Universitas Kristen Duta Wacana
13
@UKDW JOGJA @duta_wacana
03
Kantor Humas UKDW
Alamat Redaksi: Kantor Biro 4 UKDW Jalan dr. Wahidin Sudirohusodo No. 5-25, Yogyakarta 55224 Koran Kampus UKDW
Maret 2019
korankampus@staff.ukdw.ac.id
Ibadah Rabu Abu: Arahkanlah Dirimu kepada Tuhan!
T
Yakinkan Diri Meraih Mimpi ala Widi Victoria
2
Sambut Hari Raya Nyepi, KMHD UKDW Ikut Pawai Budaya
7
Global Volunteer: Calling the Youth for Social Action
9
idak banyak orang Kristen yang akrab dengan laku berpuasa di masa Prapaskah. Beberapa tahun ke belakang laku berpuasa dan berpantang banyak dikenalkan oleh gereja kepada umat sebagai suatu metode untuk melatih dan menggumuli relasi umat dengan Tuhan. Sepanjang masa Prapaskah, umat belajar untuk melepaskan diri dari kelekatan terhadap makanan, minuman, ataupun benda-benda lain yang menimbulkan hawa nafsu yang masih harus dikontrol. Umat boleh memilih, apakah hendak puasa (berhenti makan untuk beberapa jam dalam sehari) atau berpantang (tidak melakukan hal-hal tertentu sebagai bentuk penyangkalan diri). Berbeda dengan umat Islam yang menjadikan puasa sebagai salah satu rukun atau kewajiban dalam keimanannya, bagi umat Kristen, puasa tidak menjadi kewajiban. Puasa merupakan satu bentuk peribadahan, suatu media untuk menyangkal diri dan membuat umat semakin mengarahkan diri kepada Tuhan. Pembahasan tentang puasa ini menjadi tema dari Ibadah Rabu Abu 2019 Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) yang diselenggarakan oleh Pusat Kerohanian Kampus (PKK). Mengusung tema “Puasa: Latihan Respek dan Empati”, ibadah ini diselenggarakan pada Rabu (06/03) di Kapel Lantai 3 Gedung Hagios. Ibadah ini dilayani oleh Pdt. Hendri Sendjaja, M.Hum., Lic.Th dan Pdt. Nani Minarni, S.Si., M.Hum. Sekitar 200 orang yang terdiri dari dosen, karyawan, maupun
mahasiswa UKDW, serta masyarakat umum, mengikuti ibadah ini dan menerima prosesi peneraan abu sebagai simbol kesediaan diri untuk mengarahkan diri kepada Tuhan. Di antara umat yang hadir adalah Annisa Khaerani yang biasa disapa Icha, mahasiswa jurusan Sejarah Kebudayaan Islam angkatan 2016 di Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Icha mengaku mendapatkan informasi dari salah satu rekannya yang berkuliah di UKDW tentang ibadah Rabu Abu. Ia tertarik untuk datang karena ingin mengetahui tata cara peribadahan umat Kristen saat memperingati Rabu Abu. Perenungan Firman Tuhan diambil dari Yesaya 58:1-12. Melalui khotbahnya, Pdt. Hendri Sendjaja, M.Hum., Lic.Th mengajak umat untuk melihat praktik peribadahan yang dilakukan umat Israel pada saat itu. “Mereka melakukan puasa yang salah sambung. Tuhan Allah menginginkan setiap peribadahan kita dapat sesuai dengan kehendak Tuhan. Tapi bangsa Israel justru melakukan peribadahannya untuk memenuhi kehendaknya sendiri, paparnya. Pdt. Hendri Sendjaja, M.Hum., Lic.Th melanjutkan bahwa bukan hanya ketika kita membahas tentang laku puasa, tetapi juga soal seluruh peribadahan yang kita lakukan, semestinya semua itu dilakukan dengan satu tujuan, yakni semakin mengarahkan diri pada Tuhan. Umat yang mengarahkan diri kepada Tuhan tidak akan mengutamakan dirinya, tidak akan egois dan sombong, tetapi lebih respek dan
berempati pada sesama. Pesan khotbah ini semakin diteguhkan kepada umat melalui prosesi peneraan abu yang dilakukan para pendeta kepada setiap umat. Ketika satu orang maju kepada pendeta untuk menerima peneraan abu, sang pendeta mengingatkan sekaligus menguatkan umat melalui kalimat, “Arahkanlah dirimu kepada Tuhan!” Ibadah Rabu Abu merupakan awal dari rangkaian masa Prapaskah. Momen Rabu Abu merupakan ruang bagi umat untuk menyadari keberadaan dirinya sebagai ciptaan yang fana, yang berasal dari debu abu. Ketika umat memberi diri untuk maju ke depan dan menerima peneraan abu di dahinya, merupakan sebuah simbol atas kesediaan diri untuk diingatkan dan dituntun Allah untuk melanjutkan kehidupan dengan cara yang lebih baik. Yulianto Hermawan Saputra, staf Unit Admisi dan Promosi yang hadir dalam ibadah Rabu Abu mengatakan bahwa ia baru pertama kali mengikuti ibadah Rabu Abu di kampus UKDW. “Melalui peneraan abu yang saya terima dari Pdt. Nani Minarni, saya merasa bahwa Tuhan tetap mengasihi kita, walaupun kita hanyalah debu,” katanya. Sebagai ciptaan-Nya, kita patut bersyukur bahwa Tuhan Allah senantiasa mengasihi kita, Ia menyapa dan merawat iman kita lewat ruang pertobatan yang disediakan-Nya khususnya di masa Prapaskah yang kita jalani setelah ibadah Rabu Abu. [EN]
foto:dok/Axel
foto:dok/Axel
foto:dok/Axel
foto:dok/Axel
foto:dok/Axel
foto:dok/Axel
foto:dok/Axel
foto:dok/Axel
Profil Bulan Ini
2
Yakinkan Diri Meraih Mimpi ala Widi Victoria
foto:dok/Widi
M
emiliki latar belakang sebagai lulusan Desain Produk Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW), Widi Victoria kini terjun ke ranah fashion. Semua yang ia lakukan berawal dari kesukaannya terhadap sepatu. Semenjak lulus, Widi mulai bekerja di salah satu perusahaan fashion brand Indonesia untuk sepatu. Akan tetapi, dengan jiwa eksplorasinya yang sangat kental, Widi memutuskan untuk mengembangkan kemampuan yang ia yakini. Setelah memutuskan untuk hengkang dari perusahaan tersebut, Widi mencoba untuk mengenali terlebih dulu apa yang dia inginkan dan potensi yang dimilikinya, hingga ia memilih untuk menekuni dunia fashion lebih dalam dan serius. Tentu saja banyak hal baru yang perlu ia pelajari meski sudah memiliki gelar Sarjana Desain. Terjun di ranah fashion, tentu Widi perlu memfokuskan diri lebih dalam. “Setelah beralih dari desain produk, sekarang aku memilih untuk cara membuat baju yang benar itu seperti apa. Aku memilih untuk spesialisasi membuat baju wedding,” ungkapnya usai dijumpai dalam fashion show produk hasil rancangannya. Terjun di ranah fashion tentu membuat Widi menemukan banyak hal baru. Setelah lulus dari tempat kursus fashion yang ia ikuti, Widi pun bertemu partnernya untuk saling berbagi dan mengembangkan brand serta bisnis yang mereka miliki. Meski tidak gampang, Widi dan partner cukup yakin dengan apa yang mereka lakukan. Selama terjun di dalam dunia fesyen, Widi sudah beberapa kali memiliki pengalaman dalam memamerkan pakaian hasil rancangannya dalam festival di Jakarta, di antaranya adalah JF3 di Kelapa Gading dan Jakarta Fashion Week pada tahun 2018. Kesempatan ketiga adalah ia berkesempatan menampilkan hasil
foto:dok/Santi
rancangannya di Jogja Fashion Festival 2019 bertempat di Ambarrukmo Plaza, Sabtu, 9 Maret 2019. Acara tersebut juga merupakan bagian dari rangkaian kegiatan hari jadi Ambarukmo Plaza ke-13 yang mengangkat tema “Unbeatable”. Meski sudah memiliki beberapa pengalaman di dunia fashion, rasa ingin belajar yang dimiliki Widi sedikit pun tidak berkurang. “Bagiku, hidup itu harus tetap belajar. Saya pun tidak tahu berapa lama saya akan bertahan, karena branding itu sendiri juga tidak gampang,” ujarnya. Seperti yang sudah ia tegaskan bahwa hidup harus tetap belajar, Widi merasa semua orang harus memposisikan dimana dirinya berada. Misalkan sebagai desainer pakaian wedding, jadilah desainer yang tahu hilir dan hulunya. Pada dasarnya, semua orang harus tahu apa yang akan ia lakukan. Baginya, perempuan dan pria dalam industri fashion tidak ada bedanya karena segalanya harus berjalan sesuai dengan passion-nya. Widi mengungkapkan bahwa belum tentu fashion yang dirancang oleh perempuan akan selalu disukai kaum perempuan itu sendiri, begitu pula dengan pria. Keduanya harus berkembang dan saling melengkapi. Beralihnya passion dari sepatu ke pakaian tidak menyurutkan semangat Widi. “Kalau dirasa berpindah haluan itu berat, mungkin cara belajar kita yang belum benar, dan berarti kita masih susah untuk beradaptasi,” jelas Widi. Sebagai pribadi yang tidak lelah untuk belajar, alumni Desain Produk UKDW yang berasal Kalimantan Barat ini memiliki prinsip yang selalu ia pegang. “Hari ini saya harus lebih baik lagi, dan yang terpenting, dengan kesibukan yang saya jalani, saya harus selalu lebih care ke orang tua saya,” jelasnya. Tidak hanya itu, Widi juga ingin membangun sesuatu yang baik dan nyaman bagi dirinya dan orang tuanya. [Santi]
K
REDAKSI KORAN KAMPUS PENANGGUNG JAWAB PIMPINAN REDAKSI WAKIL PIMPINAN REDAKSI KOORDINATOR
: : : :
Pdt. Robert Setio, Ph.D. Arida Susyetina, M.A Meilina Parwa Raini Debora Sembiring
WARTAWAN
EDITOR
SETTER
Santi, Devari, Perempdita
Lia, Anti, Iit
Cella, Eva, Noval
Koran Kampus bisa Anda dapatkan secara GRATIS di Pick-up Point yang sudah terpasang di 11 area publik di seluruh UKDW. Redaksi menerima tulisan dari warga kampus berupa artikel, laporan kegiatan dan foto-foto yang membangun harapan. Silahkan kirim ke alamat Redaksi atau melalui email: korankampus@staff.ukdw.ac.id
Program Studi
3
Gelar Desain 2019 “Creative Millennial”
P
ameran karya, bertajuk “Gelar Desain”, acara rutin yang diadakan setiap dua tahun sekali, akan kembali diadakan oleh Program Studi Desain Produk Fakultas Arsitektur dan Desain (FAD) Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) pada tanggal 26-27 April 2019 di Jogja National Museum (JNM). Pameran yang menampilkan karya mahasiswa UKDW dan mengundang delegasi universitas-universitas lain sebagai partisipan ini bertujuan untuk memberikan ruang diskusi, apresiasi, dan partisipasi bagi mahasiswa untuk memperkenalkan karya produk sebagai subsektor industri kreatif yang turut berkontribusi dalam perkembangan ekonomi negara. “Creative Millenial” diangkat sebagai tema untuk Gelar Desain tahun 2019 ini. “Creative Millennial” dimaknai sebagai usaha untuk membuktikan bahwa generasi milenial merupakan generasi kreatif yang siap memanifestasikan cita-cita dan harapan bangsa, serta meleburkan stereotip negatif yang melekat pada generasi milenial. Acara yang dapat dinikmati oleh khalayak umum ini juga bertujuan untuk memperkenalkan dan mempromosikan Prodi Desain Produk UKDW kepada para siswa SMA yang sedang membutuhkan informasi
terkait perkuliahan. Selain itu, kegiatan ini diharapkan dapat mendorong kaum muda untuk aktif menuangkan kreativitas dalam karya-karya yang dapat dinikmati serta meningkatkan hubungan kerja sama antar mahasiswa Desain Produk dengan kalangan profesional. Gelar Desain 2019 akan diawali dengan pameran karya mahasiswa Desain Produk UKDW dan universitas lain. Lokakarya (workshop) dari beberapa mentor dan owner brand lokal juga turut menyemarakkan rangkaian kegiatan ini. Dua mentor yang akan mengisi kegiatan lokakarya merupakan alumni dari Prodi Desain Produk UKDW yaitu Kornelius Mangundarsono, S.Ds. selaku owner dari brand "Thirteencraft" dan Yehezkiel Cyndo, S.Ds. selaku owner dari "Little Story Workshop". Selain itu, Zulyo Kumara, seorang desainer muda dan berbakat dalam bidang Home & Decor, bersama dua pembicara lainnya yang merupakan pelaku dalam dunia desain juga akan hadir untuk berbincang santai bersama audiens. Gelar Desain tahun ini juga menawarkan konsep baru bagi audiens untuk lebih mengenal karya yang dipamerkan. Meet The
Designer and Craftman merupakan salah satu perwujudan ide baru yang dibuat untuk membantu pengunjung mendapatkan info mengenai karya dan desainernya secara on the spot. Hal tersebut dilakukan untuk memberikan informasi lebih dalam dari karya yang dipamerkan. Karya yang dibuat bukan hanya sekedar produk tetapi juga memiliki nilai lain yang diperoleh selama proses pembuatannya. Bincang-bincang dengan anggota Himpunan Desain Produk Anak Negeri dengan tajuk “Gathering Hadepan” juga diadakan untuk mengenal para anggota serta kegiatan apa saja yang mereka lakukan. Tak hanya itu, untuk semakin memeriahkan kegiatan, panitia juga mengadakan lomba terkait desain produk. Pameran karya ini turut dimeriahkan oleh tenant-tenant makanan, booth creative market (brand lokal), serta konser musik dan pesta kostum saat malam puncak acara. Pesta kostum merupakan acara puncak khusus untuk panitia, para dosen, dan delegasidelegasi yang tetap dapat diikuti oleh seluruh audiens. Tema yang diangkat untuk pesta kostum pada Gelar Desain 2019 ini adalah style 80s. Pesta kostum, yang memang telah ada semenjak Gelar Desain diadakan, merupakan bentuk penghargaan atas kerja keras panitia.
Kegiatan ini adalah puncak dan penutup acara Gelar Desain, namun bukan merupakan akhir acara Gelar Desain. Gelar Desain akan menjadi acara rutin yang diadakan setiap dua tahun sekali oleh Prodi Desain Produk FAD UKDW. [Moradita]
Beragama di Era Digitalisasi
P
ada tanggal 12 Maret 2019, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Teologi Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) menggelar seminar dan diskusi panel dengan tema “Beragama di Era Digital”. Kegiatan ini menghadirkan pembicara dari UIN Sunan Kalijaga yaitu Dr. Inayah Rohmaniyah, S.Ag., M.Hum., M.A. dan Ira Riana Simanjuntak dari YAKOMA PGI serta Gloria Wilhelmina Verdina, M.Div, MA dari Fakultas Teologi UKDW sebagai moderator. Tema yang diangkat sangat menarik, dimana salah satunya adalah membahas tentang penggunaan sosial media dalam jemaat Kristen dan perspektif agama Islam. Menurut Ira Riana Simanjuntak dari YAKOMA PGI, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi membawa dunia kepada perubahan yang sangat cepat dan drastis. Perkembangan tersebut mengalami pergeseran sehingga media komunikasi menjadi lebih cepat bahkan menjadi sebuah trend atau konvergensi media. Perkembangan tersebut membuat masyarakat banyak menggunakan sosial media untuk berkomunikasi satu sama lain. Kebiasaan masyarakat dalam berinternet di Indonesia menyebabkan jumlah pengguna media sosial terbilang cukup tinggi. Jumlah pengguna internet di Indonesia sendiri menurut data dari Asosiasi Penyelenggara Jaringan Internet Indonesia (APJII) mencapai 143,26 juta atau
54,64 persen dari total penduduk Indonesia pada tahun 2017. Diperkirakan beberapa tahun ke depan internet sudah seperti listrik dimana masyarakat dapat dengan mudah dan cepat untuk mengaksesnya. Kecepatan internet yang tinggi membuat masyarakat menghabiskan waktunya lebih banyak untuk bersosial media karena lebih mudah terhubung dengan siapa saja, dimana saja dan kapan saja. Keuntungan dari perkembangan ini salah satunya adalah informasi dalam hitungan detik sudah diketahui, misal info bencana di Indonesia. Semua orang dapat menjadi jurnalis dengan menyebarkan informasi dalam bentuk video, tulisan maupun suara. Kemudahan dalam menyebarkan informasi misal melalui grup chat WhatsApp tanpa mengkonfirmasi kebenaran berita menyebabkan banyaknya berita hoax yang tersebar di media sosial. Salah satu bukti perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang merambah media peribadahan adalah adanya Alkitab digital. Menurut masyarakat usia diatas 50 tahun, nilai spiritual lebih terasa apabila menggunakan Alkitab berbentuk buku. Pada jaman sekarang, kaum muda menganggap ibadah bisa dilakukan dengan hanya menonton di youtube dan mengira hal tersebut sudah termasuk dalam peribadahan sejati. Anggapan tersebut perlu menjadi perhatian serius oleh semua kalangan. Dalam konteks koinonia, teknologi
digital dapat dimanfaatkan untuk membangun persekutuan yang egaliter dan partisipatoris. Namun demikian, koinonia sejati termasuk ibadah dan sakramen tak dapat mengandalkan “koinonia virtual” semata. Relasi-relasi yang bersifat fisik itulah koinonia yang hidup dan tumbuh sedangkan teknologi digital harus ditempatkan sebagai alat bantu untuk pertumbuhan, pemeliharaan dan membangun efisiensi. Sebuah penelitian mengatakan bahwa saat ini anak muda banyak belajar dari google yaitu mesin pencari di internet. Kecenderungan ingin tahu ini menjadi masalah ketika informasi tidak sesuai akan menimbulkan ancaman seperti hoax. Hal ini menjadi tantangan besar bagi gereja untuk secara terus menerus memperlengkapi jemaat dalam ancaman tersebut. Bagaimana gereja berkomunikasi di tengah masyarakat plural lewat perkembangan di era digital. Dimana ruang publik dapat mengakses ajaran agama lain dan sudah menjadi konsumsi publik. Beragama di ruang publik bukan hanya satu agama sehingga dapat mengetahui seperti apa ajaran agama yang berbeda. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada percakapan tersebut ketika menjadi bahan konsumsi publik. Membangun kecakapan komunikasi yang baik agar dapat terhubung dengan kelompok spiritual. Gereja sudah menyadari media sosial menjadi pewartaan yang baik, namun masih dibutuhkan kajian-kajian
teologis untuk menyikapinya. Gereja belum menyadari pentingnya pengelolaan informasi media sosial. Namun, gereja masih seperti menonton ketika perkembangan komunikasi terus berjalan. Oleh karena itu pemimpin gereja harus menggunakan media sosial agar mengetahui informasinya seperti apa. Semua orang harus menyaring konten yang dianggap berpotensi menimbulkan ancaman bagi negara seperti konten-konten yang dianggap membahayakan, ajaran agama yang sesat serta mengancam persatuan dan kesatuan bangsa. Saatnya warga negara terutama generasi milenial untuk memproduksi konten yang mempersatukan bangsa. [debora]
Kuliah Umum “Big Data” bersama Orang Tua Group
P
ada hari Jumat, 1 Maret 2019 bertempat di Ruang Rudi Budiman Universitas Kristen Duta Wacana, Orang Tua Group menjadi narasumber kegiatan kuliah umum yang diadakan oleh Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) dengan menghadirkan Chandra Setianto yang merupakan alumni Program Studi (Prodi) Informatika UKDW tahun 1995, yang telah bekerja di Orang Tua Group pada divisi Information Technology (IT). Tujuan dari kuliah umum yang diadakan rutin oleh FTI UKDW selain sebagai wadah untuk menambah pengetahuan dan wawasan, kegiatan ini juga menjembatani pertemuan mahasiswa dengan perusahaan-perusahaan besar. Pembicara yang dihadirkan merupakan perwakilan dari perusahaan bertaraf nasional. Kesempatan ini menjadi peluang mahasiswa FTI untuk mengenal
dunia pekerjaan dan menyiapkan diri untuk menjadi bagian dari dunia kerja itu sendiri. Orang Tua Group (OT) merupakan perusahaan yang memiliki banyak bidang usaha diantaranya produsen di bidang minuman kesehatan, makanan ringan, minuman kemasan, permen, hingga jasa desain interior. Produk dari OT adalah Wafer Tango, Kiranti, Fullo, dan pasta gigi Formula. Tidak hanya soal produk, Chandra juga memaparkan tentang kesempatan berkarir di OT. OT memiliki mekanisme jenjang karir yang menarik. Dengan kata lain, OT memberikan kesempatan yang sama pada fresh graduate untuk mampu bersaing di dunia pekerjaan. Kuliah umum kali ini cukup berbeda. Chandra membawakan sejumlah produk OT berupa makanan ringan dan membagikannya kepada seluruh peserta kuliah umum. Untuk materi teknis terkait Big Data disampaikan oleh Chandra. Kehidupan
sekarang tidak terlepas dari aliran data yang begitu banyak. Chandra mengatakan bahwa masyarakat saat ini menjadi penghasil data yang aktif setiap hari. Mulai dari pembaruan status, gambar, dan data lainnya yang diunggah ke internet. Data yang sangat banyak tersebut disebut sebagai Big Data. Data ini dimanfaatkan oleh perusahaan-perusahaan untuk dianalisis sedemikian rupa sehingga mendapatkan informasi yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Data Scientist merupakan sebutan bagi orang yang menggeluti profesi di bidang analisis terhadap Big Data. Peluang bagi posisi ini sangat terbuka lebar. Bisa dikatakan bahwa jumlah profesional di bidang ini masih belum mampu mengakomodasi kebutuhan perusahaan. Kuliah umum kali ini menambah wawasan mahasiswa tentang Big Data dan membuka kesempatan bagi mahasiswa untuk mampu mengembangkan diri di bidang ilmu
foto:dok/Panitia
yang ditekuni sekaligus membuka akses bagi mahasiswa untuk mendapatkan informasi terkait kesempatan berkarir di OT. [Nina Wulandari]
Program Studi
4
WOLBACHIA, Harapan Penyelesaian DBD di Indonesia
K
asus penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) kembali merebak dan meresahkan masyarakat Indonesia. Tingginya kasus DBD ini dipengaruhi oleh iklim tropis Indonesia yang baik untuk pertumbuhan hewan serta tempat berkembangnya berbagai macam penyakit terutama penyakit yang dibawa oleh vektor. Vektor merupakan organisme yang berperan menyebabkan penyakit. Penyakit DBD merupakan penyakit endemis yang disebabkan oleh vektor yaitu nyamuk Aedes Aegypti yang umumnya mudah menyerang anak-anak. Hal ini ditunjukkan dengan adanya jumlah korban penyakit demam berdarah yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Kasus yang terjadi di Indonesia tahun 2019 sampai saat ini kurang lebih 16 ribu terjangkit dan sekitar 145 jiwa meninggal dunia.
DBD kembali mewabah pada tahun 2019 diakibatkan oleh berbagai macam faktor, baik faktor eksternal maupun faktor internal. Faktor eksternal contohnya pengaruh lingkungan seperti suhu, curah hujan, dan kondisi tempat tinggal. Selain itu faktor internal seperti ketahanan tubuh atau stamina seseorang juga sangat berpengaruh. Apabila kondisi tubuh bugar dan memiliki daya tahan tubuh yang cukup kuat maka akan tahan dari infeksi yang disebabkan oleh bakteri, parasit, maupun virus. Beberapa cara yang sudah diterapkan untuk pengendalian vektor nyamuk Aedes Aegypti seperti adanya 3M dan fogging belum mampu memberantas penyebaran penyakit DBD. Hal itu dikarenakan upaya seperti ini tidak dilakukan secara terus-menerus melainkan hanya pada musim tertentu saja. Seharusnya upaya tersebut bisa menjadi
kebiasaan sebagai upaya pengendalian vektor dari waktu ke waktu. Seiring berjalannya waktu, kasus DBD masih menjadi kasus yang merupakan kejadian luar biasa (KLB) yang memiliki jumlah penderita tinggi. Untuk mengendalikan DBD dibutuhkan upaya lain dalam pengendaliannya. Menurut WHO, terdapat cara pengendalian vektor baru secara biologi yaitu mengenalkan nyamuk yang terinfeksi bakteri Wolbachia. Bakteri Wolbachia ini diketahui mampu menekan replikasi virus dengue yang ada di dalam tubuh nyamuk Aedes Aegypti. Hal ini diharapkan dapat mengurangi kemampuan nyamuk dalam menularkan virus dengue. Bakteri ini sedang diteliti oleh Eliminate Dengue Project (EDP) Yogyakarta dalam beberapa tahap. Pada bulan Oktober 2011 sampai dengan September 2013 yaitu tahap satu, dilakukan uji keamanan dan kelayakan pelepasan Wolbachia
di Yogyakarta. Selanjutnya pada fase atau tahap dua dilakukan pelepasan nyamuk Aedes Aegypti ber-Wolbachia dalam skala tertentu pada bulan oktober 2013 sampai dengan bulan Desember 2015. Fase tiga, dilakukan pelepasan nyamuk Aedes Aegypti dalam skala luas pada bulan Januari 2016 sampai dengan bulan Desember 2019 yang akan datang. Diharapkan dari adanya nyamuk Aedes Aegypti ber-Wolbachia dapat mengurangi keberadaan nyamuk Aedes Aegypti yang dapat menyebarkan virus dengue dan menekan populasi nyamuk yang meningkatkan jumlah penderita DBD. Dari penelitian tersebut diharapkan Wolbachia dapat dikembangkan dengan baik dan diterapkan di Indonesia untuk menekan keberadaan DBD di Indonesia dalam kurun waktu 30 tahun kedepan. [Perempdita - dirangkum dari berbagai sumber]
Restorasi & Konservasi Lingkungan Beserta Sumber Daya Alam
F
akultas Bioteknologi Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) menyelenggarakan kuliah umum dengan tema “Restorasi & Konservasi Lingkungan Beserta Sumber Daya Alam� pada Rabu, 13 Maret 2019. Acara yang dilaksanakan di Ruang Seminar Didaktos tersebut menghadirkan pembicara dari PT Indmira, serta diikuti oleh mahasiswa Bioteknologi angkatan 2017 dan 2018 dengan total peserta sejumlah 182 orang. Kuliah umum tersebut bertujuan untuk memberikan informasi kepada mahasiswa Fakultas Bioteknologi mengenai pentingnya restorasi dan konservasi untuk membantu wilayah yang telah mengalami kerusakan lingkungan akibat aktivitas manusia maupun peristiwa alam. Restorasi dapat diartikan sebagai usaha untuk memperbaiki keadaan suatu kualitas lingkungan. Restorasi biasanya dilakukan secara berkala.
Sedangkan konservasi adalah upaya untuk melindungi kondisi lingkungan agar kelestarian biota yang berada di dalamnya tetap terjaga. Biasanya kegiatan restorasi akan diikuti oleh kegiatan konservasi. Salah satu kegiatan restorasi dan konservasi yang dilakukan oleh PT Indmira adalah melakukan penanaman pohon di Provinsi Kalimantan Timur dan Bangka Belitung yang sebelumnya merupakan tempat penambangan logam, sehingga di tempat tersebut banyak terkandung logam berat yang mencemari tanah. Untuk menghilangkan kandungan logam berat tersebut, PT Indmira memanfaatkan mikroorganisme sebagai pengganti pupuk kompos. Penanaman pohon dilanjutkan dengan perawatan selama enam tahun hingga tanaman tersebut mampu tumbuh dan berkembang dengan baik tanpa adanya hama hingga tanaman dewasa. Proyek lain
yang dikerjakan oleh PT Indmira adalah penanaman padi dan pohon cemara di Pantai Parangtritis. Pihak PT Indmira melakukan penanaman tersebut dengan terlebih dahulu memeriksa permasalahan yang terjadi pada kondisi tanah. Setelah mengetahui kondisi tanah di sekitar Pantai Parangtritis, PT Indmira melakukan penanaman padi darat yang dikelilingi dengan pohon cemara. Pohon cemara berfungsi sebagai wind barrier, sehingga ketika angin mengenai pohon, udara tersebut kemudian naik ke atas, lalu kembali turun menuju ke tanaman padi darat. Proses ini mengakibatkan suhu di sekitar tanaman padi menjadi turun yang menyebabkan penguapan terjadi lebih lambat. Penanaman padi tersebut membawa keuntungan untuk perekonomian karena bisa menghasilkan bahan pangan untuk masyarakat. PT Indmira juga merencanakan penanaman tanaman pangan di negara Qatar. Sebagai negara yang
foto:dok/Panitia
sebagian besar wilayahnya merupakan padang pasir, Qatar mengimpor 95% bahan p ang an u nt u k me me nu h i ke b u t u h an pangan masyarakatnya. Melalui kuliah umum ini, para mahasiswa didorong untuk meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan serta terus berinovasi sehingga dapat memberikan kontribusi bagi masyarakat dalam memecahkan permasalahan pangan. [stenllie]
Pelatihan Kultur Jaringan Anggrek bagi Siswa SMA Bantul
I
ndonesia terkenal dengan keanekaragaman hayati yang cukup banyak, namun seiring berjalannya waktu dengan tingkat kegiatan ekspor komoditi pertanian dan perkebunan yang semakin pesat menyebabkan beberapa varietas tanaman mengalami penurunan jumlah bahkan terancam punah karena pemanfaatan berlebih tanpa diimbangi dengan pembudidayaan ulang. Pemerintah berupaya mengembalikan dan meningkatkan beberapa varietas yang memiliki jumlah yang sangat minim dengan melakukan konservasi di beberapa titik wilayah di Indonesia. Mahasiswa dan sebagian industri besar juga turut andil dalam kegiatan ini, namun tidak semua bibit yang ditanam dapat berhasil tumbuh subur hanya akan ada seperempat hingga setengah bibit yang dapat tumbuh. Maka itu diperlukan perbanyakan bibit dari tanaman yang unggul agar varietas tanaman dapat terselamatkan. Saat ini, teknik perbanyakan varietas tanaman dengan metode kultur jaringan sedang banyak dilirik karena tanaman yang memiliki varietas unggul dapat diperbanyak setiap waktu sehingga produksi tanaman dapat dilakukan sepanjang tahun. Kultur jaringan ini banyak dilakukan terutama pada tanaman yang sulit beregenerasi dan sulit menghasilkan biji. Metode kultur jaringan merupakan teknik membudidayakan suatu sel tanaman secara vegetatif pada medium yang steril dan aseptis. Prinsip dasar kultur jaringan yaitu mengisolasi bagian dari tanaman induk yang kemudian akan ditumbuhkan dan dikembangkan pada media yang telah dilengkapi dengan berbagai nutrisi yang dibutuhkan oleh tumbuhan sehingga kondisinya dapat mendorong
pertumbuhan bagian tanaman itu sendiri. Semua jenis tanaman dapat ditumbuhkan menggunakan metode kultur jaringan, namun tanaman yang dapat ditumbuhkan adalah tanaman yang belum mengalami masa diferensiasi atau tanaman yang masih muda karena pada tanaman tersebut terdapat sel parenkim, sel parenkim inilah yang akan diisolasi dan ditumbuhkan. Dengan kultur jaringan, tanaman yang memiliki biji dengan ukuran mikroskopis seperti anggrek membutuhkan bantuan dari manusia untuk mengeluarkan endosperma yang dimana memiliki fungsi sebagai sumber nutrisi dalam mempercepat pertumbuhan selain itu biji yang memiliki masa dormansi yang cukup lama seperti biji asam dapat lebih cepat berkecambah atau tumbuh tunas dan tahan terhadap perubahan lingkungan. Selain itu metode ini juga dijadikan sarana untuk memanipulasi genetik terutama senyawa aktif yang terdapat didalam tumbuhan induk supaya dihasilkan bibit tanaman yang bersih dari senyawa aktif. Contoh tanaman yang telah berhasil dibudidayakan melalui kultur jaringan yaitu anggrek, pisang, padi dan kelapa sawit. Untuk mempelajari lebih mendalam mengenai kultur jaringan, Fakultas Bioteknologi Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta (UKDW) mengadakan Pelatihan Kultur Jaringan Anggrek bagi guru dan siswa SMA 2 Bantul dan SMA 1 Jetis Bantul pada hari Sabtu, 2 Maret 2019 di Laboratorium Bioteknologi Dasar Gedung Iama UKDW. Kegiatan ini bertujuan untuk memperkenalkan Bioteknologi sebagai salah satu produk kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) bidang pertanian
khususnya di bidang budidaya anggrek. Kegiatan ini diikuti oleh sebelas siswa SMA 2 Bantul yang didampingi dua orang guru dan sebanyak tujuh siswa SMA 1 Jetis yang didampingi satu orang guru. Pelaksanaan kegiatan juga didampingi oleh tiga orang asisten dan satu orang teknisi laboran dari Fakultas Bioteknologi. Selama pelatihan, siswa dan guru dilatih mengenal dasar-dasar tanaman anggrek, metode penyilangan anggrek, budidaya kultur jaringan anggrek, dilatih untuk membuat media kultur jaringan, menanam anggrek di ruang steril dan aklimatisasi anggrek. Selama kegiatan, para siswa dan guru tidak hanya belajar mengenai teori saja tetapi juga diajak berlatih secara aktif melalui praktik langsung melakukan beberapa tahapan kultur jaringan anggrek di laboratorium. Saat ini kultur jaringan masih banyak dilakukan dalam skala laboratorium karena kultur jaringan membutuhkan biaya yang cukup mahal, selain itu metode ini hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang telah memiliki pemahaman yang cukup tentang struktur tanaman, media dan peralatan, infrastruktur, serta dibutuhkan kondisi yang aseptis dan steril. Namun ada beberapa tanaman yang telah berhasil dibudidayakan dengan kultur jaringan skala rumahan yaitu anggrek. Anggrek merupakan salah satu penyumbang devisa negara non migas karena memiliki daya jual yang tinggi, sehingga banyak orang berlomba untuk bisa mendapatkan bibit anggrek dengan kualitas unggul. Kultur jaringan tidak hanya dilakukan pada tumbuhan saja, di negara maju pun telah dilakukan kultur jaringan pada hewan, namun hasil kultur jaringan pada sel hewan hanya dapat diperoleh sekumpulan sel bukan organ
foto:dok/Panitia
maupun individu baru secara utuh karena sel hewan tidak memiliki sifat totipotensi. Sifat totipotensi sendiri merupakan sifat sel yang mampu menjadi individu baru yang utuh jika pada lingkungan yang sesuai. Kegiatan pelatihan ini berlangsung dengan lancar dan baik. Antusiasme guru dan siswa dalam mengikuti pelatihan ditunjukkan melalui banyaknya pertanyaan yang diajukan serta keaktifan mereka selama praktik di laboratorium. Banyak siswa dan guru yang ingin mempraktikkan penyilangan anggrek di rumah dan sekolah mereka serta ingin menanam anggrek botol di rumahnya juga bertanya dimana membeli bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat media kultur jaringan anggrek. Setelah mengikuti pelatihan ini peserta mendapat pengetahuan tentang keragaman tanaman anggrek khususnya di Indonesia, cara persilangan anggrek, pembuatan anggrek botolan melalui teknik kultur jaringan anggrek dan cara aklimatisasi anggrek. Peserta pelatihan menilai kegiatan ini sangat positif dan berharap kegiatan ini dapat dilanjutkan di sekolah mereka sehingga semakin banyak siswa dan guru dapat terlibat. [Ratih dan Mayang]
Program Studi
5
d
EED Lecturer Participates in the 15th CamTESOL Conference in Phnom Penh, Cambodia
A
s a part of efforts to continually keep up with the latest trends in language teaching as a lecturer at the English Education Department (EED) of Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW), I participated in the 15th CamTESOL Conference, one of the biggest Teaching English to Speakers of Other Languages (TESOL) conferences in Asia. The event was held in Phnom Penh, Cambodia, on 16 and 17 February 2019 at the Institute of Technology of Cambodia. It was attended by more than 1,700 participants from more than thirty different countries around the world. The participants were English teachers, researchers in the fields of English Language Teaching (ELT) and linguistics, teacher trainers, administrators of English language schools and universities, as well as educators who have an interest language education in general. This year’s event carried the theme “Teachers as Learners” and more than 400 presenters around the world in total presented their papers, workshops, and empirical research in the field in the parallel sessions. The event was officially opened by the Minister of Education, Youth, and Sport, of Cambodia, Dr. Hang Chuon Naron, following the speeches from an International Development Program (IDP) Education representative, the ambassadors of the UK and Australia respectively on Friday evening, 15 February 2019. My parallel session was scheduled on Sunday at 9.40-10.10 on the second day of the event. The title of my session was “Empowering Language Teachers and Learners through Critical Literacy”. The
foto:dok. Adaninggar
session, which was concurrently conducted along with the other 38 parallel sessions, was attended by around 15 participants from different countries in Asia among which were Malaysia, China, Cambodia, Vietnam, Myanmar, and Timor-Leste. During my session, through Critical Literacy framework, I invited the participants to realize that the world around us, among which are news, novels, stories, movies, advertisements, TV series, and even culture, in general, are created from particular perspectives with particular hidden messages that people in general may not immediately realize yet may unconsciously accept them as normativity. For examples, certain races are often pictured in many typical Hollywood movies as villains or bad guys, for examples, Asians, Muslims, African-Americans, and Native Americans. Whilst enjoying movies as
foto:dok. Adaninggar
entertainments per se, people may miss such hidden messages, without them realizing, these movies may shape their viewpoints on what or who they consider good or bad in real life. This will create injustice and stereotypes in society. Hence, teachers are encouraged to realize such phenomena through Critical Literacy framework, adopt this framework in every day’s teaching practices and facilitate learners to be able to do so as well through learning instructions to help create more just and fairer world. Among the speakers of the plenary sessions were Professor Anne Burns, Professor of TESOL at the University of New South Wales, Australia, and Joe McVeigh, Educational Consultant and Teacher Trainer, Middlebury, Vermont, USA. Professor Anne Burns explained that the word “TEACHER” can be extended into T-training, E-education,
A-action, C-creativity, H-heart, E-energy, and R-Research. Saying so, she implied that good teachers should have a proper training, a good education, and take actions to become a role model for students. They should always have creativity in educating learners and love them (heart). They should always have energy to try new things, to enrich their capabilities, and to help learners. Lastly, they should always be updated with recent research in the field and should conduct their own research on their ongoing practices to continually see what works, what does work, and what needs to be improved. In a similar vein, Joe McVeigh talked about the important role of teachers in class. Among others, they should adapt instructions to learners’ abilities, create a safe place for learners to learn, build a community in class, and make the class fun. They should not waste time, focus on solutions where there are problems, create a high expectation but set the right level of challenge. Teachers should offer encouragement and celebrate small success. Through conveying an example of flight instruction in emergency situation where passengers should put the gas mask on themselves first before helping other passengers, he, however, also warned teachers to be kind to themselves. Only when teachers are kind to themselves, he said, they can help others, their students. Next year’s event will be held on 7-9 February 2020 in Phnom Penh with the theme of “21st Century ELT: Approaches for Effective Practices”. [Adaninggar]
Matan Island: Location, Transportation, and Scenery
M
atan island is a small island and one of beautiful islands in Raja Ampat. There are so many tourists who visit Matan island every year even though it is far from the city. The tourists who come to Matan island say that they love the island and they also have unforgettable experiences. It is a recommended tourism place to visit. If you want to visit the island, you have to know the location, how to get there, and, of course, the beautiful scenery. I will describe the location, transportation, and the scenery further in the following paragraphs. Matan island is located in Sembilan archipelago in the district of Raja Ampat. It is located around eight miles in the west of Sorong. Usually, it takes two hours for the journey. But the time of journey depends on the boat that you use. If you use the speedboat, it can take from 55 minutes to one hour. But if you use the regular boat, it can take from one hour thirty minutes to two hours. The journey can be quite long, but you can enjoy the view during the journey. You can see the blue ocean and if you are lucky, you can see dolphins. In short, the journey to Matan island is worth experiencing because you can experience something that is quite rare and you can enjoy the beauty of Sembilan archipelago. Because Matan Island is far from the city, you have to use speedboat or regular boats to go there. If you want to rent the
boat, you can just go to the SAR harbour. You can find some people renting their boat. The cost is quite expensive. It can cost 300 until 500 thousand rupiahs for one regular boat. If you want to use the speedboat, you will see that it is more expensive than the regular boat. It can cost 800 thousand to one million rupiahs, but it can be used for 24 hours. These rented boats can be used to visit another island besides the Matan island. In conclusion, depending on your budget as well as your purposes and needs, you can rent your most suitable vehicles. Matan island has a beautiful scenery. It has a white shore and clear blue water. There are so many kinds of coral reefs. You can see the fishes swim around the coral reefs. There are many big rocks on the shore and sometimes you can see the seagulls perch on the rocks. When you sit under trees, you can hear the sound of swishing waves, the voice of the seagulls, and feel the cool breeze that makes you feel relaxed. To sum up, the beautiful scenery of Matan island will make you want to stay there longer. As shown above, we all know why Matan island becomes one of the most beautiful islands in Raja Ampat, especially in Sembilan archipelago. It is a place where we can experience something new. It is far from the city but the journey is worth experiencing. The transportation cost can be quite expensive,
sumber: https://ibnuadiwena.files.wordpress.com/2011/05/matan1.jpg
but we can also use the rented vehicles to visit other islands besides Matan island. Needless to say, the scenery and the whole ambience of the place make us feel relaxed and want to stay there longer. [Selvie]
An Elective Course Enabling English Education Department Students to Have Experiences in Colleting Research Data
T
his year, the 2016 Batch of the English Education Department (EED) got a course named Data Analysis class. It is elective based on the EED curriculum. The students, however, admit that the contents they learn in this course make it obligatory, so they have to take it. This course was made because the EED combined several other elective courses: Statistic for ELT Research, Corpus Studies, Case Studies in English Language Teaching (ELT), and Classroom Action Research, into one. Data analysis course aims to facilitate the students to have hands-on experience on a n a l y z i n g va ri o u s d a t a t h e y g a t h e r themselves. This course consists of sixteen
meetings and the students will learn three research methods: conducting interview, doing observation, and distributing questionnaires. The scoring points include the progress that the students have made, not only the final results of their works. The lecturer, Adaninggar Septi Subekti, M.Sc., gives the task in stages, for example, in the first five week of the course, the students have to finish the interview method. The lecturer asks the students to have research questions to be answered through interviews, to do the interviews, to transcribe the results of the interviews, to translate the scripts, and to conduct thematic analysis on the interview scripts. The task given in step-by-step stages
enables the lecturer know the students’ progress in each stage, not only the final results of the works. In this class, the students will also have two guest lectures in two weeks in a row during the mid-term weeks. The first guest lecture will be about Research and Development (R&D), while the second week will be about Corpusbased Study. “This course is very useful for my future because we need to analyze data for our thesis,” said Ira, one of the students taking the class. “For me, this course is quite stressful, but is fun. I can learn [how to actually conduct] the research methods in this course that I will apply in analyzing data for my thesis,” Jeanne, another student, commented. [Lifia]
foto:dok. Lifia
Program Studi
6
d
UKDW Menerjunkan 100 Relawan Pajak ke KPP Pratama Yogyakarta
S
ebagai kelanjutan kerja sama antara Tax Center Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) dan Kanwil Ditjen Pajak Daerah Istimewa Yogyakarta, maka di tahun 2019 ini Tax Center UKDW mengirimkan 100 orang relawan pajak yang akan bertugas di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Yogyakarta. Relawan pajak UKDW yang ditugaskan adalah mahasiswa Prodi Akuntansi UKDW semester enam yang sedang mengambil mata kuliah pilihan perpajakan. Relawan pajak UKDW akan bertugas pada Rabu, 6 Maret 2019 sampai dengan Kamis, 21 Maret 2019. Selama penerjunan, relawan pajak UKDW dibagi menjadi 3 shift setiap harinya dengan jumlah personel lima orang. Pembagian personel yang bertugas diatur oleh Kelompok Studi Pajak (KSP) UKDW yang diketuai
oleh Mellya Joannita Sitorini, mahasiswa Program Studi (Prodi) Akuntansi Fakultas Bisnis UKDW angkatan 2016. Adapun tugas pokok dari relawan pajak ini adalah untuk mendampingi wajib pajak orang pribadi yang akan melakukan pengisian Surat Pemberitahuan Tahunan e-filing 1770S. Relawan pajak UKDW telah mendapatkan pelatihan bimbingan teknis (bimtek) selama bulan Februari 2019 sehingga sudah dibekali kemampuan yang cukup untuk melaksanakan tugasnya dengan baik. Diharapkan dengan penerjunan lapangan ini, para mahasiswa yang mendalami perpajakan bukan hanya tahu teori di kelas namun juga dapat mengidentifikasi dan menawarkan solusi terhadap persoalan-persoalan riil di lapangan. [fr]
foto:dok. Frista
Membuka Wawasan Mahasiswa Melalui Kuliah Umum Kelas Pemasaran Internasional
D
alam rangka menjembatani antara teori dalam kuliah dengan praktik di lapangan, maka program studi manajemen, Fakultas Bisnis UKDW mengadakan kuliah umum kelas pemasaran internasional dengan menghadirkan pengusaha yang juga merupakan pelaku perdagangan internasional. Kegiatan ini adalah bentuk kelanjutan kerjasama antara Fakultas Bisnis UKDW dan Pengurus Daerah INTI DIY yang tahun lalu telah menandatangani MoU kerjasama. Adapun narasumber yang hadir adalah Bapak Antonius Simon dan Ibu Santhy Halim yang juga merupakan pengurus Perhimpunan Indonesia Tionghoa (INTI) Daerah Istimewa Yogyakarta. Acara ini dibuka dengan sambutan dari Kaprodi Manajemen, Drs. Sisnuhadi, MBA., Ph.D. dan selanjutnya dimoderatori oleh Frista, SH., SE., M.S.Ak. Di sesi pembuka, narasumber pertama, Bapak Antonius Simon menyampaikan pengalamannya sebagai pengusaha briket arang, bisnis yang sudah ditekuninya selama lebih dari 25 tahun. Beliau menyampaikan modal utama seorang
foto:dok. Frista
international trader adalah menjaga “kepercayaan”. Buyer asing terutama dari Jepang dan Korea Selatan menuntut rekan bisnisnya untuk disiplin, tepat waktu, dan mempunyai etika yang baik. Untuk memulai usaha pertama kali diperlukan “kenekatan” dan kemauan untuk selalu belajar.
Narasumber kedua, Ibu Santhy Halim, yang merupakan seorang pengusaha garmen dan salon, menyampaikan pentingnya membangun jejaring/relasi. Untuk itu, faktor penampilan atau citra diri perlu untuk lebih diperhatikan dan dirawat. Beliau menyampaikan bahwa bisnis yang baik adalah yang dimulai dari hobi atau kesukaan sebab bisnis membutuhkan ketekunan. Kedua narasumber sepakat bahwa bisnis tidak selalu akan berhasil. Ada kalanya akan menemui kegagalan. Oleh karena itu, dibutuhkan sikap yang harus selalu optimis dan jeli untuk menangkap peluang-peluang bisnis baru. Di akhir sesi kuliah umum, Bapak Antonius Simon menyinggung tentang keberadaan New Yogyakarta Internasional Airport (NYIA) yang tentunya pasti akan memberikan peluang yang besar bagi dunia pariwisata di Jogja. Beliau berpesan mengenai perlunya mahasiswa untuk menguasai bahasa asing, salah satunya adalah bahasa mandarin karena penggunaannya akan semakin besar dikemudian hari. Acara ini sendiri kemudian ditutup dengan foto bersama.[fr]
Serah Terima Jabatan & Pelantikan KSP dan KSA UKDW 2019
P
roses belajar di lingkungan kampus tidak hanya berisi silabus dan slide presentasi materi yang disampaikan oleh dosen saat di kelas. Era modern yang bergerak sangat cepat ini perlu diimbangi dengan kemampuan manusia untuk bertahan dan beradaptasi lebih cepat. Salah satu cara agar mahasiswa dapat bertahan dan memiliki skills berbeda adalah bergabung dengan sebuah komunitas atau organisasi di kampus. Komunitas merupakan suatu kelompok yang terdiri dari beberapa orang dengan latar belakang berbeda namun memiliki tujuan yang sama. Komunitas menjadi sebuah wadah bagi mahasiswa untuk bisa berdinamika dan bertumbuh secara kreatif. Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) khususnya Fakultas Bisnis Program Studi Akuntansi patut berbangga karena memiliki dua komunitas terbaik, Kelompok Studi Pajak (KSP) dan Kelompok Studi Audit (KSA). Meski masing-masing kelompok studi tersebut memiliki tujuan, program dan gaya berbeda dalam berkarya, namun semangatnya tetap sama demi kemajuan fakultas, kelompok studi, maupun setiap anggota yang terlibat. Waktu satu tahun perjalanan di 2018 bukan waktu yang sebentar sekaligus juga bukan waktu yang lama bagi keduanya untuk berkarya. Dalam rangka melanjutkan tongkat estafet perjuangan masing-masing kelompok studi, maka Fakultas Bisnis melaksanakan kegiatan Serah Terima Jabatan dan Pelantikan untuk pengurus serta anggota KSP dan KSA periode 2019 dengan tema “Working in Integrity”. Tema ini dipilih melalui diskusi antara dua kelompok studi dan Wakil Dekan I Bidang Akademik, Dra. Putriana Kristanti, MM., Ak., CA. karena baik KSP maupun KSA memiliki harapan yang sama untuk proses yang akan dijalani satu tahun mendatang. Setiap kelompok studi memiliki visi, misi dan
foto:dok. Panitia
program kerja yang berbeda. Meski demikian, keberadaan kelompok studi dan keterlibatan setiap pihak diharapkan dapat memiliki semangat dan motivasi yang sama agar dapat bersinergi dan saling memberikan dukungan dalam proses yang terjadi. Setiap karya atau pekerjaan yang dilakukan dalam kelompok studi diharapkan juga mampu menunjukkan adanya integritas yang muncul dari setiap anggota yang terlibat hingga memberikan dampak lebih luas. KSP yang sudah lebih dulu berdiri menjadi salah satu wadah bagi mahasiswa untuk memperoleh informasi terbaru seputar dunia perpajakan dari Direktorat Jenderal Pajak (DJP) secara langsung. Beragam bentuk kegiatan sudah KSP laksanakan bersama dengan Kanwil DJP D. I. Yogyakarta mulai dari seminar perpajakan, relawan pajak, lomba fotografi pajak, gathering Kelompok Studi Pajak dari UKDW, UNY, dan UPN hingga bimtek e-filling 2018 dalam pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT). Pembina Kelompok Studi Pajak adalah Frista, SH., SE., M.S. Ak yang sekaligus menjadi Ketua Tax Center UKDW. Berbeda dengan KSP, keberadaan KSA yang mandiri tanpa adanya komando dari sebuah institusi resmi di luar UKDW seperti
foto:dok. Panitia
DJP menjadi terang dan semangat baru bagi Fakultas Bisnis khususnya bagi mahasiswa program studi akuntansi. Meski kehadiran KSA belum lama, kurang lebih tiga tahun, namun semangatnya tidak kalah dengan kelompok studi maupun organisasi lain yang juga berada di lingkup UKDW. Bersama Christine Novita Dewi, S.E., M.Acc, Ak selaku dosen pembina KSA, telah banyak kegiatan dan karya yang berhasil diluncurkan hingga saat ini. Sejak awal berdirinya yang bermula dari kelas fraud audit, KSA menjadi sebuah wadah bagi para mahasiswa untuk lebih aware terhadap tindak pidana korupsi. Melalui KSA juga mahasiswa memiliki kesadaran akan betapa pentingnya integritas dan komitmen. Kedua nilai menjadi pembuka jalan bagi KSA untuk terus berkembang hingga berhasil meluncurkan sebuah masterpiece berupa Buku Anti Korupsi berjudul “Korupsi adalah Kita”. Tak hanya itu, kehadiran KSA membawa dampak bagi setiap mahasiswa yang terlibat untuk bisa lebih mengenal dan berjejaring dengan komunitaskomunitas anti korupsi dari D.I.Yogyakarta hingga Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Kegiatan ini diselenggarakan pada Jumat (22/3) di Ruang Seminar Tasdik UKDW. Serah terima jabatan dan pelantikan pengurus KSP dan KSA 2019 diawali dengan sambutan dari
Dekan Fakultas Bisnis Dr. Singgih Santoso, MM kemudian dilanjutkan dengan penyerahan laporan pertanggungjawaban oleh masingmasing ketua kelompok studi 2018. Ketua KSP 2018, Mellya Joannita Sitorini dan Ketua KSA 2018 Jessica Josephine Dawolo menyerahkan laporan pertanggungjawaban kepada Dekan Fakultas Bisnis sebagai tanda telah berakhirnya masa kepengurusan 2018. Selanjutnya, Dekan Fakultas Bisnis menyerahkan mandat tugas dan tanggungjawab yang baru kepada Ketua KSP 2019 Leddy Teresa Kristianthy dan Ketua KSA 2019 Verina Devari Putri Ariasti. Kegiatan serah terima jabatan dan pelantikan ini semakin berkesan dengan materi yang disampaikan oleh Dosen Humaniora UKDW, Hendra Sigalingging, SS, M.Hum. Materi yang disampaikan tersebut berkaitan dengan “Integritas dan Kepekaan Sosial dalam Jiwa Kepemimpinan”. Pemaparan materi dikemas dalam bentuk semi workshop karena banyak diskusi dan games berkelompok yang seru. Dari diskusi dan permainan yang dilakukan ada empat nilai yang perlu ditanamkan dalam diri setiap orang khususnya pemimpin, antara lain kritis, komunikasi, ketahanan mental, dan manajemen rekonsiliasi konflik. Tak hanya itu, melalui kegiatan ini juga ditekankan bahwa integritas menjadi bagian penting dalam sikap kepemimpinan, antara apa yang dikatakan dan dilakukan harus selaras. Hal penting lainnya yang dapat diambil dari apa yang disampaikan oleh pemateri adalah seorang pemimpin itu berbeda dengan penguasa, karena seperti kutipan milik Sun Tzu bahwa pemimpin yang baik adalah pemimpin yang murah hati dan tidak peduli pada ketenaran. Semoga KSP dan KSA dapat menjadi contoh komunitas yang baik untuk mahasiswa belajar serta muncul lebih banyak pemimpin-pemimpin hebat. [Vari]
Seputar Jogja d
Semarak Anniversary XII Plaza Ambarrukmo Yogyakarta
P
laza Ambarrukmo Yogyakarta menggelar rangkaian acara anniversary ke-13 pada Maret 2019 dalam tema besar “Unbeatable”. Salah satu signature rangkaian acara tersebut adalah acara fashion bertajuk Jogja Fashion Festival 2019 yang berlangsung selama tiga hari, Jumat hingga Minggu, 8-10 Maret 2019 di Atrium Utama Plaza Ambarukmo. Selain itu, ada pula kolaborasi antara produk desainer dengan tenant nasional yang menampilkan koleksi busana yang chic & fashionable. Tenant brand internasional juga turut serta dalam rangkaian JFF dengan menampilkan berbagai koleksi yang berkualitas dan up to date. JFF 2019 juga mengundang beberapa desainer nasional sebagai desainer tamu. Devrico Audi dan Purana menampilkan karyanya pada hari Jumat, 8 Maret 2019. Kemudian Ghea Panggabean, salah satu desainer yang sukses mengangkat kain tradisional nusantara sebagai ciri khas, menampilkan karyanya pada hari Sabtu, 9 Maret 2019. Gelar busana desainer nasional ini ditutup dengan pagelaran busana karya Danjyo Hiyoji pada hari Minggu, 10 Maret 2019. Seluruh karya desainer tamu yang ditampilkan pada acara Jogja Fashion festival ini dipajang di
foto:dok. KK
Lobby Timur dan Hall A Plaza Ambarukmo lantai 2 sampai hari Minggu, 10 Maret 2019. Bersama empat desainer tamu ini, lebih dari 60 desainer nasional dan lokal, salah satunya adalah alumni Program Studi Desain Produk Universitas Kristen Duta Wacana, Widi Victoria turut menampilkan karyanya. Tidak hanya itu, talkshow Enlightening Woman yang dipersembahkan oleh brand fashion L.Tru juga menyemarakkan rangkaian acara Jogja Fashion Festival 2019. Talkshow
berlangsung seru dengan narasumber Fenita Arie selaku brand ambassador dari L.Tru dan juga Analisa Widyaningrum selaku psikolog dan CEO dari Analisa Personality Development Centre (APDC). Tak ketinggalan, pertunjukan musik juga memeriahkan rangkaian acara ini. Bintang tamu Via Vallen tampil pada malam puncak JFF 2019 yakni pada hari Sabtu,9 Maret 2019 dan DJ Holyships hadir pada Minggu malam setelah sesi men’s fashion “Mystique Man”. Salah satu pengunjung, Ivan Sinambela mengatakan bahwa acara ini cukup menarik, Via Vallen sebagai pengisi acara malam puncak menjadi daya tarik tersendiri. “Acaranya keren. Buat saya yang juga mahasiswa UKDW, ini merupakan sebuah prestasi bagi UKDW ketika salah satu alumni Prodi Desain Produk dapat mengikuti ajang fashion show yg sangat bergengsi dan dapat bersaing dengan brand atau desainer ternama se-Indonesia”, ujar Marcella Steffi. Melihat besarnya antusiasme generasi muda dalam acara ini, baik sebagai pengisi acara maupun sebagai pengunjung, diharapkan generasi muda dapat terus mencari pengalaman di luar kehidupan kampus dan terus berkarya sesuai dengan passion-nya masing-masing. [Santi]
UKM Zone
Sambut Hari Raya Nyepi, KMHD UKDW Ikut Pawai Budaya
N
yepi merupakan hari besar bagi umat Hindu yang dirayakan pada tahun baru Saka. Kalender Saka sendiri merupakan sistem penanggalan yang dipakai oleh umat Hindu. Tahun baru Saka 1941 jatuh pada tanggal 7 Maret 2019. Pergantian tahun Saka dirayakan oleh umat Hindu dengan nyepi, yakni dengan berdiam diri di rumah serta menutup diri dari dunia luar pada hari tersebut. Berdiam diri bukan dalam artian hanya diam dan tidak melakukan apapun atau bermalas-malasan. Berdiam diri pada hari raya Nyepi ini dimaksudkan untuk mengintropeksi diri atas apa yang kita perbuat terutama perbuatan yang tidak benar atau kesalahan yang telah kita perbuat. Pada saat melaksanakan nyepi ada istilah Catur Bratha Penyepian yaitu empat pantangan atau larangan dalam melaksanakan perayaan Nyepi. Pantangan yang pertama adalah amati geni atau larangan untuk menyalakan api. Api yang dimaksud bukan hanya api yang sebenarnya melainkan juga emosi. Pantangan kedua adalah amati lelanguan, yaitu tidak menuruti keinginan untuk berfoya-foya atau bersenangsenang. Pantangan ketiga, amati lelungan merupakan larangan untuk berpergian keluar rumah. Umat Hindu diharapkan untuk berdiam diri di rumah sambil merenung dan meditasi. Adapun pantangan terakhir adalah amati karya, yaitu larangan untuk melakukan pekerjaan fisik, di mana umat melakukan penyucian rohani dan mengevaluasi diri melalui meditasi. Pelaksanaan Nyepi dan Catur Bratha Penyepian tersebut dilaksanakan selama 24 jam, dari pukul 18.00 sampai 06.00 hari berikutnya. Menyambut hari raya Nyepi 2019, masyarakat Hindu di Yogyakarta menyelenggarakan Pawai Budaya dan Ogoh-
foto:dok. KMHD
Ogoh di sepanjang Jl. Malioboro pada tanggal 2 Maret 2019. Kegiatan ini melibatkan Keluarga Mahasiswa Hindu Dharma (KMHD) dari berbagai universitas di Yogyakarta, termasuk Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW). Ogoh-ogoh “KALE PUNK” yang merupakan hasil karya KMHD UKDW turut memeriahkan pawai tersebut. Ogoh-ogoh ini merupakan lambang dari angkara murka dan kejahatan yang disimbolkan dalam bentuk raksasa berwajah mengerikan. Belasan ogoh-ogoh dengan berbagai ukuran diarak untuk pawai mulai dari depan Kantor DPRD DIY dan berakhir di kawasan Titik Nol Kilometer Yogyakarta. Gamelan khas Bali, turut pula mengiringi perjalanan hingga titik akhir. Selain diikuti peserta dari perguruan tinggi negeri dan swasta yang ada di DIY, pawai kemarin juga melibatkan komunitas lintas budaya dan lintas agama. Mereka menyajikan suguhan seni dan budaya khas Pulau Dewata dengan beragam warna kostum.
Menurut Kadek D. Hendrawan, salah satu anggota KMHD, pawai kebudayaan ini merupakan event yang sangat bagus untuk menunjukkan ragam budaya, terutama dari umat Hindu yang ada di Yogyakarta. Selain itu pawai ogohogoh juga dapat meramaikan wisata di Yogyakarta. Agenda kegiatan masyarakat Hindu menyambut Nyepi tak hanya pawai di Malioboro saja. Sehari sebelum hari raya Nyepi, tepatnya menjelang malam, umat Hindu melaksanakan Pengerupukan, yakni upacara yang dilakukan untuk mengusir Buta Kala atau kejahatan. Setelah bersembahyang di pura, masyarakat Hindu melanjutkan kegiatan dengan arak-arakan ogoh-ogoh mengelilingi lingkungan pura dan diakhiri dengan pembakaran ogohogoh. [Doni]
7
8
Organisasi Mahasiswa 2019/2020 d
UKM DUTA VOICE Amarti Roni Santosa Zai Billy Joseph Salampessy Griffith Mercia Athaliany Dhewu Malo
BULU TANGKIS Cindy Sinthya Sangian Satria Agung Pratama Charles Ingan Lian Anggi Renata Putri
DWFC Doni Hemawan Jefri Ronaldo Asadama R.M Yandhito Alan K Evelyn Christiani Hanu Kristina Imingkawak Novi Tri Arisandi
BASKET
KINE CLUB Angkie O. E Wangkay Yohanes Tennary R. P Gabriel Giovanny Angela Ardani N
Eloida Serasi Handoro Winda Eprilia Silalahi Ni Putu Erika Cyltania Kartika Sari
GAPALLA Cipta V. V. Tamelan Yogi Yosua Abraham Bimantoro Sandhy Aji
Kadek Doni Hendrawan Putu Sugosa Anggaramukti Anak Agung Istri Ngurah R. Y.
DUTA FILIA
Prasetya Aditya Anglia Chnthia Victoria
NET CLUB Wildan Kristian Mahardika Aryasasta Dharma Sagala
Devika Ester Chrisviani Magdalena Evelyn Halim
DWPH CLUB
Stefanus Kevin Sirait Leo Fernando Sitinjak
Novia E. Samosir Helena M. Tampubolon
Ni Komang Ayulia Sari
Andrean Tandi Hariyanto Victoria Fillalni Rahailwarin
SANDLEWOOD Fedy Erkasli T
KMKK
Iin Juniarti
Dominicus Bintang M. J Irene Melati W. Anastasia Aprilia T
TAEKWONDO Josef Valentinus Ambardhy
Garcia J. U. Y. Sabatudung
Ratih H. Rambu Teba Maharani Ndapananjar
Angelica Lovelin Handoko
Lydia Mareyke Sri S. B.
Diana Theresa Yosephine Amelia S.
Yuanita Christpratistha H. W
PMK FABIO
UKKR
Abigail Nyoto Chrismelan J. Pesoa Ribka Ananda Sejati Eugenia L. B. Panggala
ARROW GENERATION ( PMK TEKNIK )
KMM
Otniel Renaldi S Yosheah Anthonio A. P Ruth Christina Nengsi
Bellani I. Sugiarto Stefika Adriwanto Sunarjo
CENDANA Christine Stefani Cleorata T.
Henderina A Seran Alan Piere Manoe Yohana Dwi Erica K. Putri Maria Herlina Sepe Virginia Kapricilla Arsam P.
DUTA TORAYA Windra Ningsih Sumambu Wieri Freiartika Aura Khyas Yudowati Amaranta Abigael A. S.
Marcyola Sekararum Putri P.
Maya Audina Hartanti
KMK UKDW JEETKUNEDO
Ellen Stefani M. Novenda Deo Gratias Aciau Christina Widiarti Kosta Lia Margaritha Erviana Eka Frigia
IMBADA
KMHD Ni Made Anggita P. S. W.
DUTA DANCE Steven Yuhansen Valeriana .T. Magdalena Evelyn Halim
IMKA
SOLI DEO GLORIA ( PMK BISNIS )
Patrecia Sherly Meliana Andreas Alvianto Florencia Angel Meliana Titania Sifera Febriani
UKKB
Fransiska Thea S Matius Krisna G Maria Lestariani Refi Restiani A
ETLDW Joaquim Gomes Jorfaricio R. C. Lopes Melsiora S. Fernandes Elisio de S. R. F. da Silva Atanasio F. Branco
KAMADHIS Vincent Wijaya Paulina Valdo Rendra Susanto
SALAWAKU Vegas Tidore Achel Lilipaly Febby Tamardarage Christine Titahena Dessy Limeranto
FORMAPA Alfano Kriyamo Victoria Filialni Rahailwan Dion Kbarek
Samuel Sampari Mayor
MARGASILIMA Hermon Tarigan Meida Febriana br. Pinem Ririn Anggreani br. Tarigan Grace Maulina br. Tarigan
PMK AGAPE
Putri Indah L.S Pono Kunto Agung Y
Stefani Oktavia Sitompul Widyarti Oktaviani
Mega V. M. Dano Alexandra Sede
Gabriela Anggita P. Desi Tiovanda
Sri Rabinantri br. Milala
KAWANUA Vallentino Yohanes Buriko Varrell Joey Ferelestian Julinda Agustina Willem Eunike Adelina
Serba-Serbi LAHIR Jepara, 21 April 1879
WAFAT Rembang, 17 September 1904
R.A KARTINI Raden Ajeng Kartini Djojo Adhiningrat
CATATAN PERISTIWA Menempuh pendidikan di ELS (Europese Lagere School)
KEPPRES RI NO. 108 TAHUN
AWAL
http://4.bp.blogspot.com/
1904
1964
https://2.bp.blogspot.com
1903
Mendirikan sekolah wanita pertama di Rembang yang dikenal dengan Menikah dengan K.R.M. Adipati Gedung Pramuka Ario Singgih Djojo Adhiningrat
Setiap 21 APRIL diperingati sebagai Hari Kartini
KUMPULAN LITERASI
1895
1903 Sumber Konten: https://www.biograku.com/biogra-ra-kartini/
Menulis esai “Upacara Perkawinan pada Suku Koja” berbahasa Belanda di majalah perempuan Holandsche Lelie (tirto.id) Menulis tentang Kota Jepara & kreativitas seni ukir rakyatnya di surat kabar Soerabaiasch Handelsblad (tirto.id)
1911 Kumpulan Surat Kartini diterbitkan oleh Door Duisternis tot Licht‘
Infograk: Eva Angelina
Siraman Rohani 40 HARI NIAT BAIK: Aksi Pertobatan dengan Pendekatan Appreciative Inquiry Lukas 19: 1-12
M
enjelang memasuki masa Prapaskah, ada beberapa gereja yang membuat kalender 40 Hari Niat Baik. Kalender ini berisikan satu tindakan kebaikan sederhana yang dihimbau untuk dilakukan oleh umat pada hari yang ditentukan selama 40 hari. Jadi ada 40 tindakan kebaikan sederhana yang dilakukan umat secara berbeda-beda selama masa Prapaskah. Tindakan kebaikan sederhana tersebut berkaitan dengan kebaikan untuk diri sendiri, sesama, dan seluruh ciptaan seperti membereskan rumah, membaca Alkitab, mentraktir seseorang dan mengajak berbincang, tidak menggunakan plastik sekali pakai, atau beribadah ke gereja. Bahkan ada juga gereja yang memasukan tindakan menggunakan hak pilih di Pemilu 2019 sebagai tindakan kebaikan sederhananya di masa Prapaskah (karena kebetulan tanggal 17 April masih masuk dalam masa Prapaskah). Sebenarnya apa itu masa Prapaskah? Apakah tepat jika kita mengisinya dengan tindakan kebaikan sederhana seperti yang dihimbau beberapa gereja kepada umatnya dalam kalender 40 Hari Niat Baik? Masa Prapaskah: Bertobat dan Mengarahkan Diri pada Allah Masa Prapaskah diperingati oleh gereja sebagai ruang umat untuk melakukan pertobatan. Masa Prapaskah dimulai dengan ibadah Rabu Abu. Dalam ibadah tersebut umat diingatkan bahwa dirinya adalah debu dan abu yang rapuh dan fana. Di dalam kerapuhan dan kefanaannya, manusia patut bersyukur karena Allah menerima dan mengasihinya dengan utuh. Cinta kasih dari Allah adalah anugerah yang sudah sepatutnya disyukuri melalui tindakan nyata dalam kehidupan manusia. 40 hari di masa Prapaskah adalah ruang untuk berlatih mengarahkan diri kepada Allah. Ada dua hal yang dibiasakan oleh gereja Katolik kepada umatnya dalam mengisi masa Prapaskah yaitu berpuasa dan berpantang. Berpuasa berarti menahan diri untuk tidak makan dan minum selama waktu tertentu setiap hari kecuali hari Minggu. Sedangkan berpantang adalah sebuah usaha untuk berhenti mengkonsumsi makanan/minuman tertentu atau tidak melakukan kegiatan tertentu selama masa Prapaskah. Biasanya makanan, minuman ataupun kegiatan yang dihindari selama berpantang adalah sesuatu yang sangat disukai atau yang kepadanya umat bergantung, seperti pantang merokok selama masa Prapaskah. Berpuasa dan berpantang adalah salah satu upaya untuk berlatih mengarahkan diri kepada Allah. Dengan berpuasa atau berpantang, umat diajak untuk bertobat dan melepaskan diri dari nafsu kedagingannya. Tujuannya untuk membuat umat bertobat dan lebih mengarahkan hati kepada Tuhan. Namun tak mudah untuk melakukan hal ini. Ada banyak orang yang kesulitan melakukan puasa dan pantang di masa Prapaskah dikarenakan beberapa faktor seperti kesehatan, pola hidup, ataupun pekerjaan yang tidak memungkinkan seseorang untuk melakukannya. Lalu, apakah orang-orang yang tidak mampu berpuasa dan berpantang di masa Prapaskah adalah orang-orang yang tidak dapat bertobat? Dan apakah orang-orang yang
berhasil berpuasa dan berpantang selama 40 hari adalah orang-orang yang pasti telah bertobat dan mengarahkan hatinya pada Allah? Bukankah banyak juga orang yang menjadi sombong dan semakin mengarahkan dirinya kepada dirinya sendiri karena merasa punya kerohanian yang lebih baik dari orang lain? Mungkinkah Manusia Bertobat? Salah satu cerita pertobatan tokoh Alkitab yang terkenal adalah cerita pertobatan Zakheus. Yesus melihat dan mengapresiasi usaha Zakheus, sang kepala pemungut cukai berbadan pendek, yang naik ke atas pohon untuk dapat melihat Yesus. Apresiasi dari Yesus membuat Zakheus bersukacita. Yesus berkata padanya bahwa Ia akan menumpang di rumah Zakheus (Lukas. 19:5). Tindakan Yesus merupakan tindakan yang bertolak belakang dengan harapan masyarakat di masa itu. Pekerjaan Zakheus sebagai pemungut cukai membuatnya dicap sebagai orang berdosa. Ia mengambil pajak yang berlebihan dari orang lain. Ia merugikan dan menindas orang lain. Namun Yesus melihat bahwa Zakheus punya keinginan untuk mengenal Yesus. Dan Yesus memusatkan perhatiannya pada hal baik yang dilakukan oleh Zakheus meskipun orang lain tidak dapat memahami apa yang sedang Yesus lakukan. Apresiasi yang Yesus berikan pada Zakheus dapat dikaitkan dengan suatu pendekatan dalam mengembangkan organisasi yaitu pendekatan Appreciative Inquiry (AI). AI merupakan sebuah pendekatan untuk mengembangkan suatu kondisi atau organisasi dengan cara memusatkan perhatian pada potensi/kekuatan/hal positif yang ada pada kondisi atau organisasi tersebut. AI dapat dijelaskan dengan kata kerja to appreciate (menghargai) dan to inquire (menyelidiki, meneliti). AI merupakan usaha untuk menemukan dan menghargai hal-hal positif yang ada pada kelompok atau organisasi. Selain pendekatan ini, ada pendekatan yang lebih dikenal yaitu pendekatan problem solving. Problem solving memusatkan perhatian pada masalah yang muncul pada suatu kondisi atau organisasi. Masalah tersebut kemudian dicari akarnya dan diselesaikan dengan mencari solusi dari permasalahan tersebut. Appreciative Inquiry dipakai sebagai nama atas metode yang diterapkan oleh Cooperrider dan Srivastva, dua orang yang bergerak di bidang Organizational Behavior, saat melaporkan hasil penelitian mereka tentang mengembangkan kinerja di suatu klinik yang mereka teliti. Awalnya mereka melakukan penelitian dengan menggunakan pendekatan problem solving, namun ternyata prosesnya menjadi melelahkan karena ada banyak kekurangan yang ditemukan dan tidak mudah untuk menemukan solusinya. Satu selesai tetapi masih banyak masalah-masalah lain dan kekurangan yang lain. Kemudian terinspirasi dari pemikiran A. Schweizer mengenai hormat terhadap kehidupan, maka mereka mengganti fokus penelitian mereka. Mereka memfokuskan pada apa saja yang menghidupkan, yang memberdayakan dan mendinamisasikan sistem, serta yang meningkatkan dan mengoptimalkan kinerja di klinik tempat mereka meneliti. Mereka memfokuskan pertanyaan dan galian mereka pada akar keberhasilan, bukan lagi akar masalah ataupun kekurangan. Dengan metode
demikian, muncullah hasil yang berbeda. Relasi dan hasil kerja yang berkembang sangatlah baik. Metode ini pun banyak dipakai untuk mengembangkan organisasi-organisasi serta komunitas di berbagai bidang. Apa yang Yesus lakukan pada Zakheus adalah sebentuk pendekatan AI. Ia berfokus pada potensi kebaikan yang ditunjukan oleh Zakheus. Yesus bahkan berani datang ke rumahnya meski banyak orang menghina dan menyangsikan apa yang Yesus lakukan. Namun kita bisa melihat bahwa Zakheus bertobat setelah menerima perlakuan Yesus. Lukas 19:8 menceritakan bahwa Zakheus bertekad untuk membagikan setengah dari hartanya kepada orang miskin. Selanjutnya, ia juga akan mengembalikan empat kali lipat jika ada sesuatu yang ia peras dari seseorang. Zakheus sang kepala pemungut cukai yang identik dengan sosok yang mengutamakan kepentingan golongannya/dirinya sendiri, kini berani melepaskan hartanya. Ia bahkan jadi memikirkan orang-orang miskin. Ia mau berbagi dengan mereka. Apa yang menggerakkannya? Cinta kasih dan penerimaan dari Yesus atas dirinyalah yang mengubahnya. Cinta kasih dan penerimaan dari Yesus yang ia lihat sebagai apresiasi atas kesediaannya mencari Yesus mengubah kehidupannya. Ia bertobat, ia mengarahkan hidupnya pada Allah, ia percaya bahwa hidupnya akan baikbaik saja meski hartanya berkurang atau mungkin hilang. 40 Hari Niat Baik: Aksi Pertobatan dengan Mengapresiasi Kebaikan. Ada banyak orang yang terus menerus merasa kecil dan berdosa karena tidak dapat melakukan tindakan besar atau hebat semacam puasa penuh selama 40 hari. Bagaimana bisa bertobat jika menahan lapar saja tidak kuat? Bagaimana mengarahkan diri kepada Tuhan jika tidak bisa menjadi rohani seperti orang lain? Apakah mungkin jika dilahirkan di keluarga yang hidup dengan kekerasan, selalu menekan dan menghina orang lain, dengan melakukan puasa maka benar-benar menjadi sosok yang bertobat? Ketika Yesus datang ke rumah Zakheus, Zakheus pasti memiliki perasaan kuatir dan takut. Apakah kedatangan Yesus ini benar-benar menghapuskan dosa? Tetapi ia tetap menerima Yesus. Ia mau mengenal Yesus dan memberanikan dirinya untuk melakukan satu kebaikan: menerima kehadiran Yesus di rumahnya. Tindakan itu memang tidak serta merta menghapuskan cerita kehidupannya sebagai kepala pemungut cukai, tetapi Yesus menghargai dan menerimanya. Yesus bahkan berkata: Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang (Lukas 19:10). Yesus meyakinkan Zakheus meskipun banyak orang yang melihat dan mencibir kasih karunia Yesus bagi Zakheus. Yesus menunjukkan bahwa Zakheus diselamatkan dan diterima oleh Allah. Ia yang berdosa diselamatkan ketika mau melakukan kebaikan walaupun kebaikan itu kecil dan tak berarti bagi orang lain. Ada banyak orang yang patah semangat untuk bertobat karena melihat pertobatan sebagai sesuatu hal yang tidak dapat diraih. Akan sangat sulit ketika muncul pemikiran bahwa ada banyak hal buruk dalam diriku dan aku lelah memperbaiki semuanya.
Jika kita berfokus pada hal-hal buruk, pada ketidakmampuan untuk berpuasa, pada kisah masa lalu yang menyakiti banyak orang, pada kesalahankesalahan yang selalu berulang padahal sudah kita cegah, maka kita akan lelah dan berhenti bertobat. Kita akan merasa tidak mampu mengarahkan diri pada Allah. Pada akhirnya, kita akan berhenti berelasi dengan Allah. Hal terburuknya: kita akan berhenti merasakan kebaikan-kebaikan Allah dalam kehidupan kita. Sungguh menyedihkan jika itu yang terjadi pada kita. Pertobatan adalah suatu kombinasi antara niat dan usaha yang tidak pernah putus. Niat dan usaha untuk apa? Untuk melakukan kebaikan. Sekecil apapun itu. Setiap hari kita harus bertobat. Tapi bukankah itu melelahkan? Tergantung. Tergantung cara pandang kita terhadap diri kita sendiri. Jika cara pandang kita seperti orang banyak melihat Zakheus, tentu kita tidak akan mampu bertobat. Akan ada banyak hal yang kita ubah, kita hapus, kita hilangkan dari diri kita. Dan itu tidak dapat kita lakukan. Maka pertobatan hanyalah utopia bagi kita. Tetapi jika kita melihat diri kita seperti Yesus melihat Zakheus, pasti beda ceritanya. Yesus memberikan apresiasi yang besar pada kebaikan kecil yang dilakukan Zakheus. Yesus melakukan pendekatan AI untuk mendorong Zakheus pada pertobatan. Dan hasilnya begitu memukau. Ketika niat dan usaha untuk bertobat kita wujudkan dengan terus menghargai dan mengapresiasi kebaikan-kebaikan yang telah kita lakukan, kita tidak akan lelah bertobat. Kita akan terus bergerak dan bergerak. Kita tahu bahwa kebaikan yang kita lakukan adalah sebuah upaya kita untuk mengarahkan diri pada Allah. Sekarang mungkin baru kebaikan kecil, tapi besok dan selanjutnya kita semakin mendorong diri kita pada kebaikan yang tidak hanya berdampak pada diri sendiri tetapi kepada orang banyak, seperti Zakheus yang merasa diberkati Yesus kemudian memberkati orang lain. Kalender 40 Hari Niat Baik yang dibuat oleh beberapa gereja di masa Prapaskah tahun ini merupakan upaya yang sangat baik untuk membangun paradigma yang berbeda tentang bertobat. Bertobat merupakan panggilan bagi kita setiap umat Tuhan yang lemah dan terbatas. Namun jika kita terus berfokus pada kelemahan, keterbatasan dan kesalahan, maka kita tidak akan mampu melihat hal baik yang bisa kita lakukan sebagai upaya pertobatan. Menjadwalkan tindakan kebaikan sederhana di tiap hari adalah suatu cara bagi kita untuk melihat bahwa ada banyak kebaikan yang sebenarnya mampu kita lakukan meskipun kita orang yang berdosa. Kita bisa melakukan kebaikan bagi diri sendiri, orang-orang terdekat, ataupun tumbuhan dan hewan di sekitar kita. Kita bisa melakukan kebaikan bagi negara kita meski kita hanya rakyat biasa. Kebaikan yang kita lakukan adalah upaya kita untuk mengarahkan diri kepada Allah. Tidak apa jika kebaikan itu belum berdampak besar, jangan cepat-cepat mengeluh dan membandingkan diri dengan orang lain. Percayalah, kebaikanmu itu berkenan di hadapan Allah. Ia mengapresiasimu! Lakukanlah kebaikan lagi dan lagi, bukan hanya 40 hari namun setiap hari! [EN]
Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1941
N
yepi dirayakan oleh umat Hindu di Indonesia setiap tahun baru Saka. Perayaan hari raya Nyepi tahun ini jatuh pada Kamis, 7 Maret 2019 (1 Saka 1941). Hari raya Nyepi merupakan acara peringatan tahun baru Hindu berdasarkan kalender Bali yang dimulai sejak tahun 78 Masehi. Nyepi berasal dari kata sepi yang berarti sunyi. Masyarakat Hindu berhenti dari semua kegiatan pada hari suci tersebut. Rangkaian perayaan tahun baru Saka terdiri dari beberapa prosesi, antara lain upacara Melasti, Tawur Kesanga, Nyepi, dan Ngembak Geni. Upacara Melasti yang dikenal juga dengan Melis atau Mekiyis dilakukan dua hingga tiga hari sebelum perayaan Nyepi. Tujuan digelarnya prosesi ini adalah untuk membersihkan ataupun menyucikan diri dari segala kotoran jasmani dan rohani manusia termasuk semua perlengkapan atau saran upacara seperti pretima, arca, jempana
dan barong sebagai simbol tempat stana Ida Sang Hyang Widi diarak menuju sumber air ataupun laut, kemudian memohon tirta amerta (air suci kehidupan) untuk kesejahteraan dan keselamatan dunia dan manusia. Selesai melakukan Melasti dari laut atau sumber air suci, semua pretima, arca, jempana dan barong ditempatkan di Pura Bale Agung untuk memberkati umat manusia nantinya dalam acara Tawur Kesanga. Tawur Kesanga dikenal juga dengan nama Pengrupukan, digelar sehari sebelum hari raya Nyepi, bertepatan pada Tilem Sasih Kesanga. Pada saat inilah di setiap rumah warga digelar tawur atau pecaruan dalam skala kecil, kemudian di tingkat desa akan digelar dengan skala yang lebih besar pada sebuah sebuah persimpangan jalan desa atau catuspata pada saat pertengahan hari. Tawur Kesanga ini tujuannya untuk memberikan persembahan kepada para Bhuta Kala, agar tidak
mengganggu kehidupan manusia, dan agar bisa hidup harmonis sehingga terjadi keseimbangan dan dengan harapan perayaan Nyepi esok harinya berjalan lancar tanpa hambatan. Filosofi kata tawur sendiri berarti membayar atau mengembalikan. Sari-sari alam yang telah digunakan oleh manusia dikembalikan lagi dengan melakukan upacara persembahan Tawur Kesangan. Setelah upacara tawur digelar pada sore harinya menjelang petang, pawai ogoh-ogoh digelar dengan berbagai kreatifitas seni. Hari raya Nyepi jatuh pada penanggal apisan sasih kedasa (tanggal 1 bulan ke-10) tahun Saka. Setelah rangkaian pembersihan diri, pretima termasuk buana agung, kemudian menggelar tawur Kesangan, saatnya untuk melaksanakan catur Brata penyepian, sambil berpuasa, meditasi dalam suasana hening, sepi, senyap di hari yang sangat disucikan. Saat hari raya Nyepi setiap warga
yang beragama Hindu yang berada di seluruh Indonesia, diwajibkan untuk melaksanakan Catur Brata Penyepian untuk mengoreksi diri, melepaskan sesuatu yang tidak baik dan memulai hidup suci, hening, menuju jalan yang benar di tahun yang baru. Setiap desa adat memiliki aturan yang berbeda-beda untuk menjaga ketertiban dan kenyamanan masyarakat dalam pelaksanaan hari raya Nyepi. Prosesi terakhir adalah Ngembak Geni yang dilaksanakan keesokan hari setelah Nyepi. Setelah berakhirnya brata penyepian pukul 06.00, para warga melaksanakan Dharma Shanti, yaitu saling berkunjung ke rumah saudara dan kerabat untuk saling memaafkan dan memulai hal-hal baru di tahun baru Saka dengan perbuatan positif, sehingga terbina kerukunan antar sesama untuk mewujudkan perdamaian di muka bumi. [Komang]
9
10
Office of International Affairs Global Volunteer: Calling the Youth for Social Action
A
IESEC is a non-political, independent, not-profit organization run by students and recent graduates of institutions of higher education. Founded in 1948, the organization is a platform for young people from across the globe to explore and develop their leadership potential. As a global network of young people, AIESEC spans 126 countries and territories including Indonesia, with more than eight thousand partner organizations and more than 39 thousand members worldwide. An open booth for promoting AIESEC Global Volunteer was set up at the 1st oor of Didaktos Building of Univesitas Kristen Duta Wacana (UKDW) on March 14 and 15, 2019. It was part of AIESEC in Universitas Pembangunan 'Veteran' Yogyakarta (AIESEC UPNVY)'s Global Volunteer Fair. The purpose of this open booth was to provide information for UKDW students who are interested to participate in this program. Global Volunteer is one of AIESEC projects that provide opportunity for the youth to do volunteering activities abroad. Through this program, they can gain crosscultural experience and chance to bring impact on the world. The existence of Global Volunteer project is part of AIESEC commitment to create youth movement to achieve the 17 Sustainable Development Goals
by the year 2030. According to United Nation (UN), the Sustainable Development Goals (SDGs) are the blueprint to achieve a better and more sustainable future for people and the planet. They address the global challenges the world faces, including those related to poverty, inequality, climate, environmental degradation, prosperity, and peace and justice. Adopted by all
United Nations Member States in 2015, the SDGs are a call for action by all countries – developed as well as developing countries - to promote prosperity while protecting the environment. They recognize that ending poverty must go hand-in-hand with strategies that build economic growth and address a range of social needs including education, health, equality and job opportunities, while tackling
climate change and working to preserve our ocean and forests. All around the world youth are regarded as the future leaders. In the course of history, changes are often started by the young people. With their abundant energy, fresh ideas, and creative thinking, the youth can change the world and make impacts on the betterment of the society. As the next generation of leaders must be skilled, innovative, globally engaged, and able to respond to the problems of the changing world, opening the opportunity for young people to take action on the global issues they are most passionate about is essential for their leadership development. To facilitate this need, Global Volunteer is designed by AIESEC as a program with the duration of 6-8 weeks where participants can involve in social project to tackle global issues related to SDGs. In line with its vision to deliver new breed of professionals, UKDW encourages the students to push themselves from their comfort zone, hone their leadership quality, and expand their horizon. Joining international program such as Global Volunteer will help student to develop their potential in leaderships and meet global challenges. Are you ready to change the world? [drr]
Experience in Bratislava Slovakia
G
etting the opportunity to join an international volunteer program is something that I never wonder before. Last year, in 2018, I tried to pot luck. I applied for voluntarily teaching in Slovakia and unexpectedly I got it. I enjoyed that wonderful gift every time. I would like to share about the volunteer program, Bratislava, my teaching experience, and interesting places in Slovakia. I joined Global Volunteer program of AIESEC, which I applied through AIESEC in Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta (AIESEC UPNVY). I joined the project Educating Slovakia for six weeks and I taught at different high schools for each week. This program is opened for everyone who want to improve their skills and understand their strengths and weaknesses. Through this program, all participants can develop their leadership skills and gain international experiences. The requirements for joining this program are completing the registration, applying for specific job or voluntary activity, then doing interview. They will not ask about your IELTS, TOEFL, and other similar tests, yet this program requires you to speak in English fluently. This program brought me to live in a beautiful country that I could never imagine
before. Bratislava is the largest and capital city of Slovakia that located in the center of Europe, close to Austria and Hungary. An interesting fact about Bratislava and Vienna – the capital of Austria, is the distance between these two cities which is only 66 kilometers or around one hour away by bus, car or train. Along with Czech Republic, Slovakia was established when Czechoslovakia broke into two independent states. Slovakia chose to be an independent state because the Slovaks had different vision with the Czechs. People in Bratislava talk in three different languages; first is Slovakia, second is Austria, third is Hungary. The population of Slovakia is around 5,4 million. My responsibility in the project of Educating Slovakia was teaching high school students for six weeks. During the program I had to wake up at 04.30 am. Each week I went to different cities in Slovakia. The first week, I went to Modra, second week I went to Malacky, third week I went to city that borders to Austria, fourth week I stayed in Bratislava, in the last two week I went to Trnava and stayed with my host family. At those high schools, I taught and shared about cross cultural understanding especially about Slovakia's culture and Indonesia's culture.
The students were very interested and wanted to come to Indonesia. Through this program, I can improve my English as well as my teaching skills. Visiting these high schools and meeting with the students made me feel younger even though this year I will be 20 years old. In Bratislava there are historical sites located in Stare Mesto - means old town in Slovak. There, people can find Slovakia's cultures, arts, foods, and nightlife like cafes and bars. Some old buildings stand sturdy since 12th century on Stare Mesto such as the original building of St. Martinus Cathedral Church, the reconstruction of the Bratislava Castle, as well as cultural institutions and embassies of other countries. There are also two largest shopping centers in Bratislava, namely the Aupark shopping center and Eurovia shopping center. Slovakia foods which also can be found there might be a bit weird for Asian, but those foods are very unique and delicious. Those foods are almost similar with the Austria and Hungary foods, for example the Schnitzel and Halusky. Schnitzel is fried meat fillet in flour and goulash soup while Halusky is boiled potato dough which is like gnocchi or porridge. The boiled potato dough mixes with lamb meat and on the top of porridge cooker add bacon meat. Halusky is a
national dish from Slovakia. The most unique landmar in Bratislava is the UFO bridge. Its length is 431 meters while its width is 21 meters. This bridge crosses the Danube River. Many vehicles such as bus, cars, trucks, and motorbikes crose this bridge every day. On the top of the bridge, there is a saucer-shaped structure that houses a restaurant. On the other side, there is also a beautiful old green bridge that crosses the Danube River. Its length is 460 meters and has a beautiful sunset view. All about Slovakia is very interesting and Bratislava people are very friendly. [Dian Grace Wondiwoi]
Universitaria
11
Wisuda Sarjana & Pascasarjana Universitas Kristen Duta Wacana Periode 2 Maret 2019
WISUDA SARJANA & PASCASARJANA UKDW PERIODE 2 MARET 2019 Foto oleh Biro IV UKDW