Manusia Terbesar yang pernah hidup. Siapakah Dia?

Page 1

TOKOH TERBESAR

b

TOKOH TERBESAR

SEPANJANG MASA

gt-IN


TOKOH

TERBESAR

SEPANJANG MASA


˘1991

WATCH TOWER B IBLE AND T RACT S OCIETY OF P ENNSYLVANIA Hak Cipta Dilindungi Tokoh Terbesar Sepanjang Masa

Penerbit

SAKSI-SAKSI Y EHUWA I NDONESIA Jakarta, Indonesia

Cetakan 2008 Publikasi ini tersedia sebagai bagian dari pekerjaan pendidikan Alkitab sedunia yang ditunjang oleh sumbangan sukarela. Kutipan-kutipan ayat diambil dari Alkitab Terjemahan Baru terbitan Lembaga Alkitab Indonesia, kecuali bila disebutkan yang lain The Greatest Man Who Ever Lived Made in Japan Dibuat di Jepang

Indonesian (gt-IN)


Daftar Isi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26

Berita-Berita dari Surga Dihormati Sebelum Lahir Lahirnya Orang yang Mempersiapkan Jalan Hamil Tetapi Belum Menikah Kelahiran Yesus—Di Mana dan Bilamana? Anak Perjanjian Yesus dan Para Ahli Nujum Luput dari Seorang yang Lalim Kehidupan Keluarga Yesus yang Mula-Mula Perjalanan ke Yerusalem Yohanes Mempersiapkan Jalan Baptisan Yesus Belajar dari Pencobaan-Pencobaan yang Dialami Yesus Murid-Murid Yesus yang Pertama Mukjizat Yesus yang Pertama Gairah untuk Ibadat Yehuwa Mengajar Nikodemus Yohanes Makin Berkurang, Yesus Makin Bertambah Mengajar Seorang Wanita Samaria Mukjizat Kedua Pada Waktu di Kana Dalam Sinagoge di Kota Asal Yesus Empat Murid Dipanggil Lebih Banyak Mukjizat di Kapernaum Alasan Yesus Datang ke Bumi Iba Hati Kepada Seorang Penderita Kusta Pulang ke Kapernaum


27 Matius Dipanggil 28 Pertanyaan Mengenai Puasa 29 Melakukan Perbuatan Baik Pada Hari Sabat 30 Menjawab Para Penuduhnya 31 Memetik Biji-bijian Pada Hari Sabat 32 Apa yang Diperbolehkan Pada Hari Sabat? 33 Menggenapi Nubuat Yesaya 34 Memilih Rasul-Rasulnya 35 Khotbah Paling Masyhur Sepanjang Masa 36 Iman yang Besar dari Seorang Perwira 37 Yesus Menghibur Seorang Janda 38 Apakah Yohanes Kurang Iman? 39 Yang Sombong dan yang Rendah Hati 40 Pelajaran Mengenai Belas Kasihan 41 Pusat Pertentangan 42 43 44 45 46 47

Yesus Menghardik Orang-Orang Farisi Mengajar Dengan Perumpamaan Meredakan Badai yang Mengerikan Tak Disangka Menjadi Murid Ia Menyentuh Jubah Yesus Air Mata Berubah Menjadi Kegembiraan Luar Biasa

48 Meninggalkan Rumah Yairus dan Kembali Mengunjungi Nazaret 49 Perjalanan Pengabaran yang Lain di Galilea 50 Persiapan Menghadapi Penganiayaan 51 Pembunuhan Sewaktu Pesta Ulang Tahun 52 Yesus Secara Mukjizat Memberi Makan Ribuan Orang 53 Pemimpin Adi-Manusiawi yang Didambakan


54 “Roti yang Benar dari Sorga� 55 Banyak Murid Berhenti Mengikuti Yesus 56 Apa yang Menajiskan Orang? 57 Belas Kasihan Terhadap Orang yang Menderita 58 Roti dan Ragi 59 Siapa Sebenarnya Yesus? 60 Pertunjukan Kemuliaan Kerajaan Kristus 61 Anak Laki-Laki yang Kerasukan Disembuhkan 62 Pelajaran Mengenai Kerendahan Hati 63 Nasihat Lebih Jauh untuk Mengoreksi 64 Pelajaran Dalam Hal Mengampuni 65 Perjalanan Diam-Diam ke Yerusalem 66 Pada Perayaan Tabernakel 67 Mereka Gagal Menangkap Dia 68 69 70 71 72 73 74

Pengajaran Lebih Jauh Tentang Hari Ketujuh Pertanyaan Mengenai Siapa yang Menjadi Bapak Menyembuhkan Pria yang Buta Sejak Lahir Orang Farisi Sengaja Tidak Mau Percaya Yesus Mengutus 70 Murid Orang Samaria Bertindak Sebagai Sesama Nasihat Bagi Marta, dan Pengajaran Mengenai Berdoa

75 76 77 78 79 80

Sumber Kebahagiaan Makan Bersama Seorang Farisi Soal Warisan Bersiaplah! Suatu Bangsa Hilang, Tetapi Tidak Seluruhnya Kandang Domba dan Sang Gembala

81 Upaya-Upaya Selanjutnya untuk Membunuh Yesus


82 Yesus Sekali Lagi ke Yerusalem 83 Dijamu Oleh Seorang Farisi 84 Tanggung Jawab Sebagai Murid 85 Mencari yang Hilang 86 Kisah Anak yang Hilang 87 Menyiapkan Diri untuk Masa Depan Dengan Hikmat yang Praktis 88 Orang Kaya dan Lazarus 89 Misi Belas Kasihan ke Yudea 90 Harapan Kebangkitan 91 Ketika Lazarus Dibangkitkan 92 Sepuluh Penderita Kusta Disembuhkan Pada Perjalanan Yesus Terakhir ke Yerusalem 93 Apabila Anak Manusia Dinyatakan 94 Perlunya Doa dan Kerendahan Hati 95 Pelajaran Mengenai Perceraian dan Kasih Kepada Anak-Anak 96 Yesus dan Seorang Pemimpin Muda yang Kaya 97 Pekerja-Pekerja di Kebun Anggur 98 Murid-Murid Bertengkar Seraya Kematian Yesus Mendekat 99 Yesus Mengajar di Yerikho 100 Perumpamaan Mengenai Mina 101 Di Betania, di Rumah Simon 102 Kristus Berkemenangan Memasuki Yerusalem 103 Mengunjungi Bait Lagi 104 Suara Allah Terdengar Ketiga Kalinya 105 Permulaan Hari yang Menentukan


106 Disingkapkan Melalui Perumpamaan Kebun Anggur 107 Perumpamaan Tentang Perjamuan Kawin 108 Mereka Gagal Menjerat Yesus 109 Yesus Mencela Para Penentangnya 110 Pelayanan di Bait Selesai 111 Tanda Hari-Hari Terakhir 112 Paskah Terakhir Bagi Yesus Sudah Dekat 113 Kerendahan Hati Pada Paskah Terakhir 114 Perjamuan Malam Suatu Peringatan 115 Timbul Pertengkaran 116 Mempersiapkan Para Rasul untuk Kepergiannya 117 Penderitaan Batin di Taman 118 Pengkhianatan dan Penangkapan 119 Dibawa ke Hanas, Kemudian ke Kayafas 120 121 122 123 124 125 126

Penyangkalan di Halaman Di Hadapan Sanhedrin, Kemudian ke Pilatus Dari Pilatus ke Herodes dan Kembali Lagi “Lihatlah Pria Itu!” Diserahkan dan Dibawa Pergi Penderitaan di Tiang “Sungguh, Orang Ini Adalah Anak Allah”

127 128 129 130 131 132

Dikubur Hari Jumat—Hari Minggu Kuburan Kosong Yesus Hidup! Menampakkan Diri Lagi Di Laut Galilea Penampakan Diri Terakhir, dan Pentakosta 33 M. Di Sebelah Kanan Allah

133 Yesus Menyelesaikan Semua yang Allah Perintahkan


Tokoh Terbesar Sepanjang Masa

D

APATKAH seseorang tanpa diragukan disebut sebagai tokoh terbesar sepanjang masa? Bagaimana saudara mengukur kebesaran seorang tokoh? Berdasarkan kecerdasan militernya? kekuatan fisiknya? keberanian mentalnya? Sejarawan H. G. Wells berkata bahwa kebesaran seorang tokoh dapat diukur berdasarkan ‘apa yang ia tinggalkan untuk bertumbuh, dan apakah ia menggerakkan orang-orang lain untuk mulai memikirkan gagasan-gagasan segar dengan kekuatan yang terus bertahan sepeninggal dia.’ Walaupun bukan seorang Kristiani, Wells mengakui: “Berdasarkan tes ini Yesus berada di tempat pertama.” Iskandar Agung, Charlemagne (bergelar “Agung” bahkan pada masa hidupnya), dan Napoleon Bonaparte adalah penguasa-penguasa yang sangat kuat. Karena penampilan mereka yang hebat, pengaruh mereka sangat besar atas orangorang yang mereka pimpin. Namun demikian, Napoleon dilaporkan pernah berkata: “Kristus Yesus telah mempengaruhi dan memerintah rakyat-Nya tanpa kehadiran-Nya secara jasmani.” Melalui pengajarannya yang dinamis serta cara hidupnya yang selaras, Yesus telah memberikan pengaruh yang sangat kuat atas kehidupan manusia selama hampir dua ribu tahun. Sebagaimana dengan tepat dinyatakan oleh seorang penulis: “Semua tentara yang pernah dikerahkan, semua angkatan laut yang pernah dibangun, semua dewan perwakilan rakyat yang pernah bersidang, dan semua raja yang pernah memerintah, meskipun digabung menjadi satu, tidak pernah memberikan pengaruh yang sedemikian kuat atas kehidupan manusia di atas bumi ini.” Seorang Tokoh Sejarah Namun, anehnya, beberapa orang berkata bahwa Yesus tidak pernah hidup—bahwa ia, sebetulnya, hanya karang-


an orang-orang abad pertama. Dalam menjawab orang-orang yang skeptis tersebut, sejarawan yang dihormati Will Durant menjelaskan: “Jika benar bahwa beberapa orang bersahaja dalam suatu generasi telah menciptakan tokoh yang pribadinya begitu berpengaruh dan menarik, etikanya yang begitu luhur dan pandangan jauh ke depan mengenai persaudaraan umat manusia yang begitu membangkitkan semangat, tentulah hal itu merupakan suatu mukjizat yang jauh lebih sulit dipercaya daripada mukjizat mana pun yang dicatat dalam Injil.” Tanyalah diri sendiri: Dapatkah seorang tokoh yang tidak pernah hidup mempengaruhi sejarah umat manusia dengan begitu hebat? Karya referensi The Historians’ History of the World menyatakan: “Bahkan dari pandangan yang semata-mata bersifat duniawi, dampak historis kegiatan-kegiatan [Yesus] lebih penting daripada perbuatan-perbuatan pribadi mana pun yang pernah hidup dalam sejarah. Suatu era baru, yang diakui oleh peradaban-peradaban utama dunia, mulai dihitung sejak tanggal kelahirannya.” Ya, pikirkanlah hal ini. Bahkan kalender dewasa ini didasarkan pada tahun yang dianggap sebagai tahun kelahiran Yesus. “Tanggal-tanggal sebelum tahun tersebut ditulis sebagai S.M., atau Sebelum Masehi,” jelas The World Book Encyclopedia. “Tanggal-tanggal setelah tahun tersebut ditulis sebagai A.D., atau anno Domini (dalam tahun Tuhan kita).” Meskipun demikian, para kritikus, menegaskan bahwa segala sesuatu yang benar-benar kita ketahui tentang Yesus hanya ditemukan dalam Alkitab. Tidak ada catatan lain dari zaman itu mengenai dia, kata mereka. Bahkan H. G. Wells menulis: “Para sejarawan Roma kuno mengabaikan Yesus sama sekali; ia tidak meninggalkan kesan apa pun dalam catatan sejarah pada zamannya.” Akan tetapi, apakah benar demikian? Meskipun referensi-referensi mengenai Kristus Yesus oleh para sejarawan duniawi yang mula-mula sangat sedikit, referensi demikian sebenarnya ada. Cornelius Tacitus, seorang sejarawan Roma abad pertama yang dihormati, menulis: “Nama [Kristen] berasal dari kata Kristus, yang dieksekusi oleh


prokurator Pontius Pilatus sewaktu pemerintahan Tiberius.” Suetonius dan Pliny Muda, para penulis Roma lainnya pada waktu itu, juga menyebut tentang Kristus. Di samping itu, Flavius Josephus, seorang sejarawan Yahudi abad pertama, menulis tentang Yakobus, yang ia nyatakan sebagai “adik lakilaki Yesus, yang disebut Kristus.” Jadi The New Encyclopædia Britannica menyimpulkan: “Catatan-catatan yang independen ini membuktikan bahwa di zaman kuno bahkan para penentang Kekristenan tidak pernah meragukan fakta sejarah tentang Yesus, yang diperdebatkan mula-mula dan dengan alasan-alasan yang tidak memadai pada akhir abad ke-18, selama abad ke-19, dan pada permulaan abad ke-20.” Akan tetapi, pada dasarnya, segala sesuatu yang diketahui tentang Yesus dicatat oleh pengikut-pengikutnya yang hidup di abad pertama. Laporan mereka terpelihara dalam Injil —buku-buku Alkitab yang ditulis oleh Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes. Apa yang dikatakan oleh catatan-catatan ini sehubungan dengan identitas Yesus? Sesungguhnya, Siapa Dia? Rekan-rekan Yesus pada abad pertama mempertimbangkan pertanyaan tersebut. Ketika mereka menyaksikan Yesus secara mukjizat meredakan angin ribut di laut dengan satu hardikan, mereka bertanya-tanya keheranan: “Siapa gerangan orang ini? ” Kemudian, pada kesempatan lain, Yesus bertanya kepada rasul-rasulnya: “Apa katamu, siapakah Aku ini? ” —Markus 4:41; Matius 16:15. Jika pertanyaan itu diajukan kepada saudara, apa jawaban saudara? Apakah Yesus memang Allah? Kebanyakan orang dewasa ini berkata demikian. Akan tetapi, rekan-rekannya tidak pernah menganggap bahwa ia adalah Allah. Tanggapan rasul Petrus atas pertanyaan Yesus adalah: “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup.”—Matius 16:16. Yesus tidak pernah menyatakan dirinya sebagai Allah, tetapi mengakui bahwa ia adalah Mesias yang dijanjikan, atau


Kristus. Ia juga berkata bahwa ia adalah “Anak Allah,” bukan Allah. (Yohanes 4:25, 26; 10:36) Namun, Alkitab tidak mengatakan bahwa Yesus adalah seorang manusia biasa saja seperti yang lainnya. Ia adalah pribadi yang sangat istimewa karena ia diciptakan oleh Allah sebelum segala sesuatu yang lain. (Kolose 1:15) Selama bermiliar-miliar tahun, bahkan sebelum seluruh jagad raya diciptakan, Yesus telah hidup sebagai pribadi roh di surga dan menikmati pergaulan yang akrab dengan Bapaknya, Allah Yehuwa, Pencipta yang Agung.—Amsal 8:22, 27-31. Kemudian, kira-kira dua ribu tahun yang lalu, Allah memindahkan kehidupan Putra-Nya ke dalam rahim seorang wanita, dan Yesus menjadi putra manusiawi Allah, dilahirkan oleh seorang wanita sebagaimana biasa. (Galatia 4:4) Ketika Yesus berkembang dalam rahim dan sewaktu ia bertumbuh sebagai anak laki-laki, ia bergantung kepada mereka yang dipilih Allah untuk menjadi orang-tuanya di bumi. Akhirnya Yesus mencapai kedewasaan, dan ia dikaruniai ingatan penuh berkenaan pergaulannya sebelumnya dengan Allah di surga. —Yohanes 8:23; 17:5. Apa yang Membuatnya Terbesar? Karena Yesus dengan cermat meniru Bapak surgawinya, ia menjadi tokoh terbesar sepanjang masa. Sebagai Putra yang setia, Yesus meniru Bapaknya dengan begitu saksama sehingga ia dapat berkata kepada para pengikutnya: “Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa.” (Yohanes 14:9, 10) Dalam setiap situasi di bumi, ia bertindak tepat seperti cara Bapaknya, Allah Yang Mahakuasa. “Aku tidak berbuat apa-apa dari diriKu sendiri,” jelas Yesus, “tetapi Aku berbicara tentang hal-hal, sebagaimana diajarkan Bapa kepadaKu.” (Yohanes 8:28) Jadi bila kita mempelajari kehidupan Kristus Yesus, kita sebenarnya sedang memperoleh gambaran yang jelas mengenai pribadi Allah. Oleh sebab itu, walaupun rasul Yohanes mengakui bahwa “tidak seorangpun yang pernah melihat Allah,” ia tetap dapat


menulis bahwa “Allah adalah kasih.” (Yohanes 1:18; 1 Yohanes 4:8) Yohanes dapat menulis demikian karena ia memahami kasih Allah melalui apa yang ia lihat dalam diri Yesus, yang adalah pencerminan yang sempurna dari Bapaknya. Yesus berbelas kasihan, ramah, rendah hati, dan mudah didekati. Orang yang lemah dan tertekan merasa tenang berada di dekatnya, demikian pula orang-orang dari berbagai golongan —pria, wanita, anak-anak, kaya, miskin, yang berkuasa, bahkan yang banyak dosanya. Hanya mereka yang berhati jahat tidak menyukainya. Tentu, Yesus tidak hanya mengajar pengikut-pengikutnya untuk saling mengasihi satu sama lain, tetapi ia memperlihatkan caranya kepada mereka. “Seperti Aku telah mengasihi kamu,” katanya, “demikian pula kamu harus saling mengasihi.” (Yohanes 13:34) Mengenal “kasih Kristus,” jelas salah seorang rasulnya, “melampaui segala pengetahuan.” (Efesus 3:19) Ya, kasih yang Kristus perlihatkan jauh lebih tinggi daripada pengetahuan akademis dan “memaksa” orang-orang lain untuk menanggapinya. (2 Korintus 5:14, NW) Jadi, khususnya, keunggulan teladan kasih Yesus itulah yang membuatnya menjadi tokoh terbesar sepanjang masa. Kasihnya telah menyentuh hati jutaan orang selama berabad-abad dan telah memberi pengaruh yang baik dalam kehidupan mereka. Namun demikian, bisa jadi beberapa orang menyanggah: ‘Lihatlah semua kejahatan yang dilakukan atas nama Kristus —Perang Salib, Inkuisisi, dan perang-perang yang di dalamnya jutaan orang yang mengaku Kristen saling membunuh di medan pertempuran.’ Akan tetapi, sebenarnya orang-orang ini mengingkari pernyataan mereka sendiri sebagai pengikut Yesus. Ajaran dan cara hidupnya mengutuk tindakan-tindakan mereka. Bahkan seorang yang beragama Hindu, Mohandas Gandhi, terdorong untuk berkata: ‘Saya mengasihi Kristus, tetapi saya memandang rendah orang Kristiani karena mereka tidak hidup seperti Kristus.’


Manfaat Dengan Belajar Tentang Dia Dewasa ini jelas tidak ada bidang penelitian yang lebih penting daripada penelitian tentang kehidupan dan pelayanan Kristus Yesus. “Marilah kita melakukannya dengan mata tertuju kepada Yesus,” desak rasul Paulus. “Ingatlah selalu akan Dia.” Dan Allah sendiri memberi perintah mengenai PutraNya: “Dengarkanlah Dia.” Buku Tokoh Terbesar Sepanjang Masa justru akan membantu saudara untuk melakukan hal tersebut.—Ibrani 12:2, 3; Matius 17:5. Suatu upaya telah dibuat untuk mempersembahkan setiap kejadian dalam kehidupan Yesus di bumi yang dikemukakan dalam keempat Injil, termasuk khotbah-khotbah yang ia sampaikan dan ilustrasi-ilustrasi serta mukjizat-mukjizatnya. Sejauh mungkin, segala sesuatu dituturkan mengikuti urutan kejadiannya. Pada akhir tiap pasal ada daftar ayat-ayat Alkitab yang menjadi dasar pasal tersebut. Saudara dianjurkan untuk membaca ayat-ayat ini dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang disediakan. Seorang ilmuwan dari Universitas Chicago menyatakan baru-baru ini: “Lebih banyak yang ditulis mengenai Yesus dalam dua puluh tahun belakangan ini daripada dua ribu tahun sebelumnya.” Akan tetapi, ada kebutuhan yang mendesak untuk secara pribadi mempertimbangkan uraian Injil, sebagaimana dinyatakan The Encyclopædia Britannica: “Banyak sarjana modern menjadi begitu asyik dengan teori-teori yang saling bertentangan mengenai Yesus dan Injil sehingga lalai untuk menyelidiki sendiri sumber-sumber yang mendasar ini.” Setelah mempertimbangkan uraian Injil dengan teliti tanpa prasangka, kami rasa saudara akan setuju bahwa peristiwa-peristiwa terbesar dalam sejarah umat manusia terjadi semasa pemerintahan kaisar Roma, Agustus, pada waktu Yesus dari Nazaret tampil dengan maksud untuk menyerahkan kehidupannya demi kepentingan kita.


AH

LAUT T ENG

A

Nazaret

Kapernaum

Kaisarea Filipi

G. Hermon

Tiberias

LAUT GALILEA

L E AKhorazim I L Betsaida

Nain

Kana

G

K A N A A N

Tirus

Sidon

D

EK


Betania

Betfage

YUDEA

Betlehem

Yerusalem

Yerikho

LAUT MATI

U

NEGERI YANG DIJALANI YESUS

E A R E

Emaus

Efraim

SA MA RIA

Arimatea

S u n g a i Yo r d a n

Sikhar Sumur Yakub

P

G. Gerizim

IS OL P A


1

Berita-Berita dari Surga

ELURUH Alkitab, sebenarnya, merupakan berita dari surga, yang disediakan oleh Bapak surgawi untuk mengajar kita. Akan tetapi, dua berita istimewa disampaikan hampir 2.000 tahun yang lalu oleh seorang malaikat yang “melayani Allah.” Namanya Gabriel. Mari kita meninjau keadaan pada waktu terjadinya kedua kunjungan yang penting ini ke bumi. Ketika itu tahun 3 S.M. Di perbukitan Yudea, mungkin tidak terlalu jauh dari Yerusalem, ada seorang imam dari Yehuwa bernama Zakharia. Ia sudah tua, demikian pula istrinya, Elisabet. Mereka tidak mempunyai anak. Zakharia mendapat giliran untuk berdinas sebagai imam di bait Allah di Yerusalem. Tiba-tiba Gabriel muncul di sebelah kanan mezbah pembakaran dupa. Zakharia sangat ketakutan. Akan tetapi, Gabriel menenangkan dia dan berkata, “Jangan takut, hai Zakharia, sebab doamu telah dikabulkan dan Elisabet, isterimu, akan melahirkan seorang anak laki-laki bagimu dan haruslah engkau menamai dia Yohanes.” Gabriel selanjutnya mengatakan bahwa Yohanes “akan besar di hadapan Tuhan [“Yehuwa,” NW]” dan ia akan “menyiapkan bagi Tuhan [“Yehuwa,” NW] suatu umat yang layak bagiNya.” Akan tetapi, Zakharia tidak dapat mempercayainya. Kelihatannya begitu mustahil bahwa pada usia setua itu, ia dan Elisabet dapat mempunyai anak. Maka Gabriel memberitahukan kepadanya: “Engkau akan menjadi bisu dan tidak dapat berkata-kata sampai kepada hari, di mana semuanya ini terjadi, karena engkau tidak percaya akan perkataanku yang akan nyata kebenarannya pada waktunya.” Nah, sementara itu, orang-orang di luar heran mengapa Zakharia begitu lama berada dalam bait. Ketika ia akhirnya keluar, ia tidak dapat berbicara dan hanya dapat memberi isyarat-isyarat dengan tangannya, sehingga mengertilah mereka bahwa ia telah mendapat suatu penglihatan. Setelah Zakharia menyelesaikan masa dinasnya di bait, ia pulang. Tidak lama kemudian hal itu benar-benar terjadi—Elisabet mengandung! Sementara menantikan kelahiran anaknya, Elisabet mengurung diri di rumah selama lima bulan.

S


Kemudian Gabriel menampakkan diri lagi. Kepada siapa ia berbicara? Ternyata kepada seorang wanita muda yang belum menikah bernama Maria dari kota Nazaret. Berita apa yang ia sampaikan kali ini? Dengarkan! “Engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah,” kata Gabriel kepada Maria. “Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus.” Gabriel menambahkan: “Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi; . . . dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan KerajaanNya tidak akan berkesudahan.” Kita dapat yakin bahwa Gabriel merasa mendapat hak istimewa untuk menyampaikan berita-berita ini. Selain itu, seraya kita membaca lebih banyak tentang Yohanes dan Yesus, kita akan melihat lebih jelas lagi mengapa berita-berita dari surga ini begitu penting. 2 Timotius 3:16; Lukas 1:5-33. ˇ Dua berita penting apa disampaikan dari surga? ˇ Siapa yang menyampaikan berita-berita, dan kepada siapa berita itu disampaikan? ˇ Mengapa berita-berita itu begitu sulit untuk dipercaya?


2

Dihormati Sebelum Lahir ETELAH malaikat Gabriel mengatakan kepada wanita muda, Maria, bahwa ia akan melahirkan seorang bayi laki-laki yang akan menjadi raja untuk selama-lamanya, Maria bertanya: “Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami [“tidak pernah berhubungan dengan seorang pria,” NW]?” “Roh Kudus akan turun atasmu,” Gabriel menjelaskan, “dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah.” Untuk membantu Maria percaya akan beritanya, Gabriel melanjutkan: “Dan sesungguhnya, Elisabet, sanakmu itu, iapun sedang mengandung seorang anak laki-laki pada hari tuanya dan inilah bulan yang keenam bagi dia, yang disebut mandul itu. Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil.” Maria mempercayai perkataan Gabriel. Lalu bagaimana reaksinya? “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan [“Yehuwa,” NW],” kata Maria. “Jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” Segera setelah Gabriel pergi, Maria menyiapkan diri dan

S


pergi mengunjungi Elisabet, yang tinggal dengan suaminya, Zakharia, di daerah Yudea yang bergunung-gunung. Dari rumah Maria di Nazaret, perjalanannya kira-kira tiga atau empat hari. Ketika Maria akhirnya tiba di rumah Zakharia, ia masuk dan memberi salam. Pada saat itu, Elisabet dipenuhi dengan roh suci, dan ia berkata kepada Maria: “Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu. Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku? Sebab sesungguhnya, ketika salammu sampai kepada telingaku, anak yang di dalam rahimku melonjak kegirangan.� Ketika mendengar hal ini, Maria bersyukur


dengan sepenuh hati: “Jiwaku memuliakan Tuhan [“Yehuwa,” NW], dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku, sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hambaNya. Sesungguhnya, mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia, karena Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku.” Walaupun kepadanya diperlihatkan perkenan, namun Maria menujukan semua kehormatan kepada Allah. “NamaNya adalah kudus,” katanya, “dan rahmatNya turun-temurun atas orang yang takut akan Dia.” Maria terus memuliakan Allah melalui nyanyian bersifat nubuat yang terilham, dengan mengatakan: “Ia memperlihatkan kuasaNya dengan perbuatan tanganNya dan menceraiberaikan orang-orang yang congkak hatinya; Ia menurunkan orang-orang yang berkuasa dari takhtanya dan meninggikan orang-orang yang rendah; Ia melimpahkan segala yang baik kepada orang yang lapar, dan menyuruh orang yang kaya pergi dengan tangan hampa; Ia menolong Israel, hambaNya, karena Ia mengingat rahmatNya, seperti yang dijanjikanNya kepada nenek moyang kita, kepada Abraham dan keturunannya untuk selama-lamanya.” Maria tinggal bersama Elisabet kira-kira tiga bulan lamanya, dan pasti ini merupakan bantuan besar selama minggu-minggu terakhir dari kehamilan Elisabet. Suatu hal yang baik sekali bahwa kedua wanita yang setia ini, yang masing-masing mengandung anak dengan bantuan Allah, dapat berkumpul bersama pada masa-masa bahagia dari kehidupan mereka! Apakah saudara memperhatikan kehormatan yang diberikan kepada Yesus bahkan sebelum ia dilahirkan? Elisabet menyebutnya “Tuhanku,” dan anaknya yang belum lahir melonjak kegirangan ketika Maria datang untuk pertama kali. Di lain pihak, orang-orang lain kemudian memperlakukan Maria dan anaknya yang masih akan dilahirkan dengan tidak hormat, seperti yang akan kita lihat. Lukas 1:26-56. ˇ Apa yang dikatakan Gabriel untuk membantu Maria mengerti bagaimana ia akan menjadi hamil? ˇ Bagaimana Yesus dihormati sebelum ia dilahirkan? ˇ Apa yang Maria katakan melalui nyanyian yang bersifat nubuat dalam memuliakan Allah? ˇ Berapa lama Maria tinggal bersama Elisabet, dan mengapa cocok bahwa Maria tinggal dengan Elisabet pada waktu itu?


3

E

Lahirnya Orang yang Mempersiapkan Jalan

LISABETmendekati saat untuk melahirkan. Selama tiga bulan terakhir, Maria tinggal bersama dia. Namun, kini Maria sudah harus pulang dan menempuh perjalanan jauh kembali ke Nazaret. Kira-kira enam bulan lagi ia juga akan melahirkan. Tidak lama setelah Maria pergi, Elisabet melahirkan. Alangkah bahagianya ketika semua berjalan dengan baik dan Elisabet beserta bayinya dalam keadaan sehat! Ketika Elisabet memperlihatkan bayinya kepada tetangga-tetangga dan sanak keluarga, mereka semua turut bersukacita. Hari kedelapan setelah kelahirannya, menurut Taurat Allah, anak laki-laki di Israel harus disunat. Pada kesempatan ini teman-teman dan sanak keluarga datang berkunjung. Mereka mengatakan agar anak tersebut dinamai menurut bapaknya, Zakharia. Namun


Elisabet berkata dengan terus terang. “Jangan,” katanya, “ia harus dinamai Yohanes.” Ingat, itulah nama yang harus diberikan kepada anak itu seperti yang dikatakan malaikat Gabriel. Akan tetapi, teman-temannya membantah: “Tidak ada di antara sanak saudaramu yang bernama demikian.” Lalu dengan bahasa isyarat, mereka bertanya kepada bapaknya nama apa yang akan diberikan kepada anak itu. Zakharia meminta sebuah batu tulis, lalu menulis: “Namanya adalah Yohanes.” Mereka semuanya menjadi heran. Seketika itu juga, secara mukjizat Zakharia dapat berbicara lagi. Saudara tentu ingat bahwa ia menjadi bisu ketika ia tidak percaya kepada pemberitahuan malaikat bahwa Elisabet akan mendapat anak. Nah, ketika Zakharia berbicara, semua orang yang tinggal di sekitarnya menjadi heran dan berkata kepada diri mereka: “Menjadi apakah anak ini nanti? ” Zakharia kemudian penuh dengan roh kudus, dan ia dengan gembira berkata: “Terpujilah Tuhan, Allah Israel, sebab Ia melawat umatNya dan membawa kelepasan baginya, Ia menumbuhkan sebuah tanduk keselamatan bagi kita di dalam keturunan Daud, hambaNya itu.” “Tanduk keselamatan” ini, pasti memaksudkan Tuhan Yesus, yang akan dilahirkan kemudian. Melalui dia, Zakharia berkata, Allah akan ‘melepaskan kita dari tangan musuh, agar dapat beribadah kepadaNya tanpa takut, dalam kekudusan dan kebenaran di hadapanNya seumur hidup kita.’ Kemudian Zakharia bernubuat berkenaan anaknya, Yohanes: “Dan engkau, hai anakku, akan disebut nabi Allah Yang Maha-


tinggi; karena engkau akan berjalan mendahului Tuhan untuk mempersiapkan jalan bagiNya, untuk memberikan kepada umatNya pengertian akan keselamatan yang berdasarkan pengampunan dosa-dosa mereka, oleh rahmat dan belas kasihan dari Allah kita, dengan mana Ia akan melawat kita, Surya pagi dari tempat yang tinggi, untuk menyinari mereka yang diam dalam kegelapan dan dalam naungan maut untuk mengarahkan kaki kita kepada jalan damai sejahtera.� Sementara itu, Maria, yang rupanya masih belum menikah, sampai di rumahnya di Nazaret. Apa yang akan terjadi atas dirinya apabila mulai nyata bahwa ia sudah mengandung? Lukas 1:56-80; Imamat 12:2, 3.

ˇ ˇ ˇ ˇ

Berapa selisih umur Yohanes dari Yesus? Peristiwa-peristiwa apa terjadi ketika Yohanes berumur delapan hari? Bagaimana Allah mengalihkan perhatiannya kepada umat-Nya? Pekerjaan apa yang dinubuatkan akan dilakukan oleh Yohanes?


4

M

Hamil Tetapi Belum Menikah

ARIA sudah tiga bulan hamil. Saudara tentu ingat bahwa selama awal kehamilannya ia tinggal di rumah Elizabet, tetapi kini ia telah pulang kembali ke Nazaret. Tidak lama lagi keadaannya akan diketahui umum di kota kediamannya. Ia benar-benar dalam keadaan yang menyedihkan! Yang membuat keadaan lebih buruk ialah Maria telah bertunangan dan akan menjadi istri dari Yusuf, seorang tukang kayu. Maria juga tahu bahwa, di bawah hukum Allah kepada orang Israel, seorang wanita yang telah bertunangan dengan seorang pria, tetapi dengan sukarela mengadakan hubungan seksual dengan pria lain, harus dirajam sampai mati. Bagaimana ia dapat menjelaskan kehamilannya kepada Yusuf? Karena Maria telah pergi selama tiga bulan, kita dapat merasa pasti bahwa Yusuf ingin sekali bertemu dengannya. Ketika mereka bertemu, kemungkinan besar Maria menyampaikan berita ini kepada Yusuf. Ia mungkin berusaha menjelaskan sebaik-baiknya bahwa ia hamil melalui roh suci Allah. Akan te-


tapi, seperti dapat saudara bayangkan, ini suatu hal yang sangat sulit dipercaya oleh Yusuf. Yusuf tahu Maria mempunyai reputasi yang baik. Selain itu, tampaknya ia sangat mencintainya. Namun, meskipun apa yang telah Maria katakan, kelihatannya ia benar-benar hamil karena seorang pria. Meskipun demikian, Yusuf tidak ingin Maria dirajam sampai mati atau dipermalukan di hadapan umum. Maka ia memutuskan untuk diam-diam menceraikannya. Pada zaman itu, orang yang bertunangan dianggap seperti sudah menikah, dan mengakhiri pertunangan harus dengan perceraian. Belakangan, ketika Yusuf masih mempertimbangkan persoalan ini, ia ketiduran. Malaikat Yehuwa menampakkan diri kepadanya dalam mimpi dan mengatakan: “Janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus. Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umatNya dari dosa mereka.” Ketika Yusuf bangun, betapa bersyukurnya ia! Tanpa menunda ia berbuat tepat seperti diperintahkan malaikat. Ia membawa Maria ke rumahnya. Tindakan di depan umum ini sebenarnya, merupakan upacara perkawinan, pemberitahuan bahwa Yusuf dan Maria kini sudah resmi menikah. Akan tetapi, Yusuf tidak bersetubuh dengan Maria selama ia mengandung Yesus. Lihat! Maria sudah hamil tua, namun Yusuf menaruhnya di atas seekor keledai. Ke mana mereka pergi, dan mengapa mereka mengadakan perjalanan meskipun Maria sudah hampir melahirkan? Lukas 1:39-41, 56; Matius 1:18-25; Ulangan 22:23, 24. ˇ Bagaimana perasaan Yusuf ketika ia mengetahui tentang kehamilan Maria, dan mengapa? ˇ Bagaimana Yusuf dapat menceraikan Maria sedangkan mereka belum menikah? ˇ Tindakan di depan umum apa merupakan upacara perkawinan dari Yusuf dan Maria?


5

P

Kelahiran Yesus —Di Mana dan Bilamana?

ENGUASA dari Kerajaan Roma, Kaisar Agustus, mengeluarkan keputusan agar setiap orang harus kembali ke kota kelahirannya untuk didaftarkan. Maka Yusuf pergi ke tempat kelahirannya, kota Betlehem. Banyak orang ada di Betlehem untuk mendaftarkan diri, dan satu-satunya tempat yang dapat diperoleh Yusuf dan Maria untuk bermalam ialah sebuah kandang. Di sinilah, di tempat keledai-keledai dan hewan-hewan lainnya, Yesus dilahirkan. Maria membungkusnya dengan kain lampin dan menaruhnya dalam palungan, tempat makanan hewan-hewan. Pasti dengan petunjuk Allah bahwa Kaisar Agustus mengeluarkan undang-undang untuk pendaftaran ini. Dengan demikian Yesus dapat dilahirkan di Betlehem, kota yang lama sebelumnya telah dinubuatkan dalam Alkitab akan menjadi tempat kelahiran dari penguasa yang dijanjikan. Benar-benar suatu malam yang penting! Di luar di padang rumput, suatu cahaya yang cemerlang memancar di sekeliling sekelompok gembala. Ini adalah kemuliaan Yehuwa! Kemudian malaikat Yehuwa memberi tahu mereka: “Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud. Dan inilah tandanya bagimu: Kamu akan menjumpai seorang bayi dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan.” Dan tiba-tiba tampaklah bersama-sama dengan malaikat itu sejumlah besar bala tentara sorga yang memuji Allah, katanya: “Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepadaNya.” Ketika para malaikat pergi, gembala-gembala itu berkata satu sama lain: “Marilah kita pergi ke Betlehem untuk melihat apa


yang terjadi di sana, seperti yang diberitahukan Tuhan kepada kita.� Mereka cepat-cepat berangkat dan menjumpai Yesus tepat di tempat yang telah dikatakan malaikat itu. Ketika para gembala menceritakan apa yang dikatakan malaikat kepada mereka, semua yang mendengarnya merasa takjub. Maria menyimpan semua perkataan itu dan merenungkannya dalam hati. Dewasa ini banyak orang percaya bahwa Yesus dilahirkan pada tanggal 25 Desember. Namun, bulan Desember adalah musim dingin, yang banyak hujan di Betlehem. Para gembala tidak akan berada di luar di padang pada malam hari dengan kawanan domba mereka pada bulan itu. Selain itu, Kaisar Roma kemungkinan besar tidak akan meminta rakyat yang sudah cenderung memberontak kepadanya untuk mengadakan perjalanan seperti itu dalam musim dingin guna mendaftarkan diri. Jelaslah Yesus dilahirkan kira-kira awal musim gugur (Oktober). Lukas 2:1-20; Mikha 5:1. ˇ Mengapa Yusuf dan Maria mengadakan perjalanan ke Betlehem? ˇ Peristiwa yang menakjubkan apa terjadi pada malam ketika Yesus dilahirkan? ˇ Bagaimana kita tahu bahwa Yesus bukan dilahirkan pada tanggal 25 Desember?


6

Y

Anak Perjanjian

USUF dan Maria tidak kembali ke Nazaret, tetapi tetap tinggal di Betlehem. Dan ketika Yesus berumur delapan hari, ia disunat, sebagaimana diperintahkan Taurat Allah kepada Musa. Rupanya ini juga merupakan tradisi untuk memberikan nama kepada bayi laki-laki pada umur delapan hari. Maka mereka menamai anak mereka Yesus, seperti yang dikatakan oleh malaikat Gabriel sebelumnya. Satu bulan lebih berlalu, dan Yesus berumur 40 hari. Ke mana orang-tuanya membawa dia sekarang? Ke bait di Yerusalem, yang hanya beberapa kilometer dari tempat mereka tinggal. Menurut Taurat Allah kepada Musa, 40 hari setelah melahirkan anak laki-laki, seorang ibu diwajibkan untuk mempersembahkan korban pentahiran di bait. Itulah yang dilakukan Maria. Sebagai persembahan korbannya, ia membawa dua ekor burung kecil. Ini menyingkapkan keadaan ekonomi dari Yusuf dan Maria. Taurat Musa menunjukkan bahwa seekor kambing jantan yang jauh lebih tinggi nilainya daripada unggas, harus dipersembahkan. Akan tetapi, jika seorang ibu tidak mampu, cukup menyediakan dua ekor burung tekukur atau burung merpati. Di bait seorang pria yang lanjut usia mengambil Yesus ke dalam pelukannya. Ia bernama Simeon. Allah telah menyingkapkan kepadanya bahwa ia tidak akan mati sebelum melihat Kristus atau Mesias yang dijanjikan Yehuwa. Ketika Simeon pergi ke bait pada hari itu, ia dibimbing oleh roh suci kepada anak yang digendong oleh Yusuf dan Maria. Seraya menggendong Yesus, Simeon mengucap syukur kepada Allah, dengan berkata: “Sekarang, Tuhan, biarkanlah hambaMu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firmanMu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari padaMu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa, yaitu terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umatMu, Israel.� Yusuf dan Maria heran ketika mendengar hal ini. Kemudian Simeon memberkati mereka dan berkata kepada Maria bahwa putranya “ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan


banyak orang di Israel� dan bahwa kesedihan, akan menembus jiwa Maria, seperti sebilah pedang yang tajam. Pada kesempatan inilah hadir Hana, seorang nabi wanita berumur 84 tahun. Sebenarnya, ia tidak pernah meninggalkan bait. Saat itu juga ia mendekat dan mulai memberikan ucapan syukur kepada Allah dan berbicara tentang Yesus kepada semua orang yang ingin mendengarkan. Betapa bahagianya Yusuf dan Maria atas peristiwa-peristiwa yang berlangsung di bait! Pastilah, semuanya ini terutama meneguhkan bahwa anak tersebut adalah Pribadi Yang Dijanjikan Allah. Lukas 2:21-38; Imamat 12:1-8. ˇ Kapan menurut tradisi seorang anak laki-laki di Israel diberi nama? ˇ Apa yang dituntut dari seorang ibu Israel pada waktu putranya berumur 40 hari, dan bagaimana keadaan ekonomi Maria terungkap pada waktu memenuhi kewajiban ini? ˇ Siapa yang mengenali identitas Yesus pada peristiwa ini, dan bagaimana mereka menunjukkan hal ini?


7

B

Yesus dan Para Ahli Nujum

EBERAPA pria datang dari Timur. Mereka adalah para ahli nujum—orang-orang yang mengaku dapat menafsirkan posisi bintang-bintang. Pada waktu berada di tempat tinggal mereka di Timur, mereka melihat sebuah bintang baru, dan mereka mengikutinya sepanjang ratusan kilometer ke Yerusalem. Ketika para ahli nujum itu sampai di Yerusalem, mereka bertanya: “Di manakah Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami telah melihat bintangNya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia.” Sewaktu Raja Herodes di Yerusalem mendengar hal ini, ia sangat marah. Jadi ia memanggil imam-imam kepala dan menanyakan tempat Kristus dilahirkan. Dengan mendasarkan jawaban mereka atas Alkitab, mereka berkata: “Di Betlehem.” Mendengar itu, Herodes menyuruh para ahli nujum datang menghadap dan memberi tahu mereka: “Pergi dan selidikilah dengan seksama hal-hal mengenai Anak itu dan segera sesudah kamu menemukan Dia, kabarkanlah kepadaku supaya akupun datang menyembah Dia.” Namun, sebenarnya, Herodes ingin menemukan anak itu untuk membunuhnya! Setelah mereka berangkat, suatu hal yang menakjubkan terjadi. Bintang yang telah mereka lihat ketika mereka berada di Timur mendahului mereka. Jelas, ini bukan bintang biasa, tetapi secara khusus diberikan untuk membimbing mereka. Para ahli nujum itu


terus mengikutinya sampai bintang itu berhenti tepat di atas rumah tempat Yusuf dan Maria menginap. Ketika para ahli nujum itu memasuki rumah tersebut, mereka mendapatkan Maria bersama anaknya, Yesus. Melihat hal itu mereka semua sujud di hadapannya. Setelah itu mereka mengeluarkan dari kantong mereka hadiah-hadiah berupa emas, kemenyan, dan mur. Kemudian, ketika mereka akan kembali dan memberi tahu Herodes tempat anak itu berada, mereka diperingatkan oleh Allah dalam mimpi agar jangan berbuat demikian. Jadi mereka pulang ke negeri mereka melalui jalan lain. Menurut saudara siapakah yang menyediakan bintang yang bergerak di langit untuk membimbing para ahli nujum? Ingat, bintang itu tidak membimbing mereka langsung kepada Yesus di Betlehem. Sebaliknya, mereka dibawa ke Yerusalem tempat mereka bertemu dengan Raja Herodes, yang ingin membunuh Yesus. Selain itu, ia tentu akan melakukan hal itu jika Allah tidak campur tangan dan memperingatkan para ahli nujum untuk tidak memberi tahu Herodes. Ternyata musuh Allah, Setan si Iblislah, yang ingin agar Yesus dibunuh, dan ia menggunakan bintang itu dalam Matius 2:1-12; Mikha 5:1. upaya melaksanakan maksudnya. ˇ Apa buktinya bahwa bintang yang dilihat para ahli nujum bukan bintang biasa? ˇ Di manakah Yesus ketika para ahli nujum menemukannya? ˇ Mengapa kita tahu bahwa Setan yang menyediakan bintang itu untuk membimbing para ahli nujum tersebut?


8

Luput dari Seorang yang Lalim

Y

USUF membangunkan Maria untuk menyampaikan berita yang penting kepadanya. Malaikat Yehuwa baru saja menampakkan diri kepadanya dan berkata: “Bangunlah, ambillah Anak itu serta ibuNya, larilah ke Mesir dan tinggallah di sana sampai Aku berfirman kepadamu, karena Herodes akan mencari Anak itu untuk membunuh Dia.� Segera, mereka bertiga melarikan diri. Sungguh tepat waktu karena Herodes mendengar bahwa ahli-ahli nujum telah menipu dia dan meninggalkan negeri itu. Ingat, mereka seharusnya kembali untuk mengabarkan kepadanya jika mereka menemukan Yesus. Herodes marah sekali. Jadi dalam upaya membunuh Yesus, ia memberi perintah untuk membunuh semua anak laki-laki di Betlehem dan distrik di sekitarnya yang berumur dua tahun ke bawah. Perhitungan umur ini didasarkan atas keterangan yang ia dapatkan sebelumnya dari ahli-ahli nujum yang datang dari negeri Timur. Pembantaian atas semua bayi laki-laki itu benar-benar suatu pemandangan yang mengerikan! Tentara-tentara Herodes memasuki tiap rumah. Bila mereka menemukan seorang bayi lakilaki, mereka merampasnya dari pelukan ibunya. Kita tidak


tahu berapa banyak bayi yang mereka bunuh, namun tangisan dan ratapan yang pedih dari ibu-ibu menggenapi suatu nubuat dalam Alkitab oleh nabi Allah, Yeremia. Sementara itu, Yusuf dan keluarganya tiba dengan selamat di Mesir, dan mereka kini tinggal di sana. Akan tetapi, pada suatu malam malaikat Yehuwa sekali lagi menampakkan diri kepada Yusuf dalam sebuah mimpi. “Bangunlah, ambillah Anak itu serta ibuNya,” kata malaikat itu, “dan berangkatlah ke tanah Israel, karena mereka yang hendak membunuh Anak itu, sudah mati.” Jadi sebagai penggenapan dari nubuat Alkitab yang lain yang mengatakan bahwa Putra Allah akan dipanggil dari Mesir, keluarga itu kembali ke tanah air mereka. Rupanya Yusuf bermaksud untuk menetap di Yudea, tempat mereka tinggal di kota Betlehem sebelum mereka lari ke Mesir. Namun ia mendengar bahwa putra Herodes yang jahat, Arkhelaus kini menjadi raja di Yudea, dan dalam sebuah mimpi yang lain ia diingatkan oleh Yehuwa akan bahayanya. Jadi Yusuf dan keluarganya pergi ke utara dan menetap di kota Nazaret di Galilea. Di sini, dalam masyarakat ini, jauh dari pusat kehidupan agama Yahudi, Yesus dibesarkan. Matius 2:13-23; Yeremia 31:15; Hosea 11:1. ˇ Ketika ahli-ahli nujum itu tidak kembali, hal yang mengerikan apa dilakukan Raja Herodes, tetapi bagaimana Yesus dilindungi? ˇ Ketika kembali dari Mesir, mengapa Yusuf tidak tinggal lagi di Betlehem? ˇ Nubuat-nubuat Alkitab mana digenapi selama jangka waktu ini?


9

K

Kehidupan Keluarga Yesus yang Mula-Mula

ETIKA Yesus bertambah besar di Nazaret, kota itu kecil dan tidak penting. Letaknya di daerah berbukit yang disebut Galilea, tidak jauh dari Lembah Yizreel yang indah. Ketika Yesus, mungkin berumur kira-kira dua tahun, dibawa ke sini dari Mesir oleh Yusuf dan Maria, ia rupanya putra satusatunya dari Maria. Namun, ini tidak berlangsung lama. Pada waktunya, Yakobus, Yusuf, Simon, dan Yudas lahir, dan Maria serta Yusuf juga mendapat anak-anak perempuan. Akhirnya Yesus sekurang-kurangnya mempunyai enam adik laki-laki dan perempuan. Yesus juga mempunyai sanak saudara lain. Kita sudah mengetahui tentang Yohanes, saudara sepupunya yang lebih tua, yang tinggal berkilo-kilo meter jauhnya di Yudea. Akan tetapi, ada yang tinggal di dekat Galilea yaitu Salome, yang rupanya adalah saudara perempuan Maria. Salome menikah dengan Zebedeus, jadi dua anak laki-laki mereka, Yakobus dan Yohanes, adalah saudara sepupu Yesus. Kita tidak tahu apakah, sementara bertumbuh dewasa, Yesus menggunakan banyak waktu dengan anak-anak ini, tetapi belakangan mereka menjadi teman akrab.


Yusuf harus bekerja keras untuk membiayai keluarganya yang semakin besar. Ia seorang tukang kayu. Yusuf membesarkan Yesus seperti anaknya sendiri, karena itu Yesus disebut “anak tukang kayu.” Yusuf mengajar Yesus untuk menjadi tukang kayu juga, dan ia belajar dengan baik. Karena itulah orang-orang di kemudian hari menyebut Yesus, “Tukang kayu.” Kehidupan keluarga Yusuf berkisar pada ibadat kepada Allah Yehuwa. Dalam mematuhi Hukum Allah, Yusuf dan Maria memberikan petunjuk rohani kepada anak-anak mereka ‘ketika mereka duduk di rumah, ketika mereka dalam perjalanan, ketika mereka berbaring dan ketika mereka bangun.’ Ada sebuah sinagoge di Nazaret, dan kita dapat merasa pasti bahwa Yusuf juga secara tetap tentu membawa serta keluarganya untuk beribadah di sana. Akan tetapi, pastilah sukacita terbesar yang mereka nikmati adalah ketika mengadakan perjalanan-perjalanan yang tetap tentu ke bait Yehuwa di Yerusalem. Matius 13:55, 56; 27:56; Markus 15:40; 6:3; Ulangan 6:6-9.

ˇ Paling sedikit berapa banyak saudara laki-laki dan perempuan Yesus, dan siapa nama beberapa dari mereka? ˇ Siapa nama tiga saudara sepupu Yesus yang terkenal? ˇ Pekerjaan duniawi apa yang akhirnya dilakukan Yesus, dan mengapa? ˇ Petunjuk yang penting apa diberikan Yusuf kepada keluarganya?


10

M

Perjalanan ke Yerusalem

USIM semi telah tiba. Tiba waktunya bagi keluarga Yusuf, bersama teman-teman dan kaum kerabat, untuk mengadakan perjalanan tahunan pada musim semi ke Yerusalem untuk merayakan Paskah. Seraya mereka menempuh perjalanan kira-kira 100 kilometer, seperti biasa terdapat kegembiraan. Yesus sekarang berusia 12 tahun, dan ia menantikan pesta itu dengan minat khusus. Bagi Yesus dan keluarganya, perayaan Paskah berlangsung bukan hanya satu hari saja. Mereka juga tinggal untuk mengikuti tujuh hari Pesta Roti Tidak Beragi, yang mereka anggap sebagai bagian dari perayaan Paskah. Hasilnya, seluruh perjalanan dari rumah mereka di Nazaret, termasuk selama tinggal di Yerusalem, makan waktu kira-kira dua minggu. Akan tetapi tahun ini, disebabkan suatu hal yang menyangkut Yesus, mereka tinggal lebih lama. Persoalan yang menimbulkannya terjadi dalam perjalanan pulang dari Yerusalem. Yusuf dan Maria mengira bahwa Yesus ada di antara kelompok sanak saudara dan teman-teman seperjalanan mereka. Akan tetapi, ia tidak kelihatan ketika mereka berhenti untuk bermalam, dan mereka mencarinya di antara teman-teman seperjalanan mereka. Ia tidak ditemukan di mana-mana. Maka Yusuf dan Maria kembali lagi ke Yerusalem untuk mencarinya. Selama satu hari penuh mereka mencari, tetapi tidak berhasil. Pada hari kedua mereka juga tidak dapat menemukan dia. Akhirnya pada hari yang ketiga, mereka pergi ke bait. Di sana, di salah satu ruangan, mereka melihat Yesus duduk di antara guru-guru Yahudi, mendengarkan mereka dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan. “Nak, mengapakah Engkau berbuat demikian terhadap kami?” tanya Maria. “BapaMu dan aku dengan cemas [“kebingungan,” NW] mencari Engkau.” Yesus heran bahwa mereka tidak tahu di mana harus menemukan dia. “Mengapa kamu mencari Aku?” ia bertanya. “Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus berada di dalam rumah BapaKu? ” Yesus tidak dapat mengerti mengapa orang-tuanya tidak mengetahui hal ini. Lalu Yesus pulang ke rumah bersama orang-tua-


nya dan tetap patuh kepada mereka. Ia makin berhikmat dan bertumbuh dewasa dan makin dikasihi Allah dan manusia. Ya, sejak kecil Yesus menunjukkan teladan yang baik tidak saja dalam mencari kepentingan rohani, tetapi juga dalam memperliLukas 2:40-52; 22:7. hatkan respek kepada orang-tuanya. ˇ Perjalanan musim semi apa yang Yesus selalu lakukan bersama sanak keluarganya, dan untuk berapa lama? ˇ Apa yang terjadi selama perjalanan mereka ketika Yesus berumur 12 tahun? ˇ Teladan apa diberikan Yesus bagi kaum muda dewasa ini?



11

T

Yohanes Mempersiapkan Jalan

UJUH BELAS tahun berlalu sejak Yesus sebagai anak berumur 12 tahun bersoal-jawab dengan para guru di bait. Ketika itu musim semi tahun 29 M., dan setiap orang tampaknya sedang berbicara tentang Yohanes, saudara sepupu Yesus, yang pada waktu itu mengabar di seluruh daerah sekitar Sungai Yordan. Yohanes memang seorang yang mengesankan, baik penampilan maupun cara berbicaranya. Ia memakai jubah bulu unta dan ikat pinggang kulit. Makanannya belalang dan madu hutan. Dan berita yang ia sampaikan? “Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!” Berita ini menggetarkan para pendengarnya. Banyak orang menyadari perlunya bertobat, yaitu, mengubah sikap mereka dan menolak cara hidup mereka yang jahat di masa lalu. Maka dari seluruh daerah sekitar Yordan, dan bahkan dari Yerusalem, penduduk datang kepada Yohanes dalam jumlah yang besar, dan ia membaptiskan mereka, mencelupkan mereka ke dalam air Sungai Yordan. Mengapa? Yohanes membaptiskan orang sebagai lambang, atau pengakuan, dari pertobatan sepenuh hati atas dosa mereka melawan perjanjian Taurat Allah. Maka, pada waktu beberapa orang Farisi dan Saduki datang ke Yordan, Yohanes mengutuk mereka. “Hai kamu keturunan ular beludak,” katanya. “Hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan. Dan janganlah mengira, bahwa kamu dapat berkata dalam hatimu: ‘Abraham adalah bapa kami!’ Karena aku berkata kepadamu: Allah dapat menjadikan anak-anak bagi Abraham dari batu-batu ini! Kapak sudah tersedia pada akar pohon dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api.” Karena Yohanes mendapat begitu banyak perhatian, orangorang Yahudi mengirim imam-imam dan orang-orang Lewi kepadanya. Mereka ini bertanya: “Siapakah engkau?” “Aku bukan Mesias,” Yohanes mengakui. “Kalau begitu, siapakah engkau?” tanya mereka. “Elia? ” “Bukan!” jawabnya.


“Engkaukah nabi yang akan datang?” “Bukan!” Maka mereka mendesak: “Siapakah engkau? Sebab kami harus memberi jawab kepada mereka yang mengutus kami. Apakah katamu tentang dirimu sendiri?” Yohanes menjelaskan: “Akulah suara orang yang berseru-seru di padang gurun: ‘Luruskanlah jalan Tuhan!’ seperti yang telah dikatakan nabi Yesaya.” “Mengapakah engkau membaptis,” mereka ingin mengetahuinya, “jikalau engkau bukan Mesias, bukan Elia, dan bukan nabi yang akan datang?” “Aku membaptis dengan air,” jawabnya. “Di tengahtengah kamu berdiri Dia yang tidak kamu kenal, yaitu Dia, yang datang kemudian dari padaku.” Yohanes sedang mempersiapkan jalan dengan membantu orang-orang agar memiliki keadaan hati yang baik untuk menerima Mesias, yang akan menjadi Raja. Mengenai Pribadi ini, Yohanes mengatakan: “Ia yang datang kemudian dari padaku lebih berkuasa dari padaku dan aku tidak layak melepaskan kasutNya.” Sebenarnya, Yohanes bahkan berkata: ‘Orang yang kemudian datang, telah mendahului aku, sebab Dia telah ada sebelum aku.’ Jadi, berita Yohanes, “Kerajaan Sorga sudah dekat,” merupakan pemberitahuan umum bahwa pelayanan dari Raja yang diYohanes 1:6-8, lantik Yehuwa, Kristus Yesus, segera akan mulai. 15-28; Matius 3:1-12; Lukas 3:1-18; Kisah 19:4.

ˇ Orang macam apa Yohanes itu? ˇ Mengapa Yohanes membaptiskan orang? ˇ Mengapa Yohanes dapat mengatakan bahwa Kerajaan sudah dekat?


12

K

Baptisan Yesus

IRA-KIRA enam bulan setelah Yohanes mulai mengabar, Yesus, yang kini berusia 30 tahun, datang menemui dia di Yordan. Untuk maksud apa? Apakah untuk berkunjung? Apakah Yesus hanya berminat kepada kemajuan dari kegiatan Yohanes? Tidak, Yesus meminta Yohanes untuk membaptisnya. Segera Yohanes menolak: “Akulah yang perlu dibaptis olehMu, dan Engkau yang datang kepadaku?� Yohanes mengetahui bahwa saudara sepupunya, Yesus, adalah Putra Allah yang khusus. Ya, Yohanes melonjak dalam perut ibunya ketika Maria, yang sedang mengandung Yesus, mengunjungi mereka! Pastilah, Elisabet, ibu dari Yohanes, belakangan memberitahukan dia mengenai kejadian ini. Tentu ia juga menceritakan pemberitaan malaikat mengenai kelahiran Yesus dan mengenai munculnya malaikat-malaikat kepada para gembala di malam hari ketika Yesus lahir. Maka Yesus bukan orang asing bagi Yohanes. Yohanes tahu bahwa baptisan yang ia lakukan bukanlah untuk Yesus. Baptisan ini untuk orang-orang yang ingin bertobat dari dosa-dosa mereka, sedangkan Yesus tidak berdosa. Namun, meskipun Yohanes keberatan, Yesus mendesak: “Biarlah hal itu terjadi, karena demikianlah sepatutnya kita menggenapkan seluruh kehendak Allah.�


Mengapa sepatutnya Yesus dibaptis? Karena baptisan Yesus adalah lambang, bukan pertobatan dari dosa, tetapi mempersembahkan diri untuk melakukan kehendak Bapaknya. Yesus sebelumnya seorang tukang kayu, namun sekarang telah tiba waktunya ia mulai dengan pelayanan yang Allah Yehuwa tugaskan kepadanya untuk dilaksanakan di bumi. Apakah saudara berpikir bahwa Yohanes mengharap akan terjadi sesuatu yang aneh pada waktu ia membaptis Yesus? Nah, Yohanes belakangan melaporkan: “Dia, yang mengutus aku untuk membaptis dengan air, telah berfirman kepadaku: Jikalau engkau melihat Roh itu turun ke atas seseorang dan tinggal di atasNya, Dialah itu yang akan membaptis dengan Roh Kudus.” Jadi Yohanes memang mengharapkan roh Allah akan turun ke atas seseorang yang ia baptis. Mungkin, karena itu, ia tidak terlalu heran ketika, seraya Yesus keluar dari air, Yohanes melihat “Roh Allah seperti burung merpati turun ke atasNya.” Akan tetapi, lebih banyak hal terjadi pada saat Yesus dibaptis. ‘Langit terbuka’ di atasnya. Apa artinya ini? Rupanya ini berarti bahwa sewaktu ia dibaptis, ingatan mengenai kehidupannya di surga sebelum menjadi manusia kembali kepadanya. Maka, Yesus sekarang diingatkan sepenuhnya akan kehidupannya sebagai putra rohani dari Allah Yehuwa, termasuk segala perkara yang Allah utarakan kepadanya di surga selama ia menjadi makhluk roh. Sebagai tambahan, pada saat ia dibaptis, suatu suara dari surga menyatakan: “Inilah Anak yang Kukasihi, kepadaNyalah Aku berkenan.” Suara siapakah itu? Suara Yesus sendiri? Tentu saja bukan! Itu suara Allah. Jelaslah, Yesus adalah Putra Allah, bukan Allah sendiri, seperti anggapan beberapa orang. Akan tetapi, Yesus adalah seorang manusia anak Allah, bahkan sama halnya seperti manusia pertama, Adam. Lukas, sang murid, setelah menjelaskan baptisan Yesus, menulis: “Ketika Yesus memulai pekerjaanNya, Ia berumur kira-kira tiga puluh tahun dan menurut anggapan orang, Ia adalah anak Yusuf, anak Eli, . . . anak Daud, . . . anak Abraham, . . . anak Nuh, . . . anak Adam, anak Allah.” Sebagaimana Adam adalah manusia “anak Allah,” demikian juga Yesus. Yesus adalah tokoh terbesar sepanjang masa,


yang nyata terlihat dari kehidupan Yesus. Akan tetapi, pada waktu pembaptisannya, Yesus memasuki suatu hubungan yang baru dengan Allah. Ia juga menjadi Putra rohani Allah. Allah sekarang seolah-olah memanggil dia kembali ke surga, seperti sebelumnya, dengan memulai suatu haluan yang akan membuatnya meninggalkan kehidupan manusiawinya selamanya sebagai korban bagi umat manusia yang terkutuk. Matius 3:13-17; Lukas 3:21-38; 1:34-36, 44; 2:1014; Yohanes 1:32-34; Ibrani 10:5-9.

ˇ Mengapa Yesus bukan orang asing bagi Yohanes? ˇ Meskipun ia tidak berdosa, mengapa Yesus dibaptis? ˇ Mengingat apa yang Yohanes ketahui mengenai Yesus, mengapa ia tidak terlalu heran ketika Roh Allah turun ke atas Yesus?


13

T

Belajar dari Pencobaan-Pencobaan yang Dialami Yesus

IDAK lama setelah Yesus dibaptis, ia dibimbing oleh roh Allah ke padang gurun Yudea. Ada banyak hal yang harus ia pikirkan, karena ketika ia dibaptis “langit terbuka,” sehingga ia dapat memahami perkara-perkara di surga. Memang, ada banyak hal yang perlu ia renungkan! Yesus berada di padang gurun selama 40 hari dan 40 malam dan tidak makan apa-apa. Kemudian, ketika Yesus sangat lapar, si Iblis datang untuk mencobai dia, mengatakan: “Jika Engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti.” Akan tetapi, Yesus tahu bahwa menggunakan kuasa mukjizatnya demi kepentingan dirinya sendiri adalah salah. Maka, ia menolak godaan itu. Akan tetapi, si Iblis tidak mau menyerah. Ia mencoba cara lain. Ia menantang Yesus agar menjatuhkan diri dari bubungan bait supaya malaikat-malaikat Allah menyelamatkan dia. Akan tetapi, Yesus tidak tergoda untuk mengadakan pertunjukan yang hebat demikian. Sambil mengutip dari ayat-ayat Alkitab, Yesus memperlihatkan bahwa mencobai Allah dengan cara ini adalah salah. Dalam godaan ketiga, si Iblis secara mukjizat memperlihatkan kepada Yesus, semua kerajaan dunia dan berkata: “Semua itu akan kuberikan kepadaMu, jika Engkau sujud menyembah aku.” Akan tetapi, Yesus sekali lagi tidak mau mengalah kepada godaan untuk melakukan hal yang salah, ia memilih untuk tetap setia kepada Allah. Kita dapat belajar dari godaan-godaan yang dialami Yesus ini. Misalnya, hal ini memperlihatkan bahwa si Iblis bukan sematamata suatu sifat jahat seperti pengakuan beberapa orang, tetapi bahwa ia suatu pribadi yang betul-betul ada, dan tidak kelihatan. Pencobaan yang dialami Yesus juga memperlihatkan bahwa si Iblis memiliki semua pemerintahan dunia. Bagaimana mungkin penawaran Iblis kepada Kristus benar-benar suatu pencobaan bila itu bukan miliknya? Coba pikirkan ini: Iblis berkata bahwa ia bersedia memberikan hadiah kepada Yesus untuk satu perbuatan ibadat, bahkan memberikan kepadanya semua kerajaan dunia. Si Iblis bisa saja mencoba menggoda kita dengan cara yang sama, mungkin menaruh di


hadapan kita kesempatan-kesempatan yang menggiurkan untuk memperoleh kekayaan dunia, kekuasaan atau kedudukan. Akan tetapi, alangkah bijaksananya untuk mengikuti teladan Yesus dengan tetap setia kepada Allah, tidak soal pencobaan apa pun yang harus Matius 3:16; 4:1-11; dialami! Markus 1:12, 13; Lukas 4:1-13.

ˇ Perkara-perkara apa saja yang tampaknya Yesus renungkan selama 40 hari di padang gurun? ˇ Cara bagaimana si Iblis mencoba menggoda Yesus? ˇ Apa yang dapat kita pelajari dari godaan-godaan yang dialami Yesus?


14

Murid-Murid Yesus yang Pertama

ETELAH 40 hari di padang belantara, Yesus kembali kepada Yohanes, yang dulu membaptis dia. Ketika ia mendekat, Yohanes tampaknya menunjuk kepadanya dan berseru kepada orang-orang yang hadir: “Lihatlah Anak Domba Allah, yang menghapus dosa dunia. Dialah yang kumaksud ketika kukatakan: Kemudian dari padaku akan datang seorang, yang telah mendahului aku, sebab Dia telah ada sebelum aku.” Meskipun Yohanes lebih tua daripada Yesus, saudara sepupunya, Yohanes tahu bahwa Yesus telah ada sebelum dia sebagai makhluk roh di surga. Akan tetapi, beberapa minggu sebelumnya, ketika Yesus datang untuk dibaptis, Yohanes tampaknya tidak terlalu pasti bahwa Yesus adalah Mesias. “Aku sendiripun mula-mula tidak mengenal Dia,” Yohanes mengakui, “tetapi untuk itulah aku datang dan membaptis dengan air, supaya Ia dinyatakan kepada Israel.” Yohanes selanjutnya menjelaskan kepada para pendengarnya apa yang terjadi ketika ia membaptis Yesus: “Aku telah melihat Roh turun dari langit seperti merpati, dan Ia tinggal di atasNya.

S


Dan akupun tidak mengenalNya, tetapi Dia, yang mengutus aku untuk membaptis dengan air, telah berfirman kepadaku: Jikalau engkau melihat Roh itu turun ke atas seseorang dan tinggal di atasNya, Dialah itu yang akan membaptis dengan Roh Kudus. Dan aku telah melihatNya dan memberi kesaksian: Ia inilah Anak Allah.” Keesokan harinya Yohanes sedang bersama dua orang muridnya. Sekali lagi, seraya Yesus mendekat, ia berkata: “Lihatlah Anak domba Allah!” Setelah itu, kedua murid Yohanes Pembaptis ini pergi mengikuti Yesus. Salah seorang dari mereka adalah Andreas, dan yang satu lagi rupanya orang yang justru menulis hal-hal ini, yang juga bernama Yohanes. Bukti-bukti menunjukkan bahwa, Yohanes ini juga saudara sepupu Yesus, rupanya anak dari saudara perempuan Maria, Salome. Ketika Yesus menoleh ke belakang dan melihat Andreas serta Yohanes sedang mengikuti dia, Yesus bertanya: “Apakah yang kamu cari?” “Rabi,” kata mereka, “di manakah Engkau tinggal?” “Marilah dan kamu akan melihatnya,” jawab Yesus.


Hari kira-kira pukul empat petang, dan Andreas serta Yohanes tinggal bersama Yesus sepanjang sisa hari itu. Setelah itu Andreas begitu bersemangat sehingga ia bergegas mendapatkan saudaranya, yang bernama Petrus. “Kami telah menemukan Mesias,” ia berkata kepadanya. Dan ia membawa Petrus kepada Yesus. Kemungkinan pada waktu yang sama Yohanes bertemu dengan Yakobus saudaranya dan membawanya kepada Yesus; namun, kebiasaan Yohanes yang khas, ia tidak memuat keterangan yang bersifat pribadi ini dalam Injilnya. Esok harinya, Yesus bertemu dengan Filipus, yang berasal dari Betsaida, kota asal yang sama dari Andreas dan Petrus. Ia mengundang dia: “Ikutlah Aku.” Filipus kemudian bertemu dengan Natanael, yang juga disebut Bartolomeus, dan berkata: “Kami telah menemukan Dia, yang disebut oleh Musa dalam kitab Taurat dan oleh para nabi, yaitu Yesus, anak Yusuf dari Nazaret.” Natanael tidak percaya. “Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret? ” ia bertanya. “Mari dan lihatlah!” desak Filipus. Ketika mereka mendekat kepada Yesus, Yesus berkata mengenai Natanael: “ Lihat, inilah seorang Israel sejati, tidak ada kepalsuan di dalamnya!” “Bagaimana Engkau mengenal aku?” Natanael bertanya. “Sebelum Filipus memanggil engkau, Aku telah melihat engkau di bawah pohon ara,” jawab Yesus. Natanael kagum. “Rabi [artinya Guru], Engkau Anak Allah, Engkau Raja orang Israel,” ia berkata. “Karena Aku berkata kepadamu: Aku melihat engkau di bawah pohon ara, maka engkau percaya?” tanya Yesus. “ Engkau akan melihat hal-hal yang lebih besar dari pada itu.” Lalu ia berjanji: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya engkau akan melihat langit terbuka dan malaikat-malaikat Allah turun naik kepada Anak Manusia.” Segera setelah itu, Yesus, bersama murid-muridnya yang baru, meninggalkan Lembah Yordan dan mengadakan perjalanan ke Galilea. Yohanes 1:29-51. ˇ Siapakah murid-murid Yesus yang pertama? ˇ Bagaimana Petrus, dan kemungkinan Yakobus, diperkenalkan kepada Yesus? ˇ Apa yang meyakinkan Natanael bahwa Yesus adalah Anak Allah?


15

B

Mukjizat Yesus yang Pertama

ARU satu atau dua hari sebelumnya Andreas, Petrus, Yohanes, Filipus, Natanael, dan kemungkinan Yakobus menjadi murid-murid Yesus yang pertama. Mereka sekarang sedang dalam perjalanan pulang ke distrik Galilea, tempat asal mereka. Mereka bermaksud pergi ke Kana, kota kediaman Natanael, yang terletak di bukit-bukit tidak jauh dari Nazaret, tempat Yesus dibesarkan. Mereka diundang ke pesta perkawinan di Kana. Ibu Yesus juga datang ke pesta perkawinan itu. Sebagai teman dari keluarga mempelai, rupanya Maria ikut serta melayani tamutamu. Maka ia cepat memperhatikan adanya suatu kekurangan, yang ia laporkan kepada Yesus: “Mereka kehabisan anggur.” Sebenarnya, pada waktu Maria menyarankan agar Yesus melakukan sesuatu berkenaan kekurangan anggur, Yesus mula-mula enggan. “Mau apakah engkau dari padaKu, ibu?” ia bertanya. Sebagai Raja yang dilantik Allah, ia tidak perlu disuruh untuk melakukan kegiatannya oleh sanak keluarga atau teman. Maka Maria dengan bijaksana menyerahkan hal itu kepada putranya, dan hanya berkata kepada mereka yang melayani: “Apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu!” Nah, ada enam tempayan air yang besar, masing-masing dapat


memuat kira-kira 40 liter lebih. Yesus menyuruh pelayan-pelayan: “Isilah tempayan-tempayan itu penuh dengan air.” Dan pelayan-pelayan tersebut mengisinya sampai penuh. Kemudian Yesus berkata: “Sekarang cedoklah dan bawalah kepada pemimpin pesta.” Pemimpin pesta terkesan dengan mutu yang baik dari anggur tersebut, tidak menyadari bahwa hal itu dihasilkan melalui mukjizat. Ia memanggil mempelai laki-laki sambil berkata: “Setiap orang menghidangkan anggur yang baik dahulu dan sesudah orang puas minum, barulah yang kurang baik; akan tetapi engkau menyimpan anggur yang baik sampai sekarang.”


Inilah mukjizat Yesus yang pertama, dan karena mereka menyaksikan hal ini, iman dari muridmuridnya yang baru menjadi lebih teguh. Setelah itu, bersama ibu serta saudarasaudara tirinya, mereka mengadakan perjalanan ke kota Kapernaum di dekat Laut Galilea. Yohanes 2:1-12.

ˇ Kapankah perkawinan di Kana berlangsung selama pelayanan Yesus? ˇ Mengapa Yesus keberatan terhadap saran ibunya? ˇ Mukjizat apa yang diadakan Yesus, dan apa pengaruhnya atas orangorang lain?


16

Gairah untuk Ibadat Yehuwa

AUDARA-SAUDARA tiri Yesus—putra-putra Maria yang lain—adalah Yakobus, Yusuf, Simon, dan Yudas. Sebelum mereka semua bersama Yesus dan murid-muridnya mengadakan perjalanan ke Kapernaum, sebuah kota dekat Laut Galilea, kemungkinan mereka berhenti di rumah mereka di Nazaret agar sanak keluarga dapat menyiapkan barang-barang yang mereka butuhkan. Akan tetapi, mengapa Yesus pergi ke Kapernaum dan tidak meneruskan pelayanannya di Kana, di Nazaret, atau di kota-kota lain di Pegunungan Galilea? Antara lain, Kapernaum letaknya lebih strategis dan rupanya kota yang lebih besar. Juga, kebanyakan dari

S


murid-murid Yesus yang baru, tinggal di Kapernaum atau sekitarnya, jadi mereka tidak perlu meninggalkan rumah mereka untuk menerima pelatihan dari Yesus. Selama Yesus berada di Kapernaum, ia mengadakan pekerjaanpekerjaan yang menakjubkan, seperti yang ia sendiri katakan beberapa bulan kemudian. Akan tetapi, tidak lama kemudian Yesus beserta rekan-rekannya meneruskan perjalanan. Ketika itu musim semi, dan mereka sedang menuju Yerusalem untuk menghadiri perayaan Paskah tahun 30 M. Selama berada di sana, murid-muridnya menyaksikan sesuatu mengenai Yesus yang mungkin belum pernah mereka lihat sebelumnya. Menurut Taurat Allah, orang Israel dituntut untuk mempersembahkan korban binatang. Maka, supaya mudah, pedagang-pedagang di Yerusalem menjual binatang atau burung untuk maksud ini. Namun mereka menjualnya di dalam bait itu sendiri, dan mereka menipu orang dengan memasang harga terlalu tinggi. Yesus menjadi marah sekali. Ia membuat sebuah cambuk dari tali dan mengusir pedagang-pedagang itu ke luar. Ia menyerakkan uang logam dari penukar-penukar uang dan membalikkan mejameja mereka. “Ambil semuanya ini dari sini,” katanya kepada pedagang-pedagang merpati. “Jangan kamu membuat rumah BapaKu menjadi tempat berjualan.” Ketika murid-murid Yesus menyaksikan hal ini, mereka mengingat nubuat tentang Anak Allah: “Cinta [“gairah,” NW] untuk rumahMu menghanguskan Aku.” Akan tetapi, orang-orang Yahudi bertanya: “Tanda apakah dapat Engkau tunjukkan kepada kami, bahwa Engkau berhak bertindak demikian?” Jawab Yesus: “Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali.” Orang-orang Yahudi mengira bahwa Yesus sedang berbicara mengenai bait harfiah, dan sebab itu mereka bertanya: “Empat puluh enam tahun orang mendirikan Bait Allah ini dan Engkau dapat membangunnya dalam tiga hari?” Akan tetapi, Bait Allah yang Yesus maksudkan adalah tubuhnya sendiri. Tiga tahun kemudian, murid-muridnya mengingat kata-kata ini ketika ia dibangkitkan dari antara orang mati. Yohanes 2:12-22; Matius 13:55; Lukas 4:23. ˇ Setelah pesta perkawinan di Kana, Yesus mengadakan perjalanan ke kota-kota mana? ˇ Mengapa Yesus marah, dan apa yang ia lakukan? ˇ Apa yang diingat murid-murid Yesus pada waktu menyaksikan tindakannya? ˇ Apa yang Yesus katakan tentang “Bait Allah ini,” dan apa yang ia maksudkan?


17

Mengajar Nikodemus

K

ETIKA Yesus menghadiri Perayaan Paskah tahun 30 M., ia mengadakan tanda-tanda atau mukjizat-mukjizat yang menakjubkan. Hasilnya, banyak orang menaruh iman kepadanya. Nikodemus, seorang anggota Sanhedrin, yakni mahkamah tinggi Yahudi, terkesan dan ingin belajar lebih banyak. Maka ia mengunjungi Yesus pada waktu malam, mungkin karena ia takut nama baiknya di kalangan pemimpin Yahudi yang lain akan rusak bila ketahuan. “Rabi,” katanya, “kami tahu, bahwa Engkau datang sebagai guru yang diutus Allah; sebab tidak ada seorangpun yang dapat mengadakan tanda-tanda yang Engkau adakan itu, jika Allah tidak menyertainya.” Sebagai jawaban, Yesus memberi tahu Nikodemus bahwa untuk dapat masuk Kerajaan Allah, seseorang harus “dilahirkan kembali.” Namun, cara bagaimana seseorang dapat dilahirkan kembali? “Dapatkah ia


masuk kembali ke dalam rahim ibunya dan dilahirkan lagi?” tanya Nikodemus. Tidak, bukan itu yang dimaksud dengan dilahirkan kembali. “Sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh,” Yesus menjelaskan, “ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah.” Jadi, ketika Yesus dibaptis dan roh suci turun ke atasnya, ia dilahirkan “dari air dan Roh.” Bersama dengan pernyataan dari surga, “Inilah Anak yang Kukasihi, kepadaNyalah Aku berkenan,” Allah memberi tahu bahwa Ia telah melahirkan seorang putra rohani yang mempunyai harapan untuk masuk ke dalam Kerajaan surga. Belakangan, pada hari Pentakosta 33 M., orang-orang lain yang dibaptis akan menerima roh suci dan dengan demikian juga akan dilahirkan kembali sebagai putra rohani Allah. Akan tetapi, p eranan dari Putra Allah jasmani yang istimewa ini penting.


“Sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun,” kata Yesus kepada Nikodemus, “demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya beroleh hidup yang kekal.” Ya, sebagaimana orang-orang Israel yang digigit ular berbisa harus memandang ular tembaga agar dapat selamat, demikian pula semua manusia perlu menaruh iman kepada Putra Allah, agar dapat diselamatkan dari keadaan mereka yang sekarat. Menegaskan peranan yang pengasih dari Yehuwa dalam hal ini, Yesus kemudian memberi tahu Nikodemus: “Begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” Jadi, di sini di Yerusalem, hanya enam bulan setelah Yesus memulai pelayanannya, ia menjelaskan bahwa ia adalah perantara yang Allah Yehuwa gunakan untuk menyelamatkan umat manusia. Yesus selanjutnya menjelaskan kepada Nikodemus: “Sebab Allah mengutus AnakNya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia,” artinya, tidak menghakiminya secara tidak adil, atau menghukumnya, menjatuhkan hukuman kebinasaan kepada umat manusia. Melainkan, seperti kata Yesus, ia diutus “untuk menyelamatkannya [“dunia,” NW] oleh Dia.” Nikodemus dengan perasaan takut datang kepada Yesus secara diam-diam pada malam hari. Jadi menarik bahwa Yesus mengakhiri percakapannya dengan berkata: “Dan inilah hukuman itu: Terang [yang dipersonifikasikan Yesus dalam kehidupannya dan pengajarannya] telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang, sebab perbuatanperbuatan mereka jahat. Sebab barangsiapa berbuat jahat, membenci terang dan tidak datang kepada terang itu, supaya perbuatan-perbuatannya yang jahat itu tidak nampak; tetapi barangsiapa melakukan yang benar, ia datang kepada terang, supaya menjadi nyata, bahwa perbuatan-perbuatannya dilakukan dalam Allah.” Yohanes 2:23–3:21; Matius 3:16, 17; Kisah 2:1-4; Bilangan 21:9.

ˇ Apa yang mendorong kunjungan Nikodemus, dan mengapa ia datang pada malam hari? ˇ Apa artinya “dilahirkan kembali”? ˇ Bagaimana Yesus melukiskan peranannya dalam keselamatan kita? ˇ Apa artinya Yesus tidak datang untuk menghakimi dunia?


18

Yohanes Makin Berkurang, Yesus Makin Bertambah

ETELAH perayaan Paskah pada musim semi tahun 30 M., Yesus bersama murid-muridnya meninggalkan Yerusalem. Akan tetapi, mereka tidak kembali ke rumah mereka di Galilea melainkan pergi ke tanah Yudea, tempat mereka mengadakan pembaptisan. Yohanes Pembaptis kini telah melakukan pekerjaan yang sama selama kira-kira satu tahun, dan masih ada murid-murid yang bergabung bersama dia. Sebenarnya, Yesus sendiri tidak membaptis, tetapi ia membimbing murid-muridnya untuk melakukan hal itu. Pembaptisan yang mereka adakan mempunyai arti yang sama dengan pembaptisan yang dilakukan Yohanes, yakni sebagai lambang pertobatan orang Yahudi atas dosa-dosa terhadap perjanjian Taurat Allah. Namun, setelah Yesus dibangkitkan, ia memerintahkan muridmuridnya untuk melakukan pembaptisan yang mempunyai arti lain. Pembaptisan umat Kristen dewasa ini adalah lambang pembaktian seseorang untuk melayani Allah Yehuwa. Namun, pada masa awal pelayanan Yesus ini, Yohanes maupun Yesus, meskipun bekerja secara terpisah, mengajar dan membaptis orang-orang yang bertobat. Akan tetapi, murid-murid Yohanes menjadi iri dan mengeluh kepadanya mengenai Yesus: “Rabi, orang yang bersama dengan engkau . . . Dia membaptis juga dan semua orang pergi kepadaNya.�

S


Yohanes tidak menjadi iri, tetapi sebaliknya bersukacita dan ingin juga agar murid-muridnya bersukacita. Ia mengingatkan mereka: “Kamu sendiri dapat memberi kesaksian, bahwa aku telah berkata: Aku bukan Mesias, tetapi aku diutus untuk mendahuluiNya.” Ia kemudian menggunakan ilustrasi yang bagus sekali: “Yang empunya mempelai perempuan, ialah mempelai laki-laki; tetapi sahabat mempelai laki-laki, yang berdiri dekat dia dan yang mendengarkannya, sangat bersukacita mendengar suara mempelai laki-laki itu. Itulah sukacitaku, dan sekarang sukacitaku itu penuh.” Yohanes, sebagai sahabat Mempelai Laki-Laki, bersukacita kira-kira enam bulan sebelumnya ketika ia memperkenalkan murid-muridnya kepada Yesus. Beberapa orang tertentu di antara mereka menjadi calon-calon anggota dari golongan pengantin perempuan surgawi yang terdiri dari umat Kristen yang diurapi dengan roh. Yohanes ingin agar murid-muridnya juga mengikuti Yesus, karena ia diutus untuk mempersiapkan jalan bagi pelayanan Kristus yang sukses. Seperti dijelaskan Yohanes Pembaptis: “[Orang itu] harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil.” Yohanes, murid baru Yesus, yang pada mulanya juga telah menjadi murid Yohanes Pembaptis, menulis mengenai asal mula Yesus dan peranan penting Dia sehubungan dengan keselamatan manusia,


bunyinya: “Siapa yang datang dari sorga adalah di atas semuanya. . . . Bapa mengasihi Anak dan telah menyerahkan segala sesuatu kepadaNya. Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya.” Tidak lama setelah Yohanes Pembaptis membicarakan pekerjaannya sendiri yang makin kecil, ia ditahan oleh Raja Herodes. Herodes telah mengambil Herodias, istri dari Filipus saudaranya, menjadi istrinya, dan ketika Yohanes terang-terangan menyingkapkan perbuatannya yang tercela, Herodes memenjarakan Yohanes. Sewaktu Yesus mendengar berita bahwa Yohanes telah dipenjarakan, ia meninggalkan Yudea bersama murid-muridnya menuju Galilea. Yohanes 3:22–4:3; Kisah 19:4; Matius 28:19; 2 Korintus 11:2; Markus 1:14; 6:17-20.

ˇ Apa makna dari pembaptisan yang diadakan di bawah bimbingan Yesus sebelum ia dibangkitkan, dan setelah ia dibangkitkan? ˇ Bagaimana Yohanes memperlihatkan bahwa keluhan murid-muridnya tidak beralasan? ˇ Mengapa Yohanes dipenjarakan?


19

D

Mengajar Seorang Wanita Samaria

ALAM perjalanan mereka dari Yudea ke Galilea, Yesus dan murid-muridnya melintasi daerah Samaria. Karena mereka letih, kira-kira tengah hari mereka berhenti untuk beristirahat di pinggir sebuah sumur dekat kota Sikhar. Sumur ini digali berabad-abad sebelumnya oleh Yakub, dan bahkan sampai sekarang masih ada, dekat kota zaman modern Nablus. Sementara Yesus beristirahat di sini, murid-muridnya pergi ke kota membeli makanan. Ketika seorang wanita Samaria datang untuk menimba air, ia berkata: “Berilah Aku minum.” Orang Yahudi pada umumnya tidak bergaul dengan orang Samaria karena prasangka yang berurat-berakar. Maka, dengan heran wanita tersebut bertanya: “Masakan Engkau, seorang Yahudi, minta minum kepadaku, seorang Samaria? ” “Jikalau engkau tahu,” jawab Yesus, “siapakah Dia yang berkata kepadamu: Berilah Aku minum! niscaya engkau telah meminta kepadaNya dan Ia telah memberikan kepadamu air hidup.” “Tuhan,” jawab wanita itu, “Engkau tidak punya timba dan sumur ini amat dalam; dari manakah Engkau memperoleh air hidup itu? Adakah Engkau lebih besar dari pada bapa kami Yakub, yang memberikan sumur ini kepada kami dan yang telah minum sendiri dari dalamnya, ia serta anak-anaknya dan ternaknya? ” “Barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi,” kata Yesus. “Tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan



Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal.” “Tuhan, berikanlah aku air itu, supaya aku tidak haus dan tidak usah datang lagi ke sini untuk menimba air,” kata perempuan itu. Yesus lalu berkata kepadanya: “Pergilah, panggillah suamimu dan datang ke sini.” “Aku tidak mempunyai suami,” jawabnya. Yesus membenarkan pernyataannya. “Tepat katamu, bahwa engkau tidak mempunyai suami, sebab engkau sudah mempunyai lima suami dan yang ada sekarang padamu, bukanlah suamimu.” “Tuhan, nyata sekarang padaku, bahwa Engkau seorang nabi,” kata wanita itu dengan takjub. Mengungkapkan minatnya terhadap perkara rohani, ia mengemukakan bahwa orang Samaria “menyembah di atas gunung [Gerizim, yang berada di dekatnya] ini, tetapi kamu [orang Yahudi] katakan, bahwa Yerusalemlah tempat orang menyembah.” Namun, tempat untuk beribadat tidaklah penting, Yesus menjelaskan. “Saatnya akan datang,” katanya, “bahwa penyembahpenyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian. Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembahNya dalam roh dan kebenaran.” Wanita itu sangat terkesan. “Aku tahu, bahwa Mesias akan datang, yang disebut juga Kristus,” katanya. “Apabila Ia datang, Ia akan memberitakan segala sesuatu kepada kami.” “Akulah Dia, yang sedang berkata-kata dengan engkau,” kata Yesus. Coba pikirkan! Wanita ini yang datang menimba air di tengah hari, mungkin agar tidak bertemu dengan wanita-wanita kota yang membenci dia karena jalan hidupnya, diperlakukan dengan cara yang baik sekali oleh Yesus. Dengan terus terang Yesus memberitahukan kepadanya apa yang belum pernah ia beritahukan secara terang-terangan kepada orang lain. Dengan hasil apa?

Banyak Orang Samaria Percaya Ketika murid-murid kembali dari Sikhar membawa makanan, mereka menemukan Yesus di pinggir sumur Yakub tempat mereka meninggalkan dia, dan tempat ia didapati sedang berbicara


dengan seorang wanita Samaria. Ketika murid-murid Yesus tiba, wanita itu pergi, meninggalkan tempayan airnya, menuju ke kota. Karena sangat berminat kepada hal-hal yang Yesus ceritakan kepadanya, ia berkata kepada orang-orang di kota: “Mari, lihat! Di sana ada seorang yang mengatakan kepadaku segala sesuatu yang telah kuperbuat.” Kemudian ia bertanya demikian rupa agar timbul rasa ingin tahu: “Mungkinkah Dia Kristus itu?” Pertanyaan tersebut mencapai tujuannya—orang-orang pergi untuk melihat sendiri. Sementara itu, murid-murid mendesak Yesus makan makanan yang mereka bawa dari kota. Akan tetapi, ia menjawab: “PadaKu ada makanan yang tidak kamu kenal.” “Adakah orang yang telah membawa sesuatu kepadaNya untuk dimakan?” murid-murid itu berkata satu sama lain. Yesus menjelaskan: “MakananKu ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaanNya. Bukankah kamu mengatakan: Empat bulan lagi tibalah musim menuai? ” Akan tetapi, dengan menunjuk kepada penuaian rohani, Yesus berkata : “Lihatlah sekelilingmu dan pandanglah ladang-ladang yang sudah menguning dan matang untuk dituai. Sekarang



juga penuai telah menerima upahnya dan ia mengumpulkan buah untuk hidup yang kekal, sehingga penabur dan penuai sama-sama bersukacita.” Mungkin Yesus sudah dapat melihat pengaruh besar dari pertemuannya dengan wanita Samaria itu—bahwa banyak orang menaruh iman kepada Yesus karena keterangan wanita tersebut. Wanita itu memberi kesaksian kepada orang-orang di kota, dengan berkata: “Ia mengatakan kepadaku segala sesuatu yang telah kuperbuat.” Karena itu, ketika orang-orang Sikhar datang kepadanya di pinggir sumur, mereka meminta Yesus tinggal dan berbicara lebih banyak kepada mereka. Yesus menerima undangan tersebut dan tinggal selama dua hari. Seraya orang-orang Samaria mendengarkan Yesus, lebih banyak lagi yang percaya. Kemudian mereka berkata kepada wanita itu: “Kami percaya, tetapi bukan lagi karena apa yang kaukatakan, sebab kami sendiri telah mendengar Dia dan kami tahu, bahwa Dialah benar-benar Juruselamat dunia.” Pastilah wanita Samaria itu memberikan teladan yang baik mengenai cara kita dapat memberi kesaksian mengenai Kristus dengan membangkitkan rasa ingin tahu sehingga para pendengar akan menyelidiki lebih jauh! Ingatlah bahwa empat bulan lagi tiba penuaian—rupanya penuaian gandum, yang berlangsung di Palestina pada musim semi. Jadi kemungkinan ketika itu adalah bulan November atau Desember. Ini berarti setelah Paskah tahun 30 M., Yesus bersama murid-muridnya menggunakan delapan bulan atau lebih di Yudea untuk mengajar dan membaptis. Mereka kemudian pulang ke daerah asal mereka di Galilea. Apa yang menantikan mereka Yohanes 4:3-43. di sana? ˇ Mengapa wanita Samaria itu heran sewaktu Yesus berbicara kepadanya? ˇ Apa yang Yesus ajarkan kepadanya tentang air hidup dan tempat untuk beribadat? ˇ Bagaimana Yesus mengungkapkan kepada wanita itu siapa dia, dan mengapa penyingkapan ini begitu menakjubkan? ˇ Kesaksian apa yang dilakukan wanita Samaria dan dengan hasil apa? ˇ Bagaimana makanan Yesus dihubungkan dengan penuaian? ˇ Bagaimana kita dapat menentukan jangka waktu pelayanan Yesus di Yudea setelah Paskah tahun 30 M.?


20

Mukjizat Kedua Pada Waktu di Kana

ETELAH kampanye pengabaran yang agak lama di Yudea, Yesus kembali ke daerah asalnya, bukan untuk beristirahat. Melainkan, ia memulai pelayanan yang bahkan jauh lebih besar di Galilea, negeri tempat ia dibesarkan. Muridmuridnya tidak tinggal bersama dia, tetapi kembali ke keluarga mereka serta pekerjaan yang semula. Berita apa yang mulai diberitakan Yesus? Yaitu: “Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada In` jil!� Dan sambutannya? Orang-orang Galilea menerima Yesus. Ia dihormati oleh semua orang. Ini bukan semata-mata disebabkan oleh beritanya tetapi karena beberapa bulan sebelumnya kebanyakan dari mereka hadir di Yerusalem pada waktu Paskah dan menyaksikan pekerjaan menakjubkan yang ia lakukan. Yesus rupanya memulai pelayanannya yang besar di Galilea, di kota Kana. Sebe-

S


lumnya, saudara mungkin ingat, sewaktu kembali dari Yudea, ia mengubah air menjadi anggur pada sebuah pesta perkawinan di sana. Pada peristiwa kedua ini, anak dari pegawai istana Raja Herodes Antipas sakit keras. Mendengar bahwa Yesus telah datang dari Yudea ke Kana, pegawai istana tersebut mengadakan perjalanan dari tempat tinggalnya di Kapernaum untuk menemui Yesus. Dengan sedih, orang itu memohon: ‘Datanglah segera, sebelum anakku meninggal.’ Yesus menjawab: ‘Pergilah. Anakmu telah sembuh!’ Pegawai istana Herodes percaya dan kembali menempuh perjalanan jauh pulang ke rumah. Di tengah jalan ia bertemu hamba-hambanya yang cepat memberitahukan dia bahwa segala sesuatu dalam keadaan baik—anaknya telah sembuh! ‘Pukul berapa ia sembuh? ’ ia bertanya. ‘Kemarin siang pukul 1:00,’ jawab mereka. Pegawai istana menyadari bahwa itulah saatnya ketika Yesus berkata, ‘Anakmu telah sembuh!’ Setelah itu, pegawai istana beserta seisi rumahnya menjadi murid-murid Kristus. Dengan demikian, Kana diistimewakan sebagai tempat yang menandai kembalinya Yesus dari Yudea, dan tempat ia melakukan mukjizat dua kali. Ini tentu, bukan satu-satunya mukjizat yang ia lakukan hingga saat itu, tetapi hal tersebut penting karena menandai kembalinya Yesus ke Galilea. Yesus sekarang dalam perjalanan pulang ke Nazaret. Apa yang menantikan dia di sana? Yohanes 4:43-54; Markus 1:14, 15; Lukas 4:14, 15.

ˇ Ketika Yesus kembali ke Galilea, apa yang terjadi dengan murid-muridnya, dan bagaimana orang-orang menerima dia? ˇ Mukjizat apa yang Yesus lakukan, dan bagaimana pengaruhnya atas orang-orang yang bersangkutan? ˇ Bagaimana Kana diistimewakan oleh Yesus?


21

T

Dalam Sinagoge di Kota Asal Yesus

IDAK sangsi lagi terjadi kegemparan yang meluap di Nazaret ketika Yesus pulang ke rumah. Sebelum ia pergi untuk dibaptis oleh Yohanes lebih dari satu tahun sebelumnya, Yesus dikenal sebagai tukang kayu. Akan tetapi, sekarang ia terkenal di mana-mana sebagai pembuat mukjizat. Penduduk setempat ingin sekali melihat dia melakukan perbuatan yang menakjubkan ini di antara mereka. Mereka lebih berharap lagi sewaktu Yesus, menurut kebiasaannya, pergi ke rumah ibadat setempat. Ketika kebaktian berlangsung, ia berdiri untuk membaca, dan gulungan kitab nabi Yesaya diberikan kepadanya. Ia menemukan ayat yang menceritakan tentang Pribadi yang diurapi oleh roh Yehuwa, yang sekarang terdapat di pasal 61 dalam Alkitab kita. Setelah membaca tentang bagaimana Pribadi ini akan memberitakan pembebasan kepada orang tertawan, kesembuhan bagi orang buta, dan tentang datangnya saat Yehuwa menyelamatkan umat-Nya, Yesus mengembalikan kitab itu kepada pejabat dan ia kemudian duduk. Semua mata tertuju kepadanya. Ia mulai berkata, mungkin secara panjang lebar, dengan menjelaskan: “Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya.�


Orang-orang heran akan “kata-kata yang indah” yang ia ucapkan dan berkata satu sama lain: “Bukankah Ia ini anak Yusuf?” Karena mengetahui bahwa mereka ingin melihat dia melakukan mukjizat, Yesus melanjutkan: “Tentu kamu akan mengatakan pepatah ini kepadaKu: Hai tabib, sembuhkanlah dirimu sendiri. Perbuatlah di sini juga, di tempat asalMu ini, segala yang kami dengar yang telah terjadi di Kapernaum! ” Rupanya tetanggatetangga Yesus dulu merasa bahwa penyembuhan seharusnya


dimulai di tempat asal, pertama-tama untuk kebaikan umatnya sendiri. Jadi mereka merasa telah dilalaikan oleh Yesus. Memahami jalan pikiran mereka, Yesus menceritakan beberapa catatan sejarah yang cocok. Ia mengatakan bahwa ada banyak janda di Israel selama zaman Elia, tetapi Elia tidak diutus kepada mereka ini. Sebaliknya, ia pergi kepada seorang janda non-Israel di Sidon, tempat ia melakukan mukjizat yang menyelamatkan kehidupan. Pada zaman Elisa, ada banyak penderita kusta, tetapi Elisa hanya menyembuhkan Naaman dari Siria. Karena sangat marah atas perbandingan yang tidak menyenangkan ini yang mengungkapkan sifat mereka yang mementingkan diri dan kurang iman, orang-orang di sinagoge itu berdiri dan mengusir Yesus ke luar kota itu. Di sana, di tebing gunung tempat kota Nazaret dibangun, mereka mencoba melemparkan dia. Akan tetapi, Yesus lolos dari cengkeraman mereka dan pergi dengan aman. Lukas 4:16-30; 1 Raja 17:8-16; 2 Raja 5:8-14.

ˇ Mengapa ada kegemparan di Nazaret? ˇ Apa pendapat orang-orang tentang khotbah Yesus, tetapi apa yang kemudian membuat mereka begitu marah? ˇ Apa yang ingin dilakukan orang-orang itu terhadap Yesus?


22

Empat Murid Dipanggil

ETELAH upaya untuk membunuh Yesus di kota asalnya Nazaret, ia pindah ke kota Kapernaum dekat Laut Galilea. Ini menggenapi nubuat Yesaya yang lain. Yakni nubuat bahwa orang-orang Galilea yang tinggal dekat laut akan melihat terang besar. Seraya Yesus di sini meneruskan pekerjaan pengabaran Kerajaannya yang membawa terang, ia mencari empat muridnya. Mereka ini sebelumnya telah mengadakan perjalanan bersama Yesus tetapi kembali kepada usaha menangkap ikan sewaktu pulang dari Yudea bersama dia. Kemungkinan, Yesus pada waktu itu mencari mereka, karena sudah waktunya mempunyai pembantu tetap yang dapat dilatih untuk meneruskan pelayanan setelah ia pergi. Maka seraya Yesus berjalan sepanjang pantai dan melihat Simon Petrus serta teman-temannya mencuci jala mereka, ia pergi mendekati mereka. Ia naik ke dalam perahu Petrus dan meminta dia bertolak meninggalkan daratan. Ketika mereka telah sedikit

S


jauh, Yesus duduk dalam perahu dan mulai mengajar orang banyak yang berada di tepi pantai. Setelah itu, Yesus berkata kepada Petrus: “Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan.” “Guru,” Petrus menjawab, “telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga.” Sewaktu jala diturunkan, begitu banyak ikan tertangkap sehingga jala mulai koyak. Dengan segera, mereka memberi isyarat kepada teman-teman mereka di perahu terdekat untuk datang membantu. Segera kedua perahu penuh dengan begitu banyak ikan sehingga mulai tenggelam. Ketika Petrus melihat hal ini, ia tersungkur di depan Yesus dan berkata: “Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa.”


“Jangan takut,” jawab Yesus. “Mulai dari sekarang engkau akan menjala manusia.” Yesus juga mengundang Andreas, saudara dari Petrus. “Mari, ikutlah Aku,” ia berkata kepada mereka, “dan kamu akan Kujadikan penjala manusia.” Teman nelayan mereka Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, diberikan undangan yang sama, dan mereka juga menyambutnya tanpa ragu-ragu. Maka keempat orang ini meninggalkan usaha menangkap ikan mereka dan menjadi empat pengikut pertama yang tetap dari Yesus. Lukas 5:1-11; Matius 4:13-22; Markus 1:16-20; Yesaya 8:23; 9:1.

ˇ Mengapa Yesus memanggil murid-muridnya untuk mengikut dia, dan siapakah mereka ini? ˇ Mukjizat apa membuat Petrus takut? ˇ Yesus mengundang murid-muridnya untuk menjala apa?


23

P

Lebih Banyak Mukjizat di Kapernaum

ADA hari Sabat setelah Yesus memanggil empat murid pertamanya—Petrus, Andreas, Yakobus, dan Yohanes—mereka semua pergi ke sinagoge setempat di Kapernaum. Di sana Yesus mulai mengajar, dan orang-orang takjub karena ia mengajar mereka seperti orang yang berkuasa dan tidak seperti para ahli Taurat. Pada hari Sabat ini ada seorang yang kerasukan setan. Setelah beberapa waktu, ia berteriak dengan suara keras: “Apa urusanMu dengan kami, hai Yesus orang Nazaret? Engkau datang hendak membinasakan kami? Aku tahu siapa Engkau: Yang Kudus dari Allah.” Roh jahat yang menguasai orang tersebut sebenarnya adalah salah satu dari malaikat Setan. Yesus menghardik roh jahat dan berkata: “Diam, keluarlah dari padanya!” Maka, roh jahat itu menggoncang-goncangkan orang itu dan menjerit dengan suara nyaring. Akan tetapi ia keluar dari orang tersebut tanpa menyakitinya. Semua orang benar-benar takjub! “Apa ini?” tanya mereka. “Ia berkata-kata dengan kuasa. Rohroh jahatpun diperintahNya dan mereka taat kepadaNya.” Berita mengenai hal ini tersebar ke seluruh daerah sekitarnya. Setelah meninggalkan sinagoge, Yesus serta murid-muridnya pergi ke rumah Simon, atau Petrus. Di sana ibu mertua Petrus sakit keras dan demam tinggi. ‘Tolonglah dia,’ mereka memohon. Maka Yesus mendekat, memegang tangannya dan membangunkan dia. Segera ia sembuh dan mulai menyediakan makanan bagi mereka! Kemudian, sesudah matahari terbenam, orang-orang dari segala penjuru mulai berdatangan ke rumah Petrus membawa orang sakit. Segera seluruh penduduk kota berkerumun di depan pintu! Dan Yesus menyembuhkan semua orang sakit, apa pun penyakit mereka. Ia bahkan membebaskan orang dari rohroh jahat. Seraya diusir ke luar, roh-roh jahat itu berteriak: “Engkau adalah Anak Allah.” Akan tetapi Yesus menghardik dan melarang mereka berbicara karena mereka tahu bahwa ia adalah Markus 1:21-34; Lukas 4:31-41; Matius 8:14-17. Kristus.


ˇ Apa yang terjadi di sinagoge pada hari Sabat setelah Yesus memanggil keempat muridnya? ˇ Ke mana Yesus pergi setelah meninggalkan sinagoge, dan mukjizat apa yang ia lakukan di sana? ˇ Apa yang kemudian terjadi pada malam itu juga?


24

Alasan Yesus Datang ke Bumi

AAT Yesus berada di Kapernaum bersama keempat muridnya merupakan hari yang sibuk, diakhiri dengan orangorang Kapernaum membawa kepadanya semua orang sakit untuk disembuhkan pada sore hari itu. Tidak ada waktu bagi diri sendiri. Keesokan harinya pagi-pagi sekali, sewaktu hari masih gelap, Yesus bangun dan pergi ke luar seorang diri. Ia berjalan ke tempat yang sepi untuk berdoa sendirian kepada Bapaknya. Akan tetapi, keadaan ini hanya sebentar karena ketika Petrus dan yang lain-lain tahu bahwa Yesus tidak ada, mereka pergi mencari dia. Sewaktu mereka bertemu Yesus, Petrus berkata: “Semua orang mencari Engkau.� Orang-orang di Kapernaum ingin Yesus tinggal bersama mereka. Mereka sangat menghargai apa yang telah ia la-

S


kukan bagi mereka! Akan tetapi, apakah Yesus datang ke bumi hanya untuk melakukan penyembuhan secara mukjizat saja? Apa yang ia katakan tentang hal ini? Menurut salah satu kisah Alkitab, Yesus menjawab muridmuridnya: “Marilah kita pergi ke tempat lain, ke kota-kota yang berdekatan, supaya di sana juga Aku memberitakan Injil, karena untuk itu Aku telah datang.� Walaupun orang-orang mendesak Yesus untuk tinggal, ia memberi tahu mereka: “Juga di kota-kota lain Aku harus memberitakan Injil Kerajaan Allah sebab untuk itulah Aku diutus.� Ya, Yesus datang ke bumi terutama untuk memberitakan tentang Kerajaan Allah, yang akan membenarkan nama Bapaknya dan secara permanen melenyapkan semua penyakit manusia. Akan tetapi, sebagai bukti bahwa ia diutus Allah, Yesus melakukan penyembuhan secara mukjizat. Dengan cara yang sama Musa, berabad-abad sebelumnya, melakukan mukjizat-mukjizat sebagai bukti bahwa dia adalah hamba Allah.


Lalu, sewaktu Yesus meninggalkan Kapernaum untuk mengabar ke kota-kota lain, keempat muridnya pergi bersama dia. Keempat orang ini adalah Petrus serta saudaranya Andreas, dan Yohanes serta saudaranya Yakobus. Saudara mungkin ingat bahwa baru seminggu sebelumnya, mereka diundang untuk menjadi teman seperjalanan dan rekan sekerja Yesus yang pertama. Perjalanan pengabaran Yesus di Galilea bersama keempat muridnya merupakan sukses yang menakjubkan! Sebenarnya, laporan tentang kegiatannya tersebar bahkan ke seluruh Siria. Kumpulan orang banyak dari Galilea, Yudea, dan di seberang Sungai Yordan mengikuti Yesus dan murid-muridnya. Markus 1:35-39; Lukas 4:42, 43; Matius 4:23-25; Keluaran 4:1-9, 30, 31.

ˇ Apa yang terjadi keesokan paginya setelah hari yang menyibukkan bagi Yesus di Kapernaum? ˇ Mengapa Yesus diutus ke bumi, dan apa tujuan mukjizat-mukjizatnya? ˇ Siapa pergi bersama Yesus dalam perjalanan pengabarannya di Galilea, dan bagaimana sambutan orang atas kegiatan Yesus?


25

Iba Hati Kepada Seorang Penderita Kusta

ERAYAYesus dan keempat muridnya mengunjungi kota-kota di Galilea, berita tentang perkara-perkara menakjubkan yang ia lakukan tersebar ke seluruh distrik. Berita perbuatannya sampai ke sebuah kota dan ada seorang yang sakit kusta di sana. Dokter Lukas menggambarkannya sebagai orang yang “penuh kusta.� Penyakit yang mengerikan ini, pada tahap yang lanjut, secara perlahan menyebabkan berbagai bagian tubuh rusak. Jadi penderita kusta ini dalam keadaan yang menyedihkan. Sewaktu Yesus tiba di kota, penderita kusta tersebut mendekati

S


dia. Menurut Taurat Allah, seorang penderita kusta harus berseru memberikan peringatan, “Najis! Najis!” untuk melindungi orang lain agar tidak mendekat dan kemungkinan ketularan. Penderita kusta itu kemudian tersungkur dan memohon kepada Yesus: “Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku.” Betapa besar iman orang itu kepada Yesus! Akan tetapi, betapa memprihatinkan keadaan dia karena penyakitnya! Apa yang akan Yesus lakukan? Apa yang akan saudara lakukan? Tergerak oleh rasa kasihan, Yesus mengulurkan tangannya menjamah orang itu, dan berkata: “Aku mau, jadilah engkau tahir.” Dan seketika itu juga lenyaplah penyakit kustanya.


Apakah saudara senang jika seorang yang berbelas kasihan seperti ini menjadi raja saudara? Cara Yesus memperlakukan penderita kusta ini meyakinkan kita bahwa selama masa pemerintahan Kerajaannya, nubuat Alkitab akan tergenap: “Ia akan sayang kepada orang lemah dan orang miskin, ia akan menyelamatkan nyawa orang miskin.” Ya, pada waktu itu Yesus akan memenuhi keinginan hatinya untuk membantu semua orang yang menderita. Bahkan sebelum menyembuhkan penderita kusta, pelayanan Yesus telah menghasilkan kegembiraan besar di antara banyak orang. Dalam menggenapi nubuat Yesaya, Yesus lalu berkata kepada orang yang sembuh itu: “Ingatlah, janganlah engkau memberitahukan apa-apa tentang hal ini kepada siapapun.” Ia kemudian memerintahkan dia: “Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam dan persembahkanlah untuk pentahiranmu persembahan, yang diperintahkan oleh Musa, sebagai bukti bagi mereka.” Akan tetapi orang itu begitu gembira sehingga ia tidak dapat merahasiakan mukjizat itu. Ia pergi dan mulai menyebarkan berita ke mana-mana dan menimbulkan begitu banyak perhatian serta rasa ingin tahu di antara orang-orang sehingga Yesus tidak dapat terang-terangan masuk ke dalam kota. Maka Yesus tinggal di tempat-tempat yang sepi yang tidak berpenghuni, dan orang-orang dari segala penjuru datang untuk mendengarkan dia dan untuk disembuhkan dari penyakit mereka. Lukas 5:12-16; Markus 1:40-45; Matius 8:2-4; Imamat 13:45; 14:10-13; Mazmur 72:13; Yesaya 42:1, 2.

ˇ Penyakit kusta dapat mengakibatkan apa, dan peringatan apa harus diberikan seorang penderita kusta? ˇ Bagaimana seorang penderita kusta memohon kepada Yesus, dan apa yang dapat kita pelajari dari reaksi Yesus? ˇ Bagaimana orang yang disembuhkan gagal untuk mematuhi Yesus, dan apa akibatnya?


26

P

Pulang ke Kapernaum

ADA saat ini kemasyhuran Yesus telah tersebar luas, dan banyak orang pergi ke tempat-tempat di daerah ia tinggal yang letaknya jauh terpencil. Namun demikian, setelah beberapa hari, ia kembali ke Kapernaum melalui Laut Galilea. Segera tersiar berita ke seluruh kota bahwa ia pulang, dan banyak yang datang ke tempat ia berada. Orang Farisi dan para ahli Taurat datang dari tempat-tempat yang jauh seperti kota Yerusalem. Ada begitu banyak orang sehingga mereka menutupi jalan masuk, dan tidak ada ruangan bagi siapa pun untuk masuk ke dalam. Segala sesuatu cocok untuk peristiwa yang benar-benar luar biasa. Apa yang terjadi pada kesempatan ini sangat penting, karena hal itu membantu kita menghargai bahwa Yesus memiliki kekuasaan untuk melenyapkan penyebab penderitaan manusia dan memulihkan kesehatan siapa pun yang ia kehendaki. Sewaktu Yesus mengajar orang banyak, empat orang membawa ke rumah itu seorang pria yang lumpuh di atas tempat tidur. Mereka ingin Yesus menyembuhkan teman mereka, tetapi karena ada banyak orang, mereka tidak dapat masuk. Betapa mengecewakan! Akan tetapi, mereka tidak menyerah. Mereka memanjat ke atas atap yang datar, membuat lubang, dan menurunkan orang yang lumpuh itu beserta usungannya tepat di depan Yesus. Apakah Yesus marah karena gangguan tersebut? Sama sekali tidak! Malahan, ia sangat terkesan oleh iman mereka. Ia berkata kepada yang lumpuh: “Dosamu sudah diampuni!” Akan tetapi, dapatkah Yesus benar-benar mengampuni dosa? Para ahli Taurat dan orang Farisi berpikir ia tidak dapat. Mereka membantah dalam hati: “Mengapa orang ini berkata begitu? Ia menghujat Allah. Siapa yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah sendiri?” Karena mengetahui maksud mereka, Yesus berkata kepada mereka: “Mengapa kamu berpikir begitu dalam hatimu? Manakah lebih mudah, mengatakan kepada orang lumpuh ini: Dosamu sudah diampuni, atau mengatakan: Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalan?” Maka, Yesus memungkinkan orang banyak itu, termasuk para pengritiknya, melihat pertunjukan menakjubkan yang akan menyingkapkan bahwa ia mempunyai kuasa untuk mengampuni



dosa-dosa di bumi dan bahwa ia memang tokoh terbesar sepanjang masa. Ia berpaling kepada orang yang lumpuh itu dan berkata: “Bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!” Dan ia segera bangun, berjalan membawa tempat tidurnya di hadapan mereka semua! Dengan takjub orang-orang itu memuliakan Allah dan berseru: “Yang begini belum pernah kita lihat.” Apakah saudara memperhatikan bahwa Yesus menghubungkan dosa dengan penyakit dan bahwa pengampunan dosa ada hubungannya dengan memperoleh kesehatan jasmani? Alkitab menjelaskan bahwa orang-tua kita yang pertama, Adam, berdosa dan bahwa kita semua telah mewarisi akibat dosa, yaitu, penyakit dan kematian. Akan tetapi, di bawah pemerintahan Kerajaan Allah, Yesus akan mengampuni dosa semua orang yang mengasihi Allah dan melayani Dia, dan kemudian semua penyakit akan ditiadakan. Betapa bagusnya semua itu nanti! Markus 2:1-12; Lukas 5:17-26; Matius 9:1-8; Roma 5:12, 17-19.

ˇ Apa latar belakang untuk suatu peristiwa yang benar-benar menakjubkan? ˇ Bagaimana orang yang lumpuh itu sampai kepada Yesus? ˇ Mengapa kita semua berdosa, tetapi bagaimana Yesus menyediakan harapan bahwa pengampunan dosa kita dan kesehatan yang sempurna akan terwujud?


27

T

Matius Dipanggil

IDAK lama setelah menyembuhkan orang lumpuh itu, Yesus pergi dari Kapernaum ke Laut Galilea. Kembali orang banyak datang kepadanya, dan ia mulai mengajar mereka. Sewaktu melanjutkan perjalanan, ia melihat Matius, yang juga disebut Lewi, duduk di kantor pajak. “Ikutlah Aku,� undang Yesus. Kemungkinan, Matius sudah mengenal ajaran Yesus, sama seperti halnya Petrus, Andreas, Yakobus, dan Yohanes ketika mereka dipanggil. Seperti mereka, Matius segera menyambut undangan tersebut. Ia berdiri, meninggalkan pekerjaannya sebagai pemungut cukai, dan mengikuti Yesus. Kemudian, mungkin untuk merayakan sambutan atas panggilannya, Matius mengadakan pesta resepsi besar di rumahnya. Selain Yesus dan murid-muridnya, bekas rekan-rekan sekerja Matius hadir. Orang-orang ini umumnya dianggap rendah oleh sesama Yahudi mereka karena memungut pajak untuk pemerintahan Roma yang dibenci. Lagi pula, mereka sering secara tidak jujur meminta dari orang-orang lebih banyak uang daripada tarif pajak yang semestinya. Sewaktu mengamati Yesus di pesta itu bersama orang-orang demikian, orang Farisi bertanya kepada murid-muridnya: “Mengapa gurumu makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?� Ketika mendengar pertanyaan tersebut, Yesus menjawab orang Farisi itu: “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit. Jadi pergilah dan pelajarilah arti firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan,


karena Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.� Rupanya, Matius mengundang para pemungut cukai ini ke rumahnya agar mereka dapat mendengarkan Yesus dan menerima penyembuhan rohani. Jadi Yesus bergaul dengan mereka untuk membantu mereka memperoleh hubungan yang sehat dengan Allah. Yesus tidak memandang rendah orangorang demikian, seperti yang dilakukan orang Farisi yang merasa diri benar. Sebaliknya, digerakkan oleh belas kasihan, ia sebenarnya melayani sebagai seorang dokter rohani bagi mereka. Dengan demikian belas kasihan yang diperlihatkan Yesus terhadap para pedosa bukan merupakan pengampunan dosa mereka tetapi ungkapan perasaan lemah lembut yang sama seperti yang ia nyatakan kepada orang yang sakit secara jasmani. Ingat, misalnya, ketika ia dengan penuh rasa kasihan mengulurkan tangan dan menyentuh orang yang sakit kusta, sambil berkata: “Aku mau, jadilah engkau tahir.� Hendaknya kita juga menunjukkan belas kasihan dengan membantu orang-orang yang kekurangan, terutama membantu mereka secara rohani. Matius 8:3; 9:9-13; Markus 2:13-17; Lukas 5:27-32.


ˇ Di mana Matius ketika Yesus melihat dia? ˇ Apa pekerjaan Matius, dan mengapa orang-orang demikian dipandang rendah oleh orang Yahudi yang lain? ˇ Keluhan apa yang diajukan terhadap Yesus, dan bagaimana ia menanggapinya? ˇ Mengapa Yesus bergaul dengan para pedosa?


28

H

Pertanyaan Mengenai Puasa

AMPIR satu tahun berlalu sejak Yesus menghadiri Paskah pada tahun 30 M. Sekarang Yohanes Pembaptis telah beberapa bulan dipenjarakan. Meskipun ia ingin agar murid-muridnya menjadi pengikut Kristus, tidak semuanya demikian. Sekarang beberapa murid dari Yohanes yang dipenjarakan ini datang kepada Yesus dan bertanya: “Mengapa kami dan orang Farisi berpuasa, tetapi murid-muridMu tidak?� Orang Farisi menjalankan puasa dua kali seminggu sebagai upacara agama mereka. Murid-murid Yohanes mungkin juga mengikuti kebiasaan serupa. Mungkin juga mereka berpuasa untuk berkabung atas pemen-


jaraan Yohanes dan ingin tahu mengapa murid-murid Yesus tidak bergabung dengan mereka dalam pernyataan dukacita ini. Sebagai jawaban Yesus menjelaskan: “Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berdukacita selama mempelai itu bersama mereka? Tetapi waktunya akan datang mempelai itu diambil dari mereka dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa.” Murid-murid Yohanes seharusnya ingat bahwa Yohanes sendiri menyebut Yesus sebagai Mempelai Laki-Laki. Jadi pada waktu Yesus hadir, Yohanes tidak menganggap perlu untuk berpuasa, dan begitu pula halnya murid-murid Yesus. Belakangan, ketika Yesus wafat, murid-muridnya memang berkabung dan berpuasa. Akan tetapi, pada waktu ia dibangkitkan dan naik ke surga, tidak ada alasan lagi untuk melakukan puasa perkabungan. Kemudian, Yesus memberikan perumpamaan ini: “Tidak seorangpun menambalkan secarik kain yang belum susut pada baju yang tua, karena jika demikian kain penambal itu akan mencabik baju itu, lalu makin besarlah koyaknya. Begitu pula anggur yang baru tidak diisikan ke dalam kantong kulit yang tua, karena jika demikian kantong itu akan koyak sehingga anggur itu terbuang dan kantong itupun hancur. Tetapi anggur yang baru disimpan orang dalam kantong yang baru pula.” Apa hubungan antara perumpamaan ini dengan puasa? Yesus sedang membantu murid-murid Yohanes Pembaptis untuk menghargai bahwa hendaknya tidak seorang pun mengharapkan para pengikutnya mengikuti praktik-praktik lama dari Yudaisme, seperti kebiasaan berpuasa. Ia tidak datang untuk menambal dan memperpanjang sistem tua yang sudah usang dari ibadat yang sudah waktunya dibuang. Kekristenan tidak akan mengikuti zaman Yudaisme beserta tradisi-tradisi manusianya. Tidak, ini tidak akan seperti secarik kain baru pada baju yang tua atau seperti anggur yang baru dalam kantong kulit yang tua. Matius 9:14-17; Markus 2:18-22; Lukas 5:33-39; Yohanes 3:27-29.

ˇ Siapa yang mempraktikkan puasa, dan untuk maksud apa? ˇ Mengapa murid-murid Yesus tidak berpuasa sewaktu ia berada bersama mereka, dan selanjutnya bagaimana alasan untuk berpuasa segera hilang? ˇ Perumpamaan apa yang Yesus ceritakan, dan apa artinya?


29

Melakukan Perbuatan Baik Pada Hari Sabat

AAT ini musim semi tahun 31 M. Beberapa bulan telah berlalu sejak Yesus berbicara kepada wanita di pinggir sumur di Samaria sewaktu dalam perjalanan dari Yudea ke Galilea. Sekarang, setelah mengajar secara ekstensif di seluruh Galilea, Yesus kembali pergi ke Yudea, tempat ia mengabar di sinagoge-sinagoge. Dibanding dengan perhatian yang Alkitab berikan dalam hal pelayanannya di Galilea, hanya sedikit yang diceritakan mengenai kegiatan Yesus di Yudea selama kunjungan ini serta berbulan-bulan ia tinggal di situ setelah Paskah yang lalu. Rupanya pelayanannya di Yu-

S


dea tidak mendapat sambutan sebaik di Galilea. Segera Yesus berangkat ke kota utama Yudea, Yerusalem, untuk merayakan Paskah tahun 31 M. Di sini, dekat Pintu Gerbang Domba, terdapat kolam yang disebut Betesda, tempat banyak orang sakit, buta, dan timpang datang. Mereka percaya bahwa orang dapat disembuhkan dengan masuk ke dalam air kolam itu sewaktu air bergoncang. Ketika itu hari Sabat, dan Yesus melihat seorang pria di kolam itu yang telah sakit selama 38 tahun. Karena mengetahui bahwa orang itu sudah lama sakit, Yesus bertanya: “Maukah engkau sembuh?” Ia menjawab Yesus: “Tuhan, tidak ada orang yang menurunkan aku ke dalam kolam itu apabila airnya mulai goncang, dan sementara aku menuju ke kolam itu, orang lain sudah turun mendahului aku.” Yesus berkata kepadanya: “Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalanlah.” Mendengar hal ini segera orang itu sembuh, mengangkat tilamnya, dan mulai berjalan! Akan tetapi, ketika orang Yahudi melihat orang itu, mereka berkata: “Hari ini hari Sabat dan tidak boleh engkau memikul tilammu.” Orang itu menjawab mereka: “Orang yang telah menyembuhkan aku, dia yang mengatakan kepadaku: Angkatlah tilammu dan berjalanlah.” “Siapakah orang itu yang berkata kepadamu: Angkatlah tilammu dan berjalanlah?” tanya mereka. Yesus telah pergi karena ada banyak orang di situ, dan orang yang disembuhkan itu tidak tahu nama Yesus. Akan tetapi,


kemudian Yesus bertemu dengan dia di bait, dan ia baru tahu siapa yang menyembuhkan dia. Maka orang yang disembuhkan itu menemui orang Yahudi untuk menceritakan kepada mereka bahwa Yesus-lah yang telah menyembuhkan dia. Setelah mengetahui hal ini, orang Yahudi menghampiri Yesus. Untuk maksud apa? Apakah untuk mencari tahu dengan cara apa ia dapat melakukan perkara-perkara yang menakjubkan ini? Tidak. Akan tetapi, untuk mencari kesalahan dia karena melakukan perkara-perkara yang baik ini pada hari Sabat. Lukas 4:44; Yohanes 5:1-16. Mereka bahkan mulai menganiaya dia! ˇ Kira-kira berapa waktu berlalu sejak Yesus terakhir mengunjungi Yudea? ˇ Mengapa kolam yang disebut Betesda itu sedemikian populer? ˇ Mukjizat apa Yesus lakukan di kolam itu, dan apa reaksi orang Yahudi?


30

K

Menjawab Para Penuduhnya

ETIKA para pemimpin agama Yahudi menuduh Yesus melanggar hari Sabat, ia menjawab: “BapaKu bekerja sampai sekarang, maka Akupun bekerja juga.” Meski ada tuduhan dari orang Farisi, pekerjaan Yesus bukanlah dari jenis yang dilarang hukum Sabat. Kegiatannya mengabar dan menyembuhkan adalah tugas yang diberikan Allah, dan dalam meniru teladan Allah, ia terus melakukannya setiap hari. Akan tetapi, jawabannya membuat orang-orang Yahudi menjadi lebih marah lagi daripada sebelumnya, dan mereka berupaya membunuh dia. Mengapa? Karena sekarang mereka bukan saja percaya bahwa Yesus melanggar hari Sabat tetapi menganggap pernyataan bahwa ia Putra Allah sendiri adalah hujatan. Akan tetapi, Yesus tidak takut dan selanjutnya menjawab mereka berkenaan hubungannya yang diperkenan dengan Allah. “Bapa mengasihi Anak,” ia berkata, “Ia menunjukkan kepadaNya segala sesuatu yang dikerjakanNya sendiri.” “Sama seperti Bapa membangkitkan orang-orang mati,” Yesus melanjutkan, “demikian juga Anak menghidupkan barangsiapa yang dikehendakiNya.” Tentu, Anak telah menghidupkan yang mati secara rohani! “Barangsiapa mendengar perkataanKu dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku,” Yesus berkata, “sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup.” Ya, ia melanjutkan: “Saatnya akan tiba dan sudah tiba, bahwa orang-orang mati akan mendengar suara Anak Allah, dan mereka yang mendengarnya, akan hidup.” Meskipun tidak ada catatan bahwa Yesus secara harfiah sudah membangkitkan orang dari kematian, ia mengatakan kepada para penuduhnya bahwa kebangkitan dari kematian secara harfiah demikian akan terjadi. “Janganlah kamu heran akan hal itu,” ia berkata, “sebab saatnya akan tiba, bahwa semua orang yang di dalam kuburan akan mendengar suaraNya, dan mereka yang telah berbuat baik akan keluar.” Sampai saat itu, Yesus jelas belum pernah menggambarkan peranannya yang penting dalam maksud-tujuan Allah dengan cara yang demikian jelas dan pasti. Akan tetapi, para penuduh Yesus mendapat lebih banyak daripada kesaksian dari dirinya sendiri mengenai hal-hal ini. “Kamu telah mengirim utusan kepada



Yohanes,” Yesus mengingatkan mereka, “dan ia telah bersaksi tentang kebenaran.” Hanya dua tahun sebelumnya, Yohanes Pembaptis mengatakan kepada para pemimpin agama Yahudi ini mengenai Pribadi yang datang setelah dirinya. Yesus mengingatkan mereka akan penghargaan mereka yang tinggi yang pernah mereka berikan kepada Yohanes yang saat itu dipenjarakan dengan berkata: “Kamu hanya mau menikmati seketika saja cahayanya itu.” Yesus mengingatkan mereka akan hal ini dengan harapan ingin membantu, ya, menyelamatkan, mereka. Akan tetapi, ia tidak hanya bergantung kepada kesaksian Yohanes. “Pekerjaan itu juga yang Kukerjakan sekarang [termasuk mukjizat yang baru saja ia lakukan], dan itulah yang memberi kesaksian tentang Aku, bahwa Bapa yang mengutus Aku.” Namun di samping itu, Yesus melanjutkan: “Bapa yang mengutus Aku, Dialah yang bersaksi tentang Aku.” Allah memberi kesaksian tentang Yesus, misalnya, pada waktu ia dibaptis, dengan berkata: “Inilah Anak yang Kukasihi.” Sungguh, para penuduh Yesus tidak mempunyai alasan untuk menolak dia. Ayat-ayat yang mereka nyatakan malah memberikan kesaksian mengenai dia! “Jikalau kamu percaya kepada Musa, tentu kamu akan percaya juga kepadaKu,” Yesus menyimpulkan, “sebab ia telah menulis tentang Aku. Tetapi jikalau kamu tidak percaya akan apa yang ditulisnya, bagaimanakah kamu akan percaya Yohanes 5:17-47; 1:19-27; Matius 3:17. akan apa yang Kukatakan?” ˇ Mengapa pekerjaan Yesus tidak melanggar Sabat? ˇ Bagaimana Yesus menggambarkan peranannya yang penting dalam maksudtujuan Allah? ˇ Untuk membuktikan bahwa ia Anak Allah, Yesus menunjuk kepada kesaksian siapa?


31

Memetik Biji-bijian Pada Hari Sabat

EGERA Yesus dan murid-muridnya meninggalkan Yerusalem untuk kembali ke Galilea. Saat itu musim semi, dan di ladang terdapat bulir-bulir gandum yang belum dipetik. Murid-murid merasa lapar. Maka mereka memetik bulir-bulir gandum dan memakannya. Akan tetapi, karena tepat hari Sabat, tindakan mereka diperhatikan orang. Para pemimpin agama di Yerusalem berusaha mencari jalan untuk membunuh Yesus karena tuduhan melanggar hari Sabat. Kini orang-orang Farisi mengajukan tuduhan. “Lihatlah, muridmuridMu berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat,� tuduh mereka. Orang-orang Farisi menyatakan bahwa memetik gandum dan melepaskan kulitnya dengan menggosokkan dalam tangan supa-

S


ya dapat dimakan sama seperti menuai dan menampi. Akan tetapi, interpretasi mereka yang kaku mengenai tata cara kerja membuat hari Sabat menjadi beban, padahal seharusnya merupakan saat yang menggembirakan, dan membina secara rohani. Maka Yesus menjawab dengan contoh-contoh dari Alkitab untuk menunjukkan bahwa Allah Yehuwa tidak pernah menuntut penerapan keras demikian yang tidak perlu tentang hukum SabatNya. Yesus berkata bahwa ketika Daud beserta anak buahnya lapar, mereka masuk ke dalam Bait Allah dan memakan roti sajian. Roti tersebut telah diambil dari hadapan Yehuwa dan diganti dengan yang baru, dan biasanya disediakan untuk dimakan para imam. Akan tetapi, dalam keadaan seperti itu, Daud dan orang-orangnya tidak dihukum karena makan roti tersebut. Yesus memberikan contoh lain, dengan berkata: “Tidakkah kamu baca dalam kitab Taurat, bahwa pada hari-hari Sabat, imam-imam melanggar hukum Sabat di dalam Bait Allah, namun


tidak bersalah?” Ya, bahkan pada hari Sabat para imam menyembelih binatang dan melakukan pekerjaan lain dalam Bait Allah sewaktu menyediakan korban binatang! “Aku berkata kepadamu,” kata Yesus, “di sini ada yang melebihi Bait Allah.” Seraya menasihati orang-orang Farisi, Yesus melanjutkan: “Jika memang kamu mengerti maksud firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, tentu kamu tidak menghukum orang yang tidak bersalah.” Kemudian ia mengakhiri: “Karena Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat.” Apa yang Yesus maksudkan dengan kata-kata itu? Yesus menunjuk kepada pemerintahan Kerajaan seribu tahunnya yang penuh damai. Sudah selama 6.000 tahun umat manusia menderita kesusahan di bawah perbudakan Setan si Iblis, berupa kekerasan dan peperangan yang merupakan keadaan sehari-hari. Sebaliknya, pemerintahan Sabat yang agung dari Kristus akan menjadi masa perhentian dari semua penderitaan dan tekanan. Matius 12:1-8; Imamat 24:5-9; 1 Samuel 21:1-6; Bilangan 28:9; Hosea 6:6.

ˇ Tuduhan apa yang diajukan terhadap murid-murid Kristus, dan bagaimana Yesus menjawabnya? ˇ Apa kesalahan orang Farisi yang Yesus buktikan? ˇ Dalam hal apa Yesus adalah “Tuhan atas hari Sabat”?


32

P

Apa yang Diperbolehkan Pada Hari Sabat?

ADA suatu hari Sabat yang lain Yesus mengunjungi sebuah sinagoge dekat Laut Galilea. Ada seorang yang mati tangan kanannya. Para ahli Taurat dan orang Farisi mengamatamati apakah Yesus akan menyembuhkan dia. Akhirnya mereka bertanya: “Bolehkah menyembuhkan orang pada hari Sabat?” Para pemimpin agama Yahudi percaya bahwa menyembuhkan orang pada hari Sabat hanya diperbolehkan jika kehidupan terancam. Misalnya, mereka mengajar bahwa pada hari Sabat tidak diperbolehkan untuk membetulkan tulang yang patah atau membalut luka. Jadi para ahli Taurat dan orang Farisi menanyakan Yesus dalam upaya mencari alasan agar dapat mempersalahkan dia. Akan tetapi, Yesus mengetahui jalan pikiran mereka. Pada saat yang sama, ia menyadari bahwa mereka telah menerima pandangan yang ekstrem dan tidak berdasarkan Alkitab mengenai peraturan untuk melarang bekerja pada hari Sabat. Maka Yesus bersiap-siap untuk menghadapi konfrontasi yang dramatis, dengan berkata kepada orang yang mati sebelah tangan itu: “Mari, berdirilah di tengah!” Kemudian, seraya berpaling kepada para ahli Taurat dan orang Farisi, Yesus berkata: “Jika seorang dari antara kamu mempunyai seekor domba dan domba itu terjatuh ke dalam lobang pada hari Sabat, tidakkah ia akan menangkapnya dan mengeluarkannya?” Karena seekor domba dianggap sebagai investasi keuangan, mereka tidak akan membiarkannya di dalam lubang sampai keesokan hari, dengan kemungkinan menjadi sakit dan merugikan mereka. Selain itu, Alkitab berkata: “Orang benar memperhatikan hidup hewannya.” Yesus memberikan perbandingan yang sama, dengan melanjutkan: “Bukankah manusia jauh lebih berharga dari pada domba? Karena itu boleh berbuat baik pada hari Sabat.” Para pemimpin agama tidak dapat membantah penjelasan yang logis, penalaran yang mengena itu, maka mereka diam saja. Dengan marah dan juga sedih karena kedegilan mereka, Yesus memandang sekelilingnya. Kemudian, ia berkata kepada orang itu: “Ulurkanlah tanganmu!” Orang itu mengulurkannya dan tangannya pun sembuh.


Bukannya merasa senang karena tangan orang itu disembuhkan, orang-orang Farisi itu keluar dan segera bersekongkol dengan orang-orang Herodian untuk membunuh Yesus. Rupanya partai politik ini mencakup anggota-anggota dari golongan Saduki yang religius. Biasanya, partai politik ini terang-terangan bermusuhan dengan orang Farisi, tetapi mereka bersatu sekali menentang Yesus. Matius 12:9-14; Markus 3:1-6; Lukas 6:6-11; Amsal 12:10; Keluaran 20:8-10.

ˇ Keadaan apa yang menyebabkan konfrontasi dramatis antara Yesus dan para pemimpin agama Yahudi? ˇ Apa yang dipercayai para pemimpin agama Yahudi ini mengenai penyembuhan pada hari Sabat? ˇ Ilustrasi apa yang digunakan Yesus untuk membantah pandangan mereka yang salah?



33

Menggenapi Nubuat Yesaya

ETELAH Yesus mengetahui bahwa orang Farisi dan orang Herodian merencanakan untuk membunuh dia, ia beserta murid-muridnya menyingkir ke Laut Galilea. Banyak orang dari seluruh penjuru Palestina, dan bahkan dari daerah di luar perbatasan kota, datang kepadanya. Ia menyembuhkan banyak orang, sehingga semua orang yang menderita penyakit berdesakdesakan untuk menyentuh dia. Karena ada begitu banyak orang, Yesus menyuruh murid-muridnya menyediakan sebuah perahu yang dapat ia gunakan untuk seterusnya. Dengan meninggalkan pantai, ia dapat mencegah orang banyak yang menghimpitnya. Ia dapat mengajar mereka dari atas perahu atau pergi ke daerah lain di sepanjang pantai untuk membantu orang-orang di sana. Matius sang murid memperhatikan bahwa kegiatan Yesus menggenapi “firman yang disampaikan oleh nabi Yesaya.� Matius kemudian mengutip nubuat yang tergenap atas diri Yesus: “Lihatlah, itu HambaKu yang Kupilih, yang Kukasihi, yang kepadaNya jiwaKu berkenan; Aku akan menaruh rohKu ke atasNya, dan Ia akan memaklumkan hukum kepada bangsa-

S


bangsa. Ia tidak akan berbantah dan tidak akan berteriak dan orang tidak akan mendengar suaraNya di jalan-jalan. Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskanNya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkanNya, sampai Ia menjadikan hukum itu menang. Dan padaNyalah bangsa-bangsa akan berharap.” Yesus, memang, adalah hamba yang dikasihi, yang Allah perkenan. Yesus menjelaskan apa hukum yang benar itu, yang dikaburkan oleh tradisi dari agama palsu. Karena hukum Allah tidak diterapkan dengan benar, orang Farisi bahkan tidak mau membantu orang yang sakit pada hari Sabat! Dengan menjelaskan keadilan Allah, Yesus membebaskan orang-orang dari beban tradisi yang tidak adil, dan karena inilah, para pemimpin agama berupaya membunuh dia. Apa artinya bahwa ‘ia tidak akan membantah, atau berteriak supaya didengar di jalan-jalan’? Ketika Yesus menyembuhkan orangorang, ia ‘dengan keras melarang mereka memberitahukan siapa dia.’ Ia tidak ingin memperkenalkan dirinya di jalan-jalan atau menjadi desas-desus menyimpang yang dengan antusias disampaikan dari mulut ke mulut. Yesus juga menyampaikan berita yang menyenangkan kepada orang-orang yang digambarkan seperti buluh yang patah terkulai, dibengkokkan dan dicampakkan ke tanah. Mereka seperti sumbu yang pudar nyalanya yang hampir padam. Yesus tidak meremukkan buluh yang patah terkulai atau memadamkan rami yang membara dan berasap. Akan tetapi, ia dengan lemah lembut dan kasih serta terampil membantu orang yang rendah hati. Sesungguhnya, Yesus adalah pribadi kepada siapa bangsa-bangsa Matius 12:15-21; Markus 3:7-12; dapat berharap! Yesaya 42:1-4.

ˇ Bagaimana Yesus menjelaskan keadilan, tanpa bertengkar atau berteriak di jalan-jalan? ˇ Siapa yang digambarkan seperti buluh yang patah terkulai dan sumbu yang pudar nyalanya, dan bagaimana Yesus memperlakukan mereka?


34

Memilih Rasul-Rasulnya

UDAH berlalu kira-kira satu setengah tahun sejak Yohanes Pembaptis memperkenalkan Yesus sebagai Anak Domba Allah, dan Yesus mulai pelayanan umumnya. Pada waktu itu Andreas, Simon Petrus, Yohanes, dan mungkin Yakobus (saudara Yohanes), serta Filipus dan Natanael (juga disebut Bartolomeus), telah menjadi murid-murid Yesus yang pertama. Pada waktunya, banyak orang lain yang bergabung dengan mereka mengikuti Kristus. Sekarang Yesus bermaksud memilih rasul-rasulnya. Mereka ini akan menjadi rekan-rekan akrabnya yang akan diberikan pelatihan khusus. Namun sebelum memilih mereka, Yesus pergi ke bukit dan berdoa sepanjang malam, mungkin memohon hikmat dan perkenan Allah. Ketika hari yang baru mulai, ia memanggil murid-muridnya dan memilih dari antara mereka 12 orang. Akan

S



tetapi, karena mereka terus menjadi murid Yesus, maka mereka juga tetap disebut murid. Enam orang yang Yesus pilih, yang disebut di atas, adalah orang-orang yang pertama menjadi murid Yesus. Matius, yang dipanggil Yesus dari kantor pajak, juga terpilih. Lima lainnya yang dipilih adalah Yudas (juga disebut Tadeus), Yudas Iskariot, Simon orang Zelot, Tomas, serta Yakobus anak Alfeus. Yakobus ini disebut juga Yakobus yang Muda, mungkin karena perawakannya lebih kecil atau umurnya lebih muda daripada rasul Yakobus yang lain. Pada saat itu ke-12 orang ini telah bersama Yesus selama beberapa waktu, dan ia mengenal mereka dengan baik. Sebenarnya, beberapa dari antara mereka adalah sanak keluarganya sendiri. Yakobus dan Yohanes saudaranya sebenarnya adalah saudara sepupu Yesus. Mungkin Alfeus adalah saudara Yusuf, ayah angkat Yesus. Jadi rasul Yakobus, anak Alfeus, juga adalah saudara sepupu Yesus. Yesus tentu saja tidak ada masalah dalam mengingat nama rasul-rasulnya. Akan tetapi, apakah saudara dapat mengingat mereka? Nah, ingat saja bahwa ada dua yang bernama Simon, dua bernama Yakobus, dan dua yang bernama Yudas, dan bahwa Simon mempunyai saudara yang bernama Andreas, dan bahwa Yakobus mempunyai saudara namanya Yohanes. Itulah kuncinya untuk mengingat delapan rasul. Empat lainnya termasuk seorang pemungut cukai (Matius), satu lagi yang kemudian ragu-ragu (Tomas), satu dipanggil dari bawah pohon (Natanael), dan Filipus temannya. Sebelas rasul berasal dari daerah tempat tinggal Yesus, Galilea. Natanael berasal dari Kana. Filipus, Petrus, dan Andreas berasal dari Betsaida, kemudian Petrus dan Andreas pindah ke Kapernaum, yang rupanya tempat asal dari Matius. Pekerjaan Yakobus dan Yohanes adalah menangkap ikan dan mungkin juga tinggal di atau dekat Kapernaum. Rupanya Yudas Iskariot, yang belakangan mengkhianati Yesus, adalah satu-satunya rasul yang Markus 3:13-19; Lukas 6:12-16. berasal dari Yudea. ˇ Rasul-rasul mana kemungkinan adalah sanak keluarga Yesus? ˇ Siapa saja rasul-rasul Yesus, dan bagaimana saudara dapat mengingat namanama mereka? ˇ Dari daerah mana saja para rasul berasal?


35

I

Khotbah Paling Masyhur Sepanjang Masa

NI merupakan salah satu pemandangan yang paling mengesankan dalam sejarah Alkitab: Yesus duduk di lereng bukit, menyampaikan Khotbah di Bukit yang terkenal. Tempatnya di dekat Laut Galilea, kemungkinan dekat Kapernaum. Setelah semalaman berdoa, Yesus baru saja memilih 12 orang di antara murid-muridnya untuk menjadi rasul. Kemudian, bersama mereka semua, ia turun ke tempat yang datar ini di bukit. Pada saat itu, saudara mungkin berpikir, Yesus lelah sekali dan ingin tidur sejenak. Akan tetapi, kumpulan orang banyak telah datang, beberapa dari Yudea dan Yerusalem, yang jauhnya kirakira 96 sampai 112 kilometer dari situ. Orang lain datang dari pantai Tirus dan Sidon yang berada di sebelah utara. Mereka datang untuk mendengarkan Yesus dan agar disembuhkan dari penyakit mereka. Bahkan ada orang-orang yang dirasuk hantu, yakni malaikatmalaikat yang jahat pengikut Setan. Seraya Yesus turun, orang sakit mendekat untuk menyentuh dia, dan ia menyembuhkan mereka semua. Setelah itu, Yesus tampaknya naik ke tempat yang lebih tinggi di atas bukit. Di sana ia duduk dan mulai mengajar orang banyak yang tersebar di tempat yang datar di hadapan dia. Coba pikir! Sekarang tidak ada seorang pun di antara hadirin yang menderita penyakit yang serius!


Orang-orang ingin sekali mendengarkan sang guru yang dapat melakukan mukjizat-mukjizat yang menakjubkan ini. Akan tetapi, Yesus, menyampaikan khotbahnya terutama untuk kepentingan murid-muridnya, yang kemungkinan duduk berkumpul sangat dekat dengan dia. Namun, agar kita juga dapat memperoleh manfaatnya, Matius dan Lukas telah mencatatnya. Catatan Matius mengenai khotbah itu kira-kira empat kali lebih panjang daripada catatan Lukas. Selain itu, beberapa bagian dari


yang dicatat Matius, disampaikan oleh Lukas seolah-olah diucapkan Yesus pada kesempatan lain selama pelayanannya, seperti yang dapat kita lihat dengan membandingkan Matius 6:9-13 dengan Lukas 11:1-4, dan Matius 6:25-34 dengan Lukas 12:2231. Akan tetapi, hal ini seharusnya tidak mengherankan. Yesus jelas mengajarkan hal-hal yang sama lebih dari satu kali, dan Lukas memutuskan untuk mencatat beberapa dari ajaran-ajaran ini dalam latar yang berbeda. Apa yang membuat khotbah Yesus begitu bernilai bukan saja makna rohani yang dalam dari isinya, tetapi juga cara yang sederhana dan jelas yang ia gunakan dalam menyampaikan kebenaran ini. Ia mengambil pengalaman sehari-hari dan menggunakan perkara-perkara yang dikenal baik oleh orang-orang, sehingga gagasannya mudah dimengerti oleh semua yang mencari kehidupan yang lebih baik dalam jalan Allah.


Siapa yang Benar-Benar Berbahagia? Setiap orang ingin bahagia. Menyadari hal ini, Yesus memulai Khotbah di Bukit dengan memberikan gambaran mengenai orang-orang yang benar-benar berbahagia. Seperti dapat kita bayangkan, hal ini langsung menarik perhatian hadirinnya yang begitu banyak. Namun demikian, kata-kata pembukaannya pasti kelihatannya bertentangan bagi banyak orang. Yesus menujukan komentarnya kepada murid-muridnya, dengan memulai: “Berbahagialah, hai kamu yang miskin, karena kamulah yang empunya Kerajaan Allah. Berbahagialah, hai kamu yang sekarang ini lapar, karena kamu akan dipuaskan. Berbahagialah, hai kamu yang sekarang ini menangis, karena kamu akan tertawa. Berbahagialah kamu, jika . . . orang membenci kamu . . . Bersukacitalah pada waktu itu dan bergembiralah, sebab sesungguhnya, upahmu besar di sorga.� Beginilah catatan Lukas mengenai kata pengantar dari khotbah Yesus. Akan tetapi, menurut catatan Matius, Yesus juga menyebut berbahagia orang yang lemah lembut, yang murah hati, yang suci hatinya, dan yang membawa damai. Yesus memperlihatkan, bahwa orang-orang ini berbahagia, karena mereka akan mewarisi bumi, akan beroleh kemurahan, akan melihat Allah, dan akan disebut anak Allah. Akan tetapi, apa yang Yesus maksudkan dengan berbahagia, bukan sekedar gembira atau riang, seperti pada waktu seorang se-


dang bersenang-senang. Kebahagiaan sejati lebih dalam, mengandung arti sukacita, perasaan puas dan berhasil dalam hidup. Jadi Yesus menunjukkan bahwa mereka yang benar-benar berbahagia adalah orang yang menyadari kebutuhan rohani mereka, merasa sedih karena keadaan mereka yang berdosa, dan belajar mengenal serta melayani Allah. Kemudian, meskipun mereka dibenci atau dianiaya karena melakukan kehendak Allah, mereka berbahagia karena mengetahui bahwa mereka menyenangkan Allah dan akan menerima pahala-Nya berupa hidup yang kekal. Akan tetapi, banyak dari pendengar Yesus, seperti halnya beberapa orang dewasa ini, percaya bahwa kesuksesan dan menikmati kesenangan itulah yang membuat orang bahagia. Yesus mengetahui hal sebaliknya. Memperlihatkan pertentangan yang tentunya mengherankan banyak pendengarnya, ia berkata: “Celakalah kamu, hai kamu yang kaya, karena dalam kekayaanmu kamu telah memperoleh penghiburanmu. Celakalah kamu, yang sekarang ini kenyang, karena kamu akan lapar. Celakalah kamu, yang sekarang ini tertawa, karena kamu akan berdukacita dan menangis. Celakalah kamu, jika semua orang memuji kamu; karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan nabi-nabi palsu.� Apa yang Yesus maksudkan? Mengapa memiliki kekayaan, suka mengejar kesenangan, dan menikmati pujian dari manusia mendatangkan celaka? Karena jika seseorang memiliki dan mengasihi perkara-perkara ini, maka dinas kepada Allah, satu-satunya yang akan mendatangkan kebahagiaan sejati, akan dikesampingkan dari kehidupannya. Pada waktu yang sama, Yesus tidak memaksudkan bahwa hanya karena miskin, lapar, dan sedih orang akan merasa bahagia. Akan tetapi, sering kali, orang-orang dalam keadaan yang kurang menguntungkan demikian mau menyambut ajaran Yesus, dan karenanya mereka diberkati dengan kebahagiaan sejati.


Selanjutnya, Yesus berbicara kepada muridmuridnya, katanya: “Kamu adalah garam dunia.” Ia tentu saja tidak memaksudkan bahwa mereka adalah garam harfiah. Sebaliknya, garam merupakan bahan pengawet. Setumpuk garam diletakkan di dekat mezbah di bait Yehuwa, dan imamimam yang bertugas di sana menggunakannya untuk menggarami korban bakaran. Murid-murid Yesus adalah “garam dunia” dalam arti mereka memiliki pengaruh yang menyelamatkan orang. Sesungguhnya, berita yang mereka sampaikan akan memelihara kehidupan semua orang yang menyambutnya! Hal itu akan menghasilkan sifat-sifat kekekalan dalam kehidupan orang-orang demikian, loyalitas, dan kesetiaan, yang mencegah kerusakan rohani dan moral apa pun dalam diri mereka. “Kamu adalah terang dunia,” kata Yesus kepada murid-muridnya. Pelita tidak diletakkan di bawah gantang tetapi di atas kaki dian, maka Yesus berkata: “Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang.” Murid-murid Yesus melakukan ini melalui kesaksian umum mereka, juga dengan menjadi teladan dalam tingkah laku yang selaras dengan prinsip-prinsip Alkitab.

Standar yang Tinggi Bagi Para Pengikutnya Para pemimpin agama menganggap Yesus sebagai pelanggar Taurat Allah dan belakangan bahkan berkomplot untuk membunuh dia. Maka seraya Yesus melanjutkan Khotbah di Bukit, ia menjelaskan: “Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.” Yesus sangat menghormati Taurat Allah dan menganjurkan orang lain untuk menghormatinya juga. Ia malahan berkata: “Si-


apa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga,” yang berarti bahwa orang semacam itu tidak akan memasuki Kerajaan itu. Yesus sama sekali tidak mengabaikan Taurat Allah, ia bahkan mengutuk sikap yang mengarah kepada p elanggaran hukum. Setelah menyatakan bahwa Taurat berbunyi, “Jangan membunuh,” Yesus menambahkan: “Tetapi Aku berkata kepadamu: ‘Setiap orang yang [“terus,” NW] marah terhadap saudaranya harus dihukum.’” Karena terus marah dengan seorang teman sangat serius, bahkan mungkin dapat mengarah kepada pembunuhan, Yesus menjelaskan seberapa jauh seseorang harus bertindak untuk mencapai perdamaian. Ia memerintahkan: “Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu [korban] di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu.” Mengarahkan perhatian kepada perintah ketujuh dari Sepuluh Perintah, Yesus melanjutkan: “Kamu telah mendengar firman: ‘Jangan berzinah.’” Akan tetapi, Yesus bahkan mengutuk sikap yang mengarah kepada perzinahan. “Aku berkata kepadamu: ‘Setiap orang yang [terus] memandang perempuan


serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya.’” Di sini Yesus tidak berbicara mengenai pikiran amoral yang hanya terlintas sekejap tetapi tentang “terus memandang.” Terus memandang dengan cara demikian akan menimbulkan hasrat berahi, yang jika ada kesempatan, dapat berakhir dengan perzinahan. Bagaimana seseorang dapat mencegah terjadinya hal ini? Yesus menjelaskan perlunya mengambil langkah-langkah yang ekstrem, dengan mengatakan: “Jika matamu yang kanan menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu. . . . Dan jika tanganmu yang kanan menyesatkan engkau, penggallah dan buanglah itu.” Orang sering kali rela memotong anggota badan yang membusuk guna menyelamatkan kehidupan mereka. Namun menurut Yesus, adalah lebih penting lagi untuk ‘membuang’ apa pun, bahkan sesuatu yang berharga seperti mata atau tangan, untuk menghindari pikiran serta perbuatan amoral. Jika tidak, Yesus menjelaskan, orang-orang demikian akan dilemparkan ke dalam Gehenna (pembakaran timbunan sampah dekat Yerusalem), yang melambangkan kebinasaan kekal. Yesus juga membahas cara menangani orang-orang yang menyebabkan celaka dan sakit hati. “Janganlah kamu mela-


wan orang yang berbuat jahat kepadamu,” nasihatnya. “Melainkan siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu.” Yesus tidak memaksudkan bahwa seseorang tidak boleh membela diri sendiri atau keluarganya jika diserang. Tamparan tidak diberikan untuk melukai orang lain secara fisik tetapi adalah penghinaan. Jadi, yang Yesus maksudkan adalah bahwa jika seseorang mencoba memancing perkelahian atau pertengkaran, dengan menampar secara harfiah atau menyakiti dengan kata-kata penghinaan, adalah salah untuk membalas hal itu. Setelah menarik perhatian kepada hukum Allah untuk mengasihi sesama, Yesus menyatakan: “Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.” Sebagai alasan yang kuat untuk melakukan hal ini, ia menambahkan: “Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik.” Yesus mengakhiri bagian dari khotbahnya ini dengan menasihati: “Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.” Yesus tidak memaksudkan bahwa orang dapat mutlak sempurna. Sebaliknya, dengan meniru Allah, mereka dapat memperluas kasih mereka bahkan sampai mencakup musuh mereka. Catatan Lukas yang serupa mengenai kata-kata Yesus berbunyi: “Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati.”

Doa, dan Percaya Kepada Allah Seraya Yesus melanjutkan khotbahnya, ia mengutuk kemunafikan orang yang memamerkan kesalehan yang mereka sangka benar. “Apabila engkau memberi sedekah,” katanya, “janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan orang munafik.” “Dan,” Yesus melanjutkan, “apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan


doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang.” Sebaliknya, ia memerintahkan: “Jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi.” Yesus sendiri mengucapkan doa di depan umum, jadi ia tidak menyalahkan hal ini. Apa yang ia cela adalah doa yang disampaikan untuk mengesankan para pendengar dan yang mendorong orang untuk memberikan pujian. Yesus selanjutnya menasihati: “Dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah.” Yesus tidak memaksudkan bahwa pengulangan itu sendiri salah. Ia sendiri pernah berulang kali menggunakan “kata yang sama” sewaktu berdoa. Akan tetapi, yang ia cela adalah mengatakan kata-kata yang dihafal ‘berulang-ulang (Bode),’ seperti cara orang yang memegang biji-biji tasbih sambil mengulangi doa mereka tanpa dipikir. Untuk membantu para pendengarnya berdoa, Yesus memberikan contoh doa yang berisi tujuh permintaan. Tiga yang pertama dengan tepat mengakui kedaulatan Allah dan maksudtujuan-Nya. Itu berupa permohonan agar nama Allah dikuduskan, agar Kerajaan-Nya datang, dan agar kehendak-Nya terjadi. Keempat permohonan sisanya merupakan permintaan pribadi, yaitu, untuk makanan sehari-hari, pengampunan dosa, agar tidak dicobai melebihi kesanggupan, dan dilepaskan dari si jahat. Selanjutnya, Yesus menyebutkan jerat dari perhatian yang berlebihan kepada harta materi. Ia mendesak: “Janganlah [“Berhentilah,” NW] kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya.” Harta demikian bukan saja dapat musnah tetapi juga tidak dapat menambahkan manfaat di mata Allah. Karena itu, Yesus berkata: “Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga.” Ini dilakukan dengan menaruh dinas Allah di tempat pertama dalam kehidupan saudara. Tidak


seorang pun dapat mengambil manfaat yang telah dikumpulkan di hadapan Allah atau pahalanya yang sangat besar. Kemudian Yesus menambahkan: “Di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada.” Yesus melanjutkan pembicaraan mengenai jerat materialisme, dengan memberikan perumpamaan: “Mata adalah pelita tubuh. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu; jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu.” Mata yang berfungsi dengan baik adalah seperti penerangan di tempat gelap bagi tubuh. Akan tetapi, untuk melihat dengan tepat, mata harus bersahaja, yaitu, harus dipusatkan ke satu hal. Mata yang tidak fokus akan menyebabkan seseorang salah menilai perkara-perkara, mendahulukan pengejaran materi daripada dinas kepada Allah, dengan akibat “seluruh tubuh” menjadi gelap. Yesus mengakhiri hal ini dengan perumpamaan yang ampuh: “Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.” Setelah memberikan nasihat ini, Yesus meyakinkan para pendengarnya bahwa mereka tidak perlu khawatir akan kebutuhan materi mereka jika mereka menaruh dinas Allah di


tempat pertama. “Pandanglah burung-burung di langit,” katanya, “yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga.” Kemudian ia bertanya: “Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu?” Lalu, Yesus menunjuk kepada bunga-bunga bakung di ladang dan mengomentari bahwa “Salomo dalam segala kemegahannyapun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu. Jadi,” ia meneruskan, “jika demikian Allah mendandani rumput di ladang, . . . tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani kamu, hai orang yang kurang percaya?” Karena itu Yesus mengakhiri: “Janganlah kamu kuatir dan berkata: ‘Apakah yang akan kami makan?’ ‘Apakah yang akan kami minum? ’ ‘Apakah yang akan kami pakai?’ . . . Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu. Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.” (NW)

Jalan Menuju Kehidupan Jalan menuju kehidupan berarti mematuhi ajaran Yesus. Akan tetapi, ini tidak mudah untuk dilakukan. Misalnya, orang Farisi, cenderung menghakimi orang lain dengan keras, dan kemungkinan banyak orang meniru mereka. Maka seraya Yesus melanjutkan Khotbah di Bukit, ia memberikan nasihat ini: “Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi. Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi.” Mengikuti bimbingan orang Farisi yang terlalu kritis adalah berbahaya. Menurut catatan Lukas, Yesus mengumpamakan bahaya ini dengan mengatakan: “Dapatkah orang buta menuntun orang buta? Bukankah keduanya akan jatuh ke dalam lobang?” Terlalu kritis terhadap orang lain, memperbesar dan mencaricari kesalahan mereka, merupakan kejahatan yang serius. Maka Yesus bertanya: “Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu. Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu.” Ini tidak berarti bahwa murid-murid Yesus tidak usah menggunakan daya pengamatan dalam berhubungan dengan orang-orang


lain, karena ia berkata: “Jangan kamu memberikan barang yang kudus kepada anjing dan jangan kamu melemparkan mutiaramu kepada babi.” Kebenaran dari Firman Allah adalah suci. Kebenaran itu bagaikan mutiara kiasan. Akan tetapi, jika beberapa orang, yang seperti anjing atau babi, tidak memperlihatkan penghargaan kepada kebenaran yang berharga ini, murid-murid Yesus harus meninggalkan orang-orang demikian dan mencari orang yang lebih mau menerima. Meskipun Yesus sebelumnya telah membahas doa dalam Khotbah di Bukit, sekarang ia menekankan perlunya terus melakukan hal itu. “[Terus] mintalah,” ia mendesak, “maka akan diberikan kepadamu.” Untuk menggambarkan kesediaan Allah dalam menjawab doa, Yesus bertanya: “Adakah seorang dari padamu yang memberi batu kepada anaknya, jika ia meminta roti, . . . Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anakanakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepadaNya.” Selanjutnya Yesus menyatakan apa yang menjadi peraturan tingkah laku yang terkenal, yang biasanya disebut Aturan Emas. Ia berkata: “Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka.” Hidup berdasarkan aturan ini menyangkut tindakan yang positif dalam berbuat baik


kepada orang lain, memperlakukan mereka sebagaimana saudara ingin diperlakukan. Bahwa jalan menuju kehidupan tidak mudah, dinyatakan oleh perintah Yesus: “Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya; karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya.” Karena bahaya disesatkan sangat besar, maka Yesus memperingatkan: “Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas.” Sama seperti pohon yang baik dan buruk dapat dikenali dari buahnya, menurut Yesus, nabi-nabi palsu dapat dikenali dari tingkah laku dan ajaran mereka. Selanjutnya, Yesus menjelaskan bahwa bukan sekedar apa yang seseorang katakan yang membuat dia menjadi muridnya tetapi apa yang ia lakukan. Beberapa orang menyatakan bahwa Yesus adalah Tuhan mereka, tetapi jika mereka tidak melakukan kehendak Bapaknya, ia berkata: “Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari padaKu, kamu sekalian pembuat kejahatan!” Akhirnya, Yesus mengucapkan penutup yang mengesankan untuk khotbahnya. Ia berkata: “Setiap orang yang mendengar perkataanKu ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu.” Sebaliknya, Yesus menyatakan: “Setiap orang yang mendengar perkataanKu ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang men-


dirikan rumahnya di atas pasir. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya.” Ketika Yesus menutup khotbahnya, orang banyak merasa takjub akan caranya mengajar, karena ia mengajar mereka sebagai orang yang mempunyai wewenang dan bukan seperti pemimpin-pemimpin agama mereka.

Lukas 6:12-23; Matius 5:1-12; Lukas 6:24-26; Matius 5:13-48; 6:1-34; 26:36-45; 7:1-29; Lukas 6:27-49.

ˇ Di manakah Yesus ketika ia memberikan khotbahnya yang paling mengesankan, siapa yang hadir, dan apa yang terjadi tepat sebelum ia menyampaikannya? ˇ Mengapa tidak mengherankan bahwa Lukas mencatat beberapa ajaran dari khotbah itu dengan latar yang berbeda? ˇ Apa yang membuat khotbah Yesus begitu berharga? ˇ Siapa yang benar-benar berbahagia, dan mengapa? ˇ Siapa yang celaka, dan mengapa? ˇ Bagaimana murid-murid Yesus menjadi “garam dunia” dan “terang dunia”? ˇ Bagaimana Yesus memperlihatkan penghargaan yang tinggi terhadap Taurat Allah? ˇ Instruksi apa yang Yesus berikan untuk menghilangkan penyebab dari pembunuhan dan perzinahan? ˇ Apa yang Yesus maksudkan dengan memberikan pipi yang lain? ˇ Bagaimana kita dapat sempurna seperti Allah adalah sempurna? ˇ Pengajaran apa mengenai doa diberikan Yesus? ˇ Mengapa harta di surga lebih unggul, dan bagaimana itu diperoleh? ˇ Perumpamaan apa yang diberikan untuk membantu seseorang menghindari materialisme? ˇ Mengapa Yesus mengatakan bahwa orang tidak perlu khawatir? ˇ Apa yang Yesus katakan mengenai menghakimi orang lain; namun bagaimana ia memperlihatkan bahwa murid-muridnya perlu menggunakan daya pengamatan terhadap orang-orang? ˇ Apa yang selanjutnya Yesus katakan mengenai doa, dan peraturan tingkah laku apa yang ia berikan? ˇ Bagaimana Yesus memperlihatkan bahwa jalan menuju kehidupan tidak mudah dan bahwa ada bahaya disesatkan? ˇ Bagaimana Yesus mengakhiri khotbahnya, dan bagaimana pengaruhnya?


36

K

Iman yang Besar dari Seorang Perwira

ETIKA Yesus menyampaikan Khotbah di Bukit, ia telah menyelesaikan separuh dari pelayanannya kepada umum. Ini berarti hanya tinggal kira-kira satu tahun dan sembilan bulan lagi untuk menyelesaikan pekerjaannya di bumi. Yesus sekarang memasuki kota Kapernaum, semacam pangkalan kegiatannya. Di sini para tua-tua bangsa Yahudi menemuinya dengan suatu permintaan. Mereka dikirim oleh seorang perwira pada bala tentara Roma yang adalah orang Kafir, pria dengan ras yang berbeda dengan bangsa Yahudi. Hamba kesayangan perwira ini sedang sekarat karena penyakit yang serius, dan ia ingin agar Yesus menyembuhkan hambanya. Orang-orang Yahudi memohon dengan sangat demi kepentingan perwira itu: “Ia layak Engkau tolong,” kata mereka, “sebab ia mengasihi bangsa kita dan dialah yang menanggung pembangunan rumah ibadat kami.” Tanpa ragu-ragu, Yesus pergi dengan orang-orang itu. Akan tetapi, ketika mereka hampir sampai, perwira itu mengirim sahabat-sahabatnya untuk berkata: “Tuan, janganlah bersusah-susah, sebab aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku; sebab itu aku juga menganggap diriku tidak layak untuk datang kepadaMu.” Betapa pernyataan yang rendah hati bagi seorang perwira yang biasanya memberi perintah kepada orang lain! Akan tetapi, ia mungkin juga berpikir tentang Yesus, menyadari bah-


wa tradisi melarang seorang Yahudi bergaul dengan orang non-Yahudi. Bahkan Petrus pernah berkata: “Kamu tahu, betapa kerasnya larangan bagi seorang Yahudi untuk bergaul dengan orang-orang yang bukan Yahudi atau masuk ke rumah mereka.� Mungkin karena tidak ingin Yesus mengalami kesukaran akibat melanggar kebiasaan ini, perwira itu meminta sahabat-sahabatnya untuk memohon kepadanya: “Katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh. Sebab aku sendiri seorang bawahan, dan di bawahku ada pula prajurit. Jika aku berkata kepada


salah seorang prajurit itu: Pergi!, maka ia pergi, dan kepada seorang lagi: Datang!, maka ia datang, ataupun kepada hambaku: Kerjakanlah ini! , maka ia mengerjakannya.” Ya, ketika Yesus mendengar perkataan itu, ia heran. “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya,” ia berkata, “iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai pada seorangpun di antara orang Israel.” Setelah menyembuhkan hamba perwira tersebut, Yesus menggunakan kesempatan itu untuk menceritakan bagaimana orang nonYahudi yang beriman diperkenan dengan berkat-berkat yang ditolak oleh orang Yahudi yang tidak beriman. “Banyak orang,” kata Yesus, “akan datang dari Timur dan Barat dan duduk makan bersama-sama dengan Abraham, Ishak dan Yakub di dalam Kerajaan Sorga, sedangkan anak-anak Kerajaan itu akan dicampakkan ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi.” ‘Anak-anak Kerajaan itu yang dicampakkan ke dalam kegelapan yang paling gelap’ adalah orang-orang Yahudi lahiriah yang tidak menyambut kesempatan yang pertama-tama ditawarkan kepada mereka untuk menjadi penguasa bersama Kristus. Abraham, Ishak, dan Yakub menggambarkan pemerintahan Kerajaan Allah. Jadi Yesus sedang menceritakan bagaimana orang Kafir seolah-olah akan diterima untuk duduk makan pada meja surgawi, yaitu “dalam Kerajaan Sorga.” Lukas 7:1-10; Matius 8:5-13; Kisah 10:28.

ˇ Mengapa orangorang Yahudi memohon demi kepentingan perwira Kafir? ˇ Apa kemungkinan alasan mengapa sang perwira tidak mengundang Yesus memasuki rumahnya? ˇ Apa yang Yesus maksudkan dengan kata-kata penutupnya?


37

T

Yesus Menghibur Seorang Janda

IDAK lama setelah menyembuhkan hamba perwira itu, Yesus pergi ke Nain, suatu kota 32 kilometer di sebelah barat daya Kapernaum. Murid-muridnya dan orang banyak mengikuti dia. Kemungkinan menjelang malam hari ketika mereka tiba di daerah pinggiran kota Nain. Di sini mereka menjumpai iring-iringan pemakaman. Mayat seorang anak muda sedang diusung ke luar kota untuk dimakamkan. Keadaan sang ibu sangat tragis, karena ia seorang janda dan pemuda ini anak satu-satunya. Ketika suaminya meninggal, ia dapat merasa terhibur karena ia masih memiliki putranya. Harapan, keinginan, dan ambisinya digantungkan pada masa


depan putranya. Akan tetapi, sekarang tidak seorang pun yang dapat menghibur. Kesedihannya memuncak seraya orangorang di kota itu menemaninya ke tempat pemakaman. Ketika Yesus melihat perempuan itu, tergeraklah hatinya oleh kesedihan yang hebat dari janda itu. Maka dengan lembut, namun tegas dan meyakinkan, ia berkata kepadanya: “Jangan menangis!” Sikap dan tindakannya menarik perhatian orang banyak. Maka ketika ia mendekati dan menyentuh usungan mayat, para pengusung berhenti. Semua orang tentu ingin tahu apa yang akan ia perbuat. Orang-orang yang menemani Yesus memang telah melihat dia secara mukjizat menyembuhkan penyakit banyak orang. Akan tetapi, tampaknya mereka belum pernah melihat dia membangkitkan seorang pun dari kematian. Dapatkah ia melakukan hal ini? Seraya berbicara kepada mayat itu, Yesus memerintahkan: “Hai anak muda, Aku berkata kepadamu, bangkitlah!” Anak muda itu pun duduk! Ia mulai berkata-kata, dan Yesus menyerahkan dia kepada ibunya. Ketika orang-orang melihat bahwa anak muda itu benar-benar hidup, mereka mulai berkata: “Seorang nabi besar telah muncul di tengah-tengah kita.” Orang lain berkata: “Allah telah melawat umatNya.” Kabar mengenai perbuatan ajaib ini segera tersebar ke seluruh Yudea dan daerah sekitarnya. Yohanes Pembaptis masih berada di penjara, dan ingin belajar lebih banyak tentang pekerjaan yang dapat dilakukan Yesus. Murid-murid Yohanes menceritakan kepadanya mengenai mukjizat-mukjizat ini. Bagaimana reaksinya? Lukas 7: 11-18.

ˇ Apa yang terjadi ketika Yesus mendekati kota Nain? ˇ Bagaimana Yesus terpengaruh oleh apa yang ia lihat, dan apa yang ia lakukan? ˇ Bagaimana tanggapan orang-orang terhadap mukjizat Yesus?



38

Y

Apakah Yohanes Kurang Iman?

OHANES Pembaptis, yang pada waktu itu sudah kirakira satu tahun berada di penjara, menerima laporan tentang kebangkitan putra janda dari Nain. Namun Yohanes ingin mendengar langsung dari Yesus mengenai pentingnya hal ini, maka ia mengirim dua orang muridnya untuk menanyakan: “Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan seorang lain?� Mungkin pertanyaan itu agak janggal, terutama karena Yohanes melihat roh Allah turun ke atas Yesus dan mendengar suara perkenan Allah sewaktu membaptis Yesus hampir dua tahun sebelumnya. Pertanyaan Yohanes mungkin menyebabkan orang menyangka bahwa imannya menjadi lemah. Akan tetapi, tidak demikian halnya. Andai kata Yohanes mulai merasa ragu-ragu, Yesus tidak akan memujinya, seperti yang ia lakukan pada waktu itu. Kalau begitu, mengapa Yohanes mengajukan pertanyaan ini?


Yohanes mungkin hanya menginginkan bukti dari Yesus bahwa Ia adalah Mesias. Hal ini akan sangat menguatkan Yohanes pada waktu ia menderita di penjara. Akan tetapi, tampaknya ada makna lain di balik pertanyaan Yohanes. Rupanya ia ingin mengetahui apakah ada orang lain yang akan datang, seorang pengganti, yang akan memenuhi penggenapan dari segala perkara yang dinubuatkan akan dilakukan oleh sang Mesias. Menurut nubuat-nubuat Alkitab yang diketahui oleh Yohanes, Yang Diurapi Allah akan menjadi raja, seorang pembebas. Namun demikian, Yohanes masih mendekam di penjara, bahkan berbulan-bulan setelah baptisan Yesus. Maka Yohanes rupanya bertanya kepada Yesus: ‘Apakah benar-benar engkau yang akan mendirikan Kerajaan Allah dengan kuasa luar, atau haruskah kami menantikan orang lain, seorang pengganti, untuk menggenapi nubuat-nubuat yang luar biasa sehubungan dengan kemuliaan Mesias?’


Daripada mengatakan kepada murid-murid Yohanes, ‘Tentu saja aku adalah pribadi yang dijanjikan!’ Yesus pada saat itu juga mengadakan pertunjukan yang luar biasa dengan menyembuhkan banyak orang, menyembuhkan mereka dari berbagai penyakit. Kemudian ia mengatakan kepada murid-murid itu: “Pergilah, dan katakanlah kepada Yohanes apa yang kamu lihat dan kamu dengar: Orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik.” Dengan kata lain, dalam pertanyaan Yohanes mungkin tersirat harapan agar Yesus berbuat lebih daripada apa yang ia lakukan dan mungkin akan membebaskan Yohanes juga. Akan tetapi, Yesus memberi tahu Yohanes untuk tidak berharap lebih daripada mukjizat yang sedang diadakan oleh Yesus. Ketika murid-murid Yohanes pergi, Yesus berpaling kepada orang banyak dan berkata kepada mereka bahwa Yohanes adalah “utusan” dari Yehuwa yang dinubuatkan dalam Maleakhi 3:1 dan juga adalah nabi Elia seperti yang dinubuatkan dalam Maleakhi 4:5, 6. Jadi ia meninggikan Yohanes dan menyamakan dia dengan para nabi yang hidup sebelum dia, sambil mengatakan: “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di antara mereka yang dilahirkan oleh perempuan tidak pernah tampil seorang yang lebih besar dari pada Yohanes Pembaptis, namun yang terkecil dalam Kerajaan Sorga lebih besar dari padanya. Sejak tampilnya Yohanes Pembaptis hingga sekarang, Kerajaan Sorga diserong [“merupakan tujuan yang dikejar orang,” NW].” Di sini Yesus menunjukkan bahwa Yohanes tidak akan masuk dalam Kerajaan surgawi, karena yang terkecil di sana lebih besar daripada Yohanes. Yohanes menyediakan jalan bagi Yesus tetapi ia mati sebelum Kristus memeteraikan perjanjian itu dengan murid-muridnya, agar mereka dapat memerintah bersama dia dalam Kerajaannya. Itulah sebabnya Yesus berkata bahwa Yohanes tidak akan berada dalam Kerajaan surgawi. Sebaliknya Yohanes akan menjadi warga dari Kerajaan Allah di bumi. Lukas 7:18-30; Matius 11:2-15.

ˇ Mengapa Yohanes menanyakan apakah Yesus adalah Yang Akan Datang atau apakah ia perlu menantikan pribadi lain? ˇ Nubuat-nubuat apa yang Yesus katakan digenapi oleh Yohanes? ˇ Mengapa Yohanes Pembaptis tidak akan berada di surga bersama Yesus?


39

Yang Sombong dan yang Rendah Hati

ETELAH menyebutkan sifat-sifat baik dari Yohanes Pembaptis, Yesus beralih kepada orang yang bersifat sombong dan suka memperdayakan yang ada di sekitar dia. “Angkatan ini,” katanya, “seumpama anak-anak yang duduk di pasar dan berseru kepada teman-temannya: Kami meniup seruling bagimu, tetapi kamu tidak menari, kami menyanyikan kidung duka, tetapi kamu tidak berkabung.” Apa maksud Yesus? Ia menerangkan: “Yohanes datang, ia tidak makan, dan tidak minum, dan mereka berkata: Ia kerasukan setan. Kemudian Anak Manusia datang, Ia makan dan minum, dan mereka berkata: Lihatlah, Ia seorang pelahap dan peminum, sahabat pemungut cukai dan orang berdosa.” Tidak mungkin untuk memuaskan hati orang. Tidak ada yang dapat menyukakan hati mereka. Yohanes telah menjalani kehidupan penyangkalan

S


diri yang keras sebagai seorang Nazir, dalam menggenapi seruan malaikat bahwa “ia tidak akan minum anggur atau minuman keras.” Akan tetapi, orang berkata bahwa ia kerasukan setan. Sebaliknya, Yesus hidup seperti orang biasa, tidak hidup seperti petapa, dan ia dituduh sebagai seorang yang gelojoh. Betapa sukar untuk menyukakan hati orang! Mereka seperti teman sepermainan, beberapa di antaranya tidak mau ikut menari pada waktu anak-anak yang lain meniup seruling atau tidak mau turut berduka ketika teman-temannya memperdengarkan nyanyian duka. Sekalipun demikian, Yesus berkata: “Hikmat Allah dibenarkan oleh perbuatannya.” Ya, bukti—perbuatan—menyatakan bahwa tuduhan-tuduhan terhadap Yohanes dan Yesus adalah palsu. Yesus selanjutnya mulai mengecam tiga kota yaitu Khorazim, Betsaida, dan Kapernaum, tempat ia paling banyak melakukan mukjizat. Andai kata ia telah mengadakan mukjizat itu di kota orang Funisia yaitu Tirus dan Sidon, Yesus berkata, pastilah kedua kota tersebut sudah lama bertobat dan berkabung. Seraya mengecam Kapernaum, yang telah menjadi pusat selama masa pelayanannya, Yesus menyatakan: “Pada hari penghakiman, tanggungan negeri Sodom akan lebih ringan dari pada tanggunganmu.” Yesus kemudian memuji Bapak surgawinya di muka umum. Ia tergerak untuk melakukan hal itu karena Allah menyembunyikan kebenaran rohani yang berharga dari para cendekiawan namun mengungkapkan perkara yang luar biasa ini kepada orang yang rendah hati, seolah-olah kepada anak kecil. Akhirnya, Yesus menyampaikan undangan yang menarik: “Marilah kepadaKu, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah padaKu, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan bebanKupun ringan.” Bagaimana Yesus memberikan kesegaran? Ia melakukannya dengan menyediakan kelepasan dari tradisi yang memperbudak banyak orang yang dibebankan oleh para pemimpin agama, termasuk, misalnya, peraturan memelihara hari Sabat. Ia juga menunjukkan jalan kelepasan bagi mereka yang menderita te-


kanan dari para penguasa politik dan mereka yang tertekan hati nuraninya karena dosa-dosa mereka. Ia menunjukkan kepada orang-orang yang menderita ini caranya dosa-dosa mereka dapat diampuni dan bagaimana mereka dapat menikmati hubungan yang berharga dengan Allah. Kuk yang menyenangkan yang Yesus tawarkan adalah pembaktian sepenuhnya kepada Allah, melayani Bapak kita yang pengasih dan pemurah. Selain itu, beban ringan yang Yesus tawarkan kepada orang-orang yang datang kepadanya adalah dalam menaati persyaratan Allah untuk kehidupan, yakni hukum-hukum-Nya yang dicatat dalam Alkitab. Juga, menaati hukum-hukum ini sama sekali tidak berat. Matius 11:16-30; Lukas 1:15; 7:31-35; 1 Yohanes 5:3.

ˇ Bagaimana orang yang sombong dan suka memperdayakan pada zaman Yesus bagaikan anak-anak? ˇ Mengapa Yesus tergerak untuk memuji Bapak surgawinya? ˇ Dalam hal apa orang berbeban berat, dan kelepasan apa yang ditawarkan Yesus?


40

Y

Pelajaran Mengenai Belas Kasihan

ESUS mungkin masih berada di kota Nain, tempat ia baru saja membangkitkan putra seorang janda, atau ia mungkin sedang mengunjungi kota yang berdekatan. Seorang Farisi bernama Simon ingin melihat dari dekat pribadi yang telah melakukan perbuatan yang luar biasa itu. Maka ia mengundang Yesus untuk makan bersama dia. Karena menganggap peristiwa tersebut sebagai kesempatan untuk melayani mereka yang hadir, Yesus menerima undangan itu, sebagaimana ia telah menerima undangan untuk makan bersama para pemungut cukai dan para pedosa. Akan tetapi, ketika ia memasuki rumah Simon, Yesus


tidak menerima perlakuan ramah yang biasanya diberikan kepada para tamu. Kakinya yang bersandal terasa panas dan kotor setelah berjalan di jalan yang berdebu, dan merupakan kebiasaan yang baik untuk membasuh kaki para tamu dengan air dingin. Akan tetapi, kaki Yesus tidak dibasuh pada waktu ia tiba. Ia juga tidak menerima ciuman sambutan, sebagai tata cara yang umum. Kebiasaan menyambut dengan minyak yang dibubuhkan pada kepalanya juga tidak dilakukan. Pada waktu perjamuan berlangsung, seraya para tamu duduk bersandar di meja, seorang wanita yang tidak diundang dengan diam-diam memasuki ruangan. Di kota itu ia dikenal sebagai orang yang hidupnya amoral. Kemungkinan besar ia sudah mendengar ajaran Yesus, termasuk undangannya kepada ‘semua yang berbeban berat untuk datang kepada dia agar disegarkan.’ Dan karena sangat tergerak oleh apa yang dilihat dan didengarnya, ia kini mencari Yesus. Wanita itu muncul dari belakang Yesus yang sedang duduk dan berlutut pada kakinya. Seraya air matanya jatuh berderai di atas kaki Yesus, ia menyekanya dengan rambutnya. Ia juga mengambil minyak wangi dari buli-buli, dan seraya dengan lembut mencium kaki Yesus, ia menuangkan minyak ke atasnya. Simon memperhatikan dengan perasaan tidak setuju. “Jika Ia ini nabi,” pikirnya, “tentu Ia tahu, siapakah dan orang apakah perempuan yang menjamahNya ini; tentu Ia tahu, bahwa perempuan itu adalah seorang berdosa.” Yesus mengetahui apa yang dipikirkan Simon, ia berkata: “Simon, ada yang hendak Kukatakan kepadamu.” “Katakanlah Guru,” jawabnya. “Ada dua orang yang berhutang kepada seorang pelepas uang. Yang seorang berhutang lima ratus dinar, yang lain lima puluh. Karena mereka tidak sanggup membayar, maka ia menghapuskan hutang kedua orang itu. Siapakah di antara mereka yang akan terlebih mengasihi dia?” “Aku kira,” kata Simon, mungkin dengan sikap acuh tak acuh atas pertanyaan yang seakan-akan tidak ada


sangkut-pautnya itu, “dia yang paling banyak dihapuskan hutangnya.” “Betul pendapatmu itu,” kata Yesus. Kemudian, sambil berpaling kepada wanita itu, ia berkata kepada Simon: “Engkau lihat perempuan ini? Aku masuk ke rumahmu, namun engkau tidak memberikan Aku air untuk membasuh kakiKu, tetapi dia membasahi kakiKu dengan air mata dan menyekanya dengan rambutnya. Engkau tidak mencium Aku, tetapi sejak Aku masuk ia tiada henti-hentinya mencium kakiKu. Engkau tidak meminyaki kepalaKu dengan minyak, tetapi dia meminyaki kakiKu dengan minyak wangi.” Wanita itu dengan demikian memberikan bukti pertobatan dari hati atas perbuatannya yang amoral dulu. Maka Yesus mengakhiri, dengan berkata: “Sebab itu Aku berkata kepadamu: Dosanya yang banyak itu telah diampuni, sebab ia telah banyak berbuat kasih. Tetapi orang yang sedikit diampuni, sedikit juga ia berbuat kasih.” Yesus sama sekali tidak membenarkan perbuatan amoral. Sebaliknya, kejadian ini menunjukkan pengertiannya yang pengasih terhadap orang-orang yang berbuat kesalahan dalam kehidupannya tetapi yang kemudian menunjukkan bahwa mereka menyesali hal itu dan karenanya datang kepada Yesus untuk kelepasan. Yesus memberikan kesegaran yang sejati kepada wanita itu, ia berkata: “Dosamu telah diampuni. . . . Imanmu telah menyelamatkan engkau, pergilah dengan selamat!” Lukas 7:36-50; Matius 11:28-30. ˇ Bagaimana Yesus disambut oleh tuan rumahnya, Simon? ˇ Siapa gerangan yang mencari Yesus, dan mengapa? ˇ Perumpamaan apa yang Yesus berikan, dan bagaimana ia menerapkannya?


41

T

Pusat Pertentangan

IDAK lama setelah Yesus dijamu di rumah Simon, ia memulai perjalanan pengabarannya yang kedua di Galilea. Pada perjalanan sebelumnya di wilayah ini, Yesus disertai murid-murid yang pertama yakni, Petrus, Andreas, Yakobus, dan Yohanes. Namun kini ke-12 rasul, bersama beberapa wanita, menyertai dia. Ini termasuk Maria Magdalena, Susana, dan Yohana, yang suaminya adalah pejabat dari Raja Herodes. Seraya kecepatan pelayanan Yesus terus meningkat, demikian juga pertentangan mengenai kegiatannya. Seorang pria yang dirasuk setan, yang juga buta dan bisu, dibawa kepada Yesus. Ketika Yesus menyembuhkan dia, sehingga ia bebas dari kuasa hantu dan dapat bercakap-cakap serta melihat, orang banyak merasa sangat takjub. Mereka mulai berkata: “Ia ini agaknya Anak Daud.” Orang banyak datang berkerumun di sekitar rumah tempat Yesus tinggal sehingga ia dan murid-muridnya bahkan tidak dapat makan. Selain mereka yang berpikir bahwa ia mungkin “Anak Daud” yang dijanjikan, hadir juga para ahli Taurat dan orang Farisi yang jauh-jauh datang dari Yerusalem untuk mencela dia. Ketika sanak keluarga Yesus mendengar tentang kegaduhan mengenai Yesus, mereka datang untuk mengambil dia. Untuk alasan apa? Ya, bahkan saudara Yesus sendiri belum percaya bahwa ia adalah Anak Allah. Juga, kerusuhan dan perselisihan yang ia timbulkan sama sekali berbeda dari sifat-sifat Yesus yang mereka kenal pada waktu ia masih kecil di Nazaret. Maka, mereka percaya bahwa pikiran Yesus sudah tidak sehat lagi. “Ia tidak waras lagi,” demikian kesimpulan mereka, dan mereka ingin mengambil dan membawa dia pergi. Akan tetapi, bukti sangat jelas bahwa Yesus menyembuhkan orang yang kerasukan setan. Para ahli Taurat dan orang Farisi mengetahui bahwa mereka tidak dapat menyangkal fakta ini. Maka itu mereka mencela Yesus dengan mengatakan kepada orang-orang: “Dengan Beelzebul, penghulu setan, Ia mengusir setan.” Yesus mengetahui jalan pikiran mereka, ia memanggil para ahli Taurat dan orang Farisi itu kepadanya dan berkata: “Setiap



kerajaan yang terpecah-pecah pasti binasa dan setiap kota atau rumah tangga yang terpecah-pecah tidak dapat bertahan. Demikianlah juga kalau Iblis mengusir Iblis, iapun terbagi-bagi dan melawan dirinya sendiri; bagaimanakah kerajaannya dapat bertahan?” Sangat masuk akal! Karena orang Farisi mengaku bahwa orang-orang dari antara mereka sendiri pernah mengusir hantu, Yesus juga bertanya: “Jika Aku mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, dengan kuasa siapakah pengikut-pengikutmu mengusirnya?” Dengan kata lain, tuduhan mereka terhadap Yesus seharusnya berlaku juga bagi mereka. Kemudian Yesus memperingatkan: “Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Roh Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu.” Untuk menjelaskan bahwa ia mengusir hantu-hantu adalah bukti bahwa ia berkuasa atas Setan, Yesus berkata: “Bagaimanakah orang dapat memasuki rumah seorang yang kuat dan merampas harta bendanya apabila tidak diikatnya dahulu orang kuat itu? Sesudah diikatnya barulah dapat ia merampok rumah itu. Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku dan siapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia menceraiberaikan.” Jelaslah bahwa orang Farisi melawan Yesus, membuktikan bahwa mereka adalah kaki tangan Setan. Mereka menceraiberaikan orang Israel dari dia. Akibatnya, Yesus memperingatkan para penentang yang seperti setan ini bahwa “hujat terhadap Roh Kudus tidak akan diampuni.” Ia menjelaskan: “Apabila seorang mengucapkan sesuatu menentang Anak Manusia, ia akan diampuni, tetapi jika ia menentang Roh Kudus, ia tidak akan diampuni, di dunia ini tidak, dan di dunia yang akan datangpun tidak.” Para ahli Taurat dan orang Farisi itu telah melakukan dosa yang tidak dapat diampuni karena dengan rasa dengki menyebutkan sebagai perbuatan Setan apa yang dengan jelas adalah pekerjaan mukjizat dari Matius 12:22-32; Markus 3:19-30; Yohanes 7:5. roh kudus Allah. ˇ Bagaimana perjalanan Yesus yang kedua di Galilea berbeda dari yang pertama? ˇ Mengapa sanak keluarga Yesus berupaya untuk mengambil dia? ˇ Bagaimana orang Farisi berupaya untuk mencela mukjizat Yesus, dan bagaimana Yesus membuktikan bahwa mereka salah? ˇ Apa kesalahan orang Farisi itu, dan mengapa?


42

J

Yesus Menghardik Orang-Orang Farisi

IKA dengan kuasa Setan ia mengusir hantu, Yesus membantah, maka Setan terbagi-bagi. “Jikalau suatu pohon kamu katakan baik, maka baik pula buahnya,” ia melanjutkan, “jikalau suatu pohon kamu katakan tidak baik, maka tidak baik pula buahnya. Sebab dari buahnya pohon itu dikenal.” Bodoh sekali untuk menuduh bahwa buah yang baik seperti mengusir hantu merupakan hasil dari pelayanan Yesus kepada Setan. Jika buahnya baik, pohonnya tidak mungkin buruk. Sebaliknya, buah yang buruk dari orang Farisi berupa tuduhan yang tidak masuk akal dan tentangan yang tidak beralasan terhadap Yesus membuktikan bahwa mereka sendiri adalah jahat. “Keturunan ular beludak,” ujar Yesus, “bagaimanakah kamu dapat mengucapkan hal-hal yang baik, sedangkan kamu sendiri jahat? Karena yang diucapkan mulut meluap dari hati.” Karena kata-kata kita merupakan cermin dari keadaan hati kita, maka apa yang kita katakan memberikan dasar untuk penghakiman. “Aku berkata kepadamu,” kata Yesus, “setiap kata sia-sia yang diucapkan orang harus dipertanggungjawabkannya pada hari penghakiman. Karena menurut ucapanmu engkau akan dibenarkan, dan menurut ucapanmu pula engkau akan dihukum.” Sekalipun sudah banyak mukjizat yang Yesus lakukan, para ahli Taurat dan orang Farisi meminta: “Guru, kami ingin melihat suatu tanda dari padaMu.” Meskipun orang-orang dari Yerusalem ini secara pribadi mungkin belum pernah melihat mukjizatnya, sudah ada bukti nyata yang tidak dapat disangkal. Maka itu Yesus berkata kepada para pemimpin Yahudi itu: “Angkatan yang jahat dan tidak setia ini menuntut suatu tanda. Tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus.” Untuk menjelaskan apa yang ia maksudkan, Yesus melanjutkan: “Sebab seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demikian juga Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam.” Setelah ditelan oleh ikan, Yunus keluar seakan-akan dibangkitkan, jadi Yesus menubuatkan bahwa ia akan mati dan pada hari yang ketiga akan



dihidupkan kembali. Akan tetapi, bahkan pada waktu Yesus dibangkitkan di kemudian hari, para pemimpin Yahudi menolak “tanda nabi Yunus.” Maka Yesus berkata bahwa orang-orang Niniwe yang bertobat karena pemberitaan Yunus akan bangkit pada hari penghakiman untuk menghukum orang Yahudi yang menolak Yesus. Demikian juga, ia membandingkan Ratu Syeba, yang datang dari ujung bumi untuk mendengar hikmat Salomo dan merasa takjub akan apa yang ia lihat dan dengar. “Sesungguhnya,” Yesus mengatakan, “yang ada di sini lebih dari pada Salomo!” Kemudian Yesus memberikan perumpamaan tentang seorang pria yang darinya keluar roh jahat. Akan tetapi, pria itu tidak mengisi tempat yang kosong dengan perkara yang baik, jadi ia dirasuki oleh tujuh roh yang lebih jahat. “Demikian juga akan berlaku atas angkatan yang jahat ini,” kata Yesus. Bangsa Israel telah dibersihkan dan sudah mengalami perubahan—seumpama kepergian sementara dari roh jahat itu. Akan tetapi, penolakan bangsa itu terhadap nabi-nabi Allah, yang memuncak pada perlawanannya terhadap Kristus sendiri, mengungkapkan keadaannya yang jahat akan menjadi lebih buruk daripada semula. Sementara Yesus berbicara, ibu dan saudara-saudaranya tiba dan berdiri di luar kerumunan orang banyak. Maka seseorang berkata: “Lihatlah, ibuMu dan saudara-saudaraMu ada di luar dan berusaha menemui Engkau.” “Siapa ibuKu? Dan siapa saudara-saudaraKu?” tanya Yesus. Sambil menunjuk ke arah murid-muridnya, ia berkata: “Sebab siapapun yang melakukan kehendak Bapaku di sorga, dialah saudaraKu laki-laki, dialah saudaraKu perempuan, dialah ibuKu.” Dengan cara ini Yesus memperlihatkan bahwa tidak soal betapa erat hubungannya dengan sanak keluarganya, namun hubungannya dengan murid-muridnya masih lebih akrab lagi. Matius 12:33-50; Markus 3:31-35; Lukas 8:19-21.

ˇ Bagaimana orang-orang Farisi gagal menjadi “pohon” dan “buah” yang baik? ˇ Apa gerangan “tanda nabi Yunus,” dan bagaimana itu kemudian ditolak? ˇ Bagaimana bangsa Israel pada abad pertama diumpamakan sebagai pria yang darinya keluar roh jahat? ˇ Bagaimana Yesus menandaskan hubungannya yang akrab dengan murid-muridnya?


43

Mengajar Dengan Perumpamaan

Y

ESUS rupanya berada di Kapernaum ketika ia mengecam orang Farisi. Kemudian pada hari itu juga, ia meninggalkan rumah dan berjalan ke Laut Galilea yang tidak jauh dari sana, tempat orang banyak berkumpul. Di sana ia naik ke sebuah perahu, bergerak pergi, dan mulai mengajar tentang Kerajaan surga kepada orang-orang yang berada di pantai. Ia melakukan ini dengan memberikan serangkaian perumpamaan, atau ilustrasi, masing-masing dengan latar yang tidak asing bagi orangorang. Pertama, Yesus menceritakan tentang seorang penabur yang menabur benih. Beberapa benih jatuh di pinggir jalan dan dimakan oleh burung. Benih yang lain jatuh di atas tanah berbatu yang tidak banyak tanahnya. Karena akarnya kurang dalam, tanaman yang baru tumbuh itu layu ditimpa terik matahari. Ada lagi benih lain yang jatuh di antara semak duri, yang terhimpit ketika semak bertambah besar. Yang terakhir, adalah benih yang jatuh di tanah yang baik dan menghasilkan seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, dan ada yang tiga puluh kali lipat. Dalam perumpamaan yang lain, Yesus membandingkan Kerajaan Allah dengan orang yang menabur benih. Seraya waktu berlalu, ketika orang itu tidur dan terbangun, benih itu telah tumbuh. Pria itu tidak tahu bagaimana caranya. Benih itu tumbuh dengan sendirinya dan menghasilkan buah. Ketika buah itu telah matang, orang itu menuainya. Yesus menceritakan perumpamaan yang ketiga mengenai orang yang menabur jenis benih yang baik, tetapi “pada waktu semua orang tidur,” musuh datang dan menabur benih lalang di antara gandum. Hamba-hamba orang itu bertanya apakah mereka harus mencabut lalang itu. Akan tetapi, orang itu menjawab: ‘Jangan, jika kamu mencabut lalang, mungkin gandum akan ikut tercabut. Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai. Kemudian aku akan berkata kepada para penuai agar memisahkan lalang dan membakarnya dan memasukkan gandum di lumbung.’ Yesus melanjutkan pembicaraannya dengan orang banyak di tepi pantai, dengan memberikan dua perumpamaan lagi. Ia menjelaskan bahwa “hal Kerajaan Sorga” seperti biji sesawi yang ditaburkan orang. Ia berkata, walaupun biji itu yang paling kecil dari segala jenis benih tetapi biji sesawi itu tumbuh dan menjadi


lebih besar daripada segala sayuran yang lain. Ia menjadi pohon sehingga burung-burung datang, bernaung di antara cabang-cabangnya. Beberapa orang dewasa ini membantah dengan berkata bahwa ada biji yang lebih kecil daripada biji sesawi. Akan tetapi, Yesus tidak memberikan pelajaran botani. Di antara bijibijian yang dikenal orang Galilea pada zaman itu, biji sesawilah yang terkecil. Maka mereka dapat mengerti mengenai pertumbuhan luar biasa yang Yesus lukiskan. Akhirnya, Yesus menyamakan “hal Kerajaan Sorga� dengan ragi yang diambil dan dicampur oleh seorang wanita ke dalam tepung terigu sebanyak tiga sukat. Ia berkata, lambat laun, ragi itu menyerap ke seluruh adonan. Setelah memberikan lima perumpamaan ini, Yesus meninggalkan orang banyak dan


pulang ke rumah tempat ia tinggal. Segera ke-12 rasulnya dan orang lain menemui dia di sana.

Menarik Manfaat dari Perumpamaan Yesus Ketika murid-murid datang kepada Yesus setelah pembicaraannya dengan orang banyak di tepi pantai, mereka ingin tahu tentang metode mengajarnya yang baru. Memang, mereka telah mendengar dia menggunakan perumpamaan sebelumnya, tetapi tidak pernah begitu luas. Maka mereka bertanya: “Mengapa Engkau berkata-kata kepada mereka dalam perumpamaan?� Salah satu alasan ia melakukan ini adalah untuk menggenapi firman yang disampaikan oleh nabi: “Aku mau membuka mulutKu mengatakan perumpamaan, Aku mau mengucapkan hal yang tersembunyi sejak dunia dijadikan.� Akan tetapi, masih ada alasan lain selain ini. Perumpamaan yang digunakannya akan bermanfaat untuk membantu menyingkapkan sikap hati dari orangorang. Sebenarnya, kebanyakan orang hanya tertarik kepada Yesus sebagai tukang cerita yang mahir sekali dan pembuat mukjizat, bukan sebagai pribadi yang dilayani sebagai Tuhan dan secara tidak mementingkan diri dijadikan anutan. Mereka tidak mau bahwa pandangan terhadap masalah atau jalan hidup mereka diganggu. Mereka tidak ingin berita itu mempengaruhi mereka sejauh itu. Karena itu Yesus berkata: “Itulah sebabnya Aku berkata-kata dalam perumpamaan kepada mereka; karena sekalipun melihat, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar,


mereka tidak mendengar dan tidak mengerti. Maka pada mereka genaplah nubuat Yesaya, yang berbunyi, ‘. . . Sebab hati bangsa itu telah menebal.’” “Tetapi,” Yesus selanjutnya berkata, “berbahagialah matamu karena melihat dan telingamu karena mendengar. Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya banyak nabi dan orang benar ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya.” Ya, ke-12 rasul dan orang-orang yang bersama mereka mempunyai hati yang mau menerima. Karena itu Yesus berkata: “Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Sorga, tetapi kepada mereka tidak.” Karena mereka ingin mengerti, Yesus memberikan penjelasan kepada murid-muridnya mengenai perumpamaan tentang penabur. Yesus berkata, “Benih itu ialah firman Allah,” dan tanah itu ialah keadaan hati orang. Di antara benih yang jatuh di pinggir jalan, ia menjelaskan: “Datanglah Iblis lalu mengambil firman itu dari dalam hati mereka, supaya mereka jangan percaya dan diselamatkan.” Sebaliknya, benih yang jatuh di atas tanah yang berbatu-batu menggambarkan hati orang yang menerima firman itu dengan gembira. Akan tetapi, karena firman itu tidak berakar di dalam hati, orang-orang ini segera murtad ketika masa pencobaan atau penganiayaan datang. Mengenai benih yang jatuh dalam semak duri, Yesus melanjutkan, ini menggambarkan orang yang telah mendengar firman. Akan tetapi, orang-orang ini terhimpit oleh kekhawatiran dunia dan kekayaan serta kenikmatan hidup, sehingga mereka mundur sama sekali dan tidak menghasilkan buah yang matang. Akhirnya, mengenai benih yang jatuh di tanah yang baik, Yesus berkata, ini adalah orang yang, setelah mendengar firman itu menyimpannya dalam hati yang baik dan menghasilkan buah dalam ketekunan. Betapa menguntungkan murid-murid yang mencari Yesus untuk memperoleh penjelasan tentang pengajarannya! Yesus berharap agar perumpamaannya dapat dimengerti sehingga dapat memberikan kebenaran kepada orang lain. Ia bertanya, ‘Orang membawa pelita bukan supaya ditempatkan di bawah gantang atau di bawah tempat tidur, bukan?’ Tidak, “melainkan supaya ditaruh di atas kaki dian.” Maka Yesus menambahkan: “Karena itu, perhatikanlah cara kamu mendengar.”


Dikaruniai Dengan Lebih Banyak Pengajaran Setelah menerima penjelasan Yesus tentang perumpamaan seorang penabur, murid-murid ingin mengetahui lebih banyak lagi. “Jelaskanlah kepada kami,” mereka memohon “perumpamaan tentang lalang di ladang itu.” Betapa berbedanya sikap murid-murid itu dari orang banyak lainnya di tepi pantai! Orang-orang itu tidak memiliki minat yang sungguh-sungguh untuk mengerti arti sebenarnya dari perumpamaan itu, merasa puas dengan garis besar dari segala hal yang diceritakan kepada mereka. Ketika membandingkan hadirin yang berada di tepi pantai dengan murid-muridnya yang datang mencari dia di rumah karena ingin tahu, Yesus berkata: “Ukuran yang kamu pakai untuk mengukur akan diukurkan kepadamu, dan di samping itu akan ditambah lagi kepadamu.” Murid-murid memberikan kepada Yesus minat yang sungguh-sungguh dan perhatian, dengan demikian mereka diberkati dengan menerima lebih banyak pengajaran. Jadi,


dalam menjawab pertanyaan murid-muridnya, Yesus menjelaskan: “Orang yang menaburkan benih baik ialah Anak Manusia; ladang ialah dunia. Benih yang baik itu anak-anak Kerajaan dan lalang anak-anak si jahat. Musuh yang menaburkan benih lalang ialah Iblis. Waktu menuai ialah akhir zaman dan para penuai itu malaikat.” Setelah menjelaskan setiap corak dari perumpamaannya, Yesus menguraikan hasil akhirnya. Pada akhir sistem perkara ini, ia berkata bahwa para penuai, atau malaikat, akan memisahkan umat Kristiani palsu yang dilukiskan sebagai lalang dari “anak-anak Kerajaan” yang sejati. Kemudian “anak-anak si jahat” akan ditandai untukdibinasakan, tetapi anak-anak Kerajaan Allah, “orang-orang benar” akan bercahaya dengan cemerlang dalam Kerajaan Bapak mereka. Selanjutnya Yesus memberikan tiga perumpamaan lagi kepada murid-muridnya yang ingin tahu. Pertama, ia berkata: “Hal Kerajaan Sorga itu seumpama harta yang terpendam di ladang, yang ditemukan orang, lalu dipendamkannya lagi. Oleh sebab sukacitanya pergilah ia menjual seluruh miliknya lalu membeli ladang itu.” “Demikian pula,” ia melanjutkan, “hal Kerajaan Sorga itu seumpama seorang pedagang yang mencari mutiara yang indah. Setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga, iapun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu.” Yesus sendiri adalah seperti orang yang menemukan harta terpendam dan seperti pedagang yang menemukan mutiara yang sa-


ngat berharga. Ia seolah-olah menjual segala miliknya, dengan mengorbankan kedudukan yang mulia di surga untuk menjadi manusia yang rendah. Kemudian, sebagai manusia di bumi, ia tahan menderita celaan dan penganiayaan karena dibenci, membuktikan diri layak menjadi Penguasa Kerajaan Allah. Para pengikut Yesus juga dihadapkan dengan tantangan untuk menjual segala miliknya agar memperoleh pahala yang agung, baik untuk menjadi rekan penguasa bersama Kristus maupun menjadi rakyat dari Kerajaan di bumi. Apakah kita menganggap menjadi bagian dalam Kerajaan Allah sebagai sesuatu yang lebih berharga daripada apa pun dalam kehidupan, sama seperti harta yang tidak ternilai atau mutiara yang berharga? Akhirnya, Yesus menyamakan “hal Kerajaan Sorga” dengan pukat yang menangkap berbagai jenis ikan. Ketika ikan dipisahkan, yang tidak baik dibuang tetapi yang baik disimpan. Demikian juga, kata Yesus, hal itu akan terjadi pada akhir sistem perkara ini; para malaikat akan memisahkan orang jahat dari orang benar, yang jahat dibiarkan untuk dibinasakan. Yesus sendiri yang memulai proyek penangkapan ikan ini, dengan memanggil murid-muridnya yang pertama menjadi “penjala manusia.” Di bawah pengawasan malaikat, pekerjaan menjala terus dilakukan selama berabad-abad. Akhirnya tibalah saatnya untuk menyeret “pukat,” yang melambangkan organisasi-organisasi di bumi yang mengaku diri Kristen.


Walaupun ikan yang tidak baik dicampakkan ke dalam kebinasaan, kita sangat bersyukur dapat digolongkan di antara ‘ikan yang baik’ yang akan dilindungi. Dengan memperlihatkan keinginan sungguh-sungguh sama seperti yang dilakukan murid-murid Yesus untuk memperoleh lebih banyak pengetahuan dan pengertian, kita akan diberkati bukan hanya dengan lebih banyak pengajarMatius an tetapi dengan berkat Allah berupa kehidupan kekal. 13:1-52; Markus 4:1-34; Lukas 8:4-18; Mazmur 78:2; Yesaya 6:9, 10.

ˇ Kapan dan di mana Yesus berbicara kepada orang banyak dengan perumpamaan? ˇ Lima perumpamaan apa yang Yesus ceritakan kepada orang banyak? ˇ Mengapa Yesus mengatakan biji sesawi adalah biji yang terkecil dari segala benih? ˇ Mengapa Yesus berbicara menggunakan perumpamaan? ˇ Bagaimana murid-murid Yesus memperlihatkan bahwa mereka berbeda dari orang banyak? ˇ Penjelasan apa yang Yesus berikan mengenai perumpamaan si penabur? ˇ Bagaimana murid-murid Yesus berbeda dari orang banyak yang berada di tepi pantai? ˇ Siapa atau apa yang dilambangkan oleh penabur, ladang, benih yang baik, musuh, masa menuai, dan para penuai? ˇ Tiga perumpamaan tambahan apa yang diberikan Yesus, dan apa yang dapat kita pelajari dari perumpamaan itu?


44

H

Meredakan Badai yang Mengerikan

ARI Yesus dipenuhi dengan kegiatan, termasuk mengajar orang banyak di tepi pantai dan setelah itu menjelaskan arti perumpamaan kepada murid-muridnya secara pribadi. Ketika petang tiba, ia berkata: “Marilah kita bertolak ke seberang.” Di sebelah timur pantai Laut Galilea terletak daerah yang disebut Dekapolis, berasal dari bahasa Yunani de1ka, yang berarti “sepuluh,” dan po1lis, berarti “kota.” Kota-kota di Dekapolis merupakan pusat kebudayaan Yunani, walaupun pasti banyak juga orang Yahudi yang tinggal di sana. Akan tetapi, kegiatan Yesus di daerah itu, sangat terbatas. Bahkan pada kunjungan ini, seperti yang akan kita lihat kemudian, ia tidak dapat tinggal lama di sana. Ketika Yesus meminta agar mereka berangkat ke pantai lain, murid-murid membawa dia di dalam perahu. Akan tetapi, keberangkatan mereka tidak terlepas dari perhatian. Segera perahuperahu lain menyertai perahu mereka. Tidak berapa jauh untuk menyeberang. Sebenarnya, Laut Galilea hanyalah danau yang luas, yang panjangnya kira-kira 20,8 kilometer dan lebar maksimum kira-kira 12 kilometer. Dapat dimengerti Yesus merasa letih. Jadi, segera setelah mereka bertolak, ia berbaring di buritan kapal, meletakkan kepalanya di atas bantal, dan segera tertidur. Beberapa di antara para rasul berpengalaman sebagai pelaut, banyak kali menangkap ikan di Laut Galilea. Jadi merekalah yang mengemudikan perahu selama berlayar. Akan tetapi, ini bukanlah perjalanan yang mudah. Karena suhu di permukaan danau lebih panas, yaitu kira-kira 210 meter di bawah permukaan laut, dan udara yang lebih dingin di dekat pegunungan, kadang-kadang angin kencang meniup dan tiba-tiba menimbulkan topan yang sangat dahsyat di danau itu. Inilah yang terjadi waktu itu. Segera ombak menghantam perahu dan menyembur masuk ke dalamnya, sehingga mulai penuh dengan air. Akan tetapi, Yesus terus tidur! Para pelaut yang berpengalaman itu bertindak dengan penuh ketakutan mengemudikan perahunya. Pastilah mereka telah dapat mengatasi badai sebelumnya. Akan tetapi, kali ini mereka telah kehabisan akal. Karena khawatir akan keselamatan jiwa



mereka, mereka membangunkan Yesus. ‘Guru, Engkau tidak perduli? Kita akan tenggelam!’ seru mereka. ‘Tolonglah kami, kita akan binasa!’ Setelah Yesus bangun, ia menghardik angin dan danau: “Diam! Tenanglah!” Angin pun reda dan danau menjadi tenang kembali. Yesus berpaling kepada murid-muridnya, dan bertanya: “Apakah sebabnya kamu begitu takut? Belumkah kamu percaya [“beriman,” NW]?” (Bode) Saat menyaksikan hal itu, muridmurid menjadi sangat takut. ‘Siapa gerangan orang ini?’ mereka bertanya satu sama lain, ‘sehingga ia memberi perintah kepada angin dan air, dan mereka pun taat kepadanya.’ Betapa berkuasanya Yesus! Betapa leganya mengetahui bahwa Raja kita mempunyai kuasa terhadap unsur-unsur alam dan bahwa pada waktu segenap perhatiannya ditujukan terhadap bumi kita selama pemerintahan Kerajaannya, seluruh umat manusia akan mendapat perlindungan dari bencana alam yang mengerikan! Beberapa waktu setelah badai reda, Yesus dan murid-muridnya tiba dengan selamat di pantai bagian timur. Kemungkinan perahu-perahu lain dapat terhindar dari badai yang dahsyat ini dan kembali ke negerinya dengan selaMarkus 4:35–5:1; Matius 8:18, 23-27; mat. Lukas 8:22-26.

ˇ Apa Dekapolis itu, dan di mana letaknya? ˇ Keadaan alam yang bagaimana menyebabkan timbulnya badai yang dahsyat di Laut Galilea? ˇ Ketika kemahiran berlayar mereka tidak dapat menyelamatkan mereka, apa yang dilakukan oleh murid-murid?


45

B

Tak Disangka Menjadi Murid

ETAPA pemandangan yang menakutkan seraya Yesus naik ke darat! Dua orang yang sangat berbahaya keluar dari pekuburan di dekat situ dan berlari ke arah dia. Mereka kerasukan hantu. Karena salah satu dari mereka kemungkinan lebih ganas daripada yang lain dan telah menderita lebih lama di bawah pengaruh hantu, ia menjadi pusat perhatian. Untuk waktu yang lama pria yang menderita ini hidup berkeliaran di pekuburan tanpa baju. Siang dan malam ia terus berteriak dan memukuli dirinya dengan batu. Ia begitu ganas sehingga tidak seorang pun berani melewati jalan itu. Upaya telah dilakukan untuk mengikatnya, namun ia memutuskan rantai dan memotong besi di kakinya. Tidak seorang pun memiliki kekuatan untuk menenangkan dia. Seraya pria itu mendekati Yesus dan sujud di kakinya, hantu yang menguasai dia membuat ia berteriak: “Apa urusanMu dengan aku, hai Yesus, Anak Allah Yang Mahatinggi? Demi Allah, jangan siksa aku!�


Yesus terus mengatakan, “Hai engkau roh jahat! Keluar dari orang ini!” Akan tetapi, Yesus kemudian bertanya: “Siapa namamu?” “Namaku Legion, karena kami banyak,” jawabnya. Hantu-hantu bersukacita melihat penderitaan orang-orang yang dapat dirasuki, senang mengeroyok dengan sikap pengecut. Namun menghadapi Yesus, mereka memohon agar tidak dicampakkan ke jurang. Kita sekali lagi melihat bahwa Yesus memiliki kekuatan yang besar; ia bahkan dapat mengalahkan hantu yang keji. Hal ini juga memperlihatkan bahwa hantu-hantu menyadari bahwa pencampakan mereka ke jurang bersama pemimpin mereka, Setan si Iblis, adalah penghakiman akhir dari Allah atas mereka. Sekawanan babi berjumlah kira-kira 2.000 ekor sedang merumput di sekitar pegunungan itu. Maka hantu-hantu berkata: “Suruhlah kami pindah ke dalam babi-babi itu, biarkanlah kami memasukinya.” Kelihatannya para hantu memperoleh kesenangan yang tak wajar dan sadis dengan menyerang tubuh jasmani. Ketika Yesus mengizinkan mereka memasuki babi, ke-2.000 babi terjun ke jurang dan tenggelam di laut. Ketika mereka yang menjaga kawanan babi melihat hal ini, mereka segera melaporkan berita itu di kota dan di kampung-kampung sekitarnya. Orang-orang segera keluar untuk melihat apa yang terjadi. Ketika mereka tiba, mereka melihat pria yang dirasuk hantu. Ya, ia sudah berpakaian dan waras, sedang duduk dekat kaki Yesus! Para saksi mata menceritakan bagaimana pria itu disembuhkan. Mereka juga menceritakan kepada orang-orang mengenai kematian yang aneh dari kawanan babi itu. Ketika orang-orang mendengar hal ini, mereka sangat ketakutan, dan dengan sungguh-sungguh mendesak Yesus untuk meninggalkan daerah mereka. Maka ia menuruti dan naik ke


perahu. Orang yang sebelumnya kerasukan hantu memohon kepada Yesus untuk mengizinkan dia ikut serta. Akan tetapi, Yesus berkata kepada dia: “Pulanglah ke rumahmu, kepada orang-orang sekampungmu, dan beritahukanlah kepada mereka segala sesuatu yang telah diperbuat oleh Tuhan atasmu dan bagaimana Ia telah mengasihani engkau!” Yesus biasanya memerintahkan orang-orang yang ia sembuhkan untuk tidak menceritakan kepada siapa pun, karena ia tidak ingin orang-orang mengambil kesimpulan berdasarkan laporan yang sensasional. Akan tetapi, pengecualian ini tepat karena orang yang sebelumnya kerasukan ini akan memberikan kesaksian di antara orang-orang yang sekarang mungkin tidak dapat dicapai oleh Yesus. Selanjutnya, kehadiran pria itu akan menjadi bukti kekuasaan Yesus untuk melakukan perbuatan baik, menetralkan laporan yang tidak menyenangkan yang mungkin beredar mengenai hilangnya babi-babi itu. Berpegang pada perintah Yesus, orang yang sebelumnya kerasukan itu pergi. Ia mulai memberi tahu ke seluruh Dekapolis tentang semua hal yang Yesus telah lakukan, dan orang-orang menjaMatius 8:28-34; Markus 5:1-20; Lukas 8:26-39; Wahyu 20:1-3. di takjub. ˇ Kemungkinan, mengapa perhatian ditujukan kepada seorang pria yang kerasukan hantu padahal ada dua orang? ˇ Apa yang memperlihatkan bahwa hantu-hantu mengetahui tentang pencampakan mereka ke jurang di masa depan? ˇ Tampaknya, mengapa hantu-hantu senang merasuki manusia dan binatang? ˇ Mengapa Yesus membuat pengecualian dengan orang yang sebelumnya kerasukan hantu ini, memerintahkan dia untuk menceritakan kepada orang-orang lain mengenai apa yang Ia lakukan baginya?


46

K

Ia Menyentuh Jubah Yesus

ABAR mengenai kembalinya Yesus dari Dekapolis sampai ke Kapernaum, dan sekumpulan besar orang berkumpul di pinggir pantai untuk menyambut kedatangannya. Pastilah mereka telah mendengar bahwa ia berhasil menenangkan badai dan menyembuhkan pria yang dirasuk hantu. Sekarang, seraya ia naik ke darat, mereka mengerumuni dia, ingin tahu dan berharap. Salah seorang dari mereka yang ingin sekali melihat Yesus adalah Yairus, seorang pengawas dari sinagoge. Ia sujud di kaki Yesus dan terus memohon: “Anakku perempuan sedang sakit, hampir mati, datanglah kiranya dan letakkanlah tanganMu atasnya, supaya ia selamat dan tetap hidup.� Karena ia adalah anak satu-satunya dan baru berusia 12 tahun, ia sangatlah berharga bagi Yairus. Yesus menanggapi dan, diikuti oleh orang banyak, pergi ke rumah Yairus. Kita dapat membayangkan kegembiraan orangorang seraya mereka mengantisipasi mukjizat yang lain. Akan tetapi, perhatian salah seorang wanita di tengah kerumunan orang banyak itu ditujukan pada problemnya sendiri yang berat. Selama 12 tahun yang cukup lama, perempuan ini telah menderita pendarahan. Ia telah pergi ke berbagai dokter, menghabiskan semua uangnya untuk pengobatan. Namun ia tidak sembuh, sebaliknya problemnya bertambah buruk.


Sebagaimana dapat saudara mengerti, di samping membuatnya sangat lemah, penyakitnya juga memalukan dan menghinakan. Seseorang umumnya tidak berbicara di depan umum mengenai penderitaan semacam itu. Lagi pula, di bawah Taurat Musa pendarahan di luar masa haid membuat seorang wanita najis, dan setiap orang yang menyentuhnya atau pakaiannya perlu membasuh tubuh dan menjadi najis sampai matahari terbenam. Wanita itu telah mendengar mukjizat Yesus dan sekarang mencari dia. Karena kenajisannya, ia berjalan di tengah kerumunan orang banyak sedapat-dapatnya tanpa menarik perhatian, sambil berkata kepada diri sendiri: “Asal kujamah saja jubahNya, aku akan sembuh.” Ketika ia melakukan itu, segeralah ia merasa bahwa pendarahannya berhenti! “Siapa yang menjamah Aku? ” Betapa kata-kata Yesus ini mengejutkannya! Bagaimana ia tahu? ‘Guru,’ protes Petrus, ‘orang banyak mengerumuni dan mendesak Engkau dan Engkau berkata, “Siapa yang menjamah Aku?” ’ Memandang ke sekeliling mencari wanita itu, Yesus menjelaskan: “Ada seorang yang menjamah Aku, sebab Aku merasa ada kuasa keluar dari diriKu.” Tentu, bukanlah sentuhan yang biasa, karena penyembuhan yang dihasilkan mengurangi kekuatan Yesus. Melihat bahwa perbuatannya diketahui, wanita itu mendekat dan tersungkur di depan Yesus, ketakutan dan gemetar. Di depan semua orang, ia menceritakan semua kebenaran tentang penyakitnya dan bagaimana ia baru saja sembuh. Tergerak oleh pengakuan sepenuhnya, Yesus dengan berbelas kasihan menghiburnya: “Hai anakKu, imanmu telah menyelamatkan engkau. Pergilah dengan selamat dan sembuhlah dari penyakitmu! ” Betapa baiknya untuk mengetahui bahwa Pribadi yang Allah pilih untuk memerintah atas bumi demikian hangat, pribadi yang berbelas kasihan, prihatin terhadap orang dan Matius 9:18-22; Marmemiliki kuasa untuk membantu mereka! kus 5:21-34; Lukas 8:40-48; Imamat 15:25-27.

ˇ Siapakah Yairus, dan mengapa ia datang kepada Yesus? ˇ Problem apa yang dimiliki seorang wanita, dan mengapa datang meminta bantuan kepada Yesus begitu sukar baginya? ˇ Bagaimana wanita itu disembuhkan, dan bagaimana Yesus menghiburnya?



47

K

Air Mata Berubah Menjadi Kegembiraan Luar Biasa

ETIKAYairus melihat wanita yang menderita pendarahan sembuh, keyakinannya pada kuasa mukjizat Yesus tidak diragukan lagi bertambah. Pagi hari sebelum itu, Yesus diminta oleh Yairus untuk datang dan menolong anak kesayangannya yang berumur 12 tahun, yang hampir mati. Akan tetapi, apa yang Yairus takutkan sekarang terjadi. Sementara Yesus berbicara dengan wanita itu, beberapa orang datang dan berbisik kepada Yairus: “Anakmu sudah mati, apa perlunya lagi engkau menyusahnyusahkan Guru?� Betapa menghancurkan berita itu! Coba pikir: Pria ini, yang sangat dihormati masyarakat, sekarang tak berdaya karena tahu bah-


wa putrinya mati. Akan tetapi, percakapan itu terdengar oleh Yesus. Maka, sambil berpaling kepada Yairus, ia berkata menghiburnya: “Jangan takut, percaya saja!” Yesus menyertai pria yang berdukacita itu kembali ke rumahnya. Ketika mereka tiba, mereka mendapati orang-orang ramai menangis dan meratap. Sejumlah besar orang banyak berkumpul, dan memukul diri mereka karena sedih. Ketika Yesus masuk ke dalam, ia berkata: “Mengapa kamu ribut dan menangis? Anak ini tidak mati, tetapi tidur!” Sewaktu mendengar ini, orang-orang mulai menertawakan Yesus karena mereka tahu bahwa gadis itu benar-benar mati. Akan tetapi, Yesus berkata bahwa ia hanya tidur. Dengan menggunakan kekuasaannya yang diberikan Allah, ia akan memperlihatkan bahwa orang dapat dihidupkan kembali dari kematian sama mudahnya seperti mereka dapat dibangunkan dari tidur yang nyenyak. Yesus sekarang menyuruh setiap orang ke luar kecuali Petrus, Yakobus, Yohanes, dan ibu serta ayah gadis yang mati itu. Ia kemudian membawa kelima orang ini bersamanya ke tempat gadis muda itu berbaring. Sambil memegang tangannya, Yesus berkata: “Tal1itha cu1mi,” yang jika diterjemahkan berarti: “Hai anak, Aku berkata kepadamu, bangunlah!” Dan seketika itu juga si gadis bangkit dan mulai berjalan! Melihat hal itu orang-tuanya sangat gembira. Setelah memerintahkan agar anak itu diberi


makan sesuatu, Yesus berpesan kepada Yairus dan istrinya agar tidak menceritakan apa yang telah terjadi. Akan tetapi, bertentangan dengan apa yang Yesus katakan, tersiarlah kabar tentang hal itu ke seluruh daerah. Ini adalah kebangkitan yang kedua yang Yesus lakukan. Matius 9:18-26; Markus 5:35-43; Lukas 8:41-56. ˇ Berita apa yang diterima Yairus, dan bagaimana Yesus menghibur dia? ˇ Bagaimana keadaannya ketika mereka tiba di rumah Yairus? ˇ Mengapa Yesus berkata bahwa anak kecil yang mati itu hanya tidur? ˇ Siapakah kelima orang yang menyertai Yesus dan menyaksikan kebangkitan itu?


48 Meninggalkan Rumah Yairus dan

Kembali Mengunjungi Nazaret

H

ARI itu Yesus sibuk—ia mengadakan perjalanan laut dari Dekapolis, menyembuhkan wanita yang menderita pendarahan, dan membangkitkan putri Yairus. Namun hari itu belum berlalu. Rupanya setelah Yesus meninggalkan rumah Yairus, dua pria buta mengikuti dari belakang, berseru: “Kasihanilah kami, hai Anak Daud.�


Dengan menyapa Yesus sebagai “Anak Daud,” pria-pria ini memperlihatkan keyakinan bahwa Yesus adalah ahli waris takhta Daud, karenanya ia adalah Mesias yang dijanjikan. Akan tetapi, Yesus kelihatannya mengabaikan seruan mereka meminta bantuan, mungkin untuk menguji ketekunan mereka. Namun pria-pria itu tidak berhenti. Mereka mengikuti Yesus ke tempat ia tinggal, dan ketika ia masuk ke rumah, mereka mengikuti dia masuk. Di sana Yesus bertanya: “Percayakah kamu, bahwa Aku dapat melakukannya?” “Ya Tuhan, kami percaya” mereka menjawab dengan yakin. Maka, sambil menjamah mata mereka, Yesus berkata: “Jadilah kepadamu menurut imanmu.” Tiba-tiba mereka dapat melihat! Kemudian Yesus dengan tegas berpesan kepada mereka: “Jagalah supaya jangan seorangpun mengetahui hal ini.” Akan tetapi, karena sangat gembira, mereka mengabaikan perintah Yesus dan berbicara tentang dia ke seluruh daerah itu. Sedang kedua orang itu pergi, orang-orang membawa seorang pria bisu akibat kerasukan setan. Yesus mengusir setan itu, dan pria tersebut langsung mulai berbicara. Orang banyak kagum atas mukjizat ini, dengan berkata: “Yang demikian belum pernah dilihat orang di Israel.” Orang Farisi juga hadir. Mereka tidak dapat menyangkal mukjizat itu, tetapi karena mereka jahat dan tidak percaya, mereka mengulangi tuduhan mereka atas sumber dari perbuatan-perbuatan ajaib Yesus, dengan berkata: “Dengan kuasa penghulu setan Ia mengusir setan.” Tidak lama setelah kejadian ini, Yesus kembali ke tempat asalnya Nazaret, kali ini ditemani murid-muridnya. Kira-kira satu tahun sebelumnya, ia telah mengunjungi sinagoge dan mengajar di sana. Meskipun orang-orang pada mulanya kagum pada katakatanya yang menyenangkan, mereka belakangan menghina ajarannya dan mencoba membunuh dia. Sekarang, dengan murah hati, Yesus mencoba lagi untuk menolong para tetangganya yang dulu. Meskipun di tempat-tempat lain orang mengerumuni Yesus, di sini tidak demikian halnya. Maka, pada hari Sabat, ia pergi ke sinagoge untuk mengajar. Kebanyakan dari mereka yang mendengarnya dibuat takjub. “Dari mana diperolehNya hikmat itu dan kuasa untuk mengadakan mujizat-mujizat itu?” tanya mereka.


“Bukankah Ia ini anak tukang kayu? Bukankah ibuNya bernama Maria dan saudara-saudaraNya: Yakobus, Yusuf, Simon dan Yudas? Dan bukankah saudara-saudaraNya perempuan semuanya ada bersama kita? Jadi dari mana diperolehNya semuanya itu?” ‘Yesus berasal dari sini sama seperti kita,’ dalih mereka. ‘Kami melihat ia bertumbuh, dan kami kenal keluarganya. Bagaimana mungkin ia adalah Mesias?’ Maka meskipun ada banyak bukti —hikmat dan mukjizat-mukjizatnya yang luar biasa—mereka menolak dia. Karena mereka sudah kenal baik dengan dia, bahkan sanak keluarganya menolak dia, sehingga Yesus mengambil kesimpulan: “Seorang nabi dihormati di mana-mana, kecuali di tempat asalnya sendiri dan di rumahnya.” Memang, Yesus heran akan kurangnya iman mereka. Maka ia tidak mengadakan mukjizat apa pun di sana selain meletakkan tangannya atas beberapa orang sakit dan menyembuhkan mereka. Matius 9:27-34; 13:54-58; Markus 6:1-6; Yesaya 9:7.

ˇ Dengan menyebut Yesus sebagai “Anak Daud,” pria-pria yang buta itu memperlihatkan keyakinan apa? ˇ Penjelasan apa atas mukjizat-mukjizat Yesus yang ditetapkan orang Farisi? ˇ Mengapa merupakan kemurahan hati bagi Yesus untuk kembali membantu mereka di Nazaret? ˇ Sambutan hangat apa yang Yesus terima di Nazaret, dan mengapa?


49

Perjalanan Pengabaran yang Lain di Galilea

ETELAH kira-kira dua tahun mengabar secara intensif, apakah Yesus sekarang mulai berhenti dan santai? Sebaliknya, ia memperluas kegiatan pengabarannya dengan mengatur perjalanan yang lain, kunjungan yang ketiga ke Galilea. Ia mengunjungi semua kota dan desa di daerah itu, mengajar di sinagoge dan mengabarkan kabar kesukaan dari Kerajaan. Apa yang ia lihat dalam perjalanan ini lebih meyakinkan dia daripada sebelumnya akan kebutuhan untuk meningkatkan pekerjaan pengabaran. Ke mana saja Yesus pergi, ia melihat orang banyak membutuhkan penyembuhan rohani dan penghiburan. Mereka bagaikan domba tanpa gembala, tersisih dan terbuang, dan ia merasa kasihan kepada mereka. Ia berkata kepada murid-muridnya: “Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu.�

S


Yesus mempunyai rencana kegiatan. Ia memanggil ke-12 rasul, yang telah ia pilih hampir satu tahun sebelumnya. Ia membagi mereka dua-berdua, menjadikan enam kelompok pengabar, dan memberikan petunjuk kepada mereka. Ia menjelaskan: “Janganlah kamu menyimpang ke jalan bangsa lain atau masuk ke dalam kota orang Samaria, melainkan pergilah kepada dombadomba yang hilang dari umat Israel. Pergilah dan beritakanlah: ‘Kerajaan Sorga sudah dekat.’�


Kerajaan yang akan mereka beritakan ini adalah yang Yesus ajarkan dalam contoh doa kepada mereka agar didoakan. Kerajaan sudah dekat dalam arti bahwa calon Raja Allah, Kristus Yesus, hadir. Untuk menetapkan murid-muridnya sebagai wakil dari pemerintahan adi manusiawi itu, Yesus memberikan kuasa kepada mereka untuk menyembuhkan orang sakit dan bahkan membangkitkan orang mati. Ia memerintahkan mereka untuk mengadakan hal-hal ini dengan cuma-cuma. Kemudian ia memberi tahu murid-muridnya agar tidak membuat persiapan materi untuk perjalanan pengabaran mereka. “Janganlah kamu membawa emas atau perak atau tembaga dalam ikat pinggangmu. Janganlah kamu membawa bekal dalam perjalanan, janganlah kamu membawa baju dua helai, kasut atau tongkat, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya.” Mereka yang menghargai berita itu akan menyambut serta menyumbang makanan dan menyediakan penginapan. Seperti yang Yesus katakan: “Apabila kamu masuk kota atau desa, carilah di situ seorang yang layak dan tinggallah padanya sampai kamu berangkat.” Yesus kemudian memberikan perintah tentang cara mendekati penghuni rumah dengan berita Kerajaan. “Apabila kamu masuk rumah orang,” ia mengajarkan, “berilah salam kepada mereka. Jika mereka layak menerimanya, salammu itu turun ke atasnya, jika tidak, salammu itu kembali kepadamu. Dan apabila seorang tidak menerima kamu dan tidak mendengar perkataanmu, keluarlah dan tinggalkanlah rumah atau kota itu dan kebaskanlah debunya dari kakimu.” Mengenai sebuah kota yang menolak berita mereka, Yesus menyatakan bahwa penghakiman atasnya akan sangat berat. Ia menjelaskan: “Aku berkata kepadamu: ‘Sesungguhnya pada hari penghakiman tanah Sodom dan Gomora akan lebih ringan tangMatius 9:35–10:15; Markus 6:6-12; gungannya dari pada kota itu.’” Lukas 9:1-5.

ˇ Kapankah Yesus mulai perjalanan pengabarannya yang ketiga di Galilea, dan apa yang meyakinkan dia? ˇ Ketika mengirim ke-12 rasulnya untuk mengabar, perintah apa yang ia berikan kepada mereka? ˇ Mengapa patut bagi murid-muridnya untuk mengajar bahwa Kerajaan itu sudah dekat?


50

Persiapan Menghadapi Penganiayaan

ESUDAH mengajarkan kepada rasul-rasulnya metode melaksanakan pekerjaan pengabaran, Yesus mengingatkan mereka tentang orang-orang yang menentang. Ia berkata: “Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala . . . waspadalah terhadap semua orang; karena ada yang akan menyerahkan kamu kepada majelis agama dan mereka akan menyesah kamu di rumah ibadatnya. Dan karena Aku, kamu akan digiring ke mukapenguasa-penguasa dan raja-raja.” Meskipun adapenganiayaan hebat yang akan dihadapi parapengikutnya, Yesus memberikan lagi janji yang menenteramkan hati: “Apabila mereka menyerahkan kamu, janganlah kamu kuatir akan bagaimana dan akan apa yang harus kamu katakan, karena semuanya itu akan dikaruniakan kepadamu pada saat itujuga. Karena bukan kamu yang berkata-kata, melainkan Roh Bapamu; Dia yang akan berkata-kata di dalam kamu.” Yesus melanjutkan, “orang akan menyerahkan saudaranya untuk dibunuh, demikian juga seorang ayah akan anaknya. Dan anakanak akan memberontak terhadap orang tuanya dan akan membunuh mereka.” Ia menambahkan: “Kamu akan dibenci semua orang oleh karena namaKu; tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat.” Pengabaran merupakan kepentingan yang utama. Karena alasan ini Yesus menandaskan perlunya kebijaksanaan agar tetap bebas melakukan pekerjaan tersebut. “Apabila mereka menganiaya kamu dalam kota yang satu, larilah ke kota yang lain,” katanya, “karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya sebelum kamu selesai mengunjungi kota-kota Israel, Anak Manusia sudah datang.”

S


Memang benar bahwa Yesus memberikan instruksi, peringatan, dan anjuran ini kepada ke-12 rasulnya, tetapi ini juga ditujukan bagi mereka yang akan ikut dalam pengabaran seluas dunia setelah kematian dan kebangkitannya. Ini diperlihatkan oleh perkataannya bahwa murid-muridnya akan “dibenci semua orang,” tidak hanya oleh bangsa Israel kepada siapa rasul-rasul itu diutus untuk mengabar. Selain itu, rasul-rasul ternyata tidak digiring ke hadapan para penguasa dan raja ketika Yesus menyuruh mereka pergi dalam kampanye pengabaran mereka yang singkat. Lagi pula, orang-orang yang percaya pada waktu itu tidak diserahkan untuk dibunuh oleh anggota-anggota keluarga. Jadi ketika mengatakan bahwa murid-muridnya tidak akan menyelesaikan pengabaran keliling mereka sebelum ‘Anak Manusia datang,’ Yesus secara nubuat memberi tahu kita bahwa murid-muridnya tidakakan selesai menjalani seluruh bumi yang berpenghuni ini dengan pengabaran tentang Kerajaan Allahyang telah berdiri sebelum Raja Kristus Yesus yang dimuliakan datang sebagai pelaksana penghukuman dari Yehuwa di Armagedon. Seraya melanjutkan instruksi pengabarannya, Yesus berkata: “Seorang murid tidak lebih dari pada gurunya, atau seorang hamba dari pada tuannya.” Maka para pengikut Yesus hendaknya berharap untuk menerima perlakuan dan penganiayaan yang sama seperti yang ia terima demi pengabaran Kerajaan Allah. Namun ia mengingatkan: “Janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka [“Gehenna,” NW].” Yesus akan memberikan teladan dalam hal ini. Ia tanpa gentar akan bertekun menghadapi kematian sebaliknya daripada mengkompromikan keloyalannya kepada Pribadi yang berkuasa melakukan apa saja, Allah Yehuwa. Ya, Yehuwa-lah yang dapat membunuh “jiwa” (dalam hal ini berarti prospek seseorang di masa depan sebagai jiwa yang hidup) atau sebaliknya dapat membangkitkan seseorang untuk


menikmati kehidupan kekal. Betapa pengasih dan penyayang Bapak surgawi kita, Yehuwa! Yesus kemudian menganjurkan murid-muridnya dengan suatu perumpamaan yang menonjolkan perhatian yang pengasih dari Yehuwa kepada mereka. “Bukankah burung pipit dijual dua ekor seduit?” tanyanya. “Namun seekorpun dari padanya tidak akan jatuh ke bumi di luar kehendak Bapamu. Dan kamu, rambut kepalamupun terhitung semuanya. Sebab itu janganlah kamu takut, karena kamu lebih berharga dari pada banyak burung pipit.” Berita Kerajaan yang Yesus sampaikan kepada murid-muridnya untuk diumumkan akan membuat rumah tangga terbagi, karena ada anggota-anggota keluarga yang menerima dan ada yang menolak. “Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi,” katanya menerangkan. “Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang.” Maka, dituntut keberanian bagi seorang anggota keluarga untuk berpegang pada kebenaran Alkitab. “Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari padaKu, ia tidak layak bagiKu,” kata Yesus, “dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari padaKu, ia tidak layak bagiKu.” Sewaktu mengakhiri instruksinya, Yesus menjelaskan bahwa mereka yang menyambut murid-muridnya menyambut dia juga. “Dan barangsiapa memberi air sejuk secangkir sajapun kepada salah seorang yang kecil ini, karena ia muridKu, Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ia tidakakan kehilangan upahnya dari padanya.” Matius 10:16-42.

ˇ Peringatan-peringatan apa yang Yesus sediakan bagi murid-muridnya? ˇ Anjuran dan hiburan apa ia berikan kepada mereka? ˇ Mengapa instruksi Yesus berlaku juga untuk umat Kristen zaman modern? ˇ Dalam hal apa seorang murid Yesus tidak lebih daripada gurunya?


51

Pembunuhan Sewaktu Pesta Ulang Tahun

ETELAH memberikan instruksi kepada rasul-rasulnya, Yesus mengutus mereka ke suatu daerah dua-berdua. Kemungkinan kakak-beradik Petrus dan Andreas pergi bersama, begitu juga Yakobus dan Yohanes, Filipus dan Bartolomeus, Tomas dan Matius, Yakobus dan Tadeus, serta Simon dan Yudas Iskariot. Keenam pasang penginjil ini memberitakan kabar baik Kerajaan dan mengadakan penyembuhan-penyembuhan secara mukjizat ke mana saja mereka pergi. Sementara itu, Yohanes Pembaptis masih berada di penjara. Sudah hampir dua tahun ia di sana. Saudara mungkin ingat bahwa Yohanes terang-terangan mengecam Herodes Antipas karena mengambil Herodias, istri Filipus, saudara laki-lakinya, sebagai istrinya sendiri. Karena Herodes Antipas menyatakan mengikuti Taurat Musa, dengan tepat Yohanes mengungkapkan perkawinan dalam perzinahan tersebut. Maka Herodes memasukkan Yohanes ke penjara, mungkin atas desakan Herodias. Herodes Antipas menyadari bahwa Yohanes adalah orang yang benar dan bahkan senang mendengarkan dia. Karena itu, ia tidak tahu apa yang harus dilakukan terhadap dia. Di lain pihak, Herodias membenci Yohanes dan terus berupaya membunuhnya. Akhirnya, kesempatan yang dinanti-nantikan itu tiba. Sesaat sebelum Paskah pada tahun 32 M., Herodes mengadakan perayaan besar untuk ulang tahunnya. Yang berkumpul dalam pesta itu adalah semua pejabat tinggi dan perwira Herodes, serta warga terkemuka Galilea. Seraya malam semakin larut, Salome, anak gadis Herodias dari bekas suaminya, Filipus, diminta menari untuk para tamu. Para tamu laki-laki terpesona oleh penampilannya. Herodes sangat senang dengan Salome. “Minta dari padaku apa saja yang kauingini, maka akan kuberikan kepadamu,” katanya. Ia bahkan bersumpah: “Apa saja yang kauminta akan kuberikan kepadamu, sekalipun setengah dari kerajaanku!” Sebelum menjawab, Salome pergi bertanya kepada ibunya. “Apa yang harus kuminta?” tanyanya.

S


Akhirnya tiba kesempatan itu! “Kepala Yohanes Pembaptis!� jawab Herodias tanpa ragu-ragu. Segera Salome kembali kepada Herodes dan mengajukan permintaan: “Aku mau, supaya sekarang juga engkau berikan kepadaku kepala Yohanes Pembaptis di sebuah talam!� Herodes sangat sedih. Namun karena para tamunya mendengar sumpahnya, ia malu untuk tidak mengabulkannya, sekalipun ini berarti membunuh seseorang yang tidak bersalah. Seorang algojo segera disuruh pergi ke penjara dengan perintah yang mengerikan ini. Tidak lama kemudian ia kembali dengan kepala Yohanes di atas sebuah talam, dan memberikannya kepada Salome. Ia kemudian membawanya kepada ibunya. Ketika murid-murid Yohanes mendengar apa yang telah terjadi, mereka datang untuk mengambil mayatnya dan menguburnya, lalu mereka melaporkan hal ini kepada Yesus.


Belakangan, ketika Herodes mendengar bahwa Yesus menyembuhkan orang dan mengusir setan, ia merasa takut, khawatir kalau-kalau Yesus itu sebenarnya Yohanes yang telah bangkit dari antara orang mati. Sesudah itu, ia ingin sekali bertemu dengan Yesus, bukan untuk mendengar pemberitaannya, tetapi untuk menegaskan apakah kekhawatirannya itu memang beralasan atau tidak. Matius 10:1-5; 11:1; 14:1-12; Markus 6:14-29; Lukas 9:7-9. ˇ Mengapa Yohanes berada di penjara, dan mengapa Herodes tidak ingin membunuhnya? ˇ Bagaimana Herodias akhirnya dapat menyuruh Yohanes dibunuh? ˇ Setelah kematian Yohanes, mengapa Herodes ingin bertemu Yesus?


52

K

Yesus Secara Mukjizat Memberi Makan Ribuan Orang

EDUA BELAS rasul telah menikmati suatu perjalanan pengabaran yang menakjubkan ke seluruh Galilea. Sekarang, tidak lama setelah Yohanes dihukum mati, mereka kembali kepada Yesus dan menceritakan pengalaman mereka yang sangat bagus. Karena melihat mereka lelah dan begitu banyak orang datang dan pergi sehingga mereka bahkan tidak ada waktu untuk makan, Yesus berkata: “Marilah ke tempat yang sunyi, supaya kita sendirian, dan beristirahatlah seketika!” Mereka naik perahu, kemungkinan dekat Kapernaum, menuju suatu tempat yang terpencil, rupanya ke sebelah timur Yordan di luar Betsaida. Akan tetapi, banyak orang melihat mereka pergi, dan yang lain mengetahuinya. Orang banyak ini mendahului dengan menyusuri pantai, dan ketika perahu mendarat, orang-orang itu ada di sana untuk menemui mereka. Ketika turun dari perahu dan melihat sejumlah besar orang banyak, Yesus tergerak oleh belas kasihan karena orang-orang itu seperti domba tanpa gembala. Maka ia menyembuhkan penyakit mereka dan mulai mengajarkan banyak hal. Waktu berlalu dengan cepat, dan murid-murid Yesus datang kepadanya serta berkata: “Tempat ini sunyi dan hari sudah mulai malam. Suruhlah mereka pergi, supaya mereka dapat membeli makanan di desa-desa dan di kampung-kampung di sekitar ini.” Akan tetapi, sebagai jawaban Yesus berkata: “Kamu harus memberi mereka makan!” Kemudian, karena Yesus sudah mengetahui apa yang harus ia lakukan, ia menguji Filipus dengan bertanya kepadanya: “Di manakah kita akan membeli roti, supaya mereka ini dapat makan?” Dari sudut pandangan Filipus situasi ini tidak mungkin. Ya, ada kira-kira 5.000 laki-laki, kemungkinan besar lebih dari 10.000 orang jika wanita dan anak-anak juga dihitung! Filipus menjawab bahwa “dua ratus dinar [satu dinar ketika itu merupakan upah satu hari] tidak akan cukup untuk mereka ini, sekalipun masing-masing mendapat sepotong kecil saja.” Mungkin untuk memperlihatkan bahwa mustahil memberi makan begitu banyak orang, Andreas membuka suara: “Di sini ada seorang anak, yang mempunyai lima roti jelai dan dua ikan,” serta


menambahkan, “tetapi apakah artinya itu untuk orang sebanyak ini?� Karena ketika itu musim semi, tepat sebelum Paskah tahun 32 M., terdapat banyak rumput hijau di sana. Maka Yesus meminta murid-muridnya mengatur agar orang banyak itu duduk di atas rumput dalam kelompok-kelompok dari 50 dan 100 orang. Ia mengambil lima ketul roti dan dua ekor ikan, menengadah ke langit, dan mengucap berkat. Kemudian ia mulai memecah-mecahkan roti dan


membagi-bagikan ikan. Ia memberikan ini kepada murid-muridnya, yang selanjutnya, membagi-bagikannya kepada orang-orang. Secara mengagumkan, semua orang itu makan sampai kenyang! Setelah itu Yesus berkata kepada murid-muridnya: “Kumpulkanlah potongan-potongan yang lebih supaya tidak ada yang terbuang.� Sewaktu mereka melakukannya, mereka mengisi 12 bakul penuh dengan sisa-sisa dari apa yang telah mereka makan! Matius 14:13-21; Markus 6:30-44; Lukas 9:10-17; Yohanes 6:1-13.

ˇ Mengapa Yesus mencari tempat yang terpencil bagi rasul-rasulnya? ˇ Ke mana Yesus membawa murid-muridnya, dan mengapa kebutuhan mereka untuk beristirahat tidak terpenuhi? ˇ Ketika hari semakin larut, murid-murid mendesak untuk melakukan apa, tetapi bagaimana Yesus memperhatikan orang-orang itu?


53

K

Pemimpin Adi-Manusiawi yang Didambakan

ETIKA Yesus secara mukjizat memberi makan ribuan orang, mereka menjadi kagum. “Dia ini adalah benar-benar nabi yang akan datang ke dalam dunia,� kata mereka. Mereka berkesimpulan bukan hanya bahwa Yesus haruslah nabi yang lebih besar daripada Musa tetapi juga bahwa ia akan menjadi pemimpin yang sangat didambakan. Maka mereka merencanakan untuk menangkapnya dan menjadikan dia raja. Akan tetapi, Yesus menyadari apa yang orang-orang rencanakan. Maka ia segera pergi agar tidak ditindak secara paksa oleh mereka. Ia menyuruh orang banyak itu pulang dan memerintahkan murid-muridnya untuk naik ke perahu mereka dan kembali ke Kapernaum. Ia kemudian menyingkir ke bukit untuk berdoa. Malam itu Yesus seorang diri di sana. Sesaat sebelum fajar Yesus mengawasi dari tempat tinggi yang strategis dan mengamati ombak berkecamuk di laut karena angin kencang. Dalam cahaya bulan yang hampir purnama, karena sudah mendekati Paskah, Yesus melihat perahu dengan murid-muridnya yang sedang berjuang melawan gelombang. Orangorang mendayung sekuat-kuatnya. Melihat hal ini, Yesus menuruni bukit dan mulai berjalan ke arah perahu menyeberangi gelombang. Perahu itu telah berlayar kira-kira 4,8 atau 6,4 kilometer ketika Yesus mencapainya. Akan tetapi, ia meneruskan seakan-akan mau lewat saja. Sewaktu murid-murid melihat dia, mereka berteriak: “Itu hantu!�



Yesus menjawab dengan menenangkan: “Aku ini, jangan takut.” Namun Petrus berkata: “Tuhan, apabila Engkau itu, suruhlah aku datang kepadaMu berjalan di atas air.” “Datanglah!” jawab Yesus. Lalu, Petrus, turun dari perahu, berjalan di atas air ke arah Yesus. Akan tetapi, ketika melihat badai, Petrus menjadi takut dan mulai tenggelam, ia berteriak: “Tuhan, tolonglah aku!” Segera Yesus mengulurkan tangannya, memegang dia dan berkata: “Hai orang yang kurang percaya, mengapa engkau bimbang?” Setelah Petrus dan Yesus kembali ke perahu, angin pun reda, dan murid-murid tercengang. Namun haruskah demikian? Seandainya mereka mengerti “peristiwa roti itu” dengan menghargai mukjizat besar yang Yesus lakukan beberapa jam sebelumnya ketika ia memberi makan ribuan orang hanya dengan lima ketul roti dan dua ekor ikan, maka tidak seharusnya kelihatan begitu mengherankan bahwa ia dapat berjalan di atas air dan meredakan angin. Akan tetapi, sekarang, murid-murid menyembah kepada Yesus dan berkata: “Sesungguhnya Engkau Anak Allah.” Tidak berapa lama, mereka tiba di Genesaret, suatu dataran yang indah dan subur dekat Kapernaum. Di sana mereka menambatkan perahu. Namun sewaktu mereka ke darat, orang-orang mengenali Yesus dan pergi ke seluruh daerah menemukan mereka yang sakit. Ketika dibawa di atas usungan mereka dan hanya dengan menjamah jumbai jubah Yesus, mereka menjadi sembuh. Sementara itu, orang banyak yang menyaksikan ribuan orang secara mukjizat diberi makan mendapati bahwa Yesus telah pergi. Maka sewaktu perahu kecil dari Tiberias datang, mereka naik ke perahu dan berlayar ke Kapernaum untuk mencari Yesus. Ketika mereka menemukan dia, mereka bertanya: “Rabi, bilamana Engkau tiba di sini?” Yesus memarahi mereka, sebagaimana yang akan segera kita lihat. Yohanes 6:14-25; Matius 14:22-36; Markus 6:45-56. ˇ Setelah Yesus secara mukjizat memberi makan ribuan orang, apa yang ingin dilakukan orang terhadap dia? ˇ Apa yang Yesus lihat dari atas bukit tempat ia menyingkir, dan apa yang kemudian ia lakukan? ˇ Mengapa tidak seharusnya murid-murid tercengang oleh hal-hal ini? ˇ Apa yang terjadi setelah mereka tiba di darat?


54

“Roti yang Benar dari Sorga”

EHARI sebelumnya merupakan hari yang benar-benar penting. Yesus secara mukjizat memberi makan ribuan orang dan kemudian menghindar dari upaya orang-orang yang ingin menjadikan dia raja. Malam itu ia berjalan di atas Laut Galilea yang bergelora; menyelamatkan Petrus, yang mulai tenggelam ketika ia berjalan di atas laut yang sedang bergelora: dan menenangkan ombak untuk menyelamatkan murid-muridnya dari karam kapal. Sekarang orang-orang kepada siapa Yesus secara mukjizat telah memberi makan di timur laut dari Laut Galilea menemukan dia dekat Kapernaum dan bertanya: “Bilamana Engkau tiba di sini?” Yesus menegur mereka dan mengatakan bahwa mereka mencari dia hanya karena mengharapkan untuk makan dengan cuma-cuma lagi. Ia mendesak mereka untuk bekerja, bukan untuk makanan yang dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal. Maka orang-orang bertanya: “Apakah yang harus kami perbuat, supaya kami mengerjakan pekerjaan yang dikehendaki Allah?” Yesus menyebutkan hanya satu pekerjaan yang paling penting. “Inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah,” katanya menjelaskan, “yaitu hendaklah kamu percaya kepada Dia yang telah diutus Allah.” Akan tetapi, orang-orang tidak menaruh iman kepada Yesus, walaupun ia telah melakukan banyak mukjizat. Luar biasa, bahkan setelah semua perkara menakjubkan yang telah ia lakukan, mereka bertanya: “Tanda apakah yang Engkau perbuat, supaya dapat kami melihatnya dan percaya kepadaMu? Pekerjaan apakah yang Engkau lakukan? Nenek moyang kami telah makan manna di padang gurun, seperti ada tertulis: ‘Mereka diberiNya makan roti dari sorga.’” Sebagai jawaban atas permintaan mereka akan suatu tanda, Yesus membuat jelas tentang Sumber dari persediaan mukjizat, dengan berkata: “Bukan Musa yang memberikan kamu roti dari sorga, melainkan BapaKu yang memberikan kamu roti yang benar dari sorga. Karena roti yang dari Allah ialah roti yang turun dari sorga dan yang memberi hidup kepada dunia.” “Tuhan,” kata orang-orang, “berikanlah kami roti itu senantiasa.” “Akulah roti hidup,” kata Yesus menjelaskan. “Barangsiapa datang kepadaKu, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya

S


kepadaKu, ia tidak akan haus lagi. Tetapi Aku telah berkata kepadamu: Sungguhpun kamu telah melihat Aku, kamu tidak percaya. Semua yang diberikan Bapa kepadaKu akan datang kepadaKu, dan barangsiapa datang kepadaKu, ia tidak akan Kubuang. Sebab Aku telah turun dari sorga bukan untuk melakukan kehendakKu, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku. Dan inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikanNya kepadaKu jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman. Sebab inilah kehendak BapaKu, yaitu supaya setiap orang, yang melihat Anak dan yang percaya kepadaNya beroleh hidup yang kekal.” Mendengar ini orang-orang Yahudi mulai bersungut-sungut kepada Yesus karena ia berkata, “Akulah roti yang telah turun dari sorga.” Mereka menganggap dia tidak lebih daripada seorang anak dari orang-tua jasmani dan karena itu dengan cara yang sama seperti orangorang dari Nazaret, mereka menyanggah, sambil mengatakan: “Bukankah Ia ini Yesus, anak Yusuf, yang ibu bapanya kita kenal? Bagaimana Ia dapat berkata: ‘Aku telah turun dari sorga’?” “Jangan kamu bersungut-sungut,” jawab Yesus. “Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepadaKu, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman. Ada tertulis dalam kitab nabi-nabi: ‘Dan mereka semua akan diajar oleh Allah.’ Dan setiap orang, yang telah mendengar dan menerima pengajaran dari Bapa, datang kepadaKu. Hal itu tidak berarti, bahwa ada orang yang telah melihat Bapa. Hanya Dia yang datang dari Allah, Dialah yang telah melihat Bapa. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya, ia mempunyai hidup yang kekal.”


Selanjutnya, Yesus mengulangi: “Akulah roti hidup. Nenek moyangmu telah makan manna di padang gurun dan mereka telah mati. Inilah roti yang turun dari sorga: Barangsiapa makan dari padanya, ia tidak akan mati. Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya.” Ya, dengan mempraktikkan iman kepada Yesus, pribadi yang diutus Allah, orang-orang dapat memiliki hidup yang kekal. Bukan manna, atau roti lainnya, yang dapat memungkinkan hal itu! Pembahasan mengenai roti dari surga tampak hampir selesai setelah orang-orang menemukan Yesus dekat Kapernaum. Namun itu berlanjut, belakangan mencapai puncaknya seraya Yesus mengajar di sinagoge di Kapernaum. Yohanes 6:25-51, 59; Mazmur 78:24; Yesaya 54:13; Matius 13:55-57.

ˇ Peristiwa apa yang mendahului pembahasan Yesus mengenai roti dari surga? ˇ Memperhatikan hal yang baru saja Yesus lakukan, mengapa permintaan untuk suatu tanda tidak tepat? ˇ Mengapa orang-orang Yahudi bersungut-sungut atas pernyataan Yesus bahwa ia adalah roti yang benar dari surga? ˇ Di manakah pembahasan mengenai roti dari surga terjadi?


55

Y

Banyak Murid Berhenti Mengikuti Yesus

ESUS sedang mengajar di sinagoge di Kapernaum mengenai perannya sebagai roti yang benar dari sorga. Khotbahnya ternyata menyambung pembahasan yang dimulai dengan orang-orang ketika mereka menemukan dia sewaktu mereka kembali dari sebelah timur Laut Galilea, tempat mereka telah makan roti dan ikan yang disediakan secara mukjizat. Yesus meneruskan pernyataannya, dengan mengatakan: “Roti yang Kuberikan itu ialah dagingKu, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia.� Tepat dua tahun sebelumnya, pada musim semi tahun 30 M., Yesus berkata kepada Nikodemus bahwa Allah sangat mengasihi dunia ini sehingga Ia mengaru-


niakan Anak-Nya sebagai Juru Selamat. Jadi, Yesus sekarang memperlihatkan bahwa siapa pun dari dunia umat manusia yang makan dagingnya secara simbolik, dengan mempraktikkan iman dalam tebusan yang tidak lama lagi akan ia lakukan, dapat menerima hidup yang kekal. Akan tetapi, orang-orang, tersandung terhadap kata-kata Yesus. “Bagaimana Ia ini dapat memberikan dagingNya kepada kita untuk dimakan?” tanya mereka. Yesus ingin agar para pendengarnya mengerti bahwa memakan dagingnya dapat dilakukan secara kiasan. Jadi, untuk menekankan ini, ia berkata sesuatu yang bahkan lebih tidak masuk akal jika dipahami secara aksara. “Jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darahNya,” Yesus menyatakan, “kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu. Barangsiapa makan dagingKu dan minum darahKu, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman. Sebab dagingKu adalah benar-benar makanan dan darahKu adalah benar-benar minuman. Barangsiapa makan dagingKu dan minum darahKu, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia.” Memang, ajaran Yesus kedengarannya menjijikkan sekali seandainya ia menyarankan kanibalisme. Akan tetapi, tentu saja, Yesus tidak menganjurkan makan daging atau minum darah secara aksara. Ia hanya menekankan bahwa semua orang yang menerima hidup kekal harus menaruh iman kepada tebusan yang akan ia lakukan ketika ia mempersembahkan


tubuh manusianya yang sempurna dan mencurahkan darah kehidupannya. Akan tetapi, bahkan banyak dari murid-muridnya tidak berusaha mengerti ajarannya dan karena itu menyanggah: “Perkataan ini keras, siapakah yang sanggup mendengarkannya?” Mengetahui bahwa murid-muridnya bersungut-sungut, Yesus berkata: “Adakah perkataan itu menggoncangkan imanmu? Dan bagaimanakah, jikalau kamu melihat Anak Manusia naik ke tempat di mana Ia sebelumnya berada? . . . Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup. Tetapi di antaramu ada yang tidak percaya.” Yesus melanjutkan: “Sebab itu telah Kukatakan kepadamu: Tidak ada seorangpun dapat datang kepadaKu, kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya.” Akibatnya, banyak muridnya pergi dan tidak lagi mengikuti dia. Maka Yesus berpaling kepada ke-12 rasulnya dan berkata: “Apakah kamu tidak mau pergi juga?” Petrus menjawab: “Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? PerkataanMu adalah perkataan hidup yang kekal; dan kami telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah.” Benar-benar pernyataan keloyalan yang baik, walaupun Petrus dan rasul-rasul lain tidak sepenuhnya mengerti ajaran Yesus dalam hal ini! Meskipun senang dengan jawaban Petrus, Yesus menjawab: “Bukankah Aku sendiri yang telah memilih kamu yang dua belas ini? Namun seorang di antaramu adalah Iblis.” Ia sedang berbicara tentang Yudas Iskariot. Kemungkinan pada saat ini Yesus memperhatikan dalam diri Yudas suatu ‘permulaan’ dari suatu perbuatan salah. Yesus baru saja mengecewakan orang-orang dengan menolak upaya mereka untuk menjadikan dia raja, dan mungkin mereka berpikir, ‘Bagaimana orang ini adalah Mesias jika ia sendiri tidak bertindak sebagaimana selayaknya seorang Mesias?’ Ini juga merupakan masalah yang masih segar dalam pikiran orang-orang. Yohanes 6:51-71; 3:16.

ˇ Kepada siapakah Yesus memberikan dagingnya, dan bagaimana mereka ‘makan dagingnya’? ˇ Kata-kata Yesus apa lagi yang mengejutkan orang-orang, namun apa yang sedang ia tekankan? ˇ Ketika banyak orang berhenti mengikuti Yesus, apa tanggapan Petrus?


56

T

Apa yang Menajiskan Orang?

ENTANGAN terhadap Yesus bertambah kuat. Bukan hanya banyak muridnya yang pergi tetapi orang-orang Yahudi di Yudea mencari jalan untuk membunuh dia, sama seperti yang pernah mereka lakukan ketika ia berada di Yerusalem selama Paskah tahun 31 M. Sekarang adalah Paskah tahun 32 M. Mungkin, sehubungan dengan tuntutan Allah untuk merayakan, Yesus pergi ke Perayaan Paskah di Yerusalem. Akan tetapi, ia melakukan ini secara hati-hati karena kehidupannya terancam. Setelah itu ia kembali ke Galilea. Yesus mungkin berada di Kapernaum ketika orang Farisi dan para ahli Taurat dari Yerusalem menghampiri dia. Mereka mencari cara untuk menuduh dia melanggar hukum agama. “Mengapa murid-muridMu melanggar adat istiadat nenek moyang kita? ” tanya mereka. “Mereka tidak membasuh tangan sebelum makan.” Ini bukan sesuatu yang dituntut Allah, namun orang Farisi menganggapnya kejahatan yang serius untuk tidak melakukan tradisi keagamaan ini, yang termasuk mencuci tangan sampai ke siku. Sebaliknya daripada menjawab tuduhan mereka, Yesus justru menyingkapkan kejahatan dan kesengajaan mereka melanggar Taurat Allah. “Mengapa kamupun melanggar perintah Allah demi adat istiadat nenek moyangmu? ” ia ingin tahu. “Sebab Allah berfirman: ‘Hormatilah ayahmu dan ibumu;’ dan lagi: ‘Siapa yang mengutuki ayahnya atau ibunya pasti dihukum mati.’ Tetapi kamu berkata: ‘Barangsiapa berkata kepada bapanya atau kepada ibunya: “Apa yang ada padaku yang dapat digunakan untuk pemeliharaanmu, sudah digunakan untuk persembahan kepada Allah,” orang itu tidak wajib lagi menghormati bapanya atau ibunya.’ ” Memang, orang Farisi mengajarkan bahwa uang, kekayaan, atau sesuatu yang diberikan sebagai persembahan kepada Allah menjadi milik bait Allah dan tidak dapat digunakan untuk maksud lain. Akan tetapi, sebenarnya, persembahan yang diberikan disimpan oleh orang yang mempersembahkannya. Dengan cara ini seorang anak, dengan hanya mengatakan bahwa uang atau kekayaannya merupakan “korban”—suatu pemberian persembahan kepada Allah atau kepada bait—menghindari tanggung


jawab untuk membantu orang-tuanya yang sudah lanjut usia, yang mungkin sangat membutuhkan. Yesus patut marah atas kejahatan orang Farisi yang memutarbalikkan Taurat Allah, ia berkata: “Firman Allah kamu nyatakan tidak berlaku demi adat istiadatmu sendiri. Hai orang-orang munafik! Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu: ‘Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari padaKu. Percuma mereka beribadah kepadaKu, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia.’ ” Mungkin orang banyak mengundurkan diri untuk membiarkan orang Farisi bertanya kepada Yesus. Sekarang, ketika orang Farisi tidak memiliki jawaban untuk celaan Yesus yang tegas kepada mereka, ia memanggil orang banyak mendekat. “Dengar,” katanya, “dan camkanlah: bukan yang masuk ke dalam mulut yang menajiskan orang, melainkan yang keluar dari mulut, itulah yang menajiskan orang.” Belakangan, ketika mereka memasuki sebuah rumah, muridmuridnya bertanya: “Engkau tahu bahwa perkataanMu itu telah menjadi batu sandungan bagi orang-orang Farisi? ” “Setiap tanaman yang tidak ditanam oleh BapaKu yang di sorga akan dicabut dengan akar-akarnya,” jawab Yesus. “Biarkanlah mereka itu. Mereka orang buta yang menuntun orang buta. Jika orang buta menuntun orang buta, pasti keduanya jatuh ke dalam lobang.” Yesus kelihatannya terkejut ketika, mewakili para murid, Petrus bertanya untuk penjelasan mengenai apa yang menajiskan orang. “Kamupun masih belum dapat memahaminya? ” Yesus menjawab. “Tidak tahukah kamu bahwa segala sesuatu yang masuk ke dalam mulut turun ke dalam perut lalu dibuang di jamban? Tetapi apa yang keluar dari mulut berasal dari hati dan itulah yang mena-


jiskan orang. Karena dari hati timbul segala pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat. Itulah yang menajiskan orang. Tetapi makan dengan tangan yang tidak dibasuh tidak menajiskan orang.� Yesus di sini tidak meremehkan kebersihan yang normal. Ia tidak membantah bahwa seseorang tidak perlu membasuh tangannya sebelum mempersiapkan makanan atau makan. Sebaliknya, Yesus mengutuk kemunafikan para pemimpin agama yang mencoba untuk menghindar dari hukum Allah yang benar dengan berpegang pada tradisi yang tidak berdasarkan Alkitab. Ya, ini adalah perbuatan jahat yang menajiskan orang, dan Yesus memperlihatkan bahwa ini berasal dari hati manusia. Yohanes 7:1; Ulangan 16:16; Matius 15:1-20; Markus 7:1-23; Keluaran 20:12; 21:17; Yesaya 29:13.

ˇ Tentangan apa yang Yesus hadapi? ˇ Penolakan apa yang dibuat orang Farisi, namun menurut Yesus, bagaimana orang Farisi sengaja melanggar Taurat Allah? ˇ Apa yang Yesus nyatakan tentang hal-hal yang menajiskan orang?


57

Belas Kasihan Terhadap Orang yang Menderita

ETELAH mencela orang Farisi karena tradisi melayanidiri mereka, Yesus pergi bersama murid-muridnya. Saudara mungkin ingat, upayanya beberapa waktu sebelum itu untuk menyingkir bersama mereka guna beristirahat sejenak terganggu ketika orang banyak menemukan mereka. Sekarang, bersama murid-muridnya, ia pergi ke daerah Tirus dan Sidon, beberapa kilometer ke utara. Rupanya ini satu-satunya perjalanan Yesus bersama murid-muridnya melewati perbatasan Israel. Setelah menemukan rumah untuk menginap, Yesus memberitahukan bahwa ia tidak ingin orang mengetahui di mana mereka berada. Namun, bahkan di daerah non-Israel, ia tidak bisa luput dari perhatian. Seorang wanita Yunani, lahir di Siro-Fenisia, menemukan dia dan mulai memohon: “Kasihanilah aku, ya Tuhan, Anak Daud, karena anakku perempuan kerasukan setan dan sangat menderita.” Akan tetapi, Yesus tidak mengatakan apaapa sebagai jawaban. Akhirnya, murid-muridnya berkata kepada Yesus: “Suruhlah ia pergi, ia mengikuti kita dengan berteriak-teriak.” Menjelaskan alasan ia mengabaikannya, Yesus berkata: “Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel.” Meskipun begitu, wanita itu tidak putus asa. Ia mendekati Yesus dan menyembah dia. Ia memohon, “Tuhan, tolonglah aku.” Hati Yesus pasti digugah oleh kesungguhan wanita itu! Akan tetapi, ia sekali lagi menekankan tanggung jawab utamanya, untuk melayani umat Allah bangsa Israel. Pada waktu yang sama, agaknya untuk menguji iman wanita itu, ia menarik perhatian kepada prasangka orang Yahudi yang memandang rendah mereka dari bangsa lain, dengan mengatakan: “Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing [“anjing kecil,” NW].” Melalui nada suara dan air muka yang memperlihatkan belas kasihan, Yesus pasti memperlihatkan rasa simpatiknya sendiri terhadap orang non-Yahudi. Ia bahkan memperlunak pembandingan orang Kafir dengan tidak menyebut mereka sebagai anjing melainkan sebagai “anjing kecil,” atau anak anjing. Sebaliknya daripada merasa sakit hati, wanita itu mengerti maksud

S


Yesus sehubungan dengan prasangka orang Yahudi dan dengan rendah hati menyatakan: “Benar Tuhan, namun anjing [“anjing kecil,” NW] itu makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya.” “Hai ibu, besar imanmu,” jawab Yesus. “Jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki.” Dan memang terjadi! Ketika ia kembali ke rumahnya, ia mendapati anak perempuannya di tempat tidur, sembuh sama sekali. Dari daerah pesisir Sidon, Yesus dan murid-muridnya meninggalkan negeri itu, menyusuri daerah hulu Sungai Yordan. Mereka kelihatannya menyeberangi Yordan di sekitar Laut Galilea dan memasuki daerah Dekapolis sebelah timur laut itu. Di sana


mereka mendaki gunung, namun orang banyak menemukan mereka dan membawa kepada Yesus orang lumpuh, orang timpang, orang buta, dan orang bisu, dan banyak lagi yang sakit atau cacat. Mereka meletakkan orang-orang tersebut pada kaki Yesus, dan ia menyembuhkan mereka. Orang-orang merasa takjub, sewaktu mereka melihat orang bisu berkata-kata, orang lumpuh berjalan, dan orang buta melihat; dan mereka memuliakan Allah Israel. Yesus memberikan perhatian khusus kepada seorang pria yang tuli dan gagap. Orang tuli biasanya mudah menjadi malu, terutama di antara orang banyak. Yesus mungkin memperhatikan pria ini khususnya gugup. Maka Yesus dengan perasaan kasihan membawanya sendirian menjauhi orang banyak. Sewaktu mereka berdua saja, Yesus menyatakan apa yang akan ia lakukan terhadapnya. Ia memasukkan jarinya ke telinga pria itu dan, setelah meludah, meraba lidahnya. Kemudian, Yesus menengadah ke langit, menarik nafas dan berkata: “Terbukalah!” Pada saat itu, kemampuan mendengar dari pria itu dipulihkan, dan ia dapat berbicara dengan normal. Setelah Yesus selesai melakukan banyak penyembuhan, orang banyak menanggapi dengan penghargaan. Mereka berkata: “Ia menjadikan segalagalanya baik, yang tuli dijadikanNya mendengar, yang bisu dijadikanNya berkata-kata.” Matius 15:21-31; Markus 7:24-37.

ˇ Mengapa Yesus tidak langsung menyembuhkan anak seorang wanita Yunani? ˇ Setelah itu, ke mana Yesus membawa murid-muridnya? ˇ Bagaimana Yesus dengan penuh belas kasihan memperlakukan pria tuli yang gagap?


58

K

Roti dan Ragi

UMPULAN besar orang banyak berbondong-bondong menemui Yesus di Dekapolis. Banyak yang datang dari jauh ke daerah yang sebagian besar dihuni oleh orang non-Yahudi ini untuk mendengarkan dia dan disembuhkan dari penyakit mereka. Mereka telah membawa serta bakul atau keranjang besar yang biasa mereka gunakan untuk membawa persediaan makanan sewaktu bepergian melalui daerah orang nonYahudi. Akan tetapi, akhirnya Yesus memanggil murid-muridnya dan berkata: “HatiKu tergerak oleh belas kasihan kepada orang banyak ini. Sudah tiga hari mereka mengikuti Aku dan mereka tidak mempunyai makanan. Dan jika mereka Kusuruh pulang ke rumahnya dengan lapar, mereka akan rebah di jalan, sebab ada yang datang dari jauh.” “Bagaimana di tempat yang sunyi ini orang dapat memberi mereka roti sampai kenyang? ” tanya murid-muridnya. Yesus bertanya: “Berapa roti ada padamu? ” “Tujuh,” jawab mereka, “dan ada lagi beberapa ikan kecil.” Setelah menyuruh orang banyak itu duduk di tanah, Yesus mengambil roti dan ikan, mengucap syukur kepada Allah, memecah-mecahkan dan mulai memberikan kepada murid-muridnya. Mereka kemudian melayani orang banyak itu, yang semuanya makan sampai kenyang. Sesudah itu, sewaktu sisa-sisa roti dikumpulkan, ada tujuh bakul


penuh, meskipun kira-kira 4.000 laki-laki, beserta wanita dan anak-anak, telah makan! Yesus menyuruh orang banyak itu pulang, naik ke perahu dengan murid-muridnya, dan menyeberang ke pantai barat Laut Galilea. Di sini orang-orang Farisi, kali ini didampingi anggota sekte agama orang Saduki, mencoba menggoda Yesus dengan meminta Yesus memperlihatkan suatu tanda dari surga. Sadar akan usaha mereka untuk mencobainya, Yesus menjawab: “Pada petang hari karena langit merah, kamu berkata: Hari akan cerah, dan pada pagi hari, karena langit merah dan redup, kamu berkata: Hari buruk. Rupa langit kamu tahu membedakannya tetapi tanda-tanda zaman tidak.” Karena itu, Yesus menyebut mereka angkatan yang jahat dan tidak setia serta memperingatkan mereka bahwa, seperti yang ia katakan kepada orang Farisi sebelumnya, tidak akan ada tanda yang diberikan selain tanda nabi Yunus. Lalu ia dan muridmuridnya pergi naik perahu dan bertolak ke Betsaida di pantai sebelah timur Laut Galilea. Dalam perjalanan murid-muridnya sadar bahwa mereka lupa membawa roti, hanya sebuah saja yang ada pada mereka. Mengingat ia baru saja menghadapi orang Farisi dan orang Saduki pendukung Herodes, Yesus memperingatkan: “Berjagajagalah dan awaslah terhadap ragi orang Farisi dan ragi Herodes.” Rupanya karena Yesus menyebut ragi, murid-murid berpikir bahwa ia memaksudkan bahwa mereka lupa membawa roti, maka mereka mulai memperbincangkan soal itu. Menyadari kesalahpahaman mereka, Yesus berkata: “Mengapa kamu memperbincangkan soal tidak ada roti? ” Yesus belum lama secara mukjizat menyediakan roti untuk ribuan orang, mungkin mukjizat terakhir ini terjadi hanya satu atau dua hari sebelumnya. Mereka seharusnya mengetahui bahwa ia tidak khawatir soal tidak ada roti aksara. “Tidakkah kamu ingat,” ia mengingatkan mereka, “pada waktu Aku memecahmecahkan lima roti untuk lima ribu orang itu, berapa bakul penuh potongan-potongan roti kamu kumpulkan? ” “Dua belas bakul,” jawab mereka. “Pada waktu tujuh roti untuk empat ribu orang itu, berapa bakul penuh potongan-potongan roti kamu kumpulkan? ”


“Tujuh bakul,” jawab mereka. “Masihkah kamu belum mengerti? ” tanya Yesus. “Bagaimana mungkin kamu tidak mengerti bahwa bukan roti yang Kumaksudkan. Aku berkata kepadamu: Waspadalah terhadap ragi orang Farisi dan Saduki.” Murid-murid itu barulah mengerti. Ragi, unsur yang menyebabkan fermentasi dan membuat roti mengembang, adalah kata yang digunakan untuk menunjukkan kecurangan. Maka sekarang murid-murid mengerti bahwa Yesus sedang menggunakan suatu lambang, bahwa ia mengingatkan mereka agar waspada terhadap “ajaran orang Farisi dan Saduki,” ajaran yang mempuMarkus 8:1-21; Matius 15:32–16:12. nyai pengaruh buruk. ˇ Mengapa orang-orang itu membawa serta bakul makanan yang besar? ˇ Setelah meninggalkan Dekapolis, Yesus mengadakan perjalanan ke mana? ˇ Kesalahpahaman apa terjadi di antara murid-murid sehubungan dengan perkataan Yesus mengenai ragi? ˇ Apa yang Yesus maksudkan dengan ungkapan “ragi orang Farisi dan Saduki”?


59

K

Siapa Sebenarnya Yesus?

ETIKA perahu yang membawa Yesus dan murid-muridnya tiba di Betsaida, orang membawa seorang buta kepadanya dan memohon agar ia menjamah dan menyembuhkan dia. Yesus memegang tangan orang itu serta membawa dia ke luar kampung dan setelah meludahi mata orang itu, ia bertanya: “Sudahkah kaulihat sesuatu?” “Aku melihat orang,” jawab orang itu, ‘sebab aku melihat apa yang tampaknya seperti pohon-pohon, tetapi mereka berjalanjalan.’ Yesus meletakkan tangannya pada mata orang itu, menyembuhkan penglihatannya agar ia dapat melihat dengan jelas. Yesus kemudian menyuruh orang itu pulang dan memerintahkan untuk tidak masuk ke kota. Yesus beserta murid-muridnya sekarang berangkat ke kampungkampung di sekitar Kaisarea Filipi, di sebelah ujung utara Palestina. Ini suatu pendakian yang panjang, meliputi kira-kira 45 kilometer, ke lokasi yang indah di Kaisarea Filipi, kira-kira 345 meter di atas permukaan laut. Perjalanan ini mungkin ditempuh dalam beberapa hari. Di tengah jalan, Yesus pergi sendirian untuk berdoa. Hanya tinggal sekitar sembilan atau sepuluh bulan sebelum kematiannya, dan ia prihatin terhadap murid-muridnya. Banyak orang yang berhenti mengikuti dia. Orang-orang lain rupanya merasa bimbang dan kecewa karena ia menolak usaha mereka untuk menjadikan dia raja dan karena ia tidak memberikan tanda dari surga, ketika ditantang oleh musuh-musuhnya, untuk membuktikan kedudukannya sebagai raja. Apa yang rasul-rasul percayai mengenai identitasnya? Pada waktu mereka datang ke tempat ia berdoa, Yesus bertanya: “Kata orang, siapakah Aku ini?” “Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis,” jawab mereka, ‘yang lain Elia, ada pula Yeremia atau salah seorang nabi.’ Ya, orang berpikir Yesus adalah salah seorang yang dibangkitkan dari kematian ini! “Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?” tanya Yesus. Petrus cepat menjawab: “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!” Setelah memberikan persetujuan atas jawaban Petrus, Yesus berkata: “Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaatKu dan


alam maut tidak akan menguasainya.� Di sini Yesus pertama kali mengumumkan bahwa ia akan mendirikan suatu jemaat dan bahwa bahkan kematian tidak akan menahan orang-orang di dalamnya yang telah mempraktikkan iman di bumi. Kemudian ia berkata kepada Petrus: “Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga.� Dengan demikian Yesus mengungkapkan bahwa Petrus akan menerima hak istimewa. Tidak, Petrus tidak diberikan tempat pertama di antara para rasul, ia juga tidak dijadikan fondasi dari jemaat. Yesus sendiri adalah Batu Karang yang di atasnya jemaat akan dibangun. Akan tetapi, Petrus akan diberikan tiga kunci untuk, seolah-olah, membuka kesempatan bagi kelompok orang untuk masuk dalam Kerajaan surga. Petrus akan menggunakan kunci pertama pada hari Pentakosta 33 M. untuk memperlihatkan kepada orang-orang Yahudi yang telah bertobat apa yang harus mereka lakukan agar diselamatkan. Ia akan menggunakan kunci yang kedua segera setelah itu untuk membuka bagi orang-orang Samaria yang percaya, kesempatan untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah. Kemudian, pada tahun 36 M. ia akan menggunakan kunci ketiga untuk membuka kesempatan yang sama bagi Kornelius dan rekan-rekannya, orang non-Yahudi yang tidak bersunat. Yesus melanjutkan pembicaraannya dengan para rasulnya. Ia mengecewakan mereka dengan mengatakan tentang penderitaan dan kematian yang segera akan ia hadapi di Yerusalem. Karena gagal untuk mengerti bahwa Yesus akan dibangkitkan kepada


kehidupan surgawi, Petrus menarik Yesus ke samping. “Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu,” katanya. “Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau.” Yesus berpaling dan menjawab: “Enyahlah Iblis, Engkau suatu batu sandungan bagiKu, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.” Rupanya, ada orang-orang lain selain para rasul yang mengadakan perjalanan dengan Yesus, maka ia sekarang memanggil mereka dan menerangkan bahwa tidak akan mudah untuk menjadi pengikutnya. “Setiap orang yang mau mengikut Aku,” katanya, “ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil, ia akan menyelamatkannya.” Ya, jika mereka ingin terbukti layak mendapat perkenannya, para pengikut Yesus harus berani dan rela berkorban. Ia mengatakan: “Sebab barangsiapa malu karena Aku dan karena perkataanKu di tengah-tengah angkatan yang tidak setia dan berdosa ini, Anak Manusiapun akan malu karena orang itu apabila Ia datang kelak dalam kemuliaan BapaNya, diiringi malaikat-malaikat kudus.” Markus 8: 22-38; Matius 16:13-28; Lukas 9:18-27.

ˇ Mengapa Yesus prihatin terhadap muridmuridnya? ˇ Apa pandangan orang-orang mengenai identitas Yesus? ˇ Kunci apa diberikan kepada Petrus, dan bagaimana kunci itu digunakan? ˇ Teguran apa diterima Petrus, dan mengapa?


60

Y

Pertunjukan Kemuliaan Kerajaan Kristus

ESUS telah tiba di daerah Kaisarea Filipi, dan ia mengajar kumpulan orang banyak termasuk rasul-rasulnya. Ia membuat pengumuman yang mengejutkan ini kepada mereka: “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di antara orang yang hadir di sini ada yang tidak akan mati sebelum mereka melihat Anak Manusia datang sebagai Raja dalam KerajaanNya.” ‘Apa kira-kira maksud Yesus?’ murid-murid itu pasti bertanyatanya. Kira-kira seminggu kemudian, Yesus membawa Petrus, Yakobus serta Yohanes, dan mereka naik ke sebuah gunung yang tinggi. Kemungkinan ini terjadi pada malam hari, karena murid-murid mengantuk. Sementara Yesus berdoa, ia mengalami transfigurasi di hadapan mereka. Wajahnya bercahaya seperti matahari dan pakaiannya menjadi putih bersinar seperti terang. Maka, dua bentuk, yang dikenali sebagai “Musa dan Elia,” tampak dan mulai berbicara kepada Yesus tentang ‘kepergiannya yang akan terjadi di Yerusalem.’ Kepergian ini ternyata menunjuk kepada kematian dan kemudian kebangkitan Yesus. Jadi, percakapan ini membuktikan bahwa kematiannya yang hina bukanlah sesuatu yang harus dihindari, seperti yang diinginkan Petrus. Sekarang karena mengerti sepenuhnya, murid-murid memperhatikan dan mendengar dengan takjub. Meskipun ini merupakan suatu penglihatan, namun tampak begitu nyata sehingga Petrus ikut serta dalam adegan itu, dengan mengatakan: “Tuhan, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Jika Engkau mau, biarlah kudirikan di sini tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia.” Sedang Petrus berkata-kata, awan terang menaungi mereka, dan dari dalam awan itu terdengar suara yang berkata: “Inilah Anak yang Kukasihi, kepadaNyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia.” Mendengar suara itu, tersungkurlah murid-muridnya. Akan tetapi, Yesus berkata: “Berdirilah, jangan takut!” Ketika mereka mengangkat kepala, mereka tidak melihat seorang pun kecuali Yesus seorang diri. Pada waktu mereka turun dari gunung keesokan harinya, Yesus berpesan: “Jangan kamu ceriterakan penglihatan itu kepada seorangpun sebelum Anak Manusia dibangkitkan dari antara orang mati.” Munculnya Elia dalam penglihatan itu menimbulkan


pertanyaan dalam pikiran murid-murid. “Mengapa,” tanya mereka, “ahli-ahli Taurat berkata bahwa Elia harus datang dahulu?” “Elia sudah datang,” kata Yesus, “tetapi orang tidak mengenal dia.” Akan tetapi, Yesus sedang berbicara tentang Yohanes Pembaptis, yang memenuhi peranan serupa dengan yang dimiliki Elia. Yohanes mempersiapkan jalan bagi Kristus, seperti yang dilakukan Elia bagi Elisa. Betapa penglihatan ini terbukti menguatkan, baik bagi Yesus maupun murid-muridnya! Penglihatan ini, sebagaimana adanya, adalah suatu pertunjukan mengenai kemuliaan Kerajaan Kristus. Kenyataannya, muridmurid itu melihat ‘Anak manusia datang dalam kerajaannya,’ tepat seperti yang telah Yesus janjikan seminggu sebelumnya. Setelah kematian Yesus, Petrus menulis tentang ‘menjadi saksi mata dari kebesaran Kristus ketika mereka sedang bersama-sama dia di atas gunung yang kudus.’ Orang-orang Farisi telah menuntut dari Yesus suatu tanda untuk membuktikan bahwa dialah yang dijanjikan dalam Alkitab untuk menjadi Raja yang dipilih Allah. Mereka tidak diberikan tanda demikian. Sebaliknya, murid-murid karib Yesus diizinkan untuk melihat transfigurasi Yesus sebagai penegasan dari nubuat Kerajaan. Maka, Petrus kemudian menulis: “Dengan demikian kami makin diteguhkan oleh firman yang telah disampaikan oleh para nabi.” Matius 16:13, 28–17:13; Markus 9:1-13; Lukas 9:27-37; 2 Petrus 1:16-19.

ˇ Sebelum merasakan kematian, bagaimana beberapa orang melihat Kristus datang dalam Kerajaannya? ˇ Dalam penglihatan itu, apa yang Musa dan Elia bicarakan dengan Yesus? ˇ Mengapa penglihatan ini merupakan bantuan yang begitu menguatkan bagi murid-muridnya?



61

Anak Laki-Laki yang Kerasukan Disembuhkan

EWAKTU Yesus, Petrus, Yakobus dan Yohanes pergi, kemungkinan berada pada tebing yang curam dari Gunung Hermon, murid-murid yang lain menghadapi suatu masalah. Sekembalinya Yesus, ia segera melihat bahwa ada suatu masalah. Orang banyak mengerumuni murid-muridnya, dan para ahli Taurat sedang berdebat dengan mereka. Pada waktu orang-orang itu melihat Yesus, tercenganglah mereka dan bergegas menyambut dia. “Apa yang kamu persoalkan dengan mereka?” tanyanya. Seorang dari orang banyak itu maju ke depan, berlutut di depan Yesus dan menerangkan: “Guru, anakku ini kubawa kepadaMu, karena ia kerasukan roh yang membisukan dia. Dan setiap kali roh itu menyerang dia, roh itu membantingkannya ke tanah; lalu mulutnya berbusa, giginya bekertakan dan tubuhnya menjadi kejang. Aku sudah meminta kepada murid-muridMu, supaya mereka mengusir roh itu, tetapi mereka tidak dapat.” Para ahli Taurat itu rupanya membesar-besarkan soal kegagalan murid-murid untuk menyembuhkan anak laki-laki itu, mungkin mencemoohkan usaha mereka. Tepat pada saat yang genting ini, Yesus tiba. “Hai kamu angkatan yang tidak percaya,” katanya, “berapa lama lagi Aku harus tinggal di antara kamu? Berapa lama lagi Aku harus sabar terhadap kamu?” Yesus tampaknya menujukan tegurannya kepada semua orang yang hadir, tetapi pasti terutama diarahkan kepada para ahli Taurat, yang telah menyusahkan murid-muridnya. Kemudian, Yesus berkata mengenai anak laki-laki itu: “Bawalah anak itu ke mari!” Akan tetapi, sewaktu anak itu dibawa kepada Yesus, roh yang merasuknya membuat dia terpelanting ke tanah dan menggoncangkannya dengan keras. Anak itu terguling-guling di tanah dan mulutnya berbusa. “Sudah berapa lama ia mengalami ini?” tanya Yesus. “Sejak masa kecilnya,” jawab ayahnya. “Seringkali roh itu menyeretnya ke dalam api ataupun ke dalam air untuk membinasakannya.” Lalu sang ayah memohon: “Jika Engkau dapat berbuat sesuatu, tolonglah kami dan kasihanilah kami.” Mungkin selama bertahun-tahun, sang ayah telah mencari pertolongan. Sekarang, karena murid-murid Yesus gagal, perasaan putus asanya semakin hebat. Menanggapi permohonan yang bernada

S


putus asa itu, Yesus membesarkan hati dengan berkata: “Katamu: jika Engkau dapat? Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya!” “Aku percaya!” ayah anak itu segera berteriak, tetapi ia memohon: “Tolonglah aku yang tidak percaya ini!” Ketika Yesus melihat orang banyak datang berkerumun, Yesus menegur roh jahat itu: “Hai kau roh yang menyebabkan orang menjadi bisu dan tuli, Aku memerintahkan engkau, keluarlah dari pada anak ini dan jangan memasukinya lagi!” Pada waktu roh itu keluar, sekali lagi ia membuat anak itu berteriak dan kejang-kejang. Kemudian anak itu terbaring tidak bergerak di tanah, sehingga orang banyak mulai berkata: “Ia sudah mati!” Akan tetapi, Yesus memegang anak itu dan ia bangun. Sebelumnya, pada waktu murid-murid ditugaskan untuk mengabar, mereka dapat mengusir roh jahat. Maka sekarang, ketika mereka memasuki rumah, mereka bertanya kepada Yesus secara pribadi: “Mengapa kami tidak dapat mengusir roh itu?” Memperlihatkan bahwa hal itu akibat kurangnya iman mereka, Yesus menjawab: “Jenis ini tidak dapat diusir kecuali dengan


berdoa.” Terbukti bahwa persiapan diperlukan untuk mengusir roh yang teristimewa kuat seperti yang dihadapi dalam peristiwa ini. Iman yang kuat serta doa memohon bantuan Allah yang penuh kuasa diperlukan. Yesus kemudian menambahkan: “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana, maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu.” Betapa berkuasanya iman itu! Rintangan dan kesulitan yang menghambat kemajuan dalam dinas kepada Yehuwa mungkin tampak tidak dapat diatasi dan tidak dapat dipindahkan sama seperti sebuah gunung aksara yang sangat besar. Akan tetapi, Yesus memperlihatkan bahwa jika kita memupuk iman dalam hati kita, menyiram dan membuatnya tumbuh, itu akan berkembang menuju kedewasaan dan akan memungkinkan kita mengatasi rintangan dan kesulitan sebesar gunung. Markus 9:14-29; Matius 17:19, 20; Lukas 9:37-43.

ˇ Situasi apa yang Yesus hadapi sewaktu kembali dari Gunung Hermon? ˇ Anjuran apa yang Yesus berikan kepada ayah dari anak yang kerasukan roh jahat itu? ˇ Mengapa murid-murid tidak sanggup mengusir roh jahat itu? ˇ Seberapa berkuasanya iman yang Yesus perlihatkan?


62

Pelajaran Mengenai Kerendahan Hati

ETELAH menyembuhkan anak laki-laki yang kerasukan roh jahat di daerah dekat Kaisarea Filipi, Yesus ingin kembali pulang ke Kapernaum. Akan tetapi, ia ingin sendirian dengan murid-muridnya dalam perjalanan agar dapat mempersiapkan mereka lebih lanjut untuk kematiannya dan tanggung jawab mereka setelah itu. “Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia,” ia menerangkan kepada mereka, “dan mereka akan membunuh Dia, dan tiga hari setelah Ia dibunuh Ia akan bangkit.” Sekalipun Yesus telah mengatakan hal ini sebelumnya, dan tiga rasul benar-benar melihat transfigurasi ketika saat “kepergian”-nya dibahas, para pengikutnya tetap tidak mengerti mengenai soal itu. Meskipun tidak seorang pun mencoba menyangkal bahwa ia akan dibunuh, seperti yang Petrus lakukan sebelumnya, mereka takut menanyakan hal itu lebih lanjut kepadanya. Akhirnya mereka tiba di Kapernaum, yang merupakan semacam pangkalan selama pelayanan Yesus. Kapernaum juga adalah kota asal Petrus dan sejumlah rasul lainnya. Di sana, orang-orang yang memungut bea untuk bait mendekati Petrus. Mungkin sedang mencoba melibatkan Yesus karena melanggar kebiasaan yang sudah lazim, mereka bertanya: “Apakah gurumu tidak membayar bea [bait, NW] dua dirham itu? ” “Memang membayar,” jawab Petrus. Yesus, yang mungkin tiba di rumah tidak lama sesudah itu, sadar akan apa yang terjadi. Maka bahkan sebelum Petrus menerangkan persoalannya, Yesus bertanya: “Apakah pendapatmu, Simon? Dari siapakah raja-raja dunia ini memungut bea dan pajak? Dari rakyatnya atau dari orang asing? ” “Dari orang asing,” jawab Petrus. “Jadi bebaslah rakyatnya,” Yesus menyimpulkan. Karena Bapak Yesus adalah Raja dari alam semesta, Pribadi yang disembah di bait, maka ini sesungguhnya bukan suatu persyaratan hukum bagi Putra Allah untuk membayar bea untuk bait. “Tetapi supaya jangan kita menjadi batu sandungan bagi mereka,” kata Yesus, “pergilah memancing ke danau. Dan ikan pertama

S


yang kaupancing, tangkaplah dan bukalah mulutnya, maka engkau akan menemukan mata uang empat dirham di dalamnya. Ambillah itu dan bayarkanlah kepada mereka, bagiKu dan bagimu juga.” Pada waktu murid-murid berkumpul setelah kembali ke Kapernaum, kemungkinan di rumah Petrus, mereka bertanya: “Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga? ” Yesus mengetahui apa yang mendorong mereka mengajukan pertanyaan itu, sadar akan apa yang sedang terjadi di antara mereka pada waktu mereka mengikuti dia dalam perjalanan pulang dari Kaisarea Filipi. Maka ia bertanya: “Apa yang kamu perbincangkan tadi di tengah jalan? ” Karena merasa malu, murid-murid itu diam, sebab mereka tadi mempertengkarkan siapa yang terbesar di antara mereka. Setelah hampir tiga tahun Yesus mengajar, apakah kelihatan aneh bahwa murid-murid mempertengkarkan hal itu? Ya, ini mengungkapkan pengaruh yang kuat dari ketidaksempurnaan manusia, serta latar belakang agama. Murid-murid dibesarkan dalam agama Yahudi dan lingkungan yang menekankan kedudukan dan pangkat dalam semua urusan. Lagi pula, mungkin Petrus, karena Yesus menjanjikan bahwa ia akan menerima ‘kunci-kunci’ Kerajaan, merasa lebih unggul. Yakobus dan Yohanes mungkin mempunyai gagasan yang serupa karena mendapat hak istimewa menyaksikan transfigurasi Yesus. Apapun halnya, Yesus mengadakan pertunjukan yang hidup dalam usaha untuk mengoreksi sikap mereka. Ia memanggil seorang anak kecil, menempatkannya di tengah-tengah mereka, memeluk anak itu, serta berkata: “Jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga. Dan barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam namaKu, ia menyambut Aku.” Sungguh suatu cara yang menakjubkan untuk mengoreksi murid-muridnya! Yesus tidak menjadi marah kepada mereka dan menyebut mereka sombong, tamak, atau ambisius. Tidak,


tetapi ia mengilustrasikan pengajarannya yang bersifat mengoreksi dengan menggunakan teladan dari anak kecil, yang mempunyai karakter rendah hati serta tidak berambisi dan biasanya tidak berpikir mengenai pangkat di antara mereka. Jadi Yesus memperlihatkan bahwa murid-muridnya perlu mengembangkan sifat-sifat yang khas terdapat pada anak-anak yang rendah hati. Seraya Yesus mengakhiri: “Yang terkecil di antara Matius 17:22-27; 18:1-5; kamu sekalian, dialah yang terbesar.� Markus 9:30-37; Lukas 9:43-48.

ˇ Dalam perjalanan kembali ke Kapernaum, pengajaran apa yang Yesus ulangi, dan bagaimana itu diterima? ˇ Mengapa Yesus tidak berkewajiban untuk membayar bea bait, tetapi mengapa ia membayarnya? ˇ Apa yang mungkin menyebabkan timbulnya pertengkaran di antara murid-murid, dan bagaimana Yesus mengoreksi mereka?


63

Nasihat Lebih Jauh untuk Mengoreksi

EMENTARA Yesus dan para rasulnya masih berada dalam rumah di Kapernaum, sesuatu dibahas selain perselisihan para rasul mengenai siapa yang terbesar. Ini adalah peristiwa yang mungkin juga terjadi sewaktu mereka kembali ke Kapernaum, ketika Yesus secara pribadi tidak hadir. Rasul Yohanes melaporkan: “Guru, kami lihat seorang yang bukan pengikut kita mengusir setan demi namaMu, lalu kami cegah orang itu, karena ia bukan pengikut kita.� Rupanya Yohanes memandang para rasul sebagai tim satu-satunya yang patut disebut penyembuh. Maka ia merasa bahwa orang itu mengadakan perbuatan ajaib yang tidak layak karena ia bukan bagian dari kelompok mereka. Akan tetapi, Yesus menasihati: “Jangan kamu cegah dia! Sebab tidak seorangpun yang telah mengadakan mujizat demi namaKu, dapat seketika itu juga mengumpat Aku. Barangsiapa tidak melawan kita, ia ada di pihak kita. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa memberi kamu minum secangkir air oleh karena kamu adalah pengikut Kristus, ia tidak akan kehilangan upahnya.� Tidak penting bagi orang ini untuk secara fisik mengikuti Yesus agar dapat disebut berada di pihaknya. Sidang Kristen belum terbentuk pada waktu itu, maka meskipun ia bukan bagian dari kelompok mereka, tidaklah berarti bahwa ia berasal dari sidang yang terpisah. Pria itu sesungguhnya memiliki iman dalam nama

S


Yesus dan karenanya berhasil mengusir hantu-hantu. Ia sedang melakukan sesuatu yang mengesankan sesuai perkataan Yesus bahwa mereka berhak memperoleh upah. Yesus menunjukkan bahwa dengan melakukan ini, ia tidak akan kehilangan upahnya. Akan tetapi, bagaimana seandainya orang itu tersandung oleh kata-kata dan tindakan para rasul? Ini akan menjadi sangat serius! Yesus berkata: “Barangsiapa menyesatkan salah satu dari anakanak kecil yang percaya ini, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia dibuang ke dalam laut.” Yesus berkata bahwa para pengikutnya hendaknya menghilangkan dari kehidupan mereka apa pun yang berharga bagi mereka seperti tangan, kaki, atau mata yang mungkin menyesatkan mereka. Lebih baik kehilangan barang berharga ini dan masuk ke dalam Kerajaan Allah daripada mempertahankannya dan dicampakkan ke dalam Gehenna (pembakaran timbunan sampah dekat Yerusalem), yang melambangkan kebinasaan kekal. Yesus juga mengingatkan: “Ingatlah, jangan menganggap rendah seorang dari anakanak kecil ini. Karena Aku berkata kepadamu: Ada malaikat mereka di sorga yang selalu memandang wajah BapaKu yang di sorga.” Ia lalu menggambarkan berharganya “anakanak kecil” ketika ia menceritakan tentang seorang pria yang memiliki seratus ekor domba tetapi kehilangan satu ekor. Orang itu akan meninggalkan yang 99 ekor domba untuk mencari yang tersesat itu, Yesus menjelaskan, dan setelah menemukannya akan sangat bergembira atas yang seekor itu daripada atas yang


ke-99. “Demikian juga,” Yesus lalu mengakhiri, “BapaMu yang di sorga tidak menghendaki supaya seorangpun dari anak-anak ini hilang.” Kemungkinan memikirkan perselisihan yang terjadi di antara para rasulnya, Yesus mendesak: “Hendaklah kamu selalu mempunyai garam dalam dirimu dan selalu hidup berdamai yang seorang dengan yang lain.” Makanan yang tawar menjadi lebih lezat dengan diberi garam. Jadi, garam kiasan membuat apa yang seseorang katakan lebih mudah diterima. Memiliki garam demikian akan membantu memelihara perdamaian. Akan tetapi, karena ketidaksempurnaan manusia, sewaktu-waktu bisa timbul perselisihan yang serius. Yesus juga menyediakan penuntun untuk mengatasinya. “Apabila saudaramu berbuat dosa,” kata Yesus, “tegorlah dia di bawah empat mata. Jika ia mendengarkan nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali.” Jika ia tidak mendengarkan, Yesus menasihati, “bawalah seorang atau dua orang lagi, supaya atas keterangan dua atau tiga orang saksi, perkara itu tidak disangsikan.” Hanya sebagai usaha terakhir, Yesus berkata, bawalah masalah itu kepada “sidang” (Bode), yaitu, kepada para pengawas yang bertanggung jawab di sidang yang dapat membuat keputusan pengadilan. Jika si pedosa tidak tunduk kepada keputusan mereka, Yesus mengatakan, “pandanglah dia sebagai seorang yang tidak mengenal Allah atau seorang pemungut cukai.” Dalam membuat keputusan demikian, para pengawas perlu mengikuti secara saksama instruksi dalam Firman Yehuwa. Jadi, jika mereka mendapati seseorang bersalah dan patut dihukum, keputusan hukum “akan terikat di sorga.” Dan jika mereka ‘melepaskan di dunia,’ yaitu, mendapati seseorang tak bersalah, hal itu telah “terlepas di sorga.” Dalam mempertimbangkan keputusan pengadilan demikian, Yesus berkata, “di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam NamaKu, di situ Aku ada di tengah-tengah meMatius 18:6-20; Markus 9:38-50; Lukas 9:49, 50. reka.” ˇ Pada zaman Yesus mengapa tidaklah penting untuk menyertai dia? ˇ Betapa seriuskah masalah menyesatkan anak kecil, dan bagaimana Yesus menggambarkan pentingnya anak-anak kecil itu? ˇ Apa yang mungkin mendorong Yesus memberikan anjuran agar para rasul memiliki garam di antara mereka ˇ Apa artinya untuk ‘mengikat’ dan ‘melepaskan’?


64

Y

Pelajaran Dalam Hal Mengampuni

ESUS rupanya masih berada di dalam rumah di Kapernaum bersama murid-muridnya. Ia sedang membahas bersama mereka cara mengatasi kesulitan di antara saudarasaudara, maka Petrus bertanya: “Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku?” Karena para guru agama Yahudi menganjurkan memberi pengampunan sampai tiga kali, Petrus mungkin menganggapnya sangat bermurah hati untuk menyarankan “sampai tujuh kali?” Akan tetapi, seluruh ide untuk berpegang pada angka itu salah. Yesus mengoreksi Petrus: “Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali [“tujuh puluh tujuh,” NW].” Ia sedang memperlihatkan bahwa tidak ada batasan berapa kali Petrus memaafkan saudaranya. Untuk mengesankan kepada murid-murid kewajiban mereka untuk memaafkan, Yesus menceritakan suatu ilustrasi. Kisah itu mengenai seorang raja yang ingin mengadakan perhitungan dengan hamba-hambanya. Seorang hamba dibawa kepadanya yang berutang sebesar 60.000.000 dinar. Tidak mungkin ia dapat membayarnya. Jadi, demikian Yesus menerangkan, raja itu memerintahkan agar ia dan istri serta anak-anaknya dijual untuk membayar utang. Maka sujudlah hamba itu di kaki majikannya serta memohon: “Sabarlah dahulu, segala hutangku akan kulunaskan.” Tergerak karena belas kasihan kepadanya, sang majikan dengan murah hati menghapuskan utang yang besar dari hamba itu. Namun tidak lama setelah melakukan ini, Yesus melanjutkan, hamba ini pergi dan menemui hamba lainnya yang hanya berutang 100 dinar kepadanya. Pria itu menangkap dan mencekik kawannya itu, dengan mengatakan: “Bayar hutangmu!” Namun kawannya itu tidak mempunyai uang. Maka sujudlah ia di kaki sang hamba kepada siapa ia berutang, dan memohon: “Sabarlah dahulu, hutangku itu akan kulunaskan.” Tidak seperti majikannya, hamba itu tidak bermurah hati, dan ia memasukkan kawannya ke penjara. Kemudian, Yesus melanjutkan, hamba lain yang melihat apa yang telah terjadi pergi dan menceritakannya kepada sang majikan.



Ia dengan marah memanggil hamba itu. “Hai hamba yang jahat,” ia berkata, “seluruh hutangmu telah kuhapuskan karena engkau memohonkannya kepadaku. Bukankah engkaupun harus mengasihani kawanmu seperti aku telah mengasihani engkau?” Karena sangat gusar, sang majikan menyerahkan hamba yang tak berbelas kasihan itu kepada penjaga penjara sampai ia dapat membayar kembali semua utangnya. Lalu Yesus mengakhiri: “Maka BapaKu yang di sorga akan berbuat demikian juga terhadap kamu, apabila kamu masing-masing tidak mengampuni saudaramu dengan segenap hatimu.” Betapa pelajaran yang baik mengenai memaafkan! Dibanding dengan banyaknya dosa kita yang Allah telah ampuni, apa pun kesalahan yang mungkin dilakukan terhadap kita oleh seorang saudara Kristiani tentunya sangat kecil. Selain itu, Allah Yehuwa telah memaafkan kita beribu-ribu kali. Sering kali, kita bahkan tidak menyadari dosa kita terhadap Dia. Karena itu, tidak dapatkah kita memaafkan saudara kita beberapa kali, bahkan jika ada alasan yang masuk akal untuk mengeluh? Ingatlah, seperti yang Yesus ajarkan dalam Khotbah di Bukit, Allah akan mengampuni kesalahan kita, jika kita “sudah mengampuni orang yang berkesalahan Matius 18:21-35; 6:12; Kolose 3:13. kepada kita.” (Bode) ˇ Apa yang mendorong Petrus mengajukan pertanyaan perihal memaafkan saudaranya, dan mengapa ia menganggap memaafkan seseorang tujuh kali termasuk sangat murah hati? ˇ Bagaimana reaksi raja atas permohonan hambanya untuk belas kasihan berbeda dari reaksi hamba itu kepada permohonan sesama hamba? ˇ Apa yang kita pelajari dari ilustrasi Yesus?


65

I

Perjalanan Diam-Diam ke Yerusalem

NI adalah musim gugur tahun 32 M., dan Perayaan Tabernakel sudah dekat. Yesus telah membatasi kegiatannya sebagian besar ke Galilea sejak Paskah tahun 31 M., ketika orang-orang Yahudi berusaha membunuh dia. Kemungkinan, sejak saat itu Yesus hanya mengunjungi Yerusalem untuk menghadiri tiga perayaan tahunan orang Yahudi. Saudara-saudara Yesus sekarang mendesak dia: “Berangkatlah dari sini dan pergi ke Yudea.” Yerusalem merupakan kota besar di Yudea dan pusat agama di seluruh negeri. Saudara-saudaranya menerangkan: “Sebab tidak seorangpun berbuat sesuatu di tempat tersembunyi, jika ia mau diakui di muka umum.” Meskipun Yakobus, Simon, Yusuf, dan Yudas tidak percaya bahwa Yesus, saudara tertua mereka, benar-benar Mesias, mereka ingin agar dia memperlihatkan keajaiban kuasanya kepada semua yang berkumpul di pesta. Akan tetapi, Yesus menyadari bahayanya. “Dunia tidak dapat membenci kamu,” katanya, “tetapi ia membenci Aku, sebab Aku bersaksi tentang dia, bahwa pekerjaan-pekerjaannya jahat.” Maka Yesus berkata kepada saudarasaudaranya: “Pergilah kamu ke pesta itu. Aku belum pergi ke situ.” Perayaan Tabernakel adalah suatu perayaan tujuh hari. Pada hari kedelapan perayaan itu diakhiri dengan kegiatan yang khidmat. Perayaan ini menandai akhir dari tahun pertanian dan saatnya beriang gembira serta bersyukur. Beberapa hari setelah saudara-saudara Yesus pergi bersama-sama rombongan utama para pelancong, ia dan murid-muridnya


pergi dengan diam-diam, menjauh dari umum. Mereka mengambil jalan melalui Samaria, sebaliknya daripada jalan yang dilalui kebanyakan orang dekat Sungai Yordan. Karena Yesus dan rekannya akan memerlukan tempat menginap di desa Samaria, ia mengirim para utusan lebih dulu untuk mengadakan persiapan. Akan tetapi, orang-orang menolak untuk melakukan apa pun bagi Yesus setelah tahu bahwa ia sedang menuju Yerusalem. Dengan marah, Yakobus dan Yohanes bertanya: “Tuhan, apakah Engkau mau, supaya kami menyuruh api turun dari langit untuk membinasakan mereka?” Yesus menegur mereka dengan keras karena menyarankan hal demikian, dan mereka melanjutkan perjalanan ke desa yang lain. Seraya mereka berjalan, seorang ahli Taurat berkata kepada Yesus: “Aku akan mengikut Engkau, ke mana saja Engkau pergi.” “Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang,” jawab Yesus, “tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepalaNya.” Yesus sedang menerangkan bahwa ahli Taurat akan mengalami kesukaran jika ia menjadi


pengikutnya. Selain itu implikasinya kelihatannya bahwa ahli Taurat itu terlalu angkuh untuk menerima cara hidup ini. Kepada pria lain, Yesus berkata: “Ikutlah Aku!” “Izinkanlah aku pergi dahulu menguburkan bapaku,” jawab pria itu. “Biarlah orang mati menguburkan orang mati,” jawab Yesus, “tetapi engkau, pergilah dan beritakanlah Kerajaan Allah di mana-mana.” Ayah pria itu jelas belum meninggal, karena jika ia telah meninggal, tidaklah mungkin anaknya berada di sini mendengarkan pengajaran Yesus. Kelihatannya sang anak meminta waktu untuk menunggu sampai kematian ayahnya. Ia tidak siap untuk menaruh Kerajaan Allah di tempat pertama dalam kehidupannya. Seraya mereka meneruskan perjalanan menuju Yerusalem, seorang pria lain berkata kepada Yesus: “Aku akan mengikut Engkau, Tuhan, tetapi izinkanlah aku pamitan dahulu dengan keluargaku.” Sebagai jawabannya Yesus berkata: “Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah.” Orang-orang yang akan menjadi murid Yesus harus mengarahkan mata mereka pada dinas Kerajaan. Sama seperti sebuah galur akan menjadi bengkok jika pembajak tidak memandang lurus ke depan, jadi siapa pun yang melihat ke belakang ke sistem tua ini akan keluar dari jalan yang menuju kehidupan kekal. Yohanes 7:2-10; Lukas 9:51-62; Matius 8:19-22. ˇ Siapa saudara-saudara Yesus, dan bagaimana perasaan mereka terhadap dia? ˇ Mengapa orang-orang Samaria sangat kasar, dan apa yang ingin dilakukan Yakobus dan Yohanes? ˇ Yesus mengadakan tiga percakapan apa dalam perjalanan, dan bagaimana ia menekankan perlunya dinas yang rela berkorban?


66

Y

Pada Perayaan Tabernakel

ESUS menjadi terkenal selama hampir tiga tahun sejak ia dibaptis. Ribuan orang telah melihat mukjizatnya, dan melaporkan tentang kegiatannya yang mencapai seluruh negeri. Sekarang, seraya orang-orang berkumpul untuk Perayaan Tabernakel di Yerusalem, mereka mencari dia di sana. “Di manakah Ia?” mereka ingin tahu. Yesus menjadi pokok pertentangan. “Ia orang baik,” kata beberapa orang. “Tidak, Ia menyesatkan rakyat,” ujar yang lain. Ada banyak bisikan seperti ini selama hari pembukaan dari perayaan itu. Namun tidak seorang pun berani membela Yesus di muka umum. Ini disebabkan orang-orang takut akan tindakan balasan dari para pemimpin Yahudi. Ketika hari raya telah separuh berlalu, Yesus tiba. Ia pergi ke Bait, tempat orang-orang merasa takjub pada kemahiran mengajarnya yang luar biasa. Karena Yesus tidak pernah mengikuti sekolah rabi, orang-orang Yahudi ingin tahu: “Bagaimanakah orang ini mempunyai pengetahuan demikian tanpa belajar!” “AjaranKu tidak berasal dari diriKu sendiri,” kata Yesus menerangkan, “tetapi dari Dia yang telah mengutus Aku. Barangsiapa mau melakukan kehendakNya, ia akan tahu entah ajaranKu ini berasal dari Allah, entah Aku berkata-kata dari diriKu sendiri.” Ajaran Yesus berpaut kuat pada hukum Allah. Jadi, nyata terlihat bahwa ia mencari kemuliaan Allah, bukan kemuliaan dirinya. “Bukankah Musa yang telah memberikan hukum Taurat kepadamu?” tanya Yesus. Dengan marah, ia berkata: “Tidak seorangpun di antara kamu yang melakukan hukum Taurat itu.” “Mengapa kamu berusaha membunuh Aku?” tanya Yesus kemudian. Khalayak ramai, kemungkinan para pengunjung perayaan, tidak menyadari adanya upaya demikian. Mereka menganggap tidak masuk akal bahwa seseorang ingin membunuh seorang guru yang demikian baik. Maka mereka percaya bahwa ada sesuatu yang salah pada diri Yesus sehingga berpikir seperti ini. “Engkau kerasukan setan,” kata mereka. “Siapakah yang berusaha membunuh Engkau?”


Para pemimpin Yahudi ingin Yesus dibunuh, meskipun khalayak ramai tidak menyadarinya. Sewaktu Yesus menyembuhkan seorang pria pada hari Sabat satu setengah tahun sebelumnya, para pemimpin mencoba membunuh dia. Jadi Yesus sekarang menekankan ketidaksanggupan berpikir mereka dengan bertanya kepada mereka: “Jikalau seorang menerima sunat pada hari Sabat, supaya jangan melanggar hukum Musa, mengapa kamu marah kepadaKu, karena Aku menyembuhkan seluruh tubuh seorang manusia pada hari Sabat. Janganlah menghakimi menurut apa yang nampak, tetapi hakimilah dengan adil.” Penduduk Yerusalem, yang menyadari keadaan itu, sekarang berkata: “Bukankah Dia ini yang mereka mau bunuh? Dan lihatlah, Ia berbicara dengan leluasa dan mereka tidak mengatakan apa-apa kepadaNya. Mungkinkah pemimpin kita benar-benar sudah tahu, bahwa Ia adalah Kristus?” Penduduk Yerusalem ini menjelaskan mengapa mereka tidak percaya bahwa Yesus adalah Kristus: “Tentang orang ini kita tahu dari mana asalNya, tetapi bilamana Kristus datang, tidak ada seorangpun yang tahu dari mana asalNya.” Yesus menjawab: “Memang Aku kamu kenal dan kamu tahu dari mana asalKu; namun Aku datang bukan atas kehendakKu sendiri, tetapi Aku diutus oleh Dia yang benar yang tidak kamu kenal. Aku kenal Dia, sebab Aku datang dari Dia dan Dialah yang mengutus Aku.” Mereka berusaha menang-


kap Dia, barangkali ingin memasukkannya ke penjara atau menyerahkan dia untuk dibunuh. Akan tetapi, mereka tidak berhasil sebab saatnya belum tiba bagi Yesus untuk mati. Namun demikian, banyak yang menaruh iman kepada Yesus, sebagaimana memang seharusnya. Bayangkan, ia berjalan di atas air, menenangkan angin, meredakan badai laut, secara mukjizat memberi makan ribuan orang dengan lima ketul roti dan beberapa ikan, menyembuhkan orang sakit, membuat orang lumpuh berjalan, mencelikkan orang buta, menyembuhkan orang kusta, dan bahkan membangkitkan orang mati. Maka mereka bertanya: “Apabila Kristus datang, mungkinkah Ia akan mengadakan lebih banyak mujizat dari pada yang telah diadakan oleh Dia ini?” Ketika orang Farisi mendengar orang banyak membisikkan hal ini, mereka dan para imam kepala menyuruh para penjaga menangkap Yohanes 7:11-32. Yesus. ˇ Kapan Yesus tiba di perayaan, dan apa yang orang-orang katakan mengenai dia? ˇ Mengapa beberapa orang berkata bahwa Yesus kerasukan setan? ˇ Apa pandangan penduduk Yerusalem terhadap Yesus? ˇ Mengapa banyak orang menaruh iman kepada Yesus?


67

Mereka Gagal Menangkap Dia

ERAYA Perayaan Tabernakel masih berlangsung, para pemimpin agama mengutus para penjaga untuk menangkap Yesus. Ia tidak berusaha untuk bersembunyi. Sebaliknya, Yesus terus mengajar di depan umum dengan berkata: “Tinggal sedikit waktu saja Aku ada bersama kamu dan sesudah itu Aku akan pergi kepada Dia yang telah mengutus Aku. Kamu akan mencari Aku, tetapi tidak akan bertemu dengan Aku, sebab kamu tidak dapat datang ke tempat di mana Aku berada.” Orang-orang Yahudi tidak mengerti, dan karenanya mereka berkata seorang kepada yang lain: “Ke manakah Ia akan pergi, sehingga kita tidak dapat bertemu dengan Dia? Adakah maksudNya untuk pergi kepada mereka yang tinggal di perantauan, di antara orang Yunani, untuk mengajar orang Yunani? Apakah maksud perkataan yang diucapkanNya ini: Kamu akan mencari Aku, tetapi kamu tidak akan bertemu dengan Aku, dan: Kamu tidak dapat datang ke tempat di mana Aku berada?” Tentu saja, Yesus sedang berbicara tentang kematiannya yang sudah dekat dan kebangkitan untuk hidup di surga, ke tempat musuh-musuhnya tidak dapat mengikutinya. Hari ketujuh dan akhir dari perayaan tiba. Setiap pagi selama perayaan, seorang imam menuangkan air yang ia ambil dari Kolam Siloam, sehingga mengalir ke bawah altar. Mungkin untuk mengingatkan orang-orang akan upacara sehari-hari ini, Yesus berseru: “Barangsiapa haus, baiklah ia datang kepadaKu dan minum! Barangsiapa percaya kepadaKu, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup.” Sebenarnya, Yesus di sini sedang berbicara mengenai hasil yang mulia ketika roh suci dicurahkan. Tahun berikutnya pencurahan roh suci ini terjadi pada hari Pentakosta. Di sana, aliran air kehidupan mengalir ketika ke-120 murid mulai melayani orang-orang. Namun sampai saat itu, tidak ada roh dalam arti bahwa tidak seorang pun dari murid Yesus yang diurapi dengan roh suci dan dipanggil untuk kehidupan surgawi. Sebagai reaksi terhadap ajaran Yesus, beberapa orang mulai berkata: “Dia ini benar-benar nabi yang akan datang,” jelas me-

S


nunjuk kepada nabi yang lebih besar daripada Musa yang dijanjikan akan datang. Yang lain berkata: “Ia ini Mesias.” Tetapi yang lain lagi berkata: “Bukan, Mesias tidak datang dari Galilea! Karena Kitab Suci mengatakan, bahwa Mesias berasal dari keturunan Daud dan dari kampung Betlehem, tempat Daud dahulu tinggal.” Maka pertentangan timbul di antara orang banyak. Beberapa ingin agar Yesus ditangkap, tetapi tidak ada seorang pun yang berani menyentuhnya. Ketika para penjaga kembali tanpa Yesus, para imam kepala dan orang Farisi bertanya: “Mengapa kamu tidak membawaNya?” “Belum pernah seorang manusia berkata seperti orang itu!” jawab para penjaga. Dengan marah, para pemimpin agama mengejek, memutarbalikkan fakta, dan memaki-maki. Mereka mengejek: “Adakah kamu juga disesatkan? Adakah seorang di antara pemimpin-pemimpin yang percaya kepadaNya, atau seorang di antara orang-orang Farisi? Tetapi orang banyak ini yang tidak mengenal hukum Taurat, terkutuklah mereka!” Saat ini Nikodemus, seorang Farisi dan seorang penguasa Yahudi (yaitu, anggota Sanhedrin), berani berbicara membela Yesus. Saudara mungkin ingat bahwa dua setengah tahun sebelumnya, Nikodemus menghampiri Yesus pada malam hari dan memperlihatkan iman kepadanya. Sekarang Nikodemus berkata:


“Apakah hukum Taurat kita menghukum seseorang, sebelum ia didengar dan sebelum orang mengetahui apa yang telah dibuatNya?” Orang Farisi semakin bertambah marah karena salah seorang dari mereka hendak membela Yesus. “Apakah engkau juga orang Galilea?” kata mereka dengan pedas. “Selidikilah Kitab Suci dan engkau akan tahu bahwa tidak ada nabi yang datang dari Galilea.” Meskipun Alkitab tidak secara langsung berkata bahwa seorang nabi akan datang dari Galilea, tetapi Alkitab menunjuk kepada Kristus yang akan muncul dari sana, dengan berkata bahwa “Terang yang besar” akan terlihat di daerah ini. Lebih jauh, Yesus dilahirkan di Betlehem, dan ia adalah keturunan Daud. Sementara orang Farisi mungkin menyadari hal ini, mereka tampaknya bertanggung jawab karena menyebarkan kesalahpahaman Yohanes 7:32-52; Yesaya 8:23; 9:1; Matius 4:13-17. orang mengenai Yesus. ˇ Apa yang terjadi pada setiap pagi selama perayaan, dan bagaimana Yesus menarik perhatian kepada hal ini? ˇ Mengapa para penjaga tidak jadi menangkap Yesus, dan bagaimana tanggapan para pemimpin agama? ˇ Siapa Nikodemus, bagaimana sikapnya terhadap Yesus, dan bagaimana ia diperlakukan oleh sesama orang Farisi? ˇ Bukti apa yang memperlihatkan bahwa Yesus datang dari Galilea?


68

H

Pengajaran Lebih Jauh Tentang Hari Ketujuh

ARI terakhir dari Perayaan Tabernakel, hari ketujuh, masih berlangsung. Yesus sedang mengajar di bagian dari bait yang disebut “perbendaharaan.” Ini kelihatannya di daerah yang disebut Ruang Wanita tempat diletakkan peti-peti untuk memasukkan sumbangan. Setiap malam selama perayaan, ada sebuah pertunjukan penerangan khusus di daerah bait ini. Empat kaki dian raksasa ditempatkan di sini, masing-masing dengan empat baskom besar diisi minyak. Cahaya dari lampu-lampu ini, pelita dengan 16 baskom ini, cukup kuat untuk menerangi sekeliling sampai ke jarak yang jauh pada malam hari. Apa yang Yesus sekarang katakan mungkin mengingatkan para pendengarnya pada penerangan ini. Yesus menyatakan, “Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup.” Orang-orang Farisi menyanggah: “Engkau bersaksi tentang diriMu, kesaksianMu tidak benar.” Sebagai jawaban Yesus berkata: “Biarpun Aku bersaksi tentang diriKu sendiri, namun kesaksianKu itu benar, sebab Aku tahu, dari mana Aku datang dan ke mana Aku pergi.” Ia menambahkan: “Akulah yang bersaksi tentang diriKu sendiri, dan juga Bapa, yang mengutus Aku, bersaksi tentang Aku.” “Di manakah BapaMu?” orang Farisi ingin tahu. “Baik Aku, maupun BapaKu tidak kamu kenal,” jawab Yesus. “Jikalau sekiranya kamu mengenal Aku, kamu mengenal juga BapaKu.” Meskipun orang-orang Farisi masih ingin menangkap Yesus, tidak seorang pun menyentuh dia. “Aku akan pergi,” kata Yesus sekali lagi. “Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang.” Pada saat ini orang-orang Yahudi mulai bertanya-tanya: “Apakah Ia mau bunuh diri dan karena itu dikatakanNya: Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang.” “Kamu berasal dari bawah,” kata Yesus menjelaskan. “Aku dari atas; kamu dari dunia ini, Aku bukan dari dunia ini.” Lalu


Ia menambahkan: “Jikalau kamu tidak percaya, bahwa Akulah Dia, kamu akan mati dalam dosamu.” Yesus tentu saja memaksudkan keberadaannya sebelum menjadi manusia dan bahwa ia adalah Mesias yang dijanjikan, atau Kristus. Namun demikian, mereka bertanya, sudah pasti sambil mengecam: “Siapakah Engkau?” Menghadapi penolakan mereka, Yesus menjawab: “Apakah gunanya lagi Aku berbicara dengan kamu?” Lalu ia berkata: “Dia, yang mengutus Aku, adalah benar, dan apa yang Kudengar dari padaNya, itu yang Kukatakan kepada dunia.” Yesus melanjutkan: “Apabila kamu telah meninggikan Anak Manusia, barulah kamu tahu, bahwa Akulah Dia,


dan bahwa Aku tidak berbuat apa-apa dari diriKu sendiri, tetapi Aku berbicara tentang hal-hal, sebagaimana diajarkan Bapa kepadaKu. Dan Ia, yang telah mengutus Aku, Ia menyertai Aku. Ia tidak membiarkan Aku sendiri, sebab Aku senantiasa berbuat apa yang berkenan kepadaNya.” Ketika Yesus mengatakan hal-hal ini, banyak orang menaruh iman kepada dia. Untuk ini ia berkata: “Jikalau kamu tetap dalam firmanKu, kamu benar-benar adalah muridKu dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.” “Kami adalah keturunan Abraham,” cela para penentangnya, “dan tidak pernah menjadi hamba siapapun. Bagaimana Engkau dapat berkata: Kamu akan merdeka?” Meskipun orang-orang Yahudi sering berada di bawah penguasaan asing, mereka tidak mengakui seorang penindas pun sebagai tuan. Mereka menolak disebut hamba. Namun Yesus menekankan bahwa mereka memang hamba. Dalam hal apa? “Aku berkata kepadamu,” kata Yesus, “sesungguhnya setiap orang yang berbuat dosa, adalah hamba dosa.” Karena menolak untuk mengakui perhambaan mereka kepada dosa, orang-orang Yahudi berada pada kedudukan yang berbahaya. “Hamba tidak tetap tinggal dalam rumah,” kata Yesus menerangkan. “Anak tetap tinggal dalam rumah.” Karena seorang hamba tidak mewarisi hak-hak, ia kemungkinan dalam bahaya dipecat setiap waktu. Hanya anak yang sebenarnya lahir atau diadopsi sebagai anggota keluarga yang tetap tinggal “selamanya,” yaitu, selama ia hidup. “Apabila Anak itu memerdekakan kamu,” kata Yesus melanjutkan, “kamupun benar-benar merdeka.” Jadi, kebenaran yang membebaskan orang-orang adalah kebenaran berkenaan Anak, Kristus Yesus. Hanya melalui pengorbanan dari kehidupan manusiawinya yang sempurna orang dapat dibebaskan dari kemaYohanes 8:12-36. tian karena dosa. ˇ Di mana Yesus mengajar pada hari ketujuh? Apa yang terjadi di sana pada malam hari, dan bagaimana ini terkait dengan ajaran Yesus? ˇ Apa yang Yesus katakan tentang asal mulanya, dan ini hendaknya menyatakan apa mengenai identitasnya? ˇ Cara bagaimana orang Yahudi adalah hamba, tetapi kebenaran apa yang akan membebaskan mereka?


69

Pertanyaan Mengenai Siapa yang Menjadi Bapak

ELAMA hari raya, pembicaraan antara Yesus dengan para pemimpin Yahudi bertambah sengit. “Aku tahu, bahwa kamu adalah keturunan Abraham,” demikian Yesus mengakui, “tetapi kamu berusaha untuk membunuh Aku karena firmanKu tidak berolehtempat di dalam kamu. Apayang Kulihat pada Bapa, itulah yang Kukatakan, dan demikian juga kamu perbuat tentang apa yang kamu dengar dari bapamu.” Sekalipun tidak mengatakan siapa bapak mereka, Yesus membuat jelas bahwa bapak mereka berbeda dengan Bapaknya. Karena tidak menyadari siapayang dimaksud Yesus, parapemimpin itu menyahut: “Bapa kami ialah Abraham.” Mereka merasa bahwa mereka mempunyai iman yang sama seperti iman Abraham, yang adalah sahabat Allah. Akan tetapi, Yesus mengejutkan mereka dengan jawaban: “Jikalau sekiranya kamu anak-anak Abraham, tentulah kamu mengerjakan pekerjaan yang dikerjakan oleh Abraham.” Tentu anak yang sah meniru teladan bapaknya. “Tetapi yang kamu kerjakan ialah berusaha membunuh Aku,” kata Yesus, “seorang yang mengatakan kebenaran kepadamu, yaitu kebenaran yang Kudengar dari Allah; pekerjaan yang demikian tidak dikerjakan oleh Abraham.” Maka Yesus berkata lagi: “Kamu mengerjakan pekerjaan bapamu sendiri.” Mereka masih tidak memahami apa yang Yesus maksudkan. Mereka tetap berkukuh bahwa mereka adalah anak-anak Abraham yang sah, dengan mengatakan: “Kami tidak dilahirkan dari zinah.” Karena itu, dengan mengaku melakukan ibadat yang benar seperti halnya Abraham, mereka menegaskan: “Bapa kami satu, yaitu Allah.” Namun apakah Allah benar-benar Bapak mereka? “Jikalau Allah adalah Bapamu,” jawab Yesus, “kamu akan mengasihi Aku, sebab Aku keluar dan datang dari Allah. Dan Aku datang bukan atas kehendakKu sendiri, melainkan Dialahyang mengutus Aku. Apakah sebabnya kamu tidak mengerti bahasaKu?” Yesus berupaya untuk menunjukkan kepada para pemimpin agama ini akibat dari penolakan mereka terhadap dia. Akan tetapi, kini dengan tegas ia berkata: “Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu.” Bapak macam apakah Iblis itu? Yesus menyebut dia sebagai pembunuh manusia dan juga berkata: “Ia adalah pendusta dan bapa segala dusta.” Lalu Yesus

S


memberikan kesimpulan: “Barangsiapa berasal dari Allah, ia mendengarkan firman Allah; itulah sebabnya kamu tidak mendengarkannya, karena kamu tidak berasal dari Allah.” Marah karena kutukan Yesus, orang-orang Yahudi itu menjawab: “Bukankah benar kalau kami katakan bahwa Engkau orang Samaria dan kerasukan setan?” Istilah “orang Samaria” digunakan untuk menghina dan mencela, karena orang Samaria dibenci oleh orang Yahudi. Dengan tidak mengindahkan penghinaan orang Yahudi yang menyamakannya dengan orang Samaria, Yesus menjawab: “Aku tidak kerasukan setan, tetapi Aku menghormati BapaKu dan kamu tidak menghormati Aku.” Selanjutnya, Yesus membuat janji yang menakjubkan: “Sesungguhnya barangsiapa menuruti firmanKu, ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya.” Tentu saja, Yesus tidak memaksudkan bahwa semua yang menjadi pengikutnya tidak akan pernah mengalami kematian secara harfiah. Sebaliknya, ia memaksudkan bahwa mereka tidak akan pernah mengalami kebinasaan kekal, atau “kematian yang kedua,” yang tidak ada kebangkitan. Akan tetapi, orang-orang Yahudi mengartikan kata-kata Yesus secara harfiah. Maka itu, mereka berkata: “Sekarang kami tahu, bahwa Engkau kerasukan setan. Sebab Abraham telah mati dan demikian juga nabi-nabi, namun Engkau berkata: Barangsiapa menuruti firmanKu, ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya. Adakah Engkau lebih besar dari pada bapa kita Abraham, yang telah mati! Nabi-nabipun telah mati; dengan siapakah Engkau samakan diriMu?” Dalam seluruh pembicaraan ini, jelaslah bahwa Yesus menunjukkan kepada orang-orang ini kenyataan bahwa dialah Mesias yang telah dijanjikan. Namun, sebaliknya daripada menjawab secara langsung pertanyaan mereka mengenai identitas dirinya, Yesus berkata: “Jikalau Aku memuliakan diriKu sendiri, maka kemuliaanKu itu sedikitpun tidak ada artinya. BapaKulah yang memuliakan Aku, tentang siapa kamu berkata: Dia adalah Allah kami, padahal kamu tidak mengenal Dia, tetapi Aku mengenal Dia. Dan jika Aku berkata: Aku tidak mengenal Dia, maka Aku adalahpendusta, sama seperti kamu.” Selanjutnya, Yesus kembali menyebutkan Abraham yang setia, dengan mengatakan: “Abraham bapamu bersukacita bahwa ia akan melihat hariKu dan ia telah melihatnya dan ia bersukacita.” Ya, dengan mata iman, Abraham dengan penuh harap menantikan kedatangan Mesiasyang telah dijanjikan. Dengan rasa tidak percaya, orang-orang Yahudi menjawab: “UmurMu belum sampai lima puluh tahun dan Engkau telah melihat Abraham?”


“Aku berkata kepadamu,” jawab Yesus, “sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku ada.” Yesus tentu menunjuk kepada kehidupannya sebagai makhluk roh di surga sebelum menjadi manusia. Karena sangat marah akan pernyataan Yesus bahwa ia sudah ada sebelum Abraham, orang-orang Yahudi memungut batu dan melemparinya. Akan tetapi, ia menghindar dan keluar dari bait Allah tanpa Yohanes 8:37-59; Wahyu 3:14; 21:8. cedera. ˇ Bagaimana Yesus menunjukkan bahwa ia dan musuh-musuhnya mempunyai bapak yang berbeda? ˇ Apa yang dimaksudkan waktu orang-orang Yahudi menyebut Yesus orang Samaria? ˇ Apa yang Yesus maksudkan ketika mengatakan bahwa pengikut-pengikutnya tidak akan mengalami kematian?


70

K

Menyembuhkan Pria yang Buta Sejak Lahir

ETIKA orang Yahudi mencoba melempari Yesus dengan batu, ia tidak meninggalkan Yerusalem. Kemudian, pada hari Sabat, ia dan murid-muridnya sedang berjalan di kota ketika mereka melihat seorang pria yang buta sejak lahir. Murid-murid bertanya kepada Yesus: “Rabi, siapakah yang berbuat dosa, orang ini sendiri atau orangtuanya, sehingga ia dilahirkan buta?�


Mungkin murid-murid Yesus percaya, seperti halnya beberapa rabi, bahwa seseorang dapat berbuat dosa di dalam rahim ibunya. Akan tetapi, Yesus menjawab: “Bukan dia dan bukan juga orangtuanya, tetapi karena pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia.” Kebutaan orang itu bukan akibat kesalahan atau dosa tertentu yang dilakukan oleh orang tersebut atau orang-tuanya. Dosa dari manusia pertama Adam mengakibatkan semua orang menjadi tidak sempurna, dan karena itu bisa mengakibatkan cacat seperti dilahirkan buta. Cacat pada pria ini kini menyediakan kesempatan bagi Yesus untuk membuat pekerjaan Allah menjadi nyata. Yesus menandaskan mendesaknya melakukan pekerjaan ini. “Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang,” katanya. “Akan datang malam, di mana tidak ada seorangpun yang dapat bekerja. Selama Aku di dalam dunia, Akulah terang dunia.” Segera kematian akan menurunkan Yesus ke dalam kegelapan di dalam kubur tempat ia tidak dapat berbuat apa pun. Sementara itu, ia adalah sumber penerangan dunia. Setelah mengucapkan hal-hal ini, Yesus meludah ke tanah dan mengaduk ludahnya dengan tanah. Ia membubuhkan ini pada mata orang buta itu dan berkata: “Pergilah, basuhlah dirimu dalam kolam Siloam.” Orang itu menuruti perkataannya. Ketika ia melakukannya, ia dapat melihat! Betapa gembira hati orang ini ketika ia pulang, karena dapat melihat untuk pertama kali dalam hidupnya! Para tetangga dan orang-orang lain yang kenal dia merasa takjub. “Bukankah dia ini yang selalu mengemis?” tanya mereka. “Benar,


dialah ini,” jawab beberapa orang. Namun orang-orang lain tidak percaya: “Bukan, tetapi ia serupa dengan dia.” Akan tetapi, pria itu berkata: “Benar, akulah itu.” “Bagaimana matamu menjadi melek?” tanya orang-orang itu karena ingin tahu. “Orang yang disebut Yesus itu mengaduk tanah, mengoleskannya pada mataku dan berkata kepadaku: Pergilah ke Siloam dan basuhlah dirimu. Lalu aku pergi dan setelah aku membasuh diriku, aku dapat melihat.” “Di manakah Dia?” tanya mereka. “Aku tidak tahu,” jawabnya. Orang-orang kemudian membawa pria yang pernah buta ini kepada para pemimpin agama mereka, orang Farisi. Mereka juga mulai bertanya-tanya kepadanya tentang bagaimana ia sampai dapat melihat. “Ia mengoleskan adukan tanah pada mataku, lalu aku membasuh diriku, dan sekarang aku dapat melihat,” kata pria itu menjelaskan. Seharusnya orang-orang Farisi patut bergembira bersama pengemis yang sudah disembuhkan itu! Namun sebaliknya, mereka mencela Yesus. “Orang ini tidak datang dari Allah,” kata mereka. Mengapa mereka berkata demikian? “Sebab Ia tidak memelihara hari Sabat.” Meskipun demikian orang-orang Farisi yang lain bertanyatanya: “Bagaimanakah seorang berdosa dapat membuat mujizat yang demikian?” Maka timbul perbedaan pendapat di antara mereka. Karena itu, mereka bertanya kepada pria itu: “Apakah katamu tentang Dia, karena Ia telah memelekkan matamu?” “Ia adalah seorang nabi,” jawabnya. Orang-orang Farisi menolak untuk mempercayai hal ini. Mereka yakin bahwa pasti ada persekongkolan antara Yesus dengan pria ini untuk memperdayakan orang. Guna mengatasi hal ini, mereka memanggil orang-tua pengemis tersebut agar dapat menjawab pertanyaan mereka. Yohanes 8:59; 9:1-18. ˇ Apa yang menyebabkan kebutaan pria itu, dan apa yang bukan menjadi penyebabnya? ˇ Malam apa yang dimaksudkan manakala orang-orang tidak dapat bekerja? ˇ Pada waktu pria itu disembuhkan, apa reaksi dari orang-orang yang mengenal dia? ˇ Bagaimana orang-orang Farisi itu berbeda pendapat mengenai disembuhkannya orang itu?


Orang Farisi Sengaja Tidak Mau Percaya

71

RANG-TUApengemis yang dulunya buta itu merasa takut ketika dihadapkan kepada orang-orang Farisi. Mereka tahu sudah ada keputusan bahwa barangsiapa yang menunjukkan iman kepada Yesus akan diusir dari sinagoge. Pengucilan demikian dari pergaulan

O


masyarakat dapat mengakibatkan banyak kesulitan, terutama bagi keluarga yang miskin. Maka orang-tua pria itu sangat hati-hati. “Inikah anakmu, yang kamu katakan bahwa ia lahir buta?” tanya orang-orang Farisi. “Kalau begitu bagaimanakah ia sekarang dapat melihat?” “Yang kami tahu ialah, bahwa dia ini anak kami dan bahwa ia lahir buta,” demikian ditegaskan orang-tua dari pria itu. “Tetapi bagaimana ia sekarang dapat melihat, kami tidak tahu, dan siapa yang memelekkan matanya, kami tidak tahujuga.” Anak merekapasti telah menceritakan kepada mereka semua yang telah terjadi, tetapi dengan berhatihati orang-tua pengemis itu berkata: “Tanyakanlah kepadanya sendiri, ia sudah dewasa, ia dapat berkata-kata untuk dirinya sendiri.” Maka itu, orang-orang Farisi kembali memanggil pria tersebut. Kali ini mereka berupaya menggertak dia dengan menunjukkan bahwa mereka mempunyai bukti-bukti yang akan mendakwa Yesus. “Katakanlah kebenaran di hadapan Allah,” tuntut mereka. “Kami tahu bahwa orang itu orang berdosa.” Pria yang dulunya buta itu tidak menyangkal tuduhan mereka, dengan mengatakan: “Apakah orang itu orang berdosa, aku tidak tahu.” Akan tetapi, ia menambahkan: “Satu hal aku tahu, yaitu bahwa aku tadinya buta, dan sekarang dapat melihat.” Dengan berupaya mencari kesalahan dalam kesaksiannya, orang-orang Farisi kembali bertanya: “Apakah yang diperbuatNya padamu? Bagaimana ia memelekkan matamu?” “Telah kukatakan kepadamu,” keluh pria itu, “dan kamu tidak mendengarkannya; mengapa kamu hendak mendengarkannya lagi?” Dengan sindiran tajam ia bertanya: “Barangkali kamu mau menjadi muridNya juga?” Jawaban ini membangkitkan amarah orang Farisi. “Engkau murid orang itu,” tuduh mereka, “tetapi kami murid-murid Musa. Kami tahu, bahwa Allah telah berfirman kepada Musa, tetapi tentang Dia itu kami tidak tahu dari mana Ia datang.” Dengan rasa heran, pengemis yang rendah hati itu menyahut: “Aneh juga bahwa kamu tidak


tahu dari mana Ia datang, sedangkan Ia telah memelekkan mataku.” Kesimpulan apa dapat ditarik dari hal ini? Pengemis itu mengajukan pemikiran yang masuk akal: “Kita tahu, bahwa Allah tidak mendengarkan orang-orang berdosa, melainkan orang-orang yang saleh dan yang melakukan kehendakNya. Dari dahulu sampai sekarang tidak pernah terdengar, bahwa ada orang yang memelekkan mata orang yang lahir buta.” Jadi, kesimpulannya jelas: “Jikalau orang itu tidak datang dari Allah, Ia tidak dapat berbuat apa-apa.” Orang-orang Farisi tidak mempunyai jawaban untuk pernyataan yang begitu terus terang, yang sangat masuk akal. Mereka tidak dapat menghadapi kebenaran, maka mereka memaki pria itu: “Engkau ini lahir sama sekali dalam dosa dan engkau hendak mengajar kami?” Lalu, mereka melemparkan dia ke luar, secara terang-terangan mengusir dia ke luar dari sinagoge. Ketika Yesus mendengar apa yang telah mereka lakukan, ia menemui pria itu dan berkata: “Percayakah engkau kepada Anak Manusia?” Sebagai jawaban, pengemis yang dulunya buta itu bertanya: “Siapakah Dia, Tuhan? Supaya aku percaya kepadaNya.” “Dia yang sedang berkata-kata dengan engkau, Dialah itu!” jawab Yesus. Pria itu segera sujud di hadapan Yesus serta berkata: “Aku percaya, Tuhan!” Kemudian Yesus menerangkan: “Aku datang ke dalam dunia untuk menghakimi, supaya barangsiapa yang tidak melihat, dapat melihat, dan supaya barangsiapa yang dapat melihat, menjadi buta.” Saat itu, orang-orang Farisi yang sedang mendengarkan bertanya: “Apakah itu berarti bahwa kami juga buta?” Jikalau mereka mau mengakui bahwa mereka buta secara rohani, kelakuan mereka yang menentang Yesus dapat dimaafkan. Sebagaimana Yesus berkata kepada mereka: “Sekiranya kamu buta, kamu tidak berdosa.” Akan tetapi, mereka tetap berkata bahwa mereka tidak buta dan tidak membutuhkan penerangan rohani. Maka Yesus mengatakan: “Tetapi karena kamu berkata: Kami melihat, maka tetaplah dosamu.” Yohanes 9:19-41. ˇ Mengapa orang-tua pria yang dulunya pengemis yang buta merasa takut ketika dihadapkan kepada orang-orang Farisi, maka bagaimana mereka menjawab dengan hati-hati? ˇ Cara bagaimana orang-orang Farisi berupaya menggertak pria yang dulunya buta itu? ˇ Argumen yang logis apa dari si pria pengemis membangkitkan amarah orang Farisi? ˇ Mengapa tentangan orang Farisi terhadap Yesus tidak dapat dimaafkan?


72

K

Yesus Mengutus 70 Murid

ETIKA itu adalah musim gugur tahun 32 M., tiga tahun penuh sejak Yesus dibaptis. Belum lama berselang sejak Yesus bersama murid-muridnya menghadiri Hari Raya Tabernakel di Yerusalem, dan tampaknya mereka masih berada di dekat kota itu. Sebenarnya, Yesus menggunakan sebagian besar dari sisa masa enam bulan pelayanannya di Yudea atau di seberang Sungai Yordan di distrik Perea. Wilayah ini juga perlu dikerjakan. Memang, setelah Paskah pada tahun 30 M., Yesus menghabiskan kira-kira delapan bulan mengabar di Yudea. Akan tetapi, setelah orang-orang Yahudi berupaya membunuhnya di sana pada Paskah tahun 31 M., ia menggunakan satu setengah tahun berikut untuk mengajar hanya di Galilea. Selama waktu itu, ia membangun sebuah organisasi besar terdiri dari pengabar-pengabar yang terlatih baik, sesuatu yang sebelumnya tidak ia miliki. Maka sekarang ia terjun dalam kampanye pengabaran yang intensif di Yudea. Yesus memulai kampanye ini dengan memilih 70 murid dan mengutus mereka dua-berdua. Jadi seluruhnya ada 35 kelompok pemberita Kerajaan untuk mengerjakan wilayah tersebut. Mereka pergi lebih dulu ke setiap kota dan tempat ke mana Yesus akan pergi, jelas bersama rasul-rasulnya. Yesus tidak memerintahkan ke-70 murid untuk pergi ke sinagoge, melainkan untuk memasuki rumah-rumah pribadi, dengan menerangkan: “Kalau kamu memasuki suatu rumah, katakanlah lebih dahulu: ‘Damai sejahtera bagi rumah ini.’ Dan jikalau di situ ada orang yang layak menerima damai sejahtera, maka salammu itu akan tinggal atasnya.” Apa yang akan menjadi berita mereka? “Katakanlah kepada mereka,” kata Yesus, “Kerajaan Allah sudah dekat padamu.” Mengenai kegiatan ke-70 orang itu, buku Matthew Henry’s Commentary melaporkan: “Seperti Guru mereka, ke tempat mana pun mereka berkunjung, mereka mengabar dari rumah ke rumah.” Instruksi yang Yesus berikan kepada ke-70 murid ini sama dengan yang ia berikan kepada ke-12 rasul pada waktu ia mengutus mereka dalam kampanye pengabaran di Galilea kira-kira satu tahun sebelumnya. Ia tidak saja memperingatkan ke-70 orang mengenai tantangan yang akan mereka hadapi, mempersiapkan mereka untuk membawakan berita kepada penghuni rumah, tetapi ia


melengkapi mereka dengan kuasa untuk menyembuhkan orang sakit. Maka, ketika Yesus tiba tidak lama setelah itu, banyak orang ingin sekali bertemu dengan Guru dari murid-murid yang dapat melakukan perkara-perkara menakjubkan itu. Pengabaran oleh ke-70 murid dan tindak lanjut Yesus berakhir agak cepat. Segera ke-35 kelompok pemberita Kerajaan tersebut mulai datang kembali kepada Yesus. “Tuhan,” kata mereka dengan gembira, “juga setan-setan takluk kepada kami demi namaMu.” Laporan dinas yang begitu bagus pasti membuat Yesus bersukacita, maka itu ia mengatakan: “Aku melihat Iblis jatuh seperti kilat dari langit. Sesungguhnya Aku telah memberikan kuasa kepada kamu untuk menginjak ular dan kalajengking.” Yesus mengetahui bahwa setelah Kerajaan Allah berdiri pada akhir zaman, Setan dan hantu-hantunya akan dicampakkan dari langit. Akan tetapi, sekarang dengan diusirnya hantu-hantu yang tidak kelihatan oleh orangorang biasa, kejadian di masa depan itu se-


makin dijamin. Maka, Yesus berbicara mengenai pencampakan Setan dari langit yang bakal terjadi sebagai hal yang sudah pasti. Karena itu, wewenang yang diberikan kepada ke-70 murid untuk menginjak ular dan kalajengking mempunyai arti kiasan. Namun, Yesus berkata: “Janganlah bersukacita karena roh-roh itu takluk kepadamu, tetapi bersukacitalah karena namamu ada terdaftar di sorga.” Yesus sangat bersukacita dan di muka umum memuji Bapaknya karena telah menggunakan hamba-hambanya yang rendah hati ini dengan cara yang luar biasa. Sambil berpaling kepada muridmuridnya, ia berkata: “Berbahagialah mata yang melihat apa yang kamu lihat. Karena Aku berkata kepada kamu: Banyak nabi dan raja ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendeLukas 10:1-24; Matius 10:1-42; Wahyu 12:7-12. ngarnya.” ˇ Di mana Yesus mengabar selama tiga tahun pertama dari pelayanannya, dan wilayah mana yang ia kerjakan selama enam bulan terakhir? ˇ Ke mana Yesus memerintahkan ke-70 muridnya untuk pergi mencari orang? ˇ Mengapa Yesus mengatakan bahwa ia sudah melihat Setan jatuh dari langit? ˇ Dalam arti apa ke-70 murid dapat menginjak ular dan kalajengking?


73

Y

Orang Samaria Bertindak Sebagai Sesama

ESUS mungkin sedang berada dekat Betania, sebuah desa kira-kira tiga kilometer dari Yerusalem. Seorang pria yang ahli dalam Taurat Musa menghampiri dia dengan mengajukan sebuah pertanyaan: “Guru, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?” Yesus mengetahui bahwa orang itu, seorang ahli hukum, bertanya bukan semata-mata mencari keterangan, melainkan, ingin menguji dia. Maksud si ahli hukum mungkin adalah agar Yesus menjawab sebegitu rupa sehingga akan menyinggung perasaan orang-orang Yahudi. Maka Yesus membuat ahli hukum tersebut melibatkan diri, dengan menanyakan: “Apa yang tertulis dalam hukum Taurat? Apa yang kaubaca di sana?” Dalamjawabannya, ahli hukum tersebut, menunjukkan pengertian yang dalam, dengan mengutip hukum Taurat dari kitab Ulangan 6:5 dan Imamat 19:18, yang mengatakan: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan de-


ngan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” “Jawabmu itu benar,” jawab Yesus. “Perbuatlah demikian, maka engkau akan hidup.” Akan tetapi, ahli hukum itu belum merasa puas. Baginya jawaban Yesus masih kurang spesifik. Ia menginginkan ketegasan dari Yesus untuk menyatakan bahwa pandangannya sendiri benar dan dengan demikian ia seorang yang benar dalam perlakuannya terhadap orang lain. Maka itu, ia bertanya: “Siapakah sesamaku manusia?” Orang Yahudi percaya bahwa istilah ‘sesama manusia’ hanya berlaku bagi sesama Yahudi, sebagaimana tampaknya demikian dalam ikatan kalimat di Imamat 19:18. Sebenarnya, bahkan rasul Petrus belakangan berkata: “Kamu tahu, betapa kerasnya larangan bagi seorang Yahudi untuk bergaul dengan orang-orang yang bukan Yahudi atau masuk ke rumah mereka.” Maka ahli hukum itu, dan mungkin murid-murid Yesusjuga, percaya bahwa mereka sudah benar jika mereka memperlakukan sesama orang Yahudi saja dengan baik, karena, dalam pandangan mereka, orang non-Yahudi sebenarnya bukan sesama mereka. Tanpa menyinggung perasaan para pendengarnya, bagaimana Yesus dapat memperbaiki pandangan mereka? Ia menceritakan suatu kisah, kemungkinan berdasarkan kisah nyata. “Adalah seorang [Yahudi],” kata Yesus menerangkan, “yang turun dari Yerusalem ke Yerikho; ia jatuh ke tangan penyamun-penyamun yang bukan saja merampoknya habis-habisan, tetapi yang juga memukulnya dan yang sesudah itu pergi meninggalkannya setengah mati.” “Kebetulan,” kata Yesus melanjutkan, “ada seorang imam turun melalui jalan itu; tetapi ia melewatinya dari seberang jalan. Demikian juga seorang Lewi datang ke tempat itu; ketika ia melihat orang itu, ia melewatinya dari seberang jalan. Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan.”


Banyak imam dan pembantu bait Allah dari suku Lewi tinggal di Yerikho, yang jaraknya 23 kilometer dan merupakan jalan berbahaya yang menurun sejauh 900 meter dari tempat mereka melayani di bait Allah di Yerusalem. Imam dan orang Lewi itu diharapkan akan membantu sesama orang Yahudi yang berada dalam kesulitan. Akan tetapi, mereka tidak melakukannya. Melainkan, seorang Samaria yang melakukannya. Orang Yahudi sangat membenci orang Samaria sehingga belum lama berselang mereka menghina Yesus dengan menggunakan istilah sangat kasar dengan menyebut dia “orang Samaria.” Apa yang dilakukan orang Samaria tersebut untuk menolong orang Yahudi itu? “Ia pergi kepadanya,” kata Yesus, “lalu membalut luka-lukanya, sesudah ia menyiraminya dengan minyakdan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya. Keesokan harinya ia menyerahkan dua dinar [kira-kira gaji dua hari] kepada pemilik penginapan itu, katanya: Rawatlah dia dan jika kaubelanjakan lebih dari ini, aku akan menggantinya, waktu aku kembali.” Setelah selesai menceritakan kisah itu, Yesus bertanya kepada ahli hukum itu: “Siapakah di antara ketiga orang ini, menurut pendapatmu, adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?” Ahli hukum itu merasa canggung untuk mengakui kebaikan orang Samaria, ia hanya menjawab: “Orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya.” “Pergilah, dan perbuatlah demikian!” kata Yesus kepadanya. Andai kata Yesus secara langsung memberi tahu ahli hukum itu bahwa orang non-Yahudi juga adalah sesama manusianya, bukan pria itu saja yang enggan menerima keterangan ini tetapi juga kebanyakan dari para pendengar akan memihak kepadanya dalam pembicaraan dengan Yesus. Akan tetapi, kisah nyata ini membuat jelas dan tidak dapat disangkal bahwa sesama kita termasuk orang-orang yang bukan dari suku dan bangsa kita sendiri. Betapajitu cara Yesus mengajar! Lukas 10:25-37; Kisah 10:28; Yohanes 4:9; 8:48. ˇ Pertanyaan apa saja yang diajukan seorang ahli hukum kepada Yesus, dan ternyata apa tujuan ia bertanya? ˇ Siapa gerangan sesama manusia bagi orang Yahudi, dan apa alasannya untuk percaya bahwa bahkan murid-murid Yesus percaya akan hal itu? ˇ Bagaimana Yesus menyampaikan pandangan yang benar sehingga ahli hukum itu tidak dapat menyangkalnya?


74

Nasihat Bagi Marta, dan Pengajaran Mengenai Berdoa

ELAMA pelayanan Yesus di Yudea, ia mengunjungi kampung Betania. Di sanalah Marta, Maria, dan saudara lakilaki mereka Lazarus, tinggal. Sebelumnya mungkin Yesus telah bertemu dengan ketiga orang ini dalam pelayanannya dan karena itu ia sudah menjadi teman dekat mereka. Pada suatu kesempatan, Yesus pergi ke rumah Marta dan disambut baik olehnya. Marta ingin sekali memberikan yang terbaik yang ia miliki kepada Yesus. Memang, suatu kehormatan besar mendapat kunjungan dari Mesias yang dijanjikan! Maka Marta sibuk menyiapkan makanan besar dan mengatur segala sesuatu agar kunjungan Yesus lebih menyenangkan dan nyaman. Sebaliknya, Maria, saudara perempuan Marta duduk

S


dekat kaki Yesus dan mendengarkan dia. Selang beberapa waktu, Marta mendekat dan berkata kepada Yesus: “Tuhan, tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku.” Akan tetapi, Yesus menolak mengatakan sesuatu kepada Maria. Sebaliknya, ia menasihati Marta karena terlalu khawatir dengan perkara materi. “Marta, Marta,” dengan ramah ia menegur, “engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, tetapi hanya satu saja yang perlu.” Yesus memaksudkan bahwa tidaklah perlu menghabiskan banyak waktu untuk menyiapkan banyak hidangan. Hanya beberapa atau bahkan cukup satu hidangan saja. Maksud Marta baik; ia ingin menjadi nyonya rumah yang suka menjamu tamu. Namun demikian, karena perhatiannya yang berlebihan terhadap persediaan materi, ia kehilangan kesempatan untuk menerima pengajaran langsung dari Anak Allah sendiri! Maka Yesus menyimpulkan: “Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil daripadanya.” Lalu, pada kesempatan lain, seorang murid bertanya kepada Yesus: “Tuhan, ajarlah kami berdoa, sama seperti yang diajarkan Yohanes kepada murid-muridnya.” Kemungkinan murid ini tidak hadir kira-kira satu setengah tahun sebelumnya ketika Yesus memberikan contoh doa dalam Khotbah di Bukit. Jadi Yesus mengulangi pengajarannya tetapi kemudian melanjutkan dengan memberikan perumpamaan untuk menekankan perlunya ketekunan dalam berdoa. Yesus memulai: “Jika seorang di antara kamu pada tengah malam pergi ke rumah seorang sahabatnya dan berkata kepadanya: Saudara, pinjamkanlah kepadaku tiga roti, sebab seorang sahabatku yang sedang berada dalam perjalanan singgah ke rumahku dan aku tidak mempunyai apa-apa untuk dihidangkan kepadanya; masakan ia yang di dalam rumah itu akan menjawab: Jangan mengganggu aku, pintu sudah tertutup dan aku serta anak-anakku sudah tidur; aku tidak dapat bangun dan memberikannya kepada saudara. Aku berkata kepadamu: Sekalipun ia tidak mau bangun dan memberikannya kepadanya karena orang itu adalah sahabatnya, namun karena sikapnya yang tidak malu itu, ia akan bangun juga dan memberikan kepadanya apa yang diperlukannya.”


Dengan perbandingan ini Yesus tidak bermaksud menunjukkan bahwa Allah Yehuwa tidak bersedia menjawab permohonan, seperti sahabat dalam ceritanya itu. Tidak, tetapi ia sedang mengumpamakan bahwa jika seorang sahabat yang tidak rela, mau mengabulkan permintaan yang terus-menerus, apalagi Bapak Surgawi yang pengasih! Maka Yesus melanjutkan: “Oleh karena itu Aku berkata kepadamu: Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan.” Yesus kemudian menunjuk kepada bapak-bapak manusia yang tidak sempurna dan berdosa, dengan berkata: “Bapa manakah di antara kamu, jika anaknya minta ikan dari padanya, akan memberikan ular kepada anaknya itu ganti ikan? Atau, jika ia minta telur, akan memberikan kepadanya kalajengking? Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan Roh Kudus kepada mereka yang meminta kepadaNya.” Memang, betapa menggerakkan anjuran yang Yesus berikan untuk berdoa deLukas ngan tekun. 10:38–11:13.

ˇ Mengapa Marta mengadakan persiapan yang demikian besar bagi Yesus? ˇ Apa yang dilakukan Maria, dan mengapa Yesus memuji dia dan bukan Marta? ˇ Apa yang menggerakkan Yesus mengulangi pengajarannya mengenai doa? ˇ Bagaimana Yesus memberikan perumpamaan tentang perlunya berdoa dengan tekun?


75

Sumber Kebahagiaan

ELAMA pelayanannya di Galilea, Yesus mengadakan mukjizat-mukjizat, dan ia sekarang mengulanginya di Yudea. Misalnya, ia mengusir suatu setan dari seorang yang membuatnya bisu. Orang banyak takjub, tetapi para pengritik mengajukan penolakan yang sama seperti yang timbul di Galilea. “Ia mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, penghulu setan,” kata mereka. Ada pula yang meminta suatu tanda dari surga kepadanya, untuk mencobainya. Karena tahu apa yang mereka pikirkan, Yesus memberikan kepada para pengritiknya di Yudea jawaban yang sama dengan yang ia berikan kepada orang-orang di Galilea. Ia mengemukakan bahwa setiap kerajaan yang terpecah-pecah pasti binasa. “Maka,” ia bertanya, “jikalau Iblis itu juga terbagi-bagi dan melawan dirinya sendiri, bagaimanakah kerajaannya dapat bertahan?” Ia memperlihatkan keadaan yang berbahaya dari para pengritiknya dengan berkata: “Jika Aku mengusir setan dengan kuasa [“jari,” NW] Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu.” Orang-orang yang melihat mukjizat Yesus seharusnya menanggapinya dengan cara yang sama dengan mereka yang berabad-abad sebelumnya melihat Musa mengadakan mukjizat. Mereka berseru: “Inilah tangan [“jari,” NW] Allah!” “Jari Allah” juga yang menulis Sepuluh Perintah pada lempengan batu. Dan “jari Allah”—roh suci, atau tenaga aktif-Nya—ialah sesuatu yang memungkinkan Yesus mengusir setan dan menyembuhkan orang sakit. Jadi Kerajaan Allah tentu telah mengalahkan para pengritik ini, karena Yesus, calon Raja dari Kerajaan itu, berada di sana di tengah-tengah mereka. Yesus kemudian menjelaskan bahwa kemampuannya mengusir setan merupakan bukti dari kuasanya terhadap Setan, sebagaimana seorang yang lebih kuat menyerang dan mengalahkan seorang yang bersenjata lengkap yang sedang menjaga istananya. Ia juga mengulangi perumpamaan mengenai roh jahat. Roh itu keluar dari manusia, tetapi jika manusia itu tidak mengisi kekosongannya dengan perkara-perkara baik, roh itu akan kembali dengan tujuh roh lain, dan keadaan orang itu lebih buruk daripada keadaannya semula.

S


Sewaktu sedang mendengarkan pengajaran ini, seorang perempuan dari antara orang banyak tergerak untuk berseru dengan keras: “Berbahagialah ibu yang telah mengandung Engkau dan susu yang telah menyusui Engkau.� Karena keinginan setiap perempuan Yahudi adalah menjadi ibu dari nabi dan terutama Mesias, maka dapat dimengerti mengapa perempuan ini mengatakan hal tersebut. Tampaknya ia berpikir Maria terutama berbahagia karena menjadi ibu Yesus. Akan tetapi, Yesus segera mengoreksi perempuan itu mengenai sumber yang benar dari kebahagiaan. Ia menjawab, “Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya.� Yesus tidak pernah menunjukkan bahwa ibunya, Maria, harus diberi penghormatan khusus. Sebaliknya,


ia memperlihatkan bahwa kebahagiaan sejati dialami dengan menjadi hamba Allah yang beriman, bukan dengan ikatan atau kecakapan jasmani tertentu. Seperti yang ia lakukan di Galilea, Yesus juga menegur orangorang di Yudea karena meminta tanda dari surga. Ia mengatakan kepada mereka bahwa tidak ada tanda yang akan diberikan kecuali tanda Yunus. Yunus menjadi tanda karena tiga hari berada dalam perut ikan dan juga karena pemberitaannya yang berani, yang menyebabkan orang-orang Ninewe tergerak untuk bertobat. Yesus berkata: “Sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Yunus!” Demikian pula, Ratu Syeba mengagumi kebijaksanaan Salomo. Yesus juga berkata, “sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Salomo! ” Yesus menerangkan bahwa bila seseorang menyalakan pelita, ia tidak meletakkannya di kolong rumah atau di bawah gantang melainkan di atas kaki dian, agar semua orang yang masuk dapat melihat cahayanya. Mungkin ia sedang mengisyaratkan bahwa mengajar dan mengadakan mukjizat di hadapan orang-orang yang keras kepala dapat disamakan dengan menyembunyikan cahaya pelita. Mata dari para pengamat demikian tidak sederhana, atau tidak terpusat, sehingga tujuan yang diharapkan dari mukjizatnya tidak tercapai. Yesus baru saja mengusir setan dan menyebabkan seorang bisu berkata-kata. Ini seharusnya menggerakkan orang yang mempunyai mata yang sederhana serta terpusat, memuji perbuatan mulia ini dan memberitakan kabar baik! Namun, halnya tidak demikian dengan para pengritik ini. Maka Yesus menyimpulkan: “Perhatikanlah supaya terang yang ada padamu jangan menjadi kegelapan. Jika seluruh tubuhmu terang dan tidak ada bagian yang gelap, maka seluruhnya akan terang, sama seperti apabila pelita menerangi engkau dengan cahayanya.” Lukas 11:14-36; Keluaran 8:18, 19; 31:18; Matius 12:22, 28.

ˇ Apa tanggapan orang atas penyembuhan yang dilakukan Yesus terhadap orang itu? ˇ Apa gerangan “jari Allah,” dan bagaimana Kerajaan Allah telah mengalahkan para pendengar Yesus? ˇ Apa sumber dari kebahagiaan sejati? ˇ Bagaimana seseorang dapat memiliki mata yang sederhana?


76

Makan Bersama Seorang Farisi

ETELAH Yesus menjawab para pengritik yang meragukan sumber kekuasaannya untuk menyembuhkan seorang laki-laki yang tidak dapat berbicara, seorang Farisi mengundangnya makan. Sebelum mereka makan, orang-orang Farisi mengadakan upacara mencuci tangan sampai ke siku. Mereka melakukan ini sebelum dan sesudah makan dan bahkan selagi makan. Meskipun tradisi itu tidak melanggar hukum tertulis dari Allah, namun ini melebihi apa yang Allah tuntut dalam hal kebersihan upacara. Ketika Yesus tidak mengikuti tradisi tersebut, tuan rumahnya heran. Meskipun keheranannya mungkin tidak diungkapkan dengan kata-kata, Yesus mengetahui hal itu serta berkata: “Kamu orang-orang Farisi, kamu membersihkan bagian luar dari cawan dan pinggan, tetapi bagian dalammu penuh rampasan dan kejahatan. Hai

S


orang-orang bodoh, bukankah Dia yang menjadikan bagian luar, Dia juga yang menjadikan bagian dalam? ” Dengan demikian Yesus menyingkapkan kemunafikan orang Farisi yang secara ritual mencuci tangan mereka tetapi tidak membersihkan hati mereka dari kejahatan. Ia menasihati: “Berikanlah isinya sebagai sedekah dan sesungguhnya semuanya akan menjadi bersih bagimu.” Pemberian mereka harus digerakkan oleh hati yang pengasih, bukan dengan keinginan untuk mengesankan orang lain dengan kebajikan mereka yang semu. “Celakalah kamu, hai orang-orang Farisi,” kata Yesus melanjutkan, “sebab kamu membayar persepuluhan dari selasih, inggu dan segala jenis sayuran, tetapi kamu mengabaikan keadilan dan kasih Allah. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan.” Hukum Allah bagi Israel menuntut pembayaran persepuluhan, atau sepersepuluh bagian, dari hasil ladang. Selasih dan inggu adalah tanaman atau tumbuhan kecil yang digunakan untuk membumbui makanan. Orang Farisi dengan teliti membayar sepersepuluh bahkan dari tumbuh-tumbuhan yang tidak berarti ini, tetapi Yesus mengecam mereka karena mengabaikan tuntutan yang lebih penting untuk memperlihatkan kasih, mempraktikkan kebaikan, dan bersikap sederhana. Lebih lanjut Yesus mengutuk mereka, dengan berkata: “Celakalah kamu, hai orang-orang Farisi, sebab kamu suka duduk di tempat terdepan di rumah ibadat dan suka menerima penghormatan di pasar. Celakalah kamu, sebab kamu sama seperti kubur yang tidak memakai tanda; orang-orang yang berjalan di atasnya, tidak mengetahuinya.” Kekotoran mereka tidak tampak. Agama orang Farisi bagus di luar tetapi di dalamnya tidak berharga! Ini didasarkan atas kemunafikan. Setelah mendengar kecaman demikian, seorang imam, salah seorang yang mengetahui betul Taurat Allah, membantah: “Guru, dengan berkata demikian, Engkau menghina kami juga.” Yesus juga meminta pertanggungjawaban para ahli Taurat itu dengan mengatakan: “Celakalah kamu juga, hai ahli-ahli Taurat, sebab kamu meletakkan beban-beban yang tak terpikul


pada orang, tetapi kamu sendiri tidak menyentuh beban itu dengan satu jaripun. Celakalah kamu, sebab kamu membangun makam nabi-nabi, tetapi nenek moyangmu telah membunuh mereka.” Beban yang Yesus sebutkan adalah tradisi lisan, tetapi imamimam ini tidak akan mau mengangkat satu peraturan ringan pun untuk memudahkan orang-orang. Yesus mengungkapkan bahwa mereka bahkan menyetujui pembunuhan nabi-nabi, dan ia mengingatkan: “Dari angkatan ini dituntut darah semua nabi yang telah tertumpah sejak dunia dijadikan, mulai dari darah Habel sampai kepada darah Zakharia yang telah dibunuh di antara mezbah dan Rumah Allah. Bahkan, aku berkata kepadamu: Semuanya itu akan dituntut dari angkatan ini.” Dunia umat manusia yang dapat ditebus dimulai dengan lahirnya anak-anak bagi Adam dan Hawa; karena itu, Habel hidup pada waktu “dunia dijadikan.” Setelah pembunuhan Zakharia yang keji, tentara Siria merebut Yehuda. Akan tetapi, Yesus menubuatkan serangan yang lebih buruk atas angkatannya sendiri karena kejahatannya yang besar. Serangan ini terjadi kira-kira 38 tahun kemudian, pada tahun 70 M. Melanjutkan kecamannya, Yesus berkata: “Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat, sebab kamu telah mengambil kunci pengetahuan; kamu sendiri tidak masuk ke dalam dan orang yang berusaha untuk masuk ke dalam kamu halang-halangi.” Para ahli Taurat merasa wajib untuk menjelaskan Firman Allah kepada orang-orang, menyingkapkan maknanya. Akan tetapi, mereka gagal melakukan ini dan bahkan menjauhkan dari orangorang kesempatan untuk memahami. Orang Farisi dan para ahli Taurat marah kepada Yesus karena membuka kedok mereka. Pada waktu ia meninggalkan rumah, mereka mulai menentangnya dengan ganas dan mencecarnya dengan pertanyaan-pertanyaan. Mereka mencoba menjebaknya untuk mengucapkan sesuatu yang dapat diLukas 11:37-54; pakai sebagai dasar untuk menangkapnya. Ulangan 14:22; Mikha 6:8; 2 Tawarikh 24:20-25, BIS.

ˇ Mengapa Yesus mengecam orang Farisi dan para ahli Taurat? ˇ Beban apa yang letakkan para imam atas orang-orang? ˇ Bilamanakah “dunia dijadikan” ?


77

Soal Warisan

RANG-ORANG rupanya mengetahui bahwa Yesus makan di rumah seorang Farisi. Maka mereka berkerumun di luar, ribuan banyaknya dan sedang menunggu ketika Yesus keluar. Tidak seperti orang-orang Farisi yang menentang Yesus dan berupaya menangkapnya karena tuduhan perbuatan salah, orang-orang ini senang mendengarkan Yesus dengan penuh penghargaan. Pertama-tama kepada murid-muridnya Yesus berkata: “Waspadalah terhadap ragi, yaitu kemunafikan orang Farisi.� Seperti terlihat selama jamuan makan, seluruh sistem agama orang Farisi dipenuhi dengan kemunafikan. Akan tetapi, sekalipun kejahatan orang Farisi dapat disembunyikan dengan menampilkan kesalehan, akhirnya itu akan disingkapkan juga. “Tidak ada sesuatupun

O


yang tertutup,” kata Yesus, “yang tidak akan dibuka dan tidak ada sesuatupun yang tersembunyi yang tidak akan diketahui.” Yesus kemudian mengulangi anjuran yang telah ia berikan kepada 12 murid itu sewaktu ia mengutus mereka dalam perjalanan memberitakan di Galilea. Ia berkata: “Janganlah kamu takut terhadap mereka yang dapat membunuh tubuh dan kemudian tidak dapat berbuat apa-apa lagi.” Karena Allah bahkan tidak melupakan seekor burung pipit pun, maka Yesus menjamin pengikut-pengikutnya bahwa Allah tidak akan melupakan mereka. Ia mengatakan: “Apabila orang menghadapkan kamu kepada majelis-majelis atau kepada pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa, . . . pada saat itu juga Roh Kudus akan mengajar kamu apa yang harus kamu katakan.” Seorang dari orang banyak itu berkata kepada Yesus: “Guru,” ia memohon, “katakanlah kepada saudaraku supaya ia berbagi warisan dengan aku.” Taurat Musa menetapkan bahwa anak sulung laki-laki menerima dua bagianwarisan, maka seharusnya tidak ada alasan untuk suatu pertengkaran. Akan tetapi, orang itu tampaknya menginginkan lebih daripada bagian warisan yang sah. Yesus dengan tepat menolak untuk melibatkan diri. “Saudara, siapakah yang telah mengangkat Aku menjadi hakim atau pengantara atas kamu?” tanyanya. Ia kemudian memberikan teguran yang penting ini kepada orang banyak: “Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu.” Ya, tidak soal berapa banyak yang mungkin dimiliki seseorang, secara alamiah ia akan mati dan meninggalkan itu semua. Untuk menekankan fakta ini, serta memperlihatkan kebodohan jika gagal membangun reputasi yang baik di hadapan Allah, Yesus menggunakan sebuah perumpamaan. Ia menjelaskan: “Ada seorang kaya, tanahnya berlimpah-limpah hasilnya. Ia bertanya dalam hatinya: Apakah yang harus aku perbuat, sebab aku tidak mempunyai tempat di mana aku dapat menyimpan hasil tanahku. Lalu katanya: Inilah yang akan aku perbuat; aku akan merombak lumbung-lumbungku dan aku akan mendirikan yang lebih besar dan aku akan menyimpan di dalamnya segala gandum dan barang-barangku. Sesudah itu aku akan berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah


dan bersenang-senanglah! Tetapi firman Allah kepadanya: Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti?” Sebagai penutup, Yesus mengatakan: “Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah.” Karena murid-murid mungkin tidak terjerat oleh kebodohan dengan menumpuk kekayaan, namun karena kekhawatiran hidup sehari-hari mereka dapat dengan mudah disimpangkan dari dinas sepenuh jiwa kepada Yehuwa. Maka Yesus menggunakan kesempatan ini untuk mengulangi nasihat bagus yang telah ia berikan kira-kira satu setengah tahun sebelumnya dalam Khotbah di Bukit. Kepada murid-muridnya, ia berkata: “Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. . . . Perhatikanlah burung-burung gagak yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mempunyai gudang atau lumbung, namun demikian diberi makan oleh Allah. . . . Perhatikanlah bunga bakung, yang tidak memintal dan tidak menenun, namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala kemegahannyapun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu. . . . “Jadi, janganlah kamu mempersoalkan apa yang akan kamu makan atau apa yang akan kamu minum dan janganlah cemas hatimu. Semua itu dicari bangsa-bangsa di dunia yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu tahu, bahwa kamu memang memerlukan semuanya itu. Tetapi carilah KerajaanNya, maka semuanya itu akan ditambahkan juga kepadamu.” Teristimewa dalam masa-masa kesulitan ekonomi kata-kata Yesus perlu kita perhatikan dengan sungguh-sungguh. Orang yang menjadi terlalu khawatir akan kebutuhan jasmaninya dan mulai mundur dalam mengejar hal-hal rohani, sebenarnya, memperlihatkan kurangnya iman akan kesanggupan Allah untuk memelihara hamba-hamba-Nya. Lukas 12:1-31; Ulangan 21:17. ˇ Kemungkinan, mengapa orang itu bertanya mengenai warisan, dan teguran apa yang Yesus berikan? ˇ Perumpamaan apa yang Yesus gunakan, dan apa maksudnya? ˇ Nasihat apa yang Yesus ulangi, dan mengapa hal itu tepat?


78

Bersiaplah!

ETELAH memperingatkan orang banyak mengenai ketamakan, serta menasihati murid-muridnya perihal memberi perhatian yang tidak sepatutnya kepada perkara materi, Yesus menganjurkan: “Janganlah takut, hai kamu kawanan kecil! Karena Bapamu telah berkenan memberikan kamu Kerajaan itu.” Dengan demikian ia mengungkapkan bahwa hanya jumlah yang relatif kecil (belakangan diketahui berjumlah 144.000) akan berada dalam Kerajaan surgawi. Mayoritas dari mereka yang menerima kehidupan kekal akan menjadi rakyat dari Kerajaan itu di bumi. Sungguh merupakan pahala yang menakjubkan, “Kerajaan itu”! Sambil menjelaskan tanggapan sepatutnya yang seharusnya diberikan murid-murid dalam menerimanya, Yesus mendesak mereka: “Juallah segala milikmu dan berikanlah sedekah!” Ya,

S


mereka harus menggunakan milik mereka demi kepentingan rohani orang lain dan dengan demikian menimbun “harta di sorga yang tidak akan habis.” Yesus kemudian menasihati murid-muridnya untuk tetap siap sewaktu ia kembali. Ia berkata: “Hendaklah pinggangmu tetap berikat dan pelitamu tetap menyala. Dan hendaklah kamu sama seperti orang-orang yang menanti-nantikan tuannya yang pulang dari perkawinan, supaya jika ia datang dan mengetok pintu, segera dibuka pintu baginya. Berbahagialah hamba-hamba yang didapati tuannya berjaga-jaga ketika ia datang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ia akan mengikat pinggangnya dan mempersilakan mereka duduk makan, dan ia akan datang melayani mereka.” Dalam perumpamaan ini, kesiap-siagaan dari hamba-hamba ketika majikan mereka kembali nyata karena jubah panjang yang mereka tarik ke atas dan ikat di bawah ikat pinggang dan bahwa mereka terus melaksanakan penugasan mereka sampai malam hari jelas dari pelita-pelita yang diisi cukup minyak. Yesus menerangkan: ‘Apabila sang majikan datang pada tengah malam [dari kira-kira pukul sembilan malam sampai tengah malam] atau pada dinihari [dari tengah malam sampai kira-kira pukul tiga pagi] dan mendapati mereka berlaku demikian, maka berbahagialah mereka.’ Sang majikan menghadiahi hamba-hambanya dengan cara yang luar biasa. Ia mempersilakan mereka duduk makan dan mulai melayani mereka. Ia memperlakukan mereka, bukan sebagai hamba, melainkan sebagai rekan yang loyal. Suatu pahala yang baik untuk ketekunan mereka bekerja bagi majikan mereka sepanjang malam sementara menunggu ia datang kembali! Yesus menyimpulkan: “Hendaklah kamujuga siapsedia, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu sangkakan.” Petrus sekarang bertanya: “Tuhan, kamikah yang Engkau maksudkan dengan perumpamaan itu atau juga semua orang?” Sebaliknya daripada menjawab langsung, Yesus memberikan perumpamaan lain. “Siapakah pengurus rumah yang setia dan bijaksana,” tanyanya, “yang akan diangkat olehtuannya menjadi kepala atas semua hambanya untuk memberikan makanan kepada merekapada waktunya? Berbahagialah hamba, yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu, ketika tuannya itu datang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya tuannya itu akan mengangkat dia menjadi pengawas segala miliknya.”


Jelas yang dimaksud dengan “Tuan” adalah Kristus Yesus. “Pengurus rumah” menggambarkan “kawanan kecil” dari murid-murid sebagai suatu kumpulan secara kolektif, dan “semua hamba” menunjuk kepada kelompok 144.000 yang sama yang menerima Kerajaan surgawi, tetapi ungkapan ini menonjolkan pekerjaan mereka sebagai individu. “Segala miliknya” yang dipercayakan kepadapengurus rumah yang setia untuk diawasi adalah kepentingan kerajaan dari sang majikan di bumi, yang meliputi rakyat dari Kerajaan di bumi. Ketika melanjutkan perumpamaan itu, Yesus menunjuk kepada kemungkinan bahwa tidak semua anggota dari golongan pengurus, atau hamba akan loyal, dengan menjelaskan: “Jikalau hamba itu jahat dan berkata di dalam hatinya: Tuanku tidak datang-datang, lalu ia mulai memukul hamba-hamba laki-laki dan hamba-hamba perempuan, dan makan minum dan mabuk, maka tuan hamba itu akan datang pada hari yang tidak disangkanya . . . , dan membuat dia senasib dengan orang-orang yang tidak setia.” Yesus kemudian mengemukakan bahwa kedatangannya telah membawa suasana panas bagi orang-orang Yahudi, karena beberapa menerima dan yang lain menolak ajarannya. Lebih tiga tahun sebelumnya, ia dibaptis dalam air, tetapi sekarang baptisannya ke dalam kematian semakin dekat kepada penyelesaiannya, dan seperti yang ia katakan: “Betapakah susahnya hatiKu, sebelum hal itu berlangsung!” Setelah menujukan kata-kata ini kepada murid-muridnya, Yesus kembali mengarah kepada orang banyak. Ia menyesali penolakan mereka yang bebal untuk menerima bukti yang jelas tentang identitas dirinya dan artinya. “Apabila kamu melihat awan naik di sebelah barat, segera kamu berkata: Akan datang hujan, dan hal itu memang terjadi. Dan apabila kamu melihat angin selatan bertiup, kamu berkata: Hari akan panas terik, dan hal itu memang terjadi. Hai orang-orang munafik, rupa bumi dan langit kamu tahu menilainya, mengapakah kamu tidak dapat menilai zaman ini?” Lukas 12:32-59. ˇ Berapa banyak orang membentuk “kawanan kecil,” dan apa yang mereka terima? ˇ Bagaimana Yesus menekankan kepada hamba-hambanya tentang perlunya bersiap? ˇ Dalam perumpamaan Yesus, siapa “tuan,” “pengurus rumah,” “semua hamba,” dan “segala miliknya” ?


79

T

Suatu Bangsa Hilang, Tetapi Tidak Seluruhnya

IDAK lama setelah percakapan Yesus dengan mereka yang berkumpul di luar rumah seorang Farisi, beberapa orang berkata kepadanya “tentang orang-orang Galilea, yang darahnya dicampurkan [gubernur Roma, Pontius] Pilatus dengan darah korban yang mereka persembahkan.” Orang-orang Galilea ini mungkin adalah orang-orang yang terbunuh ketika ribuan orang Yahudi memprotes Pilatus dalam hal menggunakan uang dari perbendaharaan bait untuk membangun terowongan air guna menyalurkan air ke Yerusalem. Mereka yang mengutarakan perkara ini kepada Yesus mungkin memberi pendapat bahwa orang-orang Galilea mengalami bencana itu karenaperbuatan jahat mereka sendiri. Akan tetapi, Yesus langsung mengoreksi mereka, dengan bertanya: “Sangkamu orang-orang Galilea ini lebih besar dosanya dari pada dosa semua orang Galilea yang lain, karena mereka mengalami nasib itu? Tidak! kataKu kepadamu.” Kemudian ia menggunakan kejadian ini untuk mengingatkan orang Yahudi: “Jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian.” Yesus meneruskan dengan mengingat tragedi setempat lainnya, mungkin juga dihubungkan dengan pembangunan terowongan air. Ia bertanya: “Atau sangkamu kedelapan belas orang, yang mati ditimpa menara dekat Siloam, lebih besar kesalahannya dari pada kesalahan semua orang lain yang diam di Yerusalem?” Tidak, halnya bukan karena keburukan orang-orang ini sehingga mereka mati, kata Yesus. Sebaliknya, “waktu dan nasib [“kejadian yang tak terduga,” NW]” pada umumnya bertanggung jawab atas tragedi-tragedi demikian. Akan tetapi, Yesus sekali lagi menggunakan kesempatan ini untuk memberi peringatan: “Tetapi jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian.” Yesus kemudian melanjutkan dengan memberikan sebuah perumpamaan yang cocok, dengan menerangkan: “Seorang mempunyai pohon ara yang tumbuh di kebun anggurnya, dan ia datang untuk mencari buah pada pohon itu, tetapi ia tidak menemukannya. Lalu ia berkata kepada pengurus kebun anggur itu: Sudah tiga tahun aku datang mencari buah pada pohon ara ini dan aku tidak menemukannya. Tebanglah pohon ini! Untuk apa ia hidup


di tanah ini dengan percuma! Jawab orang itu: Tuan, biarkanlah dia tumbuh tahun ini lagi, aku akan mencangkul tanah sekelilingnya dan memberi pupuk kepadanya, mungkin tahun depan ia berbuah; jika tidak, tebanglah dia!” Yesus telah mencoba selama lebih dari tiga tahun untuk menanamkan iman di antara bangsa Yahudi. Akan tetapi, hanya beberapa ratus murid yang dapat terhitung sebagai buah dari pekerjaannya. Sekarang, dalam tahun keempat pelayanannya, ia meningkatkan upayanya, secara simbolik menggali dan memberi pupuk di sekeliling pohon ara Yahudi dengan bergairah mengabar dan mengajar di Yudea dan Perea. Namun sia-sia! Bangsa itu menolak untuk bertobat dan karena itu siap dibinasakan. Hanya suatu sisa dari bangsa itu yang menyambut. Tidak lama sesudah itu Yesus mengajar di sinagoge pada hari Sabat. Di sana ia melihat seorang perempuan yang, karena kerasukan roh, telah 18 tahun mengalami bungkuk punggung. Dengan belas kasihan, Yesus berkata kepadanya: “Hai ibu, penyakitmu telah sembuh.” Lalu ia meletakkan tangannya atas perempuan itu, dan seketika itu juga ia berdiri, dan memuliakan Allah. Akan tetapi, kepala sinagoge gusar. “Ada enam hari untuk bekerja,” dia memprotes, “karena itu datanglah pada salah satu hari itu untuk disembuhkan dan jangan pada hari Sabat.” Dengan demikian kepala sinagoge itu mengakui kuasa Yesus untuk menyembuhkan tetapi menyalahkan orang-orang yang datang untuk disembuhkan pada hari Sabat!


“Hai orang-orang munafik,” jawab Yesus, “bukankah setiap orang di antaramu melepaskan lembunya atau keledainyapada hari Sabat dari kandangnya dan membawanya ke tempat minuman? Bukankah perempuan ini, yang sudah delapan belas tahun diikat oleh Iblis, harus dilepaskan dari ikatannya itu, karena ia adalah keturunan Abraham?” Ya, setelah mendengar ini, mereka yang menentang Yesus merasa malu. Akan tetapi, orang banyak itu bersukacita karena segala perkara mulia yang mereka lihat yang dilakukan Yesus. Yesus menyambutnya dengan mengulangi dua perumpamaan yang bersifat nubuat tentang Kerajaan Allah, yang diucapkannya dalam perahu di Laut Galilea kira-kira satu tahun sebelumnya. Lukas 13:1-21; Pengkhotbah 9:11; Matius 13:31-33.

ˇ Tragedi-tragedi apa disebutkan di sini, dan pelajaran apa yang Yesus tarik darinya? ˇ Penerapan apa yang dapat dibuat sehubungan dengan pohon ara yang tidak berbuah, serta usaha-usaha apa dapat membuatnya berbuah banyak? ˇ Bagaimana kepala sinagoge mengakui kesanggupan Yesus untuk menyembuhkan, namun bagaimana Yesus menyingkapkan kemunafikan orang itu?


80

Y

Kandang Domba dan Sang Gembala

ESUS datang ke Yerusalem untuk Hari Raya Penahbisan, atau Hanukah, suatu perayaan yang memperingati penahbisan kembali bait Yehuwa. Kurang lebih 200 tahun sebelumnya, pada tahun 168 S.M., Antikus IV Epifanes menduduki Yerusalem dan menajiskan bait Allah serta altarnya. Akan tetapi, tiga tahun kemudian Yerusalem direbut kembali dan bait Allah ditahbiskan kembali. Sejak waktu itu, perayaan penahbisan kembali diadakan setiap tahun. Hari Raya Penahbisan diadakan pada tanggal 25 bulan Kislew, bulan Yahudi yang sama dengan bagian akhir dari bulan November dan bagian pertama dari bulan Desember pada kalender modern kita. Jadi, hanya seratus hari lebih sebelum hari Paskah yang penting pada tahun 33 M. Karena waktu itu udara dingin, rasul Yohanes menyebutnya “musim dingin.” Yesus kini menggunakan perumpamaan yang menyebutkan tiga kawanan dan peranannya sebagai Gembala yang Baik. Kawanan pertama yang ia bicarakan berhubungan dengan penyelenggaraan perjanjian Taurat Musa. Hukum Taurat berlaku sebagai pagar, memisahkan orang Yahudi dari praktik-praktik najis yang dilakukan orang-orang yang tidak berada dalam perjanjian yang khusus dengan Allah. Yesus menjelaskan: “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya siapa yang masuk ke dalam kandang domba dengan tidak melalui pintu, tetapi dengan memanjat tembok, ia adalah seorang pencuri dan seorang perampok; tetapi siapa yang masuk melalui pintu, ia adalah gembala domba.” Orang-orang lain telah datang serta mengaku sebagai Mesias, atau Kristus, namun mereka bukan gembala sejati yang Yesus kemudian bicarakan: “Untuk dia penjaga membuka pintu dan domba-domba mendengarkan suaranya dan ia memanggil domba-dombanya masing-masing menurut namanya dan menuntunnya ke luar. . . . Tetapi seorang asing pasti tidak mereka ikuti, malah mereka lari dari padanya, karena suara orang-orang asing tidak mereka kenal.” “Penjaga [pintu]” dari kawanan yang pertama adalah Yohanes Pembaptis. Sebagai penjaga pintu, Yohanes “membuka” pintu bagi Yesus dengan memperkenalkan dia kepada domba-domba


simbolik yang akan ia tuntun ke padang rumput. Domba-domba yang Yesus panggil menurut nama mereka dan ia tuntun, akhirnya masuk ke dalam kawanan yang lain sebagaimana ia jelaskan: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Akulah pintu ke domba-domba itu,” yakni, pintu dari kawanan yang baru. Pada waktu Yesus menetapkan perjanjian baru dengan murid-muridnya dan dari surga tercurah roh kudus ke atas mereka pada hari Pentakosta berikutnya, mereka masuk ke dalam kawanan baru ini. Yesus menjelaskan peranannya lebih lanjut, ia berkata: “Akulah pintu; barangsiapa masuk melalui Aku, ia akan selamat dan ia akan masuk dan keluar dan menemukan padang rumput. . . . Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan. . . . Akulah gembala yang baik dan Aku mengenal domba-dombaKu dan domba-dombaKu mengenal Aku sama seperti Bapa mengenal Aku dan Aku mengenal Bapa, dan Aku memberikan nyawaKu bagi domba-dombaKu.” Tak lama sebelumnya, Yesus menghibur pengikut-pengikutnya, dengan mengatakan: “Janganlah takut, hai kamu kawanan kecil! Karena Bapamu telah berkenan memberikan kamu Kerajaan itu.” Kawanan kecil ini, yang akhirnya berjumlah 144.000 orang, masuk ke dalam kawanan yang baru, atau yang kedua ini. Akan tetapi, Yesus kemudian mengatakan: “Ada lagi padaKu domba-domba lain, yang bukan dari kandang ini; domba-domba itu harus Kutuntun juga dan mereka akan mendengarkan suaraKu dan mereka akan menjadi satu kawanan dengan satu gembala.” Karena ‘domba-domba lain bukan dari kandang ini,’ mereka pasti dari kawanan lain, yaitu yang ketiga. Dua kawanan atau kandang domba yang disebut terakhir ini, mempunyai tujuan yang berbeda. “Kawanan kecil” dalam satu kawanan akan memerintah bersama Kristus di surga, serta “domba-domba lain” da-


lam kawanan lain akan hidup di bumi Firdaus. Akan tetapi, sekalipun berada dalam dua kawanan, dombadomba ini tidak mempunyai rasa iri, mereka juga tidak merasa dipisahkan, karena sebagaimana Yesus katakan, mereka “menjadi satu kawanan” di bawah “satu gembala.” Gembala yang Baik, Kristus Yesus, dengan rela hati memberikan hidupnya ganti kedua kawanan domba tersebut. “Aku memberikannya menurut kehendakKu sendiri,” katanya. “Aku berkuasa memberikannya dan berkuasa mengambilnya kembali. Inilah tugas yang Kuterima dari BapaKu.” Ketika Yesus mengatakan hal ini, terjadi perpecahan di kalangan orang Yahudi. Di antara mereka ada yang berkata: “Ia kerasukan setan dan gila; mengapa kamu mendengarkan Dia?” Akan tetapi, yang lain menjawab: “Itu bukan perkataan orang yang kerasukan setan.” Kemudian, dengan mengingat peristiwa dua bulan sebelumnya sewaktu ia menyembuhkan pria yang buta sejak lahir, mereka menambahkan: “Dapatkah setan memelekkan mata orang-orang buta?” Yohanes 10:1-22; 9:1-7; Lukas 12:32; Wahyu 14:1, 3; 21:3, 4; Mazmur 37:29.

ˇ Apa gerangan Hari Raya Penahbisan, dan bilamana hal itu diperingati? ˇ Apa gerangan kawanan domba yang pertama, dan siapa yang menjadi penjaga pintunya? ˇ Bagaimana penjaga pintu membukakan pintu bagi sang Gembala, dan kemudian ke mana domba-domba itu masuk? ˇ Siapa yang termasuk dalam kedua kawanan dari Gembala yang Baik, dan akhirnya berapa jumlah mereka?


81

K

Upaya-Upaya Selanjutnya untuk Membunuh Yesus

ARENA waktu itu musim dingin, Yesus berjalan di tempat tertutup yang dikenal sebagai serambi Salomo. Tempat itu mengitari bait Allah. Di situ orang-orang Yahudi datang mengelilingi dia dan berkata: “Berapa lama lagi Engkau membiarkan kami hidup dalam kebimbangan? Jikalau Engkau Mesias, katakanlah terus terang kepada kami.�


“Aku telah mengatakannya kepadamu,” jawab Yesus, “tetapi kamu tidak percaya.” Yesus belum secara langsung mengatakan kepada mereka bahwa ia adalah Kristus, sebagaimana ia lakukan kepada wanita Samaria di tepi sumur. Namun, sebenarnya, ia sudah mengungkapkan identitasnya pada waktu ia menjelaskan kepada mereka bahwa ia datang dari atas dan sudah ada sebelum Abraham ada. Akan tetapi, Yesus ingin agar orang-orang mengambil kesimpulan sendiri bahwa ia adalah Kristus dengan membandingkan pekerjaanpekerjaannya dengan apa yang telah dinubuatkan Alkitab mengenai hal-hal apa yang akan ia lakukan. Itulah sebabnya mengapa ia sebelumnya menyuruh murid-muridnya untuk tidak menceritakan kepada siapapun bahwa ia adalah Mesias. Dengan alasan itu ia selanjutnya berkata kepada orang-orang Yahudi yang tidak ramah itu: “Pekerjaanpekerjaan yang Kulakukan dalam nama BapaKu, itulah yang memberikan kesaksian tentang Aku, tetapi kamu tidak percaya.” Mengapa mereka tidak percaya? Apakah karena kurangnya bukti bahwa Yesus adalah Kristus? Bukan, melainkan karena alasan yang Yesus berikan ketika ia berkata kepada mereka: “Kamu tidak termasuk domba-dombaKu. Domba-dombaKu mendengarkan suaraKu dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku, dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorangpun tidak akan merebut mereka dari tanganKu. BapaKu, yang memberikan mereka kepadaKu, lebih besar dari pada siapapun, dan seorangpun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa.” Kemudian Yesus menjelaskan hubungannya yang akrab dengan Bapaknya, dengan mengatakan: “Aku dan Bapa adalah satu.” Karena Yesus berada di bumi dan Bapaknya di surga, pasti ia tidak memaksudkan bahwa ia dan Bapaknya secara aksara, atau secara fisik, adalah satu. Melainkan ia memaksudkan bahwa mereka adalah satu dalam maksud-tujuan, bahwa mereka seia sekata. Marah karena kata-kata Yesus, orang-orang Yahudi memungut batu untuk membunuh dia, tepat sebagaimana yang mereka lakukan sebelumnya, selama Hari Raya Tabernakel atau Pondok Daun. Dengan berani menghadapi orang-orang yang berniat membunuhnya, Yesus mengatakan: “Banyak pekerjaan baik yang berasal dari BapaKu yang Kuperlihatkan kepadamu; pekerjaan manakah di antaranya yang menyebabkan kamu mau melempari Aku?” “Bukan karena suatu pekerjaan baik maka kami mau melempari Engkau,” jawab mereka, “melainkan karena Engkau menghujat Allah dan karena Engkau, sekalipun hanya seorang manusia saja, menyamakan diriMu dengan Allah.” Karena Yesus tidak pernah


mengakui diri sebagai suatu allah, mengapa orang-orang Yahudi mengatakan hal ini? Sebenarnya hal ini disebabkan karena Yesus menghubungkan kepada dirinya kuasa yang mereka percaya hanya dimiliki oleh Allah. Misalnya, ia baru saja mengatakan tentang “domba,” “Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka,” yang tidak dapat dilakukan manusia. Akan tetapi, orang-orang Yahudi, mengabaikan fakta bahwa Yesus mengakui telah menerima kuasa dari Bapaknya. Bahwa Yesus mengaku lebih rendah daripada Allah, ia kemudian menunjukkan dengan bertanya: “Tidakkah ada tertulis dalam kitab Tauratmu [di Mazmur 82:6]: Aku telah berfirman: Kamu adalah allah? Jikalau mereka, kepada siapa firman itu disampaikan, disebut allah—, . . . masihkah kamu berkata kepada Dia yang dikuduskan oleh Bapa dan yang telah diutusNya ke dalam dunia: Engkau menghujat Allah! Karena Aku telah berkata: Aku Anak Allah?” Karena Alkitab bahkan menyebut hakim-hakim manusia yang tidak adil sebagai “allah,” kesalahan apa yang didapati orang-orang Yahudi ini pada diri Yesus karena mengatakan, “Aku Anak Allah”? Yesus menambahkan: “Jikalau Aku tidak melakukan pekerjaan-pekerjaan BapaKu, janganlah percaya kepadaKu, tetapi jikalau Aku melakukannya dan kamu tidak mau percaya kepadaKu, percayalah akan pekerjaan-pekerjaan itu, supaya kamu boleh mengetahui dan mengerti, bahwa Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa.” Ketika Yesus mengatakan hal ini, orang-orang Yahudi berupaya menangkap dia. Akan tetapi, ia menyingkir, sebagaimana ia lakukan sebelumnya pada Hari Raya Tabernakel. Ia meninggalkan Yerusalem dan pergi menyeberangi Sungai Yordan ke tempat Yohanes mulai membaptis hampir empat tahun sebelumnya. Tempat ini rupanya tidak jauh dari pantai sebelah selatan dari Laut Galilea, kira-kira dua hari perjalanan dari Yerusalem. Banyak orang datang kepada Yesus di tempat ini dan mulai berkata: “Yohanes memang tidak membuat satu tandapun, tetapi semua yang pernah dikatakan Yohanes tentang orang ini adalah benar.” Dan Yohanes 10:22-42; 4:26; 8:23, 58; banyak orang di situ percaya kepadanya. Matius 16:20.

ˇ Dengan cara apa Yesus ingin agar orang-orang mengenalnya sebagai Kristus? ˇ Bagaimana Yesus dan Bapaknya adalah satu? ˇ Rupanya, mengapa orang-orang Yahudi mengatakan bahwa Yesus menjadikan dirinya allah? ˇ Bagaimana kutipan Yesus dari Mazmur menunjukkan bahwa ia tidak mengaku setara dengan Allah?


82

T

Yesus Sekali Lagi ke Yerusalem

IDAK lama kemudian Yesus kembali mengadakan perjalanan, mengajar dari kota ke kota dan dari desa ke desa. Ia rupanya berada di distrik Perea, seberang Sungai Yordan dari Yudea. Namun tujuannya ialah Yerusalem. Mungkin terdorong oleh filsafat Yahudi bahwa yang akan memperoleh keselamatan terbatas jumlahnya, seorang pria bertanya: “Tuhan, sedikit sajakah orang yang diselamatkan?” Dengan jawabannya, Yesus memaksa orang untuk memikirkan apa yang dibutuhkan untuk keselamatan: “Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak itu!” Upaya yang keras demikian diperlukan karena “banyak orang,” kata Yesus melanjutkan, “akan berusaha untuk masuk, tetapi tidak akan dapat.” Mengapa mereka tidak dapat? Ia menjelaskan bahwa ‘jika tuan rumah telah bangkit dan telah menutup pintu, orang-orang akan berdiri di luar dan mengetok-ngetok pintu sambil berkata: Tuan, bukakanlah kami pintu! dan Ia akan menjawab: Aku tidak tahu dari mana kamu datang, enyahlah dari hadapanKu, hai kamu sekalian yang melakukan kejahatan!’ Ternyata orang-orang yang tinggal di luar datang hanya pada waktu yang cocok bagi diri mereka sendiri. Namun pada waktu itu pintu kesempatan ditutup dan dikunci. Untuk dapat masuk, mereka harus datang lebih awal, sekalipun ketika itu waktunya kurang cocok untuk melakukan hal tersebut. Sesungguhnya, akhir yang menyedihkan dialami oleh mereka yang menunda-nunda untuk menjadikan ibadat kepada Yehuwa sebagai tujuan utama dalam kehidupan! Orang-orang Yahudi kepada siapa Yesus diutus untuk melayani, dalam banyak hal, telah gagal meraih kesempatan mereka yang sangat baik untuk menerima persediaan Allah demi keselamatan. Maka Yesus berkata bahwa mereka akan meratap dan


mengertakkan gigi pada waktu mereka dicampakkan ke luar. Sebaliknya, orang-orang dari “Timur dan Barat dan dari Utara dan Selatan,” ya dari semua bangsa, “akan duduk makan di dalam Kerajaan Allah.” Yesus melanjutkan: “Ada orang yang terakhir [orang-orang nonYahudi yang dihina, juga orang-orang Yahudi yang tertekan] yang akan menjadi orang yang terdahulu dan ada orang yang terdahulu [orang-orang Yahudi yang beruntung secara materi dan rohani] yang akan menjadi orang yang terakhir.” Menjadi yang terakhir berarti bahwa orang-orang yang malas dan tidak tahu berterima kasih sama sekali tidak akan berada dalam Kerajaan Allah. Orang-orang Farisi sekarang datang kepada Yesus dan berkata: “Pergilah, tinggalkanlah tempat ini, karena Herodes [Antipas] hendak membunuh Engkau.” Mungkin Herodes sendiri yang memulai desas-desus ini agar Yesus menyingkir dari wilayah itu. Herodes mungkin takut terlibat dalam kematian nabi Allah yang lain karena ia terlibat dalam pembunuhan Yohanes Pembaptis. Namun jawab Yesus kepada orang-orang Farisi: “Pergilah dan katakanlah kepada si serigala itu: Aku mengusir setan dan menyembuhkan orang, pada hari ini dan besok, dan pada hari yang ketiga Aku akan selesai.” Setelah menyelesaikan pekerjaannya di sana, Yesus melanjutkan perjalanan ke arah Yerusalem karena, sebagaimana ia jelaskan, “tidaklah semestinya seorang nabi dibunuh kalau tidak di Yerusalem.” Mengapa dapat diharapkan bahwa Yesus akan dibunuh di Yerusalem? Karena Yerusalem adalah ibu kota, tempat ke-71 anggota pengadilan tinggi Sanhedrin berada dan tempat korban-korban binatang dipersembahkan. Karena itu, tidaklah pantas bagi “Anak Domba Allah” untuk dibunuh di tempat lain kecuali Yerusalem. “Yerusalem, Yerusalem, engkau yang membunuh nabi-nabi dan melempari dengan batu orang-orang yang diutus kepadamu!” ratap Yesus, “berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama se-


perti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi kamu tidak mau. Sesungguhnya rumahmu ini akan ditinggalkan dan menjadi sunyi.” Karena menolak Anak Allah, bangsa itu terkutuk! Seraya Yesus meneruskan perjalanan ke arah Yerusalem, ia diundang untuk datang ke rumah seorang pemimpin orang Farisi. Hari itu adalah hari Sabat, dan orang-orang mengamatinya dengan saksama, karena di sana hadir seorang pria yang sakit busung air, penimbunan air yang kemungkinan terjadi pada lengan dan kakinya. Yesus menyapa orang Farisi dan para ahli Taurat yang hadir, dan bertanya: “Diperbolehkankah menyembuhkan orang pada hari Sabat?” Tidak seorang pun menjawab. Maka Yesus menyembuhkan pria itu dan menyuruhnya pergi. Kemudian ia bertanya: “Siapakah di antara kamu yang tidak segera menarik ke luar anaknya atau lembunya kalau terperosok ke dalam sebuah sumur, meskipun pada hari Sabat?” Lagi-lagi, tidak seorang pun sanggup menLukas 13:22–14:6; Yohanes 1:29. jawab. ˇ Apa yang diperlukan untuk keselamatan seperti yang Yesus tunjukkan, dan mengapa banyak orang tertinggal di luar? ˇ Siapa gerangan “yang terakhir” yang menjadi terdahulu, dan “yang terdahulu” yang menjadi terakhir? ˇ Kemungkinan mengapa dikatakan bahwa Herodes ingin membunuh Yesus? ˇ Mengapa tidak pantas bahwa seorang nabi dibunuh di luar Yerusalem?


83

Y

Dijamu Oleh Seorang Farisi

ESUS masih berada di rumah seorang Farisi yang terkemuka dan baru saja menyembuhkan seorang pria yang menderita penyakit busung air. Seraya ia mengamati para tamu memilih tempat yang terhormat pada perjamuan, ia mengajarkan suatu pelajaran dalam hal kerendahan hati. “Kalau seorang mengundang engkau ke pesta perkawinan,” Yesus kemudian menjelaskan, “janganlah duduk di tempat kehormatan, sebab mungkin orang itu telah mengundang seorang yang lebih terhormat dari padamu, supaya orang itu, yang mengundang engkau dan dia, jangan datang dan berkata kepadamu: Berilah tempat ini kepada orang itu. Lalu engkau dengan malu harus pergi duduk di tempat yang paling rendah.” Maka Yesus menasihatkan: “Apabila engkau diundang, pergilah dudukdi tempat yang paling rendah. Mungkin tuan rumah akan datang dan berkata kepadamu: Sahabat, silakan duduk di depan. Dan dengan demikian engkau akan menerima hormat di depan mata semua tamu yang lain.” Dalam memberi kesimpulan, Yesus berkata: “Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.”


Kemudian, Yesus berkata kepada orang Farisi yang mengundangnya dan menjelaskan bagaimana menyelenggarakan perjamuan makan yang benar-benar berkenan dalam pandangan Allah. “Apabila engkau mengadakan perjamuan siang atau perjamuan malam, janganlah engkau mengundang sahabat-sahabatmu atau saudarasaudaramu atau kaum keluargamu atau tetangga-tetanggamu yang kaya, karena mereka akan membalasnya dengan mengundang engkau pula dan dengan demikian engkau mendapat balasnya. Tetapi apabila engkau mengadakan perjamuan, undanglah orang-orang miskin, orang-orang cacat, orang-orang lumpuh dan orang-orang buta. Dan engkau akan berbahagia, karena mereka tidak mempunyai apa-apa untuk membalasnya kepadamu.” Menyediakan perjamuan makan demikian bagi orang-orang yang kurang beruntung akan mendatangkan kebahagiaan bagi orang yang mengadakannya karena, sebagaimana Yesus menjelaskan kepada tuan rumahnya, “Engkau akan mendapat balasnya pada hari kebangkitan orang-orang benar.” Penjelasan Yesus mengenai perjamuan yang bermanfaat ini mengingatkan salah seorang tamu kepada perjamuan yang lain. “Berbahagialah orang yang akan dijamu dalam Kerajaan Allah,” kata tamu itu. Namun demikian, tidak semua orang dengan sepatutnya menghargai prospek yang membahagiakan itu, pada waktu Yesus melanjutkan untuk memperlihatkan melalui sebuah perumpamaan. “Ada seorang mengadakan perjamuan besar dan ia mengundang banyak orang. . . . ia menyuruh hambanya mengatakan kepada para undangan: Marilah, sebab segala sesuatu sudah siap. Tetapi mereka bersama-sama meminta maaf. Yang pertama berkata kepadanya: Aku telah membeli ladang dan aku harus pergi melihatnya; aku minta dimaafkan.


Yang lain berkata: Aku telah membeli limapasang lembu kebiri dan aku harus pergi mencobanya; aku minta dimaafkan. Yang lain lagi berkata: Aku baru kawin dan karena itu tidak dapat datang.” Dalih-dalih yang tidak masuk akal! Ladang atau ternak biasanya diperiksa sebelum dibeli, jadi bukanlah hal yang mendesak untuk memeriksanya setelah dibeli. Demikian juga, perkawinan seseorang seharusnya tidak mencegahnya untuk menerima undangan yang begitu penting. Maka sewaktu mendengar dalih-dalihtersebut, sang majikan menjadi marah serta memerintahkan hambanya: “Pergilah dengan segera ke segala jalan dan lorong kota dan bawalah ke mari orang-orang miskin dan orang-orang cacat dan orangorang buta dan orang-orang lumpuh. Kemudian hamba itu melaporkan: Tuan, apa yang tuan perintahkan itu sudah dilaksanakan, tetapi sekalipun demikian masih ada tempat. Lalu kata tuan itu kepada hambanya: Pergilah ke semua jalan dan lintasan dan paksalah orang-orang, yang ada di situ, masuk, karena rumahku harus penuh. . . . Tidak ada seorangpun dari orang-orang yang telah diundang itu akan menikmati jamuanKu.” Situasi apa yang dilukiskan oleh perumpamaan ini? “Tuan” yang menyediakan perjamuan menggambarkan Allah Yehuwa; “hamba” yang menyampaikan undangan, Kristus Yesus; dan “perjamuan besar,” kesempatan untuk masuk ke dalam Kerajaan surga. Mereka yang pertama-tama menerima undangan untuk masuk ke dalam Kerajaan itu, lebih dahulu daripada orang-orang lain, adalah para pemimpin agama Yahudi pada zaman Yesus. Akan tetapi, mereka menolak undangan tersebut. Maka, khususnya sejak hari Pentakosta tahun 33 M., undangan kedua diulurkan kepada orangorang yang terhina dan yang direndahkan dari bangsa Yahudi. Akan tetapi, tidak cukup untuk memenuhi 144.000 tempat dalam Kerajaan surgawi Allah. Maka pada tahun 36 M., tiga setengah tahun kemudian, undangan ketiga dan yang terakhir diulurkan kepada orang-orang non-Yahudi yang tidak bersunat, dan pengumpulan orang-orang itu terus berlangsung sampai pada zaman kita sekaLukas 14:1-24. rang. ˇ Pelajaran kerendahan hati apa yang Yesus ajarkan? ˇ Bagaimana seorang tuan rumah dapat menyediakan perjamuan yang berkenan kepada Allah, dan mengapa hal itu dapat membawa kebahagiaan baginya? ˇ Mengapa dalih-dalih dari para tamu yang diundang tidak masuk akal? ˇ Apa yang digambarkan oleh perumpamaan Yesus mengenai “perjamuan besar” ?


84

Tanggung Jawab Sebagai Murid

ETELAH meninggalkan rumah orang Farisi yang terkemuka, yang rupanya adalah anggota Sanhedrin, Yesus melanjutkan perjalanan ke Yerusalem. Banyak orang mengikutinya. Akan tetapi, apa gerangan motif mereka? Apa sebenarnya yang tersangkut untuk menjadi pengikutnya yang sejati? Seraya mereka berjalan, Yesus berpaling kepada rombongan orang banyak dan mungkin mengejutkan mereka pada waktu ia berkata: “Jikalau seorang datang kepadaKu dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi muridKu.” Apa yang Yesus maksudkan? Yesus di sini tidak memaksudkan bahwa pengikut-pengikutnya harus secara aksara membenci sanak-saudara mereka. Melainkan, para pengikutnya harus dalam arti tertentu tidak mengasihi sanak-saudara mereka lebih daripada mengasihi dia. Yakub nenek moyang Yesus dikatakan ‘tidak mencintai [“membenci,” NW]’ Lea dan mencintai Rahel, yang berarti bahwa kasihnya kepada Lea tidak sebesar kasihnya kepada Rahel saudara perempuannya. Juga, pertimbangkan, bahwa Yesus mengatakan seorang murid harus membenci “bahkan nyawanya sendiri,” atau kehidupannya. Tentu, yang Yesus maksudkan adalah bahwa seorang murid sejati harus mengasihi Dia bahkan lebih daripada mengasihi kehidupannya sendiri. Sebenarnya, Yesus sedang menandaskan bahwa menjadi muridnya adalah tanggung jawab yang serius. Hal itu bukan sesuatu yang diputuskan tanpa pertimbangan yang saksama. Kesukaran dan penganiayaan akan dialami murid Yesus, seraya ia selanjutnya menyatakan: “Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi muridKu.” Jadi, seorang murid sejati harus bersedia menanggung celaan yang dialami Yesus, bahkan termasuk, jika perlu, mati di tangan musuh Allah, yang Yesus alami tidak lama kemudian. Maka, menjadi murid Kristus adalah perkara yang perlu dipertimbangkan dengan saksama oleh orang banyak yang sedang mengikuti dia. Yesus menandaskan fakta ini melalui sebuah perumpamaan. “Sebab,” katanya “siapakah di antara kamu yang kalau mau mendirikan sebuah menara tidak duduk dahulu

S


membuat anggaran biayanya, kalau-kalau cukup uangnya untuk menyelesaikan pekerjaan itu? Supaya jikalau ia sudah meletakkan dasarnya dan tidak dapat menyelesaikannya, jangan-jangan semua orang yang melihatnya, mengejek dia, sambil berkata: Orang itu mulai mendirikan, tetapi ia tidak sanggup menyelesaikannya.” Jadi Yesus memberikan gambaran kepada orang banyak yang sedang mengikuti dia bahwa sebelum menjadi muridnya, mereka harus membuat keputusan yang pasti bahwa mereka dapat memenuhi segala sesuatu yang tercakup sama seperti seorang pria yang ingin membangun menara perlu memastikan sebelum ia mulai bahwa ia mempunyai cukup dana untuk menyelesaikannya. Menceritakan perumpamaan lain, Yesus melanjutkan: “Atau, raja manakah yang kalau mau pergi berperang melawan raja lain tidak duduk dahulu untuk mempertimbangkan, apakah dengan sepuluh ribu orang ia sanggup menghadapi lawan yang mendatanginya dengan dua puluh ribu orang? Jikalau tidak, ia akan mengirim utusan selama musuh itu masih jauh untuk menanyakan syarat-syarat perdamaian.” Yesus kemudian menandaskan inti dari perumpamaan-perumpamaannya, dengan mengatakan: “Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi muridKu.” Orang banyak yang sedang mengikuti dia, dan ya, setiap orang yang belajar mengenai Kristus harus bersedia melakukan hal itu. Mereka harus siap mengorbankan segala sesuatu yang mereka miliki—semua harta milik mereka, termasuk kehidupan itu sendiri—jika mereka ingin menjadi muridnya. Apakah saudara bersedia melakukan hal ini?


“Garam memang baik,” kata Yesus melanjutkan. Dalam Khotbah di Bukit, ia berkata bahwa murid-muridnya adalah “garam dunia,” yang berarti bahwa mereka mempunyai pengaruh yang melindungi bagi orang lain, sama seperti garam aksara yang mengawetkan. “Tetapi jika garam juga menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya baik untuk ladang maupun untuk pupuk,” demikian kesimpulan Yesus. “Orang membuangnya saja. Siapa yang mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!” Maka Yesus menunjukkan bahwa bahkan mereka yang sudah menjadi muridnya untuk suatu masa harus tidak dilemahkan dalam tekad mereka untuk berjalan terus. Jika mereka lemah, mereka menjadi tidak berguna, menjadi bahan ejekan bagi dunia ini serta tidak berkenan di hadapan Allah, sebenarnya, mempermalukan Allah. Jadi, seperti garam yang sudah menjadi tawar dan rusak, mereka akan dibuang, ya, dimusnahkan. Lukas 14: 25-35; Kejadian 29:30-33; Matius 5:13.

ˇ Apa gerangan arti “membenci” sanak-saudara dan diri sendiri? ˇ Dua perumpamaan apa yang Yesus berikan, dan apa artinya? ˇ Apa inti dari komentar penutup Yesus mengenai garam?


85

Y

Mencari yang Hilang

ESUS ingin sekali mencari dan menemukan orang-orang yang akan melayani Allah dengan rendah hati. Maka ia mencari dan berbicara kepada setiap orang tentang Kerajaan itu, termasuk orang yang dikenal sebagai pedosa. Sekarang orang-orang itu datang dan mendengarkan dia. Memperhatikan ini, orang Farisi dan para ahli Taurat mengritik Yesus karena ia bergaul dengan orang yang mereka anggap tidak layak. Mereka bersungut-sungut: “Ia menerima orang-orang berdosa dan makan bersama-sama dengan mereka.” Betapa hal itu menjatuhkan martabat mereka! Orang Farisi dan para ahli Taurat memperlakukan rakyat jelata seperti kotoran di bawah kaki mereka. Sebenarnya, mereka menggunakan istilah Ibrani am ha·’a1rets, “orang dusun,” untuk memperlihatkan betapa mereka meremehkan rakyat jelata. Sebaliknya, Yesus memperlakukan setiap orang dengan hormat, ramah, dan pengasih. Hasilnya, banyak dari mereka yang rendah hati ini, termasuk orang-orang yang terkenal melakukan kesalahan, ingin mendengarkan dia. Akan tetapi, mengapa orang-orang Farisi mengritik Yesus karena mau menaruh perhatian kepada orang yang mereka anggap tidak layak? Yesus menjawab keberatan mereka dengan perumpamaan. Ia berbicara dari sudut pandangan orang Farisi sen-


diri, seolah-olah mereka benar dan aman dalam naungan Allah, sedangkan am ha·’a1rets yang hina dalam keadaan kesasar dan tersesat. Dengarkan ia bertanya: “Siapakah di antara kamu yang mempunyai seratus ekor domba, dan jikalau ia kehilangan seekor di antaranya, tidak meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di padang gurun dan pergi mencari yang sesat itu sampai ia menemukannya? Dan kalau ia telah menemukannya, ia meletakkannya di atas bahunya dengan gembira, dan setibanya di rumah ia memanggil sahabat-sahabat dan tetangga-tetangganya serta berkata kepada mereka: Bersukacitalah bersama-sama dengan aku, sebab dombaku yang hilang itu telah kutemukan.” Kemudian Yesus membuat penerapan dari ceritanya, dengan menjelaskan: “Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan.” Orang-orang Farisi merasa dirinya benar dan karena itu tidak memerlukan pertobatan. Ketika beberapa dari mereka mengritik Yesus dua tahun sebelumnya karena makan bersama para pemungut cukai dan para pedosa, ia berkata kepada mereka: “Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.” Orang-orang Farisi yang menganggap diri benar, yang tidak menyadari bahwa mereka perlu bertobat, tidak membawa sukacita di surga. Namun para pedosa yang sungguh-sungguh bertobat mendatangkan sukacita.


Untuk lebih menekankan bahwa pertobatan para pedosa yang tersesat menyebabkan sukacita yang besar, Yesus menceritakan perumpamaan lain. Ia berkata: “Perempuan manakah yang mempunyai sepuluh dirham, dan jika ia kehilangan satu di antaranya, tidak menyalakan pelita dan menyapu rumah serta mencarinya dengan cermat sampai ia menemukannya? Dan kalau ia telah menemukannya, ia memanggil sahabat-sahabat dan tetangga-tetangganya serta berkata: Bersukacitalah bersama-sama dengan aku, sebab dirhamku yang hilang itu telah kutemukan.” Kemudian Yesus memberikan penerapan yang sama. Ia melanjutkan dengan berkata: “Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita pada malaikat-malaikat Allah karena satu orang berdosa yang bertobat.” Betapa menakjubkan perhatian yang pengasih dari para malaikat Allah ini karena pertobatan para pedosa yang tersesat! Khususnya demikian, karena orang yang rendah hati, am ha·’a1rets yang hina ini akhirnya berhak memperoleh keanggotaan dalam Kerajaan surgawi Allah. Hasilnya, mereka mencapai kedudukan yang lebih tinggi di surga dibanding kedudukan para malaikat sendiri! Namun daripada bersikap cemburu atau meremehkan, para malaikat dengan rendah hati menyadari bahwa manusia yang berdosa ini telah mengalami dan mengatasi keadaan dalam kehidupan yang akan memperlengkapi mereka untuk melayani sebagai raja dan imam surgawi yang simpatik dan murah hati. Lukas 15:1-10; Matius 9:13; 1 Korintus 6:2, 3; Wahyu 20:6.

ˇ Mengapa Yesus bergaul dengan orang yang dikenal sebagai pedosa, dan kritik apa yang dilontarkan orang Farisi kepadanya? ˇ Bagaimana orang Farisi memandang rakyat jelata? ˇ Perumpamaan apa yang Yesus gunakan, dan apa yang dapat kita pelajari dari perumpamaan itu? ˇ Mengapa sukacita yang luar biasa dari para malaikat menakjubkan?


86

Kisah Anak yang Hilang

ELESAI menceritakan perumpamaan kepada orang Farisi mengenai mendapatkan kembali domba dan dirham yang hilang, Yesus melanjutkan dengan perumpamaan lain. Kisah ini mengenai seorang ayah yang pengasih dan perlakuannya terhadap kedua anaknya, yang masing-masing memiliki kesalahan serius. Pertama, anak yang bungsu, pemeran utama dalam perumpamaan ini. Ia meminta warisannya, yang tanpa ragu-ragu diberikan kepadanya oleh ayahnya. Lalu ia pergi dari rumah dan terlibat dalam kehidupan yang sangat amoral. Akan tetapi, dengarkan Yesus menceritakan kisah itu, dan perhatikan apakah saudara dapat mengetahui siapa yang dimaksudkan oleh pribadi-pribadi ini. “Ada seorang,” Yesus memulai, “mempunyai dua anak lakilaki. Kata yang bungsu kepada ayahnya: Bapa, berikanlah kepadaku bagian harta milik kita yang menjadi hakku. Lalu ayahnya membagi-bagikan harta kekayaan itu di antara mereka.” Apa yang dilakukan anak bungsu ini dengan warisan yang ia terima? Yesus menjelaskan, “beberapa hari kemudian anak bungsu itu menjual seluruh bagiannya itu lalu pergi ke negeri yang jauh. Di sana ia memboroskan harta miliknya itu dengan

S


hidup berfoya-foya.” Sebenarnya, ia menghabiskan uangnya dengan hidup bersama pelacur-pelacur. Sesudah itu tibalah masa yang sukar, seraya Yesus melanjutkan dengan bercerita: “Setelah dihabiskannya semuanya, timbullah bencana kelaparan di dalam negeri itu dan iapun mulai melarat. Lalu ia pergi dan bekerja pada seorang majikan di negeri itu. Orang itu menyuruhnya ke ladang untuk menjaga babinya. Lalu ia ingin mengisi perutnya dengan ampas yang menjadi makanan babi itu, tetapi tidak seorangpun yang memberikannya kepadanya.” Betapa hinanya untuk terpaksa memakan makanan babi, karena binatang ini haram menurut Taurat! Akan tetapi, apa yang paling memedihkan adalah rasa lapar yang terus mengganggu yang membuatnya sampai menginginkan makanan yang diberikan kepada babi. Karena kesusahannya yang besar ini, Yesus berkata, “ia menyadari keadaannya.” Melanjutkan ceritanya, Yesus berkata: “Katanya [kepada dirinya]: Betapa banyaknya orang upahan bapaku yang berlimpahlimpah makanannya, tetapi aku di sini mati kelaparan. Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa; jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa. Maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya.” Di sini ada hal yang perlu dipertimbangkan: Jika ayahnya telah menentangnya dan dengan marah berteriak kepadanya sewaktu ia pergi, anak itu tentu tidak akan begitu bertekad dalam menentukan apa yang ia akan lakukan. Ia bisa saja memutuskan untuk kembali dan mencoba bekerja di tempat lain di negeri asalnya supaya ia tidak perlu bertemu ayahnya. Akan tetapi, hal itu tidak ada dalam pikirannya. Ia ingin pulang ke rumah! Jelaslah, ayah dalam perumpamaan Yesus menggambarkan Bapak surgawi kita yang pengasih dan murah hati, Allah Yehuwa. Saudara mungkin mengetahui juga bahwa anak yang tersesat, atau hilang itu, menggambarkan orang yang dikenal sebagai pedosa. Orangorang Farisi, kepada siapa Yesus berbicara, se-


belumnya telah mengritik Yesus karena ia makan dengan para pedosa ini. Akan tetapi, anak yang sulung menggambarkan siapa? Saat Anak yang Hilang Ditemukan Sewaktu anak yang hilang dalam perumpamaan Yesus kembali ke rumah ayahnya, sambutan hangat apa yang ia terima? Dengarkan seraya Yesus menjelaskan: “Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu


merangkul dan mencium dia.” Betapa ayah yang murah hati, penuh kehangatan, dengan begitu tepat menggambarkan Bapak surgawi kita, Yehuwa! Sang ayah kemungkinan telah mendengar tentang anaknya yang hidup berfoya-foya. Namun ia menyambutnya tanpa menunggu penjelasan yang terinci. Yesus juga mempunyai sikap menyambut demikian, mengambil inisiatif dalam mendekati para pedosa dan pemungut cukai, yang digambarkan dalam perumpamaan itu sebagai anak yang hilang. Memang, ayah yang penuh pengertian dalam perumpamaan Yesus tidak diragukan mempunyai kesan akan pertobatan anaknya dengan memperhatikan raut muka yang sedih dan putus asa sewaktu ia kembali. Akan tetapi, inisiatif yang pengasih dari sang ayah mempermudah si anak untuk mengakui dosa-dosanya, seraya Yesus bercerita: “Kata anak itu kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa. [Jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan, NW].” Namun, kata-kata itu belum lagi selesai diucapkan oleh sang anak ketika ayahnya bertindak, menyuruh hamba-hambanya: “Lekaslah bawa ke mari jubah yang terbaik, pakaikanlah itu kepadanya dan kenakanlah cincin pada jarinya dan sepatu pada kakinya. Dan ambillah anak lembu tambun itu, sembelihlah ia dan marilah kita makan dan bersukacita. Sebab anakku ini telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali.” Maka mereka mulai “bersukaria.” Sementara itu, ‘anak sulung’ sang ayah “berada di ladang.” Lihat apakah saudara dapat menerka siapa yang ia gambarkan dengan mendengarkan kelanjutan cerita ini. Yesus berkata mengenai anak sulung itu: “Ketika ia pulang dan dekat ke rumah, ia mendengar bunyi seruling dan nyanyian tari-tarian. Lalu ia memanggil salah seorang hamba dan bertanya kepadanya apa arti semuanya itu. Jawab hamba itu: Adikmu telah kembali dan ayahmu telah menyembelih anak lembu tambun karena ia mendapatnya kembali dengan sehat. Maka marahlah anak sulung itu dan ia tidak mau masuk. Lalu ayahnya keluar dan berbicara


dengan dia. Tetapi ia menjawab ayahnya, katanya: Telah bertahun-tahun aku melayani bapa dan belum pernah aku melanggar perintah bapa, tetapi kepadaku belum pernah bapa memberikan seekor anak kambing untuk bersukacita dengan sahabat-sahabatku. Tetapi baru saja datang anak bapa yang telah memboroskan harta kekayaan bapa bersama-sama dengan pelacur-pelacur, maka bapa menyembelih anak lembu tambun itu untuk dia.� Siapakah, seperti anak sulung itu, telah berlaku kritis terhadap kemurahan dan perhatian yang diterima para pedosa? Bukankah para ahli Taurat dan orang Farisi? Mengingat bahwa kritik mereka terhadap Yesus karena menyambut para pedosa yang mendorong diberikannya perumpamaan ini, mereka jelas menggambarkan anak sulung itu. Yesus mengakhiri ceritanya dengan pendekatan sang ayah kepada anak sulungnya: “Anakku, engkau selalu bersamasama dengan aku, dan segala kepunyaanku


adalah kepunyaanmu. Kita patut bersukacita dan bergembira karena adikmu telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali.” Dengan demikian Yesus tidak memberi tahu tindakan apa yang akhirnya akan dilakukan anak yang sulung. Memang, belakangan, setelah kematian dan kebangkitan Yesus, “sejumlah besar imam menyerahkan diri dan percaya,” kemungkinan beberapa di antaranya termasuk golongan ‘anak sulung’ yang sedang Yesus bicarakan di sini. Akan tetapi, di zaman modern ini siapa yang digambarkan oleh kedua anak itu? Pastilah mereka yang telah cukup mengetahui maksud-tujuan Yehuwa sehingga memiliki dasar untuk menjalin hubungan dengan Dia. Anak sulung menggambarkan beberapa anggota dari “kawanan kecil,” atau “jemaat anakanak sulung, yang namanya terdaftar di sorga.” Mereka ini mengambil sikap yang sama dengan sikap anak sulung itu. Mereka tidak ingin menyambut golongan yang akan hidup di bumi, “domba-domba lain,” yang mereka rasa mencuri banyak perhatian. Sebaliknya, anak yang hilang itu, menggambarkan umat Allah yang pergi menikmati kesenangan yang ditawarkan dunia. Akan tetapi, pada waktunya, mereka ini dengan menyesal kembali dan menjadi hamba-hamba Allah yang aktif lagi. Sesungguhnya, betapa pengasih dan murah hati sang Bapak terhadap orang-orang yang menyadari perlunya mendapat pengLukas 15:11-32; Imamat 11: ampunan dan kembali kepada-Nya! 7, 8; Kisah 6:7; Lukas 12:32; Ibrani 12:23; Yohanes 10:16.

ˇ Kepada siapa Yesus menceritakan perumpamaan atau kisah ini, dan mengapa? ˇ Siapa pemeran utama dalam cerita ini, dan apa yang terjadi dengannya? ˇ Siapa di zaman Yesus yang menggambarkan sang ayah dan anak bungsu? ˇ Bagaimana Yesus meniru teladan dari bapak yang pengasih dalam perumpamaannya? ˇ Bagaimana pandangan anak yang sulung terhadap penyambutan adiknya, dan bagaimana orang Farisi bertindak seperti anak yang sulung itu? ˇ Bagaimana penerapan perumpamaan Yesus untuk zaman kita?


87

Y

MenyiapkanDiri untuk Masa Depan Dengan Hikmat yang Praktis

ESUS baru saja selesai bercerita tentang anak yang hilang kepada sekumpulan orang banyak yang terdiri dari muridmuridnya, para pemungut cukai yang tidak jujur dan orangorang lain yang dikenal sebagai pedosa, serta para ahli Taurat dan orang Farisi. Kemudian, sambil berpaling kepada murid-muridnya, ia menceritakan perumpamaan mengenai seorang kaya yang mendapat laporan yang tidak baik tentang pengurus rumah, atau bendaharanya. Menurut Yesus, orang kaya itu memanggil bendaharanya dan memberi tahu bahwa ia akan memecatnya. “Apakah yang harus aku perbuat? Tuanku memecat aku dari jabatanku sebagai bendahara,� tanyanya dalam hati. “Mencangkul aku tidak dapat, mengemis aku malu. Aku tahu apa yang akan aku perbuat, supaya apabila aku dipecat dari jabatanku sebagai bendahara, ada orang yang akan menampung aku di rumah mereka.� Apa rencana bendahara itu? Ia memanggil orang-orang yang


berutang kepada majikannya. “Berapakah hutangmu kepada tuanku?” tanyanya. Orang pertama menjawab, ‘2.200 liter minyak zaitun.’ ‘Ambil kembali perjanjian tertulis yang telah kau buat dulu, duduklah dan cepat tulis 1.100,’ katanya kepadanya. Ia bertanya kepada yang lain: ‘Sekarang kau, berapa banyak utangmu?’ Ia berkata, ‘22.000 liter gandum.’ ‘Ambil kembali surat perjanjianmu dan tulislah 18.000.’ Bendahara itu tidak menyalahgunakan wewenangnya dengan mengurangi jumlah utang orang kepada tuannya, karena ia masih berkuasa atas urusan keuangan tuannya. Dengan mengurangi jumlah itu, ia menjalin persahabatan dengan orang-orang yang dapat membalas kebaikannya bila ia ternyata dipecat dari pekerjaannya. Ketika tuannya mendengar apa yang telah terjadi, ia kagum. Ia bahkan “memuji bendahara yang tidak jujur itu, karena ia telah bertindak dengan cerdik [“hikmat praktis,” NW].” Maka, Yesus menambahkan: “Sebab anak-anak dunia ini lebih cerdik terhadap sesamanya dari pada anak-anak terang.” Selanjutnya, menjelaskan pelajaran itu bagi murid-muridnya, Yesus menganjurkan: “Ikatlah persahabatan dengan mempergunakan Mamon [“kekayaan,” NW] yang tidak jujur, supaya jika Mamon itu tidak dapat menolong lagi, kamu diterima di dalam kemah abadi.” Yesus tidak memuji bendahara itu atas ketidakjujurannya tetapi karena ia mempunyai pandangan jauh ke depan, dan hikmat praktis. Sering kali “anak-anak dunia ini” dengan lihai menggunakan uang atau kedudukan mereka untuk menjalin persahabatan dengan orang-orang yang dapat membalas kembali kebaikan mereka. Jadi hamba-hamba Allah, “anak-anak terang,” juga sebaiknya dengan cara bijaksana menggunakan harta materi mereka, “Mamon [“kekayaan,” NW] yang tidak jujur” yang mereka miliki, agar menguntungkan mereka. Akan tetapi, seperti dikatakan Yesus, mereka hendaknya menjalin persahabatan melalui kekayaan ini, dengan pribadi-pribadi yang dapat menerima mereka ke “dalam kemah abadi.” Bagi para anggota kawanan kecil, tempat ini adalah di surga; bagi “domba-domba lain,” di bumi Firdaus. Karena hanya Allah Yehuwa dan Putra-Nya yang dapat menerima orang-orang ke dalam tempat-tempat ini, kita hendaknya rajin menjalin persahabatan dengan Mereka menggu-


nakan “Mamon [“kekayaan,” NW] yang tidak jujur” apa pun yang mungkin kita miliki dalam mendukung kepentingan Kerajaan. Kemudian, apabila kekayaan materi tidak berguna lagi atau hilang, karena hal itu pasti akan terjadi, masa depan kekal kita telah terjamin. Yesus selanjutnya berkata bahwa orang yang setia dalam mengurus perkara materi, atau perkara kecil ini, juga akan setia dalam mengurus perkara-perkara yang lebih besar. “Jadi,” ia meneruskan, “jikalau kamu tidak setia dalam hal Mamon yang tidak jujur, siapakahyang akan mempercayakan kepadamu harta yang sesungguhnya [yaitu kepentingan rohani atau Kerajaan]? Dan jikalau kamu tidak setia dalam harta orang lain [kepentingan Kerajaan yang telah dipercayakan Allah kepada hamba-hamba-Nya], siapakah yang akan menyerahkan hartamu sendiri kepadamu [pahala berupa kehidupan dalam kemah abadi]?” Kita tidak mungkin menjadi hamba Allah yang sejati dan pada waktu yang sama menghambakan diri kepada Mamon yang tidak jujur atau kekayaan materi, seperti disimpulkan oleh Yesus: “Seorang hamba tidak dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.” Lukas 15:1, 2; 16:1-13; Yohanes 10:16.

ˇ Bagaimana bendahara dalam perumpamaan Yesus menjalin persahabatan dengan mereka yang belakangan dapat membantunya? ˇ Apa yang dimaksud dengan “Mamon [“kekayaan,” NW] yang tidak jujur,” dan bagaimana kita dapat menjalin persahabatan dengan menggunakan hal itu? ˇ Siapa yang dapat menerima kita ke dalam “kemah abadi,” dan di mana saja letaknya?


88

Y

Orang Kaya dan Lazarus

ESUS telah berbicara kepada murid-muridnya mengenai penggunaan yang bijaksana dari kekayaan materi, dengan menjelaskan bahwa kita tidak dapat menghambakan diri kepada pengejaran materi dan pada waktu yang sama menjadi hamba Allah. Orangorang Farisi juga sedang mendengarkan, dan mereka mulai mencemoohkan Yesus karena mereka sendiri cinta uang. Maka ia berkata kepada mereka: “Kamu membenarkan diri di hadapan orang, tetapi Allah mengetahui hatimu. Sebab apa yang dikagumi manusia, dibenci oleh Allah.” Waktunya sudah tiba untuk membalikkan keadaan dari orangorang yang limpah dalam perkara-perkara duniawi, kuasa politik dan pengaruh serta kendali secara agama. Mereka akan direndahkan. Akan tetapi, orang-orang yang sadar akan kebutuhan rohani mereka akan ditinggikan. Yesus menunjuk kepada perubahan demikian ketika ia selanjutnya berkata kepada kaum Farisi: “Hukum Taurat dan kitab para nabi berlaku sampai kepada zaman Yohanes [Pembaptis]; dan sejak waktu itu Kerajaan Allah diberitakan dan setiap orang menggagahinya berebut memasukinya [“orang memaksakan diri untuk menjadi anggota umat Allah,” BIS]. Lebih mudah langit dan bumi lenyap dari pada satu titik dari hukum Taurat batal.” Para ahli Taurat dan orang Farisi bangga akan kepatuhan mereka yang pura-pura kepada Taurat Musa. Ingat ketika Yesus secara mukjizat memberikan penglihatan kepada seorang pria di Yerusalem, dengan sombong mereka berkata: “Kami murid-murid Musa. Kami tahu, bahwa Allah telah berfirman kepada Musa.” Namun sekarang Taurat Musa telah memenuhi tujuannya untuk menuntun orang yang rendah hati kepada Raja yang dipilih Allah, Kristus Yesus. Jadi dengan dimu-


lainya pelayanan Yohanes, semua orang, teristimewa yang rendah hati dan yang miskin, berupaya keras untuk menjadi anggota dari Kerajaan Allah. Karena Taurat Musa kini sedang tergenap, kewajiban untuk memeliharanya akan segera berakhir. Hukum itu membolehkan perceraian atas berbagai alasan, tetapi Yesus sekarang mengatakan: “Barangsiapa menceraikan isterinya, kecuali karena zinah, lalu kawin dengan perempuan lain, ia berbuat zinah.” Pernyataan seperti itu pasti sangat mengganggu orang Farisi, teristimewa karena mereka membolehkan perceraian atas beragam alasan! Yesus melanjutkan tegurannya kepada orang Farisi dan menceritakan suatu perumpamaan yang menyorot dua pria yang kedudukan atau keadaannya pada akhirnya berubah secara dramatis. Dapatkah saudara melihat siapa yang digambarkan oleh kedua pria itu dan apa yang diartikan oleh pembalikan keadaan mereka? “Ada seorang kaya,” kata Yesus, “yang selalu berpakaian jubah ungu dan kain halus, dan setiap hari ia


bersukaria dalam kemewahan. Dan ada seorang pengemis bernama Lazarus, badannya penuh dengan borok, berbaring dekat pintu rumah orang kaya itu, dan ingin menghilangkan laparnya dengan apa yang jatuh dari meja orang kaya itu. Malahan anjinganjing datang dan menjilat boroknya.â€? Yesus di sini menggunakan orang kaya untuk menggambarkan para pemimpin agama Yahudi, tidak hanya orang Farisi dan para ahli Taurat tetapi juga orang-orang Saduki dan imam-imam kepala. Mereka kaya dalam hak-hak istimewa dan kesempatan rohani, dan mereka membawakan diri persis seperti cara orang kaya. Pakaian mereka yakni jubah ungu melambangkan kedudukan mereka yang lebih beruntung, dan kain halus berwarna putih melambangkan perasaan menganggap diri saleh. Golongan orang kaya yang sombong ini memandang golongan rakyat biasa yang miskin dengan perasaan jijik, menyebut mereka am ha¡â€™a1rets, atau orang-orang dari dusun. Jadi si pengemis bernama Lazarus melambangkan orang-orang ini yang oleh para pemimpin agama tidak diberikan penyegaran dan hak-hak istimewa rohani yang sepatutnya. Maka, seperti halnya Lazarus yang penuh dengan borok, rakyat biasa dipandang rendah dan dianggap sakit secara rohani sehingga hanya pantas bergaul dengan anjing-anjing. Namun, mereka dari golongan Lazarus lapar dan haus akan penyegaran rohani dan karenanya berada di


pintu gerbang, mencari remah-remah rohani apa pun yang mungkin jatuh dari meja orang kaya itu. Yesus kemudian menjelaskan perubahan keadaan dari orang kaya itu dan

Lazarus. Perubahan-perubahan apa itu, dan apa yang dilambangkan olehnya? Orang Kaya dan Lazarus Mengalami Perubahan Orang kaya tersebut menggambarkan para pemimpin agama yang lebih beruntung karena memiliki berbagai hak istimewa dan kesempatan rohani, sedangkan Lazarus menggambarkan rakyat yang lapar akan makanan rohani. Yesus melanjutkan ceritanya, dan menjelaskan perubahan yang dramatis atas keadaan kedua orang ini. “Kemudian,” Yesus berkata, “matilah orang miskin itu, lalu dibawa oleh malaikat-malaikat ke pangkuan Abraham. Orang kaya itu juga mati, lalu dikubur. Dan sementara ia menderita sengsara di alam maut ia memandang ke atas, dan dari jauh dilihatnya Abraham, dan Lazarus duduk di pangkuannya.” Karena orang kaya itu dan Lazarus bukan pribadi-pribadi aksara, melainkan melambangkan golongan orang tertentu, maka masuk akal jika kematian mereka pun bersifat lambang. Apa yang dilambangkan oleh kematian mereka? Yesus baru saja menunjuk kepada perubahan dalam keadaan dengan mengatakan bahwa ‘hukum Taurat dan kitab para nabi berlaku sampai kepada zaman Yohanes Pembaptis,


namun sejak waktu itu Kerajaan Allah diberitakan.’ Jadi dengan adanya pemberitaan dari Yohanes dan Kristus Yesus, orang kaya dan Lazarus itu mati dari keadaan mereka semula. Mereka yang rendah hati dan bertobat dari golongan Lazarus mati dari keadaan rohani semula yang sangat kekurangan dan memperoleh perkenan ilahi. Jika tadinya mereka berpaling kepada para pemimpin agama untuk mendapatkan remah-remah yang jatuh dari meja rohani, sekarang kebenaran-kebenaran Alkitab yang diberikan oleh Yesus memuaskan kebutuhan mereka. Jadi mereka dibawa ke pangkuan, atau kedudukan yang diperkenan, dari Abraham Yang Lebih Besar, Allah Yehuwa. Di pihak lain, mereka yang membentuk golongan orang kaya, tidak diperkenan ilahi karena terus-menerus menolak untuk menerima berita Kerajaan yang diajarkan Yesus. Jadi mereka mati dari keadaan yang tadinya diperkenan. Sebenarnya, mereka dinyatakan sedang berada dalam siksaan secara simbolik. Selanjutnya dengarkan, orang kaya itu berbicara: “Bapa Abraham, kasihanilah aku. Suruhlah Lazarus, supaya ia mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan menyejukkan lidahku, sebab aku sangat kesakitan dalam nyala api ini.” Berita penghukuman Allah yang berapi-api yang diumumkan oleh muridmurid Yesus menyiksa pribadi-pribadi dari golongan orang kaya itu. Mereka ingin agar murid-murid tidak lagi membawakan berita-berita ini, sehingga mereka sedikit bebas dari rasa tersiksa. “Tetapi Abraham berkata: Anak, ingatlah, bahwa engkau telah menerima segala yang baik sewaktu hidupmu, sedangkan Lazarus segala yang buruk. Sekarang ia mendapat hiburan dan engkau sangat menderita. Selain dari pada itu di antara kami dan engkau terbentang jurang yang tak terseberangi, supaya mereka yang mau pergi dari sini kepadamu ataupun mereka yang mau datang dari situ kepada kami tidak dapat menyeberang.” Betapa adil dan patut pembalikan yang demikian dramatis atas golongan Lazarus dan golongan orang kaya! Perubahan keadaan itu terjadi beberapa bulan kemudian pada hari Pentakosta tahun 33 M., ketika perjanjian Taurat yang lama diganti oleh perjanjian baru. Pada waktu itu menjadi sangat jelas bahwa murid-murid, bukan orang Farisi ataupun para pemimpin agama lainnya, mendapat perkenan Allah. Dengan demikian “jurang


yang tak terseberangi” yang memisahkan orang kaya simbolik dari murid-murid Yesus menggambarkan vonis Allah yang benar dan tidak dapat diubah. Orang kaya itu kemudian meminta “bapa Abraham”: ‘Suruh [Lazarus] ke rumah ayahku, sebab masih ada lima orang saudaraku.’ Dengan pernyataan ini, orang kaya itu mengakui bahwa ia memiliki hubungan yang lebih dekat dengan bapak yang lain, yang sebenarnya adalah Setan si Iblis. Orang kaya itu memohon agar Lazarus mengencerkan berita penghukuman Allah sehingga tidak menaruh ‘kelima saudaranya,’ yaitu rekan sekutu agamanya, dalam “tempat penderitaan ini.” “Tetapi kata Abraham: Ada pada mereka kesaksian Musa dan para nabi; baiklah mereka mendengarkan kesaksian itu.” Ya, ‘jika kelima saudara’ itu ingin terhindar dari siksaan, mereka cukup memperhatikan tulisan-tulisan Musa dan para nabi yang memperkenalkan Yesus sebagai Mesias, lalu menjadi muridnya. Akan tetapi, orang kaya itu keberatan: “Tidak, bapa Abraham, tetapi jika ada seorang yang datang dari antara orang mati kepada mereka, mereka akan bertobat.” Akan tetapi, ia diberi tahu: “Jika mereka tidak mendengarkan kesaksian Musa dan para nabi, mereka tidak juga akan mau diyakinkan, sekalipun oleh seorang yang bangkit dari antara orang mati.” Allah tidak akan memberikan tanda-tanda atau mukjizat istimewa untuk meyakinkan orang. Mereka harus membaca dan menerapkan Alkitab jika ingin mendapat perkenan-Nya. Lukas 16: 14-31; Yohanes 9:28, 29; Matius 19:3-9; Galatia 3:24; Kolose 2:14; Yohanes 8:44.

ˇ Mengapa kematian orang kaya dan Lazarus pasti bersifat simbolik, dan apa yang dilambangkan oleh kematian mereka? ˇ Dengan dimulainya pelayanan Yohanes, perubahan apa yang terjadi menurut pernyataan Yesus? ˇ Apa yang akan diganti dengan matinya Yesus, dan bagaimana hal ini akan mempengaruhi soal perceraian? ˇ Dalam perumpamaan Yesus, siapa yang dilambangkan oleh orang kaya dan oleh Lazarus? ˇ Siksaan apa yang diderita oleh orang kaya itu, dan melalui apa ia memohon agar penderitaan itu berakhir? ˇ Apa yang dilambangkan oleh “jurang yang tak terseberangi”? ˇ Siapa bapa yang sebenarnya dari orang kaya itu, dan siapa kelima saudaranya?


89

B

Misi Belas Kasihan ke Yudea

EBERAPA minggu sebelumnya, pada waktu Hari Raya Penahbisan di Yerusalem, orang-orang Yahudi mencoba membunuh Yesus. Jadi ia pergi ke utara, rupanya ke suatu daerah yang tidak jauh dari Laut Galilea. Belum lama berselang, ia kembali ke selatan ke arah Yerusalem, mengabar sepanjang perjalanan di perkampungan Perea, sebuah distrik di sebelah timur Sungai Yordan. Setelah menceritakan perumpamaan mengenai seorang kaya dan Lazarus, ia melanjutkan mengajar murid-muridnya mengenai hal-hal yang telah ia ajarkan sewaktu berada di Galilea. Sebagai contoh, ia mengatakan bahwa lebih baik bagi seseorang “jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya, lalu ia dilemparkan ke dalam laut” daripada ia menyesatkan salah satu dari “orang-orang yang lemah” milik Allah ini. Ia juga menandaskan perlunya suka mengampuni, dengan menjelaskan: “Jikalau [seorang saudara] berbuat dosa terhadap engkau tujuh kali sehari dan tujuh kali ia kembali kepadamu dan berkata: Aku menyesal, engkau harus mengampuni dia.” Ketika murid-muridnya memohon, “Tambahkanlah iman kami!” Yesus menjawab: “Kalau sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja, kamu dapat berkata kepada pohon ara ini: Terbantunlah engkau dan tertanamlah di dalam laut, dan ia akan taat kepadamu.” Jadi bahkan iman yang kecil dapat melaksanakan perkara-perkara besar. Selanjutnya, Yesus menceritakan tentang suatu keadaan dalam kehidupan sehari-hari yang menggambarkan sikap yang patut dimiliki seorang hamba dari Allah yang mahakuasa. “Siapa di antara kamu yang mempunyai seorang hamba yang membajak atau menggembalakan ternak baginya,” kata Yesus, “akan berkata kepada hamba itu, setelah ia pulang dari ladang: Mari segera makan! Bukankah sebaliknya ia akan berkata kepada hamba itu: Sediakanlah makananku. Ikatlah pinggangmu dan layanilah aku sampai selesai aku makan dan minum. Dan sesudah itu engkau boleh makan dan minum. Adakah ia berterima kasih kepada hamba itu, karena hamba itu telah melakukan apa yang ditugaskan kepadanya? Demikian jugalah kamu. Apabila kamu telah melakukan se-


gala sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan.” Jadi, hamba-hamba Allah tidak boleh merasa bahwa mereka berbuat baik bagi Allah dengan melayani Dia. Sebaliknya, mereka harus selalu mengingat hak istimewa yang mereka miliki untuk beribadat kepada-Nya sebagai anggota rumah tangga-Nya yang dipercaya. Rupanya tidak lama sesudah Yesus memberikan perumpamaan ini seorang pesuruh datang. Ia disuruh oleh Maria dan Marta, saudara perempuan Lazarus, yang tinggal di Betania di Yudea. “Tuhan, dia yang Engkau kasihi, sakit,” kata pesuruh itu. Yesus menjawab: “Penyakit itu tidak akan membawa kematian, tetapi akan menyatakan kemuliaan Allah, sebab oleh penyakit itu Anak Allah akan dimuliakan.” Setelah tinggal dua hari di tempat ia berada,


Yesus berkata kepada murid-muridnya: “Mari kita kembali lagi ke Yudea.” Akan tetapi, mereka memperingatkannya: “Rabi, baru-baru ini orang-orang Yahudi mencoba melempari Engkau, masih maukah Engkau kembali ke sana?” “Bukankah siang hari lamanya dua belas jam?” (BIS) tanya Yesus sebagai jawaban. “Siapa yang berjalan pada siang hari, kakinya tidak terantuk, karena ia melihat terang dunia ini. Tetapi jikalau seorang berjalan pada malam hari, kakinya terantuk, karena terang tidak ada di dalam dirinya.” Tampaknya yang Yesus maksudkan adalah bahwa “siang hari,” atau waktu yang Allah berikan untuk pelayanan Yesus di bumi, belum lewat dan sampai tiba waktunya, tidak seorang pun dapat mencelakakan dia. Ia perlu menggunakan seluruh waktu yang singkat dari “siang hari” yang masih ada, karena setelah itu akan tiba “malam” saat musuh-musuh akan membunuhnya. Yesus menambahkan: “Lazarus, saudara kita, telah tertidur, tetapi Aku pergi ke sana untuk membangunkan dia dari tidurnya.” Rupanya karena berpikir bahwa Lazarus sedang tidur untuk beristirahat, dan ini tanda yang positif bahwa ia akan sembuh, murid-murid menanggapi: “Tuhan, jikalau ia tertidur, ia akan sembuh.” Kemudian Yesus memberi tahu mereka dengan terus terang: “Lazarus sudah mati; tetapi syukurlah Aku tidak hadir pada waktu itu, sebab demikian lebih baik bagimu, supaya kamu dapat belajar percaya. Marilah kita pergi sekarang kepadanya.” Menyadari bahwa Yesus bisa saja dibunuh di Yudea, namun juga ingin membantunya, Tomas mengajak rekan-rekannya: “Marilah kita pergi juga untuk mati bersama-sama dengan Dia.” Maka dengan mempertaruhkan nyawa mereka, murid-murid menemani Yesus dalam misi belas kasihan ini ke Yudea. Lukas 13:22; 17:1-10; Yohanes 10:22, 31, 40-42; 11:1-16.

ˇ Ke mana Yesus mengabar belum lama berselang? ˇ Ajaran apa yang Yesus ulangi, dan keadaan sehari-hari apa yang ia jelaskan untuk melukiskan pokok apa? ˇ Berita apa yang Yesus terima, dan apa yang ia maksudkan dengan “siang hari” dan “malam”? ˇ Apa yang Tomas maksudkan ketika ia mengatakan, ‘Marilah kita pergi juga untuk mati bersama-sama dengan Dia’?


90

Harapan Kebangkitan

KHIRNYA Yesus tiba di daerah pinggiran kota Betania, sebuah desa kira-kira tiga kilometer dari Yerusalem. Baru beberapa hari yang lalu Lazarus mati dan dikuburkan. Saudara perempuannya Maria dan Marta masih berkabung, dan banyak orang datang ke rumah mereka untuk menghibur. Ketika mereka sedang berkabung, seseorang memberi tahu Marta bahwa Yesus sedang menuju ke rumah mereka. Ia kemudian pergi dan bergegas menemui dia, rupanya tanpa memberi tahu saudara perempuannya. Ketika bertemu dengan Yesus, Marta mengatakan apa yang pasti sudah berulang kali ia dan saudara perempuannya katakan selama empat hari yang telah berlalu: “Sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati.�

A


Namun Marta menyatakan harapan, dengan menyinggung bahwa Yesus masih bisa melakukan sesuatu bagi saudaranya. “Aku tahu, bahwa Allah akan memberikan kepadaMu segala sesuatu yang Engkau minta kepadaNya,” katanya. “Saudaramu akan bangkit,” janji Yesus. Marta mengira Yesus sedang membicarakan kebangkitan masa depan di atas bumi, yang juga dinantikan oleh Abraham dan hamba-hamba Allah yang lain. Maka ia menjawab: “Aku tahu bahwa ia akan bangkit pada waktu orang-orang bangkit pada akhir zaman.” Akan tetapi, Yesus memberikan harapan kelepasan pada saat itu juga, dan berkata: “Akulah kebangkitan dan hidup.” Ia mengingatkan Marta bahwa Allah telah memberinya kuasa atas kematian, dengan mengatakan: “Barangsiapa percaya kepadaKu, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepadaKu, tidak akan mati selama-lamanya.” Yesus tidak menjelaskan kepada Marta bahwa orang-orang setia yang hidup pada waktu itu tidak akan pernah mati. Tidak, tetapi pokok yang ia kemukakan adalah bahwa dengan menaruh iman kepadanya, orang dapat memperoleh kehidupan kekal. Kehidupan semacam itu akan dinikmati oleh kebanyakan orang dengan dibangkitkannya mereka pada akhir zaman. Akan tetapi, orangorang lain yang setia akan selamat dari akhir sistem ini, dan bagi mereka inilah kata-kata Yesus akan berlaku dalam arti aksara. Mereka sama sekali tidak akan mati! Setelah pernyataan yang luar biasa ini, Yesus bertanya kepada Marta, “Percayakah engkau akan hal ini?” “Ya, Tuhan,” jawabnya. “Aku percaya, bahwa Engkaulah Mesias, Anak Allah, Dia yang akan datang ke dalam dunia.” Marta kemudian bergegas memanggil saudara perempuannya, dan berbisik kepadanya: “Guru ada di sana dan Ia memanggil engkau.” Maria segera meninggalkan rumah. Ketika orang-orang lain melihat dia pergi, mereka pergi juga karena mengira ia akan ke kuburan. Pada waktu Maria sampai kepada Yesus, ia tersungkur di depan kakinya dan meratap. “Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati,” katanya. Yesus sangat terharu ketika melihat Maria beserta kelompok yang mengikuti dia menangis. “Di manakah dia kamu baringkan?” tanyanya. “Tuhan, marilah dan lihatlah!” jawab mereka.


Yesus juga menangis, sehingga orang-orang Yahudi berkata: “Lihatlah, betapa kasihNya kepadanya!” Beberapa orang ingat bahwa beberapa bulan sebelumnya, pada waktu Hari Raya Pondok Daun, Yesus telah menyembuhkan seorang muda yang buta sejak lahir, dan mereka bertanya: “Ia yang memelekkan mata orang buta, tidak sanggupkah Ia bertindak, sehingga orang ini tidak mati?” Yohanes 5:21; 6:40; 9:1-7; 11:17-37. ˇ Bilamanakah Yesus akhirnya sampai ke dekat Betania, dan bagaimana keadaannya di sana? ˇ Dasar apa yang dimiliki Marta untuk percaya akan kebangkitan? ˇ Bagaimana pengaruh kematian Lazarus atas diri Yesus?


91

Y

Ketika Lazarus Dibangkitkan

ESUS, bersama orang-orang yang menemaninya, kini tiba di kuburan Lazarus. Sebenarnya, kuburan itu adalah sebuah gua dengan batu yang diletakkan di jalan masuknya. “Angkat batu itu!” kata Yesus. Marta tidak setuju, karena belum mengerti apa yang akan dilakukan Yesus. “Tuhan,” katanya, “ia sudah berbau, sebab sudah empat hari ia mati.” Akan tetapi, Yesus bertanya: “Bukankah sudah Kukatakan kepadamu: Jikalau engkau percaya engkau akan melihat kemuliaan Allah?” Maka batu itu pun disingkirkan. Kemudian Yesus menengadah dan berdoa: “Bapa, Aku mengucap syukur kepadaMu, karena Engkau telah mendengarkan Aku. Aku tahu, bahwa Engkau selalu mendengarkan Aku, tetapi oleh karena orang banyak yang berdiri di sini mengelilingi Aku, Aku mengatakannya, supaya mereka percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.” Yesus berdoa di muka umum agar orang-orang mengetahui bahwa apa yang akan ia lakukan akan terlaksana melalui kuasa yang ia terima dari Allah. Ia kemudian berseru dengan suara nyaring: “Lazarus, marilah ke luar!” Lazarus kemudian keluar. Kaki dan tangannya masih terikat dengan kain kafan, dan wajahnya tertutup oleh selembar kain. “Bukalah kain-kain itu dan biarkan ia pergi,” kata Yesus. Ketika melihat mukjizat ini, banyak di antara orang Yahudi yang datang melawat untuk menghibur Maria dan Marta menaruh iman kepada Yesus. Akan tetapi, yang lain-lain pergi kepada orang Farisi untuk menceritakan apa yang terjadi. Mereka bersama imam-imam kepala segera mengatur pertemuan dengan Sanhedrin, yakni mahkamah agama Yahudi. Sanhedrin terdiri dari imam besar pada waktu itu, Kayafas, serta orang Farisi dan orang Saduki, imam-imam kepala, dan imamimam besar sebelumnya. Mereka semua mengeluh: “Apakah yang harus kita buat? Sebab orang itu membuat banyak mujizat. Apabila kita biarkan Dia, maka semua orang akan percaya kepadaNya dan orang-orang Roma akan datang dan akan merampas tempat suci kita serta bangsa kita.”


Meskipun pemimpin-pemimpin agama ini mengakui bahwa Yesus “membuat banyak mujizat,� mereka hanya memikirkan satu hal, yakni kedudukan dan wewenang mereka. Kebangkitan Lazarus khusus merupakan pukulan keras bagi orang Saduki, karena mereka tidak percaya akan kebangkitan.


Kayafas, yang mungkin orang Saduki, kemudian berbicara, katanya: “Kamu tidak tahu apa-apa, dan kamu tidak insaf, bahwa lebih berguna bagimu, jika satu orang mati untuk bangsa kita dari pada seluruh bangsa kita ini binasa.” Allah mempengaruhi Kayafas untuk mengatakan ini, karena rasul Yohanes belakangan menulis: “Hal itu dikatakan [Kayafas] bukan dari dirinya sendiri.” Yang sebenarnya dimaksud oleh Kayafas adalah bahwa Yesus harus dibunuh agar Ia tidak lagi merongrong kedudukan mereka yang berwenang dan berpengaruh. Akan tetapi, menurut Yohanes, ‘Kayafas bernubuat bahwa Yesus akan mati bukan untuk bangsa itu saja, tetapi untuk mengumpulkan dan mempersatukan anak-anak Allah.’ Memang, maksud-tujuan Allah ialah agar Putra-Nya mati sebagai tebusan bagi semua orang. Kayafas kemudian berhasil mempengaruhi Sanhedrin agar mengatur rencana untuk membunuh Yesus. Namun Yesus pergi dari sana, mungkin karena mengetahui rencana ini dari Nikodemus, seorang anggota Sanhedrin yang bersahabat dengannya. Yohanes 11:38-54.

ˇ Mengapa Yesus berdoa di muka umum sebelum membangkitkan Lazarus? ˇ Bagaimana tanggapan orang-orang yang menyaksikan kebangkitan itu? ˇ Hal apa yang mengungkapkan kejahatan dari para anggota Sanhedrin? ˇ Apa maksud Kayafas, tetapi Allah menggunakan dia untuk menubuatkan apa?


92

Y

Sepuluh Penderita Kusta Disembuhkan Pada Perjalanan Yesus Terakhir ke Yerusalem

ESUS menggagalkan upaya Sanhedrin untuk membunuhnya dengan meninggalkan Yerusalem dan pergi ke kota Efraim, mungkin hanya kira-kira 24 kilometer di sebelah timur laut Yerusalem. Di sana ia tinggal bersama murid-muridnya, jauh dari musuh-musuhnya. Akan tetapi, waktu untuk Paskah tahun 33 M. sudah dekat, dan tidak lama kemudian Yesus pergi lagi. Ia mengadakan perjalanan melalui Samaria sampai ke Galilea. Inilah kunjungannya yang terakhir ke daerah ini sebelum kematiannya. Selama berada di Galilea, kemungkinan ia dan murid-muridnya bergabung dengan orangorang lain yang pergi ke Yerusalem untuk perayaan Paskah. Mereka mengambil rute melalui distrik Perea, sebelah timur Sungai Yordan. Pada awal perjalanan Yesus, ketika memasuki sebuah desa di Samaria atau di Galilea, ia didatangi oleh sepuluh orang pria yang menderita penyakit kusta. Penyakit yang mengerikan ini secara perlahan-lahan akan menggerogoti bagian-bagian tubuh si penderita —jari tangan, jari kaki, telinga, hidung, dan bibirnya. Untuk menjaga agar orang-orang lain tidak ketularan, Taurat Allah sehubungan dengan penderita kusta berbunyi: “Ia harus menutupi mukanya sambil berseru-seru: Najis! Najis! Selama ia kena penyakit itu, ia tetap najis. . . . Ia harus tinggal terasing.” Kesepuluh penderita kusta itu mengindahkan pembatasan bagi penderita kusta yang terdapat dalam Taurat dan tetap berdiri jauh dari Yesus. Akan tetapi, mereka berseru dengan suara nyaring: “Yesus, Guru, kasihanilah kami!” Ketika Yesus melihat mereka dari jauh, ia berkata: “Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam.” Yesus mengatakan hal ini karena Taurat Allah memberi wewenang kepada para imam untuk menyatakan tahir seorang penderita kusta yang telah pulih dari penyakitnya. Dengan cara ini orang-orang tersebut mendapat izin untuk tinggal lagi bersama orang-orang yang sehat. Kesepuluh penderita kusta itu yakin kepada kuasa Yesus untuk mengadakan mukjizat. Maka mereka bergegas menemui imamimam, meskipun mereka belum disembuhkan. Dalam perjalanan ke sana, iman mereka dalam Yesus diberkati. Mereka mulai melihat dan


merasakan kesehatan mereka yang sudah dipulihkan! Sembilan di antara penderita yang sudah sembuh meneruskan perjalanan mereka, tetapi yang satu, seorang Samaria, kembali untuk menemui Yesus. Mengapa? Karena ia begitu berterima kasih atas apa yang telah ia alami. Ia memuji Allah dengan suara nyaring, dan ketika bertemu dengan Yesus, ia tersungkur di depan kakinya, mengucapkan terima kasih. Yesus menjawab dengan bertanya: “Bukankah kesepuluh orang tadi semuanya telah menjadi tahir? Di manakah yang sembilan orang itu? Tidak adakah di antara mereka yang kembali untuk memuliakan Allah selain dari pada orang asing ini?” Ia kemudian berkata kepada orang Samaria itu: “Berdirilah dan pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau.” Sewaktu membaca mengenai tindakan Yesus menyembuhkan sepuluh penderita kusta, kita hendaknya mencamkan pelajaran yang terkandung dalam pertanyaannya: “Di manakah yang sembilan orang itu?” Sikap tidak berterima kasih yang ditunjukkan oleh kesembilan orang itu adalah kelemahan yang serius. Apakah kita, sama seperti orang Samaria itu, memperlihatkan bahwa kita berterima kasih atas perkara-perkara yang telah kita terima dari Allah, termasuk janji khusus mengenai hidup kekal dalam dunia baru Allah yang adilbenar? Yohanes 11:54, 55; Lukas 17:11-19; Imamat 13:16, 17, 45, 46; Wahyu 21:3, 4.

ˇ Bagaimana Yesus menggagalkan upaya untuk membunuhnya? ˇ Ke mana Yesus kemudian pergi, dan ke mana tujuannya? ˇ Mengapa penderita-penderita kusta itu tetap berdiri jauh dari Yesus, dan mengapa Yesus memberi tahu mereka untuk pergi kepada para imam? ˇ Hal apa yang hendaknya kita pelajari dari pengalaman ini?



93

P

Apabila Anak Manusia Dinyatakan

ADA waktu Yesus masih berada di bagian utara (di Samaria atau di Galilea), orang-orang Farisi bertanya kepada dia mengenai kedatangan Kerajaan. Mereka percaya bahwa kerajaan itu akan datang dengan kemegahan dan upacara besar, tetapi Yesus berkata: “Kerajaan Allah datang tanpa tanda-tanda lahiriah, juga orang tidak dapat mengatakan: Lihat, ia ada di sini atau ia ada di sana! Sebab sesungguhnya Kerajaan Allah ada di antara kamu.” Kata-kata Yesus, “di antara kamu,” kadang-kadang diterjemahkan, “di dalam dirimu.” Maka beberapa orang berpikir bahwa Yesus memaksudkan Kerajaan Allah memerintah di dalam hati hamba-hamba Allah. Akan tetapi, jelas, Kerajaan Allah tidak ada di dalam hati orang-orang Farisi yang tidak beriman ini kepada siapa Yesus sedang berbicara. Namun, Kerajaan itu ada di antara mereka, karena Raja yang sudah ditunjuk untuk Kerajaan Allah, Kristus Yesus, berada di situ di antara mereka. Boleh jadi setelah orang-orang Farisi pergi barulah Yesus berbicara lebih lanjut kepada murid-muridnya mengenai kedatangan Kerajaan itu. Ia khususnya memikirkan kehadirannya di masa depan dalam kuasa Kerajaan ketika ia memperingatkan: “Orang akan berkata kepadamu: Lihat, ia ada di sana; lihat, ia ada di sini! Jangan kamu pergi ke situ, jangan kamu ikut [dengan Mesias-Mesias palsu ini]. Sebab sama seperti kilat memancar dari ujung langit yang satu ke ujung langit yang lain, demikian pulalah kelak halnya Anak Manusia pada hari keda-


tanganNya.� Jadi, Yesus menunjukkan bahwa sebagaimana kilat dapat dilihat dari jarak yang jauh, bukti kehadirannya dalam kuasa Kerajaan akan jelas terlihat oleh semua orang yang ingin memperhatikannya. Yesus kemudian membuat perbandingan dengan peristiwaperistiwa pada zaman dulu untuk memperlihatkan bagaimana sikap orang-orang kelak selama kehadirannya di masa depan. Ia menjelaskan: “Dan sama seperti terjadi pada zaman Nuh, demikian pulalah halnya kelak pada hari-hari Anak Manusia . . . Demikian juga seperti yang terjadi di zaman Lot: mereka makan dan minum, mereka membeli dan menjual, mereka menanam dan membangun. Tetapi pada hari Lot pergi keluar dari Sodom turunlah hujan api dan hujan belerang dari langit dan membinasakan mereka semua. Demikianlah halnya kelak pada hari, di mana Anak Manusia menyatakan diriNya.� Yesus tidak mengatakan bahwa orang-orang pada zaman Nuh dan zaman Lot dibinasakan hanya karena mereka mengerjakan kegiatan-kegiatan yang wajar seperti makan, minum, membeli, menjual, menanam, dan membangun. Bahkan Nuh dan Lot beserta keluarga mereka juga melakukan halhal tersebut. Akan tetapi, orangorang lain melakukan kegiatan sehari-hari tersebut tanpa mengindahkan kehendak Allah, dan


karena alasan inilah mereka dibinasakan. Untuk alasan yang sama, orang-orang akan dibinasakan pada waktu Kristus dinyatakan selama kesusahan besar atas sistem ini. Menegaskan pentingnya segera menanggapi bukti dari kehadirannya di masa depan dalam kuasa Kerajaan, Yesus menambahkan: “Barangsiapa pada hari itu sedang di peranginan di atas rumah dan barang-barangnya ada di dalam rumah, janganlah ia turun untuk mengambilnya, dan demikian juga orang yang sedang di ladang, janganlah ia kembali. Ingatlah akan isteri Lot!” Pada waktu bukti kehadiran Kristus tampak, orang tidak dapat membiarkan keterikatan mereka kepada harta benda materi menghalangi mereka untuk segera bertindak. Ketika istri Lot keluar dari Sodom, rupanya ia menengok ke belakang, merindukan barang-barang yang telah ditinggalkannya, dan ia menjadi tiang garam. Melanjutkan uraiannya mengenai keadaan yang akan terjadi selama kehadirannya di masa depan, Yesus memberi tahu murid-muridnya: “Pada malam itu ada dua orang di atas satu tempat tidur, yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan. Ada dua orang perempuan bersama-sama mengilang, yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan.” Dibawa, mempunyai arti yang sama dengan masuknya Nuh beserta keluarganya ke dalam bahtera dan dibawanya Lot beserta keluarganya oleh malaikat-malaikat ke luar dari Sodom. Hal itu berarti keselamatan. Sebaliknya, ditinggalkan berarti mengalami kebinasaan. Murid-muridnya kemudian bertanya: “Di mana, Tuhan?” “Di mana ada mayat, di situ berkerumun burung nazar [“elang,” NW],” jawab Yesus. Mereka yang “dibawa” untuk diselamatkan sama seperti burung elang yang bermata tajam dalam hal mereka mengerumuni “mayat.” Mayat menunjuk kepada Kristus yang sejati pada waktu ia hadir secara tidak kelihatan dalam kuasa Kerajaan dan kepada perjamuan rohani yang Yehuwa sediakan. Lukas 17:20-37; Kejadian 19:26. ˇ Bagaimana Kerajaan ada di antara orang-orang Farisi? ˇ Dalam hal apa kehadiran Kristus seperti kilat? ˇ Mengapa orang-orang akan dibinasakan berdasarkan perbuatan mereka selama kehadiran Kristus? ˇ Apa artinya dibawa, dan ditinggalkan?


94

Perlunya Doa dan Kerendahan Hati

EBELUMNYA, ketika Yesus berada di Yudea, ia menceritakan sebuah perumpamaan mengenai pentingnya ketekunan dalam berdoa. Sekarang, pada perjalanannya yang terakhir ke Yerusalem, ia menandaskan lagi perlunya ketekunan dalam berdoa. Yesus mungkin masih berada di Samaria atau Galilea ketika ia menceritakan perumpamaan selanjutnya ini kepada murid-muridnya: “Dalam sebuah kota ada seorang hakim yang tidak takut akan Allah dan tidak menghormati seorangpun. Dan di kota itu ada seorang janda yang selalu datang kepada hakim itu serta berkata: Belalah hakku terhadap lawanku. Beberapa waktu lamanya hakim itu menolak, tetapi kemudian ia berkata dalam hatinya: ‘Walaupun aku tidak takut akan Allah dan tidak menghormati seorangpun, namun karena janda ini [terus saja, BIS] menyusahkan aku, baiklah aku membenarkan dia, supaya jangan terus saja ia datang dan akhirnya menyerang aku.’” Yesus kemudian membuat penerapan untuk ceritanya, dengan mengatakan: “Camkanlah apa yang dikatakan hakim yang lalim itu! Tidakkah Allah akan membenarkan orangorang pilihanNya yang siang malam berseru kepadaNya [meskipun Ia panjang sabar terhadap mereka, NW]?” Yesus tidak memaksudkan bahwa Allah Yehuwa dalam hal tertentu sama seperti hakim yang tidak benar itu. Sebaliknya, jika seorang hakim yang tidak benar saja mau menanggapi permohonan yang terus-menerus diajukan, pasti Allah, yang sepenuhnya benar dan

S


baik, akan menjawab jika umat-Nya tidak berhenti dalam berdoa. Maka Yesus melanjutkan: “Aku berkata kepadamu: [Allah] akan segera membenarkan mereka.” Keadilan sering kali tidak diperoleh rakyat biasa dan miskin, sebaliknya orang yang berkuasa dan kaya sering kali didahulukan. Namun Allah tidak hanya akan mengatur agar orang jahat mendapat hukuman yang setimpal tetapi juga menjamin bahwa hamba-hamba-Nya akan diperlakukan secara adil dengan memberi mereka kehidupan yang kekal. Akan tetapi, berapa banyak orang yang yakin sepenuhnya bahwa Allah akan segera melaksanakan keadilan? Khusus menunjuk kepada iman yang ada hubungannya dengan kuasa doa, Yesus bertanya: “Jika Anak Manusia itu datang, adakah Ia mendapati iman di bumi?” Walaupun pertanyaan tersebut tidak dijawab, ini menyatakan bahwa iman seperti itu tidak umum saat Yesus datang dalam kuasa Kerajaan. Beberapa di antara orang-orang yang mendengarkan Yesus merasa sangat yakin akan iman mereka. Mereka merasa diri benar dan memandang rendah orang lain. Beberapa murid Yesus mungkin bahkan termasuk golongan itu. Maka ia menujukan perumpamaan berikut kepada mereka: “Dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa; yang seorang adalah Farisi dan yang lain pemungut cukai. Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepadaMu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini; aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku.” Orang-orang Farisi terkenal suka memamerkan kesalehan mereka di hadapan umum agar dikagumi orang lain. Hari-hari puasa yang mereka tentukan sendiri biasanya adalah tiap hari Senin dan Kamis, dan mereka dengan teliti membayar persepuluhan dari bahkan tanaman kecil di ladang. Beberapa bulan sebelumnya, kejijikan mereka terhadap rakyat jelata diperlihatkan pada Hari Raya Pondok Daun ketika mereka mengatakan: “Orang banyak ini yang tidak mengenal hukum Taurat [maksudnya, penafsiran Taurat menurut orang-orang Farisi], terkutuklah mereka!” Melanjutkan perumpamaannya, Yesus menceritakan mengenai seorang yang “terkutuk” itu: “Tetapi pemungut cukai itu berdiri


jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini.” Karena pemungut cukai itu dengan rendah hati menyadari kelemahannya, Yesus berkata: “Aku berkata kepadamu: Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.” Jadi Yesus menegaskan lagi perlunya rendah hati. Karena dibesarkan dalam masyarakat yang sangat dipengaruhi oleh orangorang Farisi yang menganggap diri sendiri benar, dan kedudukan serta pangkat selalu ditonjolkan, tidaklah mengherankan apabila bahkan murid-murid Yesus terpengaruh. Akan tetapi, betapa bagusnya pengajaran yang Yesus berikan dalam hal kerendahan hati! Lukas 18:1-14; Yohanes 7:49.

ˇ Mengapa hakim yang tidak benar itu mengabulkan permintaan sang janda, dan pelajaran apa yang diajarkan oleh perumpamaan Yesus? ˇ Iman apa yang Yesus cari pada waktu ia datang? ˇ Kepada siapa Yesus menujukan perumpamaannya tentang orang Farisi dan pemungut cukai? ˇ Sikap apa dari orang-orang Farisi yang harus dihindari?


95

Y

Pelajaran Mengenai Perceraian dan Kasih Kepada Anak-Anak

ESUS dan murid-muridnya sedang dalam perjalanan ke Yerusalem untuk menghadiri perayaan Paskah tahun 33 M. Mereka menyeberangi Sungai Yordan dan mengambil jalan melalui distrik Perea. Beberapa minggu sebelumnya Yesus ada di Perea, tetapi ia kemudian dipanggil ke Yudea karena temannya Lazarus sakit. Ketika di Perea, Yesus berbicara kepada orang-orang Farisi mengenai perceraian, dan sekarang mereka menanyakan hal itu lagi. Di antara kaum Farisi terdapat beberapa pendapat yang berbeda mengenai perceraian. Musa berkata bahwa seorang wanita dapat diceraikan karena sesuatu “yang tidak senonoh padanya.” Beberapa berpendapat bahwa hal ini hanya memaksudkan keadaan tidak perawan lagi. Namun orang lain menganggap “tidak senonoh” termasuk pelanggaran-pelanggaran yang sangat kecil. Jadi, untuk menguji Yesus, orang-orang Farisi itu bertanya: “Apakah diperbolehkan orang menceraikan isterinya dengan alasan apa saja?” Mereka yakin bahwa apa pun yang Yesus katakan akan membawanya ke dalam kesulitan dengan orang-orang Farisi yang memiliki pendapat berbeda. Yesus menangani pertanyaan itu dengan mengagumkan, tidak bersandar kepada pendapat manusia mana pun, tetapi bersandar kepada maksud semula dari perkawinan. “Tidakkah kamu baca,” tanyanya, “bahwa Ia yang menciptakan manusia sejak semula menjadikan mereka laki-laki dan perempuan? Dan firmanNya: Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia.” Yesus menunjukkan bahwa maksud Allah semula adalah agar pasangan perkawinan tetap bersatu, tidak bercerai. Jika halnya demikian, kaum Farisi menjawab, “Apakah sebabnya Musa memerintahkan untuk memberikan surat cerai jika orang menceraikan isterinya?” “Karena ketegaran hatimu Musa mengizinkan kamu menceraikan isterimu,” jawab Yesus, “tetapi sejak semula tidaklah demikian.” Ya, ketika Allah menetapkan standar perkawinan yang sebe-


narnya di taman Eden, Ia sama sekali tidak menyinggung soal perceraian. Yesus selanjutnya berkata kepada orang-orang Farisi: “Aku berkata kepadamu: Barangsiapa menceraikan isterinya, kecuali karena zinah [bahasa Yunani, por·nei1ai], lalu kawin dengan perempuan lain, ia berbuat zinah.” Dengan demikian ia menunjukkan bahwa por·nei1a, yakni perbuatan seksual yang amoral dan keji, adalah satu-satunya alasan untuk bercerai yang disetujui oleh Allah. Karena menyadari bahwa perkawinan seharusnya merupakan persatuan yang kekal dengan hanya satu alasan ini untuk bercerai, murid-murid tergerak untuk berkata: “Jika demikian halnya hubungan antara suami dan isteri, lebih baik jangan kawin.” Tidak


dapat disangkal bahwa seseorang yang sedang berpikir untuk kawin harus dengan serius mempertimbangkan sifat permanen dari ikatan perkawinan! Yesus selanjutnya berbicara mengenai kelajangan. Ia menjelaskan bahwa ada laki-laki yang tidak dapat kawin karena memang lahir cacat, tidak berkembang secara seksual. Yang lain dijadikan demikian oleh orang lain, dengan keji dihilangkan kemampuan seksualnya. Yang terakhir, orang yang menekan keinginan untuk kawin dan untuk menikmati hubungan seksual agar dapat lebih sepenuhnya membaktikan diri kepada kepentingan Kerajaan surga. Yesus mengakhiri pembicaraan dengan “Siapa yang dapat mengupayakan [hidup lajang] hendaklah ia melakukan itu.” (NW) Kemudian orang-orang mulai membawa anak-anak kecil mereka kepada Yesus. Akan tetapi, murid-murid memarahi anak-anak itu dan berupaya mengusir mereka, tentu dengan maksud melindungi Yesus dari tambahan ketegangan yang tidak perlu. Namun Yesus berkata: “Biarkan anak-anak itu datang kepadaKu, jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa tidak menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya.” Betapa bagus pelajaran-pelajaran yang Yesus berikan! Agar menerima Kerajaan Allah, kita harus meniru kerendahan hati dan kemauan untuk diajar dari anak-anak kecil. Namun contoh Yesus juga menunjukkan betapa penting, terutama bagi orang-tua, untuk menggunakan waktu bersama anak-anak mereka. Yesus sekarang menunjukkan kasihnya kepada anak-anak kecil dengan memeluk dan memberkati mereka. Matius 19:1-15; Ulangan 24:1; Lukas 16:18; Markus 10:1-16; Lukas 18:15-17.

ˇ Pandangan-pandangan yang berbeda apa mengenai perceraian dimiliki oleh orang-orang Farisi, maka bagaimana mereka menguji Yesus? ˇ Bagaimana caranya Yesus menangani upaya orang-orang Farisi untuk mengujinya, dan apa satu-satunya dasar untuk bercerai yang ia nyatakan? ˇ Mengapa murid-murid Yesus mengatakan tidak bijaksana untuk kawin, maka saran apa yang Yesus berikan? ˇ Apa yang Yesus ajarkan kepada kita melalui cara ia berurusan dengan anakanak kecil?


96

K

Yesus dan Seorang Pemimpin Muda yang Kaya

ETIKAYesus melanjutkan perjalanan ke distrik Perea melalui Yerusalem, seorang pria muda berlari dan berlutut di hadapannya. Pemuda itu disebut pemimpin, mungkin memaksudkan bahwa ia memegang kedudukan penting di sinagoge setempat atau bahkan salah seorang anggota Sanhedrin. Ia juga sangat kaya. “Guru yang baik,” tanyanya, “apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?” “Mengapa kaukatakan Aku baik?” jawab Yesus. “Tak seorangpun yang baik selain dari pada Allah saja.” Mungkin pria muda itu menggunakan kata “baik” sebagai gelar, maka Yesus menjelaskan kepadanya bahwa gelar seperti itu hanya layak dimiliki Allah. Yesus melanjutkan, “Tetapi jikalau engkau ingin masuk ke dalam hidup, turutilah segala perintah Allah.” “Perintah yang mana?” tanya pria itu. Dengan mengutip lima dari Sepuluh


Perintah, Yesus menjawab: “Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, hormatilah ayahmu dan ibumu.” Lalu Yesus menambahkan satu perintah yang lebih penting lagi, dengan mengatakan: “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” “Semuanya itu telah kuturuti,” jawab pemuda itu dengan sungguh-sungguh. “Apa lagi yang masih kurang?” Mendengar permohonan yang bersungguh-sungguh dan bersemangat dari pria itu, Yesus merasa sayang kepadanya. Namun Yesus menyadari bahwa pria itu cinta kepada harta benda, maka ia menunjukkan apa yang kurang: “Hanya satu lagi kekuranganmu: pergilah, juallah apa yang kaumiliki dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku.” Yesus melihat, tidak diragukan dengan rasa kasihan, pria itu berdiri perlahan-lahan dan pergi dengan sedih. Kekayaannya membutakan dia terhadap nilai harta sejati. “Alangkah sukarnya,” keluh Yesus, “orang yang beruang masuk ke dalam Kerajaan Allah!” Kata-kata Yesus sangat mengherankan murid-muridnya. Namun mereka lebih heran lagi ketika ia selanjutnya menyatakan aturan umum: “Lebih mudah seekor unta melewati lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah.” “Jika demikian, siapakah yang dapat diselamatkan?” murid-murid itu ingin tahu. Memandang langsung kepada mereka, Yesus menjawab: “Bagi manusia hal itu tidak mungkin, tetapi bukan demikian bagi Allah. Sebab segala sesuatu adalah mungkin bagi Allah.” Melihat bahwa mereka telah membuat pilihan yang sangat berbeda dengan pemimpin muda yang kaya itu, Petrus berkata: “Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikuti Engkau!” Maka ia bertanya: “Jadi apakah yang akan kami peroleh?” “Pada waktu penciptaan kembali,” Yesus berjanji, “apabila Anak Manusia bersemayam di takhta kemuliaanNya, kamu, yang telah mengikut Aku, akan duduk juga di atas dua belas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel.” Ya, Yesus di sini memperlihatkan bahwa akan ada penciptaan kembali dari keadaan di atas bumi sehingga semuanya akan seperti di taman Eden dulu. Dan Petrus bersama murid-murid yang lain akan menerima pahala memerintah bersama Kristus atas Firdaus seluas bumi ini. Tentu, un-


tuk mendapatkan pahala yang luar biasa ini, pengorbanan apa pun layak mereka buat! Akan tetapi, sekarang pun ada imbalan, seperti Yesus katakan dengan tegas: “Setiap orang yang karena Aku dan karena Injil meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, ibunya atau bapanya, anak-anaknya atau ladangnya, orang itu sekarang pada masa ini juga akan menerima kembali seratus kali lipat: rumah, saudara laki-laki, saudara perempuan, ibu, anak dan ladang, sekalipun disertai berbagai penganiayaan, dan pada zaman [“sistem,” NW] yang akan datang ia akan menerima hidup yang kekal.” Sebagaimana Yesus janjikan, ke mana pun murid-muridnya pergi di dunia ini, mereka menikmati hubungan yang lebih erat dan lebih berharga dengan rekan-rekan Kristen daripada dengan anggota keluarga jasmani. Pemimpin muda yang kaya itu jelas tidak akan memperoleh imbalan ini maupun kehidupan kekal dalam Kerajaan surgawi Allah. Selanjutnya Yesus menambahkan: “Tetapi banyak orang yang terdahulu akan menjadi yang terakhir dan yang terakhir akan menjadi yang terdahulu.” Apa yang ia maksud? Ia memaksudkan bahwa banyak orang yang “terdahulu” dalam menikmati hak istimewa agama, seperti pemimpin muda yang kaya itu, tidak akan memasuki Kerajaan. Mereka akan menjadi yang “terakhir.” Namun banyak orang, termasuk murid-murid Yesus yang rendah hati, yang dipandang rendah sebagai yang “terakhir” oleh orang-orang Farisi yang menganggap diri sendiri benar —sebagai orang dusun, atau am ha·’a1rets—akan menjadi yang “terdahulu.” Menjadi yang “terdahulu” berarti mereka akan menerima hak istimewa menjadi rekan-rekan penguasa bersama Kristus dalam Kerajaan. Markus 10:17-31; Matius 19:16-30; Lukas 18:18-30. ˇ Ternyata, pemimpin macam apakah pria muda yang kaya itu? ˇ Mengapa Yesus keberatan disebut baik? ˇ Bagaimana pengalaman pemimpin muda yang kaya itu melukiskan bahayanya menjadi orang kaya? ˇ Pahala apa yang Yesus janjikan kepada murid-muridnya? ˇ Bagaimana yang terdahulu akan menjadi yang terakhir, dan yang terakhir menjadi yang terdahulu?


97 Pekerja-Pekerja di Kebun Anggur

Y

ESUS baru saja mengatakan, “banyak orang yang terdahulu akan menjadi yang terakhir, dan yang terakhir akan menjadi yang terdahulu.” Ia kemudian menggambarkan hal ini dengan menceritakan sebuah kisah. “Hal Kerajaan Sorga,” katanya memulai, “sama seperti seorang tuan rumah yang pagi-pagi benar keluar mencari pekerja-pekerja untuk kebun anggurnya.” Yesus melanjutkan: “Setelah [tuan rumah] sepakat dengan pekerja-pekerja itu mengenai upah sedinar sehari, ia menyuruh mereka ke kebun anggurnya. Kira-kira pukul sembilan pagi ia keluar pula dan dilihatnya ada lagi orang-orang lain menganggur di pasar. Katanya kepada mereka: Pergi jugalah kamu ke kebun anggurku dan apa yang pantas akan kuberikan kepadamu. Dan merekapun pergi. Kira-kira pukul dua belas dan pukul tiga petang ia keluar pula dan melakukan sama seperti tadi. Kira-kira pukul lima petang ia keluar lagi dan mendapati orang-orang lain pula, lalu katanya kepada mereka: Mengapa kamu menganggur saja di sini sepanjang hari? Kata mereka kepadanya: Karena tidak ada orang mengupah kami. Katanya kepada mereka: Pergi jugalah kamu ke kebun anggurku.” Tuan rumah atau pemilik kebun anggur itu adalah Allah Yehuwa, dan kebun anggur adalah bangsa Israel. Pekerja-pekerja di kebun anggur adalah orang-orang yang dibawa ke dalam perjanjian Taurat; mereka khususnya adalah orang-orang Yahudi yang hidup di zaman para rasul. Hanya dengan mereka yang bekerja satu hari penuh diadakan perjanjian mengenai upah. Upahnya satu dinar untuk satu hari kerja. Mereka yang dipanggil pada pukul sembilan pagi, pukul dua belas, pukul tiga petang, dan pukul lima petang, secara berturut-turut bekerja hanya 9, 6, 3, dan 1 jam. Mereka yang bekerja 12 jam, atau satu hari penuh, menggambarkan para pemimpin Yahudi yang terus sibuk dalam dinas agama. Mereka tidak seperti murid-murid Yesus, yang selama kebanyakan dari hidup mereka, bekerja sebagai nelayan atau dalam pekerjaan duniawi lain. Baru pada musim gugur tahun 29 M. “tuan ru-


mah� mengutus Kristus Yesus untuk mengumpulkan kelompok ini menjadi murid-muridnya. Dengan demikian mereka menjadi “yang terakhir,� atau yang mulai bekerja di kebun anggur “pukul lima petang.� Akhirnya, hari kerja simbolik berakhir dengan kematian Yesus, dan tiba waktunya untuk membayar para pekerja. Peraturan yang tidak lazim untuk membayar dahulu orang yang datang terakhir dipraktikkan, sebagaimana dijelaskan: “Ketika hari malam tuan itu berkata kepada mandurnya: Panggillah pekerja-pekerja itu dan bayarkan upah mereka, mulai dengan mereka yang masuk terakhir hingga mereka yang masuk terdahulu. Maka datanglah mereka yang mulai bekerja kira-kira pukul lima dan mereka menerima masing-masing satu dinar. Kemudian datanglah mereka yang masuk terdahulu, sangkanya akan mendapat lebih banyak, tetapi merekapun menerima masing-masing satu dinar juga. Ketika mereka menerimanya, mereka bersungut-sungut kepada tuan itu, katanya: Mereka yang masuk terakhir ini hanya bekerja satu jam dan engkau menyamakan mereka dengan kami yang sehari suntuk bekerja berat dan menanggung panas terik matahari. Tetapi tuan itu menjawab seorang dari mereka: Saudara, aku tidak berlaku tidak adil


terhadap engkau. Bukankah kita telah sepakat sedinar sehari? Ambillah bagianmu dan pergilah; aku mau memberikan kepada orang yang masuk terakhir ini sama seperti kepadamu. Tidakkah aku bebas mempergunakan milikku menurut kehendak hatiku? Atau iri hatikah engkau, karena aku murah hati?” Sebagai kesimpulan, Yesus mengulangi pokok yang dikemukakan sebelumnya: “Demikianlah orang yang terakhir akan menjadi yang terdahulu dan yang terdahulu akan menjadi yang terakhir.” Uang dinar tersebut diterima, tidak pada waktu kematian Yesus, tetapi pada hari Pentakosta 33 M., ketika Kristus, sang ‘mandur,’ mencurahkan roh kudus ke atas murid-muridnya. Murid-murid Yesus ini seperti “yang terakhir,” atau pekerja yang datang pukul lima petang. Uang dinar tidak menggambarkan karunia roh kudus itu sendiri. Uang dinar adalah sesuatu yang harus digunakan di atas bumi oleh murid-murid itu. Ini adalah sesuatu yang berarti nafkah mereka, kehidupan kekal mereka. Ini adalah hak istimewa menjadi Israel rohani, diurapi untuk memberitakan mengenai Kerajaan Allah. Mereka yang dipekerjakan terdahulu segera mengamati bahwa murid-murid Yesus telah dibayar, dan memperhatikan bahwa mereka menggunakan dinar simbolik itu. Namun mereka menginginkan lebih daripada roh kudus dan hak-hak istimewa Kerajaan yang berkaitan dengan itu. Sungut-sungut dan keberatan mereka dinyatakan dalam bentuk penindasan atas murid-murid Kristus, pekerjapekerja “yang terakhir” dalam kebun anggur. Apakah penggenapan pada abad pertama tersebut merupakan satu-satunya penggenapan dari perumpamaan Yesus? Tidak, kaum pendeta Susunan Kristen pada abad ke-20 ini, karena kedudukan dan tanggung jawab mereka, telah menjadi “yang terdahulu” dipekerjakan dalam kebun anggur simbolik Allah. Mereka menganggap para pengabar yang berbakti yang bergabung dengan Lembaga Alkitab dan Risalat Menara Pengawal sebagai “yang terakhir” mendapat penugasan sah dalam dinas Allah. Namun sebenarnya, justru mereka yang dibenci oleh golongan pendeta inilah yang menerima uang dinar tersebut—kehormatan untuk melayani sebagai dutaMatius 19:30–20:16. duta yang terurap dari Kerajaan surgawi Allah. ˇ Apa yang digambarkan oleh kebun anggur? Siapa yang digambarkan oleh pemilik kebun anggur dan mereka yang bekerja 12 jam dan yang bekerja 1 jam? ˇ Bilamanakah hari kerja simbolik berakhir, dan bilamana pembayaran diberikan? ˇ Apa yang digambarkan oleh pembayaran upah satu dinar?


98

Murid-Murid Bertengkar Seraya Kematian Yesus Mendekat

Y

ESUS dan murid-muridnya sampai ke dekat Sungai Yordan, yang mereka seberangi dari distrik Perea menuju Yudea. Banyak orang lain ikut bersama mereka ke perayaan Paskah tahun 33 M., yang hanya tinggal satu minggu atau lebih. Yesus berjalan mendahului murid-muridnya, dan mereka kagum akan tekad dan keberaniannya. Ingat bahwa beberapa minggu sebelumnya ketika Lazarus meninggal dan Yesus bermaksud pergi dari Perea ke Yudea, Tomas menganjurkan yang lain: “Marilah kita pergi juga untuk mati bersama-sama dengan Dia.” Ingat juga bahwa setelah Yesus membangkitkan Lazarus, Sanhedrin merencanakan untuk membunuh Yesus. Tidak heran jika murid-murid sekarang merasa takut ketika mereka akan memasuki Yudea lagi. Untuk mempersiapkan mereka akan apa yang bakal terjadi, Yesus memanggil ke-12 murid dan memberi tahu mereka: “Sekarang kita pergi ke Yerusalem dan Anak Manusia akan diserahkan kepada imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, dan mereka akan menjatuhi Dia hukuman mati. Dan mereka akan menyerahkan Dia kepada bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, supaya Ia diolok-olokkan, disesah dan disalibkan [“dibunuh,” NW] dan pada hari ketiga Ia akan dibangkitkan.” Ini adalah kali ketiga dalam bulan-bulan terakhir Yesus memberi tahu murid-muridnya mengenai kematian dan kebangkitannya. Dan meskipun mereka mendengarkan dia, mereka tidak memahami maksudnya. Mungkin karena mereka mengharapkan kerajaan Israel dipulihkan di atas bumi, dan mereka menantikan kemuliaan dan kehormatan dalam kerajaan di atas bumi bersama Kristus. Di antara orang-orang yang mengadakan perjalanan ke perayaan Paskah terdapat Salome, ibu dari rasul Yakobus dan rasul Yohanes. Yesus menyebut mereka “anak-anak guruh,” pasti karena watak mereka yang cepat marah. Untuk beberapa waktu kedua murid ini telah memupuk ambisi untuk menjadi orang-orang penting dalam Kerajaan Kristus, dan mereka telah memberitahukan keinginan tersebut kepada ibu mereka. Ia kemudian mendekati Yesus demi kepentingan mereka, sujud di hadapannya, dan mengajukan permintaan.


“Apa yang kaukehendaki?” tanya Yesus. Ia menjawab: “Berilah perintah, supaya kedua anakku ini boleh duduk kelak di dalam KerajaanMu, yang seorang di sebelah kananMu dan yang seorang lagi di sebelah kiriMu.” Mengetahui sumber dari permintaan itu, Yesus berkata kepada Yakobus dan Yohanes: “Kamu tidak tahu, apa yang kamu minta. Dapatkah kamu meminum cawan, yang harus Kuminum?” “Kami dapat,” jawab mereka. Meskipun Yesus baru saja memberi tahu mereka bahwa ia akan mengalami penindasan yang hebat dan akhirnya hukuman mati, mereka pasti tidak mengerti bahwa inilah yang ia maksudkan dengan “cawan” yang akan ia minum. Meskipun begitu, Yesus memberi tahu mereka: “CawanKu memang akan kamu minum, tetapi hal duduk di sebelah kananKu atau di sebelah kiriKu, Aku tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa BapaKu telah menyediakannya.” Belakangan kesepuluh rasul lain mengetahui apa yang diminta oleh Yakobus dan Yohanes, dan mereka menjadi marah. Mungkin Yakobus dan Yohanes paling berambisi dalam perbantahan sebelumnya di antara rasul-rasul mengenai siapa yang terbesar. Pertanyaan mereka sekarang menunjukkan bahwa mereka belum menerapkan nasihat yang Yesus berikan sehubungan dengan hal ini. Menyedihkan bahwa keinginan mereka untuk menonjol masih tetap kuat. Maka untuk mengatasi pertentangan ini dan perasaan sakit hati yang timbul, Yesus memanggil ke-12 murid. Dengan pengasih ia menasihati mereka dengan berkata: “Kamu tahu, bahwa pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu.”


Yesus telah menetapkan teladan yang harus mereka tiru, sebagaimana ia jelaskan: “Sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawaNya menjadi tebusan bagi banyak orang.” Yesus tidak hanya melayani demi kepentingan orang-orang lain tetapi melakukan hal itu bahkan sampai mati bagi umat manusia! Murid-murid perlu memiliki sifat yang sama seperti Kristus untuk melayani dan bukan untuk dilayani dan menjadi yang lebih kecil dan bukan menginginkan kedudukan yang terkemuka. Matius 20:17-28; Markus 3:17; 9:33-37; 10:32-45; Lukas 18:31-34; Yohanes 11:16.

ˇ Mengapa murid-murid sekarang menjadi takut? ˇ Bagaimana Yesus mempersiapkan murid-muridnya untuk apa yang akan terjadi? ˇ Permintaan apa yang diajukan kepada Yesus, dan bagaimana pengaruhnya atas rasul-rasul yang lain? ˇ Bagaimana Yesus mengatasi problem yang terdapat di antara rasul-rasulnya?


99

T

Yesus Mengajar di Yerikho

IDAK lama kemudian, Yesus bersama rombongan yang ikut dengannya dalam perjalanan tiba di Yerikho, yaitu sebuah kota kira-kira satu hari perjalanan dari Yerusalem. Rupanya ada dua kota Yerikho, kota Yahudi yang lama letaknya kira-kira satu setengah kilometer dari kota Romawi yang baru. Pada waktu rombongan itu keluar dari kota yang lama dan mendekati kota yang baru, dua orang buta mendengar suara-suara ramai. Salah seorang dari mereka bernama Bartimeus. Setelah mengetahui bahwa yang sedang lewat itu adalah Yesus, Bartimeus dan temannya mulai berteriak: “Tuhan, Anak Daud, kasihanilah kami!” Ketika rombongan orang banyak itu menegur mereka untuk diam, mereka berseru lebih keras lagi: “Tuhan, Anak Daud, kasihanilah kami!” Mendengar keributan itu, Yesus berhenti. Ia meminta mereka yang bersama dengan dia untuk memanggil orang-orang yang berteriak-teriak itu. Mereka pergi menjumpai kedua pengemis yang buta itu dan berkata kepada salah seorang: “Kuatkan hatimu, berdirilah, Ia memanggil engkau.” Dengan kegembiraan meluap, orang buta itu menanggalkan jubahnya, segera berdiri, dan mendekati Yesus. “Apa yang kamu kehendaki supaya Aku perbuat bagimu?” tanya Yesus. “Tuhan, supaya mata kami dapat melihat,” kedua orang buta itu memohon. Tergerak oleh belas kasihan, Yesus menyentuh mata mereka. Menurut kisah Markus, Yesus berkata kepada salah seorang dari antara mereka: “Pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau!” Pengemis-pengemis yang buta itu langsung dapat melihat, dan pasti keduanya mulai memuliakan Allah. Ketika semua orang melihat apa yang terjadi, mereka juga memberikan pujian kepada Allah. Tanpa menunda, Bartimeus dan temannya mulai mengikuti Yesus. Ketika Yesus berjalan melalui Yerikho, rombongan itu sangat besar. Setiap orang ingin melihat pribadi yang telah menyembuhkan kedua orang buta itu. Orang banyak mengerumuni Yesus dari segala jurusan, dan akibatnya, beberapa bahkan tidak dapat melihatnya sama sekali. Di antara mereka terdapat Zakheus, kepala


pemungut cukai di kota Yerikho dan sekitarnya. Ia terlalu pendek sehingga tidak dapat melihat apa yang sedang terjadi. Maka Zakheus berlari mendahului dan memanjat pohon ara di pinggir jalan yang akan dilalui Yesus. Dari tempat yang menguntungkan ini, ia dapat melihat semua dengan baik. Pada waktu rombongan orang banyak mendekat, Yesus melihat ke atas dan berseru: “Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu.� Zakheus turun dengan sukacita dan bergegas pulang untuk mempersiapkan segala sesuatu bagi tamu agungnya.


Akan tetapi, ketika orang melihat apa yang terjadi, mereka semua mulai bersungut-sungut. Mereka menganggap tidak patut bagi Yesus untuk bertamu kepada pria seperti itu. Soalnya, Zakheus menjadi kaya karena mendapat uang secara tidak jujur dalam bisnisnya memungut cukai. Banyak orang mengikuti, dan ketika Yesus memasuki rumah Zakheus, mereka mengeluh: “Ia menumpang di rumah orang berdosa.” Namun Yesus melihat dalam diri Zakheus kemungkinan untuk pertobatan. Lagi pula Yesus tidak dikecewakan, karena Zakheus berdiri dan mengumumkan: “Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat.” Zakheus membuktikan bahwa pertobatannya sungguh-sungguh dengan memberikan separuh dari hartanya kepada orang miskin dan separuhnya lagi untuk membayar kembali orang-orang yang telah ia tipu. Rupanya ia dapat menghitung dari catatan pajaknya berapa banyak utangnya kepada orang-orang ini. Maka ia berikrar untuk menggantinya empat kali lipat, sesuai dengan hukum Allah yang berbunyi: ‘Apabila seseorang mencuri seekor domba, ia harus membayar empat ekor domba ganti domba itu.’ Yesus senang dengan cara Zakheus berjanji untuk membagikan hartanya, karena Ia berkata: “Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang inipun Anak Abraham. Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang.” Tidak lama sebelumnya, Yesus telah menggambarkan keadaan ‘orang yang hilang’ dengan kisahnya mengenai si anak hilang. Sekarang kita memiliki contoh yang benar-benar pernah terjadi dari seorang yang hilang yang telah ditemukan. Meskipun para pemimpin agama dan orang-orang yang mengikuti mereka bersungut-sungut dan mengeluh karena perhatian Yesus kepada orang-orang seperti Zakheus, Yesus terus mencari dan menoMatius 20:29-34; batkan putra-putra yang hilang dari Abraham. Markus 10:46-52; Lukas 18:35–19:10; Keluaran 22:1.

ˇ Rupanya, di mana Yesus bertemu dengan pengemis-pengemis yang buta, dan apa yang ia lakukan bagi mereka? ˇ Siapakah Zakheus itu, dan mengapa ia memanjat sebuah pohon? ˇ Bagaimana Zakheus membuktikan pertobatannya? ˇ Pelajaran apa yang dapat kita tarik dari cara Yesus memperlakukan Zakheus?


100

Y

Perumpamaan Mengenai Mina

ESUS kemungkinan masih berada di rumah Zakheus, tempat ia berhenti dalam perjalanannya menuju Yerusalem. Murid-muridnya yakin bahwa pada waktu mereka sampai di Yerusalem nanti, ia akan menyatakan dirinya sebagai Mesias dan mendirikan Kerajaannya. Untuk memperbaiki pandangan ini dan untuk memperlihatkan bahwa waktu manakala Kerajaan itu akan didirikan masih jauh, Yesus memberikan sebuah perumpamaan. “Ada seorang bangsawan,” kisahnya, “berangkat ke sebuah negeri yang jauh untuk dinobatkan menjadi raja di situ dan setelah itu baru kembali.” Yesus adalah “bangsawan” itu, dan surga adalah “negeri yang jauh.” Ketika Yesus tiba di sana, Bapaknya akan memberikan kepadanya kuasa sebagai raja. Namun, sebelum berangkat, bangsawan itu memanggil sepuluh hambanya dan memberi mereka masing-masing sebuah mina perak, sambil berkata: “Pakailah ini untuk berdagang sampai aku datang kembali.” Kesepuluh hamba itu dalam penggenapan pertama menggambarkan murid-murid Yesus yang mula-mula. Dalam penerapan lebih luas, mereka menggambarkan semua calon pewaris bersama dia dalam Kerajaan surgawi. Mina-mina perak adalah mata uang yang berharga, masing-masing bernilai kira-kira upah kerja tiga bulan untuk seorang buruh tani. Akan tetapi, apa yang digambarkan oleh mina-mina tersebut? Dan dengan mina itu, bisnis macam apa yang harus dilakukan oleh hamba-hamba tersebut? Mata uang mina menggambarkan modal yang dapat dimanfaatkan oleh murid-murid yang diurapi dengan roh dalam menghasilkan lebih banyak waris-waris Kerajaan surgawi, sampai kedatangan Yesus sebagai Raja dalam Kerajaan yang telah dijanjikan. Setelah dibangkitkan dan menampakkan dirinya kepada muridmuridnya, ia memberikan kepada mereka mina-mina simbolik untuk menjadikan lebih banyak murid dan dengan demikian menambah jumlah anggota golongan Kerajaan di surga. “Akan tetapi,” Yesus melanjutkan, “orang-orang sebangsanya membenci [si bangsawan], lalu mengirimkan utusan menyusul dia untuk mengatakan: Kami tidak mau orang ini menjadi raja atas kami.” Orang sebangsanya adalah orang-orang Israel atau Yahudi, tidak termasuk murid-muridnya. Setelah Yesus pergi ke surga,


dengan menindas murid-murid Yesus orang-orang Yahudi ini menyatakan bahwa mereka tidak ingin dia menjadi raja mereka. Dengan cara ini mereka bertindak seperti penduduk yang mengirim utusan. Bagaimana kesepuluh hamba menggunakan mina mereka? Yesus menjelaskan: “Ketika ia kembali, setelah ia dinobatkan menjadi raja, ia menyuruh memanggil hamba-hambanya, yang telah diberinya uang itu, untuk mengetahui berapa hasil dagang mereka masing-masing. Orang yang pertama datang dan berkata: Tuan, mina tuan yang satu itu telah menghasilkan sepuluh mina. Katanya kepada orang itu: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hamba yang baik; engkau telah setia dalam perkara kecil, karena itu terimalah kekuasaan atas sepuluh kota. Datanglah yang kedua dan berkata: Tuan, mina tuan telah menghasilkan lima mina. Katanya kepada orang itu: Dan engkau, kuasailah lima kota.” Hamba dengan sepuluh mina menggambarkan suatu golongan atau kelompok dari murid-murid sejak hari Pentakosta 33 M. sampai sekarang yang termasuk para rasul. Hamba yang menghasilkan lima mina juga menggambarkan suatu golongan selama masa yang sama yang, menurut kesempatan dan kesanggupan mereka, menambah modal dari raja mereka di atas bumi. Kedua golongan itu dengan bergairah memberitakan kabar baik, dan sebagai hasilnya, banyak orang yang tulus menjadi orang Kristiani. Sembilan dari hamba-hamba itu berhasil mengadakan bisnis dan menambah modal mereka. “Dan,” Yesus melanjutkan, “hamba yang ketiga [“yang lain,” NW] datang dan berkata: Tuan, inilah mina tuan, aku telah menyimpannya dalam sapu tangan. Sebab aku takut akan tuan, karena tuan adalah manusia yang keras; tuan mengambil apa yang tidak pernah tuan taruh dan tuan menuai apa yang tidak tuan tabur. Katanya kepada orang itu: Hai hamba yang jahat, aku akan menghakimi engkau menurut perkataanmu sendiri. Engkau sudah tahu aku adalah orang yang keras, yang mengambil apa yang tidak pernah aku taruh dan menuai apa yang tidak aku tabur. Jika demikian, mengapa uangku itu tidak kauberikan kepada orang yang menjalankan uang? Maka sekembaliku aku dapat mengambilnya serta dengan bunganya. Lalu katanya kepada orang-orang yang berdiri di situ: Ambillah mina yang satu itu dari padanya dan berikanlah kepada orang yang mempunyai sepuluh mina itu.” Bagi hamba yang jahat, kehilangan mina simbolik berarti kehilangan tempat dalam Kerajaan surgawi. Ya, ia kehilangan hak isti-


mewa untuk memerintah, seolah-olah, atas sepuluh kota atau lima kota. Perhatikan juga, bahwa hamba itu tidak dinyatakan jahat karena suatu perbuatan jahat tertentu yang ia lakukan, tetapi sebaliknya, karena ia tidak berusaha menambah kekayaan bagi kerajaan tuannya. Ketika mina dari hamba yang jahat diberikan kepada hamba yang pertama, timbul keberatan: “Tuan, ia sudah mempunyai sepuluh mina.” Namun, Yesus menjawab: “Setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, dari padanya akan diambil, juga apa yang ada padanya. Akan tetapi semua seteruku ini, yang tidak suka aku menjadi rajanya, bawalah mereka ke mari dan bunuhlah mereka di depan mataku.” Lukas 19:11-27; Matius 28:19, 20.

ˇ Apa yang mendorong diberikannya ilustrasi Yesus mengenai mina? ˇ Siapa bangsawan itu, dan ke negeri mana ia pergi? ˇ Siapakah hamba-hamba itu, dan apa yang digambarkan oleh mina? ˇ Siapakah orang sebangsanya, dan bagaimana mereka memperlihatkan kebencian mereka? ˇ Mengapa seorang hamba disebut jahat, dan apa artinya ia kehilangan mina?


101

K

Di Betania, di Rumah Simon

ETIKAYesus meninggalkan Yerikho, ia pergi ke Betania. Perjalanan itu hampir satu hari karena mendaki sejauh kira-kira 19 kilometer melalui daerah yang sukar. Yerikho terletak kira-kira 250 meter di bawah permukaan laut, dan Betania kira-kira 760 meter di atas permukaan laut. Mungkin saudara masih ingat bahwa Betania adalah tempat tinggal Lazarus dan saudara-saudara perempuannya. Desa kecil itu kira-kira tiga kilometer jauhnya dari Yerusalem, di lereng timur Bukit Zaitun. Banyak orang sudah tiba di Yerusalem untuk Perayaan Paskah. Mereka datang lebih awal untuk membersihkan diri menurut adat istiadat. Mereka mungkin telah menyentuh mayat atau melakukan sesuatu yang membuat mereka najis. Maka mereka mengikuti prosedur untuk membersihkan diri agar dapat merayakan Paskah dengan pantas. Ketika orang-orang yang datang lebih awal ini berkumpul di bait, banyak yang menduga-duga apakah Yesus akan datang pada Perayaan Paskah ini. Di Yerusalem orang berdebat mengenai diri Yesus. Semua orang tahu bahwa para pemimpin agama ingin menangkap dan menghukum mati dia. Malahan, mereka telah memerintahkan bahwa jika ada yang mengetahui tempat dia berada, mereka harus


segera diberi tahu. Tiga kali dalam bulan-bulan terakhir—pada Hari Raya Pondok Daun, pada Hari Raya Penahbisan Bait, dan setelah Yesus membangkitkan Lazarus—para pemimpin agama ini berupaya membunuh dia. Maka, orang banyak bertanya-tanya, apakah Yesus akan muncul di depan umum lagi? “Bagaimana pendapatmu?” mereka saling bertanya satu sama lain. Sementara itu, Yesus tiba di Betania enam hari sebelum Paskah, yang jatuh pada tanggal 14 Nisan menurut kalender Yahudi. Yesus sampai di Betania hari Jumat malam, yaitu permulaan tanggal 8 Nisan. Ia tidak mungkin pergi ke Betania pada hari Sabtu karena melakukan perjalanan pada hari Sabat—yang mulai pada waktu matahari terbenam hari Jumat sampai matahari terbenam hari Sabtu—dilarang oleh hukum Yahudi. Yesus mungkin pergi ke rumah Lazarus, seperti yang ia lakukan sebelumnya, dan menginap di sana hari Jumat malam. Namun, seorang penduduk lain dari Betania mengundang Yesus bersama rekan-rekannya untuk makan pada hari Sabtu malam. Ia bernama Simon, yang dulunya mengidap penyakit kusta, yang kemungkinan telah disembuhkan oleh Yesus. Sesuai dengan sifatnya, Marta dengan rajin melayani para tamu. Akan tetapi, seperti biasa, Maria benar-benar memperhatikan Yesus, kali ini dengan cara yang menimbulkan perdebatan. Maria membuka sebuah buli-buli atau botol kecil dari pualam putih, yang berisi kira-kira setengah


kilogram minyak wangi, atau “minyak narwastu murni.” Minyak ini sangat mahal. Ya, nilainya kira-kira sama dengan gaji satu tahun! Ketika Maria menuangkan minyak tersebut ke kepala Yesus dan ke atas kakinya serta menyeka kaki Yesus dengan rambutnya, bau semerbak memenuhi seluruh rumah. Murid-murid menjadi marah dan bertanya: “Untuk apa pemborosan ini?” Kemudian Yudas Iskariot berkata: “Mengapa minyak narwastu ini tidak dijual tiga ratus dinar dan uangnya diberikan kepada orang-orang miskin?” Sebenarnya Yudas tidak benar-benar prihatin kepada orang miskin, karena ia sering mencuri uang yang disimpan murid-murid dalam peti. Yesus membela Maria. “Biarkanlah dia,” katanya. “Mengapa kamu menyusahkan dia? Ia telah melakukan suatu perbuatan yang baik padaKu. Karena orang-orang miskin selalu ada padamu, dan kamu dapat menolong mereka, bilamana kamu menghendakinya, tetapi Aku tidak akan selalu bersama-sama kamu. Ia telah melakukan apa yang dapat dilakukannya. TubuhKu telah diminyakinya sebagai persiapan untuk penguburanKu. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di mana saja Injil diberitakan di seluruh dunia, apa yang dilakukannya ini akan disebut juga untuk mengingat dia.” Yesus kini sudah berada di Betania selama lebih dari 24 jam, dan berita mengenai kehadirannya telah meluas. Karena itu, banyak orang datang ke rumah Simon untuk melihat Yesus, tetapi mereka juga datang karena ingin melihat Lazarus, yang juga hadir. Maka imam-imam kepala berunding untuk membunuh Yesus dan Lazarus juga. Alasannya, banyak orang menaruh iman kepada Yesus karena melihat orang yang telah ia bangkitkan dari kematian benar-benar hidup kembali! SungYohanes 11:55–12:11; guh jahat para pemimpin agama ini! Matius 26:6-13; Markus 14:3-9; Kisah 1:12.

ˇ Pembicaraan apa sedang berlangsung di bait di Yerusalem, dan mengapa? ˇ Mengapa Yesus harus tiba di Betania pada hari Jumat dan bukannya pada hari Sabtu? ˇ Kapan Yesus tiba di Betania, dan kemungkinan di manakah ia melewatkan hari Sabat? ˇ Perbuatan apa dari Maria menimbulkan perdebatan, dan bagaimana Yesus membela dia? ˇ Hal apa memperlihatkan betapa jahatnya para imam kepala?


102

K

Kristus Berkemenangan Memasuki Yerusalem

EESOKAN paginya, hari Minggu tanggal 9 Nisan, Yesus meninggalkan Betania bersama murid-muridnya dan pergi ke Bukit Zaitun menuju Yerusalem. Tidak lama kemudian mereka hampir tiba di Betfage, yang terletak di Bukit Zaitun. Yesus menyuruh dua orang muridnya: “Pergilah ke kampung yang di depan itu, . . . Segera kalian akan melihat seekor keledai terikat bersama anaknya. Lepaskanlah keduanya dan bawa ke mari. Kalau ada orang menanyakan sesuatu, katakan kepada orangnya, ‘Tuhan memerlukannya’, maka orang itu dengan segera akan membiarkan keledai itu dibawa.” (BIS) Meskipun pada mulanya murid-murid tidak mengerti bahwa petunjuk ini ada hubungannya dengan penggenapan nubuat Alkitab, belakangan mereka menyadari bahwa memang demikian halnya. Nabi Zakharia menubuatkan bahwa Raja yang dijanjikan Allah akan menunggangi keledai memasuki Yerusalem, ya, “seekor keledai, seekor keledai beban yang muda.” Dengan cara yang sama Raja Salomo dulu juga menunggangi seekor anak keledai menuju pengurapannya. Ketika murid-murid sampai di Betfage dan membawa serta anak keledai bersama induknya, beberapa orang yang berada di dekat situ berkata: “Apa maksudnya kamu melepaskan keledai itu?” Namun ketika diberi tahu bahwa binatang-binatang itu adalah untuk Tuhan, orang-orang tersebut membiarkan murid-murid membawanya kepada Yesus. Murid-murid menaruh jubah mereka ke atas induk keledai dan anaknya, tetapi Yesus menunggangi anak keledai itu. Seraya Yesus pergi menuju Yerusalem, kelompok orang banyak bertambah besar. Kebanyakan dari mereka membentangkan jubah mereka di atas jalan, sedangkan orang-orang lain mematahkan ranting-ranting pohon dan menyebarkannya. “Diberkatilah Dia yang datang sebagai Raja dalam nama Tuhan [“Yehuwa,” NW],” seru mereka. “Damai sejahtera di sorga dan kemuliaan di tempat yang mahatinggi!” Beberapa orang Farisi di antara orang banyak marah mendengar seruan ini dan mengeluh kepada Yesus: “Guru, tegorlah muridmuridMu itu.” Akan tetapi, Yesus menjawab: “Aku berkata kepadamu: Jikalau mereka ini diam, maka batu ini akan berteriak.”


Ketika Yesus semakin dekat ke Yerusalem, ia memandang kota itu dan mulai meratapinya, sambil berkata: “Wahai, betapa baiknya jika pada hari ini juga engkau mengerti apa yang perlu untuk damai sejahteramu! Tetapi sekarang hal itu tersembunyi bagi matamu.” Karena dengan sengaja tidak taat, Yerusalem harus menanggung akibatnya, sebagaimana dinubuatkan Yesus: “Musuhmu [tentara Roma di bawah Jenderal Titus] akan mengelilingi engkau dengan kubu, lalu mengepung engkau dan menghimpit engkau dari segala jurusan, dan mereka akan membinasakan engkau beserta dengan pendudukmu dan pada tembokmu mereka tidak akan membiarkan satu batu pun tinggal terletak di atas batu yang lain.” Kebinasaan atas Yerusalem yang dinubuatkan oleh Yesus benar-benar terjadi 37 tahun kemudian, pada tahun 70 M. Tepat beberapa minggu sebelumnya, banyak di antara orang banyak itu telah menyaksikan Yesus membangkitkan Lazarus. Kini mereka terus menceritakan kepada orang-orang lain mengenai mukjizat tersebut. Jadi ketika Yesus memasuki Yerusalem, seluruh kota gempar. “Siapakah orang ini?” mereka ingin tahu. Dan orang banyak itu terus berkata: “Inilah nabi Yesus dari Nazaret di Galilea.” Melihat apa yang sedang terjadi, orang-orang Farisi meratap karena mereka sama sekali tidak berdaya, seperti yang mereka katakan: “Seluruh dunia datang mengikuti Dia.” Sebagaimana kebiasaan Yesus pada waktu mengunjungi Yerusalem, ia pergi ke bait untuk mengajar. Di sana orang buta dan orang timpang datang menemui dia, dan ia menyembuhkan mereka! Ketika imam besar dan para ahli Taurat melihat hal-hal menakjubkan yang Yesus adakan dan mendengar anak-anak lelaki berseru, “Hosana bagi Anak Daud!” mereka menjadi marah. “Engkau dengar apa yang dikatakan anak-anak ini?” keluh mereka.


“Aku dengar,” sahut Yesus. “Belum pernahkah kamu baca: Dari mulut bayi-bayi dan anak-anak yang menyusu Engkau telah menyediakan puji-pujian?” Yesus melanjutkan mengajar, dan ia melihat sekelilingnya ke seluruh bait. Tidak lama kemudian malam pun tiba. Maka ia pergi, bersama ke-12 rasul, dan mengadakan perjalanan kembali kira-kira tiga kilometer ke Betania. Di sana ia menginap hari Minggu malam, kemungkinan di rumah sahabatnya Lazarus. Matius 21:1-11, 14-17; Markus 11:1-11; Lukas 19:29-44; Yohanes 12:12-19; Zakharia 9:9.

ˇ Kapan dan bagaimana Yesus memasuki kota Yerusalem sebagai Raja? ˇ Betapa pentingkah bahwa orang banyak itu memuji Yesus? ˇ Bagaimana perasaan Yesus ketika ia memandang Yerusalem, dan nubuat apa yang ia ucapkan? ˇ Apa yang terjadi ketika Yesus pergi ke bait?


103

Mengunjungi Bait Lagi

ETELAH tiba dari Yerikho, Yesus dan murid-muridnya menginap tiga malam di Betania. Setelah itu, keesokan harinya pagipagi sekali, pada hari Senin tanggal 10 Nisan, mereka sudah dalam perjalanan menuju Yerusalem. Yesus lapar. Maka ketika ia melihat sebuah pohon ara yang berdaun, ia pergi ke sana untuk melihat apakah mungkin ada buahnya. Pohon itu sudah berdaun padahal saat itu belum musim buah ara, yang biasanya adalah pada bulan Juni, sedangkan ketika itu baru akhir bulan Maret. Akan tetapi, Yesus pasti merasa bahwa karena pohon itu sudah berdaun, kemungkinan pohon itu juga sudah berbuah. Namun ia kecewa. Daun-daun pada pohon itu telah menipunya. Yesus kemudian mengutuk pohon itu, dengan berkata: “Jangan lagi seorangpun makan buahmu selama-lamanya!� Akibat dari tindakan Yesus dan maknanya akan diketahui keesokan paginya. Yesus dan murid-muridnya melanjutkan perjalanan, dan tak lama kemudian tiba di Yerusalem. Ia pergi ke bait, yang sudah ia periksa siang sebelumnya. Akan tetapi, pada hari ini ia mengambil tindakan, seperti yang pernah ia lakukan tiga tahun sebelumnya ketika ia datang untuk merayakan Paskah pada tahun 30 M. Yesus mengusir orang-orang yang berjual beli di bait dan membalikkan meja-meja para penukar uang dan bangku-bangku para pedagang merpati. Ia bahkan tidak mengizinkan seorang pun mengangkut peralatan melalui bait. Yesus mengutuk orang-orang yang menukar uang dan menjual hewan di bait, dengan berkata: “Bukankah ada tertulis: RumahKu akan disebut rumah doa bagi segala bangsa? Tetapi kamu ini telah menjadikannya sarang penyamun!� Mereka adalah penyamun atau perampok karena menuntut harga yang luar biasa tinggi dari orangorang yang tidak mempunyai pilihan lain kecuali membeli dari mereka hewan yang dibutuhkan untuk korban. Maka Yesus memandang perdagangan ini sebagai bentuk pemerasan atau perampokan. Ketika imam-imam kepala, para ahli Taurat, dan orang-orang terkemuka dari umat itu mendengar apa yang Yesus telah lakukan, mereka sekali lagi berupaya mencari jalan untuk membunuhnya. Dengan demikian mereka membuktikan bahwa mereka tidak dapat diperbaiki. Namun, mereka tidak tahu cara menyingkirkan Yesus, karena semua orang terus mengikuti dia untuk mendengarkan katakatanya.

S


Selain orang-orang Yahudi jasmani, orang-orang Kafir juga datang untuk merayakan Paskah. Mereka adalah kaum proselit, yang berarti bahwa mereka telah berganti haluan menganut agama orang Yahudi. Orang-orang Yunani tertentu, yang pasti adalah kaum proselit, sekarang menghampiri Filipus dan ingin bertemu dengan Yesus. Filipus pergi kepada Andreas, mungkin untuk bertanya apakah perjumpaan demikian patut. Yesus rupanya masih berada di dalam bait, dan kelihatan oleh orang-orang Yunani itu.


Yesus tahu bahwa kehidupannya hanya tinggal beberapa hari lagi, maka ia dengan bagus menggambarkan keadaannya: “Telah tiba saatnya Anak Manusia dimuliakan. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah.” Satu biji gandum tidak banyak nilainya. Namun, bagaimana jika ia ditaruh dalam tanah dan “mati,” mengakhiri kehidupannya sebagai benih? Maka ia akan berkecambah dan berangsur-angsur tumbuh menjadi batang yang akan menghasilkan banyak sekali biji gandum. Demikian pula, Yesus hanya satu manusia yang sempurna. Namun jika ia mati setia kepada Allah, ia akan menjadi sarana untuk memberikan kehidupan kekal kepada orang-orang setia yang juga mempunyai semangat rela berkorban seperti dia. Maka, Yesus berkata: “Barangsiapa mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal.” Yesus jelas tidak hanya memikirkan dirinya sendiri, karena selanjutnya ia menjelaskan: “Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikut Aku dan di mana Aku berada, di situpun pelayanKu akan berada. Barangsiapa melayani Aku, ia akan dihormati Bapa.” Betapa menakjubkan pahala yang akan diperoleh dengan mengikuti Yesus dan melayani dia! Pahalanya ialah dihormati sang Bapak untuk bergabung dengan Kristus dalam Kerajaan. Sambil memikirkan penderitaan besar dan kematian yang menyiksa yang menantikan dia, Yesus melanjutkan: “Hatiku cemas; apa yang harus kukatakan sekarang? Haruskah aku mengatakan, ‘Bapa, luputkanlah aku dari saat ini’?” (BIS) Andai kata saja apa yang harus ia alami dapat dihindari! Namun, tidak, karena ia berkata: “Sebab untuk itulah Aku datang ke dalam saat ini.” Yesus setuju dengan seluruh penyelenggaraan Allah, termasuk kematiannya sendiri seMatius 21:12, 13, 18, 19; Markus 11:12-18; Lukas 19:45-48; bagai korban. Yohanes 12:20-27.

ˇ Mengapa Yesus berharap untuk mendapatkan buah ara meskipun saat itu bukan musimnya? ˇ Mengapa orang-orang yang berjualan di bait Yesus sebut “penyamun”? ˇ Dalam hal apa Yesus bagaikan biji gandum yang mati? ˇ Bagaimana perasaan Yesus terhadap penderitaan dan kematian yang menantikan dia?


104

K

Suara Allah Terdengar Ketiga Kalinya

ETIKA berada di bait, Yesus sedang menderita sekali memikirkan kematian yang tak lama lagi harus ia hadapi. Perhatian utamanya adalah bagaimana pengaruhnya atas nama baik Bapaknya, maka ia berdoa: “Bapa, muliakanlah namaMu!” Setelah itu, suatu suara yang kuat terdengar dari surga, menyatakan: “Aku telah memuliakanNya, dan Aku akan memuliakanNya lagi!” Orang banyak yang berdiri di sekitarnya bingung. Ada yang berkata: “Seorang malaikat telah berbicara dengan Dia.” Orang yang lain mengatakan bahwa itu adalah bunyi guntur. Akan tetapi, sesungguhnya, yang berbicara adalah Allah Yehuwa! Namun, ini bukan untuk pertama kali suara Allah terdengar sehubungan dengan Yesus. Ketika Yesus dibaptis, tiga setengah tahun sebelumnya, Yohanes Pembaptis mendengar Allah menyatakan


mengenai Yesus: “Inilah Anak yang Kukasihi, kepadaNyalah Aku berkenan.” Kemudian, beberapa waktu setelah Paskah yang sebelumnya, ketika Yesus berubah rupa di hadapan mereka, Yakobus, Yohanes, dan Petrus mendengar Allah menyatakan: “Inilah Anak yang Kukasihi, kepadaNyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia.” Sekarang, untuk ketiga kalinya, pada tanggal 10 Nisan, empat hari sebelum kematian Yesus, suara Allah terdengar lagi oleh orangorang. Akan tetapi, kali ini Yehuwa berbicara agar banyak orang dapat mendengar! Yesus menjelaskan: “Suara itu telah terdengar, bukan untuk kepentinganku, tetapi untuk kepentinganmu.” (BIS) Ini merupakan bukti bahwa Yesus benar-benar Anak Allah, Mesias yang dijanjikan. “Sekarang berlangsung penghakiman atas dunia ini,” kata Yesus melanjutkan, “sekarang juga penguasa dunia ini akan dilemparkan ke luar.” Sebenarnya, kehidupan Yesus yang setia, meneguhkan bahwa Setan si Iblis, penguasa dunia ini, layak untuk “dilemparkan ke luar,” dibinasakan. Mengenai akibat dari kematiannya yang sudah dekat, Yesus berkata: “Dan Aku, apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang datang kepadaKu.” Kematiannya sama sekali bukan merupakan kekalahan, karena melalui kematiannya, ia akan menarik orang-orang kepadanya sehingga mereka dapat menikmati hidup kekal. Akan tetapi, orang banyak memprotes: “Kami telah mendengar dari hukum Taurat, bahwa Mesias tetap hidup selama-lamanya; bagaimana mungkin Engkau mengatakan, bahwa Anak Manusia harus ditinggikan? Siapakah Anak Manusia itu?” Walaupun adanya semua bukti, termasuk mendengar suara Allah sendiri, kebanyakan orang tidak percaya bahwa Yesus adalah Anak Manusia yang benar, Mesias yang dijanjikan. Namun, seperti yang ia lakukan enam bulan sebelumnya pada Hari Raya Pondok Daun, Yesus sekali lagi menyebut dirinya sebagai “terang” dan menganjurkan para pendengarnya: “Percayalah kepada terang itu, selama terang itu ada padamu, supaya kamu menjadi anak-anak terang.” Setelah mengatakan hal ini, Yesus pergi dan bersembunyi, rupanya karena kehidupannya terancam. Kurangnya iman orang Yahudi kepada Yesus menggenapi katakata Yesaya mengenai ‘mata orang-orang dibutakan dan hati mereka dikeraskan sehingga mereka tidak berbalik dan disembuhkan.’ Yesaya menyaksikan dalam penglihatan tempat tinggal Yehuwa di


surga, termasuk Yesus dalam kemuliaannya bersama Yehuwa sebelum ia menjadi manusia. Namun, orang-orang Yahudi, menggenapi apa yang ditulis Yesaya, dengan keras kepala menolak bukti bahwa Pribadi ini adalah Juru Selamat mereka yang dijanjikan. Di pihak lain, banyak orang bahkan di antara para pemimpin (anggota-anggota pengadilan tinggi Yahudi, Sanhedrin) sebenarnya beriman kepada Yesus. Nikodemus dan Yusuf dari Arimatea adalah dua orang di antara para pemimpin itu. Akan tetapi, para pemimpin itu, paling tidak untuk saat itu, tidak menyatakan iman mereka, karena takut dipecat dari kedudukan mereka di sinagoge. Betapa besar kerugian orang-orang seperti ini! Yesus selanjutnya mengingatkan: “Barangsiapa percaya kepadaKu, ia bukan percaya kepadaKu, tetapi kepada Dia, yang telah mengutus Aku; dan barangsiapa melihat Aku, ia melihat Dia, yang telah mengutus Aku. . . . Dan jikalau seorang mendengar perkataanKu, tetapi tidak melakukannya, Aku tidak menjadi hakimnya, sebab Aku datang bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya. . . . firman yang telah Kukatakan, itulah yang akan menjadi hakimnya pada akhir zaman.” Kasih Yehuwa kepada dunia umat manusia menggerakkan Dia untuk mengutus Yesus agar mereka yang beriman kepada-Nya dapat diselamatkan. Orang-orang yang diselamatkan ditentukan berdasarkan ketaatan mereka kepada hal-hal yang Allah perintahkan kepada Yesus untuk dikatakan. Penghakiman akan berlangsung “pada akhir zaman,” selama Pemerintahan Seribu Tahun dari Kristus. Yesus mengakhiri dengan mengatakan: “Aku berkata-kata bukan dari diriKu sendiri, tetapi Bapa, yang mengutus Aku, Dialah yang memerintahkan Aku untuk mengatakan apa yang harus Aku katakan dan Aku sampaikan. Dan Aku tahu, bahwa perintahNya itu adalah hidup yang kekal. Jadi apa yang Aku katakan, Aku menyampaikannya sebagaimana yang difirmankan oleh Bapa kepadaKu.” Yohanes 12:28-50; 19:38, 39; Matius 3:17; 17:5; Yesaya 6:1, 8-10.

ˇ Pada tiga kesempatan apa suara Allah terdengar sehubungan dengan Yesus? ˇ Bagaimana nabi Yesaya menyaksikan kemuliaan Yesus? ˇ Siapa para pemimpin yang beriman kepada Yesus, tetapi mengapa mereka tidak mengakui dia? ˇ Apa “akhir zaman” itu, dan berdasarkan apa orang-orang akan dihakimi pada waktu itu?


105

K

Permulaan Hari yang Menentukan

ETIKA Yesus meninggalkan Yerusalem pada hari Senin malam, ia kembali ke Betania di lereng timur Bukit Zaitun. Dua hari dari pelayanannya yang terakhir di Yerusalem telah selesai. Pasti Yesus bermalam lagi di rumah Lazarus temannya. Sejak ia tiba dari Yerikho pada hari Jumat, ini adalah malam keempat ia tinggal di Betania. Sekarang, hari Selasa pagi-pagi sekali, tanggal 11 Nisan, ia dan murid-muridnya sudah berangkat lagi. Ini ternyata hari yang menentukan dalam pelayanan Yesus, hari yang tersibuk sampai saat itu. Ini adalah hari terakhir ia muncul di bait. Lagi pula ini hari terakhir dari pelayanannya di hadapan umum sebelum ia diadili dan dihukum mati. Yesus dan murid-muridnya mengambil jalur yang sama melalui Bukit Zaitun menuju Yerusalem. Pada jalan itu dari Betania, Petrus memperhatikan pohon yang dikutuk Yesus pagi sebelumnya. “Rabi, lihatlah!” serunya, “pohon ara yang Kaukutuk itu sudah kering.” Akan tetapi, mengapa Yesus mematikan pohon itu? Ia menjelaskan alasannya ketika ia selanjutnya berkata: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu percaya dan tidak bimbang, kamu bukan saja akan dapat berbuat apa yang Kuperbuat dengan pohon ara itu, tetapi juga jikalau kamu berkata kepada gunung ini [Bukit Zaitun tempat mereka berdiri]: Beranjaklah dan tercampaklah ke dalam laut! hal itu akan terjadi. Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan menerimanya.” Jadi dengan membuat pohon ara itu kering, Yesus memberi murid-muridnya pokok pelajaran mengenai perlunya mereka memiliki iman kepada Allah.


Sebagaimana ia katakan: “Apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu.� Sungguh suatu pelajaran yang penting bagi mereka teristimewa mengingat ujian-ujian yang luar biasa berat


yang akan segera dialami! Namun, ada hubungan lain antara keringnya pohon ara itu dengan mutu dari iman. Bangsa Israel, seperti pohon ara ini, mempunyai penampilan yang memperdayakan. Walaupun bangsa itu berada dalam ikatan perjanjian dengan Allah dan mungkin secara lahiriah kelihatannya melaksanakan hukum-hukum-Nya, bangsa itu terbukti tidak beriman, tidak menghasilkan buah yang baik. Karena kurang iman, bangsa ini bahkan berada dalam proses menolak Anak Allah sendiri! Jadi, dengan membuat pohon ara yang tidak menghasilkan buah itu menjadi kering, Yesus dengan jelas mempertunjukkan akhir bagi bangsa yang tidak berbuah, tidak beriman ini. Tidak lama kemudian, Yesus dan murid-muridnya memasuki Yerusalem, dan sebagaimana kebiasaan mereka, mereka pergi ke bait, tempat Yesus mulai mengajar. Imam-imam kepala dan para tua-tua dari bangsa itu, pasti karena mengingat tindakan Yesus sehari sebelumnya mengusir para penukar uang, menantang dia: “Dengan kuasa manakah Engkau melakukan hal-hal itu? Dan siapakah yang memberi kuasa itu kepadaMu?” Sebagai jawaban Yesus berkata: “Aku juga akan mengajukan satu pertanyaan kepadamu dan jikalau kamu memberi jawabnya kepadaKu, Aku akan mengatakan juga kepadamu dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu. Dari manakah baptisan Yohanes? Dari sorga atau dari manusia?” Para imam dan tua-tua mulai memperbincangkan hal itu di antara mereka tentang bagaimana mereka akan menjawab. “Jikalau kita katakan: Dari sorga, Ia akan berkata kepada kita: Kalau begitu, mengapakah kamu tidak percaya kepadanya? Tetapi jikalau kita katakan: Dari manusia, kita takut kepada orang banyak, sebab semua orang menganggap Yohanes ini nabi.” Para pemimpin itu tidak tahu harus menjawab apa. Maka mereka menjawab Yesus: “Kami tidak tahu.” Yesus, sebagai balasannya, mengatakan: “Jika demikian, Aku juga tidak mengatakan kepadamu dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu.” Matius 21:19-27; Markus 11:19-33; Lukas 20:1-8. ˇ Apa yang penting mengenai hari Selasa, tanggal 11 Nisan? ˇ Pelajaran apa yang Yesus berikan ketika ia membuat pohon ara menjadi kering? ˇ Bagaimana Yesus menjawab mereka yang menanyakan dengan kuasa apa ia melakukan hal-hal itu?


106

Y

Disingkapkan Melalui Perumpamaan Kebun Anggur

ESUS sedang berada di bait Allah. Ia baru saja membuat bingung para pemimpin agama yang menuntut untuk mengetahui melalui kuasa siapa Yesus melakukan perkara-perkara. Sebelum mereka pulih dari kebingungan, Yesus bertanya: “Apakah pendapatmu tentang ini?” Kemudian melalui sebuah perumpamaan, ia memperlihatkan kepada mereka orang macam apa mereka sebenarnya. “Seorang mempunyai dua anak laki-laki,” kata Yesus. “Ia pergi kepada anak yang sulung dan berkata: Anakku, pergi dan bekerjalah hari ini dalam kebun anggur. Jawab anak itu: Baik, bapa. Tetapi ia tidak pergi. Lalu orang itu pergi kepada anak yang kedua dan berkata demikianjuga. Dan anak itu menjawab: Aku tidak mau. Tetapi kemudian ia menyesal lalu pergi juga. Siapakah di antara kedua orang itu yang melakukan kehendak ayahnya?” tanya Yesus. “Yang terakhir,” jawab musuh-musuhnya. Maka Yesus menerangkan: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal akan mendahului kamu masuk ke dalam Kerajaan Allah.” Para pemungut cukai dan perempuan sundal, sebenarnya, pada mulanya tidak mau melayani Allah. Namun kemudian, seperti anak yang kedua, mereka bertobat dan melayani Dia. Sebaliknya, para pemimpin agama, seperti anak yang sulung, mengaku melayani Allah, namun sebagaimana dikatakan Yesus: “Yohanes [Pembaptis] datang untuk menunjukkan jalan kebenaran kepadamu, dan kamu tidak percaya kepadanya. Tetapi pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal percaya kepadanya. Dan meskipun kamu melihatnya, tetapi kemudian kamu tidak menyesal dan kamu tidak juga percaya kepadanya.” Kemudian Yesus menunjukkan bahwa kegagalan para pemimpin agama itu bukan sekedar lalai melayani Allah. Tidak, tetapi mereka benar-benar jahat, orang-orang fasik. “Adalah seorang tuan tanah,” Yesus berkata, “membuka kebun anggur dan menanam pagar sekelilingnya. Ia menggali lobang tempat memeras anggur dan mendirikan menarajaga di dalam kebun itu. Kemudian ia menyewakan kebun itu kepada penggarap-penggarap lalu berangkat ke negeri lain. Ketika hampir tiba musim petik, ia menyuruh hamba-hambanya kepada penggarap-penggarap itu untuk menerima hasil yang menjadi


bagiannya. Tetapi penggarap-penggarap itu menangkap hamba-hambanya itu: mereka memukul yang seorang, membunuh yang lain dan melempari yang lain pula dengan batu. Kemudian tuan itu menyuruh pula hamba-hamba yang lain, lebih banyak dari pada yang semula, tetapi merekapun diperlakukan sama seperti kawan-kawan mereka.” “Hamba-hamba” adalah para nabi yang oleh “tuan tanah,” Allah Yehuwa, dikirim kepada “penggarap-penggarap” dari “kebun anggur”-Nya. Para penggarap ini adalah pemuka-pemuka bangsa Israel, bangsa yang disebut dalam Alkitab sebagai “kebun anggur” Allah. Karena “penggarap-penggarap” menyiksa dan membunuh “hamba-hamba” tersebut, Yesus menerangkan: “Akhirnya [pemilik kebun anggur itu] menyuruh anaknya kepada mereka, katanya: Anakku akan mereka segani. Tetapi ketika penggarap-penggarap itu melihat anaknya itu, mereka berkata seorang kepada yang lain: Ia adalah ahli waris, mari kita bunuh dia, supaya warisannya menjadi milik kita. Mereka menangkapnya dan melemparkannya ke luar kebun anggur itu, lalu membunuhnya.” Sekarang, kepada para pemimpin agama


itu, Yesus bertanya: “Apabila tuan kebun anggur itu datang, apakah yang akan dilakukannya dengan penggarap-penggarap itu?” Para pemimpin agama itu menjawab: “Ia akan membinasakan orang-orang jahat itu dan kebun anggurnya akan disewakannya kepadapenggarap-penggarap lain, yang akan menyerahkan hasilnya kepadanya pada waktunya.” Dengan demikian mereka secara tidak sadar telah menjatuhkan vonis ke atas diri mereka sendiri, karena mereka termasuk di antara orang-orang Israel “penggarap-penggarap” dari “kebun anggur” nasional milik Yehuwa di Israel. Hasil yang diharapkan Yehuwa dari penggarap-penggarap itu adalah iman kepada Putra-Nya, Mesias yang sejati. Karena mereka gagal membuahkan hasil seperti itu, Yesus memperingatkan: “Belum pernahkah kamu baca dalam Kitab Suci [dalam Mazmur 118:22, 23]: Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru: hal itu terjadi dari pihak Tuhan [“Yehuwa,” NW], suatu perbuatan ajaib di mata kita. Sebab itu, Aku berkata kepadamu, bahwa Kerajaan Allah akan diambil dari padamu dan akan diberikan kepada suatu bangsa yang akan menghasilkan buah Kerajaan itu. Dan barangsiapa jatuh ke atas batu itu, ia akan hancur dan barangsiapa ditimpa batu itu, ia akan remuk.” Imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat kini menyadari bahwa Yesus sedang berbicara mengenai mereka, dan mereka ingin membunuh dia, “ahli waris” yang sah. Jadi hak istimewa untuk menjadi penguasa dalam Kerajaan Allah akan diambil dari mereka sebagai kelompok bangsa, dan suatu bangsa baru yang terdiri dari ‘penggarap-penggarap kebun anggur’ akan diciptakan, bangsa yang akan menghasilkan buah-buah yang diinginkan. Karena para pemimpin agama takut kepada orang banyak, yang menganggap Yesus sebagai seorang nabi, mereka tidak berupaya membunuhnya pada kesempatan itu. Matius 21:28-46; Markus 12:1-12; Lukas 20:9-19; Yesaya 5:1-7.

ˇ Siapa yang digambarkan oleh kedua anak dalam perumpamaan Yesus yang pertama? ˇ Dalam perumpamaan yang kedua, siapa yang digambarkan oleh “tuan tanah,” “kebun anggur,” “penggarap-penggarap,” “hamba-hamba” dan “ahli waris”? ˇ Apa yang akan terjadi dengan ‘penggarap-penggarap kebun anggur’ itu, dan siapa akan menggantikan mereka?


107

M

Perumpamaan Tentang Perjamuan Kawin

ELALUI dua perumpamaan, Yesus membuka kedok para ahli Taurat dan para imam kepala, dan mereka ingin membunuh dia. Namun Yesus belum selesai dengan mereka. Ia selanjutnya menceritakan kepada mereka sebuah perumpamaan lain lagi, dengan mengatakan: “Hal Kerajaan Sorga seumpama seorang raja, yang mengadakan perjamuan kawin untuk anaknya. Ia menyuruh hamba-hambanya memanggil orang-orang yang telah diundang ke perjamuan kawin itu, tetapi orang-orang itu tidak mau datang.� Allah Yehuwa adalah Raja yang mempersiapkan perjamuan kawin untuk Putra-Nya, Kristus Yesus. Pada akhirnya, mempelai perempuan yang terdiri dari 144.000 pengikut yang terurap akan dipersatukan dengan Yesus di surga. Rakyat dari Raja itu adalah bangsa Israel, yang karena telah dibawa ke dalam perjanjian Taurat pada tahun 1513 S.M., mendapat kesempatan untuk menjadi “kerajaan imam.� Maka, pada kesempatan itu, merekalah yang mulamula diundang ke perjamuan kawin itu. Akan tetapi, panggilan pertama kepada mereka yang diundang baru diberikan pada musim gugur tahun 29 M., ketika Yesus dan murid-muridnya (hamba-hamba raja) memulai pekerjaan pengabaran Kerajaan. Namun orang-orang Israel jasmani yang menerima panggilan yang diserukan oleh hamba-hamba tersebut pada tahun 29 M.


sampai 33 M. tidak mau datang. Maka Allah memberikan kesempatan kedua kepada bangsa yang diundang tersebut, sebagaimana diceritakan Yesus: “Ia menyuruh pula hamba-hamba lain, pesannya: Katakanlah kepada orang-orang yang diundang itu: Sesungguhnya hidanganku telah kusediakan, lembu-lembu jantan dan ternak piaraanku telah disembelih; semuanya telah tersedia, datanglah ke perjamuan kawin ini.” Panggilan kedua dan terakhir kepada mereka yang telah diundang ini, mulai pada hari Pentakosta tahun 33 M., ketika roh kudus dicurahkan atas para pengikut Yesus. Panggilan ini berlanjut terus sampai tahun 36 M. Namun, bagian terbesar dari orang Israel itu, juga menolak panggilan ini dengan angkuh. “Orang-orang yang diundang itu tidak mengindahkannya,” kata Yesus, “ada yang pergi ke ladangnya, ada yang pergi mengurus usahanya, dan yang lain menangkap hamba-hambanya itu, menyiksanya dan membunuhnya.” “Maka,” Yesus melanjutkan, “murkalah raja itu, lalu menyuruh pasukannya ke sana untuk membinasakan pembunuh-pembunuh itu dan membakar kota mereka.” Hal ini terjadi pada tahun 70 M., ketika Yerusalem diratakan sampai ke tanah oleh orang Roma, dan pembunuhpembunuh itu dibinasakan. Yesus kemudian menjelaskan apa yang terjadi sementara itu: “Sesudah itu [raja] berkata kepada hamba-hambanya: Perjamuan kawin telah tersedia, tetapi orang-orang yang diundang tadi tidak layak untuk itu. Sebab itu pergilah ke persimpanganpersimpangan jalan dan undanglah setiap orang yang kamu jumpai


di sana ke perjamuan kawin itu.” Hamba-hamba tersebut melakukan hal ini, dan “penuhlah ruangan perjamuan kawin itu dengan tamu.” Pekerjaan pengumpulan tamu dari jalan-jalan di luar kota milik orang-orang yang diundang ini dimulai pada tahun 36 M. Kornelius, perwira pasukan tentara Roma, beserta keluarganya adalah yang pertama dari orang-orang non-Yahudi yang tidak bersunat yang dikumpulkan. Pengumpulan dari orang-orang non-Yahudi ini, yang merupakan pengganti dari mereka yang pada mulanya menolak panggilan, telah berlangsung terus sampai abad ke-20. Selama abad ke-20 inilah ruangan untuk upacara perkawinan menjadi penuh. Yesus menceritakan apa yang kemudian terjadi, dengan mengatakan: “Ketika raja itu masuk untuk bertemu dengan tamu-tamu itu, ia melihat seorang yang tidak berpakaian pesta. Ia berkata kepadanya: Hai saudara, bagaimana engkau masuk ke mari dengan tidak mengenakan pakaian pesta? Tetapi orang itu diam saja. Lalu kata raja itu kepada hamba-hambanya: Ikatlah kaki dan tangannya dan campakkanlah orang itu ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi.” Orang yang tidak mengenakan pakaian pesta menggambarkan Kristiani tiruan dari Susunan Kristen. Allah tidak pernah mengakui orang-orang ini sebagai orang-orang yang memiliki tanda pengenal yang patut sebagai Israel rohani. Allah tidak pernah mengurapi mereka dengan roh kudus sebagai ahli waris Kerajaan. Jadi mereka dilemparkan ke luar dalam kegelapan tempat mereka akan mengalami kebinasaan. Yesus mengakhiri perumpamaannya dengan mengatakan: “Sebab banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih.” Ya, ada banyak yang diundang dari bangsa Israel untuk menjadi anggota dari mempelai Kristus, namun hanya sedikit orang Israel jasmani yang dipilih. Kebanyakan dari 144.000 tamu yang menerima pahala surMatius 22:1-14; Keluaran 19:1-6; gawi ternyata orang-orang non-Israel. Wahyu 14:1-3.

ˇ Siapa gerangan mereka yang mula-mula diundang ke perjamuan kawin, dan kapan undangan disampaikan kepada mereka? ˇ Kapan panggilan pertama disampaikan kepada mereka yang diundang, dan siapakah hamba-hamba yang digunakan untuk menyampaikan undangan? ˇ Kapan panggilan kedua disampaikan, dan setelah itu siapa yang diundang? ˇ Siapa yang digambarkan oleh orang yang tidak mengenakan pakaian pesta? ˇ Siapa gerangan orang banyak yang dipanggil, dan sedikit orang yang dipilih?


108

K

Mereka Gagal Menjerat Yesus

ARENA Yesus mengajar di bait dan baru saja menceritakan kepada musuh-musuh religiusnya tiga perumpamaan yang menyingkapkan kejahatan mereka, orang-orang Farisi menjadi marah dan bersekongkol menjerat dia agar ia mengatakan sesuatu yang dapat dijadikan alasan untuk menangkapnya. Mereka membuat suatu rencana dan mengirimkan murid-murid mereka, bersama dengan pengikut-pengikut Herodes, untuk mencoba menjerat dia. “Guru,� kata orang-orang ini, “kami tahu, Engkau adalah seorang yang jujur dan dengan jujur mengajar jalan Allah dan


Engkau tidak takut kepada siapapun juga, sebab Engkau tidak mencari muka. Katakanlah kepada kami pendapatMu: Apakah diperbolehkan membayar pajak kepada Kaisar atau tidak?” Yesus tidak tertipu oleh sanjungan itu. Ia menyadari bahwa jika ia mengatakan, ‘Tidak, tidak usah atau tidak benar untuk membayar pajak,’ ia akan bersalah karena menghasut melawan Roma. Akan tetapi, andai kata ia mengatakan, ‘Ya, kamu harus membayar pajak ini,’ orang-orang Yahudi, yang tidak suka tunduk di bawah Roma, akan membenci Dia. Maka ia menjawab: “Mengapa kamu mencobai Aku, hai orang-orang munafik? Tunjukkanlah kepadaKu mata uang untuk pajak itu.” Ketika mereka membawa satu dinar kepadanya, ia bertanya: “Gambar dan tulisan siapakah ini?” “Kaisar,” jawab mereka. “Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah.” Pada saat orang-orang ini mendengar jawaban Yesus yang sangat bijaksana, mereka merasa takjub. Lalu mereka pergi dan meninggalkan dia. Melihat orang Farisi gagal mencari alasan untuk mempersalahkan Yesus, orang-orang Saduki, yang tidak percaya akan kebangkitan, mendekati dia dan bertanya: “Guru, Musa mengatakan, bahwa jika seorang mati dengan tiada meninggalkan anak, saudaranya harus kawin dengan isterinya itu dan membangkitkan keturunan bagi saudaranya itu. Tetapi di antara kami ada tujuh orang bersaudara. Yang pertama kawin, tetapi kemudian mati. Dan karena ia tidak mempunyai keturunan, ia meninggalkan isterinya itu bagi saudaranya. Demikian juga yang kedua dan yang ketiga sampai dengan yang ketujuh. Dan akhirnya, sesudah mereka semua, perempuan itupun mati. Siapakah di antara ketujuh orang itu yang menjadi suami perempuan itu pada hari kebangkitan? Sebab mereka semua telah beristerikan dia.” Sebagai jawaban Yesus berkata: “Kamu sesat, justru karena kamu tidak mengerti Kitab Suci maupun kuasa Allah. Sebab apabila orang bangkit dari antara orang mati, orang tidak kawin dan tidak dikawinkan melainkan hidup seperti malaikat di sorga. Dan juga tentang bangkitnya orang-orang mati, tidakkah kamu baca dalam kitab nabi Musa, dalam cerita tentang semak duri, bagaimana bunyi firman Allah kepadanya: Akulah Allah Abraham, Allah


Ishak dan Allah Yakub? Ia bukanlah Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup. Kamu benar-benar sesat!” Sekali lagi orang banyak merasa takjub akan jawaban Yesus. Bahkan beberapa ahli Taurat mengakui: “Guru, jawabMu itu tepat sekali.” Ketika orang-orang Farisi melihat bahwa Yesus telah membungkamkan orang-orang Saduki, mereka datang kepadanya dalam satu kelompok. Untuk mencobai dia lebih lanjut, salah seorang ahli Taurat di antara mereka bertanya: “Guru, hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat?” Yesus menjawab: “Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan [“Yehuwa,” NW] Allah kita, Tuhan [“Yehuwa,” NW] itu esa. Kasihilah Tuhan [“Yehuwa,” NW], Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini.” Yesus bahkan menambahkan: “Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.” “Tepat sekali, Guru, benar kataMu itu,” ahli Taurat itu setuju, “Dia esa, dan bahwa tidak ada yang lain kecuali Dia. Memang mengasihi Dia dengan segenap hati dan dengan segenap pengertian dan dengan segenap kekuatan, dan juga mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri adalah jauh lebih utama dari pada semua korban bakaran dan korban sembelihan.” Melihat bahwa ahli Taurat itu menjawab dengan cerdas, Yesus berkata kepadanya: “Engkau tidak jauh dari Kerajaan Allah!” Kini sudah tiga hari—Minggu, Senin, dan Selasa—Yesus mengajar di bait. Orang-orang dengan senang hati mendengarkan dia, namun para pemimpin agama ingin membunuh dia, tetapi sejauh ini Matius 22:15-40; Markus usaha-usaha mereka dapat digagalkan. 12:13-34; Lukas 20:20-40.

ˇ Persekongkolan apa yang dibuat orang-orang Farisi untuk menjerat Yesus, dan apa akibatnya andai kata ia memberi jawaban ya atau tidak? ˇ Bagaimana Yesus menggagalkan upaya orang-orang Saduki untuk menjerat dia? ˇ Apa upaya selanjutnya dari orang-orang Farisi untuk mencobai Yesus, dan apa hasilnya? ˇ Selama pelayanannya yang terakhir di Yerusalem, berapa hari Yesus mengajar di bait, dan dengan pengaruh apa?


109

Y

Yesus Mencela Para Penentangnya

ESUS benar-benar telah membuat para penentang religius bingung sehingga mereka tidak berani bertanya apa-apa lagi. Maka ia mengambil inisiatif untuk menyingkapkan kurangnya pengetahuan mereka. “Apakah pendapatmu tentang Mesias?” tanyanya. “Anak siapakah Dia?” “Anak Daud,” jawab orang-orang Farisi. Sekalipun Yesus tidak menyangkal bahwa Daud adalah nenek moyang jasmani dari Kristus, atau Mesias, ia bertanya: “Jika demikian, bagaimanakah Daud oleh ilham Roh [dalam Mazmur 110] dapat menyebut Dia Tuannya, ketika ia berkata: Tuhan [“Yehuwa,” NW] telah berfirman kepada Tuanku: duduklah di sebelah kananKu, sampai musuh-musuhMu Kutaruh di bawah kakiMu. Jadi jika Daud menyebut Dia Tuannya, bagaimana mungkin Ia anaknya pula?” Orang-orang Farisi itu diam saja, karena mereka tidak mengetahui identitas yang sebenarnya dari Kristus, atau pribadi yang diurapi. Mesias bukan semata-mata keturunan manusiawi dari Daud, sebagaimana dipercayai oleh orang Farisi, tetapi ia pernah hidup di surga dan adalah atasan, atau Tuan dari Daud. Yesus kemudian berpaling kepada orang banyak dan muridmuridnya, memperingatkan mengenai para ahli Taurat dan orang Farisi. Karena mereka mengajarkan Taurat Allah, “menduduki kursi Musa,” Yesus menganjurkan: “Turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu.” Akan tetapi, ia menambahkan: “Janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya.” Mereka adalah orang-orang munafik, dan Yesus mencela mereka dengan bahasa yang sama yang ia gunakan pada waktu ia makan di rumah seorang Farisi beberapa bulan sebelumnya. “Semua pekerjaan yang mereka lakukan,” katanya, “hanya dimaksud supaya dilihat orang.” Selanjutnya ia memberikan contoh-contoh, dengan mengatakan: “Mereka memperbesar kotak-kotak yang berisi ayat-ayat yang mereka kenakan sebagai pelindung.” (NW) Kotak-kotak yang relatif kecil, yang dikenakan pada dahi atau pada lengan, memuat empat bagian dari Taurat: Keluaran 13:1-10, 11-16; dan Ulangan 6:4-9; 11: 13-21. Namun orang-orang Farisi memperlebar ukuran kotak-kotak


ini untuk memberi kesan bahwa mereka sangat patuh kepada Taurat. Yesus melanjutkan bahwa mereka “memperpanjang jumbai pada jubah mereka.” (NW) Dalam Bilangan 15:38-40 orang Israel diperintahkan untuk mengenakan jumbai pada jubah mereka, namun orang Farisi membuatnya lebih panjang daripada kepunyaan orang lain. Semuanya dilakukan dengan maksud untuk pamer! Yesus menyatakan: “Mereka suka duduk di tempat terhormat.” Patut disesalkan, murid-muridnya sendiri telah terpengaruh oleh keinginan untuk dihormati ini. Maka ia menasihati: “Tetapi kamu, janganlah kamu disebut Rabi; karena hanya satu Rabimu dan kamu semua adalah saudara. Dan janganlah kamu menyebut siapapun


bapa di bumi ini, karena hanya satu Bapamu, yaitu Dia yang di sorga. Janganlah pula kamu disebut pemimpin, karena hanya satu Pemimpinmu, yaitu Mesias.” Murid-murid tersebut harus menjauhkan diri dari keinginan untuk menjadi nomor satu! “Barangsiapa terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu,” nasihat Yesus. Kemudian ia menyebutkan serangkaian celaka atas para ahli Taurat dan orang Farisi, dengan berulang kali menyebut mereka sebagai orang munafik. Mereka “menutup pintu-pintu Kerajaan Sorga di depan orang,” katanya, dan “menelan rumah janda-janda, sedang mereka mengelabui mata orang dengan doa yang panjang-panjang.” “Celakalah kamu, hai pemimpin-pemimpin buta,” kata Yesus. Ia mengutuk kurangnya nilai-nilai rohani dari kaum Farisi, yang dibuktikan oleh perbedaan sewenang-wenang yang mereka buat. Misalnya, mereka mengatakan, ‘Bersumpah demi Bait Suci adalah tidak sah, tetapi bersumpah demi emas Bait Suci bersifat mengikat.’ Karena lebih menandaskan emas Bait Suci daripada nilai rohani tempat ibadat itu, kebutaan moral mereka tersingkap. Lalu, sebagaimana ia lakukan sebelumnya, Yesus mengutuk orang Farisi karena mengabaikan ‘yang terpenting dalam Hukum Taurat, yaitu: keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan’ dan sebaliknya sangat menandaskan persepuluhan, atau sepersepuluh bagian, dari ramuan-ramuan yang tidak penting. Yesus menyebut orang Farisi: “Pemimpin-pemimpin buta, nyamuk kamu tapiskan dari dalam minumanmu, tetapi unta yang di dalamnya kamu telan.” Mereka menapiskan nyamuk dari anggur mereka bukan semata-mata karena itu serangga tetapi karena dalam upacara agama itu dianggap najis. Akan tetapi, kelalaian mereka terhadap hal-hal yang lebih penting dalam Taurat dapat dibandingkan dengan menelan unta, juga binatang yang najis dalam hubungan dengan upacara. Matius 22:41–23:24; Markus 12:35-40; Lukas 20:41-47; Imamat 11:4, 21-24.

ˇ Mengapa orang Farisi diam saja ketika Yesus bertanya kepada mereka mengenai apa yang Daud katakan dalam Mazmur 110? ˇ Mengapa orang Farisi memperbesar kotak-kotak mereka yang berisi ayat dan memperpanjang jumbai-jumbai pada jubah mereka? ˇ Nasihat apa yang Yesus berikan kepada murid-muridnya? ˇ Perbedaan yang sewenang-wenang apa yang dibuat orang Farisi, dan bagaimana Yesus mengutuk mereka karena mengabaikan hal-hal yang lebih penting?


110

Y

Pelayanan di Bait Selesai

ESUS muncul untuk yang terakhir kalinya di bait. Sebenarnya, ia hampir selesai dengan pelayanannya di bumi kecuali peristiwa pengadilan dan eksekusinya, yang terjadi tiga hari kemudian. Sekarang ia meneruskan kata-kata penghukumannya atas para ahli Taurat dan orang Farisi. Tiga kali lagi ia berseru: “Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik.” Pertamatama, ia menyatakan celaka atas mereka karena ‘cawan dan pinggan mereka bersihkan sebelah luarnya, tetapi sebelah dalamnya penuh rampasan dan kerakusan.’ Maka ia menasihati: “Bersihkanlah dahulu sebelah dalam cawan itu, maka sebelah luarnya juga akan bersih.” Kemudian ia menyatakan celaka atas para ahli Taurat dan orang Farisi karena kebejatan dan kebusukan yang mereka coba tutupi dengan kesalehan di luar. “Kamu sama seperti kuburan yang dilabur putih,” katanya, “yang sebelah luarnya memang bersih tampaknya, tetapi yang sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan pelbagai jenis kotoran.” Akhirnya, kemunafikan mereka nyata dalam kesediaan mereka untuk mendirikan kuburan bagi para nabi dan menghiasinya agar perbuatan amal mereka sendiri diperhatikan. Namun, sebagaimana disingkapkan oleh Yesus, mereka “adalah keturunan [dari] pembunuh nabi-nabi itu.” Memang, siapa pun yang berani menyingkapkan kemunafikan mereka berada dalam bahaya! Selanjutnya, Yesus mengucapkan kata-kata celaan yang paling keras. “Hai kamu ular-ular, hai kamu keturunan ular beludak,” katanya, “bagaimanakah mungkin kamu dapat meluputkan diri dari hukuman neraka [Gehenna]?” Gehenna adalah lembah yang digunakan sebagai tempat pembuangan sampah Yerusalem. Maka Yesus memaksudkan bahwa karena menempuh haluan mereka yang jahat, para ahli Taurat dan orang Farisi akan mengalami kebinasaan kekal. Mengenai mereka yang ia kirim sebagai wakil-wakilnya, Yesus berkata: “Separuh di antara mereka akan kamu bunuh dan kamu salibkan [“pakukan,” NW], yang lain akan kamu sesah di rumahrumah ibadatmu dan kamu aniaya dari kota ke kota, supaya kamu menanggung akibat penumpahan darah orang yang tidak


bersalah mulai dari Habel, orang benar itu, sampai kepada Zakharia anak Berekhya [yang dinamai Yoyada di Dua Tawarikh], yang kamu bunuh di antara tempat kudus dan mezbah. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya semuanya ini akan ditanggung angkatan ini!” Karena Zakharia mengutuk para pemimpin Israel, “mereka mengadakan persepakatan terhadap dia, dan atas perintah raja mereka melontari dia dengan batu di pelataran rumah [Yehuwa].” Namun, sebagaimana Yesus nubuatkan, Israel akan membayar semua penumpahan darah orang yang benar. Mereka membayarnya 37 tahun kemudian, pada tahun 70 M., ketika tentara Roma menghancurkan Yerusalem dan lebih dari satu juta orang Yahudi binasa. Ketika Yesus memikirkan keadaan yang mengerikan itu, ia menjadi sedih. “Yerusalem, Yerusalem,” serunya sekali lagi, “berkalikali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi kamu tidak mau. Lihatlah rumahmu ini akan ditinggalkan dan menjadi sunyi.”


Kemudian Yesus menambahkan: “Mulai sekarang kamu tidak akan melihat Aku lagi, hingga kamu berkata: Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan [“Yehuwa,” NW]!” Saat itu adalah pada waktu kehadiran Kristus ketika ia mewarisi Kerajaan surgawinya dan orang-orang melihat dia dengan mata iman. Yesus kemudian pergi ke suatu tempat yang dapat mengamati peti persembahan di bait dan orang banyak yang memasukkan uang ke dalamnya. Orang kaya memasukkan jumlah yang besar. Akan tetapi, kemudian seorang janda miskin datang dan memasukkan dua keping uang yang sangat kecil nilainya. Yesus memanggil murid-muridnya dan berkata: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan.” Pastilah mereka bertanya-tanya dalam hati bagaimana hal itu mungkin. Maka Yesus menerangkan: “Mereka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya.” Setelah mengatakan hal ini, Yesus meninggalkan bait untuk terakhir kali. Takjub melihat ukuran dan keindahan bait itu, salah seorang dari murid-muridnya berseru: “Guru, lihatlah betapa kokohnya batu-batu itu dan betapa megahnya gedung-gedung itu!” Memang, kata orang panjang batu-batunya lebih dari 11 meter, lebarnya lebih dari 5 meter, dan tingginya lebih dari 3 meter! “Kaulihat gedung-gedung yang hebat ini?” jawab Yesus. “Tidak satu batupun akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain, semuanya akan diruntuhkan.” Setelah mengatakan hal-hal ini, Yesus dan rasul-rasulnya melintasi Lembah Kidron dan mendaki Bukit Zaitun. Dari sini mereka dapat memandang ke bawah ke bait Matius 23:25–24:3; Markus 12:41–13:3; Lukas yang megah. 21:1-6; 2 Tawarikh 24:20-22.

ˇ Apa yang Yesus lakukan pada kunjungannya yang terakhir ke bait? ˇ Bagaimana kemunafikan para ahli Taurat dan orang Farisi disingkapkan? ˇ Apa yang dimaksud dengan “hukuman neraka [Gehenna]” ? ˇ Mengapa Yesus mengatakan bahwa janda itu memberi lebih banyak daripada orang kaya?


111

Tanda Hari-Hari Terakhir

EKARANG sudah hari Selasa sore. Ketika Yesus sedang duduk di atas Bukit Zaitun, memandang ke bait Allah di bawah, Petrus, Andreas, Yakobus, dan Yohanes datang kepadanya untuk bercakap-cakap sendirian dengannya. Mereka merasa khawatir terhadap bait Allah, karena Yesus baru saja menubuatkan bahwa tidak ada satu batu pun yang akan tinggal terletak di atas batu yang lain. Akan tetapi, tampaknya masih ada hal lain lagi dalam pikiran mereka ketika mereka menghampiri Yesus. Beberapa minggu sebelumnya, ia berbicara mengenai “kehadiran”-nya (NW), saat “manakala Anak Manusia akan dinyatakan.” (NW) Dan sebelum

S


itu, ia telah memberi tahu mereka tentang “kesudahan sistem ini.” (NW) Karena itu para rasul benar-benar ingin tahu. “Katakanlah kepada kami,” kata mereka, “bilamanakah itu akan terjadi [yang mengakibatkan kehancuran bagi Yerusalem dan bait Allah], dan apakah tanda kehadiranmu dan tanda kesudahan sistem ini?” (NW) Sebenarnya, pertanyaan mereka terdiri dari tiga bagian. Pertama, mereka ingin mengetahui tentang akhir dari Yerusalem dan baitnya, kemudian sehubungan dengan kehadiran Yesus dalam kuasa Kerajaan, dan yang terakhir tentang akhir dari seluruh sistem ini. Dalam jawabannya yang panjang, Yesus menjawab ketiga bagian pertanyaan tersebut. Ia memberikan suatu tanda yang menunjukkan kapan sistem Yahudi akan berakhir; namun bukan itu saja. Ia juga memberikan suatu tanda yang akan memperingatkan orang-orang yang akan menjadi murid-muridnya kelak agar mereka dapat mengetahui bahwa mereka hidup pada masa kehadirannya dan mendekati akhir dari seluruh sistem ini. Seraya tahun demi tahun berlalu, rasul-rasul melihat penggenapan dari nubuat Yesus. Ya, hal-hal yang ia nubuatkan mulai terjadi pada zaman mereka. Jadi, umat Kristiani yang hidup 37 tahun kemudian, pada tahun 70 M., tidak dikejutkan oleh kehancuran sistem Yahudi beserta baitnya. Akan tetapi, kehadiran Yesus dan akhir sistem ini tidak terjadi pada tahun 70 M. Kehadirannya dalam kuasa Kerajaan terjadi jauh di masa depan. Namun kapan? Dengan mempertimbangkan nubuat Yesus, kita akan mengetahuinya. Yesus menubuatkan bahwa akan ada “deru perang atau kabar-kabar tentang perang.” “Bangsa akan bangkit melawan bangsa,” katanya, dan akan ada kelaparan, gempa bumi, dan penyakit sampar. Murid-muridnya akan dibenci dan dibunuh. Nabi-nabi palsu akan muncul dan menyesatkan banyak orang. Kedurhakaan akan bertambah, dan kasih kebanyakan orang akan menjadi dingin. Pada waktu yang sama, Injil Kerajaan Allah akan diberitakan sebagai kesaksian bagi semua bangsa.


Meskipun nubuat Yesus terbatas penggenapannya sebelum kehancuran Yerusalem pada tahun 70 M., penggenapan yang lebih besar terjadi pada saat kehadirannya dan kesudahan sistem ini. Bila kita meninjau kembali dengan saksama peristiwa-peristiwa dunia sejak tahun 1914, tersingkaplah bahwa sejak tahun itu nubuat Yesus yang sangat penting telah mengalami penggenapan yang lebih besar. Bagian lain dari tanda yang Yesus berikan adalah munculnya “Pembinasa keji.” Pada tahun 66 M., pembinasa keji ini muncul dalam bentuk “tentara-tentara” Roma yang mengepung Yerusalem dan menghancurkan tembok bait. “Pembinasa keji” berdiri di tempat yang tidak patut baginya. Dalam penggenapan utama dari tanda tersebut, Pembinasa keji adalah Liga Bangsa-Bangsa dan penggantinya, Perserikatan Bangsa-Bangsa. Organisasi perdamaian dunia ini dipandang oleh Susunan Kristen sebagai pengganti dari Kerajaan Allah. Betapa memuakkan! Karena itu, pada waktunya, kuasa-kuasa politik yang bergabung dengan PBB akan berbalik menyerang Susunan Kristen (imbangan Yerusalem) dan akan menghancurkannya. Jadi Yesus menubuatkan: “Pada masa itu akan terjadi siksaan yang dahsyat [“sengsara besar,” Bode] seperti yang belum pernah terjadi sejak awal dunia sampai sekarang dan yang tidak akan terjadi lagi.” Walaupun kehancuran Yerusalem pada tahun 70 M. sungguh-sungguh merupakan sengsara besar, menurut laporan ada lebih dari satu juta orang yang terbunuh, namun hal itu bukanlah sengsara yang lebih besar daripada Air Bah sedunia pada zaman Nuh. Dengan demikian, penggenapan yang lebih besar atas bagian dari nubuat Yesus ini masih akan terjadi. Keyakinan Selama Hari-Hari Terakhir Pada waktu hari Selasa tanggal 11 Nisan hampir berakhir, Yesus melanjutkan pembahasan bersama murid-muridnya tentang tanda kehadirannya dalam kuasa Kerajaan dan akhir sistem ini. Ia memperingatkan mereka agar tidak mencari pergaulan di antara Mesias-Mesias palsu. Katanya, akan ada upaya “sehingga sekiranya mungkin, mereka menyesatkan orang-orang pilihan juga.” Akan tetapi, seperti burung rajawali yang dapat melihat dari jarak jauh, orang-orang pilihan ini akan berkumpul di tempat makanan rohani yang benar dapat ditemukan, yaitu bersama


Kristus yang sejati pada waktu kehadirannya yang tidak kelihatan. Mereka tidak akan disesatkan dan dikumpulkan bersama Mesias palsu. Mesias-Mesias palsu hanya dapat menampakkan diri secara fisik. Sebaliknya, kehadiran Yesus tidak akan kelihatan. Hal ini akan terjadi selama masa yang mengerikan dalam sejarah manusia, seperti Yesus katakan: “Matahari akan menjadi gelap dan bulan tidak bercahaya.” Ya, hal ini akan menjadi masa yang paling gelap dari kehidupan manusia. Halnya seakan-akan matahari menjadi gelap pada siang hari, dan seakan-akan bulan tidak bercahaya pada malam hari. “Kuasa-kuasa langit akan goncang,” kata Yesus selanjutnya. Dengan demikian, ia menunjukkan bahwa langit harfiah akan memperlihatkan pertanda buruk. Langit tidak akan menjadi wilayah dari burung-burung saja, tetapi akan dipenuhi dengan pesawat tempur, roket, serta satelit ruang angkasa. Perasaan takut dan kekerasan akan melebihi segala sesuatu yang pernah dialami sepanjang sejarah manusia. Sebagai akibatnya, Yesus berkata, “bangsa-bangsa akan takut dan bingung menghadapi deru dan gelora laut. Orang akan mati ketakutan karena kecemasan berhubung dengan segala apa yang menimpa bumi ini.” Sesungguhnya, masa paling gelap dalam kehidupan manusia ini akan menuju kepada waktu manakala, seperti Yesus katakan, “akan tampak tanda Anak Manusia di langit dan semua bangsa di bumi akan meratap.” Akan tetapi, tidak semua akan meratap ketika ‘Anak Manusia datang dengan kekuasaan’ untuk membinasakan sistem yang jahat ini. “Orang-orang pilihan,” ke-144.000 yang akan memerintah bersama Kristus dalam Kerajaan surgawinya, tidak akan meratap, demikian juga rekan-rekan mereka, yaitu orang-orang yang Yesus sebut sebelumnya sebagai “domba-domba lain.” Walaupun hidup selama masa yang paling gelap sepanjang sejarah manusia, mereka menanggapi anjuran Yesus: “Apabila semuanya itu mulai terjadi, bangkitlah dan angkatlah mukamu, sebab penyelamatanmu sudah dekat.” Agar murid-muridnya yang akan hidup selama hari-hari terakhir dapat mengetahui betapa dekat akhir itu, Yesus memberikan perumpamaan ini: “Perhatikanlah pohon ara atau pohon apa



saja. Apabila kamu melihat pohon-pohon itu sudah bertunas, kamu tahu dengan sendirinya bahwa musim panas sudah dekat. Demikian juga, jika kamu melihat hal-hal itu terjadi, ketahuilah, bahwa Kerajaan Allah sudah dekat. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya angkatan ini tidak akan berlalu, sebelum semuanya terjadi.” Jadi, bila murid-muridnya melihat banyak corak yang berlainan dari tanda itu sedang digenapi, mereka harus menyadari bahwa akhir sistem ini sudah dekat dan bahwa Kerajaan Allah segera akan membinasakan semua kejahatan. Sebenarnya, akhir itu akan terjadi dalam jangka waktu kehidupan dari orang-orang yang menyaksikan penggenapan dari semua hal yang Yesus nubuatkan! Untuk menasihati murid-muridnya yang akan hidup selama hari-hari terakhir yang menentukan ini, Yesus berkata: “Jagalah dirimu, supaya hatimu jangan sarat oleh pesta pora dan kemabukan serta kepentingan-kepentingan duniawi dan supaya hari Tuhan jangan dengan tiba-tiba jatuh ke atas dirimu seperti suatu jerat. Sebab ia akan menimpa semua penduduk bumi ini. Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa, supaya kamu beroleh kekuatan untuk luput dari semua yang akan terjadi itu, dan supaya kamu tahan berdiri di hadapan Anak Manusia.” Gadis-Gadis yang Bijaksana dan yang Bodoh Yesus sedang menjawab permintaan rasul-rasulnya untuk memberikan tanda dari kehadirannya dalam kuasa Kerajaan. Sekarang ia memberikan corak-corak lain dari tanda itu dalam tiga perumpamaan, atau ilustrasi. Penggenapan dari setiap perumpamaan dapat diamati oleh orang-orang yang hidup pada masa kehadirannya. Ia memulai perumpamaan yang pertama dengan kata-kata: “Pada waktu itu hal Kerajaan Sorga seumpama sepuluh gadis, yang mengambil pelitanya dan pergi menyongsong mempelai laki-laki. Lima di antaranya bodoh dan lima bijaksana.” Dengan ungkapan “hal Kerajaan Sorga seumpama sepuluh gadis,” Yesus tidak memaksudkan bahwa setengah dari antara mereka yang mewarisi Kerajaan surgawi adalah orang bodoh dan yang setengah lagi adalah orang bijaksana! Tidak, tetapi ia memaksudkan bahwa sehubungan dengan Kerajaan surga, ada suatu


segi seperti ini atau seperti itu, atau bahwa hal-hal sehubungan dengan Kerajaan akan seperti ini dan itu. Sepuluh gadis itu melambangkan semua orang Kristiani yang berhak atau yang mengaku berhak menerima Kerajaan surgawi. Pada hari Pentakosta tahun 33 M., sidang Kristen dijanjikan akan dikawinkan dengan Mempelai Laki-Laki yang telah dibangkitkan dan dimuliakan, Kristus Yesus. Akan tetapi, perkawinan akan berlangsung di surga pada suatu waktu yang tidak disebutkan di masa yang akan datang. Dalam perumpamaan ini, sepuluh gadis pergi dengan maksud menyongsong mempelai laki-laki dan ikut serta dalam iring-iringan pengantin. Ketika ia tiba, mereka akan menerangi jalan-jalan yang dilalui iring-iringan itu dengan pelita mereka, dengan demikian menghormati dia seraya ia membawa pengantin perempuannya ke rumah yang telah dipersiapkan baginya. Namun, Yesus menjelaskan: “Gadis-gadis yang bodoh itu membawa pelitanya, tetapi tidak membawa minyak, sedangkan gadis-gadis yang bijaksana itu membawa pelitanya dan juga minyak dalam buli-buli mereka. Tetapi karena mempelai itu lama tidak datang-datang juga, mengantuklah mereka semua lalu tertidur.� Tertundanya kedatangan mempelai laki-laki untuk waktu yang lama menunjukkan bahwa kehadiran Kristus sebagai Raja yang memerintah masih akan terjadi jauh di masa depan. Akhirnya ia duduk di atas takhta pada tahun 1914. Selama malam yang panjang sebelum itu, semua gadis tertidur. Akan tetapi, mereka tidak dipersalahkan karena itu. Kesalahan yang ditimpakan atas gadis-gadis yang bodoh adalah karena mereka tidak mempunyai minyak dalam buli-buli mereka. Yesus menjelaskan bagaimana gadis-gadis itu terbangun sebelum mempelai laki-laki itu tiba: “Waktu tengah malam terdengarlah suara orang berseru: Mempelai datang! Songsonglah dia! Gadis-gadis itupun bangun semuanya lalu membereskan pelita mereka. Gadis-gadis yang bodoh berkata kepada gadis-gadis yang bijaksana: Berikanlah kami sedikit dari minyakmu itu, sebab pelita kami hampir padam. Tetapi jawab gadis-gadis yang bijaksana itu: Tidak, nanti tidak cukup untuk kami dan untuk kamu. Lebih baik kamu pergi kepada penjual minyak dan beli di situ.� Minyak melambangkan sesuatu yang membuat umat Kristiani tetap bercahaya sebagai penerang. Ini adalah Firman Allah ter-


ilham, yang umat Kristiani pegang dengan erat, bersama dengan roh suci, yang membantu mereka memahami Firman itu. Minyak rohani memungkinkan gadis-gadis yang bijaksana terus memancarkan terang dalam menyongsong mempelai laki-laki selama iring-iringan menuju perjamuan kawin. Akan tetapi, golongan gadis-gadis yang bodoh tidak memiliki minyak rohani yang diperlukan itu dalam diri mereka, dalam buli-buli mereka. Maka Yesus melukiskan apa yang terjadi: “Akan tetapi, waktu [gadisgadis yang bodoh] sedang pergi untuk membeli [minyak], datanglah mempelai itu dan mereka yang telah siap sedia masuk bersama-sama dengan dia ke ruang perjamuan


kawin, lalu pintu ditutup. Kemudian datang juga gadis-gadis yang lain itu dan berkata: Tuan, tuan, bukakanlah kami pintu! Tetapi ia menjawab: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya aku tidak mengenal kamu.” Setelah Kristus tiba dalam Kerajaan surgawinya, golongan gadis yang bijaksana dari umat Kristiani sejati yang terurap bangkit untuk melakukan hak istimewa mereka yaitu memancarkan terang dalam dunia yang dilanda kegelapan ini menyambut Mempelai Laki-Laki yang kembali. Akan tetapi, mereka yang digambarkan oleh gadis-gadis yang bodoh tidak siap untuk memberikan penyambutan berupa puji-pujian ini. Maka ketika tiba waktunya, Kristus tidak membukakan pintu masuk ke perjamuan kawin di surga bagi mereka. Ia meninggalkan mereka di luar dalam kegelapan malam yang pekat dari dunia, untuk dibinasakan bersama semua pelaku kejahatan lainnya. “Karena itu, berjaga-jagalah,” Yesus melanjutkan, “sebab kamu tidak tahu akan hari maupun akan saatnya.” Ilustrasi Mengenai Talenta Yesus melanjutkan diskusi dengan para rasulnya di atas Bukit Zaitun dengan menceritakan kepada mereka perumpamaan lain, yang kedua dari rangkaian tiga perumpamaan. Beberapa hari sebelumnya, pada waktu ia berada di Yerikho, ia memberikan perumpamaan mengenai uang mina untuk memperlihatkan bahwa Kerajaan masih jauh di masa depan. Perumpamaan yang ia ceritakan sekarang, meskipun memiliki beberapa corak yang sama, dalam penggenapannya menggambarkan kegiatan selama kehadiran Kristus dalam kuasa Kerajaan. Ini menggambarkan bahwa murid-muridnya pada waktu masih berada di bumi harus bekerja untuk memperbanyak “hartanya.” Yesus memulai: “Sebab hal Kerajaan Sorga [yaitu, keadaan yang ada hubungannya dengan Kerajaan itu] sama seperti seorang yang mau bepergian ke luar negeri, yang memanggil hamba-hambanya dan mempercayakan hartanya kepada mereka.” Yesus-lah orang yang, sebelum bepergian ke surga, mempercayakan kepada hamba-hambanya—yakni murid-muridnya yang akan mewarisi Kerajaan surga—hartanya. Harta ini bukan harta materi melainkan itu menggambarkan ladang yang sudah dikerjakan yang di dalamnya telah ia ciptakan potensi untuk menghasilkan lebih banyak murid.


Yesus mempercayakan hartanya kepada hamba-hambanya tidak lama sebelum ia naik ke surga. Bagaimana ia melakukan hal itu? Dengan menyuruh mereka terus bekerja dalam ladang yang sudah dikerjakan dengan mengabarkan berita Kerajaan ke segenap penjuru bumi. Sebagaimana Yesus katakan: “Yang seorang diberikannya lima talenta, yang seorang lagi dua dan yang seorang lain lagi satu, masing-masing menurut kesanggupannya, lalu ia berangkat.” Kedelapan talenta—harta milik Kristus—dengan demikian dibagikan menurut kesanggupan, atau bakat rohani hamba-hamba itu. Hamba mewakili golongan murid. Pada abad pertama, golongan yang menerima lima talenta jelas termasuk para rasul. Yesus selanjutnya menceritakan bahwa hamba yang menerima lima dan dua talenta melipatgandakannya dengan memberitakan Kerajaan dan menjadikan murid-murid. Namun, hamba yang menerima satu talenta menyembunyikan uang itu di dalam tanah. “Lama sesudah itu,” Yesus melanjutkan, “pulanglah tuan hamba-hamba itu lalu mengadakan perhitungan dengan mereka.” Baru pada abad ke-20, kira-kira 1.900 tahun kemudian, Kristus kembali untuk mengadakan perhitungan, jadi memang “lama sesudah itu.” Kemudian Yesus menjelaskan: “Hamba yang menerima lima talenta itu datang dan ia membawa laba lima talenta, katanya: Tuan, lima talenta tuan percayakan kepadaku; lihat, aku telah beroleh laba lima talenta. Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.” Hamba yang menerima dua talenta juga melipatgandakan talentanya, dan ia menerima pujian dan imbalan yang sama. Namun, bagaimana hamba-hamba yang setia ini masuk ke dalam kebahagiaan Majikan mereka? Nah, kebahagiaan dari Majikan mereka, Kristus Yesus, adalah menerima Kerajaan sebagai miliknya pada waktu ia bepergian kepada Bapaknya di surga. Bagi hamba-hamba yang setia pada zaman modern, mereka menikmati kebahagiaan besar karena dipercayakan dengan tanggung jawab Kerajaan lebih jauh, dan pada waktu mereka


menyelesaikan kehidupan mereka di bumi, mereka akan memiliki sukacita tertinggi dengan dibangkitkan ke Kerajaan surgawi. Akan tetapi, bagaimana dengan hamba yang ketiga? “Tuan, aku tahu bahwa tuan adalah manusia yang kejam,” keluh hamba ini. “Karena itu aku takut dan pergi menyembunyikan talenta tuan itu di dalam tanah: Ini, terimalah kepunyaan tuan!” Hamba ini dengan sengaja menolak bekerja dalam ladang yang sudah dikerjakan dengan mengabar dan menjadikan murid. Maka sang majikan menyebutnya “jahat dan malas” dan menjatuhkan hukuman: “Ambillah talenta itu dari padanya . . . Dan campakkanlah hamba yang tidak berguna itu ke dalam kegelapan yang paling gelap. Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi.” Mereka dari golongan hamba yang jahat ini, dicampakkan ke luar, artinya tidak dapat menikmati keriangan rohani apa pun. Hal ini merupakan pelajaran yang serius bagi semua orang yang mengaku menjadi pengikut Kristus. Jika mereka ingin menikmati pujian dan imbalan, dan tidak ingin dilemparkan ke luar ke dalam kegelapan dan kebinasaan total, mereka harus bekerja untuk meningkatkan harta Majikan


surgawi mereka dengan ikut serta sepenuhnya dalam pekerjaan pengabaran. Apakah saudara rajin dalam hal ini? Pada Waktu Kristus Tiba Dalam Kuasa Kerajaan Yesus masih bersama rasul-rasulnya di Bukit Zaitun. Sebagai jawaban atas permintaan mereka untuk suatu tanda dari kehadirannya dan kesudahan sistem ini, ia sekarang memberi tahu mereka bagian terakhir dari rangkaian tiga perumpamaan. “Apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaanNya dan semua malaikat bersama-sama dengan Dia,” Yesus memulai, “maka Ia akan bersemayam di atas takhta kemuliaanNya.” Manusia tidak dapat melihat para malaikat dalam kemuliaan surgawi mereka. Maka kedatangan Anak Manusia, Kristus Yesus, bersama malaikat-malaikat, pasti tidak kelihatan oleh mata manusia. Ia datang pada tahun 1914. Akan tetapi, untuk maksud apa? Yesus menjelaskan: “Semua bangsa akan dikumpulkan di hadapanNya dan Ia akan memisahkan mereka seorang dari pada seorang, sama seperti gembala memisahkan domba dari kambing, dan Ia akan menempatkan domba-domba di sebelah kananNya dan kambing-kambing di sebelah kiriNya.” Ketika menjelaskan apa yang akan terjadi atas mereka yang dipisahkan ke pihak yang diperkenan, Yesus mengatakan: “Dan Raja itu akan berkata kepada mereka yang di sebelah kananNya: ‘Mari, hai kamu yang diberkati oleh BapaKu, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan.’” Domba-domba dalam perumpamaan ini tidak akan memerintah bersama Kristus di surga tetapi akan mewarisi Kerajaan dalam arti menjadi rakyatnya di bumi. “Dunia dijadikan” ketika Adam dan Hawa pertama kali melahirkan anak-anak yang akan mendapat manfaat dari persediaan Allah untuk menebus umat manusia. Akan tetapi, mengapa dombadomba dipisahkan ke tangan kanan yakni perkenan sang Raja? “Sebab ketika Aku lapar,” jawab Raja itu,


“kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku.” Karena domba-domba berada di atas bumi, mereka ingin tahu bagaimana mereka dapat melakukan perbuatan baik demikian bagi Raja surgawi mereka. “Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar dan kami memberi Engkau makan,” tanya mereka, “atau haus dan kami memberi Engkau minum? Bilamanakah kami melihat Engkau sebagai orang asing, dan kami memberi Engkau tumpangan, atau telanjang dan kami memberi Engkau pakaian? Bilamanakah kami melihat Engkau sakit atau dalam penjara dan kami mengunjungi Engkau?” “Aku berkata kepadamu,” jawab sang Raja, “sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudaraKu yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.” Saudara-saudara Kristus adalah sisa yang masih ada di bumi dari ke-144.000 orang yang akan memerintah bersama dia di surga. Berbuat baik kepada mereka, kata Yesus, adalah sama seperti berbuat baik kepada dia.


Kemudian, sang Raja berbicara kepada kambing-kambing. “Enyahlah dari hadapanKu, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya. Sebab ketika Aku lapar, kamu tidak memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu tidak memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu tidak memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu tidak memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit dan dalam penjara, kamu tidak melawat Aku.” Namun, kambing-kambing mengeluh: “Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar, atau haus, atau sebagai orang asing, atau telanjang atau sakit, atau dalam penjara dan kami tidak melayani Engkau?” Kambing-kambing mendapat hukuman berat atas dasar yang sama sebagaimana domba-domba mendapat perkenan. “Segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina [dari antara saudara-saudaraku] ini,” jawab Yesus, “kamu tidak melakukannya juga untuk Aku.” Jadi kehadiran Kristus dalam kuasa Kerajaan, tidak lama sebelum akhir dari sistem yang jahat ini dalam sengsara besar, akan merupakan masa pengadilan. Kambing-kambing “akan dihukum dengan hukuman yang kekal, sedangkan orang-orang


yang melakukan kehendak Allah [domba-domba] akan mengalami hidup sejati dan kekal.” (BIS) Matius 24:2–25:46; 13:40, 49; Markus 13:3-37; Lukas 21:7-36; 19:43, 44; 17:20-30; 2 Timotius 3:1-5; Yohanes 10:16; Wahyu 14:1-3.

ˇ Apa yang mendorong para rasul untuk mengajukan pertanyaan, tetapi rupanya apa lagi yang ada dalam pikiran mereka? ˇ Bagian mana dari nubuat Yesus digenapi pada tahun 70 M., tetapi apa yang belum terjadi pada waktu itu? ˇ Kapan nubuat Yesus mengalami penggenapan yang pertama, tetapi kapan penggenapan yang lebih besar terjadi? ˇ Apa Pembinasa keji itu dalam penggenapannya yang pertama dan yang terakhir? ˇ Mengapa sengsara besar belum mengalami penggenapannya yang terakhir dengan kehancuran Yerusalem? ˇ Keadaan-keadaan dunia apakah yang menandakan kehadiran Kristus? ˇ Kapan ‘semua bangsa di bumi akan meratap,’ namun apa yang akan dilakukan oleh murid-murid Kristus? ˇ Perumpamaan apa yang Yesus berikan guna membantu orang-orang yang akan menjadi murid-muridnya di kemudian hari untuk melihat dengan jelas saat akhir itu sudah dekat? ˇ Nasihat apa yang Yesus berikan kepada murid-muridnya yang akan hidup selama hari-hari terakhir? ˇ Siapa yang dilambangkan oleh sepuluh gadis itu? ˇ Kapan jemaat Kristiani dijanjikan untuk dikawinkan dengan mempelai lakilaki, tetapi kapan mempelai laki-laki itu tiba untuk membawa pengantin perempuannya ke perjamuan kawin? ˇ Apa yang dilambangkan oleh minyak, dan memiliki minyak itu memungkinkan gadis-gadis yang bijaksana melakukan apa? ˇ Di mana perjamuan kawin itu berlangsung? ˇ Gadis-gadis yang bodoh kehilangan imbalan yang menakjubkan apa, dan akhir apa yang akan mereka alami? ˇ Apa yang diajarkan oleh perumpamaan mengenai talenta? ˇ Siapa gerangan hamba itu, dan apa harta yang dipercayakan kepada mereka? ˇ Bilamanakah sang majikan datang untuk mengadakan perhitungan, dan apa yang ia dapati? ˇ Apa gerangan kebahagiaan ke mana hamba-hamba yang setia itu pergi, dan apa yang terjadi dengan hamba yang ketiga, yang jahat? ˇ Mengapa kehadiran Kristus pasti tidak kelihatan, dan pekerjaan apa yang ia laksanakan pada waktu itu? ˇ Dalam arti apa domba-domba mewarisi Kerajaan? ˇ Kapankah “dunia dijadikan” berlangsung? ˇ Atas dasar apa orang diadili sebagai domba dan kambing?


112

M

Paskah Terakhir Bagi Yesus Sudah Dekat

ENJELANG akhir hari Selasa, tanggal 11 Nisan, Yesus selesai mengajar para rasul di atas Bukit Zaitun. Betapa sibuk dan penuh kegiatan hari itu! Sekarang, kemungkinan dalam perjalanan kembali ke Betania untuk bermalam, ia memberi tahu rasul-rasulnya: “Kamu tahu, bahwa dua hari lagi akan dirayakan Paskah, maka Anak Manusia akan diserahkan untuk disalibkan [“dipakukan,” NW].” Yesus rupanya beristirahat pada keesokan harinya, hari Rabu, tanggal 12 Nisan, bersama rasul-rasulnya. Pada hari sebelumnya, ia telah mengutuk para pemimpin agama di hadapan umum dan ia tahu bahwa mereka mencari kesempatan untuk membunuhnya. Maka pada hari Rabu ia tidak menampakkan diri, karena ia tidak ingin apa pun mengganggu dia merayakan Paskah bersama para rasulnya keesokan petangnya. Sementara itu, imam-imam kepala dan para tua-tua bangsa Yahudi berkumpul di halaman rumah imam besar Kayafas. Karena merasa jengkel atas teguran Yesus sehari sebelumnya, mereka merencanakan untuk menangkapnya dengan tipu muslihat dan membunuh dia. Akan tetapi, mereka terus berkata: “Jangan pada waktu perayaan, supaya jangan timbul keributan di antara rakyat.” Mereka takut kepada orang-orang yang senang kepada Yesus. Ketika para pemimpin agama dengan jahat bersekongkol untuk membunuh Yesus, mereka mendapat seorang tamu. Mereka terkejut karena ternyata ia salah seorang rasul Yesus, Yudas Iskariot. Setan telah menanamkan dalam dirinya ide yang hina untuk mengkhianati Majikannya! Betapa senang mereka ketika ia bertanya: “Apa yang hendak kamu berikan kepadaku, supaya aku menyerahkan Dia kepada kamu?” Dengan gembira mereka setuju untuk membayarnya 30 keping perak, harga seorang budak menurut perjanjian Taurat Musa. Sejak saat itu, Yudas mencari kesempatan yang baik untuk menyerahkan Yesus kepada mereka tanpa ada banyak orang di sekelilingnya. Tanggal 13 Nisan mulai pada waktu matahari terbenam hari Rabu. Yesus tiba dari Yerikho pada hari Jumat, jadi ini adalah malam keenam dan yang terakhir, yang ia lewatkan di Betania. Pada


hari berikutnya, Kamis, persiapan terakhir perlu dibuat untuk perayaan Paskah, yang akan dimulai pada waktu matahari terbenam, yaitu saat anak domba Paskah harus disembelih dan kemudian dipanggang secara utuh. Di mana mereka akan merayakan pesta tersebut, dan siapa yang akan membuat persiapannya? Yesus tidak memberi tahu rinciannya, kemungkinan agar Yudas tidak memberi tahu imam-imam kepala sehingga mereka dapat menangkap Yesus selama mereka merayakan Paskah. Akan tetapi, sekarang kemungkinan awal Kamis siang, Yesus mengutus Petrus dan Yohanes dari Betania, dengan berkata: “Pergilah, persiapkanlah perjamuan Paskah bagi kita supaya kita makan.� “Di manakah engkau kehendaki kami mempersiapkannya?� tanya mereka.


“Apabila kamu masuk dalam kota,” Yesus menerangkan, “kamu akan bertemu dengan seorang yang membawa kendi berisi air. Ikutilah dia ke dalam rumah yang dimasukinya, dan katakanlah kepada tuan rumah itu: Guru bertanya kepadamu: di manakah ruangan tempat Aku bersama-sama dengan murid-muridKu akan makan Paskah? Lalu orang itu akan menunjukkan kepadamu sebuah ruangan atas yang besar yang sudah lengkap, di situlah kamu harus mempersiapkannya.” Tidak diragukan pemilik rumah itu seorang murid Yesus yang mungkin sedang menunggu permintaan Yesus agar dapat menggunakan rumahnya untuk kesempatan istimewa ini. Bagaimanapun juga, ketika Petrus dan Yohanes tiba di Yerusalem, mereka mendapati semuanya tepat seperti yang Yesus katakan. Maka keduanya mengatur agar anak domba dipersiapkan dan semua hal lain diatur untuk memenuhi kebutuhan ke-13 orang yang akan Matius 26:1-5, merayakan Paskah, yaitu Yesus dan ke-12 rasulnya. 14-19; Markus 14:1, 2, 10-16; Lukas 22:1-13; Keluaran 21:32.

ˇ Rupanya apa yang Yesus lakukan pada hari Rabu, dan mengapa? ˇ Pertemuan apa yang diadakan di rumah imam besar, dan dengan tujuan apa Yudas mengunjungi para pemimpin agama? ˇ Siapa yang Yesus utus ke Yerusalem pada hari Kamis, dan dengan maksud apa? ˇ Apa yang didapati oleh utusan-utusan ini yang sekali lagi memperlihatkan kuasa Yesus untuk mengadakan mukjizat?


113

P

Kerendahan Hati Pada Paskah Terakhir

ETRUS dan Yohanes, atas suruhan Yesus, telah tiba di Yerusalem untuk mempersiapkan perayaan Paskah. Rupanya Yesus, bersama kesepuluh rasul yang lain, tiba belakangan pada sore hari. Matahari sedang tenggelam di ufuk pada waktu Yesus dan rombongannya menuruni Bukit Zaitun. Inilah terakhir kali Yesus memandang kota itu dari bukit ini pada siang hari sampai setelah ia bangkit. Yesus bersama rombongannya segera tiba di kota dan menuju ke rumah tempat mereka akan merayakan Paskah. Mereka menaiki anak tangga menuju sebuah ruangan yang luas di tingkat atas, tempat mereka mendapati seluruh persiapan telah diadakan untuk perayaan Paskah mereka. Yesus menantikan peristiwa ini, karena ia berkata: “Aku sangat rindu makan Paskah ini bersama-sama dengan kamu, sebelum Aku menderita.� Menurut tradisi, empat cawan anggur diminum oleh mereka yang merayakan Paskah. Setelah menerima apa yang rupanya adalah cawan yang ketiga, Yesus berdoa dan berkata: “Ambillah ini dan bagikanlah di antara kamu. Sebab Aku berkata kepada kamu: mulai dari sekarang ini Aku tidak akan minum lagi hasil pokok anggur sampai Kerajaan Allah telah datang.�


Suatu waktu selama perjamuan itu, Yesus berdiri, menanggalkan jubah luarnya, mengambil sehelai kain, dan mengisi sebuah baskom dengan air. Biasanya, tuan rumah akan mengupayakan agar kaki dari tamunya dicuci. Akan tetapi, karena pada kesempatan ini tidak ada tuan rumah, Yesus sendiri yang melakukan pelayanan ini. Siapa pun di antara para rasul bisa menggunakan kesempatan tersebut untuk melakukan hal itu; namun, rupanya karena masih ada persaingan di antara mereka, tidak seorang pun mau. Sekarang mereka menjadi malu karena Yesus mulai membasuh kaki mereka. Ketika Yesus tiba pada giliran Petrus, ia memprotes: “Engkau tidak akan membasuh kakiku sampai selama-lamanya.�


“Jikalau Aku tidak membasuh engkau, engkau tidak mendapat bagian dalam Aku,” kata Yesus. “Tuhan,” Petrus menjawab, “jangan hanya kakiku saja, tetapi juga tangan dan kepalaku!” “Barangsiapa telah mandi,” jawab Yesus, “ia tidak usah membasuh diri lagi selain membasuh kakinya, karena ia sudah bersih seluruhnya. Juga kamu sudah bersih, hanya tidak semua.” Ia mengatakan hal ini karena ia tahu bahwa Yudas Iskariot merencanakan untuk mengkhianati dia. Ketika Yesus selesai membasuh kaki dari ke-12 orang, termasuk kaki dari pengkhianatnya, Yudas, ia mengenakan jubah luarnya dan kembali ke mejanya lagi. Kemudian ia bertanya: “Mengertikah kamu apa yang telah Kuperbuat kepadamu? Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan. Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamupun wajib saling membasuh kakimu; sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya, ataupun seorang utusan dari pada dia yang mengutusnya. Jikalau kamu tahu semua ini, maka berbahagialah kamu, jika kamu melakukannya.” Benar-benar pelajaran yang bagus dalam melayani dengan rendah hati! Para rasul seharusnya tidak mencari tempat pertama, menganggap diri sendiri begitu penting sehingga orang lain harus selalu melayani mereka. Mereka perlu mengikuti pola yang ditetapkan Yesus. Hal ini bukan upacara pembasuhan kaki. Tidak, tetapi ini pelajaran mengenai kerelaan untuk melayani tanpa membedakan, tidak soal betapa rendah atau tidak menyenangkan tugas itu. Matius 26:20, 21; Markus 14:17, 18; Lukas 22:14-18; 7:44; Yohanes 13:1-17.

ˇ Apa yang unik mengenai pemandangan kota Yerusalem yang Yesus lihat ketika ia memasuki kota itu untuk merayakan Paskah? ˇ Selama Paskah, rupanya cawan apa yang Yesus edarkan kepada ke-12 rasul setelah ia mengucapkan doa? ˇ Pelayanan pribadi apa biasanya diberikan kepada tamu-tamu ketika Yesus berada di atas bumi, dan mengapa hal ini tidak diadakan selama perayaan Paskah oleh Yesus dan para rasul? ˇ Apa tujuan Yesus dalam melakukan tugas yang rendah yakni membasuh kaki para rasulnya?


114

Perjamuan Malam Suatu Peringatan

ETELAH Yesus membasuh kaki rasul-rasulnya, ia mengutip ayat di Mazmur 41:10, dengan mengatakan: “Orang yang makan rotiKu, telah mengangkat tumitnya terhadap Aku.” Kemudian, dengan susah hati ia menjelaskan: “Seorang di antara kamu akan menyerahkan Aku.” Rasul-rasulnya merasa sangat sedih dan seorang demi seorang bertanya kepada Yesus: “Bukan aku, ya Tuhan?” Bahkan Yudas Iskariot pun turut bertanya. Yohanes, yang duduk dekat Yesus di meja, bersandar pada dada Yesus dan bertanya: “Tuhan, siapakah itu?” “Orang itu ialah salah seorang dari kamu yang dua belas ini, dia yang mencelupkan roti ke dalam satu pinggan dengan Aku,” jawab Yesus. “Anak Manusia memang akan pergi sesuai dengan yang ada tertulis tentang Dia, akan tetapi celakalah orang yang olehnya Anak Manusia itu diserahkan. Adalah lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan.” Setelah itu, Setan sekali lagi masuk ke dalam diri Yudas, memanfaatkan pintu yang terbuka dalam hatinya, yang sudah menjadi jahat. Kemudian malam itu, Yesus dengan tepat menyebut Yudas “anak kebinasaan.” (Bode) Sekarang Yesus mengatakan kepada Yudas: “Apa yang hendak kauperbuat, perbuatlah dengan segera.” Rasul-rasul lain tidak ada yang mengerti apa yang Yesus maksudkan. Ada yang menyangka bahwa karena Yudas yang memegang uang kas, Yesus menyuruh dia “membeli apa-apa yang perlu untuk perayaan itu,” atau bahwa ia harus pergi dan memberikan sesuatu kepada orang miskin. Setelah Yudas pergi, Yesus memperkenalkan kepada rasul-rasulnya yang setia suatu perayaan atau peringatan yang sama sekali baru. Ia mengambil roti, mengucapkan doa syukur, memecahmecahkannya, dan memberikannya kepada mereka, sambil mengatakan: “Ambillah, makanlah.” Ia menjelaskan: “Inilah tubuhKu yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku.” Setelah masing-masing makan dari roti itu, Yesus mengambil secawan anggur, rupanya cawan keempat yang digunakan dalam perayaan Paskah. Ia juga mengucapkan doa syukur, mengedarkannya di antara mereka, menyuruh mereka minum dari cawan itu,

S


dan menyatakan: “Cawan ini adalah perjanjian baru oleh darahKu, yang ditumpahkan bagi kamu.� Jadi, sebenarnya, ini suatu peringatan kematian Yesus. Setiap tahun pada tanggal 14 Nisan upacara ini harus diulang, sebagaimana Yesus katakan, untuk mengingat dia. Orang-orang yang merayakannya akan diingatkan apa yang Yesus dan Bapak surgawinya telah lakukan untuk menyediakan jalan keselamatan bagi umat manusia dari kutukan maut. Bagi orang-orang Yahudi yang menjadi pengikut Kristus, perayaan ini menggantikan perayaan Paskah. Perjanjian baru, yang disahkan dengan darah Yesus yang ditumpahkan, menggantikan perjanjian Taurat yang lama. Yesus menjadi perantara bagi kedua pihak dari perjanjian ini —di satu pihak Allah Yehuwa, dan di lain pihak, 144.000 orang Kristiani yang diurapi


roh. Selain menyediakan pengampunan dosa, perjanjian ini memungkinkan terbentuknya suatu bangsa surgawi dari imam dan Matius 26:21-29; Markus 14:18-25; Lukas 22:19-23; Yohanes 13:18-30; 17:12; raja. 1 Korintus 5:7.

ˇ Nubuat Alkitab mana yang dikutip Yesus mengenai seorang sahabat, dan penerapan apa yang ia buat? ˇ Mengapa para rasul menjadi sangat sedih, dan apa yang mereka masingmasing tanyakan? ˇ Yesus menyuruh Yudas melakukan apa, namun bagaimana rasul-rasul lain menafsirkan perintah ini? ˇ Perayaan apa yang Yesus perkenalkan setelah Yudas pergi, dan apa maksud perayaan tersebut? ˇ Siapa pihak-pihak dari perjanjian baru, dan apa yang dicapai oleh perjanjian tersebut?


115

Timbul Pertengkaran

EBELUM itu, pada awal malam tersebut, Yesus memberikan pelajaran yang bagus mengenai melayani dengan rendah hati dengan cara membasuh kaki para rasulnya. Setelah itu, ia memperkenalkan Perjamuan yang akan menjadi peringatan dari kematiannya yang sudah dekat. Kini, khususnya mengingat apa yang baru saja berlangsung, suatu peristiwa yang mengejutkan terjadi. Para rasulnya terlibat dalam pertengkaran yang sengit sehubungan siapa yang dianggap terbesar di antara mereka! Rupanya, ini bagian dari pertengkaran yang tidak ada habisnya. Coba kita ingat bahwa setelah Yesus berubah rupa di atas gunung, para rasul bertengkar mengenai siapa yang terbesar di antara mereka. Selain itu, Yakobus dan Yohanes meminta kedudukan utama di dalam Kerajaan, yang menimbulkan perselisihan lebih jauh di antara para rasul. Sekarang, pada malam terakhir bersama mereka, betapa sedihnya Yesus melihat mereka bertengkar lagi! Apa yang ia lakukan?

S


Daripada memarahi para rasul atas tingkah laku mereka, sekali lagi Yesus dengan sabar menjelaskan kepada mereka: “Rajaraja bangsa-bangsa memerintah rakyat mereka dan orang-orang yang menjalankan kuasa atas mereka disebut pelindung-pelindung. Tetapi kamu tidaklah demikian, . . . Sebab siapakah yang lebih besar: yang duduk makan, atau yang melayani? Bukankah dia yang duduk makan?” Selanjutnya, mengingatkan mereka akan teladannya, ia berkata: “Tetapi Aku ada di tengah-tengah kamu sebagai pelayan.” Walaupun mereka tidak sempurna, para rasul dengan setia terus menyertai Yesus pada masa pencobaannya. Maka ia berkata: “Aku menentukan hak-hak [“mengadakan perjanjian,” NW] Kerajaan bagi kamu, sama seperti BapaKu menentukannya bagiKu.” Perjanjian pribadi ini antara Yesus dan para pengikutnya yang setia mempersatukan mereka dengan dia kelak dalam kuasa kerajaannya. Hanya jumlah terbatas yaitu 144.000 yang akhirnya diundang ke dalam perjanjian Kerajaan ini. Walaupun para rasul diberi prospek yang sangat bagus untuk ambil bagian bersama Kristus dalam pemerintahan Kerajaan, saat itu mereka lemah secara rohani. “Malam ini kamu semua akan tergoncang imanmu karena Aku,” kata Yesus. Namun, ketika memberi tahu Petrus bahwa ia telah berdoa baginya, Yesus mendesak: “Jikalau engkau sudah insaf, kuatkanlah saudara-saudaramu.” “Hai anak-anakku,” Yesus menjelaskan, “hanya seketika saja lagi Aku ada bersama kamu. Kamu akan mencari Aku, dan seperti yang telah Kukatakan kepada orang-orang Yahudi: Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang, demikian pula Aku mengatakannya sekarang juga kepada kamu. Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah muridmuridKu, yaitu jikalau kamu saling mengasihi.” “Tuhan, ke manakah Engkau pergi?” tanya Petrus. “Ke tempat Aku pergi, engkau tidak dapat mengikuti Aku sekarang,” jawab Yesus, “tetapi kelak engkau akan mengikuti Aku.”


“Tuhan, mengapa aku tidak dapat mengikuti Engkau sekarang?” Petrus ingin tahu. “Aku akan memberikan nyawaku bagiMu!” “Nyawamu akan kauberikan bagiKu?” tanya Yesus. “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pada hari ini, malam ini juga, sebelum ayam berkokok dua kali, engkau telah menyangkal Aku tiga kali.” “Sekalipun aku harus mati bersama-sama Engkau,” protes Petrus, “aku takkan menyangkal Engkau.” Ketika rasul-rasul yang lain juga mengatakan hal yang sama, Petrus sesumbar: “Biarpun mereka semua tergoncang imannya karena Engkau, aku sekali-kali tidak.” Menunjuk kepada saat manakala ia mengutus para rasul untuk mengadakan perjalanan pengabaran ke Galilea tanpa membawa pundi-pundi dan bekal, Yesus bertanya: “Adakah kamu kekurangan apa-apa?” “Suatupun tidak!” jawab mereka. “Tetapi sekarang ini, siapa yang mempunyai pundi-pundi, hendaklah ia membawanya, demikian juga yang mempunyai bekal,” katanya, “dan siapa yang tidak mempunyainya hendaklah ia menjual jubahnya dan membeli pedang. Sebab Aku berkata kepada kamu, bahwa nas Kitab Suci ini harus digenapi padaKu: Ia akan terhitung di antara pemberontak-pemberontak. Sebab apa yang tertulis tentang Aku sedang digenapi.” Yesus sedang menunjuk kepada saat manakala ia akan digantung di tiang siksaan bersama para penjahat, atau para pelanggar hukum. Ia juga menunjukkan bahwa para pengikutnya di kemudian hari akan menghadapi penindasan yang kejam. “Tuhan, ini dua pedang,” kata mereka. “Sudah cukup,” jawabnya. Seperti yang akan kita lihat, karena mereka membawa pedang Yesus dapat memberikan pelajaran lain Matius 26:31-35; Markus 14:27-31; Lukas 22:24-38; yang sangat penting. Yohanes 13:31-38; Wahyu 14:1-3.

ˇ Mengapa pertengkaran para rasul sangat mengejutkan? ˇ Bagaimana Yesus menangani pertengkaran tersebut? ˇ Apa hasil dari perjanjian yang Yesus adakan dengan murid-muridnya? ˇ Perintah baru apa yang Yesus berikan, dan seberapa pentingkah hal itu? ˇ Sikap terlalu percaya diri apa yang Petrus perlihatkan, dan apa yang Yesus katakan? ˇ Mengapa perintah Yesus mengenai membawa pundi dan bekal berbeda dari yang ia perintahkan sebelumnya?


116

P

Mempersiapkan Para Rasul untuk Kepergiannya

ERJAMUAN malam yang penuh kenangan telah usai, tetapi Yesus dan para rasulnya tetap berada di ruang atas. Walaupun Yesus tidak lama lagi akan pergi, masih ada banyak hal yang harus ia katakan. “Janganlah gelisah hatimu,” ia menghibur mereka. “Percayalah kepada Allah.” Namun ia menambahkan: “Percayalah juga kepadaKu.” “Di rumah BapaKu banyak tempat tinggal,” kata Yesus melanjutkan. “Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu . . . supaya di tempat di mana Aku berada, kamupun berada. Dan ke mana Aku pergi, kamu tahu jalan ke situ.” Para rasul tidak mengerti bahwa Yesus sedang berbicara mengenai pergi ke surga, maka Tomas bertanya: “Tuhan, kami tidak tahu ke mana Engkau pergi; jadi bagaimana kami tahu jalan ke situ?” “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup,” jawab Yesus. Ya, hanya dengan menerima dia dan meniru haluan hidupnya seseorang dapat memasuki rumah Bapak di surga karena, seperti Yesus katakan: “Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.” Filipus memohon, “Tuhan, tunjukkanlah Bapa itu kepada kami, itu sudah cukup bagi kami.” Filipus tampaknya ingin agar Yesus


memperlihatkan wujud yang kelihatan dari Allah, seperti yang terjadi di zaman dulu dalam penglihatan kepada Musa, Elia, dan Yesaya. Namun, sebenarnya para rasul memiliki sesuatu yang jauh lebih baik daripada penglihatan-penglihatan seperti itu, sebagaimana Yesus katakan: “Telah sekian lama Aku bersama-sama kamu, Filipus, namun engkau tidak mengenal Aku? Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa.” Yesus dengan sangat sempurna mencerminkan kepribadian Bapaknya sehingga bergaul dengan dia dan mengamatinya, sesungguhnya sama saja dengan benar-benar melihat Bapak. Namun, Bapak lebih mulia daripada Anak, sebagaimana Yesus akui: “Apa yang Aku katakan kepadamu, tidak Aku katakan dari diriKu sendiri.” Yesus dengan sepatutnya memberikan semua pujian atas pengajarannya kepada Bapak surgawinya. Betapa menganjurkan bagi para rasul mendengar Yesus kemudian memberi tahu mereka: “Barangsiapa percaya kepadaKu, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari pada itu”! Yesus tidak memaksudkan bahwa pengikut-pengikutnya akan mempraktikkan kuasa mukjizat yang lebih besar daripada yang ia lakukan. Tidak, tetapi ia memaksudkan bahwa mereka akan melaksanakan pelayanan untuk waktu yang lebih lama, di daerah yang lebih luas, dan kepada jauh lebih banyak orang. Yesus tidak akan menelantarkan murid-muridnya setelah ia pergi. “Apa juga yang kamu minta dalam namaKu,” janjinya, “Aku akan melakukannya.” Selanjutnya, ia mengatakan: “Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya, yaitu Roh Kebenaran.” Kemudian, setelah ia naik ke surga, Yesus mencurahkan roh suci yaitu penolong yang lain ini ke atas muridmuridnya. Kepergian Yesus sudah dekat, sebagaimana ia katakan: “Tinggal sesaat lagi dan dunia tidak akan melihat Aku lagi.” Yesus akan menjadi makhluk roh yang tidak dapat dilihat oleh manusia. Namun Yesus sekali lagi berjanji kepada para rasulnya yang setia: “Kamu [akan, NW] melihat Aku, sebab Aku hidup dan kamupun akan hidup.” Ya, Yesus tidak hanya akan muncul di hadapan mereka dalam bentuk manusia setelah kebangkitannya tetapi pada waktunya ia akan membangkitkan mereka untuk hidup bersamanya di surga sebagai makhluk-makhluk roh.


Yesus sekarang menyatakan aturan yang sederhana: “Barangsiapa memegang perintahKu dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku. Dan barangsiapa mengasihi Aku, ia akan dikasihi oleh BapaKu dan Akupun akan mengasihi dia dan akan menyatakan diriKu kepadanya.” Mendengar ini rasul Yudas, yang juga dikenal sebagai Tadeus, menyela: “Tuhan, apakah sebabnya maka Engkau hendak menyatakan diriMu kepada kami, dan bukan kepada dunia?” “Jika seorang mengasihi Aku,” jawab Yesus, “ia akan menuruti firmanKu dan BapaKu akan mengasihi dia . . . Barangsiapa tidak mengasihi Aku, ia tidak menuruti firmanKu.” Tidak seperti murid-muridnya yang taat, dunia mengabaikan ajaran Kristus. Maka ia tidak menyatakan dirinya kepada mereka. Selama pelayanannya di bumi, Yesus mengajarkan banyak hal kepada para rasulnya. Bagaimana mereka akan mengingat semua hal itu, teristimewa karena, bahkan hingga saat itu, mereka tidak dapat memahami begitu banyak hal? Untunglah, Yesus berjanji: “Penghibur [“Penolong,” BIS], yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam namaKu, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu.” Seraya menghibur mereka lagi, Yesus berkata: “Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahteraKu Kuberikan kepadamu; . . . Janganlah gelisah.” Benar, Yesus akan pergi, tetapi ia menjelaskan: “Sekiranya kamu mengasihi Aku, kamu tentu akan bersukacita karena Aku pergi kepada BapaKu, sebab Bapa lebih besar dari pada Aku.” Tinggal sedikit waktu lagi Yesus berada bersama-sama dengan mereka. “Tidak banyak lagi Aku berkata-kata dengan kamu,” katanya, “sebab penguasa dunia ini datang dan ia tidak berkuasa sedikitpun atas diriKu.” Setan si Iblis, pribadi yang dapat mempengaruhi Yudas dan berkuasa atas dia, adalah penguasa dunia ini. Namun tidak ada kelemahan akibat dosa dalam diri Yesus yang dapat dimanfaatkan Setan untuk memalingkan dia dari pelayanan kepada Allah.

Menikmati Hubungan yang Akrab Sesudah perjamuan malam yang penuh kenangan, Yesus menguatkan hati para rasulnya dalam suatu percakapan santai dari hati ke hati. Boleh jadi saat itu telah lewat tengah malam. Maka


Yesus mendesak: “Bangunlah, marilah kita pergi dari sini.” Akan tetapi, sebelum mereka pergi, Yesus, digerakkan oleh kasihnya kepada mereka, melanjutkan pembicaraannya, dengan menyampaikan suatu perumpamaan yang menggugah. “Akulah pokok anggur yang benar dan BapaKulah pengusahanya,” demikian ia mulai. Pengusaha Agung, Allah Yehuwa, menanam pokok anggur simbolik ini sewaktu Ia mengurapi Yesus dengan roh kudus ketika ia dibaptis pada musim gugur tahun 29 M. Namun Yesus selanjutnya menunjukkan bahwa pokok anggur ini bukan hanya melambangkan dirinya, dengan berkata: “Setiap ranting padaKu yang tidak berbuah, dipotongNya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkanNya, supaya ia lebih banyak berbuah. . . . Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku. Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya.” Pada hari Pentakosta, 51 hari kemudian, para rasul dan orangorang lain menjadi ranting-ranting dari pokok anggur sewaktu roh kudus dicurahkan ke atas mereka. Pada waktunya, 144.000 orang akan menjadi ranting-ranting pokok anggur lambang ini. Bersama dengan batang pokok anggur, Kristus Yesus, mereka menjadi pokok anggur simbolik yang menghasilkan buah-buah Kerajaan Allah. Yesus menjelaskan kunci untuk menghasilkan buah: “Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.” Akan tetapi, bila seseorang tidak menghasilkan buah, kata Yesus, “ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar.” Sebaliknya, Yesus berjanji: “Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firmanKu tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya.” Selanjutnya, Yesus berkata kepada para rasulnya: “Dalam hal inilah BapaKu dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-muridKu.” Buah yang dikehendaki Allah dari ranting-ranting itu adalah sifat-sifat seperti Kristus, yang harus mereka tunjukkan, khususnya kasih. Selain itu, karena Kristus seorang pemberita Kerajaan Allah, buah yang dikehendaki juga mencakup kegiatan mereka untuk menjadikan murid-murid seperti yang ia lakukan.


Yesus kemudian mendesak, “tinggallah di dalam kasihKu.” Namun, bagaimana para rasulnya dapat melakukan hal itu? “Jikalau kamu menuruti perintahKu,” katanya, “kamu akan tinggal di dalam kasihKu.” Yesus selanjutnya menjelaskan: “Inilah perintahKu, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu. Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.” Beberapa jam lagi, Yesus akan mempertunjukkan kasih yang unggul ini dengan memberikan nyawanya demi kepentingan para rasulnya, dan juga semua orang lain yang mengamalkan iman kepadanya. Teladannya akan menggerakkan pengikut-pengikutnya untuk menunjukkan kasih yang rela berkorban yang sama terhadap satu sama lain. Kasih ini akan menjadi ciri pengenal mereka, seperti dinyatakan Yesus sebelumnya: “Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-muridKu, yaitu jikalau kamu saling mengasihi.” Dalam menunjukkan siapa sahabat-sahabatnya, Yesus berkata: “Kamu adalah sahabatKu, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu. Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari BapaKu.” Betapa berharga memiliki hubungan yang demikian—menjadi sahabat-sahabat dekat Yesus! Namun, agar dapat terus menikmati hubungan ini pengikutpengikutnya harus terus “menghasilkan buah.” Jika mereka melakukan itu,


Yesus berkata, “apa yang kamu minta kepada Bapa dalam namaKu, [akan] diberikanNya kepadamu.” Pasti, ini merupakan imbalan yang menakjubkan bagi mereka yang menghasilkan buah Kerajaan! Setelah mendesak murid-muridnya lagi untuk ‘mengasihi seorang akan yang lain,’ Yesus menjelaskan bahwa dunia akan membenci mereka. Namun ia menghibur mereka: “Jikalau dunia membenci kamu, ingatlah bahwa ia telah lebih dahulu membenci Aku dari pada kamu.” Selanjutnya Yesus menyingkapkan mengapa dunia membenci pengikutnya, dengan berkata: “Karena kamu bukan dari dunia, melainkan Aku telah memilih kamu dari dunia, sebab itulah dunia membenci kamu.” Dalam menjelaskan lebih jauh alasan mengapa dunia membenci mereka, Yesus melanjutkan: “Semuanya itu akan mereka lakukan terhadap kamu karena namaKu, sebab mereka tidak mengenal Dia [Allah Yehuwa], yang telah mengutus Aku.” Pada hakekatnya, mukjizat-mukjizat Yesus menyatakan bahwa mereka yang membencinya bersalah, seperti yang ia katakan: “Sekiranya Aku tidak melakukan pekerjaan di tengah-tengah mereka seperti yang tidak pernah dilakukan orang lain, mereka tentu tidak berdosa. Tetapi sekarang walaupun mereka telah melihat semuanya itu, namun mereka membenci baik Aku maupun BapaKu.” Jadi, seperti Yesus katakan, tergenaplah ayat yang berbunyi: “Mereka membenci Aku tanpa alasan.” Seperti telah ia lakukan sebelumnya, Yesus menghibur mereka lagi dengan berjanji untuk mengirimkan penolong, roh kudus, yang adalah tenaga aktif Allah yang berkuasa. “Ia akan bersaksi tentang Aku. Tetapi kamu juga harus bersaksi.”

Nasihat Perpisahan Lebih Lanjut Yesus dan para rasul bersiap untuk meninggalkan ruang atas. “Semuanya itu kuberitahukan kepadamu supaya kalian jangan murtad [“tersandung,” NW],” katanya melanjutkan. Kemudian ia menyampaikan peringatan yang serius: “Kalian akan dikeluarkan dari rumah-rumah ibadat. Dan akan datang waktunya bahwa orang yang membunuh kalian akan menyangka mengabdi kepada Allah.” (BIS) Rasul-rasul tampaknya menjadi sangat gelisah oleh peringatan ini. Walaupun Yesus sebelumnya sudah mengatakan bahwa dunia akan membenci mereka, ia tidak mengatakannya begitu langsung bahwa mereka akan dibunuh. “Hal ini tidak Kukatakan kepadamu dari semula,” ulas Yesus, “karena selama ini Aku masih bersama-


sama dengan kamu.” Namun, betapa baiknya untuk memperlengkapi mereka dengan keterangan ini sebelum ia pergi! “Tetapi sekarang,” kata Yesus melanjutkan, “Aku pergi kepada Dia yang mengutus Aku, dan tiada seorangpun di antara kamu yang bertanya kepadaKu: Ke mana Engkau pergi?” Sebelumnya pada malam itu, mereka telah menanyakan ke mana dia akan pergi, tetapi sekarang mereka begitu terguncang oleh apa yang ia beritahukan sehingga mereka lupa menanyakan lebih lanjut mengenai hal ini. Seperti Yesus katakan: “Karena Aku mengatakan hal itu kepadamu, sebab itu hatimu berdukacita.” Para rasul berdukacita bukan hanya karena mendengar bahwa mereka akan mengalami penindasan yang hebat dan dibunuh tetapi karena Tuan mereka akan meninggalkan mereka. Maka Yesus menjelaskan: “Lebih baik untuk kalian, kalau aku pergi; sebab kalau aku tidak pergi, Penolong itu tidak akan datang kepadamu. Tetapi kalau aku pergi, aku akan mengutus dia kepadamu.” (BIS) Sebagai manusia, Yesus hanya dapat berada di satu tempat pada suatu saat, tetapi apabila ia berada di surga, ia dapat mengutus penolong, yakni roh suci Allah, kepada para pengikutnya di mana pun mereka berada di atas bumi. Maka kepergian Yesus akan bermanfaat. Roh suci, kata Yesus, “akan memberikan bukti yang meyakinkan kepada dunia mengenai dosa, kebenaran, dan penghakiman.” (NW) Dosa dunia, kegagalannya untuk mengamalkan iman akan Putra Allah, akan disingkapkan. Selain itu, bukti yang meyakinkan mengenai kebenaran Yesus akan dinyatakan melalui kenaikannya ke surga kepada Bapak. Lagi pula kegagalan Setan beserta dunianya yang jahat untuk mematahkan integritas Yesus merupakan bukti yang meyakinkan bahwa penguasa dunia ini telah mendapat vonis untuk dihukum. “Masih banyak hal yang harus Kukatakan kepadamu,” kata Yesus melanjutkan, “tetapi sekarang kamu belum dapat menanggungnya.” Karena itu Yesus berjanji bahwa apabila ia mencurahkan roh suci, yaitu tenaga aktif Allah, roh itu akan membimbing mereka kepada pengertian tentang hal-hal ini sesuai dengan kesanggupan mereka untuk memahaminya. Para rasul khususnya tidak memahami bahwa Yesus akan mati dan kemudian muncul di hadapan mereka setelah ia dibangkitkan. Maka mereka saling bertanya satu sama lain: “Apakah artinya Ia berkata kepada kita: Tinggal sesaat saja dan kamu tidak melihat


Aku dan tinggal sesaat saja pula dan kamu akan melihat Aku? Dan: Aku pergi kepada Bapa?” Yesus menyadari bahwa mereka ingin bertanya kepadanya, maka ia menjelaskan: “Sesungguhnya kamu akan menangis dan meratap, tetapi dunia akan bergembira; kamu akan berdukacita, tetapi dukacitamu akan berubah menjadi sukacita.” Pada sore harinya, ketika Yesus dibunuh, para pemimpin agama dunia bersukacita, tetapi murid-murid berdukacita. Namun, dukacita mereka berubah menjadi sukacita, ketika Yesus dibangkitkan! Sukacita mereka berlanjut ketika ia memberi mereka kuasa pada hari Pentakosta untuk menjadi saksi-saksinya dengan mencurahkan roh suci Allah ke atas mereka! Membandingkan keadaan para rasul dengan seorang wanita yang sedang kesakitan saat akan melahirkan, Yesus berkata: “Kalau seorang wanita hampir melahirkan, ia susah, sebab sudah waktunya ia menderita.” (BIS) Namun Yesus mengatakan bahwa ia tidak lagi mengingat penderitaannya segera setelah anaknya lahir, dan ia menganjurkan para rasulnya, dengan berkata: “Demikian juga kamu sekarang diliputi dukacita, tetapi Aku akan melihat kamu lagi [pada waktu aku dibangkitkan] dan hatimu akan ber-


gembira dan tidak ada seorangpun yang dapat merampas kegembiraanmu itu dari padamu.” Sampai saat ini, para rasul tidak pernah meminta dalam nama Yesus. Namun sekarang ia mengatakan: “Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu minta kepada Bapa, akan diberikanNya kepadamu dalam namaKu. . . . sebab Bapa sendiri mengasihi kamu, karena kamu telah mengasihi Aku dan percaya bahwa Aku datang dari Allah. Aku datang dari Bapa dan Aku datang ke dalam dunia; Aku meninggalkan dunia pula dan pergi kepada Bapa.” Kata-kata Yesus sangat menganjurkan para rasul. “Karena itu kami percaya, bahwa Engkau datang dari Allah,” kata mereka. “Percayakah kamu sekarang?” tanya Yesus. “Lihat, saatnya datang, bahkan sudah datang, bahwa kamu dicerai-beraikan masing-masing ke tempatnya sendiri dan kamu meninggalkan Aku seorang diri.” Walaupun kelihatannya sulit dipercaya, ini terjadi sebelum malam berakhir! “Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya kamu beroleh damai sejahtera dalam Aku.” Yesus mengakhiri: “Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia.” Yesus mengalahkan dunia dengan melaksanakan kehendak Allah dengan setia walaupun segala upaya Setan dan dunianya untuk mematahkan integritas Yesus.

Doa Penutup di Ruang Atas Digerakkan oleh kasih yang dalam bagi para rasulnya, Yesus mempersiapkan mereka untuk kepergiannya yang sudah dekat. Kini, setelah dengan panjang lebar memberi mereka nasihat dan penghiburan, ia menengadah ke langit dan memohon kepada Bapaknya: “Permuliakanlah AnakMu, supaya AnakMu mempermuliakan Engkau. Sama seperti Engkau telah memberikan kepadaNya kuasa atas segala yang hidup, demikian pula Ia akan memberikan hidup yang kekal kepada semua yang telah Engkau berikan kepadaNya.” Alangkah menggetarkan tema yang Yesus perkenalkan—hidup kekal! Karena telah mendapat “kuasa atas segala yang hidup,” Yesus dapat menerapkan manfaat dari korban tebusannya kepada seluruh umat manusia yang sedang sekarat. Namun, ia memberikan “hidup yang kekal” hanya kepada orang-orang yang diperkenan oleh Bapak. Seraya membangun di atas tema tentang hidup kekal ini, Yesus melanjutkan doanya:


“Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus.” Ya, keselamatan kita bergantung pada mendapatkan pengetahuan tentang Allah dan Putra-Nya. Namun lebih banyak yang dibutuhkan daripada sekadar pengetahuan di kepala. Seseorang harus belajar mengenal Mereka dengan akrab, memupuk persahabatan yang penuh pengertian dengan Mereka. Seseorang harus memiliki perasaan yang sama seperti Mereka terhadap segala sesuatu dan melihat perkara-perkara melalui mata Mereka. Di atas segalanya, seseorang harus berupaya meniru sifatsifat Mereka yang tidak ada bandingannya dalam berurusan dengan orang-orang lain. Yesus kemudian berdoa: “Aku telah mempermuliakan Engkau di bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepadaKu untuk melakukannya.” Karena telah melaksanakan penugasannya sampai tahap ini dan karena yakin bahwa ia kelak akan sukses, ia memohon: “Ya Bapa, permuliakanlah Aku padaMu sendiri dengan kemuliaan yang Kumiliki di hadiratMu sebelum dunia ada.” Ya, ia kemudian memohon untuk dipulihkan melalui kebangkitan kepada kemuliaan surgawi yang dulu ia miliki. Meringkaskan pekerjaan utamanya di atas bumi, Yesus berkata: “Aku telah menyatakan namaMu kepada semua orang, yang Engkau berikan kepadaKu dari dunia. Mereka itu milikMu dan Engkau telah memberikan mereka kepadaKu dan mereka telah menuruti firmanMu.” Yesus menggunakan nama Allah, Yehuwa, dalam pelayanannya dan menunjukkan pelafalannya yang benar, namun ia melakukan lebih banyak lagi dalam menyatakan nama Allah kepada para rasulnya. Ia juga memperluas pengetahuan dan penghargaan mereka terhadap Yehuwa, kepribadian-Nya, dan maksudtujuan-Nya. Mengakui Yehuwa sebagai Atasannya, Pribadi yang ia layani, Yesus dengan rendah hati mengakui: “Segala firman yang Engkau sampaikan kepadaKu telah Kusampaikan kepada mereka dan mereka telah menerimanya. Mereka tahu benar-benar, bahwa Aku datang dari padaMu, dan mereka percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.” Seraya membuat perbedaan antara pengikut-pengikutnya dan orang-orang lain dari umat manusia, Yesus kemudian berdoa: “Aku berdoa untuk mereka. Bukan untuk dunia Aku berdoa, tetapi un-


tuk mereka, yang telah Engkau berikan kepadaKu . . . Selama Aku bersama mereka, Aku memelihara mereka . . . , Aku telah menjaga mereka dan tidak ada seorangpun dari mereka yang binasa selain dari pada dia yang telah ditentukan untuk binasa,” yakni Yudas Iskariot. Pada saat itu juga, Yudas sedang menjalankan misinya yang keji untuk mengkhianati Yesus. Jadi, tanpa sadar Yudas sedang menggenapi Kitab Suci. “Dunia membenci mereka,” Yesus melanjutkan doanya. “Aku tidak meminta, supaya Engkau mengambil mereka dari dunia, tetapi supaya Engkau melindungi mereka dari pada yang jahat. Mereka bukan dari dunia, sama seperti Aku bukan dari dunia.” Pengikutpengikut Yesus berada di dalam dunia, masyarakat manusia yang terorganisasi di bawah Setan, tetapi mereka terpisah dan harus tetap terpisah darinya beserta kejahatannya. “Kuduskanlah mereka dalam kebenaran,” Yesus melanjutkan, “firmanMu adalah kebenaran.” Di sini Yesus menyebut Kitab-Kitab Ibrani yang terilham, yang berulang kali ia kutip, sebagai “kebenaran.” Namun yang ia ajarkan kepada murid-muridnya dan yang belakangan mereka tulis di bawah ilham sebagai Kitab-Kitab Yunani Kristen juga merupakan “kebenaran.” Kebenaran ini dapat menguduskan seseorang, mengubah kehidupannya sama sekali, dan membuatnya menjadi orang yang terpisah dari dunia ini. Yesus kemudian berdoa “bukan untuk mereka ini saja . . . , tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepada Dia oleh pemberitaan mereka.” Jadi Yesus berdoa bagi mereka yang akan menjadi pengikut-pengikutnya yang terurap dan mereka yang kelak akan menjadi murid-muridnya yang masih akan dikumpulkan ke dalam “satu kawanan.” Apa yang ia minta bagi semua orang ini? “Supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, . . . supaya mereka menjadi satu, sama seperti Kita adalah satu.” Yesus dan Bapaknya bukan secara harfiah satu pribadi, tetapi mereka selaras dalam segala sesuatu. Yesus berdoa agar pengikut-pengikutnya menikmati persatuan yang sama ini supaya “dunia tahu, bahwa Engkau yang telah mengutus Aku dan bahwa Engkau mengasihi mereka, sama seperti Engkau mengasihi Aku.” Demi kepentingan mereka yang akan menjadi pengikut-pengikutnya yang terurap, Yesus kini memohon kepada Bapak surgawinya. Untuk apa? “Supaya, di manapun Aku berada, mereka juga


berada bersama-sama dengan Aku, . . . agar mereka memandang kemuliaanKu yang telah Engkau berikan kepadaKu, sebab Engkau telah mengasihi Aku sebelum dunia dijadikan,” yaitu, sebelum Adam dan Hawa mempunyai keturunan. Jauh sebelum itu, Allah mengasihi Putra tunggal-Nya, yang menjadi Kristus Yesus. Seraya mengakhiri doanya, Yesus kembali menegaskan: “Aku telah memberitahukan namaMu kepada mereka dan Aku akan memberitahukannya, supaya kasih yang Engkau berikan kepadaKu ada di dalam mereka dan Aku di dalam mereka.” Bagi para rasul, mempelajari nama Allah termasuk secara pribadi mulai mengenal kaYohanes 14:1–17:26; 13:27, 35, 36; 10:16; Lukas 22:3, 4; Keluaran sih Allah. 24:10; 1 Raja 19:9-13; Yesaya 6:1-5; Galatia 6:16; Mazmur 35:19; 69:5; Amsal 8:22, 30.

ˇ Ke mana Yesus akan pergi, dan jawaban apa yang diterima Tomas mengenai jalan ke sana? ˇ Melalui permohonannya, apa yang tampaknya Filipus inginkan agar Yesus perlihatkan? ˇ Mengapa seseorang yang telah melihat Yesus juga melihat Bapak? ˇ Bagaimana pengikut-pengikut Yesus akan melakukan pekerjaan yang lebih besar daripada yang ia lakukan? ˇ Dalam pengertian apa Setan tidak berkuasa atas diri Yesus? ˇ Kapan Yehuwa menanam pokok anggur simbolik, dan kapan serta bagaimana orang-orang lain menjadi bagian dari pokok anggur tersebut? ˇ Pada waktunya, pokok anggur lambang tersebut akan memiliki berapa ranting? ˇ Buah apakah yang dikehendaki Allah dari ranting-ranting itu? ˇ Bagaimana caranya kita dapat menjadi sahabat Yesus? ˇ Mengapa dunia membenci pengikut-pengikut Yesus? ˇ Peringatan apa dari Yesus menggelisahkan rasul-rasulnya? ˇ Mengapa para rasul lupa menanyakan kepada Yesus ke mana ia akan pergi? ˇ Apa yang khususnya tidak dipahami para rasul? ˇ Bagaimana Yesus melukiskan bahwa keadaan para rasul akan berubah dari dukacita menjadi sukacita? ˇ Menurut Yesus apa yang akan segera dilakukan para rasul? ˇ Bagaimana Yesus mengalahkan dunia? ˇ Dalam arti apa Yesus telah diberi “kuasa atas segala yang hidup”? ˇ Apa artinya mendapatkan pengetahuan tentang Allah dan Putra-Nya? ˇ Dengan cara apa saja Yesus memberi tahu nama Allah? ˇ Apa “kebenaran” itu, dan bagaimana itu ‘menguduskan’ seorang Kristiani? ˇ Bagaimana Allah, Putra-Nya, dan semua penyembah yang sejati itu satu? ˇ Bilamana “dunia dijadikan”?


117

K

Penderitaan Batin di Taman

ETIKA Yesus selesai berdoa, ia dan 11 rasulnya yang setia menyanyikan lagu-lagu pujian kepada Yehuwa. Kemudian mereka turun dari ruang atas, menerobos kegelapan malam yang dingin, dan melintasi Lembah Kidron menuju Betania. Namun di tengah jalan, mereka berhenti di tempat yang mereka sukai, Taman Getsemani. Ini terletak di atau dekat Bukit Zaitun. Yesus sering bertemu dengan rasul-rasulnya di sini di antara pohon-pohon zaitun. Ia meninggalkan delapan rasul—mungkin dekat pintu masuk taman—dan berkata kepada mereka: “Duduklah di sini, sementara Aku pergi ke sana untuk berdoa.” Ia kemudian mengajak tiga rasul lainnya—Petrus, Yakobus, dan Yohanes—dan memasuki taman lebih jauh. Yesus menjadi sedih dan sangat khawatir. “HatiKu sangat sedih, seperti mau mati rasanya,” katanya kepada mereka. “Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah dengan Aku.” Setelah berjalan lagi beberapa langkah, Yesus tersungkur ke tanah dan dengan wajah menghadap ke tanah mulai berdoa dengan khusyuk: “Ya BapaKu, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari padaKu, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.” Apa yang ia maksudkan? Mengapa ia “sangat sedih, seperti mau mati”? Apakah ia mau mengurungkan keputusannya untuk mati dan menyediakan tebusan? Sama sekali tidak! Yesus tidak memohon agar tidak usah mati. Bahkan gagasan untuk menghindar dari kematian sebagai korban, seperti pernah disarankan Petrus, menjijikkan baginya. Sebaliknya, ia sangat menderita karena khawatir bahwa caranya ia segera akan mati—sebagai penjahat yang keji—akan membawa celaan ke atas nama Bapaknya. Ia sekarang menyadari bahwa beberapa jam lagi ia akan dipakukan di tiang sebagai orang yang sangat jahat—seorang penghujat melawan Allah! Inilah yang sangat mengganggunya. Setelah berdoa panjang lebar, Yesus kembali dan mendapati ketiga rasul itu tertidur. Kepada Petrus ia berkata: ‘Tidakkah kamu sanggup berjaga-jaga satu jam dengan Aku?


Berjaga-jagalah dan berdoalah terus, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan.’ Namun, menyadari ketegangan yang mereka alami dan malam yang sudah larut, ia berkata (BIS): ‘Roh memang mau melakukan yang benar, tetapi daging lemah.’ Kemudian Yesus pergi untuk kedua kalinya dan memohon agar Allah mengambil darinya “cawan ini,” yaitu, bagian atau kehendak Yehuwa yang ditugaskan kepadanya. Ketika ia kembali, lagi-lagi ia mendapati ketiganya tidur padahal mereka seharusnya berdoa agar tidak jatuh ke dalam pencobaan. Ketika Yesus berbicara kepada mereka, mereka tidak tahu bagaimana menjawabnya. Akhirnya, untuk ketiga kalinya, Yesus pergi, kira-kira jaraknya sepelempar batu jauhnya. Ia berlutut dan dengan seruan kuat serta air mata ia berdoa: “Ya BapaKu, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari padaKu.” Yesus benar-benar merasa sangat menderita karena celaan yang akan ditimpakan ke atas nama Bapaknya oleh cara kematiannya sebagai seorang penjahat. Ya, dituduh sebagai penghujat—orang yang mengutuk Allah—terlalu berat untuk dipikul! Namun, Yesus selanjutnya berdoa: “Janganlah apa yang Aku kehendaki, melainkan apa yang Engkau kehendaki.” Yesus dengan patuh menyerahkan keinginannya kepada Allah. Saat ini, seorang malaikat tampak dari langit dan menguatkan dia dengan kata-kata anjuran. Kemungkinan, malaikat itu memberi tahu Yesus bahwa ia memperoleh senyum perkenan Bapaknya. Namun, betapa berat beban yang dipikul Yesus! Kehidupan kekalnya sendiri dan seluruh umat manusia dipertaruhkan. Tekanan emosi begitu besar. Maka Yesus terus berdoa lebih khusyuk, dan peluhnya menjadi seperti tetesan darah yang jatuh ke tanah. “Meskipun ini sangat jarang terjadi,” kata The Journal of the American Medical Association, “peluh yang mengandung tetesan darah . . . dapat terjadi pada keadaan emosional yang sangat tegang.” Kemudian, untuk ketiga kalinya Yesus kembali kepada rasulrasulnya, dan sekali lagi mendapati mereka tidur. Mereka kecapaian karena sangat sedih. “Pada saat seperti ini kalian tidur dan istirahat!” (NW) serunya. “Cukuplah! Sudah sampai waktunya Anak Manusia diserahkan ke tangan orang-orang berdosa. Ba-


ngunlah, mari kita pergi. Lihat! Orang yang mengkhianati aku sudah datang! ” (BIS) Waktu ia masih berbicara, datanglah Yudas Iskariot, diikuti segerombolan besar orang yang membawa obor serta lampu dan senjata. Matius 26:30, 36-47; 16:21-23; Markus 14:26, 32-43; Lukas 22: 39-47; Yohanes 18:1-3; Ibrani 5:7.

ˇ Setelah turun dari ruang atas, ke manakah Yesus membawa rasul-rasul, dan apa yang ia lakukan di sana? ˇ Sementara Yesus berdoa, apa yang dilakukan para rasul? ˇ Mengapa Yesus sangat menderita, dan apa yang ia pohonkan dari Allah? ˇ Apa yang ditunjukkan oleh peluh Yesus yang menjadi seperti tetesan darah?


118

Pengkhianatan dan Penangkapan

AAT itu telah lewat tengah malam ketika Yudas memimpin segerombolan besar prajurit, imam-imam kepala, orang Farisi, dan orang-orang lain memasuki Taman Getsemani. Imam-imam telah sepakat membayar Yudas 30 keping perak untuk mengkhianati Yesus. Sebelumnya, ketika Yudas disuruh meninggalkan perjamuan Paskah, ia rupanya langsung pergi kepada imam-imam kepala. Mereka segera mengumpulkan petugas-petugas mereka sendiri, maupun sepasukan prajurit. Yudas mungkin mula-mula membawa mereka ke tempat Yesus dan para rasul merayakan Paskah. Ketika mendapati mereka telah pergi, kumpulan orang banyak ini yang membawa senjata serta lampu dan obor mengikuti Yudas ke luar kota Yerusalem dan melintasi Lembah Kidron. Seraya Yudas memimpin gerombolan orang banyak mendaki Bukit Zaitun, ia merasa yakin ia tahu di mana Yesus dapat ditemukan. Selama minggu terakhir, pada waktu Yesus dan para rasul melakukan perjalanan pulang pergi antara Betania dan Yerusalem, mereka sering berhenti di Taman Getsemani untuk beristirahat dan bercakap-cakap. Namun sekarang, karena Yesus mungkin diselubungi kegelapan di bawah pohon-pohon zaitun, bagaimana prajurit-prajurit akan mengenali dia? Mereka mungkin belum pernah melihat dia. Karena itu Yudas akan memberikan sebuah tanda, dan berkata: ‘Orang yang akan kucium, itulah Dia, tangkaplah dan bawalah Dia dengan selamat.’ Yudas memimpin gerombolan besar itu memasuki taman, melihat Yesus bersama-sama para rasul, dan langsung menuju ke tempatnya. “Salam Rabi,” katanya dan mencium Yesus dengan sangat lembut. “Hai teman, untuk itukah engkau datang?” kata Yesus dengan pedas. Kemudian menjawab pertanyaannya sendiri, ia berkata: “Yudas, apakah dengan ciuman itu engkau mau mengkhianati Anak Manusia?” (BIS) Namun cukup sudah pengkhianatannya ini! Yesus melangkah ke depan ke dalam cahaya obor yang menyala dan lampu-lampu dan bertanya: “Siapakah yang kamu cari? ” “Yesus dari Nazaret,” jawab mereka.

S


“Akulah Dia,” jawab Yesus, seraya ia dengan berani berdiri di depan mereka semua. Terkejut oleh keberaniannya dan karena tidak menduga hal itu, orang-orang mundur dan jatuh ke tanah. “Telah Kukatakan kepadamu, Akulah Dia,” kata Yesus lagi dengan tenang. “Jika Aku yang kamu cari, biarkanlah mereka ini pergi.” Tidak lama sebelum itu di ruang atas, Yesus mengatakan kepada Bapaknya dalam doa bahwa ia telah memelihara para rasul yang setia dan tidak seorang pun dari mereka yang hilang “kecuali anak kebinasaan itu.” Jadi, agar kata-katanya digenapi, ia minta agar pengikut-pengikutnya dibiarkan pergi. Ketika prajurit-prajurit menjadi tenang kembali, berdiri, dan mulai mengikat Yesus, rasul-rasul menyadari apa yang akan terjadi. “Tuhan, mestikah kami menyerang mereka dengan pedang?” tanya mereka. Sebelum Yesus menjawab, Petrus mengayunkan salah satu dari kedua bilah pedang yang dibawa para rasul, menyerang Malkhus, seorang hamba imam besar. Pukulan Petrus tidak mengenai kepala hamba itu tetapi memotong telinga kanannya.


“Sudahlah itu,” kata Yesus menengahi. Ia menjamah telinga Malkhus dan menyembuhkan lukanya. Kemudian ia memberikan pelajaran yang penting, sambil memerintahkan kepada Petrus: “Masukkan pedang itu kembali ke dalam sarungnya, sebab barangsiapa menggunakan pedang, akan binasa oleh pedang. Atau kausangka, bahwa Aku tidak dapat berseru kepada BapaKu, supaya Ia segera mengirim lebih dari dua belas pasukan malaikat membantu Aku?” Yesus rela ditangkap, karena ia menjelaskan: “Bagaimanakah akan digenapi yang tertulis dalam Kitab Suci, yang mengatakan, bahwa harus terjadi demikian?” Ia menambahkan: “Bukankah Aku harus minum cawan yang diberikan Bapa kepadaKu?” Ia setuju sepenuhnya dengan kehendak Allah atas dirinya! Kemudian Yesus berkata kepada kumpulan banyak orang itu. “Sangkamu Aku ini penyamun, maka kamu datang lengkap dengan pedang dan pentung untuk menangkap Aku?” tanyanya. “Padahal tiap-tiap hari Aku duduk mengajar di Bait Allah, dan kamu tidak menangkap Aku. Akan tetapi semua ini terjadi supaya genap yang ada tertulis dalam kitab nabi-nabi.” Mendengar itu pasukan prajurit dan perwira militer serta tentara-tentara dari orang-orang Yahudi itu menangkap Yesus dan mengikat dia. Melihat hal ini, rasul-rasul meninggalkan Yesus dan melarikan diri. Akan tetapi, seorang pemuda—mungkin Markus sang murid, tetap bersama kumpulan itu. Ia mungkin tadinya berada di rumah tempat Yesus merayakan Paskah dan setelah itu mengikuti kumpulan orang banyak dari sana. Akan tetapi, sekarang ia dikenali dan mereka berupaya menangkap dia. Namun ia Matius 26:47-56; Markus 14: meninggalkan jubah linennya dan lari. 43-52; Lukas 22:47-53; Yohanes 17:12; 18:3-12.

ˇ Mengapa Yudas merasa yakin dia akan menemukan Yesus di Taman Getsemani? ˇ Bagaimana Yesus memperlihatkan perhatian yang besar terhadap rasulrasulnya? ˇ Tindakan apa yang diambil Petrus untuk membela Yesus, tetapi apa yang Yesus katakan kepada Petrus tentang hal itu? ˇ Bagaimana Yesus menyingkapkan bahwa ia setuju sepenuhnya dengan kehendak Allah atas dirinya? ˇ Ketika rasul-rasul meninggalkan Yesus, siapa yang tetap tinggal, dan apa yang terjadi dengannya?


119

Y

Dibawa ke Hanas, Kemudian ke Kayafas

ESUS, yang diikat seperti penjahat, dibawa kepada Hanas, bekas imam besar yang berpengaruh. Hanas adalah imam besar ketika Yesus sebagai anak laki-laki yang berusia 12 tahun membuat takjub para guru agama di bait. Beberapa dari putra-putra Hanas belakangan melayani sebagai imam besar, dan sekarang menantunya, Kayafas, memegang jabatan itu. Yesus kemungkinan mula-mula dibawa ke rumah Hanas karena imam kepala itu untuk waktu yang lama mempunyai kedudukan terkemuka dalam kehidupan beragama bangsa Yahudi. Persinggahan di tempat Hanas ini memberi waktu bagi Imam Besar Kayafas untuk mengumpulkan Sanhedrin, mahkamah agung Yahudi yang mempunyai 71 anggota, maupun untuk mengumpulkan saksi-saksi palsu. Sekarang imam kepala Hanas bertanya kepada Yesus tentang murid-murid dan ajarannya. Akan tetapi, sebagai jawabannya Yesus berkata: “Aku berbicara terus terang kepada dunia: Aku selalu mengajar di rumah-rumah ibadat dan di Bait Allah, tempat semua orang Yahudi berkumpul; Aku tidak pernah berbicara sembunyi-sembunyi. Mengapakah engkau menanyai Aku? Tanyailah mereka, yang telah mendengar apa yang Kukatakan kepada mereka; sungguh, mereka tahu apa yang telah Kukatakan.” Pada saat ini, salah seorang perwira yang berdiri dekat Yesus menampar mukanya, sambil berkata: “Begitukah jawabMu kepada Imam Besar?” “Jikalau kataKu itu salah,” jawab Yesus, “tunjukkanlah salahnya, tetapi jikalau kataKu itu benar, mengapakah engkau menampar Aku?” Setelah dialog itu, Hanas mengirimkan Yesus dalam keadaan dibelenggu kepada Kayafas. Sekarang semua imam kepala dan para tua-tua serta para ahli Taurat, ya, seluruh Sanhedrin, mulai berkumpul. Tempat pertemuan mereka jelas adalah rumah Kayafas. Mengadakan pemeriksaan semacam itu pada malam Paskah jelas melanggar hukum bangsa Yahudi. Akan tetapi, hal ini tidak menghalangi para pemimpin agama untuk melaksanakan maksud jahat mereka. Berminggu-minggu sebelumnya, ketika Yesus membangkitkan Lazarus, Sanhedrin telah memutuskan di antara mereka sendiri


bahwa ia harus mati. Dan tepat dua hari sebelumnya, pada hari Rabu, para pemimpin agama berembuk untuk menangkap Yesus dengan tipu muslihat membunuhnya. Bayangkan, ia sebenarnya telah dihukum mati sebelum diadili! Usaha sekarang sedang dilakukan untuk mencari saksi-saksi yang akan memberikan keterangan palsu sehingga ada alasan untuk menghukum Yesus. Akan tetapi, mereka tidak dapat menemukan saksi-saksi yang selaras satu sama lain dalam kesaksian mereka. Akhirnya, dua orang tampil dan mengatakan: “Kami sudah mendengar orang ini berkata: Aku akan merubuhkan Bait Suci buatan tangan manusia ini dan dalam tiga hari akan Kudirikan yang lain, yang bukan buatan tangan manusia.�


“Tidakkah Engkau memberi jawab atas tuduhan-tuduhan saksisaksi ini terhadap Engkau?” tanya Kayafas. Akan tetapi, Yesus tetap diam. Bahkan dalam tuduhan palsu ini, yang merendahkan Sanhedrin, saksi-saksi tidak dapat membuat kesaksian mereka selaras satu sama lain. Maka imam besar mencoba siasat lain. Kayafas tahu betapa sensitif orang-orang Yahudi jika ada seseorang yang mengaku sebagai Anak Allah. Pada dua peristiwa sebelumnya, mereka dengan gegabah menyebut Yesus seorang penghujat yang layak dihukum mati, setelah dengan keliru menganggap bahwa ia menyatakan diri menjadi sama dengan Allah. Sekarang Kayafas dengan licik menuntut: “Demi Allah yang hidup, katakanlah kepada kami, apakah Engkau Mesias, Anak Allah, atau tidak.” Tidak soal apa yang dipikirkan orang-orang Yahudi, Yesus memang Anak Allah. Jika ia tetap berdiam diri bisa jadi akan ditafsirkan sebagai penyangkalan bahwa ia adalah Kristus. Maka Yesus dengan berani menjawab: “Akulah Dia, dan kamu akan melihat Anak Manusia duduk di sebelah kanan Yang Mahakuasa dan datang di tengah-tengah awan-awan di langit.” Mendengar itu, Kayafas, dalam pertunjukan yang dramatis, mengoyakkan pakaiannya dan berseru: “Ia menghujat Allah. Untuk apa kita perlu saksi lagi? Sekarang telah kamu dengar hujatNya. Bagaimana pendapat kamu?” “Ia harus dihukum mati,” kata Sanhedrin. Lalu mereka mulai memperolok-olok dia, dan mengatakan banyak hal untuk menghujat dia. Mereka menampar dan meludahi wajahnya. Yang lain-lain menutup seluruh wajahnya dan meninjunya sambil berkata dengan pedas: “Nubuatkanlah kami, hai Kristus, siapakah yang memukul engkau?” (Bode) Perlakuan yang kasar dan melanggar hukum ini berlangsung selama pengadilan pada malam hari. Matius 26:57-68; 26:3, 4; Markus 14:53-65; Lukas 22:54, 63-65; Yohanes 18:13-24; 11:45-53; 10:31-39; 5:16-18.

ˇ Ke mana Yesus mula-mula dibawa, dan apa yang terjadi atasnya di sana? ˇ Ke mana selanjutnya Yesus dibawa, dan untuk maksud apa? ˇ Bagaimana Kayafas dapat membuat Sanhedrin memutuskan bahwa Yesus layak dihukum mati? ˇ Tindakan yang kasar dan pelanggaran hukum apa yang terjadi selama pengadilan?


120

Penyangkalan di Halaman

ETELAH meninggalkan Yesus di taman Getsemani dan melarikan diri dengan ketakutan bersama rasul-rasul lainnya, Petrus dan Yohanes berhenti berlari. Mungkin mereka menyusul Yesus ketika ia dibawa ke tempat kediaman Hanas. Ketika Hanas menyerahkan dia kepada Imam Besar Kayafas, Petrus dan Yohanes mengikuti dari jarak yang cukup jauh, rupanya bimbang antara kekhawatiran akan kehidupan mereka sendiri dengan keprihatinan yang dalam terhadap apa yang akan terjadi atas Tuan mereka. Setibanya di rumah Kayafas yang luas, Yohanes dapat masuk ke halaman, sebab ia dikenal oleh imam besar. Akan tetapi, Petrus tetap tinggal di luar di dekat pintu. Yohanes segera kembali dan berbicara kepada penjaga pintu, seorang hamba perempuan, dan Petrus diizinkan masuk. Pada saat itu udara dingin, dan para pelayan rumah serta para pegawai imam besar membuat api unggun. Petrus bergabung dengan mereka untuk berdiang sambil menunggu hasil pemeriksaan pengadilan atas Yesus. Di situ, dalam cahaya api, penjaga pintu yang telah mengizinkan Petrus masuk melihatnya dengan lebih jelas. “Engkau juga selalu bersama-sama dengan Yesus, orang Galilea itu.” serunya. Kaget karena dikenali, di depan mereka semua Petrus menyangkal pernah mengenal Yesus. “Aku tidak tahu dan tidak mengerti apa yang engkau maksud,” katanya. Setelah itu, Petrus pergi ke dekat pintu gerbang. Di situ, seorang gadis lain melihat dia dan juga berkata kepada orang-orang di sekelilingnya: “Orang ini bersama-sama dengan Yesus, orang Nazaret itu.” Sekali lagi Petrus menyangkalnya, dan bersumpah: “Aku tidak kenal orang itu.” Petrus tetap tinggal di halaman, berusaha sedapat mungkin agar tidak menarik perhatian orang. Mungkin pada saat itulah ia terkejut mendengar ayam berkokok di pagi buta. Sementara itu, pengadilan Yesus sedang berlangsung, rupanya diadakan di bagian atas halaman rumah itu. Tidak diragukan Petrus dan orangorang lain menunggu di bawah untuk melihat kedatangan dan kepergian berbagai saksi yang dibawa masuk untuk memberikan kesaksian.

S



Kira-kira satu jam telah berlalu sejak Petrus terakhir kali dikenali sebagai rekan Yesus. Sekarang sejumlah orang yang berdiri di sekitar menghampiri dia dan berkata: “Pasti engkau juga salah seorang dari mereka, itu nyata dari bahasamu.” Salah seorang dari kelompok itu adalah saudara dari Malkhus, yang telinganya dipotong Petrus. “Bukankah engkau kulihat di taman itu bersama-sama dengan Dia?” katanya. “Aku tidak kenal orang itu.” Petrus menegaskan dengan suara keras. Sesungguhnya, dengan mengutuk dan bersumpah, yang maksudnya ia mengutuk dirinya sendiri andai kata ia tidak menceritakan apa yang sebenarnya, ia berusaha meyakinkan mereka bahwa mereka semua salah dalam hal itu. Segera setelah Petrus menyangkal untuk ketiga kali, ayam berkokok. Pada saat itu, Yesus, yang rupanya keluar ke balkon di atas halaman, berpaling dan memandang dia. Petrus segera ingat apa yang Yesus katakan hanya beberapa jam sebelumnya di ruangan atas: “Sebelum ayam berkokok dua kali, engkau telah menyangkal aku tiga kali.” Sedih sekali oleh beban dosanya, Petrus keluar dan menangis tersedu-sedu. Bagaimana hal ini bisa terjadi? Setelah merasa begitu yakin akan kekuatan rohaninya, bagaimana Petrus bisa menyangkal Tuannya tiga kali secara berturut-turut? Keadaan itu pastilah sama sekali tidak diduga oleh Petrus. Kebenaran diubah, dan Yesus digambarkan sebagai penjahat yang hina. Apa yang benar dibuat kelihatan salah, orang yang tidak bersalah menjadi bersalah. Jadi karena tekanan dari peristiwa itu, Petrus kehilangan keseimbangan. Tiba-tiba perasaan loyalitasnya yang benar dikalahkan; diliputi kesedihan ia tidak berdaya karena takut kepada manusia. SemoMatius 26:57, 58, ga hal itu tidak pernah terjadi atas diri kita! 69-75; Markus 14:30, 53, 54, 66-72; Lukas 22:54-62; Yohanes 18:15-18, 25-27.

ˇ Bagaimana Petrus dan Yohanes dapat memasuki halaman rumah imam besar? ˇ Pada waktu Petrus dan Yohanes berada di halaman, apa yang terjadi di dalam rumah? ˇ Berapa kali ayam berkokok, dan berapa kali Petrus menyangkal mengenal Kristus? ˇ Apa maksudnya Petrus mengutuk dan bersumpah? ˇ Apa yang menyebabkan Petrus menyangkal bahwa dia mengenal Yesus?


121

M

Di Hadapan Sanhedrin, Kemudian ke Pilatus

ALAM hampir berakhir. Petrus telah menyangkal Yesus untuk ketiga kali, dan para anggota Sanhedrin telah menyelesaikan pengadilan pura-pura mereka dan telah bubar. Akan tetapi, segera setelah fajar menyingsing hari Jumat pagi, mereka berkumpul lagi, kali ini di balai Sanhedrin. Tujuan mereka kemungkinan adalah untuk menunjukkan bukti bahwa pengadilan malam itu sah. Ketika Yesus dibawa ke hadapan mereka, mereka berkata, seperti pada malam sebelumnya: “Jikalau Engkau adalah Mesias, katakanlah kepada kami.” “Sekalipun Aku mengatakannya kepada kamu, namun kamu tidak akan percaya,” jawab Yesus. “Dan sekalipun Aku bertanya sesuatu kepada kamu, namun kamu tidak akan menjawab.” Akan tetapi, Yesus dengan berani menyatakan identitasnya, dengan mengatakan: “Mulai sekarang Anak Manusia sudah duduk di sebelah kanan Allah Yang Mahakuasa.” “Kalau begitu, Engkau ini Anak Allah?” mereka semua ingin tahu. “Kamu sendiri mengatakan, bahwa Akulah Anak Allah,” jawab Yesus. Bagi orang-orang yang bertekad untuk membunuhnya, jawaban ini sudah cukup. Mereka menganggap ini hujatan. “Untuk apa kita perlu kesaksian lagi?” tanya mereka. “Kita ini telah mendengarnya dari mulutNya sendiri.” Maka mereka mengikat Yesus, membawanya pergi, dan menyerahkan dia kepada gubernur Roma, Pontius Pilatus. Yudas, yang mengkhianati Yesus, telah mengamati jalannya peristiwa itu. Ketika ia mengetahui bahwa Yesus dijatuhi hukuman mati, ia merasa menyesal. Maka ia menemui imam-imam kepala dan para tua-tua untuk mengembalikan ke-30 keping uang perak, sambil berkata: “Aku telah berdosa karena menyerahkan darah orang yang tak bersalah.” “Apa urusan kami dengan itu? Itu urusanmu


sendiri!” jawab mereka dengan ketus. Maka Yudas melemparkan uang perak itu ke dalam bait serta pergi dan berusaha menggantung diri. Akan tetapi, dahan tempat Yudas mengikatkan tali rupanya patah sehingga tubuhnya jatuh menimpa batu-batu karang yang ada di bawahnya, dan perutnya terbelah. Imam-imam kepala tidak tahu apa yang harus dilakukan dengan uang perak itu. “Tidak diperbolehkan memasukkan uang ini ke dalam peti persembahan,” kata mereka akhirnya, “sebab ini uang darah.” Maka, setelah berunding, dengan uang itu mereka membeli tanah tukang periuk untuk dijadikan tempat pekuburan orangorang asing. Itulah sebabnya tanah itu disebut “Tanah Darah.” Hari masih sangat pagi ketika Yesus dibawa ke istana gubernur. Akan tetapi, orang-orang Yahudi yang menyertai dia tidak mau masuk karena mereka percaya bahwa bergaul dengan orang nonYahudi akan menajiskan mereka. Maka untuk menyesuaikan diri, Pilatus keluar. “Apakah tuduhan kamu terhadap orang ini?” tanyanya. “Jikalau Ia bukan seorang penjahat, kami tidak menyerahkanNya kepadamu,” jawab mereka. Karena tidak ingin terlibat, Pilatus menjawab: “Ambillah Dia dan hakimilah Dia menurut hukum Tauratmu.” Menyingkapkan maksud mereka untuk membunuh, orang-orang Yahudi mengatakan: “Kami tidak diperbolehkan membunuh seseorang.” Memang, jika mereka membunuh Yesus pada Hari Raya Paskah, hal ini akan menimbulkan kegemparan dalam masyarakat, karena banyak orang sangat menghormati Yesus. Akan tetapi, jika mereka dapat mempengaruhi orang Roma sehingga mengeksekusi dia berdasarkan tuduhan politik, mereka kemungkinan bisa dibebaskan dari tanggung jawab di hadapan rakyat. Maka para pemimpin agama, dengan tidak menyebutkan pengadilan mereka sebelumnya tatkala mereka menghukum Yesus dengan tuduhan menghujat, sekarang mengarang tuduhan yang berbeda. Mereka mengajukan tiga tuduhan: “Telah kedapatan oleh kami, bahwa orang ini [1] menyesatkan bangsa kami, dan [2] melarang membayar pajak kepada Kaisar, dan [3] tentang diriNya Ia mengatakan, bahwa Ia adalah Kristus, yaitu Raja.” Tuduhan yang dianggap penting oleh Pilatus adalah bahwa Yesus menyatakan diri sebagai raja. Oleh karena itu, ia masuk istana lagi, memanggil Yesus, dan bertanya: “Engkau inikah raja orang


Yahudi?” Dengan kata lain, apakah kamu telah melanggar hukum dengan menyatakan dirimu sebagai raja melawan Kaisar? Yesus ingin tahu seberapa banyak Pilatus telah mendengar tentang dia, maka ia bertanya: “Apakah engkau katakan hal itu dari hatimu sendiri, atau adakah orang lain yang mengatakannya kepadamu tentang Aku?” Pilatus mengaku tidak tahu apa-apa tentang dia dan ingin mengetahui fakta-faktanya. “Apakah aku seorang Yahudi?” jawabnya. “Bangsamu sendiri dan imam-imam kepala yang telah menyerahkan Engkau kepadaku; apakah yang telah Engkau perbuat?” Yesus tidak berusaha menghindari sengketa yaitu mengenai kedudukan sebagai raja. Jawaban yang sekarang diberikan Yesus tiLukas 22:66–23:3; Matius 27:1-11; dak diragukan, mengejutkan Pilatus. Markus 15:1; Yohanes 18:28-35; Kisah 1:16-20.

ˇ Untuk maksud apa Sanhedrin mengadakan rapat lagi pada pagi hari? ˇ Bagaimana Yudas mati, dan apa yang dilakukan dengan ke-30 keping uang perak? ˇ Sebaliknya daripada membunuhnya sendiri, mengapa orang-orang Yahudi ingin agar orang Roma yang membunuh Yesus? ˇ Tuduhan apa yang dilontarkan orang-orang Yahudi terhadap Yesus?


122

W

Dari Pilatus ke Herodes dan Kembali Lagi

ALAUPUN Yesus tidak berupaya menyangkal pernyataan Pilatus bahwa ia adalah seorang raja, ia menjelaskan bahwa Kerajaannya tidak membahayakan Kekaisaran Roma. “KerajaanKu bukan dari dunia ini,” kata Yesus. “Jika KerajaanKu dari dunia ini, pasti hamba-hambaKu telah melawan, supaya Aku jangan diserahkan kepada orang Yahudi, akan tetapi KerajaanKu bukan dari sini.” Jadi Yesus mengakui tiga kali bahwa ia mempunyai Kerajaan, sekalipun itu bukan dari dunia. Akan tetapi, Pilatus bertanya lagi: “Jadi Engkau adalah raja?” Maksudnya, apakah engkau seorang raja sekalipun Kerajaanmu bukan dari dunia? Yesus memberi tahu Pilatus bahwa ia mengambil kesimpulan yang benar, dengan menjawab: “Engkau mengatakan, bahwa Aku adalah raja. Untuk itulah Aku lahir dan untuk itulah Aku datang ke dalam dunia ini, supaya Aku memberi kesaksian tentang kebenaran; setiap orang yang berasal dari kebenaran mendengarkan suaraKu.” Ya, tujuan sebenarnya Yesus hidup di bumi adalah untuk memberikan kesaksian tentang “kebenaran,” khususnya kebenaran mengenai Kerajaannya. Yesus bersedia loyal terhadap kebenaran itu sekalipun ia harus mengorbankan kehidupannya. Meskipun Pilatus bertanya: “Apakah kebenaran itu?” ia tidak menunggu penjelasan selanjutnya. Keterangan yang ia peroleh sudah cukup untuk memberikan keputusan. Pilatus kembali kepada orang banyak yang sedang menunggu di luar istana. Rupanya dengan Yesus di sampingnya, ia mengatakan kepada para imam kepala dan orang-orang yang bersama mereka: “Aku tidak mendapati kesalahan apapun pada orang ini.” Orang banyak menjadi marah atas keputusan tersebut, mereka mulai mendesak: “Ia menghasut rakyat dengan ajaranNya di seluruh Yudea, Ia mulai di Galilea dan sudah sampai ke sini.” Kefanatikan yang tidak masuk akal dari orang-orang Yahudi pasti membuat Pilatus heran. Maka, seraya para imam kepala dan para tua-tua terus berteriak, Pilatus berpaling kepada Yesus dan bertanya: “Tidakkah Engkau dengar betapa banyaknya tuduhan


saksi-saksi ini terhadap Engkau?� Akan tetapi, Yesus tetap tidak berupaya menjawab. Sikapnya yang tenang di tengah-tengah tuduhan yang ramai itu membuat Pilatus kagum. Karena mengetahui bahwa Yesus orang Galilea, Pilatus melihat jalan keluar untuk melepaskan tanggung jawab berkenaan dirinya. Penguasa Galilea, Herodes Antipas (putra Herodes Agung), berada di Yerusalem untuk perayaan Paskah, maka Pilatus mengirimkan Yesus kepadanya. Sebelumnya, Herodes Antipas telah menyuruh memenggal kepala Yohanes Pembaptis, dan kemudian Herodes merasa takut ketika mendengar tentang mukjizat-mukjizat yang Yesus adakan, takut kalau-kalau Yesus adalah Yohanes yang telah dibangkitkan dari antara orang mati. Sekarang, Herodes sangat gembira karena mendapat kesempatan melihat Yesus. Hal ini bukan karena ia merasa prihatin atas kesejahteraan Yesus atau karena ia benar-benar ingin berupaya menyelidiki apakah tuduhan terhadap Yesus benar atau tidak. Sebaliknya, ia hanya ingin tahu dan berharap melihat Yesus melakukan mukjizat.


Akan tetapi, Yesus menolak untuk memuaskan rasa ingin tahu Herodes. Ketika Herodes memeriksa dia, ia bahkan tidak menjawab satu patah kata pun. Karena merasa kecewa, Herodes beserta pengawal-pengawalnya mengolok-olok Yesus. Mereka mengenakan jubah yang berwarna cerah kepadanya dan mengejek dia. Kemudian mereka mengirim dia kembali kepada Pilatus. Hasilnya, Herodes dan Pilatus, yang tadinya bermusuhan, kini bersahabat. Ketika Yesus kembali, Pilatus mengumpulkan para imam kepala, para penguasa Yahudi, serta orang banyak dan berkata: “Kamu telah membawa orang ini kepadaku sebagai seorang yang menyesatkan rakyat. Kamu lihat sendiri bahwa aku telah memeriksaNya, dan dari kesalahan-kesalahan yang kamu tuduhkan kepadaNya tidak ada yang kudapati padaNya. Dan Herodes juga tidak, sebab ia mengirimkan Dia kembali kepada kami. Sesungguhnya tidak ada suatu apapun yang dilakukanNya yang setimpal dengan hukuman mati. Jadi aku akan menghajar Dia, lalu melepaskanNya.” Demikianlah Pilatus telah dua kali menyatakan Yesus tidak bersalah. Ia ingin sekali membebaskan Yesus, sebab ia menyadari bahwa para imam menyerahkan dia hanya karena perasaan iri. Seraya Pilatus terus berupaya membebaskan Yesus, ia bahkan lebih dianjurkan untuk berbuat demikian. Pada waktu ia duduk di atas kursi pengadilan, istrinya mengirim pesan, mendesaknya: “Jangan engkau mencampuri perkara orang benar itu, sebab karena Dia aku sangat menderita dalam mimpi [yang jelas berasal dari Allah] tadi malam.” Akan tetapi, bagaimana Pilatus dapat membebaskan orang yang tidak bersalah ini, yang ia tahu harus ia lakukan. Yohanes 18:36-38; Lukas 23:4-16; Matius 27:12-14, 18, 19; 14:1, 2; Markus 15:2-5.

ˇ Bagaimana Yesus menjawab pertanyaan mengenai kedudukannya sebagai raja? ˇ Yesus hidup di bumi untuk memberikan kesaksian tentang “kebenaran” apa? ˇ Apa keputusan Pilatus, bagaimana reaksi orang banyak, dan apa yang Pilatus lakukan terhadap diri Yesus? ˇ Siapakah gerangan Herodes Antipas, dan apa yang ia lakukan dengan Yesus? ˇ Mengapa Pilatus ingin sekali membebaskan Yesus?


123

T

“Lihatlah Pria Itu!”

ERKESAN oleh sikap Yesus dan mengakui bahwa ia tidak bersalah, Pilatus mencari cara lain untuk membebaskan dia. “Pada kamu ada kebiasaan,” katanya kepada orang banyak itu, “bahwa pada Paskah aku membebaskan seorang bagimu.” Barabas, seorang pembunuh yang terkenal, juga sedang dipenjarakan, maka Pilatus bertanya: “Siapa yang kamu kehendaki kubebaskan bagimu, Yesus Barabas atau Yesus, yang disebut Kristus?” Didesak oleh imam-imam kepala yang telah menghasut mereka, orang-orang meminta agar Barabas dibebaskan tetapi Yesus dibunuh. Belum menyerah, Pilatus menanggapi, dengan bertanya lagi: “Siapa di antara kedua orang itu yang kamu kehendaki kubebaskan bagimu?” “Barabas,” teriak mereka. “Jika begitu, apakah yang harus kuperbuat dengan Yesus, yang disebut Kristus?” tanya Pilatus dengan putus asa. Dengan satu teriakan yang memekakkan, mereka menjawab: “Ia harus dipantek pada tiang!” “Pantek dia! Pantek dia!” (NW) Mengetahui bahwa mereka menuntut kematian seorang manusia yang tidak bersalah, Pilatus memohon: “Kejahatan apa yang sebenarnya telah dilakukan orang ini? Tidak ada suatu kesalahanpun yang kudapati padaNya, yang setimpal dengan hukuman mati. Jadi aku akan menghajar Dia, lalu melepaskanNya.” Meskipun berbagai upaya Pilatus, orang banyak yang marah sekali, dihasut oleh para pemimpin agama, tetap berteriak: “Ia harus dipantek pada tiang!” (NW) Karena terus dikobarkan oleh para imam, orang banyak menginginkan darah. Kalau dipikir, hanya lima hari sebelumnya, beberapa di antara mereka kemungkinan ikut menyambut Yesus di Yerusalem sebagai Raja! Sementara itu, murid-murid Yesus, jika mereka hadir, tetap diam dan tidak menonjolkan diri. Pilatus, mengetahui bahwa imbauannya sia-sia dan malah menimbulkan huru-hara, mengambil air dan membasuh tangannya di hadapan orang banyak, serta berkata: “Aku tidak bersalah terhadap darah orang ini; itu urusan kamu sendiri!” Menanggapi hal itu orang-orang menjawab: “Biarlah darahNya ditanggungkan atas kami dan atas anak-anak kami!”


Maka, sesuai dengan tuntutan mereka—dan karena lebih ingin memuaskan orang banyak sebaliknya daripada melakukan apa yang dia tahu adalah benar—Pilatus melepaskan Barabas bagi mereka. Ia mengambil Yesus dan memerintahkan menelanjangi dan mencambukinya. Ini bukan cambukan biasa. The Journal of the American Medical Association menjelaskan tentang kebiasaan orang Roma mencambuk: “Alat yang biasa digunakan adalah sebuah cambuk pendek (flagrum atau flagellum) dengan banyak tali kulit yang berbeda-beda panjangnya yang beberapa di antaranya dijalin, dibubuhi bola-bola besi kecil atau potongan-potongan tulang domba yang tajam secara berselang-seling. . . . Bila serdadu-serdadu Roma berkali-kali mencambuk punggung korban dengan kekuatan penuh, bola-bola besi akan menyebabkan luka memar yang dalam, dan tali-tali kulit serta tulang-tulang domba akan menyayat kulit serta jaringan di bawah kulit. Kemudian, seraya pencambukan terus berlangsung, luka goresan akan menyobek urat-urat di bawah kerangka tulang dan hasilnya ialah serpihan daging yang berdarah.” Setelah pemukulan yang menyiksa ini, Yesus dibawa ke istana gubernur, dan seluruh anggota pasukan tentara dipanggil. Di sana serdadu-serdadu melanjutkan perlakuan kejam terhadapnya dengan menganyam sebuah mahkota duri dan menekannya di atas kepalanya. Mereka menaruh sebatang buluh di tangan kanannya, dan memakaikan jubah ungu, sejenis yang dipakai oleh keluarga raja. Kemudian mereka berkata kepadanya dengan nada mengejek: “Salam, hai Raja orang Yahudi!” Mereka juga meludahi dan menampar mukanya. Mereka mengambil buluh yang keras itu dari tangannya, dan menggunakannya untuk memukul kepalanya, sehingga duri-duri tajam dari “ mahkota” kehinaannya masuk lebih dalam lagi ke kulit kepalanya. Wibawa dan kekuatan Yesus yang luar biasa dalam menghadapi penganiayaan sangat mengesankan Pilatus sehingga ia tergerak untuk membuat upaya lain untuk melepaskan dia. “Lihatlah, aku membawa Dia ke luar kepada kamu, supaya kamu tahu, bahwa aku tidak mendapati kesalahan apapun padaNya,” katanya kepada orang banyak. Mungkin ia membayangkan bahwa pemandangan tentang kondisi Yesus yang tersiksa akan memperlunak hati mereka. Ketika Yesus berdiri di hadapan gerombolan orang yang kejam, memakai mahkota duri dan jubah ungu dengan wajah berdarah


yang menahan rasa sakit, Pilatus mengatakan: “Lihatlah manusia [“pria,” NW] itu!” Meskipun dalam keadaan memar dan terluka, di sini berdiri seorang tokoh yang paling terkemuka sepanjang sejarah, benar-benar tokoh terbesar sepanjang masa! Ya, Yesus menunjukkan kewibawaan yang tidak mencolok dan ketenangan yang memperlihatkan kebesaran yang bahkan harus diakui Pilatus, karena kata-katanya jelas menunjukkan respek bercampur belas kasihan. Yohanes 18:39–19:5; Matius 27:15-17, 20-30; Markus 15:6-19; Lukas 23:18-25.

ˇ ˇ ˇ ˇ ˇ

Cara bagaimana Pilatus berupaya membebaskan Yesus? Bagaimana Pilatus berupaya membebaskan dirinya dari tanggung jawab? Apa yang terjadi bila seseorang dicambuk? Bagaimana Yesus diejek setelah dianiaya? Upaya lebih lanjut apa yang Pilatus lakukan untuk membebaskan Yesus?


124

K

Diserahkan dan Dibawa Pergi

ETIKA Pilatus, yang tergugah oleh wibawa dan ketenangan Yesus yang disiksa, sekali lagi mencoba melepaskan dia, imam-imam kepala semakin marah lagi. Mereka bertekad untuk tidak membiarkan apa pun menggagalkan maksudjahat mereka. Maka, mereka mengulangi teriakan mereka: “Pantek dia, pantek dia!” (NW) “Ambil dia dan pantek dia,” (NW) jawab Pilatus. (Bertentangan dengan pengakuan mereka sebelumnya, orang-orang Yahudi mungkin mempunyai wewenang untuk mengeksekusi penjahat yang melakukan pelanggaran agama yang cukup serius.) Kemudian, paling sedikit untuk kelima kali, Pilatus menyatakan Yesus tidak bersalah, dengan berkata: “Aku tidak mendapati kesalahan apapun padaNya.” Orang-orang Yahudi, mengetahui bahwa tuduhan politik mereka telah gagal mendatangkan hasil, kembali pada tuduhan agama berupa hujatan, yang mereka gunakan berjam-jam sebelumnya pada waktu Yesus diadili di hadapan Sanhedrin. “Kami mempunyai hukum,” kata mereka, “dan menurut hukum itu Ia harus mati, sebab Ia menganggap diriNya sebagai Anak Allah.” Bagi Pilatus ini tuduhan baru, dan ini membuat dia menjadi semakin takut. Sekarang ia menyadari bahwa Yesus bukan manusia biasa, tepat seperti ditunjukkan oleh mimpi istrinya dan kekuatan kepribadian Yesus yang menakjubkan. Akan tetapi, “Anak Allah”? Pilatus tahu bahwa Yesus berasal dari Galilea. Namun, mungkinkah ia telah hidup sebelumnya? Setelah membawanya kembali ke istana, Pilatus bertanya: “Dari manakah asalMu?” Yesus tetap membungkam. Sebelumnya ia telah mengatakan kepada Pilatus bahwa ia seorang raja, tetapi Kerajaannya bukan bagian dari dunia ini. Penjelasan lebih jauh sekarang tidak akan ada gunanya. Akan tetapi, Pilatus tersinggung karena Yesus menolak untuk menjawab, dan ia menjadi marah dan berkata: “Tidakkah engkau mau bicara dengan aku? Tidakkah engkau tahu, bahwa aku berkuasa untuk membebaskan engkau, dan berkuasa juga untuk memantek engkau pada tiang?” (NW) “Engkau tidak mempunyai kuasa apapun terhadap Aku, jikalau kuasa itu tidak diberikan kepadamu dari atas,” jawab Yesus dengan penuh respek. Ia memaksudkan kuasa yang Allah berikan kepada penguasa manusia untuk mengurus hal-hal duniawi. Yesus me-


nambahkan: “Sebab itu: dia, yang menyerahkan Aku kepadamu, lebih besar dosanya.” Memang, imam besar Kayafas serta kaki tangannya dan Yudas Iskariot, semuanya memikul tanggung jawab yang lebih besar daripada Pilatus atas perlakuan yang tidak adil terhadap Yesus. Karena lebih terkesan lagi akan Yesus dan takut bahwa Yesus mungkin memiliki asal usul ilahi, Pilatus berusaha lagi untuk membebaskan dia. Akan tetapi, orang-orang Yahudi menolak Pilatus dengan kasar. Mereka mengulangi tuduhan politik mereka, mengancam dengan licik: “Jikalau engkau membebaskan Dia, engkau bukanlah sahabat Kaisar. Setiap orang yang menganggap dirinya sebagai raja, ia melawan Kaisar.” Meskipun implikasinya sangat buruk, Pilatus sekali lagi membawa Yesus ke luar. “Inilah rajamu!” serunya lagi. “Enyahkan dia! Enyahkan dia! Pantek dia!” (NW) “Haruskah aku memantek rajamu?” (NW) tanya Pilatus dengan putus asa. Orang-orang Yahudi telah menderita di bawah kekuasaan Roma. Sesungguhnya, mereka sangat membenci kekuasaan Roma! Namun, dengan munafik, imam-imam kepala berkata: “Kami tidak mempunyai raja selain dari pada Kaisar.” Khawatir akan reputasi dan kedudukan politiknya, Pilatus akhirnya menyerah kepada tuntutan orang Yahudi yang keras hati. Ia menyerahkan Yesus. Serdadu-serdadu melucuti jubah ungu Yesus dan mengenakan pakaian luarnya kepadanya. Pada waktu Yesus dibawa untuk dipantekkan, ia dipaksa memikul tiang siksaan yang dibuat untuknya. Sekarang hari Jumat, tanggal 14 Nisan; kemungkinan sudah menjelang tengah hari. Yesus tidak tidur sejak hari Kamis pagipagi sekali, dan secara beruntun ia telah menderita hal-hal yang sangat buruk. Maka dapat dimengerti bahwa ia segera kehilangan tenaga karena beratnya tiang. Maka seseorang yang lewat, Simon dari Kirene di Afrika, dipaksa membawanya untuk Yesus. Seraya mereka meneruskan perjalanan, banyak orang, termasuk wanita-wanita berjalan mengikuti, dengan memukuli diri mereka sendiri dalam kesedihan dan meratapi Yesus. Sambil berpaling kepada wanita-wanita itu, Yesus berkata: “Hai puteri-puteri Yerusalem, janganlah kamu menangisi Aku, melainkan tangisilah dirimu sendiri dan anak-anakmu! Sebab lihat, akan tiba masanya orang berkata: Berbahagialah perempuan mandul


dan yang rahimnya tidak pernah melahirkan, dan yang susunya tidak pernah menyusui. . . . Sebab jikalau orang berbuat demikian dengan kayu hidup, apakah yang akan terjadi dengan kayu kering?” Yesus memaksudkan pohon bangsa Yahudi, yang masih memiliki embun kehidupan di dalamnya disebabkan kehadiran Yesus dan adanya sisa orang-orang yang percaya kepadanya. Akan tetapi, pada waktu ini diambil dari bangsa itu, hanya sebuah pohon yang mati secara rohani yang tinggal, ya, organisasi nasional yang sudah layu. Oh, betapa hebat kesedihan yang akan terjadi bila tentara Roma, yang bertindak sebagai eksekutor dari Allah, menghancurkan bangsa Yahudi! Yohanes 19:6-17; 18:31; Lukas 23:24-31; Matius 27:31, 32; Markus 15:20, 21.

ˇ Tuduhan apa yang dilancarkan para pemuka agama terhadap Yesus ketika tuduhan politik mereka gagal mendatangkan hasil? ˇ Mengapa Pilatus menjadi semakin takut? ˇ Siapa yang menanggung dosa lebih besar untuk apa yang terjadi atas Yesus? ˇ Akhirnya, bagaimana imam-imam mendesak Pilatus agar menyerahkan Yesus untuk dihukum mati? ˇ Apa yang Yesus katakan kepada wanita-wanita yang meratapi dia, dan apa yang ia maksudkan ketika menyebutkan pohon yang masih “hidup” dan kemudian “kering”?


125

B

Penderitaan di Tiang

ERSAMA dengan Yesus, dua penyamun digiring untuk dieksekusi. Tidak jauh dari kota, iring-iringan berhenti di suatu tempat yang disebut Golgota, atau Tempat Tengkorak. Para tahanan dilucuti pakaian luarnya. Lalu anggur yang dicampur mur disediakan. Rupanya ini disiapkan oleh wanita-wanita di Yerusalem, dan orang Roma tidak melarang minuman pengurang rasa sakit ini diberikan kepada orang yang dipakukan. Akan tetapi, ketika Yesus mencicipinya, ia tidak mau meminumnya. Mengapa? Jelas ia ingin berada dalam keadaan sadar sepenuhnya, selama ujian iman yang hebat ini. Yesus sekarang dibaringkan di atas tiang dengan kedua tangan di atas kepalanya. Kemudian prajurit-prajurit memakukan pasak yang besar pada tangan dan kakinya. Ia menggeliat kesakitan ketika pasak itu menembus daging dan sendi-sendi tulangnya. Ketika tiang ditegakkan, rasa sakit benar-benar luar biasa karena berat tubuh mengoyak luka tusukan paku. Namun, sebaliknya daripada mengancam, Yesus berdoa bagi prajurit-prajurit Roma: “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” Pilatus memasang sebuah papan pada tiang yang berbunyi: “Yesus, orang Nazaret, Raja orang Yahudi.” Rupanya, ia menulis ini bukan hanya karena ia respek kepada Yesus tetapi ia juga merasa muak terhadap imam-imam Yahudi karena mereka telah memaksa dia untuk menghukum mati Yesus. Maka agar semua dapat membacanya, Pilatus memerintahkan untuk menulisnya dalam tiga bahasa—bahasa Ibrani, bahasa Latin yang resmi dan bahasa Yunani yang umum. Para imam kepala, termasuk Kayafas dan Hanas, menjadi cemas. Pernyataan positif ini merusak saat-saat kemenangan mereka. Oleh karena itu mereka memprotes: “Jangan engkau menulis: Raja orang Yahudi, tetapi bahwa Ia mengatakan: Aku adalah Raja orang Yahudi.” Karena kesal telah diperalat oleh para imam, Pilatus menjawab dengan perasaan muak dan tegas: “Apa yang kutulis, tetap tertulis.” Imam-imam, bersama rakyat kemudian menuju tempat eksekusi, dan para imam menyangkal kesaksian yang tertulis pada tanda itu. Mereka mengulangi kesaksian palsu yang diajukan


sebelumnya pada pengadilan Sanhedrin. Oleh karena itu, tidak mengherankan bahwa orang-orang yang lewat mulai mencaci, menggelengkan kepala mereka dengan menghina dan berkata: “Hai Engkau yang mau merubuhkan Bait Suci dan mau membangunnya kembali dalam tiga hari, selamatkanlah diriMu jikalau Engkau Anak Allah, turunlah dari salib [“tiang siksaan,” NW] itu!” “Orang lain Ia selamatkan, tetapi diriNya sendiri tidak dapat Ia selamatkan!” demikian imam-imam kepala bersama kawan-kawan seiman mereka ikut mengejek. “Ia Raja Israel? Baiklah Ia turun dari salib [“tiang siksaan,” NW] itu dan kami akan percaya kepadaNya. Ia menaruh harapanNya pada Allah: baiklah Allah menyelamatkan Dia, jikalau Allah berkenan kepadaNya! Karena Ia telah berkata: Aku Anak Allah.” Terpengaruh oleh suasana yang panas itu, para prajurit ikut mengolok-olok Yesus. Dengan nada mengejek mereka menawarkan anggur asam kepada Yesus, rupanya dengan menaruhnya di samping bibirnya yang kering. “Jika Engkau adalah raja orang Yahudi,” ejek mereka, “selamatkanlah diriMu!” Bahkan para penyamun —seorang dipakukan di sebelah kanan Yesus, dan yang lain di sebelah kirinya—mengejek dia. Bayangkan tokoh terbesar sepanjang masa, pribadi yang bersama Allah Yehuwa menciptakan segala sesuatu, dengan tabah menderita perlakuan kejam ini! Prajurit-prajurit mengambil jubah luar Yesus dan membaginya menjadi empat potong. Mereka membuang undi untuk menentukan siapa yang akan memilikinya. Akan tetapi, jubah dalamnya tanpa jahitan, karena kualitasnya lebih baik. Maka berkatalah mereka satu sama lain: “Janganlah kita membaginya menjadi beberapa potong, tetapi baiklah kita membuang undi untuk menentukan siapa yang mendapatnya.” Jadi, tanpa mereka sadari, mereka menggenapi ayat yang berbunyi: “Mereka


membagi-bagi pakaianKu di antara mereka dan mereka membuang undi atas jubahKu.” Pada waktunya salah seorang penyamun mulai menyadari bahwa Yesus pasti seorang raja. Oleh karena itu, dengan memarahi temannya, ia mengatakan: “Tidakkah engkau takut, juga tidak kepada Allah, sedang engkau menerima hukuman yang sama? Kita memang selayaknya dihukum, sebab kita menerima balasan yang setimpal dengan perbuatan kita, tetapi orang ini tidak berbuat sesuatu yang salah.” Kemudian ia berkata kepada Yesus, dan memohon: “Ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja.” “Sesungguhnya aku berkata kepadamu hari ini,” jawab Yesus, “engkau akan bersama-sama dengan aku di dalam Firdaus.” (NW) Janji ini akan dipenuhi pada waktu Yesus memerintah sebagai Raja di surga dan membangkitkan penjahat yang bertobat ini untuk hidup di bumi dalam Firdaus, tempat orang-orang yang selamat melampaui Armagedon dan rekan-rekan mereka akan mendaMatius 27:33-44; Markus pat hak istimewa untuk memeliharanya. 15:22-32; Lukas 23:27, 32-43; Yohanes 19:17-24. ˇ Mengapa Yesus menolak anggur yang dicampur dengan mur? ˇ Mengapa sebuah papan dipasang pada tiang Yesus, hal ini menimbulkan perselisihan lebih lanjut apa antara Pilatus dan imam-imam kepala? ˇ Perlakuan kejam apa lagi yang Yesus terima pada tiang, dan apa yang dengan jelas menjadi penyebabnya? ˇ Bagaimana nubuat digenapi sehubungan dengan apa yang dilakukan atas jubah Yesus? ˇ Perubahan apa dibuat oleh salah seorang penyamun, dan bagaimana Yesus akan memenuhi permohonannya?


126

T

“Sungguh, Orang Ini Adalah Anak Allah”

IDAK lama setelah Yesus berada di tiang, pada tengah hari, secara misterius seluruh daerah itu diliputi kegelapan selama tiga jam. Ini bukan karena gerhana matahari, karena peristiwa ini hanya terjadi pada bulan muda, dan pada hari Paskah bulan purnama muncul. Selain itu, gerhana matahari hanya berlangsung beberapa menit saja. Maka kegelapan ini berasal dari Allah! Hal ini kemungkinan menyebabkan orang-orang yang mengejek Yesus berpikir, bahkan berhenti mencela. Seandainya peristiwa yang menakutkan itu terjadi sebelum si penjahat di samping Yesus menegur temannya dan memohon agar Yesus mengingatnya, hal itu dapat menjadi faktor dari pertobatannya. Kemungkinan selama kegelapan itu, empat wanita, yaitu ibu Yesus dan saudara perempuannya Salome, Maria Magdalena, dan Maria ibu rasul Yakobus Muda, mendekati tiang siksaan. Yohanes, rasul yang dikasihi Yesus, sedang bersama mereka di sana. Betapa ‘tertusuk’ hati ibu Yesus melihat anak yang dulu ia susui dan asuh tergantung dalam penderitaan! Namun demikian, Yesus tidak memikirkan penderitaannya sendiri, melainkan kesejahteraan ibunya. Dengan susah payah ia memberi isyarat kepada Yohanes dan berkata kepada ibunya: “Wanita, lihatlah! Anakmu!” (NW) Kemudian, memberi isyarat kepada Maria, ia berkata kepada Yohanes: “Inilah ibumu!” Dengan demikian Yesus mempercayakan pemeliharaan atas ibunya, yang kini jelas telah menjadi janda, kepada rasul yang khusus ia kasihi. Ia berbuat demikian karena anak-anak Maria yang lain sampai saat itu belum menaruh iman kepadanya. Jadi ia memberi teladan dalam memenuhi kebutuhan ibunya tidak hanya secara jasmani tetapi juga secara rohani.


Pada sore hari, kira-kira pukul tiga, Yesus berkata: “Aku haus!” Yesus merasa bahwa Bapaknya seolah-olah telah menarik kembali perlindungan-Nya agar integritasnya dapat diuji sampai batas. Maka ia berseru dengan suara nyaring: “Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” Mendengar itu, beberapa orang yang berdiri di dekatnya berkata: “Lihat, Ia memanggil Elia.” Seseorang dari antara mereka segera datang membawa bunga karang, mencelupkannya ke dalam anggur asam, lalu mencucukkannya pada ujung sebatang buluh dan memberi Yesus minum. Namun orang-orang lain berkata: “Biarkan dia! Mari kita lihat apakah Elia akan datang untuk menurunkan dia.” (NW) Setelah Yesus menerima anggur asam itu, ia berteriak: “Sudah terlaksana!” (NW) Ya, ia telah menyelesaikan segala sesuatu yang ditugaskan Bapaknya ketika ia diutus ke bumi. Akhirnya, ia berkata: “Ya Bapa, ke dalam tanganMu Kuserahkan nyawaKu.” Dengan demikian Yesus menyerahkan tenaga hidupnya kepada Allah dengan keyakinan bahwa Allah akan mengembalikan itu kepadanya lagi. Kemudian, ia menundukkan kepalanya dan mati. Pada saat Yesus menghembuskan nafasnya yang terakhir, terjadilah gempa bumi yang dahsyat, membelah bukit-bukit batu. Begitu kuatnya gempa itu sehingga kuburan-kuburan peringatan di luar Yerusalem terbuka, dan mayat-mayat terlempar ke luar. Orang-orang yang lewat, yang melihat mayat-mayat berada di luar kuburan, pergi ke kota dan melaporkannya. Selanjutnya, pada saat Yesus meninggal, tabir besar yang memisahkan ruang Kudus dari ruang Maha Kudus dalam bait Allah terbelah dua, dari atas sampai ke bawah. Tampaknya tabir yang dihias dengan indah ini tingginya kira-kira 18 meter dan sangat berat! Mukjizat yang menakjubkan itu bukan hanya menunjukkan murka Allah terhadap para pembunuh Putra-Nya namun juga mengartikan bahwa jalan memasuki tempat yang Maha Kudus, surga itu sendiri, kini dimungkinkan melalui kematian Yesus. Nah, ketika orang-orang merasakan gempa bumi dan melihat apa yang terjadi, mereka menjadi sangat takut. Kepala pasukan yang bertugas pada eksekusi ini memuliakan Allah. “Sungguh, orang ini adalah Anak Allah!” katanya. Kemungkinan ia hadir


ketika pengakuan tentang kedudukan sebagai anak Allah dibahas pada waktu Yesus diadili di hadapan Pilatus. Sekarang ia yakin bahwa Yesus adalah Anak Allah, ya, bahwa ia benar-benar tokoh terbesar sepanjang masa. Orang-orang lain juga tertegun oleh kejadian-kejadian yang bersifat mukjizat ini, dan mereka mulai kembali ke rumah sambil memukul dada mereka sebagai tanda perasaan yang sangat sedih dan malu. Banyak murid wanita dari Yesus yang merasa sangat terharu oleh peristiwa-peristiwa yang penting ini, melihat pemandangan itu dari jauh. Rasul Yohanes juga hadir. Matius 27: 45-56; Markus 15:33-41; Lukas 23:44-49; 2:34, 35; Yohanes 19:25-30.

ˇ Mengapa kegelapan selama tiga jam tidak mungkin karena gerhana matahari? ˇ Sesaat sebelum kematiannya, teladan apa yang Yesus berikan kepada orangorang yang mempunyai orang-tua lanjut usia? ˇ Apa empat pernyataan terakhir dari Yesus sebelum ia mati? ˇ Apa yang dihasilkan oleh gempa bumi, dan apa artinya tabir bait terbelah dua? ˇ Bagaimana kepala pasukan yang bertugas pada eksekusi itu dipengaruhi oleh mukjizat-mukjizat tersebut?


127

K

Dikubur Hari Jumat—Hari Minggu Kuburan Kosong

INI adalah hari Jumat sore, dan hari Sabat tanggal 15 Nisan akan mulai pada saat matahari terbenam. Mayat Yesus tergantung lemas pada tiang, tetapi kedua penyamun di sebelahnya masih hidup. Hari Jumat sore disebut hari Persiapan karena ini adalah saat orang-orang mempersiapkan makanan dan menyelesaikan pekerjaan lain yang mendesak yang tidak dapat ditunda sampai hari Sabat berakhir. Hari Sabat yang tidak lama lagi akan mulai bukan hanya Sabat biasa (hari ketujuh dalam satu minggu) tetapi juga Sabat ganda, atau Sabat “besar.” Itu disebut demikian karena tanggal 15 Nisan yang adalah hari pertama Perayaan Roti Tak Beragi yang berlangsung tujuh hari (dan yang selalu suatu Sabat, tidak soal perayaan ini jatuh pada hari apa dalam minggu itu), jatuh pada hari yang sama seperti Sabat biasa. Menurut Hukum Allah, mayat-mayat tidak boleh ditinggalkan tergantung pada tiang semalaman. Maka, orang-orang Yahudi meminta kepada Pilatus agar kematian orang-orang yang dieksekusi dipercepat dengan mematahkan kaki mereka. Oleh karena itu, para prajurit mematahkan kaki kedua penyamun. Namun karena Yesus kelihatannya sudah meninggal, kakinya tidak dipatahkan. Hal ini menggenapi ayat Alkitab: “Tidak ada tulangNya yang akan dipatahkan.” Akan tetapi, untuk menghilangkan keraguan bahwa Yesus benar-benar mati, salah seorang prajurit menikam lambungnya dengan tombak. Tombak itu menembus daerah jantungnya, dan segera darah dan air mengalir. Rasul Yohanes, seorang saksi mata, melaporkan bahwa hal ini menggenapi ayat lain: “Mereka akan memandang kepada Dia yang telah mereka tikam.” Hadir juga pada pelaksanaan eksekusi itu Yusuf dari kota Arimatea, seorang anggota Sanhedrin yang mempunyai nama baik. Dia tidak mau memberikan suara menyetujui perlakuan yang tidak adil dari mahkamah agung terhadap Yesus. Yusuf sebenarnya seorang murid Yesus, meskipun ia takut menyatakan dirinya sebagai murid. Akan tetapi, sekarang ia memperlihatkan keberanian dan pergi kepada Pilatus untuk meminta mayat Yesus.


Pilatus memanggil prajurit yang bertugas, dan setelah petugas itu meyakinkan bahwa Yesus telah mati, Pilatus memerintahkan agar mayat diserahkan. Yusuf mengambil mayat itu dan membungkusnya dengan kain lenan halus yang bersih sebagai persiapan untuk pemakaman. Ia dibantu oleh Nikodemus, anggota Sanhedrin yang lain. Nikodemus juga tidak mengaku bahwa ia beriman kepada Yesus karena takut kehilangan kedudukan. Namun sekarang ia membawa sebuah gulungan berisi kira-kira lima puluh kati (ukuran orang Roma) mur dan gaharu yang mahal. Mayat Yesus dibungkus dengan kain kafan yang berisi rempah-rempah ini, menurut kebiasaan orang-orang Yahudi dalam mempersiapkan mayat untuk dimakamkan. Mayat kemudian diletakkan dalam kuburan peringatan baru milik Yusuf yang digali pada batu karang dekat taman. Akhirnya, sebuah batu besar digulingkan di depan kuburan. Untuk menyelesaikan pemakaman sebelum hari Sabat, mayat dipersiapkan dengan tergesa-gesa. Oleh karena itu, Maria Magdalena dan Maria ibu Yakobus Muda, yang mungkin telah membantu persiapan, cepat-cepat pulang dan menyiapkan lebih banyak rempah-rempah dan minyak wangi. Setelah Sabat, mereka merencanakan untuk meminyaki mayat Yesus lagi agar tidak cepat membusuk. Hari berikutnya, Sabtu (Sabat), imam kepala dan orang-orang Farisi menjumpai Pilatus dan berkata: “Tuan, kami ingat, bahwa si penyesat itu sewaktu hidupNya berkata: Sesudah tiga hari Aku akan bangkit. Karena itu perintahkanlah untuk menjaga kubur itu sampai hari yang ketiga; jikalau tidak, murid-muridNya mungkin datang untuk mencuri Dia, lalu mengatakan kepada rakyat: Ia telah bangkit dari antara orang mati, sehingga penyesatan yang terakhir akan lebih buruk akibatnya dari pada yang pertama.” “Ini penjaga-penjaga bagimu,” jawab Pilatus. “Pergi dan jagalah kubur itu sebaik-baiknya.” Maka mereka pergi dan mengamankan kuburan dengan menutup rapat dengan batu dan menempatkan prajurit-prajurit Roma sebagai penjaga. Hari Minggu pagi-pagi sekali Maria Magdalena dan Maria ibu Yakobus, bersama Salome, Yohana, dan wanita-wanita lain, membawa rempah-rempah ke kuburan untuk meminyaki mayat Ye-


sus. Dalam perjalanan mereka berkata satu sama lain: “Siapa yang akan menggulingkan batu itu bagi kita dari pintu kubur?” Namun setelah sampai, mereka mendapati bahwa suatu gempa bumi telah terjadi dan malaikat Yehuwa menggulingkan batu itu. Matius 27:57–28:2; Para penjaga tidak ada, dan kuburan kosong! Markus 15:42–16:4; Lukas 23:50–24:3, 10; Yohanes 19:14, 31–20:1; 12:42; Imamat 23: 5-7; Ulangan 21:22, 23; Mazmur 34:21; Zakharia 12:10.

ˇ Mengapa hari Jumat disebut hari Persiapan, dan apa Sabat “besar” itu? ˇ Ayat-ayat mana yang tergenap sehubungan dengan mayat Yesus? ˇ Apa yang harus dilakukan oleh Yusuf dan Nikodemus untuk dapat mengubur Yesus, dan apa hubungan mereka dengan Yesus? ˇ Permohonan apa yang diajukan oleh imam-imam kepada Pilatus, dan bagaimana tanggapannya? ˇ Apa yang terjadi pada hari Minggu pagi-pagi sekali?


128

K

Yesus Hidup!

ETIKA wanita-wanita itu mendapati kuburan Yesus kosong, Maria Magdalena berlari untuk memberi tahu Petrus dan Yohanes. Akan tetapi, rupanya wanita-wanita lain tetap berada di kuburan itu. Tiba-tiba, seorang malaikat muncul dan mempersilakan mereka masuk. Di sana wanita-wanita itu melihat malaikat lain lagi, dan salah seorang berkata kepada mereka: “Janganlah kamu takut; sebab aku tahu kamu mencari Yesus yang disalibkan [“dipantek,” NW] itu. Ia tidak ada di sini, sebab Ia telah bangkit, sama seperti yang telah dikatakanNya. Mari, lihatlah tempat Ia berbaring. Dan segeralah pergi dan katakanlah kepada murid-muridNya bahwa Ia telah bangkit dari antara orang mati.” Maka dengan perasaan takut dan sukacita yang besar, wanita-wanita tersebut juga pergi. Sementara itu, Maria telah menemukan Petrus dan Yohanes, lalu melaporkan kepada mereka: “Tuhan telah diambil orang dari kuburnya [“kuburan peringatan,” NW] dan kami tidak tahu di mana Ia diletakkan.” Kedua rasul itu segera berangkat. Yohanes berlari lebih cepat—jelas karena ia lebih muda—dan ia lebih dahulu sampai di kuburan. Ketika itu wanita-wanita tadi telah per-


gi, sehingga tidak ada seorang pun di sana. Yohanes membungkuk, mengintip ke dalam kuburan dan melihat kain kafan, tetapi ia tetap tinggal di luar. Ketika Petrus tiba, ia tanpa ragu-ragu masuk ke dalam kuburan. Ia melihat kain kafan dan juga kain peluh yang digunakan untuk membungkus kepala Yesus. Kain itu telah tergulung di satu tempat. Lalu Yohanes juga masuk ke kuburan, dan ia mempercayai laporan Maria. Namun, Petrus maupun Yohanes tidak mengerti bahwa Yesus telah dibangkitkan, meskipun Ia sering memberi tahu mereka bahwa Ia akan dibangkitkan. Dalam keadaan bingung, kedua murid itu pulang ke rumah, tetapi Maria, yang datang lagi ke kuburan, tetap berada di sana. Sementara itu, wanita-wanita lain dengan segera memberitahukan murid-murid bahwa Yesus telah dibangkitkan, sesuai dengan apa yang diperintahkan malaikat-malaikat kepada mereka. Ketika mereka sedang berlari dengan cepat, tiba-tiba Yesus menemui mereka dan berkata: “Salam bagimu.” Mereka memeluk kakinya serta sujud kepadanya. Lalu Yesus berkata: “Jangan takut. Pergi dan katakanlah kepada saudara-saudaraKu, supaya mereka pergi ke Galilea, dan di sanalah mereka akan melihat Aku.” Sebelum itu, ketika gempa bumi terjadi dan malaikat-malaikat muncul, para prajurit yang menjaga terpaku dan menjadi seperti orang mati. Setelah tenang kembali, mereka segera pergi ke kota dan memberi tahu kepada imam-imam kepala apa yang telah terjadi. Setelah berunding dengan “tua-tua” orang Yahudi, mereka mengambil keputusan untuk mencoba merahasiakan hal tersebut dengan menyuap para prajurit. Mereka diperintahkan: “Kamu harus mengatakan, bahwa murid-muridNya datang malam-malam dan mencuriNya ketika kamu sedang tidur.” Karena prajurit-prajurit Roma akan dihukum mati jika tertidur pada waktu menjalankan tugas, imam-imam itu berjanji: “Apabila hal ini [laporan tentang tertidurnya kalian] kedengaran oleh wali negeri, kami akan berbicara dengan dia, sehingga kamu tidak beroleh kesulitan apa-apa.” Karena jumlah uang suap cukup besar, maka para prajurit itu melakukan sesuai dengan yang diperintahkan. Akibatnya, laporan palsu tentang pencurian mayat Yesus tersebar luas di antara orang Yahudi. Maria Magdalena, yang tetap tinggal di dekat kuburan itu, merasa sangat sedih. Di manakah Yesus? Ketika ia membungkuk


untuk mengintip ke dalam kuburan, ia melihat kedua malaikat berpakaian putih, yang muncul kembali! Seorang duduk di sebelah kepala dan yang lainnya di sebelah kaki di tempat mayat Yesus terbaring. “Hai, perempuan apakah sebabnya engkau menangis?” (Bode) tanya mereka. “Tuhanku telah diambil orang,” jawab Maria, “dan aku tidak tahu di mana Ia diletakkan.” Kemudian ia menoleh ke belakang dan melihat seseorang yang mengulangi pertanyaan tersebut: “Hai, perempuan apakah sebabnya engkau menangis?” Orang ini juga bertanya: “Siapakah yang engkau cari?” Karena menyangka orang tersebut adalah penjaga taman di lokasi kuburan itu, ia berkata kepadanya: “Tuan, jikalau tuan yang mengambil Dia, katakanlah kepadaku, di mana tuan meletakkan Dia, supaya aku dapat mengambilNya.” “Maria!” kata orang itu. Maka ia segera tahu, melalui cara menyapa yang dikenalnya, bahwa itu adalah Yesus. “Rabuni!” (“Rab·bo1ni! ” dalam bahasa Ibrani, artinya “Guru!”) katanya. Lalu dengan penuh sukacita, Maria memegang dia. Namun, Yesus berkata: “Janganlah engkau memegang Aku, sebab Aku belum pergi kepada Bapa, tetapi pergilah kepada saudara-saudaraKu dan katakanlah kepada mereka, bahwa sekarang Aku akan pergi kepada BapaKu dan Bapamu, kepada AllahKu dan Allahmu.” Lalu Maria pergi ke tempat rasul-rasul dan murid-murid berkumpul. Ia menambah kisahnya kepada laporan yang telah disampaikan oleh wanita-wanita lain tentang dilihatnya Yesus yang dibangkitkan. Namun, pria-pria ini, yang tidak percaya kepada wanita-wanita tadi, tampaknya juga tidak percaya kepada Maria. Matius 28:3-15; Markus 16:5-8; Lukas 24:4-12; Yohanes 20:2-18.

ˇ Setelah mendapati kuburan itu kosong, apa yang dilakukan Maria Magdalena, dan apa yang dialami wanita-wanita lain? ˇ Bagaimana reaksi Petrus dan Yohanes pada waktu mendapati kuburan itu kosong? ˇ Apa yang dijumpai wanita-wanita lain dalam perjalanan untuk melaporkan kebangkitan Yesus kepada murid-murid? ˇ Apa yang terjadi dengan prajurit-prajurit yang menjaga, dan bagaimana reaksi atas laporan mereka kepada imam-imam? ˇ Apa yang terjadi ketika Maria Magdalena sendirian di kuburan, dan bagaimana tanggapan dari murid-murid atas laporan wanita-wanita itu?


129

M

Menampakkan Diri Lagi

URID-MURID masih berdukacita. Mereka tidak memahami mengapa kuburan tersebut kosong, mereka juga tidak percaya kepada laporan yang disampaikan wanitawanita itu. Jadi pada hari Minggu, Kleopas dan seorang murid lain berangkat dari Yerusalem ke Emaus, yang jauhnya kira-kira 11 kilometer. Dalam perjalanan, ketika mereka sedang membicarakan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada hari itu, seseorang yang tidak dikenal ikut bersama mereka. “Apakah yang kamu percakapkan sementara kamu berjalan?” tanyanya. Murid-murid itu berhenti, muka mereka muram, dan Kleopas menjawab: “Adakah Engkau satu-satunya orang asing di Yerusalem, yang tidak tahu apa yang terjadi di situ pada hari-hari belakangan ini?” Ia bertanya: “Apakah itu?” “Apa yang terjadi dengan Yesus orang Nazaret,” jawab mereka. “Imam-imam kepala dan pemimpin-pemimpin kami telah menyerahkan Dia untuk dihukum mati dan mereka telah menyalibkanNya [“memanteknya,” NW]. Padahal kami dahulu mengharapkan, bahwa Dialah yang datang untuk membebaskan bangsa Israel.” Kleopas dan temannya menjelaskan tentang peristiwa yang sangat mengherankan pada hari itu—laporan mengenai malaikat-malaikat yang kelihatan dan kuburan yang kosong—tetapi kemudian mengakui kebingungan mereka sehubungan dengan makna kejadian-kejadian ini. Orang yang tidak dikenal itu menegur: “Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya segala sesuatu, yang telah dikatakan para nabi! Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaanNya?” Kemudian ia menjelaskan kepada mereka bagian-bagian dari kitab suci tentang Kristus. Akhirnya mereka tiba di dekat Emaus, dan orang yang tidak dikenal itu berbuat seolah-olah hendak meneruskan perjalanannya. Karena ingin mendengar lebih banyak lagi, murid-murid mendesaknya: “Tinggallah bersama-sama dengan kami, sebab hari telah menjelang malam.” Maka ia tinggal dan makan bersama-sama dengan mereka. Ketika ia mengucapkan berkat dan memecah-mecah roti serta memberikannya kepada mereka, mereka sadar bahwa ia sesungguhnya adalah Yesus yang menjelma ke dalam tubuh manusia. Namun kemudian ia menghilang.


Sekarang mereka mengerti mengapa orang yang tidak dikenal itu mengetahui begitu banyak hal! “Bukankah hati kita berkobar-kobar,” tanya mereka, “ketika Ia berbicara dengan kita di tengah jalan dan ketika Ia menerangkan Kitab Suci kepada kita?” Tanpa menunda, mereka berdiri dan segera kembali ke Yerusalem untuk menemui rasul-rasul dan orang-orang yang berkumpul bersama mereka. Sebelum Kleopas dan temannya dapat mengatakan sesuatu, yang lain berkata dengan bersemangat: “Sesungguhnya Tuhan telah bangkit dan telah menampakkan diri kepada Simon.” Kemudian kedua orang itu pun menceritakan bahwa Yesus juga menampakkan diri kepada mereka. Dengan demikian, selama hari itu empat kali ia telah menampakkan diri kepada murid-murid yang berbeda. Tiba-tiba Yesus menampakkan diri untuk kelima kalinya. Meskipun pintu telah terkunci karena murid-murid takut kepada orangorang Yahudi, ia masuk, berdiri di tengah-tengah mereka, dan berkata: “Damai sejahtera bagi kamu!” Mereka terkejut, menyangka bahwa mereka melihat hantu. Jadi, ketika menjelaskan bahwa ia bukan hantu, Yesus berkata: “Mengapa kamu terkejut dan apa sebabnya timbul keragu-raguan di dalam hati kamu? Lihatlah tanganKu dan kakiKu: Aku sendirilah ini; rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada padaKu.” Walaupun demikian, mereka ragu-ragu untuk percaya. Untuk membantu mereka yakin bahwa ia benar-benar Yesus, ia bertanya: “Adakah padamu makanan di sini?” Setelah menerima sepotong ikan panggang dan memakannya, ia berkata: “Inilah perkataanKu, yang telah Kukatakan kepadamu ketika Aku masih bersama-sama dengan kamu [sebelum kematianKu], yakni bahwa harus digenapi semua yang ada tertulis tentang Aku dalam kitab Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur.” Melanjutkan apa yang sebenarnya serupa dengan pengajaran Alkitab bagi mereka, Yesus mengajar: “Ada tertulis demikian: Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga, dan lagi: dalam namaNya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem. Kamu adalah saksi dari semuanya ini.” Karena alasan tertentu Tomas tidak hadir pada pertemuan hari Minggu petang yang penting ini. Jadi pada hari-hari berikutnya, murid-murid lain dengan gembira bercerita kepadanya: “Kami telah melihat Tuhan!” “Sebelum aku melihat bekas paku pada tanganNya,” protes Tomas, “dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku


itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambungNya, sekali-kali aku tidak akan percaya.” Nah, delapan hari kemudian murid-murid berkumpul lagi di dalam rumah. Kali ini Tomas bersama-sama dengan mereka. Meskipun pintu-pintu terkunci, sekali lagi Yesus berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: “Damai sejahtera bagi kamu!” Lalu, sambil berpaling kepada Tomas, ia mengundang: “Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tanganKu, ulurkankanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambungKu dan jangan engkau tidak percaya lagi.” “Ya Tuhanku dan Allahku!” seru Tomas. “Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya,” kata Yesus. “Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya.” Lukas 24:11, 13-48; Yohanes 20:19-29.

ˇ Pertanyaan apa yang diajukan oleh seseorang yang tidak dikenal kepada dua murid yang sedang dalam perjalanan ke Emaus? ˇ Apa yang dikatakan orang yang tidak dikenal itu yang menyebabkan hati murid-murid berkobar-kobar? ˇ Bagaimana murid-murid mengenali orang asing itu? ˇ Ketika Kleopas dan temannya kembali ke Yerusalem, laporan yang menggembirakan apa yang mereka dengar? ˇ Bagaimana Yesus menampakkan diri kepada murid-muridnya untuk kelima kalinya, dan apa yang terjadi pada waktu itu? ˇ Apa yang terjadi delapan hari setelah Yesus menampakkan diri untuk kelima kalinya, dan bagaimana Tomas akhirnya diyakinkan bahwa Yesus telah bangkit?


130

Di Laut Galilea

EKARANG rasul-rasul kembali ke Galilea, seperti telah diperintahkan Yesus kepada mereka sebelumnya. Akan tetapi, mereka ragu-ragu mengenai apa yang harus mereka lakukan di sana. Sementara itu, Petrus memberi tahu Tomas, Natanael, Yakobus serta Yohanes saudaranya, dan dua rasul lainnya: “Aku pergi menangkap ikan.” “Kami pergi juga dengan engkau,” jawab keenam murid itu. Sepanjang malam mereka tidak menangkap apa-apa. Akan tetapi, tepat ketika hari mulai terang, Yesus muncul di pantai, namun rasul-rasul tidak mengenali dia. Ia berteriak: “Hai anak-anak, adakah kamu mempunyai lauk-pauk?” “Tidak ada,” jawab mereka dari seberang. “Tebarkanlah jalamu di sebelah kanan perahu, maka akan kamu peroleh,” katanya. Lalu mereka menebarkannya, namun tidak dapat menarik jala mereka lagi karena banyaknya ikan. “Itu Tuhan!” seru Yohanes. Ketika mendengar hal ini, Petrus mengenakan kembali baju luarnya, lalu terjun ke dalam laut. Kemudian ia berenang kirakira 90 meter ke pantai. Rasul-rasul yang lain menyusul dengan perahu, dan menarik jala yang penuh ikan itu. Ketika mereka tiba di tepi pantai, ada api unggun, dan di atasnya ikan dan roti. “Bawalah beberapa ikan, yang baru kamu tangkap itu,” kata Yesus. Petrus naik ke perahu lalu menarik jala itu ke darat. Ada 153 ikan besar! “Marilah dan sarapanlah,” undang Yesus. Tidak seorang pun di antara mereka yang berani bertanya, “Siapakah engkau?” karena mereka semuanya tahu bahwa dia adalah Yesus. Itulah kali ketujuh ia menampakkan diri setelah kebangkitannya, dan yang ketiga kalinya kepada rasul-rasul secara kelompok. Sekarang ia menghidangkan sarapan, memberikan roti dan ikan kepada mereka masing-masing. Ketika mereka selesai makan, Yesus, mungkin sambil memandang hasil tangkapan ikan yang banyak itu, dan bertanya kepada Petrus: “Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih daripada ini?” (NW) Pasti ia memaksudkan, Apakah engkau

S


lebih mengasihi usaha perikanan ini daripada pekerjaan yang telah Aku persiapkan untukmu? “Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau,” jawab Petrus. “Beri makan domba-dombaKu,” jawab Yesus. (NW) Untuk kedua kalinya ia bertanya: “Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?” “Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau,” jawab Petrus dengan sungguh-sungguh. “Gembalakanlah domba-dombaKu,” perintah Yesus lagi. Kemudian, untuk ketiga kali, ia bertanya: “Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?” Pada saat itu Petrus merasa sedih. Ia mungkin bertanya-tanya dalam hati apakah Yesus meragukan loyalitasnya. Mengingat ketika Yesus diadili, Petrus telah tiga kali menyangkalnya. Jadi Petrus berkata: “Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.” “Beri makan domba-dombaKu,” perintah Yesus ketiga kalinya. (NW)


Dengan demikian Yesus menggunakan Petrus sebagai penyambung lidah untuk menandaskan kepada yang lain-lainnya tentang pekerjaan yang ia ingin agar mereka lakukan. Ia tidak lama lagi akan meninggalkan bumi, dan ia ingin agar mereka mengambil pimpinan dalam melayani orang-orang yang akan ditarik ke dalam kandang domba Allah. Sama seperti Yesus diikat dan dieksekusi karena melakukan pekerjaan yang Allah perintahkan, maka ia menyingkapkan bahwa Petrus juga akan mengalami penderitaan yang sama. “Ketika engkau masih muda,” kata Yesus kepadanya, “engkau mengikat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja kau kehendaki, tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan tangan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kau kehendaki.” Meskipun Petrus akan mati sebagai martir, Yesus mendesaknya: “[Terus, NW] ikutlah Aku.” Ketika Petrus berpaling, ia melihat Yohanes dan bertanya: “Tuhan, apakah yang akan terjadi dengan dia ini?” “Jikalau Aku menghendaki, supaya ia tinggal hidup sampai Aku datang,” jawab Yesus, “itu bukan urusanmu. Tetapi engkau: [Terus, NW] ikutlah Aku.” Kata-kata Yesus dipahami oleh banyak dari murid-murid bahwa rasul Yohanes tidak akan mati. Akan tetapi, seperti dijelaskan rasul Yohanes belakangan, Yesus tidak berkata bahwa ia tidak akan mati, melainkan Yesus hanya berkata: “Jikalau Aku menghendaki supaya ia tinggal hidup sampai Aku datang, itu bukan urusanmu.” Belakangan Yohanes juga memberikan komentar yang sangat bermakna: “Masih banyak hal-hal lain lagi yang diperbuat oleh Yesus, tetapi jikalau semuanya itu harus dituliskan satu per satu, maka agaknya dunia ini tidak dapat memuat semua kitab yang Yohanes 21:1-25; Matius 26:32; 28:7, 10. harus ditulis itu.” ˇ Apa yang menunjukkan bahwa rasul-rasul merasa ragu-ragu akan apa yang harus mereka lakukan di Galilea? ˇ Bagaimana rasul-rasul mengenali Yesus di Laut Galilea? ˇ Berapa kali Yesus menampakkan diri sejak kebangkitannya? ˇ Bagaimana Yesus menandaskan apa yang ia ingin rasul-rasulnya lakukan? ˇ Bagaimana Yesus menunjukkan caranya Petrus akan mati? ˇ Komentar Yesus yang mana tentang Yohanes disalah-mengerti oleh banyak dari murid-muridnya?


131

P

Penampakan Diri Terakhir, dan Pentakosta 33 M.

ADA suatu hari Yesus mengatur agar ke-11 rasulnya semua menemui dia di sebuah bukit di Galilea. Murid-murid yang lain tampaknya diberi tahu tentang pertemuan itu, dan sebanyak 500 orang lebih berkumpul. Benar-benar suatu kebaktian yang menyenangkan ketika Yesus menampakkan diri dan mulai mengajar mereka! Antara lain, Yesus menjelaskan kepada kumpulan banyak orang itu bahwa Allah telah memberikan kepadanya semua kuasa di surga dan di bumi. “Karena itu pergilah,” katanya, ‘jadikanlah murid dari semua bangsa dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu.’ (NW) Bayangkan hal itu! Pria, wanita, dan anak-anak semua mendapat penugasan yang sama dalam melakukan pekerjaan menjadikan murid. Para penentang akan berusaha menghentikan pengabaran dan pengajaran mereka, namun Yesus menghibur mereka: “Ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir sistem ini.” (NW) Yesus tetap menyertai pengikut-pengikutnya melalui roh suci, untuk membantu mereka memenuhi pelayanan mereka. Yesus membuktikan kepada murid-muridnya bahwa ia hidup, seluruhnya selama 40 hari setelah kebangkitannya. Selama penampakan dirinya itu ia mengajar mereka tentang Kerajaan Allah, dan ia menandaskan apa tanggung jawab mereka sebagai murid-muridnya. Pada suatu kesempatan ia bahkan menampakkan diri kepada saudara tirinya, Yakobus dan meyakinkan orang yang pernah tidak percaya ini bahwa Ia memang benar-benar Kristus. Sementara para rasul masih di Galilea, rupanya Yesus menginstruksikan mereka agar kembali ke Yerusalem. Ketika bertemu dengan mereka di sana, ia berkata: “Jangan pergi dari Yerusalem. Tunggu di situ sampai Bapa memberikan apa yang sudah dijanjikannya, yaitu yang sudah kuberitahukan


kepadamu dahulu. Sebab Yohanes membaptis dengan air, tetapi beberapa hari lagi kalian akan dibaptis dengan Roh Allah.” (BIS) Belakangan Yesus bertemu lagi dengan para rasulnya dan membawa mereka ke luar kota sampai ke Betania, yang terletak di lereng sebelah timur Bukit Zaitun. Mengherankan bahwa walaupun semua hal yang ia katakan bahwa ia akan segera naik ke surga, mereka masih saja percaya bahwa Kerajaannya akan berdiri di bumi. Jadi mereka bertanya: “Tuhan, maukah Engkau pada masa ini memulihkan kerajaan bagi Israel? ” Sebaliknya daripada mencoba lagi untuk mengoreksi pandangan mereka yang salah, Yesus hanya menjawab: “Engkau tidak perlu mengetahui masa dan waktu, yang ditetapkan Bapa sendiri menurut kuasaNya.” Kemudian, sekali lagi menekankan pekerjaan yang harus mereka lakukan, ia berkata: “Kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksiKu di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.” Sementara mereka masih memandangnya, Yesus mulai terangkat ke surga, dan kemudian awan menutupi dia dari pandangan mereka. Setelah menanggalkan tubuh jasmaninya, ia naik ke surga sebagai pribadi roh. Seraya ke-11 murid masih memandang ke langit, 2 orang berpakaian putih muncul di sebelah mereka. Malaikat-malaikat yang menjelma ini bertanya: “Hai orang-orang Galilea, mengapakah kamu berdiri melihat ke langit? Yesus ini, yang terangkat ke sorga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke sorga.” Cara Yesus meninggalkan bumi tidak disertai keramaian


dan hanya dilihat oleh pengikut-pengikutnya yang setia. Jadi ia akan kembali dengan cara yang sama—tanpa keramaian dan hanya pengikut-pengikutnya yang setia yang mengerti bahwa ia telah kembali dan memulai kehadirannya dalam kuasa Kerajaan. Lalu para rasul turun dari Bukit Zaitun, menyeberangi Lembah Kidron, dan masuk ke Yerusalem lagi. Mereka tinggal di sana sesuai dengan perintah Yesus. Sepuluh hari kemudian, tepat pada Hari Raya orang Yahudi yakni Pentakosta tahun 33 M., kirakira 120 murid berkumpul di ruang atas di Yerusalem, tiba-tiba terdengar suatu bunyi seperti angin kencang memenuhi seluruh rumah. Mereka melihat lidah-lidah seperti nyala api hinggap pada mereka masing-masing yang hadir, lalu semua murid mulai berbicara dalam berbagai bahasa. Hal ini merupakan pencurahan roh kudus yang Yesus janjikan! Matius 28:16-20; Lukas 24:49-52; 1 Korintus 15:5-7; Kisah 1:3-15; 2:1-4.

ˇ Kepada siapa Yesus memberikan instruksi perpisahannya di sebuah bukit di Galilea, dan apa instruksi tersebut? ˇ Penghiburan apa yang Yesus berikan kepada muridmuridnya, dan bagaimana ia akan tetap menyertai mereka? ˇ Setelah kebangkitannya untuk berapa lama Yesus menampakkan diri kepada murid-muridnya, dan apa yang ia ajarkan kepada mereka? ˇ Kepada siapa Yesus menampakkan diri, yang sebelum kematian Yesus jelas belum menjadi seorang murid? ˇ Dua pertemuan terakhir apa yang Yesus selenggarakan bersama para rasulnya, dan apa yang terjadi pada kesempatan itu? ˇ Bagaimana Yesus akan kembali dengan cara yang sama seperti ia pergi? ˇ Apa yang terjadi pada hari Pentakosta tahun 33 M.?


132

P

Di Sebelah Kanan Allah

ENCURAHAN roh suci pada hari Pentakosta membuktikan bahwa Yesus telah kembali di surga. Penglihatan yang tidak lama setelah itu diberikan kepada Stefanus sang murid juga membuktikan bahwa Ia telah berada di sana. Tepat sebelum dirajam karena memberi kesaksian dengan setia, Stefanus berseru: “Sungguh, aku melihat langit terbuka dan Anak Manusia berdiri di sebelah kanan Allah.� Pada waktu berada di sebelah kanan Allah, Yesus menantikan perintah dari Bapaknya: “Memerintahlah di antara musuhmu!� Namun sementara itu, sebelum ia bertindak terhadap musuh-musuhnya, apa yang Yesus lakukan? Ia memerintah, atau berkuasa atas murid-muridnya yang diurapi, membimbing mereka dalam kegiatan pengabaran dan mempersiapkan mereka untuk menjadi raja bersama dia dalam Kerajaan Bapaknya setelah mereka dibangkitkan. Misalnya, Yesus memilih Saulus (yang belakangan lebih dikenal dengan namanya dalam bahasa Roma, Paulus) untuk memelopori pekerjaan menjadikan murid di negeri-negeri lain. Saulus bergairah untuk Taurat Allah, namun ia disesatkan oleh para pemimpin agama Yahudi. Akibatnya, Saulus bukan saja menyetujui pembunuhan Stefanus tetapi dengan wewenang dari imam besar Kayafas, ia pergi ke Damsyik (Damaskus) untuk menangkap dan membawa kembali ke


Yerusalem pria dan wanita pengikut Yesus yang ia temukan di sana. Akan tetapi, sewaktu Saulus dalam perjalanan, suatu cahaya terang tiba-tiba mengelilingi dia dan ia tersungkur ke tanah. “Saulus, Saulus, mengapakah engkau menganiaya Aku?” tanya suatu suara dari sumber yang tidak kelihatan. “Siapakah Engkau, Tuhan?” tanya Saulus. “Akulah Yesus yang kauaniaya itu,” jawabnya. Saulus, yang telah dibutakan oleh cahaya mukjizat itu, diperintahkan oleh Yesus untuk pergi ke Damsyik dan menunggu instruksi. Kemudian Yesus tampak dalam penglihatan kepada Ananias, salah seorang muridnya. Yesus berkata kepada Ananias mengenai Saulus: “Orang ini adalah alat pilihan bagiKu untuk memberitakan namaKu kepada bangsa-bangsa lain serta raja-raja dan orang-orang Israel.” Memang, dengan dukungan Yesus, Saulus (yang sekarang dikenal sebagai Paulus) dan para penginjil lain mencapai sukses yang sangat besar dalam pekerjaan mengabar dan mengajar. Sebenarnya, kira-kira 25 tahun setelah Yesus muncul di hadapannya di jalan menuju Damsyik, Paulus menulis bahwa “Injil” telah “dikabarkan di seluruh alam di bawah langit.” Setelah beberapa tahun berlalu, Yesus memberikan serangkaian penglihatan kepada rasul yang ia kasihi, Yohanes. Melalui penglihatan-penglihatan yang Yohanes lukiskan di buku Wahyu dalam Alkitab, ia sebenarnya dapat menyaksikan kembalinya Yesus dalam kuasa Kerajaan. Yohanes berkata bahwa “melalui ilham” (NW) ia dibawa kepada “hari Tuhan.” Apakah gerangan “hari” ini? Suatu penyelidikan yang saksama atas nubuat-nubuat Alkitab, termasuk nubuat Yesus sendiri berkenaan hari-hari terakhir, menyingkapkan bahwa “hari Tuhan” mulai pada tahun 1914 yang menjadi tahun bersejarah, ya, dalam generasi ini! Maka pada tahun 1914-lah Yesus kembali secara tidak kelihatan, tanpa diketahui umum dan hanya hamba-hambanya yang setia yang mengetahui kembalinya dia. Pada tahun itu Yehuwa memberikan kepada Yesus perintah untuk berkuasa di antara musuh-musuhnya! Menaati perintah Bapaknya, Yesus membersihkan surga dari Setan dan hantu-hantunya, dan mencampakkan mereka ke


bumi. Setelah menyaksikan hal ini terjadi dalam penglihatan, Yohanes mendengar suatu suara dari surga berkata: “Sekarang telah tiba keselamatan dan kuasa dan pemerintahan Allah kita, dan kekuasaan Dia yang diurapiNya.” Ya, pada tahun 1914 Kristus mulai memerintah sebagai Raja! Ini benar-benar kabar baik bagi para penyembah Yehuwa di surga! Mereka didesak: “Bersukacitalah, hai sorga dan hai kamu sekalian yang diam di dalamnya!” Namun bagaimana keadaannya bagi mereka yang berada di bumi? “Celakalah kamu, hai bumi dan laut,” suara dari surga melanjutkan, “karena Iblis telah turun kepadamu, dalam geramnya yang dahsyat, karena ia tahu, bahwa waktunya sudah singkat.” Kita berada dalam masa yang singkat itu sekarang. Dewasa ini orang-orang sedang dipisahkan untuk memasuki dunia baru Allah atau untuk mengalami kebinasaan. Sebenarnya, nasib akhir saudara sendiri sekarang sedang ditentukan berdasarkan tanggapan saudara atas kabar baik dari Kerajaan Allah yang sedang dikabarkan seluas dunia di bawah bimbingan Kristus. Sewaktu pemisahan orang-orang selesai, Kristus Yesus akan menjadi Wakil Allah untuk membersihkan bumi dari sistem Setan dan semua orang yang mendukungnya. Yesus akan meniadakan semua kejahatan dalam peperangan yang dalam Alkitab disebut Harmagedon, atau Armagedon. Setelah itu, Yesus, Tokoh terbesar di alam semesta setelah Allah Yehuwa sendiri, akan menangkap Setan serta hantu-hantunya dan mengikat mereka selama seribu tahun dalam “jurang maut,” yaitu, suatu keadaan tidak aktif seperti mati. Kisah 7:55-60; 8:1-3; 9:1-19; 16:6-10; Mazmur 110:1, 2; Ibrani 10:12, 13; 1 Petrus 3:22; Lukas 22:28-30; Kolose 1: 13, 23; Wahyu 1:1, 10; 12:712; 16:14-16; 20:1-3; Matius 24:14; 25:31-33.

ˇ Setelah Yesus naik ke surga, di mana ia berada, dan apa yang ia nantikan? ˇ Atas siapa Yesus memerintah setelah naik ke surga, dan bagaimana pemerintahannya ditunjukkan? ˇ Kapan “hari Tuhan” mulai, dan apa yang pertama-tama terjadi? ˇ Pekerjaan pemisahan apa yang sedang dilakukan dewasa ini mempengaruhi kita masing-masing secara pribadi, dan atas dasar apa pemisahan ini dilakukan? ˇ Sewaktu pekerjaan pemisahan selesai, kejadian-kejadian apa akan menyusul?


133

K

Yesus Menyelesaikan Semua yang Allah Perintahkan

ETIKA Raja-Pejuang Kristus Yesus menyingkirkan Setan dan dunianya yang jahat, benar-benar akan ada alasan untuk bersukacita! Akhirnya Pemerintahan Seribu Tahun dari Yesus yang penuh damai mulai! Di bawah pimpinan Yesus dan rekan-rekannya sesama raja, mereka yang selamat dari Armagedon akan membersihkan puingpuing yang tertinggal dari perang yang adil tersebut. Mungkin mereka yang selamat di bumi juga akan melahirkan anak-anak selama suatu waktu, dan mereka ini akan ikut serta dalam pekerjaan yang menyenangkan untuk mengolah bumi menjadi suatu taman seperti kebun raya yang sangat indah. Pada waktunya Yesus akan mengeluarkan jutaan orang dari dalam kuburan untuk menikmati Firdaus yang indah ini. Ia akan melakukan hal ini untuk menggenapi jaminannya sendiri: “Saatnya akan tiba, bahwa semua orang yang di dalam kuburan peringatan akan . . . keluar.” Di antara mereka yang Yesus bangkitkan akan termasuk penjahat yang dulu mati di sebelahnya pada tiang siksaan. Ingat bahwa Yesus pernah berjanji kepadanya: “Sesungguhnya Aku berkata kepadamu hari ini, Engkau akan bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.” (NW) Tidak, pria itu tidak akan dibawa ke surga untuk memerintah sebagai raja bersama Yesus. Yesusjuga tidakakan menjadi manusia lagi dan tinggal dalam Firdaus di atas bumi bersamanya. Sebaliknya, Yesus akan bersama-sama dengan bekas penjahat tersebut dalam arti bahwa Ia akan membangkitkannya untuk hidup dalam Firdaus dan mengatur agar kebutuhannya, baik fisik maupun rohani, dipenuhi sebagaimana diilustrasikan pada halaman berikut. Bayangkan! Di bawah perhatian Yesus yang pengasih, seluruh keluarga umat manusia—orang-orang yang selamat dari Armagedon, keturunan mereka, dan ribuan juta orang mati yang telah dibangkitkan yang mematuhinya—akan mencapai kesempurnaan manusia. Yehuwa, melalui Putra-Nya yang menjadi raja, Kristus Yesus, akan tinggal secara rohani bersama umat manusia. “Dan,” seperti suara yang Yohanes dengar dari surga berkata, “Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi;


tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita.� Tak seorang pun di atas bumi akan menderita atau sakit. Menjelang akhir Pemerintahan Seribu Tahun dari Yesus, situasi akan menjadi tepat seperti yang Allah mula-mula rencanakan ketika Ia berkata kepada pasangan manusia pertama, Adam dan Hawa, agar mereka beranak-cucu dan memenuhi bumi. Ya, bumi akan dipenuhi dengan keluarga manusia yang sempurna dan benar. Ini disebabkan oleh manfaat dari korban tebusan Yesus yang sudah diterapkan kepada semua orang. Kematian karena dosa Adam tidak akan ada lagi! Dengan demikian, Yesus akan menyelesaikan semua yang Yehuwa perintahkan kepadanya. Itulah sebabnya, pada akhir seribu tahun, ia akan menyerahkan Kerajaan dan umat manusia yang sudah disempurnakan kepada Bapaknya. Kemudian Allah akan melepaskan Setan dan hantu-hantunya dari jurang maut, yaitu keadaan tidak aktif bagaikan mati. Untuk tujuan apa?


Nah, menjelang akhir seribu tahun, kebanyakan dari merekayang hidup dalam Firdaus adalah orang-orang yang dibangkitkan yang tidak pernah diuji imannya. Sebelum meninggal, mereka tidak pernah mengetahui janji-janji Allah dan dengan demikian tidak dapat memperlihatkan iman mereka kepada hal itu. Lalu, setelah dibangkitkan dan diajar kebenaran Alkitab, akan mudahlah bagi mereka di dalam Firdaus untuk melayani Allah, tanpa perlawanan. Akan tetapi, jika Setan diberi kesempatan untuk mencoba menghentikan mereka dalam melayani Allah, apakah mereka akan terbukti loyal di bawah ujian? Untuk menjawab pertanyaan ini, Setan akan dilepaskan. Wahyu yang diberikan kepada Yohanes menyingkapkan bahwa setelah Pemerintahan Seribu Tahun dari Yesus, Setan akan terbukti sukses dalam memalingkan sejumlah orang yang tidak ditentukan banyaknya sehingga tidak melayani Allah. Namun kemudian, ketika ujian akhir ini selesai, Setan, hantu-hantunya, dan semua orang yang berhasil ia sesatkan akan dibinasakan selama-lamanya. Sebaliknya, mereka yang selamat, teruji sepenuhnya serta loyal akan hidup terus untuk menikmati berkat-berkat dari Bapak surgawi mereka kekal selama-lamanya. Jelas, Yesus telah, dan akan terus memainkan, peranan yang amat penting dalam menyempurnakan maksud-tujuan Allah yang mulia. Betapa menakjubkan masa depan yang akan kita nikmati sebagai hasil dari semua yang ia laksanakan selaku Raja surgawi Allah yang agung. Akan tetapi, kita tidak boleh melupakan semua yang ia lakukan ketika ia menjadi manusia. Yesus rela datang ke bumi dan mengajar kita tentang Bapaknya. Terlebih lagi, ia memberikan contoh dari sifat-sifat Allah yang berharga. Hati kita tergugah bila mempertimbangkan keteguhan hatinya yang luar biasa dan keperkasaannya, hikmatnya yang tiada bandingnya, kecakapannya yang hebat sebagai seorang guru, kepemimpinannya yang tak kenal takut, dan belas kasihannya yang lembut serta empatinya. Bila kita mengingat penderitaannya yang tak dapat dilukiskan sewaktu menyediakan tebusan, yang dengannya kita memperoleh kehidupan, pastilah hati kita terdorong untuk sangat menghargai dia! Sungguh, benar-benar seorang tokoh yang menakjubkan yang kita saksikan dalam pelajaran mengenai kehidupan Yesus ini! Kebesarannya nyata dan luar biasa. Kita tergerak untuk menggemakan kata-kata dari gubernur Roma, Pontius Pilatus: “Lihatlah pria itu!� (NW) Ya, tentu, “Pria itu,� tokoh terbesar sepanjang masa!


Dengan menerima persediaan korban tebusannya, beban dosa dan kematian warisan dari Adam dapat disingkirkan dari kita, dan Yesus dapat menjadi ‘Bapak Kekal’ kita. Semua orang yang ingin meraih hidup kekal harus memperoleh pengetahuan tidak hanya tentang Allah tetapi juga tentang Putra-Nya, Kristus Yesus. Semoga pembacaan dan pelajaran dari buku ini membantu saudara memperoleh pengetahuan yang membawa kehidupan tersebut! 1 Yohanes 2:17; 1:7; Yohanes 5:28, 29; 3:16; 17:3; 19:5; Lukas 23:43, NW; Kejadian 1:28; 1 Korintus 15:24-28; Wahyu 20:1-3, 6-10; 21:3, 4; Yesaya 9:5.

ˇ Hak istimewa yang membahagiakan apa yang tersedia bagi mereka yang selamat dari Armagedon dan anak-anak mereka? ˇ Siapa lagi yang akan menikmati Firdaus, selain mereka yang selamat dari Armagedon dan anak-anak mereka, dan dalam arti apa Yesus akan bersamasama mereka? ˇ Situasi apa yang akan terjadi pada akhir seribu tahun, dan apa yang akan Yesus lakukan kemudian? ˇ Mengapa Setan akan dilepaskan dari jurang maut, dan apa yang pada akhirnya akan terjadi atasnya dan semua yang mengikutinya? ˇ Bagaimana Yesus dapat menjadi ‘Bapak Kekal’ kita?

Inginkah Anda mendapat lebih banyak informasi? Saudara bisa menghubungi Saksi-Saksi Yehuwa di www.watchtower.org.


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.