* -
■ Rabu Pahing ■ 10 September 2014 Harga Eceran Rp 2.000 Harga Langganan Rp 50.000
TAHUN KE-29 NO: 163 TERBIT 24 HALAMAN - ISSN 0215-3203
RUU Pilkada Aroma Balas
DENDAM JAKARTA - Rancangan Undang-Undang (RUU) yang kini sedang digodok DPR salah satu isinya pemilihan kepala daerah lewat DPRD memunculkan tanggapan beragam. Bahkan Peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Adjie Alfaraby menilai, munculnya polemik RUU Pilkada itu mengandung aroma balas dendam dari Koalisi Merah Putih kepada kelompok Jokowi-JK. “Ini interpretasi yang tidak bisa ditolak. Wajar saja, ini politik balas dendam,” ujar peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Adjie Alfaraby di kantor LSI, Jakarta Timur, Selasa (9/9). LSI mengumpulkan data
terkait sikap warga soal RUU Pilkada pada 5 hingga 7 September 2014 dengan metode quickpoll. Metode penelitian menggunakan multistage random sampling dengan jumlah responden 1.200 dan margin of error 2,9 persen. Dalam survei tersebut, 81,25 persen masyarakat masih menyetujui kepala daerah secara langsung lewat pilkada. Hanya 10,71 persen maBersambung ke hal 7 kol 3
Hak Politik Rakyat Bakal Terampas BLORA – Gagasan, ide atau opsi yang disetujui mayoritas fraksi di Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI) soal pemilihan kepala daerah (Pilkada) dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), menjadi bahan perdebatan. Meski hanya grundelan, ngedumel, ngobrol dan saling curhat di emperan masjid, perkantoran, warung-warung serta lokasi lain terkait rencana pengesahan Undang-Undang (UU) Pilkada yang akan dipilih DPRD, banyak warga yang menilai produk itu bisa membunuh alam demokrasi yang sudah terbangun hingga
Warga Demo PLTU Batang di Jepang JEPANG - Proyek PLTU Muara Karang merupakan salah satu proyek yang tidak diwarnai penolakan masyarakat. Dua orang warga Kabupaten Batang menggelar kampanye di Jepang selama pekan ini untuk menolak pembangunan megaproyek PLTU di Batang. Megaproyek PLTU Batang itu senilai 4 miliar dolar AS atau sekitar Rp 40 triliun dan diklaim dapat mengurangi dampak krisis listrik Indonesia namun ditolak beberapa pihak karena dianggap dapat merusak lingkungan. “Yang diinginkan warga Batang bukan penundaan, tapi pembatalan pembangkit listrik tenaga batu bara ini,” kata aktivis Greenpeace, Arif Riyanto, kepada wartawan BBC Indone-
di pedesaan. “Saya senang jagongan (bercengkerama) dengan warga di mana saja, di warung-warung, dan tempat lain, mereka ngedumel soal Pilkada oleh DPRD,” papar Bupati Blora H Djoko Nugroho, Selasa (9/9). Menurut mantan Dandim Rembang kelahiran Cepu ini, jika akhirnya DPR RI mensahkan Pilkada dipilih oleh anggota DPRD, dia menilai ini sebuah langkah mundur, langkah yang jelas tidak baik, dan bisa dikatakan merampas hak-hak politik rakyat. Dia mengaku akan maju di Bersambung ke hal 7 kol 1
Menanti Hukuman Mati ’Menolak Lupa’ Kematian Munir JAKARTA Mahkamah Agung (MA) menolak per mohonan kasasi gembong narkoba Freddy Budiman. Alhasil hukuman mati ke pada Freddy tersebut te lah berkekuatan hukum tetap dan dapat diekse kusi. Freddy pun tinggal menanti hukuman mati. “Menolak permohonan kasasi Freddy Budiman alias Budi bin Nanang Hi dayat,” demikian lansir pa nitera MA dalam website nya, Selasa (9/9). Putusan MA itu diketok Senin (8/9) oleh ke tua majelis Dr Artidjo Al kostar de ngan ang gota Prof Dr Surya Jaya dan Bersambung ke hal 7 kol 1
Bersambung ke hal 7 kol 3
GEBYAR
Bisnis Parfum ARTIS Nadine Candraw inata tidak mau ke tinggalan dengan artis lain, dalam berbisnis parfum. Gadis yang hobi menye lam ini memberi nama par fumnya ‘Sea Gypsy’.
6
Laut tak laut jika belum Munir Langit tak langit jika belum Munir Alamat belum alamat jika belum Munir Surga belum surga jika belum Munir Apakah matamu sudah Munir? Apakah telingamu sudah Munir? Heiii.. Apakah mulutmu sudah Munir? Apakah otakmu sudah Munir? Apakah hatimu sudah Munir? Hukum tidak hukum jika belum Munir Bangsa belum bangsa jika belum Munir
Freddy Budiman Foto: Ant
SEPENGGAL puisi berjudul ‘Belum Munir’ karya budayawan Triyanto Triwikromo menjadi pembuka helatan Panggung Budaya Menolak Lupa yang digagas Koalisi Semarang untuk Munir di pelataran Gedung Notariat Kampus Undip Pleburan, Selasa (9/9) malam. “Semoga puisi tersebut bisa menjadi pengingat perjuangan almarhum Munir dalam membela Hak Asasi Manusia (HAM),” papar koordinator acara Anton Sudibyo, yang juga mewakili Triyanto dalam
membacakan puisi untuk sang pahlawan HAM tersebut. Kegiatan yang digelar malam tersebut, merupakan bagian dari Pekan Peringatan 10 Tahun Kematian Munir yang akan berlangsung hingga Kamis (11/9). Mengambil tema
‘Menolak Lupa’, puluhan seniman dan budayawan Semarang dan sekitarnya juga ikut ambil bagian dalam panggung budaya tersebut. Sebut saja penampilan muBersambung ke hal 7 kol 1
MENOLAK LUPA: Penampilan teater Emka dalam acara Pekan Peringatan 10 tahun Kematian Munir di panggung budaya Universitas Diponegoro Pleburan Semarang, Selasa (9/9). ■ Foto: Weynes
Dari Peringatan ke-31 Haornas
Prajurit Kumandangkan Mars, Titi Syarif Terima Obor Peringatan Hari Olahraga yang dipusatkan di Solo bukan saja melibatkan para atlet nasional untuk memeriahkannya, namun juga prajurit Kraton Surakarta. Para abdi dalem pun ikut unjuk kebolehan dalam Haornas kali ini. SEDIKITNYA 40 prajurit Kraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat muncul dari balik panggung yang dibangun di Stadion Sriwedari Solo. Diiringi suara genderang mengumandangkan mars khas, para prajurit keraton yang merupakan perwakilan antara lain dari bergodo Pranondo Anom, Sorogeni, Doropati dan Joyosutro ber-
baris ke tengah lapangan. Pada titik yang telah ditentukan tepatnya berjarak 30 meter dari panggung kehormatan, salah seorang prajurit berseragam merah maju ke depan sembari membawa obor. Selanjutnya tangkai obor yang pernah digunakan Pesta Olah Raga Nasional (PON) I tersebut diserahkan kepada atlet putri Titi Syarif Sudibyo. Dia adalah atlet lari yang pernah membawa obor PON I tahun 1948. Itulah acara awal yang menandai Puncak peringatan ke31 Hari Olahraga Nasional (Haornas) yang berlangsung di Stadion Sriwedari Solo. Kegiat-
an yang antrara lain dihadiri Wakil Presiden RI Boediono, Menteri Pemuda dan Olahraga Roy Suryo Nitiprojo, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, Walikota Surakarta FX Hadi Rudyatmo dan masyarakat, Selasa (9/9). Wapres Boediono menjelasBersambung ke hal 7 kol 3 BAWA OBOR: Prajurit Keraton Kasunanan Surakarta membawa obor yang merupakan pertanda dimulainya peringatan ke 31 Haornas 2014 di Stadion Sriwedari Solo. ■ Foto: Bagus Adji W