UKDW Yogyakarta
15
@UKDWJOGJA @ukdwyogyakarta
10
UKDW Yogyakarta
Alamat Redaksi: Kantor Biro IV UKDW Gedung Hagios Lantai 1 Jl. dr. Wahidin Sudirohusodo 5-25, D.I Yogyakarta Koran Kampus UKDW
OKT 2021
korankampus@staff.ukdw.ac.id
Berkomunikasi dengan Hati Mencipta Harmoni
B E R I TA U TA M A
Generasi Adaptif, Indonesia Maju
Josse Darwanto Armando: Utamakan Bahasa Indonesia, Lestarikan Bahasa Daerah, Kuasai Bahasa Asing
2
Siraman Rohani: Profitability, Solidarity, and Sustainability
9 foto:dok./Panitia
S
Pemenang Lomba Artikel Jurnalistik
11
urya Edukasi Bangsa Foundation bersana Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta menggelar kuliah umum hari ini. Kegiatan bertajuk ‘Generasi Adaptif untuk Indonesia Maju’ itu berlangsung secara virtual menggunakan Zoom. Kuliah Umum ini menghadirkan narasumber Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan UKDW Yogyakarta Joko Purwadi. Selain itu, ada juga Director of Programming Metro TV Agus Mulyadi, dan Head of PR and Partnership Media Academy Henny Puspitasari. Kuliah umum ini berfokus pada generasi adaptif, yakni kemampuan manusia menghadapi perubahan secara ekologis. "Seseorang yang dapat menyesuaikan diri dengan keadaan; keadaan yang tidak pasti, kompleks, memiliki makna ganda dan yang lainnya," kata Warek III UKDW Yogyakarta Joko Purwadi dalam
kuliah umum OSC Medcom.id Rabu, 29 September 2021. Sementara itu, Director of Programming Metro TV Agus Mulyadi mengatakan, globalisasi selalu berkembang, dan anak muda Indonesia harus bisa mengimbanginya. Ia bilang, anak muda tak boleh hanya menuntut perubahan, tapi menjadi bagian perubahan. "Perubahan bisa dilakukan jika anak mudanya adalah generasi yang adaptif pada perubahan dan menjadi bagian dari perubahan itu," ungkap Agus. Melalui kuliah umum ini para narasumber juga mengajak masyarakat untuk dapat mudah beradaptasi di setiap generasinya. Generasi yang terus berkembang setiap waktu. Juga mengajak masyarakat untuk dapat mengasah softskills maupun hardskills. [Medcom]
Mahasiswa FK UKDW Raih Medali Perunggu di PON 2021
I
mmanuela Anindita Nugraheni, mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta Angkatan 2016 sekaligus atlet taekwondo yang menjadi salah satu kontingen DIY di Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Papua 2021 berhasil meraih medali perunggu. Immanuella Anindita Nugraheni bertanding pada kategori poomsae beregu putri di GOR Politeknik Penerbangan Kayu Batu, Kota Jayapura. PON XX Papua 2021 diselenggarakan mulai tanggal 2 Oktober hingga 15 Oktober 2021. Immanuella Anindita mengatakan sebelumnya ia mengikuti kejuaraan tingkat provinsi yaitu Pekan Olahraga Daerah (PORDA) dan event Pra PON yang merupakan pertandingan untuk penyisihan dari 34 kontingen menjadi beberapa kontingen yang akan menuju PON XX Papua. “Pada cabang olahraga taekwondo kategori poomsae hanya diambil 6 kontingen yang melaju ke PON XX Papua. Persiapan dilakukan sejak Januari 2020, Latihan pun sempat diadakan secara daring karena pandemi Covid-19. Selain itu, kami juga mengikuti try out di Bali dan pertandingan-pertandingan yang diadakan secara daring. Kami mengasah mental dengan latihan performance pada acara-acara yang diadakan oleh KONI DIY, sehingga kami siap dan bisa memberikan penampilan terbaik di PON XX Papua 2021,” terangnya.
Immanuella Anindita mengaku sudah menggeluti taekwondo sejak kelas 3 SD. “Awalnya saya diajak kakak ikut latihan sebagai kegiatan fisik, karena merasa cocok saya mulai belajar poomsae dan rutin ikut pertandingan. Hingga sekarang bisa menjadi perwakilan kontingen DIY dalam ajang PON XX Papua 2021. Dalam persiapan latihan menuju PON ini, saya juga sedang menjalani perkuliahan. Saat saya sedang kuliah, saya akan fokus pada kuliah, karena di luar jam kuliah saya harus menggunakan waktu saya untuk latihan. Jadi saya akan fokus pada apa yang saya sedang kerjakan. Di luar jam kuliah dan latihan, saya akan menggunakan sisa waktu untuk mengerjakan tugas, belajar, dan juga untuk istirahat. Semoga pengalaman yang saya dapat ini, bisa saya bagikan ke adik-adik saya agar bisa memotivasi mereka untuk selalu semangat dalam latihan dan meraih cita-cita,” tuturnya. The Maria Meiwati Widagdo, Ph.D selaku Dekan Fakultas Kedokteran UKDW menyampaikan apresiasinya atas prestasi mahasiswa FK UKDW ini. “Saya sangat bangga akan prestasi Immanuella dan senang Immanuella aktif dalam kegiatan olahraga di luar kuliah. Kegiatan olahraga di luar kuliah tidak hanya merupakan rekreasi, tetapi ikut membentuk kepribadian mahasiswa untuk menjadi pribadi yang sportif, kompetitif, dan tangguh,” pungkasnya. (Mei)
foto:dok./Panitia
VOL.15/OKT 2021
JOSSE DARWANTO ARMANDO:
UTAMAKAN BAHASA INDONESIA, LESTARIKAN BAHASA DAERAH, KUASAI BAHASA ASING
J
osse Darwanto Armando atau yang akrab dipanggil Josse, seorang mahasiswa dari Program Studi Filsafat Keilahian Fakultas Teologi Angkatan 2020 Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta berhasil menjadi Pemenang I dalam pemilihan Duta Bahasa Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) 2021 yang berlangsung di Pendapa Agung Grand Rohan pada hari Jumat, 1 Oktober 2021 yang lalu. Ajang ini merupakan agenda rutin setiap tahun yang diadakan oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa melalui Balai Bahasa Provinsi DIY. Josse pun bercerita mengenai pengalamannya selama berproses dalam pemilihan Duta Bahasa DIY 2021. “Awalnya ada seseorang yang menyarankan supaya saya ikut dalam ajang ini. Kemudian saya mencoba dengan berbagai persiapan, khususnya dalam hal pemberkasan. Terlebih mengingat posisi saya saat itu sebagai ketua angkatan kuliah, jadi saya juga harus memfokuskan diri kepada teman-teman seangkatan,” ungkapnya. Namun akhirnya, proses yang dilalui itu pun menjadi motivasi Josse untuk aktif berkarya di luar kampus dengan membawa nama kampus. Dari 160 orang yang mendaftar dalam ajang tersebut, peserta lantas disaring menjadi 100 besar. Kemudian dilakukan audisi hingga terpilih 30 finalis Duta Bahasa DIY 2021. “Setelah berproses selama satu bulan, pada malam penobatan Duta Bahasa DIY 2021, saya terpilih menjadi pemenang pertama bersama dengan Melvine dari Universitas Negeri
Yogyakarta (UNY) untuk mewakili DIY melaju ke tingkat nasional,” jelas Josse. Ia dan rekannya mewakili Provinsi DIY untuk mengikuti Pemilihan Duta Bahasa Tingkat Nasional pada tanggal 14 Oktober 2021 sampai dengan 19 Oktober 2021. Josse pun mengungkapkan hal positif dan harapannya dengan mengikuti program Duta Bahasa DIY. “Selain memiliki teman baru, saya juga ingin menjadi ahli dalam bidang bahasa sehingga dapat mengembangkan penggunaan bahasa ke arah yang lebih baik demi mewujudkan penggunaan bahasa yang baik dan benar,” tuturnya. Josse ingin memperbanyak ilmu pengetahuan dan memperluas wawasan, serta memperoleh pengalaman yang baik terutama mengenai hal-hal yang berhubungan dengan bahasa dan sastra di segala segi kehidupan. “Selain itu saya juga berkeinginan dapat berperan aktif dalam pembangunan di daerah yang masih membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas, tentunya dengan sikap yang harus lebih lembah manah atau rendah hati, lebih tahu prioritas, lebih profesional, dan menjadi penjaga Trigatra Bahasa yakni utamakan bahasa Indonesia, lestarikan bahasa daerah, kuasai bahasa asing. Salam Literasi!” ungkap pria kelahiran 2001 ini. Sebagai Duta Bahasa DIY, Josse bertugas menjadi abdi bahasa untuk kegiatan pengembangan dan peningkatan budaya literasi masyarakat, jaga bahasa untuk mengampanyekan penggunaan bahasa di ruang publik dan niaga bahasa untuk menyelenggarakan kegiatan edukasi kebahasaan dan kesastraan dalam bentuk
produk niaga, kelas bahasa asing, seminar, serta pameran kebahasaan maupun kesastraan, serta menjaga Trigatra Bahasa. Ketika ditanya pendapatnya tentang budaya literasi dan bahasa di kaum muda saat ini, Josse menjawab jika saat ini budaya literasi dan bahasa di kaum muda sangat luas. Oleh karena itu cara penyampaian yang kreatif serta minat yang tinggi dalam membaca harus terus ditingkatkan. Mengingat persaingan industri 5.0, mau tidak mau para kaum muda harus belajar mengenai banyak hal. Josse pun memiliki keinginan untuk terus belajar serta minat yang tinggi terhadap bidang ilmu yang terkait dengan bidang bahasa dan budaya sehingga dapat menjadi penunjang dalam melaksanakan tugas di kehidupan lebih baik lagi ke depannya. “Tuntutan ilmu pengetahuan dan softskill dalam kaitannya dengan perkembangan dan kemajuan suatu bangsa dan negara di zaman global ini, manusia harus mempunyai sumber daya yang handal untuk menghadapi setiap detik perubahan yang akan terjadi di depan mata, karena sumber daya manusia yang bermutu tinggilah yang akan menjadi faktor penentu kemajuan suatu bangsa dan negara,” kata mahasiswa yang memiliki hobi travelling ini. Josse lalu berbagi cerita mengenai awal ia bergabung sebagai mahasiswa Fakultas Teologi UKDW Yogyakarta. “Ketika kelas 2 SMA, setelah mengikuti proses peneguhan Sidi di GKJ Gondokusuman, saya sempat bingung mau meneruskan studi atau berkarir dimana. Hingga akhirnya, setelah berproses dan
berkonsultasi dengan pendeta jemaat, saya memutuskan untuk masuk UKDW Yogyakarta pada tahun 2019,” terangnya. Namun sayang, di tahun itu nasib baik belum berpihak pada Josse, ia gagal masuk ke Fakultas Teologi UKDW Yogyakarta. Orang tua Josse lalu menyarankan supaya ia berkuliah di kampus lain. Josse pun akhirnya berkuliah di UPN Veteran Yogyakarta dan sempat menjadi seorang Team Leader Marketing Outgoing Global Volunteer AIESEC UPNVY selama satu tahun tetapi keinginannya untuk berkuliah di UKDW Yogyakarta selalu muncul. Pada tahun 2020, Josse memberanikan diri untuk mengikuti seleksi penerima beasiswa sinode gereja dan mendaftar kembali ke UKDW. “Awalnya saya hendak mendaftar di Sekolah Tinggi Filsafat Teologi (STFT) Jakarta, tapi hati tidak bisa berbohong, saya tetap memilih UKDW Yogyakarta sebagai tempat studi saya,” kenangnya. Selain aktif berkuliah, Josse yang merupakan koordinator angkatan kuliah juga mengikuti kegiatan di luar kampus seperti bergabung dalam komunitas pemuda gereja dan bertugas menjadi tim multimedia gereja. Memasuki usia ke-59 Duta Wacana pada tanggal 31 Oktober ini, Josse pun menyampaikan pesan dan harapannya untuk UKDW Yogyakarta. “Tetaplah menjadi almamater mulia sebagai Duta Allah dalam berpelayanan, dalam bekerja, dan berkarir. Menjaga nilai-nilai kedutawacanaan yang penuh integritas dengan memberikan yang terbaik,” pungkasnya. [Lia]
REDAKSI KORAN KAMPUS PENANGGUNG JAWAB PIMPINAN REDAKSI WAKIL PIMPINAN REDAKSI
: Pdt. Handi Hadiwitanto, Ph.D : Dr. Phil. Lucia Dwi Krisnawati, S.S., M.A. : Christina Angelina
WARTAWAN
EDITOR
LAYOUTER
Meidianti, Erlita, Desta, Riani
Mei, Iit, Anti
Putra
KORAN KAMPUS BISA ANDA DAPATKAN SECARA ONLINE MELALUI
https://issuu.com/korankampus_ukdw Redaksi menerima tulisan dari warga kampus berupa artikel, laporan kegiatan dan foto-foto yang membangun harapan. kirim ke alamat Redaksi atau melalui email : korankampus@staff.ukdw.ac.id
Program Studi
3
VOL.15/ OKT 2021
KS P2D Usung Konsep Pertanian Kota Berbasis Wisata
W
akil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Alumni, dan Informasi (WR 3) Universitas Kristen Duta Wacana, Joko Purwadi, S.Kom., M.Kom secara resmi membuka rangkaian kegiatan Program Pengembangan Pemberdayaan Desa (P3D) di Kampung Sayur Bausasran, Kota Yogyakarta pada hari Sabtu, 25 September 2021. Acara yang dilaksanakan secara daring dan luring ini dihadiri oleh Mujiono, S.E., M.Sc. selaku Sekretaris Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (LPPM) UKDW, Drs. Djoko Rahardjo, M.Kes. selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan, Alumni, dan Kerjasama Fakultas Bioteknologi sekaligus dosen pendamping, Lurah Bausasran beserta Perangkat Kelurahan, Ketua Gapoktan Bausasran, perwakilan pengurus 6 kelompok tani, dan mahasiswa pelaksana P3D. Ketua tim P3D UKDW, Ester Nurhana Kusumawati, menyampaikan bahwa langkah ini bertujuan untuk mempersiapkan calon generasi penerus pengabdian pada masyarakat sehingga upaya mencapai cita-cita jangka panjang dari Kampung Bausasran dapat dilanjutkan. Strategi yang dilakukan juga merupakan bentuk keterlibatan UKDW secara berkelanjutan terhadap kema-
juan Kelurahan Bausasran sebagai kelurahan binaan. Tim P3D UKDW sebagai utusan Kelompok Studi Pembinaan dan Pemberdayaan Desa (KS P2D) fokus pada kegiatan pembangunan fisik dan simulasi wisata edukasi pertanian perkotaan terhadap anak-anak serta jejaring mitra penyerap hasil produksi. Wakil ketua tim P3D UKDW, Roynerd V.K. Takandjanji, menambahkan bahwa kegiatan pemba-ngunan fisik komponen utama dan penunjang dilak-sanakan selama 6 minggu di 6 kelompok tani dengan jadwal masing-masing 1 minggu per kelompok tani. Setelah selesai pembangunan fisik, akan dilanjutkan dengan ekspo yang menghadirkan pihak-pihak calon mitra dan pelaksanaan simulasi wisata edukasi pertanian kota. Perangkat kelurahan dan warga kampung yang tergabung dalam kelompok tani di Bausasran sangat antusias dalam membantu menyukseskan Program P3D UKDW. Lurah Bausasran, Akhmad Yuliantara, SIP, berharap hubungan baik antara UKDW dengan Bausasran dapat terus terjalin dan menghasilkan manfaat yang bisa dirasakan langsung oleh masyarakat. (Ester NK)
foto:dok./Panitia
Mengenal Bioteknologi melalui Kegiatan Biotech Expo 2021: Find Yourself in Biotechnology
foto:dok./Panitia
D
i abad 21 ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat. Perkembangan ilmu pengetahuan ditandai dengan munculnya sejumlah cabang keilmuan baru beserta penelitian-penelitian yang sesuai dengan bidang keilmuan tersebut. Tak jarang juga, cabang keilmuan tersebut lahir dari cabang keilmuan lama dengan lingkup materi yang lebih luas. Cabang keilmuan baru dapat lebih spesifik dan terarah ketika membahas suatu lingkup materi. Di lain sisi, perkembangan teknologi tentunya dapat dirasakan di berbagai bidang kehidupan. Sebut saja bidang informasi. Siapa sih yang belum mengenal media sosial? Melihat gaya hidup anak millennial saat ini, rasanya hampir tidak mungkin mereka tidak mengenal media sosial. Mayoritas orang di seluruh belahan bumi saling terkoneksi oleh media sosial. Bioteknologi merupakan salah satu bidang
ilmu yang lahir atas dasar perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Bioteknologi tersusun dari kata bio (merujuk ke bios), yang memiliki arti makhluk hidup; tekno (merujuk ke techno) yang memiliki arti hal yang diciptakan untuk mempermudah aktivitas manusia; dan logi (merujuk ke logos) yang memiliki arti ilmu. Sehingga, secara definitif bioteknologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang gabungan antara makhluk hidup dan teknologi. Sekilas terlihat cukup keren. Hal ini dikarenakan bioteknologi sangat erat dengan bidang makhluk hidup dan teknologi, serta cukup relate dengan kehidupan di abad 21. Bidang ini sudah mulai mendapat perhatian dari masyarakat. Di samping karena lingkup materi yang dibahas dan mengikuti perkembangan zaman, prospek kerja yang ditawarkan dari jurusan ini juga sangat menggiurkan. Biotech-Expo yang merupakan program
kerja dari Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Bioteknologi Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta hadir sebagai wadah untuk mengenalkan bioteknologi, mulai dari pemanfaatan bioteknologi hingga penerapan di dunia kerja. Kegiatan ini terdiri dari webinar dan talkshow bagi siswa tingkat SMA seIndonesia yang muncul sebagai bentuk semangat dan antusiasme mahasiswa Fakultas Bioteknologi UKDW untuk memperkenalkan dunia bioteknologi kepada masyarakat luas sekaligus menarik minat calon mahasiswa baru dalam mengeksplorasi diri dan mengerahkan minat bakat mereka dalam dunia bidang industri, kesehatan, lingkungan bahkan entrepreneur. Dengan demikian peserta diharapkan mampu menjadi pribadi yang ulet, kompeten serta berprestasi di lingkungan kerja maupun di lingkungan bioteknologi UKDW. Webinar dan Talkshow dengan tema “Find Yourself in Biotechnology” yang dilaksanakan pada hari Minggu, 19 September 2021 mengundang dosen Fakultas Bioteknologi UKDW, alumni Alumni Fakultas Bioteknologi UKDW, dan influencer dunia pendidikan sebagai narasumber. Ratih Restiani S.Si., M.Biotech mengawali kegiatan dengan memberikan paparan “Pemanfaatan Bioteknologi dalam Kehidupan” dalam sesi webinar. Melalui paparannya, Ratih menyampaikan peran penting ilmu bioteknologi dalam kehidupan nyata atau seharihari, termasuk esensi ilmu tersebut dalam penentuan solusi terkait permasalahan dalam bidang lingkungan, industri, dan kesehatan. Melengkapi pemahaman tentang prospek kerja lulusan bioteknologi, Irwanto Thomas, S.Si. menyampaikan materi tentang ‘Aplikasi Biologi
di Dunia Kerja’. Dari paparan Irwanto, peserta diajak untuk memahami bahwa prospek kerja saat ini akan terus berkembang, sehingga lulusan biologi tidak hanya memiliki kesempatan untuk bekerja sebagai peneliti atau ilmuwan. Irwanto juga menekankan bahwa proses kuliah yang dijalani di Fakultas Bioteknologi UKDW membantunya dalam memahami alur kerja jarena sudah terbiasa melakukan analisa di lapangan. Sesi terakhir dalam webinar disampaikan oleh Dennis Guido dengan topik ‘Seputar Kehidupan Perkuliahan Mahasiswa’. Dalam sesi ini peserta diajak untuk bersama-sama memahami dan mencari solusi masalah yang terkait dengan realita kehidupan mahasiswa, fase senang atau fase terpuruk dalam menjalankan kuliah, dan motivasi diri serta tujuan dalam menjalankan proses kuliah. Bioteknologi merupakan ilmu yang praktis dan mudah diaplikasikan di dalam kehidupan, sebab relevansinya dengan permasalahan alam yang dinamis mengikuti perkembangan zaman. Dengan demikian, bioteknologi sangat dibutuhkan dan mendatangkan prospek kerja yang sangat beragam di berbagai bidang. Bioteknologi, melalui implementasinya akan mampu menyelaraskan penggunaan teknologi bagi kesejahteraan makhluk hidup, termasuk kesejahteraan umat manusia. Anggapan bahwa bioteknologi terkesan seperti pedang bermata dua karena di satu sisi dapat meningkatkan kualitas hidup, sementara di sisi lain dapat menghancurkan kehidupan yang ada dapat semakin diminimalisir dengan pengaplikasian bioteknologi yang selaras dengan pengembangan dan pendewasaan karakter. (AB)
Despro UKDW Merespon Tantangan Pasar dan Industri di Era Digital
S
ituasi pandemi dan New Normal yang sudah berlangsung lebih dari satu tahun ini memaksa semua pihak untuk beradaptasi ke era digital. Ilmu pengetahuan, keterampilan, dan teknologi memegang peranan penting dalam proses adaptasi ini. Meski telah berangsur-angsur pulih, pola kerja digital masih dijalankan hingga saat ini dengan bantuan perangkat digital. Perangkat digital memberikan kemudahannya tersendiri bagi siapapun yang menggunakannya, termasuk bagi para desainer. Melalui perangkat digital, seorang desainer dapat melakukan pekerjaannya secara remote tanpa harus hadir di lokasi. Selain itu, desainer dapat menggunakan perangkat digital untuk mewakili benda yang akan diproduksi tanpa harus menggunakan material dan ukuran yang sebenarnya dalam proses desain. Pada hari Jumat, 10 dan 17 September 2021, Program Studi Desain Produk Universitas Kristen Duta Wacana (Prodi Despro UKDW) mengadakan Webinar Series dengan tema “Peningkatan Inovasi Pembelajaran dalam Kelas Berbasis Studio: Pemodelan Digital dan Rapid Prototyping dalam Proses Desain”. Kegiatan ini diadakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dengan metode project based learning dan case method di era digital. Dengan
foto:dok./Panitia
bantuan hibah Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM) yang diberikan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Prodi Despro UKDW telah berhasil mengadakan 6 seri webinar, yaitu: 1. Perencanaan dan Perancangan Desain di Era Digital dengan narasumber Dr. Agustinus Siswanto, M.Sc. selaku pengelola Pirus yang membahas dasar-dasar manajerial yang harus diperhatikan oleh seorang desainer dalam kegiatan usaha. 2. Penerapan dan Pengembangan Gambar dan Model Digital dengan narasumber Jimmy Bowie Soedomo selaku CEO PT. Prioritas Teknologi Informatika yang membahas peranan piranti lunak dalam mendukung kegiatan usaha yang dimiliki seorang desainer. 3. Pemanfaatan Rapid Prototyping dengan Printer 3 Dimensi dengan narasumber Liam
foto:dok./Panitia
Rearden praktisi pembuat perhiasan menggunakan printer 3 dimensi yang membahas praktek penggunaan perangkat digital dalam proses perancangan. 4. Penggunaan Perangkat Digital untuk Printer 3 Dimensi dengan narasumber Nur Amin selaku Site Manager of PT. Centra Teknologi Indonesia yang membahas kelengkapan-keleng-kapan yang diperlukan seorang desainer untuk menggunakan perangkat printer 3 dimensi. 5. Tantangan dan Peluang Penerapan Teknologi Digital oleh Industri dengan nara-sumber Laode Jian Raharja S.Ds. Selaku Produc-tion Planning and Inventory Control dari Logos yang membahas keterampilan-keteram-pilan yang diperlukan seorang desainer menggu-nakan perangkat digital. 6. Tantangan Profesi Desainer di Era Digital dengan narasumber Dr. Rahmawan Dwi Prasetya, S.Sn., M.Si. selaku Ketua DPD ADPII
Jogja yang membahas kesiapan desainer menjadi profesi yang unggul di era digital. Webinar ini juga didukung dengan kehadiran partisipan dari luar UKDW, seperti Institut Teknologi Bandung (ITB), Trilogi, dan Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, sehingga mampu mempererat tali silaturahmi dan memperluas jejaring antar perguruan tinggi di Indonesia khususnya untuk Prodi Despro. Melalui kolom pesan dan angket yang disampaikan, partisipan memberikan respon positif dan tertarik untuk memperdalam pengetahuan dan praktek mengenai topiktopik webinar. Tindak lanjut secara visual, terkhusus praktek penggunaan perangkat printer 3 dimensi dalam situasi pandemi dan New Normal dibutuhkan untuk menyampaikan informasi secara komprehensif. Pola pikir kebaruan para calon desainer juga perlu ditanamkan untuk menghindari kejadian copycat atau kecenderungan menjiplak akibat penerapan perangkat digital “copy-paste”. Kehadiran perangkat digital justru diharapkan dapat memperluas gerak desainer untuk menghasilkan karya-karya yang baru dan orisinil. (Dandan)
Program Studi
4
VOL.15/ OKT 2021
Tim PKM UKDW Lolos Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional ke-34
M
foto:dok./Pribadi
ahasiswa Program Studi Sistem Informasi Fakultas Teknologi Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta kembali menunjukkan bahwa mereka mampu mengukir prestasi meskipun masih berada di tengah pandemi Covid-19 ini. Tim Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) UKDW Yogyakarta yang terdiri dari empat mahasiswa Prodi Sistem Informasi dinyatakan lolos mengikuti ajang Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) ke-34 yang tahun ini akan diselenggarakan secara daring di Universitas Sumatera Utara pada tanggal 2630 Oktober 2021 mendatang. UKDW berhasil meloloskan satu tim PKM menuju PIMNAS ke-34 dari tiga tim yang lolos pendanaan PKM oleh Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi RI bulan Mei lalu. PIMNAS merupakan tahap akhir pelaksanaan PKM dan puncak pertemuan nasional perwujudan kreativitas dan penalaran ilmiah, dimana mahasiswa dari berbagai universitas di seluruh Indonesia akan bertanding dalam ajang ini. Drs. Jong Jek Siang, M.Sc. selaku dosen pembimbing sekaligus Ketua Prodi
Sistem Informasi UKDW menuturkan tahun 2021 ini terdapat 67.743 proposal yang berhasil diunggah dan dinilai di tingkat nasional. Dari 67.743 proposal yang berhasil diunggah dari seluruh perguruan tinggi di Indonesia, hanya sekitar 6,6% yang lolos didanai Dikti. Setelah dipresentasikan melalui penilaian kemajuan program PKM, hanya sekitar 1% proposal yang berhasil sampai ke PIMNAS. Salah satu tim dari Prodi Sistem Informasi UKDW berhasil lolos dalam PIMNAS ke-34, yang diumumkan pada 28 September 2021. “Saya terharu dan sangat bangga melihat perjuangan mahasiswa saya dalam PKM ini. Lolosnya mereka ke PIMNAS merupakan berkat dari Tuhan dan buah dari ketekunan, kerja keras dan kekompakan mereka sejak menyusun proposal. Saya sangat bangga, Prodi Sistem Informasi UKDW berhasil membuktikan tingginya kualitas proses pembelajaran yang ada dengan menjadi satu dari sedikit perguruan tinggi di DIY yang mampu meloloskan tim PKM ke PIMNAS,” ungkapnya. Adapun tim yang berhasil melaju menuju PIMNAS ke-34 ini adalah Gabriela Brissa Pitaloka, Veronika Verasita Melani, Simfony Sophie, dan
Yogi Evan Dwi Kristantyo yang mengusung Pembuatan Website Edukasi ‘Edugen’ sebagai Media Pembelajaran bagi Anak Kurang Mampu Binaan Pusat Pengembangan Anak (PPA) Light Generation. Gabriela Brissa Pitaloka selaku ketua tim menjelaskan kegiatan pengabdian yang dilaksanakan selama tiga bulan ini mampu berhasil menjadi solusi bagi Pusat Pengembangan Anak Light Generation dalam melakukan pembelajaran secara daring. Melalui website edukasi ini, kegiatan pembelajaran di PPA Light Generation dapat berjalan optimal. Anak-anak di PPA Light Generation dapat mengakses materi pembelajaran sesuai kelas mereka dimanapun mereka berada. “Website pembelajaran ini dapat digunakan oleh PPA Light Generation di masa mendatang bahkan sampai sistem pembelajaran kembali normal. Dengan website ini diharapkan agar anak-anak yang sakit dan berhalangan mengikuti kelas di PPA Light Generation dapat mengikuti pembelajaran secara daring sehingga tidak ada materi yang terlewatkan meskipun mereka tidak bisa hadir di kelas,” pungkasnya. (FTI/Brissa)
Mahasiswa Bioteknologi UKDW Raih Dana Riset Lewat Program IRN 2021
F
lorencia Angel Meliana mahasiswa Program Studi Biologi Fakultas Bioteknologi Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta menerima bantuan dana riset me l al u i p rog ram Ind of ood Ris e t Nugraha (IRN) Periode 2021/2022. Program ini diperuntukkan kepada mahasiswa strata satu yang sedang melakukan riset tugas akhir sebagai syarat menyelesaikan pendidikannya dengan cakupan topik agro dan teknologi perikanan (budidaya pertanian dan perikanan), teknologi produksi (teknologi pangan, peternakan, dan perikanan), gizi dan kesehatan masyarakat, serta sosial ekonomi budaya. Program IRN ini memfasilitasi para calon sarjana untuk mengembangkan potensi pangan lokal menjadi produk pangan yang fung-sional. Florencia Angel mengaku setelah mendapat informasi terkait program IRN pada bulan Juni 2021, dirinya segera berkonsultasi dengan Dosen Biotek-nologi Industri khususnya di bidang teknologi pangan terkait program yang akan diambil. “Proses pencarian ide dilakukan bersama-sama
dengan para dosen di Fakultas Bioteknologi untuk mengetahui penyebaran atau tren makanan di era pandemi ini. Covid-19 merupakan penyakit yang erat hubungannya dengan sistem imun pada tubuh. Oleh karena itu diperlukan bahan pangan yang mengandung senyawa flavonoid dan gamma amino butiric acid (GABA) sehingga dapat meningkatkan sistem imun,” tuturnya. Dengan pertimbangan tersebut, pada akhirnya dipilih topik “Inovasi Susu Kefir Beras Merah sebagai Pangan Fungsional dalam Upaya Meningkatkan Sistem Imun”. Topik ini diusulkan kepada tim IRN dan disetujui untuk dilanjutkan menjadi penelitian skripsi. “Senyawa aktif yang digunakan dalam riset ini berasal dari bahan alam yakni beras merah yang banyak ditemukan di Yogyakarta. Beras merah akan dikombinasikan dengan susu kefir yang terbukti mengandung bakteri probiotik yang dapat menghambat menempelnya bakteri patogen pada usus manusia. Kombinasi bahan pangan tersebut diharapkan dapat meningkatkan sistem imun melalui kandungan bahan aktif serta probiotik yang terkandung di
dalamnya. Hal ini juga dilakukan untuk menarik minat konsumen melalui produk pangan fungsional,” terang Florencia Angel. Proses penentuan judul dan alur pembuatan proposal dibantu oleh Catarina Aprilia Ariestanti, S.T.P., M. Sc., selaku Dosen Mata Kuliah Teknologi Pangan Fakultas Bioteknologi UKDW sekaligus dosen pembimbing dalam program ini. “Pemilihan judul dilihat berdasarkan tren masyarakat khususnya kaum milenial dalam konsumsi makanan dan minuman. Penelitian ini diharapkan dapat mengenalkan pangan fungsional berbasis sumber daya lokal kepada masyarakat dengan proses pengolahan yang mudah dan praktis serta memberikan inovasi bagi industri untuk dapat menciptakan produk-produk pangan sinbiotik berbasis pangan fungsional. Harapannya mahasiswa dan akademisi dapat terus mengembangkan semangat penelitian sebagai wujud pengembangan terhadap kekayaan dan potensi yang dimiliki Indonesia,” pungkas Catarina. (F.Bio/Yoseph Junedi & Catarina) foto:dok./Pribadi
Mengembangkan Ide Bisnis Kreatif dan Inovatif Berbasis Digital dalam Bidang Properti di Era Pandemi
D
ivisi Education Academic (EA) Himpunan Mahasiswa Program Studi Manajemen Fakultas Bisnis Universitas Kristen Duta Wacana (HMPSM FB UKDW) menjalankan satu program kerja bertajuk Business Plan Competition (BPC) yang berlangsung pada tanggal 1 Agustus 2021 hingga 18 September 2021. Kegiatan ini bersifat umum dan berskala nasional yang dibagi menjadi beberapa tahap yakni pendaftaran, pengumpulan proposal, penilaian, pengumuman enam besar, presentasi proposal, dan pengumuman hasil juara. Mengangkat tema "Mengembangkan Ide Bisnis Kreatif dan Inovatif Berbasis Digital dalam Bidang Properti di Era Pandemi" HMPSM UKDW mengajak seluruh mahasiswa di seluruh Indonesia untuk menuangkan ide dan gagasan untuk memecahkan permasalahan properti pada saat pandemi ini. Tema ini dipilih dengan tujuan meningkatkan perekonomian nasional lewat bisnis properti dengan ide-ide kreatif untuk mengatasi permasalahan bisnis properti di masa pandemi, sehingga bisa
segera melakukan penyesuaian agar tetap bertahan. Harapannya kegiatan Business Plan Competition 2021 dapat memberikan solusi baru untuk mempertahankan dan meningkatkan bisnis properti di masa pandemi ini melalui ide kreatif dan inovatif dari para peserta. Dewan juri yang terlibat dalam penilaian Business Plan Competition ini adalah Ferry Kurniawan selaku Direktur Ray White North Jogja, Jovi Wiharjo, S.H. selaku Relationship Manager PT. Pintar Inovasi Digital (Asetku), dan Stanley Fransiscus Jaury selaku Owner Core Property. Adapun pemenang dalam kompetisi ini adalah Tim Wholistic dari Universitas Kristen Petra (Juara 1), Tim CEQ Property dari Universitas Multimedia Nusantara (Juara 2), dan Tim Guardian dari Universitas Darussalam Gontor (Juara 3). Kegiatan ini disponsori oleh Kristo House, Gardena Department StoreYogyakarta, Core Property, dan Asetku. (Kevin Ronaldo) foto:dok./Panitia
Program Studi
5
VOL.15/ OKT 2021
Fakultas Kedokteran UKDW Dukung Program Vaksinasi
M
eskipun angka terkonfirmasi positif Covid-19 di Provinsi DIY telah menurun, namun hal ini bukan berarti kewaspadaan terhadap Covid-19 ikut menurun, karena Covid-19 dapat menyerang siapa saja. Oleh karena itu, Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana (FK UKDW) mendukung program vaksinasi pada masyarakat yang dilaksanakan di Kabupaten Bantul dan Kabupaten Gunung Kidul. Program vaksinasi ini dilakukan dalam rangka Dies Natalis ke-12 FK UKDW dan bentuk dukungan kepada pemerintah untuk menyukseskan program vaksinasi di Indonesia. Dalam program ini, FK UKDW membantu Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul untuk pelaksanaan pemberian vaksin dosis pertama bagi ibu hamil yang berlangsung pada tanggal 30 Agustus 2021 - 31 Agustus 2021 di Rumah Dinas Bupati Bantul. Hadir dalam acara tersebut H. Abdul Halim Muslih selaku Bupati Bantul, Agus Budi-raharja, S.KM., M.Kes. selaku Kepala Dinas Kesehatan Bantul, dan Gusti Putri Paku Alam selaku Ketua Tim Penggerak PKK. Adapun sasaran dari kegiatan vaksinasi dosis pertama ini adalah 225 ibu hamil untuk hari pertama dan 158 ibu hamil pada hari kedua. Sementara itu, program vaksinasi di Kabupaten Gunung Kidul terselenggara atas kerjasama FK UKDW dengan Kodim 0730 Gunung Kidul. FK UKDW mengirimkan 20 relawan yang terdiri dari mahasiswa, perawat, dan dokter untuk membantu percepatan program vaksinasi. Program ini dilaksanakan pada tanggal 6 September 2021 dan 15 September 2021 di area kolam renang Tirtobhakti (depan RSUD Wonosari). Hadir dalam kegiatan tersebut, Komandan Distrik Militer 0730/ Gunung Kidul Letkol Kav Anton Wahyudo.
foto:Instagram/FKUKDW
Adapun alur pelaksanaan vaksinasi dimulai dari pendaftaran calon penerima vaksin lewat pengisian formulir. Tahap selanjutnya dilakukan verifikasi data dimana calon penerima vaksin menunjukan Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan formulir yang telah diisi kepada petugas. Kemudian dilakukan screening anamnesa dan pemeriksaan fisik sederhana. Setelah mendapat vaksin, penerima vaksin diobservasi selama 30 menit untuk memonitor
kemungkinan adanya kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI). Jika tidak terindikasi adanya KIPI, penerima vaksin bisa memperoleh kartu vaksinasi. Satu hal yang perlu diingat, meski sudah divaksin, masyarakat harus tetap menjalankan protokol kesehatan yakni memakai masker, mencuci tangan dengan sabun, dan menjaga jarak untuk mencegah penularan virus corona. Selamat Dies Natalis ke-12 FK UKDW,
dengan pengabdian masyarakat ini kiranya dapat menjadi saluran berkat untuk kehidupan masyarakat yang lebih sehat dan bisa membantu pemerintah dalam menyukseskan program vaksinasi. Demi terciptanya kehidupan yang lebih baik dengan cara menurunkan laju infeksi Covid-19 dan memutus mata rantai pandemi Covid-19, sehingga dapat melindungi generasi selan-jutnya. (ad)
Diskusi Bareng Kating bersama FTI UKDW: Information System - Student Life
M
engangkat tema "Information System: Student Life", Program Studi Sistem Informasi (Prodi SI) Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Duta Wacana (FTI UKDW) mengadakan Diskusi Bareng Kating (Diban-ting), pada hari Sabtu, 2 Oktober 2021. "Melalui tema ini kami ingin memperkernalkan kakak tingkat kepada adik tingkat tentang kehidupan mahasiswa SI itu seperti apa, khususnya bagi angkatan 2021 yang belum pernah bertemu langsung karena masa pandemi. Penting bagi kita untuk mampu melampaui keterbatasan diri terutama di masa pandemi seperti ini. Semua aktivitas seperti dibatasi sehingga keadaan menuntut kita untuk terus berkembang, terus berpikir agar tidak tertinggal, dan dapat terus mengikuti arus perkembangan zaman,” ujar Alex Septimand Gulo, mahasiswa SI Angkatan 2019 selaku wakil Ketua Himpunan Mahasiswa Sistem Infor-masi (HMSI) 2021. Acara Diskusi Bareng Kating (Dibanting), yang dipandu oleh Gabriel Manaor (mahasiswa angkatan 2019) dan Selvi Ayu Melianda Sarumaha (mahasiswa angkatan 2020) selaku moderator ini diadakan secara daring menggunakan platform google meet dan diikuti oleh mahasiswa angkatan 2018, angkatan 2019, angkatan 2020, angkatan 2021. Dua narasumber yaitu Vinanda Kristianti (angkatan 2018) magang di Lem-baga Pengembangan Akademik dan Inovasi Pembelajaran (LPAIP) UKDW dan Rico Alex Sandra (angkatan 2018) magang di Great Giant Foods sebagai Web development, membagikan pengalamannya selama mengikuti kegiatan kepanitiaan, organisasi, bekerja atau
foto:dok./Panitia
pencapaian yang mereka raih selama berkuliah. Melanjutkan sesi berbagi pengalaman, Vivin dan Rico juga memberikan informasi tentang cara belajar kuliah online dengan lancar. Vivin menyampaikan mahasiswa harus punya inisiatif belajar dan mengin-gatkan diri sendiri untuk disiplin mengikuti kuliah. “Punya semangat yang diperbaharui. Mau mencari ilmu pengetahuan dari sumber-sumber lain, sebab guru terbaik adalah ketika kalian mau belajar sendiri. Jangan berpikir ilmu hanya didapat dari dosen saja. Kita perlu menggali kemauan kita ingin menjadi seperti apa nantinya. Mulailah dengan niat dan ke-sungguhan hati dalam menjalankan kegiatan perkuliahan kalian,” ujar Vivin. Sementara itu Ricco mengajak untuk mengenali motivasi diri dalam berkuliah. “Lihat lagi dari diri kita sendiri, kuliahnya niat atau tidak. Jika niat pasti ada cara sehingga kuliah bisa lancar. Ada istilah banyak jalan menuju roma maksudnya adalah banyak cara yang bisa kalian lakukan. Pasti ada jalan untuk berkuliah seperti tanya dosen, tanya asdos, tanya teman.
Kalian juga harus bersyukur berada hingga sampai saat ini, artinya sedikit proses lagi ilmu yang kalian pelajari akan berguna dalam menghadapi sepuluh tahun kedepan. Jika sudah tahu jalannya,berarti harus bisa survive sampai wisuda nanti,” tambah Rico. Menutup sesi diskusi,Vivin menekan-kan bahwa sesibuk apapun kegiatan yang dilakukan, harus tahu prioritas belajar karena kita adalah mahasiswa. Buatlah perencanaan dan daftar kegiatan dengan jadwal maupun tugas yang dikerjakan agar tidak berbenturan. “Kita perlu mengukur kapasitas diri, kesiapan waktu sebelum mengikuti kegiatan-kegiatan lain. Ketika kalian siap dengan segala resiko berarti juga harus siap mengorbankan waktu, tenaga, pikiran, dan bertanggung jawab atas tugas yang diemban,” tambahnya. Vivin berpesan agar para mahasiswa tekun dan giat berlatih pada perkuliahan yang sekarang dijalani. “Ini harus jadi kebiasaan yang ditanam di masa kuliah. Menurut saya SI UKDW ini walaupun ada irisan antara manajemen dan
IT tapi pada kenyataannya lebih mengarah ke IT. Kita diajarkan banyak bahasa pemrograman, dan memuat berbagai program. Kita sebagai mahasiswa perlu memahami jika dosen bukan pusat pengetahuan. Oleh karena itu, kita harus mencoba sendiri, kalau belum bisa coba terus. Kalau bingung cari solusi di internet dulu, nanti kalau sudah mentok bisa kita bisa tanyakan ke dosen. Jadi harus dibiasakan self-learning. Project itu jadi tanggung jawab mahasiswa sendiri, karena dosen sudah memberi pedoman untuk kita selama kuliah. Nah, bagaimana mana me-nyelesaikannya, apakah nanti selesai atau tidak, itu tergantung kemampuan kita,” ujar Vivin. Melalui acara ini mahasiswa diingatkan bahwa selain menambah ilmu, menambah relasi selama kuliah adalah hal penting. Rico berpesan bahwa pentingnya menjalin relasi dengan sesama mahasiswa maupun dengan dosen karena relasi memberikan wawasan baru tentang dunia perkuliahan dan dunia pekerjaan. “Dengan mengikuti kegiatan kampus akan sangat mendukung dalam pengembangan karakter dan pengetahuan dalam suatu organisasi,” tuturnya. Sementara itu Alex Septimand Gulo, mahasiswa SI Angkatan 2019 selaku wakil Ketua Himpunan Mahasiswa Sistem Informasi (HMSI) 2021 memberikan respons positif atas acara ini. “Mahasiswa angkatan 2021 menjadi termotivasi mengenal kegiatan-kegiatan di kampus baik organisasi maupun perkuliahan di SI. Kami bisa mengenal kakak tingkat di Prodi SI dan dapat mempersiapkan diri untuk menghadapi situasi perkuliahan baik online maupun offline. Dengan adanya diskusi ini, saya berharap komunikasi dan kekeluargaan antara mahasiswa SI tetap berjalan dengan baik,” pungkasnya. (Meidianti)
Prodi PBI
6
VOL.15/ OKT 2021
Language Ecology in English Language Policy and Planning
R
estraining to partake in global relation is almost impossible these days. The world is getting more and more connected by various means: communication & information technology, transportation, mobility, and multi-lateral cooperation. Moreover, the development of mobile technology has been boosting disruption in various aspects of human life. Globalization also deals with multidimensional social processes intensifying worldwide social interdependencies, creating deeper connections between people from all over the world. As a language of science and technology, English inevitably has been and still be the top one in the world. The good news is that this lingua franca is used by mainly English non-native speakers to communicate with its nonnative speakers. The EIL (English as International Language) paradigms and the fundamental concept of language (as a product of culture) enrich the dimensions of communication, that used to be a relation of “dominance” or “superior-subordinate” relationship between the first and foreign language. Mastering English, therefore, could open various opportunities in one’s life, among others to be the “ambassadors” of Indonesia by promoting its culture, diversity, or tourist attractions. It also enables us to work on stereotypes or misunderstanding about this country. In more global perspective, Indonesians could get more chances to take part in solving the world problems, or to work for humanity. Meanwhile, Bahasa Indonesia has its definite status for maintaining sovereignty of the nation for various situations and purposes as mandated by the Law of Republic Indonesia No 24 Year 2009 Article 26 to 39. This very important role has been put into the policy and planning of the language. Of equal importance is ensure its pedagogic
quality in schools. More operational regulation of its use is mandated by Presidential Decree No 63 Year 2019 as a renewal of the one No 16 year 2010. Whereas, in terms of traditional language such as Javanese, the status and policy has been clearly regulated with the Regulation of Yogyakarta Governor No 5 Year 2011 about Javanese Language as Local Content Subjects in schools, as also the provincial regulation of culture-based Education in Yogyakarta, as mandated by Regulation of Yogyakarta Province Government No 5 Year 2011. In comparison to the clarity of roles and use of Bahasa Indonesia and traditional languages, English language planning in Indonesia appear to be “halfhearted and reluctant”. Despite common beliefs that mastering the language offers various benefits, fear of losing our national identity often emerges just because of its pedagogic practices or its use in daily life communication. As the language of Science-Technology and for international relation, English language policy and planning should be enforced for the sake of facilitating the nation development and dignity internationally, with no such anxiety. Identity is embraced holistically in human life, reflected in the way people think, feel, and act. It cannot be detached easily from life merely because of a foreign language mastery. Therefore, English language policy and planning in Indonesia supposedly take into account the ecology of languages, how they are situated and used, as well as their status in the whole scenario of the nation development. In this case, policy makers in collaboration with all stakeholders of language education could formulate how the pedagogy and use of traditional language-Bahasa Indonesia-English support each other to facilitate the nation sovereignty, development, and at the same time global engagement. (Moko) foto:Pinterest
Listening Class in Pandemic Era
L
istening is an important part of understanding English. Listening class facilitates students’ ability to comprehend audio passages in English. Teachers’ ability is needed to package this class into an interesting class. During this pandemic, teachers need to understand more about online teaching methods. The ability to teach in online classes, the structure, and learning strategies may be the same as face-to-face meetings. However, some teachers may not be familiar with the approach in online listening classes so that the learning process does not run effectively. Therefore, teachers must understand some strategies that could be different from face-to-face classes. In addition, teachers must also recognize, understand, and apply some new tools into online listening classes. Firstly, teachers should have a good comprehension of the theory of listening nature. Jack C Richards stated that the listening nature process includes bottom-up and top-down processing. Bottom-up is a process that focuses on how to use the incoming input to understand the meaning. This process starts with the input that has been received from sounds, words, clauses, sentences, and text. Listeners will process words and their grammar to make connections between other sentences. There are several examples in the bottom-up process, such as spelling or dictation exercises, cloze listening, and making questions using multiple choice related to the text. In addition, this activity requires an absorption process so that listeners understand it. On the other hand, top-down processing focuses
on the knowledge to understand the message or meaning. An example of an activity in top-down proc-essing is students read a conversation then guess another part, at the end they listen to the whole conversation and compare. In conclusion, teachers have to learn about bottom-up and top-down processes in order to guide students in listening class. Secondly, online listening class should incorporate cognitive and metacognitive strategies. Cognitive strategies are activities that related to comprehending and storing input in long-term memory. Metacognitive is a conscious or unconscious activities that perform a function to manage the cognitive strategies. This activity is demonstrated by the ability to assess the situation, monitoring, self-evaluating, and self-testing. Christine Goh proposes that the teachers could apply metacognitive strategies in the listening class to plan, monitor, and evaluate the learning process. Furthermore, Goh also gives another approach that could be applied in online listening classes. Starting from prelistening, the teacher provides activities that use vocabulary and grammar to discuss the topic of the listening text. Then, the teacher does some language justification to encourage students to focus on the context. In the listening activity, the teachers provide audio followed by related questions, listen back, and check the answers. Last, post-listening focuses on the use of language functions and discussing the meaning of the vocabulary in the listening activity by listening back and repeating the word. In summary, the strategies help teachers to arrange the material and develop students' listening skills.
Lastly, teachers need to learn to use online platforms to improve students' listening skills. The application of tools in online listening classes is still rarely done in Indonesia before the pandemic occurs. Offline tools and online tools could be combined in online listening classes. In addition, the tool is useful for developing students' listening skills by using podcasts, YouTube, websites, computers, sharing screens as projectors, and listening to audio. Furthermore, podcasts are easy to obtain by downloading the online version. This online tool also makes it easier for students to save their recordings to their devices and they can review what they learn through recorded podcasts. Apart from that, YouTube is also a well-known platform that is useful for students to learn in online learning. By watching videos, listening to the conversations, or dialogues will increase students' vocabulary and they will learn new information. In short, online tools help teachers to provide online class listening materials that are easier to access In summary, online listening classes would be effective if teachers can apply listening nature, learning strategies, and listening tools. Understanding the theory of the listening nature becomes the basis for teachers to understand students through bottom-up and top-down processes. The process of pre-listening, while listening, and post-listening are also able to develop students' listening skills. Both of these must be complemented by the use of several online platforms as tools in online listening classes. (Erlita Rosy Evani)
foto:Pinterest
Prodi PBI
7
VOL.15/ OKT 2021
The Disappearing Living Myth: Komodo Dragon
W
hat comes to your mind when you see the word “dragon”? Do you imagine an enormous fierce creature? Do you see a powerful destructive monster? This living mythology we all fear when we were just kids, is only 10 feet in length and is actually a lizard. It is the largest lizard in the world. Varanus komodoensis—the scientific name for Komodo dragon—got scaly skin, forked tongue, and knife-like series of teeth. This native to Indonesia is a carnivore that lives in Komodo National Park and a few islands around it. They are good swimmers and their young could climb trees. The dragons will eat everything that washed ashore, including humans. It has a venomous gland that makes its prey die slowly and painfully, causes massive bleeding, lowers blood pressure, gives ultimate shock: All the graceful and fearful features a mythical creature would have. The dragon, which was classified as vulnerable, now is reclassified as endangered by the International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN). There were around 5,000 of them roamed on earth 2 decades ago, and the earth only has around 1,380 today. What made it that way? There are so many possible reasons, either from internal or external factors. IUCN said that climate change and rising sea levels will reduce the habitat of the Komodo dragon by at least 30% over the next 45 years. Habitat destruction can also be caused by natural disasters. Some locals tend to see the dragons as dangerous threat and should be killed. The illegal hunting of Komodo (some hunters are challenged to win the Komodo since it’s rare, they are sold on high price) and its prey (deer, water buffalos, boars, etc) are some of the internal factors. The magnificent dragon must be saved from extinction. Incentive captive breeding must be done, since female Komodo dragons lay only 15-30 eggs, bury them, and after 8 months, the eggs hatched. Only a few juveniles survived to adulthood because some of the hatchlings are eaten by their mother or other predators. Civil society can also take part to stop the illegal Komodo hunting and killing by not buying any products made of them. Further, visitors must obey the regulations applied in Komodo National Island: No littering, follow the ranger’s instructions, no smoking (cigarettes remain could trigger fire since the National Park is an open grass-woodland savannah). With the right actions, we all go hand in hand to save the endangered Komodo. (CHI) foto:dok./NatGeo
Merdeka Belajar Kampus Merdeka Program
M
erdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) Program is a program launched by the Minister of Education and Culture, Research, and Technology of the Republic of Indonesia. Summarized from the Kampus Merdeka page, MBKM Program is a comprehensive career preparation program to prepare the best generation of Indonesia by honing skills according to their talents and interests by going directly into the world of work as preparation for future careers. It is hoped that through MBKM, students can develop themselves independently through activities carried out outside the campus. Since July 30, 2021, MBKM Program has been running for its second generation where the first batch was successfully implemented in March 2021. This program prepares several programs that can be applied by students throughout Indonesia. The programs offered are Indonesian International Mobility Awards, Kampus Mengajar, Kementerian ESDMGERILYA, Magang, Pembangunan Desa (KKN Tematik), Pejuang Muda Kampus Merdeka, Pertukaran Mahasiswa Merdeka, Proyek Kemanusiaan, Riset atau Penelitian, Studi Independen, and Wirausaha. These programs are deliberately designed to encourage students to be proactive and responsive to social issues and problems that occur in the world of work. Through the programs, students will be able to explore knowledge and abilities in the field for more than one semester, learn and expand networks outside of the study program or campus, and gain knowledge directly from qualified and reputable partners; besides, the activities undertaken will also receive credit conversion according to the activities carried out in the field. Several students of Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta also take part in this government program. Gracela Gloria Melodia is an English Language Education Department (ELED) student who is taking Pertukaran Mahasiswa Merdeka Program in the 3rd semester of her lecture. In
short, Glory is one of the UKDW students who successfully passed the Kampus Merdeka selection last July 2021 by taking 5 courses at Universitas Islam Riau. In total, there are 10 credits taken and recognized as equivalent to courses at UKDW. This activity is very useful for her because she gets the experience of studying at another campus with a new atmosphere and lecturers. Moreover, Rama E. Damaryanan, one of the ELED students at UKDW batch 2019, also finds many benefits when taking the Kampus Mengajar Program. Through this program, he feels that there are many responsibilities that must be carried on to build the numeracy and literacy of the students in his placements. Incidentally, Rama is placed at SMPN 14 Yogyakarta for five months from August to December. Through a program that is in line with his major, he feels that he can immediately feel how it is being a teacher. Even though not fully teaching, but helping the progress of learning is also a very valuable experience. As Shelee Fransiska, one of the students at Pamulang University, Tangerang, who is taking part in Studi Independen Program said, "This program encourages my ability to become a generation that understands opportunities. While participating in Studi Independen Program at an Export Studies Company, I learned many things that I could not get while in campus. I am also directly mentored by the company to learn the ins and outs of exports”. UKDW students and other students throughout Indonesia certainly feel that the MBKM program is very helpful for them. It helps them to be the best version of themselves by being involved in MBKM various programs. Students can go directly to the field, practice, and find out what happens in real life. It is a very enjoyable and memorable experience, especially since the lecturers of the study program and the respective universities fully support students to be developed through this program.
foto:Dok. Tim MBKM
(Sarah&Nita) foto:Dok. Tim MBKM
Pusat Pelatihan Bahasa
8
VOL.15/ OKT 2021
DKT Bersama SEAQIL untuk Pengembangan Standar Kompetensi Pengajar BIPA
foto:Web/SEAQIL
P
ada tanggal 17 September 2021 bertempat di Hotel Grand Aston Yogyakarta, Southeast Asia Ministers of Education (SEAMEO) Quality Improvement of Teachers and Education Personnel (QITEP) in Language (SEAQIL) mengundang 20 pakar dan pengajar Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) untuk duduk bersama dalam acara Diskusi Kelompok Terpumpun (DKT) Diseminasi Standar Kompetensi Pengajar (SKP) BIPA. 20 pakar dan pengajar BIPA yang diundang dalam kegiatan ini berasal dari berbagai lembaga dan perguruan tinggi penyelenggara BIPA, yaitu Balai Bahasa Provinsi DIY, APPBIPA Cabang Yogyakarta, Universitas Kristen Duta Wacana, INCULS, Universitas Gadjah Mada, Institut Seni Indonesia Yogyakarta, Universitas Ahmad Dahlan, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Universitas Islam Indonesia, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Universitas Negeri Yogyakarta, Universitas Sanata Dharma, Realia, Alam Bahasa, dan Wisma Bahasa Yogyakarta. Sebelum DKT dimulai, Dr. Misbah Fikrianto, M.M., M.Si., selaku Deputi Direktur Administrasi SEAQIL memaparkan profil SEAQIL dan program-program yang dilakukan serta undangan untuk berkolaborasi. DKT dimoderatori oleh Esra Nelvi Manutur Siagian, M.M., M.Ed.
selaku Deputi Direktur Program SEAQIL dengan narasumber Agus Soehardjono S.S., M.Pd. dari Wisma Bahasa Yogyakarta dan Paulina Chandrasari Kusuma, M.Hum. dari Universitas Katolik Atma Jaya Jakarta sebagai perwakilan Tim Penyusun SKP BIPA. DKT secara resmi dibuka oleh Dr. Wahyudi selaku Deputi Direktur Program dan Pengembangan Sekretariat SEAMEO. Wahyudi dalam sambutannya menyampaikan apresiasi Sekretariat SEAMEO kepada SEAQIL yang telah menyusun SKP BIPA sebagai langkah luar biasa untuk mewujudkan standar penjaminan mutu, bahkan SKP BIPA ini telah menjadi momentum bagi peningkatan rekognisi terhadap bahasa Indonesia di ASEAN. Dalam sambutan selanjutnya, Dr. Luh Anik Mayani selaku Direktur SEAQIL melaporkan bahwa SEAQIL sudah berkiprah dalam pengembangan dan kegiatan BIPA sejak awal didirikan pada tahun 2009, baik melalui diklat penyelenggaraan BIPA maupun pengembangan bahan pengajaran BIPA. Kemudian pada tahun 2020, SEAQIL telah menyelenggarakan Webinar Series on Language dengan tema BIPA dan salah satu rekomendasi dari kegiatan tersebut adalah penyusunan SKP BIPA yang sudah dilaksanakan dan hasilnya didiseminasikan dalam
DKT ini. Sebelum proses penyusunan SKP BIPA dimulai, SEAQIL juga telah melakukan audiensi dengan Badan Pembinaan dan Pengembangan Bahasa yang merupakan koordinator penyelenggara BIPA di tingkat nasional. Selanjutnya, Luh Anik menyampaikan bahwa Konten SKP BIPA terdiri dari enam pokok, yaitu pedagogis, profesional, kepribadian, sosial, wawasan keIndonesiaan, dan komunikasi lintas budaya. Terkait tujuan diseminasi, Luh Anik menjelaskan bahwa diseminasi sangat penting dilakukan untuk menyebarluaskan informasi tentang SKP BIPA, mendapatkan masukan serta saran untuk penyempurnaan naskah SKP BIPA, serta memperkuat rekomendasi untuk mengusulkan SKP BIPA menjadi Permendikbud/peraturan sejenis sehingga dapat diimplementasikan dalam lingkup yang lebih luas dalam skala nasional bahkan regional. Secara khusus Luh Anik juga menyampaikan apresiasi dan ucapan terima kasih kepada mitra SEAQIL yang telah terlibat dalam kegiatan ini. Dukungan dan kontribusi lembaga, perguruan tinggi, dan penyelenggara BIPA di Yogyakarta dalam penyusunan, pembahasan, dan sinkronisasi SKP BIPA sangatlah luar biasa. “Yogyakarta tidak hanya menjadi tempat yang strategis untuk menumbuhkan penyelenggara, pakar, dan pegiat BIPA tetapi juga menjadi lokasi yang sangat potensial bagi SEAQIL untuk mengenal lebih dekat dan bekerja sama dengan para penyelenggara BIPA, baik yang berafiliasi dengan asosiasi dan penyelenggara BIPA maupun penyelenggara BIPA mandiri. Semoga kerja sama yang baik ini dapat terus berlanjut bagi pengembangan program-program ke-BIPA-an, baik di tanah air maupun di kawasan regional Asia Tenggara,” pungkas Luh Anik. Sebagai salah satu peserta DKT, Arida Susyetina, S.S., M.A. yang juga menjabat sebagai Kepala Pusat Pelatihan Bahasa (PPB) Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) menyampaikan bahwa dalam kegiatan ini SEAQIL secara khusus mengajak diskusi para pakar dan pengajar BIPA di Yogyakarta mengenai substansi maupun materi SKP BIPA yang telah disusun oleh Tim SEAQIL untuk mendapatkan masukan serta saran dari pengajar dan pemangku kepentingan bidang BIPA bagi penyempurnaan SKP. Selanjutnya, SKP BIPA ini diharapkan dapat menjadi landasan bagi SEAQIL dalam menyusun berbagai program terkait BIPA. (ar)
Memahami Neuroplastisitas, Kemampuan Otak untuk Beradaptasi
foto:Pixabay
B
eberapa waktu lalu, saya mengikuti sebuah kursus online yang dibawakan oleh Gregory Caremans melalui Udemy mengenai sebuah konsep yang terkait dengan cara kerja otak: Neuroplastisitas. Konsep tersebut sebenarnya cukup asing untuk saya, namun, alasan saya mengikuti kursus singkat itu adalah karena deskripsi mengenai manfaatnya. Dalam tulisan kali ini saya akan sharing ilmu baru yang saya dapat mengenai neuroplastisitas. 1. Konsep neuroplastisitas Terdapat sebuah mitos bahwa otak orang dewasa tidak lagi berkembang, namun ternyata hal itu salah karena manusia memiliki neuro-plastisitas. Neuroplastisitas merupakan kem-ampuan neuron (saraf) dalam otak untuk membentuk koneksi-koneksi baru sebagai hasil dari informasi yang diterima. Hal
tersebut memungkinkan kita untuk belajar sesuatu yang baru. Semakin banyak koneksi yang terbentuk dalam neuron akan semakin terlatih otak kita. Sebagai contoh, orang buta yang awalnya tidak bisa membaca pada akhirnya dapat membaca huruf Braille dengan melatih kemampuan sensorinya. Namun, ternyata otak juga bisa menyusut. Hal itu mungkin terjadi bila otak terbiasa dengan hal yang itu-itu saja dan tidak terasah. Maka, penting untuk terus melatih neuroplastisitas dengan berada di enriched environment atau lingkungan yang dapat menstimulasi otak. 2.Latihan untuk mengasah neuroplastisitas Untuk menciptakan enriched environment yang dapat melatih neuroplas-tisitas, ada beberapa hal yang bisa dilakukan, yaitu aktivitas sensori/motorik, sosial, dan kognitif.
Aktivitas tersebut bukanlah hal yang rumit, melainkan bisa ditemui dalam kehidupan sehari-hari kita. Misalnya saja, aktivitas sensorik/motorik da-pat berupa mengetik menggunakan 10 jari atau menulis menggunakan tangan yang jarang kita pakai. Contoh aktivitas sosial adalah volunteering dan mencoba bergaul dengan orang-orang baru. Kita dapat juga mengasah kemampuan kognitif dengan belajar bahasa asing atau mencoba mengambil kursus daring. Caremans menekankan bahwa kegiatan tersebut harus dilakukan secara rutin dan dijadikan sebagai gaya hidup, bukan hanya 1-2 kali saja, supaya otak kita bisa tetap siaga. 3. Neuroplastisitas untuk membangun kebiasaan baru Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, repetisi merupakan kunci dalam neuroplastisitas karena dengan adanya pengulangan, otak bisa semakin otomatis dalam membuat kita melakukan sesuatu sehingga kita tidak perlu berusaha keras seperti halnya saat memulai tantangan baru. Karena itu, neuroplastisitas juga bisa digunakan untuk membangun kebiasaan baru ataupun menghentikan kebiasaan buruk. Caremans berpendapat bahwa terdapat 2 motivasi utama dalam membentuk sebuah kebiasaan, yaitu motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi intrinsik bersumber dari keinginan dalam diri sendiri. Sementara itu, motivasi ekstrinsik didasarkan pada faktor luar, misalnya saja hadiah atas suatu keberhasilan. Motivasi ekstrinsik terkesan lebih mudah mendorong kita untuk melakukan suatu kebiasaan. Namun, sayangnya, motivasi ini kurang dapat dipertahankan karena sangat bergantung pada sumber dari luar. Dengan kata lain, jika tidak ada faktor eksternal tersebut, kita akan cenderung berhenti melakukan kegiatan yang dimaksud. Karena itu, motivasi intrinsiklah yang seharusnya menjadi pendorong untuk membangun kebiasaan. Untuk membangkitkan motivasi intrinsik, Caremans menyarankan untuk melakukan sebuah kebiasaan yang ingin kita mulai bersamaan dengan hal yang kita sukai sehingga otak bisa mengasosiasikan kegiatan tersebut seba-
gai hal yang menyenangkan. Sebagai contoh, saya ingin membangun kebiasaan belajar, tetapi, bagi saya, belajar adalah hal yang kurang menyenangkan. Namun, karena saya menyukai musik, saya mencoba belajar sambil mendengarkan musik supaya saya menikmati pro-ses belajar saya. 4. Neuroplastistas untuk mengatasi kebiasaan suka menunda-nunda Manusia cenderung suka menunda-nunda untuk melakukan hal yang sebenarnya penting, seperti pekerjaan di kantor atau tugas kuliah. Hal ini disebabkan karena otak kita pada dasarnya diprogram untuk menghindari hal yang tidak menyenangkan dan beralih ke hal yang lebih nyaman untuk dilakukan. Menurut Caremans, terdapat banyak alasan mengapa orang menunda-nunda. Salah satu contohnya adalah rasa percaya diri yang rendah sehingga seseorang tidak yakin bisa melakukan sesuatu dengan baik. Alasan lain adalah perfeksionisme, yang membuat seseorang selalu ingin hasil yang sempurna sehingga pekerjaan tersebut tidak pernah selesai. Sebagian orang berpendapat bahwa manusia yang suka menunda-nunda tidak mempunyai cukup willpower atau tekad. Namun, Caremans mengungkapkan bahwa hal tersebut merupakan mitos karena willpower hanya akan membuat seseorang berusaha atau melawan terlalu keras sehingga pada akhirnya orang tersebut akan lelah dan sulit untuk konsisten. Karena itu, sama seperti poin sebelumnya, solusi untuk berhenti menundanunda adalah memotivasi diri dengan hal yang menyenangkan supaya otak tidak terus berpikir mengenai kegiatan yang tidak menyenangkan, melainkan sebaliknya. Contoh hal yang bisa dilakukan adalah membayangkan hasil setelah mencapai tujuan akhir atau membuat daftar kegiatan supaya lebih terorganisir. Dari kursus online tentang Neuroplastisitas yang saya ikuti, dapat disimpulkan bahwa penting bagi kita untuk terus belajar hal baru dan memulai kebiasaan baru yang baik. (MCS)
Campus Ministry
9
VOL.15/ OKT 2021
Profitability, Solidarity, and Sustainability: Bagi Kita, Alam, dan Masa Depan (Kejadian 1:27-28)
M
anusia dan Kondisi Saat Ini. Manusia seringkali hanya terpaku pada pemenuhan kebutuhan di masa kini dan hanya bagi dirinya sendiri. Kita melihat bagaimana banyak orang mengambil dan menghabiskan sumber daya alam (SDA) demi keuntungan sesaat, alih-alih peka dan sadar akan kebutuhan sesama dan tanggung jawab pada generasi mendatang. Jika kita melihat kondisi alam sekarang dan berkaca ke belakang, kita juga akan melihat bagaimana kerusakan alam sekarang adalah akumulasi dari eksploitasi berlebihan para pendahulu kita. Seringkali kita juga melihat dan memperhatikan bagaimana sikap abai orang-orang, terutama umat Kristen, lahir dari paham bahwa manusia lebih tinggi daripada alam. Pemahaman ini menyebabkan banyak orang merasa berhak untuk menyedot seluruh sumber daya alam tanpa mempedulikan pemulihan alam. Alam dianggap hanya objek pemenuhan yang tidak perlu dipedulikan kebutuhannya karena alam adalah anugerah Allah yang dapat dinikmati sepuasnya tanpa perlu kita bertanggung jawab atasnya. Namun, apakah benar demikian? Apakah benar tugas manusia di bumi yang diberikan Allah hanyalah mengeksploitasi alam? Tugas dan Hakikat Manusia Dari bacaan kita saat ini, kita bisa melihat pesan yang begitu jelas bahwa manusia adalah ciptaan yang unik. Pertama, kita diciptakan ketika segalanya telah dijadikan oleh Allah. Kedua, manusia diciptakan segambar dan serupa dengan Allah. Ketiga, manusia tidak hanya sekedar dibentuk, namun diberi tugas dan wewenang atas bumi dan isinya. Ketiga keunikan ini merupakan suatu penanda akan hakikat dan tanggung jawab manusia. Pertama, manusia sangat bergantung dan memerlukan alam yang dihadirkan Allah sebelum manusia itu sendiri. Tentu manusia akan menjadi sangat kesulitan dan menderita jika manusia diciptakan ketika alam masih kosong melompong dan belum siap mendukung kehidupan manusia. Lewat hal ini juga, manusia diingatkan untuk tidak berlaku semena-mena terhadap alam melainkan harus berlaku bijak dan mau menjaga keseimbangan alam. Kemudian, adanya gambar dan rupa Allah dalam diri manusia berimplikasi dua hal. Pertama, manusia memiliki martabat yang perlu dijaga. Martabat ini hadir oleh karena dari diri manusia-lah ciptaan dapat melihat dan mengenal bagaimana rupa Allah. Kedua, manusia juga memiliki daya cipta layaknya Allah, meskipun dalam ukuran yang jauh lebih kecil. Daya inilah yang harus diolah demi menjaga martabat
manusia sebagai gambar dan rupa Allah yang mahakasih. Terakhir, dan yang paling penting, manusia mendapat wewenang dan tugas untuk berkuasa serta “menaklukkan” bumi serta segala isinya. Namun, apa arti “menaklukkan” di sini? Banyak orang yang memahami bahwa menaklukkan di sini artinya hanya mengambil keuntungan dan kepentingan manusia tanpa memikirkan kepentingan ciptaan yang lebih “rendah”. Namun dalam buku Pengantar Ekologi Teologi, Gerrit Singgih memaparkan kepada kita kemungkinan untuk membaca kata “menaklukkan” (dari bahasa ibraninya rabasy) sebagai mengusahakan dan mengayomi, dan bukan sekadar menguasai dan mengeksploitasi . Bertolak dari pemahaman ini, wewenang yang Tuhan berikan kepada manusia dapat kita baca sebagai wewenang yang bersifat solider kepada sesama ciptaan. Dari sini kita bisa melihat bagaimana hubungan dengan alam menjadi satu aspek yang penting dan berhubungan erat dengan bagaimana manusia membangun hubungan dengan Tuhan. Ada perintah untuk tidak hanya mencari keuntungan satu pihak namun juga mengusahakan keberlanjutan bagi setiap makhluk dan membina relasi yang solider dengan alam. Karena hanya lewat inilah, gambar citra Allah dalam diri manusia dapat dirasakan, baik bagi sesama maupun bagi diri sendiri. Ajakan untuk Menjaga Keseimbangan bagi Alam, Sesama, dan Diri Sendiri Dalam Dies Natalis tahun ini, UKDW mengusung tema “Profitability (keuntungan), Solidarity (solidaritas), and Sustainability (Keberlanjutan)”. Ketiga hal ini terikat dalam sebuah keseimbangan unik dengan aspek-aspek kehidupan manusia. Tentu kita sudah ketahui bersama bahwa dalam pekerjaan dan usaha kita, kita membutuhkan keuntungan. Namun, jika kita hanya berfokus pada pencarian keuntungan, maka nantinya kita hanya menimbulkan kerusakan dan abai pada kepentingan semua pihak. Oleh karena itu, kita perlu memperhatikan dua aspek lain yaitu solidaritas dan keberlanjutan. Solidaritas ini artinya kita juga turut merasakan kehadiran sesama kita dan berempati pada apa yang mereka rasakan serta butuhkan. Solidaritas ini tidak hanya berlaku untuk sesama manusia, namun juga kepada alam sebagai sesama ciptaan. Kita merasakan kehadiran orang lain
foto:Pinterest
dan alam bukan semata hanya alat atau objek pemenuhan kebutuhan kita, namun sebagai individu dan subjek yang memiliki kebutuhannya sendiri. Hal ini tidak hanya menjadi kewajiban bagi kita, melainkan kebutuhan kita sebagai makhluk sosial yang senantiasa membutuhkan topangan dan saling ketergantungan satu sama lain. Aspek terakhir yang sama-sama penting adalah aspek keberlanjutan. Aspek ini mencakup bagaimana kita menjaga, melanjutkan, dan mengembangkan apa yang ada pada diri kita secara positif. Kita tidak hanya berorientasi pada pemenuhan kebutuhan di masa sekarang, namun juga menjaga dan mempersiapkannya untuk kebutuhan masa depan. Hal ini seringkali luput ketika orang hanya fokus pada pencarian keuntungan semata. Orang lupa bahwa masih ada hari esok yang memiliki kebutuhannya sendiri, dan ada generasi masa depan yang pada mereka kita berhutang. Berhubungan dengan aspek kedua, keberlanjutan ini juga mencakup bagaimana kita menjaga kelangsungan hidup sesama kita sebagai bentuk bela rasa dan solidaritas. Penutup Ketiga aspek ini perlu dijaga keseimbangannya dalam kehidupan kita sebagai gambar dan rupa Allah. Kita melihat bagaimana ketiga aspek ini penting dalam kehidupan kita dan sesama. Kita tidak bisa mengabaikan satu di bawah yang lain. Maka marilah dalam momentum Dies Natalis ini, kita mengingat tugas dan hakikat kita sebagai manusia dengan menjaga keseimbangan aspek profitability, solidarity, and sustainability dalam setiap kerja dan bakti kita. (Moshe-PKK)
Wujudkan Damai di Dunia Lewat Hubungan Interpersonal
P
erdamaian adalah suatu cita-cita yang ingin dicapai segenap insan di dunia, terutama ketika kita melihat terjadinya konflik-konflik besar. Namun, bukan berarti harapan akan perdamaian tak bisa kita rayakan. Inilah yang menjadi tujuan hadirnya ibadah hari perdamaian di Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) setiap tahunnya. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), sebagai penggagas lahirnya hari perdamaian tahun ini mengusung tema “Recovering Better for An Equitable and Sustainable World”, yang lekat kaitannya dengan pemulihan pasca pandemi Covid-19. Ibadah ini memiliki dampak yang besar bagi kita, sivitas akademika UKDW. Kita diajak bukan hanya berwacana namun juga menjadi duta bagi hadirnya perdamaian di bumi, terkhusus bagi bumi Indonesia. Kita diajak untuk tidak menghindari konflik, namun menyelesaikannya dengan kepala dingin dan fokus pada menjaga relasi yang harmonis. Kita juga diajak untuk berempati dengan konflikkonflik lain di luar lingkungan kita, serta diharapkan mampu membantu meringankan dan mempercepat pemulihan konflik. Meskipun Hari Perdamaian ditetapkan pada tanggal 21 September, tahun ini UKDW khusus mengadakan ibadah Hari Perdamaian pada tanggal 27 September 2021 yang ditayangkan secara live di kanal Youtube UKDW Yogyakarta. UKDW secara khusus mengusung tema “Relasi Interpersonal: Konflik dan Solusi” yang merupakan peneluran dari salah satu nilai kedutawacanaan “Walking in integrity”. Sepanjang ibadah, tata liturgi dibawa dalam tema tersebut. Ini bisa kita lihat melalui setiap alat musik dan olah vokal saling bersinergi membawa pesan-pesan perdamaian yang mewujud dalam lirik-lirik lagu yang dibawakan oleh “Didaktos Orchestra”. Secara khusus lagu-lagu yang dipilih berisikan nyanyian-nyanyian yang mengemukakan relasi interpersonal, baik antara sesama manusia, maupun tentang relasi Tuhan dan manusia. Khotbah dalam ibadah ini berkaitan dengan relasi interpersonal yang dibawakan oleh Drs. Kisworo, M.Sc., Dekan Fakultas Bioteknologi. Dalam Matius 6:14-15,
mengisyaratkan perlu adanya sikap saling mengampuni antar sesama sebagai jalan mendapat ampunan dari Allah Bapa. Khotbah ini juga mengajak kita untuk mau mengelola konflik yang ada dengan baik, bukannya mengelak atau menumpuknya hingga menjadi konflik yang lebih besar. Dalam khotbahnya, Drs. Kisworo mengajak kita menjauhi penyakit-penyakit hati yang bisa menimbulkan konflik tidak perlu. Dengan demikian, kita dapat menumbuhkan sikap-sikap yang lebih produktif dalam mengelola konflik. Ada satu hal menarik dari ibadah ini yakni penampilan Didaktos Choir, paduan suara yang anggotanya terdiri dari PA dan PPA UKDW. Mereka membawakan lagu “Damai di Dunia” yang berisikan harapan untuk hadirnya damai pemberian Allah di bumi. Tentunya agar tidak mengurangi kekhidmatan beribadah, penampilan ini direkam dengan mengikuti protokol kesehatan, dimana anggotanya mengenakan masker transparan meskipun sedang bernyanyi. Selepas penampilan Didaktos Choir, pelayan Firman mengadakan doa syafaat perdamaian. Doa ini ditujukan terutama bagi mereka yang menjadi korban perang, konflik bersenjata, maupun korban pandemi Covid-19. Penggunaan simbol menjadi satu hal yang khas dalam doa syafaat ini dimana air digunakan sebagai simbol kehidupan yang jernih pemberian Allah dan garam sebagai simbol kepedihan para korban. Lewat simbolisme ini, sivitas akademika UKDW juga diajak untuk turut menyatakan empati bagi korban dan terus berusaha mengupayakan perdamaian dapat terwujud di dunia. Setelah pengutusan dan berkat disampaikan oleh Pendeta Universitas, ibadah ditutup dengan nyanyian Doa Kami. Lagu ini secara khusus berisi pengharapan agar bangsa Indonesia mengalami perubahan ke arah yang lebih baik dan semakin meninggikan nama Tuhan. Pusat Kerohanian Kampus (PKK) UKDW berharap siaran online Ibadah Kampus ini bisa mendorong sivitas akademika UKDW untuk menjadi duta-duta perdamaian dimanapun Tuhan telah mendapatkannya. (Moshe – PKK)
foto:Pinterest
Campus Ministry
10
VOL.15/ OKT 2021
Bahasa Kasih (Love Language) sama lain. Namun, sebenarnya apa itu love language? Love language adalah konsep yang dikemukakan oleh Gary Chapman, seorang penulis asal Amerika Serikat. Dia mengemukakan bahwa manusia memiliki caranya masing-masing untuk menangkap ataupun mengekspresikan cinta mereka kepada orang lain. Dengan mengerti dan memahami cara-cara tersebut, Chapman menyatakan bahwa hal itu akan membuat kualitas suatu hubungan meningkat secara lebih baik. Caracara inilah yang ia sebut sebagai bahasa kasih.
foto:Pinterest
P
ernahkah ketika kita merasa kita sudah melakukan banyak kebaikan kepada orang yang kita kasihi, orang tersebut masih merasa kurang diperhatikan? Sebaliknya, seringkali ada hal-hal sederhana yang kita lakukan namun ternyata berdampak besar dan terus diingat oleh orang lain. Kita juga seringkali merasa bingung dengan apa yang orang berikan pada kita. Kita menganggap itu hal biasa saja, padahal itu adalah satu hal yang sangat penting dan bermakna bagi orang tersebut. Hal-hal tersebut seringkali terjadi karena kita belum mengerti dan memahami bahasa kasih (love language) kita satu
Cara mengenal bahasa kasih dan jenis-jenis bahasa kasih. Teori Chapman telah dipelajari dan dikembangkan oleh berbagai tempat dan institusi. Banyak pihak juga yang secara aktif mengembangkan tes untuk memudahkan orang mengenal bahasa kasihnya masing-masing dan cara mengembangkannya. Tes-tes tersebut tersedia baik dalam Bahasa Inggris maupun Bahasa Indonesia yang dapat dilakukan secara online. Tiap orang tentu memiliki bahasa yang unik dan personal antara satu individu dan yang lain. Namun, secara garis besar bahasa kasih dapat dikelompokkan menjadi 5 kategori yaitu: Word of Affirmation (Kata-kata yang meneguh-kan) Orang-orang dalam kategori ini sangat menghargai dan menjunjung nilai dari sebuah kalimat yang disampaikan padanya. Mereka sangat sensitif dan peka pada kalimatkalimat yang disampaikan pada mereka. Motivasi mereka
dapat dengan mudah muncul atau dipadamkan oleh kata-kata yang disampaikan orang-orang terdekat pada mereka. Bagi mereka, kata seringan dan seremeh apapun yang disampaikan pada mereka akan memiliki dampak yang besar dan membekas dalam hatinya. Mereka sangat menghargai ucapan “tolong”, “terima kasih”, “apa kabar” ataupun kata-kata pujian yang disampaikan pada mereka. Bagi mereka yang berelasi dengan orang dengan bahasa kasih seperti ini, penting untuk memikirkan dan meramu kata-kata yang ingin disampaikan sehingga tidak menyakiti hatinya namun menjadi sebuah motivasi dan dorongan baginya. Penting juga untuk mengingat kata-kata baik yang dia sampaikan karena bagi mereka, kata-kata akan selalu diingat sebagai sesuatu yang bermakna. Bagi mereka yang berada dalam kategori ini, penting untuk mengingat bahwa seringkali tidak semua orang bisa menyampaikan maksudnya melalui kata-kata dengan baik. Jadi penting juga untuk tidak langsung memasukkan semua perkataan orang ke dalam hati. Tidak ada yang salah untuk kembali bertanya apa yang orang maksud dengan kata-kata yang telah diucapkannya, sehingga kita menjadi lebih bisa memahami maksud orang lain lewat bahasa lisannya. Hal yang dihargai: penyemangat, pujian yang tulus, perhatian lisan, ajakan atau perintah yang lugas, dan sebagainya. Hal yang membekas dalam ingatan: kata-kata perundungan (verbal bullying), toxic positivity, pujian yang tidak tulus, janji yang tidak ditepati, dan sebagainya. (Moshe)
Office of International Affairs A Story of UKDW Student as Part of IFMSA - Serbia Exchange Program
G
easella Haylung Yuwono, an undergraduate of Faculty of Medicine of Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) majored in Profession Program of Medicine enrolled in a student exchange program to Serbia. This student exchange program is known as IFMSA. To know further about her experience in this study exchange program, Koran Kampus got the chance to chat with Geasella. To begin, we asked her the story of how she got into this student exchange program. Geasella knows about the IFMSA- Serbia Exchange 2020/2021 from the CIMSA organization she participated in. She tries to explore how the CIMSA organization is. CIMSA itself has several departments, one of which is a student and cultural exchange department called SCOPE. SCOPE initially introduced student exchange activities organized by SCOPE itself and Geasella was interested in enrolling. “Because one of the requirements is a 4th semester or second year student in lectures, so I tried to explore the vision, mission and destination country of the event/activity.” She started. “There are various countries that are the destination of the event, one of which is the country of my exchange destination, Serbia. Then after entering the second year around March 2020, I tried to register and fulfill the requirements given. And in July 2020 I was declared qualified for the selection stage. “she continued. When asked about her motivation for joining this student exchange program, Geasella replied “The reason I join this program is not much different from my hobby, which is traveling and exploring new things, especially in the field of medicine and health globally. That is the reason that motivates me to take part in this activity, with the hope of increasing my knowledge and friendship connections between medical networks between countries.” Geasella participated in this program from August 1 – August 31, 2021, at Novi Sad Faculty of Medicine and Novi Sad Hospital in Serbia. Geasella said that for this program activity, lectures were conducted in English at the Novi Sad Medical Faculty. There was also an Introductions and Visits at Novi Sad Hospital, as well as gatherings to introduce Serbian cultural language. Besides that, they can also walk around Serbia with friends from other cities. When we asked about her daily activities, she answered that there were many changes of the schedule to several replacement activities due to Covid-19 Pandemic. The daily activity begins with a briefing at 08.00 am, followed by lecture activities from
9.00-11.00 am. There is also an introduction and visiting schedule for Novi Sad Hospital at 12.0015.00 pm.They also conduct outreach to patients' homes from 15.00-17.00 pm. Followed by writing the final report and evaluation from 17.00-17.50 pm, and after that they can do free activities. We also asked her to share the experience she got in this student exchange program, she shared “Being able to meet friends/students in the medical field between countries, especially the most important thing is to be able to build new friendships between students. In addition, what is no less important is being able to get acquainted with doctors and hospital officials so that they can exchange ideas and knowledge with each other.” “There are also opportunities to learn Serbian and other languages from other participants and practice by learning to communicate with local / native speakers,” she added. Now, let's see how Serbia, the country located in the Central and Southeast of Europe, is different from our country. “Life here in Serbia is very pleasant because the people here are very friendly and open to cultural differences, especially immigrants such as tourists, exchange students, and other international workers. For different things, every country has a different culture which causes culture shock. For example, a simple but very meaningful problem is the on time problem,” she shared her thoughts. “The problem of being on time is very much
applied in every activity, for example when taking the train / tram / subway. Most of the transportation there applies this system, for example the train schedule at 7.00 am, it's better to come at half past 7 to get a seat and get ready on the train. Because they could have left 5 minutes earlier before the scheduled departure of the train. And there is no delay system in Serbia. Slightly different from in Indonesia, if you are late in Indonesia, it is a natural thing to be found or felt when you meet someone. But in Serbia, being late is a mistake or disgrace for the behavior of the person who does not respect the busyness or activities of others,” she continued. According to the girl who was once a member of the Medical Faculty Student Executive Board, adapting to a new environment is not easy. “But within a month I have to require myself to be able to adapt and interact smoothly with new people in Serbia. The way to adapt quickly is to think that we humans are social creatures and definitely need the help of others, and other people are all around us. Which has different customs, cultures, traditions and habits,” she explained. “Where we are, that's where the sky is upheld, that is the proverb made me think that I should be able to adapt to the environment where I am in, no matter how hard the culture shock is, but if we respect others, surely others will appreciate and help us to learn their culture,” she continued. Responding to our question about what challenges were felt during the program, she
answered, "The challenge is learning Serbian, because I want to interact with Serbian people, where not all Serbs can speak English so that requires me to learn basic Serbian as a bridge in communicating the meaning and purpose of treatment to them." Furthermore, Geasella also shared the most valuable experiences and unique things she found during this program, she answered “The most memorable experience was meeting and getting acquainted with great doctors in Serbia and medical students from various countries. Besides getting to know each other, we also exchanged stories or shared about life experiences and lectures in each country. For the unique thing that I found were ancient and historic buildings that can be found in every corner of the city in Serbia." "I also had time to learn Serbian culture, which discussed a lot of history from the BC era to the present. Then when there was an opening ceremony at a non-formal event, there was a unique thing that I found, that is when people wanted to show their love for Serbia, they will raise 3 fingers (thumb, index finger and middle finger) as a symbol of their love for the country of Serbia.In addition, when visiting or celebrating the weekend, Serbian people usually serve Rakija as an appetizer/welcome drink which tastes very delicious. In addition, also learn Serbian and foreign languages from other exchange participants, "she continued. Geasella also explained that the benefits of participating in this student exchange program are being able to get to know and establish new relationships with new people across countries and even across continents. “I was able to know various kinds of activities and medical knowledge from various countries, especially Serbia. For example, during visits or conducting counseling, I can find out about the health and psychological problems of patients and their families which may not have happened in Indonesia or I have never heard of before,” she told us. "In addition, I also get the benefit of being able to learn to live independently and adapt quickly which will be very useful for me to live my life in the future." she added. Closing our chat, Geasella gave some words of encouragement to UKDW students who also want to study abroad by participating in the student exchange program “Keep the spirit in achieving the goals you dream of, if you feel bored or tired in carrying out the process, you can do fun activities as a distraction like doing a hobby you have. Because the journey of life is still long, so as much as possible you should be able to explore yourself and the environment so that you can increase your knowledge and provisions for the future. Good luck!!” (Paulina)
11
Pemenang Lomba Artikel Jurnalistik VOL.15/ OKT 2021
Dari Merdeka Menjadi Duta : Meraih Simpul Wacana Interdenominasi Juara 1 Kategori Mahasiswa - David R. Sitorus
P
rogram MB-KM Sebagai Sebuah Langkah Disruptif. Keadaan pandemi terus mengguncang kemapanan berbagai dimensi strategis yang ada, baiklah itu stabilitas ekonomi, sosial, kesehatan hingga proyeksi pendidikan nasional yang harus terus berjalan dalam terang ketidakpastian. Segalanya terus bergerak menyesuaikan anomali dan berbagai urgensi di tengah pandemi, terkhusus dalam dimensi pendidikan yang dimana saya pribadi sebagai pelajar juga dituntut secara langsung untuk dapat beradaptasi dalam proses belajar pada konteks kenormalan baru ini, yaitu dengan proses pembelajaran jarak jauh atau yang disebut PJJ Daring. Namun agaknya saya melihat suatu hal yang menarik di tengah kejenuhan dari skala normalitas belajar saat ini. Yakni ketika Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia (Kemenristekdikbud) secara resmi mencanangkan program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MB-KM). Saya menyambut dengan baik apa yang telah menjadi sebuah langkah disruptif dan kreatif dari Kemenristekdikbud ini dalam prosesnya memberikan otonomi kebebasan pelajar untuk merengkuh wacana melintasi sekat birokratisasi kampus. Demikian program ini dapat mencegah disparitas antar perguruan tinggi di Indonesia, serta memungkinkan pelajar untuk mampu berdinamika sesuai dengan kehendak belajar yang diminati. Menjadi “Duta” Lintas Perguruan Tinggi... Secara kebetulan saya dapat ikut berpartisipasi melalui program pertukaran pelajar sebagai salah satu opsi yang ditawarkan dalam bentuk kegiatan pembelajaran MB-KM ini. Program pertukaran pelajar ini memungkinkan saya untuk dapat mengikuti perkuliahan bersama dengan perguruan tinggi yang memiliki kesamaan lingkar program studi serta terjalin kemitraan dengan tempat saya belajar, yaitu Fakultas Teologi Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta
dengan Sekolah Tinggi Filsafat Teologi (STFT) Widya Sasana Malang. Di sini saya mengikuti pembelajaran mata kuliah Patrologi (2 sks) atau yang dikenal sebagai studi tentang Bapa Gereja, dimana studi terkhusus ini tidak saya temukan dalam pilihan mata kuliah di kampus saya Fakultas Teologi UKDW. Bersyukur saya memperoleh kesempatan yang diakomodasi oleh kampus saya untuk mengikuti pembelajaran studi Patrologi ini. Merdeka Meraih Simpul Wacana Interdenominasi Sebagai seorang yang lahir dan tumbuh dewasa dalam lingkungan serta tradisi pengajaran iman Kristen Protestan khususnya aliran Calvinisme, secara tidak langsung hal ini menjadi sebuah identitas paling mendasar bagi saya. Lebih lagi ketika saya juga menempuh studi teologi pada kampus dengan corak iman Kristen Protestan. Tentu pola-pola ini menjadi sebuah pembawaan dasar bagi cara berpikir maupun beriman saya apapun konteksnya. Namun, yang menarik adalah ketika saya mengikuti program pertukaran pelajar MB-KM bersama STFT Widya Sasana Malang ini, saya diperjumpakan dengan berbagai horizon yang baru. Sementara STFT Widya Sasana Malang merupakan sebuah perguruan tinggi filsafat-teologi yang notabene merupakan “sekolah” bagi para Frater Katolik, maka saya pun harus ‘berkenalan’ dengan wacana dan tradisi Katolisitas dalam proses pembelajaran. Kelas ini juga dihadiri oleh puluhan Frater dari berbagai Ordo atau Tarekat Religius Katolik seperti Ordo Karmelit (O.Carm), Pasionis (C.P), Serikat Sabda Allah (SVD), Frater Projo (Pr), dan lain yang belum saya sebutkan. Sejalan dengan agenda yang menjadi tujuan dari program pertukaran pelajar MB-KM, universalitas
ruang pembelajaran ini bukan hanya diwarnai oleh konteks lintas denominasi saja, melainkan juga peserta kelas yang juga berasal dari berbagai daerah dengan suku dan ras yang beragam. Kelas dimulai pada Senin pagi dengan cara berdoa Katolik dan panggilan “Romo” kepada dosen. Namun sesekali Romo Edinson Tinambunan, dosen saya, juga mengundang saya untuk memimpin doa dengan cara Pro-testan. Yang lebih menarik ketika studi Patrologi yang lekat kaitannya dengan penelitian sejarah Gereja Purba, mampu membawa “dua bersaudara Kristen” ini melihat lebih dalam sejarah Kekristenan yang pada mulanya adalah satu tubuh. Di lain sisi, saya sebagai pembelajar Protestan juga turut belajar bahasa Latin yang notabene merupakan mata kuliah wajib para Frater STFT Widya Sasana ini. Romo Edinson Tinambunan juga selalu mengajarkan bahwa tujuan dari kami belajar sesungguhnya adalah menjadi calon imam dan para pemimpin Gereja di masa mendatang, maka dengan demikian sedari dini pula harus mulai menyiapkan diri. Tak lupa bahwa dalam upaya menciptakan harmoni keberagamaan, maka haruslah sedari dini menjalin relasi interdenominasi bahkan relasi interreligius demi meraih simpul koeksistensi hidup beragama pada masa yang akan datang, yakni dimulai dari pendidikan para calon rohaniawan sejak sebelumnya. Saya pribadi senang dengan pengalaman-pengalaman unik nan menarik yang saya bisa rasakan ini. Proses manuver pembentukan program MB-KM ini sedikit banyak mampu memulai sebuah langkah besar dalam menyingkap makna ruang pembelajaran yang harusnya universal dan holistik. Namun sempat terbesit tanya dalam benak saya, apabila program pertukaran pelajar MB-KM ini hanya merupakan bagian maneuver dari pendidikan di tengah konteks pandemi (dilakukan dengan daring lintas kampus yang bahkan juga dapat mengakomodasi kampus lintas daerah), bagaimana kelangsungannya ketika proses pembelajaran kenormalan baru kembali pada mekanisme onsite atau luringnya? Tabik.
Menjadi Pejuang Muda dalam Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka Runner Up Kategori Mahasiswa - Thesalonika Dwi Wardhani Puspita Baruti
P
ada awal tahun 2020, pandemi COVID-19 memberikan dampak yang sungguh luar biasa bagi sistem pendidikan di Indonesia. Secara tidak langsung COVID-19 menuntut setiap insan untuk dapat beradaptasi dengan teknologi dan sistem pembelajaran secara online. Melalui pandemi COVID-19 ini, ada banyak hal yang telah dilakukan oleh para pendidik bahkan pemerintahan dalam mengoptimalisasi proses pembelajaran yang semula dilaksanakan secara tatap muka berubah menjadi dalam jaringan. Salah satu tindakan yang diciptakan adalah diadakannya program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang dibuat oleh Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia yang bertujuan untuk memberikan kesempatan bagi mahasiswa/i di seluruh Indonesia untuk mengembangkan potensi sesuai dengan minat bakat yang dimiliki untuk terjun dalam dunia kerja. Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka merupakan salah satu upaya pemerintah untuk melibatkan pejuangpejuang muda agar turut ambil bagian dalam proses pengembangan sistem pendidikan di Indonesia. Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka menawarkan beberapa program yang dapat diikuti oleh mahasiswa/i di seluruh Indonesia seperti Kampus Mengajar, Pertukaran Mahasiswa Merdeka, Kerja Praktik, Pembangunan Desa, Riset atau Penelitian, dan masih banyak program lain yang ditawarkan. Melalui programprogram tersebut, mahasiswa di perguruan tinggi dapat memilih program sesuai dengan kemampuan yang dimiliki dan diharapkan mahasiswa dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat serta memberikan solusi terhadap permasalahan yang dihadapi dalam dunia pen-didikan. Dalam beberapa program yang ditawarkan, beberapa mahasiswa dari Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, Universitas Kristen Duta Wacana yakni Thesa, Cindy, dan Reni diberikan kesempatan menjadi pejuang muda yang dipercaya untuk turut berkontribusi dalam proses pengembangan belajar mengajar di sekolah yang masih dalam tahap pengembangan. Dengan mengikuti program Kerja Praktik, ketiga mahasiswa tersebut akan ambil bagian dalam peningkatan kualitas dan efektivitas sistem pembelajaran yang ada di Sekolah Menengah Atas (SMA) serta mencoba mempraktekkan teori yang sudah didapatkan selama perkuliahan untuk diaplikasikan dalam dunia kerja secara profesional. Selain mengapli-kasikan teori dalam kehidupan nyata, ketiga mahasiswa tersebut juga mengembangkan soft skills yang akan menjadi bekal di masa yang akan datang. Selama berproses bekerja praktik, ketiga mahasiswa ini dilibatkan secara langsung untuk mengajar bahasa Inggris di SMA Immanuel Kalasan mulai dari kelas 10 sampai kelas 12. Namun tidak hanya mengajar, mahasis-wa juga membuat beberapa program kerja guna menun-jang kualitas SMA tersebut. Program-program yang sedang dan akan dilaksanakan adalah program meng-ajar, program pembuatan video profil sekolah, program pengembangan media sosial
sekolah, dan program lomba di hari pahlawan. Melalui program kerja tersebut, diharapkan dapat membantu kebutuhan mitra sekolah. Dua bulan telah terlewati, ada banyak hal yang didapatkan ketika ketiga mahasiswa ini bekerja praktik. Dalam proses belajar mengajar, mahasiswa ini belajar bagaimana membuat lesson plan, rancangan pelaksanaan pembelajaran, dan penggunaan teknologi dalam mengajar. Hal ini menunjukkan bahwa materi perkuliahan yang sudah didapatkan sebelumnya sangat bermanfaat dalam proses pembelajaran sehingga ketiga mahasiswa ini tidak membutuhkan waktu lama untuk beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Selain itu, ketiga mahasiswa ini juga dihadapkan dengan muridmurid yang berbeda kemampuan dan karakter sehingga mahasiswa juga dapat belajar bagaimana menjadi seorang pendidik yang profesional, bijaksana, kreatif, serta inovatif. Menjadi pejuang muda dalam program Merdeka Belajar Kampus Merdeka adalah bukan suatu hal yang mudah. Namun ketiga mahasiswa ini mempunyai keinginan tinggi untuk dapat menyukseskan program ini sehingga membantu meningkatkan kualitas SMA Immanuel Kalasan. Tidak hanya itu, ketiga mahasiswa ini juga terus berjuang untuk menjadi pejuang muda yang tidak hanya bermanfaat bagi dirinya sendiri namun bisa bermanfaat bagi orang lain dan lingkungan sekitar.
foto:Dok. Tim MBKM
foto:Dok. Tim MBKM
12
Pemenang Lomba Artikel Jurnalistik VOL.15/ OKT 2021
Cita, Harapan dan Catatan Kampus Merdeka Juara 1 Kategori PA/PPA - Cheryl Marlitta Stefia, S.T., M.B.A.,QRMA
D
idapati banyak sekali mahasiswa Indonesia dari lulusan universitas belum siap menghadapi persaingan global. Berdasarkan dari data 2010, tingkat penyerapan lowongan kerja di bawah 10%. Hal ini diungkapkan oleh Rene Suhardono, seorang career coach pada acara workshop "A Step To Global Confidence" yang digagas Rexona di Kampus Universitas Indonesia, Depok, Rabu (13/7/2011). Menilik pada faktanya, persoalan lulusan baru perguruan tinggi di Indonesia memiliki kekurangan di tiga hal, yakni daya berfikir kritis untuk dapat menjadi problem solver, kepercayaan diri serta kemampuan berkomunikasi dan menyampaikan pendapat. Hal ini terus dikaji dan menjadi catatan besar bagi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. Karena pada kenyataannya di era globalisasi ini persaingan pencari kerja bukan hanya antarsesama warga Indonesia melainkan tenaga asing ikut mewarnai dalam persaingan. Persaingan itu semakin berat ketika diterapkannya Asean China Free Trade Agree-ment (AC-FTA) yang artinya persaingan di Indonesia sudah termasuk ke dalam persaingan global. Permasalahan yang dihadapi bertambah dengan adanya diskriminasi pendidikan Indonesia di masa pandemi. Hal itu sangatlah terasa bagi seluruh pelajar yang ada di Indonesia. Daerah pelosoklah yang sangat terdam-pak dari diskriminasi Pendidikan ini. Pada faktanya, kebutuhan pendidikan Indonesia terutama pada jaringan di masa pandemi tidak tersebar dengan rata padahal Pembelajaran Jarak Jauh’ adalah satu-satunya metode terkini untuk mencegah adanya penyebaran virus COVID-19. Tentu saja, tatap muka dalam kegiatan belajar mengajar tidak dapat dilakukan, hal ini tentu saja untuk mencegah penyebaran COVID-19. Pembe-lajaran menggunakan metode daring ini menjadi suatu tantangan tersendiri bagi seluruh stakeholder yang berkecimpung di dunia Pendidikan. Bagaimana tidak? Pelaksanaan belajar mengajar secara daring ini harus berjalan tanpa harus mengurangi kualitas dari pembelajaran. Menjawab permasalahan yang ada, gebrak-
an pendidikan sangat disadari oleh Pemerintah Indonesia dapat hadir sebagai solusi yang konkrit. Berbagai cara dilakukan oleh pemerintah secara perlahan memperbaiki dan membantu institusi di satuan pendidikan di seluruh Indonesia. Terobosan terbaru dari Pemerintah adalah Program Kampus Merdeka Belajar. Program MBKM yang diluncurkan oleh pemerintah melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan. Salah satu terobosan yang baru dalam program MBKM ini yakni Pertukaran Mahasiswa Merdeka dengan harapan melalui Program Pertukaran Mahasiswa Merdeka, para mahasiswa bisa mendapatkan kesempatan untuk menimba ilmu di universitas lain. Program ini bertujuan untuk membuka ruang pertemuan bagi mahasiswa untuk memupuk rasa percaya diri dalam bersosialisasi dan berbagi. Tidak akan ada lagi diskriminasi antara perguruan tinggi negeri dan swasta, semua diberikan kebebasan dan diberikan perlakuan yang sama oleh pemerintah untuk mengikuti program Kampus Merdeka. Terobosan ini juga sebagai langkah dalam mengatasi dan memberikan kebebasan kepada peserta didik maupun tenaga pendidik dalam mengem-bangkan diri sebagai salah satu cara dalam pengembangan keprofesian berlanjutan. Mela-lui program ini tentunya banyak harapan yang diinginkan berkenaan dengan peningkatan kualitas pendidikan. Dibalik harapan tentunya ada tantangan yang akan dihadapi oleh peserta mahasiswa saat terjun di lapangan. Yang pertama, program ini dirancang supaya mahasiswa dapat membantu tenaga pendidik dalam melaksanakan pembelajaran yakni terkait literasi dan numerasi. Lebih dalam mengenai literasi, yaitu mahasiswa dapat mengasah nalar, critical thinking dan menganalisis masalah yang ada di lapangan baik secara visual maupun dengan pembacaan data yang ada. Selanjutnya mengenai numerasi, dimana peserta didik diharapkan dapat menganalisis angka-angka dari suatu table, bagan maupun grafik. Kegiatan ini dicetuskan dengan adanya harapan mahasiswa harus mempunyai
kapasitas baru untuk menjadi pribadi-pribadi yang mumpuni di masa depan. Mahasiswa tidak hanya mengacu pada text book tetapi dapat menjadi pribadi unggul yang menguasai berbagai bidang keilmuan, beradaptasi dengan cepat, dengan sigap berkolaborasi lintas disiplin keilmuan, dan mampu menjadi problem solver. Adanya keunggulan dari sebuah program tak lepas dari kritik dan saran yang membangun, hal ini dilakukan untuk bisa mempertahankan keung-gulan yang sudah dicapai. Catatan yang pertama datang dari anggapan para perancang program MBKM yang berasumsi ahwa para mahasiswa memiliki standar kemandirian yang tinggi. Asumini mengedepankan gagasan bahwa para maha-siswa dapat belajar secara merdeka dan tidak memiliki batasan pada satu prodi atau ilmunya saja. Tentu saja gagasan / asumsi ini teramat jika bersandar pada teori tugas perkembangan dari Robert J Havighurst. Dalam teori tersebut mengungkapkan bahwa seseorang yang telah menginjak usia remaja akhir diharapkan telah memiliki kemandirian yang mumpuni. Namun perlu diingat bahwa Robert J Havighurst sendirilah yang juga menegaskan bahwa perkembangan seorang manusia juga sangat dipengaruhi oleh faktor budaya. Melihat dari perspektif empirik, menurut pengalaman dan pengamatan penulis, beberapa mahasiswa belum sepenuhnya memi-liki kemandirian yang tinggi dikarenakan faktor disrupsi teknologi yang sangat cepat sehingga para mahasiswa dengan latar belakang yang kurang mumpuni harus memerlukan waktu untuk beradaptasi yang lebih panjang. Imbas dari asumsi ini tentu saja tertanggungkan oleh para dosen yang harus bekerja keras untuk mendampingi dan memantau perkembangan para mahasiswa dalam rangkaian kegiatan tersebut. Para dosen juga diharapkan dapat membantu maha-siswanya dalam merefleksikan pengalaman-pengalaman berharga yang diperoleh maha-siswa selama program ini dijalani agar dapat menjadi pembelajaran tersendiri bagi setiap individu
siswa. Output dari metode reflektif ini akan mengajak mahasiswa untuk mampu berpikir secara kritis dan analitik atas semua pengalaman yang diperolehnya dalam Pro-gram MBKM. Kemampuan berpikir secara kritis dan analitik ini merupakan sebuah skill yang menghantarkan mahasiswa Indonesia dapat bersaing secara global. Jika proses refleksi ini tidak dilaksanakan, mungkin saja Program MBKM hanya akan berujung menjadi program “penghibur” para mahasiswa dari segala hiruk pikuk dan rutinitas pengajaran di kampusnya masing-masing. Catatan yang kedua dating dari asumsi Program MBKM terhadap semua mitra yang akan bekerja sama dengan program ini telah memiliki visi yang sama untuk mencapai semua keunggulan program MBKM yang sudah dijabarkan. Faktanya, realita di lapangan tidak sama. Terkadang beberapa mitra tidak memiliki “ritme-irama” yang sejalan. Dikhawatirkan mahasiswa hanya akan menjalankan tugastugas administratif selama program berjalan. Oleh karena itu, perguruan tinggi harus sangat selektif dalam memilih mitra. Selain itu, juga diperlukan musyawarah untuk menyamakan “irama dan visi akademik” sehingga tujuan baik dari program ini akan setara. Terakhir, tidak dapat dipungkiri bahwa tenaga pendidik sedang diakselerasi dan diharuskan beradaptasi dengan cara-cara pembelajaran konvensional menuju cara pembelajaran yang terintegrasikan dengan teknologi. Tentu saja besar peran dari para Rektor Universitas ataupun Pimpinan Kampus secara komitmen menyertakan semua pihak di dalamnya agar semua bergerak dan terfasilitasi agar mempunyai kemampuan mengintregrasikan teknologi di dalam proses pembelajaran. Langkah ini merupakan suatu kebutuhan nyata seiring dengan revolusi industry 4.0. Kemampuan terintegrasi dengan teknologi ini harus dimiliki sehingga tidak menghambat dalam proses melahirkan SDM unggul 2045, sertus tahun pasca Proklamasi negeri Indonesia tercinta.
Pemanfaatan Sistem Informasi Untuk Mendukung Program MBKM di Masa Pandemi Runner Up Kategori PA/PPA - Dave GSM Fernandez, S.Kom
P
rogram Merdeka Belajar Kampus Merdeka atau Program MBKM merupakan salah satu dari kebijakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemen-dikbud RI) mengenai Standar Nasional Pendidikan Tinggi berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2020 yang memberikan hak kepada mahasiswa untuk 3 semester belajar di luar program studinya. Ada 8 Bentuk Kegiatan Pembelajaran (BKP) dalam Program MBKM diantaranya adalah 1) Magang/Praktik Kerja; 2) Pertukaran Pelajar (Pertukaran Mahasiswa Merdeka); 3) Asistensi Mengajar di Satuan Pendidikan (Kampus Mengajar); 4) Peneli-tian/Riset; 5) Program Kemanusiaan; 6) Kegiatan Wira-usaha; 7) Studi/Proyek Independen; dan 8) Membangun Desa/ Kuliah Kerja Nyata Tematik.
foto: Buku Panduan Merdeka Belajar
Dalam rangka memfasilitasi aktifitas pembelajaran yang mencakup 8 (delapan) BKP MBKM, Universitas Kristen Duta Wacana membangun sebuah Sistem Informasi MBKM yang dapat diakses oleh mahasiswa UKDW, mahasiswa non UKDW, Dosen Pembimbing, Ketua Program Studi (Kaprodi) dan Mitra melalui URL https://mbkm.ukdw.ac.id. Sistem Informasi MBKM ini mempunyai 5 fitur utama yaitu: a) Menu Registrasi: Menu ini hanya digunakan bagi mahasiswa inbound untuk mengambil matakuliah yang ditawarkan oleh program studi (prodi) di UKDW. b) Menu Daftar Kegiatan BKP: Menu ini digunakan oleh Kaprodi untuk menambahkan kegiatan BKP yang dilaksanakan oleh prodi. c) Menu Logbook: Menu ini hanya digunakan oleh mahasiswa outbound atau mahasiswa UKDW yang melakukan kegiatan BKP di luar UKDW. Menu ini berisi perihal catatan aktivitas harian dan wajib harus diisi oleh mahasiswa yang divalidasi oleh dosen pembimbing serta dapat dipantau oleh Kaprodi dan Mitra. d) Menu Laporan: Menu ini memuat laporan kegiatan mahasiswa yaitu terdiri dari laporan awal, laporan mingguan dan laporan akhir.
e) Menu Penilaian: Menu ini diakses oleh Dosen Pembimbing untuk melakukan penilaian terhadap kinerja mahasiswa yang melakukan kegiatan MBKM. Langkah pertama yang perlu dilakukan oleh seorang Kaprodi setelah berhasil login ke Sistem Informasi MBKM menggunakan login yang sama seperti penggunaan SIPAPPA atau eClass adalah membuat daftar mitra yang bekerja sama dengan prodi tersebut. Langkah kedua, Kaprodi membuat transaksi kegiatan dengan cara memilih BKP yang akan diselenggarakan oleh prodi tersebut, misalnya Magang/Praktik Kerja, Pertukaran Pelajar (Pertukaran Mahasiswa Merdeka), Kampus Mengajar, Studi/Proyek Independen dan sebagainya. Tiap prodi memiliki jenis BKP yang berbeda dan mitra yang berbeda pula. Langkah ketiga, Kaprodi menambahkan daftar matakuliah yang akan menjadi konversi matakuliah dari BKP tersebut. Contohnya: BKP Kampus Mengajar pada prodi A jika dikonversi menjadi matakuliah yaitu matakuliah D, matakuliah E, dan matakuliah F. Setelah itu masing-masing peserta matakuliah yang mengikuti BKP Kampus Mengajar tersebut dipilih untuk masuk ke tabel khusus untuk peserta BKP Kampus Mengajar. Langkah keempat, Kaprodi menambahkan mitra yang bekerja sama atau terlibat dalam BKP Kampus Meng-ajar yang menjadi contoh tadi. Langkah kelima, Kaprodi dapat melihat logbook maupun laporan yang telah dibuat oleh peserta BKP Kampus Mengajar yang menjadi contoh tadi, lengkap dengan melihat deskripsi laporannya, lampiran, gambar dan link materi yang diunggah. Selain itu, Kaprodi dapat melihat komentar dari dosen pembimbing maupun mahasiswa. Langkah keenam, Kaprodi menambahkan Dosen Pembimbing dari mahasiswa yang menjadi peserta dalam BKP tersebut. Jumlah dosen pembimbing dari masing-masing mahasiswa bisa saja berbedabeda, ada yang 2 dosen atau 3 atau bahkan lebih dari itu. Terakhir, Kaprodi menambahkan komponen penilaian dari BKP tersebut, bobot, skala, dan siapa yang berhak mengisi komponen nilai tersebut apakah dosen pembimbing atau mitra. Sistem Informasi MBKM UKDW ini memberikan akses bagi mahasiswa UKDW, Dosen Pembimbing, dan Mitra tidak perlu melakukan signup karena datanya akan ditambahkan oleh administrator sistem. Selain itu mahasiswa inbound atau mahasiswa non UKDW yang mengambil matakuliah luring dalam skema Pertukaran Mahasiswa Merdeka DIKTI juga diberi akses ke dalam Sistem Informasi MBKM UKDW. Caranya, mahasiswa inbound tersebut wajib melakukan pendaftaran atau signup awal pada Sistem Informasi MBKM UKDW melalui URL berikut: https://mbkm.ukdw.ac.id/user/signup dengan mengisi inputan yang diminta oleh sistem seperti NIM, nama mahasiswa, nama prodi, nama perguruan tinggi, nomor ponsel,
email, tempat lahir, dan tanggal lahir. Sebagai informasi, mahasiswa inbound adalah mahasiswa luar UKDW yang melakukan BKP dengan mengambil matakuliah pada prodi yang ada dalam lingkup UKDW. Mahasiswa tersebut bebas memilih matakuliah dari prodi manapun di UKDW yang mereka ingin pelajari dengan batasan maksimal pengambilan matakuliah 20 SKS. Setelah mahasiswa inbound berhasil melakukan signup, perguruan tinggi asal melakukan validasi dan mengisi URL PDDIKTI yang dimiliki oleh mahasiswa untuk dapat membantu perguruan tinggi penerima dalam proses validasi bahwa mahasiswa tersebut adalah benar tercatat sebagai mahasiswa aktif pada perguruan tinggi tersebut. Mahasiswa inbounakan mendapatkan informasi melalui email yang isinya memberitahukan terkait username dan password yang digunakan untuk mengakses Sistem Informasi MBKM UKDW. Apabila berhasil melakukan login ke Sistem Informasi MBKM UKDW, maka dari sisi mahasiswa inbound dapat melakukan proses registrasi pengambilan matakuliah yang sudah ditawarkan oleh prodi-prodi yang terlibat dalam kegiatan MBKM UKDW melalui menu Kartu Rencana Studi (KRS) dan juga mahasiswa inbound dapat melihat hasil akademiknya melalui menu Kartu Hasil Studi (KHS). Bagi mahasiswa UKDW atau mahasiswa outbound yang ingin mengakses Sistem Informasi MBKM dapat menggunakan login yang sama seperti penggunaan SSAT atau eClass. Sebagai informasi, mahasiswa outbound adalah mahasiswa UKDW yang melakukan kegiatan pembelajaran pada perguruan tinggi lain di luar UKDW. Mahasiswa tersebut bebas memilih matakuliah dari prodi manapun di perguruan tinggi lain yang mereka ingin pelajari dengan batasan maksimal pengambilan matakuliah 20 SKS. Perbedaannya dengan mahasiswa inbound yang hanya mengambil KRS saja, khusus untuk mahasiswa outbound hanya perlu mengisi logbook, laporan (laporan awal, laporan bulanan, laporan akhir) dan melakukan upload dokumen/bukti pembelajaran untuk mendukung laporan mahasiswa. Logbook atau laporan mahasiswa outbound akan divalidasi oleh dosen pembimbing yang sudah ditunjuk oleh prodi. Harapannya dengan adanya Sistem Informasi MBKM UKDW ini dapat mendukung dan memfasilitasi seluruh mahasiswa, baik mahasiswa UKDW maupun mahasiswa non UKDW untuk dapat merasakan kegiatan pembelajaran di luar prodinya dengan batasan maksimal pengambilan matakuliah 20 SKS dan bagi prodi tentu saja dengan adanya Sistem Informasi MBKM UKDW ini dapat membantu prodi dalam mencatat segala aktifitas akademik dari 8 BKP dari program MBKM seperti logbook dan laporan kegiatan mahasiswa, serta dapat mencatat data konversi matakuliah yaitu komponen penilaian dari kegiatan pembelajaran yang diikuti oleh mahasiswa.
13
Serba-Serbi
Possible topics for the essay: - Ecological Justice - Ecosystem and Biodiversity - Eco-feminism and Women’s Leadership - Mother Nature and Spirituality - Development of Sustainable Future in Climate Crisis/Global Warming - Zero-waste - Saving Energy and Renewable Energy - ESG (Environmental, Social and Governance) - Clean-up of Air, Water and Soil Pollution Length and Format - All essays must be double spaced in Times New Roman 12pt, in MS Word format. - Length of essays should be maximum 2,000 words, with pages numbered. (This does not include referencing such as footnotes and bibliography). - Include photos of your project (1 to 3 pictures). - A short video (up to 3 minutes) can be submitted by uploading a video link to the application form.
VOL.15/ OKT 2021
Additional Guidelines: - All essays must be original (my own product), written in English. - Plagiarism and off-topic will result in disqualification. - Each student may submit only one essay. - If the essay is a teamwork of faculty and students, the faculty member should submit the essay as the representative of the team. - If the winning essay involves teamwork of faculty and students and is an on-going project of the team, Scranton Center will reward the team with US$2,000 for development of that project. - By submitting your work, you agree to accept the official guidelines and decisions of the judges as final, and you are giving Scranton Women’s Leadership Center permission to post your writing on our website and social media. - For further inquiries, contact Scranton at contest@scrantoncenter.org