■ Jumat Pahing ■ 25 September 2015 Harga Eceran Rp 2.000 Harga Langganan Rp 50.000
TAHUN KE-30 NO: 177
TERBIT 20 HALAMAN - ISSN 0215-3203
KORBAN MINA: Ratusan mayat jemaah haji berserakan setelah mereka berdesakan dan saling injak di Mina, saat akan melempar jumrah. Musibah ini menewaskan sekitar 717 jemaah haji. ■ Foto: dailymail
HOROR MINA TERULANG MINA - Untuk kesekian kalinya tragedi saling injak di Mina kembali terjadi dan mengakibatkan ratusan jemaah haji meninggal dunia. Sedikitnya 717 jemaah haji meninggal akibat musibah ini, namun untuk jemaah haji asal Indonesia tercatat hanya tiga orang yang menjadi korban. Jemaah haji Indonesia yang meninggal hingga berita ini diturunkan tercatat tiga orang. “Sampai pukul 16.00 waktu
Arab Saudi dapat diidentifikasi tiga WNI jemaah haji meninggal akibat musibah Mina,” kata Menteri Luar Negeri Retno LP
Marsudi, Kamis (24/9). Retno memaparkan dua identitas jemaah yang meninggal sudah terkonfirmasi, namun satu lagi belum. Jemaah haji yang meninggal tersebut Hamid Atwitarji (Laki-laki/Surabaya), Syaisiyah Syahril Abdul Gafar (Perempuan/Batam) dan seorang jemaah laki-laki yang belum diketahui identiBersambung ke hal 7 kol 3
Kapal Tabrak Perahu, 3 Nelayan Tewas 5 Hilang KENDAL Sedikitnya tiga nelayan tewas, setelah perahu yang mereka tumpangi ditabrak Kapal Expres 1 yang sedang menarik tongkang di perairan pulau Jawa sekitar 20 mil
dari Pantai Pilangsari Kecamatan Pa tebon, Kendal kemarin. Kapal nela yan yang mengangkut 19 ABK lang Bersambung ke hal 7 kol 1
Saat Larangan Kurban Sapi Mulai Luntur di Kudus
Dampak Pendatang dan Bentuk Perlawanan Mistik Orang Jawa dan ’Bada’ Besar Muhammad Adnan (Wakil Ketua PWNU Jateng) MENJELANG hari raya Idul Adha, seorang teman yang berasal dari Bangladesh, yang sedang menempuh program doktor di Fakultas Kedokteran Hiroshima University bercerita, di negaranya, hari raya Idul Adha dirayakan sangat meriah, melebihi kemeriahan hari raya Idul Fitri. Kemudian dia bertanya, “bagaimana deFoto: Dok ngan negara anda?” Saya jawab, “Di Indonesia, penyambutan terhadap hari raya Idul Adha memang tidak semeriah Idul Fitri, terutama jika diukur dari lalu lalangnya orang yang ingin bersilaturrahim karena memakai pakaian baru. Bersambung ke hal 7 kol 1
tiqomah, Desa Dersalam, Kecamatan Bae. Meski demikian, di beberapa tempat juga sudah mulai ditemui panitia kurban yang menyembelih hewan sapi sebagai kurban. Hanya saja, penyembelihan sapi sebagai hewan kurban tersebut biasanya itu dilakukan kaum pendatang atau di masjid dan mushala penganut ormas Muhammadiyah. Maesah Agni, pengurus Yayasan Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus (YM2SK), menyatakan meski sudah mulai luntur, namun sebagian besar masyarakat Kudus masih teguh memegang tradisi tersebut. Hal tersebut sebagai ben-
Larangan penyembelihan hewan sapi merupakan sebuah tradisi yang turun temurun dilakukan masyarakat Kudus sejak dulu. Termasuk saat perayaan Idul Adha 1436 H, Kamis (24/9), tradisi tersebut masih banyak dipegang teguh oleh masyarakat dengan tidak hewan kurban sapi, meskipun mulai ada yang kurban hewan sapi. PANTAUAN Wawasan, dominasi hewan kerbau sebagai hewan kurban selain kambing dengan mudah ditemui di hampir semua masjid dan mushala yang ada. ”Tahun ini kami memang menyembelih kerbau dan kambing untuk hewan kurban,” kata Widi, salah satu panitia kurban Masjid Is-
KURBAN: Suasana perayaan penyembelihan hewan kurban di Masjid Istiqomah, Dersalam, Kudus. ■ Foto: Ali Bustomi-yan
Bersambung ke hal 7 kol 3