatat dalam database ASN Nasional di BKN sampai tidak akan mendapatkan layanan kepegawaian. Di Aceh, 14.000 lebih pegawai kementerian agama berhadapan dengan aplikasi berbasis web tersebut. Mau tak mau mereka harus akrab dengan internet. Karena, pengisian data tersebut tidak akan bisa diakses secara offline. Salah seorang PNS yang tidak mau disebutkan namanya mengatakan, sepertinya ePUPNS ini hanya sebuah proyek saja. “Sepertinya ini hanya sebuah proyek, dari dulu proses pendataan tidak pernah selesai-selesai, jadi terkesan sebuah proyek saja,” katanya. Kekhawatiran lain muncul akibat lemahnya jaringan internet, apalagi bagi pegawai-pegawai yang ada dipelosokpelosok desa seperti di KUA kecamatan dan madrasah-madrasah dibawah naungan kementerian agama. Ikhwani, salah seorang pegawai negeri sipil di KUA kecamatan Rusip Antara kabupaten Aceh Tengah mengatakan untuk mengakses jaringan internet agak susah. Alasannya diperkuat karena pemekaran dari kecamatan Silih Nara itu terletak jauh dari pusat kota Takengon. “Agak sedikit sulit untuk mengakses internet disini,” kata Ikhwani via telepon kepada Santunan. Namun untuk saat ini setelah adanya pembagian jadwal pengisian data pegawai sudah sedikit terbantu. “Tapi sekarang sudah lumayanlah,” terang Ikhwani. Alfin, salah satu admin verifikator pada Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh membenarkan bahwa koneksi jaringan yang tidak terlalu bagus dibeberapa daerah membuat pegawai sedikit kurang nyaman untuk pengisian tersebut. Menurutnya ada hal lain yang sedikit menghambat pengisian ePUPNS tersebut seperti penuhnya server. “Pengaruh
Santunan - IV/2015
11
MANAJEMEN ramainya pegawai saat menembus server sehingga kondisi servernya jadi padat,” jelas Alfin. Namun menurutnya kondisi ePUPNS saat ini sudah mulai membaik setelah adanya pembagian jadwal untuk menginput data ke aplikasi tersebut. Berdasarkan hasil pantauan Santunan, sebelum adanya tahapan-tahapan perbaikan seperti saat ini, ada beberapa kategori permasalahan yang ditemui oleh ASN di seluruh Indonesia. Antara lain tidak ditemukannya beberapa item saat menginput data seperti beda instansi, unit organisasi, nama pendidikan, nama jabatan fungsional terntentu, nama jabatan fungsional umum, lokasi, nama sekolah, unit kesehatan, nama bidang spesialis dokter, diklat fungsional, data sudah pensiun dan hal-hal lain yang tidak tercakup dalam database. Menindaklanjuti permasalahanpermasalah an diatas, ‘tim’ ePUPNS menyediakan link khusus untuk menjawab kendala yang dihadapi via https://epupns. bkn.go.id/faq. Diharapkan kesulitankesulitan bisa dijawab melalui helpdesk/ faq yang disediakan pada situs tersebut. Dispensasi Masalah ePUPNS tidak hanya sebatas jaringan dan server saja. Permasalahan lain juga timbul seiring berjalannya program tersebut. Masalah data dalam bentuk hard copy menjadi kendala selanjutnya. Alasan-alasan bermunculan dari beberapa pegawai terkait penyediaan berkas-berkas yang harus difotocopy sebagai pelengkap dan harus diserahkan ke tim yang sudah ditunjuk untuk bertanggungjawab terkait ePUPNS tersebut. Tsunami yang menerjang Aceh pada Desember 2004 yang juga menghancurkan berkas-berkas penting para pegawai negeri di Serambi Mekkah ini menjadi alasan beberapa pegawai. Hal tersebut diungkapkan Alfin kepada Santunan beberapa waktu yang lalu. “Ada beberapa rekan kita kehilangan berkas saat tsunami,” kata Alfin. Untuk mengatasinya, aparatur sipil negara sudah diberi beberapa dispensasi agar bisa melengkapi berkas tersebut. Menurut Alfin, pegawai bisa mengganti berkas-berkas yang hilang dengan membuat surat keterangan kehilangan sesuai prosedur yang berlaku. Alfin juga menyarankan agar ASN yang berada di lingkungan kementerian agama provinsi Aceh agar cepat menyelesaikan pengisian data di ePUPNS. Selain itu juga melengkapi berkas hardcopynya. Karena menurut Alfin, nantinya akan ada dua tahap verivikasi lagi. “Verifikasi dua tahap lagi. Di Biro Kepegawaian dan BKN,” tutupnya.*** 12
Peserta PUPNS adalah CPNS dan PNS yang masih aktif bekerja. PNS yang sudah diusulkan pensiun dan sudah memiliki SK Pensiun, tidak berhak mengikuti PUPNS 2015
Jenis-jenis Pegawai Negeri Sipil? 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19.
PNS Pusat yang bekerja pada Departemen/Lembaga PNS Pusat DPB pada Instansi lain PNS Pusat DPK pada Instansi lain PNS Pusat DPB pada Pemerintah Propinsi PNS Pusat DPK pada Pemerintah Propinsi PNS Pusat DPB pada Pemerintah Kabupaten/Kota PNS Pusat DPK pada Pemerintah Kabupaten/Kota PNS Pusat DPB pada BUMN/Badan lain PNS Pusat DPK pada BUMN/Badan lain PNS Daerah Propinsi yang bekerja pada Propinsi PNS Daerah Propinsi DPB pada Instansi lain PNS Daerah Propinsi DPK pada Instansi lain PNS Daerah Propinsi DPB pada BUMN/BUMD PNS Daerah Propinsi DPK pada BUMN/BUMD PNS Daerah Kab./Kota yang bekerja pada Kab./Kota PNS Daerah Kab./Kota DPB pada Instansi lain PNS Daerah Kab./Kota DPK pada Instansi lain PNS Daerah Kab./Kota DPB pada BUMN/BUMD PNS Daerah Kab./Kota DPK pada BUMN/BUMD
Jenis-jenis Kedudukan Hukum Pegawai Negeri Sipil? PNS yang harus mengikuti pengisian PUPNS adalah PNS dengan berkedudukan hukum : 1. Aktif 2. CLTN 3. Tugas Belajar 4. Pemberhentian Sementara 5. Penerima Uang Tunggu 6. Prajurit Wajib 7. Pejabat Negara 8. Kepala Desa 9. Sedang dlm Proses Banding BAPEK 10. Pegawai Titipan 11. Pengungsi 12. Perpanjangan CLTN 13. PNS yang dinyatakan hilang 14. PNS kena hukuman disiplin 15. Pemindahan dalam rangka penurunan Jabatan 16. Masa Persiapan Pensiun 17. Mencapai BUP PNS yang tidak berhak mengikuti pengisian PUPNS adalah PNS dengan berkedudukan hukum : 1. Diberhentikan 2. Punah 3. TMS Dari Pengadaan 4. Pembatalan NIP 5. Pemberhentian tanpa hak pensiun 6. Pemberhentian dengan hak pensiun 7. Pensiun
JURNAL
1st ASEAN SCETRO
Keliling ASEAN atas Nama Indonesia oleh Zawil Marjan
L
ulus seleksi golden ticket dari Perkemahan Pramuka Santri Nusantara IV di Bumi Perkemahan Agrowisata Tambang Ulang, Kalimantan Selatan, Juni lalu, Zawil Marjan dan 44 peserta lain dari seluruh Indonesia mengembara keliling Asean. Mereka mengikuti 1st ASEAN SCETRO (Scout Educational Recreation Tour). Zawil Marjan adalah santri Ruhul Islam Anak Bangsa. Ia mewakili Aceh bersama 24
Santunan - IV/2015
orang putra dan 25 putri pramuka penegak didampingi 12 pembina pendamping mengunjungi lima negara ASEAN sejak 7 sampai 21 November lalu. Sejak 4 November, mereka sudah dibekali di Jakarta sebelum memulai pengembaraan agenda pramuka ASEAN yang pertama itu. Zawil dan teman-temannya mengunjungi Vietnam, Kamboja, Thailand, Malaysia dan Singapura. Selama pengembaraan, para
pramuka santri mengunjungi NSO (Nasional Scout Organisation) di setiap negara. Selain itu mereka juga berkunjung ke perwakilan RI dan sekolah sekolah Indonesia di negara tersebut dilanjutkan ke beberapa objek wisata terkenal di negara-negara yang dikunjungi. Pada pengembaraan tersebut Zawil yang merupakan lulusan terbaik kedua, juga mengajari beberapa teman-teman nusantara untuk belajar tari Saman untuk ditampilkan sebagai persembahan budaya di setiap kunjungan nantinya. Kegiatan lain dalam perjalanan tersebut para pramuka santri menulis jurnal yang nantinya akan disatukan dalam satu buku sebagai torehan jejak rekam sejarah perjalanan dimasa yang akan datang. “Sebenarnya spirit kegiatan ini sederhana, kami memperjalankan santri-santri ini berjumpa dengan orang-orang besar dan sesepuh sesepuh bangsa kita di luar negeri,” ujar Mardhani Zuhri Geni, pemimpin kontingen. Di negara yang dikunjungi, para pramuka santri juga belajar bertransaksi ekonomi di pasar sebagai bentuk persiapan untuk menghadapi MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) yang akan berlangsung akhir tahun ini. “Acara ini juga bentuk persiapan untuk mempersiapkan diri menghadapi MEA,” lanjut Kanda Mardhani Kanda Mardhani juga berharap pramuka santri menjadi contoh dalam menampilkan Islam rahmatan lil’alamin (Islam yang menjadi rahmat untuk seluruh dunia) pramuka santri merupakan salah satu wujud harmonisnya relasi Islam dan negara.*** 13
JURNAL
Rohis Ajang Praktek PAI oleh Muhammad Yakub
Muhammad Yakub
“ Muhammad Yakub
Kepada peserta dapat mengambil bahan-bahan rumah tangga,” arahan panitia lokal, yang berkostum Kwarda Aceh 2014, di Bumi Perkemahan Kota Jantho, usai acara Perkampungan Kerohaniaan
14
Islam (Rohis) dibuka secara resmi oleh Panglima Komando Daerah Iskandar Muda (Pangdam IM), Mayjen TNI Agus Kriswanto, Ahad (8/11). Lantas perwakilan peserta, dari SMA/ SMA dari 23 daerah Aceh pun terpencar,
bergegas ke sekretariat, sebagian ke kemah, dan sebagian tetap di teratak pembukaan, rapatkan agenda pagi dan siang. Puluhan tenda dan kemah sudah dipasang siang dan malam sebelumnya, ada yang bertuliskan ‘kabupaten’, ‘kecamatan’, dan ‘gampong’. Ada buat putra dan juga untuk putri, makanya tidak bercampur. “Perkampungan yang dimulai sejak Sabtu-Kamis (7-12/11), diikuti 400 siswa. Terdiri dari 168 siswa SMK, dan 332 siswa SMA, serta 47 pendamping. SMK mengirimkan 2 putra dan putri, dan SMA 5 putra dan putri, per kabupaten/kota,” sambung Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kakanwil Kemenag) Provinsi Aceh Drs H M Daud Pakeh, dalam laporan acara pembukaan, yang diawali dengan pembacaan Kalam Ilahi oleh Ustadzah Syarifah Rahmah SAg, dan diakhiri dengan doa oleh H Sayed Khawaled MA, yang baru pulang dari Madinah (petugas kloter). “Usai pembukaan, anak kami, peserta perkampungan, silakan buat rapat, cukup lima menit, rancang langkah pertama untuk ‘membina rumah tangga’, dan ‘memilih geuchik’,” sambung MC dari panitia lagi.
Sedangkan saat pembukan, MC memang dari kru TVRI Aceh, ‘Kak Cut’ didampingi kameramen ‘Bang Fery’. Peserta yang duduk di kursi plastik, berbusana putih-hitam, memang pilihan yang dipilih oleh Seksi PAIS/PAKIS/ PENDIS di Kankemenagnya, dan duduk tertib sambut sesi pembukaan. Di bawahnya lumpur lapangan itu, ikut ‘warnai’ sepatu dan bawahan celana peserta. Sementara kamar mandi telah dirampungkan panitia, dan arah ke sungai pun dekat dari arena. “Ini tantangan tersendiri, jika tidak becek, tentu tidak ada tantangannya,” sisip Kakanwil dalam laporan, selaku Pengarah acara perdana di Aceh itu. Ke lokasi ‘perkampungan’, kita harus lewati perkampungan Meusara Jantho, setelah turun jalan, dari komplek perkantoran, dan jalan di depan DPRK itu. Acara Kerohanian Islam (Rohis) merupakan kegiatan ekstrakurikuler yang dilaksanakan di luar jam pelajaran. Tujuannya untuk menunjang dan membantu mewujudkan keberhasilan pembinaan moral siswa. Rohis sangat penting sebagai wadah untuk melakukan pengembangan dan pembinaan keagamaan siswa di sekolah.
Santunan - IV/2015
“Ini ajang mengimplementasikan materi Pendidikan Agama Islam (PAI) di/dari sekolah,” jelas Kakanwil pada kru media, sebelum bertolak ke Kota Subulussalam, jelang peringatan Hari Aksara Internasional atau HAI (8 November). Menurut Kakanwil, dengan membentuk Rohis, sekolah terbantu dalam pengajaran bimbingan keislaman. Karena materi yang tidak diajarkan di sekolah bisa diajarkan di Rohis. Seperti baca tulis Al-Quran, hapalan Quran, pemahaman lebih mendalam materi di sekolah, hingga belajar berorganisasi. “Perkemahan Rohis se Aceh, yang kita laksanakan Sabtu kemarin hingga Kamis (7-12 November 2015), di Bumi Perkemahan Kota Jantho, yang diikuti oleh siswa sekolah, kita lahirkan marwah manfaatnya lebih besar. Dan yang penting output kerohisan yang kita gapai nanti. Siswa mampu bagikan aplikasi perkampungan ini di lingkungan dan sekolahnya,” jelas Kakanwil di hadapan para unsur Forkompimda Aceh dan Aceh Besar, para Kakankemenag (yang mewakili), dan undangan. Dalam sambutannya, Kadisdik yang diwakili Kabidmennya (Kadisdik di Subulussalam dalam rangka HAI),
sampaikan persoalanPAI masa kini, dan tantangan guru sekarang. “Nilai PAI jadi persyaratan kelulusan dan naik kelas, berbeda dengan 15 dan 20-an tahun lalu,” sindir Hamdizar SPd. Selama perkampungan, sejumlah agenda acara siswa SMA/SMK se Aceh, bukan seperti acara pramuka, meski berpola pramuka. Di sini anak-anak akan disajikan aktivitas yang sarat dengan lomba, dan latihan ‘membina rumah tangga’, ‘gampong’, ‘mukim’, ‘kecamatan’, dan ‘kabupaten’. “Di sini telah hadir 23 kabupaten/kota yang ikut, plus satu kabupaten, namanya ‘Kabupaten SMA Modal Bangsa’ (Mosa). SebabSMA itu selamanya tidak ikut, jika tidak kita undang, karena SMA Mosa itu, ke Banda Aceh pun tidak bisa ikut, dan ke Aceh Besar pun tidak bisa ikut. Kita tahu di sana ada potensi besar, maka kita undang mereka bergabung ke sini,” jelasnya. Acara di sini, di antaranya aneka musabaqah yaitu: khutbah, hifdzil quran, CC islami, sajak, dan penampilan bakat lainnya. Ada juga seminar Rohis, khusus bagi pendamping. Juga ada pembinaan pengkaderan. Ada juga di dalamnya nanti zikir bersama, shalat, bahkan manasik. Semua di lapangan. “Dari acara yang perdana di Aceh, dengan harapan terbentuk gampong islami. Harapan lain dari acara ini, pengamalan ajaran Islam meningkat. Harapan kita nanti, lewat pembinaan kampung, dan pemilihan geuchik, camat, dan bupati, sambung Kakanwil yang sampaikan laporan sebelum Pangdam Iskandar Muda (IM) Mayjen TNI Agus Kriswanto yang diwakili Dandim 0101/ABLetnan Kolonel Inf Riswanto membuka acara secara resmi. Kodam IM ajak siswa bendung diri dari pengaruh negatif globalisasi dan kembangkan diri dalam kreatifitas, di samping berintelektualitas juga berkontribusi bagi sesama di sekolah dan dalam lingkungan, pascaacara Rohis. “Paling tidak nilai silaturrahmi bawa pulang dari sini,” kata Dandim, usai membaca sambutan Panglima. Penyematan tanda peserta, akhiri sesi pembukaan, yang juga hadir para Kabid di Kanwil (yang mewakili) itu, sebelum foto bersama, antara Kakanwil/Kakankemenag dengan peserta. Hadir lebih awal, misalnya Kakankemenag Aceh Utara, Bireuen, Nagan, dan Kepala UPT Asrama Haji Aceh. Sebelum laporan Kakanwil dan sambutan Kadisdik yang diwakili Kepala Bidang Pendidikan Menengah Disdik Aceh Hamdizar SPd, Syarifah Rahmah SAg (dewan juri tahfizh dalam acara ini bersama Drs H Mukzi Abdullah dkk) yang juga lantunkan Kalam Ilahi, lanjutkan dengan lantunan Shalawat Badar dan disambung lagu kebangsaan Indonesia Raya. *** 15
SISI LAIN DAYAH
M
UDI Mesra Samalanga terletak di Gampong Mideun Jok Kecamatan Samalanga, Kabupaten Bireuen. Taukah Anda? Ternyata dayah MUDI Mesra sudah berdiri sejak abad ke-17 pada masa Kesultanan Iskandar Muda. Dayah ini berdiri seiring peletakan batu pertama pendirian Masjid Raya Po Teumeureuhom yang berada di halaman depan komplek dayah MUDI oleh Sultan Iskandar Muda dengan pimpinan pertamanya dikenal dengan nama Tgk Faqeh Abdul Ghani. Namun tidak diketahui data yang pasti berapa lama beliau memimpin dayah ini dan siapa pimpinan setelahnya. Baru kemudian pada tahun 1927 ditemukan catatan sejarah yang meriwayatkan perjalanan pimpinan dayah ini. Sejak tahun 1927 dayah dipimpin oleh Al-Mukarram Tgk H. Syihabuddin Bin Idris dengan santri pada masa itu berjumlah 100 orang putera dan 50 orang puteri. Mereka diasuh oleh 5 orang tenaga penganjar lelaki dan 2 orang guru puteri. Sesuai dengan kondisi zaman pada masa itu bangunan asrama tempat menampung para santri masih berbentuk barak-barak darurat yang dibangun dari batang bambu dan rumbia. Setelah Tgk. H. Syihabuddin Bin Idris wafat (1935) dayah MUDI dipimpin oleh adik ipar beliau yaitu Al-Mukarram Tgk. H. Hanafiah Bin Abbas yang lebih dikenal dengan panggilan Tgk Abi. Jumlah pelajar pada masa kepemimpinan beliau sedikit meningkat menjadi 150 orang putera dan 50 orang puteri. Kondisi fisik bangunan asrama dan balai pengajian tidak berbeda dengan yang ada pada masa kepemimpinan Allah yarham Tgk. H. Syihabuddin Bin Idris. Dalam masa kepemimpinan beliau, pimpinan Dayah pernah diperbantukan kepada Tgk. M. Shaleh selama 2 tahun ketika beliau berangkat ke Makkah untuk
16
MUDI Mesra Dari Masa ke Masa oleh Muhammad Iqbal Jalil. editor Zarkasyi. foto-foto mudimesra.com
menjalankan ibadah haji dan menambah ilmu pengetahuannya. Setelah Allah yarham Tgk. H. Hanafiah wafat pada masa 1964 dayah MUDI dipimpin oleh salah seorang menantu beliau yaitu Tgk.
H. Abdul Aziz Bin Tgk. M. Shaleh. Abon Aziz merupakan murid dari Abuya Muda Wali pimpinan Dayah Bustanul Muhaqqiqien Darussalam Labuhan Haji Aceh Selatan. Semenjak kepemimpinan beliau lah, santri yang menimba ilmu did ayah MUDI kian bertambah, terutama dari Aceh dan Sumatera. Dari segi pembangunan pun mulai diadakan perubahan dari barak-barak darurat menjadi asrama semi permanen berlantai dua dan asrama permanen berlantai tiga. Untuk pelajar puteri dibangun asrama berlantai dua yang dapat menampung 150 orang di lantai atas sedangkan di lantai bawah digunakan untuk musalla. Setelah Tgk. H. Abdul `Aziz Bin M. Shaleh wafat (1989) melalui hasil kesepakatan para Alumni dan masyarakat, Dayah MUDI dipimpin oleh salah seorang menantunya yaitu Tgk. H. Hasanoel Bashry Bin H. Gadeng. Beliau adalah lulusan dayah ini sendiri. Di masa kepemimpinan beliau dayah ini semakin berkembang. Dari jumlah pelajar bertambah dengan pesat, baik dari dalam maupun dari luar Provinsi Aceh, yang saat ini sudah mencapai kurang lebih 6000 orang santriwan dan santriwati.
Cabang MUDI Bila Anda melihat dayah atau balai pengajian di Aceh yang di ujungnya tertulis nama Al-Aziziyah, maka ketahuilah itu merupakan dayah-dayah cabang yang didirikan oleh para Alumni dayah MUDI Mesra Samalanga. Ada 182 dayah cabang yang telah diresmikan oleh Abu MUDI di samping ratusan balai pengajian lainnya yang tersebar di Aceh, luar Aceh hingga di luar negeri. Di Sumatera Utara setidaknya ada dua dayah cabang Al-Aziziyah yang berada di Pusat Kota Medan yaitu dayah Abu Keumala Al-Aziziyah dan Ma’had Fahmussalam Al-Aziziyah. Di Provinsi Jambi ada dayah Kawakibul Waliyah Al-Aziziyah yang beberapa tahun ini didirikan oleh Tgk Idham Khalid. Dan di Jakarta, ada Pesantren MUDI Mekar Al-Aziziyah yang didirikan oleh Waled Marzuki. Selain di Indonesia, Alumni MUDI telah mengembangkan ilmu ke berbagai Negara hingga ke Australia dan Norwegia. Di Norwegia ada LPI Achehnese Norway AlAziziyah yang dipimpin oleh Teungku Abdul Qadir bin Teungku Hasballah, alumni MUDI Mesra tahun 1986. Adapun di Australia, alumni MUDI Tgk Chalidin Yakoeb mendirikan Ashabul Kahfi Islamic Center sebagai pusat kegiatan Islam di Sidney.
gitu bersemangat menuntut ilmu agama. Dalam tahun ini saja, ada banyak para Ulama besar dari dalam dan luar negeri yang berkunjung ked ayah MUDI. Setidaknya, dari Yaman saja ada dua Ulama besar yang berkunjung ke MUDI yaitu Syekh Abdurrahman Al-Ahdal, pimpinan Ribath Al-Idrisy dan Habib Muhammad bin Shalih Al-‘Atthas dari Huraidhah. Dari Indonesia dan Malaysia, tahun ini dayah MUDI dikunjungi oleh Ust Muhammad Idrus Ramli, Syekh Nuruddin Al-Banjari Al-Makki, Syekh Rohimuddin Nawawi AlJahary Al-Bantani dan terakhir dayah MUDI dikunjungi oleh Habib Hamid bin Ja’far Al-
Qadri, Ketua Majelis Muwasshalah baina Ulamail Muslimin. Meskipun kini MUDI telah berkembang begitu pesat, namun tak boleh dipungkiri, ini tidak lepas dari andil para pendahulu yang telah menjadikan tempat ini sebagai wadah tempat mecari ilmu. MUDI adalah salah satu di antara dayah tua di Aceh yang mampu mempertahnkan eksistensinya di tengah era modern dan globalisasi. Bahkan, MUDI juga memanfaatkan segala perkembangan teknologi sebagai sarana pengembangan ilmu secara lebih luas kepada masyarakat, baik melalui website, radio streaming, majalah dan media sosial.***
Semakin Mendunia Dayah MUDI kini semakin mendunia. Banyak para alumni yang telah berkiprah dalam mengembangkan Islam dalam berbagai bidang di luar negeri. Pada akhir 2014 lalu, pihak Islamic Center New Cestle Australia mengundang Tgk Azhari, seorang guru dayah MUDI untuk mengajar selama beberapa bulan di sana. Undangan ini berawal dari kedatangan seorang peneliti asing yang berkunjung ke dayah MUDI. Ia begitu terkejut ketika melihat ada beberapa orang santri yang fasih berbahasa Inggris. Selain itu, dalam beberapa tahun terakhir grup zikir MUDI juga menerima undangan untuk memeriahkan kegiatan maulid di Malaysia dan Brunei Darussalam. Terkenalnya MUDI hingga ke luar negeri tidak lepas dari andil Abu MUDI yang memiliki hubungan dekat dengan komunitas Muslim di Negara tetangga. Abu MUDI bahkan pernah mewakili Indonesia dalam pertemuan Ulama dunia yang diadakan oleh Pertumbuhan Rahmatan Lil Alamin di Malaysia. Di samping itu, kini dayah MUDI Mesra Samalanga menjadi salah satu destinasi wisata Islami di Tanah rencong. Banyak pelancong dari negeri jiran yang merasa kurang lengkap bila berkunjung ke Aceh tidak sempat mengunjungi dayah terbesar dan tertua di Aceh ini. Ada nuansa berbeda yang terlihat di dayah ini di mana ribuan santri be-
Santunan - IV/2015
17
OPINI
Haji Melahirkan Kerukunan Rumah Tangga Setiap rumah tangga yang Islami tentu sangat mendambakan dan bercita-cita untuk menunaikan ibadah haji ke Ka’batullah sebagai tujuan akhir keluarga yang sakinah, mawaddah dan warahmah. Cita-cita yang begitu agung dan mulia sebagai rasa syukur kepada Allah SWT dalam rangka memenuhi panggilanNya. Kenyataan menunjukan bahwa sebelum menunaikan ibadah haji rumah tangga sering membuat sempit didada, urat leher sering tegang, darah sering naik turun ke ubun-ubun kepala, rumah tangga sering cekcok dan membuat rumah tangga seolah-olah menjadi neraka sepanjang hari dan tahun. Namun setelah menunaikan ibadah haji semua itu sirna. Di tanah suci, percecokan diganti dengan kehormonisan, saling ejek diganti dengan saling nasehat menasehati, egois diganti saling menghargai, kekerasan fisik diganti saling mengayomi dan melindungi sehingga suami istri menjadi lampu penerang dalam rumah tangga. Perekat hak dan kewajiban Pada saat melaksanakan rangkaian ibadah haji, dengan penuh rasa kasih sayang sambil bergandengan tangan di bawah ridha Allah menuju Masjidil Haram melaksanakan tawaf umrah dan ifadah serta tawaf sunat mengelinggi Ka’bah sebanyak tujuh kali membuktikan hamba yang merendahkan diri dan bertaubat dihadapan Allah SWT. Dengan taubat nasuha maka muncullah nilai perekat memenuhi hak dan kewajiban suami istri dalam membina rumah tangga yang sakinah, mawaddah dan warahmah. Selesai tawaf mereka melaksanakan shalat sunat dua rakaat di depan multazam dan di hizzil Ismail dan dilanjutkan dengan berdoa meminta ampun kepada Allah SWT terhadap segala noda dan dosa yang di perbuat selama ini. Sambil mengintrospeksi segala kesalahan dan khilaf dalam memenuhi hak dan kewajiban mereka sambil menangis mereka memaafkan kesalahannya. Disitulah terbuka pintu hati keduanya untuk berkomitmen dihadapan Ka’batullah untuk sama-sama memenuhi hak dan kewajiban sebagai suami istri seperti yang digambarkan oleh Allah dalam surah Al-Baqarah ayat : 228. Menasehati dalam kebenaran Wukuf di Arafah merupakan puncak pelaksanaan ibadah haji. Semua jamaah memakai pakaian putih bersih seperti pakaian mayat saat dikuburkan di alam barzah. Khutbah wukuf membuat dia lupa pada anak istri dan suami, lupa pada harta benda dikampung halaman yang teringat dan rindu hanya pada Allah SWT semata-mata dan mengharap 18
Drs. Herman, MSc. MA. Kepala Bidang Penyelenggaraan Haji dan Umrah, Kanwil Kemenag Prov. Aceh
keampunan dari segala noda dan dosa, serta berkomitmen untuk bertaubat nasuha kepada Allah SWT. Lalu dilanjutkan dengan shalat dua rakaat dan doa wukuf secara bersama-sama maupun secara pribadi untuk memohon ampun kepada Allah SWT. Pada saat itu tidak ada manusia manapun yang tidak bercucuran air mata karena mengigat nasib nanti di yaumil akhirat syurga atau neraka nanti diberikan oleh Allah SWT. Disitulah teringat mana suamiku, istriku, anakku, ibukku dan saudarasaudaraku sudahkah mereka tunduk dan patuh kepada Allah SWT atau belum. Selesai wukuf sang suami istri saling menasehati di dalam kebenaran, kesabaran dan keikhlasan atas dasar kasih sayang dengan penuh lembah lembut untuk membina rumah tangga yang mawaddah warahmah yang dapat membuat syurga bagi suami istri, anak-anak dan anggota keluarga lainnya agar tetap hidup harmonis, penuh rasa kasih sayang dibawah payung Ilahi Rabbi sebagaimana firman Allah SWT dalam surah Al-Ashr ayat : 2-3 dan surat Ali Imran ayat : 159. Saling nasehat menasehati di Padang Arafah yang disilimuti rasa kasih sayang dan cucuran air mata takkan lekang sampai ke tanah air dan hayat dikandung badan untuk membina rumahku syurga bagi suami istri, anak dan angggota keluarga lainnya. Kemuliaan karena taqwa Mabid (bermalam) di Muzzalifah dan Mina dalam rangka mengkristalisasi ketakwaan kepada Allah dan menambah ilmu menjiwai agamanya. Semua itu menghadirkan ketakwaan dan derajat iman yang terpancar rasa kasih sayang yang sangat dalam untuk melahirkan ketenangan dan kebahagian dalam hati sanubarinya. Semua terjawab setelah melontar jumrah ula, wusta dan aqabah di Mina. Sang suami istri saling mencurahkan segala isi hati dengan penuh rasa kasih sayang dengan kelembutan menuju kerukunan rumah tangga yang penuh dengan ketenangan, kedamaian, ketentraman dan kemenangan yang akan diwujudkan dalam rumah tangga menuju rumah-ku syurga bagiku, sebagaimana firman Allah dalam surat Al-hadid ayat : 20. Dari paparan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa menunaikan ibadah haji sebagai kunci sukses membina kerukunan rumah tangga yang sakinah, mawaddah dan warahmah menuju rumahku syurga bagiku dengan nilai ibadah haji menjadi perakat hak dan kewajiban suami istri, saling menasehati di dalam kebenaran, kesabaran dan keikhlasan atas dasar kasih sayang serta mulia karena ketakwaan dan derajat tinggi karena beriman serta berilmu dalam menjalani hidup dunia dan akhirat. ***
Shafwan Bendadeh, SHI., M.Sh Kasubbid. Pendayagunaan Baitul Mal Aceh
Uang kertas yang kita gunakan sekarang disebut fiat money, uang kertas (paper money) yang tidak dapat ditukar dengan logam murni (unconvertible paper money). Uang tersebut merupakan kertas uang yang dikeluarkan oleh pemerintah, dan pemerintah menjadikan uang kertas tersebut sebagai uang utama. Namun, kertas uang tersebut sejatinya tidak bisa ditukarkan dengan emas dan perak, atau disebut uang kertas bank (bank note). Untuk kepentingan tersebut dikeluarkan undangundang yang bisa melindungi bank yang mengeluarkannya sehingga dapat ‘memaksa’ terjadinya pertukaran dengan emas dan perak. Sekiranya pemerintah mencabut keputusannya dan menggunakan uang dari jenis lain, niscaya uang kertas tersebut tidak akan memiliki bobot sama sekali. Lalu sebagian kalangan telah mempertanyakan, apakah uang kertas bisa diperlakukan sebagaimana emas dan perak, dengan mempertimbangkan bahwa uang tersebut telah diakui sebagai alat tukar? Ataukah sebaliknya, uang tersebut tidak bisa diperlakukan sama dengan emas dan perak, dengan memandang nilai intrinsiknya? Jawaban perta nyaan di atas akan menentukan, apakah ada zakat untuk uang kertas ataukah tidak. Para fuqaha telah terjadi perbedaan pendapat di antara mereka, menjadi dua pendapat: Pertama, tidak ada kewajiban zakat pada uang yang dimiliki oleh seseorang kecuali jika diniatkan untuk modal usaha dagang. Jika diperuntukkan sebagai uang nafkah atau dipersiapkan untuk pernikahan, atau yang semisalnya maka tidak ada zakatnya. Kedua, ada kewajiban zakat pada setiap mata uang (uang kertas) yang dimiliki atau dikumpulkan oleh seseorang dari hasil keuntungan usaha dagang atau hasil sewa rumah atau hasil gaji atau yang semisalnya, dengan syarat uang tersebut telah mencapai nisab dan berputar selama satu tahun hijriyah. Walaupun uang ini dikumpulkan dengan niat untuk modal usaha atau untuk nafkah, pernikahan, atau tujuan lainnya. Diantara dalil-dalil pendapat kedua ini adalah keumuman firman Allah SWT, “Hendaklah engkau (wahai Muhammad) mengambil zakat dari harta-harta mereka yang dengannya dapat membersihkan mereka dari dosa dan memperbaiki keadaan mereka serta berdo’alah untuk mereka.” (QS.
Santunan - IV/2015
Uang Kertas, Tidak Perlu Dikeluarkan Zakat? At-Taubah: 103). Demikian pula berdasarkan keumuman sabda Rasulullah SAW kepada Mu’az bin Jabal ketika diutus Rasulullah SAW ke negeri Yaman, “Ajarkan kepada mereka bahwasanya Allah SWT telah mewajibkan atas mereka zakat pada harta-harta yang mereka miliki dari orang-orang kaya dan dibagikan kepada fakir diantara mereka.” (HR. Bukhari II/544 no. 1425, IV/1580 no. 4090, dan Muslim I/50 no. 31, dari Ibnu Abbas). Berdasarkan dalil tersebut, uang termasuk dalam keumuman harta benda yang diwajibkan zakat. Karena uang dengan berbagai jenisnya dan berlaku secara umum pada muamalah kaum muslimin, telah menggantikan posisi emas (dinar) dan perak (dirham) yang dipungut zakatnya pada masa Rasulullah SAW. Uang sebagai pengganti emas (dinar) dan perak (dirham) menjadi tolok ukur dalam menilai harga suatu barang sebagaimana halnya dinar dan dirham pada masa tersebut. Zakat Uang Kertas Setiap mata uang (uang kertas) yang berlaku di negara manapun, baik rupiah, riyal, dolar, yen, ringgit atau selainnya – baik disimpan di tabungan maupun tidak – wajib dikeluarkan zakatnya jika tela memenuhi dua syarat: Pertama, telah mencapai nisab, yaitu senilai nisab emas (20 dinar/85 gram emas murni), atau senilai nisab perak (200 dirham/595 gram perak murni). Kedua, harta senisab (atau lebih) itu telah berputar selama satu tahun hijriyah sejak dimiliki. Jika dua syarat dipenuhi, wajib dikeluarkan zakatnya sebesar 2,5 %. Kewajiban zakat uang kertas itu dianalogikan dengan kewajiban zakat atas emas dan perak, karena ada kesamaan ‘illat (sebab hukum) antara uang kertas dengan emas atau perak, yaitu statusnya sebagai mata uang (an-naqdiyah) dan sebagai alat pembayaran (ats-tsamaniyah). ‘Illat ini adalah ‘illat yang disimpulkan dari berbagai hadits tentang emas dan perak, yang mengisyaratkan adanya sifat sebagai mata uang (an-naqdiyah) dan sebagai harga (ats-tsamaniyyah), yang menjadi landasan kewajiban zakat pada emas dan perak. Di antaranya hadits Nabi SAW, “Maka datangkanlah (bayarlah) zakat riqqah
(perak yang dicetak sebagai mata uang), yaitu dari setiap 40 dirham (zakatnya) 1 dirham.” (HR. Abu Daud I/494 no. 1574, At-Tirmidzi III/16 no. 620, dan Ahmad I/92 no. 711, dari Ali bin Abi Thalib). ‘Illat yang disimpulkan dari kandungan ayat al-Quran dan hadits disebut ‘illat istimbath. ‘Illat dalam pengambilan hukum di atas, termasuk ‘illat istinbath. Penyebutan kata “riqqah” (perak yang dicetak sebagai mata uang) di dalam hadits di atas – dan bukan dengan kata fidhah (perak) – menunjukkan sifat perak sebagai mata uang (an-naqdiyah) dan sebagai alat pembayaran (ats-tsamaniyah). Sifat ini tidak hanya ada pada perak atau emas, tapi ada juga ada pada uang kertas yang berlaku sekarang, meski ia tidak ditopang dengan emas atau perak. Maka uang kertas sekarang wajib dizakati, sebagaimana wajibnya zakat untuk emas dan perak. Karena itu, siapa saja yang mempunyai uang yang telah memenuhi dua syarat di atas, yaitu mencapai nisab dan telah berputar selama satu tahun hijriyah maka wajib mengeluarkan zakatnya sebesar 2,5 % (dua setengah persen) dari total uang yang dimiliki. Menghitung Zakat Uang Setelah kita ketahui bahwa standar nisab zakat uang adalah nisab emas, yaitu 20 dinar/85 gram emas murni, selanjutnya kita akan mengetahui bagaimana cara menghitung dan mengeluarkan zakat uang: sebagai contoh permasalahan; bila sekarang (Oktober 2015) harga emas murni Rp. 535.000,-/gram. Maka cara mengetahui nisab dan kadar zakat mata uang (uang kertas) adalah sebagai berikut: Nisab Mata Uang = 85 gram x Rp. 535.000,-/ gram = Rp. 45.475.000,Ketika seseorang mempunyai uang tabungan sebesar Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah), berarti uang yang dimilikinya sudah melebihi nisab (Rp. 45.475.000,-). Jika uang yang telah mencapai nisab ini sudah disimpan selama satu tahun hijriyah, maka zakatnya yang wajib dikeluarkan adalah = 2,5 % x Rp 50 juta = Rp 1.250.000,- (satu juta dua ratus lima puluh ribu rupiah). Demikian penjelasan tentang panduan praktis zakat uang kertas serta tata cara menghitung dan mengeluarkannya. Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat, amiin. Wallahu ‘alam bisshawab.*** 19
MASJID
20
Ziarah ke Masjid Pertama di Korea Selatan oleh Khiththati
D
iapit Sungai Han dan Gunung Namsan, Seoul Central Mosque berdiri megah di daerah Hannam-dong, Yongsan. Ini merupakan masjid tertua di Korea Selatan. Ia dibangun pada Oktober 1974 di atas lahan hibah Pemerintah Korea Selatan. Masjid berarsitektur Timur Tengah ini mulai digunakan untuk kepentingan ibadah dan pusat kajian Islam pada 21 Mei 1976. Lantai pertama masjid ini merupakan kantor Korea Muslim Federation (KMF). Lalu lantai dua seluas 427 meter per segi ini digunakan sebagai tempat salat bagi jemaah pria. Sedangkan lantai tiga digunakan jemaah perempuan. Di halaman masjid juga dibangun sebuah madrasah bantuan Kerajaan Arab Saudi dan the Islamic Culture Research Institute. Seoul Central Mosque juga menjadi lembaga yang memberikan sertifikat halal untuk produk Korea yang akan diekspor ke negara muslim. Keberadaan Seoul Central Mosque akhirnya melahirkan jalan yang menyediakan pelbagai kebutuhan masyarakat Muslim di Korea. Sepanjang jalan menuju masjid, kita akan disuguhkan jajanan halal dari resto-resto, toko buku Islam, travel haji, toko perlengkapan umat Islam, dan lainnya. Muslim di Korea memang minoritas. Pemeluk Islam, kebanyakan merupakan imigran yang datang dari Timur Tengah dan Turki. Tapi mereka bisa hidup berdampingan dengan masyarakat Korea. Kehadiran umat Islam di Korea tak terlepas dari berakhirnya perang saudara di sana. Pasukan Turki yang berada di bawah komando Amerika Serikat memperkenalkan Islam kepada masyarakat Korea. Kala itu, Turki bergabung dengan pasukan gabungan Amerika Serikat menggelar operasi kemanusiaan pascaperang Korea UtaraKorea Selatan. Lambat laun, upaya pasukan Turki membuahkan hasil. Banyak di antara masyarakat pribumi Korea yang beralih keyakinan, memeluk Islam. Jumlahnya terus meningkat, dari tahun ke tahun. Saat ini terdapat 135 ribu umat Islam di Korea –namun sekitar 30.000 hingga 35.000 penduduk Korea yang beragama Islam.
Santunan - IV/2015
Penambahan itu juga terjadi akibat kedatangan imigran, pekerja, dan pelajar dari Timur Tengah, India, Pakistan, Indonesia, Malaysia, dan Turki, yang belajar atau mencari penghidupan lebih layak dan nyaman di negeri Gingseng itu. “Walau tidak gampang hidup sebagai muslim di sini, tapi Itaewon menutupi kekurangan itu,” kata Wahid, imigran asal Mesir, awal November ini di Itaewon. Wahid bekerja sebagai pengacara di Mesir. Ia lalu memutuskan migrasi ke Korea untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik, ketika negerinya tengah bergejolak. “Meski sulit, tapi negara ini sangat bagus dan nyaman,” lanjutnya. Meski minoritas, Wahid mengaku tidak memperoleh diskriminasi selama bermukim di Korea. “Warganya baik-baik,” ujarnya. Wahid selalu menyempatkan diri melaksanakan salat Jumat di Seoul Central Mosque. Selain ibadah, ia juga acap mengikuti kajian agama di pusat Islam itu.
Masjid Seoul ini menampung lebih 800 jemaah salat Jumat. Para jemaah merupakan pekerja di sana, termasuk para duta besar dan diplomat beragama Islam. Salat Jumat diisi dengan khutbah dalam tiga bahasa: Arab, Inggris, dan Korea. Jumlah jemaah menyusut pada salat lima waktu lainnya. Paling 30 sampai 50 jemaah saja. Hal ini karena kebanyak umat Islam tidak tinggal di dekat masjid ini. Selain Masjid Seoul, ada Masjid Busan yang didirikan pada September 1980. Barubaru ini malah ada yang baru diresmikan, berada di pinggir kota, tepatnya di Ansan dan Macheon yaitu Geoyoe Islamic Center di Geoyeong-dong, Songpo-gu. Saat ini terdapat lebih 10 masjid di Korea Selatan. Jadi, umat Islam yang berwisata ke Korea Selatan, belum lengkap jika tidak singgah ke jalan Islam yang ada di Itaewon ini. Anda akan benar-benar melihat Korea yang beragam.**
21
LAPORAN UTAMA
22
Imran
Pesan Pendek Mengusik Toleransi Singkil oleh Imran
Pesan pendek membuat gereja di Singkil dibakar. Bukan kejadian pertama. Santunan - IV/2015
23
LAPORAN UTAMA
S
ebuah pesan pendek menyebar cepat di kalangan seribuan massa. Pesan pendek yang dikirim orang tidak dikenal itu mengajak massa berkumpul di Lipat Kajang, Kecamatan Simpang Kanan. Di lain waktu, massa juga menerima pesan berantai agar membawa serta pelbagai alat seperti bambu runcing dan senjata tajam. Dua pesan pendek itu beredar meluas di kalangan penduduk Aceh Singkil yang beragama Islam dan Kristen. Tidak diketahui pasti siapa yang pertama sekali mengirimkan pesan bernada provokasi itu. Pesan itu membakar amarah massa yang menuntut Pemerintah Kabupaten Aceh Singkil menutup dan membongkar sejumlah gereja yang tidak mengantongi izin. Sejatinya, pemerintah memang akan mulai membongkar 13 rumah ibadah non-muslim yang tidak berizin pada 19 Oktober 2015. Namun, massa menuntut agar pembongkaran itu segera dilakukan paling lambat 13 Oktober. Jika tidak, massa mengancam akan main hakim sendiri. Ancaman itu terbukti. Pada pagi Rabu, 13 Oktober, ratusan massa menggunakan mobil bak terbuka dan sepeda motor yang sejak awal berkumpul di Masjid Desa Lipat Kajang Bawah, bergerak menuju Desa Suka Makmur, Kecamatan Gunung Meriah. Mereka “mengincar” Gereja Huria Kristen Indonesia (GHKI). Dalam sekejap, entah siapa yang mengomandoi, gereka yang berdiri di belakang rumah warga itu menjadi sasaran pembakaran massa. Setelah membakar gereja di Suka Makmur, massa menuju ke Desa Danggguran, Kecamatan Simpang Kanan. Di sini, sasaran massa adalah Gereja Kristen Protestan Pakpak Dairi (GKPPD). Namun, upaya mencapai gereja ini tidak berjalan mulus. Warga dan jemaat itu membentengi gereja dan menghadang massa. Sebab, kabar pembakaran gereja di Desa Suka Makmur berembus cepat di kalangan pemeluk Kristen Singkil. Jemaat GKPPD sudah mempersiapkan diri menghadapi massa yang akan mengusik ketenangan gereja itu. Benar saja, massa dihadang dengan pelbagai senjata tajam dan senjata api. Begitu mendekati gereja, massa segera dihujani tembakan dan lemparan baru. Seorang penyerang meregang nyawa setelah tertembak peluru senjata pemburu babi. Sedangkan empat lainnya mengalami luka-luka. *** KASUS 13 Oktober 2015 tidak berdiri sendiri. “Penyakit” ini muncul-tenggelam dalam 36 tahun terakhir ini. Jauh sebelum Aceh Singkil dimekarkan menjadi kabupaten otonom, konflik berbau agama sudah pernah terjadi pada 1979 lalu. Pada 11 Juli 1979, sebuah perjanjian damai melibatkan 16 ulama
24
perwakilan agama Islam dan pengurus gereja atau perwakilan umat Nasrani. Perjanjian 1979 itu, salah satu poinnya, umat Nasrani hanya diperkenankan mendirikan satu unit gereja dan empat undung-undung (gereja berukuran kecil). Untuk selebihnya, tidak boleh mendirikan atau membangun kembali rumah ibadah sebelum mendapatkan izin dari Pemerintah Kabupaten Aceh Selatan –saat itu Singkil masih merupakan kecamatan dari Aceh Selatan. Tak cukup sampai di situ, tokoh kedua agama itu lantas membuat ikrar damai pada 13 Oktober 1979. Ikrar damai diikuti oleh 11 tokoh Islam dan 11 tokoh Nasrani, yang kali ini disaksikan oleh unsur Muspida Aceh Selatan dan Muspida Kabupaten Dairi, Sumatera Utara. Sekadar diketahui, penduduk Singkil
yang beragama Kristen rata-rata datang dari Dairi. Ikrar damai itu mampu menjaga keharmonisan antarpemeluk agama Islam dan Kristen (Katolik dan Protestan). Riak-riak yang mengganggu ikrar damai itu kembali terjadi pada akhir era 1990an. Saat iu, kehadiran tiga tempat ibadah umat Nasrani yang tidak berizin menjadi pemicunya. Umat Nasrani dianggap tidak patuh pada ikrar dan perjanjian damai yang disepakati tokoh agama Islam dan Kristen. Gara-gara masalah ini, para pemuka agama, muspida, muspika kembali duduk berembuk. Akhirnya, pada 11 Oktober 2001 mereka kembali memperbarui pernjanjian. Pada fase ini, gereja di Aceh Singkil hanya dibolehkan satu unit, yaitu gereja di Kuta Kerangan dengan ukuran 12×24 meter dan tidak bertingkat.
Imran
...linimasa kasus singkil
1979 11 Juli 1979
Perjanjian damai melibatkan 16 ulama perwakilan agama Islam dan pengurus gereja. Salah satu poinnya, umat Nasrani hanya diperkenankan mendirikan satu unit gereja dan empat undung-undung (gereja berukuran kecil).
13 Oktober 1979
Ikrar damai diikuti oleh 11 tokoh Islam dan 11 tokoh Nasrani. Disaksikan oleh unsur Muspida Aceh Selatan dan Muspida Kabupaten Dairi, Sumatera Utara.
1990-an Riak-riak yang mengganggu ikrar damai itu kembali terjadi pada akhir era 1990an. Saat iu, kehadiran tiga tempat ibadah umat Nasrani yang tidak berizin menjadi pemicunya. Umat Nasrani dianggap tidak patuh pada ikrar dan perjanjian damai yang disepakati tokoh agama Islam dan Kristen.
2001 11 Oktober 2001
Para pemuka agama, muspida, muspika kembali duduk berembuk, memperbarui pernjanjian. Pada fase ini, gereja di Aceh Singkil hanya dibolehkan satu unit, yaitu gereja di Kuta Kerangan dengan ukuran 12Ă—24 meter dan tidak bertingkat.
Sementara undung-undung hanya dibolehkan empat unit, yaitu masing-masing di Desa Keras, Kecamatan Suro, Desa Napagaluh, Kecamatan Danau Paris, Desa Suka Marmur Kecamatan Gunung Meriah, dan terakhir di Desa Lae Gecih Kecamatan Simpang Kanan. Dalam perjanjian itu juga terdapat aturan mengenai sanksi: jika dibangun lebih dari kesepakatan maka harus dibongkar sendiri oleh umat Nasrani. “Waktu itu melebihkan empat undungundung adalah wujud toleransi umad Islam. Itu hadiah umat Islam,� ujar Ustad Hambali dalam sebuah konferensi pers pada akhir Oktober lalu. Namun faktanya, karena populasi Nasrani yang semakin hari semakin bertambah, dan menjadi kebutuhan tempat peribadatan, lamban laun rumah ibadah
Santunan - IV/2015
pelbagai ukuran berdiri di sana. Lagi-lagi, penambahan ini menjadi pemicu protes dari organisasi Islam. Pada 30 April 2012, umat Islam di Aceh Singkil kembali turun aksi ke jalan untuk menyampaikan protes ke kantor Bupati Kabupaten Singkil terkait maraknya bangunan yang dijadikan tempat ibadah kaum Nasrani. Aksi massa itu direspon dengan menyegel 15 bangunan yang digunakan untuk tempat ibadah pada periode 1-8 Mei 2012. Pascapenyegelan itu secara perlahan aktivitas peribadatan kembali berlangsung sebagaimana biasa. Namun, bak api dalam sekam, kisah serupa kembali terulang pada Selasa, 8 Oktober 2015 Massa yang menamakan diri Pemuda Peduli Islam berunjukrasa ke kantor Bupati Aceh Singkil. Dalam aksi
Undung-undung hanya dibolehkan empat unit, yaitu di Desa Keras, Kecamatan Suro, Desa Napagaluh, Kecamatan Danau Paris, Desa Suka Marmur Kecamatan Gunung Meriah, dan terakhir di Desa Lae Gecih Kecamatan Simpang Kanan. Dalam perjanjian itu juga terdapat aturan mengenai sanksi: jika dibangun lebih dari kesepakatan maka harus dibongkar sendiri oleh umat Nasrani.
2012 30 April 2012
Umat Islam di Aceh Singkil kembali turun aksi ke jalan untuk menyampaikan protes ke kantor Bupati Kabupaten Singkil terkait maraknya bangunan yang dijadikan tempat ibadah kaum Nasrani.
Mei 2012
Aksi massa itu direspon dengan menyegel 15 bangunan yang digunakan untuk tempat ibadah pada periode 1-8 Mei 2012. 25
LAPORAN UTAMA Imran
2015
Selasa, 8 Oktober 2015
Massa yang menamakan diri Pemuda Peduli Islam berunjukrasa ke kantor Bupati Aceh Singkil. Dalam aksi itu, mereka menuntut pembongkaran gereja yang tidak memiliki izin.
Senin, 12 Oktober 2015
Pemda mengeluarkan pernyataan akan membongkar 10 gereja tanpa izin mulai Senin, 19 Oktober 2015 hingga dua pekan kemudian.
Selasa, 13 Oktober 2015
Menjadi pagi kelam bagi hubungan harmonis Islam dan Kristen di kawasan itu. Provokasi orang tidak bertanggungjawab telah merengganggangkan hubungan solidaritas antarpemeluk agama, yang selama ini akur-akur saja. Petinggi Provinsi Aceh dan Pemkab Singkil menggelar rapat maraton, Dalam empat kali pertemuan tersebut, musyawah berlangsung penuh break. Itu untuk memberikan waktu bagi delegasi untuk berembuk, musyawarah sampai dilanjutkan hingga malam hari. Pertemuan terakhir di Makodim Aceh Singkil, yang juga dihadiri Kapolda Aceh Irjen Husein Hamidi dan Pangdam Iskandar Muda Mayjen TNI Agus Kriswanto. Namun hingga tengah malam, pertemuan kedua pihak gagal terjadi, karena wakil umat Kristiani tidak bisa hadir karena harus berobat ke rumah sakit.
Sabtu, 17 Oktober 2015
Forkopimda Aceh dan Aceh Singkil berkesimpulan membongkar 10 unit gereja yang tidak memiliki izin, mulai Senin, 19 Oktober 2015 hingga 23 Oktober 2015. Sedangkan 13 gereja lainnya diberikan tempo hingga enam bulan untuk mengurusi izin.
itu, mereka menuntut pembongkaran gereja yang tidak memiliki izin. Tuntutan baru direspons pada Senin, 12 Oktober 2015. Pemda mengeluarkan pernyataan akan membongkar 10 gereja tanpa izin mulai Senin, 19 Oktober 2015 hingga dua pecan kemudian. Namun, massa tidak sabar. Pesan pendek berantai tentang pembongkaran rumah ibadah itu dengan cepat membakar amarah massa. Mereka lebih percaya dengan ajakan via pesan pendek ketimbang pernyataan resmi Pemerintah Kabupaten Singkil. Seperti kita tahu, Selasa, 13 Oktober 2015, menjadi pagi kelam bagi hubungan harmonis Islam dan Kristen di kawasan itu. Keharmonisan yang selama ini terjaga baik –meski timbul tenggelam—koyak. Provokasi orang tidak bertanggungjawab telah merengganggangkan hubungan solidaritas antarpemeluk agama, yang selama ini akurakur saja. Tokoh agama Islam, Ustad Hambali, menyebutkan, massa tidak bermaksud menyerang rumah ibadah umat Kristen. Massa sejatinya ingin mengikuti konvoi penyambutan 1 Muharram yang jatuh pada 14 Oktober 2015. “Kita tidak tahu dari siapa yang pertama (memulai membakar –red.). Yang kami tahu, masyarakat ingin konvoi penyambutan Muharram, namun entah bagaimana cerita, akhirnya terjadi kejadian itu,” ujar Ustad Hambali. *** INFORMASI pembakaran gereja dan bentrokan antarpemeluk agama di Suka Makmur dan Dangguran menyebar cepat di kalangan warga Singkil. Insiden itu
26
menebar ketakutan dan trauma di kalangan warga. Pascainsiden Selasa kelabu, Polri dan TNI mengerahkan 1.357 personel untuk pengamanan. “Untuk pengamanan lokasi dan antisipasi saja,” ujar Kepala Bidang Humas Polda Aceh Komisaris Besar Teuku Saladin pascainsiden. Singkil menjadi sorotan nasional dan internasional. Daerah yang berbatasan dengan Provinsi Sumatera Utara itu dianggap tak mampu menjaga toleransi antaragama. Apalagi, pembakaran rumah ibadah itu menimbulkan gelombang pengungsian. Media menyebutkan beragam data jumlah pengungsi. Ada yang bertahan menyebut angka 7.000 hingga 8.000 penduduk Kristen. Namun Kepolisian Daerah Sumatera Utara menyebutkan hanya ada 4.500 pengungsi Singkil yang masuk ke kawasan Kabupaten Tapanule Tengah dan Phak-phak Barat. Bupati Aceh Singkil Safriadi alias Oyon menyebutkan, jumlah warga yang mengungsi hanya sekitar 4.000 orang. Selama tiga hari, mereka berada di dua kabupaten di Sumatera Utara, yang berbatasan langsung dengan Aceh Singkil. Pemkab menjemput pengungsi itu untuk kembali ke Singkil, setelah tiga hari mengungsi. Di tengah sorotan itu, petinggi Provinsi Aceh dan Pemkab Singkil menggelar rapat maraton, yang melibatkan pelbagai kalangan, termasuk tokoh agama Islam dan Kristen, mencari solusi agar “penyakit intoleransi” ini tak terulang lagi di kemudian hari. Tak begitu mulus, memang pertemuan itu. Dari sekian pertemuan tertutup yang diadakan, tak sedikit yang berujung tegang, Derdasarkan catatan Santunan, sedikitnya ada dua kali pertemuan dengan tokoh Islam dan dua kali pertemuan dengan pemuka Kristiani yang
berujung ketegangan. Dalam empat kali pertemuan tersebut, musyawah berlangsung penuh break. Itu untuk memberikan waktu bagi delegasi untuk berembuk, musyawarah sampai dilanjutkan hingga malam hari. Pertemuan terakhir mendudukkan tokoh agama dari kedua belah pihak di Makodim Aceh Singkil, yang juga dihadiri Kapolda Aceh Irjen Husein Hamidi dan Pangdam Iskandar Muda Mayjen TNI Agus Kriswanto. Namun hingga tengah malam, pertemuan kedua pihak gagal terjadi, karena wakil umat Kristiani tidak bisa hadir karena harus berobat ke rumah sakit.
Akhirnya Forkopimda Aceh dan Aceh Singkil berkesimpulan membongkar 10 unit gereja yang tidak memiliki izin, mulai Senin, 19 Oktober 2015 hingga 23 Oktober 2015. Sedangkan 13 gereja lainnya diberikan tempo hingga enam bulan untuk mengurusi izin. Pendeta Gereja HKI Desa Suka Makmur Kecamatan Gunung Meriah Ewen Silitonga (32) mengakui bahwa gereja HKI yang dibakar itu belum memiliki izin. Namun ia menyampaikan seharusnya aturan hukum soal perizinan pendirian rumah ibadah harus dibuka secara terang menderang, sampai diajarkan di sekolah-sekolah agar semua anak bangsa tahu.
“Gereja di Singkil 23 unit, 20 di Singkil dan tiga di Sublussalam, Saya dengar cuma menjadi 13 unit saja yang berizin, kami makin sempit, tapi saya memiliki harapan kepada pemerintah,” ujar Ewen Silitonga. Harapan Ewen adalah pemerintah peduli terhadap kaum minoritas. “Khususnya soal beribadah," ujarnya. Lalu, ia meminta pemerintah menjaga supaya agama tidak diobok-obok pihak ketiga yang dapat berakibat pecahnya konflik kehidupan antarumat beragama. “Semoga (konflik ini) menjadi yang terakhir kali dan tidak terulang lagi,” harap Ewen. []
Hidup Damai di Pusaran Konflik Siang itu suasana Desa Suka Makmur, Kecamatan Gunung Meriah terlihat sepi. Warga bertumpuk pada sebuah rumah bersama sejumlah anggota polisi dan TNI. Rumah yang disulap menjadi warung kecil itu berdiri persis di depan bangunan Gereja Huria Kristen Indonesia (HKI) yang rata dilalap si jago merah. “Kami di sini hidup berdampingan dengan orang kita Islam,” ujar Rianto (35) Marbun, seorang warga. Pria tambun itu beragama Nasrani. Ia menjabat kepala urusan umum di Desa Suka Makmur. Sehari-hari, Rianto merupakan pribadi penuh ceria. Ia berteman baik dengan tetangganya yang beragama Islam. Pascapembakaran gereja, Rianto terlihat muram. Ia khawatir kampungnya akan memiliki sekat-sekat agama yang bisa meledak kapan saja. Rianto mengaku tidak tahu siapa pelaku pembakaran rumah ibadah jemaat desanya. Raut was-was terlihat jelas di wajahnya. Ia mengisahkan, kehidupan antarumat beragama di desanya tidak mengalami masalah apa-apa. Sejak dulu, umat Islam dan Kristen hidup berdampingan, tidak pernah terjadi sindir menyindir apalagi gontok-gontakan. Dengan jumlah masyarakat 60 persen penganut Nasrani dan 40 persen Islam, mereka hidup akur. Mereka mengamalkan betul firman Ilahi bagimu agamamu, bagiku agamaku. Namun dalam konteks kehidupan sosial masyarakat, mereka saling mengunjungi di kala musibah, saling menguatkan di kala duka, dan saling bahu-membahu bila ada sebuah kenduri. Malah karena populasi penduduk 60 banding 40 tersebut, setiap pemilihan pejabat desa sudah menjadi tradisi tak tertulis: bila kepala desa terpilih dari Nasrani, maka wakilnya dari Muslim. Begitu sebaliknya. “Itu seperti sudah jadi paham orang di sini,” ujar Rianto. Karena sudah hidup bercampur dalam satu desa, perkawinan antaraagama Islam dan Nasrani pun terjadi. Seperti seorang pemuda Muslim bernama Amri yang meminang Muti yang beragama Nasrani, setelah mereka sepakat menikah, Muti yang Nasrani memeluk Islam dan tinggal lagi di desa itu. Berbeda lagi dengan Horsea (42). Ia yang berasal dari Sumatera Utara yang dulunya Muslim sampai di sana menikah dan pindah keyakinan, menjadi penganut Nasrani. Selain itu, Rianto juga mengungkapkan, bila tiba bulan Ramadan, walaupun penganut Nasrani 60 persen, namun kedai
Santunan - IV/2015
Imran
di desa semua tutup, untuk menghargai umat Islam. “Kalaupun dibuka lewat belakang, tak boleh makan sembarangan, itu sudah menjadi aturan adat kami di sini,” tambahnya. Begitu juga dengan anak-anak usia sekolah. Hari itu kebetulan tiga siswa SMP kompak pulang bersama. Mereka adalah Wandi, Tedi, dan Ihsan. Wandi (12) penganut Nasrani, sementara Tedi (14) dan Ihsan (12) adalah muslim. Mereka menyusuri jalan desa menuju rumah, di antara mereka saling bercanda. “Itu si Tedi dan Ihsan orang kita Muslim, Wandi Kristen,” jelas Rianto Anak seumur itu yang tinggal di desa penuh warna-warni itu seakan sudah paham pada batas masing-masing. Meski berkawan di sekolah, namun urusan keyakinan adalah persoalan pribadi dan keluarga masing-masing. Wandi (12) bercerita dalam keseharian mereka selalu bermain bersama. Namun di kala ada acara keagamaan di tempat Tedi dan Ihsan, jika tak diundang tak ada masalah baginya. Persoalan rumah ibadah pertama terjadi pada tahun 1979 yang berbuntut hingga hari ini, bukanlah suatu yang diharapkan terus menerus terjadi oleh Rianto Marbun dan sejumlah warga Desa Suka Makmur, tempat api yang membakar satu gereja pada siang, Selasa 13 Oktober 2015 lalu. “Mereka bilang gereja itu belum ada izin, terserah pemerintah saja, mana keputusan terbaik. Yang pasti desa ini hidup berdampingan antara Muslim dan Kristen,” lanjut pria tambun itu.*** 27
LAPORAN UTAMA
Catatan dari Singkil oleh Muhammad Yakub
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin bertemu sejumlah tokoh dari majelis-majelis agama untuk mendialogkan persoalan kerukunan antar umat beragama di daerah tersebut dalam kunjungan kerja ke Kabupaten Aceh Singkil, Oktober lalu.. Menag Lukman mengingatkan bahwa Indonesia adalah negara yang majemuk. Namun kemajemukan itu telah dirangkai dalam Bhinneka Tunggal Ika. Walaupun beragam, tapi hakikatnya satu jua. Setajam apa pun perbedaan, masyarakat Indonesia diikat dengan persaudaraan.
Sejak dulu, kata Menag, kultur masyarakat Indonesia, baik Aceh, Batak, Melayu, Jawa, Sunda, Bugis, Papua, Maluku, dan lainnya selalu ingin menghindari konflik. “Kita adalah bangsa yang senantiasa berupaya menjaga dan memelihara harmoni,” tegas Menag. Karena itu, Menag menyayangkan terjadinya pembakaran gereja di Aceh Singkil oleh kelompok orang yang tak puas dengan kesepakatan pemerintah dan masyarakat terkait penertiban bangunan gereja tak berizin. Muhammad Yakub
Menag mengingatkan kembali latar lahirnya SKB Menteri (Menag dan Mendagri) soal regulasi pendirian rumah ibadah. Sehingga agama pun, harus maklum, itu bukan produk satu agama mayoritas dan hasil ‘kerja legislatif’ semata. “Bahwa ada diskusi panjang, belasan kali diskusi, antar tokoh agama Indonesia, sebelum lahirnya SKB itu,” kata Menag. Makanya, ajaknya semua pihak patuhi aturan, juga dalam pendirian rumah ibadah di mana pun. Sebab SKB Dua Menteri nomor 8 dan 9 Tahun 2006 itu dihasilkan dari kesepakatan bersama, bukan ‘produk DPR’ semata. Menag juga menjelaskan perbedaan tempat ibadah dan rumah ibadah, sehingga jalan damai mudah ditapaki dan dirajut bersama. “Di sini memang ada perbedaan tempat ibadah dengan rumah ibadah. Kita bisa ibadah di mana pun, tapi pendirian rumah ibadah ada aturannya.” Katanya. “Di sini kita bisa ibadah dan berdoa,” sambungnya seraya menunjuk ke lantai aula Sekdakab. “Kasus rumah ibadah bukan hanya di sini, bukan hanya sekarang, bukan dalam bulan ini, dan bukan dalam puluhan tahun ini. Namun itu masalah klasik,” bandingnya dalam acara yang juga hadir Kabalitbang Kemenag RI. Dalam kunjungan kerja ke Aceh Singkil,
RAKER FKUB: Mencermati Isu-isu dan Potensi Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh, Drs. H. M. Daud Pakeh dalam Raker FKUB yang berlangsung dari tanggal 16 s.d 18 November 2015 di Banda Aceh menjelaskan bahwa Kementerian Agama Provinsi Aceh setiap tahun telah berupaya memfasilitasi program maupun kegiatan yang bertujuan untuk mewujudkan dan memeliharan kerukunan umat beragama melalui kemitraan dengan seluruh komponen masyarakat, baik tokoh agama, tokoh perempuan, tokoh adat, penyuluh agama, tenaga pendidik dan kependidikan, pemuda, pelajar dan mahasiswa. Menurut Kakanwil, pelibatan dan peran aktif seluruh stakeholder kerukunan yang ada memberikan rasa optimisme, bahwa ke depan kerukunan yang menjadi cita-cita bersama dapat segera terwujud. Pada bagian lain, Kementerian Agama 28
melihat bahwa Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) yang telah dibentuk oleh Gubernur pada tingkat Provinsi dan Bupati/Walikota di seluruh Aceh merupakan wadah penting sebagai mitra dan mediator untuk membantu Kepala daerah menyelesaikan apabila ada perselisihan di kalangan internal dan antar umat beragama. Posisi FKUB sangat strategis untuk menghubungkan aspirasi umat beragama dengan pemerintah. “Saya kira, tanpa harus melalui jalur birokrasi yang rumit, FKUB punya hak untuk langsung menyampaikan aspirasi masyarakat kepada pemerintah,” jelas Kakanwil. Daud Pakeh menambahkan komitmen Kementerian Agama keberadaan FKUB akan terus dipertahankan, dan wajib diberdayakan dalam rangka membantu pemerintah dalam memelihara dan mengendalikan kerukunan
intern dan antar umat beragama. Lebih lanjut Kakanwil menyampaikan bahwa Kementerian Agama akan terus memfasilitasi FKUB melalui peningkatan kelembagaan dan kepengurusan, membantu biaya operasional dan pembangunan Sekretariat Bersama FKUB pada tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota di seluruh Aceh. “Alhamdulillah, saat ini Kementerian Agama telah membangun enam unit Kantor Sekber FKUB, yakni Sekber FKUB Banda Aceh, Aceh Besar, Aceh Barat, Aceh Tenggara, Aceh Timur dan Kota Subulussalam,” ungkap Daud Pakeh. Dia menegaskan tidak kurang dari 5 Milyar Rupiah Kementerian Agama Provinsi Aceh menyediakan anggaran setiap tahun untuk peningkatan kualitas kerukunan umat beragama di Provinsi Aceh ini. Raker tersebut bertujuan untuk me-
Upaya Pemerintah Melindungi Umat
Konflik ningkatkan konsolidasi internal lembaga FKUB agar dapat memberikan pelayanan secara maksimal dan tertatanya sistem dan manajemen kelembagaan yang lebih baik agar dapat memberikan pelayanan fungsional secara maksimal dan optimal. Disamping itu, nantinya dengan Raker tersebut akan adanya koordinasi eksternal dengan instansi terkait (Kementerian Agama, dan Pemerintah Daerah Pihak Keamanan (Kejaksaan, Kepolisian, dan TNI) serta pihak terkait lainnya dalam pembinaan dan pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama (KUB) di provinsi Aceh. Tujuan lain adalah adanya peningkatan pemahaman, saling pengertian dan partisipasi semua pihak dalam melihat dan mencermati isu-isu dan potensi konflik keagamaan yang berkembang dalam masyarakat.[juniazi]
Santunan - IV/2015
Kementerian Agama sedang mempersiapkan Rancangan UndangUndang (RUU) Perlindungan Umat Beragama (PUB). RUU ini merupakan upaya pemerintah untuk melindungi dan melayani umat beragama secara optimal. Demikian penegasan KabalitbangDiklat Kemenag Abd Rahman Mas’ud saat menjadi Keynote Speaker pada Workshop Optimalisasi Peran Pemerintah dan Tokoh Agama dalam Mewujudkan RUUPerlindungan Umat Beragama (RUU PUB) yang diselenggarakan Yayasan Generasi Muda Madani Indonesia (YGMI) di Jakarta, Rabu (25/11). “Saya kira membicarakan topik RUU PUB ini sudah tepat. Karena sejatinya setiap kita memiliki tanggung jawab untuk sama-sama mengawal terwujudnya regulasi yang baik, regulasi yang berupaya memelihara keharmonisan dan kerukunan masyarakat,” terangnya. “Tokoh agama dan aparat Pemerintah, sebagai kalangan elit masyarakat, berperan penting menjembatani kepentingan publik atau umat beragama dengan kebutuhan negara dalam upayanya mengelola kemajemukan warga negara dengan baik,” tambahnya. Menurut Rahman, Kementerian Agama saat ini sedang menyiapkan draft RUU Perlindungan Umat Beragama. Kata ‘perlindungan’ dipilih karena terinspirasi dari kalimat dalam pembukaan UUD 1945 “... melindungi segenap bangsa Indonesia.” Ada juga yang mengusulkan nama lain, seperti “RUU Kehidupan Beragama”, atau “RUU Kerukunan Umat Beragama”, yang dinilai lebih memayungi dan sosiologis. Rahman mengatakan, sejauh ini tim masih menggunakan istilah RUU Perlindungan Umat Beragama. Menurutnya, soal judul dapat disesuaikan setelah RUU ini berbentuk utuh. Lebih dari itu, di berbagai forum, hampir belum ada yang keberatan dengan istilah “perlindungan”. Kabalitbang menambahkan, prinsip umum regulasi ini adalah melengkapi regulasi yang berlaku saat ini. Sepanjang regulasi yang ada telah cukup memadai
kemenag.go.id
Menag Lukman Hakim bersilaturrahmi dengan pemuka dan tokoh agama di Bumi Syekh Abdurrauf itu. Menag mengawali ajakan untuk saling memahami dan menghormati, serta berdamai, untuk selanjutnya menyimpulkan penyebab dan solusi atas kasus keagamaan, dan hikmah di balik keriuhan di salah satu desa di Singkil. Menag berharap semua pihak dapat mengambil hikmah dari kejadian itu dan dapat mencari solusi bersama. Pemerintah pusat, kata Menag, tentu akan mendukung upaya tersebut dengan mengedepankan dialog. Sebab, dialog dapat menjadi sarana untuk saling mengungkapkan keinginan dan jalan mencapai kesepakatan demi kepentingan bersama. Menag mengingatkan semua pihak agar menghindari konflik. Sebab, konflik bukan saja berpotensi memecah belah bangsa Indonesia, daya rusaknya akan terasa hingga generasi mendatang. “Kita semua tentu tidak ingin dicatat sejarah bahwa pada masa kita hidup telah terjadi konflik akibat gagal merawat keberagaman dan persaudaraan,” katanya. “Kita pelaku sejarah. Mari menoreh atau mencatat sejarah damai. Mari kita wariskan sejarah damai bagi anak cucu. Jangan sampai anak cucu membaca sejarah, di sini ada cacatan kelam pada 2015,” ajaknya.***
dan tidak ada alasan kuat merevisinya, maka regulasi lama tetap dipertahankan. Norma-norma yang dipandang masih relevan dan applicable dalam masyarakat tetap dibiarkan berlaku, sementara RUU ini mengisi ruang-ruang kosong yang memerlukan pengaturan. Ditambahkan Rahman, salah satu isu besar yang menyertai penyusunan RUU PUB ini adalah soal definisi agama. Menurutnya, definisi agama menjadi isu penting yang selalu muncul dan diperdebatkan. Hal ini terutama ketika harus menjawab soal apakah kelompok-kelompok agama di luar yang enam selama ini ada tersentuh regulasi ini, perlukan diatur di RUU ini? Apakah kelompok-kelompok penghayat atau kepercayaan masuk dalam kategori atau definisi agama itu? Rahman mengatakan, kualifikasi atau persyaratan sebagai agama perlu dijelaskan dalam konteks ini. “Isu penting lainnya adalah soal registrasi agama, majelis agama, FKUB, rumah ibadat, penyiaran agama, perayaan hari besar, pemulasaraan jenazah, dan bantuan luar negeri. Selain itu soal pemidanaan yang menyentuh soal penodaan atau penghinaan agama,” ujarnya. Rahman mengaku bahwa Naskah Akademik dan RUU PUB ini masih terus berproses. “Kami akan sangat senang menerima berbagai masukan dari para tokoh agama di sini, syukur-syukur kami terima dalam bentuk tertulis,” tandasnya. [pinmas]
29
LAPORAN UTAMA
Ahmad Ariska
Potret Kerukunan di Kampung Keberagaman oleh Salman
P
uluhan lampion tergantung di atas langit-langit sebuah gang di sudut Peunayong. Di bawahnya, pedagang dari pelbagai etnis berbagi lapak di antara lalu lalang pembeli. Mereka terlihat akrab satu sama lain sambil bertransaksi. Beginilah suasana Gang Pasar Sayur, di Jalan WR. Supratman, Peunayong, Banda 30
Aceh, saban pagi. Lampion-lampion merah dipasang saat perayaan Tahun Baru Imlek 2566 lalu dan kini masih utuh di sudut pecinan itu. Sebagai kawasan bisnis di Ibu Kota Provinsi Aceh, Peunayong dihuni lintas etnis dan agama sejak dulu. Mereka hidup berdampingan, rukun dan damai,
mencirikan sebuah komunitas global seperti yang terpampang di papan nama mulut Gang Pasar Sayur “Kampung Keberagaman Kota Banda Aceh.” Riwayat menyebutkan sejak ratusan tahun silam Peunayong sudah dihuni ragam etnis terutama dari Tiongkok. Meski berbeda agama, mereka tetap hidup berdampingan
dengan pribumi dan tak pernah terusik. Konon Peunayong berasal dari kata bahasa Aceh peu payong artinya memayungi atau melindungi. Peunayong adalah kampung heterogen di Banda Aceh yang sekaligus mencerminkan sikap toleransi, pluralisme dan kemajemukan yang dijunjung warga Aceh sejak dulu. Kehidupan sosial berjalan baik di sana. Selain masjid, di Peunayong juga berdiri Tapekong atau Vihara dan gereja. Tapi soal beribadah mereka menghormati satu sama lain, tak saling mengusik. Saat bulan Ramadhan tiba, warga non-muslim juga berdampingan bersama muslim menjajakan penganan berbuka puasa di Peunayong. Begitu juga saat hari-hari besar agama lain warga non muslim tetap leluasa merayakannya. Ketua HAKKA Aceh, Kho Khie Siong menyebutkan, jika ingin melihat suatu masyarakat yang hidup dengan keberagaman silakan tengok Peunayong. “Kondisi Peunayong de ngan kehidupan keberagamannya yang tidak ada gangguan sama sekali,” ujar pria yang akrap disapa Aky ini. Di Banda Aceh sebenarnya ada beberapa kampung yang mencerminkan keberagaman dengan masyarakatnya yang majemuk. Selain Peunayong, ada Gampong Mulia yang juga dihuni ragam pemeluk agama baik Islam, Nasrani, dan Budha. Di desa ini selain masjid sebagai rumah ibadah warga mayoritas, juga terdapat tiga gereja masing-masing Gereja Protestan Indonesia Bagian Barat (GPIB) yang bersebelahan dengan Gereja Methodis Indonesia (GMI) di Jalan Pocut Baren, dan gereja adat Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) di Jalan Pelangi. Kemudian ada tiga vihara. Aky mengatakan Gampong Mulia sangat spesifik, namun umat beragama di sini juga bebas melakukan ritual ibadah dengan tetap menjunjung sikap saling menghormati serta mengayomi. “Masyarakat Gampong Mulia baik dari unsur pemerintah gampongnya dan elemen pemudanya sangat antusias sekali bekerja sama dengan teman-teman yang berbeda agama. Tidak ada yang sampai arogan,” ujarnya. Begitu juga di Gampong Laksana yang penduduknya beragam etnis. Kerukunan masyarakatnya sangat terjaga. Warga dari etnis atau agama minoritas di sini juga aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial bersama mayoritas, baik berupa gotong royong, bakti sosial maupun kenduri kematian. “Tidak ada membeda-bedakan ini si A ini si B, di sini kita semua warga Gampong Laksana,” ujar Hasan (45), seorang warga Gampong Laksana. Kehidupan antarumat bergama di Aceh, khususnya di Banda Aceh sudah berjalan baik
Santunan - IV/2015
selama ini. Meski berstatus daerah syariat Islam, kenyamanan beribadah masyarakat non-muslim di provinsi ini juga terjamin. Penduduk Aceh memang mayoritas muslim, namun ada juga Nasrani, Budha, dan Hindu. Bedasarkan sensus penduduk 2010 yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS), sebanyak 4.413.244 atau 98,18 persen penduduk Aceh beragama Islam. Sedangkan pemeluk Kristen berjumlah 50.309 jiwa, Katolik 3.315 jiwa, Budha 7.062 jiwa, Hindu 136 jiwa, dan Khong Hu Chu 36 jiwa. Penduduk Kota Banda Aceh berjumlah 223.446 jiwa. Dari jumlah itu, sebanyak 216.941 jiwa memeluk Islam, 1.571 beragama Kristen, 431 Katolik, 2.535 memeluk Budha, 3 orang beragama Khong Hu Chu, dan 50 jiwa beragama Hindu. Sebaran terbanyak pemeluk Kristen, Katolik, Budha, dan Islam berada di Kecamatan Kuta Alam –daerah yang memayungi Peunayong, Kampung Laksana, dan Kampung Mulia. Di Banda Aceh terdapat empat gereja yakni GPIB, GMI, HKBP, dan Gereja Khatolik Hati Kudus yang masing-masing memiliki sekolah sendiri. Selanjutnya untuk umat Budha ada empat rumah ibadah, yaitu Vihara Sakyamuni, Vihara Maitri, Vihara Dewi Samudra, dan Vihara Dharma Bhakti. Sedangkan bagi umat Hindu juga memiliki Kuil Palani Andawer di Jalan Teugku Dianjong, Keudah, atau hanya terpaut puluhan meter dari Masjid Jamik Keudah. Rumah ibadah di Banda Aceh memang letaknya saling berdekatan dan mudah diakses. Tapi keberadaannya memiliki izin resmi dari pemerintah, sehingga tetap dijaga keberadaannya oleh masyarakat, tidak pernah diusik.
Menurut Kho Khie Siong alias Aky hal ini menunjukkan secara keseluruhan kehidupan antarumat bergama di Aceh sangat baik. “Ini bisa jadi contoh bagi daerah lain,” sebutnya. Selama ini, lanjut dia, banyak orang luar mengira Aceh tidak ramah bagi pemeluk agama lain karena menerapkan syariat Islam, padahal anggapan ini salah besar. Aky mengatakan sebagai orang Aceh dirinya terus membantah penilaian itu saat berkunjung ke luar Aceh. “Di luar, saya selalu bilang tidak ada problem apa-apa di Aceh khusunya tentang kerukunan umat beragama di sana,” tukasnya. Menurutnya kerukunan antarumat beragama yang sudah berjalan baik ini harus terus dijaga, karena jika ini terusik maka pengaruhnya sangat besar terutama bagi keamanan daerah, pertumbuhan ekonomi dan investasi. “Investor kalau masuk ke suatu daerah pasti bertanya itu dulu, kondisi kehidupan minoritasnya gimana? Bagaimana mereka melakukan kegiatan agama mereka? Terganggu atau tidak? Itu menjadi rekomendasi mereka untuk masuk ke Aceh,” tukasnya. Keberadaan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) dinilai strategis dalam menjaga kehidupan beragama masyarakat selama ini. Aky mengapresiasi Kantor Wilayah Kementerian Agama Aceh yang sering menggelar seminar maupun pertemuan bersama unsur lintas agama dan FKUB. “Itu bagus sekali. Ini perlu dilanjutkan, karena semakin sering mereka berkomunikasi semakin mereka banyak tahu sehingga bisa lebih saling memahami dan menghormati, dan kerukunannya terjaga.” [] Ahmad Ariska
31
LAPORAN UTAMA
Belajar Toleransi pada Konstitusi Madinah oleh Fakhrurrazi
A
marah massa membakar Gereja Huria Kristen Indonesia (HKI) di Desa Suka Makmur, Kecamatan Gunung Meriah, Aceh Singkil, 13 Oktober lalu. Selesai membakar gereja yang tidak mengantongi izin itu, ratusan massa bergerak menuju Desa Dangguran di Kecamatan Simpang Kanan, yang tak jauh dari sana. Sasarannya, Gereja Kristen Protestan Pakpak Dairi. Kabar pembakaran gereja di Suka Makmur beredar cepat ke seluruh Singkil. Jemaat Gereja Kristen Protestan Pakpak Dairi bersiap diri. Dibantu polisi, massa menjaga gereja dari amukan massa. Jemaat GKPPD sudah mempersiapkan diri menghadapi massa yang akan mengusik ketenangan gereja itu. Benar saja, massa dihadang dengan pelbagai senjata tajam dan senjata api. Begitu mendekati gereja, massa 32
segera dihujani tembakan dan lemparan batu. Seorang penyerang meregang nyawa setelah tertembak peluru senjata pemburu babi. Sedangkan empat lainnya mengalami luka-luka. Pembakaran gereja dan bentrokan antarpemeluk agama mengusik rasa toleransi yang telah puluhan tahun terbina di Aceh Singkil. Memang, riak-riak gesekan antara pemeluk agama Islam dan Kristen di sana sudah terjadi sejak 1979 lalu. Hanya saja, selalu bisa diredam dengan kesepakatan para tokoh agama dan tokoh masyarakat setempat. Gesekan itu terjadi akibat banyaknya bertumbuhan gereja-gereja baru di kawasan yang berbatasan dengan Provinsi Sumatera Utara itu. Nah, warga Aceh Singkil yang beragama Islam meminta agar pemeluk Kristen tak sembarangan membangun
rumah ibadah tanpa seizin otoritas Singkil. Kasus Singkil belakangan menjadi perhatian nasional dan dunia internasional. Media asing ramai-ramai memberitakan peristiwa langka di Aceh itu. Presiden Joko Widodo memerintahkan agar kasus Singkil diselesaikan secara tuntas. "Hentikan kekerasan di Aceh Singkil. Kekerasan berlatar apa pun, apalagi agama dan keyakinan, merusak kebhinnekaan," tulis Presiden dalam akun Twitter, sehari setelah pembakaran gereja. Banyak yang menilai kasus Singkil menjadi alarm merah bagi toleransi umat beragama di Aceh. Anggapan itu meluas di kalangan masyarakat luar, sehingga beranggapan bahwa Aceh yang menerapkan syariat Islam merupakan provinsi intoleran di Indonesia. Anggapan itu keliru. Singkil terjadi
Santunan - IV/2015
akibat sikap pemerintah yang tidak tegas terhadap penegakan aturan, terutama soal pendirian rumah ibadah. Andai pemerintah lokal proaktif, kekerasan berlatar agama itu tak bakal terjadi. Kepala Dinas Syariat Islam Prof Syahrizal Abbas menilai kasus Singkil bukan bagian dari konflik agama. "Tapi terjadi karena inkonsistensii dalam penegakan aturan perundang-undangan," katanya seperti dilansir acehkita.com. Hubungan antarmasyarakat berbeda agama di Aceh Singkil selama ini berjalan baik. "Kami di sini hidup berdampingan dengan orang kita Islam," kata Rianto Marbun, pemeluk Kristen berusia 35 tahun. Rumahnya terletak persis di seberang bangunan Gereja HKI yang dibakar massa di Desa Suka Makmur. Menurut Rianto, kehidupan antarumat
bergaama di Desa Suka Makmur tidak mengalami masalah apa-apa. Sejak dulu, Islam dan Kristen hidup berdampingan, tidak pernah terjadi sindir menyindir apalagi saling baku hantam. Dengan jumlah penduduk 60 persen menganut agama Nasrani, mereka hidup akur. Mereka menganut betul firman Ilahi dalam Quran: Bagimu agamamu, bagiku agamaku. Aceh menjadi satu-satunya daerah yang memberlakukan syariat Islam di Indonesia, sejak 2000 lalu. Meski menerapkan hukum Islam, non-muslim bisa hidup dan menjalankan ajaran agamanya. Syahrizal menyebutkan, pemberlakuan syariat Islam di Aceh tetap memberikan ruang bagi non-muslim. Hal ini seperti yang dilakukan pada masa Rasulullah dalam mendirikan Kota Madinah. Pada masa itu, sebut Syahrizal, Nabi Muhammad memberikan kebebasan bagi non-muslim untuk menjalankan ajaran agamanya. “Mereka tidak diganggu. Silakan Anda berbeda agama dengan kami. Itu bentuk toleransi yang luar biasa,� tandas guru besar hukum Islam pada Universitas Islam Negeri Ar-Raniry itu. Lantas, seperti apa Piagam Madinah atau yang juga dikenal dengan Konstitusi Madinah itu? Piagam Madinah terdiri atas 47 pasal, yang di sana mengatur segala seluk-beluk kehidupan bermasyarakat dan bernegara --termasuk menjamin kebebasan dalam menjalankan agama masing-masing. Lihat saja bagaimana Rasulullah membina kerukunan umat beragama yang hidup di Kota Madinah, seperti termaktub dalam Pasal 16. "Sesungguhnya orang Yahudi yang mengikuti kita berhak atas pertolongan dan santunan, sepanjang (mukminin) tidak terzalimi dan ditentang olehnya." Toleransi tinggi juga termuat dalam Pasal 25 yang berbunyi "Kaum Yahudi dari Bani ‘Awf adalah satu umat dengan mukminin. Bagi kaum Yahudi agama mereka, dan bagi kaum muslimin agama mereka. Juga (kebebasan ini berlaku) bagi sekutu-sekutu dan diri mereka sendiri, kecuali bagi yang zalim dan jahat. Hal demikian akan merusak diri dan keluarga". Baik Islam maupun non-Islam, Rasulullah membebankan kepada mereka pajak dan bahu-membahu dalam menghadapi musuh yang menyerang Madinah. Piagam juga mengatur soal umat Islam dan non-muslim untuk sama-sama terjun ke medan perang jika menghadapi musuh yang akan mengusik Kota Madinah. Nabi juga melindungi umat Yahudi dan Nasrani yang mendukung Piagam Madinah. Itulah nilai-nilai toleransi dan penghormatan terhadap perbedaan agama yang diajarkan Nabi Muhammad dalam membangun Kota Madinah. *** 33
DUNIA
Ritsumeikan Asia Pacific University
Tempat Makan Halal Terbesar di Jepang D
i Ritsumeikan Asia Pacific University ternyata menerima sertifikasi halal. Berdasarkan Asosiasi Halal Nippon Asia, Kafetaria tersebut juga menjadi tempat makan bersertifikasi halal terbesar di Jepang. Sebagaimana dirilis situs republika online dari Japan Times, rata-rata pengunjung setiap harinya berkisar sekitar 300 orang untuk mencari dan menyantap hidangan yang dijual di kantin tersebut. 34
Kafetaria yang terletak di Beppu, Prefektur Oita itu menyediakan 36 jenis makanan. Menu-menu yang dapat diperoleh di kantin ini antara lain masakan Jepang, Cina, Barat dan tradisional. "Jika bersertifikasi halal, saya tidak perlu khawatir saat makan. Jika jumlah restoran bersertifikasi halal meningkat, akan memudahkan mahasiswa Muslim datang ke Jepang," ujar mahasiswa 20 tahun asal India.
Kurang lebih 500 mahasiswa yang berasal dari negara-negara muslim terdaftar di universitas tersebut. Menu-menu yang ada di kantin tersebut menunjukkan mana makanan yang tidak mengandung babi atau alkohol. Mereka menggunakan alat masak yang sesuai dengan standar asosiasi halal. Karena dalam Islam sendiri disebutkan meski makanan tidak mengandung babi dn alkohol, alat masak yang digunakan juga harus bebas dari dua unsur tersebut.***
Salah Menjelajah Eropa N
ama panjangnya Mohamed Salah Ghaly. Pria yang terlahir pada tanggal 15 Juni 1992 itu sudah memperkuat tim-tim raksasa Eropa dalam rentan waktu beberapa tahun ini. Mulai dari Chelsea, Fiorentina dan AS Roma hingga saat ini. Lelaki yang lahir di Basion, El Gahrbia, Mesir itu sudah memperkuat Tim Nasional U-20 Mesir pada sejak tahun 2010 – 2011. Pada tahun 2011-2012 Salah memperkuat Tim Nasional U-23 dan pada tahun 2011 sampai saat ini memperkuat Timnas Senior. Dengan tinggi badan 1.75 m, gelandang sayap Roma ini pernah memenangkan Liga Super Swiss di musim pertamanya dengan Basel dan dianugerahi pemain muda Afrika terbaik pada tahun 2012. Seperti yang dilansir di wikipedia.org, Salah memulai sepakbola masa mudanya dengan El Mokawloon Sporting Club dan mencetak gol pertamanya pada tanggal 25 Desember 2010 dan menerima hasil imbang saat melawan Al Ahly SC. Di Basel, Pria Muslim ini membuat debut liga dan memainkan pertandingan penuh saat melawan Thun. Dia mencetak gol pertamanya di liga semingu kemudian saat melawan Lausanne. Gol pertamanya di Eropa begitu berkesan, Klub ‘Kuda Hitam’ asal Inggris Tottenham Hotspur takluk lewat adu pinalti dengan skor 4-1 setelah imbang agregat 4-4. Gol perdananya di liga Champions terjadi saat melawan Macabi Tel Aviv FC tanggal 06 Agustus 2013 di babak kualifikasi ketiga. Pada 18 September 2013 Salah mencetak gol melawan Chelsea pada kemenangan tandang 2-1 selama penyisihan grup. Selama pertandingan kembali pada tanggal 26 November di St Jakob-Park Salah mencetak gol kemenangan dengan Basel mengalahkan Chelsea untuk kedua kalinya dengan kemenangan kandang 1-0. Puncaknya, Chelsea mengumumkan telah tercapai kesepakatan antara klub Roman Abramovich pada tanggal 26 Januari 2014. Transfer Salah dari Basel dengan biaya sekitar 13.2 Juta Euro. Transfer itu juga menjadikan Salah sebagai pemain Mesir pertama yang tergabung dengan Chelsea. Klub yang diasuh Jose Mourinho itu memberikan kontrak dengan durasi lima setengah tahun. Di Chelsea Salah menggunakan nomor punggungg 15. Salah membuktikan kualitasnya saaat mencetak gol perdananya di Derby London. Masuk menggantikan Oscar, saat itu Chelsea menang dengan skor 6-0 untuk The Blues. Tidak masuk kedalam strategi Special
Santunan - IV/2015
One, Salah akhirnya dipinjamkan ke klub Italia, Fiorentina. Bahkan, rumor yang beredar, La Viola ingin mempermanenkan Salah. Salah tidak dipinjamkan begitu saja, Jose Mourinho ingin memasukkan Juan Cuadrado dalam proses nego tersebut, dan kedua pihak menyetujuinya.
Hanya semusim dengan Fiorentina, Salah kembali di dipinjamkan ke klub Italia lain AS Roma dengan opsi permanen. Pemain yang mengidolakan Totti, Del Piero dan Batistuta itu akhirnya resmi berlabuh di ibukota Italia. Serigala Roma memiliknya sampai saat ini. [Ahsan Khairuna | dbs] 35
WISATA
36
P
ara penari Likok dari Pulo Nasi generasi terahir sanggar Seni Syeh Ahmad Badehon pimpinan Nurmairi atau Syech Min, yang asli Pulo Aceh memainkan tarian yang terancam punah itu saat penyambutan tamu di dermaga Lamteng, Pulo Nasi, Pulo Aceh, Aceh Besar, Sabtu (14/11/2015). Tari mahakarya Ulama Syeh Ahmad Badehon untuk menyebarluaskan Islam masa lalu berkembang manjadi tari tradisi yang mendidik dan menghibur. Gerakan ini terinspirasi dari kondisi alam Pulo Aceh yang aktivitas masyarakat nelayannya menggambarkan kekuatan hidup bergotong royong. Likok berarti gerak tari atau menari dengan menggunakan property buah likok khas Pulo Aceh, sedang Pulo artinya pulau. Dulu, tarian ini sering ditampilkan setelah musim tanam padi dan sehabis panen. Jika ditarikan dalam perlombaan, Likok Pulo ditampilkan semalam suntuk hingga pagi. Seiring waktu, Tari Likok Pulo ikut mendunia. Kerap ditampilkan dalam berbagai event lokal, nasional bahkan internasional. [Ahmad Ariska]
Santunan - IV/2015
37
SAINS
Aplikasi Al-Faraidh
Terobosan Pembelajaran Mawaris di Madrasah oleh Amru Sujud
P
erkembangan teknologi informasi yang sangat pesat kini telah menghadirkan perubahan yang sangat signifikan. Dengan hadirnya teknologi informasi, segala aspek kehidupan telah berubah drastis. Teknologi informasi dapat membantu kehidupan manusia menjadi lebih mudah dan efisien melalui aplikasi-aplikasi yang ada, baik dalam dunia kerja, instansi perkantoran, maupun dunia pendidikan. MAN Model Banda Aceh dalam pengembangan pembelajarannya telah mengkombinasikan konsep pembelajaran sains berbasis nilai-nilai agama. Yaitu pengembangan ilmu sains dan teknologi yang berjalan selaras dengan pendidikan Islam. Menyambut “cita-cita” madrasah tersebut, pada akhirnya diciptakan sebuah sistem informasi yang dapat mempermudah perhitungan harta waris oleh seorang siswa MAN Model, Sandy Vrianda, dan guru pembimbingnya, Amru Sujud, S.T. Aplikasi penghitung harta waris berbasis web tersebut diberi nama Al-Faraidh. Ide tersebut muncul lantaran pembelajaran fiqih mawaris sulit mencapai kompetensi yang diharapkan. Perhitungan mawarisnya juga masih manual, sehingga siswa cenderung kurang tertarik mempelajari fiqih mawaris karena dianggap terlalu sulit. Oleh karena itu diperlukan sebuah sistem dan rancangan program aplikasi sebagai media pembelajaran, yang memudahkan dan menarik perhatian siswa dalam mempelajari fiqih mawaris. Aplikasi ini tidak hanya disuguhkan 38
dalam bentuk perhitungan harta waris saja, namun terdapat pula materi lengkap tentang mawaris dan contoh kasusnya. Dengan begitu, pengguna, khususnya para siswa, dapat mengetahui dan memahami tentang dasar-dasar ilmu mawaris, pembagian ahli waris secara rinci, dan cara perhitungan manualnya. Program aplikasi tersebut diharapkan dapat menjadi solusi yang efektif dari permasalahan-permasalahan yang selama ini terjadi, sehingga mempermudah proses perhitungan harta waris, khususnya dalam proses pembelajaran. Juara LKTI Provinsi Aceh 2015 Terciptanya Aplikasi Al Faraidh v 1.0 membuat MAN Model berhasil meraih hasil terbaik, dengan merebut juara 1 Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI) Berbasis Riset tingkat Provinsi Aceh Tahun 2015 di Oasis Hotel, 20 – 22 Oktober 2015 lalu. Dengan penelitian yang berjudul “Program Aplikasi Al-Faraidh v.1.0 Menggunakan PHP & MySQL Sebagai Media Pembelajaran Mawaris di MAN Banda Aceh 1”, Sandy Vrianda yang mempresentasikan hasil penelitiannya mendapatkan apresiasi yang luar biasa dari para dewan juri. Hal tersebut yang membuat tim dewan juri sepakat memberikan peringkat terbaik kepada MAN Model Banda Aceh. Sebagai Media Pembelajaran Tidak bisa dipungkiri bahwa media pembelajaran merupakan salah suatu hal
yang sangat penting guna mempermudah guru dalam menyampaikan materi pelajarannya. Setelah melihat dan menguji coba langsung aplikasi Al-Faraidh v.1.0, Kepala madrasah dan guru mata pelajaran fiqih MAN model menyampaikan kegembiraan dan apresiasinya terhadap lahirnya aplikasi yang digunakan sebagai media pembelajaran. Berikut adalah tanggapan dari kepala madrasah dan guru fiqih MAN Model Banda Aceh mengenai aplikasi penghitung harta warisan tersebut: “Aplikasi penghitung harta warisan sangat bermanfaat. Mengapa? Kita tahu bahwa perhitungan untuk melihat harta warisan tidak gampang. Jangankan di tingkat sekolah/madrasah, di lingkungan masyarakat pun kita harus mencari orang khusus, seperti ustaz atau tengku imuem/ ulama, baru bisa menghitung,” kata Kepala MAN Model Banda Aceh. H. Mukhlis mengatakan, dengan lahirnya aplikasi tersebut maka sangat dimudahkan. Dan sekolah menyambut baik inisiatif dan ide dari guru MAN Model, khususnya Pak Amru Sujud, untuk membuah sebuah aplikasi penghitung harta warisan. “Kita sangat mendukung terhadap kesuksesan dari program ini,” katanya. Tidak hanya aplikasi Al-Faraidh, Mukhlis berharap akan muncul lagi aplikasi-aplikasi lain seperti aplikasi perhitungan matematika, fisika, dan mata pelajaran lainnya. “Sains harus masuk ke semua bidang studi. Bukan hanya sains itu untuk sains, namun sains
Antarmuka Aplikasi Al-Faraidh v.1.0
Halaman utama aplikasi Al-Faraidh v 1.0, terdapat menu Materi, Contoh Kasus, dan Simulasi
dok.
itu untuk semua pengetahuan-pengetahuan lainnya,� imbuhnya. Pada kesempatan yang sama, guru mata pelajaran Fiqih, Muhadi, SHI mengatakan keberadaan aplikasi tersebut sangat membantu proses pembelajaran. “Suatu hal baru. Jadi keberadaannya sangat membantu proses pembelajaran. Sehingga tanpa harus menghitung secara manual, hasilnya sudah dapat diketahui,� ujarnya guru yang juga menjabat wakil kepala bidang kesiswaan itu. Guru Fiqih lain, Alhafidz Rusli Alkandari, Lc. memberikan apresiasi yang luar biasa setelah menyaksikan demo program aplikasi ini beberapa waktu lalu itu. "Subhannalah, bagus. Semoga bisa digunakan oleh banyak orang. Aplikasi ini juga sangat membantu siswa, sehingga memudahkan siswa dalam mencari ilmu faraidh. Luar biasa, saya rasa semua guru akan merasakan seperti apa yang saya rasakan," sanjungnya. Dia berharap kedepan aplikasi tersebut terus dikembangkan dan terus digunakan dan membantu masyarakat banyak. Saat ini aplikasi tersebut masih terbatas untuk pemakaian di MAN Model saja. Launching secara resmi insya Allah akan dilakukan pada akhir Desember 2015. Setelah itu aplikasi ini bisa diakses oleh publik, khususnya di lingkungan Kementerian Agama Provinsi Aceh. Nantinya aplikasi ini dapat diakses secara online di website resmi MAN Model Banda Aceh https://www.manmodelbna.sch.id dengan melakukan registrasi terlebih dahulu untuk mendapatkan akun login. ***
Santunan - IV/2015
Halaman Tambah Data Ahli Waris, untuk meng-input data ahli waris (yang menerima harta waris)
Halaman Laporan Data Ahli Waris, menampilkan rekap data pembagian harta waris
39
LAPORAN KHUSUS
HARI SANTRI NASIONAL
Mengenang Semangat Revolusi Jihad oleh Fakhrurrazi
40
Pinmas/kemenag.go.id
Santunan - IV/2015
41
LAPORAN KHUSUS Presiden Joko Widodo menepati janji kepada kalangan santri di Indonesia. Semasa berkampanye pemilihan presiden, pria yang akrab disapa Jokowi itu menyatakan dukungannya terhadap adanya Hari Santri Nasional. Walhasil, pada 22 Oktober lalu Presiden Jokowi menetapkan tanggal itu sebagai Hari Santri Nasional. Penetapan Hari Santri Nasional dilakukan Presiden Jokowi di Masjid Istiqlal Jakarta di hadapan ribuan santri, ulama, dan pimpinan pondok pesantren dari pelbagai daerah di Indonesia. "Sejarah mencatat, para santri telah mewakafkan hidupnya untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia dan mewujudkan cita-cita kemerdekaan tersebut," ucap Jokowi. Hari Santri Nasional akan diperingati saban 22 Oktober di seluruh Indonesia. Peresmian Hari Santri ini dituangkan Presiden Jokowi melalui Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 2015. Menurut Jokowi, sama halnya dengan pejuang kemerdekaan lainnya, kalangan santri memiliki peran signifikan dalam melawan penjajah di Indonesia. Sejumlah ulama berada dalam barisan perjuangan ini. Sebut saja misalnya KH Hasyim Asy'ari (pendiri Nahdlatul Ulama), KH Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah), A Hassan (pendiri Persatuan Islam), Ahmad Soorhati (pendiri Al Irsyad). Di Aceh, ada Teungku Muhammad Saman atau yang akrab disapa Teungku Chik di Tiro, Teungku Tanoh Abee Seulimuem, Teungku Muhammad Daud Beureu-eh, Teungku Ahmad Hasballah Indrapuri, Teungku Ja’far Siddiq dan Teungku Hasan
Krueng Kalee. Empat nama terakhir membuat sebuah "deklarasi seluruh ulama Aceh" yang menyatakan dukungan terhadap kemerdekaan Indonesia. Presiden Jokowi menyebutkan, banyak ulama menggerakkan para santri untuk mengusir dan melawan penjajah dari tanah Indonesia. Banyak di antara santri yang kemudian bergabung dalam kelompok Pembela Tanah Air (PETA) yang berupaya mempertahankan kemerdekaan. "Karena itu, dengan seluruh pertimbangan, pemerintah menetapkan 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional," ujar Jokowi. Lalu, kenapa 22 Oktober ditetapkan sebagai Hari Santri Nasional? 22 Oktober dipilih sebagai Hari Santri Nasional untuk mengenang perjuangan para santri di seluruh Nusantara. Pada tanggal itu, di tahun 1945, pendiri Nahdlatul Ulama KH Hasyim Asy'ari mengumumkan fatwa yang populer disebut sebagai "Revolusi Jihad". Revolusi Jihad ini lahir melalui rangkaian musyawarah ratusan ulama dari pelbagai daerah di Indonesia untuk merespons agresi Belanda kedua. Melalui Revolusi Jihad, para ulama menyerukan kepada seluruh santri dan umat Islam untuk mempertahankan kedaulatan dan kemerdekaan bangsa dan negara Indonesia --yang saat itu masih berusia belia. Fatwa ini juga mewajibkan kepada seluruh umat Islam wajib memerangi orang kafir yang menghalangi kemerdekaan Indonesia, pejuang yang mati dalam perang kemerdekaan disebut syuhada, dan warga negara Indonesia yang memihak penjajah dianggap sebagai pemecah belah persatuan
Rombongan pawai berbagai Ponpes dari Kabupaten Maros, Gowa, Takalar dan Kota Makassar keliling kota dalam rangka memeriahkan Hari Santri Nasional, 22 Oktober 2015. [Nur/sulsel.kemenag.go.id]
42
dan harus dihukum mati. Berikut salah satu doktrin yang disampaikan ulama melalui Revolusi Jihad: “Berperang menolak dan melawan pendjadjah itoe fardloe ‘ain (jang haroes dikerdjakan oleh tiap-tiap orang Islam, lakilaki, perempoean, anak-anak, bersendjata ataoe tidak) bagi jang berada dalam djarak lingkaran 94 km dari tempat masoek dan kedoedoekan moesoeh. Bagi orang-orang jang berada di loear djarak lingkaran tadi, kewadjiban itu djadi fardloe kifajah (jang tjoekoep, kalaoe dikerdjakan sebagian sadja)…” *** TEUNGKU Akmal Abzal tak bisa menyembunyikan kegembiraannya. Diajak berbicara mengenai penetapan 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional, pengelola Dayah Al Anshar Lambro, Aceh Besar, itu tak henti-hentinya menyatakan persetujuannya. Menurut Teungku Akmal, penetapan Hari Santri Nasional sebagai upaya Pemerintah Indonesia mengakui dan menghargai perjuangan para santri di seluruh Nusantara dalam mempertahankan dan membela Tanah Air. "Ini penghargaan pemerintah terhadap gerakan para santri yang digerakkan oleh para ulama terdahulu, di mana pada tanggal itu ada perintah perlawanan terhadap penjajah. Gerakan yang menyampaikan pesan bahwa siapa saja yang berperang melawan penjajah maka dia syahid, sehingga santri berjuang mati-matian membela Tanah Air," kata Teungku Akmal kepada Santunan. Ia berharap penetapan Hari Santri Nasional tidak hanya lips service dan seremonial belaka. Penetapan ini hendaknya menjadi motivasi bagi para santri untuk merefleksikan perjuangan generasi sebelumnya dalam mempertahankan bangsa dan negara dari rongrongan penjajah. "Lalu sekarang apa pula perjuangan para santri? Nah, tanggal 22 Oktober ini harus bisa memotivasi santri masa sekarang untuk perjuangan masa kini dan masa yang akan datang," lanjut Teungku Akmal. Pada masa ini, santri juga masih berjuang mengisi kemerdekaan. Teungku Akmal menyebutkan, perjuangan itu berupa upaya melawan dan mengentaskan kebodohan dari segenap masyarakat Indonesia, melawan korupsi, melawan kesewenang-wenangan, mencerdaskan umat. "Hari Santri harus menjadi movitasi bagi santri untuk berbuat yang terbaik bagi bangsa dan negara ini," kata pria yang juga pengurus Rabithah Thaliban Aceh. "Penghagraan untuk mengenang masa lalu tapi menjadi motor penggerak masa depan." ***
PENETAPAN Hari Santri Nasional menuai pro-kontra di kalangan organisasi Islam di Indonesia. Nahdlatul Ulama --bersama belasan organisasi lainnya seperti Ikadi, Syarikat Islam, Matlaul Anwar, Perti-menyatakan dukungannya terhadap Hari Sanri Nasional. Sedangkan Muhammadiyah menyatakan pemerintah tidak perlu menetapkan tanggal tertentu untuk mengenang perjuangan para santri. "Muhammadiyah secara resmi berkeberatan dengan Hari Santri," kata Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir kepada Republika. Menurut Haedar, Muhammadiyah tidak ingin umat Islam makin terkotak-kotak dalam kategorisasi santri dan nonsantri.
Penetapan hari santri akan memberikan kesan eksklusivitas di tubuh umat dan bangsa. "Untuk apa membuat seremonial umat yang justru membuat kita terbelah," ujarnya sembari menambahkan hari yang dipilih sangat eksklusif dan milik salah satu kelompok Islam. Ketua Umum PB Nahdlatul Ulama Said Aqil Siradj menyindir Muhammadiyah yang keberatan dengan adanya Hari Santri Nasional. "Soal ada yang belum menerima (Hari Santri) ya biarkan saja, kita jalan terus, enggak patek'en," kata Said Aqil di Tugu Proklamasi Jakarta, Kamis (22/10), seperti dilansir cnnindonesia.com. Menurut Said Aqil Siradj, Hari Santri Nasional merupakan cara pemerintah
mengakui dan mengapresiasi Revolusi Jihad yang diserukan KH Hasyim Asy'ari. Sebelum pecah perlawanan 10 November di Surabaya --belakangan dikenal sebagai Hari Pahlawan, banyak santri yang datang ke KH Hasyim Asy'ari untuk meminta pendapat. Setelah adanya Revolusi Jihad pada 22 Oktober 1945, ribuan santri terjun ke medan perang melawan serangan sekutu di Surabaya pada 10 November, yang oleh Aqil disebut menelan korban 20 ribu santri. Said Aqil berharap para santri bisa meneruskan dan memperbarui semangat jihad yang telah dilakukan para leluhur mereka sebelumnya. Sekarang, santri harus berjihad melalui jihad intelektual, ekonomi, budaya, politik, dan pendidikan. []
Diskusi PubliK SAMBUT HARI SANTRI Kanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh menyambut deklarasi Hari Santri Nasional 22 Oktober dengan mengadakan syukuran dan diskusi publik di Aula Kanwil Kemenag, Kamis, bekerjasama dengan organisasi induk santri di Aceh, Rabithah Thaliban Aceh (RTA) Kegiatan diskusi publik dengan tema “Peran dan Kontribusi Santri Dayah Aceh, dari Dahulu Sampai Era Modern” ini menghadirkan pembicara Dr H. Syamsul Rijal, M.Ag (Wakil Rektor III UIN ArRaniry), Asnawi Kumar, S.Ag (Kepala Litbang Harian Serambi Indonesia) dan Tgk Imran Abu Bakar (Ketua Rabithah Thaliban Aceh) serta dimoderatori oleh Irfan Siddiq. Hadir dalam diskusi publik ini ratusan santri dayah modern dan tradisional dari seputar Banda Aceh dan Aceh Besar, seperti Dayah Mahyal Ulum Al-Aziziyah, Dayah Inshafuddin, Dayah Madani Al-Aziziyah, Dayah Markaz Ishlah alAziziyah, Dayah Raudhatul Qur’an, Dayah Daruzzahidin, Dayah Darul Ihsan Tgk. H. Hasan Kruengkalee dan sebagainya. Selain itu, juga dihadiri oleh mahasiswa Unsyiah dan UIN Ar-Raniry. Sekjen HUDA, Tgk H. Bulqaini Tanjongan dalam sambutannya mengupas panjang lebar sejarah gerakan santri di Aceh, khususnya momentum kelahiran Rabithah Thaliban Aceh di masa konflik di mana ia termasuk pendirinya. “Ke depan, tantangan yang dihadapi para santri sangat komplek. Oleh sebab itu para snatri Aceh harus mampu menjawab tantangan ini. Para santri Aceh harus mampu menguasai bahasa Inggris dan bahasa Arab sebagai kebutuhan
Santunan - IV/2015
T Zulkhairi
mendasar untuk terlibat dalam pergulatan dunia modern,“ ujar Tgk Bulqaini yang merupakan Rais ‘Amm pertama RTA ini. Sementara Kabid PD Pontren, H. Abrar Zym, S.Ag mengupas tugas besar santri dalam membangun peradaban Islam. “Lewat penetapan Hari Santri ini, kita berharap santri semakin eksis berkiprah dalam membangun peradaban Islam. Kita berharap ini menjadi momentum bagi santri, yaitu terlibat aktif dalam mencegah kejahatan seksual terhadap anak yang dewasa ini kian meresahkan. Kita juga berharap peran santri secara maksimal dalam memberantas narkoba. Karena sesungguhnya ini merupakan tantangan besar yang dihadapi umat Islam dewasa ini disamping berbagai tantangan lainnya,”
ujar Abrar Zym. Asnawi Kumar juga menyampaikan harapan serupa agar para santri senantiasa mampu mewarnai lingkungannya dengan nilai-nilai Islam. “Saya pernah naik bus yang dibawa oleh santri dan yang bukan santri, bus yang dibawa oleh santri para santri akan berhenti saat waktu shalat tiba. Ini contoh kiprah positif dari para santri dalam memberi warna,“ ujar Asnawi. Asnawi yang juga redaktur Opini Harian Serambi Indonesia juga mengatakan kekagumannya pada santri Aceh dewasa ini yang sudah mampu menulis di berbagai media. Bahkan katanya lagi, banyak tokoh di level nasional yang berasal dari kalangan santri.*** 43
TAFSIR
Bukan Jatah Kita (Kajian Qs. An-Nisa’: 32)
S
atu hal yang harus kita sadari bahwa Allah swt telah men’jatah’kan nikmat-Nya kepada hamba sesuai dengan kadar dan porsi kebutuhan masing-masing. Jatah ini merupakan ketetapan yang menjadi hak preogratif Allah swt. Allah Maha Tahu kebutuhan hamba meskipun manusia sangat besar keinginannya di luar kebutuhan. Andaikata Allah memberikan satu lembah emas, manusia mesti masih berkeinginan lembah lainnya. Demikianlah kelobaan dan ketamakan manusia. Karena itu, porsi nikmat yang diberikan kepada hamba saat ini merupakan yang terbaik menurut Allah. Manusia tidak perlu merasa dengki terhadap nikmat yang dilimpahkan kepada orang lain. kedengkian itu hanya menambah deretan kesengsaraan. Dengki itu secara sederhana adanya keinginan berpindah nikmat orang lain kepadanya atau hilang dari orang yang didengkinya itu. Muncul rasa dengki itu akibat tidak rela terhadap pemberian Allah kepada sesamanya. Kedengkian itu dapat ‘memakan’ kebaikan pelakunya bagaikan api memakan kayu bakar. Posisi manusia dalam menghadapi nikmat Allah swt dideskripsikan dalam Qs. an-Nisa’/4: 32: Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi Para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu. Ayat di atas menggunakan lafaz la tatamannaw yang secara harfiah bermakna “janganlah kamu berangan-angan”. “Angan-angan” didefinisikan sebagai kenginan terhadap suatu nikmat yang menurut sunnatullah tidak mungkin tergapai. Kenikmatan tersebut menurut ar-Razi dapat dibagi tiga yaitu kenikmatan ruhani (as-sa’adah an-nafsaniyyah), kenikmatan jasmani (assa’adah al-badaniyyah) dan kenikmatan eksternal (as-sa’adah al-kharijiyyah). Kenikmatan ruhani mencakup: kecerdasan dan intuisi, dan pengetahuan. Kenikmatan jasmani termasuk kesehatan, kesegaran, kemampuan beraktifitas
44
Fauzi Saleh Dosen Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Ar-Raniry Banda Aceh
dan seterusnya. Sedangkan kenikmatan eksternal berupa keindahan , dan umur panjang dan seterusnya. Terhadap nikmat ini semua, umat Islam dilarang untuk berangan memperoleh apa yang menjadi jatah orang lain. Angan yang dilarang Allah dalam konteks ini adalah (1) tama’ (loba) terhadap anugerah yang ada pada orang lain (2) hasud (dengki) terhadap kebahagiaan yang diamanahkan Allah kepada sebagian manusia baik berupa harta, kedudukan, keilmuan dan seterusnya. Angan seperti ini mengantarkan manusia kepada kesengsaraan jiwa, kebobrokan moral dan kehancuran agama. Kata Sayyid Tantawi, angan ini seolah tidak rela terhadap ‘jatah’ yang Allah berikan kepada sesama manusia padahal Allah Maha Tahu terhadap hal ihwal manusia itu sendiri. Alasan kenapa angan itu dilarang berbasis pada alasan-alasan sebagai berikut: Pertama, jatah yang diberikan Allah itu relevan dengan hikmah, tadbir (bimbingan) dan ilmu-Nya terhadap kemaslahatan hamba. Allah swt memberikan luas dan sempit rezeki tidak lepas dari kemaslahatan hamba itu sendiri sebagaimana firman-Nya: “Andaikata Allah melapangkan rezeki kepada hamba-hamba-Nya, sungguh mereka akan berbuat melampau batas di atas muka bumi”. Kedua, nikmat itu diberikan sesuai dengan usaha dan kerja masing-masing sebagaimana terungkap dalam frasa ayat berikutnya. Dalam potongan tersebut, Allah swt memberikan bagian kepada kaum laki-laki dan perempuan yang berusaha. Larangan berangan-angan dalam ayat ini sesuai dengan asbabun nuzul. Asbabun nuzul ayat ini terkait adanya keinginan satu pihak untuk memperoleh kenikmatan yang menjadi hak pihak lain. Mujahid mengatakan Ummu Salamah berkata: Ya Rasulullah, kaum lelaki ikut berperang sedangkan (kami tidak), mereka mendapatkan warisan dua kali lebih banyak, maka turunlah ayat ini. Jatah yang telah ditetapkan itu sebenarnya sangat adil bagi diri manusia, hanya saja manusia tidak memahami keadilan dan hikmah dibaliknya. Bila perempuan mendapatkan warisan setengah dibandingkan laki-laki, maka itu tidak dipahami sebagai bentuk ketidakadilan. Perempuan itu
nantinya akan mendapatkan bagian yang dari suami, ayah dan saudaranya. Di antaranya tanggungjawab laki-laki adalah memberikan porsi harta dan waktunya untuk kaum perempuan baik dalam posisi sebagai isteri, ibu maupun saudari perempuan. Dipenghujung ayat ini ada sebuah penekanan bahwa manusia tidak etis menentukan permintaannya, tetapi memohon kepada Allah agar diberikan karunia yang terbaik untuk hambaNya. Hal itu karena hamba tidak mengetahui mana maslahah dan mafsadah. Dalam sebuah hadits disebutkan sebagai berikut: Abu an-Nu’aim dan Ibn Mardawaih meriwayatkan dari Ibn ‘Abbas, ia berkata: Rasulullah saw bersabda: mohon kepada Allah karunia-Nya, karena Allah untuk diminta. Sesungguhnya hamba yang paling dicintai Allah adalah orang yang mencintai kemudahan. Sebagai ibrah, kita masih mengenang bagaimana taatnya seorang Qarun. Ia seorang miskin yang ringan tangan. Pengabdian kepada masyarakat menjadi bagian kehidupannya dengan modal tenaga yang dimilikinya. Dengan keikhlasan dan kekuatan ibadah kepada Allah swt, Nabi Musa as berdoa agar Qarun diberikan kekayaan agar memudahkan dalam beribadah. Qarun memulai dengan dagang sederhana hingga Allah tambahkan harta benda sehingga dalam waktu yang relatif singkat ia menjadi orang yang kaya raya. Rupanya kekayaan bagi Qarun menjadi awal kemalangannya. Nabi Musa as mengirim utusan untuk meminta zakat kepada Qarun. Utusan itu ditolak Qarun hingga Musa sendiri yang memintanya. Qarun malah mencaci Nabi Musa as dan menuduh hendak mengambil hartanya. Walhasil, Allah swt memberikan bencana gempa bumi yang sangat dahsyat. Qarun dengan segala hartanya ditelan bumi. Di penghujung masa ini, manusia hanya memperhatikan bagaimana mengumpulkan harta banyak dengan berbagai cara dan kalau perlu merampas jatah orang lain. Kondisi seperti ini menjadi melazimi kehidupaan ketika kiamat hendak tiba tanpa mempedulikan rezeki yang didapatkan itu berkah atau tidak. Rasulullah saw mendeskripsikan hal ini dalam sebuah hadits yang
Santunan - IV/2015
diriwayatkan al-Bukhari dalam shahihnya dari Abu Hurairah ra, ia berkata: Nabi saw bersabda: kiamat itu tidak akan terjadi hingga ilmu itu dicabut, banyaknya gempa bumi, waktu semakin singkat, fitnahfitnah bermunculan, pembunuhan semakin banyak hingga di antara kalian banyak mendapatkan harta dan melimpah. Meraih keberkahan itu menurut Yahya ibn Musa al-Zahrani dengan cara di antaranya adalah pertama: fondasi takwa kepada Allah swt sebagaimana digambarkan dalam Qs. al-A’raf: 96, Jikalau Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, Maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. Takwa dalam konteks ini menurut Ali ibn Thalib dapat dipahami sebagai: Takwa itu beramal sesuai ajaran wahyu, takut kepada al-Jalil (Allah swt), ridha kepada yang sedikit dan bersiap untuk hari kemudian.
Di penghujung masa ini, manusia hanya memperhatikan bagaimana mengumpulkan harta banyak dengan berbagai cara dan kalau perlu merampas jatah orang lain. Kondisi seperti ini menjadi melazimi kehidupan ketika kiamat hendak tiba tanpa mempedulikan rezeki yang didapatkan itu berkah atau tidak.
Fondasi manusia yang bertakwa kepada Allah swt menjadi pilar penting dalam menggapai keberkahan, tanpa ada ketakwaan maka akan muncul penipuan, kedhaliman dan kemaksiatan yang tidak pernah reda. Kedua, membaca Al-Qur’an. Ketiga, jujur dalam perdagangan. Keempat, jujur dalam perkongsian. Kelima, menjauhkan dari kefasikan (berbuat dosa besar yang diharamkan Allah swt). Keenam, mengamalkan nilai-nilai keislaman dengan tulus dan ikhlas. Ketujuh, bergegas di awal pagi melaksanakan berbagai kegiatan. kedelapan, melaksanakan shalat istikharah (shalat dalam menentukan pilihan). Kesembilan, menyertai doa dalam setiap derap langkah. Kesepuluh, bertawakkal kepada Allah. Kesebelas, berbuat baik kepada orang tua dan bersilaturahmi. Keduabelas, makan sahur bagi yang berpuasa. Ketigabelas, memanfaat dunia untuk menggapai akhirat. Semoga apa yang dijatahkan kepada menjadi rezeki yang berkah dan dapat mengantarkan kita kepada kebahagiaan duniawi dan ukhrawi. Amin.*** 45
LINTAS KEMENAG
Tingkatkan Akuntabilitas, Pangkas Habis Korupsi kemenag.go.id
Inspektorat Jenderal Kementerian Agama menyelenggarakan Kegiatan Gelar Pengawasan yang diikuti sekitar 500 peserta. Mereka terdiri dari para pejabat eselon II Kemenag Pusat, Para Rektor, Ketua PTAIN, para Kakanwil Kemenag se Indonesia, serta para auditor pengawas internal kementerian yang bermotto Ikhlas Beramal. Di hadapan mereka, Menag Lukman meminta agar seluruh aparatur bergerak bersama dalam meningkatkan kinerja, akuntabilitas publik, dan memberantas korupsi. “Dimulai dari unsur pimpinan hingga ke bawah sampai pada yang laing dasar, kita harus meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, meningkatkan akuntabilitas kinerja dan memangkas habis korupsi,” tegas Menag saat memberikan sambutan pembukaan, Bekasi, Selasa (11/11) malam. Ke depan, Menag meminta kementerian yang dipimpinnya semakin tertib. Hal itu, lanjut Menag, salah satunya ditandai dengan semakin berkurangnya laporan pengaduan 46
masyarakat atas penyimpangan di Kemenag dan semakin lengkapnya regulasi dalam bentuk pengaturan pada berbagai program kegiatan yang diselenggarakan. Menag berharap kegiatan Gelar Pengawasan ini dapat dijadikan forum dan momentum untuk menyatukan pandangan antar-satker terhadap berbagai persoalan dalam mewujudkan Kementerian Agama yang berintegritas dan bebas dari perbuatan korupsi. “Kinerja kita akan lebih berkualitas dan berakuntabilitas apabila semua kegiatan yang kita lakukan, dipertanggungjawabkan dengan benar dan didanai sesuai alokasi yang direncanakan,” terangnya. Akan hal ini, Menag mengapresiasi kinerja Inspektorat Jenderal yang telah mendorong perubahan di beberapa satker dengan adanya langkah-langkah pencegahan gratifikasi pada pencatatan nikah dan pelayanan KUA. Termasuk juga dalam penyelenggaraan Ibadah Haji dengan kualitas pelayanan prima. Itjen juga telah menjadi
penggerak integritas dalam melaksanakan zona integritas menuju wilayah bebas korupsi dan wilayah bersih melayani. Apresiasi juga disampaikan Menag dalam kerja Itjen melakukan pemantauan dana pendidikan, review dana tunjangan profesi guru, bantuan fisik madrasah dan pesantren, serta kegiatan kepengawasan lainnya. “Semua ini tidak lain hanyalah untuk mewujudkan integritas dan akuntabilitas demi Kemenag yang lebih baik,” puji Menag. Dari proses perubahan dan perbaikan kinerja yang telah berjalan, Menag berharap, keluarga besar Kemenag mampu menjadi teladan dan panutan dalam berkehidupan, baik dalam ucapan maupun perbuatan. Tema Kegiatan Gelar Pengawasan Tahun 2015 ini adalah Optimalisasi Peran Pengawasan dan Penguatan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Agama. Pembukaan kegiatan ini secara resmi ditandai dengan pemukulan gong lima kali oleh Menag. (G-penk/mkd/mkd)
Program Indonesia Pintar Harus Final Desember Aceh dan Kankemenag Aceh Jaya, saat Drs HM Daud Pakeh menjabat Kasubbag TU Kandepag dan Kakankemenag itu. “Dalam rapat haji nasional awal 2013, bahkan diputuskan bahwa penyetoran BPIH melalui bank syariah, termasuk BSM,” lanjut Kakanwil. Dia menambahkan sebenarnya MoU dengan BSM telah ada sebelum kami menjadi Kakanwil, bersama Kakanwil sebelumnya. Kami telah memperpanjang nota. Moga ke depan Bidang lain juga secara teknis jajaki MoU itu,” harapnya. Sementara Branch Manager BSM Banda Aceh Ismul Fakhri Lubis, sampaikan apresiasi atas MoU itu. “Ke depan kami berharap diberi peluang kerjasama yang lebih besar. Moga lebih besar dari provinsi lainnya, karena Aceh ini bersyariat Islam,” harap Ismul, sebelum penandatanganan dan penyerahterimaan MoU saksikan penyerahterimaan MoU
antara Bidang PD Pontren – BSM, yang dilakukan Kasi Pendidikan Al-Quran, Khalid SH dan Manajer, yang juga disaksikan Kabid PD Pontren H Abrar Zym SAg. Sementara Kasi Sistem Informasi PD Pontren Mukhlis SAg sampaikan dalam acara yang juga hadir jajaran/pejabat BSM Banda Aceh dan jajaran/Kasi Bidang PD Pontren, bahwa, “Jumlah penerima manfaat tahap I ialah 5.094 santri. Dengan rinciannya Kategori I 143 sejumlah Rp 450 ribu per santri. Kategori II sebanyak 1496 sejumlah Rp 750 ribu per santri. Dan kategori III dengan jumlah Rp 1 juta per santri, untuk 3.455 santri,” jelasnya. Dasar MoU Program Indonesia Pintar (PIP) kali ini ialah Kep Dirjen Pendis No 4802 2015. Juga surat dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), yang salah satu harapanny akhir 2015 usai semua, amin.[yakub] Muhammad Yakub
Kakanwil Kemenag Aceh Drs HM Daud Pakeh ajak jajarannya di Kanwil dan Kankemenag finalisasikan data, selesaikan segala teknis penyaluran sesuai aturan yang ada, guna percepatan penyaluran dana untuk sasaran penerima manfaat. Jelang penyaluran Program Indonesia Pintar (PIP), yang dimediasi Bidang Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren (PD Pontren) Kanwil Kemenag, juga oleh Bidang/Seksi Pendis/Pakis di Kankemenag itu, memang pendataan telah disiapkan. Kakanwil dan Kasi Sistem Informasi di Bidang PD Pontren ajak ‘santri’ yang disalurkan dana, agar dapat keterusan aktifkan rekeningnya. Apalagi rekening tetap hidup dengan minimal saldo akhir Rp 1.000. Memang untuk awalnya perlu buka rekening, dan gunakan ‘administrasi bank’. “Ini program khusus Presiden. Juga dengan Bantuan Operasional Sekolah/ BOS berupa BSM itu. Jadi jika ini lamban, maka Menag yang ditanyai Presiden, dan jika kelambanan ada di Kanwil, maka Kakanwil yang ditanyainya,” sambung Kakanwil di ruang rapat, depan ruang kerja Kakanwil, lantai 2 gedung baru. BSM ialah Bantuan Siswa Miskin, program pemerintah. Memorandum of Understanding (MoU) atau nota kesepahaman antara Bidang PD Pontren Kanwil Kemenag Aceh dan Bank Syariah Mandiri, sebenarnya telah lama dijalin jajaran Kanwil, misalnya dalam hal penyaluran dana BOS di Bidang Pendidikan Madrasah (Penmad). Juga dengan Bidang PHU di Kanwil/Kankemenag. Kakanwil Kemenag Aceh, bahkan secara khusus jelaskan hubungan Kandepag Banda
Seminar Internasional, Arah Pengembangan Keilmuan Salah satu kegiatan ilmiah dalam rangka Milad ke 52 Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Banda Aceh, digelar Seminar Internasional tentang arah pengembangan keilmuan UIN Ar-Raniry dengan tema “The Future of Scientific Development Islamic State University (UIN) Ar-Raniry”. Wakil Rektor bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama Dr. H. Syamsul Rijal Sys, M.Ag dalam sambutannya saat membuka seminar, Selasa (27/10/2015) di Auditorium Ali Hasjmy mengatakan, seminar internasional ini merupakan bagian dari serangkaian kegiatan dalam rangka milad 52 UIN ArRaniry. “Dalam rangka milad ke 52 UIN ArRaniry, diselenggarakan berbagai kegiatan ilmiah, bagaimana sesungguhnya kewibawaan ilmu dalam konteks universitas
Santunan - IV/2015
islam negeri ini,” ujarnya. Hal yang kecil misalnya, kata Syamsul Rijal, ketika lembaga ini (UIN Ar-Raniry) diberikan kepercayaan dari institut menjadi universitas, akan terjadi paradigma-paradigma baru yang menuntut semua kompetensi untuk lebih responstif memberikan kontribusi, sehingga kehadiran universitas ini benar-benar dirasakan oleh berbagai pihak. Oleh karenanya sebut Syamsul, kehadiran beberapa fakultas baru ini sangat signifikan untuk memberikan respons perubahan dalam pengembangan akademik di UIN ArRaniry. Dia menambahkan, Peserta seminar internasional ini dikhususkan kapada para guru besar, dekan-dekan, waikil dekan, ketua dan sekretaris program studi (prodi) yang ada di Lingkungan UIN Ar-Raniry, kepada
mereka yang diberikan amanah untuk memimpin Kampus ini. Ketua Panitia, Zia Faizurrahmani el Faridy, ST, M.Sc menyebutkan, pemateri yang menyampaikan makalah pada seminar tersebut antara lain, Prof. Dr. Abdul Malek Abdul Rahman dari University Sains Malaysia, dengan judul materi “Sustainable Development Technology in the Islamic Perspective”. Pada sesi ke dua tampil Prof. Mustanir Yahya, M.Sc, Dekan Fakultas Sains dan teknologi UIN Ar-Raniry, materi yang disampaikan tentang Pengembangan Inovasi Riset Sains dan Teknologi, yang terakhir Prof. Dr. Syafruddin Ilyas, M.Biomed dari Universitas Sumatera Utara, materinya berkaitan dengan Strategi Pengaruh Food Security dalam Perspektif Islam.[nat] 47
RESENSI
Antara Subuh dan Jam Penerbangan Anda Tentang Penulis Raghib Al-Sirjani lahir pada tahun 1964, di Provinsi Gharbiyyah, Mesir. Ia lulus dari Fakultas Kedokteran Universitas Kairo dengan predikat Summa Cumlaude tahun 1988. Kemudian meraih Master di Universitas yang sama tahun 1992. Raghib menempuh program doctoral di Mesir dan AS di bidang Spesialis Bedah Ginjal. Disertasi doktoralnya terkait Operasi Urologi dan Ginjal ditulis dibawah bimbingan gabungan antara kedokteran Mesir dan Amerika yang diselesaikannya dengan istimewa pada tahun 1998. Di sela-sela kesibukannya Raghib menyelesaikan program Tahfizh al-Quran pada tahun 1991. Selama kurun waktu 20 tahun terakhir, Raghib banyak mengkaji sejarah dan peninggalan Islam serta berkunjung ke berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia pada tahun 2014. Professor Raghib memiliki banyak sumbangsih di bidang dakwah dan ilmiah, diantaranya mendirikan Markaz AlHadharah Al-Islami lid Dirasatit Tarikhiyah (Islamic Civilization Centre for Historical Studies) di Kairo. Dr. Raghib telah menulis banyak buku dan penelitian di bidang sejarah dan pemikiran keislaman, di antaranya: Sejarah Perang Salib, Antara Sejarah dan Realita, Sejarah Ilmu Kedokteran dalam Peradaban Islam, Palestina dan Kewajiban Umat Islam, Ilmu dan Membangun Umat, Sejarah Tatar dari Awal hingga Ain Jalut, Anda dan Palestina, Siapa yang Membeli Surga?, Kita Bukan di Zaman Abrahah, Misteri di Balik Shalat Subuh, Bagaimana Anda Menghafal Al-Quran?, Umat yang Tidak Akan Pernah Mati, Jika Kalian Tidak Menolongnya?, dan masih banyak yang lainnya yang diterjemahkan ke berbagai Bahasa. 48
Judul Buku Misteri Shalat Subuh Judul Asli Kaifa Nuhaafidzu ‘ala Shalaatil Fajri Penulis Dr. Raghib As-Sirjani Penerjemah Ahmad Munaji, Lc Penerbit AQWAM, Solo Cetakan XXIII, Maret 2007 Tebal 151 halaman
Ulasan Buku Buku ini dibuka dengan sebuah hentakan batiniah dengan mengutip hadits dari Ubay bin Ka’ab; “Sesungguhnya dua shalat ini (Shubuh dan Isya’) adalah shalat yang berat bagi orang munafik. Sesungguhnya apabila mereka mengetahui apa yang ada dalam shalat Subuh dan Isya’, maka mereka akan mendatanginya, sekalipun dengan merangkak.” Pandangan penulis, shalat subuh adalah ujian terberat untuk membedakan antara yang mukmin dan munafik, antara yang jujur dan yang dusta. Begitu mudahnya lidah mengatakan kalimat “Islam” namun alangkah sulitnya menancapkan “iman” dalam hati manusia. Allah SWT senantiasa memberikan beberapa ujian untuk menguji iman seorang hamba. Karakteristik ujian tentu saja sulit untuk menentukan siapa yang akan menang pada akhirnya. Namun ujian bukan sesuatu yang mustahil, tapi akan terasa sangat berat bagi orang-orang yang munafik. Buku ini secara umum dapat dikatakan sebagai panduan/tips untuk menjalankan shalat subuh dengan mudah. Jadi uraiannya ditulis secara sistematis agar pembaca benar-benar memahami pentingnya, batasan-batasan waktunya dan langkahlangkah yang mampu mendorong sesorang untuk mulai melaksanakan shalat subuh secara berjamaah. Pada bagian kedua, Penulis membahas tentang batas waktu shalat subuh. Shalat subuh memang shalat wajib yang paling sedikit jumlah rakaatnya, namun ia menjadi standar keimanan seseorang dan ujian terhadap kejujuran, karena waktunya sangat sempit. Masih ada diantara kita yang dengan bangga mengucapkan “Saya tadi bangun jam 07.00 pagi, dan yang
Subuh adalah ketika kaum Nabi Luth dihancurkan. Ketika kaum ‘Ad Nabi Hud dikirimkan kepada mereka angin yang sangat panas yang menghancurkan mereka dan hanya menyisakan bekasbekas tempat tinggal mereka.
pertama saya lakukan adalah wudhu’ dan shalat subuh.” Subhanallah! Waktu shalat subuh tidak berlaku hitungan waktu hingga datangnya waktu shalat yang selanjutnya (sampai dhuhur). Waktunya hanya sebentar, dari terbit fajar sampai matahari terbit. Terbatas, sempit dan sulit. Disitulah letak ujiannya. Buku ini memuat dalil-dalil al-Quran dan hadits yang dipadukan dengan konteks kekinian seperti ketika menceritakan pengalamannya melihat orang-orang Yahudi di Amerika mempunyai kebiasaan bangun pagi –bersamaan waktu subuh, hanya untuk mengajak anjing peliharaan mereka menghirup udara segar sambil berjalan kaki, setelah seharian anjingnya terkurung. Di waktu yang lain Penulis mendapat undangan untuk menghadiri seminar kedokteran yang diselenggarakan pukul 06.00 pagi. Setelah shalat subuh sekira pukul 06.15 waktu setempat ia dengan santai menuju tempat seminar yang diyakininya masih sepi. Seminar di pagi buta adalah sebuah lelucon, pikirnya. Ia kaget ketika sampai di sana aulanya sudah penuh sesak. Ada sekitar tiga ribu orang di sana. Dan ia sendiri mendapatkan kursi di deretan belakang. Ini tidak lazim, kemudian mendorong otaknya berpikir, bagaimana mereka mengatur hidupnya sehingga untuk pertemuan seperti itu yang sifatnya pilihan (opsional), bukan kewajiban, di pagi buta tapi mereka hadir dengan sempurna? Mengapa umat Islam tidak bisa mengatur hidupnya untuk melaksanakan subuh yang jelas-jelas kewajiban dan meninggalkannya juga diancam dengan siksa? Jika saja Subuh ditamsilkan sebagai jadwal penerbangan, semacet apapun jalan yang anda lalui, sepagi apapun anda
Santunan - IV/2015
mendapat seat penerbangan, separah apapun sisa pekerjaan anda yang belum selesai, anda akan meninggalkannya untuk memenuhi jadwal tiketnya. Atau di tangan anda ada sebuah tiket perjalanan kereta api yang singgah hanya beberapa saat di sebuah stasiun, anda dan semua orang pasti tidak akan mau ketinggalan. Ketika anda mempunyai tempat kerja yang jauh, anda akan bangun secepat-cepatnya, sepagipaginya untuk mengejar jadwal masuk, atau anda akan di pecat. Jika sekali waktu subuh adalah sejuta rupiah dan ada orang kaya yang bersedia bersedekah setiap subuh, apakah anda akan terlambat untuk mendapatkan 365 juta rupiah dalam satu tahun? Apakah anda senang membawa 365 juta rupiah saat anda dikuburkan atau lebih utama membawa 365 shalat subuh? Pada bagian ketiga, Penulis mengajak kita untuk menakar nilai shalat subuh dengan mengutip hadits yang diriwayatkan oleh Muslim, bahwa dua rakaat fajar (Shalat Sunnah sebelum subuh) lebih baik dari dunia dan seisinya. Itu masih Sunnah fajar, belum shalat subuhnya. Sungguh shalat subuh itu tidak berbatas pahalanya. Orang yang shalat subuh secara berjamaah selain mendapatkan 27 derajat pahala, juga diberikan kepadanya kebaikan yang banyak dan dihapuskan kejelekannya serta ditinggikan derajat kedudukannya. Belum lagi para Malaikat yang berdoa atas kebaikannya. Pahala shalat subuh sebanding pahala shalat malam yang dilakukan satu malam penuh. Shalat subuh merupakan sumber dari segala sumber cahaya di hari kiamat, ketika matahari telah digulung dan bintangbintang berjatuhan. Keutamaannya yang paling utama, orang yang menjaga shalat
Boy Abdaz
subuhnya akan melihat Allah SWT di surga. Di bagian terakhir buku kecil ini penulis menawarkan tips mudah menjalankan shalat subuh. Ikhlas merupakan bagian terpenting dalam membantu seseorang untuk bangun melaksanakan shalat subuh. Dan tentu saja harus dibangun dengan tekad yang kuat dengan mengesampingkan kondisi orangorang yang meninggalkan shalat subuh. Menghindari dosa dan berdoa karena siapa yang membangunkanmu untuk shalat subuh? Cara tidur juga bagian terpenting dari tips ini. Rasulullah saw selalu berwudhu sebelum tidur dan tidur dengan menghadap ke kanan. Dan tentu saja membaca doa sebelum tidur. Hindari kekenyangan dan mengingat keutamaan waktu fajar. Carilah kawan yang baik dan ajak orang lain untuk melakukan shalat subuh. Pengatur waktu sangat berlimpah di zaman teknologi modern, weker, bel pintu sampai handphone dapat digunakan untuk membantu anda terbangun. Sebuah pesan yang sering kita dengar juga dikutip dalam buku ini, bahwa seorang penguasa Yahudi mengatakan mereka tidak takut dengan orang islam kecuali satu hal, di mana ketika jumlah jamaah shalat subuh mencapat jumlah jamaah shalat jumat. Subuh adalah ketika kaum Nabi Luth dihancurkan. Ketika kaum ‘Ad Nabi Hud dikirimkan kepada mereka angin yang sangat panas yang menghancurkan mereka dan hanya menyisakan bekas-bekas tempat tinggal mereka. Semoga Allah memberi kita HidayahNya. Karena Ia tidak akan kekurangan sesuatu apapun jika kita tidak melakukan shalat sekalipun.*** 49
LENSA
ď ° Jemaah Haji Aceh Kloter 1 Embarkasi Aceh, Minggu (18/10) mendarat di Bandara Internasional Sultan Iskandar Muda, Banda Aceh. [Khairul Umami]
ď ľ Anggota DPD asal Aceh, Sudirman ikut menjemput jemaah haji Kloter 1 yang baru saja tiba di tanah air. [Khairul Umami]
50
ď ° Salah seorang jemaah haji Kloter 1 yang baru tiba, Minggu (18/10) melakukan sujud syukur di apron Bandara SIM. [Khairul Umami] ď ´ Petugas membagikan dokumen perjalanan haji kepada jemaah yang baru tiba dari tanah suci ketika penyambutan jemaah di Asrama Haji. [Khairul Umami]
Santunan - IV/2015
51
LENSA Rangkaian kunjungan kerja Menteri Agama Lukman Hakim Saefuddin, di Aceh, Senin 26 Oktober 2015. Mengisi acara Muzakarah Masalah Keagamaan di Majelis Permusyawaratan Ulama Aceh. [Khairul Umami] Di ruang VIP Bandara Sultan Iskandar Muda ketika baru mendarat dari Jakarta. [Khairul Umami] Tiba di Singkil bersama Gubernur dan Kakanwil Kemenag Provinsi Aceh. [Muhammad Yakub]
Bertemu para tokoh dan pemuka agama di Singkil. [Muhammad Yakub]
52
Santunan - IV/2015
53
LENSA
ď ° Kakanwil Kemenag Aceh Drs HM Daud Pakeh lantik Pengurus Wilayah Forum Komunikasi Diniyah Takmiliyah (FKDT) Aceh 2014-2019, Selasa (17/11) di aula Kanwil. [Muhammad Yakub]
ď ´ Kasubbag Informasi dan Humas Kanwil Kemenag Provinsi Aceh, Akhyar menjelaskan kondisi majalah, website dan jaringan Kanwil Aceh pada studi komparatif ke Kanwil Banten, Rabu (4/11) lalu. [Khairul Umami]
54
ď ° Kakanwil Kemenag Aceh Drs HM Daud Pakeh foto bersama Saiful Husen dari Aceh Tamiang sebelum berangkat mengikuti Porsadin Nasional, 22-23 November di Banten. Saiful Husen meraih Juara I Pidato Bahasa Indonesia pada even tersebut. [Muhammad Yakub] ď ´ Focus Group DIscussion yang digelar Forum Kerukunan Umat Beragama Aceh, Rabu (11/11) menyikapi kasus kerusuhan Singkil bulan sebelumnya. [Muhammad Yakub]
Santunan - IV/2015
55
CATATAN
Ahsan Khairuna
Jak Beut R
esmi sudah, setiap tanggal 22 Oktober menjadi Hari Santri Nasional. Presiden Jokowi sendiri yang mendeklarasikan tanggal dan bulan tersebut menjadi peringatan Hari Santri Nasional. Tampak begitu istimewa, penetapan yang dilakukan di Masjid Istiqlal Jakarta disaksikan ribuan santri dari berbagai daerah, para alim ulama, dan beberapa pimpinan pondok pesantren dari berbagai daerah. Ya, hari itu merupakan keberhasilan dari sebuah penantian yang panjang. Jokowi sempat mengenang jasa para santri terdahulu yang ikut memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Menurut orang nomor satu di Indonesia itu, alasan tersebut yang menjadi dasar pemerintah menetapkan 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional. Menurutnya sejarah mencatat, para santri telah mewakafkan hidupnya untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia dan mewujudkan citacita kemerdekaan. Para santri juga mempunyai caranya masing-masing bergabung dengan seluruh elemen bangsa yang lain untuk melawan penjajah, menyusun kekuatan di daerah-daerah terpencil, mengatur strategi, dan mengajarkan kesadaran tentang arti kemerdekaan. RI 1 itu juga menyebut alasan lain menjadikan 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional, diantaranya adalah adanya beberapa tokoh ulama dan santri yang menjadi pejuang kemerdekaan, seperti pendiri Nahdlatul Ulama KH Hasyim As’yari, pendiri Muhammadiyah KH Ahmmad Dahlan, pendiri Persatuan Islam atau Persis A Hassan, pendiri AlIrsyad Ahmad Soorhati, dan pendiri Matlaul Anwar yakni Abdul Rahman.
Bale Beut Berbicara Hari Santri, pikiran saya jadi mundur sekitar dua puluh lima tahun lalu. Di sebuah balai pengajian sederhana pada sebuah dusun di kawasan Banda Aceh. Diberi nama Dayah Babul Jannah, terletak di dusun Pande Meuh Desa Ceurih Ulee Kareng. Bale beut yang dalam bahasa Indonesia diartikan balai pengajian adalah tempat berkumpulnya anak-anak kecil, remaja dan orang dewasa untuk
56
menghabiskan waktu dari sore sampai malam hari untuk mengaji. Pengajian yang dulu dipimpin almarhum Tgk. Hasan itu mendidik masyarakat sekitar untuk mendalami ilmu agama. Saat ini, beberapa anak dan menantunya yang melanjutkan perjuangan suci itu. Balai pengajian ini tentunya berbeda dengan pondok pesantren modern atau tradisional lain yang menginapkan santri-santrinya bertahun-tahun sampai mereka memperoleh Ijazah sebagai tanda kelulusan. Bale beut ini hanya mendidik anak-anak di lingkungan sekitar mulai pukul 18.00 sampai 22.00 Wib. Namun, terkadang ada juga anak-anak yang menginap disana saat pengajian tersebut membuat acara tambahan seperti like mauloed atau dalail khairat. Saat menuju ke pengajian, kebanyakan anak laki-laki mengikat kain sarung di pinggang mereka. Setelah mengambil wudhu baru sarung dipakai. Berbeda dengan anak perempuan, mereka sudah mengenakan mukenah saat keluar dari pintu rumah. Tidak ada keran air disana. Hanya dua petak bak air berukuran sekita 2 x 3 meter yang tersedia untuk mensucikan diri sebelum melaksanakan shalat maghrib berjamaah. Itu pun satu bak untuk lakilaki dan satu untuk perempuan. Menariknya, Bale beut juga sering mengadakan makan bersama (meuramin) hasil dari ripe (mengumpulkan uang bersama) dari para santri. Hal itu dilakukan jika ada beberapa kegiatan khusus seperti Maulid, Isra’ Mi’raj dan hari-hari besar islam lainnya. Biasanya menu yang di santap kari kambing atau sapi (kuah beulangong). Menu tambahan lain bisa berupa air timun atau air papaya, dalm bahasa Aceh biasa disebut ie boh timon atau ie boh peutek. Untuk acara-acara kecil seperti saat dalail khairat, menu ringan yang dimasak bersama adalah bubur kacang hijau atau masak bebek. Tujuannya hanya satu, mengikat rasa kesetiakawanan dan persatuan antar anak-anak di balai pengajian itu. Uniknya dari pengajian itu adalah, anak baru yang masuk ke balai pengajian tersebut disarankan membawa bu leukat kuneng (ketan kuning) yang akan disantap bersama-sama dengan anak-anak lain. Sebuah kebiasaan agar membuat anak baru dengan anak lama jadi lebih akrab.
Bagi anak yang mampu, Bu leukat kuneng juga disarankan untuk dibawa saat si anak naik peringkat dari mahir membaca Juzz Amma ke Al-qur’an besar. Anak-anak diajarkan dengan metode tradisional. Untuk mengenal huruf Hijaiyah, anak-anak disuguhkan metode menghafal dengan bahasa Aceh. Metode itu pula yang membuat anak pengajian bisa membaca Al-qur’an dengan benar. Aleh ateuh bareh a Aleh yub bareh i Aleh kuwing bareh u A, i, u Begitu seterusnya sampai seluruh huruf Hijaiyah bisa dikenal dengan baik oleh peserta didik di balai pengajian itu. Anak-anak biasanya dibagi dalam beberapa kelompok, sesuai tingkat kemampuan mereka mengaji. “Qur’an rayeuk ngon Qur’an ubet meupisah,” kata tengku saat itu. Lalu anak-anak bergegas mencari tempat mereka masing-masing. Yang tak pernah luput dari ingatan, saat rotan yang sudah dibelah menjadi beberapa bagian mendarat ke punggung saya dan beberapa teman. Itu pelajaran bagi kami yang jahil dan sudah diingatkan beberapa kali tapi tetap tidak memperdulikannya. Biasanya rotan mendarat sebanyak tiga kali. Terkadang bentuknya seperti huruf Z. “Lage (seperti) Zorro,” kata teman saya tertawa saat itu. Ya, Zorro merupakan tokoh fiksi dari cerita serial bikinan Johnston McCully, yang dimuat majalah All-Story Weekly pada tahun 1919. Yang kemudian dibuat novelnya dengan judul The Mark of Zorro. Tokoh fiksi itu biasanya meninggalkan bekas sayatan pedangnya dalam bentuk huruf Z. Pukulan rotan itu tidak pernah kami anggap sebagai pelanggaran HAM, apalagi menggemborgemborkan kejadian itu ke media. Kami sadar, tengku melakukan itu untuk mendidik saya dan teman-teman yang sedikit keras kepala. Malah, bila kami melaporkan kejadian itu kepada orang tua, maka ayah atau ibu akan menambah beberapa cubitan lagi di kulit perut. Dalam seminggu, biasanya malam Jum’at adalah waktu yang paling ditunggu-tunggu. Malam itu
Santunan - IV/2015
bagaikan malam refreshing bagi anak-anak. Pada malam Jum’at, anak-anak biasanya diajarkan cara melakukan shalat yang benar, menghafal rukunrukun, menghafal nama-nama nabi sampai belajar dalail khairat. Gaya penghafalan yang menarik dan sederhana membuat hafalan itu masih melekat di memori saya sampai saat ini. Misalnya: Rukoen Islam na limong perkara Phone-phoen mengucap dua boh kalimat syahadat Kedua ta seumbahnyang siuroe simalam limong wate Keu lhe ta puasa, ni bak sithoen sibuluen nibak buleun ramadhan Keu peut ta boeh zakeut, meunyoe na troek nisab Keu limong ta ek haji, so na beuri nyang kuasa Atau seperti saat menghafal rukun Iman: Rukoen Iman na nam perkara Phone-phoen beu tapateh Allah Kedua beu tapateh malaikat Keu lhe beu tapateh segala kitab Keu peut beu tapateh segala rasul Keu limong beu tapateh uroe kiamat Keu enam beu tapateh untoeng get dan untoeng brok Bak po Allah Nyang po milek seureuta kuasa Get ta pubut get Geu balah Broek ta pubut Geu balah lam nuraka Untoeng get iman dan taat Untoeng brok kufur dan maksiet Bagi saya, saat-saat itu adalah hal yang paling menyenangkan. Dimana masa kanak-kanak belajar dengan cara sederhana dan selalu berusaha untuk merekam pesan-pesan tengku bagaimana seharusnya mengarungi hidup dengan iman dan taqwa. Saya begitu yakin, kejadian diatas adalah sebuah hal yang biasa dan sering kita rasakan beberapa puluh tahun lalu. Sekarang? Entahlah. Selamat Hari Santri Nasional.***
57