WAWASAN 20 Juli 2013

Page 1

Puan: Jangan Paksa PDIP Capreskan Jokowi PERNYATAAN peneliti LIPI bahwa PDIP bodoh jika tak mencapreskan Jokowi, mendapat tanggapan keras dari Ketua FPDIP Puan Maharani. Semua pihak diingatkan tidak memaksa partainya mengusung Jokowi sebagai bakal

capres hanya karena hasil survei menunjukkan tingginya popularitas ikon baru PDIP itu. “Kami mempunyai mekanisme senBersambung ke hal 7 kol 1

Stamina Garuda Untungkan Liverpool LIVERPOOL siap menghibur publik Tanah Air, dalam laga pertandingan melawan Timnas Indonesia Sabtu (20/7) malam. Kendati unggul dalam segala lini, Liverpool bertekad bermain serius. Bahkan semalam, tim asuhan Brendan Bersambung ke hal 7 kol 3

■ Sabtu Kliwon ■ 20 Juli 2013 Harga Eceran Rp 2.000 Harga Langganan Rp 50.000

TAHUN KE 28 NO: 122 TERBIT 24 HALAMAN ISSN 0215 3203

Steven Gerrard Foto: Ant

Kapolda: Ormas Sweeping, Sikat SEMARANG - Kapolda Jawa Tengah Inspektur Jenderal Dwi Priyatno menegaskan, institusi yang dipimpinnya akan melakukan tindakan hukum tegas terhadap organisasi masyarakat yang nekat melakukan penyisiran, atau sweeping selama Ramadan. “‘Sweeping tidak boleh, apalagi oleh ormas yang tidak punya otoritas,” kata Kapolda di Semarang, Jumat (19/7) berkaitan dengan aksi kerusuhan di Sukorejo Kendal, yang melibatkan bentrokan warga dengan anggota Front Pembela Islam (FPI). Menurut dia, kepolisian akan berupaya melakukan antisipasi pencegahan agar penyisiran oleh ormas tidak lagi terjadi. Namun, lanjut dia, jika hal tersebut tetap dilakukan, maka kepolisian akan mengambil langkah tegas, mengingat organisasi yang melakukannya tidak memiliki kewenangan. Ia menegaskan hanya kepolisian yang memiliki kewenangan untuk melakukan penegakan hukum. Dalam menjalankan tugasnya, lanjut dia, polisi selalu mengutamakan azas praduga tak bersalah ketika akan menangkap pihak-pihak yang diduga mela-

kukan tindak pidana. Apabila hal tersebut dilakukan oleh organisasi atau lembaga yang tidak memiliki otoritas, ia khawatir akan berakibat fatal. “Akan ada perlawanan dari masyarakat,” katanya. ■ Tiga Tersangka Sementara itu, polisi menetapkan tiga tersangka atas bentrokan yang terjadi antara kelompok FPI Temanggung dan warga Sukorejo. Ketiga tersangka, Bayu Agung, warga Karangmalang, Parakan, Temanggung Soni Haryanto (38), warga Desa Pucungrejo, Muntilan, Magelang dan Ahmad Saefudin (19), warga Kiringan, Ringinanom, Tempuran, Magelang. Kapolda mengatakan, penindakan terhadap ketiga tersangka sudah dilakukan. “Kita lakukan penindakan terhaBersambung ke hal 7 kol 3

SISA BENTROKAN: Petugas membawa barang bukti tongkat dan kayu yang digunakan dalam bentrokan antara FPI dengan warga di Kecamatan Sukorejo, Kendal. Inzet: Mobil yang dihancurkan massa diamankan di Mapolsek Sukorejo, Jumat (19/7). ■ Foto: Antara/sunarto-yan

FPI: Aksi di Sukorejo Niat Tri Munarti Melayat Berakhir Naas Bukan Sweeping SEMARANG - Front Pembela Islam (FPI) Jawa Tengah akan memberikan bantuan advokasi terhadap anggotanya yang ditahan di Kepolisian Resor Kendal pascabentrokan dengan warga di Kecamatan Sukorejo, Kamis (18/7). “Kami akan berkoordinasi dengan FPI Pusat untuk memberikan advokasi kepada anggota yang ditahan di Polres Kendal,” kata Ketua Bidang Advokasi FPI Jawa Tengah

Zaenal Abidin di Semarang, Jumat (19/7). Menurut dia, FPI sedang mengumpulkan data dan fakta berkaitan dengan penyebab bentrok di Sukorejo. Ia menuturkan bentrokan tersebut dipicu oleh ulah preman yang menjadi “beking” perjudian di wilayah tersebut. “Saat itu FPI Temanggung menggelar pawai simpatik seBersambung ke hal 7 kol 3

BENTROK warga Sukorejo dengan anggota FPI membawa duka mendalam bagi keluarga Samsu Eko Yulianto (58) dan keluarganya warga Desa Krikil, Kecamatan Pagerruyung. Tak pernah dibayangkan Samsu kalau niatnya untuk melayat ke rumah temannya di Boja yang meninggal dunia pada Kamis (18/7) siang justru membuat istrinya Tri Munarti (46) benasib naas. Istri Samsu menjadi satu-satunya korban meninggal akibat bentrok warga Sukorejo dengan FPI.

Samsu mengatakan, saat itu dirinya bersama istri hendak melayat ke salah satu temannya yang meninggal di Boja dengan mengendari sepeda motor. Sekitar satu kilometer dari rumahnya saat melewati depan SPBU Sukorejo, sudah terjadi bentrok antara warga dan FPI. Tib-tiba sebuah mobil Avanza nopol AB 1705 SA yang dikemudikan anggota FPI yang dikejar-kejar warga menabrak kendaraan yang dinaikinya bersama istri. Samsu sendiri mengalami luka lecetlecet ditangannya dan istrinya

mengalami luka parah lalu dibawa ke Puskesmas Sukorejo. Karena luka istrinya terlalu parah sehingga dirujuk ke rumah sakit di Parakan Temanggung, namun ahirnya meninggal dunia. “Karena lukanya terlalu parah akhirnya istri saya meninggal,” ujar Samsu. Jenazah Tri Munarti dimakamkan dipemakaman umum dese setempat, Jumat (19/7) pagi. Korban meninggalkan dua anak yaitu Nurul Kistiani lulusan Akbid Kendal dan Arif Rahman kelas 3 SMA di Sukorejo. Pihak keluarga meminta

pelaku penabrak Tri Munarti ditangkap dan dihukum seberat-beratnya, karena sudah menghilangkan nyawa anggota keluarganya yang tidak bersalah apa-apa.”Kita minta polisi segera menangkap dan menghukum pelaku penabrak istri saya,” harapnya. Kamis (187/) malam Bupati dr Hj Widya Kandi Susanti MM dan Kapolres Kendal AKBP Asep Jenal Ahmadi mengunjungi rumah duka di Desa Krikil Kecamatan PagerruBersambung ke hal 7 kol 6

Pedagang Pasar Babadan Nekat Buka Lapak Sabtu, 20 Juli 11.48 15.08 17.42 18.52 Minggu, 21 Juli 04.24 04.34 Sumber: Kanwil Kementerian Agama Jateng

Mengasah Kepedulian Oleh: KH Abdul Rozaq Shofawi (Pimpinan Pondok Pesantren Al Muayyad Surakarta) DALAM bulan Ramadan, kita diajarkan untuk peduli kepada sesama, khusunya kepada fakir miskin, bagaimana rasanya Foto: K-2 menanggung haus, lapar dan dahaga. Kalau Bersambung ke hal 7 kol 1

tugas Satpol PP. ‘’Sesuai kesepakatan dengan perwakilan pedagang, lapak didirikan di sekeliling pasar. Pemilik kios ditempatkan di bagian depan pasar, sedangkan pemilik los menempati sisi kanan, kiri dan belakang pasar,’’ kata Kabid Pasar Dinas Koperasi UMKM dan Perindag, Yosep Gunawan Wibiso-

UNGARAN - Sejumlah pedagang Pasar Babadan yang jadi korban kebakaran, nekat membangun lapak sendiri kendati belum ada pembagian tempat berjualan dari Pemkab Semarang. Bahkan ada pemilik kios menggunakan kiosnya yang terbakar untuk berjualan. Padahal Dinas Koperasi UMKM dan Perindag baru melakukan pengaplingan dan penomoran untuk pendirian la-

pak, sebagai tempat berjualan di pasar darurat di sekeliling Pasar Babadan sampai jalan arah Kelurahan Beji, Jumat (19/7). Kapling yang disediakan untuk pedagang berukuran 1,5 x 2 meter. Rencananya pembagian kapling akan dilakukan dengan cara pengundian, Sabtu (20/7). Sejumlah pedagang yang sudah mendirikan lapak diminta membongkar oleh pe-

Salah satu tradisi selama Bulan Ramadan yang masih dilakukan di pelosok desa di Kabupaten Purbalingga, adalah bermain mercon pendem. Biasanya permainan itu dilakukan oleh anak-anak sambil ngabuburit menunggu waktu berbuka puasa tiba.

Tradisi Mercon Pendem di Bulan Puasa

MERCON pendem dibuat dengan cara membuat lorong mendatar di tanah dengan panjang 75 centimeter . Selanjutnya ditutup dengan batu dan tanah dan kemudian ditindih batubatuan. Salah satu lorong diberi lubang pemicu yang digunakan untuk menyulut api dan lubang lain sebagai muara ledakan. Ke dalam lorong itu dimasukkan sebuah cangkir berisi air dengan penjepit dari bambu yang di dalamnya dimasukkan bongkahan karbit. “Kurang lebih satu atau dua

Bersambung ke hal 7 kol 3

TEMPATI KIOS: Pedagang alat-alat pertanian, Jumat (19/7), mulai menempati kiosnya yang terbakar untuk berjualan kendati belum mendapat izin dari Pemkab Semarang. ■ Foto: Rusmanto Budhi-yan

Terdesak Permukiman Padat, Nyaris Punah

MERCON PENDEM: Anak-anak di Desa Lamongan, Kecamatan Kaligondang, Purbalingga bermain mercon pendem menunggu waktu berbuka puasa. ■ Foto: Joko Santoso-yan

menit kemudian api disulutkan ke lubang pemicu dengan bambu sepanjang tiga meter,” kata Eko Budianto (10), warga Desa Lamongan, Kecamatan Kaligondang Purbalingga. Dia mengaku, selama Ramadan menghabiskan waktu sore dengan bermain mercon pendem. Menurutnya permainan tersebut menimbulkan sensasi tersendiri. Terutama suara mercon pendem yang menggelegar seperti bom. “Rasanya puas bisa menyalakan mercon tersebut,” katanya. Eko hanyalah sebagian kecil warga Purbalingga yang tersisa masih bermain mercon pendem saat bulan puasa ini. Per-

mainan ini sudah semakin punah ditelan zaman. ■ 1970 an Pengamat budaya Purbalingga, Tri Atmo mengatakan bermain mercon pendem selama Ramadan memang merupakan tradisi turun temurun yang ada di Purbalingga. Permainan itu sebenarnya marak dilakukan pada tahun 1970. Namun untuk bermain mercon pendem harus berada di lingkungan yang jauh dari pemukiman. “Bahan bakunya karbit. Biasanya anak-anak sengaja patungan untuk membeli karbit,” ujarnya. Bersambung ke hal 7 kol 1


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.