Majalah Santunan

Page 1

Disambut Bak Anak Pulang Kampung Majalah

Edisi 01, Februari 2012 M/Rabiulawal 1433 H

Semarak HAB ke-66

Rp. 9.500,-

ISSN 0216-0790


KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMA PROVINSI ACEH DAN SELURUH JAJARANNYA Mengucapkan

SELAMAT DAN SUKSES atas Pelantikan

Ir. H. Tarmizi A. Karim, M. Sc sebagai Pj Gubernur Aceh

oleh Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi, SH, MM pada Rabu 8 Februari 2012 di Gedung Sasana Bhakti Praja Kementerian Dalam Negeri, Jakarta

Semoga Selalu Mendapat Petunjuk dari Allah Swt. dalam Menjalankan Tugasnya serta terima kasih atas pengabdiannya selama ini kepada

Irwandi Yusuf dan Muhammad Nazar Gubernur dan Wakil Gubernur Aceh Periode 2007-2012 Kepala,

Drs. H. Ibnu Sa’dan, M.Pd


SALAM

Bukan Sekadar Minta Maaf  Juniazi

Pembaca yang budiman. Biasanya kami menyapa pembaca setiap bulan. Namun sebelum edisi ini, kami tidak terbit sebagaimana biasanya. Sulit menjelaskan kepada sidang pembaca, kenapa Majalah Santunan edisi Januari 2012 tidak terbit. Setelah dipikir-pikir dan ditimbang-timbang, persoalannya, tidak hanya sebatas ucapan dan kata maaf kepada pembaca, namun kiranya lebih dari itu. Jujur saja. Ada perasaan khawatir, takut terjebak dengan kata maaf, yang kemudian menjadi pembenaran dengan apa yang semestinya tidak perlu terjadi. Pengalaman menjelaskan, kata maaf sering dengan mudah disalahgunakan. Seakan-akan semua kesalahan, termasuk kesalahan yang sengaja dilakukan sekalipun, urusannya selesai, jika sudah disusul dengan kata maaf. Maaf sudah menjadi idiom kehidupan modern dan memiliki posisi formal yang kemudian dilegalkan oleh hukum. Seorang pimpinan dapat saja memaafkan seseorang yang mestinya diberi hukuman. Sementara pada saat yang sama, seseorang dipersalahkan dan dihukum karena mencuri sepotong roti, karena ingin menyambung hidup. Di situ, kata maaf seakan tidak berguna bagi seorang yang miskin dan melarat. Tidak terbitnya majalah Santunan edisi Januari, tidak ada hubungannya dengan kocok ulang tahapan Pilkada di Aceh. Bukan pula karena gonjang-ganjing Raker RKAKL (Rencana Kerja Anggaran Kementerian dan Lembaga) yang diminta Kakanwil untuk di-reschedule-kan. Tidak juga berkait dengan kehadiran Pj. Gubernur Aceh H. Tarmizi A. Karim yang menggantikan Irwandi Yusuf dan Muhammad Nazar. Tidak terbitnya majalah Santunan tidak ada korelasinya dengan isu reshufle sejumlah pejabat di Kanwil. Semuanya ‘mandiri’ berdiri sendiri-diri, alias tidak berhubungan satu dengan yang lain. Benar, seperti diutarakan Pak Kabag TU, selaku Ketua Dewan Pengarah, mestinya Majalah Santunan bisa terbit edisi Januari. Soal batas waktu SK pengelola yang sudah habis, itu bukan kendala. Namun, fakta yang terjadi sebetulnya, tidak hanya pada urusan regulasi karena SK manajemen majalah ini telah berakhir. Lebih dari itu, ada sejumlah persoalan teknis yang menggumpal dan mengganjal, sehingga redaksi berketetapan hati, edisi Januari tidak kita hadirkan. Di antara teman-teman di redaksi bergumam, “kenapa mesti dipaksakan terbit, jika itu masalahnya.” Tulisan ini bukan bagian dari bentuk upaya mencari kambing hitam, gerakan propaganda, black campaign atau semacam usaha untuk membenarkan yang salah. Jujur saja, ini bagian dari proses pematangan dan pendewasaan, untuk menghadirkan sesuatu yang terbaik kepada pembaca, selaku mitra kerja dan relasi terbaik kami. Pengalaman menunjukkan bahwa, mengelola pener­bitan

ternyata sulit. Menghadirkan sebuah karya yang baik susah. Menyajikan sesuatu yang dicari, dibaca, disukai, ditunggu kehadirannya, jauh lebih sulit. Seperti diutarakan Kakanwil, kehadiran majalah ini harus memberi arti yang seluas-luasnya. Kehadirannya tidak hanya sebatas gagah-gagahan, bukan hanya sebatas image building dan etalase lembaga Kementerian Agama Aceh saja. Dan tidak hanya menjadi pekerjaan sambilan atau sampingan temanteman di redaksi—di luar tugas pokok keseharian di Kanwil. Lebih dari itu, keberadaan majalah Santunan harus bermakna dan eksis. Upaya penguatan personil baru yang membantu majalah, ternyata membutuhkan ‘waktu’ dan ‘ruang’ tersendiri, walaupun tidak menghambat rutinitas ter­bitan. Kehadiran sejumlah teman-teman di jajaran redaksi yang sebelumnya pernah bekerja di media, seperti Muhammad Yakub Yahya, Muliadi Nurdin, Jabbar Sabil, dan Khairul Umami, memberi harapan baru bagi sustainable penerbitan majalah ini ke depan. Selain itu, ketidakhadiran kami juga karena ada proses pengalihan percetakan majalah. Mulai edisi ini, Majalah Santunan dicetak pada PT Aceh Media Grafika, Harian Serambi Indonesia. Semoga kerjasama dengan Harian Serambi Indonesia ini memberi sesuatu yang berarti kepada jajaran Kementerian Agama Aceh. Dedikasi, semangat dan kerja keras kami, tentunya harus mendapat dukungan dan partisipasi aktif pembaca sekalian. Sudah pasti, tanpa pembaca, kehadiran kami tidak akan berarti dan bermakna. Agar keberadaan kami tetap eksis, kami undang pembaca untuk ikut menulis dan berkontribusi dalam penerbitan majalah tercinta ini. Terbitan edisi kali ini, Pembaca dapat melihat dan sekaligus dapat memberi apresiasi tentang wajah, isi, konten, dan tampilan majalah. Selamat membaca.[]

Majalah Santunan Kantor Kementerian Agama Provinsi Aceh Pembina: Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh Dewan Pengarah: Kepala Bagian Tata Usaha dan para Kepala Bidang. Penanggungjawab: Kepala Subbagian Hukmas dan KUB Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi: Juniazi Sekretaris Redaksi: Khairuddin Aba Redaktur Pelaksana: Muhammad Yakub Yahya Redaktur: Mulyadi Nurdin; Ridwan Qari; Juhaimi; Taharuddin, Wiswadas; Azhar; Abdullah AR; Suri Arniansyah; Alfirdaus Putra; Mardin M. Nur. Pemimpin Usaha: Munawar Wakil Pemimpin Usaha: H. Saifuddin Keuangan: Darwin Sirkulasi/Marketing: Amwar Citra Hutabarat. Staf Sekretariat: Fadhlan Mursal; Saiful Mahdi; Hartati; Nurbaiti. Layout: Jabbar Sabil; Khairul Umami. Alamat Redaksi: Jl. Tgk. Abu Lam U No. 9 Banda Aceh E-mail: redaksisantunan@gmail.com Website: http://aceh.kemenag.go.id Hotline-SMS: 0852-7775-9339. Distribusi: 08126589203 (Amwar) Iklan: 08126935043 (Hartati). Santunan

Februari 2012

03


04

Santunan, Februari 2012

SURAT

Liputan Madrasah

Kreatifitas Siswa

Assalamu’alaikum wr wb. Terima kasih kapada Redaksi yang telah memuat surat kami ini. Kami ingin mengusulkan, boleh donk, sesekali madrasah-madrasah di Tangse diliput oleh pihak Redaksi? Karena informasi-informasi di Tangse tidak kalah menariknya dengan tempat yang lain di Aceh. Wassalam

Assalamu’alaikum ww Redaksi majalah yang terhormat, selama ini saya perhatikan ruang untuk karya siswa baru cerita pendek dan puisi saja, padahal ada yang mampu membuat karikatur, komik, bahkan opini, mohon diberikan kesempatan kepada kami untuk berekspresi lebih luas. Terima kasih kepada redaksi yang memuat surat saya ini.

Ida Rosyida, Muhammad Hanif, Hilda, dan Junianty Siswa/Siswi MAN Tangse 2011/2012 Redaksi: Insya Allah, mulai edisi Februari 2012, Santunan akan kembali menurunkan profil madrasah dan dayah, baik dalam rubrik khusus maupun rubrik lainnya seperti profil. Sementara, silakan kirim profil sekolah Anda, terima kasih.

Salam Wida Bireuen Redaksi: Isnya Allah dalam edisi mendatang akan kita pertimbangkan halaman khusus bagi kreatifitas siswa, tetap berkarya dan jangan cepat puas ya…

BIRO DAERAH MAJALAH SANTUNAN: Kota Banda Aceh Yusri, Said Mahfud, Aceh Barat Narjun Ikhsan, Merahwan, Simeulu Drs. H. Yusman, Iskandar, Aceh Barat Daya Zubaili, Fajrina, Nagan Raya Muhammad Juned, Taufiq, Aceh Tengah M. Ramli, SH, Hasanah, Gayo Lues Ibrahim, S.Ag, Munirullah, S.Sos.I, Pidie Drs. Ilyas Muhammad, Syuib, S.Ag, Kota Lhokseumawe T. Helmi, S.Sos, Umar Dani, Aceh Besar Nasrullah, Amirullah, Kota Sabang H. Khairuddin, S.Ag, Eriadi, ST, Aceh Jaya Taisir, S.TH, Rahmat, Aceh Selatan Drs. Bukhari Harun, Ainul Marziah, Aceh Tenggara Syaiful, S.HI, Razali, AcehTimur Jakfar, S.Sos.I, Hermansyah, AcehTamiang Muhammad Sofyan, Jumini, KotaLangsa M. Dahlan Ary, Apmilina Sari, AcehUtara Drs. Kasmidi, A. Hadi, Aceh Singkil Ghazali, S.Ag, Widiastuti, Bener Meriah Drs. H. Hamdani, Ambiya Yusri, Bireuen Ismuar, S.Ag, Mursyidah Kota Subulussalam Taufiqurrahman,S.Sos.I, Sunarto,SE.

Redaksi hanya memuat surat, email, atau sms yang menyertakan identitas yang jelas, dan disampaikan dalam bahasa yang sopan. Demikian untuk dimaklumi.


ISI

Majalah

Edisi 01, Februari 2012 M/Rabiulawal 1433 H

06 Semarak HAB ke-66 UTAMA

54

17

46

MADRASAH

KANWIL

Sukses Haji 2011

SOSOK

Berawal dari Iseng

Madrasah Berkarakter Islami

Enam puluh enam tahun sudah Kementerian Agama berkiprah di negeri yang kita cintai ini. Mulai dari mengurusi masalah haji sebagai salah satu hajat istimewa umat Islam Indonesia, Pendidikan Agama Islam, pembinaan rumah ibadah dan menjamin keberlangsungan kerukunan umat beragama.

22

32

52

PERISTIWA

OPINI

ISLAMIKA

12 Disambut Bak Anak Pulang Kampung

40

39

29

TAFSIR

BUDAYA

KONSULTASI KELUARGA

14

48

49

DAYAH

STYLE

SAINS

KHUSUS

Ta’aruf, Tafahum, Kearifan Lokal dalam Naskah Ta’awun, Aceh dan Takaful

Demi Jiwa

Penerus Tradisi Keilmuan

Dom Drien

Bahaya Merokok

UU Perkawinan Langgar Konstitusi

Damai atau Pisah?

Ada Apa dengan Petir? Santunan

Februari 2012

05


06

Santunan, Februari 2012

UTAMA

66 Tahun Mengabdi Enam puluh enam tahun sudah Kementerian Agama berkiprah di negeri yang kita cintai ini. Mulai dari mengurusi masalah haji sebagai salah satu hajat istimewa umat Islam Indonesia, Pendidikan Agama Islam, pembinaan rumah ibadah dan menjamin keberlangsungan kerukunan umat beragama. Kehadiran Kementerian Agama merupakan keniscayaan di negeri yang menjadikan Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai dasar negaranya, artinya, selain memenuhi kesejahteraan fisik dan intelektualitas anak bangsa, pembinaan mentalitas dan spiritualitas masyarakat juga merupakan tujuan utama dalam konstitusi, UUD 1945. Karenanya menjadi ironis ketika sebahagian kecil elemen di negeri ini menghendaki Kementerian Agama dibubarkan, dan membiarkan setiap warga negara menganut apapun ajaran dan keyakinannya masing-masing tampa campur tangan negara. Bisa dibayangkan kekacauan yang akan terjadi, terlebih dengan merasuknya berbagai paham liberal yang lahir bukan dari rahim ibu pertiwi. Masing-masing, dengan segenggam hak yang dimilikinya akan mengklaim diri menjadi nabi, merusak ajaran yang luhur dan sakral atau malah memproklamirkan diri sebagai tuhan-tuhan baru di negeri ini. Memang, Kementerian Agama juga tidak luput dari kekurangan, masih banyak pekerjaan rumah yang harus dibenahi terkait penyelenggaraan haji, pelayanan pendidikan, dan tentunya pemberdayaan tokoh-tokoh agama sebagai unjung tombak dalam membina umat dan masyarakat, khususnya menjamin bahwa kerukunan, toleransi, dan sopan santun tetap menjadi perekat di

antara masyarakat yang beragam suku, etnis, dan agama ini. Ini pula di antara harapan sebagian kita pada 2012. Kita berharap, semakin hari Kementerian Agama menjadi semakin baik, kerena tantangan yang dihadapi bangsa ini juga tentunya semakin hari semakin rumit. Bahwa seorang aparatur Kementerian Agama adalah teladan masyarakat dalam menjadikan agama sebagai semangat hidup dan kreatifitas dalam masyarakat hendaknya bukan cuma opini belaka, tapi dapat mewujud dalam pelayanan sehari-hari di kantor, dan juga dengan tetangga di kanan-kiri. Pembinaan aparatur dan pengkaderan merupakan opsi yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Ibarat manusia, dalam usianya yang ke 66 tahun ini, sudah selayaknya Kementerian Agama mempersiapkan generasi penerus yang tahan uji dan memiliki kompetensi dalam pembangunan negeri, bukan hanya sekedar berkutat pada anggaran, laporan dan berbagai macam form yang harus selalu diisi. Anak negeri menuntut adanya suatu tindakan nyata yang memberi arti, bukan sekedar slogan kosong dan ilusi. Kementerian Agama bukan partai ataupun kendaraan politik untuk mencapai kekuasaan dan materi. Kementerian Agama adalah ibarat ‘Ayah dan Ibu’ bagi masyarakat beragama di negeri ini.[]


Mukhtar, SH, MM Kepala Kanwil Direktorat Jenderal Pajak Provinsi Aceh

Drs. Ramlan Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Banda Aceh

Tgk. Teuku Zulkhairi, Ketua Departemen RPO Rabithah Thaliban Aceh (RTA)

Mahbub Fauzie, S.Ag Penyuluh Agama Islam Kantor Kemenag Kab. Aceh Tengah

Harus Bisa Dijadikan Contoh

Anggaran untuk Lembaga Pengajian

Fokus ke Pembinaan Syariat Islam

Wujudkan Balai Diklat di Aceh

Kementerian Agama Aceh, tanpa mendiskreditkan umat minoritas, sangat identik dengan Agama Islam. Jadi wajar saja bila sebagian besar masyarakat berharap Kementarian Agama menjadi motor utama penegakan syariat Islam di Provinsi Aceh. Pembinaan syariat Islam tersebut dapat dimulai dari dalam institusi Kemenag itu sendiri, misalnya dengan mem­ber­lakukan reward dan punishment yang adil kepada pegawainya, juga dengan meng­ adopsi sistem perbankan syariah dalam pendistribusian gaji pegawai dan transaksi-transaksi keuangan lainnya. Kita bangga dengan Kakanwil Kemenag Aceh yang baru, muda, energik dan visioner. Ba­ nyak sekali harapan dari segenap masyarakat, khususnya keluarga besar Kemenag untuk melihat Kementerian Agama yang Islami, bukan hanya karena namanya, tapi juga penerapan prinsip-prinsipnya dalam kinerja sehari-hari. Semoga saja visi Kakanwil ini bisa diterjemahkan dengan baik oleh para operator di bawahnya. [yakub/aba]

Balai Diklat sudah merupakan kebutuhan yang dharury bagi Kementerian Agama Provinsi Aceh. Dengan jumlah personalia 17.000 orang lebih, semsetinya sudah bisa menjadi pertimbangan pemerintah untuk meresmikan keberadaan Balai Diklat Keagamaan di Provinsi Aceh. Apalagi Menteri Pendayagunaan Apartur Negara dan Reformasi Birokrasi saat ini, Ir. H. Azwar Abubakar MM. adalah putra Aceh. Idealnya, setiap pegawai negeri sipil, baik yang fungsional maupun struktural mendapatkan pelatihan minimal tiga tahun sekali. itupun sebenarnya juga sudah lambat, mengingat perkembangan teknologi dan perubahan budaya masyarakat yang semakin komplek akhirakhir ini. Mudah-mudahan saja Balai Diklat Keagamaan Aceh dapat terealisasi pada Tahun 2012 ini, dan kami siap mendukung usaha-usaha Kakanwil dan penjabat terkait dalam upaya mewujudkannya di provinsi syariat Islam ini. [yakub/aba]

Pajak adalah nadi pembagunan. Anggaran pajak yang ‘dipotong’ dari penghasilan PNS misalnya, itu untuk modal kelangsungan pembangunan bangsa. Setiap yang ‘dikutip’ akan ‘dikembalikan’ ke daerah, juga tentunya ke Aceh, sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku. Kementerian Agama dalam usianya yang ke 66 tahun ini kita harapkan semakin matang, dan bisa mejadi role model bagi lembaga-lembaga lainnya, khususnya dalam mengembangkan cara kerja yang akuntabel dan transparan, serta sesuai dengan prinsip dan ajaran agama. Dengan 634 satker (satuan kerja) di bawahnya, tugas Kanwil Kemenag Aceh memang tidak mudah, khsusnya dalam merekapitulasi Laporan Keuangan dalam mengejar target WTP Tahun 2012 ini. Dibutuhkan sumberdaya manusia yang kompeten dalam jumlah yang memadai, serta perlu terus diupgrade sesuai dengan beban tugas yang semakin rumit dari hari ke hari. [yakub/aba]

Pendidikan adalah investasi terpenting untuk masa depan yang lebih baik. Kementerian Agama harus fokus pada upaya membina generasi muda, terutama aspek pendidikan agama sejak usia dini. Kemenag juga perlu mengindahkan peran lembaga informal dan nonformal, seperti Pondok Pesantren (Ponpes), Madrasah Diniah (Madin), dan Taman Pendidikan AlQur`an (TPQ/TPA), dengan melakukan pembinaan dan menganggarkan bantuan yang memadai. Hampir 80% tugas dan fungsi pelayanan Kemenag Kota Banda Aceh ada di sektor pendidikan. Itu berdasarkan indikator jumlah pegawai dan lembaga seperti madrasah, sehingga beban kerja di seksi pontren dan mapenda menjadi lebih besar. Pun demikian tidak berarti kita mengabaikan fungsi-fungsi lainnya seperti urusan nikah, haji, zakat, wakaf, penyuluhan, keuangan, administrasi, maupun kepegawaian. [yakub/aba]

Santunan

Februari 2012

07


HAB di Ibukota Provinsi

Sederhana Tapi Khidmat Peringatan HAB (Hari Amal Bhakti) Kementerian Agama RI ke 66 di Provinsi Aceh, dipusatkan di Aula Asrama Haji Banda Aceh. Meski acara tahunan itu sederhana, tapi tetap khikmat. Agenda awal tahun itu, diha­ diri para PNS dan karyawan dari tiga instansi Kementerian Agama, yaitu Kanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh, IAIN Ar-Raniry Banda Aceh, dan Kemenag Kota Banda Aceh. Selain itu turut pula diundang dan hadir seluruh Pimpinan SKP Aceh dan Kota Banda Aceh, Muspida Plus, pensiunan Kementerian Agama, dan 75 anak yatim piatu. Acara diawali dengan pembacaan Ayat Suci Alquran oleh Qari Internasional H. Hamli Yunus S.Ag. Dilanjutkan Selawat Badar dan Lagu Indonesia Raya bersama

Sanggar Seni Seulaweut IAIN Ar-Raniry. Amanat Menteri Agama yang semula dijadwalkan dibaca oleh Gubernur Aceh, ternyata diwakili oleh Asisten II Sekda Aceh, Ir. H. T. Said Mustafa, MM, berhubung Gubernur Irwandi Yusuf, Wagub Muhammad Nazar, dan Sekda Aceh Setia Budi berhalangan hadir. Semuanya pada saat yang sama sedang tugas dinas di luar kota. Acara dilanjutkan dengan penyerahan cinderamata, bingkisan, serta santunan kepada 75 yatim piatu di lingkungan madrasah dan kemenag dalam Kota Banda Aceh. Kepala Kanwil Kemenag Drs. H. Ibnu Sa’dan, M.Pd didampingi Rektor IAIN Ar-Raniry Prof. DR. Farid Wajdi Ibrahim, MA, secara simbolis menyerahkan bantuan itu.[]

Ekskul Warnai HAB di Pidie Madrasah bukan sekedar menyiapkan insan yang cakap intelektualitas, tetapi juga membentuk warga negara yang berbudi pekerti luhur, berakhlak mulia. Oleh karena itu proses pembelajaran dan pengajaran tidak bertumpu pada kegiatan kurikuler (intrakurikuler) saja, tetapi perlu diimbangi dengan kegiatan ekstrakurikuler (ekskul). “Di ‘luar kampus’, aktivitas para siswa MAN 1 Sigli misalnya bidang keagamaan, apresiasi seni budaya, PHBI, tadabbur dan tafakkur alam, pesantren kilat, khatam Alquran, kegiatan kepustakaan, kegiatan laboratorium dan penelitian, kunjungan/wisata studi, kepramukaan, palang merah remaja, kampanye anti narkoba, kegiatan olah raga, seminar-seminar, dan training kepemipinan. Sehingga siswa pun dituntut harus siap mengikuti dan menjadi sebuah kebutuhan sebagai bekal ilmu dan pengakaman dimasa mendatang. Harapannya, berprestasi MAN

08

Santunan

Februari 2012

1 Sigli ke depan siap bertanding dan ber­ saing pada PORSENI ke XIII mendatang, termasuk perlombaan pada tingkat kabupaten, provinsi, dan nasional,” harap Gusmarwan, S. Pd, Waka Kesiswaan MAN 1 Sigli, dalam sambutan HAB ke 66. Mengambil tema, “Melalui Kegiatan Ekskul, Kita Gali dan Tingkatkan SDM dan Kreativitas Siswa dan Guru dalam Menyambut HAB Kemenag ke 66,” MAN 1 Sigli ‘memusabaqahkan’ cerdas cermat, syarhil, kaligrafi, olah raga (sepak bola, volli, badminton, tenis meja, lempar lembing, lempatr cakram, tolak peluru), busana muslim/muslimah, lomba seni tari dan suara (ranub lempuan, rebana, saman, likok pulo, puisi), lomba kebersihan dan keindahan kelas (termasuk administrasi kelas), jalan santai, dan ajang bola volli siswa-guru, serta pengumuman ekskul 2012. [gusmarwan/ yakub]

Aneka Lomba di Bener Meriah Memeriahkan HAB 2012, Kemenag Kabupaten Bener Meriah, sejak 21 Desember, menggekar aneka perlombaan dan pentas seni. Di Komplek Kantor Kemenag, seluruh kepala madrasah, kepala KUA, guru, maupun siswa, dan karyawan unjuk kebolehan secara fair. Ketua Panitia Penyelenggara Perlombaan, Yanto, S.Pd menyampaikan, bahwa seluruh peserta itu telah diseleksi dari tiga wilayah. Wilayah 1 melingkupi Kecamatan Bandar, Permata, dan Syiah Utama; Wilayah 2 terdiri dari Kecamatan Bukit dan Wih Pesan; serta Wilayah 3 termasuk Kecamatan Timang Gajah dan Pintu Rime Gayo. “Inilah putraputra terbaik kita yang bertanding pada HAB ke 66 ini,” imbuh Yanto. Drs. H. Amrun Saleh, MA, Kakankemenag Bener Meriah, saat pembukaan menyampaikan, bahwa perlombaan olah raga yang dilaksanakan dalam rangka memeriahkan HAB ke 66 itu, di samping untuk di samping untuk meningkatkan prestasi olah raga dan seni di jajaran Kemenag Bener Meriah, sekaligus dapat menjadikan ajang dan sarana silaturrahmi bagi ofisial dan peserta. Jelas, juga ajang ini dapat mempererat ukhuwah di antara sesama. [tis/lan/yakub]


Puncak HAB, Bu Elli Jumpa Menteri

Abdya, HAB Sederhana

Saat semua keluarga besar Kankemenag kabupaten/kota di Aceh memeriahkan puncak HAB ke 66 pada pagi 3 Januari 2012 dengan aneka lomba dan aksi sosial, berbeda halnya dengan Dra. Elli Arianti, MP.d, Guru Biologi MAN 1 Banda Aceh. Peraih Juara 1 Lomba Kreatifitas Ilmiah Guru (LKIG) ke 19 tingkat nasional bidang MIPATEK, yang pernah dianugerahi sejumlah penghargaan pada peringatan Hardikda 2011 itu, khusus dihadirkan ke Jakarta untuk menerima penghargaan atas kiprahnya dari Menteri Agama RI, H. Suryadharma Ali, M.Si. Kepada banyak pihak dan lembaga, Pemerintah banyak memberi penghargaan dalam peringatan HAB. Untuk kategori

“Guru Inovatif”, Elli yang telah ‘meluncurkan’ temuannya dalam bidang biologi-fisika berupa mikroskop dari botol air mineral itu, bersama Drs. H. M. Ridwan (guru kimia MAN 9 Jakarta), menerima sejumlah apresiasi dari pemerintah atas pendidikan Islam khususnya madrasah pada 2011. Elli Arianti, Guru MAN Model Banda Aceh kelahiran Matang Geulumpang Dua Kabupaten Bireuen itu, di samping akan terus berinovasi dan tentunya mendapat apresiasi, patut juga menjadi sumber spirit para guru lainnya di Aceh yang kurang cepat dalam menyahuti tuntutan dunia pendidikan agama, misalnya dengan gigih menemukan ala-alat peraga dan alat bantu pembelajaran lainnya. [yakub]

Kankemenag Aceh Barat Daya (Abdya) menggelar upacara HAB ke 66 di lapangan MAN Blangpidie yang dihadiri oleh seluruh pegawai negeri, honorer serta para pensiunan dari jajaran Kankemenag. H. Syarbaini, SH, Kakankemenag Abdya membaca amanat Menag RI. Harapannya, agar semua jajaran Kemenag selalu memperbaiiki kinerja dalam memberi pelayanan kepada masyaraka yang lebih optimal (service exellent) baik di bidang pendidikan, pelayanan pencatat nikah, pelayanan haji dan lainnya. Selama ini banyak tudingan bahwa masih terjadi praktek korupsi dalam memberikan pelayan kepada masyarakat, untuk itu Menag menekankan dan mengahapkan kepada kita semua untuk menjalankan setiap tugas dengan rasa penunuh tanggung jawan sebagai abdi negara dan penuh dengan keikhlasan sesuai dengan moto Kemenag, Ikhlas Beramal. [syah/biro abdya/yyy]

Kemenag Aceh Timur Bagi Bibit Pohon Dalam rangka memperingati Hari Amal Bakti (HAB) ke-66 Tahun 2012, Kantor Kementerian Agama Kabupaten Aceh Timur menyelenggarakan serangkaian kegiatan, antara lain Aksi Seribu Pohon. Menyahuti Program Semilyar Pohon yang dicanangkan Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono, dalam kesempatan HAB ke-66 ini Kementerian Agama melalui Seksi Urais membagi-bagikan pohon gratis untuk ditanami di halaman KUA Kecamatan dan Kantor Besar Kemenag Aceh Timur yang baru di Idi Rayeuk. Penyerahan Pohon Pucuk Merah secara simbolis dilakukan oleh Bapak Kakankemenag, Drs. H. Faisal Hasan dan diterima oleh Kepala KUA Kecamatan Peureulak, Akli Zikrullah, S. Ag.

Menurut Kakankemenag Kab. Aceh Timur, pelaksanaan aksi penanaman pohon merupakan bentuk kepedulian terhadap kondisi lingkungan. Drs. H. Faisal Hasan berharap ke depan semua KUA di Aceh Timur akan tampak hijau dan indah di pandang mata. Di samping itu, menurut Kakankemenag: ”mulailah dari sekarang kita menanam satu dua pohon Insya Allah nantinya akan ada semilyar pohon yang manfaatnya akan dinikmati oleh anak-anak cucu kita di masa-masa yang akan datang”. Lebih lanjut, Beliau mengingatkan kegiatan seperti ini perlu diteruskan secara rutin di masa-masa yang akan datang. [muslim/aba] Santunan

Februari 2012

09


Kemenag Bireuen Donor Darah

Aneka Lomba di Subulussalam

Launching Website Jelang HAB

Jelang HAB ke 66, puluhan PNS di jajaran Kemenag Kabupaten Bireuen (Kamis, 29/12), mengikuti kegiatan donor darah di Aula Kankemenag. Dari donor darah tersebut, menghasilkan sebanyak 43 kantong darah. Selanjutnya darah tersebut disumbangkan ke Unit Transfusi Darah (UTD) RSUD Bireuen untuk dapat membantu meringankan masyarakat yang membutuhkan. Drs. H. Zulhelmi A. Rahman, M.Ag, Kakankemenag mengatakan, “Kegiatan donor darah yang dilakukan pihaknya ber­tu­ju­an untuk membantu masyarakat yang membutuhkan darah. Mendonorkan darah merupakan kegiatan yang mulia. Kami kira ini sangat membantu saudara-saudara kita yang memerlukan darah. Terima kasih kepada pegawai Kankemenag, Pegawai KUA, Kepala Madrasah, dan sejumlah guru atas sumbang­ an kali ini.” Tuah Rizkiyah, salah satu pegawai Kan­ kemenag menjelaskan, donor darah selain untuk membantu orang yang membutuhkan, juga berguna untuk kesehatan si pendonor. “Mengingat lebih banyak manfaatnya maka saya beranikan diri, rupanya tidak sakit”. Amatan Santunan, sebelum seseorang melakukan donor darah terlebih dahulu diperiksa kesehatannya oleh petugas meliputi tekanan darah serta menentukan golongan darah, selanjutnya pendonor dipersilahkan menuju tandu tempat pengambilan darah. Kegiatan donor darah tersebut terselenggara atas kerja sama Kemenag dan UTD RSUD, dan Dinas Kesehatan Bireuen.[najib/yakub]

Sebelum puncak HAB ke 66, Kemenag Kota Subulussalam mengadakan berbagai perlombaan antar satker, mulai pertandingan bola voli, tenis meja, cerdas cermat tingkat MIN, MTsN, MA, hingga lomba baca Asmaul Husna. Saat acara puncak, selain mengumumkan juara, juga memberikan penghargaan kepada pegawai purnabakti dan murid berprestasi. Puncak peringatan HAB di Kota Subulussalam dipusatkan di lapangan Beringin Kota Subulussalam. Acara dipimpin Walikota Subulussalam Merah Sakti, SH, sekaligus membaca amanat Menag RI. Di samping itu, Walikota juga berharap, mulai 2012 ini, Kemenag kota Subulussalam bisa melayani pendaftaran haji tersendiri tanpa tunduk lagi ke Kabupaten Aceh Singkil. Pada hari yang sama juga diadakan resepsi dan kresasi seni di Kantor Kemenag Kota Subulussalam. Acara itu turut dimeriahkan oleh ibu-ibu darma wanita dan siswa siswi madrasah. Mereka menampilkan kebolehan mereka, dari membaca Asmaul Husna, pidato, nasyid, tari-tarian, dan seni lainnya. Pymt. Kemenag Kota Subulussalam, Rislizarnas, S.Ag menyampaikan terima kasih kepada Pemko Subulussalam atas suksesnya HAB 2012 itu. Di hadapan Muspida dan Muspida Plus, serta tokoh masyarakat dan undangan, Rislizarnas meminta Pemko Subulussalam dan masyarakat, yang selama ini hubungan dengan Kemenag telah berjalan baik, akan terus dilanjutkan. [taufiqurrahman/sunarto/yakub]

Berbarengan dengan puncak peringatan HAB 3 Januari 2012, MTsN Model Meulaboh 1, meluncurkan website resmi yang beralamat di http://www.mtsnmodel-meulaboh.sch. id. Drs. Mufrodin selaku Kepala Madrasah mengatakan bahwa web ini berisi informasi tentang profil madrasah, kegiatan akademik, kegiatan kesiswaan, fasilitas yang tersedia dan lain-lain. Diluncurkannya web ini mendorong kita lebih kreatif mengelola informasi tentang perkembangan dan kemajuan pendidikan. Kehadiran website MTsN Model Meulaboh diharapkan menjadi tali silaturahmi dan komunikasi antara pihak madrasah dengan madrasah lain, instansi, parasiswa, alumni, dan orang tua. Mengingat alumni MTsN Model Meulaboh kini tersebar ke berbagai daerah di tanah air. Para alumni diharap dapat memberikan pemikiran, membesarkan MTsN Model lebih maju dan berkembang di masa yang akan datang. Keberhasilan dan kesuksesan para alumni menjadi contoh teladan dan dorongan para adik-adik yang masih belajar di MTsN Model Meulaboh, lebih giat belajar mempersiapkan diri menatap masa depan yang lebih baik dan sukses. “Sajian pada website ini diakui masih banyak kekurangan. Sebagian menu atau data masih dalam proses persiapan untuk di-upload. Kami sangat mengharap saran dan masukan kepada seluruh pengunjung agar tampilan dan sajian website ini lebih sempurna,” harap Mufrodin. [yakub/aba]

Dari Jalan Santai sampai Beasiswa Sementara itu, memeriahkan HAB Kemenag RI awal 2012, Kabupaten Aceh Barat menggelar aneka kegiatan yang dikemas dalam paket amal bakti yang terdiri dari pengiriman khatib ke seluruh masjid di Kabupaten Aceh Barat, beserta teks khutbah tentang kiprah dan dinamika Kemenag, Jumat 30 Desember 2011. Kegiatan lainnya adalah Jalan Santai yang menempuh rute beberapa jalan protokol di Meulaboh, yang diikuti seluruh jajaran Kemenag Aceh Barat pada Ahad, (1/1).

10

Santunan

Februari 2012

Pincak perningatan HAB 66 dipusatkan di MAN Meulaboh, dengan Inspektur Upacara Bupati Aceh Barat Ramli MS, sekaligus yang menyampaikan amanat Menag RI Suryadharma Ali. Dilanjutkan dengan pemberian santunan beasiswa untuk MI/MTS/MA se Aceh Barat yang berprestasi, pemberian santunan kepada purnabakti jajaran Kemenag Aceh Barat, dan penyaluran santunan ke Panti Asuhan Muhammadiyah dan Panti Suci Meulaboh. [ms/biro aceh barat/aba]


Baksos dan Donor Darah di Aceh Utara

Gotroy dan Khutbah HAB di Pijay

Baksos dan Turnamen di Aceh Besar

Di Lapangan Lhoksukon, peringatan HAB ke 66 jajaran Kemenag Kabupaten Aceh Utara diikuti oleh seluruh pegawai Kemenag dan juga undangan dari dinas, lembaga, dan instansi yang ada di wilayah Pemkab ‘kota gas’ itu. Inspektur Upacara, Pjs. Bupati Aceh Utara, Drs. H. M. Ali Basyah, MM, usai puncak acara, menyerahkan penghargaan atau bungong jaroe kepada Ismiati, Guru MIN Sumbok Aceh Utara (masa kerja 20 tahun 7 bulan), Jamaliah (mewakili alm. Abdullah Ramli, Staf Kemenag, masa kerja 29 tahun 6 bulan), dan H. Rusli Hasyim, S.Ag, Kepala MIN Keuda Amplah Nisam (masa kerja 38 tahun 6 bulan, atas darma bhaktinya kepada Kemenag, bangsa, dan umat, yang kini telah masuki masa purnabakti. “Jelang ‘milad’ HAB 2012, kita juga melakukan kegiatan donor darah. Alhamdulillah, hingga 54 kantong darah dapat disumbangkan berbagai pihak, kepada masyarakat yang membutuhkan, melalui PMI Aceh Utara, yang bekerja sama dengan PMI Aceh Utara, yang kini diketuai H. Ismed Nur Aj. Hasan, S.Sos,” jelas Cut Ratna Dewi, S.sos.I, selaku Seksi Dokumentasi dan Publikasi pada acara HAB. “Darah adalah penyelamat jiwa, donor darah perbuatan mulia, maka alangkah baik bila kita menyumbang darah kita untuk kemanusiaan. Hal ini yang menjadi semboyan dan niat awal kita untuk berbagi,” Kepala Kankemenag Aceh Utara Drs. H. Zulkifli Idris, M.Pd, mengapresiasikannya di sela-sela aksi pendonoran. Diiringi dengan bakti sosial di Masjid Mideun Syuhada Bayu (28/12/2011. Selain pembersihan halaman masjid, pengecatan, juga penyerahan dana sosial untuk perawatan masjid. Dan usai upacara HAB 3 Januari, Bupati Aceh Utara bersama dengan Kakankemenag melakukan kunjungan ke MIN Lhoksukon untuk bersilaturrahmi dengan dewan guru, diterima Kepala MIN, Drs. Hamdani A. Jalil. [cut/yakub]

Jumat (30 Desember 2011) momentum yang tepat untuk mengamanatkan problem dan harapan Kemenag, di usianya yang ke 66, kepada masyarakat lewat khutbah Jumat. Di Pidie Jaya (Pijay), selain gotroy (gotong rotong) pada Ahad (1/1/2012), di masjid dan sekolah, juga disampaian khutbah, bersama khatib di beberapa masjid, seputar kiprah Kemenag selama ini. “Mulai dari pencatatan nikah dan pembinaan kelurga sakinah, pendidikan, ibadah dan sosial, produk halal, zakat dan waqaf, hingga haji. Tidaklah berlebihan bila kita katakan bahwa Kemenag merupakan kementerian yang paling dekat di hati umat di negeri ini,” ulas Tgk. Sulaiman M. Thalib, Kepala KUA Kecamatan Trienggadeng, Pidie Jaya dalam satu khutbah di satu masjid kecamatan. “Oleh karena itu, Kemenag bukan hanya milik pemerintah semata, tetapi milik kita bersama. Keberhasilannya adalah keberhasilan kita bersama. Marilah secara bersama-sama kita perteguh komitmen membangun Kemenag yang kita cintai ini. Marilah kita komit menjaga dan mempertahankan wibawa dan gezah Kemenag,” ajak Tgk Sulaiman.” “Selanjutnya mari kita memperteguh komitmen kita dalam memperhatikan pendidikan agama bagi anak-anak kita sebagai generasi penerus masa depan. Mari kita antarkan anak-anak kita ke lembaga pendidikan keagamaan, seperti madrasah, pendidikan diniyah, majelis ta’lim dan pesantren/dayah. Salah satu program Kementerian Agama adalah Gerakan Maghrib (Gemar) Mengaji yang sebenarnya merupakan tradisi kita masyarakat Aceh yang telah berlangsung secara turun-temurun,” tutup khutbah pertama bersama Sulaiman, Magister Hukum Islam dari sebuah kampus ternama di Pulau Jawa itu. [yakub]

Puncak HAB Kemenag 2012 di Kabupaten Aceh Besar dipusatkan di lapangan bola kaki mini Lhoknga, Aceh Besar. “Lomba dan bakti sosial (baksos), gotong royong massal, seperti membersihkan rumah ibadah, serta kegiatan penghijauan yang dilaksanakan pada Sabtu (31/12/2011) di wilayah Lhoknga, mewarnai agenda tahunan, sebelum puncak peringatan HAB ke 66,” jelas Ketua Panitia, Nasrullah M. Radhi, S.Ag yang juga Kasubbag TU Kankemenag Aceh Besar. “Wakil Bupati Aceh Besar H. Anwar Hamad, SE, menjadi inspektur upacara, sekaligus membaca amanat Menag H. Suryadharma Ali. Upacara yang diikuti para karyawan, Kepala RA, MI, MTs, dan MA, serta dewan guru dalam lingkungan Kantor Kemenag Aceh Besar, kian memeriahkan lapangan di pinggir laut itu,” ujar H. Nasruddin Ibrahim, M.Ag, Kepala MAN Montasik. “Di samping kegiatan sosial, panitia juga mengadakan aneka lomba dan pertanding­ an olahraga antar Kepala Madrasah, KUA, Penyuluh, serta karyawan Kankemenag. Bola kaki yang digelar di lapangan Siron Kecamatan Ingin Jaya (24-26/12/2011), dijuarai pertama oleh kesebelasan Kankemenag, disusul tim Kepala MI, dan tim Penyuluh. Volly dan bulutangkis dilaksanakan di lapangan Madrasah Terpadu Tungkop (Kecamatan Darussalam) sejak 29-30 Desember 2011,” sambung Drs. Burhanuddin, Kepala MTsN Montasik Aceh Besar. “Tahun-tahun sebelumnya, upacara di­gelar di Indrapuri, yang relatif agak di tengah-tengah dalam peta Aceh Besar, tapi untuk kedekatan dengan rakyat di zona lainnya, tidak hanya di satu kawasan, maka kali ini digelar di bagian barat Aceh Besar, Loknga,” tutup Khairuddin Adnan, S.Pd.I, operator dan guru di MIN Bukit Baro Indrapuri, Aceh Besar. [burhanuddin/ yakub]

Santunan

Februari 2012

11


12

Santunan, Februari 2012

KHUSUS

Dari Kunjungan Kakanwil ke Aceh Tenggara

Disambut Bak Anak Pulang Kampung  Juniazi dan Khairuddin

Perjalanan darat dari Medan, Sumatera Utara menuju Kabupaten Aceh Tenggara, yang ditempuh sekitar tujuh jam, sedikit melelahkan. Namun, penat dan capek itu berubah, saat Kakanwil disambut bak “panglima’ yang baru pulang dari medan perang. Kakanwil disambut orang nomor satu Agara, H. Hasanuddin B, Sekda Agara, Kakankemenag dan sejumlah pejabat, persis di pintu mobil dinas Kakanwil. Beras dan padi ditabur, bukti kemuliaan sang tamu agung. Sepasang mudamudi maju untuk menggalungkan kain ulos, khas “bumi sepakat segenep”. Sejumlah pejabat daerah dan pejabat Kemenag Agara berbaris menyalami Kakanwil yang kala itu terlihat sedikit ‘risih’ dengan luar biasanya sambutan dan kemuliaan yang diterima. “Belum pernah tamu kami muliakan seperti ini,” ujar Bupati kala itu.


Awal Januari lalu, tanggal tiga dan empat, Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh, Drs. H. Ibnu Sa’dan, M.Pd, melakukan kunjungan kerja ke Kabupaten Aceh Tenggara, didampingi oleh Kasubbag Kepegawaian dan Ortala, H. Habib Badaruddin dan Kasubbab Hukmas dan KUB, Juniazi, M.Pd. Kakanwil langsung disilakan menuju pelaminan yang sudah disiapkan. Sang Petua Adat pun maju peusijuek Kakanwil, dilanjutkan oleh Bupati. Tidak lupa Ketua DPRK Agara, H. Muhammad Salim Fakri, ikut peusijuek Kakanwil yang memulai karir PNS di Aceh Tenggara. Hampir seribuan pasang mata tertuju pada orang nomor satu dijajaran Kemenag Aceh. Tak ketinggalan, Muspida dan Muspida Plus Agara. Selesai prosesi, acara dilanjutkan sam­ but­an Kakankemenag Agara, Drs. H. Jauhar, M.Pd. Secara khusus Kakankemenag menyampaikan terima kasih atas perhatian dan bantuan pemerintah setempat kepada jajaran Kemenag. Tiba giliran Bupati H. Hasanuddin B, atau sering dipanggil SANU tampil, semua mata tertuju dan terhipnotis dengan gaya bicaranya yang kocak dan ceplas-ceplos. Secara khusus Bupati mengucapkan terima kasih kepada jajaran Kemenag Agara yang telah membantu Pemda setempat dalam menyukseskan program Pemda di bidang sosial agama, dan menciptakan kerukunan umat beragama di daerah itu. Bupati Aceh Tenggara menilai kerjasama dengan Kemenag selama ini sudah berjalan sangat baik. Pada kesempatan itu Bupati menjelaskan bahwa Ibnu Sa’dan adalah putra daerah Aceh Tenggara yang telah berhasil menjadi Kakanwil. “Ini satu kemuliaan dan ke­ banggaan bagi kami masyarakat Aceh Tenggara,” ujar Bupati yang sambut aplaus dan teriakan “lanjutkan” oleh para undangan yang hadir. Sangking banyaknya yang hadir, kursi yang disiapkan di pendapa Bupati tidak cukup menampung massa. Sehingga sebagian besar terpaksa duduk di tanah beralaskan tikar. Ibnu Sa’dan, dalam sambutannya me­rasa terharu dan tersanjung dengan sambutan yang dinilainya sangat luar biasa kepadanya. Kakanwil menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada Bupati dan Pemda setempat yang sudah memberikan perhatian pada pembangunan bidang agama, pendidikan agama dan keagamaan di daerah itu. “Semoga ini dapat dilanjutkan,” ujar Kakanwil, yang diamini semua yang hadir. Pada kesempatan itu Bupati Agara menye­rahkan 13 unit kenderaan roda dua untuk operasional jajaran Kemenag setempat. 11 diantaranya akan digunakan sebagai kenderaan operasional Kepala KUA dan dua

digunakan untuk operasional Kankemenag setempat. Kantor Kemenag Baru Secara khusus, Kakanwil Kemenag Aceh, Drs. H. Ibnu Sa’dan menyampaikan bahwa tahun ini akan dibangun Gedung Kantor Baru bagi Kemenag Aceh Tenggara melalui APBN Tahun 2012, bersamaan dengan Kantor Kemenag Pemekaran Pidie Jaya. sedangkan untuk Kantor Kemenag Susbulussalam, insya Allah akan dilakukan pada tahun berikutnya. Dalam kesempatan kunjungannya kali ini, Kakanwil menyempatkan diri berdialog dengan para Ka. KUA se Aceh Tenggara di KUA Kecamtan Babussalam. Dalam kunjungan dinas ke Agara, Kakanwil juga ikut meninjau pembangunan Gedung Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) Kabupaten Aceh Tenggara dan memuji pesatnya perkembangan pembangunan di Aceh Tenggara beberapa tahun terakhir ini. Ibnu Sa`dan, pertama kali diangkat

menjadi CPNS pada 1993 - 1997, bertugas sebagai staf di KUA Lawe Sigala Kabupaten Aceh Tenggara. Saat ini, jumlah PNS dan honorer yang ada di lingkungan Kemenag Kab. Aceh Tenggara saat ini mencapai 2.000 orang, yang merupakan potensi yang sangat besar dalam pembangunan agama dan keagamaan di Aceh Tenggara. Selama ini, sudah banyak bantuan dan perhatian yang diberikan oleh Bupati dan Pemda Aceh Tenggara kepada keluarga besar Kementerian Agama. Antara lain adalah bantuan seragam Linmas, seragam dinas harian, seragam KORPRI, bahkan kendaraan dinas roda 4. Kunjungan Kakanwil di Aceh Tenggara pas saat masyarakat Agara sedang melaksanakan maulid. Juga sedang musim durian. Sehingga praktis, durian dan pulut menjadi menu utama hidangan jamuan. Sampai-sampai Pak Habib, Kasubbag Ortalapeg, menyerah, kekenyangan makan durian dengan lauk pulut dan ikan mas bakar khas Agara.[] Santunan

Februari 2012

13


14

Santunan, Februari 2012

DAYAH

Dayah Modern Darul Ulum

Penerus Tradisi Keilmuan Islam  Alfirdaus Putra

Dayah Modern Darul Ulum berdiri pada tanggal 1 Juni 1990 di atas areal seluas ±48.938 m2. Di bawah naungan Yayasan Pembangunan Umat Islam (YPUI), Darul Ulum didedikasikan sebagai lembaga penerus tradisi keilmuan Islam, itulah kenapa kata ‘dayah’ dipilih sebagai namanya. Dayah yang beralamat di jalan Syiah Kuala Nomor 5 Kelurahan Keuramat Kecamatan Kuta Alam Kota Banda Aceh ini bercitacita melahirkan generasi penerus Islam yang berakhlak mulia, berbadan sehat, berpengetahuan luas, dan berfikiran bebas dengan landasan iman dan taqwa. Drs. H. Razali Umar mengisahkan bahwa kelahiran dayah ini bermula dari keinginan

Departemen Agama (sekarang Kementerian Agama) hendak mendirikan Madrasah Aliyah Program Keagamaan (MAPK) di Provinsi Daerah Istimewa Aceh ketika itu. Tokoh ulama yang pernah mengeluarkan tafsir Al Qur’an berbahasa Aceh yaitu alm. Tgk H. Mahyudin Yusuf bersama dengan Alm. Drs. Tgk. H. M. Isa Ali dan beliau sendiri mendirikan dayah ini sebagai lembaga pendidikan berbasis pesantren seiring dengan berdirinya MAPK di Kota Banda Aceh, karena keinginan Dirjen Pendis hendaknya MAPK itu lahir di sekitar pesantren. Aktifitas pendidikan di dayah ini mulai dilaksanakan pada awal tahun ajaran 1990/1991 dengan bermodalkan 14 orang

santri tingkat tsanawiyah. Untuk asrama santri, ketika itu hanya berupa bangunan papan sederhana, untuk ruangan belajar masih menggunakan masjid layaknya zawiyah pada masa rasul dan ulama mutaqaddimin, para guru pun sangat terbatas pada beberapa orang saja sehingga tidak heran para santri me-laqab-kan meraka dengan gulee rampoe karena hampir semua pelajaran baik agama, eksakta, sosial, bahkan bahasa diajarkan hanya oleh beberapa orang saja. Kondisi ini terus bertahan hingga beberapa tahun lamanya hingga kemudian dengan penuh keiklasan beberapa rumah guru PGA diberikan kepada dayah untuk dialihfungsikan menjadi asrama santri. Pada


Tgk. Marwan Hasyem, S.H.I

Mari Mulai dengan Membina Akhlak Urgensi pendidikan menurut Pimpinan Dayah termuda sepanjang sejarah Darul ‘Ulum ini tidak terbatas pada kemampuan intelektual semata, melainkan harus mampu melahirkan masyarakat berakhlak mulia, para santri yang cerdas menurut Pria kelahiran Lamnga, 12 Juli 1979 ini adalah bermanfaat untuk masyarakat bukan sebaliknya menjadi petaka bagi masyarakat, maka sangat diharapkan keluaran Dayah ini dan lembaga pendidikan yang lainnya hendaknya menjadi solusi kebobrokan akhlak dan perilaku remaja sebagai generasi pembangunan yang akan datang. Tgk. Marwan Hasyem merupakan “ash-shabiqul awwalun” diantara para santri yang belajar di Dayah Darul Ulum, beliau merupakan alumni angkatan ketiga yang menempuh pendidikan di darul

tahun ajaran 1993/1994 dayah ini menerima santri putri seiring dengan dibukanya Madrasah Aliyah Darul Ulum sebagai lanjutan dari jenjang Tsanawiyah yang telah ada tepat milad ke-4 nya. Pada tahun 2000, Darul ‘Ulum juga menggabungkan SMP Islam yang sebelumnya juga merupakan lembaga pendidikan bebas di bawah yayasan menjadi sekolah berbasis dayah dengan santri yang juga ‘muqim’ di dayah. Setelah musibah tsnunami melanda Aceh di penghujung tahun 2004, Darul Ulum pun berbenah secara fisik. Bantuan Negara Jiran Malaysia dan Australia berupa pertokoan dan ruang kelas berlantai tiga serta asrama santri yang seluruhnya permanen menjadikan

rawa-rawa yang dahulu berada sebelah utara dayah hanya kenangan. “Meunyo teupat niet ngon kasad, laôt darat Tuhan peulara” mungkin inilah salah satu hadih maja Aceh yang cocok untuk menggambarkan keikhlasan niat para pendiri dayah ini, sehingga dalam perkembangannya dayah ini telah menjadi lembaga yang eksis berdiri memberi warna di dunia pendidikan Islam. Sampai tahun 2012 ini tidak kurang dari 750 santri menetap di dayah ini. “Setiap tahun panitia penerimaan santri baru terpaksa menolak 50% calon santri yang mengikuti ujian masuk karena kapasitas asrama terlalu kecil.” tutur Tgk. Marwan Hasyem, SHI., Pimpinan Dayah saat ini.

Ulum antara tahun 1992 hingga 1998, selanjutnya untuk mengembangkan keilmuannya beliau melanjutkan pendidikan di Fakultas Syari’ah IAIN Ar-Raniry Banda Aceh sembari mengabdi di dayah tercinta sebagai tenaga pengajar,”Pada tanggal 14 Februari 2009 diamanahkan menjadi pimpinan dayah.” terang beliau. Ketika disinggung tentang keinginan dan programnya pada dayah yang telah melahirkan 21 angkatan alumni ini, sambil tersenyum beliau menjelaskan bahwa yang akan dilaksanakan adalah meneruskan amanah para pendahulu yang telah mendirikan man membangun Darul Ulum. “Para perintis seperti, Alm. Tgk. H. Mahyuddin Yusuf, Alm. Tgk. Drs. H. M. Isa Ali, Tgk. Drs. Razali Umar, Tgk. Amir Khalis, M.Ag., Tgk. Drs.H. A. Majid Yahya, Ibnu Rusydi, S.Ag. sebagai para pimpinan dayah terdahulu telah mendirikan dan membesarkan dayah ini, tentunya tugas saya untuk menjaga amanah dan titipan mereka agar akhlak para santri dapat benar-benar seperti akhlak rasulullah.” Jelas beliau. [alfirdausputra]

Kurikulum di dayah ini memadukan format kurikulum pendidikan pada Kementerian Agama, Kementerian Pendidikan Nasional dengan kurikulum pendidikan Islam modern . Untuk tingkat “wustha” (MTs dan SMP), selain kurikulum nasional pihak pengasuh juga menerapkan kurikulum “plus” meliputi, pendidikan Alqur’an, pendidikan dasar-dasar keagamaan seperti Aqidah, Qiraatul Kutub serta Fiqh, pendidikan dwi bahasa arab dan inggris seperti ilmu nahwu dan saraf, insyak, mumarasah lughawiyah, reading serta grammer. Untuk tingkat “ulya’, selain kurikulum nasional, pihak pengasuh juga menerapkan kurikulum lanjutan dari materi Santunan

Februari 2012

15


yang telah dipelajari di tingkat wustha dengan berbagai pengembangan dan tambahan seperti, ilmu balaghah, tarjamah, tafsir wa ulumuhu, hadist wa ulumuhu, ushul fiqh, serta amaliah tadris (praktek mengajar) sehingga diharapkan keluaran dayah ini mampu memberi konstribusi positif bagi pendidikan islam. Selain dari pendidikan resmi, Darul Ulum juga menggalakkan kegiatan non-kurikuler meliputi retorika,

kelompok olah raga, sanggar seni, komputer, kepemimpinan, language club, hingga kepramukaan. Beberapa prestasi telah diukir oleh para santri baik di tingkat Kota Banda Aceh, Provinsi maupun Nasional, diantaranya para santri berhasil menjadikan darul ulum sebagai salah satu dari 3 dayah di Aceh yang memberikan konstribusi juara terbanyak untuk Provinsi Aceh di ajang Musabaqah Qiraatul Kutubit Turats (lomba membaca dan memahami kitab kuning) tingkat Nasional di Lombok, Nusa Tenggara Barat, dengan peserta Naila Karima pada Juara II debat bahasa inggris putri, Syarful Anami,

16

Santunan

Februari 2012

Zulkhairi, Khairaturrahmi sebagai juara harapan I Debat bahasa Arab Putra, Riski Shadiqin sebagai juara harapan II debat bahasa inggris putra, dan Rafidhah Hanum sebagai juara harapan III pada bidang ilmu nahwu. Selain dari pada itu terdapat pula T. Amirul Muttaqin, Afdhalia Sukma dan Fadhil Khairudi sebagai utusan provinsi Aceh pada acara Expo Madrasah Nasional di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Selatan. Kepramukaan santri di Darul Ulum pun selalu menyumbang utusan untuk mengikuti Jambore Nasional, Raimuna Nasional dan Pramuka Santri Nusantara pada setiap tahunnya.[]


KANWIL

Sukses Haji 2011 ď‚ž Abdullah AR

Jumat 3.40 wib. dini hari tanggal 02 Desember 2011, saat roda pesawat Boing 747-400 ER milik maskapai penerbangan PT Garuda Indonesia, pesawat pengangkut jamaah haji kloter terakhir Medan menyentuh landasan pacu Bandara Polonia Medan, maka dengan gegap gempita, diiringi pekikan Allahu Akbar, diliputi perasaan haru yang begitu mendalam kami menyambut kedatangan 58 orang jamaah haji terakhir Aceh yang sewaktu berangkat dan kembali bergabung dengan kloter 19 medan (MES). Sebelumnya sempat terbesit didalam benak kami bahwa akan ada banyak masalah dengan kedatangan jamaah haji pamungkas ini, terutama sekali disebabkan sisa jamaah ini adalah kumpulan jamaah uzur hasil tambahan quota tahun 2011, bayangkan diantara 58 jamaah tersebut hampir tidak ada yang usianya di bawah 50 tahun, lemah, sakit-sakitan dan tidak didampingi oleh keluarganya. Akan tetapi, subhanallah, ternyata dugaan kami meleset, jamaah haji yang harus menggunakan ambulance hanya tiga orang , sedangkan yang lain, turun pesawat dengan muka berseri-seri, bersemangat walaupun terkesan mereka sudah tidak tahan lagi ingin bertemu keluarganya Mereka selanjutnya diantar menuju Asrama Haji Debarkasi Medan, untuk pembagian paspor dan istirahat sejenak untuk kemudian dengan menggunakan pesawat garuda lainnya diterbangkan menuju Banda Aceh. Kedatangan mereka menunjukkan

berakhirnya operasional penyelenggaraan pemulangan Jamaah Haji untuk Embarkasi Banda Aceh tahun 1432 H/ 2011 M. Bayang-bayang kekhawatiran yang selama ini dirasakan oleh Panitia Penyelenggara Ibadah Haji, sejak dari penyelesaian dokumen jamaah yang begitu menyita energi, pelayanan akomodasi dan konsumsi dengan suasana kedatangan jamaah yang

jauh berbeda dengan tahun-tahun lalu, yaitu disamping kloternya “gemuk� menggunakan pesawat jenis Boing 747-400 dengan kapasitas 455 penumpang terutama kloter 8A dan kloter 13, masuk asrama haji juga bersamaan sebanyak tiga kloter, atau sekitar 1000 orang jamaah, padahal idealnya Asrama Haji hanya menampung sekitar 700 orang saja.

Tabel Jamaah Haji Meninggal 2011 M/1432 H No 1.

Kloter BTJ-002

Jamaah Wafat 1 orang, Aceh Besar

Keterangan Laki-laki, 56 Tahun, dimakamkan di Syara, Mekkah

2.

BTJ-007

2 orang, Aceh Barat Daya dan Aceh Tengah

Perempuan, 49 dan 63 tahun, dimakamkan di Syara, Mekkah

3.

BTJ-008A

1 orang, Lhokseumawe

Perempuan, 73 Tahun, dimakamkan di Syara, Mekkah

4.

BTJ-009

2 orang, Aceh Barat

Perempuan, 71 dan 74 tahun, dimakamkan di Syara, Mekkah

5.

BTJ-011

1 orang, Banda Aceh

Laki-laki, 83 tahun, dimakamkan di Syara, Mekkah

6.

BTJ-012

7.

BTJ-013

3 orang, Aceh Timur, Pidie Jaya dan Pidie 7 orang, Bener Meriah, Aceh Jaya, Aceh Besar dan Nagan Raya

Laki-laki, 81,82 dan 85 tahun, dimakamkan di Syara, Mekkah 4 laki-laki, 3 Perempuan, 57, 80, 81, 83, 84, 86 tahun 6 orang dimakamkan di Syara, Mekkah, 1 orang di Hawa, Jeddah Sumber : Data Siskohat Aceh, 7 Februari 2012 Santunan

Februari 2012

17


Begitu juga dengan banyaknya keluhan teman-teman petugas daerah akibat kebijakan pengaman asrama haji yang dinilai super ketat, tidak proporsional dan kurang memperhatikan kesakralan akan nilai-nilai pelayanan ibadah terhadap zuyufurrahman haruslah menjadi catatan khusus panitia didalam evalusi dan dalam rangka membangun sinergi untuk pelayanan haji tahun 2012 yang akan datang. Menyangkut jamaah wafat, maka dibandingkan dengan tahun lalu dengan jumlah jamaah wafat sebanyak tujuh orang, sedangkan tahun ini yang wafat di Arab Saudi mencapai tujuh belas orang, tentu saja dari segi jumlahnya bertambah. Akan tetapi jelas tidak adanya korelasi antara jumlah wafat dengan keseluruhan jamaah uzur, renta dan sakit-sakitan bila ditinjau dari segi prosentase jumlah jamaah resti yang secara medis sangat beresiko. Walhasil, segala proses perhelatan besar telah kita lalui dan semua indikator keberhasilan penyelenggaraan ibadah haji telah pula terpenuhi. Tentu di dalam pelaksanaan tidak tertutup kemungkinan ada banyak cupa, karena itu serapan berbagai informasi di dalam evaluasi layaklah menjadi formula. Harapan kita tentu saja semua yang pergi dan kembali menjadi hamba yang mulia.[]

Tabel Waiting List Haji 2012 M / 1433 H Kode.

Kabupaten / Kota

Jumlah Waiting List

0101

Banda Aceh

6.282

0102

Sabang

502

0103

Aceh Besar

4.530

0104

Pidie

5.474

0105

Aceh Utara

4.993

0106

Aceh Timur

2.319

0107

Aceh Selatan

1.445

0108

Aceh Barat

2.325

0109

Aceh Tengah

1.534

0110

Aceh Tenggara

963

0111

Simeulue

324

0112

Aceh Singkil

479

0113

Bireuen

3.448

0114

Lhokseumawe

2.641

0115

Langsa

1.894

0116

Aceh Tamiang

1.231

0117

Gayo Lues

630

0118

Aceh Barat Daya

917

0119

Nagan Raya

1.192

0120

Aceh Jaya

457

0121

Bener Meriah

1.034

0123

Pidie Jaya

431

Total Waiting List

45.045

Sumber : Data Siskohat Aceh, 7 Februari 2012

18

Santunan

Februari 2012

Dan Dayah pun Berduka ď‚ž Zarkasyi Tahun 2011, merupakan tahun kelabu bagi dunia dayah Aceh, betapa tidak banyak Pimpinan/Ulama dayah di Aceh meninggal dunia. Meninggalnya para pimpinan dayah merupakan kehilangan besar tidak hanya bagi dunia pesantren tetapi bagi seluruh masyarakat Aceh. Kehadiran mereka menjadi pelita bagi umat dalam menapaki jalan syariat, namun mereka telah tiada tentu jalan telah meredup terutama dalam menerangi jalan syariat. Hal lain yang patut dikhawatirkan adalah merosotnya mutu dayah yang pernah mereka pimpin, sebab berdasarkan beberapa penelitian menunjukkan bahwa salah satu model kepemimpinan pesantren adalah leader oriented, bukan system oriented. Jika pimpinannya meninggal maka pesantren tersebut-pun meredup. Disisi lain, minimnya kader ulamaulama dayah menjadi satu kesulitan besar dalam mengisi kekosongan pimpinan di dayah. Ada yang mengatakan, jika Gubernur meninggal, maka

Aceh Juara Tiga Seleksi Penyuluh Agama Islam Teladan Tingkat Nasional 2011


Ya Allah, Engkau telah Tunjukkan Kemahakuasaan-Mu, Engkau Panggil para guru kami, Engkau Ambil kembali ilmu dalam diri Abu-abu kami. Kami berharap ini tidak menjadi pertanda buruk bagi kehidupan kami. pada hari itu juga akan ada penggantinya, tetapi sebaliknya jika pimpinan dayah meninggal maka akan sulit menggantikannya. Harapan tentunya, dayah yang ditinggalkan oleh pimpinannya menghadap Allah, tidak akan mengucapkan selamat tinggal pula terhadap dunia pendidikan aceh, tetapi tetap eksis dengan pendidikan yang selama ini dilaksanakan. Dalam kenyataan, estafet kepemimpinan dayah di Aceh dilakukan secara turun-termurun, mulai dari anak hingga cucu, bahkan menantu. Kendati kenyataan demikian, kaderisasi dan manajemen dalam melahirkan ulama dan pimpinan dayah mutlak diperlukan, sehingga proses estafet kepemimpinan dayah di masa yang akan datang dapat terpelihara. Memang harus diakui bahwa mengganti ulama dayah yang telah meninggal tidak semudah mengganti pejabat pemerintah, kendati demikian kaderasisasi ulama dayah merupakan keniscayaan yang perlu diberikan perhatian lebih, mulai dari sekarang.()

H. Zulfikar, S.Ag terpilih sebagai juara III dalam Seleksi Penyuluh Agama Islam Teladan Tingkat Nasional Tahun 2011. Meski menempati urutan ketiga Penyuluh Agama Islam Fungsional dari Kota Banda Aceh ini merasa bahagia karena nama Aceh masih tetap berkibar. Ia berharap agar pada seleksi yang akan datang, penyuluh teladan Aceh mampu tampil lebih baik. Seleksi yang diselenggarakan pada tanggal 28-30 November 2011 lalu mengambil tempat di Golden Boutique Hotel, jl. Angkasa, No. 1, Jakarta. Kegiatan ini dibuka oleh Wamenag, Prof. Dr. H. Nasaruddin Umar, MA. Dalam sambutannya Wamenag menyampaikan antusiasmenya akan peran penyuluh di tengah masyarakat dalam era globalisasi ini.

Ulama yang meninggal selama Desember 2011-Januari 2012 Nama Syech H. Muhammad Yahya Hanafi Darussa’dah Desa Putoh Sa Pantee Bidari Aceh Timur

Meninggal 9 Desember 2011

Abu Ilyas Ibrahim (Ayah Peudada) Darul Aman Peudada

9 Desember 2011

Syech H. Karimuddin (Abi Karimuddin) Babussalam Alue Bili Panton Labu Aceh Utara

17 Desember 2011

Tgk Syech H Adnan Mahmud (Nek Abu Bakongan) Pesantren Ashabul Yamin Desa Keude Bakongan Aceh Selatan

27 Desember 2011

Tgk. Abdul Majid (Abu Ie Rhob)

28 Desember 2011

Ayah Geureugok (Tgk. H. Ibrahim) Darul Huda Kecamatan Bandar Dua, Pidie Jaya H. Yusnaini Raudhatul Jannah Peunteut Lhokseumawe

31 Desember 2011 7 Januari 2012

Setelah pembukaan, pada malam harinya digelar pertemuan yang bertajuk “Optimalisasi Peran Penyuluh Agama Islam dalam Menghadapi Isu-isu kekinian.” Hadir sebagai pembicara Dra. Hj. Euis Sri Mulyani M.Pd. (Direktur Penerangan Agama Islam), Drs. H. Ahmad Jauhari, M.Si. (Direktur Urais dan Pembinaan Syariah), dan Drs. H. Abdul Karim, MM (Sekretaris Ditjen Bimas Islam). Seleksi yang diikuti oleh para Penyuluh Teladan Tk. Provinsi dari seluruh Indonesia ini akhirnya menetapkan enam orang penyuluh teladan terbaik. Drs. M. Mashad (Jawa Timur), Jejen Mujiburrahman (Jawa Barat), H. Zulfikar, S.Ag. (Aceh), M. Mahlani, S.Ag. (Yogyakarta), H. Abdul Halim, Lc. (Kalimantan Barat), dan Lisnanda Khatib, S.Ag. (Jambi).

KRITERIA PENILAIAN: PENILAIAN ADMINISTRATIF Aspek Kegiatan Bimbingan dan Penyuluhan, terdiri dari: a. Unsur Jumlah Kelompok Binaan Tetap yang menjadi tanggungjawab; b. Unsur Frekwensi Bimbingan dan Penyuluhan per bulan kepada kelompok binaan; c. Unsur Frekwensi Bimbingan dan Penyuluhan pada kelompok masyarakat khusus. Aspek Kesetiaan dalam melaksanakan tugas, terdiri dari: a. Unsur Pengalaman jabatan sebagai Penyuluh Agama lslam; b. Unsur Masa kerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS); c. Unsur Tempat Tugas; d. Unsur Disiplin sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS). Aspek Pengembangan Profesi dan Penunjang, meliputi: a. Unsur Penulisan Hasil karya Ilmiah; b. Unsur Unsur Masa Bakti dalam kepengurusan; c. Unsur Penghargaan/tanda jasa. Bobot Penilaian administrasi maksimal 100% dengan rincian sebagai berikut: a. Aspek Kegiatan Bimbingan dan Penyuluhan = 40 %; b. Aspek Kesetian dalam melaksanakan tugas = 40 %; c. Aspek Pengembangan Profesi dan Penunjang = 20 %.

PENILAIAN PRESENTASI Bidang Pemahaman Tugas, dengan skor maksimal 200 point dan minimal 40 point dengan rinician sebagai berikut: a. Aspek Perencanaan: Maks 50 poin dan Min 20 poin; b. Aspek Pelaksanaan Tugas: Maks 50 poin dan Min 20 poin; c. Aspek Monitoring dan Evaluasi: Maks 50 poin dan Min 20 poin; d. Aspek Pelaporan Tugas: Maks 50 poin dan Min 20 poin. Bidang Wawasan AI Qur'an dan Hadits, dengan skor maksimal 200 point dan skor minimal 40 point dengan rincian sebagai berikut: a. Aspek Penguasaan Nash dalam materi: Maks 75 poin dan Min 25 poin; b. Aspek Korelasi Nash dengan Materi: Maks 75 pointdan Min 25 poin; c. Aspek Kualitas Bacaan Nash: Maks 75 poin dan Min 25 poin. Bidang Metode Penyuluhan, dengan skor maksimal 200 point dan skor minimal 40 point dengan rincian sebagai berikut: a. Aspek Metode penyuluhan: Maks 50 poin dan Min 20 poin; b. Aspek Objek penyuluhan: Maks 50 poin dan Min 20 poin; c. Aspek Kualitas paparan: Maks 50 poin dan Min 20 poin; d. Aspek Penguasaan Teknologi penyuluhan: Maks 50 poin dan Min 20 poin. Santunan

Februari 2012

19


20

Santunan, Februari 2012

KEPENDIDIKAN

Konsep Dasar Penilaian Kelas

1. Penilaian Kelompok Mata Pelajaran Agama dan Akhlak Mulia Berdasarkan Peraturan Menteri Agama Nomor 2 Tahun 2008, rumpun mata pelajaran pendidikan agama Islam pada MI, MTs dan MA terdiri atas empat mata pelajaran, yaitu: A1-Qur’an-Hadis, Akidah-Akhlak, Fikih, dan Sejarah Kebudayaan Islam. Kempat mata pelajaran tersebut diajarkan secara terintegrasi masing-masing sebanyak dua jam setiap minggu. Menyangkut karakteristik masing-masing mata pelajaran, dapat dilihat sebagai berikut:

Akidah-Akhlak Berbeda dengan Al-Qur’an hadits, ranah penilaian mata pelajaran akidah akhlak hanya terdiri dari dua aspek yaitu pengetahuan dan sikap. Dimensi yang dinilai meliputi penguasaan konsep dan nilai-nilai. Penguasaan konsep adalah dimensi pengetahuan dan penguasaan nilai-nilai adalah sikap. Indikator yang diukur dari penguasaan konsep adalah kemampuan peserta didik dalam penguasaan beragam materi ajar. Sedangkan indikator yang diukur dari penguasaan nilainilai akidah meliputi pengembangan nilai akidah, pemupukan dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan dan pengalaman peserta didik tentang akidah Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT. Selain itu, indikator yang diukur dari penguasaan nilai-nilai akhlak terdiri dari pengamalan dan pembiasaan akhlak mulia serta menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam kehidupan individu maupun sosial sebagai manifestasi dari ajaran dan nilainilai akidah Islam. Teknik penilaian aspek pengetahuan dapat dilakukan dengan menggunakan tes lisan, tertulis, penugasan dan portofolio. Sedang­kan penilaian sikap dilakukan melalui ungkapan perasaan, observasi tentang perubahan prilaku dan sikap yang ditampilkan keseharian.

A1-Qur’an-Hadis Ranah penilaian Al-Qur’an hadits terdiri dari tiga aspek yaitu pengetahuan, praktik dan sikap. Dimensi yang dinilai meliputi penguasaan konsep, penerapan dan penguasaan nilai-nilai. Dimensi penguasaan konsep adalah bagian pengetahuan, penerapan dalam keseharian adalah praktik dan penguasaan nilai-nilai adalah sikap. Indikator yang diukur dari penguasaan konsep adalah kemampuan peserta didik dalam penguasaan beragam materi ajar. Indikator yang diukur dari penerapan adalah kompetensi membaca, menghafal, menulis dan menterjemahkan Al-Qur’an dan hadis. Sedangkan indikator penguasaan nilai-nilai meliputi kecintaan peserta didik terhadap Al-Qur’an dan hadis serta penerapan nilai-nilainya dalam kehidupan sehari. Teknik penilaian aspek pengetahuan dapat dilakukan dengan menggunakan tes lisan, tertulis, penugasan dan portofolio. Penilaian aspek praktik dapat dilakukan melalui pengamatan, tes lisan, tes performance (kinerja), portofolio, produk dan penugasan. Sedangkan penilaian sikap dilakukan melalui ungkapan perasaan, observasi tentang perubahan prilaku dan sikap yang ditampilkan keseharian.

Fikih Penilaian mata pelajaran fikih terdiri dari tiga ranah yakni pengetahuan, praktik dan sikap. Dimensi yang dinilai meliputi penguasaan konsep, penerapan dan penguasaan nilai-nilai. Penguasaan konsep adalah bagian dari aspek pengetahuan. Penerapan dalam keseharian adalah bagian praktik. Dan penguasaan nilai-nilai adalah bagian dari sikap. Indikator yang diukur dari penguasaan konsep adalah pengetahuan dan pemahaman peserta didik tentang pokokpokok hukum Islam dalam mengatur ketentuan dan tata cara menjalankan hubungan manusia dengan Allah yang diatur dalam fikih ibadah dan hubungan manusia dengan sesama yang diatur dalam fikih muamalah. Indikator yang diukur dari penerapan adalah kompetensi dalam pelaksanaan ketentuan hukum Islam dengan benar baik dalam melaksanakan ibadah kepada Allah maupun ibadah sosial yang tercermin dari kesempurnaan gerakan, bacaan dan tata urutannya. Sedangkan indikator penguasaan nilai-nilai terkait dengan kemampuan peserta didik dalam memengamalkan ketentuan hukum Islam di atas dan penerapan nilai-nilainya dalam kehidupan sehari.

Secara umum, dalam penilaian kelas, mata pelajaran dapat dikelompokkan (rumpun) menjadi lima kelompok. Kelima kelompok tersebut yakni kelompok agama dan akhlak mulia, kewarganegaraan dan keperibadian, ilmu pengetahuan dan teknologi, estetika dan kelompok jasmani, olahraga dan kesehatan (lihat Santunan, edisi 12 Desember 2011 M/ Muharam 1432 H). Pengelompokan bertujuan untuk memudahkan pelaksanaan penilaian kelas, kendati pada prinsipnya semua mata pelajaran memeliki karakteristik tersendiri. Berikut akan penulis paparkan kelima kelompok mata pelajaran tersebut diiringi dengan ranah atau aspek penilaian, dimensi yang dinilai, indikator penilaian dan teknik penilaian sesuai dengan pola penilaian KTSP, sebagai berikut:


Mardin M. Nur

Teknik penilaian pengetahuan dapat dilakukan dengan menggunakan tes lisan, tertulis, penugasan dan portofolio. Pengukuran aspek praktik dapat dilakukan melalui pengamatan, tes lisan, tes performance (kinerja), tes praktik, portofolio, produk dan penugasan. Sedangkan penilaian sikap dilakukan melalui ungkapan perasaan, observasi tentang perubahan prilaku dan sikap yang ditampilkan keseharian. Sejarah Kebudayaan Islam Sama seperti akidah akhlak, ranah penilaian mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam hanya terdiri dari dua aspek yaitu pengetahuan dan sikap. Dimensi yang dinilai meliputi penguasaan konsep dan nilai-nilai. Dimensi penguasaan konsep adalah bagian pengetahuan dan penguasaan nilai-nilai adalah sikap. Indikator yang diukur dari penguasaan konsep adalah kemampuan peserta didik dalam penguasaan beragam materi ajar guna melatih daya kritis peserta didik dalam memahami fakta sejarah secara benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah. Selanjutnya juga mengembangkan kemampuan peserta didik dalam mengambil ibrah dari peristiwa-peristiwa bersejarah (Islam), meneladani tokoh-tokoh berprestasi dan mengaitkannya dengan fenomena sosial, budaya, politik, ekonomi, iptek, seni dan lain-lain untuk mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam. Sedangkan indikator yang diukur dari penguasaan nilai-nilai adalah membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya mempelajari landasan ajaran, nilai-nilai dan norma-norma Islam yang telah dibangun oleh Rasulullah saw dalam rangka mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam. Selain itu juga membangun kesadaran tentang pentingnya waktu dan tempat yang merupakan sebuah proses dari masa lampau, kini dan masa depan. Di samping itu juga menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap peninggalan sejarah Islam sebagai bukti peradaban umat Islam di masa lampau. Teknik penilaian aspek pengetahuan dapat dilakukan dengan menggunakan tes lisan, tertulis, penugasan dan portofolio. Sedang足kan penilaian sikap dilakukan melalui ungkapan perasaan, observasi tentang perubahan prilaku dan sikap yang ditampilkan keseharian. Untuk menilai akhlak peserta didik, guru agama dan guru mata pelajaran lain melakukan pengamatan terhadap perilaku peserta didik, baik di dalam maupun di luar kelas. Pengamatan ini dimaksudkan untuk menilai perilaku peserta didik menyangkut pengamalan agamanya seperti kedisiplinan, kebersihan, tanggung jawab, sopan santun, hubungan sosial, kejujuran dan pelaksanaan

ibadah ritual. Tabel berikut menampilkan dimensi dan indikator penilaian akhlak mulia. Contoh dimensi dan indikator sebagai rambu-rambu penilaian akhlak mulia

DIMENSI

INDIKATOR

Disiplin

Datang dan pulang tepat waktu Mengikuti kegiatan dengan tertib

Kebersihan

Membuang sampah pada tempatnya Mencuci tangan sebelum makan Membersihkan tempat kegiatan Merawat kebersihan diri

Tanggungjawab

Menyelesaikan tugas pada waktunya Berani menanggung resiko

Sopan Santun

Berbicara dengan sopan Bersikap hormat pada orang lain Berpakaian sopan Berposisi duduk yang sopan

Hubungan Sosial

Menjalin hubungan baik dengan pendidik Menjalin hubungan baik dengan sesama teman Menolong teman Mau bekerjasama dalam kegiatan yang positif

Jujur

Menyampaikan pesan apa adanya Mengatakan apa adanya Tidak berlaku curang

Pelaksanaan ibadah

Melaksanakan shalat Menunaikan ibadah puasa Berdoa

Rambu-rambu tersebut di atas dapat digunakan sebagai bahan acuan bagi guru mata pelajaran agama dan guru mata pelajaran lain. Bagi guru mata pelajaran lain, hasil pertimbangan diberikan kepada guru agama terutama mengenai perilaku yang benar-benar menyimpang yang dilakukan berulang-ulang oleh peserta didik. [bersambung] Santunan

Februari 2012

21


22

Santunan, Februari 2012

PERISTIWA

Ta’aruf, Tafahum, Ta’awun, dan Takaful Santunan—Banda Aceh. Dua hari usai puncak HAB ke 66 (Kamis, 5/1/2012), di Asrama Haji Banda Aceh, keluarga besar Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh menggelar agenda serahterima (lepas-sambut) jabatan tertinggi di jajaran Kanwil itu. Walaupun tidak dihadiri mantan Kakanwil Kemenag Aceh, Drs. H. A. Rahman TB, Lt, karena ada acara keluarga di kampung, acara yang dipandu dengan peusijueuk Kakanwil baru Drs. H. Ibnu Sa’dan, M.Pd itu, juga meriah dan bersahaja. Tepung tawar untuk Kakanwil bersama istri tercinta, usai pembacaan doa itu, dilakukan oleh tiga ‘delegasi’, Kabag TU Kanwil, Kakankemenag Kota Lhokseumawe, dan Kakankemenag Kabupaten Simeulue. Kakanwil dalam sambutan singkat, dan terkesan tidak formal itu, mengulangi lagi kepada para Kakankemenag se Aceh, staf Kanwil Kemenag, dan para undangan, beberapa pengalaman sebelum dipilih Menag RI menjadi Kakannwil baru. Diiringi guyon yang ‘renyah’, Drs. H. Ibnu Sa’dan, M.Pd, juga mengabarkan empat kiat mulia, agar kita bisa senantiasa sinergis dalam mengabdi, dan terus dalam bingkai silaturrahmi sesama. Pertama, ta’aruf. Maknanya mari kita saling mengenal “siapa anda” dan “siapa ana”, dalam berbagai jenjang karir. Juga bijak menyikapi perbedaan, di samping rajin mempelajari persamaan. Tujuannnya, agar antara atasan bawahan, selalu lahir

tali kasih sayang. “Tak kenal ya tak sayang,” ujar pepatah. Kedua, tafahum, artinya kita cari dan manfaatkan kesempatan di mana pun, untuk saling memahami kelebihan dan kekurangan. Jika kita sudah pahami hal ihwal seseorang, maka tidak ada lagi gosip, upat, dan fitnah di antara kita, di ruang sepi dan warung kopi misalnya, karena memang saudara kita “demikian adanya.”

Ketiga, ta’awun. Ialah kita saling menolong atau membantu sesama dalam duka dan suka, diminta atau tidak, diterima atau pura-pura menolaknya. Dan keempat, takaful. Ini barangkali lebih pada rasa senasib sepenanggungan, atau sikap rela menanggung ‘penderitaan’ kawan. Kawan sejati ialah yang mendekat manakala kita menderita, papa, bukan sebaliknya. yakub

Peusijuek Kakanwil Santunan—Idi Rayeuk. Keluarga Besar Kankemenag Aceh Timur melakukan peusijuek (tepung tawar) bapak Kakanwil yang baru, Drs. H. Ibnu Sa’dan, M.Pd. Tepung tawar Kakanwil secara sederhana dilakukan di Mushalla MAN Idi (29/10/ 2011). Ritual ini merupakan yang pertama semenjak ‘Pak Ibnu’ (begitu sapaan akrab Drs. H. Ibnu Sa’dan, M. Pd.) menjadi Kakanwil, 24 Oktober 2011. Peusijuk Kakanwil tersebut dilakukan oleh Tokoh masyarakat, MPU dan Keluarga Besar Kankemenag yaitu: Tgk. Muhammad Yunus Usman ‘Araby (Tokoh Masyarakat Aceh Timur), Tgk. H. Bukhari Hasan (Ketua MPU Aceh Timur), dan Adnan Umar, S. Ag (mewakili Kakankemenag, yang sedang berada di Arab Saudi) Peusijuk dilakukan dengan memanfa­


Balai Pengajian Tanjong Pineung Butuh Bantuan Santunan—Lhoksukon. Sejumlah murid yang mengaji sekaligus belajar zikir, kian berkembang di sebuah balai pengajian darurat di Desa Tanjong Pineung Kecamatan Seuneudon, Aceh Utara. Walaupun terbentur pada sejumlah keterbatasan selama ini, anak-anak dan dewan guru, di ‘dayah’ yang tak begitu jarak dari proyek vital itu, harus pintar ‘memuaskan diri’. Demikian paparan seorang warga Seuneudon, Amri Yusuf, saat timnya berkunjung ke Redaksi Santunan Kemenag Aceh. Kisanya, para murid yang haus ilmu dan punya potensi itu membutuhkan sekali atensi dari siapa pun, guna dapat mengembangkan bakat-bakatnya, serta menumbuhkan semangat bagi nanak-anak lainnya di kawasan itu. Sampai kini mereka masih belajar di tempat yang berkonstruksi bambu dengan ukuran 5 x 3 meter, beratapkan rumbia. Ukuran tersebut sungguh tidak memadai bagi murid yang kian ramai, sehingga sebagian ditempatkan dalam rumah. Dua guru ngaji yang mengajar selama ini, sangat membutuhkan perhatian kita, misalnya dalam bentuk bantuan Kitab Alquran, kitab-kitab, buku zikir, serta mikrofon. “Kami berharap ada kepedulian untuk kemajuan pendidikan agama di sini, agar menambah minat anak-anak dalam mencari ilmu agama serta mencerdaskan umat manusia,” pinta Amri. lan

32 PNS Aceh Timur Dapat Satyalencana Santunan—Idi Rayeuek. PNS di lingkungan Kankemenag Aceh Timur menerima peng­ anugerahan Tanda Kehormatan Satyal­ ancana Karya Satya. Penghargaan itu di­berikan kepada merekayang sudah mendarmabaktikan dirinya kepada Kemenag selama 10, 19, 20, dan 29 tahun. Bupati Aceh Timur Muslim Hasballah menyematkan satyalencana itu, kepada para penerima di HAB ke 66. Penerima Satyalancana Karya Satya XX Tahun adalah Adnan Umar, S. Ag (Kasubbag TU), Mardhiah, S. Ag (Peny. Zawa), Hermansyah (Staf Umum). Sedangkan penerima Satyalancana Karya Satya X Tahun yaitu Drs. Ahmad, MA (Kasi Haji dan Umrah), Amiruddin, S.Sos.I (Staf Haji), T. Syufri, S.Sos.I (Staf Haji), Muslim,

S.Ag,M.S.I (Staf Mapenda), Wardah, S.Sos.I (Staf Zawa), Evi Listiani, S.Sos.I (Staf Kepegawaian), Darmawati, S.Sos.I (Staf Kepegawaian), Safrizal, S.Sos.I (Staf Kepegawaian), Desi Fayati (Staf Kepegawaian), dan Abdul Manan (Staf Keuangan). Selanjutnya, Naelan, S. Pd.I (Guru), Razali, S. Pd (Ka. Madrasah), Syamsinar (guru), Hamidah, S. Ag (guru), Drs. Usman (guru), Dra. Maryana (guru), Mursyidah, S. Ag (guru), Drs. Zulkifli (guru), Susana Aguslina Pangabean, S. Pd (guru), Faridah Hanum, S. Ag (guru), Suriati, S. Ag (guru), Dra. Hj. Nilasuryani, S.Pd.I (guru), Dra. Jamaliah (guru), Mardiati, S.Pd (guru), Dra. Tursina (guru), Rita, S.Pd.I (guru), Husna, S.Pd.I (guru), dan Rukiah (TU Madrasah). muslim a djalil/biro aceh timur/yyy

Pembinaan Penyuluh Agama Honorer

di Aceh Timur atkan waktu di sela-sela kunjungan silatur­ rahmi dan pulang kampung Kakanwil di Gampong Buket Kawat, Idi Cut dalam rangka mengunjungi (membezuk) Ibunda tercinta. Pada kesempatan tersebut ‘Pak Ibnu’ mengemukakan bahwa sekarang beliau tidak hanya milik masyarakat Aceh Timur saja, akan tetapi menjadi milik seluruh masyarakat Aceh khususnya keluarga besar Kemenag seluruh Aceh. Dia berjanji untuk mengemban amanah ini dengan sebaikbaiknya dan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Ujarnya juga, bahwa jabatan beliau sekarang merupakan amanah yang dititipkan Allah SWT. Beliau sempat mengatakan bahwa penunjukan ini sebagai musibah (Innalillahi wa inna ilaihi raji’un), apabila nantinya tidak bisa mengembannya dengan baik. muslim a djalil/biro aceh timur/yyy

Santunan—Blangkeujeuren. Sepanjang 2011, Kasi Penamas dan Pekapontren Kan­ kemenag Gayo Lues beserta staf berkeliling ke setiap kecamatan guna untuk mengadakan silaturahmi sekaligus pembinaan terhadap Penyuluh Agama Honorer Kampung. Selain dipusatkan di ibukota kecamatan, ada juga yang dilaksanakan di KUA, meunasah, masjid, dan Gedung TPQ/TPA. Pertemuan dihadiri oleh Kasi Penamas, staf, Kepala KUA, Penyuluh Agama Islam Fungsional (PNS) selaku koordinator Penyuluh Agama Honorer, dan Penyuluh Agama Islam Honorer Kampung. Ibrahim S.Ag, Kasi Penamas dan pekapontren memaparkan antara lain ten­

tang syarat-syarat untuk bisa diangkat sebagai Penyuluh Agama Islam Honorer tahun 2012, prosedur perekrutan beserta tugas-tugasnya, peningkatan kualitas TPQ, Penggalakan Gerakan Masyarakat Maghrib (Gemmar) Mengaji yang dicanangkan oleh Menag RI tahun 2011, suri tauladan yang baik bagi umat, menegakkan amar ma’ruf dan nahi mungkar, menghidupkan shalat wajib berjamaah lima waktu terutama di masjid dan di meunasah, bersatu ber­ koordinasi dengan masyarakat, perangkat desa, camat, semua satker di kecamatan, dan agar penyuluh membentuk pengurus Pokjaluh honorer di kecamatan (sebelumnya telah ada Pokjaluh kabupaten). ibrahim/yyy Santunan

Februari 2012

23


Sertifikasi Ponpes, Madin, dan TPQ

Santunan—Banda Aceh. Kepala Kan­ kemenag Kota Banda Aceh, Drs. Ramlan, melalui Kasi Pekapontren Drs. Zulkarnain, M.Ag, sejak 2011 mulai membagi secara gratis ‘piagam sertifikasi‘, berupa izin operasional bagi semua pondok pesantren (ponpes), balai pengajian, madrasah diniyah (madin), dan Taman Pendidikan Al-Quran (TPQ/TPA) yang aktif di Banda Aceh. “Kita juga perbanyak dan tembuskan dokumen ini ke Kanwil dan Pusat. Ini database yang sangat ‘mahal’ untuk acuan dan program Kemenag, dalam evaluasi dan anggaran di masa mendatang. ‘Setifikasi’ ini salah satu cara kita lanjutkan program Manag RI, Gemmar (Gerakan Masyarakat Maghrib) Mangaji, misalnya,” papar Zulkarnain. “Menurut data yang kami dengar di beberapa tingkat dua di Aceh pun, saat mengisi pelatihan bagi ustadz dan ustdzah, ‘izin legalitas’ secara resmi untuk menjalankan roda pengajian anak usia dini sebagimana yang ‘dipelopori’ Banda Aceh, itu baru perdana di Aceh. Memang dalam hal data dan pelaporan, Banda Aceh relatif lengkap dan cepat pendataannya, meski anggaran tipis dan minim sekali, seperti kabupaten lain, yang jika cair per tahun pun, cuma mencukupi untuk sabun cuci, dan ‘kopi pancung’ para guru,” Direktur TPQ Plus Baiturrahman, Muhammad Yakub Yahya, M.Ag memberi ‘apresiasi’ atas ‘izin usaha’ ini. “Padahal pengajian agama di tiap gampong itu sangat mendukung mentalitas dan moralitas masa depan daerah, juga Banda Aceh. Kita mengharap dengan data yang ada dan kita kirim ke Pusat, serta kita pantau perkembangan tiap-tiap lembaga, anggaran untuk guru yang mengajar anak-anak mengaji itu, ke depan bisa menyamai guru sekolah formal, baik dana Pusat maupun Provinsi” harap Kakankemenag Kota Banda Aceh, Drs. Ramlan. yakub

24

Santunan

Februari 2012

Pembinaan Guru RA di Lhokseumawe Santunan—Lhokseumawe. Kedudukan RA (Raudhatul Athfal) sebagai jalur pen­ didikan formal untuk anak usia dini yang dikelola Kemenag kian kuat posisinya. Apalagi dengan dimasukkan RA dalam Sisdiknas Pasal 28 ayat (3). Pendidikan pada Tingkat RA lebih menekankan pada aspek belajar sambil bermain, dan sebaliknya bermain sambil belajar. “Melalui pola-pola permainan, anakanak mulai diperkenalkan dan ditanamkan nilai-nilai dasar yang diajarkan dalam agama Islam, misalnya sopan-santun, jujur, hormat kepada orang tua, dll. Juga mulai belajar menghafalkan bacaan-bacaan pendek dalam kitab suci Alquran. Sehingga anak-anak kita menjadi generasi yang cerdas intelektual, cerdas emosional, dan cerdas spiritual,” papar Kepala Kankemenag Lhokseumawe Drs. H. M. Daud Hasbi, M.Ag, saat Pelatihan Guru RA se-Kota Lhokseumawe (12-15

Desember 2011) di Aula MPU. Pelatihanan yang bertema, “Melalui Pembinaan Guru RA, Kita Membangun Karakter Anak Bangsa,” ini salah satu program kerja Seksi Mapenda yang bekerja sama dengan tutor dari Balai Diklat Keagamaan Medan. “Mengingat selama ini belum pernah dilakukan pelatihan terhadap guru RA, maka ini merupakan langkah awal dan ke depan akan terus kita berusaha melakukan pembinaan secara rutin,” kisah Kasi Mapenda Ruslan, S.Ag, M.Pd, putra Beuracan Kec. Meureudu, yang dilantik menjadi Kasi pada Juli 2011. Narasumber training empat hari itu, Drs. Abd. Wahab, SH, MA (Widyaiswara Madia BDK Medan), Drs. Mahmud Arifin (Widyaiswara LPMP Sumatera Utara), Dra. Zura Mamnun, MM (Pengawas Tingkat Dasar Sumatera Utara), dan Salmiah, S.Ag.,M.Pd (Widyaiswara Muda BDK Medan). yakub

Disiplin Menuju Guru Profesional Santunan—Meulaboh. MIS Pasi Jambu Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat sukses melaksanakan upacara Hari Guru ke 66. Seluruh pelaksana upacara ialah guru tetap 10 orang, GTT delapan orang, dan PTT satu orang. Sedangkan murid sekitar 105 murid. Kepala MIS, Islamiah, S.Pd yang juga Pembina Upacara, mengharapkan, agar semua kita bisa meningkatkan antusias ki­nerja, terutama disiplin waktu. Ini ada­lah modal yang paling utama dalam melaksanakan tugas, baik di rumah dan di sekolah maupun di lingkungan lainnya. Guru adalah pendidik, baik atau buruknya murid,

di tangan guru. Jadilah kita ini sebagai guru profesional yang mampu membawa murid menggapai harapan ,dan membangun karakter bangsa. Sebuah puisi tentang guru juga dibacakan Kepala MIS Pasi Jambu. Usai ‘puitisasi’, guru dan siswa-siswi merasa khusyuk dan benar-benar menghayati mak­ na dari amanat upacara. Islamiah, S.Pd (Kepala MIS Pasi Jambu), Darmawati, A.Ma. Pd (Waka), Rahmad Syah Putra (TU), serta dewan guru yang lain, setelah selesai upacara sangat bahagia dan kagum luar biasa melihat suksesnya acara upacara peringatan HUT PGRI 28 November tersebut. islamiah/yyy


Doa dan Zikir, Renungan Tsunami Santunan—Sabulussalam. Dalam rangka mengenang tujuh tahun musibah tsunami, akhir Desember 2004, serta merefleksikan kejadian yang sangat membekas pada jiwa masyarakat Aceh itu, keluarga besar Kantor Kemenag Kota Subulussalam melaksanakan zikir dan doa bersama di Aula Kankemenag Kota Subulussalam (26/12/2011). Acara yang dihadiri oleh seluruh pegawai dalam lingkungan Kemenag dipandu oleh Plh. Pymt. Jamhuri, SHI, berlangsung syahdu dan khidmad. Sama dengan agenda tahunan di seluruh daerah yang berada di Aceh dan luar Aceh itu, para korban tsunami dan gempa dikirimi doa, dan musibah yang dahsyat dalam abad modern itu, menjadi ‘ibrah (pelajaran) bagi kita yang masih hidup, untuk melanjutkan harapan dan misi almarhum almarhumah yang belum terwujud. Kota Subulussalam dansekitarnya merupakan kawasan yang terdahsyat juga dihantam tsunami, stelah gempa yang berpusat di selatan Sumatera (Pulau Simeulue), akhir 2004 lalu. lan/yyy

Rotasi 11 Pejabat Fungsional Santunan—Kualasimpang. Kepala Kan­ kemenag Aceh Tamiang H. T. Helmi, Sm.Hk,S.Ag, kembali merotasi 11 pejabat fungsional di jajaran Kemenag setempat (Rabu, 14/12). Acara pengambilan sumpah berlangsung di Aula MAN Kualasimpang. Turut hadir Kasubbag Tata Usaha Salamina, S.Ag beserta Kasi Mapenda Anwar Fadli, S.Ag.

Kakankemenag H. T. Helmi, menye­ butkan bahwa rotasi pejabat tersebut merupakan perputaran roda organisasi yang bertujuan penyegaran dan meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat, khususnya di bidang pendidikan. Pejabat yang dirotasi (mutasi) adalah Zainuddin, S.Ag (Kepala MTs Babussalam Babo menjadi Kepala MTs.N Manyak Payed

menggantikan Almarhum Ramli, S.Ag yang meninggal dunia beberapa bulan yang lalu), Bambang, S.Pd.I (Kepala MTs Sunting jadi Pengawas Tingkat Dasar Kecamatan Tamiang Hulu menggantikan Yusri,S.Pd), Khairuddin, MA (Staf Mapenda menjadi Pengawas Tingkat Menengah), Alhamin Nasution, MA (Kepala MTs.N Seruway menjadi Pengawas Tingkat Menengah, Yusri, S.Pd (Pengawas Tingkat Dasar Kecamatan Tamiang Hulu menjadi Pengawas Tingkat Dasar Kecamatan Kota Kualasimpang menggantikan Nuraida, S.Pd). Suyati, S.Pd.I (MIN Babo menjadi Kepala MTsS Babo menggantikan Zainuddin, S.Ag), Ramlan, S.Ag (Guru MTs.N Seruway menjadi Kepala MTs Sunting menggantikan Bambang, S.Pd.I), Nuraida, S.Pd (Pengawas Tingkat Dasar Kecamatan Kota Kualasimpang dimutasikan menjadi Pengawas Tingkat Dasar Kecamatan Bendahara yang selama ini masih kosong pasca mutasinya Ahmad Jalil, MA menjadi Pengawas Tingkat Menengah), A. Munir, S.Ag (Pengawas Kejuruan Muda dimutasikan menjadi Pengawas Kecamatan Bandar Pusaka yang masih kosong), Yusrianum, S.Ag (Guru MTs Alwashliyah dimutasikan menjadi Kepala MTs Al­ washliyah Kualasimpang menggantikan Dra. Azminizar yang dimutasikan menjadi Kepala MTs.N Seruway). biro tamiang/lan Santunan

Februari 2012

25


Kemenag Aceh Utara Audiensi dengan STIS Lhoksukon

MTsN Rukoh, Madrasah ‘Model CCTV’ Santunan—Banda Aceh. Walaupun samasama mendiami satu komplek dengan MAN, di MTsN Rukoh Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh, ada ‘potret’ yang berbeda dari pada madrasah ‘sejawat’nya. Kepala MTsN Rukoh Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh Zulkifli, S.Ag, M.Pd, alumnus Universitas Surabaya (2003) itu, ikut memantau proses belajar mengajar, pagi, siang, hingga sore, melalui CCTV (closed circuit tv), yang dipasang di lorong dan kelas unggul, di kelas 1 sampai 3. Menurut Zulkifli, putra tamatan SMAN Meureudu (Pijay), pemasangan CCTV di madrasah itu mungkin satu ‘model’ dalam menjawab tuntutan keadaan juga, yang belum ada di madrasah lain. Bahkan di Kanwil Kemenag saja, pemasangan alat monitor itu baru rencana dan wacana, sebagaimana berkembang dalam rapat staf bersama Kakanwil, para Kabid, Kasi, dan

Kasubbag (9/1/2012). Guru dan anak-anak didik di sekolah agama itu, diperkenalkan juga teknologi dan informasi sejak dini, termasuk CCTV itu. Proses belajar bagi anak didik juga ada yang ‘luar biasa’ dari madrasah lainnya, misalnya kerap melatih beragam cabang olah raga, seni, pidato bahasa Arab, ibadah praktis, dan tajhiz mayat. “Sekarang sulit mencari generasi muda yang mampu melaksanakan fardhu kifayah, terutama melaksanakan hak mayat atas orang hidup. Maka kita wajibkan anak mampu melaksanakan itu,” papar juara I Inovasi Pembelajaran Matematika Provinsi (2006) dan Juara II lomba karya ilmiah tingkat kabupaten itu. Hasilnya, MTsN Rukoh yang ‘bertetangga’ dengan IAIN AR-Raniry itu, pernah men­ju­ arai aneka lomba, seperti MTQ, karya tulis, termasuk Porseni Banda Aceh (2010). yakub

Life Skill dan Short-course Sulaman Kasab di Dayah Santunan—Meulaboh. Kepala Kankemenag Aceh Barat Drs. H. M. Arif Idris, MA, di Aula Daya Yayasan Ar-Raudhatun Nabawiyah Gampong Mesjid Baro Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat membuka acara Life Skill dan Shourt Cours Sulaman Kasab bagi santri dayah (Senin, 19/12/2011). Pembukaan training itu dirangkai dengan peusijuek Kakankemenag yang baru saja melaksanakan ibadah haji, dan dilakukan oleh pimpinan dayah Tgk. H. Mustafa Habli, Lc. Dalam sambutannya, Kakankemenag menyampaikan bahwa saat ini pemerintah melalui kemenag, benar-benar dan sangat serius membina pendidikan dayah. Ini dibuktikan dengan program Wajar Dikdas, paket B, dan Paket C bagi dayah yang ada

26

Santunan

Februari 2012

di Aceh. Keseriusan pemerintah di­lan­ jutkan dengan adanya program pember­ dayaan santri, yang hari ini sedang dilakukan, ketrampilan sulan kasab bagi santri Ar-Raudhatun Nabawiyah ini. “Saya mengharapkan para santri ini nantinya dapat mempraktikkannya ketika mereka berada di kampung halaman nanti,” pinta M. Arif. Sementara itu, pimpinan dayah dalam sambutannya mengucapkan terimakasih ke­ p­ada jajaran kementerian agama yang telah mempercayai dayah sebagai tuan rumah, sekaligus memberikan kesempatan kepadam mereka untuk mengikuti pelatihan ketrampilan sulaman kasab ini. Moga ke depan semua pihak dapat kembali beker­jasama dalam kegiatan-kegiatan lainnya. khai/lan

Santunan—Lhoksukon. Kepala Kan­ kemenag Kabupaten Aceh Utara Drs. H. Zulkifli Idris, M.Pd. menerima Civitas Akademika Sekolah Tinggi Ilmu Syariah (STIS Jamitar) Lhoksukon untuk mengadakan silaturrahmi. Acara yang ber­ langsung di ruangan Kankemenag juga diikuti oleh Kepala Tata Usaha H. Asnawi, S.Ag, Analis Kepegawaian Syukri, S.Ag, Kasi Urais Sabaruddin, S.Ag., dan Kasi Penyelenggara Zakat dan Wakaf Drs. Jamaluddin, M.Pd. Dalam acara tersebut terjalin ko­ munikasi dan saling betukar informasi antara pihak kampus dengan Kakanmenang seputar status dan keadaan STIS Jamiatut Tarbiyah yang sama-sama berada di bawah naungan Kementerian Agama RI, dan telah terakreditasi pada tahun 2007. STIS Jamiatut Tarbiyah Lhoksukon yang berdiri tahun 2007 diketuai oleh Drs. Zainuddin Yusuf, M.Pd melakukan kerjasama dalam hal penempatan mahasiswa tingkat akhir untuk melakukan Ons Job Training (OJT) pada Kankemenag Aceh Utara dan pada KUA pada masing-masing Kecamatan yang berada di Aceh Utara. Rombongan STIS Jamitar Lhoksukon dipimpin oleh Pembantu Ketua III T. Hasansyah, SH dan unsur civitas akademika disambut baik serta menerima banyak arahan dari Kakanmenag, dalam hal pem­berdayaan sumber daya manusia di lingkungan kampus, yang nantinya di­ harapkan dapat menjadi generasi penerus perkembangan Aceh Utara dalam dunia pendidikan khususnya bidang ilmu syariah. biro aceh utara/yyy


Sekeluarga Bersyahadat di Subulussalam Tunjangan Fungsional untuk 648 Non-PNS Santunan—Bireuen. Sejumlah 648 guru non-Pegawai Negeri Sipil (PNS) mene­ rima tunjangan fungsional sebesar Rp. 3.000.000 per orang, untuk bulan Januari sampai Desember 2011. Pengambilan tunjangan tersebut dilakukan di Bank BRI (Senin,12/12). Salah seorang honorer penerima tun­ jangan, Roslinda, S.Pd.I, merasa senang atas cairnya anggaran tersebut. “Alhamdulillah, dengan keluarnya uang ini kami merasa sangat terbantu,” kata wanita yang telah mengabdi selama lima tahun ini. Hasanuddin, SE Staf Mapenda Kan­ kemenag Kabupaten Bireuen merincikan, “Dari 648 guru non-PNS yang menerima tunjangan fungsional, 365 di antaranya guru S1, sedangkan 283 guru lainnya D-II dan D-III.” Hasanuddin menambahkan beberapa sya­­­rat untuk memperoleh tunjangan fung­ sional bagi guru honor, di antaranya telah mempunyai masa bakti minimal dua tahun dibuktikan dengan SK pengangkatan sebagai guru non-PNS oleh kepala madrasah.najib/ lan

Santunan—Sabulussalam. Acara ikrar (pen­­­sya­hadatan) untuk menjadi muslim oleh sebuah keluarga di Gampong Bangun Sari Kecamatan Longkib Kota Subulussalam (25/11/2011) berlangsung haru dan syahdu. Acara pengucapan kalimat syahadat, ditun­ tun oleh Kepala KUA Kecamatan Longkib Taufiqurrahman, S.Sos.I dan disaksikan Jamilin sebagai P3N Bangun Sari, dan Muhammad yang mewakili Kepala Polsek Longkib. Saat Kepala Keluarga, Fao Dodo Gea, mengucapkan asyhadu anlaa-ilaaha illallaah dan asyhadu anna muhammadar rasulullaah, serta diganti nama muslimnya menjadi

Suscatin Perdana Diluncurkan

Santunan-Meureudu. Kemenag Pidie Jaya (Pijay) kerjasama dengan Kanwil Kemenag, Bp 4, Kanwil BKKBN dan Dinas Syari’at Islam Aceh menggelar launching (peluncuran) suscatin (kursus calon pengantin) tingkat Pijay (29/ 12). Acara diikuti 75 orang peserta utusan delapan KUA Kecamatan di Oproom Pemkab Pijay. Kasi Urais Kemenag Pijay Drs. Yusmadi, selaku panita dalam

laporannya mengatakan, acara ini hanya diikuti 3.2 % dari jumlah total pasangan pernikahan 2011 di Pijay yang berjumlah 1.172 pasangan (total 2.344 orang). Artinya 96.8 % mengikuti suscatin seperti biasa di lembaga BP 4 dan KUA. Acara yang dibuka oleh Asisten I Setkab Pijay Drs. Abdurrahman, MM tersebut dihadiri Kepala BKKBN Aceh Drs. Nasrullah

Muhammad Fao Dodo Gea dan istrinya Naomi Purba diubah nama muslimahnya jadi Nurhayati Purba, serta untuk tiga orang anaknya, banyak warga yang berlinang air mata. Acara sakral itu juga turut dihadiri oleh Muspika Kecamatan Longkib dan masyarakat Gampong Bangun Sari. Dalam arahannya Kepala KUA Longkib berharap agar Kabid Penamas menambah jatah penyuluh honorer di Kecamatan Longkib agar penyuluhan bidang agama seperti untuk muallaf lebih maksimal lagi. Saat ini jumlah non-muslim di Kecamatan Longkib 22 jiwa. taufiq/sun/lan Ja’far, MM, ‘widyaiswara’ untuk materi seputar “Kesehatan Reproduksi (Kespro),” Prof. Dr. H . Rusjdi Ali Muhammad, SH, Kadis Syari’at Islam Aceh untuk materi “Motivasi Catin dalam Membangun Syari’at,” Drs. H. A. Gani Isa, SH, M.Ag , Ketua BP 4 Aceh membawa materi “Psikologi Perkawinan,” dan Drs. H. Ridwan Qari, Kabid Urais Kanwil Kemenag Aceh menyampaikan materi “Fiqih Perkawinan.” “Kegiatan ini moga bisa dilaksanakan secara berkala, bila perlu bekerjasama dengan Pemkab Pijay, karena sangat penting untuk bekal catin dalam menjalani kehidupan rumah tangga. Di samping memberikan pemahaman perkawinan, juga dapat meredam tingkat perceraian di sini yang kian meningkat akhir-akhir ini,” ujar Drs. Abdurrahman MM. “Ke depan hendaknya pelayanan KUA di Pijay harus ditingkatkan dengan berbasiskan IT, khususnya dalam pelayanan pendaftaran nikah dan suscatin. Setiap KUA harus memiliki website, sehingga bisa diakses bagi siapa pun dan di mana pun, yang ingin mendapatkan informasi tentang prosedur pernikahan dengan mudah, cepat, dan jelas,” tutup Kakankemenag Pijay Drs.H. Ilyas Muhammad. azz/yyy Santunan

Februari 2012

27


Mohon Hibah untuk MIN Percontohan Sinabang Santunan—Sinabang. Jelang HAB ke 66, Bupati Simeulue Drs. Darmili meresmikan MIN Sinabang (31/12/2011). MIN yang berlokasi di Jalan Tuleet Suka Maju, Kecamatan Simeulue Timur itu, statusnya masih hak pakai/pengalihan, belum sepenuhnya milik Kemenag. “Untuk itu, kita mengharapkan kepada Pemkab dapat menghibahkan madrasah ini kepada Kemenag. Ini sangat perlu, supaya tidak terkendala lagi Kemenag dalam proses SIMAK BMN. Apalagi MIN ini belum siap 100 persen, belum rampung papan dan lotengnya, maka kami mohon kepada Bapak Bupati, sebelum habis masa jabatan, dapat menghibahkan lokasi gedung baru MIN ini pada anggaran 2012,” pinta Kepala MIN Sinabang, Zulfihayati, S.Ag Kepala Kakankemenag Kabupaten Simeulue Dra. Hj. Mirati Am, megharapkan MIN itu dapat menjadi MIN Percontohan di Simeulue dengan persyaratan dan fasilitas yang sudah ‘memadai’ saat ini. MIN Madrasah dengan motto, “MIN Sinabang siap mencetak kader beriman dan berkualitas,” juga menggelar pengajian diniyah dan les di sore hari. Aneka tarian yang dilatih di MIN itu juga kerap diperlombakan di berbagai

ajang,” kata Kepala MIN, Zulfiyati. “Kita mengapresiasikan MIN ini, juga kita harapkan sekolah ini menjadi sekolah terbaik di Kabupeten Simeulue. Pemerintah juga selalu memperhatikan bantuan bagi percepatan pembangunan pendidikan. Kelak, cucu kami pun rencana akan kami sekolahkan ke MIN ini,” ujar Bupati, Drs.

Darmili dalam sambutannya, sebelum pengguntingan pita dan penandatanganan prasasti, yang dikutip Mardinsyah, S.Pd.I, Ketua Panitia. Hadir pada acara tersebut antara lain, Ketua PKK Afridawati (menggunting pita), Kadis Pendidikan Drs. Arsin Rustam, dan pihak IDB (Islamic Development Bank). yakub

Workshop Pembinaan Madrasah Swasta Santunan—Idi Rayeuk. Bertempat di Hotel Harmoni Langsa, Kankemenag Aceh Timur, melalui Seksi Mapendais meng­ adakan Workshop Pembinaan Madrasah Swasta bagi kepala RA/Madrasah Swasta. Acara mengusung tema, ”Madrasah Maju Madrasah Bermutu.”

28

Santunan

Februari 2012

Kepala Kankemenag Aceh Timur Drs. H. Faisal Hasan, menyampaikan bahwa pelaksanaan kegiatan ini dimaksudkan untuk membina Kepala Madrasah Swasta dalam aspek pengelolaan, manajemen dan kurikulum madrasah dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran sehingga mutu

pendidikan terutama di madrasah swasta dapat meningkat. Di samping itu, dengan adanya kegiatan ini diharapkan kepada Kepala Madrasah untuk dapat mengelola madrasah dengan manajemen yang baik dan betul-betul membawa manfaat bagi iklim madrasah swasta. Menurut Kasi Mapenda, Fadli, S. Ag., kegiatan ini dimaksudkan untuk meningkatkan mutu madrasah swasta dalam bersaing dengan madrasah dan lembaga pendidikan lainnya terutama madrasah/sekolah negeri. Seksi Mapenda yang dalam hal ini sebagai pelayanan pendidikan madrasah yang ada di kabupaten setiap tahunnya terus melakukan inovasi-inovasi untuk membina madrasah terutama madrasah swasta yang notabene masih memiliki kekurangan-kekurangan di segala bidang. Selanjutnya ia berharap dengan kegiatan itu pat membantu Kepala Madrasah Swasta dalam mengambil kebijakan-kebijakan dalam pengelolaan madrasah di masa-masa yang akan datang. Workshop ini menghadirkan pemateri dari Kanwi, Drs. Thaharuddin, MA, Kasi. Kurikulum pada Bidang Mapenda Kanwil Kemenag Aceh. muslim a djalil/ biro aceh timur/yyy


Konsultasi Keluarga Diasuh oleh Drs.H.Abd.Gani Isa, SH, M.Ag Ketua BP4 Provinsi Aceh

Damai atau Pisah Assalamu'alaikum Wr.Wb Yth. Pengasuh Rubrik Keluarga di Banda Aceh Saya sudah mulai membina rumah tangga delapan tahun lalu, menikahi seorang wanita pilihan saya sendiri. Allah sudah mengaruniai keturunan dua orang anak (laki dan perempuan). Kehidupan kami biasa-bisa saja seperti keluarga lainnya. Namun secara terus terang kami juga sering berbeda pendapat dalam beberapa hal, mungkin disebabkan karena berbeda latar pendidikan kami berdua. Saya tamatan dayah terpadu sehingga pemahaman masalah agama sedikit lebih baik dibandingkan dengan istri saya yang pendidikannya sekolah menengah atas (SMA). Pertengkaran kami sering berkaitan dengan masalah ibadah seperti shalat dengan teratur dan disiplin, menutup aurat, dan hal-hal berkaitan dengan adab sopan santun baik dalam keluarga maupun di luar rumah tangga. Sesekali saya berpikir negatif, daripada terus bertengkar masalah shalat, pakaian penutup aurat dan lainnya, lebih baik berpisah. Namun di sisi lain bila melihat masa depan anak yang sangat membutuhkan kasih saying kedua orang tuanya, pikiran saya berubah menjadi positif. artinya lebih baik saya sabar dan berdamai. Dalam hubungan ini saya memberanikan diri untuk memohon kepada Bapak pengasuh, agar mendapat jalan ke luar dalam masalah yang sedang saya hadapi, mudah-mudahan menjadi solusi terbaik untuk saya ikuti dan melaksanakannya. Wassalam Nurman di Banda Aceh Wa’alaikumussalam Wr.Wb. Masalah yang saudara hadapi, seingat pengasuh sudah pemah pertanyaan yang hampir sama disampaikan sebelumnya lewat majalah kesayangan Anda ini (Santunan). Kemungkinan Anda lupa atau nomor terbitan itu tidak Anda baca atau terlewatkan begitu saja. Namun tidaklah berarti problema yang anda hadapi tidak penting. Menurut pengasuh semua yang disampaikan kepada redaksi/pengasuh semuanya penting, dan perlu direspon secara positif. Menurut pengasuh, berbeda itu sesuatu yang lumrah terjadi. Berbeda itu

juga kadangkala menjadi rahmat. Karena itu Allah swt, sebagai Khaliq menciptakan makhluk-Nya berpasang-pasangan dan berbeda jenis atau kelamin. Bagaimana hidup ini dengan satu jenis makhluk atau tidak pemah mengalami perbedaan satu sama lain, sudah tentu tidaklah menjadi indah. Karena berbeda itulah hidup ini menjadi daya tarik satu sama lain. Saling butuh antara sesamanya Sdr Nurman, pengasuh sama sekali tidak ragu atas kebaikan Anda selama ini, sikap baik yang selama ini sudah saudara miliki dan diberikan untuk istri dan keluarga Anda. Sadarilah, bahwa berbeda latar pendidikan bukanlah menjadi alasan bercerai. Malahan berbeda itu lebih menjadi perekat di antara Anda berdua Kajian dari sudut agama, menurut pengasuh saudara sebagai suami yang baik shalih mendapat dua pahala. Di samping “pahala” memberikan perlakuan baik terhadap keluarga seperti memberi nafkah, dan seterusnya, termasuk juga “pahala” memberikan pelajaran/mendidik istri Anda, dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari bodoh menjadi pandai terlebih menyangkut ajaran agama, termasuk melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Islam mengajarkan kita bahwa. “talaq itu sesuatu yang halal tapi sangat dibenci Allah. Pengasuh yakin dan tidak mencurigai sikap tidak baiknya saudara kepada istri anda. Anda dalam keseharian dikenal orang salah seorang “hafidh” tamatan salah satu pesantren di Serambi Makkah ini, pasti Anda dengan segala daya upaya tetap mempertahankan keutuhan rumah tangga anda. Dalam kaitan ini menarik Anda cermati dan pengasuh yakin anda hafal ayat ini, sesuai tuntunan al-Qur’an, sebagaimana dijelaskan Allah Swt: “Wa in takhafu nusyuzahunna fa’idluhunna wahjuruhunna fil madhaji’ wadhribuhunna ....” Setidaknya ada tiga langkah yang ditawarkan al-Qur’an sebagai solusi menyelesaikan kemelut rumah tangga. Pertama, memberi nasehat (fa’idhuhunna). Bila ada gejala-gejala yang tidak baik, seperti disebutkan dalam istilah al-Qur’an dengan “nusyuz” (membangkang), suami segera menasehatinya, misalnya tidak mau shalat atau seumpamnya. Mungkin inilah yang mengganjal di benak saudara sebagai suami. Suami yang amanah dan sangat tahu

dengan shalat pasti membuat hidupnya jengkel atas sikap istrinya. Karena shalat itu sangat penting dan shalat itu pula yang membedakan seorang muslim dengan kafir. Kedua, bila dengan nasehat tidak mapan, al-Qur’an mengajak suami untuk pisah tempat tidur/ranjang (wahjuruhunna fil madhaji’). Artinya masih hidup dalam satu rumah. Al-Qur’an tidak menyebutkan pisah rumah/tempat tinggal. Seorang istri pasti berpikir kenapa suami saya tidak lagi tidur dalam satu kamar/ranjang, bila ia sadari ia akan mengintrospeksi dirinya, kenapa, ya? Sampai begini, apa gerangan salah saya. Ketiga, dibolehkan untuk member sanksi, yang dalam istilah al-Qur’an “memukul” (wadhribuhunna). Tindakan ini merupakan langkah ketiga (terakhir), dengan “memukul”. Sikap ini merupakan obat terakhir yang harus dilakukan oleh seorang suami. Pukul dimaksudkan di sini bukan memukul dengan besi, atau martil, atau dengan kayu, sehingga membuat istri patah tulang atau cacat karenanya. Namun dimaksudkan dengan “pukul” di sini adalah persuasif, untuk mendidik, agar kebiasaan berperilaku buruk, tak sopan, tidak taat kepada suami, berubah menjadi patuh, penurut, apalagi menyangkut perintah agama, dan seumpamanya. Demikian indahnya tawaran dan bimbingan al-Qur’an. Artinya Qur’an tidak langsung memberi jalan ke luar “kalau begitu ceraikan saja”. Tidak! Untuk itu pengasuh selalu dan tidak pemah bosan memberikan nasehat dan taushiyah kepada Anda. Apalagi pengasuh sangat kenal dengan Anda termasuk kedua orang tua anda: (1) Selalulah memohon kepada Allah agar istri dan keluarga Anda diberi rahmat, hidayah, ma’unah ke jalan yang diridhaiNya (2) Kurangilah tensi “negatif” kepada istri anda untuk berpisah, tapi kuatkan kembali semangat hidup anda seperti di awal melangsungkan ijab qabul dulu, di mana pengasuh turut memberi nasehat pernikahan kepada Anda berdua; (3) Selalulah taqarrub dan shalat istikharah, memohon petunjuk kepada Allah jalan terbaik dalam hidup ini, dan terhindar dari godaan setan; (4) Selalulah berdialog dengan sopan, santun dalam masalah yang selama ini berbeda di antara anda berdua. Semoga Allah Swt meridhai-Nya, Amin Ya Rabal ‘Alamin.[] Santunan

Februari 2012

29


30

Santunan, Februari 2012

LENSA

Kakanwil dan rombongan Pejabat Kemenag Aceh saat berkunjung ke Harian Serambi Indonesia, diterima H. Syamsul Kahar dan sejumlah redaktur Harian Serambi Indonesia (10/1).

30

Santunan

Februari 2012

Kakanwil Kemenag Aceh, Drs. H. Ibnu Sa'dan, M.Pd mendonorkan darah dalam rangkaian HAB ke-66 (3/1)

Karyawan dan karyawati Kanwil Kemenag Aceh melakukan Senam Jantung Sehat setiap jumat pagi. Usaha menjaga kebugaran dan kesehatan.


Rapat pimpinan dan staf Kanwil Kemenag Aceh (9/1). Upaya menyerap aspirasi.

Kakanwil Kemenag Aceh disambut Bupati Aceh Tenggara H. Hasanuddin B. dan Muspida Plus saat kunjungan kerja di Aceh Tenggara (4/1)

Ditlantas Polda Aceh mensosialisasi Tertib Berlalu Lintas di Raudhatul Athfal Perwanida Banda Aceh (27/1).

Penyerahan bingkisan kepada sejumlah anak yatim oleh oleh Asisten Sekda II Aceh, Ir. HT. Said Mustafa, MM. pada rangkaian kegiatan HAB ke-66 (3/1)

Penyerahan Asuransi Extra Cover Jamaah Haji Tahun 1432 H. an. H. Keujron Apok Bin Doraman (8/2), yang meninggal dalam pesawat saat kembali dari tanah suci. Alm menerima santunan sebesar Rp. 100 juta dari PT. Jasindo.

Rapat Karyawati Kanwil Kemenag Aceh untuk memilih pengurus baru IKARKA (Ikatan Karyawati Kanwil Kementerian Agama) Aceh di Aula Kanwil Kemenag Aceh (26/1). Terpilih sebagai ketua, Mardhiah, SHI.

Santunan

Februari 2012

31


32

Santunan, Februari 2012

OPINI

Kearifan Lokal dalam Naskah Aceh

Hermansyah Dosen Filologi IAIN Ar-Raniry dan Pengkaji Manuskrip

Dalam kerangka rekonstruksi penulisan sejarah, keilmuan dan pemikiran Islam lokal di Aceh, naskah (manuskrip) dapat menjadi sumber utama, dan bahkan merupakan re­ presentasi dari berbagai sumber lokal yang otoritatif dan otentik dalam memberikan berbagai informasi sejarah dan perkembangan intelektual pada masa tertentu. Naskah, khususnya konteks Islam lokal, dapat menyatukan budaya, sosial, politik, kearifan dan intelektual antara budaya lokal dan Islam dalam suatu wilayah tertentu. Lahirnya manuskrip Aceh—baik berbahasa Aceh maupun Melayu- dengan berbagai kandungan isi di dalamnya, tidak terlepas dari berbagai asbab (sebab), saling terikat dan terkait satu naskah dengan naskah lainnya, setidaknya dengan konstruksi atau background masyarakat setempat pada saat itu, disinilah ciri khas kepengarangan manuskrip di Aceh, sejak abad ke-17 hingga ke-19. Tradisi bagai “berbalas pantun” itu dilakukan karena pengarang Aceh masa lalu merasa semua hal (perkara) yang penting dan perlu diketahui pembaca perlu dicatat untuk disimpan dan disebarkan. Selain itu, dalam konteks pengetahuan lokal ini, peran pengarang naskah-naskah Aceh juga sangat signifikan dalam meracik pengetahuannya agar kitab “membumi” dan diterima ditengah-tengah masyarakat. Tradisi keilmuan yang berbasis lokal tersebut semakin mengental pada abad ke18 dan akhir abad ke-19, sebagaimana yang diungkapkan oleh Faqih Jalaluddin (Teungku Di Lam Gut) dalam naskahnya “Seubab Arab leu soe lupa” (Sebab bahasa Arab banyak yang lupa). Ia menyadari akan konteks kehidupan dan keilmuan masyarakat pada periodenya. Jika tidak dilakukan demikian, berbagai ilmu, kisah, hukum, nazam, keahlian (spesifikasi) dan lain-lainnya akan dilupakan dan hilang seterusnya. Di sinilah terletak kepandaian pengarang dalam membaca situasi, dan sekaligus menunjukkan kehebatan teks manuskrip Aceh.

Memang, harus diakui, kalangan sejarawan ataupun ilmuwan tentu punya tantangan sendiri saat memasuki dunia di balik teks yang sangat rumit. Manuskrip yang ditulis dalam bahasa lokal menyulitkan sejarawah-sejarawan yang tumbuh di luar “bahasa lokal” tersebut untuk mema­ sukinya. Demikian juga sejarawan lokal, sesungguhnya memiliki problem tersendiri saat asbab lahirnya teks tidak dapat di­ ungkapkan. Di sisi lain, permasalahan lainnya timbul karena kenyataan bahwa sebagian naskah yang menjadi sumber penelitian tidak jarang mengandung cerita yang mengandung unsur mitos dan legenda. Akan tetapi, mitos dan legenda tersebut juga memiliki fungsi tersendiri sebagai sumber informasi, dan disampaikan secara turun temurun dari generasi ke generasi sebagai pandangan hidup, etika dan kesopanan. Salah satu misalnya, naskah syair Hikayat Burung Pingai karya Hamzah Fansuri, penyair sufistik terkenal di Nusantara. Karyanya tersebut dipengaruhi dari naskah Mantiq al-Thayr (Musyawarah Burung) karya Fariduddin al-‘Attar, penyair sufi Parsi abad ke-12 yang masyhur. Menurut Braginsky (1993) analogi syair-syair Hamzah Fansuri menggunakan lambang burung, seperti terlihat dalam “Syair Tayr al-‘Uryan Unggas Sultani”, dalam risalahnya alMuntahi . Hamzah Fansuri -tentu sengajamenyebutkan nama-nama burung dalam bahasa Melayu (lokal) daripada bahasa Arab, sebagaimana yang tercantum dalam naskah Mantiq al-Thayr. Hamzah Fansuri, atau ulama-ulama lain yang sezamannya, tidak melupakan konteks lokal yang dikemukakan dalam kitab mereka, agar karyanya lebih dapat diterima, dicerna dan memasyarakat. Karya mereka lebih menonjolkan kasus-kasus yang kearifan sesuai zaman dimana mereka hidup, baik berupa deskripsi, kritik, Sesuai dengan kemampuan analisa pembaca pada saat itu. Walaupun naskah-naskah yang tampil di


Tidak sebatas pada bidangbidang sastra, keistimewaan kearifan lokal Islam Aceh mampu menghadirkan naskah-naskah pe­nge­tahuan umum seperti Ta’bir Gempa, Ta’bir Mimpi, perobatan tradisional (herbal)

abad ke-17 dan Ke-18 Masehi didominasi bahasa Melayu. Namun, bukan berarti perkembangan naskah berbahasa Aceh tidak memiliki peranan ketika itu. Pada abad ke-19 Masehi, Islam lokal lebih mengakar dalam masyarakat Aceh, dan tentunya dapat mengisolasi akan hal-hal luar, terutama yang tidak sesuai dengan tradisi, adat dan budaya. Ini dapat dipahami bahwa modernisasi dan kolonialisme sedang terjadi di Aceh ketika itu. Pemikiran pluralisme yang tumbuh akibat pendatang asing, telah membuat gaya dakwah para ulama, khususnya dalam sisi tulisan (manuskrip), untuk dapat membangkitkan nasionalisme ke-Aceh-an, memperbaiki moral dan etika­nya. Maka sangat wajar, pada periode ini banyak kitab-kitab berbahasa Arab dan Melayu diterjemahkan ke dalam bahasa Aceh Jawoe (Aceh bertulisan Arab), di samping lahirnya kitab-kitab baru berbahasa Aceh dalam kajian yang berbeda. Namun, kandungan isi tidak terlepas dari kearifan dan kontekstual masyarakat saat itu. Sebenarnya, mereka tidak hanya menerjemahkan kitab bahasa Asing ke bahasa

Aceh semata-mata. Akan tetapi, dalam proses penerjemahan dan penyalinan ulang, me­reka memodifikasi dan menyisip beberapa catatan, pengetahuan, dan in­ formasi yang lebih aktual. Disinilah letak kekhasan di dalam naskah-naskah Aceh. Sebagian kecil dari beberapa kitab Aceh Jawoe yang lahir dari terjemahan aslinya (Arab atau Jawi), misalnya; kitab Tanbihoy Rapilin diterjemahkan dari Tanbih al-Ghafilin (Peringatan bagi Orang Ceroboh) karya Faqih Jalaluddin. Kitab Menhajoy Abidin ter­jemahan Syeh Marhaban dari kitab Minhaj al-‘Abidin (Metode orang-orang Beribadah) karya Imam al-Ghazali (w. 1111). Kitab Hikayat Pocut Muhammad diterjemah Teungku Lam Rukam yang disadur dari Sirah Nabawiyah. Kitab Tanbeh Tujoh Blaih (Peringatan Tujuh Belas) karangan Teungku Muda Seureubee, ikhtisar dari kitab Munir al-Qulub (Penerang Hati) dan Dawa’ al-Dzunub (Penawar Dosa). Dan beberapa kitab bahasa Aceh yang tidak diketahui pengarang dan penyalinnya, seperti; Hikayat Asan Usen, Hikayat Nun Farisi, Khabar Insan Kamil, Hikayat Bustaman, Bahaya Sireubee, dan lainnya.

Originalitas karya ulama pada periode ini juga tidak kalah penting, bahkan mampu meliputi lintas keilmuan. Salah satu di antaranya naskah-naskah epos heroik (Hikayat Jihad), beberapa karya ulama seperti Tgk Chik Pante Kulu, Tgk Chik Pante Geulima, Tgk Chik Seulimun (Tanoh Abee) yang mampu memotivasi semangat juang. Kandungannya pun tidak luput dari hikayat (sastra) agama, hikayat sejarah dan hikayat roman (percintaan). Tidak sebatas pada bidang-bidang sastra, keistimewaan kearifan lokal Islam Aceh mampu menghadirkan naskah-naskah pe­ nge­tahuan umum seperti Ta’bir Gempa, Ta’bir Mimpi, perobatan tradisional (herbal). Seperti naskah pengobatan Kitab al-Rahmah Fi al-Thib wa al-Hikmah (Kitab Rahmat dalam Ilmu Kedokteran dan Hikmah) karya Tgk Chik Kuta Karang, dan Kitab Tajul Muluk dalam terjemahan bahasa Aceh, keduanya menunjukkan pengetahuan dan keisti­me­waan Islam lokal Aceh, dan memadu dengan pengetahuan umum dalam Islam secara keseluruhan. Melihat keterkaitan antara Islam dengan dunia pernaskahan Aceh, tidak dapat dihindari bahwa naskah jelas merupakan salah satu bagian yang membangun, menjaga dan menjadi elemen terpenting dalam rekonstruksi berbagai pemikiran intelektual Islam lokal di Aceh yang multi etnis, bahasa, kultur dan budaya. Dalam konteks Islam lokal ini, khazanah naskah-naskah Aceh tersebut sangat signifikan, terutama jika mempertimbangkan bahwa kajian atas wacana Islam lokal untuk membentuk wujud Islam Aceh seutuhnya. Dan salah satu urgenitas dalam keilmuan dan warisan budaya adalah upaya studi Islam lokal berbasis manuskrip yang memiliki kekayaan akan norma-norma, pengetahuan, budaya dan kearifan yang telah membawa peradaban (tamaddun) Aceh dari masa ke masa. Santunan

Februari 2012

33


Pengembangan Aspek Kompetensi Dasar di Raudhatul Athfal Pengembangan aspek kompetensi dasar adalah kegiatan yang dipersiapkan oleh guru Raudhatul Athfal (RA) untuk meningkatkan motivasi, kreatifitas, daya serap, dan potensi-potensi peserta didik yang dimilikinya. Pengembangan kemampuan dasar meliputi aspek agama Islam, berbahasa, kognitif, fisik motorik, dan seni. Aspek agama Islam Pengembangan aspek agama Islam bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan dasar mengenal, memahami, menghafal, dan melaksanakan rukun-rukun Islam, rukun-rukun Iman, ayat-ayat pendek, doa-doa hari­an, saling menyayangi dengan sesama, dan mengajarkan praktek shalat lima waktu dan amal ibadah lainnya. Misalnya, pembelajar­an tema keluargaku, maka pengembangan aspek agama Islam yang diajarkan kepada anak adalah sopan santun terhadap orang tua, cara-cara berbakti kepada kedua orang tua, berdoa kepada kedua orang tua, jumlah anggota keluarga, dan fungsi masing-masing anggota keluarga. Pembelajaran aspek agama Islam ini dapat diperoleh dari kurikulum Raudhatul Athfal, buku doa sehari-hari, komik-komik keislaman tentang anak shaleh, buku tata cara berbakti kepada kedua orang tua, buku anak durhaka, buku cerita penghuni syurga dan neraka, buku Cerita Anak Shaleh. Aspek berbahasa Pengembangan aspek berbahasa diharapkan agar dapat menggunakan dan mengekspresikan pemikirannya dengan menggunakan kata-kata. Dan juga peserta didik mampu mendengar dan berbicara, membaca, dapat mengungkapkan pikiran melalui bahasa yang sederhana secara tepat, berkomunikasi secara efektif, melatih keberanian berbicara di depan kelas, dan membangkitkan minat peserta didik untuk berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Hal ini sesuai dengan Buku 2, Pedoman Pembelajaran Bidang Pengembangan Berbahasa (2007: 6) “tentang pengembangan aspek berbahasa

34

Santunan

Februari 2012

Dra. Juairiah

Kepala RA al-Ikhsan Kota Banda Aceh

adalah anak mampu mendengarkan, berkomunikasi secara lisan, memiliki perbendaharaan kata dan mengenal symbol-simbol yang melambangkannya untuk persiapan membaca dan menulis.” Pengembangan berbahasa dapat dimulai dengan bunyi huruf hidup yaitu ‘a’, ‘i’, ‘o’, ‘e’, dan ‘u’. Kemudian anak setelah mengenal dan membaca dengan benar, guru dapat memberikan kata-kata yang nyata dengan benda disekitar anak didik. Misalnya huruf ‘a’ bendanya ‘apel’, huruf ‘i’ bendanya ‘ikan’, ‘o’ bendanya ‘obat’, ‘e’ bendanya ‘ember’, dan ‘u’ bendanya ‘uang’. Sehingga dengan demikian anak didik lebih mengerti. Hal ini seperti dikemukakan oleh Ken Adams (2006; 74) mengemukakan bahwa “di usia 4-5 tahun anak sudah dapat mulai membaca kata-kata konkret. Kata-kata ini harus merupakan kombinasi antara bunyi huruf hidup pendek, dan menjelaskan bendabenda yang sudah dikenal anak. (Misalnya, huruf ‘a’ untuk buah ‘apel’, huruf ‘i’ untuk ‘ikan’)”. Kemampuan berbahasa di Raudhatul Athfal dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut: a. Guru membaca huruf abjad satu persatu, kemudian mengulangi pelan-pelan agar dapat diikuti oleh anak didik. b. Guru menggunakan poster huruf abjad dengan memperkenalkan pada anak didik c. Guru menggunakan poster bergambar sambil mengucapkan bunyi huruf abjad d. Guru menggunakan gambar yang ber­tuliskan kata-kata. Misalnya poster gambar “apel”, dibawah gambar bertulis­kan kata “ apel” e. Menggunakan bongkar pasang huruf abjad sebagai permainan anak didik f. Setelah pembelajaran, melatih anak didik untuk memilih huruf abjad yang sudah diacak. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana anak didik sudah memahami kemampuan berbahasa. g. Menggunakan lembar kerja bergambar yang menghubungkan sesuai dengan kata-kata. Misalnya gambar “ayam” harus ditarik garisnya pada kata yang bertuliskan “ayam”.


Pengembangan pembelajaran di Raudhatul Athfal mencakup bidang pengembangan diri yaitu akhlak dan perilaku, sosial, emosional dan kemandirian. Aspek kognitif Pengembangan kognitif adalah suatu proses berfikir berupa kemampuan untuk menghubungkan, menilai dan memper足timbangkan sesuatu. Pengembangan aspek kognitif bertujuan agar anak didik mampu mengingat (memory), mampu memahami sessuatu (verbal comprehension), mampu bernalar dan berfikir logis (reasoning), mampu mengenal bilangan (numerical ability), mampu menggunakan kata-kata (word fluency), mampu mengamati dengan cepat dan cermat (perceptual speed), mengembangkan logika matematika, pengetahuan ruang dan waktu, mampu mengidentifikasikan dan memisahkan sesuatu benda, melatih berpikir kritis dan pemecahan masalah. Pengembangan aspek kognitif dapat dila足kukan dengan beberapa cara sebagai berikut; a. Menggunakan berbagai bentuk balok dalam permainan b. Menunjukkan konsep makna yang berlawanan. Misalnya ringan- berat, atas-bawah, tinggi rendah, dan sebagainya c. Menunjukkan bentuk-bentuk geometri. Misalnya, lingkaran, persegi, dan segitiga d. Mengunakan poster untuk benda yang memiliki persamaan bentuk, warna, dan ukuran e. Menggunakan pazel-pazel angka dan jumlah gambar sesuai angka f. Menceritakan kembali 3 gagasan utama suatu cerita g. Menyebutkan dan mengenal angka 1 - 10 h. Menggunakan benda-benda disekitar untuk membilang. Misalnya menghitung jumlah kursi di kelas, menghitung jari tangan sendiri. i. Menggunakan kartu angka bergambar dengan benda yang menarik Aspek fisik motorik Pengembangan aspek fisik motorik bertujuan untuk melatih motorik halus dan motorik kasar pada anak didik, meningkatkan kemampuan aktifitas gerakan dan kordinasi tubuh, cara hidup sehat, sehingga dapat menunjang pertumbuhan jasmani yang

sehat, kuat dan terampil. Pengembangan aspek fisik motorik berfungsi untuk melatih kelenturan dan koordinasi otot-otot seluruh tubuh, memacu pertumbuhan dan perkembangan fisik motorik, melatih ketangkasan gerak dan berfikir anak, meningkatkan perkembangan emosional dan sosial anak, menumbuhkan perasaan menyenangi dan memahami kesehatan pribadi. Pengembangan ini dapat dilakukan dengan cara melakukan praktek lansung pada kegiatan pembelajaran. Kegiatan yang dilakukan adalah melompat, menangkap dan melempar bola, menendang, berlari, berbaris, berguling, merangkak, berputar, bergoyang, berjongkok, duduk, berdiri, berjalan di atas titian, berjinjit, baris berbaris, menggambar pada lembar kerja, berlari kencang, menggunting kertas, membuat bentuk dari plastisin atau tanah liat, dan berjalan berputar. Aspek Seni Pengembangan aspek seni bertujuan untuk melatih anak didik dapat menciptakan sesuatu berdasarkan imajinasinya, menunjukkan kreatifitas dalam dirinya yang mengandung unsur seni, Kegiatan yang dilakukan pada pengembangan aspek seni adalah menari, melukis, menggambar bebas, menyanyi, bercerita dengan gambar seri dan tanpa gambar yang sesuai dengan tema-tema pembelajaran. Pengembangan pembelajaran di Raudhatul Athfal merupakan suatu proses yang berkelanjutan. Pelaksanaannya dalam bentuk program tahunan, program semester, rencana kegiatan mingguan, rencana kegiatan harian, rangkuman penilaian, kegiatan pengembangan sesuai dengan karakteristik tumbuh kembang anak usia dini psikologi cognitive anak. Pengembangan pembelajaran di Raudhatul Athfal mencakup bidang pengembangan diri yaitu akhlak dan perilaku, sosial, emosional dan kemandirian. Juga bidang pengembangan kemampuan dasar mencakup aspek pendidikan agama Islam, aspek berbahasa, aspek kognitif, aspek fisik motorik, dan aspek seni.[]

Santunan

Februari 2012

35


Administrator Marah Halim, M.Ag Widyaiswara BKPP Aceh “Setiap kamu adalah pemimpin,” adalah potongan hadits yang sangat populer untuk meyakinkan setiap pribadi muslim akan eksistensinya sebagai khalifah fil ardh yang diberi kemampuan lebih dibanding makhluk yang lain; kemampuan lebih itu adalah akal. “Lain ladang lain belalang, lain orang lain pula cakupan kepemimpinannya,” bergantung kepada seberapa maksimal yang mengekploitasi kemampuan akalnya untuk memanifestasikan sifat kepemimpinannya, karena itulah dalam kenyataan kita mengenal sebutan yang segudang untuk menggambarkan sosok pemimpin, bergantung pada konteksnya masing-masing. Dalam khazanah pemerintahan, istilah yang paling tepat digunakan untuk pemimpinnya adalah administrator, artinya penyelenggara urusan pemerintahan. Oleh media, Presiden Amerika Serikat paling sering disebut sebagai administrator, sebab pemerintahannya sering disebut sebagai US administration. Singkatnya, penyelenggaraan suatu urusan pemerintahan disebut dengan administration, sedangkan orangnya disebut dengan administrator. Tampak prinsip egalitarianisme lebih ditonjolkan dalam penggunaan istilah “administration” dan “administrator”. Orang Indonesia menggunakan istilah “pemerintahan” dan “pemerintah”, bukan terjemahan dari “administration” dan “administrator”, melainkan dari “governance” dan “governor”; lebih menonjolkan sifat superior dan paternalistik alias sifat ngebosnya. Dari sisi ini saja pola pikir kita tentang kenegaraan berbeda dengan orang Amerika yang lebih duluan bernegara. Menurut saya istilah ““administration” dan “administrator” lebih tepat digunakan dan artinya bukan “pemerintahan” atau “pemerintah”, tetapi “penyelenggaraan” dan “penyelenggara”. Ada dhamir mustatir di balik itu, yang empunya urusan yakni publik. Penyelenggara sebatas menyelenggarakan. Menyelenggarakan suatu urusan organisasi negara tidak sama dengan memimpin organisasi lain yang bersifat non-pemerintahan. Salah satu karakteristik yang sangat kuat adalah sifat publiknya. Publik (umum) adalah pemegang saham mayoritas dari urusan pemerintahan. Publik

36

Santunan

Februari 2012

adalah pemegang hajat urusan atau yang melahirkan urusan pemerintahan itu sendiri. Bukan seperti perusahaan (korporasi) yang muncul karena hajatnya untuk kepentingan dirinya untuk meraih keuntungan; urusan pemerintahan lahir karena kebutuhan publik. Karena itu, aspek yang paling menonjol dari sifat publik dari administrasi adalah service (pelayanan). Karena itu pula PNS di Indonesia disebut sebagai pelayan masyarakat (public servisor). Karena istilah pelayan kurang mendapat konotasi yang baik dalam miliu kita, maka penulis menganjurkan untuk menggunakan istilah penyelenggara saja, yang intinya bukan sekedar melayani tetapi lebih kepada menyelesaikan masalah. Jangkauan kepemimpinan seorang administrator bersifat keluar dan ke dalam (internal dan eksternal), inilah yang membedakannya dengan jenis kepemimpinan yang lain seperti manager. Kepemimpinan seorang manager melulu bersifat internal, yang dia pikirkan fokus pada pencapaian target management-nya, sejak dari perencanaan sampai pengendaliannya. Sedangkan seorang administrator harus bersifat multi-facet (banyak segi). Administrator adalah pemimpin bagi para manajer. Gambaran sifat kepemimpinan seorang administrator di atas menyiratkan bobot kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang administrator. Jika kompetensi di bidang lain mungkin lebih menonjolkan pengetahuan, maka administrator lebih mengutamakan pengalaman, perbandingannya bisa enam puluh untuk pengalaman dan empat puluh untuk pengetahuan. Karena itulah, pendidikan dan pelatihan bagi seorang administrator juga bersifat khas dirancang untuk menguatkan karakteristiknya sebagai penyelenggara kepentingan publik yang intinya adalah pelayanan. Karakteristik utama dalam pelayanan publik adalah kontak dengan user (pengguna) layanan, yaitu manusia sebagai unsur utama. Karena yang dihadapi adalah manusia yang merupakan makhluk yang sangat unik, maka diklat administrasi mengambil berat sisi penempaan prilaku atau sikap atau attitude dari si administrator atau calon administrator. Hal ini bisa dilihat dari materi diklat yang diberikan pada diklat pra-jabatan (pre-

Dalam hal apa saja seorang administrator harus baik etikanya? Atau singkatnya, apa ukurannya seorang administrator dikatakan baik? service training) maupun dalam diklat-diklat penjenjangan (struktural), diklat teknis, maupun diklat fungsional. Materi-materi diklat di pra-jabatan dan di diklat-diklat dalam jabatan semuanya dirancang untuk menguatkan karakteristik kepemimpinan administrasi sebagaimana digambarkan di atas, dimana yang menonjol adalah aspek pelayanan publiknya, khususnya aspek pelayanan manusianya. Dalam rangka melayani manusia inilah yang diutamakan adalah sikap. Sikap adalah bagian dari nilai etika, karena itu yang ditransfer dalam diklat prajabatan dan diklat jabatan adalah nilainilai etika yang ukurannya adalah baik-buruk. Singkatnya, administrator yang dibutuhkan untuk melayani publik (manusia) adalah administrator yang baik. Baik-buruk adalah nilai etika, dua nilai yang lain adalah nilai logika (benar-salah) yang di dunia administrasi disebut dengan wawasan; dan nilai estetika (bagus-jelek) yang disebut dengan keterampilan. Bagi seorang administrator yang paling utama adalah etika. Bisa dikatakan, hampir semua mata diklat yang dijejalkan ke jiwa calon PNS adalah nilai etika profesi administrator. Hal ini berangkat dari asumsi bahwa nilai logika (benar-salah) telah mereka dapat di bangku kuliah (sekolah), sedangkan nilai estetika (bagus-jelek) adalah buah dari performa mereka ketika telah terlibat penuh dalam kegiatan administrasi. Sebab bagus-jelek harus bisa dilihat dan diukur indikatornya, lebih pada produk yang bisa ditunjukkan oleh seorang administrator. Dalam hal apa saja seorang administrator harus baik etikanya? Atau singkatnya, apa ukurannya seorang administrator dikatakan baik? Menurut telaahan penulis, karena etika (baik-buruk) selamanya dalam hubungan antara orang dengan orang, maka ukuran universal dalam nilai baik-lah yang kita gunakan.


Di mana-mana, seseorang dikatakan bersikap baik dapat dibaca dalam adaptasinya, komunikasi-nya, koordinasi-nya, partisipasi-nya, toleransi-nya, kolaborasi-nya, transparansi-nya, kepedulian-nya, integrasinya. Pejabat administrasi setingkat apa pun dinilai baik-buruknya dalam aspek-aspek di atas. Karena hal-hal di atas adalah nilai etika, maka hal-hal itu pulalah yang menjadi sasaran penilaian siapa saja yang kepentingannya tersangkut dengan jabatan administrasi kita, apakah atasan, kolega, bawahan, maupun publik yang menggunakan jasa pelayanan si pejabat administrasi. Pertanyaan yang kerap terlontar dari siapa pun yang baru mengenal seorang pejabat administrasi misalnya ”bagaimana adaptasi bapak fulan? Mudah, sulit, biasa-biasa saja?; bagaimana komunikasinya? Ramah, dingin, kalem, dan lain-lain.” Mudah dan ramah adalah nilai-nilai etika yang baik. Untuk menguatkan sikap-sikap di atas lah maka di diklat-diklat prajabatan dan diklat dalam jabatan terdapat mata diklat seperti dinamika kelompok, membangun kerjasama tim, komunikasi yang efektif, teknik-teknik koordinasi, membangun jejaring kerja (networking), teknik negosiasi, etika organisasi, good governance, budaya kerja organisasi, pelayanan prima (excellence service), dan lain-lain. Semuanya bermuara pada pembentukan sikap yang baik. Jika dikaitkan dengan perspektif keilmuan lain, maka sikap dalam ilmu pendidikan disebut dengan ranah afektif dan dalam ilmu psikologi disebut dengan kecerdasan emosional. Etika sendiri adalah istilah dari perspektif ilmu filsafat, dan attitude (sikap) adalah istilah ilmu manajemen. Nilai ukurannya sama, yaitu baik-buruk. Yang bisa bersikap baik-buruk hanya manusia dengan tuntunan akalnya. Jika ia dikendalikan oleh nilai-nilai yang baik maka ia akan menjadi pemimpin yang baik, jika sebaliknya maka ia akan menjadi pemimpin yang buruk. Sebagai peneuteuh, penulis mencoba menegaskan perbedaan administrasi dengan manajemen yang sampai saat ini sering di­ identikkan karena secara kebahasaan artinya mengatur. Penulis berkeyakinan bahwa kedua istilah memiliki konteks makna yang berbeda. Secara singkat disimpulkan bahwa administrasi berarti mengatur orang, sehingga tepat fungsi negara adalah menyelenggarakan (administrasi) karena mengatur orang butuh seni yang khusus; sedangkan manajemen adalah mengatur pekerjaan sifatnya me­ kanistis. Jadi, menjadi administrator adalah menyelenggarakan urusan manusia dengan mengendalikan manusia itu sendiri; jika berhasil secara positif maka tercapailah misi kekhalifahan seorang anak manusia, sebagaimana dikuatkan hadits di atas ”setiap kamu adalah pemimpin”.[]

Urgensi Karya Tulis Ilmiah bagi Guru Hamdani M. Yusuf, S.Ag Guru MTsN Lhoong Kabupaten Aceh Besar

Dalam Permenkeu Nomor 164 Tahun 2010 disebutkan, “Guru merupakan pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah.” Berdasarkan Kepmen PAN Nomor 84 Tahun 1993, ‘diulang’ lagi bahwa guru seperti yang disebutkan diatas adalah sebagai PNS yang dapat berkarier, mulai dari sebagai Pratama (Golongan II/a) sampai dengan Guru Utama (Golongan IV/e). Dengan melaksanakan dua unsur kegiatan utama yaitu: (1) kegiatan utama, yang terdiri dari (a) pendidikan, (b) Proses Belajar Mengajar, dan (c) pengembangan profesi; dan (2) kegiatan penunjang, berupa pengabdian masyarakat. Kegiatan utama dilaksanakan sekurang-kurangnya 80 % dan kegiatan penunjang maksimal 20 %. Jika seorang guru hanya melaksanakan unsur kegiatan pendidikan, proses belajar mengajar dan pengabdian masyarakat, maka sampai dengan jabatan Guru Pembina (Golongan IV/a), secara teoritik tidak akan banyak kesulitan untuk memperoleh kumulatif angka kredit yang disyaratkan. Akan tetapi untuk bisa naik menjadi Guru Pembina Tingkat I (Golongan IV/b) dan jenjang jabatan selanjutnya, di samping harus memenuhi jumlah angka kredit yang dipersyaratkan, juga seorang guru diwajibkan untuk melaknakan kegiatan pengembangan profesi minimal 12 angka kredit, terutama diperoleh melalui kegiatan penulisan karya tulis ilmiah. Di sinilah tampaknya mulai dirasakan adanya kesulitan tersendiri, karena tidak semua guru mampu dan dengan mudah memenuhinya. Hal ini terbukti bila kita lihat berapa banyak guru-guru terutama kita dari Kementerian Agama Khususnya provinsi Aceh yang saat ini mandeg hanya di golongan IV/a saja tanpa mampu lagi menaiki jenjang ke IV/b. Faktornya setelah penulis teliti adalah ketidak mampuan guru

dalam membuat karya tulis ilmiah, sebab salah satu syarat untuk bisa naik ke jenjang IV/b dalam jabatan guru adalah harus membuat karya tulis ilmiyah sebagai syarat pengembangan profesi dalam kenaikan pangkatnya. Dan rendahnya tingkat keberhasilan guru dalam proses kenaikan pangkat tersebut disebabkan oleh banyak faktor. Salah satunya adalah faktor kelemahan guru dalam penyusunan karya tulis, yang tidak memenuhi persyaratan minimal sebagai karya ilmiah. Lewat tulisan ini, penulis maksudkan hanya sebagai tautan yang berisi ramburambu penulisan karya tulis guru, mudahmudahan dapat membantu para guru dalam membuat karya tulis ilimiah, sehingga ke depannya tidak lagi banyak karya tulis yang harus tertolak jika mengajukan untuk kenaikan pangkatnya dari unsur pengembangan profesi: Persyarakan pokok Untuk setiap karya tulis ilmiah yang dibuat, haruslah memenuhi persyaratan pokok yang penulis istilahkan dengan APIK sebagai berikut: 1. Asli (original), karya tulis ilmiah populer yang dihasilkan harus merupakan produk asli guru (penulis) dan sesuai dengan bidang studi/mata pelajaran/ mata diklat yang diampu, dan tempat bekerja. 2. Penting dan bermanfaat (useful), karya tulis ilmiah populer yang dihasilkan guru harus dirasakan manfaatnya secara langsung oleh guru dalam peningkatan kualitas pembelajaran pelatihan seharihari. 3. Ilmiah (scientific), karya tulis populer yang dihasilkan guru harus disusun secara ilmiah, sistematis, runtut, dan menggunakan bahasa populer, sesuai persyaratan penulisan karya ilmiah. 4. Konsisten (concistency), karya tulis ilmiah populer yang dihasilkan guru harus memperlihatkan keajegan dan konsistensi pemikiran yang utuh, baik Santunan

Februari 2012

37


Karya tulis ilmiah merupakan salah satu karya yang bisa berupa inovasi-inovasi baru yang telah dilakukan oleh guru di dalam kelas sekaligus memberikan kontribusi kepada guru lainnya untuk bisa menerapkannya di sekolah tempat ia mengajar secara keseluruhan maupun hubungan antar bab/antar bagian dalam karya tulis yang disajikan. Kriteria pokok Sedangkan untuk kriteria pokok setiap Jenis Karya Tulis Ilmiah ini harus memenuhi unsur-unsur sebagai berikut : 1. Ada “masalah” pokok yang dijadikan dasar penulisan, dan masalah tersebut sesuai atau menyangkut kegiatan pembelajaran/ pelatihan yang dilaksanakan guru seharihari. 2. Ada “teori atau kajian pustaka” yang mendukung upaya pemecahan masalah yang dihadapi. 3. Ada “metodologi/strategi” yang dilakukan secara runtut dalam upaya peme­cah­ an masalah yang dihadapi. 4. Ada “data/fakta” yang mendukung pembahasan masalah yang dihadapi. 5. Ada “alternatif pemecahan” yang di­ kemukakan atau dibahas untuk solusi masalah yang dihadapi. 6. Ada “kesimpulan dan rekomendasi” yang dikemukakan berdasarkan analisis data terhadap upaya pemecahan maslaah yang dihadapi. 7. Ada Referensi atau sumber pustaka pendukung yang disusun secara runtut. Penutup dan saran Seharusnya Karya Tulis Ilmiah itu diwajibkan bagi setiap guru yang dimulai dari kenaikan golongan dari III b atau III c, sehingga ketika si guru tersebut mau naik pangkat ke golongan IV b dia tidak akan merasa kesulitan lagi dengan yang namanya karya tulis ilmiah karena telah membuatnya pada waktu naik pangkat dalam golongan III sebelumnya, dan sepengetahuan penulis

38

Santunan

Februari 2012

memang sudah ada aturan untuk itu. Dan kita berharap bukan hanya slogan saja dari pembuat aturan itu sendiri tapi hendaknya benar-benar direalisasikan, disamping itu juga tanpa adanya kemampuan guru dalam membuat laporan kegiatan profesinya, di­ kuatirkan guru cenderung bertugas dengan apa adanya. Apalagi sekarang dengan adanya perhatian pemerintah terhadap guru yang lebih melalui pemberian tunjangan profesi guru (walaupun di provinsi Aceh belum semua guru menikmatinya) karena untuk dapat memperoleh tunjangan profesi ter­ sebut diharuskan memperoleh sertifikat pendidik dan mendapatkan nomor registrasi guru sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 164 tahun 2010. Namun setidaknya jabatan guru sekarang tidak lagi dipandang sebelah mata dan penghasilan guru sekarang sudah bisa dikatakan lu­ mayan. Hal ini harus menjadi pendorong untuk meningkatkan kualitas guru itu sendiri, dan kewajiban menulis karya ilmiah sebagai pengembangan profesi yang diiringi kesejahteraan yang baik merupakan hal yang harus diimplementasikan. Penulis sependapat dengan apa yang telah disampaikan oleh Robert, S.Pd. Karya tulis ilmiah merupakan salah satu karya yang bisa berupa inovasi-inovasi baru yang telah dilakukan oleh guru didalam kelas sekaligus memberikan kontribusi kepada guru lainnya untuk bisa menerapkannya di sekolah tempat ia mengajar. Namun, yang disayangkan bahwa telah banyak uang negara dihabiskan untuk membantu guru dalam membuat Karya tulis ilmiah melalui Block Grant, akan tetapi banyak guru belum mengerjakannya walaupun dananya telah dicairkan. Untuk itu, kiranya yang berkompeten melakukan

antisipasi, kalau perlu dana yang sudah dicairkan ditarik kembali apabila guru tersebut belum mengerjakannya dengan menentukan batas waktu. Persyaratan bagi guru untuk naik pangkat dari gol IV/a ke golongan di atasnya, sesungguhnya relatif tidak bagi berat bagi guru. Namun persoalan yang terjadi adalah, sebagai guru belum memahami secarah utuh persoalan terkait dengan persyaratan yang harus dipenuhi. Oleh karena itu, perlu ada strategi dan kebijakan yang berpihak kepada guru dalam memberikan pemahaman atas kriteria pengembangan profesi yang selama ini menjadi kendala dalam urusan kenaikan pangkat, misalnya: sosialisai bagi guru yang telah memiliki pangkat IV/a atau sebelumnya terkait dengan ketentuan pengembangan profesi atau melalui diklat khusus untuk membantu guru mengembangkan kemam­ puan prosefesonalnya melalui karya tulis yang dapat dihargai sebagai persyaratan untuk kenaikan pangkat yang dimaksud. Seharusnya setiap dinas pendidikan kabupaten/kota atau Kantor Kementerian Agama kabupaten memikirkan ataupun mem­­programkan anggarannya untuk me­la­ ku­kan pelatihan penulisan Karya tulis ilmiah kepada guru, maupun pengawas sekolah agar terbiasa memikirkan inovasi pembelajaran yang pada akhirnya akan meningkatkan kinerja tenaga kependidikan itu sendiri. Untuk menulis seorang guru perlu aktif kembali menekuni profesinya. Padahal selama ini sudah banyak guru yang lupa pada profesinya. Memprihatinkan memang, tapi apa mau dikata? Mudah-mudahan dengan sertifikasi guru yang sedang gencargencarnya ini bisa menambah motivasi guru untuk menekuni profesinya kembali. Semoga.[]


BUDAYA

Dom Drien Dom Drien dalam prosesi adat perkawinan di Aceh telah menjadi sebuah nilai budaya masyarakat yang hilang begitu saja, seiring berubahnya ala bercinta... Dalam serangkaian adat perkawinan di Aceh dulu, ada suatu istilah yang disebut dom drien. Dalam pengertian bahasa Indonesia dom drien bisa diterjemahkan menginap di kebun durian saat musim panen, agar durian yang jatuh tidak dicuri orang. Tapi entah bagaimana ceritanya, kemudian dom drien ini diistilahkan pada orang yang menginap di rumah pengantin baru untuk menemani linto baro selama beberapa malam, mulai malam pertama seusai prosesi adat antar linto sampai tujuh malam berturut-turut. Dulu, acara antar linto baro ke rumah dara baro di Aceh biasanya dilakukan pada malam hari dengan berjalan kaki sambil menyalakan lampu patromaks (panyoet serungkeng) atau obor (suloh) sebagai penerang jalan. Karena kebanyakan pasangan pengantin dulu letak kampungnya tidak berjauhan, paling selang dua atau tiga kampung berjalan kaki sudah sampai ke rumah dara baro yang dituju oleh rombongan linto baro. Kecuali bila tempat tinggal dara baro dan linto baro agak berjauhan, maka acara antar linto baro dilakukan pada siang hari. Bila antar linto dilakukan malam hari, maka setelah semua prosesi adat selesai dilakukan—mulai dari penyambutan rombongan linto sampai linto baro dipersandingkan di atas pelaminan dengan dara baro sebagai puncak kebahagian yang sangat ditunggu oleh kedua mempelai, dan disaksikan oleh semua sanak famili dan handai taulan yang hadir dalam pesta perkawinan itu—maka setelah semua itu selesai, rombongan linto baro kembali pulang ke tempatnya masing-masing. Sementara linto baro pada malam pertama itu langsung menginap di rumah dara baro yang ditemani oleh bebera temannya yang telah disiapkan lebih dulu, yang dalam bahasa adat disebut sebagai penganjo. Beberapa teman yang menginap di rumah dara baro untuk menemani linto baro itulah yang disebut dom drien. Biasanya, orang yang menemani linto baro untuk dom drien ini dipilih dari sahabat dekat linto baro yang masih perjaka. Demikian pula di pihak dara baro, pada malam pengantin itu juga ditemani oleh beberapa temannya yang masih gadis-gadis. Sehingga, pada malam pertama linto baro menginap di rumah dara baro terjadi suatu keakraban komunikasi antara linto baro dengan dara baro yang dibantu oleh penganjo-nya (teman dom drien) masing-masing. Itulah fungsi adat dom drien pada malam pengantin dalam adat perkawinan orang Aceh dulu, yaitu untuk membantu kedua mempelai yang masih malu-malu dalam menjalin keakraban sebagai suami istri yang sah setelah mereka menikah dan dipersandingkan di atas pelaminan. Sebab harus diakui, para pengantin terdahulu jauh

Nab Bahany As

Budayawan, tinggal di Banda Aceh

berbeda dengan pengantin sekarang. Dulu, seorang calon linto baro dan dara baro dalam menuju pernikahan tidak diawali dengan pacaran lebih dulu. Pargaulan mereka sekalipun sudah bertunangan tidak sebebas calon pengantin sekarang. Seorang linto baro dulu kadang baru mengenal dara baronya secara lebih dekat pada saat mereka dipersansingkan di atas pelaminan. Sehingga nilai keharuan dan rasa kebahagian pada saat mereka dipersandingkan di pelaminan benar-benar mereka rasakan sebagai “raja dan ratu sehari� dalam sepanjang sejarah hidupnya. Bahkan tak jarang terjadi, sangking tak sanggup menahan rasa bahagia yang luar biasa dengan sedikit malu-malu saat duduk bersanding di pelaminan, sang dara baro sering jatuh pingsan beberapa saat untuk kemudian siuman kembali. Bagitu sakralnya nilai yang terkandung dalam sebuah prosesi adat perkawinan yang dirasakan oleh masayarakat tempo dulu. Lalu bandingkan dengan apa yang terjadi pada para calon linto baro dan dara baro saat ini. Mungkin sebelum menuju pelaminan, mereka sudah lebih dulu menuju “ranjang pengantin�. Sehingga linto baro dan dara baro sekarang tak perlu lagi lagi diberlakukan adat dom drien. Karena tidak ada lagi bagi mereka yang harus dipandu oleh para penganjo-nya masing-masing. Sebab, jauh sebelum menuju malam pengantin secara resmi, mereka sudah cukup saling akrab dan “kenalmengenal� antara satu sama lain. Apalagi dalam kemajuan teknologi informasi saat ini, hampir tak ada lagi sekat nilai yang membatasi pergaulan secara berduaan yang sebelumnya ditabu sebelum menikah. Malam dulu, bila sepasang muda-mudi bercinta, surat cintanya dikirim lewat boh lupieng yang diletakkan di depan rumah si wanita yang dicintainya, karena mereka tabu untuk bertemu. Sekarang siapa yang bisa melarang bila sepasang muda-mudi bercinta dan berbicara berjam-jam melalui telpon genggannya masing-masing. Dulu, berboncengan sepeda saja bagi seorang perempuan dianggap tabu oleh masyarakat. Sekarang siapa yang bisa protes, bila sepasang muda-mudi berboncengan honda, yang jok honda tempat duduknya sekarang sengaja dibuat rendah ke depan, banyangkan apa yang terjadi bagi yang duduk di belakang bila honda itu dibawa oleh seorang anak laki-laki. Nah, dalam keterbukaan budaya pergaulan muda-mudi kita saat ini, jelas budaya dom drien dalam prosesi adat perkawinan di Aceh telah menjadi sebuah nilai budaya masyarakat yang hilang begitu saja, seiring berubahnya ala bercinta dari zaman berkirim surat cinta lewat boh lupieng secara sembunyisembunyi, hingga zaman berpacaran “buka-bukaan� sekarang ini. Jadi buat apa lagi budaya dom drien?[] Santunan

Februari 2012

39


40

Santunan, Februari 2012

TAFSIR

Demi Jiwa

(Penafsiran ayat 7-10 surat al-Syams) oleh Jabbar Sabil, MA Allah swt. berfirman:

Demi jiwa dan penyempurnaan (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. (Q. S. alSyams [91]: 7-10). Dalam ayat di atas, setelah bersumpah dengan matahari, bulan, siang, malam, langit, dan bumi, Allah bersumpah atas nama jati diri/ jiwa manusia dan penciptaannya yang sempurna. Lalu Allah mengilhamkan kefasikan dan ketakwaan ke dalam jiwa/diri manusia. AlQurthubi mengatakan bahwa sebagian ulama mengartikan kata ‘nafs’ sebagai Nabi Adam, namun sebagian yang lain mengartikannya secara umum, yaitu jati diri manusia itu sendiri. Menurut Ibn ‘Asyur, kata ‘nafs’ dalam ayat berbentuk nakirah (tanpa alif lam ta‘rif), ini menunjukkan nama jenis, sehingga mencakup jati diri seluruh manusia. Hal ini senada dengan penggunaan kata yang sama secara nakirah dalam ayat 5 surat al-Infithar: Maka tiap-tiap jiwa akan mengetahui apa yang telah dikerjakan dan yang dilalaikannya. (Q. S. al-Infithar [82]: 5). Oleh karena itu kata ‘wa ma sawwaha’ mengandung penjelasan bahwa Allah menciptakan diri setiap manusia dalam kondisi yang sama, tidak berbeda antar satu dengan lainnya. Sebab kesempurnaan bentuk manusia (taswiyyah) tercapai setelah proses pembentukan janin sempurna, yaitu pada awal masa kanak-kanak. Karena taswiyyah merupakan pembentukan fisik manusia, penyiapan kemampuan motorik, dan intelektual. Seiring pertumbuhannya, potensi dalam diri manusia meningkat sehingga ia siap menerima ilham dari Allah. Kata ilham sebagaimana pengertian dalam ayat tidak dikenal di kalangan orang Arab sebelum Islam, sehingga penjelasan untuk kata ilham tidak bisa dicari dalam syair-syair Arab kuno. Tidak diketahui kapan pertama kali kata ini muncul, namun diyakini Alquran lah yang menghidupkan kata ini, sebab ia

adalah kata yang mendalam dan mengandung makna kejiwaan. Menurut Ibn Asyur, kata ilham diambil dari kata “allahm“ yang berarti tegukan dalam sekali gerak. Secara terminologis, kata ilham digunakan untuk menyatakan konsep keilmuan tertentu di kalangan para ahli sufi. Ia diartikan sebagai hadirnya pengetahuan dalam diri manusia tanpa harus melalui usaha belajar dan penalaran. Dengan kata lain, ini merupakan ilmu yang tidak berdasar dalil, yaitu ilmu yang hadir seumpama insting bagi manusia. Bandingannya, seperti hadirnya pengetahuan pada seseorang agar segera menghindar saat berhadapan de­ ngan hal yang tidak baik baginya. Dengan pengertian seperti di atas, Ibn Abbas menafsirkan kata “fa alhamaha fujuraha wa taqwaha,” bahwa Allah meng­ajarkan manusia (‘arrafaha) tentang jalan fasik, dan jalan takwa. Tidak jauh berbeda, Mujahid juga menafsirkan kata alhamaha sebagai ‘arrafaha; bahwa Allah memperkenalkan jalan taat dan jalan maksiat bagi manusia. Penafsiran serupa juga dinyatakan oleh al-Farra’, namun ada juga ulama yang melakukan penafsiran berbeda. Diriwayatkan dari Muhammad ibn Ka‘ab, ia berkata: “Apabila Allah meng­hen­daki kebaikan bagi seorang hamba, maka diilhamkan kebaikan baginya sehingga ia berbuat baik. Sebaliknya, jika Allah menghendaki keburuk­ an terhadap seseorang, maka diilhamkan lah keburukan dalam jiwanya sehingga ia berbuat jahat.” Pendapat yang serupa juga diriwayatkan oleh al-Dhahhak, menurutnya bersumber dari Ibn Abbas. Sebagian ulama berpendirian bahwa penafsiran seperti ini lebih kuat karena bersumber dari keterangan Rasulullah saw. sendiri. Imam Muslim dalam Sahih-nya (kitab al-Qadr, bab cara penciptaan anak Adam) meriwayatkan hadis berikut dari Abu al-Aswad al-Dili:

Bahwa dua orang lelaki dari Muzaynah datang kepada Rasulullah saw. dan bertanya: “Ya Rasulullah, apa pendapatmu tentang perbuatan dan usaha yang ditekuni manusia, adakah sesuatu telah ditetapkan atas mereka, dan berlaku sebagaimana takdirnya dahulu? Atau ketetapan itu berlaku pada masa yang akan datang sebagaimana diberitakan oleh nabi mereka, dan telah ditetapkan hujah atas diri mereka?” Rasul menjawab: “Tidak, bahkan sesuatu telah lebih dahulu ditetapkan dan berlaku atas mereka, hal ini sebagaimana dinyatakan oleh Kitab Allah ‘Azza wa Jalla: Wa nafs wa ma sawwaha…” (HR. Muslim) Penjelasan dari Rasulullah saw. ini tidak menutup peluang bagi penafsiran lain (se­perti penafsiran Mujahid di atas) selama masih relevan dengan redaksi dan kesesuaian (munasabah) antarayat, sebab kedua penafsiran ini berbeda perspektif. Rasul menjelaskan secara metafisis, sedang yang lain beranjak dari redaksi teks ayat yang ternyata sesuai dengan pola berpikir logis akal manusia. Hadis mengisyaratkan pemberian satu jenis ilham untuk satu orang sesuai dengan takdirnya. Jika seseorang ditakdirkan baik, maka ia mendapat ilham takwa, sebaliknya jika seseorang ditakdirkan buruk, maka ia mendapat ilham ke arah maksiat. Sedangkan redaksi dan munasabah ayat memungkinkan untuk ditafsir bahwa kedua jenis ilham itu diturunkan kepada setiap orang, baik ia ditakdirkan baik, atau ditakdirkan buruk. Menurut Ibn Asyur, penurunan ilham ini memiliki relevansi dengan pengutusan para rasul yang mengajarkan apa itu kefasikan dan ketakwaan. Sebab jika tanpa ilham tentang kebaikan dan keburukan dalam diri manusia, maka manusia tidak akan mampu memahami syariat Allah. Tanpa pengilhaman kedua hal itu, akal tidak akan mampu memahami apa itu fasik dan takwa, demikian pula manusia tidak akan mampu memahami apa itu dosa dan pahala. Hal ini lah yang mempertautkan pernyataan ayat 8 dengan konsekuensinya dalam ayat 9 dan 10. Redaksi dan munasabah menunjukkan bahwa kedua ayat ini merupakan kesatuan dengan ayat sebelumnya, jadi ayat ini tidak bisa ditafsirkan secara terpenggal. Logika yang terbangun; setelah Allah menjelaskan adanya pengilhaman fujur dan taqwa dalam diri manusia, lalu Allah menyatakan konsekuensinya:


Karena terikatnya rasionalitas akal manusia dengan alam fisik yang dihuninya, maka Allah menurunkan Alquran dengan bahasa dan logika yang sesuai dengan kemampuan memahami yang ada dalam diri manusia. Namun manusia juga disuguhi informasi metafisik, agar sunnatullah yang mengikat rasionalitas akal manusia tidak dikira berlaku secara niscaya. “Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” Logika ini cukup relevan dengan redaksi ayat, sebab ayat 8 menggunakan waw ‘athaf yang berarti fujur dan taqwa samasama diilhamkan dalam jiwa manusia, maka pernyataan dalam ayat 9 dan 10 menunjukkan akibat dari fujur dan taqwa itu. Dari itu manusia patut disifatkan sebagai orang yang beruntung atau rugi, karena ia sendiri yang memilih untuk menyucikan, atau mengotori jiwanya. Sebab sebelumnya ia telah diberi ilham sehingga dapat membedakan antara fujur dan taqwa, bahkan para nabi pun telah diutus untuk memberinya pengajaran. Jika logika yang sama diterapkan kepada hadis di atas, maka akan terjadi kontradiksi dengan ayat 9 dan 10. Sebab hadis menyatakan ilham fujur diberikan kepada orang yang ditakdirkan masuk neraka, dan ilham taqwa diberikan kepada orang yang ditakdirkan masuk syurga. Dari itu, perbuatan membersihkan, atau mengotori jiwa menjadi bukan perbuatan manusia. Akibatnya, untung dan rugi tidak patut dinyatakan sebagai akibat perbuatan manusia sendiri. Dengan demikian, logika ini tidak cocok untuk memahami penjelasan metafisis Rasulullah, sebab Allah menyatakan tidak ada kontradiksi dalam Alquran sebagaimana bunyi ayat berikut:

Tidakkah kamu merenungkan isi Alquran? Kalau bukan datang dari Allah, tentu kamu akan menemukan banyak kontradiksi di dalamnya. (Q.S. al-Nisa’ [4]: 82). Menurut penulis, penjelasan Rasulullah saw. itu tidak menunjukkan kontradiksi antarayat Alquran, tapi menunjukkan adanya dimensi berbeda dalam Alquran. Jadi kita harus melihat Alquran sebagai kitab hidayah yang di samping berbicara dalam dimensi kemanusiaan, tapi juga menyampaikan informasi tentang hakikat/metafisika dalam dimensi ketuhanan. Lalu bagaimana kesan kontradiksi antara penjelasan hadis dengan redaksi ayat itu ditengahi? Bagi penulis, Hadis di atas harus diperlakukan sebagai informasi penyeimbang, bukan hujah yang bisa dijadikan proposisi

(qadhiyyah) sehingga disimpulkan; tidak ada gunanya seseorang membersihkan jiwa, sebab fujur dan taqwa-nya telah ditentukan oleh Allah. Kesimpulan seperti ini malah tidak logis, sebab seseorang tidak bisa mengetahui takdir Allah atas dirinya, lalu bagaimana ia bisa menyatakan amalannya menjadi tidak berguna? Yang logis, justru menjadikan Hadis itu se­ bagai petunjuk, agar kita menggunakan logika yang berbeda untuk informasi metafisika. Benar bahwa Allah telah menentukan siapa penghuni syurga dan siapa penghuni neraka sejak dalam sulbi ayahnya. Tetapi tidak ada seorang pun manusia yang bisa mengetahui tentang dirinya, apakah ia ditakdirkan sebagai isi neraka, atau isi syurga. Jadi pernyataan (proposisi) di atas tidak bisa diturunkan dalam pengalaman manusia. Demikian pula kesimpulan; “bahwa amal manusia menjadi tidak berguna,” ini tidak bisa dijadikan dasar bertindak dalam pengalaman manusia, karena tidak ada dasar pembenarnya dalam pengalaman manusia. Logikanya, informasi metafisik yang ber­ ada di luar jangkauan pengalaman manusia hanya menegaskan ketidakniscayaan penga­ laman manusia. Oleh karena seseorang tidak bisa mengetahui apa yang telah ditakdirkan Allah atas dirinya, maka ia harus terus memperbaiki seluruh amalnya. Sebab sebaik apa pun amal yang telah ia kerjakan, tetap tidak bisa dijadikan jaminan untuk memastikan dirinya sebagai isi syurga. Demikian pula bagi orang yang terjerumus dalam kenistaan, jangan berputus asa dan mengira tidak ada jalan keluar. Sebab meskipun ia sedang bergelimang dosa, tapi itu belum tentu merupa­kan petunjuk atas takdirnya, karena tidak ada seorang pun yang bisa memastikan itu sebagai takdir Allah atas dirinya. Di sisi lain, adanya Hadis di atas mengharuskan manusia untuk mampu berfikir moderat, yaitu berfikir pertengahan sehingga informasi metafisik dari hadis tidak kontradiksi dengan rasionalitas yang ditunjukkan oleh redaksi ayat. Oleh karena itu, logika yang dibangun Alquran harus diikuti, bahwa orang yang membersihkan jiwanya akan beruntung, adapun orang yang mengotori jiwanya akan merugi. Namun logika ini tidak boleh dijadikan sebagai suatu prinsip yang niscaya (determinan), melainkan harus disikapi secara pertengahan.

Perlu dicatat, ilmu konseptual ma­nusia hanya lah berupa kemungkinan (probabilitas), jadi tidak ada sesuatu pun yang bisa dipastikan manusia sampai sesuatu terjadi dalam kasus partikular. Demikian kesimpulan Kenneth T. Gallagher setelah melihat runtuhnya ‘keniscayaan kausalitas’ sains modern pasca temuan fisika kuantum. Manusia harus puas dengan probabilitas. Maka keberuntungan bagi orang yang membersihkan jiwanya memiliki probabilitas yang lebih tinggi dibanding kebalikannya. Demikian pula kerugian bagi orang yang mengotori jiwanya, tentu lebih tinggi probabilitasnya dibanding keberuntungan yang mungkin didapatnya. Dengan demikian, ia tidak bertentangan dengan penjelasan metafisis yang disampaikan oleh Rasulullah. Sampai di sini dapat disimpulkan, bahwa informasi metafisik harus diterima manusia apa adanya berdasar wahyu melalui lisan para nabi. Jadi kebenaran para nabi lah yang menjadi jaminan kebenaran bagi informasi ini. Maka hadis di atas harus diperlakukan sebagai penjelasan tentang hakikat yang hanya diketahui oleh Allah dan RasulNya saja, dan tidak bisa dipahami dengan pendekatan rasionalitas-intelektualitas ber­ dasar pengalaman manusia. Keberadaan manusia sebagai bagian dari alam membuat kemampuan meneliti dan berpikir manusia terbatas sesuai sunnatullah. Kemampuan dan logika berpikir manusia terikat dengan hukum yang diberlakukan Allah atas alam ini. Karena terikatnya rasionalitas akal manusia dengan alam fisik yang dihuninya, maka Allah menurunkan Alquran dengan bahasa dan logika yang sesuai dengan kemampuan memahami yang ada dalam diri manusia. Namun manusia juga disuguhi informasi metafisik, agar sunnatullah yang mengikat rasionalitas akal manusia tidak dikira berlaku secara niscaya. Sekali lagi, kausalitas yang dipersepsikan manusia hanya lah probabilitas. Dari itu dapat disimpulkan, bahwa kesan kontradiksi dari ayat-ayat di atas muncul karena manusia melihat informasi metafisika berdasar rasionalitas akalnya yang terbatas, yaitu terbatasi oleh berlakunya sunnatullah terhadap alam fisik ini. Jadi penjelasan Rasul dalam hadis di atas tidak menunjukkan ada­nya kontradiksi antar ayat, tapi menegaskan probabilitas. Bahwa memperoleh keberuntungan akhirat lebih tinggi probabilitasnya bagi orang yang membersihkan jiwanya. Namun karena tidak bersifat niscaya, maka manusia dituntut untuk terus menerus membersihkan jiwanya.[] Santunan

Februari 2012

41


BAHASA Bahasa di Aceh Januari 2012 No.

Bahasa Bahasa Indonesia Aceh

Bahasa Gayo

Bahasa Aneuk Jamee

Bahasa Alas

Bahasa Bahasa Lamamek Devayan Simeulue Simeulue

Bahasa Singkil

Bahasa Pak- Bahasa Bahasa pak Boang Tamiang Kluet Singkil Hulu

Bahasa Haloban

1

Ambil

Cok

Uwet

Ambiak

Buetken

Da'u

Ambek

Amet

Amet

Ambek

Along

Abek

2

Halus

Haloeh

Alus

Haluih

Halus

Alame e

Alus

Halus

Melimus

Alus

Ketek

Halui

3

Tebal

Teubai

Tebel

Taba

Kapal

Abi e-bi e Aporet

Kapal

Kapal

Tebal

Kape

Maporet

4

Tipis

Tipeeh

Nipis

Nipih

Nipis

Anifi-nifi

Manehek

Tipis

Tipis

Tipih

Nipis

Manehek

5

Putih

Puteh

Putih

Putiah

Mentakh

Afui

Meudeng

Mbettar

Mbetakh

Puteh

Mentar

Maodeng

6

Hitam

Itam

Item

Itam

Bekhong

Aite

Metem

Mbereng Mbekheng

Itam

Merong

Meteum

7

Enak

Mangat

Sedep

Lamak

Taboh

Ami

Mamek

Tawoh

Taboh

Sdap

Taboh

Mamek

8

Basah

Juem

Basah

Basah

Bosok

Abae

Afase

Wasah

Basah

Basah

Buyuk

Awase

9

Kering

Thoe

Kering

Kariang

Kekhah

Ata a

Kareng/ Mataa

Kkhah

Ngkekhah

Keghing Kerah

Mata'a

10

Lapar

Deuk

Mulape

Lapa

Melohei

Ulufu

Malahal

Mlehe

Melehe

Lapogh

Melohoi Malahal

11

Kenyang Troe

Korong

Kanyang Besukh

Abu u

Afesul

Wesur

Besukh

Knyang

Besut

12

Bengkok Kuwieng

Mugedok Bengkok Pekok

Akheok

Maheok

Bengkok

Bengkoq

Bengkok Pekok

Makheddong

13

Busuk

Broek

Buruk

Busuak

Macik

Ubu u

Malelle

Macik

Maciq

Busok

Aworok

14

Wangi

Haroem

Bau

Harum

Mekhiyum Ama Ua

Afangi

Ngkus

Ngkus

Sengam Meriyum Awangi

15

Tusuk

Top

Tenik

Hantak

Cucuk

Tukhek

Tuhek

Tuhuk

Cukcuq

Tighok

16

Ketemu

Meureumpok Demu

Basuo

Jumpe

Fabukha

Mancibuha Simbak

Simbaq

Bejumpo Serung

Masiwukha

17

Lepas

Peulheuh

Luah

Lapeh

Luah

Atu a

Matuaik

Lepas

Luah

Lpeh

Luah

Lepat

18

Cabut

Suet

Jergut

Cabuik

Mbantun

Ilak

Lakbut

Cawut

Cabut

Cabut

Mangkir Labout

19

Benar

Beutoi

Betul

Bana/ betul

Benakh

Ihi

Dise

Tuhu

Betul

Betul

Betui

20

Lulus

Luloih

Lulus

Lulus

lulus

Lulus

Luluik

Lulus

Lulus

Lulus

Menang Lulus

Macik

Cucuk

Awesol

Tukhek

Sesetu

Database ensiklopedia Bahasa di Aceh ini dibuat berdasarkan kontribusi dari para pembaca Majalah Santunan di berbagai wilayah di Provinsi Aceh. Penulisan kata-kata sesuai dengan sumbangan kontributor. Untuk partisipasi kirimkan sms ke 085277759339 dengan menyertakan padanan kata dalam bahasa daerah yang Anda kuasai. Kontributor: Bahasa Gayo-Erqi Albandary, Bahasa Aneuk Jamee-Andri Rahman, Bahasa Alas-Hasanuddin, Bahasa Sigulai/Lamamek-Aji Asmanuddin, Bahasa Devayan-Mirati Adim, Bahasa Singkil-Hendra Sudirman, Bahasa Pak-pak Boang-Sulaeman AR, Bahasa Tamiang Hulu-Lukmanul Hakim, bahasa Kluet-H. Bahrum Basyah, Bahasa Haloban-Ikhsan Padanan kata untuk edisi berikutnya: Naik, Turun, Gemuk, Tinggi, Usang, Dalam (ukuran), Dangkal, Bening, Keruh, Tumpul, Tajam, Penuh, Kosong, Rapat, Jarang, Sisa, Utuh, Putus, Sambung, Pasang.

42

Santunan

Februari 2012


BAHASA ARAB

Diasuh oleh Muzakkir,S.Ag

Santunan

Februari 2012

43


ENGLISH

Prophet Muhammad a Diamond from Gulf Written by : Mulyadi Idris, S.Ag., M.Hum

Muhammad was born in about 570 AD in the small town of Mecca, on the coast of the Red Sea of Saudi Arabia. He was the son of an Arab merchant. And when he grew up he had to take up the family business. However, he was not fortunate enough to have been born wealthy as he was born an orphan. His father, Abdullah bin Abdul Muttalib, died of sickness at the age of 25 on a trading journey to Syria, leaving his wife Amenah only a few months pregnant. Muhammad was already known to be very sincere, honest and kind hearted. These traits also left a mark over his business life. Muhammad was disturbed by the way people around him led their life - specially the spiritual life. Abdul Mutalib, his grandfather who was the chief of Mecca at that time, showed pride in him as Muhammad SAW compensated him for the loss of his son who died in the prime of his youth. His mother showed affection for her son as she awaited the best nurses to come and take care of him: The tradition at that time was that nurses would come from the desert seeking to be the custodians of the children of nobility in return for good pay and gifts. Giving that Muhammad SAW was not wealthy all nurses turned away from him, Halimah of the Banu Saad tribe was one of them, but when she could not find any other child she was ashamed to return home empty handed, so she went back and took Muhammad SAW, and since then Allah showered his mercy on her; for instance animals started giving plenty of milk after they had been dried. Therefore, her and her husband felt they were blessed to have taken Muhammad SAW and became very attached to him. When Muhammad was twenty five years old, he was hired by a woman called Khadija to take her merchandize to Syria. Khadija, a widow fifteen years Muhammad’s senior, later proposed marriage to him, which he agreed to. They lived together for almost a quarter of a century, until the death of Khadija about 8-9 years after the revelation of the Qur’an. Quran holds all the revelations that Muhammad received from Allah over a period of 23 years. According to Islamic history, after Prophet Muhammad’s death, they were compiled

44

Santunan

Februari 2012

under the direction of the first Sunni Caliph Abu Bakr about 1,400 years ago. And this is what we see in the present day’s Quran. The pains of sickness attacked the Prophet SAW since the ending of Safar of the eleventh year. Once he fainted and his family put medicine in his mouth. When he awoke, he showed his dislike of that. During his illness he would supplicate “O Allah help me in the pangs of death.” (Bukhari: narrated by Aisha) He was warning Muslims—even when he was in the throes of death—that they should stay committed to monotheism by saying “Allah’s curse be upon the Jews and Christians, they took their Prophet (s.a.w)’s graves as mosques.” (He was warning them against the action.) (Al-Shaikhan) Today, after Prophet Muhammad dead, Islam became one of the world’s major religions, with followers estimated to be over 600 million or about one fifth of world’s total population. Glossary: - merchant (n) - fortunate (adj) - wealthy (n) - orphan (n) - sincere (adj) - honest (adj) - pride (n) - affection (n) - awaited (v) - nobility (n) - ashamed (adj) - hired (v) - revelations (n) - fainted (adj) - supplicate (v) - throes (n) - estimated (n)

: : : : : : : : : : : : : : : : :

saudagar untung hartawan anak yatim tulus jujur kebanggaan kesayangan menunggu bangsawan malu menyewa wahyu pusing memohonkan sakaratulmaut perkiraan


TTS

Pertanyaan TTS Edisi Februari 2011 Mendatar 2. Panggilan nabi Muhammad untuk Siti Aisyah 5. Bilahirkan (English) 6. Nama orang dan tempat yang menjadi tujuan surat (telegram dsb) 9. Kota dimakamkan Nabi (dulu) 10. Kota kelahiran Nabi Muhammad 11. Laporan Akuntabilitas Instansi Pemerintah 13. Sah (dari pemerintah atau dari yang berwajib) 14. Berkuasa (memutuskan, menentukan) sesuatu; berwewenang 16. Salah satu bentuk karangan ilmiah yang ditulis untuk mendapatkan gelar kesarjanaan pada suatu universitas (perguruan tinggi) 17. Penerapan (English) 18. Taufik.... : Ketua MPR 19. Sistem Akuntansi Pemerintahan 20. Hal (keadaan) relatif; kenisbian

Menurun 1. Analisis Jabatan 3. Satu dari sepasang senyawa atau lebih yang mempunyai rumus sama, tetapi sifatnya berlainan 4. Penggunaan kata-kata pedas untuk menyakiti hati orang lain; cemoohan atau ejekan kasar 7. Antena televisi berbentuk bundar seperti piring cekung yang dapat menangkap siaran jarak jauh 8. Kemunduran, kemerosotan, penurunan, dsb (tentang mutu, moral, pangkat, dsb) 12. Lampu kecil bertutup kaca (seperti pada dekorasi dsb) 15. Perubahan (pertumbuhan, perkembangan) secara berangsur-angsur dan perlahanlahan (sedikit demi sedikit)

Santunan

Februari 2012

45


46

Santunan, Februari 2012

SOSOK

Di lapangan, kita bukan hanya menjemput laporan. Tidak jarang kita juga bertindak seperti dokter, langsung buka praktik di tempat, mendampingi, mengarahkan dan sudah pasti siap membantu operator yang ”sakit”.

Jatu Rahmi Rahayu, S.Si

Berawal dari Iseng  Juniazi

46

Santunan

Februari 2012

Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Kata orang Inggris, ”Like father like daughter.” Istilah orang Aceh, kiban ayah meunan aneuk. Itulah kalimat yang pas untuk menjelaskan sosok perempuan yang bernama lengkap Jatu Rahmi Rahayu, S.Si, Staf Sub Bagian Keuangan dan IKN Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh. Ayahnya, Drs. Muslih Sukri, pegawai Kementerian Keuangan, pernah bertugas di Aceh sebagai Kepala KPPN Banda Aceh dan sekarang Kepala KPPN Jakarta. Saat ini, gadis kelahiran Medan, 24 Maret 1984 ini, hampir saban hari bergelut dengan data dan angka. Walau bukan jabatan struktural, di Kanwil Kemenag Aceh, ia dipercaya sebagai Koordinator Wilayah Sistem Informasi Manajemen Akuntansi Keuangan dan Barang Milik Negara, atau sering disebut SIMAK dan BMN. Tugasnya adalah mengumpulkan data SIMAK dan BMN yang ada pada setiap Satuan Kerja Kementerian Agama Aceh. Setiap semester data dan angka itu harus direkapnya. 637 buah Satker di bawah kendalinya. Tentu, ini bukan pekerjaan ringan. ”Kebetulan dipercaya,” tuturnya merendah. Awalnya, Ayu mengaku cuma iseng ikut tes CPNS di Kementerian Agama Aceh. Waktu itu tahun 2008, tamat kuliah Fakultas MIPA Universitas Gadjah Mada, Yokjakarta – Ayu langsung melamar jadi pegawai. Formasi yang dibutuhkan adalah tenaga statistisi. Kebetulan yang melamarnya sedikit. ”Alhamdulillah. Ndak tahunya saya diterima, ” ujar dara penyuka warna ungu ini mengenang. Kepada Santunan, dia mengaku pernah beberapa kali gagal meraih target utama dalam hidup. ”Tidak terkecuali soal pribadi,” sergahnya malu-malu. Namun, tidak membuat anak ketiga dari empat bersaudara ini patah arang. ”Pengalaman ikut ujian masuk perguruan tinggi tempo dulu. Pinginnya kuliah di kedokteran, malah diterima di MIPA,” ujar gadis yang menghabiskan masa SMA nya di Banda Aceh ini. Pendidikan dasar dan menengah diselesaikannya di Medan. Baru kelas dua SMA


Nama : Jatu Rahmi Rahayu, S.Si Tempat dan Tanggal Lahir : Medan, 24 Maret 1984 Pendidikan Terakhir : S1, Fakultas MIPA Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Pekerjaan : PNS Kantor Wilayah Kementerian Agama Aceh Nama Ayah : Drs. Muslih Sukri Nama Ibu : Nurhani Zausta Alamat : Jalan Lampeuneurut, Aceh Besar Hoby : Membaca Warna Kesukaan : Ungu

pindah ke Banda Aceh, ikut ortu. Menurut Ayu, sejumlah pengalaman dalam hidupnya memberikan banyak ispirasi dan hikmah, sehingga membuatnya semakin dewasa dan bersyukur dengan apa yang diperolehnya saat ini. Dari sebelumnya iseng, coba-coba, tidak serius, akhirnya jadi serius dan keasyikan. Setiap pribadi kita, sering banyak pilihan-pihan dan obsesi dalam hidup. Namun, tak jarang antara harapan dan kenyataan sering tidak ketemu. Walaupun sudah berusaha dengan maksimal, target utama tidak didapat, ya, apa boleh buat. Mungkin itu sudah takdir yang harus diterima dengan dada lapang. ”Jelasnya, segala sesuatu harus dilakukan dengan ’hati’, dan ikhlas,” tandas Ayu yang tahun 2012 ini pasang target untuk menikah. Mengaku punya pribadi ambisius, serius namun tetap santai. Bagi Ayu pribadi, seluruh pengalaman tidak menarik dalam hidupnya, justru dan malah membuka jalan bagi hidupnya. ”Pengalaman. Membuat hidup semakin hidup,” ujar Ayu mengutip iklan. Dalam amatan perempuan yang senang membaca ini, ada sejumlah kendala di lapangan dalam pelaksanaan SIMAK dan BMN, antara lain, sebutnya, banyak ditemukan di lapangan kuasa pengguna anggara, kepala Satker, yang juga kepala madrasah merangkap sebagai operator SIMAK dan BMN. Pun begitu, imbuhnya, sering operator bergantiganti, karena alasan pindah tugas lah. Kondisi ini dapat mempengaruhi kualitas laporan SIMAK BMN. Menurutnya, bukan perkara mudah mengoperasikan delapan buah aplikasi sekaligus. Belum lagi ada Satker yang terlambat menyerahkan laporannya. ”Barangkali sudah saatnya, Satker yang bagus laporannya diberi reward oleh pimpinan,” usulnya. Makanya, tahun 2011 lalu, dipakai strategi jemput bola. Seluruh laporan SIMAK dan BMN dijemput oleh Ayu bersama teman-teman di Sub Bagian Keuangan dan IKN ke tujuh titik KPPN seluruh Aceh. ”Di lapangan,

kita bukan hanya menjemput laporan. Tidak jarang kita juga bertindak seperti dokter, langsung buka praktik di tempat, mendampingi, mengarahkan dan sudah pasti siap membantu operator yang ”sakit”. Banyak lho, sekarang di daerah takut jadi operator,” ujarnya tersipu. Strategi ’jemput bola’ yang diterapkannya bersamasama teman-teman di Sub Bag Keuangan dan IKN pun berbuah hasil. Seperti dilaporkan Pak Kakanwil, laporan keuangan Kanwil Kementerian Aceh tahun 2011, dinilai bagus dan mendapat peringkat 4 nasional di Lingkungan Kementerian Agama RI. Keberhasilan ini patut diberikan apresiasi. Selamat buat Ayu dan teman-teman di Sub Bagian Keuangan dan IKN. Semoga target di tahun 2012 tercapai![]

Santunan

Februari 2012

47


STYLE

Bahaya Merokok  Suri Arniansyah

Rokok merupakan “kebutuhan” bagi penggunanya, padahal setidaknya mereka telah mengetahui bahaya dari rokok, karena setiap membeli satu bungkus rokok, sudah jelas tercantum tulisan dibungkus tersebut “Merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi, dan gangguan kehamilan dan janin”. Meski begitu para perokok tetap tidak bergeming, ataukah pura pura tidak tau bahwa rokok sangat berbahaya bagi dirinya dan orang –orang disekitarnya. Bahaya rokok lebih terlihat pada aspek kesehatan, meski begitu kita tinjau juga bahaya rokok dari beberapa aspek: Dari Aspek Sosial Asapnya yang beraroma tidak sedap yang dikeluarkan dari hidung atau mulut si perokok ternyata juga dirasakan oleh orang disekitar si perokok bisa jadi teman, anak, isteri dan keluarga, bila si perokok menghisapnya disamping mereka. Dr. Nazhim An Nasimi, salah seorang dokter terbaik Halab menegaskan , bahwa duduk selama 4 jam di ruangan perokok yang tertutup setara dengan menghisap sebanyak sepuluh batang rokok. Disamping itu Dokter juga berpendapat bahwa perokok pasif lebih berbahaya dari perokok aktif. Bukankah hal ini sama dengan menzhalimi orang lain. Aspek Bahan Para dokter telah menegaskan tentang bahaya menghisap rokok, karena jelas mengandung bahan nikotin beracun, tar dan zat zat berbahaya lainnya. Bahkan jika kita baca di detik.news.com lebih ekstrim lagi karena filter rokok itu dibuat dari Hemoglobin (darah merah) babi. Jika ini benar maka sudah jelas apa hukum merokok bagi umat Islam. Aspek Kesehatan Islam menghalalkan semua yang baik dan bermanfaat bagi manusia seperti buah buahan, makanan segar dan yang lainnya, serta mengharamkan yang jelek jelek, kotor, menjijikkan dan membahayakan

48

Santunan

Februari 2012

bagi kehidupan manusia seperti minuman keras, ganja, dan narkotika lainnya. Lantas bagaimana bahaya rokok ?. Rokok merupakan penyebab utama kanker tenggorokan, paru-paru, terhentinya detakan jantung, TBC, dan luka pada lambung. Hal ini disebabkan karena rokok mengandung zat racun berbahaya yang paling utama yaitu nikotin. Nah contoh kecil saja, bagi yang memiliki AC (air Conditioner) dirumah tentu membutuhkan perawatan/ service minimal 6 bulan sekali untuk membersihkan kotoran yang melekat dan box AC tersebut dan menjadikan udara yang keluar segar kembali untuk kita nikmati. Bagaimana membersihkan dada seorang perokok apalagi yang sudah puluhan tahun menjadikan rokok sebagai teman setianya Contoh lain silahkan ambil rokok dan sehelai kain putih, lalu hisap dan hembuskan asapnya diatas kain putih lalu lihat bagaimana warna kain itu? Kain masih bisa dibersihkan, kalau paru-paru manusia bagaimana cara kita bersihkan? IDI (Ikatan Dokter Indonesia) menegaskan bahwa menghisap rokok dapat melemahkan jantung seseorang yang memiliki alergi. Aspek Agama Mengapa Islam telah melarang merokok? Islam telah menjelaskan dalam Alquran surat Al A’raf ayat 157 yang artinya : “Dan dia (Muhammad) menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk”. Dalam kaedah Ushul Fiqh juga dikatakan bahwa Menghindari keburukan harus didahulukan dari mendatangkan kebaikan. Merokok lebih banyak mudarat dari manfaat. Merokok dapat menjatuhkan diri dalam kebinasaan, , yaitu dengan munculnya berbagai macam penyakit disebabkan oleh merokok. Merokok

termasuk pemborosan, merokok juga dapat membunuh diri secara perlahanlahan dan ini semua adalah suatu hal yang dilarang dalam Islam. Nabi juga telah melarang kita membahayakan diri sendiri dan membahayakan orang lain. Islam adalah agama Rahmatan lil “alamiin. Rahmat bagi sekalian alam. Tapi kita tidak juga menyadarinya. Islam telah menyerukan agar manusia memelihara 5 hal yaitu, jiwa, akal, harta, agama dan kehormatan. Sementara itu dan ulama dan dokter sepakat bahwa rokok berbahaya paling tidak dalam 4 hal diatas yaitu jiwa, akal, harta dan agama. Orang yang sehat jiwa dan akalnya tidak akan mau makan dan minum yang beracun. Dari segi harta jelas menghamburkan uang untuk hal yang tidak bermanfaat dan sudah disepakati bahayanya, dihisap lalu dibuang kembali. serta agama melarang sesuatu yang berbahaya bagi kehidupan manusia. Dalam sebuah hadits shahih Rasulullah Muhammad SAW pernah bersabda bahwa orang yang memakan bawang dilarang mendekati masjid. Bawang bukanlah makanan yang berbahaya, hanya karena berbau, sudah dilarang oleh Rasul untuk ke bergabung di masjid. Nah bagaimana halnya dengan orang yang merokok bahkan merokoknya di masjid ? Tidak hanya baunya yang mengganggu bahkan dari segi bahayanya. Apakah boleh mendekati masjid ? Wallahu ‘alam. Semoga bisa Semoga bermanfaat. Dan ada baiknya berhentilah merokok.[]


SAINS

Ada Apa dengan Petir?  Khairuddin Aba dari berbagai sumber Dalam al-Quran, Allah menyingung masalah petir dalam beberapa tempat, misalnya di surat al-Baqarah ayat 19 tentang orang-orang kafir yang takut mati karena suara petir da memperoleh petunjuk dalam gelap malam melalui cahaya petir. Atau surat an-Nur ayat 43 tentang dahsyat-nya cahaya petir yang bisa membuat buta. Bahkan, secara khusus Allah mengabadikan guruh petir sebagai salah satu nama surat dalam al-Quran, alRa’du, yang digambarkan Allah sebagai salah satu bentuk zikir kepada-Nya. Dalam surat al-Rum ayat 24, Allah berfirman “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya, Dia memperlihatkan kepadamu kilat untuk (menimbulkan) ketakutan dan harapan, dan Dia menurunkan hujan dari langit, lalu menghidupkan bumi dengan air itu sesudah matinya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mempergunakan akalnya.” Baru di tahun 1750-an, seorang ilmuwan Amerika, Benyamin Franklin, menemukan bahwa petir adalah sebentuk peristiwa listrik. Petir merupakan lompatan listrik bertegangan tinggi yang terjadi di atmosfer. Arus listrik yang terjadi dalam sekali sambaran petir yaitu 10 coulomb, pada perbedaan tegangan potensial sebesar 100 juta volt !!! Energi yang ditimbulkan sebesar 1 miliar joules atau 280 kwh, cukup untuk menghidupkan AC kamar selama 2 minggu. Padahal setiap detik terjadi 100 lompatan petir di muka bumi. 90% berlangsung di dalam awan, tidak tampak oleh mata. Sisanya terjadi lompatan antara awan dan bumi dengan kecepatan 100.000 km/detik. Bagaimanapun, setiap hari sebetulnya tersedia 100 x 24 60 x 60 x 280 kwh = 22,4 miliar kwh listrik gratis. Namun yang diperoleh manusia sekarang dari petir masih berbentuk musibah kebakaran, nyawa melayang, dan kerusakan alat-alat elektronik. Dr. Ir. H. Chunaeni Latief M.Eng.Sc, pimpinan laboratorium energi Unisba (Univ. Islam Bandung) mengatakan, seluruh listrik yang kita nikmati sekarang bukanlah energi listrik murni. Sebagian besar berasal dari energi air (PLTA), energi uap (PLTU), energi gas bumi (PLTG), energi nuklir (PLTN), dan lain-lain. Sedangkan yang dinamakan energi listrik yang

benar-benar murni yaitu dari petir. Ini belum dimanfaatkan sama sekali. PLTP, Pembangkit Listrik Tenaga Petir, baru dalam taraf eksperimen skala kecil-kecilan di Jepang. Para ahli meteorologi menghitung bahwa suhu di batang petir bisa mencapai 25.000 derajat Celcius, dan tekanan udara menjadi 10 atmosfer dalam sepersekian detik. Ini pun sumber energi potensial lagi yang bisa dikonversi untuk keperluan manusia. Selain menghasilkan energi listrik, petir masih mempunyai peranan besar lain di bumi. Petir mempercepat terjadinya hujan dan pembentukan salju. Petir juga berfungsi melestarikan nitrogen di atmosfer bumi. Nitrogen adalah unsur utama yang dibutuhkan makhluk hidup. Kilat petir terjadi dalam bentuk setidaknya dua sambaran. Pada sambaran pertama muatan negatif (-) mengalir dari awan ke permukaan tanah. Ini bukanlah kilatan yang sangat terang. Sejumlah kilat percabangan biasanya dapat terlihat menyebar keluar dari jalur kilat utama. Ketika sambaran pertama ini mencapai permukaan tanah, sebuah muatan berlawanan terbentuk pada titik yang akan disambarnya dan arus kilat kedua yang bermuatan positif terbentuk dari dalam jalur kilat utama tersebut langsung menuju awan. Dua kilat tersebut biasanya beradu sekitar 50 meter di atas permukaan tanah. Arus pendek terbentuk di titik pertemuan antara awan dan permukaan tanah tersebut, dan hasilnya sebuah arus listrik yang sangat kuat dan terang mengalir dari dalam jalur kilat utama itu menuju awan. Perbedaan tegangan pada aliran listrik antara awan dan permukaan tanah ini melebihi beberapa juta volt. Diperkirakan 1800 kali petir terjadi dalam selang waktu yang sama di Bumi. Florida, Amerika Serikat merupakan salah satu daerah yang paling banyak terjadi petir. Disana Petir terjadi sebanyak 25 juta hingga 30 juta kali pertahun.[]

Santunan Santunan

Februari 2012

49


CERPEN

Prajurit Itu... Oleh Muhammad Iqbal

Guru Bahasa Inggris di MAN Batee Kabupaten Pidie

“Assalamu’alaikum mister! Apa kabar? Bagaimana iman hari ini?” ucapnya sambil menyalami tanganku. Itulah kata-kata sapaan yang selalu aku dengar di saat jumpa dengannya, dan kubaca saat aku terima sms darinya. “Alhamdulillah ustadz, ane sehat..! Iman insya Allah terus ane pacu..!” kuucapkan sembari membalas senyumnya. Terlitas di benakku, lelaki gagah, kekar dan memiliki genggaman yang kuat saat salaman ini selalu tersenyum dengan tasbih di tangannya, bersetelan gamis, berpeci haji. Suara yang mengeluarkan kata-kata dari mulutnya terasa sejuk didengar tentram di hati. Sofyan namanya, ya benar!.”sahut hatiku. Aku memanggilnya ustadz Sofyan. Siapa yang tidak kenal laki-laki ini di komplek itu. Sosok pejuang pembela negara yang dekat dengan masjid, rajin shalat berjamaah dan istiqamah mengamalkan sunnah. Aku mengenalnya saat lalu lalang melewati masjid komplek di mana dia melakukan aktivitas ibadahnya. Sesekali ketika aku melewati masjid itu terdengar azan, aku pun mendaratkan motor buntutku di halaman masjid mencari tempat wudhu untuk menunaikan shalat berjamaah. Masjid yang sederhana diikuti pula oleh jamaah yang sederhana, tak sampai satu shaf. Mana yang lain? hatiku bertanya. “Mungkin prajurit yang lain sedang tugas, atau…ah, nggak mau su’udzan!” jawab hatiku tegas sambil terdengar sayup-sayup iqamah. Dari arah bilik kanan, muncul laki-laki bergamis pakai peci haji. Siapa lagi kalau bukan ustadz Sofyan. “Luruskan shaf…!” aturnya. Takbir pun diucapkan tanda shalat mulai dilaksanakan. Sesaat selesai shalat berjamaah, aku masih duduk sebentar untuk berzikir. Dari arah samping kanan, aku melihat tangan menjulur lurus ke arahku. “Assalamu’alaikum mister..!” Dan, “wa’alaikumussalam..,” jawabku sambil menoleh dan menyalami. “Sudah sempurna zikirnya sudaraku?” tanyanya. “Sudah ustadz,” jawabku. “Kali ini ustadz mau beri taushiyah apa buat saya?” tanyaku yakin. Sambil

50

Santunan

Februari 2012

memegang kedua bahuku untuk berdiri, “Jangan tinggalkan ta’lim rumah, istiqamahkan waktu-waktunya, silaturrahmi dan bicarakan agama serta pentingnya amal shaleh pada orang-orang yang kita jumpai,” dakwahnya sambil mengempalkan tangannya. ”Siap, insya Allah ustadz...!” jawabku dengan badan tegap berlagak seorang prajurit. Tiba-tiba, “Pak Sofyan!” panggil seorang prajurit, “ Siap!” jawab ustadz Sofyan. “Anda diperintahkan untuk menghadap komandan!” sambung si prajurit.” Siap! Segera!” kembali ustadz Sofyan menjawab sambil beri hormat ala militer. Prajurit itu pun berlalu setelah memberikan informasi. Aku hanya diam terpaku. “Mister, aku harus jumpa komandan dulu,” katanya sambil pamitan. Keesokan harinya, aku melakukan perjalanan seperti biasa menuju tempat tugasku, sekolah. Tentu saja, setiap ke sekolah aku melewati komplek prajurit dimana ustadz Sofyan itu tinggal. Aku curi pandang sambil berkendaraan, sepi dan sunyi, tidak ada aktivitas sama sekali dalam komplek prajurit itu. Akupun terus memacu motorku ketika segorombolan orang-orang berpakaian “training” dan berkepala gundul sambil menyanyikan lagu

yel-yel menuju arahku dari sisi jalan yang berlawanan. Aku pun mulai memperlambat motorku. Aku pun mulai menatap para prajurit itu satu persatu dari baris ke baris. “Lho... kok tidak ada, ke mana ya…?” tanya hatiku sambil sedikit dongkol. Padahal di antara barisan itu, aku melihat wajah prajurit yang menyuruh ustadz Sofyan untuk menemui komandan pada waktu shalat berjamaah kemaren. Dua minggu berlalu dan aku hanya melihat sepenggal sesi latihan-latihan yang mereka lakukan di sela lalu-lalangku menuju sekolah. Selama itu pula aku tidak pernah berjumpa dengan ustadz Sofyan lagi. Nomor telpon selularnya pun tidak aktif padahal aku rindu dengan dakwah dan tausiyahnya. Namun kebiasaanku untuk shalat berjamaah di masjid komplek itu tetap kulakukan meski aku tak jumpa dengannya. Setelah selesai shalat berjamaah, aku coba untuk mencari informasi tentang keberadaannya. Aku pun beranikan diri untuk bertanya. “Maaf pak! Saya mau nanya, pak Sofyan yang berbaju gamis trus sering jadi imam disini kemana ya..?” tanyaku polos pada sorang jemaah shalat yang juga prajurit. “O... beliau


PUISI

GURU, ANUGERAH TERINDAH Karya: Siti Fatimah Zuhra Kelas X pada MAN Kota Bakti Kab. Pidie

sudah dipindahtugaskan,” jawab prajurit itu sopan. “Ke mana pak? Tapi, kenapa?” tanyaku dengan bermuka kerut. “Saya juga tidak tau...,” jawab prajurit itu datar. Dengan penuh tanda tanya di kepalaku dan tentu saja sedih, sambil merunduk aku ucapkan terimakasih dan pamitku pada prajurit itu. Malam harinya, hatiku linglung, masih saja penasaran tentang kejadian yang terjadi pada ustadz Sofyan. Aku masih tidak percaya kenapa prajurit yang shaleh, baik, pinter dan mulia seperti beliau dipindahtugaskan. Hingga akhirnya nada dering sms dari telepon selularku berbunyi agak panjang dan bersambung-sambung pertanda bahwa ada banyak sms yang masuk. Dengan segera aku mengambil hape dan membuka kotak masuk. Tidak muncul nama, hanya nomor yang tidak terdaftar di hape-ku. Aku pun mulai membaca pesan itu, “Assalamu’alaikum mister..! Masih kenal kan? Ini aku ustadz Sofyan. ‘Pa kabar? Gimana iman? Sehat? Maaf kalau saya lupa kasih tau mister kalau saya dipindahtugaskan, agak sedikit jauh sih tapi ya tidak apa-apa, yang penting iman saya dan keluarga tetap terjaga. Alasannya adalah sebuah pilihan. Berat juga sih, tapi ini yang terbaik. Semua ini keputusan dan pilihan saya. Saya yakin keputusan inilah yang terbaik. Semua karena Allah. “Huhmm...,” aku menghela nafasku, muncul tanda tanya besar di kepalaku, “…Dipindahtugaskan karena pilihan?” tanya hatiku. Bergegas aku mengambil hape-ku dan aku pun mulai mengetik sms berharap jawaban dari si ustadz. Ustadz, pilihan apa..?. aku pun mulai menunggu, mencoba menghilangkan penasaran itu. Terdengar bunyi hapeku tanda sms masuk, akupun mulai membuka dan membaca. “Mister, semua karena Allah, mister tau ‘kan, istriku pakai purda, tak seorang pun dari istri prajurit disitu yang berpurda, oleh karena itulah, aku disuruh memilih untuk dpindahtugaskan atau istriku tak berpurda lagi, yakinkan aku tentang jawabanmu mister…”. Aku diam seribu bahasa dan matakupun mulai berkaca.[]

Ku ‘kan selalu menyayangimu Karena kau anugerah terindah dalam hidupku Ku ‘kan selalu mengenang jasamu Karena kau pencerah dalam langkahku Ilmu yang kau ajari selalu mengiringiku Dalam mengahadapi ujian hidupku Tiada pernah engkau membenciku Walau terkadang ku tak mendengarkanmu Dirimu pahlawan tanpa tanda jasa Tanpa menghiraukan tantangan yang ada Engkau selalu berusaha dan terus berdoa Agar hati kami menjadi terbuka Hidup ini takkan menjadi berarti Bila engkau tak meridhai diriku Aku takkan bisa meraih mimpi Jika engkau tak menyayangiku Ku berharap kau ‘kan slalu bahagia dan tabah Dalam menjalani setiap cobaan hidup Semoga Tuhan memberimu jalan terindah Agar dirimu selalu cerah dalam setiap masalah Terima kasihku untukmu, Guru…!

MENGUKIR KEBAHAGIAAN Karya: Luqia Salsabila Kelas 2 MAS RIAB Banda Aceh

Keterpurukan itu terulang kembali Membawa sejuta kesengsaraan Kesengsaraan yang telah Menyiksa jiwa ini …

Kucoba bangkit … Memusnahkan semua penderitaan ini Penderitaan yang tiada hentinya Kurasakan kepedihan yang mendalam

Akankah penderiataan ini berakhir ? Sepenuh hati ingin kurasakan Kebahagiaan. Ku mencoba bertahan dan bersabar Mencoba mengukir kebahagiaan-kebahagiaan Yang kuingini

Santunan

Februari 2012

51


52

Santunan, Februari 2012

ISLAMIKA

Alquran Mushaf Al-Bantani

MK: UU Perkawinan Soal Anak di Luar Nikah, Langgar Konstitusi Santunan—Jakarta. Anak yang lahir dari luar perkawinan selama ini hanya memiliki hubungan perdata kepada ibu dan keluarga ibu. Hal itu termuat dalam Pasal 2 Ayat 2 dan pasal 43 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (UU Perkawinan). Dalam putusan Mahkamah Konstitusi (MK), UU Perkawinan terkait pasal-pasal tersebut, melanggar konstitusi. Karena itu, MK mengabulkan uji materi perkara yang diajukan pemohon Aisyah Mochtar alias Machica Mochtar, istri siri dari Mantan Menteri Sekretaris Negara, Moerdiono (almarhum). Hakim konstitusi Ahmad Fadlil Sumadi me­ngatakan, aturan tersebut bertentangan dengan UUD 1945. Pasalnya anak hasil hubungan di luar perkawinan resmi itu harusnya juga memiliki hubungan perdata dengan ayah kandungnya. Dengan catatan, imbuh Fadlil, sesuai ilmu pengetahuan dan teknologi, saksi, serta alat bukti lain yang menurut hukum dapat

dibuktikan kebenarannya, anak tersebut lahir dari hasil persetubuhan pasangan. “Anak lahir di luar perkawinan itu memiliki hubungan darah dengan ayahnya,” kata Fadlil saat membaca amar putusan di gedung MK, Jumat (17/2). Putusan hakim tidak bulat, sebab hakim konstitusi Maria Farida Indrati berbeda pendapat (dissenting opinion). Menurut Maria, berdasarkan agama, norma masyarakat, dan aturan yang ada sebelumnya, sudah tepat. Pasalnya fenomena sekarang ini membuat perwakinan kontrak marak dan perkawinan di bawah tangan yang tidak dilakukan pencatatan di Kantor Urusan Agama (KUA) setempat, sehingga anak tidak memiliki akta. Sehingga negara tidak mengakui adanya anak lahir di luar perkawinan. "Ini risiko dan dosa turunan dalam salah satu agama," kata Maria. (dikutip dari republika.co.id, 17/2)

Arifin Ilham :

FPI Tangan Umat Islam Indonesia Santunan—Jakarta. KH. Muhammad Arifin Ilham, seorang Ustadz lembut pemimpin Majelis Dzikir Az-Zikra, menegaskan dukungannya terhadap Front Pembela Islam (FPI), dengan menulis pernyataan di halaman akun Facebook beliau pada hari Kamis (16/2/2012) yang berisi pernyataan dukungan terhadap FPI dan kritikan terhadap oknum pejabat dan media sekuler yang mendukung kemaksiatan dan menyebarkan berita fitnah seakan FPI anarkis. “FPI dalam tubuh umat Islam Indonesia laksana TANGAN,” tegas Ustadz.

Selain itu, Ustadz juga mengecam kelompok yang ingin membubarkan FPI dan membiarkan kemaksiatan merajalela, ”siapa yg ingin membubarkan FPI?…kebebasan macam apa yg dinginkan? Ingat!, kalau ma’siyat & kemungkaran dibiarkan merajalela ‘fahaaqqo alaihal qoul’ adzab ALLAH akan turun sbgm minimpa kaum Aad, Tsamud, kaum homo dsb (QS 17 : 16,17), apa terus dibiarkan saat hukum sudah bisa “beli” hancurlah negeri ini,” ujar Ustadz Arifin. (dikutip dari arrahmah.com, 17/2)

Santunan—Serang. Mejelis Ulama Indonesia Provinsi Banten menyiapkan anggaran Rp 7 miliar dari dana hibah APBD Banten 2012. Dana tersebut akan digunakan untuk mencetak Alquran mushaf Al-Bantani lengkap dengan terjemahannya. "Mushaf Al-Bantani kali ini rencananya akan dicetak dengan terjemahannya. Mus­ hafnya akan dihiasi ornamen kebudayaan Banten yang kental nuansa Islami," kata AM Romly usai pelantikan pengurus MUI Banten 2011-2016 di pendopo Gubernur Banten. Penerbitan Alquran mushaf Al-Bantani awalnya digagas Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah. Ide tersebut terealisasi pada 2009. Namun, cetakan pertama mushaf AlBantani tidak dilengkapi terjemahan. ''Cetakan kedua akan dilengkapi terje­ mah­an,'' katanya. ''Tujuannya agar masyarakat khususnya ummat muslim di Banten dapat memahami dan memaknai isi Alquran.'' (dikutip dari republika.co.id, 17/2)

Di Rusia Semua Sekolah Ada PAI Santunan—Moskow. Kabar gembira bagi umat Islam di Rusia. Perdana Menteri Rusia, Vladimir Putin, memutuskan pelajaran agama akan diajarkan di seluruh sekolah negeri Beruang Merah itu. Menyusul keputusan baru itu, wali murid harus memilih salah satu dari enam pelajaran agama yang telah ditetapkan. Setelah itu, murid akan mengikuti mata pelajaran agama hingga bulan Agustus mendatang. Kurikulum tersebut mencakup pelajaran agama Islam, Kristen Ortodoks, Yahudi, Buddha, agama-agama dunia, dan etika sekuler. Berdasarkan data yang dirilis oleh Kementerian Pendidikan Rusia, 43 persen pelajar mengikuti pelajaran etika sekuler, 30 persen mengikuti pelajaran Kristen Ortodoks, 18 persen ke arah agama-agama dunia, sembilan persen mengikuti pelajaran agama Islam, dan satu persen mengikuti kelas Buddha. Kurikulum tersebut telah diberlakukan di 20 wilayah Rusia dan tercatat sekitar 300 ribu pelajar mengikuti program tersebut. Sebelumnya, Gereja Kristen Ortodoks Rusia mendukung pelajaran wajib agama dan kebudayaan bagi para pelajar. (dikutip dari republika.co.id, 17/2)


Konferensi Ulama Astronomi Terbesar di Makkah Santunan—Makkah. Sebuah konferensi astronomi Islam terbesar digelar di Makkah, Arab Saudi. Konferensi yang mengikutsertakan para ulama ahli astronomi dari negaranegara Islam ini bertemu, menyerukan pembentukan Komite Ulama Astronomi Dunia. Komite ini nantinya memiliki kewenangan untuk menyatukan awal bulan bulan pada negara-negara Muslim. Komite ini akan berbasis di Liga Dunia Muslim (MWL) di Makkah, akan mempelajari semua pekerjaan penelitian sejauh ini. Konferensi ini, diselenggarakan oleh Akademi Fikih Islam berbagai mazhab, afiliasi dari MWL. Konferensi menekankan pentingnya menyatukan persamaan bulan untuk menentukan awal bulan Ramadhan, Syawal dan Dzul Hijjah. Ulama dan Ilmuwan Inggris ikut ambil bagian dalam menyampaikan jurispruden ilmu astronomi. Mufti Agung Arab Saudi, Syaikh Abdul Aziz Al-Asheikh menekankan pentingnya penentuan awal bulan Hijriah berdasarkan penampakan bulan. "Islam telah menentukan bahwa awal dan akhir dari puasa tergantung pada penampakan bulan sabit dan tidak ada perbedaan pendapat tentang ini," katanya yang dilansir arabnews, Rabu (15/2). Namun, konferensi ulama Astronomi ini tidak berkeberatan untuk memanfaatkan sarana teknologi modern untuk melihat bulan. Ini untuk membantu apabila polusi udara dan kondisi langit telah menyulitkan untuk melihat bulan dengan mata telanjang. Selain itu, komite akan mempertimbangkan Makkah sebagai pusat untuk observasi astronomi dan mengeluarkan kalender

Hijriah bersatu bagi umat Islam sedunia. Para peserta konferensi mengatakan keterangan saksi tidak dapat diterima jika tidak mungkin untuk melihat bulan atas dasar fakta-fakta ilmiah kategoris. Mereka juga sepakat bahwa minoritas Muslim yang tinggal di suatu negara harus mulai atau berhenti puasa selama Ramadhan jika bulan itu terlihat di mana saja di negara ini. "Jika minoritas Muslim di negara nonMuslim tidak bisa melihat bulan baru untuk alasan apapun mereka harus mengikuti negara muslim terdekat atau kelompok minoritas Muslim," dalam rilis konferensi yang dilansir arabnews. Konferensi ini mendesak para astronom Muslim untuk memberikan informasi yang benar berkaitan dengan penampakan bulan kepada instansi yang berwenang di suatu negara. Hal ini juga mendesak masyarakat untuk tidak meragukan penampakan bulan setelah disetujui oleh otoritas pemerintah setempat. (dikutip dari republika.co.id, 17/2)

Muslim Inggris Paling Religius Ketimbang Umat Agama Lain Santunan—Cardiff. Muslim Inggris dinilai lebih aktif mempraktekkan kepercayaan dan mendidik anak-anak mereka sesuai dengan keyakinannya ketimbang umat agama lain. Demikian hasil kesimpulan riset Universitas Cardiff, Kamis (16/2). Riset itu menyebutkan 77 persen dari Muslim Inggris secara aktif mempraktekkan kepercayaan mereka. Sementara penganut Kristen hanya 29 persen dan umat agama lain hanya 65 persen. Dalam riset itu juga diketahui bahwa 98 persen dari anak-anak Muslim diberikan pendidikan agama sejak dini. Sementara

hanya 62 persen anak-anak Kristen dan 89 persen dari agama lain yang melakukan hal serupa. "Melihat dari fakta riset, semakin mem­ perkuat teori bahwa bagi kalangan minoritas agama merupakan sumber daya penting dalam memperkuat kekhasan suatu budaya," demikian kesimpulan lain riset tersebut. Sebelumnya, studi ini menganalisa hasil survei kependudukan tahun 2003 silam. Sebanyak 13.988 dewasa dan 1.278 remaja berusia 11-15 tahun ambil bagian dalam riset tersebut. (dikutip dari republika.co.id, 17/2)

MTQ Nasional XXIV Di Ambon

Santunan—Ambon. Ketua Ketua Lembaga Pengembangan Tilawatil Quran (LPTQ) Pusat, Abdul Jamil, meninjau sejumlah lokasi di Ambon yang akan dijadikan tempat kegiatan Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) XXIV nasional yang dijadwalkan berlangsung Juni 2012. Sejumlah lokasi dan fasilitas yang ditinjau Ketua LPTQ, Abdul Jamil, di Ambon, yakni tribun Lapangan Merdeka, Islamic Center di Waihaong serta Masjid Alfatah, yang seluruh fasilitas itu sedang dalam tahapan perampungan. Abdul Jamil yang didampingi Gubernur Maluku Gubernur Maluku, Karel Albert Ralahalu, Pangdam XVI/Pattimura Majen TNI Suharsono unsur Polda Maluku, Sekretaris kota Ambon Anthony Latuheru, sempat menanyakan penyelesaian berbagai fasilitas itu kepada Ketua Panitia daerah MTQ XXIV, Said Assagaff, yang juga wakil Gubernur Maluku. Pelaksanaan MTQ XXIV yang direncanakan dibuka Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tersebut terpusat di tiga lokasi, yakni gedung Islamic Centre, Tribun Lapangan Merdeka dan lapangan Galunggung desa Batu Merah kecamatan Sirimau. "Perlombaan akan dilaksanakan pada Tribun Lapangan Merdeka dan Islamic Centre, sedangkan kegiatan pameran di lapangan Galunggung," kata Said Assagaff. Jenis lomba terdiri atas enam cabang yakni Tilawatil Quran, Hifzil Quran, Fahmil Quran, Syarhil Quran, Khattil Quran dan menulis kandungan Al Quran. Untuk cabang Tilawatil Quran dibagi enam golongan mata lomba, yakni Tartil Quran anak-anak, remaja, dewasa, cacat netra dan golongan sabba. Cabang Hifzil Quran terdiri atas lima jenis lomba, masing-masing 1 (satu) juz dan Tilawah, 5 (lima) juz dan Tilawah, 10 juz, 20 juz dan 30 juz. (dikutip dari republika.co.id, 17/2) Santunan

Februari 2012

53


54

Santunan, Februari 2012

MADRASAH MTsN 1 Banda Aceh

Madrasah Berkarakter Islami  Jabbar Sabil

Hiruk pikuk lalu lintas di jalan Pocut Baren tidak mengganggu kekhusukan siswa yang belajar di MTsN I Banda Aceh. Pukul 7.30 mereka sudah berada di kelas dan membaca Alquran selama 15 menit, lalu mereka terlihat serius di bawah bimbingan gurunya. Di halaman madrasah yang ‘bebas sampah’ puluhan anak sedang berolah raga, sesekali terdengar instruksi guru penjaskes mengomandoi mereka. Pukul 10.25 pada saat istirahat, para siswa bergerombol di depan kantor dewan guru, ternyata mereka sedang menunggu giliran

Madrasah Tsanawiyah Negeri Model Banda Aceh didirikan pada tahun 1950. Pada awalnya bernama Sekolah Menengah Islam (SMI), di bawah pengelolaan Yayasan Pendidikan Umat Islam (YPUI), berlokasi di Komplek Kodam 1950 Iskandar Muda sekarang. Kepala madrasahnya yang pertama ialah A. Gani Usman (Ayah Gani), putera Seulimeum.

‘menyetor’ hafalan Alquran pada guru yang ditunjuk. Masing-masing siswa dibebankan menghafal sekian surat Alquran sebagai syarat memperoleh kartu ujian. Di sudut lain di teras madrasah, para siswa berbelanja di ‘kantin kejujuran’ tanpa penjaga. “Kita sedang menerapkan pendidikan karakter pada siswa” ungkap Drs. H. Muhammad saat diwawancarai Santunan. Seusai jam pelajaran, para siswa tidak segera pulang, mereka melakukan salat berjamaah di mushalla madrasah. Para siswa pun antri berwuduk di depan teras madrasah.

Pada tahun 1953, madrasah ini dipindahkan ke lokasi PHB. Kepala madrasah dijabat oleh Suwandi, lalu dilanjutkan oleh Tgk. M. Hasan.

1953

1955

Gedung-gedung yang dindingnya berhiaskan kaligrafi arab itu telah dipasangi kran di tiap tiangnya sebagai sarana berwudhuk siswa. Sebagian siswa yang mengikuti les justru tidak pulang, mereka menikmati makan siang di madrasah. Para siswa di madrasah yang telah menerapkan pendidikan karakter ini dibina oleh 64 orang guru, tujuh di antaranya dari Kemendiknas. Dari 64 orang guru ini, hanya delapan orang yang belum memperoleh sertifikasi, namun demikian, menurut Kepala Madrasah tuntutan pembelajaran

Tahun 1956, madrasah dipimpin oleh Ghazali Ibrahim.

1956

Tahun 1961, madrasah dipimpin oleh Tgk. Ibrahim Amin.

1961

Pada tahun 1955, madrasah dipindahkan ke tanah milik YPUI (lokasi madrasah sekarang), kala itu madrasah dipimpin oleh Tgk. Usman Lampanah.


berkarakter masih menuntut peningkatan SDM (baca box wawancara). Dalam membina 1.200 orang siswanya, MTsN Model juga melibatkan 10 orang guru tidak tetap untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan tugas belajar mengajar, termasuk les yang diadakan pada sore hari. Hasilnya, madrasah ini telah mencatat segudang prestasi, baik di tingkat provinsi mau pun nasional. Siswanya sukses diterima di sekolah-sekolah favorit, bahkan baru-baru ini dua orang siswanya berhasil lulus dalam seleksi beasiswa UWC untuk melanjutkan belajar di luar negeri.[]

Tahun 1968, madrasah dinegerikan dan berubah namanya menjadi MTsAIN, kepala madrasah dijabat oleh M. Ali Budiman.

1968

1976

Tahun 1984, madrasah ini dipimpin oleh Drs. M. Isa Ali, putera Tingkeum Manyang.

1984

Pada tahun 1976, madrasah kembali berganti nama, kali ini menjadi MTsN di bawah pimpinan Drs. Ibrahim Syamsuddin, dan dilanjutkan oleh Drs. M. Isa Rahmat, putera Takengon.

Tahun 1991, dipimpin oleh Drs. Ahmad Fauzi.

Tahun 1998, madrasah dipimpin oleh Drs. Jamaluddin Husin.

1991

1998

1993

Pada tahun 1993, Drs. Zulhelmi A. Rahman ditunjuk sebagai Kepala Madrasah, menggantikan Drs. Ahmad Fauzi yang pindah tugas ke IAIN Ar-Raniry.

2006

Tahun 2006, Drs. H. Muhammad menjabat kepala madrasah, sampai sekarang. Santunan

Februari 2012

55


Prestasi Siswa Tahun 2006-2011 Tingkat Nasional: • Juara Harapan 1 Lomba Pidato Bahasa Inggris, 2006 • Juara 1 Lomba Membuat Poster, 2008 • Juara 2 Lomba Membuat Poster, 2008 Tingkat Provinsi: • Juara 3 Tenis Meja Ganda Putri, Porseni Depag • Juara 1 Tartil al-Qur’an Putri, MTQ 2007 di Bireuen • Juara Umum Flash Platinum, 2008 • Juara 1 Prensenter Contest, 2008 • Juara 3 Speech Contest, 2008 • Juara 3 Cerdas Cermat, 2008 • Juara 3 MTQ putri ISKADA, 2009 • Juara Harapan 1 Fahmil Qur’an ISKADA, 2009 • Juara 2 Deklamasi ISKADA, 2009 • Juara Umum Flash Platinum MOSA, 2009 • Juara 1 MTQ Flash Platinum MOSA, 2009 • Juara 1 Speech Contest Flash Platinum MOSA, 2009 • Juara 1 Presenter Contest, 2009 • Juara 2 Membaca Puisi, 2009 • Juara 3 Cerdas Cermat Flash Platinum MIPA, dan Bahasa Inggris, 2009 • Juara 1 Presenter (MOSA), 2010 • Juara 2 Cerdas Cermat (MOSA), 2010 • Juara 2 MTQ (MOSA), 2010 • Juara 3 MTQ (MOSA), 2010 • Juara Umum Flash Revival MOSA, 2011

56

Santunan

Februari 2012

Drs. H. Muhammad

Semua Pelajaran Harus Bisa Memperlihatkan Kemahakuasaan Allah Bagaimana pengembangan yang Bapak rencanakan? Pertama pembentukan karakter anak, jadi guru perlu diberdayakan kembali lewat pelatihan. Kedua, pengelolaan keuangan yang akuntabel, hendaknya bisa mencapai target WTP. Teknis yang bapak tawarkan? Pertama, pelatihan bagi guru dengan menghadirkan para pakar, baik dari IAIN mau pun dari Unsyiah. Kedua, melengkapi fasilitas seperti jaringan internet online di seluruh lokasi, dari pustaka sampai ke kantin. Fasilitas lain, tahun ini diusahakan pengadaaan infocus untuk 33 ruang belajar. Tentu perlu dilakukan pelatihan IT bagi para guru, ini kan tidak sulit, satu minggu kan sudah cukup, kecuali guru-guru yang sudah tua, mereka tidak usah dipaksakan. Tantangan dalam hal moralitas? Itu berat sekali, memang dunia pendidikan secara umum sangat tertantang, terutama dengan kehadiran teknologi informasi, mereka jadi terbiasa dengan dunia maya. Hal ini mengalahkan dunia pendidikan, artinya jika kita tidak bisa mengimbangi kemajuan teknologi in­ formasi, kita akan kalah. Guru semakin hari semakin tertantang, terutama cara mengajarnya. Jadi kita harus memanfaatkan kemajuan teknologi informasi ini dalam pembelajaran. Kedua, bagaimana anakanak ini kita kuatkan imannya, moral mereka. Guru tidak boleh menganggap sepele, cara pembelajaran setiap guru harus disesuaikan dengan kebutuhan

sekarang. Seluruh guru, pada saat meng­ ajar, harus mengaitkan pelajaran itu dengan agama. Kalau mengajar pelajaran geografi misalnya, harus dikaitkan dengan keagungan penciptaan Allah, bagaimana Allah menciptakan alam ini, bahwa semua ini ada karena Allah. Jadi bukan tugas guru agama saja, semua pelajaran harus bisa memperlihatkan ke-Mahakuasaan Allah. Dalam setiap rapat saya selalu menekankan agar diterapkan pembelajaran yang terpadu, tolong ini dimasukkan dalam pelajaran apa saja. Ini tidak rumit, apalagi banyak guru kita berlatar belakang IAIN. Apa ada sekolah yang dijadikan model pembelajaran terintegrasi seperti ini? Kita belum pernah melakukan studi banding, tapi kita sudah berusaha mene­ rapkan pendidikan karakter. Itu perlu, jadi kita laksanakan saja secara otodidak dulu, walau belum mendapat pelatihan. Tapi guru-guru itu perlu dilatih, karena pendidikan karakter itu dilaksanakan secara luas, sejak dari masuk pintu gerbang, lingkung­ an yang bersih, penataan ruang belajar, semua mengandung nilai-nilai berkarakter. MTsN berkarakter dicirikan dengan apa? Untuk ke depan, kita akan mengadopsi dari para pakar, yang saya harapkan, agar ke depan semua stakeholder madrasah menerapkan karakter Islami, termasuk pengelola kantin. Memang berat, karena kita menghadapi 1200 siswa, masalah kebersihan saja perlu kerja keras untuk mewujudkannya.[jabbar sabil]


SEUMPEUNA

Renungan ď‚ž Aman Zaki Betapa banyak karunia dalam bentuk materi yang aku terima dari Allah swt. Aku tidak persis tahu apakah yang aku peroleh itu semua sebagai buah usaha yang halal? Sekiranya ada yang tidak, entah itu karena kealpaan dan kekhilafanku, ataukah itu karena keserakahanku dan rekayasa yang mungkin saja bukan aku orang yang berhak menerimanya. Atau juga ada hak orang lain di sana, aku mohon semoga Allah swt. dapat mengampuniku. Selain itu ada anugerah yang lebih besar aku terima, yaitu kecenderungan merasa puas dengan apa yang aku peroleh atas usahaku, Karena aku bukan manusia yang memiliki banyak keinginan. Apalagi saat ini yang aku tunggu di dunia ini tak banyak lagi, hanya pensiun dan mati. Aku tidak tahu mana yang hadir lebih dahulu di antara keduanya. Walau pun pensiun itu sudah jelas waktunya, pada akhir Agustus ini, tapi karena maut

tidak memberitahu kehadirannya, aku tidak tahu apakah aku masih sempat menikmati masa pensiun itu? Bukan tidak mungkin sebelum pensiun itu tiba kematian hadir lebih dahulu. Apakah aku takut menghadapi mati? Tidak, aku tidak takut pada kematian, kalau besok malaikat maut hadir menjemputku. Kematian suatu yang pasti, akan hadir menyamperi semua, tidak peduli kesiapan kita. Yang aku khawatirkan hanyalah amalanku. Apakah amal-amalku cukup dipertaruhkan untuk meraih keridhaan Allah swt.? Dalam kekhawatiranku, seberkas asa muncul dari keyakinan keagamaanku. Bukankah Allah swt. Zat Yang Mahapengasih, Mahapenyayang, lagi Mahapengampun. Dalam doaku aku berharap dan bermohon, semoga Allah swt. menempatkan aku dalam golongan orang-orang yang mendapatkan ampunan dan ridha-Nya. Karena dengan keridhaanNya aku akan mendapatkan syurga, aku tidak peduli di syurga mana aku ditempatkan-Nya. Amin‌[] Banda Aceh, 15 Februari 2012

Santunan

Februari 2012

57


58

Santunan, Februari 2012

MASJID

Masjid Awaluddin, Ketol Sejarah Ringkas Masjid Awaluddin, Ketol

Masjid Awaluddin terletak di Kampung Kute Gelime, Kecamatan Ketol, oleh sebab itu masjid ini lebih dikenal dengan sebutan Masjid Ketol. Menurut beberapa sumber, masjid ini didirikan sekitar tahun 1890 oleh Teungku Syekh Abdur Rauf, seorang Arab yang datang ke Takengon untuk menyebarkan agama Islam. Akan tetapi karena faktor usia, Teungku Abdur Rauf tidak sempat merampungkan pembangunan masjid ini. Kemudian beliau meminta Syekh Hasyim yang kala itu tinggal di Banda Aceh,

untuk melanjutkan pembangunan Masjid Awaluddin. Saat Teungku Syekh Abdur Rauf jatuh sakit, masyarakat mengusung beliau menuju Peureulak, namun di tengah perjalanan beliau menghembuskan nafas terakhir. Sesuai wasiat beliau agar dimakamkan di mana beliau meninggal, maka jenazah beliau dikuburkan di pendakian dekat Blang Jorong, Pondok Baru, Bener Meriah. Rombongan mencari lokasi yang agak datar untuk membuka pemakaman di sekitar pendakian yang curam itu. Menurut penuturan masyarakat, jenazah Teungku Syekh Abdur Rauf menghilang setelah sempurna di-fardhu kifayah-kan. Peristiwa unik itu terjadi tepat saat jenazah hendak dikebumikan. Akhirnya rombongan memutuskan untuk menutup kuburan sebagaimana lazimnya, walau jenazah sudah tidak ada. Sampai hari ini kuburan Teungku Syekh Abdur Rauf masih sering diziarahi masyarakat. Pada mulanya masjid berukuran 7 x 7 m2 ini beratap ijuk, dan konstruksinya dibuat dari kayu gerupel, sejenis kayu yang memiliki gurat ukiran sangat indah. Lantainya dibuat dari batu alam yang disusun rapi. Pada mulanya, masjid ini hanya diperuntukkan bagi jamaah khusus yang level

pengajiannya sudah mencapai tingkat tertentu. Namun kemudian masjid ini juga dibuka untuk masyarakat secara umum. Sekitar tahun 1910, atap ijuk diganti dengan atap rumbia, pada saat ini, masyarakat umum sudah boleh salat di masjid ini. Salat Jumat pun diadakan di masjid ini, masyarakat datang dari Kecamatan Celala, Kampung Pepayungen Angkup, Arul Kumer, Wihni Durin, dan beberapa desa sekitar lainnya di luar Kecamatan Ketol. Ketiadaan alat transportasi, dan sulitnya medan yang ditempuh, mengharuskan masyarakat yang hendak Salat Jumat untuk datang pada Hari Kamis. Mereka bermalam di Kecamatan Ketol, dan baru berangkat pulang pada esok harinya. Sekitar tahun 1940, masjid ini direhab oleh seorang tukang berdarah Cina yang telah masuk Islam, bernama Ismail. Ukuran masjid diperluas menjadi 10 x 10 m2, dan atapnya diganti dengan bahan seng. Pada tahun 1953, kembali dilakukan rehabilitasi sehingga ukuran masjid menjadi 10 x 12 m2. Dalam rehab kali ini, bangunan masjid dirombak menjadi semi permanen dan dibuatkan kubah di atasnya. Pada tahun 2004, Masjid Awaluddin dirombak total menjadi bangunan permanen. Ukuran masjid masih tetap dalam ukuran sebelumnya (10 x 12 m2), namun ciri khas bangunan lama telah hilang. Masjid Awaluddin permanen ini dibangun dengan dana bantuan Pemerintah Provinsi Aceh, ditambah swadaya masyarakat.[] Rubrik ini diangkat berdasarkan buku Masjid Bersejarah di Nanggroe Aceh, jilid II, diterbitkan oleh Bidang Penamas Kantor Wilayah Kementerian Agama Aceh, 2010.

58

Santunan

Februari 2012


Keluarga Besar Kanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh Ikut berduka dan belasungkawa yang mendalam atas berpulang ke Rahmatullah

Tgk. H. Muhammad Yahya bin Lahin (82 tahun)

Ayahanda Muhammad Yakub Yahya, M.Ag (Redaktur Pelaksana Majalah Santunan) Meninggal dunia pada Kamis 22 Desember 2011 di Grong-Grong Kec. Meureudu Kab. Pidie Jaya

Onih Halimah binti Muhammad Arsyad (77 tahun)

Ibunda (mertua) Fauzan, SHI (Staf Produk Halal Bid. Urais Kanwil Kemenag Aceh) Meninggal dunia pada Rabu 11 Januari 2012 di Bandung Jawa Barat

Tgk. M. Hasan bin Salam (85 tahun)

Ayahanda Tgk. Drs. Mukhlis Hasan (Kasi Pelayanan Pontren Bid. Pekapontren Kanwil Kemenag Aceh) Meninggal dunia pada Senin 30 Januari 2012 di Meuruedu Kab. Pijay Semoga amal almarhum dan almarhumah mendapat ridha Allah serta arwah mendapat tempat yang mulia di sisi Allah Swt Kepala, Drs. H. Ibnu Sa’dan, M.Pd

Keluarga Besar Kanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh menyampaikan duka dan belasungkawa yang mendalam atas meninggal dunia

Rem Ginting (70 tahun)

Ayahanda Sahnan Ginting, S.Ag (Pembimas Hindu Kanwil Kemenag Aceh) meninggal dunia pada Selasa 3 Januari 2012 di Ds. Durin Rugun Kec. Lau Baleng Kab. Karo Sumut Semoga mendiang mendapat tempat yang layak di sisi-Nya Kepala, Drs. H. Ibnu Sa’dan, M.Pd


Kakanwil Kemenang Aceh dan isteri berfoto bersama seluruh Kakankemenag se-Aceh dan isteri pada acara peusijuek Kakanwil baru di Aula Arafah, Asrama Haji Banda Aceh, 5 januari 2012.


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.