Majalah Komunikasi UM | Edisi 316 Mei - Juni 2018

Page 1



dok. Panitia

Ormawa of The Year:

dok. Panitia

DAFTAR ISI Pacu Kualitas dan Prestasi Wajah Ormawa of the Year sebagai bentuk nyata sepak terjang mahasiswa untuk berbondong-bondong menyajikan performa terbaik. Baik dari segi kekompakan, kebersihan, manajemen, kreativitas, prestasi, dan administrasi. Langkah ini sebagai awal untuk menjadi organisasi yang berprestasi. Simak liputannya dalam rubrik Laporan Utama!

SURAT PEMBACA 5 LAPORAN UTAMA UP TO DATE 9

Inovator

OPINI 10

Media Pembelajaran

SEPUTAR KAMPUS 12

Flipcover tenaga surya mengantarkannya menjadi Mawapres 3 UM. Kini dirinya sedang mengembangkan board game VOC. Selain itu, ia juga mencintai dunia literasi. Seperti apa sosoknya? Bagaimana proses perjalanannya hingga menjadi Mawapres 3? Simak liputannya di Rubrik Profil!

PROFIL CERITA MEREKA 22 AGAMA INFO 26 dok. Pribadi

Cerita Perjalanan Muslimah di Negeri Paman Sam:

Menjadi Minoritas dan Ajang Muhasabah Diri

CURHAT 28 PUSTAKA 29

Pernah menjadi Mawapres di UM dan penerima beasiswa LPDP di University of Washington tak lantas membuat jalan Choirun Nisa Ristanty selalu mulus. Pergolakan batin akibat identitasnya sebagai muslimah terus membayangi perjalananya di Amerika Serikat. Simak proses perjuangan Choirun Nisa Ristanty di Rubrik Agama!

LAPORAN KHUSUS 30

24

Surga Tersembunyi: Pantai Jembatan Tanjung Sirap dan Pulau Hanoman

WISATA RANCAK BUDAYA 34 KOMIK 38 LENSA UM 39

32

32

dok. Pribadi

dok. Pribadi

6

19

Kabupaten Malang dengan eksotika pantai yang luar biasa indahnya tentu menjadi surga bagi para pecinta pantai. Salah satu pantai yang terletak di Kecamatan Bantur bernama Pantai Jembatan Tanjung Sirap ternyata masih menyimpan eksotika yang alami. Telusuri perjalanannya di Rubrik Wisata!

SALAM REDAKSI 4

Tahun 40 Mei-Juni 2018|

3


Salam Redaksi

STT: SK Menpen No. 148/ STT: SK Menpen No. 148/ SK DITJEN PPG/STT/1978/ SK DITJEN tanggal 27PPG/STT/1978/ Oktober 1978 tanggal 27 Oktober 1978

Driver atau Passenger? oleh Nuruddin Zanky

P

ada kesempatan kali ini, penulis ingin mengajak para pembaca untuk senantiasa menanamkan prinsip dalam kehidupan, yakni “hari ini harus lebih baik dari hari kemarin”. Penulis ingin menyampaikan pesan mental yang pernah ditulis oleh seorang motivator, pebisnis sukses, pengajar, dan penulis buku-buku best seller, yaitu Rhenald Kasali. Beliau dalam buku yang berjudul Let’s Change mengatakan bahwa mental manusia itu ada dua, yakni manusia bermental driver dan passenger. Untuk menjadi driver, dia harus memiliki suatu keahlian, memiliki SIM, tidak boleh mengantuk, harus selalu terjaga, harus tahu arah, serta memiliki kepekaan dan kecepatan menghindar agar terhindar dari kecelakaan. Bahkan ketika terjadi suatu kecelakaan, orang yang paling bertanggung jawab adalah driver tersebut. Berbeda dengan passenger, dia tidak harus memiliki berbagai macam keterampilan dan keahlian yang dimiliki seorang driver. Passenger bisa tidur nyenyak sewaktu perjalanan, tidak perlu tahu arah, dan tidak memegang risiko ketika terjadi sesuatu dengan kendaraannya. Namun, passenger akan tiba di tempat tujuan pada waktu yang sama dengan driver. Mahasiswa sebagai manusia yang diharapkan dapat menjadi agen perubahan memiliki pilihan untuk menjadi driver atau passenger selama menempuh pendidikan di perguruan tinggi. Ada empat kelompok mahasiswa. Pertama, mahasiswa yang aktivitasnya hanya di kelas, perpustakaan, dan kos. Mahasiswa ini hanya mementingkan sisi akademik, dia fokus untuk mencapai nilai terbaik pada matakuliah yang sedang ia tempuh. Kedua, mahasiswa yang sisi akademiknya terabaikan, tetapi fokus pada kegiatan organisasi. Mahasiswa ini aktif ketika berorgansisasi, namun lemah dalam sisi akademik. Ketiga, mahasiswa yang lemah dalam keduanya, baik sisi akademik maupun non-akedemik. Keempat adalah mahasiswa yang aktif dalam sisi akademik dan non-akademik. Mahasiswa ini pandai membagi waktu. Dia harus konsentrasi untuk mendapatkan hasil terbaik dalam perkuliahannya dan dia harus menimba ilmu yang tidak didapatkan di bangku perkuliahan. Penulis ingin mengajak pembaca, khususnya mahasiswa, untuk merenung apakah kita termasuk kelompok mahasiswa pertama, kedua, ketiga, atau keempat? Apakah jalan yang kita pilih saat ini mengarahkan ke posisi mental seorang driver ataukah passenger? Namun, perlu untuk diingat bahwa untuk menjadi agen perubahan selalu dibutuhkan mental driver! UM sebagai The Learning University selalu mendorong mahasiswanya untuk terus bekembang.

dok. Pribadi

Pilihan Mahasiswa:

Wakil Rektor III sebagai pucuk pimpinan bidang kemahasiswaan memiliki komitmen yang kuat untuk mengembangkan potensi mahasiswa melalui keorganisasian. Salah satu wujud nyatanya adalah adanya “Ormawa of The Year”. Ini merupakan ajang bagi organisasi mahasiswa intra-kampus untuk menunjukkan eksistensinya dalam mewujudkan UM yang lebih baik. Ada lima kriteria penilaian dalam Ormawa of The Year, yaitu kebersihan lingkungan, tertib administrasi, menjalin kerja sama, pengelolaan website, serta prestasi dan kreativitas. Kegiatan ini selain untuk memberikan penghargaan kepada pengelolaan organisasi terbaik juga sebagai sarana evaluasi kegiatan ormawa. Bidang kemahasiswaan menginginkan keberadaan ormawa tidak hanya ada, tetapi juga memberikan manfaat bagi kemajuan kampus. Keberadaan ormawa sebagai wadah utama membentuk mental driver mampu menjadikan mahasiswa sebagai agen perubahan di masa mendatang. Banyak ilmu yang dapat dipelajari ketika mengikuti kegiatan ormawa yang tidak diperoleh di bangku perkuliahan. Keberanian mengemukakan pendapat, komunikasi, menjalin hubungan dengan orang lain, merencakan strategi untuk mencapai tujuan, semuanya didapat dari kegiatan ormawa. Masalah selalu dihadapi oleh mahasiswa dalam kegiatan ormawa, mulai dari membagi waktu antara kepentingan akademik dan non-akademik, menghadapi pendapat orang lain, sampai dengan mengatasi keterbatasan anggaran. Adanya masalah tersebut akan menjadikan mahasiswa siap terjun ke lapangan setelah mereka lulus kuliah. Bukankah saat kita ingin menjadi seorang driver, kita pernah jatuh dan terluka, harus meluangkan waktu, bahkan dimaki orang karena keterbatasan kita dalam mengendarai kendaraan? Jika kita menyerah pada saat mengalami masalah, kita hanya dapat menjadi seorang passenger. Gunakan waktu dan kesempatan dengan sebaikbaiknya. Dua hal itu tidak akan pernah kembali. Empat tahun untuk lulus sarjana terlalu pendek jika kita tidak bisa memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya untuk memberikan yang terbaik bagi diri kita, orang tua, dan lingkungan. Manfaatkan segala fasilitas yang dapat kita gunakan selama kita menjadi mahasiswa dengan sebaik-baiknya. Jadilah mahasiswa yang memiliki keseimbangan dalam bidang akademik maupun non-akademik, keseimbangan dalam kecerdasan spiritual, sosial, emosional, dan intelektual. Satu kalimat untuk mahasiswa: Majulah bersama UM tercinta! Penulis adalah Dosen Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan anggota Penyunting Majalah Komunikasi UM

KOMUNIKASI • Majalah Kampus Universitas Negeri Malang • Jalan Semarang No. 5 Graha Rektorat lantai 2 Telp. (0341) 551312 Psw. 354 • E-mail: komunikasi@um.ac.id • Website: http://komunikasi.um.ac.id KOMUNIKASI diterbitkan sebagai media informasi dan kajian masalah pendidikan, politik, ekonomi, agama, dan budaya. Berisi tulisan ilmiah populer, ringkasan hasil penelitian, dan gagasan orisinil yang segar. Redaksi menerima tulisan para akademisi dan praktisi yang ditulis secara bebas dan kreatif. Naskah dikirim dalam bentuk softdata dan print out, panjang tulisan 2 kwarto, spasi 1.5, font Times New Roman. Naskah yang dikirim belum pernah dimuat atau dipublikasikan pada media cetak manapun. Tulisan yang dimuat akan mendapatkan imbalan yang sepantasnya. Redaksi dapat menyunting tulisan yang akan dimuat tanpa mengubah artinya. Tulisan dalam Komunikasi tidak selalu mencerminkan pendapat redaksi. Isi di luar tanggung jawab percetakan PT Antar Surya Jaya Surabaya.

4 | Komunikasi Edisi 316

Pembina Rektor (AH. Rofi’uddin) Penanggung Jawab Wakil Rektor III (Syamsul Hadi) Ketua Pengarah Kadim Masjkur Anggota Andoyo Ahmad Fahmi Ketua Penyunting A.J.E. Toenlioe Wakil Ketua Djajusman Hadi Anggota Zulkarnain Yusuf Hanafi Evi Susanti Nuruddin Zanky Dila Umnia Soraya Sukamto Septa Katmawanti Ike Dwiastuti Redaktur Pelaksana Nida Anisatus Sholihah Editor Amalia Safitri Hidayati Azizatul Qolbi Layouter Fitrah Izul Falaq Desainer dan Ilustrator Krisnawa Adi Baskhara Reporter Arni Nur Laila Shintiya Yulia Frantika Maulani Firul Khotimah Arvendo Mahardika Amey Karimatul Fadhilah Fanisha Amelia Dessy Herawati Cintya Indah Sari Rosa Briliana Administrasi Taat Setyohadi Ifa Nursanti Rini Tri Rahayu Suhartono Ekowati Sudibyaningsih Agus Hartono Astutik Elok Kanthiasih Distributor Adi Santoso


Surat Pembaca

Rubrik Bahasa Inggris

Zidni Mahdiyatul Ula S-1 Pendidikan Bahasa Inggris Waalaikumsalam Wr. Wb. Dear Zidni, terima kasih atas sarannya. Kami akan mempertimbangkan tentang rubrik baru yang menggunakan bahasa Inggris. Namun, untuk saat ini, rubrik yang kami sediakan belum dapat memuat bacaan bahasa Inggris. Sekadar informasi, Komunikasi baru saja menambah rubrik baru, yaitu Curhat untuk menampung curhatan dan keluh kesah civitas academica UM . Silakan intip di halaman 23!

Krisnawa Adi Baskhara

Halo, salam pers! Saya Zidni Mahdiyatul Ula mahasiswa Sastra Inggris. Sejauh ini Komunikasi sudah sangat bagus dan cukup menjadi idola mahasiswa UM. Rubrik yang disajikan sudah cukup menarik terlebih banyak kegiatan ormawa yang diekspos, hal ini menambah minat baca mahasiswa. Untuk menambah daya tarik mahasiswa bagaimana kalau majalah Komunikasi membuka rubrik baru menggunakan bahasa Inggris? Menurut saya, rubrik bahasa Inggris akan menambah pengetahuan siswa di luar Jurusan Sastra Inggris. Terima Kasih.

Memacu diri maksimalkan potensi menuju kemenangan hakiki Cover Story

Repro Internet

Salam, Redaksi

Hidup yang tidak dipertaruhkan tidak akan pernah dimenangkan Sultan Syahrir

ilustrasi oleh : Krisnawa Adi Baskhara

Tahun 40 Mei-Juni 2018|

5


Laporan Utama

dok. Panitia

Ormawa of The Year: Pacu Kualitas dan Prestasi

Wakil Rektor III menyerahkan piala juara umum Ormawa of The Year 2017 pada BEM FMIPA UM

U

niversitas Negeri Malang (UM) senantiasa berupaya untuk menerapkan visinya, yakni menjadi perguruan tinggi unggul dan menjadi rujukan dalam penyelenggaaraan tridarma perguruan tinggi. Dalam upaya mewujudkan tercapainya visi tersebut, kampus yang menahbiskan diri sebagai The Learning University ini memiliki segudang program dan terobosan baru yang dapat diterapkan di semua lini dalam kehidupan kampus. Salah satunya dalam bidang Kemahasiswaan, ada sebuah inovasi berupa kegiatan yang dimaksudkan untuk meningkatkan daya saing antar-organisasi kemahasiswaan (ormawa) dalam bentuk awarding night. Acara award tersebut dinamakan Ormawa of The Year. Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni UM, Dr. Syamsul Hadi, M.Pd., M.Ed. menjelaskan bahwa tercetusnya UM untuk mengadakan Ormawa of The Year berawal dari beberapa ide yang ia dapatkan,

6 | Komunikasi Edisi 316

terutama saat mempelajari manajemen lembaga. “Salah satunya adalah quality assurance (penjaminan mutu, red.), organisasi atau bahkan individu dalam sebuah instansi dikatakan bermutu apabila hari ini lebih baik dari kemarin,” ujar Syamsul saat ditemui Komunikasi di ruang kerjanya, Graha Rektorat lantai 8 pada Kamis (24/5). Nah, pihaknya kemudian mengerucutkan gagasan tersebut ke pemikiran ‘bagaimana untuk mendorong semua unsur di UM —termasuk di dalamnya ormawa, makin hari makin baik’. “Dengan dasar itu, kemudian kami diskusikan dengan teman-teman di bidang Kemahasiswaan (dan didapat kesimpulan, red.) bahwa kegiatan kemahasiswaan itu harus bersifat komprehensif dan terbagi menjadi tiga fase,” sambung WR III. Tiga Fase Awali Lahirnya Ormawa of The Year Syamsul menjelaskan bahwa fase-fase tersebut diawali dari tahap pertama, yakni rekrutmen. Rekrutmen tersebut bertujuan

menjaring mahasiswa yang aktif dalam kegiatan, baik itu dalam ormawa maupun keikutsertaan lomba-lomba. “Di sana mahasiswa yang potensial kami upayakan harus terwadahi dalam aktivitas-aktivitas yang mendukung mereka, karena itu anakanak UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa, red.) kita fasilitasi untuk sosialisasi dan promosi ketika PKKMB (Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru, red.) dalam bentuk video profil dan tampilan secara langsung,” papar dosen Fakultas Teknik ini. Selain ormawa, keikutsertaan dalam lombalomba juga diawali proses seleksi dari tingkat kampus. “Termasuk PKM (Program Kreativitas Mahasiswa, red.) juga diseleksi secara bertahap mulai dari fakultas hingga di UM secara keseluruhan,” tambah WR III. Tak kalah penting, pada fase kedua yang berupa pendampingan dan pembimbingan bagi mereka yang aktif berorganisasi dan mengikuti kompetisi. “Kami memberikan pendampingan salah satunya dalam bentuk motivasi untuk


Laporan Utama pada tahun ini. “Jika kita mau berpikir dengan hitam putih, orang itu ada yang baik dan buruk, begitu pula organisasi. Banyak hal yang bisa dilakukan, paling tidak ada tiga, yakni menghukum yang tidak berprestasi, mengapresiasi yang berprestasi, atau melakukan kedua-duanya. Kita tidak berbicara sanksi dulu lah,” urai pria asli Malang tersebut. Sehubungan dengan itu, bukan berarti pihaknya tidak menerapkan punishment sama sekali terhadap mereka yang dianggap ‘kurang berprestasi’. “Kami sudah memberi warning-warning pada seluruh ormawa bahwa yang berturut-turut selama tiga tahun berada di posisi lima terbawah, khususnya UKM, yang paling ekstrem adalah kita ganti, kita hapus, karena dianggap sudah tidak produktif,” terang WR III. Hal tersebut terpaksa dilakukan mengingat antrean dari banyak komunitas dan kelompok mahasiswa di UM dengan berbagai minat dan kegiatan yang mengajukan proposal untuk menjadi UKM sangat banyak. “Kecuali HMJ, BEM, kan tidak mungkin dibubarkan, tapi bisa saja sanksinya tidak diikutkan di Ormawa of The Year pada tahun depan,” tegas Syamsul. WR III menjelaskan bahwa Ormawa of The Year ini penting untuk diperhatikan oleh ormawa. Ia menekankan bahwa keberadaan ormawa harus memberikan dampak positif bagi mahasiswa lainnya. “Jangan ada tapi seperti tidak ada, apalagi tidak memberi manfaat bagi siapapun,” ujarnya. Fungsi vital ormawa sebagai penggerak utama para mahasiswa untuk melakukan kebaikan harus digalakkan. “Kenapa tidak, kita memberikan kesempatan bagi mereka untuk menjadi lebih baik,” lanjut dosen kelahiran 57 tahun lalu ini. Instrumen yang dilombakan, lanjut Syamsul, sudah jelas dan sangat transparan. Memang, seluruh instrumen yang dilombakan dapat

diunduh secara langsung dari situs resmi Kemahasiswaan UM (kemahasiswaan. um.ac.id). Soroti Pemanfaatan Teknologi Informasi Poin penting lain yang menjadi sorotan WR III ialah tentang pemanfaatan teknologi informasi di kalangan ormawa. “Seberapa update data mereka, seberapa update website dan media sosial mereka, bisa dicek, tidak sedikit ormawa yang websitenya jarang terisi,” ujarnya mengungkapkan keprihatinan. Padahal pihaknya juga tidak kurang dalam memberikan pelatihan pengelolaan website bagi ormawa beberapa waktu lalu, meskipun memang tidak semua ormawa yang mengikuti (hanya ormawa tingkat universitas saja). “Daripada menyebarkan informasi lewat selebaran, lebih baik via website dan media sosial. Memang tidak dilarang, tapi akan lebih efektif jika melalui media-media itu, biayanya juga sangat murah,” kata Syamsul. Harusnya, lanjut WR III, mahasiswa zaman now lebih cekatan dalam memanfaatkan teknologi informasi untuk membesarkan organisasi mereka. “Jangan hanya berpikir tingkat UM, tapi juga harus berpikir, bagaimana UM dan ormawanya ini bisa dikenal dunia?” tambah dosen yang sudah mengabdi di UM sejak 1987 itu. Oleh karena itu, pihaknya berupaya menggencarkan website ormawa dengan mengadakan salah satu kategori dalam penilaian dalam Ormawa of The Year, yakni kategori pengelolaan website. Ia menyebutkan bahwa di UM terdapat setidaknya 85 ormawa. “Katakanlah per minggu mereka update satu berita baru, dalam sebulan sudah ada 340 berita baru dari UM. Satu tahun sudah berapa? Bagaimana nama UM akan bertambah di mesin pencari Google?” terangnya. Ia berharap agar ormawa juga berperan aktif dalam meningkatkan nama UM, sekaligus

dok. Panitia

anak-anak, supaya dapat memunculkan kemampuan terbaiknya,” katanya. Setelah diberi pendampingan, beranjak ke langkah ketiga, yakni pengakuan. Syamsul menjelaskan bahwa pengakuan tersebut salah satunya dalam bentuk apresiasi terhadap kelompok mahasiswa, baik yang tergabung dalam ormawa maupun yang rajin memenangi kompetisi dan sudah menunjukkan performa terbaik mereka. “Khusus untuk ormawa, apa yang bisa dilakukan untuk mengapresiasi sehingga kemudian lahirlah acara awarding night yang dinamai Ormawa of The Year ini,” urai lulusan Master of Education dari Deakin University Australia ini. Pemilihan nama tersebut, tak lepas dari upaya untuk meningkatkan partisipasi mahasiswa. “Pemilihan nama (untuk agenda awarding tersebut, red.) juga harus zaman now, harus kekinian, karena sasarannya anak muda,” terang Syamsul. Pemeringkatan Tentukan Apresiasi dan Sanksi WR III mengatakan bahwa kegiatan Ormawa of The Year sebenarnya memiliki sebuah misi yang mulia dan besar. “Misi besarnya adalah bagaimana mahasiswa, khususnya ormawa di UM bisa berlombalomba dalam kebaikan,” urainya. Jika ormawanya bagus, Syamsul melanjutkan, UM akan mendapat nama baik pula di kalangan perguruan tinggi. “Tidak kalah penting adalah pengalaman belajar mahasiswa, jadi dia belajar dalam wadah yang bermutu, bukan dari wadah yang dari tahun ke tahun seperti itu saja, stagnan,” ujar dosen yang mengajar di Prodi S-1 Pendidikan Teknik Mesin ini. Perlu diketahui bahwa hasil dari Ormawa of The Year akan dijadikan pemeringkatan ormawa, khususnya UKM. “Dari situ, akan kita cari (melalui award tersebut, red.) tahun ini siapa yang terbaik, kita buat pemeringkatan,” tandas Syamsul. Pemeringkatan ormawa ini bukanlah hal yang asing di kalangan perguruan tinggi, karena menurut keterangan WR III, pada perguruan tinggi lain diterapkan penilaian yang disebut dengan “akreditasi ormawa”. Saya pikir, kok (istilah akreditasi ormawa, red.) itu menakutkan banget, anak-anak janganlah kalau diberi istilah-istilah yang seperti itu,” terangnya. Apresiasi, menurut WR III, pihaknya tidak main-main dalam memberikannya. Memang, dari tahun lalu saja, juara 1 per kategori mendapat dana pembinaan sejumlah Rp3 juta untuk juara 1, Rp2 juta untuk juara 2, dan Rp1 juta untuk juara 3. Namun, ketika disinggung tentang sanksi, WR III mengaku belum akan menerapkan

Pelatihan pengelolaan website

Tahun 40 Mei-Juni 2018|

7


membesarkan nama organisasinya sendiri. “Tunjukkan bahwa mahasiswa UM dapat memberi warna pada dunia, dengan cara apa? Ya diisi website-nya, karena memang kami akui mengelola website dan media sosial itu tidak hanya sekadar bikin lalu selesai, tapi bagaimana ngopeni-nya dengan mengisi konten secara rutin,” harap WR III. Terakhir, WR III berharap agar para anggota ormawa menjadikan Ormawa of The Year ini sebagai benchmark untuk evaluasi diri. “Posisi saya dibanding ormawa yang lain di UM itu di mana, ya? Para pengurus ormawa harus mampu menengok yang lalu untuk memperbaiki masa depan,” katanya. Berkaca pada pengalaman, kekhawatiran WR III ialah banyak pengurus ormawa yang tahun ini tidak melihat di tahun lalu, sehingga tidak bisa menjadikan dasar sebagai upaya perbaikan ke depan. “Bukan hanya sekadar mengharapkan penghargaan, namun yang terpenting adalah partisipasi aktif untuk memajukan UM lebih baik,” tutup dosen yang memiliki hobi bersepeda ini. Perampingan Kategori Penilaian Setelah sukses dengan enam kategori pada pelaksanaan Ormawa of The Year 2017, pada tahun ini dirampingkan menjadi lima kategori penilaian, yakni kebersihan lingkungan, tertib administrasi, menjalin kerja sama. pengelolaan website, serta prestasi dan kreativitas. Selain terdapat juara per kategori, kelima kategori tersebut juga diakumulasi untuk mendapatkan juara umum. “Sistem penilaian sudah ditetapkan oleh dewan juri dan akan dilaksanakan dalam rentang Juni hingga September,” tegas Kasubag Minat, Penalaran, Informasi Kemahasiswaan, dan Alumni (MPIKA), Ifa Nursanti, S.A.P. Penilaian setiap ormawa dimulai 1 Juni dan diumumkan Oktober mendatang. “Dewan juri terdiri dari satu dosen dari setiap fakultas dan perwakilan mahasiswa yang ditunjuk,” lanjut Ifa. Ormawa of the Year 2018 memiliki salah satu perbedaan yang mencolok dari tahun sebelumnya. Di tahun ini cukup lima kategori penilaian yang sebelumnya ada enam. Menurut Kasubag MPIKA, ada alasan mendasar yang mendasari perampingan kategori tersebut. “Saat ini kategori penilaian dijadikan lima, untuk kategori prestasi dan kreativitas dijadikan satu karena setiap ormawa wajib memiliki keduanya,” tutur Ifa. “Tujuan dari ajang tahunan ini untuk melihat dan memonitoring aktivitas

8 | Komunikasi Edisi 316

dok. Panitia

Laporan Utama

Kegiatan Nyepi Competition Keluarga Mahasiswa Hindu Dharma (KMHD)

ormawa, mereka juga sebagai tanggung jawab kami (MPIKA, red.) salah satunya dilihat dari ketertiban administrasi,” ungkap Ifa. Di balik sanksi yang berlaku, doorprize yang akan didapat sangat menggiurkan. Juara umum mendapat dana pembinaan senilai Rp5.000.000,00, trofi, dan sertifikat. “Selain itu, juga terdapat juara satu, dua, dan tiga per kategori yang masing-masing mendapat trofi dan sertifikat serta dana pembinaan tiga dua dan satu juta,” kata perempuan berkacamata ini. Berbagai Persiapan Ormawa, Masih Perlu Pendampingan Kemahasiswaan Sebagaimana dilansir dari website resminya, Ketua Forum Mahasiswa Bidikmisi (Formadiksi), Ade Setyawan, menyatakan bahwa dalam periode 2018 ini, Formadiksi UM telah membuat sejumlah rentetan rencana strategis dengan salah satu rencananya ialah pengelolaan organisasi mengikuti standar penilaian Ormawa of The Year. “Dalam mengembangkan Formadiksi UM, kami mengacu pada (standar) Ormawa of The Year, seperti pengelolaan website dan administrasi persuratan, sehingga jika terdapat kebijakan pengelolaan organisasi yang harus sesuai (penilaian) Ormawa of The Year, Formadiksi UM sudah siap,” ungkapnya. Lain halnya dengan Formadiksi yang sudah sangat siap dengan programprogramnya, UKM Keluarga Mahasiswa Hindu Dharma (KMHD) memiliki permasalahan yang cukup vital. KMHD masih belum memiliki website berdomain ukm.um.ac.id. Terbukti ketika Komunikasi mencoba mengecek URL dengan alamat http://kmhd.ukm.um.ac.id tidak tersedia. BEM Fakultas Teknik (FT) UM memiliki cerita tersendiri. “Berkaca dari tahun lalu, kita tidak masuk nominasi sama sekali, kami sudah menyiapkan (partisipasi Ormawa of The Year, red.) sejak awal kepengurusan,”

kata Nur Sita Yunia R., Sekretaris Umum BEM FT UM 2018. Mahasiswi Pendidikan Teknik Informatika ini juga menambahkan bahwa yang ditekankan oleh pihaknya dalam Ormawa of The Year tahun ini ialah kebersihan, pengelolaan website, dan administrasi. “Kami juga berusaha memperketat lagi kebersihan di sekitar area kerja kita mulai sekretariat, aula, dan tangga hingga ke bawah,” ujar mahasiswi yang akrab disapa Sita ini. Persoalan administrasi juga menjadi kendala utama pihaknya belum memperoleh nominasi di tahun kemarin. “Soalnya kan itu dinilai dari satu tahun, karena tahun kemarin kita nggak ada arsip, jadi yang ada cuma awal dari kepengurusan kita,” papar mahasiswi asli Malang ini. Selain itu, pihaknya juga sudah mengupayakan agar website BEM FT UM juga mulai dikelola dengan baik, melalui pengisian konten secara rutin. “Target kami, minimal tahun ini masuk nominasi dulu deh,” tutup mahasiswi yang kini sedang melaksanakan Praktik Industri tersebut. Antusiasme dalam mengikuti Ormawa of The Year ini juga dirasakan di ormawa yang letaknya di luar Kampus Pusat UM. Pengurus HMJ Kependidikan Sekolah Dasar dan Prasekolah (KSDP) Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM yang terletak di Kampus II misalnya, sudah mulai mempersiapkan diri dengan menata kembali administrasi dan website mereka. Ketua HMJ KSDP, Dewi Kharisma Azizah, mengatakan bahwa kendala yang mereka alami sekarang, yakni soal kebersihan di sekitar sekretariat. “Rumputnya sangat mudah tumbuh tinggi, sehingga harus sering kami bersihkan,” ujarnya. Mahasiswi asli Malang ini juga menambahkan bahwa pada Ormawa of The Year tahun ini pihaknya akan memberikan yang terbaik. “Kami akan berusaha semaksimal mungkin,” tutup Ketua HMJ tersebut.Arvendo/Arni


dok. Panitia

dok. Panitia

Up ToUp Date To Date

dok. Panitia

UKM Badminton UM

Juara 1 Ganda Campuran, Juara 2 Ganda Campuran, Juara 3 Ganda Campuran, Juara 2 Ganda Putra, Juara 3 Ganda Putra, Juara 1 Tunggal Putra, dan Juara 2 Tunggal Mahasiswa. Emdi Ramadhana Putra, Ketua UKM Badminton, menambahkan, ada kejuaraan lain yang telah diperoleh UKM Badminton pada ajang kejuaraan di Universitas Ma Chung (4/2018) dan Kejuaraan Liga Mahasiswa Nasional (5/2018). UKM Marching Band pun melakukan hal yang sama. Mereka mengikuti perlombaan dengan kategori yang berbeda-beda. Menurut Doni Akviansyah, UKM Marching Band belum mengikuti perlombaan untuk tahun 2018 ini. Prestasi terakhir diperoleh tahun 2017, yaitu Juara 2 Individual Contest Brass DMOFI, Juara 3 Individual Contest Color Guard Female DMOFI, Juara 3 Contest Color Guard Male DMOFI, Juara Harapan 1 Contest Color Guard DMOFI, Juara 3 Brass Ensemble DMOFI, Juara 3 Duet Color Guard BOMC, dan Juara 3 Female Individual Color Guard Contest. Lain halnya dengan UKM Gempita. UKM ini lebih dekat dengan hal-hal yang berhubungan dengan persoalan sosial. Menurut Nafisa Nurani Aulia, salah satu anggota UKM tersebut, belum ada program

Salah satu anggota UKM Catur

dok. Panitia

S

ebagai Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) baru di Universitas Negeri Malang (UM), tak lantas membuat mereka patah semangat untuk berprestasi. Keempat UKM yang baru saja diresmikan tersebut gencar mengikuti lomba pada bidangnya masing-masing. UKM Catur misalnya, sejak tahun 2017 telah memperoleh beberapa penghargaan, di antaranya Juara 2 Beregu, Juara 1 Individu, dan Juara 3 Best Player. Lomba ini diselenggarakan oleh Universitas Brawijaya (UB) pada akhir tahun lalu (4/11/2017). Pada awal tahun, mereka juga berhasil memperoleh Juara 2 Petra Chess (27/4) dan Juara 2 Perorangan di Universitas Surabaya (6/5). Menurut Adi, salah satu Mahasiswa UM yang mengikuti UKM Catur, latihan diadakan dengan cara bertanding melawan club-club yang ada di sekitar Malang. Setelah menemukan kelemahan masing-masing pemain, mereka diberikan teori dan permainan pada grand master. Selain catur, ada UKM Badminton yang juga tak kalah berprestasi. UKM ini telah memenangkan beberapa perlombaan sejak akhir tahun lalu (9/4/2017) yang diadakan di Universitas Triabuana Tunggadewi Cup. Tim dari UM pulang dengan membawa beberapa kemenangan, di antaranya

dok. Panitia

Membangun Asa Prestasi melalui UKM Baru

UKM Marching Band UM

UKM Badminton dengan deretan pialanya

kerja khusus untuk sasaran luar. Program terdekat yang akan mereka laksanakan ialah melakukan pendampingan bagi mahasiswa baru difabel yang telah didata saat registrasi Seleksi Nasional Mahasiswa Perguruan Tinggi (SNMPTN) 2018.Maul

Tahun 40 Mei-Juni 2018|

9


Opini

ilustrasi oleh : Krisnawa Adi Baskhara

oleh M. Misbakhul Munir

10 | Komunikasi Edisi 316


Opini

S

ampah nampaknya masih merupakan masalah terbesar di dunia ini. Siapa yang tidak menghasilkan sampah setiap hari? Mustahil bahwa ada orang yang tidak menghasilkan sampah dalam hidupnya. Entah itu sampah rumah tangga maupun sampah industri, sampah organik maupun anorganik, sampah basah maupun kering. Material yang satu ini memang tiada habisnya, semakin hari semakin bertambah seiring dengan berjalanya waktu. Dikatakan demikian sebab sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 81 tahun 2012 tentang pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga, pengelolaan sampah merupakan kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Pengurangan sampah meliputi pembatasan timbunan sampah, pendaur ulangan sampah, dan pemanfaatan kembali sampah. Penanganan sampah meliputi penggunaan bahan yang dapat digunakan ulang, bahan yang dapat didaur ulang, dan bahan mudah diurai oleh proses alam. Tidak dapat dipungkiri jika saat ini masih banyak masyarakat yang berperilaku buruk terhadap sampah. Perilaku buruk ini tidak mengenal tingkat pendidikan maupun status sosial. Di lingkungan kantor pemerintahan, bank, sekolah, atau bahkan kampus, masih banyak dijumpai orang-orang berpendidikan tinggi yang membuang sampah tidak pada tempatnya, padahal sudah disediakan tempat sampah. Pemandangan ini banyak dijumpai di daerah perkotaan. Fenomena tersebut berdampak tidak baik terhadap kesehatan, lingkungan, serta estetika wilayah. Akibat lain adalah pencemaran lingkungan, baik pencemaran udara, tanah, air, dan pencemaran lain yang lebih berbahaya bagi kesehatan manusia. Kelestarian lingkungan akan tetap terjaga jika kita dapat menjaga perilaku dengan membuang sampah pada tempatnya. Sebagian besar masyarakat mengetahui bahwa membuang sampah sembarangan adalah tindakan yang tidak terpuji dan

menunjukkan ketidakpedulian terhadap kelestarian lingkungan, termasuk pada kampus kita ini, Universitas Negeri Malang (UM). Kampus dengan basis pendidikan yang dipenuhi kaum intelek terpelajar seharusnya mengetahui pentingnya menjaga kebersihan lingkungan dan bahaya sampah. Namun nyatanya, tetap terjadi tumpukan sampah di beberapa titik kawasan kampus. Kurangnya kesadaran dari warga kampus berimbas pada kurang indahnya pemandangan di kawasan kampus UM. Paling banyak adalah di kawasan pertamanan dan di dekat kantin– kantin kampus. Sering dijumpai botol bekas air mineral, puntung rokok, kotak nasi, kertas bungkus, sedotan, dan bungkus makanan ringan. Padahal sudah tersedia tempat–tempat sampah di berbagai tempat. Kebersihan lingkungan kampus bukan hanya tanggung jawab petugas kebersihan dan pertamanan kampus, akan tetapi juga tanggung jawab semua warga kampus. Jika ditanya satu per satu, warga kampus sudah mengetahui akan bahaya sampah, lantas mengapa masih sering membuang sampah sembarangan? Mungkin mereka sedang khilaf, sehingga dengan seenaknya meninggalkan botol bekas air mineral di gazebo, misalnya, dan beranggapan akan ada petugas kebersihan yang mengeksekusinya. Hal tersebut merupakan tindakan yang tidak bertanggung jawab. Melemparkan tanggung jawab pada orang lain. Para pembaca, pernahkah Anda menanam tumbuhan di taman rumah, lalu sewaktu menggali tanah menemukan bekas bungkus permen atau plastik? Pernahkah terpikir berapa lama sampah plastik tersebut tertimbun di dalam tanah? Masih utuhkah? Lalu bagaimana jika itu terjadi di kampus UM, bukankah itu sangat menganggu dan tidak baik untuk lingkungan? Kalian tentu paham bahwa bahan plastik tidak mudah untuk terurai di dalam tanah. Memerlukan waktu yang cukup lama untuk lebur, itu pun tidak sempurna lebur menyatu dengan tanah. Contoh ini masih dalam satu kawasan kecil, belum pada kawasan besar dengan masyarakat yang bersikap sama. Terbayang, kan bagaimana tanah–tanah lingkungan sekitar penuh dengan sampah? Universitas Negeri Malang, kampus kita tercinta ini merupakan salah satu

kampus yang tergolong kampus hijau. Dengan pepohonan yang rindang serta taman–taman yang selalu terawat. Namun, alangkah baiknya jika semua warga kampus sadar akan bahaya sampah, terutama sampah berbahan plastik. Kesadaran tersebut dapat diwujudkan dengan cara menekan seminimal mungkin penggunaan barang plastik yang berujung menjadi sampah sesuai Peraturan Pemerintah No. 81 tahun 2012. Misalnya, gunakanlah botol air mineral secara berulang, setelah membeli air mineral botolnya jangan langsung dibuang, namun disimpan untuk dapat digunakan kembali, gantilah kantong kresek dengan kantong berbahan kain yang dapat digunakan berulang kali, bawalah kantong kresek sendiri ketika berbelanja, serta jangan pernah membuang sampah di selokan, gunakanlah tempat sampah yang sudah disediakan oleh pihak kampus. Memang, cara–cara di atas dirasa kurang efisien dan terkesan merepotkan. Namun, jika kita sebagai masyarakat kampus yang mengaku cinta lingkungan, cara–cara tersebut bukanlah suatu halangan yang berarti. Perubahan memang diawali dari hal–hal yang kecil dan terasa berat di awal. Namun, setelah menjadi kebiasaan, maka akan terasa ringan. Semua diawali dari kesadaran masing–masing individu. Menjaga kelestarian lingkungan adalah tanggung jawab bersama, bukan tanggung jawab petugas kebersihan. Sebab alam ini diciptakan bukan untuk petugas kebersihan saja, namun untuk kita bersama. Wajib bagi kita turut menjaga kelestarian alam dimanapun kita berada. Buanglah sampah pada tempatnya! Jangan hanya dijadikan slogan, namun laksanakan. Alam sekitar bukan tempat sampahmu, namun tempat bernaung dan berlindungmu. Lautan tempat hidup berbagai jenis ikan dan karang, bukan tempat menyimpan sedotan bekas manisnya es degan. Alam yang saat ini kita tempati adalah warisan dari pendahulu yang harus kita jaga untuk kita wariskan pada anak cucu kita. Alam jangan dimaknai hanya sawah, gunung, hutan, dan lautan yang jauh dari kehidupan kita, namun alam adalah lingkungan tempat kita tinggal. Jagalah alam agar kalian diselamatkan oleh alam. Penulis adalah mahasiswa Jurusan Sejarah dan Juara Harapan III Opini Kompetisi Penulisan Rubrik Majalah Komunikasi 2017

Tahun 40 Mei-Juni 2018|

11


Seputar Kampus

Tingkatkan Kualitas Sumber Mata Air melalui Projek Kewarganegaraan urusan Hukum dan Kewarganegaraan (HKn) Universitas Negeri Malang (UM) melakukan Projek Kewarganegaraan di Desa Karangsuko, Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Malang (56/5). Kegiatan ini mengusung tema “Projek Kewarganegaraan untuk Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia dan Potensi Wisata Alam Sumber Maron”. Projek ini bertujuan untuk mengembangkan wisata Sumber Maron, salah satunya dengan membuat ikon yang bertuliskan "Wonderful Sumber Maron" di atas grojogan air serta mengembangkan sumber daya manusia di Desa Karangsuko. “Projek Kewarganegaraan ini adalah suatu proses bagi mahasiswa HKn angkatan 2016 untuk terjun langsung di tengah masyarakat Desa Karangsuko. Projek ini diikuti oleh 142 mahasiswa melalui mata kuliah Projek Kewarganegaraan,” tutur Bagas Hermawan selaku ketua pelaksana. Kegiatan Projek Kewarganegaraan ini dimulai pukul 08.00 WIB yang diawali dengan pembukaan serta penandatanganan prasasti oleh Ketua Jurusan HKn. Penandatanganan ini sebagai bukti adanya kerja sama antara UM dengan Kepala Desa Karangsuko

dok. Pribadi

J

untuk meningkatkan Wisata Alam Sumber Maron. Desa Karangsuko dipilih karena memiliki potensi alam yang baik untuk menyejahterakan masyarakat sekitarnya. Mahasiswa HKn juga melakukan bakti sosial dengan membersihkan sampah, selokan, rumah warga, dan lingkungan sekitar. Selain itu, mereka memasak makanan sendiri dan dilatih untuk peduli terhadap masyarakat. Semangat gotong royong terlihat ketika mahasiswa membaur bersama masyarakat dalam kegiatan bakti sosial ini. Dalam Projek Kewarganegaraan ini juga dilakukan sosialisasi tentang kuliner bagi para pedagang di kawasan Wisata Alam Sumber Maron. Sosialisasi ini dipandu langsung oleh Dra. Wiwik Wahyuni, M.Pd. selaku dosen Tata Boga UM. Dalam sosialisasi ini, para pedagang diberi berbagai pengarahan untuk menghasilkan cita rasa kuliner yang lezat dan khas daerah Sumber Maron. Mengingat desa ini terdapat banyak jamur, pisang, dan lele, Wiwik juga mengusulkan adanya telur asin panggang, brownies pisang, dan sempol sehat yang terbuat dari daging lele dan ditambah dengan jamur, serta berbagai olahan jamur lainnya. Warga Desa Karangsuko terlihat sangat antusias mengikuti sosialisasi yang diberikan. “Saya sangat bangga dengan adanya Projek Kewarganegaraan ini, karena memberikan pengetahuan luas bagi saya dan temanteman untuk melatih jiwa sosial yang ada pada diri saya maupun teman-teman,” ujar Nur Fitroh Andi Santoso, salah satu peserta Projek Kewarganegaraan. Selain bermanfaat bagi masyarakat, peserta bisa menerapkan secara langsung teori yang sudah dipelajari di kelas. Para peserta pun berharap kegiatan mereka dapat bermanfaat untuk warga Karangsuko dalam pengembangan Wisata Alam Sumber Maron.Cintya

12

| Komunikasi Edisi 316

Pembukaan Kuliah Kerja Lapangan Projek Kewarganegaraan


Seputar Kampus

Sekolah Bhineka Tunggal Ika Tanamkan Nilai Pancasila

M

desa mengenai program Sekolah Bhinneka Tunggal Ika yang mereka gagas. Satu minggu kemudian, Sabtu (12/5), mereka melakukan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) yang pertama bersama anak-anak Dusun Blendongan. Sistem pengajaran yang digunakan yaitu belajar sambil bermain. Sistem tersebut dirasa paling tepat untuk diterapkan pada anak usia dini. Anakanak masih dalam tahap perkembangan aspek psikomotorik. Selama tiga kali pertemuan, anak-anak diajari berhitung, mewarnai, dan belajar huruf abjad. Di samping itu, anak-anak juga ditanamkan sikap pancasilais dengan menggunakan media pembelajaran berbasis bhinneka tunggal ika. Program ini akan rutin dilaksanakan pada hari Rabu dan Sabtu “Kami mempunyai motto untuk program ini, yaitu menguatkan pendidikan, memajukan kebudayaan. Mengingat masih banyak anak-anak di daerah perbatasan yang sangat minim memperoleh pendidikan," ujar Siti Ma’rifah, salah satu anggota penggagas program Sekolah Bhinneka Tunggal Ika. Ma'rifah dan teman-temannya berharap dapat membantu anak-anak Dusun Blendongan untuk menjadi anak yang cerdas, berprestasi, dan mampu membawa nama harum bangsa Indonesia di kancah internasional.Cintya

dok. Pribadi

ahasiswa Fakultas Ilmu Sosial (FIS) melakukan aksi nyata dengan mendirikan Sekolah Bhinneka Tunggal Ika. Sekolah ini terinspirasi dari Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang dirancang oleh Riski Aulia Z., Siti Marifah, Cindy Desi F. S., M. Khafid Febriyanto, dan Deny Adhka. Ide ini berangkat dari keprihatinan keempat mahasiwa tersebut terhadap pendidikan anak di Dusun Blendongan, Desa Sidoluhur, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang. Sekolah ini dinamakan Bhinneka Tunggal Ika karena masyarakatnya terdiri atas berbagai latar belakang agama dan latar belakang ekonomi yang diperbolehkan untuk datang ke sana. Selain itu, pembelajaran di sekolah ini juga menanamkan nilai-nilai pancasila dan bhinneka tunggal ika. Tujuan diadakannya program sekolah kebhinnekaan ini untuk meningkatkan kualitas pendidikan bagi anak-anak usia dini di Dusun Blendongan. Hal ini mengingat pentingnya pendidikan pradasar yang akan menjadi pengetahuan awal bagi anak-anak. Terlebih, di dusun ini tidak terdapat pendidikan pradasar untuk anak usia dini, baik tingkat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) maupun Taman Kanak-kanak (TK). Orang tua dari anak-anak Dusun Blendongan lebih memilih tidak menyekolahkan anaknya disebabkan letak lembaga pendidikan pradasar yang terdekat dari pemukiman warga berada di Dusun Sidoluhur dengan jarak 3 km dari Dusun Blendongan. Selain jarak yang jauh, akses menuju sekolah TK dan PAUD juga sulit. Mereka harus melewati jalanan naik-turun karena Dusun Blendongan terletak di kaki Gunung Arjuno. Pada bulan lalu (2/5), mahasiswa-mahasiwa tersebut telah melakukan sosialisasi kepada para orang tua dan perangkat

Kegiatan belajar mengajar di Sekolah Bhinneka Tunggal Ika

Tahun 40 Mei-Juni 2018|

13


Seputar Kampus

Sarasehan Ormawa, Jalin Kerja Sama dengan Komunikasi ajalah Komunikasi merupakan majalah kampus Universitas Negeri Malang (UM) yang di dalamnya menyajikan informasi seputar kampus. Jumat (27/4), majalah Komunikasi UM menyelenggarakan sarasehan dengan tema Journalism for Creative Generation yang bertempat di Aula Utama Gedung A3 lantai 2 UM. Acara tersebut dihadiri oleh Organisasi Mahasiswa (ormawa) UM. Selain itu, dosen penyunting majalah juga turut menghadiri acara yang pertama kali dilaksanakan oleh majalah Komunikasi tersebut. “Tujuan sarasehan ini untuk menjalin kerja sama dalam peliputan kegiatan dan menampung aspirasi ormawa serta menguntungkan kedua belah pihak dari majalah Komunikasi maupun dengan ormawa,” tutur Drs. Taat Setyohadi, selaku Kabag Kemahasiswaan sekaligus pembuka acara sarasehan. Senada dengan Taat, Cintya Indah Sari selaku ketua pelaksana menuturkan bahwa selain untuk meningkatkan kerja sama antara majalah Komunikasi UM dengan seluruh ormawa mengenai peliputan kegiatan, adanya sarasehan ini juga untuk mempererat tali silaturahmi. “Majalah Komunikasi adalah majalah kampus UM, namun masih banyak mahasiswa UM yang belum mengetahui majalah ini. Oleh karena itu, dalam acara sarasehan ini sekaligus memperkenalkan kembali majalah kampus agar

dok. Panitia

M

semua Ormawa UM mengerti apa itu majalah Komunikasi,” tambah Cintya. Sebelumnya, ormawa UM diimbau untuk mengumpulkan kalender kegiatan mereka. Hal tersebut dibutuhkan untuk memudahkan kru majalah Komunikasi dalam hal peliputan. Kalender kegiatan yang dikumpulkan tersebut nantinya akan diliput dalam bentuk online maupun offline (cetak). Tidak berhenti di situ, Nida Anisatus Sholihah, S.Pd. selaku Redaktur Majalah Komunikasi UM yang menjadi pemateri utama sarasehan juga mengenalkan kepada peserta mengenai majalah kampus. Dalam majalah Komunikasi terdapat tujuh belas rubrik yang meliputi salam redaksi, surat pembaca, laporan utama, up to date, opini, seputar kampus, profil, cerita mereka, curhat, info, agama, pustaka, laporan khusus, wisata, rancak budaya, komik, dan lensa UM. Selain itu, mahasiswa UM juga memiliki kesempatan agar kegiatan dan karyanya dapat dimuat di majalah Komunikasi dalam rubrik wisata, curhat, komik, lensa UM, dan lain-lain. Mahasiswa dapat langsung mengirim ke Kantor Redaksi majalah Komunikasi Graha Rektorat lantai 2 atau via email komunikasi@um.ac.id. ”Acara yang bagus. Majalah Komunikasi mencoba untuk memberi wadah aspirasi ormawa terutama dalam menjalankan event. Dengan begitu, setiap ormawa akan terus meningkatkan kualitas event maupun progam kerja mereka,” kesan Fahmil Aziz selaku Wakil Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa UM. Gita Dwi Ameli selaku anggota UKM Unit Aktivitas Bola Basket juga berharap majalah Komunikasi dapat meliput semua kegiatan ormawa berdasarkan kalender kegiatan yang telah diberikan oleh ormawa.Dessy

Kru majalah Komunikasi bersama perwakilan ormawa

14 | Komunikasi Edisi 316


Seputar Kampus

dok. Panitia

Raid Baret Gabungan Tumbuhkan Jiwa Korsa Anggota Menwa

Potret anggota Menwa dalam kegiatan Raid Baret se-Korwil II Malang

ahasiswa Universitas Negeri Malang (UM) yang tergabung dalam Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Resimen Mahasiswa (Menwa) Satuan 805 mengadakan kegiatan Raid Baret Gabungan Se-Korwil II Malang Menwa angkatan LXXI pada Jumat-Minggu (11-13/5). Kegiatan ini dilaksanakan di Sumberawan, Kabupaten Malang. Kegiatan dengan tema “People with good mental are the one who will reach their dreams. There is no one who will help someone who has bad mental� ini dibuka di Universitas Gajayana Malang (Uniga). Akan tetapi, Menwa Satuan 805 UM melaksanakan upacara pemberangkatan dari UM. Kegiatan inti dilaksanakan di Sumberawan, Kabupaten Malang, dan penutupan dilaksanakan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Widyagama Husada Malang. Menwa merupakan salah satu UKM yang berfokus pada bidang pertahanan dan keamanan dengan pelatihan ilmu militer. Berdasarkan penuturan dari Fathur Rahman selaku Komandan Satuan Tugas, kegiatan ini bertujuan untuk membentuk dan mengantarkan mahasiswa dalam membantu pimpinan perguruan tinggi demi terlaksananya pembinaan kesadaran bela negara dan tridarma perguruan tinggi, menumbuhkan jiwa Korsa dan semangat juang anggota Menwa seluruh Koordinasi wilayah II Menwa Malang, serta memantapkan materi yang didapat dari pendidikan dan latihan

M

dasar menwa angkatan LXXI 2018. Perguruan tinggi yang mengikuti kegiatan ini antara lain Menwa Satuan 805 UM, Menwa Satuan 803 Universitas Brawijaya (UB), Menwa Satuan 812 Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Menwa Satuan 872 Uniga, Menwa dari Stikes Widyagama, dan Universitas Yudharta Pasuruan. Selain mahasiswa yang tergabung dalam Menwa, kegiatan ini juga dihadiri oleh pejabat tinggi dari beberapa perguruan tinggi tersebut, di antaranya Wakil Rektor III dan staf kemahasiswaan Uniga, dan staf kemahasiswaan STIKES Widyagama Husada. Turut hadir pula Kepala Staf Menwa Mahasurya Jawa Timur, Kepala Koordinasi Wilayah 2 Malang, Komandan Satuan Menwa Korwil 2 se-Malang Raya, staf Korwil 2 Malang, dan para senior peserta didik dari masing-masing satuan. Raid baret gabungan ini merupakan kegiatan yang pertama kalinya dilakukan. Pada tahun-tahun sebelumnya, kegiatan ini dilaksanakan per satuan universitas. “Tahun ini kita melakukannya se-Malang Raya atau gabung dengan Menwa yang ada di universitas lain," tutur Rahma Marta Dewi, salah satu anggota Menwa. Raid Baret ini menjadi salah satu kegiatan yang wajib diikuti oleh seluruh anggota baru Menwa. Setelah mengikuti seluruh rangkaian kegiatan, para anggota baru Menwa yang tergabung dalam Raid Baret gabungan tersebut disematkan baret tanda kesempurnaan dan kebanggaan sebagai anggota Menwa.Rosa

Tahun 40 Mei-Juni 2018|

15


Seputar Kampus

dok. Panitia

Mendulang Prestasi di Festival Pajak se-Jawa Bali

Salah satu pemateri memberikan penjelasan mengenai kabar perpajakan Indonesia

abtu (28/4) merupakan hari dimulainya rangkaian Festival Pajak. Kegiatan ini dilaksanakan selama dua hari berturut-turut, yaitu Sabtu hingga Minggu (29/4). Kegiatan tersebut bertempat di Aula Gedung E3 dan Aula Gedung D4 Fakultas Ekonomi (FE) Universitas Negeri Malang (UM). Rangkaian festival ini meliputi Call for Paper dan Seminar Nasional Perpajakan. Festival Pajak sudah dilaksanakan untuk kedua kalinya pada tahun ini. Panitia berasal dari mahasiswa Jurusan Akuntansi yang tergabung dalam kepengurusan di Tax Lover Community (TLC) UM. TLC adalah salah satu organisasi di FE UM yang mengkaji isu perpajakan secara up to date untuk ditanggapi dan disikapi secara bijak dengan menggunakan berbagai pandangan. TLC merupakan organisasi yang berada di bawah naungan FE. Berdasarkan penuturan Naning Dewi Agustin, salah satu panitia kegiatan, kegiatan ini bertujuan untuk memperkenalkan pajak dan meliput kabar perpajakan Indonesia serta tranparansi di bidang tersebut. “Kita memperkenalkan peraturan terbaru dari pajak dan transparansi mengenai alokasi dana pajak,” ungkap Naning. Kegiatan ini dibuka oleh Dekan FE Dr. H. Cipto Wardoyo, S.E., M.Pd., M.Si. Ak., CA. Festival Pajak dimulai dengan Call for Paper yang dibuka untuk umum, baik mahasiswa UM maupun mahasiswa luar UM se-Jawa-Bali yang memiliki latar belakang

S

16 | Komunikasi Edisi 316

bidang yang sama dengan tema Taxanation in Digital Economy. Terdapat 10 tim finalis, dengan tiga juara, yaitu dari Universitas Indonesia (Juara 1), Universitas Airlangga (Juara 2), dan UM (Juara 3). Sebuah prestasi yang membanggakan bagi UM bisa mendapatkan juara ketiga dalam kompetisi ini. Adapun Seminar Nasional Perpajakan mengangkat tema Transparansi di Era Digital: Apa Kabar Perpajakan Indonesia? Panitia menghadirkan pemateri yang luar biasa dalam kegiatan ini. Tidak tanggung-tanggung, ada empat pemateri sekaligus, yaitu Chairul Adi, S.E.,M.Sc., MBA. (Direktorat Surat Utang Negara Kementerian Keuangan RI), Dr. Ihda Muktiyanto, S.E., M.Sc. (Kepala Subdirektorat Pengembangan Pengelolaan Pembiayaan Kementerian Keuangan RI), Arifin Rosid, Ph.D., Ak., C.A. (Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan RI), dan Drs. Agus Sambodo, S.H., M.SA., BKP. Festival ini semakin meriah dengan adanya penampilan menarik dari Bobby Darwin, Finalis Stand Up Comedy Academy (SUCA) 3 Indosiar. Seminar tersebut dihadiri sekitar 280 peserta. Beberapa hal yang dibahas dalam seminar ini antara lain mengenai pandangan perpajakan Indonesia di era digital, penyampaian dan penjelasan tentang peraturan terbaru pajak Indonesia, serta ulasan tentang kebijakan perpajakan Indonesia pasca-tax amnesti seiring dengan mulainya era keterbukaan informasi. “Alhamdulillah, acaranya lancar dan sukses. (Peserta, red.) yang datang juga memenuhi target,” tutur Naning.Rosa


Seputar Kampus

Turnamen Basket Jadi Ajang Promosi FIK

B

piala. Tim putra dalam turnamen ini dimenangkan oleh SMAN 1 Kejayan dan tim putri dimenangkan oleh SMAN 8 Malang. Setiap olahraga punya ciri khas dan keunikan masing-masing. Ciri khas tersebut bisa berupa peraturannya, teknik yang digunakan, jumlah pemain, ukuran, serta desain lapangan. Tak terkecuali dengan basket. Dalam pertandingan tersebut, panitia menerapkan beberapa babak. "Untuk putra terdapat empat babak grup, yaitu per delapan, per empat, semi final, dan final, sedangkan untuk putri terdapat tiga babak grup, yaitu per empat, semi final, dan final," jelas Iqbal Maghrobi selaku ketua pelaksana. Acara ini mengalami beberapa kendala, masalah penyewaan GKB yang terdapat perbedaan teknis penyewaannya dari tahun sebelumnya, waktu penyelenggaraan yang berdekatan dengan Ujian Akhir Sekolah (UAS) SMA, dan bersamaan dengan waktu perkuliahan. Akan tetapi, hal ini tidak menurunkan antusias peserta maupun penonton. “Saya tertarik dengan turnamen basket karena sistem permainan yang sportif dan menyenangkan," tutur Rahmadhani, siswa SMA Laboratorium UM. Siswa yang memiliki hobi olahraga ini mempunyai keinginan untuk masuk FIK UM. Dia berharap UM dapat memberikan kemudahan bagi siswa SMA yang ingin masuk UM melalui jalur prestasi olahraga.Amey

dok. Panitia

adan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ilmu Keolahragaan (BEM FIK) Universitas Negeri Malang (UM) menggelar Turnamen Basket Tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) Putra/ Putri se-Jawa Timur (13-22/4). Bola basket merupakan salah satu olahraga yang populer saat ini, baik di kalangan siswa maupun mahasiswa. Di samping itu, bola basket dirasa menjadi olahraga tim yang cukup praktis dengan hanya membutuhkan sepuluh orang pemain dan ukuran lapangan yang kecil. Sasaran dari kegiatan yang dilaksankan di Gedung Kuliah Bersama Fakultas Ilmu Pendidikan (GKB FIP) ini adalah siswa SMA/ sederajat. "Kami di sini menyasar siswa SMA karena kami ingin mencari siswa SMA yang berbakat dalam bidang bola basket dan nantinya diharapkan tertarik untuk masuk FIK UM melalui jalur prestasi,� tutur Fathan Qoriban, Ketua BEM FIK. Turnamen yang diadakan setiap tahun ini mengalami perkembangan dari tahun sebelumya. Pernyataan ini dibuktikan dengan bertambahnya jumlah peserta yang mengikuti turnamen. Total peserta yakni 22 tim putra dan 9 tim putri. Hadiah yang diperebutkan dalam turnamen ini adalah uang pembinaan dan

Wajah kemenangan tim putra SMAN 1 Kejayan

Tahun 40 Mei-Juni 2018|

17


Seputar Kampus

Ajak Mahasiswa Siapkan Masa Depan, FPPsi Gelar Dialog Alumni menghadapi sulitnya mencari pekerjaan. Salah satu alumni mengatakan bahwa ketidaksesuaian pekerjaan dengan bidang keilmuan yang dipelajari menjadi hal yang wajar dan harus tetap dinikmati. Akan tetapi, sebagai seorang mahasiswa harus terus belajar dan mencoba hal-hal baru untuk mendapatkan pengalaman. Selain mengajak untuk mulai memikirkan masa depan, hal yang harus dilakukan oleh mahasiswa FPPsi saat ini adalah mempersiapkan akreditasi fakultas agar lebih baik ke depannya. "Akreditasi juga merupakan hal penting yang nantinya akan diperhitungkan oleh beberapa perusahaan," ujar alumni lainnya yang kini menjadi salah satu dosen FPPsi. “Dialog alumni ini bukan hanya menjadi suatu ajang sharing antara mahasiswa psikologi dengan para alumni, namun juga menjadi salah satu langkah untuk mempererat relasi," ujar Safira Diah, Ketua BEM FPPsi.Fanisha

Para alumni bercerita mengenai pengalamannya

18 | Komunikasi Edisi 316

dok. Pribadi

M

mengenai hal-hal yang harus dilakukan saat ini sebagai bekal ketika lulus kuliah. Kegiatan ini dihadiri oleh perwakilan mahasiswa psikologi dari tiap-tiap offering. Dialog alumni ini dibagi menjadi beberapa sesi yang telah disesuaikan dengan konsentrasi bidang keilmuan masing-masing. Konsentrasi tersebut, yaitu psikologi pendidikan, psikologi klinis, psikologi industri, psikologi perkembangan, dan psikologi organisasi. Peserta paling banyak dalam dialog ini adalah mahasiswa psikologi angkatan 2017 dan 2016. “Acara ini berguna untuk saling sharing dengan kakak-kakak yang lebih berpengalaman, terlebih lagi saya masih maba (mahasiswa baru, red.),“ tutur Aprilia Dita, salah satu peserta. Selama dialog berlangsung, para pemateri yang merupakan alumni FPPsi dari bidang keilmuan masingmasing memaparkan pengalamanpengalamannya selama kuliah dan setelah lulus kuliah. Para alumni ada yang telah bekerja sebagai dosen, psikologi klinis, dan juga HRD (bidang industri). Mereka menjelaskan bahwa ada beberapa hal yang harus dihadapi, seperti pekerjaan yang tidak sesuai dengan minat dan bidang keahlian masing-masing, serta kesiapan

dok. Panitia

ahasiswa merupakan agent of change yang kelak diharapkan dapat memberikan perubahan bagi kehidupan bermasyarakat. Namun, mahasiswa juga dituntut untuk mempersiapkan diri menghadapi berbagai tantangan yang ada di dunia luar ketika lulus kuliah. Pasalnya, tidak semua mahasiswa mengetahui tujuan yang akan dilakukan setelah lulus. Hal tersebut menjadi salah satu dasar bagi Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Pendidikan Psikologi (BEM FPPsi) Universitas Negeri Malang (UM) untuk menggelar dialog alumni yang telah diadakan setiap tahunnya ini. Program kerja ini telah dilakukan beberapa kali, dimulai saat Psikologi masih menjadi satu kesatuan dengan Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP). Program kerja ini tetap dilangsungkan meskipun kini psikologi telah berdiri sendiri menjadi sebuah fakultas. Acara yang digelar pada 5 Mei 2018 di Aula FPPsi ini bertajuk "Let’s Build Our Future Now“. Diharapkan dengan adanya tema tersebut, mahasiswa, khususnya mahasiswa psikologi, dapat mengetahui dan membuka mata lebar-lebar


Profil

"

Berkawan karib dengan media kreatif Aplikasikan ide segar menjadi media praktis Abdikan diri, beberkan solusi terkini Sarat esensi, tak sekadar eksistensi

Balutan karyanya menebarkan inspirasi Tak tinggi hati, senantiasa intropeksi Pengabdi pendidikan, penggaung literasi Selalu berdiri dengan kontribusi dan prestasi dok. Pribadi

"

Nama Lengkap : Fitrah Izul Falaq Tempat, Tanggal Lahir : Lumajang, 29 Januari 1998 Alamat : Jalan Danau Luar C4 E18 Perumahan Sawojajar, Kedungkandang, Kota Malang Riwayat Pendidikan : • SDN Kebonsari Kulon 1 Probolinggo (2004-2010) • SMPN 5 Kota Probolinggo (2010-2013) • SMKN 2 Kota Probolinggo (2013-2016) • S-1 Teknologi Pendidikan UM (2016-sekarang) Pengalaman Organisasi : • Divisi Penalaran HMJ Teknologi Pendidikan (2016-sekarang) • KPU Fakultas Ilmu Pendidikan (2017) • Pusat Pengembangan Kreativitas Mahasiswa FIP UM (2018-sekarang) • Majalah Komunikasi UM (2016-sekarang) Prestasi : • Juara 1 Alternative Energy Competition Institut Teknologi Sepuluh November 2014 • Juara 2 LKDU Universitas Negeri Malang Universitas Brawijaya 2014 • Siswa Berprestasi Jurusan TKJ SMKN 2 Kota Probolinggo 2016 • Juara 1 Astra International Road Safety Challenge 2016 • Duta Muda Penggerak Pancasila dalam Acara Peluncuran Program Penguatan Ideologi Pancasila di Istana Bogor 2017

• • • • •

Juara 1 LKTIN RwRc Universitas Negeri Yogyakarta 2017 Juara 3 LKTIN Matriks Universitas Muhammadiyah 2017 Juara 3 LKTIN UCC Universitas Negeri Jember 2017 Juara 3 Astra International Road Safety Challenge 2017 Best Presentation National Essay Competition (NESCO) Universitas Negeri Medan 2017 • Pendanaan Program Kreativitas Mahsiswa (PKM) Tahun 2018 • Finalis Essay EPIC 2018 Universitas Negeri Lampung Tahun 40 Mei-Juni 2018|

19


Profil

dok. Pribadi

M

Mendapat juara 1 LKTI Nasional di UNY

tahun ini. Bagi saya, mawapres itu bukan sekadar eksistensi, tapi esensi untuk mencari dan berbagi inspirasi. Jadi, kalau orang-orang kebanyakan ingin berprestasi dengan outputnya ia ingin penghargaan, kalau saya tidak mementingkan juara, tapi yang penting mencari pengalaman. Ketika ada orang yang bertanya pada kita, kita

bisa memberikan saran maupun motivasi pada mereka. Karya ilmiah yang dibuat tentang apa? Saya membuat flipcover tenaga surya. Jadi semacam pengisi daya portabel yang melekat pada handphone dimana sumber energi utamanya berasal dari sinar matahari sehingga kita bisa mengisi HP kita dimanapun dan kapanpun, tanpa takut kehabisan baterai atau ketinggalan powerbank. Teknologi ini ramah lingkungan dan potensinya sangat besar karena intensitas cahaya matahari tersebar secara merata dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote. Bagaimana Anda menemukan gagasan tersebut? Saya menemukan gagasan tersebut jauh sebelum kuliah. Dulu di SMK, saya Jurusan Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ) berkerja sama dengan anak Jurusan Teknik Instalasi Tenaga Listrik (TITL) sudah sering mengembangkan alat-alat yang seperti ini. Selama ini, karya ilmiah apa yang selalu Anda buat? Ketika SMK saya lebih banyak mengembangkan teknologi, setelah masuk kuliah saya tertarik mengembangkan media pembelajaran. Media yang telah saya kembangkan kebanyakan tentang Augmented Reality (AR) dan Board Game. AR yang pertama kali saya buat tentang media pembelajaran lalu lintas. Jadi, kita membuat semacam simulasi. Nah, di simulasi itu, kita buat seolah anak-anaknya berada di jalan dengan menggunakan teknologi AR

dok. Pribadi

emutuskan untuk memilih Jurusan Teknologi Pendidikan (TEP) bukanlah suatu kesalahan. Ia berhasil melahirkan karyakarya yang luar biasa. Sebelumnya, ia diterima di dua jurusan di UM, yakni Teknologi Pendidikan dengan jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) dan Ilmu Perpustakaan dengan Jalur Mandiri Prestasi. Dengan beberapa pertimbangan, ia memutuskan untuk memilih Jurusan TEP. Ia adalah Fitrah Izul Falaq, mahasiswa asal Probolinggo yang dinobatkan menjadi Mawapres 3 Universitas Negeri Malang (UM). Berikut petikan wawancara langsung dengan Fitrah Izul Falaq. Bagaimana perasaan Anda ketika terpilih menjadi Mawapres 3 UM? Perasaannya ya nggak menyangka, tapi alhamdulilah bisa terpilih. Awalnya, di FIP itu dipilih lima besar. Nah, saya terpilih nomor tiga untuk mewakili di tingkat universitas. Ketika terpilih menjadi mawapres saya lega, setidaknya saya telah memberikan yang terbaik. Apa yang membuat Anda unggul dari peserta lain? Kalau menurut saya itu sebuah keberuntungan, tapi keberuntungan versi saya itu hasil kali antara usaha dan doa. Jadi, kalau mau beruntung harus diawali banyak berdoa diiringi dengan banyak usaha. Mungkin Allah menjawab doa saya

Menyabet juara Astra Road Safety Challange 2016

20 | Komunikasi Edisi 316


dok. Pribadi

dok. Pribadi

dok. Pribadi

Profil

Juara 3 Astra Road Safety Challange 2017 di Medan

tersebut. Ada semacam permainan ular tangga berbentuk jalan yang nanti ada barcode-nya. Ketika dia men-scan barcode tersebut, dia akan mendapatkan visualisasi tiga dimensi. Saat ini, board game yang sedang Anda kembangkan seperti apa? Board game adalah permainan yang menggunakan papan sebagai medianya, seperti ular tangga, monopoli, ludo, dll. Kelebihannya diintegrasikan dengan teknologi AR. Jadi, sekarang ini saya sedang mengembangkan sebuah game yang bernama VOC Game (Victory of Culture Game). VOC ini terinspirasi dari kisah VOC yang ada Indonesia. VOC datang ke Indonesia untuk mempropaganda. Sejarah VOC sangat menarik. Adanya VOC tersebut melahirkan banyak peperangan, terutama perang saudara. Game ini berusaha menghadirkan kembali sejarah itu ke dalam sebuah permainan papan. Papan diibaratkan sebagai medan pertempuran dan ada lagi komponen tambahan, yakni kartu soal yang diibaratkan sebagai senjatanya. Kartu soal itu berisi soal-soal matematika. Siswa akan lebih tertarik kalau belajarnya dengan permainan, jadi belajar matematikanya dapat, belajar tentang budayanya juga dapat. Saat Anda gagal, apa yang akan Anda lakukan agar dapat bangkit kembali? Pertama pasti instropeksi diri dengan mengingat tujuan awal. Kalau tujuan awal di-setting untuk menang berarti kita siap kalah, tapi kalau tujuan awal untuk mencari pengalaman, tidak ada istilahnya gagal, hanya mungkin tertunda saja. Kedua, menyendiri, merenung mengapa bisa gagal, dan menganalisis kekurangan saya di mana, setelah itu diperbaiki. Terakhir mencari penyemangat. Ya, seperti godain

Menjadi finalis di Unila

temen-temen, bersikap konyol, muter film, dengerin musik, baca buku. Itu cara-cara saya untuk refreshing. Bagaimana tanggapan keluarga atas capaian prestasi Anda? Bagi saya, setiap keluarga pasti menganggap baik apa yang dilakukan anaknya. Tahunya beliau hanya “Oh, anakku belajare sungguh-sungguh di kota orang,". Jadi, saya tidak terlalu membanggakan Mawapres karna keluarga saya tidak tahu dan tidak terlalu berpengaruh. Namun, yang paling berkesan adalah ketika bapak dan budhe saya hadir di grand final Mawapres. Meskipun awalnya budhe saya meremehkan kenapa saya mengambil Jurusan Teknologi Pendidikan, tapi akhinya sekarang sudah mulai terbuka. Bagaimana Anda membagi waktu? Pertama harus rela tidak punya waktu istirahat. Apa yang kita lakukan bukan untuk diri kita sendiri. Cara membagi waktu secara teknis, misalnya hari ini kita mau ngapain ya kita sudah punya pandangan mau melakukan ini. Ya biarkan mengalir. Tugas kuliah dikerjakan malam, pagi untuk organisasi, sore sampai malam untuk berkarya. Setelah menjadi Mawapres, apa tindakan Anda untuk memberi dampak positif bagi mahasiswa lain? Harapan saya setelah menjadi Mawapres seperti ini. Kan di FIP sudah ada komunitas untuk menulis, saya ingin komunitas menulis itu terus berkembang. Jadi tidak berhenti di saya, selalu ada regenerasi. Nggak hanya di FIP sih, Mbak, saya ingin orang yang saya kenal juga mencintai literasi. Ketika saya telah menjadi mawapres saya ingin menyampaikan begini, �Mawapres itu cuma gelar yang akan membuat kita berkembang bukan atas nama besar, tapi kita harus terus mencoba."

Delegasi ke Istana Bogor

Pesan untuk mahasiswa UM? Satu petuah dosen saya, ada dua tipe orang di dunia ini. Tipe pertama, orang yang terlahir dengan anugerah tanpa belajar sudah bisa menjadi pintar dan tipe kedua adalah orang yang biasa-biasa saja tapi ia sadar dan mau berusaha. Saya adalah tipe orang kedua. Jadi, kuliah itu kalau hanya datang, dengerin dosen, ngerjain tugas lalu selesai, itu eman. Jadi mending kita cari tantangan baru. Ikut organisasi dan berkarya juga. Semakin kita terdesak, semakin kita cepat belajar. Kalau tidak terdesak, kita tidak belajar.Shintiya

"Mawapres itu bukan sekadar eksistensi, tapi esensi untuk mencari dan berbagi inspirasi. Diawali dengan lillahi, dilanjutkan berkontribusi untuk agama, bangsa, dan negeri." -Fitrah Izul FalaqTahun 40 Mei-Juni 2018|

21


Cerita Mereka

Ikuti Alur Tuhan,

Gelar Nimas Kota Batu di Tangan

angan pernah lupa untuk bersyukur sama Tuhan dan selalu berdoa,“ itulah tutur kata dari kedua orang tua yang selalu diingat oleh Fitrinda Wieke Dwie Putri, penyandang gelar Nimas Kota Batu 2018. Gadis yang dulunya bergaya tomboi ini, kini menjelma menjadi sosok perempuan anggun dan tangguh di umurnya yang beranjak 20 tahun. Paras tomboi itu diperolehnya dari kedua kakak lelakinya. Menjadi sosok percaya diri dan berani menunjukkan karakter dirinya di hadapan banyak orang bukan hal yang sulit untuk ia lakukan. Terbukti, ia bisa menuntaskan segala tantangan dari pertanyaan-pertanyaan di atas panggung Nimas Kota Batu. Keberanian dan kepercayaan diri untuk unjuk bakat tidak ia dapatkan hanya dengan menengadahkan telapak tangan.

dok. Pribadi

"J

Fitrinda Wieke resmi jadi Nimas Kota Batu

22 | Komunikasi Edisi 316

Perempuan yang akrab disapa Keke ini pun mulai bercerita menembus mesin waktu ke masa kecilnya. Berawal dari mamanya yang menyukai dunia fashion, Keke yang saat itu duduk di bangku SMP mulai mencoba mengikuti kompetisi-kompetisi. Pada awalnya ia mengikuti kompetisi Multitalent yang diadakan di Jakarta, ia berhasil menyabet Harapan 3 pada kompetisi awal yang ia ikuti. Kemenangan yang tidak disangka-sangka pada kompetisi pertama itu membuatnya semakin berkeinginan besar untuk mengikuti kompetisi-kompetisi lainnya. Selain mengikuti kompetisi-kompetisi yang berkaitan dengan fashion, Keke juga aktif mengikuti beberapa organisasi sejak masa SMP. Ia juga pernah menjadi Juara 1 Peraturan Baris-Berbaris (PBB) putri dan Juara Paskibraka Kota Batu. Gadis yang memiliki hobi menyanyi ini juga merupakan sosok yang sporty, terbukti dengan diraihnya Juara 1 Basket putri pada tahun 2012. Semua yang telah diraih oleh Keke tidak lepas dari jatuh


Cerita Mereka bangun kegagalan yang ia hadapi. Beberapa orang sempat underestimate terhadap Keke karena terlalu seringnya Keke mendapatkan kegagalan pada kompetisi-kompetisi yang ia ikuti. Namun, pemikiran orang-orang tersebut tidak menjadi penghalang bagi Keke untuk tetap berani unjuk diri pada setiap kompetisi. Pada awal masuk SMA, ia mendapatkan dukungan dari temannya untuk mengikuti Duta Wisata Kangmas Nimas Kota Batu. Keke yang bertempat tinggal di Kota Batu dengan percaya diri mengikuti kompetisi tersebut, namun pada saat itu ia hanya berhasil masuk 50 besar saja. Seiring berjalannya waktu, setelah lulus SMA Keke memutuskan untuk kuliah di Universitas Negeri Malang (UM) Jurusan Sastra Inggris. Suatu jurusan yang ia impikan sejak duduk di bangku SMA. Berawal dari masuknya Keke di dunia perkuliahan pada tahun 2016 membuatnya lebih berani dan mencoba untuk mengurangi rasa tidak percaya dirinya dengan mengikuti organisasi kampus. Ia pun aktif berorganisasi di Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Sastra Inggris UM. Aktif di sebuah organisasi semakin meningkatkan bakat dan minat yang dimiliki oleh Keke. Hal itu dibuktikan dengan bergabungnya ia dalam bagian sub-bidang kesenian bidang bakat dan minat HMJ Sasing UM. Keke yang lahir di Ngawi ini benarbenar ingin mengembangkan seluruh kemampuan yang ia miliki, ia mulai berani unjuk aksi dalam berbagai kompetisi dan kesempatan. Pada awal tahun 2016, ia mulai mencoba untuk mengikuti kompetisi Duta Kampus UM. Menjadi seorang Duta Kampus merupakan hal yang sangat membanggakan bagi mahasiswa. Dari situlah muncul keberanian dari Keke. Namun, gayung tak dapat diraih, Keke gagal pada kompetisi tersebut. Kegagalan demi kegagalan tak menjadikan Keke putus asa, ia semakin terpacu untuk memperbaiki diri dan mencoba menggali serta menunjukkan bakatnya yang lain. Keke pun tak patah semangat. Pada tahun 2017, ia kembali mengikuti kompetisi Duta Kampus UM. Pada percobaan kedua ini, ia menunjukkan bakat menarinya dengan sebuah tarian semi balet. Dihiasi oleh pita yang membuat penampilannya semakin menarik, ia mulai menggerakkan tubuh lincah dan gemulainya ke sana kemari dengan diiringi lantunan musik yang khusus ia nyanyikan sendiri. Penampilan tersebut sontak memikat

hati para juri dan peserta lainnya. Ia pun masuk dalam sepuluh besar finalis Duta Kampus. Kegigihan Keke berbuah manis saat ia dinyatakan berhasil menyandang atribut Best Talent Duta Kampus UM 2017. Sejak Keke mendapat gelar sebagai Duta Kampus UM pada tahun 2017, kesibukannya pun semakin bertambah. Pasalnya, ia juga harus tetap aktif di HMJ Sasing dan Paguyuban Duta Kampus UM (Paduka UM). Keaktifan dalam sebuah organisasi pastinya akan berdampak pula pada nilai akademik, itulah hal yang juga dialami oleh Keke. Ia sempat mengalami sedikit gangguan pada nilai akademiknya, namun Keke tetap berusaha untuk terus menyeimbangkan antara kegiatan kuliah dan organisasi. Orang tua juga selalu mendukung dan senantiasa mengingatkannya untuk tetap fokus pada akademik dengan menyeimbangkan segala keaktifannya di organisasi. Baginya mengikuti organisasi dapat mendapatkan banyak pengalaman baru, belajar hal baru, dan mendapatkan teman-teman baru juga. Gadis yang dekat dengan ibunya ini melanjutkan ceritanya saat ia mencoba mengikuti pemilihan Duta Wisata Kangmas Nimas Kota Batu. Pemilihan kompetisi tersebut dilaksanakan setiap dua tahun sekali, pada tahun pertama keikutsertaannya ia hanya berhasil sampai pada 50 besar saja. Di tahun kedua ini, ia mencoba peruntungan lagi. Keke yang awalnya merasa ragu tetap mendaftar pada hari terakhir ketika technical meeting sehari sebelum tes tulis dan wawancara. Berkat dukungan teman-teman ia tidak memikirkan menang atau kalah, Keke tetap melaju dan merasa lebih percaya diri. Berjalan mengikuti alur, Keke tak menyangka telah dinyatakan masuk dalam sepuluh besar Kangmas Nimas Kota Batu. Ia berhasil mengalahkan sebanyak 250 peserta awal. Gadis yang sempat aktif di pramuka ini masuk dalam babak final. Keke menjalani masa pra karantina dan karantina dengan penuh semangat, meski ia sering merasakan tidak percaya diri dan minder dengan apa yang ia lakukan. “Entah kenapa selalu merasa ada yg kurang aja gitu kalau lihat peserta atau finalis lain,“ tuturnya. Sewaktu pra-karantina dan karantina ia berusaha selalu aktif mengikuti kegiatan, ditambah lagi dengan kemampuan public speaking yang telah ia dapatkan dari mengikuti kompetisi Duta Kampus UM. Selain memiliki kemampuan public

speaking yang bagus, ia juga memiliki pemahaman mengenai materi kepariwisataan, terutama pariwisata tentang Kota Batu. Bukan sesuatu yang sulit bagi Keke untuk memahami pariwisata di Kota Batu. Gadis yang sejak 19 tahun tinggal di Kota Batu ini terbilang sudah memahami kotanya sendiri, terlebih pariwisatanya. Kemampuan berbahasa Inggris yang dimilikinya pun ternyata mampu menjadi salah satu nilai tambah yang dapat memukau para juri. Keke mencoba untuk berusaha totalitas menjawab seluruh pertanyaan yang dilontarkan di atas panggung grand final. Berjalan melenggaklenggok dengan penuh percaya diri di atas panggung penentuan, Keke yang dibalut gaun anggun sontak membuat terkejut para sahabat dan keluarganya. Detik-detik yang ditunggu telah tiba, ia dinyatakan sebagai penyandang gelar Duta Wisata Kangmas Nimas Kota Batu 2018. Keke pun tak pernah menyangka akan hal ini. Perjuangan kedua kali mengikuti kompetisi ini berjalan lancar dan berbuah manis. Pada akhirnya, ia benar-benar telah membanggakan kedua orang tua dan orang-orang yang selama ini mendukungnya. Selain itu, menjadi kebanggaan tersendiri baginya karena Keke merupakan satu-satunya perwakilan dari UM yang mengikuti Duta Wisata Kangmas Nimas Kota Batu dan masuk dalam sepuluh besar finalis wanita. Tidak cukup berpuas hati dengan kemenangan yang telah ia raih, ia juga tetap meneruskan organisasiorganisasi di kampus yang selama ini telah ia ikuti. Fokus menjadi demisioner dan juga tetap konsisten aktif di Paduka UM. Ia juga berkomitmen untuk aktif mengikuti kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh Duta Wisata Kangmas Nimas Kota Batu ke depannya. Program kerja (proker) tersebut berkaitan dengan kepariwisataan di Kota Batu sendiri, seperti mengunjungi desa wisata yang ada di Kota Batu. Keberhasilan yang selama ini telah diraih Keke memang tidak luput dari doa-doa yang ia panjatkan setiap hari serta usaha dan dukungan dari orang-orang di sekelilingnya. Keke yakin bahwa jalan hidup yang diberikan oleh Tuhan tidak pernah salah, ia hanya harus berusaha dan tetap mengikuti rencana-Nya dengan ikhlas. Tak lupa, orang tuanya selalu mengingatkan bahwa semua yang terjadi, entah kegagalan ataupun kemenangan di hidupnya itu semua datangnya dari Tuhan. “Jadi gimanapun keadaannya selalu mengucap syukur sama Tuhan,“ ujar Keke.Fanisha Tahun 40 Mei-Juni 2018|

23


Agama

Catatan Seorang Muslimah di Negeri Paman Sam:

dok. Pribadi

Menjadi Minoritas dan Ajang Muhasabah Diri

Berhijab menjadi ciri khas Choirun Nisa di sana

K 24 | Komunikasi Edisi 316

etika akan berangkat ke Amerika pada bulan September 2017 lalu, sejujurnya saya kurang bahagia. Saat itu, Presiden Amerika Serikat, Donald Trump sedang gencar mengajukan peraturan imigrasi bernama tavel ban --peraturan yang melarang pendatang dari delapan negara (yang beberapa di antaranya adalah negara dengan mayoritas penduduknya muslim) untuk bepergian ke Amerika Serikat--. Saya sedikit khawatir visa saya akan ditolak karena saya mengenakan jilbab. Untungnya, Indonesia tidak termasuk dalam delapan negara yang dilarang untuk masuk ke wilayah negara Amerika Serikat. Mendengar pengalaman dari beberapa kawan, visa siswa atau student visa sangat jarang mendapat penolakan, apalagi jika mendapat beasiswa. Alhamdulillah! Namun, saya tetap khawatir karena saya melihat dan mendengar banyak perlakuan yang tidak menyenangkan terhadap kaum minoritas, salah satunya termasuk perlakuan terhadap muslim yang memakai hijab. Saya sudah berada di Amerika Serikat, tepatnya di Kota Seattle, Washington selama delapan bulan. Di setiap perjalanan hidup, pasti ada yang manis dan pahit, begitu pula kisah saya di negeri Paman

Sam ini. Berikut rangkuman kisah kehidupan saya sebagai Muslim yang berhijab sekaligus sebagai minoritas yang bisa saya ceritakan kepada pembaca Komunikasi. Sempat Ingin Membuka Hijab Ada satu hal yang sebenarnya membuat saya tidak terlalu khawatir ketika datang ke Kota Seattle, Washington: Washington merupakan blue state. Menurut peta perpolitikan Amerika, yang dimaksud dengan blue state adalah wilayah state yang mayoritas penduduknya merupakan pemilih presiden dari Partai Demokrat dan sifat penduduk di blue state sangat liberal dan progresif. Sedang kebalikannya, yakni red state, penduduk yang berada di kawasan state yang merah kebanyakan sangat konservatif. Bagi para minoritas, mereka akan merasa aman dan nyaman jika tinggal di wilayah blue state karena penduduknya sangat ramah dan peduli terhadap multikulturalisme. Menurut teman-teman yang sudah berada di Seattle selama beberapa tahun, Seattle yang berada di Washington state –blue state-- merupakan kota yang ramah bagi para minoritas, termasuk muslim. Namun, memang semua tidak seindah foto-


foto yang saya bagikan di akun Instagram atau Facebook saya. Saya mendapatkan ujian pada hari kedua setelah saya sampai di Seattle. Ketika selesai berbelanja di kawasan perbelanjaan di dekat kampus dan menuju hotel (karena waktu itu, apartemen belum siap untuk ditempati), seseorang meneriaki saya dengan lantang menggunakan kata kasar. Ia berteriak, “FU** MUSLIM!!” kepada saya. Saat itu saya masih mengalami fase jetlag dan gegar budaya –culture shock--, ditambah lagi saya kaget bukan kepalang ketika tiba-tiba ada orang yang meneriaki saya dengan kata-kata kasar tersebut. Tidak ada yang menolong atau membela saya ketika itu. Saya sangat sedih dan menangis sesenggukan dari kawasan pertokoan hingga ke hotel. Saya trauma hingga mengunci diri saya sendiri selama dua hari di dalam kamar hotel. Saya frustrasi dan sempat berpikir untuk pulang ke Indonesia saat itu juga dan ingin membatalkan beasiswa LPDP saya. Sempat terlintas juga untuk melanjutkan kuliah, namun saya harus melepas identitas saya sebagai muslim, yakni hijab saya. Syukurlah, pikiran itu saya tepis jauh-jauh setelah dukungan dari teman-teman di Seattle berdatangan. Saya semakin tertantang untuk menunjukkan wajah Islam yang sebenarnya, meminjam kata-kata dari Gus Dur “Islam ramah, bukan marah”. Selang beberapa bulan kemudian, saya menerima perlakuan kurang menyenangkan di sekitar area kampus saya. Dia meneriaki saya, “GO BACK TO YOUR COUNTRY!”. Namun, saat itu saya tidak marah dan sedih, saya hanya tersenyum kepada dia dan membiarkan dia berlalu sambil meracau. Saat itu saya tidak sedih lagi karena saya tahu, saya harus menjadi pribadi yang kuat. Tantangan bagi Muslim yang Sesungguhnya: Waktu Salat, Ramadan, dan Makanan Halal Selain saya, ada lumayan banyak temanteman muslim Indonesia yang tinggal di state lain di Amerika Serikat. Ada pula yang memakai jilbab besar di kawasan red state dan sampai sekarang dia baik-baik saja dan tidak menerima perlakuan kurang menyenangkan dari penduduk di sana. Saya menyadari bahwasanya tidak semua warga Amerika melakukan perbuatan rasisme dan mayoritas penduduk Amerika sangat toleran. Mungkin saja pada hari itu saya kurang beruntung. Bisa jadi itu merupakan bentuk cinta Allah kepada saya agar saya lebih sabar dan tawakkal. Tantangan sebenarnya bagi Muslim di Amerika, terutama dari Indonesia adalah masalah makanan dan waktu sholat.

Setiap musim di Amerika –yang terdiri dari empat musim--, memiliki jadwal salat yang berubah-ubah. Saya datang ke Seattle pada musim gugur, dan pada musim itu, salat zuhur dimulai pada pukul 14.00 dan salat asar dimulai pada pukul 18.00. Inilah yang membuat saya sedikit bingung, seperti salat zuhur rasa salat asar dan salat asar rasa salat magrib. Pernah suatu ketika saya akan salat asar, namun keliru mengucapkan niat untuk salat magrib karena sudah pukul 6 sore. Pada musim dingin, waktu siang lebih pendek sehingga salat subuh dimulai pada pukul 07.00 dan salat magrib dimulai pada pukul 16.00. Saya harus mengganti lagi sistem salat saya yang semula waktu asar dimulai pukul 18.00 menjadi pukul14.00. Jarak antara zuhur dan asar sangat pendek. Kadang-kadang waktu salat sangat mepet dengan waktu kuliah. Jadi, biasanya saya men-jama’ salat saya. Ada guyonan khas mahasiswa Indonesia yang ada di Amerika: waktu terbaik untuk meng-qodo’ puasa Ramadan bagi perempuan adalah saat musim dingin, sebab subuh dimulai pukul 7 dan buka puasa pukul 4 sore. Tahun ini juga merupakan Ramadan pertama untuk saya. Bulan Ramadan juga menjadi tantangan tersendiri bagi kaum muslim di Amerika. Kami berpuasa selama 17 jam. Di hari pertama, subuh dimulai pukul 03.35 itu berarti waktu imsak sekitar pukul 03.25 dan berbuka puasa pada pukul 20.20. Namun, menurut jadwal puasa yang saya miliki, hingga akhir Ramadan nanti, jadwal subuh berubah menjadi pukul 03.00 dini hari dan berbuka pada pukul 21.15. Jadwal salat di musim semi ini sangat berbeda dengan dua musim sebelumnya: subuh pukul 03.00, zuhur pukul 13.30, asar pada pukul 17.15, magrib pada pukul 21.00, dan isya pada pukul 22.35. Ada beberapa kawan yang pernah mencoba untuk puasa mengikuti waktu Makkah, yakni hanya 13 jam dan berbuka puasa pada pukul 18.30, namun dia merasa aneh sebab dia berbuka ketika matahari masih terik. Memang betul, di sini matahari masih sangat tinggi pada pukul enam sore hingga delapan malam dan akan mulai gelap pada pukul sembilan malam. Dia bercerita, “Saya seperti puasa setengah hari ketika berbuka pada pukul 6 sore." Tantangan yang lain adalah mengenai makanan halal. Untuk beberapa kota seperti New York dan Jersey City, daging halal bisa ditemukan di mana-mana dan sangat mudah. Namun di Seattle, daging halal sangat sulit ditemukan di sekitar area kampus atau Kota Seattle sendiri. Jika ingin mendapatkan daging halal, maka harus

dok. Pribadi

Agama

Choirun Nisa menjadi ambasador untuk Afrika

pergi ke kota lain dan menempuh jarak sekitar 1,5 jam dengan menggunakan mobil. Jarang pula ditemukan restoran yang halal, kecuali makanan India atau Timur Tengah. Ada teman yang memutuskan untuk menjadi vegetarian, ada yang memutuskan untuk makan daging yang tidak halal asalkan bukan babi, dan ada yang memutuskan untuk selalu mengonsumsi makanan halal meskipun untuk mendapatkan daging halal harus menempuh jarak yang tidak dekat. Saya sendiri berada di tengah-tengah, jika ada daging halal, maka saya akan memasak dan makan makanan yang halal. Jika tidak ada yang halal, saya biasanya makan sayur atau boga bahari. Namun, jika ada kawan atau rekan yang mengadakan pesta, untuk menghormati mereka, biasanya saya tetap makan hidangan mereka yang berbahan daging sapi atau ayam dengan memastikan bahwa masakan yang mereka buat tidak mengandung babi. Menjadi muslim di Amerika memang tidak mudah, namun pengalaman menjadi minoritas seperti ini mengajarkan saya banyak hal. Salah satunya adalah saya turut merasakan perasaan kurang aman dan nyaman menjadi minoritas di antara kaum mayoritas. Saya berharap seketika kembali ke Indonesia, saya sebagai mayoritas bisa menghargai mereka yang merupakan minoritas, turut menyebar cinta dan kasih serta memberi rasa nyaman dan aman bagi mereka. Penulis adalah mahasiswi penerima LPDP University of Washington dan alumni kru majalah Komunikasi Universitas Negeri Malang Tahun 40 Mei-Juni 2018|

25


Info

Intip Kegiatan Bermanfaat Pengisi Liburan

L

iburan kuliah menjadi saat yang tepat untuk beristirahat dan melepas penat setelah rutinitas kuliah yang padat. Biasanya, para mahasiswa pulang ke rumah saat libur kuliah. Ada juga yang pergi piknik atau berwisata untuk sekadar refreshing. Sebenarnya ada banyak kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengisi liburan agar lebih berkesan dan bermanfaat, seperti mengikuti kegiatan sosial yang diadakan oleh beberapa komunitas mahasiswa di sekitar Universitas Negeri Malang (UM). Komunitas yang bergerak dalam kegiatan sosial di antaranya Indonesian Youth Opportunities International Networking (IYOIN), Katalis Pendidikan, dan Gerakan Dongeng Malang (Gendong). IYOIN chapter Malang berdiri karena adanya satu pemikiran yang sama mengenai dibutuhkannya wadah yang dapat menampung sekaligus mewujudkan harapan bangsa Indonesia dalam dunia internasional. Pemikiran yang sama tersebut dituangkan dalam satu bentuk komunitas berisi mahasiswa Indonesia yang dikenal sebagai IYOIN. "IYOIN ingin memberi kontribusi positif bagi bangsa Indonesia melalui gerakan jaringan internasional, yang mana dalam penerapannya terfokus pada empat bidang, yakni pendidikan, sosial, kepemudaan, dan jaringan internasional itu sendiri,” ungkap Thufeil Abdul Qodir, Executive Director IYOIN. Mengikuti salah satu progam kerja IYOIN di saat liburan

26 | Komunikasi Edisi 316

Komunitas IYOIN ketika melaksanakan bakti sosial

merupakan alternatif yang bagus. IYOIN mempunyai progam kerja Peduli Indonesia yang merupakan kegiatan bakti sosial serentak dengan skala nasional berupa gerakan mengajar satu hari. Bentuk bakti sosial lainnya dengan pemberian bantuan di sekolah terpencil dan serba kekurangan di suatu daerah dan Online/Offline Lecture (OLEC) yang diadakan bertepatan bulan Ramadan dengan tema “Pengalaman Menjalani Ramadhan di Negeri Jerman”. Ada pula komunitas Katalis Pendidikan yang berdiri karena melihat kesenjangan pendidikan di desa dan di kota. Komunitas ini juga melihat kurangnya semangat melanjutkan sekolah yang dipengaruhi ekonomi dan pola pikir masyarakat desa. “Kami bertujuan mengurangi kesenjangan pendidikan antara di desa dan di kota dengan mengubah pola pikir masyarakat desa mengenai pendidikan dan semangat belajar maupun lanjut sekolah yang akan berdampak terhadap kemajuan desa tersebut," tutur Mauludi Lutfi selaku anggota Katalis Pendidikan. Cara yang mereka tempuh dengan menanamkan nilai-nilai semangat belajar, berkreasi, sekolah adalah investasi terbaik,

menebar kemanfaatan untuk sesama, dan berahklak mulia. Saat libur kuliah, Katalis Pendidikan memiliki program kerja Katalis Pendidikan Berbagi. “Kita memiliki progam Katalis Pendidikan Berbagi dengan menyumbangkan kebutuhan seperti alat tulis, buku, seragam, uang tunai, dan sembako. Harapannya, anakanak di desa memiliki semangat sekolah yang tinggi sehingga mengurangi angka putus sekolah di Indonesia,” tambah Mauludi. Komunitas lainnya, yaitu Gerakan Dongeng Indonesia (Gendong). Komunitas ini berusaha kembali mengeksiskan budaya mendongeng di kalangan anak-anak. Alasan lain terbentuknya Gendong ini karena mendongeng sejatinya berbagi cerita dan setiap orang bisa melakukannya. Bentuk kegiatatan yang dilakukan seperti Gendong Goes To Car Free Day/Park/ Library dan Gendong Collaborate untuk memperluas jaringan Gendong. Anakanak dan para orang tua merasa senang dan terhibur dengan adanya kegiatan mendongeng ini. Tentunya dengan bergabung di komunitas ini menjadikan liburan lebih bermanfaat.Amey


Info

PKM-K Pembasmi Ngengat Go International

P

dengan lem yang mengandung atrisi sehingga lebih mudah menarik dan menjebak hama ngengat di bawang merah. Lampu P-MOAT dilengkapi dengan tombol on dan off beserta modul charge sehingga lebih mudah di-recharge selayaknya handphone oleh petani,” tambah Ekki. P-MOAT bukan alat pembasmi hama ngengat satu-satunya yang pernah ada. Sebelumnya, petani telah memiliki alat serupa. Alat tersebut memiliki banyak kelemahan dan tingkat efektivitas masih rendah, sehingga disempurnakan dengan adanya P-MOAT. P-MOAT telah dikembangkan hingga tahap prototype dan sering diikutsertakan pada perlombaan karya tulis ilmiah mulai dari tingkat nasional hingga internasional. P-MOAT ini memiliki banyak prestasi diantaranya Juara 2 SCIENTIST in Action di Institut Negeri Surabaya, Harapan 2 di Krenotek Probolinggo, Juara 1 Enterpreneur di Universitas Negeri Jember (Unej), Juara 1 Lomba Cipta Praktis Elektronika, dan meraih medali emas tingkat internasional di Malaysia. “Harapan saya, semoga P-MOAT lebih efektif, efisien, dan ramah lingkungan untuk membasmi hama ngengat. Dengan demikian, hasil panen petani bawang merah di Indonesia dapat ditingkatkan, sehingga mampu memenuhi permintaan bawang merah yang sangat tinggi,” tutup Ekki.Amey

dok. Pribadi

ertanian Indonesia saat ini membutuhkan inovasi terbaru dalam mengelola lahan ataupun hasil dari pertanian, seperti yang dilakukan oleh sekelompok mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM) yang tergabung dalam Progam Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan (PKM-K). Kelompok yang beranggotakan Robby Wijaya, Ni’matus Sholihah, Ekki Septian Putra, Muhammad Borneafandri A., dan Yusuf Mahesa ini berhasil membuat inovasi terbaru dalam dunia pertanian dengan teknologi yang disebut Portable Moth Atractor Technology (P-MOAT) yang telah berhasil go international. Terciptanya teknologi ini berawal dari permasalahan saat study lapangan di salah satu daerah penghasil bawang merah terbesar di Jawa Timur, yaitu Probolinggo. “Berasal dari permasalahan penurunan hasil panen bawang merah yang disebabkan oleh serangan hama ngengat (Spodoptera exigua) yang ada di Probolinggo, maka kami berinisiatif menciptakan P-MOAT untuk membunuh hama tersebut. Tentunya ini akan lebih efektif dan efisien sehingga mampu meningkatkan hasil panen petani bawang merah,” ungkap Ekki Septian Putra sebagai anggota PKM-K. P-MOAT memang diciptakan sebagai perangkap hama ngengat pada bawang merah, tetapi tidak menutup kemungkinan produk ini akan melebarkan sayap untuk membasmi hama ngengat pada tumbuhan lain. “P-MOAT berbasis sistem Lampu-Tabung-Lem (La-Ta-Le) yang merupakan kolaborasi lampu dengan nyala kuning, kedip variatif, tabung yang dilapisi plastik transparan yang kemudian diolesi

Tim PKM-K P-MOAT berpose bersama karyanya

Tahun 40 Mei-Juni 2018|

27


Curhat

Tekanan Menjadi Mahasiswa Pertanyaan Saya mahasiswa semester akhir salah satu fakultas yang ada di UM. Saya memiliki beberapa masalah mengenai rasa yang mudah tertekan dengan tugastugas kuliah, terlebih sekarang saya sudah berada di tahap pengerjaan skripsi. Pernah suatu ketika saya mendapat tugas yang bertubi-tubi dan saya merasa sangat down dengan tuntutan dosen yang bermacammacam. Saya paham ini adalah salah satu konsekuensi dari seorang

mahasiswa, bahkan setiap mahasiswa pasti mendapat beban tugas yang sama, hanya berbeda cara menyikapi. Sebenarnya, ada beberapa hal yang membuat saya seperti ini, salah satunya karena saya ingin mengerjakan tugas dengan sempurna tapi terhambat waktu pengerjaan karena saya mengikuti

beberapa organisasi kampus. Jika target saya tidak terpenuhi, maka saya akan merasa down dan merasa tanggung jawab saya terhadap orang tua gagal. Hal tersebut tentunya berulang kali saya alami, sekarang saya ingin meminta solusi supaya saya lebih bisa tenang dalam menghadapi keadaan-keadaan yang menekan saya tersebut. Terima kasih. Arisa, nama disamarkan

ilustrasi oleh : Krisnawa Adi Baskhara

Jawaban Kondisi tertekan atau sering disebut juga dengan stres merupakan suatu kondisi yang wajar dialami oleh manusia. Namun, dapat menjadi salah satu penyebab penyakit apabila tidak ditangani dengan baik. Tuntutan kehidupan sehari-hari dapat menjadi media pembelajaran bagi individu untuk berkembang. Misalnya, mahasiswa diberi tuntutan tugas membuat makalah, tugas ini akan membuat mahasiswa tersebut banyak membaca literatur, berdiskusi, dan berpikir kreatif dalam mencari solusi, hal ini disebut eustres. Namun, apabila tuntutan dinilai secara subjektif oleh mahasiswa terlalu banyak, terlalu berat, dan terlalu lama akan berakibat negatif, hal ini disebut distres. Maka stres itu merupakan pengalaman subjektif berdasarkan persepsi/pandangan terhadap situasi. Secara umum, penyebab stres adalah adanya kesenjangan secara nyata atau subjektif antara tuntutan fisik dan psikologis dengan sumber daya biologis, psikologis, dan sosial. Sumber stres dapat berupa masalah dari dalam diri individu, orang lain maupun kondisi fisik lingkungan. Dalam kasus Anda, sumber stres adalah adanya tuntutan tugas dari dosen (orang lain), dan adanya tuntutan dari dalam diri Anda sendiri untuk menyelesaikan tugas dengan sempurna. Tuntutan tersebut menjadi penyebab

28 | Komunikasi Edisi 316

stres karena ternyata ada hambatan dalam memenuhinya, yaitu waktu pengerjaan yang sedikit serta tenaga dan pikiran terkuras di kegiatan organisasi (ada kesenjangan antara tuntutan dengan sumber daya). Cara mengatasi stres ada dua, yaitu mengatasi masalah emosionalnya (refreshing dan relaxing) atau dengan mengatasi sumber permasalahannya. Cara yang dapat Anda gunakan, yaitu diawali dengan relaxing agar nyaman secara emosi/psikis sehingga dapat berpikir jernih. Anda dapat mengatasi sumber masalah dengan cara: 1) tanamkan dalam pikiran Anda bahwa tugas-tugas ini akan mengasah pengetahuan dan keterampilan yang akan sangat diperlukan ketika lulus; 2) tanamkan dalam diri bahwa Anda mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan tugas-tugas tersebut; 3) meningkatkan kemampuan manajemen dan kontrol diri dengan membuat catatan tugas-kegiatan-target dan tentukan prioritas. Apabila berbenturan dengan tugas pokok kuliah, maka kegiatan organisasi dapat ditunda; 4) jangan menunda-nunda tugas. Demikian, semoga bermanfaat. Jawaban dari Ike Dwi Astuti, S.Psi., M.Psi. Dosen Fakultas Pendidikan Psikologi UM

Mahasiswa UM dapat mengirimkan tulisan berupa curahan hati (curhat) pada rubrik ini dengan space halaman A4 via email komunikasi@um.ac.id selambat-lambatnya tanggal 25 Juli 2018. Apabila nama asli tidak ingin dicantumkan, diperbolehkan untuk menggunakan nama inisial. Curhat Anda akan kami kirim ke ahlinya (dosen Fakultas Pendidikan Psikologi UM) untuk mendapat jawaban. Tulisan curhat akan mendapat imbalan atau penghargaan yang sepantasnya.


Pustaka

Gagasan Terselubung di Balik Absensi Indonesia Judul Penulis Kategori Penerjemah Penyunting Ketebalan Tahun Terbit Penerbit

K

: Indonesia Tidak Hadir di Bumi Manusia; Pramoedya, Sejarah, dan 3.Politik : Max Lane : Tokoh dan Sejarah : Saut Pasaribu : Rh. Widada : xii + 196 halaman : 2017 : Djaman Baroe

hazanah kesusastraan Indonesia tidak dapat dipungkiri telah membawa pengaruh besar pada dinamika sejarah, politik, dan budaya. Pramoedya Ananta Toer (1925-2006) adalah salah satu sastrawan besar Indonesia pascakolonial yang namanya masih menggaung sampai sekarang. Tidak hanya di Tanah Air, tapi melesat hingga mancanegara, membelah sekat-sekat budaya. Dari catatan-catatan renungan yang didasarkan pada pengalaman, interaksi, dan kedekatan dengan karya-karya Pram, Max Lane berhasil melahirkan buku terbarunya yang berjudul Indonesia Tidak Hadir di Bumi Manusia; Pramoedya, Sejarah, dan Politik. Max Lane menyajikan sebuah perspektif lain tentang Pram. Betapa tidak menggemparkan, sampul awal dalam buku ini memberikan sebuah kutipan yang sangat mengusik bagi pembaca. Max Lane menuliskan di bawah sampul judul, “Betapa mungkin empat karya yang berbicara tentang asal mula nasionalisme Indonesia yang ditulis lebih dari 2.000 halaman panjangnya tidak sekalipun menyebut nama Indonesia?” Ini adalah sebuah pernyataan fenomenal setelah kita tahu sepak terjang karya-karya Pram yang selama ini kita asumsikan telah mengusung identitas bangsa dan revolusi Indonesia. Ini bukanlah sebuah pernyataan tanpa alasan, karena Max Lane bukan sekadar penerjemah dari enam karya Pramoedya yang menjadi literatur subversif di masanya. Max Lane adalah adalah orang pertama yang memperkenalkan karya-karya Pram pada dunia di jaman represi Soeharto. Ia menerjemahkan Tetralogi Buru (Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah dan Rumah Kaca) ke dalam bahasa Inggris dan diterbitkan oleh Penguin Australia, United Kingdom, dan Amerika. Max Lane telah melalui fase pergaulan yang sangat intens dengan Pramoedya. Bahkan ia memperkenalkan Pram tidak hanya karya-karyanya, melainkan tulisan-tulisannya sendiri yang membahas Pram beserta karyanya. Hal inilah yang menjadikan aura perspektif tulisan Max di buku ini lebih komprehensif dibanding kajian para akademikus dan peneliti yang lain. Alih-alih kita menganggap sebagai kajian sastra, buku ini bahkan memiliki nuansa antropologis yang sangat menarik tentang bagaimana Max dapat menyelami rekam jejak Pram. Absennya ‘Indonesia’ di Bumi Manusia dalam buku ini justru menjadi gagasan fundamental yang menunjukkan betapa jenius dan kritisnya Pramoedya Ananta Toer. Buku ini menjadi literatur penting bagi rakyat Indonesia, terutama generasi milenial yang tengah berada dalam negosiasi kultural dan mengalami amnesia berkat banyaknya benturan rekayasa budaya dan literasi yang rendah,

dok. Internet

oleh Ahmad Junaidi

agar tidak mudah terprovokasi isu hoaks ataupun pemutarbalikan fakta sejarah. Buku ini adalah salah satu gagasan futuristik untuk dapat memahami apa dan bagaimana Indonesia ke depan. Dalam buku ini, Max Lane beranggapan bahwa Pram hendak menegaskan soal kebaruan Indonesia. “Bukan hanya bahwa Indonesia adalah barang ciptaan baru di atas muka bumi manusia ini. Bukan hanya baru, tetapi ternyata juga barang atau makhluk ciptaan sendiri! Seri buku Bumi Manusia sampai Rumah Kaca menggambarkan proses di saat penghuni sebuah tempat tertentu, yang bangkit mulai memakai bahasa tertentu, menciptakan sendiri sebuah komunitas baru: menuju sebuah nation,” tulisnya dalam halaman 170. Max mendalami Pram sebagai seorang pemikir yang memiliki kegelisahan luar biasa pada kondisi Indonesia, sehingga memerlukan gagasan yang fundamental untuk dapat berevolusi. Buku Indonesia Tidak Hadir di Bumi Manusia karya Dr. Max Lane ini adalah analisis atas karya-karya Pramoedya, perspektifnya tentang sejarah kemunculan Indonesia dan ide-ide politik yang ia tenunkan ke dalam karyanya. Buku ini adalah hasil interaksi dan kontemplasi penulis dengan Pramoedya dan karya-karyanya, serta dengan para pendiri penerbit Hasta Mitra lainnya, seperti Joesoef Isak dan Hasyim Rachman. Hasta Mitra sendiri merupakan penerbit progresif yang pertama kali berani menerbitkan karya-karya Pramoedya pada era Soeharto. Esai-esai dalam buku ini antara lain berupa artikel yang berupaya memberi gambaran umum tentang karya-karya Pramoedya, menganalisis berbagai ide Pramoedya tentang sejarah Nusantara, asal-usul Indonesia sebagai bangsa, dan tentang korelasi antara kasta dan kelas. Karya yang didiskusikan termasuk Hoa Kiau di Indonesia, Arok Dedes, dan Bumi Manusia. Tajuk “Indonesia Tidak Hadir di Bumi Manusia” dijadikan sebagai subtema terakhir dalam kumpulan esai ini. Buku karya Max Lane ini adalah literatur penting bagi masyarakat Indonesia, terutama bagi generasi muda yang visioner dan memiliki orientasi jauh ke depan tentang kemajuan dan kesejahteraan sosial. Buku ini mencoba mengupas pesan-pesan terselubung dari Pramoedya untuk pembacanya tentang apa yang harus disadari dalam menghadapi masa depan Indonesia. Buku ini adalah kebekuan tafsir tentang Pram dari sekian sudut pandang yang beragam. Max Lane menjadi seorang penyaji makanan intelektual yang membuka wawasan ke-Indonesia-an. Dengan kontekstualitas kecermatan dan kajian yang elaboratif, buku ini mampu menjawab sebagian besar kegelisahan generasi muda atas problematika di Indonesia, serta menemukan resistensi positif dalam menghadapi dinamika sosial masyarakat. Penulis adalah mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia Universitas Negeri Malang Tahun 40 Mei-Juni 2018|

29


dok. Panitia

Laporan Khusus

Mahasiswa Zaman Now Juara di Pimnas

R

ibuan mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM) dari berbagai fakultas berbondong-bondong memadati Graha Cakrawala pada Kamis (26/4). Para insan akademik ini semangat menimba ilmu tentang Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) dalam acara Sosialisasi PKM UM Tahun 2018. Acara yang dibuka langsung oleh Wakil Rektor III, Dr. Syamsul Hadi, M.Pd ini bertujuan untuk mengenalkan PKM secara komprehensif kepada mahasiswa UM agar bisa menulis proposal dan mendapatkan pendanaan dari Kemenristek Belmawa. Dalam sambutannya, dosen Fakultas Teknik tersebut memaparkan tentang mahasiswa zaman now. “Mahasiswa zaman now adalah mahasiswa yang kreatif, mahasiswa yang bisa menulis PKM, mendapatkan pendanaan PKM, dan bisa berkompetisi di Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas). Singkat kata, mahasiswa zaman now adalah mahasiswa yang mendapatkan medali emas di Pimnas,” penegasan pidato tersebut disambut

30 | Komunikasi Edisi 316

Para pemateri memaparkan tentang pentingnya PKM

gemuruh tepuk tangan ribuan peserta. Turut hadir sebagai pemateri, Dr. Mistaram, M.Pd. yang merupakan reviewer PKM tingkat nasional dan para Tim Penalaran UM. Tim Penalaran merupakan dosen terpilih delegasi masing-masing fakultas yang mewakili bidang penalaran tingkat universitas. Dari Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) diwakili oleh Sopingi, S.Pd., M.Pd., Fakultas Sastra (FS) Dr. Pujiyanto, M.Sn., Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Dr. Evi Susanti, S.Si., M.Si., Fakultas Ekonomi (FE) Dr. Heny Kusdiyanti, S.Pd., M.M., Fakultas Teknik (FT) Dr. Retno Wulandari, S.T., M.T., Fakultas Ilmu Sosial (FIS) Dra. Yuswanti Ariani Wirahayu, M.Si., Fakultas Ilmu Kedokteran (FIK) Dr. Hartati Eko Wardani, M.Si., Med., dan dari Fakultas Pendidikan Psikologi (FPPsi) Pravissi Shanti, S.Psi., M.Psi. Materi yang disampaikan dalam sosialisasi ini adalah PKM lima bidang, yakni PKM Penelitian Sosial Humaniora (PKM-PSH), Penelitian Eksakta (PKM-PE), Karsa Cipta (PKM-

KC) Kewirausahaan (PKM-K), Penerapan Teknologi (PKM-T), dan Pengabdian kepada Masyarakat (PKM-M). Bu Heny, demikian sapaan akrab Ketua Tim Penalaran, menyatakan bahwa mahasiswa perlu mendapatkan materi PKM secara menyeluruh, tidak hanya dari fakultas tertentu saja. Para pemateri yang merupakan pakar di masing-masing bidang memberikan tips dan trik membuat proposal PKM yang berkualitas dan dapat bersaing di kancah nasional. Faktanya, banyak mahasiswa yang belum memahami secara menyeluruh pembuatan proposal PKM. “Usai memandu acara ini, saya langsung dapat banyak tawaran untuk menjadi pemateri di berbagai fakultas,” ungkap pembina Program Hibah Bina Desa (PHBD) UM ini. Penyampaian materi PKM di fakultas dikhususkan untuk pendalaman isi proposal agar lebih berkualitas dan mantap, tambah Ketua Umum Pemilihan Mahasiswa Berprestasi (Pilmapres) tahun 2018 ini.Nida


Laporan Khusus

dok. Komunikasi

Alih Fungsi Gedung untuk Perkuliahan

Kasubag Rumah Tangga memaparkan mengenai pemanfaatan gedung

G

raha Rektorat memang sudah diresmikan, lalu bagaimana dengan gedung–gedung yang lama? Saat ini Universitas Negeri Malang (UM) sudah memanfaatkan gedung–gedung yang sudah tidak terpakai menjadi tempat perkuliahan. Seperti Gedung A2 lantai 1 sekarang dimanfaatkan sebagai perkuliahan Fakultas Pendidikan Psikologi (FPPsi), sedangkan lantai 2 digunakan untuk perkuliahan mahasiswa Pendidikan Profesi Guru (PPG). “Memang saya selaku Pengelola Perlengkapan Unit (PPU) di FPPsi meminta Gedung A2 walaupun itu hanya sebagian karena sarana prasarana dari Gedung C1 itu kurang. Apalagi dulu kami dipinjami oleh pihak UM Gedung Soka Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK). Akhirnya dari pihak Psikologi mengupayakan untuk memanfaatkan Gedung A2,” ujar Achmad Nurngaini. Beliau juga menambahkan mengenai fasilitas yang ada di Gedung A2 seperti LCD untuk menunjang pembelajaran masih mengambil dengan bongkar pasang di Gedung C1. Ahmad Muam, S.Pd. selaku Kasubag Rumah Tangga menegaskan bahwa fasilitas yang akan digunakan nanti masih disimpan di Badan Milik Negara (BMN), sedangkan fasilitas di Gedung A2 seperti kursi yang ada di garansi saat ini masih dalam proses penghapusan. Barang yang sudah tidak terpakai akan dilelang dan yang masih bisa digunakan akan dimanfaatkan kembali. Beliau juga menambahkan bahwa kondisi Gedung A2 layak digunakan untuk perkuliahan karena sudah dibenahi. Pemanfaatan gedung ini sangat menunjang proses perkuliahan mahasiswa FPPsi. “Sebelumnya karena Gedung C1 tidak muat, kami dipindah di Gedung Soka FIK. Namun, sekarang

sudah pindah di Gedung A2 karena sudah bisa ditempati anak Psikologi dan saya lebih nyaman di kelas A2 karena lebih luas, lebih terang, dan lebih dekat dengan FPPsi sehingga lebih memudahkan mahasiswa,” ujar Ariesta Tri Pradani salah satu mahasiswi Pendidikan Psikologi, sedangkan untuk sistem perkuliahan tidak ada penjadwalan ulang karena jadwal perkuliahan yang berada di Gedung Soka itu hanya tinggal pindah kelas saja. Gedung A3 digunakan untuk kegiatan–kegiatan mahasiswa terutama Aula A3 lantai 2 dan saat ini masih dalam proses rehab. Selain itu, ada juga gedung lain dimanfaatkan untuk proses perkuliahan. Gedung Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) yang digunakan sebagai perkuliahan S1-Teknik Mesin dan S2-Teknik Mesin. “Menurut saya, perkuliahan di gedung yang dulunya LP2M nyaman–nyaman saja. Fasilitas yang ada juga seperti AC dan LCD juga tercukupi walaupun ada yang beberapa tidak normal. Meskipun sering naik tangga tapi keadaan tersebut tidak menghalangi semangat saya untuk kulliah,” pungkas Rifki Ivandi mahasiswa S1-Teknik Mesin. Saat ini gedung tersebut juga masih dalam proses rehab agar lebih nyaman lagi digunakan untuk perkuliahan.Dessy

Tahun 40 Mei-Juni 2018|

31


Wisata

Surga Tersembunyi

dok. Pribadi

Pantai Jembatan Tanjung Sirap dan Pulau Hanoman

Berpose di depan jembatan panjang yang menghubungkan dengan Pulau Hanoman

P 32 | Komunikasi Edisi 316

embangunan sektor pariwisata merupakan salah satu program andalan pemerintah Kabupaten Malang yang memiliki prospek dan peranan penting dalam meningkatkan lapangan pekerjaan dan menambah devisa, salah satunya dengan mengembangkan pariwisata pantai. Pariwisata pantai yang ada di Kabupaten Malang sangat banyak dan mayoritas masih alami. Ada lebih dari delapan belas titik pantai yang ada di Kabupaten Malang. Pantai yang ada di Kabupaten Malang berada di Kecamatan Donomulyo, Bantur, Gedangan, Sumbermanjing Wetan, Tirtoyudo, dan Ampelgading. Salah satunya adalah Pantai Jembatan Tanjung Sirap yang berada di Kecamatan Bantur dengan dua jam perjalanan dari Kota Malang. Pantai Jembatan Tanjung Sirap. Mungkin nama tersebut masih terdengar asing bagi para penikmat

pantai, maklum saja karena pantai yang satu ini masih jarang diekspos oleh media masa dan belum banyak orang yang berwisata ke sana. Meskipun belum banyak orang yang datang ke sana, bukan berarti pantai ini memiliki keindahan yang biasabiasa saja. Pantai Jembatan Tanjung Sirap ini berbeda dengan kebanyakan pantai di Malang. Pasir pantai di sini hanya sedikit dan terdapat banyak batu karang. Di bibir pantai terdapat sebuah batu karang yang cukup besar dan luas, ketika air laut sedang pasang, batu karang akan menyemburkan air laut yang disebabkan oleh ombak yang menabrak batu karang. Indah, bukan? Pantai ini memiliki ombak besar, jadi wisatawan tidak diperbolehkan berenang atau bermain air. Pantai tersebut menjadi lebih menarik karena terdapat sebuah pulau yang bernama Pulau


dok. Pribadi

Wisata

Pengunjung bisa bersantai di bawah jembatan

akan lebih mudah, karena kebetulan pantai ini bersebelahan dengan Pantai Balekambang. Dengan berjalan sekitar 10 menit dan melewati hutan-hutan tempat wisata Sumur Pitu wisatawan akan sampai di Pantai Jembatan Panjang Tanjung Sirap, disarankan wisatawan tidak menggunakan high heels karena jalannya yang naik turun. Mengenai fasilitas dengan tiket masuk hanya Rp5000,00 yang tergolong ramah bagi kantong mahasiswa, disarankan wisatawan membawa bekal makanan, obat-obatan, dan apapun yang sekiranya diperlukan karena di sekitar pantai masih sangat sedikit penjual makanan maupun keperluan lainnya. Mungkin karena pantai ini tergolong pantai yang masih sangat alami dan jarang terjamah karena aksesnya yang lumayan susah. Terdapat

dok. Pribadi

Hanoman. Pulau ini dihubungkan oleh sebuah jembatan yang baru saja dibangun, melewati jembatan dengan pemandangan laut yang sangat jernih hingga terlihat beberapa batu karang yang masih alami,. Sesampai di Pulau Hanoman, wisatawan akan disuguhkan pemandangan laut dari atas pulau yang sangat asri karena banyak pohon dengan suasana yang sejuk. Konon pulau ini dihuni banyak kera tetapi kera tersebut tidak menampakkan diri jadi tidak berbahaya bagi wisatawan. Di Pulau Hanoman terdapat beberapa gazebo atau tempat beristirahat yang diperuntukkan wisatawan ketika lelah berkeliling pulau untuk sakadar beristirahat atau menikmati bekal makanan. Pulau ini memiliki spot foto yang luar biasa indahnya dengan hamparan laut yang luas, beberapa batu karang juga menjadi spot foto andalan tetapi harus hati-hati karena batu karangnya tajam. Dengan wisatawan yang masih sedikit, kebersihan di Pulau Hanoman maupun Pantai Jembatan Tanjung Sirap masih sangat terjaga. Beberapa akses menuju pantai ini melewati jalur Pantai Kondang Merak atau Pantai Balekambang. Jika melewati jalur Pantai Kondang Merak, akses lumayan sulit karena jalan yang belum beraspal masih penuh bebatuan dan hutan-hutan dengan semak belukar yang menantang, namun sangat menyenangkan bagi penyuka tantangan. Selama perjalanan, kami akan melewati beberapa pantai, yaitu Pantai Dali Putih dan Pantai Besi, setelah itu akan ada jalan setapak yang menuntun wisatawan menuju pantai, jalannya masih berlumpur diharapkan wisatawan menggunakan kendaraan yang aman. Jika berada di jalur Pantai Balekambang

beberapa warung yang menyediakan makanan disertai tempat salat dan kamar mandi, tetapi tidak setiap hari warung tersebut buka dan melayani pengunjung, tetapi untuk keamanan terdapat tukang parkir yang bertugas menjaga kendaraan wisatawan. Bermain di pantai layaknya bermain di playground yang menakjubkan, bisa berlari-lari, memanjat tebing bebatuan, dan belajar menikmati alam dengan segala keindahannya. Berwisata ke pantai sangat cocok untuk melepas penat para mahasiswa maupun pekerja, dengan melihat hamparan laut dan langit yang biru akan mengurangi tingkat stres berlebih. Jika ada yang berkata “Wah, Malang ternyata ada banyak pantai yang indah ya, saya pikir enak karena tempatnya yang dingin aja". Jangan salah karena tipologi alam Malang sangat bervariasi, ada yang dataran tinggi dan ada yang dataran rendah. Wahana wisatanya pun sangat beragam mulai dari kebun buah, kebun sayur, air terjun, pantai, yang memicu adrenalin wisatawan. Momen yang sangat tidak terlupakan ketika menikmati indahnya Pantai Jembatan Tanjung Sirap beserta Pulau Hanoman, akan lebih baik jika wisatawan tetap menjaga alam dengan tidak membuang sampah sembarangan dan menjadi masyarakat Indonesia yang berkontribusi aktif dalam menjaga kebersihan alam. Letakkan segala sesuatu pada tempat dan waktu yang tepat, layaknya sampah yang harus dibuang di tempat sampah bukan di alam bebas. Pecinta pantai membuang sampah sembarangan itu nggak keren!Amey

Pemandangan air laut Pantai Jembatan Panjang yang masih jernih

Tahun 40 Mei-Juni 2018|

33


Rancak Budaya

lelaki dan bunga-bunga oleh Nurlindasari

34 | Komunikasi Edisi 316


Rancak Budaya

K

asim, lelaki bujang itu menatap nanar hujan turun pertama kali di Desa Kemuning. Membuat basah tanah, gubuk kecilnya bocor terkena tampias hujan. Kakinya ditekuk sampai dada dan tangannya mendekap kedua kakinya. Dingin datang perlahan bersama rintik hujan yang terdengar susul menyusul. Tatapannya kosong, hatinya apalagi. Hidup tak punya siapa-siapa, tinggal sendiri dalam gubuknya yang kecil. Lengkap sudah kesendirian itu, untung malam ini Tuhan menurunkan hujan, hatinya yang gundah sedikit terobati. Hujan reda menyisakan basah pada pohon-pohon. Kasim masih terpaku di tempatnya. Kadir tetangga sebelah rumahnya mengajak Kasim ke warung kopi depan gang. Dipesannya kopi pahit dengan takaran dua sendok kopi dan satu sendok gula. Kadir mulai mengawali perbincangan saat segelas kopi masih panas mengepul, “Bagaimana pekerjaanmu hari ini?” Kasim menjawab agak malas, “Lumayan melelahkan, ternyata luas sekali ladang Pak RT yang harus aku cangkul.” Kadir tertawa sedikit mengejek, “Bukankah hidup harus kita nikmati sesusah apa itu?” “Aku tak yakin kau menikmati sekali hidupmu yang keruh itu,” timpal balik Kasim tertawa getir. Kadir tersenyum kecil membenarkan perkataan Kasim, lalu mereka berdua tenggelam dalam segelas kopi pahit yang tersaji di hadapannya. Bagi Kasim, hidup itu tak berwarna dan tak ada yang memberikannya warna. Kosong melompong seperti hatinya. Malam larut, kedua bujang itu melangkahkan kaki untuk pulang. Dalam perjalanan, Kasim melihat bunga elok di pekarangan rumah Pak Darman, enam kelopaknya putih merekah, putik dan benang sari menyembul di tengah, batangnya gemuk berair, daunnya melebar. Sungguh tunduk hati Kasim demi menatapnya. Dengan rasa penasarannya ia bertanya pada Kadir, “Dir, lihatlah sebelah sini! Bunga apakah itu? Elok sekali, jatuh hati aku dibuatnya.” Kadir memicingkan mata dan menjawab enteng. “Oh, itu namanya bunga lily. Hei! Kau itu lelaki mana boleh jatuh hati pada bunga, jatuh cinta sama perempuan saja biar tak terus-terusan hidup sendiri!” Keesokan harinya, Kasim kembali melakukan rutinitas seminggu terakhir: mencangkuli sawah Pak RT. Seharian bekerja, keringatnya

mengucur. Namun, ia terlihat masih segar. Senja bertengger di kaki langit, membuat remang sekitar. Kasim berkemas hendak pulang. Sengaja ia berjalan memutar agak jauh agar bisa lewat rumah Pak Darman dan memandangi kembali bunga lily yang mekar. Kasim membuncah hatinya melihat sang pujaan hati, hidupnya seakan berwarna merah jambu seketika dan yang membuat warna untuk pertama kali dalam hidupnya adalah bunga-bunga. Kasim kemudian berniat membawa pulang pujaan hati dan menaruh di pekarangan rumah kecilnya yang kosong. Tengah malam Kasim mengendap-endap di pekarangan rumah Pak Darman, disimpannya pisau lipat dalam sakunya. Ketika sudah dekat dengan pohon bunga lily, Kasim memotong bagian umbinya, dimasukkannya dalam jaket dan segera ia bawa pulang. Ditanam kembali umbi itu di pekarangan rumah kecilnya, menyemai harapan esok hari agar lekas tumbuhlah bunga-bunga itu. Hatinya tak henti-henti buncah oleh bahagia memikirkan hidupnya dipenuhi bunga-bunga. Selepas mencangkul di sawah Pak RT, Kasim berjalan melihatlihat pekarangan rumah tetangga. Dijumpainya bunga warna warni, beragam bentuk, dan beraneka aroma. Betapa Kasim telah jatuh hati dan tergila-gila pada bunga-bunga. Mungkin hatinya telah bosan sendiri, jiwanya telah lama kosong, dan raganya butuh sesuatu yang segar untuk membuatnya sehat selalu. Sampai di usia seperempat abad Kasim belum juga tertarik pada satu makhluk terindah yang diidam-idamkan para lelaki: perempuan. Kasim kembali melakukan aksinya pada malam hari, pisau lipat dalam sakunya disimpan baik-baik, berjalan mengendap-endap di pekarangan rumah Pak Dodi, Pak Joko, Pak Waluyo, dan Bu Puji. Selain beraksi di pekarangan rumah tetangga, terkadang Kasim pergi ke taman kota yang penuh dengan bunga atau sekadar membawa bunga rumput yang menjalar liar di jalanan. Kasim dengan senyum simpulnya memangkas batang pohon bunga untuk kembali ditanam di pekarangan rumah kecilnya. Setengah tahun aksi Kasim mencuri bunga-bunga itu tak pernah diketahui orang, mungkin karena sebagian orang tak terlalu memperhatikan tanaman yang ada di pekarangan rumah. Sekarang pekarangan rumah Kasim rimbun oleh bunga-bunga

Tahun 40 Mei-Juni 2018|

35


Rancak Budaya

yang tumbuh subur karena dengan telaten Kasim memupuk dan menyiramnya setiap hari dengan penuh kasih sayang yang tercurah, memastikan sang pujaan tetap terjaga. Tak heran jika banyak anak kecil dan tetangganya betah singgah dan mengobrol di sana. Rumah kecilnya terlihat indah karena dipenuhi beragam bunga. Salah satu tetangganya duduk di beranda rumah Kasim sambil menatap pekarangan, dengan spontan ia mengatakan, “Hei Kasim! Lihatlah bunga lily itu seperti yang tumbuh di depan rumahku, elok sekali melihatnya mekar”. Kasim berdehem sebentar berharap tetangganya itu tak tahu jika bunga itu memang diambilnya dari pekarangan rumah tetangganya. Di buang jauh-jauh muka bersalah itu dan kembali memasang senyum asing. Suatu malam Kasim berdiam diri di beranda rumah, kakinya ditekuk hingga dada dan tangannya mendekap kedua kaki. Menatap bunga-bunga di pekarangan yang lebat. Di rasa ia begitu mencintai bungabunga dan hidup Kasim lebih berwarna semenjak bunga-bunga bermekaran hatinya. Tiba-tiba, kawannya Kadir datang memutus lamunan. Membawa kabar jika bulan depan Kadir akan menikah dengan seorang perempuan desa sebelah, namanya Siti. Kadir yang menganggap Kasim sebagai sahabat karibnya, kemudian bertanya lirih pada bujang itu “Ternyata aku masih normal, Sim. Nyatanya, aku akan menikahi perempuan yang telah membuatku jatuh hati. Apa kau masih ingin membujang? Sudahkan engkau menemukan seseorang yang bisa membuatmu jatuh hati?” Kasim tersenyum mendengar pernyataan sekaligus pertanyaan Kadir. “Aku sudah jatuh hati jauh sebelum kau jatuh hati pada pujaanmu. Aku telah jatuh hati pada bunga-bunga, lihatlah rumahku penuh dengan bunga-bunga”. Kadir mengernyitkan dahi, bertanya dalam hati ‘adakah seorang lelaki yang mencintai bunga-bunga?’. Dengan santai Kadir menjawabnya, “Hati-hati saja, asal kau tak menjadi bujang lapuk seperti Kek Beno. Lekaslah cari perempuan agar hidupmu tak kesepian!”. Kasim hanya membalas dengan senyuman dan menjitak kepala Kadir. Siang selepas mencangkul di sawah, Kasim ngaso sebentar di beranda rumah. Melihat bunga-bunga membuatnya segar kembali menjalani panasnya hari. Sesosok perempuan mengenakan batik hijau di

36 | Komunikasi Edisi 316

padu dengan bawahan rok hitam selutut sambil menenteng map berwarna biru berhenti di pekarangan rumah Kasim, memandang rimbun tanaman di dalam pekarangan. Perempuan itu masuk beranda rumah Kasim dan menemui Kasim yang sedang duduk lalu bertanya, “Indah sekali pekarangan rumahmu. Kau kah yang membuatnya?”. Dengan terbata-bata Kasim menjawab, “Iya, aku yang membuatnya. Kalau kau mau aku akan mengantarmu keliling rumah melihat bunga-bunga”. Jantungnya hampir copot demi memandang mata perempuan itu. Perempuan itu tersenyum simpul, tak henti-hentinya mata Kasim menatap dalam mata perempuan itu seperti ia melihat bunga-bunga bermekaran di sana. Apa ini jatuh hati seperti yang dirasakan kawannya Kadir dengan Siti? Ah, ternyata indah sekali, ke mana saja aku selama ini? Berkecamuk pikirannya tak tentu dibuat perempuan itu. Kasim mengantarkannya berkeliling, menjawab satu dua pertanyaan dari perempuan itu hingga senja tiba perempuan itu pamit hendak pulang. Kasim mencegahnya dengan bertanya “Siapa namamu? Hampir saja kita tak saling mengenal,” malu-malu Kasim bertanya. Perempuan itu menjawab ramah, “Maaf, kita telah sejam mengobrol tapi tak saling kenal. Namaku Sekar, aku guru SD Kemuning. Kau siapa? Bolehkah besokbesok aku mampir? Betah sekali aku di sini.” Tergagap lidah Kasim menjawab, “Panggil saja Kasim, tentu boleh setiap saat kau mau.” Dengan sigap Kasim langsung mengiyakan tanda sepakat bahkan berharap bertemu kembali. Oh Tuhan, coba bayangkan nama perempuan itu Sekar, artinya ‘bunga’. Mungkin engkau bunga yang dikirim Tuhan untuk membuat hidupku berwarna dan bermekaran. Keesokan hari, Sekar mengunjungi rumah Kasim. Menemani berkeliling kebun, menyiram, dan memupuk bungabunga membuat mereka berdua tertawa gembira. Lalu, Sekar bertanya di mana ia mendapatkan bunga-bunga yang indah seperti ini. Kasim mendadak kaku oleh pertanyaan itu, segera ia menjelaskan kalau ia membeli bibit kemudian menyemai dan memupuknya. Tentu itu jawaban bohong dari seorang Kasim. Ia tak ingin kedok pencuri tanaman itu diketahui orang yang membuatnya jatuh hati sekarang. Hari semakin sore, ketika Sekar hendak

pulang, diberikannya pada Kasim sebuah pot berisi setangkai pohon mawar mekar putih dengan kelopaknya yang bertumpuktumpuk. Sambil tersenyum Sekar mengatakan, “Ini bunga mawar putih untukmu, mawar putih ini melambangkan kesucian dan kemurnian hati. Semoga hati kita seperti mawar putih ini, sepertinya akan lebih cantik jika ditaruh di pekarangan rumahmu.” Kasim menerimanya dengan sukacita. Buncah hatinya hampir meledak dan semakin jatuh hati Kasim pada perempuan itu, juga pada bunga mawar putih dalam genggamannya. Malam hari Kasim duduk seorang diri, memandangi bunga-bunga yang rimbun di halaman rumahnya. Kesadaran itu akhirnya datang dan datangnya dari perempuan yang dua hari lalu mampir di rumahnya. Bertanya dalam hati, “Sudah lama aku berbuat dosa, mencuri itu bukankah hal yang dilarang dan tidak diperbolehkan dalam agama?” Sebelah hatinya lagi membantah, “Bukankah tak masalah mencuri tanaman sedikit? Mereka para koruptor yang mencuri uang rakyat bermiliaran tak pernah merasa berdosa.” Dipandanginya kembali bunga-bunga itu dan teringat wajah Sekar serta mawar putih di sampingnya. Ia telah menetapkan tekad: ia harus mencabut dan memangkas habis bunga-bunga yang telah lama tumbuh di pekarangan rumahnya. Bunga-bunga itu indah namun diperolehnya dari mencuri dan sesuatu yang tidak baik akan berakhir tak baik pula. Kasim berjanji pada diri sendiri akan menumbuhkan kembali dengan cara yang jujur dan murni seperti mawar putih perempuan itu. Ia juga akan mengakui semua perbuatannya dan meminta maaf kepada tetangga yang pernah ia curi tanamannya. Seperti biasa, Sekar mengunjungi rumah Kasim, alangkah terkejutnya semua tanaman di halaman Kasim raib tak berbekas dan yang tersisa hanya bunga mawar putih yang terlihat di samping pintu rumah. Ditatapnya lekat-lekat mata Sekar dan berjanji bahwa Kasim akan selalu mencintai bunga-bunga dengan suci dan murni. “Esok akan aku bawakan bunga-bunga yang lebih banyak untukmu hingga sesak hati kita dengan aromanya.” Penulis adalah mahasiswa Jurusan Akuntansi dan Juara Harapan II Kompetisi Penulisan Cerpen Majalah Komunikasi 2017


Ucap Pisah oleh Azizatul Qolbi

Kenangan tlah lesap di perut matahari Kota wewangi tempat terajut janji Legenda Sri Tanjung yang membelantung Seorang pangeran melambai abai Mengucap pisah dari Jembrana Taman Sri Tanjung menangis tragis Angin bersahutan kabarkan perpisahan Mengecup ukiran kenangan di Gerajakan Melempar amarah pada pantai merah Mengapa cinta tak pernah menemui keniscayaannya Pangeranku bukan Sidapaksa Mahar cintanya bukan swargaloka Lelakiku seorang pengembara Pengadu nasib Pulau Dewata Ia menyanggupi tuk kembali Saat petani kopi panen kembali Diiringi othek tembangkan nasihat-nasihat nenek Ia kan datang ke Banyuwangi Saat harumnya sambal tumpang menagih janji Penulis adalah mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia Universitas Negeri Malang

ilustrasi oleh : Krisnawa Adi Baskhara

Tahun 40 Mei-Juni 2018|

37


oleh Yusuf Rufa

Seluruh civitas academica UM dapat mengirimkan karya komik dengan tematema bebas dalam bentuk soft file Seluruh civitas akademika UM dapat mengirimkan karya berupa komik dengan bebas dalam bentuk yang dikirim langsung ke Kantor Redaksi Majalah Komunikasi di Graha Rektorat Lantai II UM atau via email: soft file yang dikirim langsung ke Kantor Redaksi Majalah Komunikasi Gedung A3 Lantai III UM atau via email: komunikasi@um.ac.id selambat-lambatnya tanggal 25 Juli 2018 fotodiri dan(nama, identitas diri (nama, komunikasi@um.ac.id selambat-lambatnya tanggal 25 November 2016disertai disertailokasi identitas fakultas, jurusan, dan nomor HP). fakultas, jurusan, dan nomor HP). Komik yang dimuat mendapat imbalan atau penghargaan yang sesuai. Tahun 40 Mei-Juni 2018|

38 | Komunikasi Edisi 316

35


Jangan merasa sendiri, selalu ada orang baru yang akan mengisi. Nama : Mutia Indriyani Fak/Jur : Sastra/Sastra Indonesia Lokasi : Coban Rondo, Batu

Setumpuk ilmu seringkali ditinggal sendiri, karena manusia kerap kali lalai mengisi kebutuhan rohani. Nama : Chania M. Widyasari Fak/Jur : Sastra/Sastra Inggris Lokasi : Perpustakaan Pusat UM Lantai 2

Cahaya selalu menyemburkan sinarnya dengan takaran yang pas, agar manusia bisa menikmati indahnya. Nama : Aulia El Razzaq Fak/Jur : Sastra/Sastra Indonesia Lokasi : Taman Nasional Bromo Tengger Semeru Seluruh civitas academica UM dapat mengirimkan karya fotografi dengan tema dan tempat bebas dalam bentuk soft file yang dikirim langsung ke Kantor Redaksi Majalah Komunikasi Graha Rektorat Lantai II UM atau via email: komunikasi@um.ac.id selambat-lambatnya tanggal 25 Juli 2018 disertai lokasi foto dan identitas diri (nama, fakultas, jurusan, dan nomor HP). Foto yang dimuat mendapat imbalan atau penghargaan yang sesuai.

Ciptaan Tuhan mempesona karena kesederhanaanya, ciptaan manusia menakjubkan karena keangkuhannya. Nama : Adli Mulkan Aziz Fak/Jur : Ilmu Sosial/Geografi Lokasi : Gunung Api Purba, Wonosari, Yogyakarta



Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.