Tribune Express LK2 - Tokoh Hukum: Yap Thiam Hien

Page 1


Tokoh Hukum: Yap Thiam Hien “Karena Membela Bukan Soal Kemenangan, Melainkan Perihal Kemanusian” Reshita Ayu Dyanti Staf Bidang Literasi dan Penulisan Lembaga Kajian dan Keilmuan Fakultas Hukum Universitas Indonesia

Sumber: kompas.com Mr. Yhap Thiam Hien atau yang biasa dipanggil John adalah seorang keturunan Tionghoa - Aceh bermarga Yap yang lahir di Kuta Raja, 25 Mei 1913. 1 Thiam Hien adalah pengacara yang mengabdikan seluruh hidupnya untuk menegakkan keadilan dan Hak Asasi Manusia. Ia dikenal sebagai pengacara berintegritas yang tidak gila akan kekuasaan ataupun harta. Sepanjang perjalanan karirnya, beliau dikenal tak pernah takut akan bayang-bayang “jeruji besi” karena membela kliennya. Thiam Hien lahir dari keluarga baba bangsawan Tionghoa. Kakek buyutnya, Yap A sin adalah pejabat letnan di zaman kolonial yang kemudian membangun usaha di Kuta Raja. Di usianya yang ke-9 tahun, Thiam Hien kecil harus menghadapi kenyataan bahwa sang ibu telah tiada. Ia melanjutkan hidupnya didampingi oleh kakek dan ayahnya, Yap Sin Eng. Meski sang ayah bukan merupakan figur besar, Sin Eng tetap berusaha untuk memberikan kontribusi dalam membentuk kehidupan Thiam Hien dengan memohon penyetaraan hukum bagi anaknya 1

Josef P., Widyatmadja, Yap Thiam Hien : Pejuang Lintas Batas, (Jakarta : Libri, 2013), hlm 7.


dengan bangsa eropa. Permohonan penyetaraan tersebutlah yang memberikan akses bagi Thiam Hien untuk dapat memperoleh pendidikan Eropa.2 Thiam Hien menempuh pendidikan awalnya di Europeesche Lagere School dan melanjutkan ke Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO). Pasca bersekolah di MULO, ia melanjutkan sekolahnya di Algemeene Middelbare School (AMS). Setelah menempuh banyak pendidikan, karirnya harus terhenti karena depresi ekonomi yang kala itu melanda negeri ini. Setelah mereda, Thiam Hien kemudian melanjutkan karirnya sebagai guru di beberapa sekolah wilde scholen Chinese Zendingsschool, Tionghoa Hwee Kwan Holl, China School, dan Christelijke School. Akan tetapi, menjadi guru tampaknya bukan pelabuhan akhir karir Thiam Hien. Pada 1938, Thiam Hien balik ke Batavia untuk bekerja di perusahaan telepon dan menempuh sekolah hukumnya di Leiden. Pada tahun 1947, Thiam Hien menyelesaikan pendidikan hukumnya di Universitas Leiden. Awalnya, Thiam hanya ditawarkan untuk bekerja pada kapal pengembalian orangorang Belanda, tetapi ternyata hal tersebut yang mengantarkan dirinya untuk dapat meraih gelar Meester in de Rechten (Mr) miliknya. Kehidupannya di Belanda membawa Thiam menjadi seorang sosialis demokrat karena pertemanannya dengan mahasiswa yang tergabung dalam banyak mahasiswa Indonesia lainnya yang terkait dengan Partai Buruh di Italia.3 Selain meraih gelar Mr miliknya, Thiam Hien juga aktif mempelajari teologi dan kegiatan gereja. Dirinya banyak membaca buku-buku teologi Protestan dan aktif dalam pelayanan gereja. Kala itu, Gereja Reformasi Belanda sempat menawarkan kepada Thiam Hien untuk menempuh pendidikan di Inggris (Selly Oak College) dengan syarat harus mengabdikan hidupnya bagi pelayanan gereja, usai kembali ke Indonesia. Ia pun menyetujui tawaran tersebut dan menjadi pemimpin organisasi pemuda Kristen Tjeng Lian Hwee setelah dirinya kembali menjajakan kaki di Tanah Air. Pasca kembali ke Indonesia pada tahun 1948 dan menikah, ia memulai karirnya sebagai pengacara untuk warga keturunan Tionghoa. Kala itu, warga Tionghoa kerap mendapatkan perlakuan diskriminatif, penyiksaan, dan kerap kali ditindas. Oleh karena itu, Thiam tergerak untuk mendirikan suatu organisasi yang memperjuangkan kepentingan politik kaum Tionghoa

2

Leo, Suryadinata, Tokoh Tionghoa & Identitas Indonesia : Dari Tjoe Bou San Sampai Yap Thiam Hien, (Jakarta : Komunitas Bambu, 2010), hlm. 10. 3 Yulia, Siswaningsih. et al, 20 Tahun Wajah HAM Indonesia, (Jakarta : Yayasan Yap Thiam Hien, 2012), hlm. 20.


yang ia dan kawannya beri nama Baperki.4 Akan tetapi, dalam perjalanannya, Thiam menentang aliran politik salah satu tokoh Baperki, yakni Siauw Giok yang ia anggap terlalu ke kiri dan menjadikan Thiam Hien keluar dari Baperki. Selain mendirikan Baperki, Thiam Hien juga mendirikan kantor pengacara pada tahun 1950 bersama dengan dua rekannya, John Karwin dan Mochtar Kusumaatmadja. Pada tahun 1970, ia kembali membuka kantor pengacara miliknya sendiri yang kemudian memprakarsai lahirnya Persatuan Advokat Indonesia (Peradin). Thiam mulai dikenal oleh kalangan luas ketika dirinya menjabat sebagai anggota DPR dan Konstituante keturunan Tionghoa. Ia beberapa kali menjadi sorotan publik karena penolakan atas kebijakan fraksi yang ia anggap dipengaruhi oleh pemerintah dan penolakan atas pasal diskriminatif dalam UUD. Thiam dikenal sebagai seseorang yang berani dan vokal dalam menyuarakan hal-hal yang dirinya anggap tak berkeadilan. Meski begitu, perjalanan Thiam tidak selalu berjalan mulus. Ia pernah merasakan dinginnya jeruji besi pada tahun 1968, setelah dirinya membela klien yang diperas oleh kejaksaan dan mengkritik korupsi pemerintahan. Tak hanya itu, dirinya juga sempat ditahan karena diduga menghasut mahasiswa pada peristiwa Malari tahun 1974. Telah banyak klien yang Thiam Hien bela. Mulai dari tukang kecap keliling dan pedagang pasar hingga Wakil Perdana Menteri, Soebandrio yang dituduh terlibat penculikan jenderal-jenderal Angkatan Darat dalam peristiwa G30S PKI. Meski pada akhirnya Soebandrio dijatuhi vonis seumur hidup, Thiam tak pernah merasa pembelaanya sia-sia. Baginya, membela bukanlah soal kemenangan, melainkan soal kemanusian.5 Yap Thiam Hien bukanlah sembarang nama. Dirinya adalah saksi bisu bagaimana kejamnya diskriminasi yang ia dan keluarganya rasakan kala itu. Dirinya adalah saksi pedihnya pemerintahan kolonial. Bagi kaum kecil dan pinggiran, ia adalah penggerak tombak kebenaran. Kehadirannya memberikan harapan bagi keadilan, bahkan hingga akhir hidupnya jejak api perjuangan Yap Thiam Hien terus berkobar tak kenal padam.

4

Siauw Tiong, Djin dan Oey Hay Djoen, Sumbangsih Siauw Giok Tjhan & BAPERKI Dalam Sejarah Indonesia, (Jakarta : Hasta Mitra, 2000), hlm 18. 5 T. Mulya, Lubis dan Aristides Katoppo, Yap Thiam Hien Pejuang Hak Asasi Manusia, (Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 1990), hlm 30.


DAFTAR PUSTAKA Djin, Siauw Tiong dan Oey Hay Djoen. Sumbangsih Siauw Giok Tjhan & BAPERKI Dalam Sejarah Indonesia. Jakarta: Hasta Mitra, 2000. Lubis, T. Mulya dan Aristides Katoppo. Yap Thiam Hien Pejuang Hak Asasi Manusia. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 1990. Siswaningsih, Yulia. et al. 20 Tahun Wajah HAM Indonesia. Jakarta : Yayasan Yap Thiam Hien, 2012. Suryadinata, Leo. Tokoh Tionghoa & Identitas Indonesia: Dari Tjoe Bou San Sampai Yap Thiam Hien. Jakarta : Komunitas Bambu, 2010. Widyatmadja, Josef P. Yap Thiam Hien : Pejuang Lintas Batas. Jakarta : Libri, 2013.


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.