2 minute read
PERKEMBANGAN EKONOMI SIRKULAR
"Padaakhir Matahari akan mengembang dan menelan Bumi. Manusia harus pergi ke Mars. Ini pasti akan terjadi tetapi tidak dalam waktu dekat," kata Elon dikutip dari Daily Mail, Selasa (21/9/2021). Narasi ini seumpamanya sudah mewakili dengan bahasa sederhana mengapa perlu dilakukannya circular economy yang selanjutnya kita sebut sebagai ekonomi sirkular. Penarikan kesimpulan pertama adalah perlunya strong why dari narasi tersebut. Jawaban akhir dari “mengapa” adalah Bumi sudah tidak layak huni lagi dalam beberapa tahun ke depan.
Ini adalah inklusi serius yang seharusnya tidak hanya diketahui oleh para praktisi lingkungan dan pemerintahan, namun harus diketahui oleh segala lapisan kehidupan bermasyarakat karena ujung simpul dari ketidaklayakan hunian Bumi adalah pasca kerusakan lingkungan akibat residu manusia. Berdasarkan publikasi resmi dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mengungkapkan hasil residu atau sampah di Indonesia mencapai 175.000 ton per harinya. Itu adalah angka fantastis di negeri yang katanya ramah lingkungan ini.
Advertisement
Berdasarkan hal itulah, prinsip ekonomi linier dari produksi, gunakan, dan buang sudah tidak relevan lagi atas problematika yang ada. Di sinilah asal muasal diksi ekonomi sirkular muncul sebagai solusi dari realisasi problematika lingkungan. Meskipun sebelumnya, konsep 3R atau reduce, reuse, recycle sudah sering menjadi slogan yang dibumikan sampai lapisan terbawah masyarakat, ternyata hanya menjadi idealisme sementara* jika hanya ada acara tertentu saja.
Orang dewasa apalagi anak muda semakin tidak peduli dengan konsep yang ada. Jangankan untuk melakukan 3R, membuang puntung rokok saja masih sembarangan apalagi dengan bungkus makanan yang sering tercecer di samping jalan. Parahnya lagi setiap melihat kolam air, insting alamiah masyarakat menganggapnya sebagai tempat pembuangan sampah. Dimaktub dari travel.detik.com berdasar pantauan detikJabar, Rabu (8/2/2023) siang, sampah plastik masih ditemukan berceceran di Masjid Al Jabbar. Danau yang menambah nilai estetis masjid malah menjadi salah satu sarang sampah yang mencapai total 1,9 ton.
Praktik-praktik regenerasi lingkungan mulai harus digencarkan lagi dengan metode yang beradaptasi dengan kemajuan zaman. Tercetus konsep green environment di mana kata green dimaksudkan untuk mewakili pelestarian lingkungan. Pembaharuan kata ini disambut oleh banyak pihak dan terlihat semakin banyak acara kepemudaan atau nasional yang mengangkat masalah lingkungan, di mana salah satunya RDK
UGM atau Ramadhan di Kampus UGM membawa tema acara “Green Ramadhan” dengan konsep zerowaste menyeluruh.
Pada 25 September 2021, Kementerian
Koordinator Bidang Perekonomian Republik
Indonesia mendorong Ekonomi Sirkular bagi pencapaian nationally determined contribution indonesia. Hal tersebut diberitakan melalui
Siaran Pers HM.4.6/298/SET.M.EKON.3/09/2021. yang menyatakan bahwa Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk melakukan pemulihan ekonomi nasional dengan melakukan transformasi ekonomi ke arah yang lebih “hijau” atau yang sering disebut ekonomi sirkular.
Selain dapat meningkatkan pertumbuhan PDB Indonesia, dengan menerapkan konsep ini diharapkan dapat menghasilkan 4,4 juta tambahan lapangan pekerjaan.
Sejak tahun 2010 hingga 2019 berhasil dicatat sebanyak 895 perusahaan yang telah meraih Green Industry Award dan sebanyak 1.707 industri juga telah mendapatkan sertifikasi blue dan gold dalam Program Penilaian Peningkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan (PROPER). Hal tersebut berdampak pada pengurangan gas rumah kaca hingga mencapai 93,83 juta ton dan pengurangan polutan mencapai 50,59 juta ton. Transisi ini menemui banyak tantangan yaitu diantaranya kapasitas kelembagaan serta akses finansial dan teknologi yang diperlukan untuk melakukan pengembangan teknologi hijau. Transformasi tersebut diperkirakan membutuhkan investasi modal tahunan sebesar Rp. 308 triliun.
Guna untuk mendukung perkembangan ekonomi sirkular di Indonesia, maka Pemerintah melalui Kementerian Perindustrian menerbitkan Konsep Industri Hijau yang memiliki Dasar Hukum UU No.3 Tahun 2014 tentang industri. Peraturan tersebut masuk kedalam Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) yang mengacu pada Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia No.14 Tahun 2015. Saat ini perkembangan dari RIPIN sudah memasuki tahap II (2020-2024) dengan sasaran untuk meningkatkan kompetitivitas dan ramah lingkungan menuju Indonesia negara industri. Rancangan tersebut akan dilanjutkan pada tahap ketiga pada 2025-2035 mendatang.
Perkembangan ekonomi sirkular di Indonesia berhasil membawa dampak positif termasuk mengurangi sampah hingga 50% pada 2030 yang berasal dari sektor makanan, minuman, konstruksi, elektronik, tekstil, dan plastik. Kelima sektor tersebut memberikan kontribusi sebesar Rp. 593 triliun dalam nilai ekonomi. Kombinasi peningkatan dari kegiatan sirkular dan biaya produksi yang rendah merupakan hal yang ingin dihasilkan akibat penerapan ekonomi sirkular.