Tribune Express LK2 - Menilik Tawuran Antarpelajar sebagai Isu Sosial yang Tidak Kunjung Usai

Page 1


Menilik Tawuran Antarpelajar sebagai Isu Sosial yang Tidak Kunjung Usai Fathiya Irfani Prameswari Staf Magang Bidang Literasi dan Penulisan LK2 FHUI

Sumber: cnnindonesia.com

Fenomena tawuran antarpelajar sudah menjadi biang masalah yang menciptakan keresahan masyarakat. Hal ini sudah menjadi isu sosial berpuluh-puluh tahun di Indonesia. Dampak yang diciptakan dari fenomena tawuran antarpelajar tentunya merugikan banyak pihak. Pihak sekolah, masyarakat, maupun pelajar yang terlibat dalam tindakan agresivitas tersebut. Petugas pemelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, polisi, yang menjadi pihak yang bertanggung jawab atas ketertiban atas terjadinya keributan masyarakat telah melakukan upaya-upaya untuk mencegah dan memberhentikan tawuran antarpelajar. Kendati demikian, fenomena tawuran antarpelajar juga tidak kunjung berhenti. Bahkan, setelah kegiatan pertemuan tatap muka (PTM) di sekolah dijeda untuk memutus rantai penyebaran wabah virus Covid-19 selama kurang lebih dua tahun belakangan ini tetapi tawuran masih saja dilakukan oleh para pelajar sampai saat ini. Hal ini mengundang sebuah pertanyaan di antara masyarakat apa yang membuat budaya kenakalan remaja ini tidak pernah selesai dari generasi ke generasi. Selain membuat masyarakat resah, tawuran juga memberikan dampak buruk kepada negara. Bangsa ini diprediksikan akan menjadi negara maju dan ekonomi terbesar ke-4 di dunia


pada tahun 2045 mendatang.1 Prediksi tersebut dilatarbelakangi oleh bonus demografi yang menunjukan bahwa pada tahun 2045 mayoritas penduduk Indonesia berusia produktif atau 15-64 tahun berjumlah sebanyak 64% dari total jumlah penduduk di Indonesia.2 Tentunya untuk mewujudkan cita-cita menjadi negara yang maju membutuhkan Sumber Daya Manusia yang berkualitas untuk membangun bangsa. Apabila tawuran antarpelajar masih membudaya secara masif di kalangan masyarakat, bukankah hal tersebut akan menghalangi cita-cita bangsa untuk menjadi negara maju di masa depan? Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memberikan definisi tawuran sebagai sebuah perkelahian beramai-ramai atau perkelahian massal.3 Dari pengertian tersebut dapat ditarik pengertian dari tawuran antarpelajar, yaitu perkelahian massal yang dilakukan antara dua pihak pelajar dari suatu sekolah. Berdasarkan sumber tertulis, sejarah mencatat tawuran terjadi di kalangan remaja sejak tahun 1968. Surat kabar nasional, Kompas, memberitakan sebuah tawuran yang terjadi di antara pelajar-pelajar Jakarta dengan judul “Bentrokan Peladjar Berdarah” yang menandakan awal mula dan cikal bakal terjadinya tawuran.4 Budaya tawuran antarpelajar yang diwariskan dari generasi ke generasi ini memiliki elemen-elemen tertentu. Elemen-elemen tersebut membentuk sebuah sistem yang berkelanjutan dan menjadi realitas dasar di balik langgengnya kebiasaan buruk ini. Sebuah konflik sosial timbul karena adanya konteks pendukung (facilitating context), akar permasalahan (roots of conflict), faktor sumbu (fuse factor), dan faktor pemicu (triggering factor).5 Konteks pendukung dan faktor sumbu tidak akan menjadi penyebab utama terjadinya suatu konflik, tetapi faktor pemicu yang akan menjadi pemantik masalah dan akar permasalahan yang akan menjadi klimaks. Pada konteks tawuran antarpelajar, hal-hal yang mendorong tawuran menjadi warisan budaya adalah komando dari senior-senior di sekolah.6 Senior-senior tersebut juga telah diwariskan oleh seniornya yang terdahulu dan sudah membentuk “basis” atau barisan 1

Edward Nainggolan, “Indonesia Maju 2045: Kenyataan atau Fatamorgana,” https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/13781/Indonesia-Maju-2045-Kenyataan-atau-Fatamorgana.html, diakses 29 November 2021 2 Ibid. 3 KBBI Daring, s.v. “tawuran,” https://kbbi.web.id/tawur, diakses 29 November 2021. 4 A. Said Hasan Basri, “FENOMENA TAWURAN ANTAR PELAJAR DAN INTERVENSINYA,” Jurnal Bimbingan Konseling dan Dakwah Islam Vol. 12 No.1 (2015), hlm. 6. 5 Iin Rahmatia, “Mahasiswa Jago Tawuran: Kajian Antropologi tentang Konflik Mahasiswa di Kampus Universitas Hasanuddin,” (Skripsi Sarjana Universitas Hasanuddin, Makassar, 2012), hlm. 11. 6 Faisal Irfani, “Bara Tawuran Selalu Siap Meletup dari Boedoet,” https://www.vice.com/id/article/4ayjd3/sejarah-tawuran-pelajar-stm-boedot-yang-menguasai-jabodetabek, diakses 12 Desember 2021.


siswa yang biasanya terbentuk di setiap angkatan.7 Pada umumnya, setiap sekolah telah memiliki riwayat sekolah-sekolah yang telah ditandai menjadi rivalnya.8 Dalam sebuah perkelahian ada pihak yang menang dan kalah. Dalam tawuran, takdir kekalahan akan membawa pulang rasa malu dan dendam kepada lawannya. Dendam inilah yang menjadi alasan mengapa siklus dan regenerasi pelajar yang tetap melakukan tawuran hingga hari ini. Dendam atas kekalahan akan diturunkan oleh senior ke junior-juniornya dengan dalih untuk membawa dan mengharumkan nama sekolah. Hal ini berkaitan dengan gengsi dan budaya premanisme.9 Antara faktor satu dan lainnya saling terlibat dan mengikat. Selain itu, faktor yang menarik para pelajar untuk melakukan perkelahian secara massal ini adalah untuk pembuktian diri. Ditinjau dari sisi psikologis, anak usia remaja memang dalam masanya mencari jati diri dan memiliki kontrol emosi yang tidak stabil.10 Seorang remaja akan berusaha untuk menyesuaikan dirinya dengan lingkungan dengan cara mengimitasi perilaku dan kebiasaan teman-teman peer group-nya agar merasa diterima dalam kelompok. Seorang pelajar yang belum memiliki pengalaman dalam tawuran juga akan mendapatkan sugesti dari teman-teman sebayanya ataupun seniornya untuk berpartisipasi dalam tawuran untuk menunjukan kepada kelompoknya bahwa ia memiliki kesamaan identitas dengan yang lainnya sehingga mendapat pengakuan dari kelompoknya.11 Selain itu, emosi yang kurang stabil juga menyebabkan seorang remaja mudah tersulut emosi. Dengan ejekan dan cacian yang dilontarkan, akan memancing amarah pihak lawan. Dalam keadaan marah, remaja sering mengambil keputusan tanpa berpikir panjang akibat-akibat yang akan ditimbulkan karena pola pikirnya yang masih terlalu mentah.12 Kontrol emosi mereka

7

A. Said Hasan Basri, hlm. 13. Ibid. 9 Warih Anjari, “TAWURAN PELAJAR DALAM PERSPEKTIF KRIMINOLOGIS, HUKUM PIDANA, DAN PENDIDIKAN,” Pendidikan Tahun 29 Nomor 324 (September-Oktober 2012), hlm. 35. 10 Verury Verona Handayani, “Remaja Mudah Marah, Ini Penyebabnya,” https://www.halodoc.com/artikel/remaja-mudah-marah-ini-penyebabnya, diakses 30 November 2021. 11 Puput Prima Ardhana, “Peran Agen Sosialisasi sebagai Kontrol terhadap Perilaku Menyimpang pada Anak Tunalaras Tipe Conduct Disorder Kelas V di SLB E Prayuwana Yogyakarta,” (Skripsi Sarjana Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta, 2015), hlm. 10-11. 12 Davit Setyawan, “Memprihatinkan, Perilaku Remaja Semakin Nekat,” https://www.kpai.go.id/publikasi/memprihatinkan-perilaku-remaja-semakin-nekat-2, diakses 1 Desember 2021. 8


yang belum matang membuat mereka melakukan agresivitas secara impulsif.13 Selain itu, rasa solidaritas dan persaudaraan juga menjadi salah satu alasan yang mendukung.14 Mekanisme bagaimana tawuran dapat berlangsung dapat dimulai dengan cara dan motif berbeda. Mulai dari saling ejek-ejekan15 hingga pembuktian nama sekolah agar dicap “jagoan” oleh sekolah-sekolah lain.16 Dua pihak pelajar dari sekolah yang bermusuhan akan menjanjikan pertemuan untuk tawuran di tempat dan waktu tertentu.17 Apabila kondisi antarpihak lebih panas lagi, bisa saja angkutan umum dengan jalur yang biasa dilewati oleh suatu sekolah akan dibajak dan ditumpangi oleh pelajar yang ingin melakukan tawuran.18 Menang atau kalah dari perkelahian ditentukan berdasarkan basis sekolah yang melarikan diri atau kabur lebih dahulu.19 Hal yang akan didapati dari pihak yang memenangkan tawuran adalah rasa bangga dan sorotan sebagai “jagoan” atau “penguasa”.20 Pihak yang kalah akan pulang dengan rasa malu dan mungkin saja luka ringan ataupun berat. Kekalahan yang dialami akan meninggalkan rasa dendam bagi pihak yang kalah. Untuk membalas kekalahan tersebut, pihak-pihak yang tidak menerimanya akan menjadwalkan kembali penyerangan.21 Hal inilah yang menjadikan tawuran tidak pernah menemukan ujung permasalahan. Menjadi ironi bagi bangsa kita mengetahui adanya potensi untuk menjadi negara yang maju beberapa dekade ke depan tetapi hari ini masih memiliki kendala yang tidak maknawi. Kerugian yang ditimbulkan dari langgengnya perkelahian massal antarpelajar tersebut dapat dirasakan oleh pelajarnya sendiri, pelajar lain, orang tua, masyarakat sekitar, dan negara.

13

Melani Arnaldi dan Suzy Yusna Dewi, “Effect of Depression, Self-Regulation Control and Characteristics of ADHD as the Cause of School Brawl in Jakarta, Indonesia,” International Journal of Social, Behavioral, Educational, Economic, Business, and Industrial Engineering Vol. 7 No.3 (2013), hlm. 668. 14 Diana Imawati, “Latar Belakang Penyebab Tawuran pada Remaja,” Jurnal Motiva Vol.1 No.1 (2018), hlm. 74. 15 Abelda Gunawan, “Saling Ejek via Media Sosial Memicu Tawuran Pelajar di Tarakan,” https://www.liputan6.com/regional/read/4682521/saling-ejek-via-media-sosial-memicu-tawuran-pelajar-di-tarakan?s ource=search, diakses 4 Desember 2021. 16 Shaabiq Abdurasyid, “Tawuran di sekolah SMK Sasmita Jaya 2,” wawancara pada tanggal 29 November 2021. 17

Nahda Rizki Utami, “Janjian Tawuran Tewaskan Pemuda di Depok, 4 Pelaku Ditangkap,” https://news.detik.com/berita/d-5798625/janjian-tawuran-tewaskan-pemuda-di-depok-4-pelaku-ditangkap, diakses 12 Desember 2021. 18 Shaabiq Abdurasyid, wawancara pada tanggal 29 November 2021. 19 Ibid. 20 Rio Novaldi, “Tawuran di sekolah SMA Negeri 1 Jakarta,” wawancara pada tanggal 29 November 2021. 21 Anonim, “Pengakuan Mantan Tukang Tawuran yang Meneror Jakarta Satu Dekade Lalu,” https://www.vice.com/id/article/9kzzx8/pengakuan-alumni-tukang-tawuran-yang-meneror-jakarta-satu-dekade-lalu, diakses 12 Desember 2021.


Tawuran antarpelajar merupakan salah satu bentuk kenakalan remaja. Tentunya suatu hal yang buruk perlu dihentikan dan diminimalisasi. Kerugian yang dapat dirasakan oleh pelaku tawuran sendiri adalah nilai akademik yang memburuk, luka fisik, cacat fisik, hingga kematian.22 Suasana pembelajaran di sekolah juga menjadi tidak kondusif karena tekanan-tekanan yang diberikan oleh para pelaku tawuran kepada teman yang lain untuk berpartisipasi dalam perkelahian dengan alasan solidaritas.23 Citra dari pelaku di mata masyarakat juga akan memburuk.24 Orang tua bila mendapati anaknya terluka berat akan membawa anaknya ke rumah sakit demi kelangsungan hidup anaknya. Hal itu menjadi beban biaya bagi keluarganya. Lebih nahas lagi, apabila sampai terjadi kecacatan fisik ataupun kematian pelaku. Kerugian materiil dan nonmateriil akan dirasakan langsung oleh orang tua pelaku. Masyarakat sekitar dan negara secara langsung juga ikut dirugikan oleh tawuran. Tawuran yang berbentuk kekerasan dengan saling menyerang di suatu tempat akan membuat kerusakan fisik lingkungan. Aksi saling menusuk dengan senjata tajam dan melemparkan beling-beling akan merusak rumah-rumah, pertokoan, dan fasilitas umum warga setempat yang dijadikan tempat berlangsungnya tawuran.25 Masyarakat juga akan dihantui rasa tidak aman dan khawatir apabila rumahnya menjadi korban kerusakan aksi keributan dan sulit pergi keluar dari rumah ketika saat berlangsungnya tawuran karena takut ikut terluka.26 Tawuran dari sudut pandang hukum merupakan bentuk tindak pidana kejahatan. Perbuatan tersebut dapat dikategorikan sebagai kejahatan ketertiban umum yang dapat mengganggu keamanan dan diatur pada Pasal 170, 351, 355, 358, dan 489 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Selain itu, tawuran dapat dikategorikan sebagai penganiayaan karena intensi dari pelaku adalah ingin melukai lawannya yang terlebih dahulu direncanakan dan dijadwalkan oleh kedua belah pihak beramai-ramai, serta sebagai kenakalan karena dapat menyebabkan bahaya bagi para pelaku tawuran sendiri dan masyarakat sekitar.

22

Hendra Purba, Holilulloh, dan Yunisca Nurmalisa, “Persepsi Anggota Resimen Mahasiswa Universitas Lampung Terhadap Fenomena Tawuran Antar Pelajar,” Jurnal Kultur Demokrasi Vol.3, No.8 (2015), hlm. 8. 23 Ibid. 24 Wahyu Dwi Saputro, “Tinjauan Yuridis Kriminologis Kasus Tawuran Pelajar di Kota Semarang,” (Skripsi Sarjana Universitas Wahid Hasyim Semarang, Semarang, 2018), hlm. 6 25 Hendra Purba, Holilulloh, dan Yunisca Nurmalisa, hlm. 8. 26 Lisdayanty dan Irsyad Dahri, “Studi tentang Tawuran Antar Warga di Kelurahan Rappojawa Kecamatan Tallo,” Jurnal Tomalebbi Vol.3 No.4 (2016), hlm. 85-86.


Namun, dalam konteks tawuran antarpelajar di mana pihak-pihak pelaku umumnya belum dianggap dewasa atau berusia kurang dari delapan belas tahun, maka hukuman yang diberikan perlu disesuaikan berdasar sistem peradilan pidana anak. Terdapat undang-undang yang mengatur mengenai hal tersebut, yaitu Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2011 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak (UU SPPA) untuk meringankan hukuman pada anak. Sesuai dengan Pasal 1 ayat (3) UU SPPA, anak yang dapat diadili adalah anak yang berumur 12-18 tahun. Terdapat penyesuaian-penyesuaian lainnya dalam undang-undang tersebut demi melindungi kepentingan anak. Tawuran merupakan salah satu bentuk kenakalan remaja (juvenile delinquency). Perkelahian yang dilakukan secara beramai-ramai dapat disebabkan oleh konflik interpersonal ataupun konflik antarkelompok. Konflik antarindividu dapat menjadi hal yang menyulut perkelahian, seperti merebutkan kekasih dan merasa diejek oleh seseorang dari sekolah lain. Rasa kesetiakawanan yang ada dalam diri teman-teman in-group akan membela temannya yang merasa tersinggung atas perbuatan pelajar yang menjadi rivalnya. Konflik antarkelompok biasanya terjadi lantaran dendam yang diwariskan oleh pelajar-pelajar terdahulu yang telah menjadi musuh bebuyutan. Selain itu, kemenangan yang diperoleh dari tawuran akan membuat para pelajar merasa bangga dan berkuasa, serta membuat mereka merasa harus menjaga kejayaan nama sekolahnya agar selalu dicap sebagai yang paling hebat dan jago di sepantarannya. Maka dari itu, konflik dan dendam yang ada akan diturunkan ke angkatan-angkatan selanjutnya. Junior-junior yang baru masuk sekolah tersebut biasanya sudah mengetahui sebelumnya mengenai sejarah sekolah yang memiliki rival tawuran. Senior akan mewariskan konflik ke adik kelasnya secara paksa. Siswa tingkat pertama akan diajak ke tongkrongan oleh seniornya, lalu mereka dididik sesuai dengan budaya yang sudah menjadi kebiasaan yang ada pada tongkrongan itu, seperti ditatar. Ketika akan menjadwalkan untuk tawuran, para senior akan menyuruh adik-adik kelasnya untuk ikut serta dalam perkelahian massal tersebut. Pemaksaan akan disertai dengan ancaman-ancaman tertentu dari senior kepada juniornya agar semua berpartisipasi. Selain pemaksaan oleh senior, ada hal yang membuat pelajar ikut turun tangan, yaitu penyerangan tidak hanya ditujukan kepada pelajar

yang menjadi bagian dari “tongkrongan” tetapi juga


pelajar-pelajar yang tidak memiliki niat untuk berkelahi. Sehingga, sebagai bentuk pertahanan diri mereka mau tidak mau juga harus menyerang lawannya. Unsur-unsur dari kesalahan tawuran dapat diuraikan dengan Pasal 170 KUHP, dijelaskan bahwa perusakan barang atau menganiaya orang yang dilakukan secara massal mengganggu keamanan publik, kejahatan ini dapat dijatuhi sanksi pidana penjara selama lima tahun enam bulan. Kegiatan saling menyerang yang dapat melukai satu sama lain diatur dalam Pasal 351 KUHP yang menerangkan bahwa jika seseorang menyebabkan luka-luka ringan ataupun berat dapat dihukum penjara selama dua tahun delapan bulan. Sehubungan dengan awal mula perkelahian yang dilakukan dengan perjanjian untuk bertemu di suatu tempat atau dapat diartikan telah direncanakan sebelumnya dapat dikenakan Pasal 355 KUHP dan dijatuhi hukuman penjara dua belas tahun, bahkan apabila sampai menyebabkan kematian seseorang dapat dikenakan penjara selama lima belas tahun. Setiap orang yang dengan secara sadar turut serta mengikuti tawuran, menurut Pasal 358 KUHP dapat dijatuhi hukuman penjara selama dua tahun delapan bulan hingga empat tahun apabila menyebabkan kematian. Selanjutnya, dari Pasal 489 KUHP mengenai pelanggaran karena tawuran menyebabkan perasaan tidak aman yang dapat merusak lingkungan dan melukai warga sekitar yang tidak turut serta dalam tawuran, maka tawuran dapat digolongkan sebagai bentuk kenakalan. Hukuman penjara tersebut akan diakumulasikan oleh Hakim di pengadilan sesuai dengan seberapa parah perbuatan atau akibat yang ditimbulkan oleh pelaku. Akan tetapi, pelaku tawuran dilakukan oleh anak sekolah yang artinya masih belum dewasa atau di bawah delapan belas tahun. Menurut Pasal 69 UU SPPA, anak-anak baru dapat dijatuhi hukuman pidana setelah berusia lebih dari 14 tahun. Menurut Pasal 71 UU SPPA, Hukuman penjara untuk anak-anak tidak boleh lebih dari dua tahun. Pidana denda harus ditukar dengan pelatihan kerja. Keringanan pemberian hukuman pidana bagi anak bertujuan untuk tidak membatasi kebebasan dan kemerdekaan anak, sehubungan dengan masa anak-anak adalah masa di mana perkembangan dan pembentukan karakter dan jati dirinya sedang berlangsung.27 Mengenai segala macam mudarat yang diakibatkan dari tawuran, telah dilakukan berbagai upaya untuk memutus rantai kebiasaan tawuran yang selalu diwariskan dari generasi ke generasi. Secara teoretis, negara kita masih menggunakan metode punitive prevention, seperti 27

Suparna, “Karakter Remaja Indonesia,” https://disdik.purwakartakab.go.id/karakter-remaja-indonesia-?/karakter-remaja-indonesia-, diakses 4 Desember 2021.


negara-negara berkembang lainnya.28 Bentuk pencegahan lebih mengarah ke pembentukan peraturan dan penjatuhan hukuman yang seberat-beratnya kepada pelaku kenakalan remaja yang diharapkan dapat memberikan rasa takut kepada anak remaja.29 Lembaga negara yang berperan besar dalam fungsi ini adalah polisi. Polisi adalah lembaga negara bertanggung jawab atas keamanan dan ketertiban negara, serta melindungi masyarakatnya.30 Upaya-upaya yang telah dilakukan oleh polisi dalam menuntaskan tawuran antarpelajar, seperti pembinaan dan penyuluhan, penahanan, dan pencegahan berupa patroli daerah rawan tawuran selama ini dinilai telah berhasil mencegah terjadinya tawuran.31 Namun, tampaknya upaya-upaya tersebut hanya berhasil menggagalkan tawuran yang hendak akan berlangsung atau dalam jangka pendek saja. Selain itu, tidak seluruh tempat di negeri ini dalam jangkauan dan pantauan polisi. Tawuran masih bisa berlangsung di tempat-tempat yang jarang ada polisi. Selain itu, jumlah personel polisi di setiap daerah bervariasi. Sedangkan, jumlah peserta tawuran yang besar harus diimbangi dengan personel polisi yang mencukupi untuk melerai dan memberhentikan tawuran yang berlangsung.32 Budaya tawuran yang diwariskan belum punah hingga hari ini. Bahkan, awal bulan Desember 2021 ini sudah ada tawuran yang terjadi di Klender, Jakarta Timur pada hari Kamis, 2 Desember 2021.33 Hal tersebut menjadi bukti bahwa dengan pembelajaran online di rumah yang sudah berjalan dua tahun memang mengurangi jumlah kasus tawuran, tetapi tidak memutus regenerasi dan menghentikan para pelajar untuk tawuran. Perlu diadakan upaya-upaya lain dalam menyelesaikan masalah tawuran sampai ke akar permasalahan agar dapat dipunahkan. Beberapa cara yang mungkin dapat menjadi masukan untuk penyelenggara keamanan negara mengenai cara-cara menghilangkan tawuran, seperti menghilangkan transportasi umum Metromini dan Kopaja.34 Kedua transportasi umum tersebut telah menjadi bagian dari budaya tawuran. Pelajar-pelajar yang hendak melangsungkan tawuran akan membajak Metromini atau 28

United Nation, “Chapter 7. Juvenile Delinquency,” World Youth Report (2003), hlm. 200-203 Ibid. 30 Indonesia, Undang-Undang Kepolisian, UU No. 2 Tahun 2002, LN No.2 Tahun 2002, TLN No. 4168, Ps. 29

13. 31

Wahyu Adityo Prodjo, “Selidiki Praktik Jual Beli Senjata Tajam untuk Tawuran di Instagram,” https://megapolitan.kompas.com/read/2021/10/01/16590291/polisi-selidiki-praktik-jual-beli-senjata-tajam-untuk-ta wuran-di?page=all, diakses 4 Desember 2021. 32 Anis Boehari, “Peran Kepolisian dalam Mengatasi Tawuran Pelajar (Studi Kasus di SMK PGRI 1 Kota Serang),” Jurnal Pelita Bumi Pertiwi Vol.2 No.2 (2021), hlm. 36 33 Oktorizki Alpino, “Pecah di Fly Over Klender Jakarta Timur, Netizen Gemas,” tawuran-pelajar-pecah-di-fly-over-klender-jakarta-timur-netizen-gemas, diakses 4 Desember 2021. 34 Shaabiq Abdurasyid, wawancara pada tanggal 29 November 2021.


Kopaja dari rute tertentu yang penumpangnya mayoritas diisi oleh siswa dari sekolah yang menjadi rival.35 Pelajar yang ada di dalam kendaraan umum tersebut akan diserang langsung atau akan dipancing untuk turun dan melangsungkan tawurannya.36 Jalur rute yang dilewati Metromini dan Kopaja yang biasa ditumpangi siswa sekolah tertentu akan ditandai dan diingat oleh siswa-siswa sekolah yang menjadi rivalnya.37 Saran untuk pengganti Metromini dan Kopaja mungkin bisa ditukar dengan moda transportasi bus yang lebih baik dan terawat kondisinya. Selain itu, dalam bus itu seharusnya dihadirkan seorang petugas keamanan dan seorang supir yang berkomitmen untuk mengantarkan warga ke tempat yang dituju dalam keadaan aman dan selamat, bukan sekadar bertujuan untuk mencari uang saja. Dengan moda transportasi yang terlihat lebih resmi dan terawat milik negara, serta dengan kehadiran petugas keamanan yang dipekerjakan oleh negara akan membuat pelajar-pelajar yang ingin menyerang lebih takut dan mengurungkan niatnya untuk melakukan penyerangan. Pembuatan sistem aplikasi terintegrasi untuk melaporkan kondisi jalan yang melibatkan petugas-petugas yang ada di kendaraan umum, petugas-petugas yang ada di halte dan stasiun, polisi, dan masyarakat juga dapat menjadi konsiderasi dalam mencegah terjadinya tawuran di jalan-jalan besar. Sebelumnya, sudah ada strategi dari polisi dalam mencegah tawuran antarpelajar dengan mencatat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor yang biasa dikendarai oleh pelajar.38 Dengan adanya sistem aplikasi terintegrasi, tugas polisi untuk melacak dan menghentikan tawuran yang berlangsung bisa terlaksana lebih cepat dan mudah. Usaha memutus rantai regenerasi tawuran juga harus dilakukan oleh pihak sekolah. Sekolah harus menindak tegas para pelajar yang turut serta berpartisipasi dalam tawuran. Aksi preventif juga harus dilakukan, seperti melakukan razia dan penyitaan senjata tajam. Pembinaan oleh sekolah juga perlu disosialisasikan dengan cara memberikan nasihat yang masuk akal dan diingatkan kembali kerugian-kerugian yang akan ditimbulkan dengan mengikuti tawuran. Jika sosialisasi tersebut diberikan secara rutin, dapat memberikan kesadaran kepada pelajar betapa 35

Ibid. Ibid. 37 Pebriansyah Ariefana, “Kisah Maut Jalan Veteran dan STM 80 Tangerang, Tawuran Melegenda Era Tahun 2000,” https://banten.suara.com/read/2021/06/23/080000/kisah-maut-jalan-veteran-dan-stm-80-tangerang-tawuran-melegen da-era-tahun-2000?page=all, diakses 12 Desember 2021. 38 Tim detikcom, “Strategi Polisi Cegah Tawuran Pelajar Saat Mulai Sekolah Lagi,” https://news.detik.com/berita/d-5756301/strategi-polisi-cegah-tawuran-pelajar-saat-mulai-sekolah-lagi/1, diakses 4 Desember 2021. 36


merugikannya berpartisipasi dalam tindakan kekerasan yang dilakukan beramai-ramai tersebut.39 Jika pelajar masih nakal melakukan tawuran atau aksi kekerasan lainnya, sekolah agaknya perlu mengambil tindakan yang lebih tegas dengan mengeluarkan dan mengembalikan anak tersebut ke orang tua.40 Dengan mengaktualisasikan program-program preventif, kuratif, dan represif dalam menuntaskan kenakalan remaja, tawuran, yang merugikan diharapkan dapat mencegah, mengurangi, dan menyelesaikan pemutusan regenerasi konflik dan pelaku tawuran di kalangan pelajar-pelajar Indonesia. Keamanan dan kesejahteraan juga dapat dirasakan oleh semua warga dengan ketidakadaan konflik yang berujung dengan aksi kekerasan. Idealnya, seorang pelajar dapat menuntut ilmu secara sungguh-sungguh dan jauh dari tekanan-tekanan tidak penting yang hanya membuat rasa takut dan menumbuhkan jiwa premanisme pada jati dirinya. Bangsa ini membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas untuk mewujudkan negara Indonesia sebagai negara maju pada tahun 2045. Hendaknya semua pihak yang berhubungan langsung dengan perkembangan anak, seperti orang tua dan institusi pendidikan menyadari urgensi penyelesaian budaya turun-temurun tawuran antarpelajar ini.

39

Yusra Firdaus, “Cara Mengubah Pola Pikir Orang Lain,” https://hellosehat.com/search/?s=cara%20mengubah%20pola%20pikir%20orang%20lain, diakses 5 Desember 2021. 40 Aldian Wahyu Ramadhan, “Langkah Aparat Dinilai Belum Efektif Antisipasi Tawuran,” langkah-aparat-dinilai-belum-efektif-antisipasi-tawuran, diakses 4 Desember 2021.


DAFTAR PUSTAKA JURNAL Anjari, Warih. “TAWURAN PELAJAR DALAM PERSPEKTIF KRIMINOLOGIS, HUKUM PIDANA, DAN PENDIDIKAN.” Pendidikan Tahun 29 Nomor 324 (September-Oktober 2012). Hlm. 35. Arnaldi, Melani dan Suzy Yusna Dewi. “Effect of Depression, Self-Regulation Control and Characteristics of ADHD as the Cause of School Brawl in Jakarta, Indonesia.” International Journal of Social, Behavioral, Educational, Economic, Business, and Industrial Engineering Vol. 7 No.3 (2013). Hlm. 668. Basri, A. Said Hasan. “FENOMENA TAWURAN ANTAR PELAJAR DAN INTERVENSINYA.” Jurnal Bimbingan Konseling dan Dakwah Islam Vol. 12 No.1 (2015). Hlm. 6 Boehari, Anis. “Peran Kepolisian dalam Mengatasi Tawuran Pelajar (Studi Kasus di SMK PGRI 1 Kota Serang).” Jurnal Pelita Bumi Pertiwi Vol.2 No.2 (2021). Hlm. 36 Imawati, Diana. “Latar Belakang Penyebab Tawuran pada Remaja.” Jurnal Motiva Vol.1 No.1 (2018). Hlm. 74. Lisdayanty dan Irsyad Dahri. “Studi tentang Tawuran Antar Warga di Kelurahan Rappojawa Kecamatan Tallo.” Jurnal Tomalebbi Vol.3 No.4 (2016). Hlm. 85-86. Purba, Hendra,

Holilulloh, dan Yunisca Nurmalis. “Persepsi Anggota Resimen

Mahasiswa Universitas Lampung Terhadap Fenomena Tawuran Antar Pelajar.” Jurnal Kultur Demokrasi Vol.3, No.8 (2015). Hlm. 8. SKRIPSI Ardhana, Puput Prima. “Peran Agen Sosialisasi sebagai Kontrol terhadap Perilaku Menyimpang pada Anak Tunalaras Tipe Conduct Disorder Kelas V di SLB E Prayuwana Yogyakarta.” (Skripsi Sarjana Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta, 2015). Hlm. 10-11.


Rahmatia, Iin. “Mahasiswa Jago Tawuran: Kajian Antropologi tentang Konflik Mahasiswa di Kampus Universitas Hasanuddin.” (Skripsi Sarjana Universitas Hasanuddin, Makassar, 2012). Hlm. 11. Saputro, Wahyu Dwi. “Tinjauan Yuridis Kriminologis Kasus Tawuran Pelajar di Kota Semarang.” (Skripsi Sarjana Universitas Wahid Hasyim Semarang, Semarang, 2018). Hlm. 6. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN Indonesia. Undang-Undang Kepolisian, UU No. 2 Tahun 2002, LN No.2 Tahun 2002, TLN No. 4168. DOKUMEN INTERNASIONAL United Nation. “Chapter 7. Juvenile Delinquency.” World Youth Report (2003). Hlm. 200-203. INTERNET Alpino, Oktorizki. “Pecah di Fly Over Klender Jakarta Timur, Netizen Gemas.” tawuran-pelajar-pecah-di-fly-over-klender-jakarta-timur-netizen-gemas. Diakses 4 Desember 2021. Anonim. “Pengakuan Mantan Tukang Tawuran yang Meneror Jakarta Satu Dekade Lalu.” https://www.vice.com/id/article/9kzzx8/pengakuan-alumni-tukang-tawuran-yangmeneror-jakarta-satu-dekade-lalu. Diakses 12 Desember 2021. Ariefana, Pebriansyah. “Kisah Maut Jalan Veteran dan STM 80 Tangerang, Tawuran Melegenda

Era

Tahun

2000.”

https://banten.suara.com/read/2021/06/23/080000/kisah-maut-jalan-veteran-dan-st m-80-tangerang-tawuran-melegenda-era-tahun-2000?page=all.

Diakses

12

Desember 2021. Firdaus,

Yusra.

“Cara

Mengubah

Pola

Pikir

Orang

Lain.”

https://hellosehat.com/search/?s=cara%20mengubah%20pola%20pikir%20orang %20lain. Diakses 5 Desember 2021.


Gunawan, Abelda. “Saling Ejek via Media Sosial Memicu Tawuran Pelajar di Tarakan.” https://www.liputan6.com/regional/read/4682521/saling-ejek-via-media-sosial-me micu-tawuran-pelajar-di-tarakan?source=search. Diakses 4 Desember 2021. Handayani,

Verury

Verona.

“Remaja

Mudah

Marah,

Ini

Penyebabnya.”

https://www.halodoc.com/artikel/remaja-mudah-marah-ini-penyebabnya. Diakses 30 November 2021. Irfani,

Faisal.

“Bara

Tawuran

Selalu

Siap

Meletup

dari

Boedoet.”

https://www.vice.com/id/article/4ayjd3/sejarah-tawuran-pelajar-stm-boedot-yangmenguasai-jabodetabek. Diakses 12 Desember 2021. KBBI Daring. s.v. “tawuran.” https://kbbi.web.id/tawur. Diakses 29 November 2021. Nainggolan,

Edward.

“Indonesia

Maju

2045: Kenyataan atau

Fatamorgana.”

https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/13781/Indonesia-Maju-2045-Keny ataan-atau-Fatamorgana.html. Diakses 29 November 2021 Prodjo, Wahyu Adityo. “Selidiki Praktik Jual Beli Senjata Tajam untuk Tawuran di Instagram.” https://megapolitan.kompas.com/read/2021/10/01/16590291/polisi-selidiki-prakti k-jual-beli-senjata-tajam-untuk-tawuran-di?page=all. Diakses 4 Desember 2021. Ramadhan, Aldian Wahyu. “Langkah Aparat Dinilai Belum Efektif Antisipasi Tawuran.” langkah-aparat-dinilai-belum-efektif-antisipasi-tawuran. Diakses 4 Desember 2021. Setyawan,

Davit.

“Memprihatinkan,

Perilaku

Remaja

Semakin

Nekat.”

https://www.kpai.go.id/publikasi/memprihatinkan-perilaku-remaja-semakin-nekat -2. Diakses 1 Desember 2021. Suparna.

“Karakter

Remaja

Indonesia.”

https://disdik.purwakartakab.go.id/karakter-remaja-indonesia-?/karakter-remaja-in donesia-. Diakses 4 Desember 2021. Tim detikcom. “Strategi Polisi Cegah Tawuran Pelajar Saat Mulai Sekolah Lagi.” https://news.detik.com/berita/d-5756301/strategi-polisi-cegah-tawuran-pelajar-saa t-mulai-sekolah-lagi/1. Diakses 4 Desember 2021. Utami, Nahda Rizki. “Janjian Tawuran Tewaskan Pemuda di Depok, 4 Pelaku Ditangkap.”


https://news.detik.com/berita/d-5798625/janjian-tawuran-tewaskan-pemuda-di-de pok-4-pelaku-ditangkap. Diakses 12 Desember 2021.


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.