l Sabtu Legi l 26 Januari 2019 TAHUN KE-33 NO: 250
Harga Eceran Rp 3.000 Harga Langganan Rp 70.000
MERAYAP: Lalulintas di jalur pantura Demak harus berjalan merayap agar tak terperosok lubang-lubang dalam yang muncul seiring datangnya genagan banjir.n Foto : sari jati-yan
Jembatan Rusak, Warga Bertaruh Nyawa
KAJEN - Jembatan Kalikeruh di Desa Luragung, Kecamatan Kandangserang, Kabupaten Pekalongan yang putus sejak pertengahan Februari 2018 hingga kini mangkraka karena tak kunjung diperbaiki. Akibatnya, masyarakat banyak yang mempertaruhkan nyawanya untuk melintasi puing-puing jembatan yang hancur di tengah Sungai Keruh untuk mempersingkat jarak tempuh dari Kabupaten Pemalang dan sebaliknya. Pasalnya, jika memutar melintasi Kota Kajen akan memakan waktu sekitar dua jam. Masyarakat yang nekat melintasi puing-puing jembatan sebagian besar merupakan petani di sekitar Kandangserang, tenaga pendidik, dan pelajar. Bersambung ke hal 7 kol 3
Banjir Pantura Demak Belum Surut DEMAK - Sepekan sudah banjir menggenangi jalur pantura Demak. Tepatnya di wilayah Sayung, jalur arah ke timur. Intensitas hujan yang cukup tinggi ditambah serbuan air rob yang tak kunjung surut, menjadikan para pengguna jalan nasional itu ekstra hati-hati agar tak terperosok lubanglubang yang muncul seiring terjadinya banjir.
Parahnya, lubang berbagai ukuran lebar dan kedalaman itu tak tampak oleh genangan banjir. Sehingga tak sedikit pula pengendara sepeda motor yang belum hafal atau tak mengetahui keberadaan lubang-lubang itu menjadi korban. Busroni, warga Desa Sriwulan Kecamatan Sayung mengaku, seringkali tak tega melihat korban
krcelakaan tunggal akibat terperosok lubang di jalur banjir itu. Maka itu kadang dia sengaja berdiri di pinggir jalan dekat rumahnya untuk memperingatkan para pengguna jalan agar lebih hati-hati dan tidak melaju terlalu ke pinggir kiri. “Sehari bisa dua sampai tiga Bersambung ke hal 7 kol 3
Bendera Hitam Dikibarkan, Nelayan Diminta Waspada
NAIKI TANGGA: Seorang guru honorer menaiki tangga setelah menyeberangi Sungai Kalikeruh untuk mempersingkat jarak menuju ke Pemalang, atau sebaliknya. n Foto: Hadi Waluyo-yan
Makin Lengket
NAMPAKNYA asmara Pevita Pearce dengan Ariel ‘NOAH’ semakin hari semakin lengket saja. Belum lama ini keduanya kepergok nonton film bareng. Hal tersebut terlihat di salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta. Ariel terlihat memakai celana panjang dipadu kaus putih. Sedangkan Pevita memakai dress dengan jaket terikat di pinggangnya. Keduanya terlihat sedang membeli makanan ringan sebelum masuk ke dalam bioskop. Meski hingga saat ini keduanya belum mau bicara tentang hubungannya, namun kedekatan keduanya sudah terlihat sejak beberapa waktu lalu. dtc-skh
PEMALANG - Sebuah bendera hitam tanda bahwa kondisi laut sedang berbahaya dan nelayan dihimbau untuk tidak melaut, mulai dipasang oleh pihak berwenang di Pantai Asemdoyong, Pemalang. Meski demikian ternyata masih ada nelayan yang tetap melaut walau sangat sedikit, Jumat (26/1). Kasatpolairud Polres Pemalang, AKP Sunardi, membenarkan jika bendera hitam merupakan himbauan bahwa laut dalam kondisi cuaca ekstrem dan tidak menentu, dan ini sudah dipahami oleh para nelayan. Untuk ketinggian gelombang saat ini antara 0,50-2,50 meter dengan kecepatan angin antara 15-20 knot. “Sedangkan cuaca tidak menentu cenderung pasang dan ombak, perkiraan akan terjadi hingga tanggal 27 Januari 2019 mendatang, karena itu untuk mengantisipasi segala kemung-
kinan nelayan diminta meningkatkan kewaspadaan,” himbaunya. Sementara itu Rusmanto (45) salah seorang nelayan warga Desa Asemdoyong Kecamatan Taman, menyatakan gelombang tinggi dan angin kencang memang sudah sejak lebih dari 5 hari terakhir terus terjadi. Bahkan perubahan cuaca terjadi dalam kurun waktu yang sangat singkat, sebab bisa seketika cerah namun tidak lama berubah menjadi mendung. “Memang masih ada nelayan yang terpaksa melaut karena keBersambung ke hal 7 kol 1 BENDERA HITAM: Bendera hitam dipasang di Pantai Asemdoyong Pemalang, sebagai tanda bahwa kondisi gelombang laut sedang tinggi disertai angin kencang. n Foto : Probo Wirasto-yan
Nyadran Gunung Silurah di Batang
Upaya Penguatan Kehidupan Sosial Masyarakat Meski diguyur hujan lebat tidak mengurangi antusias warga Desa Silurah, Kecamatan Wonotunggal, Kabupaten Batang, dalam melestarikan ritual budaya kirab Kebo Bule Ki Ageng Rogo Kusumo, Kamis (24/1). Selain Kebo Bule, masyarakat setempat juga mengarak hasil bumi dan seni tradisional mengelilingi desa tersebut sebagai rangkaian Nyadran Gunung Silurah 2019 yang berlangsung selama empat hari.
GELAR tradisi budaya sudah dimulai sejak Rabu (23/1) dengan gelaran seni tradisi kontemporer berupa gamelan Silurah, tari-
berbeda kalau setiap tahun hanya kambing yang disembelih, karena setiap tujuh tahun sekali menyembelih Kebo Bule setelah diarak keliling desa yang selan-
jutnya dilarung di Gunung Rogo Kusumo,” kata Kepala Desa Silurah Kodirin. Menurutnya, larungan sesaji ini memiliki tujuan yang konon dulunya secara turun temurun dipercaya dapat menambah keberkahan warga masyarakat desa, sehingga rezekinya lancar, warganya sehat dan menolak bala bencana. “Ini adat tradisi budaya yang setiap tahunnya kita uri-uri dan dilestarikan oleh masyarakat Desa Silurah, untuk mendukung tahun kunjungan wisata di Batang,” jelas Kodirin. Dijelaskan, di setiap tahunnya juga menyembelih kambing kendit yang berwarna putih tapi ada lingkaran warna hitam di badan kambing. Yang filosifinya hitam itu langgeng untuk meneruskan naluri, dan putih itu
KIRAB: Masyarakat Desa Silurah, Kecamatan Wonotunggal, Batang, menggelar tradisi kirab kebo bule, kemarin. n Foto: Hadi Waluyo-yan
Bersambung ke hal 7 kol 3
an Jaran Gribig, Jatimrajak, musikalisasi puisi, tari kontemporer, dan musik bambu. “Ini merupakan ritual budaya rutin tahunan, namun kali ini