Koran Kampus UKDW Edisi Mei 2022

Page 1




Fakultas Teologi

4

VOL.16/ MEI 2022

Diskusi Teologis Ekofeminisme

D

ivisi Kerohanian Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Teologi Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta mengadakan diskusi mengenai isu teologi pada tanggal 20 Mei 2022 yang lalu. Diskusi teologis yang diadakan merupakan pemaparan dari dua paper terbaik dari mata kuliah Teologi Feminis. Kedua paper tersebut membahas mengenai isu ekofeminisme. Narasumber pertama dari mahasiswa Fakultas Teologi angkatan 2019, Dan Marthin Yoga Saragih yang menjelaskan mengenai isu yang terjadi di tanah Toba. Papernya berjudul Ale Jahowa Debata Nami, Hanami Marhabot di Roba: Menganalisis Perlawanan Inang-Inang Toba terhadap Pembuatan Jalan Toba dari Perspektif Ekofeminisme. Sedangkan untuk narasumber yang kedua, dari Harley Jonathan yang juga mahasiswa Fakultas Teologi angkatan 2019. Judul papernya adalah Sedotan Stainless Steel Bukan Alternatif Terbaik Sedotan Plastik bagi Alam dalam fenomena Gaya Hidup Konsumtif: Kesadaran Kecil Menuju Ekofeminisme. Pemaparan dari kedua narasumber ini ditanggapi oleh dosen pengampu mata kuliah Teologi Feminis, Pdt. Dr. Asnath Niwa Natar, M. Th. Koordinator divisi kerohanian BEM Fakultas Teologi, Emannuela Angela Putri Suryandari

mengatakan tema ekofeminisme ini dipilih karena tidak semua mahasiswa teologi semester awal mengetahui apa itu ekofeminisme. Ia juga mengungkapkan bahwa akhir-akhir ini isu penindasan terhadap kaum feminis (terutama perempuan) sedang marak dibicarakan, terlebih ketika berkaitan dengan alam. Kegiatan diskusi teologi diselenggarakan melalui media daring zoom meeting. Sebagai sesi diskusi, peserta yang terdiri dari 140 orang dari berbagai latar belakang

sekolah teologi saling berpendapat mengenai pemaparan yang dilakukan oleh kedua narasumber. “Diskusi teologis kemarin adalah pengalaman pertamaku untuk jadi narasumber. Seru banget, bisa menyuarakan materi yang kiranya bisa membawa perubahan buat alam khususnya. Rasanya deg-degan banget karena banyak peserta dan takut ada yang mengajukan pertanyaan sulit, tapi semuanya puji Tuhan lancar. Intinya asyik,

seneng, dagdigdugser gimana gitu,” kata Harley Jonathan. Diskusi ini menjadi latihan bagi mahasiswa dalam berkarya dan menyuarakan apa yang menjadi tulisannya. Dan Marthin menyebutkan kalau diskusi teologis ini sangat bagus karena di satu sisi tema besar yang d iang kat it u e kof e minis me . Te nt u bis a memberikan wawasan baru bagi para peserta tentang bagaimana berelasi dengan alam dengan kaitannya di dalam permasalahan lingkungan. Di satu sisi juga, Martin mengatakan kalau melalui diskusi ini bisa membangun relasi yang baru bersama teman-teman fakultas teologi dari sekolah lain. “Kesan yang bisa saya dapat sebagai narasumber tentu saja adalah pengalaman yang sangat berharga karena mendapatkan pengalaman untuk berbicara di depan banyak orang. Awalnya saya memang merasa gugup karena ini kesempatan pertama. Namun lama kelamaan ini semakin mengasyikkan dan tentunya semakin menambah wawasan saya. Diskusi ini juga melatih kemampuan public speaking saya,” ujar Marthin. Diskusi teologis ini berjalan dengan baik dan harapannya memunculkan karya lain dari mahasiswa berkaitan dengan isu teologi. [Yudha Adi Putra]

BEM Fakultas Teologi 2022 Mengadakan Olahrasa Teologi 2022

D

alam rangka mempererat relasi antar mahasiswa di setiap angkatan Fakultas Teologi Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Teologi melalui divisi non-akademik mengadakan olahrasa teologi. Apa itu olahrasa teologi? Olahrasa teologi merupakan olah raga bersama secara online Fakultas Teologi. Koordinator divisi nonakademik Fakultas Teologi, Anugerah Abdiela Sirituka, mengatakan olahrasa teologi merupakan kegiatan perlombaan antar angkatan di Fakultas Teologi. Menurutnya, kegiatan bersama dalam bentuk yang menarik perlu dilakukan dalam rangka meningkatkan kebersamaan antar angkatan yang ada di Fakultas Teologi. Perlombaan yang diadakan ada lomba e-sport mobile legends, lomba podcast,

foto:dok./panitia

foto:dok./panitia

foto:dok./panitia

foto:dok./panitia

lomba stand up comedy, dan lomba virtual choir. Semua angkatan yang ada di Fakultas Teologi mengirimkan perwakilannya pada setiap perlombaan yang dilaksanakan mulai tanggal 30 April sampai dengan 15 Mei 2022. Semua perlombaan ini diadakan secara daring. Selain itu, perlombaan olahrasa teologi juga diunggah dalam akun media sosial BEM Fakultas Teologi. Hal ini supaya mahasiswa Fakultas Teologi yang lain di berbagai daerah dapat menikmati dan mengikuti info perlombaan. Selain itu, publikasi ini menjadi bentuk komunikasi mengenai berbagai kegiatan yang diadakan oleh BEM Fakultas Teologi. Ternyata kegiatan ini menjadi cara bagi mahasiswa Fakultas Teologi untuk mengekspresikan dirinya. Hal ini terlihat dari berbagai komentar dan keseruan dari olahrasa teologi. Menurut Senover

yang merupakan mahasiswa Fakultas Teologi angkatan 2021, perlombaan olahrasa teologi 2022 sangatlah keren dan bermanfaat. Senover juga menyebutkan dimana keadaan pandemi seperti sekarang ini membuat mahasiswa kesulitan untuk berinteraksi satu sama lain, maka dengan adanya kegiatan tersebut dapat mampu mengenal satu sama lain. “Kegiatan olahrasa teologi dapat menyalurkan hobi dan menikmati hari libur kuliah. Terima kasih banyak untuk panitia atas kegiatan tersebut,” ujar Senover. Berdasarkan hasil perlombaan, semua angkatan di Fakultas Teologi mendapatkan gelar juara. Pada lomba e-sport mobile legends, juara 1 dimenangkan oleh angkatan 2018, untuk lomba podcast, juara 1 dimenangkan angkatan 2018. Sedangkan pada lomba stand up comedy, yang menjadi juara 1 adalah angkatan 2020.

Selanjutnya, pada perlombaan virtual choir, angkatan 2021 berhasil menjadi juara 1. Wakil Dekan III Fakultas Teologi, Pdt. Dr. Wahyu Nugroho, M.A., mengatakan bahwa olahrasa teologi merupakan kegiatan yang menggali kreatif mahasiswa Fakultas Teologi sekaligus mengajak mahasiswa menemukan rasa teologi dalam kreativitas kegiatannya. Harapannya kegiatan ini tidak hanya meningkatkan keintiman relasi antar mahasiswa teologi tetapi juga menjadi ajang mengeskpresikan intelektualitas dan spiritualitas mereka secara merdeka namun bertanggung jawab. Secara keseluruhan, kegiatan olahrasa teologi 2020 ini berjalan dengan baik dan menyenangkan. [Yudha Adi Putra]


Universitaria

5

VOL.16/ MEI 2022

Pelantikan dan Pengambilan Sumpah Dokter Periode XXII - April 2022

T

epat pada hari Sabtu, 9 April 2022 yang lalu telah resmi dilantik dan dilakukan pengambilan Sumpah Dokter periode pelantikan ke-22 kepada mahasiswa Program Profesi Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana (FK UKDW) Yogyakarta yang dilaksanakan di Ballroom Indraprasta 1 & 2, Sahid Jaya Hotel & Convention Yogyakarta. Sumpah Dokter dilaksanakan terhadap para mahasiswa yang telah dinyatakan lulus Program Profesi Dokter dengan melalui tahapan ujian Uji Kompetensi Mahasiswa Program Profesi Dokter (UKMPPD) batch Februari 2022. Pada kesempatan tersebut, FK UKDW Yogyakarta meluluskan 75 dokter dari total 500 dokter lulusan FK UKDW Yogyakarta yang telah melakukan Sumpah Dokter. dr. Adhi Setradian Anto Maria sebagai Ketua Panitia menyampaikan bahwa untuk tata acara Pelantikan dan Sumpah Dokter kali ini dilakukan secara tatap muka dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan, yang dihadiri oleh Rektorat, Dekanat, Kaprodi, Senat FK UKDW Yogyakarta, Direktur RS Bethesda dan Jejaring, perwakilan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Wilayah Yogyakarta, Rohaniawan, para calon dokter beserta orang tua. “Saya sangat bangga, bahwa terdapat 75 lulusan dokter yang akan dilantik. Harapan saya para dokter ini bisa kompak, selalu punya keinginan kuat untuk melangkah ke depan, dapat mengabdikan diri kepada negara, dan selalu melayani masyarakat dengan baik,” ungkap dr. Adhi. Mewakili segenap mahasiswa yang dilantik, dr. Wili Dirda Adventio mengucap syukur bahwa selama belajar di FK UKDW Yogyakarta, ada cerita indah yang disusun oleh Tuhan. Para dokter yang dilantik, semua telah dipertemukan dan menjalin tali persahabatan dari berbagai ragam dan budaya. Proses belajar yang sudah ditempuh dari Kuliah Pakar, Praktikum, Skills Lab, dan OSCE sudah dilalui bersama-sama dalam suka dan duka. Terkadang hasil yang diinginkan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Kekhawatiran, kegagalan dan putus asa selalu menghantui proses belajar. “Namun, lihatlah jas putih yang sudah kita pakai ini, menjadi seorang dokter bukanlah suatu kebetulan. Hal ini merupakan sebuah rencana indah yang sudah disusun oleh Tuhan untuk kita. Bekerja cerdas dan bekerja keras di masa lalu dan sekarang maka tuaiannya akan kita petik di masa datang. Kesuksesan akan datang saat bertemunya usaha dan doa yang kita panjatkan. Semoga Tuhan selalu memberkati setiap langkah kita” kata dr. Wili. Perwakilan orang tua dokter yang baru

dilantik, Dr. dr. Made Nyandra, Sp.KJ., M.Repro,FIAS menyampaikan, “Dalam rangka kita menyaksikan anak-anak kita yang dilantik menjadi dokter, hal ini tentu akan sangat membahagiakan untuk kita semua para orangtua yang telah berjerih lelah sampai anak-anak kita bisa menyelesaikan rangkaian pendidikan di FK UKDW Yogyakarta ini. Kepada para dokter yang baru dilantik, ini adalah awal dari sebuah proses untuk melayani di masyarakat, pertanggungjawabkan profesi kita sebagai dokter kepada Tuhan dan teruslah belajar dalam perkembangan ilmu kedokteran. Sekali lagi selamat kepada FK UKDW, para dokter baru dan orang tua,”. Sebagai perwakilan IDI, dr. Tri Widjaja membacakan sambutan dari Ketua IDI Wilayah Yogyakarta, “Profesi dokter merupakan profesi yang mulia, jalankan dan lakukan tugas dokter sebagai dokter yang professional dan amanah dengan menerapkan etika kedokteran sesuai proses standar profesi yang berlaku dan sesuai dengan sumpah Hypocrates. Kami ingatkan untuk selalu memegang prinsip nilai dan sumpah dokter, kode etik kedokteran Indonesia, norma sosial, kebudayaan dan nilai agama yang akan menjadikan warna kedokteran Indonesia yang bermartabat luhur. Kami pengurus IDI Wilayah Yogyakarta mengucapkan selamat dan sukses atas dilantiknya para dokter baru lulusan FK UKDW Yogyakarta, dan menghaturkan terimakasih kepada para dosen dan tenaga non kependidikan yang telah mendidik, menempa dan menghantarkan sejawat menjadi dokter yang menjunjung tinggi profesi kedokteran Indonesia yang beretika dan memegang teguh prinsip nilai kedokteran Indonesia. Para dokter yang terhormat, jagalah selalu nama baik kita sebagai profesi dokter, profesi IDI, almamater FK UKDW dengan hasil karya kita yang berkualitas dan terhormat”. Sementara itu dr. Purwoadi Sujatno, Sp.PD selaku Direktur RS Bethesda, dalam sambutannya mengucapkan selamat kepada para dokter baru yang baru saja dilantik dan diambil sumpahnya. Tentunya proses untuk menjadi seorang dokter merupakan kerja sama yang luar biasa antara mahasiswa, orangtua, FK UKDW Yogyakarta dan RS Pendidikan. Proses Pendidikan klinis yang berada pada masa pandemi ini, merupakan hal yang tidak mudah untuk dilalui. Dalam melakukan pelayanan selanjutnya sebagai seorang dokter dimanapun nanti para dokter ditempatkan, selalu ingat akan ikrar atau sumpah dokter, visi dan misi almamater UKDW, dan panggilan pribadi ketika

foto:dok./panitia

para dokter sudah memutuskan untuk menjadi seorang dokter. “Dimanapun nanti kalian berada selalu menjunjung tinggi almamater UKDW dan RS Pendidikan. Terimakasih kepada segenap orangtua untuk menghantarkan putra-putrinya belajar di FK UKDW Yogyakarta hingga bisa menjadi seorang dokter” pesan dr. Purwoadi. Sedangkan, dr. The Maria Meiwati Widagdo, Ph.D selaku Dekan FK UKDW Yogyakarta mengucapkan syukur untuk sebuah perjalanan panjang kepada dokter baru yang sudah dilantik. “Ini adalah berkat yang luar biasa bisa melaksanakan pelaksanaan Sumpah dokter secara tatap muka, rasa bangga juga kami ungkapkan karena lulusan firstaker kita 93% sehingga terdapat 75 lulusan dokter yang terlantik saat ini. Rasa terimakasih juga saya ucapkan kepada para orangtua yang sudah mendampingi putra/putrinya dalam dukungannya sampai dilantiknya saat ini. Acara sumpah dokter adalah sesuatu yang sangat membahagiakan dan membanggakan kita semua. Banggalah sebagai alumni UKDW, dan jangan lupakan nilai nilai kedutawacanaan sebagai dasar untuk melakukan kegiatan selanjutnya dalam pelayanan ke masyarakat,” ungkap dr. Maria. Ir. Henry Feriadi, M.Sc., Ph.D. selaku Rektor UKDW mengucapkan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah mendukung para dokter menyelesaikan studinya. “Pada akhirnya kita sudah mampu untuk membentuk dan menghatarkan putra-putri kita menjadi seorang dokter. Semua prestasi itu baik,

tapi sebentar lagi para dokter muda ini akan masuk ke ujian yang sesungguhnya, yaitu pelayanan menjadi seorang dokter,” ungkapnya. Henry berpesan kepada para dokter muda dengan memberikan istilah 4C, yang pertama Calling atau panggilan hidup, ingatlah pada panggilan semula ketika memutuskan untuk kuliah di kedokteran, dan panggilan mulia itu harus dipenuhi ketika bekerja yang sesungguhnya menjadi seorang dokter. Kedua, Care yang terdiri dari dua unsur yaitu Passion atau gairah jadilah menjadi seorang dokter yang punya gairah untuk bekerja dan melayani dan juga harus mempunyai sikap yang compassion atau berbela rasa/welas asih dalam pelayanannya. Ketiga, Character yang sudah terbentuk selama proses pembelajaran di FK UKDW Yogyakarta, namun karakter itu harus diolah sehingga lulusan FK UKDW Yogyakarta mempunyai karakter yang berbeda dari lulusan FK dari Universitas lainnya, dan jangan melupakan nilai-nilai kedutawacanaan dalam bekerja. Dan yang keempat adalah Carrier, tetaplah berkarya dalam pelayanan dan belajarlah sepanjang hayat. Selamat kepada para dokter yang sudah dilantik, tetaplah untuk selalu belajar dalam pengembangan ilmu kedokteran, nilai profesi dan nilai spiritual sehingga bisa memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik bagi seluruh lapisan masyarakat Indonesia. [ad]

Idul Fitri di UKDW Yogyakarta: “Nikmat Ramadhan dalam Keterbatasan”

K

etika memasuki bulan suci Ramadhan, para umat Islam tentu akan menjalankan yang namanya ibadah puasa. Puasa bukan hanya sekedar menahan keinginan makan dan minum melainkan juga bentuk pengendalian diri seutuhnya baik itu pikiran, perkataan, dan perbuatan dengan tetap menjaga spiritualitas kepada Allah. Tidaklah mudah untuk menjalankan ibadah puasa apalagi ditengah kondisi pandemi yang bisa dikatakan belum stabil ditambah lagi adanya isu varian hepatitis baru. Momen dapat berkumpul bersama keluarga atau orang-orang yang dikasihi pada saat hari raya Idul Fitri pun menjadi suatu hal yang begitu berharga. Untuk menyambut hari raya yang penuh dengan penghayatan iman ini, ada banyak hal yang dipersiapkan. Selain sajian-sajian berselera seperti ketupat dengan beragam lauk pauknya, tentu yang paling utama adalah hati yang siap untuk menyambut hari kemenangan yaitu Idul Fitri. Bagi umat Islam, Idul Fitri merupakan hari raya yang sakral dalam merayakan kemenangan iman mereka setelah berpuasa sebulan penuh. Idul Fitri juga dapat bermakna kembali pada keadaan suci. Setiap muslim yang menjalankan ibadah suci bulan Ramadhan dengan baik akan mendapatkan amaliyah, wasilah, dan maghfirah dari Allah laksana bayi yang baru dilahirkan, seperti lahirnya lahir baru. Sejak tahun 2017, kegiatan pengembangan spiritualitas bagi karyawan muslim telah menjadi tradisi yang direspon dengan baik oleh seluruh elemen kampus Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta. Tradisi ini merupakan

bentuk perwujudan visi pluralitas dan semangat memelihara keragaman, toleransi, dan kebersamaan warga UKDW Yogyakarta. Setiap bulan Ramadhan, diadakan penyegaran iman bagi karyawan muslim UKDW Yogyakarta, kecuali pada tahun 2020 sampai dengan 2021 yang tidak diadakan acara pengajian dan sholat magrib bersama dikarenakan pandemi. Meskipun demikian, esensi penyelenggaraan pengembangan spiritualitas untuk karyawan muslim tetap terjaga. Dalam keterbatasan pandemi pada saat itu, sukacita di bulan Ramadhan untuk berbagi bingkisan Idul Fitri tetap dilakukan sebagai bentuk perhatian UKDW Yogyakarta melalui unit Pusat Kerohanian Kampus (PKK) terhadap para karyawan muslim, baik pegawai tetap (PA & PPA) maupun pegawai outsourcing (CV. Gemilang dan UD. Asri) yang bekerja di UKDW Yogyakarta. Dengan memperhatikan situasi pandemi yang mulai mereda dan aktivitas keagamaan dapat dilaksanakan dengan lebih terbuka, melalui unit PKK, diadakanlah kembali pengembangan spiritualitas karyawan muslim pada tahun 2022 ini. Pengembangan spiritualitas karyawan muslim ini diadakan dalam bentuk Siraman rohani dengan tema “Nikmat Ramadhan dalam Keterbatasan” ini disampaikan oleh mahasiswa S3 UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Ustad Tajul Muluk, M.Ag. Pembacaan Al Qur’an oleh qori Saiful Affandi (Takmir Masjid UIN Sunan Kalijaga), sedangkan sari tilawah dilakukan oleh Slamet Sulitstyo (PPA Biro 1 UKDW). Bingkisan Idul Fitri juga dibagikan

foto:dok./panitia

dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan. Seluruh rangkaian kegiatan ini diadakan di Gedung Auditorium Koinonia pada hari Senin, 25 April 2022 yang lalu. Kegiatan ini juga turut dihadiri oleh wakil pengurus Yayasan PTK Duta Wacana, Ir. Mariyam Handayani dan jajaran pimpinan UKDW Yogyakarta diantaranya Ir. Henry Feriadi, M.Sc., Ph.D. (Rektor UKDW Yogyakarta), Dra. Ambar Kusuma Astuti, M.Si (Wakil Rektor 2) dan Pdt. Dr. Handi Hadiwitanto (Wakil Rektor 4). Kegiatan pengembangan spiritual ini pun direspon baik oleh para karyawan yang dapat dilihat dari antusiasme sekitar 200-an karyawan muslim yang hadir. Melalui tema “Nikmat Ramadhan dalam Keterbatasan”, para karyawan dan tamu undangan yang hadir diajak untuk mensyukuri

foto:dok./panitia

setiap berkat yang kita terima meskipun dalam situasi tidak menentu. Pandemi Covid-19 yang belum jelas kapan berakhirnya ini membuat banyak batasan dalam kehidupan kita seharihari. Sektor ekonomi terdampak cukup parah dengan banyaknya aktivitas perekonomian yang dibatasi. Banyak dari masyarakat yang juga kehilangan anggota keluarga, rekan kerja, sahabat, ataupun orang yang disayangi. Momen berkumpul bersama keluarga pada saat Idul Fitri pun juga menjadi hal yang sangat dirindukan. Meskipun demikian, sukacita Lebaran tetap dapat dirasakan dengan saling berbagi berkat kepada mereka yang membutuhkan. (MacaPKK)


Program Studi PBI

6

VOL.16/ MEI 2022

PBI UKDW Holds English Training for Teachers at BOSA Yogyakarta

foto:dok./panitia

foto:dok./panitia

Service to the World” is one of Duta Wacana’s core values. Living up to this value, PBI UKDW conducted English language training for teachers at SMA BOPKRI I Yogyakarta (BOSA) to help them improve their English proficiency. The training was conducted from February 17, 2022 to April 21, 2022. Since BOSA often receives guests from abroad, having the skills to communicate in English is important. Seeing this need, PBI UKDW designed the training to help the teachers

at BOSA to improve their English proficiency. The training covered several topics such as greetings, introductions, school tours, school facilities, small talks, and many more. Initially, the training was held online due to the high level of the Covid-19 pandemic. As time went by, the condition began to improve and the activities were changed to offline. The teachers at BOSA showed their enthusiasm throughout the training sessions. The participants showed their enthusiasm

throughout the training sessions. Though they admitted that it was not easy to learn a new language at their age, they were eager to join every activity, from the presentation, doing role play, and practicing their English through conversation with other teachers. For them, this training was very useful. They learned a lot of things, not only the language itself but also the culture, so that they know what to say and what not to say when communicating with foreigners. They became more confident to speak in English and began to

practice with other teachers, such as having a small talk in English at the office. The lecturers of PBI UKDW and students who became the trainers in this program were excited to see participants’ eagerness in learning English. By doing this service, PBI students also learned that age is not a limitation in learning. [Sarah Claudia]

ELED UKDW SMAK Kalam Kudus Sukoharjo: A Convo Club Well Done!

E

nglish Language Education Department Universitas Kristen Duta Wacana (ELED UKDW) successfully finished “English Conversation Club”, its online collaboration with SMA Kristen Kalam Kudus Sukoharjo on Friday, 13th 2022. There were around 30 schoolers who joined the club through Google Meet. This project’s first meeting itself started on January 21st. Various topics were discussed by ELED UKDW professionals. Focusing more on global English, the talks shared more about different dialects and accents of English around the world since most Indonesian people were mostly ‘brainwashed’: some were taught to have certain standard in speaking English, like American or British English. When there were students who cannot reach the ‘standard’, they were often being alienated, particularly in society. That kind of response might give trauma to the students and made them feel ashamed and anxious when told to speak English, or even when they were in an English class. Therefore, one of this programme

foto:dok./panitia

foto:dok./panitia

foto:dok./panitia

foto:dok./panitia

goals was to encourage the schoolers to speak English no matter what accent they have. The English Club in SMA Kristen Kalam Kudus Sukoharjo was an extracurricular activity that was always held every year. Since the pandemic the school found it very hard to held it due to various reasons. Finally, in 2022, the English Club sailed again collaborating with ELED UKDW. During these 7 online meetings, there were various fun activities done. Some of them were imaginative speech (the schoolers were asked to imagine what they would do if they used Australian English then turn the imagination into speech), interactive discussion, and making a virtual tour video. Before they’re assigned to do tasks, the lecturers surely gave exposures to global Englishes. In the last 6 meetings, Korean English, Filipino English (Taglish), Singapore English (Singlish), Japanese English, and Australian English were introduced. Although some of them felt weird about certain accents at first, the schoolers seemed excited and thrilled to discuss about these topics. By showing them a bunch of

English dialects around the world, it was hoped that they would be free from the paradigm they once had. More than giving exposures, the last meeting was to celebrate the success of the club. Wrapping up and also closing the club, the meeting which was supposed to be held on the 6th of May was postponed due to Eid Al-Fitr holidays. The celebration was prepared well even though it was online, animated PPT was played so the schoolers would not get bored, they were ensured that they would still get something through the celebration meeting. Beginning the celebration meeting, they were asked to write a word for the English Club in Mentimeter: ‘Fun’, ‘Enough’, ‘Superb’ were just some of many. It was really relieving to see what they said about the project. Continuing the celebration, their projects were presented; there were 7 videos in total. Four groups made a video about fascinating places, 2 groups made a video about accent differences, and 1 group made a video about British slang words. There were 3 videos that

won the favourite prize: A video about fascinating places in Korea, a video about Solo, and a video about the accent differences. Also in this last meeting, names of the souvenir winners in every session were announced, and they were invited to play some mini games. Encouraging them to speak, the lecturer and co-student asked them to share their experiences when they made their final projects. Their willingness to share their struggles and memories were so meaningful. Approaching the end of 45-minute meeting, the headmaster of SMA Kristen Kalam Kudus gave his closing speech. Rewarding the students with some souvenirs was really appreciated to motivate them. Closing the meeting, a motivational quote from academia movie was played, and both parties were glad to have a conversation club this semester. Emphasising the aim, English is for everyone to speak! (Christina)


Campus Ministry

VOL.16/ MEI 2022

7

Berpikir Kritis: Senjata Sekaligus Kebutuhan Masa Kini

K

ita hidup di era informasi, era di mana informasi bisa didapat dengan sangat mudah dan cepat. Sayangnya, di antara membanjirnya informasi, terselip banyak disinformasi, misinformasi, ataupun hoax. Disinformasi dan misinformasi ini bisa membuat kita salah dalam membentuk argumen ataupun ketika mengambil keputusan. Untuk itu, kita perlu membekali diri dengan kemampuan berpikir kritis. Kemampuan ini bukan sesuatu yang bisa diwariskan atau dimiliki sedari lahir, melainkan sesuatu yang perlu dilatih terus menerus, berikut ini cara-cara yang bisa diaplikasikan untuk melatih pikiran kritis: 1. Tumbuhkan rasa ingin tahu dalam diri Rasa ingin tahu merupakan landasan utama tumbuhnya kemampuan berpikir kritis dalam diri. Dengan adanya rasa ingin tahu, kita akan dengan mudah tertarik terhadap segala hal, berinisiatif untuk mencari solusi atas masalah, tanggap terhadap segala permasalahan, serta memiliki upaya untuk selalu belajar dan menuntut ilmu. Jika kita tidak memiliki rasa ingin tahu, kita malah akan merasa sudah cukup sehingga kita menghentikan perkembangan diri kita sendiri. 2. Perbanyak riset dan membaca Rasa ingin tahu perlu diteruskan lewat membaca dan riset. Membaca mampu membuka jendela wawasan dan memicu kita memiliki perspektif keilmuan yang luas. Karena itulah, membaca buku menjadikan seseorang memiliki pandangan yang beragam dan mendorong dirinya untuk memiliki kemampuan berargumen yang terstruktur. 3. Budayakan menulis sebagai pengikat ilmu Otak manusia tentu memiliki batasnya, sehingga tidak semua yang kita pelajari lewat bacaan dapat terus kita ingat. Disitulah fungsi dari menulis. Dengan menulis, kita tidak membatasi pengetahuan kita, melainkan memperkaya sudut serta mengembangkan kemampuan dalam menyusun serta menganalisis informasi

You have a brain and mind of your own. Use it and reach your own decisions.

- Napoleon Hill foto:Pinterest

yang kita terima. Dengan demikian, informasi yang kita terima menjadi terstruktur dan sistematis. Dengan menulis pula kita dapat berbagi ilmu sembari mengabadikan hasil intelektual kita. 4. Waspada terhadap bias konfirmasi Ketika kita memiliki satu opini, tentu kita merasa opini kitalah yang paling benar. Sayangnya, pandangan tersebut seringkali membuat kita abai akan fakta yang tidak sesuai dengan opini dan pendapat kita. Hal itu disebut sebagai bias konfirmasi, yaitu kecenderungan mengabaikan informasi yang bertentangan ketika mencari bukti untuk mengonfirmasi pandangan asli kita. Bias konfirmasi ini beroperasi pada tingkat bawah sadar dan dapat terjadi di berbagai bidang dan tingkat pendidikan. Hal tersebut memengaruhi kemampuan kita untuk memproses informasi. Hal ini ditambah lagi dengan algoritma internet, yang cenderung menggiring kita hanya pada informasi yang kita kehendaki dan menolak informasi yang bertentangan. Dampaknya, informasi yang kita dapat malah menutup kita terhadap kemungkinan lain. Agar terlepas dari jeratan tersebut, kita harus membiasakan diri untuk berpikir secara kompleks dan melihat tiap

permasalahan dari berbagai sudut pandang. Dari situ kita akan menemukan bahwa solusi yang ada tidak mutlak berjumlah satu saja. 5. Pelajari implikasi dari setiap keputusan Ketika tiba dalam tahap pengambilan keputusan, tidak perlu terburu-buru dalam menentukan. Ambillah waktu untuk memilah setiap opsi dan bayangkan dampak apa yang timbul ketika kita memilih pilihan tersebut. Dari situ, kita dapat meminimalisir resiko dari pilihan yang kita ambil sehingga otomatis penyesalan pun dapat kita hindari. 6. Sering berkomunikasi dan berdiskusi dengan orang lain Komunikasi dan diskusi mampu membentuk kita untuk berpikiran terbuka serta menghargai pendapat orang lain. Melalui proses bertukar ide juga kita dapat dengan mudah memahami maksud serta jalan pikiran dari gagasan orang lain secara lebih jelas. Intensnya komunikasi juga secara tidak langsung melatih empati kita, sehingga kita juga dapat memahami emosi dari orang lain tanpa terlarut ke dalamnya.

7. Tanggapi argumen dan pernyataan dengan pertanyaan terlebih dahulu Masih berhubungan dengan poin sebelumnya, di banyak forum seringkali diskusi bukannya melahirkan pemahaman baru melainkan sebuah konflik. Ini sering terjadi karena orang sibuk memaksakan pendapatnya dan langsung membantah pendapat orang lain. Padahal, belum tentu kita sudah memahami dengan utuh maksud dan pendapat orang tersebut. Di sinilah bertanya dapat menjadi sarana yang efektif. Bertanya bukan berarti kita merasa bodoh, sebaliknya bertanya berarti kita membuka gerbang atas jawaban yang tepat. Untuk menguji kebenaran sebuah argumen kita perlu memastikannya dan jalan termudah untuk menguji argumen adalah dengan bertanya. Namun, pertanyaan yang kita lontarkan tidak boleh hanya sekedar pertanyaan formalitas. Hindari pertanyaan yang menghakimi atau merendahkan pendapat orang lain. Kembali ke poin pertama dan kedua, pertanyaan kita harus didasarkan oleh sifat ingin tahu dan niat untuk memperdalam riset yang telah kita lakukan. [Moshe]

Meretas Euforia, Menerbitkan Pewartaan: Refleksi Kenaikan Yesus “Ketika mereka sedang menatap ke langit waktu Ia naik itu, tiba-tiba berdirilah dua orang yang berpakaian putih dekat mereka, dan berkata kepada mereka: ”Hai orangorang Galilea, mengapakah kamu berdiri melihat ke langit? Yesus ini, yang terangkat ke sorga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke sorga.” Kisah Para Rasul 1:10-11 Salam SORBUM! Awal Mei lalu menjadi momen kemenangan yang penuh sukacita bagi saudara-saudari kita umat Muslim di seluruh bumi. Tetapi momen Idul Fitri di tanah air tercinta tidak hanya menjadi perayaan satu kelompok saja, namun telah menjadi perayaan bersama seluruh umat beragama. Berbagai persiapan dilakukan: rumah-rumah dibersihkan dan diperindah, meja tamu diisi dengan manisan sebagai cemilan, ketupat opor tersedia di meja makan, menanti tamu yang siap menyantap, tidak lupa suara ledakan petasan yang melengkapi kegembiraan anak-anak. Jalan-jalan, stasiun, bandara, pelabuhan dipadati para perantau yang hendak kembali ke rumah orang tua setelah dua tahun tidak berjumpa. Ketika hari raya tiba, semua orang, tak memandang suku dan agama saling bersilaturahmi dan bergembira bersama. Seusai bersilaturahmi, liburan bersama keluarga tidak dilewatkan. Setelah masa berlibur usai, keadaan kembali seperti semula. Para perantau kembali ke tanah perantauan. Rumah orang tua yang ramai disambangi baik oleh anakanak yang mudik, sanak saudara maupun tetangga kini kembali sepi. Masakan khas lebaran menunggu tersaji di meja makan di

momen lebaran tahun depan. Dan yang pasti, kondisi sepi seperti semula. Tentu saja kita sangat merindukan euforia lebaran tersebut sebelumnya, apalagi kita tidak dapat merayakannya bersama orang tua dan sanak saudara sekian lamanya akibat pandemi. Oleh sebab itu, ketika pemerintah membuka akses, kita tidak akan melewatkannya sebagai momen besar setahun sekali yang baru akan terulang tahun depan. Tetapi layaknya air panas yang dipaksa udara untuk menjadi dingin kembali, kita dipaksa untuk menyudahi momen itu untuk kembali pada rutinitas kita sediakala. Begitu pula yang dialami oleh para rasul Yesus. Tiga tahun lamanya mereka mengikuti peziarahan Sang Anak melintasi tanah Israel. Puncaknya, mereka menyaksikan Sang Guru wafat dikorbankan di atas kayu salib sebagai tujuan akhir pelayanan-Nya. Mereka mengalami goncangan hidup yang mendalam atas kematian Sang Guru. Tetapi goncangan tersebut berakhir juga dengan kebangkitanNya dari antara orang mati. Sukacita menjadi perasaan yang dialami para murid. Bagaimana tidak, trauma dan ketakutan mereka akibat kematian dan misteri kubur yang kosong kini berubah menjadi kegembiraan yang luar biasa. Mereka menikmati euforia kebangkitan Tuhan hingga akhirnya Tuhan kembali ke surga-Nya. Ketika Yesus naik ke surga, para murid memandang-Nya sampai langit menutupNya. Para murid seakan tidak siap untuk ditinggalkan oleh Sang Guru, hingga akhirnya mereka dikejutkan dengan malaikat yang hadir di tengah mereka.

“Mengapa engkau melihat ke langit?” menjadi pertanyaan sekaligus singgungan malaikat bagi para murid. Bagaimana bisa pertanyaan ini menyinggung para murid? Selama Yesus ada bersama mereka, mereka masih menikmati kenyamanan. Tetapi ketika Yesus kembali ke surga, muridmurid kembali merasakan ketakutan. Mereka sangat cemas tentang masa depan mereka jika Yesus meninggalkan mereka, apalagi Yesus pergi ke tempat lain tetapi tidak jelas kapan Dia akan kembali. “Mengapa kamu berdiri melihat ke langit?” membuyarkan pikiran itu. Pertanyaan ini pun tidak dijawab oleh para murid. Tidak hanya sekedar bertanya, para malaikat mengingatkan untuk segera melakukan apa yang Yesus perintahkan kepada mereka sebelum kenaikan-Nya. Dengan demikian para malaikat tersebut hendak mengatakan, “Untuk apa kalian melihat terus ke arah langit? Apa yang kamu harapkan dari langit itu? Bukankah ada yang jauh lebih penting untuk dikerjakan selain memandang langit terus menerus?” Pertanyaan serupa juga diajukan kepada kita saat ini. Setelah melewati empat puluh hari masa Paskah, kita mengenang kenaikan Yesus ke surga. Dengan iman kita meyakini bahwa Yesus ada bersama kita di dunia ini, meskipun tanpa kehadiran secara fisik. Walaupun demikian, keresahan tetap jadi bagian dari hidup kita ketika menyadari bahwa Yesus tidak hadir bersama kita secara fisik. Keresahan tersebut juga bercampur dengan euforia kita dalam merayakan kebangkitan Yesus. Maka pertanyaan tersebut juga mengguncang kita, “Sampai kapan engkau berada dalam euforia ini? Bukankah ada banyak hal yang bisa

dilakukan saat ini?” Peristiwa kenaikan Yesus memberikan kita suatu penegasan terhadap sikap kita dalam menghadapi euforia. Setelah diingatkan oleh para malaikat bahwa Yesus telah kembali ke surga, para murid kembali dengan legowo. Setelah diingatkan oleh para malaikat, para murid kembali ke Yerusalem, berkumpul setiap hari, dan berdoa bersama sembari menanti datangnya Roh Penghibur. Setelah diingatkan oleh para malaikat, para murid menyadari tugas panggilan mereka sebagai murid Kristus sudah dimulai. Mereka menjalankan tugas mereka untuk mewartakan Injil kepada orang-orang Yahudi, bahkan kepada bangsa-bangsa lain. Demikian juga kita. Merayakan Paskah dengan euforia tidaklah salah. Akan tetapi euforia tersebut tidaklah kekal. Semangat dan nilai hidup Paskah-lah yang kekal. Maka tugas panggilan kita sama dengan panggilan para murid Yesus: mewartakan Injil Paskah. Merayakan kemenangan Kristus memanglah penting, terlebih jika kita mewartakannya kepada dunia melalui tindakan kita. Ketika kita mengobarkan semangat perdamaian dan cinta kasih dalam lingkungan kampus kita, kita turut mewartakan kebangkitan Tuhan. Dengan panggilan itu, kita turut diingatkan oleh para malaikat dalam perayaan hari kenaikan Tuhan untuk melaksanakan tugas panggilan kita dengan cara masing-masing. Jangan sampai berbagai kesempatan untuk meningkatkan kualitas hidup yang ada dalam diri kita lenyap sia-sia hanya karena kita larut dalam euforia terus-menerus. Selamat merayakan kenaikan Tuhan kita Yesus Kristus, selamat merefleksikan tugas panggilan kita masing. Tuhan memberkati! [Mathew Joseph Susanto]


Pusat Pelatihan Bahasa

8

VOL.16/ MEI 2022

“The Five Stages of Grief ”: Berdamai dengan Rasa Kehilangan ekstrem ini membuat pikiran kita butuh waktu untuk beradaptasi. Fase ini menjadi momen untuk mengumpulkan informasi untuk dijelajahi dan banyak kenangan menyakitkan untuk diproses. Denial mencoba memperlambat proses ini dan membawa kita melewatinya secara bertahap. Tahap pertama kesedihan ini membantu kita menyerap kondisi terbaru dan memahami apa yang terjadi. Kita bisa berpura-pura bahwa tidak terjadi apapun, sehingga pada tahap ini akan menolak kesedihan.

foto: doc/Pribadi

S

iapa yang pernah merasa berduka? Atau mungkin saat ini anda sedang merasakan kesedihan karena ditinggalkan orang tercinta secara tiba-tiba. Yah! Dalam hidup, manusia tidak selamanya merasa bahagia dan berbunga-bunga. Ada kala di mana masalah datang silih berganti, ataupun ketika merasakan duka yang mendalam saat kita harus kehilangan orang yang tersayang. Banyak sekali cara yang bisa kita tempuh untuk sedikit melupakan kesedihan yang kita rasakan. Ada yang memilih untuk menangis dan mengurung diri berhari-hari, ada yang bercerita ke teman dan posting status di sosial media untuk sedikit kelegaan dan penghiburan, ada yang menghadapi kesedihan dengan menyimpannya rapat-rapat di dalam hati, dan ada pula yang melampiaskan kesedihan dengan tenggelam dalam kesibukan untuk mencari distraksi dari rasa sakit yang dirasakan. Kesedihan akibat kematian orang yang kita sayangi kadang tidak muncul begitu saja, namun perlahan perasaan sedih bertambah secara bertahap sampai akhirnya kita benar-

benar merasa sakit karena rasa kehilangan yang tidak tertahankan. Rasa kehilangan orang yang kita sayangi memang menciptakan kesedihan yang kompleks dan sulit dipahami. Menurut KBBI, sedih merupakan perasaan sangat pilu dalam hati yang menimbulkan rasa susah. Goleman (1999:412) mengemukakan bahwa emosi kesedihan timbul dalam diri individu disebabkan oleh keadaan suasana hati yang sedih, suram, pedih, muram, melankolis, mengasihani diri, kesepian, ditolak, putus asa, dan depresi berat. Kesedihan merupakan hal wajar yang dialami oleh individu. Dr. Elisabeth Kubler-Ross dalam bukunya yang berjudul “On The Death and Dying” (1969) menjelaskan The Five Stages of Grief atau Lima Tahap Kesedihan, yaitu Denial-AngerBargaining-Depression-Acceptance atau yang dikenal sebagai Model Kuber-Ross. #1 Denial atau Penyangkalan Tahap pertama adalah penyangkalan alias denial yang sebenarnya bagian dari proses meminimalkan rasa sakit emosional yang luar biasa. Perubahan kondisi yang

#2 Anger atau Amarah Amarah adalah tahapan kedua dari kesedihan saat mulai memahami kondisi yang dihadapi. Kita mulai merasakan sakit emosional, merasa frustasi akibat tidak berdaya sehingga muncul kemarahan. Kerapkali seseorang akan mengarahkan amarahnya pada orang lain, Tuhan, atau kehidupan. Beberapa orang juga marah ketika orang yang dicintainya meninggal karena merasa ditinggalkan sendirian. Amarah memungkinkan kita untuk mengekspresikan emosi dengan lebih sedikit rasa takut akan penilaian atau penolakan. Akan lebih baik jika kita tidak mengisolasi diri karena kesedihan maupun amarah yang dirasakan bisa mereda oleh kenyamanan, koneksi, dan afeksi berinteraksi dengan orang lain. Meski memang kita akan lebih rentan merasakan kepedihan apabila diacuhkan saat menunjukkan rasa marah yang kita rasakan. #3 Bargaining atau Tawar-Menawar Pada tahap ini, kita akan melakukan penawaran terhadap kesedihan yang kita rasakan. Kita berandai-andai kemungkinan yang seharusnya dilakukan sebelum hal buruk itu terjadi atau hal yang akan kita lakukan apabila hal buruk bisa tidak terjadi, “what if this? what if that?”. Pada tahapan ini, kita juga cenderung berfokus pada kesalahan atau penyesalan pribadi. Menyalahkan diri sendiri karena mungkin jika kita membuat keputusan yang berbeda di masa silam, kita tidak perlu kehilangan orang yang kita sayangi di masa sekarang. Kita juga cenderung membuat asumsi drastis bahwa jika keadaan berjalan berbeda, kesedihan ini akan hilang begitu saja atau bisa dielakkan.

#4 Depression atau Depresi Depresi dalam tahap ini bukanlah depresi dalam artian gangguan mental, melainkan keadaan ketika kita kembali ke realita. Ketika kesedihan mulai mereda, kita mulai bisa memahami kenyataan dan situasi yang dihadapi. Kita mulai merasakan kehilangan orang yang dicintai secara berlebihan termasuk kebiasan dan kenangannya. Saat rumah mulai sepi dari tamu dan perasaan emosional mulai hilang, maka kehilangan terasa lebih nyata dan tak terhindarkan. Umumnya, kita akan cenderung menarik diri sehingga kesedihannya terasa lebih dalam atau berlarut. Kita mulai malas bersosialisasi atau berinteraksi dengan orang lain karena sedang meratapi nasib. Meski depresi adalah tahapan yang normal dalam memproses kesedihan, namun pada kenyataannya fase ini bisa sangat membahayakan. Kita harus mengambil langkah yang tepat agar kesedihan tersebut tidak berlarut dan malah terjebak pada perilaku negatif. Berceritalah kepada sahabat atau keluarga yang dipercaya ataupun menghubungi ahli ketika depresi makin tidak terkendali. #5 Acceptance atau Penerimaan Tahap terakhir adalah tahap penerimaan dimana kita akhirnya menyadari bahwa yang hilang tidak dapat kembali lagi. Kita tersadar bahwa kita tetap harus melaluinya, belajar atas kehilangan yang dihadapinya dan tetap harus melanjutkan hidup dengan baik. Tahapan terakhir ini adalah penerimaan ketika kita tak lagi melawan kenyataan atau situasi yang berbeda. Kita bukannya tidak merasakan sakitnya kehilangan tersebut, namun tidak lagi berusaha mengubah menjadi hal yang berbeda. Ketika kita sampai pada fase penerimaan, bukan berarti kita tidak lagi merasakan kesedihan. Rasa penyesalan masih bisa muncul dalam fase ini, tetapi rasa yang kuat untuk melanjutkan hidup yang terbebas dari penyangkalan, tawar-menawar, dan kemarahan telah meredam kesedihan yang melingkupinya. Tidak sedih bukan berarti melupakan. Tetapi berkeputusan untuk menyimpan rasa sayang dan kenangan indah di tempat yang terbaik supaya kita yang hidup tetap bisa berjalan ke depan tanpa sakit karena rasa kehilangan. [Agnes Yudita]

Menjadi Produktif dalam Hustle Culture Apakah Anda Sedang dalam Hustle Culture? Untuk cepat mencapai kesuksesan, seseorang sering memforsir diri sendiri untuk bekerja melebihi batas kemampuan dengan beraneka macam kegiatan. Hustle culture merupakan istilah yang tepat untuk situasi ini. Kata hustle sendiri berarti semangat bertanding yang meluap dan culture berarti budaya. Seringkali kita terjebak dalam kondisi ini. Sebagai mahasiswa yang dituntut untuk aktif dalam berbagai kegiatan organisasi dan juga menjadi terdepan dalam studi, mahasiswa tersebut telah masuk ke dalam hustle culture. Demikian pula oleh para pekerja yang merasa dengan semakin banyak kegiatan dan padatnya jadwal, mereka merasa lebih produktif dan selangkah lebih cepat mencapai kesuksesan. Namun, pada akhirnya mereka terjebak dalam hustle culture. Apakah hustle culture itu? Hustle culture merupakan kondisi atau budaya di tempat kerja yang mengharuskan personil di tempat tersebut untuk bekerja dengan giat, bahkan kadang sampai berlebihan dan tidak mempedulikan diri sendiri. Untuk mengetahui jika seseorang telah sampai dalam kondisi ini, periksalah gejalanya dengan menjawab pertanyaan berikut ini: Ÿ Apakah Anda merasa bekerja dan/atau belajar 24 jam dalam sehari? Ÿ Apakah Anda punya banyak waktu untuk diri sendiri dan keluarga? Ÿ Apakah secara fisik dan mental Anda merasa lelah? Ÿ Apakah Anda selalu merasa kurang puas dengan hasil yang telah Anda capai? Jika YA, berarti orang tersebut telah masuk dalam hustle culture yang perlahan menjadi toxic dalam kehidupannya.

Seringkali orang yang berada dalam budaya ini menjadi terikat dan susah keluar dari budaya ini. Siapa yang Bisa Berada dalam Hustle Culture? Tidak ada batasan usia untuk berada dalam hustle culture. Mulai dari usia yang sangat muda sampai orang tua pun sering berada dalam kondisi ini. Coba amati di lingkungan sekitar. Apakah ada anak usia sekolah yang memiliki banyak kegiatan dalam sehari, mulai dari sekolah, les musik, les pelajaran, sampai kegiatan lainnya yang telah dijadwalkan oleh orang tua untuk anak tersebut? Hal ini sering dilakukan orang tua agar anak-anak mereka menjadi lebih unggul dan memiliki lebih banyak kemampuan. Bagaimana dengan mahasiswa yang diberi tuntutan untuk menjadi aktif dalam kegiatan di kampus demi mendapatkan poin untuk kelulusan? Seringkali mahasiswa justru menjadi asyik untuk lebih banyak terlibat dalam lebih banyak kegiatan kemahasiswaan, kompetisi, dan studi, sehingga sering merasa hari-hari yang dilalui sangat padat. Begitu pula dengan orang dewasa ketika dalam dunia kerja. Tanggung jawab yang besar membawa beban pekerjaan yang lebih banyak. Tidak jarang pekerjaan tersebut dibawa ke rumah untuk diselesaikan. Namun, pada akhirnya mereka merasa lelah dan kurang memiliki quality time untuk diri sendiri dan keluarga. Peran Orang Tua dalam Hustle Culture Apakah orang tua memiliki andil dalam membentuk suatu pribadi untuk terlibat dalam hustle culture? Jawabannya adalah TIDAK. Terlibat dalam hustle culture merupakan keputusan pribadi setiap individu, bukan keputusan orang tua. Namun,

orang tua berperan penting untuk membentuk kepribadian yang tangguh yang dapat bertahan dalam menghadapi hustle culture. Jika seorang anak dibesarkan dalam keluarga yang disiplin, bekerja keras, dan mampu melakukan banyak kegiatan dalam suatu waktu, secara tidak langsung orang tua telah melatih pribadi anak tersebut untuk mampu berada dalam hustle culture. Sebaliknya, jika orang tua lebih memanjakan dan membebaskan anaknya untuk berekspresi, pribadi anak tersebut menjadi kurang sesuai berada dalam hustle culture dan akhirnya tidak bisa beradaptasi secara maksimal, sehingga hasil kerjapun tidak maksimal juga. Apakah Saya Produktif atau Justru Workaholic dalam Hustle Culture? Esensi produktif menjadi tepat jika pekerjaan yang dilakukan tepat guna. Jadi, meskipun kerjanya tidak sebanyak yang lain, hasil yang diberikan justru sangat impresif, memiliki nilai tambah, dan memuat inovasi. Sebaliknya, jika workaholic dalam situasi hustle culture, seseorang akan menjadi ‘asal kerja’ saja, tetapi belum tentu memberikan nilai tambah. Bisa jadi hasilnya justru kelelahan fisik dan mental yang ditunjukkan dengan kondisi kurang tidur atau tidak semangat dalam beraktifitas, terlebih lagi tanpa adanya penghargaan yang sesuai dengan hasil aktifitas. Adapun hasil yang diberikan justru menjadi kurang maksimal. Maka, bisa dipastikan bahwa hustle culture ini menjadi toxic untuk diri sendiri. Memiliki banyak kegiatan untuk menghasilkan berbagai pengalaman memang sangat penting. Lebih baik jika sedari muda sudah ditekankan untuk terlibat dalam berbagai aktivitas yang memberikan nilai

tambah bagi diri dan memberi pengalaman berharga untuk masa depan. Namun, semua itu harus dilakukan dengan tujuan yang jelas. Tidak Terjebak dalam Hustle Culture Untuk menghindari diri terjebak dalam hustle culture yang berlebihan, ada tiga pedoman yang dapat dilakukan: 1. Memiliki tujuan yang jelas Sedini mungkin seseorang harus memiliki tujuan akan apa yang akan dilakukan di masa datang. Jika telah memiliki fokus yang jelas, pilihlah kegiatan-kegiatan yang memiliki manfaat paling banyak untuk mencapai tujuan tersebut. 2. Memiliki skala prioritas Dari semua kegiatan dan tanggung jawab yang dimiliki, buatlah skala prioritas mengenai mana yang sebaiknya dilakukan di awal dan mana yang dapat dilakukan paling akhir, tanpa mengurangi kualitas hasil yang telah ditargetkan. 3. Memiliki time management yang baik Sedari bangun tidur, sebelum mandi, makan dan beraktifitas, sebaiknya segera membuat rencana akan kegiatan yang harus dilakukan dan diselesaikan dalam sehari, sehingga tidak ada waktu yang terbuang percuma dan semua target dapat diraih. Memang tidak mudah untuk tetap berada pada rencana. Akan tetapi, selalu siaplah untuk mengingatkan diri sendiri (selfreminder) agar bisa menolak kegiatan yang tidak membawa manfaat bagi diri (menjadi asertif) dan mampu menawar tenggat waktu penyelesaian suatu pekerjaan agar tidak terjebak dalam hustle culture. [KW]


Opini MBKM

VOL.16/ MEI 2022

P

9

MBKM: Apakah benar-benar Memerdekakan?

ada 24 Januari 2020, Nadiem Anwar Makarim, B.A., M.B.A. yang menjabat sebagai Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Indonesia (Mendikbudristek) kembali melengkapi kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). Kebijakan MBKM dilaksanakan dalam rangka mewujudkan proses pembelajaran di perguruan tinggi yang mandiri, fleksibel, dan inovatif sehingga mahasiswa dapat meraih capaian pembelajaran yang mencakup aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara optimal. Kebijakan ini juga bertujuan untuk meningkatkan link and match dengan dunia usaha dan dunia industri, serta untuk mempersiapkan mahasiswa dalam dunia kerja sejak awal (Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, 2020). Namun, apakah mahasiswa nantinya benar-benar merasa merdeka? Kebijakan MBKM yang dirancang memiliki delapan bentuk kegiatan sesuai dengan Permendikbud No 3 Tahun 2020 Pasal 15 ayat 1, yaitu pertukaran pelajar, magang/praktek kerja/ asistensi mengajar di satuan pendidikan, penelitian/riset, proyek kemanusiaan, kegiatan wirausaha, studi/proyek independen, dan membangun desa/kuliah kerja nyata tematik. Konsep MBKM yang terdiri dari 4 poin

yakni pembukaan program studi baru, sistem akreditasi perguruan tinggi, perguruan tinggi negeri badan hukum dan hak belajar tiga semester di luar prodi dinilai akan memberikan manfaat, khususnya kepada mahasiswa untuk mempelajari halhal baru khususnya di luar program studi. Selain itu konsep ini juga akan membantu mahasiswa dalam menghadapi dunia kerja dan masyarakat. Mahasiswa yang mempunyai peran penting sebagai penerus bangsa diharapkan memiliki jiwa inovasi dan berkarakter. Konsep MBKM juga dinilai akan memberikan fleksibilitas bagi mahasiswa untuk belajar lintas disiplin ilmu dan menambah skill dan wawasan baru di luar bidangnya sehingga nantinya mahasiswa akan lebih leluasa untuk berekspresi dalam hal kreativitas. MBKM juga membuka peluang bagi pihak perguruan tinggi untuk menjadi patokan penguatan serta dapat menjalin kerja sama dengan berbagai mitra serta perguruan tinggi lainnya untuk memperkuat implementasi konsep MBKM. Sejumlah pihak mengemukakan pendapat mereka berkaitan dengan konsep ini. Banyak yang mendukung dan tidak sedikit pula yang memberikan kritikan. Banyaknya manfaat yang dilahirkan dari adanya konsep ini, tidak hanya membuat

MBKM menjadi terobosan yang sempurna dalam dunia pendidikan. Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta menilai bahwa konsep MBKM akan mempengaruhi hak-hak fundamental perguruan tinggi, seperti perubahan kurikulum, dosen dan sistem informasi. Kurikulum yang berubah mengharuskan perguruan tinggi untuk berusaha lebih keras dalam memberikan regulasi terbaru, hal ini tidak hanya memberikan kebingungan kepada pihak perguruan tinggi, namun juga memberikan dampak kepada mahasiswa dalam menyesuaikan diri. Meskipun perubahan kurikulum merupakan hal yang biasa saat pergantian menteri namun kurikulum yang berganti-ganti setiap periode dikhawatirkan akan membuat kita lupa mengenai pendidikan karakter yang masih terjebak dalam komersialisasi. Tak hanya itu, peraturan mengenai mitra khususnya dalam kegiatan magang juga dinilai kurang lengkap, sehingga dikhawatirkan program magang akan membuat beberapa mitra memanfaatkan kesempatan untuk mendapatkan tenaga kerja yang lebih murah. Secara garis besar, konsep MBKM memberikan manfaat dan keuntungan yang cukup besar bagi perguruan tinggi maupun bagi mahasiswa. Konsep ini membantu

perguruan tinggi dan mahasiswa menghadapi perkembangan globalisasi. Implementasi konsep ini sangat penting saat era industri seperti sekarang ini. Teori saja tidak akan cukup untuk menjadi bekal bagi mahasiswa menghadapi dunia kerja sesungguhnya dan masyarakat. Kemampuan praktek, softskill serta hardskill yang memadai menjadi senjata yang lengkap bagi mahasiswa. MBKM bukanlah sebuah konsep yang mudah diterapkan, untuk itu diperlukan regulasi dan persiapan yang matang khususnya dalam bidang Sumber Daya Manusia (SDM). Penting bagi institusi pendidikan untuk memperkuat system yang sudah ada sebelumnya daripada memusingkan diri memikirkan perubahan konsep. Pada akhirnya praktek MBKM akan meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia sehingga kita tidak lagi terbelenggu dalam sistem yang katanya “merdeka” namun pada hakikatnya membuat kita “menderita”. Jadi, apakah konsep Merdeka Belajar sudah membuat kita merdeka atau malah membuat kita menderita? (Athaliany D.)

Sadar, Mau, dan Mampu Belajar Merdeka Lewat Merdeka Belajar

P

andemi COVID-19 secara tak langsung merubah banyak sistem kerja masyarakat diberbagai bidang termasuk bidang pendidikan khususnya ditingkat perguruan tinggi. Lebih dari satu tahun proses belajar mengajar di Indonesia dilaksanakan secara daring. Dua minggu pertama yang membahagiakan sebagian besar mahasiswa akhirnya menjadi rutinitas yang terkadang membosankan. Tak hanya mahasiswa, dosen sebagai pengajar juga membutuhkan waktu untuk beradaptasi dengan perubahan sistem yang terjadi. Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM) menjadi salah satu program Kemendikbud RI yang diharapkan bisa memberikan suasana baru bagi mahasiswa. Dilansir dari Kompas.com, ada 8 program MBKM sebagai wujud kegiatan pembelajaran di luar program studi berdasarkan Permendikbud No 3 Tahun 2020 Pasal 15 ayat (1) diantaranya: pertukaran pelajar, magang atau praktik kerja, asistensi mengajar di satuan pendidikan, penelitian atau riset, proyek kemanusiaan, kegiatan wirausaha, studi/proyek independen, membangun desa atau Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKNT). Setiap program yang ditawarkan dirancang sesuai dengan kebutuhan masingmasing mahasiswa. Sebagian besar

perguruan tinggi di indonesia sudah berhasil menerapkan program MBKM. Banyak mahasiswa yang sangat berantusias mengikuti program ini. Gaya belajar baru, teman diskusi baru, sampai dosen baru, dan yang pasti ilmu baru tentunya jadi hal menarik dan menantang untuk mahasiswa bahkan para dosen. Mahasiswa program studi biologi bisa ikut merasakan sebagian dinamika pembelajaran mahasiswa program studi keperawatan, begitu juga sebaliknya. Kerinduan mahasiswa untuk belajar secara luring bisa terealisasikan dalam beberapa program MBKM. Dengan tetap mematuhi peraturan dan persyaratan dari pemerintah serta disesuaikan dengan keadaan lapangan yang ada. Secara tidak langsung, program MBKM dapat menjadi bekal mahasiswa dalam menghadapi dunia kerja. Praktik-praktik sederhana yang disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan mahasiswa dapat membantu sebagian mahasiswa menemukan benang merah dari persiapan mereka setelah menyelesaikan studi. Terlepas dari dampak positif program MBKM yang sudah berjalan, ternyata tak sedikit mahasiswa yang belum bisa menikmati berbagai tawaran program MBKM. Keterbatasan alat dan lemahnya

koneksi internet sudah menjadi alasan yang tak asing. Untuk sebagian mahasiswa, penyesuaian diri dengan program baru bukanlah hal yang mudah. “Belajar pakai sistem dari kampus aja susah, apalagi ikut sistem kampus sebelah” ujar salah satu mahasiswa yang mengikuti program MBKM. Informasi yang diberikan dan diperoleh juga tak selalu tepat waktu karena berbagai alasan yang ada. Program yang melibatkan kerjasama dengan masyarakat mengharuskan mahasiswa untuk memberikan kesan baik bagi masyarakat. Menyesuaikan diri dengan kebiasaan dan kebudayaan baru membutuhkan waktu yang tak singkat. Setiap program memiliki keterbatasannya tersendiri, tapi apakah mahasiswa mampu menyadari keterbatasan itu dan mau berusaha melengkapi keterbatasan dengan kemampuan yang ada? Usaha yang hanya dilakukan oleh satu pihak tidak akan menghasilkan dampak yang baik. Tanpa disadari, mahasiswa dituntut untuk bisa keluar dari zona nyaman yang sudah terbentuk selama masa pandemi. Sebagai generasi penerus bangsa, beberapa kelemahan yang ada memang menjadi lawan terbesar mereka dalam mempersiapkan diri menjadi SDM yang unggul. Banyak senjata istimewa dari mahasiswa yang masih bisa

digali dan dikembangkan untuk bisa menyelaraskan perkembangan program ini. Mahasiswa diberikan hak spesial untuk belajar tiga semester diluar program studi. Jangka waktu 3 semester akan terasa cukup bahkan kurang bagi mahasiswa yang sangat berantusias mengikuti program ini. Hak ini mungkin akan terasa biasa saja bagi mahasiswa yang hanya penasaran dengan program ini. Sebagai mahasiswa yang hanya bisa menikmati dinamika pembelajaran MBKM dari cerita-cerita peserta MBKM, saya merasa bahwa program MBKM menjadi bukti nyata kepedulian pemerintah terhadap dunia pendidikan di Indonesia. Ide luar biasa yang dirancang sedemikian rupa untuk menyesuaikan kondisi pembelajaran di masa pandemi bisa dikatakan cukup efektif. Kolaborasi sistem pendidikan dari berbagai perguruan tinggi menjadi hal unik yang sangat disayangkan jika terlewatkan. Pesan dan saran dari jutaan mahasiswa yang mengikuti program MBKM bisa menjadi bahan evaluasi yang akan sangat membantu perkembangan program MBKM. Jika setiap bidang yang terlibat dalam program ini mampu menjalankan tugasnya dengan baik maka sudah sepatutnya kita berbangga dengan perkembangan kualitas pendidikan di negara tercinta Indonesia. (Christine S.)


Inspirasi

10

VOL.16/MEI 2022

Antoinette Mpawenayo: Tekad Kuat untuk Mengubah Nasib

I

am definitely from Burundi, the poorest country in the world”, demikian kalimat ini diucapkannya berkali-kali. Kadang dimunculkannya dalam cerita-ceritanya saat makan malam dan makan siang bersama kami atau saat bertelepon dengan temannya di Amerika. Karena penasaran, akhirnya saya bertanya mengapa dia selalu menyebutkan dengan kalimat lengkap bahwa dia dari Burundi, negara termiskin di dunia itu. Rupanya, dia selalu teringat akan peringatan kawannya sesama orang Burundi untuk tidak melupakan asal-usulnya seburuk apa pun asal-usul itu. “Memang saya lahir di Tanzania, tapi kedua orang tua saya berdarah Burundi. Di samping itu ada seorang teman saya yang selalu mengingatkan saya, bahwa, bagaimana pun, saya adalah Burundian”, ceritanya sambil mengerutkan kening dan menaikkan satu sudut bibirnya, seolah menyesali mengapa dia orang Burundi. Inilah Antoinette Mpawenayo, seorang remaja berkulit hitam dari Amerika Serikat yang berada di Yogyakarta antara Maret dan April 2022. Kedua orang tua Antoinette lari dari perang sipil di Burundi bersama ribuan orang lainnya dengan berjalan kaki menuju Tanzania dan menjadi pengungsi di sana. Perang sipil itu sebetulnya dampak dari konflik di Rwanda yang menghasilkan genosida terhadap suku Tutsi. Antoinette lahir di pengungsian tahun 2001 sebagai anak kedua dari empat bersaudara. Ketika umurnya enam tahun, keluarganya pindah ke Amerika Serikat dan tinggal di Chicago, kota besar yang menurut Antoinette, “Mirip New York, namun sedikit lebih ramah”. Di sanalah dia tumbuh dan berkembang. Karena berkulit hitam, tidak mudah baginya untuk diterima di sekolah. Dia harus pindah sekolah beberapa kali, karena menerima perundungan dari teman- teman di sekolahnya yang kebanyakan kulit putih. Di Chicago, Antoinette dan keluarganya menempati apartemen dari pemerintah, yang mungkin sama dengan Rumah Susun di Indonesia, dengan segala masalahnya, misalnya masalah banyaknya tikus dan air yang kadang tidak mengalir. Bangunan pemerintah yang sederhana ini juga ditempati oleh orang-orang Hispanik dan Cina. Pada

umumnya, penghuni bangunan tersebut hidup berkekurangan dan, sayangnya, saling tidak rukun. Jadi, sudah hidup berkekurangan, teman pun sulit dimiliki. Ibunya yang menjadi breadwinner atau pencari nafkah keluarga tidak bisa berbahasa Inggris, sedangkan Ayahnya yang juga tidak berbahasa Inggris, tidak dapat bekerja mencari nafkah, karena mengidap satu penyakit. Kakak laki-laki dan dua adiknya punya berbagai masalah adaptasi karena berpindah negara, selain kemampuan berbahasa. Karena menjadi satu-satunya anak yang bisa mencapai pendidikan tinggi, Antoinette menjadi andalan keluarga untuk menyelesaikan berbagai masalah di keluarga terkait urusan administrasi dengan pemerintah atau rumah sakit yang membutuhkan komunikasi dalam bahasa Inggris. Sebagai anak, pengalaman Antoinette sejak kecil hingga hari ini sudah cukup untuk membuatnya mengalami sulit tidur dan hidup dalam kecemasan. Demi mengurangi kecemasannya, Antoinette sibuk membantu para pengungsi dari Afrika bersama Refugee One, sebuah lembaga yang membantu keluarga pengungsi

Serba Serbi

setelah berada di Amerika agar dapat menyesuaikan diri dengan berbagai cara, seperti mencarikan pekerjaan, perumahan, sekolah, dan fasilitas kesehatan. Selain itu, karena tertarik dengan teater dan tari, Antoinette bergabung dengan sebuah kelompok sirkus bernama Red Nose (Hidung Merah) yang membawanya pentas di wilayah Cilincing, Jakarta Utara beberapa tahun lalu. Kegiatan di sirkus ini membuatnya dipercaya untuk melatih anak-anak anggota baru di komunitas sirkus itu dan mendapat bayaran yang menjadi salah satu sumber keuangannya selain kerja- kerja paruh waktu lainnya. Saat ini, setelah menjadi mahasiswa Goshen College di Indiana pada 2021, dia mulai merajut cita-cita menjadi seorang pekerja sosial. Lulus dari Goshen, ia ingin melanjutkan pendidikan masternya di California. Oleh karenanya, dia bekerja keras agar nilainya bagus demi mendapat beasiswa dari berbagai lembaga. Dari beasiswabeasiswa itu dia bisa terus melanjutkan kuliahnya. “Ibu saya tidak tahu dari mana saya mendapat uang untuk membayar kuliah”, demikian ceritanya pada suatu kali. Demi mencari beasiswa, ketrampilan menulis resume dirinya dan menjawab pertanyaan waktu wawancara sangat menentukan lolos tidaknya dia dalam memperoleh beasiswa. Adanya program Study-Service Terms (SST) di Goshen, yaitu sebuah program interkultural bagi mahasiswa untuk merasakan hidup di negara lain membuat Antoinette mendarat di Indonesia untuk kedua kalinya. Kali ini di Yogyakarta. Selama satu bulan tinggal bersama kami, dia berusaha menikmati semua yang dihidangkan, tempe orek hingga gudeg atau sate kambing hingga jengkol. Yang terakhir ini membuatnya kembung, mual, dan sakit kepala. Pil- pil yang dibawanya tidak mampu menghilangkan rasa sakit. Rupanya, dengan minum pil lokal generik yang biasa saya minum, sakit kepalanya langsung lenyap. “Magic!”, katanya. Selama di Jogja, dia memilih berkegiatan bersama lembaga interfaith. Tidak banyak yang bisa dilakukannya mengingat masa pandemi saat ini membuat banyak kegiatan berupa pertemuan langsung berkurang,

sehingga lebih banyak yang dilakukan secara daring. Namun, pekerjaan rumah dari para dosen sungguh menyibukkannya, bahkan ada PR sepanjang tujuh halaman yang harus ditulis tangan dan tugas pertunjukan bakat berdasarkan pengalaman selama di Jogja.

Antoinette Mpawenayo yang masih muda yang sejak kecil telah mengalami hidup yang keras, adalah gadis yang tangguh. Peristiwa traumatis di masa lalu tidak membuatnya putus asa, bahkan mendorongnya untuk terus meningkatkan diri dengan belajar giat sambil bekerja. Dia juga tetap berusaha membantu menyelesaikan masalah- masalah dalam keluarganya, meski tinggal di Asrama Goshen yang tiga jam bermobil dari Chicago. Nantinya, setelah lulus S2 dia berpikir untuk bisa membantu negara asalnya, Burundi, melalui lembaga tempatnya bekerja. Banyak anak muda di Indonesia umumnya dan di kampus Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta khususnya juga memiliki pengalaman hidup yang berat. Saya berharap, cerita tentang Antoinette ini dapat memberi semangat bagi mahasiswa UKDW untuk tetap belajar giat mencapai citacita tertingginya, berlatih berpikir kritis, berusaha berbuat yang terbaik, serta dapat membantu mengembangkan daerah asalnya melalui pendidikan yang diperoleh. (Alviani Permata)

Takut Komputer Mengalami Blue Screen? Yuk Simak Tips - Tips Mengatasinya

B

lue screen menjadi masalah yang patut diwaspadai bagi pengguna komputer baik itu PC maupun laptop yang menggunakan sistem operasi Windows. Masalh tersebut muncul karena adanya error pada hardware (perangkat keras) atau software (perangkat lunak) suatu komputer yang mengakibatkan sistem komputer berjalan tidak semestinya hingga berhenti bekerja. Blue screen muncul dengan menampilkan layar biru dengan tulisan berwarna putih yang berisi pesan error mengenai apa yang menjadi penyebab kerusakan pada sistem. Biasanya ketika mengalami blue screen, komputer tidak akan dapat digunakan untuk sementara waktu, sampai sistem komputer melakukan proses restart. Setelah mengalami blue screen data-data yang belum sempat disimpan akan hilang, dikarenakan sistem tidak sempa t melakukan proses untuk menyimpan data. Mengingat blue screen dapat menjadi masalah yang serius, berikut ini tips yang dapat dilakukan pengguna awam untuk meminimalisir terjadinya blue screen dan dampaknya: 1. Selalu perhatikan kebersihan komputer Munculnya blue screen yang disebabkan oleh kerusakan pada hardware komputer, biasanya disebabkan karena komputer mengalami overheat. Overheat sendiri merupakan keadaan di mana suhu komputer melewati batas normal. Apabila komputer mengalami overheat dan digunakan dalam waktu lama, akan mengakibatkan perangkat keras yang ada di dalamnya rusak karena suhu yang tinggi

tersebut. Untuk mengatasi hal ini disarankan melakukan perawatan dengan membersihkan bagian dalam komputer, memastikan adanya sirkulasi udara yang baik, serta mengganti thermal pasta secara berkala. 2. Jangan lupa untuk selalu mengaktifkan antivirus Selain disebabkan oleh kerusakan pada hardware, blue screen juga dapat disebabkan oleh rusaknya driver atau program yang terdapat pada sistem komputer. Kerusakan pada driver dapat disebabkan oleh banyak hal, salah satunya adalah serangan malware. Serangan malware akan merusak program yang terdapat pada sistem komputer yang mengakibatkan kerusakan pada sistem dan berujung pada munculnya pesan blue screen. Untuk menghindari hal ini, disarankan untuk melakukan scanning (pemindaian) pada sistem komputer dengan menggunakan antivirus secara terjadwal misalnya tiga minggu sekali. Proses scanning dapat menggunakan antivirus bawaan dari windows yaitu Windows Defender maupun antivirus lain seperti Avast dan Kaspersky. 3. Lakukan update driver ke versi terbaru Selain melakukan scanning menggunakan antivirus agar driver atau program terjaga, hal lain yang dapat dilakukan adalah selalu melakukan update driver ke versi yang terbaru. Keuntungan yang didapatkan dari update driver di antaranya perbaikan bug, meningkatkan performa, serta optimasi terhadap aplikasi baru. Untuk meminimalisir terjadinya error saat melakukan update driver, disarankan melakukan update driver melalui website resmi atau aplikasi terpercaya seperti Windows update yang terdapat pada tiap komputer dengan sistem operasi Windows. 4. Jadwalkan backup data secara berkala Tips terakhir yang dapat menjadi penolong apabila komputer terkena blue screen adalah selalu backup data penting secara berkala. Backup data dilakukan dengan cara menyalin data penting yang terdapat di komputer ke media penyimpanan data eksternal seperti hardisk, flashdisk, google drive, sd card, dan media penyimpanan lainnya. Dengan adanya salinan data yang tersimpan di luar penyimpan komputer, akan sangat membantu apabila suatu saat data di komputer hilang. Selain itu, hal ini akan mengamankan data – data penting dari serangan virus komputer yang kapan saja dapat masuk ke dalam sistem. [Surya]


Pojok Alumni

11

VOL.16/ MEI 2022

Be the Best Version of Yourself

S

aya adalah alumni Fakultas Ekonomi, Program Studi Akuntansi 2003. Saya saat ini menjabat sebagai Sekretaris Badan Promosi Pariwisata Daerah Kabupaten Kulon Progo (BPPKP) dan Wakil Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia DPP DIY. Saya juga adalah founder dari DIVEABLE dan Indonesia Caring, dan saya juga pendiri Sindhen Art Foundation yang fokus pada deradikalisasi paham

Resensi Buku

Judul Buku

Pengarang Penerbit

Tahun Terbit Jumlah Halaman

A

: The Invention of Nature : The Adventure of Alexander von Humboldt, the Lost Hero of Science : Andrea Wulf : John Murray Publisher, London, United Kingdom, 2015 : 2015 : 473 halaman

lexander von Humboldt mungkin masih terasa asing bagi penggemar sains di dunia. Namanya kalah terkenal dari beberapa pendekar sains seperti Charles Darwin dan Jean-Baptiste Lamarck

ekstrim melalui penguatan dan pelestarian budaya lokal. Setiap kita memiliki jalan hidup yang berbeda yang seringkali kita tidak pahami. Bisa jadi kita sedang menempuh jurusan yang “ga gue banget” karena keinginan orangtua. Bisa jadi kita sedang merasa tidak beruntung dan melihat orang lain yang “lebih beruntung”, apalagi di tengah persaingan yang sangat ketat, yang hal ini sering membuat kita bingung dan akhirnya menyerah dengan “apa yang ada saja”. Di sini, saya ingin berbagi beberapa pengalaman hidup saya, tentang menjadi versi terbaik dari diri kita. Bagaimana hal tersebut bisa dilakukan? 1. Identifikasi apa yang menjadi karunia atau gift yang Tuhan berikan ke kalian Setiap kita, dilahirkan untuk sebuah tujuan. Untuk bisa mencapai tujuan itu, Tuhan memperlengkapi setiap orang dengan karunia atau gift masing-masing. Lalu how to identify gift? Gift is the thing you do best with the least effort. Renungkan dan identifikasi karunia apa itu. Setiap kita bukan lahir karena sebuah kesalahan atau ketidak sengajaan. 2. Live your gift, your gift will make room for you Saya lulus dari kampus ini setelah 3,5 tahun menempuh studi dan bekerja di beberapa perusahaan nasional. Pada tahun 2014 saya melanjutkan studi S2 saya dan memutuskan untuk berhenti bekerja dari PT. Astra Internasional setelah kurang lebih 3 bulan saya “nyambi”, bekerja dan studi karena tidak diizinkan untuk keluar. Banyak pihak lalu meragukan pilihan saya untuk keluar dari pekerjaan saya. Takutnya tidak bisa “hidup”. Setelah saya lulus dari jurusan Global Humanitarian Diplomacy saya memilih fokus untuk mengembangkan karunia yang Tuhan berikan pada saya dengan mendirikan perusahaan saya sendiri. Saya terjun ke industri pariwisata di mana industri ini adalah industri yang sangat ketat dengan persaingan dan modal yang sangat besar. Berbekal ilmu yang saya dapatkan di jenjang S2, saya memilih fokus pada industri pariwisata yang ramah untuk semua orang terutama penyandang disabilitas. Hal ini sangat tidak mudah, dan banyak sekali orang yang meragukan dan berkata itu adalah hal yang sia-sia untuk saya lakukan karena secara bisnis tidak

akan memberikan hasil yang maksimal. Namun di tengah cibiran dan keraguan banyak orang, saya tetap melakukannya. Kini, banyak media cetak maupun TV, baik nasional maupun internasional yang meliput apa yang saya lakukan ini, termasuk beberapa penelitian di jurnal nasional. 3. Keep moving, don't give up and break the ceiling Untuk bisa mempromosikan accessible tourism, saya harus melakukan banyak hal yang sangat ekstrim. Saya memulai dengan menyelam bersama banyak ragam disabilitas, mulai dari tuli, netra, paraplegic, hingga cerebral palsy, muscular dystrophy dan no arms. Menyelam bukanlah hal mudah untuk saya yang pada awalnya takut air dan tidak bisa berenang. Untuk bisa menjadi penyelam yang bersertifikat, saya harus lulus banyak ujian sertifikasi. Dimulai dengan harus lulus ujian tertulis yang banyak memuat ilmu fisika dan kimia (yang tidak pernah dapatkan karena saya lulusan SMK Akuntansi), hingga ujian open water di laut lepas meskipun awalnya saya tidak bisa berenang. Tidak hanya itu, untuk bertahan dan menjadi expert di bidang ini sangatlah tidak mudah dan berat, terutama selama masa pandemi berlangsung. Saya harus berdarah-darah menghadapi penipuan, dimanfaatkan dan banyak hal tidak menyenangkan lainnya. Seluruh waktu, tenaga, pikiran dan materi harus tercurah untuk hal yang saya geluti ini. Kini saya mempelopori program pengibaran bendera merah putih bawah air oleh penyandang disabilitas pertama di Lombok, mempelopori dive with deaf di mana saya berhasil mengajari deafblind (buta tuli) untuk menyelam. Saya juga menginisiasi beberapa film oleh sutradara tunanetra pertama di Indonesia, pengembangan virtual trip untuk tuna netra dan tuna rungu pertama di Indonesia untuk batik tiga negeri, travel pattern di desa wisata ramah disabilitas, dan saya juga diminta Angkasa Pura 1 untuk melakukan assessment untuk aksesibilitas bandara. Satu hal yang perlu kita ingat, jangan pernah batasi diri sendiri. Selalu gaungkan hal yang baik terhadap diri sendiri dan percaya Tuhan menyertai langkah kita untuk naik dan tidak pernah turun. Tuhan memberkati kita semua. (Meira Marianti)

The Invention of Nature

yang dikenal menekuni dunia perkembangan organisme berdasarkan interaksinya dengan perubahan lingkungan. Catatan sejarah menunjukkan bahwa buah pemikiran Humboldt sangat mempengaruhi pemikiran dari banyak tokoh sains seperti Charles Darwin dan Ernst Haeckel, tokoh sastra seperti Johan Wolfgang von Goethe dan Henry David Thoreau, serta salah satu Bapak Negara Amerika Thomas Jefferson. Hampir 300 jenis tanaman dan 100 jenis hewan dinamakan berdasarkan nama Humboldt. Namanya juga diabadikan sebagai nama banyak tempat di benua Amerika dan Eropa. Dalam bukunya, Andrea Wulf banyak menggali tentang sepak terjang Alexander von Humboldt di dunia ilmu pengetahuan yang begitu luas, mulai dari khazanah ilmu bumi dan mineralogi, ekologi, taksonomi, bahkan pula merambah ilmu administrasi negara, politik dan Bahasa. Alexander von Humboldt lahir dari kalangan bangsawan Prussia (Jerman saat ini) pada tanggal 14 September 1769, tahun kelahiran yang sama dengan Napoleon Bonaparte. Alexander von Humboldt sedari muda telah menyukai petualangan di alam bebas dan menunjukkan ketertarikan yang besar akan dunia sains, terutama dalam bidang botani dan geologi. Andrea Wulf lengkap menceritakan beragam hal tentang Alexander von Humboldt, mulai dari pengalaman masa kecil, pengalamannya mencari ilmu dari beragam bidang akademik, serta realisasi hasratnya untuk mengeksplorasi alam bebas yang terwujud dalam dua ekspedisi besar Humboldt di Amerika Selatan dan Russia. Andrea Wulf juga merekam pengaruh pandangan dan ajaran Alexander von Humboldt bagi banyak tokoh besar dunia saat itu. Meski awalnya menimba pengalaman akademiknya pada bidang ilmu administrasi

negara dan ekonomi, Humboldt berhasil pula mendapatkan gelar prestisius dari Akademi Geologi Freiburg hanya dalam waktu 8 bulan dari durasi normal tiga tahun untuk rerata mahasiswa. Gelar ini pula yang kemudian membawanya bekerja pada Kementerian Pertambangan dengan ruang lingkup kerja seluas wilayah kekaisaran Prussia. Jiwa petualang dan keinginan untuk mengeksplorasi flora dan fauna di luar Eropa membuat Humboldt melepaskan pekerjaan bergengsinya. Saat itu, penjelajahan dunia hanya bisa dilakukan mengikuti armada kerajaan besar Eropa penakluk dunia dan tentunya seijin pucuk tertinggi kerajaan. Setelah gagal mendapatkan ijin dari Kerajaan Inggris dan Perancis, Humboldt berkesempatan mewujudkan impian masa kecilnya berpetualang ke belahan benua Amerika Tengah dan Selatan dengan ijin Raja Carlos IV dari Spanyol pada tahun 1799. Setelah lima tahun masa eksplorasi dan petualangan di Amerika Tengah dan Selatan yang penuh risiko dan mengancam jiwa, Humboldt kembali ke Eropa melalui Perancis dengan membawa banyak peti berisi 60.000 spesimen tumbuhan dan beragam catatan serta gambaran astronomi, geologi setempat dari lokasi eksplorasi. Catatan perjalanan Humboldt di Amerika Tengah dan Selatan ini ia tuangkan dalam dua publikasi terkenal, yaitu Views of Nature dan Personal Narrative yang banyak menginspirasi kaum awam dan akademia saat itu. Setelah lama bermukim di Paris sekembalinya dari Amerika Selatan, Alexander von Humboldt kembali dan tinggal permanen di kota kelahirannya Berlin pada tahun 1827. Oleh karena reputasi dan pengalamannya, Humboldt menjadi salah satu penasehat dari Kaisar Prussia, Friedrich Wilhelm III. Ambiens intelektualitas Berlin

menjadi semakin semarak melalui banyak kuliah umum yang diadakan oleh Humboldt. Keberadaan Humbold di Berlin menjadi magnet banyak ilmuwan, politisi, pewarta kabar dan mahasiswa perguruan tinggi yang ingin bertukar pikiran dengannya. Alexander von Humboldt meninggal dunia pada 6 Mei 1859 dalam usia 89 tahun. Kalimat yang terakhir keluar dari mulutnya adalah “Betapa menakjubkannya sinar matahari ini, seperti memanggil bumi menuju surga.” Sumbangsih Alexander von Humboldt untuk dunia ilmu pengetahuan harusnya terasa besar dan unik. Ia berhasil menyampaikan sains dengan bahasa sederhana dan menarik yang bisa dipahami oleh banyak orang saat itu. Pendekatannya dalam membumikan sains terasa holistik di zamannya karena memadukan metode ilmiah yang umumnya berdasarkan data yang valid dengan sentuhan nilai sejarah, seni, puisi dan pandangan politik. Alexander von Humboldt mampu membawa obor sains dengan cahaya yang lembut di mata untuk menerangi keremangan informasi ilmiah pada pertengahan abad ke-19. Selain pandai merangkai informasi ilmiah yang menarik banyak orang, Alexander von Humboldt juga mampu menyuarakan suara tegas kebenaran sains tentang dampak destruktif pembangunan tidak terencana daerah koloni kekuasaan kerajaan besar Eropa. Jika pada akhirnya Alexander von Humboldt redup pamornya digerus jaman, gerakan anti-Jerman yang timbul sebagai akibat dampak Perang Dunia I (dan II) bisa dijadikan kambing hitam. Meski redup, nama Alexander von Humboldt dan apa yang ditinggalkannya tetap menyala, dan itu masih bisa diindera di banyak tempat di dunia. (KMR)


12

Infografis VOL.16/ MEI 2022


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.