■ Jumat Legi ■ 13 Maret 2015
Harga Eceran Rp 2.000 Harga Langganan Rp 50.000
TAHUN KE-29 NO: 340 TERBIT 24 HALAMAN - ISSN 0215-3203
Kader Pusat Turun Gunung ■ Konferda DPD PDIP Jateng SEMARANG - Jelang pelaksanaan Konferensi Daerah (Konferda) Dewan Pimpinan Daerah (DPD) PDIP Jateng, banyak rumor kader dari pusat akan turun gunung menjadi pemimpin baru di kandang banteng Jateng. Meski demikian, rekomendasi hanya bisa diketahui saat Konferda terlaksana lantaran hal itu merupakan wewenang Dewan Pimpinan Pusat (DPP). Sekjen DPD PDIP Jateng Agustina Wilujeng mengatakan tidak tahu menahu siapa yang mendapatkan rekomendasi dari DPP untuk memimpin DPD. Pasalnya, skema Konferda sama dengan Konfercab dan akan dipimpin oleh DPP. Pelaksanaan Konferda dilakukan di Kantor DPD PDIP Jateng di Panti Marhaens Jalan Brigjen Soediarto, Sabtu (14/3) mendatang. “Saya gak tahu siapa yang dapat rekom. Dan kayaknya memang belum ada pemberita-
huan resmi kepada kita. Pemberitahuan resminya nanti saat kita melaksanakan Konferda. Skemanya sama dengan Konfercab (Konferensi DPC) itu kan, ada berita riuhrenda kalau kabupaten mana yang akan jadi ketua A,B, C. Oh, ternyata rekomendasinya keliru, bukan itu. Jadi belum ada,” terang anggota DPR itu saat dihubungi, Kamis (12/3). Agustina mengaku, meski banyak dukungan pada salah Bersambung ke hal 7 kol 3
11 Bocah WNI Ditangkap di Turki JAKARTA - Identitas 16 WNI yang diamankan di Turki masih belum jelas. Namun diketahui 11 dari 16 WNI itu adalah anak-anak. “(Anak-anak) banyak, jadi ada 1 laki-laki, 4 perempuan, dan 11 anak-anak,” ujar Menko Polhukam Tedjo Edhy di Istana Negara, Jl Veteran, Jakarta, Kamis (12/3). Tedjo menyebut nama-nama 16 WNI itu sudah dikantongi oleh BIN. Nama-nama itu sudah dipaparkan kepada Presiden Jokowi. “Ada di BIN, tadi
GEBYAR
2
Tak Bisa Tidur Nyenyak AKTRIS Olivia Jensen Lubis tengah menekuni dunia ran cang busana. Kegiatan terse but dilakoninya sejak tiga bulan terakhir. Ide datang de ngan sendirinya, sering kali sebelum tertidur.
SEMARANG SQUARE
17
AKP Hadi Serahkan Diri Didampingi Istri Berkat rayuan sang istri, akhirnya AKP Hadi Waka polsek Gunungpati, buronan dalam kasus penganiayaan dan perusakan mobil Kapol sek menyerahkan diri ke pe tugas Propam Polrestabes Rabu (11/3) pukul 22.15 WIB. Dari hasil pemeriksaan sementara, diketahui AKP Hadi selama jadi buronan bersembunyi di daerah Solo.
diungkapkan,” tuturnya. Tedjo mengatakan 16 WNI yang diamankan tersebut memiliki paspor. Namun 5 di antaranya tidak memiliki paspor yaitu anak-anak. Tedjo belum bisa menyimpulkan bahwa 16 WNI tersebut terindikasi jaringan atau ingin bergabung dengan ISIS. Pihaknya mengaku masih melakukan pendalaman. “Belum masih pendalaman. Tapi indikasinya kita seperti itu. Perempuan ke sana mau Bersambung ke hal 7 kol 1
DUKUNG EKSEKUSI: Pengunjuk rasa dari Gerakan Nasional Anti Narkotika (Granat) melakukan aksi teatrikal saat berunjuk rasa mendukung pelaksanaan eksekusi mati terhadap para terpidana kasus narkoba, di Semarang, Kamis (12/3). Mereka mendesak pihak kejaksaan untuk segera mengambil sikap tegas proses eksekusi mati. ■ Foto: Weynes
Eksekusi Mati Dituding Bertele-Tele SEMARANG - Pemerintah dianggap bertele-tele dalam melaksanakan eksekusi mati terhadap gembong narkoba. Intervensi dari berbagai pihak asing semestinya tak menghalangi RI untuk menegakkan kedaulatannya di bidang hukum. Jika masih terus mundur, maka masyarakat yang tergabung dalam Gerakan Nasional Anti Narkoba (Granat) yang akan menghakimi sendiri para terpidana mati. Menggelar aksi demonstrasi, para personel Granat melakukan orasi di sepanjang Jalan Pahlawan Semarang. Mereka
berhenti di depan gerbang kantor Kejaksaan Tinggi Jateng dan menyuarakan aspirasinya. Para pendemo menggambarkan kondisi eksekutor yang memegang pistol laras panjang, dan sang terpidana mati gembong narkoba yang diikat menggunakan tali. Terlihat berkali-kali sang eksekutor menodongkan pistol di kepala terpidana mati, sebagai gambaran dukungan pada Kejaksaan agar lebih berani menegakkan hukum. “Banci-banci banci jaksanya, jaksanya sekarang banci, jika tidak banci maka segera-
Jateng Siaga Korupsi, Diprediksi 2015 Meningkat SEMARANG - Provinsi Jateng menjadi “juara” atas terjadinya kasus tindak pidana korupsi yang terjadi selama 2014. Indonesia Corruption Watch (ICW) menyatakan, pada semester I 2014, Jateng menduduki peringkat kedua setelah Sumatera Utara dengan 22 kasus korupsi. Jumlah itu diprediksi terus meningkat pada 2015 seiring dinamika politik yang terjadi. Sekretaris KP2KKN Jateng, Eko Haryanto memperkirakan, predikat juara II bisa naik dan
Banyak cara untuk bisa memberikan motivasi motorik kepada anak-anak yang masih berusia di bawah lima tahun dalam proses belajar. Salah satunya yakni dengan metode tepuk tangan. Misalnya saja 100 jenis tepuk tangan yang barubaru ini diciptakan seorang guru asal Kota Tegal. ANEKA ragam tepuk tangan berhasil diciptakan dan dibuatkan dalam sebuah buku panduan hanya dalam waktu singkat. Pencetusnya yakni Rokillah Abdul Jamil, seorang pengajar di Kelompok Bermain (KB) Nurullah, Kelurahan Kejambon, Kecamatan Tegal Timur, Kota Tegal. Berawal dari melihat kebiasaan buruk anak didik yang susah diajak untuk belajar, wanita kelahiran Tegal itu tergugah
menjadi ladang korupsi seiring potensi terjadinya korupsi. “Data ICW merupakan data kami. Itu membuktikan bahwa Jateng siaga korupsi karena menjadi juara terjadinya korupsi. Di Pengadilan Tipikor Sema-
rang saja sudah banyak disidangkan kasusnya,” kata Eko kepada Wawasan, Kamis (12/3). Menurut Eko, angka terjadinya korupsi akan meningkat pada 2015 mendatang. Hal itu diprediksi terkait agenda politik Pilkada yang akan serentak digelar yang rawan ditunggangi. “Tahun 2015 di Jateng ada 21 Pilkada serentak. Ada kekhawatiran menumpangi program bansos, hibah, DAU, DAK terBersambung ke hal 7 kol 1
lah dieksekusi mati, jangan takut dengan negara asing, para bandar harus dieksekusi agar kedaulatan hukum kita terjaga”. Itulah yel-yel yang dinyanyikan para demonstran dengan membawa berbagai poster kecaman, terutama pada Pemerintah Australia yang dirudung isu merendahkan kedaulatan hukum RI. “Kalau Jaksa tidak mau mengeksekusi, biar rakyat yang membakar para bandarnya!,” teriak masa. Wakil Ketua Granat Kota Semarang Paulus Surono mengatakan, penguatan penegakan hukum di Indonesia
dikhawatirkan Granat di seluruh Indonesia. Pasalnya, pemerintah RI tak jua melaksanakan kapan pelaksanaan eksekusi mati para terpidana mati kasus narkoba. Bahkan, penundaan tersebut juga tanpa kejelasan dan dianggap tak transparan. “Kami akan terus mengawasi pelaksanaan esksekusi mati ini hingga terlaksana. Saya dan teman yang anti dengan narkoba akan mendukung pemerintah segera melaksanakan eksekusi mati terBersambung ke hal 7 kol 6
Gagal di Praperadilan, Jagal Sapi ke Komnas HAM PURWOKERTO - Setelah gugatan praperadilan atas penetapannya sebagai tersangka yang ditolak oleh Pengadilan Negeri (PN) Purwokerto, jagal sapi asal Kelurahan Berkoh, Kecamatan Purwokerto Selatan, Mukti Ali terus berupaya mencari keadilan. Bersama pengacanya, Djoko Susanto, Kamis (12/3), Mukti Ali mengadu ke Komnas HAM. Menurut Djoko kedatangannya ke Komnas HAM untuk meminta perlindungan hukum atas penetapan Mukti Ali sebagai tersangka kasus dana bantuan sosial (bansos) pengembangan sapi dari Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan. Penetapan tersangka ini dianggap mencederai rasa keadilan, sebab Mukti Ali yang dituduh telah menyalahgunakan wewenang, bukanlah seorang pejabat atau PNS dan juga bukan ketua kelompok tani yang menerima
bantuan. “Kita meminta perlindungan hukum kepada Komnas HAM, karena Mukti Ali tidak layak menjadi tersangka, dia bukan pejabat dan bukan ketua kelompok tani,” kata Djoko saat dihubungi. Pengaduan Mukti Ali ini diterima oleh petugas bagian pengaduan Komnas HAM, Unggul, dengan nomor pengaduan 99.651, tertanggal 12 Maret 2015. Lebih lanjut Djoko mengungkapkan, ditolaknya gugatan praperadilan di PN Purwokerto, tidak menyurutkan langkahnya untuk mencari keadilan. Dipilihnya Komnas HAM, dengan harapan lebih independen. Mengingat, pengadilan sebagai upaya mencari keadilan, ternyata mempunyai putusan yang berbeda, atas kasus yang serupa. Bersambung ke hal 7 kol 3
Warga Tegal Ciptakan 100 Jenis Tepuk Tangan
Upaya Membangkitkan Rasa Gembira Anak untuk bisa mencari sebuah solusi. Sebab, anak usia dini memang kerap berubah menjadi emosional saat diajak melakukan sesuatu hal yang dianggap tidak disenangi. Dengan tepuk tangan, maka bisa meningkatkan kebutuhan emosional seperti rasa gembira dan senang, serta membantu melatih ketrampilan motorik. Selain itu, tepuk tangan juga mampu meningkatkan integritas sosial anak dengan temantemannya. Dikatakan Rokillah, dalam usia 4-6 tahun merupakan masa peka yang penting bagi anak untuk mendapatkan pendidik-
an. Pengalaman yang diperoleh anak dari lingkungan, termasuk stimulasi yang diberi orang dewasa akan mempengaruhi kehidupan anak di masa yang akan datang. “Anak juga perlu dididik dalam suasana yang menyenangkan dan menggembirakan. Salah satu untuk memBersambung ke hal 7 kol 1 TEPUK TANGAN : Rokillah nampak memandu anak didiknya untuk mempraktikkan sebagian tepuk tangan yang tertuang dalam 100 macam kreasi tepuk tangan dan gubahan lagu anakanak. ■ Foto : Haikal-yan