2 minute read
RE-THINKING
Product Design Innovation for Circular Economy
Dalam menghadapi permasalahan lingkungan dalam lingkup global, sebagian besar perusahaan besar di dunia mulai mengambil tindakan dalam mengubah rantai pasok (supply chain), dimulai dari proses produksi hingga ke konsumen, sehingga dapat mengurangi limbah produksi.
Advertisement
Gambar diambil dari voltafuturepositive.com
Perubahan tersebut dilakukan sesuai dengan prinsip ekonomi sirkular (circular economy). Selain mengurangi limbah, ekonomi sirkular mampu menciptakan keberlanjutan ekonomi dan mendorong keuntungan perusahaan.
Berikut merupakan contoh inovasi yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan brand ternama dan perusahaan-perusahaan lain yang dalam menginisiasi design thinking sebagai bentuk penerapan circular economy.
IKEA’S BUYBACK AND RESALE PROGRAM
Sebagai salah satu perusahan penjual perabotan rumah terbesar di dunia sejak awal abad ke-21, IKEA mulai menjalankan buyback and resale program sebagai langkah circular economy. Dalam toko ini, akan dijual perabotan IKEA yang telah digunakan, tetapi masih layak pakai sebagai usaha dalam meraih target iklim tahun 2030.
Head of Sustainability, Jonas Carlehed berkata kepada Reuters bahwa “Kami melakukan penyesuaian besar-besaran, mungkin yang terbesar yang pernah dilakukan IKEA, dan salah satu kunci untuk mencapai target iklim 2030 adalah membantu pelanggan kami mengelola dan memperpanjang umur produk mereka.”
Perusahaan ini juga baru-baru ini melakukan buy-back scheme (skema pembelian kembali). Perusahaan akan memberikan voucher sebagai imbalan atas pengembalian furnitur yang sudah tidak terpakai dan barang-barang lainnya. Akan tetapi, skema tersebut harus ditunda di beberapa lokasi karena pandemi.
Circular Hub, bagian IKEA yang menjual barang-barang bekas.
Gambar diambil dari ikea.com
Thousand Fell Recycling Incentives
Thousand Fell telah terkenal sebagai produsen yang sadar lingkungan dengan menciptakan sepatu ramah lingkungan, seperti bahan sabut kelapa, tebu, dan plastik daur ulang. Saat ini, berafiliasi dengan TerraCycle dan UPS, Thousand Fell telah menciptakan insentif daur ulang khusus. Konsumen dapat mengembalikan sepatu dari
Thousand Fell yang sudah tidak terpakai kepada produsen. Thousand Fell kemudian akan mendaur ulang sepatu tersebut dan memberikan insentif sebesar $20 yang dapat dipakai untuk membeli sepatu baru.
ADIDAS AND ALLBIRDS COLLABORATION: A LOW-CARBON SNEAKER FEATURING RECYCLED MATERIAL
Perusahaan sepatu veteran, Adidas, dan sustainable upstart, Allbirds, berkolaborasi dalam menciptakan sepatu dengan produksi karbon rendah (low-carbon performance shoe). Setiap pasang sepatu diklaim memproduksi emisi karbon dioksida kurang dari 6,5 pound (setara 2,95 kg karbon dioksida), dibandingkan dengan produksi karbon dioksida sepatu rata-rata sekitar 30 pound (setara 13,6 kg), dan menerapkan konsep circular economy. Desainer sepatu yang terlibat mempertimbangkan pola dan efisiensi manufaktur untuk mengurangi limbah selama perakitan dan bersumber dari bahan yang dapat terurai dan bahan daur ulang yang berimplikasi pada jejak karbon yang lebih rendah.
Reusable Fast Food Packaging By Burger King
Makanan yang dibawa pulang (takeaway meal) memiliki tantangan berat terhadap permasalahan lingkungan. Walaupun begitu, Burger King memberikan solusi dengan menciptakan kemasan makanan yang dapat digunakan kembali (reusable package), berkolaborasi dengan app Loop. Inovasi ini akan mengenakan biaya pelanggan sebesar £1 deposit untuk menggunakan kemasan tersebut, tetapi dengan menggunakan aplikasi dan fitur return points, pengguna dapat memperoleh uangnya kembali.
5 Vinted
Vinted memberikan akses kepada konsumen online untuk membeli dan menjual pakaian bekas yang masih layak pakai. Menampilkan diri mereka sebagai teladan dalam circular fashion dan e-commerce, Vinted telah berkembang pesat sejak kemunculan pertama mereka pada tahun 2008. Aplikasi ini telah berinteraksi dengan 45 juta pengguna secara global dan Tim Vinted sendiri telah berkembang hingga 700 karyawan lebih. Ketertarikan konsumen di seluruh dunia terhadap pakaian bekas terus meningkat akibat pandemi, yang mendorong konsumen untuk mencari barang lewat online.