UKDW Yogyakarta
17
@UKDWJOGJA @ukdwyogyakarta
06
UKDW Yogyakarta
Alamat Redaksi: Kantor Biro IV UKDW Gedung Hagios Lantai 1 Jl. dr. Wahidin Sudirohusodo 5-25, D.I Yogyakarta Koran Kampus UKDW
JUNI 2023
korankampus@staff.ukdw.ac.id
Berkomunikasi dengan Hati Mencipta Harmoni
B E R I TA U TA M A
Profil bulan ini: Steven Michael Arbyanto
Tim Taekwondo Kembali Raih Prestasi, Sabet 7 Medali
2
Foto: Dok./Pribadi
PSPP UKDW Menjadi Delegasi Kota Yogyakarta dalam Dialogue Cities Southeast Asia Conference
3
Siraman Rohani: Spiritualitas Persaudaraan Ekumenis dari Taizé
12
R
umah Sakit Bethesda Yogyakarta dan Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana (FK UKDW) bekerja sama dengan PERDAMI Cabang Daerah Istimewa Yogyakarta, Gereja Katolik St. Yusup Bintaran, PT. Sinar Herba Radix, dan Wayang Adventure mengadakan kegiatan operasi katarak gratis bagi masyarakat pada hari Minggu, 11 Juni 2023 di RS Bethesda Yogyakarta. Kegiatan ini digelar dalam rangka menyambut Hari Ulang Tahun ke-124 RS Bethesda Yogyakarta dan Dies Natalis ke-14 FK UKDW. Proses operasi katarak diawali dengan proses skrining yang dilakukan pada hari Sabtu, 10 Juni 2023 di Aula Gereja Katolik St. Yusup Bintaran Yogyakarta. Proses skrining dilakukan oleh tim dari RS Bethesda Yogyakarta dan PERDAMI Cabang DIY, serta dibantu oleh mahasiswa FK UKDW untuk pemeriksaan tekanan darah, pemeriksaan gula darah, kolesterol, hingga asam urat. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa peserta benar-benar mengidap katarak dan dalam kondisi kesehatan yang siap untuk menjalani operasi. Hadir dalam acara tersebut, Siti Mahmudah Setyaningsih, S.Ap. (Lurah Wirogunan), Memoris T.F. Sarumaha, S.H. (Kepala Jawatan Keamanan Kemantren Mergangsan), Romo Yohanes Triwidianto, Pr. (Kepala Paroki St. Yusup Bintaran), dr. Edy Wibowo, Sp.M., MPH. (Wakil Direktur Pelayanan Medik RS Bethesda Yogyakarta), dr. The Maria Meiwati Widagdo, Ph.D. (Dekan FK UKDW), Sukamdhani Kencana
T
ujuh mahasiswa Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta yang tergabung dalam Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Taekwondo UKDW berhasil meraih tujuh medali dalam ajang Kejuaraan Taekwondo Bupati Sleman Cup 2023 yang diselenggarakan di Gedung Olah Raga Pancasila UGM pada tanggal 27-28 Mei 2023. Ketujuh mahasiswa tersebut meraih 3 medali emas, 1 medali perak, dan 3 medali perunggu. Para peraih medali tersebut adalah Thrisnawati Arruan Lintin (Prodi Filsafat Keilahian) dengan perolehan medali emas di kategori Kyourugi U46Kg Putri, Steven Michael Arbyanto (Prodi Filsafat Keilahian) dengan perolehan medali emas di kategori Poomsae, Justin Beltsazar Alfin Reza (Prodi Management) dengan perolehan medali emas di kelas Kyourugi U54kg Putra.
Sedangkan perolehan medali perak diraih oleh Yeheskiel Yunus Tame (Prodi Informatika) dalam kategori Kyourugi U54kg Putra. Sementara itu, medali perunggu diraih oleh Ruben Metusatius Natanael (Prodi Filsafat Keilahian) di kategori Kyourugi U58kg Putra, Stefya Elfaryne Clara Firdaus (Prodi Manajemen) kelas Kyourugi U57Kg Putri, dan Valentino Tigor Purba (Prodi Arsitektur) di kelas Kyorugi U74Kg. Steven Michael Arbyanto selaku Ketua Pelaksana UKM Taekwondo UKDW sekaligus salah satu atlet yang mendapat medali emas mengatakan bahwa Kejuaraan Taekwondo Bupati Sleman Cup 2023 merupakan kejuaraan olah raga bela diri Taekwondo di tingkat wilayah yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah Sleman. “Saya merasa sangat senang atas
prestasi dari tim Taekwondo UKDW. Bahkan dalam kejuaraan ini banyak atlet baru yang berani bertanding untuk mengharumkan nama UKDW. Kami berharap semoga UKDW dapat semakin mendukung kami dalam setiap kejuaraan yang akan kami ikuti kedepannya,” tutur Steven. Tim taekwondo UKDW memiliki niat dan tekad yang besar untuk kembali terjun dalam kejuaraan taekwondo pada tingkatan yang lebih tinggi. Prestasi yang diraih ini membuktikan dengan adanya fasilitas dan dukungan yang cukup akan menghasilkan prestasi yang maksimal. Berbagai tingkat kejuaraan mulai dari tingkat daerah, wilayah, dan nasional akan diikuti dengan tekad membawa hasil yang mengharumkan nama UKDW. (SMA)
RS Bethesda Yogyakarta dan FK UKDW Gelar Operasi Katarak Gratis
(Komisaris PT Sinar Herba Radix), Prof. dr. Suhardjo, SU., Sp.M(K) (Ketua Subdiv Oftalmologi Komunitas FK-KMK UGM), dan dr. Firman Setya Wardhana, Sp.M(K), M.Kes. (Ketua PERDAMI Cabang DIY). Pada kesempatan tersebut, dr. Patricia Dissy Andrea, salah satu panitia pelaksana dari FK UKDW menyampaikan terdapat sebanyak 153 peserta yang mendaftar dan
Foto: Dok./Panitia
Foto: Dok./Panitia
137 peserta telah melalui skrining. “Adapun jumlah peserta yang lolos skrining sebanyak 53 peserta dan menjalani operasi katarak di RS Bethesda Yogyakarta. Operasi katarak dilakukan oleh sejumlah dokter spesialis mata dibantu oleh tim PERDAMI Cabang DIY dengan teknik fakoemulsifikasi dan small-incision cataract surgery (SICS),” terangnya.
Kegiatan operasi katarak gratis ini telah dilaksanakan hampir setiap tahun dan diharapkan dapat dilaksanakan secara rutin sebagai salah satu cara penanggulangan gangguan penglihatan di masyarakat yang disebabkan oleh katarak. Harapannya kualitas hidup seseorang dapat meningkat jika memiliki penglihatan yang optimal. (PDA)
VOL.17/ JUN 2023
Steven Michael Arbyanto: Taekwondo dan Kuliah Filsafat Keilahian
Daftar Prestasi Ÿ Ÿ Ÿ Ÿ Ÿ Ÿ Ÿ Ÿ Ÿ Ÿ
Juara 1 Poomsae Bupati Sleman Cup 2023 Juara 1 Poomsae Kapolres Gunung Kidul Cup 2023 Juara 1 Poomsae Magelang Walikota Cup 2022 Juara 1 Poomsae Walikota Yogyakarta 2022 Juara 1 Poomsae Disparpora Cup 2019 Juara 1 Poomsae Dispora Cup 2018 Juara 2 Poomsae Magelang Open 2019 Juara 2 Kyourugi U51kg Untidar Open 2017 Juara 3 Poomsae Untidar Cup 2019 Juara 3 Poomsae Magelang Open 2018
T
aekwondo menjadi cabang olahraga yang dipilih oleh Steven Michael Arbyanto untuk digeluti. Steven, begitu ia akrab dipanggil, memilih taekwondo pada awalnya karena hanya ingin berolahraga dan juga pada masa sekarang ini marak kejahatan yang terjadi di jalanan sehingga ia memutuskan untuk lebih menggeluti taekwondo sebagai upaya untuk mempertahankan diri. Steven mengungkapkan seiring berjalannya waktu, dengan adanya tawaran untuk mengikuti segala bentuk kejuaraan maka prestasi untuk menjadi atlet menjadi semakin menarik untuknya. Steven sendiri telah berhasil menjuarai berbagai kejuaraan taekwondo yang diselenggarakan di Yogyakarta dan Jawa Tengah. Steven bercerita tentang kejuaraan yang menurutnya paling berkesan. “Kejuaraan Taekwondo Walikota Yogyakarta 2022 menurut saya paling berkesan. Dalam kejuaraan tersebut saya mendapatkan urutan nomor 2 untuk bermain poomsae. Lawan saya di urutan pertama sudah meraih point yang cukup tinggi di angka 6,8 namun ternyata saya melebihi dengan point 7,1 dan point tersebut tidak diimbangi oleh pemain ke 3 dan ke 4,” ujarnya hingga ia akhirnya berhasil
meraih Juara 1 Poomsae Walikota Yogyakarta 2022. Saat ini Steven tercatat sebagai mahasiswa Program Studi Filsafat Keilahian Fakultas Teologi Angkatan 2020 Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta. Di tengah kesibukannya berkuliah dan menekuni taekwondo, Steven berbagi tips dalam membagi waktu. “Saya merasa harus melatih fisik saya dan kognitif secara seimbang. Jadi saya meluangkan waktu untuk berlatih dua kali seminggu, dan sisanya setelah latihan saya akan belajar untuk kepentingan akademik saya. Tentu tidak berjalan mulus saja, hambatannya terkadang tidak mudah mengatur fisik yang lelah supaya tetap dapat latihan namun juga belajar,” katanya. Di UKDW Yogyakarta, Steven juga bergabung di Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Taekwondo. Saat ini Steven dipercaya sebagai ketua UKM Taekwondo UKDW Yogyakarta. Ia mengungkapkan bahwa Tim Taekwondo UKDW sudah bangkit kembali. “Di masa pandemi kami benar-benar tidak bisa melakukan apapun. Namun setelah pandemi mereda seperti sekarang dan kejuaraan sudah mulai muncul kembali maka
kami berusaha berlatih dan bertanding sekuat mungkin untuk berprestasi,” ujar mahasiswa kelahiran 2001 ini. Hal ini terbukti dengan bertambahnya jumlah anggota Tim Taekwondo UKDW hingga 45 orang. Mereka biasanya berlatih dua kali seminggu, yakni di hari Selasa dan Jumat pukul 19.00 dengan didampingi pelatih Sabeum Caesario. Steven berharap UKDW Yogyakarta dapat memberikan dukungan lebih dan fasilitas kepada mereka sehingga Tim Taekwondo UKDW dapat semakin berkembang dan memberikan hasil yang terbaik bagi nama universitas. Ketika ditanya bagaimana awal mula ia tertarik masuk ke Fakultas Teologi UKDW Yogyakarta, Steven mengatakan jika ia tertarik akan gaya berteologi di UKDW Yogyakarta yang sangat kental dengan teologi kontekstual. “Saya mendapat info dari kakak tingkat bahwa berkuliah teologi di UKDW sangat asik mulai dari fasilitas bus, asrama, dan biaya yang tidak terlalu mahal,” ungkap mahasiswa yang berasal dari Magelang tersebut. Mulai dari kelas 3 SMP, Steven mulai suka membaca buku serta mengikuti seminar dan pendalaman Alkitab. Akhirnya ia tertarik untuk mempelajari Alkitab secara lebih dalam dan masuk ke Fakultas Teologi
UKDW. Selain itu, kelebihan dari Fakultas Teologi UKDW yang sudah terakreditasi “A” dan memiliki nama yang cukup terkenal di kalangan gereja-gereja Kristen memantapkan niatnya untuk melanjutkan studi di UKDW. Bagi Steven, UKDW adalah kampus swasta yang sangat baik dalam segi pengembangan pendidikan. Mulai dari fasilitas dan segala jenis pelayanan serta kegiatan kemahasiswaan sangat mendukung adanya penggalian potensi dari setiap mahasiswa. Sebagai contoh, fasilitas tidak hanya ruang kelas namun juga ada pula rooftop yang menjadi tempat untuk bersantai mahasiswa di kala jenuh berkuliah. Steven pun menyampaikan harapannya untuk kampus tercinta, “Saya berharap UKDW tetap menjadi universitas yang semakin baik dalam pengembangan akademik maupun nonakademik. Saya juga berharap dukungan kepada prestasi mahasiswa dalam ranah akademik maupun non-akademik dapat diiseimbangkan sehingga nilai-nilai kedutawacanaan dapat terlihat dalam kehidupan universitas,” tutupnya. [Lia]
REDAKSI KORAN KAMPUS PENANGGUNG JAWAB PIMPINAN REDAKSI WAKIL PIMPINAN REDAKSI
: Pdt. Wahju Satria Wibowo, Ph.D. : Dr. Phil. Lucia Dwi Krisnawati, S.S., M.A. : Christina Angelina Puspitasari
EDITOR
LAYOUTER
Mei, Iit, Anti
Putra, Jessica, Dimas
KORAN KAMPUS BISA ANDA DAPATKAN SECARA ONLINE MELALUI
https://issuu.com/korankampus_ukdw Redaksi menerima tulisan dari warga kampus berupa artikel, laporan kegiatan dan foto-foto yang membangun harapan. kirim ke alamat Redaksi atau melalui email : korankampus@staff.ukdw.ac.id
Universitaria
VOL.17/ JUN 2023
3
Gelar Kuliah Umum, UKDW Hadirkan Mantan Napiter Pelaku Bom Bali
M
ata Kuliah Humaniora Universitas Kristen Duta Wacana (MKH UKDW) Yogyakarta menggelar kuliah umum dengan tema “Menanamkan, Menguatkan, dan Melestarikan Pancasila: Tantangan Kaum Muda” pada hari Sabtu, 10 Juni 2023 di Auditorium Koinonia UKDW. Kegiatan yang diikuti sekitar 400 mahasiswa ini, sekaligus menjadi penutup Kuliah Pendidikan Pancasila semester Genap Tahun Ajaran 2022-2023. Dra. Endah Setyowati, M.Si., M.A. selaku dosen penggagas acara menjelaskan tema itu dipilih karena Pancasila dianggap lemah dalam mencegah masuknya nilai-nilai yang potensial mengancam keragaman Indonesia saat memasuki abad XXI. Bahkan Pendidikan Pancasila pernah hilang dari kurikulum pendidikan tinggi sejak reformasi. Dengan dihadirkannya mantan narapidana teroris (napiter) pelaku Bom Bali, Joko Tri Hermanto alias Jack Harun, diharapkan mampu menampilkan kisah inspirasi. Kisah perjalanan Jack Harun menjadi contoh nyata bagaimana kesadaran tentang Pancasila tumbuh kembali setelah sejak remaja terpapar radikalisme. Jack Harun mengaku terpapar ideologi radikal itu sejak lulus SMA dan rajin datang
ke pengajian-pengajian, berlanjut hingga berkuliah di Teknik Elektro UNS. Tidak menyelesaikan kuliah, ia justru terlibat jauh dalam aksi Bom Bali 1. Setelah tertangkap, ia menjalani hukuman selama hampir 10 tahun. Setelah itu, ia kembali ke masyarakat dan melanjutkan pendidikan. Bersama Yayasan Gema Salam, Pak Jack saat ini mengadvokasi sesama napiter maupun masyarakat luas tentang Pancasila termasuk lewat media sosial maupun perjumpaan langsung. Mahasiswa yang mengikuti kuliah umum sepanjang dua jam ini menunjukkan antusiasme yang besar ditandai banyaknya pertanyaan dan tanggapan dari mahasiswa. Salah satu pertanyaan yang mendapat jawaban yang menarik adalah “Apa yang menjadikan Anda menjadi seperti sekarang ini?”. Pak Jack menjawab, “Dalam bahasa keyakinan Anda, saya melakukan penebusan dosa karena melakukan pengeboman yang membawa banyak korban”. Pertanyaan lainnya, “Apa yang pertama kali menyadarkan Anda?”. Menurut Pak Jack adalah setelah ditangkap, ia dibawa ke rumah untuk menunjukkan apa saja yang tersimpan di
Foto: Dok./Panitia
kamarnya dan ia tidak bisa berpamitan kepada ibunya. “Saya kembali karena simbok,” tuturnya. Tiga hal yang disampaikan kepada mahasiswa terkait faktor yang menyuburkan radikalisme yang menyasar kepada kelompok usia muda dan remaja adalah melihat ketidakadilan, salah memilih kawan, dan minimnya literasi media, terutama media sosial. Banyak gambar yang ditunjukkan untuk menarik simpati calon pengikut adalah berita maupun gambar yang tidak
benar (hoaks). Faktor yang paling penting untuk mencegah radikalisme adalah lingkungan keluarga yang hangat sehingga mencegah anak dalam mencari kehangatan di media sosial. Dalam kegiatan ini, Kelompok Studi Pancasila dan Kebangsaan UKDW juga mendapat kesempatan memperkenalkan keberadaan kelompok studi dan menyampaikan informasi tentang kegiatan yang sudah dilaksanakan. (ES)
PSPP UKDW Menjadi Delegasi Kota Yogyakarta dalam Dialogue Cities Southeast Asia Conference
Foto: Dok./Pribadi
P
usat Studi dan Pengembangan Perdamaian Universitas Kristen Duta Wacana (PSPP UKDW) Yogyakarta yang diwakili oleh Endah Setyowati, Dosen Mata Kuliah Humaniora UKDW menjadi salah satu delegasi Kota Yogyakarta untuk hadir dalam acara Dialogue Cities Southeast Asia Conference. Konferensi ini diselenggarakan oleh The King Abdullah bin Abdulaziz International Centre for Interreligious and Intercultural Dialogue (KAICIID) pada tanggal 28-30 Mei 2023 di Bangkok, Thailand. KAICIID sendiri merupakan sebuah lembaga antarnegara yang saat ini berkantor pusat di Lisabon, Portugal. Adapun panitia pelaksana konferensi adalah Institute of Buddhist Management for Happiness and Peace (BIHAP) yang diketuai oleh Venerable Napan.
Konferensi di Bangkok tersebut merupakan perwujudan visi KAICIID di tingkat regional dengan memanfaatkan dialog untuk mempromosikan persatuan dan kerja sama, menjembatani perbedaan budaya, etnik, dan agama di seluruh dunia. Dalam setting urban, setiap kota yang terpilih memiliki atmosfer keragamanan agama dengan segala keunikan dan tantangan yang berbeda-beda. Adapun peserta yang terlibat dalam kegiatan ini merupakan perwakilan dari Kota Yogyakarta (Indonesia), Davao City (Filipina), Kuala Lumpur (Malaysia), Bangkok (Thailand), dan Singapura. Terdapat sekitar 60 peserta yang terdiri atas praktisi dialog, peneliti kajian interdisiplin, pengambil kebijakan, pemimpin komunitas agama, tokoh pemuda, dan perempuan.
Indonesia yang diwakili oleh Kota Yogyakarta mengirimkan delegasi yang terdiri atas praktisi dialog, antara lain Nur Solikhin (GUSDURian Yogyakarta), Ahmad Shalahuddin Mansur (Young Interfaith Peacemaker Community/ YIPC), Pdt. Kristi (Srikandi Lintas Iman/ SRILI), dan Yulianti (Vihara Budha Karangdjati). Termasuk di dalam praktisi tersebut adalah unsur perempuan dan pemuda. Adapun dari akademisi yang hadir dalam acara ini adalah Iqbal Ahnaf (Center for Religious and Cross-cultural Studies, UGM), Wiwin Siti Aminah Rohmawati (UNU Yogyakarta), Suhadi Cholil (Pusat Studi Agama dan Isu-Isu Kontemporer, Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga), Endah Setyowati (Pusat Studi dan Pengembangan Perdamaian, UKDW), dan Dicky Sofjan (Indonesian Consortium for Religious Studies/ ICRS-Yogyakarta). Sedangkan dari pemerintah Indonesia, ada empat orang perwakilan yaitu Vano Aprilio (Biro Mental Spiritual Provinsi Setda Yogyakarta), Nur Ahmad Ghojali (Kement e ri a n A g a m a P ro vi n s i Y o g y a ka rt a ) , Gregorius Sri Nurhartanto (Forum Kerukunan Umat Beragama/ FKUB Yogyakarta), dan I Gede Suwardana (Penyuluh Agama Hindu Kemenag Bantul). Keikutsertaan PSPP UKDW dalam konferensi adalah tindak lanjut dari kunjungan KAICIID ke UKDW pada tahun 2021 dan bentuk dukungan jaringan kerja PSPP UKDW, khususnya alumni pelatihan PSPP pada saat aktif bekerja dalam pengembangan masyarakat untuk perdamaian di wilayah konflik termasuk yang mengguna-
kan identitas agama pada masa-masa pasca konflik yang pecah di beberapa wilayah Indonesia (2000-2006). Konferensi ini menghasilkan 4 kelompok kerja (POKJA) yang akan mengembangkan kerangka kerja POKJA dan aksi konkret. POKJA itu terdiri atas (1) Riset dan Beasiswa, (2) Kebijakan; (3) Pemimpin Perempuan dalam Kegiatan lintas agama; dan (4) Peran pemuda dalam dialog antaragama dan antarbudaya. Endah Setyowati menyebutkan PSPP UKDW menjadi anggota POKJA Pemuda yang menyepakati hasil diskusi POKJA dalam konferensi hari ketiga dengan membentuk focal point setiap kota dan membentuk kepanitiaan yang dipimpin oleh calon tuan rumah konferensi serupa pada tahun 2024 di Davao City. Peserta konferensi juga mendapat kesempatan mengunjungi tempat-tempat ibadah seperti Assumption Cathedral, Haroon Mosque, Wat Pho Buddhist Temple, dan karena cuaca hujan deras, maka Wat Saket (Golden Mount) tidak dapat dikunjungi oleh peserta. Endah Setyowati menambahkan pelajaran yang dapat ditarik dari keikutsertaan dalam konferensi dialog antar kota di Asia Tenggara ini adalah menambah jaringan kerja internasional UKDW dengan organisasi-organisasi agama di Kawasan Asia Tenggara. Sedangkan peluang yang ditawarkan kepada organisasi para peserta untuk meningkatkan jaringan dan menimba pengetahuan serta pengalaman dialog lintas iman dari berbagai negara adalah melalui Fellowship KAICIID Programme yang bersifat regional maupun global. (ES)
Tingkatkan Kualitas PTS, UKDW Gelar Webinar DAAD DIES
U
niversitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta bekerja sama dengan Osnabrück University of Applied Sciences Germany dan Universitas Kristen Wira Wacana (Unkriswina) Sumba Timur Nusa Tenggara Timur menggelar webinar Joint Project Action Plan (PAP) DAAD DIES pada hari Jumat, 9 Juni 2023. Webinar digelar secara online dengan mengangkat tema “Membangun Kinerja Yayasan dan Pimpinan Perguruan Tinggi yang Sehat dan Unggul” serta diikuti oleh Universitas Halmahera (UNIERA) Tobelo Maluku dan Universitas Ottow Geissler Jayapura. Kegiatan ini merupakan salah satu bagian dari program peningkatan kapasitas perguruan tinggi di Indonesia melalui
peningkatan kepemimpinan dan kerja sama dari pemerintah Jerman yang disebut DIES Partnership dan didukung oleh DAAD German Academic Exchange Service. Dalam kesempatan tersebut, Rektor UKDW Dr.-Ing. Wiyatiningsih, S.T., M.T., menyebutkan bahwa kegiatan DAAD DIES ini telah memasuki tahun terakhir. “Selama tiga tahun ini, keempat universitas telah bersinergi dengan baik. Harapannya kegiatan ini akan berlanjut, tidak berhenti saat program DAAD DIES selesai. Kiranya kerja sama dan relasi yang sudah terbentuk dengan baik ini dapat meningkatkan kolaborasi bersama,” tuturnya. Sementara itu, Rektor Universitas Pembangunan Jaya (UPJ) Leenawaty Limantara, M.Sc., Ph.D. selaku narasumber memberi-
kan materi mengenai “Visi Perguruan Tinggi Masa Depan”. Dimana PT perlu memahami, menjaga, dan menghidupi visi mula-mula sehingga tidak kehilangan jati diri. “Untuk memimpin dan menjadi pemimpin yang visioner, kita harus memahami perkembangan PT, memiliki data yang akurat, memiliki visi-misi-tujuan-sasaran (VMTS) yang jelas, memiliki rencana strategis dan rencana operasional yang spesifik, terukur, dapat tercapai, relevan, waktu yang spesifik, evaluasi, dan revisi dengan unique selling point, mengeksekusi VMTS, melakukan continuous improvement, serta menghadirkan Tuhan dalam panggilan pekerjaan kita,” terangnya. Sedangkan Direktur Eksekutif Yayasan Perguruan Tinggi Kristen (YPTK) Petra Prof.
Dr. (HC) Rolly Intan, Dr.Eng. selaku narasumber kedua menyampaikan materi mengenai “Masalah dan Tantangan: Relasi Pimpinan dan Yayasan Perguruan Tinggi”. Hal yang bisa menghancurkan sebuah PT adalah konflik internal, karena pada umumnya konflik eksternal akan semakin menguatkan PT. “Membangun kepercayaan adalah bahan bakar dari kepemimpinan. Kepercayaan sangat penting untuk membentuk sebuah tim yang kuat. Selain itu, pimpinan dan Yayasan juga harus membangun hubungan dan persahabatan yang kuat melalui kepemimpinan yang melayani dan mengedepankan persekutuan,” pungkasnya. [mpk]
Universitaria
4
VOL.17/ JUN 2023
Mahasiswa UKDW Ikuti Latihan Kepemimpinan dan Bela Negara
Foto:Dok./Pribadi
P
elatihan kepemimpinan dan bela negara sangat diperlukan di era globalisasi sekarang ini. Melihat adanya dampak negatif dari akulturasi budaya seperti lunturnya nilai-nilai masyarakat, pola perilaku masyarakat, gagasan atau pola pikir, dan tradisi kesenian masyarakat lokal. Akulturasi budaya dengan mudah terjadi ketika teknologi dan informasi berkembang pesat sehingga masyarakat lokal dengan mudahnya mengakses informasi dari luar. Ketika masyarakat tidak bisa memilah informasi tersebut, maka masyarakat akan terdoktrin secara tidak langsung yang kemudian menyebabkan bertumbuhnya nilai-nilai baru dalam masyarakat. Akulturasi budaya di era sekarang ini dapat kita lihat di sektor industri entertainment seperti seni musik, dunia perfilman, dan lain sebagainya. Generasi muda sekarang ini merupakan salah satu kelompok yang rentan terjadi akulturasi budaya hal tersebut, dikarenakan generasi Z merupakan kelompok masyarakat yang secara emosional tidak stabil sehingga generasi Z mudah untuk diubah pola pikir dan cara pandang terhadap sebuah nilai-nilai sosial yang terjadi di lingkungan masyarakat.
Sehingga tidak sedikit anak muda di era sekarang ini yang memperlihatkan budaya kebarat-baratan (westernisasi). Munculnya budaya kebarat-baratan tersebut membuat masyarakat tidak nasionalis karena cara pandang dalam bernegara mereka sudah berbeda. Dimana mereka menjadikan nilainilai negara lain sebagai pedoman atau tolak ukur dalam berinteraksi terhadap sesama. Melihat fenomena tersebut, negara harus melakukan tindakan preventif yang bertujuan untuk mengantisipasi dominasi budaya luar yang akan mendoktrin generasi muda bangsa Indonesia. Salah satu cara negara hadir untuk meminimalisir hal tersebut adalah dilakukannya pelatihan kepemimpinan dan bela negara terhadap kalangan mahasiswa. Dengan diadakannya pelatihan kepemimpinan dan bela negara, diharapkan seseorang mampu memimpin dirinya sendiri. Seseorang mampu mengaktualisasikan dirinya ketika dirinya mampu menjadi tuan atas raga dan jiwanya. Ketika seseorang mampu memimpin dirinya sendiri, maka akan sangat sulit untuk diintimidasi atau terkontaminasi budaya luar. Oleh karena itu, Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti) Wilayah V dan
Forum Pimpinan Perguruan Tinggi Bidang Kemahasiswaan Wilayah (FORPIMAWA) DIY bekerja sama dengan Akademi Angkatan Udara (AAU) Yogyakarta mengadakan Pelatihan Kepemimpinan dan Bela Negara bagi mahasiswa perguruan tinggi di Yogyakarta pada tanggal 26-27 Mei 2023. Kegiatan yang dilaksanakan di Ksatrian AAU ini diikuti oleh 217 mahasiswa dari 62 Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta se-DIY. Mereka terdiri dari 97 mahasiswi dan 120 mahasiswa. Turut hadir pada kegiatan tersebut, Ketua FORPIMAWA DIY, DR. Drs. Rohidin, S.H., M.Ag. Pada kesempatan tersebut, Gubernur AAU Marsekal Pertama TNI Wayan Superman yang diwakili Kepala Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (Ka. PPM) AAU, Kolonel Sus Heri Sunaryo, S.Si., M.Sc. menyampaikan bahwa kegiatan pelatihan bela negara, selain sebagai kewajiban dasar manusia, juga merupakan kehormatan bagi setiap warga negara yang melaksanakan dengan penuh kesadaran, tanggung jawab, dan rela berkorban dalam pengabdian kepada negara dan bangsa. Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta sebagai salah satu perguruan tinggi swasta yang berada di bawah naungan LLDikti Wilayah V DIY mengutus delapan mahasiswa untuk mengikuti Pelatihan Kepemimpinan dan Bela Negara bagi mahasiswa perguruan tinggi di Yogyakarta. Adapun delapan mahasiswa UKDW yang mengikuti kegiatan tersebut adalah Filipus Pandito F.S. (Prodi Akuntansi), Portonatus P. Menanti (Prodi Akuntansi), Noviyanti Puspita Putri (Prodi Manajemen), Rr. Santarisma W (Prodi Manajemen), Berlian Anindya Margareta (Prodi Manajemen), Olivia Julfasinta (Prodi Informatika), Michelle Novanty Lestuny (Prodi Informatika), dan Muhammad Yusuf Litiloly (Prodi Arsitektur). Dalam pelatihan tersebut, para mahasiswa mendapatkan materi mengenai kedisiplinan, literasi digital, baris berbaris, dan psikologi lapangan. Mayor Priyo Hadisusilo, S.H., M.H. selaku pemberi materi menyampaikan bahwa literasi digital penting untuk disampaikan kepada mahasiswa karena maraknya informasi berita bohong (hoax) yang beredar, ujaran kebencian, maupun propaganda yang arahnya
negatif. Literasi digital dapat membuat mahasiswa menjadi cerdas dan bijak dalam memanfaatkan teknologi informasi terutama dalam media sosial. Jika dimanfaatkan dengan baik, teknologi dapat memberikan dampak yang positif terhadap masyarakat. Berlian Anindya menyebutkan peserta kegiatan ini diharapkan bisa menjadi panutan dan garda terdepan dalam menghadapi dampak negatif adanya akulturasi budaya yang melunturkan nilai-nilai luhur bangsa. Pelatihan bertujuan untuk memberikan bekal wawasan kebangsaan, cinta tanah air, dan kedisiplinan. Dimana mahasiswa adalah generasi yang kedepannya akan memimpin negara. Selain itu, pelatihan ini juga menumbuhkan rasa kebersamaan, meningkatkan konsentrasi serta mengedepankan rasa tanggung jawab. Sebab, sebagai generasi penerus bangsa harus memiliki jiwa nasionalisme dan patriotisme. Sehingga perlu ditanamkan sikap leadership yang benar untuk menghadapi tantangan bangsa kedepannya. Berlian menambahkan, selain mendapatkan teori, para peserta juga diberi pelatihan baris berbaris dan psikologi lapangan. Pelatihan PBB dan Psikologi lapangan bertujuan untuk melatih kedisiplinan, meningkatkan daya konsentrasi, dan melatih solidaritas. Pelatihan PBB dipimpin langsung oleh Mayor Kes Suharto yang kesehariannya juga melatih jasmani dan kemiliteran bagi para taruna AAU. Sementara materi psikologi lapangan disampaikan oleh tim psikologi dari AAU yang bekerjasama dengan mahasiswa psikologi dari Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). "Banyak sekali pelajaran yang kami dapatkan, mulai dari disiplin waktu, mengerjakan sesuatu secara cepat dan tepat, serta kejujuran. Kalo misal salah ya mengaku salah, jika benar ya boleh membela diri. Menghargai waktu saat makan juga penting. Kebanyakan orang kaya tidak menghargai waktu makan, masih di sambi, bahkan kadang ada makanan yang terbuang. Di sini kami juga belajar menjalin kerja sama dengan orang baru,” ujar Berlian. (BAM & FPFS)
Program Pelatihan Kecakapan Interpersonal (P2KI) 2023
P
ada era globalisasi ini, tanpa disadari informasi datang dari mana saja secara disruptif. Hal ini menjadikan tiap individu memiliki peluang bagai dua sisi mata uang, membangun dan merusak. Menanggapi kondisi tersebut, menjadi penting bagi seseorang dengan kesadaran penuh membekali diri dengan kecakapan intrapersonal dan interpersonal sebagai filter dalam proses pembentukan kualitas diri yang berdampak pada perjalanan karir sehingga terhindar dari sabotase tren. Kecakapan intrapersonal adalah seperangkat kemampuan untuk memahami diri sendiri dalam mencapai perkembangan maksimal, termasuk di dalamnya proses meregulasi pengelolaan perasaan, waktu, prioritas, tekanan, perubahan pandangan hidup, dan hal-hal internal dalam diri seseorang. Sedangkan kecakapan interpersonal adalah seperangkat kemampuan seseorang dalam berkomunikasi verbal maupun nonverbal secara efektif dengan pihak eksternal yang meliputi proses negosiasi, kolaborasi, kerja tim, dan kepemimpinan. Sebagai makhluk individu dan makhluk sosial, dua kecakapan tersebut menjadi hal yang berkaitan erat jika seseorang hendak mencapai karir impiannya. Kecenderungan seseorang untuk berpikir, menganalisis, berefleksi, dan menginterpretasikan sesuatu secara terus menerus dengan cara berbicara dengan diri sendiri, menulis jurnal perasaan, dan berkonsultasi dengan pakar adalah proses mengolah kecerdasan intrapersonal yang dapat dipahami sebagai perjalanan pribadi dalam menemukan jati diri sehingga metode penajamannya bisa sangat berbeda antara satu individu dengan lainnya. Sedangkan kecakapan interpersonal yang berfokus pada hubungan dengan orang lain, dapat diasah melalui berlatih menunjukkan empati pada orang lain yang berkaitan dengan pola komunikasi efektif dalam ranah profesional, mempelajari hal-hal baru di periode tertentu yang berkaitan dengan keluwesan diri menghadapi perubahan zaman, berlatih tegas dalam menyampaikan pendapat
yang bertujuan dengan pelatihan kepemimpinan, dan menajamkan kepekaan diri dengan mendengar dan melihat apa yang terjadi di lingkup keluarga, studi, maupun pekerjaan dengan muara menjadikan individu mampu berelasi secara humanis dengan sesamanya. Salah satu hal yang menarik dari Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) adalah “Rumah Soft Skill” yang dibentuk bagi para mahasiswa. Rumah Soft Skill ini terdiri dari berbagai kegiatan, salah satunya adalah Program Pelatihan Kecakapan Interpersonal (P2KI). Tahun ini adalah tahun pertama dilaksanakannya P2KI. Divisi Pengembangan Karir dan Alumni yang merupakan salah satu divisi di Biro Kemahasiswaan, Pengembangan Karir, dan Alumni (Biro III) (UKDW) menyelenggarakan P2KI dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan interpersonal peserta (mahasiswa aktif UKDW) sebagai wujud tanggung jawab institusi pendidikan menyiapkan lulusan terbaik yang siap melangkah dengan integritas (walking in integrity) sebagai salah satu perwujudan dari nilai Kedutawacaaan saat memasuki dunia kerja profesional. Pada tahun 2023 ini, fokus P2KI adalah kewirausahaan. Bagi sebagian orang, faktor penting untuk bisa menjadi seorang wirausahawan adalah bakat, namun faktor pendukung yang didapat saat menempuh studi tidak bisa disepelekan. Kemampuan interpersonal yang kuat untuk cermat melihat peluang sekaligus mampu merangsang kreativitas tim kerja tanpa mengesampingkan stabilitas relasi personal adalah hal yang ingin didiskusikan melalui dua bahasan menarik, yaitu “Membidik Peluang Bisnis” dan “Digital Product Branding”. Kedua bahasan menarik ini dibungkus ke dalam bentuk talk show dan role play yang dilaksanakan pada tanggal 8-9 Juni 2023 di Kapel Atas UKDW. Materi pertama bertema “Membidik Peluang Bisnis” dibawakan oleh Bapak Icang Riyanto, SE., C.H.A. yang merupakan salah satu alumni Fakultas Bisnis, Program Studi
Foto:Dok./Panitia
Manajemen, angkatan 1999. Pada sesi materi ini, peserta diajak untuk melihat berbagai peluang bisnis yang ada di sekitar. Setelah memahami peluang bisnis yang ada, peserta dibagi menjadi beberapa kelompok untuk menyusun role play sesi pertama. Pada role play sesi pertama ini, peserta diminta untuk membuat satu bisnis yang paling berpeluang dan sesuai dengan trend yang ada. Sesi pertama tidak berhenti sampai di situ saja. Materi dari talk show dan role play pada sesi pertama dilanjutkan di sesi kedua. Materi kedua bertema “Digital Product Branding” dibawakan oleh Bapak Kristian Oentoro, S.Ds., M.Ds. yang merupakan alumni Fakultas Arsitektur dan Desain, Program Studi Desain Produk angkatan 2006. Pada sesi kedua ini, pembawa materi mengajak peserta untuk memahami cara mempromosikan sebuah brand atau sebuah bisnis. Sama seperti sesi pertama, sesi kedua ini juga dilanjutkan dengan role play. Role play sesi kedua masih berkaitan dengan sesi pertama. Peserta diminta membuat branding dan promosi terkait dengan ide bisnis yang dibuat pada sesi pertama. Seluruh hasil diskusi role play yang ada dipresentasikan oleh setiap kelompok dan dikomentari oleh para pembawa materi. Selain talk show dan role play, P2KI juga memiliki kegiatan bazar yang dilaksanakan
pada hari yang sama di Atrium Didaktos UKDW. Bazar yang dilakukan ini menjadi salah satu sarana untuk menajamkan praktik kewirausahaan. Dalam hal ini, panitia berkolaborasi dengan beberapa unit internal UKDW yang berkaitan dengan ranah entrepreneurship. Bazar menghadirkan lima stan yang menjual berbagai jenis produk. Stan pertama, Heal G yang menjual produk makanan dan minuman kesehatan berbasis riset bioteknologi. Stan kedua, KSKI’s Jasuke yang menjual cemilan berbahan dasar jagung manis yang direbus kemudian dicampur dengan susu, keju, mentega, dan toping meses. Stan ketiga, May be May merupakan salah satu brand yang eksklusif yang menjual barang bertemakan hip hop. Stan keempat, Nyikat Buos Cuci Sepatu yang menawarkan jasa dalam bentuk cuci sepatu, perawatan, dan perbaikan dengan menggunakan bahan yang berkualitas dan proses yang digunakan oleh ahli bidangnya. Stan kelima, Tani Muda Duta Wacana yang menjual snack bayam brazil, bibit bayam brazil, pupuk organik, esensial oil, minuman wine, jahe pelangi, dan donat bunga telang. Dengan adanya talk show dan bazar, diharapkan para peserta P2KI mampu memperkaya inspirasi dan pilihan dalam berkarir di dunia wirausaha. [Vionita]
VOL.17/ JUN 2023
Mahasiswa FK UKDW Raih Juara I & Juara II Olimpiade Lupus Nasional 2023
foto:dok./Pribadi
foto:dok./Pribadi
M
ahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana (FK UKDW) Yogyakarta kembali menorehkan prestasi dengan meraih Juara I dan Juara II pada Olimpiade Lupus Indonesia yang diselenggarakan pada tanggal 20-21 Mei 2023 oleh Indonesian Rheumatology Association (IRA) sebagai salah satu rangkaian kegiatan World Lupus Day (WLD). Kompetisi yang digelar secara daring ini ditujukan bagi mahasiswa Kedokteran dan
Pojok Alumni
mahasiswa Program Pendidikan Spesialis (PPDS), serta diikuti oleh 220 tim yang berasal dari 26 universitas di seluruh Indonesia. FK UKDW mengirimkan 5 tim yang terdiri dari 2 mahasiswa untuk mengikuti kompetisi tersebut. Dari lima tim yang dikirimkan, dua tim mahasiswa FK UKDW berhasil meraih juara. Tim yang berhasil meraih Juara I beranggotakan Yehezkiel Wim Utomo, S.Ked. dan Nathaniel Fadjarsugeng S, S.Ked.
B
Kahoot. Dimana jika melakukan kesalahan, poin yang didapatkan akan tertinggal jauh dengan lawan lainnya. “Pengalaman ini membuat saya semakin bersemangat untuk terus belajar dan tidak menyerah mempelajari hal baru di dunia kedokteran. Walaupun jalannya terjal dan sulit, namun percayalah bahwa suatu saat nanti kita akan menjadi seorang dokter yang bermanfaat bagi masyarakat,” tuturnya. (Cvp)
Semua Berawal dari Mimpi
foto:dok./Pribadi
erdiri dengan dua kaki tentunya lebih baik daripada satu kaki. Dalam anatomi tubuh manusia, kaki menjadi organ utama yang dapat menyangga seluruh tubuh, yang kemudian dengan koordinasi otat
Sedangkan tim yang berhasil meraih Juara II beranggotakan beranggotakan Jennifer Isabel Roberth, S.Ked. dan Regina Vika Maharani, S.Ked. Yehezkiel Wim Utomo mengungkapkan rasa syukur atas prestasi tersebut, karena telah berhasil melalui tahapan-tahapan seperti penyisihan yang berlanjut tahap semifinal. Terlebih saat mencapai babak final yang terasa menegangkan, karena menggunakan sistem model kuis yang menggunakan aplikasi
dan saraf dapat membuat manusia berdiri, berjalan, berlari, maupun melompat. Dengan dua kaki manusia menjadi lebih seimbang dan kuat dalam menyangga beban tubuh. Dalam membangun sumber keuangan,
akan jauh lebih baik jika kita bisa memiliki lebih dari satu sumber pemasukan keuangan. Entah sebagai profesi, wirausaha, atau bahkan keduanya. Sering kali kita mendengar nasihat, “Bekerjalah pada bidang yang kita cintai.” Pertanyaannya, apakah pernyataan itu bisa diterapkan, khususnya untuk kaum milenial? Nyatanya, banyak sekali sarjana muda yang berbondong-bondong melamar pekerjaan oleh karena gaji yang ditawarkan, bukan karena bidang yang dicintai. Jauh sebelum itu, banyak mahasiswa yang mengambil suatu jurusan sekolah karena pertimbangan prospek pekerjaan, bukan karena mencintai bidangnya. Sampai di sini kita semua sepakat, bahwa kita menempuh dunia pendidikan dan pekerjaan untuk bertahan hidup serta mendapatkan kehidupan yang layak nantinya. Saya bekerja sebagai seorang dokter di salah satu rumah sakit swasta di kota Yogyakarta dan sebagai seorang wirausaha di bidang food and beverage. Menjadi seorang dokter bukan satu-satunya cita-cita saya sewaktu kecil. Mimpi utama saya adalah menjadi seorang pengusaha. Sama dengan teman-teman yang lain, sewaktu kecil kita semua diarahkan menjadi seorang pekerja profesi oleh kedua orang tua kita, entah menjadi dokter, polisi, pegawai negeri, insinyur, pengacara, dan masih banyak lagi. Lagi-lagi semua itu bertujuan agar anak-anaknya memiliki hidup yang layak dan aman secara finansial. Lalu berapa banyak anak yang memiliki cita-cita menjadi seorang pengusaha, tentunya sangat jarang. Begitu juga dengan saya waktu remaja, harus mengurungkan mimpi saya sebagai pengusaha, karena orang tua saya menekankan menjadi wirausaha sangatlah berisiko. Meskipun latar belakang keluarga saya adalah wirausaha. Tidak berhenti sampai disitu, mimpi saya menjadi seorang pengusaha terus mengganggu pikiran saya, sehingga tanpa rasa malu saya membawa barang dagangan saat duduk di bangku sekolah sampai kuliah. Tahun demi tahun, terbentuklah naluri seorang pengusaha. Pertanyaannya, apakah saya tidak mencintai profesi saya? Tentu saja sangat
mencintai. Bagi saya, memiliki profesi tidak melulu yang benar-benar kita cintai, karena profesi adalah panggilan. Yang terpenting adalah motivasi dan sudut pandang agar kita bisa berguna dan mencintai profesi kita. Kalaupun ada yang mencintai profesinya sejak awal, namun berpindah-pindah tempat kerja karena tidak betah atau bosan, itu percuma. Artinya ada yang salah dengan motivasi kita, atau bahkan hanya gaji yang kita kejar. Saya sangat yakin bila hanya menjadi seorang dokter, orientasi saya bekerja adalah untuk bertahan hidup, yaitu gaji. Oleh karena itu jauh sebelum menjadi dokter saya sudah menyiapkan “kaki” kedua untuk menopang kehidupan financial saya, yaitu menjadi seorang pengusaha. Saya sangat percaya dengan adanya law of attraction atau hukum tarik menarik. Sesuatu yang benar-benar kita inginkan dan cita-citakan, pasti bisa kita wujudkan. Tanpa kita sadari, semua tenaga dan pikiran kita akan berusaha merealisasikannya. Saya sering gagal, saya sering diremehkan, saya sering merasa ketakutan, tapi kenyataannya rasa itu yang membuat kita semakin kuat. Jangan takut bermimpi, jangan takut gagal, jangan malu memulainya, karena di satu titik pencapaian nanti kita tidak akan pernah menyesali semua yang sudah terjadi. Mulailah untuk merealisasikan ide-ide kita, sebelum kesempatan itu dimiliki oleh orang lain. Pendidikan merupakan hal penting yang harus kita miliki. Pendidikan adalah tanggung jawab yang harus kita selesaikan. Dengan pendidikan dan gelar akan membuat kita memiliki relasi yang baik. Tidak semua orang bisa mendapatkan pendidikan yang baik seperti kita, sehingga kita patut bersyukur. Namun lebih dari itu, pendidikan bukan alasan kita untuk tidak berkembang. Sebaliknya, jangan sampai mimpi menjadi alasan terhambatnya pendidikan kita. Layaknya kaki kanan dan kiri, semua harus seimbang dan dan berjalan teratur. [dr Eddy Gunawan, Alumni Fakultas Kedokteran UKDW]
VOL.17/ JUN 2023
PBI UKDW Sambut Hangat Rombongan dari UPY
foto:dok./Biro IV
P
rogram Studi Pendidikan Bahasa Inggris (Prodi PBI) Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta menyambut hangat rombongan dari Universitas PGRI Yogyakarta (UPY) dalam rangka studi banding pada hari Rabu, 7 Juni 2023 di Ruang Seminar Pdt. Dr. Tasdik UKDW Yogyakarta. Pada kesempatan tersebut Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UPY, Dr. Esti Setiawati, M.Pd. menyampaikan tujuan dari kunjungan tersebut adalah ingin belajar bersama Prodi PBI UKDW terkait pengelolaan jurnal dan mempererat jejaring dengan FKHUM UKDW. Sementara itu, Dekan Fakultas Kependidikan dan
Humaniora (FKHUM) UKDW, Dra. Mega Wati, M.Pd. merasa terhormat atas kunjungan rombongan dari UPY. “Studi banding ini memperkuat jejaring dan kerja sama antara Prodi PBI UKDW dan Prodi PBI UPY. Semoga dari studi banding ini kami juga diberi kesempatan untuk bertanya karena kami juga mempunyai impian untuk mendirikan Program Profesi Guru. Harapannya kita dapat belajar satu sama lain,” tuturnya. Kaprodi PBI UKDW, Lemmuela Alvita Kurniawati, S.Pd., M.Hum. menjelaskan Prodi PBI UKDW memiliki tiga kekhasan dalam kurikulumnya yaitu english for specific purposes (pembelajaran bahasa Inggris untuk
foto:dok./Biro IV
foto:dok./Biro IV
tujuan khusus), technology-enhanced instruction (pemanfaatan teknologi pembelajaran), dan intercultural competence approach (kompetensi komunikasi lintas budaya). “PBI UKDW juga telah melaksanakan MBKM Mandiri yang mencakup 4 BKP yaitu pertukaran mahasiswa, pembangunan desa, kerja praktik, dan asistensi mengajar di satuan pendidikan. Lalu untuk penelitian dan pengabdian kepada masyarakat kami sudah berjejaring dengan mitra-mitra dunia usaha, dunia industri, dunia kerja (DUDIKA) baik di dalam negeri maupun luar negeri. Belum lama ini kami bermitra dengan Spf.io USA, perusahaan AI di Amerika Serikat. Dimana
mahasiswa kami mereview hasil terjemahan dari mesin penerjemah, kemudian kami sebagai dosen-dosen pembimbing melihat hasil review tersebut. Harapannya hasil review akan menjadi AI transaksi di platform seperti zoom,” paparnya. Kaprodi PBI UPY, Andi Dian Rahmawan, M.A. mengatakan ada enam topik yang ingin dibahas dalam pertemuan ini yaitu mengenai pertukaran mahasiswa, pengembangan kemahasiswaan, peningkatan kualitas jurnal prodi, penelitian bersama, pengabdian kepada masyarakat bersama, dan penyelenggaraan seminar bersama. [mpk]
PBI & KIPIN Kolaborasi Tingkatkan Kemampuan Literasi Siswa
D
foto:dok./Pribadi
foto:dok./Pribadi
alam mewujudkan program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris (Prodi PBI) Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta bekerjasama dengan Kipin.id dalam hal penyediaan buku digital untuk meningkatkan kemampuan dan semangat literasi berbahasa Inggris di kalangan anak-anak sekolah dasar di Desa Wisata Rejowinangun Yogyakarta. Ignatius Tri Endarto, M.A., Dosen PBI UKDW sekaligus salah satu Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) menyebutkan program ini merupakan salah satu program MBKM yang dilaksanakan UKDW yakni MBKM BKP Pembangunan Desa. Program ini dirancang untuk mengasah softskill kemitraan dan leadership mahasiswa dalam mengelola program kerja di wilayah pedesaan. “Kegiatan ini diadakan di Omah Sinau atau Rumah Belajar yang berlokasi di rumah pribadi milik salah satu warga. Program yang dilaksanakan oleh 8 mahasiswa PBI dan dipantau 3 DPL ini berlangsung selama 6 minggu, mulai dari minggu pertama bulan Mei hingga minggu kedua bulan Juni,” terangnya. Lebih lanjut Ignatius Tri Endarto menjelaskan salah satu program yang dilaksanakan adalan Fun Book Club, dimana anakanak belajar membaca buku berbahasa Inggris, memainkan games, dan mengadakan
kuis berhadiah. “Nantinya kami akan berkoordinasi dengan pihak Kipin.id tentang jumlah buku yang diperlukan dengan mencatat jumlah anak yang mempunyai gawai serta alamat email mereka. Sedangkan anak yang tidak memiliki gawai akan dibantu oleh para mahasiswa dengan menyediakan gawai untuk mengakses aplikasi belajar Kipin.id,” imbuhnya. Kipin (Kios Pintar) adalah suatu media pembelajaran abad 21 yang memanfaatkan teknologi digital sebagai sarana untuk mendapatkan materi pelajaran lengkap dan gratis. Kipin memiliki produk unggulan bernama Kipin.id School 4.0, yaitu sebuah mobile aplikasi yang berisi materi pelajaran K13 (buku pelajaran sekolah, video pelajaran sekolah, latihan tryout dan komik literasi) untuk jenjang SD, SMP, SMA dan SMK + Sistem Ujian Online. Pemberian voucher ini diharapkan dapat membantu pelaksanaan pembelajaran di titik aksi yang lebih mudah dan praktis, sehingga upaya dalam memperkenalkan pem-belajaran digital di sekolah pun bisa terealisasi dengan baik, sehingga semua anak-anak di titik aksi bisa mendapatkan pembelajaran yang praktis dan bisa menjadi anak yang kreatif dan melek teknologi. (ITE)
7 VOL.17/ JUN 2023
Mahasiswa Teologi Ikuti Kemah Moderasi Beragama
M
foto:dok./Pribadi
endekati pemilu 2024, isu politik semakin hangat. Selain itu, di tengah keberagaman hidup beragama di Indonesia, muncul kekhawatiran kekhawatiran adanya politisasi agama jelang pemilu 2024. Dilatarbelakangi keinginan untuk menjaga kerukunan dan harmoni antar umat beragama, Kantor Kementerian Agama Kabupaten Sleman menyelenggarakan Kemah Moderasi Beragama pada tanggal 29-30 Mei 2023. Kemah ini merupakan kegiatan bagi generasi muda lintas agama dengan tema “We Love Living Together in Harmony”. Bertempat di Pura Sri Gading, Kasuran, Margodadi, Seyegan, Sleman, kegiatan ini diikuti oleh 50 pemuda perwakilan dari berbagai agamadan menjadi representasi dari keberagaman agama di Sleman. Yudha Adi Putra, mahasiswa Fakultas Teologi UKDW menjadi salah satu peserta dalam Kemah Moderasi Beragama tersebut. Kegiatan ini menjadi momen belajar mengenal agama lain, bahkan berkegiatan bersama dengan pemeluknya. Tujuannya adalah untuk menghindari stigmatisasi serta praduga yang salah. Peserta mendapatkan kesempatan saling bercakapcakap. Kesempatan itu menjadi momen berkenalan serta membangun relasi. Lebih lanjut, ada pengenalan akan agama yang ada di Sleman.
Pura Sri Gading yang berada di Dusun Kasuran menjadi dipilih sebagai tempat penyelenggaraan kegiatan karena dusun tersebut merupakan dusun percontohan moderasi beragama. Ada keberagaman di dusun tersebut. “Dalam kegiatan kemah, peserta berkesempatan merasakan secara langsung hidup bermasyarakat dan bagaimana hidup bersama di tengah keberagaman agama yang ada di dusun. Dusun ini menjadi percontohan, bahkan pernah mendapatkan predikat Dusun Pancasila,” ujar Muhammad Wazid, MA selaku panitia kegiatan dari Kementerian Agama Kabupaten Sleman. Peserta juga berkesempatan berdialog dengan para pemuka agama. Kegiatan ini juga dihadiri tokoh masyarakat dan komunitas lintas iman. Terselenggaranya Kemah Moderasi Beragama menjadi momen perkenalan mengenai pentingnya forum keberagaman antar umat beragama. “Biasanya kalau ketemu hanya teman yang seiman saja. Dalam kegiatan di Pura Sri Gading ini bisa bertemu dan saling bertegur sapa dengan teman dari berbagai agama. Bisa berkegiatan bersama lintas iman, itu mengakrabkan,” ujar Yudha yang kini tengah sibuk mempersiapkan skripsinya. [yap]
Mahasiswa UKDW Mengikuti Program Magang Bersertifikat MBKM di Kota Kupang, NTT
U
niversitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta kembali menunjukkan komitmennya dalam memberikan pengalaman belajar yang lebih luas dan menyeluruh bagi mahasiswanya. Hal ini terlihat dari partisipasi sejumlah mahasiswa UKDW yang mengikuti program Magang Bersertifikat Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) pada periode Semester Gasal 2022/2023 di sejumlah instansi perusahaan seperti Galeria Mall, PT Kwas, hingga Lippo Mall Indonesia (LMI). Program Magang Bersertifikat MBKM adalah program magang yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset,dan Teknologi (KEMENDIKBUDRISTEK) Republik Indonesia dalam rangka mendukung program MBKM. Program ini bertujuan untuk memberikan kesempatan bagi mahasiswa mengembangkan keterampilan praktis dan pengalaman kerja yang berharga, sehingga dapat meningkatkan kesiapan mereka dalam menghadapi dunia kerja setelah lulus kuliah. Castio Richardo Ludji, Mahasiswa Program Studi Manajemen Fakultas Bisnis UKDW angkatan 2020 berkesempatan mengikuti program Magang Bersertifikat MBKM ini di Lippo Plaza Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT). Castio menjelaskan untuk bisa mengikuti program tersebut, dirinya harus mempersiapkan beberapa persyaratan, seperti Curicullum Vitae (CV), transkip nilai, dan sertifikat-sertifikat yang pernah diperoleh. Selain itu pihak kampus juga mengadakan rangkaian seleksi hingga memilih mahasiswa yang berkesempatan mengikuti program ini. Program ini memiliki bobot sebanyak 21 SKS yang dikonversikan menjadi kuliah kerja praktik/magang, Kuliah Kerja Nyata (KKN), dan beebrapa mata kuliah lain. “Berkuliah” di daerah asal Castio sendiri berasal dari Kota Kupang, NTT. Castio menceritakan bahwa MBKM pada semester gasal ini merupakan kelanjutan pengalaman 5 semester ia berkuliah di daerah asalnya yakni Kupang, NTT. “Semester 5 ini seharusnya sudah kuliah offline, setelah 4 semester kuliah dilaksanakan online. Namun dengan mengikuti program MBKM ini, saya menjadi 5 semester berkuliah online di Kupang”, ujarnya. Ini tentunya menjadi pengalaman yang menantang baginya. Kuliah offline yang telah dinantikan oleh sebagian besar mahasiswa, justru dimanfaatkannya untuk mengikuti program ini. “Magang di daerah asal memiliki banyak manfaat, salah satunya adalah membantu mahasiswa untuk lebih mengenal dan memahami keadaan ekonomi di daerah asal mereka. Melalui kegiatan ini, saya dapat mengalami langsung dan mempelajari dinamika ekonomi serta merasakan langsung tantangan yang dihadapi oleh perusahaan atau organisasi di
daerah saya. Hal ini juga dapat membantu saya memahami potensi dan peluang di daerah asal dan mempersiapkan diri untuk berkontribusi dalam pengembangan ekonomi daerah,” ujar Castio. Pengalaman bekerja di tiga divisi Lippo Kupang Castio menjelaskan, bahwa melalui program MBKM yang berlangsung dari tanggal 15 September – 15 Desember 2023 ini, ia ditempatkan di 3 divisi berbeda dalam periode waktu per bulan, yakni Marketing Communication, Casual Leasing, dan Finance Management. Bekerja di bagian Marketing Communication memberi kesempata bagi Castio untuk belajar tentang bagaimana cara mengembangkan strategi pemasaran yang efektif dan meningkatkan penjualan di pusat perbelanjaan. Selain itu, ia juga terlibat dalam pengembangan materi iklan dan promosi serta mempelajari teknikteknik pemasaran digital yang dapat membantu meningkatkan citra merek perusahaan. Sementara itu, di departemen Casual Leasing, Castio bertanggung jawab dalam mengelola penyewaan ruang sementara di pusat perbelanjaan. “Saya belajar tentang bagaimana cara menangani kontrak penyewaan, menegosiasikan harga, dan mengelola data dan informasi tentang penyewaan. Selama magang, saya juga berpartisipasi dalam pengembangan strategi untuk meningkatkan penyewaan ruang dan mendapatkan pengalaman berharga dalam mengelola aspek operasional dari bagian Casual Leasing,” ujar Castio. Tidak hanya itu, departemen Finance juga memberi kesempatan Castio untuk mendapatkan pemahaman tentang manajemen keuangan dan pengelolaan anggaran, laporan keuangan, analisis keuangan, dan pengelolaan risiko keuangan. Pengalaman mengelola keuangan perusahaan tentunya memberi pengetahuan baru bagi Castio dalam memahami pentingnya pengelolaan keuangan yang efektif untuk pertumbuhan bisnis perusahaan. Bekerja di tiga divisi yang berbeda juga memberikan pengalaman dalam menyesuaikan diri dengan etika perusahaan dan kerja sama tim Lippo Plaza Kupang serta kesempatan untuk mengembangkan kemampuan komunikasi dan kepemimpinan yang diperlukan untuk menjadi seorang profesional yang sukses di masa depan bagi Castio. “Selain belajar tentang disiplin perusahaan terdapat banyak pengalaman menarik dan seru diantaranya, hampir setiap hari kegiatan magang diisi dengan kesibukan event perlombaan dan konser yang seru dan keren, bahkan saya berkesempatan menyaksikan secara langsung Konser Rossa (musisi), terlibat dalam konten tiktok Iben (selebriti) di tenant Erigo Lippo Kupang, bisa berkunjung ke berbagai tenant dan
mencoba hal-hal seru lainya bersama temanteman kantor. Keakraban yang dibangun bersama menjadi warna tersendiri yang saya dapatkan selama magang di Lippo Plaza Kupang,” ujarnya. Pengabdian masyarakat melalui kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Pada program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka, mahasiswa tidak hanya diajak untuk belajar di dunia kerja, namun juga diharapkan dapat berkontribusi kepada masyarakat sekitar. Salah satu cara untuk berkontribusi adalah melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) yang dikonversi menjadi KKN. Di Lippo Plaza Kupang, Castio melak-sanakan program CSR bersama tim CSR perusahaan Lippo Plaza Kupang. Setelah disetujui, Castio menyelenggarakan kegiatan Bakti Sosial Spesial Natal bertempat di Panti Asuhan Generasi Pengubah, Sikumana, Kota Kupang. “Saya senang dengan program KKN kali ini, saya mungkin menjadi satu-satunya mahasiswa UKDW yang pada semester ini melakukan pengabdian masyarakat terjauh, yakni di Indonesia Timur, NTT. Senang sekali bisa memakai almamater UKDW dan melakukan kegiatan sosial ini. Ada kebanggan tersendiri, yakni membawa semangat visi misi Duta Wacana bagi masyarakat di NTT,” ungkap Castio. Dengan adanya program CSR yang dikonversi menjadi KKN selama magang, mahasiswa tidak hanya belajar tentang dunia kerja, tetapi juga dapat aktif berkontribusi dalam membantu memecahkan masalah sosial dan memberikan manfaat kepada masyarakat sekitar. Hal ini sejalan dengan tujuan dari program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka, yaitu memberikan pengalaman belajar yang holistik dan mempersiapkan mahasiswa untuk menjadi tenaga kerja yang berkualitas serta memiliki kepedulian sosial yang tinggi. Penutup Perpisahan dengan peserta magang di Lippo Plaza Kupang (Castio) ini berlangsung pada 15 Desember 2023, bertempat di La Cove Resto Lasiana, Kota Kupang. Selain menyampaikan ucapan terima kasih kepada Castio selaku peserta program, Mall Director Lippo Plaza Kupang, Irwan Setiadi turut mendukung pengembangan program Magang Bersertifikat ini. “Penempatan mahasiswa UKDW di sini selama 3 bulan menunjukan dukungan UKDW terhadap pengembangan karir mahasiswa dan kemajuan industri di Indonesia. Ke depannya, program seperti ini perlu dijelankan kembali dan dikembangkan bersama Lippo Group sebagai mitra kerja,” ujar Irwan. Seturut dengan apa yang disampaikan Irwan, HRD Lippo Plaza Kupang, Silvia Pelts, Brenda Frans selaku Supervisor Marcom, Victor Mahubessy selaku Supervisor Finance, Isye Neno
selaku Supervisor Casual Leasing juga menyampaikan rasa terimakasih mereka kepada UKDW atas terselenggaranya program Magang Bersertifikat MBKM ini. Mereka mengakui bahwa para peserta magang telah memberikan semangat baru dan ide-ide segar ke dalam lingkungan kerja mereka. Mereka juga berharap agar program MBKM ini dapat terus berlangsung dan memberikan manfaat yang besar bagi kedua belah pihak. Acara ini ditutup dengan pemberian cinderamata perpisahan dari Lippo Plaza Kupang kepada peserta, dan juga peserta kepada perusahaan. Selain mengajak mahasiswa untuk aktif berkontribusi terhadap kehidupan masyarakat, program Magang Bersertifikat MBKM tentunya memberi pengalaman mahasiswa tentang dunia kerja yang berharga sekaligus membantu mahasiswa mempersiapkan diri memasuki dunia tersebut. Program ini diharapkan dapat terus berlangsung dan dapat mengajak banyak perusahaan untuk turut mendukung program ini untuk demi mempersiapkan geenrasi penerus bangsa yang lebih kompeten. [Castio Ludji]
foto:dok./Pribadi
foto:dok./Pribadi
PusatUniversitaria Pelatihan Bahasa
8 4
VOL.17/ JUN 2023
FAD’s Week: Kembangkan Teknologi Lokal
foto:dok./Panitia
M
engusung tema “DESA[I]NATION”, Fakultas Arsitektur dan Desain Universitas Kristen Duta Wacana (FAD UKDW) menggelar serangkaian acara bertajuk FAD’s Week untuk merayakan ulang tahun Program Studi (Prodi) Arsitektur ke38, Prodi Desain Produk ke-18, dan Prodi Magister Arsitektur ke-8. Tema tersebut
diambil dengan melihat melihat upaya kreatif manusia untuk membantu dan mempermudah kehidupannya sehari-hari. Keragaman keadaan geografi berpengaruh membentuk keragaman budaya yang di dalamnya, dimana terdapat ragam pengetahuan dengan berbagai kekayaan teknologi. Teknologi lokal tersebar padu dalam
perwujudan budaya setempat sesuai karakter lokalnya. Teknologi membangun, teknologi mengolah bahan, serta keterampilan yang mewadahi kreativitas tiap suku dan komunitas. “Kekayaan ini masih tersimpan dan dapat kita gali pada berbagai kawasan pedesaan, yang masih memegang erat tradisi berdasarkan nilai-nilai kearifan lokalnya, untuk kemudian kita kembangkan sesuai kebutuhan masa kini. Berarsitektur dan penciptaan desain pada dasarnya adalah mengolah warisan budaya tersebut dan mengembangkannya secara seksama dan mendalam dengan memunculkan inovasi yang tetap bertumpu pada akar nilai budaya serta kehidupan nyata. Desain pada akhirnya juga melayani kehidupan, merawat, dan mengembangkan kemanusiaan kita dalam keselarasan dengan alam. Mengembangkan teknologi lokal mendukung kehidupan masyarakat global,” terang Maria Kinanthi Sakti Ning Hapsari, S.Ars., M.Ars., salah satu panitia sekaligus Dosen Arsitektur UKDW. FAD’s Week yang digelar pada bulan Mei hingga Juni 2023 dituangkan dalam bentuk kegiatan apresiasi, edukasi, serta promosi dalam bentuk acara pameran atau showcase karya desain seluruh sivitas akademika FAD, alumni dan mitra; talkshow; workshop fotografi untuk siswa SMA-sederajat DIY; bersepeda (gowes) dan sarasehan dengan alumni; serta puncak perayaan ulang tahun
FAD yang diadakan pada hari Jumat, 9 Juni 2023 di Atrium Agape UKDW. Dalam sambutannya Rektor UKDW, Dr.Ing. Wiyatiningsih, S.T., M.T., menyoroti usia ketiga prodi. Dimana 38 tahun tentu sudah masuk usia yang matang, maka kesempatan bagi Prodi Arsitektur untuk berkolaborasi dengan bidang lain (multidisiplin) akan sangat terbuka lebar. Sedangkan usia 18 tahun adalah waktu untuk berteman, sehingga Prodi Desain Produk diharapkan mencari teman sebanyak mungkin. Sementara Prodi Magister Arsitektur memiliki usia paling muda yakni 8 tahun, dimana masih berada di masa yang masih berkembang dan diharapkan untuk terus menjajaki dunia baru. Selanjutnya Dekan FAD UKDW, Dr.-Ing. Ir. Winarna, M.A. memberikan nasihat bahwa di usia sekarang ini dari ketiga prodi harus memiliki sifat semakin bijak, tidak mudah marah, dan lebih sabar. Melalui acara ini, FAD UKDW mencoba untuk mempererat tali kebersamaan dengan rangkaian acara yang dapat dinikmati seluruh dosen, staf, dan mahasiswa dengan pertunjukan yang disuguhkan. Kegiatan ini diharapkan bisa menjadi jembatan untuk mengakrabkan dosen, staf, alumni, dan mahasiswa dari semua prodi dalam satu fakultas yang sama yaitu FAD. [mpk]
Rayakan HUT, FAD Adakan Gowes di Kampung Wisata
foto:dok./Panitia
F
akultas Arsitektur dan Desain Universitas Kristen Duta Wacana (FAD UKDW) Yogyakarta mengadakan kegiatan bersepeda (gowes) dan sarasehan dalam rangka perayaan ulang tahun Program Studi (Prodi) Arsitektur ke-38, Prodi Desain Produk ke-18, dan Prodi Magister Arsitektur ke-8 pada hari Kamis, 1 Juni 2023. Mengangkat tema “DESA[I]NATION“ serangkaian kegiatan yang dilaksanakan memberikan cerminan semesta desain yang dituangkan dalam kegiatan apresiasi, edukasi, dan promosi. Selain dihadiri oleh Rektor UKDW, Dr.-Ing. Wiyatiningsih, S.T., M.T., acara gowes ini juga dihadiri oleh Kepala Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta, Wahyu Hendratmoko, S.E., M.M. Dimana FAD UKDW menjalin kerja sama yang cukup erat dengan Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta. Para peserta gowes dilepas oleh Dekan FAD UKDW, Dr.-Ing. Ir. Winarna, M.A di depan Gedung Agape UKDW. Adapun para peserta tersebut terdiri dari sivitas akademika FAD UKDW, alumni FAD UKDW, Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta, dan masyarakat umum yang mendaftar.
Dr.-Ing. Wiyatiningsih, S.T., M.T. terus mendorong upaya kolaborasi antara UKDW dengan para mitra melalui program-program yang bermanfaat bagi masyarakat. Sementara itu, Wahyu Hendratmoko, S.E., M.M. menyampaikan UKDW telah menjalin kerjasama yang baik dengan pemerintah Kota Yogyakarta melalui berbagai kajian dan program yang mendukung pengembangan pariwisata Kota Yogyakarta. Dr. Imelda Irmawati Damanik, S.T., M.A(UD), selaku Ketua Panitia sekaligus Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan, Alumni, dan Kerjasama (WD 3) UKDW menjelaskan rute yang diambil mulai dari Kampus UKDW menuju Jalan Diponegoro, Jalan Margo Utomo, Jalan Malioboro, dan berakhir di Kampung Wisata Suryatmajan untuk menikmati atraksi budaya dan apresiasi potensi lokal yang ada. “Jalur yang ditempuh pada kegiatan ini merupakan salah satu jalur wisata gowes Monalisa hasil kajian dari tim PKM UKDW untuk mengoptimalkan potensi wisata lokal dan mengembangkan kampung-kampung wisata yang digunakan sebagai tempat pemberhentian sementara bagi pesepeda,”
foto:dok./Panitia
foto:dok./Panitia
terangnya. Harapannya kegiatan ini dapat dilanjutkan dengan program-program lain yang mendukung pengembangan jejaring kemi-traan, peningkatan kualitas pembelajaran, dan pe-
ngembangan kurikulum. Acara diakhiri dengan sarasehan bersama para alumni FAD UKDW. (KO)
Pendidikan Bahasa Inggris VOL.17/ JUN 2023
The Dream Chaser: Studying with Scranton Scholarship
H
ave you ever felt hesitated to achieve your dream? Calm down, I will tell you my secret of being a dream chaser. Hi, I am Erlita Rosy Evani, my friends usually call me Erlita. I am a student of the English Language Education Department batch 2019 who has completed my study at UKDW. Graduating on time is the most desirable route to take, all the more if we struggle financially to support our education. How to graduate on time? This is my story. There is no limit to pursuing what you want for your future. I have many dreams that I want to pursue. To do so, emotional and financial support cannot be overlooked. When I feel unsure about how to achieve my goals, I have to look for some solution to help me achieve those goals. As I was having difficulty financing my study, I found out about Scranton Scholarship. Scranton Women's Leadership Center, which has been in cooperation with Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW), is the program office of the American Methodist Korean Women's Mission Foundation based in South Korea that aims to empower women to pursue their dream and potential and leadership through education so that they may contribute to the advancement of their
foto:dok./Erlita
communities and the world. This scholarship has provided me the opportunity to continue my study in the English Language Education Department (ELED) at UKDW. Through this scholarship, I can further my study to learn English and learn to be a teacher in the future. Of course, there are challenges that I encountered during my study. There were times when I faced difficulty managing time, exhaustion to get through the day, or even loss motivation in doing assignments and my undergraduate thesis. However, I knew that I needed to work hard and should never give up. As a Scranton Scholarship grantee, I have been blessed with the opportunity to receive education at university level. I understand that I have to be responsible to finish my study and I don't want to waste this precious opportunity. This scholarship has helped me to accomplish my current goals to finish my undergraduate thesis and graduate on time. As I complete my education at UKDW, I can see future opportunities. Now, I can embark on a journey to become a professional in the English education field. So, be a dream chaser and don't give up easily on pursuing what you want. [Erlita Evani]
MBKM Kerja Praktik and Skripsi: Which One is the Priority?
H
ave you ever felt incapable of multitasking? Maybe you will relate it with this story. Hello, I am Lusiana, an English Language Education Department student who just finished my skripsi (undergraduate thesis) this month. Lots of things happened during my university life, such as pandemic, online class, part-time job, working on skripsi steps while, at the same time taking a 20-credit internship program the same time. I have been through them all. I am glad that I survived and can finish my college studies in time. I cannot say that all of them were easy but I can say that it was worth my time. After this, I will tell you about my university life. I am sure that we all here experience bad impacts of the Covid-19 pandemic, such as losing our chance to get closer with people. I also experienced it. Suddenly, my world changed. I had to do everything in my house, I could not go out to meet people or even my close friends. All the classes were conducted online. The sudden changes somehow made me feel pressured. It happened for more than two years. After I adapted to my new condition, there were other sudden changes. My university applied blended learning which
needs us to come to our offline class sometimes and the rest is done online. I haven’t been prepared for teaching online. It was a nightmare to meet lots of people and teach them directly. While I was thinking about it, my department offered me a program called MBKM Kerja Praktik (KP) where I was given a chance to teach in a school named SMA Immanuel, in Kalasan, Yogyakarta for the whole semester, and it would be converted with a maximum of 20 credits. I found it interesting because it means I don’t need to teach in several schools for the regular internship. So, I decided to take the chance. During my MBKM program, I also took a class for my skripsi preparation, it was a Data Analysis class. In the MBKM KP program, I learned lots of things. I met new people which means that I should hone my soft skills such as communication with supervisor, colleagues, friends from other universities, and with the students. Besides, since everything had been conducted online, I had to adapt myself for a while. I should train myself to teach them directly in class, because the class had so many characteristic and unique students.
Almost all the theories I got in my classes did not fit my class, and it made me a bit stressed. However, I thank God, I can finish my MBKM program successfully. You may be curious what happened with my Data Analysis class, right? The answer is I couldn’t keep up with the class pace and it influenced me as I was working on my skripsi. So, facing the fact that when we were working in one place we should be all out with the work, I did not have enough time to join the class and work on some assignments. I just watched the class recording to keep me updated with the classroom material. After I finished my MBKM KP program and started to focus on working my skripsi, I had other struggles. I found myself not even knowing how to process my skripsi data. Because of that, I had to re-watch almost all of the Data Analysis class recordings. It took time. When the other friends could start to analyze their data right away after they got it, I was still clueless on how to process it. Fortunately, I still can manage it, catch my friends’ pace and finish my skripsi on time. In short, I want to share my experience about my MBKM KP program and skripsi journey. People may see me as a person who
finished those things well, but they did not know that actually there were lots of things that happened behind it. MBKM gives me a new teaching experience. It gives me the opportunity to experience firshand the working environment. Besides that, MBKM KP teaches me how to deal with different kinds of people and handle projects with them. However, because I focus too much on MBKM KP, I should do more for my skripsi analysis. It feels like when everyone can do it by walking, you must do it by running. No matter what had happened, I am so glad to be what I have become now. Maybe after you read this article, you will start to think that I failed to set my priority, but I can say eventhough I may have failed on some aspects, but I can still be responsible with my choices and prooved that I can finish both my MBKM KP and skripsi successfully. So, for all of you who read this article, don’t worry about trying and failing on something, as long as you can keep in mind that you should finish it well. [Lusiana Dewi]
9
Pusat Pelatihan Bahasa
10
VOL.17/ JUN 2023
Stop Overthinking, Stop Berpikir: What If…? sebaliknya, seperti “Bagaimana jika aku gagal?”; “Bagaimana jika mereka tidak suka padaku?”; “Bagaimana jika aku membuat keputusan yang salah?”; “Bagaimana kalau aku bisa belajar/ bekerja lebih baik dan keras lagi?”. Pemikiran itu membuat kita meragukan potensi-potensi yang kita miliki dan mengkhawatirkan masa depan. Selain itu, what if yang negatif juga menumbuhkan rasa penyesalan atas peristiwa yang telah terjadi pada masa lampau, membuat kita mempertanyakan self-worth dan self-esteem kita. Akhirnya, kita terjerat dalam lingkaran setan what if, yang ditandai dengan kebiasaan overthinking. Menurut salah satu studi (2013) dalam Journal of Abnormal Psychology, kebiasaan banyak memikirkan masalah, kesalahan, maupun kekurangan/kelemahan diri dapat meningkatkan risiko masalah kesehatan, apalagi kesehatan mental, misalnya gangguan kecemasan (anxiety) dan depresi. Pasti, yang kita inginkan adalah menjalani hari dengan senang, semangat, dan tanpa khawatir. Oleh karena itu, perlu dilakukan beberapa langkah agar terlepas dari lingkaran setan what if:
foto:dok./Abigail
Apakah kalian pernah menonton salah satu film serial Marvel, "What If...?"? Penggemar film Marvel pasti tidak akan ketinggalan. Film serial yang ditayangkan pada tahun 2021 sangat menarik karena mengajak para penonton untuk melihat berbagai garis waktu alternatif di multisemesta dalam Marvel Cinematic Universe (MCU), dimana beberapa peristiwa utama dalam film MCU terjadi dalam sudut pandang yang berbeda. Misalnya bagaimana jika Steve Rogers bukan Avenger pertama, melainkan Peggy Carter; bagaimana jika tangan Doctor Strange tidak cedera waktu kecelakaan; bagaimana jika Ultron tidak mati dalam film “Avenger: Age of Ultron”. Semua judul episode dalam serial “What If…?” diawali dengan satu kalimat tanya, yaitu what if. Jika diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia, what if berarti “bagaimana jika” atau “bagaimana kalau”. Biasanya, what if sering muncul ketika menjalani kehidupan sehari-hari untuk mencari tahu suatu solusi atau memvisualkan suatu keadaan yang mungkin
terjadi. Jika dipikirkan semenyenangkan mungkin, what if dapat membantu kita dalam memvisualisasikan suatu keadaan atau solusi, mencoba hal baru, bahkan bermimpi setinggi langit. Contohnya seorang penulis cerita sering bertanya, “What if?” ketika sedang menulis suatu cerita pendek (cerpen). “Bagaimana jika aku menambahkan konsep fantasi dalam cerpen horor?”; “Bagaimana jika ending untuk cerpen romansa yang kutulis ini bukan happy ending?”. Kedua pertanyaan itu baik untuk direnungkan karena dapat membantu penulis untuk berpikir kreatif dan mencoba hal baru. Contoh lainnya seorang guru yang sedang bersiap-siap untuk mengajar, lalu pikiran yang muncul adalah “Bagaimana kalau aku menggunakan gambar dan video saat mengajari anak-anak nanti?”. Namun, bagaikan pisau bermata dua, what if juga dapat memberikan dampak yang negatif. Siapa sangka pemikiran yang sederhana itu mampu menjatuhkan kita apabila dipikirkan
1. Sadar Overthinking, apalagi banyak memikirkan what if, hanya membuat kita stres dan terpuruk. Bahkan, kebiasaan itu hanya membuang banyak waktu, padahal waktu yang terbuang itu bisa kita gunakan untuk bekerja lebih produktif dan melakukan hal-hal untuk meraih mimpi kita. So, mulailah menyadari bahwa overthinking hanya akan membuang waktu dan energi. 2. Catat Kadang, kita memilih untuk mengesampingkan pikiran yang negatif, termasuk pertanyaan what if tadi. Akhirnya, pikiran-pikiran itu terpupuk dalam kepala kita dan mulai melayang kembali pada waktu tertentu. Ketika overthinking hadir kembali, cobalah untuk mencatat hal-hal yang membuatmu khawatir, cemas, takut, termasuk what if yang muncul. Lebih baik dikeluarkan daripada dipendam terus-menerus. Kemudian, renungkanlah dan evaluasi kembali hasil pemikiran yang telah dicatat. Dengan catatan itulah kita bisa mengenal pola pemikiran yang negatif dan sudah memiliki jawaban atas pikiran tersebut. 3. Kelola Kemampuan mengelola pikiran sangat penting karena kondisi pikiran sangat berpengaruh terhadap kesehatan fisik, emosi, dan mental. Dr. Caroline Leaf, seorang ahli saraf kognitif menyatakan bahwa 87-97% gangguan
pada tubuh disebabkan langsung oleh kondisi pikiran. Selain pikiran, what if, baik itu yang positif maupun negatif, juga perlu dikelola karena kedua sisi tersebut memberi dampak yang berbeda. Berfokuslah pada yang positif, tangkallah yang negatif. Terkadang, ada baiknya juga kita merefleksikan beberapa what if yang negatif agar bisa bertumbuh dan berkembang menjadi lebih baik. 4. Affirm Yourself Menurut KBBI, afirmasi diartikan sebagai penetapan/penegasan/peneguhan yang positif. Studi yang dilakukan oleh Christopher N. Cascio dalam Social Cognitive and Affective Neuroscience, menyatakan bahwa afirmasi diri (self-affirmation) mampu mengaktifkan peningkatan kerja otak yang berhubungan dengan pemrosesan dan penilaian diri. Ciptakan pernyataan tentang dirimu yang positif dan ucapkan berulang-ulang. Namun, afirmasi diri tidak dapat berpengaruh secara efektif apabila kamu tidak segera bertindak dan berusaha sebaik mungkin. Hal ini disebabkan afirmasi diri dapat memacu motivasi dan meningkatkan selfesteem, tetapi apabila tanpa tindakan dan komitmen dari diri sendiri, itu sama saja dengan mengucapkan omong kosong belaka. 5. Bersyukur Dalam beberapa studi yang telah dilakukan, bersyukur terbukti dapat mengurangi stres dan membantu orang untuk merasakan perasaan yang positif, menikmati pengalaman yang baik, meningkatkan kesehatan, menghadapi tantangan dalam situasi yang sulit, serta membangun relasi yang kuat. Cobalah menulis tiga hal yang kamu syukuri setiap hari, tiap pagi setelah bangun tidur atau tiap malam sebelum tidur, baik itu orang-orang terkasih, momen yang bahagia, atau hal-hal kecil yang membuatmu merasa nyaman atau senang. Memang, kemampuan mengelola pikiran, terutama pemikiran what if, perlu dilatih dengan komitmen. Namun, apabila masih kesulitan, ada baiknya untuk mencari bantuan. Anggap saja hidup ini terlalu singkat untuk mengkhawatirkan sesuatu yang tidak bisa diubah pada masa lampau, sesuatu yang belum tentu terjadi pada masa yang akan datang, atau bahkan, mengkhawatirkan pikiran dan pendapat orang lain yang bukan menjalani hidup kalian. So, berhentilah memikirkan what if yang buruk dan gunakanlah what if yang positif untuk menjadi pribadi yang lebih baik. [Abigail Natalia P.H].
Yang Muda Yang Takut Menua
“
Youth is overrated. Manusia semakin takut menjadi tua.”
Kalimat tersebut diucapkan oleh Meimei, salah satu pemeran utama film Arisan 2 (2011) dan menjadi salah satu monolog pembuka yang cukup mewakili tren ‘melawan penuaan’ yang diangkat dalam film tersebut. Mulai dari tingkah lakunya yang terang-terangan seperti suntik botox, sampai upaya perlahan-lahan mengganti sebutan Ibu menjadi Mom di komunitas orang tua murid karena tidak ingin dianggap ibu-ibu (setidaknya panggilan Mom masih ada luculucunya). 12 tahun berselang setelah film tersebut ditayangkan, ternyata ucapan Meimei masih sangat layak untuk diamini. Tua dan takut, dua kata dengan huruf awal yang sama dan seolah juga berada dalam lingkaran pikiran yang sama pula. Betulkah? Yang Melegenda: Krim Anti-Aging Menjadi tua sudah pasti identik dengan kerutan, uban, tubuh yang tidak lagi kencang, dan berbagai macam ciri fisik yang tidak menye nang kan lainnya. Me mbicarakan penuaan pun sering otomatis dikaitkan dengan anti penuaan, yang tentu memunculkan berbagai macam upaya penuh ikhtiar, salah satunya dengan menggunakan produk kecantikan. Berbagai macam slogan iklan krim anti-aging seperti ‘melawan tanda penuaan’, ‘muda dan bercahaya’, hingga ‘beda umurnya, sama cantiknya’ seolah menunjukkan bahwa penuaan itu adalah hal yang tidak menyenangkan. Tanda penuaan harus dilawan, karena menua berarti tidak bercahaya. Membicarakan cantik yang sama, tentu saja bukan
ingin sama-sama terlihat tua, tetapi ingin samasama terlihat muda dan kinyis-kinyis. Slogan-slogan tersebut sayangnya tidak masuk telinga kiri keluar telinga kanan, tetapi masuk telinga, menembus mata, dan terpatri di ingatan. Entah mana yang benar, ketakutan kita akan penuaan yang diredakan oleh produk kecantikan, ataukah justru ketakutan kita akan penuaan yang diproduksi (dan dilestarikan) oleh slogan-slogan tersebut. Yang Menang Sendiri (Katanya): Ibu-Ibu Ketakutan menjadi tua tidak hanya direproduksi oleh media massa secara berulang melalui slogan iklan yang wira-wiri setiap hari, tetapi juga muncul secara organik di media sosial. Ketakutan atau ketidaksukaan menjadi tua lahir di media sosial secara natural melalui berbagai ujaran kekesalan dan komentarkomentar kritis dari kacamata kaum muda. Satu ujaran bertemu dengan ujaran senada lainnya, hingga akhirnya image sosok ibu yang dulunya positif pun bisa bergeser menjadi bahan rujakan netizen. Berbagai macam ujaran nyeleneh seperti ‘sen kiri belok kanan’ hingga ‘ras terkuat di bumi’ digunakan untuk menggambarkan perangai kaum ibu yang dianggap identik dengan tidak taat aturan, mau menang sendiri, dan tidak bisa mengalah. Berbagai macam cerita tentang ibu-ibu menyerobot antrean, ibu-ibu yang mengendarai motor atau menyetir mobil dengan ugal-ugalan, hingga ibu-ibu tukang ngerumpi yang selalu bawel semakin menguatkan image negatif ibu-ibu di mata anak muda. Tidak heran jika sekarang banyak wanita
dewasa menolak dipanggil ibu karena kesan negatif karakter tersebut. Seolah ketika wanita menua, segalanya serba menakutkan. Sudahlah secara fisik tidak oke, ternyata secara karakter juga dianggap buruk. Entah ada hubungannya atau tidak, banyak orang tua dan wali murid di sekolah sekarang mulai dipanggil Mom + nama anak (Mom Kayla, Mom Kenzo). Panggilan ‘Ibu Guru’ juga mulai menjadi asing dan tergantikan oleh ‘Miss’. Dulu, penyuluhan kesehatan anak di Puskesmas diwarnai dengan kalimat “Jadi begini lho, Ibuibu…”. Sekarang, banyak dokter anak yang juga content creator menggunakan sapaan “Aybun” yang ternyata singkatan dari Ayah dan Bunda, bukan Ayah dan Ibu. Predikat ‘keibuan’ pun sekarang harus lebih hati-hati untuk digunakan, karena jika dimaknai ‘terlihat seperti ibu-ibu’ alih-alih tersanjung, yang diberi julukan bisa jadi makan hati. Yang Menjengkelkan: “Oke Boomer!” Layanan Google menjadi semakin canggih ketika manusia bisa merasakan interaksi secara langsung dengan ‘Mbah Google’ (sebutan yang umum di kalangan generasi X dan millennials, sebagai ‘pujian’ secara tidak langsung kepada Google yang tahu segala hal, seperti kakek-nenek kita yang pengalaman hidup dan wawasannya banyak sekali). Namun, tetap saja interaksinya tidak 100% dua arah sebagaimana interaksi sesama manusia. Google hanya akan menerima interaksi dan menjalankannya, tanpa menimpali atau berkomentar. Ujaran yang sering diucapkan untuk mengakses interaksi tersebut adalah “Oke Google”, yang saat ini menjadi ujaran sehari-hari generasi Z.
Dengan nada yang sama, istilah “Oke Boomer” juga menjadi populer di kalangan anak muda. Generasi boomer yang lahir pada era 40-an sampai awal 60-an dianggap tidak mau mendengar, tidak menerima kritik, dan selalu merasa benar sendiri, sehingga membuat anak muda merasa lelah berinteraksi dengan boomers. Alih-alih melakukan pembicaraan atau bahkan terlibat dalam perdebatan dengan boomers, anak muda merasa lebih baik mengakhiri pembicaraan tersebut dengan ujaran “Oke Boomer”. Boomers, yang saat ini adalah kakek-nenek atau orang tua, dianggap bukan generasi yang menyenangkan untuk diajak berinteraksi dua arah. Image generasi tua yang bijaksana, penuh dengan wejangan, seolah sudah dianggap usang dan tidak lagi relevan. Agak ironis memang, tadinya kita menyanjung Google dengan sebutan ‘Mbah’, tetapi sekarang generasi tua menerima ujaran yang dimiripkan dengan Google yang interaksinya dianggap tidak sama dengan manusia. (Untuk) Yang Membaca: Tentu saja, ketakutan itu manusiawi dan wajar dirasakan. Tulisan ini hanya tulisan ringan, tidak perlu dipikir kenceng supaya dahi kita tidak makin berkerut. Untuk yang dianggap atau mengganggap dirinya tua, pilihan bagi kita menjadi generasi “tua” yang ingin beradaptasi atau menjadi generasi “tua” yang dihindari. [Deapurie]
Campus Ministry VOL.17/ JUN 2023
Spiritualitas Persaudaraan Ekumenis dari Taizé
D
i telinga sebagian besar umat Kristen di Indonesia, nama Komunitas Taizé di Prancis atau acara ‘Doa dengan Nyanyian dari Taizé’ (DNTZ) yang diadakan di beberapa kota di Indonesia tentunya sudah tidak asing lagi. Walaupun itu bukan berarti semua orang telah memahami seluk-beluknya atau spiritualitas para bruder yang tinggal di desa kecil Taizé itu sendiri. Dalam perspektif teologis Kristen, Komunitas Taizé menjadi gambaran nyata dari panggilan Kristus untuk hidup dalam persaudaraan dan memperjuangkan rekonsiliasi di dunia ini. Pengajaran Alkitab dan prinsip-prinsip teologis yang mendasari komunitas ini menguatkan pemahaman kita tentang pentingnya persaudaraan sejati dalam kehidupan Kristen. Kita dapat melihat dasar teologis persaudaraan dalam Kitab Suci. Dalam Perjanjian Lama, Allah menyatakan di Kitab Kejadian bahwa manusia diciptakan menurut gambar Allah (Kejadian 1:27). Ini berarti bahwa kita semua memiliki nilai intrinsik yang sama di hadapan Allah, dan sebagai umat manusia, kita adalah saudara dan saudari sejati. Pengajaran Yesus dalam Perjanjian Baru menegaskan pentingnya persaudaraan dalam iman Kristen. Ia mengajarkan agar kita saling mengasihi seperti Ia yang telah mengasihi kita (Yohanes 13:34-35) dan untuk mengampuni satu sama lain sebanyak pengampunan yang Allah telah anugerahkan bagi kita (Kolose 3:13). Dalam konteks ekumenis, komunitas Taizé mengajarkan bahwa persaudaraan Kristen melampaui perbedaan denominasi dan tradisi gereja. Mereka menekankan pentingnya dialog antarumat Kristiani, toleransi terhadap perbedaan, dan kerja sama lintas denominasi dalam mewujudkan rekonsiliasi yang lebih luas. Secara teologis, panggilan kita sebagai umat Kristiani adalah untuk menjadi saksi persatuan Kristus di dunia ini, dan komunitas Taizé memberikan teladan konkret tentang bagaimana mewujudkan panggilan ini melalui persaudaraan yang hidup dalam Kristus. Sejarah dan filosofi komunitas Taizé menjadi dasar yang kuat bagi spiritualitas persaudaraan dan rekonsiliasi yang diterapkan oleh komunitas tersebut. Dalam refleksi ini, kita akan melihat bagaimana pendiri komunitas, Frère Roger, membangun jembatan antara gereja-gereja yang terpisah dan mendorong dialog, toleransi, serta kerja sama lintas denominasi. Nilai-nilai ini menjadi landasan dalam upaya mencapai persaudaraan sejati dan rekonsiliasi antarumat gereja. Esensi dari Komunitas Taizé adalah sebuah "perumpamaan persaudaraan" dan ingin mengungkapkan bahwa kehidupan komunitas
foto:dok./Castio
adalah tanda rujuk kembali (rekonsiliasi) antara umat Kristiani serta bangsa-bangsa yang terpisahpisah. Dengan keberagaman latar belakang budaya, bahasa, dan tradisi gerejawi, komunitas ini menunjukkan kepada kita bahwa membangun sebuah kehidupan bersama yang didasarkan pada penghargaan atas keragaman latar belakang dan tradisi adalah mungkin jika dijiwai oleh cinta, pengertian, saling bahu-membahu, dan saling bekerja sama. Komunitas ini menciptakan ruang di mana persaudaraan bukanlah sekadar konsep, tetapi suatu kenyataan yang hidup dan terwujud. Selain itu, praktik nyanyian Taizé juga memiliki dimensi teologis yang kuat. Lirik yang sederhana dan pengulangan kata-kata yang mendalamkan makna iman kita membantu mengungkapkan persaudaraan sejati dan hubungan kita dengan Allah. Nyanyian Taizé mencerminkan kesederhanaan dan kerendahan hati yang kita temukan dalam iman Kristen, serta mengajak kita untuk merenungkan pesan-pesan Injil dan hidup kita sebagai umat Allah yang bersatu. Berkaitan dengan hal tersebut di atas, Tim DNTZ Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta menggelar sebuah acara doa dengan nyanyian dari Taize pada hari Jumat, 19 Mei 2023 di Kapel Asrama Mahasiswa UKDW yang berlokasi di Seturan, untuk memperingati hari raya Kenaikan Yesus Kristus ke sorga. Acara doa tersebut dihadiri oleh banyak peserta dari berbagai latar tradisi gereja, termasuk biarawan/biarawati
Katolik. Pengalaman ini memberikan refleksi yang mendalam tentang kekuatan doa meditatif yang menghidupkan semangat dan kebersamaan dalam doa. Doa meditatif, seperti yang diwujudkan melalui nyanyian Taizé, memiliki daya tarik tersendiri bagi para peserta. Musik yang lembut dan lirik yang sederhana menjadi jembatan yang mempersatukan peserta dari berbagai latar tradisi gereja. Melalui doa yang fokus pada pengulangan lirik yang sederhana, peserta diundang untuk memasuki ke dalam keheningan batin mereka, membebaskan pikiran dari kegelisahan dunia sehari-hari, dan merenungkan makna yang lebih dalam dari pesan iman. Kekuatan doa meditatif terletak pada kemampuannya untuk menembus perbedaan teologi atau doktrin yang mungkin ada di antara peserta. Dalam momen-momen seperti ini, batas-batas denominasi terkikis oleh kekuatan kasih dan kerendahan hati yang diungkapkan melalui doa bersama. Pengalaman semacam ini juga mengingatkan kita akan pentingnya persatuan dalam keragaman gereja. Dalam menghadapi tantangan dan perbedaan yang ada di dunia ini, kebersamaan dalam doa membangun jembatan antara individu-individu yang berbeda dan menyatukan mereka dalam misi mewartakan kasih Allah kepada dunia. Melalui pengalaman doa meditatif semacam
ini, kita kembali diingatkan akan pentingnya mencari persatuan dalam perbedaan, menjunjung tinggi kerendahan hati, dan saling menghormati. Doa bersama menguatkan keyakinan bahwa ketika orang-orang yang berbeda latar tradisinya bersatu dalam satu suara, ada kekuatan yang tak tergoyahkan yang mengalir dari Sang Sumber Kehidupan yang sama. Refleksi tersebut menggambarkan pentingnya spiritualitas persaudaraan dalam konteks ekumenis gereja. Spiritualitas persaudaraan merujuk pada pemahaman teologis tentang hubungan yang erat antara sesama umat Kristiani sebagai saudara dan saudari seiman dalam Kristus. Dalam teologi Kristen, konsep persaudaraan berakar pada pemahaman bahwa setiap orang yang menerima Kristus sebagai Juru Selamat adalah anggota keluarga rohani yang sama. Ketika gereja-gereja dari berbagai denominasi mengadakan doa meditatif dan berpartisipasi dalam kegiatan ekumenis, mereka menghidupkan esensi dari spiritualitas persaudaraan ini. Dalam kebersamaan doa dan nyanyian Taizé, peserta dari berbagai latar tradisi gereja secara teologis mengakui dan merayakan persaudaraan mereka dalam Kristus. Mereka memahami bahwa persatuan gereja bukan hanya sebagai institusi atau organisasi, tetapi sebagai komunitas rohani yang saling mendukung dan bersatu dalam iman kepada Yesus Kristus. Dalam konteks ekumenis, spiritualitas persaudaraan menekankan pentingnya kerendahan hati, saling melayani, dan saling menghormati di antara umat Kristiani. Ini mencerminkan prinsip-prinsip teologis seperti pengakuan bahwa kita semua adalah anak-anak Allah yang ditebus oleh darah Kristus, serta pemahaman tentang kesatuan dalam Kerajaan Allah yang melampaui batas-batas denominasi atau tradisi gereja. Melalui spiritualitas persaudaraan, anggota gereja-gereja dapat menciptakan ikatan yang kuat dan mengatasi perbedaan teologi atau doktrin yang ada. Mereka dapat bekerja bersama dalam misi membagikan kasih Allah kepada dunia dan menjadi saksi bagi persatuan Kristus yang mengatasi perpecahan. Dengan demikian, dalam konteks ekumenis, spiritualitas persaudaraan mengajak gereja-gereja untuk memandang satu sama lain sebagai sahabat Allah, saudara dan saudari seiman yang memiliki panggilan yang sama untuk hidup dalam kasih, kebersamaan, dan kesatuan dalam Kristus. (CRL)
DNTZ UKDW Menggelar Doa Bersama
Y
ogyakarta, 19 Mei 2023 – Setelah beberapa tahun absen, Komunitas Doa dengan Nyanyian dari Taizé Universitas Kristen Duta Wacana (DNTZ UKDW) kembali melaksanakan doa bersama secara ekumenis. Acara doa ini diadakan di Asrama Mahasiswa UKDW, Seturan, dengan antusiasme yang tinggi dari para mahasiswa, termasuk mahasiswa dari luar UKDW. Taizé merupakan sebuah komunitas monastik yang didirikan oleh Frère Roger di desa Taizé, Prancis, pada tahun 1940. Doa Taizé merupakan bentuk doa ekumenis yang menggabungkan elemen musik, nyanyian, dan meditasi. Doa Taizé biasanya dilakukan dalam suasana yang tenang dan meditatif dengan nyanyian-nyanyian sederhana yang dinyanyikan secara berulangulang. Tujuannya adalah untuk menciptakan kedamaian dalam hati dan memperdalam pengalaman spiritual. Doa Taizé merupakan pengalaman yang kaya dan mendalam bagi para peserta. Selama doa tersebut, peserta diajak untuk merenung, berdoa, dan menyanyikan nyanyian-nyanyian rohani bersama. Kehadiran musik yang tenang dan meditatif menciptakan suasana yang mendalam dan memungkinkan peserta untuk merenungkan firman Tuhan dengan lebih mendalam. DNTZ UKDW merupakan komunitas yang berfokus pada doa Taizé dan memiliki sejarah yang sudah cukup panjang di UKDW. Sebelumnya, DNTZ berada di bawah Fakultas Teologi UKDW, namun sekarang berada di bawah Lembaga Pelayanan Kerohanian, Konseling, dan Spiritualitas Kampus (LPKKSK) UKDW atau yang saat ini memiliki branding tersendiri yaitu Campus Ministry UKDW.Pemindahan ini bertujuan untuk lebih mengintegrasikan komunitas dengan kehidupan spiritual kampus secara keseluruhan dan lebih terbuka untuk semua kalangan mahasiswa dari fakultas-fakultas lain di UKDW. Pada doa Taizé yang diadakan pada tanggal 19 Mei 2023, terlihat antusiasme yang tinggi dari
foto:dok./DNTZ UKDW
para peserta, terutama dari kalangan mahasiswa. Mereka tertarik untuk mengalami pengalaman doa yang mendalam dan merasakan kehadiran Tuhan melalui nyanyian dan meditasi. Salah satu hal yang membuat doa Taizé kali ini semakin istimewa adalah kehadiran biarawan/biarawati dari berbagai komunitas, seperti Frater CCSR, Frater OFM, Suster FCh, Suster FCJ, Suster SFS, dan yang lainnya. Keberadaan mereka memberikan nuansa ekumenis yang semakin kental dalam acara tersebut. Para biarawan/biarawati ini datang untuk berbagi pengalaman spiritual mereka dan mendukung komunitas DNTZ UKDW dalam memperdalam kehidupan rohani. Menurut Suster Laurensia, FCh, salah satu Suster dari Komunitas FCh (Fransiskan Charitas), kehadiran berbagai komunitas religius Katholik dalam acara tersebut merupakan sebuah momen
berharga karena berkesempatan mengalami momen ekumenis ini bersama umat lainnya. Sr. Laurensia, FCh berpendapat bahwa melalui kerja sama ekumenis, kita dapat belajar satu sama lain dan memperkaya pengalaman spiritual kita lewat Doa Taizé. Suster Laurensia FCh juga menekankan pentingnya doa Taizé sebagai sarana untuk menciptakan persatuan dan perdamaian di tengah-tengah perbedaan gereja dan denominasi. Ia mengungkapkan kegembiraannya bisa hadir dalam acara tersebut dan berbagi momen doa bersama para peserta. Salah satu anggota DNTZ UKDW, Castio, juga berbagi pengalamannya. “Doa Taizé kali ini sangat menginspirasi dan membangkitkan semangat saya. Saya merasa terhubung dengan peserta lainnya melalui nyanyian-nyanyian rohani yang diulang-ulang dan suasana yang tenang,” ujarnya. Castio menjelaskan bahwa ketika menyanyikan
lagu-lagu Taizé bersama, dirinya merasa seperti menjadi bagian dari suatu kesatuan yang lebih besar, umat Allah yang berkumpul untuk menyembah dan berdoa. Castio juga merasakan kehangatan dan keramahtamahan dari komunitas DNTZ UKDW. Ia merasa diterima dan didukung dalam perjalanan rohaninya oleh sesama anggota komunitas. Acara doa Taizé tersebut memberikan kesempatan baginya untuk bertemu dan berinteraksi dengan mahasiswa dari luar UKDW, sehingga membuka peluang untuk memperluas jaringan dan persahabatan yang berharga. Ketika ditanya tentang harapannya untuk kedepan, Castio berharap bahwa DNTZ UKDW dapat terus mengadakan doa Taizé secara rutin bahkan lebih inklusif pada jejaring anak muda. Ia berharap acara tersebut menjadi momen reguler di mana para mahasiswa dapat berkumpul, berbagi iman, dan tumbuh dalam kehidupan rohani mereka. Castio juga berharap agar doa Taizé semakin dikenal dan diikuti oleh lebih banyak orang, sehingga pengalaman spiritual ekumenis Taizé yang mendalam dapat dirasakan oleh banyak orang. Selain itu, Castio berharap agar komunitas DNTZ UKDW dapat terus mengembangkan kerjasama dengan komunitaskomunitas religius lainnya, seperti biarawan/biarawati dari berbagai komunitas Gerejawi lainya. Ia percaya bahwa melalui kerjasama dan keragaman ini, mereka dapat saling belajar dan memperkaya pengalaman rohani mereka. DNTZ UKDW dengan sukses menggelar doa Taizé pada tanggal 19 Mei 2023, menciptakan momen yang mendalam dan penuh makna bagi para peserta. Kehadiran biarawan/biarawati dari berbagai komunitas religius menambah nuansa ekumenis yang kental dalam acara tersebut. Diharapkan bahwa doa Taizé akan terus menjadi sumber inspirasi dan persatuan bagi komunitas DNTZ UKDW serta mampu memperdalam kehidupan rohani peserta yang terlibat. [Lukas – Tim DNTZ UKDW]
11
Office of International Affairs