Koran Kampus UKDW Edisi Desember 2019

Page 1

Universitas Kristen Duta Wacana

13

@UKDW JOGJA @duta_wacana

12

Kantor Humas UKDW

Alamat Redaksi: Kantor Biro 4 UKDW Jalan dr. Wahidin Sudirohusodo No. 5-25, Yogyakarta 55224 Koran Kampus UKDW

Desember 2019

korankampus@staff.ukdw.ac.id

Bangga, Matthew Raih Juara Desain Sneaker

B

Profil Bulan Ini: Ms. Kwon Seonhwa a.k.a Dessy

2

NEWC National Essay Writing Contest

Naskah Pemenang NEWC 2019

8

Siraman Rohani: Hiduplah Sebagai Sahabat Bagi Semua Orang

9

agi sebagian orang, mendesain bisa menjadi kegiatan yang sangat menyenangkan. Dengan mendesain, kita bisa bermain-main dengan komposisi unsur-unsur desain untuk menghasilkan karya yang bisa dinikmati oleh orang lain. Bagi Matthew Christiadhi Pradipa, mahasiswa Program Studi (Prodi) Desain Produk Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta, kegemarannya dalam mendesain berbuah manis. Mahasiswa berusia 19 tahun ini patut berbangga hati karena melalui karyanya, ia berhasil mendapatkan Juara 2 untuk kategori Sneaker Sketching Concept, Footwear Design Competition dalam ajang Indonesia Footwear Creative Competition (IFCC) 2019. IFCC 2019 merupakan kompetisi yang mengusung konsep 3-in-1 Creative Footwear Competition yaitu design, photography, dan videography. Kompetisi yang diselenggarakan oleh Balai Pengembangan Industri Persepatuan Indonesia (BPIPI) ini bertujuan untuk mengenalkan pada generasi muda bahwa alas kaki adalah bagian dari mode, perkembangan industri, dan salah satu bisnis menjanjikan bagi pelaku industri kreatif sektor alas kaki di Indonesia. Matthew yang gemar membuat sketch design dan memiliki cita-cita sebagai footwear designer, tidak menyia-nyiakan kesempatannya untuk ikut serta dalam IFCC 2019 yang diselenggarakan di Bandung. IFCC 2019 adalah kompetisi pertama yang diikuti oleh alumni SMA Budi Mulia Bogor ini. “Saya ingin tahu seberapa besar persaingan yang akan saya hadapi jika ingin bergelut di bidang footwear design,” ungkapnya. Dihadapkan pada tema IFCC tahun ini “Heritage in Modernity” yang mengarah pada desain dengan sentuhan tradisi untuk ditransformasikan ke dalam bentuk modern

sehingga desain tersebut tetap marketable, mahasiswa kelahiran Cirebon ini membuat konsep desain bertema budaya Sunda. Matthew mengambil salah satu tokoh dalam pewayangan Sunda yaitu Cepot, ditambah dengan sentuhan motif batik Megamendung khas Cirebon, serta senjata tradisional Sunda yang bernama Kujang. Proses pembuatan desain sepatu yang diberi nama ‘Kahiji’ ini membutuhkan waktu kurang lebih dua bulan lamanya. ‘Kahiji’ adalah bahasa Sunda yang memiliki arti ‘Pertama’, dinamakan demikian karena desain ini merupakan desain sepatu pertamaa yang dibuat oleh Matthew dan berhasil mendapatkan Juara 2 dalam ajang IFCC yang diselenggarakan oleh BPIPI. Sebelum mengirimkan desainnya ke panitia IFCC, mahasiswa angkatan 2018 ini melakukan riset pasar untuk mengukur tingkat kepuasan konsumen. “Sebelumnya saya membuat beberapa konsep desain yang berbeda, baik gambar

maupun warna. Konsep-konsep tersebut saya tunjukkan ke teman-teman untuk dinilai, konsep desain yang saya kirimkan merupakan konsep yang mendapatkan penilaian paling tinggi dari temanteman,” ungkapnya. Prestasi yang berhasil diraih dalam ajang IFCC 2019 memotivasi Matthew untuk lebih serius menggeluti bidang footwear design. “Sebelum mengikuti kompetisi ini, saya ingin bekerja di perusahaan sepatu seperti Nike atau Adidas sebagai desainer sepatu. Saya suka dengan kualitas produk-produk mereka. Akan tetapi setelah berhasil mendapatkan juara dalam ajang IFCC kemarin, rasa percaya diri saya meningkat. Saya ingin belajar lebih dalam lagi, terutama mengenai cara memproduksi sepatu, untuk meningkatkan keahlian saya sehingga nanti bisa memiliki brand sepatu sendiri,” terangnya. Lebih lanjut Matthew mengatakan bahwa keberhasilannya tak lepas dari dukungan dosen-dosen yang mengajar di Prodi Desain Produk UKDW. “Saya belajar banyak hal di UKDW, saya mendapatkan banyak referensi dan kemampuan saya meningkat sejak kuliah di Desain Produk UKDW. Saya didorong untuk lebih kreatif, terus berkreasi, dan berkompetisi. Saya berharap teman-teman yang lain tidak takut untuk berkompetisi, karena pada dasarnya kompetisi itu menyenangkan. Banyak pelajaran bisa kita ambil dari sebuah kompetisi, terlepas dari hasilnya, menang atau kalah bisa kita jadikan bahan pembelajaran. Pengalaman yang kita dapatkan itu lebih penting karena merupakan bagian dari proses pengembangan diri,” pungkasnya. [Ivan]

CONCEPT SKETCH by

Matthew Christiadhi Pradipa Product Design UKDW’18

Jangji (Bahasa Sunda)= komitmen Berkomitmen menjunjung tinggi budaya Indonesia dimana pun dan kapan pun dengan semangat cinta tanah air : Angka 1 dalam aksara Sunda menjunjung nilai kesatuan dan persatuan sebagai pedoman kehidupan

K A H I J I


Profil Bulan Ini

2

VOL.13/DES 2019

Sambut Semester Baru dengan Mata Kuliah Pilihan Bahasa Korea

M

ulai semester genap Tahun Akademik 2019/2020, Fakultas Kependidikan dan Humaniora Universitas Kristen Duta Wacana (FKHum UKDW) akan membuka kelas Mata Kuliah Pilihan (MKP) Bahasa Korea yang dapat diikuti oleh mahasiswa lintas fakultas di UKDW. Kelas yang diampu oleh Kwon Seonhwa, atau yang akrab disapa dengan nama Dessy, pengajar dari Korea yang merupakan relawan dari program World Friends Korea (WFK) Korea International Cooperation Agency (KOICA) Indonesia ini akan diadakan mulai bulan Januari 2020, pada setiap hari Senin dan Rabu. Keterlibatan Dessy dalam program sukarelawan KOICA ini bermula dari keinginannya untuk memiliki pengalaman internasional. “Saya ingin pergi ke luar negeri tetapi bukan untuk kepentingan studi ataupun bekerja. Saya juga tertarik menjadi sukarelawan karena saya belum pernah mengikuti kegiatan seperti itu. Guru tari saya di Korea memberi informasi tentang program KOICA,” ujarnya. Setelah mendengar informasi tersebut, Dessy mulai mencari tahu lebih dalam WFK Volunteer Program yang diadakan oleh KOICA. Tertarik untuk terlibat dalam program KOICA, Dessy yang memiliki latar belakang pendidikan di bidang bahasa dan seni ini akhirnya mendalami pendidikan Bahasa Korea melalui program Training Course: Fostering Teachers for Teaching Korean yang diselenggarakan oleh Eunpyeong Woman’s Human Resource Development Center Korea. Terpilih sebagai salah satu sukarelawan yang akan ditempatkan di Indonesia, Dessy merasa dirinya belum memiliki bekal pengetahuan yang cukup tentang Indonesia. Untuk itulah, melalui program training yang diadakan oleh KOICA Dessy belajar lebih banyak tentang bahasa dan budaya Indonesia. Mengenai tugasnya di UKDW, Dessy memiliki tiga tugas utama. Pertama, mengembangkan kemampuan berbahasa Korea mahasiswa UKDW melalui penyelenggaraan kelas MKP Bahasa Korea.

foto:dok. KK

Kedua, berkaitan dengan relasi UKDW dengan mitra-mitra yang ada di Korea, Dessy mengemban tugas untuk menjadi fasilitator dalam aspek komunikasi. Dengan demikian, nantinya diharapkan kerja sama UKDW dengan mitra Korea dapat direalisasikan dalam berbagai macam kegiatan seperti Summer/Winter Program dan Student Exchange. Selain kedua hal tersebut, Dessy memiliki tanggung jawab untuk mengenalkan budaya Korea kepada mahasiswa UKDW melalui pembentukan English Club dan Korean Corner yang diharapkan dapat menjadi wadah bagi mahasiswa yang ingin mengenal lebih jauh tentang bahasa, kuliner, tarian, dan kekayaan budaya Korea yang lainnya. Dalam menyiapkan dirinya untuk melaksanakan tugas sebagai pengajar Bahasa Korea, Dessy melakukan pengamatan proses belajar di UKDW. Secara umum, Dessy melihat adanya perbedaan kondisi ketika berada di dalam kelas. “Di Indonesia, ada jarak yang jauh

antara mahasiswa dengan papan tulis, sementara di Korea, mahasiswa dapat melihat papan tulis dari jarak dekat”, katanya. Untuk mengatasi tantangan itu, Dessy akan menggabungkan metode belajar yang sudah ada di UKDW dengan cara yang ia bawa dari Korea. Beberapa rencana yang ia buat untuk kelas yang akan diampunya, misalnya dengan menyiapkan lembar kerja, sehingga selain memperhatikan materi yang diajarkan, mahasiswa juga lebih aktif menulis. Selama di Indonesia, Dessy menyampaikan bahwa banyak pengalaman menyenangkan yang dia alami. “Saya senang tinggal di Indonesia. Saya merasa aman di sini. Orang-orang di Yogyakarta juga sangat ramah. Saya juga menyukai lingkungan Indonesia yang indah,”, ujarnya. Dessy juga tidak melewatkan kesempatan untuk mencoba berbagai sajian kuliner yang ada. Dari semua makanan yang pernah ia coba, beberapa makanan favoritnya ialah nasi goreng, mi goreng, serta ayam goreng dan sambal. Selain

OBEDIENCE

menikmati kuliner, kegiatan yang rutin Dessy lakukan adalah menari. Sejak di Korea, Dessy memang memiliki minat besar pada bidang tari, khususnya modern dance dan koreografi. Ketika menjalani masa orientasi di UKDW dan mulai mengenal kebudayaan Jawa, Dessy juga mulai mempelajari tari dari daerah Jawa. Kepada mahasiswa yang tertarik untuk mengikuti kelas Bahasa Korea yang diajarkan Dessy, ia berpesan supaya mahasiswa memperkuat motivasinya untuk menggali ilmu, karena keinginan untuk mempelajari segala sesuatu dimulai dari niat yang dimiliki. “Mahasiswa tidak perlu takut akan menemui kesulitan belajar Bahasa Korea. Semua materi sudah sesuai dengan kemampuan mahasiswa,” ujarnya. Datanglah dengan semangat belajar yang tinggi, persiapkan alat tulis untuk mengerjakan setiap tugas yang diberikan, dan kuatkan minat serta kemauan untuk belajar. [rap]

STRIVING FOR

EXCELLENCE

TO GOD WALKING IN

SERVICE

INTEGRITY

TO THE WORLD

REDAKSI KORAN KAMPUS PENANGGUNG JAWAB PIMPINAN REDAKSI WAKIL PIMPINAN REDAKSI

: Pdt. Handi Hadiwitanto, Ph.D. : Arida Susyetina, M.A : Christina Angelina

WARTAWAN

EDITOR

SETTER

Rully,Cella, Ivan

Mei, Iit, Anti

Rully, Endri, Eva

Koran Kampus bisa Anda dapatkan secara GRATIS di Pick-up Point yang sudah terpasang di 12 area publik di seluruh UKDW. Redaksi menerima tulisan dari warga kampus berupa artikel, laporan kegiatan dan foto-foto yang membangun harapan. Silahkan kirim ke alamat Redaksi atau melalui email: korankampus@staff.ukdw.ac.id


Kaleidoskop UKDW VOL.13/DES 2019

Prodi PBI dan MM Raih Akreditasi B dari BAN-PT

Duta Voice Raih Medali Emas di Penabur International Choir Festival (PICF) 2019

3


Universitaria

4

VOL.13/DES 2019

Kunjungan Studi Banding BEM dan MPM Universitas Pelita Harapan Surabaya

foto:dok/Panitia

B

adan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dan Badan Perwakilan Mahasiswa (BPM) Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta menerima kunjungan studi banding dari Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dan Majelis Perwakilan Mahasiswa (MPM) Universitas Pelita Harapan (UPH) Surabaya pada hari Jumat, 22 November 2019. Tujuan kunjungan dari UPH Surabaya ini adalah untuk membangun kerja sama dan komunikasi, mengetahui kultur organisasi, bertukar informasi, menjalin tali silaturahmi, serta meningkatkan kualitas organisasi antaruniversitas. Rombongan mahasiswa dari UPH Surabaya tersebut didampingi oleh Erwin K. Julistiono, S.Kom., M.H., MAC selaku Kepala Biro Student Life UPH. Turut hadir untuk menyambut rombongan dari UPH, Joko Purwadi, S.Kom., M.Kom. selaku Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Alumni, dan Informasi (WR 3) UKDW. Joko

foto:dok/Panitia

Purwadi sangat mengapresiasi kunjungan tersebut. Ia mengharapkan kunjungan tersebut dapat menjadi ajang untuk bertukar ilmu dan informasi mengenai kemahasiswaan antara UPH Surabaya dan UKDW Yogyakarta. “Saya berharap melalui forum diskusi ini, mahasiswa dapat ikut berperan serta dalam pengembangan potensi mahasiswa, baik dalam hal akademis maupun non akademis yang dapat mendukung kemajuan UPH dan UKDW,” ungkapnya. Forum diskusi dimulai dengan pemaparan dari masingmasing organisasi, mulai dari perkenalan anggota, struktur organisasi, program kerja, serta tugas utama masing-masing divisi atau departemen dalam organisasi tersebut. Acara dilanjutkan dengan tanya jawab dan focus group discussion (FGD) untuk mengenal lebih dalam mengenai tugas dan

foto:dok/Panitia

kewenangan divisi atau departemen terkait yang ada dalam organisasi. Selain itu juga membahas mengenai permasalahan yang pernah dialami serta penyelesaian yang dilakukan. Pada acara tersebut, rombongan dari UPH Surabaya juga berkesempatan untuk mengikuti campus tour. Mereka diajak untuk mengamati layanan serta fasilitas yang dimiliki oleh UKDW, baik itu fasilitas yang menunjang pembelajaran mahasiswa maupun fasilitas non akademik seperti gedung olahraga (GOR) Samapta, serta smart water station (SWS) untuk mendukung program green campus dimana mahasiswa diajak untuk menjalankan pola hidup sehat dan peduli terhadap lingkungan demi kelangsungan hidup generasi yang akan datang. [Ivan]

Menulis Sebagai Bagian dari Self Healing

P

erpustakaan Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) mengadakan pelatihan menulis dengan tema “Menulis dan Self Healing” pada Rabu, 4 Desember 2019. Pelatihan tersebut menghadirkan Hendra Sigalingging, S.Si, M.Hum., dosen Mata Kuliah Humaniora UKDW sebagai narasumber. Menulis merupakan sebuah ketrampilan yang menurut sebagian besar orang bukan hal yang mudah. Ada yang mengatakan bahwa menulis adalah sebuah bakat, ketrampilan, kompetensi dan lain sebagainya. Pernyataan tersebut bisa dikatakan tepat namun tidak seratus persen benar. Benar bahwa menulis adalah sebuah ketrampilan, karena sering menulis akan menjadi keterbiasaan, dan akhirnya menjadi ketrampilan. Dikatakan bakat pun tidak seratrus persen benar, karena menulis bisa dilakukan siapa saja asal memiliki niat atau passion untuk menulis. Menulis selalu menarik untuk dibahas karena menyangkut banyak hal yang bisa disampaikan lewat tulisan. Sayangnya budaya menulis di Indonesia masih bisa dibilang rendah. Keprihatinan akan sedikitnya produktifitas menulis di kalangan sivitas akademika UKDW menginspirasi Perpustakaan UKDW untuk mengadakan pelatihan ataupun workshop menulis, seperti diungkapkan Kepala Perpustakaan UKDW, Titi Sunarni, S.Pd, M.I.P. “Perpustakaan UKDW berencana untuk mengadakan pelatihan menulis secara rutin, minimal enam bulan sekali. Sebagai pemanasan, tahun 2018 yang lalu Perpustakaan

foto:dok/Biro IV

UKDW menyelenggarakan pelatihan penulisan essay,” papar Titi. Pelatihan Menulis dan Self Healing yang berlangsung di Ruang Seminar Pdt. Tasdik awal Desember ini dilatarbelakangi oleh permasalahan generasi milenial saat ini yang mengalami kesulitan untuk menyampaikan isi hati dengan wadah yang tepat. Bahkan, generasi milenial ini kesulitan mengeluarkan beban hatinya secara jujur untuk dirinya sendiri, akibatnya mereka menjadi tertekan dan berusaha mencari jalan pintas untuk menyelesaikan masalahnya lewat jalur yang negatif misalnya narkoba, bunuh diri, pegaulan bebas, dan lain-lain. Generasi milenial ini mencari wadah yang tepat agar mereka tidak hilang arah

dan jatuh ke dalam hal yang negatif atau kurang baik. Salah satu jawaban kebutuhan itu adalah dengan memberikan pelatihan menulis dengan self healing. Banyak anak muda yang terbantu setelah mengenal self healing ini. Karen Baikie, seorang clinical psychologist di University of New South Wales memaparkan bahwa menuliskan peristiwa traumatis penuh tekanan serta peristiwa yang penuh emosi bisa memperbaiki fisik dan mental. Pelatihan Menulis dan Self Healing mengajak si penulis untuk jujur dengan dirinya sendiri. Penulis dapat menuangkannya dalam bentuk tulisan apapun, misalnya puisi, cerpen, dan lain-lain. Intinya adalah membuka ruang bagi si penulis agar dapat menyampaikan kebenaran yang sesungguhnya dan mendorongnya untuk mencari jalan keluar yang positif. Para peserta sangat antusias mengikuti pelatihan tersebut. Pihak Perpustakaan UKDW mengungkapkan bahwa dari hasil evaluasi setelah pelatihan selesai, disimpulkan bahwa mahasiswa sangat rindu mendapatkan ruang untuk berdiskusi dan belajar menulis untuk mengasah kepekaan mereka, serta berharap pelatihan menulis dengan berbagai tema sering diselenggarakan agar mahasiswa semakin produktif dalam dunia tulis menulis. Melalui pelatihan ini diharapkan ragam kegiatan literasi semakin meningkat dan membudaya di kalangan civitas akademika UKDW. [TT]

Perpustakaan UKDW Adakan Pelatihan Membuat Boneka

I

su kerusakan lingkungan menjadi hal yang sering dibicarakan dalam kehidupan sehari-hari saat ini. Limbah plastik dan kertas merupakan salah satu penyebab kerusakan lingkungan yang patut untuk dicermati penggunaan dan penanggulangannya. Konsep 3R (Recycle, Reuse, Reduce) menjadi penting untuk diperkenalkan lebih jauh kepada masyarakat sebagai upaya meminimalisasir dampak negatif dari penggunaan plastik dan kertas. Melalui Pelatihan Kerajinan Tangan “Kreasi Daur Ulang Koran, Karton, dan Botol Plastik Bekas” yang diadakan oleh Unit Perpustakaan Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta, UKDW menunjukkan kepedulian terhadap isu lingkungan terkait penggunaan plastik dan kertas serta pemanfaatan barang bekas. Kegiatan yang diadakan pada hari Jumat, 29 November 2019 di Perpustakaan UKDW, Gedung Biblos Lantai 1 ini merupakan salah satu bentuk pengabdian kepada masyarakat. Menghadirkan Dra.

foto:dok/Biro IV

Koniherawati, S.Sn., MA, Dosen Program Studi Desain Produk UKDW dan Bagong Soebardjo, seniman dalang dan boneka sebagai pemateri, pelatihan ini memberikan pengetahuan bagi peserta tentang cara lain pemanfaatan limbah kertas koran, karton dan botol air mineral. Titi Sunarni, S.Pd, Kepala Unit Perpustakaan UKDW menyampaikan bahwa pelatihan ini diadakan dalam rangka memperingati Hari Dongeng Nasional yang jatuh pada tanggal 28 November 2019. “Kami ingin mengenalkan kembali seni boneka dan

foto:dok/Biro IV

dongeng melalui kegiatan yang relevan dengan kondisi saat ini. Kami juga ingin peserta bekerja sama untuk melatih kepekaan dan kehalusan budi melalui kegiatan seni. Peserta dapat bebas menggunakan kreativitasnya untuk memanfaatkan dan mengolah sampah kertas dan plastik menjadi barang yang memiliki nilai seni dan nilai jual. Kegiatan ini juga merupakan upaya kami untuk mendukung kampanye go green campus and library melalui pemanfaatan barang bekas,” ujarnya. Dalam pelatihan ini, Bagong memberikan penjelasan secara detail tentang

langkah-langkah membuat boneka dari kertas, karton, ataupun botol air mineral yang sudah tidak terpakai. Agar hasil boneka tampak lebih menarik peserta juga belajar mengenai teknik pewarnaan. Koniherawati menyampaikan bahwa pelatihan ini bukan hanya bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan peserta tetapi juga dapat berfungsi sebagai self-therapy. “Pelatihan seperti ini dapat digunakan s e b ag ai t e rap i b ag i p e s e rt a. Pro s e s pembuatan karya yang membutuhkan konsentrasi dapat membantu peserta untuk melatih kesabaran dan menenangkan jiwanya. Selain itu kegiatan seperti ini juga dapat meningkatkan dan mempertajam kreativitas peserta,” terangnya. Pelatihan yang diikuti oleh 25 peserta dari berbagai kalangan dan profesi ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan pengetahuan bagi peserta tentang alternatif pemanfaatan barang bekas sebagai peluang usaha. [TTS]






designed by rully


Office of International Affairs

10

VOL.13/DES 2019

Paving the Way for Collaboration between UKDW and NCKU Taiwan

foto:dok.pribadi

A

group of National Cheng Kung University (NCKU) professors visited Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) on Thursday, 21 November 2019. Taking place at Video Conference (Vicon) Room, the NCKU representatives were received by UKDW's Office of International Affairs, Faculty of Business, and Faculty of Information Technology. The NCKU group was led by Prof. Pete Hei-Chia Wang, the chairman of the Department of Industrial and Information Management. Together with his colleagues, Prof. Jerry Chung-Chi Hsieh, Prof. I-Lin Wang, Prof. Wei-Shiun Chang, and Prof. Cheng-Han Wu, as well as two Indonesian students who are currently pursuing their Ph.D. in NCKU, he came to explore research collaboration potentials with UKDW. Prof. Wang mentioned the research interests range from Knowledge Management, Text Mining, Operation

Research, Supply Chain Management, Decision Science, and many more. NCKU is a private university located in Tainan City, Taiwan. The university was established in 1931. "We have 9 colleges, 1,970 faculty members, and 20,000 students," said Prof. Wang introducing NCKU. Talking more specifically about the Department of Industrial and Information Management, he explained, "Currently, our department has 21 professors, 14 of them are full professors, five of them are associate professors, and the other two are assistant professors. Most of our professors graduate from the US and the UK." To discuss more specific collaborations, the meeting was split into smaller groups based on the topic or area. The Dean of the Faculty of Business, Dr. Perminas Pangeran, M.Si. shared about UKDW's Master of Management. "In our

foto:dok.pribadi

program, we have four concentrations: Marketing, Social Entrepreneurship, Risk Management, and Human Resource Management and we would like to explore the possibility of a joint degree with Taiwan University," he added. Dr. Singgih Santoso, MM, the Head of Master of Management and Drs. Sisnuhadi, MBA., Ph.D., the Head of Department of Management also joined the discussion. At the same time, a discussion related to Information Technology was undergone. Trying to match what both universities have, Restyandito, S.Kom., MSIS, Ph.D., the Dean of the Faculty of Information Technology said, "In our Information System Department, we have two concentrations: Enterprise Information System and Health and Medical Record Information System." The discussion highlighted on two prospects of collaborations. The first one is an internship or training for senior

undergraduate students, while the second one is research collaboration between NCKU and UKDW faculty members. Meanwhile, young lecturers from the Faculty of Technology got the chance to gain more information about the Ph.D. program in NCKU and scholarship opportunities for studying in Taiwan. There are scholarships from the Indonesian government as well as the Taiwanese government. Besides, Prof. Wang said that NCKU also offers scholarships for international students. "Our scholarship includes tuition fee waiver and stipend. This year, the stipend is about $4,000 for master's students and $9,000 for Ph.D. students. But the coming year, the stipend is increased, $8,000 for master's students and $15,000 for Ph.D. students," said the graduate of the University of Manchester. [drr]

The Importance of Internationalization for Students in Facing Global Civilization

foto:dok.pribadi

A

s many as 74 students from various universities in Indonesia gathered at Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) to take part in the Camp Nasional Internasionalisasi Mahasiswa or CampNas. Universitas Kristen Duta Wacana had the opportunity to send one of its students, Lia Erisca Debbyanti (English Language Education Department, 2017) as the representative from UKDW to take part in CampNas for four days. The program was opened directly by Dr. Maria Anityasari, as the head of ITS International Office in the ITS Rectorate building by giving a speech and also inaugurating the start of a series of 2019 CampNas. This annual program, which has been running since 2017, is an intensive collaboration training program with Eastern Part of Indonesia University Network (EPIUNET) targeting students who have English language skills and also active in student activities. Faiqoh Agustin, the staff of the International Office of ITS and the 2019

CampNas committee said that CampNas aimed to provide students with training in soft skills to face the global era which can later be applied in their universities. "Our goal in inviting students who can speak English and actively involve in student organizations is because we hope that after participating in our training program these students will be able to start the initiation of the internationalization movement through student organizations at their universities," she added. The CampNas program which lasted for 4 days began with “Why we should go global” session. In this session Dr. Maria mentioned the importance of internationalization of students especially internationalization within the university itself as a venue for showing the doors of opportunity, igniting the motivation, exploring the interest and preparation to deal with industry 4.0. Besides, on the first day also discussed international scale programs that ITS had undertaken in collaboration with the

foto:dok.pribadi

International Office of ITS. These programs are expected to inspire participants to form a similar activity that will be conducted when they return to their respective universities. CampNas participants also had the opportunity to get tips on how to arrange an international program using the Environmental Condition Analysis method from the speakers from ITS (the committee of from Students for Students (FS2), Global Competencies Workshop (GCW), and Industrial Challenge (Inchall) event). On that day also, all CampNas participants had the opportunity to attend the sharing session with The Consortium of Six National Universities in Japan (SixERS). This sharing session was filled with speakers from SIXERS and a lecturer from ITS. The sharing session discussed tips on studying in Japan and how to get a scholarship to study there. Students as the main pillars in facing the internationalization period are expected to have soft skills that should have been trained as early as possible. In this event, participants

also had the opportunity to learn how to create a Curriculum Vitae (CV) and digital profile. Participants were also introduced to the importance of using LinkedIn application in looking for relationships that would benefit them if they graduated later. CampNas in supporting the internationalization of students also invited all participants to visit the US Consulate General in Surabaya. In this meeting, all participants received a lot of information related to international programs such as educational scholarships, humanitarian programs and so on. “I feel very honored and very grateful to ITS and UKDW for this opportunity. Hopefully, in the future, all the knowledge that I will get will be applied at UKDW with a small step through the student's organization,” Lia Erisca Debbyanti said. [debby]


Seputar Jogja

VOL.13/DES 2019

11

Wujudkan Inklusifitas lewat Pekan Budaya Difabel

foto:dok.KK/rap

foto:dok.KK/rap

Y

ogyakarta selain menjadi Kota Pelajar juga menjadi kota yang inklusif untuk semua kalangan, termasuk kalangan difabel. Melanjutkan Jambore Difabel yang telah dilaksanakan sejak tahun 2016 hingga 2018, pada tahun 2019 terjadi perubahan nama hingga akhirnya terselenggara Pekan Budaya Difabel 2019. Acara tahun ini berlangsung di Taman Budaya Yogyakarta pada hari Sabtu hingga Rabu, 16-20 November 2019. Berbagai macam aktivitas diadakan seperti pameran produk kreatif, pameran alat bantu, layanan reparasi kursi roda, workshop, hingga pemutaran film di Gedung Societet Taman Budaya Yogyakarta. Selain kegiatan tersebut, setiap harinya terdapat penampilan dari musisi yang sudah tak asing didengar. Sebut saja Sisir Tanah dan Frau yang memeriahkan panggung Societet pada hari Selasa. Beberapa lagu Frau

Universitas Kristen

Duta Wacana

yang sudah akrab di telinga pendengarnya, seperti “I’m a Sir” dan “Mesin Penenun Hujan” dibawakannya malam itu. Sementara Sisir Tanah menampilkan lagu andalannya yakni “Lagu Bahagia” dan “Lagu Lelah”. Seluruh rangkaian Pekan Budaya Difabel 2019 yang berlangsung selama lima hari ditutup dengan Operet Inklusi “Jalan Menuju Cahaya” yang ditampilkan pada hari Rabu. Operet yang disutradarai oleh Broto Wijayanto tersebut berkisah tentang pencarian kesempurnaan dari segala ketidaksempurnaan. Dalam kisahnya, terdapat tokoh yang menuntut kesempurnaan dan tokoh yang menampilkan ketidaksempurnaan. Ketika mereka bertemu, mereka saling melengkapi kehidupannya. Operet tersebut dipentaskan dalam dua sesi dengan durasi masing-masing 90 menit.

Pekan Budaya Difabel 2019 menggandeng beberapa komunitas sebagai kolaborator, di antaranya komunitas Cupable, Rehab Craft, Pusat Rehabilitasi YAKKUM, serta Sentra Advokasi Perempuan, Difabel, dan Anak (SAPDA). Pusat Rehabilitasi YAKKUM sebagai salah satu kolaborator telah berdiri sejak 1982 dan menjadi fasilitator bagi penyandang disabilitas fisik, khususnya di area Yogyakarta. Pada awalnya, lembaga tersebut membantu anak dan remaja penyandang disabilitas fisik agar mampu mandiri secara fisik dan ekonomi. Seiring berjalannya waktu, Pusat Rehabilitasi YAKKUM sejak 2007 mulai banyak terjun ke program Rehabilitasi Bersumberdaya Masyarakat, hingga pada tahun 2011 mengembangkan Program Pengurangan Risiko Bencana Inklusif.

Salah satu kegiatan yang juga dilangsungkan pada acara tersebut ialah peluncuran buku berjudul “Turning Point”. Buku tersebut diluncurkan dalam seminar bertema “Pekan Budaya Difabel, Menciptakan Titik Balik Menuju Budaya Inklusi”. Seminar dan peluncuran buku tersebut berlangsung pada hari Senin, 18 November 2019 serta mengundang Aris Eko Nugroho, S.P., M.Si. (Kepala Dinas Kebudayaan DIY) dan Prof. Dr. Heddy Shri Ahimsa Putra, M.A., M.Phil. (Guru Besar Antropologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada) sebagai narasumber. Selain itu, sesi ini juga dimeriahkan dengan screening video dan penampilan dari Ari WVLV bersama Arif One Leg serta Puser Bumi Yaketunis. [rap]


Serba Serbi

12

Universitas Kristen

Duta Wacana

VOL.13/DES 2019


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.