Koran Kampus UKDW Edisi Mei 2019

Page 1

Universitas Kristen Duta Wacana

13

@UKDWJOGJA @duta_wacana

05

UKDW Yogyakarta

Alamat Redaksi: Kantor Biro 4 UKDW Jalan dr. Wahidin Sudirohusodo No. 5-25, Yogyakarta 55224 Koran Kampus UKDW

Mei 2019

korankampus@staff.ukdw.ac.id

d

UKDW Dukung Program Internasionalisasi Pendidikan Tinggi

UKDW Juara 2 Lomba “Audit Week 2019”

2 DOC. BIRO IV UKDW

foto:dok. biro IV

U

Traveling the World with Scolarship

11

P2KMM: UKDW Katakan Tidak pada Narkoba

12

niversitas Kristen Duta Wacana (UKDW) bekerjasama dengan Direktorat Jenderal Kelembagaan Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Ditjen Kelembagaan IPTEK dan Dikti), Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti), serta Direktorat Jenderal Imigrasi mengadakan “Sosialisasi Mekanisme Permohonan Telex Visa Bagi Mahasiswa Asing” yang dilaksanakan pada hari Jumat, 3 Mei 2019 bertempat di Ruang Seminar Pdt. Dr. Harun Hadiwijono UKDW. Acara yang diikuti oleh 70 peserta yang berasal dari Perguruan Tinggi Negeri (PTN) maupun Perguruan Tinggi Swasta (PTS) di Yogyakarta dan Jawa Tengah ini bertujuan untuk mendukung pelaksanaan program internasionalisasi Pendidikan Tinggi Indonesia melalui pengelolaan pelayanan penerbitan izin belajar dan dokumen keimigrasian bagi mahasiswa asing. Sosialisasi ini menghadirkan tiga orang narasumber yaitu Ibnu Ismoyo, S.H., MM., MH. - Subdit Visa Direktorat Jenderal Imigrasi, Ronald Arman Abdullah - Subdit Izin Tinggal Terbatas Direktorat Jenderal Imigrasi, dan Yunitha Fajarwati - staf Kantor Urusan

Internasional (KUI) Universitas Indonesia. Acara dibuka oleh Ir. Henry Feriadi, M.Sc., Ph.D. - Rektor UKDW. Dalam sambutannya, Henry Feriadi memaparkan bahwa kegiatan ini merupakan rangkaian kecil dari keinginan kampus-kampus yang tergabung dalam LLDIKTI Wilayah V untuk membangun world class university. “Saat ini tidak hanya ranking di Kemenristekdikti yang penting bagi universitas, jumlah mahasiswa asing yang belajar di universitas juga mempengaruhi bobot penilaian. Ini penting karena kehidupan universitas tidak hanya ditentukan dari mekanisme pembelajaran mahasiswa saja, tetapi juga mobility untuk staf dan dosen,” paparnya. Sementara itu dalam sambutannya, Sutrisno, S.Sos, Kepala Kantor Imigrasi Kelas I TPI Yogyakarta mengatakan pihaknya akan bekerjasama dengan KUI di masing-masing universitas untuk melakukan pelayanan di kampus sebagai salah satu cara untuk mewujudkan area bebas korupsi. “Pada kesempatan ini, akan dibahas mengenai peraturan terbaru mekanisme permohonan telex visa bagi mahasiswa asing. Jika ada permasalahan maupun kendala dalam hal

proses perijinan bisa langsung disampaikan dalam forum ini,” imbuhnya. Dalam diskusi, Ibnu Ismoyo menjelaskan bahwa Indonesia mengembangkan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun 2015. “Terkait hal tersebut, Kemenristek Dikti berencana membangun KEK di sektor pendidikan yang dapat memberikan kesempatan bagi perguruan tinggi asing untuk membuka kampusnya di Indonesia. Dengan harapan dapat me-ningkatkan kemampuan mahasiswa Indonesia sesuai dengan tuntutan zaman. Hal ini tentunya sangat mendukung program world class university,” jelasnya. “Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami regulasi pengaturan student visa dan kebijakan-kebijakan keimigrasian bagi mahasiswa asing. Data-data mahasiswa asing yang berada di Indonesia ini digunakan sebagai database record. Sehingga surat izin belajar atau rekomendasi dari pihak terkait sangat penting, karena semua surat dan data yang masuk terpusat di kantor imigrasi,” pungkasnya. [mpk]

FAD UKDW Rayakan Hardiknas Bersama Taman Indria Ibu Pawiyatan Taman Siswa Yogyakarta

foto:dok. FAD UKDW

T

anggal 2 Mei ditetapkan sebagai Hari Pendidikan Nasional oleh pemerintah Republik Indonesia melalui Keppres RI Nomor 316 Tahun 1959. Penetapan tersebut dilatarbelakangi oleh sosok yang berjasa dalam memperjuangkan pendidikan di Indonesia, Ki Hadjar Dewantara, yang lahir pada tanggal 2 Mei 1889. Penganugerahan ini tidak semata-mata karena beliau telah mendirikan sekolah nasional pertama di era penjajahan, juga karena Ki Hadjar Dewantara telah menanamkan dasar filosofi dari nilai perjuangannya dalam menegakkan pondasi pendidikan di Indonesia.

Cara berpikir konstruktif yaitu dengan mengalaminya secara pribadi, merupakan ciri dari skema pedagogi yang ditawarkan oleh Ki Hadjar Dewantara. Dasar pendidikan dan pengajaran tersebut selaras dengan konsep design thinking yang dimiliki oleh Fakultas Arsitektur dan Desain Universitas Kristen Duta Wacana (FAD UKDW). Berkaitan dengan hal tersebut, FAD UKDW menyelenggarakan acara dengan tema “Bermain Bersama Taman Indria, Belajar Menjadi Arsitek Cilik” di Taman Indria Ibu Pawiyatan pada tanggal 1 Mei 2019. Agenda ini merupakan bentuk kemitraan antara FAD UKDW dengan Taman Indria Ibu Pawiyatan

foto:dok. FAD UKDW

yang sudah dituangkan dalam Memorandum of Agreement (MoA) sejak tahun 2018 lalu. Winta Adhitia Guspara, S.T., M.Sn., Dosen Desain Produk FAD UKDW menuturkan, “Kami berusaha menyelenggarakan kegiatan ini sesuai dengan filosofi ajaran Ki Hajar Dewantara, yang tidak menyebut sekolah, tetapi taman karena pendidikan itu mengasyikkan dan tidak ada tekanan.” Wujud dari pernyataan itu adalah dengan mengenalkan jenis permainan yang berbasis pada metode pengajaran care and dedication based on love kepada anak usia dini (3-7 tahun) untuk melakukan kegiatan

merancang dan merangkai. Pada permainan puzzle bambu dan metode permainan arsitektur yang dikembangkan oleh FAD UKDW ini, peran serta orang tua menjadi bekal utama dalam mengarahkan kreativitas anak dengan cara mengajukan pertanyaan untuk mengasah kemampuan berpikir kritis atau critical thinking. Kegiatan ini akan terus dikembangkan untuk lebih berkontribusi dalam pengembangan metode pembelajaran anak usia dini di Yogyakarta. [Guspara]


Profil Bulan Ini

2

VOL.13/MEI 2019

UKDW Juara 2 Lomba “Audit Week 2019” di PKN STAN

foto:dok. Amelia

S

ebuah kebanggaan bagi Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW), tim mahasiswa Program Studi (Prodi) Akuntansi Fakultas Bisnis UKDW yang terdiri dari Yuliana Chintya Dewi Santoso, Tasaka Nurat Wijaya, dan Dea Tiara Monalisa Butarbutar berhasil meraih juara kedua dan berhak atas hadiah berupa sertifikat dan uang tunai sebesar Rp 1.750.000,- dalam ajang perlombaan “Audit Week 2019” yang diadakan oleh Politeknik Keuangan Negara Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (PKN STAN) Tangerang Selatan. Selain juara kedua, tim lain dari Prodi Akuntansi Fakultas Bisnis UKDW yang diwakili oleh Amelia Gita Andreani, Dian Paramitha, dan Denandra Santika juga berhasil meraih peringkat keempat dalam perlombaan yang diikuti oleh dua puluh delapan universitas negeri dan swasta ternama di Indonesia. Kompetisi ini merupakan salah satu rangkaian acara dalam kegiatan “Audit Week 2019 X Pekan Audit Mahasiswa Nasional Badan Audit Kemahasiswaan Seluruh Indonesia”, yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa seluruh Indonesia dalam bidang audit sebagai bekal dalam dunia kerja kelak. Tahapan lomba dimulai dari pengerjaan soal secara online di masing-masing kampus atau disebut preliminary test pada tanggal 21 April 2019. Pada tahap ini, para peserta hanya diberikan waktu satu jam untuk mengerjakan 75 soal. Dua belas tim yang lolos dalam seleksi online melanjutkan kompetisi dengan mengikuti tahap kedua yang bertempat di PKN STAN Tangerang Selatan pada tanggal 4 Mei 2019. Tahap tersebut adalah “Find the Match”, dimana pada tahap ini masing-masing tim diberikan 2 (dua) amplop yang berisikan soal dan jawaban secara acak yang mewajibkan setiap tim untuk mencocokkan soal dan jawaban tersebut. Poin dari tahap ini akan digunakan sebagai modal awal dalam tahap selanjutnya yaitu “Russian Roulette”. Pada tahap “Russian Roulette”, setiap tim diizinkan untuk memilih soal undian yang kemudian akan dijawab oleh tim tersebut. Tetapi sebelum menjawab, masing-masing tim harus mempertaruhkan poin yang mereka dapatkan dari tahap “Find the Match”. Hasil akhir dalam tahap “Russian Roulette” menentukan empat kelompok teratas yang akan melanjutkan ke babak semifinal.

foto:dok. Amelia

Kedua tim dari UKDW berhasil masuk ke babak semifinal, dimana mereka harus mengerjakan kasus yang diberikan dengan waktu 90 menit. Setelah menunggu pengumuman beberapa saat, tim yang lolos untuk maju ke babak final adalah tim UKDW, Universitas Indonesia (UI), dan Universitas Diponegoro (Undip). Skema lomba pada babak final adalah lomba cerdas cermat, dimana pada babak ini terbagi tiga tahap yaitu wajib jawab, bergilir, dan cepat tepat. Tim UKDW berhasil mendapatkan juara kedua dengan hadiah sebesar Rp 1.750.000, sedangkan untuk juara pertama yaitu Tim UI dan juara ketiganya adalah Tim Undip. Bagi Yuliana Chintya Dewi Santoso dan teman mahasiswa UKDW lainnya, lomba audit yang diadakan PKN STAN merupakan lomba audit pertama yang mereka ikuti. Ditemui setelah selesai acara, Yuliana menyampaikan kesannya sebagai peserta lomba “Awalnya kami merasa tidak maksimal dengan apa yang kami kerjakan dan tidak percaya diri dibanding kelompok lain yang sepertinya lebih siap dan lebih berpengalaman dalam mengaudit.” Bagi mahasiswa penerima beasiswa OSC 2016 ini, persiapan setelah lolos seleksi online merupakan pengalaman yang tak terlupakan karena ada hal yang tidak terduga yang terjadi pada babak kasus audit komprehensif dimana mereka harus benarbenar mengaudit atas data yang ada, dari prosedur audit, kertas kerja, sampai management letter. Setelah perjuangan dan berusaha keras di babak kasus audit, tim UKDW akhirnya berhasil mendapatkan peringkat dua dan empat. Denandra Santika, mahasiswa UKDW lain yang mengikuti lomba mengatakan “Menarik karena tidak banyak lomba khusus audit tingkat universitas nasional, kalau dari saya pribadi, saya sangat bersyukur bisa mewakili UKDW untuk lomba tersebut”. Christine Novita Dewi, S.E, M.Acc, Ak selaku dosen pembimbing mahasiswa dari Fakultas Bisnis menyampaikan bahwa ia memberikan motivasi kepada anak-anak agar tujuan untuk mengikuti lomba adalah memenangkan perlombaan. Maka dari itu, untuk tahap seleksi online-nya Novita memfokuskan mereka untuk belajar teori terlebih dahulu. Setelah mereka lolos untuk mengikuti tahap selanjutnya Novita memberikan strategi karena tanpa strategi yang tepat maka kerja mereka tidak akan maksimal.[Amelia]

K

bagi berdasarkan

REDAKSI KORAN KAMPUS PENANGGUNG JAWAB PIMPINAN REDAKSI WAKIL PIMPINAN REDAKSI KOORDINATOR

: : : :

Pdt. Handi Hadiwitanto, Ph.D. Arida Susyetina, M.A Meilina Parwa K. Bernadeta Ajeng AW

WARTAWAN

EDITOR

SETTER

Debo, Agnes, Mey, Cindy, Anti

Lia, Iit, Tiyok

Noval, Audri, Eva

Koran Kampus bisa Anda dapatkan secara GRATIS di Pick-up Point yang sudah terpasang di 11 area publik di seluruh UKDW. Redaksi menerima tulisan dari warga kampus berupa artikel, laporan kegiatan dan foto-foto yang membangun harapan. Silahkan kirim ke alamat Redaksi atau melalui email: korankampus@staff.ukdw.ac.id


Universitaria

3

VOL.13/MEI 2019

P2SM 2019, Aku Beraksi Aku Bersaksi!

P

usat Kerohanian Kampus Universitas Kristen Duta Wacana (PKK UKDW) menyelenggarakan Program Pengembangan Spiritualitas Mahasiswa (P2SM) 2019 yang berlangsung di Desa Rogomulyo, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah pada tanggal 3-5 Mei 2019. Kegiatan ini diikuti oleh 50 mahasiswa perwakilan dari setiap Unit Kegiatan Kerohanian (UKKR) Mahasiswa. UKKR yang mengirimkan utusannya yaitu Persekutuan Mahasiswa Kristen Soli Deo Gloria (Fakultas Bisnis), Persekutuan Mahasiswa Kristen Teknik Arrow Generation, Persekutuan Mahasiswa Kristen Kedokteran Agape, Persekutuan Mahasiswa Kristen Bioteknologi, Komunitas Mahasiswa Muslim (KMM), Keluarga Mahasiswa Hindu Dharma (KMHD), Keluarga Mahasiswa Katolik (KMK) UKDW, Keluarga Mahasiswa Katolik Kedokteran Santo Rafael, Keluarga Mahasiswa Buddhis (Kamadhis) Duta Dharma, English Fellowship Prodi Pendidikan Bahasa Inggris, juga ada utusan dari Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UKDW, Badan Perwakilan Mahasiswa UKDW (BPMU), BEM Fakultas Teologi, serta Tim Ibadah Kampus UKDW. Berbeda dengan tahun sebelumnya yang memberikan kesempatan pada mahasiswa untuk live-in di pesantren, kegiatan P2SM 2019 diisi dengan live-in di rumah warga Desa Rogomulyo dengan mengusung tema “Aku Beraksi, Aku Bersaksi”. Desa Rogomulyo dipilih karena kondisinya yang begitu plural. Desa ini didominasi oleh masyarakat Islam, tetapi ada juga masyarakat Kristen, Katolik, dan Hindu. Dalam kondisi demikian, warga desa Rogomulyo lebih memilih untuk dipimpin oleh seorang kepala desa yang juga berstatus sebagai pendeta yaitu Pdt. Timotius Trimin, yang melayani di

foto:dok. panitia

GKJ Susukan, Rogomulyo. Di tengah kondisi bangsa Indonesia yang dihebohkan dengan politik identitas mayor-minoritas, desa ini justru menjalankan kehidupan yang berbeda, mereka bisa merayakan perbedaan dengan hidup berdampingan dalam kedamaian. Harapannya, konteks masyarakat seperti ini dapat melestarikan harapan para mahasiswa tentang gambaran masyarakat Indonesia yang ramah dan damai. Selain itu, para mahasiswa juga didorong untuk menghadirkan diri di masyarakat dengan aksi sosial yang progresif dan berdampak bagi masyarakat. Kegiatan P2SM 2019 ingin memberikan pemahaman bahwa aksi sosial juga dapat menjadi jalan bagi mahasiswa untuk mengembangkan spiritualitasnya. Di hari pertama, rombongan mahasiswa diterima oleh perangkat desa kemudian dibagi dalam kelompok-kelompok kecil untuk dititipkan ke 15 keluarga di desa Rogomulyo. Mereka diberi waktu untuk berinteraksi dengan keluarga masing-masing hingga esok siang. Hari kedua acara baru dimulai jam 10.00, peserta mengikuti tiga sesi talkshow. Sesi pertama talkshow dengan perangkat desa Rogomulyo. Sesi ini bicara tentang konteks kehidupan mereka yang

foto:dok. panitia

dipenuhi perbedaan. “Sejak dari dulu kami memang hidup di tengah perbedaan, tapi kami punya hal yang mengikat yaitu sejarah dan budaya toleransi yang ada dan tidak bisa dihilangkan,” kata Santoso, kepala Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa Rogomulyo yang juga hadir sebagai salah satu narasumber. Ketika ditanya tentang latar belakang mengapa masyarakat desa Rogomulyo yang lebih banyak beragama Islam percaya untuk dipimpin pendeta, Santoso mengatakan bahwa desa Rogomulyo tidak mementingkan agama dalam mencari pemimpin, yang penting itu kualitas kepemimpinannya. Sesi kedua talkshow dengan para pemuka dan tokoh agama Kristen (Pdt. Timotius Trimin), Islam (Kyai Joko Suwarno), Buddha (Sugiyatno, S.Ag., M.Pd.), dan Hindu (I Nyoman Santiawan, S.Pd, M.B.A.). Sesi ini bicara tentang ajaran dari agama masing-masing yang dapat menjadi atau memberi dasar pada aksi sosial. Sesi ketiga talkshow dengan komunitas Little Hope Indonesia, sebuah komunitas anak muda di Salatiga yang fokus melakukan aksi sosial di bidang pendidikan dengan memberikan bimbingan belajar gratis pada

murid-murid SD dan SMP di beberapa desa di Salatiga. Dalam sesi ini rekan-rekan dari Little Hope Indonesia membagikan visi dan misi mereka dalam melakukan aksi sosial. Rekan-rekan dari Little Hope Indonesia juga mendorong peserta P2SM untuk membuat komunitas untuk bergerak di bidang apapun untuk menyatakan kebaikan dan membantu banyak orang. Hari ketiga diisi dengan kegiatan “We are in Action”. Peserta dibagi menjadi beberapa kelompok kecil untuk beraksi lewat pojok kesenian, kesehatan, permainan, edukasi, religius, dan kerajinan tangan. Bersama dengan Karang Taruna di desa setempat, peserta menyiapkan aksinya untuk melayani dan menghibur masyarakat dengan lintas usia. Seluruh rangkaian kegiatan P2SM 2019 kemudian ditutup dengan penulisan refleksi secara personal dari tiap peserta, lalu ada ritual Doa Lintas Iman yang diisi dengan pendarasan kitab-kitab suci oleh beberapa peserta yang mewakili agamanya masingmasing. Dalam refleksi yang dituliskan peserta, banyak yang mensyukuri pengalaman tinggal bersama masyarakat. Penerimaan dan keramahan yang ditunjukkan warga desa yang yang tak selalu seagama dengan mereka membuat para peserta belajar tentang toleransi secara langsung. Elvin Daniel Hia, salah satu peserta P2SM 2019 dari PMK Soli Deo Gloria, menuliskan dalam refleksinya bahwa ia sudah mengikuti P2SM ini selama tiga tahun berturut-turut dan ia mendapatkan pelajaran yang sangat berharga tentang pluralisme agama. Ia belajar untuk menghargai perbedaan. “Kegiatan ini memacu saya untuk bersaksi dan beraksi di tengah masyarakat supaya hidup saya lebih berdampak dan bermanfaat untuk orang lain,” tulisnya di dalam refleksinya. [Ester]

Kegiatan Service Learning dalam Mata Kuliah Pendidikan Perdamaian

S

ervice Learning adalah pendekatan pembelajaran yang memudahkan mahasiswa memahami konsep-konsep yang diberikan dalam prosesnya. Kegiatan service learning ini telah dikembangkan oleh unit MKH sejak Tahun Akademik 2013 dan terus dievaluasi, agar sifat matakuliah yang berorientasi kepada pendidikan karakter dapat berkelanjutan. Matakuliah Pendidikan Perdamaian yang diselenggarakan oleh unit Mata Kuliah Humaniora (MKH) beberapa semester terakhir telah melaksanakan kegiatan service learning. Para mahasiswa peserta matakuliah ini bergabung menjadi relawan berdasarkan minatnya melalui kegiatan langsung di komunitas-komunitas yang menjadi mitra unit MKH. Komunitas mitra yang dipilih adalah komunitas pendamping kelompok lansia (lanjut usia), Penyintas peristiwa 1965

(FOPPERHAM - Forum Pendidikan dan Perjuangan Hak Asasi Manusia), komunitas penyelamatan lingkungan pantai dan penyu (reiSPIRASI ), komunitas pengembangan pertanian ramah lingkungan (Kebun Mbak Tias), komunitas perempuan pengembang perdamaian lintas iman (Srikandi Lintas Iman), komunitas mahasiswa yang menyelenggarakan diskusi di perguruanperguruan tinggi yang ada di Yogyakarta (Sekolah Damai Indonesia), dan Syantikara Youth Center yang dikelola oleh para suster CB. Komunitas yang terakhir ini secara khusus memberikan kesempatan bagi mahasiswa UKDW untuk berpatisipasi dalam program Sego Mubeng, dimana mahasiswa UKDW belajar membuat minuman sehat, memasak, dan mengedarkannya kepada pengendara becak dan tukang sampah di beberapa lokasi di Kota Yogyakarta.

foto:dok. panitia

Kegiatan service learning dimulai setelah masa Ujian Tengah Semester. Karena karakternya adalah praktikum sosial, maka sebelum mahasiswa menjadi relawan di komunitas diperlukan persiapan. Materi p e rs i ap an m e nc aku p p e ng e mb ang an sensitivitas budaya, ketrampilan sebagai care giver terutama bagi mahasiswa yang berminat bekerja dengan komunitas

foto:dok. panitia

pendamping kelompok rentan, dan ketrampilan menulis jurnal. Melalui pendekatan pengetahuan, pengalaman langsung, dan refleksi, diharapkan tujuan matakuliah akan tercapai, yakni mewujudkan pribadi yang berwawasan damai, memiliki nilai inklusif, dan sensitif dalam berelasi di konteks masyarakat yang beragam. [Endah]

UKDW - Compassion Indonesia Beri Beasiswa pada Mahasiswa

U

niversitas Kristen Duta Wacana (UKDW) melalui Biro Kemahasiswaan, Alumni, dan Pengembangan Karir (Biro 3) bersama para mitra menyediakan berbagai bantuan dana pendidikan untuk mahasiswa yang membutuhkan. Sarana ini diberikan untuk memperluas akses masyarakat ke jenjang perguruan tinggi. Bertempat di Ruang Rektorat UKDW pada hari Senin (29/4), UKDW resmi menjalin kerja sama dengan Yayasan Bantuan Kasih Indonesia (Compassion Indonesia Foundation) dalam hal pemberian beasiswa bagi anak binaan Compassion Indonesia. Winta Adhitia Guspara, S.T, M.Sn. selaku Kepala Biro 3 dan Handoko Ngadiman selaku Direktur Yayasan Bantuan Kasih Indonesia (Compassion Indonesia Foundation) secara bersama-sama menandatangani perjanjian kerja sama dengan disaksikan oleh Rektor UKDW Ir. Henry Feriadi, M.Sc., Ph.D, perwakilan unit di UKDW serta perwakilan dari Compassion Indonesia. Beasiswa ini diberikan kepada sepuluh anak-anak binaan Compassion Indonesia yang terpilih melalui proses seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB) di UKDW.

foto:dok. biro IV

Handoko mengatakan dengan adanya kerja sama ini diharapkan dapat menjadi pembuka untuk peluang kerja sama yang lain. “Compassion Indonesia memiliki 700 mitra di seluruh Indonesia, kami berkeinginan untuk menggandeng UKDW agar mitra-mitra tersebut mendapatkan pelatihan ataupun sharing knowledge untuk mengembangkan program mereka,” jelas Handoko. Henry Feriadi dalam pertemuan tersebut mengatakan bahwa UKDW selalu terbuka untuk menjalin kerja sama pemberian beasiswa bagi mahasiswa UKDW. “Beasiswa tersebut dapat membantu mahasiswa kurang

foto:dok. biro IV

mampu dari segi ekonomi untuk dapat mengenyam pendidikan tinggi.” kata Henry. Compassion Indonesia merupakan organisasi nirlaba yang bermitra dengan gereja-gereja untuk memberi bantuan pendidikan kepada anak-anak Indonesia yang memiliki kesulitan ekonomi dan tidak memiliki kesempatan untuk mengenyam pendidikan. Misi Compassion Indonesia ini dimulai pada tahun 1968 serta mulai membantu masyarakat di Indonesia Timur pada tahun 2004. Saat ini, lebih dari 136.000 anak berpartisipasi di lebih dari 600 pusat pengembangan anak.

UKDW sendiri menyediakan beberapa jenis beasiswa bagi mahasiswa diantaranya beasiswa akademik yang terdiri dari beasiswa bagi calon mahasiswa yang berprestasi, beasiswa prestasi akademik, beasiswa prestasi umum, beasiswa talenta Duta Wacana, beasiswa kebutuhan, dan beasiswa Online Scholarship Competition yang bekerjasama dengan Medcom.id. Di samping itu, UKDW juga menjalin kerja sama dengan mitra dalam hal pemberian bantuan pendidikan atau beasiswa bagi mahasiswa di UKDW diantaranya beasiswa dari Yayasan Tunas Muda Cendekia, beasiswa Dharma Polimetal, beasiswa Scranton (Korea Selatan), beasiswa dari BNI, beasiswa dari GKI Pondok Indah dan GKI Kebayoran Baru, beasiswa dari Sinode Gereja Kristen Jawa (GKJ), beasiswa Gereja Kristen Pasundan (GKP), dan beasiswa dari Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW). Sedangkan beasiswa dari pemerintah yang tersedia di UKDW yaitu beasiswa Bidik Misi dan beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik. Jika ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang beasiswa-beasiswa tersebut di atas, silahkan menghubungi Biro 3 UKDW. [Lia]


Program Studi

4

VOL.13/MEI 2019

34 Tahun Fakultas Bisnis Universitas Kristen Duta Wacana

F

akultas Bisnis Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) didirikan pada tanggal 2 Mei 1985 bersamaan dengan lahirnya Program Studi (Prodi) Manajemen. Setelah 15 tahun berdiri, tepatnya tahun 2000 didirikan Prodi Akuntansi, kemudian pada tahun 2016 berdiri Prodi Magister Manajemen UKDW. Menurut penuturan Dr. Singgih Santoso, MM, Dekan Fakultas Bisnis UKDW, dosen tetap yang mengajar di Fakultas Bisnis UKDW berjumlah sekitar 30 orang. Sedangkan untuk jumlah mahasiswa, pada tahun 2018 mahasiswa Fakultas Bisnis UKDW berjumlah 1284 mahasiswa, terdiri dari 736 mahasiswa Manajemen, 522 mahasiswa Akuntansi, dan 26 mahasiswa Pascasarjana Magister Manajemen. Dr. Singgih menambahkan dari sisi kualitas pendidikan, Fakultas Bisnis UKDW dapat dikatakan sudah mampu bersaing dengan Fakultas Bisnis atau Fakultas Ekonomi di universitas lain. Prodi Manajemen telah terakreditasi “B” pada tahun 2015, begitu pula dengan Prodi Akuntansi yang sudah terakreditasi “B” pada tahun 2016. Setelah berdiri kurang lebih tiga tahun, Magister Manajemen UKDW juga berhasil memperoleh akreditasi “B” pada tahun 2019. Fakultas Bisnis menaungi tiga kelompok studi yang ada di UKDW yakni Kelompok Studi Pasar Modal Universitas Kristen Duta Wacana (KSPM UKDW), Kelompok Studi Audit Universitas Kristen Duta Wacana (KSA UKDW), dan Kelompok Studi Pajak Universitas Kristen Duta Wacana (KSP UKDW). Kelompok-kelompok studi ini beranggotakan

foto:dok. panitia

mahasiswa lintas angkatan yang secara rutin mengadakan kegiatan sesuai dengan ranah kelompok studi tersebut. Melalui kelompok-kelompok studi ini diharapkan mahasiswa semakin termotivasi untuk belajar secara mandiri mengenai pasar modal, audit, dan pajak. Sedangkan untuk Lembaga Kemahasiswaan, Fakultas Bisnis juga menaungi Badan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Bisnis (BPM FB,) Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Bisnis (BEM FB), Himpunan Mahasiswa Program Studi Manajemen (HMPSM) dan Himpunan Mahasiswa Program Studi Akuntansi (HMPSA). Dengan adanya Lembaga Kemahasiswaan ini diharapkan mahasiswa Fakultas Bisnis dapat berperan aktif dalam organisasi sehingga mereka memiliki soft skill yang semakin terasah. Merayakan hari jadi Fakultas Bisnis UKDW yang ke-34, pada tanggal 2 Mei 2019 diadakan Dies Natalis Fakultas

foto:dok. panitia

Bisnis yang dirangkaikan dengan perayaan Hari Kebangkitan Tuhan Yesus (Paskah) 2019. Tema yang diangkat pada Dies Natalis kali ini adalah “Paskah dan Masa Depan Fakultas Bisnis”. Sama seperti tahun sebelumnya, Fakultas Bisnis UKDW berkolaborasi dengan Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK) Fakultas Bisnis, Soli Deo Gloria. Keterlibatan PMK Soli Deo Gloria dalam ibadah perayaan Dies Natalis ini bertujuan untuk merangkul lebih banyak mahasiswa. Ibadah perayaan dilanjutkan dengan acara pemotongan tumpeng oleh Dekan Dr. Singgih Santoso, MM dan ramah tamah bersama sivitas akademika Fakultas Bisnis UKDW. Dengan bertambahnya usia, diharapkan Fakultas Bisnis UKDW akan semakin maju dalam mendidik seluruh mahasiswa yang belajar sehingga mampu melahirkan generasi yang berkarakter dan unggul. [mey]

Perayaan HUT Fakultas Arsitektur dan Desain: Menjadi Pribadi yang Unik dan Kreatif

M

erayakan hari jadi Program Studi (Prodi) Arsitektur ke-54, Prodi Desain Produk ke-14, dan Magister Arsitektur ke-2, Fakultas Arsitektur dan Desain Universitas Kristen Duta Wacana (FAD UKDW) menggelar rangkaian acara perayaan. Rangkaian kegiatan diawali dengan acara Sharing Session bertema “Circular Creation” – Becoming the Person You Want to be pada hari Kamis, 9 Mei 2019. Kegiatan berupa sesi sharing dan refleksi fakultas ini dihadiri oleh para Pegawai Pendukung Akademik (PPA) dan Pegawai Akademik (PA) di lingkungan FAD serta alumni. Menurut Sekar Adita, M.Sn. selaku Ketua Panitia, tema yang diangkat bertujuan untuk mengingatkan keluarga besar FAD agar selalu dipengaruhi dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar dan sesama dalam berkarya dan bekerja. Interaksi yang terjalin dan membentuk lingkaran yang tidak terputus ini akan mampu membentuk diri menjadi apa yang kita mau. Ini merupakan hal yang penting untuk menciptakan keunikan yang memperkaya lingkungan FAD. Diharapkan dengan diadakannya kegiatan seperti ini para PPA dan PA mendapatkan tambahan ilmu serta pengalaman yang dapat diaplikasikan dalam kegiatan di lingkungan FAD. Dalam Sharing Session ini turut hadir beberapa pembicara yaitu Evi Natalia

foto:dok. panitia

Lisdayanti, S.Ds. (alumni Desain Produk UKDW – Gramedia, Jakarta), Novi Kristinawati Sunoto, S.T. (alumni Arsitektur UKDW - Atur Ruang Workshop), Robertus Agung Prasetya, S.E., M.M (Direktur CV. Karya Wahana Sentosa/KWaS Furniture), serta Pdt. Handi Hadiwitanto, Ph.D. (Wakil Rektor IV UKDW). Para pembicara memaparkan hal-hal terkait kesiapan diri dalam menghadapi era Industri 4.0 yang sudah didepan mata yang menjadi acuan dalam kegiatan mengajar dan belajar, serta cara bersikap dalam membentuk diri yang baik bagi sesama dan lingkungan. Acara ini

juga dimeriahkan oleh performing band dari para dosen FAD dan mahasiswa Prodi Desain Produk Angkatan 2018. Rangkaian acara dilanjutkan dengan puncak perayaan yang diadakan pada hari Jumat, 10 Mei 2019 di Atrium Didaktos UKDW dan dihadiri oleh seluruh staf, dosen, serta mahasiswa FAD. Kegiatan ini merupakan bentuk ucapan syukur dan refleksi yang bertujuan untuk mempererat ikatan seluruh keluarga besar FAD yang terdiri dari staf, dosen, dan mahasiswa. Selain itu perayaan ini menjadi sebuah bentuk media promosi FAD ke khalayak luas.

Tema “Fountain of Creation” dipilih karena ingin menunjukkan bahwa walaupun FAD menghasilkan karya yang berbeda-beda tetapi tetap berasal dari hal sama yaitu pola pikir yang kreatif dan memiliki keinginan yang satu untuk terus menghasilkan karya yang lebih baik lagi dari sebelumnya. Lebih lanjut, Sekar menyampaikan bahwa perayaan ini merupakan kegiatan yang sangat ditunggu oleh para mahasiswa dan dosen karena kegiatan seperti ini menjadi salah satu sarana untuk mengakrabkan diri dan lebih mengenal satu dengan yang lain. Perayaan diawali dengan persembahan taritarian dari Unit Kegiatan Kebudayaan (UKKb) Cendana, lalu dilanjutkan dengan renungan oleh Pdt. Nani Minarni, S.Si, M.Hum selaku Pendeta Universitas (PU) dan penyerahan hadiah untuk para pemenang lomba, serta performing band dari para dosen dan mahasiswa FAD. Menutup rangkaian acara perayaan, dilakukan prosesi pemotongan tumpeng oleh Dr. Ing. Wiyatiningsih, S.T., M.T. selaku Dekan FAD, yang diserahkan kepada Dr.Ing. Sita Y. Amijaya selaku Ketua Program Studi (Kaprodi) Arsitektur, Eddy Christianto, M. T selaku Kaprodi Desain Produk, serta Prof. Ir. Titien Saraswati, M.Arch., Ph.D selaku Kaprodi Magister Arsitektur, dan Yohanes Satyayoga Raniasta, S.T., M.Sc selaku Ketua Program Profesi Arsitektur UKDW. [Sekar]

Rayakan Hari Jadi Prodi Informatika, HMTI Selenggarakan IAA

H

impunan Mahasiswa Teknik Informatika Universitas Kristen Duta Wacana (HMTI UKDW) rayakan hari jadi Program Studi (Prodi) Informatika yang ke-33 dengan menyelenggarakan Informatics Anniversary Awards bertema “Futurisme”. Tema ini diusung dengan harapan agar mahasiswa semakin terdorong untuk mengejar apa yang menjadi tujuan dan cita-citanya. Sedikit berbeda dengan perayaan tahun sebelumnya, Informatics Anniversary Awards tahun ini terdiri atas beberapa rangkaian acara. Rangkaian acara dimulai dengan kompetisi Creative Syntax yang ditujukan bagi mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi (FTI) untuk pengembangan ide yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan inovasi dan kreativitas mahasiswa pada tanggal 6 April 2019. Selanjutnya disusul dengan kompetisi Netsys, sebuah kompetisi dalam bidang jaringan komputer bagi para pelajar SMA/SMK Kota Yogyakarta pada 5 Mei 2019, dan diakhiri dengan acara puncak yaitu Gala Dinner pada 17 Mei 2019 di Atrium Gedung Agape UKDW. Tak hanya dihadiri oleh para dosen dan mahasiswa Prodi Informatika, acara puncak perayaan ulang tahun Prodi Informatika ini turut dihadiri oleh perwakilan dari beberapa

Lembaga Kemahasiswaan UKDW mulai dari Himpunan Mahasiswa Sistem Informasi (HMSI), Badan Perwakilan Mahasiswa (BPM) dan Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi (BEM FTI), hingga perwakilan dari BPM dan BEM UKDW. Dalam gala dinner yang diadakan sebagai acara puncak, tidak hanya disajikan makanan untuk dinikmati oleh tamu yang datang, panitia juga mengumumkan pemenang dari berbagai nominasi seperti mahasiswa dengan poin keaktifan terbanyak, mahasiswa dengan peningkatan indeks prestasi kumulatif tertinggi, asisten dosen terfavorit, serta King and Queen Informatika tahun 2019. “Pemberian nominasi untuk mahasiswa dengan poin keaktifan terbanyak bertujuan untuk mengapresiasi keaktifan mahasiswa terhadap berbagai acara dan kepanitian yang ada di universitas. Untuk nominasi peningkatan IPK tertinggi ditujukan untuk mengapresiasi mahasiswa yang telah berusaha meningkatkan IPK, yang diharapkan untuk menunjukkan bahwa tidak hanya mahasiswa dengan IPK tertinggi yang diapresiasi, melainkan juga mahasiswa yang berusaha untuk meningkatkan IPK-nya. Sedang untuk nominasi asisten dosen terfavorit bertujuan untuk mengapresiasi asisten

foto:dok. panitia

dosen atas pelayanannya kepada mahasiswa yang menjadi mahasiswa dari kelas yang diajar,” ucap Willhelmus Krisvan, Ketua IAA 2019. [Cindy]


Program Studi

VOL.13/MEI 2019

P

Langkah Awal KSA Mengenalkan Audit lewat A-Lab for Dummies Season 1

ada hari Sabtu (27/4) bertempat di ruang E.1.1 Gedung Eudia, Kelompok Studi Audit Universitas Kristen Duta Wacana (KSA UKDW) menyelenggarakan “Audit Laboratorium for Dummies Season 1” (A­Lab for Dummies Season 1). Kegiatan yang diinisiasi oleh Divisi Audit KSA UKDW ini merupakan program kerja rutin yang mulai digalakkan kembali setelah beberapa waktu yang lalu sempat terhenti. Program kerja ini tidak hanya sebagai program kerja biasa untuk menunjukkan eksistensinya tetapi lebih jauh dari itu bahwa KSA UKDW lewat Divisi Audit ingin memberikan kesempatan bagi siapa saja yang memiliki niat dan keseriusan belajar. Proses belajar dalam kegiatan ini dikemas dengan gaya santai tapi serius. Melalui “A­Lab for Dummies”

M

atau jika diterjemahkan adalah kelas audit bagi orang awam ini bisa menjadi langkah awal mahasiswa UKDW untuk mengenal dunia akuntansi khususnya audit lebih dalam. Audit sendiri memiliki pengertian yaitu pemeriksaan laporan keuangan untuk memberikan pendapat atas kebenaran penyajian laporan keuangan perusahaan dan juga menjadi salah satu faktor dalam pengambilan keputusan. Para anggota KSA yang hadir dalam acara tersebut dibagi menjadi dua tim untuk menyelesaikan soal-soal akuntansi. Mereka membahas soal-soal yang telah dikerjakan melalui diskusi bersama. “A­Lab for Dummies” Season 1 dan Season 2 pada tanggal 18 Mei 2019 memang sengaja ditujukan bagi para anggota aktif KSA UKDW karena materi yang dibahas

dalam pertemuan-pertemuan tersebut menjadi bekal setiap anggota sebelum berjalan lebih jauh bersama peserta “A­Lab for Dummies” season­ season selanjutnya. Pada sesi pertama, kedua tim bersaing dalam menyelesaikan soal-soal dimana dalam setiap tim terdapat beberapa angkatan mulai dari angkatan 2016 sampai dengan 2018 dan selama kegiatan berlangsung anggota KSA UKDW angkatan 2014 dan 2015 turut mendampingi. Soal-soal akuntansi yang dikerjakan berupa siklus pencatatan akuntansi selama satu tahun. Dalam menyelesaikan tugas tersebut, setiap tim dapat berinteraksi dan saling bertanya jika mengalami kesulitan dalam tim mereka untuk menuntaskan soal-soal yang ada. Pada sesi kedua, setiap tim mengumpulkan

tugasnya masing-masing dan setiap tim diwakili satu orang, menjelaskan setiap transaksi yang ada. Diskusi pada sesi ini berjalan dengan lancar, serius namun santai, sehingga soal yang sulit dapat diselesaikan dan dipahami bersamasama secara lebih ringan. Kegiatan ini memberikan pengetahuan yang baru bagi angkatan 2018 dan juga merefleksikan kembali untuk angkatan 2016 dan 2017 agar ilmu yang mereka terima tidak begitu saja pudar. Kegiatan ini juga merupakan ajang untuk setiap anggota saling bertatap muka, mengenal satu sama lain serta mambangun bonding antar anggota KSA UKDW sehingga terjalin kebersamaan dan kehangatan. [Linus]

SCOPH CIMSA UKDW Cari Tahu Bagaimana Stigma Masyarakat Terhadap ODGJ

EWEK yang merupakan kepanjangan dari Mental Health Wellness merupakan sebuah project yang dilakukan oleh Standing Committee on Public Health Center for Indonesian Medical Students' Activities (SCOPH CIMSA) Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) dalam dua bentuk kegiatan pada tanggal 4 dan 13 April 2019. Kedua kegiatan tersebut adalah social experiment dan seminar capacity building yang dibawakan oleh narasumber yang berkompeten. Berdasarkan pendapat dan pola pikir manusia bahwa seseorang akan merasa risih jika berada dekat dengan orang dengan gangguan jiwa. Untuk mengetahui respon masyarakat terhadap hadirnya orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) di sekitar mereka maka dibuatlah social experiment dengan meminta bantuan salah satu organizing committee (OC) untuk menyamar menjadi orang gila dengan berpakaian compang-camping dan gerak gerik yang sedikit aneh. Penampilan OC tersebut diharapkan dapat membangun stigma pada masyarakat bahwa OC tersebut adalah orang gila. Setelah stigma itu terbentuk maka masyarakat akan berespon sesuai dengan apa yang ada di pengetahuan mereka seperti berusaha menghindar, mengabaikan, memaki, mengusir ataupun melihatnya dengan tatapan jijik. Dengan demikian kita dapat mengambil

F

5

foto:dok. Panitia

sampel dalam bentuk yang sederhana dan dapat dijadikan sebagai referensi pengetahuan member mengenai kondisi yang terjadi pada masyarakat dengan hadirnya ODGJ. Dalam kegiatan social experiment ini, SCOPH CIMSA juga mewawancarai target dan mendapati diantara mereka ada yang bersikap acuh atau tidak peduli sehingga adanya pemeran ODGJ tidak mengganggu bahkan tidak menyita perhatian mereka, ada juga yang memiliki keinginan untuk mengusir ODGJ

tersebut atau memanggilkan satpam bagian keamanan untuk mengusirnya, ada yang takut saat didekati, serta ada juga orang-orang yang memiliki rasa kasihan atau iba kepada ODGJ tetapi tidak melakukan apa-apa. Responrespon seperti inilah yang ada dan nyata di masyarakat. Tidak semua orang peduli akan menunjukkan kepeduliannya dan tidak semua orang yang terlihat tenang tidak merasa terganggu. Setelah mendapatkan data dari social

experiment, pada tanggal 13 April 2019 diadakan seminar capacity building yang dibawakan oleh dr. Randolf S.P. Hutahaean, lulusan Fakultas Kedokteran UKDW, membawakan materi tentang mental health meliputi hal apa saja yang dapat menyebabkan seseorang mengalami gangguan mental, apa akibat yang akan dialami ODGJ, serta bagaimana dampak stigma masyarakat terhadap kehidupan ODGJ dan keluarganya di lingkungan sosial. Dampak dari stigma masyarakat bukan saja membuat masalah pada orang yang memiliki gangguan mental tersebut tetapi juga keluarganya akan merasa terbebani dan dapat melakukan hal- hal yang merugikan mereka sendiri. Setelah penyampaian materi, acara dilanjutkan dengan sesi sharing tentang hasil social experiment serta sesi tanya jawab. Dengan terlaksananya MEWEK ini, diharapkan OC yang telah mengetahui bagaimana stigma masyarakat terhadap ODGJ akan lebih menghargai dan memperlakukan mereka sama dengan manusia normalnya karena kita semua memiliki risiko yang sama dalam mengalami gangguan mental. [April]

FK UKDW Hadirkan Pembicara dari University of Edinburgh dalam “Amygdala”

akultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana (FK UKDW) baru saja menyelenggarakan “Amygdala” yang diadakan pada tanggal 4-5 Mei 2019 bertempat di Lecture Hall Pdt. Dr. Rudy Budiman UKDW. “Amygdala” adalah simposium yang berlangsung selama dua hari, membahas tentang Holistic Community­Based Palliative and Geriatrics Care sebagai topik utama. Simposium ini mempunyai empat sesi yang terdiri dari empat belas materi. Sesi satu pada hari pertama membahas mengenai “Improving Patient’s Care through Primary Palliative Care” yang terdiri dari empat materi yaitu Community­based and Primary Palliative Care: Innovation in Services Model Around the World dan Available Tools in the Needs Assessment of Palliative Care Needs in Primary Care Setting yang dibawakan oleh Dr. Daniel Munday dari University of Edinburgh, Interdisciplinary Efforts in the Palliative Care Provision at the Primary Level yang dibawakan oleh dr. Helen Lord dari Specialist Palliative Care Northern Tasmania, dan The Experience of Community­based Palliative Care in Indonesia yang dibawakan oleh dr. Edi Setiawan Tehuteru, Sp.A(K), MHA dari Pediatric Palliative Care RS Dharmais Jakarta. Untuk sesi kedua, tema yang dibahas adalah “The Dilemma in Pain Management the Primary Care” yang terdiri dari tiga materi yaitu Overview Pain Management yang dibawakan oleh dr. Helen

Lord, Pain Management for Palliative Care Patients in the Resource Poor oleh dr. Daniel , dan The Turmoil of Opioid Prescription in Indonesia oleh Dra. Engko Sosialine Magdalene, Apt, M.Bio Med yang merupakan Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pada sesi ketiga, simposium membahas tentang “Common Medical Problems in Elderly” yang terdiri dari tiga materi yaitu Types of Dementias and Their Eyes Detection yang dibawakan oleh dr. Yohan Budi Hartanto, Sp,S, M.Sc dari RS Bethesda, Fall Prevention in Elderly Patients oleh dr. Vera Sastranegara, Sp.PD-KGer dari RS Limijati Bandung, dan Polypharmacy; It’s Danger, Identification and Management in Elderly Patients oleh T.B. Titien Siwi Hartayu, M.Kes., Ph.D.,Apt dari Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Sesi keempat membahas tentang “At Home Notes for Dependent Elderly” yang terdiri dari e m p a t m a t e r i y a i t u I d e n t i f i c a t i o n a n d Management of Delirium at Home and at Primary Health Care yang dibawakan oleh dr. Vera Sastranegara, Sp.PD-KGer., Prevention and Management of Pressure Wound at Home oleh Dr. Christantie Effendy, S.Kp., M.Kes dari Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada dan seorang dokter di RS Sardjito Yogyakarta, Maintaining Physical Fitness in Terminally III

and Elderly Patients oleh dr. Amelia Kartika, Sp. KFR, dan Identification and Management of Depression in Terminaly III and Elderly Patients oleh dr. Mahar Agusno, Sp.KJ(K) dari Staf Medis Fungsional (SMF) Psikiatri RS Bethesda Yogyakarta. Devina Johanna yang merupakan perwakilan peserta dari mahasiswa FK UKDW dalam acara simposium turut berbagi kesan setelah mengikuti acara tersebut, dimana dirinya menjadi sangat tertarik tentang Palliative Care dan Delirium. Palliative Care adalah suatu cara untuk menaikkan kualitas hidup seseorang atau pasien, terutama untuk mereka yang sudah divonis hidup hanya beberapa waktu lagi. Hal tersebut bertujuan supaya mereka dapat menikmati sisa hidupnya bersama dengan orang-orang yang mereka sayangi. Sedangkan, delirium adalah suatu keadaan dimana tingkat kesadaran seseorang berada di tingkat tidak bisa diajak bekerja sama dan susah berkomunikasi, cenderung berhalusinasi. Delirium dapat dialami seseorang karena mereka mengalami sakit yang luar biasa sehingga tidak bisa diungkapkan. “Dari sesi simposium kemarin yang saya dapat adalah pembicara menjelaskan carabagaimana menghadapi orang yang sudah mencapai kesadaran di tingkat delirium baik penanganan di rumah sakit maupun di tempat tinggal sendiri, dan menjadi lebih mengerti bahwa ada kondisi dimana pasien memang tidak bisa diselamatkan. Tapi kita sebagai tenaga medis bisa

foto:dok. Panitia

menyelamatkan sisa hidupnya di dunia ini menjadi lebih bermakna” ujar Devina. Salah satu topik geriatric yang diminati adalah mengenai cara pencegahan jatuh pada geriatri dan depresi geriatri. Pencegahan jatuh menjadi salah satu bagian yang menarik dan kompleks karena ternyata mencegah jatuh lansia tidak semudah kata-kata yang diberikan saat melakukan edukasi. Selain itu, depresi geriatri juga menjadi masalah kompleks karena umumnya sering diremehkan dan jarang dipahami setiap orang ketika lansia mengalami masalah tersebut. Empat belas materi yang dibawakan oleh pakar baik dari dalam negeri maupun luar negeri seperti Inggris, Australia, dan India membantu para peserta simposium untuk lebih memahami tentang perawatan paliatif dan geriatri. [Krisenssia]


Program Studi

6

M

“Sehatkah Tuhan Anda?” Pengaruh Iman Terhadap Kesehatan

enghadirkan pembicara dari salah satu dosen Fakultas Teologi Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) yaitu Pdt. Yahya Wijaya, Ph.D, Fakultas Teologi UKDW menggelar seminar pertama SETIA (Seminar Teologi dan Isu-Isu Aktual) dengan tema “Sehatkah Tuhan Anda?” yang dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 6 Mei 2019 di Lecture Hall Pdt. Dr. Rudi Budiman. Tema ini diambil berdasarkan titik tolok ukur bahwa iman ternyata mempunyai dampak negatif dan positif pada kesehatan. Menurut Pdt. Yahya Wijaya, Ph.D, indikator seseorang dikatakan tidak sakit bukan hanya tidak menderita suatu penyakit. Kesehatan secara menyeluruh bukan hanya tentang kondisi fisik tertentu. Kesehatan mempunyai tiga dimensi, yaitu kesehatan fisik, mental (emotional), dan sosial. Kesehatan adalah kebugaran tubuh, ketajaman pikiran, dan keseimbangan emosi. Ketika ketiga elemen itu berada dalam kondisi baik maka memungkinkan seseorang menjalani kehidupan dengan kualitas terbaiknya. Ada perdebatan definisi untuk ketiga dimensi, seperti dari matrealisme medis yang mengatakan bahwa pikiran (mind) manusia dipengaruhi oleh otak

T

foto:dok. Panitia

(brain). Apakah seseorang bisa dikatakan beragama atau tidak adalah otak yang menentukan. Sehingga di masa depan bisa saja diciptakan suatu alat rekayasa otak untuk mempengaruhi pemikirannya. Tetapi kemudian muncul penelitian lain dari bidang neuroscience. Neuroscience mengatakan hal sebaliknya, bahwa pikiran mempengaruhi otak. Otak manusia mengalami perkembangan sampai mati dari segi fungsi dan struktur. Pikiran, perangsang aktivitas, merupakan bagian dari otak yang disebut dengan amygdala. Tidak adanya aktivitas pada amygdala

foto:dok. Panitia

akan menyebabkan seseorang tidak dapat merasakan sesuatu seperti tidak merasa takut dan waspada. Akan tetapi amygdala yang terlalu aktif juga akan menyebabkan stres. Amygdala dapat dikendalikan dengan cara meditasi. Seminar ini juga banyak membahas tentang psikoteologi. Konsep dari psikoteologi adalah bahwa gambaran tentang Tuhan berpengaruh kepada kesehatan. Gambaran terhadap tuhan yang sakit maka menghasilkan umat yang sakit. Oleh karena itu sinergi antara teologi yang sehat dengan psikologi yang

VOL.13/MEI 2019

bertanggung jawab akan menghasilkan kondisi yang sehat. Tradisi agama yang mengajarkan tuhan sakit menyebabkan banyak orang mengalami “sakit”. Oleh karena itu pelayanan penyembuhan Tuhan Yesus tidak hanya sekedar penyembuhan fisik, tetapi juga dengan gambaran Tuhan yang baik. Misalnya Yesus tidak pernah mengatakan “Aku telah menyembuhkanmu” akan tetapi “Imanmu telah menyembuhkanmu”. Dengan begitu Tuhan menunjukan sikap anti perfeksionisme. Orang yang sakit biasanya dicap sebagai orang yang berdosa. Hal tersebut merupakan bagian dari politik dosa yang biasa dilakukan oleh pemuka agama. Politik dosa juga termasuk dari penyembahan tuhan yang sakit. Gambaran tuhan yang sakit adalah Tuhan yang perfeksionis. Tuhan yang menuntut kesempurnaan manusia dan tidak bisa melihat kesalahan. Jika umat secara terus menerus didoktrinasi tentang gambaran tuhan yang sakit maka akan mengalami sakit, letih, lesu, berbeban berat, dan stres. Merasakan cinta Tuhan itu lebih penting daripada doktrin yang ada. Ajaran tentang Tuhan yang sehat akan membentuk umat yang juga sehat secara fisik, mental, dan sosial. [Debo]

Gelar Desain 2019 “Creative Millenial” Pembuktian Diri Mahasiswa Desain Produk Melalui Kreativitas

ahun 2019 merupakan kesempatan bagi mahasiswa Program Studi (Prodi) Desain Produk Fakultas Arsitektur dan Desain (FAD) Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) untuk menunjukkan identitas serta potensi desain produk kepada kalangan umum dalam acara “Gelar Desain”. Gelar Desain sendiri merupakan acara pameran karya mahasiswa Prodi Desain Produk FAD UKDW yang diadakan setiap dua tahun sekali dan dikemas dengan beberapa rangkaian acara yang melingkupi ranah desain seperti workshop desain, Design Talks, pameran, hiburan musik, dan lomba-lomba. Gelar Desain tahun ini mengangkat tema Creative Millenial, dimana isu mengenai pola hidup generasi muda saat ini yang cenderung terperangkap dalam perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi memudahkan generasi muda dalam mencari dan berbagi informasi namun dengan kemudahan yang dihadirkan di era ini, menciptakan pola pikir generasi muda yang cenderung individual, pemalas, pemberontak, dan tidak mengenal budaya sendiri. Melalui Gelar Desain 2019, UKDW ingin mengubah pandangan buruk mengenai generasi saat ini yang dikenal dengan sebutan “Generasi Milenial”. Gelar Desain 2019 menjadi ajang pembuktian diri para milenial

M

foto:dok. Panitia

melalui kreativitas sehingga menjadi generasi milenial yang dapat mewujudkan cita-cita dan harapan bagi bangsa. Acara Gelar Desain 2019 diselenggarakan selama dua hari pada tanggal 26 - 27 April dengan mengambil tempat di Jogja National Museum. Event ini terbuka bagi umum dan tidak dipungut biaya alias gratis. Gelar Desain tahun ini untuk

pertama kalinya diadakan di luar kampus dan menjadi tantangan sekaligus hal baru bagi para panitia. Selain berkesempatan menyelenggarakan di luar kampus, panitia juga berkesempatan untuk berkolaborasi dengan mahasiswa dari Prodi Desain Produk seluruh Indonesia yang masuk dalam afiliasi Aliansi Desainer Produk Industri Indonesia (ADPII).

Dalam pameran Gelar Desain 2019, para pengunjung dapat melihat karya-karya berupa desain produk dari berbagai macam universitas. Karya-karya yang dihadirkan dalam pameran Gelar Desain 2019 merupakan hasil kerja mahasiswa desain produk dalam berbagai mata kuliah bahkan ada juga yang merupakan tugas akhir dari para alumni Prodi Desain Produk. Selain kegiatan pameran, workshop yang diselenggarakan juga menarik untuk diikuti seperti workshop ilustrasi yang menghadirkan narasumber Yehezkiel Cyndo dari “Little Story” dan Luh Pande Sandat Wangi dari “Owangi Handmade” serta workshop produk dengan material kulit oleh Kornelius Mangundarsono dari “Thirteen Craft”. Sedangkan untuk acara “Desain Talks” pembicara yang dihadirkan merupakan pembicara yang sudah memiliki pengalaman dalam profesi sebagai desainer antara lain Zulyo Kumara, Ivan Bestari, dan Tedanesia. Pada malam puncak acara, ada sebuah tradisi dimana seluruh panitia akan mengenakan kostum khusus yang disesuaikan dengan tema yang dihadirkan dan dengan diikuti music performance. [Meirantiano]

Fasade Tropis Kontemporer: Pilihan untuk Hunian Masa Kini yang Ramah Lingkungan

enjawab isu kenaikan suhu global yang disebabkan oleh aktivitas perkotaan, Fakultas Arsitektur dan Desain Universitas Kristen Duta Wacana (FAD UKDW) mengadakan kuliah umum pada tanggal 25 April 2019 di Ruang Seminar Pdt. Dr. Harun Hadiwidjono. Acara ini bersifat terbuka bagi mahasiswa aktif di FAD serta wajib bagi mahasiswa yang mengambil mata kuliah Fisika Bangunan dan mata kuliah pilihan Advanced Environmental System. Kuliah umum ini mengangkat tema “Fasade Tropis Kontemporer” dan dipandu oleh Agung Murti Haryono, ST., MT., Ph.D., pakar peneliti asal Yogyakarta sekaligus dosen di Program Studi (Prodi) Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya, Malang. Beberapa contoh nyata yang sudah beliau lakukan terkait penelitiannya yakni membuat vertical garden dari tumbuhan herbal seperti seledri atau kumis kucing di rooftop rumahnya dan memasang dinding ganda (secondary skin) untuk menurunkan suhu ruang. Setelah dibandingkan dengan dinding satu lapisan, penggunaan secondary skin terbukti dapat menurunkan suhu hingga enam derajat. Seringkali arsitektur tropis identik dengan bangunan tradisional yang merupakan maha karya nenek moyang dalam memanfaatkan

material alam sekitar. Hunian tersebut kemudian dinilai mampu beradaptasi dengan iklim dan lingkungan sekitarnya. Namun seiring berjalannya waktu, arsitektur kontemporer mulai lebih banyak diterapkan, yakni perancangan arsitektur yang bersifat dinamis dan merupakan kombinasi material konstruksi modern seperti beton, baja, dengan material alam hasil implementasi pada arsitektur tradisional yang efektif menurunkan suhu dalam ruangan. Faktor kenyamanan termal suatu hunian dapat diukur dari suhu, kelembaban, radiasi matahari hingga aktivitas manusia di dalamnya. Menurut SNI 03-65722001, hunian yang sejuk dan nyaman memiliki tingkat temperatur rata-rata sebesar 24 o C serta kelembaban 50-80%. Di masa mendatang, es di kutub akan habis mencair dan sebagian besar daratan mulai tenggelam. Hal ini disebabkan oleh penggunaan energi berbahan bakar fosil secara besar-besaran yang terus meningkat seiring kebutuhan teknologi yang mempermudah kinerja manusia dan pada akhirnya menghasilkan panas yang tidak dapat disalurkan ke luar angkasa sehingga kembali memantul ke bumi. Usaha-usaha untuk meminimalisir penggunaan energi secara berlebih atau biasa disebut efisiensi energi,

seperti penggunaan lampu neon atau skylight alam sebagai pengganti lampu bola pijar, penggunaan peralatan-peralatan modern hemat energi, juga pemilihan lokasi bangunan dan lingkungan untuk pengaturan suhu dan pencahayaan hunian terus dilakukan untuk mengurangi jumlah energi yang dibutuhkan untuk menyediakan produk dan layanan. Fasad arsitektur tradisional mengkini yang banyak menggunakan keunikan karya tradisional dan kekayaan alam serta diaplikasikan pada bangunan masa kini dan menghasilkan hunian yang nyaman menjadi salah satu cara yang juga sering diterapkan. Penghawaan dan pencahayaan alami didapat melalui orientasi bentuk bangunan dalam memanfaatkan energienergi terbaharukan untuk mencapai kenyamanan termal bagi penghuninya. Agung memaparkan secara detail hasil analisisnya dalam bentuk paper dan grafik mengenai perbedaan perlakuan desain pada bangunan tropis di Indonesia. Salah satu penelitian yang sudah dilakukannya menggunakan karya arsitek ternama seperti Paulus Mintarga dengan “Rumah Rempah Karya” yang didirikan di kawasan Gajahan, Colomadu, Solo, Jawa Tengah. Hal yang ditinjau ialah “Strategi Pendinginan Alami pada Karya Arsitektur Kontemporer” dan kemudian

dibukukan menjadi sebuah jurnal. Harapannya, jurnal tersebut akan menjadi sumber ide atau inspirasi desain yang terus berkembang demi keberlangsungan hidup bumi yang ramah lingkungan. Pada dasarnya konsep penghawaan dan pencahayaan di rumah adat tradisional dapat diterapkan di hunian-hunian masa kini. Adanya pembaharuan material tidak akan menghilangkan respon arsitektur terhadap alam. Sebagai tindakan penyelamatan bumi (go green), tidak hanya bangunan yang dituntut mampu merespon alam tetapi juga kesadaran tiap individu untuk mengubah pola hidup yang merusak alam. Contoh perilaku merusak alam tidak langsung yaitu dengan terus-menerus menggunakan plastik, menyalakan lampu di pagi atau siang hari, dan tidak memanfaatkan transportasi umum dengan baik. Seperti yang dikatakan oleh Agung dalam presentasinya, “Membina bangunan bukan membangun bangunan”. [Eva]


Program Studi

VOL.13/MEI 2019

7

Berbagi Pengalaman Berorganisasi Melalui Studi Banding

foto:dok. Panitia

foto:dok. Panitia

foto:dok. Panitia

foto:dok. Panitia

ada hari Selasa (7/5) yang lalu, organisasi kemahasiswaan Fakultas Bioteknologi Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) yang terdiri dari Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dan Badan Perwakilan Mahasiswa (BPM) menerima kunjungan dari Senat dan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Katolik (Unika) Soegijapranata Semarang untuk studi banding. Bertempat di Lecture Hall Pdt. Dr. Rudi Budiman, acara diawali dengan

sambutan dari Dekan Fakultas Bioteknologi UKDW Drs. Kisworo M,Sc., Ricky Albertus selaku Ketua BPM Fakultas Bioteknologi UKDW, dan Ignaz Dhiyan Pratita selaku Ketua BEM Unika Soegijapranata. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk berbagi pengalaman perihal kegiatan, program kerja yang dilakukan, bagaimana organisasi kemahasiswaan di Unika Soegijapranata maupun di UKDW menyelesaikan suatu masalah yang ada. Masing-masing organisasi kemahasiswaan

yang diwakili oleh Ricky Albertus, Lawrence Billy selaku Ketua BEM Fakultas Bioteknologi UKDW, perwakilan dari Senat Unika Soegijapranata, dan Ignaz Dhiyan Pratita selaku Ketua BEM Unika Soegijapranata melakukan pemaparan Rencana Kerja Tahunan (RKT) yang kemudian dilanjutkan dengan diskusi bersama. Peserta acara studi banding sangat antusias, dimana cukup banyak pertanyaan yang diajukan dan saran yang didapat baik untuk organisasi kemahasiswaan Fakultas Bioteknologi UKDW

sendiri maupun organisasi kemahasiswaan Fakultas Teknologi Pertanian Unika Soegijapranata. Kedua organisasi kemahasiswaan berharap di kemudian hari dapat dilakukan kegiatan bersama antara Fakultas Bioteknologi UKDW dan Fakultas Pertanian Unika Soegijapranata. [Agnes & Desi]

P

P

Studi Lapangan Fakultas Bioteknologi ke Semarang dan Kudus

ada hari Rabu (3/4), sebanyak 80 mahasiswa Program Studi Biologi Fakultas Bioteknologi Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) didampingi oleh Dra. Haryati B. Sutanto, M.Sc. dosen Teknik Pengolahan Limbah dan Drs. Guruh Prihatmo, M.S. dosen Teknik Restorasi Lingkungan serta delapan orang asisten dosen melakukan penanaman 10.000 bibit mangrove di Mangkang Wetan, Kecamatan Tugu, Kota Semarang. Konservasi kawasan mangrove ini merupakan salah satu kompetensi dari matakuliah Restorasi Lingkungan. Penanaman mangrove tidak hanya dilakukan oleh mahasiswa UKDW saja tetapi juga dilakukan oleh mahasiswa dari beberapa kampus lain di Semarang. Bibit mangrove didapat dari Djarum Foundation yang memiliki fokus khusus terhadap pelestarian lingkungan. Diharapkan dengan penanaman bibit mangrove ini dapat melestarikan dan mengembalikan fungsi ekologis ekosistem mangrove. Selain itu masyarakat diharapkan dapat meningkatkan

M

pengetahuan dan keterampilannya dalam pengelolaan konservasi sehingga dapat merasakan manfaat ekonomi dari ekosistem mangrove ini. Pada Kamis (4/4) rombongan melakukan kunjungan ke PT. Djarum di Kudus, kunjungan ini merupakan bagian dari studi lapangan mata kuliah Teknik Pengolahan Limbah. Kunjungan di PT. Djarum bertujuan untuk melihat dan mempelajari system Water Treatment Composting Plant (WTCP) yang dilakukan disana. Sebelum diajak melihat sistem pengolahan limbah, mahasiswa diajak terlebih dahulu untuk melihat-lihat pembuatan rokok di Sigaret Kretek Tangan (SKT) Karang Bener, lalu dilanjutkan melihat pembuatan Sigaret Kretek Mesin (SKM) di Oasis Kretek Factory. Terakhir mahasiswa dibawa ke lokasi pengolahan limbah PT. Djarum, tempat dilakukan pengolahan limbah menjadi pupuk kompos dan limbah cair yang dihasilkan menjadi aman bagi lingkungan. [Rambu]

foto:dok. Panitia

Biokonservasi: Conserve Nature, Save Future

engangkat tema “Conserve Nature, Save Future”, Fakultas Bioteknologi Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) melaksanakan aksi konservasi di Pantai Samas, Bantul. Aksi konservasi yang dilaksanakan pada hari Sabtu, 18 Mei 2019 ini diikuti oleh mahasiswa Fakultas Bioteknologi UKDW, Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Gappala, Komunitas Reispirasi Yogyakarta, perwakilan dari Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas (BEMU), BPM Fakultas Bioteknologi, dosen, dan laboran Fakultas Bioteknologi, Rujito sebagai pelopor konservasi penyu di Pantai Samas dan penggagas terbentuknya Forum Konservasi Penyu Bantul (FKPB) serta perwakilan dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kabupaten Bantul DIY. Kegiatan biologi konservasi (biokonservasi) merupakan program kerja rutin BEM Fakultas Bioteknologi yang berfokus pada konservasi alam. Biokonservasi tahun ini yang dilaksanakan di Pantai Samas merupakan lanjutan dari biokonservasi tahun 2016 lalu dimana rangkaian kegiatan dimulai dengan talkshow bersama Rujito dan BKSDA Kabupaten Bantul DIY, penanaman bibit pandan laut (Pandanus tectorius), dan diakhiri dengan kegiatan membersihkan pantai. Talkshow yang dibawakan oleh Rujito membicarakan permasalahan dan kendala konservasi penyu. Rujito sebagai pelopor konservasi penyu di pantai Samas mengatakan bahwa saat ini masih sering terjadi penjarahan telur penyu dan perburuan penyu untuk dijual padahal masyarakat sudah mengetahui bahwa semua jenis penyu telah dimasukkan dalam Appendix I (Perjanjian Konvensi Perdagangan Internasional Tumbuhan dan Satwa Liar Spesies Terancam). Ini berarti penyu masuk

foto:dok. Panitia

dalam daftar spesies yang harus dikonservasi dan terancam punah apabila perdagangan tidak dihentikan. Rujito juga memaparkan berbagai kendala dalam upaya konservasi penyu seperti semakin berkurangnya ekosistem pandan laut yang berfungsi sebagai tempat berlindung dan meletakkan telur penyu serta banyaknya sampah di pesisir pantai. Konservasi penyu di Pantai Samas diawasi langsung oleh BKSDA Kabupaten Bantul. Talkshow bersama BKSDA membicarakan perencanaan konservasi penyu di pantai Samas. Puji Lestari, perwakilan bagian Pengendali Ekosistem Hutan BKSDA juga menjelaskan beberapa kegiatan BKSDA dalam upaya konservasi penyu yaitu monitoring

pelestarian penyu, penyelamatan, dan perlindungan penyu, pembuatan papan informasi, dan penyelenggaraan kegiatan edukasi masyarakat tentang penyu sebagai hewan yang dilindungi. Pantai Samas merupakan salah satu pantai yang sering dikunjungi oleh penyu untuk meletakkan telur sehingga keberadaan pandan laut di Pantai Samas memiliki peranan yang sangat penting. Selain berperan dalam mencegah abrasi pantai, pandan laut juga berfungsi sebagai tempat penyu meletakkan telur. Terkait dengan hal tersebut, kegiatan biokonservasi ini juga menekankan pentingnya menjaga ekosistem pandan laut. Penanaman pandan laut di Pantai Samas dipandu oleh komunitas

Reispirasi dan sebanyak 600 bibit pandan laut berhasil ditanam. Setelah menanam pandan laut kegiatan dilanjutkan dengan membersihkan pantai. Aksi penanaman pandan laut dan bersihbersih pantai tersebut selaras dengan tema yangdiusung yaitu “Conserve nature, save future”. Matthew Linardi selaku Ketua Biokonservasi 2019 menjelaskan makna dari tema yang diambil yaitu bahwa konservasi alam adalah salah satu bentuk investasi dan upaya penyelamatan alam untuk masa depan. Biokonservasi kali ini juga dilaksanakan sebagai praktikum lapangan mata kuliah biodiversitas dan mata kuliah biokonservasi. Semua peserta sangat antusias mengikuti rangkaian kegiatan. Eka Trivant Marddy, salah satu mahasiswa Fakultas Bioteknologi UKDW yang merupakan peserta Biokonservasi 2019 berpendapat bahwa kegiatan biokonservasi memiliki banyak manfaat. “Saya mendapat banyak pemahaman dan pengalaman baru melalui kegiatan ini. Selain itu dengan mengikuti kegiatan ini saya juga dapat berinteraksi lebih akrab dengan teman sesama mahasiswa bioteknologi UKDW”, ujarnya. Konservasi merupakan kegiatan yang bersifat continue, Boris Marselius S Laoli mahasiswa Fakultas Bioteknologi UKDW yang merupakan peserta biokonservasi dan asisten dosen mata kuliah biokonservasi berharap kegiatan konservasi tidak berhenti sampai di sini tetapi tetap harus terus dilanjutkan sehingga menjadi tabungan bagi anak dan cucu masa mendatang. [Angel]


Program Studi

8

ELE Department: B-ACCREDITED NOW!

foto:dok. Panitia

foto:dok. Panitia

foto:dok. Panitia

he English Language Education Department (ELED) of UKDW is now accredited B by the National Accreditation Board for Higher Institution (BAN PT)! This good news was delivered on the 9th of April 2019 through the certification number 842/SK/BANPT/Akred/S/IV/2019 and through their website on https://banpt.or.id/direktori/ prodi/pencarian_prodi . Our first accreditation was memorable. Not only because it was our first, but also because we experienced the least possible, a miracle—we can say. Our three-year-old ELED has not got any graduates, and therefore it is very likely that it will be Caccedited. However, since the beginning, the Rector had showed their confidence that we could have a B. And so, spurred by hoping for the best we could achieve, we worked reallyextra hard! Last March we had the assessment visit by 2 BAN PT assessors—Dr. Nihta Liando., M.A from Universitas Negeri Manado and Prof. Drs. Burhanuddin Arafah, M.Hm., Ph.D from Universitas Hasanuddin Makasar. Putri, an ELED student who assisted us in providing the supporting documents in the room where the

assessment was held shared her observation that the situation of the meeting was very hectic; the assessors’ demands made her feel pessimistic about the result and this worried her, as she would be graduating next year. Will I graduate from a B-accedited ELED or a C? That was her secret wondering in her mind. She also remembered when Prof Burhan said “It is such a history for a new major that hasn’t got any graduates to get B in the first accreditation”. Now that all has passed, she said with glee that “We made that history!”. Another overwhelming experience was the incredible support and help we all received, which at first sight looked like coincidences. It was a coincidence that we have InQA (the Institution Quality Assurance) in UKDW that supports us with guidelines. It was a coincidence that the Information Sytem Department had just had the accreditation so we could learn from them. It was a coincidence that one of our Rector is an assessor of BANPT so he could provide us with internal reviews. And on the list went. But “As we looked back, we humbly had to admit that those were not coincidences. We recognized those were all

God’s guidance and support” stated Anesti Budi Ermerawati, M.Hum—one of ELED lecturers. Therefore, we knelt before Him in a thanksgiving service on Wednesday, the 24th of April 2019 in which we gave ourselves several things: time to embrace the abundant joy and blessing, opportunity to appreciate one another and other people who have been God’s wonderful agents to make things happen, and the most important thing: a moment to be thankful to God. There is no better way in expressing all this miraculous experience, except through a poem written so beautifully by Ignatius Tri Endarto, M.A below:

T

Three Lessons Learned from Accreditation: A Slam Poem If there are three lessons we can single out from accreditation, they’re definitely “God”, “grace”, and “friends” Lessons one and two: “God” and “grace” Just like the rising sun, never fails to greet the land So does the grace of God, never fails to lead our stance

VOL.13/MEI 2019

foto:dok. Panitia

Standing strong as our heaping helping of hope He embraced tragedy so we could live in His majesty I know nothing is impossible, and yet without God is anything possible? I know nothing is perfect, but with Godwhere’s imperfection? Lesson three: “friends” Just like a long marathon, it’s certainly never meant to be fought alone but with teammates to lean on, and all of you our friends and family our shoulders to cry on our reasons to go on.. Footnote: Just like Avengers: Endgame, though we’ll all eventually turn to dust this all shall not in vain passed as our friendships will forever last.. [Mega]

Presenting at the 7th Undegraduate Conference held by PBI USD

T

foto:dok. Panitia

he English Language Education Department (ELED) for the first time sent its three representatives named Jeane Theresia Limeranto, Ira Luik, and Sarfita Br Sitepu to present their research papers at the 7th undergraduate conference in Universitas Sanata Dharma (USD) on 11 May, 2019. They are students from batch 2016. This event was held in Driyarkara Seminar Room of USD. With the theme

“Approaches Media Practices”, this conference was successfully involved 11 universities around the Special Province of Yogyakarta and Java to participate in this big event. As the opening ceremony, it was officially opened by the MC and continued to the speech from the chairperson of the UC 2019 committee. Then, it was followed by the representative of dinas pendidikan speech. Without any further, it was the session for the first plenary speaker, Iwan Syahril Ph.D from Sampoerna University. His speech was about Ki Hajar Dewantara’s philosophy of education and the relation with Education 4.0 and Society 5.0. The second plenary speaker was Caecilia Tutyandri S.Pd., M.Pd., who is one of the lecturers in USD. She shared a lot about her research of a study on pre-service teachers’ initial motivation and their sense of preparedness for teaching. After all of the opening section, it was moved to the participants’ turn in delivering their speech. Sarfita, one of the presenters of ELED delivered her presentation in the first parallel session. Her title was “Students’ Motivation in Reading Comprehension Activity Using SQ3R Reading Method”. She was nervous at first because that was her first conference, especially to present her own research paper. “But luckily, I could cope

with my nervousness and pass this conference well”, said Sarfita. Having presented first parallel turn, it was continued to the second parallel session. Two presenters of ELED; Jeane and Ira had to present the paper at the same time, but in different room. The presentation was under the title “The use of Kahoot! Game to improve EFL learners’ vocabulary” was completely delivered by Ira. She acknowledged that, having such experience is great for her future. “Even though I was the only one presenting in the room, I did not find it too nervous because I have prepared my paper and presentation well. I have also been through many presentations in the classrooms and public. So, it was not the serious problem for me to present my own research paper in this conference”, she added. As well as Ira, Jeane presented her paper “Investigating the Relationship between Foreign Language Reading Anxiety and L2 Achievement: ESP for Theology Students Case at Duta Wacana Christian University successfully. She admitted that being a presenter for the first time was challenging because she had to present her topic in front of strange people but she did it well. “It was a bit problem for me when there were 3 people asked about my research paper, then, I felt so nervous to answer those questions. But I tried

my best to answer it based on my experiences. I was just doing fine, so everything went well”, said Jeane after the conference. The first and second parallel sessions were doing so well. All of the presenters could deliver their presentations based on the allocated time. Afterward, the third plenary speaker took her turn to share her thoughts about the six principles of teaching. She was Ami Griffin, MA., one of the lecturers in Universitas Sunan Kalijaga. Overall, the 6 principle in language teaching are important to be applied in the classroom. As the closing remark of the conference, the MC did some small door prizes and closed the event with praying together. Shortly, the three presenters added that “Hopefully, in the future, many students from ELED UKDW have willingness to explore more and be confident in making their own research paper because someone once said “There must be a first try in everyone’s life”. Like the three presenters who actively participated in this conference for the first time. It may be difficult at first, but it is proved that they really enjoy it. [Ira Luik,

Sarfita, Jeane]


UKKr Zone

VOL.13/MEI 2019

9

KDD UKDW Peringati Hari Raya Waisak di Candi Borobudur

P

erayaan Waisak adalah salah satu hari besar umat Buddha untuk memperingati tiga peristiwa penting yaitu hari lahir Siddharta Gautama atau calon Buddha Gautama, momen Sidharta mendapatkan pencerahan, dan hari mangkatnya Buddha. Ketiga peristiwa ini terjadi pada bulan Waisak saat purnama. Waisak dirayakan dalam berbagai bentuk dan kegiatan yang beragam. Perayaan Waisak tidak hanya dirayakan di negaranegara berpenduduk mayoritas Buddha seperti Sri Lanka, Thailand, Myanmar, atau wilayah Asia Tenggara lainnya namun negara-negara di mana agama Buddha tidak dipeluk mayoritas penduduknya seperti Indonesia pun ikut serta merayakan hari raya Waisak melalui acara-acara besar. Sebagai contoh, di Yogyakarta, umat Buddha merayakan Waisak di Candi Borobudur. Tidak hanya umat Buddha dari Yogyakarta maupun sekitarnya, bahkan umat Buddha dari berbagai tempat di seluruh Indonesia banyak yang ikut serta merayakan hari raya Waisak di Candi Borobudur. Di Candi Borobudur sendiri hari raya Waisak dirayakan dengan berbagai macam kegiatan, mulai dari pembacaan Paritta, pembabaran Dhammadesana (ceramah) oleh Yang Mulia Bhante dari berbagai sekte Buddha yang ada di Indonesia hingga pelepasan 1000 lampion dan penyambutan detik-detik Waisak. Keluarga Mahasiswa Buddhis Duta Dharma (KDD) Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) pun tidak lupa untuk mengikuti kegiatan perayaan Waisak tiap tahunnya. Tidak hanya KDD yang turut

foto:dok. KDD UKDW

bersama-sama merayakan Waisak di Candi Borobudur, KAMADHIS (Keluarga Mahasiswa Buddhis) dari kampus lainnya pun turut merayakan dengan mengikuti berbagai macam perayaan Waisak yang diadakan di Candi Borobudur. Tahun ini perayaan hari raya Waisak jatuh pada tanggal 19 Mei 2019 atau 2563 BE (Buddhis Era). Anggota KDD tidak hanya turut serta merayakan tiga peristiwa

membahagiakan dalam agama Buddha ini, perayaan ini pun secara langsung mempertemukan mahasiswa Buddhis di UKDW dari berbagai macam jurusan, angkatan dan fakultas, bahkan alumni KDD. Secara tidak langsung hal ini menjadi kesempatan anggota KDD untuk memupuk persahabatan, mendekatkan diri dengan sesama, dan belajar bersama.

“Ada perubahan dalam kehidupan Pangeran Siddharta yang sangat drastis. Sebagai putra mahkota, Siddharta menolak kemegahan, kemewahan, kenyamanan; meninggalkan semuanya itu dan tidak ada keinginan untuk kembali ke istana. Siddharta menjadi pertapa yang sangat miskin, mungkin sengsara dalam ukuran kita, tinggal di goa-goa di bawah pohon. Kekuatan apa yang mengubah kehidupan sang pangeran sedemikian radikal? Dari kenyamanan dan kenikmatan menjadi pertapa yang sangat sederhana. Kekuatan yang menggerakkan Siddharta untuk meninggalkan segala kenikmatan dan kemewahan istana adalah kekuatan cinta kasih. Pada saat Siddharta melihat penderitaan di luar istana, timbul dalam pikiran Siddharta, “Mengapa makhlukmakhluk harus menderita? Kesedihan, putus asa, kegagalan, ratap tangis yang hampir dialami setiap orang, apa pun keyakinannya, siapa pun mereka.” Cinta kasih dan kasih sayang itulah yang mengubah kehidupan Siddharta. Setelah mencapai pencerahan dan kemudian disebut dengan Sammasambuddha, salah satu landasan ajaran utama dari Beliau adalah cinta kasih dan kasih sayang, metta dalam bahasa Pali. Metta dalam bahasa bahasa Pali itu mempunyai kesamaan arti dari mitta atau mitra dalam bahasa Sansekerta yang artinya adalah sahabat.” – Bhikkhu Sri Pannyavaro

[Vincent]

UKDW Berbagi dalam Perbedaan: “Harmony in Diversity”

M

araknya isu intoleransi yang terjadi di Indonesia membuat sebagian kalangan masyarakat menjadi resah, termasuk para mahasiswa. Melalui organisasi kemahasiswaan Keluarga Mahasiswa Muslim Universitas Kristen Duta Wacana (KMM UKDW), mahasiswa ingin menyerukan dan menumbuhkan rasa toleransi antarumat beragama di lingkungan kampus. KMM UKDW merupakan organisasi kemahasiswaan yang berada di bawah naungan Pusat Kerohanian Kampus (PKK). Organisasi ini merupakan tempat berkumpul, bersilaturahmi, dan bertukar pikiran antara mahasiswa yang beragama Islam di UKDW. Pada hari Jumat, 17 Mei 2019, KMM UKDW menggelar kegiatan UKDW Berbagi “Harmony in Diversity”. Kegiatan diawali dengan penggalangan donasi berupa pakaian layak pakai, buku serta uang dari mahasiswa

foto:dok. KMM UKDW

UKDW untuk didonasikan kepada anak yatim piatu di Wiloso Projo, Yogyakarta. “Harmony in Diversity” diangkat menjadi tema kegiatan ini sebagai gambaran akan doa dari semua sivitas akademika UKDW agar tercipta keharmonisan di dalam perbedaan

foto:dok. KMM UKDW

agama, suku, ras, dan budaya. Kegiatan diskusi dan buka puasa bersama ini dihadiri oleh Joko Purwadi, S.Kom., M.Kom. selaku Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Alumni, dan Informasi, Pdt. Nani Minarni, S.Si. M.Hum selaku Kepala PKK, perwakilan

lembaga kemahasiswaan seperti Badan Perwakilan Mahasiswa Universitas (BPMU), Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas (BEMU), dan Badan Perwakilan Mahasiswa (BPM) seluruh fakultas, perwakilan organisasi kemahasiswaan lima agama (Islam, Kristen, Katolik, Hindu, dan Budha), Koko Cici Yogyakarta, Himpunan Mahasiswa Program Studi Manajemen (HMPSM), perwakilan dari Universitas Atmajaya Yogyakarta, perwakilan dari Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, anak-anak yatim piatu Wiloso Projo Yogyakarta, serta para tokoh lintas agama dan budaya. Melalui kegiatan ini, KMM UKDW bermaksud menjadi pelopor dan pionir dalam mewujudkan acara lintas agama dan budaya guna menumbuhkan rasa toleransi antarumat beragama secara konkret. [Bellano

Ifendo Sugiarto]

Tirtayatra KMHD UKDW 2019 Goes to Semarang

T

irtayatra adalah perjalanan suci untuk mendapatkan atau memperoleh air suci dan mendapatkan pengetahuan religius. Tirtayatra dalam bahasa sehari-hari dipahami dengan tangkil atau sembahyang ke Pura maupun tempat sejarah agama Hindu seperti candi dan peninggalan situs agama Hindu lainnya. Tirtayatra tertulis dalam Kitab Sarasamuscaya 279 yaitu keutamaan tirtayatra itu amat suci, lebih utama dari penyucian dengan yadnya, tirtayatra tidak memandang orang dalam status apapun baik kaya atau miskin asal didasarkan pelaksanaan bakti yang tulus ikhlas, tekun, sungguh-sungguh. Nilai kesucian atau kualitas kesucian tirtayatra lebih utama dari pada membuat upacara banten, walaupun upacara itu tingkatannya utama. Tirtayatra juga merupakan salah satu program kerja (proker) yang rutin dilaksanakan tiap tahun dari Komunitas Mahasiswa Hindu Dharma (KMHD) UKDW. Diharapkan dengan

foto:dok. KMHD UKDW

dilaksanakannya proker tirtayatra ini dapat mengembangkan dan menambah pengetahuan religius dari para anggota dan selain itu dapat menambah pengalaman dan wawasan karena pelaksanaan tirtayatra ini selalu dilaksanakan di luar Yogyakarta sehingga anggota KMHD dapat lebih mengenal dan mengetahui beberapa tempat atau daerah di Indonesia ini. Pada tanggal 13-14 April 2019, KMHD UKDW melaksanakan tirtayatra dengan tema “Tirtayatra KMHD UKDW Goes to

foto:dok. KMHD UKDW

Semarang”. Selama di Semarang KMHD mengunjungi empat tempat yaitu tiga pura dan satu candi peninggalan agama Hindu. Di hari pertama (13/4), KMHD UKDW mengunjungi tempat pertama yaitu Pura Agung Giri Natha. Pura Agung Giri Natha merupakan pura terbesar di Semarang, daerahnya luas dan dibangun diatas bukit. Di sana semua anggota melaksanakan sembahyang bersama dan mekemit atau menginap di Pura. Pagi harinya, rombongan mengunjungi tempat kedua yaitu Pura

Amerta Sari, kemudian menuju tempat ketiga yaitu Pura Widya Saraswati yang tepat berada pada tengah-tengah kawasan Akademi Kepolisian Semarang. Tempat terakhir yang dikunjungi adalah Candi Gedong Songo. Ni Wayan Rosa Anggreni salah satu anggota KMHD UKDW saat ditanya mengenai kesannya selama mengikuti kegiatan tirtayatra mengatakan bahwa secara keseluruhan acara tirtayatra KMHD ini sangat seru karena sebagai mahasiswa yang berasal dari Bali yang kurang mengetahui Pura yang ada di luar Bali, dengan adanya kegiatan tirtayatra ini menjadi lebih tahu dan mengenal lebih luas keberadaan Pura yang ada di luar Bali. “Saya berharap kedepannya KMHD terus melanjutkan kegiatan tirtayatra ini untuk menambah wawasan dan nilai spiritual dalam diri kita. Selain itu juga dapat meningkatkan rasa “menyama braya“ atau persaudaraan antar semeton KMHD UKDW,“ ujar Rosa. [Doni]


Siraman Rohani

10

VOL.13/MEI 2019

Yesus Naik ke Surga. Ah, Aku Lega!

D

i akhir bulan April, penggemar film pahlawan super karya Marvel Cinematic Universe (MCU) meramaikan bioskop-bioskop di Yogyakarta karena film Avengers: Endgame. Film tersebut sangat dinantinantikan karena akan menjawab rasa penasaran para penggemar tentang pertarungan para Avengers dengan Thanos, sosok yang mampu memusnahkan setengah populasi dunia dengan jentikan jarinya. Dalam renungan ini saya ingin menyoroti satu bagian yang menarik perhatian saya, khususnya ketika saya menggumuli teks Lukas 24 : 44-53. Yesus: Mesias atau Pahlawan Super? Di akhir cerita Avengers: Endgame, Tony Stark sang Iron Man akhirnya mati setelah berjuang bersama pahlawan super lainnya untuk memusnahkan Thanos dan antek-anteknya. Tony Stark mengorbankan nyawanya untuk melindungi makhluk dunia dari niat jahat Thanos. Ada satu kalimat yang dinyatakan Tony Stark saat ia melakukan aksi penyelamatannya. Ia berkata, “I'm Iron Man�. Kalimat tersebut ia sampaikan setelah berhasil melawan Thanos, sebagai pengakuan bahwa ia benar-benar pahlawan super. Seorang pahlawan super akan dikenang karena kekuatan dan ketangguhan dalam melawan musuh. Pengikraran diri Tony Stark akan selalu diingat oleh para penggemarnya karena ia telah menunjukan kekuatannya dan melakukan hal hebat dalam cerita kehidupannya sebagai Iron Man. Hal yang berbeda justru ditekankan oleh Yesus kepada pada pengikutnya yang tentu juga mengagumi diri-Nya. Setelah Ia menampakkan diri di hadapan para murid, Ia menekankan perkataan yang telah Ia sampaikan pada mereka juga yang telah dituliskan dalam kitab Taurat Musa, kitab nabi-nabi, dan kitab Mazmur (ayat 44). Perkataan tentang apa? Tentang penderitaan dan kebangkitan dari antara orang mati di hari ketiga yang harus dialami oleh Sang Mesias (ayat 46). Yesus membuka pikiran mereka (ayat 45) agar mereka memahami apa yang sebenarnya sedang Yesus lakukan di

dunia. Sebagai seorang mesias, berbeda dengan pahlawan super di cerita MCU, Yesus bukan hanya menekankan jati dirinya sebagai sosok yang kuat sehingga bisa mengalahkan maut; bisa bangkit. Yesus juga menekankan bahwa seorang mesias harus menderita! Mengapa hal ini begitu penting untuk Yesus sampaikan pada para murid? Perjuangan Yesus Menggambarkan Perjuangan Manusia Perdebatan tentang Yesus itu Allah atau manusia masih sering terdengar, apalagi jika sudah membahas tentang kebangkitannya. “Wajar Yesus bisa mengalahkan maut, karena Ia adalah Allah yang pura-pura menjadi manusia.� Pemikiran demikian mungkin pernah kita dengar atau kita ucapkan sendiri. Tetapi bagi saya saat ini, saya percaya bahwa Yesus adalah 100% manusia (Ia dilahirkan oleh seorang ibu, Ia hidup selayaknya manusia, setidaknya itu yang saya temukan di Alkitab). Dan saya juga percaya bahwa Yesus 100% Allah karena kemahakuasaanNya dalam menyatakan cinta kasih khusus dalam pengorbanannya di kayu salib. Lalu bagaimana bisa ada sosok yang punya dua identitas sebagai Allah sekaligus manusia? Hal tersebut tidak dapat dipahami nalar! Memang demikianlah karya Ilahi, tidak selalu dapat dipahami dan diuraikan seturut nalar manusia. Mengapa? Nalar manusia masih punya batas untuk memahami karya dan kinerja Sang Ilahi dalam dunia ini khususnya dalam kisah Sang Mesias Yesus Kristus. Hal yang menarik adalah Allah sangat mengerti kebutuhan manusia. SabdaNya yang agung Ia turunkan ke dunia dalam bentuk manusia yang rela mati di kayu salib. Manusia itu bukan berbentuk pahlawan super yang tak punya cela atau kekalahan. Sosok yang dipakai Allah ini justru manusia yang sangat kesakitan ketika disiksa, sangat sedih ketika ditinggalkan, dan sangat pasrah ketika kematian menjemputNya. Bagian ini dialami oleh Sang Mesias yang diutus Allah, sama seperti penderitaanpenderitaan yang dialami oleh seluruh manusia yang Allah ciptakan. Penderitaan tersebut tak selalu bisa dicegah, tetapi melalui cerita Yesus

Kristus, Allah meyakinkan manusia bahwa penderitaan itu tak akan mengalahkan kuasaNya. Selalu ada kebangkitan di setiap pengalaman penderitaan ketika manusia percaya pada apa yang dikerjakan dan dikaryakan Allah dalam kehidupannya. Akan selalu ada kebahagiaan yang Allah hadirkan untuk melepaskan kita dari setiap kesedihan, kepedihan, ketakutan, kesakitan, dan keputusasaan. Perjuangan Yesus dalam pengorbanan-Nya di kayu salib merupakan gambaran perjuangan manusia dalam menjalani kehidupan. Penderitaan itu tak selalu dapat dihindarkan. Ketika tak dapat dihindarkan, Allah ingin umat-Nya memilih jalan seperti yang Yesus pilih; berani menderita dan percaya bahwa Allah beserta (Lukas 23 : 46). Penyertaan Allah pada kita mungkin tidak persis sama seperti apa yang Yesus Kristus alami (bangkit dari kematian), tetapi pastilah Allah menyiapkan kebangkitan yang melegakan dan memampukan kita untuk menjadi saluran pewartaan kabar baik bagi sesama kita. Yesus Kristus bangkit dari kematian karena Ia harus mewartakan kabar baik, berita keselamatan, pengharapan dan kesukacitaan, kepada para murid yang kemudian Ia utus dan perlengkapi sebagai saksi-Nya (Lukas 24 : 48-50). Kita pun pasti akan mengalami kebangkitan dalam bentuk dan porsi pewartaan kabar baik yang sesuai dengan karya Allah. Kenaikan Yesus: Momen yang Melegakan! Setelah mengutus para murid dan menyampaikan berkat-Nya, Yesus Kristus terangkat ke sorga. Ia yang diutus Allah ke dunia untuk menyampaikan kabar baik telah menuntaskan tugas-Nya. Momen kenaikan Yesus Kristus ke sorga merupakan momen estafet tugas pewartaan kabar baik. Meski Gurunya harus pergi jauh dari mereka, tetapi para murid sangat bersukacita (ayat 52). Mereka tahu bahwa sang Mesias itu benarbenar Juruselamat bagi kehidupan mereka. Memang bukan seperti Mesias yang mereka bayangkan selama ini, tetapi Ia adalah Juruselamat yang diutus Allah untuk menyampaikan keselamatan,

pengharapan, serta kesukacitaan dalam menjalani kehidupan di dunia. Perasaan sangat bersukacita yang dirasakan para murid merupakan karya Allah di dalam diri mereka. Mereka yang telah mengenal dan mempercayai Yesus Kristus yakin dan bersukacita atas keselamatan yang mereka terima. Keyakinan itu membuat mereka senantiasa berada di dalam Bait Allah dan memuliakan Allah. Kepergian Yesus ke sorga adalah bagian yang melegakan bagi para murid. Yesus Kristus sang Juruselamat itu benar-benar kembali ke tempat asalNya. Itu berarti bahwa Ia benar-benar Allah. Jika Ia benar-benar Allah, apalagi yang perlu diragukan dari setiap perkataan-Nya pada para murid? Mereka bukan hanya mendengar kabar baik dari kitab-kitab yang mereka baca. Mereka bukan hanya mendengar pengajaran dari para imam di Bait Allah. Mereka langsung mendengar dan menyaksikan kabar baik dari Allah itu sendiri. Allah yang turun dari sorga, datang ke dunia untuk menyatakan kabar baik, kemudian kembali ke sorga sambil disaksikan oleh mereka. Kenaikan Yesus Kristus adalah momen melegakan karena murid-murid dilepaskan dari segala keraguan tentang sosok yang mereka ikuti. Murid-murid dilepaskan dari segala ketakutan untuk menganut dan menghayati ajaran yang Yesus Kristus bagikan sepanjang karyaNya di dunia. Murid-murid diteguhkan untuk dapat menjalani kehidupan dengan berani menghadapi penderitaan dan percaya pada kebangkitan. Dan yang terpenting, murid-murid diberkati untuk senantiasa menjadi saksi bagi dunia atas kabar baik yang telah diwartakan Yesus Kristus kepada mereka. Tanggal 30 Mei 2019 adalah peringatan Hari Kenaikan Yesus Kristus bagi umat Kristen. Kiranya momen tersebut dapat kembali meneguhkan kita untuk berani menghadapi penderitaan dan percaya akan kebangkitan yang Allah siapkan bagi kita. Kiranya kita juga senantiasa bersukacita mewartakan kebaikankebaikan yang Allah nyatakan dalam kehidupan kita kepada sesama yang ada di sekitar kita.[Ester Novaria/ Pusat Kerohanian Kampus]


VOL.13/MEI 2019

Office of International Affairs Traveling the World with Scholarship

W

inning scholarship for studying abroad might be a dream for many people. Studying overseas offers students the chance to create a global network of friends and taking in different outlook to the world that will broaden their horizons. Breaking cultural and language barriers can help one to grow not only personally but also professionally and gain real-life skills to succeed in a harst competition of working world. Traveling and studying abroad are costly, but there are scholarship opportunities for those who want to fight for it. The path of winning scholarship abroad can be a long fight and needs lots of preparation. To provide a room for students, lecturers, and other “scholarship hunters” to enrich their knowledge and discuss about the preparation needed for applying scholarship abroad, Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW)'s through its Office of International Affairs (OIA) joined hands with Mini Akademi in conducting Seminar on Preparation of Study Abroad Scholarship. Taking place at Rev. Harun Hadiwijono Seminar Room on Saturday, April 27, 2019, the seminar consisted of two sessions. The theme of the first and second session were “Traveling the World with Scholarship” and “Road to Ph.D.” respectively. While the first session targeted undergraduate students who were interested to pursue their master's degree abroad, the second one was designed for lecturers aim for their doctoral degree. Invited as the speaker in this seminar was I Made Andi Arsana, Ph.D., a lecturer at the Department of Geodetic Engineering who also serves as the Head of the Office of International Affairs Universitas Gadjah Mada (UGM). Andi received Australian Development Scholarship (ADS/AAS) for his master's degree at University of New South wales (UNSW) and Australian Leadership Awards (ALA) for his Ph.D. at University of Wollongong, Australia. As speaker, blogger, and author, his name is quite well

Comic Strip

known among the “scholarship hunters” for his books and other works on scholarship-related topics. “We are happy that we can finally invite Pak Andi to UKDW to share about his experience,” said Arida Susyetina, S.S., M.A., the Director of OIA in her opening remark. Starting his session, Andi mentioned that nowadays, there are more scholarship opportunities for studying abroad. “At least there are three sources of scholarship if you want to pursue your study abroad, which are from our government, the destination country, and the university you want to go,” he added. Several things he pointed out in the first session including the steps and tricks to increase the chance of winning scholarship, things to be prepared and considered in university enrollment and applying for scholarship, how to increase TOEFL or IELTS score, and doing part time job while studying abroad. “Winning scholarship abroad opens many opportunities to travel the world, ” said the author of Rahasia Beasiswa Australia and Inspirasi 4 Musim as he shared his experience participating in international conference around the world when he was studying in Australia. Talking in the second session, the man who served as the Advisor to President of Somalia for maritime boundary delimitation in 2013 stressed on how to prepare research proposal as well as finding and contacting professor in university abroad. “Originality, novelty, and priority are three keys to reckon with in scientific publishing,” he said. He added that Ph.D. is not the ultimate achievement, but a licence to conduct research. Among the benefits of getting the scholarship abroad is the chance to travel the world as a door will lead to many more opportunities. Are you ready to explore the world? [drr]

11


P2KMM UKM Zone

12

VOL.13/MEI 2019

UKDW: Katakan Tidak pada Narkoba!

U

KDW – (26/04) Kelompok Ampuh 2 Gelombang 2 Program Pelatihan Kepemimpinan dan Manajemen Mahasiswa (P2KMM) Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) mengadakan kegiatan seminar dan talkshow tentang

bahaya narkoba dengan menghadirkan dua orang narasumber dari Badan Narkotika Nasional (BNN). Narasumber pertama adalah Susilo Budisantoso, S.H., M.H (Kepala Seksi P2M BNN Kota Yogyakarta) dan narasumber kedua adalah Ganal Valiant G, S.Ikom. (Penyuluh Anti Narkoba). Melihat kenyataan bahwa banyak pemimpin bangsa yang diharapkan dapat menjadi panutan tetapi justru melakukan hal yang tidak pantas dengan mengkonsumsi narkoba, seminar ini diselenggarakan guna mencegah penggunaan narkoba di kalangan mahasiswa dan sebagai usaha untuk memperbaiki moral pemuda masa kini sehingga nantinya dapat menjadi penerus bangsa yang berakhlak mulia. Selain itu, melalui kegiatan ini diharapkan mahasiswa memperoleh penjelasan dan pemahaman yang menyeluruh tentang bahaya narkoba. Seminar yang diselenggarakan di Atrium Didaktos UKDW ini dibuka oleh Susilo Budisantoso. Dalam sambutannya, Susilo mengatakan bahwa belum ada kampus yang berani menyatakan dirinya sebagai kampus yang 100% bebas narkoba. Oleh sebab itu beliau berharap UKDW menjadi pelopor universitas yang berani menyatakan dirinya sebagai kampus yang 100% bebas narkoba. Acara dilanjutkan

foto:dok. Panitia

dengan pemaparan materi mengenai bahaya narkoba oleh Ganal Valiant G,S.Ikom. Beliau mengatakan bahwa narkoba menyerang kalangan usia produktif. Menurutnya, narkoba sangat berbahaya karena dapat mempengaruhi cara berpikir dan perilaku dari pemakainya. “Pengaruhnya bisa kita lihat pada orang yang ada di diskotik. Orang yang sudah mengkonsumsi narkoba, khususnya LC, akan membuat orang tersebut tidak

berhenti berjoget saat mendengarkan musik. Hal ini sangat tidak normal karena kesadaran orang ini terganggu,” papar beliau. Beliau juga menjelaskan bagaimana kita sebagai orang awam ingin mengetahui perbedaan dan indikasi orang yang telah mengonsumsi narkoba. Menurut beliau, kalangan orang yang paling banyak terkena pengaruh narkoba adalah kalangan remaja, khususnya mahasiswa. Hal ini disebabkan karena kalangan muda cenderung mudah

terpengaruh lingkungan. Apabila hal ini terjadi dengan masif dan dalam rentang waktu yang cukup lama maka ditakutkan adanya lost generation. “Lost generation merupakan suatu kondisi dimana suatu bangsa kekurangan generasi penerus yang mampu membangun bangsanya,” tuturnya. Sebagai penutup sesi ini, beliau berpesan agar generasi muda tidak mencoba dan bermain-main dengan narkoba. Kegiatan P2KMM yang direspon baik oleh mahasiswa UKDW ini sangat bermanfaat bagi mahasiswa sebagai bekal masa depan. Peserta seminar yang berjumlah 54 orang, memperoleh pengetahuan baru mengenai narkoba. Selain itu melalui kegiatan ini panitia juga belajar untuk menghargai pendapat orang lain, belajar bagaimana membuat acara dalam sebuah tim dengan baik, melatih kepemimpinan, melatih jiwa sosialisasi dan kepekaan terhadap semua orang, melatih kerjasama yang baik, serta melatih diri untuk aktif dalam berorganisasi. Kegiatan ini juga menuntut mahasiswa untuk dapat mengatasi masalah dengan solusi yang tepat. “Waktu persiapan yang sangat pendek, dinamika ide penyelenggaraan kegiatan yang beragam, dan permasalahan lain yang muncul menuntut kami sebagai panitia untuk lebih berfikir dan bertindak kreatif mencari solusi yang paling tepat dan memperoleh kesepakatan bersama,” ujar Helen Jayanti, salah satu panitia kegiatan. [Helen]

Serba - Serbi 27 Steps of May: Mengajak Merasa Tanpa Banyak Berkata

foto:dok. Google

K

asus kekerasan seksual terhadap perempuan terus meningkat sepanjang tahun 2017-2018. Menurut data Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (Komnas

Perempuan), ada 348.446 kasus yang dilaporkan serta ditangani selama tahun 2017 dan sepanjang tahun 2018 berdasarkan data sistem informasi online perlindungan perempuan, jumlah pelaporan kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak berjumlah 12.867 kasus. Kekerasan seksual merupakan pelanggaran HAM berat yang menimbulkan trauma bagi korbannya. Menurut studi, 79% korban kekerasan dan pelecehan seksual akan mengalami trauma yang mendalam, selain itu stres yang dialami korban dapat mengganggu fungsi dan perkembangan otaknya. Melihat fakta yang ada, sutradara Ravi Bharwan mengangkat isu trauma pasca kekerasan seksual terhadap perempuan menjadi satu karya film berjudul “27 Steps of May”. Proses produksi film ini memakan waktu yang cukup panjang, yaitu sekitar lima tahun, mulai dari tahap riset hingga pasca produksi. Peristiwa yang dialami May (Raihannun) adalah sebuah gambaran dari ribuan kasus pelecehan seksual yang berujung pada depresi. Peristiwa ini terjadi ketika May berusia 14 tahun atau dengan kata lain masih berada dio bawah umur. Kehidupannya berubah 180 dan ia tidak dapat menjalani kehidupan layaknya anak sekolah lainnya. Mengalami luka

SELAMAT HARI LAHIR PANCASILA 1 JUNI 2019

batin yang mendalam, dipenuhi rasa takut, dan mendapat stigma negatif dari masyarakat membuat May memutuskan untuk mengurung diri di rumahnya selama bertahun-tahun, ditemani oleh Bapak (Lukman Sardi). Sosok Bapak pun tidak dapat berbuat banyak selain menemani May melakukan rutinitas kesehariannya, termasuk membantu May membuat boneka untuk dipasok ke penjual setiap harinya. Delapan tahun berlalu, sikap May tidak berubah. May tetap tidak pernah membuka mulutnya sejak peristiwa pelecehan seksual yang dialaminya. Keadaan ini membuat Bapak khawatir dan marah terhadap dirinya sendiri. Di sela-sela kesibukannya mengurus May, Bapak menjadikan tinju sebagai tempat untuk melampiaskan kemarahan dan penyesalan dirinya karena tidak dapat menjaga May dengan baik. Keseharian May dan Bapak dilewati dengan rutinitas yang sama dan berulang. Namun selalu ada keajaiban di tengah keputusasaan. Keajaiban ini dibawa oleh Ario Bayu yang berperan sebagai pesulap. Keberadaannya muncul pertama kali ketika May mendapati dinding rumahnya berlubang. Awalnya, May hanya penasaran, namun aksi pesulap yang dilihatnya melalui lubang tersebut kian menghibur dan membuat May ingin mempelajarinya. Tidak disangka hubungannya dengan pesulap

secara perlahan membuka sisi lain diri May yang belum pernah Bapak lihat sebelumnya. Namun May tetap tidak bisa menghilangkan memori akan pelecehan seksual yang dialaminya. Kejadian tersebut tetap tidak mudah dilupakan dan May terus merasakan rasa sakit yang luar biasa. Perlahan May mulai menerima dirinya sendiri hingga pada akhirnya ia mampu keluar dari keterpurukannya dan menerima dunia luar dengan cara yang berbeda. Mengandalkan kekuatan naskah dan akting yang menawan dari para aktor, film yang minim dialog ini berhasil membawa penonton ke dalam kesunyian untuk mencoba menyelami rasa sakit yang dialami oleh seorang korban pelecehan dan kekerasan seksual. Film ini menawarkan proses belajar memahami dan berempati terhadap korban peristiwa traumatis. Tentu saja dengan mengajak penonton untuk memahami bahwa tidak semua kasus dan pribadi mengalami proses yang sama dalam menghadapi trauma. Support system bagi keluarga dan korban pelecehan seksual menjadi hal yang penting. Seperti dilansir website www.gatra.com, film ini mendapat penghargaan untuk film terbaik (Golden Hanoman Award) kategori film panjang Asia terbaik di Jogja-NETPAC Asian Film Festival pada November 2018.[eva, dirangkum

dari berbagai sumber]

KITA INDONESIA KITA PANCASILA #BULANPANCASILA2019


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.