UKDW Yogyakarta
17
@UKDWJOGJA @ukdwyogyakarta
08
UKDW Yogyakarta
Alamat Redaksi: Kantor Biro IV UKDW Gedung Hagios Lantai 1 Jl. dr. Wahidin Sudirohusodo 5-25, D.I Yogyakarta Koran Kampus UKDW
Agustus 2023
korankampus@staff.ukdw.ac.id
Berkomunikasi dengan Hati Mencipta Harmoni
B E R I TA U TA M A
UKDW Meluluskan 340 Wisudawan, 70 Wisudawan Berpredikat Cumlaude
PROFIL BULAN INI: Pdt. Dr. Murtini Hehanusa, M.M.
2
U
Pelantikan dan Pengambilan Sumpah Dokter Periode XXVII - Juli 2023
4
Menilik Hubungan Ekumenisme & Ekologi
11
foto:dok./Panitia
foto:dok./Panitia
niversitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta menggelar Wisuda Sarjana dan Pascasarjana Periode 5 Agustus 2023 di Auditorium Koinonia UKDW pada hari Sabtu, 5 Agustus 2023. Pada periode kali ini UKDW mewisuda 340 mahasiswa yang terdiri dari 325 mahasiswa Program Sarjana dan 15 mahasiswa dari Program Pascasarjana. Dr. Rosa Delima, S.Kom., M.Kom. selaku Wakil Rektor Bidang Akademik dan Riset (WR 1) UKDW Yogyakarta menyampaikan pada periode kali ini persentase Wisudawan yang lulus dengan predikat “Dengan Pujian” (Cumlaude) adalah 20% (70 wisudawan) dari total wisudawan. “Saya ucapkan selamat kepada program studi yang membina dan membentuk mereka, serta selamat untuk para wisudawan semua, khususnya yang mendapat predikat cumlaude. Sedangkan lulusan Strata 1 yang memiliki masa studi kurang dari 4 tahun sebesar 48% (156 wisudawan), sementara masa studi normal tahun sebesar 30% (97 wisudawan), sisanya diatas 5 th sebesar 22% (72 wisudawan). Itu berarti sebesar 78% menyelesaikan studi dengan waktu yang normal bahkan kurang. Sebuah hasil yang membanggakan universitas. Sebagai Wakil Rektor 1 saya mengapresiasi hasil yang dicaapai pada periode ini.,” ungkapnya. Selanjutnya, Dr.-Ing. Wiyatiningsih, S.T., M.T. selaku Rektor UKDW Yogyakarta dalam sambutannya mengucapkan selamat atas pencapaian para wisudawan, dimana perjuangan untuk mencapai kelulusan bukanlah suatu hal yang mudah untuk dilakukan. “Kami juga menyampaikan ucapan selamat berbahagia kepada orang tua, suami/istri, pasangan, saudara, teman, dan semua pihak yang turut berperan dalam kelulusan Anda. Meskipun kita tahu bahwa jalan di depan masih panjang, namun ada baiknya kita sejenak merayakan kebahagiaan dan mengucap syukur kepada Tuhan atas Wisuda yang boleh terselenggara hari ini,” tuturnya.
Setelah lulus dari UKDW, para wisudawan diharapkan untuk mempersiapkan diri, siap memasuki keragaman jenis pekerjaan, dan tuntutan kebutuhan untuk memenuhi kualifikasi setiap pekerjaan. “Menghadapi tantangan tersebut, diperlukan adaptasi dan fleksibilitas untuk dapat menyesuaikan diri dengan setiap keadaan. Diperlukan bekal yang mencukupi untuk mengahadapi era perubahan. Anda tidak hanya harus menguasai pengetahuan dan teknologi, namun juga kepribadian yang berkarakter kuat supaya tangguh menghadapi tantangan. Menjawab tantangan tersebut, visi UKDW yakni menjadi universitas Kristen unggul dan terpercaya yang melahirkan generasi profesional mandiri bagi dunia pluralistik berdasarkan kasih, telah diperkuat dengan tagline SERU (Sustainable Entrepreneurial Research University). Visi ini menjadi dasar pijakan bagi penyelenggaraan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang menitikberatkan pada peningkatan keunikan dan keunggulan hasil riset dan dan jiwa kemandirian yang diperlukan untuk mempertahankan eksistensi dan keberlanjutannya pada masa mendatang,” terangnya. Sementara itu, Lusiana Puspita Dewi, salah satu perwakilan wisudawan dari Prodi Pendidikan Bahasa Inggris mengungkapkan bahwa UKDW merupakan universitas yang memiliki reputasi dan akreditasi yang baik, kualitas pengajaran yang kompetitif, kurikulum yang komprehensif, menyediakan fasilitas dan sumber daya yang mendukung, dengan lingkungan akademik dan nilai-nilai Kristen yang kuat. “Selama belajar di Universitas Kristen Duta Wacana, saya telah belajar tentang nilai-nilai kehidupan, kerja keras, ketekunan, dan juga solidaritas. Saya merasa terinspirasi dan bertekad untuk membawa perubahan positif dalam masyarakat dan memberikan manfaat kepada sesama,” pungkasnya. (mpk)
UKDW Berpartisipasi dalam Konferensi Nasional Gereja dan Pendidikan
foto:dok./Pribadi
M
ajelis Pendidikan Kristen di Indonesia (MPK) bersama dengan Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) mengadakan Konferensi Nasional (Konfrenas) Gereja dan Pendidikan pada 25-26 Juli 2023. Konfrenas ini diselenggarakan di Gedung BPK Penabur International School Kelapa Gading. Kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari Koordinasi Nasional Gereja dan Pendidikan yang ter-
selenggara pada 1 Maret 2023 di kampus Universitas Pelita Harapan (UPH). Konfrenas MPK-PGI tahun ini dihadiri lebih dari 550 peserta undangan yang berasal dari berbagai pilar: sinode gereja, yayasan sekolah, universitas kristen/STT, lembaga pelayanan Kristen dan dunia usaha-industri. Tujuan utama dilaksanakan konfrenas ini adalah untuk menyusun strategi yang kolaboratif dan rencana tindak lanjut dalam
gerak bersama bagi pengembangan pendidikan Kristen di Indonesia. Acara yang dibuka oleh sambutan dari Menteri Agama RI yang diwakili oleh Dirjen Bimas Kristen RI dan Menteri Koordinator PMK mengangkat tema “Kolaborasi Menuju Transformasi Sekolah Kristen”. Tema ini dipilih oleh panitia karena melihat persoalan yang dihadapi sekolah Kristen sangat kompleks sehingga membutuhkan solusi dari berbagai stakeholder. Majelis Pendidikan Kristen (MPK) telah melakukan survey sederhana terhadap sekolah-sekolah Kristen, terutama dari jumlah siswa dari jenjang SD, SMP, SMA. Hasil survey mencatat bahwa 40% dari sekolah Kristen mengalami penurunan dan 30% mengalami stagnan, 20% mengalami peningkatan dan hanya 10% yang mengalami kenaikan jumlah murid yang konsisten. Penurunan jumlah murid terjadi pada yayasan pendidikan di seluruh Indonesia, yang terdiri dari yayasan mandiri, dan yayasan pendidikan yang berafiliasi atau dikelola oleh gereja. Dalam acara penutupan konfrenas dilakukan pembacaan deklarasi task force 3T (terpuruk, tertinggal, dan terlupakan) yang merupakan salah satu dari 7 task force yang dibentuk oleh MPK. Task force ini sebagai wujud nyata dari rencana tindak lanjut konfrenas. UKDW mewakili pilar perguruan tinggi Kristen menyatakan komitmen kolaborasi
dengan mengisi roadmap action plan yang nantinya akan ditindaklanjuti oleh MPK dengan menggandeng sekolah-sekolah Kristen yang membutuhkan. Harapannya adalah sivitas akademika UKDW dapat sigap membantu sekolah-sekolah Kristen kedepannya dengan melakukan penelitian dan pengabdian masyarakat selaku Tridarma Perguruan Tinggi dengan target sasaran sekolah yang membutuhkan. Kegiatan ini adalah kegiatan kolaborasi bersama perguruan tinggi Kristen lainnya dibawah koordinasi MPK. Rencana tindak lanjut ini akan dievaluasi pada Konfrenas MPK tahun depan di Surabaya. (FKHUM/VS)
foto:dok./Pribadi
Profil Bulan Ini
2
VOL.17/ AGT 2023
Pdt. Dr. Murtini Hehanusa, M.M., Lulusan Magister Manajemen Peraih IPK Tertinggi
J
alan Tuhan adalah jalan terindah Rancangan Tuhan pasti bekerja, menjadi istilah nyata dalam perjalanan hidup Pdt. Dr. Murtini Hehanusa, M.M. Terlebih Bu Murti, begitu sapaannya, berhasil menjadi lulusan terbaik dari program Magister Manajemen Fakultas Bisnis Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta pada acara Wisuda Sarjana dan Pascasarjana Periode 5 Agustus 2023, dengan IPK 4,00. Menjadi seorang pekerja sekaligus ibu rumah tangga tidak menghentikan Bu Murti dalam mengejar ilmu pendidikan. Wanita asal Purwodadi, yang lahir pada tahun 1974 ini lalu berpindah ke Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 1993 untuk berkuliah di UKDW Yogyakarta, mengambil program sarjana Teologi. Setelah menyelesaikan kuliah, Bu Murti kemudian menikah pada tahun 1999 dan ditahbiskan menjadi pendeta di Gereja Kristen Jawa Jatimulyo Yogyakarta pada tahun 2000. Di tahun 2006, Bu Murti mengikuti sang suami melanjutkan studi ke Jerman. Saat itu Bu Murti tidak punya niat untuk studi lanjut, meski gereja mengharapkannya. Keinginannya hanya satu, yaitu punya anak. Namun Tuhan memiliki rencana indah untuk Bu Murti, hingga akhirnya Bu Murti tidak hanya mendampingi suami studi lanjut tetapi juga dapat studi program doktoral pada bidang Teologi di Augustana Theologische Hochschule Neuendettelsau, Jerman. Diawali dengan ketidakpastian, pada akhirnya Bu Murti tidak ragu dan menyerahkan kehidupannya kepada Tuhan, sehingga Bu Murti dapat menyelesaikan program doktoral dan kembali ke negara asal pada bulan Agustus 2010 dan kembali melayani jemaat GKJ Jatimulyo. Pada tahun 2012, Bu Murti ditugaskan menjadi pendeta pelayanan khusus di Lembaga Pembinaan dan Pengkaderan Sinode GKJ-GKI SW Jateng (LPP Sinode). Tentu saja banyak pergumulan yang terjadi selama 9 tahun mengabdi, yang kemudian mendorongnya untuk mengambil kuliah Magister Manajemen. Dan yang dipilih adalah UKDW almamater tercinta! Itu karena ia meyakini bahwa di UKDW ia akan lebih bebas merefleksikan ilmu manajemen dalam perspektif Kristen. Dan itu semua terjadi! Ada satu kisah menarik yang pernah dialami Bu Murti. Suatu saat, ketika sedang sarapan bersama keluarga, sang suami bercerita tentang seorang rekan pendeta yang sudah berumur 61 tahun dan mendaftar di program Magister Manajemen UKDW. Cerita itu sangat menginspirasinya dan menyadarkannya bahwa ini adalah saat yang tepat untuk memenuhi dahaganya dalam mencari ilmu manajemen agar dapat mengelola LPP Sinode secara lebih profesional. Bu Murti kemudian menelepon pihak kampus UKDW untuk mendaftarkan diri di program Magister Manajemen. Bu Murti memulai hari pertama
perkuliahannya tiga hari setelah mendaftar. Meskipun cukup mendadak dan belum ada pertimbangan cukup matang, namun Bu Murti percaya bahwa Tuhan pasti akan memberikan jalan. Selama perkuliahannya, salah satu tantangan bagi Bu Murti adalah harus membagi waktu antara studi, pelayanan dan waktu untuk keluarga. Efek samping dari pandemi COVID-19 tidak seluruhnya negatif, karena bagi Bu Murti kegiatan kelas yang bisa dilakukan secara daring memudahkannya dalam mencari ilmu dan bekerja. Karena beberapa pekerjaan bisa dilakukan dari jarak jauh, terlebih saat itu anak Bu Murti yang masih berada di Sekolah Dasar juga belajar secara daring, maka tidak begitu sulit membagi waktu. Kemudahan yang dirasakan tidak hanya itu, memiliki keluarga yang supportive juga menjadi salah satu privilege bagi Bu Murti. Keluarga yang selalu mendukung dan saling membantu ketika diperlukan. Sang suami yang selalu menganggap istri sebagai partner yang seimbang dan setara membuat Bu Murti tidak pantang menyerah untuk menyelesaikan perkuliahannya. Terkait IPK yang diraih, Bu Murti yang memang hobi belajar sejak dulu, merasa mencari ilmu lebih penting daripada memikirkan angka dari nilai yang diraih. Keingintahuan terhadap ilmu, menuntun Bu Murti dalam pencapaian nilainya, dengan lebih fokus pada usaha dan aktif mencari tahu dari banyak sumber hingga akhirnya usahanya tidak mengingkari hasil dan terciptalah nilai sempurna tersebut. Selain itu, peran dosen pembimbing cukup penting karena bagi Bu Murti dalam masa perkuliahan, peran dari pengajar, pembimbing, fasilitator, dan teman menjadi hal menarik dalam masa perkuliahan. Tidak hanya asik berkuliah, Bu Murti tidak lupa membuat target dalam hidupnya, seperti membuat timeline dan deadline terhadap tugas maupun kegiatannya. “Orang hidup yang penting punya cita-cita, jangan berhenti di tempat karena pasti ada rancangan Tuhan serta pertolongannya. Maju terus kalau punya cita-cita, nanti Tuhan pasti berikan jalan,” ujar Bu Murti. Perjalanan kuliah-kerja-keluarga yang dijalani tentu tidak selalu mulus. Namun pada bulan Mei Bu Murti berhasil menyelesaikan penulisan tesis sebagai syarat kelulusan dan diuji pada 24 Mei 2023. Tesis yang ditulisnya berjudul “Business Plan Kewirausahaan Sosial Rumah Didache Sebagai Dukungan Organisasi bagi LPP Sinode demi Membentuk Pemimpin Kristen yang Unggul”. Penelitian yang dilakukan dan tesis yang ditulisnya adalah sebuah bentuk kecintaannya kepada LPP Sinode yang 11 tahun telah dilayaninya dengan segala dinamikanya. Business plan tersebut dibuat karena LPP Sinode mempunyai aset tanah yang luas di tengah kota Yogyakarta yang letaknya sangat strategis
foto:dok./Pribadi
karena dekat dengan kampus-kampus ternama (UGM, UNY, Sanata Dharma, UKDW, dll.). Harapannya, melalui business plan tersebut, suatu saat nanti LPP Sinode dapat mandiri secara finansial, tidak membebani keuangan dari kedua sinode pemiliknya, yaitu sinode GKJ dan sinode GKI SW Jateng. Di dalam business plan tersebut, Bu Murti merancang sebuah asrama mahasiswa pascasarjana Kristen yang bernama Rumah Didache. Itu adalah “seperti pondok pesantren tapi versi Kristen, baik bagi mahasiswa teologi maupun non-teologi,” ujarnya. Bu Murti berharap mahasiswa pascasarjana Kristen yang berkuliah di Yogyakarta dari berbagai jurusan, fakultas maupun kampus dapat ditampung di asrama, dengan diperlengkapi programprogram, pembinaan iman, maupun diskusi sehingga para penghuni Rumah Didache dapat kuat iman dan ilmu melalui pembinaan-pembinaan dan diskusi-diskusi yang ada. Di masa yang akan datang harapannya para alumni menjadi terbiasa dengan budaya berdiskusi, berefleksi secara kristiani dan mengembangkan ilmu Bersama dengan yang lain. Selain itu, asrama tersebut juga dirancang sebagai kampung inggris, sehingga dapat memersiapkan para penghuni di kancah pergulatan global. Menjadi lulusan dengan IPK tertinggi, Bu Murti merasa bersyukur atas pencapaiannya, terutama terhadap proses yang terjadi, serta kehadiran teman-teman yang saling mendukung. Berkaca dari pengalaman studi lanjutnya, Bu Murti menyarankan bagi para lu-
lusan Strata satu untuk tidak terburu-buru melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi. Lebih baik setelah lulus kemudian bekerja mencari pengalaman lebih dulu agar lebih paham tentang potensi diri dan ilmu yang perlu ditambah sehingga punya pola pikir berbeda. Orang yang sudah bekerja ketika kuliah lagi, maka orientasi studinya akan berbeda. Mereka akan lebih haus ilmu untuk mengembangkan dirinya. Lagi pula, “tiap orang diberi Tuhan waktunya masingmasing,” imbuhnya. Tak lupa Bu Murti membagikan tips pada mahasiswa yakni temukan tujuan dan alasan berkuliah, jalani kuliah tanpa beban dengan fokus mencari ilmu, terus berdoa dan bersandar kepada Tuhan, serta mencari pengalaman. Jika diberi kesempatan untuk mengambil program Magister, Bu Murti menyarankan untuk mengambil bidang manajemen karena manajemen menjadi hal mendasar dalam kehidupan, “Memanage hidup itu perlu seni,” ujarnya. Bu Murti juga berpesan agar UKDW terus maju meskipun di era ini banyak sekali tantangan yang terjadi. Yakinlah bahwa “Tangan Tuhan selalu ada untuk menolong dan teruslah maju UKDW! Kiranya pembangunan kampus kedua bisa terwujud dengan baik dan lancar, proses kegiatan belajar mengajar semakin bagus, serta tetap berpegang pada nilai-nilai kedutawacanaan,” pungkasnya. (Love)
REDAKSI KORAN KAMPUS PENANGGUNG JAWAB PIMPINAN REDAKSI WAKIL PIMPINAN REDAKSI
: Pdt. Wahju Satria Wibowo, Ph.D. : Dr. Phil. Lucia Dwi Krisnawati, S.S., M.A. : Christina Angelina
EDITOR
LAYOUTER
Anti, Mei, Iit
Jessica, Putra, Dhimas
KORAN KAMPUS BISA ANDA DAPATKAN SECARA ONLINE MELALUI
https://issuu.com/korankampus_ukdw Redaksi menerima tulisan dari warga kampus berupa artikel, laporan kegiatan dan foto-foto yang membangun harapan. kirim ke alamat Redaksi atau melalui email : korankampus@staff.ukdw.ac.id
Pojok Alumni
3
VOL.17/ AGT 2023
Beyond Waste: Menghadapi Penutupan TPA Piyungan dan Mengadopsi Solusi Ramah Lingkungan
T
UHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya di Taman Eden untuk mengerjakan dan memelihara taman itu. Kejadian 2:15 (TB2) Dalam era modern ini, isu-isu lingkungan semakin mendesak dan relevan. Salah satu masalah yang semakin mendesak adalah penutupan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan, yang menyoroti dampak dari pola hidup modern yang cepat, termasuk fast food, fast clothing, dan fast garbage. Namun, dengan langkah-langkah praktis yang tepat dan pandangan dari perspektif teologi ekologi, kita dapat menghadapi penutupan TPA Piyungan dan merespons tantangan lingkungan dengan bijak. 1. Penutupan TPA Piyungan: Isu Lingkungan yang Memerlukan Perhatian Penutupan sementara TPA Piyungan menjadi sorotan dalam beberapa waktu terakhir, memunculkan keprihatinan akan dampaknya terhadap pengelolaan sampah dan lingkungan. TPA adalah tempat di mana limbah padat dibuang dan dikelola, dan penutupannya memiliki implikasi yang luas. Penumpukan sampah yang tidak terkelola dengan baik dapat menyebabkan pencemaran tanah, air, dan udara, serta mengancam kehidupan makhluk hidup di sekitar tempat pembuangan. 2. Fast Food, Fast Clothing, Fast Garbage: Dampak Pola Hidup Modern Fenomena "fast" telah merasuk ke berbagai aspek kehidupan kita, termasuk makanan, pakaian, dan pengelolaan sampah. Fast food adalah makanan cepat saji yang cepat
disajikan dengan kemasan sekali pakai, fast clothing merujuk pada produksi pakaian cepat dan murah, dan fast garbage menggambarkan cara kita membuang barang secara cepat tanpa memikirkan dampaknya. Ketiga pola ini memiliki konsekuensi lingkungan yang serius. Dalam konteks fast food, penggunaan kemasan sekali pakai yang tidak ramah lingkungan dapat meningkatkan volume sampah dan limbah plastik yang sulit terurai. Fast clothing mendorong konsumsi yang berlebihan dan pakaian yang cepat usang, menciptakan limbah tekstil yang terus meningkat. Di sisi lain, fast garbage mengarah pada pembuangan yang tidak terkendali dan tidak ramah lingkungan. 3. Langkah Praktis dalam Menghadapi Penutupan TPA Piyungan Meskipun penutupan TPA Piyungan dapat memunculkan tantangan, kita dapat meresponsnya dengan langkah-langkah praktis yang mendukung lingkungan dan keberlanjutan. Namun, tidak hanya itu, pandangan dari perspektif teologi ekologis juga dapat memberikan panduan moral yang mendalam dalam menghadapi tantangan ini: a.Reduksi Penggunaan Kemasan Sekali Pakai: Dalam menghadapi masalah fast garbage, kita dapat memilih untuk mengurangi penggunaan kemasan sekali pakai dan memilih alternatif yang ramah lingkungan dalam setiap kegiatan dan acara, terkhusus di universitas yang melibatkan orang banyak. Ini akan membantu mengurangi volume sampah yang harus dikelola. Pandangan teologi
ekologis mengajarkan bahwa kita memiliki tanggung jawab terhadap ciptaan Tuhan dan pentingnya menjaga keberlanjutan alam. b.Menerapkan Prinsip Zero Waste: Konsep zero waste mendorong kita untuk meminimalkan limbah yang dihasilkan. Ini melibatkan praktik seperti mendaur ulang, mengompos, dan mendesain produk agar lebih mudah didaur ulang. Pendekatan ini sesuai dengan pandangan bahwa kita sebagai manusia adalah kustodian alam yang bertanggung jawab terhadap bumi. c.Mengadopsi Gaya Hidup Berkelanjutan: Mengurangi konsumsi berlebihan, memilih produk yang tahan lama, dan mendukung pakaian berkelanjutan adalah langkah-langkah penting dalam mengatasi dampak fast clothing. Pandangan teologi ekologis mengajarkan bahwa manusia memiliki peran dalam merawat dan menjaga lingkungan yang diberikan Tuhan. d.Edukasi dan Kesadaran Lingkungan: Penting untuk mengedukasi masyarakat tentang dampak pola hidup modern dan memberikan pemahaman tentang cara mereka dapat berkontribusi pada lingkungan. Ini dapat dilakukan melalui kampanye, seminar, dan program edukasi. Pandangan teologi ekologis mengajarkan bahwa kita harus menghormati ciptaan Tuhan dan menjaga keseimbangan alam. e. Pengembangan Infrastruktur Daur Ulang: Investasi dalam infrastruktur daur ulang dan pengolahan limbah dapat membantu mengelola sampah dengan lebih
efisien. Pandangan teologi ekologis mengingatkan kita akan tanggung jawab kita sebagai makhluk Tuhan dalam menjaga bumi. Dalam menghadapi penutupan TPA Piyungan dan dampak dari fast food, fast clothing, dan fast garbage; pandangan teologi ekologis dapat memberikan landasan moral yang kuat untuk tindakan kita. Dengan merespons tantangan ini dengan bijak dan tanggap, serta melibatkan komunitas dalam upaya-upaya berkelanjutan, kita dapat menjaga lingkungan dan mewujudkan perubahan yang positif menuju keberlanjutan. Dalam keseluruhan, integrasi antara pandangan etika, teologi, dan langkah-langkah praktis adalah kunci untuk menghadapi tantangan lingkungan dengan dampak positif yang lebih besar. TUHANlah yang mempunyai bumi serta segala isinya,dan dunia serta semua penghuninya. Mazmur 24:1b (Tb2) [Jeremy A. H. Sitindjak, S.Fil. - Alumnus Fakultas Teologi, Lulusan 2022]
foto:dok./Pribadi
Universitaria UKDW Kunjungi Alumni di Pulau Sumba
A
lumni memiliki peran penting dalam pelayanan sebuah institusi pendidikan, terkhusus perguruan tinggi. Pengalaman dan keberhasilan alumni di dunia kerja dan dunia usaha merupakan umpan balik penting bagi pengembangan institusi perguruan tinggi. Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) senantiasa menjalin relasi baik dengan alumni di berbagai wilayah Indonesia, bahkan alumni yang telah berkiprah di luar negeri. Pada hari Sabtu (29/7) dan Minggu (30/7) UKDW menyelenggarakan temu alumni di Kabupaten Sumba Timur dan Kabupaten Sumba Barat yang dihadiri Rektor, Wakil Rektor, Kepala Unit Pengembangan Institusi, Pengurus KADUWA (Keluarga Alumni Duta Wacana) serta dosen. Rangkaian acara temu alumni di Pulau Sumba dimulai di Kabupaten Sumba Timur dihadiri jajaran rektorat terdiri atas Wakil Rektor I Dr. Rosa Delima, S.Kom., M.Kom., Wakil Rektor II Ambar Kusuma Astuti, SE., M.Si., dan Wakil Rektor III Dr. Parmonangan Manurung, MT. Turut hadir dalam temu alumni, Kepala Unit Pengembangan Institusi (UPI) Ir. Henry Feriadi., M.Sc., Ph.D beserta staf Bernadetta Rosaline Maria, S.Pd.,MM., dan Pengurus KADUWA Yetli Oslan, S.Kom., MT., serta dosen Fakultas Bioteknologi yang juga merupakan mantan Wakil Rektor I Dr. Charis Amarantini, M.Si. Pada kesempatan tersebut, rombongan UKDW berdiskusi dan bercengkrama dengan sekitar 30 alumni yang berkarir di Sumba Timur. Para alumni di Sumba Timur menceritakan perjalanan hidup setelah lulus hingga saat ini dan memberikan beberapa saran dan masukan bagi pengembangan UKDW. Alumni yang hadir berasal dari 6 fakultas di UKDW turut mengapresiasi pelayanan yang telah diberikan selama mereka menjalani masa studi. Pdt. Marlin Lomi yang saat ini menjabat sebagai Ketua Umum Sinode Gereja Kristen Sumba memberikan apresiasi dan masukan bagi kemajuan UKDW. Sementara
foto:dok./Pribadi
foto:dok./Pribadi
Rambu Indah Ana Amah alumni Fakultas Bioteknologi angkatan 2017 membagikan pengalaman mencari kerja. “Alumni perlu dibekali kemampuan mencari pekerjaan secara online, pelatihan administrasi dan wawancara kerja”, papar Noni sapaan akrabnya. Acara temu alumni berlanjut di Sumba Barat pada Minggu (30/7) dihadiri rektor UKDW Dr. -Ing. Wiyatiningsih, ST., MT. Selain dihadiri alumni berdomisili di Sumba Barat, turut hadir alumni dari Sumba Barat Daya dan Sumba Tengah. Tingginya animo alumni mengikuti acara terlihat dari jumlah peserta yang lebih dari 60 orang. Seluruh alumni berasal dari berbagai program studi dan fakultas di UKDW memberikan masukan dan saran di antaranya terkait peningkatan jumlah mahasiswa dari Sumba, kerjasama UKDW dengan Pemerintah Daerah di Sumba, serta penyampaian informasi UKDW melalui gereja-gereja di Sumba. Dalam kesempatan temu alumni di Sumba Barat, alumni dari berbagai program studi bercengkrama dan berdiskusi dalam suasana santai dengan Rektor UKDW. Rektor UKDW sangat mengapresiasi peran alumni dalam kemajuan UKDW dan berharap relasi baik terus terjaga dan ditingkatkan. “Alumni merupakan kepanjangan tangan dari kampus. Melalui Alumni UKDW dapat lebih dikenal oleh masyarakat. Oleh karenanya, kemitraan dengan Alumni harus senantiasa dipelihara. Alumni tidak hanya menjadi mitra untuk penyelenggaraan kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi, namun juga untuk pengembangan UKDW pada masa mendatang,” pungkasnya. (FAD/PM)
Universitaria
4 8
VOL.17/ AGT 2023
Pelantikan dan Pengambilan Sumpah Dokter Periode XXVII - Juli 2023
foto:dok./Panitia
D
ilaksanakan di Gedung Auditorium Koinonia, Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta, Fakultas Kedokteran (FK) UKDW Yogyakarta melantik dan melakukan pengambilan sumpah dokter periode pelantikan ke-XXVII pada hari Sabtu, 29 Juli 2023 jam 09.00 WIB. Mengangkat “In Omnia Paratus” sebagai tema, para dokter diharapkan mampu menghadapi semua tantangan baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam kehidupan bermasyarakat. Sumpah Dokter dilaksanakan terhadap 26 mahasiswa yang telah dinyatakan lulus program profesi dokter dengan melalui tahapan Ujian Kompetensi Mahasiswa Program Profesi Dokter (UKMPPD) batch Mei 2023. Pada kesempatan kali ini, diumumkan pula nilai UKMPPD tertinggi yang diraih oleh dr. Ian Aviananda Garudadwiputra dan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) gabungan dan profesi terbaik yang diraih oleh dr. Maharani Dyah Kusumastuti dan dr. Rambu Imel. Dalam sambutannya, dr. Dominicus Bintang Mahardhika Jati sebagai perwakilan dokter terlantik mengajak para sejawatnya
untuk selalu siap menjalankan tanggung jawab dan tugas sebagai seorang dokter dimanapun mereka diutus. Tidak lupa dr. Dominicus juga mengingatkan untuk senantiasa bersyukur dan melakukan yang terbaik dalam pelayanan serta memaksimalkan potensi dan keilmuan yang dimiliki dengan tetap menjalankan 4 nilai kedutawacanaan. “Penting bagi kita untuk selalu mempraktekkan 4 nilai kedutawacanaan yaitu ketaatan kepada Allah, berjalan dalam integritas, melakukan yang terbaik, dan melayani dunia dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab. Hidup ini adalah kesempatan, kesempatan untuk berkontribusi dalam kehidupan masyarakat dengan ilmu dan pengetahuan yang kita miliki,’ ujarnya. dr. Mordekhai Leopold Laihad, M.Kes., Sp.An. TI, Subsp. TI (K) sebagai perwakilan orangtua dokter terlantik berpesan kepada dokter terlantik agar siap sedia menghadapi kehidupan baru dengan gelar baru dan dinamika yang ada, serta mudah menyesuaikan dengan kondisi yang cepat berubah saat ini. Beliau berharap kepada para dokter terlantik agar bukan menjadi seorang dokter
yang pintar saja tetapi menjadi dokter yang baik, dan selalu update terhadap ilmu kedokteran, serta senantiasa berpegang teguh pada Tuhan Yang Maha Esa. Selaras dengan pesan yang disampaikan oleh dr. Mordekhai, dr. Veny Pungus, Sp.KJ. sebagai perwakilan dari Rumah Sakit (RS) Bethesda menyampaikan bahwa RS Bethesda sebagai rumah sakit pendidikan tentunya akan selalu mendukung para dokter untuk memperbarui ilmu dan pengetahuannya. “RS Bethesda akan turut bertanggung jawab dalam mendidik para profesional dokter dengan baik. Penting bagi para dokter agar senantiasa terus belajar dan mengembangkan cita-cita yang lebih tinggi lagi,” ujar dr. Veny. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) wilayah Yogyakarta diwakili oleh Tri Kusumo Bawono, S.E., menyampaikan kutipan Hippocrates tentang dokter yang baik. Selain menekankan akan pentingnya keinginan diri untuk selalu memperbarui ilmu seturut dengan perkembangan ilmu, teknologi, dan peradaban, Tri berpesan kepada para dokter terlantik untuk selalu menjaga sikap dalam melaksanakan tugas sebagai panutan masyarakat. dr. The Maria Meiwati Widagdo, Ph.D selaku Dekan
FK UKDW juga berpesan kepada para dokter yang baru dilantik untuk selalu menghidupi nilai-nilai kedutawacanaan pada perjalanan berikutnya untuk proses selanjutnya. Menutup rangkaian sambutan, Wakil Rektor Bidang Pengembangan Kapasitas Sumber Daya Manusia, Promosi, dan Jejaring, Pdt. Wahju Satrio Wibowo, Ph.D., berpesan kepada dokter-dokter baru untuk senantiasa mengandalkan Tuhan dalam melayani sebagai dokter nantinya. Acara pelantikan dan pengambilan sumpah periode XXVII ditutup oleh Ketua Senat FK UKDW yaitu Prof. dr. Jonathan Willy Siagian, Sp.PA, yang berpesan kepada para dokter baru bahwa menjadi dokter itu baik, tapi lebih baik jadilah dokter yang baik dengan senantiasa mengandalkan Tuhan. Selamat kepada para dokter terlantik, tetaplah untuk senantiasa belajar, menggapai cita-cita setinggi langit dalam dunia kesehatan dan pelayanan kesehatan serta senantiasa mengandalkan Tuhan dalam segala situasi di era digital ini. Tuhan memberkati. (cvp)
PSM Fakultas Kedokteran UKDW Raih Juara 2 Choir Competition HBDI DIY
foto:dok./Panitia
foto:dok./Pribadi
foto:dok./Pribadi
T
im Paduan Suara Mahasiswa (PSM) Fakultas Kedokteran (FK) UKDW menorehkan prestasi dengan meraih Juara 2 Lomba Paduan Suara yang diselenggarakan dalam rangka Hari Bakti Dokter Indonesia (HBDI) ke-115 pada tanggal 1 Juli 2023 di Hotel Grand Rohan. Kompetisi ini merupakan agenda rutin tahunan untuk
memperingati HBDI yang diselenggarakan oleh Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Wilayah DIY. Lomba ini diikuti oleh 11 tim peserta yang berasal dari IDI wilayah, IDI Kulonprogo, dan Fakultas Kedokteran yang ada di Yogyakarta. Tim Paduan Suara FK UKDW yang terdiri dari 18 orang diwajibkan untuk menyanyikan lagu
Hymne IDI dan Mars IDI. Penjurian dilakukan secara langsung oleh tiga orang juri yang memutuskan tim dari PPDS Radiologi UGM sebagai Juara 1, tim PSM FK UKDW sebagai Juara 2, dan tim dari PSM FK UAD sebagai Juara 3. Sebagai salah satu anggota tim PSM FK UKDW, Matahari Bunga Indonesia merasa senang bisa turut
berkontribusi mengharumkan nama UKDW khususnya FK UKDW. “Walaupun dalam latihan waktunya mepet, mungkin ini bisa menjadi awal untuk merintis supaya kedepannya ada paduan suara FK yang bisa rutin maju lomba karena lomba ini juga baru pertama kali digelar oleh IDI,” tuturnya. (cvp)
Hibah P2MW
VOL.17/ AGT 2023
5
Mahasiswa UKDW Ubah Limbah jadi Aksesoris Bernilai Jual
Foto:Dok./Biro III
T
im mahasiswa Program Studi (Prodi) Desain Produk Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta yang terdiri dari Letticia Viona Setia Dharma, Hana Mulyana, dan Gregorius Lunsa berhasil mendapatkan hibah Program Pembinaan Mahasiswa Wirausaha (P2MW) 2023 dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) untuk proposal berjudul ‘Setara’ yang mereka ajukan beberapa waktu yang lalu. Letticia Viona selaku ketua kelompok menyampaikan usaha kreatif ‘Setara’ berawal dari program Wirausaha Desain Kampus Merdeka 2022. “Inspirasi untuk memulai usaha ini muncul dari keprihatinan akan limbah sisa pemakaian dan sisa produksi yang melimpah di sekitar kita. Berbagai macam limbah, seperti limbah kertas dari revisi skripsi teman, limbah keramik dari tempat magang, dan limbah
kain dari penjahit lokal, lantas diolah dengan kreativitas menjadi aksesoris fesyen yang menarik. Limbah kertas ini kami jadikan campuran untuk membentuk cincin. Sedangkan limbah keramik diolah menjadi liontin kalung yang unik. Sementara itu, potongan-potongan limbah kain disatukan menjadi gelang estetik dan modis,” terangnya. Dalam program WDKM 2022, dengan bimbingan dari Marcellino Aditya, S.Ds., M. Sc., Dosen Prodi Desain Produk, ‘Setara’ berhasil menarik minat konsumen dan sukses berpartisipasi dalam pameran kewirausahaan yang meningkatkan ketenaran usaha mereka di kalangan masyarakat. “Melihat peluang ini dan dukungan dari dosen pembimbing, kami lantas mengajukan proposal untuk terus mengembangkan bisnis dan meningkatkan kualitas produk. Puji Tuhan, proposal kami lolos sehingga ‘Setara’ mendapatkan dukungan
pendanaan melalui program P2MW,” imbuhnya. Selain mengutamakan penggunaan limbah, Setara juga menyuarakan isu sosial yang relevan, yaitu kesetaraan gender. Melalui kampanye dan slogannya yang berbunyi “untuk semua yang baik”, Setara mengajak orang untuk selalu memiliki sikap baik terhadap sesama, meskipun berbeda. Usaha mereka menjadi contoh inspiratif bagi penggunaan bahan daur ulang dan penerapan nilai-nilai kesetaraan gender dalam dunia bisnis. “Kami ingin menyampaikan pesan bahwa meski berbeda-beda, kita tetap setara dan memiliki hak yang sama untuk bebas berekspresi melalui penampilan dan pemakaian aksesoris, dan menjadi diri sendiri dalam versi terbaik. Kami harap Setara dapat memberikan kontribusi positif bagi lingkungan sekitar sambil menciptakan keindahan dan keunikan dalam dunia
perhiasan dan aksesoris fesyen,” ungkap Letticia. Program P2MW sendiri merupakan program pengembangan usaha yang ditujukan bagi mahasiswa yang sudah memiliki usaha. Program ini memberikan bantuan dana untuk pengembangan usaha mereka, sekaligus memberikan pendampingan dan pelatihan dalam mengelola usaha. Tujuan dari program ini adalah untuk mendorong dan membekali mahasiswa dengan keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan agar dapat sukses dalam menjalankan dan mengembangkan usaha mereka. Selain itu, program ini juga bertujuan untuk meningkatkan semangat kewirausahaan di lingkungan perguruan tinggi, sehingga dapat menciptakan lebih banyak wirausaha berkualitas dan berpotensi di masa depan. (FAD/GL)
Rintis Bisnis Kuliner Sehat, Mahasiswi UKDW Raih Hibah P2MW 2023
B
ermula dari banyaknya berita gizi buruk atau stunting yang banyak terjadi di Indonesia, Apfia Normalita, mahasiswa Prodi Sistem Informasi Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta membuat inovasi produk makanan sehat berbahan dasar ikan. Dimana daging ikan memiliki kandungan vitamin dan lebih bernutrisi dibandingkan daging lainnya, dengan tujuan meningkatkan daya tahan tubuh dan kesehatan otak. Melihat peluang bisnis yang ada dan tekad yang besar untuk merintis usaha tersebut, Apfia lantas mengajak kedua temannya yakni Maria Syantika Maharani dan Tasha Prijanto Putri untuk mengikuti Progam Pembinaan Mahasiswa Wirausaha (P2MW) 2023 dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek). Tim ini lantas mengajukan proposal berjudul “SARASPAO, Bakpao Sehat dengan Bahan Sayuran dan Ubi serta Isian Berbahan Dasar Ikan”. Proposal ini berhasil meraih hibah P2MW 2023, dimana program ini bertujuan untuk mendorong dan mencetak mahasiswa untuk menjalankan dan mengembangkan wirausaha serta me-
ningkatkan program kewirausahaan di perguruan tinggi. Ketiga mahasiswa Prodi Sistem Informasi ini dibimbing oleh Drs. Jong Jek Siang, M.Sc. selaku Kaprodi Sistem Informasi sekaligus dosen pembimbing. Apfia selaku ketua tim menjelaskan nama Saraspao berasal dari kata saras, merupakan bahasa jawa yang memiliki arti ‘sehat’. Sedangkan kata pao berasal dari nama salah satu cemilan yaitu bakpao. “Bisnis kuliner ini dapat menjadi salah satu peluang bisnis kuliner yang baik, sehat untuk dikonsumsi, dan memiliki cita rasa yang nikmat. Bakpao yang umumnya berisi daging ayam, coklat, kacang hijau, kumbu hitam, bisa menjadi cemilan makanan basah manis dan gurih karena menggunakan bumbu rempah nusantara seperti rendang dan gulai. Dengan dana yang didapatkan dari P2MW Kemendikbud Ristek ini, membuat kami lebih bersemangat untuk merintis usaha dan pencapaian ini merupakan sebuah kebanggan tersendiri bagi kami. Hibah yang diberikan menjadi salah satu faktor yang dapat mendukung jalannya usaha baru serta menciptakan budaya hidup makan sehat dan berkhasiat bagi para konsumennya,” tutur Apfia. (FTI/AN)
foto:Dok./Biro III
Wisuda
6
VOL.17/ AGT 2023
WISUDA SARJANA DAN PASCASARJANA Periode Agustus 2023 Daftar Wisudawan Terbaik Universitas
Selam dan Sukses! Untuk para Wisudawan
Nama
Happy
Graduation
Program Studi
Filsafat Keilahian
Nama
IPK
Gelar
IPK
Gelar
MURTINI HEHANUSA
4.00
Magister Manajemen (M.M.)
CAROLIN
3.92
Sarjana Akuntansi (S.Ak.)
KUKUH PURWIDHIANTO
3.87
Magister Filsafat (M.Fil.)
SARAH CLAUDIA
3.99
Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
BANTOLO SETIADI
3.92
Sarjana Komputer (S.Kom.)
DEVINA PUSPITA SARI
3.88
Sarjana Sains (S.Si.)
DANANG ADI YUANDITA
3.95
Sarjana Manajemen (S.M.)
AGUSTINA TRI MULYANI
3.87
Sarjana Arsitektur (S.Ars.)
VERONIKA VERASITA MELANI
3.94
Sarjana Komputer (S.Kom.)
MARIA EVELYN DARMA SAPUTRA
3.83
Sarjana Desain (S.Ds.)
MARIO PARTOGI TARIGAN
S.M.
BINTANG FLORENSIA CHRISTELLA MANURUNG
S.Ak.
ABIGAIL PATRICIA PONGOH
S.M.
HANY SILAMBI'
S.Ak.
KARNI IRENE ONDANG
S.M.
LAURA SASWITA MALAU
S.Ak.
FENI LENDRAYANI
S.M.
MEIRTHY NENABU
S.Ak.
YOSUA ASIDO PARULIAN.S
S.Fil.
SARAH MARIA SONIA BR. SIALLAGAN
S.M.
SHELLY DESIANA
S.Ak.
ANDREAS FRANC HORAS SILABAN
S.Fil.
DANY DANIEL SILALAHI
S.M.
RACHEL NOVERIETHA PUTRI
S.Ak.
ABIGAEL CHRISTI EPAYONA BR TARIGAN
S.Fil.
IMMANUELA THERESA LUPANO
S.M.
MAYRISTA ANGELINA. S
S.Ak.
YUSAK AGUNG WICAKSANA SETJO
S.Fil.
NI LUH CANDRA SARI DEWI
S.M.
CLARESTA SHARON EUNIKE LARIO
S.Ak.
GEBI REFLINA BR. MANURUNG
S.M.
ME NOFA'OMASI NIA ZEBUA
S.Ak.
NERISSA ARVIANA
S.M.
RINI SONIA MARTHA SITORUS
S.Ak.
PATRICK PEBRIAN PRATAMA
S.M.
HARIS APRIANDO NABABAN
S.Ak.
JESIKA SINAGA
S.M.
CERAFIKA SRI NINGRUM
S.Ak.
FERNANDO JOSE ALESSANDRO NESTA
S.M.
AGUNG GEOVANNY ELLISON
S.M.
VERONIKA PASKALINA
S.M.
PRISCILLA FORTUNA
S.M.
HENDY MINANLARAT
S.M.
Program Studi
Filsafat Keilahian Program Magister
JONATAN DWIPUTRA TIMOTHY SOEGIJANTO SRY NOVITA TONDANG
M.Fil. M.Fil. M.Fil.
Doktor
MELANYA FELNER GONCALVES
S.M.
YOSIA TRIAMANDA KURNIA
S.M.
Ilmu Teologi
Program Studi
RICARDO SISCO TURNIP
Dr.
RONAL ARULANGI
Dr.
Program Studi
Manajemen
Akuntansi FLORENSIA INDA SARI DERAN SADA LAMAHODA
S.Ak.
ELVINA LABA MAWU
S.Ak.
SETYANDANI MAGNOKTA HALANANDA
S.Ak.
S.Ds.
GERALDO FELIX INDAHARTO
S.Ds.
ERIKA YULIANTI PURBA
S.Ds.
TAN, MARIA VALENSIA TANJAYA
S.Ds.
HANNA NATASHA PUTRI
S.Ds.
ELKE SANTA AMESA
S.Ds.
SHERIN AGNES TAHULENDING
S.Ds.
FRANSISKO AGUNG APRILIAN
S.Ds.
Magister
Magister
Arsitektur
CATARINA PUTRI MARISKA ISYANI
M.M.
GABRIELLA HELMI TIRAYOH
M.M.
NATASHA BUNGA ARINDAPUTRI
M.M.
ADITYA CANDRA LAKSMANA
M.M.
YOHAN
M.M.
RASMALEM BR GINTING
M.M.
Program Studi
Arsitektur
EDWARD SUMPENO SUDHARSONO
M.Ars.
I WAYAN SUTASOMA
M.Ars.
Program Studi
Sistem Informasi HENDRICK ADI PRATAMA
S.Kom.
ALFREDO ANUGRAH
S.Kom.
ADITYA HALIMAWAN
S.Kom.
IMMANUEL HAROLD MAGA
S.Kom.
JERRY TRINANDA PAEMBONGAN
S.Kom.
JEFRI RONALDO ASADAMA
S.Kom.
FORTUNATUS UMBU DAKU
S.Ak.
DONATUS MARÇAL DA CONCEIÇÃO
S.Ars.
MARKO JUAN PAINE SILALAHI
S.Ak.
ARMANDO REYAAN
S.Ars.
FEBI MONICA PABIANAN
S.Ak.
ANDREW AZIO
S.Kom.
CESLAUS YOSEF KARO KAKI
S.Ars.
ANANTHA GINTING
S.Kom.
S.Ars.
FRANSISKA AYU GLORIA
S.Kom.
S.Ars.
ONESIMUS EDISON
S.Kom.
FELIX RIVALDO
S.Kom.
DEDEN PRASETIO
S.Kom.
KRISTOVERA MALELIANA PUTRANTI
S.Kom.
S.M.
FIKTOR EKA PRATAMA
S.M.
ALBERT YEREMIA ALFANO
S.Ak.
JOEL ANTÓNIO DOS SANTOS MONIZ
DAVID DARLON BATKYES
S.M.
RONI DAVID
S.Ak.
ALAN CHOLIN PARENTA
S.M.
Desain Produk BRIDGET ANNABELLE CHRISTANTA
Manajemen
RAGIL BAYU DHARMA
LEO FIRNANDO SITINJAK
Program Studi
WELLY PRANEIDYA BR SITANGGANG
S.Ak.
AYUB IGNATIUS
S.Ars.
ANDRI KALUMBANG
S.M.
LIA MARGARITHA
S.Ak.
CARLOS SANGLE KUDDY
S.Ars.
BENEDICTUS JOSCHA
S.M.
ANGELICA MARIA VIANNEY
S.Ak.
HISKIA RICHARDO BLESS
S.Ars.
NATASHA FORTUNATA
S.Kom.
NILA RISKIANA
S.M.
FRIMA DONI SAMARK SARAGIH
S.Ak.
IMANUEL YEREMIA PAO
S.Ars.
SIGIT IRAWAN
S.Kom.
NIKO HASYANTO
S.M.
LIDIA HARATRI MEITARA
S.Ak.
ELVIN JANITRA
S.Ars.
BILLIANRO SEMBER
S.Kom.
YONATHAN SEBASTIAN
S.Kom.
ROSALIA NATASHA
S.Kom.
ERICKO LUCIANTO HANAFIE
S.M.
THEODORA MERRYTA YOLA
S.Ak.
YUAN NOVRIANTO
S.Ars.
RENDY MECKY MORES LUTUR
S.M.
NATASYA DEVIANA
S.Ak.
ANDHIKA ARYAGA SAMPURNO
S.Ars.
STEVEN SINGGING SETIAWAN
S.Kom.
FEBRIANTO LANDE'
S.M.
VALENTTINO ANDROS ELYSON
S.Ak.
EUAGGELION ADHYTIA PUTRA MBEO
S.Ars.
ALOISIUS IVAN YULISTYO
S.Kom.
KARL HEINZ JELMAU
S.M.
JESSICHA NADYA AGATHA PRASETYO
S.Ak.
FEBBY C.A. TAMADARAGE
S.Ars.
RENALDI SOERYADI
S.Kom.
JORA GEO MELANGIA KAFIAR
S.M.
MAYLISSA MARELINE NAGORO
S.Ak.
HELENSIA OLIVIA IRAWAN
S.Ars.
IANNE CLARA SITUMEANG
S.Kom.
I KOMANG WIRYA DANA
S.Kom.
ABRAHAM VINCENT GAVRIEL
S.M.
AUGITA TALENSIA ROSA ARINDA
S.Ak.
MARIO TAMI SP
S.Ars.
SITI PARIDAH
S.Kom.
RAYNAL SILALAHI
S.M.
VINCENTIUS MURDANTO CAHYO MAHENDRA
S.Ak.
MARIO KAPITANO HENDRIK
S.Ars.
KONSTANTINA BIAS RASTUTI
S.Kom.
JACKLIN BENTIAN
S.M.
FRIDOLIN SELESTIAN BARAYA KONDO
S.Ak.
FENDY HENDRAWAN
S.Ars.
ALEX SEPTIMAND GULO
S.Kom.
YULIANA A. P. AYUNINGTYAS OEMATAN TENASUE
S.M.
SUZAN CAROLIN RAHAWARIN
S.Ak.
CECARIUS PETRUS PEA
S.Ars.
JEANETTE FLORENSIA TIURLINA PURBA
S.Kom.
DIMAS GABRIEL PARULIAN
S.Kom.
RISKI SASUE
S.M.
MAHARANI RAMBU WAHA NDAPANANDJAR
S.Ak.
BAGAS PUTRA WAHYU KEMA SENTOSA
S.Ars.
MELINDA WERINUSSA
S.Kom.
ALOFA ANOIA KEVIN CELLOSE
S.M.
NADIA DANIELLA RANGKAI
S.Ak.
ELISSE MOUDY SERAPHIMA
S.Ars.
KEZIA IVENA VANIA POSUMAH
S.M.
FEBY ANGGREANY HANING
S.Ak.
ANANDA DWI KURNIANDRI
S.Ars.
THOMAS ESTRADA MICORAKO TONGGE
S.M.
ANGELIANA PENTHAKRISTI W SIKOWAI
S.Ak.
ALEXANDER ALDIANOF BAGASKARA
S.Ars.
HISKIA PUTRA ANANTA GIRSANG
S.M.
RATIH HOSANA RAMBU TEBA
S.Ak.
ANGGA FERDIAN TICOALU
S.Ars.
ENRICO JAYA MAKHASI
S.M.
REGINA ESTHER JAYA HANIKO
S.Ak.
WEHELMINA
S.Ars.
THOMAS YONATAN
S.M.
NATALISRA
S.Ak.
RAMSES FRENDO UKTOLSEYA
S.Ars.
ARYANUSA ADIWENA
S.Kom.
ICA AYU MAHARANI
S.M.
VERONICA PERMATA ANANDA
S.Ak.
JOHN HENDRIEK MANUHUTU
S.Ars.
MELKHI PRYADI
S.Kom.
JEREMY CHRISTIAN. S
S.M.
PRASETYA ADITYA ANGLIA
S.Ak.
M. DINTHA ASTERIA DEWI
S.Ars.
YOSUA ALVIANTO NUGROHO
S.Kom.
FILEAS LENKA BEDE
S.M.
ATRIANI DATU PALALLO
S.Ak.
LINTANG LOKESWARA PARAMANANDANA
S.Ars.
DONI INDRA PRATAMA
S.Kom.
MILENDRA PUTRA
S.M.
SIMPLISIANI KURNIA SAPUTRI NGGANGGU
S.Ak.
VIDIA CAROLINE SIAUWKE PEKPEKAI
S.Ars.
JOSHUA PUTRA SETYADI
S.Kom.
KAREN IVANA VERINA POSUMAH
S.M.
TIRSHA CATHERINE MISALLO LA'LANG
S.Ak.
DEBORAH LAMBOK SIHOMBING
S.Ars.
REFORMANTO EKAPUTRA ANAKONDA
S.Kom.
KEVIN HERLYANTO KURNIAWAN
S.M.
MISIANA
S.Ak.
FREZILIA PARENDE KAYANG
S.Ars.
RAYMOND FIGO INUHAN
S.Kom.
CECÍLIA REFORIA DA COSTA
S.M.
ARDELIA CLARISA OCTAVIANA
S.Ak.
KEVIN TANGKEARUNG
S.Ars.
DAVID SETIAWAN WIDODO
S.Kom.
FARADILLA MINAMI SAKURA
S.M.
TESSALONIKA LASMARIA SINAGA
S.Ak.
RIMAL JUNIOR OYS DIMU
S.Ars.
COLUMBANUS DIAN DON HARY
S.Kom.
ROBERTUS DIMAS FEBRIAN
S.M.
ROBERT RATO UMBU KASIH
S.Ak.
YOGA DWI KRISTIANTO PRADESA
S.Ars.
BENEDIKTUS PURNOMO AJI
S.Kom.
S.Ars.
BONIFACIUS DANI YUDHA PERMANA
S.Kom.
MIKAEL WIJAYA
S.Kom.
THEODORA HYACINTHA GUNAWAN
S.M.
Program Studi
Informatika
FALENTINE YESSYANI PUTRI BASOT
S.Ak.
NICODYMUS PRAMUDYA DYAN KRISTIANTO
KUNTI YULIANDARI
S.Ak.
MARIA MODESTA NOJO MALI
S.Ars.
SAMUEL KURNIARGO
S.Kom.
S.Ars.
HILLARY CHRISTINE SITUMORANG
S.Kom.
AARON STEFANUS LEO CANDRA
S.M.
IMELDHA GHABRIELA
S.M.
NEVIA TIO ROMBE
S.Ak.
MICHELLE
FILIZIA MAUREN SILINAUNG
S.M.
NADIA MAGDALENA SANTOSO
S.Ak.
MAXMILLIAN DYAN LAMBE' SARAPANG
S.Ars.
ASRI MELIANA SIMARMATA
S.Kom.
ANDARDIA DIPTA CHRISSANTO
S.M.
NILAM BETSAIDA
S.Ak.
BERLES FINISEN LESTUNY
S.Ars.
RIZKY CHANDRA WIJAYA
S.Kom.
NATHANAEL IVAN PRATAMA
S.Kom.
GREGORIUS SAKTI GINANTAKA
S.Kom.
ALBERTUS ADRIAN SUSANTO
S.Kom.
DEVARA FAFIAN
S.M.
IMMANUELLA FANNY SANJAYA
S.Ak.
YEMIMA LAMLIDANG SITUMORANG
S.Ars.
TIFFANY ANGELA
S.M.
AGNES FEBRINA LERO
S.Ak.
ABIGAIL NATANIA ARSWANDA
S.Ars.
REGGITA CITRASARI KRISTIANINGRUM
S.M.
DIVINE GLORIA MENTARI
S.Ak.
VINI PUTRI MILENIA
S.Ars.
ANGELINA RUMUY
S.Kom.
GEBY SILVIA MEYLANI DAULAY
S.M.
NORYANCE BULU
S.Ak.
YOFANI LARAKAN SIMANJUNTAK
S.Ars.
VERONICA NOVIANTI
S.Kom.
TADEUS SEMAYA SIDJABAT
S.M.
DANIEL PRATAMA
S.Ak.
SRININDRA HARIMURTI
S.Ars.
MARIA MELISA HENDRIK
S.M.
ALDA DEWIYANTI
S.Ak.
MICHELLE MORA EMMANUELLA SIHOMBING
S.Ars.
YONATHAN CRISMONO PERMADI
S.M.
LAWRENCE FREDRICK DE RUYTER
S.Ak.
NATASHA ARASELY UMBOH
S.Ars. S.Ars. S.Ars.
ARDITA MAUREEN CHRISANTA
S.M.
YUNI RINA ANGELLA
S.Ak.
MICHELLA CHRISTINE AWAK
ALVREDO SIBUEA
S.M.
MARIA SEFTASYANA ARMAELLA
S.Ak.
FIGO CATUR PALUSA
BRYAN IMANUEL SAMBENTHIRO
S.M.
BERTIN DONDATU
S.Ak.
WILLIAM FRANSISKUS XAVERIUS BOLLY
S.Ars.
S.Ak.
JESSICA CAROLINE GRACIELLA
S.Ars. S.Ars. S.Ars.
AMIN TRI CAHYA SAPUTRA
S.M.
JONATHAN MARTIN KURNIANTO
HELEN BR SITEPU
S.M.
KEZIA AUDREY SAZKHYA SINAGA
S.Ak.
DONNY SABHASTIAN NUGROHO
YOANA EVI RETVIANA RATNASARI
S.M.
APRILIA ATIKA GARUS
S.Ak.
YOSE HENDRI WELNY AXEL
S.Ars.
Program Studi
Biologi PASCALINA KATALIN SARAKAN
S.Si.
AUGITA TRI CLARA SHOSTAKOVICH DATU RARA
S.Si.
RANI ANASTASYA MASU
S.Si.
JERIKHO FIRMAN SEBASTIAN
S.Si.
JIMMY FASTU VICTORIO FANDY
S.Si.
GERARD BHRAM HASIOLAN SIREGAR
S.Si.
JUNIOR JOANNES LIVIO RUNTULALO
S.Si.
BELLA ROS GRAZELYA LAULUW
S.M.
JOHANNA KEZIA PUTRI
S.Ak.
DEVITA STEFANI
S.M.
YULIANA PRADEWI YANTI ROHOS
S.Ak.
OKTOVILLA DELIA SAFLEMBOLO
S.Si.
MAHANARA KLAUWRANS
S.M.
IMACULATA ROLLICK ERSAM
S.Ak.
EUNIKE DIAN SWASTOKO
S.Si.
PRIMADIAN HARMASTUTI
S.Si.
MARIA MELISA HENDRIK
S.M.
ALDA DEWIYANTI
S.Ak.
MICHELLE MORA EMMANUELLA SIHOMBING
S.Ars.
YONATHAN CRISMONO PERMADI
S.M.
LAWRENCE FREDRICK DE RUYTER
S.Ak.
NATASHA ARASELY UMBOH
S.Ars.
ARDITA MAUREEN CHRISANTA
S.M.
YUNI RINA ANGELLA
S.Ak.
ALVREDO SIBUEA
S.M.
MARIA SEFTASYANA ARMAELLA
S.Ak.
BRYAN IMANUEL SAMBENTHIRO
S.M.
BERTIN DONDATU
S.Ak.
AMIN TRI CAHYA SAPUTRA
S.M.
JONATHAN MARTIN KURNIANTO
S.Ak.
S.M.
KEZIA AUDREY SAZKHYA SINAGA
VOL.17/HELEN AGT 2023 BR SITEPU
Wisuda MICHELLA CHRISTINE AWAK
S.Ars.
FIGO CATUR PALUSA
S.Ars.
WILLIAM FRANSISKUS XAVERIUS BOLLY
S.Ars.
JESSICA CAROLINE GRACIELLA
S.Ars.
S.Ak.
DONNY SABHASTIAN NUGROHO
S.Ars. S.Ars. S.Ars.
PASCALINA KATALIN SARAKAN
S.Si.
AUGITA TRI CLARA SHOSTAKOVICH DATU RARA
S.Si.
RANI ANASTASYA MASU
S.Si.
JERIKHO FIRMAN SEBASTIAN
S.Si.
JIMMY FASTU VICTORIO FANDY
S.Si.
GERARD BHRAM HASIOLAN SIREGAR
S.Si.
JUNIOR JOANNES LIVIO RUNTULALO
S.Si.
OKTOVILLA DELIA SAFLEMBOLO
S.Si.
YOANA EVI RETVIANA RATNASARI
S.M.
APRILIA ATIKA GARUS
S.Ak.
YOSE HENDRI
BELLA ROS GRAZELYA LAULUW
S.M.
JOHANNA KEZIA PUTRI
S.Ak.
WELNY AXEL
DEVITA STEFANI
S.M.
YULIANA PRADEWI YANTI ROHOS
S.Ak.
MAHANARA KLAUWRANS
S.M.
IMACULATA ROLLICK ERSAM
S.Ak.
Program Studi
EUNIKE DIAN SWASTOKO
S.Si.
IKA AYU FEBRIANA
S.M.
SHERLLEY CHRISTY EIRENE ACAI
S.Ak.
Pendidikan Bahasa Inggris
PRIMADIAN HARMASTUTI
S.Si.
VINCENT SANTOSA
S.Si.
REGINA LONDONG PARE
S.Si.
WISNU SANTIKO AJI
S.M.
NOVALDO FERDINAN PANGESTU
S.Ak.
SELLY NATALIA BR TARIGAN
S.M.
GEDE AGUNG ARI LAKSMANA PUTRA
S.Ak.
DIAN GRACE WONDIWOI
S.Pd.
MEGA SAPUTRI
S.Si.
AGNESTASYA NIKEN AGISTHA
S.M.
MAYA CAROLINA
S.Ak.
SRIEL TONGO TONGO
S.Pd.
BERNIKE ROSE SIPAYUNG
S.Si.
RICARDO SABAR PAKPAHAN
S.M.
DOMINIC NAOMI JOVANKA
S.Ak.
YOHANES SEPTIAN SINAGA
S.Pd.
CINDY OKTAVI CICILIA
S.Si.
REVALDI DANIEL
S.M.
YUSUF YEHESKIEL PANE
S.Ak.
IRENE DAMAIAN KRISTIA MANALU
S.Pd.
ALBERT ABRILLIAN
S.Si.
WAYAN GIAN NITA PERTIWI
S.Pd.
REINHARD MANTANG TOLLA
S.M.
DONA MARSELINA
S.Ak.
MELISA RIZKY MAHARANI
S.Pd.
ALBRIAN BONI FASIO GINTING
S.M.
CATHERINE AMANDA LIE
S.Ak.
RAMA. E. DAMARYANAN
S.Pd.
WYNDA SEFINA S. KEMB
S.M.
VERONIKA SHERLINE NOVITASARI
S.Ak.
NIXON WIBAWA TOSADU
S.Pd.
TIOFANI YASIMAWARNI SARAGIH
S.Pd.
KEVIN RUPANG PAEMBONAN
S.M.
LIMFANNI POH CHIENG
S.Ak.
LUSIANA PUSPITA DEWI
S.Pd.
CHRISTIAN HOTMANGIRING NAINGGOLAN
S.M.
CANDRA ANDIKA DIWANTORO
S.Ak.
ERLITA ROSY EVANI
S.Pd.
ALFA CINO NAPITUPULU
S.M.
KIMBERLY EMMA SOSELISA
S.Ak.
GRISEL ENGLIN KAWENGIAN
S.Pd.
S.Ak.
AZHARIA BENA ALIFIA
S.Pd.
MARCELINA JEVAN WIDYO NATASHA
S.M.
JULIYET THERESA MARSELENA
Program Studi
Kedokteran DIO ARIESSANDI
S.Ked.
HENRICKA RILLIAM AGUSTLIANO TEWU
S.Ked.
kepada Selamat para
Wisudawan
Year of
2023
7
Unit Kegiatan Mahasiswa
8
VOL.17/ AGT 2023
Steven Raih Emas di Menpora Cup 2023
U
nit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Taekwondo Universitas Kristen Duta Wacana yang diwakili oleh Steven Michael Arbyanto kembali menorehkan prestasi dalam ajang Kejuaraan Taekwondo Kemenpora Cup 2023 yang diselenggarakan di Gedung Olah Raga Samapta Kota Magelang pada tanggal 3-5 Juli 2023. Steven yang menjadi Ketua Pelaksana UKM Taekwondo UKDW berhasil meraih 1 medali emas dalam kategori Poomsae Individual Putra. Steven mengatakan bahwa Kejuaraan Taekwondo Kemenpora Cup 2023 merupakan kejuaraan olah raga bela diri Taekwondo di tingkat nasional yang diselenggarakan diselenggarakan sebagai wahana kompetisi dalam upaya menghasilkan bibit unggul para atlet Taekwondo. “Saya merasa sangat bangga ketika kembali berhasil memperjuangkan medali emas. Kejuaraan ini merupakan kejuaraan yang cukup bergengsi karena cakupan tingkatannya ada di level nasional. Saya berharap UKDW semakin bangga dalam setiap perolehan yang berhasil kami raih di kejuaraan,” tutur Steven. Steven menambahkan hal ini membuktikan bahwa tim taekwondo UKDW memiliki semangat dan talenta yang tidak disia-siakan dengan terjun dalam setiap kejuaraan taekwondo pada berbagai tingkatan. “Pada kejuaraan yang lalu baik di tingkat daerah dan provinsi kami berhasil membawa pulang medali, kini kami membuktikan juga bisa berjaya di tingkat nasional. Semoga tim taekwondo UKDW tetap menjadi wadah untuk mencetak atlet-atlet terbaik dalam cabang olah raga bela diri ini,” imbuhnya. (UKM/SMA)
Foto:Dok./Pribadi
Tim Taekwondo UKDW Sabet 4 Medali di DIY Open 2023
E
mpat mahasiswa Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta yang tergabung dalam Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Taekwondo UKDW kembali berjaya dalam perolehan medali di ajang Kejuaraan Taekwondo DIY Open 2023 yang diselenggarakan pada hari Rabu, 25 Juli 2023 di Gedung Olah Raga Among Rogo. Keempat mahasiswa tersebut meraih 2 medali emas, 1 medali perak, dan 1 medali perunggu. Para peraih medali emas adalah David H. Panjaitan (Prodi Filsafat Keilahian) di kategori Kyourugi U80Kg Senior Putra dan Justin Beltzasar Alfin Reza (Prodi Managemen) pada Kyourugi U64kg Putra. Sementara itu Mei Linda Deny (Prodi Sistem Informasi) memperoleh medali perak di kelas Kyourugi U53kg Putri. Sedangkan Ronald Mesang Umbu Moto (Prodi Arsitektur) meraih medali perunggu dalam kategori Kyourugi U54kg Putra. Steven Michael Arbyanto selaku Ketua Pelaksana UKM Taekwondo UKDW mengatakan bahwa Kejuaraan Taekwondo DIY Open 2023 merupakan kejuaraan olah raga bela diri Taekwondo di tingkat provinsi yang diselenggarakan oleh LPDUK KEMENPORA dan Pengurus Daerah Taekwondo Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta (PENGDA TI DIY). “Saya merasa sangat bangga atas prestasi dari tim Taekwondo UKDW. Bahkan dalam kejuaraan ini ada di masa liburan yang seharusnya mereka rehat akan segala dinamika kampus, namun mereka memilih untuk tetap berjuang dalam prestasi. Itu berarti mental juara tetap ada pada tim taekwondo. Selain itu, Kami berharap semoga UKDW dapat semakin berbangga atas prestasi kami.,” tutur Steven. Tim taekwondo UKDW memiliki rasa haus akan prestasi yang besar untuk kembali bertanding dalam kejuaraan taekwondo selanjutnya. Semoga tim taekwondo UKDW menjadi wadah yang terus didukung dalam pergerakan kegiatan non-akademik untuk meraih prestasi yang semakin banyak kedepannya. (FTEO/SMA)
Foto:Dok./Pribadi
Pendidikan Bahasa Inggris VOL.17/ AGT 2023
Getting to Know Three Learning Theories: Behaviorism, Cognitivism, and Constructivism
L
earning is a naturally occurring change or amplification of behavior. Therefore, it is important to study learning theory to help learners know about the suitable learning model. There are several major learning theories in education. They include behaviorism, cognitive, constructivism, humanism, and connectivism. This article focuses on the three of them, namely behaviorism, cognitivism, and constructivism. Behaviorism is a form of linguistic purism, an approach that naturally forges new behaviors. This theory of learning focuses on observable behaviors and discounting any mental activity. In this theory, there are two learning methods called ‘conditioning’. The first one is ‘classical conditioning’ which involves the association of a neutral stimulus with a
stimulus that naturally triggers a certain response. The second one is ‘operant conditioning’ which focuses on how behaviors are influenced by the consequences that follow them and includes the use of reinforcement and punishment. Cognitivism focuses on how individuals learn and process new information. This theory places significant importance on the learning process itself. This theory involves a very complex thought process as it believes that perception and comprehension are tightly intertwined with the purpose of learning. According to Jean Piaget, learning process involves three key stages: assimilation, accommodation, and equilibration. These stages contribute to our understanding on how individuals integrate new knowledge into their existing
mental frameworks. Constructivism posits a connection between newly acquired information and previously existing information. In this case, learners combine these two types of information, resulting in the creation of new insights. According to Jean Piaget, there are different interpretations of the foundational concepts underpinning knowledge construction and comprehension within the constructivist theory. Constructivism enables learners to cultivate new knowledge, create new understanding and demonstrate new skills. Behaviorism learns about the changes in the behavior of the student which is naturally shaped or by the use of stimulus. The cognitive theory in learning is a relatively permanent change of mindset as a result of experience. The constructivism
emphazizes that learning occurs when new information goes inside and is added to the structure of knowledge, understanding and skill of already existing individuals. Different learning theories may serve distinct purposes and they are often interrelated with one another. These theories, including behaviorism, cognitivism, and constructivism, collectively contribute to our conception about learning processes. Through a comprehensive grasp of these learning theories, both teachers and students can not only gain a clearer understanding of the learning process itself but also prepare strategies that can effectively help them to achieve their learning goals. [tnr]
Learn to Teach like Finland
I
n December 2001, the OECD (Organization for Economic Cooperation and Development) published the results of their first international study known as PISA (Program for International Student Assessment) about the abilities of 15-year-olds related to reading, math, and scientific skills they acquired in and out of school. The results stunned all the world's eyes and focused on Finland. Finland is a small Nordic country that listed above 33 other OECD countries. The world is even more confused that these students' astonishing achievements are obtained from less varied schools, less influenced by family background, and only by studying in modest categories of schools. In this essay, I suggest three essential reasons of why we need to learn to teach like Finland. First, the schools are designed to be as inclusive as possible from various aspects. Schools provide education and development that is balanced, comprehensive, and student-oriented and lays a proper foundation for learning. The curriculum in Finnish schools provides equal portions for
all subjects, thus providing opportunities for all students to cultivate various aspects of their personality and talents. Private schools and competition between schools are non-existent in Finland, so all schools must be good schools regardless of where they are and whom they serve. They study in mixed classes no matter their abilities or socioeconomic status. This spirit of inclusivity has shaped the mindset of teachers and parents to believe that everyone can learn whatever they want as long as there is proper and sufficient support. Second, focusing on students' wellbeing, health, and happiness at school is one of the main goals of going to schools all over Finland. They develop permanent mechanisms for securing and improving those goals. The main objective is to ensure that a lack of health and well-being in the home does not hinder students' opportunities to be successful. Every school in Finland should establish a Student Welfare Team consisting of experts, teachers, and leaders who discuss issues of
primary concern and decide on solutions in the best possible way. It has required more funding, but it has created a substantial and broad base of educational equity in Finland. Third, educational leadership is at the middle level and must be in the hands of experienced and qualified educators. A school principal must have the quality to teach in the school he leads, fit to lead the people and teaching and learning organizations under him. The leadership hierarchy in Finnish schools is relatively flat; most principals also teach their students in addition to carrying out leadership duties, so they are still in direct contact with the classroom experience. Teachers are more receptive to input and talk about their problems when their leader is also teaching and facing a similar case. On the other hand, there is an opinion that Finland cannot be fully used as a reference for education. When explaining why something happens in a complicated social system, it always involves various
speculations and never be 100% certain. The local factor is the differentiator that makes the arguments for disagreement with adopting the education system in Finland quite strong. However, the educational system in Finland has proved successful. Finland achieved it through mechanisms from inside and outside the school that are mutually sustainable and holistic. In the end, those reasons convince us that the Finland teaching method deserves to adopt. An inclusive mechanism is a proper foundation. Then it is also strengthened by an orientation toward students' welfare, health, and happiness. From a hierarchical perspective, leadership at the middle level creates a healthier and more harmonious educational atmosphere among teachers. I am sure those are very humane and influence the education system. [enk]
AI Translation Project with Spf.io
S
ix English Language Education Department (ELED) students took part in an Artificial Intelligence (AI) translation project by Spf.io, a translation technology company based in Seattle, USA. In this project, the students were also collaborating with the Department of Informatics of UKDW. The project lasted from February to July 2023. Spf.io (pronounced spiffy-oh) offers allin-one software for real-time captioning and translation. The company's products and services help diverse communities including religious organizations, such as Christian churches, communicate effectively without having to deal with language barriers. The focus of this project was on training Spf.io's AI to adeptly translate text within the Christian discourse. To ensure that the AI can produce accurate and readable translations, the involvement of reviewers is crucial. This was the role undertaken by the English Language Education Department (ELED) students. The students reviewed sermon translations generated by AI, correcting any errors and making sure the translations were clear and natural. The project's impact on the students has been profound. It shattered preconceived notions about the ease of translation work, revealing its inherent challenges that
demand both integrity and diligent effort. Moreover, the project aligned with UKDW's values, rooted in “service to the world”. By enabling AI-driven translations of documents containing biblical terminology, the students' efforts contribute to making religious content accessible to people around the world through Spf.io's platform. Beyond the linguistic aspect, the project instilled professionalism and imparted essential skills in the working world. The correlation between the project's benefits and the department's objective to prepare students for teaching English for Specific Purposes (ESP) became evident. The project predominantly dealt with biblical vocabulary, which lies beyond the scope of general English. In this project, the students also received training in labeling text based on its genres. Reflecting on the journey, the ELED students found the experience to be enriching and rewarding. Grateful for the opportunity, they embraced the challenges and lessons that came their way, emerging from the project with newfound knowledge and skills. [chi]
sumber: www.sff.io
9
Pusat Pelatihan Bahasa
10
VOL.17/ AGT 2023
Mengenal Tari Tradisional Benuaq - Tunjung: Gantar dan Ngerangkau
A
pakah kalian pernah menonton salah satu Sepertinya tidak berlebihan bila kita mengatakan bahwa masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat tradisional atau nenek moyang kita, memiliki jiwa seni yang sangat tinggi. Hampir bisa dipastikan setiap suku yang menghuni Nusantara memiliki kekayaan budaya berwujud seni tari. Seni tari dalam kehidupan setiap suku bukan hanya sekedar alat untuk bersosialisasi atau hiburan tetapi juga menempati tempat yang cukup bermakna dalam ritual kepercayaan adat. Tidak berbeda dengan daerah lain di Indonesia, kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur memiliki kekayaan tradisinya tersendiri dalam bentuk seni tari yang umum disebut seni tari Benuaq-Tunjung, yaitu Gantar dan Ngerangkau. Benuaq-Tunjung adalah 2 sub-suku Dayak yang berbagi adat istiadat yang sama tetapi memiliki bahasa yang berbeda. Orang Benuaq mayoritas tinggal di sepanjang sungai Kedang Pahu sedangkan orang Tunjung awalnya bermukim di sepanjang dataran tinggi Tunjung. Karena daerah tinggal ini, mayoritas orang Benuaq mencari nafkah dengan menangkap ikan dan bercocok tanam sedangkan orang Tunjung lebih ke bercocok tanam. Menurut beberapa sumber, kedua anak suku ini berasal dari Dayak Lewangan, Kalimantan Tengah. Data ini didukung oleh penggunaan bahasa Lewangan dalam upacara-upacara adat seperti Belian (penyembuhan orang sakit) dan Kuangkai (upacara kematian). Demikian pula dengan seni tari yang awalnya merupakan bagian dari ritual namun perlahan-lahan mulai bergeser menjadi bagian dari seni pertunjukkan. Gantar Tarian ini adalah tarian yang paling banyak dikenal orang. Sekilas tarian ini mirip dengan tari Giring-Giring yang berasal dari Kalimantan Tengah, bisa jadi karena menurut sejarah suku Dayak Benuaq-Tunjung berasal dari suku Dayak
foto:dok./Youtube
Lewangan yang bermukim di Kalimantan Tengah. Hal ini juga ditunjukkan dengan penggunaan bahasa Lewangan dalam upacaraupacara adat seperti Belietn/pengobatan dan upacara kematian. Menurut cerita almarhum Nyimpun HS (salah satu tokoh pelestari budaya Benuaq-Tunjung asal Muara Bomboy, Kutai Barat), Gantar berarti perisai. Pada jaman dahulu tari Gantar ditarikan oleh para penduduk kampung saat menyambut prajurit yang baru pulang dari medan perang. Tujuannya adalah untuk mengucap syukur atas perlindungan Yang Maha Kuasa bagi prajurit sekaligus juga untuk memohon agar para prajurit tersebut dibebaskan dari sifat - sifat sadis, beringas dan kejam (roh jahat) sebelum mereka memasuki perkampungan. Oleh sebab itu pada awalnya perlengkapan yang dipakai untuk menari adalah tombak dan perisai. Musik yang
foto:dok./Youtube
dipergunakan adalah musik bersifat heroik Buntakng yang dipercaya dapat mengiringi rohroh kembali ke alamnya. Tarian ini ditarikan oleh seluruh penghuni kampung yang berpakaian perlente. Sejak masa pemerintahan Sultan Kutai, tarian ini menjadi tarian penyambutan dimana penggunaan tombak dan perisai digantikan oleh tongkat dan bambu yang berisi biji-bijian sehingga akan berbunyi saat digerakkan. Para penari berjumlah genap karena ini acara gembira. Tarian ini ditarikan oleh minimal 4 orang yang memakai pakaian adat seperti ulap besarut / tumpar / ulap doyo / sapai jomok dan diiringi oleh musik yang lebih lembut dan bervariasi. Dalam beberapa pertunjukan Gantar terdapat juga seremonial pengolesan tepung tawar yang merupakan inkulturasi budaya Kutai dan bertujuan untuk menolak bala.
Ngerangkau Tarian ini merupakan tarian sakral karena dilaksanakan pada saat upacara adat kematian Kenyau dan Kuangkai. Menurut Tirih HS (pelestari dan pemerhati budaya BenuaqTunjung asal Muara Bomboy, Kutai Barat), Ngerangkau merupakan tarian Liau (arwah jasmani) dan Kelelungan (roh kehidupan abadi) yang bersukacita karena anak keturunannya membalas budi mereka semasa hidup. Salah satu simbol yang menunjukkan balas budi adalah saat para penari laki-laki menggendong tengkorak dan tulang-tulang dari para leluhur sambil menari mengelilingi Selimat (kotak berukiran yang berisikan tulang belulang arwah yang di Kuangkai/Kenyau). Ngerangkau dapat ditarikan oleh laki-laki maupun perempuan secara bergantian. Jumlah penari Ngerangkau harus berangka ganjil, paling sedikit 7 atau kelipatan 7. Mereka menari diiringi musik Domek mengelilingi Selimat sebanyak 7 putaran. Para penari laki - laki menggunakan angkangkaoq (kain putih tanpa lengan) dan yang perempuan menggunakan kebaya putih dan ulap hitam polos yang menggambarkan bahwa mereka sedang berdukacita. Akan tetapi sekarang ada sedikit pergeseran dimana pakaian yang dipergunakan tergantung pada permintaan si pembuat acara. Adapula hiasan kepala yang digunakan oleh 2 penari terdepan disebut beyoyakng dan tempayakng bumukng. Berdasarkan cerita/legenda, gerakan tarian dari Ngerangkau ini berasal dari gerakan para Liau dan Kelelungan yang dilihat oleh Kilip saat dia berusaha untuk menyempurnakan hidup Datu nya yang sudah meninggal di gunung Lumut (dunia arwah dalam kepercayaan Benuaq - Tunjung). [tia hendio]
Menjelajah Bersama Alon Mlampah
foto:dok./Youtube
Y
ogyakarta sebagai kota budaya seakan tiada habisnya menawarkan cerita di setiap sudut kotanya. Dari cerita tentang situs-situs bersejarah yang menjadi tujuan wisata, ragam kuliner eksotis yang menarik minat orang untuk bernostalgia, hingga keramahan penduduk, dan lanskap arsitektur gedung-gedung yang menorehkan cerita tentang kota Yogyakarta di masa lalu. Dengan kemajuan teknologi, kita bisa dengan mudah mencari segala informasi tentang kota ini dari gawai kita. Informasi tersaji dalam bentuk literatur tertulis ataupun media audio visual didapat dengan sekali klik saja. Baik berita yang berasal dari akun resmi dinas terkait maupun cerita content creator personal, tersaji dari berbagai sudut pandang cerita. Namun, jika teman-teman ingin merasakan sensasi langsung menjelajah sudut-sudut menarik di kota ini dengan berjalan kaki, mungkin bergabung ‘blusukan’ dengan Alon Mlampah bisa menjadi jawabannya. Alon Mlampah adalah salah satu komunitas jalan-jalan (walking tour) akhir pekan berbasis sosial media yang menawarkan teman berjalan sekaligus teman bercerita tentang tempat yang dikunjungi. Di kota Yogyakarta sendiri sebetulnya ada beberapa komunitas jalan-jalan sejenis dengan kekhasan masing-masing. Alon Mlampah menjadi spesial karena peserta tidak hanya mendapatkan teman berjalan, tapi juga informasi faktual mengenai sejarah, arsitektur, pengalaman interaksi langsung, dan diskusi hangat mengenai tempat yang dieksplorasi. Sejak dimulai satu tahun lalu, tepatnya 1 Juli
foto:dok./Youtube
2022 ketika akun Instagram @alonmlampah pertama dibuat, animo peserta untuk mengikuti tur Jalan Bersama Alon Mlampah sungguh luar biasa. Selain selalu full peserta, admin hanya memerlukan waktu kurang dari 30 menit sebelum menutup tautan pendaftaran mereka. Alon Mlampah digagas oleh Tikya and Munadi, dua sosok yang sama-sama memiliki keresahan tentang minimnya aktifitas eksplorasi sejarah, budaya dan seni yang diperuntukkan bagi orangorang awam yang sekedar ingin tahu tentang sudut-sudut menarik di kota Yogyakarta dan sekitarnya. Sebagai lulusan Pariwisata, Munadi merasa bahwa kegiatan ini akan sejalan dengan identitas Yogyakarta sebagai kota tujuan wisata. Alon Mlampah sendiri berasal dari Bahasa Jawa yang berarti berjalan secara perlahan. Sesuai dengan tagline mereka untuk berjalan sambil bercerita dari “lihat, dengar dan rasa”, agendaagenda di Alon Mlampah pun disegmentasi berdasarkan ketertarikan peserta dan agar bisa memenuhi harapan di tagline mereka. “Jalan Cerita” menawarkan jalan kaki blusukan bersama sekaligus bertukar cerita antar peserta tentang tempat yang mereka kunjungi. Seperti ketika Alon Mlampah jalan bersama ke area Kauman yang terkenal dengan keunikan arsitektur dan lingkungannya, ke Kampung Kota Prawirotaman yang lebih dikenal sebagai kampung bule padahal banyak cerita sejarah yang bisa memberikan warna pada kota Yogyakarta, dan juga di jalan bercerita menyusuri dalam Tembok Beteng (Njeron Beteng) yang kehidupannya terkesan eksklusif. Sembari berjalan, peserta diperbolehkan untuk
berbagi informasi apapun tentang tempat tersebut. Latar belakang Tikya sebagai lulusan Arsitektur yang tumbuh besar di Yogyakarta sangat berperan dalam menginisiasi diskusi yang ada. Tikya bahkan menyampaikan, ada beberapa mahasiswa jurusan Arsitektur dari berbagai universitas di Yogyakarta yang mendapat ilham baru, baik untuk tugas kuliah maupun skripsi mereka. Selain “Jalan Cerita”, kegiatan lain bertajuk “Berkunjung” menawarkan pengalaman berkunjung dan mendengarkan cerita langsung mengenai sebuah tempat dari sudut pandang pemilik/pengelola. Seperti misalnya saat Alon Mlampah berkunjung ke Pabrik Cerutu Tarumartani dan Pabrik Tegel Kunci. Peserta diajak untuk mendengarkan cerita di balik perjalanan kedua perusahaan lokal kebanggaan kota Yogyakarta itu, sekaligus diajak untuk melihat langsung proses produksinya. Lain waktu Alon Mlampah mengajak peserta berkunjung ke tempat yang memiliki nilai historis luar biasa seperti Pabrik Gula Madukismo dan Museum Dr. Yap Prawirohusodo. Alon Mlampah ingin mengajak siapa saja yang tertarik untuk mengenal tempat-tempat tersebut namun tidak memiliki akses untuk masuk kesana karena terkendala ijin dan sebagainya. Selain itu ada pula “Jalan Suka-Suka” yang menawarkan jalan santai bersama yang kadang bisa diselingi icip-icip kuliner lokal atau menikmati pameran seni yang kebetulan sedang diselenggarakan di art gallery yang dilewati. Lokasi padat penduduk seperti area Kali Code, Jogoyudan, Klitren, dan yang lainnya dipilih untuk menghadirkan pengalaman nyata bagi peserta untuk mengenal Yogyakarta secara apa adanya. Peserta dibebaskan untuk menikmati perjalanan sembari mengamati hal di sekitarnya. Tur ini sangat cocok untuk teman-teman mahasiswa baru yang datang dari luar Yogyakarta dan ingin melihat Yogyakarta dari dekat sekaligus berinteraksi dengan penduduk lokal di sana. Di “Berjalan Menepi” teman-teman akan diajak untuk menjelajah alam bersama-sama jauh dari hiruk pikuk kota dan padatnya perkampungan di Yogyakarta. Tur ini bisa menjadi semacam healing time untuk temanteman yang sehari-hari lelah dan penat karena pekerjaan. Selain mendapatkan teman per-
jalanan yang baru, kita juga diajak untuk merefleksikan kembali kepekaan kelima indera kita saat berjalan ditemani keindahan alam. Penulis berkesempatan mengikuti tur “Berkunjung” Alon Mlampah pada hari Minggu, tanggal 30 Juli 2023 di Museum Dr. Yap. Museum ini terletak di dalam bangunan Rumah Sakit Mata Dr. Yap Prawirohusodo yang tak jauh letaknya dari kampus UKDW dan dibuka gratis untuk umum setiap hari kerja. Pengalaman pertama penulis ‘Berkunjung” bersama Alon Mlampah sungguh luar biasa. Selain diajak untuk melihat langsung barang-barang inventaris museum yang masih terawat dengan baik, penulis juga diajak untuk mengenal sosok Dr. Yap Hong Tjoen dari penjelasan Alon Mlampah dan penanggung jawab museum. Diawali dengan penjelasan lengkap tentang sejarah berdirinya Rumah Sakit Mata Dr. Yap di era penjajahan, peserta seakan disadarkan kembali bahwa perjuangan untuk mendapatkan kemerdekaan itu tidak mudah. Dr. Yap Hong Tjoen, sosok inspiratif pendiri rumah sakit ini, memiliki cita-cita luhur untuk membebaskan rakyat Indonesia dari penyakit mata, dan perjuangannya masih diteruskan hingga kini 100 tahun Rumah Sakit Mata Dr. Yap berdiri. Rombongan lalu diajak berjalan berkeliling untuk mengenal arsitektur bangunan rumah sakit yang masih kental bergaya indische dengan lahan vegetasi hijau yang dipercaya berguna untuk membantu pemulihan pasien. Kemudian rombongan diberi kesempatan untuk melihat ragam alat kesehatan yang pernah digunakan oleh Dr. Yap untuk menyembuhkan pasien. Parade alat-alat yang teknologinya sudah melampui masanya. Keteguhan hati seorang Dr. Yap untuk membantu orang-orang disekitarnya tanpa memandang ras, agama dan harta benda. Bahkan beberapa barang pribadi keluarga Dr. Yap juga dipamerkan di museum ini, termasuk koleksi lukisan, porselen dan mebel dari kediaman pribadi beliau untuk diserahkan ke pengelola. Sungguh pengalaman yang membuka mata. Seperti kata Alon Mlampah, ada kalanya kita perlu berjalan perlahan untuk melihat, mendengar dan merasakan hal-hal yang terjadi di sekitar kita secara lebih seksama. [agnes yudita]
Campus Ministry VOL.17/ AGT 2023
Menilik Hubungan Ekumenisme & Ekologi
W
arga UKDW yang terkasih, dalam beberapa dekade terakhir, dunia telah menyaksikan peningkatan kesadaran akan kebutuhan mendesak akan kelestarian lingkungan. Bersamaan dengan itu, telah tumbuh gerakan menuju persatuan Kristen, yang dikenal sebagai ekumenisme. Sementara kedua gerakan ini mungkin tampak berbeda pada pandangan pertama, pemeriksaan lebih dekat mengungkapkan hubungan yang mendalam di antara keduanya. Tulisan singkat ini akan mempelajari implikasi historis, teologis, dan praktis dari integrasi ekumenisme dan ekologi. Gerakan ekumenis, yang muncul pada awal abad ke-20 berupaya mempromosikan persatuan di antara denominasi Kristen. Fokus utamanya adalah menjembatani perbedaan teologis yang telah lama memisahkan berbagai cabang kekristenan. Bersamaan dengan itu, gerakan ekologis mulai mendapatkan momentumnya, didorong oleh kekhawatiran akan degradasi lingkungan dan menipisnya sumber daya alam. Kedua gerakan ini bertemu di paruh kedua abad ke-20, karena masalah lingkungan semakin menjadi perhatian bersama di antara denominasi Kristen yang berbeda. Pengakuan bahwa bumi adalah rumah bersama, yang dipercayakan oleh Tuhan kepada umat manusia, membawa kesadaran bahwa merawat lingkungan merupakan aspek penting dari pemuridan Kristiani. Konvergensi ini memunculkan konsep "ekumenisme ekologis", yang menekankan keterkaitan semua ciptaan dan perlunya tindakan kolektif untuk mengatasi tantangan lingkungan. Integrasi ekumenisme dan ekologi didasarkan pada prinsip-prinsip teologis yang menekankan tanggung jawab umat manusia untuk merawat bumi. Ajaran Alkitab tentang penatalayanan menyoroti pentingnya melestarikan dan memelihara alam. Dalam Kejadian, Tuhan mempercayakan manusia dengan tugas merawat bumi dan makhluk-makhluknya, menggarisbawahi gagasan bahwa lingkungan bukan hanya sumber daya yang harus dieksploitasi tetapi hadiah suci untuk dihargai. Selanjutnya, konsep keterkaitan ciptaan menggarisbawahi perlunya persatuan dan kolaborasi dalam mengatasi masalah lingkungan. Metafora Rasul Paulus tentang gereja sebagai tubuh Kristus menyoroti keterkaitan dan saling ketergantungan
para anggotanya. Demikian pula, gerakan ekologi menekankan keterkaitan semua makhluk hidup dan pengakuan bahwa kesejahteraan seseorang terkait erat dengan kesejahteraan semua. Denominasi Kristen yang berbeda telah memasukkan kepedulian lingkungan ke dalam kerangka teologis mereka. Misalnya, Gereja Katolik Roma, di bawah Paus Fransiskus, telah menekankan perlunya pertobatan ekologis dan telah menerbitkan ensiklik "Laudato Si'", yang menyerukan ekologi integral yang mencakup kesejahteraan manusia dan lingkungan. Demikian pula, denominasi Protestan telah menganut konsep pemeliharaan ciptaan, mengakui perlunya pengelolaan lingkungan sebagai ekspresi iman mereka. Integrasi ekumenisme dan ekologi memiliki implikasi praktis yang melampaui wacana teologis. Dalam beberapa tahun terakhir, ada banyak contoh upaya kolaboratif antara komunitas agama yang berbeda untuk mengatasi masalah lingkungan. Inisiatif lintas agama, seperti organisasi GreenFaith, menyatukan orang-orang dari berbagai latar belakang agama untuk mengadvokasi praktik berkelanjutan dan keadilan lingkungan. Selain itu, integrasi ekumenisme dan ekologi dapat mengarah pada advokasi kebijakan lingkungan yang lebih efektif, seperti contohnya di Negeri Belanda di mana ada sertifikasi Green Mosque atau Green Church yang diberikan kepada rumah-rumah ibadah yang secara sadar, terencana, terukur dan berkesinambungan dapat menunjukkan bukti sumbangsih ekologis mereka dalam bentuk penurunan kadar emisi CO2 secara progresif dan signifikan. Dari Indonesia, tentunya ada banyak contoh tindakan baik yang mengerucut pada pemaknaan konkret dari integrasi antara ekumenisme dan ekologi. Namun dalam tulisan ini akan ditampilkan satu contoh sumbangsih ekumenisme ekologis dari Provinsi Nusa Tenggara Timur. Contoh ini menampilkan inisiatif lintas tradisi Kristiani (Katolik dan Protestan) yang telah dilakukan di tahun 20212022 yang lalu. Inisiatif ini dimulai dari kaum muda yang gelisah akan situasi kehidupan dua tradisi Kristiani ini yang sehari-harinya tidak saling sentuh, tidak saling senggol, tidak saling langgar batas-batas, tidak saling kunjung, tidak
saling sapa, tidak saling dengar, dan tidak saling ganggu. Walau saling berdampingan, dan seakan-akan akrab, namun pada hakikatnya mereka tidak saling berkomunikasi, apalagi saling rangkul dan saling cium (baca: berkolaborasi secara intim). Hal-hal tersebut di atas memicu sebuah semangat ekumenisme dalam diri kaum muda NTT yang berusaha memberikan makna baru akan ekumenisme dan memberikan bentuk otentik dari sebuah sinergi dari umat gerejagereja yang ada di NTT. Sinergi tentunya menggarisbawahi integrasi yang betul-betul dihayati secara sederhana dalam hidup seharihari. Kaum muda NTT yang dimotori oleh Komunitas Ekumenis Solidaritas Misericordia, di mana anggota mereka berasal baik dari gereja Protestan dan gereja Katolik, bertemu tiap bulannya secara online dan offline dan memperbincangkan firman Tuhan dari sudut pandang tema-tema ekumenis. Sharing pengalaman spiritual ini juga mengkritisi pemahaman tidak tertulis yang melanggengkan apa yang umumnya disebut di NTT sebagai ‘Teologi Kontrak’ warisan dari zaman kolonial Belanda dan Portugis. Perlu dijelaskan bahwa ‘Teologi Kontrak’ di sini adalah spiritualitas kekristenan yang dibangun di NTT dan merupakan spiritualitas warisan penjajah, sebuah spiritualitas yang ingin menang dan menindas yang lain dengan merasa diri paling benar. Komunitas Solidaritas Misericordia berjuang tanpa lelah untuk memberikan makna baru dari ekumenisme dengan mendasarkan pemahaman teologis mereka pada keyakinan iman bahwa di dasar dua tradisi kekristenan ini dapat ditemukan kehadiran Kristus yang menjiwai kedua tradisi ini dan menjadi unsur pemersatu yang paling utama. Oleh karena itu panggilan dari umat Kristiani adalah ‘membawa keluar’ pesan Injil ini dan bersaksi ke seluruh dunia. Kesaksian bersama ini mengambil bentuk dalam seremonial ibadah, di mana pada tahun 2021 pernah diadakan sebuah ibadah ekumenis dalam memperingati Hari Reformasi tanggal 31 Oktober 2021 di salah satu gereja GMIT di Kupang. Sebagai Pembawa Firman dalam ibadah tersebut adalah salah seorang Pastor dari paroki Gereja Katolik setempat. Hal ini bukan
berarti acara ini berlangsung tanpa hambatan. Tentunya hanya dengan kesatuan hati, kesabaran dan ketulusan hati bersama dari para inisiatornya, acara ini bisa berlangsung dengan baik. Langkah selanjutnya mereka bergerak untuk menemukan bentuk konkret dari ekumenisme yang langsung bersinggungan dengan panggilan umat Kristen terhadap alam semesta. Oleh karena itu pada bulan Januari 2022 mereka kembali menggandeng sebuah jemaat Gereja GMIT & umat paroki Gereja Katolik untuk menanam 1.000 bibit pohon pada lahan konservasi secara bersama-sama. Kegiatan ini dilakukan dalam rangka acara Pekan Doa Sedunia 2022. Pendekatan praktis terhadap ekumenisme ini lebih berfokus pada tindakan konkret daripada perbedaan doktrinal kita. Menurut kami, hal ini merupakan contoh perkawinan antara ekumenisme dan ekologi yang bisa diteladani dan dikembangkan di daerah-daerah lain. Di Jogja sendiri, terdapat jejaring pemerhati ‘Doa dengan Nyanyian dari Taizé’ (DNTZ) yang tersebar di Universitasuniversitas, gereja, paroki dan komunitaskomunitas biara di segala penjuru Jogja. Di bulan September yang akan datang Jejaring DNTZ Jogja memiliki niat untuk menanam 100 bibit pohon di Bantul dengan mengundang partisipasi dari umat Gereja Katolik Paroki St. Yakobus, Klodran, Bantul dan dengan salah satu jemaat Gereja Kristen Jawa di Bantul. Diharapkan dengan pemaknaan ekumenisme yang tertanam dalam bumi Indonesia, akarakarnya bisa menemukan sumber-sumber makanan dan nutrisinya dari jati diri terdalam bangsa Indonesia yang toleran, inklusif, welcoming, mampu menghargai, mampu menerapkan gandeng-gendong (saling menuntun-saling mendukung). Pohon-pohon yang ditanam nantinya diharapkan tumbuh subur dan dapat memberikan kerindangan, kenyamanan, udara segar, dan ruang nyaman bagi siapapun untuk berhenti sejenak, meminum air sejuk, menghirup udara segar, dan melanjutkan peziarahan menuju tujuan kehidupannya masing-masing. [AdhamCampus Ministry UKDW]
Awas, Jangan FOMO!
F
OMO! Tentu kata ini sudah tidak asing bagi kita. Bahkan, tidak jarang kita menggunakan kata ini dalam percakapan. Tapi, apa sih arti sebenarnya dari kata-kata ini? Bagaimana kata ini kita tempatkan maknanya dalam kehidupan kita? FOMO atau Fear of Missing Out (Ind: “takut hilang kesempatan”) adalah kondisi di mana kita merasa cemas bahkan takut ketinggalan berita atau telat ikut tren-tren yang sedang hype. FOMO sering dialami oleh para pemuda generasi Z (Gen Z, mereka yang lahir di kisaran tahun 1995-2015) ataupun generasi milenial akhir (lahir sekitar 1990-1995). Ini bisa terjadi karena pemuda dan pemudi di usia tersebut termasuk dalam golongan digital native atau mereka yang terbiasa dan hidup terpapar internet dan arus informasi yang cepat. Akibat arus informasi yang cepat dan lebih luas, orang-orang menjadi terbiasa untuk mengkonsumsi informasi tanpa batas. Di satu sisi, ini positif karena mempermudah komunikasi. Tapi di sisi lain, timbul ketakutan jika kita gagal untuk masuk di dalam arus tersebut. Ketakutan itulah yang disebut sebagai FOMO. Akan tetapi, FOMO bukan hanya bisa menjangkiti gen Z dan milenial. Faktanya, generasi-generasi sebelumnya pun bisa menjadi FOMO. Lalu, apa saja ciri-ciri dari FOMO?
Selalu ingin tahu kehidupan orang lain secara berlebihan Karena perasaan tidak ingin ketinggalan berita, akhirnya kita pun tidak lagi memilih-milih berita untuk kita dengar dan tidak lagi memperhatikan porsinya. Apa yang seharusnya menjadi urusan personal, seakan perlu menjadi konsumsi kita. Kita tidak lagi mencari tahu dan mengenal seseorang secara sehat, tapi malah sibuk mengurusi hidup orang lain. Mengeluarkan uang melebihi kemampuan untuk menunjang gaya hidup berlebih Karena tidak ingin tertinggal dari setiap update, orang-orang yang terjangkit FOMO jadi memiliki kesulitan dalam mengelola keuangan. Dana yang seharusnya dipakai untuk menunjang kebutuhan-kebutuhan dasar dan penting, jadi habis untuk menunjang gaya hidup yang bukan kebutuhan primer. Misalnya saja, sering kita mendengar anak-anak sekolah atau mahasiswa menghabiskan uang yang diberikan untuk membayar SPP atau UKT, menjadi untuk membeli gadget keluaran terbaru. Ini, adalah salah satu efek buruk FOMO.
Selalu mengecek gadget Perasaan takut kehilangan kabar dan berita membuat kita tidak bisa lepas dari memperhatikan gadget. Pagi, siang, sore, malam, rasanya selalu kurang tanpa membuka handphone dan lihat berita baru. Ini, jadi salah satu ciri-ciri FOMO.
Menjadi Yes Man Sulit menolak ajakan teman? Seringkali kesulitan dan merasa dilematis jika teman meminta ikut padahal ada urusan lain yang seharusnya kamu kerjakan? Bisa saja kamu juga terjangkit FOMO. Perasaan ingin selalu update dan tidak mau ketinggalan, kita sulit menolak untuk ikut kegiatan atau acara-acara yang kadangkala mengorbankan waktu dan tenaga kita. Padahal, waktu dan tenaga itu terbatas.
Lebih peduli dengan kehidupan dunia maya daripada dunia nyata Masih berhubungan dengan poin sebelumnya, karena kita terlalu sering menghabiskan waktu memperhatikan gadget, akhirnya kita lupa pada kehidupan di sekitar. Kita lebih sibuk mencari berita di sosial media, daripada bersosialisasi dengan orang-orang yang kita temui. Kita larut dalam kehidupan dunia maya daripada kehidupan nyata itu sendiri.
Lalu, apa yang perlu kita lakukan agar terhindar dari perasaan FOMO? Kebalikan dari FOMO, ada perasaan JOMO (Joy of Missing Out). Mengembangkan perasaan JOMO bukan hanya penting sebagai cara untuk menghindari FOMO, tapi juga jadi tujuan akhir agar lepas dari FOMO. Dalam artikel pojok pastoral selanjutnya, kita akan mengulik cara bagaimana kita lepas dari FOMO dan menjadi orang yang JOMO. [Moshe] foto:Google Image
11
12
Office of International Affairs
VOL.17/ AGT 2023
2023 Summer Camp “Visual Ethnography” A Journey to Celebrate Culture, Religious Life, and Nature
foto:dok./Biro 4
U
niversitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta in collaboration with Universitas Dhyana Pura (UNDHIRA) Bali conducted the 2023 Summer Camp “Visual Ethnography” from July 17 to August 25, 2023. This program was attended by 17 participants from Indonesia, Philippines, Japan, and Germany. According to the Director of the Office of Partnerships and
Public Relations of UKDW, Dr. phil. Lucia Dwi Krisnawati, this program is conducted with a blended learning method. In the online session, participants learned asynchronously through lecture videos, engaged in focus group discussion (FGD), and presented their group projects. Meanwhile, the onsite session has enabled them to observe the culture and experience the life of people in Bali and Yogyakarta.
Resensi Buku
Resensi Buku: Pulang
K
foto:dok./Biro 4
“Sebuah kisah tentang perjalanan pulang. Melalui pertarungan demi pertarungan. Kesedihan demi kesedihan. Untuk memeluk erat semua kebencian dan rasa sakit. Untuk membuka rahasia masa lalu. Pun menatap masa depan. Pulang”
Participants were grouped to work on a project assignment and each group could choose a theme from these following themes: local wisdom-based natural conservation, local wisdom-based farming, Balinese and Yogyakarta culture, traditional market, religious life, and community-based tourism. “With the guidance of their supervisor, the groups were free to choose a topic for
their project. Students who participated in this program can observe the customs and share about the different way of life of the people. They can also learn the implementation of visual ethnography in modern life through the lecture materials given before,” she said. In Yogyakarta, participants visited various places including Ganjuran Church where they learn about inculturation of religions and culture, followed by activities related to local wisdom-based natural conservation in Samas Beach with reISPIRASI community, where they also got the chance planting associative mangrove and releasing baby sea turtle. Participants also learned and joined a workshop about videography in Kampoeng Media as well as the series of activities in Purbayan Tourism Village - Kotagede, Recycled Fashioned in UKDW, Urban Farming in Bausasran, Sultan Palace of Yogyakarta, Prambanan Temple, and Plaosan Temple. One of the participants, Ralph B. Original from Philippine Normal University Mindanao expressed his thoughts on joining this program. “Joining Summer Camp “Visual Ethnography” is a precious experience for me. I can see the diverse culture in Indonesia. I gain new insights from this program that I can share with my friends when I come back to the Philippines. I especially observe the interreligious aspect in Ganjuran Church, where we can find the acculturation between Javanese culture, Budhist influence and Catholicism. I see that even though people embrace different religions, there are things that unite us. There is always beauty when we work together despite our differences,” he said. [drr]
isah kehidupan seperti perjalanan pulang. Novel Pulang karya Tere Liye adalah sebuah perahu kehidupan seorang remaja yang melalui pertarungan demi pertarungan. Panggil saja namanya Bujang, seorang remaja yang seperti mengalami mimpi di siang bolong, secara instan kehidupannya berubah seratus delapan puluh derajat. Dari seorang bocah dusun Talang menjadi penguasa dunia kegelapan. Cukup ucapkan namanya tiga kali, maka seluruh pertahanan di ibu kota akan gentar dan gemetar. Mengambil latar sebuah desa terpencil di Bukit Tinggi, Tere mengajak para pembaca untuk menyelami keseharian Bujang, sang tokoh utama. Berawal dari kondisi desanya yang menjadi tidak mungkin ditinggali, petualangan kehidupan Bujang dimulai dari perkenalannya dengan Tauke Muda, sosok pribadi yang keras, pimpinan keluarga Tong yang memiliki banyak bawahan. Perkenalan ini membawa Bujang masuk ke dalam kegiatan shadow economy atau biasa disebut usaha gelap/ilegal. Tidak sesederhana kelihatannya, pencapaian Bujang menjadi seseorang yang disegani, melewati banyak peristiwa yang menyedihkan dan membutuhkan perjuangan. Diawali dengan ‘paksaan’ Tauke agar Bujang mengenyam pendidikan dari Frans seorang pengajar dari Amerika. Paksaan ini berakhir dengan kesepakatan perjanjian antar Tauke dan Bujang. Perjanjiannya cukup sederhana, jika dalam
waktu 60 menit Bujang bisa bertahan dari semua serangan para jagal maka Bujang akan bebas dari sekolah, namun jika ia kalah maka Bujang wajib mengikuti semua kemauan Tauke Besar tanpa ada kompromi. Dan seperti prediksi Tauke, Bujang tidak mampu bertahan dari serangan para jagal dan dia harus bersekolah. Dengan kecerdasannya, saat akan melanjutkan ke jenjang perkuliahan banyak kampus luar negeri yang memberikan jalur undangan kepada Bujang. Dan Bujang bangga atas pencapaiannya. Di tengah kesukacitaan yang dirasa Bujang, Tere kembali memainkan perasaan pembaca dengan momen kepedihan dan ketakutan Bujang ketika ia harus kehilangan kedua orang tuanya, tanpa sempat mengucapkan kata perpisahan. Selain itu Bujang juga harus mengalami banyak pertempuran dan pengkhianatan yang menyakitkan. Melalui peristiwa demi peristiwa yang dialami Bujang, novel ini dapat mengajarkan kepada pembaca tentang bagaimana caranya bangkit dari keterpurukan. Bujang, yang di akhir cerita digambarkan sebagai pemuda berpendidikan penerus bisnis gelap keluarga Tong, menunjukkan bagaimana caranya melanjutkan hidup dengan cara yang lebih baik. Bujang masih tetap dengan impiannya menjadi seorang tukang jagal, namun bedanya ia menangani urusan yang membutuhkan kekuatan otak bukan hanya otot. Mengingat apa yang dikatakan Emak Bujang kepada Bujang “Mamak tahu kau
akan jadi apa di kota sana, tapi apapun yang akan kau lakukan di sana, berjanjilah Bujang, kau tidak akan makan daging babi, daging anjing. Kau akan menjaga perutmu dari makanan haram dan kotor. Kau juga tidak akan menyetuh tuak, segala minuman haram. Berjanjilah kau akan menjaga perutmu dari semua itu, Bujang. Agar besok lusa, jika hitam seluruh hidupmu, hitam seluruh hatimu, kau tetap punya satu titik putih, dan semoga itu berguna, memanggilmu pulang.”, novel ini juga mengingatkan pembaca untuk menjalani hidup dengan cara pandang yang berbeda, untuk bisa mengambil pilihan yang baik bagi semua orang, dan untuk memaknai setiap waktu yang ada. Kelebihan Novel ditulis menggunakan bahasa sehari–hari sehingga memudahkan pembaca untuk memahami alur cerita. Walaupun termasuk cerita fiksi, namun penyampaian alur cerita terasa sangat familiar dan terasa dekat dengan kehidupan. Kekurangan Akhir cerita yang dirasa sedikit tidak sesuai dengan harapan, karena sang tokoh utama (Bujang) tidak diceritakan dengan jelas memilih menjalani kehidupan yang seperti apa setelah semua hal yang terjadi dalam hidupnya. [Icha Patricia N]
Identitas Buku:
Judul Buku: Pulang
Penulis: Tere Liye
Penerbit: Sabak Grip Nusantara
TahunTerbit: 2015
Tebal: 359 halaman