Universitas Kristen Duta Wacana
13
@UKDW JOGJA @duta_wacana
07
UKDW Yogyakarta
Alamat Redaksi: Kantor Biro 4 UKDW Jalan dr. Wahidin Sudirohusodo No. 5-25, Yogyakarta 55224 Koran Kampus UKDW
Juli 2019
korankampus@staff.ukdw.ac.id
231 Lulusan UKDW Harus Kembangkan Soft Skills
Profil Bulan Ini: Pdt. Stefanus C.H., MACF., Ph.D.
2
U
FK UKDW Juara 3 RMO 2019
8
Global Leadership Program UKDW - Hanseo University
11
niversitas Kristen Duta Wacana (UKDW) kembali menggelar acara Wisuda Sarjana dan Pascasarjana Periode Juli 2019 di Auditorium Koinonia UKDW, Sabtu (27/7). Pada periode kali ini UKDW mewisuda 231 mahasiswa yang terdiri dari 200 mahasiswa dari program Sarjana (S-1) dan 31 mahasiswa dari program Pascasarjana (S-2 & S-3). Dari keseluruhan wisudawan, terdapat lima mahasiswa program Sarjana (S-1) dengan predikat “Wisudawan Terbaik Universitas” yaitu Jessica Josephine Dawolo dari Program Studi (Prodi) Akuntansi dengan IPK 3,98; Vievin Efendy dari Prodi Informatika dengan IPK 3,97; Aldo Mandala Saputra dari Prodi Manajemen dengan IPK 3,92; Brenda Natasha Wijaya Pinem dari Prodi Sistem Informasi dengan IPK 3,84; Adelia Gabriella Rayo Napang dari Prodi Biologi dengan IPK 3,84; Firdaus Agusman Hia dari Prodi Arsitektur dengan IPK 3,80; Alfina Velenshia dari Prodi Desain Produk dengan IPK 3,78; dan M. Shinta Frennanda dari Prodi Kedokteran dengan IPK 3,66. Selain itu, terdapat empat mahasiswa program Pascasarjana dengan predikat “Wisudawan Terbaik Universitas” yakni Michael Alexander dari Magister Kajian Konflik dan Perdamaian dengan IPK 3,93; Vania Sharleen dari Magister Ilmu Teologi dengan IPK 3,92; Roy Alvian Mulyo Santoso dari Magister Manajemen
dengan IPK 3,86; dan Welly Hartono dari Magister Arsitektur dengan IPK 3,73. Membacakan Amanat Pelepasan Rektor UKDW, Dr. Charis Amarantini, M.Si. selaku Pejabat Pelaksana Harian Rektor UKDW menyampaikan bahwa dunia saat ini berubah dengan sangat cepat seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Kemajuan teknologi komputasi, Artificial Intelligent, Robotic, Internet of Things, dan sebagainya telah menjadi semakin canggih dan berpengaruh dalam era yang disebut Industrial Revolution 4.0. Tantangan besar bagi perguruan tinggi saat ini adalah bagaimana mempersiapkan generasi muda untuk menghadapi tuntutan kemajuan zaman yang seperti ini. Banyak pertanyaan yang perlu dijawab. Apakah materi ilmu pengetahuan dan teknologi yang diajarkan di perkuliahan relevan dengan kebutuhan dunia kerja? Apakah peran manusia nantinya akan tersingkir oleh kemampuan komputer dan robotik yang punya kecerdasan buatan? Jika demikian, apakah skills yang dibutuhkan lulusan agar bisa survive di masa depan? Setidaknya ada sepuluh kemampuan yang perlu terus dikembangkan agar manusia bisa tetap unggul di abad 21 yaitu complex problem solving, critical thinking, creativity, people management, coordinating with others, emotional intelligence, judgment and decision
making, service orientation, negotiation, cognitive flexibility. Jika dilihat dari daftar kemampuan (skills) ini, menariknya kemampuan akademik (academic skills) tidak disebutkan secara eksplisit, namun sebaliknya hal-hal yang dianggap penting justru berkaitan dengan soft skills seperti karakter, sikap, kecerdasan emosi, kerja sama, komunikasi, negosiasi, orientasi melayani dan sebagainya. Soft skills di atas sejalan dengan tujuan pembelajaran seutuhnya yang terjadi di UKDW yang menekankan pada kesatuan pendekatan Spiritualitas – Integritas – Profesionalitas. Setelah lulus dari UKDW, diharapkan para wisudawan siap untuk terus mengembangkan diri (spiritualitas, karakter, kepribadian, sikap) secara positif dan mengaplikasikan kemampuan yang dimilikinya dalam berbagai bidang pekerjaan yang akan ditekuninya. Selembar ijazah, transkrip akademik, dan sertifikat pendamping ijazah tidaklah otomatis menjamin diperolehnya pekerjaan yang diinginkan apalagi mendapatkan kesuksesan dalam waktu singkat. Dalam berjuang untuk mencapai impian pekerjaan yang mapan dan kesuksesan hidup masih diperlukan proses pembelajaran yang lebih tinggi, lebih sulit, dan lebih lama dibandingkan waktu kuliah di UKDW, yang dinamakan pembelajaran sepanjang hayat atau disebut “Universitas Kehidupan”. [mpk]
Profil Bulan Ini
2
VOL.13/JULI 2019
Berbekal Spiritualitas, Stefanus Tekankan Pentingnya Interspiritualitas
P
dt. Stefanus Christian Haryono, MACF., Ph.D., salah satu pengajar di Fakultas Teologi Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta, berhasil mempertahankan disertasinya dengan judul “The Interspirituality of Mother Teresa and Ki Ageng Suryomentaram: A Dialectical Study of Mystical Contemplation and Transformative Service” dan meraih gelar doktoralnya dari Claremont School of Theology, Claremont, California, Amerika Serikat (AS) pada tahun 2019. Jika kita melihat perjalanan Pdt. Stefanus dalam mengenal gereja dan dunia kependetaan, ketika kanak-kanak, orang tua Pdt. Stefanus (yang pada waktu itu beragama Konghucu) senantiasa mendorongnya dan saudara-saudaranya untuk aktif beribadah dan mengikuti kegiatan di gereja. Mulai dari terlibat di sekolah minggu hingga menjadi pengurus remaja di Gereja Kristen Muria Indonesia (GKMI) di Pecangaan, Jepara, semua itu menumbuhkan niatnya untuk menjadi pendeta. Ketertarikan pria kelahiran Jepara tahun 1965 ini untuk menjadi pendeta dan menempuh pendidikan di Sekolah Tinggi Theologia “Duta Wacana” pada tahun 1984 (sekarang Fakultas Teologi UKDW) diperkuat dengan adanya saran dan dorongan dari pendetanya dan mahasiswa UKDW yang sedang menempuh masa stage (praktikum lapangan) di GKMI Pecangaan. Hingga pada akhirnya, ketika Stefanus duduk di kelas dua sekolah menengah atas, niatnya untuk menjadi pendeta dan belajar di UKDW sudah bulat. Sejak menempuh pendidikan sarjana, pendeta yang lulus dari Fakultas Teologi UKDW pada tahun 1989 ini terpesona dengan tulisan-tulisan Henri J.M. Nouwen (seorang pastor dan teolog asal Belanda) tentang spiritualitas. Ketika menjadi pendeta di GKMI Pati, Jawa Tengah di tengah-tengah masyarakat selama sembilan tahun sejak 1990, beliau merasakan ada sesuatu yang kurang dalam kehidupan bergereja, yaitu dari sisi spiritualitas. Sebagai contoh, kegiatankegiatan yang diadakan oleh sinode lebih mengedepankan pendalaman ilmu pengetahuan dan ilmu tafsir, sementara pembangunan spiritualitas pendeta kurang mendapat perhatian. Hal itulah yang membuatnya semakin tertarik untuk mendalami spiritualitas. Berbekal pengalaman hidup bersama jemaat tersebut, Pdt. Stefanus memperdalam ketertarikannya terhadap bidang spiritualitas dengan mengambil Master of Art in Christian Formation (MACF) di Associated/Anabaptist Mennonite Biblical Seminary, Elkhart, Indiana, AS pada tahun 1999 dan lulus tahun 2001. Usai menempuh studi, beliau kembali ke GKMI Pati dan melayani jemaat hingga 2005. Mulai Januari 2006, Pdt. Stefanus beralih pelayanan dari pendeta jemaat menjadi pendeta tugas khusus yang melayani di kampus sebagai Pendeta Universitas dan mengajar di UKDW. Pada saat itu, Fakultas Teologi UKDW menjadi satusatunya fakultas teologi yang mengajarkan mata kuliah spiritualitas. Kehadirannya di UKDW, Pdt. Stefanus kemudian diserahi tugas menjadi Ketua Pusat Pengembangan Spiritualitas (PPS) yang sebelumnya dijabat oleh Pdt. Robert Setio, Ph.D. Sejak itulah, Pdt. Stefanus mendesain pengembangan spiritualitas (spiritual formation) untuk mahasiswa teologi S1 dari tahun pertama hingga lulus dan S2. Secara umum, terminologi spiritualitas nyaris asing bagi kalangan gereja-gereja di Indonesia, khususnya kalangan gereja non Katolik. Jika kita ingin memahami spiritualitas, maka kita perlu memahami terlebih dahulu bahwa spiritualitas berbeda dengan agama (pada tingkatan aturan, dogma, ritual). Apabila menggunakan ilustrasi lapisan, agama berada di lapisan teratas, selanjutnya religiusitas berada di lapisan bawahnya, sementara spiritualitas berada di lapisan terdalam. Gambaran tersebut perlu dan penting untuk digunakan, karena kebanyakan orang sering rancu dalam menyamakan agama dengan spiritualitas. Spiritualitas lebih menekankan pada titik jumpa kepada yang ilahi dalam kaitannya dengan realitas kehidupan dan hal itu melampaui segala definisi ‘agama’ apapun. Apabila agama sering membuat definisi dan batasan mengenai kehidupan, spiritualitas mencoba melihat perjumpaan pada yang ilahi, pada yang lebih luas. Melalui penjelasan tersebut, cakupan spiritualitas melampaui segala dogma atau doktrin agama. Sehingga, dogma atau doktrin agama hanya menjadi pijakan seseorang untuk menghayati spiritualitas. Sebagai seorang yang memiliki agama, tentu seseorang memiliki aturan yang dipegang teguh. Akan tetapi aturan tersebut (semestinya) hanya berlaku sebagai pijakan dan pegangan dalam berperilaku, tidak menjadi penghalang untuk terbuka pada pemahaman orang lain, karena yang terutama dalam spiritualitas ialah mencoba melihat dan merengkuh yang lain tentang pemahaman terhadap yang Ilahi dan realitas kemanusiaan tanpa harus memisahkannya, apalagi mempertentangkannya. Menjadi Pendeta Universitas selama enam tahun (2006 – 2012), Pdt. Stefanus tak lupa mengembangkan spiritualitas mahasiswa dan pegawai melalui berbagai cara. Program Pengembangan Spiritualitas Mahasiswa (P2SM) diwujudkan sebagai kegiatan pilihan dan mahasiswa diajak untuk melihat spiritualitas dari berbagai perspektif. Selain melalui pendalaman tema dari perspektif berbagai agama, program tersebut juga melakukan kunjungan kepada kelompok agama yang lain untuk semakin menghayati tema yang dibahas. Tidak hanya mengembangkan spiritualitas mahasiswa, spiritualitas pegawai juga diperhatikan melalui kegiatan retreat dan rekoleksi yang dirancang sedemikian rupa sehingga mampu memberikan makna tersendiri bagi pesertanya. Di sisi lain, Pdt. Stefanus juga memperhatikan aspek liturgi. Selama menjadi Pendeta Universitas, beliau melakukan inovasi ibadah-ibadah yang diadakan di kampus misalnya ibadah kampus (setiap hari Senin), Natal, Paskah, dan Rabu Abu menjadi ibadah kreatif dengan
foto:dok.KK/rap
memberi peran pada simbol-simbol liturgis dan budaya Nusantara sehingga orang bisa betulbetul merayakan liturgi. Menurutnya, hal tersebut penting dilakukan karena kampus harus berani melakukan inovasi dan menjadi laboratorium, termasuk liturgi. Selain itu, pembangunan spiritualitas melalui liturgi perlu keluar dari batasan denominasi gereja, sehingga liturgi yang dihadirkan di setiap ibadah dapat lebih bersifat ekumenis. Menurut Pdt. Stefanus perihal pendidikan spiritualitas untuk sivitas di masa sekarang, kampus perlu memikirkan tentang ‘Spiritualitas Kampus’ bagi mahasiswa dan pegawai. Bagi pegawai, kampus perlu membangun spiritualitas tempat kerja (workplace spirituality) yang menggembirakan sehingga setiap orang mampu menemukan makna hidupnya di sini. Sementara bagi mahasiswa, kampus diharapkan menjadi tempat untuk membangun kehidupan spiritualitas personal, komunal dengan semangat pluralitas. Pada tanggal 23 Juli, bangsa Indonesia merayakan Hari Anak Nasional. Menurut Pdt. Stefanus yang rutin menulis artikel di beberapa majalah rohani Kristen, pendidikan spiritualitas dan religiusitas untuk anak-anak merupakan hal yang serius dan penting dilakukan. Jika melihat kondisi bangsa Indonesia akhir-akhir ini, eksklusivisme serta radikalisme kian menjamur bahkan hingga tingkat pergaulan generasi muda, dan pijakan yang digunakan untuk masuk ke dalam ranah percakapan adalah topik tentang agama. Untuk memperkecil dampak negatif dari dua paham tersebut, perlu dibangun interspiritualitas. Perlu adanya perjumpaan di antara spiritualitas agama-agama yang ada, sehingga orang bisa keluar dari batasan agama masing-masing dan membangun relasi spiritualitas. Maka, jika kita membicarakan spiritualitas Indonesia, maka pemahaman yang muncul ialah spiritualitas yang berpijak pada keragaman, dan hal itu hanya bisa dijawab dengan memahami interspiritualitas, sehingga orang tidak terjebak bahkan menjadi fanatik dengan agamanya. Dalam hal ini dialog agama-agama perlu dilengkapi dengan interspiritualitas sebagai upaya membangun kebhineka-an Indonesia. Selanjutnya, dengan adanya paparan radikalisme dan fundamentalisme yang ada di semua agama, perlu ditanamkan semangat keterbukaan terhadap kelompok yang lain, sehingga seluruh lapisan masyarakat, mulai anak-anak hingga generasi dewasa menjadikan Indonesia sebagai rumah kita bersama. Semangat tersebut juga bagian dari pengembangan spiritualitas, dimana orang tidak akan menghancurkan nilai kemanusiaan karena ilmu agamanya semakin tinggi. Justru dengan adanya interspiritualitas, manusia semakin mampu membangun kemanusiaan, karena seseorang semakin spiritualis, dia seharusnya semakin manusiawi. Membahas pengembangan spiritualitas bagi generasi muda, khususnya anak-anak yang masih duduk di bangku pendidikan dasar dan menengah, Pdt. Stefanus memberi apresiasi pada pengembangan spiritualitas melalui kunjungan anak-anak sekolah ke tempat-tempat ibadah. Hal tersebut dipandang baik sebagai respons atas apa yang dilakukan sebagian masyarakat Indonesia yang gemar memberi cap pada kelompok lain. Adanya kondisi ‘mabuk agama/ overdosis agama’ merupakan masalah berat yang terjadi di Indonesia, sehingga anak-anak perlu dikenalkan pada kelompok yang berbeda sejak dini, karena mereka juga sesama anak bangsa Indonesia. [rap]
REDAKSI KORAN KAMPUS PENANGGUNG JAWAB PIMPINAN REDAKSI WAKIL PIMPINAN REDAKSI
: Pdt. Handi Hadiwitanto, Ph.D. : Arida Susyetina, M.A. : Meilina Parwa K.
WARTAWAN
EDITOR
SETTER
Adhi, Angel, Anti, Nadya, Nike, Santi
Lia, Iit, Tiyok
Cella, Eva, Rully
Koran Kampus bisa Anda dapatkan secara GRATIS di Pick-up Point yang sudah terpasang di 11 area publik di seluruh UKDW. Redaksi menerima tulisan dari warga kampus berupa artikel, laporan kegiatan dan foto-foto yang membangun harapan. Silahkan kirim ke alamat Redaksi atau melalui email: korankampus@staff.ukdw.ac.id
VOL.13/JULI 2019
Universitaria
3
Program Studi
4
VOL.13/JULI 2019
UKDW Menjadi Tuan Rumah Diskusi Ilmiah TKIMAI XXXV
T
emu Karya Ilmiah Mahasiswa Arsitektur Indonesia atau lebih dikenal dengan sebutan TKIMAI merupakan ajang kegiatan mahasiswa jurusan Arsitektur dari Sabang sampai Merauke untuk belajar, berdiskusi dan membahas berbagai permasalahan di dunia arsitektur yang sedang trend saat ini. Tahun ini merupakan tahun penyelenggaraan yang ke-35 dan kota Yogyakarta dipercaya untuk kembali menjadi tuan rumah setelah 30 tahun yang lalu pernah menjadi tuan rumah. Kegiatan ini berlangsung selama 12 hari mulai dari tanggal 28 Juli 2019 - 8 Agustus 2019 dan diikuti kurang lebih seribu peserta dari seluruh Perguruan Tinggi di Indonesia. TKIMAI XXXV Yogyakarta dikemas dalam beberapa paket kegiatan mulai dari Kirab Nusantara, Seminar Nasional, Forum Komunikasi, Diskusi Ilmiah, Pengabdian kepada Masyarakat, Workshop, Pameran, Sayembara Desain dan Closing Ceremony. Tema yang diambil untuk TKIMAI XXXV adalah tema yang kontekstual dengan situasi Indonesia yaitu “Dinamika Perkembangan Kampung Kota”. Saat ini pembangunan infrastruktur semakin marak dilaksanakan oleh pemerintah, namun membawa dampak pada terciptanya wajah kota yang tidak
terencana. Salah satu rangkaian kegiatan TKIMAI XXXV Yogyakarta adalah Diskusi Ilmiah. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 29 Juli 2019 - 2 Agustus 2019 bertempat di dua lokasi kampus Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW), yaitu di Lecture Hall Pdt. Dr. Rudi Budiman UKDW serta di kompleks Asrama Mahasiswa “Omah Babadan” Kaliurang. Diskusi Ilmiah dimulai dengan pemaparan materi dari tiga pembicara yaitu Endah Tisnawati, S.T., M.T., dosen dari Universitas Teknologi Yogyakarta (UTY); Dr.-Ing. Ir. Paulus Bawole, MIP, dosen Fakultas Arsitektur dan Desain (FAD) UKDW yang aktif berkecimpung dalam masalah perkampungan kota; serta Tri Harjono sebagai Ketua Forum Komunikasi Desa Wisata DIY dan dimoderatori oleh Andi Irawanto sebagai Wakil Ketua Forum Komunikasi Desa Wisata DIY. Setelah mengikuti pemaparan, para peserta Diskusi Ilmiah bekerja dan berdiskusi mengenai tema yang dipilih tersebut untuk dipresentasikan pada tanggal 2 Agustus 2019. FAD UKDW sangat mendukung kegiatan TKIMAI XXXV karena dapat mewadahi aktivitas mahasiswa jurusan Arsitektur se-
foto:dok.panitia
Indonesia untuk saling melakukan dialog, belajar satu sama lain, dan menambah wawasan mengenai tema Kampung Kota tersebut. Diharapkan, melalui kegiatan Diskusi Ilmiah ini, mahasiswa mampu
memahami persoalan ruang kota secara lebih bijaksana serta memberikan kontribusi pemikiran yang tepat dalam penanganan permasalahan ruang kota dan arsitektur di setiap daerah asal mereka. [Felisa]
UKDW Kembangkan Produk dan Program KKN Tematik Kebencanaan
P
engembangan produk inklusif telah menjadi salah satu unggulan pengembangan produk yang dicanangkan oleh Program Studi (Prodi) Desain Produk Fakultas Arsitektur dan Desain Universitas Kristen Duta Wacana (FAD UKDW) semenjak berdiri di tahun 2005. Pengembangan produk inklusif dilakukan melalui program-program yang disusun oleh Laboratorium Ergonomi bekerjasama dengan Laboratorium Biomimicry di Prodi Desain Produk FAD UKDW. Melalui mata kuliah studio Human Centered Design dan Healthcare Equipment, pengembangan produk inklusif terus menerus dilakukan oleh dosen bersama mahasiswa. Pada tahun 2014 Prodi Desain Produk FAD UKDW menetapkan salah satu arah pengembangan produk inklusif kepada produk-produk keselamatan dan kebencanaan (safety and disaster preparedness). Program ini dilatarbelakangi oleh demografi lanjut usia, populasi survivor difabel dan fenomena kebencanaan yang terjadi di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) khususnya dan Indonesia pada umumnya. Beberapa program yang telah dijalankan dalam kurun waktu lima tahun ini diantaranya simulasi evakuasi gedung bertingkat yang melibatkan pengguna kursi roda, perancangan produk evakuasi, perancangan produk rehabilitasi bagi survivor stroke, pengembangan daily activity product yang melibatkan pengguna lanjut usia, dan pengembangan produk meja
P
rogram Studi (Prodi) Arsitektur Fakultas Arsitektur dan Desain Universitas Kristen Duta Wacana (FAD UKDW) bekerjasama dengan Kelurahan Giwangan Kota Yogyakarta dan Kampung Sorowajan Baru Kabupaten Bantul dalam kegiatan pembuatan instalasi bambu. Instalasi bambu ini merupakan karya mahasiswa arsitektur angkatan tahun 2018 terkait Mata Kuliah Studio Perancangan Dasar 2. Kegiatan instalasi ini melibatkan sebanyak 110 mahasiswa di bawah bimbingan enam dosen yaitu Eko Prawoto, M.Arch, Ferdy Sabono, M.Sc., Adimas Kristiadi, M.Sc., Linda Octavia, M.T, Tutun Seliari, M.Sc dan Sriana Delfiati, M.Ars. Mahasiswa mendapatkan tugas untuk melakukan intervensi ruang linier melalui karya rancangan instalasi bambu dengan memperhatikan aspek keindahan, struktur dan fungsi, agar orang yang melewati ruang tersebut dapat merasakan pengalaman ruang yang berbeda, menarik dan lebih hidup. Karya instalasi ini dilaksanakan mahasiswa dengan metode kelompok dan bekerja secara mandiri bersama kelompoknya. Sebelum melakukan pekerjaan instalasi dengan bambu, mahasiswa diberikan bekal pertukangan melalui workshop oleh para pengajar,
foto:dok.panitia
Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) juga mempunyai tiga arah kebijakan yang lain yaitu mengupayakan terbentuknya pusat studi yang fokus pada tema humanitarian dan menyelenggarakan program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Kebencanaan yang akan dilangsungkan pada semester Genap 2019/2020. Berkaitan dengan kebijakan tersebut, pada pertemuan yang diadakan di Solo pada tanggal 1-2 Juli 2019, UKDW mengirimkan dr. Katherina Adisaputra sebagai delegasi untuk mengikuti Bimbingan Teknis Desa Siaga Bencana. Hasil dari keikutsertaan UKDW pada acara tersebut ialah secara aktif mengikuti program Desa Tangguh Bencana (DESTANA) yang diprakarsai oleh BNPB juga BPBD DIY yang rencananya akan dilaksanakan pada akhir bulan Juli mendatang dan mempersiapkan materimateri KKN Tematik Kebencanaan. Secara khusus KKN Tematik Kebencanaan yang sedang dirumuskan bertujuan untuk membekali mahasiswa supaya lebih mempunyai wawasan luas mengenai realita potensi kebencanaan dan melakukan desiminasi pendidikan kebencanaan secara meluas di masyarakat. Hasil yang diharapkan melalui KKN Tematik Kebencanaan ialah terjadi sinergitas antara bidang keilmuan pada tiap prodi yang dimiliki oleh UKDW dengan realita kebencanaan di Indonesia. [Guspara]
perlindungan ketika terjadi gempa bumi. Di awal tahun 2019, Prodi Desain Produk menggandeng beberapa prodi lain di lingkungan UKDW untuk dapat turut serta mengembangkan produk meja perlindungan untuk mendukung proses evakuasi pada kebencanaan jenis gempa bumi. Tim yang dibentuk terdiri dari dosen dan mahasiswa lintas jurusan serta melibatkan mahasiswa pecinta alam. Kerja sama lintas jurusan tersebut mendatangkan hasil yang gemilang dengan menyabet juara ketiga Lomba
Nasional Inovasi Produk Kebencanaan yang diadakan pada tanggal 18 dan 19 Juni 2019 di Gedung INA-DRTG Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sentul Bogor. Pengembangan meja perlindungan generasi pertama akan dilanjutkan dengan target generasi kedua selesai di tahun 2020 dan diajukan kembali untuk mengikuti lomba serupa yang akan diadakan di Universitas Brawijaya Malang. Selain melakukan pengembangan produk kebencanaan, UKDW melalui Lembaga
termasuk bagaimana memulai sebuah proyek dengan membuat maket atau model awal. Kegiatan instalasi bambu merupakan salah satu bentuk pembelajaran untuk menyiapkan mahasiswa arsitektur tahun pertama agar memahami cara kerja dalam kelompok, mengenal bahan alam, serta menyiapkan sebuah proyek instalasi bersama. “Melalui kegiatan ini secara soft skill maupun hard skill para mahasiswa akan memiliki kemampuan berkomunikasi dan pengalaman pertukangan yang akan memperkaya mereka dalam mewujudkan sebuah proyek perancangan dengan konsep sederhana” terang Dr.-Ing. Sita Y. Amijaya, M.Eng selaku Ketua Prodi Arsitektur FAD UKDW. Proses pembuatan atau perakitan karya instalasi bambu dikerjakan oleh para mahasiswa di kampus UKDW, untuk kemudian diangkut dan dibangun di dua lokasi. Lokasi pertama berada di Kelurahan Giwangan, tepatnya di Wahana Wisata Tirta Wolulas (Lembah Wolulas) yang berada di tepi Sungai Gajah Wong sebanyak tujuh titik instalasi. Menurut Lurah Giwangan, Anggit Syarifudin, A. Md., Lembah Wolulas saat ini mulai banyak dikunjungi wisatawan, melalui kerja sama ini diharapkan dengan adanya instalasi bambu ini dapat memperindah kawasan dan memberikan suasana yang
Instalasi Bambu Mahasiswa Arsitektur UKDW Percantik Kampung Wisata Kota Yogyakarta
foto:dok.FAD UKDW
berbeda. Lebih lanjut, Anggit berharap agar kerja sama ini dapat berlanjut pada tahuntahun berikutnya. Lokasi kedua penempatan instalasi bambu berada di Kampung Sorowajan Baru menuju Area Embung Mantras sebanyak enam titik instalasi. “Secara visual, keberadaan instalasi bambu dapat mempercantik lingkungan, sehingga menjadi daya tarik baru bagi Kampung Sorowajan Baru dan Embung Mantras.” ujar D. Yudoyono selaku Ketua RT 20 RW 12 Sorowajan Baru. Instalasi bambu mulai dipasang di lokasi pada awal Juni 2019
foto:dok.FAD UKDW
kemarin dan hingga saat ini masih bisa dinikmati keberadaannya di kedua lokasi tersebut. Program pembuatan instalasi bambu di kampung ini telah memasuki tahun ketiga. Prodi Arsitektur FAD UKDW telah melakukan kerja sama selama dua tahun sebelumnya dengan Kampung Klitren Kelurahan Klitren. Melalui instalasi bambu ini diharapkan dapat meningkatkan daya tarik dan potensi kampung serta memberikan bekal soft skill bagi para mahasiswa untuk bekerjasama dengan masyarakat. [Tutun]
KKN UKDW
VOL.13/JULI 2019
5
KKN Tematik Meat - Tobasa
S
esuai dengan nama program, Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) ini berlokasi di Desa Meat, Kecamatan Tampahan, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara. KKN Meat ini adalah KKN kedua yang dilaksanakan di Provinsi Sumatera Utara dan diikuti oleh mahasiswa dari Fakultas Arsitektur dan Desain (FAD) serta Program Studi (Prodi) Pendidikan Bahasa Inggris (PBI). Sejumlah 17 mahasiswa (8 laki-laki & 9 perempuan) beserta 4 dosen pembimbing dan 1 dosen koordinator, KKN Tematik MeatTobasa ini membawakan tiga program besar sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat Desa Meat. Program yang dibawakan antara lain Dokumentasi Arsitektur dan Wisata, Desain Kemasan dan Pemasaran Produk Kerajinan Lokal, serta Pelatihan Bahasa Inggris Untuk Pelaku Wisata dan Anak-anak. "Mahasiswa beserta programnya diterima dengan baik oleh masyarakat setempat dengan indikasi mahasiswa melakukan diskusi dan memperoleh feedback dari perangkat desa dan perwakilan masyarakat sebelum program dilaksanakan. Secara keseluruhan proses
selama dua minggu pertama berjalan dengan baik,” jelas Ferdy Sabono, S.T., M.Sc. selaku dosen pembimbing dari FAD. Sambutan positif juga diberikan oleh masyarakat Desa Meat. "Ini adalah kali kedua UKDW datang ke desa kami melalui program KKN. Kami sangat bahagia dapat menerima saudara sekalian di desa kami. Kami harap KKN kedua ini pun dapat berjalan dengan baik serta bermanfaat bagi masyarakat Desa Meat dan bagi saudara sekalian. Memang desa ini memiliki potensi yang besar untuk menjadi lokasi wisata, namun perkembangannya belum sebesar potensinya. Semoga kedatangan saudara dapat membuat Desa Meat menjadi semakin maju," kata Janri Simanjuntak selaku Kepala Desa Meat. Pelaksanaan KKN di Desa Meat dimulai dengan penyambutan tim KKN UKDW di Kantor Kepala Desa oleh perwakilan dari perangkat Desa Meat, perwakilan Kecamatan Tampahan, Babinsa, dan perwakilan dari Polsek Balige. Setelah itu proses identifikasi dan pendekatan pada masyarakat dilakukan selama satu minggu pertama dan dilanjutkan dengan diskusi penyusunan program kerja bersama Kepala Desa. Tiga program besar
foto: dok/Peserta KKN
disepakati untuk dijalankan dan ditambah dengan beberapa program pendukung seperti bersih-bersih pantai dan jalanan umum, pengecatan papan selamat datang, pembuatan signage wisata, dan beberapa kegiatan lainnya. Program yang pertama kali dimulai adalah Dokumentasi Arsitektur dan Wisata, kemudian dilanjutkan dengan Pelatihan Bahasa Inggris Untuk Pelaku Wisata dan
Anak-anak yang sempat ditunda karena kendala jadwal libur sekolah dan masa panen. Menutup kegiatan di minggu terakhir, mahasiswa KKN Meat melakukan diskusi dengan masyarakat mengenai produk/karya kerajinan yang mungkin diproduksi, desain kemasan, dan juga pemasaran dalam Program Desain Kemasan dan Pemasaran Produk Kerajinan Lokal. [Adit]
Pengembangan Gula Jawa “Kelapa Mas” Kliwonan Berbasis Potensi Lokal
K
ecamatan Kalibawang merupakan salah satu dari 12 Kecamatan yang ada di Kabupaten Kulonprogo yang terdiri dari 4 desa, 84 pedukuhan, 70 RW dan 352 RT yang dipilih menjadi lokasi Kuliah Kerja Nyata (KKN) Reguler bagi mahasiswa Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW). Produk unggulan atau hasil panen desa yang sudah dikembangkan selama ini antara lain kakao (cokelat) dan aneka olahannya, gula jawa/merah, durian, buah naga, slondok dan gula kristal. Hasil alam tersebut kemudian diolah secara berkelompok di 4 desa, salah satunya di Desa Banjarharjo. Desa Banjarharjo dikenal dengan semangat gotong royongnya dalam membangun desa serta kaya akan tradisi kebudayaan seperti karawitan dan jatilan. Sebagai kawasan bernilai agraris tinggi, mayoritas penduduk desa ini bermata pencaharian sebagai petani maupun buruh tani. Pedukuhan Kliwonan, sebagai salah satu pedukuhan yang ada di Desa Banjarharjo memiliki kelompok tani “Kelapa Mas” yang sudah diakui secara resmi oleh masyarakat luas. Selama ini kelompok tani “Kelapa Mas” hanya berfokus pada pengolahan kakao, padahal warga RT 11 dan RT 12 di pedukuhan ini rutin memproduksi gula jawa. Diinisiasi oleh ide 7 mahasiswa dari fakultas yang berbeda yaitu Nadia Stephanie Tuankotta dan Nigel Boeky dari Fakultas Kedokteran; Eva Angelina dari Fakultas Arsitektur dan Desain; Asima Yohana Naibaho, Edwardo Jauhary, dan Yemicho Octavian dari Fakultas Bisnis; dan Christianti Angelin Maarende dari Fakultas Teknologi Informatika, kelompok tani “Kelapa Mas” kemudian melakukan pengembangan produksi gula jawa supaya diakui sebagai kelompok tani penghasil gula jawa murni 100% (tanpa adanya campuran). Kegiatan pengembangan produksi gula jawa ini diawali dengan Sosialisasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) serta Keselamatan Kerja (K3) terkait dapur pengolahan gula jawa oleh mahasiswa Fakultas Kedokteran. Pencucian tangan dan cetakan yang sesuai dengan panduan gerakan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) merupakan salah satu parameter yang harus diterapkan. Terkait keselamatan kerja, Nadia dan Nigel menekankan pentingnya melakukan upaya untuk mencegah terjadinya kecelakaan bagi mereka yang bertugas memanjat pohon kelapa setinggi 2-4 meter dan para ibu yang
bertugas memanaskan serta mencetak gula jawa dari wajan ke batok kelapa. Setelah produk gula jawa khas Kliwonan diproduksi dan siap untuk dipasarkan, pada mulanya gula jawa hanya dibungkus plastik bening dan disusun bertumpuk. Pengemasan gula jawa dalam kondisi panas ini sangat berbahaya bagi konsumen karena plastik yang terkena suhu panas akan melepaskan bahan kimianya. Di sisi lain plastik juga sulit didaur ulang dan tidak ramah lingkungan. Melihat hal itu, dirancang oleh Eva Angelina dari Fakultas Arsitektur, yang juga bekerja di bidang desain, program dilanjutkan dengan Workshop Pembuatan Kemasan Inovatif menggunakan craft paper berupa kotak minimalis yang menarik dari segi desain dan mudah dibawa. Selain itu, melihat kenyataan bahwa banyak pohon bambu yang tumbuh di desa Banjarharjo, besek juga menjadi alternatif kemasan yang dapat diproduksi oleh masyarakat sendiri sehingga akan mengurangi biaya pembelian kemasan. Sebagai identitas, kemasan produk juga ditambahkan logo pengenal 'Gula Jawa Kelapa Mas Kliwonan'. Penambahan logo ini bertujuan agar produk gula jawa kelompok tani Kelapa Mas lebih mudah dikenal oleh masyarakat luas sebagai produk gula jawa
murni, khas olahan petani Dusun Kliwonan. Konsep gula jawa murni ini juga diangkat menjadi kekuatan produk gula jawa Kelapa Mas karena sampai saat ini banyak gula jawa yang telah dicampur dengan gula pasir untuk menambahkan bobot gula jawa tanpa harus menggunakan banyak nira dari pohon kelapa. Selanjutnya, masyarakat diberikan materi terkait pemasaran ke TOSERBA dengan sistem konsinyasi dan pengaturan pembukuan yang dilakukan oleh 3 mahasiswa Fakultas Bisnis. Sistem pemasaran berkelompok menjadi sistem yang cocok diterapkan untuk gula jawa Kelapa Mas Kliwonan. Hasil produk gula jawa dari kelompok tani Kelapa Mas dikumpulkan kepada satu koordinator yang berperan untuk mendistribusikan produk ke TOSERBA. Selain itu koordinator juga bertugas untuk menyiapkan persediaan guna menerima pesanan melalui startup digital “Titipku”. Titipku merupakan website online yang dibuat oleh Christianti Angelin Maarende dari Fakultas Teknologi Informatika sebagai alternatif baru pemasaran produk gula jawa. Pembuatan website ini memakan waktu cukup lama karena merupakan hal baru bagi masyarakat desa Banjarharjo. Pada akhirnya Karang Taruna dipilih untuk mengemban
tugas pengelolaan pesanan online melalui website. Secara periodik, anggota Karang Taruna akan merekap seluruh pesanan melalui website untuk diinformasikan kepada Heri Oemardani selaku koordinator pemasaran gula jawa Kliwonan. Dalam program pengenalan sistem penjualan online ini, Heri sebagai koordinator kelompok yang ditunjuk secara musyawarah mufakat bersama para petani gula jawa pilihan juga diberikan pengarahan singkat mengenai penggunaan aplikasi online “Titipku” via smartphone yang berfungsi menambah peluang bisnis tanpa dipungut biaya. Pembicaraan mengenai izin edar juga menjadi penting dalam pengembangan bisnis UMKM. Ke depannya pengurusan izin edar seperti P-IRT dan BPOM akan dilakukan bertahap oleh kelompok tani, dimulai dengan pengajuan badan usaha UMKM ke Kecamatan Kalibawang. Suratsurat persyaratan atas nama Heri Oemardani selaku koordinator akan diproses dalam waktu 3 hari. Setelah itu kelompok tani akan menerima sertifikat dan kartu BRI yang dapat digunakan sebagai kartu ATM/sarana keuangan kelompok penjualan online gula jawa. Tersedia dalam kemasan isi 0,5 kg & 1 kg, saat ini produk Gula Jawa Kelapa Mas Kliwonan hasil pengembangan petani gula jawa pilihan, karang taruna, Heri Oemardani (koordinator pemasaran) bersama mahasiswa KKN Univeristas Kristen Duta Wacana, sudah tersebar di 5 toko yang ada di daerah Kecamatan Kalibawang, Minggir hingga Godean dan dapat dibeli secara online dengan mendownload aplikasi “Titipku” di playstore ataupun mengunjungi website edukatifnya di www.produklokalbanjarharjo.000webhostap p.com/kliwonan/ Selain menjalankan program pengembangan produksi gula jawa, mahasiswa KKN Reguler UKDW juga melayani masyarakat sekitar melalui pengadaan kelas bimbingan belajar yang diadakan setiap hari Senin, Rabu dan Jumat untuk anak-anak TK,SD, dan SMP. Melihat kondisi jarak antar RT, kelas bimbingan belajar ini dilakukan di dua tempat berbeda. Penyediaan tempat sampah terpilah dengan sticker bergambar juga disediakan di persimpangan jalan Pedukuhan Kliwonan sebagai sarana edukasi agar masyarakat tidak lagi membuang sampah ke sungai. [eva]
Program Studi
6
VOL.13/JULI 2019
Keseruan Bioekskursi 2019 Di Tiga Kota Besar : Jakarta, Bogor dan Bandung
B
ioekskursi merupakan salah satu kegiatan Fakultas Bioteknologi yang bertujuan untuk membawa mahasiswa untuk membuka wawasan mengenai dunia kerja sesuai dengan bidang yang diinginkan baik dalam Bioteknologi Lingkungan, Bioteknologi Industri, dan Bioteknologi Kesehatan. Tema yang diambil untuk Bioekskursi 2019 ini yaitu “Learning from Journey”, yang menjelaskan bahwa dengan berwisata dan mengunjungi tempat-tempat tertentu kita dapat memperluas wawasan yang kita miliki, sesuai dengan tujuan dari Bioekskursi sendiri. Pada tahun 2019 ini kepanitiaan Bioekskursi diketuai oleh Cindy Talenta Hutabarat angkatan 2017, serta wakil ketuanya Mayang Sekar angkatan 2017 dengan total jumlah panitia serta peserta Bioekskursi 2019 sebanyak 59 mahasiswa. Selama tiga hari dari tanggal 24-27 Juni 2019 Bioekskursi 2019 telah mengunjungi 3 kota besar yaitu Jakarta, Bogor dan Bandung dengan didampingi oleh Dekan Fakultas Bioteknologi - Drs. Kisworo, M.Sc., Wakil Dekan III Fakultas Bioteknologi - Drs. Djoko Rahardjo, M.Kes., serta Dosen Fakultas Biotekonologi yaitu Dr. Suhendra Pakpahan dan Ratih Restiani, S.Si., M.Biotech. Setelah dilakukan briefing dan doa bersama, tepat pukul 16.00 WIB tanggal 24 Juni 2019, seluruh panitia, peserta dan dosen berangkat menuju Jakarta. Rombongan tiba di Jakarta pada tanggal 25 Juni 2019 pada pukul stengah 5 pagi. Setelah membersihkan diri dan sarapan, seluruh peserta, panitia, dan dosen dibagi menjadi dua kelompok untuk
foto: dok/Jade
mengunjungi dua tempat industri yang berbeda yaitu PT. Kimia Farma dan PT. Salim Ivomas Pratama Tbk. Pada saat di PT. Kimia Farma mahasiswa Fakultas Bioteknologi mendapat kesempatan untuk melihat langsung serta mendapat wawasan baru bagaimana proses pembuatan obat antiretroviral. Kemudian pada PT. Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP) merupakan suatu perusahaan yang memproduksi baik itu minyak goreng, mentega, margarin dan butter. Nama-nama produk yang telah di hasilkan dari PT. Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP) ini yaitu Bimoli, Delima, Happy Soya Oil, Palmia, Royal Palmia, Amanda, Simas dan masih banyak lagi. Pada kesempatan kali ini mahasiswa Fakultas Bioteknologi mendapat kesempatan serta menambah wawasan mengenai proses pembuatan minyak goreng dan juga mahasiswa dapat belajar bagaimana industri tersebut mengelola limbah yang
mereka hasilkan menjadi limbah yang baik sehingga dapat dibuang langsung ke badan air sesuai baku mutu yang telah di tetapkan oleh pemerintah. Setelah bis A dan bis B mengunjungi industri tersebut kemudian pada malam hari dilanjutkan dengan diadakannya temu alumni. Pada acara temu alumni ini berlangsung dengan lancar dan membuat para mahasiswa Fakultas Bioteknologi semakin terbuka mengenai bidang manakah yang akan mereka fokuskan. Pada temu alumni ini juga terdapat sesi sharing dari beberapa alumni mengenai pengalaman beliau dalam bidangnya masing-masing; baik pada bidang pendidikan, industri, enterpreneur, pemerintahan, dan penelitian. Alumni yang hadir diantaranya Heru Teguh (Bio 94), Prakoso (Bio 92), Andre Dian P (Bio 98), Ajio Sukardi (Bio 88), dan Andy Paskah (Bio 91). Pada tanggal 25 juni 2019 rombongan Bioekskursi 2019 melakukan kunjungan ke
SEAMEO Biotrop yang berada di kota Bogor. SEAMEO Biotrop merupakan singkatan dari Southeast Asian Regional Center for Biology Tropical, yang dimana tempat ini dijadikan sebagai pusat penelitian, pelatihan dan informasi mengenai biologi tropika. Pada SEAMEO Biotrop ini memiliki 6 tempat yang digunakan sebagai tempat penelitian dan pelatihan yaitu Lab. Natural Produk, Lab. Entomologi, Hydroponic, Aquaponic, Lab. Kultur Jaringan, dan tempat budidaya jamur. Setelah dari SEAMEO Biotrop lanjut ke Institut Pertanian Bogor (IPB), di sini dilakukannya studi banding BEMF Bioteknologi UKDW dengan HIMA Biologi IPB. Setelah itu kita melakukan Kunjungan di Kebun Raya Bogor yang menghasilkan putusan sinergi antara Fakultas Bioteknologi UKDW dengan LIPI Pusat Konservasi Kebun Raya di bidang konservasi. Pukul 15.00 WIB kami langsung menuju Bandung, perjalanan yang ditempuh dari Bogor menuju Bandung itu sekitar 6 jam. Saat tiba di hotel para peserta langsung beristirahat untuk mempersiapkan tenaga saat perjalanan keesokan harinya. Tepat jam 7 pagi semua peserta langsung menuju tempat wisata di Farmhouse Susu Lembang dan Dusun Bambu. Farmhouse Susu Lembang merupakan salah satu tempat wisata yang paling sering dikunjungi oleh wisatawan yang datang ke Bandung. Setelah puas berwisata kami langsung bertolak menuju Yogyakarta dan pukul 00.30 WIB kita tiba di UKDW. [Jade]
Bioteknologi UKDW Sabet 2 Juara Lomba “BIOSPEC 2019” di UAD
P
ada tanggal 30 Juni 2019 lalu, dua tim mahasiswa Program Studi (Prodi) Biologi Fakultas Bioteknologi UKDW berhasil meraih dua gelar juara dalam perlombaan “Biology Science Project Ideas Competition (BIOSPEC) 2019” yang diadakan di UniversitasAhmad Dahlan (UAD) Yogyakarta. Tim pertama di bawah bimbingan Drs. Djoko Rahardjo, M.Kes. yang terdiri dari Dian Permana Putri Ambarsari dan Monica Claudia berhasil meraih juara kedua dan tim kedua di bawah bimbingan Dra. Haryati Susanto Bawole, M.Sc. yang terdiri dari Ester Nurhana Kusumawati dan Abigail Natalia Puji Hardani berhasil meraih juara ketiga.
Lomba yang bertema “Mengembangkan Biolog Muda untuk Biologi Revolusi” bertujuan untuk mengajak para biolog muda untuk mengembangkan pengetahuan dan kreatifitas untuk menggagaskan suatu ide yang bermanfaat bagi masyarakat. Lomba dengan skala DIY-Jawa Tengah ini diawali dengan tahap pendaftaran dari tanggal 18 April – 20 Mei 2019, kemudian dilanjutkan pengumpulan berkas gagasan dari peserta pada tanggal 22 – 28 Mei 2019. Berkas-berkas yang dikumpulkan ini akan diseleksi. 10 tim yang lolos seleksi akan masuk ke dalam final lomba “BIOSPEC 2019” yang diadakan pada tanggal 30 Juni 2019 di Kampus 4 Universitas Ahmad Dahlan, final
dilakukan dalam dua babak. Babak pertama yaitu presentasi oleh seluruh tim finalis selama 10 menit di hadapan dewan juri dan audiens dan tanya jawab oleh dewan juri. Lima finalis terbaik dari babak 10 besar akan bersaing mempertahankan argument dalam sesi debat antar finalis dan audiens. Dua tim UKDW masuk dalam 5 besar dan lanjut ke babak grandfinal bersama dengan tim UNY, UAD dan UNS. Pada babak ini, setiap tim diberikan waktu 2 menit untuk memperkuat gagasannya, kemudian berdiskusi selama 8 menit. Pada akhirnya, kedua tim UKDW berhasil meraih juara kedua dan ketiga. [Abigail] foto: dok/Abigail
Studi Banding Fakultas Bioteknologi
B
adan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Bioteknologi telah melaksanakan kegiatan studi banding dengan Himpunan Mahasiswa Biologi dari Institut Pertanian Bogor, kegiatan studi banding ini sekaligus merupakan rangkaian acara dari Bioekskursi, yang juga program kerja dari Fakultas Bioteknologi. Kegiatan studi banding ini berlangsung pada hari Rabu, 07 Juni 2019 di Departemen Biologi Fakultas MIPA, Institut Pertanian Bogor. Pada saat tiba di IPB, Himpunan Mahasiswa Biologi (HIMABIO) dan beberapa dosen disana menyambut baik rombongan mahasiswa dari Fakultas Bioteknologi. Adapun dosen dari IPB tersebut ialah Mafrikhul Muttaqin, S.Si.,M.Si., yang membuka kegiatan studi banding tersebut dan Ivan Permana Putra, S.Si.,M.Si., selaku moderator dalam studi banding tersebut. Pada pertemuan selama 2 jam tersebut, berjalan dengan baik dan antusias dari kedua pihak sangat terlihat. Dalam acara studi banding tersebut, Wakil Ketua Himpunan
Mahasiswa, Dova Kelvin Mesrian membagikan banyak informasi mengenai kemahasiswaan dari HIMABIO IPB itu sendiri. Tidak hanya itu, sharing informasi juga diberikan dari pihak BEM Bioteknologi UKDW, Lawrence Billy Vasco Djama pada beberapa pengurus organisasi HIMABIO. Dalam kesempatan tersebut, fokus utama dari kedua organiasi ini berdiskusi perihal sistem organisasi yang bertujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan dan program kerja. Uniknya yang menjadi titik berat dari pertemuan tersebut adalah bagaimana meningkatkan peranan potensial mahasiswa khususnya yang nonorganisasi untuk bisa berkarya serta sharing bagaimana strategi yang tepat untuk meningkatkan prestasi akademik dari mahasiswa. Apresiasi jelas terlihat dari beberapa pengurus HIMABIO IPB yang dalam hal ini disampaikan oleh Dova Kelvin Mesrian, bahwa sistem organisasi yang rapih tersusun dan jalur koordinasi yang jelas serta kuat yang dimiliki
foto: dok/Veronica
BEM Bioteknologi dapat menjadi pembelajaran baru bagi HIMABIO yang akan dicoba untuk diimplementasikan dalam sisa waktu kepengurusan organisasi tersebut. Apresiasi serupa juga disampaikan oleh BEM Fakultas Teknologi Pangan Universitas Soegija Pranata pada tanggal 7 Mei 2019 silam dalam kunjungannya yang lalu ke UKDW. Menyikapi hal tersebut, ketua BEM Fakultas
Bioteknologi Lawrence Billy V. Dj mengatakan bahwa sistem keorganisasian BEM sebenarnya masih perlu dibenah karena masih sangat asing dilingkungan bioteknologi itu sendiri, namun berbagai apresiasi yang telah diterima oleh BEM, menunjukan adanya totalitas kinerja dari pengurus BEM ditengah berbagai kekurangan yang ada. [Veronica]
Program Studi
VOL.13/JULI 2019
7
ELED-UKDW Lecturers Perform Regular Teacher Training at Sekolah Tumbuh
I
t is a part of Sekolah Tumbuh programs to continuously improve the professional development of their staffs. One of the programs is improving the English skills of the homeroom teachers. It is also the responsibility of higher education teachers to actively perform Tri Dharma Perguruan Tinggi, including doing community service. Starting from this year, based on an MoA (Memorandum of Agreement) between the English Language Education Department (ELED) of Duta Wacana Christian University and Tumbuh School in Yogyakarta, eight ELED lecturers actively performed community service as the trainers to train the homeroom teachers of four Sekolah Tumbuh in Yogyakarta, namely Sekolah Tumbuh 1, Sekolah Tumbuh 2, Sekolah Tumbuh 3, and Tumbuh High School. This program was in
fact the continuation of the Odd Semester program. The target of the training was improving the professionalism of Sekolah Tumbuh homeroom teachers in using English in teaching. A series of needs analysis was conducted before the training was held. A dialogue between ELED lecturers, as the trainers, and the coordinator of curriculum of each school shows that there were different needs of the teachers of each school. Sekolah Tumbuh 3, for example, needed to improve their skills in some topics such as how to effectively deliver materials, how to write good comments and feedback, and how to successfully present in parents-teaching conference. In each school, ELED assigned two lecturers to teach the homeroom teachers. The training was conducted in 6 meetings, lasted for 1.5 hours
each; followed by a conference session between the teacher-trainees and the trainers, and two sessions of observing real classes, where the teacher trainees were observed to see whether or not they have improved their English skills in teaching. At the end of the training, one of the teacher-trainees from Sekolah Tumbuh 3 said, ”I personally am glad that I am one of participants in this English training. I particularly can refresh my English proficiency since it can dull when we're not practicing it a lot. Thanks for sharing games ideas, report commenting and everything you both have done for us”. This semester the training was held from February to April 2019 and it will be continued next semester in September 2019. [Fel] foto: dok/Fel
Introduction to Adventure Tourism Went Camping at Siung Beach
I
ntroduction to Campus Tourism is a cross-faculty class offered by the Faculty of Biotechnology. The purpose of this course is to equip students with basic characters, skills, and knowledge needed to realize adventure tourism safely, well and holistically. The students did not only learn the theories of leadership, self and group building in the class, but also practice those things through some activities chosen such as rafting and rock climbing. The participants of this activity were 10 students from Biotechnology and English Language Education (ELE) Departments. After some gradual training in some places such as Sungai Elo, Sungai Progo Atas and Sungai Progo Bawah for the rafting and SMA 3 Yogyakarta for the wall climbing, the students' activity was closed with the camping led by Timothy Wherrett, Ph.D. as the lecturer. As the final activity of the class, the students of Introduction to Adventure Tourism course went camping at Siung Beach, Gunung Kidul for three days and two nights (June 18-20, 2019). The main activity of the first and second days was rock climbing. Siung Beach, as the location of the camping, is best known for the giant cliffs with the 250 climbing tracks. The tracks chosen for the camping activity was
foto: dok/Nike
Blok B, J, and K. The students were so excited on the second day of the camping because it was fully dedicated to the rock climbing. The climbing activity started at eight in the morning and ended at six in the evening. Seeing the magnificent scenery of the place with the pretty good weather, made it so meaningful for the students. Selvie, an ELED student who participated in this activity shared a lot of things that she learned from this camping. She said that this activity
foto: dok/Nike
brought her to the new experiences of getting closer with nature and handling a group outdoor. She could relate the benefits of this course especially the camping activity with her major which also requires her to lead a group of people. On the third day, which also the last day of the camping, the students went to Nglambor Beach near the location of the camping to try the snorkeling. Siung and Nglambor beach are connected with a unique bamboo bridge
managed by the local people. It took around five minutes to walk from Siung to Nglambor. Unfortunately, the weather was not really good which caused such big waves to the snorkeling area. Moreover, the phenomenon of the jellyfish booming in several beaches in Gunung Kidul and Bantul recently made the snorkeling activity did not work as expected by the group and other tourists. In addition, the students were also expected to have eco-friendly camping by reducing the use of materials and kinds of stuff which can cause the natural damage around the area and having some break from their busy activities. The no-internet and no-signal situation in the area brought the participant to deepen their relationship with themselves, people around them, nature and God through some sharing sessions and group activities. Matthew Raphael, a Biotechnology student who participated in the camping said “the camping was so impressive and exciting; mostly for the rock climbing because it improves my climbing skill. Sadly we could not have the snorkeling as planned but everything was so delightful.” [Nike]
The First Intern Seminar held by the Students of the English Language Education Department
T
he first intern seminar of was held by the English Language Education Department of Duta Wacana Christian University on Tuesday, 28th of May 2019 in Harun Hadiwijono Seminar Room. It was officially opened by Mr. Paulus Widiatmoko, M.A as the Head of the English Language Education Department. Furthermore, this seminar was a part of Speaking for Academic Purposes (SAP) and Teaching English for Academic Purposes (TEAP) classes as the final semester assignment project. Thus, it was managed by the 2017 batch students who were also the students of Speaking for Academic Purposes class. In addition, the seminar was held with the theme “21st Century Skills for Educators”. The reason of the theme raised was that it was hoped to provide a place for Education major students to share their thinking and improving their knowledge about education nowadays. Moreover, the seminar was basically a
parallel-based seminar, thus it was divided into two sections. The participants, who were 2016, 2017, 1nd 2018 batches students and some lecturers of English Language Education Department, were given a small ticket to enter another room for another section. The first section was when the invited speakers, Ms. Adaninggar Septi Subekti, M. Sc., an English Language Education Department lecturer, and Mr. Timothy Wherret, Ph. D, a Biotechnology Faculty lecturer, presenting and sharing about what 21st-century skill. Then, the second section was held in Harun and E.3.3 Rooms. In this section, it was the turn for 2016 batch students as the students of TEAP class to present their research articles. They have written an educational article to be presented. In addition, SAP students and TEAP students have also made posters to be presented. The posters were placed around Harun so that the
foto: dok/Ruth
passer-by were able to directly see how the posters were. However, TEAP students did not officially present their posters, but SAP students did. They stood beside their posters and waited for the passer-by approaching them and asking about their posters. At last, after the second section finished, the
participants had to go to Harun Seminar Room again for the closing ceremony. The seminar was closed officially by Ms. Fransisca Endang Lestariningsih, S.Pd., M. Hum as the lecturer of both classes, SAP and TEAP classes. [Ruth Eliana]
Program Studi
8
Pantau Aktivitas Gunung Merapi Melalui Aplikasi SIAB
VOL.13/JULI 2019
Mahasiswa FK UKDW Meraih Juara 3 Kompetisi Regional Medical Olympiad 2019
D
foto: dok/Argo
P
erkembangan teknologi saat ini sudah mencakup pada berbagai bidang, termasuk dalam hal kebencanaan. Teknologi Kebencanaan ada untuk memberi antisipasi bagi masyarakat terhadap keadaan sekitar. Oleh karena itu banyak pengembang sistem yang ikut serta dalam membangun sebuah sistem di bidang kebencanaan. Tim penelitian mahasiswa Fakultas Teknologi Informatika Universitas Kristen Duta Wacana (FTI UKDW) adalah salah satu dari sekian banyak tim yang sedang mengembangkan sistem informasi di bidang kebencanaan. Tim penelitian ini terdiri dari lima orang mahasiswa Program Studi (Prodi) Sistem Informasi yaitu Beni Mulia Tabarus selaku Ketua Tim penelitian, Didimus Candra Gased, Nikolaus Aryawan Ravato Wijaya, Krisjayanti Galla Mangesak Putri, dan Magdalena Evelyn Halim. Kelima mahasiswa ini dibimbing oleh dua orang dosen FTI yakni Argo Wibowo, S.T., M.T dan Drs. Jong Jek Siang, M.Sc. Pengembangan sistem ini didanai oleh dana hibah Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi
(Kemenristekdikti) tahun 2019. Penelitian ini mencoba untuk melakukan pengembangan Sistem Informasi Antisipasi Bencana (SIAB) yang bekerja sama dengan Karang Taruna Bakti Mudal, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta. SIAB memiliki fitur untuk mengetahui status gunung Merapi, dan mengetahui informasi terkini terkait aktivitas gunung Merapi. Selain itu, SIAB juga bisa memberi informasi terkait lokasi mitigasi di sekitar posisi pengguna. Pengguna dapat mengetahui lokasi dan mendapatkan navigasi menuju lokasi mitigas yang dipilih. SIAB secara aktif akan memberi pemberitahuan jika terjadi perubahan status gunung Merapi. Aplikasi ini hadir dalam platform mobile android, dan akan segera dirilis di playstore. Dengan menggunakan SIAB, diharapkan tingkat kewaspadaan pengguna di sekitar gunung Merapi menjadi lebih baik. Saat ini informasi kebencanaan yang didapatkan baru terbatas aktivitas gunung Merapi saja, harapan ke depan melalui aplikasi ini SIAB dapat memberi informasi kebencanaan lain seperti banjir, kebakaran, gempa bumi, dan lainnya. [Argo]
ua mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana (FK UKDW), Ferdinando Kendek dan Oey Yedida Stephanie berhasil meraih juara ketiga dalam ajang kompetisi Regional Medical Olympiad (RMO) 2019. Kompetisi ini diadakan Universitas Lambung Mangkurat Kalimantan Selatan pada 17-20 Juli 2019. RMO 2019 terdiri dari empat cabang perlombaan cardiorespiratory, genitourinary, musculosketal, dan digestive. Setiap universitas diperbolehkan untuk mengirim satu tim, yang terdiri dari dua mahasiswa Fakultas Kedokteran, untuk setiap cabang perlombaan. Pada kesempatan ini, UKDW mengirimkan tiga kelompok untuk mengikuti tiga cabang perlombaan. Pada cabang musculoskeletal diwakili oleh Joshua Hariara dan Vanessa Veronica, cabang cardiorespiratory diwakili oleh Jeremiah Marcello Vega dan Ni Nyoman Widya Kusuma. Sedangkan cabang digestive diwakili oleh Ferdinando Kendek dan Oey Yedida Stephanie. Bersaing dengan 12 tim Fakultas Kedokteran dari seluruh universitas di Wilayah 3 Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia (ISMKI), ketiga delegasi berhasil memasuki tahapan semifinal, hingga akhirnya tim digestive yang menjadi satu-satunya perwakilan Fakultas Kedokteran UKDW untuk berjuang di tahap final. Dosen pembimbing sekaligus dosen Fakultas Kedokteran UKDW, dr. Rian Kurniawan Laksono mengungkapkan bahwa kompetisi ini merupakan hal yang baik untuk mengukur kompetensi dan kemampuan mahasiswa, serta di saat yang sama menjalin relasi dengan sesama mahasiswa kedokteran dari universitas lain. Sebagai dosen pembimbing, dr. Rian merasa bangga atas
foto: dok/Rian
foto: dok/Rian
raihan mahasiswanya, terlebih tahapan kompetisi tersebut prosesnya cukup panjang. Keberhasilan ini membuktikan bahwa FK UKDW mampu bersaing dengan Fakultas Kedokteran Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta di Indonesia. [Rian]
Siraman Rohani
9
VOL.13/JULI 2019
“Menilik Anak-Anak” (Markus 10:13-16)
Label Negatif Pada Anak “Kamu diluar aja, ini acaranya orang dewasa nanti kamu ganggu”, “kamu diluar aja nanti di dalem berisik”, “boleh di dalem tapi jangan berisik.” Tentunya kita sering mendengar atau bahkan terlontar dari mulut kita sendiri, kalimat-kalimat itu ditujukan pada anak-anak. Namun sadarkah? Kalimat tersebut menunjukan bahwa kita sebagai orang dewasa melakukan pembedaan pada anak, orang dewasa cenderung memberi label negatif pada anak. Anak-anak sering dianggap sebelah mata dan bahkan harus dihindarkan dari pertemuan penting atau ibadah yang mayoritas di dalamnya adalah orang dewasa. Anak-anak dianggap sebagai pengganggu karena dapat memecah konsentrasi atau sumber keberisikan. Padahal jiwa anak-anak bukankah memang riang dan gembira? Bukankah anak-anak merupakan pemilik masa depan, baik keluarga, gereja, bahkan masa depan sebuah bangsa. Padahal pelabelan negatif pada anak dapat menyebabkan si anak merasa tidak berharga. Terlebih bila anak akhirnya bersikap menerima label “pengganggu” tersebut oleh karena lingkungan yang memperlakukannya demikian, maka hal ini seolah dapat menjadi pembenar. Walaupun sebenarnya si anak tidaklah demikian. Jadi akibat dari pelabelan tersebut menjadi “pembentuk” gambar diri negatif pada anak. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa gambaran diri anak juga dipengaruhi oleh lingkungan tinggal dan pernyataan orang dewasa terhadap diri si anak. Anak menjadi baik atau buruk perilakunya tergantung juga cara kita orang dewasa turut membentuknya. Jadi, bagaimana seharusnya anak-anak diperlakukan dan dilihat? Inspirasi Yesus: Menyambut AnakAnak Dari teks Markus 10:13-16, kita belajar bagaimana Yesus menyambut anak-anak. Ternyata sikap “merendahkan anal-anak” juga pernah dilakukan oleh para murid Yesus. Para murid menghalau anak-anak dan memarahi orang tua yang membawa anakanak saat berdesak-desakan untuk berjumpa Yesus. Tradisi Yahudi sangat patriakal, kaum laki-laki dewasa menjadi prioritas dalam pertemuan-pertemuan, sedangkan perempuan dan anak haruslah dibelakang. Jadi ketika dilihat anak-anak juga mendesak maju, maka selain menyalahi tradisi, anakanak hanya menambah semrawut suasana. Para murid menganggap keberadaan anak yang diajak dalam pertemuan itu mengganggu, tidak penting, dan orang dewasalah yang lebih penting. Para murid
foto:dok. google(edited)
berpikir bahwa Yesus lebih tertarik dan berbicara kepada orang dewasa saja, karena orang dewasa dianggap dapat melakukan lebih banyak hal daripada anak-anak. Meski demikian dari ayat 13, ternyata kita dapat mengambil pelajaran juga, bahwa orang tua pada jaman itu, memiliki kesadaran untuk membawa anak-anaknya dekat kepada Yesus. Orang tua disatu sisi memiliki tanggung jawab untuk memberikan pengajaran keagamaan dan cara hidup rohani yang benar. Itu sebabnya sentuhan Yesus bagi anak-anak secara langsung diyakini sangat penting dalam perkembangan ke depan, sehingga berbondong-bondong membawanya pada Yesus. Apalagi mulai muncul pemahaman baru bahwa Yesus adalah Mesias (Penyelamat Yang Datang). Melihat para murid menghalangi anakanak yang datang kepadaNya, Yesus sangat marah. Persepsi keliru tentang kehadiranNya dan cara pandang masyarakat yang menganggap anak dan perempuan sebagai kelas dua setelah laki-laki inilah yang harus dirubah. Semua orang, laki-laki, perempuan, dewasa dan anak-anak berhak mendapat perlakuan sama dalam KerajaanNya. Tidak ada diskriminasi sosial. Sikap Yesus sangat “wellcome”, Dia memerintahkan supaya anak-anak tersebut dibawa kepadaNya, dan tidak ada yang boleh menjadi penghalang. Yesus menunjukan perhatiannya pada anak-anak, dengan tidak menghalangi anakanak untuk datang kepadaNya. Yesus tidak memberikan label yang negatif pada anak, sebagai pengganggu dalam melakukan pekerjaan-Nya. Ia bahkan mengakui, bahwa anak-anak merupakan anggota dari kerajaan Allah. Yesus mengajarkan konsep kesetaraan yang dibangunNya dalam Kerajaan Allah. Sehingga, baik orang dewasa dan anak-anak memiliki hak dan kedudukan yang sama sebagai bagian para pengikut diri-Nya.
Melalui sikap Yesus, jelaslah bahwa pengenalan akan Allah jauh lebih baik jika dilakukan sejak dini, yaitu pada saat masa anak-anak. Usia anak-anak belajar dan menyerap dari apa yang mereka lihat, alami dan lakukan bersama keluarganya dalam kehidupan mereka. Mereka menemukan pengetahuan tentang dunia di luar dirinya bersama keluarganya, demikian juga mengenali karya Allah melalui kejadiankejadian yang mereka alami dan direfleksikan. Jadi cara Yesus menyambut anak-anak bahkan diberi prioritas lebih dibanding orang dewasa. Tugas orang dewasa yakni mengajari kehidupan dan memberikan rasa aman dalam komunitas publik yang lebih luas. Belajar Dari Seorang Anak Bagian yang menarik dari Yesus dan pandangannya terhadap anak-anak, yakni pengandaiannya tentang cara menyambut Kerajaan Allah sebagaimana anak kecil lakukan dalam penyambutan. Jadi selain soal kesetaraan dan mematahkan persepsi negatif tentang anak sebagai pengganggu, Yesus memilih anak-anak sebagai contoh sikap beriman akan Kerajaan Allah. Hal tersebut tertuang pada ayat 15: “....seperti anak kecil...” terdapat karakteristik seorang anak yang Yesus bicarakan di sini. Karakter apa yang Yesus bicarakan? Yesus berbicara tentang KEPERCAYAAN. anak-anak memiliki karakteristik sangat percaya. Ini adalah karakter yang Yesus ingin tekankan kepada kita, bagaimana agar kita bisa masuk sebagai member KerajaanNya, yaitu dengan PERCAYA kepada Yesus sepenuhnya, tidak perlu mengkhawatirkan apapun karena Yesus menjamin “status dan posisinya”. Belajar seperti anak-anak yang tidak berdaya, dan sangat bergantung kepada orang dewasa. Itulah yang Tuhan ingin agar kita belajar, dan bergantung total pada kuasa-Nya. Melalui ketaatan pada Allah (Obedience to God),
setiap orang dewasa diingatkan untuk mengandalkan Tuhan dalam berproses menjadi bagian dari Keluarga Kerajaan Allah yakni keluarga yang menjunjung tinggi nilainilai kebenaran, keadilan, kasih dan kesetaraan. Jika demikian anggapan yang rendah terhadap anak-anak, pengganggu, dan belum mampu mengerti apa yang menjadi pembahasan atau kebutuhan orang dewasa, sebaiknya ditinjau ulang. Sebab dalam diri anak-anak memiliki jiwa “percaya”, dan tugas orang dewasa adalah mendampingi dan mengarahkannya agar mereka pun dapat merefleksikan, serta turut berproses di dalamnya. Anak-anak begitu percaya dengan apa yang disampaikan oleh orang dewasa, ketidakberdayaan mereka menjadikan mereka berserah penuh pada orang yang lebih dewasa, dan hal inilah seharusnya kita contoh dalam menjalani hidup bersama Yesus. Kita sebagai manusia menyerahkan segala sesuatunya kepada Yesus. Anak dan Ruangan Hidupnya Dari renungan di atas, tentunya kita kembali diingatkan bahwa sosok anak tidak boleh diremehkan, apalagi mendapatkan label yang negatif. Berangkat dari hal ini, sudah seharusnya kita menciptakan ruang yang nyaman, menginspirasi pertumbuhan karakter positif bagi anak. Ruangan yang dimaksud adalah “suasana dan dukungan orang dewasa” melalui pendidikan keagamaan yang inklusif, kerelaan orang dewasa sebagai pendamping bagi anak-anak, dan melibatkan anak-anak dalam proses pertumbuhan spiritualitas. Semua orang dewasa berkewajiban menyediakan diri untuk melindungi anak-anak di ruang publik yang tanpa sekat. Bagian ini penting, jika memperhatikan fenomena global yang sekarang terjadi lebih cepat diterima oleh anak jaman “now”. Logikanya, jika anakanak mengenal apa artinya hidup melalui gadget, maka ia sedang belajar menjadi duplikat hidup dalam dunia gadget, tetapi jika anak belajar dari orang dewasa yang baik dan bijak, serta berkarakter Kristus, maka ia sedang belajar menjadi manusia yang memanusiakan sesamanya. Akhirnya dengan tidak adanya perbedaan, ataupun label negatif pada anak, akan membawa perkembangan diri dan spirit yang baik bagi anak. Jadi kualitas hidup anak dipengaruhi oleh kita sebagai orang dewasa. Selamat Hari Anak. ”If you can save childs from distroyed of life, that mean, you was bringing the Kingdom of God for them..........to save the childrens is our responsibility”. [Nanda-PKK UKDW]
KKN UKDW KKN Tematik IFSTS-L Angkat Potensi Kerajinan Bambu
I
nternational Field School Thematic Service – Learning atau disingkat dengan IFSTS-L merupakan program gabungan antara Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta dengan Australia National University (ANU). Sejumlah 32 mahasiswa dari UKDW mengikuti program ini sebagai program KKN Tematik yang diadakan oleh kampus, dan sebanyak 22 mahasiswa dari ANU mengikuti program ini sebagai program Field School. Terdapat sepuluh kelompok yang terdiri dari mahasiswa UKDW dan ANU yang dibagi untuk mengimplementasikan program di tiga desa, yaitu Desa Anajiaka, Desa Matawaikajawi, dan Desa Praimadeta. Di desa Anajiaka terdapat tiga kampung yang digunakan untuk tempat tinggal yaitu Kampung Lubu Madinu, Wailolung, dan Dewa Kaworung. Di Desa Matawaikajawi terdapat empat kampung yaitu Kampung Uma Kaka, Dewa Waitedi, Dewa Uma Dangu, dan Praipanibi. Sedangkan di Desa Praimadeta terdapat tiga kampung yaitu Kampung Timotu, Praiuwi, dan Kabata Kapultu. Selama satu minggu pertama, peserta IFSTS-L tinggal
bersama masyarakat dan mencoba menggali permasalahan serta potensi yang dimiliki oleh masyarakat. Bambu merupakan salah satu tanaman yang populasinya banyak ditemui di sekitar masyarakat, terutama di Desa Anajiaka. Masyarakat yang mayoritas bekerja sebagai petani, memiliki keahlian dalam memanfaatkan bambu untuk diolah menjadi kerajinan tangan. Kerajinan tangan yang umumnya dibuat oleh masyarakat Desa Anajiaka ini adalah gedhek. Gedhek merupakan anyaman bambu yang biasanya digunakan sebagai dinding maupun pelapis atap. Selama ini kerajinan gedhek ini hanya dipasarkan di sekitar Sumba Tengah saja. Tingginya jumlah populasi bambu dan masih terbatasnya upaya promosi yang dilakukan oleh masyarakat membuat mahasiswa KKN Tematik Sumba, terutama yang berada di Desa Anajiaka berupaya untuk membuat masyarakat sadar bahwa hal ini merupakan potensi besar yang perlu dikembangkan. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan menunjukkan
kepada masyarakat jenis kerajinan tangan lain yang dapat dibuat dari bambu. Kegiatan ini mendapatkan respons positif dari masyarakat. Salah satu pengrajin bambu yang bernama Deni segera mencoba untuk membuat kerajinan tangan lain berupa gelas bambu. Selain kegiatan tersebut, dalam rangka meningkatkan minat dan kesadaran masyarakat diadakan juga workshop kerajinan bambu. Pada workshop tersebut masyarakat diberikan arahan untuk membuat dua jenis kerajinan bambu yaitu gelas dan kap lampu. Masyarakat juga diajak untuk melihat keuntungan dari sisi finansial. Dengan bertambahnya kemampuan masyarakat untuk membuat produk bambu lainnya, nantinya masyarakat akan mendapatkan hasil atau keuntungan penjualan yang lebih besar dibandingkan apabila mereka hanya membuat gedhek. Tidak hanya mengadakan sebuah workshop, mahasiswa yang bertempat di kampung Dewa Kaworung mencoba untuk membantu keberlangsungan kerajinan bambu ini dengan membentuk organisasi kerajinan
foto:dok. Biro IV
bambu. Organisasi ini dibentuk melalui proses diskusi masyarakat di kampung Dewa Kaworung dengan mahasiswa KKN. Sebagai hasil kesepakatan bersama, akhirnya organisasi kerajinan bambu yang bernama “Mula Mila” resmi dibentuk di Dewa Kaworung. Asal nama “Mula Mila” sendiri didasari oleh motivasi masyarakat yang ingin memperbaiki kondisi perekonomian mereka di masa mendatang. Adanya pembentukan organisasi ini juga merupakan wujud keinginan masyarakat untuk menyalurkan dan mengembangkan kemampuan mereka dalam memproduksi kerajinan bambu. [Nadya]
Office of International Affairs
10
VOL.13/JULI 2019
2019 GLHC: Short Program to Explore South Korea
T
his year, Hanseo University once again organized Global Leadership Camp. The program took place in Seosan, Taean, Asan, and Seoul from June 27th to July 3rd, 2019. The participants were students from Hanseo University (South Korea), Universitas Kristen Duta Wacana (Indonesia), Gajah Mada University (Indonesia), North-West University (South Africa), Kalinga Institute of Industrial Technology (India), and Kalinga Institute of Social Sciences (India). Around 70 students were grouped into 7 different teams, which follow the colors of the rainbow. Each group was assigned to a specific topic, which would be presented on the sixth day. Universitas Kristen Duta Wacana sent us along with Frista, S.H., S.E., M.S.Ak. We arrived at Incheon International Airport on July 26th via Denpasar, a day before GLC started. We were picked up by some Hanseo students and staff and went straight to Hanseo’s Seosan campus. We were introduced to Prof. Jang Won Kweon and Prof. Baek Kyung Hwa, and ate some burgers at nearest Mom’s Touch (kind of Korean version of McDonald’s). Then we were ushered to the Hanseo’s girl dormitory. It was summer vacation time, so there was no student when we arrived. After taking some rest, we went to dinner in nearby jajangmyeon (black bean noodle) store with some Hanseo’s Korean and foreign students. Then we played some card games and told some story before going to sleep. In the morning, we ate dosirak (like bento/lunch box) with Hanseo’s foreign students and North-West University students, who just arrived in Seosan. Before going to the orientation, we ate pizza at nearby pizzeria. In the orientation, we were divided into teams. Kevin in the red team got the topic of self-innovation when Audri in the blue team got the topic of sincerity. Then all the other participants from Hanseo joined us to stay in the dormitory. The boys stayed on the
foto:dok. Audri
first floor and the girls stayed on the second floor. There was up to four students in each room, and everyone got their own bed. There was a bathroom with water heater inside the bedroom, and also air conditioner and floor heater. Then we went to the International Conference Hall and heard some speeches from the professors and Hanseo’s Director. We were also introduced seven foreign professors (they teach English class in Hanseo), each of whom would be guiding a team. We took rest in the dormitory and ate dinner at the cafeteria. Most of the time, we had our breakfast from 8-9 in the morning, lunch at 12-13 in the afternoon, and dinner at 6-7 in the evening. Then we went to the indoor basketball court to have our first team discussion. We had team discussion every night after dinner until the sixth day. Each team discussed their topic and also made team flag. In the evening, each team had a gathering where they talked about a lot of things while having some food and drink before going to bed. On the second day, we had our breakfast and then we went to Taean campus. It took us about 45 minutes from Seosan campus to Taean campus by bus. We brought some of our clothes and daily needs because we were going
to stay there for two days. The dormitory in Taean campus was kind of like the one in Seosan, but it was smaller and had no free WiFi available. After we put our belongings in our rooms, we went to Hanseo’s marine facility to rode banana boat and swam in the pool. Then we had our lunch before going around the campus. We visited some facilities like earthquake simulator and air traffic controller room. In the night, we had the team discussion as usual. On the third day, we were supposed to be walking about 12 kilometers around Taean, but because of the weather, we went back to Seosan. We didn’t have activity in the morning and in the afternoon we played some games together. We also had team discussion in the night. In the morning of the fourth day, we collected trash from all around the campus. After we finished, we went to Hyeonchungsa Shrine in Asan, which was the shrine of Admiral Yi Sun-sin. Admiral Yi Sun-sin is one of the playable character in popular mobile game Mobile Legend. After that, we went back to Seosan before having another team discussion in the night. On the fifth day, Hanseo and invited foreign students went to Seoul, while the Korean students walked about 12 km around Taean. The foreign
student ate at Popeye’s and did some shopping at e-mart Bundang. After that, we went to Saemaul Undong Training Center. Saemaul Undong is a movement initialized by President Park in 1970, which was the age of industrialization in South Korea, with the hope to equalize the economy between the cities and villages. The movement is similar to what we have in Indonesia, kerja bakti, where people need to collaborate to build their area. Each village got supply of cement to build their village, and the villagers worked together to build their village. What differs Saemaul Undong to kerja bakti is Saemaul Undong was a government program, and it brought South Korea from one of the poorest country to one of the biggest economies in the world. Then we went back to Seosan and had our last team discussion in the night. On the sixth day, we presented our ideas on the topics we were assigned to. The invited foreign professors from North-West University and Mr. Frista also presented some stories about their countries. After the presentation, we went to the nearby all you can eat barbeque shop. After that, we had Global Festival where each team showed their performance, whether it was singing, dancing, or rapping. In the night we had our last gathering before preparing to left Hanseo the next day. On the last day, we had closing ceremony where we were given the certificate for completing GLC. We had other food before going to Seoul. Audri, Kevin, and Mr. Frista stayed for three days in Seoul to go shopping, eating, and sightseeing. We went to places like Seoul Station, Myeongdong, Insadong, Gyeongbokgung Palace and Dongdaemun Design Plaza before going back to Indonesia on July 6th. So what do you think about our trip to South Korea? Or do you want to join other programs in other countries? Just be updated with the information from the Office of International Affairs UKDW. [kv]
UKDW and Hanseo University Collaborate in the Global Leadership Program
U
niversitas Kristen Duta Wacana (UKDW) in collaboration with Hanseo University, South Korea conducted Hanseo Global Leadership Program in Indonesia (HGLPI) on July 22 24, 2019. The joint program between UKDW and Hanseo University is organized regularly twice a year - around January and July. This program aims to give opportunity for Hanseo University students as well as UKDW students to learn about leadership through discussion, interaction with other students from different countries and cultural backgrounds, and volunteering activities that involve the students with the local communities. A group of twelve Hanseo University students led by Prof. Baek Kyung Hwa and Prof. Kwon Oh Hyeong arrived in UKDW Babadan Dormitory on July 21 and were welcomed by the team from the Office of International Affairs of UKDW. Prof. Baek is the newly appointed Dean of Student Affairs of Hanseo University. The HGLPI consisted of three main activities, which are Global Presentation and Cultural Performance, Community Service, and Cultural Exposure. As the start of the program, Global Presentation and Cultural Performance was conducted at Rev. Harun Seminar Room UKDW on July 22, 2019. The event was attended by around 50 people including HGLPI participants from Hanseo University as well as UKDW students, lecturers, and staff members. Dr. Charis Amarantini, M.Si. as the Vice Rector for Academic Affairs, Research, and innovation, officially opened this event. Welcoming the participants from Hanseo University, she expressed her appreciation for the partnership between UKDW and Hanseo University and hope that the collaboration between the two institutions will grow and be fruitful.
foto:dok. Biro IV
In the Global Presentation and Cultural Performance, UKDW and Hanseo University send their representatives to share their ideas and insights about global leadership. UKDW representatives were Yudhistira Audri Pranata and Kevin Valiant, both from the Department of Informatics. Previously, these two students participated in the 2019 Hanseo Global Leadership Camp in South Korea, so in this occasion, they also shared their experience in joining international program abroad. Meanwhile, the representatives from Hanseo University shared about leadership, understanding, and development. The presentation and discussion were followed by cultural performances. Hanseo University students performed taekwondo moves and K-pop dance, then as the closure was the performance from Duta Voice of UKDW singing Indonesian traditional songs. Continuing the agenda, the participants were divided into six groups and took part in a scavenger hunt activity. They got 30 minutes to finish the task given to them, and post the picture on Instagram. The participants were
enthusiastic about joining this activity since it gave a chance for students from Hanseo University and UKDW to interact with each other in a friendly atmosphere. By the end of the session, the group with the best picture was named as the winner. Following the Global Presentation and Cultural Performance, HGLPI participants attended a session for Community Service preparation. The session was delivered by Arida Susyetina, S.S., M.A., who serves as the Director of the Office of Partnerships and Public Relations. This session gave information about the location of the community service, introduction to Padepokan Tjipta Boedaja and SD Negeri Sumber as the service place, and the activities that would be conducted there. In this session, participants from Hanseo University also learned a little about Indonesian language, so they can greet the local people when doing the community service. The Community Service was conducted on July 23, 2019. Arriving at Padepokan Tjipta Boedaja, HGLPI participants were welcome with a Javanese procession.
Padepokan Tjipta Boedaja is an art community located in Tutup Ngisor Village, Magelang, Central Java. In the opening of Community Service, the Head of Padepokan Tjipta Boedaja, Sitras Anjelin welcomed the participants and briefly share about the history of this art community. “I hope that through the activities in this place, you can learn more about Indonesia, and we are also happy to know more about Korea,” Sitras said. SD Negeri Sumber is located not far from Padepokan Tjipta Boedaja. In this elementary school, HGLPI participants were interacting with the students and doing coloring activities together. Through this community service, HGLPI participants can understand more about the issues and problems faced by the community, especially in the education area, and learn to give contribution to society. In Padepokan Tjipta Boedaja, participants also got the chance to experience Javanese culture through dance and gamelan. HGLPI was concluded with Cultural Exposure to Kotagede and Malioboro. The participants were divided into five groups with each group consisted of Hanseo University and UKDW students, to explore the areas. UKDW's Office of International Affairs as the organizer of this program arranged the activities to provide room for students to discuss and exchange ideas, knowledge, and experiences, so that the participants from both UKDW and Hanseo University can broaden their perspective. The exposure they gain by joining this program can also develop their communication skills while overcoming the language barrier. Last but not least, it also is a chance to build a network of friends from different parts of the world. [drr]
Seputar Jogja
VOL.13/JULI 2019
11
Kemeriahan Festival Kebudayaan Yogyakarta 2019
foto:dok. Santi
K
ota Yogyakarta dikenal dengan perhelatan acara-acara kesenian yang cukup bergengsi. Setiap tahun pula acara tersebut rutin diadakan, salah satunya ialah Festival Kesenian Yogyakarta. Acara ini merupakan acara yang cukup terkenal bagi warga Kota Yogyakarta dan sekitarnya. Namun terdapat hal yang cukup berbeda mengenai acara ini. Mulai tahun 2019 ini, Festival Kesenian Yogyakarta sudah berganti nama menjadi Festival Kebudayaan Yogyakarta (FKY), hal ini menjadi pertimbangan bahwa FKY saat ini tidak hanya fokus pada seni saja, tetapi harus mencakup objek kebudayaan terutama yang tertuang dalam Perdais No.3/2017 tentang kebudayaan. Objek tersebut antara lain nilai budaya, pengetahuan, teknologi, bahasa, adat istiadat, tradisi luhur, benda dan objek kebudayaan berupa seni. Tajuk FKY 2019 kali ini adalah “Mulanira”. Secara etimologi, mulanira berarti “mulanya” atau “awalnya.” Itu
foto:dok. Santi
menandai kelahiran kembali FKY sebagai festival. Tepatnya, festival kebudayaan. Kata (mulanira) itu sendiri juga diikuti dengan tiga kata lain, ruang, ragam, dan interaksi. Melalui rangkaian kata-kata itu, FKY 2019 ingin menampilkan identitas Yogyakarta sebagai kota seni dan budaya yang sejak awal memang tidak pernah tanggal. FKY diselenggarakan di tempat-tempat berbeda di sekitar Kota Yogyakarta. Pada kesempatan kali ini, FKY 2019 diadakan di beberapa tempat, dengan pusat acara berada di Desa Panggungharjo, Bantul. Selain itu, beberapa lokasi lainnya adalah Kampoeng Mataraman, Telaga Julantoro, Pendhapa Art Space, Lapangan Patmasuri, dan masih banyak lagi. Di beberapa lokasi tersebut juga diadakan serangkaian acara kesenian dan kebudayaan. Seperti, Pagelaran Wayang Kulit, Teater, Pasar Seni, Panggung Pertunjukan, dan masih banyak lagi.
foto:dok. Santi
FKY 2019 di Kampoeng Mataraman pengunjung dapat menikmati stan-stan makanan yang ditawarkan. Selain itu, pengunjung juga dapat menyaksikan beberapa penampilan kesenian di panggung-panggung yang didirikan. Kulinerkuliner yang ditawarkan antara lain pentol bakar, roti goreng, lempeng juruh, mie ayam goreng, dan masih banyak lagi. Terdapat hal unik dalam penyelenggaraan FKY 2019 di Kampoeng Mataraman ini, jika ingin bertransaksi kuliner pengunjung harus menukarkan sejumlah uang dengan lempengan batu bata sebagai alat transaksi. Untuk menikmati serangkaian acara FKY ini, pengunjung tidak dipungut biaya. Bagi teman-teman yang belum dapat ikut berpartisipasi dalam acara ini, siapkan diri saja untuk menyambung FKY tahun depan. Meski tidak cepat, but it’s worth the wait! [Krissanti]
Pasar Kangen Jogja 2019 Hadirkan Kenangan Tempo Dulu
foto:dok. Rully
P
asar Kangen Jogja merupakan acara tahunan yang diselenggarakan UPTD Dinas Kebudayaan Taman Budaya Yogyakarta. Konsep dari acara ini berupa pertunjukan seni, tradisi, kuliner tradisional tempo dulu, serta barang-barang antik maupun klitikan lawas. Pada tahun ini, event bergengsi ini hadir kembali di Taman Budaya Yogyakarta (TBY) pada 12 – 20 Juli 2019. Perhelatan di tahun 2019 merupakan gelaran ke-12 yang makin meriah dengan hadirnya ratusan pelaku UMKM dan seniman dalam satu tempat. Sebanyak 117 stan kuliner tradisional, sekitar 93 stan barang lawas, dan terdapat 35 kelompok seni yang mengisi panggung memenuhi areal Pasar Kangen Jogja. Berturut-turut digelar selama sembilan hari, terdapat jadwal tampil yang berbeda-beda untuk tiap pentas seni yang digelar. Sehingga pengunjung yang datang pun tidak akan mudah bosan. Dari siang hingga malam, pengunjung bisa saksikan serunya jathilan, ketoprak, reog, dagelan, wayang kulit, karawitan, dan lain-lain dengan tanpa dipungut biaya. Selain menunjukkan pentas seni tradisi, pengunjung juga dapat menikmati kuliner-kuliner yang disajikan. Bukan kuliner kebanyakan sebab yang dijual di acara ini adalah
foto:dok. Rully
panganan dan minuman yang eksis pada jaman dahulu (jadul). Berada di area lapak-lapak barang antik dan jadul, pengunjung bisa temukan lagi kaset-kaset penuh nostalgia, buku-buku bacaan dengan cover usang, mainan masa kecil yang sudah jarang ditemukan, hingga uang koin kuno. Selain itu masih ada beberapa koleksi peralatan antik seperti telepon, kamera, radio, piringan hitam, serta gramofon. Meski terlihat lawas, semuanya masih bisa berfungsi dengan baik. Para pecinta barang antik tentu takkan melewatkan deretan stand ini kan? Usai melihat-lihat dan berburu barang lawas serta kerajinan lucu, pengunjung dapat memanjakan lidah dengan sajian dari total 117 stan kuliner di Pasar Kangen Jogja 2019. Deretan gubuk kuliner tersebut menawarkan beragam sajian tradisional dan jadul. Sebagian mungkin sudah jarang dijumpai di pasaran. Di antaranya terdapat es goreng, rambut nenek, es gabus, atau gulali bentuk. Terdapat juga cemilan tradisional seperti jadah bakar, songgobuwono, jenang gempol, leker Jowo, lempeng juruh, sate gajih, dan lain-lain. Tidak hanya itu, stan makanan juga menawarkan makanan berat, seperti sego jagung, sego wiwit, sego abang, sego bakar,
K
bagi berdasarkan
foto:dok. Rully
serta aneka nasi dengan sayur-lauk ndeso. Selain itu, pengunjung juga dapat menemukan beberapa sajian khas dari beberapa daerah, seperti kerak telor dan es selendang mayang Jakarta, dawet sambel Kulon Progo, mie lethek Bantul, rujak cingur Surabaya, belalang goreng Gunungkidul, serta dawet serabi khas Blitar. Penyelenggaraan Pasar Kangen Jogja setiap tahunnya hampir tidak pernah sepi pengunjung. Warga Kota Yogyakarta dan sekitarnya tampak sangat antusias meramaikan acara ini. “Kapan lagi kita bisa menikmati makanan-makanan jadul yang jaman sekarang agak sulit ditemui,” ujar Clara, salah satu mahasiswa asli Yogyakarta ini. Selain itu, banyak juga kolektor barang-barang antik yang berburu barang-barang incarannya. “Banyak sekali barang antik yang sangat menarik, tapi ya kadang siapa cepat dia dapat, kalau beruntung,” jelas pria paruh baya yang akrab disapa “Thoyok”. Meski perhelatan Pasar Kangen Jogja tahun 2019 ini sudah berakhir, kawan-kawan jangan kecewa dan yang pasti harus sabar serta siapkan diri untuk Pasar Kangen Jogja yang akan datang! [Krissanti]
Galeri Foto
VOL.13/JULI 2019
Joint Summer Program, 8-19 July 2019 DAY 1 & 2
DAY 3 & 4
DAY 5 & 6
DAY 7 & 8
FINAL DAY 9