WAWASAN 29 Agustus 2013

Page 1

Pak Gubernur Belum Sempat Ngantor SEMARANG - Hingga hari kelima setelah dilantik sebagai Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo belum sempat ngantor di Gubernuran, Jalan Pahla-

wan Semarang. Kendati belum ada kegiatan blusukan ke desa-desa atau kampung selain Bersambung ke hal 7 kol 3

Keraton Solo Masih Dijaga Polisi SOLO - Situasi keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, Rabu (28/8) kembali normal pascakeributan keluarga pada dua hari sebelumnya. Meski demikian polisi masih berjaga dan penyidik Polresta Surakarta melaksanakan tugas di dalam keraton. Di sisi lain wisatawan pengunjung museum keraton pun telah

pulih seperti sedia kala, hanya saja mereka belum diperkenankan memasuki pelataran Sasana Sewaka. “Larangan memasuki Sasana Sewaka diberlakukan sejak dua hari sebelumnya. Mungkin pada 31 Agustus 2013 pengunjung sudah Bersambung ke hal 7 kol 3

■ Kamis Kliwon ■ 29 Agustus 2013 Harga Eceran Rp 2.000 Harga Langganan Rp 50.000

TAHUN KE 28 NO: 157 TERBIT 24 HALAMAN ISSN 0215 3203 DIJAGA: Keraton Solo masih dalam penjagaan polisi dan petugas keamanan. ■ Foto: Bagus Adji

Ganjar Siap Mundur SEMARANG - Gubernur Jateng Ganjar Pranowo membantah keras tudingan mantan politisi Partai Demokrat M Nazaruddin terkait penerimaan fee proyek e-KTP senilai Rp 4,5 miliar. Bahkan Ganjar menegaskan siap mundur jika terbukti menerima suap tersebut. Ganjar juga menantang KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) untuk secepatnya mengusut ketika sudah cukup bukti. Dia mengaku, saat ini sedang menunggu barangkali ada orang yang mau mengaku bahwa ia yang mengantarkan uang tersebut. “Saya tunggu siapa yang ngasih uang kepada saya. Ketika itu saya juga mengawal proyek itu (e-KTP) dari mulai mencetak hingga mengirim saya persoalkan. Maka saya sungguh-sungguh heran ketika ada yang mempersoalkan ini. Saya doakan saja semoga Nazaruddin cepat beres kasusnya,” kata Ganjar usai berkunjung ke Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Jateng, Rabu (28/8) sore. Dia mengaku, ketika terbukti terlibat dan menerima uang sebesar 500 US dollar, maka dirinya akan langsung mundur dari jabatan Gubernur Jateng.

“Begitu ketahuan saya terima itu (uang proyek e-KTP), saya mundur hari itu juga. Saya politisi, ketika saya kampanye menggunakan jargon ‘Mboten Ngapusi lan Mboten Korupsi’ saya digoda,” katanya. Ketika ditanya apakah siap ketika dipanggil oleh KPK, dia menjawab siap meskipun untuk besok hari. “Kalau bisa, saya siap, kalau bisa besok hari,” katanya. ■ Percaya Nazar Menanggapi sangkalan Ganjar, Koordinator Masyarakat Anti Korupsi (MAKI) Jateng Boyamin mengaku justru lebih percaya terhadap Nazaruddin. Menurut dia, saat ini sudah banyak pejabat yang terbukti terlibat korupsi atau menerima uang pelicin proyek, yang awalnya dari kicauan Nazaruddin. Bersambung ke hal 7 kol 3

PAKAIAN KORBAN : Kabid Humas Polda Jateng Kombes Pol Djihartono dan Kabid Dokkes Kombes Pol Musyafak saat menunjukkan barang bukti pakaian korban pembunuhan Muhyaro, dukun pengganda uang, Rabu (28/8). Namun polisi belum bisa memastikan siapa korban Muhyaro tersebut. ■ Foto: Sunardi-yan

Penyelidikan Kasus Muhyaro Dihentikan SEMARANG - Polisi belum berhasil mengungkap identitas dua korban dugaan pembunuhan Muhyaro (41), dukun pengganda uang di Windusari, Magelang. Setelah hasil uji DNA dipastikan negatif, penyelidikan polisi hanya dilakukan dengan menunggu laporan warga. “Kalau laporan data sekundernya cocok akan diambil sampel DNA-nya lagi. Setelah hasil uji DNA atas dua laporan sebelumnya negatif, kami hanya menunggu adanya laporan warga lain,” kata Kabid Dokkes Polda Jateng, Kombes Musyafak dalam keterang-

annya di Mapolda Jateng, Rabu (28/8). Sejak terungkap kasus pembunuhan tiga korban, Polda Jateng membuka posko pengaduan. “Ada tiga warga yang lapor pada tanggal 30 Juli, satu Ibu Siti Mutmainah, dia datang bersama anaknya melapor kehilangan suami pada 28 Desember 2012 bernama Sunaryo, guru SMP 5 Cilacap. Sudah didata dan hasilnya diketahui hampir sama dengan ciri korban. Pelapor lain, Sofiatun (30) warga Banjarnegara juga datang bersama anaknya. Usai

didata dia mengaku kehilangan suami bernama Nurodin (49), guru SMP 1 Magetan. Infonya dia (Nurodin) pergi menghampiri Sunaryo, dan pergi bersama-sama. Dari data itu, diambil sampel DNA dikirim ke Lab DNA Pusdokes Polri, dan pada Senin (26/8) hasilnya jadi dan tidak ada kecocokan,” kata Musyafak didampingi Kabid Humas Polda Jateng, Kombes Pol Djihartono. ■ Dihentikan Hingga kini, polisi masih membuka posko laporan warga. Sementara, dua jenazah

korban masih tersimpan di RS Bhayangkara. “Sampai kapan dimakamkan, kami belum tahu dan akan berkoordinasi dengan Reskrim,” kata dia. Wadir Reskrimum Polda Jateng, AKBP Agus Satosa menambahkan, penanganan kasus Muhyaro untuk sementara dihentikan mengingat tersangka yang sudah meninggal dunia. Meski begitu, pengembangan kasusnya terus dilakukan. “Karena tidak ada tersangkanya. Tersangka utama sudah meninggal, dengan siapa Bersambung ke hal 7 kol 1

Serobot Tanah Negara, Priyambodo Ditahan SEMARANG - Penyidik Kejaksaan Negeri (Kejari) Semarang menahan Sekretaris Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang, Priyambodo Prawiroharjo, Rabu (28/8) siang. Priyambodo disangka kuat terlibat dalam kasus korupsi penyerobotan tanah negara di Perumnas Tlogosari Semarang. Penahanan kemarin diawali dengan pemeriksaan Priyambodo sebagai tersangka. Pemeriksaan berlangsung sekitar pukul 09.30 hingga 13.00. “Setelah diperiksa, kami lakukan penahanan untuk keperluan penyidikan selama 20 hari ke depan,” kata Kepala Seksi Pidana Khusus Kejari Semarang

GEBYAR

8

Jomblo adalah Pilihan PENYANYI Vicky Shu mengaku memilih status jomblo. Bukan karena nggak laku tapi ingin fokus bekerja dulu.

SEMARANG SQUARE

17

Macet Pindah ke Jrakah FLY over Kalibanteng ternyata belum atasi kemacetan di kawasan Kalibanteng dan sekitarnya. Kemacetan kini bergeser ke kawasan Jrakah.

Juara dunia bulutangkis (Badminton World Federation World Championship 2013) Hendra Setiawan, yang mengharumkan nama Indonesia hingga kini masih menjadi perbincangan warga Pemalang. Tak banyak yang tahu, Hendra putra asli Pemalang. Senin (26/8) Hendra pun diarak keliling kota kelahirannya. RUMAH bernomor 119 di Jalan Jati Raya Perumahan Pelutan Indah kelihatan sepi. Tak disangka, di rumah sunyi nan asri ini, asal muasal seorang putra Pemalang mengharumkan nama Indonesia. Hendra Setiawan, sang juara dunia bulutangkis dunia berasal dari rumah tersebut. Hendra yang merupakan bungsu dari 3 bersaudara dari pasangan Feri Yogianto dan Kartika lahir pada 25 Agustus

ER Chandra, kemarin. Priyambodo dititipkan di rumah tahanan pada Lembaga Pemasyarakatan Klas I Kedungpane Semarang. Sedianya pihak Kejari kemarin juga memanggil tersangka Sri Widodo, mantan Lurah Tlogosari, untuk diperiksa. Namun Sri Widodo tak hadir dengan alasan sakit. “Ada surat keterangan dokter, untuk tersangka Sri Widodo. Kuasa hukumnya memberikan surat dokter kepada kami. Sri Widodo disarankan istirahat dua hari,” lanjut Chandra. Kasus yang menjerat Priyambodo ini terjadi pada tahun 1996-1997. Saat itu ia masih

menjabat di Dinas Bina Marga Kota Semarang. Terkait kasus tanah di Perumnas Tlogosari itu, Priyambodo berlaku sebagai pimpinan proyek pembebasan tanah untuk Perumnas Tlogosari, yang merupakan proyek pemerintah Kota Semarang. ■ Perumnas Tlogosari Mulanya, Priyambodo membeli tanah warga yang lokasinya berada di lahan calon Perumnas Tlogosari. Tanah itu milik warga bernama Ngari Siran. Luas tanah yang dibeli 1.500 meter persegi dengan bukti kepemiBersambung ke hal 7 kol 1

Foto: Felek

Priyambodo

Hendra Setiawan, Juara Dunia Bulutangkis Asal Pemalang

Dilatih Ayah, Sejak Kecil Pukulan Sudah Keras 1985 di Pemalang. Pendidikan formal ia tempuh mulai dari TK, SD Kebondalem II serta SMPN 2 Pemalang namun hanya kelas 1. Hal ini disebabkan bakatnya yang menonjol yang menjadikannya tiket hijrah ke Klub Jaya Raya di Jakarta. “Hendra tertarik bulutangkis sejak TK dan mulai berlatih ketika SD setiap pulang sekolah hingga malam hari. Latihan ditangani langsung bapaknya yang pernah ikut bertanding dalam PON saat muda,” tandas Kartika, ibunda Hendra ditemui di rumahnya Rabu (28/8). Kartika mengatakan, keluarganya adalah pebulutangkis semua. Ayah Hendra adalah pe-

latih Hendra kecil. “Saya masih ingat ketika masih usia TK Hendra bisa memukul bola dengan keras, tapi saya tidak berpikir bahwa itu adalah tandatanda seorang juara dunia,” jelas Kartika. ■ Ke Jakarta Sejak SD itulah menurut Kartika, prestasi Hendra mulai terBersambung ke hal 7 kol 1

BERLATIH: Hendra Setiawan (belakang) saat masih SD berlatih lari bersama sang kakak di Alun-alun Pemalang. ■ Foto: Probo Wirasto-yan


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.