WAWASAN 04 Februari 2014

Page 1

■ Selasa Wage ■ 4 Februari 2014 Harga Eceran Rp 2.000 Harga Langganan Rp 50.000

TAHUN KE 28 NO: 310 TERBIT 24 HALAMAN ISSN 0215 3203

Hakim Suap Dilempar Ember di Lapas SEMARANG - Dua mantan hakim Pengadilan Tipikor Semarang, Pragsono dan Asmadinata akhirnya didudukkan di kursi pesakitan atas perkara dugaan suap, Senin (3/2). Secara terpisah, keduanya disidang di Pengadilan Tipikor Semarang, lembaga yang pernah menaunginya. Asmadinata disidang lebih awal, menyusul kemudian Pragsono. Agenda sidang perdana itu, yakni pembacaan dakwaan jaksa penuntut umum Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Sidang digelar dengan dua majelis hakim pemeriksa. Perkara Pragsono, hakim karir itu diperiksa langsung Ketua Pengadilan Negeri (PN) Semarang, Maryana dengan didampingi Kalimatul Jumro dan Robert Pasaribu, dua hakim adhoc. Sementara, paBersambung ke hal 7 kol 3 HAKIM SUAP: Dua mantan Hakim Pengadilan Tipikor Semarang, terdakwa penyuapan, Pragsono (kiri) dan Asmadinata (kanan), di mobil tahanan usai sidang di Pengadilan Tipikor Semarang, Senin (3/2). ■ Foto:Weynes-yan

DIRUT BANK JATENG TERKATUNG KATUNG SEMARANG - Pelantikan Direktur Utama (Dirut) Bank Jateng hingga kini masih berlarut-larut. Meskipun telah ditetapkan sebagai Dirut akhir tahun lalu, Supriyatno hingga kini belum dilantik. Kondisi ini dipertanyakan berbagai pihak, karena dikhawatirkan Bank Jateng sulit bersaing dengan bank swasta karena hanya dipimpin Plt (Pelaksana Tugas) Dirut.

Anggota Komisi C DPRD Jateng Alfasadun menyayangkan proses pelantikan Dirut Bank Jateng lambat. Menurut dia, Plt Dirut yang sekarang kinerjanya tidak akan bisa maksimal kare-

na terbatas aturan untuk menentukan keputusan. “Kalau Gubernur sudah oke, tinggal tunggu apa lagi. Jangan sampai waktu enam bulan batas pelantikan dimaksimalkan. Kalau ada investor dari cabang mau masuk Jateng, tidak ada dirut, Plt tidak akan bisa memutuskan,” jelas Alfasadun, Senin (3/2). Ia berharap, semakin cepat Bersambung ke hal 7 kol 3

Ribuan Pengungsi Banjir Kekurangan Beras KAJEN - Banjir bandang yang merendam 10 kecamatan di Kabupaten Pekalongan mulai surut, kemarin, terutama di daerah atas. Namun, sekitar

4.500 warga, Senin (3/2) dilaporkan masih mengungsi di beberapa titik, terutama untuk korban banjir di Kecamatan Sragi, Siwalan, Wonokerto,

Tirto, dan Wiradesa. Ribuan pengungsi ini menyebar di sejumlah titik seperti di sekolah, masjid, balai desa, kantor kecamatan, hingga

JALAN TERENDAM: Jalan menuju Desa Legokclile, Kecamatan Bojong, Kabupaten Pekalongan sulit dilalui karena terendam banjir. ■ Foto: Hadi Waluyo-yan

GEBYAR

8

Suka Peran Antagonis BINTANG film masa depan Kimberly Ryder kembali syuting film layar lebar. Soal perannya, Kimberly mengungkapkan kalau perannya kali ini sebagai tokoh antagonis.

Setiap bencana selalu menyimpan kisah tersendiri. Tak terkecuali bencana banjir yang melanda Kudus dalam beberapa pekan ini, akan menjadi momentum tak terlupakan bagi Ali Mansyur (19) dan Fatma Pratiwi (19), sepasang pengantin yang pada Senin (3/2) mengikat janji suci perkawinan ketika mereka hidup di pengungsian. PAGI itu, suasana posko pengungsian Balai Desa Megawon, Kecamatan Jati, cukup sibuk. Berbeda dengan para pengungsi lainnya, Fatma Pratiwi, gadis yang sudah 13 hari ikut hidup di pengungsian ini nampak menggunakan kebaya warna putih sedang dirias sejumlah perempuan lainnya. Sementara, di ruangan yang sama, Ali Mansyur sang calon mempelai pria juga mulai di-

tanggul-tanggul tinggi di sekitar lokasi banjir. Untuk mensuplai kebutuhan makanan dan minuman, Pemkab Pekalongan kembali membuka dapur umum di Gudang Rokok Sukun di Desa Sepacar, Kecamatan Tirto. Kepala Desa Mulyorejo Mubarok mengatakan, ketinggian air di desanya berkisar antara 80 cm hingga 90 cm. Meski demikian, sebagian besar warga masih tetap bertahan di rumahnya masing-masing. Sebagian lagi mengungsi ke bangunan sekolah dasar dan mendirikan tenda darurat di tanggul dataran tinggi. “Untuk Bersambung ke hal 7 kol 1

Longsor Kajen Meluas KAJEN - Longsor yang menghajar Kecamatan Kandangserang, Kabupaten Pekalongan kian parah. Tanah terus bergerak di delapan desa wilayah pegunungan itu. Sedikitnya 65 jiwa dari 16 kepala keluarga di Desa Bojongkoneng kini harus hidup di bawah atap terpal di pinggir jalan di desa itu sejak kemarin. Kepala Desa Bojongkoneng Ali Behar mengatakan, tanah terus bergerak di desanya. Akibatnya sekitar 18 rumah harus dibongkar karena terus mengalami kerusakan. Para penghuninya pun untuk sementara diungsikan di pinggir jalan desa dengan beratapkan terpal dan tenda darurat yang

Kisah Pengantin Menikah di Pengungsian

Tak Kepikiran Malam Pertama rias. Dengan menggunakan setelan kemeja putih dipadu jas dan celana hitam, Ali Mansyur nampak gugup ketika didandani oleh tukang rias. ”Ini merupakan hari pernikahan mereka berdua. Meski sedang berada di pengungsian, pernikahan tetap dilaksanakan karena acara ini sudah direncanakan jauh hari,” kata Sukati, bibi sang mempelai wanita. Tepat pukul 06.30 WIB, pasangan pengantin tersebut kemudian berangkat untuk menuju KUA Pati, tempat mereka melangsungkan ijab kabul. Hal tersebut lantaran kedua mempelai aslinya merupakan warga

jumlahnya hanya 4 unit tenda. “Minggu kemarin rumahrumah itu belum dibongkar, namun kerusakannya terus bertambah maka tadi dibongkar. Untuk sementara 16 kepala keluarga diungsikan di pinggir jalan. Kita masih kekurangan tenda untuk tempat tinggal sementara mereka, jadi menggunakan barang-barang seadanya, seperti terpal,” ujar dia. Menurutnya pasokan logistik pun masih kurang, seperti beras dan makanan cepat saji. Untuk sementara, secara swadaya masyarakat setempat membuka dapur umum diBersambung ke hal 7 kol 1

Desa Cabak, Kecamatan Tlogowungu Pati. Hanya sehari-hari Fatma tinggal di rumah bibinya Sukati di Desa Karangrowo, Kecamatan Undaan sedangkan Ali Mansyur di Desa Jatiwetan, Kecamatan Jati Kudus. Dengan dilepas oleh Kepala Desa Megawon, Nurasag dan sejumlah perangkat desa lainnya, kedua mempelai tersebut kemudian berangkat ke KUA Pati dengan iring-iringan dua mobil. Sekitar pukul 10.30 WIB, rombongan mempelai akhirnya tiba Bersambung ke hal 7 kol 1 DI PENGUNGSIAN: Pasangan pengantin Fatma Pratiwi dan Ali Mansyur yang harus menikah di lokasi pengungsian banjir di Balai Desa Megawon, Kecamatan Jati Kudus. ■ Foto: Ali Bustomi-yan


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.
WAWASAN 04 Februari 2014 by KORAN PAGI WAWASAN - Issuu