WAWASAN 16 Agustus 2013

Page 1

■ Jumat Pahing ■ 16 Agustus 2013 Harga Eceran Rp 2.000 Harga Langganan Rp 50.000

TAHUN KE 28 NO: 145 TERBIT 16 HALAMAN ISSN 0215 3203

JEPARA - Tradisi Lomban di Jepara sebagai puncak perayaan Syawalan menelan korban. Sebanyak 8 orang tewas dan 14 orang lainnya hilang, setelah sebuah perahu mesin yang mengangkut rombongan wisatawan dari Pulau Panjang terbalik.

Sukari Panggul Anak saat Tercebur Laut

Kejadian ini berlangsung sekitar jam 12.00 WIB, Kamis (15/8) di pantai Pulau Panjang, sebelah barat obyek wisata Pantai Kartini Jepara. Sampai berita ini dikirim, pencarian terhadap mereka yang dilaporkan hilang masih terus dilakukan oleh Tim Basarnas Jepara, BPBD Jepara, Polres Jepara dan Relawan. Menurut Sukari (42) warga Desa Bersambung ke hal 7 kol 1

BOCAH SELAMAT: Seorang bocah korban perahu tenggelam yang selamat digotong petugas untuk dirawat. ■ Foto: Budi Santoso-yan

Grafis: Deta

RAUNGAN sirine ambulans memekakkan jalanan Jepara sepanjang siang sampai petang, Kamis (15/8). Di tengah keramaian acara Pesta Syawalan Lomban, di Jepara setidaknya 5 mobil ambulans milik Polres, DKK Jepara dan RSUD Kartini Jepara, mondar-mandir memecah kerumunan. Silih berganti me- reka membawa para korban kecelakaan perahu terbalik ke RSUD Kartini Jepara. Di sudut ruang tunggu Dermaga Pantai Kartini Jepara, Sukari (42) terduduk lemas. Tepat di bawah kakinya sisa-sisa makanan yang dimuntahkannya. Namun Sukari bergeming, sambil tidak henti-hentinya Bersambung ke hal 7 kol 3

Juru Mudi Ceroboh JEPARA - Perahu mesin yang terbalik di sekitar Pulau Panjang, Jepara diduga karena kelebihan muatan. Sehingga ketika juru mudi bermaksud memutar perahu, malah terbalik dan terjadi petaka jatuhnya korban tewas maupun hilang. Kapolres Jepara, AKBP Moh Taslim Kamis (15/8) mengatakan, dugaan sementara penyebab

TERBALIK: Perahu Jhonson sesaat setelah terbalik. ■ Foto: ist-yan

Bersambung ke hal 7 kol 1

Tidak Terbit Sehubungan dengan perayaan HUT Kemerdekan RI Koran Pagi Wawasan tidak terbit Sabtu (17 /8). Koran Wawasan akan kembali mengunjungi pembaca, Minggu (18/8). Demikian harap para pembaca dan pemasang iklan maklum. (Penerbit)

Dana Kunker DPRD Tak Rasional

Ribuan Orang Berebut Berkah Ketupat Muria KUDUS – Bait demi bait gending Sinom Parijotho yang ditembangkan seorang waranggono dan diiringi suara gamelan mengalun syahdu di antara rindangnya rerimbunan

pohon di kawasan Taman Ria, lereng Gunung Muria, Kudus. Tembang ciptaan Sunan Muria yang berisikan nasihat agar untuk berakhlak dengan baik, tersebut menjadi pembuka tradisi

Juara Lari Agustusan TERNYATA artis Shinta Bachir punya kenangan manis setiap peringatan hari Kemerdakaan RI. Kenapa? Karena dalam rangka perayaan Kemerdekaan RI waktu itu, artis kelahiran Wonosobo, Jawa Tengah ini pernah meraih juara lari tingkat SD Bersambung ke hal 7 kol 5 BEREBUT: Ribuan warga yang memadati Taman Ria Colo, Kudus berebut gunungan berisi ketupat dan lepet dalam tradisi parade kupat. ■ Foto: Ali Bustomi-yan

parade sewu kupat, di Desa Colo, Kecamatan Dawe, Kamis (15/8). Prosesi yang baru tujuh tahun terakhir dikembangkan menjadi salah satu even pariwisata di Kudus tersebut cukup menarik perhatian ribuan pengunjung yang hadir memadati Taman Ria Colo, yang menjadi pusat pelaksanaan tradisi. Proses parade sewu kupat sendiri diawali dengan diaraknya gunungan yang terdiri atas susunan seribu ketupat dan ratusan lepet dari rumah sesepuh desa, pada pukul 10.00 WIB dengan diawali upacara kecil-kecilan. Selanjutnya, gunungan seribu ketupat dan gunungan lepet diarak ke Masjid Sunan Muria di depan makam. Dengan dipimpin oleh tokoh ulama setempat, warga ke Bersambung ke hal 7 kol 3

SEMARANG - Biaya kunjungan kerja dan kunjungan lapangan anggota DPRD Jateng yang bertambah menjadi sekitar Rp 22,7 miliar menuai kritikan banyak pihak. Kebanyakan menilai dana sebesar itu akan lebih baik jika diperuntukan ke berbagai kebutuhan yang lain. Koordinator Masyarakat Anti Korupsi Indonesia (MAKI), Boyamin mengatakan, dana kunker Rp 22,7 miliar dinilai tidak rasional. Menurutnya antara besarnya nominal dana dengan hasil kunker itu tidak seimbang. Karena kunker yang selama ini dikerjakan oleh dewan hanya sebatas formalitas. ”Jika dibanding dengan kunker pada tahun 1997-1999 saya dulu, kunker sekarang tidak ada artinya. Zaman dulu ketika akan mengadakan kunker kami selalu mempersiapkannya, dengan mata di melalui panitia khsusus paling tidak selama satu bulan,” kata

mantan anggoda DPRD Solo dari Fraksi PPP itu. Dia menambahkan, ketika itu DPRD Solo melakukan kunker ke Jakarta menolak Undang-undang keamanan negara. Waktu itu, selama tiga hari kami hanya mendapat uang saku Rp 300 ribu. Artinya, katanya, satu hari kami hanya mendapat pengganti transpot Rp 100 ribu. ”Dengan uang segitu nyatanya kami berhasil. Jika dibandingkan dengan sekarang uang transportasinya sangat jauh lebih besar sekarang. Padahal hasilnya nihil, tidak ada manfaatnya bagi rakyat,” katanya. ■ Tak Terarah Menurut dia, kunker yang dilakukan sangat tidak terarah dan hanya asal-asalan. Sekarang ini, katanya, paling hanya menyampaikan program dan Bersambung ke hal 7 kol 3

68 Tahun Indonesia Merdeka

Para Pejuang Masih Terpinggirkan Setiap memperingati Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI, sudah pasti nama para pejuang kemerdekaan, atau lebih akrab dengan sapaan veteran menjadi idola. Mereka yang jumlahnya semakin sedikit, seiring rentanya usia, selalu dicari untuk kegiatan seremonial 17-an. Bantuan datang dari sana-sini, setelah itu mereka pun terlupakan kembali.

DI era persaingan hidup yang semakin keras, mereka benarbenar menjadi orang yang semakin terpinggirkan. Ya, setidaknya dari sudut perekonomian. Ribuan pejuang kemerdakaan memang hidup dengan

segala keterbatasan. Sebut saja Mbah Tarsim, warga Desa Sawangan, Kecamatan Ajibarang, Kabupaten Banyumas. Dua tahun yang lalu dia hidup di hutan dengan

berkebun di tengah hutan pinus. Bahkan untuk mencapai gubuk tempat tinggalnya tersebut harus mendaki pegunungan yang oleh warga sekitar disebut Gunung Putri. Mbah Tarsim dulu selalu mengisi waktunya dengan berkebun, menanam ketela pohon. Namun, kini tubuh tuanya tidak lagi kuat untuk hidup sendirian menyepi di hutan. Se hingga ia memutuskan untuk Bersambung ke hal 7 kol 3

Baca Juga

Mbah Tarsim, Kurir yang Terlupakan

Hal

3

BUTUH PERHATIAN: Para veteran pejuang Kemerdekaan inilah yang masih membutuhkan perhatian lebih dari berbagai pihak khususnya pemerintah. ■ Foto: ist


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.