l Selasa Wage l 29 Januari 2019 TAHUN KE-33 NO: 252
Harga Eceran Rp 3.000 Harga Langganan Rp 70.000
GUNAKAN PERAHU: Petani di Desa Gondoharum, Kecamatan Jekulo, Kudus memanen padi menggunakan perahu, karena area persawahannya terendam banjir, kemarin. n Foto: SM/Anton WH
Banjir Meluas, Pengungsi Bertambah Genangan Belum Surut, Balita Tewas Tenggelam
KUDUS – Banjir yang menerjang sejumlah desa di Kabupaten Kudus, mulai menelan korban. Muhammad Faisal Basri (3,5), bocah dari Dukuh Barisan, Desa Jatiwetan, Kecamatan Jati, diketemukan tewas kalap di genangan air banjir yang ada di sekitar rumahnya, Senin (28/1). Informasi yang dihimpun menyebutkan, korban ditemukan tanpa nyawa di kebun pisang di samping rumahnya. Menurut Zuafah (43), bibi korban, korban keluar rumah melalui pintu samping. Bocah yang diketahui hyperaktif tersebut diduga melompat pagar pintu yang dibuat orang tuanya, Bersambung ke hal 7 kol 1
Alih Fungsi Lahan Penyebab Banjir BATANG - Banjir yang melanda Kabupaten Batang tidak hanya diakibatkan curah hujan tinggi, tapi juga pendangkalan sungai yang berakibat meluapnya air karena tidak mampu menampung air. “Curah hujan tinggi dan pendangkalan sungai menjadi akibat banjir di Kota Batang,” kata Bupati Batang Wihaji usai meninjau warga paska banjir, Senin (28/1).
Bersambung ke hal 7 kol 1
SURUT: Banjir yang merendam sejumlah desa/kelurahan di Kabupaten Batang mulai surut di hari ketiga, kemarin. n Foto: Hadi Waluyo.
KAJEN - Banjir yang melanda wilayah Pantura Pekalongan meluas hingga Senin sore belum surut. Ribuan pengungsi masih bertahan di titik-titik pengungsian. Aktivitas perekonomian warga korban banjir nyaris lumpuh. Proses belajar mengajar di sejumlah sekolah pun belum berjalan normal.
M Nurkholis, warga Desa Jeruksari, Kecamatan Tirto, Kabupaten Pekalongan, kemarin sore, menuturkan, banjir yang merendam desanya belum juga surut. Menurutnya, masyarakat saat ini tidak bisa bekerja, karena lingkungannya terendam banjir.
Warga tidak bisa bepergian ke luar desa akibat kendaraan tidak bisa keluar. “Banjir belum juga surut. Masyarakat sama sekali tidak bisa bekerja. Di rumah pun tidak bisa memasak. Kami tidak Bersambung ke hal 7 kol 3
NAIK PERAHU: Warga Desa Jeruksari, Kecamatan Tirto, harus naik perahu milik nelayan yang dibawa ke perkampungan agar bisa menerabas banjir yang merendam desa itu, kemarin. Aktivitas perekonomian dan pendidikan di desa ini kemarin nyaris lumpuh. n Foto: Hadi Waluyo.
Money Laundry Rp 29 M, Kacab BPR Dibekuk CILACAP - Polres Cilacap berhasil mengungkap kasus money laundry (pencucian uang –red) di salah satu Bank Perkreditan Rakyat (BPR) swasta di Cilacap. Dari pengungkapan ini, dibekuk dua orang tersangka. Satu tersangka merupakan kepala cabang dan satunya berstatus sebagai direktur di bank tersebut. Dalam pers rilis Senin (28/1) siang kemarin, Kapolres AKBP Djoko Julianto menegaskan, pencucian uang yang dilakukan oleh kedua tersangka bermodus kredit fiktif. “Jadi keduanya menggunakan ratusan dokumen milik masyarakat yang dijadikan agunan peminjaman uang di bank tempatnya bekerja. Oleh kedua tersangka, dokumen tersebut kembali digunakan untuk pengajuan kredit secara fiktif. Bersambung ke hal 7 kol 3
MONEY LAUNDRY: Kapolres menunjukan barang bukti kasus money laundry di bank swasta Cilacap dengan dua tersangka. Foto: ady purwadi
Pasca Jembatan Sungai Keruh Ambruk
Pelajar Terpaksa Harus Terobos Arus Deras
Perjuangkan Musisi
PENYANYI Andien memandang makna RUU Permusikan sebagai calon peraturan yang akan mengatur segala sesuatu mengenai musik. Menurut dia, seharusnya RUU tersebut tak hanya disusun oleh para dewan, namun juga oleh para musisi. “RUU Permusikan sebenarnya sudah dirancang sejak tahun lau dan tata cara kelolanya itu memang harus dari kami, para musisi, sebenarnya. Bagaimana kita bisa, dalam tanda kutip, menyejahterakan musisi dan membuat musisi menjadi profesi yang menjadikan,” tuturnya dia. n Dtc-jie
n Aktivitas Ekonomi Lumpuh
Jembatan di Desa Plompong, Kecamatan Sirampog, Brebes, putus beberapa hari lalu. Para pelajar dan warga terpaksa menyeberangi sungai agar bisa ke sekolah. Mereka pun bertaruh nyawa karena harus menerjang derasnya arus Sungai Keruh.
Foto: kpl
SEBELUM melewati Sungai Keruh, para pelajar harus melepas sepatu dan kaos kaki agar tidak basah. Satu per satu, mereka menyeberangi sungai ini dengan dipandu warga. Beberapa dari mereka menyeberang dengan cara bergerombol dengan warga yang me-
ngetahui alur sungai agar tidak terjebak ke dasar sungai yang dalam. Perjuangan mereka belum selesai karena harus menaiki tangga darurat. Satu per satu pelajar ini harus antre memanjat anak tangga agar bisa mengga-
pai badan jembatan. Riski (17) pelajar SMK Muhamadiyah Plompong mengaku, arus deras Sungai Keruh membuatnya khawatir. Arus air yang sangat deras dan bisa menghanyutkan orang yang melewatinya.
NAIK TANGGA: Para pelajar menaiki tangga darurat. Satu per satu pelajar ini harus antre memanjat anak tangga agar bisa menggapai badan jembatan. Aktivitas seperti mereka lakukan tiap berangkat dan pulang sekolah. n Foto:detik
“Lebih baik minta bantuan warga yang bisa memandu agar tidak terjebak arus deras,” ujar Riski saat pulang sekolah Senin (28/1) sore. Menurut pelajar ini, perlu nyali yang besar untuk menyeberangi arus sungai. Mengingat banjir bandang bisa menerjang secara tiba tiba. “Kami minta segera dibangun jembatan atau paling tidak jembatan darurat yang aman,” sambungnya. Dijelaskan pula, kondisi arus sungai ini sering berubah setiap saat tergantung kondisi cuaca. Jika terjadi banjir pada sore hari saat pulang sekolah, warga harus menempuh jalur yang lebih jauh dengan memutar melalui Bumiayu dan Paguyangan. Hal serupa dikemukakan oleh Rifai, pengajar di sebuah sekolah di Desa Plompong. Setiap hari Bersambung ke hal 7 kol 3